Punden Berundak, Toba Purba, Banjir Besar, Wawasan Nusantara, Gunung Padang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
INFO2 INFO YANG MENDEBARKAN: Punden Berundak, Toba Purba, Banjir Besar, Wawasan Nusantara, Gunung Padang PRIMADI TABRANI Abstract This article is not yet a real research; it is more as a deep reflection. But those deep reflections are worth to be researched thoroughly by experts from many fields of study integratingly. Thinking of people in land-continent with many countries as Europe is different then thinking of people in one country as Indonesia, a maritime-continent. In land-continents thinking, sea is to separte, in maritime-continent Indonesia with its islands, sea is to unite, wawasan Nusantara as old as prehis- tory. Each country in a land-continent are eager to differentiate and defend to other countries by ethnic, language, religion, ideology, while in Indonsia as a maritime-continent, we is one country, several parts are slightly different but we are “one”: “Bhinneka Tunggal Ika”. In land-continent countries, a city with walls fortification, a country with great walls fortification are usual. While it is not so in Maritime-continent Indonesia, as is Trowulan the capital of the great empire Majapahit. Our school books says that the population of Indonesia comes from Asia, 5000 BC and 2000 BC, while it is known that the migration of homosapiens has reach West Nusantara about 60 – 80.000 BC, and experienced the ancient Toba Mountain great explosion and the three great floods. The west theory said that Indonesia is a country between two continents and two aceans, where culture, etnic, nation, religion, etc, criss cross ofer it. So Indonesia ’has nothing’. No local genius. Nusantara people cruises the Pacific and Indian ocean before Christ, the Atlantic in the first cen- tury. What about ”Atlantis” and ”Eden in the East” situated in Sundaland, that alter the world culture, history & development? Has all this a connection with the mistery of Gunung Padang? Keywords: Land-continent thinking, Maritime-continent thinking, Wawasan Nusantara, Bhinneka Tunggal Ika, Gunung Padang. INFO MENDEBARKAN 1: begitu berbeda, oleh sebab itu mengapa lokasi- Manusia Benua-Darat lokasi unik ini tak boleh merdeka?” (isu RMS Banyak turis ”Barat” yang mengunjungi berb- misalnya). agai pulau, daerah, suku, di Indonesia terpesona Cara berfikir seperti ini tidak penulis sebut keunikan setiap lokasi. Celakanya dengan sikap cara berfikir ”Barat”, tapi cara berfikir ma- ”samasekali tidak bersalah”, terpesonanya dilan- nusia ”Benua-Darat” (Afrika, Asia, Eropa). jutkan dengan pertanyaan yang membuat kita Di Eropa jumlah negara puluhan, sedangkan kelabakan. ”Satu dengan yang lain begitu unik, kita Negara Kesatuan Republik Indonesia. 102 Di fihak lain kita bingung mengapa pen- duduk asli Amerika (Indian) dan penduduk asli Australi (Aborigin) tak boleh merdeka, bahkan sebagian harus hidup di dalam ghetto-ghetto di negerinya sendiri?! Mengapa pula di berbagai wilayah di trio benua-darat tsb seakan ”tiada hari tanpa perang?”. Untuk membedakannya, cara berfikir kita ti- dak penulis sebut cara ”Timur”, tapi cara ber- fikir manusia Benua-Maritim dengan kepu- lauannya : 75% Lautan dan 25% kepulauan. Manusia Benua-Darat Umumnya diakui bahwa manusia muncul di benua Afrika dan kemudian menyebar ke seluruh panca benua: Afrika, Eropa, Asia, Aus- trali, Amerika. Perkembangannya, penyebaran- nya dan perubahannya sepanjang sejarah manu- Gambar 1. Tembok Besar Cina sia melalui jalur-jalur yang berbeda ke berbagai lokasi dengan lingkungan alam yang berlainan menyebabkan suatu saat ketika mereka ber- Dan saat ini masih berkecamuk ”tiada hari tan- temu kembali, seakan lupa bahwa mereka mer- pa perang”, baik di kawasan terbelakang seper- upakan anak cucu nenek moyang Afrika yang ti perang etnik di Afrika, maupun di kawasan sama. Setiap kelompok etnik dengan bahasa, modern, seperti perang ’saudara’ di: Irlandia, wilayah, kepecayaan yang berbeda, cenderung Yugoslavia, Siria, Irak, Yaman, Afganistan, Paki- jadi ”fundamentalis” yang siap berperang untuk stan, perang segitiga Kroasia-Bosnia-Serbia, dan mempertahankan hak hidupnya karena khawatir di Chehnya. dilibas oleh kelompok etnik yang lain. Sejarah Memasuki abad XV ulah manusia perkembangan kebudayaan di trio benua-darat benua-darat ini tetap dipraktekkan pada saat Afrika-Eropa-Asia sejak prasejarah memang di- mereka ”menemukan” benua baru Amerika dan hiasi dengan beberapa lembaran hitam peristiwa Australi. Pembantaian bangsa Astec dan Maya, ”meghilang”nya etnik/bangsa, baik karena diu- pelibasan suku-suku Indian Amerika, kelom- sir, dibantai, atau dilibas, baik di Afrika, Eropa, pok Ku Klux Khan yang rasialis di Amerika, Timur Tengah, Asia. Salah satu puncaknya ada- pemusnahan suku Aborigin Tasmania. Penggir- lah pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman. Tiap ingan ke ghetto-ghetto bagi Indian Amerika dan etnik/bangsa harus selalu waspada dan belum Aborigin Australi. Untunglah abad ke XX tiba merasa aman bila tetangganya belum ditakluk- hingga bangsa yang ”maju” itu malu bila tetap kan. Bila tak mampu, maka mereka membuat meneruskan tradisi berfikir manusia Benua-Da- pertahanan. Istana benteng, kota bertembok rat. benteng, batas negara bertembok benteng, mer- upakan hal yang biasa. Tentu saja ada beberapa pengecualian, suku/ bangsa(?) Gipsi, yang walaupun punya bahasa Sejak kerajaan Mesir Kuno, Mesopotamia, sendiri, tapi hidup sebagai pengembara, tanpa Caesar, Roma, Iskandar Agung, kota benteng Aleppo, tembok besar Cina, Napoleon, Hitler, negara, tanpa lokasi. Karena itu perlu ”damai” Stalin, kesemuanya mengulang pola berfikir dengan Etnik/bangsa yang lain yang ditemuinya yang sama: agresip atau defensip. sepanjang pengembaraan mereka. 103 Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 102-120 INFO MENDEBARKAN 2: Australia, Virginia, Australia) menyebut bahwa Manusia Benua-Maritim & Kepulaunnya perantauan Nusantara tersebut telah mencapai Jaman Es Quartair sudah dimulai sekitar Australi sekitar 60.000 SM. CHALOUPKA juga 110.000 SM. Sejumlah pakar, antara lain Mike menyebut bahwa telah ditemukan garca (gambar Morwood, 2002:3 ( Vision from the Past, Smithso- cadas) prasejarah di Australi sejak sekitar 50.000 nian Institution Press), menyebut bahwa sekitar yang lalu (lebih tua dari garca prasejarah Eropa 80.000 – 60.000 tahun yang lalu, pengembaraan seperti Altamira, Dordogne, Lascaux,!!). Pada- manusia benua-darat yang muncul di Afrika dan hal seamula teori pakar Eropa menyebut bahwa telah berkembang manjadi homosapiens tiba di garca prasejarah bermula di Afrika dan Eropa tepi laut Asia Tenggara. Berbagai gelombang lalu menyebar dan akhinya sampai ke Australi. migrasi manusia yang telah memiliki tradisi ”Benua-Darat” puluhan ribu tahun di belakang- INFO MENDEBARKAN 3: nya memasuki wilayah Nusantara. dan tertahan Katastrofi Purba: Ledakan dahsyat Toba cukup lama (puluhan ribu tahun) di ’Nusantara Purba, Siklus Budaya Barat’. Ini karena dimasa itu ada ’Garis Huxley’ dan ’Garis Weber’ yang merupakan palung laut Ketika jalur migrasi manusia dari Afrika yang yang sangat dalam, hingga migrasi manusia ma- sudah berkembang menjadi Homosapiens telah sih lewat jalan darat, baik yang dari Asia maupun mencapai Asia Tenggara dan tertahan di Nusan- yang dari Taiwan dan Hainan. Mengarungi lau- tara barat, gunung Toba Purba meletus. Letusan tan ke pulau-pulau di samudera Pasifik belum gunung api terdahsyat di dunia (sekitar 74.000 terjadi karena teknologi menyeberangi laut be- SM). Sejumlah pakar menyebut hal ini, antara lum berkembang. ”Belajar” menyeberangi laut lain Stephen Openheimer (1999, EDEN IN dangkal yang banyak pulaunya dan berdekatan, THE EAST, GEORGE WIEDENFIELD & NICH- dengan garis pantai yang masih melebar di masa OLSON, Ltd, England). Bandingkan kedahsyatan Letusan Toba purba dengan Vesuvius, Tambo- ra, Karakatau, dan sebagainya. Gambar 3. Ledakan Toba Purba Rangkaian letusan berlangsung sela- Gambar 2. Paparan Sunda dan Sahul ma 9-14 hari. Debu dan material vulkanis me- nembus atmosfer dan menyebar keseluruh prasejarah, justru terjadi dari Jawa dan Kaliman- dunia. Nyaris 10 tahun dunia dalam keadaan tan ke gugusan pulau di timurnya sampai Pap- “remang-remang”. Banyak species hewan dan ua dan Australi. MIKE MORWOOD DAN GEORGE tumbuhan yang punah. Jalur migrasi homosa- CHALOUPKA (1993, Jouney in Time, Reed Books of piens terputus dan perkembangan homosapi- PRIMADI TABRANI, Info-info yang Mendebarkan... 104 ens nyaris terhenti dan punah. Terjadilah siklus Dari gambar gambar tampak bahwa migrasi budaya, budaya seakan dipaksa mulai lagi dari baru pasca Toba Purba meledak dan banjir ban- ‘awal’. Demikianlah migrasi homosapiens yang jir besar, ada yang dari Nusantara Barat menyu- terputus dan telah tiba di Asia tenggara dan sur pantai laut Cina Selatan ke arah Hainan dan tertahan di Nusantara barat berhasil melak- Taiwan (bukan sebaliknya!) yang saat itu masih sanakankan migrasi “baru”. Migrasi baru inilah merupakan bagian dari paparan Sunda. Tentun- yang kemudian menyebar keseluruh dunia. ya sebagian melalui laut ke Pasifik, ke Australia dan Tasmania. Perahu seperti apa yang mereka pakai? INFO MENDEBARKAN 4 Katastrofi Purba: Banjir banjir besar, Siklus Budaya Selain itu kini telah diketahui adanya tiga ban- jir besar yang melanda paparan Sunda & Sahul, (termasuk Asia Tenggara), di akhir jaman es: sekitar 14.000, 11.000 dan 8.000 SM yang diaki- batkan mencairnya es di kutub hingga permu- kaan laut naik. Ini disebut sejumlah pakar an- taranya Stephen Openheimer. Banjir besar yang Gambar 5. Paparan Sunda terakhir begitu dahsyat dan menenggelamkan semua dataran tinggi di paparan Sunda (warna Kedua data mutakhir tsb dipicu