Masyarakat Indonesia Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
NO. AKREDITASI: 640/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 ISSN 0125-9989 MASYARAKAT INDONESIA MAJALAH ILMU-ILMU SOSIAL INDONESIA VOLUME 41 NOMOR 2, DESEMBER 2015 DAFTAR ISI INTERSEKSI BUDAYA DAN PERADABAN NEGARA-NEGARA DI SAMUDRA HINDIA: PERSPEKTIF INDONESIA Dedi Supriadi Adhuri, Amorisa Wiratri, dan Angga Bagus Bismoko .................................................. 115–126 ORANG LAUT, PEMUKIMAN, DAN KEKERASAN INFRASTRUKTUR Khidir Marsanto Prawirosusanto ............................................................................................................127–145 NASIONALISME MASYARAKAT DI PERBATASAN LAUT: STUDI KASUS MASYARAKAT MELAYU-KARIMUN Cahyo Pamungkas .....................................................................................................................................147–162 MEMBANGUN POROS MARITIM MELALUI PELABUHAN Latif Adam dan Inne Dwiastuti ...............................................................................................................163–176 MERANGKAI INDONESIA LEWAT LAUT: KISAH PELAUT BINONGKO Abd. Rahman Hamid ................................................................................................................................177–190 RINGKASAN DISERTASI SUPPORT FOR ETHNO-RELIGIOUS VIOLENCE IN INDONESIA Y. Tri Subagya ............................................................................................................................................191–199 RINGKASAN DISERTASI RUWATAN MURWAKALA DI JAKARTA DAN SURAKARTA: TELAAH FUNGSI DAN MAKNA Lies Mariani ...............................................................................................................................................201–217 TINJAUAN BUKU REKONFIGURASI POLITIK KELAS MENENGAH INDONESIA Wasisto Raharjo Jati .................................................................................................................................219–226 TINJAUAN BUKU MENEGOSIASIKAN BATAS WILAYAH MARITIM INDONESIA DALAM BINGKAI NEGARA KEPULAUAN Sandy Nur Ikfal Raharjo ..........................................................................................................................227–236 i ii | Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2), Desember 2015 NO. AKREDITASI: 640/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 ISSN 0125-9989 MASYARAKAT INDONESIA MAJALAH ILMU-ILMU SOSIAL INDONESIA VOLUME 41 NOMOR 2, DESEMBER 2015 DDC: 302.4 Dedi Supriadi Adhuri, Amorisa Wiratri, dan Angga Bagus Bismoko INTERSEKSI BUDAYA DAN PERADABAN NEGARA-NEGARA DI SAMUDRA HINDIA: PERSPEKTIF INDONESIA Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2) Desember 2015: 115–126 ABSTRAK Tulisan ini membahas interseksi budaya, termasuk peradaban bangsa-bangsa yang terhubung dengan Samudra Hindia dari perspektif Indonesia. Paparan berfokus pada tiga isu, yakni (1) sejarah pelayaran yang dilihat sebagai proses interaksi yang melibatkan socio-cultural exchange di antara pihak yang terlibat; (2) produk dari interaksi yang difasilitasi oleh aktivitas pelayaran; dan 3) diaspora berbagai bangsa di negara-negara dalam lingkup Samudra Hindia. Makalah ini menunjukkan bahwa berbagai suku bangsa di Indonesia sudah ribuan tahun terlibat aktif sebagai host, yakni pihak yang dikunjungi. Juga sebagai tamu (visitor) dari dan ke berbagai negara di tepi Samudra Hindia, baik ke arah timur (India, Afrika, dan Arab) maupun utara (negara-negara ASEAN) dan selatan (Benua Australia). Sebagai hasil dari proses interaksi yang lama dan intensif itu, terjadilah saling adopsi—dengan kontekstualisasi— elemen-elemen kebudayaan, termasuk peradaban di antara bangsa-bangsa itu. Bahasa, agama, struktur sosial, monumen-monumen kuno, seperti candi dan masjid adalah produk dari pertukaran dan adopsi itu. Diaspora berbagai suku bangsa Indonesia di negara-negara tepian Samudra Hindia, juga sebaliknya, diaspora bangsa-bangsa lain di Indonesia, adalah wujud lain dari silang budaya ini. Berbeda dengan saling adopsi elemen-elemen budaya yang terjadi pada masa lalu, diaspora berlangsung sampai sekarang. Hal itu ditunjukkan oleh interaksi antara kelompok- kelompok diaspora itu, baik dengan bangsa-bangsa yang menjadi host-nya, maupun dengan bangsa-bangsa mereka sendiri di tanah asalnya. Kata kunci: Interseksi sosial budaya, Samudra Hindia, diaspora DDC: 305.8 Khidir Marsanto Prawirosusanto ORANG LAUT, PEMUKIMAN AND KEKERASAN INFRASTRUKTUR Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2) Desember 2015: 127–145 ABSTRAK Artikel ini mendiskusikan hubungan Orang Laut di Kepulauan Riau dengan pembangunan infrastruktur dalam program pemukiman suku-suku terasing oleh pemerintah Orde Baru. Melalui perspektif governmentality, kita dapat melakukan refleksi historis dan etnografis. Pada satu pihak, ketersediaan permukiman adalah ihwal bagaimana pemerintah mewujudkan angan-angan kemajuan suatu bangsa di segala lini kehidupan warganya. Namun pada pihak lain, hal ini memantik sederet persoalan sosial dan kultural dalam kehidupan Orang Laut sebagai komunitas pengembara laut. Dengan adanya program pemukiman, Orang Laut justru terjerumus ke dalam kondisi kemiskinan, ketergantungan, kerentanan, dan ketersingkiran. Sejumlah konsekuensi negatif inilah yang disebut sebagai kekerasan iii infrastruktur (infrastructural violence). Akar dari sejumlah konsekuensi negatif tersebut terletak pada kekeliruan pemahaman pemerintah mengenai kebudayaan masyarakat berbasis laut yang amat bias dengan perspektif masyarakat berbasis darat. Kebijakan yang dilahirkan untuk menangani masalah-masalah masyarakat kelautan pun pada akhirnya meleset. Kata kunci: Orang Laut, governmentality, program pemukiman, infrastruktur, kekerasan, budaya kelautan. DDC: 320.5 Cahyo Pamungkas NASIONALISME MASYARAKAT DI PERBATASAN LAUT: STUDI KASUS MASYARAKAT MELAYU-KARIMUN Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2) Desember 2015: 147–162 ABSTRAK Tulisan ini mempunyai tujuan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan upaya pemeliharaan rasa kebangsaan yang telah dilakukan negara terhadap masyarakat perbatasan. Kedua, mengkaji sejauh mana masyarakat perbatasan mempunyai pengetahuan tentang negara dan perbatasan. Ketiga, melihat sejauh mana masyarakat perbatasan memiliki kebanggaan nasional dan memaknai nasionalisme. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam artikel ini terdiri dari wawancara, diskusi kelompok terbatas, pengamatan terlibat, dan studi literatur yang dilakukan di Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Batu (Kabupaten Karimun). Temuan dalam studi ini sebagai berikut. Pertama, penguasaan pengetahuan terhadap NKRI sebagai konsepsi politik serta kebanggaan nasional masyarakat perbatasan pada masa kini semakin meningkat karena perkembangan teknologi informasi dan upaya pemeliharaan wawasan kebangsaan yang dilakukan oleh Pemerintah. Kedua, nasionalisme yang didefinisikan oleh negara, yang diukur dengan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan, kurang relevan dengan konteks sosial ekonomi masyarakat perbatasan yang masih hidup dalam keterbatasan. Ketiga, upaya pemeliharaan rasa kebangsaan dapat dilakukan dengan mengakomodasi dan memberikan ruang bagi perkembangan identitas dan kebudayaan masyarakat perbatasan dalam bingkai rumah Indonesia. Kata Kunci: Perbatasan, Nasionalisme, Upaya pemeliharaan nasionalisme, makna nasionalisme. DDC: 383.9 Latif Adam dan Inne Dwiastuti MEMBANGUN POROS MARITIM MELALUI PELABUHAN Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2) Desember 2015: 163–176 ABSTRAK Tulisan ini menganalisis peran dan kinerja pelabuhan di Indonesia sebagai determinan penting dalam mendukung visi Indonesia menjadi negara maritim yang kuat. Pelabuhan memegang peranan penting untuk mendukung konektivitas dan peningkatan daya saing perekonomian Indonesia. Kinerja pelabuhan akan memengaruhi efisiensi dalam proses produksi dan distribusi. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif, tulisan ini menunjukkan bahwa meskipun memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, pelabuhan di negeri ini ternyata masih jauh tertinggal dibanding dengan negara-negara lain dalam hal kuantitas dan kualitasnya. Dari perspektif kebijakan, tantangan utamanya adalah mereformasi peranan dan posisi pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan pelabuhan. Dalam hal ini, pemerintah, idealnya, perlu mengambil tiga langkah berikut. Pertama, mendesain kembali peraturan dan kebijakan untuk mendorong partisipasi sektor swasta. Kedua, memperkuat implementasi Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengadaan Lahan dengan melibatkan pemerintah daerah dalam proses eksekusi pembebasan lahan. Ketiga, mempersiapkan secara lebih matang proyek-proyek pelabuhan yang akan ditawarkan kepada sektor swasta. Kata Kunci: pelabuhan, negara maritim, sektor swasta, tantangan kebijakan iv | Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2), Desember 2015 DDC: 305.8 Abd. Rahman Hamid MERANGKAI INDONESIA LEWAT LAUT: KISAH PELAUT BINONGKO Masyarakat Indonesia, Vol. 41 (2) Desember 2015: 177–190 ABSTRAK Bagi orang Binongko, laut merupakan tempat mencari nafkah, sedangkan darat merupakan tempat tinggal. Oleh sebab itu, mata pencaharian mereka adalah berlayar dan berdagang. Kegiatan pelayaran dan perdagangan membuat mereka mengenal dan berkomunikasi dengan berbagai etnis, bahasa, dan agama. Beragam kebutuhan penduduk di daerah yang berbeda menjadi saluran terjadinya perdagangan maritim. Selain itu, mereka juga harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kebudayaan yang berbeda. Artikel ini mendeskripsikan rona kehidupan pelaut Binongko dalam mengarungi samudra dan kehidupan masyarakat Indonesia. Dari mereka dapat diperoleh pengetahuan mengenai keragaman wilayah, budaya, dan agama. Toleransi dan multikulturalisme bukan sebatas konsep, melainkan suatu bagian nyata dari kehidupan