HIMPUNAN Undang2, Peraturan2, Penetapan2, Pemerintah Republik

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

HIMPUNAN Undang2, Peraturan2, Penetapan2, Pemerintah Republik HIMPUNAN Undang2, Peraturan2, Penetapan2, Pemerintah Republik, Indonesia 3 ' i $ • i T / PENERBITAN BARU A TERHIMPUN o ien KOESNODIPRODJO DITERBITKAN OLEH PENERBITAN',,S. K. SENO’ DJALAN Wa RINGIN 59 DJAKARTA (TLP. GB. 1016) (HAK P4EíiJGARÁNG TETAP'ADA PADA PENERBIT) FAK. HUK. " -1 —*------1TTI---------"------■--- FAK. HUKUM ' Tanggal No. III \^cita ^ f)e i'icja n ta t j | . c . Penerbitan himpunan Undang-Undang, Peraturan-peraturan Peme- intah, Penetapan-penetapan dan Maklumat-maklumat Pemerintah Repu i * Indonesia setjara sistematis dengan membagi-bagi segala sesuatu alam golongan-golongan dan bagian-bagian jang tertentu, adalah suatu ekerdjaan jang sangat bermanfaat buat seluruh Negara dan Masjarakat adonesia, terutama buat mereka jang akan mempeladjari sedjarah hu um Negará Indonesia dan jang akan mengetahui perkembangan Negara ita dari hari lahimja, ialah pada hari Proklamasi-Kemerdekaan Indo e$ia, tanggal 17 Agustus 1945 hingga waktu sekarang. Dengan pekerdjaannja tersebut, Saudara Koesnodiprodjo berdjasa 3sar terhadap masjarakat, terutama oleh karena himpunan itu bukan Ldja memudahkan mereka jang berkepentingan untuk mengikuti dja jjjija perkembangan hidup kenegaraan kita, melainkan Saudara Koesno £,rodjo menghindarkan djuga kemungkinan akan hilangnja bahan-ba^an .¿jarah untuk mengetahui perundang-undangan nasional pada w a u . i .„„. a revolusi kontra lampau, pada waktu pantjaroba ditengan-ten&ai ¡jepang, kontra Sekutu dan kontra Belanda. no--Undang Pun bagi dunia ilmu pengetahuan lahirnja himpunan merasa m sebagainja adalah suatu keuntungan benar-benar an diperkaja Ingat berterima kasih, bahwa perpustakaan Indonesia Lngan himpunan tersebut. memenuhi kebu- I Semoga buku ini mentjapai maksudnja dan p tahuarl kita ten­ dían kita untuk memperluas dan memperdalam pe cokedar Pe- ^ a,n — - “ " “‘„r“ ,,»», lerintahan itu terbentuk dalam Undang-Un an*,. d¡keluarkan gedjak enetapan-penetapan dan Maklumat-maklumat, j iri lahirnja Indonesia Merdeka. p ro f p r . Soepomo. )jakarta, 1 Djuli 1951. V I^ a ta — /P e ii clah uliMCI W, i Buku „Himpunan Undang-Undang, Peraturan-Peraturan, Penetapan- Penetapan Pemerintah Republik Indonesia” jang saja susun segera setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali di Ibu Kota Jogjakarta, ternjata sangat dibutuhkan sekali, baik oleh Badan-Badan Pemerintah maupun oleh Badan-Badan Partikelir, terbukti dari lekas habisnja oplaag „tjetakan kedua” . Dengan perasaan sjukur, saja sekarang menerbitkan lagi guna Memenuhi permintaan-permintaan jang senantiasa kami terima dari para jang membutuhkannja. Perlu kiranja diterangkan disini, bahwa dalam menjelenggarakan penerbitan baru ini, dasar-systeem jang telah dipakai dalam tjetakan jang sudah-sudah masih dipertahankan (periksalah untuk singkatnja „Daftar isi buku” dalam buku ini jang tidak perlu mendapat pendjelasan lebih landjut), sedang kekurangan-kekurangan jang terdapat dalam tje­ takan jang sudah-sudah mendapat perbaikan dan selandjutnja ditambah dengan lain-lain aturan jang masih perlu dimuat pula. Perlunja tambahan ini memang terasa sekali pada mempergunakan „Buku Himpunan” itu dalam praktek. Himpunan jang diselenggarakan dalam buku ini dengan sengadja memuat segala tjatatan peristiwa penting jang dapat menggambarkan pertumbuhan dan tjorak hukum tata-negara kita pada saat-saat jang bersedjarah sedjak petjahnja dan berkobarnja Revolusi 17 Agustus 1945. Selain Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Pemerintah, buku him­ punan ini memuat pula Penetapan-Penetapan, Maklumat-Maklumat, Peng- umuman-Pengumuman-resmi dan djuga Amanat-amanat, pidato-pidato dan keterangan-keterangan dari pembesar-pembesar dan instansi-instansi Pemerintahan jang dianggap dapat mempengaruhi pertumbuhan hukum ketatanegaraan Tanah-Air kita. Dalam bergolaknja revolusi tidak semua hasil-hasil pantjaroba itu dengan segera ditetapkan dalam peraturan-peraturan; dengan demikian tidak terlalu terkekanglah pertumbuhan dan perkembangan hukum- hukum tatanegara kita oleh peraturan-peraturan jang tertentu itu. Sebaliknja untuk mendjamin agar supaja kemenangan-kemenangan revo­ lusi itu terpelihara, harus diadakan peraturan-peraturan tegas jang me­ netapkan kemenangan-kemenangan tersebut. Mengingat akan hal-hal tersebut diatas maka buku himpunan ini merupakan documentasi praktis dan „sedjarah” pertumbuhan dan per­ kembangan hukum ketatanegaraan kita pada detik-detik bersedjarah sedjak petjahnja Revolusi kita dalam tahun 1945. VI Berkat bantuan para Pembesar-Pembe'sar dan kawan-kawan, maka penerbitan sekarang ini dapat diusahakan sedemikian rupa sehingga men­ dekati pada kelengkapannja. Maka sajapun minta banjak terima •’lasih kepada Pembesar-Pembesar dan kawan-kawan termaksud. Sungguhpun dengan susah pajah saja menjusun buku ini, ten tu la h masih banjak djuga ’aibnja. Akan tetapi saja mengharap mudah-mudahan lambat laun berkuranglah ’aib itu. Lagi pula saja mengharap buku ini dapat berfaedah untuk pembangunan Negara kita sekarang ini. Djakarta, 1 Djuli 1951. Penghimpun. TJATATAN UNTUK HIMPUNAN UNDANG-UNDANG DAN LAIN SEBAGAINJA TAHUN 1949. Buku ini merupakan landjutannja Himpunan Undang-Undang, Per­ aturan-Peraturan, Penetapan-Penetapan Pemerintah Republik Indonesia dari tahun-tahun jang lampau. Untuk mendjaga djangan sampai buku ini mendjadi tebal sekali, sehingga dapat menjukurkan para pemakai dalam mempergunakannja, maka buku ini disertai buku-tambahan (supplement) jang memuat Per­ aturan-Peraturan jang dikeluarkan oleh Kementerian-Kementerian dan lain sebagainja. Djakarta, 1 Oktober 1951. Peng hj,7yi/pm/y^ VII Daftar Isi. Buku. /■ b Halaman 1. Kata Pengantar Prof. Dr. Soepom o............................................. m 2. Kata pendahuluan Penghimpun.......................................................V • . GOLONGAN: A. (PEMERINTAH AGUNG) f Bagian: I (Undang-Undang). 1- Undang-Undang 1949 No. 1 tentang penggantian padjak-bumi dengan padjak-pendapatan, dengan disertai pendjelasannja . 1 2. Undang-Undang 1949 No. 2 tentang kedudukan dan kekuasaan Wakil Perdana Menteri jang berkedudukan di Sumatra, dengan disertai pendjelasannja..................................................................... 3 3. Undang-Undang 1949 No. 3 tentang tarip padjak-potong untuk tahun 1949, dengan disertai pendjelasannja................................... 6 4. Undang-Undang 1949 No. 4 tentang mengadakan perubahan dalam Undang-Undang Bea-Meterai tahun 1921 ....... 8 5. Undang-Undang 1949 No. "5 tentang tarip padjak-pendapatan dan tambahan pokok padjak dan tarip padjak-upah untuk tahun 1949, dengan disertai pendjelasannja..............................................^ V 6. Undang-Undang 1949 No. 6 tentang pemberian kesempatan ke­ pada partai-partai politik jang tjukup tersebar diseluruh Indo­ nesia dan jang belum mempunjai wakil dalam Badan Pekerdja untuk menempatkan seorang wakilnja, dengan disertai pendje­ lasannja . ..................................................................................... ..... 7. Undang-Undang 1949 No. 7 tentang penundjukan Pemangku- Sementara Djabatan Presiden Republik In d o n e sia ......................15 V 8. Undang-Undang 1949 No. 8 tentang mengadakan perubahan dalam Undang-Undang 1948 No. 9 dari hal kedudukan hukum anggauta Komite Nasional P u s a t ................................................... 16 9. Undang-Undang 1949 No. 9 tentang mengadakan sidang Komite Nasional Pusat Pleno untuk mengambil keputusan terhadap persetudjuan Konperensi Medja Bunder . ....... ............... 17 10. Undang-Undang 1949 No. 10 tentang pengesahan Induk persetu­ djuan Konperensi Medja Bunder . ...............................................19 11. Undang-Undang 1949 No. 11 tentang pengesahan Konstitusi Republik Indonesia Serikat . • .........................................................20 12. Undang-Undang 1949 No. 12 tentang mengadakan perubahan ' dalam Undang-Undang 1948 No. 27 dari hal susunan Dewan Perwakilan Rakjat serta pemilihan anggauta-anggautanja . 21 Bagian: II (Peraturan Pemerintah). 1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 1949 No. 1 tentang Daerah Istimewa Jogjakarta didjadikan Daerah Militer V di D ja w a .............................................................................................27 2. Peraturan Pemerintah 1949 No. 2 tentang pemberian uang ke­ hormatan kepada anggauta-anggauta Badan Pekerdja Komite Nasional P u sat.......................................................................................32 VIII c- Halaman 3. Peraturan Pemerintah 1949 No. 3 tentang hak kekuasaan mengangkat dan memberhentikan pegawai N eg eri..................... 34 4. Peraturan Pemerintah 1949 No. 4 tentang pemberian uang ke­ hormatan dan uang duduk kepada anggauta Dewan Pertim­ bangan A gung...................................................................................... 3 c> 5. Peraturan Pemerintah 1949 No. 5 tentang mengadakan peruba­ han dan tambahan dalam P. G. P. 1948 .......................................'3 8 6. Peraturan Pemerintah 1949 No. 6 tentang mengadakan peperik- saan terhadap pegawai Republik Indonesia jang menjeberang . 45 7. Peraturan Pemerintah 1949 No. 7 tentang pengeluaran meterai- tempel dan meterai-upah jang berbentuk b a r u .........................47 8. Peraturan Pemerintah 1949 No. 8 tentang mengadakan „Bintang Gerilja” . \ ................................................................................ - 49 * 9. Peraturan Pemerintah 1949 No. 9 tentang kewadjiban berbakti bagi peladjar, dengan disertai pendjelasannja ....... 51 10. Peraturan Pemerintah 1949 No. 10 tentang pemberian uang- tunggu kepada pegawai N egeri.......................................................55
Recommended publications
  • Officieren Van De Militaire School
    367 BIJLAGE X (SIAPA DIA, WHO'S WHO )1) Bijvoegsel 1Inlandse officieren van de militaire school. Bijvoegsel 2(Aspirant-)officieren van KMA-Breda. Bijvoegsel 3(Aspirant-)officieren van de Hoofd Cursus. Bijvoegsel 4Aspirant-officieren van KMA-Bandoeng. Bijvoegsel 5Inheemse officieren van gezondheid. Bijvoegsel 6Aspirant-officieren van het CORO. Bijvoegsel 7Aspirant-officieren van de Inheemse Militie. Bijvoegsel 8Aspirant-officieren van de ML-KNIL. Bijvoegsel 9Andere vooroorlogse en oorlogs-opleidingen. Bijvoegsel 10De opleidingen van de SROI en het OCO. Bijvoegsel 11Officieren van andere na-oorlogse opleidingen. Bijvoegsel 12De reserve-legerpendeta en -legerpredikanten. 1) De informatie in de volgende bijvoegsels is in hoofdzaak afkomstig uit stamboeken, persoonsdossiers, archiefonderzoek en interviews. 368 BIJVOEGSEL 1 BIJ BIJLAGE X: INLANDSE OFFICIEREN * naam (geboortedatum) ** in werkelijke dienst (rang bij pensioen) *** overleden vóór 17-8-'45? (overleden) [wel/niet bij skn RI] * 1. ASMINO. (11-4-1891) ** 1-7-1910 (-) *** ? [-] 10-10-1913 inlands tlnt infanterie. Geplaatst bij diverse bataljons op Java. Ontslag niet op eigen verzoek per 29-1-1917. 2. HOLLAND SOEMODILOGO, Raden Bagoes (SOENDJOJO, Raden .). (12-6-1890) 1-7-1909 (kapt) - (okt 1945) [+] 22-10-1914 inlands tlnt infanterie, 22-10-1917 inlands elnt, 31-7-1925 opgenomen in de ranglijst der Europese officieren. Onderwierp zich 11-8-1926 aan het voor Europeanen vastgestelde burgerlijk- en handelsrecht, waarbij hij de geslachtsnaam Holland Soemodilogo aannam onder toevoeging van zijn toenmalige titel Raden Bagoes . Juni 1927 aangesteld als wervingsofficier van de II e Divisie. 27-9-1927 kapt. 31-7-1935 op verzoek e.o.. Kwam als niet-reserveplichtig gepensioneerd officier bij de algemene mobilisatie weer in dienst.
    [Show full text]
  • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Hk.01.07/Menkes/44/2019 Tentang Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 1440 H/2019 M
    KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK.01.07/MENKES/44/2019 TENTANG TIM KESEHATAN HAJI INDONESIA TAHUN 1440 H/2019 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kesehatan bagi jemaah haji di kelompok terbang (kloter), perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Penetapan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 1440 H/2019 M. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 tentang Penetapan Paraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas - 2 - Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5036); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
    [Show full text]
  • DEMOKRASI DALAM SEJARAH MILITER INDONESIA Kajian Historis Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama Pada 1945 Widyo Nugrahanto
    Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 20, No. 1, Maret 2018: 78 - 85 ISSN 1411 - 0903 : eISSN: 2443-2660 DEMOKRASI DALAM SEJARAH MILITER INDONESIA Kajian Historis Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama Pada 1945 Widyo Nugrahanto dan Rina Adyawardhina Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran E-mail: [email protected] ABSTRAK, Penelitian ini berjudul Demokrasi dalam Sejarah Militer Indonesia; Kajian Historis Tentang Pemilihan Panglima Tentara Pertama pada 1945. Penelitian ini adalah tentang bagaimana Soedirman terpilih sebagai Panglima Tentara Indonesia yang pertama. Begitu juga bagaimana cara pemilihannya sehingga Soedirman terpilih dan Oerip Soemohardjo terpilih mendampinginya sebagai kepala staf. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah. Metode Sejarah terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber-sumber penelitian ini menggunakan koran-koran sezaman, majalah sezaman, buku, dan jurnal. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa terpilihnya Soedirman (Panglima Tentara) dan Oerip Soemohardjo (kepala Staf Tentara) merupakan cara-cara demokrasi langsung yang dilaksanakan pertama kali setelah Indonesia meredeka. Uniknya adalah cara ini justru digunakan oleh tentara dalam pemilihan panglima tertingginya. Kata kunci: Panglima, TNI, Demokrasi. DEMOCRACY IN INDONESIAN MILITARY HISTORY Historical Study about the Election of the First Army Commander in 1945 ABSTRACT, The main subject this study is election the first commander of Indonesia’s Military. In this case, Soedirman chose as Military Commander and Oerip Soemohardjo as Chief of Staff. Study emlpoys a Historical Method, which consists of four stage: Heuristic, Critic, Interpretation, Historiography. The study utilize some sources such as newspaper, magazine, book, and journal. Main finding of this study are the election applied a direct democratic system.
    [Show full text]
  • Asian Socialists and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom
    Lewis, S. L. (2019). Asian Socialists and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom. Journal of World History, 30(1-2), 55-88. https://doi.org/10.1353/jwh.2019.0028 Publisher's PDF, also known as Version of record Link to published version (if available): 10.1353/jwh.2019.0028 Link to publication record in Explore Bristol Research PDF-document This is the final published version of the article (version of record). It first appeared online via University of Hawaii Press at https://muse.jhu.edu/article/729105. Please refer to any applicable terms of use of the publisher. University of Bristol - Explore Bristol Research General rights This document is made available in accordance with publisher policies. Please cite only the published version using the reference above. Full terms of use are available: http://www.bristol.ac.uk/red/research-policy/pure/user-guides/ebr-terms/ Asian Socialism and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom, 1952–1956 Su Lin Lewis Journal of World History, Volume 30, Numbers 1-2, June 2019, pp. 55-88 (Article) Published by University of Hawai'i Press For additional information about this article https://muse.jhu.edu/article/729105 Access provided at 11 Jul 2019 10:40 GMT from Bristol University Asian Socialism and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom, 1952–1956* SU LIN LEWIS University of Bristol N a photograph taken in 1953, Sutan Sjahrir arrives off an airplane in IRangoon and is greeted warmly on the tarmac by Burmese socialist leaders U Ba Swe and U Kyaw Nyein, as well as his close friend Ali Algadri, the Arab-Indonesian chargé d’affairs.
    [Show full text]
  • Bab Iv Kiprah Abdul Rahman Baswedan Dalam Memperjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1934- 1947
    BAB IV KIPRAH ABDUL RAHMAN BASWEDAN DALAM MEMPERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1934- 1947 A. Peran Abdul Rahman Baswedan Pada Masa Kolonial Belanda Tahun 19341942 Abdul Rahman Baswedan lahir ditengah-tengah masyarakat yang diisolasi oleh pemerintah kolonial, namun pergaulan yang ia rintis jauh melampaui batas-batas etnisnya, Ia bergaul erat dengan kawan-kawan dari golongan Tionghoa, terutama dengan sesama aktifis. Abdul Rahman Baswedan berkawan baik dengan Liem Koen Hian pendiri Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang kemudian menginspirasinya untuk mendirikan Partai Arab Indonesia (PAI) suatu saat nanti. Sejak muda A.R. Baswedan kerap berkomunikasi dengan siapapun dari kalangan manapun karena ia tidak pernah membeda-bedakan seseorangan untuk diajak berteman dan 91 92 bertukar pikiran.1Abdul Rahman Baswedan banyak belajar tentang keindonesiaan semenjak berkenalan dengan tokoh nasionals yaitu Dr. Sutomo. Di tambah lagi dengan mondoknya dalam keluarga tokoh Partai Syarikat Islam (PSI) Soerowijono.2 Sebelum abad ke-20, lingkungan kehidupan untuk masing-masing etnis dibedakan satu dengan yang lainnya oleh pemerintah kolonial Belanda yang menerapkan kebijakan politik segregasi yaitu membagi penduduk menjadi tiga golongan berdasarkan rasnya, kelas paling rendah adalah Inheemschen (atau Inlender), golongan bumi putra (pribumi) ; diatasnya adalah Vreemede Oosterlingen (Timur Asing ) yang meliputi suku Arab ,Tionghoa, India, dan yang paling tinggi adalah golongan warga kulit putih yaitu Eropa, Amerika, Jepang. Dimasukanya orang-orang Arab ke dalam golongan Timur Asing Vreemde Oosterlingen, mereka sering mendapat perlakuan yang diskriminatif dari penguasa Eropa.3Setatus 1 Didi Kwartanada, “Dari Timur Asing ke orang Indonesia :Pemuda Tionghoa dan Arab dalam Pergerakan Nasional (1900-1942).” Perisma: Jurnal ,Vol. 30. 2 (Agustus 2011),p. 31 2Muhamamad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan Indonesia Biografi Anis Rasyid Baswedan,( Jakarta: Zaman, 2014), p.
    [Show full text]
  • The 1St ASMIHA Digital Conference 23‐25 October 2020 Abstracts
    Indonesian Journal of Cardiology Indonesian J Cardiol 2020:41:suppl_A pISSN: 0126-3773 / eISSN: 2620-4762 doi: 10.30701/ijc.1075 The 1st ASMIHA Digital Conference 23‐25 October 2020 Abstracts: Case Reports Indonesian Journal of Cardiology Indonesian J Cardiol 2020:41:suppl_A pISSN: 0126-3773 / eISSN: 2620-4762 doi: 10.30701/ijc.1075 1. Challenging Case of Cardiac Arrest due to Pure Inferior STEMI with Bad Comorbidities: A Case Report I. Sabrina1, M. R. Felani2, I. A. Siregar3 1Faculty of Medicine, Trisakti University, Jakarta, Indonesia; 2Department of Cardiology and Vascular Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia; 3Departement of Cardiology, Dr. Mintohardjo Naval Hospital, Jakarta, Indonesia Background: Cardiac arrest is the worst complication that can occur in ACS. Myocardial infarction causes conductivity disturbances of myocardial electric potential, thus often triggered malignant arrhythmias lead to cardiac arrest. However, malignant arrhythmias are not always present in all types of ACS, depends on the infarction areas, so that patient with pure STEMI inferior rarely presents with malignant arrhythmias caused by ACS itself. Case illustration:65‐Year‐Old patient presented into ER with worsening squeezing chest pain since 5 hours before admission. He had any similar complaint before and ever refused to get CAG previously. He had uncontrolled hypertension and Type‐2 DM. On physical examination, we obtained BP 125/70 mmHg, HR 72 bpm, RR 20 x/min, afebrile, and SpO2 98%, crackles (+), with normal in other general physical examination. 12‐lead ECG showed pure Inferior STEMI, no Posterior or RV involvement. Echocardiography showed LVEF 45% and diastolic dysfunction, RMWA (+), and moderate MR.
    [Show full text]
  • Dinamika Peranan Politik Keturunan Arab Di Tingkat Lokal
    Dinamika Peranan Politik Keturunan Arab di Tingkat Lokal Burhan D. Magenda (Universitas Indonesia) Abstract The article focuses on the role of Indonesian of Arab descents in local politics, particularly in two provinces in Outer Islands, East Kalimantan and West Nusatenggara. While much have been researched on the role of Arab descents in national Politics such as studies by Hamid Algadri and Bisri Affendy, little is known about their roles in local politics. In East Kalimantan, Indonesian of Arab descents have played political roles up to the level of Vice Governor and other important positions, as far back as the Sultanates period in the 1950s. Similar important political role have also occurred in West Nusatenggara where Indonesian of Arab descents were the Chairman of Local Parliament (DPRD) and Assistant to the Governors, both in the 1950s and 1960s. The important roles that have been played by Indonesians of Arab descents are made possible by their “local assimilation” to the local indigenous communities, both trough intermarriages; common living in the same residential areas; common Islamic beliefs and their integration into Indonesian political system after dissolution of Indonesian party of Arab descent (PAI) in the 1930s which have differentiated them from the political history of Indonesian of Chinese descent (peranakan Tionghoa). Key words: the Arab Indonesian; local politics; religious assimilation. Pengantar Yang Dipertuan Agung Malaysia sekarang Studi tentang keturunan Arab di Asia adalah keturunan Arab, yakni Tuangku Syed Tenggara umumnya dan Indonesia khususnya Sirajuddin bin Djamalkulail. Di Indonesia, pada tidaklah banyak jumlahnya, apalagi jika jaman kolonial memang keturunan Arab dibandingkan dengan studi tentang ”Overseas dimasukkan dalam kelompok Timur Asing Chinese” (Tionghoa perantauan).
    [Show full text]
  • Tesis Analisis Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dengan
    TESIS ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD (STUDI KASUS PADA RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN) Diajukan Oleh: ZAKARIA ANSHORI 16440019 PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2018 TESIS ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD (STUDI KASUS PADA RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN) TESIS Untuk memperoleh Gelar Magister Dalam Program Studi Magister Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Oleh: ZAKARIA ANSHORI 16440019 PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2018 ii ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD (STUDI KASUS PADA RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN) “Untuk memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Magister Akuntansi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya” Tanggal 16 Agustus 2018 Oleh: ZAKARIA ANSHORI 16440019 PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2018 iii Lembar Pengesahan TESIS TELAE DISETUJUI TANGGAL 14 AGUSTTIS 2OI8 Pembimbing i Pembitrtbing II '--'W^*- Dr. Trntri Bararoh, Sll, U.Si. Nl. tk Drs. Ec. Ru i Pratono, Ali, MM, CA, CMPA Mengetahui Ketua Progam Studi Magister Al<untansi Iakultas Ekonomi dan Bisnis Univercitas Wijaya Kusuma Surabaya Dr. l'antri BaIaroh, Sla, \l.Si, M.,\h iv Tesis ini telah diuji dan dinilai Oleh panitia penguji pada Progam Pascasat'ana Universitas Wiiaya Kusurna Surabaya Pada tanggal 16 Agustus 2018 Panitia Pengrji . Ir, Ismanto IIadi S., M.Si Anggota ,VL\L I Lilik Pirmaningsih, Ak, M.Ak, CA I)r's. llc. Rutli o, IM, Ak, CA Tosis ini telah ditedma sebagai salah sat[ persyaratan Untuk memperoleh gela. Magiste.
    [Show full text]
  • Perjuangan Hamid Algadri Pada Masa Pergerakan Dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950)
    PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN DAN PASCA KEMERDEKAAN (1934-1950) Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M.Hum) Oleh: Lathifah Maryam NIM: 21140221000001 MAGISTER SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1490 H/2018 M ABSTRAK Lathifah Maryam. Perjuangan Hamid Algadri pada Masa Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950) Peranakan Arab merupakan masyarakat yang memiliki darah Arab dan Pribumi Indonesia. Pada masa kolonial Belanda peranakan Arab masuk dalam golongan Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan India-Indonesia. Menurut Van Den Berg, orang orang Arab di Nusantara tidak memiliki kepedulian terhadap perpolitikan di Nusantara selama kepentingan material dan spiritual mereka tidak menjadi taruhan, orang-orang Arab di Nusantara bersikap netral dan membantu kolonial Belanda. Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai Nasionalisme dan organisasi-organisasi pergerakan untuk mewujudkan kemerdekaan di Indonesia, memberikan kesadaran kebangsaan kepada masyarakat Arab dan peranakan untuk sama-sama berjuang melawan kolonial. Hamid Algadri merupakan peranakan Arab yang turut berjuang melawan kolonial Belanda untuk mewujudkan kemerdekaan di Indonesia. Penelitian dengan judul “Perjuangan Hamid Algadri pada Masa Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950)” bertujuan untuk, pertama, menganalisis landasan pergerakan kebangsaan Hamid Algadri di Indonesia yang mendorongnya untuk bergerak melawan kolonial. Kedua, adalah menjelaskan tentang Perjuangan Hamid Algadri pada masa pergerakan dan pasca kemerdekaan di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah, bahwa Hamid Algadri merupakan peranakan Arab yang memberikan inspirasi dan berhasil menumbuhkan kesadaran kebangsaan dikalangan peranakan Arab untuk menolak penjajahan dan menjunjung tinggi nasionalisme Indonesia baik masa pergerakan maupun pasca kemerdekaan. Kata kunci: Hamid Algadri, perjuangan, pergerakan, pasca kemerdekaan.
    [Show full text]
  • THE ARABS of SURABAYA a Study of Sociocultural Integration a Thesis Submitted for the Degree of Master of Arts of the Australian
    THE ARABS OF SURABAYA A Study of Sociocultural Integration * LIBRARY ^ A thesis submitted for the degree of Master of Arts of the Australian National University by ABDUL RACHMAN PATJI June 1991 I declare that this thesis is my own composition, and that all sources have been acknowledged. Abdul Rachman PatJi ACKNOWLEDGMENTS This thesis has grown out of an academic effort that has been nourished by the support, advice, kindness, generosity, and patience of many people to whom I owe many debts. I am grateful to AIDAB (Australian International Development Assistance Bureau) for awarding me a scholarship which enabled me to pursue my study at the ANU (the Australian National University) in Canberra. To all the administrators of AIDAB, I express my gratitude. To LIPI (Indonesian Institute of Sciences), I would like to express my appreciation for allowing me to undertake study in Australia. My eternal thank go to Professor Anthony Forge for inviting me to study in the Department of Prehistory and Anthropology at ANU. I express my deepest gratitude and appreciation to Professor James Fox, my supervisor, for his scholarly assistance, encouragement, and supervision in the preparation of this thesis. He has always been an insightful commentator and a tireless editor of my work. I wish to thank all my teachers in the Department of Prehistory and Anthropology and all staff of the Department who always showed willingness to help during my study. The help rendered by Dr Doug Miles in commenting on Chapter I of this thesis and the attention given by Dr Margot Lyon during my study can never been forgotten.
    [Show full text]
  • Han Bing Siong Captain Huyer and the Massive Japanese Arms Transfer in East Java in October 1945
    Han Bing Siong Captain Huyer and the massive Japanese arms transfer in East Java in October 1945 In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 159 (2003), no: 2/3, Leiden, 291-350 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/07/2021 03:57:08AM via free access HAN BING SIONG Captain Huyer and the massive Japanese arms transfer in East Java in October 1945 The interested layman surveying the historiography of Indonesia in the period immediately following the surrender of Japan will soon be struck by the obvious anti-Japanese bias of most Dutch historians (for examples see Han Bing Siong 1996,1998, 2000, and 2001b). Many of them interpret the part played by the Japanese in events in the post-surrender period negatively, as being antagonistic to the Dutch and supportive of the Indonesian cause. And where the Japanese did fight against the Indonesians and protected the Dutch, these authors often trivialize the Japanese actions and describe them as being too hesitant and ill-timed, as being inspired by concern for their own safety or by vindictiveness, or as following on direct orders from the Allied authorities. A few exceptions aside - such as the diaries or memoirs of H.E. Keizer-Heuzeveldt (1982:77), J. van Baal (1985:368, 1989:512), and G. Boissevain and L. van Empel (1991:305), and several other contemporary publications - there is a noticeable reluctance to acknowledge that Dutch people in some cases in fact owed their lives to the Japanese.1 This is curious, as many of these Dutch historians belong to a younger generation or have 1 According to Wehl (1948:41) the situation in Bandung especially was very dangerous for the Dutch.
    [Show full text]
  • Bab 2 Perkembangan Fungsi Pembinaan Teritorial Satuan Komando Kewilayahan Tni Ad
    BAB 2 PERKEMBANGAN FUNGSI PEMBINAAN TERITORIAL SATUAN KOMANDO KEWILAYAHAN TNI AD Bab 2 ini membahas perkembangan pelaksanaan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD dari tahun 1945 hingga tahun 2009. Pembahasan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD mencakup: (1) fungsi pembinaan teritorial sebagai perwujudan dari strategi perang semesta (total war); (2) fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi pengelolaan potensi nasional; (3) fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi penjaga stabilitas politik dan keamanan pemerintahan Orde Baru; (4) fungsi pembinaan teritorial sebagai pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dan kekuatan pendukungnya secara dini untuk mendukung sistem pertahanan dan sistem pelawanan rakyat semesta. Pembahasan dimulai dari fungsi teritorial militer Belanda (KNIL) tahun 1830-1942 dan perang gerilya militer Jepang (PETA/Heiho) tahun 1942-1945 untuk melihat “benang merah” keterkaitan dengan pembentukan fungsi Satuan Kowil TNI AD. Sedangkan pelaksanaan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD dari masing-masing tahap pembentukannya sejak Komanden TKR hingga Satuan Kowil TNI AD dan konflik internal militer yang menyertainya merupakan inti pembahasan dari Sub-Bab 2 ini. 2.1. Komando Teritorial KNIL Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) merupakan badan militer resmi Kerajaan Belanda yang dibentuk pada tahun 1830 di Hindia Belanda.161 Tujuan pembentukan badan militer ini adalah untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus (dwifungsi), yaitu: (1) fungsi militer untuk menjaga Hindia Belanda dari 161 Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) yang terbentuk pada 10 Maret 1830 adalah nama resmi Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Meskipun KNIL militer pemerintahan Hindia Belanda, tapi banyak para anggotanya merupakan penduduk pribumi. Di antara perwira yang memegang peranan penting dalam pengembangan dan kepemimpinan angkatan bersenjata Indonesia yang pernah rnenjadi anggota KNIL pada saat rnenjelang kemerdekaan adalah Oerip Soemohardjo, E.
    [Show full text]