NOMOR KURUN WAKTU PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN NOMOR ALBUM KETERANGAN 1 2 3 4 5 6 7 1 1945,06 Rapat Persiapan Kemerdekaan R

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

NOMOR KURUN WAKTU PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN NOMOR ALBUM KETERANGAN 1 2 3 4 5 6 7 1 1945,06 Rapat Persiapan Kemerdekaan R Inventaris Arsip Foto IPPHOS 1945 - 1950 KURUN NOMOR NOMOR PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN KETERANGAN WAKTU ALBUM 1 2 3 4 5 6 7 1 1945,06 Rapat Persiapan Rapat persiapan kemerdekaan yang dilakukan pada bulan Juni 5R 34.1-1 Kemerdekaan 1945. [Tampak Ir. Soekarno sedang menyampaikan pendapatnya]. 2 1945,06 Rapat Persiapan [Suasana rapat persiapan kemerdekaan pada saat terjadi 5R 34.1-2 Kemerdekaan voting]. 3 1945.08.17 Proklamasi Bung Karno sedang memproklamirkan kemerdekaan Republik 5R 34.2-1 Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17-8-1945. [Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan didampingi oleh Moh. Hatta]. 4 1945.08.17 Proklamasi Walikota Jakarta, Suwirjo sedang memberikan sambutan 5R 34.3-1 Kemerdekaan sesaat setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 5 1945.08.17 Proklamasi [Para hadirin yang hadir dalam pembacaan Proklamasi 5R 34.3-2 Kemerdekaan Kemerdekaan, terlihat Fatmawati dan Walikota Jakarta Suwirjo]. 6 1945.08.17 Proklamasi [Upacara penaikan Bendera Merah Putih sesaat sesudah 5R 34.4-1 Kemerdekaan pembacaan naskah proklamasi, terlihat Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Latif Hendraningrat yang memegang Sang Saka Merah Putih]. 7 1945.08.18 Perayaan Proklamasi Pawai dalam rangka menyambut Proklamasi Kemerdekaan 5R 34.4-2 Kemerdekaan Indonesia. Indonesia 8 1945.08.18 Perayaan Proklamasi [Suasana pawai dalam rangka menyambut Proklamasi 5R 34.5-1 Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia]. Indonesia 9 1945.08.18 Perayaan Proklamasi [Ir. Soekarno sedang memberikan penghormatan terhadap 5R 34.5-2 Kemerdekaan komandan pawai. Terlihat pula Fatmawati sedang Indonesia melambaikan bendera kecil]. 10 1945.08.18 Perayaan Proklamasi [Suasana pawai yang meriah dalam rangka menyambut 5R 34.6-1 Kemerdekaan Proklamasi Kemerdekaan tersebut]. Indonesia 275 Inventaris Arsip Foto IPPHOS 1945 - 1950 KURUN NOMOR NOMOR PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN KETERANGAN WAKTU ALBUM 1 2 3 4 5 6 7 11 1945.08.18 Perayaan Proklamasi [Ir. Soekarno memberikan penghormatan kepada pawai yang 5R 34.6-2 Sobek Kemerdekaan melintas di depannya]. Indonesia 12 1945.09.04 Pembentukan Pemerintah Republik Indonesia yang pertama dibentuk pada 5R 34.13-1 Pemerintah Republik tanggal 4-9-1945. Indonesia [Ir. Soekarno dan Moh. Hatta diikuti Menteri-Menteri Kabinet RI yang pertama saat sedang menuju tempat sidang]. 13 1945.09.04 Pembentukan [Ir. Soekarno bersama rombongan sedang disambut pada saat 5R 34.13-2 Pemerintah Republik tiba di tempat sidang]. Indonesia 14 1945.09.04 Pembentukan [Sebagian Menteri Kabinet RI yang pertama berfoto bersama 5R 34.14-1 Pemerintah Republik di Pegangsaan Timur 56, Jakarta]. Indonesia 15 1945.09.04 Pembentukan [Juru Bicara Negara, Soekardjo Wirjopranoto, Menteri Luar 5R 34.14-2 Pemerintah Republik Negeri Achmad Soebardjo, Ir. Soekarno, M. Hatta, Menteri Indonesia Dalam Negeri, R. A. A. Wiranata Kusumah]. 16 1945.09.04 Pembentukan [Sesaat sesudah pembentukan kabinet pertama RI. Dari kiri ke 5R 34.15-1 Pemerintah Republik kanan bagian bawah, Menteri Kesehatan Dr. Buntaran Indonesia Martoatmodjo, Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin, Menteri Luar Negeri Achmad Soebardjo, Presiden Ir. Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Menteri Dalam Negeri R. A. A. Wiranatakusumah, Menteri Kemakmuran Surachman Tjokrodisuro. Depan, Jaksa Agung Kasman Singodimejo, Menteri Negara Sartono, Wk. Menteri Penerangan Ali Sastroamijoyo, Mahkamah Agung Dr. Kusumaatmadja, Menteri Kehakiman Mr. Soepomo, Menteri Negara A. A. Maramis, Sekretaris Negara A. G. Pringgodigdo, Menteri Perhubungan Abikusno Tjokrosoejoso, Juru Bicara Negara Soekardjo Wirjopranoto]. 276 Inventaris Arsip Foto IPPHOS 1945 - 1950 KURUN NOMOR NOMOR PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN KETERANGAN WAKTU ALBUM 1 2 3 4 5 6 7 17 1945.09.04 Pembentukan [Juru Bicara Negara, Soekardjo Wirjopranoto, Menteri Luar 5R 34.15-2 Pemerintah Republik Negeri Achmad Soebardjo, Ir. Soekarno, M. Hatta]. Indonesia 18 1945.9.19 Rapat Raksasa di [Presiden Soekarno sesaat sebelum memasuki arena Rapat 5R 34.16-2 lapangan IKADA Raksasa di Lapangan Ikada Jakarta. 19 1945.9.19 Rapat Raksasa di [Pengibaran Bendera Merah Putih di lapangan Ikada]. 5R 34.17-1 lapangan IKADA 20 1945.9.19 Rapat Raksasa di [Presiden Soekarno memasuki arena Rapat Raksasa di 5R 34.17-2 Sobek lapangan IKADA Lapangan Ikada Jakarta]. 21 1945.9.19 Rapat Raksasa di Walikota Jakarta, Suwirjo sedang memberikan kata sambutan. 5R 34.18-1 lapangan IKADA 22 1945.9.19 Rapat Raksasa di Mr. Kasman Singodimejo sedang memberikan kata 5R 34.19-1 lapangan IKADA sambutannya. 23 1945.9.19 Rapat Raksasa di Mr. Iwa Kusumasumantri sedang memberikan kata 5R 34.19-2 lapangan IKADA sambutannya. 24 1945.9.19 Rapat Raksasa di [Ir. Soekarno sedang memberikan kata sambutannya yang 5R 34.20-1 lapangan IKADA antara lain meminta agar rakyat percaya pada pimpinan dan pulang dengan tertib]. 25 1945.9.19 Rapat Raksasa di [Rakyat yang berkumpul di lapangan Ikada tersebut]. 5R 34.20-2 lapangan IKADA 26 1945.10.16 Sidang BP KNIP Sutan Sjahrir selaku Ketua Badan Pekerja sedang membuka 5R 35.1-1 Sidang KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang pertama di Jakarta. [Juga terlihat dalam pembukaan tersebut Ir. Soekarno dan Moh. Hatta]. 27 1945.10.16 Sidang BP KNIP [Suasana sidang KNIP yang berlangsung saat itu]. 5R 35.1-2 28 1945.10.18 Konferensi Pers Wakil Wakil Presiden Moh. Hatta sedang mengadakan 5R 35.2-1 Presiden Moh. Hatta perskonferensi dengan wartawan dalam dan luar negeri 277 Inventaris Arsip Foto IPPHOS 1945 - 1950 KURUN NOMOR NOMOR PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN KETERANGAN WAKTU ALBUM 1 2 3 4 5 6 7 29 1945.10.18 Konferensi Pers Wakil [Suasana perskonferensi yang berlangsung saat itu]. 5R 35.2-2 Presiden Moh. Hatta 30 1945.10.25 Pertemuan Pertama Pertemuan antara Presiden Soekarno dan Letjen Sir Philip 5R 35.3-1 Presiden Soekarno Christison, Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East dengan Pimpinan Indies) Tentara Sekutu 31 1945.10.25 Pertemuan Pertama [Letjen. Christinson beserta para petinggi pasukan AFNEI 5R 35.3-2 Presiden Soekarno pada saat pertemuan dengan Presiden Soekarno tersebut] dengan Pimpinan Tentara Sekutu 32 1945.10.25 Pertemuan Pertama [Parade pasukan sekutu yang tergabung dalam AFNEI 5R 35.4-1 Presiden Soekarno tersebut]. dengan Pimpinan Tentara Sekutu 33 1945.11.10 Pertempuran Surabaya Pertempuran dan penaikan Bendera Merah Putih di Orange 5R 35.4-2 Hotel, Surabaya. 34 1945.11.10 Pertempuran Surabaya [Peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Oranje (Hotel 5R 35.5-1 Yamato)]. 35 1945.11.10 Pertempuran Surabaya [Salah satu suasana pertempuran Surabaya. Rakyat bersama 5R 35.5-2 pejuang Surabaya (arek-arek Suroboyo) sedang menghadapi tentara Sekutu]. 36 1945.11.10 Kongres Pemuda [Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII 5R 35.6-1 Seluruh Indonesia sedang menyambut Presiden Soekarno yang akan tiba di Yogyakarta]. 37 1945.11.10 Kongres Pemuda [Presiden Soekarno dan Sri Paku Alam VIII tampak sedang 5R 35.6-2 Seluruh Indonesia menaiki mobil dan mendapat sambutan dari masyarakat]. 38 1945.11.10 Kongres Pemuda [Presiden Soekarno tiba di gedung tempat pelaksanaan 5R 35.7-1 Seluruh Indonesia kongres tersebut]. 39 1945.11.10 Kongres Pemuda [Presiden Soekarno, Sri Paku Alam VIII, dan Sri Sultan 5R 35.7-2 Seluruh Indonesia Hamengku Buwono IX dalam acara pembukaan kongres tersebut]. 278 Inventaris Arsip Foto IPPHOS 1945 - 1950 KURUN NOMOR NOMOR PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN KETERANGAN WAKTU ALBUM 1 2 3 4 5 6 7 40 1945.11.10 Kongres Pemuda [Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta sedang 5R 35.8-1 Seluruh Indonesia mengikuti pelaksanaan kongres tersebut]. 41 1945.11.10 Kongres Pemuda [Salah satu pelaksanaan acara kongres Pemuda Seluruh 5R 35.8-2 Seluruh Indonesia Indonesia. Tampak Presiden Soekarno duduk berdampingan dengan Sri Paku Alam VIII]. 42 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Sri Sultan Hamengku Buwono IX didampingi beberapa 5R 35.9-1 alun Yogyakarta pejabat tinggi sedang bersiap-siap menyambut Presiden Soekarno yang akan tiba di alun-alun dalam rangka Rapat Umum]. 43 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta yang naik mobil 5R 35.9-2 alun Yogyakarta tiba di Alun-alun Yogyakarta]. 44 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyambut Presiden 5R 35.10-1 alun Yogyakarta Soekarno dan Wakil Presiden Hatta yang tiba di Alun-alun. Tampak pula Sri Paku Alam VIII yang ikut mengiringi Presiden dan Wakil]. 45 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Semua elemen masyarakat yang mengikuti Rapat Umum 5R 35.10-2 alun Yogyakarta tersebut yang terlihat dari pandangan (view ) para pemimpin negara tersebut]. 46 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Presiden Soekarno sedang memberikan pidatonya dalam 5R 35.11-1 alun Yogyakarta Rapat Umum tersebut]. 47 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Presiden Soekarno sedang memberikan pidatonya dalam 5R 35.11-2 alun Yogyakarta Rapat Umum tersebut dimana terlihat Sri Sultan Hamengkubuwono IIX dan Sri Paku Alam VIII]. 48 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Para pemimpin negara sedang melakukan penghormatan 5R 35.12-1 alun Yogyakarta dalam Rapat Umum tersebut]. 49 1945.11.10 Rapat Umum di Alun- [Pesawat peninggalan Jepang yang melintas pada saat 5R 35.12-2 alun Yogyakarta pelaksanaan Rapat Umum tersebut]. 50 1945.11.14 Pembentukan Kabinet [Rapat pembentukan kabinet Perdana Menteri dibawah 5R 35.13-1 RI Kedua pimpinan Sutan Sjahrir di Pegangsaan Timur 56]. 51 1945.11.14 Pembentukan Kabinet [Suasana pembentukan kabinet Perdana Menteri dibawah 5R 35.13-2 RI Kedua pimpinan Sutan Sjahrir yang dipimpin oleh Presiden Soekarno]. 279 Inventaris Arsip Foto IPPHOS 1945 - 1950 KURUN NOMOR NOMOR PERISTIWA URAIAN INFORMASI UKURAN KETERANGAN WAKTU ALBUM 1 2 3 4 5 6 7 52 1945.11.17 Pertemuan Pertama [Pertemuan antara Perdana Menteri Sutan Sjahrir, Wakil 5R 35.14-1 antara RI, Belanda, dan Gubernur Hindia Belanda H. J. van Mook, dan Panglima Sekutu AFNEI Letjen Sir Philip Christison di Markas Besar Tentara Inggris di Jakarta]. 53 1945 Semboyan Perjuangan [Grafitti yang banyak terdapat di sepanjang jalan bertemakan 5R 34.8-1 dukungan terhadap perjuangan Republik Indonesia.
Recommended publications
  • 22 BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum
    BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum Kabinet Hatta I Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik Indonesia identik dengan jatuh bangunnya kabinet. Menurut Herbert Feith, jatuh bangunnya kabinet ketika itu karena pemimpin sentral Republik Indonesia terpecah mengenai berbagai aspek dari pandangan dan persepsi mengenai Republik Indonesia dan dunia. Dalam bidang politik luar negeri, persaingan antar elit terjadi di seputar dua pertanyaan, yaitu; pertama, bagaimana menghadapi Belanda; dan kedua, persoalan perumusan identitas internasional Republik Indonesia. Mengenai yang pertama, pemerintah Republik Indonesia menghadapi tekanan politik yang amat kuat dalam perundingan dengan Belanda. Mengenai yang kedua, para elit bersaing, yang terpecah dalam garis politik dan ideologi, serta berbeda pandangan dalam konteks bipolarisme dunia.1 Dari argumen Herbert Feith dapat diuraikan beberapa contoh peristiwa sebagai berikut: 1. Tekanan Politik Belanda dalam Perundingan. Pada tanggal 17 Maret 1946 Sutan Syahrir mengajukan satu usul kompromi dengan memberikan konsesi yang tak sesuai dengan ikrar proklamasi.2 Salah satunya adalah pengakuan secara de facto Republik Indonesia atas Jawa dan Sumatra oleh Belanda. Hal ini mengakibatkan 1 Ganewati Wuryandari, Dharurodin Mashad, Tri Nuke Pujiastuti, dkk, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 67 - 68. 2 Adam Malik, Mengabdi Republik Jilid II: Angkatan 45, Jakarta: Gunung Agung, 1984, hlm. 163. 22 23 pertentangan berbagai golongan mengenai hasil Perjanjian Linggarjati terutama para pengikut Tan Malaka dalam Persatuan Perjuangan.3 Pada malam hari tanggal 27 Juni 1946 Sutan Syahrir ditangkap oleh satuan - satuan tentara di Surakarta dalam perjalanan keliling ke Jawa Timur. Penangkapan Sutan Syahrir ini diharapkan akan memungkinkan Dwitunggal memberikan kemerdekaan 100 persen.
    [Show full text]
  • 461114 1 En Bookbackmatter 209..247
    Conclusion: Convergent Paths In November 1945, the President of the Republic of Vietnam, Hồ Chí Minh, sent a letter addressed to ‘the President of the Republic of Indonesia’, proposing that a joint declaration of solidarity to be made by Indonesia and Vietnam in the form of a ‘Preparatory Commission Struggling for a Federation of the Free Peoples of Southern Asia’. The letter, entrusted to an American journalist named Harold Isaacs, did not reach President Soekarno.1 It was handed to Vice-President Mohammad Hatta, who then passed it on to Prime Minister Sutan Sjahrir. Sjahrir discussed the offer with Soedjatmoko Koko, the interpreter to foreign correspon- dents of the Republican government, but told him that he would not reply and preferred just to ignore the letter. Sjahrir indifference sprang from his conviction that the situation in Indonesia and Vietnam were very different. The Indonesian nationalists were up against the Dutch, who were ‘a weak colonial power and could be defeated quickly.’ Hồ Chí Minh had to contend with the French, who could and would resist him for a long time. Furthermore, he looked askance at the fact that the DRV government depended on support from the communists, which was not the case in Indonesia. In conclusion, Sjahrir argued, ‘If we ally ourselves with Hồ Chí Minh, we shall weaken ourselves and delay Independence.’2 The story of the missed opportunity for cooperation between Vietnam and Indonesia3 as a result of Sjahrir’s ‘betrayal of the greater Asian revolution’,as 1Harold Robert Isaacs is the author of No Peace for Asia, which has been cited widely in this dissertation.
    [Show full text]
  • Bab 02 Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan
    PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Rowland Bismark Fernando Pasaribu 9/9/2013 Belum teraktualisasinya nilai dasar Pancasila secara konsisten dalam tataran praksis perlu terus menerus diadakan perubahan, baik dalam arti konseptual maupun operasional. Banyak hal harus ditinjau kembali dan dikaji ulang. Beberapa mungkin perlu dirubah, beberapa lagi mungkin perlu dikembangkan lebih lanjut dan dijelaskan atau diperjelas, dan beberapa lagi mungkin perlu ditinggalkan. BAB 2 PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Nilai–nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia. A. Zaman Kutai Pada zaman ini masyarakat Kutai yang memulai zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan. B. Zaman Sriwijaya Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya yang berbunyi yaitu " marvuat vanua criwijaya siddhayara subhika " (suatu cita-cita negara yang adil & makmur). C. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kerajaan Majapahit Pada zaman ini diterapkan antara lain untuk Raja Airlangga sikap tolerensi dalam beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang & kerjasama dengan Benggala, Chola, dan Chompa) serta perhatian kesejahteraan pertanian bagi rakyat dengan dengan membangun tanggul & waduk. D. Zaman Kerajaan Majapahit Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gadjah Mada berisi cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara. E. Zaman Penjajahan Setelah Majapahit runtuh maka berkembanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu maka berkembang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak.
    [Show full text]
  • Pengaruh Pengembangan Perkantoran Dan Apartemen Di Jalan Tb. Simatupang, Jakarta Selatan Terhadap Perubahan Perumahan Sekitar
    Vol. 2, No. 2, ISSN 2685-5631 (Versi Cetak) Oktober 2020. hlm: 2643-2656 ISSN 2685-6263 (Versi Elektronik) PENGARUH PENGEMBANGAN PERKANTORAN DAN APARTEMEN DI JALAN TB. SIMATUPANG, JAKARTA SELATAN TERHADAP PERUBAHAN PERUMAHAN SEKITAR Khrisnanda Prawira1), Suryono Herlambang2), Parino Rahardjo3) 1)Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara, [email protected] 2)Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara, [email protected] 3)Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara, [email protected] Masuk: 10-08-2020, revisi: 09-09-2020, diterima untuk diterbitkan: 25-09-2020 Abstrak Kawasan TB Simatupang Koridor Persimpangan Pondok Pinang - Persimpangan Fatmawati memiliki pertumbuhan property yang sangat pesat, secara umum diisi oleh sector perminyakan dan gas sehingga mengundang banyak pekerja asing. Perkembangan ini memberikan pengaruh besar bagi sector poroperty. Beberapa wilayah di sekitar terkena dampak dari tingginya perkembangan di wilayah induk ini. Tingginya perkembangan pada daerah ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan dampak negative terhadap pemukiman sekitar. Penetapan segmen Persimpangan Pondok Pinang-Persimpangan Fatmawati ini dimaksudkan untuk membatasi fokus obyek penelitian agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan lebih detail. Pada segmen ini banyak berkembang bangunan komersil seperti apartment, shopping mall, bangunan perkantoran dan bangunan bangunan komersil lainnya. Studi ini dilakukan menggunakan metode deduktif kualitatif. Perkembangan kawasan yang sangat pesat perlu diperhatikan agar tidak memberikan dampak negative terhadap lingkungan sekitar di masa depan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang diakibatkan oleh perkembangan Kawasan office dan apartment di kawasan TB Simatupang Koridor Persimpangan Pondok Pinang – Persimpangann Fatmawati, Menguraikan dampak apa saja yang terjadi akibat perkembangan kawasan TB Simatupang Koridor Persimpangan Pondok Pinang – Persimpangan Fatmawati terhadap permukiman sekitar.
    [Show full text]
  • Officieren Van De Militaire School
    367 BIJLAGE X (SIAPA DIA, WHO'S WHO )1) Bijvoegsel 1Inlandse officieren van de militaire school. Bijvoegsel 2(Aspirant-)officieren van KMA-Breda. Bijvoegsel 3(Aspirant-)officieren van de Hoofd Cursus. Bijvoegsel 4Aspirant-officieren van KMA-Bandoeng. Bijvoegsel 5Inheemse officieren van gezondheid. Bijvoegsel 6Aspirant-officieren van het CORO. Bijvoegsel 7Aspirant-officieren van de Inheemse Militie. Bijvoegsel 8Aspirant-officieren van de ML-KNIL. Bijvoegsel 9Andere vooroorlogse en oorlogs-opleidingen. Bijvoegsel 10De opleidingen van de SROI en het OCO. Bijvoegsel 11Officieren van andere na-oorlogse opleidingen. Bijvoegsel 12De reserve-legerpendeta en -legerpredikanten. 1) De informatie in de volgende bijvoegsels is in hoofdzaak afkomstig uit stamboeken, persoonsdossiers, archiefonderzoek en interviews. 368 BIJVOEGSEL 1 BIJ BIJLAGE X: INLANDSE OFFICIEREN * naam (geboortedatum) ** in werkelijke dienst (rang bij pensioen) *** overleden vóór 17-8-'45? (overleden) [wel/niet bij skn RI] * 1. ASMINO. (11-4-1891) ** 1-7-1910 (-) *** ? [-] 10-10-1913 inlands tlnt infanterie. Geplaatst bij diverse bataljons op Java. Ontslag niet op eigen verzoek per 29-1-1917. 2. HOLLAND SOEMODILOGO, Raden Bagoes (SOENDJOJO, Raden .). (12-6-1890) 1-7-1909 (kapt) - (okt 1945) [+] 22-10-1914 inlands tlnt infanterie, 22-10-1917 inlands elnt, 31-7-1925 opgenomen in de ranglijst der Europese officieren. Onderwierp zich 11-8-1926 aan het voor Europeanen vastgestelde burgerlijk- en handelsrecht, waarbij hij de geslachtsnaam Holland Soemodilogo aannam onder toevoeging van zijn toenmalige titel Raden Bagoes . Juni 1927 aangesteld als wervingsofficier van de II e Divisie. 27-9-1927 kapt. 31-7-1935 op verzoek e.o.. Kwam als niet-reserveplichtig gepensioneerd officier bij de algemene mobilisatie weer in dienst.
    [Show full text]
  • 37 Correspondence Analysis of Indonesian Retail
    Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 4 No. 1, January 2018 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.17358/IJBE.4.1.37 Accredited by Ministry of Available online at http://journal.ipb.ac.id/index.php/ijbe RTHE Number 32a/E/KPT/2017 CORRESPONDENCE ANALYSIS OF INDONESIAN RETAIL BANKING PERSONAL LOANS TOP UP Andrie Agustino*)1, Ujang Sumarwan**), and Bagus Sartono***) *) Bank Mandiri Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55, South Jakarta, 12190 **) Department of Family and Consumer Sciences, Faculty of Human Ecology, Bogor Agricultural University IPB Darmaga Campus, Bogor 16680 ***) Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Science, Bogor Agricultural University Jl. Meranti Wing 22 level 4-5, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Abstract: Customer experience can be developed through good database management, and this is an important thing to do in the era of tough retail banking competition especially in the personal loan market competition. Through good database management, banks can understand the transaction pattern and customer behavior in each bank service’s contact point. This research aimed at identifying the personal loans correspondence between socioeconomic variables and top up transaction by using the secondary data from one of Indonesian retail banking. The research method used the correspondence analysis and regression. The result of the research showed that the socioeconomic factors that influenced the debtors to top up personal loans at the confidence level of 5% (0.05) included Age, Marital Status, Dependent Number, Living Status, Education, Region, Job Type, Work Length, Salary, Debt Burdened Ratio (DBR), Credit Tenure, and Credit Limit, and only Gender had no effect on personal loan top up.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Adam Malik (Deppen) in MEMORIAM: ADAM MALIK A917-1984)
    144 Adam Malik (Deppen) IN MEMORIAM: ADAM MALIK a917-1984) Ruth T. McVey The great survivor is dead. Though Adam Malik was by no means the only politician to hold high office under both Guided Democracy and the New Order, he was by far the most distinguished and successful. Others were political hacks with no true political coloring, or representatives of specialized con­ stituencies not involved directly in the conflict between Sukarno and the army; but Malik had been a central figure in the formulation of Guided Democracy and a close counsellor of Sukarno. Moreover, having chosen against that leader in the crisis following the coup of October 1965, he was not thereby completely discredited in the eyes of his former colleagues. For many of his old leftist associates he remained a patron: a leader who would still receive and could occasionally aid them, who could still speak their language, if only in private, and who still—in spite of his evident wealth, Western admirers, and service to a counter-revolutionary regime—seemed to embody what remained of the Generation of ’45, the fading memories of a radical and optimistic youth. To survive so successfully, a man must either be most simple and consistent, or quite the opposite. No one could accuse Adam Malik of transparency, yet there was a consistency about the image he cultivated. From early youth he appeared as a radical nationalist, a man of the left; and however unsympathetic the regime to that viewpoint he never allowed the pursuit of ambition completely to cloud that picture.
    [Show full text]
  • Sutan Sjahrir: Manusia Dan Noktah Sejarahnya Di Timur Tengah
    Sutan Sjahrir: Manusia dan Noktah Sejarahnya di Timur Tengah Herdi Sahrasad Associate professor in Universitas Paramadina, Indonesia Abstract Keywords Sjahrir; Timur Tengah; Islam; Hasan This treatise opens with a small question: Why Sutan Sjahrir married Poppy Saleh Mengundiningrat in Cairo, Egypt in the Al-Bana; Ikhwanul Muslimin 1950s and did not in Jakarta? Poppy was studying at the London School, England and Sjahrir in Jakarta, the two then flew to Cairo and married there, witnessed by Soedjatmoko, a child of revolution, which is also a leading intelligentsia and political cadre of Sjahrir. Apparently, the First Prime Minister of the Republic of Indonesia, Sutan Sjahrir had a speck of history in the Middle East during the war of independence 1945-1949, which makes its way to Egypt to meet with the Arab leaders, fighters, intellectuals, activists and warriors. Sjahrir even met Hassan al-Bana, founder of the Muslim Brotherhood persistent against colonialism and imperialism in the Muslim world, especially the Middle East. Sjahrir asked the Arab world to mobilize supports for the independence of Indonesia. Sjahrir known as the Socialists that grow from the Minangkabau world and the Western-educated to find a foothold in the Middle East struggle to carry out a diplomatic mission of the President Soekarno and Vice President M. Hatta, for the people of Indonesia. We should remember and recall, Sjarir as a hero, eventhough he is almost forgotten by this nation. I. Pendahuluan Suatu ketika pada kurun 1998 menjelang Orde Baru Presiden Soeharto jatuh, sang inteligensia sosial-demokrat dan mantan aktivis ITB yang jadi tahanan politik era Orde Baru selama 3 tahun, M.
    [Show full text]
  • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Hk.01.07/Menkes/44/2019 Tentang Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 1440 H/2019 M
    KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK.01.07/MENKES/44/2019 TENTANG TIM KESEHATAN HAJI INDONESIA TAHUN 1440 H/2019 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kesehatan bagi jemaah haji di kelompok terbang (kloter), perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Penetapan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 1440 H/2019 M. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 tentang Penetapan Paraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas - 2 - Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5036); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
    [Show full text]
  • Anthropological Science 110(2), 165-177, 2002 Preliminary
    Anthropological Science 110(2), 165-177, 2002 Preliminary Observation of a New Cranium of •ôNH•ôHomoerectus•ôNS•ô (Tjg-1993.05) from Sangiran, Central Jawa Johan Arif1, Yousuke Kaifu2, Hisao Baba2, Made Emmy Suparka1, Yahdi Zaim1, and Takeshi Setoguchi3 1 Department of Geology, Institute of Technology Bandung, Indonesia 2 Department of Anthropology , National Science Museum, Tokyo 3 Department of Geology and Mineralogy , Faculty of Science, Kyoto University, Kyoto (Received October 5, 2001; accepted February 13, 2002) Abstract In May of 1993, a new well-preserved hominid skull was recovered from the Bapang (Kabuh) Formation of the Sangiran region, Central Jawa. In this paper, we provisionally describe the skull and compare it with •ôNH•ôHomo erectus•ôNS•ô.crania from Jawa and China. The new skull possesses a series of characteristic features of Asian •ôNH•ôH.erectus•ôNS•ô in overall size and shape of the vault, the expression of various ectocranial structures, and other details. Among three geographical and chronolog icalsubgroups of Asian •ôNH•ôH.erectus•ôNS•ô, the new skull shows affinities with the Jawanese Early Pleistocene subgroup (specimens from the Sangiran and Trinil regions), as expected from its provenance. •ôGH•ô Keywords•ôGS•ô: •ôNH•ôHomo erectus•ôNS•ô,human evolution, Indonesia, paleoanthropology Introduction In May of 1993, a new hominid skull of an adult individual was recovered from the Sangiran area, Central Jawa (Figs. 1 and 2). There is no formal specimen number for this skull. Sartono called it Skull IX, and Larick et al. (2001) provisionally la beledit as Tjg-1993.05. The discovery of the skull was first announced in academic meetings in the Netherlands (Sartono et al, 1995), Indonesia (Sartono and Tyler, 1993), and America (Tyler et al., 1994).
    [Show full text]
  • Transplantation of Foreign Law Into Indonesian Copyright Law: the Victory of Capitalism Ideology on Pancasila Ideology
    Journal of Intellectual Property Rights Vol 20, July 2015, pp 230-249 Transplantation of Foreign Law into Indonesian Copyright Law: The Victory of Capitalism Ideology on Pancasila Ideology O K Saidin† Department of Private Law, Law Faculty, University of North Sumatera, Medan, Indonesia Received: 07 May 2015; accepted: 29 June 2015 The Journey of Indonesian history has 350 years experience under the imperialism of Netherland and Japan until the era of post-independence which was still under the shadow of the developed countries. The Indonesia became more and more dependable on the foreign countries which brought influence to its political choice in regulating the Copyright Law in the following days. Indonesian copyright protection model which economic goal firstly based on the country’s Pancasila philosophy, evidently must subject to the will of the era that move towards liberal-capitalist. This era is no longer taking side to Indonesian independence goal to realize law and economic development based on Pancasila, especially the first, fourth, and fifth sila (Principle). The goal of law and economic development in Indonesia, regulated under the paradigm of democratic economy is to realize prosperous and equitable society based on Indonesian religious culture principle that can no longer be realized. Pancasila as the basis in forming legal norms in Indonesia functioned as the grundnorm which means that all the legal norms must be convenient and not to contradict the principles of the basic state philosophy of Pancasila. But the battle of foreign ideology in legal political choice through transplantation policy, did not manage to give the victory to Pancasila as the country’s ideology, but to give the victory to the foreign capitalistic ideology instead.
    [Show full text]