SIGNAL DISKRIMINASI PADA ACARA REALITY SHOW HELLO COUNSELOR EPISODE 301 DI TELEVISI KOREAN BROADCASTING SYSTEM (KBS) (DALAM TINJAUAN PEMAKNAAN (MEANING))

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: AGUNG APRILIANY NIM (11140510000009)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Agung Apriliany NIM : 11140510000009

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Signal Diskriminasi pada Acara Reality Show Hello Counselor Episode 301 di Televisi Korean Broadcasting System (KBS)(dalam Tinjauan Pemaknaan (Meaning))” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun pengutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan semestinya.

Jakarta, 01 Maret 2021.

Agung Apriliany NIM 11140510000009

SIGNAL DISKRIMINASI PADA ACARA REALITY SHOW HELLO COUNSELOR EPISODE 301 DI TELEVISI KOREAN BROADCASTING SYSTEM (KBS) (DALAM TINJAUAN PEMAKNAAN (MEANING))

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Agung Apriliany 11140510000009

Pembimbing

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “Signal Diskriminasi pada Acara Reality Show Hello Counselor Episode 301 di Televisi Korean Broadcasting System (KBS) (dalam Tinjauan Pemaknaan (Meaning))” telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah pada Selasa, 10 Maret 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 10 Maret 2021 SIDANG MUNAQOSAH Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Armawati Arbi, M.Si Dr. H. Edi Amin, S.Ag, M.A NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010 Anggota Penguji I Penguji II

Dr. Dudun Ubaedullah, M.Ag Ade Rina Farida, M.Ag NIP. 197505082008011012 NIP. 197705132007012018 Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Ph.D, MA. NIP: 19621231 198803 1 032

ABSTRAK

11140510000009. Agung Apriliany. Signal Diskriminasi pada Acara Reality Show Hello Counselor Episode 301 di Televisi Korean Broadcasting System (KBS) (dalam Tinjauan Pemaknaan (Meaning)) Diskriminasi merupakan perbedaan perilaku yang dilakukan seseorang atau kelompok. Dalam acara Hello Counselor episode 301 membahas tentang masalah diskriminasi yang dilakukan masyarakat Korea Selatan kepada Hong Hana karena perbedaan berpakaian. Korea Selatan merupakan masyarakat homogen yang masih memandang dirinya sebagai ras yang paling superior. Pertanyaan mayor skripsi ini adalah bagaimana pemakanaan diskriminasi pada acara Hello Counselor episode 301 di televisi KBS? adapun pertanyaan minornya adalah apa makna semiotik diskriminasi yang terjadi dalam acara realitas ini? seperti apa makna denotasi dan konotasi diskriminasi yang terjadi dalam program televisi ini?Dan mengapa makna struktural diskriminasi yang terjadi dalam acara tersebut? Perbedaan budaya menjadi salah satu penyebab utama diskrimniasi yang terjadi kepada Hong Hana. Islam sendiri menjadi agama minoritas di Korea Selatan dan belum banyak yang mengetahui budaya Islam. Serta Kebanggaan yang tinggi akan budaya homogen di Korea Selatan menjadi salah satu pemicu munculnya rasisme kepada etnis lain. Penelitian ini menggunakan teori pemaknaan dari Branston & Stafford yang terbagi menjadi semiotik, denotasi dan konotasi, serta strukturalisme. Selanjutnya ada beberapa faktor dalam kalegnisasi aktor menurut Andi Faisal Bakti Communication between Muslims and Non- Muslims, Communication between Military and Civilian Groups, Communication between Foreign and Domestic Inhabitants, Communication between Secular and Religious Groups, Communication Between Traditional and Modern Groups. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kualitatif dan Paradigma konstruktivisme. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Temuan dari penelitian ini sesuai dengan metode penelitian yang digunakan maka, pemaknaan diskriminasi yang terjadi karena berbedaan budaya, ras, agama, dan suku. Kata Kunci: Diskriminasi, Hello Counselor, Korea Selatan, Homogen, Hijab.

i

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, nikmat iman, nikmat Islam, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk baginda Nabi Muhammad SAW, semoga kita termasuk umat-NYA yang mendapatkan pertolongan di hari kiamat. Doa dan dukungan serta semangat dari berbagai pihak, akhirnya skripsi yang berjudul “Makna Diskriminasi pada Acara Hello Counselor Episode 301 di Televisi Korean Broadcasting System (KBS) (dalam Tinjauan Pemaknaan (Meaning))” dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta jajaran Wakil Dekan. 2. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Ph.D, MA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis. Memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan selama penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si. Sebagai Ketua Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Bapak Dr. H. Edi Amin, MA sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 4. Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan masukkan dan nasehat dalam bimbingan akademik.

ii

5. Seluruh dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayathullah Jakarta yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang didapat selama perkuliahan. 6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu untuk peminjaman literatur kepada penulis. 7. Orang tua penulis mamah dan bapak yang senantiasa mendukung dan memberikan segala do’a, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis. 8. Kedua adik penulis Faisal Abdul Latif dan Ahmad Alva Rizky yang selalu mendukung apapun yang kakaknya kerjakan. 9. Sahabat dari awal perkuliahan Putri Safira Della Del Piera dan teman kosan Syarifah Asmar yang selalu siap membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman seperjuangan Izzah Dinillah yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Ika, Praba, Inne, Safira, dan teman KPI 2014 lainnya yang penulis tidak bisa sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kesenangan, kesedihan, dan dukungan yang telah diberikan. 12. LAPMI (Lembaga Pers Mahasiswa Islam) Ilka, Ratu, Ika, dan Hasanah yang tidak henti-hentinya mendukung serta memotivasi penulis. 13. Sahabat semasa sekolah Gina, Indah, Melisa, Firda, Hany yang selalu ada jika penulis membutuhkan pendengar.

iii

Untuk pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas bantuannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya adik-adik kelas yang nanti akan mengambil tema penelitian serupa. Semoga bisa menjadi salah satu acuan yang dibutuhkan nantinya. Akhir kata penulis ucapkan Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 01 Maret 2021.

Agung Apriliany

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...... 8 C. Rumusan Masalah ...... 9 D. Tujuan Penelitian ...... 9 E. Manfaat Penelitian ...... 10 F. Bingkai Konseptual ...... 11 G. Metodologi Penelitian ...... 13 H. Sistematika Penulisan ...... 18 BAB II PROGRAM TELEVISI DALAM PERSPEKTIF PEMAKNAAN ...... 20 A. Teori Diskriminasi ...... 20 B. Pemaknaan ...... 23 1. Semiotika...... 23 2. Strukturalisme...... 27 3. Denotasi dan Konotasi ...... 30 4. Kode ...... 33 C. Televisi ...... 34 1. Pengertian Variety show...... 36 D. Komunikasi Antarbudaya ...... 37 E. Kajian Pustaka ...... 48

v

F. Kerangka Berfikir...... 50 BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ...... 51 A. KBS (Korean Broadcasting System) ...... 51 1. Sejarah KBS (Korean Broadcasting System) ...... 51 2. CEO (Chief Executive Officer) ...... 53 3. KBS World...... 56 B. Program Acara Hello Counselor ...... 56 BAB IV ANALISI DAN HASIL TEMUAN ...... 60 A. Semiotika ...... 60 B. Denotasi dan Konotasi ...... 74 C. Strukturalisme ...... 87 BAB V PEMBAHASAN ...... 100 A. Communication between Muslims and Non-Muslims .... 100 B. Communication between Military and Civilian Groups 103 C. Communication between Foreign and Domestic Inhabitants ...... 105 D. Communication between Secular and Religious Groups ...... 107 E. Communication between Traditional and Modern Groups ...... 109 BAB VI PENUTUP ...... 114 A. Kesimpulan ...... 114 B. Saran ...... 116 DAFTAR PUSTAKA ...... 118 LAMPIRAN ...... 123

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Aktor dan Faktor Komunikasi Antarbudaya ...... 41 Tabel 3. 1 Chief Executive Officer ...... 53 Tabel 4. 1 Dialog menit 7.38 sampai 7.58 ...... 60 Tabel 4. 2 Dialog menit 08.05 sampai 08.15...... 62 Tabel 4. 3 Dialog menit 08.23 sampai 08.58...... 62 Tabel 4. 4 Dialog menit 09.15 sampai 09.28...... 64 Tabel 4. 5 Dialog menit 09.29 sampai 09.57...... 65 Tabel 4. 6 Dialog menit 10.50 sampai 11.34...... 66 Tabel 4. 7 Dialog menit 11.49 sampai 11.57...... 68 Tabel 4. 8 Dialog menit 12.06 sampai 13.09...... 69 Tabel 4. 9 Pengenalan rekan kerja Hong Hana yang mengajar murid-murid dari keluarga multicultural, Yoon Jong Hwa. Dialog pada 14.47 sampai 15.56 ...... 70 Tabel 4. 10 Dialog menit 17.09 sampai 18.29 ...... 73

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ...... 50 Gambar 4. 1 Dialog menit 7.38 sampai 7.58 ...... 74 Gambar 4. 2 Dialog menit 08.23 sampai 08.58 ...... 75 Gambar 4. 3 Dialog menit 09.15 sampai 09.28 ...... 76 Gambar 4. 4 Dialog menit 09.29 sampai 09.57 ...... 78 Gambar 4. 5 Dialog menit 10.50 sampai 11.34 ...... 79 Gambar 4. 6 Dialog menit 11.49 sampai 11.57 ...... 81 Gambar 4. 7 Dialog menit 12.06 sampai 13.09 ...... 82 Gambar 4. 8 Dialog menit 13.32 sampai 13.46 ...... 83 Gambar 4. 9 Dialog menit 14.47 dampai 15.56 ...... 84 Gambar 4. 10 Dialog menit 17.09 sampai 18.29 ...... 86

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan penghubung yang biasanya berisi konten pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain. Semakin melusanya arus informasi ke seluruh dunia, semakin menciptakan keseragaman pemberitaan maupun acara yang tampil di televisi. Hal inilah menciptakan sistem media yang cenderung seragam dalam menentukan kejadian penting untuk diliput. Biasanya, peristiwa yang terjadi di suatu negara memengaruhi masyarakat yang ada di negara lain.1 Program televisi memiliki banyak jenis. Salah satu yang digemari oleh masyarakat adalah program reality show atau acara realitas dan varierty show atau acara varietas. Acara realitas digambarkan sebagai program televisi yang benar-benar terjadi tanpa skenario. Biasanya akan menunjukkan realitas kehidupan yang ada dengan berbagai tema dan sesuai dengan kenyataan. Persaingan, problematik hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebriti, adalah tema yang bisa diangkat di acara realitas pencarian bakat dengan pemeran yang umumnya dari masyarakat biasa.

1 Wawan Kuswadi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 1.

1

2

Format program acara varietas atau variety show merupakan format yang mengombinasikan berbagai format lainnya, seperti bincang-bincang (talkshow), kuis, konser musik, drama, dan komedi situasi. Berbagai format tersebut dipadukan dan dijadikan acara televisi yang nantinya akan disiarkan langsung maupun tidak langsung. Dari salah satu dari format acara televisi di atas yang memiliki daya tarik tersendiri adalah bincang-bincang (talkshow) karena beberapa pelaku bisa hadir sekaligus seperti, moderator, panelis, narasumber, dan audiensi.2 Terlebih apabila talksow disiarkan secara langsung dan dapat melibatkan pemirsa yang ada di rumah dengan fasilitas telepon interaktif. Apabila moderator acara cukup interaktif, komunikatif, dan menguasai persoalan secara detail atau rinci, maka akan menarik dan menghibur. Karena teknologi yang semakin berkembang, maka tayangan yang ada dari luar Indonesia akan semakin mudah masuk ke pasar Indonesia. Salah satunya adalah televisi kabel yang sekarang menjadi digital. Keberadaan internet juga semakin membantu dan mudah untuk menjangkau pemirsa lewat media daring atau online bagi pemilik perusahaan televisi. Teknologi komunikasi yang semakin berkembang inilah yang akan memberi kemudahan untuk bertukar informasi atau mendapatkan informasi baik dalam negeri maupun luar negeri.

2 Hasan Asy’ari Oramahi, jurnalistik televisi, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2015), h. 60.

3

Keberadaan siaran langsung atau live streaming di situs web stasiun televisi memberikan kelebihan bagi penonton. Jika siaran yang pernah lewat susah untuk diperoleh kembali, maka melalui rekaman live streaming pengguna Internet dapat mengunduh video tersebut dan menyaksikan kembali berita-berita atau acara yang pernah disiarkan sebelumnya. Kelebihan lainnya adalah seorang penonton dapat memberikan komentar dan saran atas video tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan ketika menonton lewat pesawat televisi di rumah.3 Youtube adalah salah satu layanan website di mana user dapat mengunggah, melihat, dan berbagi video klip secara gratis. Youtube menggunakan teknologi Adobe Flash. Singkatnya adobe flash merupakan program aplikasi standar authoring tool professional atau alat penyusun multimedia adalah paket perangkat lunak yang dapat dipergunakan untuk membuat dan paket penyampaian konten multimedia (gabungan dari teks, gambar, grafik, suara, animasi, dan video) kepada pengguna, yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap (representasi citra grafis yang terdiri dari susunan titik). Ini menarik untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis guna menampilkan beragam variasi konten video, baik profesional maupun amatir. Layanan youtube sangat diminati karena beragam konten

3 Apriadi Tamburaka, Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa, (Jakarta: Rajawali Perss, 2013), h. 70.

4

mulai dari sepak bola, musik, iklan, talkshow, film, dan masih banyak lagi semuanya ada di Youtube.4 Salah satu yang sedang digandrungi oleh masyarakat dengan perkembangan teknologi Internet adalah Hallyu atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia sejak tahun 1990-an.5 Drama Korea adalah awal mula Hallyu tersebar di Indonesia. Oleh karena itu, berbagai macam televisi Indonesia mulai menayangkan drama Korea. Bukan hanya drama, tetapi berbagai konten lain juga mulai popular di Indonesia seperti K-pop, program reality show ataupun variety show dari Korea. Salah satu program pertunjukan realitas Korea adalah Hello Counselor atau Annyeonghaseo adalah acara realitas Korea Selatan yang mulai ditayangkan pada 22 November 2010. Menurut keterangan resmi acara melalui KBS, Hello Counselor adalah acara bincang-bincang dengan penekanan pada orang-orang biasa, tanpa memandang umur atau jenis kelamin, yang bertujuan untuk membantu menurunkan hambatan komunikasi dengan berbagai cerita tentang kehidupan. Program ini disiarkan setiap hari Senin pada KBS World.6

4 Tri Hardian s. dan Zuhaidi el-Qudsy, Exsploring the Cyber World, (Sidoarjo: MASmedia Buana Pustaka, 2008), h. 62. 5 Passport to Korean Culture. Korean Culture and Information Service- Ministry of Culture, Sport, and Tourism, Seoul, Republic of Korea. 2010, h. 46-53. 6 “KBS World (Hello Counselor)”. KBS World. KBS. Diakses pada tanggal 25 Februari 2018.

5

Walaupun berjudul Hello Counselor, acara yang dipandu oleh Lee Young Ja, Shin Dong Yup, Kim Tae Gyun, Jung Chan Woo, dan Choi Tae Joon tersebut tidak benar-benar mendatangkan konselor dalam penayangannya. Kasus-kasus tersebut nantinya akan dibahas kemudian dinilai oleh 150 juri, beberapa di antaranya dari kalangan artis baik penyanyi, aktor, aktris, maupun komedian. Setelah itu kasus di-vote apakah kasus tersebut benar- benar serius atau bisa diselesaikan dengan mudah. Jika hasil voting yang diperoleh lebih tinggi daripada pemenang voting minggu sebelumnya, maka pelapor akan duduk di kursi pemenang. Apabila sampai akhir acara voting dari pelapor masih yang paling tinggi maka mereka akan mendapatkan hadiah sebesar 1 juta won atau sekitar 12 juta rupiah. Menariknya program ini adalah kesempatan masyarakat Korea menceritakan masalah atau kecemasan yang akan ditampilkan. Dengan host dan bintang tamu, tentu saja semakin menarik untuk dilihat. Dengan pembawaannya yang ringan tetapi serius menjadikan program ini semakin diminati oleh warga Korea dilihat dari episode yang sudah mencapai 372 episode (per 16 Juli 2018). Salah satu episode yang menarik adalah episode 301 dengan cerita “Do I Have to Take it Off” adalah seorang wanita dari Uzbekistan bernama Hong Hana yang kini

6

sudah menjadi warga negara Korea. Yang berbicara tentang bagaimana didiskriminasi karena penampilannya yang memakai jilbab. Diskriminasi verbal dan nonverbal yang pernah dia terima contohnya adalah “Kenapa kamu memakai itu (jilbab)! kamu di Korea lepaskan.” Dan seorang wanita yang tiba-tiba menarik jilbabnya.7 Korea Selatan memiliki masalah soal diskriminasi dan rasisme. Kebanggaan yang tinggi akan budaya homogen di Korea Selatan menjadi salah satu pemicu munculnya rasisme kepada etnis lain. Survei yang dilakukan oleh Seoul Institute pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa diskriminasi warga asing dilakukan berdasarkan kebangsaan, penampilan, dan pendidikan. Sekitar 94,5 persen dari 2.500 orang asing menjawab mereka telah mengalami diskriminasi di Seoul. Hanya sekitar 5,5 persen warga asing yang mengatakan mereka tidak pernah didiskriminasi. Berdasarkan survei tersebut ada dua jenis diskriminasi yang umum dilakukan yakni karena kebangsaannya sekitar 62,2 persen dan penampilannya sekitar 28,8 persen.8 Survei lain dari Hyundai Research Institute mengungkapkan bahwa sekitar 44,2 persen warga Korea Selatan tidak menganggap orang asing sebagai

7 I’m Korean that Wears a Hijab (Hello Counselor) episode 301, https://www.youtube.com/watch?v=vA7CcAvhpoI&t=23s. Diakses 13 Maret 2021. 8 http://www.koreaobserver.com/nearl-all-foreigners-victim-of- discrimination-in-seoul-29001/ . Diakses 14 Mei 2018.

7

tetangga. Dengan kata lain, mereka tidak ingin berdekatan dengan warga asing. Sehubungan dengan masalah di atas menurut Soetomo ada tiga terminologi yang digunakan yaitu, “Minoritas rasial, minoritas etnik, dan asimilasi. Minoritas rasial terdiri atas sekelompok orang yang mempunyai karakteristik yang merupakan pembawaan biologis seperti warna kulit. Orang- orang berkulit hitam dapat menjadi minoritas di kalangan masyarakat. Aspek kultural yang dapat membentuk minoritas tipe ini adalah bahasa, agama, asal kebangsaan, kesamaan sejarah, dan lain sebagainya.” 9 Islam sendiri sangat melarang diskriminasi, karena hal tersebut merupakan sifat tercela yang sangat membahayakan. Di dalam agama Islam, semua makhluk itu sama, siapapun, dari manapun, warna kulit apapun. Alquransebagai kitab umat Islam hanya membedakan manusia dengan kualitas ketakwaannya. Dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 disebutkan:

يَا أَيُّ َها َّالن ُاس إِ َّنا َخَل ْق ُنَاك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُ ْنثَ ٰى َو َجعَ ْل ُنَاك ْم ُشعُوبًا َو َقبَائِ َل ِلتَعَ َارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند َ ََّّللاِ أَتْ َق ُاك ْم ۚ إِ َّن ََّّللاَ َع ِل ٌيم خَبِ ٌير

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di

9 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: PT Dunia Pusaka Jaya, 1995), h. 38.

8

antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”10 Diskriminasi masih banyak terjadi di sekitar kita dari intensitas yang terkecil sampai terbesar bisa kita lihat dan bukan tidak mungkin akan kita rasakan. Dengan adanya program acara televisi ini, maka bisa menjadi model bagi program-program lain di negara lain. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat membantu untuk menyelesaikan diskriminasi. Masyarakat Korea Selatan kurang mempelajari Islam. Karena masayrakatnya sendiri lebih mementingkan budaya masyarakat sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka penelitian ini diberi judul “Signal Diskriminasi pada Acara Reality Show Hello Counselor Episode 301 di Televisi Korean Broadcasting System (KBS) (dalam Tinjauan Pemaknaan (Meaning))”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah Identifikasi masalah berdasarkan penjelasan di atas adalah:  Islam sebagai agama minoritas di negara Korea Selatan.  Budaya yang berbeda.  Faktor berpakaian yang berbeda yang menimbulkan diskriminasi, dalam kasus ini adalah berkerudung.

10 Al-Hujurat ayat 13, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/49/13, diakses pada 20 Maret 2021.

9

 Sedikitnya informasi mengenai Islam.  Persepsi mengenai sesuatu dapat beragam. Agar penelitian proposal skripsi ini lebih terarah, maka penulis memfokuskan hanya pada pemaknaan diskriminasi dalam program acara Hello Counselor episode 301 yang tayang di televisi KBS (Korea Broadcasting System).

C. Rumusan Masalah Adapun pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan latar belakang masalah di atas maka timbul permasalahan utama yaitu: Bagaimana pemakanaan diskriminasi pada acara Hello Counselor episode 301 di televisi KBS? Adapun pertanyaan turunannya adalah 1. Apa makna semiotik diskriminasi yang terjadi dalam acara realitas ini? 2. Seperti apa makna denotasi dan konotasi diskriminasi yang terjadi dalam program televisi ini? 3. Mengapa makna struktural diskriminasi yang terjadi dalam acara tersebut?

D. Tujuan Penelitian Terkait dengan rumusan masalah, maka ada tujuan secara teoritis dan secara praktis yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan penelitian secara teoritis

10

a. Untuk mengetahui pemaknaan diskriminasi dalam acara Hello Counselor episode 301 di televisi KBS. b. Untuk mengetahui makna semiotik, struktural, denotasi dan konotasi dalam acara tersebut. 2. Tujuan secara praktis a. Untuk melakukan perubahan pola pikir pada masyarakat atas diskriminasi. b. Memberikan informasi kepada pembaca tentang makna diskriminasi yang terjadi di Korea Selatan yang ada di acara Hello Counselor episode 301 di televisi dan youtube KBS World.11

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini bisa bersifat praktis dan teoretis. 1. Manfaat penelitian bersifat teoretis Menambah referensi pada penelitian selanjutnya dalam hal sinyal diskriminasi di Korea Selatan pada program acara Hello Counselor di televisi KBS sebagai sarana penyampaian pesan dan pembelajaran. Serta penelitian ini diharapakan memberikan sumbangan ilmiah dalam Ilmu Komunikasi serta masalah

11 I’m Korean that Wears a Hijab (Hello Counselor) episode 301, https://www.youtube.com/watch?v=vA7CcAvhpoI&t=23s. Diakses 13 Maret 2021.

11

diskriminasi dikalangan mahasiswa dan juga masyarakat. 2. Manfaat penelitian bersifat praktis Menambah wawasan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atau pembaca lainnya yang ingin membahas masalah pemaknaan diskriminasi. Serta untuk memberikan pengertian kepada masyarakat untuk lebih kritis dalam menyikapi fenomena diskriminasi yang sering terjadi di lingkungan sekitar.

F. Bingkai Konseptual Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut menjadi karya ilmiah, maka langkah awal penulis lakukan dengan mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang mempunyai topik hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Pengkajian ini dimaksud untuk mengetahui bahwa apa yang penulis teliti mungkin telah diteliti oleh orang lain. Skripsi yang ditulis oleh Noviani Wulandari Nasution12 dengan judul “Representasi Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Film Khalifah.” Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik, serta teknik

12 Noviani Wulandari Nasution, Representasi Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Film Khalifah, (Yogyakarta: Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Univeristas Islam Negeri Sunan Kali Jaga, November, 2016).

12

dokumentasi sebagai pengumpulan datanya. Objek penelitian yang membahas tentang diskriminasi terhadap perempuan. Perbedaan penelitian Noviani Wulandari Nasution dan penulis terletak pada objek penelitian dan sudut pandang penelitian yang dianalisis. Sedangkan persamaannya adalah masih sama-sama menganalisis permasalahan diskriminasi dan sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Jurnal yang ditulis oleh Melati Oktaviana Lestyan Putri13 dengan judul “Potret Diskriminasi terhadap Ras Kulit Hitam dalam Film ‘The Help’.” Penelitian Melati Oktaviana Lestyan Putri menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik, serta teknik observasi dan analisis pustaka. Objek penelitian ini membahas tentang rangkaian shot yang ada dalam scene yang sudah terpilih. Persamaan pada penelitian ini adalah masih sama-sama membahas tentang diskriminasi dan menggunakan penelitian kualitatif. Namun terdapat beberapa perbedaan, yaitu analisis yang digunakan adalah model Roland Barthles. Terlebih subjek penelitian juga berbeda, yakni antara film dan program televisi.

13 Melati Oktaviana Lestyan Putri, Potret Diskrimnasi terhadap Ras Kulit Hitam Dalam Film ‘The Help’ (Surakarta: Jurnal, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret,2016).

13

Skripsi yang ditulis oleh Halimatus Sakdiyah14 dengan judul “Diskriminasi Gender dalam Film Pink (Analisis Semiotik Roland Barthes).” penelitian ini menggunakan metode penelitian paradigma kritis dengan menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes, serta teknik dokumentasi sebagai pengumpulan datanya. Objek penelitian yang membahas tentang diskriminasi gender. Perbedaan antara penelitian Halimatus Sakdiyah dan penulis adalah metode penelitian dan objek penelitian yang digunakan. Sedangkan persamaannya adalah menganalisis permasalahan diskriminasi.

G. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang dilakukan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme berusaha memahami dan mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman subjek yang akan diteliti. Paradigma konstruktivisme dibangun atas dasar pemahaman dan pengetahuan dari manusia dengan tujuan untuk menjadi pembentuk suatu realitas sosial. Dalam paradigma tersebut, aspek etika, moral dan nilai-

14 Halimatus Sakdiyah, Diskriminasi Gender dalam Film Pink (Analisis Semiotik Roland Barthes), (Surabaya: Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Januari, 2018).

14

nilai tertentu dinilai tidak dapat dihilangkan dari suatu pemberitaan media.15 2. Konsep Penelitian Penelitian ini berkonsep dari buku The Media Student’s Book Third Edition Gill Branston and Roy Stafford, yaitu, a. Semiotika, dipahami sebagai ilmu yang berhubungan dengan “tanda‟, mempelajari hakikat sistem tanda. Memahami bahasa verbal sebagai salah satu hal dari banyak sistem tanda yang bisa dimaknai. Misalnya tentang sikap, pakaian, dan lainnya, yang dikaji sebagai bahasa verbal.16 b. Strukturalisme adalah Pemaknaan terhadap sebuah tanda dalam strukturalisme dapat dipahami bahwa setiap manusia memahami sesuatu berdasarkan kepada aturan sistem sosial atau faktor kejiwaan dalam diri. Dapat dipastikan bahwa setiap individu memiliki logat atau gaya bahasa yang khas.17 c. Denotasi dan konotasi, dua kata ini memiliki arti sesuatu yang tersirat dan tersurat. Kata 'merah' menunjukkan denotasi yang berbeda dari segi warna, dengan warna lain seperti 'biru' atau 'pink'. Bila warna

15 Maryaeni, Metode Penelitian Budaya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.7. 16 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, (London and New York: Routledge, 2003), hal. 10. 17 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, hal. 12.

15

merah berasosiasi dengan warna lain bisa memiliki makna berbeda. Dalam budaya tertentu, warna merah itu memiliki konotasi sesuatu yang ganas, gairah, atau yang bahaya.18 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu penelitian yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang tertulis. Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 19 Metode penelitian kualitatif ini merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.20 Dalam penelitian ini, peneliti memberikan gambaran tentang signal diskriminasi dalam acara Hello Counselor episode 301.

18 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, hal. 15. 19 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya 2002), h. 6. 20 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 153.

16

Setelah itu dijabarkan dialog serta gambar (scene) yang terdapat pada acara ini dan mengandung makna diskriminasi. 4. Subjek dan Objek Penelitian Dalam masalah ini subjek penelitiannya adalah acara Hello Counselor di televisi KBS. Sedangkan objek sebagai sasaran penelitian yang sesuai topiknya adalah tentang diskriminasi dalam dialog-dialog acara Hello Counselor episode 301 yang dimaknai.

5. Teknik Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam berbagai penelitian. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat. Dokumen publik seperti: laporan polisi, berita- berita disurat kabar, transkrip acara TV, dan lainnya.21 Tentu saja yang paling penting adalah video program tersebut. Penulis telah mengunduh video tayangan program acara Hello Counselor episode 301 yaitu

21 Racmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi; Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 120.

17

episode tentang Kang Hana yang didiskriminasi karena berkerudung. Kemudian penulis melakukan transkip wawancara melalui video tersebut. b. Studi Kepustakaan Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui literatur dan sumber bacaan, seperti buku- buku tentang teori semiotik, strukturalisme, denotasi, konotasi, dan kode dan metode analisis pemaknaan yang dibahas dan jurnal yang dapat mendukung penelitian. c. Observasi Observasi adalah suatu proses pengamatan melalui indera penglihatan kita tetapi, hanya memperlihatkan tanpa mengajukan pertanyaan. Pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek atau subjek dengan cara menghadiri acara di studio. Penulis melakukan observasi dengan melihat tayangan reality show Hello Counselor di Youtube. 6. Analisis Data Teknik analisis data dengan pemaknaan diskriminasi dalam acara Hello Counselor episode 301 di televisi KBS menggunakan semiotik, strukturalisme, denotasi, dan konotasi milik Branston dan Stafford.22 Penulis akan memperhatikan tanda yang ada pada dialog-dialog

22 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, (London and New York: Routledge, 2003).

18

acara Hello Counselor episode 301. Kemudian tanda tersebut akan didefinisikan dengan makna sesungguhnya yang bersifat objektif dan penulis akan tambahkan makna yang bersifat subjektif berdasarkan nilai-nilai Islam.

H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan penelitian, penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab. Pada masing-masing bab telah terbagi kembali menjadi subbab yang mendukung isi dari setiap bab, dengan sistematika sebagai berikut: Skripsi ini dimulai dengan pendahuluan, yaitu Bab I. Bab ini mencangkup di dalamnya permasalahan (latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah). Selain itu, konteks penelitian (tujuan penelitian dan manfaat penelitian), bingkai konseptual, metodologi penelitian (paradigma penelitian. Konsep penelitian, pendeketan penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data,), dan terakhir sistematika penulisan. Sebagai karya ilmiah, landasan teoritis lazimnya dibahas di Bab II. Dalam bab ini, dijelaskan mengenai teori pemaknaan (semiotika, strukturalisme, denotasi dan konotasi, dan kode), diskriminasi dan komunikasi antarbudaya, serta televisi sebagai media dalam penelitian ini.

19

Selanjutnya yaitu gambaran umum yang penulis letakkan pada Bab III. Pada bab ini penulis menjelaskan gambaran umum mengenai televisi KBS (Korean Broadcasting System) dan program yang ada di dalamnya khususnya program acara Hello Counselor episode 301. Program ini meliputi profil acara, sejarah, permasalahan, dan penghargaan. Bab IV. Dalam bab ini, peneliti menemukan data dan hasil temuan pemaknaan diskriminasi dalam program acara Hello Counselor episode 301, khususnya semiotika, strukturalisme, denotasi dan konotasi, serta kode. Inti dari skripsi ini ada pada Bab V, yang mencakup inti pembahasan skripsi sesuai dengan data dan temuan yang diperoleh dari pemaknaan diskriminasi dalam program acara Hello Counselor episode 301. Akhirnya pada Bab VI yang merupakan penutup dari skripsi ini. Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian yang penulis sampaikan. Jawaban subjek atas pertanyaan mayor dan minor dan memberikan saran-saran dari penulis.

BAB II

PROGRAM TELEVISI DALAM PERSPEKTIF PEMAKNAAN

A. Teori Diskriminasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskriminasi memiliki arti sebagai pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya).1 Sedangkan menurut Theodorson & Theodorson, “Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorial, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas- kelas sosial.”2 Secara umum diskriminasi dapat diartikan sebagai pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara. Pengertian diskriminasi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam Pasal 1 ayat 3, adalah: “Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan

1 Kbbi.web.id/diskriminasi diakses tanggal 24 juni 2020 pukul 12.30. 2 Theodorson & Theodorson, AModern Dictionary of Sociology, (New York, Hagerstown, San Fransisco, London: Barnes & Noble Books, 1979), h. 115-116.

20

21

pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya”3 Dalam terminologi hak asasi manusia, prinsip kesetaraan dan anti diskriminasi. Dalam pasal 1 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) membahas tentang prinsip kesetaraan sebagai berikut;4 “All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.” Sedangkan prinsip anti diskriminasi ditentukan dalam pasal 2 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) sebagai berikut; “Everyone is entitled to all the rights and freedoms set forth in this Declaration, without distinction of any kind, such as race, colour, sex, language, religion, political or other opinion, national or social origin, property, birth or other status. Furthermore, no distinction shall be made on the basis of the political, jurisdictional or international status of the country or territory to which a person belongs, whether it be independent, trust, non-self-governing or under any other limitation of sovereignty.” Indonesia dalam upaya penghapusan tindakan diskriminasi yang berkaitan dengan upaya perlindungan

3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 39 tahun 1999 tentang HAM, dalam web resmi komnasham, http//www.komnasham.go.id/instrument-ham- nasional/uu-no-39-tahun-1999-tentang-ham. Diakses 04 November 2018. 4Universal Declaration of Human Rights (UDHR), https://www.un.org/en/about-us/universal-declaration-of-human-rights. Diakses 10 Maret 2021.

22

HAM yaitu Indonesia telah meratifikasi Kovenan Internasional di bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya melalui UU No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant Economic, Social and Cultural Rights/Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya pada tanggal 28 Oktober 2005. 5 Selain itu untuk melakukan perlindungan HAM di bidang sipil dan politik telah diratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik melalui UU No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights pada tanggal 28 Oktober 2005.6 Data yang diperoleh dari Andi Faisal Bakti menyebutkan bahwa: “Pada awal tahun 2000, ratusan baik Muslim dan Kristen kehilangan nyawa mereka dalam konflik serupa di Poso, Sulawesi Tengah. Sementara Timor Timur telah merdeka sejak tahun 1999, sedangkan Aceh (di Sumatera) mulai Gerakan Aceh Merdeka menuntut kemerdekaan, sampai pada 15 Agustus 2005 terjadi kesepakatan damai yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Begitu juga Papua (Irian Jaya) dan minoritas lainnya yang tidak puas dengan pemerintahan pusat.”7

5 Republik Indonesia, Undang-Undang Pengesahan International Covenant Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005, LN Tahun 2005 Nomor 118, TLN Nomor 4557. 6 Republik Indonesia, Undang-Undang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005, LN Tahun 2005 Nomor 119, TLN Nomor 4558. 7 Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence: Communicating Human Integrity Characteristics is Necesery for Horizontal Conflict Resolution in Indonesia,” Identity, Culture, and Politics an Afro-Asian Dialogue” Vol.9, no. 1 (Juli 2008): h. 75.

23

Diskriminasi seringkali terjadi diawali dengan prasangka. Dengan prasangka, kita membuat perbedaan antara kita dengan orang lain. Pembedaan ini terjadi karena kita makhluk sosial yang secara alami berkumpul dengan orang yang memiliki kemiripan dengan kita. Prasangka seringkali didasari pada ketidakpahaman, ketidakpedulian pada kelompok di luar dari kelompoknya atau ketakutan atas perbedaan. Prasangka makin diperburuk dengan cap buruk (stigma/stereotip). Cap buruk ini lebih didasarkan pada berbagai fakta yang menjurus pada kesamaan pola, sehingga kemudian kita sering menggeneralisasi seseorang atas dasar kelompoknya. Cap buruk ini dipelajari seseorang dari pengaruh sosial masyarakat, tetangga, keluarga, sekolah, media, dan sebagainya. Diskriminasi terjadi ketika keyakinan atas cap buruk dan prasangka itu sudah berubah menjadi aksi. Diskriminasi adalah tindakan memperlakukan orang lain dengan tidak adil hanya karena dua berasal dari kelompok sosial tertentu.8

B. Pemaknaan 1. Semiotika Secara etimologi, istilah semiotik berasal dari kata yunani “semeino” yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dan dapat dianggap

8 Falthoni, Memahami Diskriminasi, (Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC), 2009), h 9-10.

24

mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara termonologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.9 Semiotika sendiri membentuk pemikiran tentang bagaimana suatu tanda dapat menggambarkan ide, benda, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar dari tanda itu sendiri. Tanda tidak hanya memberikan cara melihat komunikasi tetapi, memiliki pengaruh kuat pada semua pandangan yang diterapkan pada teori komunikasi.10 Semiotika dapat dipahami sebagai ilmu yang berhubungan dengan ‘tanda’, mempelajari hakikat sistem tanda. Memahami bahasa verbal sebagai salah satu hal dari banyak sistem tanda yang bisa dimaknai. Misalnya tentang sikap, pakaian, dan lainnya, yang dikaji sebagai bahasa verbal.11 Pada tahun 19-an, studi tentang media mulai memasuki tahap yang serius, menurut Branston & Stafford, berbagai mode dari literatur, ilmu sosial, aliran seni kritis diaplikasikan dalam penelitian tentang media. Sebuah “nilai” diposisikan dalam ‘dialog yang baik’ atau ‘karakter yang meyakinkan’ atau ‘komposisi yang indah.’ Namun, pembahasan mengenai film atau acara

9 Alex Sobur, Analisis Teks Media: suatu pengantar untuk analsisi wacana, analisis semiotik, dan analisis framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95. 10 Stephen W. Little jhon dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), Cet.9, h. 53. 11 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, (London and New York: Routledge, 2003), h. 10.

25

televisi dengan pendekatan yang demikian tidaklah cukup. Orang-orang mulai lebih kritis dan bertanya: kriteria seperti apakah yang digunakan untuk mengukur “baik” atau “meyakinkan” dalam penelitian itu? Untuk siapa? Timbulah pertanyaan radikal tentang bagaimana makna yang dikonstruksikan dalam bahasa dan budaya, dan kemudian diaplikasikan ke dalam media audiovisual (suara dan gambar). Pendekatan semiotika ini mencoba untuk menjawab pertanyaan tentang makna dari berbagai kisah atau gambar dalam rangka untuk memahami makna dikonstruksi.12 Tanda menggambarkan makna yang dikonstruksi dari produksi sosial. Karena itu, tanda (signs) memiliki beberapa karateristik, antara lain: a. Tanda memiliki bentuk fisik, bisa disebut penanda (signifier), Seperti alat pemotong rambut dan lampu lalu lintas, sekalipun hanya sebagai penanda dengan kata, tapi menawarkan makna yang ganda signifier dan signified merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. b. Tanda mengacu kepada makna di luar dirinya (signified), Ketika kita mendengar kata “bunga mawar‟, maka dalam benak kita terkonsep makna yang berada diluar tanda itu.

12 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h.10.

26

c. Semiotika menekankan bahwa persepsi tentang realitas itu sendiri yang dibangun dan dibentuk oleh kata-kata dan tanda-tanda dalam berbagai konteks sosial. Contoh yang paling terkenal adalah kata “salju” dalam bahasa Inggris menggunakan beberapa kata benda (snow, slush, sleet) untuk membedakan kondisi yang bersalju.13 Menurut Ferdinan de Saussure, “Semiotik adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda masyarakat”, tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah yang mengaturnya. Didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakang sistem tanda pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dengan demikian bagi Peirce semiotik adalah suatu cabang filsafat, sedangkan bagi Saussure adalah bagian dari disiplin psikologi sosial.”14 Sedangkan menurut Barthes, “Semiotik pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal- hal (things). Memaknai (to Signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).”15

13 Stuart Hall, ed., Representation: Cultural Representation and Signifaying Practices, (London and New Delhi: Sage, 1997) dalam Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 11. 14 Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Ikonsitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 3. 15 Benny Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h. 3.

27

Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkostitusi sistem terstruktur dari tanda.

2. Strukturalisme Strukturalisme menekankan ide dan posisi dalam dua hal, pertama strukturalisme berpendapat bahwa semua organisasi manusia ditentukan oleh struktur sosial atau dengan logika manusia itu sendiri, terlepas dari kehendak atau niat manusia. Freud dan Marx pada abad ke-19 telah mulai menginterpretasikan dunia sosial dengan terstruktur. Freud berpendapat bahwa psikologi manusia adalah salah satu struktur yang membuat manusia bertindak dengan cara-cara yang tidak disadari. Marx berpendapat bahwa kehidupan ekonomi, khususnya hubungan orang-orang dengan alat-alat produksi bisa mempengaruhi pendapatnya dalam politik.16 Kedua, strukturalisme berpendapat makna hanya dipahami oleh struktur sistematis serta perbedaan- perbedaan yang dibuat oleh manusia sendiri. Contohnya antropologi strukturalis dapat mempelajari bagaimana

16 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12.

28

suatu budaya dan aturan-aturan tentang makanan sebagai suatu sistem: 17 a. Aturan pengecualian (orang Inggris menganggap makanan katak dan siput sebagai kebiasaan makanan Prancis yang barbar, sedangkan orang Prancis sendiri menganggap hidangan kodok dan siput sebagai hidangan mewah). b. Menandakan perbedaan (dalam masakan barat hidangan gurih dan manis selalu terpisah). c. Aturan kesesuaian (steak dan kentang selalu dimakan beriringan setelah itu makan es krim; sesuai, steak dan es krim dimakan beriringan setelah itu makan kentang; tidak sesuai).18 Pemaknaan terhadap sebuah tanda dalam strukturalisme dapat dipahami bahwa setiap manusia memahami sesuatu berdasarkan kepada aturan sistem sosial atau faktor kejiwaan dalam diri. Dapat dipastikan bahwa setiap individu memiliki logat atau gaya bahasa yang khas.19 Saussure sendiri menganggap bahasa sebagai sistem tanda-tanda yang dibentuk dari ‘kode’ dan ‘struktur’. Cara untuk mendapatkan makna dari bahasa dengan mendefinisikan istilah kebalikan dari

17 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12. 18 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12. 19 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12.

29

istilah lain. Seperti hitam dan putih, panas dan dingin, ‘feminitas’ kebalikan dari ‘maskulinitas’, dan lainnya.20 Salah satu tokoh dalam aliran structuralism adalah Claude Levi-Strauss. Dia menekankan pentingnya pertentangan tanda mitos dan bahasa. Pendapatnya dapat disebut sebagai oposisi biner karena kualitas dapat dikelompokkan menjadi pasangan yang bertentangan. Hal ini menghasilkan batas kunci atau perbedaan dalam budaya, biasanya dengan berat badan yang tidak sama atau nilai yang melekat pada salah satu sisi pasangan.21 Hal yang perlu diperlihatkan dalam strukturalisme adalah adanya perubahan pada struktur suatu benda atau biasa diistilahkan sebagai proses transformasi. Dalam proses ini hanya bagian-bagian tertentu saja dari suatu struktur yang berubah sementara elemen-elemen yang lama masih dipertahankan. Prinsip dasar dengan realitas empiris, melainkan dengan model-model yang dibangun menurut realitas empiris tersebut. Pendekatan strukturalisme ini menekankan pada pasangan lawan kata dalam menjelaskan semiotika akibat desakan dari tanda yang hanya dapat dimengerti dengan menampilkan pasangan bahwa kata secara utuh dalam menjelaskan sebuah sistem atau kode tertentu.

20 Pendapat Saussure (1857-1913) ahli bahasa asal Prancis, dalam Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12-13. 21 Claude Levi Strauss (1908) seorang ahli antropologi asal Prancis, sejak tahun 1950-an telah aktif mempelajari mitos, karyanya telah memiliki pengaruh besar dalam pengembangan semiotik. Lihat: Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12.

30

Dalam fotografi atau perfilman, satu jenis warna menjadi sebuah identitas khusus di dalam dunia fotografi atau perfilman tersebut, hitam putih. Kata ‘hitam-putih’ identik dengan film-film jaman dulu sehingga makna ‘hitam-putih’ dalam dunia perfilman adalah kuno atau jaman dulu.22 Bagaimanapun juga, belajar bagaimana kata-kata dan produk media seperti iklan dan film untuk dapat membedakan mereka. Genre adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam memahami makna yang ditemui dalam keseharian dan disatukan dengan berbagai pengulangan dan perbedaan adalah kunci untuk dapat memahami arena pembuatan makna.23

3. Denotasi dan Konotasi Denotasi dan konotasi. Dua kata ini memiliki arti yang tersirat dan tersurat. Kata ‘merah’ menunjukkan denotasi yang berbeda dari segi warna, dengan warna lain seperti ‘biru’ atau ‘kuning’. Bila warna merah berasosiasi dengan warna lain bisa memiliki arti yang berbeda. Dalam budaya tertentu warna merah itu memiliki konotasi yang ganas, gairah, atau yang berbahaya.24

22 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 15. 23 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 13. 24 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 15.

31

Beberapa perdebatan mengenai tanda memunculkan istilah yang berbeda, setidaknya terbagi menjadi tiga bagian: yaitu icon, index, dan symbol. Icon dipahami bila mana hubungan antara penanda dan petandanya memiliki sifat yang sama atau memiliki kemiripan. Misalnya foto, film, televisi, dan lainnya yang menggambarkan realitas sesungguhnya. Index adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang mengacu pada kenyataan, contohnya mendung menandakan hujan. Sedangkan symbol dipahami sebagai hubungan alamiah antara penanda dengan petanda yang bersifat arbiter atau berdasarkan kesepakatan.25 Seperti yang dikemukakan oleh psikolog C. K. Ogden serta filsuf dan kritikus sastra I. A. Richards dalam karya klasik mereka yang terbit tahun 1923 dengan judul The Meaning of Meaning, bahwa “Seperti aksioma di dalam aritmetika dan geometri, pengertian ‘arti denotatif’ paling baik dibiarkan saja dan tidak usah didefinisikan. Makna denotatif bukanlah sesuatu yang bisa dipastikan dengan tepat. Makna ini adalah generelasi.”26 Teori Barthes memfokuskan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap, yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah definisi objektif kata tersebut,

25 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 17. 26 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 42-43.

32

sedangkan konotasi adalah makna subjektif atau emosionalnya. Konotasi adalah mode operatif dalam pembentukan dan penyandian teks kreatif seperti puisi, novel, komposisi musik, dan karya-karya seni. Konotasi itu cukup kuat karena membangkitkan perasaan dan persepsi tentang segala sesuatu.27 Film Pretty Woman tahun 1990 ada sebuah adegan di mana pemerannya Julia Roberts sebagai Vivien mengenakan gaun berwarna merah. Gaun merah bisa menumbuhkan suatu keyakinan dan gairah dalam diri Richard Gere sebagai Edward. 'Merah' menunjukkan sebuah kode yang berarti sesuatu yang “bergairah.”28 “Tanda juga mengandung sebuah kode tertentu yang dipahami sebagai sesuatu yang berbeda dengan ''label” dari dunia nyata yang dibentuk berdasar kesepakatan sosial, dan tidak pernah tampak sebagai yang 'alami'. Seperti, apabila pilihan hijau untuk rambu lalu lintas yang berarti pergi (teruskan jalan), bisa diganti dengan pink (merah muda), kalaupun warna itu yang disepakati. Di sinilah perlunya perjanjian budaya atau sosial yang luas (atau bahkan gaya) yang diperlukan untuk memaknai sesuatu yang diproduksi, dan direproduksi. Berkaitan dengan sistem makna yang lebih luas terhadap istilah 'kode' bisa didefinisikan ulang. Barthes membahas ini sebagai bagian dari mitos dan mithologi. Ibarat istilah politis dengan sebutan 'ideologi' dan 'wacana'. Bahwa tanda-tanda

27 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 44-45. 28 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 15.

33

tidak tetap, tidak berdiri sendiri, tapi selalu polysemic (memiliki beberapa arti).”29

4. Kode “Sangat layak mempelajari berbagai latar belakang terciptanya sebuah makna dalam bahasa/ kode dari berbagai budaya. Persetujuan sosial atau terkadang kekerasan. Kita belajar mengenali tanda dalam hubungannya dengan system yang berlaku sesuai dengan kode yang diberikan sebelumnya. Roland Barthes memulai penelitian dalam kajian ini. Menggunakan istilah seperti retorika, mitos, dan mitologi. Stuart Hall menggunakan istilah “kode” baik untuk menciptakan sebuah asumsi dan bagi tatanan nilai yang lebih luas dengan yang dia hubungkan. Contohnya, iklan kosmetik tergantung dari diterimanya makna bahwa cantik itu adalah wajah wanita yang terlihat mewah dengan balutan kosmetik dan bisa dikatakan sebagai “kode dominan” bahwa setiap wanita harus tampil mewah dan cantik untuk laki-laki. Dalam buku ini selanjutnya menggunakan kata- kata politis yang lebih khusus seperti “ideologi” dan perdebatan-perdebatan yang lebih penting tentang mengungkap makna dari yang disampaikan. Ada juga bahaya menggunakan kata “kode” karena dapat membuat komunikasi selalu terdengar seperti konspirasi.”

Beberapa tanda digunakan oleh kita sebagai pembaca atau pengguna menghasilkan makna yang sama sekali tidak berhubungan dan ambigu atau memiliki dua arti. Dalam prosesnya makna yang tidak

29 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 18.

34

tetap banyak digunakan dalam kehidupan social yang dibagikan oleh banyak orang. Seperti Union Jack yang berarti sebagai persatuan bagi kerajaan Inggris. Tetapi, bagi Republik Wales, Irlandia atau Skotlandia ini dipahami dengan cara yang sangat berbeda.30 Secara keseluruhan, semiotik sangat berguna dalam kegiatan utama pembuatan makna. Tetapi semotik sering dianggap sebagai bagian yang tidak berdaya untuk menghadapi perkembangan politik dan social.31 Namun karena berbagai macam pengguna untuk banyak kebutuhan terkadang sebuah kata atau simbol bermakna multitafsir. Seperti kata bujang yang biasanya diartikan kaum muda yang masih lajang. Sedangkan dalam bahasa Batak bujang diartikan sebagai kata yang tidak pantas diucapkan karena bermakna kata-kata kasar atau makian.

C. Televisi Televisi merupakan media massa paling hebat dibanding semua pendahulunya. Televisi tidak mengenal batas. Televisi adalah fenomena yang muncul dari fenomena gelombang kemajuan teknik abad ke-20, dalam penyempurnaan teknologi dan kemudian keragaman fungsinya. Televisi melipatgandakan efek media dalam

30 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 18. 31 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 20.

35

menjalankan tugas memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan bimbingan32 Menurut Balai Pustaka Depdiknas, “Televisi didefinisikan sebagai suatu sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik, dan mengubahnya kembali menjadi berkas yang dapat dilihat dan bunyinya dapat didengar.”33 Jumlah stasiun televisi nasional terdiri dari televisi Republik Indonesia (TVRI) 23 stasiun di daerah dan pusat ditambah dengan 10 televisi swasta/ komersial. Disamping televisi yang bersiaran secara nasional, tumbuh pula stasiun televisi lokal yang mencapai lebih dari 30 stasiun baik dikelola oleh pihak swasta maupun oleh unsur Pemda. Semua televisi ini mengcover sekitar 67,2 persen dari total populasi sekitar 219.898.300 penduduk Indonesia. 34 Media elektronik audiovisual seperti televisi merupakan gabungan antara tiga aspek, yaitu pertama aspek verbal merupakan kata-kata atau kalimat tertulis dalam ragam tutur/lisan terkait unsur-unsur pokok penulisan berita yang singkat, padat, efektif dan jelas harus senantiasa menjadi acuan pokok. Kedua, aspek visual merupakan kualitas gambar televisi seperti gambar yang

32 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Edisi 1; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 121. 33 Tim Balai Pustaka Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. III, Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1126. 34 Masduki dan Muzayin Nazaruddin, ed., Media, Jurnalisme dan Budaya Populer, (Cet.I; Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia & UII Press, 2008), h. vii.

36

tajam, jelas, hidup, dan memikat yang sampai ke layar televisi merupakan pokok pertimbangan yang tidak boleh dilupakan. Ketiga, aspek dramatikal merupakan gabungan dari semua aspek yang sudah diuraikan sebelumnya. 35 1. Pengertian Variety show Menurut Naratama dalam buku Menjadi Sutradara Televisi mengemukakan bahwa,36 “Variety show adalah Format Acara TV yang mengombinasikan berbagai format lainnya seperti Talk Show, Magazine Show, Quiz, Game Show, Music Concert, Drama, dan SitKom (Situasi Komedi).” Masih dalam buku yang sama Naratama, 37 “Dengan kreativitas ide, buatlah gimmick- gimmick yang menarik di antara segmen. Siapkan juga fanfare yang mengundang kekaguman pemirsa. Jangan lupa, clip hanger! Itu semua diperlukan, agar pemirsa tidak melompat ke saluran lain.” Jadi, dari sinilah keunggulannya. Bila pemirsa merasa tontonannya variatif, maka acara ini dianggap berhasil, tetapi bila pemirsa menganggap tontonannya monoton, maka acaranya bisa jadi dianggap gagal. Oleh karena itu, agar pemirsa tidak merasakan jenuh maka sutradara dituntut untuk pandai dan kreatif dalam membuat jebakan-jebakan di antara segmen-segmen.

35 Hasan Asy’ari Oramahi, Jurnalistik televisi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 6. 36Rukmananda Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera, (Jakarta: Grasindo, 2006), h.160. 37 Rukmananda Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera, h.191.

37

Salah satu jenis format acara yang penulis bahas adalah variety show. Variety show ini di tayangkan di Korea dan dapat ditonton online setiap minggunya. Judul program tersebut adalah Annyeonghaseo atau Hello Counselor, merupakan variety show yang menyuguhkan acara bincang-bincang dengan penekanan pada orang-orang biasa, tanpa memandang usia atau jenis kelamin, yang bertujuan untuk membantu menurunkan hambatan komunikasi dengan berbagi cerita tentang kehidupan. Yang bisa dinikmati secara online di kanal Youtube KBS ataupun aplikasi streaming (VIU).38

D. Komunikasi Antarbudaya Secara bahasa komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communico yang berarti membagi. Membagi dalam hal ini adalah membagi dalam hal gagasan dan ide atau pikiran antara satu orang dengan orang lain. Selain communico, komunikasi juga berasal dari akar kata communis dalam bahasa Latin juga berarti menyamakan, menjadikan sama, antara satu orang dengan orang lain.39 Ada empat teori komunikasi menurut Andi Faisal Bakti, salah satu teori komunikasi tersebut yaitu S-M-C-R-

38 "KBS World (Hello Counselor)". https://english.kbs.co.kr/. Diakses tanggal 20 Juni 2020. 39 Wilbur Schramm, the process and Effects of Mass Communication, (University Of Illinois Press Urbana, 1995), Lihat juga Subroto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 2.

38

E. Teori ini merupakan teori kritik atas teori yang menjelaskan tentang S-M-C-R. Teori ini menjelaskan bahwa dalam komunikasi tentu ada sender, message, channel, receiver, dan effect dengan strategi one way (satu arah). Dengan demikian, faktor yang menjadi utama dalam teori ini adalah sumber karena memiliki kekuatan secara penuh terhadap pesan yang disampaikan dan juga menekankan pada efek dari pesan yang telah disampaikan oleh source.40 Selain itu, Andi Faisal Bakti juga mengagaskan teori Resepsi Aktif (Active Reception Theory), yaitu teori yang menganggap bahwa manusia sebagai makhluk yang aktif dalam menginterpretasikan pesan atau informasi yang didapatnya. Dalam teori Resepsi Aktif, keefektifan komunikasi dan diterimanya pesan atau informasi berasal dari proses penerimaan pesan dari komunikan itu sendiri, bukan berasal dari komunikator atau media yang digunakan tetapi pada komunikan. Teori ini berkaitan dengan interpersonal communication, dengan sosial kontrol yang diberikan kepada penerima pesan dengan adanya pendekatan interpersonal.41 Komunikasi berarti proses interaksi antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dalam

40 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, (Leiden: INIS, 2004), h. 37-40. 41 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, h. 108.

39

menyampaikan pesan atau informasi yang yang dimaksud dapat dipahami. Tapi, Bakti menambahkan bahwa komunikasi itu kuncinya adalah pemaknaan pada negosiasi karena dengan adanya pemaknaan dan negosiasi ini dapat menyatukan ratusan kelompok etnis, bahasa, dan budaya, serta belasan bekas kerajaan yang dipisahkan dengan laut besar atau pegunungan sehingga dapat berada pada satu bendera dan satu Negara.42 Dalam setiap prosesnya komunikasi selalu melibatkan ekspektasi, persepsi, tindakan dan penafsiran.43Maksudnya adalah ketika kita berkomunikasi dengan orang lain maka kita dan orang yang menjadi komunikan kita menafsirkan pesan yang diterima baik berupa pesan verbal maupun non verbal dengan standar penafsiran dari budayanya sendiri. Kita pun dalam memaknai dan menyandikan tanda atau lambang yang kita jadikan pesan menggunakan standar budaya yang kita punya. Pada dasarnya komunikasi antar budaya adalah komunikasi biasa, yang menjadi perbedaannya adalah orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut berbeda dalam hal latar belakang budayanya. Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta

42 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, h. 118. 43 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 7.

40

komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang memengaruhi perilaku komunikasi para peserta.44 Selain itu, Menurut Andi Faisal Bakti ada 8 factor of sosio cultural communication: 1. Communication between Muslim and non-Muslim (Christian, Buddhist, hinduism, Confucianism) 2. Communication between military and civilians, seperti pendiri partai militer, hansip, preman, ABRI, AMD, birokrat, menteri-menteri dari militer. 3. Communication between foreign and domestic entrepreneur, seperti reformasi, KKN, media, monopoli, investasi, makro ekonomi, bisnis, liniasiasi. 4. Communication between central and peripheral (pusat dan daerah) seperti, otonomi daerah, Jawa dan non- Jawa. 5. Communication between secular and religious group, seperti partai agama, FPI, HTI, Habib Rowa, Pancasila, partai non-agama. 6. Communication between traditional and modernist, seperti NU dan Muhammadiyah, full day school, poros tengah. 7. Communication between male and female, seperti gender, marawis, jilbab, feminism, poligami.

44 Charley H. Dood, Dynamics of Intercultural Communication, (Dubuque: Wn. C. Brown Publisher, 1991), h. 5. Lihat juga Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komuniasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 11.

41

8. Communication between mainstream and splinter groups, seperti Syiah, Lia Eden, nabi palsu. Berikut penjelasan mengenai aktor dan faktor dalam komunikasi antarbudaya menurut Andi Faisal Bakti, di antaranya: 45 Tabel 2. 1 Aktor dan Faktor Komunikasi Antarbudaya

Faktor dan Di mana pelaku Tindakan Aktor didominasi oleh penduduk kelompok dengan dalam bergerak komunitas besar, ke arah bertindak dengan resolusi cara-cara yang konflik. menimbulkan konflik. “Muslim “Kompulsif “Terbuka, dengan non- (bersifat kooperatif Muslim.” memaksa), (saling impulsif membantu), (bertindak tiba- penuh kasih, tiba sesuka hati), damai, hormat, marah, curiga, bebas dalam penuh dendam, toleransi, fanatik, persuasif, menggunakan strategi

45 Andi Faisal Bakti, “Major Conflicts in Indonesia: How Can Communication Contribute to a Solution,” Review of Human Factor Studies, Vol.6, No. 02, (Desember 2000), h. 46.

42

paksaan, rayuan, komunikasi kooptasi yang dapat (pemilihan diterapkan anggota adalah pemuka kelompok), agama dan indoktrinasi, kepala pemurtadan Pemerintahan, melalui saling kolonisasi menciptakan (penjajahan), forum diskusi mempermalukan, kegiatan memarginalkan, bersama dan pembakaran, menerapkan kerusuhan, aturan terhadap prasangka, buruk, kegiatan kebencian, keagamaan.” ortodoks, dan lain-lain yang cenderung pada cara-cara kekerasan.” “Jawa dengan “Menciptakan, “Cukup adil, non-Jawa.” hegemoni, dapat kolonisasi, dipercaya, sentralisasi, diskusi multi monopoli, budaya melalui

43

eksploitatif, negosiasi kekerasan, komunikasi, etnosentris, solidaritas, mengendalikan, saling berbagi. stereotip, melalui Strategi kerusuhan, komunikasi ini terbakar rasa adalah pemuka cemburu, iri hati, opini atau ketidakpercayaan opinion leader , ketidaksetaraan, dengan prasangka Pemerintah menggunakan harus dapat stereotip.” mengatur referendum atas otonomi daerah atau federasi.” “Militer “Kompulsif “Mencegah, dengan Sipil.” (bersifat membela, memaksa), melindungi, impulsif transparan, (bertindak tiba- menghormati, tiba sesuka hati), membantu, egois, nasionalis strategi dengan cara yang moralistik memaksakan, untuk perwira

44

intervensi militer dan sewenang- Pemerintah wenang, brutal, untuk mendominasi, menghilangka mengisolasi, n dual fungsi membagi-bagi, dan membawa berkuasa korupsi, ke pengadilan kolusi, mereka yang nepotisme, dan terlibat.” penyikasaan.” “Sekuler dan “Kaku dan “Dapat Islam fanatik, tidak dipercaya, Religius.” toleran, kaku, penuh mengafirkan, pemahaman, menyalahkan, persuasif, mengejek, membebaskan membuli, dan diri dari hal mengolok-olok.” tersebut melalui kerja keras. Strategi komunikasi ini adalah Muslim modernisasi agar menciptakan forum diskusi

45

atau pembelajaran baik melalui pidato dan tulisan (membaca).” “Modern dan “Tidak toleran, “Ada sifat Tradisionalis. fanatik, ketat, toleransi, ” malas, apatis, komunikasi, mengindoktrinasi akomodasi. , ketat, penuh Strategi curiga, ortodoks, komunikasi memperolok, pada bagian ini melecehkan, adalah kaum merendahkan, modernisasi kolot, kebaratan, dengan kampungan.” membentuk forum diskusi baik melalui pidato atau melalui tulisan atau membaca.”

Namun, dari 8 factor of sosio cultural communication hanya 5 fakor yang digunakan penulis dalam menganalisis

46

sinyal diskriminasi pada acara Hello Counselor episode 301 di televisi KBS sebagai berikut: 1. Communication between Muslims vs non-Muslims Communication between Muslims vs non-Muslims, adalah komunikasi yang terjadi karena adanya berbedaan agama pada masyarakat khususnya Muslim. Muslim mulai membangun pemukiman pada abad ke-10 dan menjadi ‘terlokalisasi’ serta memperoleh perhatian yang popular di pasar. Mulai abad ke-13 sampai ke-19 Muslim mulai menyebar lebih luas dengan munculnya banyak kerajaan-kerajaan Islam di Aceh (Sumatra), Mataram (Jawa), Banjarmasin (Kalimantan), Gowa- Tallo atau Makassar (Sulawesi), dan Ternate (Maluku). Adanya kerajaan-kerajaan inilah dapat terlihat Muslim mulai mendirikan lembaga politik. Perdagangan internasional adalah salah satu hal untuk membuat ajaran dan praktik agama Islam diterima secara keseluruhan dan sepenuhnya oleh masyarakat dengan memasukan budaya dan tradisi dari masyarakat setempat.46 2. Communication between Military and Civilian Groups Communication between Military and Civilian Groups adalah, suatu komunikasi yang terjadi pada setiap Negara yang memiliki undang-undang. Di

46 Andi Faisal Bakti, “Major Conflicts in Indonesia: How Can Communication Contribute to a Solution,” Review of Human Factor Studies, Vol.6, No. 02, (Desember 2000), h. 36.

47

Indonesia sendiri semua etnis, agama, atau politik harus sesuai dengan pancasila. Setiap yang berani menentang pemerintah akan menghadapi angkatan bersenjata. 3. Communication between Foreign and Domestic Inhabitants Communication between Foreign and Domestic Inhabitants, perbedaan budaya, tenis, dan agama sangat mempengaruhi komunikasi antara orang asing dan penduduk lokal. Dalam banyak kasus bahasa merupakan salah satu penghambat terbesar dari komunikasi ini. 4. Communication between Secular and Religious Groups Communication between Secular and Religious Groups, kedua grup ini begitu berbeda. Sekuler grup sendiri merupakan ideologi kebebasan beragama baik untuk masyarakatnya maupun pemerintahannya. Kepercayaan keagamaan dan supernatural tidak dianggap penting dalam memahami dunia. Sedangkan religious grup adalah grup yang mementingkan keberagamaan dan menganggapnya penting. 5. Communication between Traditional and Modern Groups Communication between Traditional and Modern Groups, perkembangan teknologi sekarang ini mempengaruhi adanya kedua grup ini. Walaupun kedua pihak berupaya untuk bekerjasama tetapi tidak akan bertahan lama karena perbedaan pendekatan dan strategi. Misalnya, tradisionalisme lebih fleksibel dan

48

toleran dalam praktik lokal dan tradisional. Sedangkan modernisme lebih teliti dalam pengaturan waktu dan aturan dalam upaya mengadopsi nilai-nilai modern.

E. Kajian Pustaka Penulisan teori dan konsep dalam penelitian ini menggunakan beberapa buku yang dijadikan referensi. Rujukan penulis dalam memahami konsep pemaknaan adalah buku dari Gill Branston dan Roy Stafford The Media Student’s Book, Thrid Edition yang menjadi buku utama dan beberapa buku pendukung untuk lebih menjabarkan dan masing-masing poin teori secara mendalam. Yaitu: 1. Buku dari Kris Budiman yang berjudul Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Ikonsitas. 2. Claude Levi-Strauss yang berjudul Antropologi Struktural. 3. Dan terakhir buku dari Alex Sobur dengan judul Semiotika Komunikasi. Selain pemaknaan peneliti juga menjelaskan konsep diskriminasi dengan buku utama Memahami Diskriminasi karya Falthoni dan jurnal dari Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence: Communicating Human Integrity Characteristics is Necessary for Horizontal Conflict Resolution in Indonesia, Identity, Culture, and Politics an Afro-Asian Dialogue.” Selain itu ada teori komunikasi antar budaya dengan berbagai referensi yaitu:

49

1. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya buku karya Alo Liliweri. 2. Buku Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program karangan Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, PhD, MA. di dalamnya terdapat sub bab pembahasan tentang komunikasi antarbudaya yang terdiri atas perspektif-perspektifnya. Di antaranya, Communication between Muslim and Non- Muslims, Communication between Military and Civilian Groups, Communication between Foreign and Domestic Inhabitants, Communication between Secular and Religious Groups, Communication Between Traditional and Modern Groups. 3. Artikel Jurnal Andi Faisal Bakti, Review of Human Factor Studies: Major Conflict in Indonesia: How can communication contribute to a solution?.” Jurnal: International Institute for Human Factor Development, Vol.6 No.2.

50

F. Kerangka Berfikir

Signal Diskriminasi pada Acara Reality Show Hello Counselor Episode 301 di Televisi Korean Broadcasting System (KBS) (Dalam Tinjauan Pemaknaan (Meaning))

Dipengaruhi Diimplementasikan

Factor of sosio-cultural Teori Pemaknaan (Branston & communication (Andi Faisal Stafford, 2010) Bakti, 2000)

1. Communication between semiotika Muslim and non-muslim. 2. Communication between military and civilian. 3. Communication between foreign and domestic. Strukturalisme 4. Communication between secular and religion groups. 5. Communication between tradisional and modernist groups.

Denotasi dan Konotasi

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir Kerangka berfikir di atas, menjelaskan pemaknaan diskriminasi pada acara Hello Counselor episode 301

51

diimplementasikan menjadi, semiotika yang didalamnya mencakup Dialog atau suara (Sign), Penanda (signifier), Petanda (signified), strukturalisme, serta denotasi dan konotasi yang merujuk pada teori pemaknaan Branston & Stafford pada buku The Media Student’s Book Third Edition. Penelitian ini juga dipengaruhi oleh factor of sosio-cultural communication, pada acara Hello Counselor episode 301 menjelaskan diskriminasi yang terjadi biasanya ada karena perbedaan antarbudaya antara masyarakat Korea Selatan dan orang asing. Beberapa faktor yang mempengaruhi diskriminasi di antaranya, communication between Muslim and non-muslim, communication between military and civilian, communication between foreign and domestic, communication between secular and religion groups, communication between tradisional and modernist groups. Faktor-faktor ini akan menjelaskan diskriminasi yang terjadi pada Hong Hana pada acara Hello Counselor.

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. KBS (Korean Broadcasting System) Korean Broadcasting System adalah penyiar publik Korea Selatan yang di dalamnya mencakup radio, televisi, dan layanan online menjadikan KBS menjadi salah satu jaringan televisi Korea Selatan terbesar. KBS adalah salah satu dari 4 perusahaan televisi terbesar di Korea, yaitu SBS, MBC, dan EBS yang lebih berkonsentrasi pada pendidikan.

Dalam hangul, channel ini dinamai한국 방송 공사 atau

Han-guk Bangsong Gongsa dalam romanizenya. KBS merupakan perusahaan penyiaran publik milik Pemerintah Korea.1 1. Sejarah KBS (Korean Broadcasting System) Korean Broadcasting System (KBS) adalah stasiun televisi penyiaran publik Korea Selatan. Berawal dari Kyeongseong Broadcasting Corporation (JODK) yang didirikan oleh pemerintahan Jepang pada 16 Februari 1927. Stasiun radio ini mulai memakai tanda panggilan HLKA pada tahun 1947 setelah Republik Korea mendapat tanda panggilan HL dari International Telecommunication Union. Setelah melakukan siaran

1 Yesul. 2011. Stasiun TV Korea: KBS (Korean Broadcasting System), diakses dari https://hallyucafe.wordpress.com/2011/05/15/stasiun-tv-korea-KBS- korean-brodcasting-system/ pada 20 Juni 2020.

51

52

nasional, radio ini berganti nama menjadi Seoul Central Broadcasting Station pada tahun 1948. Sedangkan siaran televisi Seoul TV Broadcasting Station (KBS TV) mulai mengudara sejak 1961. Status KBS diubah dari stasiun pemerintah menjadi stasiun penyiaran milik publik sejak 3 maret 1973. Kantor pusat KBS di Yeouido mulai didirikan pada tahun 1976. Pada tahun 1979, radio KBS mulai mengudara di gelombang FM.2 KBS adalah perusahaan milik publik yang didanai oleh pemerintah Korea Selatan dan biaya lisensi, tetapi dikelola secara independen. Sebagai bagian dari konstitusi, presiden KBS dipilih sendiri oleh Presiden Korea Selatan setelah direkomendasi oleh dewan direksi. Partai-partai politik Korea Selatan juga memiliki hak untuk memberi nama anggota dewan direksi KBS. Sistem inilah yang memberi para politisi kontrol yang efektif atas pemilihan presiden KBS, serta dewan direkturnya. Orang-orang yang kritis terhadap sistem tersebut mengutip intervensi politik dalam tata kelola KBS sebagai alasan untuk merevisi sistem rekrutmen saat ini.3 Sekitar 37,8% dari pendapatan KBS berasal dari biaya lisensi televisi wajib sebesar 2.200 won dengan

2 KBS Global, diakses dari https://english.kbs.co.kr/ pada 20 Juni 2020. 3 Yesul. 2011. Stasiun TV Korea: KBS (Korean Broadcasting System), diakses dari https://hallyucafe.wordpress.com/2011/05/15/stasiun-tv-korea-KBS- korean-brodcasting-system/ pada 20 Juni 2020.

53

47,6% lainnya berasal dari penjualan iklan komersial.4 Output internasional KBS seperti KBS World serta layanan khusus seperti KBS Radio 3 untuk penyandang cacat menerima dana publik dari pemerintah Korea Selatan.

2. CEO (Chief Executive Officer)5 Tabel 3. 1 Chief Executive Officer

Gen Nama Mulai Pensiun Cata erasi tan

1. Hong Februari Februari T/A Kyung- 1973 1979 2. T/A mo 3. Choi Se- Februari Juli 1980 T/A Kyung 1979 4. Lee Juli 1980 Februari T/A Won- 1985 5. T/A hong 6. Park Februari Agustus T/A Hyun-tae 1985 1986 7. Jung Agustus Maret T/A Koo-ho 1988 1993

4 Laporan Tahunan KBS 2006-2007 Diarsipkan 29 September 2007 di Wayback Machine, KBS, 2007. 5 KBS Global, diakses dari https://english.kbs.co.kr/ pada 20 Juni 2020.

54

8. Seo November Maret T/A Young- 1988 1990 hoon 9. Seo Ki- 1990 Maret T/A won 1993 10. Hong Maret April 1998 T/A Doo-pyo 1993 11. T/A

12. Park 20 April 10 Maret T/A Kwon- 1998 2003 13. T/A sang 14. Seo 22 Maret 2 April T/A Dong- 2003 2003 koo 15. 16. Jung 28 April 11 Dibu 17. Byung - 2003 Agustus bark soon 2008 an

18. Lee 28 23 T/A Byung- Agustus November soon 2008 2009 19. Kim In- 24 23 T/A kyoo November November 2009 2012

55

20. Kil 23 10 Juni Dibe Hwan- November 2014 rhen young 2012 tikan setel ah pem ogok an

21. Jo Dae- 28 Juli 23 T/A young 2014 November 2015 22. Ko Dae- 24 Januari Dibe young November 2018 rhen 2015 tikan setel ah pem ogok an

23. Ysng 6 April Incumbent T/A Sung- 2018 (yang dong sedang memegang jabatan)

56

3. KBS World Adalah televisi internasional dan layanan radio KBS. Diluncurkan secara resmi pada 1 juli 2003 dan disiarkan 24 jam dengan berbagai macam program seperti, program berita, olahraga, drama televisi, hiburan, dan anak-anak. Televisi KBS World disiarkan secara lokal dan di seluruh dunia pada juli 2007. Sekitar 65% programnya disiarkan dengan subtitle bahasa Inggris, tersedia di 32 negara dan dilaporkan lebih dari 40 juta rumah tangga di seluruh dunia dapat mengakses KBS World. Memiliki anak perusahaan luar negeri yaitu KBS Amerika dan KBS Jepang. KBS Jepang dioperasikan secara independen oleh anak perusahaan KBS di jepang dan sebagian besar program disediakan dengan subtitle bahasa Jepang. Televisi KBS world juga menjalankan sebagian besar program yang ditugaskan untuk jaringan terrestrial KBS1 dan KBS2.6

B. Program Acara Hello Counselor Hello Counselor adalah variety show populer yang telah ditayangkan di KBS2 sejak tahun 2010, dan telah dipandu oleh empat MC. Beberapa tahun setelah acara ini disiarkan aktor Choi Tae-joon bergabung dengan pertunjukan sebagai pembawa acara, menggantikan pembawa acara sebelumnya, Jung Chan-woo, yang

6 KBS Global, diakses dari https://english.kbs.co.kr/ pada 20 Juni 2020.

57

meninggalkan pertunjukan. Hello Counselor yang tayang disaluran KBS2 ataupun Youtube saluran resmi KBS World adalah sebuah acara bincang-bincang yang mengundang orang-orang biasa, dan juga idola, untuk bergabung dengan acara tersebut. Hello Counselor memberi orang kesempatan untuk berbagi dan mendiskusikan kisah mereka. Masyarakat serta selebritas yang datang di acara itu mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran mereka.7 Acara dimulai pada 22 November 2010, dan ada 394 episode pada Desember 2018. Hello Counselor (안녕하세요) adalah variety show dan talk show yang disajikan oleh MC populer, seperti Shin Dong-yup, Lee Young-ja dan CulTwo (Kim Tae-hyun dan Jung Chan-woo), dan aktor Choi Tae-joon bergabung dengan tampil sebagai pembawa acara pada 29 Agustus 2016. MC sebelumnya Jung Chan-woo, meninggalkan pertunjukan setelah delapan tahun setelah siaran pada 23 April 2018, karena alasan kesehatan.Seperti dilansir dari Soompi, Jung Chan-woo meninggalkan acara setelah didiagnosis dengan gangguan panik. Dia perlu istirahat dari semua kegiatannya untuk melindungi kesehatannya.8 Pernyataan resmi dari agensi Jung Chan-woo dirilis pada 16 April 2018, mengatakan bahwa dia sudah lama

7 KBS Global, diakses dari http://KBSworld.KBS.co.kr/program/program_view.php?pg_seq=619 pada 20 Juni 2020. 8https://www.soompi.com/article/1156007wpp/jung-chan-woo-cultwo-show- take-hiatus-take-care-mental-health Diakses 20 Juni 2020.

58

menderita diabetes dan tinitus dan ketika dia pergi ke rumah sakit, gejalanya menjadi lebih parah karena dia juga didiagnosis dengan gangguan panik. Sementara itu, MC lain yang telah bergabung dengan Hello Counselor sejak 29 Agustus 2016, Choi Tae-joon, juga mengumumkan kepergiannya dari pertunjukan pada 31 Agustus 2017, melalui pertunjukan langsung di V App. Dia mengatakan bahwa alasan mengapa dia meninggalkan acara itu adalah karena dia ingin fokus pada karir aktingnya.

BAB IV

ANALISI DAN HASIL TEMUAN

Pada bab ini, penulis menganalisis data yang sudah dipilih sesuai dengan fokus penelitian dengan judul signal diskriminasi pada acara Hello Counselor episode 301 di televisi KBS (alam tinjauan pemaknaan (meaning)). Selanjutnya, peneliti akan mengelompokkan data yang akan dianalisis menjadi semiotik, strukturalisme, denotasi dan konotasi. Dan dari analisis tersebut penulis akan menarik benang merah yang nantinya akan dijadikan hasil analisis. A. Semiotika 1. Dialog pada menit 7.38 sampai 7.58 Tabel 4. 1 Dialog menit 7.38 sampai 7.58

Dialog atau suara “Saya pergi ke restoran pada (Sign) saat saya baru pindah ke Korea. Saya meminta pelayan untuk menghidangkan makanan dan diberitahu bahwa itu restoran prasmanan. Pelayannya menyuruhku untuk bertanya kepada salah satu staf dapur. lalu, saya melihat sekitar dan menyadari bahwa pelayan itu menyajikan makanan kepada pelanggan Korea.”

60

61

Penanda Hong Hana menjelaskan bahwa (signifier) dia pernah didiskriminasi di sebuah restoran yang pelayannya bilang kalau restorannya adalah jenis restoran prasmanan sedangkan pelayan itu menyajikan makanan kepada pelanggan Korea. Petanda Restoran prasmanan adalah (signified) restoran yang di mana pelanggan bebas mengambil makanan sendiri dan biasanya restoran sudah menyediakan makanan itu. Restoran jenis ini biasanya ada pada hotel. Perbedaan perlakuan seorang pelayan restoran kepada pelangaan asing memang masih banyak ditemui bukan hanya di Korea Selatan bahkan Indonesiapun banyak ditemui hal seperti ini.

62

2. Dialog pada menit 08.05 sampai 08.15 Tabel 4. 2 Dialog menit 08.05 sampai 08.15

Dialog atau suara “Pernah satu kali, saya pergi ke (Sign) toko untuk membeli sepatu baru. Saya menanyakan harganya dan ternyata cukup mahal. Lalu, penjualnya menanyakan apakah saya sanggup membelinya” Penanda Perlakuan kurang sopan (signifier) seorang pelayan toko sepatu.

Petanda Dalam menit ini Hong Hana (signified) menjelaskan bahwa dia ingin membeli sepatu disebuah toko sepatu tetapi seoarng pelayan melakukan tindakan kurang sopan dan kasar dengan menanyakan “apakah kamu sanggup membelinya?”

3. Dialog pada menit 08.23 sampai 08.58 Tabel 4. 3 Dialog menit 08.23 sampai 08.58 Dialog atau suara “Hijabku jelas salah satu alasan (Sign) utamanya. Saya berjalan suatu hari seorang pria mulai menunjukku dan berkata “Hei,

63

apa itu dikepalamu? Apa yang kamu pakai?” Ya. Saat itu saya sedang berbelanja disebuah toko. Seorang wanita menghampiriku dan menarik hijabku seperti ini (Hong Hana memperagakan kepada penonton). Lalu saya bilang, “Ini hijabku. Ada masalah?” lalu dia berkata, “Kamu di Korea, kamu harus melepasnya.” Dia melarangku memakai hijab.” Penanda Diskriminasi yang dilakukan (signifier) oleh seorang wanita yang melihat seseorang berpakaian berbeda dengan orang Korea pada umumnya. Petanda Hijab adalah penutup kepala (signified) yang digunakan wanita muslim guna mengikuti perintah menutup aurat. Kebanyakan orang Korea masih belum bisa menerima orang asing karena budaya Korea dan orang Korea adalah homogen.

64

4. Dialog pada menit 09.15 sampai 09.28 Tabel 4. 4 Dialog menit 09.15 sampai 09.28 Dialog atau suara “Saat ini saya bekerja sebagai (Sign) penerjemah. Orang-orang di sekitarku selalu mengamati dari atas sampai ke bawah dan menanyakanku kepada rekan- rekan kerjaku. “Dia memenuhi syarat bekerja di sini? Apa yang dilakukannya?” atau “Dari mana asalnya?” orang-orang sering menanyakannya dan itu membuatku kesal dan melukai perasaanku.” Penanda Hong Hana bekerja sebagai (signifier) penerjemah dan banyak dari rekan kerjanya melihat Hong Hana dengan pandangan dan berbicara merendahkan. Petanda Perlakuan merendahkan (signified) kemampuan seseorang adalah salah satu hal yang sangat tidak nyaman. Seseorang yang diterima kerja di sebuah perusahaan biasanya sudah memenuhi klasifikasi dan kebutuhan perusahaan itu

65

sendiri, jadi untuk menanyakan “apa yang dilakukannya di sini? apakah dia memenuhi syarat?” itu adalah pertanyaan yang tidak harus ditanyakan karena jatuhnya merendahkan orang lain.

5. Dialog pada menit 09.29 sampai 09.57 Tabel 4. 5 Dialog menit 09.29 sampai 09.57 Dialog atau suara ”Saat pertama datang ke Korea, (Sign) saya berulang kali mengalami diskriminasi. Jadi, sebenarnya saya sempat tidak pakai sekitar empat bulan dan saya berjalan- jalan tanpa memakainya. Tetapi, saya tetaplah orang asing dan rambutku keriting. Beberapa orang menghampiriku dan menyentuh rambutku dan beberapa bahkan menunjukku. Saya tidak percaya diri. Saya mengalami diskriminasi entah memakinya atau tidak. jadi kupikir sebaiknya kupakai hijabku”

66

Penanda Hong Hana pernah membuka (signifier) hijab karena tidak kuat didiskriminasi tetapi, karena rambutnya yang berbeda maka beberapa orang merasa penasaran. Petanda Diskriminasi kepada orang (signified) asing di Korea memang masih terbilang tinggi. Karena masyarakatnya yang homogen maka masih banyak yang belum menerima orang asing dari mulai penampilan hingga pakaian.

6. Dialog pada menit 10.50 sampai 11.34 Tabel 4. 6 Dialog menit 10.50 sampai 11.34 Dialog atau suara ”Pernah satu kali, saya harus (Sign) pergi ke kantor pemerintahan setempat untuk mengambil beberapa dokumen. Saat tiba di sana, seorang pegawai wanita melihatku dan menanyakan apa saya teroris. Itu terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Saya kehabisan kata-kata dan dia juga menanyakan isi tasku serta

67

ingin menggeledah tasku. Kubulang padanya “Kamu sudah melewati batas.” Saya bilang dia tidak berhak mengatakan atau melakukan hal itu saya minta kepadanya untuk tidak bicara seperti itu. Kejadian itu sangat menjengkelkan. Saya sama sekali tidak bisa keluar sekitar satu bulan setelah itu. Saya tidak ingin keluar dan menemui siapapun. Tapi saya punya anak, jadi saya harus tetap hidup. Karena itu kutahan semuanya dan mencoba mengatasinya.” Penanda Hong Hana menjelaskan bahwa (signifier) dia pernah ke kantor pemerintahan dan seorang pegawai wanita menanyakan “apakah saya teroris?” dan banyaknya diskriminasi yang dialami Hong Hana dia merasa harus tetap bertahan karena mempunyai anak.

68

Petanda Teroris adalah orang atau (signified) kelompok masyarakat yang menggunakan metode kekerasan untuk membangkitkan rasa takut kepada masyarakat.

7. Dialog pada 11.49 sampai 11.57 Tabel 4. 7 Dialog menit 11.49 sampai 11.57 Dialog atau suara ”Suatu hari, saya dan putriku, Ji (Sign) Min pergi keluar bersama. Kami bisa mendengar orang- orang berbisik membicarakan hijabku. Mereka menatapku dan memanggiku orang asing. Ji Min berkata “Jangan lakukan itu. Ibuku orang Korea.” Penanda Orang-orang berbisik-bisik (signifier) karena menganggap Hong Hana sebagai orang asing. Petanda Orang asing adalah orang luar (signified) atau tidak dikenal. Hanya karena berpakaian atau struktur muka yang berbeda dengan masyarakat Korea pada umumnya maka akan dibilang orang asing.

69

8. Dialog pada 12.06 sampai 13.09 Tabel 4. 8 Dialog menit 12.06 sampai 13.09 Dialog atau suara ”Di negaraku (Uzbekistan), (Sign) wanita muslim mengenakan hijab seperti ini saat kecil, saya selalu iri kepada mereka yang bisa memakai hijab. Saat besar bisa memakainya adalah impianku. Nenekku memberikan hijab pertama saat usiaku sepuluh tahun. Itu hadiah yang sangat berkesan, yang membuatku sangat senang. Lalu aku memakinnya untuk kali pertama. Di dalam agamaku gadis-gadis memakai hijab saat memasuki usia sembilan atau sepuluh tahun yang artinya sudah menjadi wanita. Ya. Kita tahu biarawati Buddha menggunduli kepala mereka. Itu hal yang sama. Hanya berbeda agama. Jadi kenapa saya harus? itu seperti menyuruh biarawati melepaskan jubah dan

70

menumbuhkan rambut. Kami harap kalian semua bisa mengerti.” Penanda Hong Hana menjelaskan hijab (signifier) menurut agamanya dan menjelaskan dengan pengertian dari agama lain. Petanda Hijab biasa diidentikan dengan (signified) wanita muslim dan mengunduli kepala dan tinggal dikuil biasanya diiidentikan dengan biarawati Buddha. Tidak ada yang salah karena setiap kepercayaan manusia adalah benar menurut dirinya.

9. Pengenalan rekan kerja Hong Hana yang mengajar murid-murid dari keluarga multicultural, Yoon Jong Hwa. Dialog pada 14.47 sampai 15.56 Tabel 4. 9 Pengenalan rekan kerja Hong Hana yang mengajar murid-murid dari keluarga multicultural, Yoon Jong Hwa. Dialog pada 14.47 sampai 15.56

Dialog atau suara Yoon Jong Hwa:”Di awal mei. (Sign) Ada orang tua yang menabrak mobilnya dari belakang. Kebanyakan orang akan

71

meminta maaf, tapi dia mengatakan, “Kenapa kamu datang ke Korea dan menyebabkan kecelakaan mobil?” tapi dia yang menabrak mobilnya dari belakang. Dia bilang “kecelakaan ini terjadi karena kamu.” MC:”Bagaimana perasaanmu saat iu?” (pertanyaan ditunjukkan kepada Hong Hana) Hong Hana:”Saya langsung berhenti saat lampu berubah merah. Orang itu mengebut, lalu menabrak bagian belakang mobilku. Sesaat setelah itu aku keluar dan menanyakan apakah dia baik-baik saja. “Kamu baik- baik saja?” lalu dia berteriak “Apa itu?” “Apa itu?” dia mencoba menakutiku. Dia mengumpat. Ya mungkin karena itu saya memintanya menghubungi perusahaan asuransi untuk menanggung

72

kerusakan. Lalu dia bilang “Jangan coba-coba mengguruiku tentang hukum Korea. Kembalilah kenegaramu dan tinggal di sana.” Dia terus mendiskriminasi dan menyerangku secara lisan maka saya akhirnya menghubungi polisi.” Penanda Hong Hana menceritakan (signifier) diskriminasi yang dilakukan oleh seorang bapak-bapak yang menabrak mobil Hong Hana dan tidak mau disalahkan, tetapi malah berbicara kasar tentang kembali kenegara asal dan kata kasar lainnya. Petanda Kebanyakan orang yang masih (signified) belum menerima orang asing adalah para orang tua yang fikirannya masih terpaku dengan zaman dahulu. Xenophobia adalah ketidaksukaan dengan orang asing. Ini menjadi sangat serius di Korea karena masyarakatnya

73

yang homogen, maka menjadi alasan terbesar kenapa xenophobia menjadi hal yang sangat wajar di Korea.

10. Dialog pada 17.09 sampai 18.29 Tabel 4. 10 Dialog menit 17.09 sampai 18.29 Dialog atau suara MC:”Apa perkataan Ji Min (Sign) yang membuat saya sedih?” Hong Hana:”Ya. Itu saat dia masuk TK. Suatu hari, dia melarangku datang ke pintu gerbang TK-nya. “Saat sudah datang. Telepon aku. Aku akan keluar.” MC:”Ji Min apa maksudmu? Kenapa kamu berkata seperti itu?” Hong hana:”Saya bertanya kepadanya jika sesuatu telah terjadi. “Teman-temanku memanggil Ibu dengan sebutan orang Afrika.” Penanda Ji min menceritakan kepada (signifier) ibunya kalau anak-anak kelasnya memanggil ibunya dengan sebutan “orang afrika”

74

Petanda Sebutan seperti “orang afrika”, (signified) “orang kulit hitam”, “orang kulit putih”, dan banyak lainnya adalah sebuatn sarkastik dan termasuk kedalam diskriminasi.

B. Denotasi dan Konotasi 1. Dialog pada Menit 7.38 sampai 7.58

Gambar 4. 1 Dialog menit 7.38 sampai 7.58 Hong Hana: “saya pergi ke restoran pada saat saya baru pindah ke Korea. Saya meminta pelayan untuk menghidangkan makanan dan diberitahu bahwa itu restoran prasmanan. Pelayannya menyuruhku untuk bertanya kepada salah satu staf dapur. Lalu, saya melihat sekitar dan menyadari bahwa pelayan itu menyajikan makanan kepada pelanggan Korea. Saya berfikir, “kenapa saya didiskriminasi?” saya hanya orang asing, tetapi semua manusia adalah sama.”

75

Denotasi Hong Hana merasakan diskriminasi ketika makan disalah satu restoran korea. Konotasi Pelayan tidak menyajikan makanan kepada Hong Hana karena dia orang asing.

2. Dialog pada menit 08.23 sampai 08.58

Gambar 4. 2 Dialog menit 08.23 sampai 08.58 MC: “Menurutmu kenapa orang-orang lakukan itu padamu? Dalam kisahmu.” Hong Hana:”Hijabku jelas salah satu alasan utamanya. Saya berjalan suatu hari seorang pria mulai menunjukku dan berkata “Hei, apa itu dikepalamu? Apa yang kamu pakai?” MC: “Kamu juga menulis bahwa seseorang telah menjambakmu. Di toko… itu sungguh terjadi?” Hong Hana: “Ya. Saat itu saya sedang berbelanja disebuah toko. Seorang wanita menghampiriku dan menarik hijabku seperti ini (Hong Hana memperagakan kepada penonton). Lalu saya bilang,

76

“Ini hijabku. Ada masalah?” lalu dia berkata, “Kamu di Korea, kamu harus melepasnya.” Dia melarangku memakai hijab.” Denotasi Hong Hana menceritakan diskrimniasi yang dia terima ketika memakai hijab. Konotasi Untuk sebagian orang di Korea Selatan Hijab adalah salah satu pakaian yang tampak berbeda dari masyarakat kebanyakan. Apalagi pengetahuan tentang Islam tidak banyak.

3. Dialog pada menit 09.15 sampai 09.28

Gambar 4. 3 Dialog menit 09.15 sampai 09.28 MC: “Apa pekerjaanmu saat ini?” Hong Hana: “Saat ini saya bekerja sebagai penerjemah. Orang-orang di sekitarku selalu mengamati dari atas sampai ke bawah dan menanyakanku kepada rekan-rekan kerjaku. “Dia memenuhi syarat bekerja di sini? Apa yang

77

dilakukannya?” atau “Dari mana asalnya?” orang- orang sering menanyakannya dan itu membuatku kesal dan melukai perasaanku.” Denotasi Hong Hana menjelaskan apa pekerjaan dia di Korea Selatan. Konotasi Ketika cara perpakaian yang berbeda membuat diskriminasi di lingkungan kerja. Pada kata “Apakah dia memenuhi syarat?” adalah salah satu kalimat yang ditunjukkan kepada Hong Hana karena cara berpakaian yang berbeda maka banyak rekan kerja yang meragukkan kemampuan Hong Hana dalam pekerjaan ini. Diskriminasi rasial di dunia kerja seperti yang terjadi dalam percakapan di atas mencontohkan apa yang disebut ‘every day racism’, istilah ini digunakan untuk menyinyalir bentuk-bentuk berdasar identitas sosial budaya seseorang, yang susah untuk dibuktikan dan diintervensi secara legal formal, namun terus muncul dalam

78

percakapan, perilaku, dan kebiasaan sehari-hari. Kata-kata “Dari mana asalnya?” ini merujuk kepertanyaan kasar kepada seseorang yang tidak disukai.

4. Dialog pada menit 09.29 sampai 09.57

Gambar 4. 4 Dialog menit 09.29 sampai 09.57 MC:”Mungkin ini adalah pertanyaan bodoh tetapi, saya ingin tahu apakah kamu bisa melepas hijabmu?” Hong Hana:”Saat pertama datang ke Korea, saya berulang kali mengalami diskriminasi. Jadi, sebenarnya saya sempat tidak pakai sekitar empat bulan dan saya berjalan-jalan tanpa memakainya. Tetapi, saya tetaplah orang asing dan rambutku keriting. Beberapa orang menghampiriku dan menyentuh rambutku dan beberapa bahkan menunjukku. Saya tidak percaya diri. Saya mengalami diskriminasi entah memakinya atau tidak. Jadi kupikir sebaiknya kupakai hijabku.”

79

Denotasi Hong Hana menjelaskan apabila dia mengalami diskriminasi ketika memakai hijab atau tidak memakai hijab. Konotasi Ketika hijab menjadi perbedaan budaya di Korea Selatan dan rambut yang berbeda dari kebanyakan orang Korea Selatan asli. Membuat masyarakat Korea menjadi ingin lebih tahu. Sama seperti orang Jawa yang merasa berbeda dari orang timur seperti, NTT.

5. Dialog pada menit 10.50 sampai 11.34

Gambar 4. 5 Dialog menit 10.50 sampai 11.34 Hong Hana:”Pernah satu kali, saya harus pergi ke kantor pemerintahan setempat untuk mengambil beberapa dokumen. Saat tiba di sana, seorang pegawai wanita melihatku dan menanyakan apa saya teroris. Itu terjadi sekitar tiga tahun yang lalu.

80

Saya kehabisan kata-kata dan dia juga menanyakan isi tasku serta ingin menggeledah tasku. Kubilang padanya “Kamu sudah melewati batas.” Saya bilang dia tidak berhak mengatakan atau melakukan hal itu saya minta kepadanya untuk tidak bicara seperti itu. Kejadian itu sangat menjengkelkan. Saya sama sekali tidak bisa keluar sekitar satu bulan setelah itu. Saya tidak ingin keluar dan menemui siapapun. Tapi saya punya anak, jadi saya harus tetap hidup. Karena itu kutahan semuanya dan mencoba mengatasinya.” Denotasi Hong Hana dituduh teroris saat mengambil dokumen di kantor pemerintah setempat. Konotasi Istilah ‘diskriminasi berdasar identitas sosial-budaya’ didefinisikan segala bentuk sikap dan perilaku yang membedakan atau menghalangi seseorang untuk menggunakan hak-haknya atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, atau keyakinan politik. Dengan banyaknya isu yang berdedar tentang Islam dan

81

teroris membuat masyakarat Korea menjadi antisipasi terhadap orang yang berpakaian Islam.

6. Dialog pada menit 11.49 sampai 11.57

Gambar 4. 6 Dialog menit 11.49 sampai 11.57 Hong Hana:”Suatu hari, saya dan putriku, Ji Min pergi keluar bersama. Kami bisa mendengar orang- orang berbisik membicarakan hijabku. Mereka menatapku dan memanggiku orang asing. Ji Min berkata “Jangan lakukan itu. Ibuku orang Korea.” Denotasi Anak dari Hong Hana, Ji Min membela ibunya dengan berkata kalau ibunya orang Korea. Konotasi Karena karena memakai hijab yang berbeda dengan orang Korea kebanyakkan maka masih banyak orang yang melihat kalau dia orang itu asing.

82

7. Dialog pada menit 12.06 sampai 13.09

Gambar 4. 7 Dialog menit 12.06 sampai 13.09 MC:”Sejujurnya, budayanya berbeda dengan kita. Karena itu, kita tidak tahu arti dari memaki hijab baginya.” Hong Hana:”Di negaraku, wanita muslim mengenakan hijab seperti ini saat kecil, saya selalu iri kepada mereka yang bisa memakai hijab. Saat besar bisa memakainya adalah impianku. Nenekku memberikan hijab pertama saat usiaku sepuluh tahun. Itu hadiah yang sangat berkesan, yang membuatku sangat senang. Lalu aku memakinnya untuk kali pertama. Di dalam agamaku gadis-gadis memakai hijab saat memasuki usia Sembilan atau sepuluh tahun yang artinya sudah menjadi wanita.” MC:”Jadi itu simbol agama?” Hong Hana:”Ya. Kita tahu biarawati Buddha menggunduli kepala mereka. Itu hal yang sama. Hanya berbeda agama.” MC:”Saya juga yakin kalian pernah melihat biarawati mereka mengenakan tudung.”

83

Hong Hana:”Jadi kenapa saya harus? itu seperti menyuruh biarawati melepaskan jubah dan menumbuhkan rambut. Kami harap kalian semua bisa mengerti.” Denotasi Hong Hana menjelaskan arti hijab kepada penonton dan MC. Konotasi Hijab memiliki arti yang sangat penting bagi Hong Hana dan wanita Islam kebanyakan di seluruh dunia. Hijab adalah identitas diri dari wanita muslim bukan hanya sebagai pakaian tetapi memiliki arti yang lebih dalam lagi.

8. Dialog pada menit 13.32 sampai 13.46

Gambar 4. 8 Dialog menit 13.32 sampai 13.46 MC:”Ji Min, bagaimana perasaanmu melihat ibumu berhijab?” Ji Min:”Menurutku itu cantik.” MC:”Ji Min, kamu juga mau memakainya?” Ji Min:”Tidak.”

84

MC:”Mengapa tidak? itu cantik.” Ji Min:”itu terlalu tidak nyaman.” Denotasi Ji Min mengatakan hijab yang dipakai ibunya cantik tetapi, tidak mau memakainya. Konotasi Untuk sebagian anak kecil memang hijab menjadi pakaian yang sangat tidak nyaman. Di Indonesia saja banyak wanita dewasa muslim yang masih belum berhijab. Jadi, wajar apabila anak kecil merasa tidak nyaman memakai hijab.

9. Dialog pada menit 14.47 dampai 15.56

Gambar 4. 9 Dialog menit 14.47 dampai 15.56 Pengenalan rekan kerja Hong Hana yang mengajar murid-murid dari keluarga multicultural, Yoon Jong Hwa. Dialog pada 14.47 dampai 15.56 MC:”Pasti kamu terkadang merasa kasihan padanya. Dia sedikit didiskriminasi?” Yoon Jong Hwa:”Benar.”

85

MC:”kamu pasti pernah melihat kasus seperti itu.” Yoon Jong Hwa:”Di awal Mei. Ada orang tua yang menabrak mobilnya dari belakang. Kebanyakan orang akan meminta maaf, tapi dia mengatakan, “Kenapa kamu datang ke Korea dan menyebabkan kecelakaan mobil?” tapi dia yang menabrak mobilnya dari belakang. Dia bilang “kecelakaan ini terjadi karena kamu.” MC:”Bagaimana perasaanmu saat itu?”(pertanyaan ditunjukkan kepada Hong Hana) Hong Hana:”Saya langsung berhenti saat lampu berubah merah. Orang itu mengebut, lalu menabrak bagian belakang mobilku. Sesaat setelah itu aku keluar dan menanyakan apakah dia baik-baik saja. “Kamu baik-baik saja?” lalu dia berteriak “Apa itu?” “Apa itu?” dia mencoba menakutiku. Dia mengumpat. Ya mungkin karena itu saya memintanya mengubungi perusahaan asuransi untuk menanggung kerusakan. Lalu dia bilang “Jangan coba-coba mengariku tentang hukum Korea karena mengetahuinya. Kembalilah kenegaramu dan tinggal di sana.” Dia terus mendiskriminasi dan menyerangku secara lisan maka saya menghubungi polisi.”

86

Denotasi Yoon Jong Hwa menceritakan kecelakaan yang dialami Hong Hana. Konotasi Masih banyak orang tua di Korea yang memiliki pola pikir yang konservatif dan tertutup terhadap orang lain selain orang Korea atau Asia. Bagi mereka, orang Korea berharga, populer, ideal.1 Mungkin karena itulah orang tua yang menabrak Hong Hana melakukan diskriminasi yang keras seperti “kembali saja ke negaramu.”

10. Dialog pada menit 17.09 sampai 18.29

Gambar 4. 10 Dialog menit 17.09 sampai 18.29

1 Aaron. 2017. Xenophobia and Racism Unveiled, diakses dari https://aminoapps.com/c/k/k-drama/amp/bog/xenophobia-and-racism- unveiled/G5zu_nuKLKgZb6xnlQxEILgm5d81jK pada tanggal 13 Desember 2019.

87

MC:”Apa perkataan Ji Min yang membuat sedih?” Hong Hana:”Ya. Itu saat dia masuk TK. Suatu hari, dia melarangku datang ke pintu gerbang TK-nya. “Saat sudah datang. Telepon aku. Aku akan keluar.” MC:”Ji Min apa maksudmu? Kenapa kamu berkata seperti itu?” Hong hana:”Saya bertanya kepadanya jika sesuatu telah terjadi. “Teman-temanku memanggil Ibu dengan sebutan orang afrika.” Katanya dia merasa malu.” Denotasi Ji Min mengatakan kalau dia malu karena teman-temannya mengatakan ibunya orang Afrika. Konotasi Pelajaran moral sangat penting ditanamakan kepada orang sejak kecil. Kata “orang Afrika” yang dikatakan kepada Ji Min merujuk kalau orang Afrika adalah orang yang terbelakang.

C. Strukturalisme Pemaknaan terhadap sebuah tanda dalam strukturalisme dapat dipahami bahwa setiap manusia memahami sesuatu berdasarkan kepada aturan sistem sosial atau faktor kejiwaan dalam diri. Dapat dipastikan bahwa setiap

88

individu memiliki logat atau gaya bahasa yang khas.2 Berdasarkan penjelasan di atas maka ada beberapa bagian cerita Pernyataan pertama Hong Hana pada Gambar 4.2 pada saat Hong Hana berbelanja di sebuah toko tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang menghampirinya dan mengatakan untuk melepas hijabnya sambil menarik hijab yang ada dikepala Hong Hana. Artinya ada beberapa masyarakat Korea yang masih belum mengetahui tentang budaya muslim. Pernyataan kedua Hong Hana pada Gambar 4.3 dengan gaya berpakaian dan setatusnya sebagai orang asing yang bekerja di Korea Selatan maka banyak rekan kerja Hong Hana yang meragukan kemampuan Hong Hana. Selanjutnya, pernyataan ketiga Hong Hana pada Gambar 4.4 ketika Hong Hana fikir hijabnya adalah masalah utama dalam diskriminasi yang dia terima tetapi, ketika melepas hijabnya pun Hong Hana tetap didiskriminasi karena memiliki struktur tubuh yang berbeda dengan masyarakat Korea Selatan pada umumnya. Dan terakhir, pernyataan keempat Hong Hana pada Gambar 4.7 dijelaskan kepada penonton tentang hijab yang dipakainya dan kenapa Hong Hana mengenakannya serta perbedaan budaya dengan Negara asalnya Uzbekistan dengan Korea Selatan.

2 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12.

89

Berdasarkan empat pernyataan di atas Hong Hana menekankan bahwa ada perbedaan struktur sosial, psikologis, dan agama yang terjadi antara Hong Hana dan masyarakat Korea Selatan. Seperti pada Gambar 4.4, Hong Hana mengatakan ”Hijabku jelas salah satu alasan utamanya. Saya berjalan suatu hari seorang pria mulai menunjukku dan berkata “Hei, apa itu dikepalamu? Apa yang kamu pakai? Saat itu saya sedang berbelanja disebuah toko. Seorang wanita menghampiriku dan menarik hijabku seperti ini (Hong Hana memperagakan kepada penonton). Lalu saya bilang, “Ini hijabku. Ada masalah?” lalu dia berkata, “Kamu di Korea, kamu harus melepasnya.” Dia melarangku memakai hijab.” Seperti yang kita ketahui Negara Korea Selatan adalah salah satu Negara dengan etnis masyarakatnya homogen. Berbeda dengan Indonesia yang heterogen mempunyai beragam suku dan budaya seperti masyarakat Jawa yang berbeda dengan Papua dari mulai warna kulit, budaya, bahkan agama. Karena kesamaan inilah maka di Korea Selatan memiliki Xenophobia atau anti dengan orang asing. Di Korea Selatan memang sudah menjadi hal yang biasa untuk mengekspresikan kebanggaannya sebagai orang Korea. Kekhasan dari etnis masyarakat yang homogen adalah superioritas. Dengan etnis homogen inilah banyak dari masyarakat Korea Selatan yang menolak untuk terbuka terhadap orang asing. Konvensi Penghapusan Diskriminasi Rasial (CERD) yang berada di bawah PBB, sekali lagi mendesak Korea Selatan untuk menetapkan Undang-undang yang melarang

90

diskriminasi rasial dan melakukan tindak lanjut terhadap ekspresi rasisme. CERD telah menilai laporan tentang diskriminasi rasial di Korea Selatan pada tanggal 3 dan 4 Desember di Jenewa, Swiss, dan mengkritik bahwa tidak ada standar hukum di Korea Selatan tentang larangan diskriminasi rasial dan isu-isu mengenai diskriminasi pekerja migran, tingkat penerimaan pengungsi yang rendah dan pendaftaran kelahiran anak-anak non-Korea.3 Seperti pernyataan Hong Hana yang diperlakukan dengan baik sewaktu bekerja disalah satu perusahaan di Korea Selatan, “Saat ini saya bekerja sebagai penerjemah. Orang- orang disekitarku selalu mengamati dari atas sampai ke bawah dan menanyakanku kepada rekan-rekan kerjaku. “Dia memenuhi syarat bekerja di sini? Apa yang dilakukannya?” atau “Dari mana asalnya?” orang- orang sering menanyakan dan itu membuatku kesal dan melukai perasaanku.” Jumlah warga negara asing di Korea (termasuk warga asing yang tinggal hanya untuk jangka pendek) mencapai 2.180.498 jiwa pada tahun 2017. Persentase jumlah warga asing ini mencapai 4,2 persen dari seluruh jumlah penduduk Korea. Jumlah warga negara asing mengalami peningkatan per tahun rata-rata sejumlah 8,5 persen sepanjang 5 tahun terakhir. Peningkatan ini menunjukkan

3 KBS World, http://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=i&Seq_Code=52749 Diakses 24 Juli 2020.

91

betapa cepatnya proses keberagaman masyarakat Korea, terutama dalam hal ras dan budaya.4 Dengan banyaknya orang asing yang masuk ke Korea Selatan maka banyak masyarakat yang mulai penasaran dengan perbedaan di luar dari masyarakat Korea Selatan itu sendiri. Tetapi masih banyak masyarakat yang penasaran dengan orang asing dengan cara yang tidak baik bahkan tidak sedikit juga yang menolak orang asing untuk masuk ke toko mereka dan dengan menatap mereka dengan jijik atau tiba-tiba menyentuh tanpa izin. ”Saat pertama datang ke Korea, saya berulang kali mengalami diskriminasi. Jadi, sebenarnya saya sempat tidak pakai sekitar empat bulan dan saya berjalan-jalan tanpa memakainya. Tetapi, saya tetaplah orang asing dan rambutku keriting. Beberapa orang menghampiriku dan menyentuh rambutku dan beberapa bahkan menunjukku. Saya tidak percaya diri. Saya mengalami diskriminasi entah memakinya atau tidak. jadi kupikir sebaiknya kupakai hijabku.” Claude Levi-Strauss menganggap bahasa sebagai sistem tanda-tanda yang dibentuk dari ‘kode’ dan ‘struktur’. Cara untuk mendapatkan makna dari bahasa dengan mendefinisikan istilah kebalikan dari istilah lain. Seperti hitam dan putih, panas dan dingin, ‘feminitas’ kebalikan dari ‘maskulinitas’, dan lainnya.5

4 Jumlah Penduduk, Kedutaan Besar Korea Selatan, http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2732/contents.do Diakses 24 Juli 2020 5 Pendapat Saussure (1857-1913) ahli bahasa asal Prancis, dalam Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, Third Edition, h. 12-13.

92

”Di negaraku Uzbekistan, wanita muslim mengenakan hijab seperti ini saat kecil, saya selalu iri kepada mereka yang bisa memakai hijab. Saat besar bisa memakainya adalah impianku. Nenekku memberikan hijab pertama saat usiaku sepuluh tahun. Itu hadiah yang sangat berkesan, yang membuatku sangat senang. Lalu aku memakinnya untuk kali pertama. Di dalam agamaku gadis-gadis memakai hijab saat memasuki usia sembilan atau sepuluh tahun yang artinya seudah menjadi wanita.” Hijab sendiri sudah diatur oleh Allah SWT sebagai tuhan bagi umat muslim, QS. Al-Ahzab 59: َٰٓ ٰ ٰيَأَيُّ َها َّٱلنبِ ُّى لقُ ِّلَ ْز َٰو ِج َك َوبَنَاتِ َك َونِ َسآَٰ ِء ْٱل ُم ْؤ ِمنِ َين يُ ْدنِ َين َع َل ِيْه َّن ِمن َج َلبِيبِ ِه َّن ۚ ٰ ذَ ِل َك أَ ْد َٰٰٓ نَى أَن يُ ْع َر ْف َن َف ََل يُ ْؤذَ َيْن ۗ َو َك َان َّٱَّللُ غَفُ ًورا َّر ِح ًيما

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”6 Dari ayat di atas penulis menyimpulkan hijab dalam pengertian ayat ini ternyata tidak sama dengan hijab dalam pengertian yang berlaku di sini (pada zaman sekarang ini khususnya di Indonesia) kain penutup kepala. Penulis mengikuti pendapat, meski wanita harus menutup auratnya, hijab alias baju kurung adalah salah satu bentuk pakaian, tetapi bukan satu-satunya untuk menutup tubuh wanita. Kelima, batas aurat wanita masih terus diperselisihkan. Budaya menutup aurat ini memang sudah diatur sedemikan rupa oleh agama Islam, jadi sebagai umatnya kita harus

6 Al-Ahzab 59, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/33/59, diakses 20 Maret 2021.

93

mematuhi dan mengikutinya, ditambah lagi Uzbekistan adalah Negara dengan mayoritas muslim mencapai 90 persen dari total penduduknya. Maka dari itu hijab merupakan hal yang biasa di Uzbekistan sedangkan di Korea Selatan yang mayoritas penduduknya beragama Budha.

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas temuan data pada sudut pandang Islam dengan beberapa faktor yang berkaitan dengan pemaknaan (meaning) mencakup semiotic, struktrulasime, denotasi dan konotasi di antaranya, Communication between Muslim and Non- Muslims, Communication between Military and Civilian Groups, Communication between Foreign and Domestic Inhabitants, Communication between Secular and Religious Groups, Communication Between Traditional and Modern Groups. Dalam kategorisasi aktor komunikasi antar budaya menurut Bakti.1

A. Communication between Muslims and Non-Muslims Agama di Korea Selatan dikarakteristikkan dengan kenyataan bahwa hampir setengah (46.5%) orang Korea Selatan tidak memiliki agama. Menurut sensus tahun 2005, 22.8% dari penduduknya mengidentifikasikan dirinya sebagai penganut Buddha, 18.3% sebagai penganut Protestan dan 10.9% sebagai penganut Katolik Roma, dengan total 29.2% penganut Kristen.2 Diperkirakan

1 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Develompment Program (Leiden-Jakarta: INIS, 2004), h. 128. 2 National Statistical Office's 19th Population and Housing Census (2015) diakses dari,

100

101

kurang dari 35.000 warga Korea yang beragama Islam, dengan 100.000 orang pekerja yang berasal dari negara Muslim, yaitu Bangladesh, Indonesia, dan Pakistan. 3 Hong Hana sendiri dalam acara Hello Counselor pernah diperlakukan dengan kasar karena memakai hijab. Dengan jumlah muslim yang sedikit di Korea Selatan menjadi salah satu penyebab masyarakat Korea Selatan belum mengenal Islam dan budayanya seperti apa. “Hijabku jelas salah satu alasan utamanya. Saya berjalan suatu hari seorang pria mulai menunjukku dan berkata “Hei, apa itu dikepalamu? Apa yang kamu pakai?” Ya. Saat itu saya sedang berbelanja disebuah toko. Seorang wanita menghampiriku dan menarik hijabku seperti ini (Hong Hana memperagakan kepada penonton). Lalu saya bilang, “Ini hijabku. Ada masalah?” lalu dia berkata, “Kamu di Korea, kamu harus melepasnya.” Dia melarangku memakai hijab.” Perlakuan kasar yang dilakukan oknum kepada Hong Hana tentu tidak dibenarkan. Sebenarnya di Korea Selatan sudah terbentuk lembaga HAM khusus muslim di Korea Selatan yang bertempat di sebelah masjid Itaewon. Lembaga ini memberikan pelayanan kepada umat muslim atas diskriminasi yang dialaminya di Korea Selatan. Kerukunan Umat beragama dalam Islam yakni ukhuwah islamiyah. Dapat dikatakan bahwa pengertian

http://kostat.go.kr/portal/eng/pressReleases/1/index.board?bmode=read&aSeq =361147 pada 20 Agustus 2020. 3Korean Muslims Mark Ramadhan. 2008. Berita diakses dari, https://web.archive.org/web/20080913195801/http://english.chosun.com/w21d ata/html/news/200809/200809110016.html pada 20 Agustus 2020.

102

ukhuwah islamiyah adalah gambaran tentang hubungan antara orang-orang Islam sebagai satu persaudaraan, di mana antara yang satu dengan lain seakan-akan berada dalam satu ikatan. Allah berfirman dalam Q.S Al- Imran 103 sebagai berikut: َو ْٱعتَ ِص ُم ۟وا بِ َح ِبْل َّٱَّللِ َج ِميعًا َو ََل تَ َف َّر قُ ۟وا ۚ َو ْٱذ ُك ُر ۟وا نِ ْع َم َت َّٱَّللِ َع َل ُيْك ْم إِذْ ُكنتُ ْم أَ ْعدَآَٰ ًء َفأَ َّل َف بَ َيْن ُقلُوبِ ُك ْم َفأَ ْصبَ ْحتُم بِنِ ْع َمتِ َِٰٓهۦ إِ ْخ َٰو ًنا َو ُكنتُ ْم َع َل ٰى َش َفا ُح ْف َرةٍ ِِم َن ٰ َّٱلن ِار َفأَ َنقذَ ُكم ِِم ْن َها ۗ َكذَ ِل َك يُبَيِ ُن َّٱَّللُ َل ُك ْم َء ٰاي َتِ ِهۦ َلعَ َّل ُك ْم تَ ْهتَ َدُون

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang- orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”4

Menurut Hamka dalam esai dalam rubik Dari Hati ke Hati “Inti kehidupan bermasyarakat bukanlah soal siapa mayoritas dan siapa minoritas. Mayoritas bisa jadi benar, bisa jadi juga salah, dan begitu pula sebaliknya. Tapi kembali lagi, logika mayoritas- minoritas sering sedemikian serampangan diterapkan. Akibatnya, umat Islam yang ingin menjaga agamanya dari penistaan sekelompok kecil orang yang menyimpang bisa saja disebut “garis keras” atau “massa intoleran.”Yang terjadi sebenarnya adalah mayoritas yang diprovokasi terus-menerus hingga terjadi gesekan.”5

4 Al- Imran 103, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/3/103, diakses 20 Maret 2021. 5 Hamka, “Panji Masyarakat”, Dari Hati ke Hati, 23 Dzulqaidah 1399/15 Oktober 1979, Tahun XXI, h. 6-8,

103

B. Communication between Military and Civilian Groups Dengan kebebasan beragama yang diberlakukan oleh pemerintahannya maka hukum di Korea Selatan tidak akan terpengaruh oleh agama seseorang. Orang bisa dengan mudah mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tanpa adanya pembedaan antara ras, suku, budaya, agama, dan Negara. Dengan pengalaman yang diceritakan oleh Hong Hana dalam menit 14.47 sampai 15.56: Yoon Jong Hwa:”Di awal Mei. Ada orang tua yang menabrak mobilnya dari belakang. Kebanyakan orang akan meminta maaf, tapi dia mengatakan, “Kenapa kamu datang ke Korea dan menyebabkan kecelakaan mobil?” tapi dia yang menabrak mobilnya dari belakang. Dia bilang “kecelakaan ini terjadi karena kamu.” Hong Hana:”Saya langsung berhenti saat lampu berubah merah. Orang itu mengebut, lalu menabrak bagian belakang mobilku. Sesaat setelah itu aku keluar dan menanyakan apakah dia baik-baik saja. “Kamu baik-baik saja?” lalu dia berteriak “Apa itu?” “Apa itu?” dia mencoba menakutiku. Dia mengumpat. Ya mungkin karena itu saya memintanya menghubungi perusahaan asuransi untuk menanggung kerusakan. Lalu dia bilang “Jangan coba-coba mengguruiku tentang hukum Korea karena mengetahuinya. Kembalilah kenegaramu dan tinggal di sana.” Dia terus mendiskriminasi dan menyerangku secara lisan maka saya menghubungi polisi.” Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum

104

warga Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara yang bersangkutan.6 Bahwa hukum memandang setiap orang sama, bukan karena kekuasaan dan bukan pula karena kedudukannya lebih tinggi dari yang lain. Persamaan setiap manusia sesuai fitrah kejadiannya. Dalam surah Al-Baqarah ayat 213:

َك َان َّٱلن ُاس أُ َّم ًة َٰو ِحدَةً َفبَعَ َث َّٱَّللُ َّٱلنبِ ِ يِ َۦن ُمبَ ِِش ِر َين َو ُم ِنذ ِر َين َوأَنزَ َل َمعَ ُهمُ ْٱل ِك ٰتَ َب بِ ْٱل َح ِِق ِليَ ْح ُك َم بَ َيْن َّٱلن ِاس فِ َيما ْٱختَ َلفُ ۟وا فِ ِيه ۚ َو َما ْٱختَ َل َف فِ ِيه إِ ََّل َّٱل ِذ َين أُوت ُوهُ ِم ۢن بَ ْع ِد َما َجآَٰ َءتْ ُه ُم ْٱلبَيِ ٰنَ ُت بَ ْغۢيًا بَ ُيْنَه ْم ۖ َف َهدى َ َّٱَّللُ َّٱل ِذ َين َء َامنُ ۟وا ِل َما ْٱختَ َلفُ ۟وا فِ ِيه ِم َن ْٱل َح ِِق بِإِ ْذنِ ِهۦ ۗ َو َّٱَّللُ يَ ْه ِدى َمن يَ َشآَٰ ُء إِ َل ٰى ِص َٰر ٍط ُّم ْستَ ِق ٍيم

“Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”7 Dalam kitab umat Islam Alquran surah An-Nisa ayat 135 menjelaskan bahwa setiap umat Muslim harus menegakkan keadilan dalam kehidupan sehari-hari serta

6 M. Rais Ahmad, “Penegakan Hukum Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam”, Mizan: Jurnal Ilmu Syariah. Vol. 1 No. 2, Desember 2013, (Bogor: FAI Universitas Ibn Khaldun (UIKA), 2013), h.145. 7 Al-Baqarah ayat 213, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/2/213, diakses 20 Maret 2021.

105

tidak condong kepada kelompok manapun. Serta mencegah ketidakadilan di manapun setiap umat muslim berada, isi surahnya yaitu:

َٰٓ ٰيَأَيُّ َها َّٱل ِذ َين َء َامنُ ۟وا ُكونُ ۟وا َق َّٰو ِم َين بِ ْٱل ِق ْس ِط شُ َهدَآَٰ َ ء ِ ََّّللِ َو َل ْو َع َل َٰٰٓى أَنفُ ِس ُك ْم أَ ِو ْٱل َٰو ِلدَ ِيْن َو ْ ٱّلَ ْق َربِ َين ۚ إِن يَ ُك ْن غَنِ ًّيا أَ ْو َف ِق ًيرا َف َّٱَّللُ أَ ْو َل ٰى بِ ِه َما ۖ َف ََل تَتَّبِعُ ۟وا ْٱل َه َو َٰٰٓى أ َن تَ ْع ِدل ُ ۟وا ۚ َوإِن تَ ْل َُٰٓوۥ۟ا أَ ْو تُ ْع ِر ُض ۟وا َفإِ َّن َّٱَّللَ َك َان بِ َما تَ ْع َملُ َون خَبِ ًيرا

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”8 C. Communication between Foreign and Domestic Inhabitants Korea Selatan adalah Negara republik yang membebaskan masyarakatnya untuk beragama tetapi, tidak mewajibkan masyarakatnya memeluk agama. Dengan demikian pelajaran agama tidak menjadi kurikulum wajib bagi sekolah di Korea Selatan, pelajaran agama hanya menjadi pengetahuan umum yang berkaitan dengan suatu keilmuan diperguruan tinggi. Hal-hal yang berkaitan

8 An-Nisa ayat 315, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/4/135, diakses 20 Maret 2021.

106

dengan keagamaan pemerintah Korea Selatan membebaskan pada masing-masing individu.9 Dengan banyaknya Negara, budaya, dan agama yang ada di dunia maka akan ada perbedaan mendasar dari setiap Negara seperti Afrika yang sebagian besar masyarakatnya berkulit hitam, Arab Saudi Negara yang kental akan Islam, dan Vatikan yang menjadi simbol bagi agama Kristen. Bisa kita lihat dialog pada menit 12.06 sampai 13.09 Hong Hana menjelaskan perbedaan negaranya dengan Korea Selatan: ”Di negaraku (Uzbekistan), wanita muslim mengenakan hijab seperti ini saat kecil, saya selalu iri kepada mereka yang bisa memakai hijab. Saat besar bisa memakainya adalah impianku. Nenekku memberikan hijab pertama saat usiaku sepuluh tahun. Itu hadiah yang sangat berkesan, yang membuatku sangat senang. Lalu aku memakinnya untuk kali pertama. Di dalam agamaku gadis-gadis memakai hijab saat memasuki usia Sembilan atau sepuluh tahun yang artinya sesudah menjadi wanita. Ya. Kita tahu biarawati Budhha menggunduli kepala mereka. Itu hal yang sama. Hanya berbeda agama. Jadi kenapa saya harus? itu seperti menyuruh biarawati melepaskan jubbah dan menumbuhkan rambut. Kami harap kalian semua bisa mengerti.” Dengan banyaknya bangsa, suku, dan agama maka akan banyak manusia berperasangka buruk terhadap manusia lain yang berbeda bangsa, suku, dan agamanya.

9 Sonezza Ladyanna, “Kondusifitas Kehidupan Beragama Kaum Ekspatriat Indonesia di Korea Selatan”, dalam jurnal ThaqÃfiyyÃT, Vol. 13, No. 2, Desember 2012, (Limau Manis, Padang, Sumatra Barat: Universitas Hankuk, Yongin, Korea Selatan dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, 2012), h. 258.

107

Alquransebagai kitab umat Islam melarang makhluknya untuk berperasaka buruk. Dalam Q.S, Al-Hujarat ayat 13 disebutkan:

َٰٓيَأَيُّ َها َّٱل ِذ َين َء َامنُ ۟وا ْٱجتَنِبُ ۟وا كَثِ ًيرا ِ م َن َّٱلظ ِن إِ َّن بَ ْع َض َّٱلظ ِن إِثْ ٌم ۖ َو ََل تَ َج َّسسُ ۟وا َو ََل يَ ْغ تَب بَّ ْع ُضكُم بَعْ ًضا ۚ أَيُ ِح ُّب أَ َح ْدُكُم أَن يَأْ َكُل َل ْح َم أَ ِخ ِيه َميْتًا َف ِكَر ْهتُ ُموهُ ۚ َوٱتَّقُ ۟وا َّٱَّللَ ۚ إِ َّن َّٱَّللَ تَ َّو ٌاب َّر ِحيم ٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba- sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12)10

Manurut Hamka dalam tafisr Al-Azhar mengatakan: “Umat Islam menurut Hamka juga dilarang mencaci-maki sesembahan yang disembah oleh orang kafir karena itu akan menyebabkan mereka akan balik memaki Allah dengan tanpa ilmu. Lebih baik ditunjukkan saja kepada mereka alasan yang masuk akal bagaimana keburukan menyembah berhala atau tuhan selain Allah.”11

D. Communication between Secular and Religious Groups Islam adalah agama dengan penganut paling sedikit di Korea Selatan memang menjadi tantangan tersendiri

10 Al-Hujurat ayat 13, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/49/13, diakses pada 20 Maret 2021. 11 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz VII-VIII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), h. 409.

108

sebagai kaum minoritas. Dengan banyaknya kaus terorisme yang mengatasnamakan Islam diberbagai media memang menjadi alasan utama diskriminasi. Seperti yang diceritakan Hong Hana dialog pada menit 10.50 sampai 11.34: ”Pernah satu kali, saya harus pergi ke kantor pemerintahan setempat untuk mengambil beberapa dokumen. Saat tiba di sana, seorang pegawai wanita melihatku dan menanyakan apa saya teroris. Itu terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Saya kehabisan kata-kata dan dia juga menanyakan isi tasku serta ingin menggeledah tasku. Kubulang padanya “Kamu sudah melewati batas.” Saya bilang dia tidak berhak mengatakan atau melakukan hal itu saya minta kepadanya untuk tidak bicara seperti itu. Kejadian itu sangat menjengkelkan. Saya sama sekali tidak bisa keluar sekitar satu bulan setelah itu. Saya tidak ingin keluar dan menemui siapapun. Tapi saya punya anak, jadi saya harus tetap hidup. Karena itu kutahan semuanya dan mencoba mengatasinya.” Dalam kehidupan apabila terdapat dua kelompok atau lebih mempunyai pemikiran atau tujuan yang berbeda atau tidak sama maka akan menimbulkan konflik.12 Terdapat banyak permasalahan dalam kehidupan mulai dari agama, suku, adat, dan daerah. Berbagai macam upaya perdamaian dilakukan oleh pemuka agama, tokoh masyarakat, dan petugas keamanan untuk mencegah atau menyelesaikan berbagai masalah atau konflik agar tidak meluas. Dalam Alquran sendiri pesan “damai” digambarkan dengan

12 Simon Fisher, et.al., Working with Conflic: Skills and Strategies for Action (London: Zed Book, 2004), h. 4.

109

mengucapkan kata salam yang mempunyai satu makna dengan Islam.13 Keberagaman yang dimiliki manusia itu banyak di antaranya suku, budaya, bahasa, agama, adat, dan Negara (multikultur). Islam adalah agama yang mengedepankan perdamaian dan menjunjung tinggi keadilan dalam Alquransebagai kitab umat Islam dijelaskan. Q.S Al-Hujarat ayat 9 disebutkan: َوإِن َطآَٰئِ َفتَ ِان ِم َن ْٱل ُم ْؤ ِمنِ َين ْٱقتَتَلُ ۟وا َفأَ ْص ِل ُح ۟وا بَ ُيْنَه َما ۖ َفإِ ۢن بَ ْغَت إِ ْحدَٰى ُه َما ٰ ۟ َع ىَل ْٱّلُ ْخ َر ٰى َف َق ِتلُ ۟وا َّٱل ِتى تَ ِبْغى َحتَّ ٰى تَ ِف َٰٓى َء إِ َل َٰٰٓ ى أَ ْم ِر َّٱَّلل ِ ۚ َفإِن َفآَٰ َء ْأ َفأَ ْص ِل ُحوا بَ ُيْنَه َما بِ ْٱلعَ ْد ِل َوأَ ْق ِس ُط َٰٓو۟ا ۖ إِ َّن َّٱَّللَ يُ ِح ُّب ْٱل ُم ْق ِس ِط َين

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”14

E. Communication between Traditional and Modern Groups Dengan kemajuan teknologi dan informasi serta meningkatnya kesadaran akan keberagamaan di zaman modern. komunikasi yang lebih intens terhadap penganut agama lain dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi,

13 Imam Taufiq, Al-Quran Bukan Kitab Teror, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016), h. 4. 14 Al-Hujarat ayat 9, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/49/9, diakses 20 Maret 2021.

110

bahkan teman, tetangga, maupun kolega.15 Korea Selatan sendiri memiliki banyak budaya dan agama. Islam sebagai agama yang paling sedikit penganutnya dan kebanyakan merupakan pendatang memiliki berbagai rintangan seperti makanan halal yang sulit ditemukan. Pemerintah Korea Selatan memperhatikan gizi, kebersihan, dan keamanan makanan sangat ketat tetapi tidak ada hukum halal dan haram dalam peraturannya, dikarenakan pemerintah membebaskan masyarakatnya untuk menganut agama ataupun tidak. Masyarakat Korea Selatan merupakan masyarakat yang homogen di mana memiliki karakteristik yang sama. Karena kehomogenan inilah masih ada masyarakat yang memperlakukan orang asing dengan perilaku diskriminasi dan kasar. Banyak masyarakat Korea Selatan memiliki Xenophobia atau ketidaksukaan dengan orang asing, bisa dibilang karena masyarakatnya homogen menjadi alasan utama kenapa xenophobia ini menjadi wajar di sana. Hong Hana menceritakan bagaimana dirinya diperlakukan diskriminasi dan terkesan kasar di Korea Selatan: “Saya pergi ke restoran pada saat saya baru pindah ke Korea. Saya meminta pelayan untuk menghidangkan makanan dan diberitahu bahwa itu restoran prasmanan. Pelayannya menyuruhku untuk bertanya kepada salah satu staf dapur. lalu,

15 E. Gerrit Singgih, “Idea Umat Terpilih dalam Perjanjian Lama: Positif atau Negatif”, dalam Dialog: Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta: Dian/Interfidei,t.t), h. 32.

111

saya melihat sekitar dan menyadari bahwa pelayan itu menyajikan makanan kepada pelanggan Korea.” ”Saat pertama datang ke Korea, saya berulang kali mengalami diskriminasi. Jadi, sebenarnya saya sempat tidak pakai hijab sekitar empat bulan dan saya berjalan-jalan tanpa memakainya. Tetapi, saya tetaplah orang asing dan rambutku keriting. Beberapa orang menghampiriku dan menyentuh rambutku dan beberapa bahkan menunjukku. Saya tidak percaya diri. Saya mengalami diskriminasi entah memakinya atau tidak. Jadi kupikir sebaiknya kupakai hijabku.” Dalam surah Ali-Imran ayat 104 dan 110 Allah memerintahkan umat Muslim untuk selalu melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan baik menurut syariat ataupun akal yang dikuatkan dengan amal kebaikan dan keimanan yang nyata: Q.S Ali-Imran ayat 104 sebagai berikut:

ْ َو ْلتَ ُكن ِِم ُنك ْم أُ َّمةٌ يَ ْدعُ َون إِ َلى ْٱل ِخَيْر َويَأ ُم ُر َون ِب ْٱل َم ْع ُر ِوف َويَ ْن َه ْو َن َع ِن َٰٰٓ ْٱل ُم َنك ِر ۚ َوأُ۟و َلئِ َك ُهمُ ْٱل ُم ْف ِل ُح َون

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”16 Q.S Ali-Imran ayat 110 sebagai berikut:

16 Ali-Imran ayat 104, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/3/104, diakses 20 Maret 2021.

112

ُكنتُ ْم َخَيْر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج ْت ِل َّلن ِاس تَأْ ُم ُر َون بِ ْٱل َم ْع ُر ِوف َوتَ ْن َه ْو َن َع ِن ْٱل ُم َنك ِر َوتُ ْؤ ِمن ُ َون ٰ بِ َّٱَّللِ ۗ َو َل ْو َء َام َن أَ ْه ُل ْٱل ِك ٰتَ ِب َل َك َان ًخَيْرا َّل ُهم ۚ ِِم ْن ُهمُ ْٱل ُم ْؤ ِمنُ َون َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْٱل َف ِسقُ َون

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”17

17 Ali-Imran ayat 110, https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/3/110, diakses 20 Maret 2021.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan pengamatan dan telaah literasi berbagai sumber referensi, mengenai data dan keterangan dari hasil observasi, dan dokumentasi terhadap acara reality show Hello Counselor episode 301 yang membahas tentang diskriminasi yang terjadi pada Hong Hana, penulis dapat menarik kesimpulan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan signal diskriminasi dalam acara reality show Hello Counselor episode 301 pada televisi KBS (dalam tinjauan pemaknaan (meaning)), adalah: 1. Semiotika dalam pemaknaan diskriminasi pada acara Hello Counselor episode 301 di televisi KBS, memiliki banyak tanda atau ikon (sign), penanda (signifier), petanda (signified) yang terjadi. Diskriminasi yang dialami Hong Hana tidak hanya dikarenakan Hijab yang dipakainya tetapi banyak faktor pendukung lain seperti perbedaan penampilan yang tidak sama seperti masyarakat Korea Selatan pada umumnya. 2. Denotasi dan konotasi dalam signal diskriminasi dalam acara reality show Hello Counselor episode 301 pada televisi KBS, pakaian seseorang bisa saja memiliki makna khusus. Seperti hijab yang memiliki makna wanita Muslim atau pakaian hitam yang biasanya

114

115

memiliki makna berkabung. Dalam acara ini Hong Hana menyebutkan bahwa hijab adalah alasan utama kenapa dia menjadi korban diskriminasi. 3. Strukturalisme, signal diskriminasi dalam acara reality show Hello Counselor episode 301 pada televisi KBS, merujuk pada latar belakang struktur sosial dan psikologi masyarakat di Korea Selatan yang homogen dan kebanyakan memiliki kebanggaan terhadap bangsanya sendiri. Maka diskriminasi merupakan hal yang wajar apabila memiliki tampilan yang berbeda. 4. Factor of sosio-cultural communication dalam reality show Hello Counselor episode 301 pada televisi KBS, ada beberapa temuan yang mengacu pada: a. Communication between Muslims and Non- Muslims dalam acara Hello Counselor episode 301, dengan jumlah muslim yang sedikit di Korea Selatan maka banyak masyakarat tidak mengetahui budaya, pakaian, dan kebiasaan muslim. Menyebabkan terjadinya diskriminasi karena berbeda. b. Communication between Military and Civilian Groups, dalam acara Hello Counselor episode 301, di Korea Selatan antara hukum dan agama adalah sesuatu yang sangat bertentangan atau berbeda, agama tidak mempengaruhi hukum atau undang- undang dan sebaliknya. Dalam pemerintahannya

116

sendiri Korea Selatan tidak membeda-bedakan masyarakat dari ras, suku, ataupun budayanya. c. Communication between Foreign and Domestic Inhabitants dalam acara Hello Counselor episode 301, komunikasi yang terjadi tentu berbeda dikarenakan Negara yang berbeda maka akan mempengaruhi seluruh aspek. d. Communication between Secular and Religious Groups dalam acara Hello Counselor episode 301, Islam merupakan agama yang tergolong minoritas di Korea Selatan, Dalam kehidupan apabila terdapat dua kelompok atau lebih mempunyai pemikiran atau tujuan yang berbeda atau tidak sama maka akan menimbulkan konflik e. Communication between Traditional and Modern Groups dalam acara Hello Counselor episode 301, karena masyarakatnya Cuma memiliki satu etnis maka ada beberapa orang atau kelompok yang memiliki pemikiran bahwa etnisnya lebih superior dibandingkan dengan yang lain.

B. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka penulis ingin memberikan saran yang berkaitan dengan signal diskriminasi pada acara reality show Hello Counselor episode 301 di televisi KBS dalam tinjauan pemaknaan, di antaranya:

117

1. Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian ini, maka peneliti berharap ada penelitian selanjutnya yang meneliti lebih lanjut signal diskriminasi dalam teori pemaknaan. 2. Semua tindakan diskriminasi yang terjadi dalam penelitian ini bisa dijadikan pelajaran kepada semuanya agar lebih memiliki toleransi terhadap masyarakat minoritas, bukan hanya di Korea Selatan tetapi di Indonesia. 3. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penambahan referensi yang lebih lengkap lagi, dan dapat dipertimbangkan untuk dijadikan bahan referensi ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alo, Liliweri. 2007. Dasar-Dasar Komuniasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aw, Subroto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bakti, Andi Faisal. 2004. Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program. Leiden: INIS.

Branston, Gill & Roy Stafford. 2003. The Media Student’s Book, Third Edition. London and New York: Routledge.

Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Ikonsitas. Yogyakarta: Jalasutra.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Dood, Charley H. 1991. Dynamics of Intercultural Communication. Dubuque: Wn. C. Brown Publisher.

Falthoni. 2009. Memahami Diskriminasi. Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC).

Fisher, Simon. 2004. Working with Conflic: Skills and Strategies for Action. London: Zed Book.

Hamka. 1984. Tafsir Al-Azhar Juz VII-VIII. Jakarta: Pustaka Panjimas.

118

119

Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representation and Signifaying Practices. London and New Delhi: Sage.

Hoed, Benny. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu.

K, Septiawan Santana. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kriyantono, Racmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi; Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Kuswadi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Budaya. Jakarta: Bumi Aksara.

Masduki, dan Muzayin Nazaruddin. 2008. Media, Jurnalisme dan Budaya Populer. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia & UII Press.

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Naratama, Rukmananda. 2006. Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera. Jakarta: Grasindo.

Oramahi, Hasan Asy’ari. 2015. Jurnalistik Televisi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

S, Tri Hardian dan Zuhaidi el-Qudsy. 2008. Exsploring the Cyber World. Sidoarjo: MASmedia Buana Pustaka.

Schramm, Wilbur. 1995. The Process and Effects of Mass Communication. University Of Illinois Press Urbana.

120

Singgih, E. Gerrit. “Idea Umat Terpilih dalam Perjanjian Lama: Positif atau Negatif.” dalam Dialog: Kritik dan Identitas Agama. Yogyakarta: Dian/Interfidei,t.t.

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: suatu pengantar untuk analsisi wacana, analisis semiotik, dan analisis framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soetomo. 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta: PT Dunia Pusaka Jaya.

Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: Rajawali Perss.

Taufiq, Imam. 2016. Al-Quran Bukan Kitab Teror. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Theodorson, dan Theodorson. 1979. A Modern Dictionary of Sociology. New York, Hagerstown, San Fransisco, London: Barnes & Noble Books.

W, Stephen, Little Jhon dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.

------2010. Passport to Korean Culture. Korean Culture and Information Service- Ministry of Culture, Sport, and Tourism, Seoul, Republic of Korea.

------2007. Tim Balai Pustaka Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III, Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka.

Republik Indonesia, 2005. Undang-Undang pengesahan International Covenant Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005, LN Tahun 2005 Nomor 118, TLN Nomor 4557.

Republik Indonesia, 2005. Undang-Undang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights

121

(Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005, LN Tahun 2005 Nomor 119, TLN Nomor 4558.

Jurnal Bakti, Andi Faisal. 2004. Communication and family Palnning in Islam in Indonesia South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program. Leiden: INIS.

Bakti, Andi Faisal. 2008. Communication and Violence: Communicating Human Integrity Characteristics is Necessary for Horizontal Conflict Resolution in Indonesia. Jurnal: Identity, Culture and Politics, Vol.9 No.1.

Bakti, Andi Faisal. 2000. Review of Human Factor Studies: Major Conflict in Indonesia: How can communication contribute to a solution?.” Jurnal: International Institute for Human Factor Development, Vol.6 No.2.

Ladyanna, Sonezza. 2012. “Kondusifitas Kehidupan Beragama Kaum Ekspatriat Indonesia di Korea Selatan.” Jurnal: Thaqafiyyat Vol. 13 No.2, Desember.

Ahmad, M. Rais. 2013. “Penegakan Hukum Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam”, Mizan: Jurnal Ilmu Syariah. Vol. 1 No. 2 Desember.

Hamka. 1399/1979. “Panji Masyarakat.” Dari rubik: Hati ke Hati,.23 Dzulqaidah/15 Oktober, Tahun XXI.

Minardi, Anton. 2011. “Islam dan Toleransi di Korea Selatan.” Jurnal: Korean Studies in Indonesia. Vol.II No.1 April.

Umayyatun, Siti. 2017. “Masyarakat Muslim di Korea Selatan Studi Tentang Korea Muslim Federation (KMF) Tahun 1967-2015 M.” Jurnal Ilmiah: Sosiologi Agama dan Perubahan Sosial. Juli-Agustus.

122

Putri, Melati Oktaviana Lestyan. 2016. “Potret Diskrimnasi terhadap Ras Kulit Hitam Dalam Film ‘The Help’. Jurnal: Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.

Website

Kbbi Online. Kbbi.web.id/diskriminasi diakses tanggal 24 juni 2020.

Quran Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/ diakses 20 Maret 2021.

I’m Korean that Wears a Hijab (Hello Counselor) episode 301, https://www.youtube.com/watch?v=vA7CcAvhpoI&t=23 s. Diakses 13 Maret 2021.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 39 tahun 1999 tentang HAM. Dalam Web Resmi KOMNASHAM http//www.komnasham.go.id/instrument-ham- nasional/uu-no-39-tahun-1999-tentang-ham. Diakses 04 November 2018.

KBS Global. https://english.kbs.co.kr/ diakses 16 November 2019.

South Korea National Statistical Office's 19th Population and Housing Census (2015) http://kostat.go.kr/portal/eng/pressReleases/1/index.board ?bmode=read&aSeq=361147 diakses 20 Agustus 2020.

Hyams, James. 2015. Nearly All Foreigners Victim of Discrimination in Seoul, diakses dari http://www.koreaobserver.com/nearl-all-foreigners- victim-of-discrimination-in-seoul-29001/, pada 14 Mei 2018.

Yesul. 2011. Stasiun TV Korea: KBS (Korean Broadcasting System), diakses dari https://hallyucafe.wordpress.com/2011/05/15/stasiun-tv- korea-KBS-korean-brodcasting-system/ pada 20 Juni 2020.

123

Aaron. 2017. Xenophobia and Racism Unveiled, diakses dari https://aminoapps.com/c/k/k-drama/amp/bog/xenophobia- and-racism- unveiled/G5zu_nuKLKgZb6xnlQxEILgm5d81jK pada tanggal 13 Desember 2019.

Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia. http://overseas.mofa.go.kr/id- id/wpge/m_2732/contents.do Diakses 24 Juli 2020

Korean Muslims Mark Ramadhan. 2008. Berita diakses https://web.archive.org/web/20080913195801/http://engli sh.chosun.com/w21data/html/news/200809/20080911001 6.html. pada 20 Agustus 2020.

Universal Declaration of Human Rights (UDHR), https://www.un.org/en/about-us/universal-declaration-of- human-rights. Diakses 10 Maret 2021.

LAMPIRAN

Hong Hana

Ji Min

123

124

Yoon Jong Hwa

Para MC dan Bintang Tamu

125