BAB III BENTUK DAN GAYA TARIAN BORIA DI PULAU PINANG A. Latar Belakang Muncul Tradisi Tarian Boria Suatu Tradisi Kadang-Kadan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB III BENTUK DAN GAYA TARIAN BORIA DI PULAU PINANG A. Latar Belakang Muncul Tradisi Tarian Boria Suatu Tradisi Kadang-Kadan 21 BAB III BENTUK DAN GAYA TARIAN BORIA DI PULAU PINANG A. Latar Belakang Muncul Tradisi Tarian Boria Suatu tradisi kadang-kadang tidak diketahui dengan jelas awal kemunculannya, karena tidak semua tradisi termuat dalam suatu dokumen tertulis. Namun, kebanyakan tradisi hanya ditinggalkan dan diturunkan secara lisan atau melalui cerita tertentu. Walaupun demikian, suatu tradisi sangat diyakini akan keberadaannya. Begitu juga dengan tradisi tarian Boria di Pulau Pinang Malaysia menurut bapak Omar, secara umumnya Boria telah dikaitkan dengan peristiwa Qarbala. Peristiwa kematian Sayyidina Hussein itu telah diperingati oleh kaum Syiah dengan pelaksanaan acara berkabung khusus 23 pada setiap 10 Muharram di tanah perkuburan. Mengikut sumber wawancara dengan bapak Omar juga, Boria telah masuk ke daerah Pulau Pinang yaitu sekitar abad ke 19 oleh tantera India Selatan yang beragama Islam. Pada masa itu, tarian Boria dilaksanakan oleh tantera India Muslim selama 10 hari pada bulan muharram bagi memperingati peristiwa Qarbala atau kematian Sayyidina Hussein. Oleh itu, tarian Boria dipersembahkan di Pulau Pinang oleh masyarakat tempatan yang berketurunan India Selatan ataupun panggilan Jawi-Pekan. Namun, Boria atau tarian Boria telah banyak berubah mengikut kemahuan dan kebutuhan komunitas pada 23 Omar Bin Ali, Wawancara, Pulau Pinang, 10 Mei 2015. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 22 masa itu. Tarian Boria pada masa sekarang juga sudah dilaksanakan pada hari kebesaran seperti hari besar Pulau Pinang sebagai alasan untuk menjadikan Pulau Pinang sebagai tempat wisata dan juga sebagai tempat untuk acara lomba tarian Boria yang diwujudlkan di sekolah ataupun kampus. B. Bentuk Tarian Boria Di India Ada pendapat mengatakan bahwa bentuk dan gaya tarian Boria di India pada waktu itu adalah dengan joget atau menari dengan menggunakan pakaian yang dibuat dari tikar untuk menggambarkan kesedihan Sayyidina Hussin pada peristiwa Qarbala. Selain itu, joget atau tarian Boria India ketika itu banyak dikatakan orang sebagai tarian gila oleh karena pakaian yang aneh yang digunakan oleh semua kelompok Boria. Tersebut adalah nama pemain atau penari Boria yang sangat terkenal yaitu Nanak Syah, Majnun, dan Balva Ghagri. Pada ketika acara Tarian Boria tersebut, kaum India menggunakan tikar gulung untuk menandakan suatu kawasan yang boleh mereka menari di atasnya. Menurut bapak Omar lagi, pada masa itu tarian Boria Cuma aktif dalam kelompok masyarakat India Muslim di Pulau Pinang, manakala masyarakat Melayu hanya ikut serta dan melihat sebagai tamu undangan saja. Setelah itu, masyarakat Melayu mulai berminat akan tarian Boria dan akhirnya tarian itu mulai popular dan dikenal banyak orang serta menjadi penting bagi masyarakat Melayu di Pulau Pinang. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 23 Setelah masyarakat Melayu Pulau Pinang mulai aktif dalam tarian Boria, banyak perubahan yang telah berlaku dari aspek acara dan budaya masyarakat Melayu itu sendiri. Ini karena tarian Boria merupakan suatu tradisi penting seperti menuntut harga diri bangsa dan Negara bagi meningkatkan semangan perjuangan masyarakat Melayu di tanah Malaya 24 pada ketika itu. Tradisi tarian Boria ini bukan saja menjadi tradisi masyarakat Melayu saja, bahkan keseluruhan masyarakat pada masa itu terutamanya masyarakat di Pulau Pinang. Oleh karena itu Boria merupakan tradisi yang sesuai untuk semua masyarakat dan tersebar tanpa batas. Menurut Rahmah Bujang, tarian boria merupakan perbuatan sosial yang simbolik bagi pemain dan penonton, dan bahkan menganggap bahwa boria bukan saja mengekalkan tradisi tetatpi juga,(moulding, channeling, and redefinition of traditional social values and action into a modern form).25 C. Atribut Tradisi Tarian Boria 1. Alat Musik Artefak atau peralatan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah tradisi. Artefak yang terdapat dalam tradisi tarian Boria tidaklah begitu khusus. Ini karena aspek yang paling penting dalam tariam Boria adalah kemampuan para 24 Ibid. 25 Rahmah Bujang, Boria: A Form Of Malay Theatre ( Singapura: Institute of Southeast Asian Studiest, 1987), 27. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 24 pemusik untuk memainkan irama atau bunyi yang dapat mengiringi nyanyian tukang karang. Karena itulah alat musik yang sering digunakan hanyalah Gendang, violin dan marakas. Namun begitu, jika lebih banyak alat musik yang digunakan dalam acara tarian boria tersebut, maka semakin bagus dan lancar acara tarian Boria itu. Alat music yang seringkali digunakan dalam tarian Boria adalah violin, gambus, marwas, table, simbal, gendang, akordian, harmonica, gitar, dan lainnya lagi. Kemudiannya, alat musik berubah mengikut berubahnya zaman dulu hingga zaman modern kini dan alat music yang digunkan pada masa modern ini adalah drum, keyboard, piano, gitar lestrik, dan lainnya lagi26. Pada masa sekarang, sebuah kelompok tarian boria jarang menggunakan alat musik bagi acara tarian boria mereka, bahkan mereka sering menggunakan rekaman suara yaitu CD atau kaset, ini karena menghematkan biaya kos belanja bagi setiap acara tarian Boria itu. 2. Pakaian/Busana Pada peringkat awal mulanya tarian Boria, pakaian atau busana kelihatan seperti busana masyarakat Arab. Tapi berubahnya waktu hingga masa modern kini, pakaian menjadi sangatlah bebas dan bisa 26 Syed Akir Syed Ahmad, Wawancara, Pulau Pinang, 12 Mei 2015. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 25 dikatakan busana atau pakaian sesuai dengan cerita dalam tarian Boria itu. Ini karena, seringkalingnya pakaian yang digunakan adalah mengikut cerita, dan jika cerita dalam tarian Boria itu menceritakan tentang hidup masyarakat petani, nelayan, dan lainnya, maka pakaian yg digunakan adalah disesuaikan dengan keadaan cerita dalam tarian boria pada waktu itu. Manakala jika acara tarian Boria menceritakan tentang raja atau cerita sejarah dulunya, yang mirip seperti bangsawan, maka segala pakaian yang akan digunakan akan disesuaikan dengan tema atau cerita tarian boria tersebut. Selain itu, alat yang sering digunakan untuk mensukseskan acra tarian Boria adalah pelita, bendera, keris, payung27, bunga manggar, tongkat dan yang lainnya. Namun, pakaian atau busana buat tukang karang adalah beda dan istimewa daripada yang lainnya dalam kelompok tarian Boria tersebut. D. Prosesi Tradisi tarian Boria Tradisi tarian Boria terdiri daripada dua bagian acara yang berbeda. Tema atau cerita acara pertama akan dikaitkan dengan tujuan acara tarian Boria ini, manakala tema acara yang kedua adalah lebih umum lagi. Bentuk acara dalam tarian Boria ini dibagi kepada dua elemen yaitu Cerita Lucu atau Lawak Jenaka, dan keduanya bagian nyanyian yaitu vokal atau tarian. Dalam setiap acara Boria, kedua elemen ini mengutamakan cerita 27 Bujang, Boria: A Form Of Malay Theatre, 11. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 26 atau tema yang sama pada satu masa. Boria dapat dikategorikan kepada dua bagian yaitu Boria amatir profeisonal dan Boria separuh profeisonal. Dalam tarian Boria amatir professional, seringnya akan wujud unsur politik.28 Berikut, deskripsi setiap elemen yang terkandung dalam tradisi tarian Boria dan antara yang lainnya adalah: 1. Cerita Lucu/Lawak jenaka Bagian lawak jenaka biasanya dimainkan oleh 10 hingga 14 orang. Jenis peranan(role types) dalam bagian ni terdiri daripada beberapa orang biasa dari kampung dan seorang ketua desa atau karyawan professional seperti doktor atau karyawan kerajaan. Tema cerita akan dimainkan secara lucu dan komedi dengan dialog yang lucu. Kebiasannya terdapat pancaragam (band kecil) menghasilkan musik instrumental untuk mengiringi cerita dan membunyikan seseuatu bunyi apabila diperlukan. 2. Nyanyian Vokal dan Tarian Seterusnya adalah bagian nyanyian vokal dan juga tarian yang sering berulang. Bagian ini dimainkan oleh sebuah suara korus dan seorang penyanyi, yaitu sebanyak 30-40 orang. Pemain korus juga menari dan mereka umpama kelasi atau sailor, sementara itu penyayi solo atau ketua penyanyi dikenali sebagai ‘tukang karang’. 28 Syed Akir Syed Ahmad , Wawancara, Pulau Pinang, 12 Mei 2015. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 27 29 Tukang Karang adalah orang yang sangat penting dalam suatu acara Boria. Pada masa dulu, seorang tukang karang tidak memerlukan skrip atau bahan untuk dibaca, dan hanya berlandaskan isi cerita yang akan disampaikan. Karena itu, seseorang yang dipilih sebagai tukang karang pada waktu itu adalah sangat hebat dan pintar dalam setiap lirik dalam tarian Boria hinggakan menjadi satu keistimewaan dalam sebuah acara Boria. Seorang tukang karang juga harus mempunyai suara yang kuat dan keras serta jelas dan mampu menyanyi mengikut tempo lagu dan nada yang sesuai.30 Sailor(penari) biasanya akan memasuki pentas selesai saja acara lakonan dan diiringi musik(intro). Terdapat juga sailor dan pemain dalam kelompok boria semasa masuk akan membawa paying, bendera, gendang panjang dan yang lainnya mengikut kemampuan kelompok boria pada
Recommended publications
  • Laporan Kinerja Pemerintah Pusat Direktorat Jenderal Kebudayaan
    LAPORAN KINERJA PEMERINTAH PUSAT DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 1 2 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015. Laporan ini merupakan bagian dari upaya Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam rangka penguatan sistem akuntabilitas kinerja seperti tertuang dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas pelaksanaan kontrak kinerja yang telah diperjanjikan maupun pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan. Laporan ini menyajikan target dan capaian kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015, berupa tingkat capaian Indikator Kinerja Program (IKP) Pelestarian Budaya yang digunakan untuk mengukur tingkat capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja serta dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan program/kegiatan tahun yang akan datang.
    [Show full text]
  • Teater ‘Uraong Ulu WARGA MOTAC Hatinya Luke Lagih’ Oleh Kumpulan Kesenian Uraong Ulu (Keulu) Telah I Memenangi Tempat Ketiga Dalam Festival Teater Malaysia 2006
    3 FESTIVAL OF ASEAN CULTURAL EXPRESSIONS Festival Kesenian 2015 Orang Asli dan Peribumi Antarabangsa 2015 JKKN MENERAJUI HARI SUKAN NEGARA Teater ‘Uraong Ulu WARGA MOTAC Hatinya Luke Lagih’ Oleh Kumpulan Kesenian Uraong Ulu (Keulu) Telah i Memenangi Tempat Ketiga Dalam Festival Teater Malaysia 2006. Sudut Berita JKKN SEKILAS TINTA EDITOR YBhg. Datuk Norliza Rofli Ketua Pengarah YBrs. En. Mohamad Razy Mohd Nor Timbalan Ketua Pengarah (Sektor Dasar dan Perancangan) YBrs. Tn. Hj. Mesran Mohd Yusop Timbalan Ketua Pengarah (Sektor Kebudayaan dan Kesenian) Editor Assalamualaikum dan Salam 1Malaysia. Mohd Zin Mohd Sahid Penolong Editor Seni Budaya Malaysia semakin mengalami ketirisan. Membina masyarakat Zuriah Mohamad yang berbudaya dan berkeperibadian tinggi adalah menjadi tanggungjawab SIDANG EDITORIAL setiap rakyat Malaysia kerana setiap kita adalah pemimpin diperingkat sidang redaksi Penulis masing-masing. Peristiwa-peristiwa negatif yang pernah berlaku akibat • Mohd Zin Mohd Sahid kebiadaban segelintir rakyat yang tidak bertanggungjawab, seharusnya • Zuriah Mohamad • Muhammad Haqkam Hariri dijadikan iktibar agar tidak berulang dan menjadi gejala yang memusnahkan • Ismarizal Zulamran bangsa Malaysia. Kebiadaban tersebut seharusnya dibendung supaya ia • Muhammad Faizal Ruslee tidak menjadi gejala kepada masyarakat keseluruhannya. Hanya dengan • Siti Anisah Abdul Rahman • Fauziah Ahmad disiplin, kesedaran dan keimanan yang jitu pada setiap insan sahaja yang akan dapat mengatasinya. Pereka Grafik/Kreatif Bafti Hera Abu Bakar Sama-samalah kita menjadikan iktibar dan pengajaran bahawa salah Jurufoto Zaman Sulieman satu sebab kejatuhan kerajaan Melayu Melaka pada tahun 1511 ialah ‘angkara sikitul yang menjual maklumat kepada portugis’ ketika itu. Jika SIDANG REDAKSI kita sama-sama berpegang teguh kepada rukun negara dan disiplin • Unit Komunikasi Korporat diri, InshaAllah seni budaya Malaysia akan terus relevan selaras dengan • Bahagian Khidmat Pengurusan ungkapan ‘Tidak akan Melayu hilang di dunia’.
    [Show full text]
  • Musical Practice of Keronchong
    ARTICLE Musical practice of Keronchong Keronchong is believed to have originated in 16 th century Portuguese music of the Portuguese colonies in the Moluccas and Batavia while in Malaysia (and Malaya) keronchong is mainly associated with practice in Malacca. Malaysian keronchong is thought to be derived from Javanese keronchong. Chopyak 1 informs us it is not so much a musical form as it is a style of performance. Therefore he points out that an asli langgam song becomes a keronchong langgam song when performed in a keronchong style on keronchong instruments. This is evident in Ernst Heins’ entry on keroncong in Groves where typical instrumentation of the ensemble would comprise two kroncong (small guitars), among other instruments. Craig Lockard goes on to describe how keroncong orchestras and recordings attracted both Malay and Chinese communities with a sensuous Portuguese-Indonesian musical blend originating in Java while dondang sayang either produced or consumed in some popularity in Melaka and western Johor seemed to bear resemblance to kroncong. In contradistinction however, Dondang Sayang , according to Philip L. Thomas,2 combined the verbal art of complex poetry or pantun as it was known locally, with orchestral accompaniment. The pantuns were highly stylised repartee and required considerable effort to excel in. Lockard also referred to Popular Malay ensembles known as orkes melayu which he argues as being heavily influenced by Middle Eastern and Indian musical styles were seen to be popular on the West coast while ghazal was
    [Show full text]
  • Jurnal Seni Tari
    ISSN: 1858-3989 VOLUME: 3 NO.: 1 MEI 2012 JURNAL SENI TARI ISSN: 1858-3989 VOLUME: 3 NO.: 1 MEI 2012 JURNAL SENI TARI Jurnal Joged merangkai beberapa topik kesenian yang terkait dengan fenomena, gagasan konsepsi perancangan karya seni maupun kajian. Joged merupakan media komunikasi, informasi, dan sosialisasi antar insan seni perguruan tinggi ke masyarakat luas. Redaktur menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain, format penulisan berada di halaman belakang. Naskah yang masuk akan disunting format, istilah dan tata cara lainnya. Pemimpin Umum: Ketua Jurusan Tari (ex-officio) Pemimpin Redaksi: Dr. Sumaryono, MA. Wakil Pemimpin Redaksi: Dr. Hendro Martono, M.Sn. Sekretaris Redaksi: Dra. Supriyanti, M. Hum. Staf Redaksi: 1. Drs. Raja Alfirafindra, M.Hum. 2. Bekti Budi Hastuti, SST., M. Sn. Anggota Redaksi: 1. Prof. Dr. Y. Sumandiyo Hadi. SST. SU. 2. Dr. Hersapandi, SST., M.S. 3. Dr. Rina Martiara, M. Hum. 4. Dra. M. Heni Winahyuningsih, M. Hum. 5. Dra. Daruni, M.Hum. 6. Dra. Budi Astuti, M.Hum. 7. Dra. Siti Sularini Desain Sampul: Dr. Hendro Martono, M.Sn. Alamat Redaksi dan Penerbit: Jurusan Tari Fak. Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, Jl. Parangtritis km 6,5 Yogyakarta 55188 Telp. 08121561257 Naskah dapat dikirim melalui salah satu alamat email di bawah ini: Email: [email protected], [email protected], [email protected] Dicetak oleh: Multi Grafindo, Ruko Perumahan Candi Gebang Permai I/4 Sleman Yogyakarta 55584, Telp. (0274) 7499863, Fax.( 0274)888027 Email: [email protected] Apabila mengutip atau menyalin naskah yang terdapat dalam jurnal ini, maka harus ada ijin dari penulis langsung atau mencantumkan dalam referensi sesuai dengan tata tulis akademis yang berlaku.
    [Show full text]
  • Mapping the History of Malaysian Theatre: an Interview with Ghulam-Sarwar Yousof
    ASIATIC, VOLUME 4, NUMBER 2, DECEMBER 2010 Mapping the History of Malaysian Theatre: An Interview with Ghulam-Sarwar Yousof Madiha Ramlan & M.A. Quayum1 International Islamic University Malaysia It seems that a rich variety of traditional theatre forms existed and perhaps continues to exist in Malaysia. Could you provide some elucidation on this? If you are looking for any kind of history or tradition of theatre in Malaysia you won’t get it, because of its relative antiquity and the lack of records. Indirect sources such as hikayat literature fail to mention anything. Hikayat Raja-Raja Pasai mentions Javanese wayang kulit, and Hikayat Patani mentions various music and dance forms, most of which cannot be precisely identified, but there is no mention of theatre. The reason is clear enough. The hikayat generally focuses on events in royal court, while most traditional theatre developed as folk art, with what is known as popular theatre coming in at the end of the 19th century. There has never been any court tradition of theatre in the Malay sultanates. In approaching traditional theatre, my own way has been to first look at the proto- theatre or elementary forms before going on to the more advanced ones. This is a scheme I worked out for traditional Southeast Asian theatre. Could you elaborate on this? Almost all theatre activity in Southeast Asia fits into four categories as follows: Proto-Theatre, Puppet Theatre, Dance Theatre and Opera. In the case of the Philippines, one could identify a separate category for Christian theatre forms. Such forms don’t exist in the rest of the region.
    [Show full text]
  • Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings
    Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings TAJUK PERKARA MALAYSIA: PERLUASAN LIBRARY OF CONGRESS SUBJECT HEADINGS EDISI KEDUA TAJUK PERKARA MALAYSIA: PERLUASAN LIBRARY OF CONGRESS SUBJECT HEADINGS EDISI KEDUA Perpustakaan Negara Malaysia Kuala Lumpur 2020 © Perpustakaan Negara Malaysia 2020 Hak cipta terpelihara. Tiada bahagian terbitan ini boleh diterbitkan semula atau ditukar dalam apa jua bentuk dan dengan apa jua sama ada elektronik, mekanikal, fotokopi, rakaman dan sebagainya sebelum mendapat kebenaran bertulis daripada Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia. Diterbitkan oleh: Perpustakaan Negara Malaysia 232, Jalan Tun Razak 50572 Kuala Lumpur Tel: 03-2687 1700 Faks: 03-2694 2490 www.pnm.gov.my www.facebook.com/PerpustakaanNegaraMalaysia blogpnm.pnm.gov.my twitter.com/PNM_sosial Perpustakaan Negara Malaysia Data Pengkatalogan-dalam-Penerbitan TAJUK PERKARA MALAYSIA : PERLUASAN LIBRARY OF CONGRESS SUBJECT HEADINGS. – EDISI KEDUA. Mode of access: Internet eISBN 978-967-931-359-8 1. Subject headings--Malaysia. 2. Subject headings, Malay. 3. Government publications--Malaysia. 4. Electronic books. I. Perpustakaan Negara Malaysia. 025.47 KANDUNGAN Sekapur Sirih Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia i Prakata Pengenalan ii Objektif iii Format iv-v Skop vi-viii Senarai Ahli Jawatankuasa Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings ix Senarai Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings Tajuk Perkara Topikal (Tag 650) 1-152 Tajuk Perkara Geografik (Tag 651) 153-181 Bibliografi 183-188 Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings Sekapur Sirih Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia Syukur Alhamdulillah dipanjatkan dengan penuh kesyukuran kerana dengan izin- Nya Perpustakaan Negara Malaysia telah berjaya menerbitkan buku Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings Edisi Kedua ini.
    [Show full text]
  • Intercultural Theatre Praxis: Traditional Malay Theatre Meets Shakespeare's the Tempest
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection 2017+ University of Wollongong Thesis Collections 2017 Intercultural theatre praxis: traditional Malay theatre meets Shakespeare's The Tempest Norzizi Zulkafli University of Wollongong Follow this and additional works at: https://ro.uow.edu.au/theses1 University of Wollongong Copyright Warning You may print or download ONE copy of this document for the purpose of your own research or study. The University does not authorise you to copy, communicate or otherwise make available electronically to any other person any copyright material contained on this site. You are reminded of the following: This work is copyright. Apart from any use permitted under the Copyright Act 1968, no part of this work may be reproduced by any process, nor may any other exclusive right be exercised, without the permission of the author. Copyright owners are entitled to take legal action against persons who infringe their copyright. A reproduction of material that is protected by copyright may be a copyright infringement. A court may impose penalties and award damages in relation to offences and infringements relating to copyright material. Higher penalties may apply, and higher damages may be awarded, for offences and infringements involving the conversion of material into digital or electronic form. Unless otherwise indicated, the views expressed in this thesis are those of the author and do not necessarily represent the views of the University of Wollongong. Recommended Citation Zulkafli, Norzizi, Intercultural theatre praxis: traditional Malay theatre meets Shakespeare's The Tempest, Doctor of Philosophy thesis, School of the Arts, English and Media, University of Wollongong, 2017.
    [Show full text]
  • Common Injuries Identified in Malay Dance Farah Fadzali, April 2021
    Soultari Amin Farid, Choreographer, Arts Educator and Researcher Common injuries identified in Malay Dance Farah Fadzali, April 2021 The traditional dance forms of the Malay communities in Singapore are wide-ranging and diverse: Zapin, Joget, Asli, and Inang are just some of the many examples amongst others. However, the underlying beauty of this traditional dance is a series of complex and dynamic footwork, performed repetitively to achieve pinpoint finesse in its execution. Together with the countless hours of practice, it places extremely high stress and strain on the dancer’s lower limbs like the foot and ankle. Along with dance practice lasting several hours a day, dancers often risk stress fractures and other overuse injuries. In this article, we will look at some common injuries identified in Malay dance. Zapin: Elegant, soft and subtle body movements. Joget: Performed on a quick tempo with duple and triple beat divisions while dancers make fast rhythmic hand and foot movements. Asli: Owing to its soft and gentle rhythm, Asli is a graceful dance form where every movement has a meaning. Inang: Inang is usually performed with grounded and graceful foot movements. Long scarves are also held in hands like props while performing, which add to the charm of this dance form. __________________________________________________________________________________________ Disclaimer: *SCAPE strongly recommends that you consult with your physician before executing any exercises. Information contained within this article is for educational and informational purposes only while authors draw on their professional expertise and research available. In the event that you use the information provided through our website and or article, *SCAPE and the authors assume no responsibility.
    [Show full text]
  • Appendix: Roster of Emergent Theatre Forms
    APPENDIX: ROSTEr OF EMErGENT THEaTrE FOrMS 550–500 BCE—Greek tragedy (Athens) (Hartnoll 607) 500–450 BCE—Greek “Old” Comedy (Athens) (Hartnoll 607) 350–300 BCE—Greek “New” Comedy (Athens) (Hartnoll 551) 250–200 BCE—Comedy and tragedy (Rome) (Banham, Cambridge 936) 250–200 BCE—Mime (Rome) (Duckworth 13) 200–100 BCE—Sanskrit Theatre (India) (Richmond et al. 1990: 27) 150–100 BCE—“Horn butting game” (China) (Dolby, “Early” 11) 50–1 BCE—Pantomime (Rome) (Beacham 142) 500–600 CE—Bukagu/gagaku (Japan) (Leiter 1.67) 600–650—Gigaku (Japan) (Leiter 1.227) 700–750—Canjunxi (Adjutant Play) (China) (Dolby, History 7) 700–750—Tayao niang (Stepping and Swinging Women) (China) (Dolby, “Early” 13) 800–900—Robam kbach boran (lakhon kbach boran) (Cambodia) (Ghulam-Sarwar118) * * * 900–1000—Liturgical theatre (Europe) (Hartnoll 674) 900–1000—Wayang kulit purwa (Indonesia) (Ghulam-Sarwar 276) 900–1000—Gambuh (Indonesia) (Ghulam-Sarwar 79) 900–950—Kuttiyatam (India) (Leiter 1.358) 900–950—Wayang beber (Indonesia) (Ghulam-Sarwar 276) © The Author(s) 2020 305 S. Tillis, The Challenge of World Theatre History, https://doi.org/10.1007/978-3-030-48343-2 306 APPENDIX: ROSTER OF EMERGENT THEATRE FORMS 950–1000—Song (dynasty) zaju (China) (Dolby, History 15) 950–1000—Religious literary drama (Europe) (Banham, Cambridge 501) * * * 1000–1100—Dengaku (Japan) (Leiter 1.154) 1000–1100—Khayāl all-zill (Egypt) (Moreh 47) 1000–1050—Cheo (Vietnam) (Brandon 73) 1050–1100—Wayang topeng (Indonesia) (Ghulam-Sarwar 311) 1050–1100—Sangaku/Sarugaku (Japan) (Ortolani 62–63) * * *
    [Show full text]
  • Seni Pertunjukan Wisata Di Candi Borobudur Kabupaten Magelang
    SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari oleh Ayu Nur Adilla 2501415152 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari oleh Ayu Nur Adilla 2501415152 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 i ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: “Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.” _Andrew Jackson_ PERSEMBAHAN : Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Almamater Universitas Negeri Semarang 2. Ibu dan Kakak tercinta v PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan penyusunan skripsi dengan judul SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG yang disusun dalam rangka memenuhi tugas dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari beberapa pihak, penulis skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak- pihak sebagai berikut : 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas selama melaksanakan perkuliahan. 2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti. 3. Dr.
    [Show full text]
  • 2019 Jamalludin Nur Izzati 1567945 Ethesis
    This electronic thesis or dissertation has been downloaded from the King’s Research Portal at https://kclpure.kcl.ac.uk/portal/ The origin, evolution and future of Mek Mulung a state heritage status and beyond Jamalludin, Nur Izzati Awarding institution: King's College London The copyright of this thesis rests with the author and no quotation from it or information derived from it may be published without proper acknowledgement. END USER LICENCE AGREEMENT Unless another licence is stated on the immediately following page this work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International licence. https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/ You are free to copy, distribute and transmit the work Under the following conditions: Attribution: You must attribute the work in the manner specified by the author (but not in any way that suggests that they endorse you or your use of the work). Non Commercial: You may not use this work for commercial purposes. No Derivative Works - You may not alter, transform, or build upon this work. Any of these conditions can be waived if you receive permission from the author. Your fair dealings and other rights are in no way affected by the above. Take down policy If you believe that this document breaches copyright please contact [email protected] providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. Download date: 04. Oct. 2021 THE ORIGIN, EVOLUTION AND FUTURE OF MEK MULUNG: A STATE HERITAGE STATUS AND BEYOND Nur Izzati Jamalludin Submitted in fulfilment for the requirements for the degree of Doctor of Philosophy at King’s College London May 2019 1 Abstract This research was carried out to trace the development of Mek Mulung, a dance- drama which is native solely to the village of Wang Tepus, Kedah in peninsular Malaysia.
    [Show full text]
  • Kenyataan Media
    KENYATAAN MEDIA “TITIK MENGALAI” MEMUKAU PELANCONG Kuala Lumpur 16 Mac - Demi memartabatkan warisan seni tradisional yang autentik dan klasik, Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara (JKKN), Kementerian Pelancongan Seni dan Budaya Malaysia terus komited dalam pelaksanaan program Panggung Seni Tradisional saban tahun. Pada dasarnya, penganjuran program ini sebagai langkah pemuliharaan dan pengekalan seni warisan serta memartabatkan kesenian ini ke tahap yang lebih cemerlang. Selain itu, ia juga bertujuan untuk menjadikan Kuala Lumpur sebagai hab persembahan tradisional seterusnya mengangkat program ini sebagai produk pelancongan. Di samping itu, ia turut bertujuan untuk memupuk minat dan cintakan seni warisan negara dalam kalangan warga kota serta para pelancong asing dan tempatan. Mula dilaksanakan pada tahun 2013 hingga 2018, program ini telah mementaskan sebanyak 36 kesenian tradisional yang merangkumi TIGA (3) genre iaitu Tari, Muzik dan Teater dengan penglibatan 69 kumpulan kesenian dan 1,649 orang peserta daripada pelbagai agensi kerajaan, universiti awam dan Badan-badan Bukan Kerajaan (BBK). Beberapa kumpulan seni persembahan di bawah Program Perantisan turut diberi peluang membuat persembahan seperti Kumpulan Makyong Kijang Emas (Makyong), Persatuan Penggerak Warisan Seni Budaya Negeri Kedah (Mek Mulung), Kumpulan Menora Sri Timur (Menora), Persatuan Seni Tradisional Setia Jaya, Kampung Nesam, Perlis (Jikey) dan Kumpulan Boria Angkatan Budayasari, Pulau Pinang (Boria). Kini, Panggung Seni Tradisional 2019 (PST2019) kembali menemui warga kota Kuala Lumpur. Program kali ini akan menampilkan Kumpulan Anak Seni Sabah Kuala Lumpur (KASSA), Unique Arts Culture and Heritage Foundation, N. Sembilan, Kumpulan Randai Palimo, Pusat Kebudayaan Universiti Malaya, WAU.Ensemble, Fakulti Tari, Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (ASWARA) serta ASK Dance Company dan Persatuan Teater Opera Mimpi Negeri Perlis (TOPENG).
    [Show full text]