A:\2. Partisi Andez\0. Jurnal-Jurnal\1. Jurnal
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Membaca e-ISSN 2580-4766 http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jurnalmembaca p-ISSN 2443-3918 MAKNA SIMBOLIS DALAM NOVEL LAYAR TERKEMBANG Hanafi1) dan Akhmad Baihaqi2) Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten1) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa2) [email protected]), [email protected]) Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu untuk menyelidiki (1) makna simbolis tokoh protagonis dalam novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana; (2) makna simbolis judul novel Layar Terkembang; dan (3) perbedaan makna simbolis Layar Terkembang dulu dengan makna simbolis Layar Terkembang sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa tokoh Maria merupakan makna simbolis dari kebudayaan Indonesia tradisional yang telah mati, dan masa silam sudah tidak ada lagi, sedangkan tokoh Tuti merupakan makna simbolis dari kebudaya- an Indonesia modern, ilmu pengetahuan dan teknologi canggih Barat, industrialisasi yang penuh dinamika, dan emansipasi yang tinggi. Kemudian, judul novel Layar Terkembang merupakan makna simbolis dari adanya usaha untuk mengembangkan intelektualisme, industrialisasi, individualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sistem informasi dan komunikasi yang mutakhir. Terakhir, penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan di mana Layar Terkembang dahulu didasari semangat cita-cita mencapai Indonesia merdeka, tetapi sekarang didasari semangat upaya untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang. Kata kunci: Makna Simbolis, Novel, Semiotika. PENDAHULUAN Balai Pustaka pada 1936. Novel ini ditulis oleh Sebagai sebuah tanda, setiap karya sastra tentu Sutan Takdir Alisyahbana. Novel Layar dapat dikaji melalui semiotika. Hal ini me- Terkembang merupakan karya sastra yang pe- ngacu pada asumsi bahwa setiap karya sastra nuh dengan makna simbolis karena menam- yang ditulis akan memiliki sifat keruangan. pilkan berbagai segi kemasyarakatan dalam Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah karya kehidupan manusia. Jika permasalahan disam- sastra mengandung penanda dan petanda yang paikan secara lugas, sebuah karya sastra tentu menyiratkan makna semiotik yang harus menjadi kurang menarik dan tidak memikat dipahami setiap pembacanya. Sebagaimana pembaca. Santosa dalam Rokhmansyah (2014) meman- Penggunaan simbol, majas, dan bentuk dang bahwa sebuah karya sastra memiliki kiasan lain merupakan suatu keniscayaan tataran semiotik untuk dipahami dan dihayati. dalam sebuah karya sastra. Oleh karena itu, Sebagai sebuah karya sastra, Novel Layar untuk menafsirkan pesan dalam sebuah karya Terkembang mempunyai ruang penceritaan sastra umumnya membutuhkan pembacaan yang luas dalam mengisahkan para pelaku. dan pembahasan lebih lanjut. Sebagai upaya Novel Layar Terkembang termasuk karya sas- pemastian lebih lanjut biasanya diuji melalui trawan Pujangga Baru yang diterbitkan oleh proses analogi pada tataran hierarkis, yaitu Volume 6 Nomor 1 April 2021 37 Jurnal Membaca e-ISSN 2580-4766 http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jurnalmembaca p-ISSN 2443-3918 dalam tataran alinea. Hal ini dapat dilakukan terdiri atas bermacam-macam struktur (Pra- misalnya pada alinea afirmatif, yaitu sebuah dopo dalam Rokhmansyah, 2014). Pemberi- alinea yang menyatakan sesuatu secara positif. an makna dilakukan dengan cara dan hasilnya Pengambilan contoh alinea afirmatif me- berupa tanda (Chamamah dan Soeratno rupakan sebuah penemuan baru mengenai dalam Sangidu, 2004: 173). Sebagai tanda, penanda dan petanda dalam sebuah tataran karya sastra merupakan dunia dalam kata wacana. Arahan pada alinea afirmatif ini mem- yang dapat dipandang sebagai sarana komuni- beri peluang yang besar untuk mengadakan kasi antara pembaca dan pengarangnya. interpretasi pada karya sastra itu secara kreatif Karya sastra bukan merupakan sarana dan dinamis. Seorang interpretator tidak perlu komunikasi biasa. Oleh karena itu, karya terikat oleh sejumlah tataran bahasa yang lain, sastra dapat dipandang sebagai gejala semio- tetapi fokus pad penguasaan bermacam- tik (Teeuw dalam Lantowa, Marahayu, & macam kode dan tanda dalam memahami Khairussibyan, 2017). Semiotik merupakan sebuah bangunan karya sastra. Oleh karena itu, suatu disiplin yang meneliti semua bentuk ko- penyelidikan terhadap sebuah karya sastra munikasi selama komunikasi itu dilaksanakan terkadang menarik sekaligus juga menantang. dengan menggunakan tanda yang didasarkan Telah banyak penelitian terdahulu yang pada sistem-sistem tanda atau kode-kode mengkaji novel ini, seperti dari Hafidlah (Segers dalam Sangidu, 2004). Oleh karena (2020); Lizawati (2016); Ritonga (2016); dan semiotik dipandang sebagai ilmu tentang Suhendi (2014). Penelitian-penelitian tersebut tanda atau sebagai ilmu yang mempelajari umumnya mengangkat topik seputar tokoh sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi- dan penokohan dalam novel Layar Terkem- konvensi yang memungkinkan tanda-tanda bang. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk tersebut mempunyai arti, maka dalam pe- melengkapi dan memberikan gambaran yang ngertian ini ada dua prinsip yang perlu diper- lebih utuh, fokus penelitian ini tidak hanya hatikan. Kedua prinsip itu adalah penanda terkait pada tokoh dan penokohan dalam atau yang menandai, dan petanda atau yang novel, tetapi juga pada makna simbolis dibalik ditandai (Chamamah, Soeratno, dan Pradopo judul dan perkembangan novelnya. Terakhir, dalam Sangidu, 2004:). Berdasarkan pengerti- masalah yang diangkat dalam penelitian ini an ini, novel Layar Terkembang dengan sendiri- yaitu (1) Apa makna simbolis tokoh protago- nya dapat dipandang sebagai gejala semiotik nis dalam novel Layar Terkembang? Apa atau sebagai tanda. makna simbolis judul novel Layar Terkembang? Sebagai tanda, maka karya sastra dapat Bagaimana perbedaan makna simbolis Layar mengacu kepada sesuatu di luar karya sastra Terkembang dulu dengan makna simbolis itu sendiri ataupun di dalam dirinya (Riffaterre Layar Terkembang sekarang? dalam Sangidu, 2004). Sebagai dunia dalam kata, karya sastra memerlukan bahan yang KAJIAN PUSTAKA disebut bahasa (Wellek dan Warren, 1989). Analisis sebuah karya sastra bertujuan untuk Bahasa sastra merupakan penanda yang me- memahami karya sastra tersebut dan selanjut- nandai sesuatu. Sesuatu tersebut dinamai se- nya untuk mengungkapkan maknanya. Meng- bagai petanda. Makna karya sastra sebagai analisis sebuah karya sastra adalah upaya me- tanda adalah makna semiotiknya, yaitu makna nangkap dan memberi makna kepada teks yang bertautan dengan dunia nyata (Chama- sastra. Karya sastra sendiri merupakan struktur mah dan Soeratno dalam Sangidu, 2004). yang bermakna. Hal ini mengingat bahwa Sebagai dasar pemahaman karya sastra seba- karya sastra merupakan sistem struktur yang gai gejala semiotik, maka karya sastra di- 38 Volume 6 Nomor 1 April 2021 Jurnal Membaca e-ISSN 2580-4766 http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jurnalmembaca p-ISSN 2443-3918 anggap sebagai fenomena dialektika antara ANALISIS DAN HASIL teks dan pembaca. Novel Layar Terkembang Setiap pembaca tidak dapat terlepas dari Novel Layar Terkembang termasuk karya sas- ketegangan dalam usaha menangkap makna trawan Pujangga Baru, yang diterbitkan oleh sebuah karya sastra (Riffaterre dan Abdullah Balai Pustaka pada 1936. Novel ini ditulis oleh dalam Sangidu, 2004). Dengan demikian, Sutan Takdir Alisyahbana (STA). Novel ini makna karya sastra tidak hanya ditentukan mulai memperkenalkan masalah wanita Indo- oleh pembaca terhadap karya sastra yang di- nesia yang mulai merangkak pada pemikiran- hadapinya, tetapi juga ditentukan dan diarah- pemikiran modern, bangkit untuk memper- kan oleh karya sastra itu sendiri (Chamamah juangkan hak-haknya sebagai wanita, berwa- dan Soeratno dalam Sangidu, 2004). Oleh ka- wasan luas, serta bercita-cita mandiri. Masalah rena itu, sebagai dasar pemahaman terhadap lain yang dipersoalkan dalam novel ini, yaitu novel Layar Terkembang yang merupakan masalah kedudukan budaya Barat dan Timur, gejala semiotik, karya ini dianggap sebagai fe- termasuk juga masalah agama. Tentu saja, nomena sastra dan sebagai satu dialektika novel ini juga menampilkan masalah cinta antara teks dengan pembacanya dan teks kasih antarinsan manusia, yaitu kisah cinta dengan konteksnya. segitiga antara Yusuf, Tuti, serta Maria. Cerita dalam novel ini berlangsung di Jakarta. Bebe- METODE PENELITIAN rapa tokoh yang terlibat dalam novel ini yaitu Metode yang digunakan dalam penelitian ini Tuti, Maria, Yusuf, Hambali, dan Sumpomo. yaitu kualitatif. Data dalam penelitian ini yaitu Tuti ditokohkan sebagai seorang perempuan unit kata, kalimat, maupun paragraf yang me- yang sudah mulai memiliki wawasan dan miliki makna simbolis. Adapun sumber data pemikiran modern, yang mencoba mencari penelitian adalah novel Layar Terkembang karya haknya di antara kaum lelaki. Dia terpelajar, Sutan Takdir Alisyahbana yang diterbitkan memiliki cita-cita tinggi, pendiam, dan penuh oleh Balai Pustaka pada 1936. pertimbangan. Maria adalah adik Tuti, yang Adapun prosedur atau langkah-langkah mempunyai karakter periang. Yusuf adalah yang digunakan dalam penelitian mencakup seorang pemuda terpelajar yang modern, ma- beberapa tahapan. Langkah pertama yaitu hasiswa kedokteran, baik hati, periang, dan membaca novel Layar Terkembang dan karya bercita-cita tinggi. Hambali adalah seorang ilmiah yang mengkaji novel Layar Terkembang, pemuda modern yang selalu mengejar pang- makna simbolis, dan analisis semiotik. Lang- kat dan kedudukan. Terakhir, Sumpomo kah kedua yaitu mengidentifikasi bagian-bagi- adalah seorang pemuda terpelajar yang juga an dalam novel Layar