KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya juga, maka Buku Adat Perkawinan Melayu Kabupaten

Karimun ini dapat tersusun. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam segala hal, sehingga penyusunan buku ini dapat berjalan dengan lancar.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang belum terangkum dalam penulisan buku ini. Semoga Buku Adat

Perkawinan Melayu Kabupaten Karimun ini bisa memberikan sedikit sumbangan bagi masyarakat Melayu Karimun khususnya generasi muda

Tanjung Balai Karimun, Mei 2019

i

113

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... ii

BAB I Pengantar ...... 1

BAB II Kabupaten Karimun Selayang Pandang ...... 5

BAB III Prosesi Adat Perkawinan ...... 25

BAB IV Perlengkapan Adat Perkawinan Melayu ...... 79

BAB V Pantun Adat Dalam Adat Perkawinan Melayu ...... 88

BAB VI Penutup ...... 109

DAFTAR PUSTAKA ...... 111

ii

114

BAB I

PENGANTAR

Kondisi wilayah Kabupaten Karimun yang berdekatan dengan negara lain disinyalir mudah terpengaruh oleh budaya negatif dari luar.1 Setidaknya bila jika dibandingkan dengan Batam dan Tanjung Pinang dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang mudah terjadi gesekan dengan budaya luar.

Karimun pernah dijadikan basis kekuatan angkatan laut untuk menentang Portugis sejak masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah I (1518-1521) hingga Sultan Ala Abdul Jalil Ri’ayat Syah (1559-1591).Pada kurun waktu 1722-1784, Karimun berada dalam kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga dan pada masa itu daerah Karimun, terutama Kundur dikenal sebagai penghasil gambir dan penghasil tambang (seperti : timah, granit, dll) dan Karimun berkembang menjadi daerah perdagangan serta mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Raja Haji Fisabilillah. Sehingga dapat dikatakan Karimun memiliki peran dalam sejarah. Sebagai daerah yang memiliki peran dalam sejarah, daerah ini memiliki budaya Melayu yang sangat kental.

1Dahulu, Karimun berada di bawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya hingga keruntuhannya pada abad ke-13, dan pada masa itu pengaruh agama Budha mulai masuk. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti di Desa Pasir Panjang. Pada masa itu disebutkan Karimun sering dilalui kapal-kapal dagang hingga pengaruh Kerajaan Malaka (Islam) mulai masuk tahun 1414.

1

Secara umum kebudayaan merupakan wujud dari budi daya manusia yang mencakup berbagai pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai mahluk sosial. Kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata kehidupan yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Pada dasarnya tata kehidupan dalam masyarakat tertentu merupakan pencerminan yang konkrit dari nilai budaya yang diterapkan dalam dinamika kehidupannya. Dengan demikian karakteristik dari kelompok masyarakat atau etnik tertentu, akan terlihat dengan jelas dari karakteristik budaya yang mencakup seluruh aspek kehidupannya seperti tradisi seni budaya yang membedakannya dengan etnik lainnya. Salah satu etnis yang memegang teguh kebudayaannya adalah Melayu. Masyarakat Melayu tetap memegang teguh identitas kemelayuannya. Dalam tradisi Melayu sendiri, ada semacam ungkapan "Adat Bersendikan Syarak, dan Syarak Bersendikan Kitabullah". Hal ini menyiratkan bahwa, secara langsung atau tidak, tradisi kebudayaan Melayu di Kepulauan Riau khususnya Karimun tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.

Kebudayaan juga terdapat dalam adat perkawinan orang melayu yang didalamnya terdapat kepercayaan Islam. Pengaruh Islam dalam perkawinan masyarakat Melayu di Kepulauan Riau khususnya Karimun adalah dikarenakan masuknya Islam di Kepulauan Riau tersebut menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat Kepulauan Riau. Masyarakat Melayu di Kepulauan Riau mengenal prinsip Adat sebenar adat merupakan prinsip yang bersumber pada agama Islam, aturan adat ini tidak bisa dirubah, adat ini terungkap berdiri karena syara. Hal ini menyebabkan hukum adat Melayu Kepulauan Riau khususnya Karimun tidak dapat dipisahkan dari nilai keislaman.

2

Dalam masyarakat tradisi Alam Melayu, konsep adat memancarkan hubungan mendalam dan bermakna di antara manusia dengan manusia juga manusia dengan alam sekitarnya, termasuk bumi dan segala isinya, alam sosiobudaya, dan alam gaib. Setiap hubungan itu disebut dengan adat, diberi bentuk tegas dan khas, yang diekspresikan melalui sikap aktivitas, dan upacara- upacara. Adat ditujukan maknanya kepada seluruh kompleks hubungan itu, baik dalam arti intisari eksistensi sesuatu, dasarukuran buruk dan baik, peraturan hidup seluruh masyarakat, maupun tatacara perbuatan serta perjalanan setiap kelompok institusi.Adat muncul sebagai struktur dasar dari seluruh kehidupan dan menegaskan ciri kepribadian suatu masyarakat. Oleh karena itu, adat biasanya memiliki cerita atau mitos suci, watak-watak asal- usul yang gagah dan unggul, serta memberikan dasar makna terhadap setiap peristiwa dalam siklus hidup manusia, serta eksistensi institusi dalam masyarakatnya.Dengan demikian, dalam masyarakat tradisi, adat memiliki kedudukan suci hingga mencapai martabatnya; dipancarkan oleh kelakuan yang benar serta halus; sebuah ciri kehidupan yang menyerap sistem kepercayaan, hukuman, dan denda. Setiap individu yang melanggar, menyelewengkan, melebihi, mengurangi, atau menafikannya, akan menerima balasan dan hukuman, baik melalui pemegang kekuasaan adat itu sendiri maupun Tuhan dalam kepercayaan mereka. Sebaliknya, setiap yang berhasil melaksanakan adat, akan berkuasa, berwibawa, juga memegang, menjalankan, dan patuh kepada adat. Dengan demikian, adat memberi makna konfigurasi yang mendalam, serta makna kestrukturan dalam sebuah masyarakat dan kebudayaannya. Adat merupakan identitas yang berfungsi untuk mengintegrasikan seluruh masyarakat dan kelompok kecil masyarakat tersebut. Setiap kelompokakan dikenali oleh kelompok lain dengan perbedaan adatnya.

3

Namun demikian, pada masa sekarang, masih banyak masyarakat khususnya masyarakat Karimun yang belum mengerti bagaimana prosesi adat terutama adat pernikahan. Oleh karena melalui tulisan ini diharapkan masyarakat lebih memahami pengetahuan tentang potensi sejarah dan budaya Karimun khususnya prosesi adat perkawinan Kabupaten Karimun.

4

BAB II

KABUPATEN KARIMUN SELAYANG PANDANG

Mengenal Karimun

Asal-usul penyebutan nama Karimun ada beberapa versi. Sindu Galba dkk (2001), menyebutkan ada 3 (tiga) versi. Pertama, nama Pulau Karimun diberikan oleh pedagang yang berasal dari Gujarat. Dengan amannya pulau ini dari bahaya laut terutama perompak, maka banyak pedagang dari India Selatan dating ke daerah ini seperti dari Arab, Yaman, India dan Mesir. Pada umumnya mereka berdagang permata. Dikisahkan, suatu ketika ada sebuah kapal yang sedang berlayar di Selat Malaka dihantam gelombang badai. Kapal tersebut kemudian terdampat di suatu pulau yang sekarang ini bernama Karimun anak. Kemudian, dikisahkan ada seorang pedagang bernama Sech Jalaluddin berada di kapal tersebut. Dikarenakan kapal yang membawanya mengalami kerusakan, ia tidak dapat melanjutkan perjalanannya menuju ke Pulau Jawa. Oleh karena itu, ia dan rombongannya terpaksa bermalam di pulau tersebut. Sebagai seorang penganut agama Islam, ia memperhatikan alam sekitarnya. Betapa terkejutnya ketika ia melihat cahaya yang keluar dari gunung yang ada di tempat itu. Warna cahayanya sangat menakjubkan yaitu kuning keemasan yang belum pernah dilihatnya. Secara spontan ia mengangkat tangan dan berdoa serta memuji kebesaran Allah dengan menyebut “Ya Allah Ya Karim Yang Mulia”. Selanjutnya, penyebutan Karim itu berkembang menjadi Karimun untuk menyebut tempat yang bercahaya tersebut. Jadilah pulau itu bernama Karimun.

5

Versi kedua menyebutkan bahwa asal-usul nama Karimun terjadi saat kapal-kapal dagang dari Gujarat yang melintasi pulau itu kehabisan air. Selanjutnya, mereka berhenti di suatu pulau setelah mencari kesana kemari. Suatu ketika beberapa orang dari mereka melihat sumur yang terletak di tepi pantai, lalu mereka mencicipi air tersebut. Setelah merasakan air itu pedagang-pedagang itu terkejut karena air sumur itu tawar rasanya. Karena begitu bahagianya menemukan air tawar yang baik dijadikan air mun, maka mereka ungkapkan dengan rasa syukur kepada Allah yang berbunyi: “Ya Allah Ya Karim yang artinya Allah Yang Mulia. Penyebutan Karim ini kemudian berkembang menjadi Karimun,

Versi ketiga, Karimun diyakini sebagai nama sepasang suami istri yang merupakan orang pertama yang tinggal di Pulau Karimun. Nama suami itu diyakini bernama Karim, sedangkan istrinya bernama Maimun. Keduanya menginjakkan kaki di Batu besar (Teluk Lekop) yang diyakini pada malam hari 27 Rajab. Namun tahunnya tidak pasti. Bukti sejarah di Karimun tepatnya di Desa Pasir Panjang Kecamatan Meral berupa Prasasti Pasir Panjang. Dalam prasasti ini tertulis aksara nagari yang berasal dari abad 9-10. Hal ini membuktikan bahwa pada abad 9-10, di wilayah Karimun sudah berkembang agama Budha. Selanjutnya, Karimun mulai dicatat dalam sumber tertulis pada abad ke-14. Sumber ini ditulis oleh Taa-I Chihyang disusun kembali oleh Wan Tay (seorang pengelana Cina) yang mengunjungi daerah Kepulauan Riau sekitar tahun 1330-1340. Menurutnya di kawasan Chi ke Wanyang diyakini sebagai Karimun merupakan basis operasional bajak laut. Mereka berjumlah Antara 200-300 pasukan. Oleh karena itu, apabila akan melintasi daerah Pulau Karimun para pelaut asing sering menggunakan perisai kulit yang dilapisi kapas untuk melindungi diri dari serangan bajak laut.

6

Karimun kembali tercatat dalam sejarah pada perjanjian Antara Inggris dengan Belanda pada tanggal 17 Maret 1824. Perjanjian ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk tukar menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Lanka) dan Indonesia, berdasarkan kepada negara yang paling diinginkan, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang ditetapkan secara local antara lain (Sindu Galba dkk, 2001 : 59). Isi perjanjian tersebut yaitu :

1. Belanda mengakui Singapura sebagai milik Inggris

2. Belanda setuju tidak campur tangan dalam urusan atau menduduki daerah Semenanjung Tanah Melayu atau membuat perjanjian dengan raja-rajanya.

3. Malaka diserahkan kembali kepada Inggris dan Bengkulu yang berada dalam tangan Inggris akan diserahkan kepada Belanda.

4. Pulau Karimun dan Pulau Buru yang letaknya sangat dekat dengan Singapura termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga.

Selanjutnya, pada masa pendudukan Jepang wilayah pulau- pulau Karimun dapat dikatakan tidak ada pengerahan tenaga kerja (romusha) terhadap pemuda di daerah ini. Kemudian pada pertengahan bulan September 1945, Belanda menduduki beberapa tempat di Kepulauan Riau diantaranya Karimun. Hal ini dilakukan oleh Belanda sebagai pangkalan untuk merebut Riau daratan dan Sumatera pada umumnya. Dalam perkembangannya di tahum 1960-an, Karimun dikenal sebagai wilayah penambangan timah, pasir laut, pasir darat dan batu granit.

7

Dalam perkembangannya, masyarakat Karimun yang didominasi masyarakat Melayu juga terdapat suku pendatang lain seperti WNI keturunan Cina, Bugis, Flores, Buton, Sumbawa, Jawa, Sumatera Barat, Batak dan lain-lain. Selain itu terdapat pula orang laut (Suku Mantang) yang menempati salah satu kawasam Pantai Desa Teluk Setimbul Kecamatan Meral.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Karimun tidak hanya bergaul dengan etnisnya masing-masing melainkan juga dengan etnis lainnya. Untuk itu, diperlukan suatu bentuk tata cara bergaul yang dapat berlaku umum dan diterima oleh semua pihak. Beberapa wujud system pergaulan dalam berintegrasi dengan sesame warga yang tampak lebih mudah diaamati adalah yang berkaitan dengan bahasa dan adat perkawinan.

Karimun, Negeri Bumi Berazam

Di Indonesia nama Karimun melekat pada dua daerah. Karimun Jawa sebuah kepulauan yang masuk Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan satu lagi Kabupaten Karimun di Provinsi Kepri. Kabupaten Karimun yang beribukota Tanjungbalai Karimun dikenal dengan julukan Bumi Berazam.

H.M Muhammad Sani, mantan Gubernur Kepri yang pernah dua kali memimpin Kabupaten Karimun yang menelurkan gagasan empat azam dalam membangun Karimun. Saat ini ajaran itu sudah menjagi motto tersendiri bagi masyarakat Karimun dalam membangun daerahnya. Keempat azam itu adalah, Azam Peningkatan Iman dan Taqwa, Azam Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, Azam Pembangunan Ekonomi yang berdimensi Ekonomi Kerakyatan, Azam Pengembangan Seni dan Budaya.

8

Pulau Karimun merupakan sebuah pulau kecil yang berada di perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga Singapura dan . Posisinya yang dekat dengan kedua negara tetangga tersebut, menjadikan Pulau Karimun sebagai salah satu tujuan wisata mancanegara serta tempat transit bagi warga pulau sekitarnya yang ingin menuju ke Singapura maupun Malaysia.

Pada tahun 2016, kepadatan penduduk Kabupaten Karimun sebesar 30 jiwa per Km2. Penduduk Kabupaten Karimun terpusat di berbagai sentra-sentra ekonomi dan pemerintahan. Beberapa daerah yang cukup banyak dihuni adalah Kecamatan Karimun, Kecamatan Meral dan Kecamatan Kundur. Data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Tahun 2016, jumlah penduduk Kabupaten Karimun tercatat sebanyak 237.720 jiwa yang terdiri dari 122.605 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 115.115 penduduk berjenis kelamin perempuan sedangkan Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu (RasioJenis Kelamin) berjumlah 106,51%.

Akses ke Karimun

Transportasi laut, dan udara merupakan akses untuk menuju ke Pulau Karimun. Terminal feri utama yang digunakan adalah Terminal feri Tanjung Balai Karimun yang berada di pusat kota Tanjung Balai sedangkan Bandara Raja Haji Abdullah merupakan Bandara yang ada di pulau Karimun yang melayani Rute Pekanbaru, Batam dan Lingga. Dari Jakarta, terdapat kapal Pelni yang melayani transportasi Laut antara Jakarta dan Karimun. Beberapa Kota Lain di Pulau Sumatera, seperti: Dumai; Selat Panjang; Pekanbaru (Riau); Kuala Tungkal (Jambi), juga mempunyai akses jalur transportasi

9 laut ke Pulau Karimun. Sedangkan dari Kota Batam, dapat menggunakan Terminal Feri Sekupang dengan banyak pilihan operator feri serta jadwal keberangkatan yang lebih padat. Diantaranya kapal Dumai Express, Mikonatalia;, dan Batam Jet dengan waktu perjalanan sekitar satu setengah jam.

Disamping itu juga, dapat menggunakan Terminal Ferri Harbour Bay di Jodoh, Batam dengan menggunakan Kapal Mv. Oceanna yang memiliki 5 trip jadwal keberangkatan dengan 80 menit waktu perjalanan. Dari Tanjungpinang, untuk menuju ke Pulau Karimun, dapat juga menggunakan operator pelayaran Mv. Arena dari Terminal Feri Sri Bintan Pura.

Oplet merupakan angkutan umum utama di Pulau Karimun, dengan trayek Tanjung Balai – Meral, yang menggunakan warna biru sebagai tanda pengenalnya.Trayek Tanjung Balai – Tebing, menggunakan warna coklat sebagai tanda pengenal jalur trayeknya. Selain oplet, bus juga merupakan salah satu moda transportasi yang penting di Pulau Karimun. Bentuk bus di Pulau Karimun sangat unik dan berbeda dengan bus pada umumnya. Sangat cocok sebagai ikon khusus pariwisata Karimun. Bus Karimun tidak mengambil penumpang seperti halnya angkutan umum oplet. Busnya jenis bus lama yang dikenal dengan nama bas kayu. Pada umumnya bus ini dipakai oleh masyarakat Karimun untuk rekreasi ke tempat wisata, acara pernikahan, dan sering juga di pakai sebagai bus untuk mengangkut para wisatawan.

10

Bus kayu yang jadi ikon pariwisata Karimun (foto:batamnews.com)

Pulau Karimun tidak memiliki pusat perbelanjaan atau mal yang besar. Hanya ada hanya supermarket atau departemen store swalayan, seperti: Padi Mas Department Store dan Indo A Yani Swalayan & Department Store. Pusat perbelanjaan, dapat ditemukan di sepanjang Jalan Nusantara yang berbentuk rumah toko –ruko. Hampir semua keperluan, dapat ditemukan di pusat pertokoan Jalan Nusantara ini. Disamping pertokoan di Jalan Nusantara, Jalan Ahmad Yani –yang merupakan jalan utama di Kecamatan Meral Karimun juga memberikan pengalaman berbelanja yang sama dengan Jalan Nusantara di Tanjung Balai Karimun.

11

Menyusuri kota lama Tanjung Balai, Pulau Karimun di Kepulauan Riau bisa menjadi pilihan para penyuka wisata kota lama atau kota tua. Wilayah kota lama Tanjung Balai terletak di dekat Pelabuhan Laut Tanjung Balai. Kawasannya terletak di sepanjang Jalan Trikora dan Jalan Nusantara. Hanya perlu melangkahkan kaki sekitar 10 menit dari pelabuhan Tanjung Balai, kita akan segera tiba di wilayah kota lama yang dulunya merupakan salah satu permukiman masyarakat Tionghoa Karimun.

Permukiman masyarakat Tionghoa di Karimun pun tersebar sampai ke daerah Kampung Baru dan Meral. Sebenarnya tak hanya masyarakat Cina Tanjung Balai yang tinggal di wilayah itu, sebagai kota pelabuhan tua, wilayah kota lama Tanjung Balai juga ditinggali oleh masyarakat Keling, Melayu, bahkan Jawa, dan Bugis. Masyarakat Tionghoa hidup berdampingan dengan etnis lainnya terutama masyarakat muslim. Bahkan di tengah-tengah permukiman tersebut terdapat masjid Baitul Karim yang dibangun tahun 1987, namun sejatinya ia berdiri di atas tanah tilas masjid kuna yang dibangun tahun 1913. Di wilayah itu, terdapat beberapa rumah ibadah. 2

Tak jauh dari pelabuhan berdiri bangunan tua Gereja Katolik Santo Joseph dan pastorannya yang masih mempertahankan bentuk aslinya. Gereja tersebut beralamat di Jalan Trikora No. 1. Di beberapa lokasi tersebar terdapat beberapa kelenteng yang telah berubah dari bentuk aslinya karena telah direnovasi menjadi lebih besar untuk memenuhi kebutuhan umat yang membeludak pada hari-hari perayaan tertentu.

2https://nationalgeographic.grid.id/read/13967167/harmonisasi-masyarakat-tanjung- balai-dalam-arsitektur-dan-kuliner, 1 November 2018

12

Seperti kota lama yang ditinggali oleh kebanyakan masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya, pemandangan rumah dengan interior yang memiliki altar sembahyang dari pelbagai ukuran tampak menjadi elemen utama rumah-rumah toko tersebut. Mayoritas bagunan-bangunan itu berfungsi sebagai rumah toko yang masih ditinggali, toko-toko yang hanya berfungsi sebagai kegiatan bisnis, dan juga hotel-hotel atau penginapan, kedai makan dan kedai .

Kuliner Kuliner di Karimun, berbeda dengan daerah-daerah lainnya. Jika di Pulau Jawa untuk sarapan adalah nasi, tapi di Karimun, sarapan pagi bisa dengan: muih (epok-epok, , goreng, dan sebagainya) serta makan lainnya, seperti: , lakes, dan pulut berinti. Bila anda datang ke Tanjung Balai Karimun, jangan lupa untuk mencicipi makanan khas yang enak, lezat, dan penuh cita rasa ini yang pasti dijamin anda ketagihan. , mungkin kita sering mendengar masakan gulai ikan, tapi masakan gulai khas Karimun berbeda dengan masakan gulai lainnya. Rasanya yang lezat, sekaligus bikin kita ingin berulang- ulang untuk menghirup kuahnya yang terasa sangat segar. Pada umumnya kunci kenikmatan gulai asam pedas Melayu, adalah: ikan lautnya yang segar. Kampung, nasi goreng ini memang makanan biasa tapi nasi goreng kampung ini memiliki sederhana dan simpel dengan aroma khas, yaitu: belacan atau terasi. Nasi Lemak, biasanya nasi lemak dimakan pada saat pagi hari atau untuk sarapan, nasi ini dimasak menggunakan: bilis; santan; dan telur. , adalah makan kuih muih yang ada di Karimun. Biasanya, lemang dimakan atau dibuat disaat momen- momen tertentu, seperti: bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

13

Lemang dibuat dengan cetakan bambu. , laksa ada dua macam, yaitu: ada laksa kuah dan laksa goreng. Laksa ini, adalah mie yang dibuat dari sagu. Makanan khas Melayuini sangat sederhana, namun memiliki rasa yang gurih dan mantap. Biasanya, laksa disajikan beserta sambal belacan. Pulut Berinti, inilah makanan khas Kepulauan Riau –khusus Tanjung Balai Karimun, yang masih kental dengan budaya Melayunya.

Roti Kirai (), makanan ini sungguh-sungguh sedap. Makanan Melayu itu selalu simpel, tapi rasanya dahsyat. Bentuknya yang unik pun, bikin kita semakin penasaran untuk menambah terus. Roti Jala khas Timur Tengah, bentuknya menyerupai jala –roti ini juga disajikan sebagai pendamping kari atau Gulai. Roti Prata, merupakan santapan yang dapat disajikan pada saat sarapan, makan siang atau bahkan pada saat makan malam. Roti Prata ini biasanya disajikan bersama kari atau Gulai.

Mie Lendir, tempat favorit makan mie ini adalah di dekat Pasar Sri Karimun. Sebenarnya mie lendir ini awalnya populer di Tanjungpinang, namun makin lama makin berkembang di Batam dan Karimun. Mie Siam Kuning, mie siam ini makanan yang terbuat dari bahan mie suun, berwarna kuning dan biasa disajikan bersama kuah . Pacri Nanas, makanan pacri nanas biasa disajikan pada saat kenduri. Masakan Melayu adalah masakan yang penuh lemak dan berkolesterol, sehingga berkemungkinan untuk kolesterol tinggi, dan nanas merupakan buah yang bisa mengurangi kolesterol, untuk itu biasanya orang Melayu selalu menyajikan pacri nanas di acara-acara tertentu. Makanan-makanan ini, harus selalu dilestarikan. Dengan pengetahuan yang baik, kita dapat juga mengembangkan makanan khas Karimun ini dengan memperkenalkan kepada khalayak lebih dapat dikenal ke belahan dunia manapun.

14

Kekayaan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Karimun

Kabupaten Karimun dengan julukan Bumi Berazam memiliki karakter masyarakat Melayu yang budayanya kental bernafaskan Islam mewarnai kehidupan masyarakatnya. Tradisi masyarakatnya juga beragam. Ada sejumlah kekayaan warisan tak benda (WBTB) Kabupaten Karimun.

1. Syariful Anam Syariful Anam ditetapkan jadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia tahun 2018 ini. Acara Ritual Syariful Anam ini untuk melestarikan budaya Melayu yang turun menurun yang sudah dilaksanakan puluhan tahun. Prosesi ini bertujuan mengharapkan keberkahan bagi anak-anak yang menjalankan prosesi Syariful Anam ini. Di Karimun, tradisi Syariful Anam hidup disejumlah desa.

Bupati Karimun, mencukur rambut anak dalam kegiatan Syariful Anam Sumber :https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/syariful-anam- tradisi-cukur-rambut-anak-di-karimun/

15

Ritual Syariful Anam ini terdiri dari prosesi potong rambut si anak yang diiringi syair puja-puji terhadap Nabi Muhammad SAW. Syair puji-pujian ini sering disebut sebagai masyarakal dan barzanzi yang isinya tentang kebaikan-kebaikan sifat nabi dan keluarganya yang patut ditiru umat pengikutnya.

Rangkaian prosesinya terbilang unik. Pertama, si anak yang akan dicukur sedikit rambutnya, dijemput ketika memasuki masjid dengan iringan asyarakal yang mendayu-dayu. selanjutnya, si anak akan ditaburkan serbuk saat di tempat acara, atau kegiatan ini kerap disebut tepung tawar.

Syariful Anam biasa digelar bertepatan dengan perayaan hari besar Islam, Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Prosesi syariful anam ini tidak semua daerah Melayu melakukannya, Salahsatu desa yang rutin melaksanakan tradisi ini adalah Desa Parit, Kecamatan Karimun.

2. Joget Dangkong Karya budaya dari Kabupaten Karimun yang pertama ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia adalah joget dangkong tahun 2015 lalu. Ada anggapan bahwa kesenian joget sangat dipengaruhi oleh tarian rakyat Portugis. Orang-orang Portugis yang datang ke Melaka pada abad ke-15 memperkenalkan sejenis tarian yang diiringi dengan iringan musik yang terdiri dari sebuah gendang tambur dan sebuah biola. Jenis tari dan rentak musik tersebut sangat menarik perhatian masyarakatMelayu. Lama-kelamaan kesenian itu berkembang dalam masyarakat Melayu Kepulauan Riau termasuk di wilayah Moro. Joget dipersembahkan untuk hiburan para nelayan di pantai. Seiring dengan perjalanan waktu, joget inilah yang dikenali dengan nama Joget Dangkong.

16

Joget Dangkong pernah populer dalam masyarakat Melayu di Kepulauan Riau kira-kira sejak masa pemerintahan kerajaan Melayu Bentan, Riau-Lingga, hingga pada era tahun 1960an. Pada masa ini, kesenian joget dangkong banyak ditampilkan baik pada upacara adat Melayu maupun sebagai hiburan yang dijajakan kepada masyarakat umum.3

Alat Musik Alat musik yang digunakan dalam suatu pertunjukan joget dangkong di Moro saat ini tidak hanya terbatas pada empat alat musik tradisional (yaitu: gong, gendang tambur, gendang bebane dan bjole tempurung), melainkan telah mengalami perubahan dan penambahan beberapa alat musik seperti : Akordeon, Biola, marwas, gitar elektrik, dan organ tunggal.

Akordeon, merupakan alat musik sejenis organ yang berasal dari Eropa yang kemudian digunakan oleh masyarakat Melayu sebagai alat musik dalam berbagai ragam kesenian Melayu. Biola, merupakan alat musik yang telah lama digunakan masyarakat Melayu sebagai alat musik joget dangkong, sebagai pengganti bjole tempurung. Marwas, merupakan sebuah gendang yang berukuran lebih kecil dari gendang biasa. Marwas berbentuk bulat tabung dengan ukuran diameter (bawah dan atas) 18cm dan tinggi 12 cm. Marwas terbuat dari kayu cempedak yang sudah tua, kulit kambing atau kulit pelanduk dan rotan yang berfungsi sebagai pengikat.

Kesenian joget dangkong sekarang banyak dimainkan sebagai hiburan dalam beberapa kegiatan yaitu : dalam suatu acara adat Melayu, acara kepemudaan dan dalam kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun. Dalam upacara adat, seperti upacara

3https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/joget-dangkong/17 Desember 2015

17 adat perkawinan, kesenian joget dangkong umumnya dimainkan pada malam hari sebelum atau setelah pelaksanaan upacara perkawinan. Dalam pertunjukan ini, semua yang hadir dipersilahkan berjoget tanpa harus membeli tiket. Pertunjukan joget pada kesempatan ini tidak hanya didominasi oleh kaum laki- laki tetapi juga kaum perempuan. Selain itu, penonton tidak hanya berjoget dengan anak joget yang disukainya, melainkan berjoget bersama-sama dengan sukaria.

Bentuk Pertunjukan Pertunjukan joget tidak hanya dilaksanakan pada malam hari, tetapi juga pada siang hari tergantung kepada jenis kegiatan/acara yang ditetapkan oleh pelaksana kegiatan. Dalam pertunjukan joget dangkong yang ditujukan sebagai hiburan dalam suatu kegiatan kepemudaan (yang bersifat swadana masyarakat), kelompok joget dangkong masih meminta tips kepada penonton atas hiburan yang telah diberikan.

Dalam pertunjukan kesenian joget dangkong saat ini juga telah terjadi perubahan formasi anak joget, yang ditandai dengan adanya anak joget laki-laki dalam suatu kelompok joget. Selain itu, seorang anak joget tidak lagi merangkap sebagai penyanyi, karena dalam pertunjukan joget dangkong saat ini terdapat seorang penyanyi yang semata-mata bertugas sebagai penyanyi dan tidak ikut berjoget bersama penonton. Keberadaan seorang penyanyi dalam kelompok joget dangkong saat ini tentunya juga membuat struktur organisasi kelompok joget dangkong menjadi sedikit berubah dari bentuk asalnya. Perubahan struktur organisasi kelompok joget juga disebabkan oleh berubahnya bentuk kelompok joget menjadi sanggar kesenian.

18

Gerakan joget dangkong juga mengalami berbagai perubahan. Perubahan gerak saat ini banyak terjadi pada gerak rentakkan kaki yang tidak sesuai dengan irama musik gendang dan gong. Merubah gerakan joget boleh saja dilakukan, selama tetap sesuai dengan irama musik dan tetap menggunakan nama judul lagu yang asli. Misalkan seorang koreografer mengubah pola gerakan joget tandak gula batu, maka nama yang dipakai untuk joget kreasi tersebut tetap joget tandak gula batu. Perubahan gerakan joget jelas terlihat dalam kegiatan festival joget dangkong (yang merupakan agenda tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karimun).

Lagu Joget Dangkong Dalam pertunjukan joget dangkong masa kini sudah sangat jarang dimainkan lagu-lagu lama (lagu-lagu yang telah ramai dimainkan pada sebelum masa kemerdekaan). Kesempatan pertunjukan yang lebih terbuka dalam upacara perkawinan, telah mendorong perkembangan lagu-lagu joget baru yang bertemakan upacara perkawinan, pengantin baru, atau aktivitas malam berinai. Perubahan lagu joget sebanarnya bukanlah suatu hal yang buruk, karena dapat menambah khasanah lagu dalam kesenian joget dangkong. Akan tetapi sangat disayangkan, bertambahnya lagu- lagu baru menyebabkan lagu-lagu joget dangkong tempo dulu semakin terlupakan dan punah.

Kostum dan Tatarias Joget Dangkong Perubahan juga terjadi pada kostum dan tata rias anak joget. Saat ini anak joget tidak hanya mengenakan baju kurung labuh atau baju kurung biasa yang dipadankan dengan kain batik, tetapi juga telah memakai berbagai macam pakaian seperti baju kebaya yang dipadukan dengan rok atau celana panjang. Anak joget saat ini juga telah mengenakan baju kaos dan celana jeans panjang yang ketat

19 dan menonjolkan lekuk-lekuk tubuh. Tata rias anak joget saat ini telah menggunakan alat-alat rias modren. Anak joget tidak lagi menggunakan rambut asli sebagai sanggul tetapi telah mengenakan beraneka macam sanggul. Untuk hiasan rambut, anak joget tidak lagi mengenakan bunga hidup, melainkan telah menggunakan berbagai hiasan rambut seperti bando atau jepitan rambut yang terbuat dari plastik dengan berbagai model dan warna, sunting, kembang goyang, dan berbagai hiasan rambut yang terbuat dari kuningan atau tembaga. Kostum anak joget saat ini juga telah ditambah dengan beragai aksesoris seperti gelang, kalung, ikat pinggang, dan selendang.

3. Tradisi Lampu Colok Kalau Kabupaten Lingga memiliki tradisi 7 Likur saat bulan Ramadhan, Kabupaten Karimun juga memiliki tradisi yang sama dengan nama berbeda. Namanya Festival Lampu Colok. Ini merupakan tradisi setempat yang diwariskan turun-temurun yang dirayakan setiap malam 27 Ramadan.

Pada malam itu, masyarakat Karimun menyalakan lampu colok (lampu pelita) di sekeliling rumah. Tujuannya untuk menyambut turunnya malaikat pada malam Lailatur Qodar. Festival Lampu Colok ini sudah menjadi event tahunan masyarakat Karimun dalam memeriahkan Ramadan. Pemerintah setempat juga mendukung penuh tradisi ini. Buktinya, tradisi ini sudah diangkat menjadi festival dalam bentuk perlombaan.

Dalam festival ini sendiri, menyalakan lampu colok atau sejenis lampu pelita akan disusun sedemikian rupa dalam jumlah yang banyak hingga membentuk suatu arsitektur religi dan sejenisnya. Nantinya, pihak panitia akan menilai arsitektur bangunan gapura

20 yang bernuansa Islami, serta kemeriahan dan keindahan lampu colok di kawasan gapura juga menjadi penilaian juri nantinya. Partisipasi masyarakat dalam memeriahkan festival lampu colok ini juga menjadi penilaian juri, sedangkan gapura yang akan dibangun nanti harus memiliki tinggi minimal 4 meter dan lebar asal tidak mengenai drainase dan badan jalan.

4. Ritual Talam Dua Muka Ritual Talam Dua Muka adalah upacara ritual yang digunakan untuk menjaga atau membela kampung. Ritual Talam Dua Muka merupakan tradisi yang masih di lestarikan sampai saat inidi Desa Teluk Setimbul, Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun.4

Tradisi Talam Dua Muka di Karimun, Kepri. (foto:Jurnal KOBA)

4 Dewi Susanti dan Mutia Rizky Oktaviani, Ritual Talam Dua Muka di Desa Teluk Setimbul, Kabupaten Karimun. Jurnal KOBA Volume 4, No 1 April 2017

21

Ritual ini sudah ada sejak zaman dahulu kala, sekitar abad ke 18. Ritual Talam Dua Muka merupakan ritual yang sakral. Masyarakat setempat mempercayai terhadap roh leluhur mereka yang di yakini bisa menjaga keamanan kampung dan melindungi kampung. Ritual ini sudah ada sejak kedatangan suku laut pada pesisir Kepulauan Riau. Tidak tahu pasti siapa yang membawa dan kapannya, namun kedatangan suku laut ke daerah pesisir Kepulauan Riau sekitar abad 18. Ritual dikembangkan didaerah pesisir tempat mereka tinggal, dengan cara melindungi dan membela kampung agar terhindar dari gangguan roh jahat.

Pelaksanaan Ritual Talam Dua Muka hanya dilaksanakan disatu tempat yaitu tempat yang mereka sakralkan. Sewaktu ritual belangsung keluarga dukun atau atuk mempersiapkan semua persyaratan dan diikuti oleh keluarga dan kerabat. Adapun tata cara pelaksanaan dukun atau atuk dalam melakukan Ritual pasien yaitu: pertama, keluarga mempersiapkan syarat-syarat yang perlu untuk sesajian. Kedua, dukun atau atuk membersihkan tangan, kaki, dengan air yang diambil dari suur sakral. Ketiga, dukun atau atuk mulai memanggil roh leluhur. Keempat, setelah selesai dilakukan ritual hingga selesai. Apabila tata cara dukun atau atuk tersebut dilanggar maka akan mendapat bahaya pada yang melakukan.

Ritual Talam Dua Muka ini dipandang dari aspek Agama Islam suatu ritual yang bersifat syirik. Hal ini disebabkan karena Ritual Talam Dua Muka ini mengandung unsur mantra–mantra yang tidak berdasarkan kitab suci Al-Quran, dan Ritual Talam Dua Muka ini juga merupakan tradisi masyarakat di Desa Teluk Setimbul. Dalam Ritual Talam Dua Muka juga menggunakan mantra-mantra untuk membela kampung dan menyembuhkan penyakit.Mantra ada dua jenis. Pertama, mantra yang sebetulnya adalah doa kepada tuhan.

22

Kedua,mantra yang berupa kalimat-kalimat untuk menghadirkan atau meminta bantuan kepada arwa leluhur atau makhluk halus (jin). Berkembangnya mantra-mantra dalam sistem pengobatan melayu berkaitan erat dengan persepsi mereka terhadap bahaya atau gangguan.

Menurut mereka bahaya atau ganggua ntidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor nyata, tetapi juga disebabkan oleh faktor atau hal tidak nyata atau gaib. Dalam konteks ini keberadaan matra berfungsi sebagai pemutus hubungan antara bahaya atau gangguandengan faktor gaib yang menjadi penyebabnya selain itu pembacaan mantra juga diyakini dapat memperkuat keampuhan dan ekfetifitas perlindungan. Peran yang berwenang atau memiliki otoritas untuk membaca mantra adalah dukun atau bomohyang telah mendapat kepercayaan dari masyarakat.Dalam hal ini Desa Teluk Setimbuldukun atau bomoh disebut dengan atuk.Mantrayang digunakan dalamRitual Tradisi Talam Dua Muka ini banyak diambil dari bahasa para mahluk halus yang memasuki mimpi dan berdialog denganatuk, namun mantra tersebut tidakdapat dilampirkan karena menurut beliau tidak sembarang orang dapat mengetahui mantra Ritual Talam Dua Muka ini, jika ingin mengetahui mantra hendaknya seseorang tersebut mempercayai kajian ini disamping itu memiliki ilmu agama yang tinggi.

Terdapat beberapa syarat yang perlu di penuhi oleh pemimpin ritual. Syarat-syarat pemimpin ritual yaitu harus berpakaian sopan dan serba putih, memahami maksud dan tujuan ritual dan menyiapkan bahan-bahan yang ditentukan dalam. RitualTalam Dua Muka yaitu talam yang berisi (beteh, pisang, telur ayam, beras kunyit, Pulut kuning, kopi, air, dan rokok.

23

Begitu juga dalam pelaksanaan RitualTalam Dua Muka ini, dimana pelaksanaanya dilakukan pada waktu tertentu,sekitar jam 14.00 siang di tempat atau rumah yang telah di tentukan. Waktunya setiap tiga bulan sekali setiap 15 hari bulan (tanggal di tentukan setiap bulannya). Proses Ritual Talam Dua Muka ini terdapat nilai- nilai yang didalamnya. Seperti nilai agama, etika, pendidikan dan nilai budaya. Nilai agama serta dapat dilihat pada proses pelaksanaan ritual ini seperti mengenakan pakaian yang sopan nilai etika yang terdapat pada proses membawa makanan jika ingin mengikuti ritual untuk dimakan bersam-sama, nilai pendidikan yang terdapat dalam pelaksanaan Ritual Talam Dua Muka yaitu nilai bersikap tenang saat pelaksanaan, serta nilai budaya yaitu dimana masyarakat Desa Teluk Setimbul sampai sekarang masih mempertahankan dan melestarikan kebudayaan terutama ritual Talam Dua Muka.

Selain Kekayaan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Karimun seperti tersebut di atas, terdapat adat istiadat Melayu dalam prosesi perkawinan Melayu saat ini dinilai sudah mulai perlahan jauh ditinggalkan oleh masyarakat. Bahkan sudah dicampur aduk dengan beberapa adat sehingga kemurnian Melayu mulai tergerus. Berikut uraian terkait proses perkawinan adat Karimun.

24

BAB III

PROSESI ADAT PERKAWINAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN

Perkawinan merupakan suatu upacara penyatuan dua insan dalam sebuah ikatan yang diresmikan secara norma agama, adat, hukum, dan sosial. Adanya beragam suku bangsa, agama, budaya serta kelas sosial menimbulkan bervariasinya upacara adat perkawinan. Perkawinan merupakan fase penting dalam kehidupan yang dilalui manusia yang bernilai sakral. Menurut ajaran islam, sebenarnya tahapan upacara perkawinan tidaklah rumit dan memberatkan. Perkawinan dikatakan sah asalkan sesuai dengan syarat-syarat dan rukun- rukunnya. Namun jika mengikut adat akan terlihat sedikit rumit karena banyaknya tahapan-tahapan yang harus dilalui. Namun hal tersebut sah-sah saja karena adat melayu tetap berpegang teguh pada ajaran agama Islam seperti dalam istilah “adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah” atau “Syarak mengata, adat memakai ” (apa yang diterapkan oleh syarak itulah yang harus digunakan dalam adat). Tahapan-tahapan yang dilalui menurut adat melayu Karimun dibagi menjadi 3 yaitu: prosesi sebelum perkawinan (tahap pra-nikah), prosesi persiapan perkawinan (tahap Pernikahan)dan prosesi setelah perkawinan (tahap sesudah menikah). Adapun urutannya adalah sebagai berikut.

25

A. PROSESI SEBELUM PERKAWINAN

1. Menjodoh Menjodoh adalah prosesi yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari dan mencocokkan calon suami/istri untuk anaknya. Mencari jodoh merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan oleh sebab itulah prosesi ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan sangat rahasia, yang diawali dengan niat dan penglihatan. Penglihatan ini tidak hanya dengan mata kasar akan tetapi juga dengan mata hati. Umumnya yang menjadi penilaian di dalam kegiatan mencari jodoh adalah tentang kepercayaan. Calon pasangan anak harus se-iman yaitu agama Islam, garis keturunannya, pekerjaannya, tingkah laku dan perangainya, dan terkhir adalah tentang status.

Dalam proses menjodoh ini sering sekali orang tua yang langsung mencari, namun ada beberapa juga yang memercayakannya pada orang lain yang dipercaya. Biasanya orang ini disebut dengan tali barut atau mak comblang. Pada masa lalu, orang-oramg tua memiliki kemampuan untuk melihat sifat dan prilaku seseorang dari berbagai media; telaah nama, tanggal kelahiran, tanda badan, dan lain-lain yang sifatnya abstrak. Prosesi ini merupakan langkah awal untuk menentukan apakah nantinya pasangan yang dipilih cocok atau tidak dengan anaknya.

Namun demikian, seiring perkembangan zaman, masyarakat Melayu Karimun secara umum sudah tidak lagi melakukan proses menjodoh ini. Orang tua secara utuh memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk memilih jodohnya sendiri. Dan peranan orang tua zaman sekarang hanya memberi nasehat agar pilihan anaknya jangan sampai salah.

26

2. Merisik Merisik adalah suatu prosesi adat dimana pihak keluarga laki- laki mengunjungi keluarga pihak perempuan. Prosesi ini merupakan pertemuan antara dua keluarga sebagai ajang perkenalan satu sama lain, sekaligus untuk merencanakan upacara pernikahan kedua calon pengantin. Merisik juga bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih teliti, penuh kearifan dan bijaksana tentang calon pengantin yang dirisik atau diinginkan.

Orang yang diunjuk menjadi perisik haruslah sopan, ramah dan amanah. Ahli dalam bertutur kata yang bermakna tersirat atau berupa bahasa kias. Biasanya orang tersebut berasal dari keluarga atau kerabat terdekat yang mempunyai hubungan keakraban yang kuat dengan orang tua si gadis.

Dalam prosesi merisik juga dilakukan berbalas pantun.5Diantaranya sebagai berikut :

Tumbuh sebatang, pokok ceremai

Ceremai tumbuh, dekat pangkalan

Kami datang, beramai-ramai

Untuk kita berkenal-kenalan

5Menurut Effendy (2004:1) dalam Budaya melayu dan dalam adat istiadat melayu khusunya, ungkapan sangatlah penting karena setiap ungkapan mampu menyimpul dan membakukan nilai-nilai utama budayanya. Lazimnya, ungkapan dijalin dengan bahasa yang indah serta sarat dengan simbol dan makna. Dengan demikian nilai-nilai budaya Melayu yang intinya bersumber dan berasaskan nilai agama Islam dapat dirangkai ke dalam ungkapan baik berupa pantun, gurindam, pepatah, petitih dan sebagainya.

27

Disebutkan dalam kajian Erni dkk (2014). Pantun tersebut bermakna pihak keluarga laki-laki memperkenalkan diri kepada pihak perempuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu berniat hendak meminang seorang gadis yang disukainya. Lebih lanjut Erni dkk (2014) menyebutkan bahwa acara merisik sebenarnya dirahasiakan oleh pihak kelurga yang meminang (pihak laki-laki), karena apabila maksudnya ditolak oleh pihak keluarga yang menerima pinangan (pihak perempuan), hal ini akan memerikan aib kepada keluarga yang bersangkutan.

Selanjutnya, pihak perempuan membalas pantun pihak laki-laki seperti tersebut di atas dengan pantun berikut.

Malam hari teranglah bulan Sayup-sayup terdengar suara Bila sudah berkenal kenalan Antara kita bertambah mesra

Pihak perempuan menyampaikan maksud dan amanah yang ingin disampaikan adalah untuk berkenalan, agara terjalin keakraban diantara kedua belah pihak. Demikian juga dari pihak laki-laki, prosesi ini juga untuk mempererat tali silaturahmi antara kedua belah pihak keluarga.

Pihak perempuan kemudian membalasnya dengan pantun berikut : Sungguh cantik, nak dara sunti Duduk berhias memakai anting Bunga ditaman sedang menanti Menunggu kumbang datang menyunting

28

Pantun tersebut bermakna sebagai kewajiban terhadap dirinya sendiri untuk menemukan pasangan hidup dengan menunggu pinangan pihak laki-laki. Selanjutnya, pantun terebut dilanjutkan dengan pantun :

Jika bersembang diwaktu senja Masa yang lalu terkenang-kenang Jangan setakat merisik saja Kami menunggu hari meminang

Pantun tersebut bermakna kewajiban menunaikan sesuatu yang harus dilaksanakan yaitu menunggu hari meminang.

3. Menyampaikan Hajat Setelah proses merisik terlaksana dengan baik, lalu diutuslah keluarga atau orang tua yang “dituakan” sebagai wakil pihak laki- laki untuk memberitahu orang tua si gadis bahwa akan ada utusan pihak lelaki untuk menyampaikan hajat meminang. Pada saat ini terjadi perundingan kedua belah pihak untuk menentukan waktu yang tepat untuk meminang.

Pemberitahuan ini merupakan etika adat Melayu yang berguna agar pihak perempuan dapat memberitahu sanak keluarga atau kerabatnya untuk hadir dalam acara tersebut dan atau dengan kata lain agar pihak perempuan “punya” persiapan untuk menerima tamu yang akan datang. Secara umum tujuan memberitahu ini adalah meluahkan apa yang tersirat di hati untuk disampaikan kepada pihak perempuan.

29

4. Meminang Meminang merupakan tahapan selanjutnya setelah merisik dan merupakan bentuk keseriusan untuk melakukan hajat pernikahan. Sebelum proses meminang dilaksanakan, terlebih dahulu perlu mempersiapkan se-tepak sirih lengkap, masing-masing kelengkapan yang diletakkan di dalam tepak sirih juga mengandung lambang tertentu.

Persiapan selajutnya, pihak laki-laki menunjuk orang yang di- tuakan dan sangat faham dalam hal pinang meminang. Biasanya orang tersebut juga memiliki pengaruh dalam masyarakat, seperti; tok lebai, tok haji, tokoh adat, pemantun, dan pak imam. Sebelum berangkat meminang, di rumah pihak laki-laki diadakan pembacaan doa selamat dan hidangan. Perundingan dalam acara pinang meminang ini selalu dibuka dengan bait-bait pantun.Dalam meminang juga dimulai dengan sebuah pantun berikut.

Sungguh indah bulan purnama Kapal berlayar menuju pangkil ………………..,saya bernama Disebelah lelaki saya berwakil

Dalam pantun tersebut, pihak laki-laki mengirimkan utusan kepada pihak perempuan. Utusan pihak laki-laki tersebut memperkenalkan dirinya kepada juru pihak perempuan dan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang utusan yang diutus oleh keluarga pihak laki-laki. Pihak perempuan pun juga diwakilkan oleh seorang utusan dan menjawab pantun di atas dengan pantun berikut:

30

Untuk memakan ikan haruan Ikan dipancing unpan berongan Sayalah wakil pihak pempuan Mari kita berjabat tangan

Kemudian, prosesi dilanjutkan dengan pantun Jika membuat sipengat nangka Banyakkan santan, sedap dirasa Jangan ada syak wasangka kami harap diperiksa

Pantun dibalas Sungguh manis buah keroma Dijual orang, dipulau kasu Setelah diteliti dengan seksama Ternyata asli dan tidak palsu

Pantun dibalas Sampan kolek, bertali kalas Layar terkembang, bertiang kayu Bukan hendak, balas membalas Sudah adat resam, orang Melayu

Pantun dibalas Petik sehelai sidaun talas Digupal-gumpal menjadi padat Kami juga tak minta balas Cuma untuk sempurnanya adat

31

Pantun dibalas Tumbuh sebatang pokok delima Tumbuhnya dekat pokok selasih Balasan tuan kami terima Mohon maaf dan terima kasih

Pantun dibalas Sungguh sedap, buah berangan Buat santapan tuan putrid Kepada tuan beserta rombongan Mewakili tuan rumah saya berperi

Pantun dibalas Jika tuan pergi memukat Tahankan saya ikan sebelah Kata dan janji sama di ikat Sambil berdo’a kepada Allah

Pantun penutup tersebut bermakna pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “sambil berdo’a kepada Allah”, kutipan tersebut menjelaskan puji syukur kehadirat Allah SWT serta memanjatkan doa agar pertemuan yang dilaksanakan diberkati- Nya.

32

5. Berjanji Waktu Setelah pinangan diterima maka kedua belah pihak berunding untuk menentukan hari pelaksanaan pernikahan yang tepat (hari baik, bulan baik). Waktu yang lazim digunakan untuk melaksanakan pernikahan tersebut adalah pada bulan Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadi Akhir, Sa’ban, dan Zulhijah. Bulan yang jarang diambil untuk pelaksanaan pernikahan adalah bulan Syafar dan Zulkaedah atau disebut juga dengan nama bulan Apit, pada umumnya ada kepercayaan dalam masyarakat, pada bulan apit ini banyak mendatangkanmudaharat. Dalam memilih hari, yang dianggap hari baik adalah hari senin, kamis, jum’at, sabtu, dan minggu. Sedangkan hari selasa dan rabu dianggap juga mendatangkan mudharat.

Maksud dan tujuan diadakan berjanji waktu ini adalah untuk mencari hari baik dan bulan baik agar pasangan yang menikah nanti mendapatkan hal yang baik-baik dan terhindar dari kemudharatan.

6. Menghantar Belanja Merupakan istiadat dimana keluarga pihak laki-laki menghantar barang-barang keperluan untuk prosesi perkawinan. Prosesi ini seringkali juga disebut dengan prosesi Meminang Adat.Dalam tradisi melayu, menghantar belanja bermaksud menunjukkan rasa tanggung jawab dari pihak laki-laki untuk mempersunting gadis idamannya. Pada hakekatnya mengantar belanja mencerminkan rasa senasib sepenanggungan, se-aib se-malu, yang berat sama dipikul, yang ringan sama dijinjing. Antar belanja bukan bersifat jual beli atau menghitung untung rugi, tetapi sepenuhnya mengacu pada nilai kekeluargaan dan kekerabatan.

Prosesi menghantar belanja diawali dengan pantun

33

Tolong ditimbang barang sekati Dacing diikat bertali simpai Sebelum disampai hajat dihati Terimalah dulu sibunga rampai

Inti dari prosesi ini adalah pihak laki-laki berniat menyerahkan bunga rampai.

Pantun dibalas Sungguh indah bulan purnama Terdengar madah, Ibunda ratu Bunga rampai kami terima Bermacam bunga menjadi satu

Pantun bermakna menjelaskan pihak perempuan menerima bunga pemberian pihak laki-laki.

Pantun dibalas Sungguh manis rasanya madu Madu disimpan diatas para Kedua keluarga bersatu padu Bertambah ramai sanak saudara

Pantun bermakna gambaran ketulusan hati untuk menjalin hubungan baik.

Buat putu pakai acuan Acuan diikat, tali jerami Jika bergitu bicara tuan Alangkah senang dihati kami

34

Pantun menggambarkan menjelaskan pihak perempuan menyampaikan rasa senang.

Pantun dibalas Seluruh dunia jadi terperanjat Tidur dan makan jadi tak tenang Kami dating membawa hajat Maksud hati hendak meminang

Pantun dibalas Acuan ikat, tali jerami Sambil dimasak, duduk bersenda Alangkah senang dihati kami Apakah tuan membawa tanda

Pantun dibalas Sungguh bijak datuk menteri Didalam negeri membuat bakti Dipersilahkan tuan untuk berperi Sila sampaikan hajat dihati

Pantun dibalas Di atas pohon sarang tembuan Lebah bersarang didalam semak Alangkah sedap sirihnya tuan Rasanya pedas bercampur lemak

Pantun dibalas Sungguh tajam simata tombak Dapat menikam seekor kutu Bunga rampai tuan harum semerbak Berbagai macam menjadi satu

35

Pantun dibalas Kirimkan saya si udang pepai Berikut juga, sekilo bilis Terimalah setalam, sibunga rampai Baunya harum, menyeri majelis

Pantun dibalas Dapat menikam seekor kutu Badannya putus menjadi tiga Berbagai macam menjadi satu Lambang berpadunya dua keluarga

Terkait dengan prosesi mengantar belanja ini, dalam ungkapan Melayu disebutkan :

Adat orang mengantar belanja Tanda beban sama dipikul Tanda hutang sama dibayar Tanda adat sama diisi Tanda lembaga sama dituang

Antar belanja bukan bersifat jual beli atau menghitung untung rugi, tetapi sepenuhnya mengacu pada nilai kekeluargaan dan kekerabatan, seperti dalam ungkapan sebagai berikut ;

Yang lebih tambah menambah Yang kurang isi mengisi Yang berat sama dipikul Yang ringan sama dijinjing Yang pahit sama dirasa Yang manis sama dicecah

36

Adat Melayu melarang serta memantangkan tawar menawar dalam menentukan besar kecilnya hantaran. Dalam memberikan hantaran terbagi atas dua cara, yaitu Hantaran tidak sama naik dan Hantaran sama naik. Hantaran tidak sama naik maksudnya, uang hantaran (uang hangus) dihantarkan jauh-jauh hari sebelum acara pernikahan dilaksanakan. Sedangkan uang hantaran sama naik bermaksud, uang hantaran diberikan pihak laki-laki sewaktu pelaksanaan pernikahan. Jumlah uang hantaran tidak menjadi konsumsi umum, yang mengetahui besaran uang hantaran yang diberikan hanya keluarga dan kerabat dekat pengantin saja.

7. Gadai Cupak Gadai Cupak adalah kegiatan menyerahkan cupak (sukatan beras) sebagai jaminan pinjaman yang pada saat tertentu akan ditebus kembali. Maksudnya adalah untuk menghindari segala macam yang tidak diinginkan seperti kekurangan hidangan, barang pecah belah dan lai-lain.

8. Ajak Mengajak Maksud dan tujuan mengajak adalah untuk membantu bergotong royong membuat bangsal, tempat berkhatam – berzanzi, mencari kayu api, dan segala hal yang perlu disiapkan.

37

9. Beganjal Beganjal mengandung makna gotong royong. Pekerjaan yang digotongroyongkan antara lain; mengambil kayu untuk membangun bangsal (rumah perlengkapan dan masak); meminjam barang pecah belah; mengupas kelapa, dan lain-lain. Dengan perkembangan zaman, adat beganjal ini sudah jarang ditemukan. Apatah lagi pelaksnaan pernikahan tidak dilaksanakan di rumah, dan tuan rumah tidak juga masak melainkan menyewa jasa tukang masak (catering).

10. Betanggas Bertanggas adalah untuk mengeluarkan serta menghilangkan bau keringat serta untuk mengharumkan dan menyegarkan badan calon pengantin perempuan. Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan; (a) satu buah bangku, (b) tepak bara lengkap, (c) setanggi, serai wangi, kayu cendana, gaharu, (d) air panas, dan (e) tikar.

Cara bertanggas dimulai dengan mendudukkan calon pengantin (perempuan) di atas bangku, pengantin duduk tanpa baju. Dibawah bangku diletakkan tepak bara dan ramuan, kemudian calon pengantin ditutup dengan kain sebatas leher. Mengenai lamanya calon pengantin berada di dalam kain tersebut, tidak ditentukan secara pasti.

Setelah bertanggas selesai, dilanjutkan dengan belangi. Bahan- bahan untuk belangi, antara lain; (a) beras kunyit, (b) daun kemuning, (c) bedak sejuk, dan (d) air limau purut.Pengantin zaman sekarang lebih senang menempuh jalur praktis untuk bertanggas dan belangi ini. Mereka lebih suka ke Salon karena dianggap lebih praktis, efektif, dan efisien

38

11. Gantung-gantung Prosesi gantung-gantung ini biasanya dilakukan empat atau lima hari sebelum hari pernikahan.Gantung-gantung merupakan kegiatan menaikkan langit-langit berupa kain yang fungsinya sama seperti plafon rumah. Dan,menggantung tabir warna warni beberapa lapis yang diletakkan di sekitar tempat berlangsungnya upacara perkawinan yaitu di sekitar pelaminan dan kamar pengantin. Proses ini juga merupakan suatu prosesi adat dimana pihak keluarga perempuan memasang hiasan yang biasanya terbuat dari daun kelapa atau benda lainya sebagai tanda di rumah tersebut akan diadakan hajatan. Menjelang dilangsungkannya akad nikah, Di rumah pengantin terutama rumah pengantin wanita telah dimulai persiapan menjelang upacara perkawinan. Pekerjaan yang dilakukan di rumah calon pengantin perempuan ini adalah berupa persiapan-persiapan.Yaitu membersihkan dan menghias rumah dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat langit-langit dari kain, mengganti dan memasang “lansi tingkap”,memasang dan menghias tempat tidur baru yang lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menghadapi majelis pernikahan tersebut, termasuklah membuat dapur dan bangsal, membuat “peterakne” atau “peti ratna / peti rakna” yaitu tempat pengantin duduk bersanding, dan membuat pelaminan tempat tidur pengantin.

Prosesi gantung-gantung ini pada umumnya diawali dengan tepung tawar dan kenduri kecil atau do’a selamat supaya semua kerja yang dilakukan akan mendapat berkah dari Allah SWT. Sedangkan bagian yang ditepung-tawari ialah tempat disekitar pelaminan.Setelah selesai pembacaan doa selamat, barulah akan dimulai kerja-kerja membangun dan menghias.

39

Tugas menghias rumah dan seluruh peralatan pernikahan dilakukan oleh Mak Andam dan Mak Inang serta pembantu- pembantunya.Selama prosesi ini, para kerabat dan tetangga dekat datang membantu dengan membawa lauk pauk seperti ikan, ayam, sayur, kayu api, gula, teh, kopi, nyiur, beras dan lain sebagainya. Tentulah berdasarkan kepada kemampuannya yang dimiliki oleh masing-masing.

12. Tolak Bala Dalam acara adat perkawinan melayu juga dilaksanakan ritual mandi tolak bala. Ritual mandi tolak bala yaitu memandikan pengantin dengan menggunakan air bunga 5,7, atau 9 jenis bunga agar terlihat segar dan berseri. Kegiatan ini harus dilakukan sebelum waktu sholat ashar. Mandi tolak bala kadang disebut juga dengan istilah mandi bunga. Tujuan mandi ini adalah menyempurnakan kesucian, menaikkan seri wajah, dan menjauhkan dari segala bencana. Dalam ungkapan adat disebutkan: Mandi Bunga atau Mandi Tolak Bala bukan sekadar untuk mengharumkan raga, namun agar jiwa bersih suci, jauh dari iri dengki

Hakekat mandi tolak bala Menolak segala bala Menolak segala petaka Menolak segala celaka Menolak segala yang berbisa Supaya menjauh dendam kesumat Supaya menjauh segala yang jahat Supaya menjauh kutuk dan laknat Supaya setan tidak mendekat Supaya iblis tidak melekat Supaya terkabul pinta dan niat Supaya selamat dunia akhirat

40

Mandi Tolak Bala Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

41

13. Mohon Doa Restu

Prosesi ini mengandung maksud untuk memohon doa dan restu sebelum istiadat pernikahan di laksanakan.

Mohon Doa Restu Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

42

14. Berandam

Berandam (ber-andam) adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepada kedua calon pengantin sehari sebelum menikah. Kegiatan berandam ini dapat pula dikatakan “bergunting rambut kecil”, yaitu mencukur atau merapikan bulu roma pada bagian dahi, pelipis, alis, tengkuk, bulu tangan dan bagian kaki.

Berdasarkan kepada pandangan yang dimiliki masyarakat Melayu, bahwa keindahan pada diri seseorang tidak saja terletak pada yang ternampak di luarnya saja, melainkan keindahan itu terdapat di dalam tubuh dan jiwa seseorang itu. Pandangan dan pendapat yang sedemikian itulah agaknya yang melatar-belakangi kepada pekerjaan berandam ini dalam adat istiadat perkawinan Melayu di Kepulauan Riau. Pekerjaan tersebut dilaksanakan dalam bentuk upacara yang khas.

Dan orang yang paling bertanggung jawab dalam pekerjaan ini adalah Mak Andam yang dibantu oleh beberapa orang. Mak Andam adalah tukang rias sekaligus pelindung kedua calon pengantin dari berbagai gangguan penyakit dan gangguan yang datang secara gaib. Pekerjaan mengandam ini selain bertujuan untuk mempercantik calon pengantin perempuan dan membuat kacaknya calon pengantin lelaki, juga mempunyai keterkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kepada kedua calon pengantin sebelum dan pada saat bersanding nantinya.

Sebagaimana telah digambarkan, bahwa Mak Andam mempunyai peranan yang penting berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan berandam. Melalui pekerjaan ini dipercayai bahwa Mak Andam dapat membuat wajah kedua calon pengantin jauh lebih

43 berseri bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.Upacara berandam lebih ditekankan pada kehikmatan dan memerlukan ketenangan. Oleh sebab itu, bagi yang tiada berkepentingan, tiada diperkenankan berada di kamar calon pengantin perempuan yang akan berandam, selain Mak Andam dan pembantunya.Selain itu biasanya yang diperkenankan berada di bilik itu adalah Emak dan saudara-saudaranya yang ikut membantu pada pekerjaan upacara berandam itu. Setelah masuk ke dalam bilik calon pengantin perempuan, Mak Andam menengok ke kiri dan ke kanan, lalu menyuruh kepada pembantunya untuk mengambil bara api.Kemudian calon pengantin perempuan disuruh duduk di hadapannya. Mak Andam memberi setanggi atau kemenyan di tempat bara api, lalu menyalakan lilin dan memeriksa beberapa kelengkapan seperti

1. Alas tempat duduk calon pengantin; biasanya berupa lipatan kain songket atau kain pelikat; 2. Kain putih untuk selimut tubuh calon pengantin; 3. Pisau cukur; 4. Sepasang lilin sebagai simbol penerang hati; 5. Selingkar benang putih (benang tukal) yang digantungkan di leher calon pengantin sebagai lambang kesucian; 6. Kelapa separuh tua yang dibuang kulit luar dan dibentuk seperti kerucut sebagai lambang kesuburan.

Apabila semua perlengkapan sudah cukup, kemudian Mak Andam membentangkan kain putih di pundak dan paha calon pengantin perempuan. Selanjutnya Mak Andam memanjatkan do’a ke hadhirat Allah SWT semoga merestui semua yang dihajatkan.

44

Mak Andam menepuk tepung tawar pada calon pengantin dengan peralatan yang telah tersedia. Sesudah selesai menepuk tepung tawar, Mak Andam mengambil cukur, tangan kanan dan tangan kirinya memegang kepala calon pengantin, kemudian mulutnya komat-kamit membaca mantra.Usai pembacaan mantra, Mak Andam mengambil pisau cukur. Rambut di dahi, bulu roma tangan dan kaki dan pipi pengantin dicukur. Begitu juga alis matanya dibentuk sekaligus dirapikan.Setelah ke semua itu selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan kegiatan berdoa bersama di kamar calon pengantin perempuan. Pemimpin doa Mak Andam dan diikuti oleh kedua orang yang diperkenankan berada di kamar tersebut.Kegiatan ini merupakan tahap akhir pelaksanaan upacara berandam. Mak Andam dan pembantunya keluar dari kamar upacara, diajak oleh Emak atau ibu calon pengantin untuk menyantap kue yang telah disediakan.

Berandam Yang Didahului Dengan Tepuk Tepung Tawar Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaa Kabupaten Karimun (2018)

45

B. PROSESI PERSIAPAN PERKAWINAN

1. Khatam Quran Kalangan orang tua pada masyarakat Melayu Kepulauan Riau umumnya, secara mutlak menekankan anak-anaknya pandai membaca Al-Qur’an. Hal ini tidak dibedakan baik pada laki-laki maupun perempuan.Belajar membaca Al-Qur’an, menjadi bagian budaya terpenting bagi masyarakat Melayu di daerah ini. Ini dianggap sebagai bagian terpenting dalam kehidupan untuk mendambakan anak menjadi manusia yang shaleh.

Menurut pandangan masyarakat Melayu, kepandaian membaca Al-Qur’an menjadi dasar bagi seseorang untuk dapat menjalankan perintah agama seperti halnya shalat lima waktu. Ini ada dalam bait pantun: 6

Dari kecil cincilak padi, Sudah besar cincilak padang, Dari kecil duduk mengaji, Sudah besar tegak sembahyang.

Dalam Al-Qur’an berisi petunjuk yang dapat dijadikan pedoman membentuk jiwa yang Islami. Kepandaian membaca Al-Qur’an sebagai persyaratan yang penting bagi bujang dan dara untuk berkahwin atau mendirikan rumah tangga, baik buat laki-laki maupun perempuan.

6http://www.butang-emas.net/2008/11/10-khatam-al-quran.html, diakses 26 Maret 2019.

46

Anak akan sulit mendapat jodoh jika tidak pandai membaca Al- Qur’an. Sebab hal ini, menjadi bagian pelaksanaan adat perkawinan. Bagi anak dara, untuk menikah dan menjalankan adat atau tradisi khatam Al-Qur’an, telah menjadi budaya yang berketetapan pada masyarakat Melayu.Oleh sebab itu, orang tua di kalangan masyarakat bersangkutan, menekankan anak perempuan harus pandai membaca Al-Qur’an, baru diperkenankan kawin. Sebab hal ini, bagian unsur pembentukan adat-istiadat perkawinan yang dikuasai. Adat-istiadat perkawinan Melayu selalunya bernafaskan Islam. Oleh karenanya untuk melangsungkan akad nikah sekaligus pesta perkawinan, calon pengantin perempuan berkhatam terlebih dahulu. Tempatnya di rumah calon pengantin perempuan, waktunya pagi hari. Pelaksanaannya melibatkan khalayak ramai. Pada hari pelaksanaan khatam Al-Qur’an, para jemputan atau undangan hadir. Laki-laki dan perempuan duduk terpisah. Khalayak terlibat melaksanakan upacara tersebut, semuanya pandai membaca Al-Qur’an. Pemimpin upacara adalah guru mengaji sang calon pengantin perempuan.

Setelah pelaksanaan upacara, calon pengantin perempuan keluar dari kamarnya diapit dua orang sahabatnya yang terdiri dari kalangan perempuan. Mereka berpakaian baju kurung, marhamah, selendang kelingkang atau tudung manto. Pada ruangan tempat upacara, pihak yang dikhatamkan beserta dua sahabatnya duduk di atas tilam yang berada dekat “tabak” di depan “petirakhna”. Guru mengaji calon pengantin perempuan membimbing hadirin membaca ayat-ayat pendek.Sang calon pengantin membaca surat- surat atau ayat pendek yang terdapat dalam Al-Qur’an yang sudah dibuka dihadapannya. Selanjutnya membaca doa khatam Al-Qur’an yang dipimpin guru mengaji sang pengantin.

47

Kitab Al-Qur’an secara bergilir dipegang dan dibaca hadirin. Adapun sang calon pengantin, menyimak bacaan sambil menunjuk huruf-huruf dengan lidi kalam yang telah dipersiapkan. Khatam selesai, guru mengaji atau imam membaca do’a. Usai pembacaan do’a, hidangan dikeluarkan untuk disuguhkan kepada segenap pelaksana upacara khatam. Hidangan berupa kue yang terdiri dari beberapa jenis diletakkan pada baki atau talam. Satu talam untuk dimakan sebanyak 5 orang. Adapun calon pengantin perempuan dibawa masuk ke biliknya oleh Mak Inang. Dalam bilik itulah dia menyantap makanan yang telah dipersiapkan.Selesai makan tambul, hadirin termasuk guru mengaji sang calon pengantin salin bersalaman terutama kepada tuan rumah dan pulang ke rumah masing-masing.

Tidak lama kemudian, pihak calon pengantin perempuan mengutus beberapa orang kerabatnya pergi ke rumah guru mengaji sang calon pengantin tersebut. Para utusan membawa makanan berupa pulut kuning, bunga telur ditempatkan pada pahar atau talam berkaki dan sebuah talam lagi berisi seperangkat alat sembahyang yakni : kain sarung pelikat, sajadah, kopiah atau peci atau mukena, dan payung. Semua itu dipersembahkan kepada guru mengaji, sebagai pertanda ucapan terima kasih orang tua dan calon pengantin terhadap guru tersebut. Berkat didikan dia sang calon pengantin pandai membaca Al-Qur’an. Hal ini merupakan prosesi terakhir dari upacara berkhatam Al-Qur’an mewarnai adat-istiadat perkawinan Melayu.

48

Khatam Qur’an Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

2. Berinai Sesudah upacara berandam, kegiatan berikutnya dilakukan oleh kedua calon pengantin adalah berinai.7 Pada masyarakat Melayu, tanda-tanda orang menjadi pengantin baru, jari tangan dan kaki, telapak tangan dan kakinya diberi inai sehingga kelihatan kuning kemarah-merahan.Jadi pada masyarakat Melayu, tidak boleh sembarangan menggunakan inai. Sebab berinai memberi isyarat dan pelambangan bercorak tertentu.Pemasangan inai pada calon pengantin juga dilakukan oleh Mak Andam. Kegiatan ini berbeda suasananya dengan kegiatan berandam. Menginai calon pengantin dalam suasana santai dan diwarnai kemeriahan.

7Prosesi berinai dibedakan antara berinai kecil yang disebut juga dengan curi inai dan berinai besar. Berinai besar dilakukan di atas peterakne.Tahapan pelaksanaan berinai besar dan tepk tepung tawar dimulai dengan mempelai laiki-laki didudukkan di atas peterakne yang dipandu oleh Mak Andam.

49

Khalayak ramai terutama sahabat calon pengantin diperkenankan menyaksikannya. Lain halnya dengan kegiatan berandam, orang yang menyaksikan terbatas jumlahnya. Berinai dilakukan pada malam hari, di rumah kediaman calon pengantin laki-laki maupun perempuan.

Dilaksanakan malam hari menurut kepercayaan masyarakat Melayu adalah lebih baik, karena warna inai akan lebih merah, sebaliknya apabila dilakukan pada siang hari warnanya akan memudar. Selain itu mengenakan inai tidak boleh mendengar ayam berkokok. Oleh sebab itulah, kegiatan dilakukan pada malam sebelum jadwal ayam berkokok menunjukkan waktu. Telah disampaikan di atas, bahwa malam berinai adalah malam suka cita.Suasana pada malam itu lebih meriah, karena rumah calon pengantin perempuan banyak yang datang untuk melihat persiapan terakhir, sebab tinggal 1 hari lagi akan diadakan hari pernikahan.

Biasanya sahabat-sahabat yang datang berkumpul di bilik pengantin untuk melihat keindahan bilik pengantin sekaligus menggoda calon pengantin perempuan.Persiapan untuk berinai antara lain tilam yang sudah dihias, daun inai yang sudah dihaluskan, dan kain tambal atau sobekan kain untuk membungkus inai di jari.Keadaan calon pengantin perempuan pada saat akan diberi inai berbaring telentang dengan tangan diangkat agar daun inai yang sudah dihaluskan tidak mengotori tempat yang lainnya. Pada saat melakukan kegiatan ini, Mak Andam menuturkan beberapa buah pantun.

50

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik di pohon belimbing, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai di lepek di jari kelingking.

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik di pohon senduduk, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari telunjuk.

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik si limau manis, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari manis.

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik oleh Pak Ngah, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari tengah.

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik limau kesturi, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di ibu jari.

Sayang cik Dollah meracik punai, Punai diracik di tengah halaman, Dengan bismillah ku lepekkan inai, Inai dilepek di jari telapak tangan.

51

Setelah pemasangan inai, Mak Andam membiarkan calon pengantin perempuan bersama teman-temannya di bilik pengantin malam itu. Inai yang sudah dipasang sebaiknya dibuka pagi hari, agar warnyanya bagus. Hal ini dilakukan oleh pembantu Mak Andam atau pengasuh pengantin perempuan.Selesai pemasangan inai pada calon pengantin perempuan, Mak Andam dan pembantunya pergi ke rumah pengantin laki-laki. Pengantin ini berinai, berbeda suasananya bila dibandingkan dengan rumah calon istrinya.Di rumah calon pengantin laki-laki, tidak semeriah di rumah calon istrinya. Ini terjadi, karena keramaian lebih terkonsentrasi di rumah calon pengantin perempuan.

Berinai Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

52

3. Berarak Menjelang Pernikahan Pada prosesi ini, calon pengantin laki-laki turun dari rumahnya untuk menikah ke rumah calon pengantin perempuan. Sebelum berangkat ke rumah calon pengantin perempuan, di rumah calon pengantin laki-laki diadakan acara kenduri yang dihadiri oleh keluarga dan tetangga terdekat saja. Kenduri ini sebagai do’a selamat supaya Allah SWT memberikan keselamatan atas calon pengantin dan keluarganya. Disamping itu juga sebagai do’a restu orang tua beserta seluruh keluarga, handai taulan terhadap calon pengantin laki-laki supaya acara akad nikah berjalan dengan lancar. Setelah pembacaan do’a selesai, dilanjutkan dengan makan bersama berupa makanan ringan yang disebut “pengalas perut” atau pengganjal perut. Sajian ini berupa : roti jala, roti perata atau yang kesemuanya ini dinamakan dengan lauk masak kari ayam, daging kambing, udang atau ikan. Selain itu sebagai “pencuci mulut” yaitu sejenis makanan yang dimakan setelah makan makanan yang pedas seperti : buah-buahan, kue-mue manis. Buah- buahan yang menjadi pencuci mulut antara lain pisang dan semangka, pencuci mulut berupa kue-mue manis seperti anta- kesuma (hantu kesuma), , kole-kole, dan . Apabila para utusan atau penyongsong menyatakan siap, maka calon pengantin laki-laki melakukan “sembah” kepada kedua orang ibu bapaknya untuk minta ampun atas segala dosanya serta minta do’a restu kepada seluruh kerabatnya. Selanjutnya orang tua calon pengantin laki-laki menyerahkan anaknya kepada orang kepercayaannya sebagai wakilnya yang akan memimpin serta mengantarkan ke rumah calon pengantin perempuan untuk dinikahkan.

53

Keberangkatan calon pengantin laki-laki menuju rumah menuju rumah calon pengantin perempuan ditandai dengan “shalawat nabi” dengan membawa sirih nikah, bunga rampai, mas kawin (mahar) dan barang-barang “serba satu” serta lengkap dengan kapur sirih, gambir, pinang dan tembakau. Posisi sirih disusun telungkup. Sedangkan serba satu adalah berupa seperangkat pakaian seperti baju, kain (sarung), dan sandal. Di rumah calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki disambut dengan bunyi-bunyian kompang dan ditabur dengan beras kunyit sebelum masuk rumah, tepatnya di muka pintu rumah. Bunyi-bunyian kompang ini berfungsi sebagai penghibur kedua calon pengantin serta para undangan. Sedangkan tabur beras kunyit fungsinya sebagai do’a restu.

4. Serah Terima Hantaran Serah terima hantaran adalah penyerahan mahar mas kawin dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang kemudian dilanjutkan dengan acara ijab kabul atau akad nikah. Selanjutnya calon pengantin laki-laki didudukkan di atas tikar nikah dengan gading-gading pengiringnya yang duduk di sebelah kiri dan kanan. Tikar nikah terbuat dari lapisan kain “plekat” dan dibungkus dengan kain songket atau kain-kain yang bercorak gemerlap.

Setelah calon pengantin laki-laki duduk dengan tenang, acara pernikahan dimulai dengan dengan “penyerahan” calon pengantin laki-laki kepada keluarga calon pengantin perempuan untuk dinikahkan.Sementara itu, calon pengantin perempuan berada dalam bilik pengantin. Serah terima ini dimulai dengan ucapan salam dari ketua rombongan kedua belah pihak dengan berpantun- pantun.

54

Serah Terima Hantaran Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaa Kabupaten Karimun (2018)

55

5. Ijab Kabul Acara akad nikah merupakan puncak dari segala rangkaian upacara perkawinan. Sah atau tidaknya perkawinan ditentukan oleh akad nikah, sedangkan acara lainnya hanya sebagai pelengkap yang diatur oleh adat istiadat.

Acara akad nikah adalah untuk mengesahkan perkawinan baik menurut agama maupun adat. Sedangkan acara akad nikah lazimnya dilaksanakan di rumah calon pengantin perempuan pada malam hari.Tetapi pada masa sekarang, acara akad nikah sering dilaksanakan pagi hari sejalan dengan hari persandingan atau hari pesta perkawinan.

Ijab Kabul Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

56

Dalam ungkapan adat Melayu dikatakan : Seutama-utama upacara pernikahan ialah ijab kabulnya Di situlah ijab disampaikan Disitulah kabul dilahirkan Disitulahsyara ditegakkan Disitulah adat didirikan Disitulah janji dibubul Disitulah simpul dimatikan Tanda sah bersuami isteri Tanda halal hidup serumah Tanda bersatu tali darah Tanda terwujud sunnah nabi

6. Tepung Tawar Dalam rangkaian prosesi akad nikah ini kemudian dilanjutkan dengan “Tepuk Tepung Tawar”8. Acara ini adalah “menepuk” dengan beras kunyit dan bertih (padi yang disangrai), yang dilanjutkan dengan mencecah inai di telapak tangan pengantin.Tepuk Tepung Tawar adalah simbol pemberian doa dan restu bagi kesejahteraan kedua pengantin, di samping sebagai penolakan terhadap bala dan gangguan.Harapannya, keadaan orang yang kena tepung ini menjadi tawar, tidak terjadi apa-apa yang dapat mendatangkan malapetaka. Begitu juga ramuan yang bernama sedingin telah tersisip harapan, agar sesuatu yang panas menjadi dingin, sedangkan setawar diharapkan kembali seperti sediakala.

8Upacara Tepuk Tepung Tawar ini menyertai berbagai peristiwa penting dalam masyarakat tidak hanya dalam adat perkawinan tetapi juga pada saat upacara kelahiran, pindah rumah, pembukaan lahan baru, jemput semangat bagi orang yang baru luput dari mara bahaya, dan sebagainya.

57

Dalam ungkapan orang melayu Karimun, yang disebut Tepuk Tepung Tawar, adalah bermakna menawar segala yang berbisa, menolak segala yang menganiaya, menjauhkan segala yang menggila, mendindingkan segala yang menggoda, menepis segala yang berbahaya. Selanjutnya juga disebutkan di dalam Tepuk Tepung Tawar, terkandung segala restu, terhimpun segala doa, terpatri segala harap, tertuang segala kasih sayang. Informan Oki Supriadi (29 tahun) menyebutkan beberapa kecamatan di Kabupaten Karimun pada saat prosesi Tepuk Tepung Tawar ini diiringi dengan Salawat Nabi ataupun Syarakal Marhaban.

Mencecah Inai di Telapak Tangan Pengantin Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

58

Kepada orang-orang yang telah memberikan tepuk tepung tawar biasanya diberikan sebuah bunga telur oleh Mak Andam sebagai ucapan terima kasih.Bunga telur adalah bunga yang dibuat dari kertas, diikat pada lidi atau bambu kecil dan ditancapkan pada pulut kuning yang dibungkus dengan daun pisang. Bagian ujung dari lidi atau bambu kecil yang diraut itu, diikat dengan telur merah yang sudah dirajut dengan benang.

Tetapi kepada masa sekarang pekerjaan seperti itu telah diubah suai dengan bentuk yang beraneka ragam, sesuai dengan kemajuan zaman.Orang-orang yang memberikan tepuk tepung tawar adalah undangan ataupun jemputan dari kalangan orang yang terpandang, seperti tokoh adat, tokoh pemerintahan, orang- orang tua kerabat yang datang dari jauh kemudian diakhiri dengan pembacaan do’a oleh seorang ulama.Tepuk tepung tawar berguna sebagai do’a supaya kedua pengantin meruah rezekinya, ikhlas dalam berbuat, memperoleh kedamaian, ketentraman hati dalam hidup berumah tangga dan bermasyarakat.

Didalam ungkapan adat Melayu dikatakan :

Yang disebut tepuk tepung tawar Menawar segala yang berbisa Menolak segala yang menganiaya Menjauhkan segala yang menggila Meninding segala yang menggoda Menepis segala yang berbahaya

59

Selain ungkapan tersebut ada juga ungkapan lain : Didalam tepuk tepung tawar Terkandung segala restu Terhimpun segala doa Terpatri segala harap Tertuang segala kasih sayang

Tata cara menepuk tepuk tawar :

1. Ambil “sejemput” beras kunyit, beras putih, dan beretih lalu taburkan melewati atas kepala, ke bahu kanan dan bahu kiri pengantin. Pada saat menaburkan, lafaskan salawat nabi 1 kali. Mencecahkan daun perenjis ke dalam air tepung tawar, lalu direnjiskan di atas dahi, bahu kanan dan telapak tangan kiri, telapak tangan kanan lalu bahu kiri sehingga membentuk huruf Lam Alif (posisi tangan pengantin harus telungkup). lam alif yang yang dilakukan tersebut mengandung filosofi Allah Berkehendak. 2. Mengambil sebutir telur, lalu memutari telur di muka pengantin. Setelah itu telur tersebut diletakkan di tempat semula. (untuk penggunaan telur, tidak semua kecamatan di Kabupaten Karimun menerapkan penggunaannya) 3. Mengambil sejemput inai lalu dioleskan di telapak tangan kanan dan kiri. 4. Setelah semua orang yang ditunjuk sebagai penepuk tepung tawar selesai, acara ditutup dengan doa selamat. Jumlah penepuk tepuk tawar adalah bilangan ganjil, dimulai dari 3,5,7,9, dan 13.

60

Sedangkan makna prosesi tepuk tepung tawar adalah :

1. Beras kunyit, beras basuh, dan beretih yang dihamburkan bermakana ucapan selamat dan turut bergembira. 2. Merenjis kening bermakna berfikirlah sebelum bartindak atau teruslah menggunakan akal yang sehat. 3. Merenjis di bau kanan dan kiri bermakna haru siap memikul beban dengan penuh rasa tanggung jawab. 4. Merenjis punggung tangan bermakna jangan pernah putus asa dalam mencari rezeki, selalu dan terus berusaha.dalam menjalani kehidupan 5. Mengalin telur bermakna pengharapan untuk dapat melahirkan keturuanan yang saleh dan ketulusan hati yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah. 6. Menginai telapak tangan bermakna penanda bahwa mempelai sudah berakad nikah. Dalam konsekuensinya penyadaran bahwa “sekarang” sudah tidak bujang atau dara lagi (sudah ada pendamping). 7. Doa selamat di penutup acara bermakna pengharapan apa yang dilakukan mendapat berkah dan ridho dari Allah Swt.

61

7. Upacara Menyembah Setelah upacara Ijab Kabul selesai, kedua pengantin kemudian melakukan upacara menyembah kepada ibu, bapak, dan seluruh sanak keluarga. Makna dari upacara ini tidak terlepas dari harapan agar berkah yang didapat pengantin nantinya berlipat ganda. Acara ini dipimpin oleh orang yang dituakan, sembah sujud kepada orang tua tiada boleh lupa, agar tuah dibadan dan berkah turun berlipat ganda.

Upacara Menyembah Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

62

8. Istiadat Makan Beradap Biasanya pelaksanaan makan bersuap disejalankan dengan makan berhadap. Artinya setelah kedua pengantin makan bersuap, kemudian mereka makan berhadap.Perangkat peralatan dipersiapkan untuk melaksanakan upacara ini, yaitu : sprei (alas kain/permadani), talam, pahar, gelas, balang ceret untuk cuci tangan, piring tempat nasi dan piring yang telah berisi lauk- pauk.Setelah peralatan dipersiapkan, maka Mak Inang (Mak Andam) memandu pengantin perempuan mengenai cara-cara melayani suaminya untuk makan. Melalui pelayanan ini terpancar kesetiaan, kepatuhan dan kasih sayang seorang isteri kepada suami.

Istiadat Makan Beradab Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

63

9. Pengantin Berarak (Dari Prosesi Membuka Pintu di Halaman Rumah Pengantin Perempuan Hingga Buka Kipas)

Merupakan prosesi dimana pengantin laki-laki diarak dari lokasi tertentu menuju tempat bersanding/peterakne. Informan Oki Supriadi (29 tahun) menyebutkan prosesi pernikahan adat Melayu di Karimun sama seperti daerah lainnya walau terdapat sedikit perbedaan. Salah satunya di istiadat berarak ini di Kabupaten Karimun terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu Membuka Pintu di halaman rumah pengantin perempuan (lokasi berarak) yang disebut alang pagar, membuka pintu di pintu masuk rumah pengantin perempuan yang dikenal dengan alang pintu dan membuka kipas. Pada prosesi ini, pengantin laki-laki diarak menuju rumah pengantin perempuan. Sebelumnya, rombongan pihak pengantin laki-laki menerima utusan pihak pengantin perempuan yang membawa sirih lelat (sirih lat-lat). Alat ini dibawa sebagai pertanda bahwa pengantin perempuan sudah dipelaminan atau sudah siap menanti kehadiran pengantin laki-laki untuk bersanding. Pakaian yang dibawa utusan diserahkan dan dipasangkan Mak Andam kepada pengantin laki-laki.Setelah berpakaian, sang pengantin diarak beramai-ramai menuju rumah pengantin perempuan.

Ketua rombongan ini adalah orang yang menguasai adat- istiadat perkawinan dan ahli berpantun. Pendamping yang lainnya bertugas membawa tepak sirih, pakaian sang pengantin dan bunga manggar.Bagian atas tepak sirih menyerupai kepala burung merak jantan. Pakaian sang pengantin yang dibawa dalam bentuk bungkusan. Kanan dan kiri pengantin terdapat orang yang memegang bunga manggar. Bunga ini dibuat dari bahan lidi kelapa yang dibalut kertas warna-warni.Bagian pangkal lidi ditusukkan atau ditancapkan pada batang pisang atau gabus atau pepaya

64 muda berukuran 25 cm, kemudian batang pisang atau gabus atau pepaya muda tadi ditusuk dengan kayu agar mudah memegang sekaligus membawa bunga itu dalam perarakan.Hal yang menarik dari bunga manggar tersebut, pada ujung lidi diikatkan uang logam dan permen. Fungsi bunga sebagai pertanda pemberitahuan kepada pihak pengantin perempuan mengenai kehadiran rombongan pengantin laki-laki.

Berarak Menjelang Bersanding Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

Jalannya prosesi ini bentuknya adalah mengarak pengantin laki- laki ke rumah orang tua pengantin perempuan. Tujuan dari upacara ini sebagai media pemberitahuan kepada seluruh masyarakat sekitar tempat dilangsungkannya perkawinan bahwa salah seorang dari warganya telah sah menjadi pasangan suami-istri. Disamping itu, tujuannya adalah memberitahukan kepada semua lapisan masyarakat agar turut meramaikan acara perkawinan tersebut, termasuk ikut memberikan doa kepada kedua pengantin.

65

Rombongan Pengantin Pria Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

Di gerbang rumah pengantian perempuan, mereka disambut dengan persembahan pencak silat, diiringi gendang, gong, dan seruling. Ketika memasuki halaman rumah, mempelai laki-laki ditaburi beras kunyit, pertanda keberhasilan si bujang mempersunting sang dara.

Sebelum tiba di pelaminan, rombongan pengantin pria dihadangtali lawa. Dalam prosesi ini yang juga dikenal Membuka Pintu di halaman pengantin perempuan, lagi-lagi kedua wakil mempelai berbalas pantun tawar-menawar ''biaya retribusi''. Maksudnya, untuk menunjukkan bahwa tak mudah memetik sang dara. Setelah sejumlah uang disepakati, rombongan pengantin pria boleh melanjutkan ke prosesi berikutnya.

66

Membuka Pintu di Halaman Rumah Pengantin Perempuan Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

67

Prosesi Tebus Pintu Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

Sesampainya rombongan arak-arakan pengantin laki-laki di kediaman keluarga pengantin perempuan, kemudian dilanjutkan dengan upacara penyambutan. Dalam budaya Melayu Karimun, upacara penyambutan tersebut mempunyai makna yang sangat dalam. Oleh karenanya, pengantin laki-laki perlu disambut dengan penuh kegembiraan sebagai bentuk ketulushatian dalam menerima kedatangan mereka. Prosesi pencak silat merupakan perlambang kepiawaian pengantin laki-laki menghadapi tantangan.

68

Permainan Pencak Silat Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

Upacara penyambutan arak-arakan pengantin laki-laki ini terdapat 3 (tiga) kegiatan yang harus dilakukan yaitu permainan pencak silat, bertukar tepak induk, dan berbalas pantun pembuka pintu. Dalam kegiatan permainan pencak silat, makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwa pengantin laki-laki sebagai calon kepala rumah tangga perlu ditantang kejantanan dan kepiawainnya. Meski hanya sebagai simbol, pencak silat juga mengandung makna persahabatan dan kasih sayang yang dibungkus dengan jiwa kepahlawanan. Setelah permainan silat, rombongan pengantin melanjutkan perjalanannya, biasanya diteruskan dengan kegiatan perang beras kunyit antara pihak pengantin laki-laki dan pihak yang menyambutnya.

69

Perang Beras Kunyit antar kedua pihak pengantin, bukan mengobarkan permusuhan, melainkan menyuburkan persaudaraan. Setelah permainan silat dan perang beras kunyit selesai, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan bertukar tepak induk. Kenapa tepak perlu ditukar? Sebab, simbol tepak melambangkan rasa tulus hati dalam menyambut tamu dan juga sebagai lambang persaudaraan. Isi dalam tepak berupa daun sirih, kapur, gambir, pinang, dan tembakau. Kegiatan ini dilakukan setelah rombongan pengantin laki-laki masuk ke halaman rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah. Bertukar Tepak melambangkan ketulusan hati dan bersebatinya dua keluarga menjadi satu.

Kegiatan terakhir dalam prosesi ini adalah berbalas pantun pembuka pintu yang dilakukan di ambang pintu rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini bentuknya adalah saling bersahutan pantun antara pemantun pihak pengantin laki-laki dengan pemantun pihak pengantin perempuan yang disaksikan oleh Mak Adam. Fungsi dari kegiatan ini biasanya dipahami sebagai bentuk izin untuk memasuki rumah pengantin perempuan.

Pantun menghadang pengantin laki-laki di muka pintu Pantun pihak perempuan: Kalau Memilih, Bunga Kenanga Pilih Yang Dekat Di Tengah Batang Kalau Boleh Kami Bertanya Apa Hajat Awak Yang Datang

Di Ujung Dahan Sibunga Kapas Terbang Melayang Bila Ditepuk Awak Ditahan Takkan Dilepas Sebelum Menunjukkan Surat Ijin Masuk

70

Kain Satin Dibuat Basahan Kain Ditenun Berserat-Serat Sebab Penganten Terpaksa Ditahan Karena Belum Memenuhi Syarat

Kelat Rasa Buah Mengkudu Kalau Busuk Jangan Dibawa Adat Kita Ditanah Melayu Sebelum Masuk Berilah Tanda

Dari Petang Sampai Ke Subuh Ikan Menari Kesana Kesini Awak Ni Datang Dari Jauh-Jauh Takkan Memberi Cuma Segini

Kalau Tuan Tersalah Arah Cari Penuntun Janganlah Risau Wahai Tuan Janganlah Marah Kami Berpantun Cuma Bergurau

Kalau Menggulai Rasanya Hambar Elok Tambahkan Sesendok Garam Karena Mempelai Sudah Tak Sabar Silakan Rombongan Masuk Kedalam

Jawaban Pihak Laki-laki Puteri Raja Daten Melati Asyik Bermain Sampai Ke Petang Kami Membawa Penganten Laki-Laki Kenapa Kain Yang Awak Bentang

71

Kalau Paten Didalam Lokah Kenapa Dibiarkan Nanti Membusuk Kalau Penganten Sudah Menikah Kenapa Ditahan Dilarang Masuk

Berlayar Kebarat Dari Selatan Angin Ribut Sampai Sepekan Kalaulah Syarat Yang Dipermasalahkan Tolong Sebut Akan Kami Siapkan

Gunung Daek Bercabang Dua Hawanya Sejok Tidak Bersalju Terimalah Ini Sebagai Tanda Kami Nak Masuk Bukalah Pintu

Orang Jepun Pergi Ke Kukup Belok Ke Dumai Memakai Tongkang Kalau Segitupun Belum Juga Cukup Eloklah Kami Mundur Kebelakang

Gulai Berkuah Dimasak Sedap Bertangkup Dengan Sagu Wahai Tuan Rumah Janganlah Bimbang Sebelum Dapat Masuk Kami Takkan Pulang

Kalau Tuan Mencari Bumbu Kami Sediakan Daun Selasih Kalau Tuan Kata Begitu Kami Ucapkan Terima Kasih

Rombongan: Assalamu Alaikum! Tuan Rumah: Walaikumsalam

72

Berbalas Pantun Pembuka Pintu di Pintu Rumah Pengantin Perempuan Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

Setelah Mak Adam atau pemantun pihak pengantin perempuan membuka kain penghalang pintu dan mempersilahkan tamu untuk masuk, maka kegiatan ini dianggap selesai. Berbalas pantun Pembuka Pintu menunjukkan adab sopan santun pengantin laki-laki memasuki kehidupan pengantin perempuan. Pada saat prosesi ini, mak andam menutupi wajah pengantin wanita dengan kipas. Setelah seluruh rangkaian selesai yang ditandai dengan dibukanya kipas oleh Mak Andam yang menutupi wajah pengantin perempuan (Buka Kipas), kedua mempelai duduk bersanding. Mak Amdam kemudian menaburi pasangan pengantin dengan beras kunyit diiringi doa.

73

Mak Andam Menutupi Wajah Pengantin Wanita Dengan Kipas Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

74

10. Bersanding Upacara Bersanding atau Acara bersanding merupakan puncak dari seluruh upacara perkawinan.Setelah Akad Nikah selesai, pengantin perempuan dimandikan oleh Mak Andam dengan air bunga tujuh warna (jenis).Selesai dimandikan kemudian dilangir atau dibedaki dengan bedak yang terbuat dari bahan tradisional. Kemudian pengantin perempuan dirias dan mengenakan baju kurung teluk belanga.

Pengantin perempuan dipasangkan kain samping. Baju pengantin tersebut biasanya adalah jenis songket atau kain yang terbuat dari benang berwarna emas atau perak. Selesai digauni diberi sanggul bernama “lipat pandan”. Bentuk sanggul menyerupai lipatan daun pandam berisi pelepah batang pisang yang digulung dengan rambut pengantin atau dengan cemara yakni rambut palsu.Jika pengantin berambut pendek, hiasan pengantin berupa gandik, cocok siput atau sunting, dokoh, pending, kembang goyang, pandan mayang, anting-anting dan cincin. Sewaktu pengantin perempuan dirias Mak Andam, diadakan acara marhaban, berdah, hadrah dan lain sebagainya.Seni budaya bernafaskan Islam ini ditampilkan pada dasarnya bertujuan menjunjung tradisi. Keadaan rumah pengantin akan terasa semarak.Dengan ditampilkan seni budaya yang telah dikemukakan, khalayak di lingkungan terutama anak-anak tertarik untuk datang, sehingga sekitar rumah pengantin menjadi ramai. Sedangkan bagian dalam sudah jelas padat karena ditempati pelaku-pelaku pelaksana adat yang berhubungan dengan upacara pesta perkawinan.Begitu juga halnya dengan pengantin laki-laki, setelah pulang ke rumahnya dan waktu mendekati shalat Dzuhur, maka dia dipakaikan pakaian pengantin. Pakaian pengantin ini dibawa dan diantarkan utusan Mak Andam dari rumah pengantin perempuan.

75

Pakaian pengantin laki-laki yang dikenakan berupa baju teluk belanga tidak berlengan, celana panjang menyerupai pasangan baju kurung. Kemudian, dipasangkan ikat pinggang berukuran besar yang terbuat dari bahan kain yang lazim disebut “sabuk” atau “bengkung”.Selanjutnya pula dipasangkan pula baju luar atau “jubah” dan berserban. Jubah adalah pelapis baju teluk belanga. Oleh sebab itu, baju ini disebut baju luar. Ukurannya besar, berlengan panjang dan bagian bawahnya mencapai betis dan diberi perhiasan.Demikian juga serban berhiaskan kembang mayang. Adapun alas kakinya berupa sendal jepit bertali yang dinamakan “capal”. Kedua pengantin sudah dirias dan diberi berpakaian, maka mereka dipersandingkan. Persandingan dilakukan di rumah pengantin perempuan. Waktu bersanding hampir tiba, pihak pengantin perempuan mengirim utusan menjemput pengantin laki- laki. Utusan ramai dan didampingi para pemain musik kompang.

Bersanding Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

76

C. PROSESI SETELAH PERKAWINAN

1. Mandi Sampat Mandi pengantin atau yang lebih dikenal dengan sebutan mandi sampat ini, ialah mandi yang diperuntukkan bagi pasangan pengantin yang baru selesai melaksanakan Ijab Kabul serta rangkaian pernikahan lainnya. Menurut kepercayaan mereka, Mandi sampat dilaksanakan untuk memohon doa restu kepada kedua orang tua agar kelak dapat membina keluarga yang rukun. Prosesi ini juga merupakan istiadat mandi atau menyucikan diri yang dilakukan kedua pengantin dengan harapan dan membersihkan diri dari hal-hal buruk sebelum memulai hidup baru. Prosesi istiadat ini juga didahului dengan istiadat Tepung Tawar.

Hal menjadi keistimewaaan tersendiri pada tradisi ini ialah bahan-bahan yang digunakan untuk mandi sangatlah unik seperti, air berzanzi, 2 biji kelapa, 2 batang lilin, benang, santan, sagu dan beras. Selain keunikan pada bahan-bahan yang digunakan, prosesi atau tatacara mandi sampat pun begitu unik dan menarik. Langkah awal yang dilakukan saat upacara mandi sampat ialah mempersiapkan dua buah bangku untuk pasangan pengantin yang akan dimandikan sampat, kedua letakkan dua buah kelapa dan dua batang lilin yang dihidupkan didepan pengantin, ketiga siramkan air berzanzi pada pasangan pengantin yang sebelumnya sudah didudukkan pada bangku hingga basah, keempat sampho serta sabunkan pengantin dengan santan kelapa, kelima pasangan pengantin harus melangkahkan benang sebanyak tujuh kali, yang sebelumnya benang sudah di ikat bulat sebesar ukuran badan pengantin, benang tersebut dimasukkan kedalam badan kita dan langkahkan sebanyak tujuh kali setelah selesai benang tersebut diputus mengunakan tangan.

77

Keenam bersihkan badan pengantin dengan air untuk menghilangkan santan pada kepala dan badan. Ketujuh pengantin akan melemparkan kelapa ke lantai/tanah secara bersamaan, hal ini dilakukan dan dipercaya untuk melihat karakter dari kedua pengantin, jika kelapa yang dilemparkan bergoyang maka karakter si pengantin ialah banyak ngomong, cerewet, centil dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kelapa yang di lemparkan dan jatuh diam maka si pengantin biasanya diartikan berkarakter pendiam. Kedelapansetelah pengantin bersih dan sudah berganti pakaian pengantin akan menginjak sagu dan beras yang sudah di taburkan di lantai menuju kedua orang tua mereka untuk melakukan proses sungkeman, memohon doa restu.

Rangkaian mandi sampat ini tidaklah begitu rumit, namun harus dilakukan oleh orang-orang tua yang sudah berpengalaman dan benar-benar ahli dalam melakukannya.

Mandi Sampat Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

78

BAB IV

PERLENGKAPAN ADAT PERKAWINAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN

A. Tepak Sirih

Adapun isi dari tepak sirih dan perlambangan tersebut :

1. Buah pinang, sebutir pinang yang telah diupas kulitnya dan diraci. Tidak boleh dibelah dua (utuh). Buah pinang melambangkan keikhlasan dan ketulusan hati seseorang. Lurusnya hati seumpama mempulur pinang. Buah tersebut diletakkan di dalam cembul, yaitu tempat di dalam tepak sirih. 2. Kapur sirih, Kapur sirih berwarna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati. Kapur ini juga diletakkan di dalam cembul. 3. Gambir, melambangkan keberkatan dan obat penawar. Gambir juga diletakkan di dalam cembul. 4. Tembakau, diletakkan di dalam cembul, gunanya untuk menyugi gigi sesudah memakan sirih. Tembakau melambangkan kebersihan jasmani. 5. Daun sirih, melambangkan kebesaran, persaudaraan, dan persatuan. Hal tersebut disebabkan sifat dari sirih yang mudah tumbuh dan memiliki khasiat untuk mengobati beragam penyakit. Daun sirih dari pihak laki-laki disusun dalam posisi telungkup dalam jumlah ganjil. Daun sirih telungkup bermakna rendah hati dan berserah diri. Lain halnya sirih dari pihak perempuan yang

79

disusun telentang. Hal ini melambangkan penerimaan dan penyerahan diri. Daun sirih yang bertemu ujung bermakna tercapainya kesepakatan di kedua belah pihak. 6. Kacip, merupakan alat pembelah atau peracik buah pinang. Terbuat dari besi. Selain untuk meracik juga digunakan untuk mengupas kulit pinang. Kacip melambangkan se-iya se-kata, kemufakatan bersama dalam keputusan yang baik.

Semua peralatan di atas disusun di dalam cembul tepak. Penyusunan dimulai dari cembul kapur, cembul pinang, cembul gambir, cembul tembakau, dan kacip di sebelahnya serta daun sirih. Secara keseluruhan tepak sirih melambangkan persaudaraan, keterbukaan, persatuan, dan kesatuan dalam keutuhan saling melengkapi.

B. Pelaminan Pelaminan adalah tempat tidur pengantin yang bertingkat- tingkat, ada yang bertingkat tiga, tingkat lima, dan tingkat tujuh sesuai dengan status sosial orang tua pengantin.Alat-alat untuk perlengkapan pelamin, yaitu sebagai berikut :

1. Ulas untuk tangga pelamin yang bertekadkan perade. 2. Tiga jenis tabir yaitu tabir gulung,tabir gantung dan tabir poking ayam. 3. Di sekeliling pelamin digantung tabir lepas 4. Tilam beserta alasnya 5. Sebuah bantal gaduk

80

6. Dua buah bantal seraga, bentuknya sama dengan bantal gaduk, tetapi ukurannya lebih kecil dan letaknya di bagian kaki, bertampuk tekat benang emas hanya sepenampang. 7. Dua buah bantal sesuari (swari), bertekad benang emas pada semua sisi, tempatnya di atas bantal gaduk. 8. Dua buah bantal telur buaya (sebagai bantal kepala) bertampuk tekat benang emas ujung pangkalnya. 9. Dua buah bantal guling (bantal peluk) berbentuk bulat panjang bertampuk tekat benang emas ujung pangkalnya.

Semua tekad (sulaman) yang digunakan di atas berupa tekat tanah dan tekat kasur atau tekat timbul. Bahan tekat yang digunakan, sebagai berikut : kelingkan atau geng-geng, benang emas atau benang perak, paku-paku,mutu danparade emas atau parade perak serta parade gesek.

Pada tingkat yang paling atas pelamin disusun bantal gaduk dengan urutan sebagai berikut :

1. Bantal Serage bersusun tiga tingkat. 2. Di atas bantal serage disusun dua buah bantal buah pauh. 3. Di bagian ujung kaki diletakkan dua buah bantal guling dan dua buah bantal kepala yang bertampuk serta diletakkan selimut tidur.

Ukuran bantal gaduk tidak sama, semakin ke atas semakin kecil dan warna kain sampul serta tampuknya pun berbeda. Pelamin pengantin dihiasi kain yang bertekat dengan manik-manik atau ulas dan dipasang kelambu serta tabir.

81

C. Hiasan Di Depan Pelaminan

Bagian depan pelamin, sebagai pusat perayaan upacara adat perkawinan, dihiasi dengan beberapa alat, diantaranya :

1. Nasi Besar. Nasi Besar adalah pulut yang sudah dimsak diberi warna dengan kunyit dan dihiasi dengan bunga telor. 2. Nasi Adab. Nasi Adab adalah nasi yang berada disamping kanan dan kiri nasi besar, untuk dimakan pengantin bersama-sama tamu utama antara lain orang tua-tua, alimulama dan keluarga terdekat. 3. Ketor. Ketor sebagai tempat untuk membuang ludah, disiapkan sebanyak dua buah. 4. Tepak Sirih Majelis, merupakan sebuah telepak sirih yang diletakkan di tingkat pertama puade.

D. Petirakne

Petirakne adalah peti yang dibuat bertingkat-tingkat seperti tangga sebagai tempat duduk pengantin yang dipakai untuk bertepuk tawar dan bersanding. Pada umumnya petirakne dibuat satu hingga tiga tingkat. Di belakangnya diletakan bantal serage sebagai tempat bersandar dan dilengkap dengan bantal sesuari untuk bertepuk tepung tawar.

Dengan demikian perbedaan antara petirakne dengan pelaminan adalah sebagai berikut:

82

2. Di depan petirakne tidak memakai tabir sedangkan di pelaminan menggunakan tabir. 3. Petirakne dibuat paling tinggi tiga tingkat sementara pelaminan sampai lima tingkat. 4. Petirakne menggunakan bantal serage sementara di pelaminan beraneka macam bantal seperti bantal gaduk, telur buaya, buah pauh, susuari dan bantal guling. 5. Petirakne tempat bersanding pengantin sedangkan pelaminan tempat tidur pengantin.

Peterakne Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

83

E. Perlengkapan Akad Nikah Alat yang disediakan untuk melangsungkan aakd nikah antara lain: 1. Tepak sirih 2. Sirih nikah yang diletakkan dalam senjong besar 3. Sirih puan yang diletakkan dalam senjong kecil 4. Tikar niah 5. Lilin berkaki 6. Tempat bara / cungap dari kuningan 7. Bunga rampai dalam dulang perak / tembaga

F. Perlengkapan prosesi Tepuk Tepung Tawar 1. Beras kunyit, yaitu beras yang diaduk dengan kunyit yang sudah dihaluskan. 2. Beras basuh, yaitu beras yang direndam dan atau dicuci dengan air biasa. 3. Beretih, yaitu padi yang digonseng (digoreng tanpa menggunakan minyak goreng). 4. Air tepung tawar, yaitu air yang diadu dengan beras giling 5. Perenjis (alat untuk merenjis) merepukan gabungan atau ikatan dari beberapa jenis daun yang berjumlah ganjil (5-7) helai. 6. Embat-embat, yang berisikan air wewangian.

84

Perlengkapan Tepuk Tepung Tawar Sumber : Dokumentasi Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Karimun (2018)

Sedangkan Tepung Tawar merujuk pada alat yang digunakan seperti bedak sejuk dicampur air perenjis, yang manfaatnya diyakini bisa meneduhkan hati dan kalbu. Kemudian daun sitawar, daun sidingin (sosor bebek), daun juang-juang, daun ati-ati dan daun rusa (gandarusa). Diikat daun ribu-ribu atau benang 7 rupa. Beragam tumbuhan ini juga diyakini dapat menjadi penawar berbagai penyakit.

85

G. Busana dan Perhiasan Pengantin

1. Pakaian Pengantin Pakaian yang dikenakan pada pengantin laki-laki pada masa lalu ketika berandam, berinai dan akad nikah sangat sederhana yaitu mengenakan baju kurung cekak musang memakai songkok dan ikat kain Gumbang. Namun ketika bersanding memakai serban dan jubah. Menggunakan perhiasan dokoh dan memakai pontoh di lengannya. Di bagian pinggang dipakaikan bengkong. Namun seiring perkembangan zaman,pakaian pengantin laki-laki ketika bersanding mengalami perubahan dengan menggantikannnya dengan baju kurung cekakmusang dan bertanjak. Ikat kainnya pun sudah menggunakan ikat bunga.

Sedangkan pengantin perempuan memakai sanggul lipat pandan berselendang manto dan bermahkota kecil ketika acara akad nikah. Sedangkan ketika bersatu memakai baju urung kekek dan bersanggul pengantin dengan motif hiasan kepala burung merak jantan. Sedangkan assesoris memakai gandik,kembang goyang, jurai besar dan jurai kecil, dokoh,pending, pontoh, beserta cincin, gelang dan anting.

2. Sanggul Sanggul yang selalu dikenakan pengantin perempuan adalah sanggul lipat pandan. Pada saat bersanding, pengantin perempuan memakai sanggul pengantin atau sanggul lintang yaitu sanggul yang memakai acuan yang terbuat dari kulit batang pisang basah. Sanggul-sanggul ini sengaja dibuat tinggi yang melambangkan perempuan yang memakainya masih gadis. Apabila sanggulnya rendah agak menempel di tengkuk, berarti perempuan yang memakai sanggul tersebut sudah bersuami atau janda.

86

3. Kembang Goyang atau Bunga Tajuk Kembang goyang atau bunga tajuk yang dikenakan pada pengantin perempuan merupakan hiasan kepala berbentuk bunga dan mudah bergoyang. Hal itu melambangkan lemah lembut. Juga melambangkan keopanan dan kesantunan. 4. Jurai Jurai merupakan alat perhiasan yang berfungsi sebagai penjaga (pendiding diri dari gangguan roh-roh halus atau ilmu-ilmu hitam yang dibuat oleh orang yang ingin berbuat jahat). Jurai juga berarti kesucian pengantin. Jumlah pemakaiannya selalu ganjil sesuai dengan strata sosial. Rakyat biasa 3, bangsawan 5, raja-raja 7 buah. 5. Gelang Jumlah gelang yang dipakai pengantin sama dengan jumlah tingkatan puade yag dibuat untuk pengantin, karena ia juga melambangkan status sosialnya. 6. Pending Pending merupakan pelindung kesehatan bagi pengantin yang sedang bersanding. 7. Rantai Rantai dipakai sebagai symbol penolak bala. Biasanya diujung rantai diletakkan wafak atau tangkal sebagai penjaga pengantin. 8. Dokoh Dokoh dipakai di leher dan dada. Pengantin yang memakai dokoh diharapkan selalu berperilaku sabar dan penuh pengertian. 9. Pontoh Gelang yang dipakaikan pada lengan pengantin berbentuk naga atau burung yang bermakna sebagai pelindung dan menjadikan pengantin kuat terhadap berbagai cobaan hidup.

BAB V

87

PANTUN ADAT DALAM PERKAWINAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN

Sastra lisan sebagai kebudayaan daerah merupakan mata rantai yang tidak dipisah-pisahkan dari kebudayaan nasional, termasuk masyarakat Melayu Riau yang masih memegang adat sebagai aturan-aturan yang dijadikan panutan dalam bertutur kata, bertindak dan bersikap. Dapat ditegaskan bahwa pantun bagi masyarakat Melayu Kabupaten Karimun merupakan suatu bentuk yang digemari masyarakat. Pantun senantiasa digunakan dalam acara adat perkawinan terutama dalam upacara pengantin laki-laki kerumah pengantin perempuan. Dalam tradisi pantun ini terkandung pedoman kehidupan sehari-hari, baik yang tersurat maupun yangtersirat.9

Pantun dalam adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun mengandung nilai-nilai yang berguna bagi masyarakat. Pantun yang dituturkan dalam adat nikah kawin tersebut dapat dijadikan pedoman untuk menjalani bahtera kehidupan, karena pantun yang dituturkan.

9Erni, dkk, Analisis Nilai Moral Pada Pantun Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau”. Jurnal Perspektif Pendidikan dan Keguruan Vol V, No 9 April 2014, hal.2

88

Nilai Dalam Pantun

1. Nilai Moral Tanjungjawab

Nilai moral yang berkaitan dengan tanggungjawab yang terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut:

Tumbuh sebatang, pokok ceremai

Ceremai tumbuh, dekat pangkalan

Kami datang, beramai-ramai

Untuk kita berkenal-kenalan

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung di dalamnya berkaitan dengan tanggungjawab. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara merisik mengucapkan “kami datang, beramai- ramai, untuk kita berkenal-kenalan”. Dikatakan tanggungjawab karena disini melekat pada nilai-nilai moral yang berlaku pada manusia. Dalam kutipan tersebut menjelaskan pihak keluarga laki- laki memperkenalkan diri kepada pihak perempuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu berniat hendak meminang seorang gadis yang disukainya. Acara merisik kecil sebenarnya dirahasiakan oleh pihak kelaurga yang meminang (pihak laki-laki), karena apabila maksudnya ditolak oleh pihak keluarga yang menerima pinangan (pihak perempuan), hal ini akan memerikan aib kepada keluarga yang bersangkutan.

89

2. Nilai Moral Hati Nurani

Nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani yang terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagaiberikut:

Malam hari teranglah bulan

Sayup-sayup terdengar suara

Bila sudah berkenal kenalan

Antara kita bertambah mesra

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “ bila sudah berkenal kenalan, antara kita bertambah mesra”. Kutipan tersebut menjelaskan manusia harus menjaga tingkah laku dengan baik, dalam pantun tersebut pihak perempuan menyampaikan maksud dan amanah yang ingin disampaikan adalah untuk berkenalan, agara terjalin keakraban diantara kedua belah pihak.Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan hati nurani dapat dilihat pada pantun berikut ini:

90

Ceremai tumbuh dekat pangkalan

Tidaklah jauh dari jerami

Untuk kita berkenal-kenalan

Mempererat tali siturahmi

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki- laki dalam acara merisik mengucapkan “ untuk kita berkenal- kenalan, mempererat tali silaturahmi”. Dikatakan hati nurani karena mempunyai tingkah laku yang nyata dan jelas dialami setiap manusia, harus saling menjaga komunikasi yang baik. Kutipan tersebut menjelaskan maksud dan amanah yang ingin disampaikan adalah untuk mempererat tali silaturahmi antara kedua belah pihak keluarga. Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan hati nurani dapat dilihat pada pantun berikutini:

Batang jerami dikerat-kerat

Jerami dikerat si anak dara

Tali siturahmi sudah dipererat

Bertambah pula sanak saudara

91

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “tali siturahmi sudah dipererat, bertambah pula sanak saudara”. Kutipan tersebut menjelaskan apabila mempererat tali silaturahmi antara kedua belah pihak keluarga, akan menambah saudara. Selain itu pantun yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat dalam acara meminang berikutini:

Sungguh rindang, pokok bidara Tempat berehat tuan putri Jika begitu tuan bicara Harap dengarkan kami berperi

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara merisik mengucapkan “ harap dengarkan kami berperi”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pihak laki-laki bermaksud menjelaskan kedatangannya. Selain itu pantun lain yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikutini:

92

Tanam sebatang sipokok turi

Turinya tumbuh berbunga rendah

Sudah mendengar tuan berperi

Dengarkan pula kami bermadah

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “ dengarkan pula kami bermadah”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pihak perempuan menjelaskan tanggapannya. Selain itu pantun lain yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikutini:

Datuk hulubalang, bijaklaksana

Bermain silat ditengah malam

Kami ada kumbang kencana

Hendak menyunting bunga ditaman

93

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani. Hal inidapat dilihat ketika pihak laki- laki dalam acara merisik mengucapkan “ hendak menyunting bunga ditaman”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kedatangan pihak laki-laki ingin meminang. Selain itu pantun lain yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikutini:

Tangkap seekor sicumi-cumi

Pancing diumpan, ikan gelampai

Alangkah senang hati kami

Maksud terkabul hajatpun sampai

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki- laki dalam acara merisik mengucapkan “alangkah senang hati kami, maksud terkabul hajatpun sampai”. Kutipan tersebut menjelaskan rasa perasaan hati yang tulus pihak laki- laki karena maksud dan tujuan kedatangannya telah terkabul. Selain itu pantun lain yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikutini:

94

Kain kasa, di atas para

Habis terbakar kena pelita

Terkasar bahasa sumbang bicara

Mohon maaf yang kami pinta

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki- laki dalam acara merisik mengucapkan “mohon maaf yang kami pinta”. Kutipan tersebut menjelaskan ketulusan hati nurani untuk memintan maaf. Selain itu pantun lain yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakatMelayu

Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikut ini:

Pergi kepasar seorang diri

Hendak membeli sikain satin

Kami menyusun sepuluh jari

Harap maafkan zahir dan bathin

95

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “harap maafkan zahir dan bathin”. Kutipan tersebut menjelaskan para pihak saling maaf memaafkan Selain itu pantun lain yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikutini:

Jika tuan pergi ke Masai

Kirimkan saya ikan tenggiri

Acara kita sudah selesai

Kami berdua bermohon diri

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “kami berdua bermihon diri”. Kutipan tersebut menjelaskan tingkah laku yang baik. Selain itu pantun yang terkait dengan hati nurani terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat dalam acara meminang berikutini:

96

Sungguh harum bunga seruni

Harum semerbak diwaktu pagi

Pertemuan kita sampai disini

Sampai masanya berjumpa lagi

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moralyang berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “sampai masanya berjumpa lagi”. Kutipan tersebut menjelaskan harapan untuk berjumpalagi.

3. Nilai Moral Kewajiban

Nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban yang terdapat dalam pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut:

Berlayar perahu ke Tapaktuan

Singgah berlabuh di negeri Langkat

Wahai encik, Tuan dan Puan

Datang kami membawa hajat

97

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki- laki dalam acara merisik mengucapkan “ datang kami membawa hajat”. Kutipan tersebut menjelaskan keharusan pihak laki-laki menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya. Selain itu pantun lain yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikutini:

Singgah berlabuh di Negeri Langkat

Penuh muatan ikan gurami

Jika tuan membawa hajat

Sila sampaikan kepada kami

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “ jikatuan berkaitan dengan hati nurani. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “sampai masanya berjumpa lagi”. Kutipan tersebut menjelaskan harapan untuk berjumpalagi.Selain itu pantun lain yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikut ini:

98

Sungguh cantik, nak dara sunti Duduk berhias memakai anting Bunga ditaman sedang menanti Menunggu kumbang datang menyunting

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “menunggu kumbang datang menyunting”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kewajiban terhadap dirinya sendiri untuk menemukan pasangan hidup dengan menunggu pinangan pihak laki-laki. Selain itu pantun lain yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau berikutini:

Jika bersembang diwaktu senja Masa yang lalu terkenang-kenang Jangan setakat merisik saja Kami menunggu hari meminang

Berdasarkan pantun merisik adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau tersebut dapat dijelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara merisik mengucapkan “jangan setakat merisik saja, kami menunggu hari meminang”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban menunaikan sesuatu yang harus dilaksanakan yaitu menunggu hari meminang.

99

Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan kewajiban dalam acara meminang dapat dilihat pada pantun berikutini:

Bunyi suling tersendat-sendat

Bunyi mengalun bulan purnama

Tepak sirih pelambang adat

Saya serahkan tuan terima

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “tepak sirih pelambang adat”, kutipan tersebut menjelaskan kewajiban menyerahkan sesuatu yang harus dilaksanakan sesuai adat. Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan kewajiban dalam acara meminang dapat dilihat pada pantun berikutini:

Sungguh manis buah delima

Manis lagi buah keroma

Sirih tuan kami terima

Mari kita santap bersama

Berdasarkan pantun adatperkawinanmasyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dapat dikatakan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “sirih tuan kami terima”.

100

Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban menerima pemberian. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinanmasyarakatMelayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikut ini:

Bunyi mengalun bulan purnama

Sampan bertambat diatas lumpur

Saya serahkan tuan terima

Sila disantap barang sekapur

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, penulis jelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “saya serahkan tuan terima”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban menyerahkan dan menerima pemberian. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikutini:

Manis lagi buah keroma

Tolong ditimbang barang sekati

Sirih sudah disantapsama

Sila sampaikan maksud dihati

101

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, penulis jelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “sila sampaikan maksud dihati”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban memberikan kesempatan untuk menyampaikan maksud dan tujuan.Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikutini:

Dacing diikat bertali simpai Bahan dibuat dari tembaga Terimalah sitalam sibunga rampai Tanda bersatu dua keluarga

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “tanda bersatu dua keluarga”, kutipan tersebut menjelaskan perlunya menjaga hubungan baik dengan sesama. Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan kewajiban dalam acara meminang dapat dilihat pada pantun berikut ini:

Bom Jatuh di Nagasaki Seluruh dunia jadi terperanjat Sebagai wakil pihak lelaki Kami datang membawa hajat

102

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “kami datang membawa hajat”, kutipan tersebut menjelaskan pihal laki-laki menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya. Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan kewajiban dalam acara meminang dapat dilihat pada pantun berikutini:

Terbang seekor sirama-rama Terbang hinggap, ranting seruni Tanda sudah dibawa sama Sebentuk cincin emas murni

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, penulis jelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “tanda sudah dibawa sama”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban untuk membawa tanda. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikutini:

Terang cahaya, ulan purnama Sampan kolek mudik kehulu Sebelum cincin kami terima Kami periksa terlebih dahulu

103

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, penulis jelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “ sebelum cincin kami terima, kami periksa terlebih dahulu”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban memeriksa cincin. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikutini:

Buat wajik, pakai acuan Bila siap letak dipiring Encik-encik, tuan dan puan Kami serahkan,hantaran pengiring

Berdasarkan kutipan diatasdapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnyaberkaitandengan kewajiban. Hal ini dapatdilihatketika pihak laki-laki dalamacarameminang mengucapkan “kami serahkan, hantaran pengiring”, kutipan tersebut menjelaskan kewajiban pihak laki-laki menyerahkan hantaran kepada pihak perempuan. Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan kewajiban dalam acara meminang dapat dilihat pada pantun berikut ini:

Mari makan bersama-sama Piring dibasuh hingga lah bersih Hantaran pengiring kami terima Kami ucapkan terima kasih

104

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “hantaran pengiring kami terima”, kutipan tersebut menjelaskan kewajiban pihak perempuan menerima hantaran kepada pihak laki-laki. Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan kewajiban dalam acara meminang dapat dilihat pada pantun berikutini:

Bila siap letak dipiring Mari makan bersama-sama Kami serahkan hantaran pengiring Harap sudi tuan terima

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa nilai moral yang terkandung didalamnya berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “kami serahkan hantaran pengiring”, kutipan tersebut menjelaskan kewajiban laki-laki menyerahkan hantaran kepada pihak perempuan. Selanjutnya pantun yang berkaitan dengan nilai moral yang berkaitan kewajiban dalam acara meminang dapat dilihat pada pantun berikut ini:

Piring dibasuh hinggalah bersih Untuk menjemur siudang pepai Kami ucapkan terima kasih Kepada yang berhak tetap disampai

105

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dapat dikatakan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “Kepada yang berhak tetap disampai”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban menyerahkan kepada yang berhak. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat dalam acara meminang berikutini:

Tumbuh sebatang, pokok delima Tumbuhnya tegak di atas bumi Hantaran tuan, sudah terima Terimalah pula, balasan kami

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, penulis jelaskan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “terimalah pula, balasan kami”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban untuk membalaspemberian.Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikutini:

Makan sagu, sedap ditangkup Kuah gulai, didalam rantang Kami terima, sirih telungkup Kami serahkan, sirih telentang

106

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dapat dikatakan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “kami serahkan, sirih telentang”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban untuk menyerahkan sesuatu. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikutini:

Dari kecik diberi nama Sampailah besar hingga dewasa Sirih tuan kami terima Mari bersama kita merasa

Berdasarkan pantun adatperkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dapat dikatakan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak laki-laki dalam acara meminang mengucapkan “sirih tuan kami terima”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban untuk menerima pemberian. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dalam acara meminang berikut ini:

Jika bunga mulai bersemi Petik sekuntum, dibelai-belai Bila diterima, sirihnya kami Harap rasakan, agak sehelai

107

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dapat dikatakan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “bila diterima, sirihnya kami, harap rasakan, agak sehelai”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban mencicipi pemberian orang lain. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat dalam acara meminang berikutini:

Jika tuan, ke Tanjung Uma Kirimkan saya, siudang pepai Tepak sirih kami, sudah diterima Berikut diserah, sibunga rampai

Berdasarkan pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau, dapat dikatakan bahwa pantun tersebut memiliki nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal ini dapat dilihat ketika pihak perempuan dalam acara meminang mengucapkan “Berikut diserah, sibunga rampai”. Kutipan tersebut menjelaskan kewajiban untuk menyerahkan sesuatu. Selain itu pantun yang terkait dengan kewajiban terdapat dalam pantun adat perkawinan masyarakat Melayu Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau

108

BAB VI PENUTUP

Ajaran dan syariat agama Islam menjadi bagian yang paling utama termasuk pada upacara sakral helat perkawinan, sehingga disebut Adat Melayu bersendikan Syarak, Syarak bersendikan Kitabullah. Oleh karena itu rangkaian prosesi adat pernikahan khususnya prosesi pernikahan adat Melayu Karimun harus dapat dipahami dengan baik.

Adat perkawinan Melayu adalah sebuah institusi tradisi yang tidaklapuk di hujan dan lekang di panas. Adat ini mengandung berbagaisistem nilai yang diwariskan dari zaman ke zaman dan dari generasi kegenerasi. Adat ini kontinu dalam budaya Melayu karena ia fungsional.Artinya selagi masih dijumpai institusi perkawinan dalam konteksbudaya Melayu, pastilah adat Melayu ini yang digunakan oleh orang-orangMelayu. Adat ini juga pasti mengalami perubahan di sana-sini.

Adat perkawinan Melayu mengandung proses kreatif, baik yangdatangnya dari dalam kebudayaan Melayu sendiri, yakni proses inovasi,maupun pengelolaan peradaban dari luar kebudayaan Melayu yang kitasebut dengan akulturasi. Proses kreativitas ini menjadi sebuah identitastersendiri dalam kebudayaan Melayu. Kreativitas budaya dalam adatperkawinan Melayu ini menjadi suatu bidang telaah yang menarikdalam konteks budaya Melayu sebagai salah satu kebudayaan dunia,yang mengandung unsur peradaban dunia, tidak tersekat secara sempitdan lokal saja, tetapi telah memperhitungkan keberadaan budaya global.

109

Oleh karenanya dalam rangka melestarikan keberadaanya disadariperlunya dokumentasi baik visual, auditif, dan juga adalah dokumentertulis, terutama dalam bentuk buku ini.Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat Karimun yang akan menjalankan prosesi adat perkawinan. Selanjutnya, budaya Melayu yang ada hendaknya dipertahankan, karena masyarakat Melayu khususnya Karimun perlu punya identitas dan perlu ada sosialisasi dan regenerasi dari generasi muda.Beberapa prosesi adat perkawinan Melayu Karimun yang kemudian menjadi identitas prosesi adat perkawinan Melayu Karimun diantaranya pada prosesi tepuk tepung tawar dan tahap Berarak Menjelang Bersanding. Pada saat prosesi Tepuk Tepung Tawar ini beberapa kecamatan di Kabupaten Karimun diiringi dengan Salawat Nabi ataupun Syarakal Marhaban. Selanjutnya, ada 3 (tiga) tahap yang harus dilalui dalam prosesi Berarak Menjelang Bersanding yaitu Membuka Pintu di halaman rumah pengantin perempuan, membuka pintu di pintu masuk rumah pengantin perempuan dan membuka kipas.

110

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan dkk. 2006. Adat Istiadat Perkawinan Tradisional Kepulauan Riau. Lembaga Adat Kota Tanjungpinang

Dewi Susanti dan Mutia Rizky Oktaviani. 2017. Ritual Talam Dua Muka di Desa Teluk Setimbul. Kabupaten Karimun. Jurnal KOBA Volume 4, No 1 April 2017

Erni, dkk. 2014. Analisis Nilai Moral Pada Pantun Adat Perkawinan Masyarakat Melayu. Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Perspektif Pendidikan dan Keguruan Vol V, No 9 April 2014

Muhammad Ishak Thaib dkk. 2009. Tata Cara Adat Perkawinan Melayu di Daik Lingga. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga

Raja Suzana Fitri. Tt. Tata Rias Pengantin Tradisional Melayu (Arti Lambang dan Fungsinya).Makalah Sindu Galba dkk. 2001. Sejarah Daerah Kabupaten Karimun. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Karimun Dengan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang

111