BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengaturan Tentang Menteri Koordinator Dan Menteri Triumvirat
Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
1. Pengaturan Menteri Koordinator di Indonesia dalam UUD 1945
Sebelum Perubahan
Keberadaan Menteri koordinator sudah ada sejak zaman sebelum
perubahan UUD 1945, khususnya di zaman Kabinet Pembangunan
Presiden Soeharto. Jika dilihat dari sudut pandang UUD 1945, keberadaan
Menteri koordinator ini tidak jauh berbeda dengan saat ini, dasar
konstitusional pembentukan Menteri terdapat di Pasal 17 UUD 1945
sebelum perubahan: 1. Presiden dibantu oleh menteri-Menteri negara. 2.
Menteri-Menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 3. Menteri-
Menteri itu memimpin departemen pemerintah. Dasar ini secara teoritik,
memiliki kesamaan dengan UUD 1945 setelah perubahan, yakni Presiden
memiliki hak Prerogatif untuk membentuk kementrian.
Kesamaan juga terdapat dalam praktik, dimana setiap kabinet
Menteri selalu dikoordinasikan oleh Menteri koordinator, yang berbeda
hanya istilah dan cakupan dari Menteri koordinatornya. Jika melihat
kembali perjalanan sejarah kabinet pembangunan, mulai dari kabinet
pembangunan 1 – 4, menggunakan istilah yang berbeda-beda dalam
pembentukan Menteri koordinator:
53
54
Table 3.1 Menteri Koordinator di Era Presiden Soeharto Kabinet Kabinet Kabinet Kabinet Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan I II III IV 1. Menteri Tidak ada 1. Menteri 1. Menteri Koordinator Menteri Koordinator Negara Ekonomi, koordinator Bidang Politik Koordinator Keuangan, dalam kabinet dan Keamanan Bidang dan Industri. ini 2. Menteri Ekonomi, 2. Menteri Koordinator Keuangan, Koordinator Ekonomi dan dan Kesejahteraa Keuangan/Kep Pengawasan n Rakyat ala Pembanguna BAPPENAS n 3. Menteri 2. Menteri Koordinator Negara Kesejahteraan Koordinator Rakyat Bidang Industri dan Perdagangan 3. Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan Keamanan 4. Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraa n Rakyat Sumber: Keputusan Presiden RI Nomor 183 Tahun 1968 tertanggal 6 Juni 1968, Keputusan Presiden RI Nomor 9/1973, Keputusan Presiden RI Nomor 59/M Tahun 1978, Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1983.
Dalam masa orde baru ini, dasar hukum kementrian negara masih
diatur secara mutlak oleh otoritas Presiden , karen adalam orde baru tidak
ada UU Kementrian Negara. UU Kementrian Negara baru hadir pertama
55
kali di zaman reformasi, yakni di era Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
2. Pengaturan tentang Menteri Koordinator di Indonesia dalam UUD
1945 Setelah Perubahan
Menteri Koordinator adalah Menteri Negara pembantu Presiden
dengan tugas pokok mengkoordinasikan penyiapan dan penyusunan
kebijaksanaan serta pelaksanaannya di bidang tertentu dalam kegiatan
pemerintahan Negara. Menteri koordinator berada langsung dibawah
Presiden . Ia mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
Presiden . Kedudukan Menteri Koordinator di pemerintahan Indonesia
menumbulkan tanda tanya mengenai urgensi tentang pentingnya jabatan
Menteri kordinator dalam sistem pemerintahan. Mengingat tugas Menteri
Koordinator adalah mensingkronisasikan kebijakan kementerian-
kementerian yang dibidanginya agar tidak berbenturan satu sama yang lain.
Kedudukan Menteri Koordinator seolah-olah menjadi jabatan yang harus
selalu ada pada susunan kabinet dalam sistem pemerintahan Indonesia.1
Pemahaman mengenai Menteri merupakan bagian yang tidak
terpisahakn dari dari kewenangan mutlak (hak Prerogatif ) Presiden
sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan merupakan
pemahaman yang salah. Sebenarnya, pengaturan mengenai Menteri
Negara diatur tersendiri dalam Bab yang terpisah dari Bab III tentang
1 Tandi Arion, Indarja, Retno Saraswati. Kedudukan Menteri Koordinator Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 39 TAHUN 2008 Tentang Kementerian Negara. Diponegoro Law Journal Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016.
56
kekuasaan Pemerintahan Negara yang bekaitan dengan kekuasaan
Presiden , mengandung arti yang tersendiri pula. Dalam Pasal 17 ayat (3)
UUD 1945 sebelum perubahan menjelaskan bahwa ”Menteri- Menteri itu memimpin deartemen pemerintah” dan telah disempurnakan dengan rumusan baru, “setiap Menteri membidangi urusan tertentudalam pemerintahan”. Dalam perubahan ini mengandung makna bahwa Menteri-
Menteri tidak harus selalu memimpin organisasi departemen.
Selama ini, dalam prakteknya, juga ada jabatan Menteri Koordinator yang tidak memimpin departemen. Baik Menteri Negara maupun Menteri
Koordinator biasanya tidak memimpin departemen yang mempunyai jangkauan birokrasi sampai ke daerah-daerah, melainkan hanya memimpin suatu kantor kementerian di tingkat pusat saja. Mengingat bahwa tidak semua Menteri memimpin departemen itulah, maka ketentuan Pasal17 ayat
(3) UUD NRI Tahun 1945 disempurnakan dengan rumusan baru menjadi
“Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”.
Dengan rumusan baru ini, dihubungkan dengan ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), maka semua jenis jabatan Menteri, yaitu (i) Menteri
Koordinator, (ii) Menteri yang memimpin departemen, dan (iii) Menteri
Negara yang tidak memimpin departemen, semuanya merupakan Menteri
Negara sebagaimana dimaksud dalam Bab V Pasal 17 UUD NRI 1945.
Seperti yang telah dijabarkan diatas, Menteri korrdinator memang tidak secara gamblang disebutkan dalam UUD NRI Tahun 1945, namun
Pasal17 UUD NRI Tahun 1945 mencakup seluruh jabatan Menteri, baik
57
itu Menteri yang memimpin departemen, Menteri yang tidak memimpin
departemen serta Menteri Koordinator. Sehingga adalah salah bila
disebutkan jabatan Menteri Koordinator tidak memiliki dasar hukum yang
kuat karena tidak diatur dalam Konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD
NRI Tahun 1945.Karena kedudukan Menteri Koordinator merupakan
bagian dari Menteri-Menteri yang diangkat oleh Presiden sebagai
pimpinan tertinggi eksekutif dalam upaya melaksanakan urusan
pemerintahan.2
Indonesia adalah suatu negara dengan sistem pemerintahan Presiden
sial dimana kekuasaan sebagai kepala pemerintah ada ditangan Presiden
yang selanjutnya kekuasaan tersebut dipertanggungajwabkan kepada
rakyat. Tiga ketentuan di atas menjelaskan bahwa seorang Menteri adalah
seorang pembantu Presiden yang memimpin kementerian suatu Negara
yang berwenang untuk membidangi suatu urusan tertentu dalam
pemerintahan yang telah diatur oleh UUD NRI Tahun 1945. Sama seperti
dalam BAB V UUD NRI Tahun 1945 bahwa pengertian Menteri yang
dimaksud dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 39 tahun
2008 tentang kementerian Negara ialah Menteri secara keseluruhan, baik
Menteri yang nomenklaturnya disebutkan dalam UUD NRI Tahun 1945,
maupun yang tidak disebutkan, atau Menteri yang memimpin departemen
maupun yang tidak memimpin departemen serta Menteri Koordinator itu
sendiri. Karena dalam ketentuan umum Undang-Undang Kementerian
2 Jimly Asshiddiqie. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: Konstitusi Press, 2006. Hlm,99
58
Negara adalah Menteri yang memimpin kementerian yang mengurusi
urusan tertentu dalam pemerintahan.3
Menteri Koordinator adalah seorang pemimpin dari kementerian
koordinator yang secara hierarki merupakan lembaga negara tingkat
kedua. Yang dimana lembaga kementerian disebutkan secara eksplisit
dalam UUD NRI Tahun 1945 namun mengenai tugas dan kewenangannya
diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang- undangan baik dalam
Undang- Undang maupun Peraturan Presiden. Sehingga walaupun Menteri
Koordinator merupakan kepala eksekutif yang sebenarnya, tetapi Menteri
Koordinator tetap harus bertanggung jawab terhadap Presiden yang di
dalam UUD NRI Tahun 1945 merupakan pemegang kekuasaan
pemerintahan.4 Sebagai lembaga negara tingkat kedua, Menteri
Koordinator tidak harus selalu ada dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Karena kementerian koordinator yang dipimpin oleh Menteri Koordinator
bisa saja dihapuskan atau diganti bidang koordinatornya bila sistem
pemerintahan yang berlaku menganggap tidak memerlukan kementerian
tersebut.
Secara Khusus kementerian koordinator memiliki tugas yang
berbeda dari Menteri lainnya. Urusan Pemerintahan yang merupakan tugas
dari Menteri Koordinator adalah untuk kepentingan singkronisasi dan
koordinasi urusan Kementerian Negara. Dalam Pasal 14 UU Kementrian
Negara, menjelaskan bahwa untuk kepentingan sinkronisasi dan koordinasi
3 Op.cit. Tandi Arion, Indarja, Retno Saraswati 4 Op.cit. Tandi Arion, Indarja, Retno Saraswati
59
urusan kementerian, Presiden dapat membentuk kementerian koordinasi.
Melalui bunyi Pasal ini kementerian koordinator dijelaskan memiliki tugas dan fungsi untuk mengkoordinasikan kementerian- kementerian yang mengurusi urusan pemerintahan. namun, dalam Pasal48 Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang organisasi kementerian negara, yang merupakan amanat dari Pasal 11 Undang- Undang Kementerian negara untuk mengatur tugas dan fungsi kementerian, dijelaskan bahwa kementerian koorinator tidak hanya memiliki tugas untuk sinkronisasi dan kordinasi. Pasal48 Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 menjelaskan bahwa tugas kementerian kordinator ialah menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelnggaraan pemerintah dibidangnya. Kedudukan, fungsi dan tugas Menteri
Koordinator diatur dalam Bab IV Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara yang merupakan amanat dari
Undang- Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
Kementerian koordinator berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden . Kementerian Koordinator mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidangnya.
Menteri Koordinator dalam menjalankan tugasnya, kementerian koordinator dapat menyelenggarakan beberapa fungsi. Fungsi pertama adalah korrdinasi dan singkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan keijakan Kementerian atau Lembaga yang terkait dengan isu
60
di bidangnya. Kedua, fungsi yang berkaitan dengan tugas kementerian
koordinator dalam melakukan pengendalian urusan kementerian dalam
penyelenggaraan pemerintahan di bidangnya. Yaitu melakukan
pengendalian pelaksanaan kebijakan kementerian atau lembaga negara
yang terkait dengan isu di bidangnya. Dalam melaksanakan tugasnya,
Ketiga, fungsi yang diselenggarakan kementerian koordinator adalah
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan kementerian
koordinator. Keempat, kementerian koordinator mejalankan fungsi
pengelolaan barang milik negara atau kekayaan milik negara yang menjadi
tanggung jawabnya. Kelima, Menteri koordinatror melakukan fungsi
pengawasan atas pelaksanaan fungsi di bidangnya.
Tiga fungsi terakhir adalah fungsi yang dijalankan dalam lingkungan
kementeriannya sendiri. Maksudnya adalah Menteri Koordinator
melakukan pelaksanaan dari fungsi-fungsi yang sudah diamantakan oleh
peraturan perundang-undangan serta melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan fungsinya agar fungsi- fungsinya dapat dilakukan dengan
baik. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi yang dilakukan oleh
Menteri Koordinator yang memimpin kementerian koordinator dapat
dilakuan melalui bebagai cara. Antara lain:5
a. rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat koordinasi gabungan
antar Menteri Koordinator;
5 Op.cit. Tandi Arion, Indarja, Retno Saraswati
61
b. rapat-rapat kelompk kerja yang dibentuk oleh Menteri Koordinator
sesuai dengan kebutuhan;
c. forum koordinasi sesuai dnegan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
d. konsultasi langsung dengan para Menteri dan pimpinan lembaga
negara lain yang terkait.
Untuk melihat kedudukan Menteri koordinator secara utuh, perlu melihat
ketentuan yang mengatur tentang pengisian jabatan Menteri koordinator
sejak reformasi, yang dimulai dari periode Presiden Megawati. Seluruh
era, pengangkatan Menteri koordinator, melalui dasar hukum Keputusan
Presiden (Kepres).
1. Menteri Koordinator di era Presiden Megawati
Kondisi paska reformasi menunjukan adanya upaya melakukan
stabilitas pemerintahan lantara reformasi menimbulkan problem politik
yang mengganggu stabilitas. Presiden Megawati melalui Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 288/M Tahun 2001 Tentang
Pembentukan Kabinet Gotong Royong, membentuk kabinet sebagai
berikut, khususnya mengenai Menteri koordinator, adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Menteri Koordinator di era Presiden Megawati6 Kementrian Nama Latar Belakang
Menteri Koordinator 1. Susilo Bambang Militer
6 Diolah oleh penulis, dengan merujuk ke Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 288/M Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong,
62
Bidang Politik dan Yudhoyono (2001-2004) Keamanan 2. Hari Sabarno (Pengganti/PLT) (2004- selesai) Menteri Koordinator 1. Muhammad Jusuf Kalla Bidang Kesejahteraan (2001-2004) Pengusaha Rakyat 2. Abdul Malik Fadjar (2004-selesai) Menteri Koordinator Dorodjatun Kuntjoro Politisi Bidang Perekonomian
2. Menteri Koordinator di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono I
Pilpres di tahun 2014 adalah Pilpres pertama kali dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia, yang dipilih langsung oleh rakyat. Pilpres
ini dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla
sebagai wakilnya. Melalui Keputusan Presiden Nomor 187/M
TAHUN 2004 Tentang Pembentukan Dan Pengangkatan Menteri
Negara Kabinet Indonesia Bersatu, SBY membentuk kabinet menteri,
dengan komposisi Menteri koordinator sebagai berikut:
Tabel 3.3 Menteri Koordinator di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyo I7 Kementrian Nama Latar Belakang Menteri Koordinator Bidang Politik, Widodo Adi Sutjipto Militer Hukum, dan Keamanan 1. Aburizal Bakrie (2004- Menteri Koordinator 2005) Politisi Bidang Perekonomian 2. Boediono (2005-2008) 3. Sri Mulyani Indrawati (2008-2009)
7 Diolah oleh penulis, dengan merujuk ke Keputusan Presiden Nomor 187/M TAHUN 2004 Tentang Pembentukan Dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu
63
Menteri Koordinator 1. Alwi Shihab (2004-2005) Bidang Kesejahteraan 2. Aburizal Bakrie (2005- Sipil/Pengusaha Rakyat 2009)
3. Menteri Koordinator di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
II
Pilpres tahun 2009 kembali mempertemukan antara SBY dengan
lawannya di tahun 2004, yakni Megawati. Pilpres 2009 dimenangkan
oleh SBY. Melalui Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
Tentang Pembentuka Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Indonesia Bersatu jilid II,
komposisi Menteri koordinator adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Menteri Koordinator di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyo II8 Kementrian Nama Latar Belakang Menteri Koordinator Bidang Politik, Djoko Suyanto Politisi Hukum, dan Keamanan Menteri Koordinator 1. Hatta Rajasa (2009-2014) Politisi Bidang Perekonomian 2. Chairul Tanjung (2014 – selesai) Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Agung Laksono Politisi Rakyat
4. Menteri Koordinator di era Presiden Joko Widodo I
8 Diolah oleh penulis, dengan merujuk ke Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 Tentang Pembentuka Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Indonesia Bersatu jilid II
64
Pilpres memasuki babak baru. Pilpres 2014 adalah Pilpres
dengan wajah-wajah baru, lantara SBY sudah habis dan tidak lagi bisa
mencalonkan diri sebagai Presiden , karena perintah Konstitusi. Joko
Widodo memenangkan Pilpres, melalui Keputusan Presiden Nomor
121/P tahun 2014 Tentang Pembentukan Kementerian Dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja periode Tahun 2014-2019 ia
membentuk menteri, adapun Menteri koordinator adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Menteri Koordinator di era Presiden Joko Widodo I9 Kementrian Nama Latar Belakang
Menteri Koordinator 1. Tedjo Edhy Purdijatno (2014- Bidang Politik, 2015) Militer Hukum, dan 2. Luhut Binsar Panjaitan (2015- Keamanan 2016) 3. Wiranto (2016-2019) Menteri Koordinator 1. Sofyan Djalil (2014-2015) Birokrat Bidang Perekonomian 2. Darmin Nasution (2015-2019) Menteri Koordinator 1. Indroyono Soesilo (2014-2015) Bidang Kemaritiman 2. Rizal Ramli (2015-2016) Politisi dan Sumber Daya 3. Luhut Binsar Panjaitan (2016- 2019) Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Puan Maharani Politisi Manusia dan Kebudayaan
5. Menteri Koordinator di era Joko Widodo II
Pilpres di tahun 2019 kembali mempertemukan kompetisi lama.
Pilpres dimenangkan oleh Joko Widodo sebagai petahana. Pada
9 Diolah oleh penulis, dengan merujuk ke Keputusan Presiden Nomor 121/P tahun 2014 Tentang Pembentukan Kementerian Dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja periode Tahun 2014-2019
65
kabinet ini, dibentuk kementrian koordinator baru. Postur kabinet
ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
113/p tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara Dan
Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun
2019-2024. Adapun komposisi Menteri triumvirat adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6 Menteri Koordinator di era Presiden Joko Widodo II10 Kementrian Nama Latar Belakang Menteri Koordinator Bidang Politik, Akademis – Mantan Hakim Mohammad Mahfud MD Hukum, dan Konstitusi Keamanan Menteri Koordinator Airlangga Hartarto Politisi Bidang Perekonomian Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan Militer dan Investasi Menteri Koordinator Akademisi – Menteri Bidang Pembangunan Muhadjir Effendy Pendidikan di Era Presiden Manusia dan Joko Widodo I Kebudayaan
3. Pengaturan tentang Menteri Triumvirat di Indonesia11
a. Menteri Triumvirat di era Presiden Megawati
10 Diolah oleh penulis, dengan merujuk ke Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 113/p tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara Dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024. Diolah kembali oleh penulis. 11 Dikutip dari Dikutip dari Febriansyah Ramadhan dan Teguh Trisna Dewa, Lampau dan Datang : Menteri Triumvirat dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Makalah disampaikan dalam Konfrensi Hukum Tata Negara ke 6 (KNHTN-6) tahun 2020 di Jakarta. Diperbaharui dan diedit kembali oleh penulis.
66
Setelah pemakzuan Presiden Abdurahman Wahid, maka
Megawati Suekarno Putri menggantikan sebagai Presiden . Saat itu,
Hamza Haz diangkat menjadi Wakil Presiden . Presiden Megawati
membentuk Kabinet Gotong Royong, yang dilantik pada 10 Agustus
2001, dan berakhir pada 20 Oktober 2004, diatur dalam Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 288/M Tahun 2001 Tentang
Pembentukan Kabinet Gotong Royong
Pada saat menjabat, ketentuan normatif Menteri Triumvirat
sudah termaktub dalam UUD 1945. Adapun komposisi Menteri
triumvirat, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Menteri Triumvirat di era Presiden Megawati12 Kementrian Nama Latar Belakang Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno Militer-Legislatif. Nur Hassan Menteri Luar Negeri Diplomat. Non-partai. Wirajuda H Matori Abdul Politisi, DPR-RI, Partai Menteri Pertahanan Djalil Kebangkitan Bangsa
Terdapat beberapa hal yang dapat diperhatikan mengenai Menteri
Triumvirat di era Kabinet Gotong Royong. Pertama, secara institusi
dan masa jabatan, ketiga Menteri dalam kabinet ini, dikatakan stabil.
Tidak terdapat reshuffle sepanjang Jabatan Presiden Megawati
terhadap Menteri triumvirat. Menteri-Menteri tersebut, menjabat
sampai tuntas periode jabatan Presiden . Kedua, Dari sekian menteri,
12 Dioleh oleh penulis dengna merujuk kepada Lihat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 288/M Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong
67
Men-Lu merupakan satu-satunya menteri, yang tidak berasa dari latar
belakang partai politik, sedangkan Men-Han dan Men-Dagri,
keduanya memiliki latar belakang politik, meskipun Men-Dagri,
merupakan fraksi Abri di parlemen kala itu.
b. Menteri Triumvirat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono I
Presiden Susilo Bambang Yudhoyon, adalah Presiden pertama
Indonesia yang dipilih langsung oleh rakyat, melalui Pemilu. Ia
didampingi oleh Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden . Pemilihan
Presiden ini, persasingan sengit, hingga dilanjutkan pada putaran
kedua, sebagaimana yang diamanatkan konstitusi. Dalam penelitian
Hanta Yuda, Presiden SBY merupakan pemenang, dari Partai
Demokrat, yang merupakan partai minoritas di Parlemen, sehingga di
fase awal kepemimpinannya, tensi politik antar dua kekuasaan
tersebut, cenderung memanas. Presiden SBY diusung oleh koalisi
Partai Politik, yakni Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa,
Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Bulan
Bintang, Dan Partai Keadilan Dan Persatuan.13
Presiden SBY membentuk Kabinet Indonesai Bersatu melalui
Keputusan Presiden Nomor 187/M TAHUN 2004 Tentang
Pembentukan Dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia
Bersatu, dan dilantik pada 21 Oktober 2004, dan berakhir pada 20
13 Widya Setiabudi Sumadinata, Dinamika Koalisi Partai-Partai Politik Di Indonesia Menjelang Dan Setelah Pemilihan Presiden Tahun 2014. jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/download/11060/pdf. h.187 Diakses pada 30 July 2019.,
68
Oktober 2009. Adapun komposisi Menteri Triumvirat dalam Kabinet
Indonesai Bersatu, adalah sebagai berikut:14
Tabel 3.8 Menteri Triumvirat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono15 Kementrian Nama Latar Belakang Mohammad Ma'ruf (2004-2007) Menteri Dalam Negeri Widodo Adi Sutjipto (pelaksana Militer tugas 2007-2009) Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda Diplomat. Non-partai. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono Akademisi
Terdapat beberapa hal yang dapat diperhatikan mengenai Menteri
Triumvirat di era Kabinet Indonesia Bersatu I. Pertama, latar
belakang militer masih mendominasi Men-Dagri, tidak jauh berbeda
dengan era Presiden Megawati. Dalam era Presiden SBY I, Men-
Dagri, adalah Menteri Triumvirat, yang paling banyak melakukan
reshuffle dibandingkan Menteri triumvirat lainnya. dan reshuffle
tersebut selalu tergantikan dengan menteri, yang memiliki latar
belakang militer pula. Kedua, Men-Lu, adalah Menteri yang stabil,
dalam arti jabatan ini diisi oleh wajah lama, Nur Hassan Wirajuda,
yang di era Presiden Megawati juga menjabat sebagai Men-Lu. Dalam
keadaan demikian, maka prinsip keberlanjutan dalam instansi terkait,
cenderung tertanam dengan baik. Ketiga, Men-Han, jabatan ini juga
14 Lihat Keputusan Presiden Nomor 187/M TAHUN 2004 Tentang Pembentukan Dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu 15 Dioleh oleh penulis dengna merujuk kepada Keputusan Presiden Nomor 187/M TAHUN 2004 Tentang Pembentukan Dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu
69
diisi oleh wajah lama, yakni Juwono Sudarsono, yang pernah
menjabat Menteri pertahanan di era Presiden Abdurahman Wahid.
Keempat, tidak ada satupun dari Menteri Triumvirat yang merupakan
politisi partai politik.
c. Menteri Triumvirat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
II
Setelah merampungkan periode pertama, Presiden SBY
mencalonkan kembali ke dalam Pemilihan Presiden di tahun 2009,
dengan komposisi baru, ia menggaet Budiono menjadi Wakil
Presiden. Pada Pemilihan Presiden , ia diusulkan oleh koalisi partai
yakni, Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB.16 Kompetisi
semakin sengit, karena ia berhadapan dengan Megawati, yang pada
Pemilihan Presiden tahun 2004 ia kalahkan, dan Jusuf Kalla yang
sebelumnya menjadi Wakil-nya di Periode pertama.
Meskipun sengit, Pemilihan Presiden tersebut dirampungkan
hanya dengan satu putaran. Presiden SBY sebagai petahana, telah
memenuhi ambang batas yang ditetapkan oleh konstitusi.17 Kabinet
yang dibentuk oleh Presiden SBY, diberi nama Kabinet Indonesia
Bersatu II melalui Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
Tentang Pembentuka Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Indonesia Bersatu jilid II.
16 Widya Setiabudi Sumadinata. Ibid. 17 Lihat dalam Pasal6A ayat (3) UUD 1945: Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara disetiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden
70
Adapun komposisi Menteri Triumvirat dalam Kabinet Indonesia
Bersatu, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9 Menteri Triumvirat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyon II18 Kementrian Nama Latar Belakang Politisi- Mantan Gubernur Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi Sumatra Barat (diusung oleh PDI-P) Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa Diplomat- birokrat, Non-partai. Akademisi, Non-Partai, Pernah Purnomo menjabat menjadi Menteri Menteri Pertahanan Yusgiantoro Energi dan Sumber daya Mineral 2000-2009.
Terdapat beberapa hal yang dapat diperhatikan mengenai Menteri
Triumvirat di era Kabinet Indonesia Bersatu II. Pertama, berbeda
dengan Menteri Triumvirat sebelumnya, seluruh Menteri Triumvirat
pada era ini, tidak ada yang memiliki latar belakang dari militer.
Kedua, dalam periode kedua kabinet ini, meski terjadi beberapa
reshuffle, Menteri triumvirat tetap dalama keadaan stabil, yakni tidak
mengalami reshuffle terhadap menteri-nya. Ketiga, tidak ada unsur
partai politik dalam Menteri Teriumvirat, meskipun Gamawan Fauzi,
pernah diusulkan oleh PDI-P (Partai lawan dari Presiden SBY dalam
Pemilihan Presiden 2009) menjadi Gubernur Sumatra Barat.
d. Menteri Triumvirat di era Presiden Joko Widodo I
18 Dioleh oleh penulis dengna merujuk kepada Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 Tentang Pembentuka Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Indonesia Bersatu jilid II
71
Pemilihan Presiden 2014, diikuti oleh para calon-calon baru
dalam bursa Pemilihan Presiden . Hanya terdapat dua calon, yakni
Joko Widodo berhadapan dengan Prabowo Subianto (yang di tahun
2009 menjadi Calon Wakil Presiden Megawati Suekarno Putri). Sama
seperti sebelumnya, Pemilihan Presiden di tahun 2014 hanya sampai
pada putaran pertama, dan memenangkan Presiden Joko Widodo. Ia
diusulkan oleh koalisi partai politik, yakni PDI-P, PKB , Partai
Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Keadilan Dan Persatuan (PKPI).19
Selanjutnya, ia membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet
Kerja. Adapun komposisi Menteri Triumvirat dalam Kabinet
Indonesai Bersatu melalui Keputusan Presiden Nomor 121/P tahun
2014 Tentang Pembentukan Kementerian Dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja periode Tahun 2014-2019, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10 Menteri Triumvirat di era Presiden Joko Widodo I.20 Kementrian Nama Latar Belakang Menteri Dalam Politisi P-DIP (Partai Tjahjo Kumolo Negeri Koalisi), Anggota DPR-RI. Menteri Luar Retno Lestari Priansari Marsudi Diplomat. Non-partai. Negeri Menteri Ryamizard Ryacudu Militer Pertahanan
19 Widya Setiabudi Sumadinata. Ibid. 20 Dioleh oleh penulis dengna merujuk kepada Keputusan Presiden Nomor 121/P tahun 2014 Tentang Pembentukan Kementerian Dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja periode Tahun 2014-2019
72
Terdapat beberapa hal yang dapat diperhatikan mengenai Menteri
Triumvirat di era Kabinet Indonesia Bersatu II. Pertama, Men-Lu
yang diisi oleh Retno Lestar Priansari Marsudi, merupakan satu-
satunya perempuan yang menjadi Menteri Triumvirat sepanjang era
reformasi. Kedua, dalam periode kabinet ini, meski terjadi beberapa
reshuffle, Menteri triumvirat tetap dalama keadaan stabil, yakni tidak
mengalami reshuffle terhadap menteri-nya. Ketiga, Menteri Dalam
Negeri diisi oleh Tjahjo Kumolo, yang memiliki latar belakang politisi
PDI-P, selebihnya bukan dari koalisi partai. e. Menteri Triumvirat di era Presiden Joko Widodo II
Pemilihan Presiden 2019 mengulang kembali kompetisi Pilpres
di tahun 2014, yang mempertemukan kembali Joko Widodo sebagai
petahan, melawan Prabowo Subianto. Akan tetapi komposisi wakil
Presiden memiliki perbedaan, Joko Widodo berpasangan dengan
Ma‟ruf Amin, dan Prabowo Subianto dengan Sandiaga Uno yang
sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Pilpres kembali dimenangkan oleh Joko Widodo, dan
melanjutkan menjadi Presiden dan menjalankan tugas sebagai kepala
pemerintahan. Susunan kabinet diumumkan oleh Presiden Jokowi
pada 23 Oktober 2019 dan resmi dilantik pada hari yang sama.
Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin membacakan susunan
kabinetnya di pelataran tangga Istana Negara. Postur kabinet
ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
73
113/p tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara Dan
Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun
2019-2024. Adapun komposisi Menteri triumvirat adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.11 Menteri Triumvirat di era Presiden Joko Widodo I21 Kementrian Nama Latar Belakang Menteri Dalam Tito Karnavian Polisi – RI Negeri Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Diplomat. Non-partai. Marsudi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Militer
Hal menarik dari komposisi ini adalah, Menlu diisi kembali oleh
petahan, dimana Retno adalah Menlu di periode sebelumnya.
Sedangkan di Men-Han, kembali diisi oleh latar belakang militer, dan
seorang lawan Pilpres dari Presiden Joko Widodo.
Baik Menteri teriumvirat, atau Menteri koordinator, keduanya
diangkat berdasarkan pada Kepres. Berikut analisa tentang Kepres
pengangkatan menggunakan Kepres. Keputusan harus dibedakan
dengan pengaturan. Menurut Jimly Asshiddiqie,22 negara sebagai
organisasi kekuasaan umum dapat membuat tiga macam keputusan
yang mengikat secara hukum bagi subjek-subjek hukum yang terkait
21 Dioleh oleh penulis dengna merujuk kepada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 113/p tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara Dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024 22 Jimly Asshidiqie, Perihal Undang-undang, Jakarta: Rajawali Press, 2010. Hlm, 10
74
dengan keputusan-keputusan itu: Yaitu keputusan-keputusan yang
bersifat umum dan abstrak (general and abstract), biasanya bersifat
mengatur (regeling), sedangkan yang bersifat individual dan konkret
dapat merupakan keputusan yang bersifat atau berisi penetapan
administratif (beschikking), ataupun keputusan yang berupa „vonnis‟
hakim yang lazimnya disebut dengan istilah putusan.
Oleh karena itu menurut Jimly, ada tiga bentuk kegiatan
pengambilan keputusan yang dapat dibedakan dengan penggunaan
istilah “peraturan”, “keputusan/ketetapan” dan “tetapan”, menurut
Jimly istilah-istilah tersebut sebaiknya hanya digunakan untuk:23
1) Istilah “peraturan” digunakan untuk menyebut hasil kegiatan
pengaturan yang menghasilkan peraturan (regels).
2) Istilah “keputusan” atau “ketetapan” digunakan untuk menyebut
hasil kegiatan penetapan atau pengambilan keputusan
administratif (beschikkings).
3) Istilah “tetapan” digunakan untuk menyebut penghakiman atau
pengadilan yang menghasilkan putusan (vonnis).
Namun, sebagaimana dijelaskan Jimly, memang penggunaan istilah-
istilah tersebut dalam praktik tidak terjadi suatu keseragaman,
misalnya dalam menyebut “tetapan” menggunakan istilah “keputusan
hakim”.
23 Ibid, hlm. 11
75
Dari penjelasan Jimly di atas, maka dapat dipahami pengertian
istilah “keputusan” dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam
pengertian istilah “keputusan” yang luas, di dalamnya terkandung
juga pengertian “peraturan/regels”, “keputusan/beschikkings” dan
“tetapan/vonnis”. Sedangkan, dalam istilah “keputusan” dalam arti
yang sempit, berarti adalah suatu hasil kegiatan penetapan atau
pengambilan keputusan administratif (beschikkings).24 Artinya, suatu
keputusan (beschikking) selalu bersifat individual, kongkret dan
berlaku sekali selesai (enmahlig). Sedangkan, suatu peraturan
(regels) selalu bersifat umum, abstrak dan berlaku secara terus
menerus (dauerhaftig). Untuk menertibkan peraturan perundang-
undangan, Kepres diatur dalam Pasal100 UU Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, yang berbunyi:
Semua Keputusan Presiden , Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal97 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.”
Berdasarkan hal tersebut, Kepres tidak bisa dimaknai sebagai
peraturan, tetapi ketetapan, keran objeknya jelas yaitu menteri, dan
masa waktunya terbatas, yakni hanya sampai masa jabatan. Adapun
upaya hukum yang bisa dilakukan jika penetapan
bermasalah/melanggar hukum, yakni upaya administrasi yang
24 Ibid.hlm, 11.
76
menggunakan jalur non pengadilan, kemudian adalah pengadilan tata
usaha negara
Indonesia yang menggunakan sistem Presidensil, tentu
dibutuhkan relasi yang baik antar pemerintahan suatu negara,
termasuk relasi antara Presiden dengan para pembantunya. Secara
umum, relasi tersebut bisa terbentuk antara Presiden dan Menteri
negara maupun antar Menteri negara dalam hal koordinasi dan
sinkronisasi.25 Melengkapi sistem Presiden sial, UUD 1945 memberi
hak prerogatif kepada Presiden untuk mengangkat menteri-Menteri
yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.26 Sistem
Presiden sial seperti dikemukakan Jimly Asshiddiqie hendaklah
didasarkan atas pemikiran bahwa Presiden berhak untuk mengangkat
dan memberhentikan Menteri negara untuk mendukung efektifitas
kinerja pemerintahannya guna melayani sebanyak-banyaknya
kepentingan rakyat.27
Dalam rangka membantu kinerja Presiden dalam pemerintahan
Presidensil, maka konstitusi membuka ruang untuk menteri, yang
ditempatkan untuk membantu bidang-bidang pekerjaan Pemerintah.
Menurut Hendarmin Ranadireksa, kedudukan Menteri Negara dalam
sistem Presiden sial adalah pembantu Presiden . Artinya Menteri
kabinet merupakan „perpanjangan tangan‟ Presiden melaksanakan
25 Istigfaro Anjaz Azizi, Suyudi Khomarudin, Umar Mubdi, Albert Sudirman. Relasi Pembantu Presiden dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK. Jurnal Penelitian Hukum, Volume 03, Nomor 1, Maret 2016, h. 4. 26 Pasal17 UUD Tahun 1945 27Jimly Asshiddiqie, op.cit
77
sepenuhnya kebijakan yang telah digariskan oleh Presiden . Menteri
Negara bertanggung jawab kepada Presiden . Sifat kabinet dalam
sistem Presiden sial adalah kabinet profesional atau kabinet ahli
(Belanda: zaken kabinet), idealnya jabatan Menteri tidak didasarkan
atas latar belakang politik atau latar belakang kepartaian sebagaimana
halnya dalam sistem parlementer melainkan didasarkan pada penilaian
atas visi, pengetahuan, dan kemampuan seseorang untuk mengelola
departemennya. Keberhasilan ataupun kegagalan pemerintahan
sepenuhnya terletak pada diri Presiden .28 Atas hal tersebut, tentu
kedudukan Menteri dalam keadaan stabil, adalah sebagai
perpanjangan tangan Presiden dalam menjalankan aktivitasnya,
Presiden membentuk Menteri koordinator, dalam rangka menjalankan
fungsi koordinasi antar lini kementrian.
Menteri Koordinator adalah Menteri Negara pembantu Presiden
dengan tugas pokok mengkoordinasikan penyiapan dan penyusunan
kebijaksanaan serta pelaksanaannya di bidang tertentu dalam kegiatan
pemerintahan Negara. Menteri koordinator berada langsung dibawah
Presiden. Ia mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
Presiden. Kedudukan Menteri Koordinator di pemerintahan Indonesia
menumbulkan tanda tanya mengenai urgensi tentang pentingnya
jabatan Menteri kordinator dalam sistem pemerintahan. Mengingat
tugas Menteri Koordinator adalah mensingkronisasikan kebijakan
28Hendarmin Ranadireksa. (2015). Arsitektur Konstitusi Demokratik. Bandung: FOKUSMEDIA. h.155.
78
kementerian-kementerian yang dibidanginya agar tidak berbenturan satu sama yang lain. Kedudukan Menteri Koordinator seolah-olah menjadi jabatan yang harus selalu ada pada susunan kabinet dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Berdasarkan bahasan diatas terlihat dari setiap periode Presiden,
Menteri koordinator selalu ada. Analisis terhadap pengaturan Menteri koordinator dan Menteri triumvirat adalah sebagai berikut: Pertama, tidak ada kepastian atau standar baku mengenai terminologi dan ruang lingkup tugas dan fungsi menko. Sejak zaman Presiden Megawati hingga Joko Widodo, komposisi menko sering berubah-ubah, seperti jika dulu ada menko kesejahteraan rakyat, yang di periode selanjutnya tidak ada. Dan di periode Joko Widodo, dibentuk menko baru yakni bidang keperempuanan, investasi dan pembangunan manusia yang sebelumnya belum ada. Tidak ada standar baku mengenai pengisian menko, cakupan, tugas, dan fungsi, antara satu periode dengan periode lainnya. Artinya, selalu berubah-ubah sesuai selera rezim Presiden yang terpilih.
Kedua, Pada status quo terdapat beberapa kelemahan, yakni akan berpotensi terjadi konflik kepentingan, koordinator ganda, bahkan potensi bertentangan dengan konstitusi pada masa transisi. Hal tersebut dikarenakan, saat ini terdapat Menteri Koordinator Bidang
Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam), yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 Tentang
79
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, Dan Keamanan.
Dalam Pasal 2 Perpres a quo, Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian
dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum, dan
keamanan. Adapun keberadaan Menteri Triumvirat, berada di bawah
koordinator dari Menkopolhukam, sebagaimana yang dicantumkan
dalam Pasal 4 Perpres a quo. Jika ditafsirkan menurut Konstitusi,
dalam masa transisi, ketika Presiden dan Wakil Presiden digantikan
sementara oleh Triumvirat. Tetapi di sisi lain, kedudukan Menteri
Triumvirat berada dibawah Koordinator Menkopolhukam, sesuai
dengan Perpres. Inilah skema hukum dan kelembagaan yang
berhaluan dari spirit konstitusi. Ketentuan di era Presiden Joko
Widodo I tersebut, tidak berbeda dengan periode ke II. Melalui
Perpres 67 tahun 2019 tentang Penataan Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara Kabinet Indonesia Maju Periode tahun 2019-
2024, Menteri triumvirat tetap di bawah Menteri Koordinator.29
Berdasarkan penjabaran tersebut, terjadi pertentangan
hukum/disharmoni hukum, dimana satu sisi UUD 1945 mengatur
Menteri triumvirat sebagai kedudukan tertinggi dalam masa transisi
pergantian Presiden dan Wakil Presiden secara bersamaan, tetapi di
sisi lain, Peraturan perundang-undangan setingkat undang-undang dan
29Lihat Pasal 6, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) angka 1 mengoordinasikan:Kementerian Dalam Negeri;Kementerian Luar Negeri;Kementerian Pertahanan;
80
Perpres, menegaskan bahwa Menteri koordinator melakukan
koordinasi terhadap Menteri triumvirat.
Hal ini juga disebutkan oleh Jimly Asshiddiqie, ia mengatakan
penyebutan ketiga Menteri triumvirat tersebut secara tersendiri
penting, karena secara normatif ketiganya, baik secara sendiri-sendiri
ataupun bersama-sama merupakan subyek hukum konstitusional yang
mendapatkan kekuasaan langsung dari UUD 1945, yaitu sebagai
pelaksana tugas ke- presidenan apabila kondisi yang dipersyaratkan
terpenuhi. Apabila keadaan kekosongan dalam jabatan presiden dan
wakil presiden secara bersamaan sungguh-sungguh terjadi, maka
dapat saja timbul berbagai persoalan hukum yang terkait dengan
ketiga jabatan Menteri luar negeri, Menteri dalam negeri, dan Menteri
pertahanan tersebut. Persoalan dapat terjadi, baik di antara sesama
Menteri triumvirat ataupun antara mereka bertiga sebagai satu
kesatuan dengan subjek kelembagaan negara yang lain. Bahkan secara
teoritis di atas kertas, dapat saja timbul perselisihan antara mereka
bertiga, misalnya, dengan Menteri koordinator bidang politik dan
keamanan yang dalam keadaan biasa merupakan pejabat yang lebih
senior dalam memegang fungsi koordinasi atas ketiga Menteri
triumvirat tersebut.30
Ketiga, mengenai Menteri triumviat. Terhadap dinamika
pengisian Menteri Triumvirat, dapat ditelaah beberapa hal, khususnya
30 Jimly Asshiddiqie. Op.cit.
81
mengenai latar belakang, stabilitas dalam reshuffle, hubungan dengan koalisi partai politik. Mengenai latar belakang:
1) Men-Dagri. Di era Presiden Megawati, diisi oleh Menteri dengan
latar belakang militer, Presiden SBY I disii oleh militer. Baru pada
era Presiden SBY jilid II, dan Presiden Joko Widodo, diisi oleh
latar belakang politisi.
2) Men-Lu, adalah satu-satunya Menteri Triumvirat, yang konsisten
memiliki latar belakang yang sama. Sejak Era Presiden Megawati
hingga Presiden Joko Widodo, Kementrian ini disii oleh Menteri
yang memiliki latar belakang seorang diplomat, dan non-partai
politik.
3) Men-Han. Di era Presiden Megawati, diisi oleh Politisi PKB. Pada
era Presiden SBY I dan II diisi oleh Menteri yang memiliki latar
belakang akademisi, non-partai. Presiden Joko Widodo, diisi oleh
latar belakang militer.
Dari masing-masing Menteri triumvirat, memiliki latar belakang yang beragam. Namun yang memiliki latar belakang yang seragam, hanyalah Men-Lu, yang diisi oleh Diplomat, non-partai. Selanjutnya, mengenai reshuffle:
1) Men-Dagri. Dari sekian era Presiden , hanya pada era Presiden
SBY I, dimana terjadi reshuffle terhadap Men-Dagri. Selebihnya,
setiap Men-Dagri, dalam keadaan stabil, dalam arti ketika adanya
reshuffle kabinet oleh Presiden .
82
2) Men-Lu. Sepanjang era reformasi, tidak pernah ada reshuffle
terhadap Men-Lu. Kedudukan Menteri stabil, dalam arti tidak
pernah terkena reshuffle dalam berbagai era reformasi.
3) Men-Han. Sama seperti Men-Lu. Sepanjang era reformasi, tidak
pernah ada reshuffle terhadap Men-Han. Kedudukan Menteri
stabil, dalam arti tidak pernah terkena reshuffle dalam berbagai era
reformasi.
Dalam praktik paska reformasi memang belum terjadi adanya
pergantian Presiden dan Wakil Presiden secara bersamaan. Namun
pada tahun 2008 dibentuk UU Kementrian Negara, materi muatan
dalam UU tersebut, rupanya juga tidak menyelesaikan masalah
pertentangan dan kepastian kedudukan Menteri triumvirat dan menko.
Pengisian terhadapnya diserahkan kepada hak Prerogatif Presiden .
Jika terjadi pergantian Presiden dan Wakil Presiden secara bersamaan,
maka potensi adanya dualisme kepemimpinan antara menko dan
Menteri triumvirat tidak bisa dihindarkan.
B. Penataan Ulang Pengaturan Tentang Menteri Koordinator dan Menteri
Triumvirat Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Di Masa Mendatang
1. Urgensi Penataan Ulang Pengaturan Menteri Koordinator dan
Menteri Triumvirat di Masa Mendatang
Setiap permasalahan norma harus diselesaikan dengan penataan-
penataan ulang atau revisi. Sebelum masuk ke dalam penataan ulang, tahap
awal yang harus dilakukan adalah melakukan kajian-kajian di bidang
83
politik hukum. Bagir Manan menjelaskan, bahwa politik hukum tidak lain
adalah kebijaksanaan yang akan dan sedang ditempuh mengenai penentuan
isi hukum, pembentukan hukum, penegakan hukum, beserta segala urusan
yang akan menopang pembentukan dan penegakan hukum tersebut.31
Secara internal, menurut Bagir Manan, ada tiga lingkup utama politik
hukum,yaitu :
a. Politik pembentukan hukum;
b. Politik mengenai isi (asas dan kaidah) hukum; dan
c. Politik penegakan hukum.
Politik pembentukan hukum adalah kebijaksanaan yang bersangkutan
dengan penciptaan, pembaruan dan pengembangan hukum. Politik
pembentukan hukum seperti itu mencakup:
a. Kebijaksanaan (pembentukan) perundang-undangan;
b. Kebijaksanaan (pembentukan) hukum yurisprudensi atau putusan
hakim dan
c. Kebijaksanaan terhadap peraturan tidak tertulis lainnya.
Politik mengenai isi hukum adalah kebijaksanaan agar asas dan kaidah
hukum :
a. Memenuhi unsur filosofis, yuridis dan sosiologis;
b. Mencerminkan kebijaksanaan di bidang ekonomi, sosial,
budaya,politik dan pertahanan-keamanan;
31 Bagir Manan, Politik Perundang-Undangan Dalam Rangka Mengantisipasi Liberalisasi Ekonomi, Makalah Seminar Nasional tentang Perseroan Terbatas, Bandar Lampung, 1996. Hlm, 22
84
c. Mencerminkan tujuan dan fungsi hukum tertentu yang hendak
dicapai;
d. Mencerminkan kehendak mencapai cita-cita berbangsa dan bernegara
di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.
Satjipto Rahardjo mejelaskan, bahwa hukum harus senantiasa
melakukan penyesuaian terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakatnya. Dengan demikian, hukum mempunyai dinamika. Politik
hukum merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
dinamika yang demikian itu, karena ia diarahkan pada ius
constitutum/hukum yang seharusnya berlaku.32 M. Solly Lubis
menjelaskan pendekatan yang digunakan untuk menghadapi masalah-
masalah dalam hukum, salah satunya yakni pendekatan sistem.33
Pendekatan sistem yakni pembinaan/pembangunan hukum nasional harus
dilihat secara holisitk, yang kontekstual dan konseptual bertalian erat
dengan dimensi-dimensi geo-politik, eko-politik, demo-politik, sosio-
politik dan krato-politik. Artinya politik hukum dalam menghadap
berbagai permsalahan tidak berdiri lepas, melainkan bertalian erat dengan
dimensi lainnya. Pandangan yang mengatakan bahwa dimensi hukum itu
berdiri sendiri, dan lepas dari dimensi lainnya, adalah pandangan yang
sangat sempit dan menganggap hukum begitu ekslusif. Pandangan ini
32 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Kedelapan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, Hlm, 397. 33 M. Solly Lubis, Politik dan Hukum di Era Reformasi, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2000, Hlm, 23.
85
akhirnya menjadikan hukum tidak memiliki daya guna, dan daya manfaat
tinggi. 34
Resiprokalitas politik dan hukum telah dibahas oleh beberapa ahli.
Semisal oleh Philip Nonet dan Philip Selznick yang melihat adanya
implikasi pada keterlibatan aktor-aktor negara dalam merumuskan
hukum, termasuk kemudian hasil yang di dapatkan apakah merupakan
produk hukum otonom, responsif dan fakultatif, atau sebaliknya, malah
menjadi produk hukum yang menindas, imperatif, dan ortodoks. Tidak
berbeda jauh dengan pandangan tersebut, pemikiran David Trubbeck
yang hadir sebelumnya, menyebutkan bahwa tindakan tersebut
(keterlibatan aktor negara) disebut sebagai purposive human action, yang
menenkan kan pembuatan dan penegakan hukum adalah instrumentasi
dari putusan dan keinginan politik. 35
Dalam Politik pembentukan hukum, urgensi dari penataan ulang
Menteri triumvirat dan Menteri koordinator adalah: pertama, memurnikan
sistem Presiden sil, dimana kepala pamerintahan dan kepala negara
bergabung jadi satu. Urgensi penataan ulang dalam konteks sistem
Presidensiladalah dalam rangka menjaga stabilitas pemerintahan dalam
kondisi dan keadaan apapun. Karena, identitas dan keistimewaan dari
34 Pada konteks ini, politik hukum dimaknai sebagai strategi yang dirumuskan untuk menyelesaikan suatu permasalahan/tantangan yang dihadapi, dan strategi itu kemudian dituangkan dalam Peraturan Perundang-Undangan. 35 Zainal Arifin Mochtar, Lembaga Negara Independen – Dinamika Perkembangan dan Urgensi Penataannya Kembali Pasca Perubahan Konstitusi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm, 61.
86
sistem Presidensiladalah stabilitas pemerintahan yang tidak mudah
terkooptasi dengan keadaan atau gangguan politik apapun.
Kedua, menghindari terjadinya dualisme kepemimpinan di masa
transisi pergantian. Tentunya dualisme akan berdampak pada tumpang
tindih kepemimpinan yang tentunya dalam praktik pemerintahan, akan
membingungkan. Roda pemerintahan berpotensi berhenti, atau tidak
berjalan teratur. Hal tersebut dibutuhkan, lantaran kembali pada analisis
tentang sistem Presiden sil, dimana sistem ini mendorong adanya
kelanjutan dan kestabilan dalam sistem pemerintahan dalam keadaan
apapun.
Konsekuensi sistem pemerintahan Presidensiil adalah, bahwa
Presiden memiliki kekuasaan memilih dan memberhentikan menteri-
menteri, dan menteri-Menteri bertanggung jawab kepada Presiden .
Kekuasaan ini menjadi salah satu parameter dari sistem pemerintahan
Presiden siil sebagaimana dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie dalam
bukunya Pokok-pokok Hukum tata Negara Pasca Reformasidan Douglas
V. Verney dalam “Parliamentery Government and Presiden tial
Government dengan dengan istilah “the Presiden t appoints head of
departmens who are his subordinate.36 Sistem pemerintahan Presiden siil
sendiri tidak lepas dari kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari sistem
Presidensial adalah37 :
36Lihat dalam Sali Isra, Sistem Pemerintahan Indonesia, Pergulatan Ketatanegaraan Menuju Sistem Pemerintahan Presiden siil, Depok, Rajawali Pers, 2019. Hlm, 34 37https://duniapendidikan.co.id/pengertian-kabinet-pemerintah-dan-parlementer/ diakses pada tanggal 15 April 2020.
87
a. Cabang eksekutif adalah posisi yang lebih stabil dikarenakan oleh
eksekutif yang tidak tergantung kepada parlemen.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan adanya jangka waktu
tertentu. Seperti misalnya seperti, Presiden Amerika serikat 4 tahun,
Presiden Indonesia 5 tahun, sedangkan Presiden Filipina ialah 6 tahun.
c. Penyusunan program kerja kabinet mudah untuk disesuaikan dengan
jangka waktu masa jabatannya.
d. Legislatif bukan tempat regenerasi untuk posisi eksekutif disebabkan
legislatif bisa diisi oleh orang luar, termasuk juga anggota parlemen.
Artinya, Menteri triumvirat yang mengambil alih jabatan Presiden dan
Wakil Presiden yang berhenti secara bersamaan, karena Menteri berada
langsung dibawah Presiden , dan ketika Presiden berhenti, maka terjadi
gerakan secara hirarki dari bawah ke atas, dimana Menteri triumvirat
menggantikan, dan tidak ada ketergantungan dengan parlemen
sebagaimana sistem parlementer. Lebih dari itu, adalah dalam rangka
menjaga sistem pemerintahan tetap berjalan dengan stabil.
2. Desain Penataan Ulang Pengaturan Menteri Koordinator dan
Menteri Triumvirat di Masa Mendatang
Penulis melakukan beberapa penelusuran dalam beberapa konstitusi
dunia untuk melihat mengenai pengganti Presiden dalam masa transisi, dan
unsur pengganti, yakni Republik Islam Afganistan, United States of
America, Republic of the Philippines, Republic of Zimbabwe, dan The
88
Bolivarian Republic of Venezuela. Negara-negara-negara tersebut
menggunakan bentuk sistem Presiden sil.38
Tabel 3.1239 Tabel Perbandingan dengan Beberapa Negara Pengganti Negara Bentuk Negara Unsur Pengganti Berhalangan Bersama
Republik Islam Afganistan Unitary State Menteri Luar Negeri Politik/Profesional
United States of America Federal State Ketua DPR Politik
Republic of the Philippines Unitary State Ketua DPR Politik
Republic of Zimbabwe Unitary State Wakil Presiden Pertama Politik
The Bolivarian Republic of Federal State Wakil Presiden Politik/Profesional Venezuela Eksekutif
Dari beberapa negara tersebut, Afghanistan adalah negara yang hampir
memiliki kesamaan, dimana pengganti sementara Presiden adalah Menteri
luar negeri, namun di Indonesia, diisi oleh Menteri triumvirat.
Selain negara-negara di atas, perbandingan dilakukan berkaitan
dengan tugas Presiden yang digantikan oleh Menteri triumvirat. Merujuk
pada Konstitusi Canada, dari sekian negara, Canada, adalah salah satu
negara yang mengatur mengenai Menteri Triumvirat secara detail
mengenai cakupan kerja, dalam konstitusinya. Komposisi Menteri
triumvirat di negara tersebut, hampir menyerupai Indonesia, dalam Article
38 Dikutip dari Febriansyah Ramadhan dan Teguh Trisna Dewa, Lampau dan Datang : Menteri Triumvirat dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Makalah disampaikan dalam Konfrensi Hukum Tata Negara ke 6 (KNHTN-6) tahun 2020 di Jakarta. 39 Sumber: Dikutip dari Febriansyah Ramadhan. Ibid.
89
III, diatur: 1. The Triumvirate, through the Minister of Defence, controls
the readiness and deployment of the Army of the Republic 2. The
Triumvirate, through the Minister of Foreign Affairs controls the
activities of the Republican diplomats 3. The Triumvirate through the
Minister of the Interior has the final say on the acceptance of all new
recruits, and on the rate of recruitment in general.40 Konstitusi Canada
sudah menjelaskan lebih detail mengenai cakupan-cakupan dari Menteri
triumvirat, hal ini yang tidak terdapat dalam konstitusi Indonesia.
Kembali pada konteks Indonesia, hal penting yang harus ditimbang,
dicermati, dan diperhatikan, jika di era reformasi terjadi Presiden dan
Wakil Presiden , mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya secara bersama-sama, apakah stabilitas sistem
Presiden sial terjaga. Dalam batas penalaran yang wajar, tentu beberapa
potensi konflik politik terjadi pada masa transisi menunggu Presiden baru,
karena satu hari-pun, roda pemerintahan tidak boleh untuk berhenti.
Apakah Menteri Triumvirat memiliki legitimasi rakyat, sebagaiman
Presiden yang dipilih langsung, sedangkan Menteri Triumvirat, dipilih
oleh Presiden , bukan langsung dari rakyat. Tentu latar belakang dari
setiap Menteri Triumvirat, menjadi hal urgen untuk dibahas, karena dari
sana kita dapat mengukur legitimasi. Belum lagi ketika dihubungkan
dengan sistem multi partai dengan Presiden sialisme, yang dalam
40 Lihat juga dalam Christine Fréchette. Triumvirate: A North American Interparliamentary Innovation. Canadian Parliamentary Review. 2005. http://www.revparl.ca/28/3/28n3_05e_Fr%C3%A9chette.pdf. Dikutip dari Febriansyah Ramadhan. Op.cit.
90
penelitian Scott Mainwaring yang melakukan cross national survey,
menemukan bahwa dari 31 negara, tidak satupun dari 31 negara yang
memadukan sistem Presidensil dengan multi partai, dalam kondisi stabil.41
Mengenai skema kabinet dalam Presidensil hari ini. dalam batas
penalaran yang wajar, status quo, akan berpotensi adanya konflik
kepentingan, koordinator ganda, bahkan potensi bertentangan dengan
konstitusi pada masa transisi. Hal tersebut dikarenakan, saat ini terdapat
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menkopolhukam), yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 43
Tahun 2015 Tentang Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
Dan Keamanan. Dalam Pasal2 Perpres a quo, Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik,
hukum, dan keamanan. Adapun keberadaan Menteri Triumvirat, berada di
bawah koordinator dari Menkopolhukam, sebagaimana yang dicantumkan
dalam Pasal4 Perpres a quo. Jika ditafsirkan secara normatif, maka dalam
masa transisi, ketika Presiden dan Wakil Presiden digantikan sementara
oleh Triumvirat, maka Menteri Triumvirat berada dibawah Koordinator
Menkopolhukam. Inilah skema hukum dan kelembagaan yang berhaluan
dari spirit konstitusi, dimana Menkopolhukam tidak memiliki peran dalam
apapun dalam masa transisi.
41 Dalam Hanta Yuda AR. (2010). Presiden sialisme Setengah Hati, Dari Dilema ke Kompromi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. h. XVI.
91
Adapun desain penataan ulang di masa mendatang adalah sebagai berikut: Pertama, perlu adanya kualifikasi khusus dalam UU Kementrian
Negara untuk Menteri Triumvirat. Hal ini didasarkan pada penafsiran konstitusi, yang juga dikemukakan sebelumnya oleh Jimly Ashiddiqie, bahwa membaca Menteri Triumvirat dalam konstitusi harus dibaca secara khusus, karena hanya Menteri Triuvirat-lah yang tegas-tegas disebutkan oleh konstitusi. Karena menjadi pelaksana tugas Presiden , dalam batas penalaran yang wajar, maka secara mutatis mutandis, syarat-syarat menjadi seorang Presiden juga berlaku bagi Menteri Triumvirat di masa mendatang.
Jika kembali membuka rumusan Pasal 6 (1) UUD 1945: 1. Calon
Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara
Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden .
2. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Ketentuan tersebut, kemudian dituangkan lebih lanjut dalam Pasal169 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum: Persyaratan menjadi calon Presiden dan calon Wakil
Presiden adalah: a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
92
b. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri; c. Suami atau istri calon Presiden dan suami atau istri calon Wakil
Presiden adalah Warga Negara Indonesia d. Tidak pernah mengkhianati negara serta tidak pernah melakukan
tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya; e. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden serta bebas dari
penyalahgunaan narkotika; f. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; g. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang
memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara; h. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang
merugikan keuangan negara; i. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; j. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela; k. Tidak sedang dicalonkan sebagai anggota DPR, DPD, atau DPRD; l. Terdaftar sebagai Pemilih; m. Memiliki nomor pokok wajib pajak dan telah melaksanakan kewajiban
membayar pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan
dengan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak
orang pribadi;
93
n. Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2
(dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; o. Setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhinneka Tunggal Ika; p. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusari pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; q. Berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun; r. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas, madrasah
aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau
sekolah lain yang sederajat; s. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia,
termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat
langsung dalam G.30.S/PKI; dan t. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan
negara Republik Indonesia.
Hal tersebut dibutuhkan untuk menjaga wibawa Menteri Triumvirat, yang menggantikan sementara tugas Presiden . Meski secara normatif konstitusional, Menteri Triumvirat bukanlah Presiden , melainkan adalah hanya menjadi Pelaksana Tugas sementara. Meski bersifat sementara,
94
namun roda negara dan pemerintahan sama sekali tidak boleh berhenti.
Jika membaca kembali tugas Presiden , yakni: 42
a. Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yaitu kekuasaan Presiden
sebagai pemegang tinggi kekuasaan pemerintahan termuat dalam
Pasal4 ayat (1), (2) UUD Tahun 1945;
b. Kekuasaan di bidang peraturan perundang-undangan yaitu kekuasaan
Presiden mengajukan RUU dan membahasnya dengan DPR,
kekuasaan untuk membentuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perppu). Termuat dalam Pasal5 ayat (1), (2), dan Pasal22
UUD RI Tahun 1945;
c. Kekuasaan di bidang yudisial ialah kekuasaan Presiden memberikan
grasi dan amnesti yang memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung, dan dalam pemberian amnesti dan abolisi Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR. Termuat dalam Pasal14 ayat (1),
dan (2) UUD RI Tahun 1945;
d. Kekuasaan dalam hubungan luar negeri ialah Presiden mempunyai
kekuasaan mengadakan perjanjian dengan negara lain, kekuasaan
menyatakan perang dengan negara lain, kekuasaan mengadakan
perdamaian dengan negara lain, serta kekuasaan mengangkat dan
menerima duta dan konsul. Termuat dalam Pasal11 ayat (1), (2), (3),
dan Pasal13 UUD RI Tahun 1945;
42 Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki Undang-Undang Mengenai Lembaga Ke-Presiden an, yang mengatur lebih lanju mengenai cakupan-cakupan kekuasaan, tugas, dan kewajiban Presiden . Sehingga, untuk membaca hal tersebut, satu-satunya rujukan normatif, adalah UUD 1945. Dalam Achmad Fauzi. (2007). Hukum Lembaga KePresiden an. Semarang: Fakultas Hukum Univeristas 17 Agustus 1945. h. 69.
95
e. Kekuasaan menyatakan keadaan bahaya ialah Presiden dapat
menyatakan negara dalam keadaan bahaya tanpa memerlukan
persetujuan terlebih dahulu dari DPR. Termuat dalam Pasal12 UUD RI
Tahun 1945; f. Kekuasaan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi angkatan bersenjata
ialah Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Termuat dalam Pasal10 UUD RI
Tahun 1945; g. Presiden mempunyai kekuasaan untuk memberi gelar dan tanda
kehormatan lainnya. Termuat dalam Pasal15 UUD RI Tahun 1945; h. Kekuasaan Presiden untuk membentuk Dewan Pertimbangan Presiden.
Termuat dalam Pasal16 UUD RI Tahun 1945.
Mengenai kualifkasi, satu hal yang harus diusulkan, Menteri triumvirat harus diisi oleh orang-orang yang memiliki integritas tinggi dan tidak pernah terlibat/menjadi narapidana korupsi. Tentunya para pengisi
Menteri Triumvirat, harus memiliki profesionalitas dan pengalaman dalam dunia pemerintahan. Satu hal yang penting dipahami, adalah bagaimana praktik pengisisi Men-Lu di Indonesia, yang selalu diisi denga latar belakang seorang profesinonal di bidangnya (khususnya diplomasi luar negeri-sebagaimana penulis paparkan sebelumnya). Praktik ini bisa menjadi rujukan terhadap Menteri triumvirat Lainnya. Hal ini tentu menjadi masukan pertimbangan kepada Presiden , yang memiliki hak
96
perogratif43 menentukan Menteri Triumvirat, sehingga wibawa Menteri
Triumvirat dalam masa transisi terjaga. Mengingat begitu luasnya tugas
Presiden , maka perlu direfleksikan mengenai sikap seorang Presiden .
Presiden , dalam system Presiden sial, adalah jabatan yang memiliki dua
fungsi, fungsi kepala Negara dan fungsi kepala pemerintahan.
Selaku kepala Negara Presiden adalah simbol representasi Negara
dan simbol pemersatu bangsa sementara selaku kepala pemerintahan
Presiden bertanggung jawab penuh atas jalannya pemerintahan. Kendati
awalnya berasal dari partai atau dicalonkan partai, Presiden tidak layak
lagi beriorientasi kepada partai karena, selaku “Kepala Negara” ia telah
menjadi figure milik bangsa. Maka secara etika dan moral, Presiden ,
bukan lagi anggota atau apalagi pengurus partai. Presiden perlu
melepaskan keterikatan dengan partainya antara lain dengan cara
melepaskan keanggotaan dirinya dari partai (bila ia berasal dan dicalonkan
partai) begitu dirinya terpilih menjadi Presiden. Presiden yang merangkap
jabatan kePresiden annya dengan jabatan sebagai fungsionaris, apalagi
sebagai ketua partai, atau fungsionaris utama partai, sesungguhnya telah
menurunkan derajat kewibawaannya sendiri, baik di dalam negeri maupun
dalam forum internasional. Ia kehilangan sense of belonging dari sebagian
rakyatnya. Perlu diingat apa yang dikatakan oleh John F. Kennedy, my
43 Adalah kekuasaan mutlak Presiden yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain, yang salah satunya adalah untuk mengangkat dan memberhentikan (Reshuffle Cabinet) menteri. H. Kaharudin, H.M. Galang Asmara, Minollah dan Haeruman Jayadi, Hak Prerogatif Presiden dalam Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945. Jurnal Media Hukum. Vol. 2 tahun 2016. https://media.neliti.com/media/publications/113900-ID-hak-prerogatif-Presiden -dalam- pengangkat.pdf. Diakses pada 15 April 2020.
97
loyalty to my party ends where my loyalty to my country begins.44 Begitu-
pun yang harus diemban oleh Menteir Triumvirat sejak awal menjabat.
Hal-hal tersebut, bermuara pada tujuan akhir, yakni menjaga kewibawaan
penyelenggaran pemerintah, sehingga harapan stabilitas dan efektivitas
pemerintahan di masa transisi terwujud.
Kedua, menghindari terjadinya dualisme kepemimpina, maka
penataan ulang selanjutnya adalah, pengecualian terhadap Menteri
triumvirat yang berada di bawah koordinasi Menkumham di masa transisi.
Pengecualian itu adalah dalam rangka memurnikan kehendak dari
konstitusi. UU Kementrian Negara harus dilakukan revisi yang mengatur
norma pengecualian, bahwa pada saat Presiden dan Wakil Presiden
bersamaan berhenti, maka Menteri triumvirat tidak lagi di bawah
koordinasi Menteri koordinator. Tentu juga pada masa tersebut, Peraturan
Presiden Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, Dan Keamanan, menjadi tidak berlaku untuk sementara
waktu.
44 Hendarmin Ranadireksa. (2015). Arsitektur Konstitusi Demokratik. Bandung: Fokusmedia. Hlm. .155.