53 BAB III PEMBAHASAN A. Pengaturan Tentang Menteri

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

53 BAB III PEMBAHASAN A. Pengaturan Tentang Menteri BAB III PEMBAHASAN A. Pengaturan Tentang Menteri Koordinator Dan Menteri Triumvirat Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia 1. Pengaturan Menteri Koordinator di Indonesia dalam UUD 1945 Sebelum Perubahan Keberadaan Menteri koordinator sudah ada sejak zaman sebelum perubahan UUD 1945, khususnya di zaman Kabinet Pembangunan Presiden Soeharto. Jika dilihat dari sudut pandang UUD 1945, keberadaan Menteri koordinator ini tidak jauh berbeda dengan saat ini, dasar konstitusional pembentukan Menteri terdapat di Pasal 17 UUD 1945 sebelum perubahan: 1. Presiden dibantu oleh menteri-Menteri negara. 2. Menteri-Menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 3. Menteri- Menteri itu memimpin departemen pemerintah. Dasar ini secara teoritik, memiliki kesamaan dengan UUD 1945 setelah perubahan, yakni Presiden memiliki hak Prerogatif untuk membentuk kementrian. Kesamaan juga terdapat dalam praktik, dimana setiap kabinet Menteri selalu dikoordinasikan oleh Menteri koordinator, yang berbeda hanya istilah dan cakupan dari Menteri koordinatornya. Jika melihat kembali perjalanan sejarah kabinet pembangunan, mulai dari kabinet pembangunan 1 – 4, menggunakan istilah yang berbeda-beda dalam pembentukan Menteri koordinator: 53 54 Table 3.1 Menteri Koordinator di Era Presiden Soeharto Kabinet Kabinet Kabinet Kabinet Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan I II III IV 1. Menteri Tidak ada 1. Menteri 1. Menteri Koordinator Menteri Koordinator Negara Ekonomi, koordinator Bidang Politik Koordinator Keuangan, dalam kabinet dan Keamanan Bidang dan Industri. ini 2. Menteri Ekonomi, 2. Menteri Koordinator Keuangan, Koordinator Ekonomi dan dan Kesejahteraa Keuangan/Kep Pengawasan n Rakyat ala Pembanguna BAPPENAS n 3. Menteri 2. Menteri Koordinator Negara Kesejahteraan Koordinator Rakyat Bidang Industri dan Perdagangan 3. Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan Keamanan 4. Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraa n Rakyat Sumber: Keputusan Presiden RI Nomor 183 Tahun 1968 tertanggal 6 Juni 1968, Keputusan Presiden RI Nomor 9/1973, Keputusan Presiden RI Nomor 59/M Tahun 1978, Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1983. Dalam masa orde baru ini, dasar hukum kementrian negara masih diatur secara mutlak oleh otoritas Presiden , karen adalam orde baru tidak ada UU Kementrian Negara. UU Kementrian Negara baru hadir pertama 55 kali di zaman reformasi, yakni di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 2. Pengaturan tentang Menteri Koordinator di Indonesia dalam UUD 1945 Setelah Perubahan Menteri Koordinator adalah Menteri Negara pembantu Presiden dengan tugas pokok mengkoordinasikan penyiapan dan penyusunan kebijaksanaan serta pelaksanaannya di bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan Negara. Menteri koordinator berada langsung dibawah Presiden . Ia mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden . Kedudukan Menteri Koordinator di pemerintahan Indonesia menumbulkan tanda tanya mengenai urgensi tentang pentingnya jabatan Menteri kordinator dalam sistem pemerintahan. Mengingat tugas Menteri Koordinator adalah mensingkronisasikan kebijakan kementerian- kementerian yang dibidanginya agar tidak berbenturan satu sama yang lain. Kedudukan Menteri Koordinator seolah-olah menjadi jabatan yang harus selalu ada pada susunan kabinet dalam sistem pemerintahan Indonesia.1 Pemahaman mengenai Menteri merupakan bagian yang tidak terpisahakn dari dari kewenangan mutlak (hak Prerogatif ) Presiden sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan merupakan pemahaman yang salah. Sebenarnya, pengaturan mengenai Menteri Negara diatur tersendiri dalam Bab yang terpisah dari Bab III tentang 1 Tandi Arion, Indarja, Retno Saraswati. Kedudukan Menteri Koordinator Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 39 TAHUN 2008 Tentang Kementerian Negara. Diponegoro Law Journal Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016. 56 kekuasaan Pemerintahan Negara yang bekaitan dengan kekuasaan Presiden , mengandung arti yang tersendiri pula. Dalam Pasal 17 ayat (3) UUD 1945 sebelum perubahan menjelaskan bahwa ”Menteri- Menteri itu memimpin deartemen pemerintah” dan telah disempurnakan dengan rumusan baru, “setiap Menteri membidangi urusan tertentudalam pemerintahan”. Dalam perubahan ini mengandung makna bahwa Menteri- Menteri tidak harus selalu memimpin organisasi departemen. Selama ini, dalam prakteknya, juga ada jabatan Menteri Koordinator yang tidak memimpin departemen. Baik Menteri Negara maupun Menteri Koordinator biasanya tidak memimpin departemen yang mempunyai jangkauan birokrasi sampai ke daerah-daerah, melainkan hanya memimpin suatu kantor kementerian di tingkat pusat saja. Mengingat bahwa tidak semua Menteri memimpin departemen itulah, maka ketentuan Pasal17 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 disempurnakan dengan rumusan baru menjadi “Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”. Dengan rumusan baru ini, dihubungkan dengan ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), maka semua jenis jabatan Menteri, yaitu (i) Menteri Koordinator, (ii) Menteri yang memimpin departemen, dan (iii) Menteri Negara yang tidak memimpin departemen, semuanya merupakan Menteri Negara sebagaimana dimaksud dalam Bab V Pasal 17 UUD NRI 1945. Seperti yang telah dijabarkan diatas, Menteri korrdinator memang tidak secara gamblang disebutkan dalam UUD NRI Tahun 1945, namun Pasal17 UUD NRI Tahun 1945 mencakup seluruh jabatan Menteri, baik 57 itu Menteri yang memimpin departemen, Menteri yang tidak memimpin departemen serta Menteri Koordinator. Sehingga adalah salah bila disebutkan jabatan Menteri Koordinator tidak memiliki dasar hukum yang kuat karena tidak diatur dalam Konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD NRI Tahun 1945.Karena kedudukan Menteri Koordinator merupakan bagian dari Menteri-Menteri yang diangkat oleh Presiden sebagai pimpinan tertinggi eksekutif dalam upaya melaksanakan urusan pemerintahan.2 Indonesia adalah suatu negara dengan sistem pemerintahan Presiden sial dimana kekuasaan sebagai kepala pemerintah ada ditangan Presiden yang selanjutnya kekuasaan tersebut dipertanggungajwabkan kepada rakyat. Tiga ketentuan di atas menjelaskan bahwa seorang Menteri adalah seorang pembantu Presiden yang memimpin kementerian suatu Negara yang berwenang untuk membidangi suatu urusan tertentu dalam pemerintahan yang telah diatur oleh UUD NRI Tahun 1945. Sama seperti dalam BAB V UUD NRI Tahun 1945 bahwa pengertian Menteri yang dimaksud dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang kementerian Negara ialah Menteri secara keseluruhan, baik Menteri yang nomenklaturnya disebutkan dalam UUD NRI Tahun 1945, maupun yang tidak disebutkan, atau Menteri yang memimpin departemen maupun yang tidak memimpin departemen serta Menteri Koordinator itu sendiri. Karena dalam ketentuan umum Undang-Undang Kementerian 2 Jimly Asshiddiqie. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: Konstitusi Press, 2006. Hlm,99 58 Negara adalah Menteri yang memimpin kementerian yang mengurusi urusan tertentu dalam pemerintahan.3 Menteri Koordinator adalah seorang pemimpin dari kementerian koordinator yang secara hierarki merupakan lembaga negara tingkat kedua. Yang dimana lembaga kementerian disebutkan secara eksplisit dalam UUD NRI Tahun 1945 namun mengenai tugas dan kewenangannya diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang- undangan baik dalam Undang- Undang maupun Peraturan Presiden. Sehingga walaupun Menteri Koordinator merupakan kepala eksekutif yang sebenarnya, tetapi Menteri Koordinator tetap harus bertanggung jawab terhadap Presiden yang di dalam UUD NRI Tahun 1945 merupakan pemegang kekuasaan pemerintahan.4 Sebagai lembaga negara tingkat kedua, Menteri Koordinator tidak harus selalu ada dalam sistem pemerintahan Indonesia. Karena kementerian koordinator yang dipimpin oleh Menteri Koordinator bisa saja dihapuskan atau diganti bidang koordinatornya bila sistem pemerintahan yang berlaku menganggap tidak memerlukan kementerian tersebut. Secara Khusus kementerian koordinator memiliki tugas yang berbeda dari Menteri lainnya. Urusan Pemerintahan yang merupakan tugas dari Menteri Koordinator adalah untuk kepentingan singkronisasi dan koordinasi urusan Kementerian Negara. Dalam Pasal 14 UU Kementrian Negara, menjelaskan bahwa untuk kepentingan sinkronisasi dan koordinasi 3 Op.cit. Tandi Arion, Indarja, Retno Saraswati 4 Op.cit. Tandi Arion, Indarja, Retno Saraswati 59 urusan kementerian, Presiden dapat membentuk kementerian koordinasi. Melalui bunyi Pasal ini kementerian koordinator dijelaskan memiliki tugas dan fungsi untuk mengkoordinasikan kementerian- kementerian yang mengurusi urusan pemerintahan. namun, dalam Pasal48 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang organisasi kementerian negara, yang merupakan amanat dari Pasal 11 Undang- Undang Kementerian negara untuk mengatur tugas dan fungsi kementerian, dijelaskan bahwa kementerian koorinator tidak hanya memiliki tugas untuk sinkronisasi dan kordinasi. Pasal48 Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 menjelaskan bahwa tugas kementerian kordinator ialah menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelnggaraan pemerintah dibidangnya. Kedudukan, fungsi dan tugas Menteri Koordinator diatur dalam Bab IV Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara yang merupakan amanat dari Undang- Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Kementerian koordinator berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden . Kementerian Koordinator mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan
Recommended publications
  • The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance
    Policy Studies 23 The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance Marcus Mietzner East-West Center Washington East-West Center The East-West Center is an internationally recognized education and research organization established by the U.S. Congress in 1960 to strengthen understanding and relations between the United States and the countries of the Asia Pacific. Through its programs of cooperative study, training, seminars, and research, the Center works to promote a stable, peaceful, and prosperous Asia Pacific community in which the United States is a leading and valued partner. Funding for the Center comes from the U.S. government, private foundations, individuals, cor- porations, and a number of Asia Pacific governments. East-West Center Washington Established on September 1, 2001, the primary function of the East- West Center Washington is to further the East-West Center mission and the institutional objective of building a peaceful and prosperous Asia Pacific community through substantive programming activities focused on the theme of conflict reduction, political change in the direction of open, accountable, and participatory politics, and American understanding of and engagement in Asia Pacific affairs. The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance Policy Studies 23 ___________ The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance _____________________ Marcus Mietzner Copyright © 2006 by the East-West Center Washington The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance by Marcus Mietzner ISBN 978-1-932728-45-3 (online version) ISSN 1547-1330 (online version) Online at: www.eastwestcenterwashington.org/publications East-West Center Washington 1819 L Street, NW, Suite 200 Washington, D.C.
    [Show full text]
  • Dari Redaksi Marsma TNI Jemi Trisonjaya, M
    Edisi Majalah Oktober SUARA ANGKASA 2017 Penanggung Jawab Dari Redaksi Marsma TNI Jemi Trisonjaya, M. Tr (Han) Salam Angkasa Wakil Penanggung Jawab Kolonel Sus Poltak S. Siagian, S.I.Kom. ada bulan Oktober 2017, tepatnya tanggal 5 Oktober Dewan Redaksi P ini, Tentara Nasional Indonesia genap berusia 72 Kolonel Pnb. Hendrayansah S. S.Sos tahun. Berbagai penugasan, baik Operasi Militer Perang Kolonel Sus Dra. Maylina Saragih Kolonel Adm Agus Setyo Hartono, S.AP (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP) terlaksana dengan lancar. Pemimpin Redaksi Demikian pula dengan TNI Angkatan Udara yang Kolonel Sus Drs. Bintang Yudianta merupakan bagian dari TNI dan menjadi alat pertahanan Staf Redaksi negara di udara, memiliki kontribusi dalam dinamika Letkol Sus Yuto Nugroho, S.S kehidupan berbangsa dan bernegara. Letkol Sus Eko Setio Wibowo, S.S TNI Angkatan Udara dengan personel profesional Kapten Sus Ida Hidayah dan alutsista yang modern adalah suatu harapan dan Pelda Luhur Suprapto Sertu Rineu Oktaviani kebanggaan bagi kita semua. Hal ini tentunya sebagai upaya untuk menjawab berbagai tantangan tugas yang Redaktur Pelaksana makin berat ke depan. PNS IV/a Dra. Sri Hatmini Pemikiran dari para pengamat militer yang bersifat Desain Grafis obyektif akan memberi warna dan nuansa terhadap DDS keberadaan TNI Angkatan Udara di masa kini dan di masa depan. Pencerahan ini akan menjadi energi bagi pemimpin Fotografer dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan Sertu Wahyu Nugroho Sertu Hendra kekuatan alutsista TNI Angkatan Udara, dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Distribusi Kekuatan udara suatu negara adalah “deterrent effect” Letkol Sus Suharto, S.H. bagi negara lain. Oleh karena itu sebagai alat pertahanan Mayor Adm Ubay Sobari PNS III/C Tiwi Apriani negara, kekuatan udara menjadi condition sin quanon PNS III/A MB Pontjo Priyono (syarat mutlak) dalam mengamankan dan menjaga wilayah Prada Wendi pertahanan udara nasional.
    [Show full text]
  • The Human Rights Consequences of Criminal Defamation Law in Indonesia WATCH
    Indonesia HUMAN Turning Critics into Criminals RIGHTS The Human Rights Consequences of Criminal Defamation Law in Indonesia WATCH Turning Critics into Criminals The Human Rights Consequences of Criminal Defamation Law in Indonesia Copyright © 2010 Human Rights Watch All rights reserved. Printed in the United States of America ISBN: 1-56432-624-1 Cover design by Rafael Jimenez Human Rights Watch 350 Fifth Avenue, 34th floor New York, NY 10118-3299 USA Tel: +1 212 290 4700, Fax: +1 212 736 1300 [email protected] Poststraße 4-5 10178 Berlin, Germany Tel: +49 30 2593 06-10, Fax: +49 30 2593 0629 [email protected] Avenue des Gaulois, 7 1040 Brussels, Belgium Tel: + 32 (2) 732 2009, Fax: + 32 (2) 732 0471 [email protected] 64-66 Rue de Lausanne 1202 Geneva, Switzerland Tel: +41 22 738 0481, Fax: +41 22 738 1791 [email protected] 2-12 Pentonville Road, 2nd Floor London N1 9HF, UK Tel: +44 20 7713 1995, Fax: +44 20 7713 1800 [email protected] 27 Rue de Lisbonne 75008 Paris, France Tel: +33 (1)43 59 55 35, Fax: +33 (1) 43 59 55 22 [email protected] 1630 Connecticut Avenue, N.W., Suite 500 Washington, DC 20009 USA Tel: +1 202 612 4321, Fax: +1 202 612 4333 [email protected] Web Site Address: http://www.hrw.org May 2010 1-56432-624-1 Turning Critics into Criminals The Human Rights Consequences of Criminal Defamation Law in Indonesia Map of Indonesia ........................................................................................................................ 1 Summary .................................................................................................................................... 2 Methodology ............................................................................................................................. 8 I. Freedom of Expression in Indonesia ....................................................................................... 10 II. The Legal Framework: Criminal Defamation Law in Indonesia ...............................................
    [Show full text]
  • Latgab TNI 2014 Why DR
    Volume 48 / No. 32 / Mei-Juni 2014 Dwi Bahasa Indonesia www.dmc.kemhan.go.id Inggris www.kemhan.go.id Perwira Harus Memahami Politik Negara Untuk Menjamin Netralitas TNI SDM Sebagai Salah Satu Modal Utama Pertahanan Indonesia Latgab TNI 2014 Why DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, MA. Deserves the Title of Professor Serambi Redaksi Pembaca WIRA yang budiman, Editorial Kami kembali menyapa para pembaca dengan edisi terbaru WIRA volume 48 Mei – Juni tahun 2014. Dalam edisi ini, tim redaksi mengangkat tema pengukuhan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Profesor. bidang ilmu ketahanan nasional. Disamping itu seiring dengan pelaksanaan pesta demokrasi, maka netralitas Dear Readers, TNI dan Polri menjadi isu yang hangat diperbincangkan. We are back to meet you with new edition of 2014 May- Netralitas ini juga yang menjadi penekanan utama June. In this edition, we bring the inauguration of President Presiden SBY saat commander’s call Perwira Tinggi TNI Susilo Bambang Yudhoyono as professor in resilience dan Polri di Kemhan tanggal 2 Juni 2014.. Selain itu, science as the theme of this volume. Furthermore, in line kami juga menyajikan rubrik-rubrik opini dan terkini yang with the main democratic event, the neutrality of TNI and akan memperkaya wawasan pengetahuan para pembaca Polri has been main issue. This neutrality has been also sekalian. instructed by President SBY at commander’s call of TNI Para pembaca WIRA yang kami banggakan, and Polri high ranking officers which took place in 2nd June 2014 at Kemhan. Untuk memperkaya majalah WIRA ini, kami senantiasa mengharapkan partisipasi pembaca mengirimkan tulisan, Moreover, we also bring forward rubrics and latest baik berupa artikel, opini, informasi, tanggapan maupun opinions that will enrich horison and knowledge of all kritik dan saran, ataupun ingin mendapatkan majalah readers.
    [Show full text]
  • Naval Modernization in Southeast Asia: Under the Shadow of Army Dominance?
    Contemporary Southeast Asia Vol. 39, No. 1 (2017), pp. 149–77 DOI: 10.1355/cs39-1e © 2017 ISEAS – Yusof Ishak Institute ISSN 0129-797X print / ISSN 1793-284X electronic Naval Modernization in Southeast Asia: Under the Shadow of Army Dominance? GREGORY VINCENT RAYMOND Using a historical institutionalist approach, this article addresses the future of Southeast Asia’s naval forces. Much analysis on this subject employs a linear Realist model in which Southeast Asia’s navies are expected to be the beneficiaries of declining internal security challenges and a deteriorating external threat environment. However, to date neither of these factors, including increasing Chinese assertiveness in the maritime domain, appear to have significantly accelerated naval force development in Southeast Asia. While there have been some capability increases in areas such as submarines, growth has mainly been in patrol boat and fast attack craft classes. Numbers of larger offshore surface combatants like frigates have fallen. This article argues that in countries where army dominance has become institutionalized, and civil control of the military is weak, governments may be unwilling or unable to reallocate funding away from armies to maritime forces. In a funding environment in which national economic growth is moderate, and spending on defence is a lower priority, naval modernization and expansion can be blocked. This article examines the cases of Thailand, Indonesia and Myanmar to demonstrate how their armies became dominant and how this may have diminished the growth prospects of their navies. Keywords: ASEAN, Southeast Asia, navies, armies, force structure. GREGORY VINCENT RAYMOND is a Research Fellow at the Strategic and Defence Studies Centre, Australian National University.
    [Show full text]
  • Signature Redacted
    Getting to the Table: Explaining the Incidence of Mediation in the Insurgencies of Indonesia AR 0 ",- by MASSACHUSETS RWTRJE. OF TECHNOLOGY Keng Meng Tan OCT 0 8 2014 B.Soc.Sci. (Hons.) Political Science National University of Singapore, 2013 LIBRARIES SUBMITTED TO THE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE IN PARTIAL FULFILLMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF MASTER OF SCIENCE IN POLITICAL SCIENCE AT THE MASSACHUSETTS INSTITUTE OF TECHNOLOGY SEPTEMBER 2014 0 2014 Keng Meng Tan. All rights reserved. The author hereby grants to MIT permission to reproduce and to distribute publicly paper and electronic copies of this thesis document in whole or in part in any medium now known or hereafter created. Signature redacted Signature of Author: .. ...................................................................... Department of Political Science ce +, ASeptember 5, 2014 jIy "e4LuI C I ';C1 Certified by: ........... .............................................. Roger Petersen Arthur and Ruth Sloan Professor of Political Science Th9 sis Supervis9r, Accepted by:..................................... .......................... Signature redacted Andrea Camp'ell Professor of Political Science Chairman, Graduate Program Committee Getting to the Table: Explaining the Incidence of Mediation in the Insurgencies of Indonesia By Keng Meng Tan Submitted to the Department of Political Science On September 5, 2014 in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Science in Political Science ABSTRACT Indonesia has experienced six insurgencies since it declared independence in 1945. Of these insurgencies, three were resolved through negotiations. There is great variation in the manner the negotiations occurred. The state negotiated with Portugal over East Timor with the United Nations (UN) as mediator while negotiations with the Acehnese were first mediated by the Henry Dunant Centre for Humanitarian Dialogue (HDC) and later the Crisis Management Initiative (CMI).
    [Show full text]
  • Indo 80 0 1132335826 123
    C urrent Data on the Indonesian M ilitary Elite1 The Editors The current listing identifies the holders of key positions at TNI (Tentara Nasional Indonesia, or Indonesian National Military) Headquarters, as well as at the army's central and regional commands between March 1, 2003 and August 31, 2005. As noted in the last update of current military data in 2003, we have had difficulty in systematically updating personnel changes at the Korem (Military Resort Command), largely due to the absence of the TNI-owned daily newspaper, Angkatan Bersenjata, since the financial crisis of 1997.2 We now rely mainly on the official letters of TNI Commander-in-Chief and general newspapers, both national and local, in collecting data regarding officer corps and their posts. Although the information on Korem commanders is not very satisfactory, it is still possible to analyze macro-trends in leadership transformation at the local level. The period covered in this update, i.e., from March 2003 to August 2005, has seen significant developments in post-reformasi civil-military relations. We have seen: 1) the all-out war in Aceh under martial law (May 2003-May 2004); 2) parliamentary elections in April 2004; 3) direct presidential elections in July and September 2004 for the first time in Indonesian history; and 4) the birth of a new government led by a retired army general, Susilo Bambang Yudhoyono, in October 2004. How did they shape Indonesia's civil-military relations? The war in Aceh greatly empowered those TNI officers who had demanded that the military take on a larger role in internal security.
    [Show full text]
  • Hrcttee108-ICJ-Alternativereport-Indonesia (Final)
    UNITED NATIONS HUMAN RIGHTS COMMITTEE 108th Session of the UN Human Rights Committee 8 to 26 July 2013 ALTERNATIVE REPORT OF THE INTERNATIONAL COMMISSION OF JURISTS (ICJ) TO THE UN HUMAN RIGHTS COMMITTEE ON THE INITIAL REPORT OF INDONESIA UNDER THE INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS Submitted June 2013 Composed of 60 eminent judges and lawyers from all regions of the world, the International Commission of Jurists promotes and protects human rights through the Rule of Law, by using its unique legal expertise to develop and strengthen national and international justice systems. Established in 1952, in consultative status with the Economic and Social Council since 1957, and active on the five continents, the ICJ aims to ensure the progressive development and effective implementation of international human rights and international humanitarian law; secure the realization of civil, cultural, economic, political and social rights; safeguard the separation of powers; and guarantee the independence of the judiciary and legal profession. P.O. Box, 91, Rue des Bains, 33, 1211 Geneva 8, Switzerland Tel: +41(0) 22 979 3800 – Fax: +41(0) 22 979 3801 – Website: http://www.icj.org - E-mail: [email protected] ICJ ALTERNATIVE REPORT TO THE HUMAN RIGHTS COMMITTEE ON THE INITIAL REPORT OF INDONESIA 1. The International Commission of Jurists (ICJ) welcomes the opportunity to submit its comments to the UN Human Rights Committee (HRC) in relation to the Committee’s consideration of the initial periodic report of Indonesia, submitted under article 40 of the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR). 2. In this submission, the ICJ provides alternative replies to some of the questions raised in the List of Issues to be considered during the examination of the initial report of Indonesia.
    [Show full text]
  • Bab 2 Perkembangan Fungsi Pembinaan Teritorial Satuan Komando Kewilayahan Tni Ad
    BAB 2 PERKEMBANGAN FUNGSI PEMBINAAN TERITORIAL SATUAN KOMANDO KEWILAYAHAN TNI AD Bab 2 ini membahas perkembangan pelaksanaan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD dari tahun 1945 hingga tahun 2009. Pembahasan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD mencakup: (1) fungsi pembinaan teritorial sebagai perwujudan dari strategi perang semesta (total war); (2) fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi pengelolaan potensi nasional; (3) fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi penjaga stabilitas politik dan keamanan pemerintahan Orde Baru; (4) fungsi pembinaan teritorial sebagai pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dan kekuatan pendukungnya secara dini untuk mendukung sistem pertahanan dan sistem pelawanan rakyat semesta. Pembahasan dimulai dari fungsi teritorial militer Belanda (KNIL) tahun 1830-1942 dan perang gerilya militer Jepang (PETA/Heiho) tahun 1942-1945 untuk melihat “benang merah” keterkaitan dengan pembentukan fungsi Satuan Kowil TNI AD. Sedangkan pelaksanaan fungsi pembinaan teritorial Satuan Kowil TNI AD dari masing-masing tahap pembentukannya sejak Komanden TKR hingga Satuan Kowil TNI AD dan konflik internal militer yang menyertainya merupakan inti pembahasan dari Sub-Bab 2 ini. 2.1. Komando Teritorial KNIL Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) merupakan badan militer resmi Kerajaan Belanda yang dibentuk pada tahun 1830 di Hindia Belanda.161 Tujuan pembentukan badan militer ini adalah untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus (dwifungsi), yaitu: (1) fungsi militer untuk menjaga Hindia Belanda dari 161 Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) yang terbentuk pada 10 Maret 1830 adalah nama resmi Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Meskipun KNIL militer pemerintahan Hindia Belanda, tapi banyak para anggotanya merupakan penduduk pribumi. Di antara perwira yang memegang peranan penting dalam pengembangan dan kepemimpinan angkatan bersenjata Indonesia yang pernah rnenjadi anggota KNIL pada saat rnenjelang kemerdekaan adalah Oerip Soemohardjo, E.
    [Show full text]
  • New Perspectives on Indonesia: Understanding Australia's Closest Asian Neighbour
    Limited NEW PERSPECTIVES ON INDONESIA Understanding Australia’s Closest Asian Neighbour Authors: Jonathan Chen, Andrea Gleason, Dr Greta Nabbs-Keller, Natalie Sambhi, Kyle Springer, & Dr Danau Tanu About the Perth USAsia Centre The Perth USAsia Centre is a non-partisan, not-for-profit institution that promotes stronger relationships between Australia, the Indo-Pacific and the United States by contributing to strategic thinking, policy development and enhanced networks between government, the private sector and academia. The Perth USAsia Centre seeks to serve as a conduit for greater communication and understanding across the dynamic Indo-Pacific region. The Perth USAsia Centre’s research is non-partisan and non-proprietary and does not take specific policy positions. The views, positions, and conclusions expressed in this publication should be understood to be solely those of the author(s) and not those of the Perth USAsia Centre. www.perthusasia.edu.au Perth USAsia Centre, Perth, Western Australia © Perth USAsia Centre, 2014 All rights reserved Cover designed by UniPrint ISBN 9780994193513 Cataloguing-in-Publication data for this title is available from the National Library of Australia Contributors Jonathan Chen, Associate Research Fellow, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Andrea Gleason, Research Fellow, Perth USAsia Centre Dr. Greta Nabbs-Keller, Director, Dragonminster Consulting Natalie Sambhi, Analyst, Australian Strategic Policy Institute (ASPI) Kyle Springer, Program Associate, Perth USAsia Centre Dr. Danau
    [Show full text]
  • Isi Majalah SA Edisi Januari 2015 FINAL .Indd
    Daftar Isi 2 LAPORAN UTAMA Kulit Muka: Salam Komando Kasau Lama & Kasau Baru usai Pelantikan di Istana Marsekal TNI Agus Supriatna LAPORAN KHUSUS Pimpin TNI AU Opsdiklat Transformasi Posisi dan Peran Ideal Operasi SAR Tempur Dalam Operasi Gabungan TNI..... 30 Air Power The Civil Aviation and The National Air Power ..... 33 Peran TNI AU Dalam Evakuasi 20 Jatuhnya Pesawat Air Asia QZ8501 Lambangja Membangun Safety Dalam Upaya Mewujudkan PROFIL SATUAN Zero Accident.... 44 Psikologi Penilaian Situasi Dalam Pemecahan Masalah .... 48 Kesehatan PMU, Upaya Menyelamatkan Jiwa dan Mencegah Kecacatan.... 50 Sejarah Operasi SAR Tinombala Skadron Udara 16 Upaya Pencarian dan Penyelamatan 26 Memperkokoh Pertahanan Pesawat Twin Otter Merpati PK-NUP .... Teritorial Udara Indonesia 52 Cerpen IPTEK Cindy dan Dwi ..... 57 Berita Daerah ..... 60 Sertijab ..... 76 Dislitbangau Ujicoba Brusher Set for Slipring Unit 4400 dan Mechanism Motor Selsyn Azimuth Data Box Laporan Utama MMarsekalarsekal TTNINI AAgusgus SupriatnaSupriatna PPimpinimpin TTNINI AAUU Pengambilan sumpah di Istana Negara Awal tahun 2015 merupakan titik awal pula bagi Marsekal TNI Agus Supriatna dalam memimpin TNI Angkatan Udara yang memiliki tugas menjaga dan menegakkan kedaulatan Negara di udara. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor.01/TNI/ 2015 tanggal 2 Januari 2015, Marsekal TNI Agus Supriatna resmi menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) menggantikan Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia yang memasuki masa pensiun Februari 2015. Pelantikan dan pengambilan sumpah dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo, Jumat, 2 Januari 2015. Acara pelantikan tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kasal Laksamana Madya TNI Ade Supandi, S.E.
    [Show full text]
  • The Helsinki Agreement: a More Promising Basis for Peace in Aceh?
    Policy Studies 20 The Helsinki Agreement: A More Promising Basis for Peace in Aceh? Edward Aspinall East-West Center Washington East-West Center The East-West Center is an internationally recognized education and research organization established by the U.S. Congress in 1960 to strengthen understanding and relations between the United States and the countries of the Asia Pacific. Through its programs of cooperative study, training, seminars, and research, the Center works to promote a stable, peaceful and prosperous Asia Pacific community in which the United States is a leading and valued partner. Funding for the Center comes from the U.S. government, private foundations, individuals, cor- porations, and a number of Asia Pacific governments. East-West Center Washington Established on September 1, 2001, the primary function of the East- West Center Washington is to further the East-West Center mission and the institutional objective of building a peaceful and prosperous Asia Pacific community through substantive programming activities focused on the theme of conflict reduction in the Asia Pacific region and promoting American understanding of and engagement in Asia Pacific affairs. The Helsinki Agreement: A More Promising Basis for Peace in Aceh? Policy Studies 20 ___________ The Helsinki Agreement: A More Promising Basis for Peace in Aceh? _____________________ Edward Aspinall Copyright © 2005 by the East-West Center Washington The Helsinki Agreement: A More Promising Basis for Peace in Aceh? by Edward Aspinall ISBN 978-1-932728-39-2 (online version) ISSN 1547-1330 (online version) Online at: www.eastwestcenterwashington.org/publications East-West Center Washington 1819 L Street, NW, Suite 200 Washington, D.C.
    [Show full text]