PERBANDINGAN GAYA BAHASA DAN BAHASA KIASAN LIRIK LAGU PETERPAN DALAM ALEXANDRIA DENGAN LIRIK LAGU UNGU DALAM ALBUM MELAYANG SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

SKRIPSI

Oleh FAUZI RAHMAN 0701055047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2011

1

LEMBAR PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:

KEDUA ORANGTUAKU, BAPAK BADRUDIN DAN IBU SUMIATI, SERTA ADIK

LAKI-LAKI KU SATU-SATUNYA, LUTHFI MAWARDI.

TERIMAKASIH ATAS SEGALA PENGORBANAN BAIK MORIL DAN MATERIL

YANG TANPA PAMRIH, SERTA SELALU MEMBERIKAN SEMANGAT, DOA,

DAN KASIH SAYANG YANG TULUS, YANG SELALU MENEMANI SAAT

SUSAH DAN SENANG KETIKA PENULIS MENYUSUN SKRIPSI INI.

TEMAN-TEMAN SEPERJUANGAN DAN PARA SAHABAT DI UHAMKA,

KHUSUSNYA DI FKIP PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA,

SERTA TEMAN-TEMAN DAN SAHABAT DEKAT LAINNYA DI LUAR

UHAMKA.

TERIMAKASIH TELAH MEYAKINKAN BAHWA SUARA-SUARA ITU MASIH

ADA, BAHKAN DI SAAT BERNAFAS PUN SEDIKIT SULIT.

MOTTO

BAHWA SESUNGGUHNYA SETELAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN,

SESUNGGUHNYA SETELAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN.

(QS ALAM NASYRAH : 5-6)

INSPIRASI AKAN SELALU BERNYANYI, KARENA INSPIRASI TIDAK

PERNAH MENJELASKAN.

(KAHLIL GIBRAN)

BERJALANLAH WALAU HABIS TERANG,

TAK PERLU DENGAR KATA MEREKA, TERUSLAH BERJALAN.

(NAZRIEL IRHAM)

WAKTU AKAN MEMBERI KITA KESEMPATAN DAN PELUANG UNTUK

MENDAPATKAN APA YANG KITA INGINKAN. BUKANKAH JAMAN DULU

SEMUA ORANG MENGATAKAN BUMI ITU DATAR, SAMPAI AKHIRNYA

WAKTU PULA YANG MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK KITA

MENYADARI BAHWA BUMI ITU BULAT.

ABSTRAK

FAUZI RAHMAN – 0701055047. Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Peterpan dalam Album Alexandria dengan Lirik Lagu Ungu dalam Album Melayang, Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Skripsi. Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. 2011.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang digunakan di dalam lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria dengan grup musik Ungu dalam album Melayang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yang dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2011, dan tidak terikat oleh tempat.

Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah bahwa dari grup musik Peterpan album Alexandria diperoleh data berupa 107 penggunaan gaya bahasa dan 58 penggunaan kiasan. Sedangkan dari grup musik Ungu album Melayang diperoleh data berupa 75 penggunaan gaya bahasa dan 50 penggunaan kiasan. Sehingga diperoleh jumlah keseluruhan dari kedua grup musik tersebut dari 20 lirik lagu yaitu total 182 penggunaan gaya bahasa dan 108 penggunaan bahasa kiasan. Untuk Total 182 penggunaan gaya bahasa dari grup musik Peterpan dan Ungu, antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% penggunaan gaya bahasa repetisi (Peterpan:10, Ungu:3), 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi (Peterpan:4, Ungu:2), 28 atau 15,38% gaya bahasa aliterasi (Peterpan:11, Ungu:17), 87 atau 47,80% gaya bahasa asonansi (Peterpan:51, Ungu:36), 10 atau 5,49% gaya bahasa pararelisme (Peterpan:7, Ungu:3), 20 atau 10,98% gaya bahasa simploke (Peterpan:12, Ungu:8), 8 atau 4,39% gaya bahasa pleonasme (Peterpan:5, Ungu:3), dan 10 atau 5,49% penggunaan gaya bahasa asindeton (Peterpan:7, Ungu:3). Sedangkan Untuk total 108 penggunaan bahasa kiasan dari grup musik Peterpan dan Ungu, antara lain terdiri dari 2 atau 1,85% penggunaan kiasan perbandingan (simile) (Peterpan:2, Ungu:0), 30 atau 27,77% kiasan metafora (Peterpan:19, Ungu:11), 2 atau 1,85% kiasan alegori (Peterpan:2 Ungu:0), 14 atau 12,96% kiasan personifikasi (Peterpan:9, Ungu:5), 2 atau 1,85% kiasan depersonifikasi (Peterpan:1, Ungu:1), 27 atau 25% kiasan hiperbola (Peterpan:10, Ungu:17), 21 atau 19,44% kiasan ironi (Peterpan:8, Ungu:13), dan 10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes (Peterpan:7, Ungu:3).

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul, “Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa

Kiasan Lirik Lagu Peterpan dalam Album Alexandria dengan Lirik Lagu

Ungu dalam Album Melayang Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA”. Shalawat beserta salam tidak lupa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang yang penuh berkah ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S1), di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Prof. DR. Hamka.

Penulis merasa bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Ade Hikmat, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dari segi materi dan penulisan, memberikan arahan, serta selalu

sabar dalam membimbing penulis.

2. Drs. Dede Hasanudin, M.Hum. selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dari segi teknis penulisan, memberikan masukan

materi, memberikan arahan, serta selalu sabar dalam membimbing penulis.

3. Dr. Hj. Nani Solihati, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak memberikan motivasi dan

arahan kepada penulis.

4. Dr. H. Sukardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan UHAMKA berserta staf yang telah membantu dalam

kelancaran penelitian.

5. Bapak/ Ibu Dosen FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah memberikan berbagai macam informasi dan pengetahuan selama

perkuliahan.

Doa penulis semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut, mendapat pahala yang berlipat dari Allah SWT, amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sumbang saran dan kritik yang membangun, penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan pendidikan bahasa Indonesia.

Jakarta, 8 September 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………….… i

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………….… ii

ABSTRAK ………………………………………………………………. v

PRAKATA ………………………………………………………………. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………… viii

DAFTAR TABEL ……………………………………….……………… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1 1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………. 7 1.3 Pembatasan Masalah …………………………………………... 8 1.4 Perumusan Masalah ……………………………………………. 9 1.5 Kegunaan Penelitian …………………………………………... 9

BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Deskripsi Teori ………………………………………………… 11 2.1.1 Hakikat Gaya Bahasa ...………………………………… 11 2.1.2 Hakikat Bahasa Kiasan …………………………………. 20 2.1.3 Hakikat Lirik Lagu ….…………………………………... 29 2.1.4 Aplikasi Pembelajaran Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan dalam Kurikulum SMA ………………………...... 35 2.2 Penelitian yang Relevan ……………………………………….. 38 2.3 Kerangka Berpikir ……………………………………………… 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 41 3.2 Metode Penelitian ……………………………………………… 41 3.3 Objek Penelitian ……………………………………………….. 41 3.4 Fokus Penelitian ……………………………………………….. 41 3.5 Instrumen Penelirian …………………………………………... 42 3.6 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 46 3.7 Teknik Analisis Data …………………………………………... 47

BAB VI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskpripsi Data ……………………………………………….. 49 4.2 Analisis Data …………………………………………………... 50 4.2.1 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Peterpan …………………………..... 51 4.2.1.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Peterpan Album Alexandria ……………………………………… 91 4.2.2 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Ungu ……………………………….. 94 4.2.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Ungu Album Melayang ……………………………………… 129 4.2.3 Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan antara Lirik Lagu Peterpan dengan Lirik Lagu Ungu ……… 132 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………... 139 4.4 Aplikasi Pengajaran di SMA …………………………………... 141 4.5 Keterbatasan/Kelemahan Penelitian …………………………... 143

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 144 5.2 Implikasi Penelitian ……………………………………………. 146

5.3 Saran ………………………………………………………….. 147

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 148

LAMPIRAN …………………………………………………………….. 150

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….. 231

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 1 Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu ……………………...... 155, 177

Tabel. 2 Analisis Bahasa Kiasan Lirik Lagu ……………………...... 165, 187

Tabel. 3 Hasil Analisis Gaya Bahasa Seluruh Lagu ………………...... 175, 197

Tabel. 4 Hasil Analisis Bahasa Kiasan Seluruh Lagu ………………... 176, 198

Tabel. 5 Pembanding Gaya Bahasa ……………………………...... 199

Tabel. 6 Pembanding Bahasa Kiasan ……………………………...... 200

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Program Pengajaran …………………...…………. 151

Lampiran 2. Tabel Hasil Analisis ……………………………………….. 155

Lampiran 3. Lirik lagu Peterpan album Alexandria …………...………... 201

Lampiran 4. Lirik lagu Ungu album Melayang ……………….………… 212

Lampiran 5. Profil Peterpan ……………………………………………… 223

Lampiran 6. Profil Ungu ………………………………………………… 227

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis mengemukakan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, dan kegunaan penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berbahasa. Berbagai macam kegiatan manusia baik itu di sekolah, kantor, halaman rumah, dan sebagainya tidak akan bisa memisahkan kegiatan berbahasa baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Bahkan seseorang yang baru terbangun dari tidur, kemudian ia melihat hari, tanggal, dan bulan pada sebuah kalender pun sudah termasuk kegiatan berbahasa. Hal tersebut terjadi karena manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan bahasa itu sendiri telah banyak memberikan manfaat dalam kehidupan.

Secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi.

Bahasa sebagai alat komunikasi telah memberikan banyak pengetahuan bagi manusia dalam berbagai bidang. Hal itu terjadi karena segala macam bidang ilmu yang dipelajari umat manusia, semua menggunakan bahasa sebagai pengantarnya.

Tidak mungkin suatu ilmu akan dapat tersosialisasikan tanpa menggunakan bahasa.

Salah satu dari hakikat bahasa adalah bahwa bahasa itu bersifat dinamis.

Dinamis, dalam konteks hakikat bahasa menurut Chaer dan Agustina adalah bahwa “bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik”.1 Oleh karena itu, bahasa akan mengalami perkembangan secara terus- menerus sesuai dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan manusia sebagai pemakai bahasa. Selain bahasa, kebudayaan pun dapat berkembang sewaktu- waktu. Dengan kata lain, bahasa dan budaya secara bersama-sama dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju.

Segala perkembangan bahasa, baik berbentuk perubahan makna, penambahan maupun penggantian, tetap dianggap sebagai perkembangan dalam bahasa. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Samsuri yang menyebutkan bahwa

”semua hasil proses perkembangan bahasa, baik penambahan, pengurangan maupun penggantian dalam bidang apapun pada bahasa seperti bentuk dan makna yang berupa leksikal atau gramatikal dapat kita tandai sebagai perubahan kebahasaan”.2 Oleh karena itu, sebagai makhluk yang berakal, berpendidikan, berpengetahuan, dan berbudaya, manusia mampu menggali berbagai macam kreativitas serta inovasinya sehingga mampu menciptakan suatu maha karya yang bagus dan disenangi banyak orang.

Secara lazim mungkin kita menggunakan dialog baik secara lisan maupun tertulis untuk berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi, dalam kegiatan

1 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 1995, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 17.

2 Samsuri, 1987, Analisis Bahasa, Jakarta: Erlangga, hlm. 63-64.

berinteraksi ada berbagai macam variasi yang dapat digunakan manusia ketika mereka melakukan kegiatan berbahasa dalam hidup bermasyarakat. Bukan hanya berbentuk dialog, namun seiring perkembangan zaman ada juga dalam bentuk nyanyian sebuah lagu, musikalisasi puisi, syair, pantun, dan sebagainya. Hal tersebut bisa dikatakan kegiatan berbahasa karena adanya suatu interaksi, yaitu interaksi antara si pembaca dengan pendengar. Interaksi tersebut terjadi karena adanya pesan dari si pembaca atau penyanyi, kepada pendengar sebagai penerima pesan. Sesuai dengan yang dikemukakan Chaer bahwa “kegiatan berbahasa adalah kegiatan mengekspresikan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan makna-makna lambang tersebut, kepada lawan bicaranya (dalam komunikasi lisan, atau pembacanya (dalam komunikasi tulis).”3

Kemampuan manusia menggali kreativitas dalam mengolah bahasa menyebabkan banyak sekali tercipta karya-karya yang bernilai tinggi dan disukai oleh banyak masyarakat. Dari karya-karya ciptaan anak manusia tersebut, banyak karya yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Akan tetapi, Dengan bervariasinya tingkat imajinasi manusia, maka bervariasi pula ciptaan-ciptaan manusia apabila dituangkan dalam bentuk kata, sehingga antara satu karya dengan karya lainnya akan memiliki ciri tersendiri, salah satunya adalah dari segi pemilihan kata (diksi). Dewasa ini, salah satu kreativitas manusia yang sangat menonjol, bervariasi, dan tentu saja menggunakan bahasa sebagai mediumnya adalah dalam bidang seni suara, yang pada umumnya masyarakat menyebutnya dengan istilah lagu.

3 Abdul Chaer, 2002, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 2.

Dalam membuat lagu, ada dua hal penting yang sangat menunjang dan harus diperhatikan yaitu lirik sebagai bahasa dan musik sebagai pengiringnya.

Lirik merupakan sebuah karya seni yang memiliki nilai rasa. Lirik lagu dapat membuat seseorang tergetar hatinya ketika mendengar apabila mengandung nilai estetika yang tinggi. Keindahan ini sengaja diciptakan oleh seorang komposer untuk memikat hati para penggemarnya. Keindahan tersebut penyebabnya adalah dengan memperhatikan gaya bahasa, pengiasan bahasa, diksi, dan irama yang digunakan. Semua itu dapat mengungkapkan kepuitisan dari seorang komposer yang memiliki imajinasi dan pemikiran sebagai pencipta lagu. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf yang mengatakan bahwa “cara pengungkapan pikiran adalah melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis”.4

Peterpan dan Ungu adalah dua dari sekian banyak grup band yang ada di negara ini. Kedua grup musik tersebut merupakan grup yang memiliki popularitas yang tinggi dan bisa dikatakan berada di atas rata-rata dari grup band lainnya.

Peterpan dan Ungu banyak digemari oleh berbagai macam kalangan, dimulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Hal itu terjadi karena kedua grup musik tersebut selalu menggunakan pemilihan kata yang baik dan indah sehingga memiliki nilai estetik yang tinggi. Akan tetapi, penulis melihat terdapat ciri khas masing-masing dalam gaya bahasa yang digunakan dalam lirik-lirik lagu dari kedua grup band tersebut, khususnya dalam album Alexandria untuk grup musik

4 Gorys Keraf, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 113.

Peterpan, maupun album Melayang untuk grup musik Ungu. Hal inilah yang akan menjadi fokus peneliti selanjutnya.

Alasan mengapa penulis memilih judul ini adalah, (1) karena objek kajian berupa lirik-lirik lagu, digunakan untuk dianalisis tentang gaya bahasa dan bahasa kiasannya, maka penelitian ini dilakukan karena menggunakan bahasa sebagai media utamanya, (2) Peneliti membandingkan gaya bahasa dan bahasa kiasan pada lirik lagu kedua grup musik tersebut, karena antara satu grup dengan yang lainnya memiliki perbedaan tersendiri dalam memakai gaya bahasa maupun kiasan dalam lirik lagu yang diciptakan. Hal itulah yang menjadi keingintahuan dasar peneliti untuk mencari tahu gaya bahasa maupun bahasa kiasan seperti apa yang digunakan oleh grup musik Peterpan maupun grup musik Ungu dalam menciptakan lirik lagunya. (3) Kenyataan di lapangan bahwa masih banyak siswa yang kurang termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia karena materi yang kurang menarik perhatiannya. Maka diharapkan dengan mengaplikasikan hal-hal yang mereka senangi seperti halnya lirik-lirik lagu dalam pembelajaran, akan memacu motivasi dan menarik perhatian siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia.

(4) Dipilih Grup musik Peterpan dan Ungu dalam penelitian ini karena kedua grup musik tersebut merupakan grup musik Indonesia yang memiliki prestasi yang tidak perlu diragukan lagi dalam belantika musik di Indonesia. Oleh karena itu, lagu-lagu yang dihasilkan oleh kedua grup musik tersebut selalu banyak digemari oleh seluruh kalangan masyarakat baik dari anak-anak, para remaja yang sebagian besar adalah para siswa SMA, bahkan pada kalangan orang tua. (5)

Terdapat komunikasi antara komposer atau penulis lirik lagu dengan pembaca maupun pendengar, yang terkandung di dalam lirik lagu kedua grup musik ini.

Lagu Peterpan dan Ungu adalah lagu untuk orang dewasa yang setiap liriknya dituangkan dalam bentuk kata-kata yang indah. Karena merupakan lagu dewasa, maka lagu-lagu kedua grup musik tersebut sebagian besar mengisahkan tentang cerita cinta kepada sesama manusia. Itulah yang menyebabkan mengapa lagu Peterpan dan Ungu banyak digandrungi oleh remaja, selain memang pemilihan katanya juga indah. Peterpan dan Ungu merupakan dua grup musik besar. Sehingga dengan mudah kita bisa melihat dan mendengarkan lagu-lagunya dimanapun, baik itu di televisi, radio, internet, di toko-toko kaset, di telepon genggam, bahkan di jalanan ketika para pengamen menyanyikannya.

Dengan mengaplikasikan lirik-lirik lagu dari grup musik Peterpan dan

Ungu ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diharapkan dapat memunculkan motivasi bagi siswa. Realita menunjukkan bahwa siswa masih kurang termotivasi apabila proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung, ini terjadi karena dalam diri siswa telah tertanam sisi negatif tentang bahasa Indonesia, bahwa bahasa Indonesia itu adalah pelajaran yang membosankan dan menjenuhkan.

Maka dari itu, diperlukan variasi dalam merancang suatu model dan media dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah mengaplikasikan lirik-lirik lagu ke dalam kegiatan inti pembelajaran. Variasi-variasi semacam itulah yang diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan membentuk siswa yang terampil berbahasa. Selain itu, guru pun dituntut untuk menggunakan model pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran yang diharapkan bisa memacu motivasi

siswa dalam kegiatan belajar. Dengan kata lain, antara guru dan siswa sama-sama dituntut untuk melancarkan proses pembelajaran di kelas, sehingga proses interaksi antara guru-murid lebih berjalan lancar dan menyenangkan.

Manfaat praktis dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang digunakan di dalam lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria dan grup musik

Ungu dalam album Melayang. Selain itu, dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan variasi serta motivasi terhadap siswa SMA dalam kegiatan belajar di sekolah. Variasi dalam merancang suatu model atau strategi pembelajaran semacam inilah yang dibutuhkan seorang guru sebagai fasilitator untuk memfasilitasi siswanya untuk membantu menyempurnakan proses pembelajaran di kelas, sehingga antara guru dan siswa terdapat suatu hubungan harmonis, dekat, dan sinkron atau nyambung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis di atas, maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut.

1) Apakah jenis gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu Peterpan

dalam album Alexandria dan Ungu dalam album Melayang?

2) Apakah Jenis bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu Peterpan

dalam album Alexandria dan Ungu dalam album Melayang?

3) Jenis gaya bahasa dan bahasa kiasan apa yang dominan muncul dalam

lirik lagu Peterpan dan Ungu?

4) Apakah makna yang terkandung dalam gaya bahasa maupun dalam

bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik-lirik lagu Peterpan maupun

Ungu?

5) Perbedaan apa yang terdapat dalam gaya bahasa dan bahasa kiasan

yang digunakan antara lirik lagu Peterpan maupun Ungu?

6) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya bahasa dan

bahasa kiasan yang digunakan dalam lirik lagu Peterpan maupun

Ungu?

7) Bagaimana aplikasi teori tentang gaya bahasa dan bahasa kiasan

terhadap lirik lagu Peterpan dan Ungu?

8) Dengan metode dan model pembelajaran yang digunakan, bagaimana

cara untuk menarik perhatian para siswa SMA dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas?

9) Bagaimana perbandingan gaya bahasa dan bahasa kiasan antara lirik

lagu Peterpan album Alexandria dengan lirik lagu Ungu album

Melayang?

1.3 Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan penulis, maka penelitian ini akan dibatasi pada perbandingan penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik-lirik lagu grup musik Peterpan dan grup musik Ungu, serta aplikasinya dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah ditentukan penulis, maka masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah,

“Bagaimana perbandingan gaya bahasa dan bahasa kiasan pada lirik lagu

Peterpan dalam album Alexandria dengan lirik lagu Ungu dalam album

Melayang, serta aplikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA?”

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan berguna bagi siswa, guru, kurikulum, dan bagi sekolah. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagi Siswa

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat membuat siswa

merasakan kenyamanan dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di SMA. Penelitian ini juga dilakukan untuk

membuang tabiat bahwa menurut sebagain besar siswa, pelajaran Bahasa

Indonesia itu membosankan.

2) Bagi Guru

Banyak cara dan strategi yang dapat digunakan guru untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Namun dengan dilakukannya penelitian ini,

diharapkan dapat berguna untuk membuat variasi dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah sehingga dapat memacu motivasi siswa untuk belajar

bahasa Indonesia.

3) Bagi Kurikulum

Kegunaan penelitian ini adalah agar kurikulum yang merupakan landasan

yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah, dapat

dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya dengan berbagai macam cara yang

baik dan variatif.

4) Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa kontribusi

dalam pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia.

BAB II

KAJIAN TEORETIS

Dalam bab ini, penulis mendeskripsikan teori menurut para ahli tentang hakikat gaya bahasa, hakikat bahasa kiasan, hakikat lirik lagu, dan aplikasi dalam pembelajaran di SMA. Setelah itu, penulis menerangkan penelitian yang relevan dan mengemukakan landasan berpikir dari penulis sendiri.

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Hakikat Gaya Bahasa

Untuk membuat suatu karya yang baik dan dapat diterima masyarakat luas, para penulis ataupun para pencipta lirik lagu atau seorang komposer banyak menggunakan berbagai macam gaya bahasa, selain untuk memperindah karyanya, juga untuk mengungkapkan isi pemikiran dan jiwa si penulis sendiri di dalam karyanya. Sesuai dengan yang diungkapkan Keraf bahwa “gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang menunjukkan jiwa serta kepribadian penulisnya”.5 Hal itu dilakukan agar hasil karyanya baik itu sebuah lagu atau pun puisi memiliki nilai rasa dan seni yang tinggi sehingga banyak diminati masyarakat. Dengan begitu, baik itu dari penulis maupun pendengar atau pembacanya mendapatkan kepuasan tersendiri. Penulis merasa puas karena hasil imajinasinya dan juga curahan hati dan pikirannya banyak

5 Gorys Keraf, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 113.

disukai masyarakat. Begitu pun dengan pendengar atau pembaca, merasakan kepuasan karena telah menikmati suatu karya yang indah. Dengan begitu, maka antara penulis dan pembaca atau pendengar terjadi timbal balik.

Dijelaskan pula oleh Semi bahwa “gaya bahasa adalah upaya yang dilakukan seseorang menurut pilihannya untuk menimbulkan efek tertentu terhadap tuturannya bagi pembaca atau pendengar”6. Maka dari itu, dengan menggunakan gaya bahasa dalam suatu karya, diharapkan para pembaca maupun pendengar khususnya dapat merasakan semacam nilai estetik yang terkandung di dalam sebuah karya.

Tarigan mengungkapkan suatu definisi bahwa “gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca”.7 Selanjutnya, dijelaskan oleh Pradopo bahwa “gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mencipatkan efek tertentu. Dalam karya sastra, efek ini adalah efek estetik yang turut menyebabkan karya sastra bernilai seni”.8 Pendapat seperti ini dikemukakan juga oleh Hartoko dan Rahmanto dalam Pradopo yang menyatakan bahwa ”gaya bahasa adalah cara khas yang dipakai seseorang untuk mengungkapkan diri (gaya pribadi)”.9 Dengan begitu dapat dikatakan juga bahwa gaya bahasa ini merupakan cara atau ekspresi yang ingin diungkapkan dari diri si

6 M. Atar Semi, 1993, Anatomi Sastra, : Angkasa Raya, hlm. 53. 7 Henry Guntur Tarigan, 2009, Pengajaran Gaya Bahasa, Bandung: Angkasa, hlm. 4. 8 Rachmat Djoko Pradopo, 2009, Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hlm. 264. 9 Ibid.

pengarang yang disampaikan dengan menggunakan bahasa dalam karya-karya yang diciptakannya.

Selain itu, masih mengenai definisi tentang gaya bahasa, Dale dalam

Tarigan menjelaskan bahwa:

gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara singkat, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.10

Wibowo juga mengungkapkan bahwa “gaya bahasa adalah cara mengungkapkan diri sendiri melalui bahasa, sehingga berbeda dengan yang lain, yakni dibaca pembacanya karena disajikan menarik”.11 Pendapat Wibowo tersebut juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kridalaksana dalam Pradopo bahwa

“gaya bahasa itu merupakan keseluruhan ciri-ciri khusus sekelompok penulis sastra”.12 Jadi, gaya bahasa memang pemikiran pribadi pengarang karena pendapat dan gagasannya merefleksikan pengarang dalam menulis karya.

Berbicara tentang gaya bahasa, gaya bahasa ini merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyampaikan pikiran atau perasaan penulis. Seperti yang diungkapkan oleh Slametmuljana dalam Pradopo bahwa “gaya bahasa ialah

10 Henry Guntur Tarigan, Loc. Cit. 11 Wahyu Wibowo, 2001, Manajemen Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 36. 12 Rachmat Djoko Pradopo, Loc. Cit.

susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca”.13

Dari beberapa pendapat para ahli yang melengkapi satu sama lain tersebut, akhirnya penulis dapat menyimpulkan definisi tentang gaya bahasa, yaitu suatu susunan kata-kata yang diciptakan dengan menggunakan ekspresi, perasaan, gagasan, maupun pemikiran pribadi penulis, yang dapat menghidupkan kata-kata tersebut serta memberikan nilai rasa dan keindahan di dalamnya, sehingga dapat menimbulkan suatu pengaruh tertentu bagi pembaca ataupun pendengar yang menikmati karyanya.

Penggunaan bahasa juga memiliki beberapa tujuan, seperti yang diungkapkan oleh Perine dalam Djojosuroto bahwa “tujuan gaya bahasa antara lain (1) agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, (2) agar menghasilkan makna tambahan, (3) agar dapat menambah intensitas dan menambah konkrit sikap dan perasaan penyair, (5) agar makna yang diungkapkan lebih padat”.14

Setelah berbagai macam definisi dan teori mengenai gaya bahasa yang telah dijelaskan dari para ahli, selanjutnya dalam gaya bahasa itu sendiri memiliki bermacam-macam jenis. Seperti yang dikemukakan oleh Semi tentang macam- macam gaya bahasa yang dapat digunakan yaitu “inversi, repetisi, koreksi,

13 Ibid., hlm. 93. 14 Kinayati Djojosuroto, 2006, Pengajaran Puisi (Analisis dan Pemahaman), Bandung: Nuansa, hlm. 17.

klimaks, anti klimaks, antithesis, pertanyaan retoris, alusio, pararelisme, sarkasme, simbolik, pleonasme, paradoks, proterito, asindeton, dan polisindeton”15.

Pembagian mengenai gaya bahasa juga diungkapkan oleh Rachmat Djoko

Pradopo bahwa gaya bahasa meliputi “tautologi, pleonasme, enumerasi, pararelisme (persejajaran), retorik retisense, hiperbola, paradoks, dan kiasmus.”16

Bisa dilihat jenis gaya bahasa baik menurut Atar Semi maupun Pradopo ada beberapa persamaan yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain.

Selain itu, Tarigan juga mengungkapkan tentang jenis-jenis gaya bahasa yang terdiri dari “gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa pengulangan”.17

Tentunya masih banyak pendapat para ahli yang menerangkan tentang definisi gaya bahasa maupun jenis-jenis gaya bahasa. Bisa dilihat bahwa antara pendapat satu dengan lainnya terdapat persamaan dan juga perbedaan yang saling melengkapi satu sama lain. Seperti yang dijelaskan di awal, bahwa manusia memiliki tingkat imajinasi dan kemampuan berpikir yang bermacam-macam, yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu yang paling besar mempunyai ciri ataupun karakteristik tersendiri yang dapat membedakan antara satu individu dengan individu yang lainnya. Hal itu lah yang menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan yang tentu saja semakin memperkaya ilmu pengetahuan.

15 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 53-56. 16 Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 95. 17 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 5.

Dari berbagai pendapat para ahli yang telah diuraikan, kemudian penulis menentukan jenis-jenis gaya bahasa yang dianggap sangat menunjang untuk digunakan sebagai bahan penelitian. Jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan penulis dari pendapat para ahli diambil delapan jenis, gaya bahasa tersebut adalah meliputi, (1) repetisi, (2) inversi, (3) Aliterasi, (4) Asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton. Berikut akan diterangkan satu persatu tentang gaya bahasa yang penulis gunakan tersebut.

1) Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan kata secara beberapa kali untuk

menguatkan tekanan. Semi menjelaskan “repetisi adalah pengulangan

kata yang sudah disebut atau menggantinya dengan sinonimnya

dengan maksud memberi tekanan dan mengeraskan arti”18. Jadi, jelas

bahwa repetisi adalah gaya bahasa yang menggunakan pengulangan

kata-kata yang telah disebutkan sebelumnya. Contoh:

- semua yang membebaniku, sungguh membebaniku, sungguh

membebaniku, sungguh membebaniku

- aku menunggumu, menunggumu, menunggumu, mati

didepanku, didepanku, didepanku.

2) Inversi

18 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 53.

Inversi merupakan gaya bahasa yang penggunaannya memutar

balikkan subjek dengan predikat. Sehingga menimbulkan ciri khas

tersendiri ketika dibacakan atau diperdengarkan. Semi menjelaskan

bahwa “inversi adalah penggunaan atau pemakaian kalimat dengan

jalan membalikkan subjek dan predikat: artinya predikat didahulukan

dari subjek”.19 Hal ini dilakukan untuk memberi efek tertentu kepada

pembaca. Contoh:

- lemah tetap menari langkahku

3) Aliterasi

Aliterasi adalah jenis gaya bahasa yang berwujud pemakaian kata-kata

yang memiliki permulaan kata maupun konsonan yang sama.

Perulangan pada konsonan tersebut dimaksudkan untuk memberikan

keindahan pada suatu kalimat ketika dibacakan atau dinyanyikan.

Tarigan mengungkapkan bahwa “aliterasi adalahsejenis gaya bahasa

yang memanfaatkan purwakanti maupun pemakaian kata-kata yang

permulaannya sama bunyinya”.20

- Bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan

ku menghilang

19 Ibid. 20 Henry Guntur Tarigan. Op. Cit., hlm. 175.

4) Asonansi

Kebalikan dari aliterasi, gaya bahasa asonansi diartikan sebagai

perulangan vocal yang sama dalam susunan kata-kata. Asonansi

merupakan gaya bahasa yang berwujud pengulangan vocal yang sama.

Tarigan mengungkapkan bahwa “asonansi adalah jenis gaya bahasa

yang berwujud perulangan vocal yang sama. Biasanya digunakan

dalam prosa untuk memperoleh penekanan atau menyelamatkan

keindahan”.21

- Ku harus lepaskanmu, melupakan senyummu

- Tersenyum meluhatmu termenung meliatku

5) Pararelisme

Gaya bahasa pararelisme atau penegasan pengucapan digunakan untuk

mempertegas suatu pernyataan sebagai keseriusan. Seperti yang

diungkapkan Semi bahwa pararelisme adalah “pengulangan

pengucapan kalimat dengan maksud menegaskan kembali atau untuk

memberi efek semangat dan kesungguhan.”22 Contoh:

- aku ingin engkau selalu, hadir dan temani aku, disetiap

langkah yang meyakiniku, kau tercipta untukku.

21 Ibid., hlm. 176 22 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 55.

6) Simploke

Simploke adalah jenis gaya bahasa yang menunjukan kata ulang di

dalam kalimatnya, baik itu di awal maupun di akhir. Seperti yang

diungkapkan Tarigan bahwa “simploke adalah gaya bahasa berupa

pengulangan kata di awal dan diakhir pada beberapa baris atau kalimat

berturut-turut.”23. Pengulangan yang terjadi pada simploke bukan

merupakan penekanan seperti repetisi maupun pararelisme untuk

menyatakan suatu kesungguhan, tetapi hanya sebagai permainan kata

agar terkesan lebih menarik. Contoh:

- Mengapa hidup begitu sepi Apakah hidup seperti ini

Mengapa ku selalu sendiri Apakah hidupku tak berarti

7) Pleonasme

Pleonasme merupakan penggunaan kata yang berlebihan, maksud dari

berlebihan disini adalah kata yang dituliskan sebenarnya sudah cukup

jelas, namun kembali ditambahkan kata selanjutnya dengan maksud

agar dapat lebih menguatkan makna. Pradopo menjelaskan bahwa

“pleonasme merupakan sarana retorika yang menyatakan keadaan

secara dua kali, tetapi kata yang selanjutnya sebenarnya telah tersimpul

dalam kata pertama”.24 Contoh:

- Lihat ke langit luas

23 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 196. 24 Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 95.

8) Asindeton

Asindeton merupakan salah satu jenis gaya bahasa yang menuliskan

suatu susunan kata tidak menggunakan kata-kata penghubung, kadang

hanya dipisahkan oleh tanda koma. Menurut Semi, asindeton adalah

“gaya bahasa yang menyebutkan urutan kata tanpa menggunakan kata

sambung untuk menunjukkan keseluruhan kata-kata itu.”25 Dengan

kata lain, gaya bahasa asindeton ini dalam penerapannya tidak

menggunakan kata-kata seperti „dan‟, „dengan‟,‟serta‟,dll.. Contoh:

- ini bukan maumu, ini bukan inginmu

2.1.2 Hakikat Bahasa Kiasan

Selain gaya bahasa, untuk menambahkan unsur kepuitisan dan keindahan yang lain maka digunakan juga bahasa kiasan. Bahasa kiasan ini digunakan dalam sebuah sajak, syair, maupun lirik, agar menjadi sangat menarik dan menimbulkan kejelasan ketika dibacakan atau diperdengarkan, serta memberikan kejelasan gambaran angan yang dideskripsikan melalui kata-kata yang diungkapkan penulis maupun seorang komposer atau pencipta lagu.

Banyak pendapat yang menjelaskan bahwa bahasa kiasan itu sama dengan gaya bahasa. Selain itu, ada pendapat juga yang menjelaskan bahwa bahasa kiasan merupakan bagian dari gaya bahasa. Seperti pendapat dari Semi yang menjelaskan bahwa ”kiasan atau perlambangan itu merupakan bagian dari gaya

25 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 56.

bahasa. Gaya bahasa itu lebih luas dari kiasan, perumpamaan maupun perlambangan.”26

Selain pendapat tersebut, ada juga yang berpendapat bahwa gaya bahasa itu berbeda dengan bahasa kiasan seperti misalnya Pradopo, yang memisahkan antara gaya bahasa dan bahasa kiasan dalam bukunya yang berjudul Pengkajian

Puisi. Beberapa pendapat yang berbeda tersebut tidak bisa disalahkan begitu saja, mengingat yang mengeluarkan pendapat adalah para ahli yang telah teruji dalam bidang ini. Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana memahami berbagai macam teori yang ada untuk digunakan, karena bagaimanapun juga antara satu pendapat dengan pendapat yang lain sifatnya saling melengkapi.

Dalam penelitian ini, penulis memisahkan antara bahasa kiasan dengan gaya bahasa. Hal ini dilakukan karena penulis melihat memang ada perbedaan tersendiri antara gaya bahasa dengan bahasa kiasan. Perbedaan yang penulis ketahui adalah bahwa gaya bahasa merupakan suatu susunan kata-kata yang diciptakan dengan menggunakan ekspresi, perasaan, gagasan atau pemikiran penulis sehingga memberikan nilai estetis dalam suatu karya. Sedangkan bahasa kiasan adalah sebuah perlambangan, perumpamaan, ataupun menjelaskan suatu hal dengan hal lainnya. Hal ini dilakukan penulis agar karyanya terasa lebih hidup dan jelas dalam mengambarkan suatu hal.

Mengenai bahasa kiasan, diungkapkan oleh Pradopo bahwa “bahasa kiasan adalah mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya

26 Ibid., hlm. 53.

gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup.”27 Pendapat itu sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Altenbernd dalam Pradopo bahwa “bahasa kiasan

itu mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan

tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu

yang lain.”28

Chaer menjelaskan bahwa “semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun

kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual,

atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.”29 Itulah yang menyebabkan

mengapa banyak yang berpendapat bahwa bentuk bahasa kiasan memiliki makna

yang agak sulit diinterpretasikan, contohnya adalah puisi. Bahasa kiasan ini

dibentuk dengan memperhatikan adanya persamaan sifat, keadaan bentuk, warna,

tempat, dan waktu antara dua benda yang dibandingkan. Semi menjelaskan

bahwa “bahasa kiasan adalah memberi makna lain dari suatu ungkapan, atau

memisalkan seseorang untuk mengatakan sesuatu yang lain.”30

Selain itu, Suprapto berpendapat bahwa “kiasan adalah perumpamaan arti kata yang bukan sebenarnya”.31 Tentunya bisa dilihat pengertian ataupun definisi tentang bahasa kiasan menurut para ahli tersebut memiliki penjelasan yang relatif sama tentang bahasa kiasan. Persamaan dari berbagai pendapat tersebut, secara umum menjelaskan bahwa bahasa kiasan merupakan pengiasan serta

27 Rachmat Djoko Pradopo, Op.Cit., hlm. 62. 28 Ibid. 29 Abdul Chaer, 2002, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, hlm 77. 30 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 50. 31 Suprapto, 1991, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, : INDAH Surabaya, hlm. 42.

perumpamaan akan suatu hal yang ingin disampaikan oleh penulis ataupun pengarang, diungkapkan dengan cara disamakan dengan hal lainnya.

Luxemburg diterjemahkan oleh Hartoko menjelaskan bahwa “bahasa kiasan sering dipandang sebagai ciri khas bagi jenis sastra yang biasa disebut puisi”.32 Meskipun tidak semua puisi menggunakan bahasa-bahasa kiasan, tetapi dalam banyak sajak, kiasan itu penting bagi susunan makna baik itu untuk puisi, maupun sesuatu yang menyerupai puisi seperti contohnya lirik lagu. Semi mengungkapkan bahwa “lirik diartikan juga sebagai puisi yang dinyanyikan.”33

Oleh karena itu, kiasan yang identik dengan puisi dapat disimpulkan juga dekat dengan lirik lagu yang digunakan para komposer atau pencipta lagu untuk menciptakan sebuah lirik lagu yang indah dan dapat disenangi pendengarnya.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, akhirnya penulis menyimpulkan bahwa bahasa kiasan adalah suatu perumpamaan maupun perlambangan akan suatu hal dengan hal yang lainnya, akan tetapi masih memiliki persamaan sifat maupun keadaannya, sehingga menimbulkan kesan lebih hidup.

Setelah menerangkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi bahasa kiasan, selanjutnya akan dijelaskan mengenai jenis-jenis bahasa kiasan. Bahasa kiasan ini memiliki berbagai macam jenis yang dapat digunakan untuk membuat suatu puisi, syair, ataupun lirik. Semi menjelaskan pembagian tentang bahasa kiasan bahwa “ada dua macam kiasan yaitu kiasan langsung dan tak langsung.

32 . J. V. Luxemburg, et.al. , diterjemahkan Dick Hartoko, 1992, Pengantar Ilmu Sastra, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 187. 33 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 106.

Kiasan tak langsung meliputi perlambangan atau metafora, alegori, personifikasi, hiperbola, litotes, eufumisme, sinekdokse pars prototo, sinekdose totem proparte, dan ironi”.34 Jenis bahasa kiasan yang dijelaskan oleh Atar Semi tersebut termasuk yang paling lengkap dikemukakan. Selain itu, jenis-jenis bahasa kiasan yang dijelaskan tersebut sering juga disebut sebagai majas dalam bahasa

Indonesia. Selanjutnya, Tarigan menambahkan depersonifikasi selain adanya personifikasi. Ia berpendapat bahwa “depersonifikasi atau pembendaan adalah kebalikan dari personifikasi”.35

Luxemburg, diterjemahkan oleh Hartoko menjelaskan bahwa “bahasa kiasan dibagi menjadi dua kategori pokok yaitu metafora dan perumpamaan, selain itu ada juga metonimia dan sinekdoke.”36 Selanjutnya, oleh Pradopo juga diterangkan tentang jenis-jenis bahasa kiasan yang antara lain adalah

“perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simile), personifikasi, metonimi, sinekdoki, dan alegori”.37

Demikianlah bermacam-macam jenis bahasa kiasan yang diungkapkan oleh para ahli. Dari bermacam-macam bahasa kiasan tersebut terlihat memiliki beberapa persamaan dan juga perbedaan. Tapi pada dasarnya, variasi tentang bahasa kiasan tersebut dari pendapat satu ke pendapat lainnya cenderung memiliki banyak persamaan. Perbedaan rumusan tentang variasi bahasa kiasan tentu saja karena berbagai faktor diantaranya adalah perbedaan daya pikir mengenai sesuatu

34 Ibid., hlm. 50-53. 35 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 21. 36 J. V. Luxemburg, et.al., Loc. Cit. 37 Rachmat Djoko Pradopo, Loc. Cit.

yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri pribadi para ahli tersebut.

Dari berbagai pendapat para ahli yang telah diuraikan, penulis menentukan jenis-jenis bahasa kiasan yang dianggap dapat menunjang dan selanjutnya digunakan sebagai bahan penelitian. Sama halnya dengan penggunaan gaya bahasa yang akan digunakan dalam penelitian ini, jenis-jenis bahasa kiasan yang digunakan penulis juga mengambil delapan jenis. Delapan bahasa kiasan tersebut meliputi, (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi dan (8) litotes. Berikut akan diterangkan satu persatu tentang bahasa kiasan yang digunakan tersebut.

1) Perbandingan (Simile)

Bahasa kiasan perbandingan atau simile, merupakan bahasa kiasan

yang menyamakan sesuatu dengan suatu hal yang lain dengan

menggunakan kata-kata yang pembanding yang bersifat tak langsung

misalnya, bagaikan, bak, seperti, laksana, dll.. Tarigan menjelaskan

“perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya

berlainan dan sengaja dianggap sama”.38 Contoh:

- Hatiku hampa sepertinya luka menghampirinya

2) Metafora

Hampir sama dengan kiasan perbandingan, metafora adalah kiasan

yang fungsinya juga membandingkan. Hanya saja, kiasan metafora ini

38 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 10.

digunakan secara langsung dan tidak menggunakan kata-kata

penghubung seperti halnya yang digunakan oleh perbandingan.

Akhmadi menjelaskan bahwa “metafora adalah kiasan yang digunakan

untuk menyatakan sesuatu hal atau peristiwa dengan menggunakan

suatu perbandingan langsung”.39 Contoh:

- Bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang

3) Alegori

Alegori sebenarnya adalah metafora yang diteruskan ataupun

pengiasan secara beruntun. Sesuai dengan pendapat Semi yang

menjelaskan bahwa “alegori adalah pemakaian beberapa kiasan secara

beruntun. Semua sifat yang ada pada benda itu dikiaskan.”40 Dengan

begitu, kiasan ini bisa disebut sebagai cerita kiasan atau lukisan kiasan

yang berkesinambungan. Itulah sebabnya mengapa disebut metafora

yang diteruskan. Contoh:

- Yang terindah meski terlupakan, dan selalu terangi dunia mereka-reka, hanya aku dan bintang

4) Personifikasi

Bahasa kiasan ini mempersamakan benda mati dengan tingkah laku

yang bisa dilakukan manusia. Benda-benda tersebut dibuat seakan-

akan bisa berpikir, berbuat, dan sebagainya. Semi menjelaskan tentang

personifikasi, “yaitu mengungkapkan atau mengutarakan sesuatu

39 Mukhsin Akhmadi, 1990, Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia, Malang: Yayasan Asah Asih Asuh, hlm. 180. 40 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 51.

benda dengan membandingkannya dengan tingkah dan kebiasaan

manusia”.41 Contoh:

- Dan rasakan semua bintang memanggil tawamu terbang ke atas

5) Depersonifikasi

Kebalikan dari personifikasi, depersonifikasi adalah pembendaan yang

menyebabkan manusia seperti tidak memiliki pikiran dan tak bisa

melakukan suatu perbuatan apapun seakan-akan manusia menyerupai

benda mati. Tarigan menjelaskan bahwa “depersonifikasi atau

pembendaan, adalah kebalikan dari personifikasi atau penginsanan”.42

Contoh:

- Menatap indahnya senyuman di wajahmu, membuatku terdiam

dan terpaku.

6) Hiperbola

Hiperbola merupakan suatu perbandingan ataupun perlambangan yang

berlebih-lebihan atau dibesar-besarkan, padahal kenyataannya tidak

sejauh dengan yang diungkapkan. Pradopo menjelaskan definisi

tentang hiperbola, “yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau

41 Ibid. 42 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 21

keadaan. Maksudnya di sini untuk menyangatkan, untuk intensitas, dan

ekspresivitas”.43 Contoh:

- Kau hancurkan hatiku

7) Ironi

Kiasan ini merupakan kiasan yang mengejek, menyindir, ataupun

bersifat mengingatkan, akan tetapi dengan pengungkapan secara

berlawanan namun tetap membuat orang yang menjadi sasaran tuturan

merasa tersinggung. Semi menjelaskan pengertian bahwa “ironi adalah

sebuah pengucapan, akan tetapi yang diucapkan mengandung arti

kebalikannya”.44 Contoh:

- Tak usah kau tanyakan lagi, simpan untukmu sendiri

- Apa yang kau lakukan dibelakangku, mengapa tak kau

tunjukkan dihadapanku

8) Litotes

Litotes merupakan kiasan yang didalam pengungkapannya

menyeatakan sesuatu yang positif dengan bentuk negatif atau bentuk

yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya. Moeliono menyatakan

bahwa “litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan

43 Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 98. 44 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 53.

yang sebenarnya.”45 Dengan kata lain, litotes ini bisa digunakan untuk

merendahkan suatu keadaan yang mungkin saja keadaan yang

sebenarnya tidak seperti itu.

- Kukatakan dengan indah, dengan terbuka, hatiku hampa

- Mungkin ku salah megartikannya

2.1.3 Hakikat Lirik Lagu

Lirik lagu merupakan suatu karya yang menggunakan bahasa tulis yang biasanya berupa rangkaian kata dengan diksi yang indah, juga menggunakan gaya bahasa dan bahasa kiasan sama saja halnya dengan puisi. Artinya, lirik lagu sama saja dengan puisi apabila dilihat di atas kertas. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Semi, “Lirik diartikan juga sebagai puisi yang dinyanyikan, karena itu ia disusun dengan susunan yang sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula”.46

Selain itu, Suprapto juga menjelaskan tentang lirik yaitu, “karya sastra yang berisi curahan pribadi, bersifat subjektif, didasarkan pada rasa kasih sayang, rindu dendam, suka dan benci, kepastian dan kesangsian, kegembiraan, kesedihan, dan sebagainya”.47 Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa lirik termasuk juga ke dalam karya sastra.

Keindahan yang dimiliki dari lagu tentu tidak dapat terlepas dari unsur lirik sebagai bahasa, dan musik sebagai iramanya. Sebuah lagu menjadi lebih

45 Anton M Moeliono, 1984, Diksi atau Pilihan Kata (suatu spesifikasi di dalam kosakata), Jakarta: PPPGB (naskah), hlm. 58. 46 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 106. 47 Suprapto, Op. Cit., hlm. 46.

indah dan dinikmati para pendengar karena musik yang mengiringinya. Sehingga antara lirik yang menggunakan bahasa, dengan musik sebagai iramanya sudah menjadi satu kesatuan yang utuh. Seorang penyanyi baru bisa dikatakan menyanyi dengan sungguh-sungguh hanya apabila ada musik yang mengiringi nyanyiannya.

Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soemarjo bahwa “Unsur musik atau irama digunakan untuk mengiringi bahasa yang disusun sebagai lirik lagu. Lirik lagu yang baik dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komponis kepada para pendengarnya”.48

Irama atau ritme (rhythm) dan lirik lagu sama-sama memberikan nilai estetis apabila dipadukan dan menjadi satu kesatuan. Selain hal ini akan menimbulkan daya pukau bagi para pendengarnya, juga dapat mempertajam makna yang tersirat dari sebuah lagu yang dinyanyikan. Mengenai irama, Semi menjelaskan bahwa “irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan variasi-variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup”.49 Sejalan dengan pendapat tersebut, Pradopo berpendapat bahwa “irama adalah pergantian berturut-turut secara teratur”.50 Jadi dapat disimpulkan bahwa irama adalah suatu rentetan dan gerakan bunyi yang teratur dan bervariasi sehingga menciptakan suatu karya menjadi lebih menarik.

Selain itu, satu hal yang tak kalah penting adalah bunyi. Unsur yang sangat menentukan keindahan irama dalam mengiringi sebuah lirik lagu adalah kemerduan dari bunyi. Tanpa adanya bunyi yang merdu maka tidak akan tercipta

48 Sumarjo, L. E., 1978, Komponis, Pemain, Publik, Jakarta: Pustaka Jaya, hlm. 35. 49 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 120. 50 Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 40.

suatu lagu yang harmonis maupun puisi yang nyaman didengar. Dengan kata lain, bunyi sangat erat hubungannya dengan unsur irama (rhythm) dan liriknya. Bunyi juga sangat berperan dalam memberikan sugesti dan memperdalam makna kepada para pendengar dan juga penikmatnya ketika sebuah lagu dilantunkan.Seperti yang dikemukakan oleh Pradopo bahwa:

bunyi bersifat estetik untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif bagi sebuah puisi. Bunyi erat kaitannya dengan anasir-anasir musik seperti lagu, melodi, irama, dan sebagainya. Bunyi juga memiliki tugas yang lebih penting lagi, yaitu untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya.51

Ketika kita mendengarkan suatu alunan lagu yang diiringi musik dengan rentetan yang indah, kita dapat merasakan betapa besar pengaruh bunyi bagi keindahan sebuah lagu. Seperti yang dikemukakan Wellek dan Werren bahwa

“karya sastra terutama puisi lirik, sisi vokalnya dapat merupakan faktor yang paling penting dalam keseluruhannya”.52 Dari situlah pendengar bisa tersugesti lebih dalam ketika mendengarkan sebuah lagu. Oleh karena itu, unsur kemerduan bunyi juga sangat penting, selain menambah nilai estetis, juga dapat menimbulkan angan dan suasana yang khusus.

Selanjutnya, salah satu yang menentukan keindahan dalam sebuah lirik lagu adalah diksi (pemilihan kata). Mengenai diksi, Keraf menjelaskan bahwa diksi mencakup “(1) pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, (2) Kemampuan membedakan secara tepat nuansa-

51 Ibid., hlm. 22. 52 Renne Wellek dan Austin Werren, 1993, Teori Kesusastraan, Jakarta: Gramedia, hlm. 179

nuansa makna yang disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki masyarakat”.53 Oleh karena itu, sama halnya dengan irama, lirik, dan bunyi, diksi dalam lirik lagu juga sangat penting peranannya. Kita bisa melihat sendiri bagaimana seorang komposer atau pencipta lagu mampu mengolah kata-kata dengan diksi yang baik dan indah. Para komposer tersebut memiliki ciri khas masing-masing dalam menggunakan diksi dalam lagu-lagu yang diciptakan guna menarik perhatian para pendengar karyanya. Contoh diksi yang digunakan dalam lirik lagu grup musik Peterpan dan

Ungu berikut.

Lihat ke langit luas

Dan semua musim terus berganti

Tetap bermain awan

Merangkai mimpi dengan khayalku

Selalu bermimpi dengan hariku

Pernah kau lihat bintang

Bersinar putih penuh harapan

Tangan halusnya terbuka

Coba temani, dekati aku

Selalu terangi gelap malamku

Dan rasakan semua bintang

53 Gorys Keraf, Op. Cit., hlm. 24.

Memanggil tawamu terbang ke atas

Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang

Yang terindah meski terlupakan

Dan selalu terangi dunia mereka-reka

hanya aku dan bintang

Peterpan, Aku dan Bintang, 2005

Menatap indahnya senyuman di wajahmu

Membuatku terdiam dan terpaku

Mengerti akan hadirnya cinta terindah

Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan Kepada dirimu

Aku ingin engkau selalu Hadir dan temani aku

Di setiap langkah yang meyakiniku

Kau tercipta untukku

Meski waktu akan selalu Memanggil seluruh ragaku

Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu

Yang mencintaimu sepanjang hidupku

Ungu, Tercipta Untukku, 2005

Bisa dilihat perbedaan diksi antara lirik lagu Peterpan berjudul Aku dan

Bintang dengan lirik lagu Ungu berjudul Tercipta Untukku tersebut. Apabila dibaca secara sekilas, lirik lagu Peterpan menggunakan kata-kata yang tidak biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mudah untuk menginterpretasikan maknanya kecuali apabila kita menginterpretasikannya lebih dalam. Berbeda dengan lirik lagu Ungu, dibaca sekilas pun masyarakat pasti sudah bisa menginterpretasikan maknanya karena bahasa yang digunakan biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, sudah jelas bahwa setiap penulis lagu atau komposer menulis lirik lagu dengan ciri khas sesuai dengan tingkat imajinasi yang dimilikinya, sehingga antara satu komposer dengan komposer yang lainnya memiliki karakteristik tertentu pada karyanya masing-masing.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa lirik lagu adalah serangkaian kata-kata yang disusun dan digunakan oleh seorang pencipta lagu untuk mengungkapkan ekspresi dan pikirannya dengan cara dituangkan kedalam tulisan yang menyerupai sebuah puisi, namun diiringi dengan irama dan melodi sehingga lebih memberikan nilai seni dan nilai estetik yang tinggi.

2.1.4 Aplikasi Pembelajaran Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan dalam

Kurikulum SMA

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan suatu alat yang tidak bisa terlepas dari kegiatan manusia. Bahasa yang secara umum merupakan alat untuk berkomunikasi adalah alat yang paling efektif untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Oleh karena itu, agar penggunaan bahasa dapat berjalan dengan

baik maka diperlukan pengajaran mengenai bahasa itu sendiri. Sesuai dengan pendapat Imran bahwa “belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman”.54 Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan yang didapat dalam belajar maka akan seterusnya melekat dalam diri seseorang. Mengenai keberhasilan proses belajar,

Dimyati dan Mudjiono berpendapat bahwa “belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa merupakan penentu terjadinya atau tidak proses belajar”.55

Suatu proses pengajaran akan berjalan dengan lancar apabila memenuhi beberapa komponen diantaranya adalah, tujuan pembelajaran, media pengajaran, evaluasi pengajaran, dan biaya pengajaran. Semua hal itu merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru sebagai tenaga pendidik, dibantu oleh siswa sebagai objek pembelajaran.

Di negara ini, kurikulum terus mengalami perkembangan menuju kearah perbaikan. Kurikulum yang sekarang diterapkan di Indonesia adalah Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). “Kurikulum ini dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik dari peserta didik”.56

Menurut Mulyasa, secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah:

54 Ali Imran, 1996, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, hlm. 3. 55 Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 7 56 E. Mulyasa, 2006, KTSP, Bandung: Rosda, hlm. 25.

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberidayakan sumber daya yang tersedia. 2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.57

Lebih lanjut lagi, dikemukakan bahwa sebenarnya kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa, akhlak, potensi, kecerdasan, kemandirian, dan minat peserta didik. Hal-hal tersebutlah yang sesungguhnya harus dimiliki oleh setiap peserta didik dalam mengenyam pendidikan di Indonesia.

Oleh karena itu, untuk dapat mensukseskan tujuan pembelajaran, guru harus bisa kreatif dalam merancang suatu proses kegiatan belajar agar menciptakan suasana belajar yang kondusif. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan guru untuk merancang kegiatan belajar menjadi lebih menarik perhatian siswa. Hal ini menjadikan peranan seorang guru sebagai pemimpin proses belajar mengajar di kelas sangat menentukan ketentuan kurikulum yang menganjurkan agar siswa berperan lebih aktif dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu usaha yang bisa ditempuh guru yaitu dengan cara memilih metode mengajar dengan materi yang disajikan semenarik mungkin, namun sesuai dengan kebutuhan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, serta sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

57 Ibid., hlm. 22.

Berikut ini penulis akan menyajikan aplikasi pengajaran bahasa Indonesia sesuai dengan judul Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu antara Grup Musik Peterpan dalam Album Alexandria dengan Grup Musik Ungu dalam Album Melayang, serta aplikasinya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di

SMA sebagai berikut.

1) Sebelum materi pengajaran tentang gaya bahasa dan bahasa kiasan

dimulai, terlebih dahulu guru mengemukakan tujuan pembelajaran.

2) Guru menjelaskan pengertian tentang gaya bahasa maupun bahasa

kiasan.

3) Guru menerangkan tentang jenis-jenis gaya bahasa dan jenis-jenis

bahasa kiasan berserta cara menggunakannya untuk menganalisis lirik-

lirik lagu.

4) Guru menjelaskan tentang lirik lagu dari grup musik Peterpan dan

Ungu lalu menjelaskan cara menganalisis lirik lagu tersebut dengan

jenis-jenis gaya bahasa dan bahasa kiasan.

5) Guru memberikan siswa latihan dengan menggunakan lirik lagu, untuk

dianalisis perbedaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang digunakan.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan judul skripsi “Analisis Gaya Bahasa Pada

Lirik Lagu-Lagu Karya Opick Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di SMA”. Penyusunnya adalah Lulis Setiawati pada tahun 2010,

dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA). Dengan hasil kesimpulan sebagai berikut.

1) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari 5 gaya bahasa

klimaks,1 gaya bahasa antiklimaks, 8 gaya bahasa antithesis, dan 16

gaya bahasa repetisi.

2) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terdiri dari 85 gaya

bahasa retoris, yang terdiri dari 18 gaya bahasa aliterasi, 11 gaya

bahasa asonansi, 4 gaya bahasa litotes, 9 gaya bahasa tautology, 2

gaya bahasa pleonasme, 4 gaya bahasa pertanyaan retoris, 34 gaya

bahasa hiperbola, 3 gaya bahasa paradoks. 46 bahasa kiasan terdiri

dari 8 gaya bahasa simile, 9 gaya bahasa metafora, 25 gaya bahasa

personifikasi, 4 gaya bahasa sinekdoke pars prototo.58

2.3 Kerangka Berpikir

Gaya bahasa adalah suatu susunan kata-kata yang diciptakan dengan menggunakan ekspresi, perasaan, gagasan atau pemikiran penulis, yang dapat menghidupkan kata-kata tersebut serta memberikan nilai rasa dan keindahan di dalamnya. Oleh karena itu, gaya bahasa yang digunakan dalam puisi, lirik, maupun karya sastra lainnya dapat menimbulkan suatu pengaruh bagi pembaca ataupun pendengarnya.

Jenis-jenis gaya bahasa sangat banyak sekali macamnya. Jika jenis gaya bahasa dirinci terlalu dalam maka akan sulit dipahami siswa. Oleh karena itu,

58 Lulis Setiawati, 2010, Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu-Lagu Opick Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, Skripsi, Jakarta, UHAMKA.

gaya bahasa yang digunakan penulis dari pendapat para ahli akan diambil delapan jenis, gaya bahasa tersebut adalah meliputi, (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi,

(4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton.

Selain gaya bahasa, ada juga istilah bahasa kiasan. bahasa kiasan adalah suatu perumpamaan maupun perlambangan akan suatu hal dengan hal yang lainnya, akan tetapi masih memiliki persamaan sifat maupun keadaannya, sehingga menimbulkan kesan lebih hidup. Sama halnya seperti gaya bahasa, bahasa kiasan juga memiliki banyak jenis, dan akan sulit dipahami siswa jiwa dirinci terlalu dalam. Oleh karena itu, penulis membatasi pada delapan jenis bahasa yang akan digunakan. Kedelapan Bahasa kiasan tersebut adalah meliputi,

(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik lagu adalah serangkaian kata-kata yang disusun dan digunakan oleh seorang pencipta lagu untuk mengungkapkan ekspresi dan pikirannya dengan cara dituangkan kedalam tulisan yang menyerupai sebuah puisi. Perbedaan antara lirik lagu dengan puisi adalah, lirik lagu menggunakan irama dan diiringi dengan melodi ataupun musik. Dengan kata lain, Lagu adalah puisi yang dinyanyikan.

Lirik lagu ini tidak bisa terlepas dari Irama sebagai pengiringnya karena sudah menjadi satu kesatuan.

Untuk menghindari gaya pengajaran yang menjenuhkan bagi siswa, maka upaya meningkatkan motivasi belajar dengan variasi model pembelajaran menggunakan lirik lagu digunakan penulis sebagai bahan belajar. Selain itu, lagu

pada dasarnya memang disukai oleh kalangan remaja yang pada dasarnya merupakan siswa SMA. Penulis berharap bahwa penggunaan bahan belajar dengan lirik lagu pop yang memang tak lazim digunakan dalam kegiatan belajar di sekolah, dapat memunculkan motivasi siswa.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan gaya bahasa dan bahasa kiasan pada lirik lagu Peterpan dalam album Alexandria dengan lirik lagu Ungu dalam album Melayang, serta aplikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2011 dan tidak terikat oleh tempat.

3.3 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang dijadikan objek penulis adalah lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria, dan lirik lagu dari grup musik Ungu dalam album Melayang.

3.4 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada penggunaan gaya bahasa serta bahasa kiasan yang terkandung di dalam lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria dengan grup musik Ungu dalam Album Melayang, yang

kemudian akan dibandingkan hasilnya. Lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria yang akan dipakai dalam penelitian ini terdiri dari 10 judul lagu antara lain: Tak Bisa Kah, Jauh Mimpiku, Membebaniku, Menunggu Pagi,

Kukatakan Dengan Indah, Sahabat, Aku dan Bintang, Mungkin Nanti, Di

Belakangku, dan Langit Tak Mendengar. Sedangkan Lirik lagu grup musik Ungu dalam album Melayang terdiri dari 12 lagu antara lain adalah: Melayang, Seperti yang dulu, Demi waktu, Berikan aku cinta, Berjanjilah, Dari satu hati, Aku bukan pilihan hatimu, Tak perlu, Ungu (tak (terulang), Tercipta untukku, Ciuman pertama, dan Sejauh mungkin. Untuk lirik lagu Ungu yang berjumlah 12 lagu, penulis mengambil 10 lagu yang dipilih secara acak agar jumlah lagu kedua grup musik seimbang ketika dibandingkan. 10 lagu tersebut diantaranya adalah:

Melayang, Seperti Yang Dulu, Demi Waktu, Berikan Aku Cinta, Berjanjilah, Dari

Satu Hati, Aku Bukan Pilihan Hatimu, Tak Perlu, Tercipta Untukku, dan Sejauh

Mungkin.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

Proses mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini dibantu dengan beberapa tabel yang dapat digunakan antara lain yaitu tabel Analisis gaya bahasa, tabel analisis bahasa kiasan, dan tabel pembanding penggunaan gaya bahasa dan penggunaan bahasa kiasan antara lirik lagu Peterpan dengan lirik lagu Ungu.

Tabel. 1 Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah

Tabel. 2 Analisis Bahasa Kiasan Lirik Lagu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7

Jumlah

Tabel. 3 Hasil Analisis Gaya Bahasa Seluruh Lagu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton Judul Gaya Bahasa No Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah/

Persentase

Tabel. 4 Hasil Analisis Bahasa Kiasan Seluruh Lagu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes Judul Gaya Bahasa No Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah/

Persentase

Tabel. 5 Pembanding Gaya Bahasa

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton Grup Musik/ Gaya Bahasa Jumlah

Album 1 2 3 4 5 6 7 8 (Persentase)

Peterpan / Alexandria

Ungu / Melayang

Jumlah (Persentase)

Tabel.6 Pembanding Bahasa Kiasan

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes Grup Musik/ Bahasa Kiasan Jumlah

Album 1 2 3 4 5 6 7 8 (Persentase)

Peterpan / Alexandria

Ungu / Melayang

Jumlah (Persentase)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Membaca seluruh lirik lagu grup musik Peterpan pada album

Alexandria dan grup musik Ungu dalam album Melayang.

2) Menandai gaya bahasa dan juga bahasa kiasan yang terdapat pada lirik

lagu grup musik Peterpan dan Ungu.

3) Menentukan jumlah lirik lagu yang akan dianalisis dari grup musik

Peterpan dan grup musik Ungu, masing-masing sepuluh judul lagu.

4) Membandingkan hasil analisis lirik lagu yang diperoleh dari grup

musik Peterpan maupun grup musik Ungu.

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, kemudian data tersebut yang berupa lirik lagu dari grup musik Peterpan dan grup musik Ungu dianalisis dengan cara sebagai berikut.

1) Dibaca terlebih dahulu seluruh lirik lagu yang terdapat dalam album

Alexandria dan Melayang.

2) Seluruh lirik lagu dalam album Alexandria dari grup musik Peterpan

dianalisis berdasarkan teori gaya bahasa dan bahasa kiasan yang

terkandung di dalamnya.

3) Penulis membahas hasil analisis yang telah dilakukan dari setiap lirik

lagu.

4) Data yang telah dianalisis kemudian dimasukkan ke dalam tabel

analisis.

5) Setelah seluruh lirik lagu grup musik Peterpan selesai di analisis,

selanjutnya proses analisis dilakukan terhadap lirik lagu grup musik

Ungu album Melayang dengan kriteria analisis yang kurang lebih

sama.

6) Data yang merupakan hasil analisis dan hasil interpretasi mengenai

penggunaan gaya bahasa dan kiasan dari lirik lagu kedua grup musik

tersebut berdasarkan teori gaya bahasa dan bahasa kiasan kemudian

dibandingkan hasilnya dan dimasukkan ke dalam tabel pembanding

guna mengetahui karakteristik penggunaan gaya bahasa maupun kiasan

dari masing-masing grup musik.

7) Penulis menghitung persentase data berdasarkan rumus metode

deskriptif kualitatif. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian

adalah sebagai berikut.

n %  100 N

Keterangan:

% = Persentase

n = Jumlah gaya bahasa/bahasa kiasan yang digunakan

N = Jumlah gaya bahasa/bahasa kiasan secara keseluruhan

8) Diambil kesimpulan dari hasil analisis data dan juga hasil

perbandingan data yang telah didapat.

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lirik lagu dari grup musik

Peterpan yang diambil dari album Alexandria yang berjumlah 10 lagu, serta lirik lagu dari grup musik Ungu dalam album Melayang yang berjumlah 12 lagu.

Untuk 12 lirik lagu dari grup musik Ungu diambil 10 lagu. Hal ini dilakukan dengan maksud agar jumlah judul lirik lagu dari kedua grup musik sama ketika dibandingkan. Lirik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria:

1) Tak Bisa Kah

2) Jauh Mimpiku

3) Membebaniku

4) Menunggu Pagi

5) Kukatakan dengan Indah

6) Sahabat

7) Aku dan Bintang

8) Mungkin Nanti

9) Dibelakangku

10) Langit tak Mendengar

Lirik lagu grup musik Ungu dalam album Melayang:

1) Melayang

2) Seperti yang Dulu

3) Demi Waktu

4) Berikan Aku Cinta

5) Berjanjilah

6) Dari Satu Hati

7) Aku Bukan Pilihan Hatimu

8) Tak Perlu

9) Tercipta Untukku

10) Sejauh Mungkin

4.2 Analisis Data

Data yang dianalisis dan dibandingkan berupa 10 judul lirik lagu ciptaan grup musik Peterpan dalam album Alexandria, dengan 10 judul lirik lagu ciptaan grup musik Ungu dalam album Melayang. Semua data yang berupa lirik lagu tersebut dianalisis dari segi gaya bahasa dan dari segi bahasa kiasannya, sesuai dengan teori yang mendukung tentang kedua aspek tersebut. Setelah mendapatkan hasil analisis dari lirik-lirik lagu yang dijadikan objek penelitian, kemudian lirik lagu yang telah dianalisis dan diketahui dari segi penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasannya tersebut dalam lirik lagu antara grup musik Peterpan dan Ungu akan dibandingkan baik dari segi jumlah penggunaan gaya bahasa serta bahasa kiasannya, maupun persentase dari jumlah kedua aspek tersebut.

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Peterpan

1) Tak Bisa kah Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu Selalu selalu dalam hatiku (Repetisi) Ku melangkah sejauh apapun itu (Asonansi) Selalu kau di dalam hatiku (Inversi)

Ku berjalan berjalan memutar waktu (Repetisi) Berharap temukan sisa hatimu (Asonansi) Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau di dalam hatiku (Simploke)

Tak bisakah kau menungguku Hingga nanti tetap menunggu (Simploke) Tak bisakah kau menuntunku Menemani dalam hidupku (Pleonasme)

Ku berjalan berjalan memutar waktu (Repetisi) Berharap temukan sisa hatimu (Asonansi) Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau didalam hatiku (Simploke)

Dara kau mencari hidupku Kemana kau tahu isi hatiku (Asonansi) Tunggu sejenak aku di situ (Asonansi) Jalanku, jalan menemukanmu (Asindeton)

Penggunaan gaya bahasa repetisi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1. Dalam bait ke-1 baris ke-2 pada lirik

“selalu selalu dalam hatiku” merupakan repetisi karena kata “selalu” diucapkan dua kali dengan maksud untuk lebih menguatkan tekanan bahwa orang yang berkata tersebut bersungguh-sungguh dalam memikirkan seseorang didalam hatinya. Dalam bait ke-2 baris ke-1 pada lirik “ku berjalan berjalan memutar waktu” terdapat gaya bahasa repetisi karena kata “berjalan” diucapkan dua kali juga dengan maksud meyakinkan pendengarnya. Pada bait ke-4 baris ke-1 tetap sama pada lirik “ku berjalan berjalan memutar waktu”, dengan penjelasan yang

sama seperti pada bait ke-2. Sedangkan untuk penggunaan gaya bahasa inversi terdapat pada bait ke-1 baris ke-4 dalam lirik “selalu kau didalam hatiku”. Disebut inversi karena lirik “selalu kau di dalam hatiku” membalikkan antara “kau” sebagai objek dengan “selalu” yang seharusnya berada setelah kata “kau” (kau selalu di dalam hatiku). Selain gaya bahasa inversi, terdapat juga 3 penggunaan gaya bahasa simploke pada bait ke-1, ke-3, dan ke-4. Pada bait ke-2 dan ke-4 dapat dilihat pada baris ke-3 dan ke-4 nya yaitu lirik “mengertilah ku ingin engkau begitu, mengerti kau di dalam hatiku”. lirik tersebut mengandung gaya bahasa simploke karena menunjukkan kata ulang di dalam kalimatnya yaitu kata

“mengerti”. Begitupun halnya pada bait ke-3 yang berbunyi “tak bisakah kau menungguku, hingga nanti tetap menunggu, tak bisakah kau menuntunku, menemani jalan hidupku”, disebut mengandung gaya bahasa simploke karena menunjukkan pengulangan yaitu “tak bisakah” dan “menunggu” secara berturut- turut dalam beberapa baris pada bait ke-3. Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-3, bait ke-2 baris ke-2, bait ke-3 baris ke-4, dan bait ke-5 baris ke-2 dan ke-3. Salah satu contoh liriknya adalah “berharap temukan sisa hatimu”, disebut bergaya bahasa asonansi karena terdapat pengulangan vokal “a”.

Selanjutnya penggunaan gaya bahasa asindeton pada bait ke-5 baris ke-4. Disebut asindeton karena diantara “jalanku” dan “jalan” tidak menggunakan adalah, merupakan, ataupun penghubung lain. Jadi, pada lirik lagu berjudul Tak Bisa Kah, terdapat 3 gaya bahasa repetisi, 1 gaya bahasa inversi, 3 gaya bahasa simploke, 5 gaya bahasa asonansi, 1 pleonasme, dan 1 gaya bahasa asindeton.

Tak Bisa Kah

Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu Selalu selalu dalam hatiku Ku melangkah sejauh apapun itu (Hiperbola) Selalu kau di dalam hatiku

Ku berjalan berjalan memutar waktu (Metafora) Berharap temukan sisa hatimu (Hiperbola) Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau di dalam hatiku

Tak bisakah kau menungguku Hingga nanti tetap menunggu Tak bisakah kau menuntunku Menemani dalam hidupku

Ku berjalan berjalan memutar waktu (Metafora) Berharap temukan sisa hatimu (Hiperbola) Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau didalam hatiku

Dara kau mencari hidupku (Ironi) Kemana kau tahu isi hatiku Tunggu sejenak aku di situ Jalanku, jalan menemukanmu

Untuk penggunaan kiasan hiperbola terdapat pada bait ke-1 baris ke-3, bait ke-2 baris ke-2, dan bait ke-4 baris ke-2. Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik

“ku melangkah sejauh apapun itu”, merupakan hiperbola sebab pernyataan

“melangkah sejauh apapun itu” sedikit dilebih-lebihkan karena seseorang melangkah tidak mungkin dapat sejauh-jauhnya. Namun penyair bermaksud menyiratkan makna bahwa ia ingin berusaha lebih serius lagi dalam mengejar pujaan hatinya. Kemudian dalam bait ke-2 dan ke-4 sama-sama dalam lirik

“berharap temukan sisa hatimu”, mengandung kiasan hiperbola karena pernyataan “temukan sisa hatimu” merupakan hal yang dilebih-lebihkan karena

tak mungkin seseorang memiliki hati yang terpisah-pisah sehingga bisa ditemukan sisa-sisanya. Namun makna yang dimaksudkan penyair adalah berharap masih bisa mendapatkan harapan dari seseorang yang dikasihinya.

Selanjutnya untuk pernggunaan kiasan metafora terdapat dalam bait ke-2 dan bait ke-4 baris ke-1 yang liriknya sama-sama berbunyi “ku berjalan berjalan memutar waktu”. Disebut mengandung kiasan metafora karena dalam lirik tersebut penyair ataupun komposer mengibaratkan bahwa ia sedang berjalan-jalan mengitari waktu, dimana makna yang tersirat sebetulnya adalah hanya melewati hari ke hari dan waktu ke waktu. Namun penyair mengibaratkan bahwa ia seperti memutari waktu.

Penggunaan bahasa kiasan yang selanjutnya adalah kiasan ironi yang terdapat pada bait ke-5 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik “dara kau mencari hidupku, kemana kau tahu isi hatiku”. Dalam lirik tersebut, mengandung kiasan ironi karena penyair bermaksud menyindir seseorang gadis dengan lirik “kemana kau tahu isi hatiku”. Dikatakan menyindir karena lirik tersebut menyiratkan makna bahwa sebetulnya dara yang dimaksudkan si penyair itu hanya sekedar mengenali diri si penulis dari luar saja, akan tetapi tidak mengetahui apa-apa tentang isi hati si penyair.

Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Tak Bisa Kah tersebut terdapat 6 penggunaan bahasa kiasan. Penggunaan kiasan tersebut antara lain terdiri dari 3 kiasan hiperbola, 2 kiasan metafora, dan 1 kiasan ironi. 68

2) Jauh Mimpiku

Pernah kusimpan jauh rasa ini Berdua jalani cerita (Asonansi)

Kau ciptakan mimpiku (Aliterasi) Jujurku hanya sesalkan diriku (Aliterasi)

Kau tinggalkan mimpiku (Aliterasi) Dan itu hanya sesalkan diriku

Ku harus lepaskanmu (Asonansi) Melupakan senyummu (Asonansi)

Semua tentangmu tentangku hanya harap (Asindeton) Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku (Asonansi)

Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke 4 baris ke-1 dan ke-2, dan bait ke-5 baris ke-2. Dalam bait ke-1 baris ke-2 pada lirik

“berdua jalani cerita”, disebut asonansi karena terjadi pengulangan vokal “a”.

Dalam bait ke-4 baris ke-1 dan ke-2 yaitu lirik “ku harus lepaskanmu” dan

“melupakan senyummu”, juga terdapat pengulangan yang terjadi pada vokal “u”.

Pengulangan vokal “u” juga terjadi pada bait ke-5 baris ke-2 yaitu lirik “jauh ku jauh mimpiku dengan inginku”. Untuk gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 dan ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1. Ketiga aliterasi pada lirik tersebut karena terjadi pengulangan konsonan “k” yaitu “kau ciptakan mimpiku”,

“jujurku hanya sesalkan diriku” dan “kau tinggalkan mimpiku”. Sedangkan untuk gaya bahasa asindeton ada dalam bait ke-5 baris ke-1 pada lirik “semua tentangmu tentangku hanya harap”, karena antara “tentangmu” dan “tentangku” tidak ada kata penghubung. Jadi, pada lirik lagu di atas terdapat 4 gaya bahasa asonansi, 3 gaya bahasa aliterasi, dan 1 gaya bahasa asindeton. 69

Jauh Mimpiku

Pernah kusimpan jauh rasa ini Berdua jalani cerita (Metafora)

Kau ciptakan mimpiku (Metafora) Jujurku hanya sesalkan diriku (Litotes)

Kau tinggalkan mimpiku (Metafora) Dan itu hanya sesalkan diriku

Ku harus lepaskanmu Melupakan senyummu

Semua tentangmu tentangku hanya harap Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku (Litotes)

Untuk penggunaan bahasa kiasan metafora terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-3 baris ke-1. Untuk bait ke-1 dalam baris ke-2 yaitu pada lirik “berdua jalani cerita”, mengandung kiasan metafora karena penyair mengibaratkan ia sedang menjalani sebuah cerita bersama pujaan hatinya, makna sebenarnya yang ingin disampaikan penyair adalah mereka pernah selalu berdua bersama-sama menjalani kehidupan dan hari-hari dalam suatu waktu.

Selanjutnya untuk bait ke-2 baris ke-1 dalam lirik “kau ciptakan mimpiku”, disebut mengandung kiasan metafora karena penyair mengibaratkan seseorang yang dikaguminya tersebut telah menciptakan mimpi-mimpi dan harapan-harapan bagi diri si penyair. Dalam lirik tersebut, makna sebenarnya yang ingin disampaikan oleh si penulis adalah seseorang yang dikaguminya telah memberikan harapan ataupun memberikan sinyal positif untuk dapat menerima cinta dari si penyair, dengan mengibaratkannya dengan pernyataan “kau ciptakan mimpiku”. Kemudian untuk bait ke-3 baris ke-1dalam lirik “kau tinggalkan 70

mimpiku”, yang masih berkaitan dengan pernyataan sebelumnya yaitu “kau ciptakan mimpiku”, merupakan metafora karena penyair mengibaratkan setelah pujaan hatinya itu menciptakan mimpi untuk si penyair, kemudian pujaan hatinya tersebut meninggalkan mimpi tersebut. Dengan kata lain, perasaan penyair yang sudah sangat dalam kemudian ditinggalkan oleh pujaan hatinya setelah ia memberikan berbagai macam harapan-harapan yang tinggi.

Penggunaan bahasa kiasan selanjutnya adalah kiasan litotes yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-2, dan pada bait ke-5 baris ke-2. Pada bait ke-2 baris ke-2 disebut mengandung kiasan litotes karena dalam lirik “jujurku hanya sesalkan diriku” penyair mengurangi ataupun melemahkan kekuatan pernyataan yang diungkapkannya. Penulis melemahkan pernyataan sehingga tersirat bahwa kejujuran yang diungkapkannya hanya menyesalkan dirinya sehingga terkesan bahwa kejujuran hanya akan berakibat buruk, padahal kejujuran itu sendiri akan membawa kebaikan pada si penyair. Selanjutnya untuk bait ke-5 baris ke-2 dalam lirik “jauh ku jauh mimpiku dengan inginku”, merupakan litotes karena penyair atau komposer merendahkan atau melemahkan pernyataannya. Dalam lirik tersebut, komposer mengungkapkan atau menyiratkan bahwa harapannya jauh dengan yang mampu dilakukannya sehingga ia merendahkan dirinya, padahal belum tentu ia tidak mampu untuk melakukan apa yang diinginkannya.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan berjudul

Jauh Mimpiku tersebut terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima kiasan tersebut antara lain terdiri dari 3 kiasan metafora, dan 2 kiasan litotes. 71

3) Membebaniku

Tertidur lagi Masih menangis dalam sela waktu (Asonansi) Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku (Asonansi, Pleonasme) oh kepalaku (Repetisi)

Semua yang membebaniku Sungguh membebaniku (Repetisi) Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku

Lemah tetap menari langkahku (Inversi) Mencoba tetap berdiri, ku menangis (Asindeton) Masih tetap mencari jalanku Memahami beban itu

Gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu tersebut terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dan baris ke-3. Di dalam bait ke-1 baris ke-2 pada lirik yang berbunyi

“masih menangis dalam sela waktu” tersebut mengandung gaya bahasa asonansi karena pada lirik tersebut terdapat pengulangan untuk vokal “a”. Sama halnya dengan lirik pada bait ke-1 baris ke-3 yaitu “dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku”, terjadi pengulangan pada vokal “a” sehingga disebut asonansi.

Gaya bahasa pleonasme pada lirik lagu tersebut terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 yaitu “dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku”. Lirik tersebut mengandung gaya bahasa pleonasme karena setelah kata “memegang”, si pencipta lagu menambahkan kata “erat” untuk menguatkan makna. Sebetulnya “memegang kepalaku” tanpa menambahkan kata “erat” diantaranya sudah cukup, akan tetapi penulis lagu bermaksud ingin mempertegas maupun menguatkan lagi makna yang akan disampaikan. 72

Selain gaya bahasa pleonasme, dalam lirik lagu tersebut terdapat juga gaya bahasa repetisi yang ada pada bait ke-1 baris ke-3-4, dan bait ke-2. Penggunaan repetisi yang pertama pada bait ke-1 baris ke-3-4 terdapat pada lirik “dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku, oh kepalaku”. Pada lirik tersebut, disebut repetisi karen kata “kepalaku” diucapkan dua kali dengan maksud menegaskan makna. Sedangkan pada bait ke-2, sangat jelas terjadi pengulangan kata beberapa kali pada kata “membebaniku”, dengan maksud menguatkan dan menegaskan makna yaitu lirik “semua yang membebaniku, sungguh membebaniku, sungguh membebaniku, sungguh membebaniku”.

Selanjutnya, pada lirik lagu tersebut terdapat gaya bahasa inversi pada bait ke-3 baris ke-1 yaitu dalam lirik “lemah tetap menari langkahku”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa inversi karena terjadi pertukaran antara kata “menari” sebagai predikat, dengan kata “langkahku” sebagai objek. Seharusnya objek diletakkan sebelum predikat, namun si penyair menukar posisinya semata-mata agar terasa lebih menarik ketika diperdengarkan.

Gaya bahasa selanjutnya adalah asindeton yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-2 dalam lirik “mencoba tetap berdiri, ku menangis”. Disebut asindeton karena tidak ada kata penghubung antara kata “berdiri” dan “ku menangis”.

Jadi kesimpulannya yaitu, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul

Membebaniku tersebut terdapat 7 gaya bahasa. Tujuh gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 2 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa pleonasme, 2 gaya bahasa repetisi, 1 gaya bahasa inversi, dan 1 gaya bahasa asindeton. 73

Membebaniku

Tertidur lagi Masih menangis dalam sela waktu (Metafora) Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku oh kepalaku

Semua yang membebaniku Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku

Lemah tetap menari, langkahku (Metafora) Mencoba tetap berdiri, ku menangis (Metafora) Masih tetap mencari jalanku (Metafora) Memahami, beban itu

Pada bait ke-1 baris ke-2, dan bait ke-3 baris ke-1, ke-2, dan ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik “masih menangis dalam sela waktu”, merupakan metafora karena penyair mengibaratkan ia menangis dalam sela-sela waktu, dimana makna sebenarnya adalah dia selalu bersedih di setiap saat. Selanjutnya, bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik “lemah tetap menari langkahku”, maksudnya adalah dia selalu berkarya yang disimbolkan dengan “menari”, meskipun dalam keadaan lemah atau terpuruk. Pada bait ke-3 baris ke-3 lirik “mencoba tetap berdiri, ku menangis”, maksudnya adalah si penyair terus mencoba tegar dan kuat dalam menghadapi cobaan meskipun ia sedang dalam keadaan yang terpuruk.

Terakhir, pada bait ke-3 baris ke-3 dalam lirik “masih tetap mencari jalanku” maksudnya adalah penyair atau komposer merasa masih tetap mencari jalan mana yang akan dia tempuh dalam menjalani hidupnya. Jadi, pada lirik lagu yang berjudul Membebaniku tersebut terdapat 4 bahasa kiasan yang seluruhnya merupakan kiasan metafora. 74

4) Menunggu Pagi

Apa yang terjadi dengan hatiku Ku masih disini menunggu pagi Seakan letih tak menggangguku (Simploke) Ku masih terjaga menunggu pagi

Entah kapan malam berhenti Teman, aku masih menunggu pagi

Malam begini, malam tetap begini (Asindeton) Entah mengapa pagi enggan kembali (Asonansi) (Pararelisme)

Gaya bahasa simploke pada bait ke-1 yaitu “Apa yang terjadi dengan hatiku, ku masih disini menunggu pagi, seakan letih tak menggangguku, ku masih terjaga menunggu pagi”. Lirik tersebut menunjukkan pengulangan yaitu

“ku masih” dan “menunggu pagi” yang diucapkan secara berturut-turut dalam beberapa baris. Dalam lirik tersebut, penyair mengungkapkan bahwa tidak bisa menenangkan hatinya sehingga tidak bisa beristirahat, hanya bisa menunggu pagi datang sambil tetap terjaga meski dalam keletihan.

Gaya bahasa selanjutnya adalah asindeton yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1dalam lirik “malam begini, malam tetap begini”. Disebut asindeton karena tidak ada kata penghubung didalamnya diantara “malam begini” dengan

“malam tetap begini”, tetapi hanya memakai tanda koma ( , ) sebagai pemisah kalimatnya. Pada lirik tersebut, penyair menggambarkan bahwa waktu yang ia lalui tidak pernah ada perubahan, tetap terjadi seperti diungkapkan dalam lirik

“malam begini, malam tetap begini”.

Selain simploke dan asindeton, terdapat pula gaya bahasa asonansi pada bait ke-3 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “entah mengapa pagi enggan 75

kembali”. Gaya bahasa asindeton dalam lirik tersebut dapat terjadi karena didalamnya terdapat pengulangan untuk vokal “a”.

Selanjutnya adalah gaya bahasa pararelisme pada bait ke-3 yaitu pada lirik

“malam begini, malam tetap begini, entah mengapa pagi enggan kembali”.

Dalam lirik tersebut, terjadi pengulangan pada kata “malam” dan “begini”.

Pengulangan pengucapan pada kata-kata tersebut dimaksudkan untuk menegaskan kembali dan memberi efek kesungguhan sebelum mengungkapkan pernyataan yang paling utamanya. Dalam lirik tersebut, pernyataan yang utamanya adalah pada lirik “entah mengapa pagi enggan kembali”. Dalam bait ke-3 ini, penyair bermaksud menegaskan bahwa pagi yang enggan kembali yang diungkapkan dalam lirik tersebut benar-benar dirasakan si penyair dengan membuat pernyataan “malam begini, malam tetap begini” sebelum membuat pernyataan “entah mengapa pagi enggan kembali”.

Kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan yang berjudul

Menunggu Pagi tersebut, terdapat 4 gaya bahasa didalam liriknya. Keempat gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 1 jenis gaya bahasa simploke, 1 gaya bahasa asindeton, 1 gaya bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa pararelisme.

76

Menunggu Pagi

Apa yang terjadi dengan hatiku Ku masih di sini menunggu pagi (Metafora) Seakan letih tak menggangguku (Personifikasi) Ku masih terjaga menunggu pagi (Metafora)

Entah kapan malam berhenti Teman, aku masih menunggu pagi (Metafora)

Malam begini, malam tetap begini Entah mengapa pagi enggan kembali (Personifikasi)

Untuk kiasan metafora terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dan ke-4, dan bait ke-2 baris ke-2, yang lirik-liriknya antara lain yaitu “ku masih di sini menunggu pagi”, “ku masih terjaga menunggu pagi”, dan “aku masih menunggu pagi”. Disebut terdapat kiasan metafora karena dalam lirik tersebut terdapat ungkapan “menunggu pagi”, yang maksudnya adalah bahwa penyair sedang menunggu waktu yang sedang berlangsung agar segera berlalu.

Selanjutnya adalah kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-3, dan bait ke-3 baris ke-2. Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik “seakan letih tak menggangguku”, merupakan personifikasi karena penyair membuat seakan- akan keletihan itu hidup dan dapat mengganggu dirinya. Untuk bait ke-3 baris ke-

2 lirik “entah mengapa pagi enggan kembali” merupakan personifikasi karena pagi dianggap seperti makhluk hidup yang enggan datang menghampiri.

Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Menunggu Pagi tersebut terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima kiasan tersebut antara lain terdiri dari 3 kiasan metafora, dan 2 kiasan personifikasi. 77

5) Ku Katakan Dengan Indah

Ku katakan dengan indah (Asonansi) Dengan terbuka hatiku hampa (Asonansi) Sepertinya luka menghampirinya (Asonansi)

Kau beri rasa yang berbeda Mungkin ku salah mengartikannya Yang kurasa cinta

Tetapi hatiku selalu meninggikanmu Terlalu meninggikanmu (Pararelisme) Selalu meninggikanmu

Kau hancurkan hatiku (Asonansi) Hancurkan lagi (Pararelisme) Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Asonansi)

Kau terangi jiwaku (Asonansi) Kau redupkan lagi (Pararelisme) Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Asonansi)

Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi (Repetisi) Membuatku merasakan yang telah terjadi (Asonansi) (Simploke) Semua yang terbaik dan yang terlewati (Asonansi) Semua yang terhenti tanpa kuakhiri (Simploke)

Untuk penggunaan gaya bahasa asonansi, terdapat pada bait ke-1 baris ke-

, ke-2, dan ke-3, bait ke-4 baris ke-1 dan ke-3, bait ke-5 baris ke-1 dan ke-3, dan terakhir pada bait ke-6 baris ke-2 dan baris ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-3 merupakan gaya bahasa asonansi karena pada ketiga lirik tersebut yang liriknya berbunyi “kukatakan dengan indah”, “dengan terbuka hatiku hampa”, dan “sepertinya luka menghampirinya”, mengalami pengulangan untuk vokal “a”.

Hampir semua asonansi pada lirik lagu tersebut menggunakan pengulangan untuk vokal “a”, kecuali pada bait ke-4 baris ke-3 dan bait ke-5 baris ke-3 yang liriknya 78

sama-sama berbunyi “kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”. Pada lirik tersebut pengulangan vokal terjadi pada vokal “u”.

Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa pararelisme pada lirik lagu yang berjudul Kukatakan dengan Indah tersebut terdapat pada bait ke-3, bait ke-4, dan pada bait ke-5. Pada bait ke-3 dalam lirik “tetapi hatiku selalu meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu”, merupakan pararelisme karena menggunakan pengulangan untuk memberikan kesan kesungguhan dalam membuat pernyataan. Pada lirik tersebut, pernyataan utama yang ingin disampaikan penyair adalah pada lirik “tetapi hatiku selalu meninggikanmu”, sebelum menguatkan dan memberi kesan kesungguhan pernyataan tersebut dengan pernyataan sesudahnya yaitu “terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu. Kemudian pada bait ke-4 dalam lirik “kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi, kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”, juga merupakan pararelisme karena sebelum menyampaikan pernyataan “kau hancurkan hatiku tuk melihatmu” sebagai pernyataan utama, penyair membuat pengulangan untuk kesan keseriusan dan kesungguhan dengan membuat pernyataan “kau hacurkan hatiku, hancurkan lagi”. Sama halnya dengan penggunaan pararelisme pada bait ke-4, dalam bait ke-5 lirik “kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi, kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”, pernyataan utama yang ingin disampaikan penulis adalah pada lirik “kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”. Perbedaannya dengan parerelisme pada bait ke-4 adalah pada pernyataan-pernyataan penguatnya yaitu

“kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi”. Pada bait ke-5 tersebut, keseriusan ataupun pengulangan sebagai pembuat kesan kesungguhan terdapat pada kata 79

“kau” yang diulang oleh si penyair, berbeda dengan bait ke-4 yang lebih jelas membuat pengulangan kata “hancurkan”, sebelum pernyataan utamanya.

Dalam lirik lagu Ku Katakan dengan Indah, terdapat juga penggunaan gaya bahasa repetisi yaitu pada bait ke-6 dalam lirik “membuatku terjatuh dan terjatuh lagi”. Dalam lirik tersebut, terdapat pengulangan pada kata “terjatuh” meskipun diselingi dengan penghubung “dan”. Pengulangan pada kata tersebut dimaksudkan untuk mengeraskan arti dan makna bahwa si penyair atau komposer menyiratkan makna “terjatuh” tersebut memang benar-benar dirasakan.

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah simploke yang terdapat pada bait ke-6 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada baris ke-3 sampai ke-4. Pada baris ke-

1-2 dalam lirik “membuatku terjatuh dan terjatuh lagi, membuatku merasakan yang telah terjadi”, merupakan simploke karena terjadi pengulangan kata di awal dalam beberapa baris yaitu “membuatku”. Sedangkan untuk baris ke- 3-4 terjadi pengulangan pada lirik “semua yang terbaik dan yang terlewati, semua yang terhenti tanpa kuiakhiri”, yaitu pengulangan pada lirik “semua yang…”.

Pengulangan yang terjadi pada simploke bukan merupakan penekanan makna seperti repetisi, maupun pararelisme untuk menyatakan suatu kesungguhan, tetapi hanya sebagai permainan kata agar terkesan lebih menarik.

Kesimpulannya adalah, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Ku Katakan dengan Indah tersebut terdapat 15 pemakaian gaya bahasa. Lima belas gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 9 gaya bahasa asonansi, 3 gaya bahasa pararelisme, 1 gaya bahasa repetisi, dan 2 gaya bahasa simploke. 80

Ku Katakan dengan Indah

Ku katakan dengan indah (Litotes) Dengan terbuka hatiku hampa Sepertinya luka menghampirinya (Perbandingan(Simile))

Kau beri rasa yg berbeda (Litotes) Mungkin ku salah mengartikannya Yang kurasa cinta

Tetapi hatiku selalu meninggikanmu Terlalu meninggikanmu (Ironi) Selalu meninggikanmu

Kau hancurkan hatiku (Hiperbola) Hancurkan lagi Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Hiperbola)

Kau terangi jiwaku (Ironi) Kau redupkan lagi Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Hiperbola)

Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi (Metafora) Membuatku merasakan yang telah terjadi Semua yang terbaik dan yang terlewati Semua yang terhenti tanpa kuakhiri (Metafora)

Kiasan litotes terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2, dan bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2. Pada bait ke-1, kiasan litotes terdapat dalam lirik

“kukatakan dengan indah, dengan terbuka hatiku hampa”, karena pada lirik tersebut penyair membuat pernyataan yang membuat seakan-akan penyair merendahkan atau melemahkan dirinya sendiri yaitu dengan ungkapan“hatiku hampa”. Maksud dari lirik pada bait tersebut adalah bahwa penyair mengungkapkan perasaannya kepada seseorang dengan segala kepasrahannya yang diungkapkan dengan pernyataan “dengan terbuka hatiku hampa”.

Sedangkan pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik “kau beri rasa yang 81

berbeda, mungkin ku salah mengartikannya”, mengandung kiasan litotes atau melemahkan karena penyair membuat pernyataan yang merendahkan atau melemahkan pernyataannya yaitu pada lirik “mungkin ku salah mengartikannya”.

Maksud dari lirik tersebut adalah bahwa penyair mengira bahwa dirinya salah mengartikan perasaan dari seseorang yang dikaguminya, dia mengira bahwa orang tersebut mengasihinya padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Penggunaan kiasan selanjutnya adalah perbandingan (simile) yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik “sepertinya luka menghampirinya”.

Disebut mengandung kiasan perbandingan (simile) karena dalam lirik tersebut penyair menggunakan kata “sepertinya” sehingga lirik tersebut menggunakan perbandingan tidak langsung (simile). Karena masih termasuk ke dalam baris ke-1 dan ke-2, maka maksud dari lirik “sepertinya luka menghampirinya” adalah bahwa penyair mengungkapkan perasaan kepada seseorang dengan kepasrahan karena dia sudah tahu bahwa orang yang dikasihinya tersebut tidak akan menerima perasaannya, sehingga ia sudah lebih dahulu merasakan kekecewaan.

Bahasa kiasan selanjutnya adalah ironi yang terdapat pada bait ke-3, dan pada bait ke-5 baris ke-1 sampai ke-2. Pada bait ke-3 dalam lirik “tetapi hatiku selalu meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu”, termasuk ironi karena dalam lirik tersebut terdapat sindiran terutama pada pernyataan

“terlalu meninggikanmu”. Dalam lirik tersebut, penyair menyindir seseorang dengan maksud bahwa dia sudah terlalu memuji-muji seseorang yang sebetulnya tidak terlalu pantas untuk dipuji. Sedangkan pada bait ke-5 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik “kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi” merupakan sindiran yang 82

maksudnya adalah penyair menyindir seseorang karena telah memberikan harapan, tetapi kemudian menghilangkan harapan tersebut.

Selanjutnya, kiasan yang terdapat dalam lirik lagu berjudul Ku Katakan dengan Indah tersebut adalah kiasan hiperbola yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2 dan pada baris ke-3, serta pada bait ke-5 baris ke-3. Hiperbola yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2 terdapat dalam lirik “kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi”, karena lirik tersebut menggunakan pernyataan yang berlebihan. Disebut berlebihan karena tidak mungkin sampai menghancurkan hati. Sedangkan pada baris ke-3 dan pada bait ke-5 baris ke-3 yang liriknya sama yaitu “kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”, merupakan hiperbola karena tidak mungkin hanya karena melihat dapat menghancurkan hati.

Kiasan selanjutnya adalah metafora yang terdapat pada bait ke-6 baris ke-

1 dan ke-4. Pada baris ke-1 dalam lirik “membuatku terjatuh dan terjatuh lagi”, merupakan metafora karena makna sebenarnya adalah bahwa penyair merasa selalu terpuruk atau tersakiti hatinya dengan disimbolkan kata “terjatuh”. Dan untuk baris ke-4 dalam lirik “semua yang terhenti tanpa ku akhiri”, merupakan metafora karena makna sebenarnya yaitu bahwa penyair merasa apa yang dialaminya berakhir tetapi dia tidak mengakhirinya atau menyelesaikannya.

Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Ku Katakan dengan

Indah tersebut terdapat 10 penggunaan bahasa kiasan. Sepuluh kiasan tersebut antara lain terdiri dari 2 kiasan litotes, 1 kiasan perbandingan

(simile), 2 kiasan ironi, 3 kiasan hiperbola, dan 2 kiasan metafora. 83

6) Sahabat

Bayangkan ku melayang Seluruh nafasku terbang (Aliterasi) Bayangkan ku menghilang (Pararelisme) Semua tanpamu teman

Bila nafasku lepas (Asonansi) Semua langkah yang lelah (Asonansi) (Pararelisme) Semua waktu yang hilang (Asonansi) Tapi bayangmu tetap (Asonansi)

Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi) Kita untuk selamanya kita percaya (Inversi) Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah (Asonansi) (Simpkole) Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi)

Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi) Kita untuk slamanya, kita percaya (Inversi) Kita bagai cerita wahai sahabat (Asonansi) (Simploke) Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi)

Penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-3 pada lirik “bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan ku menghilang…”. disebut aliterasi karena didalamnya terdapat pengulangan konsonan “ng” pada beberapa kata yaitu “bayangkan”, “melayang”,

“terbang”, dan “menghilang”.

Untuk penggunaan gaya bahasa pararelisme terdapat pada bait ke-1, dan juga pada bait ke-2. Pada bait ke-1 dalam lirik “bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan ku menghilang, semua tanpamu teman”, disebut pararelisme karena mengandung pengulangan kata “bayangkan”. Pengulangan tersebut merupakan bentuk penegasan dan keseriusan sebelum komposer mengungkapkan pernyataan utamanya “semua tanpamu teman”. Sedangkan untuk 84

bait ke-2 yaitu lirik “bila nafasku lepas, semua langkah yang lelah, semua waktu yang hilang, tapi bayangmu tetap”, terjadi pengulangan pada kata “semua” sebelum komposer mengungkapkan pernyataan yang paling ingin disampaikannya yaitu “tapi bayangmu tetap”.

Selanjutnya, untuk penggunaan asonansi pada lirik lagu tersebut terdapat pada bait ke-2 baris ke1 ke-2, ke-3, ke-4, bait ke-3 baris ke-1, ke-3, ke-4, dan bait ke-4 baris ke-1 dan ke-3. Seluruh asonansi pada lirik lagu tersebut secara keseluruhan terjadi dikarenakan pengulangan untuk vokal “a”. contoh:

“ingatkanku semua wahai sahabat”, “tapi bayangmu tetap”, dll..

Penggunaan gaya bahasa inversi terdapat pada bait ke-3 baris ke-2, dan pada bait ke-4 baris ke-2 yang sama-sama berbunyi “kita untuk selamanya kita percaya”. Disebut inversi karena “kita percaya” sebagai objek seharusnya berada didepan kalimat (“kita percaya kita untuk selamanya”) Akan tetapi, komposer atau penyair bermaksud membuat kesan indah.

Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa simploke terdapat pada bait ke-3 baris ke-2 sampai ke-3, dan bait ke-4 baris ke2 sampai ke-3. Pada kedua lirik tersebut disebut simploke karena keduanya mengulang kata “kita” dalam beberapa baris dan kalimat. Contoh: “kita untuk selamanya, kita percaya…”.

Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Sahabat tersebut terdapat 17 pemakaian gaya bahasa. Tujuh belas gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 1 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa pararelisme, 10 gaya bahasa asonansi, 2 gaya bahasa inversi, dan 2 gaya bahasa simploke. 85

Sahabat

Bayangkan ku melayang Seluruh nafasku terbang (Alegori) Bayangkan ku menghilang Semua tanpamu teman

Bila napasku lepas (Hiperbola) Semua langkah yang lelah (Personifikasi) Semua waktu yang hilang (Metafora) Tapi bayangmu tetap (Metafora)

Ingatkanku semua, wahai sahabat Kita untuk selamanya, kita percaya Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah (Metafora) Ingatkanku semua, wahai sahabat

Ingatkanku semua, wahai sahabat Kita untuk slamanya, kita percaya Kita bagai cerita, wahai sahabat (Perbandingan (Simile)) Ingatkanku semua, wahai sahabat

Penggunaan bahasa kiasan alegori terdapat pada bait ke-1 yaitu dalam lirik

“bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan ku menghilang, semua tanpamu teman”. Lirik tersebut merupakan alegori karena setiap lirik- liriknya mulai dari baris pertama sampai ke-3 merupakan metafora yang terjadi secara berturut-turut sebelum mengungkapkan pernyataan yang paling utama.

Dalam lirik tersebut, pernyataan yang paling utama adalah lirik “semua tanpamu teman”. Makna dari lirik dalam bait tersebut adalah bahwa penyair berkata kepada sahabatnya apabila sahabatnya tidak lagi bersamanya maka penyair akan merasa sangat kehilangan. Kehilangan ini disimbolkan dengan beberapa ungkapan yaitu

“bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan ku menghilang”. 86

Penggunaan kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 dalam lirik “bila nafasku lepas”. Di sini penyair menggunakan pernyataan yang berlebihan dengan mengibaratkan nafasnya sampai terlepas.

Secara logika, nafas seseorang dapat terlepas dari jasadnya hanya ketika orang tersebut meninggal dunia.

Selanjutnya, kiasan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut adalah personifikasi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-2 dalam lirik “semua langkah yang lelah”. Disebut mengandung kiasan personifikasi atau penginsanan karena di sini penyair membuat seakan-akan langkah dapat mengalami kelelahan. Padahal yang dapat mengalami kelelahan adalah orang yang melangkah atau melakukan kegiatan melangkah tersebut. Maksud dari penyair adalah bahwa kelelahan itu tidak hanya lelah dalam arti penurunan kondisi fisik saja, akan tetapi kelelahan itu juga dapat menjadi simbol dari kejenuhan, kesedihan, dan lain-lain. Sedangkan maksud dari “langkah” di sini bukan hanya langkah dari kaki saja, akan tetapi merupakan keseluruhan ataupun orang yang bersangkutan.

Penggunaan kiasan selajutnya adalah kiasan metafora yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-3 dan ke-4, dan pada bait ke-3 baris ke-3. Pada bait ke-2 baris ke-3 dalam lirik “semua waktu yang hilang”, merupakan metafora karena makna sebenarnya bukanlah waktu yang bisa menghilang, akan tetapi penyair menyiratkan makna dari lirik tersebut adalah bahwa semua waktu yang telah terbuang atau waktu-waktu ataupun hari-hari yang telah terlewati yang disimbolkan dengan “hilang”. Selanjutnya pada baris ke-4 yang masih berkaitan dengan lirik sebelumnya yaitu pada lirik “tapi bayangmu tetap”, merupakan 87

metafora karena penyair menyimbolkan sahabatnya hanya dengan bayangannya saja. Ungkapan “bayangmu” disini bukan hanya bayangan saja, akan tetapi secara keseluruhan. Maksud lirik tersebut adalah penyair mengungkapkan bahwa meskipun dalam kejenuhan, kelelahan, dan meskipun sudah banyak waktu yang terlewati, namun sahabatnya akan tetap ada bersamanya. Selanjutnya, kiasan metafora terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 dalam lirik “kita tebarkan arah dan tak pernah lelah”. Dalam lirik tersebut penyair membuat ungkapan “tebarkan arah” yang maksudnya adalah menjalani kehidupan di tempat mereka tinggal.

Sehingga maksud dari lirik “kita terbarkan arah dan tak pernah lelah” adalah bahwa penyair dan sahabatnya selalu menjalani kehidupan dimana mereka berada dan tak pernah mengalami kejenuhan maupun kelelahan selama mereka selalu bersama.

Penggunaan kiasan selanjutnya adalah kiasan perbandingan (simile) yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-3 dalam lirik “kita bagai cerita, wahai sahabat”.

Dalam lirik tersebut terdapat ungkapan “bagai cerita” sehingga dapat disebut perbandingan (simile). Dalam lirik tersebut, penyair mengungkapkan kepada sahabatnya bahwa kisah mereka berdua sudah seperti cerita ataupun kisah yang bisa dijadikan sebagai contoh.

Kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan berjudul

Sahabat tersebut terdapat 7 penggunaan bahasa kiasan. Tujuah kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan alegori, 1 kiasan hiperbola, 1 kiasan personifikasi, 3 kiasan metafora, dan 1 kiasan perbandingan (simile). 88

7) Aku dan Bintang

Lihat ke langit luas (Pleonasme) Dan semua musim terus berganti Tetap bermain awan (Asonansi) Merangkai mimpi dengan khayalku Selalu bermimpi dengan hariku (Simploke)

Pernah kau lihat bintang (Asonansi) Bersinar putih penuh harapan (Aliterasi) Tangan halusnya terbuka (Asonansi) Coba temani, dekati aku (Asindeton) Selalu terangi gelap malamku (Aliterasi)

Dan rasakan semua bintang (Asonansi) Memanggil tawamu terbang ke atas (Aliterasi, Pleonasme) Tinggalkan semua hanya kita dan bintang (Asonansi)

Yang terindah meski terlupakan (Aliterasi) Dan selalu terangi dunia mereka-reka hanya aku dan bintang (Asonansi)

Penggunaan gaya bahasa pleonasme terdapat pada bait ke-1 baris ke-1, dan pada bait ke-3 baris ke-2. Pada bait ke-1 barik ke-1 pada lirik “lihat ke langit luas”, mengandung gaya bahasa pleonasme karena semua orang tahu bahwa langit itu luas, jadi tidak perlu ditambah kata “luas”, namun penyair atau komposer ingin lebih menguatkan makna sehingga kata yang sudah cukup jelas kembali ditambah kata yang bisa lebih menguatkan lagi maknanya. Untuk bait ke-3 baris ke-2 pada lirik “memanggil tawamu terbang ke atas”, juga mengandung gaya bahasa pleonasme karena kita semua tahu bahwa terbang pasti selalu ke atas, jadi tidak perlu ditambah lagi kata “ke atas”.

Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-3, bait ke-2 baris ke-1, ke-3- ke-4, dan ke-5, bait ke-3 baris ke-1 dan 89

ke-3, dan bait ke-4 baris ke-3. 6 peristiwa asonansi pada lirik lagu tersebut semuanya terjadi karena pengulangan vokal “a”. contoh: “tetap bermain awan”.

Untuk gaya bahasa simploke terdapat pada bait ke-1 baris ke-4 sampai ke-

5 yaitu lirik “merangkai mimpi dengan khayalku, selalu bermimpi dengan hariku”. lirik tersebut disebut mengandung gaya bahasa simploke karena mengulang kata “mimpi” dalam beberapa baris.

Untuk penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-2 baris ke-2 dan ke-5, dan bait ke-3 baris ke 2, dan bait ke-4 baris ke-1. Bait ke-2 baris ke-2 lirik “bersinar putih penuh harapan” adalah aliterasi karena terjadi pengulangan konsonan “p”. Baris ke-5 pada lirik “selalu terangi gelap ,malamku”, terjadi pengulangan konsonan “l”. untuk bait ke-3 baris ke-2 dan bait ke-4 baris ke-1 yaitu lirik “memanggil tawamu terbang ke atas” dan “yang terindah meski terlupakan”, terjadi pengulangan untuk konsonan “t”.

Selanjutnya, untuk gaya bahasa asindeton terdapat pada bait ke-2 baris ke-

3 pada lirik “coba temani, dekati aku”. Lirik tersebut mengandung gaya bahasa asindeton karena tidak memakai kata penghubung seperti dan, lalu, dll., tapi hanya dipisahkan oleh tanda koma.

Jadi, dalam lirik lagu Peterpan berjudul Aku dan Bintang terdapat 14 penggunaan gaya bahasa. Empat belas gaya bahasa tersebut terdiri dari 2 gaya bahasa pleonasme, 6 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa simploke, 4 gaya bahasa aliterasi, dan 2 gaya bahasa asindeton.

90

Aku dan Bintang

Lihat ke langit luas Dan semua musim terus berganti Tetap bermain awan (Hiperbola) Merangkai mimpi dengan khayalku (Metafora) Selalu bermimpi dengan hariku (Hiperbola)

Pernah kau lihat bintang Bersinar putih penuh harapan Tangan halusnya terbuka (Personifikasi) Coba temani, dekati aku Selalu terangi gelap malamku

Dan rasakan semua bintang (Personifikasi) Memanggil tawamu terbang ke atas Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang

Yang terindah meski terlupakan Dan selalu terangi dunia mereka-reka (Alegori) hanya aku dan bintang

Kiasan hiperbola terdapat pada bait ke-1 baris ke-3 dan baris ke-5. Pada baris ke-3 dalam lirik “tetap bermain awan”. Lirik tersebut merupakan hiperbola karena menggunakan pengungkapan yang berlebihan, padahal tidak mungkin seseorang bisa bermain-main dengan awan kecuali dalam khayalan. Sedangkan pada baris ke-5 dalam lirik “selalu bermimpi dengan hariku”, disebut hiperbola atau berlebihan karena seseorang tidak mungkin akan selalu bermimpi.

Kiasan selanjutnya adalah metafora yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-

4 dalam lirik “merangkai mimpi dengan khayalku”. Disebut metafora karena maksud dari lirik tersebut yang sebenarnya dari penyair adalah bahwa khayalan atau imajinasi dapat melakukan apa saja, bahkan untuk merangkai mimpi. Selagi masih dalam khayalan maka apapun bisa dilakukan. 91

Penggunaan kiasan selanjutnya adalah personifikasi yang terdapat pada bait ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2. Pada bait ke-2 dalam lirik

“pernah kau lihat bintang bersinar putih penuh harapan, tangan halusnya terbuka coba temani dekati aku, selalu terangi gelap malamku”, mengandung kiasan personifikasi karena penyair membuat seakan akan bintang itu hidup dan memiliki tangan halus yang bisa datang dan menemani. Selanjutnya pada bait ke-

3 dalam lirik “dan rasakan semua bintang, memanggil tawamu terbang ke atas tinggalkan semua…”, juga mengandung kiasan personifikasi atau penginsanan karena penyair membuat seakan-akan bintang dapat memanggil manusia.

Selanjutnya, bahasa kiasan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut adalah kiasan alegori yang terdapat pada bait ke-4 yaitu dalam lirik “yang terindah meski terlupakan , dan selalu terangi dunia mereka-reka, hanya aku dan bintang”. Merupakan alegori atau metafora yang beruntun karena dalam lirik-lirik pada bait tersebut memang mengandung kiasan metafora secara beruntun yaitu

“yang terindah meski terlupakan, dan selalu terangi dunia mereka-reka…”. Lirik- lirik tersebut diungkapkan sebelum pernyataan utamanya yaitu “hanya aku dan bintang”. Maksud dari lirik-lirik tersebut adalah penyair menungkapkan bahwa meskipun semua keindahan sudah berlalu, akan tetapi masih selalu terasa.

Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Aku dan Bintang terdapat 6 penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari 2 kiasan hiperbola, 1 kiasan metafora, 2 kiasan personifikasi, dan 1 kiasan alegori. 92

8) Mungkin Nanti

Saatnya ku berkata Mungkin yang terakhir kalinya Sudahlah lepaskan semua (Aliterasi) Ku yakin inilah waktunya

Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi (Simploke) Mungkin saja rasa itu telah pergi

Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali (Asonansi) Rasa yang ku tinggal mati Seperti hari kemarin saat semua di sini

Dan bila hatimu termenung Bangun dari mimpi-mimpimu Membuka hatimu yang dulu (Asonansi) Cerita saat masalahku (Asonansi)

Tak usah kau tanyakan lagi (Asonansi) Simpan untukmu sendiri Semua sesal yang kau cari (Asonansi) (Pararelisme) Semua rasa yang kau beri

Penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-3 yaitu pada lirik “sudahlah lepaskan semua”. Pada lirik tersebut terdapat gaya bahasa aliterasi karena terjadi pengulangan untuk konsonan “s”.

Selanjutnya untuk penggunaan gaya bahasa simploke terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2 yaitu lirik “mungkin saja kau bukan yang dulu lagi, mungkin saja rasa itu telah pergi”. Pada lirik tersebut mengandung gaya bahasa simploke karena terjadi pengulangan kata dalam beberapa baris yaitu “mungkin saja…”. Pengulangan tersebut dilakukan oleh si pencipta lagu atau komposer agar lebih memberikan kesan lebih menarik ketika diperdengarkan. 93

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah asonansi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-2 sampai ke-3, bait ke-3 baris ke-3 dan baris ke-4, dan bait ke-5 baris ke-1 dan baris ke-3. Pada bait ke-3 baris ke-2 sampai ke-3 dalam lirik “satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali rasa yang ku tinggal mati”, merupakan asonansi karena terjadi pengulangan untuk vokal “a”. Untuk bait ke-3 baris ke-3 pada lirik “membuka hatimu yang dulu”, terjadi pengulangan untuk vokal “u”. Selanjutnya, peristiwa asonansi yang terjadi pada lirik lagu Mungkin

Nanti disebabkan oleh pengulangan vokal “a” yaitu “cerita saat masalahku”, “tak usah kau tanyakan lagi”, dan “semua sesal yang kau cari”.

Gaya bahasa selanjutnya adalah pararelisme yang terdapat dalam bait ke-

5 yaitu pada lirik “tak usah kau tanyakan lagi, simpan untukmu sendiri, semua sesal yang kau cari, semua rasa yang kau beri”. Pada lirik tersebut, komposer membuat pernyataan “tak usah kau tanyakan lagi” sebagai pernyataan utama yang ingin disampaikan kepada pendengarnya. Setelah pernyataan tersebut diungkapkan, komposer membuat pernyataan dan pengulangan yang dapat memperkuat penekanan dan memberikan kesan keseriusan yaitu pada lirik

“simpan untukmu sendiri, semua sesal yang kau cari, semua rasa yang kau beri”.

Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Mungkin Nanti terdapat 8 penggunaan gaya bahasa. Delapan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 1 gaya bahasa aliterasi, 1 gaya bahasa simploke, 5 gaya bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa pararelisme.

94

Mungkin Nanti

Saatnya ku berkata Mungkin yang terakhir kalinya (Litotes) Sudahlah lepaskan semua Ku yakin inilah waktunya

Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi (Ironi) Mungkin saja rasa itu telah pergi (Personifikasi)

Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali Rasa yang ku tinggal mati (Hiperbola) Seperti hari kemarin saat semua di sini

Dan bila hatimu termenung (Personifikasi) Bangun dari mimpi-mimpimu Membuka hatimu yang dulu (Metafora) Cerita saat masalahku

Tak usah kau tanyakan lagi Simpan untukmu sendiri (Ironi) Semua sesal yang kau cari Semua rasa yang kau beri

Penggunaan kiasan litotes dalam lirik tersebut terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2 yaitu lirik “saatnya ku berkata mungkin yang terakhir kalinya”. Lirik tersebut mengandung kiasan litotes karena penyair menggunakan pengungkapan yang merendah atau melemahkan pernyataannya. Pada pernyataan

“mungkin yang terakhir kalinya”, penyair merendah padahal belum tentu apa yang dia katakana itu benar, karena mungkin saja suatu hari nanti akan bertemu kembali dengan orang yang dimaksudnya dan dapat berbicara lagi dengannya.

Kiasan selajutnya adalah ironi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-1, dan pada bait ke-5. Pada bait ke-2 baris ke-1 dalam lirik “mungkin saja kau bukan yang dulu lagi”, disebut mengandung kiasan ironi karena merupakan sindiran dari 95

penyair kepada orang yang dimaksudnya. Maksud dari lirik tersebut adalah, penyair mengungkapkan kepada seseorang bahwa mungkin saja suatu hari nanti apabila bisa bertemu kembali, orang yang dimaksudkan tersebut sudah berubah dan tidak seperti yang dikenal oleh si penyair. Kemudian pada bait ke-5 dalam lirik “tak usah kau tanyakan lagi, simpan untukmu sendiri, semua sesal yang kau cari, semua rasa yang kau beri”, juga mengandung kiasan ironi karena terdapat sindiran terutama pada pernyataan “tak usah kau tanyakan lagi, simpan untukmu sendiri…”. Maksud penyair dalam lirik-lirik pada bait ke-5 adalah bahwa penyair memberikan pernyataan kepada seseorang agar orang tersebut tidak perlu bertanya-tanya lagi, dan penyair membiarkan orang tersebut merasakan penyesalannya sendiri.

Penggunaan bahasa kiasan yang selanjutnya adalah kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1. Untuk bait ke-2 baris ke-2, kiasan personifikasi terdapat pada lirik “mungkin saja masa itu telah pergi”. Lirik tersebut mengandung kiasan personifikasi atau penginsanan karena penyair membuat seakan-akan “masa” atau dalam arti lain adalah “waktu” dapat pergi dan meninggalkannya seperti halnya manusia. Maksud dari lirik tersebut adalah penyair mengungkapkan kepada seseorang bahwa mungkin saja masa-masa mereka sedang bersama, suatu hari nanti akan berbeda karena orang tersebut sudah berubah atau sudah tidak seperti yang si penyair kenal. Kemudian kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 yaitu terdapat dalam lirik “dan bila hatimu termenung”. Merupakan personifikasi karena penyair membuat seakan-akan hati dapat termenung seperti halnya manusia. Makna lirik 96

tersebut sebenarnya adalah bahwa yang termenung bukanlah hatinya saja, akan tetapi orang yang memiliki hati itulah yang termenung.

Kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-

3 dalam lirik “rasa yang ku tinggal mati”. Lirik tersebut merupakan hiperbola karena penyair berlebihan mengungkapkan pernyataannya. Maksud penyair bukanlah meninggalkan rasa itu melalui kematian, akan tetapi hanya meninggalkan rasa atau perasaan itu dalam-dalam, melupakan perasaan tersebut, dan tidak lagi mengingat-ingatnya kembali.

Penggunaan kiasan yang selanjutnya adalah kiasan metafora yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-3, yaitu dalam lirik “membuka hatimu yang dulu”.

Peristiwa metafora atau perlambangan terdapat pada pernyataan “membuka hatimu” yang maksudnya adalah tidak menutup-nutupi atau menyatakan segala perasaan. Sehingga lirik “membuka hatimu yang dulu” maksudnya adalah bahwa penyair berharap seseorang yang dimaksudkannya itu apabila sedang teringat akan perasaannya yang pernah orang tersebut rasakan pada masa dulu, maka penyair berharap orang tersebut tidak menutup-nutupi apabila teringat kembali kenangan masa lalu mereka sewaktu masih bersama.

Kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan berjudul

Mungkin Nanti terdapat 7 penggunaan bahasa kiasan. Ketujuh kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan litotes, 2 kiasan ironi, 2 kiasan personifikasi, 1 kiasan hiperbola, dan 1 kiasan metafora. 97

9) Di Belakangku

Kau peluk aku sebelum membunuhku (Asonansi) Tersenyum melihatku, melamun melihatmu (Aliterasi, Asindeton)

Kau menungguku, menunggu ku terjatuh (Asonansi, Asindeton) Setiap langkah tertuju Setia dalam renungku (Aliterasi)

Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu (Repetisi) Mati di depanku di depanku, di depanku (Repetisi)

Apa yang kau lakukan dibelakangku (Asonansi) Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku (Asonansi) Apa yang kau lakukan dibelakangku (Asonansi) Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku (Repetisi)

Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke 1, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1, ke-2, dan ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 dan bait ke-2 baris ke ke-1 dalam lirik “kau peluk aku sebelum membunuhku” dan “kau menungguku, menunggu ku terjatuh”, mengandung gaya bahasa asonansi karena terjadi pengulangan untuk vokal “u”. sedangkan pada bait ke-4 baris ke-1, ke-2, dan ke-3 dalam lirik “apa yang kau lakukan di belakangku”, dan “mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku”, merupakan asonansi dengan pengulangan untuk vokal “a”.

Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1, dan pada bait ke-2 baris ke-2 sampai ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 dalam lirik “tersenyum melihatku, melamun melihatmu”, mengandung gaya bahasa aliterasi karena terdapat pengulangan untuk konsonan “m”. Sedangkan untuk bait ke-2 pada baris ke-2 sampai ke-3 dalam lirik “setiap langkah tertuju, setia dalam renungku”, merupakan aliterasi karena terjadi pengulangan pada awal 98

kata yang juga merupakan konsonan yaitu untuk konsonan “s”. Meskipun lirik tersebut berada dalam beberapa baris, akan tetapi masih dalam satu kesatuan kalimat.

Untuk penggunaan gaya bahasa asindeton terdapat pada bait ke-1 baris ke-

2, dan bait ke-2 baris ke-1. Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik “tersenyum melihatku, melamun melihatmu”, disebut asindeton karena tidak menggunakan kata penghubung seperti dan, lalu, kemudian, dll., akan tetapi hanya dipisahkan oleh tanda koma. Begitupun halnya yang terjadi dalam lirik pada bait ke-2 baris ke-1 yaitu “kau menungguku, menunggu ku terjatuh”, tidak menggunakan penghubung, hanya dipisahkan oleh tanda koma.

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah repetisi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2, dan pada bait ke-4 baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2 dalam lirik “aku menunggumu, menunggumu, menunggumu, mati di depanku, di depanku, di depanku”, merupakan repetisi karena mengulang kata “menunggumu” dan “di depanku” sebagai penekanan untuk mengeraskan arti. Begitupun halnya dengan bait ke-4 baris ke-3 sampai ke-

4 dalam lirik “apa yang kau lakukan di belakangku, di belakangku, di belakangku, di belakangku”, terdapat pengulangan kata “di belakangku”.

Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Di Belakangku tersebut terdapat 12 penggunaan gaya bahasa. Dua belas gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 5 gaya bahasa asonansi, 2 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa asindeton, dan 3 gaya bahasa repetisi. 99

Di Belakangku

Kau peluk aku sebelum membunuhku (Ironi) Tersenyum melihatku, melamun melihatmu

Kau menungguku, menunggu ku terjatuh (Ironi) Setiap langkah tertuju Setia dalam renungku

Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu Mati di depanku di depanku, di depanku

Apa yang kau lakukan dibelakangku Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku (Ironi) Apa yang kau lakukan dibelakangku Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku

Pada bait ke-1 baris ke-1, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2. Pada bait ke-1 dalam lirik “kau peluk aku sebelum membunuhku”, disebut ironi karena penyair menyinggung seseorang dimana makna sebenarnya yaitu penyair merasa diperhatikan lebih oleh seseorang sebelum akhirnya disakiti.

Selanjutnya, Pada bait ke-2 dalam lirik “kau menungguku, menunggu ku terjatuh”, juga merupakan sindiran terhadap seseorang dari penyair yang bermaksud mengungkapkan bahwa orang tersebut sebenarnya sedang menunggu penyair

“terjatuh” atau dengan kata lain terpuruk. Terakhir pada bait ke-4 yaitu dalam lirik “apa yang kau lakukan di belakangku, mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku”, juga merupakan ironi atau sindiran dari penyair terhadap seeorang, di mana penyair mengungkapkan bahwa penyair merasa curiga atas apa yang selama ini diperbuat orang tersebut dan tidak penyair ketahui karena orang tersebut tidak memberitahu si penyair. Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul

Di Belakangku mengandung 3 kiasan ironi. 100

10) Langit tak Mendengar

Jalan hidup telah memilih Menurunkan aku ke bumi (Asonansi) Hari berganti dan berganti (Repetisi) Aku diam tak memahami (Asonansi)

Mengapa hidup begitu sepi (Simploke) Apakah hidup seperti ini (Simploke) Mengapa ku selalu sendiri Apakah hidupku tak berarti

Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya (Asonansi, Pleonasme) Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar (Asonansi)

Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dan ke-4, dan bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2. Pada bait ke-1 untuk baris ke-2 dalam lirik

“menurunkan aku ke bumi” mengandung gaya bahasa asonansi karena terjadi pengulangan untuk vokal “u”, sedangkan untuk baris ke-4 dalam lirik “aku diam tak memahami”, terjadi pengulangan untuk vokal “a”. Selain itu, peristiwa asonansi untuk vokal “a” terdapat pula pada bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2 yaitu lirik “coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya” dan lirik “aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar”.

Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa repetisi terdapat pada bait ke-

1 baris ke-3 dalam lirik “hari berganti dan berganti”. Lirik tersebut disebut repetisi karena penyair melakukan pengulangan untuk menguatkan makna pada kata “berganti”. Pengulangan tersebut dilakukan dengan maksud menguatkan dan meyakinkan pada para pendengar atau pembacanya bahwa hari memang benar- benar akan selalu berganti dan berganti seiring berjalannya waktu. 101

Untuk penggunaan gaya bahasa simploke, terdapat pada bait ke-2 yaitu dalam lirik”mengapa hidup begitu sepi, apakah hidup seperti ini, mengapa ku selalu sendiri, apakah hidupku tak berarti”. Disebut mengandung gaya bahasa simploke karena dalam lirik tersebut terjadi pengulangan kata dalam beberapa baris maupun kalimat untuk kata “mengapa” dan “apakah”. Pengulangan tersebut dilakukan oleh seorang komposer atau penulis lagu untuk mendapatkan nilai keindahan dan kesyahduan tersendiri ketika lirik tersebut diperdengarkan kepada para pendengarnya.

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa pleonasme yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 yaitu dalam lirik “coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya”. Peristiwa pleonasme dalam lirik tersebut terjadi ketika penyair menggunakan pemubaziran kata saat mengungkapkan pernyataan “bertanya pada manusia”. Secara logika, ketika seseorang memiliki pertanyaan dan ingin menanyakannya, maka sudah pasti ia akan bertanya kepada kepada orang lainnya dalam atau dengan kata lain kepada manusia lainnya, dan tidak masuk akal jika seseorang bertanya kepada hewan, benda mati, ataupun tumbuhan. Namun kembali penulis ingin menguatkan makna kepada para pendengarnya.

Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul langit tak

Mendengar tersebut terdapat 8 penggunaan gaya bahasa. Delapan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 4 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa repetisi, 2 gaya bahasa simploke, dan 1 pleonasme.

102

Langit tak Mendengar

Jalan hidup telah memilih Menurunkan aku ke bumi (Personifikasi) Hari berganti dan berganti Aku diam tak memahami (Litotes)

Mengapa hidup begitu sepi Apakah hidup seperti ini Mengapa ku selalu sendiri Apakah hidupku tak berarti (Litotes)

Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya (Depersonifikasi) Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar (Personifikasi)

Penggunaan kiasan personifikasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-2. Pada bait ke-1, penggunaan kiasan personifikasi terdapat dalam lirik “jalan hidup telah memilih, menurunkan aku ke bumi”, karena dalam lirik tersebut terdapat penginsanan pada kata “memilih” dan

“menurunkan”. Makna dalam lirik tersebut adalah, penyair mengungkapkan bahwa jalan hidup yang ditentukan oleh yang maha kuasa telah menciptakan dirinya untuk hidup dan tinggal di dunia ini. Maksud dari ungkapan “jalan hidup” pada lirik tersebut tidak lain adalah takdir yang merupakan kodrat yang sudah dimiliki oleh setiap manusia. Kemudian pada bait ke-3 baris ke-2, kiasan personifikasi terdapat dalam lirik “aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar”. Lirik tersebut merupakan personifikasi atau penginsanan karena di dalamnya penyair mengungkapkan bahwa ia telah bertanya kepada langit.

Meskipun ia tahu bahwa langit tidak dapat mendengar, namun penyair tetap menganggap bahwa langit dapat mendengar apa yang dikatakannya. 103

Kiasan selajutnya adalah litotes yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-3 sampai ke-4, dan pada bait ke-2 baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait ke-1 dalam lirik

“hari berganti dan berganti, aku diam tak memahami”, merupakan litotes karena dalam lirik tersebut penyair merendah atau melemahkan pernyataan dengan mengatakan “aku diam tak memahami”, padahal apa yang diungkapkan oleh penyair itu belum tentu benar. Selajutnya pada bait ke-2 dalam lirik “mengapa ku selalu sendiri, apakah hidupku tak berarti”, juga merupakan litotes atau merendahkan dan melemahkan pernyataan karena pada lirik tersebut penyair merendah dengan mengatakan “apakah hidupku tak berarti”. Disebut merendah karena belum tentu apa yang diungkapkan oleh penyair itu benar, bisa saja sebenarnya hidup si penyair itu berguna dan berarti bagi orang-orang di sekitarnya.

Penggunaan bahasa kiasan selanjutnya adalah depersonifikasi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik “coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya”. Lirik tersebut mengandung kiasan depersonifikasi ataupun pembendaan yang merupakan lawan dari personifikasi (penginsanan), karena telah membuat manusia seakan-akan tidak mampu menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya, dengan kata lain membuat manusia seperti benda yang tidak bisa menjawab bila ditanya oleh seseorang, padahal manusia bisa menjawab meskipun ia tidak selalu tahu jawaban yang benar.

Jadi, dalam lirik lagu Peterpan berjudul Langit tak Mendengar terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Kelima kiasan tersebut antara lain terdiri dari 2 kiasan personifikasi, 2 kiasan litotes, dan 1 kiasan depersonifikasi. 4.2.1.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan

Lirik Lagu Peterpan Album Alexandria

Berdasarkan hasil analisis data mengenai penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang dilakukan peneliti pada 10 lirik lagu Peterpan dalam album

Alexandria, terdapat 107 penggunaan gaya bahasa dan 58 penggunaan bahasa kiasan yang digunakan penyair atau komposer untuk memberi dan menambahkan nilai keindahan disetiap liriknya. 107 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 10 atau 9,34% gaya bahasa repetisi, 4 atau 3,73% gaya bahasa inversi,

11 atau 10,28% gaya bahasa aliterasi, 51 atau 47,66% gaya bahasa asonansi, 7 atau 6,54% gaya bahasa pararelisme, 12 atau 11,21% gaya bahasa simploke, 5 atau 4,67% gaya bahasa pleonasme, dan 7 atau 6,54% gaya bahasa asindeton.

Sedangkan untuk 58 penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari 2 atau

3,44% kiasan perbandingan (simile), 19 atau 32,75% kiasan metafora, 2 atau

3,44% kiasan alegori, 9 atau 15,51% kiasan personifikasi, 1 atau 1,72% kiasan depersonifikasi, 10 atau 17,24% kiasan hiperbola, 8 atau 13,79% kiasan ironi, dan

7 atau 12,06% kiasan litotes. Dalam lirik lagu Peterpan album Alexandria, gaya bahasa yang sering muncul adalah asonansi yaitu 51 kali penggunaan atau

47,66%. Sedangkan untuk gaya bahasa yang jarang muncul adalah gaya bahasa inversi yaitu hanya ada 4 penggunaan atau 3,73%. Kemudian untuk penggunaan bahasa kiasan, yang paling sering muncul dalam lirik lagu Peterpan adalah kiasan

Metafora yaitu 19 kali penggunaan atau sekitar 32,75%. Sedangkan kiasan yang paling jarang muncul adalah kiasan depersonifikasi yaitu hanya terdapat 1 penggunaan atau 1,72%. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

104

105

Tabel hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Peterpan

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Gaya Bahasa No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Tak Bisa kah 3 1 - 5 - 3 1 1 14

2 Jauh Mimpiku - - 3 4 - - - 1 8

3 Membebaniku 2 1 - 2 - - 1 1 7

4 Menunggu Pagi - - - 1 1 1 - 1 4

5 Kukatakan dengan Indah 1 - - 9 3 2 - - 15

6 Sahabat - 2 1 10 2 2 - - 17

7 Aku dan Bintang - - 4 6 - 1 2 1 14

8 Mungkin Nanti - - 1 5 1 1 - - 8

9 Di Belakangku 3 - 2 5 - - - 2 12

10 Langit tak Mendengar 1 - - 4 - 2 1 - 8

Jumlah 10 4 11 51 7 12 5 7 107 (Persentase) (9,34%) (3,73%) (10,28%) (47,66%) (6,54%) (11,21%) (4,67%) (6,54%) (100%)

106

Tabel hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Peterpan

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes Bahasa Kiasan No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Tak Bisa kah - 2 - - - 3 1 - 6

2 Jauh Mimpiku - 3 - - - - - 2 5

3 Membebaniku - 4 ------4

4 Menunggu Pagi - 3 - 2 - - - - 5

5 Kukatakan dengan Indah 1 2 - - - 3 2 2 10

6 Sahabat 1 3 1 1 - 1 - - 7

7 Aku dan Bintang - 1 1 2 - 2 - - 6

8 Mungkin Nanti - 1 - 2 - 1 2 1 7

9 Di Belakangku ------3 - 3

10 Langit tak Mendengar - - - 2 1 - - 2 5

Jumlah 2 19 2 9 1 10 8 7 58 (Persentase) (3,44%) (32,75%) (3,44%) (15,51%) (1,72%) (17,24%) (13,79%) (12,06%) (100%)

107

4.2.2 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Ungu

1) Melayang

Disini dibatasanku Mencoba menegakkan langkahku (Aliterasi) Mencari rasa yang hilang bersamamu (Asonansi)

Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu (Aliterasi) Yang datang menghantui setiap malamku (Asonansi) Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku

Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap (Aliterasi, Pleonasme) Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku (Aliterasi) Terbang melayang menyusuri ruang cinta (Aliterasi, Pleonasme) Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku (Aliterasi)

Gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke-2 baris ke-

1, dan pada bait ke-3 baris ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4. Pada bait ke-1 baris ke-2, penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat dalam lirik “mencoba menegakkan langkahku”, karena terjadi pengulangan pada awalan “men” pada kata “mencoba” dan “menegakkan”. Pada bait ke-2 baris ke-1, gaya bahasa aliterasi terdapat pada lirik “dan ku beranikan diri berlari mengejar bayanganmu”, karena dalam lirik tersebut terdapat pengulangan untuk konsonan “r”. kemudian pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik “kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap”, disebut memiliki gaya bahasa aliterasi karena terjadi pengulangan untuk konsonan “ng” pada kata “terbang” dan “melayang”. Pengulangan konsonan “ng” pada kata yang sama juga terjadi pada bait ke-3 baris ke-2, yaitu dalam lirik “terbang melayang menyusuri ruang cinta”. Selanjutnya pada bait ke-3 baris ke-2 dalam lirik “ku berharap ku akan temukan dirimu untukku”, juga terdapat gaya bahasa aliterasi

108

karena terjadi pengulangan untuk konsonan “k”. pengulangan konsonan “k” juga terjadi pada bait ke-3 baris ke-4 dengan lirik yang sama.

Gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa asonansi yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-3, dan pada bait ke-2 baris ke-2. Pada bait ke-1 baris ke 3, penggunaan gaya bahasa asonansi terdapat dalam lirik “mencari rasa yang hilang bersamamu”. Disebut memiliki gaya bahasa asonansi karena dalam lirik tersebut terjadi pengulangan untuk vokal “a”. Selanjutnya, pengulangan vokal “a” juga ada pada bait ke-2 baris ke-2, lirik “yang datang menghantui setiap malamku”.

Kemudian, untuk penggunaan gaya bahasa pleonasme terdapat pada bait ke-3 baris ke-1, dan ke-3. Pada bait ke-3 baris ke-1, penggunaan gaya bahasa pleonasme terdapat dalam lirik “kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa pleonasme ataupun pemubaziran kata karena setelah kata “terbang”, penyair atau komposer menambahkan kata

“melayang”. Penambahan kata “terbang” setelah kata “melayang” merupakan pemubaziran kata karena siapapun tahu bahwa segala sesuatau yang terbang itu sudah pasti melayang, sehingga tidak perlu lagi menambahkan kata “melayang”.

Gaya bahasa pleonasme dengan kasus yang sama juga terjadi pada baris ke-3 dalam lirik “terbang melayang menyusuri ruang cinta”.

Jadi, dalam lirik lagu berjudul Melayang, terdapat 10 penggunaan gaya bahasa. 10 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 6 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa asonansi, dan 2 gaya bahasa pleonasme.

109

Melayang

Disini dibatasanku Mencoba menegakkan langkahku (Metafora) Mencari rasa yang hilang bersamamu (Metafora)

Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu (Hiperbola) Yang datang menghantui setiap malamku Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu (Hiperbola) Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku (Personifikasi)

Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap (Hiperbola) Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ku Terbang melayang menyusuri ruang cinta (Metafora) Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku

Untuk kiasan metafora terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dan baris ke-3, dan pada bait ke-3 baris ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi

“mencoba menegakkan langkahku”, merupakan metafora karena terdapat ungkapan “menegakkan langkahku”. Makna yang ingin disampaikan penyair adalah bahwa penyair mencoba bersabar, mencoba tegar, dengan ungkapan

“menegakkan langkah” tersebut. Kemudian pada baris ke-3 yang masih berhubungan dengan baris ke-2, dalam lirik “mencari rasa yang hilang bersamamu”, memiliki kiasan metafora karena terdapat ungkapan “rasa yang hilang”. Makna dari ungkapan “rasa yang hilang” yang dikemukakan penyair adalah perasaan sayang atau cinta yang dahulu pernah ada tapi sudah tidak ada lagi, dan penyair mencoba mencari kembali perasaan tersebut, dan mencoba tegar serta sabar dalam mencari perasaan itu. Kiasan metafora selanjutnya terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 dalam lirik “terbang melayang menyusuri ruang cinta”.

Disebut metafora karena dalam lirik tersebut terdapat ungkapan “terbang

110

melayang” dan “menyusuri ruang cinta”. Makna yang ingin disampaikan penyair dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair memiliki kebebasan dalam mencari perasaan cinta yang telah hilang di dalam hatinya.

Selanjutnya, penggunaan kiasan dalam lirik lagu Melayang adalah kiasan hiperbola yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2, dan baris ke-3, serta pada bait ke-3 baris ke-1. Dalam bait ke-2 baris ke-1 dan 2 dalam lirik “dan ku beranikan diri berlari mengejar bayanganmu yang datang menghantui setiap malamku”, merupakan hiperbola karena pernyataan “bayanganmu yang datang menghantui setiap malamku” merupakan pernyataan berlebihan. Pernyataan berlebihan juga terdapat pada baris ke-3 dalam lirik “terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu”, karena “terhempas” saat hanya memeluk adalah hal yang berlebihan. Kemudian pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik “kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap”, juga merupakan hiperbola atau melebih- lebihkan karena tidak mungkin ada orang yang memiliki sayap dan bisa terbang.

Kiasan selanjutnya adalah personifikasi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-4 dalam lirik, “terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku”. Disebut personifikasi karena penyair menggambarkan bahwa mimpi dapat memasung seperti halnya manusia.

Jadi, di dalam lirik lagu Ungu berjudul Melayang tersebut, terdapat 7 penggunaan bahasa kiasan. Tujuh penggunaan kiasan tersebut antara lain terdiri dari 3 kiasan metafora, 3 kiasan hiperbola, dan 1 kiasan personifikasi.

111

2) Seperti Yang Dulu

Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini Semuanya telah berlalu bersama lukaku (Asonansi)

Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Asonansi) Takkan ada cinta seperti yang dulu

Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani Hatiku yang telah terluka karena dustamu (Aliterasi)

Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Asonansi) Takkan ada cinta seperti yang dulu Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu (Simploke) Takkan ada yang rindu seperti yang dulu

Seperti yang dulu (Repetisi) Seperti yang dulu

Untuk penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu tersebut terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1.

Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik “semuanya telah berlalu bersama lukaku”, memiliki gaya bahasa asonansi karena terdapat pengulangan untuk vokal “a”.

Pengulangan untuk vokal “a” yang mengakibatkan terjadinya peristiwa asonansi juga terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, yang memiliki lirik sama dengan lirik pada bait ke-4 baris ke-1 yaitu lirik “semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu”.

Penggunaan gaya bahasa yang selanjutnya adalah gaya bahasa aliterasi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-2 yaitu dalam lirik “hatiku yang telah terluka karena dustamu”. Lirik tersebut mengandung gaya bahasa aliterasi karena penyair menggunakan pengulangan konsonan “t” di dalamnya beberapa kali.

112

Selanjutnya, gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Ungu berjudul

Seperti yang Dulu tersebut adalah gaya bahasa simploke yang terdapat pada bait ke-4 dari baris ke-1 sampai baris ke-4. Dalam bait tersebut, yang liriknya berbunyi

“semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu, takkan ada cinta seperti yang dulu. Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu, takkan ada rindu seperti yang dulu.”, terdapat pengulangan yang dibuat oleh penyair atau si penulis lagu yaitu pada pernyataan “semua yang telah berakhir” dan “takkan ada” dalam beberapa baris atau pun kalimat, sehingga disebut mengandung gaya bahasa simploke.

Penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu Seperti yang Dulu selanjutnya adalah gaya bahasa repetisi yang terdapat pada bait ke-5 ataupun bait yang terakhir yaitu dalam lirik “seperti yang dulu, seperti yang dulu”. Lirik tersebut mengandung gaya bahasa repetisi karena penyair atau penulis lirik menggunakan pengulangan terhadap lirik “seperti yang dulu” dua kali secara utuh dan penuh, bahkan tanpa penambahan dan pengurangan sedikitpun didalamnya. Pengulangan tersebut dilakukan oleh sang penyair dimaksudkan untuk memberikan tekanan dan mengeraskan arti bagi para pembaca maupun pendengar, bahwa apa yang dituliskan maupun dinyatakan si penyair merupakan suatu keseriusan.

Jadi, dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Seperti yang Dulu tersebut, terdapat 6 penggunaan gaya bahasa. 6 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 3 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa aliterasi, 1 gaya bahasa simploke, dan 1 gaya bahasa repetisi.

113

Seperti yang Dulu

Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini (Ironi) Semuanya telah berlalu bersama lukaku

Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Ironi) Takkan ada cinta seperti yang dulu

Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani Hatiku yang telah terluka karena dustamu (Personifikasi)

Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Ironi) Takkan ada cinta seperti yang dulu Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu (Ironi) Takkan ada yang rindu seperti yang dulu

Seperti yang dulu Seperti yang dulu

Untuk kiasan ironi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2, bait ke-

2 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2 dan baris ke-3 sampai ke-4. Pada kiasan ironi bait ke-1 terdapat dalam lirik yang berbunyi

“tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini, semuanya telah berlalu bersama lukaku”. Lirik tersebut memiliki kiasan ironi karena merupakan sindiran kepada seseorang yang dimaksudkan oleh penyair, terlebih penyair menguatkan sindirannya tersebut dengan mengeluarkan pernyataan “tiada guna”. Maksud dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair menyinggung atau menyindir kepada seseorang yang mencoba mendekati penyair kembali, padahal sebelumnya pernah melakukan suatu kesalahan yang berat terhadap si penyair sehingga percuma saja orang tersebut mendekati lagi karena kesalahannya sulit untuk dimaafkan.

Kemudian, pada bait ke-2 yang liriknya sama dengan lirik pada bait ke-3 baris ke-

1 sampai ke-2 yaitu, “semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu,

114

takkan ada cinta seperti yang dulu”, juga merupakan ironi atau sindiran, dimana maksud si penyair hampir sama dengan lirik sebelumnya yaitu si penyair mengungkapkan kepada seseorang bahwa hubungan yang sudah berakhir, tidak akan bisa kembali bersatu seperti dahulu karena penyair merasa telah sangat sakit hati oleh perbuatan-perbuatan seseorang yang dimaksud. Makna tersebut juga berlaku untuk lirik yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 sampai baris ke-4 yaitu lirik yang berbunyi “semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu, takkan ada rindu seperti yang dulu”. Lirik tersebut juga termasuk mengandung bahasa kiasan ironi.

Selain bahasa kiasan ironi, dalam lirik lagu Seperti yang Dulu tersebut juga terdapat kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-2 dalam liriknya yang berbunyi, “hatiku yang telah terluka karena dustamu”. Lirik tersebut mengandung kiasan personifikasi karena terdapat penginsanan terhadap kata “dusta” atau dalam lirik ditulis “dustamu”. Dalam lirik tersebut, penyair membuat “dusta” seakan-akan seperti bisa melakukan hal menyakiti atau menyakiti hati penyair sebagaimana yang bisa dilakukan oleh manusia. Padahal yang bisa menyakiti hati biasanya adalah manusia. Jadi, maksud lirik tersebut dari penyair adalah bahwa karena seseorang yang dimaksud oleh penyair telah berbohong atau berdusta, sehingga membuat hati si penyair menjadi tersakiti.

Jadi. di dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Seperti yang Dulu, terdapat 5 penggunaan kiasan. Ke lima penggunaan kiasan tersebut antara lain terdiri dari 4 kiasan ironi, dan 1 kiasan personifikasi.

115

3) Demi Waktu

Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya (Asonansi) Yang kini hadir di antara kita (Asonansi) Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu Yang selama ini temani hidupku

Maafkan aku menduakan cintamu (Asonansi) Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya (Asonansi) Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu Maafkanlah diriku sepenuh hatimu Seandainya bila ku bisa memilih (Aliterasi)

Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya Mungkin semua takkan seperti ini Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku (Aliterasi) Membawa aku dalam kehancuran (Asonansi)

Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 dan ke-1, bait ke-

2 baris ke-1 dan ke-2, dan bait ke-3 baris ke-4. Kecuali untuk bait ke-1 baris ke-2 yang menggunakan pengulangan untuk vokal “i” dalam lirik “yang kini hadir diantara kita”, hampir keseluruhan penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu tersebut dikarenakan pengulangan vokal “a”, seperti “ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya”,”maafkan aku menduakan cintamu”, dll.

Gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-2 baris ke-5 dalam lirik

“seandainya bila ku bisa memilih”, karena mengulang konsonan “b”, dan bait ke-

3 baris ke-3 dalam lirik “dirimu dan dirinya kini ada dihatiku”, mengulang “d”.

Jadi kesimpulannya adalah, dalam lirik lagu berjudul Demi Waktu terdapat 7 penggunaan gaya bahasa. Ke-7 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 5 gaya bahasa asonansi, dan 2 gaya bahasa aliterasi.

116

Demi Waktu

Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya (Hiperbola) Yang kini hadir di antara kita Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu (Metafora) Yang selama ini temani hidupku

Maafkan aku menduakan cintamu (Metafora) Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya (Hiperbola) Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu (Personifikasi) Maafkanlah diriku sepenuh hatimu Seandainya bila ku bisa memilih

Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya Mungkin semua takkan seperti ini Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku (Hiperbola) Membawa aku dalam kehancuran

Untuk kiasan hiperbola dalam lirik lagu Demi Waktu, terdapat pada bait ke-1 baris ke-1, bait ke-2 baris ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-3 sampai baris ke-4. Pada bait ke-1 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya”, merupakan hiperbola karena lirik tersebut menggunakan pernyataan yang dianggap berlebihan, dimana penyair menganggap bahwa dia tidak bisa melupakan seseorang meskipun dia sudah memiliki kekasih lagi.

Padahal bisa saja dia lupa, karena manusia adalah tempatnya salah dan tempatnya lupa dengan mudahnya dimanapun dan kapanpun. Selanjutnya, pada bait ke-2 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “berat rasa hatiku tinggalkan dirinya”, juga merupakan hiperbola atau dianggap menggunakan pernyataan yang berlebihan, karena penyair menyatakan bahwa dia sangat berat hati meninggalkan seseorang padahal ia juga telah memiliki kekasih lagi, dengan kata lain, pernyataan “berat rasa hatiku…”, merupakan pernyataan yang berlebihan. Pernyataan berlebihan

117

atau hiperbola yang terakhir terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik “dirimu dan dirinya kini ada di hatiku, membawa aku dalam kehancuran”.

Pernyataan “membawa aku dalam kehancuran” dianggap pernyataan yang sangat berlebihan.

Kiasan selanjutnya adalah metafora yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-

3 sampai ke-4, dan pada bait ke-2 baris ke-1. Pada bait ke-1 baris ke-3 sampai ke-

4 dalam lirik “namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu yang selama ini temani hidupku”, merupakan metafora karena terdapat ungkapan “menepis bayangmu”, dimana makna dari lirik tersebut adalah bahwa meskipun penyair masih mencintai kekasihnya yang lain, tapi ia juga mencintai kekasihnya yang sekarang. Selanjutnya, Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik “maafkan aku menduakan cintamu”, merupakan metafora karena terdapat ungkapan

“menduakan cintamu” yang maknanya adalah memiliki dua kekasih. Jadi makna dari lirik tersebut adalah bahwa penyair meminta maaf kepada salah satu kekasihnya karena mencintai seseorang selain kekasihnya.

Kiasan yang terakhir adalah personifikasi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-3 dalam lirik “dan demi waktu yang bergulir di sampingmu”. Lirik tersebut merupakan personifikasi karena meskipun memang berjalan , namun

“waktu” tetap dianggap diberi penginsanan, yang membuat “waktu” bisa bergulir.

Jadi, dalam lirik lagu Ungu berjudul Demi Waktu tersebut, ada 6 penggunaan bahasa kiasan. Enam kiasan tersebut antara lain terdiri dari 3 kiasan hiperbola, 2 kiasan metafora, dan 1 kiasan personifikasi.

118

4) Berikan Aku Cinta

Terbelenggu cintamu Terhempas ku di dalam pelukanmu (Inversi) Bermandikan air surga Membasuh jiwa Menghempaskan seluruh dahaga

Dekaplah tubuhku kasih (Aliterasi, Aliterasi) Bawalah aku melayang bersamamu (Asonansi) Menyusuri ruang hati yang penuh kasih Berhiaskan cinta abadi (Asonansi)

Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu (Pleonasme) Berikan aku kasih putih yang tulus darimu (Simploke)

Selalu ku berharap semuanya abadi (Inversi)

Dua Penggunaan gaya bahasa inversi dalam lirik lagu tersebut terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, dan pada bait ke-4. Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “terhempas ku di dalam pelukanmu”, mengandung gaya bahasa inversi karena di dalamnya penyair atau penulis lirik membalikkan subjek dengan predikat yaitu “terhempas ku…”, yang menurut struktur kalimat yang baik seharusnya “ku terhempas” atau “aku terhempas”. Begitu pun pada bait ke-4 yang liriknya berbunyi “selalu ku berharap semuanya abadi”, penyair atau komposer meletakkan “ku” setelah kata “selalu” sehingga menjadi “selalu ku”. Hal tersebut dilakukan penyair agar karyanya lebih menarik meski tidak sesuai struktur bahasa.

Gaya bahasa selanjutnya adalah dua gaya bahasa Aliterasi yang semuanya terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “dekaplah tubuhku kasih”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa aliterasi karena terdapat pengulangan untuk konsonan “k” dan konsonan “h”.

119

Gaya bahasa yang digunakan selanjutnya adalah gaya bahasa asonansi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-2, dan pada baris ke-3 sampai ke-4. Pada baris ke-2 dalam lirik “bawalah aku melayang bersamamu”, merupakan asonansi karena menggunakan pengulangan untuk vokal “a”. sedangkan pada baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik yang berbunyi “menyusuri ruang hati yang penuh kasih berhiaskan cinta abadi”, pengulangan yang menyebabkan peristiwa asonansi terdapat pada vokal “i”.

Gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa pleonasme yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa pleonasme karena terjadi pemubaziran kata yang disebabkan penambahan kata “suci” setelah kata

“cinta” (cinta suci). Disebut pemubaziran karena semua orang tahu bahwa “cinta” adalah sesuatu yang suci sehingga sebenarnya tidak perlu lagi ditambah kata

“suci” sesudahnya.

Selanjutnya, untuk gaya bahasa simploke terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik “berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu, berikan aku kasih putih yang tulus darimu”. Disebut simploke, karena lirik tersebut mengulang pernyataan “berikan aku” dalam beberapa baris dan kalimat.

Jadi, di dalam lirik lagu Ungu berjudul Berikan Aku Cinta tersebut, terdapat 8 pemakaian gaya bahasa. Ke delapan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 2 gaya bahasa inversi, 2 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa pleonasme, dan 1 gaya bahasa simploke.

120

Berikan Aku Cinta

Terbelenggu cintamu (Personifikasi) Terhempasku di dalam pelukanmu (Hiperbola) Bermandikan air surga (Metafora) Membasuh jiwa Menghempaskan seluruh dahaga

Dekaplah tubuhku kasih Bawalah aku melayang bersamamu (Hiperbola) Menyusuri ruang hati yang penuh kasih (Metafora) Berhiaskan cinta abadi (Metafora)

Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu (Hiperbola) Berikan aku kasih putih yang tulus darimu

Selalu ku berharap semuanya abadi (Hiperbola)

Untuk penggunaan kiasan personifikasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi, “terbelenggu cintamu”. Dalam lirik tersebut, kata

“cinta” yang maknanya merupakan benda abstrak diberikan penginsanan sehingga disebut personifikasi, karena oleh penyair “cinta” seakan-akan bisa membelenggu si penyair. Padahal yang bisa membelenggu seseorang secara logika hanyalah manusia. Maksud dari lirik “terbelenggu cintamu” adalah bahwa penyair merasa bahwa dirinya sudah merasa cocok dengan cintanya atau kekasihnya yang sekarang. Kecocokan tersebut, oleh penyair disimbolkan dengan kata

“terbelenggu”.

Kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke-2 baris ke-2, bait ke-3 baris ke-1, dan pada bait ke-4. Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi, “terhempasku di dalam pelukanmu”, merupakan hiperbola karena penyair menggunakan pernyataan yang berlebihan

121

terutama pada kata “terhempasku…” di dalam lirik tersebut. Maksud dari lirik tersebut adalah penyair mengungkapkan bahwa ia telah terlanjur menyukai dan selalu teringat kepada seseorang. Terlanjur menyukai disimbolkan dengan

“terhempas”, sedangkan selalu teringat kepada seseorang, oleh penyair disimbolkan oleh “pelukanmu”. Selanjutnya, pada bait ke-2 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “bawalah aku melayang bersamamu”, juga merupakan hiperbola karena lirik tersebut sangat berlebihan. Dalam lirik tersebut, penyair meminta kepada kekasihnya untuk membawanya melayang. Padahal secara logika, tidak mungkin seorang manusia bisa terbang melayang. Namun maksud dari penyair dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair ingin seseorang yang dikasihinya itu membuatnya merasa bahagia. Kebahagiaan yang diungkapkan dalam lirik tersebut, oleh penyair disimbolkan oleh ungkapan “melayang”. Pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu”, juga merupakan hiperbola karena dalam lirik tersebut terdapat pernyataan “yang terdalam”, yang menguatkan lirik tersebut sebagai lirik yang menggunakan pernyataan yang berlebihan. Selanjutnya, penggunaan kiasan hiperbola yang terakhir dalam lirik lagu di atas terdapat pada bait ke-4 dalam lirik yang berbunyi “selalu ku berharap semuanya abadi”. Lirik tersebut juga merupakan hiperbola karena menggunakan pernyataan yang berlebihan. Dalam lirik tersebut, penyair berharap semua kisah tentang dirinya dan kekasihnya itu abadi, sementara kita tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, dan keabadian hanyalah milik Allah swt..

122

Penggunaan kiasan selanjutnya adalah bahasa kiasan metafora yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-3, dan pada bait ke-2 baris ke-3 dan baris ke-4.

Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik yang berbunyi, “bermandikan air surga”, merupakan metafora karena dalam lirik tersebut penyair mengibaratkan bahwa dirinya seperti sedang bermandikan air surga. Makna sebenarnya hanyalah bahwa penyair menggambarkan tentang perasaan yang sangat berbahagia, yang disimbolkan dengan “bermandikan air surga”, hal itu dikarenakan dimana orang yang bisa mandi di air surga pasti akan sangat merasa bahagia. Lirik tersebut adalah metafora (perbandingan langsung) dan bukan merupakan kiasan perbandingan (simile) karena tidak menggunakan kata ibarat, bagai, bak, dll.

Kiasan metafora juga terdapat pada bait ke-2 baris ke-3 dalam lirik yang berbunyi, “menyusuri ruang hati yang penuh kasih”. Lirik tersebut merupakan metafora karena di dalamnya terdapat ungkapan “menyusuri ruang hati”, yang menurut hemat penulis bahwa maksud dari lirik tersebut adalah menyimbolkan penyair yang mencari cinta sejati yang setulus hati dan penuh dengan rasa kasih sayang. Selanjutnya, untuk penggunaan kiasan metafora yang terakhir dalam lirik lagu diatas masih terdapat pada bait ke-3, dalam baris ke-4 dengan liriknya yang berbunyi “berhiaskan cinta abadi”. Lirik tersebut merupakan metafora karena makna sebenarnya dari penulis adalah bahwa penulis ingin mendapatkan cinta yang indah dan dapat bertahan sebagaimana perhiasan yang bisa mengindahkan.

Jadi, dalam lirik lagu Ungu berjudul Berikan Aku Cinta di atas, terdapat 8 penggunaan bahasa kiasan. Ke delapan kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan personifikasi, 4 kiasan hiperbola, dan 3 kiasan metafora.

123

5) Berjanjilah

Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi (Asonansi) Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku (Simploke)

Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku (Asindeton) Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku (Asonansi) Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku (Asindeton)

Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi (Asonansi) Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku (Asonansi) Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi (Simploke) Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku

Semoga rasa ini abadi untuk selamanya Semoga cinta ini akan slalu ada (Simploke)

Berjanjilah Berjanjilah (Repetisi)

Untuk penggunaan gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-

1, bait ke-2 baris ke-3, dan pada bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2. Seluruh peristiwa asonansi dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Berjanjilah tersebut, disebabkan oleh pengulangan untuk vokal “a” dalam setiap lirik-liriknya. Lirik-lirik tersebut yaitu lirik “berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi”, “karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku”, dan “berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku”.

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa asindeton yang terdapat pada bait ke-2, pada baris ke-2 dan ke-4. Pada baris ke-2 dalam lirik

“dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku”, memiliki gaya bahasa asindeton karena antara lirik “dalam pencarian cintaku” dan lirik “wujudkan

124

mimpi-mimpiku”, tidak menggunakan kata penghubung seperti dan, lalu, kemudian, dll., hanya menggunakan tanda koma ( , ). Begitupun pada baris ke-4 dalam lirik “perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh mimpiku”.

Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa simploke terdapat pada bait ke-1 baris ke 1 sampai ke-2, bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-4, dan bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2. Untuk peristiwa simploke pada bait ke-1 dalam lirik

“berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi, berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku”, dan bait ke-3lirik “berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi, berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku, berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi, berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku”, merupakan simploke karena pengulangan pernyataan “berjanjilah kau setia” dalam beberapa baris atau beberapa kalimat. Sedangkan pada bait ke-4 dalam lirik “semoga rasa ini abadi untuk selamanya, semoga cinta ini akan slalu ada”, merupakan simploke karena terjadi pengulangan untuk kata “semoga”.

Penggunaan gaya bahasa yang terakhir adalah repetisi yang terdapat pada bait ke-5 dalam lirik “berjanjilah, berjanjilah”. Lirik tersebut merupakan repetisi karena menggunakan pengulangan kata beberapa kali. Pengulangan tersebut oleh penyair dimaksudkan untuk menguatkan tekanan dan mengeraskan arti.

Jadi, di dalam lirik lagu Ungu berjudul Berjanjilah tersebut, terdapat 10 pemakaian gaya bahasa. Ke sepuluh gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 4 gaya bahasa asonansi, 2 gaya bahasa asindeton, 3 gaya bahasa simploke, dan 1 gaya bahasa repetisi .

125

Berjanjilah

Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku

Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku (Metafora) Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku (Metafora)

Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku

Semoga rasa ini abadi untuk selamanya (Hiperbola) Semoga cinta ini akan slalu ada

Berjanjilah berjanjilah

Kiasan metafora terdapat pada bait ke-2 baris ke-2, dan baris ke-4. Pada baris ke-2 dalam lirik “dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku”, merupakan metafora karena terdapat ungkapakn “pencarian cinta” dalam arti mencari seorang pendamping hidup. Selanjutnya pada bari ke-4 dalam lirik

“perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku”, juga merupakan metafora karena terdapat ungkapan “perhiasan dalam mimpiku”.

Kemudian untuk kiasan hiperbola terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 dalam lirik “semoga rasa ini abadi untuk selamanya”. Lirik tersebut adalah hiperbola karena terdapat pernyataan “abadi”, sementara di dunia ini tidak ada yang abadi.

Jadi, dalam lirik lagu di atas, ada 3 penggunaan kiasan. Tiga kiasan tersebut antara lain terdiri dari 2 kiasan metafora, dan 1 kiasan hiperbola.

126

6) Dari Satu Hati

Lelah ku menanti Rasa yang ku harap kembali (Asonansi) Takkan pernah terulang lagi (Asonansi) Semua ini takkan terjalin lagi

Bila engkau mengerti Apa yang telah ku lalui Dari semua yang terjadi (Asonansi) Memberiku keraguan tak terakhiri

Mampukah engkau merindukanku (Aliterasi) Sedalam engkau melepaskan semua (Aliterasi) Seindah aku memahamimu (Asonansi) Sanggupkah engkau mencintai aku (Asonansi)

Penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu Dari Satu Hati terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 dan ke-2, bait ke-2 baris ke-3, dan pada bait ke-3 baris ke-3 dan ke-4. Seluruh peristiwa asonansi dalam lirik lagu tersebut disebabkan oleh pengulangan vokal “a”. Lirik-liriknya yaitu, “rasa yang ku harap kembali”,

“takkan pernah terulang lagi”. “dari semua yang terjadi”, “seindah aku memahamimu”, dan “sanggupkah engkau mencintai aku”.

Sedangkan untuk gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 dan ke-2. Pada baris ke-1 dalam lirik “mampukah engkau merindukanku”, proses aliterasi terjadi karena pengulangan konsonan “k”. Kemudian pada baris ke-2 lirik

“sedalam engkau melepaskan semua”, pengulangan terjadi pada konsonan “s”.

Jadi, dalam lirik lagu berjudul Dari Satu Hati tersebut, terdapat 7 penggunaan gaya bahasa. Ke tujuh penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 5 gaya bahasa asonansi, dan 2 gaya bahasa aliterasi.

127

Dari Satu Hati

Lelah ku menanti Rasa yang ku harap kembali Takkan pernah terulang lagi Semua ini takkan terjalin lagi

Bila engkau mengerti (Ironi) Apa yang telah ku lalui Dari semua yang terjadi Memberiku keraguan tak terakhiri

Mampukah engkau merindukanku (Ironi) Sedalam engkau melepaskan semua Seindah aku memahamimu (Ironi) Sanggupkah engkau mencintai aku

Pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2 dan pada baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-

2 dalam lirik yang berbunyi “bila engkau mengerti apa yang telah ku lalui”. Lirik tersebut mengandung kiasan ironi karena penyair menyindir kepada seseorang bahwa sebenarnya seseorang itu tidak mengerti dan tidak mengetahui apa-apa tentang hal yang dialami penyair. Selanjutnya, pada bait ke-3 baris ke-1 sampai baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “mampukah engkau merindukanku sedalam engkau melepaskan semua”, mengandung ironi karena makna dari lirik tersebut adalah, penyair menyindir kepada seseorang bahwa orang tersebut tidak merindukan si penyair karena orang tersebut sudah melupakannya. Terakhir pada baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik “seindah aku memahamimu, sanggupkah engkau mencintai aku”, penyair menyindir bahwa orang yang dimaksud tidak akan mencintai penyair, sebagaimana penyair mencintainya. Jadi, dalam lirik lagu

Ungu di atas, terdapat 3 penggunaan bahasa kiasan ironi.

128

7) Aku Bukan Pilihan Hatimu

Jika memang diriku Bukanlah menjadi pilihan hatimu Mungkin sudah takdirnya Kau dan aku takkan mesti bersatu (Aliterasi)

Harus selalu kau tahu (Asonansi) Ku mencintamu di sepanjang waktuku Harus selalu kau tahu (Asonansi) Semua abadi untuk selamanya (Asonansi)

Karena ku yakin cinta dalam hatiku Hanya milikmu sampai akhir hidupku Karena ku yakin di setiap hembus nafasku (Simploke) Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu (Asonansi)

Gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-4 dalam lirik “kau dan aku takkan mesti bersatu”. disebut aliterasi karena mengulang konsonan “t”.

Untuk gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-

2, baris ke-3, dan baris ke-4, dan pada bait ke-3 baris ke-4. Kecuali untuk bait ke-

2 baris ke-4 yang menggunakan pengulangan vokal “a”, proses asonansi disebabkan pengulangan untuk vokal “u”, contoh “harus selalu kau tahu”.

Gaya bahasa selanjutnya adalah simploke pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-4. Disebut simploke karena terdapat pengulangan pada pernyataan “karena ku yakin" pada lirik “karena ku yakin cinta dalam hatiku” dan “karena ku yakin di setiap hembius nafasku”, dalam beberapa baris dan kalimat.

Jadi, dalam lirik lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu, ada 6 penggunaan gaya bahasa. Ke enam penggunaan gaya bahasa tersebut terdiri dari 1 gaya bahasa aliterasi, 4 gaya bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa simploke.

129

Aku Bukan Pilihan Hatimu

Jika memang diriku Bukanlah menjadi pilihan hatimu (Litotes) Mungkin sudah takdirnya Kau dan aku takkan mesti bersatu

Harus selalu kau tahu (Hiperbola) Ku mencintamu sepanjang waktuku Harus selalu kau tahu Semua abadi untuk selamanya (Hiperbola)

Karena ku yakin cinta dalam hatiku (Hiperbola) Hanya milikmu sampai akhir hidupku Karena ku yakin di setiap hembus nafasku Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu (Hiperbola)

Untuk penggunaan kiasan litotes terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai baris ke-4, dalam lirik yang berbunyi “jika memang diriku bukanlah menjadi pilihan hatimu, mungkin sudah takdirnya kau dan aku takkan mesti bersatu”.

Lirik tersebut merupakan lirik yang mengandung kiasan litotes atau melemahkan pernyataan, karena pada lirik tersebut penyair mengungkapkan bahwa dirinya merasa tidak akan bisa bersatu dan berdampingan bersama seseorang sebagai pasangan kekasih. Penyair juga mengungkapkan bahwa, mungkin tidak bisa bersatunya mereka karena sudah takdir. Hal tersebut merupakan pernyataan yang dilemahkan atau dengan kata lain merendah dari diri si penyair. Padahal mungkin saja kenyataan yang sebenarnya tidak semenyedihkan apa yang diungkapkan oleh penyair pada lirik tersebut, karena itulah lirik tersebut mengandung kiasan litotes.

Kiasan selanjutnya adalah kiasan hiperbola yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2 dan baris ke-3 sampai ke-4, dan pada bait ke-3 baris ke-1

130

sampai ke-2 dan baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik yang berbunyi “harus selalu kau tahu ku mencintamu sepanjang waktuku”, merupakan hiperbola karena terdapat pernyataan “mencintamu sepanjang waktuku” yang dianggap pernyataan terlalu berlebihan. Selanjutnya pada bait ke-2 baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik yang berbunyi “harus selalu kau tahu semua abadi untuk selamanya”, juga merupakan hiperbola karena terdapat pernyataan “semua abadi untuk selamanya”. Padahal kita tahu bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Dalam lirik tersebut, maksud penyair adalah mengungkapkan kepada seseorang bahwa orang tersebut harus mengetahui bahwa si penyair akan setia menyayangi orang yang dikasihinya itu. Kemudian pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik yang berbunyi “karena ku yakin cinta dalam hatiku hanya milikmu sampai akhir hidupku”, juga merupakan hiperbola karena terdapat pernyataan “hanya milikmu sampai akhir hidupku”, yang merupakan pernyataan yang sedikit berlebihan. Penggunaan kiasan hiperbola yang terakhir terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik yang berbunyi “karena ku yakin di setiap hembus nafasku, hanya dirimu satu yang selalu ku rindu”. Dalam lirik tersebut, penyair mengungkapkan kepada seseorang bahwa disetiap hembus nafasnya, dia hanya merindukan kekasihnya. Pernyataan tersebut adalah pernyataan yang sangan berlebihan atau hiperbola.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa, dalam lirik lagu yang berjudul Aku

Bukan Pilihan Hatimu di atas, terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan Litotes, dan 4 kiasan

Hiperbola.

131

8) Tak Perlu

Telah berulang kali ku katakan semua ini Semuanya telah terjadi (Aliterasi) Mungkin kau belum mengerti

Maafkan aku lagi yang kini telah melukai Semuanya telah terjadi (Aliterasi) Kau takkan pernah mengerti

Sampai hari ini aku yang menghianati (Simploke) Namun sampai kini kau belum juga mengerti

Kau tak perlu abadikan cintamu untukku Dalam hatiku takkan ada cinta sejati (Asonansi) Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku (Simploke) Agar kau tahu takkan pernah datang padamu (Asonansi)

Bebaskan aku dari belenggu cintamu (Repetisi) Dari belenggu cinta

Untuk penggunaan gaya bahasa aliterasi dalam lirik lagu Tak Perlu tersebut, terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, dan pada bait ke-2 baris ke-2. Ke dua penggunaan gaya bahasa aliterasi tersebut antara bait ke-1 dan bait ke-2 memiliki lirik yang sama yaitu lirik yang berbunyi “semuanya telah terjadi”. Lirik tersebut merupakan aliterasi karena di dalamnya terdapat pengulangan yang hampir sama pada awalan kata “telah” dan kata “terjadi”. Selain itu, bisa disebut juga terjadi pengulangan untuk konsonan “t” pada ke-2 kata tersebut.

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa simploke yang terdapat pada bait ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-4. Pada bait ke-3 dalam lirik yang berbunyi “sampai hari ini aku yang mengkhianati, namun sampai kini kau belum juga mengerti”. Di dalam lirik tersebut, setelah kata

“sampai” pada lirik pertama, penyair mengulang kata tersebut pada lirik

132

selanjutnya sehingga disebut simploke karena mengulang suatu kata dalam beberapa baris atau kalimat. Selanjutnya pada bait ke-4 dalam lirik “kau tak perlu abadikan cintamu untukku dalam hatiku takkan ada cinta sejati, sungguh tak perlu abadikan cintamu untukku agar kau tahu takkan pernah datang padamu”, disebut simploke karena dalam lirik tersebut terdapat pengulangan untuk pernyataan “tak perlu” dan kata “takkan” untuk menyatakan suatu kesungguhan.

Selanjutnya, gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Tak Perlu adalah asonansi yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-2 dalam lirik “dalam hatiku takkan ada cinta sejati”, dan baris ke-4 dalam lirik “agar kau tahu takkan pernah datang padamu”. Lirik-lirik tersebut memiliki gaya bahasa asonansi karena terdapat pengulangan vokal “a” di dalamnya.

Gaya bahasa yang terakhir adalah gaya bahasa repetisi yang terdapat pada bait ke-5. Pada bait tersebut dalam lirik yang berbunyi “bebaskan aku dari belenggu cintamu, dari belenggu cinta”, mengandung gaya bahasa repetisi karena terjadi pengulangan untuk pernyataan “dari belenggu cinta”. Pengulangan pernyataan tersebut dilakukan oleh penyair atau penulis lirik dimaksudkan untuk memberikan tekanan dan menguatkan makna sehingga memberikan kesan keseriusan.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Ungu berjudul Tak

Perlu tersebut, terdapat 7 pemakaian gaya bahasa. Ke tujuh gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 2 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya simploke, 2 gaya bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa repetisi.

133

Tak Perlu

Telah berulang kali ku katakan semua ini Semuanya telah terjadi (Ironi) Mungkin kau belum mengerti

Maafkan aku lagi yang kini tlah melukai Semuanya telah terjadi (Ironi) Kau takkan pernah mengerti

Sampai hari ini aku yang menghianati Namun sampai kini kau belum juga mengerti (Ironi)

Kau tak perlu abadikan cintamu untukku Dalam hatiku tak akan ada cinta sejati (Ironi) Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku Agar kau tahu takkan pernah datang padamu (Ironi)

Bebaskan aku dari belenggu cintamu Dari belenggu cinta (Metafora)

Untuk penggunaan kiasan ironi dalam lirik lagu di atas terdapat pada, bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-3, bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-3, bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2 dan baris ke-3 sampai baris ke-4. Pada bait ke-1 dalam lirik yang berbunyi, “telah berulang kali ku katakan semua ini, semuanya telah terjadi, mungkin kau belum mengerti”, mengandung kiasan ironi karena lirik tersebut merupakan sindiran, dimana penyair mengungkapkan bahwa dia sudah berkali-kali menjelaskan kepada seseorang namun orang tersebut tidak memahaminya. Pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-3 dalam lirik yang berbunyi, “maafkan aku lagi yang kini tlah melukai, semuanya telah terjadi, kau takkan pernah mengerti”, dan pada bait ke-3 dalam lirik “sampai hari ini aku yang mengkhianati, namun sampaui kini kau belum juga mengerti”, juga merupakan sindiran yang ditujukan penyair kepada

134

seseorang, dimana penyair ingin mengungkapkan bahwa dia sudah tidak pantas lagi untuk kekasihnya, bahkan dia sudah tidak menyayangi kekasihnya lagi karena merasa sudah melakukan kesalahan dan mengkhianatinya, namun kekasihnya tersebut belum juga mengerti bahwa penyair sudah tidak menyayangi kekasihnya lagi dan berharap kekasihnya itu meninggalkan dia, namun tidak juga dimengerti oleh kekasihnya. Kemudian pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik

“kau tak perlu abadikan cintamu untukku, dalam hatiku takkan ada cinta sejati” dan baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik “sungguh tak perlu abadikan cintamu untukku agar kau tahu takkan pernah datang padamu”, juga merupakan sindirian yang ditujukan penyair kepada seseorang. Maksud dari lirik tersebut adalah bahwa penyair berharap orang yang dimaksud tidak perlu berharap dan tidak perlu lagi mencintai, karena penyair merasa sudah tidak mencintainya lagi.

Selanjutnya, untuk penggunaan bahasa kiasan metafora dalam lirik lagu

Tak Perlu, terdapat pada bait ke-5 dalam lirik yang berbunyi, “bebaskan aku dari belenggun cintamu, dari belenggu cinta”. Lirik tersebut mengandung kiasan metafora karena di dalamnya terdapat ungkapan “belenggu cinta”. Maksud dari ungkapan dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair meminta kepada orang yang dimaksud agar melupakannya dan tidak berharap lagi karena itu sangat membebani. Beban tersebut oleh penyair disimbolkan dengan “belenggu”.

Jadi, dalam lirik lagu yang berjudul Tak Perlu di atas, terdapat 6 penggunaan bahasa kiasan. Enam kiasan tersebut antara lain terdiri dari 5 kiasan Ironi, dan 1 kiasan Metafora.

135

9) Tercipta Untukku

Menatap indahnya senyuman di wajahmu (Asonansi) Membuatku terdiam dan terpaku (Aliterasi) Mengerti akan hadirnya cinta terindah (Asonansi) Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan Kepada dirimu (Asonansi)

Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku Disetiap langkah yang meyakiniku (Pararelisme, Asonansi) Kau tercipta untukku sepanjang hidupku

Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu (Asonansi, Yang mencintaimu sepanjang hidupku Pararelisme)

Penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu berjudul Tercipta

Untukku tersebut, terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 dan ke-2, pada bait ke-2, bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “menatap indahnya senyuman di wajahmu”, merupakan asoansi karena di dalam liriknya terdapat pengulangan vokal “a”. Pengulangan untuk vokal “a” juga terdapat pada bait ke-2 dalam lirik yang berbunyi “banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu”.

Selanjutnya, pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-3 dalam lirik yang berbunyi “aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku, disetiap langkah yang meyakiniku, kau tercipta untukku” juga merupakan asonansoi, karena lirik tersebut tejadi pengulangan vokal “u”. Pengulangan vokal “u” juga terjadi pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-3, lirik “meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragamu, ku ingin kau tahu ku selalu milikmu, yang mencintaimu sepanjang hidupku”.

136

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah aliterasi yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “membuatku terdiam dan terpaku”.

Lirik tersebut mengandung gaya bahasa aliterasi karena di dalamnya terdapat pengulangan awalan “ter” pada kata “terdiam” dan kata “terpaku”. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh pengulangan untuk konsonan “t”.

Selanjutnya, gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu berjudul

Tercipta Untukku adalah gaya bahasa pararelisme, yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-3. Pada bait ke-3 dalam lirik “aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku, disetiap langkah yang meyakiniku, kau tercipta untukku sepanjang hidupku”. Disebut pararelisme karena pada lirik tersebut, penyair memberikan pernyataan-pernyataan penguat sebelum mengungkapkan pernyataan utamanya yaitu lirik “kau tercipta untukku sepanjang hidupku”. Hal serupa juga terjadi pada bait ke-4 dalam lirik “meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku, ku ingin kau tahu ku selalu milikmu, yang mencintaimu sepanjang hidupku”. Lirik tersebut, menggunakan pernyataan penegas dan penguat sebelum mengungkapkan pernyataan utamanya yaitu lirik”yang mencintaimu sepanjang hidupku”, sehingga disebut pararelisme.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Ungu berjudul

Tercipta Untukku tersebut, terdapat 8 penggunaan gaya bahasa. Ke delapan penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 5 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa aliterasi, dan 2 gaya bahasa pararelisme.

137

Tercipta Untukku

Menatap indahnya senyuman di wajahmu Membuatku terdiam dan terpaku (Depersonifikasi) Mengerti akan hadirnya cinta terindah Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan Kepada dirimu (Litotes)

Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku Disetiap langkah yang meyakiniku Kau tercipta untukku sepanjang hidupku (Hiperbola)

Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku (Personifikasi) Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu Yang mencintaimu sepanjang hidupku (Hiperbola)

Untuk penggunaan bahasa kiasan depersonifikasi dalam lirik lagu di atas terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik yang berbunyi,

“menatap indahnya senyuman di wajahmu membuatku terdiam dan terpaku”.

Lirik tersebut memiliki kiasan depersonifikasi atau pembendaan terhadap hal-hal yang hidup (manusia), karena dalam lirik tersebut penyair membuat seakan-akan dirinya itu seperti “terpaku” ketika melihat senyuman seseorang yang menurutnya indah. Jadi, kebalikan dari personifikasi yang merupakan penginasanan terhadap benda mati, depersonifikasi adalah pembendaan terhadap manusia yang seakan- akan menyerupai benda mati.

Kiasan selanjutnya adalah litotes yang terdapat pada bait ke-2 dalam lirik yang berbunyi “banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu”.

Lirik tersebut mengandung kiasan litotes karena penyair melemahkan pernyataannya. Pada lirik tersebut, penyair mengungkapkan bahwa dirinya tidak

138

mampu untuk mengungkapkan kata-kata yang ingin dia ungkapkan kepada seseorang. Hal tersebut merupakan pelemahan atau merendahkan terhadap pernyataan yang diungkapkan, karena mungkin bisa saja hal yang diungkapkan penyair sebenarnya tidak seperti itu.

Penggunaan kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-2 sampai ke-3. Lirik-liriknya adalah,

“kau tercipta untukku sepanjang hidupku”, dan lirik “ku ingin kau tahu ku selalu milikmu yang mencintaimu sepanjang hidupku”. Lirik-lirik tersebuit merupakan hiperbola karena dianggap mengungkapkan hal yang berlebihan terutama pada pernyataan “sepanjang hidupku”.

Selanjutnya, penggunaan bahasa kiasan yang terakhir adalah kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi

“meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku”. Dalam lirik tersebut, terdapat pernyataan “waktu akan mampu memanggil”, dimana “waktu” dibuat seakan-akan seperti manusia yang bisa memanggil seseorang sehingga disebut personifikasi (penginsanan). Makna dari pernyataan “waktu akan mampu memanggil selruruh ragaku”, adalah ajal yang menjemput.

Jadi, dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Tercipta Untukku di atas, terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan depersonifikasi, 1 kiasan litotes, 2 kiasan hiperbola, dan 1 kiasan personifikasi.

139

10) Sejauh Mungkin

Lelah hati yang tak kau lihat Andai saja dapat kau rasa kan (Asonansi) Letihnya jiwaku karena sifatmu

Indah cinta yang kau berikan (Asonansi) Kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa

Baiknya kupergi tinggalkan dirimu Sejauh mungkin untuk melupakan (Asonansi) Dirimu yang selalu tak pedulikan ku Yang mencintaimu, yang menyayangimu (Asindeton)

Bila saat nanti aku jauh (Asonansi) Ku harap kau mengerti (Pararelisme) Ku harap kau sadari

Penggunaan gaya bahasa yang paling banyak adalah gaya bahasa asonansi yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-3, bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2, bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-4, dan pada bait ke-4 baris ke-1. Peristiwa asonansi yang pertama terdapat pada bait ke-1 yang liriknya berbunyi “lelah hati yang tak kau lihat, andai saja dapat kau rasakan letihnya jiwaku karena sifatmu”.

Lirik pada bait ke-1 tersebut merupakan asonansi karena di dalamnya terdapat pengulangan vokal “a”. Pengulangan vokal “a” juga terjadi pada bait ke-2 dan pada bait ke-4 baris ke-1. Pada bait ke-2 liriknya berbunyi, “indah cinta yang kau berikan kini tiada lagi lagi ku dapatkan teduhnya jiwa”. Sedangkan pada bait ke-4 baris ke-1 liriknya berbunyi “bila saat nanti aku jauh”. Selain pengulangan untuk vokal “a”, dalam lirik lagu berjudul Sejauh Mungkin tersebut juga terdapat pengulangan untuk vokal “u” yang ada pada bait ke-3 dalam lirik yang berbunyi,

140

“baiknya ku pergi tinggalkan dirimu sejauh mungkin untuk melupakan dirimu yang selalu tak pedulikanku yang mencintaimu, yang menyayangimu”.

Selain gaya bahasa asonansi, dalam lirik lagu Sejauh Mungkin juga terdapat gaya bahasa asindeton yang ada pada bait ke-3 baris ke-4 dalam lirik yang berbunyi, “yang mencintaimu, yang menyayangimu”. Lirik tersebut merupakan asindeton karena yang memisahkan antara pernyataan “yang mencintaimu” dan pernyataan “yang menyayangimu” adalah tanda koma ( , ), dan tidak menggunakan kata penghubung seperti dan, juga, dll..

Penggunaan gaya bahasa selanjutnya pada lirik lagu Sejauh Mungkin adalah gaya bahasa pararelisme yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 sampai baris ke-3, yaitu lirik yang berbunyi “bila saat nanti aku jauh, ku harap kau mengerti, ku harap kau sadari”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa pararelisme karena setelah penyair atau penulis lirik mengungkapkan pernyataan yang paling utama yaitu pada lirik “bila saat nanti aku jauh”, penyair memperkuat pernyataan tersebut dengan pernyataan selanjutnya yaitu “ku harap kau mengerti, ku harap kau sadari”. Selain alasan tersebut, disebut pararelisme juga karena di dalam pernyataan-pernyataan penguatnya terdapat pengulangan pengucapan pada kata

“ku harap kau….” beberapa kali setelah pernyataan utamanya.

Jadi, di dalam lirik lagu ungu yang berjudul Sejauh Mungkin tersebut, ada 6 penggunaan gaya bahasa. Ke enam penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 4 penggunaan gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa asindeton, dan 1 gaya bahasa pararelisme.

141

Sejauh Mungkin

Lelah hati yang tak kau lihat andai saja dapat kau rasa kan (Ironi) Letihnya jiwaku karena sifatmu

Indah cinta yang kau berikan kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa

Baiknya kupergi tinggalkan dirimu Sejauh mungkin untuk melupakan (Litotes) Dirimu yang slalu tak pedulikan ku Yang mencintaimu, yang menyayangimu

Bila saat nanti aku jauh Ku harap kau mengerti Ku harap kau sadari

Untuk kiasan ironi, terdapat pada bait ke-1 dalam lirik “lelah hati yang tak kau lihat, andai saja dapat kau rasakan letihnya jiwaku karena sifatmu”. Lirik tersebut merupakan ironi atau sindiran yang diungkapkan penyair kepada seseorang yang sama sekali tidak mengerti bahwa orang itu sudah membuat hatinya merasa lelah dan letih.

Selanjutnya, untuk kiasan litotes terdapat pada bait ke-3 dalam lirik

“baiknya ku pergi tinggalkan dirimu sejauh mungkin untuk melupakan dirimu yang slalu tak pedulikanku yang mencintaimu, yang menyayangimu”. Lirik tersebut merupakan litotes atau merendah, dimana penyair mengungkapkan bahwa dirinya lebih baik pergi atau menjauhi seseorang yang tidak mempedulikannya, padahal penyair sangat menyayanginya.

Jadi, dalam lirik lagu di atas, ada 2 penggunaan bahasa kiasan. Kedua kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasn ironi, dan 1 kiasan litotes.

5.2.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan

Lirik Lagu Ungu Album Melayang

Berdasarkan hasil analisis data mengenai penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang dilakukan peneliti pada 10 lirik lagu Ungu dalam album

Melayang, terdapat 75 penggunaan gaya bahasa dan 50 penggunaan bahasa kiasan . 75 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 3 atau 4% gaya bahasa repetisi, 2 atau 2,66% gaya bahasa inversi, 17 atau 22,66% gaya bahasa aliterasi, 36 atau 48% gaya bahasa asonansi, 3 atau 4% gaya bahasa pararelisme, 8 atau 10,66% gaya bahasa simploke, 3 atau 4% gaya bahasa pleonasme, dan 3 atau 4% gaya bahasa asindeton. Sedangkan untuk 50 penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari 0 atau 0% (tidak ada penggunaan) kiasan perbandingan (simile) , 11 atau 22% kiasan metafora, 0 atau

0% kiasan alegori, 5 atau 10% kiasan personifikasi, 1 atau 2% kiasan depersonifikasi, 17 atau 34% kiasan hiperbola, 13 atau 26% kiasan ironi, dan 3 atau 6% kiasan litotes. Dalam lirik lagu Ungu Album Melayang, gaya bahasa yang sering muncul adalah asonansi yaitu 36 kali penggunaan atau 48%.

Sedangkan untuk gaya bahasa yang jarang muncul adalah gaya bahasa inversi yaitu hanya ada 2 penggunaan atau 2,66%. Kemudian untuk penggunaan bahasa kiasan, yang paling sering muncul dalam lirik lagu Ungu adalah kiasan Hiperbola yaitu 17 kali penggunaan atau 34%. Sedangkan kiasan yang paling jarang muncul adalah depersonifikasi yaitu 1 penggunaan atau hanya 2%. Untuk kiasan yang tidak ada penggunaannya dalam lirik lagu Ungu adalah kiasan perbandingan

(simile) dan kiasan alegori (0%). Selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

142

143

Tabel hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Ungu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Gaya Bahasa No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Melayang - - 6 2 - - 2 - 10

2 Seperti yang Dulu 1 - 1 3 - 1 - - 6

3 Demi Waktu - - 2 5 - - - - 7

4 Berikan Aku Cinta - 2 2 2 - 1 1 - 8

5 Berjanjilah 1 - - 4 - 3 - 2 10

6 Dari Satu Hati - - 2 5 - - - - 7

7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - 1 4 - 1 - - 6

8 Tak Perlu 1 - 2 2 - 2 - - 7

9 Tercipta Untukku - - 1 5 2 - - - 8

10 Sejauh Mungkin - - - 4 1 - - 1 6

Jumlah 3 2 17 36 3 8 3 3 75 (Persentase) (4%) (2,66%) (22,66%) (48%) (4%) (10,66%) (4%) (4%) (100%)

144

Tabel hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Ungu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes Bahasa Kiasan No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Melayang - 3 - 1 - 3 - - 7

2 Seperti yang Dulu - - - 1 - - 4 - 5

3 Demi Waktu - 2 - 1 - 3 - - 6

4 Berikan Aku Cinta - 3 - 1 - 4 - - 8

5 Berjanjilah - 2 - - - 1 - - 3

6 Dari Satu Hati ------3 - 3

7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - - - - 4 - 1 5

8 Tak Perlu - 1 - - - - 5 - 6

9 Tercipta Untukku - - - 1 1 2 - 1 5

10 Sejauh Mungkin ------1 1 2

Jumlah - 11 - 5 1 17 13 3 50 (Persentase) (0%) (22%) (0%) (10%) (2%) (34%) (26%) (6%) (100%)

145

5.2.3 Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan antara Lirik Lagu

Peterpan dengan Lirik Lagu Ungu

Berdasarkan hasil analisis penggunaan gaya bahasa dan penggunaan bahasa kiasan pada 10 lirik lagu Peterpan dalam album Alexandria dan 10 lirik lagu Ungu dalam album Melayang, diperoleh jumlah keseluruhan dari total 20 lirik lagu dari kedua grup musik tersebut yaitu berjumlah 182 penggunaan gaya bahasa, dan total 108 penggunaan bahasa kiasan. Total 182 penggunaan gaya bahasa dari kedua grup musik tersebut antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% gaya bahasa repetisi, 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi, 28 atau 15,38% gaya bahasa aliterasi, 87 atau 47,80% gaya bahasa asonansi, 10 atau 5,49% gaya bahasa pararelisme, 20 atau 10,98% gaya bahasa simploke, 8 atau 4,39% gaya bahasa pleonasme, dan 10 atau 5,49% penggunaan gaya bahasa asindeton. Sedangkan untuk total 108 penggunaan bahasa kiasan dari grup musik Peterpan dan Ungu antara lain terdiri dari, 2 atau 1,85% penggunaan kiasan perbandingan (simile), 30 atau 27,77% kiasan metafora, 2 atau 1,85% kiasan alegori, 14 atau 12,96% kiasan personifikasi, 2 atau 1,85% kiasan depersonifikasi, 27 atau 25% kiasan hiperbola,

21 atau 19,44% kiasan ironi, dan 10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes.

Dengan melihat hasil analisis yang telah didapat, maka bisa dilihat bahwa grup musik Peterpan cenderung lebih banyak menggunakan gaya bahasa dan bahasa kiasan di dalam liriknya dibandingkan dengan grup musik Ungu. Hal tersebut terjadi karena dari 182 total keseluruhan penggunaan gaya bahasa, 107 diantaranya atau sekitar 58,79% terdapat pada 10 lirik lagu Peterpan., sedangkan grup musik Ungu hanya terdapat 75 atau sekitar 41,21% penggunaan gaya bahasa

146

dalam 10 lirik lagunya. Kemudian dari 108 total keseluruhan bahasa kiasan, 58 atau sekitar 53,71% penggunaannya terdapat pada 10 lirik lagu Peterpan, dan hanya 50 atau sekitar 46,29% penggunaan yang ada pada 10 lirik lagu Ungu. Dari hasil tersebut, maka terbukti bahwa grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa maupun bahasa kiasan dalam lirik-lirik lagunya dibandingkan dengan grup musik Ungu. Selanjutnya, perbandingan dari setiap penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan akan dirinci sebagai berikut.

1. 182 penggunaan gaya bahasa, merupakan data yang diperoleh dari grup

musik Peterpan dan grup musik Ungu yang terdiri dari:

1) 13 penggunaan gaya bahasa repetisi (7,14%) yang terdiri dari:

a) 10 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

2) 6 penggunaan gaya bahasa inversi (3,29%) yang terdiri dari:

a) 4 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 2 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

3) 28 penggunaan gaya bahasa aliterasi (15,38%) yang terdiri dari:

a) 11 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 17 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Ungu lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

147

4) 87 penggunaan gaya bahasa asonansi (47,80%) yang terdiri dari:

a) 51 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 36 penggunaan dari grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

5) 10 penggunaan gaya bahasa pararelisme (5,49%) yang terdiri dari:

a) 7 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

6) 20 penggunaan gaya bahasa simploke (10,98%) yang terdiri dari:

a) 12 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 8 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

7) 8 penggunaan gaya bahasa pleonasme (4,39%) yang terdiri dari:

a) 5 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

8) 10 penggunaan gaya bahasa asindeton (5,49%) yang terdiri dari:

a) 7 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.

148

2. 108 penggunaan bahasa kiasan, merupakan data yang diperoleh dari

grup musik Peterpan dan grup musik Ungu yang terdiri dari:

1) 2 penggunaan kiasan perbandingan (simile) (1,85%) yang terdiri dari:

a) 2 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan, dan

b) tidak ada penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, hanya grup musik Peterpan yang menggunakan kiasan ini.

2) 30 penggunaan kiasan metafora (27,77%) yang terdiri dari:

a) 19 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 11 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan kiasan ini.

3) 2 penggunaan kiasan alegori (1,85%) yang terdiri dari:

a) 2 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan, dan

b) tidak ada penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, hanya grup musk Peterpan yang menggunakan kiasan ini.

4) 14 penggunaan kiasan personifikasi (12, 96%) yang terdiri dari:

a) 9 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 5 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan kiasan ini

5) 2 penggunaan kiasan depersonifikasi (1,85%) yang terdiri dari:

a) 1 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

149

b) 1 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, antara Peterpan dan Ungu sama-sama memiliki 1 kiasan ini.

6) 27 Penggunaan kiasan hiperbola (25%) yang terdiri dari:

a) 10 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 17 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Ungu lebih banyak menggunakan kiasan ini.

7) 21 penggunaan kiasan ironi (19,44%) yang terdiri dari:

a) 8 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 13 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Ungu lebih banyak menggunakan kiasan ini.

8) 10 penggunaan kiasan litotes (9,25%) yang terdiri dari:

a) 7 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan

b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.

Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan kiasan ini.

Dapat dilihat dari rincian tersebut bahwa hampir seluruh penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan lebih banyak didapat dari lirik lagu Peterpan, kecuali untuk gaya bahasa aliterasi, kiasan hiperbola dan kiasan ironi yang lebih banyak terdapat dalam lirik lagu Ungu. Selanjutnya, perbandingan penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan pada lirik lagu antara grup musik Peterpan dengan grup musik Ungu dapat dilihat dalam tabel pembanding berikut.

150

Tabel 3. Pembanding Gaya Bahasa

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

GRUP MUSIK / GAYA BAHASA NO JUMLAH ALBUM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

10 4 11 51 7 12 5 7 107 1 Peterpan / Alexandria (5,49%) (2,19%) (6,04%) (28,02%) (3,84%) (6,59%) (2,74%) (3,84%) (58,79%)

3 2 17 36 3 8 3 3 75 2 Ungu / Melayang (1,65%) (1,1%) (9,34%) (19,78%) (1,65%) (4,39%) (1,65%) (1,65%) (41,21%)

Jumlah 13 6 28 87 10 20 8 10 182

(Persentase) (7,14%) (3,29%) (15,38%) (47,80%) (5,49%) (10,98%) (4,39%) (5,49%) (100%)

151

Tabel 4. Pembanding Bahasa Kiasan

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

GRUP MUSIK / BAHASA KIASAN NO JUMLAH ALBUM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

2 19 2 9 1 10 8 7 58 1 Peterpan / Alexandria (1,85%) (17,59%) (1,85%) (8,33%) (0,92%) (9,26%) (7,4%) (6,48%) (53,71%)

- 11 - 5 1 17 13 3 50 2 Ungu / Melayang (0%) (10,18%) (0%) (4,63%) (0,92%) (15,74%) (12,04%) (2,77%) (46,29%)

Jumlah 2 30 2 14 2 27 21 10 108

(Persentase) (1,85%) (27,77%) (1,85%) (12,96%) (1,85%) (25%) (19,44%) (9,25%) (100%)

152

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai perbandingan penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan antara lirik lagu Peterpan dalam album Alexandria dengan lirik lagu Ungu dalam album Melayang, didapat 107 penggunaan gaya bahasa serta 58 penggunaan kiasan dari lirik lagu Peterpan, dan

75 penggunaan gaya bahasa serta 50 penggunaan kiasan dari lirik lagu Ungu.

Dari data tersebut terlihat selisih penggunaan gaya bahasa dan kiasan dari kedua grup musik.

Dari lirik lagu grup musik Peterpan, 107 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari, 10 gaya bahasa repetisi, 4 gaya bahasa inversi, 11 gaya bahasa aliterasi, 51 gaya bahasa asonansi, 7 gaya bahasa pararelisme, 12 gaya bahasa simploke, 5 gaya bahasa pleonasme, dan 7 gaya bahasa asindeton.

Sedangkan untuk 57 penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari, 2 kiasan perbandingan (simile), 19 kiasan metafora, 2 kiasan alegori, 9 kiasan personifikasi, 1 kiasan depersonifikasi, 10 kiasan hiperbola, 8 kiasan ironi, dan 7 kiasan litotes.

Kemudian dari lirik lagu grup musik Ungu, 75 penggunaan gaya bahasa yang didapat antara lain terdiri dari, 3 gaya bahasa repetisi, 2 gaya bahasa inversi,

17 gaya bahasa aliterasi, 36 gaya bahasa asonansi, 3 gaya bahasa pararelisme, 8 gaya bahasa simploke, 3 gaya bahasa pleonasme, dan 3 gaya bahasa asindeton.

Sedangkan untuk 50 penggunaan kiasan antara lain terdiri dari, 0 (tidak ada penggunaan) kiasan perbandingan (simile) , 11kiasan metafora, 0 kiasan alegori,

153

5 kiasan personifikasi, 1 kiasan depersonifikasi, 17 kiasan hiperbola, 13 kiasan ironi, dan 3 kiasan litotes.

Dari data penggunaan gaya bahasa dan kiasan dari lirik lagu Peterpan dengan lirik lagu Ungu, diperoleh jumlah keseluruhan dari total 20 lirik lagu dari kedua grup musik tersebut yaitu berjumlah 182 penggunaan gaya bahasa, dan total 108 penggunaan bahasa kiasan. Total 182 penggunaan gaya bahasa dari kedua grup musik tersebut antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% gaya bahasa repetisi, 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi, 28 atau 15,38% gaya bahasa aliterasi,

87 atau 47,80% gaya bahasa asonansi, 10 atau 5,49% gaya bahasa pararelisme,

20 atau 10,98% gaya bahasa simploke, 8 atau 4,39% gaya bahasa pleonasme, dan

10 atau 5,49% penggunaan gaya bahasa asindeton. Sedangkan untuk total 108 penggunaan bahasa kiasan dari grup musik Peterpan dan Ungu antara lain terdiri dari, 2 atau 1,85% penggunaan kiasan perbandingan (simile), 30 atau 27,77% kiasan metafora, 2 atau 1,85% kiasan alegori, 14 atau 12,96% kiasan personifikasi, 2 atau 1,85% kiasan depersonifikasi, 27 atau 25% kiasan hiperbola,

21 atau 19,44% kiasan ironi, dan 10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes.

Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa serta bahasa kiasan dalam lirik lagunya dibandingkan dengan grup musik Ungu. Selain itu, terdapat persamaan pada penggunaan gaya bahasa yang sering muncul, yaitu sama-sama sering menggunakan gaya bahasa asonansi atau pengulangan terhadap vokal dalam setiap lirik kedua grup musik tersebut. Selain persamaan,

154

terdapat juga perbedaan yang terjadi pada penggunaan bahasa kiasan. Untuk

grup musik Peterpan, kiasan yang sering muncul adalah kiasan metafora atau

menyatakan suatu hal atau peristiwa dengan menggunakan perbandingan dengan

hal lainnya secara langsung. Sedangkan untuk grup musik Ungu, kiasan yang

paling sering muncul adalah kiasan hiperbola atau menyatakan sesuatu hal atau

peristiwa secara berlebihan atau dibesar-besarkan.

4.4 Aplikasi Pengajaran di SMA

Dalam sebuah karya sastra, baik itu dalam bentuk cerpen, puisi, ataupun lirik, gaya bahasa dan kiasan merupakan unsur penting yang tidak bisa ditinggalkan. Tanpa menggunakan gaya bahasa maupun kiasan, sebuah karya sastra akan terasa hambar dan tidak menarik untuk dibaca, maupun diperdengarkan kepada orang banyak. Oleh karena itu, pengajaran mengenai gaya bahasa perlu dilakukan agar siswa lebih kreatif dalam mengolah kata-kata, terutama untuk menghasilkan sebuah karya sastra yang bernilai estetik.

Untuk dapat menyukseskan tujuan pembelajaran dalam mengajarkan gaya bahasa dan kiasan, guru harus bisa kreatif dalam merancang suatu proses kegiatan belajar agar menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan guru untuk merancang kegiatan belajar agar menjadi lebih menarik perhatian siswa. Salah satu usaha yang bisa ditempuh guru yaitu dengan cara memilih metode mengajar dengan materi yang disajikan semenarik mungkin, namun sesuai dengan kebutuhan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, serta sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

155

Berikut ini penulis akan menyajikan aplikasi pengajaran dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, sesuai dengan judul Perbandingan Gaya Bahasa dan

Bahasa Kiasan Lirik Lagu antara Grup Musik Peterpan dalam Album Alexandria dengan Grup Musik Ungu dalam Album Melayang, serta aplikasinya dalam

Pengajaran Bahasa Indonesia di SMA, sebagai berikut.

6) Sebelum materi pengajaran tentang gaya bahasa dan bahasa kiasan

dimulai, terlebih dahulu guru mengemukakan tujuan pembelajaran.

7) Guru menjelaskan pengertian tentang gaya bahasa maupun bahasa

kiasan.

8) Guru menerangkan tentang jenis-jenis gaya bahasa dan jenis-jenis

bahasa kiasan berserta contoh-contohnya.

9) Guru menjelaskan tentang lirik lagu dari grup musik Peterpan dan

Ungu lalu menjelaskan cara menganalisis lirik lagu tersebut dengan

jenis-jenis gaya bahasa dan bahasa kiasan.

10) Guru memberikan siswa latihan dengan menggunakan lirik lagu

Peterpan dan Ungu, untuk dianalisis gaya bahasa dan bahasa kiasan

yang digunakan, serta membandingkannya.

11) Siswa membuat karangan berupa puisi yang bertema bebas dengan

menggunakan gaya bahasa dan kiasan.

12) Siswa membaca hasil karangannya di depan kelas.

156

4.5 Keterbatasan/Kelemahan Penelitian

Penelitian ini telah selesai dilaksanakan. Namun demikian, dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan penelitian ini tidak sempurna. Keterbatasan-keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1) Objek yang diambil dalam penelitian ini dibatasi hanya pada lirik lagu

Peterpan dalam album Alexandria dan lirik lagu Ungu dalam album

Melayang.

2) Terdapat perbedaan jumlah lirik lagu, dimana pada lirik lagu Peterpan

album Alexandria ada 10 lirik lagu, sedangkan pada lirik lagu Ungu

album Melayang ada 12 lirik lagu, sehingga peneliti mengurangi 2 lirik

lagu dari grup musik Ungu agar jumlah lirik sama-sama 10 antara

kedua grup musik ketika dibandingkan penggunaan gaya bahasa dan

kiasannya.

3) Keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan pengetahuan dari peneliti.

4) Hasil penelitian ini merupakan hasil interpretasi dari peneliti

sepenuhnya, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya

perbedaan hasil apabila analisis dilakukan oleh peneliti lain.

5) Kemungkinan para komposer atau pencitpta lirik lagu tidak

mengetahui maupun tidak menyadari tentang penggunaan gaya bahasa

dan bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik-lirik lagu ciptaan mereka.

157

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti tentang perbandingan gaya bahasa dan bahasa kiasan antara lirik lagu Peterpan dalam album

Alexandria dengan lirik lagu Ungu dalam album Melayang, maka peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut.

1. Dari 20 lirik lagu kedua grup musik tersebut, terdapat total keseluruhan

yaitu 182 penggunaan gaya bahasa, dan total 108 penggunaan kiasan.

Total 182 penggunaan gaya bahasa dari grup musik Peterpan dan Ungu,

antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% penggunaan gaya bahasa repetisi

(Peterpan:10, Ungu:3), 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi (Peterpan:4,

Ungu:2), 28 atau 15,38% gaya bahasa aliterasi (Peterpan:11, Ungu:17),

87 atau 47,80% gaya bahasa asonansi (Peterpan:51, Ungu:36), 10 atau

5,49% gaya bahasa pararelisme (Peterpan:7, Ungu:3), 20 atau 10,98%

gaya bahasa simploke (Peterpan:12, Ungu:8), 8 atau 4,39% gaya bahasa

pleonasme (Peterpan:5, Ungu:3), dan 10 atau 5,49% penggunaan gaya

bahasa asindeton (Peterpan:7, Ungu:3). Selanjutnya, untuk total 108

penggunaan bahasa kiasan dari grup musik Peterpan dan Ungu, antara lain

terdiri dari 2 atau 1,85% penggunaan kiasan perbandingan (simile)

158

(Peterpan:2, Ungu:0), 30 atau 27,77% kiasan metafora (Peterpan:19,

Ungu:11), 2 atau 1,85% kiasan alegori (Peterpan:2 Ungu:0), 14 atau

12,96% kiasan personifikasi (Peterpan:9, Ungu:5), 2 atau 1,85% kiasan

depersonifikasi (Peterpan:1, Ungu:1), 27 atau 25% kiasan hiperbola

(Peterpan:10, Ungu:17), 21 atau 19,44% kiasan ironi (Peterpan:8,

Ungu:13), dan 10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes (Peterpan:7,

Ungu:3).

2. Dari total 182 penggunaan gaya bahasa dan 108 penggunaan kiasan dari

kedua grup musik tersebut, dalam lirik lagu dari Grup musik Peterpan,

terdapat lebih banyak penggunaan gaya bahasa dan kiasan bila

dibandingkan dengan lirik lagu dari grup musik Ungu. Dalam lirik lagu

Peterpan, terdapat 107 penggunaan gaya bahasa atau sekitar 58,79%, dan

58 penggunaan kiasan atau sekitar 53,71%. Sedangkan dalam lirik lagu

Ungu, hanya terdapat 75 penggunaan gaya bahasa atau sekitar 41,21%,

dan 50 penggunaan kiasan atau 46,29%.

3. Dalam penggunaan gaya bahasa, lirik lagu dari grup musik Peterpan

maupun Ungu sama-sama banyak menggunakan gaya bahasa asonansi

atau pengulangan terhadap vokal yang sama dalam setiap lirik lagu yang

diciptakan oleh kedua grup musik tersebut. Kemudian, untuk penggunaan

bahasa kiasan, dalam lirik lagu grup musik Peterpan kiasan yang sering

muncul adalah metafora atau menyatakan suatu hal maupun peristiwa

dengan menggunakan perbandingan dengan hal lainnya secara langsung.

Sedangkan untuk grup musik Ungu, kiasan yang paling sering muncul

159

adalah hiperbola atau menyatakan hal maupun peristiwa secara berlebihan

atau dibesar-besarkan. Hal tersebutlah yang menyebabkan mengapa lirik

lagu dari grup musik Peterpan lebih sulit diinterpretasikan maknanya bila

dibandingkan dengan lirik lagu dari grup musik Ungu yang lebih mudah

diinterpretasikan maknanya. Kiasan metafora yang pada dasarnya

membandingkan sesuatu hal dengan hal lain, bisa berbeda pemahaman

maknanya jika dalam menginterpretasikan maknanya adalah dua orang

yang berbeda atau lebih.

5.2 Implikasi Penelitian

Implikasi dari penelitian terhadap pembelajaran gaya bahasa dan kiasan yaitu sebagai berikut.

1. Menjadikan guru lebih inovatif dan kreatif dalam mengajarkan gaya

bahasa dan kiasan kepada siswa.

2. Memperkaya media pembelajaran dalam materi gaya bahasa maupun

kiasan, sehingga contoh-contoh penggunaannya tidak hanya terpaku pada

contoh lama yang sudah lazim, sudah sering didengar, dan sudah banyak

diketahui oleh siswa.

3. Siswa SMA yang pada dasarnya merupakan remaja, akan merasa senang

dalam kegiatan belajar, sehingga lebih termotivasi serta lebih aktif

mempelajari materi tentang gaya bahasa maupun bahasa kiasan, dengan

contoh lirik-lirik lagu yang mereka sukai.

160

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian yang telah diuraikan penulis, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Peserta didik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan, misalnya

dalam hal menulis dengan menggunakan gaya bahasa maupun bahasa

kiasan, baik dalam bentuk menulis puisi, cerpen, maupun menulis puisi

lirik, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan menulis

kesusastraan.

2. Agar pembelajaran mengenai gaya bahasa dan kiasan tidak

menjenuhkan bagi siswa, maka guru harus menggunakan media-media

yang disenangi oleh siswa seperti halnya lirik lagu, hal ini dilakukan

agar guru tidak hanya terpaku pada media puisi maupun cerpen saja.

3. Pihak sekolah agar lebih memperhatikan sarana dan prasarana seperti

buku, LCD, OHP, laboratorium bahasa, dan perpustakaan agar guru

dapat memaksimalkan media maupun metode belajar yang lebih

inovatif. Hal tersebut semata-mata agar siswa sebagai peserta didik

merasa lebih bersemangat dan merasakan kenyamanan saat belajar.

Demikian kesimpulan, implikasi penelitian, dan saran yang penulis kemukakan, semoga dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan referensi dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.

161

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Mukhsin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

Chaer, Abdul, dan Agustina, Leone. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djojosuroto, Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi (Analisis dan Pemahaman). Bandung: Nuansa.

E., Sumarjo L. 1978. Komponis, Pemain, Publik. Jakarta: Pustaka Jaya.

Imran, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003. Jakarta

Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

______. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah

Luxemburg, J. V. et.al. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. (diterjemahkan Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moeliono, Anton M. 1984. Diksi atau Pilihan Kata (suatu spesifikasi di dalam kosakata). Jakarta: PPPGB (naskah)

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda.

Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta: UHAMKA Press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa, Jakarta: Erlangga

Semi, M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

162

Setiawati, Lulis, 2010, Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu-Lagu Opick Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, Skripsi, Jakarta: UHAMKA Suprapto. 1991. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia. Surabaya: INDAH Surabaya.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Wellek, Renne dan Werren, Austin. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

163

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 164

RENCANA PROGRAM PENGAJARAN

Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/ Semester : X/I Waktu : 2 x 45 menit Aspek : Mendengarkan

1. Standar Kompetensi

Memahami puisi yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung

2. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.

3. Indikator

3.1 Mampu mengidentifikasi (gaya bahasa, kiasan) di dalam puisi

3.2 Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan

3.3 Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang

4. Tujuan Pembelajaran

4.1 Siswa mampu mengidentifikasi (gaya bahasa, kiasan) di dalam puisi

4.2 Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan

4.3 Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang

165

5. Materi Pembelajaran

5.1 Gaya Bahasa

Gaya bahasa menurut Tarigan adalah bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.

Beberapa jenis gaya bahasa yang akan digunakan dalam pembelajaran kali ini adalah : Repetisi, Inversi, Aliterasi, Asonansi, Pararelisme, Simploke, Pleonasme, dan Asindeton.

5.2 Bahasa Kiasan

Kiasan menurut Pradopo adalah mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup.

Jenis-jenis kiasan yang akan digunakan dalam pembelajaran kali ini adalah: Perbandingan (Simile), Metafora, Alegori, Personifikasi, Depersonifikasi, Hiperbola, Ironi, dan Litotes.

6. Kegiatan Belajar Mengajar

6.1 Pendekatan a. Pendekatan Proses b. Pendekatan Kompetensi

6.2 Langkah-langkah Pembelajaran

No Kegiatan Waktu Metode 1 Kegiatan Awal: 1) Guru mengondisikan kelas 2) Apersepsi 10 menit Tanya Jawab 3) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran 4) Guru menerangkan langkah-langkah pembelajaran

166

2 Kegiatan Inti: 1) Guru menjelaskan pengertian tentang gaya Ceramah bahasa maupun bahasa kiasan.

2) Guru menerangkan tentang jenis-jenis gaya bahasa dan jenis-jenis bahasa kiasan berserta contoh-contohnya.

3) Guru menjelaskan tentang lirik lagu dari grup musik Peterpan dan Ungu lalu Membangun menjelaskan cara menganalisis lirik lagu diri tersebut dengan jenis-jenis gaya bahasa dan 70 menit bahasa kiasan. 4) Guru memberikan siswa latihan dengan Latihan menggunakan lirik lagu Peterpan dan Ungu, untuk dianalisis gaya bahasa dan bahasa kiasan yang digunakan, serta

membandingkannya. 5) Guru dan siswa membahas hasil pekerjaan Penilaian siswa. Tanya Jawab 6) Guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya 3 Kegiatan Akhir: Guru dan siswa melakukan refleksi Refleksi 10 menit Guru dan siswa melakukan evaluasi Penugasan Guru memberikan tugas kepada siswa

7. Alat dan Sumber Pembelajaran 7.1 Alat Pembelajaran LCD Proyektor-Video Klip, LKS 7.2 Sumber Pembelajaran Adi Abdul Somad dkk., 2008, Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia, Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 8. Penilaian 7.1 Penilaian Proses : Tidak ada 7.2 Penilaian Akhir : Ada 7.3 Tes : Tes tulis, tes unjuk kerja

167

9. Tugas Contoh lirik lagu:

MEMBEBANIKU Tertidur lagi Masih menangis dalam sela waktu (Asonansi) (Metafora) Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku (Asonansi, Pleonasme) oh kepalaku (Repetisi)

Semua yang membebaniku Sungguh membebaniku (Repetisi) Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku

Lemah tetap menari, langkahku (Inversi) (Metafora) Mencoba tetap berdiri, ku menangis (Asindeton) (Metafora) Masih tetap mencari jalanku (Metafora) Memahami beban itu

Penggunaan gaya bahasa dan kiasan dalam lirik lagu berjudul Membebaniku: 1) Gaya bahasa: a. Asonansi : 2 penggunaan b. Pleonasme: 1 penggunaan c. Repetisi : 2 penggunaan d. Inversi : 1 penggunaan e. Asindeton : 1 penggunaan 2) Kiasan: a. Metafora : 4 penggunaan

Jakarta, September 2011 Guru

Fauzi Rahman

LAMPIRAN 2 168

Tabel 1.1 Analisis gaya bahasa lirik lagu Tak Bisa Kah Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu Selalu slalu dalam hatiku √ 1 3 Ku melangkah sejauh apapun itu √ Selalu kau didalam hatiku √ Ku berjalan berjalan memutar waktu √ Berharap temukan sisa hatimu √ 2 3 Mengertilah kuingin engkau begitu √ Mengerti kau didalam hatiku Tak bisakah kau menungguku Hingga nanti tetap menunggu √ 3 2 Tak bisakah kau menuntunku Menemani dalam hidupku √ Ku berjalan berjalan memutar waktu √ Berharap temukan sisa hatimu √ 4 3 Mengertilah kuingin engkau begitu √ Mengerti kau didalam hatiku Dara kau mencari hidupku Kemana kau tahu isi hatiku √ 5 3 Tunggu sejenak aku di situ √ Jalanku, jalan menemukanmu √ JUMLAH 3 1 - 5 - 3 1 1 14

169

Tabel 1.2 Analisis gaya bahasa lirik lagu Jauh Mimpiku

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Pernah kusimpan jauh rasa ini 1 1 Berdua jalani cerita √ Kau ciptakan mimpiku √ 2 2 Jujurku hanya sesalkan diriku √ Kau tinggalkan mimpiku √ 3 1 Dan itu hanya sesalkan diriku Ku harus lepaskanmu √ 4 2 Melupakan senyummu √ Semua tentangmu, tentangku hanya harap √ 5 2 Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku √

JUMLAH - - 3 4 - - - 1 8

170

Tabel 1.3 Analisis gaya bahasa lirik lagu Membebaniku

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Tertidur lagi Masih menangis dalam sela waktu √ 1 4 Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku √ √ √ oh kepalaku Semua yang membebaniku Sungguh membebaniku 2 √ 1 Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku Lemah tetap menari langkahku √ Mencoba tetap berdiri, ku menangis √ 3 2 Masih tetap mencari jalanku Memahami, beban itu

JUMLAH 2 1 - 2 - - 1 1 7

171

Tabel 1.4 Analisis gaya bahasa lirik lagu Menunggu Pagi

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Apa yang terjadi Dengan hatiku 1 Ku masih disini menunggu pagi 1 Seakan letih tak menggangguku √ Ku masih terjaga menunggu pagi Entah kapan malam berhenti 2 - Teman, aku masih menunggu pagi Malam begini, malam tetap begini √ 3 √ 3 Entah mengapa pagi enggan kembali √

JUMLAH - - - 1 1 1 - 1 4

172

Tabel 1.5 Analisis gaya bahasa lirik lagu Kukatakan dengan Indah Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Kukatakan dengan indah √ 1 Dengan terbuka hatiku hampa √ 3 Sepertinya luka menghampirinya √ Kau beri rasa yg berbeda 2 Mungkin ku salah mengartikannya - Yang kurasa cinta Tetapi hatiku Selalu meninggikanmu 3 √ 1 Terlalu meninggikanmu Selalu meninggikanmu Kau hancurkan hatiku √ 4 Hancurkan lagi √ 3 Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu √ Kau terangi jiwaku √ 5 Kau redupkan lagi √ 3 Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu √ Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi √ √ Membuatku merasakan yang telah terjadi √ 6 5 Semua yang terbaik dan yang terlewati √ √ Semua yang terhenti tanpa kuakhiri JUMLAH 1 - - 9 3 2 - - 15

173

Tabel 1.6 Analisis gaya bahasa lirik lagu Sahabat

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Bayangkan ku melayang Seluruh nafasku terbang √ 1 √ 2 Bayangkan ku menghilang Semua tanpamu teman Bila nafasku lepas √ Semua langkah yang lelah √ 2 √ 5 Semua waktu yang hilang √ Tapi bayangmu tetap √ Ingatkanku semua wahai sahabat √ Kita untuk selamanya kita percaya √ 3 √ 5 Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah √ Ingatkanku semua wahai sahabat √ Ingatkanku semua wahai sahabat √ Kita untuk slamanya, kita percaya √ 4 √ 5 Kita bagai cerita wahai sahabat √ Ingatkanku semua wahai sahabat √ JUMLAH - 2 1 10 2 2 - - 17

174

Tabel 1.7 Analisis gaya bahasa lirik lagu Aku dan Bintang

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Lihat ke langit luas √ Dan semua musim terus berganti 1 Tetap bermain awan √ 3 Merangkai mimpi dengan khayalku √ Selalu bermimpi dengan hariku Pernah kau lihat bintang √ Bersinar putih penuh harapan √ 2 Tangan halusnya terbuka √ 5 Coba temani, dekati aku √ Selalu terangi gelap malamku √ Dan rasakan semua bintang √ 3 Memanggil tawamu terbang ke atas √ √ 4 Tinggalkan semua hanya kita dan bintang √ Yang terindah meski terlupakan √ 4 Dan selalu terangi dunia mereka-reka 2 hanya aku dan bintang √ JUMLAH - - 4 6 - 1 2 1 14

175

Tabel 1.8 Analisis gaya bahasa lirik lagu Mungkin Nanti

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Saatnya ku berkata Mungkin yang terakhir kalinya 1 1 Sudahlah lepaskan semua √ Ku yakin inilah waktunya Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi 2 √ 1 Mungkin saja rasa itu telah pergi Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali 3 √ 1 Rasa yang ku tinggal mati Seperti hari kemarin saat semua di sini Dan bila hatimu termenung Bangun dari mimpi-mimpimu 4 2 Membuka hatimu yang dulu √ Cerita saat masalahku √ Tak usah kau tanyakan lagi √ Simpan untukmu sendiri 5 √ 3 Semua sesal yang kau cari √ Semua rasa yang kau beri

JUMLAH - - 1 5 1 1 - - 8

176

Tabel 1.9 Analisis gaya bahasa lirik lagu Di Belakangku

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Kau peluk aku sebelum membunuhku √ 1 3 Tersenyum melihatku, melamun melihatmu √ √ Kau menungguku, menunggu ku terjatuh √ √ 2 Setiap langkah tertuju 3 √ Setia dalam renungku √ 3 Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu 2 Mati di depanku di depanku, di depanku √ Apa yang kau lakukan dibelakangku √ Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku √ 4 4 Apa yang kau lakukan dibelakangku √ √ Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku

JUMLAH 3 - 2 5 - - - 2 12

177

Tabel 1.10 Analisis gaya bahasa lirik lagu Langit tak Mendengar

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Jalan hidup telah memilih Menurunkan aku ke bumi √ 1 3 Hari berganti dan berganti √ Aku diam tak memahami √ Mengapa hidup begitu sepi √ Apakah hidup seperti ini √ 2 2 Mengapa ku selalu sendiri Apakah hidupku tak berarti Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya √ √ 3 3 Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar √

JUMLAH 1 - - 4 - 2 1 - 8

178

Tabel 2.1 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Tak Bisa Kah Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes. Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu Selalu selalu dalam hatiku 1 1 Ku melangkah sejauh apapun itu √ Selalu kau di dalam hatiku Ku berjalan berjalan memutar waktu √ √ 2 Berharap temukan sisa hatimu 2 Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau di dalam hatiku Tak bisakah kau menungguku Hingga nanti tetap menunggu 3 - Tak bisakah kau menuntunku Menemani dalam hidupku Ku berjalan berjalan memutar waktu √ √ 4 Berharap temukan sisa hatimu 2 Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau didalam hatiku

Dara kau mencari hidupku √

5 Kemana kau tahu isi hatiku 1 Tunggu sejenak aku di situ Jalanku, jalan menemukanmu JUMLAH - 2 - - - 3 1 - 6

179

Tabel 2.2 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Jauh Mimpiku

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Pernah kusimpan jauh rasa ini 1 1 Berdua jalani cerita √ Kau ciptakan mimpiku √ 2 2 Jujurku hanya sesalkan diriku √ Kau tinggalkan mimpiku √ 3 1 Dan itu hanya sesalkan diriku Ku harus lepaskanmu 4 - Melupakan senyummu Semua tentangmu tentangku hanya harap 5 1 Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku √ JUMLAH - 3 - - - - - 2 5

180

Tabel 2.3 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Membebaniku

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Tertidur lagi Masih menangis dalam sela waktu √ 1 1 Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku oh kepalaku Semua yang membebaniku Sungguh membebaniku 2 -- Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku Lemah tetap menari, langkahku √ Mencoba tetap berdiri, ku menangis √ 3 3 Masih tetap mencari jalanku √ Memahami, beban itu JUMLAH - 4 ------4

181

Tabel 2.4 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Menunggu Pagi

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Apa yang terjadi dengan hatiku Ku masih di sini menunggu pagi √ 1 3 Seakan letih tak menggangguku √ Ku masih terjaga menunggu pagi √ Entah kapan malam berhenti 2 1 Teman, aku masih menunggu pagi √

3 Malam begini, malam tetap begini 1 Entah mengapa pagi enggan kembali √ JUMLAH - 3 - 2 - - - - 5

182

Tabel 2.5 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Kukatakan dengan Indah Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes. Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8

Ku katakan dengan indah √ 1 Dengan terbuka hatiku hampa 2 Sepertinya luka menghampirinya √

Kau beri rasa yg berbeda √ 2 Mungkin ku salah mengartikannya 1 Yang kurasa cinta Tetapi hatiku selalu meninggikanmu 3 Terlalu meninggikanmu √ 1 Selalu meninggikanmu Kau hancurkan hatiku √ 4 Hancurkan lagi 2 Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu √

Kau terangi jiwaku √ 5 Kau redupkan lagi 2 Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu √ Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi √ Membuatku merasakan yang telah terjadi 6 2 Semua yang terbaik dan yang terlewati Semua yang terhenti tanpa kuakhiri √ JUMLAH 1 2 - - - 3 2 2 10

183

Tabel 2.6 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Sahabat

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Bayangkan ku melayang

1 Seluruh nafasku terbang √ 1 Bayangkan ku menghilang Semua tanpamu teman Bila napasku lepas √ √ 2 Semua langkah yang lelah 4 Semua waktu yang hilang √ Tapi bayangmu tetap √ Ingatkanku semua, wahai sahabat Kita untuk selamanya, kita percaya 3 1 Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah √ Ingatkanku semua, wahai sahabat Ingatkanku semua, wahai sahabat Kita untuk slamanya, kita percaya 4 1 Kita bagai cerita, wahai sahabat √ Ingatkanku semua, wahai sahabat JUMLAH 1 3 1 1 - 1 - - 7

184

Tabel 2.7 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Aku dan Bintang

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Lihat ke langit luas Dan semua musim terus berganti 1 Tetap bermain awan √ 3 Merangkai mimpi dengan khayalku √ Selalu bermimpi dengan hariku √ Pernah kau lihat bintang Bersinar putih penuh harapan 2 Tangan halusnya terbuka √ 1 Coba temani, dekati aku Selalu terangi gelap malamku

Dan rasakan semua bintang √ 3 Memanggil tawamu terbang ke atas 1 Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang Yang terindah meski terlupakan 4 Dan selalu terangi dunia mereka-reka √ 1 hanya aku dan bintang JUMLAH - 1 1 2 - 2 - - 6

185

Tabel 2.8 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Mungkin Nanti

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes. Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8

Saatnya ku berkata √

1 Mungkin yang terakhir kalinya 1 Sudahlah lepaskan semua Ku yakin inilah waktunya Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi √ 2 2 Mungkin saja rasa itu telah pergi √ Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali 3 1 Rasa yang ku tinggal mati √ Seperti hari kemarin saat semua di sini Dan bila hatimu termenung √ Bangun dari mimpi-mimpimu 4 2 Membuka hatimu yang dulu √ Cerita saat masalahku Tak usah kau tanyakan lagi

5 Simpan untukmu sendiri √ 1 Semua sesal yang kau cari Semua rasa yang kau beri JUMLAH - 1 - 2 - 1 2 1 7

186

Tabel 2.9 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Di Belakangku

Keterangan: (1)Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes. Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Kau peluk aku sebelum membunuhku √ 1 1 Tersenyum melihatku, melamun melihatmu Kau menungguku, menunggu ku terjatuh √ 2 Setiap langkah tertuju 1 Setia dalam renungku

3 Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu - Mati di depanku di depanku, di depanku Apa yang kau lakukan dibelakangku √ Mengapa tak kau tunjukkan dihadapank 4 1 Apa yang kau lakukan dibelakangku Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku JUMLAH ------3 - 3

187

Tabel 2.10 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Langit tak Mendengar

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Jalan hidup telah memilih √ Menurunkan aku ke bumi 1 2 Hari berganti dan berganti √ Aku diam tak memahami Mengapa hidup begitu sepi Apakah hidup seperti ini 2 1 Mengapa ku selalu sendiri √ Apakah hidupku tak berarti √ 3 Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya 2 Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar √ JUMLAH - - - 2 1 - - 2 5

188

Tabel 3. Hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Peterpan

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Gaya Bahasa No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Tak Bisa kah 3 1 - 5 - 3 1 1 14

2 Jauh Mimpiku - - 3 4 - - - 1 8

3 Membebaniku 2 1 - 2 - - 1 1 7

4 Menunggu Pagi - - - 1 1 1 - 1 4

5 Kukatakan dengan Indah 1 - - 9 3 2 - - 15

6 Sahabat - 2 1 10 2 2 - - 17

7 Aku dan Bintang - - 4 6 - 1 2 1 14

8 Mungkin Nanti - - 1 5 1 1 - - 8

9 Di Belakangku 3 - 2 5 - - - 2 12

10 Langit tak Mendengar 1 - - 4 - 2 1 - 8

10 4 11 51 7 12 5 7 107 Jumlah (Persentase) (9,34%) (3,73%) (10,28%) (47,66%) (6,54%) (11,21%) (4,67%) (6,54%) (100%)

189

Tabel 4. Hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Peterpan

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes Bahasa Kiasan No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Tak Bisa kah - 2 - - - 3 1 - 6

2 Jauh Mimpiku - 3 - - - - - 2 5

3 Membebaniku - 4 ------4

4 Menunggu Pagi - 3 - 2 - - - - 5

5 Kukatakan dengan Indah 1 2 - - - 3 2 2 10

6 Sahabat 1 3 1 1 - 1 - - 7

7 Aku dan Bintang - 1 1 2 - 2 - - 6

8 Mungkin Nanti - 1 - 2 - 1 2 1 7

9 Di Belakangku ------3 - 3

10 Langit tak Mendengar - - - 2 1 - - 2 5

2 19 2 9 1 10 8 7 58 Jumlah (Persentase) (3,44%) (32,75%) (3,44%) (15,51%) (1,72%) (17,24%) (13,79%) (12,06%) (100%)

190

Tabel 1.1 Analisis gaya bahasa lirik lagu Melayang

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Disini dibatasanku 1 Mencoba menegakkan langkahku √ 2 Mencari rasa yang hilang bersamamu √ Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu √ Yang datang menghantui setiap malamku √ 2 2 Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap √ √ Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku √ 3 6 Terbang melayang menyusuri ruang cinta √ √ Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku √

JUMLAH - - 6 2 - - 2 - 10

191

Tabel 1.2 Analisis gaya bahasa lirik lagu Seperti yang Dulu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini 1 1 Semuanya telah berlalu bersama lukaku √ Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu √ 2 1 Takkan ada cinta seperti yang dulu Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani 3 1 Hatiku yang telah terluka karena dustamu √ Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu √ Takkan ada cinta seperti yang dulu 4 √ 1 Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu Takkan ada yang rindu seperti yang dulu Seperti yang dulu 5 √ 1 Seperti yang dulu

JUMLAH 1 - 1 3 - 1 - - 6

192

Tabel 1.3 Analisis gaya bahasa lirik lagu Demi Waktu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya √ Yang kini hadir di antara kita √ 1 2 Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu Yang selama ini temani hidupku Maafkan aku menduakan cintamu √ Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya √ 2 Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu 3 Maafkanlah diriku sepenuh hatimu Seandainya bila ku bisa memilih √ Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya Mungkin semua takkan seperti ini 3 2 Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku √ Membawa aku dalam kehancuran √

JUMLAH - - 2 5 - - - - 7

193

Tabel 1.4 Analisis gaya bahasa lirik lagu Berikan Aku Cinta

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Terbelenggu cintamu Terhempas ku di dalam pelukanmu √ 1 Bermandikan air surga 1 Membasuh jiwa Menghempaskan seluruh dahaga Dekaplah tubuhku kasih √√ Bawalah aku melayang bersamamu √ 2 4 Menyusuri ruang hati yang penuh kasih √ Berhiaskan cinta abadi Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu √ 3 √ 2 Berikan aku kasih putih yang tulus darimu 4 Selalu ku berharap semuanya abadi √ 1

JUMLAH - 2 2 2 - 1 1 - 8

194

Tabel 1.5 Analisis gaya bahasa lirik lagu Berjanjilah

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi √ 1 √ 2 Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku √ 2 3 Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku √ Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku √ Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi √ Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku √ 3 √ 3 Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku Semoga rasa ini abadi untuk selamanya 4 √ 1 Semoga cinta ini akan slalu ada Berjanjilah 5 √ 1 Berjanjilah

JUMLAH 1 - - 4 - 3 - 2 10

195

Tabel 1.6 Analisis gaya bahasa lirik lagu Dari Satu Hati

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Lelah ku menanti Rasa yang ku harap kembali √ 1 2 Takkan pernah terulang lagi √ Semua ini takkan terjalin lagi Bila engkau mengerti Apa yang telah ku lalui 2 1 Dari semua yang terjadi √ Memberiku keraguan tak terakhiri Mampukah engkau merindukanku √ Sedalam engkau melepaskan semua √ 3 4 Seindah aku memahamimu √ Sanggupkah engkau mencintai aku √

JUMLAH - - 2 5 - - - - 7

196

Tabel 1.7 Analisis gaya bahasa lirik lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Jika memang diriku Bukanlah menjadi pilihan hatimu 1 1 Mungkin sudah takdirnya Kau dan aku takkan mesti bersatu √ Harus selalu kau tahu √ Ku mencintamu di sepanjang waktuku 2 3 Harus selalu kau tahu √ Semua abadi untuk selamanya √ Karena ku yakin cinta dalam hatiku Hanya milikmu sampai akhir hidupku 3 √ 2 Karena ku yakin di setiap hembus nafasku Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu √

JUMLAH - - 1 4 - 1 - - 6

197

Tabel 1.8 Analisis gaya bahasa lirik lagu Tak Perlu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Telah berulang kali ku katakan semua ini 1 Semuanya telah terjadi √ 1 Mungkin kau belum mengerti Maafkan aku lagi yang kini telah melukai 2 Semuanya telah terjadi √ 1 Kau takkan pernah mengerti Sampai hari ini aku yang menghianati 3 √ 1 Namun sampai kini kau belum juga mengerti Kau tak perlu abadikan cintamu untukku Dalam hatiku takkan ada cinta sejati √ 4 √ 3 Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku Agar kau tahu takkan pernah datang padamu √ Bebaskan aku dari belenggu cintamu 5 √ 1 Dari belenggu cinta

JUMLAH 1 - 2 2 - 2 - - 7

198

Tabel 1.9 Analisis gaya bahasa lirik lagu Tercipta Untukku

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Menatap indahnya senyuman di wajahmu √ Membuatku terdiam dan terpaku √ 1 3 Mengerti akan hadirnya cinta terindah √ Saat kau peluk mesra tubuhku Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan 2 √ 1 Kepada dirimu Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku 3 Disetiap langkah yang meyakiniku √ √ 2 Kau tercipta untukku sepanjang hidupku Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku 4 Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu √ √ 2 Yang mencintaimu sepanjang hidupku

JUMLAH - - 1 5 2 - - - 8

199

Tabel 1.10 Analisis gaya bahasa lirik lagu Sejauh Mungkin

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Lelah hati yang tak kau lihat 1 Andai saja dapat kau rasa kan √ 1 Letihnya jiwaku karena sifatmu Indah cinta yang kau berikan 2 √ 1 Kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa Baiknya kupergi tinggalkan dirimu Sejauh mungkin untuk melupakan √ 3 2 Dirimu yang selalu tak pedulikan ku √ Yang mencintaimu, yang menyayangimu Bila saat nanti aku jauh √ 4 Ku harap kau mengerti √ 2 Ku harap kau sadari

JUMLAH - - - 4 1 - - 1 6

200

Tabel 2.1 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Melayang

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Gaya Bahasa Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Disini dibatasanku 1 Mencoba menegakkan langkahku √ 2 Mencari rasa yang hilang bersamamu √ Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu √ Yang datang menghantui setiap malamku 2 3 Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu √ Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku √ Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap √ Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ku 3 2 Terbang melayang menyusuri ruang cinta √ Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku

JUMLAH - 3 - 1 - 3 - - 7

201

Tabel 2.2 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Seperti yang Dulu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini 1 √ 1 Semuanya telah berlalu bersama lukaku Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu 2 √ 1 Takkan ada cinta seperti yang dulu Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani 3 1 Hatiku yang telah terluka karena dustamu √ Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu √ Takkan ada cinta seperti yang dulu 4 2 Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu √ Takkan ada yang rindu seperti yang dulu Seperti yang dulu 5 - Seperti yang dulu

JUMLAH - - - 1 - - 4 - 5

202

Tabel 2.3 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Demi Waktu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya √ Yang kini hadir di antara kita 1 2 Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu √ Yang selama ini temani hidupku Maafkan aku menduakan cintamu √ Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya √ 2 Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu √ 3 Maafkanlah diriku sepenuh hatimu Seandainya bila ku bisa memilih Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya Mungkin semua takkan seperti ini 3 1 Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku √ Membawa aku dalam kehancuran

JUMLAH - 2 - 1 - 3 - - 6

203

Tabel 2.4 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Berikan Aku Cinta

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Terbelenggu cintamu √ Terhempasku di dalam pelukanmu √ 1 Bermandikan air surga √ 3 Membasuh jiwa Menghempaskan seluruh dahaga Dekaplah tubuhku kasih Bawalah aku melayang bersamamu √ 2 3 Menyusuri ruang hati yang penuh kasih √ Berhiaskan cinta abadi √ Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu √ 3 1 Berikan aku kasih putih yang tulus darimu 4 Selalu ku berharap semuanya abadi √ 1

JUMLAH - 3 - 1 - 4 - - 8

204

Tabel 2.5 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Berjanjilah

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi 1 - Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku √ 2 2 Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku √ Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku 3 - Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku Semoga rasa ini abadi untuk selamanya √ 4 1 Semoga cinta ini akan slalu ada 5 Berjanjilah berjanjilah -

JUMLAH - 2 - - - 1 - - 3

205

Tabel 2.6 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Dari Satu Hati

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Lelah ku menanti Rasa yang ku harap kembali 1 - Takkan pernah terulang lagi Semua ini takkan terjalin lagi Bila engkau mengerti √ Apa yang telah ku lalui 2 1 Dari semua yang terjadi Memberiku keraguan tak terakhiri Mampukah engkau merindukanku √ Sedalam engkau melepaskan semua 3 2 Seindah aku memahamimu √ Sanggupkah engkau mencintai aku

JUMLAH ------3 - 3

206

Tabel 2.7 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Jika memang diriku Bukanlah menjadi pilihan hatimu 1 √ 1 Mungkin sudah takdirnya Kau dan aku takkan mesti bersatu Harus selalu kau tahu √ Ku mencintamu sepanjang waktuku 2 2 Harus selalu kau tahu √ Semua abadi untuk selamanya Karena ku yakin cinta dalam hatiku √ Hanya milikmu sampai akhir hidupku 3 2 Karena ku yakin di setiap hembus nafasku √ Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu

JUMLAH - - - - - 4 - 1 5

207

Tabel 2.8 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Tak Perlu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Telah berulang kali ku katakan semua ini 1 Semuanya telah terjadi √ 1 Mungkin kau belum mengerti Maafkan aku lagi yang kini tlah melukai 2 Semuanya telah terjadi √ 1 Kau takkan pernah mengerti Sampai hari ini aku yang menghianati 3 √ 1 Namun sampai kini kau belum juga mengerti Kau tak perlu abadikan cintamu untukku √ Dalam hatiku tak akan ada cinta sejati 4 2 Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku √ Agar kau tahu takkan pernah datang padamu Bebaskan aku dari belenggu cintamu 5 √ 1 Dari belenggu cinta

JUMLAH - 1 - - - - 5 - 6

208

Tabel 2.9 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Tercipta Untukku

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Menatap indahnya senyuman di wajahmu √ Membuatku terdiam dan terpaku 1 1 Mengerti akan hadirnya cinta terindah Saat kau peluk mesra tubuhku Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan 2 √ 1 Kepada dirimu Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku 3 Disetiap langkah yang meyakiniku 1 Kau tercipta untukku sepanjang hidupku √ Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku √ 4 Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu 2 √ Yang mencintaimu sepanjang hidupku

JUMLAH - - - 1 1 2 - 1 5

209

Tabel 2.10 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Sejauh Mungkin

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

Lirik Bahasa Kiasan Bait Jumlah Lagu 1 2 3 4 5 6 7 8 Lelah hati yang tak kau lihat 1 Andai saja dapat kau rasa kan √ 1 Letihnya jiwaku karena sifatmu Indah cinta yang kau berikan 2 - Kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa Baiknya kupergi tinggalkan dirimu Sejauh mungkin untuk melupakan 3 √ 1 Dirimu yang slalu tak pedulikan ku Yang mencintaimu, yang menyayangimu Bila saat nanti aku jauh 4 Ku harap kau mengerti - Ku harap kau sadari

JUMLAH ------1 1 2

210

Tabel 3. Hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Ungu

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

Gaya Bahasa No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Melayang - - 6 2 - - 2 - 10

2 Seperti yang Dulu 1 - 1 3 - 1 - - 6

3 Demi Waktu - - 2 5 - - - - 7

4 Berikan Aku Cinta - 2 2 2 - 1 1 - 8

5 Berjanjilah 1 - - 4 - 3 - 2 10

6 Dari Satu Hati - - 2 5 - - - - 7

7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - 1 4 - 1 - - 6

8 Tak Perlu 1 - 2 2 - 2 - - 7

9 Tercipta Untukku - - 1 5 2 - - - 8

10 Sejauh Mungkin - - - 4 1 - - 1 6

Jumlah 3 2 17 36 3 8 3 3 75 (Persentase) (4%) (2,66%) (22,66%) (48%) (4%) (10,66%) (4%) (4%) (100%)

211

Tabel 4. Hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Ungu

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes Bahasa Kiasan No Judul Lagu Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Melayang - 3 - 1 - 3 - - 7

2 Seperti yang Dulu - - - 1 - - 4 - 5

3 Demi Waktu - 2 - 1 - 3 - - 6

4 Berikan Aku Cinta - 3 - 1 - 4 - - 8

5 Berjanjilah - 2 - - - 1 - - 3

6 Dari Satu Hati ------3 - 3

7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - - - - 4 - 1 5

8 Tak Perlu - 1 - - - - 5 - 6

9 Tercipta Untukku - - - 1 1 2 - 1 5

10 Sejauh Mungkin ------1 1 2

Jumlah - 11 - 5 1 17 13 3 50 (Persentase) (0%) (22%) (0%) (10%) (2%) (34%) (26%) (6%) (100%)

212

Tabel 5. Pembanding Gaya Bahasa

Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton

GRUP MUSIK / GAYA BAHASA NO JUMLAH ALBUM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

10 4 11 51 7 12 5 7 107 1 Peterpan / Alexandria (5,49%) (2,19%) (6,04%) (28,02%) (3,84%) (6,59%) (2,74%) (3,84%) (58,79%)

3 2 17 36 3 8 3 3 75 2 Ungu / Melayang (1,65%) (1,1%) (9,34%) (19,78%) (1,65%) (4,39%) (1,65%) (1,65%) (41,21%)

Jumlah 13 6 28 87 10 20 8 10 182

(Persentase) (7,14%) (3,29%) (15,38%) (47,80%) (5,49%) (10,98%) (4,39%) (5,49%) (100%)

213

Tabel 6. Pembanding Bahasa Kiasan

Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.

GRUP MUSIK / BAHASA KIASAN NO JUMLAH ALBUM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

2 19 2 9 1 10 8 7 58 1 Peterpan / Alexandria (1,85%) (17,59%) (1,85%) (8,33%) (0,92%) (9,26%) (7,4%) (6,48%) (53,71%)

- 11 - 5 1 17 13 3 50 2 Ungu / Melayang (0%) (10,18%) (0%) (4,63%) (0,92%) (15,74%) (12,04%) (2,77%) (46,29%)

Jumlah 2 30 2 14 2 27 21 10 108

(Persentase) (1,85%) (27,77%) (1,85%) (12,96%) (1,85%) (25%) (19,44%) (9,25%) (100%)

LAMPIRAN 3 201

LIRIK LAGU PETERPAN

202

TAK BISA KAH

Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu Selalu slalu dalam hatiku Ku melangkah sejauh apapun itu Selalu kau didalam hatiku

Ku berjalan berjalan memutar waktu Berharap temukan sisa hatimu Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau didalam hatiku

Tak bisakah kau menungguku Hingga nanti tetap menunggu Tak bisakah kau menuntunku Menemani dalam hidupku

Ku berjalan berjalan memutar waktu Berharap temukan sisa hatimu Mengertilah kuingin engkau begitu Mengerti kau didalam hatiku

Dara kau mencari hidupku Kemana kau tahu isi hatiku Tunggu sejenak aku di situ Jalanku, jalan menemukanmu

203

JAUH MIMPIKU

Pernah kusimpan jauh rasa ini Berdua jalani cerita

Kau ciptakan mimpiku Jujurku hanya sesalkan diriku

Kau tinggalkan mimpiku Dan itu hanya sesalkan diriku

Ku harus lepaskanmu Melupakan senyummu

Semua tentangmu tentangku hanya harap Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku

204

MEMBEBANIKU

Tertidur lagi Masih menangis dalam sela waktu Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku oh kepalaku

Semua yang membebaniku Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku Sungguh membebaniku

Lemah tetap menari, langkahku Mencoba tetap berdiri, ku menangis Masih tetap mencari jalanku Memahami, beban itu

205

MENUNGGU PAGI

Apa yang terjadi dengan hatiku Ku masih disini menunggu pagi Seakan letih tak menggangguku Ku masih terjaga menunggu pagi

Entah kapan malam berhenti Teman, aku masih menunggu pagi

Malam begini, malam tetap begini Entah mengapa pagi enggan kembali

206

KUKATAKAN DENGAN INDAH

Kukatakan dengan indah Dengan terbuka hatiku hampa Sepertinya luka menghampirinya

Kau beri rasa yg berbeda Mungkin ku salah mengartikannya Yang kurasa cinta

Tetapi hatiku Selalu meninggikanmu Terlalu meninggikanmu Selalu meninggikanmu

Kau hancurkan hatiku Hancurkan lagi Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu

Kau terangi jiwaku Kau redupkan lagi Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu

Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi Membuatku merasakan yang telah terjadi Semua yang terbaik dan yang terlewati Semua yang terhenti tanpa kuakhiri

207

SAHABAT

Bayangkan ku melayang Seluruh nafasku terbang Bayangkan ku menghilang Semua tanpamu teman

Bila napasku lepas Semua langkah yang lelah Semua waktu yang hilang Tapi bayangmu tetap

Ingatkanku semua, wahai sahabat Kita untuk selamanya, kita percaya Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah Ingatkanku semua, wahai sahabat

Ingatkanku semua, wahai sahabat Kita untuk slamanya, kita percaya Kita bagai cerita, wahai sahabat Ingatkanku semua, wahai sahabat

208

AKU DAN BINTANG

Lihat ke langit luas Dan semua musim terus berganti Tetap bermain awan Merangkai mimpi dengan khayalku Selalu bermimpi dengan hariku

Pernah kau lihat bintang Bersinar putih penuh harapan Tangan halusnya terbuka Coba temani, dekati aku Selalu terangi gelap malamku

Dan rasakan semua bintang Memanggil tawamu terbang ke atas Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang

Yang terindah meski terlupakan Dan selalu terangi dunia mereka-reka hanya aku dan bintang

209

MUNGKIN NANTI

Saatnya ku berkata Mungkin yang terakhir kalinya Sudahlah Lepaskan semua Ku yakin inilah waktunya

Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi Mungkin saja masa itu telah pergi

Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi Satu pinta ku jangan kau coba tanya kan kembali Rasa yang ku tinggal mati Seperti hari kemarin Saat semua di sini

Dan bila hatimu termenung Bangun dari mimpi-mimpimu Membuka hatimu yang dulu Cerita saat masalahku

Tak usah kau tanyakan lagi Simpan untukmu sendiri Semua sesal yang kau cari Semua rasa yang kau beri

210

DI BELAKANGKU

Kau peluk aku sebelum membunuhku Tersenyum melihatku, melamun melihatmu Kau menungguku, menunggu ku terjatuh Setiap langkah tertuju Setia dalam renungku

Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu Mati di depanku di depanku, di depanku

Apa yang kau lakukan dibelakangku Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku Apa yang kau lakukan dibelakangku Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku

211

LANGIT TAK MENDENGAR

Jalan hidup telah memilih Menurunkan aku ke bumi Hari berganti dan berganti Aku diam tak memahami

Mengapa hidup begitu sepi Apakah hidup seperti ini Mengapa ku selalu sendiri Apakah hidupku tak berarti

Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar

LAMPIRAN 4 212

LIRIK LAGU UNGU

213

MELAYANG

Disini dibatasanku Mencoba menegakkan langkahku Mencari rasa yang hilang bersamamu

Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu Yang datang menghantui setiap malamku Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu Terjerat mimpi mimpi yang memasung langkahku

Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap Ku berharap kuakan temukan dirimu untuk ku Terbang melayang menyusuri ruang cinta Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku

214

SEPERTI YANG DULU

Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini Semuanya telah berlalu bersama lukaku

Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu Takkan ada cinta seperti yang dulu

Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani Hatiku yang telah terluka karena dustamu

Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu Takkan ada cinta seperti yang dulu Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu Takkan ada yang rindu seperti yang dulu

Seperti yang dulu Seperti yang dulu

215

DEMI WAKTU

Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya Yang kini hadir di antara kita Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu Yang selama ini temani hidupku

Maafkan aku menduakan cintamu Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu Maafkanlah diriku sepenuh hatimu Seandainya bila ku bisa memilih

Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya Mungkin semua takkan seperti ini Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku Membawa aku dalam kehancuran

216

BERIKAN AKU CINTA

Terbelenggu cintamu Terhempasku di dalam pelukanmu Bermandikan air surga Membasuh jiwa Menghempaskan seluruh dahaga

Dekaplah tubuhku kasih Bawalah aku melayang bersamamu Menyusuri ruang hati yang penuh kasih Berhiaskan cinta abadi

Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu Berikan aku kasih putih yang tulus darimu

Selalu ku berharap semuanya abadi

217

BERJANJILAH

Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku

Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku

Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku

Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku

Semoga rasa ini abadi untuk selamanya Semoga cinta ini akan slalu ada

Berjanjilah berjanjilah

218

DARI SATU HATI

Lelah ku menanti Rasa yang ku harap kembali Takkan pernah terulang lagi Semua ini takkan terjalin lagi

Bila engkau mengerti Apa yang telah ku lalui Dari semua yang terjadi Memberiku keraguan tak terakhiri

Mampukah engkau merindukanku Sedalam engkau melepaskan semua Seindah aku memahamimu Sanggupkah engkau mencintai aku

219

AKU BUKAN PILIHAN HATIMU

Jika memang diriku Bukanlah menjadi pilihan hatimu Mungkin sudah takdirnya Kau dan aku takkan mesti bersatu

Harus selalu kau tahu Ku mencintamu sepanjang waktuku Harus selalu kau tahu Semua abadi untuk selamanya

Karena ku yakin cinta dalam hatiku Hanya milikmu sampai akhir hidupku Karena ku yakin di setiap hembus nafasku Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu

220

TAK PERLU

Telah berulang kali ku katakan semua ini Semuanya telah terjadi Mungkin kau belum mengerti

Maafkan aku lagi yang kini tlah melukai Semuanya telah terjadi Kau takkan pernah mengerti

Sampai hari ini aku yang menghianati Namun sampai kini kau belum juga mengerti

Kau tak perlu abadikan cintamu untukku Dalam hatiku tak akan ada cinta sejati Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku Agar kau tahu takkan pernah datang padamu

Bebaskan aku dari belenggu cintamu Dari belenggu cinta

221

TERCIPTA UNTUKKU

Menatap indahnya senyuman di wajahmu Membuatku terdiam dan terpaku Mengerti akan hadirnya cinta terindah Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan Kepada dirimu

Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku Disetiap langkah yang meyakiniku Kau tercipta untukku sepanjang hidupku

Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu Yang mencintaimu sepanjang hidupku

222

SEJAUH MUNGKIN

Lelah hati yang tak kau lihat andai saja dapat kau rasa kan Letihnya jiwaku karena sifatmu

Indah cinta yang kau berikan kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa

Baiknya kupergi tinggalkan dirimu Sejauh mungkin untuk melupakan Dirimu yang slalu tak pedulikan ku Yang mencintaimu, yang menyayangimu

Bila saat nanti aku jauh Ku harap kau mengerti Ku harap kau sadari

LAMPIRAN 5 223

PROFIL PETERPAN

Peterpan adalah sebuah band beraliran

poprock dari Bandung, Indonesia yang sekarang

anggotanya tinggal 4. Band ini dibentuk pada

tahun 1997 dan terkenal berkat lagu-lagunya

"Ada Apa Denganmu", "Topeng", dan

"Kukatakan Dengan Indah". Pada awalnya kelompok Peterpan terdiri dari Ariel, Uki,

Loekman, Reza, Andika, dan Indra.

Pada tahun 1997, Andhika (kibor) membentuk band Topi dengan mengajak adik kelasnya di SMU 2 Bandung, Uki (gitar), serta teman mainnya, Abel (bas) dan Ari (drum).

Uki pun mengajak teman SMP-nya Ariel yang mengisi posisi vokal. Dengan formasi seperti itulah, mereka mulai manggung dan memainkan musik beraliran Brits alternatif.

Kemudian Ari mengundurkan diri dan Topi pun bubar tanpa sebab yang pasti.

Andika mengumpulkan kembali personel Topi di tahun 2000. Namun kali ini, posisi drum dipegang oleh Reza. Untuk memberi warna musik yang lebih dewasa dan lebih kaya melody, maka diajaklah Loekman, teman kakak Indra, yang akhirnya jadi lead guitar (gitar utama). Setelah terbentuk dengan formasi enam orang, mereka pun mengambil nama Peterpan. Tanggal 1 September 2000 secara resmi Peterpan terbentuk.

Perjalanan profesional Peterpan dimulai tahun 2001 dengan merambah dari kafe ke kafe di Bandung. Mereka bermain di café O'Hara dan Sapu Lidi dengan membawakan lagu-lagu top 40, serta alternative rock seperti Nirvana, Pearl Jam, Cold

224

play, U2, Creed, dll.. Saat di Kafe Sapu Lidi-lah potensi mereka terlihat oleh Kang Noey

(basis Java Jive) yang sedang mencari band untuk mengisi album kompilasi. Dari tiga lagu yang dikirim untuk demo, "Sahabat", "Mimpi Yang Sempurna", dan "", terpilih lagu "Mimpi Yang Sempurna" untuk dimasukan ke album kompilasi Kisah 2002

Malam yang dirilis Juli 2002. Tak disangka lagu tersebut menjadi jagoan album ini dan mendongkrak penjualan sampai di atas 150.000 kopi.

Perusahaan rekaman Musica Studios pun tak melewatkan potensi Peterpan.

Musica mempercepat pengajuan kontrak untuk debut album Peterpan. Akhirnya debut album Peterpan bertajuk Taman Langit dirilis bulan Juni 2003. Tak dinyana, album itu mampu terjual di atas angka 650.000 kopi. Atas prestasi tersebut, mereka menerima

Multi Platinum untuk album Taman Langit.

Tak hanya jumlah penjualan, Peterpan juga sukses mencetak rekor konser maraton di enam provinsi dalam tempo 24 jam pada tanggal 18 Juli 2004. Konser bertajuk "LA Lights Peterpan 24 Jam Breaking Record" itu dimulai di , Sumatra

Utara sekitar pukul 07.55 sampai 08.40 WIB. Dari sana, mereka lalu melanjutkan di

Padang, Sumatra Barat sekitar pukul 10.45 hingga 11.30 WIB. Pada jam 12.55 hingga

13.40 WIB, Peterpan konser di , Riau, terus pada jam 16.25 sampai

17.10 WIB. Ariel lantas membuka konser di , Jawa Tengah, sekitar pukul 19.45 dan berakhir pada 20.30 WIB. Konser Peterpan ditutup di Surabaya sekitar pukul 22.15 sampai 23.00 WIB. Atas prestasinya ini, mereka berhak dicatat dalam Museum Rekor

Indonesia (MURI).

225

Pada Agustus 2004, Peterpan merilis album ke-2 bertajuk .

Album itu telah terjual 350.000 kopi dalam waktu 2 minggu setelah rilis dan pada awal

Januari 2005 telah mencapai 1,7 juta kopi. Pada Februari 2005, penjualan album ini mencapai 2 juta kopi. Dan menurut catatan, album ini mampu terjual sebanyak 3 juta kopi.

Di awal tahun 2005, Peterpan meraih penghargaan sebagai artis favorit

Indonesia di MTV Asia Aid pada tanggal 9 Februari 2005 di Bangkok. Dalam Anugerah

Musik Indonesia (AMI) 2005, Peterpan menempati urutan teratas nominasi dengan memperoleh 11 nominasi. Empat di antaranya dicetak lewat lagu "Ada Apa Denganmu".

Dari 11 nominasi itu, Peterpan mendapat 7 penghargaan, antara lain untuk "band terbaik", "album terbaik", "grafis desain album terbaik" dan "karya produksi terbaik", karena album Bintang di Surga. Pada ajang SCTV Music Awards 2005, Peterpan mendapat penghargaan di kategori "Album Pop Group Ngetop"' dan "Lagu Paling

Ngetop".

Di tahun 2005, Peterpan kembali merilis 2 album yaitu : VCD Untuk Sahabat

Peterpan yang berisi Orginal VCD Karaoke termasuk video klip serta dokumentasi saat mereka melakukan pemecahan rekor konser selama 24 jam di 6 kota, dan album jalur suara film Alexandria.

Pada tanggal 4 November 2006, Andika dan Indra, resmi keluar dari anggota band. Perpecahan ini dipicu adanya perbedaan prinsip kreativitas. Kedua mantan personil ini pada akhirnya membentuk kelompok bernama The Titans.

226

Pasca keluarnya Andika dan Indra, posisi mereka ditempati oleh dua pemusik tambahan, yaitu Lucky dan David. Dengan formasi tambahan ini, Peterpan merilis, . Acara launching album ini juga dibuat lain karena dilakukan di dua negara.

Di RUUMS Kuala Lumpur pada 25 Mei 2007 setelah itu di Bandung di Monumen

Pahlawan Gazebo dan disiarkan secara live di 6 stasiun televisi.

Album ini diklaim sebagai album terakhir mereka dengan nama "Peterpan". Ariel mengklaim bahwa pada akhirnya mereka akan melepaskan nama Peterpan dan menggunakan nama lainnya.

Meski tanpa formasi utuh seperti dulu, Peterpan masih mampu memperlihatkan

'taring'nya. Di bulan September 2007, mereka mendapat kehormatan untuk mengikuti acara "Song Festival" di Korea Selatan. Sebelumnnya, Peterpan juga masih mampu mengantongi penghargaan sebagai Best Favorite Artis Indonesia MTV Asia Award 2006 dan Album Pop Group Ngetop SCTV Music Award 2006. Terakhir sampai saat ini,

Peterpan tetap berkarya dan mengeluarkan album bertajuk “Sebuah Nama Sebuah

Cerita” dan beberapa single lainnya.

Dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/peterpan

LAMPIRAN 6 227

PROFIL UNGU

Ungu adalah grup musik Indonesia yang

beranggotakan Pasha (penyanyi), Makki (bass),

Enda (gitar), Oncy (gitar), dan Rowman (drum).

Sampai tahun 2007 mereka telah menghasilkan 4

album dan 2 album mini.

Ungu terbentuk tahun 1996. Motor pembentuknya adalah Ekky (gitar) dan saat itu vokalisnya adalah Michael, sedangkan drum dipegang oleh Pasha Van derr Krabb. Tahun 1997, saat Ungu hendak manggung, Pasha Van derr Krabb

'menghilang' dan posisinya digantikan oleh Rowman. Enda yang sebelumnya adalah roadies-nya Ekky juga ikut bergabung dengan Ungu.

Tahun 2000, Ungu mulai mempersiapkan album pertama mereka, yang akhirnya dirilis 6 Juli 2002 bertajuk Laguku. Sebelumnya, Ungu ikut mengisi 2 lagu di album kompilasi Klik bersama Lakuna, Borneo, Piknik, dan Energy. Ke dua lagu tersebut adalah "Hasrat" dan "Bunga". Single pertama album ini,

"Bayang Semu" menjadi lagu tema sinetron ABG (RCTI). Meski terbilang sukses, album ini baru mendapat Platinum Award setelah hampir 2 tahun album ini dirilis.

Saat hendak masuk dapur rekaman untuk album kedua, Ekky memutuskan keluar. Oncy yang saat itu baru keluar dari Funky Kopral dipilih untuk menggantikan Ekky. Album kedua Ungu Tempat Terindah dirilis Desember 2003.

Album ini menjagokan "Karena Dia Kamu" sebagai single pertama dan "Suara

228

Hati" dipilih sebagai single kedua. Baru empat bulan dirilis, penjualannya telah mencapai 80.000 (delapan puluh ribu) kopi. Jumlah yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan album pertama yang 'mendapatkan platinum (150.000 kopi) dalam hitungan waktu satu setengah tahun.

Pada tahun 2005, Ungu menjadi salah satu artis yang berkolaborasi dengan

Chrisye di album terbaru Chrisye, "Senyawa".

Album Melayang dirilis Desember 2005. Di albumnya yang ketiga dengan single "Demi Waktu", Ungu mendapat double platinum. Dengan hits Demi Waktu mengantarkan Ungu jadi MTV Exclusive Artis di bulan Desember 2005. Gaung

"Demi Waktu" merambah negeri Jiran, Malaysia. Empat perusahaan label berebut untuk mendapatkan hak edar di sana. SRC, perusahaan yang menaungi Siti

Nurhaliza akhirnya keluar sebagai pemenang.

Ungu mengeluarkan sebuah mini album untuk menyambut Ramadhan

1427 H bertajuk SurgaMu yang dirilis September 2006. Hanya dalam tempo sepuluh hari sejak rilis mini album SurgaMu, telah terjual sebanyak 150 ribu keping. Bahkan Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi penghargaan 'Inspiring' atas album religi SurgaMu. Sayangnya, saat hendak menerima penghargaan di istana Wapres, Ungu yang mengenakan setelah jas yang dipadu celana jeans ditolak masuk ke dalam istana, dengan alasan pakaian yang tidak sesuai dengan protokoler istana.

229

Dalam Penghargaan MTV Indonesia 2006, Ungu masuk dalam 3 nominasi, yaitu Most Favorite Group/Band/Duo, Best Director "Demi Waktu" Abimael

Gandy, dan Video of the Year "Demi Waktu".

Ungu dengan dukungan "A Mild Live Productions" dan "Trinity Optima

Production" membuat buku biografi. Buku yang diberi judul "A Mild Live Ungu

Book Magazine" itu diluncurkan pada Kamis, 10 Mei 2007, di Jakarta. Dicetak sebanyak 40 ribu eksemplar, buku tersebut memuat biografi masing-masing personil, diskografi Ungu, foto-foto, dan bahkan chord lagu-lagu Ungu.

Ungu juga sering terlibat dalam pembuatan album soundtrack. Ungu pernah menyumbangkan lagu untuk film Buruan Cium Gue yang dilarang edar.

Ungu pun menyumbangkan 3 buah lagu untuk film Coklat Stroberi yakni dua lagu baru, "Disini Untukmu" dan "Sahabatku", serta mengikutkan lagu "Berjanjilah" dari album ketiga mereka Melayang.

Dalam ajang "SCTV Music Awards 2007" di Balai Sidang Jakarta (JHCC),

Ungu mendapat 4 kemenangan. Album SurgaMu yang diproduseri

Trinity/Prosound membawa Ungu menjadi penerima penghargaan 'Album Religi',

'Lagu Paling Ngetop' dan 'Video Klip Paling Ngetop' untuk lagu "Andai Kutahu".

Sedangkan Melayang dengan lagu andalan "Tercipta Untukmu" memenangkan kategori 'Album Pop Rock Duo/Grup'.

Ungu kembali merilis album reguler keempatnya bertajuk Untukmu

Selamanya. Album ini di-launching di empat negara sekaligus, yaitu 9 Agustus

230

2007 di Kuala Lumpur, Malaysia, 10 Agustus 2007 di Singapura, 12 Agustus

2007 Hongkong dan puncaknya 15 Agustus 2007 di Jakarta, Indonesia. Lagu andalan dalam album ini antara lain, "Kekasih Gelapku", "Cinta dalam Hati",

"Apalah Arti Cinta" dan "Ijinkan Aku".

Menyambut Ramadhan 1428 H, Ungu merilis album religi lagi yang berbentuk mini album bertajuk Para Pencari-Mu. Dalam album ini Ungu berkolaborasi dengan ustad Jeffry Al Buchori. Album ini hanya berisi lima lagu, yaitu "Para PencariMu", "Sembah Sujudku", "Surga Hati", "Sesungguhnya", dan

"Tuhanku". Sebelum mini album ini dirilis, tiga dari lima lagu telah terpilih sebagai soundtrack sinetron religi yang tayang selama Bulan Ramadhan.

Ungu kembali meraih penghargaan untuk kategori 'Band Ngetop' di ajang SCTV

Music Awards 2007, yang berlangsung di JCC Senayan Jakarta, Jumat, 24 Agustus 2007.

Dalam ajang itu, Ungu berhasil menyisihkan grup band lainnya, seperti Ada Band,

Peterpan, Radja, dan pendatang baru yang mendadak populer, Kangen Band. Pada tahun 2007, Ungu bersama Samsons dan Naff dijuluki 'The Rising Star' band, oleh penyelenggara konser musik akbar Soundrenaline, A Mild Live Productions dan Deteksi

Productions, juga oleh raksasa label rekaman Musica Studio.

Dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/ungu_(grup_musik)

231

PROFIL PENULIS

Penulis bernama lengkap Fauzi Rahman,

lahir di Bogor pada tanggal 20 Juli 1989. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Saat

ini penulis berkediaman di Desa Nagrak

Gunungputri Kabupaten Bogor, bersama kedua

orang tuanya yaitu bapak Badrudin dan ibu Sumiati, beserta satu orang adik laki-lakinya yang bernama Luthfi Mawardi.

Riwayat pendidikan penulis yaitu pernah bersekolah di SD Negeri Nagrak

05 pada tahun 1995-2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 03

Gunungputri tahun 2001-2004, dan selanjutnya di SMA Negeri 1 Cileungsi pada tahun 2004-2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

(UHAMKA), program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun

2007. Selama pendidikan di UHAMKA, selain sebagai mahasiswa, penulis juga merangkap sebagai ketua tingkat mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia angkatan 2007, dari semester 1 sampai dengan semester 4.