Diunduh dari

Jalasutra menerbitkan buku-buku sastra, filsafat, budaya, seni, i1mu, dan teknologi, baik karya asJi dalam bahasa Ariel Heryanto (ed.) Indonesia maupun karya asing yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Jalasutra memperjuangkan hak untuk mendapatkan informasi dan percaya bahwa manusia mampu mengolah infonnasi secara maksimal dan kreatif untuk kepentingan dan tujuan yang baik. lsutra ikut berusaha meningkatkan san dan daya cipta bangsa f=!­ ..~ . BUDAYA POPULER (; DI INDONESIA I" ~ .. Mencairnya Identitas Pasca-Orde Baru c·

[g Diunduh dari

Budaya Populer di Indonesia Mencairnya Identitas Pasca-Orde Baru Ariel Heryanto (ed.), 2012 12,JCS.250

Diterjemahkan dari Popular Culture in Indonesia, Fluid identities in post­ authoritarian politics, edited by Ariel Heryanto, London and New York: Routledge, 2008.

© 2012 Editorial selection and matter: Ariel Heryanto; individual chapters: L'capan Te the contributors.

Penerjemah: Eka S. Saputra Penyelaras bahasa: M. Nasrudin Desain sampul: Alinda Setyaningsih Foto sampul depan: Penelope Coutas (2005) Foto sampul belakang: Alinda Setyaningsih (2012) Tata Letak: Arief

Edisi Indonesia diterbitkan oleh XJ:":.13 X:-:2...-~:".:S: ::.L'\."1..: h~ tadi: JALASUTRA Anggota IKAPI IiisI:J.s. ; ..:...-:-::: :-:::::21':; -~ew \~~::'i ~ ~""'kl L('\n;.o.' Jalan Mangunnegaran Kidul No. 25 Yogyakarta 55131 ~ ~~~2-~G....-:" l..:.d"Ul K .... ,.l.L..'-, Telp. (0274) 370445 ~ :-:.5;;:-:.~':5 ~: Ch:a:1g \~ai. ~ e-mail: [email protected]@gmail.com

::c-r.rr'~ ?:-:~ . SE:\S!li:P IF,: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDn Heryanto, Ariel (ed.) lIiiiiIL:i ~.!~:-~? ?:·..:r...:':a:i~'r, aras . -1 . -I Budaya Populer di IndonesialHeryanto, Ariel (ed.) ~ '.:.:-~ ,.;:-,::::;,r-.Lar.. menJau.~ Yogyakarta: Jalasutra ~ -~------.---...:...:..t:_~ ___~" ..... !\..~"'T':...I.~- ; T"'O""'ter"..:l-"';·':'~l ... .1'- ...... Cetakan I, Agustus 2012 ~ ==--~--- ...., .. __ .1 .-;; '0' uk." u·_· viii + 320 him; 15 x 23 cm '~~:::...... _:::- ..... '-'-_.l.,-Lo..l 1....:.1 ... u._ ~~-=-":02..-: :':C2.;,ar:. terima kas ISBN: 978-602-8252-81-2 ::.:s.....:... ~~=-"-2..-: a',.a.i koruerer 1. Cultural Studies I. Judul 'r'r~ ~~_~.:::.::=:: esa: tentang t iewr~~ ::-=:-~-,::::= anga:1 ya,'1g t, ino-...:c :~~~'C:-: cuh-u iT'i pa~ Dicetak oleh: . ,. Percetakan Jalasutra JrIe:'C '.=....-_; :-e:-t::Cl.::ana menU~15 ~~:.=....-: :-..:~:~ merekc k.re Kunjungi situs kami di www.jalasutra.com ~-,: ~~-::...'-: ::2.:':2. ]or.n La.nger ~n:l- xr,-= 5--=~=--:-_2. 3l-.ap-tahap aK2 ~~-=. -.:...-; :--e:-;-,::-:;ala:-nan c:: ~ ..-.A:~-" -.:...-~ ::--= :-:2.:::2. ka~i rr:er:y2T~ Diunduh dari

· Indonesia - 193

Realitas Baru di Indonesia - 213

Bab 1 Elek"tronik - 243 Budaya POp dan Persaingan Identitas

Ariel Heryanto

PADA tanggal 25 Mei 2007, perusahaan telekomunikasi terbesar dan tertua di Malaysia, Celcom, secara resmi menunjuk band papan atas Indonesia, Peterpan, menjadi 'ikon utama' perusahaan. Ini sebagai bagian dari strategi pemasaran. Lewat layanan terbaru yang disebut Channel X, pelanggan Celcom bisa mengunduh Peterpan '', '', dan 'Bintang di Surga' sebagai materi truetones, wallpapers, dan 'call me tones'. Selain itu, pelanggan juga bisa mendapatkan voicemail eksldusif dari Peterpan lewat Channel X. Sebagai imbalannya, Celcom 'berhak menggunakan tiap lagu dan gambar-gambar Peterpan sebagai materi unduhan dan band terse but juga al{an menjadi model iklan perusahaan di media cetak dan televisi' (Mobile88.com 2007). Langkah yang diambil perusahaan tersebut bisa dipahami bila ditimbang konteksnya. Saat itu, diperkirakan sudah 200.000 album Peterpan yang terjual di Malaysia, sementara penjualan album band lokal bahkan tidak mencapai lebih dari setengahnya. Dua tahun sebelumnya, konser band terse but memikat 30.000 penonton yang dengan penuh gelora turut menyanyikan lagu­ lagu Peterpan, hingga mengalahkan suara sang artis yang berada di panggung. Sambutan hangat yang diberikan rakyat Malaysia terhadap musisi Indonesia memiliki sejarah panjang. Hal itu telah berlangsung beberapa dekade sebelumnya, dengan kesuksesan artis seperti Titik Diunduh dari

2 B;';J.w.\ POPULER Dl INDONESIA

Puspa, Lilies Suryani, duet Titik Sandhora-Muchsin, Koes Plus, menggalang dukungan publik. D'Lloyds, Broery Marantika, Bob Tutupoly, Harvey Malaiholo, dan terhadap Malaysia, meneriakkan ( Vina Panduwinata (Sartono 2007b). Pada tahun 2000-an, Peterpan mengulang slogan konfrontasi 1 hanyalah satu di antara beberapa musisi Indonesia yang diterima baru 'Ganyang Malaysia-Selama dengan baik di negara tetangga. Apa yang membedakan Peterpan \1alaysiaNo' (Noor, 2005). Tanpad dari rekan sesama musisi lain di masa lalu maupun hari ini, adalah logika komersial, para artis pop se< tingkat popularitasnya. Bisa dimengerti, keputusan Celcom memilih hati dan pikiran puluhan ribu (b, Peterpan sebagai 'ikon utama' tak ayal membuat kening banyak orang Indonesia dan Malaysia. Dibandil Malaysia berkerut. Mereka mempertanyakan mengap a perusahaan ke budayaan yang diselenggarakan itu tidak memilih musisi dalam negeri saja. Arts Festival di Kuala Lumpur pac Untuk bisa memahami dengan lebih jernih betapa penting gejala terasa tidak ada apa-apanya. terse but, perlu diingat bahwa semua itu terjadi di saat hubungan Akan bermanfaat bila kita jl diplomatik kedua pemerintah dan masyarakat sesekali meledak hubungan antarnegara sebagai bermusuhan (Jacob 2007; Kompas 2oo7a, 2007C). Dewasa ini, lndonesia-Timor-Timur. Satu de ketegangan yang melanda kedua negara tetangga meliputi persoalan penonton Malaysia, seorang batas wilayah, kebakaran hutan di Indonesia yang terus-menerus cerita-pendek bernama Seno Gu mengakibatkan asap mencekik pernapasan di wilayah semenanjung pengamat Indonesia, baik dari c Melayu lebih dari satu dekade sejak pertengahan tahun 1990-an, mengambil langkah inovatif c dan persoalan yang lebih pelik, terkait perdagangan manusia serta menjembatani jurang yang memi penganiayaan buruh Indonesia di Malaysia (Vatsikopoulos 2006; Timor-Timur selama penduduk Kompas 2007b). Anehnya, betapa sedikit pembicaraan terbuka dan tahun 199o-an, Seno Gumira Aji kajian ilmiah yang diselenggarakan dari dan oleh penduduk di kedua yang terkenal 'Ketika Jurnalisme negara itu, meski keduanya memiliki keadaan geografis, bahasa, (lihat Ajidarma 1997, 1999)· Semb agama, dan budaya yang mirip (Alatas 1997: 150; Heryanto dan MandaI politis-kesusastraannya sebagai j, 2003: 11-14; Noor 2005). Saling ketidaktahuan serta kurangnya minat redaktur utama majalah berita IT ingin tahu yang mengakar pada masing-masing pihak tidak sarna, reaksi geram militer atas rangkaia dan lebih sui it dijelaskan daripada kecurigaan atau permusuhan tentang peristiwa Santa Cruz dan antartetangga yang mencederai hubungan Malaysia-Singapura, Indonesia menembaki para pemt Singapura-Indonesia, dan Indonesia-Australia. 12 November 1991 (lihat Heryantc Andil tak terduga yang ditunjukkan artis pop dalam meredakan 531). Dampak peristiwa Santa Cru: ketegangan politik Malaysia dan Indonesia juga bisa dilihat dari arah peristiwa Soweto di Afrika Sela sebaliknya, lewat penyanyi perempuan asal Malaysia yang banyak (Risse dan Ropp, 1999: 252). SetE digemari di Indonesia, Siti Nurhaliza. Ketika ketegangan politik yang dunia kewartawanan, Ajidarma r melanda Indonesia dan Malaysia di tahun 2005 soal batas wilayah di produktif dengan cerita berlatar dekat PulauAmbalat memuncak, kelompok ultra-nasionalis Indonesia masih bisa dikenali khalayak Sl menyarankan dilakukannya serangan militer besar-besaran kepada jurnalistik yang sudah tersedia n tetangga serumpunnya itu. Beberapa orang Indonesia berdemonstrasi gara sensor ketat waktu itu jadi b< Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 3

" Sandhora-Muchsin, Koes Plus, menggalang dukungan publik. Mereka mengobarkan kemarahan Tutupoly, Harvey Malaiholo, dan terhadap Malaysia, meneriakkan dan membentangkan spanduk yang ) I. Pada tahun 2ooo-an, Peterpan mengulang slogan konfrontasi tahun 1963, ditambah keterangan I musisi Indonesia yang diterima baru 'Ganyang Malaysia-Selamatkan Siti Nurhaliza!' serta 'Siti Yes, A.pa yang membedakan Peterpan Malaysia No' (Noor, 2005). Tanpa dukungan pemerintah, dan didorong nasa lalu maupun hari ini, adalah logika komersial, para artis pop secara menakjubkan berhasil merebut 1gerti, keputusan Celeom memilih hati dan pikiran puluhan ribu (bahkan mungkin pula jutaan) orang yal membuat kening banyak orang Indonesia dan Malaysia. Dibandingkan semua itu pelbagai peristiwa lertanyakan mengapa perusahaan kebudayaan yang diselenggarakan oleh negara di bawah tajuk ASEAN ~eri saja. Arts Festival di Kuala Lumpur pada 18 Oktober 2003 (Kompas 2003k) llebih jernih betapa penting gejala teras a tidak ada apa-apanya. nua itu terjadi di saat hubungan Akan bermanfaat bila kita juga menyimak sebuah contoh lain m masyarakat sesekali meledak hubungan antarnegara sebagai perbandingan, yakni hubungan )Us 2oo7a, 2007C). Dewasa ini, Indonesia-Timor-Timur. Satu dekade sebelum Peterpan memukau egara tetangga meliputi persoalan penonton Malaysia, seorang wartawan-yang-menjadi-penulis­ Ii Indonesia yang terus-menerus cerita-pendek bernama Seno Gumira Ajidarma menaril< perhatian :napasan di wilayah semenanjung pengamat Indonesia, baik dari dalam maupun luar negeri, karena ~jak pertengahan tahun 1990-an, mengambil langkah inovatif dan penuh risiko politik dalam ~rkait perdagangan manusia serta menjembatani jurang yang memisahkan rakyat Indonesia dan orang i Malaysia {Vatsikopoulos 2006; Timor-Timur selama pendudukan Indonesia. Pada pertengahan sedikit pembicaraan terbuka dan tahun 1990-an, Seno Gumira Ajidarma mendeklarasikan semboyan dari dan oleh penduduk di kedua yang terkenal 'Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara' liliki keadaan geografis, bahasa, (lihat Ajidarma 1997, 1999). Semboyan ini bertautan dengan aktivitas as 1997= 150; Heryanto dan MandaI politis-kesusastraannya sebagai jawaban atas pemecatannya sebagai jaktahuan serta kurangnya minat redaktur utama majalah berita mingguan Jakarta-Jakarta, menyusul l.asing-masing pihak tidak sarna, reaksi geram militer atas rangkaian laporan blak-blakan di majalah itu fa kecurigaan atau permusuhan tentang peristiwa Santa Cruz dan menunjukkan bagaimana pasukan hubungan Malaysia-Singapura, Indonesia menembaki para pemuda Timor-Timur dalam aksi damai 3.-Australia. 12 November 1991 (lihat Heryanto dan Adi 2002: 62; Heryanto, 2007= lkkan artis pop dalam meredakan 531). Dampak peristiwa Santa Cruz boleh dikatakan sebanding dengan jonesia juga bisa dilihat dari arah peristiwa Soweto di Afrika Selatan semasa apartheid tahun 1976 puan asal Malaysia yang banyak (Risse dan Ropp, 1999: 252). Setelah berangsur-angsur mundur dari :a. Ketika ketegangan politik yang dunia kewartawanan, Ajidarma menjadi penulis cerita pendek yang tahun 2005 soal batas wilayah di produktif dengan cerita berlatar sebuah pulau tak bernama-yang lompokultra-nasionalis Indonesia masih bisa dikenali khalayak sebagai Timor-Timur. Bahan-bahan an militer besar-besaran kepada jurnalistik yang sudah tersedia namun tidak boleh diterbitkan gara­ 3. orang Indonesia berdemonstrasi gara sensor ketat waktu itu jadi bahan baku kisah-kisah fiksinya.

l r I I Diunduh dari

4 BUDAYA POPULER DI INDONESIA

Yang belum jelas kemudian adalah seberapa banyak orang Timor­ bagi penelitian mendalam tent Timur sendiri membaca tulisan Ajidarma, dan apakah mereka merasa saja, Asia secara lebih luas. terwakili dalam cerita yang sarat muatan politik itu. Sebaliknya Bab ini, dan sebagian besa: Peterpan yang jelas-jelas apolitis ternyata sanggup 'mengguncang' pentingnya pelbagai kajian bue publik Timor-Timur, yang baru saja pulih dari trauma kekerasan selama ini diakui secara umum. politik selama masa pendudukan Indonesia, terutama politik bumi persoalan metodologis dalam hangus yang begitu keji menyusul kekalahan memalukan Indonesia Karena kurang dipahami, bud a dalam referendum kemerdekaan di bawah naungan PBB tahun 1999. diabaikan, atau dicemooh oleh Persisnya pada tanggal 13 November 2005 Peterpan menggetarkan ada rongga besar dalam kajian te hati 60.000 penonton di Dili, ibu kota Timor Leste. Presiden Xanana Bagian ini akan menyelidiki, da Gusmao menyambut kedatangan musisi muda Indonesia itu secara pada mulanya terlihat sebagai F pribadi (detikHot 2005). Seorang mantan mahasiswa saya, Luke ternyata mempertaruhkan ke berl Arnold, yang hadir dalam pertunjukan terse but, menguraikan apa bangsa yang majemuk. Budaya yang dilihatnya dengan penuh keheranan: bukan sekadar menunjukkan SE misalnya politik nasional. Kedl Nyaris setiap anak muda di kota bersorak. Orang-orang memanjat dari ranah budaya pop yang aka] menara telepon dan melompat ke atas pagar stadion hanya supaya dengan sesuatu yang terletak pe bisa menonton konser. Keadaan tampaknya akan terjadi huru­ Indonesia masa kini. hara, namun kali ini tidak ada sangkut pautnya dengan perjuangan Secara khusus bab ini kebebasan. Hanya sekitar lima tahun setelah kemerdekaan, orang­ metodologis. Pertama, kajian bili orang secara harfiah tumpang tindih menyaksikan band yang dari sekadar melakukan pembac berasal dari negara yang sudah mereka ceraikan. Ini terasa seperti budaya pop tertentu. Juga tidak momen rekonsiliasi. Perempuan di sebelah saya berkata: 'kami sebenarnya cinta Indonesia, kami hanya bend militernya'. produksi dan konsumsi budaya dipaparkan dalam bab ini, pen (Arnold 2006: 3) sosial, sejarah, dan politik yanl konsumsi kebudayaan adalah w Karena pelbagai alasan, baik kekuatan politik, moral, maupun ideo­ pilihan bagi peneliti. Pad a bab logis, budaya pop paling jauh hanya diterima dengan gamang, atau secara mendasar pertentangan lebih sering diremehkan. Beberapa di antara alasan terse but sudah (Kejawen, Islam, Liberalisme, c' lazim. Seringkali memang kekuatan itu luput dari penelitian ilmiah bingkai pembangunan negara-b secara umum, termasuk dalam kajian tentang Indonesia. Sesekali bila perdebatan produksi dan konsu ada penelitian yang mengupasnya, budaya pop cenderung diabaikan jabarkan lebih jauh di bawah, me atau disalahpahami. Buku ini merupakan salah satu dari beberapa merupakan produk dari suatu SE upaya mutakhir yang dilakukan beberapa sarjana kajian Indonesia mungkin terjadi seandainya Inul untuk membenahi ketimpangan itu, dan bab pertama ini bertujuan Kedua, bab ini juga menggar. menunjukkan beberapa alasan mendasar mengapa ikhtiar ini penting fis dapat memberikan sumbanga data dalam kajian budaya pop. r.. Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 5

:lalah seberapa banyak orang Timor­ bagi penelitian mendalam tentang Indonesia mutakhir dan, tentu jidarma, dan apakah mereka merasa saja, Asia secara lebih luas. at muatan politik itu. Sebaliknya Bab ini, dan sebagian besar bab-bab selanjutnya, menekankan ; ternyata sanggup 'mengguncang' pentingnya pelbagai kajian budaya pop jauh melampaui apa yang saja pulih dari trauma kekerasan selama ini diakui secara umum. Bab ini juga mengangkat beberapa I Indonesia, terutama politik bumi persoalan metodologis dalam meneliti pokok bahasan tersebut. u kekalahan memalukan Indonesia Karena kurang dipahami, budaya pop lebih sering disalahpahami, :Ii bawah naungan PBB tahun 1999. diabaikan, atau dicemooh oleh banyak peneliti Indonesia, sehingga Iber 2005 Peterpan menggetarkan ada rongga besar dalam kajian tentang Indonesia secara keseluruhan. kota Timor Leste. Presiden Xanana Bagian ini akan menyelidiki, dan menunjukkan, apa yang mungkin musisi muda Indonesia itu secara pada mulanya terlihat sebagai perdebatan tentang hiburan populer g mantan mahasiswa saya, Luke ternyata mempertaruhkan keberlangsungan Indonesiasebagai negara­ Ijukan tersebut, menguraikan apa bangsa yang majemuk. Budaya pop dalam hal ini menjadi penting, leranan: bukan sekadar menunjukkan sesuatu yang lain dan lebih penting, misalnya politik nasional. Keduanya tak terpisahkan. Perdebatan )ta bersorak. Orang-orang memanjat dari ranah budaya pop yang akan dikaji di bawah ini, bersinggungan It ke atas pagar stadion hanya supaya dengan sesuatu yang terletak persis di jantung perpolitikan nasional laan tampaknya akan terjadi huru­ Indonesia masa kini . . sangkut pautnya dengan perjuangan Secara khusus bab ini akan membahas dua persoalan a tahun setelah kemerdekaan, orang­ metodologis. Pertama, kajian budaya pop perlu melangkah lebih jauh ng tindih menyaksikan band yang h mereka ceraikan. Ini terasa seperti dari sekadar melakukan pembacaan yang cermat terhadap teks karya uan di sebelah saya berkata: 'kami budaya pop tertentu. Juga tidak cukup mengukur secara kuantitatif :ami hanya benci militernya'. produksi dan konsumsi budaya massa. Pada beberapa kasus, seperti dipaparkan dalam bab ini, pertimbangan mendalam atas konteks (Arnold 2006: 3) sosial, sejarah, dan politik yang lebih luas tentang produksi atau atan politik, moral, maupun ideo­ konsumsi kebudayaan adalah wajib sifatnya, bukan sekadar sebuah lya diterima dengan gamang, atau pilihan bagi peneliti. Pad a bab ini, saya akan menunjukkan bahwa la di antara alasan terse but sudah secara mendasar pertentangan empat kekuatan ideologi utama (Kejawen, Islam, Liberalisme, dan Marxisme) sangat menentukan ill itu luput dari penelitian ilmiah bingkai pembangunan negara-bangsa Indonesia, serta membingkai an tentang Indonesia. Sesekali bila perdebatan produksi dan konsumsi budaya massa. Seperti akan di­ . budaya pop cenderung diabaikan jabarkan lebih jauh di bawah, menu rut pendapat saya perdebatan Inul rupakan salah satu dari beberapa merupakan produk dari suatu sejarah tertentu. Perdebatan itu tidak leberapa sarjana kajian Indonesia mungkin terjadi seandainya Inul dilahirkan satu generasi lebih awal. :u, dan bab pertama ini bertujuan Kedua, bab ini juga menggambarkan bagaimana metode etnogra­ Idasar mengapa ikhtiar ini penting tis dapat memberikan sumbangan penting sebagai cara pengumpulan data dalam kajian budaya pop. Meskipun ini bukanlah pendapat asli Diunduh dari

6 BUOAYA POPULER 01 INDONESIA atau baru, pustaka yang ada menunjukkan pendekatan etnografi ~lgin-atau dianggap-punya p yang lumrah dalam ilmu antropologi belum secara luas digunakan, masyarakat luas, khususnya di r atau dihargai secara memadai, dalam kajian budaya pop di Indonesia, peserta pemilu di Indonesia belu dan mungkin sekali di tempat lain. Mengapa demikian? Alasannya ::lm sebagai kepala negara, sep' mungkin sekadar masalah praktis. Banyak produk budaya pop terse bar :\merika Serikat Ronald Reagar luas sebagai barang yang diproduksi massal untuk dijual di toko-toko. ::-ilipina (1998-2001), para calon 1 Mudah bagi para peneliti untuk membatasi bahan penelitiannya era pasca-otoritarian sudah ber terutama, jika bukan hanya, pada barang-barang tersebut. Sebaliknya iengan mempertontonkan rasa bab ini akan menunjukkan banyak segi yang tidak bisa dipahami ?residen Susilo Bambang Yudhoy dari gaya khas dan popularitas mendadak Inul di tahun 2003 tanpa ji hadapan publik selama masa k, penelitian lapangan di beberapa daerah di mana dia mulai merintis babak final kontes Indonesian k kariernya. Misalnya cara Inul menggunakan bahasa Jawa yang tidak \1enyambut mas a kampanye pe lazim dalam berinteraksi dengan penonton, jika dibandingkan \1enteri Australia John Howard dengan penampilan penyanyi lain dari ragam musik yang sarna. Juga Youtube (Gilchrist 2007; Sydney 1\ masalah penggunaan teknologi digital oleh masyarakat kota kelas­ Budaya pop yang dapat diang bawah yang biasanya luput dari perhatian ilmuwan kelas-menengah :ndonesia tidaksemata-mata terb dan pemerhati budaya lainnya. elit politik nasionalnya. Seperti r Karena budaya pop sering tanpa malu bersekutu dengan industri satu pun pranata so sial di Indone hiburan yang secara kasar memburu laba, sulit bagi para cendekiawan masyarakat dalam lingkup at au i untuk menghargai budaya pop. Akibatnya, budaya pop sering dijuluki dicapai media elektronik, terut, 'budaya massa' (Strinati 1995: 10; Macdonald 1998: 22). Istilah tersebut menarik perhatian sekira 100 juta "mengacu pada budaya yang direndahkan, diremehkan, dangkal, setiap harinya kecuali program te dibuat-buat, dan seragam" (Strinati 1995: 21). Seperti dicatat oleh sudah cukup menuntut peneliti banyak peneliti (untuk kasus Indonesia mutakhir lihat Hobart 2006), penelitian demikian, upaya apa selalu ada keprihatinan umum: mutakhir akan mengandung caca mengapa penelitian kajian bud a konsumsi budaya populer di kalangan masyarakat awam selalu dilaksanakan. Ketika Indonesia ill menjadi masalah bagi 'orang lain', entah itu kaum intelektual, politik yang dimulai pada tahun ] pemimpin politik, atau pembaharu moral dan so sial. 'Orang at au yang lain) tumbuh pesat d, lain' ini sering beranggapan bahwa masyarakat awam harusnya dapat dibayangkan sebelumnya. berurusan dengan sesuatu yang lebih mencerahkan atau berfaedah ketimbang budaya populer. Sewaktu novel Saman oleh karya Dewi Lestari (2000) diterl:: (Strinati 1995: 41) sastra tertegun oleh pembaruan I Pada waktu yang bersamaan, kekuatan nyata yang dimiliki artis keduanya (lihat Clark 1999; Had karya sastra dari penulis mue terkenal untuk merayu mayoritas orang di pelbagai belahan dunia diterbitkan dengan kualitas se sulit diabaikan para pelaku bisnis, politisi, dan profesi lain jika mereka musik pop mutakhir mencapai s Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 7

menunjukkan pendekatan etnografi ingin-atau dianggap-punya peran, memikat, dan gaul di mata pologi belum secara luas digunakan, masyarakat luas, khususnya di hadapan calon pemilihnya. Kendati ialam kajian budaya pop di Indonesia, peserta pemilu di Indonesia belum pernah memilih seorang bintang lain. Mengapa demikian? Alasannya film sebagai kepala negara, seperti dalam kasus mantan presiden ls. Banyak produk budaya pop terse bar Amerika Serikat Ronald Reagan (1981-89) atau Joseph Estrada di uksi massal untuk dijual di toko-toko. Filipina (1998-2001), para calon presiden Indonesia pada pemilihan uk membatasi bahan penelitiannya era pasca-otoritarian sudah berusaha mati-matian merayu massa .a barang-barang tersebut. Sebaliknya dengan mempertontonkan rasa simpati mereka pada budaya pop. nyak segi yang tidak bisa dipahami Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai-sampai bernyanyi mendadak Inul di tahun 2003 tanpa di hadapan publik selama masa kampanye pemilu. Ia juga hadir dalam a daerah di mana dia mulai merintis babak final kontes Indonesian Idol (lihat Bab 6; dan Lindsay 2005). lenggunakan bahasa Jawa yang tidak Menyambut masa kampanye pemilihan umum Australia, Perdana 19an penonton, jika dibandingkan Menteri Australia John Howard mengunggah sebuah video ldip di in dari ragam musik yang sarna. Juga Youtube (Gilchrist 2007; Sydney Morning Herald 2007).' digital oleh masyarakat kota kelas­ Budaya pop yang dapat dianggap penting dalam situasi mutakhir perhatian ilmuwan kelas-menengah Indonesia tidak semata-mata terbatas pada cara pandang dan perilaku elit politik nasionalnya. Seperti halnya di negara tetangga, tidak ada mpa malu bersekutu dengan industri satu pun pranata so sial di Indonesia yang sanggup menyita perhatian IUro laba, sulit bagi para cendekiawan masyarakat dalam lingkup atau intensitas setinggi apa yang berhasil ilibatnya, budaya pop sering dijuluki dicapai media elektronik, terutama televisi. Tidak ada yang bisa Macdonald 1998: 22). Istilah tersebut menarik perhatian sekira 100 juta orang Indonesia selama berjam-jam iirendahkan, diremehkan, dangkal, setiap harinya kecuali program televisi. Kenyataan ini saja sebenarnya inati 1995: 21). Seperti dicatat oleh sudah cukup menuntut penelitian yang sungguh-sungguh. Tanpa ionesia mutakhir lihat Hobart 2006), penelitian demikian, upaya apa pun untuk memahami Indonesia mutakhir akan mengandung cacat. Namun, ada alasan yang lebih kuat mengapa penelitian kajian budaya pop ini begitu mendesak untuk di kalangan masyarakat awam selalu dilaksanakan. Ketika Indonesia mulai bangkit dari krisis ekonomi dan mg lain', entah itu kaum intelektual, politik yang dimulai pada tahun 1997, kebudayaan mutaldIirnya (pop embaharu moral dan so sial. 'Orang at au yang lain) tumbuh pesat dan perkembangannya tidak pernah m bahwa masyarakat awam harusnya ang lebih mencerahkan atau berfaedah dapat dibayangkan sebelumnya. Sewaktu novel Saman oleh Ayu Utami (1998), dan Supernova karya Dewi Lestari (2000) diterbitkan, banyak kritikus dan peneliti (Strinati 1995: 41) sastra tertegun oleh pembaruan dan kualitas sastra yang ditawarkan kekuatan nyata yang dimiliki artis keduanya (lihat Clark 1999; Hatley 1999). Sesudahnya, lebih banyak karya sastra dari penulis muda, kebanyakan perempuan, yang as orang di pelbagai belahan dunia diterbitkan dengan kualitas sebanding. Lalu, sejak tahun 2000 0, politisi, dan profesi lain jika mereka :nusik pop mutaldIir mencapai sukses penjualan yang tidak pernah Diunduh dari

8 BUDAYA POPULER DI INDONESIA diangankan di tahun-tahun sebelumnya. Peterpan bukanlah yang Pertama, pada hakekatn) pertama dan satu-satunya. Dalam skala ukuran komersiallebih kecil, masyarakat industrial, di mar kelompok musik underground juga menjamur di mana-mana (Wallach Iyakni kebudayaan) dihasilk, 2003; Bodden 2005). Selain itu, satu dekade setelah mati surinya besar, kerap dengan bantuan industri film Indonesia, dan orang mencibir film nasionaV beberapa penggandaan-massal, sehin~ film baru dari pembuat film generasi muda membuat terobosan luas. Meskipun industrialisasi estetika yang lebih segar, dan memecahkan rekor penjualan tiket, dari 100 tahun, nyatanya perl mengungguli ketenaran film-film papan atas Hollywood (Grayling berkesinambungan baru dimu 2002; van Heeren 2002b). Suratkabar yang terbit dengan izin resmi mil iter Orde Baru (1966-98), m pun membengkak tiga kali lipat sejak 1998, dan lebih dari 50 jaringan berada di mas a keemasannya. televisi lokal tumbuh (Heryanto dan Hadiz 2005: 256-57). Di kala hangat perbincangan intelektu, jutaan orang kehilangan pekerjaan, industri media merupakan satu­ kajian budaya pop Indonesia satunya industri dalam negeri yang membuka lapangan kerja lebih aspek lain dalam masyarakat luas menyusul krisis ekonomi 1998 (Heryanto dan Adi 2002). maraknya budaya pop merup~ Kendati terjadi perkembangan yang meledak-Iedak demikian, di negara tetangga setali tigc nyaris tak ada satu pun buku berbahasa Inggris soal fenomena industrialisasi berlangsung jau tersebut yang diterbitkan, dengan buku Sen dan Hill (2000) menjadi pop tetap merupakan gejala y pengecualian, karena penelitian mereka berfokus pada media massa dimulai belum terlalu lama. ketimbang budaya pop. Penelitian berbahasa Inggris mengenai budaya Kedua, adalah masalah int pop Indonesia sangat langka, dan sebagian besar membahas periode kerangka intelektualnya terl, Orde Baru. Dengan beberapa perkecualian penting (Sen 1994; Heider pembangunan negara-bangsa 1991; Lockhard 1998; Kitley 2000), kebanyakan berwujud artikel Heryanto 2005, 2006c, Bonur, jurnal (Kleden 1977; Frederick 1982; Warren 1990; Zurbuchen 1990; yang menghambatnya (militeri Murray 1991; Henschkel1994; Nilan 2000, 2001, 2003; Baulch 2002a, b; korupsi yang menggurita, kc Barendregt dan van Zanten 2002; Hobart dan Fox 2006) atau sebagai belakangan ini, kelompok IsiaI bab dalam buku (Lent 1995). Beberapa tesis yang belum rampung persoalan lain yang sesunggu atau belum diterbitkan dan makalah seminar, cukup menjanjikan dipedulikan jutaan rakyat biaS

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 9

Imnya. Peterpan bukanlah yang Pertama, pada hakekatnya, budaya pop merupakan produk -cal a ukuran komersiallebih kecil, masyarakat industrial, di mana kegiatan pemaknaan dan hasilnya Jenjamurdi mana-mana (Wallach (yakni kebudayaan) dihasilkan dan ditampilkan dalam jumlah ltu dekade setelah mati surinya besar, kerap dengan bantuan teknologi produksi, distribusi, dan nencibir film nasionaV beberapa penggandaan-massal, sehingga gampang dijangkau masyarakat ~rasi muda membuat terobosan luas. Meskipun industrialisasi Indonesia sudah berlangsung lebih necahkan rekor penjualan tiket, dari 100 tahun, nyatanya perkembangan industri secara luas dan )apan atas Hollywood (Grayling berkesinambungan baru dimulai pada tahun 1980-an, ketika rezim ar yang terbit dengan izin resmi militer Orde Baru (1966-98), mitra blok Barat selama Perang Dingin, k 1998, dan lebih dari 50 jaringan berada di mas a keemasannya. Walau budaya pop sudah jadi topik 1I1 Hadiz 2005: 256-57). Di kala hangat perbincangan intelektual Indonesia tahun 1970-an, langkanya industri media merupakan satu- kajian budaya pop Indonesia dibandingkan penelitian mengenai membuka lapangan kerja lebih aspek lain dalam masyarakat Indonesia modern jadi bukti bahwa Heryanto dan Adi 2002). maraknya budaya pop merupakan gejala yang belum lama. Keadaan yang meledak-Iedak demikian, di negara tetangga setali tiga uang. Bahkan di negara di mana rbahasa Inggris soal fenomena industrialisasi berlangsung jauh lebih dini dan lebih kokoh, budaya u...-u Sen dan Hill (2000) menjadi pop tetap merupakan gejala yang baru, dan penelitian tentangnya 'd:a berfokus pada media massa dimulai belum terlalu lama. 'bahasa Inggris mengenai budaya Kedua, adalah masalah internal dalam kajian Indonesia, dengan )agian besar membahas periode kerangka intelektualnya terlalu lama berkutat pada persoalan lalian penting (Sen 1994; Heider pembangunan negara-bangsa dan modernisasi (Mc Vey 1995; kebanyakan berwujud artikel Heryanto 2005, 2006c, Bonura dan Sears 2007), atau faktor-faktor \,'arren 1990; Zurbuchen 1990; yang menghambatnya (militerisme, pelanggaran hak asasi manusia, )00, 2001, 2003; Baulch 2002a, b; korupsi yang menggurita, konflik kekerasan etnis-religius, dan, bart dan Fox 2006) atau sebagai belakangan ini, kelompok Islam militan) dengan mengesampingkan 3.pa tesis yang belum rampung persoalan lain yang sesungguhnya tidak kalah penting, dan lebih h seminar, cukup menjanjikan dipedulikan jutaan rakyat biasa. wm ini akan dicetak, tampaknya Masalah kedua ini bersinggungan erat dengan yang ketiga, al yang berserakan dan bab-bab yakni bias maskulin (Pambudy 2003). Seperti halnya terjadi hampir .tongan gejala secara terpisah. di seluruh permukaan dunia (untuk ulasan yang lebih luas lihat LS langkanya analisis mendalam O'Connor dan Klaus 2000: 379-82) unsur material dan konseptual 5ejala mencoloknya yang masih tentang modernisasi, pembangunan negara-bangsa, ekonomi, Hadigma tertentu dalam kajian agama, perang atau korupsi, semuanya dipandang sebagai urusan di dunia keilmuan kita secara tentang dan untuk kaum lelaki. Secara mendasar semua persoalan ikit lebih lanjut masing-masing ini dianggap maskulin dan penting bagi publik. Sebaliknya, dalam kehidupan sehari-hari maupun kajian akademik, kelompok gender lain dilemparkan ke wilayah 'pribadi' yang berstatus kelas dua, Diunduh dari

10 BUDAYA POPULER DI INDONESIA atau disebut 'wilayah domestik; yang nota bene merupakan wiIayah ::asa, dalam pengertian mereka yang hiburan dan budaya pop garapan media massa (radio, televisi). =.:2U elit politik ... maupun kelorr Kenyataan ini sejalan dengan diskriminasi umum, yang bermasalah, :-.aru" (Kahn 2001: 19). yang memisahkan dunia be rita yang maskulin dan opera sabun yang Walau budaya pop menyediaka feminin, atau antara majalah berita yang serius dan apa yang disebut ::.aJam penelitian tentang beragan majalah perempuan yang remeh-temeh. T.utakhir, buku ini memusatkan p Kebanyakan pengamat kebudayaan Indonesia lebih mencurahkan ~alam produksi dan konsumsi bue perhatian pada apa yang disebut sebagai budaya tradisional atau etnik alasan historisyang sangat kuat. Bab il (dalam banyak penelitian seringkali dianggap eksotik sebagai budaya besar perubahan-perubahan terpenti asli masyarakat), atau budaya nasional 'resmi' versi pemerintah antara politik Indonesia, pada pengl (seperti kerap diajarkan di sekolah-sekolah atau dipamerkan dalam budaya pop selama 20 atau 30 tahur upacara-upacara kebangsaan), atau yang 'garda depan' atau budaya memaparkan konteks sejarah yang 'tinggi' milik kalangan intelektual nasional (yang bisa dijumpai di pelbagai persoalan yang dibicarakan akademi, galeri, atau gedung pertunjukan bergengsi). Penggolongan Para pencipta budaya pop tidal pelbagai ragam budaya ini membantu kita merinci apa yang kita pesan atau nilai politik dalam karyan maksud dengan 'budaya pop', karena menegaskan apa-apa yang perlu mencari pesan atau nilai pol bukan budaya pop. seringkali dipahami terutama sebag Tak bisa disangkal, ada begitu banyak konsep 'budaya populer' dagangan untuk meraup laba, mesl yang sarna-sarna sahih (Strinati 1995; Storey 2006). Dalam buku ini, yang lainnya) yang terang-terangan terutama dalam bab ini, istilah terse but merujuk pada pelbagai ragam pernyataan politik, dan kemudian ja tindakan komunikatifyang beredar luas yang disajikan untuk sebagian alasan politik. Beberapa contoh yani besar rakyat 'biasa', atau oleh rakyat, atau kombinasi keduanya. Rhoma Irama di tahun 1970-an dan' Kategori pertama (untuk rakyat) merujuk pada pesan-pesan yang musik Iwan Fals pada tahun 1980-, dikomodifikasi dan diproduksi massal (termasuk musik, film, dan 1991), dan produksi Teater Koma (Zu televisi) serta aktivitas pemaknaan terkait. Sementara kategori kedua dekade belakangan, apa yang mung (oleh ral

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 11 mg nota bene merupakan wilayah biasa, dalam pengertian mereka yang "tidak tergolong filsuf, seniman, n media massa (radio, televisi). atau elit politik . . . maupun kelompok proletar atau kelas-bawah iminasi umum, yang bermasalah, baru" (Kahn 2001: 19). 19 maskulin dan opera sabun yang Walau budaya pop menyediakan banyak bahan yang berguna I yang serius dan apa yang disebut dalam penelitian tentang beragam segi kehidupan masyarakat meh. mutakhir, buku ini memusatkan perhatian pad a politik identitas ;aan Indonesia lebih mencurahkan dalam produksi dan konsumsi budaya populer dengan beberapa )agai budaya tradisional atau etnik alasan historisyang sangat kuat. Bab ini, secara khusus, menelaah garis i dianggap eksotik sebagai budaya besar perubahan-perubahan terpenting yang terjadi dalam hubungan 3SionaI 'resmi' versi pemerintah antara politik Indonesia, pada pengertian yang seluas-Iuasnya, dan l-sekolah atau dipamerkan dalam budaya pop selama 20 atau 30 tahun belakangan. Bab ini bertujuan 1 ) -ang 'garda depan' atau budaya memaparkan konteks sejarah yang dibutuhkan untuk memahami nasionaI (yang bisa dijumpai di pelbagai persoalan yang dibicarakan Bab-Bab selanjutnya. njukan bergengsi). Penggolongan Para pencipta budaya pop tidak selalu berniat menyampaikan antu kita merinci apa yang kita pesan atau nilai politik dalam karyanya, dan konsumernya pun tidak rena menegaskan apa-apa yang perlu mencari pesan atau nilai politis semacam itu. Budaya pop seringkali dipahami terutama sebagai barang hiburan dan barang banyak konsep 'budaya populer' dagangan untuk meraup laba, me ski ada kasus budaya (pop atau 15; Storey 2006). Dalam buku ini, yang lainnya) yang terang-terangan dirancang untuk membuahkan ,but merujuk pada pelbagai ragam pernyataan politik, dan kemudian jadi terkenaI, atau dicekal karena [uas yang disajikan untuk sebagian aIasan politik. Beberapa contoh yang paling menonjol yakni musik "rat, at au kombinasi keduanya. Rhoma Irama di tahun 1970-an dan tahun 1980-an (Frederick 1982), merujuk pada pesan-pesan yang musik Iwan Fals pada tahun 1980-an dan tahun 1990-an (Murray cSsal (termasuk musik, film, dan 1991), dan produksi Teater Koma (Zurbuchen 1990). Tapi dalam tiga :erkait. Sementara kategori kedua dekade belakangan, apa yang mungkin pada awalnya dimaksudkan omunikatif non-industrial, yang semata-mata sebagai suatu hiburan, kemudian menyerap muatan myak cara (acara publik, parade, politik ketika beredar di tengah-tengah masyarakat dan menyebar :>elakangan ini sering, tapi tidak daIam lingkup yang amat luas, kadang-kadang lebih luas dari yang ~njadi alternatif atas komoditas bisa dibayangkan sebelumnya. Kasus yang akan ditelaah secara lebih [uksi secara massal. rinci di bawah ini, soal penyanyi-penari Inul Daratista, merupakan 19 pinjam atau campuran unsur­ salah satu contoh gejala yang paling hangat dan paling kontroversial. gori dan lainnya. Banyak kajian Mengingat lingkungan Indonesia yang sarat makna politis, tak erujuk pada pelbagai ragam yang ?erlu dijelaskan berpanjang-Iebar mengapa seni dan budaya seolah ,elbagai kebudayaan non-pop ini :idak mungkin lepas dari persaingan politikyang terjadi di masyarakat. gkajian mendalam kebudayaan 3ab ini mengacu pada perubahan besar-besaran situasi politik dalam Pada intinya, objek penelitiannya ~roduksi dan konsumsi budaya pop semenjak krisis ideologi di masa 3.ya') dari, untuk, dan oleh orang ,,]rde Baru. Perubahan itu bisa dikatakan sudah berlangsung sejak Diunduh dari

12 BUDAYA POPULER DI INDONESIA B

beberapa tahun sebelum keruntuhan resmi Orde Baru di tahun 1998. I:dentitas-Politik Utama Hingga pertengahan tahun 198o-an pemerintahan otoriter Orde Baru 5,-..:iah sering disebutkan bahwa Indc masih bertengger di titik pusat kehidupan masyarakat Indonesia. :--":2aya, bahasa, kepercayaan agal Dinamika politik dalam produksi dan konsumsi budaya pop masa ~:::ldalam apa pun tentang beberapc itu terjebak dalam pertentangan di antara kubu yang menerima dan ~ional tidak bisa mengorbankan kubu yang melawan status quo yang terpusat pada ideologi resmi :.~:g kaya dan rumit tersebut. Yang sa yang diakui rezim pemerintahan. Ideologi tersebut merupakan =,::21ah perpaduan yang menawan dan kombinasi Kejawen, sekularisme, militerisme, Pembangunanisme, ::=::pat kekuatan utama yang menjal dan kepribumian (lihat subbab berikut dalam Bab ini). Harus diingat ::'.donesia. Salah satu dari kekuatan bahwa kejatuhan Orde Baru pada tahun 1998 tidak menghasilkan keterputusan kiblat, watak, sudut pandang, struktur perasaan dan sebagai 'tradisi' pribumi di Nusantal hubungan sosial secara menyeluruh. Walaupun warisan Orde Baru S2lah satu contohnya yang paling mel masih berlanjut, unsur-unsur ini tidak lagi terpadu dan berkuasa :.-=.ng lain dikenal sebagai sesuatu yal seperti masa-masa sebelumnya. Sementara itu beberapa kekuatan :-enar 'modern'. Uraian singkat lebih j sosial baru dan yang diperbaharui masuk arena politik, sehingga :=...'.um bermanfaat. panggung politik tidak sarna dengan yang dulu, tanpa adanya Selama tiga atau empat dek, satu kekuasaan pusat yang berhasil unggul mendominasi seperti ~ebudayaan Indonesia telah menggl sebelumnya. ~erupakan sesuatu yang asli, murni Dalam banyak hal, Indonesia pasca-1998 mirip dengan keadaan ::: antara tradisi lokal ini memili~ tahun 195o-an ketika negara ini baru saja menikmati dekade saling-silang dan saling memengarur pertama kemerdekaannya. Di kedua periode itu, Indonesia berupaya ::1enyerap unsur dari tradisi lain yani membangun negara-bangsa yang modern, berdaulat, dan terhormat ::.elahan dunia. Di beberapa bagian setelah runtuhnya pemerintahan represif yang lama mencengkeram Yindu dan Budha bersentuhan de (penjajahan Beland a sebelum tahun 1945, dan pemerintahan Orde ?ribumi, dengan lingkup perubahan Baru tahun 1966 - 1998). Di kedua periode itu terbukti bahwa proyek :nakna baru bagi tradisi leluhur masy. membangun negara-bangsa modern jauh lebih sulit daripada yang 2006: terutama Bab 2,4). Apa yang ke diperkirakan para penganjur dan pendukungnya. Salah satu penyebab sebagai budaya 'Jawa: Kejawen, ata mendasar kesulitan itu adalah kemajemukan dan tidak adanya contoh asimilasi lintas-tradisi sem jaminan persatuan/kesatuan di antara pelbagai kekuatan sosial Kejawen di Indonesia disebabkan beb utama yang membentuk Indonesia. Untuk memahami persoalan ;umIah dan kekuasaan para penganu ini secara lebih rinci, dan untuk memahami ruang bagi budaya pop negara-bangsa (seringkali dicapai dalam mengungkapkan tawar-menawar di tengah kontestasi politik lain, terutama tradisi dari kepulaual terse but, kita perlu melangkah mundur beberapa dekade sembari serta sumbangsih ilmu pengetahua memperluas sudut pandang sejarah atas proyek menjadi-Indonesia dalam mewacanakan pokok persoalc yang hingga kini masih berlangsung. ini, penyebutan budaya 'Jawa' atau sederhana untuk menyebut sesuatu y dipersoalkan dan diperdebatkan oleh Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTlTAS 13 man resmi Orde Baru di tahun 1998. Identitas-Politik Utama ·an pemerintahan otoriter Orde Baru Sudah sering disebutkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan ragam : kehidupan masyarakat Indonesia. budaya, bahasa, kepercayaan agama, dan tradisi. Pembahasan si dan konsumsi budaya pop masa mendalam apa pun tentang beberapa segi dalam budaya atau sejarah di antara kubu yang menerima dan yang terpusat pada ideologi resmi nasional tidak bisa mengorbankan beberapa segi lain kebangsaan lan. Ideologi terse but merupakan yang kaya dan rumit tersebut. Yang sangat mendasar dalam kajian kita e. militerisme, Pembangunanisme, adalah perpaduan yang menawan dan ketegangan berbahaya di antara erikllt dalam Bab ini). Harus diingat empat kekuatan utama yang menjadi dasar atau tulang punggung da tahun 1998 tidak menghasilkan Indonesia. Salah satu dari kekuatan itu secara umum bisa dipahami ut pan dang, struktur perasaan dan sebagai 'tradisi' pribumi di Nusantara dan budaya Jawa merupakan ruh. Walaupun warisan Orde Baru salah satu contohnya yang paling menonjol. Sementara tiga kekuatan Li tidak lagi terpadu dan berkuasa yang lain dikenal sebagai sesuatu yang sifatnya dari luar dan benar­ Sementara itu beberapa kekuatan benar 'modern'. Uraian singkat lebih jauh tentang empat kekuatan ini rui masuk arena politik, sehingga akan bermanfaat. jengan yang dulu, tanpa adanya Selama tiga atau empat dekade terakhir, banyak peneliti lasil unggul mendominasi seperti kebudayaan Indonesia telah menggugat pemahaman budaya lokal merupakan sesuatu yang asli, murni, kodrati, dan pribumi. Banyak

I pasca-1998 mirip dengan keadaan di antara tradisi lokal ini memiliki sejarah panjang peru bahan, ni baru saja menikmati dekade saling-silang dan saling memengaruhi. Mereka juga berinteraksi dan lua peri ode itu, Indonesia berupaya menyerap unsur dari tradisi lain yang sudah menjelajah ke pelbagai modern, berdaulat, dan terhormat belahan dunia. Di beberapa bagian kepulauan Indonesia, budaya represif yang lama mencengkeram Hindu dan Budha bersentuhan dengan beragam bentuk tradisi lun 1945, dan pemerintahan Orde pribumi, dengan lingkup perubahan berbeda-beda, serta memberi

I periode itu terbukti bahwa proyek makna baru bagi tradisi leluhur masyarakat setempat (lihat Chalmers ern jauh lebih suI it daripada yang 2006: terutama Bab 2, 4). Apa yang kemudian secara beragam dikenal endukungnya. Salah satu penyebab sebagai budaya 'Jawa', Kejawen, atau mistisisme Jawa merupakan kemajemukan dan tidak adanya contoh asimilasi lintas-tradisi semacam itu. Besarnya pengaruh antara pelbagai kekuatan so sial Kejawen di Indonesia disebabkan beberapa faktor, termasuk besarnya sia. Untuk memahami persoalan jumlah dan kekuasaan para penganutnya dalam susunan kehidupan nemahami ruang bagi budaya pop negara-bangsa (seringkali dicapai dengan mengabaikan tradisi nawar di tengah kontestasi politik lain, terutama tradisi dari kepulauan di Indonesia bagian Timur), lundur beberapa dekade sembari serta sumbangsih ilmu pengetahuan kolonial dan pasca-kolonial 3.h atas proyek menjadi-Indonesia dalam mewacanakan pokok persoalan tersebut. Bahkan dalam hal Ig. ini, penyebutan budaya 'Jawa' atau Kejawen hanyalah sebuah cara sederhana untuk menyebut sesuatu yang jauh lebih rumit, dan telah dipersoalkan dan diperdebatkan oleh banyak peneliti, terutama sejak Diunduh dari

14 BUDAYA POPULER DI INDONESIA terbitnya kajian klasik Clifford Geertz (1964, lihat juga Pemberton setara dan secara rasional mal 1994). Ke-Jawa-an (dalam pengertian mana pun) tidak pernah sejarah; dan bergantung pada dipahami seeara tunggal dan seragam oleh penduduk di pulau Jawa, sifatnya sekular, atau setidaknya termasuk mereka yang telah dikenal atau mengenali-dirinya sebagai hukum, serta nilai moral yang b etnis Jawa, dan anggota kelompok sub-etnisnya. Di satu sisi, keberhasi Dari ketiga kekuatan modern yang turut membentuk wajah Indonesia bisa dipahami seba~ Indonesia,3 Islam merupakan kekuatan modernis yang paling awal kekuatan utama itu. Meskipu menginjakkan kaki di bumi Nusantara. Sementara dua yang lainnya hidup berdampingan, membau meliputi pelbagai eorak ali ran pemikiran yang diilhami liberalisme komposisinya untuk kurang ] dan Marxisme. Tidak mudah memberi istilah yang persis untuk kedua keempatnya juga berkali-kali t€ arus budaya ini. Istilah developmentalis sesekali digunakan untuk atau gesekan perpecahan, ket menyebut mereka yang me me gang teguh prinsip dasar liberalisme, di Kadang-kadang ketegangan 1 masa lamp au dan kini. Yang tidak kalah membingungkanadalah istilah berdarah. Keadaan demikian ti 'kiri', atau 'populis' yang digunakan untuk menunjuk orang-orang Yang membedakan Indonesia d, yang memperlihatkan simpati atau dukungan pada ajaran Marxisme, Malaysia dan Brunei yang kent atau setidaknya menunjukkan pemikiran dan kiblatyang dipengaruhi dipenuhi penganut Budha, atal ajaran Marxian. Perlu ditekankan bahwa ada lebih dari beberapa sekelas Singapura) adalah kesei turunan, varian, dan sebutan bagi kiblat moral, intelektual, dan politik nyaris merata di empat kekuat ketiga kekuatan ini. Ketiga kekuatan modern ini pun ditampilkan stabilitas sementara bisa terjadi di sini tidak lebih sebagai tipe ideal. Dalam kenyataannya, empat kekuatan itu berkuasa lebih u kekuatan tersebut lebih sulit dibedakan. Belum lagi adanya pengaruh yang terjadi selama masa penj2 faktor-faktor lain yang melintas batas kategorisasi (termasuk kelas, Baru.Keduanyasungguh-sungg gender, dan etnisitas) makin memperumit perbineangan tentang anti-Islam, dan anti-komuni mereka. Sebab, seperti halnya bangsa lain, orang Indonesia memiliki terse but juga mudah bekerja sa lebih dari satu identitas, dan kadang-kadang beberapa bagian dari mendasar di antara mereka, ked identitas tersebut tampak menonjol. (sebagaimana di masa perjuang Dalam sejarah Indonesia, para pendukung dari keempat kekuatan otoritarianisme ketentaraan Or' utama di atas pernah rukun dan saling menghormati, namun lebih Ketegangan yang terus mel sering mereka saling euriga dan menampik. Ketiga kekuatan yang hampir ke seluruh sendi kehidt berkomitmen tinggi pada modernitas berbeda dari kekuatan sosio­ sejarahnya hingga kini. Namt kultural yang pertama. Di sini 'modernitas' dipahami sebagai ketegangan ini dan ancaman kombinasi dari beberapa karakter berikut: eita-eita dan optimisme selalu muncul ke permukaan. I terhadap gaga san kemajuan dalam sejarah; memisahkan diri dengan budaya pop Indonesia diciptakc mas a lalu; pereaya dan merayakan keyakinan akan perlunya manusia ketegangan yang sangat halus, n sebagai makhluk penentu sejarah (berlawanan dengan paham yang film Selamat Tinggal Jeanette menganggap adanya kodrat yang sudah ditentukan terlebih dahulu, Orde Baru, dan dianalisis den takdir atau kekuatan supernatural lain); menghargai manusia seeara (1990). Pertarungan politik dala Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 15

Geertz (1964, lihat juga Pemberton setara dan secara rasional mampu menghasilkan kemajuan dalam 1gertian mana pun) tidak pernah sejarah; dan bergantung pad a kekuatan ilmu dan teknologi yang 'agam oleh penduduk di pulau Jawa, sifatnya sekular, atau setidaknya non-metafisis, bertindak berdasarkan enal atau mengenali-dirinya sebagai hukum, serta nilai moral yang bersifat universa1.4 k sub-etnisnya. Di satu sisi, keberhasilan pembangunan negara-bangsa em yang turut membentuk wajah Indonesia bisa dipahami sebagai keberhasilan merukunkan empat ,J,:uatan modernis yang paling awal kekuatan utama itu. Meskipun kekuatan-kekuatan terse but telah .antara, Sementara dua yang lainnya hidup berdampingan, membaur dalam keberagaman dan mengubah 'emikiran yang diilhami liberalisme komposisinya untuk kurang lebih selama satu abad, hubungan nberi istilah yang persis untuk kedua keempatnya juga berkali-kali terganggu oleh ketegangan mendalam mentalis sesekali digunakan untuk atau gesekan perpecahan, ketimbang hasrat saling menghormati. 19 teguh prinsip dasar liberalisme, di Kadang-kadang ketegangan tersebut meledak menjadi konflik kalah membingungkanadalah istilah berdarah. Keadaan demikian tidak unik dalam masyarakat modern. ikan untuk menunjuk orang-orang Yang membedakan Indonesia dari negara tetangga lainnya (termasuk au dukungan pada ajaran Marxisme, Malaysia dan Brunei yang kental dipengaruhi Islam, Thailand yang mikiran dan kiblat yang dipengaruhi dipenuhi penganut Budha, atau negeri developmentalis dan sekular :ill bahwa ada lebih dari beberapa sekelas Singapura) adalah keseimbangan pembagian kekuasaan yang kiblat moral, intelektual, dan politik nyaris merata di empat kekuatan utama terse but. Perdamaian atau latan modern ini pun ditampilkan stabilitas sementara bisa terjadi bilamana ada satu di antara keempat ideal. Dalam kenyataannya, empat kekuatan itu berkuasa lebih unggul dari ketiga yang lain, seperti ·dakan. Belum lagi adanya pengaruh yang terjadi selama masa penjajahan Belanda dan masa rezim Orde batas kategorisasi (termasuk kelas, Baru. Keduanya sungguh-sungguh menganut ajaran develop mentalis, 1emperumit perbincangan tentang anti-Islam, dan anti-komunis. Sebaliknya, beberapa kekuatan ngsa lain, orang Indonesia memiliki tersebut juga mudah bekerja sarna dan menyimpan segala perbedaan dang-kadang beberapa bagian dari mendasar di antara mereka, ketika harus menghadapi musuh bersama 10 1. (sebagaimana di masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, dan a pendukung dari keempat kekuatan otoritarianisme ketentaraan Orde Baru). saling menghormati, namun lebih Ketegangan yang terus melanda keempat kekuatan itu menyebar menampik. Ketiga kekuatan yang hampir ke seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia sejak awal nitas berbeda dari kekuatan sosio- sejarahnya hingga kini. Namun karena masalahnya sangat peka, Ii 'modernitas' dipahami sebagai ketegangan ini dan ancaman meledak menjadi kekerasan tidak ~r berikut: cita-cita dan optimisme selalu muncul ke permukaan. Dalam latar belakang semacam itulah n sejarah; memisahkan diri dengan budaya pop Indonesia diciptakan dan dikonsumsi. Salah satu bentuk 1 keyakinan akan perlunya manusia ketegangan yang sangat hal us, namun agak kuat, dapat disimak dalam 1 (berlawanan dengan paham yang film Selamat Tinggal Jeanette yang diproduksi di masa berjayanya sudah ditentukan terlebih dahulu, Orde Baru, dan dianalisis dengan sangat baik oleh Keith Foulcher 1 lain); menghargai manusia secara (1990). Pertarungan politik dalam budaya pop yang lebih blak-blakan Diunduh dari

16 BUDAYA POPULER DI INDONESIA bisa ditemukan dalam periode awal kemunculan penyanyi dan penari emosional. Sebaliknya Trima seo dangdut Inul Daratista. Waktu itu Orde Baru belum lama runtuh sekolah. Ia pemalu, terutama da dan Indonesia tengah mengalami tahun-tahun demokratisasi. Masa terhadap anak-majikan-sekaligu ini ditandai oleh tidak adanya satu kekuatan sosial yang menikmati itu. Ketika pernikahan mereka b posisi istimewa tak tertandingi di pucuk kekuasaan politik. Kita akan Suryono dan kembali ke Eropa. B menyimak lebih lanjut dua kasus ini di dua bagian berikut ini. memperkosa Trima sehingga hami pihak, Trima berhenti dari peker Tawar-menawar Keindonesiaan di Masa Orde Baru dengan membawa cerita bohong b, dirinya. Film Seiamat Tinggal Jeanette yang sukses secara komersial di tahun Sebenarnya ada sosok peremI 19B7 jelas dibuat semata sebagai hiburan. 5 Saya menonton film itu dalam cerita itu, yakni ibu Suryonc di masa-masa awal peredarannya di Indonesia. Kritik dan analisis selingkuh, menyisakan kenangan p Foulcheryang mendalam (1990) menyeret kembali ingatan saya akan sangat dekat dengan Suryono, anal film tersebut, dan membujuk saya untuk melihatnya secara berbeda. keluarga yang tersisa. Ia sangat . Foulcher menunjukkan bagaimana film terse but menjadi bukti bahwa perilaku-selingkuh ayahnya. San kekuatan hegemonik negara dapat memberi kesempatan pihak non­ Suryono tidak menyetujui pernik negara untuk menghasilkan kisah fiksi dengan kesan kebebasan, bule. Tentu dia juga tidak berha meskipun tindakan produksi dan konsumsi kisah itu sendiri tidaklah yang serius dengan Trima, si pel pernah otonom. Dapat dikatakan mereka yang terlibat produksi dan sebagai seorang priyayi, kehamila! konsumsi film secara tidak langsung (kebanyakan secara tidak sadar) hanya menegaskan bahwa kalangc sudah ambil bagian dalam proses reproduksi ideologi yang dominan kelompok rendahan yang hina dala kala itu. Walaupun Foulcher (1990: 306-9) lebih mampu meringkas Sangat mirip dengan emp, kisah dari film itu daripada saya, ulasan singkat di bawah ini akan Indonesia, hubungan antara Sury( berguna bagi pembahasan kita. dengan pandangan umum di Indofli Film terse but menceritakan kisah asmara Suryono, seniman sekaligus ditakutkan (Jeanette); te yang berlatar belakang keluarga priyayi (aristokrat kelas-menengah) keluguan, kesucian, dan ketulusan y Jawa, dengan dua perempuan. Perempuan pertama adalah Jeanette, pantas dieksploitasi dan dicampal< istri Suryono yang berasal dari Prancis; yang kedua yaitu Trima, Jawa modern (ibunya Suryono) se pembantu rumah tangga di rumah ibu Suryono yang terletak di berdirinya negara-bangsa Indonesi kota Solo (salah satu dari dua kota besar yang jadi pusat budaya bangsa ditampilkan bergender rna. Jawa, selain Yogyakarta). Dikisahkan Suryono dan istrinya tinggal yang lain karena memiliki kuasa ( di rumah ibunya. Jeanette dan Trima punya karakter yang saling lainnya, yang semuanya bergend( bertentangan. Jeanette berpandangan luas, penuh percaya diri, dan menyatukan semua unsur dan toke sepenuhnya modern, jika bukan berlebihan. Sesuai dengan stereotip kendali satu pihak tidak pernah bE umum Asia soal budaya 'liberal' ala Barat, Jeanette ditampilkan yang terjadi dalam pembangunan-b sebagai perempuan dari keluarga kaya, ketagihan narkoba di masa cerita, Suryono menikahi Trima. J lalu, dan datang ke Indonesia untuk mencari ketenangan spritual dan seorang bayi (anak Suryono) dan rn Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 17

:v.al kemunculan penyanyi dan penari emosional. Sebaliknya Trima seorang gadis desa yang tidak pernah I itu Orde Baru belum lama runtuh sekolah, Ia pemalu, terutama dalam hal menyatakan perasaannya mi tahun-tahun demokratisasi. Masa terhadap anak-majikan-sekaligus-majikan yang sudah menikah ;.atu kekuatan sosial yang menikmati itu. Ketika pernikahan mereka berantakan, Jeanette meninggalkan :Ii pucuk kekuasaan politik Kita akan Suryono dan kembali ke Eropa. Beberapa waktu kemudian, Suryono 5 ini di dua bagian berikut inL memperkosa Trima sehingga hamil. Demi menutupi rasa malu semua pihak, Trima berhenti dari pekerjaannya dan kembali ke kampung aan di Masa Orde Baru dengan membawa cerita bohong bahwa ada pencuri yang memperkosa dirinya. rng sukses secara komersial di tahun Sebenarnya ada sosok perempuan lain yang tidak kalah penting Ii hiburan.s Saya menonton film itu dalam cerita itu, yakni ibu Suryono. Kematian suaminya, yang pernah ya di Indonesia. Kritik dan analisis selingkuh, menyisakan kenangan pahit tentang pernikahan mereka. Ia menyeret kembali ingatan saya akan sangat dekat dengan Suryono, anak tunggal dan satu-satunya anggota ~-a untuk melihatnya secara berbeda. keluarga yang tersisa. Ia sangat berharap anaknya tidak mewarisi rla film tersebut menjadi bukti bahwa perilaku-selingkuh ayahnya. Sampai di penghujung cerita, ibu lat memberi kesempatan pihak non- Suryono tidak menyetujui pernikahan anaknya dengan perempuan 5ah fiksi dengan kesan kebebasan, bule. Tentu dia juga tidak berharap anaknya menjalin hubungan 1 konsumsi kisah itu sendiri tidaldah yang serius dengan Trima, si pembantu. Dari sudut pandangnya, 1 mereka yang terlibat produksi dan sebagai seorang priyayi, kehamilan Trima di luar ikatan pernikahan ung (kebanyakan secara tidak sadar) hanya menegaskan bahwa kalangan petani kelas-bawah merupakan 5 reproduksi ideologi yang dominan kelompok rendahan yang hina dalam tatanan masyarakat Jawa. 90: 306-9) lebih mampu meringkas Sangat mirip dengan empat kekuatan yang membentuk l. ulasan singkat di bawah ini akan Indonesia, hubungan antara Suryono dan ketiga wanita itu serupa dengan pandangan umum di Indonesia tentang Barat yang diidamkan, 1 kisah asmara Suryono, seniman sekaligus ditakutkan (Jeanette); tentang tradisi lokal daerah penuh priyayi (aristokrat kelas-menengah) keluguan, kesucian, dan ketulusan yang dianggap kaum elit mudah dan ~rempuan pertama adalah Jeanette, pantas dieksploitasi dan dicampakkan (Trima); dan tentang priyayi Prancis; yang kedua yaitu Trima, Jawa modern (ibunya Suryono) sebagai induk dan pendahulu bagi nah ibu Suryono yang terletak di berdirinya negara-bangsa Indonesia (Suryono). Secara jelas negara­ wta besar yang jadi pusat budaya bangsa ditampilkan bergender maskulin, membedakan dirinya dari lkan Suryono dan istrinya tinggal yang lain karena memiliki kuasa dan gairah terhadap ketiga sosok Trima punya karakter yang saling lainnya, yang semuanya bergender perempuan. Keinginan untuk 'lgan luas, penuh percaya diri, dan menyatukan semua unsur dan tokoh dalam cerita film ini di bawah )erlebihan. Sesuai dengan stereotip kendali satu pihak tidak pernah berhasil sepenuhnya, persis seperti t' ala Barat, Jeanette ditampilkan yang terjadi dalam pembangunan-bangsa Indonesia. Menjelang akhir kaya, ketagihan narkoba di masa cerita, Suryono menikahi Trima. Jeanette kembali ke Solo dengan lk mencari ketenangan spritual dan seorang bayi (anak Suryono) dan mengetahui keadaan Suryonoyang Diunduh dari

.,...... : .. 1lJi1"'!'7J r~ ndak rujuk dengan suaminya namun Kedekatan Rhoma Irama de

.,.iWIW "'''i~j :i:'t~ ~J.arrya. berkat si bayi yang bam lahir. Kedua Partai Persatuan Pembangunan JEiEDUiIiiiii'I 1::: ~ dikecewakan oleh suami masing-masing. musik (dangdut) atau lirik musik ] ~ ~~ ~ ke(:ewa terhadap tokoh utama lelaki dalam film tanggapan keras pemerintah. Dan~ r::.... televisi milik-negara yang ada saat -:-412 ~Ia membahas lebih jauh anal isis Foulcher, sebagaimana Ironisnya, tekanan dan penistaan :-_ 2..-: :-.a:: ini, akan tampaklenyapnyaduakekuatan utama pembentuk musik ini jadi lambang pembang :::-:==nesia lainnya dalam Selamat Tinggal Jeanette. Tidak ada unsur menengah Indonesia di perkota, yang bisa dikenali sebagai Islam atau Marxis. Sudah banyak yang itu, dalam sebuah tikungan sejarc membahas pembantaian orang-orang kiri di Indonesia sejak tahun berubah, tidak ada partai politik (t 1965. Baik pemimpin maupun pengikutnya dibunuh, dimejahijaukan, Golkar) yang dapat mengabaika atau dibuangtanpa pengadilan selama 10 tahunatau lebih. Hinggadetik pemilihan umum. Sejarah politik d ini, mereka yang bertahan hidup dan keluarganya masih mengalami dalamnya, kembali bembah secar, pencemaran nama baik secara sistematis.6 Beberapa kelompok dari Bam di tahun 1998. Sebelum kita n organisasi sosial yang bernafaskan Islam (dan juga sekelompok kedl pada perbincangan tentang hubun Kristen) mengambil bagian dalam gelombang pembunuhan anti­ Bam. Kiri dan perbuman sisa-sisa Komunis pada masa-masa sesudahnya. Sikap rezim Orde Bam terh Namun, tidak lama kemudian, kelompok Islam yang dipolitisasi ini akhir tahun 198o-an, dan politil pun kemudian digilas rezim mil iter bam, padahal sebelumnya mereka kebangkitannya pada tahun 199C membantu rezim ini merampas kekuasaan negara. Banyak pimpinan mulai renta itu melakukan seran politik Islami dipenjarakan, dan pelbagai organisasi sosial Islami pendek,8 Soeharto membebaskan dikekang. Penindasan selama 20 tahun terhadap kelompok Islam, dari penjara sebelum masa huku secara ironis malah menjadikan periode itu sebagai mas a anti-politik di mang pengadilan di beberapc Muslim terbesar dalam jangka waktu yang panjang di negara dengan dengan tuduhan menghina Islar. penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia (TAPOL 1987). ragam kelompok Islam, termasuk Di masa itulah muncul bintang pop istimewa bernama Rhoma dari upayanya membangun pers Irama. Dialah orang pertama yang secara tegas muncul di hadapan perpecahan dalam tubuh elit politik publik dengan identitas Islam. Lirik-lirik dalam musiknya mengacu cengkeramannya terhadap kekuas< pada Islam dan sarat kritik so sial yang menyengat status quo. Rhoma tiba-tiba ia memutuskan untuk pert Irama mengabdikan bakatnya pada ragam musik dangdut (campuran haji ke Mekkah di penghujung ka unsur-unsur musik Melayu, India, dan Arab), sesuatu yang pada larangan berjilbab bagi para siS\. masa itu masih dianggap bermutu rendah, kasar, dan berselera sulungnya mulai mengenakan jill: artistik buruk,7 Namun, dengan berbekal instrumen musik Barat, dan hadapan masyarakat luas. Jumlah 1 Pembatasan pemerintah atas izin terilhami musik pop Barat mutakhir, Rhoma Irama mencetak sejarah dibatalkan, dengan peluncuran Rep bam di belantika musik dangdut, bahkan dalam ranah budaya pop beberapa tahun terakhir yang ber Indonesia secara umum (Frederick 1982; Lockhard 1998: 94-105). Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAlNGAN IDENTITAS 19

1 tidak rujuk dengan suaminya namun Kedekatan Rhoma Irama dengan partai politik berbasis Islam l. berkat si bayi yang baru lahir. Kedua (Partai Persatuan Pembangunan), dan bukan soal pilihan ragam cewakan oleh suami masing-masing. musik (dangdut) atau lirik musik yang sarat kritik sosial, mengundang hadap tokoh utama lelaki dalam film tanggapan keras pemerintah. Dangdut dicekal di satu-satunya jaringan televisi milik-negara yang ada saat itu (TVRI) serta di tiap stasiun radio. iauh analisis Foulcher, sebagaimana Ironisnya, tekanan dan penistaan terhadap dangdut justru membuat l p nya d ua kekuatan utama pembentuk musik ini jadi lambang pembangkangan politik orang-orang kelas­ ar Tingga/ jeanette. Tidak ada unsur menengah Indonesia di perkotaan. Kira-kira satu dekade setelah m atau Marxis. Sudah banyak yang itu, dalam sebuah tikungan sejarah yang lain, semuanya mendadak ·orang kiri di Indonesia sejak tahun berubah, tidak ada partai politik (termasuk partai politik pemerintah, ~ngikutnya dibunuh, dimejahijaukan, Golkar) yang dapat mengabaikan jasa dangdut dalam kampanye lamalOtahunataulebih. Hinggadetik pemilihan umum. Sejarah politik dangdut, dan posisi Rhoma Irama di ? dan keluarganya masih mengalami dalamnya, kembali berubah secara dramatis sejak tumbangnya Orde ,L<;tematis. 6 Beberapa kelompok dari Baru di tahun 1998. Sebelum kita menelaah hal ini, kita perlu kembali an Islam (dan juga sekelompok kecil pada perbincangan tentang hubungan Islam, politik, dan rezim Orde lam gelombang pembunuhan anti­ Baru. mums pada masa-masa sesudahnya. Sikap rezim Orde Baru terhadap Islam mulai berubah pada ~elompok Islam yang dipolitisasi ini akhir tahun 198o-an, dan politik Islam menemukan momentum :er baru, padahal sebelumnya mereka kebangkitannya pada tahun 1990, ketika Presiden Soeharto yang kek-uasaan negara. Banyak pimpinan mulai renta itu melakukan serangkaian gerakan politik berjangka 8 n pelbagai organisasi sosial Islami pendek. Soeharto membebaskan sejumlah pemimpin politik Islam o tahun terhadap kelompok Islam, dari penjara sebelum masa hukuman mereka berakhir, sementara peri ode itu sebagai masa anti-politik di ruang pengadilan di beberapa kota ada banyak orang diadili aJ.-"tu yang panjang di negara dengan dengan tuduhan menghina Islam. Soeharto merangkul pelbagai )esar di dunia (TAPOL 1987). ragam kelompok Islam, termasuk kelompok radikal, sebagai bagian tang pop istimewa bernama Rhoma dari upayanya membangun persekutuan baru untuk mengatasi ng secara tegas muncul di hadapan perpecahan dalam tubuh elit politik dan militer, dan mempertahankan jrik-lirik dalam musiknya mengacu cengkeramannya terhadap kekuasaan negara. Di tahun yang sarna yang menyengat status quo. Rhoma tiba-tiba ia memutuskan untuk pertama kalinya melaksanakan ibadah da ragam musik dangdut (campuran haji ke Mekkah di penghujung karier politiknya. Ia pun mencabut ha, dan Arab), sesuatu yang pada larangan berjilbab bagi para siswi di sekolah. Anak perempuan rlutu rendah, kasar, dan berselera sulungnya mulai mengenakan jilbab dalam setiap penampilan di lerbekal instrumen musik Barat, dan hadapan masyarakat luas. Jumlah masjid mendadak berlipat ganda. Pembatasan pemerintah atas izin penerbitan suratkabar baru pun llir, Rhoma Irama mencetak sejarah dibatalkan, dengan peluncuran Republika, suratkabar pertama dalam t, bahkan dalam ranah budaya pop beberapa tahun terakhir yang bercorak Islam, di bawah naungan :k 1982; Lockhard 1998: 94-105). Diunduh dari

20 BUDAYA POPULER OJ INDONESIA

organisasi Islam nasional yang juga baru terbentuk kala itu, ICMI Pad a tahun 1990-an, sebago: (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). kewenangan memillihanggota pal Saya pernah membahas secara lebih rinci tentang munculnya legislatif dengan komposisi yang kelompok muslim 'baru' yang semenjak awal melebur dengan kelas­ (mengacu pada warna bendera p borjuis kira-kira sejak pertengahan tahun 1980-an hingga pertengahan dibanding masa-masa sebelumnJ tahun 1990-an (Heryanto 1999: 173-76). Sejak saat itu banyak toko buku dan 'lebih hijau' ketimbang yan~ mulai menyediakan tempat khusus bagi buku-buku Islami. Selama Hal yang sarna terjadi pula untul< Ramadhan, banyak restoran dan mal kelas-atas yang disibukkan Dengan cepat gejala ini kemu dengan kedatangan keluarga-keluarga Muslim untuk merayakan proses penunjukan pejabat admi bulan sucinya. Beberapa hotel bintang lima kerap menggelar peragaan rendah, hingga di pelbagai provi busana muslimah. Industri hiburan dan penyelenggara acara budaya Bagi beberapa pengamat, proses pop pun tidak mau melewatkan kesempatan itu, mereka mengambil satu pemicu rangkaian panjang keuntungan dengan merumuskan ulang apa yang laris untuk agama di beberapa kepulauan In diperdagangkan. Menjadi seorang Muslim (baru) tiba-tiba terasa (Bertrand 2001, van Klinken 2C begitu 'keren', merujuk pada apa yang disebut Murray (1991) sebagai dan pemukanya menikmati ata 'Islamic Chic'. Secara singkat, saya memahami perubahan dramatis diprakarsai Soeharto. Kelompok dalam identitas Muslim terse but sebagai berikut: atas politisasi agama yang terja lebih plural, liberal, dan inklus Lenyaplah sudah makna lama yang ketat untuk 'agama' dan era kekuasaan Soeharto, kalanga 'politik', serta pagar batas yang memisahkan keduanya dari 'gaya diancam dan disingkirkan secar2 hid up'. Bagi kalangan Islam Indonesia mutakhir, pelbagai citra represif terse but menimbulkan r lama yang akrab sudah digantikan oleh citra yang baru. Kaitan gelombang demokratisasi yang Islam dengan kemiskinan di pedesaan, dogmatisme agama, Timur pada tahun 1998. Tengah, semangat anti-Cina, atau anti-Barat, dan kelompok fundamentalis yang berusaha mendirikan negara Islam, kini Inulmania: Menguji Islamisa! bercampur dengan citra baru. Kini Islam dikaitkan dengan Selama beberapa dekade terak acara-acara talk show di televisi, pelbagai kartu nama dengan empat kekuatan ideologi di IndO! mencantumkan gelar Ph.D dari universitas-universitas Barat yang terkemuka, debat intelektual yang canggih, telepon genggam dan sengit, dan sarat muatan, daripac makan ketupat Ramadhan di McDonald. soal penampilan penyanyi-pena (Heryanto 1999: 176) 2003. Dua tahun kemudian terja Indonesia gara-gara RancangaI Dalam satu dekade kemudian, beberapa kecenderungan itu menjadi Usulan tersebut diajukan bebel hal yang normal, beberapa yang lain tampak berlangsung lebih mendapatkan dukungan banyak meluas atau lebih seru. Sementara itu ada pula yang lebih melunak, melihat 'Inulmania' dan kegagalc terutama gara-gara perang terhadap teror ikut campur dan membuat alasan munculnya rancangan un suasana semakin rumit. menindas Inul dan kemudian me ~II"

'I"~~M~

Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 21

; juga baru terbentuk kala itu, IeMI Pad a tahun 1990-an, sebagai pejabat eksekutif yang memiliki ldonesia). kewenangan memillihanggota parlemen, Soeharto menyusun lembaga :cara lebih rinei tentang muneulnya legislatif dengan komposisi yang saat itu lazim disebut 'lebih hijau' emenjak awal melebur dengan kelas­ (mengacu pada warna bendera partai Islam). Yang jelas 'lebih hijau' Ian tahun 1980-an hingga pertengahan dibanding masa-masa sebelumnya, dalam seluruh sejarah Indonesia, ::-3-76). Sejaksaatitu banyaktoko buku dan 'lebih hijau' ketimbang yang sebelumnya diduga banyak orang. usus bagi buku-buku Islami. Selama Hal yang sarna terjadi pula untuk jabatan kabinet negara dan militer. :an mal kelas-atas yang disibukkan Dengan eepat gejala ini kemudian menyebar hampir ke semua keluarga Muslim untuk merayakan proses penunjukan pejabat adminstrasi negara di tingkat yang lebih ntang lima kerap menggelar peragaan rendah, hingga di pelbagai provinsi yang jauh dari ibu kota Jakarta. Iran dan penyelenggara acara budaya Bagi beberapa pengamat, proses inilah yang kemudian menjadi salah I kesempatan itu, mereka mengambil satu pemieu rangkaian panjang perseteruan antar-etnis dan antar­ skan ulang apa yang laris untuk agama di beberapa kepulauan Indonesia pada masa pergantian abad ang Muslim (baru) tiba-tiba terasa (Bertrand 2001, van Klinken 2001). Tidak semua organisasi Islam a yang disebut Murray (1991) sebagai dan pemukanya menikmati ataupun mendukung perubahan yang aya memahami perubahan dramatis diprakarsai Soeharto. Kelompok Muslim yang lebih mandiri khawatir t sebagai berikut: atas politisasi agama yang terjadi, dan mendesak demokrasi yang lebih plural, liberal, dan inklusif Menjelang tahun-tahun terakhir lama yang ketat untuk 'agama' dan era kekuasaan Soeharto, kalangan Muslim pluralis dan organisasinya ;ang memisahkan keduanya dari 'gaya dianeam dan disingkirkan seeara sistematis. Namun, justru tindakan m Indonesia mutakhir, pelbagai citra represif terse but menimbulkan reaksi massa lebih besar dan menjadi ~pntikan oIeh citra yang baru. Kaitan gelombang demokratisasi yang mendorong runtuhnya Orde Baru i pedesaan, dogmatisme agama, Timur pada tahun 1998. ma. atau anti-Barat, dan kelompok ;.aha mendirikan negara Islam, kini Inulmania: Menguji Islamisasi Indonesia baru. Kini Islam dikaitkan dengan eleYisi, pelbagai kartu nama dengan Selama beberapa dekade terakhir, bel urn pernah ada persaingan dari universitas-universitas Barat yang empat kekuatan ideologi di Indonesia yang berlangsung lebih terbuka, al yang canggih, telepon genggam dan sengit, dan sarat muatan, daripada yang tampil dalam silang pendapat Ii ~&Donald. soal penampilan penyanyi-penari dangdut, Inul Daratista di tahun (Heryanto 1999: 176) 2003. Dua tahun kemudian terjadi perdebatan sengit yang membelah Indonesia gara-gara Raneangan Undang-Undang Anti-Pornografi. eberapa keeenderungan itu menjadi Usulan tersebut diajukan beberapa partai yang berbasis Islam dan ng lain tampak berlangsung lebih mendapatkan dukungan banyak pihak di luar parlemen. Banyak yang ITa itu ada pula yang lebih melunak, melihat 'Inulmania' dan kegagalan mengekang Inul sebagai salah satu ::lap teror ikut eampur dan membuat alasan muneulnya raneangan undang-undang itu. Gerakan yang ingin menindas Inul dan kemudian mengajukan rancangan undang-undang f Diunduh dari

:xrru pun dianggap beberapa pengamat sebagai bagian dari upaya para ~ tanah kelahirannya sendiri, hir politisi dan organisasi sosial Islam untuk lebih mengislamkan negara :-:.anya dikenal di segelintir kota-k( Indonesia (Hosen 2005; Allen 2007). Perdebatan yang kelihatannya -:-engah. Tak lama kemudian berkat hanya mempersoalkan hiburan rakyat atau pornografi terse but, :nenjelma menjadi ikon budaya pOJ sebenarnya mempertaruhkan nasib persatuan dan masa depan sebuah ~yangan siapa pun, bahkan mimpi negara dengan kepadatan penduduk tertinggi keempat di dunia. Pad a tahun 1980-an, sebagai Kemunculan Rhoma Irama, seperti dipaparkan sebelumnya, J.ayaran Rp 3.500,- sekali tampil (B. bisa dipahami sebagai bagian dari upaya pembangkangan politik 2003; Kompas 2oo3C). Satu dekad dari kelompok Islam terhadap Orde Baru sebagai tanda dimulainya :\p. 10.000 - Rp. 15.000 setiap kali era Islamisasi baru di Indonesia, dan ketenaran Inul memperumit khitanan, atau pentas seni daerah kecenderungan itu. Ada satu perbedaan lain yang perlu dicatat di ?ada awal tahun 2003, pendapatan I sini. Musik Rhoma Irama tampil ke permukaan dengan pesan-pesan Rp. 700.000.000 (Abhiseka 2003) al politik keras. Dengan menampilkan politik identitas baru dan pesan satu kali penampilan (Mustafa dkk. moral, dia menanggung risiko menghadapi serangan balik dari militer. pendapatan sebesar itu Inul menjad Ternyata ia memang sungguh harus membayar mahal. Sedangkan yang dilanda krisis ekonomi be: penampilan Inul tidak punya agenda politik macam itu. Ia tidak rerutama bersumber dari pelbagai i membuat pernyataan politik apa pun, dengan merayakan kenikmatan Setiap 60 menit pertunjukan Inul pal jasmaniah dengan bernyanyi dan menari. Meskipun demikian, bisa meraup keuntungan sebesar Rp penampilannya dipahami secara berbeda, dengan segera memicu pro 2003).10 dan kontra yang padat muatan politik, mula-mula di tingkat lokal, Sebelum tahun 2003, Inul men namun kemudian menjalar hingga ke pusat perpolitikan nasional. rermasukalbum berbahasa Inggris 1\ Inul (panggilan akrabnya) lahir pada 21 Januari 1979 dengan nama Pacar Asli, Cinta Suci, dan Mbah D Ainur Rokhimah. Ia anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan itu tidak ada yang bisa dikatakan ~ Abdullah Arnan dan Rufia, yang tinggal di Gempol, kota kecil di Jawa tertentu, ketenarannya di tahun 20( Timur. Perubahan namanya dari yang sangat berbau Arab dan Islam teknologi digital di kalangan maS) menjadi kejawa-jawaan di awal penampilan perdananya yang sukses penting media ini perlu mendapat menggambarkan perubahan lebih besar dan dramatis pada hidup dan akan kembali membahasnya di akh statusnya. Dia merintis karier sebagai penyanyi rock di tingkat sekolah izinkan saya membandingkan jangk, menengah sebelum tampil di beberapa hotel besar di , ibu untuk menggambarkan tingkat ketl kota provinsi Jawa Timur. Merasa tidak akan bisa berhasil di belantika membahas makna perdebatan ten musik rock, pada tahun 1991 ia mengalihkan perhatiannya pada menurut beberapa pihak tidak senor musik dangdut, yang pada masa itu digemari penduduk dari desa dan Sungguh tidak mudah menaks lapisan-bawah masyarakat kota. Sebelum tahun 2000, dia mendapat Iagu Inul yang tertuang dalam sekit. kesempatan istimewa tampil di Jepang atas undangan Konsulat­ Diperkirakan seluruhnya berkisar a Jenderal Indonesia di Osaka (Bajuri 2002). Sesudah itu, ia pun tampil 2003), 6.000.000 keping (lihat Anon di beberapa negara lain termasuk Taiwan, Brunei, Malaysia, Korea, keping menu rut seorang pengamat : Belanda, dan Amerika Serikat (Bintang Indonesia 2003)' Akan tetapi melakukan penelitian lapangan di ', 1\"1,1, III".,.111\1\""·'1,,..,.-. \,

Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTlTAS 23

19amat sebagai bagian dari upaya para di tanah kelahirannya sendiri, hingga pertengahan tahun 2002, ia lTIl untuk lebih mengislamkan negara hanya dikenal di segelintir kota-kota kecil di Jawa Timur dan Jawa W07)· Perdebatan yang kelihatannya Tengah. Tak lama kemudian berkat sejumlah kondisi kesejarahan, ia n rakyat atau pornografi tersebut, menjelma menjadi ikon budaya populer paling mutakhir melampaui tSib persatuan dan masa depan sebuah bayangan siapa pun, bahkan mimpinya sendiri. Iduk tertinggi keempat di dunia. Pada tahun 1980-an, sebagai murid kelas dua, ia menerima .a, seperti dipaparkan sebelumnya, bayaran Rp 3.500,- sekali tampil (Bintang Indonesia 2003; Nurbianto dari upaya pembangkangan politik 2003; Kompas 2003C). Satu dekade kemudian ia sudah mendapat 8rde Bam sebagai tanda dimulainya Rp. 10.000 - Rp. 15.000 setiap kali tampil dalam acara pernikahan, a, dan ketenaran Inul memperumit khitanan, atau pentas seni daerah (Susanti 2002; Ojunaedi 2003). erbedaan lain yang perlu dicatat di Pada awal tahun 2003, pendapatan bulanannya -dikabarkan mencapai I ke permukaan dengan pesan-pesan Rp. 700.000.000 (Abhiseka 2003) atau sekitar Rp. 60.000.000 untuk Jean politik identitas baru dan pesan satu kali penampilan (Mustafa dkk. 2003; Nurbianto 2003).9 Oengan =nghadapi serangan balik dari militer. pendapatan sebesar itu Inul menjadi salah satu artis terkaya di negeri harus membayar mahal. Sedangkan yang dilanda krisis ekonomi berlarut-Iarut ini. Penghasilannya 1genda politik macam itu. Ia tidak terutama bersumber dari pelbagai penampilan dalam acara televisi. pun, dengan merayakan kenikmatan Setiap 60 menit pertunjukan Inul pada tahun 2003 satu stasiun televisi dan menari. Meskipun demikian, bisa meraup keuntungan sebesar Rp 900.000.000 dari pengiklan (LIN berbeda, dengan segera memicu pro 2003).10 politik, mula-mula di tingkat lokal, Sebelum tahun 2003, Inul membuat beberapa album rekaman, ga ke pusat perpolitikan nasional. termasukalbum berbahasa Inggris Two in One, kemudian Kepiye Mas?, hir pad a 21 Januari 1979 dengan nama Pacar Asli, Cinta Suci, dan Mbah Dukun. Namun dari album-album 1 dari enam bersaudara dari pasangan itu tidak ada yang bisa dikatakan sukses di pasaran. Hingga tahap tinggal di Gempol, kota kecil di Jawa tertentu, ketenarannya di tahun 2003 sangat dibantu oleh kekuatan yang sangat berbau Arab dan Islam teknologi digital di kalangan masyarakat kota kelas-bawah. Peran )enampilan perdananya yang sukses penting media ini perlu mendapat perhatian lebih lanjut, dan saya h besar dan dramatis pada hidup dan akan kembali membahasnya di akhir bagian ini. Untuk sementara, agai penyanyi rock di tingkat sekolah :zinkan saya membandingkan jangkauan peredaran album-albumnya berapa hotel besar di Surabaya, ibu :.mtuk menggambarkan tingkat ketenarannya. Kemudian saya akan tidak akan bisa berhasil di belantika :nembahas makna perdebatan tentang gaya penampilannya yang a mengalihkan perhatiannya pad a :nenurut beberapa pihak tidak senonoh. tu digemari penduduk dari desa dan Sungguh tidak mudah menaksir jumlah total penjualan lagu­ Sebelum tahun 2000, dia mendapat :agu Inul yang tertuang dalam sekitar 15 judul keping veo berbeda. I Jepang atas undangan Konsulat­ Diperkirakan seluruhnya berkisar antara 3.000.000 keping (Walsh lri 2002). Sesudah itu, ia pun tampil 1003), 6.000.000 keping (lihat Anom 2003), atau bahkan 10.000.000 k Taiwan, Brunei, Malaysia, Korea, ;":eping menu rut seorang pengamat lokal di Jawa Timur tempat saya intang Indonesia 2003). Akan tetapi ::lelakukan penelitian lapangan di awal tahun 2003. Prestasi ini Diunduh dari

J.elum pemah terjadi. Sebelumnya angka penjualan album dangdut penonton pertunjukan dangdut y2 tertinggi hanyalah 500.000 keping (Anom 2003) dan angka ini tidak :idak naik panggung, hanya tampi berubah, setidaknya sampai tulisan ini dibuat tahun 2007. Bahkan Keberhasilan Inul segera disu: angka tertinggi penjualan album musik lain di Indonesia, termasuk Untuk kebutuhan anal isis kita, Peterpan, dan para pendahulunya seperti Sheila On 7, Padi, Dewa, tahap kontroversi tersebut. Pertal Jamrud, dan Slank, hanya sedikit di atas bilangan 1.000.000 keping pencekalan berturut-turut oleh p (Mustafa dkk 2003). Inul merupakan salah satu dari segelintir orang dari Majelis Ulama setempat. K Indonesia yang masuk ulasan Time Asia. Begini majalah tersebut setelah Inul ditemukan dan diang1 mengulas debut Inul: tahun 1999 berkembang demikiaJ Polemik memasuki babak baru k2 Hanya dalam satu malam saja Inulmania melanda Indonesia, akhir bulan April 2003 (Media Indo; dan dalam hitungan mingguan Inul berjingkrak dan menguasai Lalu, satu setengah bulan kemudi, sampul depan majalah-majalah nasional terkemuka, dan muncul yang ditandai dengan kian jarangl di televisi lebih sering ketimbang sang kepala negara ... Rating hingga awal bulan Juni 2003 ketik, program TV yang menayangkannya terus bertahan di angka 14, membuatnya kembali tampil di be t jauh di atas acara-acara musik biasanya. kontroversi sarat emosi yang memE (Walsh 2003) Inul memudar cepat. Mulai tahun muncul di halaman berita nasion Penggemar Inul berasal dari segala usia di seluruh lapisan masyarakat. bulan April 2006 dengan terjadir The Jakarta Post (2003C), harian terpandang berbahasa Inggris, Islami di Jakarta atas hak-hak sipil melaporkan bahwa pensil Inul menjadi 'barang paling keren yang Undang Anti-Pornografi mencapa paling laris di pasaran' anak-anak sekolah. 'Pensil tersebut akan bagian penting dalam sejarah bl bergoyang ketika digunakan, serupa dengan goyang ngebor Inul sejarah identitas politik bangsa sec di atas panggung'. Seorang profesor ilmu fisika dari Universitas Bagi para pengkritiknya, Inu] Indonesia yang bergengsi meneliti goyangan Inul yang kontroversial dan kemerosotan moral Indonesi, untuk menjelaskan 'teori kacau' (chaos theory) kepada kalangan Indonesia. Gaya menarinya yang . non-akademik (Kebamoto 2003). Perusahaan televisi saling bersaing orang, namun menjijikkan bag] memperebutkan jam tayang Inul di stasiunnya (lihat Atmowiloto melihatnya sebagai objek seksual 2003; Mustafa dkk 2003). Partai politik pun ikut-ikutan, terutama itu bukanlah sesuatu yang aneh at Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan dan Partai Kebangkitan di Indonesia, termasuk di daerah c Bangsa, menjelang pemilihan umum presiden dan anggota parlemen pertama atau yang paling kasar dale tahun 2004 (Nurbianto 2003).11 Ada yang membandingkan Inul dengan di dalam masyarakat berlangsung beberapa art is kontroversiallain seperti Eminem (Astaga 2003; Walsh yang membuat kasusnya menja~ menyulut gerah mereka yang punya 2003), Madonna (Pambudy 2003) Michael Jackson (Kompas 2oo3g), masyarakat, termasuk kelompok-kE atau Elvis Presley (Aglionby 2003). Selama penelitian lapangan di Jawa yang kewibawaannya sedang naik . Timur pada tahun 2003, saya seringkali mendengar kasus gaduhnya Islamisasi di Indonesia. Kelompok y. Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 25 nnya angka penjualan album dangdut penonton pertunjukan dangdut yang tidak sabar dan marah bila Inul Jing (Anom 2003) dan angka ini tidak tidal< naik panggung, hanya tampil sebentar, atau muncul terlambat. ilisan ini dibuat tahun 2007. Bahkan Keberhasilan Inul segera disusuI oleh perdebatan besar-besaran. Lm musik lain di Indonesia, termasuk Untuk kebutuhan analisis kita, ada baiknya dibedakan beberapa nya seperti Sheila On 7, Padi, Dewa, tahap kontroversi tersebut. Pertama di awaI tahun 2003 saat terjadi kit di atas bilangan 1.000.000 keping pencekalan berturut-turut oleh pemerintah lokal dan fatwa agama pakan salah satu dari segelintir orang dari Majelis Ulama setempat. Khususnya pada akhir tahun 2002 Time Asia. Begini majalah tersebut setelah Inul ditemukan dan diangkat oleh industri televisi, yang sejak tahun 1999 berkembang demikian pesat (Heryanto dan Adi 2002). Polemik memasuki babak baru kala Inul berjumpa Rhoma Irama di n saja Inulmania melanda Indonesia, aI

:: 3_::,.''".'. PO?~LER DI I:>1DONESIA kecaman paling tajam. Mereka menyerukan agar masyarakat menolak terdepan dalam gerakan anti-1m penampilan Inul dalam acara mereka. Tidak jelas sejauh mana seruan atas nama PAMMI {Persatuan A para pemuka agama itu bisa dianggap sebagai larangan yang keras dan dipimpinnya, Rhoma Irama dan tegas, yang harus dipatuhi para umat. Yang jelas pernyataan tersebut Inul dan beberapa pendangdut 1, memiliki kewibawaan dan membangkitkan rasa takut yang mendalam dangdut, sesuatu yang menurutn di kalangan Muslim dan non-Muslim. dari tempat yang penuh noda da Pada tiga bulan awal tahun 2003, beberapa pemerintah daerah comberan (Pradityo 2003). RhOIT mengumumkan larangan tampilnya Inul di wilayah mereka. membawakanlaguyangdiciptaka Pernyataan itu disampaikan kepada masyarakat dengan merujuk dengan perasaan tertekan (Trionc pada seruan sebelumnya dari Majelis Ulama setempat. Harus untuk meminta maaf dalam up, digarisbawahi bahwa tidak semua pemerintah daerah maupun .\ferdeka 2oo3c). Alih-alih men kalangan Islam bersepakat dalam soal inL Beberapa di antara mereka itu malah memperburuk hubUI bahkan menyambut hangat penampilan Inul di daerah mereka, ketika sebagian besar masyarakat berl yang lain justru melarangnya. tokoh masyarakat yang membE Perlu juga diingat bahwa kontroversi ini merebak saat Majelis presiden Indonesia yang dikenall Ulama Indonesia tengah gencar menyatakan perang melawan \1elihat gelagat seperti ini, RhOI penyebaran pornografi, dan pada saat bangsa ini menyaksikan lanjutan. Dia datang menjum menjamurnya milisi sipil di pelbagai kota di Nusantara (Lihat Bab pelbagai kesalahpahaman' {Med 2). Sambil mengatasnamakan perjuangan Islam, beberapa kelompok sikapnya terhadap Inul, dan m~ laporan media yang tidak tepat s milisi ini berdemonstrasi, memekikkan ~lahu Akbar', mengenakan busana Timur Tengah, dan menyerang kelompok dan organisasi meneguk keuntungan di air kerul kemasyarakatan (seperti pejuang hak asasi manusia, buruh, atau Kendati bisa dikatakan sudah homoseksuaI) serta tempat-tempat umum yang mereka anggap kafir, dengan Rhoma Irama dan pendul merusak moral, atau anti-Islam (misalnya pelacuran, tempat judi, di hadapan umum hingga satu bul hiburan malam, rumah ibadah yang status hukumnya meragukan Tampaknya ia mengalami traum atau dicurigai menganut aliran sesat, dan rumah makan yang tetap pengunduran sementara dari dt buka selama jam-jam puasa). Dalam sebagian peristiwa ini, pelaku mendinginkan ketegangan berliI tindakan di luar hukum yang menyebabkan kerusakan bangunan Juni 2003, dengan cukup mengejl dan melakukan penyerangan fisik itu dibiarkan bebas oleh penegak Trans TV, yang secara khusus ml hukum. hadapan masyarakat. Kali ini dia Menyadari tidak berimbangnya pembagian kekuasaan di yang sangat berbeda: perpaduan d lingkar kenegaraan, yang pada masa ini berpihak pada kekuatan tetap tersenyum meski tidak mal yang mengatasnamakan Islam, para pendukung Inul cukup bijak batin yang mendalam. Acara itu j menghindari bentrokan langsung dengan pemuka agama, serta segala perancang busana papan atas; ml sentimen anti-I nul. Rasa simpati bagi Inul dan juga keprihatinan yang kelompok liberal di Jakarta dalal lebih mendalam ihwal kebebasan berbicara baru meledak tatkala Islam; dan juga upacara pelant Rhoma Irama, si Raja Dangdut, ikut angkat suara dan menjadi tokoh bawah payung sebuah perusaha, Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTlTAS 27

nenyerukan agar masyarakat menolak terdepan dalam gerakan anti-Inu!' Pada bulan April 2003, berbicara ereka. Tidak jelas sejauh mana seruan atas nama PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia) yang 199ap sebagai larangan yang keras dan dipimpinnya, Rhoma Irama dan banyak rekan sejawatnya menyebut umat. Yang jelas pernyataan tersebut Inul dan beberapa pendangdut lain telah mencemarkan kehormatan )aJlgkitkan rasa takutyang mendalam dangdut, sesuatu yang menurutnya sudah susah payah diperjuangkan lslim. dari tempat yang penuh noda dan sekarang dilemparkan kembali ke 1 2003, beberapa pemerintah daerah comberan (Pradityo 2003). Rhoma Irama melarang para penyanyi itu 1pilnya Inul di wilayah mereka. membawakan lagu yang diciptakananggota PAMMI. Pada 24April2007 epada masyarakat dengan merujuk dengan perasaan tertekan (Triono 2003), Inul menemui Rhoma Irama i Majelis Ulama setempat. Harus untuk meminta maaf dalam upaya mengakhiri perseteruan (Suara ~mua pemerintah daerah maupun Merdeka 2003C). Alih-alih menghasilkan perdamaian, pertemuan n soal ini. Beberapa di antara mereka itu malah memperburuk hubungan keduanya, dan menyebabkan tmpilan Inul di daerah mereka, ketika sebagian besar masyarakat berbalik mendukung Inu!. Salah satu tokoh masyarakat yang membela Inul tidak lain adalah mantan .ontroversi ini merebak saat Majelis presiden Indonesia yang dikenal kontroversial, Abdurrahman Wahid . car menyatakan perang melawan Melihat gelagat seperti ini, Rhoma Irama menghindari perseteruan ada saat bangsa ini menyaksikan lanjutan. Dia datang menjumpai Wahid untuk 'menjernihkan bagai kota di Nusantara {Lihat Bab pelbagai kesalahpahaman' (Media Indonesia 2oo3c), memperlunak ~rjuangan Islam, beberapa kelompok sikapnya terhadap Inul, dan menyatakan diri sebagai korban dari ~kikkan 'Allahu Akbar', mengenakan laporan media yang tidak tepat serta akal bulus industri media yang enyerang kelompok dan organisasi meneguk keuntungan di air keruh (Shofiana 2003, KCM 2003). 19 hak asasi manusia, buruh, atau Kendati bisa dikatakan sudah tercapai semacam perdamaian resmi Jat umum yang mereka anggap kafir, dengan Rhoma Irama dan pendukungnya, Inul tetap menolak tampil l (misalnya pelacuran, tempat judi, di hadapan umum hingga satu bulan lebih setelah pertemuan tersebut. )ang status hukumnya meragukan Tampaknya ia mengalami trauma berat dari peristiwa terse but, dan sesat. dan rumah makan yang tetap pengunduran sementara dari dunia hiburan itu cukup membantu alam sebagian peristiwa ini, pelaku mendinginkan ketegangan berlingkup nasional itu. Namun pada 4 menyebabkan kerusakan bangunan Juni 2003, dengan cukup mengejutkan, dia tampil di sebuah acara di ik itu dibiarkan bebas oleh penegak Trans TY, yang secara khusus menyambut kembali kehadirannya di hadapan masyarakat. Kali ini dia muncul dengan sosok penampilan ngnya pembagian kekuasaan di yang sangat berbeda: perpaduan dari seseorangyang tampak berusaha masa ini berpihak pada kekuatan tetap tersenyum meski tidak mampu menyembunyikan penderitaan para pendukung Inul cukup bijak batin yang mendalam. Acara itu juga menjadi ajang promosi seorang ~ dengan pemuka agama, serta segala perancang busana papan atas; menjadi objek pernyataan politik dari bagi Inul dan juga keprihatinan yang kelompok liberal di Jakarta dalam menanggapi intimidasi kalangan an berbicara baru meledak tatkala Islam; dan juga upacara pelantikan seorang bintang hiburan di kut angkat suara dan menjadi tokoh bawah payung sebuah perusahaan terkemuka. Acara itu mendapat Diunduh dari

28 BUDAYA POPULER Dr INDONESIA

tanggapan hangat dari masyarakat, sampai-sampai stasiun televisi itu Wartawan John Aglionby (zoe memutar ulang tayangannya untuk kedua dan ketiga kalinya dengan kontroversi Inul seperti berada rentang waktu seminggu (tepatnya pada tanggaln dan 18 Juni 2003) lebih tinggi daripada taraf yang p (Kompas 2oo3j). Semuanya terlihat baik-baik saja, kecuali kenyataan dunia, khususnya sejak kematian bahwa itulah terakhir kalinya Inul tampil dalam sebuah acara besar­ terse but bisa dipahami secara his besaran. Setelah itu dia sesekali tampil, namun lebih jarang, di konteks politiknya. Sebagaimana depan khalayak yang jumlahnya merosot, dan dengan lebih sedikit dari 30 tahun militerisme, Kejaw, pemberitaan. Ketenarannya sirna dengan begitu cepat, secepat saat ia sekularisme menikmati status isti mendapatkannya dulu. bawah cengkeraman rezim Orde 1 Dengan berlalunya gejala Inul, kita berkesempatan merenungkan juga dengan menggebu-gebu mer apa sesungguhnya makna semua peristiwa itu bagi upaya pemahaman ideologi 'kemasyarakatan' lewat sll tentang masyarakat Indonesia mutakhir, terutama berkaitan dengan perangkat nilai terse but setara c budaya populer. Dua pertanyaan segera muncul. Pertama, apakah 'Nilai-nilai Asia' yang digembar-gt kontroversi Inul menunjukkan kecenderungan Indonesia yang lebih dan beberapa negara Asia lainn) liberal, termasuk dalam masalah seksual, ataukah ini menggambarkan kenikmatan seksual dalam buday kebangkitan konservatisme baru, atau kedua-duanya? Kedua, Islam dicurigai secara politis sebc mungkinkah kontroversi tersebut membantu kita memahami sesuatu lebih penting adalah jenjang sosia yang lebih penting tentang Indonesia, di luar persoalan moralitas dan terhadap yang muda, keselarasan ~ kesusilaan seperti yang muncul ke permukaan selama ini? Dan, kalau di atas desa, bangsa di atas daerah iya, apakah sesuatu itu? Saya akan menyimpulkan sebuah jawaban di sementara konflik sosial dianggap sini, dan kemudian menguraikannya di sisa Bab ini. Hingga Orde Baru bangkrut Kontroversi soal Inul dalam hemat saya lebih bertautan dengan terse but menghadapi pembangk. persoalan politik identitas Indonesia ketimbang aspek kesusilaan kekuatan militer, Kejawen, dan dor seorang artis. Menurut ukuran Indonesia, erotisme Inul sesungguhnya penjuru. Kendati politik kedae masih terbilang jinak, namun perseteruan ideologis dari kekuatan­ mencapai kemajuan hebat dalam kekuatan utama pembentuk Indonesia tidak main-main. Kontroversi gerakan politik yang bernuansa Inul menunjukkan rentetan perseteruan ideologis tersebut. Bila yang cenderung melakukan kekel dijelaskan secara kasar, perseteruan itu melibatkan beberapa pasang moderat, atau mereka yang eks kekuatan yang saling tumpang tindih, dan menjalin kerumitan yang paling dominan dan istimewa. melintasi batas beberapa penggolongan ini: (a) semangat kedaerahanl ditandai kemajemukan, kiblat p kewenangan nasional; (b) sinkretisme Jawa/meningkatnya kesalehan perseteruan ideologis yang senl baru Islam; (c) patriarki/gerakan perempuan; (d) selera budaya tertinggi dalam kehidupan bang~ rendah/tinggi; dan (e) kesenjangan/pemberdayaan teknologi. menikmati kedudukan lebih tinggi Selanjutnya, saya akan menyimak lebih jauh kekuatan masing-masing 1990. Sehingga, popularitas Inul de pasangan ini." disebabkan secara lebih langsun: khusus ini ketimbang goyang-taria Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 29

kat. sampai-sampai stasiun televisi itu Wartawan John AgIionby (2003) dari Guardian menggambarkan ltuk kedua dan ketiga kalinya dengan kontroversi Inul seperti berada dalam 'taraf yang benar-benar :nya pada tanggaln dan 18 Juni 2003) lebih tinggi daripada taraf yang pernah saya temui di mana saja di ihat baik-baik saja, kecuaIi kenyataan dunia, khususnya sejak kematian Putri Diana'. Makna kontroversi luI tampil dalam sebuah acara besar­ tersebut bisa dipahami secara historis, dengan mempertimbangkan ali tampil, namun lebih jarang, di konteks politiknya. Sebagaimana telah kita pahami bersama, lebih a merosot, dan dengan lebih sedikit dari 30 tahun militerisme, Kejawen, bapakisme, kepribumian, dan La dengan begitu cepat, secepat saat ia sekularisme menikmati status istimewa dalam identitas nasional di bawah cengkeraman rezim Orde Baru. Selama masa itu, Orde Baru ul, kita berkesempatan merenungkan juga dengan menggebu-gebu menyebarluaskan perangkat nilai dan I peristiwa itu bagi upaya pemahaman ideologi 'kemasyarakatan' lewat slogan kekeluargaan. Bisa dikatakan nutakhir, terutama berkaitan dengan perangkat nilai tersebut setara dengan apa yang dikenal sebagai in segera muncul. Pertama, apakah 'Nilai-nilai Asia' yang digembar-gemborkan di Malaysia, Singapura, kecenderungan Indonesia yang lebih dan beberapa negara Asia lainnya.'3 Di bawah rezim macam itu, seksual, ataukah ini menggambarkan kenikmatan seksual dalam budaya 'tradisional' dibiarkan, ketaatan laru, atau kedua-duanya? Kedua, Islam dicurigai secara politis sebagai ancaman subversif, tapi yang It membantu kita memahami sesuatu lebih penting adalah jenjang so sial (lelaki atas perempuan, yang tua nesia, di luar persoalan moralitas dan terhadap yang muda, keselarasan so sial di atas hak perorangan, kota

30 BUDAYA POPULER DI INDONESIA

Akan sangat sulit bagi Inul untuk mereguk kesuksesan bila Sejak awal ada dua hal khl ia lahir 20 tahun lebih awal dan tumbuh dewasa di bawah rezim perhatian: kemampuannya meng militer sepanjang masa Perang Dingin. Saat itu teknologi digital yang logat khas Jawa-Timuran yang ke medongkrak kariernya belum ada. Aneka tradisi Jawa yang berbau Bagi mereka yang bukan orang Je erotis sebenarnya selalu bisa diterima, namun sejauh mereka hidup di Solo-Yogyakarta merupakan titik-r daerah kampung kota dan di kalangan masyarakat kota kelas-bawah, yang lebih tinggi sering dianggap dan tidak menyerbu ruang khayal masyarakat umum lewat media .\nggapan itu menyederhanakan televisi nasional. Baik politisi Islam yang taat (lawan utama Inul) yang terdapat di sisi barat Jawa maupun aktivis feminis Indonesia (pendukung setia Inul) tidak diberi Sunda), pesisir utara Jawa, dan ku ruang tumbuh subur di masa Orde Baru. lainnya yang lebih egaliter dan u olokan yang terjadi di antara Jawa Kebanggaan Daerah/Kuasa Ibu kota dianggap bersifat serba pura-pura sementara yang kedua kasar, bers Mereka yang hanya melihat dari jauh, mungkin akan dengan mudah Inul menampilkan pembawaan ra~ menyimpulkan keseluruhan kisah Inul hanya semata kisah sukses si di tahun-tahun sebelum ia mer miskin-menjadi-kaya. Namun, pandangan seperti itu mengabaikan Indonesia, Jakarta, juga punya 1 dimensi yang lebih penting dari sejarah Indonesia, yang muncul Jawa Timur, namun dipadukan de ke permukaan berkat adanya peristiwa Inul. Beruntung saya bisa dipunyai Jawa Timur. Persaingan melakukan penelitian lapangan pada awal tahun 2003 sebelum Inul kota dan lokasi industri terbesar ( menjadi 0 bjek perde batan, sehingga bisa menyaksikan proses bertahap yang terjadi di Bangkok dan (hiaI ketenarannya dari sudut pandang berbeda bila tidak dilakukan tanpa Sydney dan Melbourne. penelitian lapangan. Seringkali Inul tampil di atas panggung yang Bahasa Jawa jelas-jelas bersif, sederhana. Panggung itu tersusun dari rangkaian besi yang bisa yang netral. Kendati ahli lingui dibongkar-pasang, dengan lantai dan tangga yang terbuat dari kayu tingkatan bahasa Jawa, ada tiga tin atau bambu, serta payung tenda plastik sebagai atap. Pementasan yakni Krama (tinggi), Madya biasanya dilakukan di ruang terbuka, di tanah lapang. Kebanyakan Kemahiran beralih antara satu t penonton berjalan kaki dari desa yang jauhnya puluhan kilometer. kelihatan di masyarakat Jawa Ter Mereka datang untuk menyaksikan, berjoget, dan menyoraki art is status ketimbang orang-orang di yang sangat dipujanya itu. Mereka sudah berarakan menuju lokasi di mana tingkatan Ngoko diterim pementasan beberapa jam sebelum acara dimulai, dan sesudah acara antara mereka yang tidak saling k selesai mereka akan memadati jalanan kota tempat diadakannya acara. bisa beralih tingkatan bahasa dale: Lalu lintas orang-orang ini menciptakan pemandangan yang mirip bahasa yang demikian membuat Sl saat ada pertandingan sepak bola. Hanya saja kebanyakan penonton sebagai pihak "atasan" atau "baw, Inul adalah orang-orang kampung dan masyarakat kota kelas-bawah. lawan bicara. Kaidah bahasa itu I Bukan semata laki-Iaki, atau kelompok perusuh yang angker, seperti ad uk tingkatan bahasa dalam satl yang gampang ditemui dalam penonton sepak bola. yang umum berlaku, orang yang I Jawa tingkat tinggi kepada yang I Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN iDENTITAS 31

[luI untuk mereguk kesuksesan bila Sejak awal ada dua hal khusus tentang Inul yang menarik ian tumbuh dewasa di bawah rezim perhatian: kemampuannya menguasai jalannya pertunjukan, dan Dingin. Saat itu teknologi digital yang logat khas Jawa-Timuran yang kental dalam gaya dan tuturannya. ada. Aneka tradisi Jawa yang berbau Bagi mereka yang bukan orang Jawa, ada anggapan bahwa budaya erima, namun sejauh mereka hidup di Solo-Yogyakarta merupakan titik-pusat budaya Jawa (yang di tingkat liangan masyarakat kota kelas-bawah, yang lebih tinggi sering dianggap sebagai lambang keindonesiaan). La) -al masyarakat umum lewat media Anggapan itu menyederhanakan pelbagai ragam budaya seperti Islam yang taat (lawan utama Inul) yang terdapat di sisi barat Jawa (berbatasan dengan budaya suku ;ia (pendukung setia Inul) tidak diberi Sunda), pesisir utara Jawa, dan kumpulan corak budaya Jawa Timur rde Baru. lainnya yang lebih egaliter dan urakan. Ada sejarah panjang olok­ olokan yang terjadi di antara Jawa Tengah dan Timur: yang pertama Ibu kota dianggap bersifat serba pura-pura, angkuh, lamban, dan berjenjang sementara yang kedua kasar, bersikap membumi, dan ugal-ugalan. i jauh, mungkin akan dengan mudah Inul menampilkan pembawaan ragam Jawa yang terakhir, setidaknya ;ah Inul hanya semata kisah sukses si di tahun-tahun sebelum ia menjadi bintang nasional. Ibu kota pandangan seperti itu mengabaikan Indonesia, Jakarta, juga punya banyak kemiripan dengan watak an sejarah Indonesia, yang muncul Jawa Timur, namun dipadukan dengan ciri kosmopolitan yang tidak peristiwa Inul. Beruntung saya bisa dipunyai Jawa Timur. Persaingan antara Jakarta dan Surabaya (dua I pada awal tahun 2003 sebelum Inul kota dan lokasi industri terbesar di Indonesia) ini mirip dengan apa gga bisa menyaksikan proses bertahap yang terjadi di Bangkok dan Chiangmai, Beijing dan Shianghai, atau 19 berbeda bila tidak dilakukan tanpa Sydney dan Melbourne. Inul tampil di atas panggung yang Bahasa Jawa jelas-jelas bersifat hierarkis. Tidak ada laku bicara lSUn dari rangkaian besi yang bisa yang netral. Kendati ahli linguistik menyebutkan ada sembilan II dan tangga yang terbuat dari kayu tingkatan bahasa Jawa, ada tiga tingkat yang biasa dikenal masyarakat ia plastik sebagai atap. Pementasan yakni Krama (tinggi), Madya (tengah), dan Ngoko (rendah). rbuka. di tanah Iapang. Kebanyakan Kemahiran beralih antara satu tingkatan ke tingkatan lain lebih sa yang jauhnya puluhan kilometer. kelihatan di masyarakat Jawa Tengah yang cenderung lebih sadar­ ;ikan, berjoget, dan menyoraki artis status ketimbang orang-orang di sisi Utara dan Timur pulau Jawa, eka sudah berarakan menuju lokasi di mana tingkatan Ngoko diterima dalam percakapan sehari-hari di urn acara dimulai, dan sesudah acara antara mereka yang tidak saling kenal di pasar atau jalanan. Kendati lanan kota tempat diadakannya acara. bisa beralih tingkatan bahasa dalam perbincangan yang terjadi, sifat 1Ciptakan pemandangan yang mirip bahasa yang demikian membuat seseorang selalu berada dalam posisi lao Hanya saja kebanyakan penonton sebagai pihak "atasan" atau "bawahan" dalam hubungannya dengan 19 dan masyarakat kota kelas-bawah. lawan bicara. Kaidah bahasa itu pun tidak memungkinkan campur ompok perusuh yang angker, seperti ad uk tingkatan bahasa dalam satu susunan kalimat. Sebagai kaidah 'nonton sepak bola. yang umum berlaku, orang yang lebih muda berbicara dalam bahasa Jawa tingkat tinggi kepada yang lebih tua, juga bila anak berbicara Diunduh dari

=e:"'~ ·Jrangtuanya, bawahan kepada atasannya, dan istri kepada :nelompat pada apa yang nanti ak s:.::~a. tapi tidak berlaku sebaliknya. kewibawaan bicara' ini lenyap ket Bila berpidato di hadapan pendengar yang terdiri dari beragam ?ada pertengahan tahun 2003. I. kalangan, seorang pembicara selalu akan menggunakan bahasa Jawa Indonesia untuk pemirsa nasior tingkat tinggi (Krama). Ketika di atas panggung, kebanyakan musisi dan gaya penampilannya didikte pop menggunakan bahasa Indonesia selaku bahasa nasional. Hal profesional di bidang masing-mas ini tidak ada kaitannya dengan rasa nasionalisme. Ini hanya soal Yang mengherankan saya kemudahan, kesederhanaan, dan cara menyesuaikan diri dalam awaI Inul ialah tingkat toleransi situasi dimana komunikasinya melibatkan orang-orang dengan latar setempat untuk sikap yang kura belakang suku dan bahasa yang berbeda-beda. Selain itu, orang untuk ucapan-ucapan jorok dan ~ Jawa bisa membebaskan diri dari kungkungan kedaerahannya (lihat Iakukan di kampung halamannya Anderson 1990: 194-237) dengan berbahasa Indonesia dalam sebuah 2003, Inul hidup mewah, didamp acara yang memang tidak secara khusus berwatak Jawa. Penggunaan rumah megah yang amat mahal d bahasa Indonesia juga merupakan bentuk sopan-santun kepada di Jakarta. Padahal sebelum awal penonton di negara yang mengakui bahasa terse but sebagai bahasa menunjukkan niatan akan mengel resminya dan secara luas dihormati sebagai bahasa modern dari hendak mengejar mimpi si miskir bangsa yang berdaulat (lihat Heryanto 2006c). sangat puas di kampung halamanr Bertolak belakang dari kebanyakan penyanyi dangdut, baik ditanya kenapa ia tidak ingin ke di masa lampau maupun saat itu, Inul menyapa penontonnya sangat berbahagia di Jawa Timu: menggunakan bahasa Jawa tingkat rendah (Ngoko). Hal ini cukup mengalami kejadian tidak menge mengejutkan, apalagi mengingat usianya yang masih muda, dan ketika dilecehkan secara seksual ( status gendernya. Ada yang lebih istimewa lagi dari gaya bicara Inul bantuan proses rekaman lagu (SUS<3 ketika tidak sedang menyanyi. Kebanyakan penyanyi dangdut di 2006). kota kedl dan pedesaan berbicara dalam bahasa Indonesia sambil Ketika terjadi ketegangan aJ berusaha meniru artis profesional lain yang ada di televisi (yang dan Inul, banyak orang Jawa Til secara sadar berlagak modern dan nasional, namun agak dibuat­ orang daerah. Mereka turun ke jal buat). Biasanya pembawa acara (yang kebanyakan lelaki) memegang menunjukkan dukungan moralny, kendali terbesar dalam acara itu, mengarahkan perhatian penonton, solidaritas kedaerahan (Kompas 2 menentukan urutan acara dan kadang-kadang membuat lelucon. spanduk yang terpampang di jalan Tidak demikian dengan Inul. Ia cenderung menguasai panggung kan 'Inul for Presiden' (Tempo 2' sepenuhnya. Ia menyapa penonton dengan gaya seorang atasan umum yang akan berlangsung pad a walau akrab, dalam bahasa Ngoko, lalu menudingkan jari telunjuk Selama masa-masa sulit itu, In ke arah kepala desa setempat, atau menggoda orang-orang tua yang Jawa Timur. Namun pada akhirnya i, dihormati, dan menggoda mereka dengan lelucon nakal tentang meninggaikanJakartaselamanya. So mereka atau mengejek dirinya sendiri seperti gaya seorang penyanyi muncul lagi ke permukaan pada tahu rock berbicara pada ternan sekelas di acara pentas seni sekolah­ panjang, yang memecah-belah bang semua berlangsung dalam bahasa Jawa rendahan yang urakan! Sekadar di antara mereka yang mendukun: Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 33

kepada atasannya, dan istri kepada melompat pada apa yang nanti akan saya bahas di bagian kesimpulan, ,aliknya. 'kewibawaan bicara' ini lenyap ketika Inul menjadi bintang di ibu kota )endengar yang terdiri dari beragam pada pertengahan tahun 2003. Ia terpaksa berbicara dalam bahasa lalu akan menggunakan bahasa Jawa Indonesia untuk pemirsa nasional; sedang busana, dandanannya, li atas panggung, kebanyakan musisi dan gaya penampilannya didikte sepenuhnya di bawah arahan para onesia selaku bahasa nasional. Hal profesional di bidang masing-masing.14 1 rasa nasionalisme. Ini hanya soal Yang mengherankan saya dari pertunjukan-pertunjukan :an cara menyesuaikan diri dalam awal Inul ialah tingkat toleransi yang diberikan tokoh masyarakat nelibatkan orang-orang dengan latar setempat untuk sikap yang kurang-ajar itu; juga toleransi mereka 19 berbeda-beda. Selain itu, orang untuk ucapan-ucapan jorok dan gaya berjogetnya. Semua itu bisa ia ri kungkungan kedaerahannya (Iihat lakukan di kampung halamannya sendiri di Jawa. Sejak akhir tahun 1 berbahasa Indonesia dalam sebuah 2003, Inul hidup mewah, didampingi pengawal pribadi, menempati l khusus berwatak Jawa. Penggunaan rumah megah yang amat mahal di salah satu pemukiman paling elit lkan bentuk sopan-santun kepada di Jakarta. Padahal sebelum awal tahun 2003, ia sarna sekali tidak :ll..lli bahasa terse but sebagai bahasa menunjukkan niatan akan mengepakkan sayap hingga ibu kota atau rmati sebagai bahasa modern dari hendak mengejar mimpi si miskin-menjadi-kaya. Dia tampak sudah :yanto 2006c). sangat puas di kampung halamannya sendiri. Ketika pada tahun 2002 'banyakan penyanyi dangdut, baik ditanya kenapa ia tidak ingin ke Jakarta, Inul mengatakan sudah t itu, Inul menyapa penontonnya sangat berbahagia di Jawa Timur. Dia juga menyebutkan pernah ;kat rendah (Ngoko). Hal ini cukup mengalami kejadian tidak mengenakkan di Jakarta di tahun 1992 at usianya yang masih muda, dan ketika dilecehkan secara seksual oleh seseorang yang menawarkan h istimewa lagi dari gaya bicara Inul bantuan proses rekaman lagu (Susanti 2002; Dewanto dan Flamboyan Kebanyakan penyanyi dangdut di 2006). ara dalam bahasa Indonesia sambil Ketika terjadi ketegangan antara pendukung Rhoma Irama nal lain yang ada di televisi (yang dan Inul, banyak orang Jawa Timur merasa tersinggung sebagai dan nasional, namun agak dibuat­ orang daerah. Mereka turun ke jalan memprotes Rhoma Irama dan (yang kebanyakan lelaki) memegang menunjukkan dukungan moralnya kepada Inul dengan semangat , mengarahkan perhatian penonton, solidaritas kedaerahan (Kompas 2oo3g, Mawardi 2003). Salah satu kadang-kadang membuat lelucon. spanduk yang terpampang di jalan saat aksi itu berlangsung bertulis­ [a cenderung menguasai panggung kan 'Inul for Presiden' (Tempo 2003a), mengacu pada pemilihan ,nton dengan gaya seorang atasan umum yang akan berlangsung pada tahun berikutnya. .ko, lalu menudingkan jari telunjuk Selama masa-masa sulit itu, Inul sempat bermaksud kembali ke :au menggoda orang-orang tua yang Jawa Timur. Namun pada akhirnya ia hanya mundur sejenak, dan tidak eka dengan lelucon nakal tentang meninggalkan Jakartaselamanya. Solidaritas kedaerahan terhadap Inul ~ndiri seperti gaya seorang penyanyi muncullagi kepermukaan pada tahun 2006. Saat itu terjadi perdebatan elas di acara pentas seni sekolah- panjang, yang memecah-belah bangsa, dengan diselingi baku-hantam 1 Jawa rendahan yang urakan! Sekadar di antara mereka yang mendukung dan menolak Undang-Undang Diunduh dari

34 B;JDWA POPULER Dl INDONESIA

Anti-Pornografi (lihat Bab 2; juga Allen 2007). Dalam sebuah aksi ::ngkah laku yang kurang-ajar sept mendukung peraturan tersebut, kelompok milisi Islam yang berbasis Jlama masa itu yang kurang gembi di Jakarta, Forum Betawi Rempug, mendatangi kediaman dan tempat ;":ecaman terhadap Inul tidak ter1: kerja Inul pada 27 April 2006 dengan sikap menganeam.15 Mereka =slam, dalam kenyataannya kelomp menuntut Inul meninggalkan Jakarta seeepatnya atau menyatakan ;":eras Inulmania di Jawa dan di luar permohonan maaf seeara terbuka karena sudah berjoget seeara tidak :1i beberapadaerah, termasukkota· senonoh di hadapan masyarakat, dan dengan demikian meneoreng '~urbianto 2003; Shahab 2003) da nama baik Jakarta, juga karena ia ikut unjuk rasa menentang Undang­ Yogyakarta yang sebelumnya menjc Undang Anti-Pornografi di Jakarta (Dewanto dan Flamboyan 2006; 2003b). Yang menarik, di kota Kompas 2006). Sejumlah pendukung Inul di Jawa Timur naik pitam sebagi pusat politik dan budaya Ja dengan perlakuan itu, mereka menganeam akan mengusir orang­ (Yasa 2003), kehadirann orang Betawi yang tinggal di Surabaya. Tidak seragamnya pandangan seorang muslimah) dapat dilihat Kenikmatan nJawan; IKesalehan Islami minggu pertama Maret 2003, seOl Salah satu unsur penting dari perdebatan tentang Inul, yang eukup menelepon pengurus Masjid Ray gamblang di mata kalangan ahli tentang Indonesia namun tidak mengatas-namakan kelompok pen banyak diungkapkan terbuka sepanjang perseteruan itu, yakni sebuah lukisan yang dipajang di IT ketegangan berabad-abad antara sinkretisme Jawa yang menyerap seni dipindahkan. Kalau tidak di] Islam dan kalangan Muslim yang seeara lebih ketat ingin menjadi tersebut. Lukisan yang dimaksw [nul karya KH Mustofa Bisri, ulan saleh dan menginginkan Islam diterapkan semurni-murninya. Di awal tersebut menggambarkan sekelorr Bab ini sudah saya sebut arti penting perubahan nama Inul dari yang dan membaea ayat sud, dengan sebelumnya berbau Arab, Ainur Rokhimah, menjadi kejawa-jawaan, lingkaran. Tindakan pengamanc Inul Daratista. Inul punya keeenderungan berjoget erotis (kendati dipenuhi, aneaman pun ternyata I dianggap 'jinak' oleh beberapa pihak) dan mempunyai keberanian 2003). membuat ungkapan yang bersumber dari Islam dalam menyatakan Pekanya masalah ketegangan gairahnya terhadap kesenangan duniawi. Pernah pada satu Kejawen, serta beraneka-ragamnya kesempatan dalam pertunjukan, tiba-tiba ia berbalik memunggungi banyak orang segan bieara secar, penonton, memamerkan pantatnya dan bertanya apakah pantatnya selama berlangsungnya perseteru indah. Setelah mendengar sorak-sorai pendukungnya, dia berseru tetapi, mungkin karena kurang pal Alhamdulillah dan mulai menyanyikan lagu berikutnya sembari di arus bawah ini, beberapa orang mengueap syukur pada Tuhan atas keindahan pantatnya. budaya pop Amerika atau Amen Perbuatan semaeam itu mungkin terasa lebih lumrah dan hanya dengan Inul (eontohnya Sus ant 16 berisiko keeil jika dilakukan satu dekade sebelumnya. Namun pada sejenis ini, masalah Inul tidaklah 1 tahun 2000-an, hal itu bisa menimbulkan huru-hara kekerasan bila orang Jawa, yang tradisinya ker dilakukan di temp at yang salah, di mana masalah keagamaan dianggap mistisisme, keterbelakangan, dan sebagai persoalan mahaserius dalam segala konteks. Bahkan, tanpa karena dia dianggap terpengaruh Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 35

ga Allen 2007). Dalam sebuah aksi tingkah laku yang kurang-ajar seperti itu pun, bisa dipahami banyak kelompok milisi Islam yang berbasis ulama masa itu yang kurang gembira melihat gejala Inulmania. Walau ~. mendatangi kediaman dan tempat kecaman terhadap Inul tidak terbatas di komunitas dan organisasi lengan sikap menganCam!5 Mereka Islam, dalam kenyataannya kelompok Islam menjadi pengecam paling Lkarta secepatnya atau menyatakan keras Inulmania di Jawa dan di luar Jawa juga.17 Dia dilarang berpentas 1 karena sudah berjoget secara tidak di beberapa daerah, termasuk kota-kota tetangga daerah kelahirannya . dan dengan demikian mencoreng (Nurbianto 2003; Shahab 2003) dan di kota seperti Daerah Istimewa ikut unjuk rasa menentang Undang­ Yogyakarta yang sebelumnya menjadi tuan-rumahnya (Suara Merdeka ta (Dewanto dan Flamboyan 2006; 2003b). Yang menarik, di kota Solo (saingan utama Yogyakarta :ling Inul di Jawa Timur naik pitam sebagi pusat politik dan budaya Jawa) (Suara Merdeka 2oo3a) dan di nengancam akan mengusir orang­ Semarang (Yasa 2003), kehadirannya disambut hangat. baya. Tidak seragamnya pandangan umat Islam (Inul sendiri mengaku seorang muslimah) dapat dilihat dari peristiwa berikut ini. Pada 1an Islami minggu pertama Maret 2003, seorang lelaki dengan identitas palsu rdebatan tentang Inu!, yang cukup menelepon pengurus Masjid Raya AI-Akbar di Surabaya. Dengan j tentang Indonesia namun tidak mengatas-namakan kelompok pemuda Islam setempat, ia menuntut ;epanjang perseteruan itu, yakni sebuah lukisan yang dipajang di masjid sebagai bagian dari pameran

I sinkretisme Jawa yang menyerap seni dipindahkan. Kalau tidak dipenuhi ia akan membakar masjid g secara lebih ketat ingin menjadi terse but. Lukisan yang dimaksudkan berjudul Berdzikir bersama :rapkan semurni-murninya. Di awal [nul karya KH Mustofa Bisri, ulama yang sangat dihormati. Lukisan ing perubahan nama Inul dari yang tersebut menggambarkan sekelompok orang yang duduk melingkar ~okhimah, menjadi kejawa-jawaan, dan membaca ayat sud, dengan Inul berjoget di tengah-tengah lderungan berjoget erotis (kendati lingkaran. Tindakan pengamanan ditingkatkan, tuntutan tidak ihak) dan mempunyai keberanian dipenuhi, ancaman pun ternyata hanya gertakan kosong (Sugiharto lber dari Islam dalam menyatakan 2003). Pekanya masalah ketegangan jangka panjang antara Islam dan n duniawi. Pernah pada satu Kejawen, serta beraneka-ragamnya komunitas Islam di Jawa, membuat iba-tiba ia berbalik memunggungi banyak orang segan bicara secara terbuka tentang ketegangan itu ><1 dan bertanya apakah pantatnya selama berlangsungnya perseteruan soal penampilan Inul.18 Akan -sorai pendukungnya, dia berseru tetapi, mungkin karena kurang paham atas ketegangan yang mengalir myikan lagu berikutnya sembari di arus bawah ini, beberapa orang merujuk pada sosok kontroversial ; keindahan pantatnya. budaya pop Amerika atau Amerika Latin dan membandingkannya ~ terasa lebih lumrah dan hanya dengan Inul (contohnya Susanti 2002). Bagi banyak pengkritik :iekade sebelumnya.16 Namun pada sejenis ini, masalah Inul tidaklah berkaitan dengan statusnya sebagai l1bulkan huru-hara kekerasan bila orang Jawa, yang tradisinya kerap dihubung-hubungkan dengan nana masalah keagamaan dianggap mistisisme, keterbelakangan, dan keterbukaan seksual, melainkan am segala konteks. Bahkan, tanpa karena dia dianggap terpengaruh budaya Barat dan kapitalisme di Diunduh dari

36 BUDAYA POPULER DI INDONESIA

Indonesia secara umum, terutama dengan industri hiburan yang Agama-agama besar dunia sa rakus memburu laba (Media Indonesia 2oo3a). Namun, seperti dicatat Bukan kebetulan bila kebanyakan Julia Suryakusuma: Inul adalah lelaki, yang memegan~ atau lembaga keagamaan. Ketika R beragam aspek dari budaya Indonesia sangat sensual. Mereka sudah mengecam apa yang mereka angga~ ada sebelum Islam datang, dan bisa ditemukan dalam pelbagai beberapa nama disebut sebagai pil ukiran relief candi-candi Hindu di Jawa Tengah serta di pelbagai Semua yang lain-Anisa Bahar, Ul seni pertunjukan tradisionallain. Dibandingkan tari jaipongan di perempuan. Jawa Barat, tayub di Jawa Tengah, atau tentu saja, penyanyi dangdut Yang menarik adalah pandan lainnya, yang goyangannya lebih pelan tapi lebih merangsang, ini yang sangat bertentangan deng. goyangan Inul tidak seberapa erotis ... Dangdut, musik pengiring pemyataan tegas yang mencibi gerak Inul, merupakan pantulan kekayaan budaya dan keragaman orang, Sultan menyetujui pence etnis Indonesia. Ini adalah campuran musik India, Timur-Tengah, 2003). Sebaliknya, sang permaisuri Portugal, dan Spanyol yang diramu seniman-seniman daerah kritikan umum terhadap Inul yar dengan irama khas Melayu Indonesia. tak bermoral atau nista. Ia mala! (Suryakusuma 2oo3b) dan beliau menyatakan sangat t sasaran kritik. Banyak masalah yar Semua yang telah dibahas di atas menunjukkan bahwa perseteruan pendapatnya, merupakan persoalc tentang goyang dangdut Inul punya kaitan dengan sejumlah 2003). persoalan yang jauh lebih besar dan lebih rumit ketimbang yang Sementara para pejabat pria da sudah dikemukakan kebanyakan orang. Pelbagai pendapat orang secara luas berdebattentang kebun yang saling berdebat hanya mempersoalkan penampilan seseorang Inul, banyak istri pejabat pemerint individu penyanyi dan moralitasnya. diajari menari seperti Inul (Pos [<, kemudian berlanjut lebih lama dar PatriarkilGerakan Perempuan lama setelah Rhoma menyatakan email beredar di internet mempel Dengan perkembangan pesat gerakan perempuan Indonesia dan perkawinan, dan bahkan salah sc ramainya wacana ketimpangan gender, tidak mengejutkan bila Menanggapi tuduhan itu, Rhoma r aktivis organisasi non-pemerintah pemerhati-perempuan gencar menuntut penerbitnya (lihat Yulia memberikandukungan pada Inul selama kontroversi berlangsung. Juga Uraian di atas menggambarl tidak mengherankan banyaknya pihak yang menganalisis kontroversi belakang mereka yang terlibat dali terse but dari sudut pandang feminis, atau menggunakan kasus ini perdebatan lebih rumit daripada Sl: sebagai bahan untuk menggambarkan angkuhnya kekuasaan kasar versus sinkretisme atau muslim m dalam masyarakat yang sangat patriarkis dan kurang menghormati Jawa Timur lawan Jakarta yang n perempuan (Iswara 2003). Bagi beberapa pihak, Inul menjadi simbol tegas menurut garis ideologi gen emansipasi perempuan (Pambudy 20°3). dibedakan dari pembagian jenis 2). Tapi, seperti ditunjukkan Pio persoalan gender dalam dangdut Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 37 una dengan industri hiburan yang Agama-agama besar dunia sangat berpihak pada kaum lelaki. .nesia 2oo3a). Namun, seperti dicatat Bukan kebetulan bila kebanyakan tokoh yang menolak pementasan Inul adalah lelaki, yang memegang jabatan penting di pemerintahan atau lembaga keagamaan. Ketika Rhoma Irama dan para pengikutnya ndonesia sangat sensual. Mereka sudah mengecam apa yang mereka anggap sebagai penghinaan bagi dangdut, dan bisa ditemukan dalam pelbagai beberapa nama disebut sebagai pihak yang bersalah, termasuk Inul. indu di Jawa Tengah serta di pelbagai Semua yang lain-Anisa Bahar, Uut Permatasari, dan Ira Swara, juga 1 lain. Dibandingkan tari jaipongan di perempuan. tgah. atau tentu saja, penyanyi dangdut Yang menarik adalah pandangan Sultan Yogyakarta soal kasus lebih pelan tapi lebih merangsang, ini yang sangat bertentangan dengan permaisurinya. Tanpa membuat ,a erotis ... Dangdut, musik pengiring pernyataan tegas yang mencibir seperti dilakukan kebanyakan ulan kekayaan budaya dan keragaman orang, Sultan menyetujui pencekalan Inul di Yogyakarta (Heru :ampuran musik India, Timur-Tengah, 2003). Sebaliknya, sang permaisuri malah sangat tidak setuju dengan 19 diramu seniman-seniman daerah kritikan umum terhadap Inul yang menilainya sebagai perempuan ndonesia. tak bermoral atau nista. Ia malah menilai penampilan Inul indah, (Suryakusuma 2oo3b) dan beliau menyatakan sangat terkejut melihat Inul sampai jadi sasaran kritik. Banyak masalah yang bertautan dengan Inul, menurut LS menunjukkan bahwa perseteruan pendapatnya, merupakan persoalan persepsi kaum lelaki (Swaranet punya kaitan dengan sejumlah 2003). r dan lebih rumit ketimbang yang Sementara para pejabat pria dalam pemerintahan dan masyarakat n orang. Pelbagai pendapat orang secara luas berdebattentang keburukan dan kebaikan dari pertunjukan npersoalkan penampilan seseorang Inu!, banyak istri pejabat pemerintahan mendekati Inul dan meminta lya. diajari menari seperti Inul (Pas Kata 2003). Peperangan gender ini kemudian berlanjut lebih lama dari kontroversi InuI itu sendiri. Tidak , lama setelah Rhoma menyatakan berdamai dengan Inul, serentetan ;erakan perempuan Indonesia dan email beredar di internet mempertanyakan kesetiaan Rhoma dalam gender, tidak mengejutkan bila perkawinan, dan bahkan salah satu tabloid menerbitkan surat itu. tah pemerhati-perempuan gencar Menanggapi tuduhan itu, Rhoma menunjuk seorang pengacara untuk ~lama kontroversi berlangsung. Juga menuntut penerbitnya (lihat Yuliawati dan Utami 2003). )ihak yang menganalisis kontroversi Uraian di atas menggambarkan betapa rumit profil dan latar rnnis, atau menggunakan kasus ini belakang mereka yang terlibat dalam perdebatan Inul. Yang jelas peta perdebatan lebih rumit daripada sebatas soal ketaatan beragama Islam )arkan angkuhnya kekuasaan kasar versus sinkretisme atau muslim moderat; atau solidaritas kedaerahan ,atriarkis dan kurang menghormati Jawa Timur lawan Jakarta yang metropolitan. Ada pemisahan yang eberapa pihak, Inul menjadi simbol tegas menurut garis ideologi gender, yang secara konseptual dapat ~. 2003). dibedakan dari pembagian jenis kelamin secara biologis (lihat Bab 2). Tapi, seperti ditunjukkan Pioquinto (1995) dan Browne (2000), versoalan gender dalam dangdut berwajah jarnak, penuh bayangan Diunduh dari

38 BUDAYA POPULER DI INDONESIA samar dan saling bertentangan, sehingga sulit untuk menyatakan ~ mal-mal ber-AC yang menjuc secara tegas bahwa dangdut secara umum, atau khususnya Inul, ==ak ada satu pun yang menju jelas-jelas merupakan persoalan pemberdayaan atau pengekangan ;.a.'-lr tradisional yang becek dan perempuan. Kedua unsur sarna-sarna hadir di sana. :::enemukan penjaja VCO-nya. ~odalkan selembar alas plasti Selera Budaya RendahITinggi ".i:an dan memajang barang dagar J::ongdut dari acara pernikahan, u Sebagaimana halnya film Selamat Tinggal Jeanette yang telah dibahas scharga Rp 5.000, sekitar 20% da sebelumnya, pembagian kekuasaan yang tidak merata juga tampak :.±konsumsi kalangan atas dan ( dalam soal posisi kelas dan kecenderungan budaya di antara mereka ::'.udah didapatkan di antara para yang terlibat dalam kontroversi Inul. Sementara kelompok masyarakat ','CD ini sangat buruk, bahkan k( kelas-bawah ikut terlibat dalam kasus Inul, namun seperti halnya di iimainkan. film, mereka tidak banyak terlibat secara aktif dalam perdebatan di Inul menyajikan gaya orang pi depan umum.19 Saya setuju dengan Wardhana (2003) dan Widijanto ~elas-atas. Ia tidak peduli denga (2003) yang menyatakan bahwa perselisihan antara Rhoma Irama dan 3ITIpil lebihcanggih. Gugatannya Inul merupakan wujud konflik soal selera budaya berbasis-kelas. Tapi ::anya, berkait dengan soal kemen kita perlu melangkah lebih jauh dari pernyataan umum demikian. =ari itu, ia telah berhasil merebut· Perlu ditekankan bahwa istilah 'kelas' yang digunakan di sini ~elompok berpengaruh dari kela~ tidak dalam pengertian kaku Marxian, yang melulu mengacu pada ~upanya serbuan Inul yang tida kelas-kapitalis dan proletar. Di sini istilah terse but dapat dipahami ~encemarkan dan merusak keh< dalam kerangka pengertian Weberian sebagai posisi hierarkis yang Semua itu membuat geram ang membedakan kehormatan, wewenang, gengsi, dan peluang pasar. :;-engkritik terbesar Inul. Secara urr Pengertian ini memungkinkan kita lebih leluasa memilah, dalam ~oIot, baik secara moral maupur pengertian yang lebih luas, kalangan elit pad a satu sisi dan kelompok kalangan atas banyak yang cepat-< bawahan atau jelata di sisi lain. Oalam masyarakat Indonesia mutakhir, r-enyanyi Malaysia, Siti Nurhaliz.: kalangan pertama itu meliputi kekuatan borjuasi yang baru, pejabat iIU. Siti sangat terkenal dan dicin tinggi negara, perwira tinggi militer, dan elit partai politik, seperti ::-erkat bakat menyanyinya denga halnya pekerja profesional di perkotaan serta kaum hartawan. Oi :nerupakan salah satu cikal-bakal r kalangan ini bisa dibayangkan tidak ada, atau sangat terbatas, 2003). Oalam perbandingan ini, penggemar musik dangdut. Rhoma Irama berhak mengatakan bahwa sirnboI kejorokan-asusila-erotism dia dan kelompoknya berhasil meningkatkan ketenaran dangdut di \1elayu-kecantikan-kesopanan-ke. kalangan kelas yang beruntung itu. Kita bisa tambahkan bahwa salah Di mata pendukung Inul, Rl satu kunci keberhasilannya adalah kemampuannya menggubah dan atas tertentu, yang dikait-kait1 memperhalus selera dangdut untuk memuaskan selera kelas inL Dia bukan sebatas kelaki-Iakian, keis tidak menggugat adanya perbedaan kelas itu sendiri. pendapat tentang kontroversi 11 Inul sedikit berbeda, setidaknya hingga awal tahun 200Yo Ketika mereka terhadap keangkuhan de saya melakukan penelitian lapangan di Jawa Timur, ada banyak toko Irama (Abhiseka;Jakarta Post 200~ Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 39

sehingga sulit untuk menyatakan di mal-mal ber-AC yang menjual semua jenis VCD dan DVD. Tapi :ara umum, atau khususnya Inul, tidak ada satu pun yang menjual VCD Inul! Saya harus turun ke pemberdayaan atau pengekangan pasar tradisional yang becek dan kios-kios jauh di luar toko itu untuk ma hadir di sana. menemukan penjaja VCD-nya. Kebanyakan pedagangnya hanya bermodalkan selembar alas plastik atau matras yang dibentangkan di jalan dan memajang barang dagangannya. Rekaman VCD pementasan dangdut dari acara pernikahan, ulang tahun, atau pentas seni daerah Tinggal Jeanette yang telah dibahas seharga Rp 5.000, sekitar 20% dari harga VCD atau DVD yang biasa an yang tidak merata juga tampak dikonsumsi kalangan atas dan dijual di mal-mal besar. VCD Inul derungan budaya di antara mereka mudah didapatkan di antara para pedagang pinggir jalan itu. Kualitas ll. Sementara kelompok masyarakat VCD ini sangat buruk, bahkan kebanyakan yang saya beli tidak bisa :asus Inul, namun seperti halnya di dimainkan. It secara aktif dalam perdebatan di Inul menyajikan gaya orang pinggiran yang terlalu kasar bagi selera m Wardhana (2003) dan Widijanto kelas-atas. la tidak peduli dengan rna salah itu dan tidak mencoba ~rselisihan antara Rhoma Irama dan tampiI lebih canggih. Gugatannya terhadap status quo tidak, dan tidak u selera budaya berbasis-kelas. Tapi hanya, berkait dengan soal kemerosotan moral atau seksualitas. Lebih ari pernyataan umum demikian. dari itu, ia telah berhasil merebut perhatian sejumlah besar orang dari lah 'kelas' yang digunakan di sini kelompok berpengaruh dari kelas-atas dengan gaya pementasannya. man, yang melulu mengacu pada Rupanya serbuan Inul yang tidak diundang inilah yang dianggap ni istilah tersebut dapat dipahami mencemarkan dan merusak kehormatan budaya di kalangan atas. erian sebagai posisi hierarkis yang Semua itu membuat geram anggota kelompok kelas itu. Mereka ~nang, gengsi, dan peluang pasar. pengkritik terbesar Inul. Secara umum, kelas ini punya kecenderungan dta lebih leluasa memilah, dalam kolot, baik secara moral maupun politik. Tidak mengherankan, di ~an elit pada satu sisi dan kelompok kalangan atas banyak yang cepat-cepat membandingkan Inul dengan am masyarakat Indonesia mutakhir, penyanyi Malaysia, Siti Nurhaliza, yang disebut di bagian awal Bab kuatan borjuasi yang baru, pejabat ini. Siti sangat terkenal dan dicintai sebagian masyarakat Indonesia iter. dan elit partai politik, seperti ~erkat bakat menyanyinya dengan ragam musik Melayu, yang juga rkotaan serta kaum hartawan. Di :nerupakan salah satu cikal-bakal musik dangdut (lihat YOT dan Mutia tidak ada, atau sangat terbatas, 2003). Dalam perbandingan ini, Inul versus Siti diartikan sebagai a Irama berhak mengatakan bahwa simbol kejorokan-asusila-erotisme-pemberontak versus kemurnian eningkatkan ketenaran dangdut di \1elayu-kecantikan-kesopanan-kesucian (Mustappa 2003). 1. Kita bisa tambahkan bahwa salah Di mata pendukung Inul, Rhoma Irama mewakili posisi kelas h kemampuannya menggubah dan atas tertentu, yang dikait-kaitkan dengan otoritarianisme dan lk memuaskan selera kelas ini. Dia ~ukan sebatas kelaki-Iakian, keislaman, dan kejakartaan. Beberapa m kelas itu sendiri. ;x'ndapat tentang kontroversi Inul mengungkapkan kejengkelan ya hingga awal tahun 200yo Ketika :nereka terhadap keangkuhan dan kesewenang-wenangan Rhoma ;an di Jawa Timur, ada banyak toko ::-ama (Abhiseka;Jakarta Post 2003b; Kurniawan 2oo3a; Tempo 2oo3a, Diunduh dari

40 BUDAYA POPULER DI INDONESIA

b), tanpa mengacu pada perbedaan agama, kedaerahan, atau politik ;O-:::7lentasannya di studio, sel gender. Lebih jauh lagi, banyak pengamat yang menggugat standar :o-::~entasan yang biasa digelar I ganda dan kemunafikan kalangan atas. Mereka mempertanyakan, -~'.: s.ampai setahun sebelumnya. kenapa penyanyi kedl ini harus diserang habis-habisan, padahal '~?:.l dengan gaun berwarna cern korupsi pejabat negara yang membabi-buta dibiarkan begitu saja -="--:aya, di stasiun televisi yang p (Asy' arie 2003; Nurbianto 2oo3)? :.~ian kalangan atas masyaraka1 Dalam wawancaranya dengan Time Asia, Inul tidak menanggapi p.:.lnnya yang khusus dirancang secara rind serangan Majelis Ulama berdasarkan ajaran agama. Yang ~2 :nengenakan busana yang me dipersoalkannya: :-":':'J.-bulu binatang mengitari t ':':':epasnya saat mulai menyanyi1 Tulis ini (tuntutnya). MUI harus sadar bahwa Indonesia bukanlah :':::bmpok penari latar profesionc negara muslim, ini negara demokratis ... Mengapa mereka sibuk .:.: bagian bawah layar kaca terus menggugat saya sementara banyak VeD porno dan para pelacur di ;.anjang nama-nama para peranl

jalanan? Mereka memilih saya karena saya adalah sasaran empuk. -~rta yang turut ambil bagian I (Walsh 2003) Banyak selebritas yang tu :ersebut. Mereka adalah bagian Ketika hak-haksipil Inul diinjak-injak, penegakhukum tidak menolong ':ari kaum elit Jakarta yang di dia. Mereka sibuk mengais tambahan pendapatan dari mereka yang ::-andangan liberal mereka. Karr menjalankan bisnis hiburan dan menyelenggarakan pementasan Inul, ':i antara Inul di panggung da dengan memungut biaya tambahan (Kompas 2003d). ?ada beberapa kesempatan pen Berdasarkan uraian di atas, kita bisa mengandaikan kemungkinan ymg mengungkapkan pandang, besar Inul dibiarkan 'berselera rendah', seandainya ketenarannya :ian kontroversi yang baru terja tidak meluber jauh di luar kampung halaman sendiri dan kota-kota ~uh tepuk tangan. Tanpa kecual sekitarnya. Memang Inul tak pernah diusik sebelum ia dikenal secara ::-loral bagi Inul dan memintan~ nasional. Banyak rekan seprofesinya di masa lampau atau saat itu dilancarkan kepadanya. yang dibiarkan, karena kesuksesan mereka bahkan tidak mencapai Sementara aneka puja-puji setengah dari kesuksesan Inul. Penting untuk digarisbawahi pendapat ;:-ahlawan baru untuk bangsa In yang menyatakan bahwa, tuduhan pornografi, tak senonoh, dan erotis ki1..-uk berada di tengah-tengal terhadap Inul tidak ada apa-apanya dibandingkan para penyanyi ~erperan sebagai pembawa ac dangdut lain sebelum, selama maupun sesudah kontroversi pada 2.cara, memberi petunjuk kep tahun 2003 (Pioquinto 1995; Kompas 2003b, c, e). Bahkan pemimpin 3.tau berbicara. Konflik berwaj, organisasi massa Islam terbesar Nahdlatul Ulama, KH Hasyim :nenemui titik akhirnya di si Muzadi menyatakan setuju dengan hal ini, ketika Inul diserang oleh sebagai pemenangnya. Nyatany pemimpin dari pelbagai organisasi Islam yang lain. atas, melainkan ia juga diangkc Dengan logika yang sarna, kita bisa memahami bagaimana Derajatnya meningkat, tapi dia kontroversi Inul berakhir. Kemunculannya kembali pada Juni 2003, serta pelbagai predikat subversij konteks pertunjukannya, dan hadirin yang diundang menyaksikan dikukuhkan, setidaknya seb Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 41

:laan agama, kedaerahan, atau politik pementasannya di studio, segalanya bertolak-belakang dengan .;: pengamat yang menggugat standar pementasan yang biasa digelar Inul di kota-kota kecil di Jawa Timur ~gan atas. Mereka mempertanyakan, tak sampai setahun sebelumnya. Pada Juni 2003 Inul tampil berkilau­ ~ diserang habis-habisan, padahal kilau dengan gaun berwarna cemerlang, di studio yang diterangi hujan nembabi-buta dibiarkan begitu saja cahaya, di stasiun televisi yang paling sadar kalau dirinya merupakan )? bagian kalangan atas masyarakat Indonesia, Trans TV. Di lapisan atas ,an Time Asia, Inul tidak menanggapi gaunnya yang khusus dirancang oleh perancang busana papan atas, :ama berdasarkan ajaran agama. Yang ia mengenakan busana yang menyerupai jaket musim dingin dengan bulu-bulu binatang mengitari bagian lehernya. Jaket itu kemudian dilepasnya saat mulai menyanyikan lagu kedua diiringi oleh beberapa harus sadar bahwa Indonesia bukanlah kelompok penari latar profesional. Selama Inul tampil di layar televisi, demokratis ... Mengapa mereka sibuk di bagian bawah layar kaca terus-menerus muncul pesan berisi daftar . banyak VCD porno dan para pelacur di panjang nama-nama para perancang busana dan tata-rias papan at as aya karena saya adalah sasaran empuk. Jakarta yang turut ambil bagian dalam acara malam itu. (Walsh 2003) Banyak selebritas yang turut menghadiri acara pada malam tersebut. Mereka adalah bagian dari daftar para tokoh paling tenar injak, penegakhukumtidakmenolong dari kaum elit Jakarta yang dipilih dengan hati-hati berdasarkan bahan pendapatan dari mereka yang pandangan liberal mereka. Kamera menyorot mereka silih berganti menyelenggarakan pementasan Inul, di antara Inul di panggung dan para tamu undangan terhormat. han (Kompas 2003d). Pada beberapa kesempatan pembawa acara mewawancarai hadirin, .;:ita bisa mengandaikan kemungkinan yang mengungkapkan pandangan mereka tentang penampilan Inul a rendah', seandainya ketenarannya dan kontroversi yang baru terjadi. Banyak pendapat yang disambut pung halaman sendiri dan kota-kota riuh tepuk tangan. Tanpa kecuali, semua mengungkapkan dukungan rnah diusik sebelum ia dikenal secara moral bagi Inul dan memintanya tabah menghadapi serangan yang ~sinya di masa Iampau atau saat itu dilancarkan kepadanya. ~san mereka bahkan tidak mencapai Sementara aneka puja-puji membuat Inul tampil ibarat seorang enting untuk digarisbawahi pendapat pahlawan baru untuk bangsa Indonesia, Inul sesungguhnya tampak an pornografi, tak senonoh, dan erotis kilnlk berada di tengah-tengah tamu kalangan atas. Lelaki yang .panya dibandingkan para penyanyi ~erperan sebagai pembawa acara mengarahkan seluruh jalannya maupun sesudah kontroversi pada 2.cara, memberi petunjuk kepada Inul kapan tampil, menyanyi, mpas 2003b, c, e). Bahkan pemimpin 2.tau berbicara. Konflik berwajah jamak beberapa bulan yang lalu ;ar Nahdlatul Ulama, KH Hasyim :nenemui titik akhirnya di sini, dengan industri media keluar gan hal ini, ketika InuI diserang oleh 5ebagai pemenangnya. Nyatanya, Inul tidak saja ditarik oleh kelas-

asi Islam yang lain. 2 2.:as, melainkan ia juga diangkat sebagai bagian dari kalangan itu. ! t, kita bisa memahami bagaimana :;erajatnya meningkat, tapi dia dilucuti dari segala kewibawaannya :mculannya kembali pada Juni 2003, 5erta pelbagai predikat subversif orang pinggiran. Tata tertib kembali ladirin yang diundang menyaksikan dikukuhkan, setidaknya sebelum perdebatan anti-pornografi Diunduh dari

42 BUDAYA POPULER DI INDONESIA meledak, dan kasta kelas dalam politik kebudayaan papan atas sekali ~ Indonesia tidak ada organisasi y, lagi tampil unggul. ---:emet secara besar-besaran sepeJ :2skar Jihad, justru karena keterba Kesenjangan/Pemberdayaan Teknologi =-::Jj (Hefner 2003). Walau sudah b ;o::::"an penting VCD bagi kesuksesan Sudah saya jelaskan kemenangan kalangan atas dalam kisah Inul. =",,:::yebut VCD itu sebagai barang I Berikut ini, sebuah cerita yang sebaliknya, tentang keunggulan kelas­ ~X2: Bintang Indonesia 2003; Guna\\ bawahan. Pad a bagian awal ulasan tentang Inul, saya menyatakan :':':;-::J3 J.ll pentingnya peran teknologi digital bagi kesuksesan karier Inul. Saya Padahal pelbagai VCD Inul pac ingin membahasnya lebih jauh. ~ atau bajakan, dalam pengertian d Sepanjang kontroversi Inul, ada beberapa kesalah-kaprahan ~;: :ngan VCD resmi-asli yang ada sel dalam pendapat umurn rnengenai manfaat teknologi digital, terutama ~ \ ideo rekaman yang bisa dikataka di 'Dunia Ketiga' seperti Indonesia. Salah satu kesalahpahaman yang ..c'":;:....~ resmi atau asli. Kebanyal

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 43 n politik kebudayaan papan atas sekali di Indonesia tidak ada organisasi yang lebih banyak memanfaatkan internet secara besar-besaran seperti jaringan jihad yang bernama Laskar Jihad, justru karena keterbatasan sumber daya yang mereka an Teknologi miliki (Hefner 2003). Walau sudah banyak pengamat yang menyadari peran penting VCO bagi kesuksesan Inul, mereka tidak cermat ketika 19an kalangan atas dalam kisah Inul. menyebut VCO itu sebagai barang liar, bajakan, atau amatir (Bajuri sebaliknya, tentang keunggulan kelas­ 2002; Bin tang Indonesia 2003; Gunawan 2003; Kompas 2oo3a; Wasono lasan tentang Inul, saya menyatakan 2003).22 ~tal bagi kesuksesan karier Inu!. Saya Padahal pelbagai VCO Inul pada umumnya tidak bisa disebut liar atau bajakan, dalam pengertian diperbanyak secara tidak sah dari lUI, ada beberapa kesalah-kaprahan kepingan VCO resmi-asli yang ada sebelumnya. Oalam kasus ini, tidak 1ai manfaat teknologi digital, terutama ada video rekaman yang bisa dikatakan dilindungi hak cipta, statusnya esia. Salah satu kesalahpahaman yang :ebih resmi atau asli. Kebanyakan video Inul direkam dari pementasan ologi ini-seperti halnya teknologi lain iangdut di acara-acara terbuka seperti pernikahan, sunatan, atau mi kepentingan kaum yang berkuasa, ?l=ntas seni; kemudian diproduksi dalam jumlah besar sebelum dijual. ikian merupakan gejala umum dalam Sulit untuk menilai apakah hasil karya mereka amatiran atau bukan. n masyarakat, yang hidup di bawah illena banyak dari hasil rekaman tersebut yang mencantumkan gan pemahaman sejarah yang seakan­ :alisan 'tidak untuk dijual' selama rekaman dimainkan. Namun lliang-barang elektronik merupakan :::::lereka tidak terlalu amatiran dalam pengertian rekaman tersebut :u-satunya-komoditas yang pernah :'iedarkan secara luas untuk dijual. Mereka juga bukan barang liar 'cenderungan semakin lama semakin :::::lengingat bahwa nama lengkap dan alamat rind perusahaan yang ~ semakin mudah digunakan, dan ::1erekam gambar tersebut disebutkan dalam video. lli yang sebelumnya. Kecenderungan Cerita di balik proses produksi rekaman ini mungkin asing bagi <;i. dan konsumsi pelbagai ragam jam, ::::ereka yang tumbuh besar di tengah masyarakat industrial terdepan, h..uatannya sebagai arus demokratisasi :.~ mana kepemilikan pribadi dinilai oleh uang dan hak dpta sangat 'ap disalahpahami (sebagian melebih- :.Jindungi. Di kota-kota kedl di Jawa pada awal tahun 2000-an, terlalu menyepelekan). Ada pula :-enyanyi dangdut yang ingin cepat terkenal akan mendatangi n dengan segi hukum dan hak cipta ...:,saha rekaman setempat dan membayar beberapa juta rupiah agar duksi mekanis, terbentuknya bangsa- ;-=nampilan mereka saat bernyanyi direkam dengan kamera video. 1ilikan pribadi di bawah kapitalisme ?e:1gambilan gambar bisa dilakukan di studio rekaman tanpa ;o:::1onton, atau saat penyanyi itu sedang berpentas langsung dalam =sempatan bagi kita untuk menguji ~dTa ... acara tersebut. Penyanyi-penyanyi baru itu biasanya kemudian 1 terse but. Mereka yang menekankan ~~n mengedarkan salinan rekaman videonya kepada ternan dan )agai pelosok dunia ada benarnya, ..:.:::-abatnya sebagai bahan promosi (Kompas 2oo3f). Boleh jadi, dalam nenyederhanakan persoalan dengan =--==erapa kasus, beberapa judullagu tertentu kemudian diperbanyak :emampuan masyarakat kalangan­ ::.i.am jumlah besar untuk dijual tanpa izin terlebih dahulu dari 'ltungan yang tersedia bagi mereka :O:::1yanyinya. Tidak selalu penyanyinya tidak mengetahui hal itu. g sarna. Contohnya, di awal abad 21 Diunduh dari

E 44 BUDAYA POPULER OJ INDONESIA

Dalam kasus yang melibatkan penyanyi yang lebih populer seperti ';:l' am perseteruan ideologis budaya Inul, penyanyi yang direkam penampilannya mungkin tidak dipungut :.2 ..:"Un yang diambil untuk kajian di bayaran. Rekaman mungkin saja diambil dengan seizin penyelenggara =t:liputi beragam teknologi media, acara, mungkin tanpa izin penyanyinya. Salinan rekaman inilah yang ~::2..:"a televisi (Bab 5, 6, 7, dan 8), da: terse bar di antara ternan dan kerabat, lalu tiba di tangan seseorang 3.ab 9)· yang memiliki jiwa wiraswasta tinggi, dan memperbanyak untuk Apa yang menyatukan pelbaga dijual di jalanan. :o:::-sama pada persoalan identitas 1 Entah penyanyinya yang punya prakarsa dan membayar biaya ~::ionesia, sebagaimana terungkap ( rekaman atau penampilan mereka direkam begitu saja tanpa :.~:.:ru masa yang penuh harapan, sek persetujuan terlebih dahulu, hasil keuntungan penjualan biasanya ;.c:ta kerinduan pada beberapa peri tidak dibagi untuk para penyayi itu. Namun belum ada satu pun dari :.i.am sejarah Indonesia yang ditanc mereka yang dilaporkan mengeluh, menuntut hak ciptanya supaya J:£}.,:uasaan dalam ukuran kecil, tra dihormati, at au meminta jatah bagi hasil keuntungan. Malahan Csis ekonomi, serta ketegangan di ar sebaliknyalah yang terjadi. Dalam semua pemberitaan mengenai .;:: n menguatnya kepercayaan akan hal ini, termasuk yang menyinggung Inul, kebanyakan artis malah :;.;:ngan gaya dan corak berbeda, seti berterima kasih, mengaku mendapat keuntungan non-material dan :.-_-:ci dan mendalam, mempertimt secara tidak langsung dipromosikan oleh peredaran VCD-VCD yang ".--a.."1g membawa tindakan produksi ( tidak resmi itu (Bajuri 2002; Wasono 2003). Inilah latar belakang ~am dan tingkat populer. Setiap bal yang sering disalahpahami orang, sehingga seorang wartawan Time ;oersoalan yang lebih luas tentang Asia memberikan kesimpulan yang sulit diterima yakni "Orang­ :.:!...cig terlibat dalam kegiatan produks orang Indonesia menyerbu kepingan VCD Inul yang diperbanyak SC!U dekade sebelumnya. secara tidak sah... mungkin menjadikannya sebagai musisi pertama Dalam Bab 2, Marshall Clark I yang berhutang budi kepada pembajakan ketenarannya" (Walsh ?nder, dan sensor dalam perfilm~ 2003). Dalam dunia pasca-modernitas mutakhir, teknologi digital =cnempatkan sinema Indonesia dal, bekerja bagi, dan melayani, rakyat jelata lewat cara yang tidak selalu so::>i.al-politik Indonesia yang lebih bisa dimengerti atau masuk akal bagi kalangan kelas-atas dengan !:...-'1ema Indonesia diuntungkan dari I segudang pemahaman mereka soal kepastian hukum, hak cipta, dan :2.-'1 apakah perkembangan sinema 1 kepemilikan pribadi. ::....-:caman baru yang tidak diharapk :~aimana film-film Indonesia itu Dari Bab ke Bab :t::sebut. Dengan menganalisis prod :o::~erapa film Indonesia, bab ini mem Bab-bab berikut dalam buku ini secara lebih khusus dan rinci meneliti =-=-:am sinema Indonesia, termasu sisi lain dari aneka persoalan yang dikemukakan di bab pertama ::-.. askulinitas, yang sampai sekarang s ini. Bab-bab tersebut membahas sejumlah masalah lama maupun ;:-..:3.ut pandang maskulin dalam m mutakhir, seputar kebangsaan (Bab 2,3,4, dan 8); Keasiaan (Bab 3 dan :~;;;a disimak dengan memahami logi 5); globalisasi (Bab 6); gender (Bab 2,5,7, dan 9); kaum muda (Bab 3, ::-.. askulin yang terdapat dalam dunia 6, dan 9); etnisitas (Bab 4); dan kelas sosial (Bab 5 dan 9) yang muncul Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 45 n penyanyi yang lebih populer seperti dalam perseteruan ideologis budaya pop Indonesia mutakhir. Bahan­ )enampilannya mungkin tidak dipungut bahan yang diambil untuk kajian diambil dari pelbagai sumber dan :lja diambil dengan seizin penyelenggara meliputi beragam teknologi media, termasuk film (Bab 2, 3, dan 4); nyanyinya. Salinan rekaman inilah yang acara televisi (Bab 5, 6, 7, dan 8), dan panggung konser di perkotaan kerabat, lalu tiba di tangan seseorang mab 9). sta tinggi, dan memperbanyak untuk Apa yang menyatukan pelbagai bab berikut adalah perhatian ~ersama pada persoalan identitas bagi sebagian besar masyarakat . punya prakarsa dan membayar biaya :ndonesia, sebagaimana terungkap dalam budaya populer masa ini, mereka direkam begitu saja tanpa yakni masa yang penuh harapan, sekaligus ancaman, ketidakpastian, hasil keuntungan penjualan biasanya serta kerinduan pada beberapa peristiwa di masa lalu. Inilah masa iyi itu. Namun belum ada satu pun dari dalam sejarah Indonesia yang ditandai oleh tersebarnya pusat-pusat 1ge1uh, menuntut hak dptanya supaya ;';:ek-uasaan dalam ukuran kedl, trauma pasca-otoritarianisme dan .tah bagi hasil keuntungan. Malahan Jaisis ekonomi, serta ketegangan di antara rayuan kenikmatan duniawi Dalam semua pemberitaan mengenai ;:ian menguatnya kepercayaan akan jalan keluar yang bersifat Ilahi. inggung Inul, kebanyakan artis malah Jengan gaya dan corak berbeda, setiap bab berikut mengulas secara endapat keuntungan non-material dan ~ci dan mendalam, mempertimbangkan keadaan sosio-historis losikan oleh peredaran VCD-VCD yang :.-ang membawa tindakan produksi dan konsumsi kebudayaan pada : \Vasono 2003). Inilah latar belakang ::-agam dan tingkat populer. Setiap bab juga akan mempertimbangkan cang, sehingga seorang wartawan Time ;-ersoalan yang lebih luas tentang tawar-menawar identitas so sial m yang sulit diterima yakni "Orang­ :.-ang terlibat dalam kegiatan produksi dan konsumsi budaya pop dari (epingan VCD Inul yang diperbanyak satu dekade sebelumnya. menjadikannya sebagai musisi pertama Dalam Bab 2, Marshall Clark menjelajahi keterkaitan politik, :a pembajakan ketenarannya" {Walsh ~..:nder, dan sensor dalam perfilman Indonesia mutakhir. Dengan lOdemitas mutakhir, teknologi digital :::lenempatkan sinema Indonesia dalam konteks proses transformasi lkyat jelata lewat cara yang tidak selalu 5-:sial-politik Indonesia yang lebih luas, ia menguji seberapa jauh aka! bagi kalangan kelas-atas dengan ~"lema Indonesia diuntungkan dari porak-porandanya sistem sensor, a soal kepastian hukum, hak cipta, dan .:2J"l apakah perkembangan sinema berada di bawah bayang-bayang .=...-:.caman baru yang tidak diharapkan. Bab ini juga akan melihat :,agaimana film-film Indonesia itu menyikapi pelbagai ancaman :::::.7sebut. Dengan menganalisis produksi, konsumsi, dan keindahan :-::: 'Jerapa film Indonesia, bab ini menunjuld

46 BUDAYA POPULER DI INDONESIA

Persoalan gender dari sudut pandang perempuan atau terutama ~:~ah-olah sebagai sebuah perlawi dari tokoh-tokoh perempuan dalam film-film Indonesia disimak : -::?:.-a pop Amerika. Aspek pentin! secara kritis oleh David Hanan dalam Bab 3. Dia membandingkan :=:-,:2.~g perempuan kota kelas-ba, dua film Indonesia (Catatan Si Boy, 1987, danAdaApa dengan Cinta?, :"0--31"1 mereka pada tokoh drama tel 2001) dengan dua film Thailand (Kling Wai Gorn Por Son Wai, 1991, -=-~ ;nemaparkan bagaimana pengat dan Girl Friends, 2002). Berdasarkan tafsirannya terhadap film-film :=...:.adap sikap penonton ketika n tersebut, Hanan berpendapat bahwa film-film itu memberi perhatian .:.:2:..: perempuan) dalam tayangan te pada penciptaan ulang dan pemeliharaan tradisi, sambil merangkul Bab 6 melanjutkan penelitial budaya masa depan. Hanan mengulas perbedaan mendasar dalam -.:. -::.isi menyihir penonton urban, k. gagasan tentang kelompok sosial yang terhimpun dalam film-film ~-: selera kelasyang amat berbeda. I tersebut, khususnya dalam bahasa tubuh dari film-film sejenis di =-=I:1pelajari bagaimana identitas sel Barat. ~-: 'Jleh media di Indonesia abad 21 Dalam Bab 4, saya menawarkan sebuah kajian awal tentang makna :.i.am televisi, terutama ajang pen politis meningkatnya kehadiran minoritas etnis Cina dalam budaya ,;:: -- Akademi Fantasi Indonesia, ( populer Indonesia mutakhir. Bab ini menganalisis dua film semi­ :2: iill mempersoalkan imperialisI historis terbaru, Ca-bau-kan (2002) dan Gie (2005), dilatarbelakangi i...:"'-::1 dengan penonton, dan 'glokali perubahan yang lebih luas dalam kesusastraan, tayangan televisi, J: ~sasi). Bahan-bahan penelitian ( dan gaya hidup urban. Kedua film itu menceritakan peranakan Cina­ :.-a...-:g kaya untuk menjelajahi lebil Indonesia sebagai tokoh utama. Untuk melengkapi pemahaman s;;.: ::sumsi selebritis Indonesia mas a tentang kecenderungan baru itu, perlu dikemukakan pula kisah ..:...-.tuk menguji gagasan 'penonton panjang hilangnya minoritas etnis Cina dari kancah perfilman, ~-J Dalisasi serta meningkatnya kor kesusastraan nasional Indonesia, serta pembungkaman masalah sosial :d...-ang maupun kegiatan. Yang pE yang menimpa kelompok etnis minoritas ini. Lenyapnya kelompok :'..:.':aya pop Asia di masa depan de ini dari media massa sangatlah janggal, mengingat perhatian besar­ :d...1.wa bukan saja telah terbentul be saran yang diberikan pada mereka di ragam komunikasi massa =,:~ainkan juga ada sejenis sosok 1 yang lain dan mengingat sumbangan besar peranakan Cina-Indonesia =-:nuntut kita menimbang ulang I dalam proses produksi sastra dan perfilman Indonesia. :--..:.~ungan tentang artis-penggemar ( Bab berikutnya mengulas tema yang tidak jauh berbeda. Dua bab berikutnya masih me Rachmah Ida meneliti ketenaran seri drama televisi impor-Asia dalam 3..::ra yang menampilkan mimpi da] masyarakat Indonesia kini. Ketenaran itu mencapai lingkup yang juga ::;"oh-tokoh papan at as di negeri it belum pernah terjadi sebelumnya. Pelbagai sinetron asing terse but =,:musatkan perhatian pada 'acara! menghadirkan tokoh utama bertampang 'oriental', dan berbicara --"orainment'. Acara ini umumnya dalam bahasa Mandarin di hadapan penonton dalam masyarakat yang ~iJuran di waktu luang. Namun, masih cukup kental sentimen anti-Cina. Dalam masyarakat ini siapa :::'-ltalffiir, Yulianto berpendapat bal pun yang bertampang 'oriental' tanpa pandang bulu akan dianggap :::enjadi kegiatan utama bagi ban) sebagai keturunan Cina. Penulis tergelitik bagaimana pasar televisi =..:t..yak gad is belia, mahasiswi, ibu n lokal menerima dan menikmati drama televisi asing (bukan-Barat) !;alldrung dengan program yang ditay Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 47

dut pandang perempuan atau terutama seolah-olah sebagai sebuah perlawanan terhadap dominasi panjang n dalam film-film Indonesia disimak budaya pop Amerika. Aspek penting lain dalam bab ini adalah kajian lan dalam Bab 3. Dia membandingkan tentang perempuan kota kelas-bawah di kota Surabaya, terutama ;i Boy, 1987, danAdaApa dengan Cinta?, gairah mereka pada tokoh drama televisi Taiwan, Meteor Garden. Bab md (Kling Wai Gorn Por Son Wai, 1991, ini memaparkan bagaimana pengaruh posisi kelas, gender, dan usia lasarkan tafsirannya terhadap film-film terhadap sikap penonton ketika menyaksikan tokoh-tokoh (lelaki : bahwa film-film itu memberi perhatian at au perempuan) dalam tayangan televisi tersebut. >emeliharaan tradisi, sambil merangkul Bab 6 melanjutkan penelitian tentang bagaimana tayangan mengulas perbedaan mendasar dalam televisi menyihir penonton urban, kali ini dengan fokus pada harapan 50 sial yang terhimpun dalam film-film dan selera kelas yang amat berbeda. Dalam kajiannya, Penelope Coutas bahasa tubuh dari film-film sejenis di mempelajari bagaimana identitas selebritis baru telah tercipta di dalam dan oleh media di Indonesia abad 21. Dengan menelaah reality shows arkan se buah kajian awal tentang makna dalam televisi, terutama ajang pencarian bakat seperti, Indonesian ran minoritas etnis Cina dalam budaya Idol, Akademi Fantasi Indonesia, dan Kontes Dangdut Indonesia, '. Bab ini menganalisis dua film semi­ ::'ab ini mempersoalkan imperial is me budaya, globalisasi, interaksi (2002) dan Gie (2005), dilatarbelakangi a1.-rif dengan penonton, dan 'glokalisasi' (perkawinan globalisasi dan dalam kesusastraan, tayangan televisi, lokalisasi). Bahan-bahan penelitian dalam bab ini menyajikan sumber l film itu menceritakan peranakan Cina­ yang kaya untuk menjelajahi lebih jauh persoalan produksi dan :ama. Untuk melengkapi pemahaman s:onsumsi selebritis Indonesia masa kini. Ia juga membuka peluang u itu, perlu dikemukakan pula kisah :mtuk menguji gagasan 'penonton aktif, interaktif dalam konteks ts etnis Cina dari kancah perfilman, globalisasi serta meningkatnya komersialisasi kebudayaan, berupa 5ia, serta pembungkaman masalah sosial wang maupun kegiatan. Yang penting diperhatikan bagi kajian nis minoritas ini. Lenyapnya kelompok :udaya pop Asia di masa depan dari bab ini, Coutas berpendapat ah janggal, mengingat perhatian besar­ ':.almra bukan saja telah terbentuk selebritis baru di Indonesia, a mereka di ragam komunikasi massa ::1elainkan juga ada sejenis sosok penggemar baru. Penemuan ini ,bangan besar peranakan Cina-Indonesia ::1enuntut kita menimbang ulang pemahaman tradisional tentang dan perfil man Indonesia. ::Jbungan tentang artis-penggemar di dalam dan di luar Indonesia. lias tema yang tidak jauh berbeda. Dua bab berikutnya masih membahas acara televisi, terutama ran seri drama televisi impor-Asia dalam ~.::ara yang menampilkan mimpi dan cibiran tentang, atau di antara etenaran itu mencapai lingkup yang juga :.:koh-tokoh papan atas di negeri inL Dalam Bab 7, Vissia Yulianto mnya. Pelbagai sinetron asing terse but :::.emusatkan perhatian pada 'acara gosip' yang biasa dikenal sebagai 1 bertampang 'oriental', dan berbicara -/otainment'. Acara ini umumnya biasa dipahami sebagai pilihan :dapan penonton dalam masyarakat yang :-...:'::mran di waktu luang. Namun, dalam masyarakat Indonesia

[l anti-Cina. Dalam masyarakat ini siapa =utakhir, Yulianto berpendapat bahwa menonton acara gosip telah tal' tanpa pandang bulu akan dianggap =-_enjadi kegiatan utama bagi banyak perempuan sepanjang hari. lUlis tergelitik bagaimana pasar televisi 3.anyak gadis belia, mahasiswi, ibu rumah tangga, dan pekerja begitu nati drama televisi asing (bukan-Barat) pndrung dengan program yang ditayangkan di antara pukul7 pagi dan Diunduh dari

pukulS sore. Tidak seperti reality shows yang mereka-reka 'kehidupan :::t:=":.=ngkar pertalian yang serin nyata' (misalnya Big Brother), infotainment sifatnya dokumenter, tapi '~~ dan ketakberdayaan masyaI diproduksi dan dikonsumsi terutama untuk nilai hiburannya. lsi ~~Inul). utamanya berupa perselingkuhan, perceraian, pertengkaran antar­ Se:nua bab dalam buku ini 1 artis dan kabar-kabur sejenis. Penelitian ini menelaah bagaimana .:..L-: ~berapa jawaban), tentar 'acara go sip' telah berkembang lebih lanjut menjadi sebuah pola ~~i identitas dalam masyarak bergosip-ria...... 2"~~'1 pembentukan dan negosa Dalam bab berikutnya, Edwin Jurriens menakar pentingnya ~~,':::::-. etnisitas, kelas, kedaerah program televisi yang pernah populer, Newsdotcom, yang mengisahkan ~L::_-:: muda muncul sebagai pt sebuah negeri rekaan bernama Republik Mimpi. Tayangan ini bisa 5.t-".:~an penulis dalam buku ini dengan mudah bisa digolongkan sebagai sebuah parodi, tapi Jurriens ce-~ dari Indonesia dan Australi, berpendapat ada banyak hal yang lebih penting yang bisa dikupas Ie bih iC'~~' ii bidang budaya pop yang lanjut. Menggunakan konsep hiper-realitas, atau realitas simulasi, k:=~-utas intelektual kajian Indl penulis menilai tayangan televisi itu sebagai upaya orang Indonesia :r:e:."::Jba memberikan sekeping berkiblat demokratis untuk memproyeksikan dan mengukuhkan i.::..2....-: budaya, media, dan kajian / visinya tentang Reformasi sebagai perbaikan atas situasi sosial, politik, :;e.-2..iyaan yang sarna pentingnya dan ekonomi. Menurut Jurriens, acara ini memisahkan 'simulasi' dari ::.:.= ::!ereka yang bekerja di bidang 'simulakra' (serakan tanda yang samar, hampa, dan non-referensial) 3Ul-.Ll ini tidakdimaksudkan UI sambil menandakan sebuah tahapan baru dalam kehidupan sosial ~':':'2.h teori baru. Namun, mel a dan politik Indonesia dimana rakyat tidak perlu lagi mengandalkan ~--:':'::1 pulkan dari sumber langsung cara-cara sederhana dan tidak langsung, seperti halnya parodi, untuk :-::-:o:::-apa persoalan metodologi menyatakan perbedaan atau pembangkangan di muka umum. :~ ~enelitian teoretis selanjutny Dalam kajian terpisah tentang tayangan televisi, dua bab '-2..'"..:.s di masyarakat lain. Bab ini s terakhir sarna-sarna berurusan dengan persoalan membedakan :o:::...-:.~jtian soal budaya pop secar. fakta dan realitas dalam konsumsi televisi. Persoalan yang tidak ~o::::-"2..l~ dilakukan selama ini sebag, jauh berbeda ditelaah di bab terakhir oleh Max M. Richter. Penulis =_:.=Jillir, termasuk Indonesia. M. meneliti beberapa acara musik di Yogyakarta pada tahun 2001, dan ::::<:) dan perdebatan Undang-Un mengambarkan sumbangan para peserta acara yang sangat jasmaniah :.,:.:.r5 tidak dapat disempitkan seba~ itu sebagai berada di 'Dunia Lain'. Berdasarkan latar pertunjukan ~-::":.ahan persoalanlainyang 'lebih dan gerak tarian, 'fisikalisasi' musik 'Dunia Lain' itu dapat dibagi ~~-e::1a kenyataannya, kontroversi dalam dua golongan: tarian kesurupan dari kampung dan wilayah a.=.:-.;ng perpolitikan nasional, t komersial yang menggoyang keseluruhan tubuh dalam perlawanan .:0:::--:-.ahaman tentang identitas da dan/atau perayaan. Bab ini berpendapat bahwa kegiatan 'Dunia -.~' 3m perdebatan yang cenderung Lain' itu memberi jalan keluar bagi ungkapan yang menjembatani =:25a depan Indonesia, dan kebE kesenjangan penyanyilpenonton, keterpisahan gender, generasi, dan :2...-:ssa yang majemuk menghadap kelas. Dengan membandingkan beberapa bentuk budaya populer Dua persoalan metodologis yang ditemukan di pedesaan dan wilayah komersial, bab ini juga =o::::1ilik kontroversi Inul. Pertama, Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 49

:ty shows yang mereka-reka 'kehidupan rnembongkar pertalian yang sering dikatakan orang antara perilaku njotainment sifatnya dokumenter, tapi 'kasar' dan ketakberdayaan masyarakat di Jawa (seperti dilihat dalam erutama untuk nilai hiburannya. lsi kasus Inul). nan, perceraian, pertengkaran antar­ Semua bab dalam buku ini mengangkat sejumlah pertanyaan . Penelitian ini menelaah bagaimana idan beberapa jawaban), tentang pelbagai upaya merumuskan 19 lebih lanjut menjadi sebuah pola kembali identitas dalam masyarakat Indonesia pasca-otoritarian. Di \\ilayah pembentukan dan negosasi identitas yang rumit, persoalan Ed\\in Jurriens menakar pentingnya gender, etnisitas, kelas, kedaerahan, kebangsaan, globalisasi, dan 'puler, Newsdotcom, yang mengisahkan kaum muda muncul sebagai persoalan yang paling mendesak a Republik Mimpi. Tayangan ini bisa Sebagian penulis dalam buku ini merupakan peneliti muda yang ill sebagai sebuah parodi, tapi Jurriens :,erasal dari Indonesia dan Australia, yang berupaya mencari wawasan 19 lebih pentingyang bisadikupas lebih segar di bidang budaya pop yang memang baru berkembang dalam hiper-realitas, atau realitas simulasi, ;';:.Jrnunitas intelektual kajian Indonesia dan kajian Asia. Buku ini ,isi itu sebagai upaya orang Indonesia ::1encoba memberikan sekeping sumbangan sederhana terhadap memproyeksikan dan mengukuhkan Djian budaya, media, dan kajian Asia dengan mengangkat sejumlah gai perbaikan atas situasi so sial, politik, ;:-ertanyaan yang sarna pentingnya bagi peneliti, praktisi, mahasiswa s. acara ini memisahkan 'simulasi' dari 2an mereka yang bekerja di bidang-bidang tersebut . .g samar, hampa, dan non-referensial) Buku ini tidak dimaksudkan untuk mendalami atau menciptakan ahapan baru dalam kehidupan sosial sebuah teori baru. Namun, melalui kajian kritis atas bahan yang rak:yat tidak perlu lagi mengandalkan 2:1.11mpulkandarisumber langsung di lapangan, buku ini memaparkan !angsung, seperti halnya parodi, untuk =-=berapa persoalan metodologi penting yang mungkin berguna :mbangkangan di muka umum. :-2.gi penelitian teoretis selanjutnya dan studi perbandingan dengan :entang tayangan televisi, dua bab :'-bus di masyarakat lain. Bab ini sudah menyerukan betapa penting an dengan persoalan membedakan ;:~::lelitian soal budaya pop secara lebih mendalam daripada yang sumsi televisi. Persoalan yang tidak ;:~~ah dilakukan selama ini sebagai bagian dalam kajian masyarakat terakhir oleh Max M. Richter. Penulis =.ltakhir, termasuk Indonesia. Makna kontroversi Inul pada tahun ,;: di Yogyakarta pada tahun 2001, dan :::'J3 dan perdebatan Undang-Undang Anti-Pornografi pada tahun fa peserta acara yang sangat jasmaniah :y)6 tidakdapat disempitkan sebagai sumber informasi berhargaatau Lain'. Berdasarkan latar pertunjukan :~... :-:1bahan persoalan lain yang 'lebih penting', misalnya politiknasional. musik 'Dunia Lain' itu dapat dibagi urena kenyataannya, kontroversi tersebut justru berada persis di esurupan dari kampung dan wilayah 2...... amg perpolitikan nasional, tempat bersemayamnya beragam :::eseluruhan tubuh dalam perlawanan ;:-=:-:tahaman tentang identitas dan harga-diri. Yang dipertaruhkan berpendapat bahwa kegiatan 'Dunia :.Lam perdebatan yang cenderung memecah belah bangsa ini adalah r bagi ungkapan yang menjembatani -.:>sa depan Indonesia, dan keberlangsungannya, sebagai negara­ m. keterpisahan gender, generasi, dan :"2..::gsa yang majemuk menghadapi ancaman perpecahan atau tirani. m beberapa bentuk budaya populer Dua persoalan metodologis perlu diingat baik-baik dalam dan wilayah komersial, bab ini juga ~::1ilik kontroversi Inu!. Pertama, perlunya memperluas kajian lebih Diunduh dari

• 2--':'~ daripada sekadar pembacaan yang cermat terhadap karya budaya _ Oi paruh pertama dekade l' ?JP tertentu, dan kemudian secara kuantitatif mengukur produksi =e::1adukan tiga ideologi uta rna yan: '~:onalisme, Agama, dan Komunisr dan konsumsinya, sebagaimana banyak dilakukan penelitian dalam ...:.:...-: yang juga ikut memberi ilham SE bidang ini. Mempertimbangan konteks politik dan sejarah kontroversi )..::.<1 juga pernah membahas keem] itu wajib sifatnya, bukan pilihan, demi memahami makna rangkaian :"'-:;:;Jnesia (Heryanto 2005: 63-65).

perdebatan yang berlangsung panjang secara utuh. Hal ini berlaku ~ Harvey (1992: 9-12) mengilhami lebih luas ketimbang soal kemerosotan moral yang telah diungkapkan - Oisutradarai oleh Bobby San banyak pihak. Kedua, bab ini juga menggambarkan bagaimana kerja :e~gan judul yang sarna, di tulis 01 lapangan dalam bentuk penelitian etnografis bisa memberi manfaat .. ~-:g diringkas di sini, berdasarkan p penting dalam kajian budaya pop. Penelitian soal kontroversi Inul - :,,·elnya. Ria Irawan (sebagai Trima akan cacat bila tidak disertai pemahaman yang memadai tentang ?estival Film Indonesia untuk kate go seluk-beluk rinci pada periode awal penampilannya dan penggunaan Ini merupakan periode yang d teknologi digital di kalangan bawah. Sisi karier Inul yang disebut ~e,hatian dari beragam peneliti de belakangan itu tidak bisa tersedia begitu saja di toko-toko buku Saya merujuk pada beberapa bacaan :entang pengaruh kekerasan pada per atau perpustakan besar. Sesungguhnya soal-soal penting ini luput Janyak orang Indonesia di tahun 199 dari perhatian para peneliti kelas-menengah dan pengamat budaya Untuk sejarah singkat bentuk a ... lainnya. [] '.llltuk bentuk yang lebih baru lihat K 8. Perubahan sosial pada masa in analisis dengan tekanan dan penjelas, CATATAN :::000) mungkin lebih dikenal banya adak semata-mata berisi pujian (liha Penulis berterima kasih kepada Joel Kahn, Miriam Lang, dan Max Richter 9. Walsh (2003) memberi perkira, atas masukannya yang sangat berguna terhadap versi awal naskah bab ini. SI,700' (dolar AS). Namun, mereka tidak bertanggung jawab atas kekurangan dalam bab ini. 10. Untuk taksiran dan perhitung 1. Selama turnya ke Indonesia pada tahun 1988, dan menyusul konser mungkin melebihi gaji seorang Presi( di Jakarta yang menimbulkan kericuhan, Mick Jagger dibajak oleh menteri II. Beberapa partai politik ini negara Orde Baru untuk menemaninya meluncurkan reli sepeda (Foulcher dukungannya pada tahun 2004, 1990: 304). Hal ini mengingatkan saya pad a perbincangan di awal tahun 30,000,000,000 untuk 24 acara pertUl 1990-an dengan penyair-dan-wartawan Goenawan Mohammad. Ketika 2004). Dia menolak. Inul selalu menj saya tanya apakah dia tertarik mencalonkan diri sebagai presiden di waktu yang akan datang, dengan gaya khasnya, dia menjawab dia tidak memenuhi 12. Saya sudah membahas sebelumr persyaratan karena tidak bisa bermain saxofon (menyindir Presiden Clinton lebih ringkas (Heryanto 2006a). yang memainkan saxofon seperti diberitakan di media Indonesia). 13. Untuk pembahasan lebih jauh sc 2. Krisis yang melanda industri film di awal tahun I990-an disebabkan oleh nilai kepribumian di Indonesia, lihat beberapa faktor, termasuk sensor negara, banjir film-film imp or, terutama \'"ilai-nilai Asia lihat kajian Ang dan S dari Hollywood, munculnya jaringan televisi swasta dengan program hiburan 14. Hera Diani (2oo4a) dari Jakar yang menarik, dan penyebarluasan video, kebanyakan berupa bajakan yang metropolitan ketika mencatat bahwa murah (Sen dan Hill 2000: 137-41). "tidak lagi muncul sebagai perempua Diunduh dari

BUDAYA POP DAN PERSAINGAN IDENTITAS 51

:tan yang cermat terhadap karya budaya 3. Di paruh pertama dekade 1960-an, Presiden Soekarno berupaya ;ecara kuantitatif mengukur produksi memadukan tiga ideologi utama yang disebutnya Nasakom, singkatan untuk 1a banyak dilakukan penelitian dalam Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Untuk mendapatkan sudut pandang lain yang juga ikut memberi ilham sebagian analisis saya, lihat Cribb (1999). konteks politik dan sejarah kontroversi Saya juga pernah membahas keempat kekuatan utama yang membentuk ill, demi memahami makna rangkaian Indonesia (Heryanto 2005: 63-65). panjang secara utuh. Hal ini berlaku 4. Harvey (1992: 9-12) mengilhami saya untuk pemahaman ini. ~rosotan moral yang telah diungkapkan S. Disutradarai oleh Bobby Sandy, film tersebut berdasarkan novel uga menggambarkan bagaimana kerja dengan judul yang sarna, di tulis oleh Titie Said (1986). Analisis Foulcher, ;tian etnografis bisa memberi manfaat yang diringkas di sini, berdasarkan pada film, yang sedikit menyimpang dari pop. Penelitian soal kontroversi Inul novelnya. Ria Irawan (sebagai Trima) memenangkan Anugerah Citra dalam pemahaman yang memadai tentang Festival Film Indonesia untuk kategori Aktris Pendukung. awal penampilannya dan penggunaan 6. Ini merupakan periode yang digelapkan dan telah mendapat banyak bawah. Sisi karier Inul yang disebut perhatian dari beragam peneliti dengan kesimpulan yang berbeda-beda. 'sedia begitu saja di toko-toko buku Saya merujuk pada beberapa bacaan penting soal kajian ini dalam penelitian tentang pengaruh kekerasan pada pertengahan tahun 1960-an bagi kehidupan 199uhnya soal-soal penting ini luput banyak orang Indonesia di tahun 1990-an (Heryanto 2006b). ~Ias-menengah dan pengamat budaya 7. Untuk sejarah singkat bentuk awal dangdut lihat YOT dan Mutia (2003), untuk bentuk yang lebih baru lihat Kompas (2003b). 8. Perubahan so sial pada masa ini telah membangkitkan begitu banyak analisis dengan tekanan dan penjelasan beragam. Karya Robert Heffler (1999, 2000) mungkin lebih dikenal banyak orang, kendati resensi atas buku itu tidak semata-mata berisi pujian (lihat Fealy 2001). )el Kahn, Miriam Lang, dan Max Richter 9. Walsh (2003) memberi perkiraan yang lebih kecil, 'dari $1,100 hingga guna terhadap versi awal naskah bab ini. SI,700' (dolar AS). 5 jawab atas kekurangan dalam bab ini. 10. Untuk taksiran dan perhitungan pendapatannya lebih lanjut, yang ?ada tahun 1988, dan menyusul konser mungkin melebihi gaji seorang Presiden, lihat CyberTainment (2003). icuhan, Mick Jagger dibajak oleh menteri ninya meluncurkan reli sepeda (Foulcher :1. Beberapa partai politik ini begitu bernafsu untuk memperoleh dukungannya pada tahun 2004, sampai ada yang menawarkan Rp 1 saya pada perbincangan di awal tahun rrawan Goenawan Mohammad. Ketika 30.000,000,000 untuk 24 acara pertunjukan selama kampanye partai (Tempo ncalonkan diri sebagai presiden di waktu :004). Dia menolak. Inul selalu menjaga jarak dari partai politik mana pun. asnya, dia menjawab dia tidak memenuhi :2. Saya sudah membahas sebelumnya soal ketegangan ini dalam versi yang :lain saxofon (menyindir Presiden Clinton :ebih ringkas (Heryanto 2006a). iberitakan di media Indonesia). _~. Untuk pembahasan lebih jauh soal upaya menyebarkan perangkat nilai­ ilm di awal tahun 1990-an disebabkan oleh ::::ai kepribumian di Indonesia, lihat Bourchier (1997); untuk kritik terhadap negara, banjir film-film imp or, terutama ',:ilai-nilai Asia lihat kajian Ang dan Stratton (1995), juga Chua (1995). In televisi swasta dengan program hiburan Hera Diani (2oo4a) dari Jakarta Post keliru besar dan amat bias­ I video, kebanyakan berupa bajakan yang :::etropolitan ketika mencatat bahwa setelah menjadi terkenal dan kaya Inul ':idak lagi muncul sebagai perempuan kota kecil yang malu-malu". Diunduh dari

52 BUD.WA POPULER Dr INDONESIA

15. Betawi biasa dikenal sebagai komunitas suku 'asli' Jakarta dan wilayah di sekitarnya. 16. Secara kebetulan saya mencatat kasus lain yang serupa. Pertunjukan teater paling sukses secara komersial di Indonesia Opera Keeoa oleh Teater Koma memuat lelucon dengan sindiran kesalehan dan moralitas Islam ketika pertama kali dipentaskan pada tahun 1985, tapi bagian ini dihilangkan ketika sandiwara yang sarna dipentaskan pada tahun 2003. Untuk pembahasan aspek lain Opera Keeoa, lihat Zurbuchen (1990). B 17. Sebuah acara musik di televisi yang menampilkan tokoh kontroversial Sinema Inul juga dicekal di Malaysia, karena dianggap 'terlalu merangsang' (jakarta Menjelajahi Budaya tv Post 2oo3d). dan ~ 18. Beberapa perkecualian adalah Kompas (2oo3i), Suryakusuma (2oo3a, b), dan Sutarto (2003), semua yang mengakui tradisi berabad-abad di Jawa yang Mars bisa membantah pendapat bahwa erotisme Inul merupakan sesuatu yang 'asing' bagi jatidiri, budaya, dan sejarah Indonesia. 19. Tengok kritik tentang bagaimana 'rakyat jelata' dibayangkan dan diperalat oleh wacana kelas-menengah di media dalam tulisan Weintraub Pendahuluan (2006). Untuk pembahasan pertautan kelas yang terpinggirkan dan gender yang tertindas dalam pelbagai pertunjukan dangdut di Jawa, Ii hat Browne Bab ini bertujuan menganalisis (2000), atau dangdut di masa pembentukan masyarakat madani di Indonesia, ranah budaya dan media Indon lihat Mulligan (2005). dalam film-film terbarunya. Kt 20. Kebetulan, kota kelahiran Inul bersebelahan dengan Marsinah, aktivis menelaah peran hegemoni ko buruh legendaris yang secara brutal dibunuh pada tahun 1993. Hampir semua kolonial (Sears 1996; Blackburn laporan tertulis soal kematiannya menyalahkan keterlibatan anggota militer banyak kajian mendalam men setempat. Seperti disinggung sebelumnya, Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur merupakan kota industri terbesar kedua di Indonesia. maskulinitas dalam kebudayaa dimana pembuat dan pemai 21. Acara dimulai dengan klip video, menunjukkan Inul dalam kesendirian, menyeka air matanya. Acara yang disebut Rindu [nul itu mengemas tema gadis berpengaruh. lugu yang tidak bersalah digempur secara tidak adil oleh orang-orang jahat Merenungkan penekanan dengan aneka dalih moral. Pes an itu juga disampaikan lewat pemilihan lagu­ dalam perfilman Indonesia r lagu yang liriknya senada, dan lewat kata-kata pembicaraan yang diselipkan. (Heider 1991; Sen 1994, 1995, 2 22. Satu perkecualianAdi (2002). lelaki diperlakukan sebagai ilmiah menyasar masalah per penting lainnya, citra lelaki al sebagai sesuatu yang sederhar dipersoalkan atau dianalisis sec Secara kritis, analisis terhadap Indonesia mutakhir-serta, lainnya-hampir tidak pernah (men's studies) di dunia int