INFO œTEKNIK Volume 8 No. 2, JULI 2007 (114-122)

Tipologi dan Morfologi Arsitektur Suku Banjar di Kal-Sel

Ira Mentayani, MT / Dila Nadya Andini, ST Staf Pengajar Fakultas Teknik Prodi Arsitektur Unlam

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui tipologi dan morfologi arsitektur daerah Suku Banjar di Selatan sehingga ketidakjelasan tipe arsitektur Banjar yang ada saat ini dapat dipecahkan secara ilmiah. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tradisional yang berumur rata-rata lebih dari 50 tahun. Sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sample) dengan pengumpulan data menggunakan metode bola salju (snow ball sampling). Analisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data, reduksi data, menyusun data-data dalam satuan-satuan, mengkategorisasikan, dan memeriksa keabsahan data. Tahap analisis dilanjutkan dengan tahap penafsiran data. Bagian analisis yang terpenting adalah mengkategorisasikan yang didasarkan pada metode analisis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan Tipomorfologi arsitektur suku Banjar dapat dijelaskan berdasar beragam tema yang mempengaruhi perkembangan arsitektur Suku Banjar, yaitu; berdasar kesamaan yang menjadi ciri khas (geometrik), berdasar pengaruh kebudayaan suku, berdasar pengaruh kepercayaan dan agama, berdasar tata ruang, berdasar struktur dan konstruksi, berdasar lokasi, dan berdasar ornamen/ ragam hias.Keberadaan masing-masing tema yang mempengaruhi pembentukan tipo- morfologi Suku Banjar di atas saling berhubungan erat antar satu dengan yang lainnya sehingga tidak bisa dilepaskan dalam pembentukan pemahaman.

Keyword : tipologi, morfologi, suku Banjar, arsitektur

PENDAHULUAN Negara Daha dan mendirikan Kerajaan Banjar5. Sejak saat itu secara politik berdiri kerajaan Latar Belakang Banjar dengan segala arsitektur kerajaan dan rakyatnya. Kerajaan Banjar ini selanjutnya terus Sejarah perkembangan arsitektur di daerah berkembang dan dipimpin secara turun temurun Kalimantan Selatan tidak dapat dipisahkan dari oleh 18 penguasa/raja Banjar dari tahun 1526 œ sejarah terbentuknya suku Banjar. Dimulai abad 1859 M. ke-4, saat kedatangan orang Melayu dan Pada masa keemasannya, kerajaan Banjar berdirinya kerajaan Tanjung Pura1, kemudian memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas, pada abad ke-13 datang imigran dari Kaling dan meliputi hampir sebagian besar Pulau Kalimantan. mendirikan kerajaan Negara Dipa2, selanjutnya Namun, akibat perlawanan dan politik yang abad ke-15 saat terjadi serangan dari dijalankan penjajah, lambat laun kerajaan Banjar dan berdirinya kerajaan Negara Daha3, hingga mengalami penurunan. Puncaknya akibat adanya runtuhnya kerajaan Daha dan berdirinya kerajaan perlawanan, pemerintah penjajah akhirnya Banjar adalah sejarah panjang terbentuknya Suku membumihanguskan sebagian besar pusat Banjar dan khususnya arsitektur Banjar. pemerintahan kerajaan Banjar serta menghapus Akumulasi dari peristiwa sejarah tersebut kekuasaan kerajaan Banjar pada tahun 1859 M. terjadi pada tahun 1526 M4, saat Pangeran Akibatnya, selain hilangnya sejarah panjang Samudera, dengan bantuan Patih Masih dan kerajaan Banjar, juga lenyapnya bukti-bukti fisik Kerajaan Demak, berhasil mengalahkan Kerajaan masyarakat/kerajaan Banjar. Hal ini diperparah lagi dengan sangat minimnya bangunan-bangunan

1 M. Idwar Saleh, Rumah Tradisional Banjar. Rumah 5 Bubungan Tinggi (Banjarbaru : Museum Negeri Lambung M. Irfan Mahmud, —Hubungan Primordial dan Mangkurat, 1978) . hal. 6; Saleh, Sejarah Daerah …., hal. 16. Tuntutan Hak Historis Jawa atas “. Menyebutkan abad ke 5-6 M. Naditira Widya. No. 03/1999. (Balai Arkeologi 2 Ibid., hal.6 Banjarmasin. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional). 3 Ibid., hal.7 Saleh, Sejarah …, hal. 156; Gazali Usman, et. al., 4 Menurut catatan tepatnya tanggal 25 September Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Daerah 1526, dan hingga kini ditetapkan sebagai hari jadi Kota Kalimantan Selatan (Banjarmasin : CV Prisma Muda Banjarmasin. Banjarmasin, 1996), hal. 220.

Ira Mentayani, Tipologi dan Morfologi... 115 tradisional bercirikan kebudayaan Banjar yang arsitektur, khususnya arsitektur tradisional dibangun setelah masa berakhirnya kerajaan Banjar. Banjar. Di sisi lain, ramainya dibicarakan masalah Manfaat pelestarian tidak terlepas dari perkembangan 1. Untuk pengembangan institusi (PS Arsitektur sejarah manusia. Manusia dengan segala Unlam). Hal ini sesuai dengan dicanangkannya kegiatannya mengakibatkan terjadinya perubahan Arsitektur Kalimantan sebagai studi unggulan. pada lingkungan binaannya. Sekecil apapun 2. Untuk bidang ilmu arsitektur, khususnya perubahan tersebut pasti akan terjadi dan keilmuan di bidang arsitektur tradisional dirasakan dampaknya. Dalam konteks lingkungan Banjar yang memang selama ini belum tergali binaan inilah arsitektur tradisional menjadi isu secara ilmiah. yang hangat di setiap daerah yang memiliki budaya dan sejarah untuk dilestarikan. Kegiatan Tinjauan Pustaka pelestarian ini sangat penting disebabkan A. Tipologi kebutuhan untuk menjaga akar budaya dan Studi tentang tipologi menyangkut studi sejarah. tentang tipe, yaitu mengkaji adanya kesamaan ciri Berdasar berbagai sumber literatur6, saat ini khas secara formal dari sekelompok obyek. terdapat kurang lebih 11 (sebelas) tipe arsitektur Tipologi juga dapat berarti sebagai studi tentang tradisional Banjar. Namun belum ada referensi pengelompokan obyek (sebagai model) melalui yang jelas mengenai tipe-tipe yang ada hingga kesamaan struktur. Struktur formal ini saat ini. Beberapa sumber referensi berbeda dalam mengandung makna yang tidak hanya berkaitan mengidentifikasikannya. Hal ini nampaknya dengan geometri fisik saja, tetapi juga yang disebabkan belum adanya konsep klasifikasi yang berkaitan dengan kondisi nyata, mulai dari berdasar kajian keilmuan. aktifitas sosial hingga konstruksi bangunan. Di samping itu, sebagian besar arsitektur Studi tipologi juga mencakup upaya tradisional yang masih ada saat ini kondisinya mengkategorisasi dan taksonomi. Taksonomi sangat memprihatinkan dan dapat diprediksi yaitu formulasi aturan-aturan dari informasi- dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama lagi informasi pada obyek melalui penyusunan akan semakin banyak arsitektur tradisional yang keteraturan kategori secara hierarkis, dan dalam lenyap. Dalam beberapa tahun ke depan akan sulit mengklasifikasikan dilakukan juga katagorisasi atau bahkan tidak ada lagi bukti fisik keberadaaan dengan melihat perbedaan sehingga dalam studi arsitektur Banjar di Kalimantan Selatan. Untuk tipologi dilihat keseragaman dan keragaman jangka panjang, hal ini merupakan kehilangan sekaligus. yang sangat tidak ternilai. Persoalan masih lemahnya kajian keilmuan (arsitektural) terhadap B. Morfologi arsitektur Banjar yang menyebabkan tidak adanya Morfologi adalah studi tentang bentuk. Studi konsep yang mampu menjabarkan beragamnya ini dimulai pada masa Renaissance, yaitu pada tipe arsitektur Banjar adalah inti dari penelitian masa ditemukannya daerah-daerah baru dengan ini. flora dan fauna yang sangat beragam. Dalam

perkembangan selanjutnya, studi morfologi tidak Tujuan dan Manfaat hanya menemukan klasifikasi dari bentuk dan Tujuan struktur suatu obyek, tetapi lebih ke arah 1. Mengetahui tipologi dan morfologi arsitektur pemahaman tentang evolusi dan transformasi daerah Suku Banjar di Kalimantan Selatan, (metamorfosa). sehingga ketidakjelasan tipe arsitektur Banjar Dalam bidang arsitektur, konsep morfologi yang ada saat ini dapat dipecahkan secara merupakan studi mendasar dalam melihat dan ilmiah. memilah komponen dan mengklasifikasikannya 2. Memperoleh konsep dasar arsitektur ke dalam tipe-tipe; morfologi juga merupakan (tradisional) Banjar, yang selanjutnya menjadi studi evolusi tipe dan model; morfologi dasar pengembangan ilmu pengetahuan memperlihatkan transformasi dan metamorfosa; dan morfologi merupakan studi tipologi dari 6 Antara lain : Saleh, Rumah …,hal. 11 & 41.; transformasi. Syamsiar Seman, Rumah Adat Banjar; dan beberapa sumber lainnya. Namun terdapat sedikit perbedaan C. Sejarah Perkembangan Suku Banjar mengenai jumlah tipe, nama, dan juga status Saat ini secara umum penduduk Kalimantan kepemilikan/penghuninya. Untuk lebih jelasnya terbagi dua, yaitu : penduduk asli yang bandingkan sumber yang ada.

116 INFO TEKNIK, Volume 8 No.2, JULI 2007 merupakan orang Dayak7 dan semuanya dianggap dianggap sebagai salah satu dialek bahasa menganut kepercayaan anismisme, dan orang Melayu14. Melayu yang beragama Islam (muslim). Suku Pada abad ke-13, akibat terjadinya perebutan Banjar sangat identik dengan/sebagai orang kekuasaan dalam kerajaan Majapahit, terjadilah Melayu, namun 90% dari orang Melayu arus pengungsian dari Jawa Timur (Kediri Utara) diperkirakan adalah orang Dayak juga yang telah ke Kalimantan Selatan15. Para imigran orang menganut ajaran Islam8. Kaling dari kerajaan Kuripan atau Jenggala di Istilah orang Melayu, jika diartikan sebagai Kediri Utara ( Jawa Timur) ini selanjutnya orang muslim, di Kalimantan Selatan baru dikenal mengembangkan kota-kota yang telah ada dari setelah masuknya Islam itu sendiri ke masa kerajaan Tanjung-Pura. Dalam bidang sosial Kalimantan9. Sedangkan jika disepadankan para pendatang ini juga cepat menyesuaikan dengan orang sungai nampaknya tepat dengan budaya setempat, khususnya bahasa yang menggambarkan karakteristik kehidupan telah berkembang, yaitu percampuran bahasa kelompok pendatang ini, dan menggambarkan Melayu dengan bahasa Dayak (Ma‘anyan, proses migrasi mereka. Lawangan, Bukit, dan Ngaju) yang dikenal Kedatangan orang Melayu ke Kalimantan sebagai bahasa Banjar kuno. terjadi dalam beberapa gelombang, gelombang Selanjutnya pada permulaan abad ke-15, pertama terjadi sekitar tahun 3.000 œ 1.500 sM Majapahit menyerang dan menaklukkan kerajaan (Negrid dan Weddid), saat ini sudah tidak Negara-Dipa ini, sehingga muncullah kerajaan ditemukan lagi kedua kelompok ini10. Migrasi ketiga di Kalimantan Selatan yaitu kerajaan selanjutnya terjadi secara bergelombang dari Asia Negara-Daha16 yang dipimpin oleh Maharaja Sari Tenggara (Dongsong) yaitu sekitar 3.000 tahun Kaburangan. Dan pusat kekuasaan dipindahkan sM yaitu kelompok Proto Melayu11 dan 500 tahun ke daerah yang lebih mendekati pesisir, yaitu sM yaitu kelompok Deutero Melayu12. Muhara Rampiau17. Keadaan pada masa ini tidak Dari kelompok pendatang Melayu terakhir banyak diketahui, kecuali adanya pengaruh inilah nantinya cikal-bakal nenek-moyang suku budaya Jawa yang ditandai dengan ditemukannya Banjar13. Hal ini didasarkan bukti bahwa bahasa candi, diterapkannya sistem pemerintahan, sosial yang dikembangkan, yaitu bahasa Banjar, dapat dan keagamaan18. Keadaan kerajaan Negara Daha pada permulaan abad ke-16 digambarkan penuh dengan perseteruan antara Pangeran Samudera sebagai 7 Penggunaan istilah Dayak sepadan dengan pewaris sah kerajaan Negara Daha dengan orang darat atau orang hulu, sedangkan istilah Melayu pamannya Pangeran Temenggung yang ingin bagi orang Dayak adalah kelompok orang muslim/Islam atau sepadan dengan orang sungai atau menguasai kerajaan. Pada masa pemerintahan orang laut.. Adapun orang Melayu sejati berasal dan Pangeran Tamenggung ini terjadi perlawanan merujuk orang Sumatera, Brunei, dan Semenanjung yang dipimpin oleh Raden Samudera yang Melayu merupakan pelarian politik19. Perlawanan ini 8 Bernard Sellato, Naga dan Burung Enggang , dibantu oleh para patih dari daerah muara20, yaitu terj.Winarsih Arifin. (1989), hal.51-52. Ibid., hal. 57- 58. 9 Alwi Shihab, Islam Sufistik (Bandung : MIZAN, 2001), hal. 4-8, menyebutkan bahwa Islam masuk ke 14 Daud, op. cit., hal. 2 & 25. Yaitu bahasa diperkirakan pada abad ke-1 H/ 7 M; Badri sukubangsa Sumatera dan Semenanjung Melayu. Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT 15 Saleh, Rumah …., hal. 6 menyebutkan terjadi RajaGrafindo Persada, 1998), hal. 191. Sedangkan peperangan di Gentar antara Ken Arok dengan masuknya Islam ke Kalimantan Selatan diidentikkan Kertajaya, tahun 1222 dengan kekalahan dan kematian dengan berdirinya kerajaan Banjar, sekitar abad ke-16 Kertajaya. M. 16 Saleh, Rumah …., hal. 7. 10 M. Irfan Mahmud, —Hubungan .. “. Naditira 17 Saleh, Sejarah …, hal. 18 Widya. No. 03/1999. (Balai Arkeologi Banjarmasin. 18 Ibid., hal. 17, 22 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) 19 Saleh, Sejarah …, hal. 30. Setelah Pangeran 11 Yuswadi Saliya, —Arsitektur Tradisional Temenggung berkuasa, Raden Samudera Indonesia : Beberapa Catatan Pendahuluan“. Monumen menyembunyikan diri ke daerah sekitar Tamban, dan Situs Indonesia (ICOMOS,1999). hal. 38. Muhur Balandean dan Belitung . 12 Mahmud, loc.cit. 20 Ibid., Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata masih 13 Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar : adalah sebutan untuk orang yang berbahasa Melayu Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar (Jakarta : (Oloh Masi = Orang Melayu), sedangkan pedukuhan PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 2-3.; Mahmud, tempat tinggal kelompok ini disebut Banjar. Dan loc.cit.; Saliya, loc. cit. Banjar Masih adalah sebutan untuk Kampung Oloh

Ira Mentayani, Tipologi dan Morfologi... 117 muara Sungai Kuin yang terletak antara Pulau (selanjutnya ditulis, rumah Banjar). Banyaknya Kembang dan Pulau Alalak21 . Atas bantuan dan jenis rumah Banjar tersebut terkait erat dengan saran dari patih Masih22 tersebut, Pangeran beragamnya status masyarakat (golongan sosial) Samudera meminta bantuan kepada kerajaan pada masa berdirinya kerajaan Banjar. Hal ini Demak. Demak bersedia memberikan bantuan diperkuat pula dengan peribahasa Banjar lama dengan dilandasi dua motif, yaitu: untuk yang menyebutkan jenis bangunan beserta status menyambung kebesaran Majapahit, dan pemiliknya. Kesepuluh tipe tersebut adalah: menyebarkan agama Islam di Kalimantan Selatan, Bubungan Tinggi atau Rumah Baanjung, Gajah yakni Raden Samudera dan pengikutnya masuk Baliku, Gajah Manyusu, Balai Laki, Balai Bini, Islam23. Palimasan, Palimbangan, Cacak Burung29 atau Dengan bantuan Demak, akhirnya perebutan Anjung Surung, Tadah Alas, dan Joglo. kekuasaan dimenangkan oleh Pangeran Samudera Disamping kesepuluh tipe tersebut, masih dan berganti nama menjadi Sultan Suriansyah24 terdapat satu lagi tipe bangunan yang terdapat di setelah memeluk Islam25. Peristiwa itu terjadi daerah Kalimantan Selatan, yaitu tipe lanting. pada tahun 1526 M. Kemenangan tersebut Lanting adalah rumah tinggal yang terapung di menandai, pertama, Demak secara politis berhasil sungai, umumnya merupakan tempat tinggal mengembalikan pengaruh kekuasaan Majapahit; khusus orang Banjar Batang Banyu. Bangunannya kedua, Islam masuk dan membuka daerah kecil dan sederhana, bertumpu pada batang- penyebarannya; dan ketiga, terbentuknya kerajaan batang kayu besar sebagai landasan pelampung. keempat yaitu kerajaan Banjar26. Saat ini sudah jarang orang membangunnya. Setelah kemenangannya dan mendirikan kerajaan Mengenai masing-masing tipe ini, sejauh yang Banjar, Pangeran Samudera memindahkan dapat diamati pada bangunan yang masih berdiri penduduk bekas kerajaan Negara-Daha dan pusat saat ini, tidak ditemukan desain (pola ruang, kekuasaanya ke daerah pesisir27 yang banyak jumlah ruang, organisasi ruang, detail, ornamen, dihuni oleh orang Melayu yaitu Banjar Masih dlsb.) yang baku. Untuk mengenali suatu tipe atau kampung orang Melayu/orang berbahasa memang terdapat bentuk dominan yang terlihat, Melayu, tepatnya daerah Kuin di Banjarmasin saat khususnya pada bentuk atap dan pola ruang secara ini. umum. Rumah Bubungan Tinggi sebagai rumah D. Arsitektur Suku Banjar yang dihuni oleh status sosial tertinggi dalam Suku Banjar sebagaimana suku-suku lainnya masyarakat Banjar (golongan raja dan pangeran) di Nusantara memiliki karya arsitektur yang memiliki jenis ruang30 : berakar dari tradisi-budaya lokal dan merupakan a. Palataran/Surambi, yaitu ruangan terbuka salah satu wujud kebudayaan fisik suku tersebut. pada bagian depan rumah. Mulanya ruang ini Umumnya karya arsitektur itu berupa arsitektur berfungsi sebagai tempat menyimpan padi tradisional rumah tinggal yang di setiap daerah sementara, kemudian berubah fungsi menjadi berbeda-beda dan memiliki ciri-ciri tersendiri. ruang tamu (antar tetangga dekat) bagi kaum Menurut catatan28, suku Banjar memiliki 11 pria. Bagian ini terbagi tiga, yaitu bagian tipe arsitektur tradisional rumah tinggal terbawah disebut surambi muka, berikutnya surambi sambutan dan bagian ketiga (di bawah atap sindang langit dan dikelilingi Masi(h) atau Kampung Melayu dan Patih Masih adalah pagar/kandang rasi) disebut lapangan Patih Olo Masi yang mengepalai orang orang Melayu. pamedangan. 21 Gazali Usman, et. al., Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Daerah Kalimantan Selatan b. Panampik Kacil/Panurunan, yaitu ruangan di (Banjarmasin : CV Prisma Muda Banjarmasin, 1996), belakang dinding depan (tawing hadapan) dan hal. 22. pintu depan (lawang hadapan) yang berfungsi 22 Patih Masih merupakan pemimpin patih di sebagai lumbung padi (kindai) atau tempat daerah Muara, nama sebenarnya tidak diketahui menyimpan bahan makanan. Pintu depan ini 23 Mahmud, loc. cit. 24 Terdapat beberapa nama (gelar) yang berbeda berdasar beberapa sumber sejarah mengenai jumlah tipe, nama, dan juga status 25 Ibid.; Saleh, Sejarah …, hal. 156; Usman, kepemilikan / penghuni- nya. Untuk lebih jelasnya op.cit., hal. 220. bandingkan sumber yang ada. 26 Mahmud, loc.cit. 29 Cacak Burung adalah istilah bahasa Banjar 27 Daud, op.cit., hal. 45. untuk tanda tambah (dalam kaitannya dengan 28 Antara lain : Saleh, Rumah …,hal. 11 & 41.; pengobatan tradisional melalui coretan kapur sirih atau Syamsiar Seman, Rumah Adat Banjar; dan beberapa janar). sumber lainnya. Namun terdapat sedikit perbedaan 30 Diolah dari berbagai sumber.

118 INFO TEKNIK, Volume 8 No.2, JULI 2007

berada di atas watun langkahan / watun nampaknya hal ini disebabkan tipe Joglo memang sambutan. bukan tipe asli. Untuk tipe Lanting sangat c. Panampik Panangah/Paledangan (letaknya sederhana baik bentuk bangunannya maupun bersambung dengan panampik basar dan ruang yang ada. fungsinya hampir sama). Ragam hias pada rumah Banjar berkembang d. Panampik Basar/Ambin Sayup/Paluaran, dalam bentuk seni ukir. Dalam sejarah suku adalah ruangan yang berfungsi untuk Banjar, keahlian mengukir ini didukung oleh latar menerima tamu terutama tamu yang datang belakang kebudayaan suku yang membentuk suku dari jauh. Pada waktu ada kenduri (walimah) Banjar (suku Dayak, Melayu, Jawa, dlsb.). ruang panampik besar sebagai ruang yang Keahlian mengukir bagi suku Dayak merupakan tertinggi tingkatannya adalah tempat duduk hal yang sangat penting dan hampir semua orang para alim ulama, para tetuha kampung, dan Dayak memiliki kemampuan rata-rata membuat orang-orang tua. ukiran (lukisan). Dalam kepercayaan suku Dayak, e. Paledangan atau Ambin Dalam, yaitu ruangan ukiran-ukiran tertentu31 yang dibuat dipercaya yang letaknya di tengah-tengah. Pada ruang ini memiliki kekuatan untuk menangkal pengaruh roh terdapat delapan tihang pitagor (empat buah di jahat dari alam gaib sehingga hampir seluruh belakang tawing halat dan empat lainnya bagian (khususnya benda-benda keperluan hidup) antara anjung disebut tihang pahalatan padu) selalu dihias dengan ukiran. yang berfungsi menyangga atap bubungan tinggi. METODE PENELITIAN f. Panampik Dalam, adalah ruangan yang khusus digunakan untuk ruang makan. Fungsi lainnya Penelitian ini berlokasi di kota Banjarmasin, untuk menyimpan barang pecah belah dan Propinsi Kalimantan Selatan, dimana aspek tempat menerima tamu bagi para wanita di sejarah sangat mendukung yaitu masih kuatnya rumah tersebut. tradisi (budaya) masyarakat Banjar dalam g. Anjung kiri (kiwa), adalah ruangan yang kehidupan sehari-hari. Selain itu, masih terdapat terletak di sisi kiri palidangan / ambin dalam. situs peninggalan bangunan/rumah yang masih Ruang ini terbagi dua yaitu bagian muka asli dan terawat baik. (anjung kiwa) dan bagian belakang (anjung Populasi dalam penelitian ini adalah rumah jurai kiwa). tradisional yang berumur rata-rata lebih dari 50 h. Anjung kanan, adalah ruangan yang terletak di tahun yang lalu, sampel dianggap sebagai kasus32. sisi kanan palidangan / ambin dalam. Ruang Penelitian ini menggunakan multi-kasus untuk ini terbagi dua bagian yaitu bagian muka memperoleh hasil yang lebih kuat33, dan untuk (anjung kanan) dan bagian belakang (anjung studi multi-kasus ini jumlahnya tidak ditentukan jurai kanan). Ruang ini secara umum berfungsi terlebih dahulu, tergantung pada kebutuhan sebagai tempat tidur, ibadah, berhias dan pengumpulan data dan analisis datanya34. Sampel menyimpan pakaian. yang digunakan adalah sampel bertujuan i. Padapuran atau Panampik padu, adalah (purposive sample), sedangkan pengumpulan ruangan yang paling belakang dan terbuka. datanya menggunakan metode bola salju (snow Fungsinya sebagai tempat memasak, ball sampling)35. menyimpan makanan, bekerja, ruang makan,

mengasuh anak, tempat tidur, mencuci , dll. 31 Ruang-ruang yang terdapat pada tipe Sellato, op.cit., hal. 62. Bentuk ukiran yang dimaksud dipastikan adalah simbolisasi roh pelindung Bubungan Tinggi tersebut, secara umum terdapat mereka dari gangguan roh jahat. Yaitu Naga dan juga pada semua tipe lain, kecuali beberapa ruang Burung Enggang. seperti; panampik kacil, panampik panangah, dan 32 Ibid., hal. 165. Hal ini didasarkan; dalam panampik bawah tidak terdapat pada tipe lain. Hal penelitian kualitatif sampel diambil dengan maksud ini kemungkinan disebabkan fungsi ruang tersebut untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dan lebih cocok bagi tipe Bubungan Tinggi (dihuni mendapatkan rincian kekhususan. Sedangkan pada oleh raja atau pangeran) yang menuntut fungsi penelitian nonkualitatif, sampel diambil dengan tujuan ruang tersebut ada, sedangkan pada tipe-tipe untuk memperoleh generalisasi. 33 Yin, op.cit., hal. 55. lainnya kegiatan yang ada tidak seformal pada 34 tipe Bubungan Tinggi sehingga ruang-ruang Moleong, op.cit. hal. 165. Sampel baru akan ditarik setelah sampel pertama selesai dijaring dan tersebut tidak diadakan. dianalisis, dan baru akan berakhir jika tidak ada lagi Pada tipe Palimasan dan Palimbangan tidak informasi yang dapat dijaring. ditemukan anjung, sedangkan tipe Joglo, jenis dan 35 Ibid., Snow ball sampling ini merupakan organisasi ruang yang ada berbeda sama sekali, pilihan yang cocok bagi purposive sample.

Ira Mentayani, Tipologi dan Morfologi... 119

Data meliputi: jenis data, sumber, bentuk, HASIL DAN PEMBAHASAN dan metode memperolehnya yang terbagi dalam enam jenis36, yaitu: Berdasar hasil penelusuran di lapangan 1. Dokumen, data sekunder melalui studi terhadap populasi, ditemukan hingga 63 sampel literatur buku-buku, laporan, artikel. (kasus) bangunan. Jumlah tersebut merupakan 2. Rekaman arsip, data sekunder seperti implikasi dari metode snow ball sampling yang dokumen. Bentuknya antara lain peta-peta digunakan, walaupun sebenarnya masih wilayah, lokasi, site, dan karakteristik diharapkan jumlah yang lebih banyak lagi. geografis (vusial / non visual). Namun, disebabkan keterbatasan tenaga dan 3. Wawancara, data primer yang bersifat in waktu maka yang terkumpul adalah sebanyak 63 depth interview melalui informan. kasus bangunan. 4. Pengamatan langsung, data primer Studi yang berkaitan dengan tipe tidak akan melalui kunjungan lapangan. Diperoleh dapat dilepaskan dengan studi tentang bentuk berdasar : yang dikatakan, cara bertindak, karena tipe yang ada dapat dikenali melalui dan peralatan yang dipakai. bentuk-bentuk yang nampak. Tipologi, sebagai 5. Observasi partisipan, data primer seperti studi yang menyangkut tipe selalu melihat pada wawancara dan bertindak seperti anggota keseragam an dan keragaman, sedangkan dalam kebudayaan kelompok masyarakat morfologi merupakan studi tentang bentuk. Banjar. Dengan demikian, studi tipomorfologi merupakan 6. Perangkat fisik, data primer yang studi berkaitan dengan tipe dan bentuk arsitektur dikumpulkan bersamaan pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui lebih jauh langsung. Antara lain peralatan, teknologi, tentang arsitektur masyarakat Banjar. kerajinan, karya seni dan lain-lain. Dari sejarah panjang perkembangan Suku Untuk metodologi penelitian selengkapnya dapat Banjar, diperoleh gambaran bahwa terbentuknya dilihat pada skema berikut: Suku Banjar melalui proses interaksi yang sudah berlangsung jauh sebelum berdirinya kerajaan Banjar itu sendiri. Interaksi itu sendiri terjadi pada berbagai struktur formal yang ada. Beragam kebudayaan yang pernah hidup dan berkembang di daerah ini berpengaruh pada pembentukan Suku Banjar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam perkembangan budaya ini, yang sangat menonjol adalah pengaruh politik dalam struktur pemerintahan, kekerabatan, dan juga pengaruh dari luar. Hal ini tentunya berpengaruh juga pada arsitektur Suku Banjar. Selain itu terdapat juga beragam kepercayaan dan agama yang turut mempengaruhi, mulai dari kepercayaan animisme-dinamisme masyarakat asli yang telah hidup jauh sebelum terbentuknya Suku Banjar hingga perkembangan agama Hindu- Budha yang menjadi agama pada masa kerajaan besar di nusantara turut mempengaruhi rona kehidupan masyarakat. Akhirnya, Islam sebagai agama yang datang kemudian seiring penyebarannya di nusantara sangat mempengaruhi penampilan bangunan yang ada. Dari studi tipomorfologi arsitektur tradisional Suku Banjar dapat diungkapkan melalui berbagai tema temuan yaitu:

Gambar 1 dan 2. Skema proses kategorisasi data Tema 1: Kesamaan yang menjadi ciri khas Kesamaan yang diuraikan di sini merupakan bagian pertama dari kajian tipologi arsitektur Suku Banjar. Adapun struktur formal yang 36 Yin, op.cit., hal. 103 œ 118. Selain sumber data menjadi fokus pengamatan dibatasi pada struktur juga terdapat Prinsip Pengumpulan Data. formal yang berkaitan dengan geometri fisik. Dari

120 INFO TEKNIK, Volume 8 No.2, JULI 2007 hasil pengamatan lapangan terhadap sampel terhadap penghuni dan tampilan visual pada penelitian diperoleh gambaran akan kesamaan ornamen bangunan. Dari hasil pengamatan, yang menjadi ciri khas, antara lain: hampir 100% gambaran visual menunjukkan 1. Bangunan (khususnya bagian utama/bagian pengaruh yang sangat kuat dari agama Islam. Hal depan) ditampilkan secara simetris, yaitu ini juga ditunjukkan oleh agama yang dianut oleh seimbang dengan garis pencerminan di bagian pemiliki rumah yang hampir 100% beragama tengah. Kondisi simetris ini ditampilkan baik Islam (kecuali bangunan yang dimiliki penghuni secara keseluruhan pada facade bangunan yang keturunan Tionghoa). Gambaran ini dapat maupun pada sebagian facade bangunan. dilihat atau nampak dari elemen dekoratif yang 2. Terdapat cukup banyak bukaan (khususnya ada dalam rumah yaitu kaligrafi ayat-ayat Al- jendela dan ventilasinya) yang dibuat dengan Quran dan Asma Allah. pola dan desain yang sangat dekoratif. Namun demikian kondisi ini nampaknya 3. Pada bangunan dengan bentuk atap pelana lebih dipengaruhi lokasi bangunan yang berada terdapat dinding (tawing layar) yang dihias dalam satu wilayah administrasi. dengan ornamen atau angka tahun pembuatannya/pembangunannya. Tema 4: Tata Ruang 4. Terdapat teras (pelataran) di bagian depan Tata ruang yang menjadi temuan dalam pintu utama. penelitian tipomorfologi secara umum membahas 5. Terdapat anjung (ruangan di sisi bangunan) jenis dan posisi/orientasi ruang. Dari hasil yang merupakan kamar tidur. perbandingan terhadap sampel yang ada terlihat 6. Model bangunan dapat terbagi dua; (a) bahwa: bangunan dengan gaya —bangsawan—, yaitu 1. Terdapat ruang teras (palataran) di bagian bangunan tampil dengan sangat dekoratif dan depan rumah yang merupakan area formal, (b) bangunan dengan gaya —rakyat penyambutan tamu atau untuk tempat biasa— yaitu bangunan tampil dengan unsur bersantai. dekoratif yang minim, bahkan terkesan tanpa 2. Terdapat ruang dalam yang dilingkupi oleh dekoratif. dinding (panampik). 3. Ruang dalam untuk menerima tamu yang Tema 2: Pengaruh kebudayaan Suku bersifat publik terletak di bagian muka Dari kasus bangunan yang dijadikan sampel, sebelum memasuki area privat. nampaknya dominasi dari kebudayaan suku 4. Antara ruang dalam publik dengan ruang tertentu cukup menonjol, yaitu Melayu. Hal ini dalam privat umumnya dipisahkan sebuah dapat dilihat dari beberapa ciri yang ditampilkan dinding pembatas (tawing halat). dari karakter rumah-rumah suku Melayu pada 5. Ruang tidur berada di bagian samping/sisi umumnya, yaitu; (anjung) yang merupakan ruang tersendiri 1. Bangunan bertiang (namun tidak terlalu tinggi dengan elevasi lantai yang lebih tinggi dari sebagaimana pada rumah suku Dayak), yang lantai lainnya. merupakan antisipasi terhadap kondisi daerah 6. Di bagian belakang terdapat ruang makan pesisir yang memang dominan berkondisi (kebiasaan makan dilakukan di lantai), ruang tanah rawa. penyimpanan bahan makanan, area 2. Terdapatnya ornamen geometris yang simetris penyimpanan air/mencuci, dan area memasak. yang diberi warna/cat. Ornamen ini merupakan ciri khas yang sering terdapat Tema 5: Struktur dan Konstruksi pada bangunan rumah orang Melayu. Tema struktur merupakan tema yang paling 3. Bentuk bangunan umumnya relatif besar, stabil, yaitu kecendrungan yang ada relatif sama. dengan bukaan (pintu dan jendela) yang juga Hal ini ditentukan dari kondisi kebudayaan menggunakan proporsi (antromorfik) yang (teknologi dan peralatan) yang sama. Dari seluruh juga besar. Selain tu adanya unsur bukaan kasus bangunan (sampel) secara umum dapat ventilasi yang dibentuk dengan motif tertentu. dibagi dua, yaitu: Terdapat juga beberapa ciri dari kebudayaan 1. Bangunan dengan struktur dan kontruksi yang Suku lain, seperti Dayak, Jawa, Arab, dlsb, namun masih asli, yaitu menggunakan sistem pen penampilan visual dari pengaruh kebudayaan suku (sunduk). Teknologi ini merupakan teknologi tersebut relatif kurang dominan. spesifik dari masyarakat yang memiliki kekayaan alam hasil hutan (kayu). Tema 3: Pengaruh kepercayaan dan agama 2. Bangunan dengan struktur dan kontruksi yang Unsur pengaruh kepercayaan dan agama sudah memadukan antara sistem pen (sunduk) dalam studi ini ditentukan berdasar pengamatan dengan bahan penguat sambungan (paku).

Ira Mentayani, Tipologi dan Morfologi... 121

Secara umum, sistem pen digunakan untuk tata ruang, berdasar struktur dan konstruksi, mengikat bagian konstruksi tiang (tihang) berdasar lokasi, dan berdasar ornamen/ dengan balok (watun dan panapih). ragam hias. 2. Keberadaan masing-masing tema yang Tema 6: Lokasi mempengaruhi pembentukan tipo- morfologi Lokasi yang menjadi salah satu tema, Suku Banjar di atas saling berhubungan erat ditentukan berdasar kondisi/konteks saat ini. antar satu dengan yang lainnya sehingga Namun demikian, dari hasil temuan, diperoleh tidak bisa dilepaskan dalam pembentukan petunjuk adanya gambaran yang sangat spesifik, pemahaman. yaitu bahwa sebagian besar (bahkan kemungkinan 100%) berada di tepian/berdekatan dengan sungai. Bangunan yang berada dekat dengan sungai biasanya berorientasi ke sungai. Hal ini sesuai DAFTAR PUSTAKA dengan fungsi sungai pada masa lalu, yaitu sebagai jalur transportasi yang menghungkan Adat Istiadat Daerah Kalimantan Selatan. antar kampung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jika dilihat pada kondisi saat ini, keadaan 1982. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan ini mulai tergeser disebabkan bangunan yang Dokumentasi Kebudayaan Daerah. dahulunya berada di tepi sungai dengan jarak Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : yang cukup jauh, saat ini sudah dibangun jalan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. darat di depannya dan berkembang pula Rineka Cipta. permukiman di tepi sungai (bahkan berada di atas Daeng, Hans J.. 2000. Manusia, Kebudayaan dan bantaran sungai) sehingga gambaran bangunan Lingkungan : Tinjauan Antropologis. tradisional yang dahulunya berada di tepi sungai Yogyakarta : Pustaka Pelajar. saat ini seakan berada di daratan. Daud, Alfani. 1997. Islam dan Masyarakat Banjar : Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar. Tema 7: Ornamen/Ragam Hias Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Tema temuan berkaitan dengan ornamen dan Djunaedi, Achmad. 1989. Pengantar Metodologi ragam hias dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: Penelitian Arsitektural. JUTA FT-UGM. 1. Bangunan berornamen. Umumnya bangunan Haviland, William A..1995. Antropologi. Terj. yang berornamen adalah milik orang kaya R.G. Soekadijo. Jakarta : Erlangga. pada masanya, atau tokoh masyarakat yang Hoebel, E. Adamson. 1966. Anthropology : the memiliki gelar bangsawan. Bangunan ini Study of the Man. 3rd Ed. New York : Mc terlihat sangat formal, megah, simetris, dan Graw Hill. penuh dengan unsur dekoratif mulai dari Kottak, Conrad Philip. 1991. Anthropology : the bagian puncak bangunan hingga ke bagian Exploration of Human Diversity. New York : tangga di bagian depan. McGraw Hill. 2. Bangunan tidak berornamen. Bangunan ini Mahmud, M. Irfan. 1999. —Hubungan Primordial sebetulnya juga memiliki ornamen namun dan Tuntutan Hak Historis Jawa atas sangat terbatas dan minim sekali. Umumnya Banjarmasin“. Naditira Widya. No. 03/1999. ornamen berada sekaligus pada elemen pintu, Balai Arkeologi Banjarmasin. Pusat jendela, ventilasi, dll. Tidak secara khusus Penelitian Arkeologi Nasional. dibuat sebagaimana sebagian bangunan Moeljono, Broto. et.al. 1985. Upacara lainnya. Nampaknya bangunan seperti ini Tradisional yang Berkaitan dengan dahulunya adalah miliki rakyat biasa. Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Selatan. Depdikbud. Jakarta : KESIMPULAN Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian maka dapat disimpulkan bahwa; Kualitatif (Bandung : PT. Remaja 1. Tipomorfologi arsitektur suku Banjar dapat RosdaKarya, 2000) dijelaskan berdasar beragam tema yang Rumah Tradisional Banjar, Rumah Bubungan mempengaruhi perkembangan arsitektur Tinggi. Dirjen Kebudayaan. Depdikbud Prop. Suku Banjar, yaitu; berdasar kesamaan yang Kalimantan Selatan. Banjarbaru : Museum menjadi ciri khas (geometrik), berdasar Negeri Lambung Mangkurat. pengaruh kebudayaan suku, berdasar Saleh, M. Idwar. et.al. 1977. Sejarah Daerah pengaruh kepercayaan dan agama, berdasar Kalimantan Selatan. Dirjen Kebudayaan.

122 INFO TEKNIK, Volume 8 No.2, JULI 2007

Banjarmasin : Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Saliya, Yuswadi. 1999. —Arsitektur Tradisional Indonesia : Beberapa Catatan Pendahuluan“. Monumen dan Situs Indonesia. ICOMOS. Santosa, Revianto B. 2000. Omah : Membaca Makna Rumah Jawa. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Sellato, Bernard. 1989. Naga dan Burung Enggang. terj.Winarsih Arifin. Seman, Syamsiar. 1982. Rumah Adat Banjar. Jakarta : PN. Balai Pustaka. Sirih Pinang, Lambang Daun Budi Masyarakat Melayu. Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Kalimantan Selatan. 1983. Depdikbud. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Suriasumantri, Jujun S. 1998. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Syarifuddin. Et.al. 1996. Wujud, Arti dan Fungsi Puncak-puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Pendukungnya Daerah Kalimantan Selatan. Depdikbud. Banjarmasin : Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Kalimantan Selatan. ------. 1995. Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Kalimantan Selatan. Depdikbud. Banjarmasin : Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Kalimantan Selatan.