EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI DESA PERKEBUNAN TAMBUNAN KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ROSELYN IMMERDA MANURUNG 151201111

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI DESA PERKEBUNAN TAMBUNAN KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ROSELYN IMMERDA MANURUNG 151201111

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara

i

Universitas Sumatera Utara

ii

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ROSELYN IMMERDA MANURUNG: Eksplorasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Sumatera Utara, dibimbing oleh RAHMAWATY dan ABDUL RAUF.

Pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat mengingat perkembangan industri obat modern dan obat tradisional terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan obat pada lahan sawit dan lahan campur masyarakat dan memetakan sebaran tumbuhan obat di Desa Perkebunan Tambunan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2019 sampai dengan Juni 2019 di Desa Perkebunan Tambunan, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan dengan inventarisasi pohon dengan membuat petak transek ukuran plot tumbuhan obat 2 x 2 meter. Pemetaan peta menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jenis Tumbuhan Obat yang ditemukan di lahan sawit sebanyak 17 jenis dan lahan campur sebanyak 10 jenis. Jumlah total keseluruhan tumbuhan obat untuk jenis tumbuhan obat sebanyak 1944 individu tumbuhan. Jenis tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah paitan sebanyak 468 individu tumbuhan, sedangkan jenis yang paling sedikit adalah bancir dan katuk yang berjumlah 1 individu tumbuhan. Tumbuhan obat yang ditemukan dominan merupakan jenis tumbuhan obat tradisional sebesar 77% dan beberapa jenis lainnya merupkan jenis tubuhan obat potensial sebesar 23%. Persebaran tumbuhan obat di lahan sawit tersebar merata dan di lahan campur tidak tersebar merata.

Kata Kunci: Eksplorasi, Sistem Informasi Geografis (SIG), Tumbuhan Bawah, Tumbuhan Obat

iii

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

ROSELYN IMMERDA MANURUNG: Exploration of Medicinal Plants in Perkebunan Tambunan Village, Salapian Sub-District, Langkat District, , supervised by RAHMAWATY and ABDUL RAUF.

The development of medicinal plant production is increasing considering the development of the modern drug industry and traditional medicine continues to increase. This research aimed to identify the types of medicinal plants on oil palm land and mixed land and to map the distribution of medicinal plants in the Perkebunan Tambunan Village, Salapian Sub-District, Langkat District. This research was conducted from March 2019 to June 2019 in Perkebunan Tambunan Village. The study was carried out with an inventory of trees by making transect plot of medicinal plants 2 x 2 meter. Distribution maps are made using the Geographic Information System. Types of medicinal plants found on oil palm land are 17 species and mixed land are 10 species. The total number of medicinal plants for medicinal plants are 1944 individual plants. The most common types of medicinal plants were paitan as many as 468 individual plants, while the fewest types were bancir and katuk which amounted to 1 individual plant. The dominant medicinal plants were found as traditional medicinal plants at 77% and several other types were potential medicinal plants at 23%. The distribution of understorey on oil palm is spread evenly and in frigate land is not evenly distributed.

Keywords: Exploration, Geographic Information System (GIS), Medicinal Plants, Understorey

iv

Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Pematangsiantar pada tanggal 03 Juni 1997. Penulis merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara oleh pasangan Bapak Parulian Manurung dan Ibu Christiani Simanjuntak. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar pada tahun 2003-2009, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar pada tahun 2009-2012, pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar pada tahun 2012-2015. Pada tahun 2015, penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur ujian tertulis SBMPTN. Penulis memilih minat Departemen Manajemen Hutan. Semasa kuliah penulis merupakan anggota organisasi HIMAS USU dan UKM KMK USU UP FP (Unit Kegiatan Mahasiswa, Kebaktian Mahasiswa Kristen USU, Unit Pelayanan, Fakultas Pertanian). Penulis juga pernah menjadi asisten laboratorium Praktikum Geodesi dan Kartografi pada tahun 2017 dan 2018, dan asisten laboratorium Praktikum Inventarisasi Hutan pada tahun 2018. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Bulu pada tahun 2017. Pada tahun 2018 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Kedu Utara, Jawa Tengah. Pada awal tahun 2019 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Eksplorasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Sumatera Utara” di bawah bimbingan Ibu Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P.

v

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Sumatera Utara”. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapan terima kasih kepada ibu Rahmawaty, S.Hut, M.Si., Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., M.P., Bapak Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si., dan Bapak Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut., M.Si. yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada saat sidang meja hijau serta memberikan bimbingan dan berbagai masukan berharga kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua Bapak Parulian Manurung dan Ibu Christiani Simanjuntak, Kak Lovlyani dan Bang Andrew yang selalu memberi dukungan dari segi moril maupun materi kepada penulis, dan rekan tim penelitian Ruth, Theresia, Levana, dan Richard serta teman-teman Manajemen Hutan, HUT D 2015 dan teman-teman stambuk 2015 Fakultas Kehutanan yang telah bersedia membantu dan memberi dukungan kepada penulis untuk pelaksanaan hingga penyusunan hasil penelitian. Penelitian ini merupakan bagian dari hibah penelitian dasar Talenta USU 2018 No.2590/UN5.1.R/PPM/2018. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada USU atas bantuan hibah penelitian yang diberikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat ke berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2019

Roselyn Manurung

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ...... i PERNYATAAN ORISINALITAS ...... ii ABSTRACT ...... iii ABSTRAK ...... iv RIWAYAT HIDUP ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR LAMPIRAN ...... xi PENDAHULUAN Latar Belakang ...... 1 Tujuan ...... 3 Manfaat Penelitian ...... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Bawah ...... 4 Tumbuhan Obat ...... 4 Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat ...... 5 Inventarisasi Tumbuhan Obat ...... 6 EksplorasiTumbuhan obat...... 7 Aplikasi SIG ...... 8

METODOLOGI Waktu dan Tempat ...... 10 Keadaan Geografi Lokasi Penelitian ...... 10 Alat dan Bahan ...... 10 Prosedur Penelitian Teknik Pengambilan Data ...... 12 Teknik Pengumpulan Data ...... 13 Analisis Data ...... 13 Penentuan Sample Responden ...... 14 Pembuatan Peta Sebaran Vegetasi ...... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Vegetasi ...... 17 Potensi Tumbuhan Obat ...... 18 Pengelompokkan Tumbuhan Obat ...... 20 Pemanfaatan Tumbuhan Obat ...... 22 Peta Sebaran Tumbuhan Obat ...... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...... 51 Saran ...... 51

vii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA ...... 52

LAMPIRAN ...... 57

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian ...... 17 2. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Sawit ...... 18 3. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Campur...... 18

ix

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Peta Administrasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupeten Langkat ...... 11 2. Petak Contoh Transek ...... 12 3. Skema Alur Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat ...... 16 4. Diagram Venn Jenis Tumbuhan Bawah di Lahan Sawit dan Lahan Campur Desa Perkebunan Tambunan ...... 19 5. Persentasi Pengelompokkan Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan ...... 21 6. Tumbuhan Obat Asar-asar ...... 23 7. Tumbuhan Obat Bancir ...... 24 8. Tumbuhan Obat Bayeman ...... 25 9. Tumbuhan Obat Calincing ...... 25 10. Tumbuhan Obat Beluntas ...... 26 11. Tumbuhan Obat Gandarusa ...... 27 12. Tumbuhan Obat Katuk ...... 27 13. Tumbuhan Obat Kecombrang ...... 28 14. Tumbuhan Obat Kemukus ...... 28 15. Tumbuhan Obat Krokot ...... 29 16. Tumbuhan Obat Kunyit ...... 30 17. Tumbuhan Obat Labu Kuning ...... 30 18. Tumbuhan Obat Lempuyang ...... 31 19. Tumbuhan Obat Lulangan ...... 32 20. Tumbuhan Obat Meniran ...... 32 21. Tumbuhan Obat Paitan ...... 33 22. Tumbuhan Obat Pulutan ...... 34 23. Tumbuhan Obat Putri Malu ...... 34 24. Tumbuhan Obat Rimbang ...... 35 25. Tumbuhan Obat Senduduk ...... 36 26. Tumbuhan Obat Senduduk Bulu ...... 36 27. Tumbuhan Obat Talas ...... 37 28. Peta Persebaran Plot Vegetasi Penelitian Desa Perkebunan Tambunan ...... 39 29. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 1, 2, 3, 4 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan...... 40 30. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan...... 41 31. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 12, 13, 14, 15, 16 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan...... 42 32. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 17, 18, 19 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan...... 43 33. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 20, 21, 22 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan ...... 44

x

Universitas Sumatera Utara

34. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 23, 24, 25 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan ...... 45 35. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan ...... 46 36. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 33, 34, 35Lahan Sawit Perkebunan Tambunan...... 47 37. Peta Persebaran Tumbuhan Bawah (Tumbuhan Obat) Plot 36, 37, 38 Lahan Campur Perkebunan Tambunan ...... 48 38. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 36, 37, 38 Lahan Campur Perkebunan Tambunan ...... 49

xi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Keadaan Lahan Sawit Desa Perkebunan Tambunan...... 58 2. Keadaan Lahan Campur Desa Perkebunan Tambunan ...... 58 3. Kegiatan Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat Bersama Responden Kunci ...... 59

xii

Universitas Sumatera Utara 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang yang kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber genetik (plasma nutfah) tanaman obat, memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kekayaan persediaan alami produk tanaman obat. Dari 40.000 spesies tumbuhan di dunia, 28.000 spesies diantaranya tumbuh di wilayah Indonesia dan 80% tumbuhan tersebut terbukti sebagai tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat. Peluang pasar tanaman obat masih cukup luas, baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Kebutuhan dalam negeri setiap tahunnya meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Kecil Obat Tradisonal (IKOT) di Indonesia, belum termasuk kebutuhan industri rumah tangga dan jamu gendong. Potensi untuk mendukung pengembangan tanaman obat, khususnya jamu, di Indonesia sangat besar. Tidak kurang dari 1.908 buah perusahaan obat tradisonal, yang terdiri dari 79 industri obat tradisonal, 1.413 industri kecil obat tradisional, dan 416 industri rumah tangga, telah berkembang dengan menghasilkan berbagai jenis ramuan obat dan bahan baku yang beragam (Rukmana dan Yudirachman, 2016). Menurut Qamariah, dkk (2019) pemanfaatan pekarangan di pedesaan mempunyai banyak keuntungan terutama dalam meningkatan pendapatan keluarga misalnya sebagai warung hidup, lumbung hidup, apotek hidup, sehingga perlu dikembangkan secara intensif. Kenyataan saat ini, harga obat di pedesaan sangat tinggi, sering tidak tersedia, apotek sering tutup dan lebih sering lagi dokter tidak ada. Oleh karena itu penyediaan tanaman yang berfungsi sebagai obat herbal di pekarangan sangat membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan. Tanaman obat memiliki fungsi ganda yakni selain sebagai dekorasi halaman dapat juga sebagai ramuan alami untuk mengobati berbagai penyakit. Masyarakat pedesaan belum memahami tanaman obat. Tanaman obat memiliki banyak kegunaan, yaitu selain sangat berguna menyembuhkan berbagai penyakit, tanaman ini juga banyak dibutuhkan oleh industri obat-obatan, rumah sakit, dan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk kesehatan. Beberapa ahli herbalis yakin bahwa pemanfaatan bahan-bahan yang bersifat alamiah lebih diterima oleh tubuh

Universitas Sumatera Utara 2

manusia dibandingkan penggunaan bahan-bahan yang bersifat sintetik, walaupun mereka tahu bahwa khasiat pemanfaatan bahan alami cenderung relatif lambat. Salah satu daerah di Indonesia yang belum diketahui secara pasti potensi dari tumbuhan obatnya adalah yang terdapat di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Berdasarkan Laporan Akhir Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Langkat tahun 2018, kondisi topografi Kabupaten Langkat bervariasi mulai dari datar untuk daerah sekitar pesisir pantai, bergelombang dan berbukit sampai bergunung untuk daerah hulu sungai, dengan ketinggian antara 0-1.200 m dpl, dengan garis pantai sepanjang 110 km. Bagian Timur Laut berada disepanjang Pantai Selat Malaka, topografi relatif datar kecuali daerah perbukitan. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km² atau 626.329 Ha, sekitar 8,74% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Laporan Akhir Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Langkat, secara administratif, Kabupaten Langkat terdiri atas 23 wilayah kecamatan, 240 desa, dan 37 kelurahan. Pada Desa Perkebunan Tambunan terdapat lahan sawit dan beberapa warga juga memiliki lahan campuran. Pada lahan campuran, masyarakat tidak hanya menanam tumbuhan berkayu, namun juga tumbuhan-tumbuhan bawah yang juga memiliki manfaat yang menguntungkan. Hairiah dan Ashari (2013) mengatakan bahwa agroforestry tersusun dari bermacam-macam jenis pohon dan tanaman bawah yang bervariasi umurnya, sehingga sistem ini relatif lebih aman dari resiko gagal panen, dan lebih stabil terhadap goncangan pasar dan akibat perubahan iklim. Pada lahan campuran masayarakat tersebut, selain tumbuhan yang menghasilkan buah, getah serta kayu yang dapat dipanen, tumbuhan bawah yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam dilahan tersebut banyak juga memiliki khasiat sebagai obat. Tanaman obat tersebut umumnya dapat dikelola sendiri sebagai obat tradisional keluarga. Namun, potensi obat yang terdapat di lahan sawit dan lahan campuran tersebut belum diketahui secara pasti oleh seluruh masyarakat desa ataupun masyarakat lain diluar desa. Oleh karena itu, analisis potensi tumbuhan obat jenis tumbuhan bawah perlu dilakukan. Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya. Hal ini diakibatkan

Universitas Sumatera Utara 3

oleh semakin intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman obat akibat perluasan pembangunan industri-industri besar. Penanaman tanaman obat tradisional diperlukan dan digiatkan oleh masyarakat, selain menjaga kelestarian alam, dapat juga menjaga kelestarian tanaman obat di Indonesia. Wasito (2011) mengatakan bahwa eksploitasi tumbuhan obat yang dilakukan secara terus menerus tanpa diimbangi budi daya yang baik akan menimbulkan kepunahan bagi tanman obat tersebut, sehingga dengan budi daya yang baik mulai dari pembibitan, penanaman sampai pemanenan tanaman obat akan dapat dihasilkan simplisia dengan kualitas yang baik dan data di standarisasi. Namun, kelimpahan serta potensi tanaman obat yang terdapat dalam kawasan ini masih belum diketahui secara pasti persebaran dan keberadaannya. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan bawah serta potensinya sebagai tanaman obat yang terdapat pada lahan masyarakat Desa Perkebunan Tambunan serta memetakannya teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi jenis tumbuhan obat di lahan masyarakat Desa Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat 2. Memetakan sebaran tumbuhan obat di lahan masyarakat Desa Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat

Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberi informasi dan data potensi keanekaragaman tumbuhan obat di lahan masyarakat Desa Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat. 2. Mengetahui tumbuhan obat yang mendominasi di lahan masyarakat Desa Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara 4

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Bawah Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati lapisan bawah suatu komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa hutan alam ataupun hutan tanaman. Nilai pilihan merupakan keterkaitan dengan potensi dalam memberikan keuntungan dimasa datang, kepunahannya merupakan nilai kerugian bagi kesejahteraan manusia, seperti misalnya potensi tumbuhan liar yang berpotensi sebagai sumber obat-obatan dan koleksi plasma nutfah sebagai sumber pemuliaan tanaman. Tumbuhan bawah juga mempunyai arti ekologis karena pada hakekatnya tumbuhan bawah adalah sebagian dari penyusun ekosistem hutan. Kehadiran tumbuhan bawah pada hutan tanaman selain sebagai sumber keragaman hayati juga berperan untuk melindungi tanah dan organisme tanah, membantu menciptakan iklim mikro di lantai hutan, menjaga tanah dari bahaya erosi, serta dapat memelihara kesuburan tanah (Nikmah, dkk. 2016). Tumbuhan bawah memiliki peran sangat penting dalam ekosistem, antara lain dalam siklus hara, pengurangan erosi, peningkatan infiltrasi, sebagai sumber plasma nutfah, sumber obat-obatan, pakan ternak dan satwa hutan, serta manfaat lainnya yang belum diketahui (Abdiyani, 2008). Peran dalam siklus hara tumbuhan bawah dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah, secara turun temurun. Di Indonesia terdapat ± 300 kelompok etnis yang memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan mereka, seperti untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, kerajinan, dan upacara adat (Karina, 2014). Pemanfaatan tumbuhan bawah sebagai obat telah banyak dilakukan oleh masyarakat terutama masyarakat tradisional yang tinggal jauh dari layanan kesehatan. Etnobotani tumbuhan obat merupakan salah satu bentuk interaksi antara masyarakat dengan lingkungan alamnya (Hadi, dkk. 2016).

Tumbuhan Obat Tumbuhan obat tradisional merupakan tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang ditanam maupun yang tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan dijadikan sebagai obat

Universitas Sumatera Utara 5

guna menyembuhkan penyakit. Pengobatan dengan tanaman tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi manfaatnya yang berguna dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Nursiyah, 2013). Tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi tumbuhan obat tradisional, yaitu; jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; tumbuhan obat modern, yaitu; jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; tumbuhan obat potensial, yaitu; jenis tumbuhan obat yang diduga mengandung senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud, 2004). Tumbuhan obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara tradisional telah dilakukan pengobatan berdasarkan pengalaman dan keanekaragman obat-obatan dapat menunjang adanya ketersediaan obat-obat tradisional yang siap pakai. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tumbuhan obat dapat ditelaah melalui dua pen dekatan, yaitu farmakologi dan ilmu etnobotani (Jumiarni dan Komalasari, 2017). Menurut Muswita dan Jalius (2012), eksplorasi pengetahuan lokal mengenai tumbuhan obat (etno-medisin) merupakan riset pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Maraknya biopirasi yang dilakukan oleh pihak luar terhadap kekayaan plasma nutfah tumbuhan obat Indonesia harus segera diantisipasi dengan menyediakan data base atas kepemilikan dan autentitas spesies tersebut sebagai kekayaan biodiversitas Indonesia.

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dilihat dari segi habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitus bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitus ini, spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitus pohon mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu sebanyak 717 spesies (40,58%) (Zuhud, 2008).

Universitas Sumatera Utara 6

Pemanfaatan tumbuhan obat berkembang pesat, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga bergeser. Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisonal juga semakin banyak diminati. Telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan efek samping jika dibandingkan obat–obatan kimia. Namun, peminat obat tradisional kurang mengetahuin informasi yang memadai tentang jenis–jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat–obatan tradisional (Patriyani dkk., 2016). Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dikelompokkan menjadi daun, batang, bunga, akar, umbi, buah, getah, rimpang dan biji. Namun demikian, tidak sedikit masyarakat memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan dalam pengobatannya. Persentase bagian yang digunakan paling tinggi adalah daun (31%), sedangkan yang paling rendah adalah biji (3%). Tingginya frekuensi pemanfaatan daun sebagai obat terkait dengan beberapa keunggulan seperti produktivitas daun yang lebih banyak, lebih muda diperoleh dibandingkan dengan bagian lain dan penggunaannya yang relatif muda karena dapat dipergunakan secara langsung (Susiarti, 2015).

Inventarisasi Tumbuhan Obat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inventarisasi adalah pencatatan atau pendataan barang milik kantor (sekolah, rumah tangga dan sebagainya) yang digunakan dalam melaksanakan tugas. Pencatatan atau pengumpulan data (tentang kegiatan hasil yang dicapai, pendapat umum, persurat kabaran, kebudayaan dan sebagainya). Menurut Sugiama (2013), inventarisasi adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan dan mendokumentasikannya pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa inventarisasi tumbuhan merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokkan data maupun mengelompokkan suatu jenis tumbuhan yang ada pada suatu wilayah. Kegiatan inventarisasi merupakan kegiatan turun ke lapangan mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada di daerah tersebut. Kegiatan inventarisasi ini meliputi kegiatan eksplorasi dan identifikasi. Kegiatan inventarisasi dan karakterisasi terhadap morfologi genotipe tanaman diharapkan

Universitas Sumatera Utara 7

dapat mengungkapkan potensi unggulan tanaman ini dan informasi yang didapatkan digunakan sebagai acuan untuk mengenalkan jenis-jenis tumbuhan yang ada di daerah dalam ruang lingkup yang lebih luas (Yuniarti, 2011). Inventarisasi tumbuhan yang berkhasiat obat merupakan kegiatan pendataan seluruh tumbuhan berkhasiat obat yang ada pada plot pengamatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan berkhasiat obat dan untuk mengetahui potensi tumbuhan berkhasiat obat. Plot yang diteliti merupakan habitat alami dari beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat, namun sampai saat ini hanya sebagian kecil saja yang telah teridentifikasi keanekaragaman jenis tumbuhan berkhasiat obat yang tumbuh alami pada daerah tertentu. Penelitian inventarisai tumbuhan berkhasiat obat dilakukan untuk memberikan informasi identifikasi jenis tumbuhan berkhasiat obat yang merupakan habitat alami pada plot yang akan diteliti tersebut (Wibisono dan Azham, 2017).

Eksplorasi Tumbuhan Obat Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Kusumo, dkk. 2002). Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas unggul baru, dan perusakan habitat sumberdaya genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman obat akibat perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas kasihan. Plasma nutfah atau varietas baru yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Dalam buku Hernani dan Djauhariya (2004) dikatakan bahwa eksplorasi dan pengembangan budidaya tumbuhan obat terus dikembangkan untuk mencapai sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat sintesis guna

Universitas Sumatera Utara 8

menghemat devisa negara. Dimana kebutuhan bahan baku obat tradisional terutama yang bersal dari tumbuhan sebagian besar masih diambil dari alam. Tumbuhan obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan keanekaragaman tumbuhan obat-obatan dapat menunjang adanya ketersediaanobat-obatan yang siap pakai. Manusia telah lama mengenal fungsi tumbuhan sebagai penghasil obat-obatan dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan. Penemuan-penemuan itu bukan berdasarkan prilaku yang rasional tetapi karena perasaan instinktif dan secara turun-temurun pengetahuan itu dipertahankan dengan penuturan-penuturan secara lisan Setiap daerah atau suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing dalam hal pengobatan tradisional. Hal ini disebabkan oleh kondisi alamnya khususnya ketersediaan tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat di masing-masing daerah, perbedaan falsafah budaya dan adat istiadat yang melatarbelakanginya (Jumiarni dan Komalasari, 2017).

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi berbasiskan komputer untuk menyimpan, mengelola dan menganalisis, serta memanggil data bereferensi geografis yang berkembang pesat pada lima tahun terakhir ini. Manfaat dari SIG adalah memberikan kemudahan kepada para pengguna atau para pengambil keputusan untuk menentukan kebijaksanaan yang akan diambil, khususnya yang berkaitan dengan aspek keruangan (spasial). Dalam pengaplikasian Geographic information system (GIS) menggunakan perangkat lunak Arcview yang merupakan salah satu perangkat lunak Dengan perangkat lunak ini, pengguna dapat melakukan proses-proses seperti visualisasi, meng- explore, membuat query, dan menganalisa (Wibowo, dkk. 2015). Sistem Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem seperti data input, yaitu subsistem yang bertugas untuk mengumpulkan data dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransfortasikan format-format data-data aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG. Data output merupakan subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian

Universitas Sumatera Utara 9

basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: tabel, grafik dan peta (Arkanuddin, 2012). Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan untuk pengumpulan data, penyimpanan, analisis dan manipulasi referensi geografis, termasuk tata letak peta untuk menunjukkan distribusi spasial fenomena geografis termasuk karakteristik yang sesuai dengan yang ada di permukaan bumi (Rahmawaty, dkk. 2019). Aplikasi Sistem Informasi Geografis telah banyak diterapkan dalam berbagai jenis bidang pertanian dan kehutanan. Menurut Rahmawaty, dkk (2014), Rahmawaty, dkk (2018), Rahmawaty, dkk (2019), Tarigan, dkk (2016), apikasi Sistem Informasi Geografis dalam bidang pertanian dan kehutanan adalah pemetaan kesesuaian lahan dan menyajikannya dalam bentuk peta, Rahmawaty, dkk (2011) mengkaji penyebaran perkebunan kelapa sawit pada kawasan hutan, Rahmawaty, dkk (2011) menganalisis perubahan tutupan lahan, serta masih banyak pengaplikasian Sistem Informasi Geografis dalam berbagai bidang penelitian. Sistem Informasi Geografi mempunyai keistimewaan analisa yaitu analisa overlay dan analisa proximity dimana analisa overlay merupakan proses integrasi data dari lapisan-lapisan yang berbeda. Analisa spasial dilakukan dengan meng- overlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru hasil analisis. Overlay peta merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru. Konsep overlay peta yaitu alamat overlay peta merupakan hubungan interseksi dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial; overlay peta mengkombinasikan data spasial dan data attribut dari dua theme masukan. Tiga tipe fitur masukan, melalui overlay yang merupakan polygon yaitu : Titik dengan polygon menghasilkan keluaran dalam bentuk titik-titik; garis dengan poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk garis; dan poligon dengan poligon menghasilkan keluaran dalam bentuk poligon (Handayani, dkk. 2005).

Universitas Sumatera Utara 10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai dengan Juni 2019, di Desa Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat. Kemudian pengolahan data dilakukan di Laboratorium Inventarisasi Hutan, Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Keadaan Geografi Lokasi Penelitian Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km² atau 626.329 Ha, sekitar 8,74% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Salapaian terletak antara 03o15’13”-03o36’48” Lintang Utara dan 98o14’17”- 98o22’24” Bujur Timur. Kecamatan Salapian terletak 88 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan luas 22173 Ha (221,73 km2). Kecamatan Salapian berbatasan dengan Kecamatan Serapit (Sebelah Utara), Kecamatan Kutambaru (Sebelah Selatan), Kecamatan (Sebelah Barat) dan Kecamatan (Sebelah Timur). Kecamatan Salapian terdiri dari 17 desa. Desa Perkebunan Tambunan memiliki luas 9,34 km2 dengan rasio terhadap luas kecamatan sebesar 4,21%. Perkebunan Tambunan terletak 03o25’39,06” Lintang Utara dan 98o19’10,50” Bujur Timur (Badan Pusat Statistik, 2018).

Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada saat di lapangan adalah pisau, tali rafia, sarung tangan, kompas, Global Positioning System (GPS), meteran, hagahypsometer, kamera digital, Microsoft Excel, Software Arc. GIS 10.3, dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, vegetasi tanaman obat di lokasi penelitian, buku identifikasi pohon dan tanaman obat, dan tally sheet

Universitas Sumatera Utara 11

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian

Universitas Sumatera Utara 12

Prosedur Penelitian A. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data diawali dengan inventarisasi tumbuhan obat. Boon dan Tideman (1950) dalam Soerinaga dan Indrawan (1998) menyebutkan penentuan intensitas sampling 2% untuk kawasan hutan 1000-10000 Ha, dan intensitas sampling 10% untuk luasan kawasan kurang dari 1000 Ha. Pengambilan spesimen dilapangan dengan menggunakan metode petak transek. Penentuan titik awal inventarisasi dalam jalur dilakukan dengan metode purpossive sampling, dimana penetapan titik awal dilakukan berdasarkan tempat yang dinilai banyak memiliki tumbuhan obatnya, selanjutnya dilakukan secara systematic sampling, dimana pembuatan plot selanjutnya dilakukan secara teratur. Pengambilan koleksi tumbuhan obat menggunakan metode sampling plot, yaitu membuat plot di dalam jalur dengan intensitas sampling 10% dari luas lahan sawit masyarakat ± 14 Ha dan lahan campuran ±1.2 Ha yang sudah dianggap mewakili seluruh kawasan penelitian. Setiap jalur dibuat plot dengan ukuran 2 x 2 meter. Luas lahan sawit masyarakat yang di jadikan sebagai lokasi penelitian adalah 14000 m2, sehingga jumlah seluruh petak contoh yang harus dibuat sebanyak 35 plot, dan di lahan campuran seluas 1200 m2 dengan jumlah plot sebanyak 3 plot. Inventarisasi ini bertujuan mengidentifikasi tumbuhan obat. Pengamatan tumbuhan obat dilakukan secara eksploratif di dalam plot sepanjang jalur pengamatan. Setiap petak dihitung jumlah individu dari setiap spesies. Bentuk petak contoh pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2. 20m

20m

Gambar 2. Petak Contoh Pengambilan Data

Universitas Sumatera Utara 13

Keterangan: a. Petak A : petak ukur untuk semai dan tumbuhan bawah ukuran 2 × 2 m b. Petak B : petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 × 5 m c. Petak C : petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 × 10 m d. Petak D : petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 × 20 a. Semai adalah anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi kurang 1,5 m b. Pancang adalah anakan pohon tingginya ≥ 1,5 meter sampai diameter <7 cm. c. Tiang adalah anakan pohon yang diameternya 10 cm sampai < 20 cm. d. Pohon adalah pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm (Kusmana, 1997).

B. Teknik Pengumpulan Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti menyiapkan alat dan bahan, serta kelengkapan administrasi dan melakukan observasi. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pengambilan sampel. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan pada saat pengambilan data di lapangan, mencakup data jenis tumbuhan, jumlah spesies, jumlah individu, diameter pohon, tinggi pohon, ketinggian titik lokasi petak contoh, dan ordinat lokasi petak contoh. Sedangkan data sekunder mencakup data iklim, rencana pengelolaan kawasan, hasil-hasil penelitian sebelumnya, data kelerengan dan topografi kawasan.

Analisis Data Metode identifikasi jenis tanaman obat diawali dengan pengamatan langsung di lapangan. Proses identifikasi jenis tumbuhan obat dari lapangan sampai pengklasifikasian adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi jenis dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan. 2. Menanyakan identitas tumbuhan kepada masyarakat sekitar. 3. Mencocokkan gambar-gambar hasil dokumentasi maupun jenis yang dikumpulkan dari lapangan dengan website yang menyediakan deskripsi

Universitas Sumatera Utara 14

tumbuhan yang ditemukan dan juga dilakukan dengan mencocokkan dengan buku Tumbuhan Obat. 4. Setiap jenis yang ditemukan dicocokkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. 5. Hasil identifikasi difoto dan dimasukkan ke dalam Tabel Penelitian ini dilakukan dengancara pengambilan titik plot vegetasi tanaman obat dengan menggunakan GPS untuk mengetahui sebaran vegetasi dan tumbuhan obat. Pengolahan data untuk pembuatan peta sebaran vegetasi dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software ArcGis 10.3. ArcGis 10.3 merupakan salah satu perangkat lunak desktop SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh Environmental Systems Research Institute (ESRI) (Prahasta, 2002). Data yang dikelola dalam basis data ini berkaitan dengan ruang atau posisi geografis (data spasial) maupun data yang bersifat deskriptif dan numerik/angka yang akan dapat tertata dengan baik dan terpetakan secara rapi. Dalam sistem ini tiap jenis tema akan disimpan dalam bentuk layer atau lapisan peta secara digital sehingga memudahkan untuk memperbaiki dan memperbaharui (updating) data, serta mempermudah dalam pencarian data serta mempergunakannnya secara tepat. Penambahan, pengurangan, dan perubahan data sangat mungkin dan mudah dilakukan berdasarkan perkembangan data terkini (hasil survei terbaru), sehingga peta yang dihasilkan adalah peta yang bersifat terbuka yang dapat diperbaharui setiap saat. Penentuan Sampel Responden Sampel dalam penelitian ini yaitu responden kunci (key informant) pemilihannya ditentukan dengan cara purposive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian melalui kuisioner secara langsung kepada masyarakat. Responden kunci yakni seseorang yang memahami tentang tumbuhan obat sekaligus mengkonsumsinya. Responden kunci berjumlah satu orang, yang bernama Ibu Sumniarti (58 tahun), suku Jawa dengan pekerjaan sebagai peracik tumbuhan obat di Desa Perkebunan Tambunan.

Universitas Sumatera Utara 15

Pembuatan Peta Sebaran Vegetasi Hasil inventarisasi tumbuhan kehutanan dan tanaman obat dapat disajikan dalam bentuk peta dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini merekam, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegarisikan operasi-operasi umum database seperti query dan analisis staistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Pemetaan sebaran tumbuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode inventarisasi dan pengambilan titik tumbuhan obat pada masing-masing plot yang terdapat di lapangan. Data sebaran tumbuhan obat disimpan di GPS yang berbentuk dari waypoint, selanjutnya di overlay dengan peta tempat lokasi penelitian menggunakan software GIS. Pembuatan peta penyebaran tumbuhan obat dilakukan dengan melakukan overlay antara peta administrasi Kabupaten Langkat dengan data titik koordinat vegetasi tumbuhan yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Koordinat GPS yang diambil pada lokasi penelitian sebanyak 366 titik. Untuk pengambilan titik koordinat tumbuhan dengan mengambil satu atau dua titik koordinat yang mewakili seluruh tumbuhan obat yang sejenis yang berada dalam plot pengamatan. Pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan sebagai berikut: 1. Data titik koordinat diolah dari data GPS ke komputer dengan menggunakan software ArcGIS 10.3. 2. File titik koordinat GPS diubah kedalam bentuk shp dengan cara klik Arctoolbox-conversion tools-from GPS- GPX to features, pilih dimana tempat file koordinat GPS berada pada input GPX file dan tentukan tempat penyimpanan shp GPS pada output features class. 3. Setelah diperoleh peta titik koordinat tumbuhan, selanjutnya titik tersebut di overlaykan dengan peta administrasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara 16

4. Memasukan data shapfile hasil overlay tumbuhan obat. 5. Klik arctoolbox-analysistools-overlay-intersect. 6. Open attribute table shapfile hasil intersect. 7. Membuat field baru dan memasukan data hasil yang sesuai yaitu jenis tanaman obat. 8. Membuat desain layout dan format peta yaitu judul, legenda, koordinat geografis dan skala.

Data Lapangan Berupa Titik Koordinat

Titik Koordinat Tumbuhan Obat

ArcGis 10.3

Titik Koordinat vegetasi tumbuhan obat

Overlay

Peta Dasar Lokasi Penelitian di Desa Perkebunan Tambunan

Peta Sebaran Tumbuhan Obat

Gambar 3. Skema Alur Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat

Universitas Sumatera Utara 17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Vegetasi Hasil dari inventarisasi yang dilakukan di plot penelitian Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian dimana pada lahan sawit dan lahan campur masyarakat dibawah tegakan karet, mahoni, dan cokelat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian No Nama Lokal Nama Latin Famili Jumlah 1 Asar-asar Selaginella deoderleinii Selaginellaceae 45 2 Bancir Bidens Pilosa Asteraceae 1 3 Bayeman Asystasia gangetica Acanthaceae 247 4 Beluntas Pluchea indica Asteraceae 437 5 Calincing Oxalis barrelieri Oxalidaceae 30 6 Katuk Sauropus androgynus Phyllanthaceae 1 7 Kemukus Piper cubeba Piperacea 47 8 Gandarusa Justicia gendarusa Lauraceae 22 9 Kecombrang Nicolaia speciosa Zingiberaceae 4 10 Krokot Portulaca oleracea L. Portulacaceae 158 11 Kunyit Curcuma longa Zingiberaceae 5 12 Labu Cucurbita moschata Cucurbitaceae 3 13 Lempuyang Zingiber zerumbet Zingiberaceae 3 14 Lulangan Eleusine indica Poaceae 13 15 Meniran Phyllanthus urinaria Phyllanthaceae 43 16 Paitan Axonopus compressus Poaceae 468 17 Pulutan Urena lobata Malvaceae 118 18 Putri Malu Mimosa pudica Fabaceae 28 19 Rimbang Solanum torvum Solanaceae 29 20 Senduduk Melastoma candidum Melastomataceae 130 21 Senduduk Bulu Melastoma afiine Melastomataceae 108 22 Talas Colocasia esculenta L. Araceae 4 Total 1944 Hasil pengelompokan tumbuhan yang diketahui sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat Desa Perkebunan Tambunan dapat dilihat pada pada Tabel 1. Jenis tumbuhan bawah lebih banyak dijumpai pada lahan sawit di Desa Perkebunan Tambunan dan hanya sedikit jenis herba yang terdapat di lahan campur milik masyarakat. Jenis tumbuhan bawah yang paling banyak ditemukan adalah jenis paitan yaitu sebanyak 468 dan yang paling sedikit adalah jenis katuk dan bancir yang hanya ditemukan 1 buah. Trisna, dkk. (2018) mengatakan bahwa habitat jenis paitan yaitu di lahan yang kering, pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1400 mdpl serta tumbuh baik di tempat terbuka atau

Universitas Sumatera Utara 18

terlindung. Persyaratan tumbuh jenis ini, dapat tumbuh baik pada tanah yang berpasir atau berpasir lempung tanah, tetapi juga untuk tanah liat dan gambut, berkembang di tanah yang terlalu subur. Maka, hal itu dapat membuat paitan mampu mendominasi di Desa Perkebunan Tambunan.

Potensi Tumbuhan Obat Jumlah spesies tumbuhan bawah berdasarkan famili dapat disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 2. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Sawit No Famili Jumlah 1 Oxalidacae 1 2 Portulacaceae 1 3 Selaginellaceae 1 4 Asteraceae 2 5 Acanthaceae 1 6 Lauraceae 1 7 Poaceae 2 8 Phyllanthaceae 1 9 Malvaceae 1 10 Fabaceae 1 11 Solanaceae 1 12 Melastomataceae 2 13 Piperacea 1 14 Araceae 1

Tabel 3. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Campur No Famili Jumlah 1 Acanthaceae 1 2 Phyllanthaceae 2 3 Zingiberaceae 3 4 Cucurbitaceae 1 5 Poaceae 1 6 Malvaceae 1 7 Araceae 1

Famili jenis tumbuhan bawah (Tabel 2) yang terdapat di lahan sawit adalah sebanyak 14 famili. Famili Asteraceae, Poaceae, dan Melastomataceae termasuk famili yang mendominasi pada lahan tersebut dikarenakan ketiga famili tersebut ditemukan masing-masing berjumlah 2 pada lahan sawit. Sedangkan famili lainnya hanya ditemukan 1 pada lahan sawit tersebut. Lahan campur masyarakat (Tabel 3) didominasi oleh famili Zingiberaceae yang ditemukan sebanyak 3 jenis tumbuhan bawah yang ditemukan termasuk famili tersebut,

Universitas Sumatera Utara 19

disusul oleh famili Phyllanthaceae sebanyak 2, selebihnya famili yang ditemukan masing-masing hanya 1 pada lahan campur tersebut. Jumlah tumbuhan obat dilahan sawit lebih banyak daripada di lahan campur. Lahan sawit memiliki 12 spesies tumbuhan obat dan di lahan campur memiliki 10 spesies tumbuhan obat, sedangkan spesies tumbuhan obat yang dimiliki oleh kedua lahan tersebut ada 5 spesies. Jumlah dan jenis spesies tiap lahan tersebut dapat disajikan dalam diagram venn (Gambar 4) sebagai berikut.

S Lahan Sawit Lahan Campur

Calincing Krokot Asar-asar Bancir Katuk Beluntas Bayeman Kecombrang Lulangan Gandarusa Kunyit Meniran Paitan Pulutan Labu Putri Malu Talas Rimbang Lempuyang Senduduk Senduduk Bulu Kemukus

Gambar 4. Diagram Venn Jenis Tumbuhan Bawah di Lahan Sawit dan Lahan Campur Desa Perkebunan Tambunan

Lahan sawit dan lahan campuran memiliki persamaan jenis tumbuhan bawah (Gambar 4) yaitu jenis bayeman (Asystasia gangetica), lulangan (Eleusine indica), meniran (Phyllanthus urinaria), pulutan (Urena lobata), dan talas (Colocasia esculenta L.). terdapat 5 jenis tumbuhan bawah yang sama, selebihnya berbeda. Persamaan jenis tumbuhan bawah tersebut dapat dikarenakan tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh secara alami dan mampu hidup pada tutupan lahan jenis apapun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Endarwati, dkk (2017) yang mengatakan bahwa tumbuhan bawah atau belukar yang banyak ditemukan atau mendominasi lahan merupakan tanaman yang mampu hidup di lahan manapun dan merupakan tanaman liar yang memberi naungan pada tanaman utama.

Universitas Sumatera Utara 20

Lahan sawit memiliki 12 jenis tumbuhan bawah yang berbeda dari lahan campur masyarakat. Perbedaan jenis tanaman pada suatu lahan dapat dipengaruhi oleh tutupan tajuk, dimana tutupan tajuk membentuk iklim mikro yang berbeda pada lantai hutan/lahan, sehingga mempengaruhi struktur dan komposisi jenis tumbuhan bawah pada lahan tersebut. Hal ini sesuai dengan- pernyataan Kunarso dan Azwar (2013) yang mengatakan bahwa perbedaan jenis tanaman pokok pada hutan tanaman mempengaruhi struktur dan komposisi jenis tumbuhan bawah. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungan mikro dibawah tegakan yang berbeda akibat perbedaan tingkat naungan. Jenis tanaman dengan penutupan tajuk yang berbeda akan membentuk iklim mikro yang berbeda pada lantai hutan. Sementara perbedaan kecepatan dekomposisi serasah pada tiap jenis tegakan mengakibatkan suplai bahan organik di dalam tanah juga akan berbeda, sehingga kualitas tanah pada tiap jenis tegakan juga akan berbeda. Hal ini juga akan mempengaruhi tingkat keragaman jenis tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah dapat mendominasi di lahan sawit dikarenakan tumbuhan bawah banyak yang mampu tumbuh di berbagai keadaan lingkungan salah satu nya di lahan sawit dibanding dengan lahan campur. Menurut Trisna, dkk (2018), hal ini dapat terjadi karena jenis yang tumbuh kebun kelapa sawit ini diduga memiliki sifat yang mudah tumbuh di berbagai keadaan lingkungan dan jenis tanah. Jenis-jenis tumbuhan bawah yang ada kebun kelapa sawit yaitu jenis A. compressus, C. kyllingia, A. indica, E. guineensis, N. biserata, S. indica dan C. esculenta. Jenis yang dominan pada suatu komunitas merupakan jenis yang dapat beradaptasi dan memanfaatkan lingkungan yang ditempatinya secara efisien daripada jenis-jenis lainnya.

Pengelompokkan Tumbuhan Obat Tumbuhan obat yang terdapat di Desa Perkebunan Tambunan dapat dikelompokkan menjadi tumbuhan obat tradisional dan tumbuhan obat potensial. Perbandingan kelompok tumbuhan obat tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Universitas Sumatera Utara 21

23% Tumbuhan Obat Tradisional Tumbuhan Obat Potensial Tumbuhan Obat Modern

77%

Gambar 5. Persentasi Pengelompokkan Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa tumbuhan jenis tumbuhan obat tradisional lebih dominan, yaitu sebesar 77%, dan persentasi tumbuhan obat potensial sebesar 23%. Tumbuahn obat tradisional merupakan tumbuhan obat yang telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat keluarga maupun sebagai bahan baku untuk meracik obat tradisional. Jenis tumbuhan obat yang termasuk tumbuhan obat tradisional antara lain asar-asar (Selaginella doederleinii), bayeman (Asystasia gangetica), calincing (Oxalis barrelieri), beluntas (Pluchea indica), katuk (Sauropus androgynous), kecombrang (Nicolaia speciosa), krokot (Portulaca oleracea), kunyit (Curcuma longa), labu kuning (Curcubita moschata), lempuyang (Zingiber zerubet), lulangan (Eleusine indica), meniran (Phyllanthus urinaria), pulutan (Urena lobata), putri malu (Mimosa pudica), dan rimbang (Solanum torvum). Tumbuhan obat potensial merupakan tumbuhan obat yang diduga memiliki khasiat obat namun belum dibuktikan secara ilmiah, dan kelompok ini masih jarang digunakan masyarakat sekitar dan hanya sebagai bahan obat yang dapat dicampur dengan bahan lainnya. Tumbuhan yang termasuk ke dalam kelompok tumbuhan obat potensial antara lain bancir (Bidens pilosa), gandarusa (Justicia gandarusa), kemukus (Piper cubeba), paitan (Axonopus compressus), dan talas (Colocasia esculenta).

Universitas Sumatera Utara 22

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan hasil wawancara responden peracik tumbuhan obat di Desa Perkebunan Tambunan, dapat diketahui bahwa masyarakat mengetahui beberapa jenis tumbuhan obat dan menggunakannya juga. Namun, masyarakat desa tersebut juga ada sebagian yang kurang memanfaatkan tumbuhan obat sebagai pengobatan tradisional Bagian-bagian yang umum digunakan oleh masyarakat sekitar untuk membuat ramuan obat tradisional terdiri dari bagian-bagian tumbuhan seperti daun, rimpang, bunga, buah, dan biji buah. Bagian-bagian tumbuhan tersebut ada yang dapat langsung dikonsumsi, dan ada juga yang harus diolah terlebih dahulu seperti direbus, digiling, dicincang, dihaluskan, dilumatkan, atau langsung dimakan setelah dicuci bersih. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian daun dan yang paling sedikit dimanfaatkan adalah biji dan rimpang. Daun paling banyak digunakan untuk mengolah ramuan obat tradisional dikarenakan daun yang memiliki klorofil dan sebagai tepat fotosintesis dan penghasil makanan pada tumbuhan yang memiliki banyak khasiat obat. Sesuai dengan penelitian Tsauri & Rusli (2011), daun merupakan organ penting tempat fotosintat, berstruktur lunak, memiliki kandungan air yang tinggi, kaya akan kandungan minyak atsiri, fenol, senyawa kalium, dan klorofil. Kandungan zat pada daun bermanfaat untuk kesehatan dan memiliki unsur-unsur yang dapat menyembuhkan penyakit. Masyarakat sebagian besar memanfaatkan daun karena mempercayai bahwa daun tanaman tertentu memiliki sifat sebagai pendinginan, oleh karena itu, mereka dapat digunakan untuk mengobati demam dan menurunkan suhu tubuh pasien (Kala 2006 dalam Rahmawaty, dkk 2019). Hal dan cara pengolahannya juga yang umumnya paling mudah yakni dengan direbus, dilumatkan, atau dikunyah. Cara pengolahan paling umum adalah dengan cara direbus. Menurut Sada dan Tanjung (2010), pengolahan direbus paling banyak dilakukan disebabkan karena cara ini paling mudah dilakukan jika dibandingkan dengan cara pengolahan secara langsung atau dirauh, karena kedua cara tersebut harus melewati beberapa tahap dalam pengolahannya. Menurut pendapat responden dari hasil wawancara, masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk penyakit-penyakit ringan seperti sakit perut, demam, muntah, mencret dan luka-luka. Namun beberapa masyarakat

Universitas Sumatera Utara 23

juga ada yang memiliki pengetahuan bahwa tanaman obat juga dapat sebagai obat kanker, kanker payudara, dan penyakit-penyakit serius lainnya. Pada zaman sekarang dengan banyaknya yang semakin mudah terserang penyakit, masyarakat dunia tidak hanya menggunakan pengobatan modern. Namun juga sudah menggunakan pengobatan tradisional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rukmana dan Yudirachman (2016) yang mengatakan bahwa saat ini penggunaan produk tanaman obat semakin dipilih oleh masyarakat dunia. Pemanfaatan Tumbuhan obat dan bagian-bagian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut. a) Asar-asar (Selaginella doederleinii) Khasiat obat yang dimiliki oleh tumbuhan asar-asar berdasarkan responden kunci yang ditanya pada saat dilokasi penelitian adalah sebagai obat sembur dada yang berfungsi menyembuhkan sesak napas. Seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat digunakan untuk membuat ramuan obat. Menurut Hariana (2004), tumbuhan ini dikenal juga dengan sebutan cakar ayam. Cara pengolahannya yakni dengan cara direbus, dan airnya rebusannya diminum. Seluruh bagian tumbuhan, baik dalam kondisi kering dan segar, dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis, perut busung (ascites), pengecilan hati, infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernafasan, kanker, serta tulangpatah atau retak dan rematik. Gambar tumbuhan asar-asar dapat dilihat pada Gambar 6.

N= 3° 26' 2.604" E= 98° 19' 46.451"

Gambar 6. Tumbuhan Obat Asar-asar b) Bancir (Bidens Pilosa) Tumbuhan bawah bancir menurut responden kunci memiliki khasiat obat yang dapat meredakan sakit gigi dan sakit tenggorokan dengan mencampur

Universitas Sumatera Utara 24

dengan bahan-bahan lain. Bagian yang digunakan adalah daunnya yang diolah dengan cara direbus dan air rebusannya diminum. Menurut Djauhariya dan Hernani (2004), tanaman ini dikenal juga dengan ajeran. Ajeran merupakan tumbuhan semusim, batang tegak, bercabang. Bentuk batang segiempat, kulit warna hijau, dan bulu tipis. Tinggi batang ajeran 40-200 cm. Daunnya bertangkai, duduk berhadapan, dan menyirip ganda. Ajeran berkhasiat mengobati influenza, demam, sakit tenggorokan, radang usus buntu, hepatitis akut, mencret, rematik sendi, koreng, sakit gigi, bisul, mengobati luka luar, rabun mata, dan sakit gigi. Gambar tumbuhan bancir dapat pada Gambar 7.

N= 3° 26' 12.158" E= 98° 19' 37.084" Gambar 7. Tumbuhan Obat Bancir c) Bayeman (Asystasia gangetica) Bayeman merupakan tumbuhan bawah yang memiliki khasiat sebagai obat menyembuhkan luka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Grubben (2004) yang mengatakan bahwa tanaman ini dapat dikenal dengan rumput Israel. Di Afrika, larutan dari tanaman ini digunakan untuk meringankan rasa sakit saat melahirkan, dan getahnya digunakan untuk mengobati luka, meredakan otot kaku dan pembesaran limpa pada anak-anak. Serbuk dan akarnya dipercaya memiliki efek analgesik dan digunakan dalam mengobati sakit perut dan gigitan ular. Larutan daunnya digunakan untuk mengobati epilepsi dan gangguan saluran kemih. Gambar tumbuhan bayeman dapat dilihat pada Gambar 8.

Universitas Sumatera Utara 25

N= 03° 26' 15.798" E= 098° 19' 34.085" Gambar 8. Tumbuhan Obat Bayeman d) Belimbing Tanah/ Calincing (Oxalis barrelieri) Manfaat dari tumbuhan calincing (belimbing tanah) menurut responden kunci dapat menjadi sembur perut yaitu untuk mengobati sakit perut. Menurut Badrunasar dan Santoso (2016), seperdu belimbing tanah (akar, daun, dan buah) direbus hingga mendidih. Air rebusannya diminum dua kali sehari untuk menyembuhkan wasir, darah tinggi, dan kencing manis. Air rebusan ini juga dipercaya dapat mengatasi sakit buah pinggang, lemah jantung, dan menghilangkan dahaga. Buah belimbing tanah yang segar dapat dimakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Gambar tumbuhan calincing dapat dilihat pada Gambar 9.

N= 3° 26' 2.348" E= 98° 19' 41.969" Gambar 9. Tumbuhan Obat Calincing e) Beluntas (Pluchea indica) Tumbuhan bawah beluntas memiliki khasiat obat sebagai obat pegal linu, penurun demam mengurangi keputihan pada wanita, rematik dan mengobati perut kembung. Bagian yang digunakan umumnya adalah daunnya dan cara

Universitas Sumatera Utara 26

pengolahaanya dapat dilakukan dengan merebus daunnya. Mengobati rematik dapat dilakukan dengan merebus akar beluntas dan meminum air rebusannya. Hal ini didukung pernyataan Hariana (2004) yang mengatakan bahwa seluruh bagian tumbuhan, baik segar maupun kering, dapat dimanfaatkan untuk mengobati gangguan pencernaan pada anak, menghilangkan bau badan, penurunan panas, rematik dan nyeri pada persendian. Gambar tumbuhan beluntas dapat dilihat pada Gambar 10.

N= 3° 26' 15.772" E= 98° 19' 34.006" Gambar 10. Tumbuhan Obat Beluntas f) Gandarusa (Justicia gendarusa) Gandarusa merupakan tanaman perdu yang daunnya dapat memiliki khasiat mengobati luka pada kulit yaitu dengan cara ditumbuk halus, kemudian diolesk an pada luka. Untuk mempercepat penyembuhan, disarankan untuk mengonsumsi air rebusan daun dan buah Gandarusa untuk membantu mempercepat penyembuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hariana (2004), tanaman ini dapat juga disebut besi-besi atau gonorusa. Daun gandarusa, baik segar maupun kering, dapat dimanfaatkan untuk mengobati bisul dan patah tulang, memar dan keseleo, serta rematik. Gambar tumbuhan gandarusa dapat dilihat pada Gambar 11.

Universitas Sumatera Utara 27

N= 3° 26' 5.084" E= 98° 19' 39.996" Gambar 11. Tumbuhan Obat Gandarusa g) Katuk (Sauropus androgynus) Manfaat yang dimiliki katuk berdasarkan responden kunci dan beberapa responden lainnya yang diwawancari, katuk bermanfaat untuk memperlancar ASI bagi ibu yang baru melahirkan dengan cara meminum air rebusan dari daun katuk. Tumbuhan tropis ini bercabang banyak, dan tingginya dapat mencapai 2,5 m dengan daun hijau panjang 5-6 cm. Daun katuk berkhasiat sebagai pelancar ASI. Penelitian dilakukan laboratorium dengan menggunakan model ayam telah membuktikan bahwa ternyata daun katuk sangat baik untuk menurunkan kolesterol. Turunnya angka resiko tersebut menunjukkan bahwa daun katuk dapat mengurangi terjadinya penyakit stroke, darah tinggi, dan jantung coroner (Agoes, 2010). Gambar tumbuhan katuk dapat dilihat pada Gambar 12.

N= 3° 25' 58.493" E= 98° 18' 24.761"

Gambar 12. Tumbuhan Obat Katuk h) Kecombrang (Nicolaia speciosa) Kecombrang dapat memiliki khasiat sebagai obat kanker. Cara mengolahnya juga cukup mudah yakni dengan dicampur dengan masakan kuah di rumah.

Universitas Sumatera Utara 28

Menurut Wirakusumah (1994), tanaman yang tingginya dapat mencapai 3 m ini mempunyai daun berbentuk taji. Bunganya berbentuk tongkol dan berwarna merah jambu. Batangnya bulat dan tidak bercabang. Khasiat dari Bunga tanaman ini untuk menghilangkan bau keringat dan napas yang kurang sedap. Gambar tumbuhan kecombrang dapat dilihat pada Gambar 13.

N= 3° 25' 59.202" E= 98° 18' 25.006" Gambar 13. Tumbuhan Obat Kecombrang i) Kemukus (Piper cubeba) Kemukus dapat sebagai obat sakit perut serta sesak napas dengan cara merebus biji kemukus dengan beberapa bahan lainnya dan kemudian diminum. Menurut Syukur dan Hernani (2001), tanaman ini merupakan liana yang memanjat, perdu, batang sampai 2 cm, tinggi tanaman mencapai 15 cm. tanaman ini dapat tumbuh liar di daerah hutan, pegunungan atau ladang yang rimbun. Buahnya digunakan sebagai obat gonorrhoe, disentri, penyakit perut, pencampur tonikum, ekspektoran, sesak napas, rematik, bau mulut, dan menghangatkan badan. Gambar tumbuhan kemukus dapat dilihat pada Gambar 14.

N= 3° 26' 13.184" E= 98° 19' 35.287" Gambar 14. Tumbuhan Obat Kemukus

Universitas Sumatera Utara 29

j) Krokot (Portulaca oleracea) Krokot mampu mengobati bisul di kulit dan juga sebagai penurun demam. Cara mengolahnya pun cukup mudah dengan cara mengonsumsi air rebusan daun tersebut seara rutin dan dapat meyembuhkan secara perlahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djauhariya dan Hernani (2004) yang mengatakan bahwa rokot merupakan tumbuhan berumur setahun, batang merebah, bentuk bulat, lunak dan berair, tidak berkayu, kulit batang berwarna cokelat keunguan. Daun tunggal berbentuk bulat telur, tebal berdaging, duduk daun tersebar atau berhadapan, tangkai pendek. Krokot berkhasiat sebagai obat disentri, radang usus buntu, sakit perut, radang gusi, demam, digigit binatang berbisa, eksim, jantung berdebar, kencing darah, dan bisul. Gambar tumbuhan krokot dapat dilihat pada Gambar 15.

N= 3° 26' 13.148" E= 98° 19' 35.338" Gambar 15. Tumbuhan Obat Krokot k) Kunyit (Curcuma longa) Manfaat dari kunyit telah banyak diketahui oleh masyarakat. Menurut responden kunci yang diwawancarai, kunyit dapat membantu penyembuhan maag, mengatasi perut kembung, mengurangi mual. Cara pengolahannya juga cukup mudah yakni dapat direbus dan menjadi campuran untuk masakan rumah dan dikonsumsi dengan aman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syukur dan Hernani (2001) yang mengatakan bahwa rimpang kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik obat asma, diabetes mellitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat dan noda hitam di wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurunan panas, menghilngkan rasa

Universitas Sumatera Utara 30

gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka-luka dan obat penyakit hati. Gambar tumbuhan kunyit dapat dilihat pada Gambar 16.

N= 3° 25' 59.195" E= 98° 18' 24.916" Gambar 16. Tumbuhan Obat Kunyit l) Labu Kuning (Cucurbita moschata) Labu kuning dapat untuk mempercantik kulit dan juga dapat menjadi antikanker. Cara mengolah labu kuning yaitu dengan direbus atau dikukus. Safriani (2015) mengatakan bahwa selain mengandung karbohidrat, labu kuning juga kaya akan kandungan vitamin, terutama vitamin A dan C yang merupakan antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan. Labu kuning merupakan salah satu bahan pangan lokal yang memiliki nilai gizi tinggi dan baik bagi tubuh manusia yakni banyak mengandung beta karoten, vitamin A, serat, vitamin C, vitamin K, dan Niacin atau vitamin B3. Serta mengandung mineral seperti kalium, zat besi, fosfor, magnesium, dan kalium (Sudarman, 2018). Gambar tumbuhan labu kuning dapat dilihat pada Gambar 17.

N= 3° 25' 59.187" E= 98° 18' 24.909" Gambar 17. Tumbuhan Obat Labu Kuning

Universitas Sumatera Utara 31

m) Lempuyang (Zingiber zerumbet) Tumbuhan ini dapat sebagai obat masuk angin dengan cara rimpang diparut, kemudian diperas dan airnya diminum. Untuk mengobati rematik dengan cara rimpang dilumatkan dengan bahan lain keudia dioles di tempat yang sakit. Menurut Rukmana dan Yudirachman (2016), lempuyang merupakan tanaman semak semusim. Batang asli sebagai rimpang dibawah tanah, sedangkan batang sem berupa kumpulan pelepah daun yang berseling diatas tanah, berbentuk bulat, berwarna hijau. daun tumbuh tegak berseling, pelepah membentuk batang semu, berwarna hijau. Rimpang berkhasiat sebagai obat pilek, radang usus, penambah darah, asma, merangsang nafsu makan,mengurangi rasa nyeri, pembersih darah, menurunkan kesuburan wanita, pencegah kehamilan, pereda kejang, obat penyakit empedu, kuing, radang sendi, batuk rejan kolera, aneia, saraf, nyeri perut, dan masuk angin. Gambar tumbuhan lempuyang dapat dilihat pada Gambar 18.

N= 3° 25' 59.047" E= 98° 18' 24.318" Gambar 18. Tumbuhan Obat Lempuyang n) Lulangan (Eleusine indica) Lulangan dapat mengatasi sakit perut yakni dengan cara menggiling halus lulang yang sudah dicuci bersih, kemudia diseduh dengan air panas, disaring, dan airnya diminum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djauhariya dan Hernani (2004) yang mengatakan bahwa rumput belulang merupakan rumput-rumputan yang berakar sangat kuat. Tinggi dapat mencapai 80 cm. Daun berbentuk pita, bunga berbentuk payung, berwarna hijau muda atau putih kehijau-hijauan. Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengobati perut kembung atau masuk angin, dan mencret. Gambar tumbuhan lulangan dapat dilihat pada Gambar 19.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 33

p) Paitan (Axonopus compressus) Paitan dapat memiliki khasiat sebagai obat luka dengan cara dilumatkan dengan bahan lainnya dan dibalut atau dioles ke luka. Axonopus compressus tumbuh menahun dan membentuk lempengan rapat terutama pada lokasi yang agak terlindung atau agak terbuka. Tinggi tanaman 20-50 cm; daun lanset lebar 6- 16 cm dan panjang 2,5-37 cm, kelopak daun melekat bersama, secara keseluruhan tampak warna hijau muda/pucat, bunga majemuk terminal, rangkaian bunga bercabang berhadapan, butir bijinya melekat pada tangkainya (Solikin, 2004). Selain sebagai bahan pakan ternak, rumput ini juga dapat sebagai antibiotic (Wahidah, 2013). Gambar tumbuhan paitan dapat dilihat pada Gambar 21.

N= 3° 26' 15.780" E= 98° 19' 34.049" Gambar 21. Tumbuhan Obat Paitan q) Pulutan (Urena lobata) Pulutan dapat berkhasiat sebagai penurun demam pada anak. Responden kunci pada saat penelitian mengatakan bahwa cara mengolah pulutan yaitu bunga pulutan ditumbuk halus dengan bahan lainnya dan dijadikan sebagai bedak yang dioles ke tubuh anak, sehingga dapat menurunkan demam. Djauhariya dan Hernani (2004) mengatakan bahwa pulutan termasuk herba perdu, batang tegak, cabang banyak, kulit batang berserat, seluruh bagian kulit batang ditumbuhi bulu halus, tinggi mencapai 1 m. Berdaun tunggal, duduk daun berseling, melekuk, menjari 3-7 jari. Bunga berwarna ungu. Buah bulat berambut, beruang 5.. Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat demam, malaria, disentri, diare dan rematik, gangguan pencernaan, keputihan, air kencing keruh, influenza, bengkak, koreng berdarah, dan bisul. Gambar tumbuhan pulutan dapat dilihat pada Gambar 22.

Universitas Sumatera Utara 34

N= 3° 26' 15.805" E= 98° 19' 34.081" Gambar 22. Tumbuhan Obat Pulutan r) Putri Malu (Mimosa pudica) Daun puri malu dapat direbus dan berkhasiat sebagai obat flu dan batuk. Cara pengolahaannya yaitu dengan merebus daun putri malu dan meminum air rebusannya. Untuk mengobati asma, daun putri malu diseduh dengan air panas dan meminum airnya secara rutin. Manurut Djauhariya dan Hernani (2004), putri malu merupakan herba berumur setahun, batang erect ada pula yang tegak, warna hijau atau cokelat kemerahan, berduri keras. Daun berbulu, berbentuk bundar telur, warna hijau kemerahan. Bunga oval, berwarna merah jambu berdiameter 9 mm. Putri malu berkhasiat untuk mengobati asma, diare, bronchitis kronis, batuk, reatik, gondongan, cacing askaris, dan susah tidur. Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 23.

N= 3° 26' 3.482" E= 98° 19' 41.209" Gambar 23. Tumbuhan Obat Putri Malu s) Rimbang (Solanum torvum) Manfaat rimbang menurut respoden kunci yang diwawancarai dapat bermanfaat sebagai obat sakit mata, sakit perut, dan penambah nafsu makan. Cara

Universitas Sumatera Utara 35

pengolahannya dapat direbus, dikonsumsi langsung, dijus, atau dicampur sebagai bahan masakan. Hariana (2006) mengatakan bahwa tanaman ini dapat juga disebut dengan takokak. Perbanyakan tanaman ni adalah dengan menggunakan biji. Pemeliharaan tanaman cukup mudah antara lain membutuhkan cukup air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan, terutama pupuk dsar. Akar dan daun dari tanaman ini berkhasiat untuk mengatasi penyakit pinggang kaku dan bengkak terpukul, sakit lambung dan tidak datang haid, bisul dan koreng, batuk kronis, serta jantung berdebar dan nyeri jantung. Gambar tumbuhan rimbang dapat dilihat pada Gambar 24.

N= 3° 26' 12.183" E= 98° 19' 35.896" Gambar 24. Tumbuhan Obat Rimbang t) Senduduk/ Senggani (Melastoma candidum) Senggani dapat sebagai obat sariawan dan menyembuhkan diare. Sariawan dapat disembuhkan dengan mengunyah daun muda dengan garam, kemudian airnya ditelan dan ampas nya dibuang. Diare dapat disembuhkan dengan meminum air rebusan daun senggani dengan beberapa daun lainnya seperti daun sembung dan daun manggis. Menurut Hariana (2006), tanaman ini memiliki kandungan kimia flavonoid dan tannin. Senggani memiliki sifat pahit. Tanaman ini berkhasiat sebagai penurun panas, penghilang rasa sakit, peluruh urine, penghilang bengkak, pelancar aliran darah, dan penghenti pendarahan (emostatik). Akarnya sebagai jamu setelah bersalin dan obat sakit gigi. Daunnya bermanfaat untuk mengatasi diare, disentri, tonikum, keputihan, bahan pewarna, cacar, dan berguna untuk wanita setelah bersalin. Selain itu, senggani juga mengatasi gangguan pencernaan, hepatitis, keputihan, sariawa, mimisa, wasir berdarah, haid berlebih an, pendarahan rahim diluar waktu haid, bekuan dalam pembuluh darah, dan memperlancar ASI. Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 25.

Universitas Sumatera Utara 36

N= 3° 26' 15.862" E= 98° 19' 34.060" Gambar 25. Tumbuhan Obat Senduduk u) Senduduk Bulu (Melastoma afiine) Senduduk bulu memiliki khasiat untuk megobati sariawan dan obat luka. Menyembuhkan sariawan dapat dengan cara dikunyah, airnya ditelan dan ampasnya dibuang. Penyembuhan luka dapat diolah dengan cara melumatkan daun muda senduduk bulu dan kemudian dioles ke daerah luka. Hal ini sesuai dengan pendapat Djauhariya dan Hernani (2004) yang mengatakan bahwa Senduduk bulu merupakan tumbuhan liar, berumur menahun, batang perdu, berkasu, bercabang. Daun warna hijau, tangkai dan tulang daun hijau keunguan. Bentuk daun bundar, bundar telur atau lonjong, pinggir daun rata, kedua permukaan daun berbulu halus. Bunga mengelompok pada ujung batang. Buah buni, kulit warna cokelat muda. Senduduk berkhasiat mengobati mabuk karena minuman alkohol, mencret pada anak-anak, diare, sariawan, pendarahan Rahim, bisul, keracunan singkong, luka bakar, dan luka berdarah. Gambar tumbuhan senduduk bulu dapat dilihat pada Gambar 26.

N= 3° 26' 15.776" E= 98° 19' 34.060" Gambar 26. Tumbuhan Obat Senduduk Bulu

Universitas Sumatera Utara 37

v) Talas (Colocasia esculenta L.) Talas dapat berkhasiat untuk menjaga kesehatan kulit dan dapat melancarkan pencernaan. Talas dapat dikonsumsi dengan cara direbus terlebih dahulu. Pada umumnya bagian yang dimanfaatkan adalah batang atau tangkai daun talas yang dapat diolah menjadi bahan obat tradisonal. Tumbuhan yang termasuk tumbuhan monokotil , ukuranya berkisar 50 cm sampai 150 cm. Menurut penelitian Wijaya dkk (2014) Ekstrak tangkai daun talas mengandung saponin, flavonoid tanin, alkaloid, steroid dan flavonoid yang berperan menyembuhkan luka. Gambar tumbuhan talas dapat dilihat pada Gambar 27.

N= 3° 26' 6.888"

E= 98° 19' 38.606" Gambar 27. Tumbuhan Obat Talas

Peta Sebaran Tumbuhan Obat Setelah melakukan eksplorasi tumbuhan obat dilakukan pemetaan. proses pemetaan, Pemetaan dilakukan untuk mengetahui koordinat tumbuhan obat dan yang tersebar di lahan masyarakat Desa Perkebunan Tambunan. Peta merupakan gambaran atau lukisan seluruh atau sebagian gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu dan dijelaskan dalam bentuk simbol dan dibuat mengikuti ukuran sama luas, sama bentuk, sama jarak, dan sama arah. Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas (Isnanini, 2015). Menurut PP Nomor 8 Tahun 2013, secara umum peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur-unsur alam maupun buatan manusia yang berada diatas maupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.

Universitas Sumatera Utara 38

Peta yang didapatkan dari BPKH Medan Wilayah I yang di overlay dengan peta administrasi Desa Perkebunan Tambunan, didapat bahwa Desa Perkebunan Tambunan umumnya memiliki kelerengan yang landai (8-15%) dan datar (0-8%). Jenis tanah yang terdapat di Desa ini adalah aluvial kelabu. Tutupan lahan pada Desa Perkebunan Tambunan didominasi oleh perkebunan dan pertanian lahan kering. Tutupan yang paling luas adalah perkebunan sawit. Tutupan lahan pemukiman hanya sedikit ditemukan pada Desa Perkebunan Tambunan. Dengan adanya pemetaan tumbuhan obat dapat bermanfaat untuk mengetahui letak-letak persebaran tumbuhan obat pada plot penelitian di Desa Perkebunan Tambunan. Hal ini juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang letak dari tumbuhan obat tersebut dan bagaimana persebarannya pada plot-plot penelitian berdasarkan peta persebaran vegetasi yang disajikan. Peta persebaran tanaman obat dapat dilihat pada Gambar 28 sampai dengan Gambar 38.

Universitas Sumatera Utara 39

Gambar 28. Peta Persebaran Plot Vegetasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

Universitas Sumatera Utara 40

Gambar 29. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 1, 2, 3, 4 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 41

Gambar 30. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 42

Gambar 31. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 12, 13, 14, 15, 16 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 43

Gambar 32. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 17, 18, 19 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 44

Gambar 33. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 20, 21, 22 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 45

Gambar 34. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 23, 24, 25 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 46

Gambar 35. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 47

Gambar 36. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 33, 34, 35 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 48

Gambar 37. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 36, 37, dan 38 Lahan Campur Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 49

Gambar 38. Peta Persebaran Seluruh Tutupan Vegetasi Plot 36, 37, dan 38 Lahan Campur Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 50

Pada Desa Perkebunan Tambunan ditemukan berbagai jenis vegetasi yang berpotensi menjadi tanaman obat. Titik-titik koordinat yang didapat dari lapangan merupakan titik koordinat keberadaan tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat. Titik koordinat tersebut dimasukkan ke dalam peta administrasi sehingga didapat sebaran tumbuhan obat di lokasi penelitian. Dari titik koordinat tersebut, setelah di overlay dengan peta administrasi, maka dapat dilihat sebaran tumbuhan bawah yang berkhasiat obat yang terdapat pada lahan yang diteliti. Persebaran tumbuhan obat jenis tumbuhan bawah di Desa Perkebunan Tambunan tersebar merata. Penelitian yang dilakukan di lahan sawit masyarakat terdiri dari 35 plot dan sawit yang terdapat di plot penelitian sebanyak 295 sawit. Jenis tumbuhan bawah yang terdapat di lahan tersebut di plot satu dengan plot lainnya memiliki jenis yang sama karena hanya terdapat dibawah satu tegakan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 28 sampai Gambar 36. Lokasi lahan sawit juga merupakan lahan yang cukup terbuka dikarenakan sawit tersebut sudah mati sehingga lahan menjadi terbuka, dan keragaman jenis pada daerah terbuka lebih tinggi dibanding daerah yang ternanungi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djufri (2010) dalam Hadi, dkk. 2016 yang mengatakan bahwa indeks keanekaragaman jenis pada daerah yang terbuka cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang ternaungi. Lahan campuran (Gambar 37) terdiri dari 3 plot dilakukan dilahan seluas 1.2 Ha dimana jenis yang terdapat di lahan campuran terdapat juga jenis herba pertanian seperti lempuyang, kunyit, dan labu. Persebaran tumbuhan bawah tidak merata seperti di lahan sawit karena lahan capur tersebut juga ditumbuhi oleh beberapa jenis pohon seperti karet, mahoni, cokelat, dan mengkudu (Gambar 38). Lahan campur tersebut juga ditanami papaya, pisang, dan pinang.

Universitas Sumatera Utara 51

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Jumlah tumbuhan obat yang ditemukan di Desa Perkebunan Tambunan berjumlah 22 jenis dan yang mendominasi adalah jenis Paitan (Axonopus compressus) sebanyak 468 dan yang paling sedikit adalah jenis bancir (Bidens Pilosa) dan katuk (Sauropus androgynus) yang hanya berjumlah 1. 2. Peta persebaran tumbuhan bawah di Desa Perkebunan Tambunan menunjukkan bahwa persebaran tumbuhan bawah di lahan sawit merata karena jenis yang ditemukan di satu plot dapat ditemukan juga di plot lainnya, sedangkan persebaran pada lahan campur tidak merata.

Saran Penelitian ini memerlukan tindak lanjut untuk melindungi pengetahuan dan pemanfaatan lokal masyarakat tentang tumbuhan obat, guna menghindari kepunahan tradisi yang telah berlangsung dari generasi ke generasi berikutrnya disekitar budaya masyarakat, serta diperlukan upaya budidaya jenis tumbuhan bawah lokal di Desa Perkebunan Tambunan guna menjamin ketersediaanya dan menghindari kepunahan.

Universitas Sumatera Utara 52

DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5(1):79-92.

Agoes, HA. 2010. Tanaman Obat Indonesia Buku 3. Salemba Medika. Jakarta.

Arkanuddin. 2012. Makalah Penerapan SIG dalam Kehutanan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Badan Pusat Satistik. 2018. Kecamatan Salapian dalam Angka 2018. BPS Kabupaten Langkat. Langkat.

Badrunasar A, Santoso HB. 2016. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Forda Press. Bogor.

Djauhariya E dan Herani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Jakarta

Grubben GJH dan Denton OA. 2004. Plant Resources of Tropical Africa 2. Backhuys Publisher. Wageningen.

Hadi E, Widyastuti SM, dan Wahyono S. 2016. Keanekaragaman Dan Pemanfaatan Tumbuhan Bawah Pada Sistem Agroforestri Di Perbukitan Menoreh, Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Manusia dan Lingkungan.23 (2):206-215.

Hairiah K dan Ashari S. 2013. Pertanian Masa Depan: Agroforestri, Manfaat, dan Layanan Lingkungan. Prosiding. Seminar Nasional Agroforestry. Universitas Brawijaya: 23-164.

Handayani N, Soelistijadi R, dan Sunardi. 2005. Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, 10 (2) : 108-116.

Hariana HA. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri I. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hariana HA. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri III. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hernani dan Djauhariya E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Bogor

Isnaini N. 2015. Komparasi Penggunaan Media Google Earth dengan Peta Digital pada Materi Persebaran Fauna Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Semarang. Jurnal Geografi, 12 (1) : 54-61.

Universitas Sumatera Utara 53

Jumiarni WA dan Komalasari O. 2017. Eksplorasi Jenis Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Muna Di Permukiman Kota Wuna. Traditional Medicine Journal, 22 (1) : 45-56.

Karina S. 2014. Jenis Tumbuhan Berguna Pada Pekarangan Masyarakat Percampuran di Kelurahan Layana Indah Kecamatan Palu Timur Sulawesi Tengah. Biocelebes, 8(2):1-12.

Kunarso A dan Azwar F. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10 (2) : 85-98.

Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi.PT Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusumo SM, Hasanah S, Moeljoprawiro M, Thohari, Subandrijo A, Hardjamulia A, Nurhadi, dan Kasim H. 2002. Pedoman pembentukan komisi daerah plasma nutfah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor.

Laporan Akhir Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD. 2018. Pemerintah Kabupaten Langkat. Langkat.

Muswita dan Jalius.2012. Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Tumbuhan Obat di Suku Batin. Universitas Jambi. http://ejournal.forda-mof.org/ [23 Februari 2019].

Nikmah N, Jumari, dan Wiryani E. 2016. Struktur Komposisi Tumbuhan Bawah Tegakan Jati Di Kebun Benih Klon (KBK) Padangan Bojonegoro. Jurnal Biologi, 5 (1) : 30-38.

Nursiyah. 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional Yang Digunakan Orang Tua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Patriyani A, Darsono R dan Kunto A. 2016. Analisis Pemetaan Dan Pengembangan Potensi Komoditas Tanaman Obat di Kabupaten Pacitaan. Agrista, 4(3):13–23

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2013. Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang. Pemerintah Republik Indonesia. https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2013/8TAHUN2013PP.HTM [25 Juni 2019].

Universitas Sumatera Utara 54

Purba S, Patana P, dan Jumilawaty E. 2014. Kelimpahan Jenis Dan Estimasi Produktivitas Ficus spp. Sebagai Sumber Pakan Alami Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Taman Nasional Gunung Leuser. Universitas Sumatera Utara. https://jurnal.usu.ac.id/index.php/PFSJ/article/download/13200/5976 [15 Juli 2019].

Qamariah N, Handayani R, dan Novaryatiin S. 2019. Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Ibu Rumah Tangga Dalam Pengolahan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai Ramuan Obat Tradisional. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 4 (1) : 50-54.

Rahmawaty, Affifudin Y, dan Kurniawan H. 2011. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Mengkaji Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit pada Kawasan Hutan. Prosiding. Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-59 USU. Medan.

Rahmawaty, Frastika S, Marpaung RME, Batubara R, Rauf A. 2019. Short Communication: Use of Geographic Information System for mapping of Aquilaria malaccensis land suitability in North Sumatra, Indonesia. Journal of Biodiversitas, 20 (9) : 2561-2568.

Rahmawaty, Latifah S, Sinambela P. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Menganalisis Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Toba Samosir. Prosiding. Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-60 USU. Medan.

Rahmawaty, Meilan AH, Riswan, Rauf A. 2014. Evaluasi Kesesuaian Lahan Alpukat Berdasarkan Sistem Lahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Prosiding. Seminar Nasional MAPEKI XVII. Medan.

Rahmawaty, Rauf A, Frastika S. 2018. Mapping of Actual and Potential Land Suitability for Oil Palm in Several Land Unit Using Geographic Information System. IOP Publishing. Medan. http://smujo.id/biodiv/ article/view/4120/3396 [15 September 2019].

Rahmawaty, Samosir JB, Batubara R, Rauf A. 2019. Diversity and Distribution of Medicinal Plants in the Universitas Sumatera Utara Arboretum of Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia. Journal of Biodiversitas, 20 (5) : 1457- 1465.

Rahmawaty, Villanueva TR, and Carandang MG. 2011. Participatory Land-Use Allocation, Case Study in Besitang Watershed, Langkat North Sumatra, Indonesia. Lambert Academic Publishing, Germany.

Rukmana R dan Yudirachman H. 2016. Farm Big Book Budidaya dan Pasca Panen Tanman Obat Unggulan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara 55

Sada J dan Tanjung R. 2010. Keragaman Tumbuhan Obat Tradisional di Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara, Kabupaten Supiori–Papua. Jurnal Biologi Papua, 2 (2) : 39-46.

Safriani, Husna dan Rizkya. 2015. Pemanfaatan Pasta Labu Kuning (Cucurbita moschata) Pada Pembuatan Mi Kering. Jurnal Argoindustri, 5 (2) : 85-94.

Setyowati FM dan Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang Mamak Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh Riau. Jurnal Biodiversitas, 8(3):228-232.

Soerianegara I dan Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Solikin. 2004. Jenis-jenis Tumbuhan Suku Poaceae di Kebun Raya Purwodadi. Jurnal Biodiversites, 5 (1) : 23-27.

Sudarman M. 2018. Pemanfaatan Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cookies. Universitas Negeri Makasar. eprints.unm.ac.id/10514/1/ARTIKEL.pdf [19 Juni 2019].

Sugiama AG. 2013. Manajemen Aset Pariwisata: Pelayanan Berkualitas Agar Wisatawan Puas dan Loyal. Guardaya Intimarta. Bandung

Susiarti S. 2015. Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Masyarakat Lokal Di Pulau Seram Maluku, 1(5):1083–1087.

Syukur C dan Hernani. 2001. Budidaya Tanman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Trisna, Wiryono, dan Apriyanto E. 2018. Tumbuhan Bawah pada Perkebunan Kelapa Sawit Tua (TM) Dan Sawit Muda (TI) dengan Peremajaan Teknik Underplanting di PT. Bio Nusantara Teknologi. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 7(2): 61-69.

Tsauri, Rusli M. 2011. Studi Etnobotani Tumbuhan yang Berpotensi Sebagai Obat Penyakit pada Anak di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Wahidah B. 2013. Potensi Tumbuhan Obat Di Area Kampus Ii Uin Alauddin Samata Gowa. Jurnal Tecnosains, 7 (1) : 111-119.

Wasito H. 2011. Obat Tradisonal Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara 56

Wibisono Y dan Azham Z. 2017. Inventarisasi Jenis Tumbuhan yang Berkhasiat sebagai Obat pada Plot Konservasi Tumbuhan Obat di KHDTK Samboja Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnla AGRIFOR, 16 (1) : 125-140.

Wibowo K, Indra K dan Juju J. 2015. Sistem Informasi Geografis (Sig) Menentukan Lokasi Pertambangan Batu Bara Di Provinsi Bengkulu Berbasis Website. Jurnal Media Infotama, 11(1): 1858 – 2680.

Wijaya BA, Citraningtyas G dan Wehantouw F. 2014. Potensi ekstrak etanol tangkai daun talas (Colocas esculenta) sebagai alternative obat luka pada kulit kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3):211-219

Wirakusumah E dan Setyowati R. 1994. Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuniarti, 2011. Inventarisasi dan Karakterisasi Morfologis Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) di Kabupaten Tanah Datar. Plasma Nutfah. https://www.academia.edu/6454511/Hasil_penelitian_Jurnal_plasma_nutfa h_Inventarisasi_dan_Karakterisasi_Morfologis_Tanaman_Durian_Durio_zi bethinus_Murr._di_Kabupaten_Tanah_Datar [15 Juli 2019].

Zuhud EAM. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Universitas Sumatera Utara 57

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara 58

Lampiran 1. Keadaan Lahan Sawit Desa Perkebunan Tambunan

Lampiran 2. Keadaan Lahan Campur Desa Perkebunan Tambunan

Universitas Sumatera Utara 59

Lampiran 3. Kegiatan Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat Bersama Responden Kunci

Universitas Sumatera Utara 60

Universitas Sumatera Utara