Politik Luar Negeri Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Eropa Oleh: Agus R. Rahman

Abstract The airns ofthis paper is to explain the important ofEurope in President Susilo Bambang Yudhoyono foreign policy. The approach ofthis research is based on individual factor as determinant factor that effect Indonesian foreign policy which is conseptualized infour components. The result ofthis research is Europe is not the main priority in Indonesian foreign policy under President SBY because Europe does not have clear position due to their several domestic problems and because the main priority in Indonesian foreign policy is based on two pillars of regionalism, such as ASEAN and APEC.

Teka-teki tentang pemerintahan siapa diumumkan setelah sempat tertunda kurang dari yang berkuasa setelah pemilu presiden secara dua jam dengan sebutan Kabinet langsung tahun 2004 itu, terjawab sudah ketika Bersatu.2 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinyatakan Dalam format sistem politik apa pun, sebagai pemenang dalam dua tahap proses pemerintahan SBY sebagai pengelola kekuasan pemilunya dengan menyisihkan empat pasangan eksekutif akan berwenang merumuskan dan kontestan yang lain.1 Pelantikannya pada tanggal menjalankan kebijakan nasional baik dalam 20 Oktober 2004 sebagai presiden Indonesia dalam negeri maupun luar negeri. Dalam yang keenam dalam lima puluh sembilan tahun perumusan kebijakan nasional itu, sejumlah usia republik ini dilakukan oleh MPR hasil faktor obyektif seperti baik faktor struktural dan pemilu legeslatif 5 April 2004. institusional maupun faktor sosietal dan spasial Selanjutnya, SBY menyusun kabinetnya serta faktor subyektif individu seperti karakter sebagai perwujudan kekuasaan eksekutif untuk individual, akan sangat menentukan elemen mengelola arah dan perilaku pemerintahannya kebijakan nasionalnya. Hal yang menarik pada selama lima tahun ke depan tanpa disertai setiap pemerintahan di Indonesia adalah posisi gejolak atau kemelut politik yang signifikan. presiden sebagai individu yang selalu menempati Susunan kabinet pemerintahan SBY ini posisi khusus dalam mesin perumusan kebijakan nasional. Sebagai individu, faktor karakter individual ini sebagai faktor ideosinkratik atau

1 Pada tahap pertama, pemilu presiden Indonesia diikuti faktor kepribadian merupakan satu diantara oleh lima pasangan kontestan yaitu pasangan nomor urut serangkaian faktor yang menentukan politik luar pertama adalah Wiranto-Salahuddin Wahid; pasangan nomor urut kedua adalah Megawati Soekarnoputri- negeri Indonesia.3 Hasyim Muzadi; pasangan nomor urut ketiga adalah Amien Rais-Siswono Yudo Husodo; pasangan nomor urut keempat adalah SBY-M. Yusuf Kalla; dan pasangan 2Pemerintah SBY ini meliputi tiga menteri koordinator dan nomor urut kelima adalah Hamzah Haz-Agum Gumelar. seorang menteri sekretaris negara, delapan belas menteri Pada tahap kedua, pemilu presiden Indonesia hanya yang memimpin departemen, dua belas menteri negara diikuti oleh dua pasangan kontestan yaitu nomor urut non-departemen; serta dua pejabat setingkat menteri. kedua Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi dan 3Lihat dan baca Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri di nomor urut keempat SBY-M. Yusuf Kalla. Bawah Soeharto (: LP3ES, 1998), hlm. 3.

51 Oleh karena itu, faktor obyektif yang Indonesia baik secara khusus terhadap negara- dihadapi oleh Presiden SBY dan faktor subyektif negara yang berbatasan langsung dan negara- yang melekatnya secara inheren akan mewarnai negara tertentu di kedua pilar regionalis tersebut, pola-pola kebijakan nasional baik di bidang maupun terhadap negara-negara lainnya di luar dalam negeri maupun luar negeri. Tulisan ini ASEAN dan APEC seperti Eropa, Timur dengan sengaja memilih kebijakan luar negeri Tengah, Afrika dan Amerika Selatan, atau Presiden SBY, yang mencoba memfokuskannya kawasan Samudra Hinda. secara khusus terhadap Eropa sebagai sebuah Berdasarkan pendekatan regionalisme kawasan kawasan yang memang serba jauh dari yang melingkungi Indonesia, ASEAN dan lingkaran konsentrik trandisional Indonesia. APEC sebagai dua pilar dalam politik luar negeri Pemerintahan SBY jelas mewarisi pola Indonesia dijadikan syarat perlu dan cukup bagi politik luar negeri Indonesia dari serangkaian orientasi dan peranan nasional politik luar negeri pemerintahan sebelumnya, walaupun ia Indonesia, karena kedua lingkungan eksternal sesungguhnya memiliki hak otonom untuk ini mengikat Indonesia secara geografis yang menentukan gaya dan polanya sendiri dalam terlahir seperti itu apa adanya. Akibatnya, politik luar negeri selama lima tahun masa kawasan Eropa adalah suatu kawasan yang pemerintahannya. Presiden SBY, pada satu sisi, samar-samar dalam politik luar negeri Indonesia. dibebani oleh hiruk pikuk suasana, situasi dan Namun, instrumen ASEM (Asia Europe kondisi reformasi dalam negeri yang dihadapinya Meeting) sebagai suatu jembatan penghubung dan sekaligus, pada sisi yang lain, ia dituntut untuk antara kawasan Asia dan Eropa4 * merupakan bersikap layak dan proporsional terhadap pola hubungan antar kawasan yang belum lingkungan eksternal Indonesia dalam tertandingi oleh kawasan mana pun di dunia ini. memperjuangkan kepentingan nasional. Suatu hal yang menarik tentunya adalah Dalam memperjuangkan kepentingan penentuan posisi kawasan Eropa dalam politik nasional pada tataran internasional, Presiden luar negeri Indonesia di bawah Presiden SBY. SBY memiliki serangkaian pilihan untuk Dimanakah posisi Eropa dalam politik luar negeri menentukan perilaku Indonesia dalam konteks Indonesia di bwah Presiden SBY? Pentingkah regional dan global baik yang berskala bilateral atau prioritas apa posisi Eropa dalam politik luar maupun multilateral. Secara fungsional, Presiden negeri Indonesia di bawah Presiden SBY? SBY memang meneruskan posisi Indonesia untuk Tulisan ini dimaksudkan untuk menelusuri jejak berperang terhadap terorisme, serta sejumlah isu posisi kawasan Eropa dalam politik luar negeri hubungan internasional yang kontemporer. Akan Presiden SBY sehingga kedua pertanyaan itu tetapi, secara struktural, penguatan ikatan dapat dijawab. regionalis di kawasan Asia Tenggara dan Asia Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Pasifik tetap menjadi dua titik tolak bagi tulisan ini mengandalkan pada kepustakaan percaturan politik luar negeri Indonesia. Hal ini tentang politik luar negeri Indonesia pada diperlihatkan dengan penguatan ASEAN dan pemerintahan sebelumnya untuk kemudian APEC sebagai dua pilarregionalis dalam politik diramu sedemikian rupa sehingga mampu luar negeri Indonesia. Tekanan pada kedua menelusuri jejak posisi Eropa dalam politik luar kawasan ini dianggap sebagai suatu kebutuhan negeri Presiden SBY. Kepustakaan- yang mutlak, tetapi sayangnya, kedua kawasan itu tidak memberikan kepada Indonesia kesetaraan dan saling ketergantungan. Selain itu, 4 Lihat dan baca Edison Muchlis M., ed., ASEM dan pengembangan pola hubungan bilateral Revitalisasi Hubungan Uni Eropa dan Asia (Jakarta: kemudian menjadi mata rantai politik luar negeri PPW LIPI, 2001).

52 kepustakaan ini mungkin tersedia banyak sekali negara dalam konteks lingkungan eksternalnya dan tersebar di mana-mana, tetapi tulisan ini yang terangkum sebagai politik luar negeri tidak hanya mengandalkan pada kepustakaan yang hanya bersangkutan dengan hal-hal yang konkrit, teijangkau. Selain itu, tulisan ini tidak didasarkan tetapi juga berkenaan dengan hal-hal yang pada data-data yang terjaring melalui metode bersifat abstrak. Tiga komponen politik luar wawancara dengan orang-orang yang memiliki negeri itu diasumsikan sebagai komponen kaitan secara langsung baik dalam perumusan abstrak dan komponen yang keempat adalah maupun pelaksanaan politik luar negeri di bawah komponen yang bersifat konkrit. Presiden SBY. Namun, bahan-bahan yang Fenomena politik luar negeri yang tersedia dari media cetak baik dalam bentuk dikelompokkan ke dalam sifat konkrit dan berita maupun opini merupakan data yang utama. abstrak itu tidak lain tidak bukan semata-mata Tulisan ini pun pada akhirnya belumlah ditujukan kepada pemilihan topik dalam studi menggambarkan politik luar negeri Indonesia yang politik luar negeri sebagai obyek studi. sesungguhnya karena usia pemerintahan Presiden Bahwasanya topik yang konkrit itu bersumber SBY belum mencapai satu tahun. Analisis datanya dari kategori orang, entitas, peristiwa dan mengandalkan pada teknis analisis korelasionis kebijakan. Sedangkan topik yang abstrak maupun induksionis karena menggunakan bersumber pada nilai, masalah dan proses.6 karakter individual dan perilaku aktor negara Secara konseptual, orientasi politik luar dalam menjelaskan politik luar negeri Indonesia negeri didefinisikan sebagai suatu sikap dan dan posisi Eropa dalam politik luar negeri komitmen yang bersifat umum terhadap Indonesia di bawah Presiden SBY. Analisisnya lingkungan eksternalnya, strategi yang pun masih bersifat sangat terbatas, karena data fundamental bagi pencapaian tujuan domestik yang dapat dijaring pun memang terbatas. Oleh dan eksternal, serta aspirasi untuk mengatasi karena itu, studi ini merupakan studi awal bagi ancaman yang ada. Orientasi politik luar negeri kajian politik luar negeri Indonesia di bawah suatu negara lalu diekspresikan oleh tingkat Presiden SBY karena jangkauan waktunya yang keterlibatan negara itu dalam berbagai isu sangat singkat yakni sekitar enam bulan periode internasional, yang selalu dinyatakan dalam pemerintah Presiden SBY, sejak pelantikannya serangkaian keputusan.7 Pengertian ini menjadi presiden pada bulan Oktober 2004 memperlihatkan kompleksitas studi politik luar hingga minggu keempat bulan Mei 2005, ketika negeri karena menginteraksikan struktur tulisan ini dikoreksi. Selain itu, studi ini pun domestik dan eksternal, serta pemaknaannya merupakan studi yang bersifat parsial, karena studi oleh pembuat keputusan atau elit politik yang ini sangat mengandalkan pada penelusuran jejak sedang berkuasa yang dirumuskan dalam suatu aspek regional Eropa dalam politik luar negeri strategi.8 * Indonesia di bawah Presiden SBY. Konsep peranan diasosiasikan dengan keterlibatan aktor negara dalam pergaulan Politik Luar Negeri: Koseptual internasional baik dalam skala global maupun Politik luar negeri dikonsepsikan sebagai tindakan dan aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya yang meliputi empat 6 Cari Kalvelage dan Morley Segal, Research Guide in komponen yaitu orientasi, peranan, tujuan dan Political Science (Dallas: Scott, Foresman and Co., 1976), hlm. 3-13. tindakan.5 Tampaknya, tindakan dan aktivitas 7K.J. Holsti, op.cit., hlm. 109. 8 Lihat dan baca Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan 5 K.J. Hosti, Intemational Politics: FrameworkforAnalysis Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), (New Delhi: Prentice-Hall, 1987), hlm. 108. hlm. 47-50.

53 skala regional. Keterlibatan negara dalam pembuat keputusan politik luar negeri untuk berbagai forum internasional itu dikonsepsikan mempengaruhi citra aktor penerima.12 sebagai pendefinisian aktor pembuat keputusan Berdasarkan dua kasus yang terjadi di yang berbekaan dengan komitmen dan aturan Eropa Timur melalui reformasi politik,13 aktor yang cocok dengan negaranya serta yang akan negara tidaklah bersifat mutlak dan langgeng. dilaksanakannya dalam konteks geografis dan Kedua kasus itu adalah kasus terurainya Uni isunya. Konsep peranan nasional ini jelas Soviet14 ke dalam entitas Rusia dan sejumlah berkaitan dengan orientasi dalam politik luar negara pecahannya yang tergabung dalam CIS negeri.9 (Commonwealth of Independence States) yang Sebagai suatu unit politik, negara memiliki lebih bersifat damai, dan kasus terpecahnya kebutuhan dan tujuan yang dapat dicapai dengan Yugoslavia ke dalam entitas Yugoslavia yang mempengaruhi perilaku negara lain. Secara bersendikan Serbia, Croasia, Slovenia dan konseptual, konsep tujuan dalam politik luar Bosnia-Herzegovina secara dramatik dan brutal. negeri dipahami sebagai serangkaian Eksistensi aktor negara dalam hubungan kepentingan dan nilai-nilai kolektif yang internasional dapat saja hilang dari peredaran berkaitan dengan perilaku negara lain. Seringkah, pergaulan antar negara. Sedangkan tujuan dalam politik luar negeri dirumuskan keberlanjutan aktor negara secara langsung secara sederhana dengan konsep kepentingan tidaklah menjamin kemutlakan politik luar nasional.10 Dengan kata lain, tujuan politik luar negerinya menjadi statis. Karena pemerintah negeri itu merupakan fungsi dari proses-proses yang berkuasa itu datang dan pergi pada setiap tujuan negara baik dalam jangka panjang, saat, tindakan dan aktivitas pemerintah yang menengah, dan pendek yang dirumuskan secara berkuasa dalam hubungan internasional konkrit dengan mempertimbangkan situasi berbeda-beda antara satu pemerintah yang internasional dan kababilitas yang dimilikinya.11 berkuasa kepada pemerintah yang berkuasa Bersama dengan konsep orientasi dan lainnya. Hal ini sungguh memberikan jejak peranan nasional yang disebutkan sebelumnya, bahwa perilaku negara dalam hubungan ketiga komponen ini berbeda dengan komponen internasional itu mengalami perubahan, baik tindakan dalam politik luar negeri. Orientasi, perubahan pasang maupun perubahan surut, peranan nasional, dan tujuan tersusu dalam sehingga politik luar negerinya mendorong bentuk citra dalam pikiran para aktor pembuat dinamika politik luar negeri suatu negara. keputusan politik luar negeri. Sedangkan Perilaku Indonesia sebagai satu aktor tindakan dalam politik luar negeri adalah segala negara diantara beberapa jenis aktor hubungan sesuatu yang dilakukan pemerintah yang internasional dapat dijelaskan melalui komponen berkuasa kepada aktor hubungan internasional politik luar negerinya yang menunjukkan segala lainnya untuk mempengaruhi orientasi tertentu, tindakan dan serangkaian aktivitas Indonesia memenuhi peranan nasional, dan atau mencapai terhadap lingkungan eksternalnya. Kesemuanya serta mempertahankan tujuan politik luar itu dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang negerinya.Tindakan dalam politik luar negeri juga berkuasa atas nama negara. Meskipun Indonesia dapat berupa sinyal yang dikirim oleh suatu aktor

l2K.J. Holsti, op.cit., hlm. 164. 13Lihat dan baca Dwi Susanto dan Zainuddin Djafar, ed., 9K.J. Hostri, op.cit., hlm. 130. Perubahan Politik di Negara-Negara Eropa Timur '°Ibid„ hlm. 138-139. (Jakarta: Gramedia, 1990). "Lihat dan baca Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan 14Lihat dan baca Stephen White, Russia’s New Politics: Mochamad Yani, op.cit., hlm. 51-52. the Management ofa Postcommunist Society (Cambridge: Cambridge University Press, 2000), hlm. 1-33. 54 sebagai suatu aktor negara itu bersifat given dan Indonesia di bawah Presiden B.J. Habibie, tetap, pemerintah yang berkuasa di Indonesia Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden itu selalu berganti dalam suatu kurun waktu dan Megawati Soekamoputri, dan tentunya dengan berbeda satu sama lain. Akibatnya, politik luar presiden RI yang sekarang. Dengan demikian, negeri Indonesia dan pelaksanaannya menjadi tulisan ini berkenaan dengan politik luar negeri tidak statis, melainkan demikian dinamis. Indonesia di bawah Presiden SBY. Walaupun begitu, politik luar negeri Indonesia Politik Luar Negeri: Empirik Indonesia yang dinamis itu secara spesifik masih mengandung sesuatu yang bersifat kontinum. Politik luar negeri Indonesia secara Selain itu, politik luar negeri Indonesia empirik dapat dipahami dalam serangkaian sepanjang suatu pemerintah yang dipimpin periode atau kepemimpinan politik di Indonesia. seorang presiden dikonsepsikan sebagai politik Setiap periode ini memperlihatkan variasi luar negeri sang presidennya, atau politik luar komponen politik luar negeri Indonesia yang negeri di bawah sang presidennya. Hal ini dapat dikendalikan oleh para presiden Indonesia. dipahami karena satu diantara sumber dari topik Sejak kemerdekaan tahun 1945 hingga tahun yang konkrit dalam studi politik luar negeri adalah 1965, politik luar negeri Indonesia selama dua orang sebagai individu, dalam arti bahwa orang puluh tahun ini18 dapat dibedakan ke dalam tiga itu memegang kekuasaan eksekutif atau presiden. periode yaitu periode 1945-1949, periode Dalam hal penamaan politik luar negeri 1950-1958, dan periode 1959-1966 di bawah yang disesuaikan dengan nama presidennya, Presiden Soekarno.19 Setelah tahun 1966, politik konsep ini didasarkan pada dua tulisan. Pertama, luar negeri Indonesia dapat dibedakan ke dalam dengan meminjam istilah yang dikemukan oleh tiga periode lanjutan yang pembagiannya lebih J. Soedjati Djiwandono, politik luar negeri ditekankan pada periodesasi kepresidenannya. Indonesia merujuk kepada politik luar negeri Ketiga periode itu adalah periode 1967-1998 Indonesia di bawah Soekarno, walaupun di bawah Presiden Soeharto, periode 1998- Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945 1999 di bawah B .J. Habibie, periode 1999- hampir memiliki selusin menteri luar negeri dan 2001 di bawah Presiden Abdurrahman Wahid, setengah lusin perdana menteri.15 Hingga tahun periode 2001-2004 di bawah Presiden 1970, para menlu Indonesia itu berjumlah dua Megawati Soekamoputri, dan periode 2004- belas.16 Bahkan, sebagai rujukan yang kedua, 2009 di bawah Presiden SBY. Sejak periode politik luar negeri Indonesia memberikan versi Presiden B.J. Habibie, politik luar negeri yang lain dengan merujuk pada politik luar negeri Indonesia dikonsepsikan sebagai politik luar di bawah Soeharto, yang ditulis oleh Leo negeri Indonesia pasca Soeharto.20 Suryadinata.17 Dari sini, kita dapat Pada periode pertama adalah 1945- mengonsepsikan lebih lanjut politik luar negeri 1949, perhatian kepada Eropa adalah sangat dominan. Eropa dalam hal ini adalah Belanda, l5J. Soedjati Djiwandodo, Konfrontasi Revisited: Indonesia's Foreign Policy Under Soekarno (Jakarta: CSIS, 1996), hlm. viii. '“Ide Anak Agung Gde Agung, Twenty Years Indonesian 16Kedua belas menlu Indonesia adalah Ahmad Soebardjo, Foreign Policy, 1945-1965 (: Mouton, Co., , H. , A.A. Maramis, Mohammad 1973). Hatta, Moh. Roem, Mukarto Notowidagdo, Sunarjo, Ide ‘5Leo Suryadinata, op.cit.. hlm. 28. Anak Agung Gde Agung, Roeslan Abdulgani, “ Lihat dan baca Ratna Shofi Inayati, ed., Politik Luar dan , lihat dan baca Panitia Penulisan Sejarah Negeri Indonesia Pasca Soeharto: Diplomasi Pemulihan Deplu, Dua Puluh Lima Tahun Departemen Luar Negeri, Ekonomi Nasional (Jakarta: P2P LIPI, 2002); dan Tim 1945-1970 (Jakarta: Yayasan Kesejahteraan Karyawan Peneliti HI DPR-RI, Analisis Kebijakan Luar Negeri Deplu, 1971). Pemerintahan Abdurrahman Wahid: 1999-2000 (Jakarta: 17Leo Suryadinata, op.cit., hlm. 2-3. DPR-RI, 2001).

55 kemudian Inggris. Belanda lebih ditekankan ancaman terhadap negara yang baru ini dengan karena proses perjuangan pengakuan diproklamasikannya RMS (Republik Maluku kemerdekaan dari Belanda tampaknya menjadi Selatan) pada tahun 1950. Berkat keberhasilan tujuan pokok politik luar negeri baik melalui menumpas pemberontakan kelompok militer di tindakan diplomasi maupun perang-perang Sumatera, sentimen anti-Barat dan anti-Amerika gerilya yang berlangsung. Namun, Inggris semakin tumbuh di dalam negeri, sejalan dengan kemudian menjadi pusat perhatian karena peran orientasi politik di dalam negeri yang bergerak ke Inggris dalam menamcapkan kembali kekuasaan arah kiri.22 kolonialisme Belanda di bumi Indonesia. Periode ketiga adalah periode 1959-1965 Karakter politik luar negeri pada periode yang dikendalikan secara penuh dan otoriter di pertama ini adalah diplomasi dan jalan perang bawah kekuasaan Presiden Soekarno. Pada gerilya untuk mencapai pengakuan periode ini, Indonesia semakin mempersempit kemerdekaan. Perjuangan ini pada akhirnya ruang lingkup politik luar negerinya. Artinya, mencapai hasilnya yang gemilang dengan Indonesia berusaha bermain pada tingkat politik penandatanganan Perjanjian KMB (Konferensi global, tetapi Presiden Soekarno tampaknya sulit Meja Bundar) yang memberikan pengakuan untuk berdiri ke luar dari pola politik pembentukan kemerdekaan dalam bentuk negara federasi.21 blok kekuatan ideologis dan militer. Pada Pada periode kedua adalah 1949-1958, akhirnya, politik luar negeri Indonesia di bawah politik luar negeri Indonesia menekankan pada Presiden Soekarno diformulasikan dengan pembentukan poros Jakarta-Peking-Pyongyang. kelanjutan dari hasil perjuangan diplomasi Format politik luar negeri Indonesia ini, pada pengakuan internasional terhadap kemerdekaan akhirnya, lebih cenderung dilihat sebagai upaya Indonesia. Sebagai kelanjutan perjuangan untuk memperkuat blok Timur atau menambah kemerdekaan ini, Indonesia berambisi untuk front penentangan terhadap dunia kapitalisme di membantu negara-negara yang masih dalam AsiaTenggara. cengkeraman kolonialisme negara-negara Eropa. Dengan kata lain, politik luar negeri Sasaran tembak politik luar negeri Indonesia pada Indonesia pada periode ketiga bercirikan anti- periode kedua ini adalah Eropa Dalam hal ini, Eropa kolonial dan anti-Barat. Bahkan, secara tidak lebih ditujukan kepada perannya sebagai negara resmi, Indonesia di bawah Presiden Soekarno kolonialisme yang belum berniat memerdekaan bersekutu dengan negara-negara komunis dan daerah-daerah jajahannya KAA (Konperensi Asia- sosialis yang menjadikan pelaksanaan politik luar Afrika) adalah model politik luar negeri Indonesia negeri Indonesia sangat agresif.23 Hal ini berarti selepas dari pengakuan kemerdekaan dari Belanda bahwa politik luar negeri Indonesia dalam kurun Hal ini dianggap sebagai perolehan politik luar negeri waktu ketiga telah mencitrakan diri sebagai satu Indonesia yang terbesar kedua setelah pengakuan diantara orbit negara-negara blok kiri yang kemerdekaan dari Belanda, ketika bentuk diusung oleh komponen domestik yakni pemerintah di Indonesia adalah pemerintahan presiden dan kekuatan kiri. parlementer. Berdasarkan studi persepsi para elite Pada periode kedua ini, pemerintahan politik di Indonesia, Franklin B. Weinstein sesungguhnya tidaklah stabil. Partai politik yang memetakan bahwa politik luar negeri Indonesia terkemuka masing-masing menaruh kecurigaan di bawah Presiden Soekarno dihadapkan pada yang mendalam terhadap blue-print politik luar dilema ketergantungan.24 Dalam situasi negeri setiap kabinet yang berkuasa. Justru, pada v-lbid„ hlm. 34-38. periode kedua ini, separatisme muncul sebagai *Ibid., hlm. 38-42. 24Franklin B. Weinstein, Indonesian Foreign Policy and the Dilemma ofDependence (London: Cornell University 2lLeo Suryadinata, op.cit., hlm. 28-34. Press).

56 ketergantungan ini, Indonesia di bawah Presiden Akan tetapi, penataan politik luar negeri Soekarno justru melancarkan politik konfrontasi Indonesia dianggap lebih sukses. Pertama, terhadap neo-kolonialisme khususnya setelah berhasil membawa Indonesia menjadi konfrontasi terhadap Malaysia. Hal ini satu diantara orbitnya negara-negara blok Barat, menyebabkan bagaimana hubungan bilataral Presiden Soeharto kemudian membalik citra Indonesia dengan Uni Soviet (US) mencapai konfrontasi Indonesia dengan Malaysia dahulu titik puncak hubungan bilateral kedua kepada penataan politik regional yang kondusif pemerintahan itu.25 bagi upaya pembangunan ekonomi melalui Lepas dari keterlibatannya dalam pembentukan ASEAN (Association of South penguatan blok kiri tersebut, periode keempat East Asian Nations). Pembentukan ASEAN adalah kurun waktu 1966-1998 yang dikenal diyakini sebagai titik balik dari politik konfrontasi sebagai periode Orde Baru. Politik luar negeri kepada politik kerjasama regional sesama Indonesia selama Orde Baru dirancang secara bangsa-bangsa di Asia Tenggara.28 ASEAN sistematik oleh Orde Baru di bawah kemudian menjadi pilar utama yang pertama dari kepemimpinan nasional yang bersifat tunggal atan aspek lingkungan eksternal Indonesia dalam nama Presiden Soeharto. Politik luar negeri perumusan politik luar negeri di bawah Presiden Indonesia di bawah Presiden Soeharto ini lebih Soeharto.29 menekankan pada penguatan Indonesia kepada Kedua, di samping pengelolaan tatanan blok Barat. Pemilihan ini lebih disebabkan regional tingkat pertama yang dianggap sukses karena proses-proses politik dalam negeri yang itu, Indonesia di bawah Presiden Soeharto pun menuntut peninjauan kembali politik luar negeri cukup aktif berperan dalam kelanjutan pilar Indonesia sebelumnya.26 regional tingkat kedua dalam politik luar negeri Pada masa ini, Presiden Soeharto pun Indonesia. Hal ini dilakukannya melalui ternyata tidak dapat ke luar dari pola politik partisipasi Indonesia dalam kerangka APEC persaingan blok dunia. Pada akhirnya, Presiden (Asia Pacific Cooperation (APEC).30 Pilar Soeharto mengulang kembali pola politik luar regional APEC diyakini menjadi pilar utama yang negeri Indonesia periode sebelumnya. Hanya kedua dari aspek lingkungan eksternal dalam saja, perbedaannya adalah perubahan sang politik luar negeri semasa Presiden Soeharto. master. Politik luar negeri di bawah Presiden Baik ASEAN maupun APEC kedua-duanya Soeharto menentukan masternya yang lebih merupakan tatanan regional yang paling penting tertuju kepada kelompok blok Barat. untuk menentukan perilaku Indonesia dalam Kelompok negara-negara Barat diyakini mampu pergaulan internasional dewasa ini.31 * memberikan bantuan ekonomi yang diperlukan Yang menarik dari periode keempat bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Dari sini, adalah konfrontasi Indonesia dengan Eropa. Indonesia memasuki jajaran orbit dari negara- Dalam hal ini, Eropa yang dimaksud adalah Uni negara blok Barat. Dari sisi ini, Franklin B. Weinstein pun mempersamakan politik luar negeri Indonesia di bawah Presiden Soekarno dan Presiden 28Lihat dan baca Dewi Fortuna Anwar, Indonesia in ASEAN: Foreign Policy and Regionalism (Singapore: Soeharto bahwa politik luar negeri Indonesia itu Institute of Southeast Asian Studies, 1994). tidak terlepas dari dilema ketergantungannya.27 29Lihat dan baca , Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 151-194. 30Lihat dan baca Ganewati Wuryandari, ed., Indonesia & APEC (Jakarta: PPW LIPI, 1996); dan Indonesia dan 25J. Soedjati Djiwandono, op.cit., hlm. 63-121. APEC: dalam Perkembangan Ekonomi Politik 26Lihat dan baca Michael Leifer, Politik Luar Negeri Internasional (Jakarta: PPW LIPI, 1997). Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 161-203. 31Lihat dan baca Hasjim Djalal, Politik Luar Negeri 27Lihat dan baca Franklin B. Weinstein, loc.cit, Indonesia dalam Dasawarsa 1990 (Jakarta: CSIS, 1997).

57 Eropa (UE), khususnya dua negara anggotanya upaya pembangunan ekonomi yang dananya yaitu Belanda dan . Konfrontasi kali ini hanya tersedia di negara-negara industri maju. lebih ditekankan pada pola yang berbeda. Pola Periode keempat adalah kurun waktu pertama adalah penghentian seluruh bantuan luar 1998-1999 yang dikelola oleh Presiden B J negeri dari Belanda dan penghentian status Habibie. Pada masa ini, kondisi domestik baik Belanda sebagai koordinator mekanisme bantuan politik, ekonomi dan hukum memperlihatkan luar negeri kepada Indonesia yang dikenal sebagai kecenderungan konflik yang meluas.33 Dengan IG G I (Inter-govemmental Group for konflik yang cenderung meluas ini, ancaman Indonesia). Pola kedua adalah pola pemutusan disintegrasi rasialisme dan fanatisme keagamaan hubungan diplomatik oleh Portugal sebagai akibat dirasakan semakin menguat.34 Sedangkan masalah Timur Timur. Selanjutnya, Indonesia dan kemampuan ekonomi nasional semakin melemah Portugal terlibat pada mediasi PBB (Perserikatan dalam arti produksi yang macet, tingkat suku Bangsa-Bangsa) dalam mengangani masalah bunga yang bergerak naik, dan cadangan devisa krusial Timor Timur.32 yang semakin menipis.35 Dalam hal lingkungan Satu hal lagi yang juga dominan, yang eksternal yang dihadapi Indonesia ketika itu, AS bersifat serupa dengan periode sebelumnya, semakin hegemonik khususnya melalui instrumen Indonesia di bawah Presiden Soeharto beijuang pinjaman luar negeri baik yang dikelola oleh IMF untuk menjadi nomor satu dalam kelompok maupun Bank Dunia.36 Akibatnya, politik luar negara-negara berkembang. Bahkan, Indonesia negeri Indonesia di bawah Presiden B. J. Habibie telah lama beijuang untuk menjadi tuan rumah diformulasikan sebagai politik luar negeri yang GNB (Gerakan Non-Blok), tetapi baru berhasil tetap mendekatkan Indonesia kepada AS pada tahun 1992 ketika Indonesia menjadi tuan (Amerika Serikat) dan kelompoknya, rumah perhelatan terbesar KTT (Konperensi melepaskan status Timtim sebagai propinsi, dan Tingkat Tinggi) GNB. Prestasi politik luar negeri mulai memanaskan hubungan bilateral Indonesia di bawah Presiden Soeharto ini mungkin dengan negara tetangga.37 disamakan dengan prestasi Presiden Soekarno Periode kelima adalah kurun waktu 1999- yang berhasil menyelenggarakan KAA di 2001. Periode ini merupakan masa kekuasaan Bandung pada tahun 1955. Presiden Abdurrahman Wahid. Dengan segala Walaupun begitu, orientasi yang karakter domestik yang khusus dan faktor terkandung pada kedua konferensi itu sangatlah individual yang khas pula, Presiden berbeda. Pada satu sisi, pada KAA, Indonesia Abdurrahman Wahid dihadapkan kepada situasi dipersepsikan sebagai penggalang kekuatan yang berbeda sama sekali dengan para bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk pendahulunya. Profil politik luar negeri Indonesia mendapatkan kemerdekaan mereka dari negara- di bawah Presiden Abdurrahman Wahid yang negara penjajah yang kebanyakan adalah paling terkemuka adalah kunjungan resmi negara-negara Eropa. Sedangkan, pada sisi yang lain, sebagai pemimpin GNB, Indonesia lebih 33Ratna Shofi Inayati, ed., op.cit., hlm. 87. cenderung menekankan kepada visi 34Lihat dan baca juga Awani Irewati, “Faktor Internal yang pembangunan bahwa negara-negara Mempengaruhi Kepercayaan Luar Negeri,” dalam Ratna Shofi Inayati, ed., ibid., hlm. 15-33. berkembang selayaknya mulai menggelorakan 35Lihat dan baca juga Asvi W. Adam, “Faktor Eksternal: Diplomasi Penyelesaian Utang Luar Negeri,” dalam Ratna Shofi Inayati, ed., ibid., hlm. 35-51. 36Lihat dan baca juga Zatni Arbi, “Faktor Eksternal: Pengaruh Amerika Serikat atas Kebijakan Luar Negeri 32Lihat dan baca Japanlon Sitohang, ed., Prospek Indonesia,” dalam Ratna Shofi Inayati, ed., ibid., hlm. Hubungan Indonesia-UE: Penyelesaian Masalah Timor- 53-65. Timur (Jakarta: PPW LIPI, 2000). 37Ratna Shofi Inayati, ed., ibid., hlm. 87.

58 kenegaraan dan pemerintahan yang lebih sering biru atau grand design politik luar negeri selama dilakukannya sepanjang masa kekuasaannya.38 pemerintahannya.41 Politik luar negeri Indonesia di bawah Periode keenam adalah kurun waktu Presiden Abdurrahman Wahid dikonsepsikan 2001-2004. Sepanjang kurun waktu ini, sebagai politik luar negeri yang lebih assertif Indonesia dipimpin oleh Presiden Megawati sifatnya. Pelaksanaan politik semacam ini Soekamoputri yang merupakan presiden wanita dilakukan melalui pendekatan kepada negara- pertama. Politik luar negeri Indonesia di bawah negara Asia dan Timur Tengah. Yang lebih Presiden Megawati Soekamoputri kali ini menarik adalah proposal bagi pembentukan menampilkan politik luar negeri bersifat feminis. poros Jakarta-New Delhi-Beijing.39 Karakter feminis ini ternyata belum mampu Dalam hal ini, politik luar negeri Indonesia memberi format yang lain dalam politik luar di bawah Presiden Abdurrahman Wahid negeri Indonesia, sebagaimana yang selalu dirasakan kurang memberikan perhatian yang diharapkan oleh para pemikir gender dalam proporsional terhadap ASEAN dibandingkan hubungan internasional42 dengan para pendahulunya. Hal ini dianggap Dalam hal ini, politik luar negeri Indonesia bahwa Indonesia seolah-olah meninggalkan pola di bawah Presiden Megawati Soekamoputri keij asama regional ASEAN yang sej alan dengan mulai bergeser kembali ke negara-negara Barat semakin mengendurnya peran Indonesia.40 serta memperkuat kembali hubungannya dengan Persepsi bahwa Indonesia di bawah Presiden ASEAN.43 Pola ini sesungguhnya merupakan Abdurrahman Wahid telah meninggalkan pola politik luar negeri Indonesia di bawah ASEAN, memerlukan suatu penjelasan teoritik Presiden Soeharto. Dengan demikian, Presiden dan praktik yang lebih rinci untuk mencegah Megawati Soekamoputri yang diharapkan mispersepsi tentang Indonesia. Pemahaman memberikan sentuhan feminis dalam politik luar situasi domestik baik aspek politik dan ekonomi negeri ternyata gagal secara teoritik karena ia yang dihadapkan oleh Presiden Abdurrahman hanya mengikuti pola politik luar negeri yang Wahid adalah hal yang utama, sehingga Presiden diformat oleh Presiden Soeharto. Abdurrahman Wahid melancarkan diplomasi Penguatan kepada ASEAN lebih ofensif ke luar negeri di luar kerangka ASEAN. ditonjolkan dengan kunjungan resminya begitu Diplomasi ofensif ini tampaknya memiliki ia diangkat sebagai presiden ke negara-negara relevansi dengan kepentingan nasional, terutama anggota ASEAN, disamping tentunya keharusan dalam menjawab tuntutan demokratisasi secara hadirnya presiden dalam KTT ASEAN tahun lebih meluas, pemulihan ekonomi nasional untuk 2001 dan 2002.44 * Walaupun begitu, Presiden ke laur dari krisis, dan ancaman separatisme Megawati Soekamoputri mampu untuk yang semakin meluas dan nyata serta serius. membuka celah dalam mengembangkan Prosesnya lebih bersifat instan dan reaktif sehingga pengelolaan politik luar negeri Indonesia cenderung tidak didasarkan pada suatu cetak 41Lihat dan baca Partogi P. Nainggolan, “Diplomasi Ofensif Pemerintah Wahid: Analisis dari Perspektif Politik,” dalam Tim Peneliti HI DPR-RI, op.cit., hlm. 1-95. 42Tokoh gender dalam hubungan internasional diantaranya 38Humphrey Wangke, “Kunjungan Luar Negeri Presiden meliputi Jean Bethke Elshtain, Cynthia Enloe dan J. Ann Abdurrahman Wahid dan Pemulihan Ekonomi Tickner, Martin Griffiths, Lima Puluh Pemikir Studi Indonesia,” dalam Tim Peneliti HI DPR-RI, op.cit., hlm. Hubungan Internasional (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 97-163. 2001), hlm. 295-312. 39Ratna Shohi Inayati, ed., loc.cit. 43Ratna Shofi Inayati, ed., op.cit., hlm. 87. 40Ratna Shofi Inayati, “Arah Kebijakan Luar Negeri dan 44Lihat dan baca Ratna Shofi Inayati, “Arah Kebijakan Luar Diplomasi Indonesia,” dalam Ratna Shofi Inayati, ed., Negeri dan Diplomasi Indonesia,” dalam Ratna Shofi ibid., hlm. 70. Inayati, ed., ibid., hlm. 71.

59 hubungan bilateral Indonesia dengan Rusia di negeri Indonesia di bawah Presiden SBY yang tengah karakter hegemonik AS dalam hubungan memperlihatkan upaya serius untuk tetap internasional. Hal ini dilakukannya dengan mempertahankan keterikatan Indonesia dengan kunjungan resmi ke sejumlah negara Eropa pihak AS pada skala global maupun skala Timur termasuk Rusia. Dengan Rusia, Indonesia regional. Dalam skala global, Indonesia tetap di bawah Presiden Megawati Soekamoputri mencantel kepada pusaran sentripetal berhasil menandatangani sejumlah kerjasama kekuasaan hegemonik AS dan sekutunya seperti bilateral. Tindakan ini dianggap sebagai suatu Jepang. Dalam skala regional, Indonesia tetap tindakan terobosan yang berani dan sekaligus mempertahankan dua orientasi regionalisnya memberikan sedikit warna yang lain bagi politik kepada ASEAN dan APEC. Memang karena luar negeri Indonesia.45 kondisional, kunjungan ke luar negeri yang pertama Presiden SBY adalah KTT APEC di Politik Luar Negeri Presiden SBY Santiago, Cile.47 Ketika masa kampanye pemilihan Kedua macam orientasi politik luar negeri legeslatif maupun presiden tahun 2004, ini mampu membentuk kredibilitasnya yang perkembangan internasional jarang menjadi tinggi. Hal ini lebih disebabkan bahwa pusat perhatian baik pada kontestan peserta pemerintah Presiden SBY adalah produk yang pemilu maupun para pemilih dibandingkan demokratis karena ia dipilih berdasarkan dengan perkembangan nasional. Partai politik pemilihan langsung. Pada gilirannya, kondisi ini di Indonesia selama masa Orde Baru hampir mampu menciptakan kredibilitas Indonesia tidak memiliki blue-print tentang politik luar dalam hubungan internasional yang tidak perlu negeri. Hal ini dapat dipahami karena karekater diragukan. sistem politik Indonesia diformat sedemikian Komponen kedua adalah peranan ringkat dan sederhana di bawah kepemimpinan nasional. Peran nasional Indonesia dalam politik Orde Baru.46 Dalam hal ini, faktor individual luar negerinya berkaitan dengan tingkat presiden lebih menonjol dibandingkan dengan keterlibatan Indonesia dalam berbagai hubungan faktor lainnya seperti partai politik. Akan tetapi, internasional. Tingkat keterlibatan Indonesia pada sisi yang lain, pemerintah di Indonesia dalam hubungan internasional mulai melemah tidaklah menonjolkan peran partai politik yang setelah tahun 1998 sejalan dengan krisis ekonomi akan menentukan pemerintahan. Hal ini yang berkepanjangan dan berubah wujudnya disebabkan bahwa pemerintah yang berkuasa menjadi krisis yang bersifat multi-dimensional,48 itu dilahirkan oleh siapa yang dipilih dan dilantik sehingga Indonesia lebih mudah disingkirkan dari sebagai presiden oleh MPR. Oleh karena itu, percaturan politik tingkat regional maupun partai politik tidak terbiasa memiliki blue-print global. Peran politik luar negeri Indonesia di politik luar negeri jika ia menjadi partai yang bawah Presiden SBY mengarah kepada dipercaya untuk membentuk pemerintah yang pemulihan martabat bangsa dan negara berkuasa. Indonesia sebagai satu diantara negara penentu Seperti telah dikemukan sebelumnya, komponen pertama adalah orientasi politik luar 47Akbar Faizal, Partai Demokrat & SBY: Mencari Jawab Sebuah Masa Depan (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 267. 45Agus R. Rahman, Kunjungan Presiden Megawati 48Lihat dan baca Agus R. Rahman, “Krisis Ekonomi 1997 Soekamoputri ke Rusia dan Peningkatan Hubugnan yang Berkepanjangan: Strategi Penyelesaiann Ekonomi Laporan Penelitian yang tidak Bilateral Indonesia-Rusia, dan Politik,” dalam Riza Sihbudi dan Moch. Nurhasim, diterbitkan (Jakarta: FISIP UPDM (B), 2004). ed., Amandemen Konstitusi & Strategi Penyelesaian 46Lihat dan baca Alfian, Pemikian dan Perubahan Politik Krisis Politik Indonesia (Jakarta: AIPI-PGRI, 2002), hlm. Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1980). 51-68. 60 arah dan warna politik regional di Asia Tenggara. kasus lain, kecepatan bertindak memang lebih Hal ini dilakukan baik secara sendiri maupun dituntut. Hal ini adalah karakter individual.49 bersama-sama dengan negara lain sekawasan. Komponen ketiga adalah tujuan. Tujuan Eropa Bukan Prioritas Utama politik luar negeri Indonesia di bawah Presiden Berdasarkan keempat komponen politik SBY menekankan pada perjuangan luar negeri di bawah Presiden SBY, jejak Eropa pembenahan kondisi politik dan ekonomi di dalam politik luar negeri Indonesia itu adalah dalam negeri. Secara politik, Indonesia sangat tersamar. Artinya, perhatian terhadap dihadapkan kepada persoalan separatisme yang Eropa dalam politik luar negeri Indonesia sama digerakkan oleh individu yang tinggal di luar sekali tidak memperlihatkan penampakan yang negeri. Pertama, pihak mana pun di dunia konkrit, sehingga Eropa bukanlah prioritas internasional tidak mendukung separatisme di utama dalam politik luar negeri Indonesia. Indonesia, khususnya adalah GAM dan OPM. Ketidaktampakan perhatian terhadap Eropa ini Tak satu pun negara yang memiliki hubungan disebabkan dua hal yang dominan. diplomatik dengan Indonesia menyatakan Pertama adalah perhatian terhadap Eropa mendukung GAM dan OPM. Kedua, dari sisi adalah tidak secara langsung. Artinya, perhatian tujuan ini, sejumlah negara ternyata menjadi Eropa disebabkan karena pemerintah SBY tempat perjuangan GAM di luar negeri seperti memilih Eropa dan lembaga swadaya GAM Malaysia, GAM Australia dan mungkin masyarakat Eropa sebagai mediator dalam di Timor Leste dan tempat lainnya. Bahkan, para penyelesaian Aceh, setelah kegagalannya pada petinggi GAM yang berunding dengan masa pemerintahan sebelumnya. Memang, hal pemerintah Indonesia berkedudukan di Swedia, ini menjadi lebih baik daripada Presiden SBY dan hal sama pula dengan RMS di Belanda. menentukan AS dan lembaga swadaya di AS Secara ekonomi, Indonesia masih sangat sebagai mediatornya. Namun, pilihan Eropa pun memerlukan bantuan luar negeri dari negara- menjadi pilihan yang disetujui oleh pihak GAM negara AS dan kelompoknya Bahkan, Indonesia yang berkedudukan di Swedia. Dengan semakin terperangkap ke dalam jerat bantuan demikian, perundingan dan lembaga swadaya luar negeri setelah bencana Tsunami meneijang yang akan bertindak sebagai tempat dan Aceh, meskipun Indonesia mendapat simpati mediator selalu di Eropa karena memang lokasi internasional karena berhasil menyelenggarakan petinggi GAM di luar negeri berpusat di Eropa, konferensi internasional tentang bencana khususnya di kawasan Skandinavia. Tsunami. CGI pun pada tahun 2005 pun masih Pada awalnya adalah upaya untuk memperlihatkan komitmennya untuk menyelesaikan Aceh sebagai kelompok memberikan bantuan luar negeri kepada pekeijaan pertama yang dihadapi oleh Presiden Indonesia. SBY. Dalam hal ini, Presiden SBY masih harus Komponen keempat adalah tindakan. Dari melanjutkan dan menuntaskan masalah yang sisi tindakan, politik luar negeri Indonesia di belum diselesaikan oleh pemerintah sebelumnya. bawah Presiden SBY cenderung mementingkan Memang, sebagian pekerjaan kelompok ini tindakan multilateral dan bilateral untuk sudah tercapai, tetapi sebagian lagi masih perlu menyuarakan jalan damai dalam menghadapi diintensifkan penyelesaiannya. isu-isu politik luar negeri Indonesia. Selain itu, tindakan politik luar negeri Indonesia di bawah Presiden SBY tampak cenderung berhati-hati. 49Lihat dan baca HCB Dharmawan, Sang Kandidat: Analisis Psikologis Politik Lima Kandidat Presiden dan Kehati-hatian dalam bertindak ini memang pada Wakil Presiden RI Pemilu 2004 (Jakarta: Kompas, 2004), satu kasus sungguh diperlukan, tetapi, dalam hlm. 246.

61 Dalam penyelesaian Aceh, Presiden SBY tetap memperjuangkan kemerdekaan bagi pun menyiapkan strategi khusus melalui Wapres Aceh. Kelompok tua GAM yang tinggal di Yusuf Kalla (YK) untuk membuka celah bagi Swedia merasa yakin bahwa mereka akan “jalur belakang” dalam segala tingkatan. Hasil mudah mendapatkan para penerusnya dari dari strategi khusus ini adalah jalan perundingan kelompok muda Aceh yang akan antara pemerintah Presiden SBY dengan pihak memperjuangkan kemerdekaan Aceh. GAM. Perundingan dilakukan oleh pihak Dengan berkaca pada kasus RMS di mediator seperti yang pernah dilakukan oleh Belanda, kasus GAM akan menambah front pemerintah sebelumnya. penentang NKRI di Eropa dengan GAM yang Dalam perundingan antara kedua belah bermukim di Swedia. Di Eropa sendiri, konflik pihak itu, perhatian ditujukan kepada Eropa. separatisme sulit diselesaikan secara damai dan Dalam hal ini, Eropa dimaksudkan adalah negara-negara Eropa seperti Inggris dan sebagai pilihan yang disepakati bersama baik Spanyol masih menghadapi persoalan yang pelik oleh pemerintah Presiden SBY maupun pihak dengan separatisme IRA dan Basque. Bahkan, GAM untuk melakukan perundingan kembali. Indonesia pun harus berhati-hati menghadi Perundingan kali ini tidak lagi dilakukan tekanan-tekanan baik domistik dan internasional di kota Jenewa, Swiss, tetapi diselenggarakan untuk menciptakan pola yang sama bagi OPM. di kota Helsinki, Finlandia. Dengan berubahnya Tampaknya, strategi pembentukan pusat lokasi kota sebagai tempat perundingan, gerakan kemerdekaan di Eropa akan dicontoh mediator perundingan pun mengalami oleh OPM. Hal ini berarti Indonesia akan pembahan. Posisi Henry Dunant Centre (HDC) menghadapi tiga front penentang NKRI di yang dipercaya selama pemerintah Presiden Eropa. Megawati Soekamoputri digantikan oleh Crisis Kedua, Presiden SBY hingga kini belum Management Initiative (CMI) yang dipimpin melakukan kunjungan ke Eropa. Dalam oleh mantan Presiden Finlandia Maarti Ahtisaari kunjungan pada bulan Mei 2005 ini, Presiden yang bertindak sebagai juru penengah. SBY hanya mengagendakan kunjungannya ke Penggantian HDC kepada CMI lebih AS, Vietnam dan Jepang. Apakah kunjungannya disebabkan kegagalan mediasi yang dilakukan ke Eropa ini menunggu ASEM tahun 2006 oleh HDC. Dengan kegagalan ini, pemerintah nanti? Jika memang demikian faktanya, hal ini Presiden SBY mungkin melihat bahwa HDC membuktikan bahwa politik luar negeri Presiden tidaklah kredibel. Akan tetapi, CMI pun masih SBY tidak memiliki jejak yang jelas bagi harus diuji kredibilitasnya dalam menengahi perhatiannya kepada Eropa. konflik kepentingan antara pemerintah Presiden Eropa sekarang sudah berubah. Eropa SBY yang berusaha keras pada landasan tugas sekarang tidak lagi terpecah ke dalam konstitusionalnya untuk mempertahankan pembagian blok seperti jamannya Perang Dingin. wilayah Aceh sebagai bagian nari NKRI dan Namun, Eropa sekarang ini justru pihak GAM yang menuntut kemerdekaan Aceh memperlihatkan kecenderungan kemandirian nya dari Indonesia. Pada akhirnya, perundingan terhadap pusaran sentripetal hegemonik AS. Ya, antara pemerintah Indonesia dengan pihak memang Eropa belum berhasil bertindak sebagai GAM yang dikelola oleh CMI pun mengalami penyeimbang AS dalam hubungan internasional. kegagalan yang serupa. Kegagalan ini Akan tetapi, Eropa dalam beberapa hal telah membuktikan bahwa kedua belah pihak mampu menentang AS, seperti dalam kasus uang sesungguhnya mustahil untuk berdamai. dan nuklir Iran. Separatisme yang diusung GAM akan selamanya Namun, tiga hal yang perlu diingat dalam memberikan posisi kepada Eropa dalam politik

62 luar negeri Indonesia di bawah Presiden SBY diantara kawasan yang potensial dan yaitu, pertama, bahwa Indonesia sekarang berpengaruh dalam hubungan internasional tidak selamanya menghadapi dua front penentang optimal. Artinya, Eropa bukan menjadi prioritas NKRI di Eropa yakni yakni kelompok separatis utama dalam politik luar negeri Indonesia di RMS dan GAM. Kedua adalah Indonesia bawah Presiden SBY. berpartisapasi dalam ASEM yang merupakan . Dua hal pokok tetap akan menjadi mekanisme hubungan antar-kawasan Asia dan kendala untuk menjadikan Eropa sebagai Eropa. Dalam hal ini pun, Indonesia dirasakan prioritas dalam politik luar negeri Indonesia. belum memanfaatkan secara maksimal segala Pertama, letak geografis Eropa yang sangat jauh kemungkinan manfaat politik dan ekonominya. dari kawasan Asia Tenggara menyebabkan Ketiga adalah pembelajaran yang dihasilkan dari kendala terbesar bagi pengembangan pola hubungan bilateral dengan negara-negara Eropa. hubungan bilateral dengan negara-negara Eropa. Sebagai contoh, untuk menyebutkan sejumlah Kedua, tingkat keija sama negara-negara Eropa negara Eropa yang ada, Indonesia mungkin memperlihatkan kemajuan ekonomi dan politik dapat belajar tentang pengelolaan hutan dari yang lebih maju dan lebih dalam dibandingkan Finlandia dan serta sistem kesejahteraan dari dengan tingkat kerjasama negara-negara di negara-negara di kawasan Skandinavia, kawasan Asi a Tenggara sehingga mempersulit seandainya Indonesia mau belajar dari pola pola hubungan antara Indonesia dan Eropa. hubungan bilateralnya dengan Eropa. Dengan Akan tetapi, kendala geografis itu ketiadaan perhatian kepada ketiga hal ini, politik sesungguhnya tidaklah mutlak kalau ingin luar negeri Indonesia tidak memperlihat posisi mengembangkan pola hubungan Indonesia Eropa yang dominan. Eropa dalam politik luar dengan Eropa menjadi prioritas dalam politik negeri Indonesia di bawah Presiden SBY tidak luar negeri Indonesia. Pilihannya terletak pada termasuk dalam prioritas utama. Eropa masih pengembangan pola hubungan fungsional yang jauh dari daratan politik luar negeri Indonesia. bersifat bilateral, multilateral dan antar-kawasan Eropa sepertinya berada di lingkungan bawah yang bersemangatkan pada dorongan ke arah sadar politik luar negeri Indonesia. integrasi daripada pola hubungan tradisional yang sangat mengandalkan pada kedaulatan nasional Penutup masing-masing negara. Politik luar negeri Indonesia tampaknya Daftar Pustaka meletakkan harapan yang terlalu besar kepada Presiden SBY karena proses politik yang Agung, Ide Anak Agung Gde. 1973. Twenty melahirkannya sebagai pemimpin bersifat Years Indonesia ’s Foreign Policy, 1945- demokratis. Akan tetapi, politik luar negeri 1965. The Hague: Mouton, Co. Indonesia di bawah Presiden SBY pun Alfian. 1980. Pemikiran dan Perubahan tampaknya menghadapi warisan permasalahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia. yang kompleksitasnya sangat luar biasa. Anwar, Dewi Fortuna. 1994. Indonesia in Akibatnya, politik luar negeri Presiden SBY pun ASEAN: Foreign Policy and terkendala oleh karakterisitk domestiknya. Regionalism. Singapore: Institute of Berdasarkan kendala domestiknya itu, Southeast Asian Studies. politik luar negeri Indonesia di bawah Presiden Dharmawan, HCB. 2004. Sang Kandidat: SBY memperlihatkan orientasi, peran, tujuan dan Analisis Psikologis Politik Lima tindakan yang serba terbatas. Pada akhirnya, Kandidat Presiden dan Wakil Presiden jejak perhatiannya terhadap Eropa sebagai satu RI Pemilu 2004. Jakarta: Kompas.

63 Djalal, Hasjim. 1997. Politik Luar Negeri Rahman, Agus R. 2002. “Krisis Ekonomi 1997 Indonesia dalam Dasawarsa 1990. yang Berkepanjangan: Strategi Jakarta: CSIS. Penyelesaian Ekonomi dan Politiknya,” dalam Riza Sihbudi dan Moch. Nurhasim. Djiwandono, J. Soedjati. 1996. Konfrontasi Revisited: Indonesia’s Foreign Policy Ed. Amandemen Konstitusi & Strategi Penyelesaian Krisis Politik Indonesia. Under Soekarno. Jakarta: CSIS. Jakarta: AIPI-PGRI. Faizal, Akbar. 2005. Partai Demokrat & SBY: Mencari Jawab Sebuah Masa Depan. Rahman, Agus R. 2004. Kunjungan Presiden Jakarta: Gramedia. Megawati Soekamoputri dan Peningkatan Hubungan Bilateral Griffiths, Martin. 2001. Lima Puluh Pemikir Indonesia-Rusia. Laporan Penelitian Studi Hubungan Internasional. Jakarta. yang tidak diterbitkan. Jakarta: FISIP RajaGrafindo Persada. UPDM (B). Holsti, K.J. 1981. Intemational Politics: a Sitohang, Japanton Sitohang. 2000. Ed. Framework for Analysis. New Delhi: Prospek Hubungan Indonesia-UE: Prentice-Hall of India. Penyelesaian Masalah Timor-Timur. Inayati, Ratna Shofi. Ed. 2002. Politik Luar Jakarta: PPW LIPI. Negeri Indonesia Pasca Soeharto: Suryadinata, Leo. 1998. Politik Luar Negeri Diplomasi Pemulihan Ekonomi Indonesia di Bawah Soeharto. Jakarta: Nasional. Jakarta: P2P LIPI. LP3ES. Kalvelage, Cari., dan Morley Segal. 1976. Susanto, Dwi., dan Zainuddin Djafar. 1990. Research Guide in Political Science. Ed. Perubahan Politik di Negara- Dallas: Scott, Foresman and Co. Negara Eropa Timur. Jakarta: AIPI. Kusumaatmadja, Mochtar. 1983. Politik Luar Tim Peneliti HI DPR-RI. 2001. Analisis Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Kebijakan Luar Negeri Pemerintahan Dewasa Ini. Bandung: Alumni. Abdurrahman Wahid: 1999-2000. Leifer, Michael. 1989. Politik Luar Negeri Jakarta: DPR-RI. Indonesia. Jakarta: Gramedia. Weinstein, B. Franklin. 1976. Indonesian Mochtar, Edison Muchlis. 2001. Ed. ASEM Foreign Policy and the Dilemma of dan Revitalisasi Hubungan Uni Eropa Dependence: from Soekarno to dan Asia. Jakarta: PPW LIPI. Soeharto. Ithaca: Cornell University Press. Panitia Penulisan Sejarah Deplu. 1971. Dua Puluh Lima Tahun Departemen Luar White, Stephen. 2000. Russia’sNew Politics: Negeri, 1945-1970. Jakarta: Yayasan the Management of a Postcommunist Kesejahteraan Karyawan Deplu. Society. Cambridge. Cambridge University Press. Perwita, Anak Agung Banyu., dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Wuryandari, Ganewati Wuryandari. 1997. Hubungan Internasional. Bandung: Ed. Indonesia & APEC (Jakarta: PPW Remaja Rosdakarya. LIPI, 1996); dan Indonesia dan APEC: dalam Perkembangan Ekonomi Politik Internasional. Jakarta: PPW LIPI.

64