PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA DALAM KARIER

POLITIKNYA DI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

VINSENSIUS

101314006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA DALAM KARIER

POLITIKNYA DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

VINSENSIUS

101314006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

i

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

iii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan kepada:

1. Yesus Kristus, Bunda Maria, Bapa Yosef, serta Santo Vinsensius pelindung saya

yang telah memberikan kesempatan, semangat dan pencerahan sehingga karya

tulisan ini dapat terselesaikan.

2. Kedua orangtuaku Bapak Jongki dan Ibu Merensiana Sa’arin yang telah

membesarkanku, kedua kakak Agapitus, Adria Utami Yosa dan adik tercinta

Eligia Suriati serta tidak lupa juga untuk Bintang dan Fabian yang selalu

memotivasi, mendewasakanku dan menguji kesabaranku dengan segala

kelebihan dan kekurangannya.

iv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

MOTTO “Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata” Arus… Arus.. Arus "Sebagai manusia kita wajib bersikap adil dan toleran terhadap sesama, dalam menjalani kehidupan kita harus bercermin dari surga dan setiap nafas kehidupan yang kita miliki berasal dari Tuhan Yang Maha Esa "

“Secara teoritis saya meyakini hidup harus dinikmati, tapi kenyataannya justru sebaliknya karena tak semuanya mudah dinikmati” (Charles Lamb)

” Proses untuk mengerti itu memang harus diawali dengan kebingungan.”

(Dr. Taufiq Rochim)

” Salah satu cara untuk menilai diri Anda adalah dengan membayangkan apabila saya menjadi anda dan anda menjadi Saya.”

(Ir. Pawito Merto Sontowiryo, M.Sc)

v

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 November 2015

Penulis

vi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

vii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRAK SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA DALAM KARIER POLITIKNYA DI INDONESIA

Vinsensius Universitas Sanata Dharma 2015

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dua permasalahan pokok, yaitu:1. Riwayat hidup Sultan Hamid II. 2. Karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di Indonesia. Melalui studi pustaka yang ditulis secara deskriptif analitis diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Sultan Hamid II lahir pada 12 Juli 1913 di , Barat, menjadi Sultan Pontianak ke-VII (1945-1978) Kesultanan Qadriyah Pontianak, dilantik pada tanggal 29 Oktober 1945, hingga akhir hayatnya Sultan Hamid II adalah seorang federalis sejati. 2. Sultan Hamid II turut memperjuangkan pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia dari Belanda, karya terbaiknya ketika Indonesia masih berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah lambang negara “Elang Rajawali - Garuda Pancasila” yang sampai saat ini menjadi Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu Garuda Pancasila.

viii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRACT

THE TWO FACED OF SULTAN HAMID II IN HIS POLITICAL CARRER IN INDONESIA

Vinsensius Sanata Dharma University 2015

This paper aims to describe two basic problems, namely : 1. The history of Sultan Hamid II. 2. Sultan Hamid's political career in Indonesian political scene . By means of library study, the research results are as follows: 1. Sultan Hamid II was born in July 12th 1913 in Pontianak, West . He became the VII of Sultan Pontianak (1945 – 1978) in Qadriyah Pontianak Sultanate. Elected in October 29th 1945, until his last day he was a true federalism. 2. Sultan Hamid II was known to fight for Indonesian sovereignty from Dutch, his masterpiece was an emblem of “Elang Rajawali - Garuda Indonesia” when Indonesia was still in Republic of the United States of Indonesia (RIS), which until now, still becomes an emblem of The of Republic of Indonesia (NKRI) Garuda Pancasila.

ix

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan restu-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sultan Hamid II Berwajah

Ganda Dalam Karier Politiknya Di Indonesia” pada akhirnya bisa terselesaikan dengan baik. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

Penulisan karya ini tentunya tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan makalah ini.

3. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R.,M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, dampingan, dan dukungan dalam pelaksanaan

penulisan makalah ini.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan motivasi,

semangat, pengarahan serta masukan selama penyusunan makalah ini.

x

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

5. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2010: Brury,Feby, Kristin, Lilik,

Jhon Gemblong, Rigend, Fery, Bona, Orin, Leo Sony, Ardy. Teman-teman

seperjuangan dari Kal-Bar: Sarwo, Eky, Tri, Saddam, Ibun, Richardus, Crist,

Topon. Sahabat yang setia Abet, Ujank dan adik-adik tingkatan yang senantiasa

mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

6. Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi makalah ini.

Semoga hasil karya ini berguna bagi pengguna dan pembacanya.

Yogyakarta, 11 November 2015

Penyusun,

xi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv HALAMAN MOTTO ...... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan Penulisan ...... 7 D. Manfaat Penulisan ...... 7 E. Sistematika Penulisan ...... 8

BAB II Riwayat Kehidupan Sultan Hamid II ...... 9

A. Kehidupan Masa Kecil Sultan Hamid II Hingga Menjadi Seorang Sultan Pontianak ke-7 ...... 9 B. Antara Federalis dan Unitaris ...... 20

xii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB III Karier Politik Sultan Hamid II ...... 30

A. Karier Politik Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda ... 30 1. Terlibat Perang Melawan Jepang Tahun 1941 ...... 30 2. Ajudan Istimewa Ratu Belanda Tahun 1946 ...... 32 3. Ketua BFO Tahun 1949 ...... 33 B. Karier Politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya untuk bangsa Indonesia ...... 40 1. Dewan Formatur Kabinet RIS dan Menteri Negara Zonder Portofolio 1949 ...... 40 2. Panitia Lambang Negara RIS 1949 ...... 43 3. Sang Perancang Lambang Negara 1949 ...... 44 4. Akhir Karier Politik Sultan Hamid II ...... 59 C. Analisis Sikap Nasionalisme Sultan Hamid II ...... 69

BAB V KESIMPULAN ...... 79 DAFTAR PUSTAKA ...... 81 LAMPIRAN ...... 84

xiii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus ...... 84 Lampiran 2: RPP ...... 86

xiv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjalanan karier politiknya sangat erat kaitannya antara Belanda dan

Indonesia, disatu sisi pro Belanda dan disatu sisi nantinya menjadi pro Indonesia terlebih lagi pada waktu bangsa ini ingin mendapatkan kedaulatan kemerdekaannya atas pendudukan Belanda di Indonesia. Sultan Syarif Hamid AI-

Qadrie Putra daerah asal Pontianak, Kalimantan Barat yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hamid II. Putera sulung Sultan Syarif Muhammad Alqadrie dari isteri ketiganya Syecha Jamilah Syarwani. Perjalanan karier politiknya memang terbilang singkat dan penuh lika-liku, Sultan Hamid II diangkat menjadi Sultan ke-7 sejak 29 0ktober 1945 sampai dengan ia meninggal pada 30 Maret 1978.

Sebagai seorang perwira aktif KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger)

Kesatuan Tentara Hindia Belanda yang ketika itu berpangkat Kolonel, sebenarnya

Sultan Hamid II masih ingin melanjutkan karir militernya. Tetapi, karena keadaan di Kesultanan Pontianak yang tercerai berai, serta situasi Kalimantan Barat semakin kacau, kemudian menggugah hatinya untuk kembali ke Pontianak meninggalkan dinas militernya sebagai perwira KNIL.1

Sangat tidak beruntung, kelahiran kesultanan Qadriyah Pontianak tahun

1772 bersamaan pula dengan telah berpijak dan bercokol sangat kuatnya kolonialisme dan imperialisme Barat, sehingga kehidupan dan perkembangan

1 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 9.

1

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

2 kesultanan ini ditekan dan diarahkan bagi kepentingan imperialisme tersebut. Ini berarti bahwa hubungan, Kesultanan Pontianak dan Sultan serta para kerabat istana dan rakyatnya, disatu fihak, dengan pemerintah kolonialisme Belanda bersama pejabatnya, dilain fihak, menunjukkan hubungan imperialistis, tidak seimbang dan eksploitatif.

Menghadapi ini, hampir semua sultan dan para pembantunya tampaknya

“menerima” perlakuan tidak adil ini “tanpa” banyak reaksi dan oposisi, sehingga ada kesan Kesultanan Pontianak bersekutu dengan bahkan mendukung pemerintahan penjajahan Belanda. Padahal “penerimaan” dan “ketundukan” itu lebih bersifat sementara dan merupakan strategi untuk menghindari konflik militer langsung antara kedua fihak yang berakibat kehancuran lebih buruk lagi.

Tak dapat dipungkiri bahwa setelah diakui keberadaannya oleh dunia

Internasional, transisi berdirinya Indonesia kemudian menuai konflik pemikiran dalam menggagas bentuk negara. Konflik pemikiran tersebut lahir dari adanya ketidaksepahaman antara konsep “Negara Persatuan”/Federalis dan konsep

“Negara Kesatuan”/Unitaris. Dalam berpolitik dan memperjuangkan kemerdekaan sebuah bangsa dan negara, Sultan Hamid II percaya bahwa Kepulauan Melayu

(Indonesia saat ini) lebih tepat mempergunakan Sistem Federal dalam sistem ketatanegaraannya. Akan tetapi, ia memperoleh tentangan dari kaum Republiken

(Unitaris) saat itu yang banyak berada di Pulau Jawa (terutama Yogyakarta) yang menginginkan dominasi sentralistik atau sistem kesatuan (Unitarisme).

Pelajaran sangat berharga bagi penerus Bangsa Indonesia dari pertarungan politik kelompok penyusung Negara Persatuan oleh Sultan Hamid II (Kepala PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

3

Daerah Istimewa Kalimantan Barat) dan Ide Anak Agung Gde Agung (Perdana

Menteri Negara Indonesia Timur) dengan kelompok penyusung Negara Kesatuan yang diperankan Presiden Soekarno dan Menteri Pertahanan Sultan

Hamengkubuwono IX, setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat

(RIS), terhitung 27 Desember 1949.2

Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah

Istimewa Kalimantan Barat dan selalu turut dalam perundingan-perundingan

Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sewaktu

Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara

Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden

Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar Lambang Negara.

Memasuki awal tahun 1950, dicatat sebagai masa-masa yang penting bagi Sultan

Hamid II, karena sangat menentukan karirnya di pentas percaturan politik nasional dikemudian hari.3

Sementara ini apabila membicarakan Sultan Hamid II, maka anggapan yang terbentuk adalah bahwa dia adalah seseorang yang pernah “terseok dalam kecelakaan sejarah” atau bahkan lebih ekstrim lagi seorang “mantan terpidana kasus politik” belaka. Namun benarkah demikian “cap sejarah” itu. Tidak adakah sisi positif dan sumbangsihnya yang patut diakui dan mendapatkan penghargaan secara jujur dalam perjalanan sejarah bangsanya, atau memang fakta-fakta sejarah

2 Ide Anak Agung Gde Agung, Renville. , Puspa Sinarharapan, 1987. 3 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 68. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

4 karya kebangsaannya telah tenggelam bersama kemelut politik masa lalu sehingga tidak terangkat kepermukaan.4

Sultan Hamid II ditangkap 5 April 1950 di Hotel Des Indes – Jakarta, oleh

Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX atas perintah Jaksa Agung RIS

Tirtawinata, dengan tuduhan bersengkongkol dengan pemberontakan Kapten

(KNIL) Raymond Pierre Westerling dari Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), yang ternyata baru diadili pada 25 Februari 1953.5

Sebagai seorang Indonesia, Sultan Hamid II mengatakan bahwa ia harus menjunjung tinggi putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung sebagai pengadilan tinggi di Indonesia. Sultan Hamid II diminta oleh dan kolega lainnya untuk mengajukan Grasi kepada Presiden. Pertimbangan Hatta agar tak ada dendam politik abadi antar keduanya. Akhirnya, atas desakan keluarga dan warga Pontianak, Sultan Hamid II mengajukan grasi. Akan tetapi, keputusan Presiden tanggal 3 September 1953 No.923/G secara resmi menolak permohonan itu. Sultan Hamid II menjalani sisa masa hukuman penjara hingga dibebaskan pada 20 Agustus 1958. Sultan Hamid II telah berjiwa besar dengan menerima dan menghormati putusan Mahkamah Agung atas vonis terhadap dirinya. walaupun tuduhan atas kasus tersebut jauh dari kebenaran dan pembuktian yang nyata.6

4 Ibid , hlm. 162. 5 Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco, 1953, hlm. 7. 6Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 276. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

5

Dua karya terbaik akhirnya dipilih dan diajukan ke Panitia Lambang

Negara yakni rancangan Sultan Hamid II dan Muhammad Yamin. Akan tetapi, panitia menolak rancangan Muhammad Yamin. Alasannya, rancangan Yamin banyak mengandung unsur sinar matahari yang mengesankan adanya pengaruh fasis Jepang. Pemerintah akhirnya menerima gambar Elang Rajawali Garuda

Pancasila rancangan Sultan Hamid II dan menetapkannya sebagai Lambang

Negara Republik Indonesia Serikat pada 11 Februari 1950. Dalam perkembangannya, banyak masukan-masukan dari berbagai pihak terhadap lambang RIS yang baru itu. Beberapa perbaikan pun dilakukan oleh Sultan Hamid

II sehingga menghasilkan Lambang Negara seperti yang kita kenal sekarang ini.

Dalam masa kerjanya yang singkat, dia berhasil menciptakan gambar burung

Elang Rajawali Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Republik Indonesia

Serikat, yang hingga hari ini lambang tersebut digunakan oleh Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).7

Sultan Hamid II memang sosok yang kontroversi untuk posisi “pahlawan nasional”. Dari masa kecil hingga menjadi Sultan Pontianak ruang lingkupnya sangat berkaitan dengan Kerajaan Belanda. Disini akan terlihat bagaimana posisi

Sultan Hamid II yang pada satu sisi pro daripada Belanda kemudian berjuang juga mendapatkan kedaulatan bangsa Indonesia serta sumbangsih terbesar beliau semasa Indonesia masih berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) yaitu lambang negara yang sampai saat ini menjadi Lambang Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) yaitu Garuda Pancasila.

7 Ibid., hlm. 391. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

6

Sultan Hamid II berwajah ganda dalam karier politiknya, pro untuk

Kerajaan Belanda maupun Indonesia. Jabatannya ketika pro daripada Kerajaan

Belanda yang berkedudukan di Indonesia, serta beberapa jabatan yang cukup prestisius mampu dicapainya. Salah satunya menjadi Ketua Bijeenkomst voor

Federaal Overleg (BFO) / Permusyawaratan Negara-negara Federal yang merupakan produknya Belanda. Peranan Sultan Hamid II dalam KMB tidaklah semata-mata memperjuangkan BFO dan Federalisme. Kesediaan Belanda menyetujui penyerahan kedaulatan seluruh wilayah bekas jajahannya di Hindia

Belanda kepada Republik Indonesia Serikat tidak terlepas daripada jasa Sultan

Hamid II yang mampu membujuk Ratu Yuliana selaku Ratu Belanda. Inilah bukti kelihaian diplomasi dan karena kedekatan Sultan Hamid II yang pernah menjadi

Ajudan/Pengawal Ratu Belanda.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup Sultan Hamid II ?

2. Bagaimana karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di

Indonesia?

2.1. Bagaimana karier politik Sultan Hamid II ketika berpihak pada

Belanda ?

2.2. Bagaimana karier politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya untuk

bangsa Indonesia ?

2.3. Apakah Sultan Hamid II yang merupakan seorang federalis memiliki

sikap dan rasa nasionalisme yang tinggi untuk Indonesia ? PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

7

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan riwayat hidup Sultan Hamid II semasa kecil hingga

dewasa dan menjadi Sultan Ke-7 Kesultanan Qadriyah Pontianak.

2. Mendeskripsikan karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik

di Indonesia :

2.1. Mendeskripsikan karier politik Sultan Hamid II ketika berpihak pada

Belanda.

2.2. Mendeskripsikan karier politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya

untuk bangsa Indonesia.

2.3. Mendeskripsikan analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II bagi

Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, karya ilmiah ini akan membuka

khasanah tentang sejarah karier politik dan karya Sultan Hamid II dalam

percaturan politik di Indonesia.

2. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan penulisan karya ilmiah ini

menyumbang informasi baru bagi dunia pendidikan.

3. Penulisan ini menjadi ajakan bagi generasi muda untuk semakin mengerti

dan memprioritaskan pendidikan bagi dirinya, orang lain, dan negara.

4. Bagi penulis menjadi sebuah tuntunan supaya tetap mendedikasikan

hidupnya bagi dunia pendidikan, selalu taat akan sebuah aturan dan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

8

selalu pantang menyerah dalam melakukan sebuah usaha untuk

hidupnya, orang lain serta bangsa dan negara.

E. Sistematika Penulisan

Makalah yang berjudul “SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA

DALAM KARIER POLITIKNYA DI INDONESIA” memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan

karya ilmiah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Perjalanan hidup Sultan Hamid II semasa kecil hingga

sampai dewasa dan menjadi Sultan Pontianak ke-7.

BAB III : Karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di

Indonesia yang dibagi kedalam sub bab karier politik

Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda dan

bagaimana karier politik Sultan Hamid II dan

sumbangsihnya untuk bangsa Indonesia serta sikap

nasionalisme beliau.

BAB IV : Kesimpulan.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB II

RIWAYAT HIDUP SULTAN HAMID II

A. Kehidupan Masa Kecil Sultan Hamid II Hingga Menjadi Seorang Sultan

Pontianak Ke-7

Jika kita membicarakan Sultan Hamid II dalam tataran sejarah kenegaraaan Indonesia sebenarnya kita tak dapat memisahkan keberadaan

Kesultanan Qadriyah Pontianak yang merupakan satu-satunya kesultanan termuda di kawasan Nusantara, bahkan di dunia, khususnya termuda di Kalimantan Barat.

Kesultanan ini didirikan pada tanggal 23 Oktober 1771 bersamaan 12 hari bulan

Rajab tahun 1185.9

Pada masa kolonial Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak yang dipimpin oleh Willem Ardinpalm. Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah

Tanah Seribu atau Verkendepaal. Palm kemudian digantikan oleh Wolter Markus

Stuart yang bertindak sebagai Resident van Borneo’s Wester Afdeling I (1179-

1784) dengan kedudukan di Pontianak. Semula Sultan Syarif Abdurrahman Al-

Qadrie menolak tawaran kerjasama dengan negeri asing dari Eropa itu. Namun setelah utusan itu datang untuk kedua kalinya, Sultan Syarif Abdurrahman AI-

Qadrie menerima Belanda sebagai rekan persemakmuran dengan tangan terbuka.

9 Turiman, Peranan Sultan Hamid II Dalam Tataran Sejarah Nasional Yang Terlupakan Bangsanya, 2011, http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/06/peranan-sultan-hamid-ii- dalam-tataran_6320.html. diakses 7 Agustus 2015.

9

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

10

Pada masa pendudukan Jepang kekuasaan Sultan Syarif Muhammad

(Sultan ke 6 Kesultanan Qadriyah Pontianak) redup seketika seiring kedatangan bala tentara Kekaisaran Jepang ke Pontianak pada tahun 1942. Karena dianggap dan bersekutu dengan Belanda, Jepang menghancurkan Kesultanan Pontianak dan beberapa kesultanan-kesultanan Melayu di Kalimantan Barat.10

Selain termuda, kehidupan pemerintahan kesultanan ini berlangsung relatif singkat, 179 tahun, dan hanya diperintah oleh 8 (delapan) generasi sultan dari dinasti Al-Qadrie, sejak kelahirannya 1771 sampai dengan Proklamasi

Kemerdekaan RI 1945. Setelah itu, kesultanan ini tidak lebih dari sekedar warisan budaya yang tidak mempunyai kekuasaan politik apapun lagi.11

Sultan Syarif Hamid Al-Qadrie, atau yang biasa disebut dengan nama

Sultan Hamid II, adalah Sultan ke-7 (1945-1978) Kesultanan Qadriyah Pontianak.

Beliau dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada 12 Juli 1913 bertepatan dengan 7 Sya’ban 1331 H. Ia adalah putra dari Sultan Pontianak ke-6, Sultan

Syarif Muhammad Al-Qadrie dari istri ketiganya Syecha Jamilah Syarwani.

Sejak masa kecil, Sultan Hamid II telah mendapat pendidikan modern.

Semasa kecilnya, ia diasuh oleh seorang gouvernante (pengasuh pendidik) wanita kebangsaan Inggris bernama Miss Fox yang selalu memanggilnya dengan nama

Max. Sultan Hamid II mempunyai saudara kandung bernama Syarif Machmud Al-

10 Wikipedia Indonesia, Kesultanan Pontianak, 2015, https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Pontianak, diakses 7 Agustus 2015 11 Turiman, Peranan Sultan Hamid II Dalam Tataran Sejarah Nasional Yang Terlupakan Bangsanya, 2011, http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/06/peranan-sultan-hamid-ii- dalam-tataran_6320.html. diakses 7 Agustus 2015.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

11

Qadrie, ayah dari Syarif Abubakar Al-Qadrie yang kini menjadi Sultan Pontianak.

Selain itu, dia masih mempunyai tujuh orang saudara se-Ayah dari lain Ibu.

Sultan Hamid II dibesarkan di lingkungan Istana Qadriyah, Kesultanan

Pontianak. Ia adalah keturunan dari pendiri Negeri Pontianak bernama Sultan

Syarif Abdurrahman Al-Qadrie. Pontianak adalah negeri panas. Nama Pontianak yang berasal dari bahasa Melayu ini dipercaya ada kaitannya dengan kisah Syarif

Abdurrahman Al-Qadrie yang sering diganggu oleh hantu ketika dia menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan dimana peluru meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan.

Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai

Landak, yang kini dikenal dengan nama kampung Beting. Peluru meriam yang ditembakan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie pada 1771. Peluru yang jatuh di antara tiga ruas persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak itu kemudian menjadi batas territorial Pontianak. Syarif Abdurrahman Al-Qadrie kemudian menjadi Pendiri sekaligus Sultan Pertama Kesultanan Pontianak yang berada di tepi barat Pulau Borneo atau Kalimantan.

Pontianak sebagai negeri Melayu, merupakan Kesultanan Melayu termuda pada zamannya di Kepulauan Melayu (the Malay Archipelago). Di bawah

Kesultanan Pontianak, kemajuan pemerintahan dalam berbagai aspek berkembang dalam rezim masing-masing Sultan.

Pontianak berkembang menjadi pusat perdagangan, pemerintahan, dan peradaban di Borneo Barat. Dalam berbagai naskah sejarah, perjalanan panjang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

12 negara berbentuk kesultanan ini menunjukan suatu peradaban yang di dalamnya termasuk peradaban intelektualitas, gagasan modernisasi, strategi perdagangan, pemerintahan, dan politik. Dalam periode yang panjang bentuk negara Pontianak adalah kesultanan dengan sistem pemerintahan aristokrasi absolut Islam. Ini menegaskan identitas bahwa Pontianak adalah negeri Islam. Sebab, pancang pertama bangunan yang dialaskan di Bandar negeri adalah tiang fondasi masjid.

Hari ini masjid itu bernama Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman. Itulah bangunan pertama di Pontianak. Letak masjid ini berdekatan dengan Istana

Qadriyah, yang tidak jauh dari simpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di sebelah utara negeri Pontianak, terdapat Tugu Khatulistiwa yang berada tepat digaris lintang nol derajat bumi, yang juga berdekatan dengan makam para wali atau Sultan-sultan Pontianak.

Syarif Abdurrahman Al-Qadrie adalah anak dari seorang pendakwah asal negeri Trim (Tarim) di Hadramaut-Yaman Selatan yang bernama Habib Husein

Al-Qadrie. Habib Husein Al-Qadrie dan ketiga kawannya menyebar dakwah

Islam di Kepulauan Melayu. Konon, dia adalah keturunan dari ahlul bait, yaitu darah terdekat dari Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Hal tersebut dapat dilihat dari zuriyat (silsilah) yang terbukti, mulai dari pasangan Khalifah Ali bin Abu

Thalib dan Batimah (putri Nabi Muhammad) yang memiliki anak bernama Hasan dan Husein, bin Abu Thalib. Garis keturunan ini berlanjut hingga ke Habib

Husein Al-Qadrie, Syarif Abdurrahman Al-Qadrie, dan para keturunannya.

Merekalah yang dikenal sebagai para wali. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

13

Pada tahun 1778 (1192 H) gelarnya sebagai Sultan ditabalkan dihadapan beberapa penguasa Kesultanan Riau-Lingga. Begitu juga pemimpin dari sejumlah kesultanan, termasuk Matan, Sukadana, Kubu, Simpang, Landak, Mempawah,

Sambas, Banjar, dan lainnya. Syarif Abdurrahman Al-Qadrie menjadi Sultan

Pertama Kesultanan Pontianak sejak 1 September 1778 hingga 28 Februari 1808.

Kemudian gelarnya sebagai Sultan digantikan oleh anaknya. Sultan Syarif Kasim

Al-Qadrie (1808-1819) sebagai Sultan ke-2. Selanjutnya berturut-turut digantikan oleh Sultan Syarif Usman Al-Qadrie (1819-1855) sebagai Sultan ke-3, Sultan

Syarif Hamid Al-Qadrie (1855-1872) sebagai Sultan ke-4, Sultan Syarif Yusuf

Al-Qadrie (1872-1895) sebagai Sultan ke-5, dan Sultan Syarif Muhammad Al-

Qadrie (1895-1944) sebagai Sultan ke-6.

Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie bertahta dari 15 Maret 1895 hingga ditangkap dan dibunuh tentara Jepang pada 24 Juni 1944. Setelah masa interregnum atau kekosongan pemerintahan dari 24 Juni 1944 – 23 Oktober 1945 karena kedudukan Jepang di Kalimantan Barat dan bersamaan dengan masa

Perang Dunia II, Syarif Hamid Al-Qadrie (Sultan Hamid II) diangkat menjadi

Sultan Pontianak ke-7.12

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan Sekutunya, pada tanggal 10

Maret 1942 ia turut tertawan sampai pada bulan Agustus 1945 dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Dan ketika ayahnya mangkat, karena korban agresi Jepang, pada tanggal

29 Oktober 1945 ia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya

12 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 1-4. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

14 dengan gelar Sultan Hamid II.13 Pengangkatan Sultan Hamid II sebagai Sultan ke-

7 Kesultanan Pontianak, karena memang dia adalah satu-satunya putera dari

Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie yang selamat dari penangkapan dan pembunuhan oleh Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan pada 17 Agustus

1945 di Jakarta, situasi politik di Pontianak masih belum stabil karena berita tentang kemerdekaan Indonesia sangat terlambat sampai ke Pontianak. Dengan kebesaran jiwanya, Kesultanan Pontianak yang juga di pimpin Ketua DIKB yaitu

Sultan Hamid II pada tanggal 17 Agustus 1950 menyerahkan mandat pemerintahan teritorialnya kepada NKRI. Kini wilayah Daerah Kalimantan Barat menjadi Provinsi Kalimantan Barat yang telah dibentuk pada tahun 1956.14

Berbeda statusnya dengan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan

Kadipaten Pakualaman yang mengatakan kepada Presiden RI, bahwa daerah

Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman bergabung ke dalam Negara RI.

Bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah, dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:

1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam

VIII pada tanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.

13 Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 27. 14 Wikipedia Indonesia, Daerah Istimewa, 2015, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

15

2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII pada

tanggal 5 September 1945 (dibuat secara terpisah).

3. Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII pada

tanggal 30 Oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).

Dalam perjalanan selanjutnya kedudukan DIY (Daerah Istimewa

Yogyakarta) sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi sesuai dengan maksud pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 (sebelum perubahan) diatur dengan Undang- undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok Pemerintahan

Daerah. Sebagai tindak lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah, dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor

9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan DIY meliputi Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap undang-undang yang mengatur

Pemerintah Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui, sebagaimana dinyatakan terakhir dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.15

Sultan Hamid II merupakan anak ke-7 dari 9 bersaudara, 1 saudara kandung satu ibu. Hasil pernikahan Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie dengan

Syecha Jamilah Syarwani melahirkan 2 anak, Syarif Hamid Al-Qadrie (Sultan

15,Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta. diakses pada 29 Juli 2015 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

16

Hamid II) dan Syarif Mahmud Al-Qadrie bergelar Pangeran Agung. Secara berturut-turut anak kandung Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie adalah Syarif

Usman Al-Qadrie bergelar Pangeran Adipati Negara (Putera Mahkota), Syarif

Abdul Mutalib Al-Qadrie bergelar Pangeran Muda, Syarifah Syarifah Al-Qadrie bergelar Ratu Cikra Kesuma, Syarifah Hadijah Al-Qadrie bergelar Ratu Perbu

Wijaya, Syarifah Fatimah Al-Qadrie bergelar Ratu Anom Bendahara, Syarif

Hamid Al-Qadrie (lebih dikenal dengan sebutan Sultan Hamid II), Syarifah

Maryam Al-Qadrie bergelar Ratu Laksamana Sri Negara, Syarif Mahmud Al-

Qadrie bergelar Pangeran Agung, dan anak bungsunya bernama Syarifah

Maimunah Al-Qadrie bergelar Ratu Kesuma.

Pada peristiwa pembantaian Jepang, 24 Januari 1944, karena dianggap memberontak dan bersekutu dengan Belanda, Jepang menghancurkan Kesultanan

Pontianak. Tak hanya melakukan penangkapan-penangkapan, Jepang juga melakukan penyiksaan dan pembunuhan massal terhadap ribuan orang Pontianak dan Kalimantan Barat. Pada 28 Juni 1944, Jepang menghabisi semua anggota keluarga Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie beserta sanak keluarga dan kerabat kesultanan, pemuka adat, candekiawan, dan tokoh masyarakat Pontianak, pun para sultan-sultan dan masyarakat di Kalimantan Barat. Tragedi berdarah ini kemudian dikenal dengan sebutan “Peristiwa Mandor”.16

Sejak masih kecil Sultan Hamid II memang anak yang pintar, cerdas, dan pemberani. Ia dipersiapkan ayahnya sebagai penerus mahkota Kesultanan

Pontianak. Sejak kecil hingga dewasa ia memperoleh pendidikan modern di

16 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 38-39.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

17 berbagai tempat. Sebagai putra Sultan yang pintar dan cerdas, ia bisa diterima bersekolah di sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak orang Belanda dan

Eropa. Dengan demikian tidak mengherankan bila kemudian Sultan hamid II menguasai sedikitnya lima bahasa asing dengan aktif.

Saat berusia 7 tahun, Hamid diajak ke Batavia oleh Miss Fox dan Miss

E.M. Curties. Hamid mulai belajar di Sekolah Rendah Pertama di Europeesche

Lagere School (ELS) di Pontianak, Sukabumi, dan di Yogyakarta. Dikarenakan pekerjaan kedua Ibu asuhnya itu yang berpindah-pindah mengharuskan juga ia harus berpindah dari satu kota ke kota lain. Ketika sekolah di ELS Yogyakarta,

Hamid bertemu dengan teman sekelasnya yang juga merupakan seorang putra mahkota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bernama Dorodjatun (Sultan

Hamengkubuwono IX). Setamat dari ELS di Yogyakarta keduanya berpisah.

Hamid kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah pada Hogeere

Burger School (HBS) di Bandung dan HBS V di Malang 1932. Setelah tamat di

HBS pada 1932 beliau melanjutkan pendidikannya pada tingkat Perguruan Tinggi sebagai mahasiswa di Technische Hooge School (THS), Fakultas: de Faculteit van

Technische Wetenschap, Jurusan: de afdeeling der Weg en Waterbouw (arsitektur) di Bandung. THS kemudian berubah menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga sekarang.

Namun, pendidikan di THS hanya dijalani Hamid selama satu tahun.

Karena dia lebih tertarik untuk masuk ke Akademi Militer di Negeri Belanda.

Pada 1933, Sultan Hamid II adalah satu-satunya putra Sultan di Kepulauan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

18

Melayu yang diterima masuk untuk mengikuti pendidikan di Koninklijk Militaire

Academie (KMA) di Breda, sebuah akademi militer elit dan ternama di Belanda.

Hamid lulus di KMA Breda pada tahun 1938, kemudian dilantik sebagai perwira dengan pangkat letnan dua pada Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger

(KNIL), yakni Kesatuan Tentara Hindia Belanda. Dalam karier Militer, Sultan

Hamid II pernah ditugaskan di Malang, Bandung, Balikpapan, dan beberapa tempat lainnya.17

Pada 31 Mei 1938, Hamid melangsungkan pernikahan dengan Marie van

Delden di Malang. Sultan Hamid II beristerikan seseorang perempuan bangsa

Belanda yaitu Marie van Delden (yang diberi gelar Ratu Mas Mahkota Didie Al-

Qadrie) anak dari Kapten van Delden kelahiran Surabaya, 5 Januari 1915. Kapten van Delden adalah Perwira KNIL berkebangsaan Belanda. Dari pernikahannya mereka dikaruniai 2 orang anak, anak pertama bernama Syarifah Zahra AI-Qadrie

(Edith Denise Corry AI-Qadrie) yang lahir di Malang pada 26 Februari 1939 dan yang kedua Syarif Yusuf AI-Qadrie (Max Nico AI-Qadrie ) yang lahir di Malang pada 11 Januari 1942.

Jabatan yang diduduki Sultan Hamid II adalah Letnan Dua KNIL 1938 yang pernah melawan tentara Jepang pada tahun 1941 di Tarakan dan Balikpapan,

Provinsi Kalimantan Timur. Anggota KNIL sebagian besar adalah orang-orang pribumi Indonesia sebagai prajurit rendahan. Sementara itu, para perwira KNIL umumnya adalah orang-orang Belanda. Tradisi KNIL sebagai tentara kolonial yang rasis terus dipelihara. Hanya orang-orang Belanda saja yang diprioritaskan

17 Ibid., hlm. 6. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

19 sebagai perwira KNIL. Hanya sedikit orang pribumi yang menjadi perwira KNIL.

Pemuda Indonesia yang menjadi perwira KNIL umumnya berasal dari keluarga terpandang, yang memiliki pendidikan yang cukup baik pada zaman kolonial.18

Ada pembatasan jenjang karir, Pangkat tertinggi perwira KNIL dari kalangan pribumi hanya sampai pangkat Letnan Kolonel saja. Ada beberapa bekas KNIL yang masih ingin menjadi tentara kolonial, mereka menganggap RI tidak cukup mapan. Mereka juga merasa bahwa RI masihlah rapuh. Bekas perwira ini kemudian mencapai pangkat menengah diatas Letnan Kolonel. Sultan Hamid II menjadi Jenderal Mayor dalam dinas militer Belanda semasa revolusi kemerdekaan Indonesia.19

Setelah keluar dari tahanan militer Jepang tahun 1945. Sultan Hamid II naik pangkat dari kapten menjadi mayor, lalu menjadi letnan kolonel. Hanya selang beberapa bulan menyandang pangkat letnan kolonel, Sultan Hamid II naik pangkat menjadi kolonel. Sultan Hamid II memperoleh kenaikan pangkat sangat istimewa, karena langsung mengantongi dua bintang di pundak sekaligus, yakni

Mayor Jenderal KNIL setelah ditetapkan menjadi Sultan Pontianak pada 29

Oktober 1945.20 Jabatan lain Sultan Hamid II adalah Sultan Pontianak ke-7 (1945-

1978), Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946, Kepala Daerah Istimewa Kalimantan

Barat (DIKB) 1947 s/d 1950, Ketua Delegasi BFO pada KMB di Den

18 Petrik, Pribumi Jadi Letnan KNIL, Yogyakarta, Trompet, 2011, hlm. 3. 19 Ibid., hlm. 102. 20 Keterangan dari Max Yusuf Al-Qadrie, Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Sultan Hamid II, 2012 dalam buku: Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 29-30. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

20

Haag/Belanda, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS dan Menteri Negara

Zonder Portofolio tahun 1949.

Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil dari negara Kalimantan Barat dan selalu turut serta dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC, dan KMB di

Indonesia dan negeri Belanda 1949. Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan atau kepercayaan sebagai Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN

Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten Ratu

Kerajaan Belanda, selain itu, ia juga orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Sewaktu RIS dibentuk, berdasarkan

Kep.Pres.RIS No.2 Tahun 1949 tanggal 20 Desember 1949, ia diangkat menjadi

Menteri Negara Zonder Portofolio dan selama menjadi Menteri Negara ia ditugasi oleh Bung Karno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara.21

B. Antara Federalis dan Unitaris

Pada awal kemerdekaan, Belanda belum mampu merelakan Indonesia merdeka. Berbagai cara dilakukan oleh Belanda untuk merebut Indonesia kembali, melalui agresi-agresinya hingga perjanjian-perjanjian yang dilakukannya dengan

Indonesia. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh Belanda cenderung menyimpan niat untuk menginginkan Indonesia menjadi negara federal.

Keinginan Belanda kemudian terwujud dengan dilakukannya Konferensi Meja

21 Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 27. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

21

Bundar (KMB) pada 1949, salah satu hasilnya adalah pengakuan kedaulatan

Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda pada 27 Desember 1949.

B.1. Federalis

Setelah Sultan Hamid II naik tahta di Kesultanan Pontianak, dia mencoba menata keadaan Kesultanan yang telah berantakan akibat keganasan tentara

Jepang. Dianggap memberontak dan bersekutu dengan Belanda, Jepang menghancurkan Kesultanan Pontianak. Peristiwa Mandor adalah peristiwa pembantaian massal pada akhir 1943 dan puncaknya pada 28 Juni 1944. Peristiwa yang terjadi di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan

Barat, dikenang dengan istilah Tragedi Mandor Berdarah yaitu telah terjadi pembantaian massal tanpa batas etnis dan ras oleh tentara Jepang. Kiyotada

Takahashi, Presiden marutaka House Kogyo Co. Ltd, mantan opsir bala tentara

Jepang di Kalimantan Barat menjelaskan bahwa sebanyak 21.037 orang warga

Kalimantan Barat dibunuh di Mandor.22 Kemudian disampaikan pula dari kesaksian Yamamoto, seorang Kepala Kempeitai di Borneo Barat, bahwa jumlah korban mencapai angka sekitar 50 ribu orang.23 Di antara para korban, terdapat 48 tokoh, cendekiawan, dan keluarga-keluarga kesultanan. Selain Sultan Syarif

Muhammad Al-Qadrie yang berusia 74 tahun dari Kesultanan Pontianak yang menjadi korban pembantaian oleh tentara Jepang, ada Pangeran Adipati (putra

22 Anshari Dimyati, Kalimantan Barat di Antara Jepang dan Indonesia, LenteraTimur.com, Minggu, 1 Juli 2012. diakses pada 20 Juli 2015. 23 Syafaruddin Usman, Peristiwa Mandor Berdarah: Eksekusi massal 28 Juli 1944 Oleh Jepang, Yogyakarta, Media Pressindo, 2009. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

22

Sultan Pontianak, 31 tahun), Gusti Saunan (Panembahan Ketapang, 44 tahun),

Muhammad Ibrahim (Sultan Sambas, 40 tahun).24

Saat-saat pembantaian dilukiskan cukup detail. Para korban antre berjajar menghadap lubang, lalu secara beruntun dipancung dengan pedang samurai.

Pembantaian ini dikisahkan pula oleh Tsuno Iseki, orang Jepang yang pernah tinggal di Kalimantan Barat pada 1928-1946 dan fasih berbahasa Indonesia, dalam buku berjudul Peristiwa Pembantaian Penduduk Borneo Barat: Pembuktian

Peristiwa Pontianak yang terbit Juli 1987 di Jepang. Taizo Watanabe ketika menjabat Duta Besar Jepang untuk Indonesia pernah berkunjung ke Makam Juang

Mandor ini. Sejarah gelap pendudukan Jepang di Kalimantan Barat memang tak mungkin terlupakan.25

Sebagai Sultan Pontianak, ia kemudian mengajak para Sultan,

Penembahan, Temenggung, serta tokoh masyarakat dari berbagai lapisan dan kelompok etnik untuk membangun pemerintahan di Kalimantan Barat dengan sistem pemerintahan modern.

Maka, setelah menghadiri Konferensi Malindo pada 15 – 25 Juli 1946 di

Sulawesi Selatan, Sultan Hamid II bersama 40 tokoh Kalimantan Barat pada 22

Oktober 1946, menandatangani Deklarasi pembentukan Dewan Borneo Barat di

Pontianak.26 Dalam bentuk ikatan Federasi Borneo Barat, konteks hubungan dengan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) di kemudian hari, para

Deklarator Dewan Borneo Barat menyepakati Residen Borneo Barat Berubah

24 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 40-41. 25 Ibid., hlm. 41-42. 26 Aju & Syafaruddin Usman, “J.C. Oevaang Oeray, Langkah dan Perjuangannya”, Pontianak, Samudera mas, 2012, hlm. 82. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

23

Menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB), yaitu sebuah negara otonom dengan persemakmuran Uni Indonesia – Belanda.

Perlu dipahami, ketika proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 oleh

Soekarno, Mohammad Hatta, dan rekan sejawatnya, Kalimantan Barat belum menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia. Pemerintah DIKB berlaku efektif sejak 12 Mei 1947. Keberadaan DIKB diperkuat Residen Borneo Barat dengan

Surat Keputusan tanggal 10 Mei 1948 Nomor 161. Sebelumnya pada tahun 1948 keluar pula Besluit Luitenant Gouvernur Generaal tanggal 2 Mei 1948 Nomor 8

Staatblad Lembaran Negara 1948/58 yang mengakui Kalimantan Barat berstatus

Daerah Istimewa (Negara Otonom yang tegak berdiri sendiri, dengan status

Persemakmuran dengan Negara Kerajaan Belanda).27

Ketika kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat

(RIS) tanggal 27 Desember 1949, Kalimantan Barat tetap berstatus Daerah

Istimewa (DI)/Autonomous State hingga RIS dibubarkan 17 Agustus 1950.28

Sultan Hamid II adalah seorang federalis seratus persen. Prinsip inilah yang kemudian membuatnya berbenturan dengan kaum republiken (unitaris), para penganut paham negara Kesatuan yang menginginkan adanya dominasi atau sentralisasi kekuasaan. Ide negara federal Sultan Hamid II bertujuan menciptakan sistem negara yang mengandung makna keadilan dan kesejahteraan serta lebih mampu memakmurkan rakyat. Pemerintahan wilayah sendiri yang otonom melalui independensi pengelolaan internal dari setiap negara-negara bagian yang

27 Turiman Fachturahman, Sejarah Hukum Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Pontianak, Borneo Tribun, selasa,7 Agustus 2007 28 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 55-51. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

24 ada melalui sistem federasi/serikat, dianggap lebih dapat menjawab berbagai macam persoalan.

’’..Maka usaha Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) atau Badan

Permusyawaratan Federal, sejak lahirnya organisasi ini, ditujukan pada tercapainya kemerdekaan Tanah Air kita, kemerdekaan untuk segenap bagian

Tanah Air kita, dan untuk mencapai suatu persatuan yang dapat menjamin kemerdekaan, baik bagi seluruhnya maupun untuk bagian-bagiannya…,’’ demikian petikan singkat pidato Sultan Hamid II dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, 23 Agustus – 2 Nopember 1949.

Dibagian lain, Sultan Hamid II menegaskan, “Dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi Nusa dan Bangsa, timbullah keyakinan saya, bahwa bentuk federalism itulah yang paling baik bagi Negara Indonesia”.29 Sampai akhir hayatnya, Sultan Hamid II berkeyakinan bahwa konsep atau bentuk Negara

Federal adalah merupakan solusi agar Indonesia menjadi negara yang kuat, makmur, dan sejahtera.

Melihat bahwa Sultan Hamid II adalah seorang Federalis maka tentunya ada beberapa faktor yang mendorong ia berhaluan paham federalisme.

Keberadaan Kesultanan Pontianak sebagai faktor sosiologis dan psikologis yang membentuk karakter Sultan Hamid II menjadi seorang federalisme sejati.

Kelahiran kesultanan Qadriah Pontianak bersamaan pula dengan telah berpijak dan bercokol sangat kuatnya kolonialisme dan imperialisme Barat, sehingga kehidupan dan perkembangan kesultanan ini ditekan dan diarahkan bagi

29 Anshari Dimyati, Sultan Hamid II, Meneroka Akar Perkara Makar, Jakarta, Lentera Timur.com, 2012.diakses pada 20 Juli 2015. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

25 kepentingan imperialisme tersebut. Ini berarti bahwa hubungan, Kesultanan

Pontianak dan Sultan serta para kerabat istana dan rakyatnya, disatu pihak, dengan pemerintah kolonialisme Belanda bersama pejabatnya, dilain pihak, menunjukkan hubungan imperialistis, tidak seimbang dan eksploitatif.

Dari masa kecil dan pendidikan yang diperoleh Sultan Hamid II ia satu- satunya Putra Sultan di Kepulauan Melayu dan sebagian kecil orang Indonesia yang diterima masuk akademi militer elit dan ternama di Belanda. Sementara melihat faktor eksternalnya, Sultan Hamid II yang merupakan pengecualian dari sikap diskriminasi Hindia Belanda terhadap anggota KNIL yang berasal dari

Indonesia. Bahkan setelah keluar dari tahanan militer Jepang tahun 1945, Sultan

Hamid II naik pangkat dari kapten menjadi mayor, lalu menjadi letnan kolonel.

Hanya selang beberapa bulan menyandang pangkat Letnan kolonel, Sultan Hamid

II naik pangkat menjadi kolonel. Tahun 1945 itu pula beliau memperoleh kenaikan pangkat sangat istimewa, karena langsung mengantongi dua bintang di pundak sekaligus, yakni Mayor Jenderal KNIL setelah ditetapkan menjadi Sultan

Pontianak pada 29 Oktober 1945. Jadi di dalam sejarah KNIL di Indonesia, Sultan

Hamid II mendapat perlakuan yang amat sangat istimewa.30

Mayor Jenderal adalah pangkat militer tertinggi di KNIL yang berhasil diraih seorang putra Indonesia selama masa Hindia Belanda. Kala itu, usianya masih 33 tahun. Kemudian, pada tahun 1949, Sultan Hamid II diangkat sebagai

Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda (Adjudant in Buitengewone Dienst van

30 Keterangan dari Max Yusuf Al-Qadrie, Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Sultan Hamid II, 2012 dalam buku: Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 29-30. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

26

HM Koningin der Nederlander), yaitu Ratu Wilhelmina (Wilhelmina Helena

Piline Marie van Orange Nassau). Jabatan prestius lain yang dipegang Sultan

Hamid II pada tahun 1949 adalah sebagai Wakil Mahkota di Indonesia.31

B.2. Unitaris

Dalam perjalanan sejarah pembentukan Negara Indonesia di awal kemerdekaan, Sultan Hamid II sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat

(DIKB) adalah seorang federalis. Dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den

Haag-Belanda, kedudukannya setara dengan Mohammad Hatta selaku ketua delegasi Negara Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Sedangkan

Sultan Hamid II adalah ketua delegasi Negara-Negara federal yang tergabung dalam Badan Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg

(BFO).

Di samping banyak usaha untuk menegakkan kekuasaan RI, di Kalimantan terdapat usaha yang merintangi pembinaan kekuasaan RI, terutama kaum politisi tua yang kebanyakan berasal dari kalangan aristocrat. Tokoh utamanya adalah

Sultan Hamid II dari Pontianak. Mereka tidak memiliki kekuatan militer atau pengikut yang banyak tetapi dilindungi oleh NICA dengan KNILnya, maka mereka ini nanti yang mendominir perkembangan politik. Hal ini terbukti nanti dalam persetujuan Linggarjati yang melepaskan Kalimantan dari RI. Hanya

31 Ibid., hlm. 30. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

27 setelah NICA tidak menjadi pelindung lagi (sesudah KMB) kekuatan mereka akan rontok, sedangkan kekuatan RI yang akan muncul sebagai pemenangnya.32

Kekuatan pasukan KNIL mengalami penurunan setelah Perang Dunia II berakhir dan Belanda ingin kembali menguasai Indonesia dengan melancarkan

Agresi Militer I dan II. Sebagian besar pasukan KNIL, antara lain Abdul Harris

Nasution, Oerip Sumoharjo, Alex Kawilarang dan yang lainnya, pada masa itu sudah terpengaruh ide revolusi kemerdekaan Republik Indonesia.

Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tangal 27 Desember 1949 dalam bentuk

Republik Indonesia Serikat (RIS), maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan.

Berdasarkan keputusan kerajaan Belanda tanggal 20 Juli 1950, setelah berumur

120 tahun, terhitung tanggal 26 Juli 1950 KNIL dinyatakan dibubarkan.

Berdasarkan hasil keputusan Konferensi Meja Bundar, mantan tentara KNIL yang jumlahnya diperkirakan 60.000 yang ingin masuk ke Angkatan Perang Republik

Indonesia Serikat (APRIS) harus diterima dengan pangkat yang sama. Beberapa dari mereka kemudian di tahun 70-an mencapai pangkat Jenderal TNI. Jumlah orang KNIL dari Ambon sekitar 5.000 orang, yang sebagian besar ikut dibawa ke

Belanda dan tinggal di negeri kincir angin.33

Kemenangan Presiden Soekarno dan Menteri Pertahanan Sultan

Hamengkubuwono IX dari kelompok unitaris, memasuki tahun 1950, di mana

Indonesia berubah secara drastis dari RIS (Republik Indonesia Serikat) menjadi

32 Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati, Yogyakarta, Kanisius, 1988, hlm. 136-137. 33 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 31. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

28

Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya pada tanggal 28

September 1950, Indonesia diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) yang ke-60. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan Indonesia secara resmi diakui oleh dunia Internasional. Pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan resmi RIS dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusinya.34

Sementara status Kesultanan Pontianak saat itu daerahnya kemudian menjadi bagian dari Provinsi Administratif Kalimantan. Setelah pembubaran

Republik Indonesia Serikat pada 17 Agustus 1950, wilayah Kesultanan Pontianak menjadi bagian Provinsi Kalimantan Barat. Satu tahun setelah Kaliamantan Barat bergabung dengan NKRI pada tahun 1951, keluarlah Surat Keputusan Menteri

Dalam Negeri, tanggal 8 September 1951 Nomor Pem 20/6/10 yang menyatakan, bahwa yang mencakup segala ketentuan pembagian secara administratif Daerah

Kalimantan Barat atau DIKB, yang dahulu dikenal dengan “Residentie

Westerafdeling van Borneo” dan menjadi Daerah Kalimantan Barat dibagi menjadi enam Daerah Kabupaten administratif, yakni 1.Kabupaten Pontianak,

2.Kabupaten Ketapang, 3.Kabupaten Sambas, 4.Kabupaten Sintang, 5.Kabupaten

Sanggau, 6.Kabupaten Kapuas Hulu dan sebuah daerah Kota Administratif

Pontianak.

Pada tahun 1953 keluar Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun 1953 yang mulai berlaku dari tanggal 7 Januari 1953 yang mengacu atau berdasarkan

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1948. Di pasal 1 digariskan, Daerah Provinsi

34 Ibid., hlm. 87. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

29

Kalimantan yang bersifat administratif. Bentuk dan sifatnya sebagaimana diatur di dalam Peraturan Pemerintahan RIS Nomor 21/1950, yang dimaksudkan adalah

DIKB yang kemudian menjadi Daerah Otonom Provinsi Kalimantan yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri. Pada tanggal 7 Januari 1953 Undang-undang

Darurat Nomor 2 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Resmi Daerah Otonom

Kabupaten/Daerah Istimewa Tingkat Kabupaten/Kota Besar dalam Lingkungan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat.

Kemudian untuk melaksanakan Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun

1953 Pemerintahan Republik Indonesia mengeluarkan Undang-undang Nomor 27

Tahun 1959 yang disahkan pada tanggal 26 Juni 1959 dan patut diketahui, bahwa pada tahun 1956 sebelumnya daerah-daerah otonom Provinsi Kalimantan Barat,

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur mencabut Undang-undang Darurat

Nomor 2 Tahun 1953. Ini berarti implikasi hukum Undang-undang Nomor 25

Tahun 1956 memecah Provinsi Kalimantan menjadi 3 Provinsi Otonom.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des 52/10/56 tanggal 12 Desember 1956 ditetapkan Undang-undang tersebut yang mulai berlaku pada 1 Januari 1957. Dengan demikian sejak tanggal 1 Januari 1957,

Kalimantan Barat menjadi Daerah Otonom Provinsi. Semenjak itulah, tiap tanggal

1 Januari, selalu dirayakan sebagai hari lahir Pemerintah Provinsi Kalimantan

Barat.35

35 Ibid., hlm. 91-92. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB III

KARIER POLITIK SULTAN HAMID II

A. Karier Politik Sultan Hamid II Ketika Berpihak Pada Belanda

1. Terlibat Perang Melawan Jepang Tahun 1941

Dalam karier militernya, Sultan Hamid II terlibat dalam pertempuran sengit melawan pendudukan militer Jepang di Balikpapan, Provinsi Kalimantan

Timur. Dalam rangka menginvasi wilayah di Asia Tenggara, maka kota yang sangat kaya raya minyak, Tarakan dan Balikpapan di Kalimantan Timur adalah dua kota yang diserang Jepang di Indonesia, setelah sukses memporakporandakan

Pangkalan Militer terbesar Amerika Serikat di Pearl Harbour Pulau Oahu, Hawaii, sebelah barat Honolulu, 8 Desember 1941. Lima jam setelah insiden Pearl

Harbour, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborg Stachouwer, menyatakan perang terhadap Jepang.

Penyerbuan wilayah Provinsi Kalimantan Timur, sudah dimulai Jepang dengan merebut Kota Tarakan tanggal 11 Januari 1942. Satu hari kemudian, 12

Januari 1942, militer Belanda menyerah kepada Jepang di Tarakan. Setelah berhasil merebut Tarakan tanggal 11 Januari 1942, Balikpapan tanggal 24 Januari

1942, kemudian Pontianak (Kalimantan Barat) pada 29 Januari 1942, Samarinda

(Kalimantan Timur) pada 3 Februari 1942, militer Jepang melanjutkan invasi ke wilayah Pulau Jawa. Tapi penyerbuan terhadap Balikpapan, 23-24 Januari 1942, militer Jepang mendapat perlawanan sengit dari KNIL yang menyebabkan Sultan

30

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

31

Hamid II terluka. Dalam keadaan terluka Sultan Hamid II dilarikan ke Surabaya, lalu ke Malang.31

Tentara Hindia Belanda sendiri tak mampu mengatasi serangan dari tentara Jepang. Lalu kemudian menyerah pada 10 Maret 1942, setelah diserang dari udara, laut dan darat. Sebagai perwira KNIL, Sultan Hamid II masuk dalam target penangkapan oleh Jepang, ia kemudian ditangkap dan ditahan oleh militer

Jepang di Batavia pada tahun 1942 sebagai tahanan perang dan baru dibebaskan tiga setengah tahun kemudian. Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pasca Perang Dunia II tahun 1945, Jepang menyerah tanpa syarat dan berangsur keluar dari Kepulauan Melayu (the Malay Archipelago). Pasukan sekutu pun kemudian kembali masuk ke wilayah yang disebut oleh Belanda sebagai Hindia Belanda. Sultan Hamid II dibebaskan dari tahanan sebagai tawanan Jepang, dan kembali aktif sebagai perwira KNIL dengan kenaikan pangkat menjadi Kolonel.

Perang Dunia berakhir tahun 1945, Sultan Hamid II secara otomatis dibebaskan dari tahanan militer Jepang di Batavia. Mengirup udara bebas, langkah pertama yang dilakukan Sultan Hamid II adalah datang ke Pontianak untuk melihat sanak keluarganya. Sultan Hamid II terkejut setelah mendapat laporan bahwa ayah, ibu dan seluruh saudara kandungnya telah dibunuh tentara Jepang di

31 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 23-24.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

32

Mandor, Kabupaten Landak. Tragedi Mandor telah membuat Sultan Hamid II menjadi anak yatim piatu.

Akibat Peristiwa Mandor di Kalimantan barat, terjadi kekosongan kekuasaan pada 1944-1945 di Kesultanan Qadriyah Pontianak. Pasalnya, semua putra almarhum Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie juga ikut gugur akibat keganasan Jepang. Terkecuali Sultan Hamid II yang menjadi satu-satunya putra mahkota yang masih hidup. Sebagai seorang perwira aktif KNIL, Sultan Hamid II masih ingin melanjutkan karirnya di bidang militer atau pertahanan. Tetapi, situasi

Kesultanan di Pontianak serta Kalimantan Barat semakin kacau, dan menggugah hatinya untuk kembali ke Pontianak.

2. Ajudan Istimewa Ratu Belanda Tahun 1946

Pada tahun 1946, Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa Ratu

Kerajaan Belanda (Adjudant in Buitengewone Dienst van HM Koningin der

Nederlander), yaitu Ratu Wilhelmina (Wilhelmina Helena Piline Marie van

Orange Nassau). Jabatan prestius lain yang dipegang Sultan Hamid II pada tahun 1949 adalah sebagai Wakil Mahkota di Indonesia.

Wakil Mahkota, artinya Sultan Hamid II diberi kepercayaan penuh mewakili kebijakan Ratu Juliana di Indonesia. Ratu Juliana menjadi Ratu

Belanda, menggantikan Ibunya, Ratu Wilhelmina terhitung 4 September 1948.

Jabatan ini terkait rancana masa transisi untuk proses memerdekakan Indonesia rentang waktu 5-10 tahun dalam status persemakmuran sesuai dengan Konferensi

Malino, Selatan, 15-25 Juli 1946. Indonesia dimerdekakan dalam bentuk PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

33 persemakmuran dan dijadwalkan Belanda sendiri yang mendaftarkan Indonesia ke

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal ini termuat di dalam 7 point sikap resmi

Pemerintahan Belanda yang dikeluarkan di Amsterdam pada tanggal 10 Februari

1946.32

3. Ketua BFO Pada Tahun 1949

Sultan Hamid II tidak bisa lepas dari Majelis Permusyawaratan Negara- negara Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO). BFO kelanjutan dari langkah Gubernur Hindia Belanda Hubertus Johanes van Mook untuk membentuk 15 negara bagian. Sebagaimana diketahui, setelah Konferensi

Malindo, Sulawesi Selatan, 15-25 Juli 1946, dengan dukungan van Mook terbentuk 15 negara-negara federal.

Jumlah negara di Indonesia yang disepakati hasil Konferensi Meja Bundar

(KMB) di Den Haag, 23 Agustus – 2 Novenber 1949, ada 16 negara, yakni 1 negara bernama Republik Indonesia yang hanya berdaulat di sebagian Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera. Sedangkan 15 negara lainnya, mencakup sebagian besar Indonesia Timur, Riau, Kalimantan dan Sumatera.

Ke-16 negara itu kemudian tergabung di dalam Republik Indonesia Serikat

(RIS), meliputi: 7 negara bagian dan 9 negara otonom. Tujuh negara bagian, meliputi (1) Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta, (2)

Negara Indonesia Timur, (3) Negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta,

(4) Negara Jawa Timur, (5) Negara Madura, (6) Negara Sumatera Timur dan (7)

32 Ibid., hlm. 30.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

34

Negara Sumatera Selatan. Di samping itu ada 9 wilayah yang berdiri sendiri

(otonom), yakni (1) Jawa tengah, (2) Daerah Istimewa Kalimantan barat, (3)

Dayak Besar (sekarang Kalimantan Tengah), (4) Daerah Banjar (sekarang

Kalimantan Selatan), (5) Daerah Kalimantan Tenggara, (6) Kalimantan Timur, (7)

Bangka, (8) Belitung, dan (9) Riau.

BFO didirikan dalam Konferensi Pemerintah Federal Sementara di

Bandung, Jawa Barat, 27 Mei 1948.33 Ide Anak Agung Gde Agung adalah penggagas Negara Federal Indonesia, ketika menjadi Perdana Menteri Negara

Indonesia Timur (NIT). BFO dibentuk van Mook sebagai wadah 15 negara bagian yang sudah terlebih dahulu dibentuk. Terhitung Januari 1949, Sultan Hamid II ditunjuk menjadi Ketua BFO setelah pimpinan terdahulu, Mr.Tengku Bahriun dari

Negara Sumatera Timur (NST) meninggal dunia.

Sebagai Ketua BFO, membuat Sultan Hamid II dikenal sebagai salah satu tokoh sentral di KMB, beliau dicatat sebagai salah satu dari delegasi Indonesia untuk berunding dengan Belanda selama KMB di Den Haag. Ini bisa dipahami, karena tahun 1946, Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa Ratu

Kerajaan Belanda yaitu Ratu Wilhelmina. Tahun 1949 Sultan Hamid II memegang jabatan cukup prestisius, sebagai Wakil Mahkota di Indonesia.

Statusnya sebagai Wakil Mahkota di Indonesia dan kedekatan personal dengan Ratu Juliana, membuat Sultan Hamid II paling didengar pihak Kerajaan

Belanda di dalam setiap perundingan dengan Indonesia. KMB antara Indonesia –

33 Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati, Yogyakarta, Kanisius, 1988, hlm. 67.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

35

Kerajaan Belanda, memang berlangsung sangat alot dan melelahkan, 23 Agustus-

2 November 1949. Sultan Hamid II, harus bolak-balik Jakarta-Amsterdem, untuk menyampaikan berbagai persoalan teknis dan mendasar sebelum, selama, dan sesudah perundingan.34

Tapi berkat faktor kedekatan Sultan Hamid II pula, Ratu Juliana, pengganti

Ratu Wilhelmina, bersedia menandatangani pengakuan kedaulatan Republik

Indonesia Serikat (RIS). Delegasi BFO sebagai kekuatan ketiga diplomasi dalam memperjuangkan pengakuan kedaulatan RIS dari Kerajaan Belanda, selain

Delegasi Republik Indonesia dan pengerahan kekuatan militer Tentara Nasional

Indonesia (TNI), selama perang kemerdekaan.35

Tanpa BFO dengan menyusung bentuk negara federal yang sejalan dengan konsep awal kerajaan Belanda melalui 7 butir sikap resmi yang dikeluarkan di

Amsterdam, 10 Februari 1946, mustahil bagi Kerajaan Belanda untuk mengakui dan menyerahkan kedaulatan kepada RIS terhitung 27 Desember 1949.

Untuk menghadapi KMB, pemerintah Republik Indonesia perlu menyamakan langkah dengan BFO. Karena itu, Sultan Hamid II dan Ide Anak

Agung Gde Agung (Negara Indonesia Timur), 2-3 Maret, secara khusus mendatangi Soekarno dan Mohammad Hatta di Pulau Bangka, karena ditawan

Belanda. Pertemuan di Bangka, untuk menyamakan persepsi tentang sistem dan proses ketatanegaraan Indonesia.

34 Ide Anak Agung Gde Agung, Renville, Jakarta, Pustaka Sinarharapan,1987, hlm. 324. 35 Leirissa, Kekuatan Ketiga Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta, Pustaka Sejarah, 2006 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

36

Sebelum Konferensi Inter Indonesia (KII) digelar, Ketua Komisi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Indonesia, Merle Cochran, terlebih dahulu menggelar pertemuan di Jakarta, 14 April 1949, untuk menyamakan persepsi sebelum delegasi Indonesia berangkat ke Belanda. Sementara Konferensi

Inter Indonesia, digelar dua kali. Peran Sultan Hamid II pada Konferensi Inter

Indonesia I dan II menjadi sangat dominan, karena sistem ketatanegaraan berbentuk federal dapat diterima kelompok Soekarno dari kaum republiken

(unitaris). Konferensi Inter Indonesia ke-1 berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden NRI Drs. Mohammad

Hatta dan Ketua BFO Sultan Hamid II dengan keputusan :

1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia

Serikat (RIS) yang berdasarkan demokrasi dan federalisme.

2. RIS akan dipimpin oleh presiden yang dibantu oleh menteri-menteri.

3. RIS akan menerima kedaulatan, baik dari Negara Republik Indonesia

(NRI), Negara-negara Federal di dalam BFO, maupun Kerajaan Belanda.

4. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional, Presiden RIS

adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.

5. Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negara-

negara bagian tidak mempunyai angkatan perang sendiri.

Sidang Konferensi Inter Indonesia ke-2 diselanggarakan di Jakarta pada tanggal 31 Juli 1949 dengan keputusan:

1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih

2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

37

3. Bahasa resmi RIS adalah Bahasa Indonesia

4. Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dipilih wakil Negara Republik

Indonesia (NRI) dan Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) atau

Badang Permusyawaratan Federal. Pengisian anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) diserahkan kepada

kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam belas negara.

Kedua delegasi juga setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional

yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pelaksanaan Konferensi meja Bundar (KMB)

Setelah Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri dalam

Konferensi Inter Indonesia, kini bangsa Indonesia secara keseluruhan telah siap menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB). Sementara itu pada bulan Agustus

1949, Presiden Soekarno sebagai Panglima Tertinggi di satu pihak dan Wakil

Tinggi Mahkota Belanda di pihak lain, mengumumkan pemberhentian tembak- menembak. Perintah itu berlaku efektif mulai tanggal 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah Sumatera. Pada tanggal 4

Agustus 1949 perintah Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di

Yogyakarta menyusun delagasi untuk menghadiri KMB, yang terdiri dari

Drs.Mohammad Hatta (Ketua), Mr.Moh.Roem, Prof. Dr., Dr.J.Leimena,

Mr.Ali Sastroamidjoyo, Mr.Sujono Hadinoto, Dr.Sumito Djojohadikusumo,

Mr.Abdul Karim Pringgodigdo.

Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di Den Haag, 23 Agustus – 2

November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs.Mohammad Hatta, BFO PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

38 dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, dan delegasi dari Belanda dipimpin oleh Mr.Van Marseveen, Perwakilan PBB dipimpin oleh Crittchlay.

Pada tanggal 2 November 1949 perundingan diakhiri dengan keputusan sebagai berikut:

1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara

merdeka dan berdaulat.

2. Penyelesaian soal Irian Barat dapat ditangguhkan sampai tahun

berikutnya.

3. RIS sebagai negara berdaulat penuh bekerjasama dengan Belanda dalam

suatu perserikatan yang dikepalai oleh ratu Belanda atas dasar sukarela

dengan kedudukan dan hak yang sama.

4. RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsesi, dan

izin baru bagi perusahaan-perusahaan.

5. Semua hutang bekas Hindia Belanda harus di bayar oleh RIS.

Sebelumnya, di Scheveningen, 29 Oktober 1949 dapat ditandatangani

Piagam Persetujuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Piagam

Persetujuan Konstitusi RIS antara Negara Republik Indonesia dengan BFO. Hasil keputusan KMB diajukan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Selanjutnya KNIP melakukan sidang dari tanggal 6 – 14 Desember 1949 untuk membahas hasil-hasil tersebut. Pada 14 Desember 1949 Konstitusi RIS di tandatangani di Jakarta oleh Wali Negara-negara Bagian. Konstitusi RIS

Pembahasan hasil KMB oleh pihak KNIP dilakukan melalui pemungutan suara dengan KNIP menerima hasil KMB. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

39

Salah satu keputusan KMB di Den Haag, Belanda, adalah Indonesia menjadi negara federal/serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).

Untuk menjadi RIS tersebut, KINP dan DPR mengadakan sidang di Jakarta.

Sidang tersebut berhasil menyetujui naskah konstitusi untuk RIS yang dikenal sebagai Konstitusi RIS.

Penanda tangan Piagam Persetujuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat

(RIS) itu adalah Negara-negara Bagian atau Daerah Otonom di dalam RIS, yaitu:

1. Negara Republik Indonesia (NRI), Mohammad Hatta

2. Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB), Sultan Hamid II

3. Daerah Kalimantan Timur; Adji Pangeran Sosronegoro

4. Negara Pasundan (termasuk Distrik Federal Jakarta); Mr. R.T.

Djumhana Wiriatmadja

5. Wilayah Riau; Radja Mohamad

6. Negara Sumatera Selatan (NSS); Abdul Malik

7. Negara Sumatera Timur (NST); Radja Kaliamsjah Sinaga

8. Negara Indonesia Timur (NIT); Ide Anak Agung Gde Agung

9. Negara Madura; Dr.Soepomo

10. Daerah Banjar; A.A.Rivai

11. Daerah Bangka; Saleh Achmad

12. Daerah Belitung; K.A.M.Joesoef

13. Daerah Dayak Besar; Mochram bin Hadji Moh.Ali

14. Daerah Jawa Tengah; Dr.R.Soedjito

15. Negara Djawa Timur; R.T.Djuwito PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

40

16. Kalimantan Tenggara; M.Jamani

Dari Piagam Penandatanganan Konstitusi Republik Indonesia Serikat

(RIS) tersebut di buat dua puluh rangkap surat untuk disampaikan kepada: Para

Pemerintah yang turut menandatangani Piagam Konstitusi tersebut, Pemerintah

Kerajaan Belanda di Den Haag, Pemerintah Federal Sementara di Jakarta,

Pemerintah Republik Indonesia Serikat, Komisi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Indonesia (U.N.C.I/United Nations Comission for Indonesia).36

B. Karier Politik Sultan Hamid II Dan Sumbangsihnya Untuk Bangsa

Indonesia

1. Dewan Formatur Kabinet RIS dan Menteri Negara Portofolio Tahun

1949

Dengan surat Keputusan Presiden RIS No.1 Tahun 1949 tanggal 18

Desember 1949, maka dia ditunjuk sebagai salah seorang kabinet formatur bersama-sama dengan Drs.Mohammad Hatta, Ide Anak Agung Gde Agung dan

Sultan Hamengkubuwono IX.

Dengan surat Keputusan Presiden RIS No.2 Tahun 1949 tanggal 20

Desember 1949, maka Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara

Portofolio bersama-sama dengan :

1. Drs.Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri

Luar Negeri.

2. Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Menteri Pertahanan.

36 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 59-65. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

41

3. Ide Anak Agung Gde Agung sebagai Menteri Dalam Negeri.

4. Mr.S.Prawiranegara sebagai Menteri Keuangan.

5. Ir.Djuanda sebagai Menteri Kemakmuran.

6. Ir.H.Laoh sebagai Menteri P.T.P.U

7. Prof.Mr.Dr.Supomo sebagai Menteri Kehakiman.

8. Dr.Abu Hanifah sebagai Menteri P.P.K.

9. Mr. sebagai Menteri Perburuhan.

10. Dr.J.Leimena sebagai Menteri Kesehatan.

11. Mr.Moh.Kos.Purwanegara sebagai Menteri Sosial.

12. K.H.Wahid Hasjim sebagai Menteri Agama.

13. sebagai Menteri Penerangan.

14. Mr.Moh.Roem sebagai Menteri Negara Z.P.

15. Dr.Suparmo sebagai Mentei Negara Z.P.37

Pada tanggal 16 Desember 1949 diadakan sidang pemilihan Presiden RIS di Gedung Kepatihan, Yogyakarta oleh wakil dari enam belas Negara Bagian.

Sidang itu dipimpin oleh dan Ide Anak Agung Gde Agung.

Pada tanggal 14 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal Ir.Soekarno.

Akhirnya, Ir.Soekarno terpilih sebagai Presiden RIS, kemudian dilantik dan diambil sumpahnya pada tanggal 17 Desember 1949. Pada hari yang sama, 17

Desember 1949 diadakan upacara pelantikan Presiden RIS di Bangsal Sitinggil,

37 Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco, 1953, hlm. 6-7.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

42

Keraton Yogyakarta. Drs.Mohammad Hatta menjadi Perdana Menteri yang akan memimpin Kabinet RIS.

Berdasarkan Konstitusi RIS maka Lembaga Legislatif terdiri dari Dewan

Perwakilan Negara yang disebut Senat (sebagai Dewan Tinggi) dan Dewan

Perwakilan Rakyat/DPR (sebagai Dewan Rendah). Kekuasaan pemerintah dipegang oleh Perdana Menteri. Presiden hanya mempunyai wewenang untuk mengesahkan hasil keputusan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri.

Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS yang diketuai oleh Drs.

Mohammad Hatta dengan anggota Sultan Hamid II, Sujono Hadinoto, Dr.

Suparno, Dr. Kusumaatmaja dan Prof Dr. Supomo berangkat ke Belanda. Di sini peran Sultan Hamid II hanya sebagai pelengkap, Sultan Hamid II ditetapkan sebagai Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS. Di dalam susunan anggota

Kabinet RIS, Sultan Hamid II ditetapkan Presiden Soekarno sebagai Menteri

Negara Portofolio yang tidak membawahi departemen dan tidak memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas. Ide Anak Agung Gde Agung ditetapkan menjadi

Menteri Dalam Negeri, Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Menteri Pertahanan dan Mohammad Hatta menjadi Perdana Menteri dan Merangkap Menteri Luar

Negeri.

Pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada

Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desember 1949. Acara penyerahan kedaulatan didua tempat, yakni di Negeri Belanda: oleh Ratu Juliana

(Ratu Belanda), Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan,

A.M.J.M.Sassen menyerahkan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

43

(RIS), Drs.Mohammad Hatta. Sedangkan penyerahan kedaulatan di Jakarta, peserta terdiri dari Wakil Tinggi Mahkota A.H.J.Lovink menyerahkan kedaulatan kepada wakil pemerintah RIS, Sultan Hamengkubuwono IX. Bersama dengan itu, di Yogyakarta Presiden Soekarno menerima penyerahan kedaulatan Republik

Indonesia ke dalam RIS dari Pejabat Presiden RI Mr. .

Terhitung tanggal 28 Desemebr 1949 pusat pemerintahan Republik

Indonesia Serikat/RIS (Ibukota) berada di Jakarta, sedangkan Ibukota NRI

(Negara Republik Indonesia) sebagai salah satu negara bagian RIS, tetap berada di

Yogyakarta. Memasuki awal tahun 1950 dicatat sebagai masa-masa yang penting bagi Sultan Hamid II, karena sangat menentukan karirnya di pentas percaturan politik nasional di kemudian hari.38

2. Panitia Lambang Negara Tahun 1949

Sultan Hamid II ditetapkan menjadi Menteri Negara Zonder Portofolio atau tanpa tugas khusus (tanpa departemen) dalam Kabinet Perdana Menteri

Mohammad Hatta, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

Serikat (RIS), Soekarno, Nomor 2 Tahun 1949, tanggal 20 Desember 1949.

Sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio, Sultan Hamid II hanya diberi tugas mempersiapkan berbagai kebutuhan sidang kabinet dan ditugaskan mengkoordinasikan perancangan Lambang Negara. Penetapan personil anggota kabinet dilakukan Presiden Soekarno tujuh hari sebelum dilakukan penyerahan

38 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 66-68. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

44 kedaulatan secara resmi dari Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia

Serikat.

Selaku Menteri Negara, Sultan Hamid II teringat ucapan Presiden

Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu

Pancasila, divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lambang Negara di bawah

Koordinator Menteri Negara Zonder Portofolio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, ,

M.A.Pellaupessy, , dan RM Ng.Purbatjaraka sebagai anggota.

Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.39

3. Sang Perancang Lambang Negara Tahun 1949

Pidato bung Karno 22 Juli 1958 di hadapan sidang di Istana Negara dalam rangka sosialisasi Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1958 tentang Penggunaan

Lambang Negara yang diundangkan oleh Menteri Kehakiman GA. Maengkom pada Lembaran Negara No.71 Tahun 1958 dan penjelasannya dalam Tambahan

Lembaran Negara No. 1636 Tahun 1958, dengan bangga beliau berkali-kali menunjuk lambang yang tergantung di depan para hadirin:

“Saudara-saudara, lihatlah Lambang Negara kita di belakang ini. Alangkah megahnya. Alangkah hebatnya dan cantiknya. Burung Elang Rajawali, Garuda yang sayap kanan dan sayap kirinya berelar 17 buah, dengan ekor berelar 8 buah, tanggal 17 bulan 8, dan yang berkalungkan

39 Ibid., hal. 133. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

45

perisai yang di atas perisai itu tergambar Pancasila, yang di bawahnya tertulis seloka buatan Empu Tantular “Bhinneka Tunggal Ika”, Bhinneka Tunggal Ika “berjenis-jenis tetapi tunggal”40

Republik Indonesia Serikat (RIS) menetapkan Elang Rajawali – Garuda

Pancasila sebagai Lambang Negara terhitung 11 Februari 1950. Empat hari kemudian pada 15 Februari 1950, Presiden Soekarno memperkenalkan untuk pertama kali lambang negara tersebut kepada khalayak umum di Hotel Des Indes,

(sekarang Pertokoan Duta Merlin, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat). Inilah karya terbesar Sultan Hamid II yang ditugaskan secara khusus oleh Presiden Soekarno untuk merancang lambang negara, setelah diangkat menjadi Menteri Negara

Zonder Portofolio, terhitung 20 Desember 1949.

Dalam kaitan penetapan Lambang Negara tersebut dilaksanakan pameran di Hotel Des Indes, Jakarta. Pameran itu digagas langsung Presiden Soekarno sebagai rasa puas yang teramat dalam dari Presiden terhadap proses pembuatan

Lambang Negara Elang Rajawali – Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II, Sultan

Pontianak – Kalimantan Barat. Hotel Des Indes dipilih sebagai tempat pameran karena pada masa itu dikenal sebagai hotel paling mewah dan bergengsi di

Jakarta. Beroperasi mulai tahun 1856 sampai 1950 di Weltevreden, Batavia

(Jakarta). Banyak peristiwa penting yang dilaksanakan di Hotel Des Indes, antara lain sebagai tempat ditandatangani perjanjian Roem-Roijen, pada 7 Mei 1949.

Karena alasan politik, cukup lama Sultan Hamid II tidak diakui sebagai perancang Lambang Negara Indonesia (Elang Rajawali – Garuda Pancasila).

Pengakuan resmi Pemerintah Republik Indonesia terhadap karya Sultan Hamid II

40 Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 17. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

46 sebagai Perancang lambang Negara Indonesia, ditandai dengan langkah

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Museum Konferensi Asia

Afrika, di Bandung, Provinsi Jawa Barat, menerbitkan buku kecil berwarna, ukuran 11 centimeter x 20 centimeter, setebal 48 halaman di awal tahun 2012. Di dalam buku saku itu, disebutkan dari berbagai rancangan yang dibuat, rancangan dibuat oleh Sultan Hamid II yang dipilih Presiden Soekarno sebagai Lambang

Negara yang kemudian dikenal dengan Garuda Pancasila.

Ada empat pihak yang paling berperan dalam memperkuat bukti sejarah bahwa Sultan Hamid II sebagai Perancang Lambang Negara Garuda pancasila,

Pertama, Ketua Dewan Pembina Yayasan Sultan Hamid II (Sultan Hamid II

Foundation) yang juga seorang Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II yaitu Max

Yusuf Al-Qadrie yang masih sangat rapi menyimpan Data dan Dokumen- dokumen pendukung peninggalan almarhum Sultan Hamid II. Kedua, Solichin

Salam, seorang Wartawan Harian Pagi Buana, Jakarta, yang mendapat dokumen penting dari Sultan Hamid II. Sultan Hamid II meminta Solichin Salam agar bahan yang dikirim dapat dipublikasiskan di Harian Berita Buana. “Djangan pasang lambang negara di rumahmu sebelum diakui lambang itu oleh negara gambar rantjangan saja,” tulis surat Sultan Hamid II kepada Solichin Salam di

Jakarta, 15 April 1967.

Sultan Hamid II di dalam suratnya kepada Solichin Salam, menyebutkan bahwa contoh gambar burung dari Kerajaan Sintang – Kalimantan Barat sebagai salah satu referensi selama perancangan. Kemudian pemuka masyarakat Suku

Dayak dari Kalimantan Barat diundang Sultan Hamid II secara khusus ke Hotel PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

47

Des Indes, Jakarta, yakni Burung yang dikenal dengan sebutan Panglima Burung, lalu Masuka Djanting dan J.C. Oevaang Oeray. Khusus Kepala Burung Elang

Rajawali Garuda Pancasila sekarang, menurut Sultan Hamid II, diilhami masukan dari Masuka Djanting, Panglima Burung dan J.C. Oevaang Oeray.

Ketiga, transkip percakapan Sultan Hamid II dengan Tijo Wie Taj alias

Mas Agung tahun 1974, agar hasil karyanya bisa diterbitkan di dalam bentuk buku, jika situasinya memang memungkinkan. Tijo Wie Taj adalah seorang pengusaha yang salah satu unit usahanya bergerak di bidang penerbitan buku.

Sultan Hamid II juga menyerahkan berbagai dokumen penting kepada Tijo Wie

Taj tahun 1974. Dokumen yang diserahkan berupa file proses perancangan lambang negara.

Keempat, Turiman Fachturrahman Nur,S.H.,M.H., secara ilmiah membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah orang yang merancang Lambang

Negara Garuda Pancasila, dengan memperlihatkan berbagai data otentik yang diperolehnya dari berbagai sumber. Di hadapan Tim Penguji Tesisnya: Prof. Dr.

M. Damyati Hartono, S.H., dan Prof. Dr. H. Azhary, S.H.

Staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura Pontianak itu berhasil mempertahankan Tesis Master berjudul: “Sejarah Hukum Lambang

Negara Republik Indonesia” di Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, Salemba Jakarta Pusat, Rabu, 11 Agustus 1999. Tesis Turiman

Fachturrahman tersebut merupakan kajian ilmiah pertama tentang penciptaan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

48

Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II, Menteri

Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).41

Merujuk keterangan Mohammad Hatta, untuk melaksanakan keputusan sidang kabinet tersebut Menteri Priyono melakukan sayembara lambang negara.

Hasil sayembara lambang negara itu ada 2 (dua) gambar rancangan lambang negara yang terbaik yaitu dari Sultan Hamid II dan Muhammad Yamin. Dalam proses selanjutnya diterima oleh pemerintah adalah hasil rancangan Sultan Hamid

II. Adapun yang dari Muhammad Yamin ditolak, karena ada sinar-sinar matahari dan menampakan sedikit banyak disengaja atau tidak, pengaruh Jepang.

Keterangan Mohammad Hatta itu selengkapnya adalah:

“…Patut pula ditambahkan sebagai catatan bahwa lambang dengan tulisan yang mempunyai arti yang demikian mendalam itu, dipadukan menjadi seperti sekarang ini, dengan melalui sayembara waktu RIS dulu dan dilaksanakan oleh Menteri Priyono, Banyak gambar yang masuk saat itu, tetapi yang terbaik akhirnya ada dua buah, satu dari Muhammad Yamin dan yang satu lagi dari Sultan Hamid. Yang diterima oleh Pemerintah dan DPR adalah dari Sultan Hamid yakni seperti sekarang ini. Adapun yang dari Muhammad Yamin ditolak, karena disana ada gambar sinar-sinar matahari dan menampakkan sedikit banyak disengaja atau tidak pengaruh Jepang. Saya berpendapat bahwa apa yang ada sekarang itu, seperti uraian saya tadi sudah tepat dan bernilai abadi bagi kehidupan negara dan bangsa Indonesia”.42

Setelah terpilihnya rancangan lambang negara Sultan Hamid II oleh pemerintah tersebut, proses selanjutnya diadakan dialog intensif antara Perancang

Lambang Negara (Sultan Hamid II) dengan Presiden RIS: Soekarno dan Perdana

Menteri RIS: Mohammad Hatta serta anggota Panitia Lambang Negara, untuk menyempurnakan rancangan tersebut.

41 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 127-133. 42 Yasni, Bung Hatta Menjawab, Jakarta, Gunung Agung, 1986, hlm. 112. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

49

Adapun masukan penyempurnaan pertama sebagaimana dinyatakan

Mohammad Hatta ialah adanya kesepakatan mereka bertiga (Sultan Hamid II,

Soekarno, dan Mohammad Hatta) memenuhi usulan Presiden Soekarno: mengganti pita yang dicengkram Garuda, yang semula adalah pita berwarna putih dengan tambahan seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Sebab warna merah putih dianggap sudah terwakili dalam warna dasar perisai Pancasila rancangan Sultan

Hamid II tersebut.

3.1.Perancangan Lambang Negara Tahap Pertama

Pertanyaan historis empirik adalah darimana bahan dasar dalam perancangan gambar lambang negara yang dibuat oleh Sultan Hamid II. Sejarah mencatat, bahwa pada tanggal 26 Januari 1950 Ki Hajar Dewantara (dari

Yogyakarta) mengirimkan balasan surat kepada Sultan Hamid II melalui sekretaris Dewan Menteri RIS (Z. Yahya) yang isinya menunjuk Muhammad

Yamin untuk memberikan masukan mewakili beliau kepada Panitia Lambang

Negara dan surat turunannya telah disampaikan kepada Menteri Negara Sultan

Hamid II tanggal 1 Februari 1950 Nomor: XXX/202, Perihal Panitia Lambang

Negara.

Kemudian dari berbagai masukan anggota Panitia Lambang Negara oleh

Ki Hajar Dewantara dan Muhammad Yamin, serta Soekarno, maka Sultan Hamid

II membuat sketsa rencana lambang negara dengan mengambil figur burung

Garuda dalam peradaban bangsa Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh Sultan

Hamid II dalam transkripnya, yaitu:

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

50

“Saja putuskan tjiptaan pertama berbentuk figur burung Garuda jang memegang Pantja-Sila, seperti masukan Ki Hajar Dewantara jang diambil dari mitologi garuda pada peradaban Bangsa Indonesia, tetapi ketika gambar lambang negara ini saja bawa ke dalam Rapat Panitia Lambang Negara RIS lain, karena ada keberatan dari M.Natsir ada tangan manusia jang memegang perisai berkesan terlalu mitologi dan feodal, djuga keberatan anggota lain R. M. Ng. Purbatjaraka terhadap djumlah bulu ekor tudjuh helai, terus terang jang mengusulkan tudjuh helai ini adalah Mr. M. Jamin.”43

Kemudian tanggal 8 Februari 1950 rancangan tahap pertama gambar lambang negara yang dirancang oleh Sultan Hamid II, dibawa kedalam rapat

Panitia Lambang Negara. Pada rapat panitia tersebut gambar rancangan Sultan

Hamid II mendapat masukan dan kritikan dari suatu Partai Islam, Masyumi yang diwakili oleh Mohammad Natsir untuk mempertimbangkan rancangan lambang negara Sultan Hamid II, Mohammad Natsir keberatan terhadap gambar figur burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai

Pancasila. Masukan lain dari anggota Panitia Lambang Negara adalah berasal dari

R.M. Purbatjaraka, yaitu mengkritisi jumlah ekor Garuda Pancasila berjumlah tujuh, dan atas usul M. Pellaupesy untuk dirubah menjadi delapan sebagai identisas negara Proklamasi 17-08-1945 dan hal tersebut tak boleh dilupakan.

Berkaitan dengan jumlah ekor tujuh, menurut Sultan Hamid II jumlah ekor tujuh pada lambang negara rancangannya adalah usulan Muhammad Yamin, mengandung penjelasan sebagaimana dikutip dalam Ensiklopedia Nasional

Indonesia: “Angka 7 menyatakan kesempurnaan tata negara, seperti semenjak beribu tahun silam telah lazim dalam peradaban Indonesia, misalnya: Saptarajopa

43 Transkrip penjelasan Sultan Hamid II kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali oleh Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

51

(Ramayana), Saptaperabu (), Kraengpitu (Makassar), Rajo nail tigo selo bassa mpek (Minangkabau).”44

Rancangan lambang negara berbentuk Garuda yang memegang perisai, menurut catatan Muhammad Yamin disebutkan bahwa rancangan ini telah dipersiapkan di Istana Gambir dalam rapat panitia lambang negara bersama PYM

Presiden Soekarno yang diajukan PYM Sultan Hamid II pada tanggal 8 Februari

1950. Kemudian ketika gambar tersebut oleh H. Mas Agung dipertanyakan kepada Sultan Hamid II tahun 1974, dia kemudian menulis dibawah dokumen lukisan itu sebagai berikut: “Maaf dik Mas Agung tetapi foto ini sebetulnya ciptaan pertama saya yang selanjutnya diperbaiki, foto ini tidak berharga. Hamid,

17 Juli 1974”.45

Mengenai gambaran bentuk gambar lambang negara yang dirancang oleh

Sultan Hamid II didalam buku Muhammad Yamin: 6000 Tahun Sang Merah

Putih:

“Burung Garuda itu memegang sebuah perisai yang terbagi atas lima bidang, yang keseluruhannya melukiskan ajaran Pancasila yang menjadi dasar filosofi kenegaraan sejak proklamasi: Peri Ketuhanan Yang Maha Esa, Peri Kebangsaan, Peri Kerakyatan, Peri Kemanusiaan dan Peri Keadilan. Semboyan yang banyaknya 17 angkara itu Bhinneka Tunggal Ika berasal dari pujangga Tantular yang mengarang kitab Sutasoma pada zaman emas sekeliling patih Gadjah Mada dan negara Hayam Wuruk pada pertengahan abad XIV. Adapun arti seloka Jawa lama itu: Walaupun berbeda-beda atau berlainan agama, keyakinan dan tinjauan, tetapi tetap tinggal bersatu atau dalam bahasa latin le pluribus unum.”46

44 Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta, 1999, jilid 6, hlm. 66. 45 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 172-173. 46 Muhammad Yamin, 6000 Tahun Sang Merah Putih, Jakarta, Siguntang, hlm. 168.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

52

3.2.Perancangan Lambang Negara Tahap Kedua

Setelah keberatan, dikritisi, dan ditolak oleh anggota Panitia lambang

Negara (Mohammad Natsir) dalam rapat panitia lambang negara 8 Februari 1950,

Sultan Hamid II sebagai perancang gambar lambang negara kemudian memperbaiki hasil rancangan tahap pertama tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam transkrip Sultan Hamid II:

“Akhirnya setelah penolakan itu saja mengambil inisiatif pribadi untuk memperbandingkan dengan lambang-lambang negara luar, khususnja negara-negara Arab, seperti Yaman, Irak, Iran, Mesir, ternjata menggunakan figur burung Elang radjawali, diduga seperti Negara Polandia jang sudah sejak ratusan tahun djuga menggunakan burung Elang Radjawali seperti jang saja jelaskan di atas dalam kemiliterannya. Karena sosoknja lebih besar dan gagah dari burung elang jang ada di Djawa dan ini simbolisasi lambang tenaga pembangunan/creative vermogen negara dengan harapan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) mendjadi negara jang besar dan setara dengan negara-negara di dunia, sudah mendjadi kewadjarawan dan demikian seharusnya. Selandjutnya gambar lambang negara saja bisa diterima oleh anggota Panitia Lambang Negara, demikian djuga lambang negara rantjangan Mr Mohammad Jamin jang kemudian kami serahkan bersama kepada Perdana Menteri Mohammad Hatta, untuk dibawa ke Pemerintah dan sidang Parlemen RIS untuk dipilih. Alhamdulillah gambar rantjangan saja jang diterima, 10 Februari 1950 dan esoknja untuk pertama kali diperkenalkan kepada chalajak ramai di Hotel Des Indes, jang kemudian pada rapat Parlemen RIS bersama Pemerintah ditetapkan Parlemen RIS sebagai Lambang Negara RIS, pada tanggal 11 Februari 1950,”47

Berdasarkan penjelasan Sultan Hamid II di atas, bahwa setelah ada keberatan terhadap figur garuda sebagai lambang Negara RIS yang terkesan terlalu mitologis dan khayalan, karena ada bahu dan tangan manusia yang memegang perisai Pancasila, maka Sultan Hamid II kemudian melakukan perbandingan dengan negara negara lain di dunia yang menggunakan figur burung

47 Transkrip Sultan Hamid II, kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali oleh Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967, hlm. 4. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

53

Elang Rajawali, terutama Negara-negara Arab, dan Polandia yang sudah ratusan tahun menggunakan figur burung Elang Rajawali dalam negara dan kemiliterannya.

Dengan demikian secara semiotika, dengan pendekatan historis empirik ada sebuah pergeseran figur burung yang dijadikan lambang negara RIS, yaitu figur pertama adalah figur burung Garuda dalam mitologi bangsa Indonesia, kemudian setelah Sultan Hamid II melakukan perbandingan figur yang dipilih untuk selanjutnya adalah figur burung Elang Rajawali dalam peradaban dunia sebagaimana lambang-lambang negara di dunia. Paparan di atas dijelaskan dalam transkripnya sebagai berikut:

“Sedangkan mengapa diberi nama Burung Elang Radjawali Garuda Pantja-Sila, karena saja menghargai latar belakang gambar jang saja tjiptakan pertama mengambil figur burung Garuda memegang prisai Pantja-Sila, berubah mendjadi figur Burung Elang Radjawali jang dikalungkan perisai Pantja-Sila agar prosesi bangsa ini djangan melupakan peradaban bangsanja dari mana dia berasal/djangan sampai melupakan sedjarah puntjak-puntjak peradabannja, seperti pesan Paduka Jang Mulia.”48

Dengan demikian bahwa dari fakta sejarah, ada sebuah pergeseran figur burung yang dijadikan lambang negara atau dengan kata lain ada dua tahapan rancangan lambang negara sampai dengan ditetapkan oleh Pemerintah Republik

Indonesia secara de facto, yaitu tahap pertama adalah figur burung garuda yang diambil dari mitologi. Kemudian pada tahap kedua secara de jure adalah figur burung Elang Rajawali yang diambil dari semiotika lambang-lambang negara- negara di dunia.

48 Transkrip Sultan Hamid II, kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali oleh Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967, hlm. 6. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

54

Presiden Soekarno dalam Pidato Kenegaraan 22 Juli 1958 menyatakan dengan tegas:

“Saudara-saudara, Lihatlah Lambang Negara kita dibelakang ini alangkah megahnya, alangkah hebat dan cantiknya. Burung Elang Rajawali, garuda yang sayap kanan dan sayap kirinya berelar 17 buah, ekor yang berelar 17 buah, ekor yang berelar 8 buah, tanggal 17, bulan 8 dan berkalungkan perisai yang diatas perisai itu tergambar Pancasila…..”.49

Bahkan Muhammad Yamin sendiri sebagai bekas Ketua Panitia lambang

Negara 1950 dalam bukunya Pembahasan Undang-undang Dasar 1945, hal 144 menyatakan:

“Jadi burung sakti Elang Rajawali sebagai lambang pembangunan dan pemeliharaan diseluruh bangsa Indonesia…”Seperti diperhatikan maka latar lambang itu terbagi atas tiga bagian, yaitu lukisan Elang Rajawali, perisai Pancasila dan seloka Empu Tantular, Burung sakti Elang Rajawali dilukiskan dengan 17 sayap terbang, 8 helai sayap kemudi dan 45 helai bulu sayap sisik pada tubuh. Perlambangan ketiga angka itu ialah lukisan cendra sengkala: 17 Agustus 1945, yaitu hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.”50

Selain itu Soediman Kartohadiprojo, juga meyatakan:

“Lambang Negara kita terdiri dari tiga bagian: (1) Candra Sengkala, (2) Perisai Pancasila, (3) Seloka Bhinneka Tunggal Ika. Candra Sengkala ini terdapat dalam burung sakti Elang Rajawali yang bulu sayapnya 17 helai jumlahnya, bulu sayap kemudinya 8 helai, sedangkan bulu sayap sisiknya pada batang tubuhnya berjumlah 45 ini melukiskan hari diproklamasikan Republik Indonesia”.51

Tanggal 11 Februari 1950 rancangan lambang negara yang dibuat Sultan

Hamid II ditetapkan oleh Pemerintah/Kabinet RIS dan diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS yang dipimpin Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta

49 Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm .17. 50 Muhammad Yamin, Pembahasan Undang-undang Dasar 1945, Jakarta, Prapanca, 1967, hlm. 144 51 Soedirman Kartohadiprojo, Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Jakarta, Gatra Pustaka, 2010, hlm. 299.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

55 yang mengambil tempat di gedung Pejambon atau Gedung Parlemen RIS atau sekarang adalah Gedung Pancasila yang berada di komplek Kementerian Luar

Negeri.

Inilah saat pertama kali bangsa Indonesia memiliki Lambang Negara, yang merupakan karya kebangsaan yang diramu dari berbagai aspirasi, oleh seorang anak bangsa Indonesia, yaitu Sultan Hamid II. Fakta ini diperkuat oleh Bung

Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab: “Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno, setelah kita merdeka, semboyan itu kemudian diperkuat dengan lambang yang dibuat oleh Sultan Hamid Pontianak dan diresmikan pemakaiannya oleh Kabinet RIS tanggal 11 Februari 1950”.

Proposisi Mohammad Hatta tersebut juga diperkuat oleh Prof. Dr. R.

Soepomo, dalam bukunya “ Undang-undang Sementera Republik Indonesia” ketika menjelaskan bagian ke III Lambang dan Bahasa negara dalam Konstitusi

RIS 1949 Pasal 3:

“Ichtisar Parlemen, 17 Februari 1950 nomor 2 memuat berita negara, bahwa sidang Dewan Menteri R.I.S tanggal 11 Februari 1950 telah mengesahkan Lambang Negara R.I.S yang dirancanakan oleh Panitia Lambang Negara menurut bagian III pasal 3 Konstitusi R.I.S. gambarnya lambang negara tersebut adalah dimuat dalam ichtisar Parlemen tersebut”.52

Ketika disahkan lambang negara RIS tersebut, khususnya gambar bentuk kepala Elang Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul dan tidak berjambul” atau bentuk kepalanya belum seperti sekarang ini. Keterangan ini juga diperkuat oleh

52 Soepomo, Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Jakarta, Noordhhof-kolff N.V., 1954, hlm. 25. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

56

A.G. Pringgodigdo dalam bukunya Sekitar Pancasila, yang diterbitkan oleh

Departemen Pertahanan Keamanan, Pusat Sejarah ABRI, 1978:

“Berdasarkan atas pasal 3 Konstitusi itu (RIS) pada tanggal 11 Februari 1950 Pemerintah RIS telah menetapkan lambang negara, yang berupa lukisan burung Garuda dan Perisai, yang terbagi dalam 5 ruang yang mengingatkan kepada PANCASILA. Pada waktu itu burung Garuda kepala “gundul”, tidak pakai “jambul”. Hal ini berubah dalam lambang Negara Republik Indonesia Kesatuan, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah tanggal 17 Oktober 1951 Nomor 66 Tahun 1951”.53

Setelah Lambang Negara ditetapkan oleh Kabinet RIS, tanggal 15 Februari

1950 Presiden Soekarno memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara tersebut kepada khalayak umum di Hotel Des Indes – Jakarta. Kemudian tanggal

17 Februari 1950 disahkan oleh Parlemen RIS ichtisar Parlemen nomor 2 dan pada tanggal 20 Februari 1950, Lambang Negara yang dibuat Sultan Hamid II sudah terpasang didalam ruang sidang Parlemen RIS (sekarang Gedung Pancasila)

Jakarta yang dibuka oleh Presiden Soekarno, yaitu sidang Parlemen pertama kali.

3.3.Penyempurnaan Lambang Negara RIS

Akhir Februari 1950 Sultan Hamid II mendapat saran dari Presiden

Soekarno untuk menyempurnakan kembali pada bagian bentuk kepala burung

Elang Rajawali Garuda Pancasila yang terlihat “gundul” atau mirip elang pada lambang negara Amerika Serikat. Selanjutnya sekitar awal Maret 1950 Sultan

Hamid II mengajukan lukisan lambang negara yang sudah diperbaiki khususnya pada bagian kepala Elang Rajawali - Garuda Pancasila.

Gambar tersebut ternyata masih mendapat masukan dari Presiden

Soekarno, yaitu pada bagian bentuk cakar kaki yang mencengkram pita yang

53 Pringgodigdo, Sekitar Pancasila, Jakarta, Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah ABRI, 1978, hlm. 6. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

57 terlihat menghadap ke belakang terlihat terbalik. Penyempurnaan yang dilakukan

Sultan Hamid II hanya tinggal merubah bentuk kaki sehingga menghadap ke depan, dan bagian lain sudah sama seperti gambar lambang negara sekarang ini.

Mengenai gambar lambang negara ini pun dijelaskan dalam transkrip

Sultan Hamid II, 15 April 1967 sebagai berikut:

“Walaupun saja harus susah pajah membuat sketsa kembali untuk pembentulan bagian tjakar kaki itu, tetapi saja mengerti ini hal bagian jang sangat penting dalam lambang negara RIS, karena mengandung tiga konsep lambang sekaligus, jakni pertama, burung Elang Radjawali-Garuda Pantja-Sila jang menurut perasaan bangsa Indonesia berdekatan dengan burung garuda dalam mitologi, kedua perisai idée Pantja-Sila ber”thawaf”/gilir baik, dan ketiga, seloka Bhinneka Tunggal Ika jang tertulis dalam pita warna putih”, untuk itu saja meminta bantuan R Ruhl untuk membuat sketsa dari lambang negara jang saja buat dengan membawa potret lukisan lambang negara jang dilukis oleh Dullah, karena lukisan Dullah jang gambar rantjangannja semula tjengkraman kakinja menghadap kebelakang telah diserahkan kepada kementerian penerangan RIS jang ketika itu berada di Yogjakarta.”54

Tanggal 20 Maret 1950 bentuk final gambar lambang negara rancangan

Sultan Hamid II yang telah diperbaiki ketika diajukan kepada Presiden Soekarno selanjutnya mendapatkan disposisi atau persetujuan Presiden Soekarno. Adapun isi disposisi tersebut berbunyi:

“Jang Mulia Sultan Hamid menteri negara, menurut pendapat saya lukisan Ruhl ini membuat lambang negara kita lebih kuat, maka untuk itu saya tetapkan bahwa outwerp Ruhl inilah yang harus dipakai. Lebih baik kita rugi beberapa ribu rupiah daripada mempunyai lambang negara yang kurang sempurna. Saya harap Jang Mulia mengambil tindakan seperlunya contoh kehendak saya. Merdeka!.55

54 Transkrip Sultan Hamid II, kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali oleh Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967, hlm. 5. 55 Disposisi Presiden Soekarno Kepada Sultan Hamid II, setelah sketsa Rancangan Lambang Negara Sultan Hamid II dikonsultasikan dengan Ruhl, seorang ahli Semiologi dari Perancis yang menjadi konsultan Sultan Hamid II dan Yamin ketika merancang gambar Lambang Negara, 1950. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

58

Kemudian setelah Presiden Soekarno memberikan disposisi itu, dia memerintahkan pelukis Istana bernama Dullah (1950-1960) untuk melukiskan kembali gambar tersebut sesuai bentuk final sebagaimana yang telah dibuat oleh

Sultan Hamid II, atau seperti dipergunakan secara resmi sekarang ini dan patut pula ditambahkan, bahwa Dullah hanya melukis kembali sesuai sketsa gambar lambang negara yang telah diperbaiki oleh Sultan Hamid II atau sebagaimana telah di disposisi oleh Presiden Soekarno tanggal 20 Maret 1950.

Gambar Lambang Negara RIS hasil perbaikan terakhir dari Sultan Hamid

II akhir Maret 1950, kemudian oleh Pemerintah di bawah Undang-undang Dasar

Sementara 1950 berdasarkan Pasal 3 ayat (3) menjadi lampiran resmi Peraturan

Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 (pasal 6) atau dengan kata lain lambang negara yang dilampirkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut adalah perbaikan terakhir kali dari Sultan Hamid II.56

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada

H. Mas Agung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang

Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto lambang negara yang diserahkan kepada Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Keraton Qadriyah Pontianak.57

56 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 166-193. 57 Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 26. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

59

4. Akhir Karier Politik Sultan Hamid II

Setelah RIS berdiri, maka segera disusul dengan desakan rakyat dari beberapa Negara Bagian untuk meleburkan diri dalam R.I atau dengan kata lain kata-kata aliran Unitarisme bergelora kembali dan memang belum pernah hilang dari sanubari putera dan puteri Indonesia. Hal ini tentu tidak dikehendaki sama sekali oleh para pengikut aliran federalism. Maklum sebagaimana telah terjadi maka dalam pengikut federalisme sudah tentu terdapat pula para fanatisi, diantaranya Sultan Hamid II yang dengan terus terang telah mengaku sebagai seorang federalis yang seyakin-yakinnya.58

Praktis setelah KMB di Den Haag, kekuasaan Belanda di Wilayah Hindia

Belanda yang kemudian menjadi wilayah Indonesia (RIS) dinyatakan berakhir tanggal 2 November 1949. Peran Sultan Hamid II di kemudian hari di dalam lingkaran RIS di Jakarta, perlahan-lahan dielimir, dikucilkan, atau disingkirkan oleh Presiden Soekarno dan kelompok dari kaum republiken (unitaris). Alasannya karena Sultan Hamid II terlalu dekat dengan kerajaan Belanda yang tetap konsisten dengan bentuk Indonesia sebagai negara serikat (federal). Aspek lain dikucilkan, karena selaku ketua BFO, Sultan Hamid II dinilai tidak memiliki sikap yang jelas terhadap Agresi Militer Belanda I, 21 Juli – 5 Agustus 1947 dan Agresi

Militer Belanda II, 19 Desember 1948 – 10 Juli 1949.59Akibatnya, didalam berbagai agenda kenegaraan yang bersifat strategis, Sultan Hamid II, sudah tidak begitu dilibatkan lagi.

58 Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco, 1953, hlm. 23-24.

59 Ide Anak Agung Gde Agung, Renville, Jakarta, Pustaka Sinarharapan, 1987, hlm. 224. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

60

Nasib Republik Indonesia Serikat (RIS) berbentuk federasi/federal yang diperjuangkan Ketua Badan Permusyawaratan Negara-negara Federal atau BFO

Sultan Hamid II dan Perdana Menteri Negara Indonesia Timur (NIT), Ide Anak

Agung Gde Agung, hanya mampu bertahan enam minggu setelah penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda tanggal 27 Desember 1949.

Pada minggu ketujuh setelah penyerahan kedaulatan RIS oleh Kerajaan

Belanda tersebut, hampir di seluruh wilayah Indonesia timbul gerakan menuntut perubahan bentuk negara federal/federasi/serikat menjadi negara kesatuan.

Operasi Intelijen TNI di bawah koordinasi Leknol (Inf) Zulkifli Lubis telah berhasil membungkam para tokoh-tokoh pendukung federasi di sejumlah daerah otonom dan atau negara bagian.60

Penetapan Sultan Hamid II sebagai Menteri Negara yang tidak memiliki bidang khusus, dianggap sebagai tindakan Presiden Soekarno yang tidak memperhatikan fatsun politik sebagaimana yang disepakati di KMB. Keputusan politik Presiden Soekarno tersebut dianggap tidak beretika, karena berdasarkan

Surat Keputusan Presiden RIS, Soekarno, Nomor 1 Tahun 1949, tanggal 18

Desember 1949, Sultan Hamid II, bersama Mohammad Hatta, Ide Anak Agung

Gde Agung dan Sultan Hamengkubuwono IX adalah sebagai Dewan Formatur

Kabinet.

Sepatutnya sebelum menunjuk para menteri, Presiden Soekarno terlebih dahulu meminta masukan dan saran dari empat orang Dewan Formatur Kabinet, namun hal ini tidak dilakukan Presiden. Dalam penetapan anggota Kabinet RIS,

60 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 71. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

61

Sultan Hamid II merasa telah ditelikung oleh Presiden Soekarno, sehingga menimbulkan kekecewaan yang mendalam dari Sultan Pontianak itu.

Sultan Hamid II menduga koleganya, Sultan Hamengkubuwono IX mempunyai andil besar dalam proses penyingkirannya dari pentas politik nasional. Puncaknya, Rabu 5 April 1950, Sultan Hamid II ditangkap di Hotel Des

Indes – Jakarta, oleh Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX atas perintah Jaksa Agung RIS Tirtawinata.

Ia dituding berada di balik penyerbuan pasukan Kapten (KNIL) Raymond

Pierre Westerling dan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang menyerbu Divisi

Siliwangi (TNI) di Bandung pada 23 Januari 1950 dan Rapat Kabinet Dewan

Menteri RIS di Pejambon, Jakarta pada 24 Januari 1950. Sultan Hamid II kemudian dituding „bersekongkol‟ dengan Westerling, dan dihubung-hubungkan dengan kekecewaannya karena tidak diangkat menjadi Menteri Pertahanan.

Padahal memang dari segi pengalaman, kualifikasi pendidikan dan kompetensi, Sultan Hamid II dinilai jauh lebih layak menjadi Menteri Pertahanan ketimbang Sultan Hamengkubuwono IX yang tidak lulus sarjana di Rijsk

Universitiet, Leiden, jurusan Indologi. Sultan Hamid II adalah putra Indonesia lulusan akademi militer elit Belanda, KMA (Koninklijk Militaire Academie) Breda yang menyandang pangkat hingga Mayor Jenderal di lingkungan KNIL.

Kekecewaan lain dirasakan Sultan Hamid II terkait tindakan Sultan

Hamengkubuwono IX dalam pendaratan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di

Pontianak, Kalimantan Barat pimpinan Letkol (Inf) Sukadana Bratamenggala dengan komandan Kapten (Inf) Johanes Pejoh pada 12 Januari 1950. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

62

Pendaratan tersebut sama sekali tidak dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Sultan Hamid II sebagai Kepala Daerah Istemewa Kalimantan Barat

(DIKB), akibatnya ratusan tentara DIKB dari suku Dayak yang sudah direkrut sebelumnya, ternyata ditolak bergabung dengan TNI.

Padahal masalah penggabungan tentara yang direkrut ke dalam TNI sudah dibicarakan dengan Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono. “kalau yang sudah disepakati tidak dilaksanakan apa artinya?” kata Sultan Hamid II, yang kemudian tersingkir dari percaturan politik nasional, karena divonis 10 tahun

(dipotong masa tahanan 3 tahun) oleh majelis hakim Mahkamah Agung di Jakarta pada 8 April 1953 yang diketuai Mr. Wirjono Prodjodikiro, dengan tuduhan makar terhadap Negara.

Sultan Hamid II dituding terlalu pro Kerajaan Belanda ketika Menjadi

Ketua BFO. Di halaman 324 buku Ide Anak Agung Gde Agung, berjudul:”Renville” – 1987, disebutkan bahwa Sultan Hamid II telah berupaya meminta Jabatan lebih tinggi, dengan meminta dukungan Wakil Tinggi Mahkota

Belanda A.H.J Lovink, tetapi tidak berhasil.61

Penangkapan mengundang berbagai spekulasi, dan salah satunya dikaitkan dengan indikasi kekecewaan Sultan Hamid II yang tidak ditetapkan Presiden

Soekarno menjadi Menteri Pertahanan. Dalam Kabinet RIS tahun 1950, Presiden

Soekarno lebih memilih Sultan Hamengkubuwono IX. Presiden Soekarno mencoret usulan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terkait rencana penetapan

Sultan Hamid II menjadi Menteri Pertahanan RIS. Pertimbangan Presiden

61 Ibid., hlm. 73-74. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

63

Soekarno, karena pernah menjadi ajudan khusus Ratu Wilhelmina (Ratu Belanda), maka Sultan Hamid II secara otomatis sangat dekat dengan kalangan Pemerintah

Belanda.

Penempatan Sultan Hamid II menjadi Menteri Pertahanan dikhawatirkan hanya akan menjadi duri di dalam daging bagi pemerintahan Presiden Soekarno.

Nuansa politik lebih kental terjadi dalam kasus hukum yang dituduhkan kepada

Sultan Hamid II. Setelah tiga tahun mendekam di tahanan tanpa kepastian (1950-

1953), Sultan Hamid II baru menjalani proses persidangan mulai dari penuntutan, pembelaan, dan putusan (vonis) Mahkamah Agung.62

Didalam kalangan ketentaraan Kerajaan Belanda terdapatlah seorang perwira muda yang bernama Raymon Turco Westerling. Didalam tubuhnya terdapat darah bangsa Turki dan Belanda, dia adalah seorang militaire avonturier, yang telah menjual jiwa raganya kepada Negara yang mau memakainya. Sebagai prajurit dia memang mempunyai pengalaman internasional dan mempunyai keberanian yang tidak mudah dipatahkan. Dalam menjalankan tugasnya

Westerling telah memperlihatkan tindakan-tindakannya yang excessief sekali. Di

Sulawesi Selatan tidak kurang dari 40.000 jiwa menjadi korban keganasannya.

Kebencian Westerling terhadap Bung Karno tidak hanya terbatas dalam batin, akan tetapi telah meluap keluar. Dia telah berusaha mensabotir kedatangan

Bung Karno dari Yogyakarta ke Jakarta dan berusaha menculiknya, namun gagal

62 Ibid., hlm. 257-258. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

64 karena diluar tanggung jawab dan kehendaknya, sehingga niat jahat tetap berjalan dalam dadanya.63

Mudah dipahami, bahwa Westerling didalam hatinya memuji Sultan

Hamid II, seorang putera Indonesia yang menjadi pejuang federalism yang terkemuka dan yang tentu dapat bekerja sama dengan dia dalam usahanya membasmi Republik Indonesia umumnya, Tentara Nasional Indonesia khususnya.

Sudah selayaknya Westerling mengadorir Sultan Hamid II yang telah menjadi

Jenderal Mayor, pangkat tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang putera

Indonesia dalam kalangan ketentaraan Hindia Belanda.

Kedua perwira ini mempunyai sifat-sifat yang bersamaan, yang tentu akan menguntungkan bagi mereka pada suatu ketika, dimana mereka saling sangat membutuhkan.64 Adanya satu kepentingan Yaitu mempertahankan RIS dan

Negara-negara Bagian dari propaganda dan gerakan nyata kaum Republiken

(Unitaris). Pada 22 Desember 1949, Sultan Hamid II bertemu kembali dengan

Westerling di Hotel Des Indes. Setelah sekali bertemu sebelumnya dengan

Westerling pada Januari 1948. Westerling menyatakan kepada Sultan Hamid II bahwa dia tidak setuju Soekarno menjadi Presiden RIS pasca penyerahan kedaulatan di KMB. Pada tanggal 21/22 Desember 1949, Westerling (seorang

Kapten KNIL) menawarkan kepada Sultan Hamid II untuk memegang

Oppercommando (pengalihan kewenangan atas komando militer) dari pasukan yang dibuat oleh Westerling bernama APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) / de

RAPI (Ratu Adil Persatuan Indonesia) dengan tujuan untuk melakukan

63 Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco, 1953, hlm. 12-14. 64 Ibid., hlm. 24-25. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

65 perlawanan/pemberontakan/penyerangan terhadap Negara Indonesia, yang tidak diketahui kebenaran atas keberadaannya, dan penawaran tersebut ditolak oleh

Sultan Hamid II.

Pada pertengahan bulan Januari 1950 sepulangnya Sultan Hamid II dari

Pontianak, Kalimantan Barat, ia kecewa dengan cara-cara Pemerintah Indonesia berpolitik yang tidak “Fair Play”. Seperti contoh adalah tidak diikutsertakannya anak buah Sultan Hamid II di KNIL untuk masuk pada pasukan TNI yang dikirim ke Kalimantan Barat, begitu pula opsir-opsir KNIL yang hanya dipekerjakan di belakang meja tanpa masuk komando dilapangan, artinya terdapat dominasi TNI di dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) yang telah disepakati, namun tata cara pengiriman TNI ke Kalimantan Barat yang tidak wajar karena tanpa izin dari Sultan Hamid II sebagai Kepala Daerah Istimewa

Kalimantan Barat.65

Pada tanggal 23 Januari 1950, terjadi serbuan terhadap TNI yang berada di

Bandung oleh APRA yang dipimpin Westerling. 24 Januari 1950, Sultan Hamid memarahi Westerling karena telah menyerbu TNI di Bandung tanpa izin dan perintahnya, dan pada hari itu juga Sultan Hamid II dengan segala kekecewaannya tersebut, memerintahkan Westerling dan Najoan untuk menyerbu Dewan Menteri

RIS dan membunuh tiga orang Dewan Menteri RIS tersebut, yang Niat dan

Perintah tersebut dibatalkan olehnya seketika pada hari itu juga.

Setelah ditangkap 5 April 1950, kasus Sultan Hamid II tidak langsung segera dibawa ke pengadilan (tidak langsung diadili). Dengan salah satu alasan

65 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 278-279. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

66

Pemerintahan Soekarno pada saat itu bahwa kesulitannya terletak pada Undang- undang yang akan digunakan untuk mengadilinya. Sedangkan Undang-undang yang ada menurut Konstitusi RIS terbatas bagi seorang Menteri atau bekas

Menteri yang melakukan ambtsmidrijf (penyelewengan jabatan). Tuduhan kepada

Sultan Hamid II tidak masuk dalam unsur tersebut, karena itu Pemerintah RIS harus menyiapkan suatu Undang-undang Federal sebagai landasan hukum atas kasus tersebut. Sebelum niat untuk mempersiapkan Undang-undang tersebut tercapai, akibat peristiwa Bandung (peristiwa Westerling) kabinet RIS bubar pada bulan Agustus 1950 dan kemudian terbentuk suatu Negara Kesatuan RI dibawah

Perdana Menteri Mohammad Natsir. Sedangkan Westerling yang memimpin langsung “aksi brutal” di Bandung tersebut dikabarkan berhasil meloloskan diri dan keluar dari Indonesia.66

Rabu, tanggal 25 Februari 1953 (kurang lebih tiga tahun kemudian), kasus

Sultan Hamid II mulai diperiksa oleh Mahkamah Agung Indonesia. Jaksa Agung

Republik Indonesia R. (yang menggantikan Jaksa Agung RIS

Tirtawinata) mendakwa Sultan Hamid II dengan empat tuduhan yaitu: Primair; ikut menyerbu kota Bandung bersama Westerling dan APRA/de RAPI, Subsidair; membujuk dan membantu Westerling dan Frans Najoan untuk menyerbu sidang

Dewan Menteri RIS, Subsidair Lagi; memberikan denah tempat persidangan

Dewan Menteri sehingga Westerling dan Frans Najoan akan mudah melakukan penyerangan, dan Lebih Subsidair Lagi; membujuk Westerling dan Frans Najoan untuk membunuh tiga pejabat tinggi. Dewan hukum atas dakwaan yang diajukan

66 Iip D. Yahya, Mengadili Menteri Memeriksa Perwira; Jaksa Agung Soeprapta dan Penegakan Hukum di Indonesia Periode 1950-1959, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 152- 153. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

67 tersebut diatur dalam Pasal; 108 ayat (1) No.2, 108 ayat (2), 110 (2) No. 1, 110 ayat (2) No. 2, 163 bis. Ayat (1) jo. Pasal 338, 340, 333 jo. Pasal 53 dan 55 KUHP

(Kitab Undang-undang Hukum Pidana) jo. Staatsblad 1945 No.135.

Sistem pengadilan yang digunakan untuk Sultan Hamid II adalah untuk tingkat pertama dan terakhir, artinya bahwa persidangan kasus Sultan Hamid II tersebut merupakan Forum Prevlegiatum di Indonesia yang pelaksanaannya pernah diberlakukan pada Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan

Undang-undang Dasar Sementara 1950. Selanjutnya tanggal 25 Maret 1993 jaksa

Agung Soeprapto menuntut hukuman 18 tahun penjara bagi Sultan Hamid II, dan pada 8 April 1953 karena tidak adanya bukti yang kuat, dakwaan primair daripada dakwaan tersebut diatas tidak dapat dibuktikan (tidak terbukti), dan Mahkamah

Agung Indonesia dengan Ketua yaitu MR. Wirjono Prodjodikoro menjatuhkan hukuman penjara 10 tahun dipotong masa tahanan (3 tahun) dengan dasar pertimbangan yaitu adanya Niat Sultan Hamid II menyuruh Westerling dan Frans

Najoan untuk menyerbu Dewan Menteri RIS dan menembak mati (membunuh) 3 pejabat pemerintah (Menteri Pertahanan: Sultan Hamengkubuwono IX, Sekretais

Jenderal Kementerian Pertahanan: Mr. Alibudjardjo, dan Kepala Staf Tentara

Nasional Indonesia: Kolonel Simatupang) pada saat itu, yang niat tersebut dibatalkan olehnya. Kasus Sultan Hamid II ini merupakan kasus pertama kali yang diperiksa oleh Mahkamah Agung dalam tingkat pertama maupun tingkat terakhir di dalam sejarahnya, yaitu kasus pertama dan terakhir.67

67 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 281. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

68

Beberapa tokoh nasional, di antaranya Mohammad Hatta, menyarankan

Sultan Hamid II untuk mengajukan pengampunan (grasi) atas hukumannya 10 tahun penjara. “ Sebenarnya, saya tidak ingin mengajukan grasi kepada Presiden

Soekarno, tetapi beberapa tokoh mendesak saya agar tidak ada dendam pribadi,” tutur Sultan Hamid II kepada beberapa kerabatnya setelah dia selesai menjalani peradilannya.

Namun, ketidaksukaan Presiden Soekarno dan Sultan Hamengkubuwono kepada Sultan Hamid II terlihat jelas, setelah dia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara oleh Hakim Mahkamah Agung pada 8 April 1953. Permohonan grasi yang diajukan Sultan Hamid II dengan cepat ditolak Presiden Soekarno, Sultan Hamid

II baru keluar dari penjara pada tahun 1958. Tapi praktik kriminalisasi politik terhadap Sultan Hamid II dan pihak lain yang berhaluan federal, tidak cukup hanya sampai disitu.68

Ketika bebas pada 1958, Sultan Hamid II tak lagi berpolitik. Namun, empat tahun menghirup udara bebas, dia kembali ditangkap dan dijebloskan ke

Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun, Jawa Timur, pada Maret 1962.

Tuduhannya adalah melakukan kegiatan makar dan membentuk organisasi illegal bernama Vrijwillige Ondergroundsche Corps (VOC).

Dikabarkan, persiapannya dilakukan bersama sejumlah tokoh saat mereka berada di Gianyar, , untuk menghadiri upacara ngaben (pembakaran jenazah) ayah dari Ide Anak Agung Gde Agung. Dalam upacara tersebut hadir sejumlah tokoh oposisi pemerintah dari negara yang sudah dipegang oleh kaum unitaris,

68 Ibid., hlm. 139. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

69 terutama dari dua partai yang sudah dibubarkan, Masyumi dan Partai Sosialis

Indonesia (PSI), seperti Mohammad Roem (Masyumi), Sultan Sjahrir (PSI), dan

Subadio Sastrosatomo (PSI), Mohammad Hatta hadir, begitu juga Sultan Hamid II yang notabe kawan lama Ide Anak Agung Gde Agung.

Selama empat tahun Sultan Hamid II ditahan tanpa proses pengadilan. Dia baru dibebaskan pada 1966 setelah era Soekarno berakhir. Tuduhan makar terhadap Sultan Hamid II, menurut Ide Anak Agung Gde Agung, kemungkinan besar disebabkan pergunjingan orang-orang di sekitar Soekarno, dan bukan berangkat dari fakta. Bahkan Anak Agung menegaskan bahwa semua tuduhan itu omong kosong. Sebab, sejak keluar dari tahanan 1958, Sultan Hamid II tak terlibat dalam kegiatan politik sama sekali.

Selepas dari penjara tanpa proses peradilan tersebut, Sultan Hamid II beraktivitas di dunia bisnis sampai akhir hayatnya. Sejak 1967 hingga 1978, dia menjadi Presiden Komisaris di PT. Indonesia Air Transport. Pada 30 Maret 1978, pukul 18.15 WIB, Sultan Hamid II pun wafat di Jakarta. Sultan Pontianak ke-7 itu meninggal dunia ketika sedang melakukan shalat magrib. Sultan Hamid II dimakamkan di Pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak, di Batu Layang, dengan Upacara Kebesaran Kesultanan Qadriyah Pontianak.69

C. Analisis Sikap Nasionalisme Sultan Hamid II

Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat

69 Ibid., hlm. 20-21. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

70 mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda.70 Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik bahwa bangsa adalah sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.71

Ciri-ciri Nasionalisme :

1) Sudah ada persatuan dan kesatuan bangsa.

2) Sifat perjuangannya sudah bersifat nasional.

3) Tujuannya untuk mencapai kemerdekaan yang nantinya ingin mendirikan

suatu negara merdeka yang kekuasaannya ditangani rakyat.

4) Sudah ada organisasi modern dan bersifat nasional.

5) Mengandalkan kekuatan otak (pikiran), dimana pendidikan sangat

berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.72

Mengukur rasa nasionalisme Sultan Hamid II tentunya menggunakan tolak ukur dengan ciri-ciri nasionalisme di atas;

1) Sudah adanya persatuan dan kesatuan bangsa. Artinya ada keserasian,

keselarasan dan keseimbangan, tidak menimbulkan perbedaan tetapi

mencari kesamaan untuk bangsa dan negara Indonesia. Sultan Hamid II

seorang federalis berkeyakinan bahwa bentuk negara federasi / bagian dapat

70 Kohn, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Terjemahan : Sumantri Mertodipuro, Jakarta, PT Pembangunan dan Penerbit Erlangga, 1984, hlm. 11. 71 Ibid., hlm. 12. 72 Sudiyo, Pergerakan Nasional mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm.4.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

71

menjawab tantangan yang muncul dalam pemerintahan setelah Belanda

memberikan kedaulatan bangsa ini pada 27 Desember 1949. Padahal dengan

bentuk negara bagian tentunya sangat menguntungkan bagi pihak Belanda

agar mudah mencerai-beraikan persatuan dan kesatuan Indonesia. Di

samping banyak usaha untuk menegakkan kekuasaan RI, di Kalimantan

terdapat usaha yang merintangi pembinaan kekuasaan RI. Jika saja Sultan

Hamid II mengesampingkan kepentingannya dalam bentuk negara serikat/

bagian kemudian berjuang bersama-sama dengan kaum Unitaris untuk

menegakkan keutuhan persatuan dan kesatuan RI dalam bentuk negara

kesatuan maka bisa jadi tingkat nasionalisme Sultan Hamid II yang

menjunjung tinggi ciri pertama ini dinilai memiliki rasa nasionalisme yang

tinggi untuk bangsa Indonesia.

2) Sifat perjuangannya sudah bersifat nasional. Usaha yang dilakukan dengan

pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk memperoleh atau mencapai

kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan memperjuangkan

kedaulatan bangsa Indonesia. Melihat perjuangan Sultan Hamid II tentunya

disatu sisi memang pro daripada Belanda dikarenakan awal perjalanan

militer dan politik serta ruang lingkup semasa kecilnya sangat erat kaitannya

dengan kerajaan Belanda. Hal ini ditunjukan Sultan Hamid II ketika

berjuang bersama Perwira KNIL / Tentara Belanda yang ada di Indonesia.

walaupun ketika dia menjadi Ketua / Delegasi BFO yang memperjuangkan

pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia atas Belanda, karena kedekatan dan

kecakapan diplomasi Sultan Hamid II akhirnya kerajaan Belanda PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

72

memberikan kedaulatan bangsa Indonesia dalam bentuk negara Serikat.

Sultan Hamid yang berupaya menyamakan langkahnya bersama dengan

tokoh-tokoh Unitaris untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar yang

setuju dengan bentuk negara Serikat, yang terpenting pada saat itu adalah

bagaimana Indonesia bisa memperoleh kedaulatannya atas Belanda. Setelah

Indonesia mendapatkan kedaulatannya otomatis kekuatan kerajaan Belanda

di Indoensia perlahan-lahan hilang. Negara Serikat yang dimaksudkan di

sini adalah bentuk negara yang diinginkan Belanda agar mudah memecah-

belah kesatuan Indonesia bukan atas dasar keinginan seluruh masyarakat

Indonesia. Sultan Hamid II telah berjasa memperjuangkan kedaulatan

Indonesia hanya saja posisi Sultan Hamid II yang pada saat itu pro daripada

Belanda, tidak mengindahkan sepenuhnya dirinya seorang yang memiliki

nasionalisme yang tinggi untuk bangsa Indonesia.

3) Tujuannya untuk mencapai kemerdekaan yang nantinya ingin mendirikan

suatu negara merdeka yang kekuasaannya ditangani rakyat. Setelah

melewati masa memperjuangkan kemerdekaan hingga kedaulatan Indonesia.

Bentuk negara yang diperjuangkan oleh Sultan Hamid II hanya bertahan

enam minggu setelah penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda tanggal

27 Desember 1949. Pada minggu ketujuh, hampir di seluruh wilayah

Indonesia timbul gerakan menuntut perubahan negara serikat menjadi

negara kesatuan. Artinya bahwa yang diperjuangkan Sultan Hamid II

bersama dengan keinginan Belanda yaitu bentuk negara serikat, tidak

mampu melepaskan belenggu penjajahan dalam sanubari masyarakat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

73

Indonesia. masyarakat Indonesia mencita-citakan adanya negara kesatuan

agar semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan. Disini bukan berarti

perjuangan Sultan Hamid II menjadi sia-sia, hanya saja cita-cita bangsa

Indonesia adalah bentuk negara kesatuan, jika bentuk negara bagian masih

dipertahankan selama itu juga bangsa Indonesia masih merasa belum

menemukan jati dirinya atas perjuangan membentuk Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang merdeka dari penjajahan.

4) Sudah ada organisasi modern dan bersifat nasional. Peran Sultan Hamid II

dalam hal ini sangat tidak terlihat bersama Indonesia. Sultan Hamid lebih

memihak kepada Belanda pada saat itu, dengan menjadi Perwira KNIL yang

terlibat melawan Jepang 1942, Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946 dan

Ketua BFO 1949. Kurangnya peranan Sultan Hamid II dalam organisasi

nasional untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas

dari penjajahan menjadi tolak ukur belum adanya sikap nasionalisme bagi

Indonesia. sebagai salah satu contoh semangat nasionalisme yang digunakan

sebagai ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada.

Ideologi Nasional di Indonesia diperkenalkan oleh Pertai Nasional

Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno didirikan pada 4 Juli 1927.

PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang

bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai Indonesia

merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di

Indonesia.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

74

5) Mengandalkan kekuatan otak (pikiran), dimana pendidikan sangat berperan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Federalisme merupakan wacana

pemikiran politik yang diusung Sultan Hamid II dalam kemerdekaan

Indonesia. Prinsip itulah yang kemudian membuatnya berbenturan dengan

kaum Unitaris, para penganut paham negara Kesatuan yang menginginkan

adanya dominasi atau sentralisasi kekuasaan. Kehidupan Sultan Hamid II

memiliki dinamika yang berliku dan kontroversial pada kiprahnya di dunia

politik dan kenegaraannya. Sikap yang kontroversial dengan pemahaman

politik yang diusungnya sangat bertentangan dengan kaum Unitaris.

Terdapat kontradiksi pemikiran, yang kemudian menuai konflik

kepentingan, dan menjebaknya pada suatu konspirasi dan propaganda

politik. Perjuangan Sultan Hamid II dalam pemikiran negara serikat / bagian

adalah negara bonekanya Belanda, dengan cara memisahkan kesatuan RI

agar mudah dicerai-beraikan. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi tolak

ukur sikap nasionalisme seorang Sultan Hamid II bagi Indonesia.

Sultan Hamid II memiliki rasa nasionalisme, tetapi skala nasionalisme atas kontribusi selama kariernya masih sangat kecil. Hal ini juga dikarenakan perjalanan kariernya lebih terlihat bersama Belanda dibandingkan dengan bangsanya sendiri yaitu bangsa Indonesia.

Apabila kita mencoba mengaitkan Sultan Hamid II dengan Pahlawan

Nasional tentunya kita perlu melihat dengan seksama. Nilai Kepahlawanan adalah suatu sikap dan perilaku perjuangan yang mempunyai mutu dan jasa pengabdian serta pengorbanan teradap bangsa dan negara. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

75

Kriteria Pahlawan Nasioanal :

1) Warga Negara Indonesia yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya :

 Telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau

perjuangan politik/ perjuangan dalam bidang lain mencapai/

merebut/ mempertahankan/ mengisi kemerdekaan serta mewujudkan

persatuan dan kesatuan bangsa.

 Telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat

menunjang pembangunan bangsa dan negara.

 Telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi

kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan

martabat bangsa Indonesia.

2) Pengabdian dan Perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir

sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diembannya.

3) Perjuangan yang dilakukan mempunyai jangkauan luas dan berdampak

nasional.

4) Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan/nasionalisme yang

tinggi.

5) Memiliki akhlak dan moral yang tinggi.

6) Tidak menyerah pada lawan/musuh dalam perjuangannya.

7) Dalam riwayat hidupnya tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang

dapat merusak nilai perjuangannya.73

73 Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2011. http://database.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai. Diakses pada 14 November 2015. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

76

Dengan 7 kriteria diatas tentang pahlawan nasional tentunya kita dapat menganalisis sosok Sultan Hamid II yang selama ini statusnya sangat kontroversi untuk gelar Pahlawan Nasional.

Kriteria pertama untuk Sultan Hamid II, semasa perjalanan kariernya lebih terlihat perjuangannya bersama Belanda dikarenakan dia adalah Perwira KNIL /

Tentara Belanda yang ada di Indonesia. bersama KNIL melawan Tentara Jepang di Kalimantan Timur pada 1941, pada saat itu Indonesia masih dalam Penjajahan baik dari Belanda maupun Jepang yang berkedudukan di Indonesia. tentunya hal ini sangat sulit karena KNIL adalah produknya Belanda. Andai saja pada saat itu memang dengan kemampuan militernya Sultan Hamid II berjuang atas nama

Indonesia patut saja kontribusinya dapat diperhitungkan untuk kriteria pertama ini. Untuk kriteria kedua, awal karier militer dan politiknya bersama dengan kerajaan Belanda. Sultan Hamid II menjadi Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946,

Ketua BFO 1949. Artinya setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945 Sultan Hamid II Pro daripada Belanda dibandingkan dengan

Indonesia. Kriteria ketiga, Sultan Hamid II ikut aktif dalam perundingan- perundingan penting dalam perjalan sejarah Kemerdekaan Indonesia. Seperti perundingan Malino, Denpasar, Perhimpunan Musyawarah Federal (BFO), BFC,

IJC, Konferensi Inter Indonesia (KII) I dan II, Konferensi Meja Bundar (KMB) di

Batavia maupun Belanda. Kriteria keempat, Sultan Hamid II adalah seorang federalis nasionalis. Bersama BFO memperjuangkan pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia atas Belanda, walaupun memang BFO adalah produknya

Belanda setidaknya Sultan Hamid II berupaya menunjukan sikap nasionalisme PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

77 untuk bangsa Indonesia. hanya saja kadar nasionalisme Sultan Hamid II tidak dominan karena dia adalah seorang federalis yang menginginkan bentuk negara serikat dibandingkan dengan cita-cita kaum unitaris yang ingin mempersatukan seluruh wilayah republik Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kriteria kelima, beban moral yang harus ditanggung Sultan Hamid II sampai saat ini adalah atas tuduhan keterlibatannya dengan penyerangan yang dilakukan

Westerling di Bandung. Kriteria keenam, Sultan Hamid II bersama KNIL melawan tentara Jepang. Artinya dapat dilihat dalam dinas kemiliteran Sultan

Hamid II bersama KNIL. Kriteria terakhir, atas tuduhan bersekongkolnya Sultan

Hamid II dengan Westerling semakin memudarkan nama baiknya di Indonesia. tuduhan pemberontakan/makar dihubung-hubungkan dengan indikasi kekecewaan

Sultan Hamid II yang tidak diangkat menjadi Menteri Pertahanan semakin membuat nama baiknya tenggelam. sehingga merusak nilai perjuangan Sultan

Hamid II di Indonesia.

Walaupun Sultan Hamid II masih kurang memenuhi kriteria Pahlawan

Nasional, sebagai penerus bangsa ini kita perlu ingat dan bangga akan sumbangsih terbaik Sultan Hamid II sebagai sang perancang Lambang Negara Indonesia

(Elang-Rajawali-Garuda Pancasila) sewaktu menjabat menjadi Menteri Zonder

Portofolio pada 1949 yang masih digunakan sampai saat ini yaitu Garuda

Pancasila.

Perlu untuk ditambahkan bagi kita penerus Bangsa Ini: “Saya Hamid,

Bung. Maafkan kesalahan saya dan kesalahan Bung, saya maafkan,” kata Sultan

Hamid II seraya berbisik di telinga Soekarno ketika menjenguk Sang Proklamator PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

78 itu beberapa hari sebelum dipanggil menghadap Allah SWT. Kondisi Mantan

Presiden Soekarno waktu itu sudah sangat lemah dan tak bisa bicara, hanya bisa meneteskan air mata.

Sikap kenegarawan Sultan Hamid II yang tidak menaruh dendam terhadap

Soekarno, sangat layak dijadikan contoh bagi penerus bangsa hari ini.

Permasalahan di sekitar sejarah Sultan Hamid II sangat menarik untuk dijadikan cermin dan pembelajaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari bab II dan bab III, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Sultan Hamid II dengan nama lengkap Sultan Syarif Hamid Al-Qadrie,

Max adalah nama panggilannya. Lahir pada 12 Juli 1913 di Pontianak –

Kalimantan Barat. Ayahnya adalah Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie, ibunya

Syecha Jamilah Syarwani. Sultan Hamid II menikah dengan Maria van Delden yang diberi gelar Ratu Mas Mahkota Didie Al-Qadrie di Malang pada 31 Mei

1938 dan dikaruniai dua anak, anak pertamanya Syarifah Zahra Al-Qadrie (Edith

Denise Corry Al-Qadrie) dan anak keduanya Syarif Yusuf Al-Qadrie (Max Nico

Al-Qadrie). Pendidikan yang ditempuh Sultan Hamid II, ELS di Sukabumi,

Pontianak, Yogyakarta. Melanjutkan di HBS di Bandung dan HBS V di Malang

1932. Setamat di HBS beliau melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di THS, namun di THS hanya berselang satu tahun karena beliau lebih tertarik untuk masuk Akademi Militer di Negari Belanda pada 1933. Jabatan yang pernah diduduki Sultan Hamid II sepanjang hayatnya adalah; Letnan Dua KNIL tahun

1938, Sultan Pontianak ke VII periode 1945-1978 Kesultanan Qadriyah Pontianak dilantik pada 29 Oktober 1945, Mayor Jenderal KNIL tahun 1946, Ajudan

Istimewa Ratu Kerajaan Belanda dan Wakil Mahkota Hindia Belanda tahun 1946,

Kepala Daerah Istimewa Kalimantan barat (DIKB) tahun 1947-1950, Ketua BFO tahun 1949, Ketua Delegasi BFO di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2

79

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

80

November 1949, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS 1949, Menteri Negara

Zonder Portofolio Kabiner Hatta/Kabinet RIS 1949-1950, Koordinator Tim

Perumus Lambang Negara Indonesia (RIS) 1949-1950, Anggota Panitia Lambang

Negara Indonesia (RIS) sekaligus Perancang Lambang Negara (RIS) berbentuk

Elang Rajawali – Garuda Pancasila 1949-1950, Presiden Komisaris PT. Indonesia

Air Transport tahun 1967-1978. Karyanya yang tidak boleh dilupakan adalah sebagai perancang/pencipta Lambang Negara Indonesia (RIS) Elang Rajawali –

Garuda Pancasila. Wafat pada 30 Maret 1978 pukul 18.15 WIB di Jakarta, dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar Kesultanan Qadriyah Pontianak di

Batu Layang, Pontianak-Kalimantan Barat, dengan Upacara Kebesaran

Kesultanan Pontianak.

Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda sebagai perwira KNIL, ia terlibat perang melawan Jepang di Balikpapan 23-24 Januari 1942. Pada tahun

1946 Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda dan Wakil Mahkota di Indonesia. Sultan Hamid II Sebagai ketua BFO terhitung mulai Januari 1949. Karier politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya untuk

Indonesia. Tanggal 20 Desember 1949 dengan surat Keputusan Presiden No.2

Tahun 1949, maka Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder

Portofolio atau tanpa tugas khusus (tanpa departemen). Sultan Hamid II adalah sang perancang Lambang Negara RIS Elang Rajawali - Garuda Pancasila yang sampai saat ini menjadi Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Aju & Syafaruddin Usman. 2012. J.C. Oevaang Oeray, Langkah dan Perjuangannya. Pontianak: Samudera Mas.

Dimyati, Anshari, dkk. 2013. Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”. Pontianak: TOP Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Sultan Hamid II dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.

Ide Anak Agung Gde Agung. 1987. Renville. Jakarta: Pustaka Sinarharapan.

Iip D. Yahya. 2004. Mengadili Menteri Memeriksa Perwira; Jaksa Agung Soeprapta dan Penegakan Hukum di Indonesia Periode 1950-1959. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. (terjemahan Sumantri Merdodipuro). Jakarta: PT. Pembangunan & Erlangga.

Leirissa. 2006. Kekuatan Ketiga Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta: Pustaka Sejarah.

Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.

Muhammad Yamin. 1967. Pembahasan Undang-undang Dasar 1945. Jakarta: Prapanca.

Nanang R. Hidayat. 2008. Mencari Telur Garuda. Jakarta: Nalar.

Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia). 1953. Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta: Fasco.

81

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

82

Petrik Matasani. 2011. Pribumi Jadi Letnan KNIL. Yogyakarta: Trompet.

Pringgodigdo. 1978. Sekitar Pancasila. Jakarta: Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah ABRI.

Soedirman Kartohadiprojo. 2010. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Jakarta: Gatra Pustaka.

Soepomo. 1954. Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Jakarta: Noordhhof-kolff N.V.

Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syafaruddin Usman & Isnawita Din. 2009. Peristiwa Mandor Berdarah: Eksekusi massal 28 Juli 1944 Oleh Jepang. Yogyakarta: Media Pressindo.

Yasni. 1986. Bung Hatta Menjawab. Jakarta: Gunung Agung.

SUMBER KORAN :

Turiman Fachturahman, “Sejarah Hukum Daerah Istimewa Kalimantan Barat”, Borneo Tribune, Pontianak, Selasa,7 Agustus 2007.

SUMBER INTERNET : http://database.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai. Diakses pada 14 November 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa. diakses pada 29 Juli 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta. diakses pada 29 Juli 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Pontianak, diakses 7 Agustus 2015 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

83 http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/06/peranan-sultan-hamid-ii- dalam-tataran_6320.html. diakses 7 Agustus 2015. http://www.lenteratimur.com/kalimantan-barat-di-antara-jepang-dan-indonesia/. diakses 20 Juli 2015. http://www.lenteratimur.com/sultan-hamid-ii-meneroka-akar-perkara-makar/. diakses 20 Juli 2015.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

LAMPIRAN

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH KELOMPOK PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Sekolah : SMA MANIAMAS NGABANG Kelas : XII Standar Kompetensi : Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru. Kompetensi Kegiatan Alokasi Materi Pokok Penilaian Sumber Belajar Dasar Pembelajaran Indikator Waktu 1.1 Menganalisis Setelah mempelajari Jenis tagihan: 4 x 45  Dimyati, Anshari, dkk. peristiwa materi ini siswa a. tes menit 2013. Biografi Politik sekitar diharapkan dapat: b. non tes SULTAN HAMID II Proklamasi 1. Riwayat hidup 1. Melalui diskusi, 1. Mendeskripsikan Sang Perancang 17 Agustus Sultan Hamid II. presentasi dan dan Bentuk tagihan: Lambang Negara “ 1945 dan penjelasan, siswa menyimpulkan uraian tertulis, Elang Rajawali-Garuda pembentukan dapat riwayat hidup portofolio dan Pancasila”. Pontianak: pemerintahan mendeskripsikan dan Sultan Hamid II. makalah TOP Indonesia Indonesia. menyimpulkan individual. bekerjasama dengan riwayat hidup Sultan Yayasan Sultan Hamid Hamid II. II dan Pemerintah Provinsi Kalimantan 2. Karier politik Sultan 2. Melalui diskusi, 2. Menganalisis, Barat. Hamid II dalam presentasi dan menyimpulkan  Moedjanto. 1988. Percaturan Politik di penjelasan, siswa dan menjelaskan 84

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

85

Indonesia. dapat menganalisis, karier politik Indonesia Abad Ke-20 menyimpulkan dan Sultan Hamid II Dari Kebangkitan menjelaskan karier dalam percaturan Nasional Sampai politik Sultan Hamid politik di Linggarjati.

II dalam percaturan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. politik di Indonesia.  Nanang R. Hidayat. 2008. Mencari Telur

Garuda. Jakarta: Nalar.  Persadja (Persatuan

Djaksa² Seluruh Indonesia). 1953. Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta: Fasco.

Mengetahui, Yogyakarta, 11 November 2015 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Vinsensius

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Tingkat Pendidikan : SMA MANIAMAS NGABANG

Mata Pelajaran : SEJARAH

Kelas/program/Semester : XII/Gasal

Jumlah Pertemuan : 1 x pertemuan

1. Standar Kompetensi : Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru.

2. Kompetensi Dasar : Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia. 3. Indikator  Mendeskripsikan dan menyimpulkan riwayat hidup Sultan Hamid II.  Menganalisis, menyimpulkan dan menjelaskan karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di Indonesia. 4. Tujuan Pembelajaran  Agar siswa mampu mendeskripsikan dan menyimpulkan riwayat hidup Sultan Hamid II.  Agar siswa mampu menganalisis, menyimpulkan dan menjelaskan karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di Indonesia. 5. Materi Pembelajaran

Sultan Hamid II dengan nama lengkap Sultan Syarif Hamid Al-

Qadrie, Max adalah nama panggilannya. Lahir pada 12 Juli 1913 di Pontianak

– Kalimantan Barat. Pendidikan yang ditempuh Sultan Hamid II, ELS di

Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta. Melanjutkan di HBS di Bandung dan 86

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

87

HBS V di Malang 1932. Setamat di HBS beliau melanjutkan ke jenjang

Perguruan Tinggi di THS, namun di THS hanya berselang satu tahun karena

beliau lebih tertarik untuk masuk Akademi Militer di Negari Belanda pada

1933. Jabatan yang pernah diduduki Sultan Hamid II sepanjang hayatnya

adalah; Letnan Dua KNIL tahun 1938, Sultan Pontianak ke VII periode 1945-

1978 Kesultanan Qadriyah Pontianak dilantik pada 29 Oktober 1945, Mayor

Jenderal KNIL tahun 1946, Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda dan

Wakil Mahkota Hindia Belanda tahun 1946, Kepala Daerah Istimewa

Kalimantan barat (DIKB) tahun 1947-1950, Ketua BFO tahun 1949, Ketua

Delegasi BFO di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November

1949, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS 1949, Menteri Negara Zonder

Portofolio Kabiner Hatta/Kabinet RIS 1949-1950, Koordinator Tim Perumus

Lambang Negara Indonesia (RIS) 1949-1950, Anggota Panitia Lambang

Negara Indonesia (RIS) sekaligus Perancang Lambang Negara (RIS)

berbentuk Elang Rajawali – Garuda Pancasila 1949-1950, Presiden Komisaris

PT. Indonesia Air Transport tahun 1967-1978. Karyanya yang tidak boleh

dilupakan adalah sebagai perancang/pencipta Lambang Negara Indonesia

(RIS) Elang Rajawali – Garuda Pancasila. Wafat pada 30 Maret 1978 pukul

18.15 WIB di Jakarta, dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar

Kesultanan Qadriyah Pontianak di Batu Layang, Pontianak-Kalimantan

Barat, dengan Upacara Kebesaran Kesultanan Pontianak.

Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda sebagai perwira KNIL,

ia terlibat perang melawan Jepang di Balikpapan 23-24 Januari 1942. Sultan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

88

Hamid II pernah menjadi tahanan perang militer Jepang pada 1942 karena ia

masuk dalam target penangkapan oleh Jepang. Ketika Soekarno–Hatta

memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945

beliau baru dibebaskan karena pasca Perang Dunia II Jepang menyerah tanpa

syarat dan berangsur keluar dari Kepulauan Melayu. Sultan Hamid II

diangkat menjadi Sultan ke 7 Kesultanan Qadriyah Pontianak dan dilantik

pada 29 Oktober 1945.

Pada tahun 1946 Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa

Ratu Kerajaan Belanda dan Wakil Mahkota di Indonesia. Sebagai ketua BFO

terhitung mulai Januari 1949. Delegasi BFO sebagai kekuatan ketiga diplomasi

dalam memperjuangkan pengakuan kedaulatan RIS dari Kerajaan Belanda.

Tanpa BFO dengan menyusung bentuk negara federal yang sejalan dengan

konsep awal Kerajaan Belanda melalui 7 butir sikap resmi yang dikeluarkan di

Amsterdam, 10 Februari 1946.

Surat Keputusan Presiden Soekarno No.1 Tahun 1949 tanggal 18

Desember 1949, maka dia ditunjuk sebagi salah seorang kabinet formatur

bersama-sama dengan Mohammad Hatta, Ide Anak Agung Gde Agung dan

Sultan Hamengkubuwono IX. Tanggal 20 Desember 1949 dengan surat

Keputusan Presiden No.2 Tahun 1949, maka Sultan Hamid II diangkat menjadi

Menteri Negara Zonder Portofolio atau tanpa tugas khusus (tanpa departemen).

Sultan Hamid II teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya

lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara

Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila, divisualisasikan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

89

dalam lambang negara. Tanggal 20 Maret 1950 bentuk final gambar lambang

negara rancangan Sultan Hamid II yang telah diperbaiki ketika diajukan kepada

Presiden Soekarno selanjutnya mendapatkan disposisi atau persetujuan

Presiden Soekarno. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan

penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah

skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan

otentiknya diserahkan kepada H. Mas Agung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18

Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno

dan foto lambang negara yang diserahkan kepada Presiden Soekarno pada awal

Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Keraton Qadriyah Pontianak. Sultan

Hamid II adalah pencipta/perancang lambang negara kita yaitu Garuda

Pancasila seperti sekarang ini.

Sultan Hamid II ikut aktif dalam perundingan-perundingan penting

dalam perjalan sejarah Kemerdekaan Indonesia. Seperti perundingan Malino,

Denpasar, Perhimpunan Musyawarah Federal (BFO), BFC, IJC, Konferensi

Inter Indonesia (KII) I dan II, Konferensi Meja Bundar (KMB) di Batavia

maupun Belanda.

6. Alokasi waktu : 2 x 45 menit

7. Model dan Metode Pembelajaran: 1. Model Pembelajaran : Jigsaw 2. Metode Pembelajaran: ceramah, kajian pustaka, diskusi, presentasi, tanya jawab.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

90

8. Kegiatan Pembelajaran

Pengorganisasian NO Kegiatan Siswa Waktu

1. Pendahuluan a. Guru memimpin doa b. Guru mengabsen siswa c. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang Klasikal 10’ berkaitan dengan materi. Misalnya : Sultan Hamid II berasal dari mana? d. Guru menuliskan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti a. Guru membagi siswa kedalam 3 kelompok: Kelompok 1 mendiskusikan riwayat hidup Sultan Hamid II. Kelompok 2 mendiskusikan Kelompok karier politiknya ketika pro Belanda. Kelompok 3 mendiskusikan karier Sultan Hamid II dan sumbangsihnya untuk bangsa Indonesia. 70’ b. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok lain. Setelah penjelasan kelompok selesai, kelompok lain Kelompok dipersilahkan untuk bertanya. Masing-masing dan Klasikal. kelompok mendapatkan waktu 15 menit untuk presentasi dan menjawab pertanyaan dari kelompok lain.

4. Penutup a. Kesimpulan - Guru dan siswa menyimpulkan dan merangkum materi hari ini. b. Refleksi Klasikal . - Peserta didik menyampaikan nilai-nilai yang 10’ diperoleh dari pelajaran hari ini. c. Tugas Lanjutan - Guru memberikan tugas kepada siswa berupa PR. d. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

91

9. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran:  Sumber:  Dimyati, Anshari, dkk. 2013. Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”. Pontianak: TOP Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Sultan Hamid II dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.  Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.  Nanang R. Hidayat. 2008. Mencari Telur Garuda. Jakarta: Nalar.  Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia). 1953. Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta: Fasco. Alat : Black board, white board, laptop, LCD Bahan : Power point, kertas hangout, Spidol, Kapur, gambar

10. Penilaian Hasil Belajar . Teknik : tes dan non test . Bentuk : tes : Uraian, non test : Portofolio, Unjuk kerja. . Instrumen : Terlampir

Yogyakarta, 11 November 2015

Guru Mata Pelajaran,

Vinsensius PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

LAMPIRAN 1: Penilaian Sikap Sosial INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SIKAP SOSIAL (SANTUN) (LEMBAR OBSERVASI) A. Petunjuk Umum 1. Instrumen penilaian kompetensi sikap sosial ini berupa Lembar Observasi. 2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai. B. Petunjuk Pengisian Berdasarkan pengamatan Anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikap setiap peserta didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, atau 1 pada Lembar Observasi dengan ketentuan sebagai berikut: 4 = apabila selalu melakukan perilaku yang diamati 3 = apabila sering melakukan perilaku yang diamati 2 = apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati 1= apabila tidak pernah melakukan perilaku yang diamati

A. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI Kelas : Semester : TahunPelajaran : Periode Pengamatan : Tanggal s.d. Butir Nilai : 1. Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah. 2. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang dalam mewujudkan cita-cita mendirikan Negara

92

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

93

dan bangsa Indonesia dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk meraih kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari- hari. 5. Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah. Indikator Sikap : 1. Menunjukkan sikap dan perilaku menghargai terhadap kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah. 2. Menunjukkan sikap bertanggung jawab dan peduli di sekolah. 3. Menunjukkan sikap reponsif dan pro-aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. 4. Menunjukkan sikap dan perilaku cinta tanah air dalam kehidupan sehari- hari. 5. Menunjukkan sikap dan perilaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah.

Skor Indikator Sikap Jumlah Nama No. Spiritual (1 – 5) Perolehan Peserta Indikator Skor Didik 1 2 3 4 5

1. Niko 4 3 4 4 4 19 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

94

2. Santus 2 2 4 4 4 16

3. Dst…

Petunjuk penghitungan skor kompetensi sikap sosial: 1. Rumus Penghitungan Skor Akhir Skor Akhir = Jumlah Perolehan Skor x 100 Skor Maksimal (20)

2. Tabel Penghitungan Nilai Akhir Kategori Skor Keterampilan Peserta Didik Didasarkan Pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 Yaitu: Interval Hasil Konversi Predikat 96-100 4.00 A 91-95 3.66 A- 86-90 3.33 B+ 81-85 3.00 B 75-80 2.66 B- 70-74 2.33 C+ 65-69 2.00 C 60-64 1.66 C- 55-59 1.33 D+ < 54 1.00 D

Yogyakarta, 11 November 2015 Guru Mata Pelajaran,

Vinsensius

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

95

LAMPIRAN: 2 INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN (SOAL URAIAN) A. Petunjuk Umum 1. Instrumen penilaian pengetahuan ini berbentuk soal uraian. 2. Soal ini dikerjakan oleh peserta didik B. Petunjuk Pengisian Kerjakan soal berikut dengan singkat dan jelas!

C. Soal No Pertanyaan

1. Deskripsikan secara singkat riwayat hidup Sultan Hamid II !

2. Jelaskan karier politik Sultan Hamid II ketika berpihak kepada Belanda !

3. Jelaskan sumbangsih Sultan Hamid II untuk bangsa Indonesia !

4. Berikan analisis anda terhadap sikap dan rasa Nasionalisme Sultan Hamid II !

Petunjuk (rubrik) dan penentuan skor 2. Kunci Jawaban No Pertanyaan Kunci Jawaban

1. Deskripsikan secara Sultan Hamid II Lahir pada 12 Juli 1913 di singkat riwayat hidup Pontianak-Kalimantan Barat. Pendidikan (ELS, HBS, Sultan Hamid II ! THS, dan KMA). Jabatan : Letnan Dua KNIL 1938, Sultan Pontianak ke 7 (1945-1978) dilantik 29 Oktober 1945, Mayor Jenderal KNIL 1946, Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda 1946, Kepala DIKB 1947-1950, Ketua BFO 1949, Ketua Delegasi BFO pada KMB di Belanda 23 Agustus hingga 2 November 1949, Wakil Mahkota Hindia Belanda 1949, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS 1949, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

96

Menteri Negara Portofolio Kabinet RIS 1949-1950, Koordinator Tim Perumus Lambang Negara RIS 1950, Anggota Panitia Lambang Negara RIS 1950, Presiden Komisaris PT. Indonesia Air Transport 1967-1978. Karya : perancang/pencipta Lambang Negara Indonesia (RIS) “Elang Rajawali – Garuda Pancasila. Wafat di Jakarta, 30 Maret 1978, 18.15 WIB. 2. Jelaskan karier politik Sebagai tentara aktif KNIL, Sultan Hamid II Sultan Hamid II ketika terlibat perang melawan Jepang tahun 1941 di berpihak kepada Tarakan dan Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada Belanda ! tanggal 23-24 Januari 1942 di Balikpapan, militer Jepang mendapat perlawanan sengit dari KNIL yang menyebabkan Sultan Hamid II terluka. Tahun 1946 Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda, kemudian diangkat juga sebagai Wakil Mahkota di Indonesia yang berarti diberi kepercayaan penuh mewakili kebijakan Ratu Juliana di Indonesia. Menjadi Ketua BFO, membuat Sultan Hamid II dikenal sebagai salah satu tokoh sentral di KMB, beliau dicatat sebagai salah satu dari delegasi Indonesia untuk berunding dengan Belanda selama KMB di Den Haag. Hasilnya Kerajaan Belanda mengakui dan menyerahkan kedaulatan kepada RIS terhitung 27 Desember 1949. 3. Jelaskan sumbangsih Sumbangsih terbesar Sultan Hamid II untuk bangsa Sultan Hamid II untuk Indonesia adalah Lambang Negara Indonesia ( Elang bangsa Indonesia ! Rajawali-Garuda Pancasila). Karena alasan politik, cukup lama Sultan Hamid II tidak diakui sebagai perancang Lambang Negara Indonesia (Elang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

97

Rajawali – Garuda Pancasila). Pengakuan resmi Pemerintah Republik Indonesia terhadap karya Sultan Hamid II sebagai Perancang lambang Negara Indonesia, ditandai dengan langkah Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Museum Konferensi Asia Afrika, di Bandung, Provinsi Jawa Barat. Rancangan dibuat oleh Sultan Hamid II yang dipilih Presiden Soekarno sebagai Lambang Negara yang kemudian dikenal dengan Garuda Pancasila. 4. Berikan analisis anda Sultan Hamid II memiliki rasa nasionalisme bagi terhadap sikap dan rasa Indonesia tetapi skala nasionalisme atas kontribusi Nasionalisme Sultan selama kariernya masih sangat kecil. Hal ini juga Hamid II ! dikarenakan perjalanan kariernya lebih terlihat bersama Belanda dibandingkan dengan bangsanya sendiri yaitu bangsa Indonesia.

Keterangan: Setiap nomor skor maksimal 25 Petunjuk penghitungan skor kompetensi keterampilan: 1. Rumus Penghitungan Skor Akhir Skor Akhir Siswa NA : Jumlah Skor x 100 Skor maksimal (100)

2. Tabel Penghitungan Nilai Akhir Kategori Skor Keterampilan Peserta Didik Didasarkan Pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 Yaitu:

Interval Hasil Konversi Predikat 96-100 4.00 A 91-95 3.66 A- 86-90 3.33 B+ PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

98

81-85 3.00 B 75-80 2.66 B- 70-74 2.33 C+ 65-69 2.00 C 60-64 1.66 C- 55-59 1.33 D+ < 54 1.00 D

Yogyakarta, 11 November 2015 Guru Mata Pelajaran,

Vinsensius

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

99

LAMPIRAN: 3 INSTRUMENPENILAIAN KOMPETENSI KETERAMPILAN (PENILAIAN PRODUK) Kelas : Semester : Tahun Pelajaran : Periode Pengamatan : Tanggal s.d. Butir Nilai : Menulis sejarah tentang peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia. Indikator : Melaporkan hasil diskusi kelompok mengenai riwayat hidup Sultan Hamid II, karier politik bersama Belanda, karier politik dan sumbangsih bagi Indonesia dalam bentuk makalah. Soal : Buatlah laporan tertulis dalam bentuk makalah tentang riwayat hidup Sultan Hamid II.karier politik Sultan Hamid II bersama Belanda, karier politik dan sumbangsihnya bagi Indonesia serta analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II. Rubrik Penilaian Produk Kekesuaian Kelayakan Sistematika Jumlah No. Nama dengan tema Isi (1-4) Skor (1-4) (1-4) 1. Niko 2. Santus 3. Dst... Keterangan Tabel: a. Petunjuk penilaian berkaitan dengan kesesuaian dengan tema, mendapatkan: Skor 1: Jika hanya mampu menulis 1 tema pembahasan saja dari 4 pembahasan yang diminta. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

100

Skor 2: Jika hanya mampu menulis 2 tema pembahasan saja dari 4 pembahasan yang diminta. Skor 3: Jika hanya mampu menulis 3 tema pembahasan saja dari 4 pembahasan yang diminta. Skor 4: Jika mampu menuliskan 4 tema pembahasan yang diminta meliputi riwayat hidup Sultan Hamid II.karier politik Sultan Hamid II bersama Belanda, karier politik dan sumbangsihnya bagi Indonesia serta analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II. b. Petunjuk penilaian kelayakan isi, mendapat: Skor 1: Jika hanya mampu menjelaskan dengan benar 1 topik pembahasan saja. Skor 2: Jika hanya mampu menjelaskan dengan benar 2 topik pembahasan saja. Skor 3: Jika hanya mampu menjelaskan dengan benar 3 topik pembahasan saja. Skor 4: Jika mampu menjelaskan dengan benar 4 pembahasan mengenai riwayat hidup Sultan Hamid II. karier politik Sultan Hamid II bersama Belanda, karier politik dan sumbangsihnya bagi Indonesia serta analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II. Petunjuk penilaiaan mengenai sistematika penulisan, mendapat: Skor 1: Jika hanya mampu menulis dengan sistematis 1 pembahasan saja dari 4 pembahasan yang diminta. yaitu mengenai riwayat hidup Sultan Hamid II. Skor 2 : Jika mampu menulis dengan sistematis mengenai 2 pembahasan dari riwayat hidup Sultan Hamid II dan karier politiknya bersama Belanda. Skor 3: Jika mampu menulis dengan sistematis mengenai 3 pembahasan dari riwayat hidup Sultan Hamid II, karier politiknya bersama Belanda dan karier politik serta sumbangsingnya bagi Indonesia. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

101

Skor 4: Jika mampu menulis dengan sistematis mengenai 4 pembahasan dari riwayat hidup Sultan Hamid II. karier politik Sultan Hamid II bersama Belanda, karier politik dan sumbangsihnya bagi Indonesia serta analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II. Petunjuk penghitungan skor kompetensi ketrampilan: 1. Rumus Penghitungan Skor Akhir Skor Akhir Siswa NA : Jumlah Skor x 100 Skor maksimal (12)

2. Tabel Penghitungan Nilai Akhir Kategori Skor Keterampilan Peserta Didik Didasarkan Pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 Yaitu: Interval Hasil Konversi Predikat 96-100 4.00 A 91-95 3.66 A- 86-90 3.33 B+ 81-85 3.00 B 75-80 2.66 B- 70-74 2.33 C+ 65-69 2.00 C 60-64 1.66 C- 55-59 1.33 D+ < 54 1.00 D

Yogyakarta, 11 November 2015 Guru Mata Pelajaran,

Vinsensius