Buku Invebtarisasi Final.Cdr
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
INVENTARISASI MAKANAN TRADISIONAL Kabupaten Gunungkidul Catarina Wahyu Dyah P. Rosalia Widhiastuti SL Imsak Rochmadi Siti Rohmah Catarina Wahyu Dyah P. November 2018 Rosalia Widhiastuti SL Imsak Rochmadi Siti Rohmah INVENTARISASI MAKANAN TRADISIONAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL Publikasi ini dibuat atas dukungan biaya dari Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Republik Indonesia atas program hibah penelitian dosen pemula (PDP) tahun 2017. Cetakan Pertama, November 2018 Hak Cipta c dilindungi undang-undang Judul : Inventarisasi Makanan Tradisional Kabupaten Gunungkidul Penulis : Catarina Wahyu Dyah Purbaningrum Rosalia Widhiastuti SL. Siti Rohmah Imsak Rochmadi Desain Sampul : Imsak Rochmadi Korektor : Siti Rohmah Editing : Imsak Rochmadi KATA PENGANTAR Buku ini merupakan hasil penelitian dosen pemula dengan judul “Inventarisasi Makanan Tradisional Gunungkidul. Buku inventarisasi makanan ini bertujuan untuk menginventarisasi secara terperinci mengenai makanan tradisional Kabupaten Gunungkidul yang meliputi jenis bahan baku yang digunakan dalam pembuatan makanan tradisional yang terdapat di pasar tradisional yang ada di Kabupaten Gunungkidul, cara pengolahan, dan dokumentasi makanan tradisional yang terdapat di pasar tradisional yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Gunungkidul memiliki banyak produk lokal yang bisa memberikan kontribusi terhadap ekonomi daerah, khususnya dalam bidang kuliner. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya produk asing, seperti makanan cepat saji (fast food) hal ini menyebabkan produk lokal mulai terkikis oleh makanan asing. Berangkat dari permasalahan tersebut, sebuah buku referensi tentang makanan tradisional menjadi penting sebagai upaya melestarikan produk lokal. Makanan khas Gunungkidul ini sangatlah perlu untuk dilestarikan, sehingga menciptakan sebuah produk unggulan yang patut untuk dibanggakan sebagai salah satu kekayaan kuliner. Masyarakat Gunungkidul sendiri hanya mengenal beberapa makanan khas Gunungkidul, maka perlu dilakukan sebuah promosi makanan tradisional Gunungkidul yaitu melalui buku, sehingga dengan penggunaan buku ini diharapkan dapat melestarikan produk lokal sebagai salah satu kekayaan budaya. Penulis ii Daftar Isi Halaman i ii iii 1 3 4 4 5 5 6 7 7 8 9 10 11 11 12 12 13 Gandos 13 14 14 15 16 Entung Goreng 16 17 17 18 18 19 19 20 20 iii Halaman 21 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 28 28 29 30 30 31 31 32 32 33 34 34 35 36 36 37 37 38 iv Halaman 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43 44 44 45 45 46 46 47 47 48 48 49 49 50 50 51 52 52 53 54 55 56 57 61 v Pendahuluan Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat. Semua manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup, oleh karena itu makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Makanan biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau dimasak (Soekarto, 1990). Makanan tradisional merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi dari kepulauan Nusantara dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia. Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal masakan Indonesia, tetapi lebih kepada keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. Pada dasarnya makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dari alam sekitar, sehingga setiap daerah memiliki ciri khas makanan masing-masing. Makanan di daerah pegunungan berbeda dengan makanan di daerah pesisir pantai. Di daerah pegunungan memiliki ketersediaan bahan makanan berupa jenis tumbuhan yang dominan, sedangkan di daerah pesisir pantai ketersediaan makanan lebih dominan dengan variasi ikan. Sebagai contoh singkong di Gunungkidul diolah menjadi Cemplon. Makanan ini terbuat dari parutan singkong yang memang cukup populer di kalangan masyarakat Gunungkidul. Cemplon terbuat dari parutan singkong yang dibentuk bulat yang bagian dalamnya diisi dengan gula jawa kemudian digoreng, sedangkan di Jawa Barat olahan parutan singkong ini dinamakan Combro. Bedanya dengan Cemplon, makanan ini juga terbuat dari olahan parutan kelapa tetapi didalamnya diisi dengan Oncom. Dengan demikian, jika bahan baku yang sama itu diolah oleh masyarakat yang berbeda maka akan menghasilkan makanan yang berbeda pula. Ketersediaan bahan dan cara pengolahan makanan yang dilakukan oleh setiap masyarakat, maka akan muncul makanan-makanan yang identik dengan daerah asal. Makanan tradisional adalah makanan (termasuk jajanan) dan minuman serta bahan- bahan campuran (ingredient) yang secara tradisional telah digunakan dan berkembang di daerah atau masyarakat Indonesia (Anonim, 1996). Sebagian makanan jajanan adalah tergolong makanan tradisional yang telah mengalami perkembangan. Makanan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya yang harus digali kembali sebagai salah satu aset kultural melalui revitalisasi dan proses-proses transformasi. 1 Hal ini perlu dilakukan untuk mengimbangi datangnya makanan asing dan model franchise kuliner sebagai dampak pasar bebas dan globalisasi. Makanan tradisional di Indonesia semakin tidak populer bahkan tenggelam dan kalah dengan makanan-makanan asing yang semakin banyak masuk ke Indonesia. Dengan melihat fenomena ini, sudah semestinya harus ada upaya untuk mempopulerkannya kembali baik oleh pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat luas. Globalisasi membawa pengaruh besar yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya pada perubahan selera masyarakat akan cita rasa makanan. Dampak tersebut membentuk pola pikir dan perilaku yang berbeda dengan masyarakat pada jaman dulu. Tidak dapat dipungkiri warisan resep masakan tradisional masa lampau kini kurang mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya kalangan generasi muda. Kemungkinan fenomena ini terjadi karena pandangan terhadap warisan tradisional sebagai suatu kebudayaan yang ketinggalan jaman, padahal jika dicermati masakan tradisional mengandung arti yang mendalam mengenai kebudayaan masyarakat masa lampau. Menurunnya minat masyarakat terhadap makanan tradisional menunjukkan mulai terjadinya degradasi bangsa, hal ini juga nampak pada menipisnya antusiasme masyarakat untuk memperkenalkan makanan tradisional kepada bangsa lain, bahkan banyak masyarakat Indonesia yang lebih suka pada makanan-makanan dari luar negeri seperti Eropa, Cina, Korea dan Jepang. Gunungkidul memiliki banyak produk lokal yang bisa memberikan kontribusi terhadap ekonomi daerah, khususnya dalam bidang kuliner. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya produk asing, seperti makanan cepat saji (fast food) hal ini menyebabkan produk lokal mulai terkikis oleh makanan asing. Berangkat dari permasalahan tersebut, sebuah buku referensi tentang makanan tradisional menjadi penting sebagai upaya melestarikan produk lokal. Makanan khas Gunungkidul ini sangatlah perlu untuk dilestarikan, sehingga menciptakan sebuah produk unggulan yang patut untuk dibanggakan sebagai salah satu kekayaan kuliner. Masyarakat Gunungkidul sendiri hanya mengenal beberapa makanan khas Gunungkidul, maka perlu dilakukan sebuah promosi makanan tradisional Gunungkidul yaitu melalui buku, sehingga dengan penggunaan buku ini diharapkan dapat melestarikan produk lokal sebagai salah satu kekayaan budaya. 2 Disamping itu buku merupakan media cetak yang dapat berperan mendidik semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangunan watak bangsa (Muktiono, 2003:2). Jumlah Pasar di Kabupaten Gunungkidul Dalam pengelolaannya, pasar di Gunungkidul menjadi 2 jenis, yaitu pasar yang dikelola oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan atau yang biasa disebut pasar negeri dan pasar yang dikelola oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa atau disebut pasar desa. Berikut ini disajikan jumlah pasar di tiap kecamatan se Kabupaten Gunungkidul: Data Pasar Desa Data Pasar Negeri Jumlah Pasar No Kecamatan Jumlah Pasar No Kecamatan Desa Negeri 1. Paliyan 5 1. Wonosari 4 2. Saptosari 3 2. Semanu 6 3. Panggang 3 3. Playen 3 4. Purwosari 3 4. Rongkop 7 5. Playen 7 5. Semin 4 6. Girisubo 2 6. Ponjong 3 7. Paliyan 5 7. Rongkop 2 8. Nglipar 4 8. Karangmojo 4 Jumlah 36 9. Semin 2 10. Ngawen 3 Sumber : Data Dinas Perindag. Kab. Gunungkidul (2018) 11. Nglipar 2 12. Ponjong 8 13. Semanu 9 14. Tepus 3 15. Tanjungsari 6 16. Wonosari 4 17. Patuk 2 18. Gedangsari 2 Jumlah 70 Sumber : Profil Pasar Desa (2018) 3 MAKANAN TRADISIONAL Makanan Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang menurut Maslow menduduki peringkat pertama dari sederet kebutuhan lain. Setiap individu membutuhkan sejumlah makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh ekonom, makanan dijadikan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Makanan merupakan bagian budaya yang sangat penting (Khomsan, 2003). Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003). Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO (World