Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama

VOLUME 06, No. 02, April 2020: 185-201

AKHUDIAT SEBAGAI PENULIS NASKAH DRAMA INDONESIA

Iga Ayu Intan Candra Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon [email protected]

ABSTRACT Akhudiat is an Indonesian drama script writer who contributes to the development of theater. This research reveals the background of Akhudiat’s biography, which consists of childhood life, educational processes, art and family support. This research is a qualitative research by inviting narratives. Research explains individual experiences, collected through various forms of data, arranged chronologically, analyzed, contains turning points and takes place in specific places and situations.The data of the study focused on the character of Akhudiat, his life background, the manuscripts produced and the motivation of his work. Data was collected through a process of observation and interviews with figures involved in the process of Akhudiat art, namely figures in Bengkel Muda Surabaya and Akhudiat’s family. In addition, the process of collecting data also uses a literature review that contains books and articles relating to Akhudiat and the process of his work. Various forms of data obtained in research are reduced to data analyzed using character study theory. The results showed that Akhudiat has a history of life that made him compelled to work. Various kinds of influences ranging from childhood experiences, fondness of reading, and motivations from the family as well as the achievements obtained make Akhudiat has a play script which gave an important role in the development of theater in Indonesia during the years 1960-1985. Until now, the text of Akhudiat is still used in various theater performances in Indonesia.

Keywords: Akhudiat, characters, drama script, theater

ABSTRAK Akhudiat merupakan tokoh penulis naskah drama Indonesia yang banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan teater. Penelitian ini mengungkapkan biografi Akhudiat, yang terdiri dari kehidupan masa kanak-kanak, proses pendidikan, berkesenian dan dukungan keluarga. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan naratif. Penelitian menuturkan pengalaman individual, dikumpulkan melalui beragam bentuk data, disusun secara kronologis, dianalisis, mengandung titik balik dan berlangsung di tempat dan situasi yang spesifik. Data penelitian berfokus pada tokoh Akhudiat, latar belakang kehidupannya, naskah-naskah yang dihasilkan dan motivasi berkarya yang dilakukan. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terhadap tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses kesenian Akhudiat yaitu tokoh di Bengkel Muda Surabaya dan keluarganya. Selain itu proses pengumpulan data juga menggunakan kajian literatur berupa buku dan artikel yang berhubungan dengan Akhudiat dan proses berkaryanya. Beragam bentuk

185 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 data yang diperoleh dalam penelitian direduksi menjadi data-data yang dianalisis menggunakan teori studi tokoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akhudiat memiliki sejarah kehidupan yang membuatnya terdorong untuk berkarya. Berbagai macam pengaruh mulai dari pengalaman masa kecil, kesukaannya membaca, dan motivasi-motivasi dari keluarga maupun prestasi yang diperoleh membuat Akhudiat memiliki naskah drama yang memberikan peran penting dalam perkembangan teater di Indonesia sepanjang tahun 1960-1985. Hingga saat ini naskah Akhudiat masih dipergunakan dalam berbagai pementasan teater di Indonesia.

Kata Kunci: Akhudiat, naskah drama, teater, tokoh

PENGANTAR Akhudiat secara ketokohan teater di Akhudiat adalah sosok seniman Indonesia telah memberikan pemikiran- teater yang aktif dalam kepenulisan pemikirannya dalam teater. Idealismenya naskah drama, pernah aktif sebagai mengusung konsep teater modern dalam sutradara teater dan merupakan tokoh berbagai karya penulisan naskah dan yang berpengaruh dalam perkembangan penyutradaraannya membuatnya dikenal seni teater di Indonesia. Akhudiat telah sebagai salah satu tokoh penulis naskah mampu memberikan perubahan terhadap berpengaruh di Indonesia. Selain itu pertunjukan teater di Indonesia melalui berbagai penghargaan yang diterimanya naskah-naskah drama yang dihasilkan, dalam hal penulisan naskah drama pemikiran dalam penyutradaraan dan merupakan pembuktiannya sebagai perannya dalam mengembangkan penulis naskah. Istilah drama dalam teater. Naskah drama karya Akhudiat naskah drama terkadang disamakan merupakan naskah yang fenomenal pada dengan istilah teater oleh sebagian orang. tahun 70-an, dengan memunculkan Penulis-penulis yang menghasilkan gagasan-gagasan tradisional, realis, naskah drama berpengaruh pada absurd dalam satu naskah drama. jamannya menurut Sumardjo (2004 Pertunjukan teater yang menggunakan : 381-383) dimuat dalam kronologi naskah dan disutradarai Akhudiat daftar sastra drama. Kronologi Jacob mencoba melawan aturan dalam teater memasukkan Akhudiat dalam daftarnya. konvensional yang mengatakan bahwa Di antaranya “Grafitto” (1972), muncul teater hanya dapat dipertunjukkan bersamaan dengan naskah Kuntowijoyo di atas panggung prosenium. Konsep “Tak Ada Waktu Bagi Nyoya Fatma, perlawanan yang diungkapkan Akhudiat Barda, Cartas”, Arswendo “Penantang disebut dengan istilah Teater Jalanan. Tuhan”, Saini K.M “Pangeran Suten Konsep Teater Jalanan merupakan Jaya”, Jasso Winarto “Mimi Pelacurku”, konsep teater yang tidak mengharuskan Ikranegara “Topeng”, Nano Riantiarno teater dipertunjukkan di atas panggung “Matahari Bersinar Lembayung”. Akhudiat melainkan dapat dipertunjukkan di kemudian kembali mempublikasikan berbagai tempat seperti lapangan, naskahnya pada tahun 1974, lahirlah pendapa, maupun di jalanan kampung. “Jaka Tarub”, dan “Rumah Tak Beratap”.

186 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia

Kemudian berlanjut di tahun berikutnya Persoalan inilah yang mendorong 1975 muncul naskah “Bui” dan 1977 peneliti untuk melakukan penelitian lahir naskah “RE”. terhadap ketokohan Akhudiat sebagai Akhudiat banyak berkontribusi penulis naskah drama di Indonesia. dalam bidang kepenulisan naskah drama Berdasarkan fenomena yang telah dan dalam perkembangan seni teater diutarakan maka diperoleh penelitian Indonesia. Sebagaimana penghargaan ini akan mengutarakan latar belakang yang baru saja didapatkannya dari Akhudiat sebagai penulis naskah drama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan ketokohannya dalam perspektif pada tahun 2016 sebagai Pencipta, Pelopor biografi. dan Pembaru Teater dalam hal dedikasi Berdasarkan rumusan masalah sebagai penulis naskah drama di tahun teori yang dipergunakan adalah Teori 70-an. Pencapaian tersebut menegaskan Studi Tokoh. Studi tokoh dapat dibagi jika Akhudiat memiliki peran yang sangat dalam tiga domain dalam pola pemikiran penting dalam perkembangan teater flosofis, yaitu ontologi, epistemologi dan melalui naskah drama yang ditulisnya. aksiologi. Furchan dan Maimun (2005:23), Tulisan ilmiah tentang kekaryaan mengatakan bahwa dalam domain ontologi Akhudiat telah dilakukan, seperti (hakekat) studi tokoh bersifat alamiah, tulisan pernah dilakukan oleh Mohamad induktif, process oriented, komitmen Yoesoef (2013) “Struktur Tekstur dan bersama, emik-etik dan verstehen. Domain Intertekstualitas dalam Sastra Drama epistemologi menempatkan studi tokoh Karya Akhudiat”, tetapi untuk penulis dalam perspektif pendekatan historis, yang mencatat ketokohan Akhudiat sosio-kultural-religius, prosedural, dalam teater belum pernah dilakukan. partisipatoris, deskriptif kualitatif, reflektif, Penelitian tentang Akhudiat secara in-depth, kritis-analitis, dan proposal- keseluruhan hanya berupa kajian tentatif. Sementara domain aksiologi studi sastra terhadap naskah-naskah yang tokoh adalah keteladanan, introspeksi dihasilkannya, sementara latar belakang , dan memberikan sumbangan pada kehidupannya sebagai penulis naskah keilmuan. drama Indonesia sangat penting Secara berurutan langkah-langkah diketahui oleh masyarakat. Deskripsi metodologinya diungkapkan (Furchan tokoh Akhudiat ditemui dalam beberapa dan Maimun, 2005, p. 90-91) yaitu : rujukan di internet hanya sekedar studi a. Riwayat hidup tokoh tokoh singkat yang tidak mendalam 1) Riwayat kehidupan (identitas diri) dan tidak secara keseluruhan mewakili 2) Riwayat pendidikan sejarah kehidupan Akhudiat. Selain 3) Jabatan/pekerjaan yang pernah itu penelitian yang mengungkapkan diemban (baik jabatan formal bagaimana pemikiran dan konsep- maupun non formal) konsep yang dicetuskan Akhudiat belum 4) Kegiatan-kegiatan yang pernah pernah dilakukan. diikuti

187 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 b. Paparan data studi berlangsung di tempat dan situasi yang 1) Paparan yang berkaitan dengan spesifik. fokus studi yang pertama Pendekatan naratif dalam studi 2) Paparan yang berkaitan dengan tokoh yang dilaksanakan melalui fokus studi yang kedua, dan penulisan dan perekaman pengalaman seterusnya dari kehidupan orang lain. Pengumpulan c. Pembahasan studi data pada penelitian historis atau studi 1) Pembahasan fokus studi yang tokoh merupakan penelitian yang pertama menggunakan pengumpulan data dengan Pembahasan fokus studi yang kedua metode life history atau Sejarah Hidup. dan seterusnya. Kegiatan penelitian dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. PEMBAHASAN Lokasi penelitian yaitu rumah Penelitian ini merupakan penelitian Akhudiat yang bertempat di perumahan kualitatif dengan pendekatan naratif Gayungan Residence No A/9 jalan yaitu studi tokoh. Pendekatan naratif Gayungan VII Surabaya. Selain itu dipilih karena studi tokoh akan penelitian juga di Lakukan di Bengkel mengemukakan pengalaman hidup Muda Surabaya dan Taman Budaya orang lain secara kronologis-historis. Jawa Timur Gedung Cak Durasim Selain itu pendekatan naratif melalui studi studi tokoh memenuhi kebutuhan- Masa Kecil Akhudiat kebutuhan dalam penelitian studi Akhudiat yang akrab dipanggil tokoh, terdapat beberapa ciri penelitian Diat merupakan seniman teater yang naratif dalam Cresswell (2015: 97), lahir di Dukuh Karanganyar, Desa “terdapat ciri kolaboratif yang kuat Karangbendo, Rogojampi, Banyuwangi, dalam penelitian naratif ketika ceritanya Jawa Timur. Akhudiat lahir pada tanggal muncul melalui interaksi atau dialog 5 Mei 1946 dari pasangan petani yaitu antara peneliti dan (para) partisipan”. Bapak Akhwan dan Ibu Musyarafah. Berdasarkan pernyataan tersebut ciri Akhudiat merupakan anak tunggal kolaboratif yang dimaksudkan adalah dalam keluarga Islam yang taat. Namun proses pengumpulan cerita dari individu saat umurnya dua tahun ayahnya (narasumber) kepada peneliti. Sehingga meninggal sehingga ibunya menikah lagi, erat hubungannya dengan penulisan dan membuat Akhudiat tinggal dengan studi tokoh yang mengutamakan ayah tirinya. Peristiwa tersebut bagi anak peran narasumber sebagai tokoh yang seusia Akhudiat masih belum terlalu diteliti. Cerita naratif dalam penelitian memahami peliknya permasalahan menuturkan pengalaman individual, rumah tangga. Tinggal bersama orang dikumpulkan melalui beragam bentuk tuanya pada saat itu bagi Akhudiat data, disusun secara kronologis, bukanlah sebuah pilihan, sehingga dianalisis, mengandung titik balik dan Akhudiat tinggal dengan neneknya

188 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia di desa Karanganyar sebelah timur tempatnya mengenyam pendidikan Rogojampi. Tinggal bersama neneknya semasa kecil. Bangunan dengan ciri era memberikan Diat kebebasan untuk kependudukan kolonialisme Belanda keluyuran semaunya dan menjelajahi dan Jepang menemani kehidupan masa malam-malam di Rogojampi. kecil Akhudiat. Seperti Sekolah Rakyat Hal yang menarik dari hubungan tempatnya sekolah merupakan hasil dari Akhudiat dan neneknya adalah pendudukan Jepang dan jalan Rogojampi kenangan terhadap neneknya sangat adalah bangunan peninggalan Belanda. melekat di benak Akhudiat. Sampai Akhudiat sekolah dasar sampai saat ini saat menginjak umur 74 tahun, dengan kelas 6 di Sekolah Rakyat cerita tentang neneknya masih lancar Rogojampi. Kegemaran Akhudiat diutarakan oleh Akhudiat. Antusiasme membaca dimulai sejak ia masih sekolah terhadap kehidupannya dengan nenek dasar dan dari membacalah Akhudiat dan pekerjaan neneknya terlihat jelas menggali pengalamannya dalam teater, dari penuturan Akhudiat. Kedua kesusastraan dan berbagai masalah neneknya diceritakan sebagai dukun sosial. Letak sekolahnya yang berada bayi di desanya yang biasanya memimpin di dekat jalan raya dan dekat kantor acara selamatan bayi dan mengurus Kawedanan merupakan tempat strategis jenazah perempuan (modin perempuan). dengan informasi yang mudah diperoleh Sementara neneknya yang ketiga adalah pada saat itu. Akhudiat sangat tertarik seorang pembatik dan pembuat kue pada kedai buku yang terletak di seberang yang sangat enak saat lebaran. Nenek jalan sebelah barat sekolahnya. Saat buyutnya merupakan dukun bayi juga istirahat Akhudiat curi-curi membaca sehingga kemampuan menjadi dukun beberapa halaman dari majalah dan bayi adalah keahlian turun-temurun. koran Surabaya. Melalui lembaran- Akhudiat menempuh pendidikan lembaran buku kehidupan di luar Sekolah Rakyat (SR) Rogojampi, Rogojampi tergambar dalam benaknya Banyuwangi, lulus tahun 1958. Masa sedari kecil. Akhudiat yang uang sakunya kecil Akhudiat di Rogojampi diisi dengan hanya 25 sen tidak cukup untuk membeli kegiatan membaca dan menonton majalah tersebut, maka dia melanjutkan pertunjukan teater tradisional. Akhudiat kesenangannya membaca di rumah menceritakan pada saat itu Rogojampi Pakde juru rawat yang berlangganan merupakan Kawedanan (sekarang majalah Terompet Masyarakat dan kecamatan) yang sepanjang jalannya Minggu Pagi (). Akhudiat diteduhi oleh pohon Asam Jawa. menyukai cerpen Motinggo Boesje yang Rogojampi memenuhi ingatan Akhudiat ditemuinya dalam majalah Minggu Pagi. terhadap masa kecilnya dengan suasana Cerpen berjudul Jarum Syringe menjadi pasar, kantor pemadam kebakaran, pasar awal mula Akhudiat menyukai Motinggo hewan, tempat penyembelihan hewan, Boesje dalam penulisan naskah drama. dokar, sampai dengan Sekolah Rakyat Akhudiat menyebut jika Boesje adalah

189 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 dramawan dengan pemikiran hebat penjual jamu keliling harus yang dapat membuat naskah luar biasa memiliki kemampuan menarik penonton. Sang penjual jamu seperti Malam Jahanam. Kesukaannya menampilkan atraksi sulap, debus pada Boesje membuatnya berapi-api dan lain sebagainya. Hal tersebut menceritakan kehebatan naskah Malam terbukti mampu menarik penonton Jahanam, sebagaimana seorang fans sehingga kegiatan acting yang dilakukan penjual jamu berhasil mengagumi idolanya. membuat penonton tertarik dan Akhudiat memperoleh informasi berkumpul.”(Akhudiat, wawancara maupun kepekaan estetis pada masa 20 Mei 2017) kecil tidak hanya dari membaca tetapi Pengamatan Akhudiat terhadap dari kesukaannya mendengarkan seni pertunjukan sudah dimulainya ketoprak Cokroijo, sandiwara radio, sejak kecil. Akhudiat sering mendatangi dan acara Obrolan Pak Besut dan Man pasar malam dan menyaksikan komidi Jamino di radio di RRI Yogyakarta. putar maupun pertunjukan di tobong Ketertarikan Akhudiat kecil terhadap berupa ketoprak, orang, dan media hiburan dan sandiwara dapat tonil/sandiwara. Akhudiat mengenang kita tangkap pada kegemarannya ini. masa kecilnya masih penuh dengan Sekalipun pada saat itu mendengarkan pertunjukan-pertunjukan tradisional drama radio adalah kegemaran semua seperti Tandak atau Ledek maupun orang bahkan ibu-ibu maupun bapak- Kentrung dengan penerangan yang masih bapak juga menyukainya. sangat tradisional yaitu menggunakan Kehidupan Akhudiat semasa kecil obor. Pertunjukan teater seperti Kentrung dihabiskan seperti kebanyakan anak dari Trenggalek juga pernah disaksikan kecil di daerah Rogojampi, misalnya Akhudiat kecil. Sandiwara atau tonil saja bermain layang-layang di lapangan di Gedung Nasional Indonesia (GNI) kuburan setelah pulang sekolah. Jam yang merupakan kreasi dari orang 6-7 malam digunakan untuk mengaji Al- Rogojampi menjadi pertunjukan yang Quran di surau Mbah Najar tukang sunat ditampilkan di acara kemerdekaan juga pada saat itu. Sehabis isya Akhudiat ikut menjadi bagian dalam proses kreatif menghabiskan waktunya untuk jalan- Akhudiat. Menurut Akhudiat hal-hal jalan berkeliling menyusuri Rogojampi. yang dialaminya di Rogojampi mulai Tujuan pertama Akhudiat adalah bioskop dari ngaji, sekolah, main layangan di Sampurna. Kegemarannya adalah nonton kuburan, membaca talqin bersama mbah film, seperti film , Malaya dan Modin di atas kubur baru, kedai buku, Mickey Mouse maupun nonton koboi. sandiwara, pasar malam, bioskop telah Hiburan di Rogojampi tidak hanya itu mempengaruhi proses kreatif Akhudiat tetapi juga beberapa pertunjukan seperti dalam menulis. sulap oleh penjual jamu. Akhudiat mengungkapkan jika “Penjual jamu bagi saya merupakan inspirasi terbesarnya berasal dari bagian dari teater. Sebagai seorang pengalaman masa kecilnya, masa kecil

190 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia yang begitu bebas dan menjadi kenangan (PGAPN) IV Jember, dan lulus tahun yang melekat di benak Akhudiat. Malam- 1962. Kehidupannya selama di Jember malam di Rogojampi menjadikannya semakin menyalurkan kegemarannya sesuatu yang berharga untuk dikenang membaca dengan menjadi anggota melalui tulisan-tulisan dan naskah- beberapa perpustakaan yang ada di kota naskahnya. Jember. Perpustakaan yang menjadi Perkembangan psikologis yang ruang bacanya adalah perpustakaan dialami Akhudiat sebagai bagian GNI, menjadi anggota perpustakaan di dari suatu proses kreatif merupakan Jawatan Pendidikan, Pengajaran dan ungkapan dari kejadian yang terjadi Kebudayaan (PP&K) dan sekolahnya di alam bawah sadar penulis. Merujuk sendiri. Akhudiat mulai menekuni pada proses berkarya menurut Sigmund membaca buku, majalah sastra, karya Freud dalam Winner (1982 : 19), “Not only terjemahan dan karya populer. did Freud belive that the urge to create Tetangganya saat kos di Jember is determined by unconscious conflict of merupakan pejabat tinggi Landbouw early childhood, but he felt that the content Maatschappitch Onderneming Djember of works of art , like that of dreams, is (LMOD) atau petinggi perusahaan similarly determined.” Freud percaya kemitraan pertanian di Jember, memiliki bahwa dorongan untuk menciptakan banyak koleksi majalah terbitan luar sebuah karya ditentukan oleh konflik negeri. Tetapi Akhudiat tidak meminjam bawah sadar pada masa kanak-kanak, langsung dari orangnya, melainkan dari seperti mimpi yang juga ditentukan pembantu rumah tangganya. Majalah oleh keinginan alam bawah sadar, seperti Look, Life, dan The Saturday karya seni juga merupakan perwujudan Evening Post menjadi bacaan Akhudiat. dari sebuah keinginan bawah sadar Akhudiat pada 1960 membaca atau ID (Instinctual Dives). Akhudiat novel George Orwell berjudul 1984, memiliki kecenderungan berkarya baginya novel ini merupakan bacaan dengan memasukkan unsur-unsur yang mengguncang dan menginspirasi. yang ditemuinya di masa kecil sebagai Akhudiat merupakan orang dengan selera dorongan naluriah dalam naskah- baca yang tidak seperti kebanyakan naskahnya. orang. Bacaan yang disukainya adalah yang berbeda, menantang dan Akhudiat dan Proses Pendidikan membutuhkan pemikiran. Novel karya Setelah menempuh pendidikan Orwell yang dianggapnya sebagai tulisan Sekolah Rakyat (SR) Rogojampi, yang visioner, karena novel tersebut Banyuwangi, dan lulus 1958. menceritakan manusia yang hidup Menggunakan warisan tanah dan dalam kendali penuh dari pemerintah kebun kelapa yang berhektar-hektar, dan segala gerak-geriknya selalu diawasi Akhudiat melanjutkan sekolahnya di dengan beberapa bentuk ramalan masa Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri depan. Karena fenomenalnya novel yang

191 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 ditulis pada 1949 tersebut, banyak yang (Mohammad Diponegoro), “Setan-Setan menganggap bahwa novel tersebut adalah Tua” (Arifin C. Noer), dan pertunjukan ramalan masa depan. Novel ini dikatakan yang disutradarai dan diperankan sebagai novel yang ikut mempengaruhi WS Rendra sebuah karya terjemahan proses kreativitas Akhudiat. berjudul “Hai”. Setelah menempuh empat tahun Membaca dan menonton menjadi pendidikan PGAP nya di Jember, Akhudiat rutinitas Akhudiat selama berada di melanjutkan kelas lima dan enam di Yogyakarta. Proses mengenal teater tidak Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) hanya melalui menonton tetapi juga di Malang. Selama di Malang Akhudiat dengan mengikuti kursus akting yang mengajar sebagai guru Agama Islam di dibimbing langsung oleh Mohammad SMP/SMA atau Madarasah, Tsanawiyah Diponegoro dan Arifin C. Noer di Teater dan Aliyah. Lulus dari Jember sebagai Muslim. Teater Muslim merupakan teater lulusan terbaik, Akhudiat melanjutkan yang besar di Yogyakarta pada tahun pendidikannya ke Yogyakarta. Selama 1960 an, yang muncul saat pergolakan di Yogyakarta Akhudiat menempuh politik PKI dan Lekra mementaskan kelas satu sampai tiga di Pendidikan Naskah berjudul “Iblis” (cerita nabi Hakim Islam Negeri (PHIN) yang berada Ibrahim). Selama kursus akting bersama di Sekip Jalan Kaliurang dekat dengan teater Muslim, Akhudiat ingin menjadi Universitas Gajah Mada. Setelah lulus aktor. Namun Akhudiat tidak terseleksi dari PHIN maka akan menjadi panitera sebagai aktor karena aktingnya yang pengadilan agama (PA). Selama di dirasa tidak terlalu mumpuni. Yogyakarta sampai lulus dari PHIN Akhudiat mengenal seorang teman pada 1965, Akhudiat mengembangkan yang merupakan sahabatnya di Teater kesenangannya membaca dan mengenal Muslim. Bersama sahabatnya tersebut kata teater. Akhudiat mulai berkarya teater dan Kehidupan Akhudiat di Yogyakarta mementaskan dramanya di PHIN. (1962-1965) terus menambah bacaannya Pertunjukan teater dari sebuah karya terhadap buku-buku dan apresiasi karya adaptasi cerpen A.A Navis “Sebuah seni. Kegiatan membaca dan menonton Wawancara” (1963). lebih sering dilakukan Akhudiat selama Aktivitasnya bersama Teater Muslim dua setengah tahun mulai dari di mempertemukannya dengan Arifin Jefferson Library berlokasi di depan C. Noor. Pesan Arifin C. Noor kepada pasar Kranggan, Perpustakaan Islam Akhudiat yang terus dikenang yaitu , dekat dengan Kedaulatan Rakyat, toko- “kalau kamu serius membaca naskah, toko buku, melihat pertunjukan teater suatu saat akan menjadi penulis”. Mulai dan pameran seni rupa. Beberapa karya dari sini Akhudiat mulai membaca seni rupa menjadi perhatian Akhudiat naskah drama dan mempelajarinya dan banyak menonton karya-karya seperti naskah “Malam Jahanam” dan teater. Pertunjukan teater karya “Iblis” “Nyonya & Nyonya” oleh Motinggo Boesje,

192 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia dua naskah yang dianggapnya mewakili Tahun 1972—1973, Akhudiat tragedi dan komedi. Selain kedua naskah kuliah di Akademi Wartawan Surabaya tersebut terdapat naskah “Timadar” oleh (AWS) namun tidak tamat. Semasa Yunan Helmi Nasution yang menjadi kuliahnya di AWS Akhudiat lebih banyak dasar Akhudiat mempelajari naskah menghabiskan waktunya untuk membaca drama. Berdasarkan pernyataan tersebut buku dan berkesenian bersama Bengkel Akhudiat belajar jenis-jenis naskah Muda Surabaya. Alasan tersebutlah yang drama dan bagaimana menulisnya, mengakibatkan kuliahnya terbengkalai namun sampai dengan 1970 belum ada dan tidak sampai tamat. satu pun naskah yang ditulisnya. Berdasarkan perjalanannya Sampai lulus dari PHIN 1960-1970 dalam memperdalam kemampuan Akhudiat menghabiskan waktunya intelektualnya, Akhudiat memiliki buku untuk jalan-jalan. Perjalanannya yang dianggapnya paling berkesan dari mengelilingi Pulau Jawa menggunakan segi ide dan pemikiran penulisnya. Ketiga kereta api pentas teater. Terkadang buku tersebut di antaranya adalah Akhudiat luntang-lantung sendirian “1984” (George Orwell) sebuah karya ataupun secara berkelompok naik kereta fenomenal yang menggambarkan masa dari Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, depan. Akhudiat menyukai karya yang Solo, Semarang sampai Banyuwangi. tidak biasa, unik dan berbeda, karena Paling sering pentas teater dilakukan di karya tersebut membutuhkan pemikiran kampung halamannya yaitu di Rogojampi untuk memahaminya. dan Banyuwangi. Peran yang paling Ide kreatif yang dihasilkan Akhudiat sering dimainkan Akhudiat adalah berasal dari pengalaman yang dialaminya sebagai dokter dalam naskah “Jebakan atau aspek psikologis dan perkembangan Maut” karya terjemahan “The Death-trap” intelektualnya atau pengalamannya dalam oleh H.H Munro (1916-1970). membaca. Yudiaryani mengemukakan Merasa cukup keluyuran dan jika suatu karya hadir berdasarkan pementasan, Akhudiat memutuskan kondisi psikologis dari pengarangnya dan kembali ke Yogyakarta. Di kantor PHIN perkembangan moral serta intelektual Akhudiat mengetahui keputusan dari yang dialami oleh seniman itu sendiri. Menteri Agama yang mengangkatnya (2005, 157:158) Kemampuan Akhudiat menjadi Pegawai Negeri sipil di Surabaya menerjemahkan gagasannya dalam yaitu di kantor IAIN Sunan Ampel berbagai naskah drama yang ditulisnya Surabaya yang sekarang UINSA menunjukkan bahwa kecerdasan Surabaya. Akhudiat bekerja sebagai intelektual seseorang mempengaruhi pegawai kantor pusat IAIN dan tidak karya-karyanya. Penelitian Studi Tokoh sebagai PA. Kepindahannya ke Surabaya terhadap Akhudiat memberikan analisis menjadi awal mula proses berkarya seberapa jauh aspek-aspek psikologis dan Akhudiat dalam penulisan naskah drama intelektual mempengaruhi suatu karya dan beberapa naskah terjemahan. seni melalui penelusuran kehidupannya

193 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 dari masa kecil sampai dengan masa berbagai kebudayaan tanpa perlu pembuatan karyanya. bersentuhan langsung. Membaca Membaca buku bagi Akhudiat adalah merupakan bagian dari kehidupan bagian dari kehidupannya. “Saya bisa Akhudiat. Tetapi pengetahuan yang membaca lebih dari lima buku dalam sekali didapat dari membaca akan berhenti baca, baca buku bisa sekaligus.” (Akhudiat, pada diri kita jika kita tidak menulisnya. wawancara 24 Desember 2016). Aktivitas Itulah mengapa menulis bagi Akhudiat membaca yang dijalani sampai pada saat seperti sebuah pasangan dari membaca. ini oleh Akhudiat diibaratkan seperti Menulis baginya adalah suatu bentuk menonton televisi dengan mengganti-ganti ekspresi dari gagasan-gagasan yang channel-nya saat bosan. Akhudiat dapat mampu berbicara dan membuka membaca buku sekaligus dalam satu kali wawasan pembacanya. baca. Terdapat sekitar empat sampai lima buku di atas kursi kayu di depannya. Buku Akhudiat dan Keluargannya bertumpuk itu adalah buku yang belum Motivasi seorang individu seperti selesai dibaca Akhudiat. Sekali baca dapat seniman jika dianalisis tidak lepas dari berganti dari buku satu ke buku yang pemahaman hierarki kebutuhan Abraham lainnya. Saat bosan membaca cerita dalam Maslow. Akhudiat sebagai individu yang salah satu buku maka akan berpindah ke melakukan kerja kreatif memiliki motivasi buku lainnya, begitu seterusnya sampai tersendiri dalam berkarya. Motivasi mengkhatamkannya satu-persatu. manusia dipahami berdasarkan hasil Kemampuan memilah informasi dari suatu tingkat kebutuhan yang dikenal yang dimiliki Akhudiat sangat luar biasa. dengan hierarchy of needs (Damajanti, Kebiasaannya membaca membuatnya 2006, 85:86). Pendapat Maslow dalam mampu memilah informasi dalam satu tingkat kebutuhan yang sesuai dengan kali baca meskipun suatu buku dibaca perjalanan kreativitas Akhudiat adalah bersamaan. Jika diibaratkan seperti kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan menyusun puzzle itulah kemampuan terhadap penghargaan dan aktualisasi Akhudiat menandai dan menyambung diri. Secara berurutan kebutuhan yang cerita. Secara tidak langsung pola dicapai Akhudiat berusaha dipenuhi membaca seperti ini juga dapat setelah kebutuhan sebelumnya telah mempengaruhi bentuk naskah yang terpenuhi. Kebutuhan terhadap kasih ditulis Akhudiat. Naskah-naskahnya sayang mendahului (harus terpenuhi) selalu sarat makna dan kaya karena sebelum dipenuhinya kebutuhan terhadap dalam satu naskah terdapat berbagai penghargaan dan aktualisasi diri. bahasa dan kebudayaan. Kebutuhan untuk memiliki atau Memperkaya pemikiran dan disebut Maslow sebagai kasih sayang pengetahuan merupakan langkah atau cinta. Maslow mengemukakan Akhudiat untuk menjadi penulis. jika tanpa cinta maka pertumbuhan Membaca membuat Akhudiat mengenal dan perkembangan kemampuan orang

194 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia akan terhambat (Golbe, 1987, 74:75). Sebagaimana yang diungkapkan Kasih sayang adalah bentuk pencapaian Yasmin, kebanggaan terhadap papanya seseorang yang mendorongnya untuk sangatlah besar. Namun hal yang unik menunjukkan jatidiri yang dimiliki dalam terhadap anak-anak Akhudiat adalah lingkungannya. bahwa Yasmin selama kuliah tidak Akhudiat menikah dengan Mulyani pernah mengungkapkan kalau Akhudiat 1974. Bersama istrinya Akhudiat adalah orangtuanya. Sampai dosen memiliki 3 orang anak yaitu Ayesha yang mengajarnya mengetahui dengan Mutiara Diat lahir tahun 1975, Andre sendirinya bahwa orangtuanya adalah Muhammad Diat lahir tahun 1976, dan Akhudiat. Sosok low profile juga ada pada Yasmin Fitrida Diat lahir tahun 1978. anak-anak Akhudiat. Sebelum kelahiran Yasmin, Akhudiat Tidak jarang keluarga juga menonton memiliki anak namun meninggal dunia pertunjukan yang dipentaskan Akhudiat. yang bernama Emerald. Hal tersebut merupakan salah satu Pernikahan Akhudiat dengan bentuk dukungan moral yang diberikan Mulyani saat karir Akhudiat masih keluarga. Awalnya anak-anaknya awal dalam kepenulisan. Mulyani menganggap pentas yang dilakukan memosisikan diri sebagai ibu rumah Akhudiat adalah kegiatan yang aneh. tangga yang mengurusi segala macam Mengapa papanya harus berteriak- keperluan. Peran mengurus anak dilakoni teriak di depan umum. Namun seiring Mulyani mulai dari kegiatan rumah berjalannya waktu diketahui jika itu sampai masalah sekolah. Kegiatan merupakan aksi teatrikal dan deklamasi. mengantar sekolah dari Taman Kanak- Akhudiat dan keluarga menganggap Kanak sampai Sekolah Menengah Atas bahwa berteater adalah profesi. merupakan merupakan Peran Mulyani. Gaji sebagai PNS tidak mencukupi Akhudiat merupakan seniman untuk membiayai tiga anak. Kegiatan independen dalam berkesenian. Namun berkesenian adalah sumber penghasilan dukungan keluarganya merupakan terbesar bagi Akhudiat untuk mencukupi bagian terpenting. Dukungan dari anak- biaya kehidupannya. Akhudiat menyebut anak juga memberikan semangat bagi kegiatannya dalam teater adalah ngamen, Akhudiat dalam berkarya. Prestasi yang saat ditanya keluarganya mau kemana diberikan memberikan kebanggaan jawabannya adalah ngamen. Saat muncul tersendiri bagi anak-anaknya. pertanyaan lain, bagaimana bisa kemarin “Papa merupakan sosok low profile, tidak memiliki uang tetapi hari ini bisa saya sebagai anak menganggap dapat uang, jawaban Akhudiat adalah bahwa berteater dan menulis naskah saya ngamen. Seni sebagai penghidupan adalah sebuah profesi. Saya merasa keluarga adalah salah satu alasan bangga atas prestasi yang diperoleh dan yang membuat terharu adalah dukungan keluarga terhadap jalan adanya apresiasi dari berbagai kesenimanan yang ditempuh Akhudiat. pihak terhadap prestasi papa.” Bagi Akhudiat PNS cukup 30 tahun dan (Fitrida, wawancara 20 Mei 2017).

195 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 pensiun, tetapi sebagai seniman akan Perkembangan kebudayaan berasal dari terus saya jalani. bandar-bandar kemudian ke kota-kota Mulyani meninggal pada tahun besar. Perkembangan seni pertunjukan 2010, merupakan salah satu pukulan bukan lagi sebagai hiburan melainkan besar bagi Akhudiat. Sampai dengan memegang peran sebagai jasa produk 40 hari kepergiannya, Akhudiat sama seni pertunjukan. sekali tidak keluar rumah. Tepat 40 hari Perkembangan teater modern diadakan diskusi dan bedah naskah Indonesia erat kaitannya dengan “RE”, saat itulah Naskah “RE” yang Akhudiat sebagai salah satu tokoh teater menceritakan tentang kematian dianggap modern di Indonesia. Posisi Akhudiat sebagai representasi berpulangnya sebagai seniman teater memegang Mulyani. peran penting dalam masa-masa teater kontemporer dengan absurd, komedi, tradisi berada dalam satu naskah dan satu pertunjukan. Arus pertunjukan “teater sutradara” merupakan kutub kesenian yang dianut Akhudiat, yaitu sutradara sebagai penulis naskah sekaligus menyutradarai. Masuknya informasi dan referensi teater menjadikan pertunjukan semakin berkembang dengan menekankan unsur kebebasan Gambar 1 berkarya, kebebasan berekspresi dan Akhudiat muda dan istrinya (Sumber : Harian Merdeka edisi 21 bermain peran. Nopember 1974) Sejarah teater Indonesia mengalami pasang surut perubahan yang disebabkan Kecintaan Akhudiat pada karyanya gejolak atmosfer politik. Pengaruh membawa inspirasi untuk nama-nama tersebut terjadi di masa teater tahun 60- anaknya. Nama Ayesha berasal dari an. Jacob Sumadjo menyebutnya sebagai nama tokoh dalam naskah drama lanjutan dari zaman emas teater (tahun “Jaka Tarub”, sementara Andre adalah 1958-1963). Tiga kota di Jawa menjadi nama tokoh dalam naskah “Rumah Tak pusat perteateran Indonesia yakni Beratap”. adanya ATNI (Jakarta), (STB) Bandung dan (SDD) Yogyakarta, Fakultas Sastra, Akhudiat dalam Perkembangan Teater Teater Indonesia, dan sebagainya. Modern Indonesia Tahun 1960-1985 Kehidupan teater pasca Perkembangan teater modern di kemerdekaan bangsa Indonesia ditandai Indonesia merupakan bentuk pengaruh dengan gagasan dari Usmar Ismail, atau influence dari berkembangnya D. Djajakusuma dan Asrul Sani yang kebudayaan barat di Indonesia. mendirikan dan mengelola sebuah

196 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia perguruan tinggi seni teater bernama Seni Drama Bogor pimpinan Umar Ismail Akademi Teater Nasional Indonesia yang melibatkan tiga kota yaitu Bogor, (ATNI) di Jakarta pada tahun 1955. Bandung, dan Jakarta. Secara garis Pentas-pentas ATNI di akhir 1950-an besar PKM dan Festival Seni Drama mendorong grup-grup teater di Jakarta, Bogor menjadi festival yang penting di Bandung, Yogyakarta, dan grup teater tahun tersebut. kampus semakin aktif mengadakan Trend teater bertema keagamaan pertunjukan-pertunjukan. mulai berkembang di tahun 1960-an Setelah itu memasuki “teater dengan bermunculannya kegiatan teater sekolahan”, mengenal drama-drama yang didukung oleh kegiatan keagamaan. pendek Anton Chekov, Gogol, Usmar Ditandai dengan munculnya Teguh Karya Ismail. Mayoritas kelompok-kelompok dengan naskah-naskah yang dipentaskan mengadaptasi dari naskah mereka. pada hari-hari besar Agama Kristen. Mengakibatkan interaksi dengan naskah Sementara itu Mohammad Diponegoro lakon karya-karya dari penulis Barat dan Arifin C. Noor mendirikan teater (baik berbentuk terjemahan, saduran, Muslim yang membawakan naskah- dan adaptasi) dan idiom-idiom teater naskah Islam. Trend pertunjukan teater Barat (Eropa) menjadi bertambah aktif dengan memasukkan unsur keagamaan pula. membuat atmosfer kekaryaan seni teater Lahirnya ATNI masih lekat dengan bermuatan unsur dakwah keagamaan. propaganda atas kependudukan Jepang. Walaupun demikian, tetapi pertunjukan Melalui ATNI lahirlah tokoh-tokoh teater yang ada tetap mementingkan seperti Asrul Sani, D. Djajakusuma, unsur estetika. Misbach Yusa Biran (Bung Besar). Perkembangan perpolitikan bangsa Sementara di luar ATNI bermunculan ini berhubungan langsung dengan dramawan-dramawan seperti Utuy T. kebudayaan, terutama kesenian dengan Sontani, Kirdjomulyo, B. Soelarto, Nasjah fungsinya sebagai penarik simpati bagi Jamin, Bahrum Rungkuti, Mohammad masa yang ingin ditarik oleh sebuah partai Diponegoro,dan Arifin C. Noor. politik. Hal demikian sangat berkembang Periode 60-an digagas upaya pesat pada sekitar awal tahun 1960-an, meningkatkan daya saing antar kelompok di mana lembaga kebudayaan partai teater sehingga dibuatlah festival teater. banyak tumbuh subur seperti, Lekra Contohnya adalah dengan diadakannya (PKI), Lesbumi (NU), LKN (PNI), Lesbi festival teater seperti Pekan Kesenian (Partindo), Laksmi (PSII), Leksi, LKKI Mahasiswa (PKM). Kehadiran PKM (Partai Katolik), ISBM (Muhamadiyah). mendorong mahasiswa membentuk Saat itu seniman tidak bisa bersikap komunitas-komunitas teater di berbagai untuk netral, karena dituntut sikap daerah, namun eksistensi PKM hanya loyalitas dan harus berpihak hanya sampai tahun ke-IV. Kemudian pada kepada partai. Saat itu para seniman tahun 1962 diselenggarakan Festival tidak bisa bersikap netral atas keadaan

197 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 perpolitikan yang berkembang. Mereka dibangun di atas areal tanah seluas harus berpihak kepada perdamaian dan sembilan hektare. Dahulu tempat ini kemanusiaan walaupun lewat sebuah dikenal sebagai ruang rekreasi umum wacana yang tercipta dari partai yang ia ‘Taman Raden Saleh” (TRS) yang bela (Moeljanto & Ismail, 1995, 205-207) merupakan Kebun Binatang Jakarta Lekra dibentuk pada tanggal 17 sebelum dipindahkan ke Ragunan. TIM Agustus 1950, seniman Lekra yang merupakan pusat kegiatan seni teater berhaluan sosialis dan anti kapitalisme dengan menampilkan grup-grup teater di mengusung subordinasi kebudayaan luar Jakarta. TIM kemudian berkembang yang ditentang oleh seniman di luar menjadi kiblat teater Indonesia. Lekra sehingga lahirlah Manifes Dibangunnya Tim sebagai pusat Kebudayaan (Manikebu) yang mengusung kesenian membuat beberapa seniman Pancasila sebagai dasar kebudayaan memilih pindah ke ibu kota untuk dan mengusung konsep humanisme mengembangkan karier. Arifin C. Noer dan universal. Gerakan tersebut membuat Putu Wijaya memilih pindah ke Jakarta tokoh teater yang mengikuti ideologi- yang awal mulanya mereka menetap ideologi Lekra seperti Utuy Tatang Sontani di Bandung. Rendra pun demikian, kemudian menghadirkan drama “Sayang dia yang berdomisili di Yogyakarta ada Orang Lain”. Seniman menjadi sibuk memilih mementaskan pertunjukkan terhadap kegiatan perpolitikan sebab pertama untuk naskah terbarunya di teater memegang posisi penting sebagai TIM. Trend pada masa itu membuat TIM pemegang informasi. Hiburan hanya menjadi standardisasi atau poros dari berasal dari teater karena film barat pertunjukan yang dianggap ideal karena dilarang tayang dan hanya mengizinkan seniman-seniman besar mementaskan penayangan film yang berasal dari karyanya di tempat tersebut. negara sosialis seperti Uni Soviet. Namun TIM merupakan pusat pendidikan gerakan perpolitikan seniman berakhir teater di Indonesia. Hal tersebut membuat dengan gagalnya pemberontakan G 30 TIM digunakan grup-grup teater remaja S/PKI pada tahun 1965. Hal tersebut belajar dari grup teater profesional. kemudian membawa angin segar pada Setelah belajar para peserta pendidikan proses berkarya seniman yang membawa membentuk grup teater baru. Misalnya pada masa keemasan teater pada tahun lahirnya Teater Koma dari proses belajar 70-an. Nano Riantiarno pada Teater Populer Perkembangan teater modern yang dipimpin Teguh Karya. Indonesia juga ditandai dengan Masa perintisan teater menuju dibangunnya Taman Ismail Marzuki teater modern telah dimulai oleh Rendra (TIM). Diresmikan pembukaannya oleh dengan gebrakan Mini Kata. Rendra Gubernur Pemerintah Daerah Provinsi merupakan sutradara yang memulai DKI Jakarta Jenderal Marinir Ali Sadikin kariernya di tahun 50-an dengan konsep pada tanggal 10 November 1968. TIM teater mutakhir sama halnya dengan

198 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia

Arifin C. Noer, Teguh Karya dan Putu drama. Sayembara ini menemukan Wijaya. Ciri yang dimiliki oleh beberapa penulis naskah-naskah drama baru sutradara tersebut adalah menulis seperti Akhudiat, Vredi Kastam Marta, naskah sekaligus menyutradarainya Wisran Hadi, Noorca Mahendra, dan disebut “teater sutradara”. Ciri Yudisthira Adi (Sumardjo, 2004, p.193). pertunjukan yang dihasilkan condong Pernyataan tersebut menegaskan jika kepada pertunjukan yang energik, Akhudiat merupakan penulis naskah bebas, humoristik, tajam, fokus pada generasi baru yang ditemukan dalam teater sebagai tontonan yang enak kompetisi penulisan. Disamping nama- dipandang dan didengar serta kurang nama besar seperti Nano Riantiarno, adanya pola yang baku. Putu Wijaya, Arswendo, Ikranegara, Saini Naskah-naskah drama Indonesia K.M, dan Kuntowijiyo. tahun 1970-an mengundang banyak Sebagai pemenang dalam sayembara perdebatan dan kritik. Struktur teks penulisan naskah, rata-rata karakteristik yang puitis menyuguhkan pembaharuan naskah adalah sesuai dengan keperluan pada isi yang mengangkat isu-isu krusial teater modern. Begitupun dengan dengan penyajian alur tidak linear yang Akhudiat yang memperoleh eksistensinya kemudian melahirkan pandangan- berkat naskah yang ditulisnya. Naskah pandangan pro dan kontra. Misalnya soal Diat memiliki corak kontemporer sesuai pembacaan teks drama yang dinilai sulit dengan trend pertunjukan pada saat dipahami dan dianggap mengusung gaya itu yang cenderung kontemporer. naskah teater absurd, kita bisa mencari Kecenderungan naskah Diat yaitu bukti dengan membaca naskah-naskah naskah dengan kombinasi konsep yang Akhudiat. Di dalam naskah Akhudiat dibawa Arifin C. Noer, Putu Wijaya serta kita tidak bisa menemukan dialog-dialog Ikranegara baik dalam hal penulisan yang koheren sehingga sulit menangkap naskah drama dan pertunjukan teater. maknanya dan mendiskusikan isu-isu Teater Arifin C. Noer merupakan teater penting namun tidak terbahas secara yang mengusung teater puitik-lirik, Putu utuh (Fajar, 2017). wijaya dan Ikranegara menekankan Kemunculan Akhudiat pada tahun bahasa humor yang populer, dinamik dan 70-an diawali dengan debutnya sebagai bebas. Hal tersebutlah yang membuat penulis naskah dalam sayembara Akhudiat mendapat tempat pada penulisan naskah oleh Dewan Kesenian tahun 70-an yaitu karena karakteristik Jakarta. Akhudiat muncul sebagai naskahnya sesuai dengan selera generasi muda penerus teater modern pertunjukan yang kontemporer, puitik yang diusung oleh Rendra, Arifin C. dan non konvensional. Noer maupun Teguh Karya. Sayembara Penulis-penulis yang menghasilkan penulisan naskah dilakukan mulai tahun naskah drama berpengaruh pada 1972 sampai 1981, diumumkan 44 jamannya menurut Sumardjo (2004, naskah yang disaring dari 534 naskah p.381-383) dimuat dalam kronologi

199 Jurnal Kajian Seni, Vol. 06, No. 02, April 2020: 185-201 daftar sastra drama. Kronologi Jacob Berdasarkan penelitian dan hasil memasukkan Akhudiat dalam daftarnya. pembahasan dapat disimpulkan bahwa Di antaranya “Grafitto” (1972), muncul Akhudiat merupakan tokoh tahun 70-an bersamaan dengan naskah Kuntowijoyo yang gaya penulisan dan pertunjukannya “Tak Ada Waktu Bagi Nyoya Fatma, banyak dipengaruhi arus perkembangan Barda, Cartas”, Arswendo “Penantang teater modern Indonesia. Naskah- Tuhan”, Saini K.M “Pangeran Suten naskahnya memberikan idiom-idiom baru Jaya”, Jasso Winarto “Mimi Pelacurku”, dalam percaturan teater di Indonesia. Ikranegara “Topeng”, Nano Riantiarno Penulisan Akhudiat dipengaruhi beberapa “Matahari Bersinar Lembayung”. Akhudiat faktor yang melatarbelakanginya yaitu kemudian kembali mempublikasikan pengalaman masa kecilnya di Rogojampi naskahnya pada tahun 1974, lahirlah Banyuwangi, masalah sosial, dan wacana “Jaka Tarub”, dan “Rumah Tak Beratap”. seni. Kemudian berlanjut di tahun berikutnya 1975 muncul naskah “Bui” dan 1977 DAFTAR PUSTAKA lahir naskah “RE”. Akhudiat. Antologi 5 Lakon Akhudiat. Berdasarkan tema naskah yang Lamongan: Pagan Press, 2014. ditulis Akhudiat pada periode 70-an Creswell, Jhon W. Penelitian Kualitatif dan seperti “Grafitto” merupakan naskah Desain Riset. Yogyakarta Pustaka yang mengusung tema-tema sosial. Saat Pelajar, 2015. itu beberapa dramawan juga mengikuti Damajanti, Irma. Psikologi Seni. Bandung: trend menulis naskah dengan tema sosial, PT Kiblat Buku Utama, 2006. sebut saja Putu Wijaya dengan “Anu”, dan D.S, Moeljanto, Taufik Ismail. Prahara Wisran Hadi dengan “Gaung”. Tema sosial budaya: kilas balik ofensif Lekra: PKI yang diambil di samping kritik politik dan (kumpulan dokumen pengolahan sejarah). kemiskinan, adalah masalah kebebasan Bandung : Mizan, 1995. individu untuk memperjuangkan haknya Furchan, Arief, dkk. Studi Tokoh: dan perlawanan masyarakat tradisional Metode Penelitian Mengenai Tokoh. terhadap modernitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015. Goble, Frank G. Psikologi Humanistik KESIMPULAN Abraham Maslow. Yogyakarta: Memaknai kehadiran Akhudiat Kanisius, 1987. sebagai tokoh teater Jawa Timur erat Kaswadi. “Naskah-Naskah Drama Karya kaitannya dengan posisinya dalam Akhudiat Perspektif Ekologi Budaya” perkembangan teater Indonesia. sebagai disertasi Universitas Negeri Ketokohan Akhudiat meliputi penulisan Surabaya, Surabaya, 2015. naskah, karya yang dihasilkan, Mawardi, Amang. “Feminisme” Nawang pemikiran dalam teater, penyutradaraan, Wulan, Kritik Sosial, dan Jejak dan perannya dalam berbagai bidang. Sejarah (Handout). Surabaya, DKJT: Membaca Akhudia, 2017.

200 Iga Ayu Intan Candra, Akhudiat Sebagai Penulis Naskah Drama Indonesia

Sumardjo, Jacob. Perkembangan Teater Yoesoef, Mohamad. “Struktur tekstur dan Modern dan Sastra Drama Indonesia. intertekstualitas dalam sastra drama Bandung: PT Citra Aditya Bakti, karya Akhudiat” sebagai disertasi 1992. Universitas Indonesia, 2013. Winner, Ellen. Invented Worlds: The Zaki, Rusdi. “Absurdiat (Handout)” Psychology of the Arts. London: dalam DKJT: Membaca Akhudiat Harvard University Press, 1982. (Surabaya), 2017.

201