FORUM KEUANGAN DAN BISNIS (FKBI), 6 , 2017, 417-432

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI)

When Fintech Meets Accounting : Opportunity and Risk ISBN 978-602-17225-7-2. http://fkbi.akuntansi.upi.edu/

Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

Prawidya Hariani RS Ekonomi Pembangunan- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara – Jalan Kapten Mukhtar Basri No. 3 Medan - 20238 [email protected]

Abstract. Indonesia's macroeconomic condition shown the unemployment rate is still above 4% or above the normal unemployment rate. The employment trends of the province , the LFPR (Labor Force Participation Rate) continue to increase, but the unemployment rate for the last 31 years actually rose by 8.29%. Main objective of studies to estimate data panel to see how the effect of GRDP and real wage (W) on the cities and districts of North Sumatera on Manpower Absorption (PTK). Furthermore, the study conducted mapping of the region using Klassen Tipology to compare the rate of economic growth with the growth of labor absorption. The cross section data were 33 regencys and cities, while the time series was 10 years, from 2005-2014. The result of estimation by OLS method, then F-test equal to 685,5 where PDRB and W simultaneously have positive and significant effect to PTK. T-test shows that PDRB has positive effect while W is negative and significant to PTK. The result of Klassen Tipology shows that the Batubara Regency and City of were included in the area in Quadrant III where Economic Growth and PTK are low compared to North Sumatra.

Keywords: GDRP; klassen tipology; manpower absorption; real wages.

Abstrak. Kondisi makro ekonomi Indonesia menunjukkan tingkat pengangguran masih diatas 4% atau diatas tingkat pengangguran normal. Trend ketenagakerjaan provinsi Sumatera Utara, TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) terus mengalami peningkatan, tapi tingkat pengangguran selama 31 tahun terakhir justru naik sebesar 8,29%. Tujuan utama penelitian melakukan estimasi dengan panel data untuk melihat bagaimana pengaruh PDRB dan upah riil (W) pada kota dan kabupaten se-Sumatera Utara terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Selanjutnya, penelitian melakukan pemetaan wilayah dengan menggunakan Tipologi Klassen untuk membandingkan laju pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja se- Sumatera Utara. Data cross section nya 33 kabupaten dan kota, sedangkan time series sebanyak 10 tahun, dari tahun 2005-2014. Hasil estimasi dengan metode OLS, maka Uji-F sebesar 685,5 dimana PDRB dan W secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PTK. Uji-t menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh positif sedangkan W negatif dan signifikan terhadap PTK. Hasil Tipologi Klassen menunjukkan bahwa Kabupaten Batubara dan Kota Tebing Tinggi termasuk dalam wilayah di kuadran III dimana Pertumbuhan Ekonomi dan PTK rendah jika dibandingkan dengan Sumatera Utara.

Kata Kunci: PDRB; Penyerapan Tenaga Kerja; Tipologi Klassen; Upah riil.

Corresponding author. Jalan Kapten Mukhtar Basri No. 3 Medan. [email protected] Copyright©2017. Prosiding Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI). Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

417| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

PENDAHULUAN memerlukan sinergi dan koordinasi antara pemerintah daerah serta masyarakatnya dalam Pembangunan ekonomi melibatkan mengelola SDM yang ada. Koordinasi dan sumber daya manusia (SDM) sebagai salah sinergi antara pemerintah daerah dan satu pelaku pembangunan. Jumlah penduduk masyarakatnya dapat berupa pembentukan yang besar tidak selalu menjamin pola kemitraan untuk menciptakan suatu keberhasilan pembangunan bahkan menjadi lapangan kerja baru guna memacu beban bagi keberlangsungan pembangunan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. tersebut. Jumlah penduduk yang besar dan Indonesia merupakan salah satu negara tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan berkembang yang memulai pembangunan kerja justru menyebabkan tingginya angka secara terarah dan intensif pada zaman Orde pengangguran. Baru yang diawali pada program Pelita I. Perluasan penyerapan tenaga kerja Ketimpangan antar daerah muncul seiring (selanjutnya disingkat menjadi PTK) dengan pelaksanaan pembangunan ekonomi diperlukan untuk mengimbangi laju di Indonesia. Ketimpangan ini terjadi karena pertambahan penduduk golongan usia yang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi masuk ke pasar tenaga kerja. Pengangguran tidak terjadi secara serempak dan merata pada mengakibatkan naiknya beban keluarga, semua daerah di Indonesia. Ketidakmerataan sehingga mendorong bertambahnya jumlah tampak secara spasial di Indonesia antara orang miskin dan tingkat kriminalitas serta Pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa (Kuncoro, menghambat pembangunan ekonomi dalam 2004). jangka panjang.Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang

Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Pulau SumateraTahun 2009-2013 (persen)

Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013 Rata- rata NAD -5.51 2.74 4.84 5.14 4.18 2.28 Sumatera Utara 5.07 6.42 6.63 6.22 6.01 6.07 Sumatera Barat 4.28 5.94 6.26 6.38 6.18 5.81 Riau 2.97 4.21 5.04 3.54 2.61 3.67 Jambi 6.39 7.35 8.54 7.44 7.88 7.52 Sumatera Selatan 4.11 5.63 6.5 6.01 5.98 5.65 Bengkulu 5.62 6.1 6.46 6.6 6.21 6.2 Lampung 5.26 5.88 6.43 6.53 5.97 6.02 Bangka Belitung 3.74 5.99 6.5 5.73 5.29 5.45 Kepulauan Riau 3.52 7.19 6.66 6.82 6.13 6.07 Sumber: BPS Indonesia

Ketidakmerataan juga terjadi antar pertumbuhan ekonomi yang positif dan daerah di Pulau Sumatera yang merupakan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. salah satu pulau yang kaya dengan hasil bumi Salah satu masalah yang cukup serius Indonesia dan termasuk pulau terbesar dihadapi Sumatera Utara dewasa ini adalah keenam di dunia. Ketimpangan pembangunan masalah pengangguran. Jumlah penganggur antar wilayah dapat dilihat dari perbedaan dan setengah penganggur mengalami tingkat kesejahteraan nilai PDRB/kapita dan peningkatan. Sebaliknya pengangguran dan pertumbuhan ekonomi antar wilayah. setengah pengangguran yang tinggi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi merupakan pemborosan SDM dan menjadi di Pulau Sumatera yang berhasil mencatatkan beban keluarga serta masyaraka sehingga

418 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000

meningkatkan kemiskinan, dapat mendorong Besarnya penyediaan tenaga kerja peningkatan keresahan sosial dan kriminal, (supply-side) di masyarakat adalah jumlah dan dapat menghambat pembangunan dalam orang yang menawarkan jasanya untuk proses jangka panjang (Depnakertrans, 2004). produksi barang dan jasa. Mereka dinamakan Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara golongan yang bekerja, sebagian lain cenderung meningkat, namun peningkatan tergolong yang siap bekerja dan sedang tersebut belum diikuti dengan pengurangan berusaha mencari kerja, mereka dinamakan laju pengangguran. Meningkatnya angka pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang pengangguran disebabkan karena bekerja dan mencari kerja dinamakan ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan angkatan kerja atau labor force. Jumlah orang kerja dan penciptaan kesempatan kerja. yang bekerja tergantung dari besarnya Adanya kesenjangan antara angkatan kerja permintaan (demand-side) dalam masyarakat. dan lapangan kerja tersebut berdampak Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan terhadap perpindahan tenaga kerja (migrasi) ekonomi dan tingkat upah dalam baik secara spasial antara desa-kota Simanjuntak, (1998). (urbanisasi) maupun secara sektoral. Sektor Indikator Tenaga Kerja dalam lapangan usaha memiliki peran atau literature ketenagakerjaan, menggunakan kontribusi dalam PTK di suatu daerah. beberapa indikator yang menggambarkan Kontribusi yang besar terhadap pembentukan situasi ketenagakerjaan pada suatu negara atau PDRB tidak menggambarkan bahwa sektor daerah dalam Kuncoro (2002) yakni : tersebut mampu menampung tenaga kerja Pertama, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang banyak. (TPAK) menggambarkan jumlah angkatan Berdasarkan latar belakang maka kerja dalam suatu kelompok umur sebagai masalah yang akan dirumuskan adalah persentase penduduk dalam kelompok umur bagaimana variable PDRB dan tingkat upah tersebut, yaitu membandingkan angkatan mempengaruhi PTK formal di kabupaten kota kerja dengan tenaga kerja. Untuk menghitung se-Sumatera Utara, serta ketimpangan TPAK dapat digunakan rumus sebagai penyerapan tenaga kerja antar wilayah. berikut: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perkembangan ekonomi bidang (1-1) ketenagakerjaan di Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara dengan melakukan estimasi dari variable yang mempengaruhi Kedua, Angka Penyerapan Angkatan Kerja PTK, serta mengukur ketimpangan dan (employment rate) APAK adalah angka yang pemetaan ketenaga kerjaan kota kabupaten di menunjukkan berapa banyak jumlah angkatan Sumatera Utara. kerja yang menyatakan sedang bekerja pada saat pencacahan, dapat dihitung dengan rumus KAJIAN LITERATUR sebagai berikut: Simanjutak (1998), mendefinisikan penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih (2-2) yang sudah atau yang sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan sedang melaksanakan kegiatan lain seperti sekolah Ketiga, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan mengurus rumah tangga. Menurut adalah indikasi tentang penduduk usia kerja Dumairy (1996) menyatakan pekerja adalah yang termasuk kelompok pengangguran. penduduk yang berumur di dalam batas usia Tingkat pengangguran terbuka diukur sebagai kerja. Suatu negara menetapkan batas umur persentase jumlah pengangguran terhadap tertentu yang berbeda antara negara satu jumlah angkatan kerja, yang dapat dengan negara yang lain. dirumuskan sebagai berikut:

419| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

(2.3) tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih buruk lagi jika harga-harga turun drastis maka kurva nilai produktivitas marginal dari tenaga kerja Kaum klasik percaya bahwa perekonomian juga turun drastis dimana jumlah tenaga kerja yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme yang tertampung menjadi semakin kecil dan pasar akan selalu menuju keseimbangan pengangguran menjadi semakin bertambah (equilibrium). Posisi keseimbangan ekonomi luas (Mulyadi, 2003). menunjukkan semua sumber daya, termasuk Wicaksono, (2010); “Analisis tenaga kerja, akan digunakan secara penuh Pengaruh PDB Sektor Industri, Upah riil , (full-employed), jadi pada mekanisme pasar Suku Bunga riil, dan Jumlah Unit Usaha tidak ada pengangguran. Artinya, jika tidak terhadap PTK pada Industri Pengolahan ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990- pendapatan sama sekali, maka mereka 2008”, PDB sektor industri memiliki bersedia bekerja dengan tingkat upah yang hubungan yang positif dan signifikan terhadap lebih rendah. Kesediaan untuk bekerja dengan penyerapan tenaga kerja, Upah riil memiliki tingkat upah lebih rendah ini akan menarik hubungan positif dan signifikan terhadap perusahaan untuk memperkerjakan mereka penyerapan tenaga kerja , suku bunga riil dan lebih banyak dalam Blanchard (2013). jumlah unit usaha tidak memiliki hubungan Kritikan JM. Keynes (1883-1946) yang signifikan.Variabel upah riil adalah terhadap sistem klasik salah satunya adalah variabel yang mempengaruhi sebagian besar tentang pendapatnya bahwa tidak ada dari semua. Uji- F, menunjukkan secara mekanisme penyesuaian (adjustment) simultan memiliki pengaruh yang positif dan otomatis yang menjamin bahwa signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja perekonomian akan mencapai keseimbangan di sektor manufaktur besar dan menengah di pada kondisi full employment. Fakta Indonesia. menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tidak Sianturi. P, (2009); Pengaruh Investasi bekerja sesuai dengan pandangan klasik di dan Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga atas. Para pekerja memiliki semacam serikat Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara” pekerja (labor union) yang akan berusaha Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan memperjuangkan kepentingan pekerja dari bahwa PMDN, PMA, dan tingkat Konsumsi penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat secara bersama mempunyai pengaruh positif upah diturunkan maka boleh jadi tingkat terhadap penyerapan tenaga kerja. PMDN dan pendapatan masyarakat akan turun. Turunnya PMA signifikan pada α = 5%. Sedangkan pendapatan sebagian anggota masyarakat tingkat Konsumsi signifikan pada α = 1%. akan menyebabkan turunnya daya beli Taufik.M dkk ( 2014); “Pengaruh Investasi masyarakat, yang pada gilirannya akan dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi menyebabkan konsumsi secara keseluruhan Serta Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi akan berkurang (aggregate consumption), Kalimantan Timur”, variabel independen sekaligus mendorong turunnya harga-harga (investasi dan ekspor) memiliki pengaruh secara umum. yang signifikan terhadap pertumbuhan Kalau harga-harga turun, maka kurva ekonomi. Pada model sub-struktur 2, nilai produktivitas marjinal tenaga kerja menunjukkan bahwa ketiga variabel (marginal value of productivity of labor), independen (investasi, ekspor dan yang dijadikan sebagai patokan oleh pertumbuhan ekonomi) memiliki pengaruh pengusaha dalam memperkerjakan tenaga yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja akan turun. Jika penurunan dalam harga- kerja. harga tidak begitu besar, maka kurva nilai produktivitasnya hanya turun sedikit. METODOLOGI PENELITIAN Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang Penelitian ini merupakan penelitian bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah kuantitatif, bertujuan mengestimasi dan

420 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000

menganalisis hubungan antar variabel yang diagnostic) yang diwalai dari Uji-F untuk telah ditentukan untuk menjawab rumusan melihat pengaruh variable bebas secara masalah. Data yang disajikan adalah panel simultan terhadap variable terikat. Uji-t akan data yang dimana penelitian mengunakan melihat pengaruh secara parsial dari PDRB cross section kabupaten dan kota se-Provinsi dan W terhadap PTK. Sumatera Utara, sedangkan time series yang dihimpun adalah pada tahun 2005 hingga HASIL DAN PEMBAHASAN 2014. Sumber data publikasi oleh BPS (Badan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Pusat Statistik). Adapun Variabel-variabel membawahi 33 Kabupaten dan Kota, yang yang akan diamati adalah variabel-variabel terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota, serta yang diduga mempengaruhi penyerapan terdapat 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan tenaga kerja yakni variabel penyerapan dan desa. Beberapa daerah yang merupakan tenaga kerja (PTK), PDRB (Y) dan upah (W). hasil pemekaran wilayah, seperti Kabupaten Maka model ekonometrik yang akan Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai kabupaten Mandailing Natal (MADINA), berikut: Kabupaten Padang Lawas yang beribukota di

Sibuhuan dan Kabupaten Padang Lawas Utara = + + + yang ibukotanya Gunung Tua. Selanjutnya, (3.6) Kabupaten Tapanuli Utara mekar dengan

wilayah baru yakni Kabupaten Toba Samosir Dimana; dan Samosir. Kabupaten Nias dimekarkan 〖 〗 PTK _rt= Penyerapan tenaga kerja menjadi beberapa kabupaten dengan kabupaten dan kota di Sumut pda tahun t membentuk Kabupaten Nias Utara, Nias (jiwa) Barat, Nias Selatan dan Kota Gunung Sitoli. PDRB_rt = Total nilai PDRB pada kabupaten Wilayah Pantai Timur merupakan dan kota di Sumut pada tahun t (milyar wilayah yang memiliki perkembangan rupiah) ekonomi yang paling pesat. Hal ini W_rt = Upah riil pada kabupaten dankota di disebabkan infrastruktur yang lengkap serta Sumut pada tahun t (juta rupiah) menjadi Pusat Pemerintahan Propinsi α_0 = Konstanta Sumatera Utara. Selanjutnya Wilayah Dataran α_1,α_2 = Parameter Tinggi merupakan wilayah yang terletak di ε_rt = Error term tengah propinsi dan termasuk ke dalam rangkaian Pegunungan Bukit Barisan. Danau Analisis trend dalam kurun waktu Toba dan Pulau Samosir merupakan beberapa tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan wilayah yang menjadi daerah dengan model regresi linier untuk metode kuadrat kepadatan penduduk tinggi di wilayah ini. terkecil biasa atau OLS (Ordinary Least Terakhir Wilayah Pantai Barat, merupakan Square method) dalam bentuk regresi wilayahnya paling luas dengan kondisi berganda yang disajikan lebih sederhana dan demografis penduduknya yang relatif sedikit mudah dimengerti. dibanding Pantai timur dan dataran tinggi. Metode regresi dengan tehnik OLS Berdasarkan kondisi letak dan kondisi akan menganalisis dengan tahapan melakukan alam, maka provinsi Sumatera Utara terbagi penaksiran model dengan alat R2 (koefisien atas beberapa wilayah diantaranya sebagai determinasi) dan koefisien korelasi (R). berikut : Selanjutnya melakukan pengujian (test

421| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

Tabel 2 Pembagian Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Kondisi Letak dan Alam

Pantai Timur Dataran Tinggi Pantai Barat

Kabupaten : Labuhan Kabupaten : Tapanuli Kabupaten : Nias, Batu, Asahan, Deli Utara, Toba Samosir, Mandailing Natal. Serdang, Langkat, Simalungung, Dairi, Tapanuli Selatan, Serdang Bedagai, Batu Karo, Humbang Tapanuli Tengah, Nias Bara, Labuhan Batu Hasundutan, Pakpak Selatan, Padang Lawas Selatan, dan Labuhan Bharat, dan Samosir. Utara, Padang Lawas, Batu Utara. Nias Utara, dan Nias Kota: Barat. Kota : Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan, Kota: , , dan Sumber : Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara)

Berdasarkan data BPS Sumatera penduduk yang terendah yaitu Kabupaten Utara (2015), jumlah penduduk di wilayah ini Pakpak Bharat 37 jiwa per km2, disusul oleh tahun 2014 sebanyak 13.766.851 jiwa dengan Kabupaten Samosir sebesar 59 jiwa per km2, tingkat kepadatan penduduk 189 jiwa per km2 dan Kabupaten Padang Lawas Utara sebesar . Penyebaran penduduknya masih 63 jiwa per km2. Sedangkan berdasarkan terkonsentrasi pada wilayah Kota Medan kelompok golongan usia, maka posisi nya sebesar 16,2%, Kabupaten Deli Serdang masih berbentuk piramida yang menunjukkan sebesar 13,8%. Kabupaten dan kota hanya bahwa penduduk provinsi Sumatera Utara dibawah 10%. Tingkat Kepadatan penduduk masih didominasi oleh golongan anak-anak yang tinggi didominasi oleh wilayah seperti yang terlihat pada gambaran piramida perkotaan, seperti kota Medan sebesar 8.268 penduduk tahun 2014 BPS SUMUT (2015). jiwa per km2, disusul oleh Kota Tebing Selanjutnya jumlah penduduk berdasarkan Tinggi dengan kepadatan penduduk sebesar angkatan kerja yang telah bekerja di Provinsi 4.994 jiwa per km2, dan Kota Binjai 4.418 Sumatera Utara dapat dilihat pada table jiwa per km2. Daerah dengan kepadatan berikut ini:

Tabel 3 Banyaknya Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan (jiwa), 2010 – 2014

Jenis Kegiatan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1. Angkatan 6.617.377 6.314.239 6.131.664 6.311.762 6.272.083 Kerja

422 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000

- Bekerja 6.125.571 5.912.114 5.751.682 5.899.560 5.881.371 - Mencari Kerja 491.806 402.125 379.982 412.202 390.712 2. Bukan 2.902.897 2.445.082 2.702.653 2.619.661 3.078.958 Angkatan Kerja Jumlah 9.520.274 8.759.321 8.834.317 8.931.423 9.351.041 Sumber: BPS Sumatera Utara (2015)

Berdasarkan tabel diatas, jumlah Bukan hanya itu terjadinya inflasi yang penduduk usia produktif (penduduk yang menyebabkan permintaan masyarakat akan berusia 15 tahun ke atas) dari tahun 2010- suatu barang juga menurun, dan kenaikan 2014 memiliki kecederungan yang menurun upah yang menyebabkan produsen akan setiap tahunnya, dan tahun 2012 jumlah mengurangi salah satu faktor produksinya angkatan kerja paling kecil dibandingkan seperti tenaga kerja untuk memperkecil biaya tahun sebelum dan setelahnya. Kondisi prosuksi yang menyebabkan bertambahnya tersebut bisa saja terjadi, karena ketika jumlah pengangguran. penduduk yang bekerja di suatu sektor maka Kota Medan yang paling banyak menyerap penduduk lainnya yang tidak bekerja atau penduduk yang bekerja di Sumatera Utara, yang mencari kerja akan menggantikan posisi tetapi disisi lain, bahwa TPT termasuk yang penduduk yang bekerja sebelumnya namun sangat tinggi dibandingkan dengan pada tahun 2012 penurunan penduduk yang kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara, mencari kerja tidak sebanyak pengurangan yaitu sebesar 9,48%. Tetapi Kota Sibolga penduduk yang bekerja. Penurunan penduduk merupakan daerah dengan tingkat yang bekerja sebanyak 160.432 jiwa, pengangguran paling tinggi yaitu sebesar sementara penurunan penduduk yang bekerja 12,41%, diikuti Kabupaten Padang Lawas hanya sebanyak 22.143 jiwa. Hal ini Utara sebesar 10,9 persen dan Kabupaten menunjukan bahwa ada beberapa hal yang Labura sebesar 10,88 persen. Sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya perbandingan disimpulkan bahwa pengangguran (tidak yang sangat jauh. melakukan kegiatan apapun) yang paling Masalah perekonomian suatu daerah banyak di Kota Sibolga, kondisi ini bisa saja menjadi penyebab penurunan disebabkan kurangnya daya serap SDM di penduduk yang bekerja lebih besar pasar kerja atau dengan kata lain kurangnya dibandingkan penurunan penduduk yang lapangan pekerjaan bagi masyarakat Sibolga. mencari pekerja, misalnya penurunan Peran pemerintah daerah sangat penting, permintaan masyarakat terhadap barang atau dengan cara mendorong sektor ekonomi yang suatu komoditi yang dihasilkan oleh mampu menyerap tenaga kerja didaerah perusahan salah satu sektor lapangan usaha tersebut atau membuat program pinjaman dan menyebabkan perusahaan akan dana untuk modal mendirikan usaha bagi mengurangi kegiatan produksinya, serta masyarakat di Sibolga. Kondisi mengurangi jumlah tenaga kerja untuk perkembangan tenaga kerja dapat dilihat pada menghindari resiko kerugian yang besar. grafik berikut ini :

Perkembangan Tenaga Kerja 10,00 7,94 8,26 3,91 5,88 4,39 2,51 -0,31 0,00 2004-3,63 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011-3,61 2012-2,79 2013 2014 -10,00 -6,31

423| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

Teori Keynesian menekankan pada penyebab terjadinya fluktuasi makroekonomi pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai salah satunya penyerapan tenaga kerja. 450.000 386.754 400.000 350.000 300.000 250.000 187.740 182.560 200.000 174.664 179.664 165.280 171.692 146.294 152.285 150.000 90.738 100.000 50.000 10.867 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 1 Jumlah Pencari Kerja di Sumatera Utara pada tahun 2004-2014 (Jiwa)

Pada gambar 1 menunjukan jumlah dari 6,53% pada Agustus 2012 menjadi pencari kerja di Sumatera Utara, dimana 5.95% pada Februari 2013. jumlah pencari kerja paling banyak tercatat Penurunan penduduk miskin di Sumut pada tahun 2007 yaitu sebesar 386.754 jiwa, terjadi di perdesaan maupun perkotaan. kenaikan jumlah pencari kerja pada tahun Dengan menurunnya jumlah penduduk 2007 sangat tinggi dibandingkan tiga tahun miskin, maka persentase kemiskinan juga sebelumnya. Namun tahun 2008 jumlah turun atau mencapai 9,38% dari jumlah pencari kerja kembali turun dan berfluktuasi penduduk provinsi. Angka kemiskinan pada tahun berikutnya. Hal ini memang sangat dipengaruhi oleh besaran mengindikasikan terjadi ketimpangan tahun inflasi dan sulitnya lapangan pekerjaan. 2013, dimana jumlah pencari kerja turun Inflasi bisa ditekan dengan cara menekan secara drastis menjadi 10.867 jiwa. Adapun terjadinya lonjakan harga barang di pasar, tingkat pengangguran terbuka juga menurun karena inflasi akan mempengaruhi upah riil.

Tabel 4

Persentase Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan pada tahun 2014 (%)

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah (Education Level) (Male) (Female) (Total) 1. Tidak/belum pernah sekolah 1.08 2.55 1.65 2. Tidak/belum tamat SD 8.38 12.14 9.84 3. Tamat SD 21.29 21.98 21.56 4. Tamat SMTP 24.24 18.98 22.2 5. Tamat SMTA 37.49 32.32 35.48 6. Diploma I/II/III/IV, Universitas 7.53 12.02 9.27 Jumlah 100 100 100

Sumber: BPS Sumatera Utara

Berdasarkan tabel diatas, angkatan berpendidikan atau tamatan SD ke bawah kerja di Sumatera Utara tahun 2014 yang masih besar yakni 21,56%. Persentase

424 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000

angkatan kerja golongan ini mencapai membuka lapangan kerja yang lower skill 33,05%, angkatan kerja yang berpendidikan bagi angkatan kerja Sumatera Utara. Karena setingkat SMTP dan SMTA masing-masing faktanya Sumatera sampai saat ini mayoritas sekitar 22,20% dan 35,40%, sedangkan masih menjual bahan mentah ke negara lain. sisanya 9,27% berpendidikan diatas SMTA. Belum sepenuhnya mampu dikelola hingga Dengan masih rendahnya pendidikan dalam bentuk barang jadi di sini, padahal jika angkatan kerja memungkinkan sektor indutri dapat berkembang akan produktivitasnya juga masih belum optimal. meningkatkan penyerapan Menurut data yang tercatat di BPS tenaga kerja seperti buruh dan tenaga ahli Sumatera Utara dilihat dari status lainnya. pekerjaannya, sepertiga atau 31,57% Banyak masyarakat yang menilai penduduk yang bekerja di Sumatera Utara pertumbuhan ekonomi Sumut belum begitu adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang dirasakan bagi pemulihan daya beli berusaha dengan dibantu anggota keluarga masyarakat, khususnya terkait dengan mencapai sekitar 15,92%, sedangkan masalah penyerapan tenaga kerja. Artinya, penduduk yang bekerja sebagai pekerja dengan pertumbuhan ekonomi yang masih keluarga mencapai 19,48%. Hanya 3,43% mampu diatas rata-rata nasional namun daya penduduk yang menjadi pengusaha dengan beli masyarakat belum sepenuhnya membaik. mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota Angka pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2%, keluarganya. Faktor yang menyebabkan masih tapi belum tentu akan mampu menyerap rendahnya tingkat pendidikan di Sumatera semua tenaga kerja potensial untuk Utara adalah kesadaran masyarakat bahwa mengurangi angka pengangguran. Ditambah pentingnya pendidikan di bidang lagi, kemajuan teknologi saat ini telah ketenagakerjaan dalam membentuk pribadi berperan untuk menggantikan manusia. Jadi dengan keahlian khusus untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi semakin indeks daya saing SDM . menurun dalam menyerap tenaga kerja. Maka Penduduk Sumatera Utara sebahagian melalui kebijakan pembangunan infrastruktur besar bekerja pada sektor pertanian yaitu oleh pemerintahan Jokowi-JK seperti jalan 42,52%. Urutan kedua terbesar dalam told an jalur kereta api di Sumatera Utara menyerap tenaga kerja adalah jasa-jasa yaitu dapat menjadi penyangga dalam menurunkan sebesar 42,38%, artinya hamper seimbang jumlah pengangguran. Dengan program padat dengan pertanian. Sementara penduduk yang karya, diharapkan mampu menjadi motor bekerja di sektor industri manufaktur hanya penggerak naiknya daya beli masyarakat. 15,09% an saja. Meskipun di pasar kerja Sumatera Utara Sektor ekonomi provinsi Sumatera masih membutuhkan serapan tenaga kerja Utara sangat bergantung dari pertanian. formal yang bisa menjaga daya beli Padahal, produksi pertanian sering mengalami masyarakat dalam jangka panjang. volatilitas harga komoditas cukup tinggi di Hasil running data dari model estimasi pasar. Sehingga, volatilitas harga yang tinggi Pada model estimasi yang sudah dari komoditas tidak begitu menguntungkan, ditentukan diatas, dimana dalam atau sebaliknya jika turun. Guna menghindari pengolahannya menggunakan metode estimasi ketergantungan sangat tinggi pada komoditas, OLS biasa dengan panel data maka hasilnya maka harus dioptimalkan adalah masih terdapat autokorelasi, sehingga model pengembangan industri hilir. Ini menjadi dilakukan treatment dengan cara menambah salah satu cara agar manufaktur di wilayah logaritma natural, sehingga hasil running data Sumatera Utara dapat tumbuh dan menunjukkan sudah terbebas dari autokorelasi berkembang lagi. Jika manufaktur bisa untuk asumsi klasik, kondisi ini dapat dilihat dihidupkan Sumatera Utara akan mendapat pada tabel berikut ini : value added yang lebih tinggi lagi dari (1) Penaksiran Model. Koefisien determinasi komoditi yang dihasilkan sekaligus dapat (R2) secara serentak variable bebas PDRB

425| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

dengan upah riil mampu menjelaskan variable Dari data yang telah diperoleh maka terikat dari PTK sebesar 82,32%, sisanya persamaan regresi berikut ini dan kemudian 17,68% dijelaskan oleh variable terikat diluar akan dianalisis dengan menggunakan hasil model yang masuk dalam disturbance error di regresi yang terlihat pada tabel 4.9 yaitu, model tersebut. sebagai berikut: Selanjutnya koefisien korelasi (R) menunjukkan derajat hubungan antara PTK(rt) = 15.89862 + 0.817655 variable bebas dalam hal ini secara simultan PDRB - 0.671145 W sebesar 0,907310 maka dapat disimpulkan rt rt bahwa hubungan antara PDRB dan W dengan PTK memiliki pengaruh sanagat kuat dan Dari hasil estimasi yang telah diperoleh dapat signifikan karena nilai R mendekati satu. dibuat interprestasi model untuk (2) Interprestasi Hasil. Model yang digunakan membuktikan hipotesa yang diambil melalui utuk menganalisis variabel bebas dan terikat hasil regresi ini, yaitu: variabel PDRB yang juga di transformasikan ke dalam mempunyai pengaruh yang positif dan logaritma natural, yaitu signifikan terhadap PTK di 33 kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Utara, dengan nilai LnPTK(rt) = + Ln PDRBrt+ Ln koefisien sebesar 0.817655. Artinya, jika nilai total PDRB naik sebesar Rp 1 Milyar maka Wrt + ………………...…………(4.1) akan meningkatkan PTK sebesar 0.818 jiwa di 33 kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Dimana pada model diatas (PTK(rt)) Utara (ceteris paribus). Selanjutnya variabel merupakan jumlah angkatan kerja yang W mempunyai pengaruh yang negatif dan bekerja diukur dalam satuan jiwa, kemudian signifikan terhadap PTK di 33 kabupaten dan (PDRB(rt)) merupakan total nilai Produk kota Provinsi Sumatera Utara, dengan nilai Domestik Regional Bruto atas dasa harga koefisien sebesar -0.671145. Artinya, jika konstan tahun 2000 yang diukur dalam satuan upah riil meningkat sebesar Rp 100 ribu, milyar rupiah, dan yang terakhir adalah maka akan mengurangi PTK sebesar 0.67 jiwa (W(rt)) merupakan nilai upah riil yang diukur di 33 kabupaten dan kota Provinsi Sumatera dalam satuan ribuan rupiah. Seluruh variabel, Utara (ceteris paribus). Dalam melakukan seperti penyerapan tenaga kerja (PTK(rt)), running data model estimasi yang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB(rt)), dirumuskan, maka ada perbaikan karena dan upah riil (W(rt)) berdasarkan pada melanggar asumsi klasik dengan logaritma wilayah-r dan pada tahun-t. natural (Ln), maka hasilnya sebagai berikut:

Tabel 5 Ringkasan Hasil Pengolahan Data

OLS (Ordinary Least Square) Variabel Model 1 Tanpa Model 2 Setelah (Ln) (Ln) PDRB 4.434942*** 0.817655*** (0.0000) (0.0000) Upah riil (W) 0.021807*** -0.671145*** (0.0000) (0.0000) Konstanta 43238.27** 15.89862*** (0.0143) (0.0000) N_Kab/Kota 33 33

Numb of Obs 330 295

426 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000

Adj R-Square 0.271065 0.823212 R (Correlation) 52,08 90,73 Uji-F 62.17158*** 685.5047*** (0.0000) (0.0000) D-W (Durbin-Watson) 0.478760 1.678292 Prob>chiq 0 0

Keterangan : *** Level of Signifikan, ***1%, **5%, *10%

Berdasarkan tabel diatas, penelitian ini selanjutnya dengan melakukan logaritma telah menggunakan 2 simulasi dari model natural dalam model estimasi sebelumnya. konsentrasi ekonomi dan dapat dijelaskan Pada model simulasi ke-2 setelah pada model simulasi 1-2 mengenai variabel dilakukan logaritma natural diperoleh nilai terikat PTK dan variabel bebas PDRB dan koefisien R sebesar 90,73% angka yang cukup Upah riil. Pada model simulasi pertama besar atau mendekati 1, atau sangat kuat, diperoleh nilai koefisien R sebesar 52,06% karena sisanya yang hanya sebesar 9,27% angkanya tidak terlalu besar atau belum berhubungan oleh varibael lain diluar model mendekati 1, artinya hubungan PDRB dan W ini. Hal ini sejalan dengan nilai Adjusted R- terhadap PTK tidak terlalu kuat, karena Square yang sebesar 82,32%, hal ini sisanya sebesar 47,94% masih dihubungi oleh menunjukan bahwa variabel PDRB dan upah variable diluar model. Hal ini sejalan dengan riil mampu menjelaskan variasi variabel nilai Adjusted R-Square hanya sebesar PTK sebesar 82,32%, dan sisanya sebesar 27,11%. Artinya bahwa variabel PDRB dan 17,68% dijelaskan oleh variabel lain diluar upah riil (variabel bebas) hanya mampu model atau ada didalam disturbance error. menjelaskan variasi variabel PTK (variabel Dilihat dari tabel diatas pada model terikat) sangat kecil sedangkan sisanya simulasi ke-2, variabel PDRB tetap memiliki sebesar 73,99% dijelaskan oleh variabel lain nilai koefisien dengan tanda positif sesuai yang terdapat pada error term. dengan hipotesa yang ada dan signifikan, Dilihat dari tabel diatas pada model artinya variabel upah riil memiliki nilai simulasi 1, variabel PDRB memiliki nilai koefisien negatif sesuai dengan hipotesa dan koefisien dengan tanda positif sesuai dengan signifikan. Kemudian, nilai D-W (Durbin- hipotessa yang ada dan signifikan pada α 1% , Watson) sebesar 1,68, atau lebih besar namun variabel upah riil (W) memiliki nilai dibandingkan pada model simulasi-1, dapat koefisien dengan tanda positif tidak sesuai disimpulkan model simulasi ke-2 sudah dengan hipotesa dan signifikan pada α 1%. terbebas dari autokorelasi dimana syarat Kemudian, nilai D-W (Durbin-Watson) terbebas dari autokorelasi yaitu 1,54< du hanya sebesar 0,48 dan dapat disimpulkan <2,46. Model simulasi ini juga dianggap model simulasi 1 belum terbebas dari sudah terbebas dari uji asumsi klasik. autokorelasi dimana syarat terbebas dari Sehingga model simulasi kedua ini dijadikan autokorelasi yaitu 1,54< du <2,46. Model sebagai parameter dalam analisis pengaruh simulasi 1 juga dianggap belum terbebas dari PDRB dan upah riil (W) terhadap PTK di uji asumsi klasik seperti multikolinearitas Sumatera Utara. yang dilihat dari tanda koefisien variabel upah Uji heterokedasitas bertujuan menguji riil yang berubah (tidak sesuai dengan apakah dalam model terjadi ketidaksamaan hipotesa) dan heterokedastisitas yaitu adanya varian dari residual satu pengamatan ke ketidaksamaan varians. Oleh karena itu perlu pengamatan lain. Jika varian dari residual satu dilakukan pengujian pada model simulasi pengamatan yang lain tetap, maka disebut

427| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

homokedastisitas dan jika berbeda disebut acak, membentuk pola garis walaupun tidak heterokedastisitas. Grafik scatterplot sejajar serta tersebar ke atas, dan samping menujukkan model yang telah dilakukan angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian logaritma natural (Ln), dimana terlihat pada tidak terjadi heterokedastisitas pada model gambar bahwa titik-titik menyebar secara yang telah dilogaritma naturalkan (Ln). Karena penelitian ini menggunakan Time series. Jika dilihat dari data tersebut, data panel, maka harus menggunakan Uji maka model ini mengalami heterokedastistas Hausman (Hausman test) karena untuk pada cross section yakni Kabupaten dan kota melihat apakah model ini signifikan pada dimana nilai PDRB dan tingkat upah riil Fixed effect atau random effect. Uji ini akan tergantung pada kapasitas ekonomi di daerah membuktikan ada tidaknya heterogenitas baik tersebut. pada data cross section ataupun darai data

Tabel 6 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test period random effects

Chi-Sq. Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Period random 27.602400 2 0.0000

Period random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

LOG(PDRB) 0.853470 0.821621 0.000042 0.0000 LOG(W) -0.814718 -0.686570 0.000808 0.0000

Sumber: Eviews 8 dan diolah

Dari hasil diatas, maka didapat nilai time- pertumbuhan tenaga kerja per kabupaten/kota series random sebesar 0.0000 artinya nilai di Sumatera Utara menggunakan data laju probability < 0,01 , maka model yang dipilih pertumbuhan ekonomi pada struktur PDRB adalah fixe effect. Sehingga dapat atas dasar harga konstan tahun 2000 dan data disimpulkan bahwa model fixed effect lebih pertumbuhan PTK per kabupaten/kota di tepat dibandingkan model random effect. Sumatera Utara pada tahun 2014 dengan Analisis Tipologi Klasssen Pertumbuhan menggunakan aplikasi SPSS versi 18.00. Ekonomi dan Pertumbuhan Tenaga Kerja Hasil dari data yang diolah dengan SPSS akan di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera memetakan letak kuadran untuk 33 Utara kabupaten/kota di Sumatera Utara dan dapat Penelitian ini menggunakan analisis menarik kesimpulan dari hasil tersebut. tipologi Klassen untuk menganalisis dan Adapun hasil olahan data di SPSS adalah membandingkan pertumbuhan ekonomi per sebagai berikut: kabupaten/kota di Sumatera Utara dengan

428 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000

Gambar 2 Diagram Kartesius Analisis Tipologi Klassen Pertumbuhan Ekonomidan Pertumbuhan Tenaga Kerja

Sumber: SPSS dan diolah

Dari diagram diatas dapat Artinya walaupun pertumbuhan ekonominya diklasifikasikan kabupaten dan kota di tinggi tapi daya serap PTK lebih rendah dan Sumatera Utara menjadi 4 klasifikasi dan umumnya terdapat di wilayah Pantai timur untuk lebih jelasnya disajikan berikut: Sumut. Maka sebaiknya pemerintah harus Kuadran I : Kabupaten dan kota yang berada meningkatkan kinerja dalam menetapkan pada kuadran ini berarti laju pertumbuhan kebijakan dalam mengatasi kondisi ini, ekonominya dan pertumbuhan PTK nya juga misalnya mempermudah dalam pemberian tinggi. Maka kabupaten dan kota yang berada dana pinjaman untuk investasi mampu pada kuadran ini hanya perlu menyerap tenaga kerja lebih tinggi seperti mempertahankan atau meningkatkan laju pertanian dan industry manufaktur. Karena pertumbuhan ekonomi dan PTK . Adapun 12 daerah ini umumnya merupakan engine kabupaten dan hanya 1 kota yang umumnya growth dari ekonomi Sumut. berada di pantai barat Sumatera Utara. Kuadran III : Kabupaten dan kota Kuadran II : Kabupaten dan kota yang yang berada pada kuadran ini menjelaskan berada pada kuadran II ini menjelaskan bahwa bahwa daerah tersebut memiliki laju daerah tersebut memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan PTK ekonomi yang tinggi tetapi laju pertumbuhan juga rendah. Kondisi pada kuadran ini PTK nya lebih rendah. Terdapat 7 kabupaten menunjukan hanya ada 1 kabupaten dan 1 dan 6 kota yang berada dalam kuadran ini. kota. Maka wilayah ini disebut merupakan

429| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

daerah yang relative tertinggal. Maka dari Ariefianto, Moch. Doddy (2012); pemerintah daerah tersebut harus mengambil Ekonometrika Esensi dan Aplikasi kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan dengan Menggunakan EViews. laju pertumbuhan ekonomi dan PTK di daerah Erlangga, tersebut, agar daerah t mampu mencapai pertumbuhan ekonomi, sekaligus menciptakan Arsyad, Lincolin (2001); Ekonomi lapangan pekerjaan, dan meningkatkan Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN. kesejahteraan masyarakatnya. Kuadran IV : Kabupaten atau kota yang BPS,(2014); Total PDRB Atas Dasar Harga berada pada kuadran IV ini menjelaskan Berlaku menurut Provinsi di bahwa daerah memiliki laju pertumbuhan Indonesia. http://bps.go.id. ekonomi yang rendah tetapi pertumbuhan Diaksespadatanggal 7 Januari 2017. PTK nya tinggi, jadi terdapat hanya 4 kabupaten yang semuanya berada di pantai BPS Sumatera Utara (2014). Tenaga kerja barat Sumut. Kondisi ini menunjukan Pada Penduduk Usia Kerja kurangnya peran atau campur tangan menurutKab/Kota Sumatera Utara. pemerintah di daerah dalam mendorong http://www.sumut.bps.go.id. Diakses perekonomian dan mendorong kegiatan pada pada tanggal 7 Januari 2017. sektor yang unggul di daerah tersebut. BPS, (2015); Sumatera DalamAngka 2015. SIMPULAN www.bpssumut.go.id Variabel PDRB dan upah riil mampu menjelaskan tentang PTK di 33 Kabupaten Depnarkertrans, (2004); Standar Kompetensi dan Kota Provinsi Sumatera Utara sebesar Kerja Nasional. Jakarta: 82,32%, dan sisanya sebesar 17,68% Depnarkertrans. dijelaskan oleh variabel lainnya. Secara http://www.depnakertrans.go.id . parsial PDRB berpengaruh positif dan Diakses pada tanggal 9 januari 2017 signifikan terhadap PTK, sementara upah riil (W) berpengaruh negative dan signifikan. Dumairy (1996). Perekonomian Indonesia, Artinya kedua variabel bebas (PDRB dan Jakarta: Erlangga upah riil) memiliki pengaruh yang kuat terhadap penyerapan tenaga kerja (PTK) di 33 Gujarati, Damodar, (2003).EkonometriDasar. Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Terjemahan: Sumarno Zain, Jakarta: Utara. Erlangga. Secara simultan PDRB dan upah riil (W) memiliki hubungan yang kuat dan signifikan Kuncoro, Mudrajat, (2004). Otonomidan terhadap PTK di 33 Kabupaten dan Kota Pembangunan Daerah. Erlangga. Sumatera Utara. Perkembangan tenaga kerja Jakarta. di Sumatera Utara mengalami fluktuasi, dimana penyerapan tenaga kerja terendah dan Mankiw, N. Gregory, (2007). Makroekonomi. mengalami penurunan terjadi pada tahun EdisiKeenam. Jakarta: Erlangga 2006. Kondisi fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek yang Sianturi, A. (2009).“Pengaruh Investasi dan disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam Konsumsi terhadap Penyerapan permintaan agregat karena lambatnya upah Tenaga Kerja pada Sektor Industri di dan harga menyesuaikan dengan kondisi Sumatera Utara”. USU ekonomi yang sedang berubah. Simanjuntak P., (1998). Pengantar Ekonomi DAFTAR PUSTAKA Sumber Daya Manusia. FEUI. Jakarta

430 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 000-000

Sjafrizal (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT RajagrafindoPersada.

Sudarsono (1998). EkonomiSumberDayaManusia. Jakarta. Universitas Terbuka.

Sukirno S., (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Raja GrafindoPerkrasa, Jakarta.

Taufik M., dkk. (2014). “Pengaruh Investasi Dan EksporTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Timur”.UNDIP

Todaro. M.P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (H.Munandar, Trans. Edisi Ketujuh). Jakarta: Erlangga.

Tambunan, Tulus T.H. (2001). Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori dan Penemuan Empiris, Edisi Pertama, Jakarta: SalembaEmpat.

431| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

PRAWIDYA HARIANI RS/Analisis Perkembangan Ekonomi Bidang Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara

432 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017