KLASIFIKASI DAN UJI KONSOLIDASI TANAH GAMBUT DESA NAGASARIBU KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

VERY NANDO ADVENTRI NABABAN 16 0404 144

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KLASIFIKASI DAN UJI KONSOLIDASI TANAH GAMBUT DESA NAGASARIBU KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

VERY NANDO ADVENTRI NABABAN 16 0404 144

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Tanah gambut adalah material organik dari sisa-sisa tumbuhan atau vegetasi yang mati tertimbun sebagian melapuk (dekomposisi) dan sebagian lagi belum melapuk, membentuk lapisan yang semakin tebal secara berangsur-angsur. Sifat dari tanah gambut yaitu memiliki kadar air yang tinggi, kemampuan daya dukung rendah, angka pori besar dan pemampatan yang tinggi. Pemampatan pada tanah gambut disebabkan oleh adanya deformasi pada partikel-partikel tanah, keluarnya air atau udara melalui pori, sehingga penurunan yang terjadi sangat besar. Oleh karena sifat-sifat tersebut, tanah gambut kurang menguntungkan bagi konstruksi bangunan sipil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik (index properties) tanah gambut, menentukan klasifikasi tanah gambut dan menentukan koefisien konsolidasi (퐶푣) dan nilai indeks pemampatan (퐶푐) tanah gambut Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini dilakukan melalui pengujian konsolidasi dengan pemberian beban secara langsung, sebesar 9,810 Newton dan 19,613 Newton serta pemberian beban secara bertahap sebesar 9,810; 19,613; 39,226; 78,453; dan 156,96 Newton. Tanah gambut Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki kadar air yang tinggi (푤) yaitu; 628,139%, berat 3 spesifik (퐺푠) 1,301, berat volume basah (훾푏) 10,125 KN/m , berat volume kering 3 (훾푑) 1,390 KN/m dan angka pori (푒) 8,157. Berdasarkan ASTM D4427-84 (1989), sampel tanah gambut berkadar abu sedang (low ash peat) karena memiliki kadar abu 0,780 % dan kadar organik sebesar 26,500%. Dan menurut kadar keasamannya dengan pH yaitu 4,000, sampel digolongkan tanah gambut kadar asam sedikit (slightly acidic). Adapun indeks pemampatan (퐶푐) terhadap penurunan akibat pembebanan dan waktu pada tanah gambut yaitu: sampel 1 sebesar 3,044 dan sampel 2 sebesar 3,574 dan koefisien konsolidasi (퐶푣) yaitu sampel 1 sebesar 2,155cm2/detik dan sampel 2 sebesar 1,818 cm2/detik.

Kata kunci: tanah, tanah gambut, klasifikasi tanah, konsolidasi, indeks pemampatan, koefisien konsolidasi.

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Klasifikasi dan Uji Konsolidasi Tanah Gambut Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan” ini yang dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Dengan rendah hati penulis mohon maaf jika dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun perhitungan. Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dalam penyempurnaan tugas akhir ini. Skripsi ini penulis dedikasikan kepada kedua orang tua (Alm. Jonggi Nababan dan Almh. Almarisa Dabutar) yang telah memberikan kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dukungan moral dan materil yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu:

1. Abang dan Kakak saya Hasoloan Nababan S.Si, Jwita Nababan dan Kontria Nababan yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta materi kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, MSCE , selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberi bimbingan, arahan, dan saran kepada saya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT.,Ph.D, selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Dr. M. Ridwan Anas, ST.,MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT, dan Ibu Ika Puji Hastuty ST.,MT, selaku Dosen Pembanding dan Penguji Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 7. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada Saya selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 8. Kepada pegawai administrasi dan pegawai-pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 9. Yang terkasih Laura Putri Brigita Siregar S.Pd yang selalu memberikan motivasi dan dukungan moril kepada saya. 10. Florent Gurning, Trivonia Tarigan, Yongkrisman Zebua, dan Alfonsus Hasugian, selaku partner saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 11. Maria Christin, Berly Despiero, Maruli Parhusip, dan Harvay Haloho, selaku teman yang telah membantu saya dalam melaksanakan Tugas Akhir ini. 12. Semua teman-teman angkatan 2016 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 13. CV Lima Saudara, Yogi Rambe, Jansen Sjaklif, Oktarino yang telah membantu saya selama pengerjaan skripsi ini. 14. Seluruh pihak yang membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan-rekan mahasiswa dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca. Medan, Juni 2020 Penulis,

VERY NABABAN 16 0404 144 iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... iv DAFTAR TABEL...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii DAFTAR NOTASI ...... x DAFTAR LAMPIRAN ...... xi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 4 1.3 Tujuan Penelitian ...... 4 1.4 Manfaat Penelitian ...... 5 1.5 Batasan Masalah ...... 5 1.6 Mekanisme Pengujian ...... 5 1.7 Sistematika Penulisan ...... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 7 2.1 Tanah ...... 7 2.1.1 Tanah gambut ...... 8 2.1.2 Pembentukan tanah gambut ...... 9 2.1.3 Karakteristik tanah gambut ...... 10 2.1.4 Klasifikasi tanah gambut ...... 11 2.1.5 Sifat-sifat fisik tanah gambut ...... 13 2.1.5.1 Kadar air ...... 13 2.1.5.2 Berat spesifik ...... 14 2.1.5.3 Berat volume ...... 14 2.1.5.4 Angka pori ...... 14

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.5.5 kadar abu dan bahan organik ...... 15 2.1.5.6 Tingkat keasaman ...... 15 2.1.5.7 Susut ...... 15 2.1.6 Subsiden gambut ...... 16 2.2 Teori Konsolidasi...... 16 2.2.1 Uji konsolidasi ...... 20

2.2.2 Koefisien konsolidasi (퐶푣) ...... 21

2.2.3 Index pemampatan (퐶푐) ...... 22 2.3 Tinjauan Penelitian Konsolidasi Tanah Gambut ...... 22 BAB III METODE PENELITIAN ...... 27 3.1 Kegiatan Penelitian ...... 27 3.2 Lokasi Penelitian ...... 29 3.3 Lokasi Pengambilan Sampel ...... 29 3.4 Instalasi Alat dan Pengambilan Sampel ...... 30 3.4.1 Instalasi alat ...... 30 3.4.2 Pengambilan sampel ...... 31 3.5 Pelaksanaan Pengujian ...... 31 3.5.1 Pengujian sifat fisis ...... 31 3.5.2 Pengujian konsolidasi ...... 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 34 4.1 Pendahuluan ...... 34 4.2 Sifat Fisik Tanah ...... 34 4.3 Klasifikasi Tanah ...... 35 4.4 Unsur Mineral Tanah ...... 35 4.5 Pengaruh Pembebanan Langsung dan Bertahap Terhadap Kadar air .... 36 4.6 Pengaruh Pembebanan Langsung dan Bertahap Terhadap Berat Volume Basah ...... 37 4.7 Pengaruh Pembebanan Langsung dan Bertahap Terhadap Berat Volume Kering ...... 39

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.8 Hubungan Waktu Dengan Penurunan Terhadap Beban Bertahap ...... 40 4.9 Hubungan Waktu Dengan Penurunan Terhadap Beban Langsung ...... 43

4.10 Koefisien Konsolidasi (퐶푣) Pada Beban Bertahap ...... 44 4.11 Kurva Angka Pori Dengan Tekanan Efektif Pada Beban Bertahap ..... 45 4.12 Hubungan Angka Pori Terhadap Waktu Pembebanan ...... 47 4.13 Penurunan Konsolidasi ...... 49 4.14 Perbandingan ...... 50 4.15 Penurunan Akibat Pembebanan Pada Tanah Gambut ...... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 55 5.1 Kesimpulan ...... 55 5.2 Saran ...... 56 DAFTAR PUSTAKA ...... 57 LAMPIRAN

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

BAB II Tabel 2.1 Klasifikasi tanah gambut ...... 12

BAB IV Tabel 4.1 Data uji sifat fisik tanah ...... 34 Tabel 4.2 Hasil pengujian kadar abu, kadar organik dan ph/keasaman tanah gambut ...... 35 Tabel 4.3 Unsur mineral tanah gambut ...... 35 Tabel 4.4 Pengaruh pembebanan langsung terhadap kadar air ...... 36 Tabel 4.5 Pengaruh pembebanan bertahap terhadap kadar air ...... 37 Tabel 4.6 Pengaruh pembebanan langsung terhadap berat volume basah ...... 37 Tabel 4.7 Pengaruh pembebanan bertahap terhadap berat volume basah ...... 38 Tabel 4.8 Pengaruh pembebanan langsung terhadap berat volume kering ...... 39 Tabel 4.9 Pengaruh pembebanan bertahap terhadap berat volume kering...... 40 Tabel 4.10 Koefisien konsolidasi tanah gambut pada beban bertahap ...... 45 Tabel 4.11 Angka pori pada sampel 1 dan sampel 2 beban bertahap ...... 46 Tabel 4.12 Hubungan angka pori terhadap waktu pembebanan bertahap sampel 1 dan sampel 2 ...... 47 Tabel 4.13 Hubungan angka pori terhadap waktu pembebanan langsung sampel 1 dan sampel 2 ...... 48 Tabel 4.14 Perbandingan data penelitian sifat fisik tanah gambut Desa Nagasaribu dan Desa Pohan Tonga ...... 50 Tabel 4.15 Perbandingan data parameter klasifikasi tanah gambut Desa Nagasaribu dan Desa Pohan Tonga ...... 51 Tabel 4.16 Perbandingan kandungan unsur mineral tanah gambut Desa Nasaribu dan Desa Pohan Tonga ...... 51

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR

Bab I Gambar 1.1 Peta persebaran tanah gambut di ...... 3 Gambar 1.2 Peta persebaran tanah gambut di Pulau Sumatera ...... 4 Bab II Gambar 2.1 Kurva regangan-log waktu pada tanah gambut ...... 18 Gambar 2.2 Kurva hubungan antara penurunan dengan akar waktu ...... 19 Gambar 2.3 Alat konsolidasi ...... 20 Gambar 2.4 Percobaan konsolidasi ...... 21 Bab III Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ...... 28 Gambar 3.2 Lokasi pengambilan sampel ...... 29 Gambar 3.3 Lokasi pengambilan sampel ...... 30 Gambar 3.4 Lokasi pengambilan sampel ...... 30 Gambar 3.5 Jalan lokasi pengambilan sampel ...... 30 Bab IV Gambar 4.1 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap kadar air pada pembebanan langsung ...... 36 Gambar 4.2 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap kadar air pada pembebanan bertahap ...... 37 Gambar 4.3 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume basah pada pembebanan langsung ...... 38 Gambar 4.4 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume basah pada pembebanan bertahap ...... 38 Gambar 4.5 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume kering pada pembebanan langsung ...... 39 Gambar 4.6 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume kering pada pembebanan bertahap ...... 40 Gambar 4.7 Kurva hubungan waktu dengan penurunan sampel (1) pembebanan bertahap ...... 41 Gambar 4.8 Kurva hubungan waktu dengan penurunan sampel (2) pembebanan bertahap ...... 42

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.9 Kurva hubungan waktu pembebanan dengan penurunan sampel (3) pembebanan langsung 9,810 N ...... 43 Gambar 4.10 Kurva hubungan waktu dengan penurunan sampel (4) pembebanan langsung 19,613 N ...... 44 Gambar 4.11 Kurva koefisien konsolidasi beban bertahap ...... 45 Gambar 4.12 Grafik nilai angka pori ...... 46 Gambar 4.13 Kurva gabungan angka pori dengan waktu pembebanan pada beban bertahap sampel 1 dan sampel 2 ...... 48 Gambar 4.14 Kurva gabungan angka pori dengan waktu pembebanan pada beban bertahap sampel 1 dan sampel 2 ...... 49 Gambar 4.15 Potongan melintang lapisan tanah ...... 52

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR NOTASI

3 훾푏 Berat volume basah (kN/m ) 3 훾푑 Berat volume kering (kN/m ) 3 훾푠 Berat volume padat (kN/m ) 3 훾푤 Berat volume air (kN/m )

휎′푛 Tekanan prakonsolidasi efektif (kPa) ∆퐻 Penurunan tanah (cm) ∆푒 Perubahan angka pori 퐶푐 Indeks pemampatan 퐶푣 Koefisien konsolidasi (cm2/detik) 푒 Angka pori

푒0 Angka pori awal

푒푖 Angka pori pada beban

푒푝 Angka pori saat waktu setelah konsolidasi primer selesai

푒푓 Angka pori akhir atau angka pori pada beban

퐺푠 Berat jenis tanah 퐻 Tebal lapisan tanah yang menurun (m)

푆푐 Penurunan tanah (cm)

푆푠 Penurunan konsolidasi sekunder

푡1 Saat waktu setelah konsolidasi primer selesai 푉 Volume total tanah (cm3) 3 푉푆 Volume butiran padat (cm ) 3 푉푉 Volume pori (cm ) 3 푉푊 Volume air di dalam pori (cm ) 3 푉푎 Volume udara di dalam pori (cm )

푊푆 Berat butiran padat (gr) 푤 Kadar air (%)

푊푤 Berat air (%) 푊 Berat butiran tanah (gr)

x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN

SUMMARY

LAMPIRAN A : SIFAT FISIK TANAH

A-1 Kadar Air (water content)

A-2 Specific Gravity

LAMPIRAN B : CONSOLIDATION TEST

B-1 Uji Konsolidasi Bertahap 1

B-2 Uji Konsolidasi Bertahap 2

B-3 Uji Konsolidasi Langsung 1

B-4 Uji Konsolidasi Langsung 2

LAMPIRAN C : SNI DAN ASTM

LAMPIRAN D : DOKUMENTASI

LAMPIRAN E : SURAT-SURAT

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Tanah merupakan sistem yang sangat kompleks, yang pada awalnya terbentuk melalui disintegrasi dan dekomposisi dari batuan oleh proses fisika maupun kimia. Proses pelapukan fisika menyebabkan disintegrasi batuan menjadi bagian-bagian kecil. Akibat proses tersebut terbentuklah suatu volume tanah yang tersusun oleh akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya. Ikatan antar butiran yang relatif lemah tersebut dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik atau oksida-oksida yang mengendap-endap di antara material-material penyusun tanah tersebut. Material penyusun dalam ruang tanah dapat berupa mineral, bahan organik, udara dan endapan-endapan yang relatif lepas. Proses pelapukan kimia menyebabkan adanya perbedaan unsur-unsur penyusun tanah. Komposisi unsur dan karakterisitik yang berbeda-beda membagi tanah menjadi beberapa jenis yaitu kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt), lempung (clay) dan gambut (peat).

Tanah gambut (peat) adalah material organik dari sisa-sisa tumbuh- tumbuhan atau vegetasi yang mati tertimbun, dimana sebagian dari material tumbuh-tumbuhan tersebut melapuk (dekomposisi) dan sebagian lagi belum melapuk yang kemudian membentuk lapisan yang semakin tebal secara berangsur- angsur dalam waktu yang lama. Material organik pembentuk gambut sama dengan tumbuhan dalam perbandingan yang berlainan sesuai dengan tingkat pembusukannya. Zat organik tersebut terdiri dari cellulosa, lignin, bitumin, humus dan lain-lain. Unsur-unsur pembentuk gambut sebagian besar terdiri dari Karbon (C), Hidrogen (H), Nitrogen (N) dan Oksigen (O). Selain unsur utama tersebut, terdapat juga unsur lain seperti Al, Si, S, P, Ca dan lain-lain dalam bentuk terikat (Sukandarrumidi, 1995). Di Indonesia sebaran gambut terluas terdapat di tiga pulau besar (Sumatera, Kalimantan dan Papua) yakni mencapai luas sekitar 14,9 juta hektar, luasan tersebut belum termasuk luasan lahan gambut di pulau lainnya (Ritung dkk, 2011). Sekitar 30% dari potensi lahan gambut tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Secara regional Indonesia mempunyai lahan gambut

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terluas di kawasan ASEAN dan secara global Indonesia merupakan Negara dengan lahan gambut paling luas.

Tanah gambut di Indonesia umumnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian terutama di Sumatera dan Kalimantan. Selain itu lahan gambut juga dimanfaatkan sebagai tanah untuk mendirikan suatu konstruksi bangunan. Pada umumnya konstruksi bangunan yang didirikan di lahan gambut adalah pabrik hasil pertanian atau perkebunan yang tentunya berada di kawasan pertanian atau perkebunan tersebut. Selain itu bangunan sipil seperti perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan dan lain-lain juga dapat didirikan di atas lahan gambut seperti yang sering ditemui di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang didominasi oleh lahan gambut.

Konstruksi di atas tanah gambut tentu menyebabkan adanya tekanan atau beban di atas tanah tersebut. Pembebanan di atas permukaan tanah gambut menyebabkan lapisan di bawah tanah tersebut mengalami pemampatan (kompresibilitas) dimana terjadi suatu proses pengecilan volume secara perlahan- lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori. Proses tersebut dikenal sebagai proses konsolidasi (consolidation). Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) adalah perpindahan vertikal permukaan tanah sehubungan dengan perubahan volume pada satu tingkat proses konsolidasi. Pemodelan konsolidasi dapat dilakukan di laboratorium dengan alat oedometer dimana pengujian tersebut disebut uji konsolidasi (consolidation test). Consolidation test adalah pengujian di laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui sifat pemampatan tanah. Uji konsolidasi dilakukan dengan mengambil contoh langsung dari lapangan dimana hasil uji tersebut mewakili keadaan tanah asli di lapangan.

Mengacu pada uraian di atas, dimana material penyusun tanah gambut yang didominasi oleh unsur-unsur organik menyebabkan nilai penurunan pada tanah gambut cukup tinggi. Nilai penurunan tanah yang cukup tinggi tentu tidak baik untuk konstruksi bangunan di atasnya dimana resiko bangunan mengalami kerusakan akan semakin cepat. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitan untuk mengetahui seberapa besar dan seberapa cepat penurunan yang terjadi pada tanah

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA gambut sehingga setiap orang yang bekerja di bidang konstruksi dapat mengambil langkah yang tepat untuk melakukan perbaikan (stabilisasi) tanah gambut guna difungsikan menjadi tempat berdirinya suatu bangunan. Dalam hal ini penulis mengkaji konsolidasi tanah gambut di Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Berikut adalah peta persebaran tanah gambut di Indonesia (Gambar 1.1) dan peta persebaran tanah gambut di pulau Sumatera dan Kalimantan. (Gambar 1.2).

Gambar 1.1 Peta persebaran tanah gambut di Indonesia (Sumber: Ritung dkk, 2014)

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 1.2 Peta persebaran tanah gambut di Sumatera dan Kalimantan (Sumber: Ritung dkk, 2014)

1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sifat-sifat indeks (index properties) dari tanah gambut Desa Nagasaribu? 2. Bagaimana pengaruh waktu terhadap pembebanan bertahap dan pembebanan langsung pada uji konsolidasi tanah gambut ? 3. Bagaimana perbandingan hasil dari pengaruh waktu pembebanan bertahap dan pembebanan langsung pada uji konsolidasi tanah gambut?

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sifat-sifat indeks (indeks properties) tanah gambut Desa Nagasaribu. 2. Menentukan klasifikasi tanah gambut Desa Nagasaribu.

3. Menentukan nilai indeks pemampatan (퐶푐) dan koefisien konsolidasi (퐶푣) tanah gambut Desa Nagasaribu. 4. Mengobservasi penggunaan alat konsolidasi oedometer untuk tanah gambut.

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Diharapkan dapat memberi informasi mengenai sifat-sifat umum tanah gambut. 2. Diharapkan dapat menjadi dasar acuan untuk perencangan konstruksi bangunan diatas tanah gambut. 3. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa atau pihak-pihak lain yang memerlukan data atau mempelajari hal-hal tentang tanah gambut yang dibahas dalam laporan tugas akhir ini.

1.5. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tanah yang digunakan diambil dari Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. 2. Pengujian dilakukan dengan alat uji konsolidasi oedometer. 3. Pembacaan dial dilakukan dilakukan setiap 24 jam selama 9 hari dengan pemberian variasi beban. 4. Variasi beban yang diberikan yaitu: - Pembebanan bertahap dengan beban: 9,810; 19,613; 39,226; 78,453; 156,96; 78,453; 39,226; 19,613; 9,810 Newton. - Pembebanan langsung dengan beban: 9,810 dan 19,613 Newton dengan satu kali pembebanan. 5. Penelitian ini tidak mempertimbangkan segi ekonomis.

1.6. Mekanisme Pengujian Pengujian konsolidasi dilakukan setelah pengujian fisik tanah (index properties). Setelah sifat fisik tanah diketahui, dilakukan pengujian konsolidasi dengan menggunakan alat uji konsolidasi (oedometer) dimana pembacaan dial dilakukan setiap waktu 24 jam selama 9 hari dan dengan pemberian beban yang bervariasi yaitu bertahap dan langsung. Pada pembebanan bertahap diberikan beban sebesar 9,810 N; 19,613 N; 39,226 N; 78,453 N; 156,96 N; 78,453 N; 39,226 N;

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19,613 N; 9,810 N, dimana tiap-tiap penambahan beban diberikan setiap 24 jam dan kemudian pengukuran pemampatan diteruskan. Pembebanan langsung dilakukan dengan satu kali pembebanan, dimana beban yang digunakan yakni beban 9,810 N dan 19,613 N. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Soil Investigation CV. Lima Saudara.

1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini disusun berdasarkan tahapan berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, mekanisme pengujian dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelasan dan teori umum maupun khusus tentang tanah gambut dan uji konsolidasi (consolidation test) mengacu pada referensi-referensi yang berlaku.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi rincian tentang proses penelitian mulai dari pekerjaan yang dilakukan di lapangan maupun di laboratorium hingga analisis data uji laboratorium yang telah diperoleh.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil pengujian beserta hasil analisis dan

pembahasan sifat fisik tanah gambut, kadar air (푤) indeks pemampatan (퐶푐) ,

berat volume kering (푌푑) ) dan berat volume basah(푌푏) .

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh kegiatan tugas akhir ini dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah

Secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersegmentasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel- partikel padat tersebut (Das,1995). Ruang kosong pada partikel-partikel tanah disebut pori-pori (void space). Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah disebabkan oleh pengaruh karbonat atau oksida yang tersenyawa di dalam partikel partikel tersebut, atau dapat juga disebabkan oleh adanya material organik. Tanah terbentuk melalui melalui proses pelapukan batuan secara fisis atau kimiawi. Proses secara fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan perpecahan akibat pembekuan atau pencairan es dalam batuan (gletsyer). Proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam atau alkali, oksigen dan karbondioksida. Apabila pelapukan masih berada di tempat asanya, maka tersebut dinamakan tanah residual (residual soil) dan apabila tanah berpindah tempatnya maka tanah tersebut dinamakan tanah terangkut (transported soil). Ukuran dari partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup besar. Tanah umumnya dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu: a. Kerikil (gravel). Kerikil merupakan kepingan-kepingan dari batuan yang kadang kadang juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar, dan mineral-mineral lain. b. Pasir (sand) Pasir sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar. Butiran mineral yang lain mungkin masih ada pada golongan ini.

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Lanau (silt) Lanau sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri butiran quartz yang sangat halus, dan sebagian berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral mika. d. Lempung (clays) Lempung sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskop biasa) yang berbentuk lempengan lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clays minerals), dan mineral yang sangat halus lain. (Das, 1995). e. Gambut (peat) Gambut adalah tanah yang memiiki kadar bahan organik tinggi yang terakumulasi pada lahan rawa dimana sebahagian mengalami dekomposisi dan sebahagian lagi tidak mengalami dekomposisi dalam waktu yang lama, dan tertimbun secara terus menerus.

2.1.1 Tanah gambut

Secara umum gambut diartikan sebagai material organik dari sisa-sisa tumbuhan atau vegetasi yang mati tertimbun sebagian melapuk (dekomposisi) dan sebagian lagi belum melapuk, membentuk lapisan yang semakin tebal secara berangsur-angsur. Timbunan bahan atau material organik tidak selalu disebut gambut seperti timbunan sampah organik yang digunakan menjadi lahan pertanian. Menurut bahasa pertanian, gambut adalah tanah organik atau organosol (Andriesse, 1998) yang dalam taksonomi tanah masuk dalam ordo tanah histosol (Soil Survey Staff, 2003).

Berdasarkan Permetan No. 14 Tahun 2009, gambut adalah tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi >65% yang terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang terhambat dekomposisinya karena kondisi anaerob dan basah. Hampir serupa, berdasarkan PP No. 71 Tahun 2014 yang dikenal dengan PP Gambut, gambut diartikan sebagai material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sisa tumbuhan yang telah terdekomposisi tidak sempurna dan terakumulasi pada daerah rawa.

Berdasarkan taksonomi tanah (Soil Survey Staff, 2003) dinyatakan bahwa tanah gambut adalah jenis tanah yang mempunyai kadar bahan organik minimal 20% (setara 12% bahan organik karbon) atau 30% (setara 18% bahan organik karbon) apabila mengandung campuran 60% fraksi liat (clay). Kriteria lain berdasarkan ketebalan lapisan lindak (bulk density) yaitu disebut tanah gambut apabila ketebalan > 40 cm, tetapi mempunyai kerapatan lindak (Berat Volume) > 0,1 g/cm3; dan apabila ketebalan > 60 cm, mempunyai kerapatan lindak < 0,1 g/cm3. Apabila tidak masuk dalam kriteria tersebut, misalnya ketebalan gambut 50 cm, tetapi Berat Volume < 0,1 g/cm3 atau ketebalannya 65 cm, tetapi berat volume > 0,1 g/cm3, disebut tanah bergambut (peaty soils, muck soils). Tanah bergambut dikategorikan sebagai tanah mineral, bukan lagi masuk dalam tanah gambut apabila kadar bahan organiknya < 20% dan ketebalannya < 50 cm. Hamparan tanah gambut yang kemudian menjadi media bagi tumbuhan atau menjadi kawasan pengembangan budi daya pertanian disebut dengan lahan gambut (Subagyo, 2006).

2.1.2 Pembentukan tanah gambut

Genesis gambut di Indonesia dimulai pada periode holosen yang dimulai dengan terbentuknya rawa-rawa sebagai akibat dari peristiwa transgresi dan regresi karena mencairnya es di kutub yang terjadi sekitar 4200 sampai 6800 tahun yang lalu (Sabiham, 1998). Pada periode pleistosen, yaitu periode sebelum holosen permukaan laut berada kira-kira 60 m di bawah permukaan laut saat ini. Pendapat lain mengatakan gambut di Indonesia terbentuk 4000 sampai 5000 tahun yang lalu. Pembentukan gambut di Indonesia terutama di Sumatera dan Kalimantan terjadi pada penghujung masa glasial diman masa pencairan es menyebabkan peningkatan muka air laut dan Sunda Shelf tergenang air dan membentuk rawa-rawa. Akibatnya vegetasi yang ada menjadi tergenang dan mati, kemudian mengalami proses dekomposisi secara lambat, sehingga bahan organik terakumulasi.

Terdapat dua tipe utama gambut ditinjau dari proses genesisnya yaitu gambut topogen dan gambut ombrogen. Pembentukan gambut yang terjadi pada 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kondisi jenuh air seperti pada tanah depresi, danau atau pantai yang menghasilkan bahan organik atau vegetasi yang telah beradaptasi dengan mangrove, rumput- rumputan, atau hutan rawa. Pada daerah depresi tersebut terjadi genangan air terutama dari luapan air sungai dan air hujan. Akibat dari penggenangan tersebut, proses dekomposisi bahan organik berjalan lambat dan terjadilah penimbunan bahan organik. Selama penimbunan bahan organik, komposisi vegetasi berubah secara bertahap sampai akhirnya terbentuk gambut yang berkembang di bawah pengaruh air tanah dan membentuk gambut topogen atau gambut air tanah.

Penumpukan bahan organik yang terus menerus dari serasah vegetasi di atasnya membentuk lapisan gambut yang tebal. Semakin tebal gambut, akar tumbuhan akan semakin sulit mencapai lapisan tanah mineral dibawah tanah gambut tersebut, dan air sungai tidak melimpas sampai wilayah pembentukan gambut tebal tersebut. Air yang menggenang pada rawa gambut tersebut hanya berasal dari terperangkapnya air hujan saja. Tumbuhan rawa gambut tersebut hanya menyerap hara yang berasal dari pelapukan bahan organik tumbuhan yang mati. Semakin lama larutan gambut, maka semakin miskin kandungan unsur haranya. Proses penumpukan bahan yang miskin hara ini akan membentuk gambut ombrogen atau gambut air hujan.

2.1.3 Karakteristik tanah gambut

Widjaya - Adhi (1988) menjelaskan karakteristik tanah gambut, yaitu:

1. Mempunyai kandungan organik yang tinggi (> 85%). 2. Mengandung C-organik 12-18 persen tergantung fraksi liat. 3. Ketebalan gambut >40 cm jika berat volume-nya > 0,1 푔 푐푚3 atau ketebalan > 60 cm berat volume -nya > 0,1 푔 푐푚3 4. Memiliki tebal lapisan minimal 5 cm dengan pembagian sebagai berikut: a. Gambut dangkal (5-100 cm) b. Gambut sedan sedang (100-200 cm) c. Gambut dalam (200-300 cm) d. Gambut sangat dalam (> 300 cm)

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Memiliki kandungan serat dengan pembagian sebagai berikut: a. Fibrik, yaitu kadar serat 2/3 volume, dikategorikan sebagai gambut yang dekomposisinya belum sempurna. b. Saprik, yaitu gambut dengan tingkat dekomposisi yang paling sempurna dengan kandungan serat 1/3 volume. c. Hemik, dikategorikan sebagai tingkat intermediet dimana dekomposisinya berada diantara fibrik dan hemik.

2.1.4 Klasifikasi tanah gambut

Secara umum tanah gambut diklasifikasikan berdasarkan 4 acuan yaitu:

1. ASTM D4427-92 (2002)

ASTM D4427-92 (2002) mengklasifikasi tanah gambut berdasarkan kadar abu, kadar serat dan kadar asam dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kadar abu: 1) Low-ash-peat dengan kadar abu < 5% volume. 2) Medium ash-peat dengan kadar abu 5-15% volume. 3) High ash-peat dengan kadar abu > 15% volume. b. Kadar serat: 1) Fibric peat dengan kadar serat > 67% volume. 2) Hemic peat dengan kadar serat 33-67% volume. 3) Sapric peat dengan kadar serat < 33% volume. c. Kadar Asam: 1) Highly acidic dengan kadar asam < 4,5. 2) Moderately acidic dengan kadar asam 4,5-5,5. 3) Slightly acidic dengan kadar asam 5,5-7. 4) Basic dengan kadar asam > 7.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. ASTM D-2607

Tanah gambut dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman pembentuk serat dan kandungan seratnya. Sistem ini mengelompokkan tanah gambut menjadi 5 kelompok seperti yang terdapat pada pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D-2607 Nama Keterangan Sphagnum Apabila tanah gambut dikeringkan pada 105°퐶, kandungan serat Moss Peat dari sphagnum moss minimum 66 2/3% Apabila tanah gambut dikeringkan pada 105° 퐶,kandungan Hypnum Moss seratnya minimum 33 1/3% dimana lebih dari 50% dari serat – Peat serat tersebut berasal dari bermacam – macam jenis hypnum moss Apabila tanah gambut dikeringkan pada 1050 C kandungan Reed Sedge seratnya minimum 33 1/3% dimana lebih dari 50% dari serat – Peat serat tersebut berasal dari reed sedge dan dari non moss yang lain Apabila tanah gambut dikeringkan pada 1050 C kandungan Peat Humus seratnya kurang dari 33 1/3% Tanah gambut yang dikelompokkan disini adalah semua tanah Peat lain gambut yang tidak masuk dalam 4 kelompok diatas Sumber: ASTM D2607-69,1989

3. Menurut MacFarlane dan Radforth (1964)

MacFarlane dan Radforth mengklasifikasikan tanah gambut menjadi 2 bagian besar, antara lain: a. Tanah gambut berserat ( Fibrous peat ) Tanah gambut dengan kandungan serat ≥ 20% b. Tanah gambut amorphous granular (Amorphous granular peat ) Tanah gambut dengan kandungan serat < 20% dan terdapat butiran tanah kecil berukuran coloid (2 mm) dan sebagaian air terserap di sekeliling butiran tanah. Tanah gambut amorphous granular peat mempunyai sifat seperti tanah lempung/lanau.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Menurut lingkungan pembentukan dan fisiografi lahan tanah gambut dibedakan menjadi 4 bagian yaitu: a. Gambut cekungan (basin peat), yaitu tanah gambut yang terbuka di daerah cekungan, lembah sungai atau rawa belakang. b. Gambut sungai (river peat), yaitu tanah gambut yang terbentuk di sepanjang sungai yang masuk ke daerah lembah kurang dari 1 Km. c. Gambut dataran tinggi (highland peat), yaitu tanah gambut yang terbentuk di punggung-punggung bukit atau pegunungan. d. Gambut dataran pesisir/pantai (coastal peat), yaitu tanah gambut yang terbentuk di sepanjang garis pantai.

2.1.5 Sifat-sifat fisik tanah gambut

Sifat fisik atau sering disebut index properties merupakan karakteristik fisik tanah yang digunakan untuk mengelompokkan jenis-jenis tanah. Selain itu sifat fisik tanah mempunyai hubungan erat dengan sifat mekanis tanah. Adapun sifat- sifat fisik tanah gambut adalah sebagai berikut:

2.1.5.1 Kadar air (Water Content)

Tanah gambut mampu menyerap air dalam jumlah yang sangat tinggi yakni mencapai 600 % berat kering tanah tersebut. Kadar air (푤) merupakan perbandingan berat air terhadap berat butiran padat tanah gambut. Kadar air dapat dihitung dengan rumus matematis berikut:

푊 푤(%) = 푤 푥 100% (2.1) 푊푠 Dimana: 푤 : Kadar air (%)

푊푤 : Berat air (gr)

푊푠 : Berat butiran (gr)

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.5.2 Berat spesifik (Specific Gravity)

Berat spesifik (specific gravity) adalah perbandingan (rasio) antara massa (berat) kering butiran tanah dan massa (berat) air suling (distilled water) pada volume yang sama dan diukur pada suhu yang sama pula. Secara matematis berat spesifik dapat dihitung dengan:

훾푠 퐺푠 = (2.2) 훾푤 Dimana: 3 훾푠 : berat volume padat (gr/cm ) 3 훾푤 : berat volume air(gr/cm )

퐺푠 : berat jenis tanah

2.1.5.3 Berat volume

Berat volume adalah berat tanah per satuan volume dimana nilai tersebut merupakan perbandingan antara berat volume basah dan berat volume kering tanah gambut. Secara matematis berat volume tanah gambut dapat dihitung dengan:

푊 γ = (2.3) 푉 Dimana: 훾 : berat volume basah (gr/cm3) 푊 : berat butiran tanah (gr) 푉 : volume total tanah (cm3)

2.1.5.4 Angka pori (void ratio)

Nilai angka pori tanah gambut sangat besar yaitu berkisar 5 s/d 15. Untuk tanah gambut berserat (fibrous peat) bisa mencapai angka pori sebesar 25, sedangkan tanah gambut (amorphous granular) mempunyai angka pori yang sangat kecil, yaitu sebesar 2 (Mochtar, 1985).

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Angka pori merupakan perbandingan antara volume pori dan volume butiran padat, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: 푉푣 푒 = (2.4) 푉푠 Dimana:

푒 : angka pori 3 푉푣 : volume rongga (cm ) 3 푉푠 : volume butiran (cm )

2.1.5.5 Kadar abu dan bahan organik

Kadar abu tanah gambut ditentukan dengan cara memasukan tanah gambut yang sudah dikeringkan pada suhu 105 ºC kedalam oven bersuhu 440 º퐶 (metode C) atau 750 ºC (metode D), sampai sampel tanah gambut menjadi abu (ASTM D2974-87 1993). Persentase abu dihitung terhadap berat keringat tanah sampel gambut.

2.1.5.6 Tingkat keasaman (pH)

Tanah gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan pH 3 - 4. Tanah gambut di Indonesia sebagian besar bereaksi masam hingga sangat masam dengan pH <4,0. Tingkat kemasaman tanah gambut berhubungan erat dengan kandungan asam-asam organik, yaitu asam humat dan asam fulvat (Andriesse, 1974; Miller dan Donahue, 1990). Kemasaman tanah gambut cenderung menurun seiring dengan kedalaman gambut. Pada lapisan atas pada gambut dangkal cenderung mempunyai pH lebih tinggi dari gambut tebal (Suhardjo dan Widjaja-Adhi,1976).

2.1.5.7 Susut

Tanah gambut akan menjadi keras dan mengalami penyusutan apabila dikeringkan. Penyusutan dapat mencapai 50% volume awal. Setelah tanah gambut mengalami penyusutan akibat pengeringan, maka tanah tersebut tidak mampu lagi menyerap air seperti keadaan awal. Volume air yang dapat diserap kembali setelah pengeringan berkisar antar 33-55% dari volume air semula.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.6 Subsiden gambut

Subsiden merupakan penurunan permukaan gambut yang telah direklamasi akibat perubahan penggunaan lahan. Bila di drainase, lahan gambut akan mengalami subsiden (penurunan permukaan), dan kerap mengalami kering tidak balik (irriversible drying) dan berdampak terhadap penurunan kemampuan daya menahan airnya, serta resiko ancaman kebakaran semakin tinggi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan subsiden lahan gambut, yaitu tipe gambut, kedalaman drainase, tingkat kematangan gambut, ketebalan gambut, kecepatan dekomposisi, kepadatan, iklim, dan penggunaan lahan. Proses subsiden gambut dapat dibagi menjadi empat komponen: 1. Konsolidasi Konsolidasi merupakan pemadatan gambut karena pengaruh drainase. Dengan menurunnya muka air tanah, maka terjadi peningkatan tekanan dari lapisan gambut di atas permukaan tanah terhadap gambut yang berada di bawah muka air tanah sehingga gambut terkonsolidasi (menjadi padat). 2. Dekomposisi (oksidasi) Dekomposisi atau oksidasi merupakan proses menyusutnya massa gambut akibat dekomposisi gambut yang berada dalam keadaan aerobik. 3. Pengkerutan Pengkerutan merupakan pengurangan volume gambut di atas muka air tanah karena proses drainase atau pengeringan. 4. Kebakaran

Kebakaran menyebabkan penurunan volume tanah gambut.

2.2 Teori Konsolidasi

Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume tanah jenuh secara perlahan-lahan dengan permeabilitas rendah akibat keluarnya air pori. Proses tersebut berlangsung terus-menerus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Perpindahan permukaan tanah secara vertikal yang berhubungan dengan perubahan volume

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tanah pada suatu tingkat pada saat proses konsolidasi terjadi disebut sebagai penurunan konsolidasi. Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Immediate settlement (penurunan seketika), terjadi akibat deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air. Secara umum penurunan ini diturunkan dari teori elastisitas. Immediate settlement ini biasanya terjadi selama proses konstruksi berlangsung. Parameter tanah yang dibutuhkan untuk perhitungan adalah undrained modulus dengan uji coba tanah yang diperlukan seperti SPT, Sondir (dutch cone penetration test), dan Pressuremeter test.

2. Primary consolidation settlement (penurunan konsolidasi primer), yaitu terjadi akibat perubahan volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah. Pada penurunan ini, tegangan air pori secara terus-menerus berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari keluarnya air pori. Secara umum penurunan konsolidasi ini terjadi pada lapisan tanah kohesif (clay / lempung)

3. Secondary consolidation settlement (penurunan konsolidasi sekunder), terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.

Pada tanah organik konsolidasi sekunder merupakan komponen terbesar sedangkan pada tanah anorganik, konsolidasi primer merupakan komponen terbesar dari penurunan total (settlement). Pemampatan tanah gambut dapat diamati melalui kurva regangan terhadap log waktu. Komponen-komponen pemampatan tanah gambut terdiri dari: 1. Regangan seketika (instantaneous strain, 휀i) Terjadi dengan segera setelah beban diberikan karena tertekannya rongga udara. 2. Regangan primer (primary strain, 휀p) Terjadi pada waktu yang relatif singkat sampai waktu tp dengan kecepatan pemampatan yang tinggi karena disipasi tekanan air pori.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Regangan sekunder (secondary strain, 휀s) Terjadi pada waktu yang relatif lama sampai waktu ts dengan kecepatan pemampatan yang lebih rendah akibat pemampatan butiran tanah. 4. Regangan tersier (tertiery strain, 휀t ) Terjadi secara terus-menerus sampai seluruh proses pemampatan berakhir.

Sampai saat ini belum ada hasil penelitian penurunan tersier untuk tanah gambut di lapangan (Endah, 1998). Sehingga untuk penurunan tersier tersebut kemungkinan disebabkan oleh pembebanan di lapangan tidak cukup lama untuk mencapai penurunan tersier.

Gambar 2.1 Kurva regangan–log waktu pada tanah gambut dengan beban 25 kPa (Sumber: Soepandji dan Bharata, 1996)

Untuk tekanan efektif yang besar (25 kPa sampai dengan 400 kPa), penelitian yang telah dilakukan oleh Soepandji dan Bharata tahun 1996 menunjukan hubungan vertikal dengan waktu terlihat pada Gambar 2.1. Respon tekanan air pori akibat peningkatan tekanan efektif dapat ditunjukkan pula dengan berkurangnya daya rembes secara cepat. Cara menentukan lama waktu penurunan serta besarnya penurunan preloading adalah: 1) Memperkirakan besar penurunan akibat pembebanan, dimisalkan 9,810 N atau 19,613 N. 2) Buat grafik hubungan antara waktu penurunan dengan beban yang berbeda.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3) Memilih beban preloading dengan waktu pembebanan. Dengan demikian, kita dapat membuat grafik penurunan terhadap akar dua waktu seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kurva hubungan antara penurunan dengan akar waktu (Sumber: Taylor, 1948)

Bentuk dari kurva penurunan tanah gambut yang telah mengalami pembebanan dengan besar dan periode pembebanan bervariasi menunjukkan adanya peningkatan perbaikan perilaku penurunan, karena penurunan pada semua uji dijumpai bahwa penurunan primer terbesar terjadi pada menit – menit awal. Penurunan primer yang terjadi pada tanah gambut berlangsung cepat yaitu sekitar 10-15 menit pertama kemudian, penurunan tetap berlangsung sebagai akibat adanya rangkak (creep). Kecepatan penurunan sekunder berbeda dengan penurunan primer, kecepatan penurunan primer dipengaruhi oleh rasio penambahan beban dan sistem pembebanan yang tetap namun, pada penurunan sekunder tidak terpengaruh tetapi cenderung meningkat pada beban rendah dan kemudian menurun dengan meningkatnya beban.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.2.1 Uji konsolidasi

Bila lapisan tanah jenuh berpermeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air pori di dalam lapisan tersebut segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada lapisan tanah, berakibat air mengalir ke lapisan tanah dengan tekanan air pori yang lebih rendah, yang diikuti penurunan tanahnya. Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori. Oleh karena itu konsolidasi dapat diartikan sebagai proses terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban, yang terjadi sebagai fungsi waktu karena kecilnya permeabilitas tanah. Proses ini berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkanoleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Untuk mengukur konsolidasi tanah di laboratorium, digunakan alat konsolidasi (Consolidated apparatus atau oedometer). Gambar alat konsolidasi dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan untuk prinsip alat ini sendiri, dapat dilihat dari Gambar 2.4.

Gambar 2.3 Alat konsolidasi (Sumber: SNI 2812, 2011)

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.4 Percobaan konsolidasi (Sumber: Hardiyatmo, 1994)

Pada Gambar 2.4 terlihat contoh tanah pada percobaan konsolidasi dimasukkan ke dalam suatu cincin dan diapit oleh batu berpori pada sisi atas dan bawah cincin. Kemudian, cincin tersebut diletakkan ke dalam sel konsolidasi yang diisi oleh air agar tidak kering. Setelah sel konsolidasi dipasang pada alat, contoh tanah diberikan beban vertikal dengan berat tertentu dan penurunan yang terjadi diukur dengan arloji petunjuk. Pembebanan pada contoh tanah diberikan secara bertahap (sedikit demi sedikit), setiap beban dibiarkan sampai penurunan berhenti. Secara umum diberikan waktu 24 jam untuk tujuan ini, dan penurunan diukur serta dicatat selama 24 jam. Besarnya penurunan yang terjadi pada setiap tegangan diambil dari pembacaan arloji.

2.2.2 Koefisen konsolidasi (푪풗)

Koefisien konsolidasi, (퐶푣) biasanya akan berkurang dengan bertambahnya batas cair (LL) dari tanah. Rentang dari variasi nilai (퐶푣) untuk suatu batas cair dari tanah jenis tertentu adalah agak lebar. Terdapat dua metode grafis yang umum dipakai untuk menentukan harga (퐶푣 dari konsolidasi satu dimensi di laboratorium yakni metode logaritma waktu (logarithm of time method) yang diperkenalkan oleh Casagrande dan Fadum (1940) dan metode akar waktu (square root of time method) yang diperkenalkan oleh Taylor (1942).

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.2.3 Index pemampatan (푪풄)

Index pemampatan yang digunakan untuk menghitung besarnya penurunan yang terjadi di lapangan sebagai akibat konsolidasi dapat ditentukan dari kurva yang menunjukkan hubungan antara angka pori dengan tekanan yang didapat dari uji konsolidasi di laboratorium.

2.3 Tinjauan Penelitian Konsolidasi Tanah Gambut

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian tentang konsolidasi tanah gambut ataupun studi tentang tanah gambut itu sendiri. Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan uji konsolidasi terhadap tanah gambut dan juga sebagai pedoman terhadap data tanah gambut. Berikut adalah beberapa hasil penelitian mengenai tanah gambut: Fatnanta (2014) melakukan penerapan test konsolidasi metode constant rate of strain (CRS- Consolidation Test) pada tanah gambut berserat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kecepatan perubahan angka pori (e) terhadap perilaku pemampatan tanah gambut berserat pada test konsolidasi metode constant rate of strain. Hasil dari penelitian tersebut yaitu: tegangan air (푈푏) yang terjadi di dasar sampel sangat dipengaruhi oleh kecepatan e, sehingga apabila e semakin tinggi maka tegangan air pori semakin besar. Tegangan efektif yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kecepatan perubahan e. Semakin tinggi harga e maka tegangan efektif semakin kecil untuk e yang sama sehingga kurva e vs log σ’ terlihat makin menggeser ke kiri. Harga e yang dipilih dalam pengetesan mempengaruhi periode pengetesan dan tegangan air pori yang terbentuk didasar sampel, sebagai akibatnya harga tegangan pra konsolidasi semu(σn’) juga terpengaruh. Namun pada kecepatan, perubahan angka pori e tidak mempunyai pengaruh terhadap indeks pemampatan untuk kurva normalisasi angka pori awal e/eovs log σ’. Khoshand dan Fall (2016), menjelaskan secara lengkap bagaimana buruknya daya dukung dari tanah gambut. Tanah gambut memiliki kekuatan tekan bebas tidak beraturan. Hal ini dapat meningkat secara signifikan yaitu dengan cara penambahan semen pasir-pasir relatif terhadap periode curing yang lebih lama. Kandungan kelembaban optimum dari bahan berbasis gambut bervariasi dari 64% 22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hingga 96% sementara rentang kepadatan kering maksimum mulai dari 402 kg / m3 hingga 1004 kg / m3. Waruwu (2012) telah melakukan penelitian tentang kajian perilaku konsolidasi tanah gambut dengan oedometer. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa, konsolidasi dengan beban bertahap menunjukkan penurunan yang lebih besar pada waktu 10 menit pertama, dengan demikian pemampatan tanah gambut lebih dominan terjadi pada menit-menit awal. Hal yang sama terlihat pada hubungan angka pori dengan waktu di pengujian konsolidasi dengan beban langsung semua variasi beban yang diberikan memperlihatkan proses pemampatan primer yang cukup cepat di menit-menit awal. Pemampatan primer terjadi pada 0,7 – 8,5 menit pertama, pemampatan sekunder paling lama 2200 – 3500 menit, seterusnya dilanjutkan dengan pemampatan tersier. Pemampatan tanah gambut cukup besar setelah beban 1 kg/cm2 dari hubungan tekanan dan angka pori didapatkan nilai indeks pemampatan (퐶푐) dan nilai indeks pemampatan (퐶푐). Selain nilai indeks pemampatan (퐶푐) pada konsolidasi dengan beban bertahap didapatkan nilai-nilai parameter konsolidasi lainnya masing-masing nilai 푐푣, 푚푣, dan 푎푣 terlihat sangat berfruktuasi sejak dibebani dengan beban kecil hingga beban besar, namun demikian tetap saja penambahan tekanan yang diberikan akan semakin memperkecil nilai pemampatan. Panjaitan (2013) mengatakan bahwa terjadi peningkatan nilai kohesi dan sudut geser setiap penambahan beban dan lama waktu pembebanan. Peningkatan nilai kohesi terbesar terjadi pada pembebanan 25 kg dengan waktu 7 hari sebesar 0,039 kg/cm2. Sudut geser dalam mengalami peningkatan terbesar pada pembebanan 25kg dengan waktu 7 hari sebesar 3,50°. Peningkatan nilai kohesi dan nilai sudut geser dalam tanah gambut Muara Batang Toru sangat dipengaruhi oleh besar beban dan lama waktu pembebanan dimana pada pembebanan 20 kg dengan waktu 4 hari tanah gambut sudah menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Azhar et al (2016) menentukan sifat kekuatan geser tak terdrainase dari gambut yang dibentuk kembali dan gambut undisturbed dari Parit Nipah, Johor dengan ukuran lolos saringan 3,35 mm dan tekanan prakonsolidasi pada 100 kPa. Hasil dari kekuatan geser tak terdrainase dari gambut yang dilarutkan adalah 21 kPa untuk kohesi dengan sudut geser dalam 41° dibandingkan dengan gambut

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA undisturbed memiliki kohesi 10 kPa dan sudut geser dalam 16°. Hasil sifat kuat geser yang diperoleh menunjukkan bahwa gambut yang dilarutkan memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada gambut undisturbed. Untuk hubungan tegangan deviator-regangan σdmax dan tekanan pori berlebih (Δu) menunjukkan bahwa keduanya undisturbed dan reconstitutedsecara bertahap meningkat ketika σ’ meningkat, tetapi pada akhir pengujian nilainya sedikit menurun. Sifat fisik dari gambut yang undisturbed dan reconstituted juga diselidiki untuk berkorelasi dengan hasil kekuatan geser tak terdrainsase. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penambahan kapur dan semen dapat meningkatkan karakteristik kekuatan tanah. Berat isi kering maksimum didapat pada tanah yang diberi semen dan kapur sedangkan tanah yang dengan kadar air optimum berat isi kering tersebut menurun. Dengan menggunakan unconfined compression strength, kuat geser tertinggi didapat pada tanah yang memakai semen dan kapur serta penggunaan ordinary portland cement lebih baik daripada penggunaan kapur karena dapat terhidrasi. Yulianto (2017) melakukan sebuah penelitian mengenai perilaku tanah gambut berserat permasalahan dan solusinya. Penelitian tersebut membuktikan bahwa tanah gambut di Indonesia merupakan jenis tanah gambut berserat yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi, kadar air yang tinggi dan mempunyai dua pori yaitu makropori dan mikropori. Karakteristik tersebut menyebabkan daya dukung tanah gambut rendah dan pemampatan besar dan tidak merata. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tanah gambut tidak baik untuk konstruksi bangunan sipil. Sehingga diteliti cara untuk mengatasinya, dari penelitian ini didapat beberapa solusinya yaitu: metode pengelupasan tanah gambut, metode pemberian beban awal dan embangkmen, metode cerucuk kayu, metode gelar kayu (corduroy) dan metode stabilisasi seluruh lapisan tanah. Metode tersebut diatas sudah dilakukan di berbagai daerah, namun setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurut peneliti, metode yang paling efektif ialah metode stabilisasi tanah gambut. Karena metode tersebut merupakan metode yang baik, biaya yang dibutuhkan murah dan dampak bagi lingkungannya kecil. Hassan dkk (2013), menjelaskan bahwa daya dukung tanah gambut sangat rendah, bahkan kenaikan beban yang moderat kemungkinan akan menyebabkan ketidakstabilan dan penyelesaian konsolidasi jangka panjang. Pada kondisi

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dasarnya, tanah gambut tidak dapat mendukung fondasi atau beban pemindahan tanah. Karakteristik tanah gambut ini berkontribusi terhadap kasus bangunan dan pemukiman infrastruktur yang menghambat dalam pengerjaan suatu konstruksi. Berdasarkan dari pengamatan dari uji konsolidasi pada gambut yang tidak diolah dan pasir stabil tanah berbagai persentase yang dijelaskan dalam makalah ini, kesimpulan dari penelitian ini adalah, koefisien konsolidasi(퐶푣) dari spesimen tanah dengan penambahan pasir lebih tinggi dibandingkan dengan gambut yang tidak diolah. 퐶푣 meningkat ketika kadar pasir meningkat dimana spesimen 6 dengan 50% konten pasir meningkat sekitar 25% dibandingkan dengan spesimen yang tidak diobati. Waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsolidasikan tanah menurun karena peningkatan kadar pasir, spesimen 2 (10%) berkurang sekitar 5% dan secara bertahap berkurang menjadi sekitar 87% pada spesimen 6 (50%) dibandingkan dengan spesimen yang tidak di campur. Roesyanto dan Ramayanti (2019) melakukan penelitian tentang tinjauan uji konsolidasi pada tanah gambut di Kabupaten Batubara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik tanah gambut, menentukan klasifikasi tanah gambut dan untuk menganalisis indeks kompresi (퐶푐) dan koefisien konsolidasi (퐶푣) dengan uji konsolidasi pembebanan bertahap dan pembebanan langsung selama 7 hari. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa tanah gambut perkebunan Paya Pinang,

Kabupaten Batubara memiliki kadar air (w) 732,0%, gravitasi spesifik (Gs) 1.533, 3 angka pori (e) 8.235, berat isi basah (Yw) 1.008 gr/cm , berat isi kering (Yd) 0,166 gr/cm3, kadar abu 22.424%, kadar organik 77.576% dan keasaman/pH 6. Indeks 2 kompresi (퐶푐) sebesar 0,693 dan koefisien konsolidasi (퐶푣) 0,275 cm /detik. Indeks kompresi dan koefisien konsolidasi di tanah gambut sangat besar dibandingkan dengan indeks kompresi dan koefisien konsolidasi tanah lempung. Tanah gambut Kabupaten Batubara adalah tanah yang buruk untuk konstruksi bangunan karena indeks kompresinya sangat besar sehingga akan mengalami penurunan yang sangat besar. Roesyanto dan Shakila (2019) melakukan penelitian tentang klasifikasi dan uji konsolidasi pada tanah gambut di Kabupaten Asahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan klasifikasi tanah gambut dan untuk menganalisis indeks kompresi (퐶푐) dan koefisien konsolidasi (퐶푣) tanah gambut,

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan melakukan uji konsolidasi pembebanan bertahap dan pembebanan langsung selama 7 hari. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa tanah gambut Desa Pertahan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan memiliki kadar air (w) 3 726,34%, berat jenis (Gs) 1.302, berat isi basah (Yw) 0,764 gr/cm , berat isi kering 3 (Yd) 0,144gr/cm , angka pori (e) 8,06, kadar abu 45.032% dan pH 6. Indeks 2 kompresi (퐶푐) sebesar 0,659 dan koefisien konsolidasi (퐶푣) 0,317 cm /detik. Indeks kompresi dan koefisien konsolidasi di tanah gambut relatif sangat besar dibandingkan dengan tanah liat. Tanah gambut di Kabupaten Asahan adalah tanah yang buruk untuk konstruksi bangunan karena memiliki kadar air yang tinggi dan tanah berserat dengan indeks kompresi yang relatif sangat besar.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Kegiatan Penelitian Penelitian diawali dengan penentuan lokasi sampel tanah gambut yang akan diuji. Lokasi sampel tanah gambut ditetapkan berasal dari Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Setelah lokasi ditentukan sampel tanah gambut yang tidak terganggu (undisturbed) dan terganggu (disturbed) diambil dan dibawa dari lokasi ke laboratorium dengan menggunakan mobil. Kegiatan penelitian yang dilakukan di laboratorium meliputi pengujian sifat mekanis tanah gambut yang dilakukan menggunakan sampel tanah tidak terganggu (undisturbed), sampel tanah terganggu (disturbed), dan pengujian konsolidasi tanah. Kegiatan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan persiapan contoh tanah, tahapan pengujian kadar gambut yaitu uji kadar abu, uji keasaman tanah dan unsur mineral, tahapan pengujian sifat fisik tanah (index properties), tahapan pengujian konsolidasi bertahap dan konsolidasi langsung. Diagram alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mulai

KEGIATAN AWAL  Instalasi Alat Uji  Pengambilan Sampel Uji

Pengujian sifat fisis: (sampel undisturbed )  Kadar air ( 4 sampel )  Kadar abu ( 1 sampel )  Berat spesifik ( 2 sampel )  Berat volume ( 4 sampel )

Pemberian .Beban (2) Metode

Pembebanan Bertahap: Pembebanan Langsung:

Sampel diberikan beban secara bertahap Sampel diberikan beban secara langsung sebesar 9,81; 19,613; 39,226; 78,453; dengan beban sebesar 9,81 dan 19,613 156,96; 78,453; 39,226; 19,613 dan 9,81 Newton (2 sampel undisturbed) Newton ( 2 sampel undisturberd )

Pengujian Konsolidasi Tanah Gambut Pengujian Konsolidasi Tanah Gambut Periode Pembebanan 24 jam Periode Pembebanan 9 hari

Analisa Hasil Uji

Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2 Lokasi Penelitian Tanah Gambut

Penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda yakni uji kandungan mineral tanah gambut dilakukan di Balai Riset Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Sumatera Utara sedangkan pengujian dan sifat fisik tanah (index properties) dan pengujian konsolidasi tanah gambut dilakukan di Laboratorium Soil Investigation CV. Lima Saudara, Medan.

3.3 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Gambut Sampel tanah gambut diambil dari Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengambilan sampel tanah dilakukan melalui akses jalur darat dengan menggunakan mobil. Lokasi pengambilan sampel merupakan lahan kosong yang sangat luas yang difungsikan masyarakat sebagai tempat pengambilan kayu bakar. Lokasi sampel tanah gambut dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3

LOKASI LOKASI SAMPEL SAMPEL

Gambar 3.2. Lokasi pengambilan sampel (Sumber: Google map, 2020)

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LOKASI SAMPEL

Gambar 3.3. Lokasi pengambilan sampel (Sumber: Google earth, 2020)

Gambar 3.4. Lokasi pengambilan sampel (Sumber: Dokumentasi, 2020)

Gambar 3.5. Jalan lokasi pengambilan sampel (Sumber: Google map, 2020) 3.4 Instalasi Alat dan Pengambilan Sampel Tanah Gambut

3.4.1 Instalasi alat Pengambilan sampel tanah gambut tidak terganggu (undisturbed) digunakan tabung undisturbed yang berukuran tinggi 50 cm dengan diameter 7,2 cm kemudian dipasangkan pada batang bor dan ditekan dengan menggunakan hammer. Sampel diambil sebanyak 3 tabung undisturbed.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.4.2 Pengambilan sampel

Sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah gambut Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Tanah yang digunakan pada uji konsolidasi adalah tanah tidak terganggu (undisturbed), proses pengambilan sampel dilakukan dengan pembersihan top soil pada tanah, kemudian menekan batang bor yang sudah dihubungkan dengan tabung ke dalam tanah dengan kedalaman ± 100 푐푚. Kemudian angkat batang bor, dan potong bagian atas dan bawah tabung dengan menggunakan pisau tipis, selanjutnya kedua ujung tabung ditutupi dengan menggunakan lilin yang dipanasi dan setelah lilin membeku, kedua ujung tabung ditutupi dengan plastik dan dilapisi dengan perekat. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kadar air agar terjaga, tidak tumpah, maupun keluar atau kering saat perjalanan menuju Laboratorium Mekanika Tanah. Adapun prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Menentukan lokasi pengambilan sampel yaitu Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2. Membersihkan permukaan tanah (top soil) untuk menghindari humus dan akar - akar tanaman. 3. Melakukan pengambilan sampel tanah, untuk pengujian index properties tanah dan konsolidasi tanah dengan menggunakan sampel tanah tidak terganggu.

3.5 Pelaksanaan Pengujian

3.5.1 Pengujian sifat fisik (index properties)

Untuk mengetahui sifat-sifat fisik (index properties) pada tanah gambut perlu dilakukan beberapa pengujian, antara lain: a. Uji kadar air b. Uji berat spesifik c. Uji berat volume d. Uji angka pori e. Uji kadar abu dan bahan organik f. Uji tingkat keasaman (pH)

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pengujian dilakukan di Laboratorium Soil investigation CV. Lima Saudara dan Balai Riset Kementerian Perindustrian Sumatera Utara.

3.5.2 Pengujian konsolidasi

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat konsolidasi oedometer yang terdapat pada Laboratorium Soil investigation CV. Lima Saudara. Metode pengujian konsolidasi yang digunakan untuk mengetahui perilaku penurunan pada tanah gambut Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan antara lain: 1. Contoh tanah gambut dikeluarkan dari tabung sampel dengan menggunakan extruder lalu dipotong dengan pisau tipis dan diratakan. 2. Tanah yang terlihat menonjol di kedua ujung cetakan benda uji diratakan dengan pisau pemotong dan perata. 3. Sampel uji dimasukkan ke dalam cincin geser dengan posisi sampel berada diantara dua batu pori. 4. Pembebanan diberikan secara bertahap, dimana beban yang diberikan sebesar 9,810; 19,613; 39,226; 78,453; 156,96; 78,453; 39,226; 19,613; 9,810 Newton. Pemberian beban secara langsung, dimana beban yang diberikan sebesar 9,810 dan 19,613 Newton. Masing-masing beban mempunyai variasi waktu 24 jam. 5. Setelah sampel uji dibebani, pembacaan dial dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Prosedur pengujian dengan menggunakan alat konsolidasi (oedometer) yang dilakukan untuk beban bertahap antara lain: 1. Sampel diletakkan pada alat uji konsolidasi. 2. Posisi penekan diatur agar horizontal dengan cara memutar skrup pada bagian belakang. 3. Ketinggian baut penekan diatur sampai menyentuh permukaan benda uji. 4. Posisi dial deformasi diatur dalam posisi tertekan kemudian jarum dial diatur pada angka nol. 5. Pasang beban pertama yang menghasilkan tekanan pada benda uji sebesar 9,810 N. Pembacaan deformasi tanah pada detik 0, 9.6, 21.4, 38.40, kemudian pada

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menit ke 1, 2.15, 4, 9,16, 25, 36, 49, dan pada jam ke-24. Setelah dibebani selama satu menit, sel konsolidasi diisi air sampai penuh. 6. Kemudian, pasang beban kedua dimana nilai beban dua kali lebih besar dari beban pertama setiap 24 jam kemudian dilakukan pembacaan dial. 7. Lakukan hal yang sama untuk pembebanan yang berikutnya 8. Setelah sampai pada beban maksimum, lakukan penurunan beban atau mengurangi beban sebanyak 50% beban yang sedang terpasang hingga beban terendah. 9. Sampel uji dikeluarkan dari dalam ring dan dilakukan penimbangan. 10. Kemudian sampel dioven hingga 24 jam dan dilakukan penimbangan kembali. 11. Lakukan pengujian yang sama untuk sampel yang kedua.

Prosedur pengujian dengan menggunakan alat konsolidasi (oedometer) yang dilakukan untuk beban langsung antara lain: 1. Sediakan 2 sampel untuk pengujian. 2. Sampel diletakkan pada alat uji konsolidasi. 3. Posisi penekan diatur agar horizontal dengan cara memutar skrup pada bagian belakang. 4. Ketinggian baut penekan diatur sampai menyentuh permukaan benda uji. 5. Posisi dial deformasi diatur dalam posisi tertekan kemudian jarum dial diatur pada angka nol. 6. Pasang beban masing- masing sampel sesuai dengan beban masing-masing yaitu 9,810 dan 19,613 Newton. Pembacaan deformasi tanah pada detik 0, 9.6, 21.4, 38.40, kemudian pada menit ke 1, 2.15, 4, 9.16, 25, 36, 49, dan pada jam Ke- 24. 7. Pembacaan dial dilakukan setiap 24 jam. 8. Kemudian sampel dioven selama 24 jam dan selanjutnya dilakukan penimbangan kembali.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang hasil pengujian dan pembahasan hasil uji konsolidasi tanah gambut Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengujian tanah gambut tersebut dilakukan di Balai Riset Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Sumatera Utara dan Laboratorium Soil Investigation CV. Lima Saudara, Medan.

4.2 Sifat Fisik Tanah (Index Properties) Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, maka didapatkan data-data sifat fisik tanah gambut seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data uji sifat fisik tanah Sifat Fisik Tanah No. Pengujian Hasil Gambut Secara Umum 1 Kadar air ( water content ) 628,139 % 100 - 1300% 2 Berat spesifik (specific gravity) 1,301 1,250 - 1,800 3 Angka pori (푒) 8,157 5 - 15

3 4 Berat volume basah (훾푏) 10,125 KN/m -

3 5 Berat volume kering (훾푑) 1,390 KN/m -

Berdasarkan data yang ditunjukkan Tabel 4.1, terlihat bahwa tanah gambut Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dapat dikelompokkan ke dalam low ash peat dengan kadar abu total sebanyak 0,78%. Tabel 4.1 juga menjelaskan bahwa kadar air yang terkandung pada tanah gambut tersebut sebesar 628,139%. Tanah ini merupakan tanah gambut dengan kadar air yang tinggi. Berat volume merupakan perbandingan dari berat butiran tanah dengan berat volume total sampel tanah. Berat volume basah dan berat volume kering tanah gambut Desa Nagasaribu sebesar 10,125 KN/m3 dan 1,390 3 KN/m .

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.3 Klasifikasi Tanah Hasil uji pH/keasaman, kadar abu, dan kadar organik tanah gambut Desa Nagasaribu dapat dilihat dari Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pengujian kadar abu, kadar organik, dan ph/keasaman tanah gambut No Data Pengujian Hasil Klasifikasi Tanah Gambut 1 Kadar abu 0,780 % <5% low ash-peat 2 Kadar organik 26,500 % sapric 3 pH 4 Highly acidic Sumber: Balai Riset KEMENPERIN, 2020 Mengacu ASTM D4427-92 (2002) tanah gambut Desa Nagasaribu dapat diklasifikasikan sebagai low ash-peat berdasarkan kadar abu dan Highly acidic peat berdasarkan pH tanah gambut.

4.4 Unsur Mineral Tanah Adapun hasil unsur mineral yang didapatkan dari pengujian tanah gambut di laboratorium yang menguntungkan bagi dunia konstruksi seperti

Ferrum (Fe2O3), Calsium (CaO), Silika (SiO2) dan Aluminium (Al2O3).

Sedangkan Kalium (K2O), Magnesium (MgO) dan Natrium (Na2O) sering merugikan dalam dunia konstruksi. Kandungan mineral pada tanah gambut dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Unsur mineral tanah gambut

No. Unsur Mineral Hasil (%)

1 Aluminium (Al2O3) 5,160

2 Silika (SiO2) 1,720

3 Ferum (Fe2O3) 1,070 4 Magnesium (MgO) 12,000

5 Natrium (Na2O) 0,250

6 Kalium (K2O) 0,270 7 Calsium (CaO) 1,220 Sumber: Balai Riset KEMENPERIN, 202

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.5 Pengaruh Pembebanan Langsung dan Bertahap Terhadap Kadar Air

Pada pengujian dengan metode pembebanan langsung, rembesan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh besarnya beban yang diberikan dan lama waktu pembebanan sampel. Semakin besar beban yang diterima oleh sampel, maka semakin tinggi rembesan yang terjadi pada tanah. Hal ini terjadi karena tekanan yang diterima tanah semakin tinggi sesuai dengan berat beban yang diberikan. Tekanan yang tinggi mempercepat proses keluarnya air dari tanah dan memaksa tanah menutup rongga (pori) di dalam tanah tersebut. Waktu pembebanan yang semakin lama mempengaruhi angka kadar air tanah akhir. Semakin lama tanah menerima tekanan, maka semakin tinggi penurunan yang terjadi dan semakin banyak air yang dimampatkan dari tanah. Pengaruh beban dan waktu yang diberikan terhadap kadar air dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.

Tabel 4.4 Pengaruh pembebanan langsung terhadap kadar air Beban Kadar Air (%) (N) 0 hari 9 hari 9,810 627,590 429,310 19,613 494,810 391,110

650

600 9,81 550 Newton 500

450 Kadar air Kadar (%) 19,613

400 Newton

350 0 9 Waktu pembebanan (hari) Gambar 4.1 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap kadar air pada pembebanan langsung

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.5 Pengaruh pembebanan bertahap terhadap kadar air

Pengujian Kadar Air (%)

Bertahap 0 hari 9 hari Sampel 1 682,610 257,390 Sampel 2 707,547 186,792

750

650

550 Sampel 1

450

350 Kadar air Kadar (%) Sampel 2 250

150 0 9 Waktu pembebanan (hari) Gambar 4.2 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap kadar air pada pembebanan bertahap

4.6 Pengaruh Pembebanan Langsung dan Bertahap Terhadap Berat Volume Basah Pada pengujian dengan metode pembebanan langsung, penurunan berat volume basah mengalami mekanisme yang sama dengan kadar air, yaitu penurunan berat volume basah yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya beban atau tekanan yang diterima tanah gambut dan lama waktu yang diberikan. Hal tersebut disebabkan oleh keluarnya air melalu saluran drainase sehingga mempengaruhi volume tanah basah itu sendiri. Pengaruh beban dan waktu yang diberikan terhadap berat volume basah dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7. Tabel 4.6 Pengaruh pembebanan langsung terhadap berat volume basah Beban Berat Volume Basah (KN/m3) (N) 0 hari 9 hari

9,810 10,045 8,642

19,613 9,554 8,779

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

) 11 .

3

KN/m ( 9,81 10 Newton

9 19,613 Newton

Berat basah Berat volume 8 0 9 Waktu pembebanan (hari)

Gambar 4.3 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume basah pada pembebanan langsung

Tabel 4.7 Pengaruh pembebanan bertahap terhadap berat volume basah Pengujian Berat Volume Basah (KN/m3) Bertahap 0 hari 9 hari

Sampel 1 11,425 10,822

Sampel 2 10,187 8,421

) 12 . 3

KN/m ( 11 Sampel 1

10

9 Sampel 2

Berat basah Berat volume

8 0 9 Waktu pembebanan (hari)

Gambar 4.4 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume basah pada pembebanan bertahap

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.7 Pengaruh Pembebanan Langsung dan Bertahap Terhadap Berat Volume Kering Pada pengujian dengan metode pembebanan langsung, berat volume kering mengalami peningkatan dan cenderung linear atau tetap. Peningkatan yang terjadi diakibatkan beban langsung dan lama waktu yang diberikan pada sampel tanah membuat air keluar melalui saluran drainase. Pengaruh beban dan waktu yang diberikan terhadap berat volume kering dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.

Tabel 4.8 Pengaruh pembebanan langsung terhadap berat volume kering Beban Berat Volume Kering (KN/m3) (N) 0 hari 9 hari 9,810 1,491 1,873 19,613 1,785 2,275

) . 3 3

(KN/m 9,81 kering kering Newton 2

19,613 Newton

Berat Berat volume 1 0 9

Waktu pembebanan (hari)

Gambar 4.5 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume kering pada pembebanan langsung

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.9 Pengaruh pembebanan bertahap terhadap berat volume kering Pengujian Berat Volume Kering (KN/m3) Bertahap 0 hari 9 hari

Sampel 1 1,459 3,893 Sampel 2 1,357 4,169

) . 3 5

(KN/m 4 Sampel 1 kering kering

3

Sampel 2 2 volume Berat

1 0 9 Waktu pembebanan (hari) Gambar 4.6 Kurva hubungan antara waktu pembebanan terhadap berat volume kering pada pembebanan bertahap

4.8 Hubungan Waktu Dengan Penurunan Terhadap Beban Bertahap Pada metode pembebanan bertahap dial menunjukkan penurunan yang besar di awal pembebanan dan pada saat pembebanan 156,96 Newton seperti pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

0 50 Pembebanan 100 9,81 N 150 200 Pembebanan 19,613 N 250 300 350 Pembebanan 39,226 N 400 450 Pembebanan

3 cm) 500 78,453 N - 550

600 Pembebanan 650 156,96 N

700

Penurunan 10^ Penurunan (x 750 Pembebanan 78,453 N 800

850 Pembebanan 900 39,226 N

950

1000 Pembebanan

1050 19,613 N

1100

1150 Pembebanan 9,81 N 1200

1250

1300 0 1 2 3 4 5 6 7 Akar t (menit)

Gambar 4.7 Kurva hubungan waktu dengan penurunan sampel (1) pembebanan bertahap

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

0

50 Pembebanan 9,81 N 100

150 Pembebanan

200 19,613 N 250

300 Pembebanan 350 39,226 N

400

450 Pembebanan

3 cm) 78,453 N

- 500

550

600 Pembebanan 156,96 N 650

10^ (x Penrunan 700 Pembebanan

750 78,453 N 800

850 Pembebanan 900 39,226 N

950 1000 Pembebanan 1050 19,613 N

1100

1150 Pembebanan 9,81 N 1200

1250

1300 0 1 2 3 4 5 6 7

Akar t (menit)

Gambar 4.8 Kurva hubungan waktu dengan penurunan sampel (2) pembebanan bertahap

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang sangat besar di menit-menit awal pembebanan pertama dan pada saat pembebanan 156,96 Newton yang kemudian diikuti penurunan yang konstan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penurunan primer pada tanah gambut terjadi di waktu awal pembebanan atau pada saat pembebanan maksimum yang kemudian turun secara linear dan tetap.

4.9 Hubungan Waktu Dengan Penurunan Terhadap Beban Langsung Pada metode pembebanan langsung dial menunjukkan penurunan yang cukup besar terjadi di menit menit awal pembebanan yang kemudian diikuti penurunan yang relatif linear dan tetap seperti pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10. Berdasarkan dua contoh sampel dapat dilihat bahwa semakin besar beban langsung yang diterima tanah gambut dan semakin lama waktu pembebanan yang diterima, maka penurunan yang terjadi semakin besar karena semakin banyak air yang dimampatkan dan semakin kecil pula pori tanah gambut tersebut. 0 20

40

60 80 100 120 140 3 cm) - 160 180

200

220 240

Penurunan 10^ Penurunan (x 260 280 300 320

340

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Akar t (menit) Gambar 4.9 Kurva hubungan waktu pembebanan dengan penurunan sampel (3) pembebanan langsung 9,810 Newton

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 0

20 40 60 80 100 120

140

160 3 cm) 3 cm) - 180 200 220 240

260

Penurunan 10^ (x Penurunan 280 300 320 340 360 380 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Akar t (menit) Gambar 4.10 Kurva hubungan waktu dengan penurunan sampel (4) pembebanan langsung 19,613 Newton

4.10 Koefisien Konsolidasi (풄풗) Pada Beban Bertahap

Nilai koefisien konsolidasi (푐푣) dipengaruhi oleh besar kecilnya tekanan yang diterima tanah gambut. Semakin besar tekanan yang diberikan maka aliran air yang keluar dari pori tanah juga semakin cepat. Nilai koefisien konsolidasi (푐푣) yang diperoleh dari hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.10

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.10 Koefisien konsolidasi tanah gambut pada beban bertahap

Tekanan Nilai Koefisien Konsolidasi (풄풗)

(KPa) Sampel Bertahap 1 Sampel Bertahap 2

30,989 380,400 312,337

61,978 244,007 247,180

123,956 200,289 148,262

253,011 130,563 111,331

495,824 101,795 72,500

500

400 Pembebanan Bertahap 1 300

(x 0.001 cm²/det) (x 200 Pembebanan 푣

C Bertahap 2 100

0 25 250 Tekanan (KPa)

Gambar 4.11 Kurva koefisien konsolidasi beban bertahap

4.11 Kurva Angka Pori Dengan Tekanan Efektif Pada Beban Bertahap Tanah gambut adalah jenis tanah yang didominasi dengan ruang pori yang terisi air dan udara, hal ini dapat diketahui dari tingginya kadar air yang terkandung pada tanah gambut. Oleh karena itu besar tekanan yang diterima sangat mempengaruhi nilai angka pori. Semakin besar tekanan dan waktu pembebanan yang diberikan pada tanah gambut maka semakin kecil pula nilai angka pori akibat pemampatan. Penurunan angka pori akibat tekanan dapat dilihat pada Tabel 4.11.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.11 Angka pori pada sampel 1 dan 2 beban bertahap Tekanan Angka Pori (e) (KPa) Sampel Bertahap 1 Sampel Bertahap 2 30,989 6,860 7,556

61,978 5,528 6,154

123,956 5,213 5,311

253,011 3,916 4,357 495,824 3,072 3,059

253,011 3,081 3,122

123,956 3,097 3,196

61,978 3,159 3,273

30,989 3,215 3,347

7.9

6.9

5.9 Pembebanan

bertahap 1 4.9 Pembebanan 3.9 bertahap 2

2.9 Angka pori (e) 1.9

0.9 25 250 Tekanan (KPa)

Gambar 4.12 Grafik Nilai Angka Pori

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.12 Hubungan Angka Pori Terhadap Waktu Pembebanan Hubungan angka pori terhadap waktu pembebanan bertahap dan langsung ialah bahwa semakin lama waktu yang diberi dan semakin besar beban yang diberikan maka angka pori semakin kecil. Dan dari kedua jenis pembebanan dapat diketahui pemberian beban yang sama dengan lama waktu berbeda maka akan menyebabkan angka pori semakin mengecil. Hubungan angka pori terhadap waktu pembebanan dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13.

Tabel 4.12 Hubungan angka pori terhadap waktu pembebanan bertahap sampel 1 dan sampel 2 Angka Pori (e) Waktu (hari) Sampel 1 Sampel 2 1 6,860 7,556

2 5,527 6,154 3 5,212 5,311

4 3,915 4,357 5 3,072 3,058

6 3,080 3,121 7 3,096 3,196

8 3,158 3,273

9 3,215 3,346

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8

7

6 Bertahap 1 5

4

angka angka pori (e) 3

2 Bertahap 2 1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu Pembebanan (hari) Gambar 4.13 Kurva gabungan angka pori dengan waktu pembebanan pada beban bertahap sampel 1 dan sampel 2

Tabel 4.13 Hubungan angka pori terhadap waktu pembebanan langsung sampel 1 dan sampel 2 Angka Pori (e) Waktu (hari) Sampel 1 Sampel 2

1 6,840 6,698

2 6,836 6,697

3 6,831 6,695

4 6,829 6,690

5 6,818 6,690

6 6,818 6,690

7 6,816 6,690

8 6,814 6,690

9 6,814 6,690

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6.9

6.7

Langsung 1 6.5

6.3

6.1 (e) pori angka 5.9 Langsung 2

5.7

5.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu Pembebanan (hari)

Gambar 4.14 Kurva gabungan angka pori dengan waktu pembebanan pada beban langsung sampel 1 dan sampel 2

4.13 Penurunan Konsolidasi Konsolidasi terjadi ketika suatu lapisan tanah jenuh air di beri penambahan beban, angka tekanan air pori akan naik secara cepat. Pada tanah berpasir yang sangat tembus air (permeable), air bisa mengalir dengan sangat cepat sehingga pengaliran air pori keluar merupakan akibat dari kenaikan tekanan air pori dapat selesai dengan cepat. Proses keluarnya air dari dalam pori selalu diikuti dengan berkurangnya volume tanah. Berkurangnya volume tanah menyebabkan penurunan lapisan tanah, karena air pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir keluar dengan sangat cepat. Pembebanan bertahap dilakukan dengan memberi tambahan beban menjadi dua kali beban mula-mula, dimana beban diberikan sampai penurunan berhenti. Beban ditambahkan setiap 24 jam, dan besar penurunan konsolidasi tiap waktunya dibaca dari alat konsolidasi. Pembebanan langsung dilakukan dengan memberikan beban awal satu kali tanpa penambahan beban sampai akhir konsolidasi, namun waktu pembacaan yang dilakukan sama dengan pembebanan bertahap. Pembebanan langsung dilakukan selama 9 hari atau sama dengan jumlah beban yang diberikan pada pembebanan bertahap.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder penting untuk semua jenis tanah organik maupun anorganik yang mampu mengalami kemampatan. Untuk tanah gambut yang terkonsolidasi, penurunan sekunder sangat besar sehingga perlu diperhatikan.

4.14 Perbandingan Tanah gambut di setiap daerah tentunya memiliki karakteristik tanah yang berbeda diakibatkan oleh unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Berikut adalah perbandingan data penelitian sifat fisik tanah gambut Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Perbandingan data penelitian sifat fisik tanah gambut Desa Nagasaribu dan Desa Pohan Tonga Tanah Gambut Tanah Gambut Data Penelitian Desa Nagasaribu Desa Pohan Tonga Water Content 628,139 % 729,333 %

Berat Volume Kering 1,390 kN/m3 15,889 kN/m3

Berat Volume Basah 10,125 kN/m3 9,283 kN/m3

Spesific Gravity 1,301 1,364

Angka Pori 8,157 8,140

Perbandingan data penelitian sebagai parameter klasifikasi tanah gambut Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada Tabel 4.15.

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.15 Perbandingan data parameter klasifikasi tanah gambut Desa Nagasaribu dan Desa Pohan Tonga Tanah Gambut Tanah Gambut Data Penelitian Desa Nagasaribu Desa Pohan Tonga pH 4,000 5,500

Kadar Organik 26,500 % 17,300 %

Kadar Abu 0,780 % 8,260 % Sumber: Balai Riset KEMENPERIN, 2020 Perbandingan data penelitian kandungan unsur mineral tanah gambut Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Perbandingan kandungan unsur mineral tanah gambut Desa Nagasaribu dan Desa Pohan Tonga Tanah Gambut Tanah Gambut Unsur Mineral Desa Nagasaribu Desa Pohan Tonga

Ferum (Fe2O3) 1,070 % 2,980 %

Aluminium (Al2O3) 5,160 % 9,620 %

Silika (SiO2) 1,720 % 21,200 %

Magnesium (MgO) 12,000 % 13,300 %

Calsium (CaO) 1,220 % 1,590 %

Natrium (Na2O) 0,250 % 0,250 %

Kalium (K2O) 0,270 % 0,270 % Sumber: Balai Riset KEMENPERIN, 2020

4.15 Penurunan Akibat Pembebanan Pada Tanah Gambut Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengujian konsolidasi dan pengujian sifat fisik tanah di Laboratorium yang kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut, maka penurunan tanah akibat pembebanan pada tanah gambut dapat dihitung berdasarkan contoh studi kasus berikut. Suatu profil tanah yang terkonsolidasi normal (normally consolidated) ditunjukkan pada Gambar 4.15. Hitung besar penurunan dan waktu yang diperlukan

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA untuk tanah terkonsolidasi 90% pada lapisan tanah gambut setebal 5 m dengan data 3 2 sebagai berikut: 훾푠푎푡 = 10,125 kN/m 퐶푐 = 3,309; 퐶푣 = 1,987 cm /det; 푒0 = 8,157.

Penurunan tersebut terjadi akibat penimbunan pasir setebal 2 m dengan data 훾푑 = 16,900 kN/m3.

Gambar 4.15 Potongan melintang lapisan tanah

Berdasarkan data-data di atas maka besar penurunan tanah gambut dan lama waktu yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut: 1) Penurunan tanah (푆) Berat volume terendam dari tanah gambut adalah:

훾′ Gambut = 훾푠푎푡 Gambut - 훾푤

훾′ Gambut = 10,125 kN/m3 – 9,810 kN/m3

훾′ Gambut = 0,315 kN/m3

Tekanan akibat beban timbunan pasir adalah:

∆푃 = (2m x 훾푑 Pasir)

∆푃 = (2m x 16,900 kN/m3)

∆푃 = 33,8 kN/m2

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tekanan efektif overburden rata-rata dari tanah adalah:

푃표 = 5/2m x 훾푤 Gambut

3 푃표 = 5/2m x 0,315 kN/m

2 푃표 = 0,787 kN/m

Besar penurunan tanah (푆) adalah: 퐶 퐻 푃 + ∆푃 푠 = 푐 푙표푔 표 1 + 푒0 푃표

3,309(5) 0,787 kN/m2 + 33,8 kN/m2 푠 = 푙표푔 1 + 8,157 0,787 kN/m2

푆 = 2,968 m

푆 = 296,800 cm

Maka penurunan yang terjadi pada tanah gambut tanah gambut adalah sebesar 298,800 cm.

2) Lama waktu penurunan tanah (푡) Lama waktu penurunan tanah gambut untuk kondisi (1) dihitung sebagai berikut:

Untuk derajat konsolidasi rata-rata 90% 푇푣 = 0,0848 퐶 푡 푇 = 푣 푣 퐻2

Maka:

0,848(5/2 푥 100)2 푡 = 1,987

푡 = 26.673,376 detik

푡 = 0,308 hari.

Maka waktu yang diperlukan untuk konsolidasi tanah gambut 90% pada kondisi (1) adalah 0,308 hari.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lama waktu penurunan untuk tanah gambut kondisi (2) dihitung sebagai berikut:

퐶 푡 푇 = 푣 푣 퐻2

Maka:

0,848(5 푥 100)2 푡 = 1,987

푡 = 106.693,507 detik

푡 = 1,234 hari.

Maka waktu yang diperlukan untuk konsolidasi tanah gambut 90% pada kondisi (2) adalah 1,234 hari.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian di laboratorium yang selanjutnya dianalisis, maka dapat diambil kesimpulan antara lain:

1. Tanah gambut Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki kadar air yang tinggi (푤) yaitu 628,139 %, 3 berat spesifik (퐺푆) 1,301, berat volume basah ( 훾푏) yaitu 10,125 kN/m , berat 3, volume kering ( 훾푑) yaitu 1,390 kN/m angka pori (푒) 8,157. 2. Sampel diklasifikasikan sebagai tanah gambut berkadar abu rendah (Low ash peat) karena memiliki kadar abu 0,780 % dengan tingkat keasaman (pH) yang tinggi (highly acidic) yaitu sebesar 4 dan memiliki kadar organik sebesar 26,500%.

3. Adapun indeks pemampatan (퐶푐) terhadap penurunan akibat pembebanan dan waktu pada tanah gambut yaitu: sampel 1 = 3,044 dan sampel 2 = 3,574 dan 2 koefisien konsolidasi (퐶푣) yaitu sampel 1 = 2,155 cm /detik dan sampel 2 = 1,818 cm2/detik. Kecepatan penurunan tergantung pada besarnya pembebanan yang diberikan. 4. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pengujian konsolidasi tanah gambut menggunakan alat oedometer kurang spesifik. 5. Kecepatan penurunan yang terjadi di lapangan tidak dapat diprediksi secara akurat karena kuantitas sampel yang di uji di laboratorium dan titik-titik pengambilan sampel tidak mewakili seluruh area sampel di lapangan. 6. Konstruksi di tanah gambut kurang baik untuk dikerjakan, karena tanah gambut memiliki kadar air yang tinggi dan berserat, sehingga memiliki pori- pori yang besar pula. Oleh karena itu perlu dilakukan stabilisasi tanah ataupun penguatan tanah.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.2 Saran

1. Lokasi pengambilan dan titik pengambilan sampel hendaknya lebih diperhatikan agar data yang didapatkan lebih akurat dan mewakili seluruh lokasi. 2. Agar memperhatikan faktor lamanya waktu dan besar beban yang digunakan pada uji konsolidasi. 3. Agar lebih menjaga kestabilan kondisi tanah dalam tabung. Memperhatikan faktor suhu, penempatan tabung, dan waktu penyimpanan sebelum pengujian untuk menjaga kondisi tanah dalam tabung tidak berubah kadar airnya. 4. Dalam pengujian konsolidasi tanah gambut, disarankan memakai alat rowe cell agar data yang didapatkan lebih spesifik dengan sampel yang lebih besar.

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Andriesse, J. . (1974). Tropical Peats in South East Asia.Dept. of Agric. Res.Of The Royal Trop. Inst. Comm. Amsterdam. ASTM D2607-69. (1989). Classification of Peats, Mosses, Humus, and Related Product. Amerika Serikat. ASTM D2974-87. (1993). Standard Test Methods For Moisture, Ash, and Organic Matter of Peat and Other Organic Soils. Amerika Serikat. ASTM D4427-92. (2002). Standard Classification of Peat Samples by Laboratory Testing. Amerika Serikat. Barchia, M. . (2006). Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Bowles, E. J. dan J. K. H. (1991). Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). : Erlangga. Budi, G. . (2011). Pengujian Tanah di Laboratorium: Penjelasan dan Panduan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cassagrande, A, R. E. F. (1940). Notes on Soil Testing For Engineering Purposes. Harvard. Das, Braja M., Mochtar, N..E. dan I. B. M. (1985). Mekanika Tanah (Prinsip- Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta: Erlangga. Das, B. M. (1995a). Jilid I Mekanika Tanah. Jakarta: Erlangga. Das, B. M. (1995b). Mekanika Tanah dan Prinsip Rekayasa Geoteknis. Jakarta: Erlangga. Djatmiko Soedarmo, G. I. dan I. S. J. E. P. (1993a). Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Kanisius. Djatmiko Soedarmo, G. I. dan I. S. J. E. P. (1993b). Mekanika Tanah 2. Yogyakarta: Kanisius. Fatnanta, F. (2014). Penerapan Test Konsolidasi Metoda Constant Rate Of Strength (CRS-Consolidation Test) pada Tanah Gambut Berserat. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru. Gurning, F. . (2020). Klasifikasi Uji Konsolidasi Tanah Gambut Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborong Borong Kabupaten Tapanuli Utara. Universitas Sumatera Utara. Hardiyatmo, H. . (2017). Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hendrayana, R. (2013). Peta Indonesia dengan Garmin Mapsource. Kementerian Pertanian. (2009). Permentan Nomor 14 tahun 2009 Pedoman pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit (Guideline on Oil Palm Plantation on Peatland). 13. MacFarlane IC. (1969). Muskeg Engineering Handbook. Canada: Muskeg Subcommittee of the NRC Asociate Committee on Geotechnical Research University of Toronto Press. Miller, M. H. and R. L. D. (1990). Soils. An Introduction to Soils and Plant Growth. Prentice Hall Englewood Cliffs. New Jersey. Noor, M. (2015). Debat Gambut: Ekonomi, Ekologi, Politik dan Kebijakan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Notohadiprawiro, T. (1998). Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. (2014). Ritung, S., Wahyunto, Nugroho, K., Sukarman, Hikmatullah, Suparto, Tafakresnanto, C. (2011). Indonesian Peatland map at the scale 1:250.000. Indonesian Center For Agricultural Land Resources Research and Development. Bogor. Roesyanto and Ramayanti, A. (2019). Review of Consolidation Test on Peat Soil of Sumatera Utara Province. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering 801 (2020) 012015. Roesyanto and Shakila, F. (2019). Classification and Consolidation Test on Peat Soil of Sumatera Utara Province. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering 801 (2020) 012017. SNI 03-1964-2008. (2008). Cara Uji Berat Jenis Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Soepandji, B., dan Bharata R. (1996). Perilaku Tanah Gambut Dalam Proses Konsolidasi Monodimensi dan Analisa Parameter Triaksial Lintasan Tekanan. Soil Survey Staff. (2003). Keys to Soil Taxonomy. 2nd edition. Natural Resources Conservation Service. USDA. Subagyo, H. (2006). Klasifikasi dan Penyebaran Lahan Rawa dalam Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor. Sukandarrumidi. (1995). Batubara dan Gambut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Taylor, D. W. (1948). Soil Mechanics. Associate Professor of Soil Mechanics Massachusetts Institute of Technology. Amerika Serikat. Terzaghi, K. dan R. B. P. (1967). Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa Jilid I. Jakarta: Erlangga. Waruwu, A. (2012a). Kajian Perilaku Konsolidasi Tanah Gambut dengan Konsolidasi Oedometer. Jurnal Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Medan. Medan. Waruwu, A. (2012b). Tinjauan Karakteristik Konsolidasi Tanah Gambut bagan Siapi Api. Jurnal Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Medan. Medan. Widjaja-Adhi, I. P. . (1988). Physical and Chemical Characteristic of Peat Soil of Indonesia. IARD J. 10:59-64.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SUMMARY TEST RESULT

Summary of Laboratry Test Result Index Properties Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Rata-rata Water Content (w) (%) 627,586 494,815 682,609 707,547 628.139 Void Ratio (e) 8,245 6,943 8,325 9,117 8.157

3 Dry Density (훾푑) (kN/m ) 1.379 1.312 1.471 1.399 1.390 3 Wet Density (훾푏) ( kN/m ) 10.045 9.557 10.711 10.187 10.125

Specific Gravity (퐺푠) 1,404 1,198 1.301

Summary of Laboratry Test Result Consolidation Test Sampel 1 Sampel 2

Indeks Pemampatan (퐶푐) 3,044 3,574

2 Koefisien Konsolidasi (퐶푣)(cm /detik) 2,155 1,818

Kandungan Mineral Summary of Laboratry Test Result Tanah Gambut Konsentrasi (%)

Aluminium (Al2O3) 5,160

Silika (SiO2) 1,720

Ferum (Fe2O3) 1,070 Magnesium (MgO) 12,000

Natrium (Na2O) 0,250

Kalium (K2O) 0,270 Calsium (CaO) 1,220

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN A INDEX PROPERTIES

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KADAR AIR (WATER CONTENT) A-1

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144 Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Tanggal : 16 April 2020

Kadar Air Lapangan

Nomor Sampel 1 2 3 4

Berat krus + tanah basah (gr) 84,000 81,950 86,800 84,600

Berat krus + tanah kering (gr) 47,600 48,550 47,550 47,100

Berat Air (gr) 36,400 33,400 39,250 37,500

Berat krus (gr) 41,800 41,800 41,800 41,800

Berat tanah kering (gr) 5,800 6,750 5,750 5,300

Kadar air (w) (%) 627,586 494,815 682,609 707,547

Kadar air rata-rata (%) 628,139

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BERAT SPESIFIK A-2 (SPECIFIC GRAVITY)

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144 Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Tanggal : 16 April 2020

Nomor Sampel 1 2 Berat Piknometer (W1) (gr) 30,150 26,400 Berat Piknometer + Tanah (W2) (gr) 37,300 33,280 Berat Tanah (W2-W1) (gr) 7,150 6,880 Berat Piknometer + Air + Tanah (W3) (gr) 82,240 79,950 Temperatur (T0C) 25,000 25,000 Berat Piknometer + Air Pada ToC (W4) (gr) 80,270 78,900 Faktor Koreksi 0,999 0,999

Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4’) (gr) 80,182 78,813 Isi Tanah (W2 - W1 + W4’ - W3) (gr) 5,092 5,743 Berat Spesifik 1,404 1,198 Berat Spesifik Rata-rata 1,301

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN B CONSOLIDATION TEST

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan Sampel 01 NIM : 160404144 Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Sampel : Bertahap 1 Tanggal : 6 Mei 2020

Waktu BEBAN (N) Pembacaan 9,81 19,613 39,226 78,453 156,96 78,453 39,226 19,613 9,81 0.00 detik 330,000 630,000 701,000 993,000 1183,000 1181,000 1177,500 1163,500 9.60 detik 88,000 350,000 648,000 710,000 1021,000 1182,000 1179,500 1174,500 1161,500 21.40 detik 125,000 354,000 651,000 717,000 1027,000 1182,000 1179,100 1173,500 1160,500 38.40 detik 159,000 356,000 653,000 728,000 1033,000 1182,000 1179,000 1173,200 1160,000 1.00 menit 161,000 358,000 654,000 750,000 1038,000 1182,000 1179,000 1171,800 1159,800 2.15 menit 249,000 361,000 654,500 780,000 1045,000 1182,000 1178,600 1170,500 1158,500 4.00 menit 281,000 365,000 660,000 815,000 1053,000 1182,000 1178,500 1169,800 1157,800 9.00 menit 300,000 368,500 664,000 885,000 1061,500 1181,500 1178,300 1169,000 1156,500 16.00 menit 305,000 374,500 673,000 920,000 1064,500 1181,500 1178,300 1168,500 1155,500 25.00 menit 311,000 375,000 679,000 946,000 1065,500 1181,500 1178,000 1168,300 1155,200 36.00 menit 313,000 376,000 688,000 960,000 1067,000 1181,000 1178,000 1168,000 1154,800 49.00 menit 315,000 376,500 697,000 962,000 1067,500 1181,000 1178,000 1167,800 1154,200 24.00 hours 330,000 630,000 701,000 993,000 1183,000 1181,000 1177,500 1163,500 1150,800 Corelation 10^-3 cm 0,330 0,630 0,701 0,993 1,183 1,181 1,178 1,164 1,151

water Content and Unit Void Ratio and Deegree of Weight Before After saturation before after

weight of soil + ring 86,800 62,350 height of soil (cm) 2,100 0,949 weight of ring 41,800 41,800 void ratio (e) 8,325 3,215 weight of wet soil 45,000 20,550 tinggi teoritis, Ht (cm) 0,225 0,225 weight of dry soil 5,750 5,750 Diameter of ring (cm) 5,000 5,000 weight of water 39,250 14,800 sample area (cm2) 19,625 19,625 water content 682,609 257,391 Volume (cm3) 41,213 18,628

wet density (KN/m3) 10,711 4,981 degree of saturetion (%) 106,678 104,162

dry density (KN/m3) 1,471 0,671 specifik gravity (Gs) 1,301 1,301

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

Tekanan Pembacaan- Penurunan- Penurunan d e = e = Penurunan Tinggi t90 Cv KPa arloji kotor (dH) dH/Ht eo - de rata2 rata-rata Tv.hm2/t90 (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (detik)

30,989 0,330 0,330 0,330 1,465 6,860 0,165 1,935 0,819 3,879

61,978 0,630 0,630 0,630 2,798 5,528 0,480 1,620 0,894 2,488

123,956 0,701 0,701 0,701 3,113 5,213 0,666 1,435 0,854 2,042

253,011 0,993 0,993 0,993 4,410 3,916 0,847 1,253 1,000 1,331

495,993 1,183 1,183 1,183 5,253 3,072 1,088 1,012 0,837 1,038

253,011 1,181 1,181 1,181 5,244 3,081 1,182 0,918

123,956 1,178 1,178 1,178 5,229 3,097 1,179 0,921

61,978 1,164 1,164 1,164 5,167 3,159 1,171 0,930

30,989 1,151 1,151 1,151 5,110 3,215 1,157 0,943

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

GRAPH FOR CONSOLIDATION

No P (KPa) e 1 30,989 6,7557 2 495,993 3,0903 Rata-rata 263,491 4,9230

7.9000

6.9000

y = -1.322ln(x) + 11.294 5.9000

4.9000

3.9000

Angka Angka pori (e) 2.9000 y = -0.052ln(x) + 3.3772

1.9000

0.9000 25 250

Tekanan (KPa)

5.0 4.0

3.0 2.0

cm²/det) 1.0 CV CV (x 0.001 0.0 25.0 250.0 Tekanan (KPa)

Cc = 3,044

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 30,989 KPa ta : 1,5 menit t90 : 0,819 tb : 1,725 menit

0

20

40 Penurunan 60

80

100

120

3 cm) 3 Garis a - 140

160

180

Settlemen Settlemen (x 10^ 200 garis b 220

240

260

280

300 akar t90

320

340 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 61,978 KPa ta : 1,3 menit t90 : 0,8194 tb : 1,495 menit

330

335 Penurunan

340

345

3 cm) 3 Garis a - 350

355

Settlemen Settlemen (x 10^ 360 Garis b

365

370

akar t90 375

380 0 1 2 3 4 5 6 7 Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 123,956 KPa ta : 2 menit t90 : 0,854 menit tb : 2,3 menit

630

635

Penurunan 640

645

650

655 3 cm) 3 Garis a -

660

665

Settlemen (x 10^ 670 Garis b 675

680

685

690 akar t90

695

700 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 253,011 KPa ta : 2 menit t90 : 1 menit tb : 2,3 menit

730

750 Penurunan 770

790

810

Garis a

3 cm) 3 830 -

850

870 Settlemen Settlemen (x 10^

890 Garis b

910

930

950 akar t90

970

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-1 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 495,993 KPa ta : 1,3 menit t90 : 0,837 menit tb : 1,495 menit

990

995

1000 Penurunan

1005

1010

1015

1020 Garis a 3 cm) 3 - 1025

1030

1035 Settlemen Settlemen (x 10^ 1040 Garis b

1045

1050

1055

1060 akar t90

1065

1070 0 1 2 3 4 5 6 7

Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan Sampel 02 NIM : 160404144 Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Sampel : Bertahap 2 Tanggal : 6 Mei 2020

Waktu BEBAN (N) Pembacaan 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81

0.00 detik 324,000 615,000 820,000 988,000 1257,500 1244,500 1229,000 1213,000 9.60 detik 80,000 348,000 639,000 828,000 1008,000 1253,000 1240,500 1228,000 1211,000 21.40 detik 119,000 356,000 648,000 838,000 1014,000 1252,000 1240,000 1227,500 1210,800 38.40 detik 150,000 359,000 655,000 850,000 1019,000 1251,000 1240,000 1227,000 1210,400 1.00 menit 171,000 360,000 663,000 860,000 1026,000 1251,000 1239,000 1226,500 1210,100 2.15 menit 196,000 361,500 684,000 865,000 1038,500 1250,000 1238,500 1226,200 1210,000 4.00 menit 243,000 363,000 691,000 882,000 1052,000 1249,500 1238,000 1225,200 1208,500 9.00 menit 288,000 364,000 731,000 918,000 1075,500 1249,000 1237,000 1225,000 1208,100 16.00 menit 295,000 367,500 743,000 937,500 1098,000 1248,000 1236,100 1224,000 1207,900 25.00 menit 304,000 368,000 751,000 957,000 1104,500 1247,500 1236,000 1223,500 1207,500 36.00 menit 309,000 368,500 762,000 964,000 1111,500 1247,000 1235,100 1223,000 1207,100 49.00 menit 313,000 369,500 768,000 968,000 1117,500 1246,500 1235,000 1222,700 1206,800 24.00 hours 324,000 615,000 790,000 988,000 1257,500 1244,500 1229,000 1213,000 1197,800 Corelation 10^-3 cm 0,324 0,615 0,790 0,988 1,258 1,245 1,229 1,213 1,198

water Content and Void Ratio and Deegree of saturation Unit Weight Before After before after

weight of soil + ring 84,600 57,000 height of soil (cm) 2,100 0,902

weight of ring 41,800 41,800 void ratio (e) 9,117 3,347

weight of wet soil 42,800 15,200 tinggi teoritis, Ht (cm) 0,208 0,208

weight of dry soil 5,300 5,300 Diameter of ring (cm) 5,000 5,000

weight of water 37,500 9,900 sample area (cm2) 19,625 19,625

water content 707,547 186,792 Volume (cm3) 41,213 17,706

wet density (KN/m3) 10,187 1,399 degree of saturetion (%) 100,972 72,622

dry density (KN/m3) 3,618 0,4969 specifik gravity (Gs) 1,301 1,301

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

Tekanan Pembacaan- Penurunan- Penurunan- d e = e = Penurunan- Tinggi t90 Cv (KPa) arloji kotor (dH) dH/Ht eo - de rata2 rata-rata Tv.hm2/t90 (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (detik) 30,989 0,324 0,324 0,324 1,561 7,556 0,162 1,938 1,000 3,185 61,978 0,615 0,615 0,615 2,963 6,154 0,470 1,631 0,894 2,521 123,956 0,790 0,790 0,790 3,806 5,311 0,703 1,398 1,095 1,512 253,011 0,988 0,988 0,988 4,760 4,357 0,889 1,211 1,095 1,135 495,993 1,258 1,258 1,258 6,058 3,059 1,123 0,977 1,095 0,739 253,011 1,245 1,245 1,245 5,996 3,122 1,251 0,849 123,956 1,229 1,229 1,229 5,921 3,196 1,237 0,863 61,978 1,213 1,213 1,213 5,844 3,273 1,221 0,879 30,989 1,198 1,198 1,198 5,771 3,347 1,205 0,895

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

GRAPH FOR CONSOLIDATION

No P e 1 30,989 7,4453 2 495,993 3,1423 Rata-rata 263,491 1,9952

7.900

6.900

y = -1.551ln(x) + 12.772 5.900

4.900

3.900 Angka pori (e) 2.900 y = -0.105ln(x) + 3.7038

1.900

0.900 25 625 Tekanan (KPa)

5.0 4.0 3.0 2.0

cm²/det) 1.0

CV (x 0.001 0.0 25.0 250.0 Tekanan (KPa)

Cc = 3,754

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 30,989 KPa ta : 1,7 menit t90 : 1 menit tb : 1,955 menit

0

20

40 Penurunan 60

80

100

120 Garis a 3 cm) 3 - 140

160

180

Settlemen Settlemen (x 10^ 200 garis b 220

240

260 280 akar t90 300

320

340 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 61,978 KPa ta : 1,1 menit t90 : 0,89 menit tb : 1,265 menit

320

325 Penurunan

330

335

340 Garis a 3 cm) 3 - 345

350

Settlemen Settlemen (x 10^ Garis b 355

360

365 akar t90 370

375 0 1 2 3 4 5 6 7 Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 123,956 KPa ta : 3 menit t90 : 1,1 menit tb : 3,45 menit

610

630 Penurunan

650

670 Garis a

3 cm) 3 -

690

710 Settlemen (x 10^ Garis b

730

750 akar t90

770

0 1 2 3 4 5 6 7 8 Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 253,011 KPa ta : 4,2 menit t90 : 1,1 menit tb : 4,83 menit

820

840 Penurunan

860

880 Garis a 3 cm) 3 -

900

920 Settlemen Settlemen (x 10^ Garis b

940

960 akar t90

980

0 1 2 3 4 5 6 7 8 Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-2 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan NIM : 160404144

Press : 495,993 KPa ta : 3,1 menit t90 : 1,1 menit tb : 3,565 menit

985

995

Penurunan 1005

1015

1025

1035 Garis a 3 cm) 3 - 1045

1055

Settlemen (x 10^ 1065 Garis b 1075

1085

1095

akar t90 1105

1115

0 1 2 3 4 5 6 7 Time Square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-3 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan Sampel 03 NIM : 160404144 Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Sampel : Langsung 1 Tanggal : 16 April 2020

Pembebanan 9,81 N waktu Satuan waktu Penurunan (10-3 cm) 0,000 detik 0,000 9,600 detik 48,000

21,400 detik 68,000

36,400 detik 87,500

60,000 detik 109,000

2,150 menit 158,000 4,000 menit 211,000 9,000 menit 281,000 16,000 menit 302,500 25,000 menit 312,500 36,000 menit 315,300 49,000 menit 317,000 24 jam 319,00 48 jam 320,000 72 jam 321,000 96 jam 321,500

120 jam 324,000

144 jam 324,000

168 jam 324,500

192 jam 324,900

216 jam 324,900

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-3 ASTM D – 2435 70 water Content and Unit Void Ratio and Deegree of Weight Before After saturation before after weight of soil + ring 84,000 72,500 height of soil (cm) 2,100 1,775 weight of ring 41,800 41,800 void ratio (e) 8,245 6,815 weight of wet soil 42,200 30,700 tinggi teoritis, Ht (cm) 0,227 0,227 weight of dry soil 5,800 5,800 Diameter of ring (cm) 5,000 5,000 weight of water 36,400 24,900 sample area (cm2) 19,625 19,625 water content 627,586 429,310 Volume (cm3) 41,213 34,836 wet density (KN/m3) 9,557 7,414 degree of saturetion (%) 99,035 81,966 dry density (KN/m3) 1,312 1,018 specifik gravity (Gs) 1,301 1,301

Tekanan Pembacaan- Penurunan- Penurunan- d e = e = Penurunan- (KPa) arloji kotor (dH) dH/Ht eo - de rata2 (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) 30,989 0,319 0,319 0,319 1,404 6,840 0,159 30,989 0,320 0,320 0,320 1,408 6,836 0,479 30,989 0,321 0,321 0,321 1,413 6,831 0,480 30,989 0,321 0,321 0,321 1,415 6,829 0,481 30,989 0,324 0,324 0,324 1,426 6,818 0,483 30,989 0,324 0,324 0,324 1,426 6,818 0,486 30,989 0,324 0,324 0,324 1,428 6,816 0,486 30,989 0,324 0,324 0,324 1,430 6,814 0,486 30,989 0,324 0,324 0,324 1,430 6,814 0,487

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-3 ASTM D – 2435 70

Settlement vs Time Square

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

0

20

40

60

80

100

120

140 3 cm) 3 cm) - 160

180

200

Penurunan 10^ Penurunan (x 220

240

260

280

300

320

340

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Akar t (menit)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-4 ASTM D – 2435 70

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan Sampel 04 NIM : 160404144 Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Sampel : Langsung 2 Tanggal : 16 April 2020

Pembebanan 19,613 N

waktu Satuan waktu Penurunan (10-3 cm) 0,000 detik 0 9,600 detik 89,000 21,400 detik 121,000 36,400 detik 152,000 60,000 detik 181,000 2,150 menit 252,000 4,000 menit 324,500 9,000 menit 334,000 16,000 menit 349,500 25,000 menit 350,000 36,000 menit 350,300 49,000 menit 350,500 24 jam 351,300 48 jam 351,50 72 jam 352,00 96 jam 353,00

120 jam 353,00

144 jam 353,00

168 jam 353,00

192 jam 353,00

216 jam 353,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-4 ASTM D – 2435 70

water Content and Unit Void Ratio and Deegree Weight Before After of saturation before after weight of soil + ring 81,950 72,500 height of soil (cm) 2,100 1,747 weight of ring 41,800 41,800 void ratio (e) 6,944 5,609 weight of wet soil 40,150 30,700 tinggi teoritis, Ht (cm) 0,264 0,264 weight of dry soil 6,750 6,750 Diameter of ring (cm) 5,000 5,000 weight of water 33,400 23,950 sample area (cm2) 19,625 19,625 water content 494,815 354,815 Volume (cm3) 41,213 34,285 wet density (KN/m3) 10,045 1,379 degree of saturetion (%) 92,715 82,311 dry density (KN/m3) 7,037 1,003 specifik gravity (Gs) 1,301 1,301

Tekanan Pembacaan- Penurunan- Penurunan- d e = e = Penurunan- Tinggi (KPa) arloji kotor (dH) dH/Ht eo - de rata2 rata-rata (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) 61,978 0,351 0,351 0,351 1,328 5,614 0,175 1,924 61,978 0,351 0,351 0,351 1,329 5,614 0,527 1,572 61,978 0,352 0,352 0,352 1,331 5,612 0,527 1,572 61,978 0,353 0,353 0,353 1,335 5,608 0,528 1,571 61,978 0,353 0,353 0,353 1,335 5,608 0,529 1,570 61,978 0,353 0,353 0,353 1,335 5,608 0,529 1,570 61,978 0,353 0,353 0,353 1,335 5,608 0,529 1,570 61,978 0,353 0,353 0,353 1,335 5,608 0,529 1,570 61,978 0,353 0,353 0,353 1,335 5,608 0,529 1,570

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) B-4 ASTM D – 2435 70

Settlement vs Time Square

Dikerjakan : Very Nando Adventri Nababan Lokasi : Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

0

20 40 60 80

100

120

140

3 cm) 3 cm) 160 -

180

200

220

Penurunan 10^(x 240

260 280

300

320

340

360

380 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Akar t (menit)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN C SNI DAN ASTM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA

SUMATERA SNI 2812:2011 SNI UNIVERSITAS

Badan Standardisasi Nasional Cara uji konsolidasi tanah satu dimensi Cara uji konsolidasi

Standar Nasional Indonesia Nasional Indonesia Standar

ICS 93.020 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA

SUMATERA UNIVERSITAS menggandakan sebagian atau ng. Dilarang menyalin atau

seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan mendistribusikan dilarang dan apapun bentuk dalam dan cara ini dengan dokumen isi seluruh BSN dari tertulis izin tanpa tercetak maupun elektronik secara baik ini dokumen BSN Wanabakti Gd. Manggala Lt. 3,4,7,10. IV, Blok Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: [email protected] www.bsn.go.id Diterbitkan diJakarta Hak cipta dilindungi undang-unda © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

iv UTARA .... iii

...... i SNI 2812:2011 SNI SUMATERA UNIVERSITAS

i Daftar isi

4.3.1 Batasan pengujian...... 4.3.1 Batasan 4.3.2 Kalibrasi ...... 5 4.3.3 Petugas ...... 6 4.3.4 Penanggung jawab hasil uji 6 ...... 6 5.1.1 Persiapan koreksi peralatan...... 5.1.2 peralatan Persiapan pemeriksaan ...... 6 5.1.3 uji Persiapan benda ...... 6 6 5.2.1 Persiapan sel konsolidasi...... 5.2.2 rangka pembeban Persiapan pemasangan ...... 7 5.2.3 vertikal...... Persiapan alat ukur gerak 7 7 5.3.1 Penjenuhan benda uji ...... pembebanan...... 5.3.2 Peningkatan 7 pembebanan...... 5.3.3 Penurunan 7 5.3.4 8 Pengeluaran benda uji ...... 5.3.5 Penimbangan benda uji ...... 8 8 4.1.1 Peralatan pembebanan aksial ...... konsolidasi ...... 4.1.2 Sel 4 4 4.2.1 Benda uji ...... 4 4.2.2 Bahan penunjang uji ...... 4

4.2 uji bahan penunjang Benda uji dan ...... 4 ...... 4.3 Pengujian 5 5.1 pengujian sebelum Persiapan peralatan ...... 6 4.1 Peralatan ...... 4.1 Peralatan 3 6.1 Rumus-rumus perhitungan ...... 6.1 Rumus-rumus 8 5.2 Persiapan pengujian ...... 5.2 Persiapan 7 ...... pengujian 5.3 Prosedur 7 5 Cara pengujian ...... pengujian 5 Cara 6 Prakata ...... Pendahuluan ...... lingkup 1 1 Ruang ...... normatif 1 2 Acuan 3 …...... Istilah dan definisi 4 Ketentuan dan persyaratan ...... 1 3 Daftar isi ...... 6 Perhitungan ...... 6 Perhitungan 8 © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

5 UTARA .... 26 SUMATERA UNIVERSITAS

ii

6.1.1 tanah Parameter asli ...... 6.1.2 tanah Parameter akhir...... 8 konsolidasi...... 6.1.3 Koefisien 9 10 6.1.4 pada Parameter pembebanan...... akhir 10 6.2.1 tanah Parameter semula ...... 6.2.2 tanah pengujian Parameter setelah ...... 12 6.2.3 logaritma waktu...... metode menggunakan konsolidasi Koefisien 12 6.2.4 metode akar waktu.... menggunakan konsolidasi koefisien Perhitungan 12 6.2.5 akhir pembebanan Perhitungan parameter pada setiap ...... 13 14 6.2 Prosedur perhitungan...... 6.2 Prosedur 12 © BSN 2011

SNI 2812:2011 SNI (informatif)...... Lampiran A Gambar – gambar cara uji konsolidasi satu dimensi (normatif)...... tanah Lampiran B Bagan alir cara uji konsolidasi 16 (informatif) hasil uji konsolidasi Lampiran C Tabel dan gambar 17 ...... teknis dan penjelasannya (informatif) Lampiran D deviasi Tabel daftar ...... 18 Bibliografi ...... 25 7 Laporan uji ...... uji 1 7 Laporan “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

”,

UTARA ’ merupakan SNI 2812:2011 SNI SUMATERA ensi, yang mengacu UNIVERSITAS iii Prakata Prakata ‘Cara uji konsolidasi tanah satu dimensi uji ‘Cara Metode Pengujian konsolidasi satu dim Metode konsolidasi Pengujian Test method for one dimensional consolidation properties of soils properties consolidation for one dimensional Test method “

ASTM D 2435-90

Standar Nasional tentang Indonesia revisi dari SNI 03-2812-1992, pada istilah dan penambahan normatif, acuan pada judul, penambahan dengan perubahan serta mengenai persyaratan dan ketentuan materi dan revisi beberapa penambahan definisi, dan pembuatan gambar bagan alir, perbaikan rumus, pembuatan penjelasan cara pengujian, contoh formulir. Rekayasa dan Bahan Konstruksi Bangunan 91-01 Panitia Teknis oleh disusun Standar ini Bidang Sumber Air 91-01-S1 Daya Teknis melalui Gugus Kerja Subpanitia Sipil pada Pendayagunaan Sumber Daya Air Bidang Bahan dan Geoteknik. Standardisasi dan mengikuti Pedoman Tata cara penulisan disusun 08:2007 Nasional 21 November 2006 di Bandung dengan pada tanggal forum rapat konsensus dibahas pada pakar dan lembaga terkait. para nara sumber, melibatkan © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SUMATERA Cara uji konsolidasi Cara uji konsolidasi ), koefisien konsolidasi UNIVERSITAS v ), dan hubungan antara hubungan ), dan c iv Pendahuluan Pendahuluan

), koefisien kelulusan air (k), indeks kompresibilitas (C kompresibilitas (k), indeks air kelulusan ), koefisien v © BSN 2011 tanah (c ”. tanah satu dimensi satu konsolidasi tanah pegangan dan acuan dalam uji Cara uji ini dimaksudkan sebagai Tujuannya terganggu atau benda uji tanah terganggu. dimensi pada benda uji tanah tidak adalah untuk memperoleh kompresibilitas (m parameter koefisien dengan penurunan stabilitas dan analisis dilakukan tanah sering Dalam desain struktur efektif. Dalam maupun tegangan total tegangan parameter tanah baik menggunakan dimensi satu uji konsolidasi metode konvensional ini digunakan melakukan uji konsolidasi dapat dijenuhkan. pori dan tidak air mengukur tekanan yang tidak dapat (SNI 03-2812-1992) konvensional, oedometer lain sel konsolidasi yang berdasarkan ini antara Peralatan uji koefisien Mengingat diperlukannya beban pada peralatan konvensional. dengan lengan maupunpenurunan kecepatan perhitungan untuk konsolidasi dan koefisien kompresibilitas “ berjudul standar disusun revisi perlu total bangunan, penurunan SNI 2812:2011 SNI waktu dan penurunan kumulatif benda uji tanah tidak terganggu atau terganggu, yang akan benda uji tanah tidak terganggu atau terganggu, yang akan waktu dan penurunan kumulatif penurunan maupun baik kecepatan analisis perhitungan, digunakan untuk keperluan atau timbunan. penurunan total bangunan yang berhubungan teknisi atau tenaga para laboran bermanfaat bagi diharapkan Standar ini lainnya. terkait pihak-pihak bangunan dan pendesain para dengan penyelidikan geoteknik, “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SNI 2812:2011 SNI SUMATERA UNIVERSITAS ) dari logam dengan dua buah ) dari logam

shear box seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

1 dari 26 Metode pengujian berat jenis tanah Metode pengujian berat air tanah Metode pengujian kadar Metode pengujian batas plastis alat Casagrande Metode pengujian batas cair dengan Metode pengujian batas susut tanah butir dengan alat ukuran Metode pengujian analisis hidrometer : : : : : : Cara uji konsolidasi tanah satu dimensi tanah satu dimensi konsolidasi Cara uji

SNI 03-1964-1990 03-1965-1990 SNI SNI 03-1966-1990 SNI 03-1967-1990 SNI 03-3422-1994 SNI 03-3423-1994 peningkatan secara bertahap (tegangan atau regangan) secara bertahap peningkatan batu pori yang diletakkan di atas dan di bawah benda uji tanah tersebut. tersebut. di bawah benda uji tanah di atas dan batu pori yang diletakkan 3.2 kompresibilitas tanah vertikal yang bekerja terhadap akibat tegangan tanah fondasi keadaan pembebanan pengurugan atau penambahan beban konstruksi. 3.3 grafik pemampatan dan waktu grafik ini pembebanan; bentuk pemampatan untuk setiap dan waktu antara grafik hubungan umumnya terdiri tahapan yang berbeda, atas tiga 3.4 inkremental benda uji tanah ( dalam cincin/kotak geser dipasang benda uji yang Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut. ini adalah standar berkaitan dengan yang Istilah dan definisi 3.1 3 definisi Istilah dan 2 Acuan normatif 2 Acuan 1 Ruang lingkup tanah satu dimensi, cara uji konsolidasi Standar ini menetapkan untuk memperoleh tanah. Parameteruji benda tersebut berupakoefisienkonsolidasi parameter indeks air dan kelulusan koefisien konsolidasi, koefisien kompresibilitas, kumulatif. penurunan dan waktu antara hubungan serta tanah, kompresibilitas satu dimensi yang konsolidasi uji cara prinsip-prinsip tentang Standar ini menguraikan benda uji dan perlengkapannya; dan satu dimensi konsolidasi uji peralatan meliputi : sistem contoh uji. serta uji laporan konsolidasi; parameter perhitungan uji; cara uji; bahan penunjang tanah benda uji maupun tidak terganggu uji tanah benda Cara uji ini berlaku baik untuk tanah residu. sesuai untuk terganggu. Namun, cara uji ini tidak © BSN 2011

− − − − − − “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SUMATERA ).

UNIVERSITAS

preloading ) ) bebanan sampai terjadi kondisi seimbang). seimbang). bebanan terjadi kondisi sampai 2 dari 26 )

(excess pore water pressure

secondary consolidation primary consolidation)

(lihat Gambar 1). compression)

© BSN 2011 3.7 ( konsolidasi primer air dariyang terjadi pori-pori tanah selama periode tekanan air akibat ke luarnya konsolidasi menjadi tegangan efektif. pori ekses secara lambat laun beralih 3.8 konsolidasi sekunder ( satu selama terjadi konsolidasi tanah mengetahui karakteristik untuk alat uji konsolidasi Gambar 2). dapat dilihat dalam pengembangan (skema konsolidometer dimensi atau 3.10 pemampatan ( 3.9 oedometer atau konsolidometer kertas yang berfungsi menyaring agar partikel halus tidak tergerus. tergerus. tidak halus agar partikel berfungsi menyaring kertas yang 3.6 konsolidasi suatu proses pemampatan akibat adanya pembebanan tanah yang terjadi dalam jangka menyebabkan sehingga waktu tertentu, pori (perubahan mengalirnya air ke luar dari ruang volume tanahluarnya air pori akibat ke tekanan air pori dalam disebabkan oleh peningkatan air yang mengalami pem jenuh lapisan tanah pemampatanyang terjadi air pori tekanan hilang seluruhnya; setelah konsolidasi yang terjadi bersifat prosesnya plastis, dan bersifat yang tanah butiran ini disebabkan oleh penyesuaian dependent time 3.5 (kertas filter) kertas saring SNI 2812:2011 SNI proses pemampatan tanah yangproses pemampatan benda uji diukur dengan menggunakan skala ukur pengujian, dan selama dengan air direndam mikrometer. Benda uji tanah selalu 24 jam.pembebanan biasanya duadiberikan selama Setelah itu beban dinaikkan sampai dilanjutkan. sebelumnya, dan pengukuran pemampatan kali lipat beban 3.11 compression pemampatan awal (initial oleh pembebanan awal ( disebabkan yang proses konsolidasi secara tiba-tiba. luar tekanan peningkatan pori yang terjadi akibat tekanan air 3.14 satu dimensi uji konsolidasi asumsi bahwa dengan mengikuti prosedur Terzaghi berdasarkan konsolidasi proses uji homogen, mengalamitanah bersifat jenuh sempurna, deformasi hanya akibat perubahan dan Darcy, partikel tanah padat tanah mengikuti hukum aliran dalam volume pori, kecepatan air tidak kompresibel, beban hanya bekerja dalam satu arah dan deformasi bekerja searah tetap koefisien konsolidasi beban, air pori hanya nilai mengalir dalam arah vertikal, dan selama proses konsolidasi. 3.12 tekanan air pori ruang pori antarbutir yang terisi air. dalam tekanan hidrostatik 3.13 tekanan air pori berlebihan “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SNI 2812:2011 SNI

SUMATERA )

UNIVERSITAS oedometer

3 dari 26 Gambar 1 Sketsa tahap konsolidasi Gambar 2 Sketsa konsolidometer (

4 Ketentuan dan persyaratan 4.1 iniperalatan Rangkaian Peralatan digunakan yang terdiri untuk3), melakukan (lihat Gambar terganggu pada tanah terganggu dan tanah tidak uji konsolidasi Kelompok tersebut meliputiatas beberapa kelompok peralatan. peralatan satu peralatan dimensi pembeban aksial, (lihat Gambar 3). serta peralatan lain perlengkapannya, peralatan ukur, peralatan dan sel konsolidasi tekanan, pengontrol

© BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SUMATERA UNIVERSITAS 4 dari 26

cincin melebihi 0,03 % dari diameter cincin; 0,03 % dari cincin melebihi uji bila dikeluarkan dengan alat pengeluar benda uji; benda alat pengeluar dengan uji bila dikeluarkan 0,5% dari beban terpasang; 0,5% dari beban benda uji; benda uji, dan jika perlu digunakan kertas saring; kertas saring; digunakan jika perlu benda uji, dan bersentuhan dengan benda uji; dengan benda bersentuhan 2) cepat aus; dan tidak tahan korosi, bahan dari harus terbuat 3) diameter tidak mengubah tekanan uji yang diberi benda sehingga harus kaku cincin 1) benda atau berdiameter minimal 50 mm, kecil daripada tabung minimum 5 mm lebih 2) benda uji. tanpa berpengaruh pada Mengukur tambahan beban dalam waktu singkat 1) Mampu mengukur beban tertentu dalam jangka waktu panjang, dengan ketelitian 1) ketelitian dengan Mampu waktu panjang, dalam jangka mengukur tertentu beban uji lewat stang penekan benda uji; benda uji; penekan uji lewat stang pindah sesuai keperluan; keperluan; pindah sesuai tersangga pada rangka pembeban, yang dibuat dengan nilai banding tertentu, yaitu tertentu, yaitudengan nilai banding pembeban, yang dibuat rangka tersangga pada 10; 1 : 9 atau 1 : kotoran dan suspensi lumpur (disarankan untuk menggunakan air bebas udara atau air udara atau (disarankan untuk menggunakan air bebas suspensi lumpur kotoran dan suling). terbesar; 5) agar tidak mudah patah. harus tebal 3) cacat); (tidak utuh dan tidak ada retakan harus bersih, 4) berdiameter sekitar 0,2 mm s.d 0,5 mm lebih diameter kecil daripada cincin cetak 2) halus dari tidak menyebabkan masuknya butiran halus agar pori-porinya harus cukup 1) aluminium oksida atau logam lain yang tidak berkarat jika terbuat dari silikon karbid, © BSN 2011 konsolidasi 4.1.2 Sel berikut : sebagai bagian-bagian terdiri atas Sel konsolidasi a) Badan dan dasar sel; b) dan sekrup pengencang; Cincin penahan c) uji; benda Landasan penutup d) Cincin cetak benda uji : f) arloji ukur; penopang penyangga dan batang Tiang g) : ketentuan uji dengan vertikal benda mengukur perubahan Arloji ukur untuk e) Rangka pembeban gayayang berfungsi memberi benda penutup vertikal pada landasan c) dalam keadaan mendatar; berada imbang yang disetel agar lengan Beban d) Gantungan beban dapat dipindah- dengan beban-beban yang porosnya yang dilengkapi 4.1.1 aksial pembeban Peralatan atas: terdiri pembeban aksial Peralatan a) lengan pembeban; pengunci Dudukan alat pembeban dan b) Satu lengan pembeban pada dudukan alat pembeban tersangga dan yang lainnya SNI 2812:2011 SNI b) yang berlaku. harus memenuhi ketentuan (saring) yang digunakan Kertas filter b) adalah 2,5. benda uji minimum antara diameter dan tinggi Perbandingan 4.2.2 Bahan penunjang uji a) dari bebas pengujian konsolidasi ini harus bersih, sistem Air yang digunakan dalam 4.2 uji 4.2.1 Benda uji dan bahan penunjang uji Benda : ketentuan berikut harus memenuhi Benda uji yang digunakan a) uji minimum 13 Tinggi benda mm, dari 10 kali diameter butir dan tidak boleh kurang e) Batu pori : “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA ) SNI 2812:2011 SNI SUMATERA Oedometer

UNIVERSITAS

5 dari 26

Gambar 3 Contoh rangkaian peralatan konsolidasi (

Pengujian

hingga mendekati nol;

4.3.1 Batasan pengujian 4.3.1 Batasan metode pengujianadalah : ini dalam Beberapa batasan yang harus diperhatikan a) arah lateral harus ditahan; Pergerakan benda uji dalam b) bertahap; penambahan beban secara dengan Benda uji diberi beban aksial c) air-pori berlebihan yang terjadi Tekanan pada setiap penambahan beban, akan turun 4.3 © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SUMATERA UNIVERSITAS 6 dari 26 ) dengan ketelitian 0,01 g. 0,01 ) dengan ketelitian c ) dengan pembulatan sampai 0,01 mm.

0

kompresibilitas dan kecepatan penurunan benda uji. benda penurunan kecepatan dan kompresibilitas ratanya (H tanah, dan ukur deformasi yang terjadi. terjadi. deformasi yang tanah, dan ukur kecil daripada diameter cincin cetak dan tingginya sama dengan benda uji tanah. benda uji dan tingginya sama dengan cetak cincin diameter kecil daripada runcingnya. penyangganya. diperlukan. yang dengan lengan sesuai nilai banding pembeban. keseimbangan (posisi datar), dan kunci lengan berada dalam digunakan. jelas, dan disertai paraf atau tanda tangan dan tanggal yang jelas. dan tanggal tangan atau tanda paraf jelas, dan disertai © BSN 2011 c) Timbang massa (m cincin

5.1 Persiapan peralatan sebelum pengujian dan pengukuran pemeriksaan peralatan, koreksi dan untuk pengujian Lakukan persiapan berikut. benda uji sebagai 5.1.1 Persiapan koreksi peralatan a) 1 mm lebih terbuat dari tembaga atau besi yang berdiameter Pasang benda uji yang 5 Cara pengujian 4.3.2 Kalibrasi Semua alatukur harus dikalibrasi minimum 3 sekali dan atau padatahun saat diperlukan, yang berlaku. kalibrasi persyaratan sesuai dengan 4.3.3 Petugas memahami yang dan berpengalaman atau teknisi laboran adalah ini Petugas pengujian geoteknik. oleh ahli konsolidasi dan diawasi dalam pengujian 4.3.4 uji Penanggung jawab hasil : dalam pelaksanaan adalah Beberapa hal yang harus diperhatikan a) pengawas harus kompetensi; Kemampuan dan petugas pengujian b) dengan uji harus tertulis jawab hasil Nama-nama dan penanggung penguji, pengawas d) uji; benda penurunan pengukuran dilakukan berlangsung, pemampatan Selama proses parameter menghitung untuk dapat digunakan pengukuran Data dari hasil e) SNI 2812:2011 SNI c) setiap pembebanan. yang terjadi pada Buat tabel koreksi deformasi 5.1.2 Persiapan pemeriksaan peralatan a) dan tidak cacat pada bagian Periksa cincin cetak benda uji, apakah sudah bersih, licin b) diisi air. bocor bila apakah tidak konsolidasi, Periksa sel c) pada gangguan bebas tanpa bergerak pembeban, apakah dapat Periksa lengan d) poros yang dapat memberi beban, apakah terletak pada sesuai agar Periksa gantungan e) pembeban lengan vertikal agar imbang pada posisi rangka pembeban Pasang beban f) sebelum panas dalam air batu pori rebus dan halus, sikat pori dengan Bersihkan batu 5.1.3 Persiapan benda uji a) 0,1 mm. ketelitian Ukur diameter dalam cincin (D) sampai b) tinggi rata- 0,01 mm pada 3 tempat, dan hitung sampai ketelitian cincin Ukur tinggi b) sebenarnya pada dilakukan dalam pengujian sama seperti yang pembebanan Lakukan

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SNI 2812:2011 SNI SUMATERA UNIVERSITAS ). dial ring dial 7 dari 26 tak jarum berada pada posisi nol. pada posisi nol. berada tak jarum . 2

25 kN/m maksimum. bagian atas. bagian atas. berpindah. berpindah. kencangkan sekrup batang penekan agar tidak berubah letaknya. agar tidak berubah penekan sekrup batang kencangkan vertikal. dalam posisi sentris. penekan dapat bergerak bebas dalam cincin penahan. bergerak bebas dalam cincin penahan. penekan dapat sentris di dalam sel konsolidasi. dalam sentris di yang berisi benda uji di atas batu pori bagian bawah secara sentris. secara bagian bawah atas batu pori benda uji di yang berisi menggunakan cincin cetak. cetak. cincin menggunakan d) d) le ukur sehingga Pasang arloji pengujian uji 5.3 Prosedur benda 5.3.1 Penjenuhan dengan air hingga benda uji dan uji dengan cara mengisi sel konsolidasi Jenuhkan benda dilakukan uji tanah pada benda seluruhnya. Sebelum pembebanan batu pori terendam direndam benda uji selalu dengan cara meletakkan beban pada ujung sebuah balok datar, dalam air selama pengujian. pembebanan Peningkatan 5.3.2 a) 10 g yang terpasang. Lepaskan beban b) benda uji mendapat tekanan sebesar Pasang beban pada gantungan beban sehingga c) mencapai ruang gerak secara arloji ukur sampai batang arloji ukur Turunkan penopang b) Pasang penopang arloji ukur sehingga batang arloji ukur menyentuh batang penekan 5.2.3 Persiapan alat ukur gerak vertikal a) penopang arloji ukur ( Pasang arloji ukur pada c) beban hingga lengan pembeban Pasang beban 10 g pada gantungan tidak berubah/ b) Putar sekrup batang pembeban sampai menyentuh dudukan bantalan peluru, dan b) sampai menyentuh Putar sekrup batang pembeban dudukan bantalan peluru, dan 5.2.2 Persiapan pemasangan rangka pembeban a) dalam posisi agar rangka pembeban dapat diatur pembeban lengan Angkat ujung f) lengan pembeban. letakkan di atas depan dan Pasang rangka pembeban rebah ke g) pada alat pembeban di atas dudukan sel sel konsolidasi Tempatkan dan atur letaknya e) uji dan periksa agar landasan benda atas di atas bagian penekan Letakkan landasan c) cetak. di atas cincin Letakkan cincin penahan d) keadaan dalam cetak tertahan cincin agar sekrup pengencang Pasang dan kencangkan e) gergaji kawat. uji dengan bawah benda Ratakan bagian atas dan f) pencetakan. waktu cetak pada cincin di sekeliling contoh uji secukupnya Ambil g) SNI 03-1965-1990. tanah semula berdasarkan Uji kadar air h) SNI 03-1964-1990. tanah berdasarkan Uji berat jenis i) pengujian 0,01 g. ketelitian Timbang benda uji sampai 5.2 Persiapan 5.2.1 konsolidasi Persiapan sel a) bawah pada dasar sel konsolidasi. bagian pori Letakkan batu b) cincin cetak benda uji dan letakkan atas dan bawah bagian saring pada Pasang kertas d) dengan silinder uji pemadatan blok contoh, atau contoh, benda uji dari tabung Cetak

© BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SUMATERA ). f UNIVERSITAS (Lihat contoh pembacaan pembacaan (Lihat contoh 2 bacaan bisa diteruskan sampai bacaan sampai bisa diteruskan tercapai 8 dari 26 . 2 ) ...... (4) ) ...... (3) kon ). f kon dan 25 kN/m 2 + m + m c c / 100 ...... (2) 0 / 4 ...... (1) – (m

2 . – (m 3 2 1 D

= m = A x H k 0 A = π V m m = m tempelkan kembali pada benda uji. pembeban. selama 30 menit agar air dari batu pori dapat mengalir ke luar. dapat mengalir ke luar. pori selama 30 menit agar air dari batu 20,25; 25; 36; 60; 120; 240; 480 dan 1440 menit. 480 dan 60; 120; 240; 20,25; 25; 36; kN/m sebesar 100 gambar hubungan antara akar waktu dengan bacaan deformasi dalam skala biasa. deformasi dengan bacaan gambar hubungan antara akar waktu tekanan yang diinginkan sesuai dengan jenis tanahnya. jenis tanahnya. sesuai dengan tekanan yang diinginkan mendapat tekanan sebesar 50, 100, 200, 400 dan 800 kN/m dan 200, 400 50, 100, sebesar mendapat tekanan gambar hubungan antara akar waktu terhadap bacaan deformasi dalam skala biasa. dalam skala biasa. bacaan deformasi terhadap antara akar waktu gambar hubungan 0,25; 1,0; 2,25; 4,0; 6,25; 9,0; 12,25; 16; 20,25; 36; 60; 120; 240; 480; dan 1440 menit. 1440 menit. dan 480; 60; 120; 240; 36; 16; 20,25; 9,0; 12,25; 6,25; 4,0; 2,25; 0,25; 1,0; 400 kN/m jarum berada pada posisi nol. jarum berada pada hasil uji pada Lampiran C Tabel C.1). Lampiran hasil uji pada Perhitungan

6.1 6.1.1 Rumus-rumus perhitungan Parameter tanah semula atau rumus berikut : Parameter tanah menggunakan persamaan semula dihitung dengan 5.3.5 Penimbangan benda uji benda 5.3.5 Penimbangan a) g (m 0,01 uji sampai ketelitian benda Timbang cincin pembeban dan d) dari dudukannya. pengunci cincin penahan sekrup Buka e) atas. pori bagian penekan dan batu landasan Angkat f) dudukannya. Angkat cincin penahan dari g) benda uji. Angkat cincin cetak dan h) dan saring, tanah yang menempel pada kertas sisa-sisa Lepaskan secara hati-hati 5.3.4 Pengeluaranbenda uji a) pembeban. dari gantungan tersisa beban Lepaskan b) ukur. putar penopang arloji dan Naikkan c) pada lengan pembeban dan rebahkan rangka pembeban lengan Angkat ujung g) konsolidasi dan biarkan air dari sel keluarkan seimbang tercapai, Setelah keadaan d) sekunder pem penurunan Untuk memperoleh c) waktu t = 0; 0,25; 1,0; Baca deformasi pada arloji 2,25; 4; 6,25; ukur untuk 9; 12,25; 16; f) masing-masing uji mendapat tekanan benda b), c), d) sehingga langkah-langkah Ulangi e) Gambar hubungan antara waktu dengan bacaan deformasi dalam skala logaritma, dan © BSN 2011 6 f) uji beban, sehingga benda meningkatkan b), c), d), e) dengan langkah-langkah Ulangi d) terkunci. lengan pembeban kunci hingga Putar sekrup e) dan Gambar hubungan deformasi dalam skala logaritma, antara waktu terhadap bacaan c) = 0; t waktu untuk arloji ukur pada deformasi baca dan pembeban lengan kunci Buka SNI 2812:2011 SNI b) benda uji mendapat tekanan sebesar sehingga beban, pada gantungan Turunkan beban pembebanan Penurunan 5.3.3 a) lengan pembeban Biarkan letak arloji ukur agar dalam terkunci dan pasang keadaan b) akhir (w Uji kadar air “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SNI 2812:2011 SNI SUMATERA UNIVERSITAS ). ); -1 3 ); 3 ); 3 ); 9 dari 26 2 ) 3 ...... (7) ...... (12) % ...... (5) ) ...... (11) o ...... (15) ...... (14) f kon w100 ...... (13) 100x ...... (10) 100x + f )H(HH xw100 ...... (8) ...... (9) 100 sf 1000x + m k 1 c 100 so ...... (16) Δ mm −= s 1 f

k mm ...... (6) o − f x xGw ws − o − −= x o m m e γ do o e1 no s – (m m m nfdf of V df 2 γ=γ γ AxH γ=γ H + γ G G =γ =

= =γ = = f o = = m no o f f do nf 0 w w e e S F m

(g); kontainer : massa (g/cm : berat volume benda uji semula (g/cm semula : berat volume benda uji kering semula (%); tanah : kadar air (g); + kontainer : massa benda uji + cincin kontainer (g); + : massa kering benda uji + cincin : massa cincin (g); (g); : massa cincin : massa kering benda uji semula (g); : berat jenis tanah (-); jenis tanah (-); : berat : tinggi awal benda uji (mm) awal benda : tinggi semula (%); : derajat kejenuhan tanah : volume bendasemula (cm uji tanah tanah semula (tanpa satuan); : angka pori o : berat volume air (g/cm kon 1 3 c k s no do 0 o o o w w γ γ m m : massa benda uji semula (g); e H m m 6.1.2 Parameter tanah setelah pengujian dihitung dengan menggunakanParameter tanah pengujian persamaan atau rumus setelah berikut : m m

dengan : A (mm uji tanah semula : luas benda G F (mm pori angka : deformasi/faktor perubahan γ S V © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA ); ) dihitung ) dihitung SUMATERA ); time log UNIVERSITAS ); 3 ); 3 )/2 ; )/2 ; 2 2 10 dari 26 + H + H 1 1 ) square root time / tahun), dengan metode akar waktu (square / tahun), dengan metode logaritma waktu ( / tahun), dengan metode logaritma 2 2

) log time ) dengan) menggunakan metode akar waktu (square root time v ) dengan menggunakan metode logaritma) dengan menggunakan waktu (log time ……...... (20) ...... (19) v ...... (17) 2 f 2 r r )e(ee ...... (18) sf xH112,0 Δ−= xH 90 50 f t t xGw e

026,0 of

= =

= f v v c c S

: kadar air tanah setelah pengujian (%); pengujian (%); setelah : kadar air tanah (mm); setelah pengujian uji tanah : tinggi benda

pengujian (g/cm : berat volume tanah setelah pengujian (g/cm setelah : berat volume kering tanah : waktu 90% konsolidasi (menit). 90% konsolidasi (menit). : waktu (g); : massa tanah pengujian : koefisien konsolidasi (m konsolidasi : koefisien : koefisien konsolidasi (m konsolidasi : koefisien : massa cincin (g); (g); : massa cincin : massa tanah sebelum pengujian (g); : tinggi pada awal percobaan (mm); pada awal percobaan (mm); : tinggi (mm); pada akhir percobaan : tinggi : tinggi pada awal percobaan (mm); (mm); pada awal percobaan : tinggi (mm); pada akhir percobaan : tinggi (g); tanah setelah pengujian : massa : waktu 50% konsolidasi (menit); : waktu : tinggi benda uji rata-rata (mm) benda uji rata-rata = (H : tinggi : tinggi benda uji rata-rata (mm) = (H benda uji rata-rata : tinggi f c 2 s nf df (%). setelah pengujian tanah : derajat kejenuhan 1 2 r 1 2 r f f v v 90 f 50 c c γ γ e

dengan menggunakan persamaan atau rumus berikut: : dengan menggunakan persamaan m (lihat Lampiran C Tabel C.1). konsolidasi 6.1.3 Koefisien a) Cara logaritma waktu ( Koefisien konsolidasi (c Koefisien konsolidasi © BSN 2011 Lihat Lampiran C Tabel C.1. b) root time waktu (square Cara akar dengan: t H w H 6.1.4 Parameter pada akhir pembebanan menggunakan dengan persamaan atau Parameter akhir pembebarian dihitung pada setiap atau SNI 2812:2011 SNI m H Lihat Lampiran C Tabel C.1. dengan: m dengan: m H dihitung dengan menggunakan persamaan atau rumus berikut: : menggunakan persamaan dihitung dengan H H H t Koefisien konsolidasi (c “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA

SNI 2812:2011 SNI (lihat Gambar 4); (lihat Gambar 4); SUMATERA c c UNIVERSITAS c pada kurva hubungan e log p dalam penentuan kurva hubungan e log pada pada kurva hubungan e log p dalam penentuan kurva hubungan e log pada

b a /MN) untuk setiap peningkatan beban; /MN) untuk setiap peningkatan beban; 11 dari 26 2 ) (lihat Gambar 4); 2 tekanan tekanan pra konsolidasi p esibilitas volume, indekcara penentuan esibilitas kompresibiltas dan volume, ...... (25) 9 − ...... (26) )/(( 10x31,0xxmck ...... (24) ab pada kurva hubangan e log p dalam penentuan C pada kurva hubangan e log p dalam penentuan C pada kurva hubangan e 1 ppLog a b ) / (Log (t)) …………………………………………………,,…(27) ) / (Log (t)) …………………………………………………,,…(27) ba 0 e1 ee ...... (23) ...... (22) +δ − 21 ...... (21) 1000 eee ) / H eee vv s HFxe x Δ−= −=δ Δ=Δ H e p δ δ o =

= = (( v = c α (lihat Gambar 4); (lihat Gambar 4); c c C m

C C C Gambar 4 Kurva hubungan antara Log tekanan dengan nilai banding ruang e untuk e untuk dengan nilai banding ruang Log tekanan hubungan antara Gambar 4 Kurva

: beda penurunan sekunder diambil pada satu log siklik waktu (lihat Gambar 5); pada satu log siklik waktu (lihat : beda penurunan sekunder diambil s (tanpa satuan); : perubahan kumulatif nilai banding ruang perhitungan koefisien kompr : perubahan inkremental nilai banding ruang (tanpa satuan); : perubahan inkremental nilai banding : indek kompresibilitas (tanpa satuan); (tanpa : indek kompresibilitas : koefisien kompresibilitas volume (m kompresibilitas : koefisien : kompresibilitas sekunder dari kurva log waktu dengan penurunan (lihat Gambarkurva log waktu dengan 5); dari : kompresibilitas sekunder : nilai banding ruang pada tegangan p pada tegangan ruang : nilai banding : tegangan pada e : tegangan pada e : tegangan : nilai banding ruang pada tegangan p pada tegangan ruang : nilai banding : tekanan pra konsolidasi (kN/m : tekanan v e H) b c α e a b c a δ e Δ δ e : nilai banding ruang setelah setiap pembebanan (tanpa satuan); pembebanan (tanpa satuan); setiap ruang setelah : nilai banding e p p C dengan: k : koefisien permeabilitas (m/detik); permeabilitas : koefisien k t : waktu diambil dalam satu log siklik, sehingga log (t) = 1 (lihat Gambar 5). log (t) = siklik, sehingga satu log diambil dalam t : waktu m C rumus di bawah ini : rumus di p ( © BSN 2011

e “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA ): log time SUMATERA UNIVERSITAS = 100 %; 100 dengan kurva logaritma waktu dengan dengan kurva logaritma waktu ); 50 0 = 0 % dan d = 0 0 + d 100 12 dari 26 ); 50 = 1/2 (d = 1/2 50 ) dengan menggunakan metode logaritma waktu ( metode logaritma waktu ) dengan menggunakan v melalui titik C; melewati elevasi rata-rata dari titik d yang diperoleh dengan 0 100

mencapai 100 %; akhir pembacaan; langkah-langkah b), c), d), e), yang merupakan garis dengan derajat konsolidasi teoritis d), e), yang derajat konsolidasi teoritis b), c), merupakan garis dengan langkah-langkah 0 %; dengan persamaan (26). waktu 50 % konsolidasi primer (t waktu 50 % konsolidasi 3 menit; lihat titik a dan b pada Gambar 5; lihat titik a dan tahap pembebanan; i) d Tarik garis horisontal h) perpotongan antara garis AB dan Tentukan DF yaitu titik C dengan derajat konsolidasi f) lurus dari kurva logaritma waktu; AB menyinggung bagian Tarik garis g) DF menyinggung Tarik garis bagian bawah dari kurva logaritma waktu, dimulai dari titik j) d dengan Gambar skala derajat konsolidasi m) Hitung koefisien konsolidasi dengan persamaan (19) dan persamaan kompresibilitas dengan sekunder koefisien konsolidasi Hitung m) © BSN 2011 k) melalui d Tarik garis horisontal l) d garis horisontal potong titik Tentukan absis 6.2 Prosedur perhitungan 6.2 Prosedur 6.2.1 kondisi awal Perhitungan parameter tanah rumus-rumus (1) s.d (10). tanah semula dengan menggunakan Hitung parameter 6.2.2 parameter tanah kondisi akhir Perhitungan (18). rumus-rumus (11) s.d menggunakan dengan tanah setelah pengujian Hitung parameter 6.2.3 metode logaritma waktukoefisien konsolidasi menggunakan Perhitungan (c konsolidasi Hitung koefisien SNI 2812:2011 SNI e) d horisontal Tarik garis c) jarak yang sama dengan ac; atas dengan ke ad Tarik garis vertikal d) dan 1 menit, serta 0,75 dan waktu 0,25 kali untuk dua atau satu Ulangi langkah b) dan c) b) menit); menit dan 2,0 waktu 1:4 (misal 0,5 banding dengan nilai pada grafik titik Pilih dua a) Gambar hubungan antara logaritma waktu (menit) setiap dengan bacaan deformasi pada “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA square root SNI 2812:2011 SNI SUMATERA UNIVERSITAS

T) dengan bacaan deformasi pada setiap tahap √ 13 dari 26 kumulatif ); 90 ) dengan menggunakan metode akar waktu ( ) dengan menggunakan metode akar v dan gambar skala derajat konsolidasi dengan membagi jarak dengan konsolidasi derajat skala dan gambar atas 9 bagian; 90 90 dan d 0

Gambar 5 Grafik hubunganwaktu penurunan antara logaritma dan

dengan waktu 90% konsolidasi (t sehingga memotong ordinat waktu 0 menit di titik Q dengan derajat konsolidasi 0% dan 0% dan konsolidasi sehingga memotong ordinat waktu 0 menit di titik Q dengan derajat memotong ordinat 10 menit di titik B; waktu pembebanan (lihat Gambar 6); vertikal antara d vertikal antara ): e) horisontal d Tarik garis c) QC sehingga AC = 1,15 AB; Tarik garis d) garis QC dengan kurva akar waktu versus penurunan perpotongan Tentukan absis b) Perpanjang bagian yangdari kurva waktu lurus penurunan ke atas dan ke bawah, time a) Gambar hubungan antara akar waktu ( 6.2.4 menggunakan metode akar waktu Perhitungan koefisien konsolidasi (c Hitung koefisien konsolidasi

f) persamaan (20). dengan Hitung koefisien konsolidasi © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA

SUMATERA UNIVERSITAS /MN) untuk setiap peningkatan beban (kolom peningkatan /MN) untuk setiap 2

14 dari 26

Gambar 6 Grafik hubungan antara akar waktu dan penurunan kumulatif persamaan (23); persamaan (22); persamaan (21); Lampiran C Tabel C.3); 11, 12, 13); 11, 12, 13); 7, 8, 9) dengan menggunakan persamaan (24); menggunakan persamaan 7, 8, 9) dengan © BSN 2011 SNI 2812:2011 SNI e) (m volume Hitung koefisien kompresibilitas d) menggunakan (kolom 6) dengan nilai banding ruang Hitung perubahan inkremental c) 5) dengan menggunakan setiap pembebanan (kolom setelah banding ruang Hitung nilai b) menggunakan (kolom 4) dengan banding ruang kumulatif nilai Hitung perubahan 6.2.5 Perhitungan parameter pada setiap akhir pembebanan pembebanan : Hitung parameter (Lampiran C Tabel C.1) pada setiap akhir a) 3) yang dari total (kolom diperoleh penurunan 1 & 2) dan (kolom Catat tekanan g) (20); 14) dengan menggunakan persamaan (19 atau (kolom Hitung koefisien konsolidasi h) menggunakan persamaan (25); air (m/menit) dengan Hitung koefisien kelulusan i) (26). menggunakan persamaan dengan kompresibilitas Hitung indeks f) duanya (kolom pangkat dan tinggi rata-rata tinggi rata-ratanya benda uji, Hitung tinggi “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SNI 2812:2011 SNI SUMATERA UNIVERSITAS 15 dari 26

pembebanan; volume, massa, massa kering, kadar air,berat volume, berat volume kering, nilai volume, massa, kering, kadar air,berat volume, massa berat volume kering, nilai kejenuhan; derajat banding rongga, terganggu), pemerian jenis tanah; terganggu), pemerian hasil uji ditulis dengan jelas, dan disertai tanda tangannya; dan disertai tanda tangannya; jelas, hasil uji ditulis dengan e) tekanan; dengan logaritma ruang Grafik nilai banding f) dengan logaritma tekanan; Grafik koefisien konsolidasi g) kompresibilitas. nilai indeks air, dan kelulusan volume, koefisien Modulus kompresibilitas d) setiap perubahan pada waktu terhadap deformasi atau akar waktu logaritma Grafik c) tinggi, luas, diameter, seperti Parameter setelah pengujian benda uji sebelum dan b) terganggu, (tidak contoh uji, kedalaman, elevasi jenis Nomor lubang bor/sumur Hasil uji konsolidasi satu dimensi dilaporkan dalam bentuk formulir seperti dapat dilihat dilihat seperti dapat bentuk formulir dalam dilaporkan dimensi satu konsolidasi Hasil uji dalam Lampiran C Gambar C.1, yang memuat hal-hal lain antara berikut: a) pengujian, Tanggal waktu nama penguji, pengawas dan jawab ahli dan penanggung 7 Laporan uji 7 Laporan © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA

SUMATERA

beban UNIVERSITAS dan batupori bagian atas kurang lebih 10º dan penguncian pembeban agar membentuk sudut lengan pembeban; serta pemberian Gambar A.3 Pemasangan landasan Gambar A.6 Penyetelan letak lengan

dengan membuka kunci lengan pembeban uji konsolidasi uji konsolidasi Gambar A.8 Mulai pelaksanaan pengujian konsolidasi

16 dari 26 penekan (informatif) (informatif) Lampiran A Lampiran

gerak vertikal agar tepat menyentuh dudukan sekrup sekrup dudukan menyentuh mesin pembeban konsolidasi uji sesuai urutan gambar pada Gambar A.2 Pemasangan benda Gambar A.5 Penyetelan arloji ukur

Gambar- gambar cara Gambar- gambar

secara sentris pencetakan benda uji lengan pembeban tetap membentuk sudut 10º cincin cetak benda uji dan Gambar A.7 Penyetelan beban penyeimbang agar Gambar A.4 Penyetelan sekrup Gambar A.1 Proses pengeluaran penekan agar menekan benda uji © BSN 2011 SNI 2812:2011 SNI “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

2

UTARA SNI 2812:2011 SNI Ya SUMATERA i konsolidasi j ? 2 . ) 2 kN/m SELESAI Apakah tekanan tekanan Apakah sudah cukup 800 cukup sudah UNIVERSITAS oran hasil u oran Tabel D.2 p 3. Proses uji konsolidasi 3. Proses uji konsolidasi benda uji dan batu pori terendam seluruhnya. sehingga benda uji mendapat tekanan sebesar 25 kN/m deformasi pada arloji ukur untuk waktu t = deformasi pada arloji ukur untuk waktu 0; 0,25; 1,0; 2,25; 4,0; 6,25; 9,0; 12,25; 16; 20,25; 36; 60; 120; 240; 480; dan 1440 menit (formulir Tabel C.2) bacaan deformasilogaritma, dalam skala dan gambar hubungan antara akar waktu dengan bacaan deformasi dalam skala biasa. sehingga benda uji menerima tekanan 400 kN/m 2 6. Pela a) dengan air hingga Isi sel konsolidasi b) c) Lepaskan beban 10 g terpasang.yang Pasang beban pada gantungan beban d) pembeban dan Buka kunci lengan baca e) Gambar hubungan antara waktu dengan Tidak kN/m menit (formulir 9,0; 12,25; 6; 20,25; 36; 60; 120; 240; 480; dan 1440 5. Perhitungan dengan formulir Tabel C.3 formulir Tabel dengan 5. Perhitungan 4. Turunkan beban dan keluarkan benda uji benda keluarkan beban dan 4. Turunkan a) Turunkan beban secara bertahap dimulai dari 800 a) Hitung e pada setiap perubahan tekanan b) Plot hubungan antara e log p b) Baca deformasi pada t = 0; 0,25; 1,0; 2,25; 4,0; 6,25;

17 dari 26 (informatif) (informatif) Lampiran B Lampiran Tambah beban sehingga menjadi 2 kali besar beban sebelumnya ang alat ukur gerak Bagan alir cara uji konsolidasi tanah satu dimensi uji konsolidasi tanah satu Bagan alir cara , deskripsi bahan, s Mulai benda uji

i Konsolidasi j U

1. Siapkan 1 benda uji 1. Siapkan 1 benda embeban. konsolidasi sesuai urutan dimulai dengan sesuai konsolidasi batupori bagian kertas saring,bawah, cincin cetak benda uji, kertas saring, batuupori bagian atas. pada alat pembeban dan atur agar letaknya sentris 10 vertikal dan beri beban awal g pada lengan p Hitung berat volume dan derajat kejenuhan © BSN 2011

2. Persiapan alat dan pemasangan dan pemasangan alat 2. Persiapan a) b) dan kemampuan Periksa kelengkapan alat benda uji dalam sel Pasang cincin cetak c) d) di atas cincin cetak. Pasang cincin penahan e) Pasang dan kencangkan sekrup pengencang f) Pasang landasan penekan di atas benda uji Tempatkan sel konsolidasi di atas dudukan sel g) Siapkan alat pembeban, pas a) b) timbang Cetak, ukur dan benda uji. c) Uji kadar air dan G “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA Setelah Pengujian SUMATERA

Perubah Perubah Inkremental

UNIVERSITAS

Kumulatip Perubahan Perubahan

Waktu Pengujian Pengujian Waktu

Akhir Tahap Tahap

18 dari 26 Mula Tahap Tahap (informatif) (informatif) Lampiran C Lampiran

uji konsolidasi satu dimensi uji konsolidasi Sebelum Pengujian

Tabel dan Gambar Hasil Uji Konsolidasi Tabel dan Gambar

2 2

3 3 2

3 m g g g g /MN % % — — 2 μ /tahun u m m/s mm mm mm m m Cm z g/m g/m kN/m m kN/m m

Tabel C.2 Parameter-parameter yang digunakanTabel C.2 Parameter-parameter yang dalam uji konsolidasi Tabel C.1 Formulir untuk parameter-parameterTabel C.1 Formulir dalam digunakan yang

Parameter Satuan Parameter © BSN 2011

SNI 2812:2011 SNI

Tekanan Tekanan Pengembangan Tekanan Tinggi rata-rata Tinggi Angka pori Luas Volume Kadar air kompresibllitas Koef. Massa kering Tinggi volume Derajat kejenuhan Massa benda uji Diameter arlojl ukur Bacaan deformasi cincin+kontalner Koef. konsolidasl alat Massa cincin Koef. permeabilitas Berat volume Berat Spesifik graviti Massa benda uji+ Massa benda uji+ Beraf vol.kerlng Koreksi deformasi “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

f f f s c f 2 s f s

nf df A D e S p H w m G m m m γ γ Setelah

Pengujian UTARA

p e SNI 2812:2011 SNI δ δ SUMATERA Perubah Perubah Inkremental

p e a H δ Δ Δ Δ UNIVERSITAS Kumulatip Perubahan Perubahan

2 2 a 2 e Waktu Pengujian Pengujian Waktu Δ G

H 2 Akhir Tahap Tahap

+H 1 =H r

v 1 1 H 1 v

k p c e H G m Mula 19 dari 26 Tahap Tahap satu dimensi satu dimensi

c 1 s k o 0 o o s o

o do no A D m p e S H V w G G m m m γ γ Sebelum Sebelum Pengujian

2 2

3 3 2

3 m g g g g /MN % % — — 2 μ /tahun u m m/s mm mm mm cm m m z g/m g/m kN/m m kN/m m

Parameter Satuan Parameter

© BSN 2011

Tekanan Tekanan Pengembangan Tekanan Tinggi rata-rata Tinggi Angka pori Luas Volume Koef. kompresibllitas kompresibllitas Koef. Kadar air Tinggi Massa kering volume Derajat kejenuhan Massa benda uji Diameter Bacaan deformasi arlojl ukur Koef. konsolidasl cincin+kontalner alat Massa cincin Koef. permeabilitas Berat volume Berat Spesifik graviti Massa benda uji+ Massa benda uji+ Beraf vol.kerlng Koreksi deformasi

-3 H Δ mm 10 2 ) -3 Ukur Arloji Arloji (10 UTARA

kg kN/m “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, CoWkt py standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

SUMATERA -3

H Δ mm 10 2

) -3 Ukur (10

No. Lokasi : No. Contoh:

UNIVERSITAS

kg kN/m Wkt Arloji Wkt Arloji

-3 H Δ mm 10 2 ) -3 Ukur (10 No. Sel : No. Cincin : kg kN/m Wkt Arloji Wkt Arloji

-3 H Δ mm 10 2 ) -3 Ukur (10 Diam : mm Tinggi: mm kg kN/m Wkt Arloji Wkt Arloji

-3 H ) Δ mm 10 2 2 ) -3 0 (kN/m Ukur (10 kg kN/m (2) (3) (4) (5) (6) Wkt Arloji Wkt Arloji

-3 H Δ 10 mm 2

) 20 dari 26 -3 Ukur (10 Tgl mulai : Tek. Pengembangan

kg kN/m (1)

t Wkt Arloji Arloji t Wkt √ H (mm) Δ Tabel C.3 Contoh formulir hasil pembacaan penurunan pada beberapa variasi pembebanan t (menit) Koreksi kumulatip

Jumlah penurunan bersih Waktu selang © BSN 2011 SNI 2812:2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jam Menit Detik Detik Menit Jam Lokasi : Contoh Operator : Th.F.N Peningkatan dan Penurunan beban No ; tanggal Tekanan Beban;

-3 H Δ mm 10 2 50 kN/m ) -3

Ukur Arloji Arloji (10 UTARA

kg 2,5 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Wkt Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

SUMATERA -3

H Δ mm 10 2 SNI 2812:2011 )

kN/m -3 Ukur (10

No. Lokasi : 3824 No. Contoh: C2 – 25

UNIVERSITAS

Wkt Arloji Wkt Arloji 10 kg 200

-3 H Δ mm 10 2 400 ) kN/m -3 Ukur (10 No. Sel : 3 No. Cincin : 3 20 kg Wkt Arloji Wkt Arloji

-3 H Δ mm 10 2 ) kN/m -3 Ukur (10 Diam : 74,90 mm Tinggi: 20,10 mm Wkt Arloji Wkt Arloji 10 kg 200

-3 H ) Δ mm 10 2 2 21 dari 26 2005 (3) 22/5/2005 (4) 23/5/2005 (5) 24/5/2005 (6) 25/5/2005 ) kN/m -3 0 (kN/m Ukur (10 Wkt Arloji Wkt Arloji 5 kg 100

-3 H Δ 10 mm 2 kN/m ) -3 Ukur (10

0,106 0,360 0,762 1,269 1,118 0,741 18 0,018 24 0,024 31 0,031 40 0,040 31 0,031 18 0,018 Tgl mulai : 19/5/2005 Tek. Pengembangan (1) 20/5/2005 (2) 21/5/

t Wkt Arloji Arloji t Wkt √ Tabel C.4 Contoh hasil pembacaan penurunan pada beberapa variasi pembebanan H (mm) Δ t (menit) Koreksi kumulatip

Jumlah penurunan bersih Waktu selang © BSN 2011

6 0,10 0,32 21 157 452 855 1281 1094 1094 1091 1090 1281 1280 855 1083 862 1278 452 870 1273 458 889 157 21 463 163 23 0,32 468 0,41 0 167 25 0,10 6 0 0,17 0,50 174 29 10 0 0,25 0,71 1149 15 793 9.18 1309 0,50 0 9.20 30 9.25 384 9.17 124 9.12 9.27 1 35 9.21 2 1,00 1,00 22 41 4 188 1,41 2,00 24 49 482 8 2,00 4,00 906 15 28 58 209 35 66 2,83 3,90 8,00 620 499 30 15,00 232 1098 1267 50 75 927 9.42 5,50 311 1076 518 30,00 260 9.57 284 1205 962 749 546 1261 573 999 1003 1070 1044 (11,9) 1251 1058 1237 1225 13.55 778 (142) 1045 1024 16,80 22.02 283,00 27,70 770,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 1155 783 17.25 1289 957 2 86 1153 1183 10.20 10.18 95 10.25 661 11.20 7,75 17.17 60,00 10.17 332 768 10.12 10.27 11,00 4 17.12 120,00 375 107 115 364 349 13.20 17.27 17.20 13.27 15,5 8 65,70 240,00 707 29/5 21,90 1162 - 480,00 1211 (11.47) 4320,00 895 1260 Hari 3 1157 826 48 2880,00 53,70 (21/5) (22/5) 23/5 24/5 27/5 9.15 759 0,759 759 9.15 27/5 24/5 23/5 (22/5) (21/5) 53,70 24 2880,00 48 1440,00 38,00 9.15 124 0,124 9.02 384 0,384 9.10 793 0,793 9.30 1,309 1309 9.15 1,149 9.10 1149 763 Jam Menit Detik Detik Menit Jam Lokasi : Contoh Operator : Th.F.N Peningkatan dan Penurunan beban No ; tanggal Beban; Tekanan 2,5 kg 50

v x m x v

m/ detik m/detik ) -7 -7 -7 -7 Koefisien Koefisien UTARA (10 (10 Permeabilitas Permeabilitas K = 31 xc 50 50

)/t )/t

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional,r Copy standar ini dibuat untuk penayanganr di website dan tidak untuk di komersialkan” = = SUMATERA v v /thn /thn 2 2

c c m m (0,026xH (0,026xH ) )

2 2 2 2 ) ) r r

(H (H UNIVERSITAS (mm (mm

+ + 1 1

)/2 )/2

2 2 =(H =(H r r H H (mm) (mm) H H

H H Koefisien Konsolidasi Koefisien Konsolidasi Δ Δ - -

o o

(mm) (mm) =20.10mm) =20.10mm) o o H=H H=H (H (H

50 50 t t menit menit

No Contoh : No Contoh : C2-25 p) x p) x = = v v /MN) /MN) δ δ / / 2 2 e e m m δ δ ( ( (m (m (1000/(1+e)) (1000/(1+e)) i i

e e =1+e =1+e p p δ δ Koefisien Kompresibilitas Volume Koefisien Kompresibilitas Volume Perubahan Perubahan inkremental inkremental e e δ δ e e Δ Δ - - =

o o o Tabel C.6 Contoh perhitungan kurva e dengan log p e =0,622 22 dari 26 o e=e e=e e Tabel C.5 Contoh formulir perhitungan kurva e dengan log p

H H Δ Δ e = Fx e = Fx F=0,0807 F=0,0807 Δ Δ Angka pori Angka pori H (mm) H (mm) Δ Δ Penurunan Penurunan

) ) 2 2

Tekanan Tekanan p (kN/m p (kN/m

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 13 12 11 10 9 8 7 6 3 4 5 2 1 14 13 12 11 10 9 8 7 0,804 402 6 1,630 2,67 0,432 395 382 3 4 5 20,05 19,99 12,68 13,00 2 0,498 2,75 364 0,107 19,87 19,74 19,54 19,34 6,30 1,613 0,251 23,00 2,08 1,593 0,205 0 1 - 19,08 18,83 50 1,561 19,00 0,0000 50 0,135 0 0 0,0086 1,520 - 100 0,000 0,0000 0,622 0,0200 1 50 1,532 0,106 0,0086 0,613 - 200 - 0,360 0,0291 0,593 100 0,0320 2 -200 1,562 0,762 0,0615 0,561 200 0,0410 - - 3 1,269 0,1024 0,520 400 0,0120 -150 4 - - 1,118 0,0902 0,532 200 5 0,0320 - 6 50 - 0,741 0,0598 0,562 ------No. No. Beban Beban © BSN 2011 SNI 2812:2011 Lokasi : Tanggal : Contoh 3824 Lokasi : Tanggal : 28-5-90 “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA an no. SUMATERA Revisi SNI 03-2812-1992 UNIVERSITAS hasil uji konsolidasi v

23 dari 26 UJI KONSOLIDASI UJI KONSOLIDASI

Gambar C.1 Contoh kurva e – log p dengan c

© BSN 2011

Penguji : Nono Penguji : Nono Tanggal : 12/7/90 F.N Pengawas : Theo F.N Penanggung jawab : Theo Lampir No. Contoh : Tabung Contoh No Contoh Tabung : No. Contoh : (m) : Elevasi (m) : 8,50 Kedalaman : abu-abu Warna lanauan : lempung Tipe tanah (%) : air Kadar : Spesifik graviti “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SUMATERA

UNIVERSITAS

50 90

24 dari 26 pembacaan tahap (3) untuk penentuan t pembacaan tahap (3) untuk penentuan pembacaan tahap (3) untuk penentuan t

Gambar C.2 Contoh kurva hubungan log waktuGambar C.2 penurunan dari hasil dengan Contoh kurva hubungan log Gambar C.3 Contoh kurva hubungan akar waktu dengan penurunan dari hasil © BSN 2011

SNI 2812:2011 SNI “Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

UTARA SUMATERA

Revisi SNI 03-2812-1992 Tetap Lengkapi rumus dengan Perbaiki, lengkapi dan Perbaiki, lengkapi perjelas gambar-gambar cara kerja alat, bagan alir cantumkan cara kerja dan sumbernya. perhitungan (Lampiran C). beberapa penjelasan, abjad. disusun menurut rumus dan gambar, serta cara kerja peralatan secara skematis. gambar dan satuan serta perhitungannya. Cara uji konsolidasi tanah tanah Cara uji konsolidasi satu dimensi Bibliografi. dipindah ke Perbaikan sedikit pada ASTM yang terkait UNIVERSITAS

25 dari 26 (informatif) (informatif) Lampiran D Lampiran Sudah ada Gambar masih kurang kurang masih Gambar Belum lengkap Penambahan contoh uji/ jelas Sudah ada Lengkapi penjelasan konsolidasi satu konsolidasi dimensi Format SNI Metode pengujian Metode pengujian Ada Sudah ada Tabel daftar deviasi teknis dan penjelasannya Tabel daftar deviasi

gambar alir cara peralatan, bagan uji. uji, dan contoh Penjelasan rumus dan Penjelasan rumus Penjelasan cara kerja − −

7 Formulir Contoh 6 Gambar 5 Rumus 3 Istilah dan definisi 4 2 Format 2 Acuan normatif 1 Judul No. Materi No. Sebelum Revisi © BSN 2011

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di komersialkan”

”, ”. UTARA ”. SUMATERA ”, Penerbit Pradnya”, Penerbit UNIVERSITAS ”. Von Gunten Engineering Software Inc. Inc. Von Gunten Engineering Software

, Soil Mechanics In Engineering Practice Bendungan Tipe Urugan 26 dari 26 Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi Pedoman penyelidikan geoteknik penyusunan laporan penyelidikan geoteknik (Pd.T penyusunan laporan penyelidikan Bibliografi Bibliografi Test for methods relations and soil aggregate moisture-density ication of soils (visual-manual soils (visual-manual for description and identification of Practice Test method for classification of soils for engineering purposes soils for engineering of for classification Test method Test method for one dimensional consolidation properties of soils properties consolidation dimensional for one Test method ”, Vol, II dan Vol, III, Pentech Press, Manual of Soil Laboratory Testing”, Vol, II dan Vol, III, Pentech Press, “Software for Consolidation Test“ “Software for Consolidation

”, Vol.1: Penyusunan program penyelidikan, metode pengeboran dan deskripsi pengeboran dan metode ”, Vol.1: Penyusunan program penyelidikan,

London, Plymouth, ISBN 0-7273-1305-3, London, Plymouth, ISBN 0-7273-1305-3, Editor, “ K (1977) S dan Takeda Sosrodarsono, PO. Box 80525. 8813, Fort Collins Colorado Head, K,H (1981), “ Paramita Jakarta 1977, Terzaghi, K., Peck, R.B., and Mesri, (1996), G. “ Inc., New York, 549 p. Second Edition, Wiley and Sons, © BSN 2011 ASTM (1990), “ D 2487-90 mixtures using 10-lb (4.54-kg) rammer and 18-in (457-mm) drop rammer and (4.54-kg) using 10-lb mixtures ASTM (1990), “ D 2435-90 ASTM D 1557-78 (1978), “ SNI 2812:2011 SNI ASTM D 2488-90 “ (1990), procedure)”. Departemen Pekerjaan Umum, 2005, “ bangunan air Pengujian lapangan dan laboratorium (Pd.T 03.2-2005-log bor (Pd.T 03.1- 2005-A), Vol.2: A), dan Vol.3: Interpretasi hasil uji dan 03.3-2005-A), Kep.Men. Pekerjaan Umum No: 498/KPTS/M/2005, tgl. 22 Nov 2005. Jakarta, Geosystem (1986),

45IV D 2974-87 Standard Test Methods for Moisture, Ash, ond Orgonic Mother of Per-I and Other Orgonic Soils

American Society for Testing and Materials, moisture in air at more temperature (air- Moisture Content 1916 Race St.. Philadelphia, PA 19103. Re- drying), and (2) the subsequent oven drying printed from the Annual Book of ASTM of the air-dried sample at 105°C. This 5. Methtnt A Standards, Copyright ASTM. method provides a more stable sample, the 5.1 Record to the neamst 0.01 g the mass of air-dried sample, w'heri tests for nitrogen, pH, a high-silica •r porcelain evaporating dish HIS STANDARD iS issued under the cation exchange, and the like arc to be made. fitted with a heavyfiuty aluminum foil fixed designation D 2974; the number cover. The dish shall have a capacity of not 2.3 Methods C and D — Ash content of a immediately following the designa- less than 100 mL. T peat or organic soil sample is determined by tion indicates the year of original adoption or, in the case of revision, the year of last igniting ihe oven-dried sample from the 5.2 Mix thorougNy the representative revision. A number in parentheses indicates moisture content detemiination in a muffle sample and place a test specimen of at least the year of last reapproval. A superscript furnace at 440°C (Method C) or 750°C 50 g in the container described in 5.1. Cnish epsilon (e) indicates an editorial change since (Method D). The substance remaining after soft lumps with a spoon or spatula. The the last revision or reapproval. ignition is the ash. The ash content is ex- thickness of peat in the container should These test methods are under the pressed as a pemenage of the mass of the not exceed 3 cm. oven-dried sample. jurisdiction of ASTM Committee D-18 on 5.3 Cover immediately with the aluminum 8oil and Rock and are the direct responsi- 2.4 Organic matter is determined by sub- foil cover and record the mass to the nearest bility of Subcommittee D18.18 on Peats and ra cking percent ash content from 100. 0.01 g. Related Maierials. Current edition approved May 29, 1987. 5.4 Dry uncovered for at least 16 h at l05°C Published July 1987. Originally published as 3. Apparatus or until there is no change in mass of the D 2974 - 71. Last previous edition D 2974 - sample after further drying periods in excess 84. 3.1 Oveii, capable of being iegulated to a of 1 h. Remove from the oven, cover tightly, constant temperature of 105 -k 5°C. cool in a desiccator, arid record the mass. 1.Smpe NOTE —The temperature of l05°G is quite 6. Metbod A Calculation I.1 These test methods cover the measure- critical for organic soils. The oven should be ment of moisture content, ash content, and checked for “hot spots” to avoid possible s. i in »a ae moisture content as follows: ignition of the specimen. organic matter in peats and other organic Moisture Content, % = ((A • 6) x 100]/A soils, such as organic clays, silis, and mucks. 3.2 Muffle Furnace, capable of producing where: 1.2 The values ctated in SI units are to be constant temperatures of 440°C and 750°C. regarded as the standard. A = mass of the as-received test specimen, g, 3.3 Emporal:ing Dishes, of high silica or and 1.3 This standard may involve hazai dons porcelain of not less than 100 mL capacity. materials, operafions, and equipment. This B -- mass of the oven-dried specimen, g. 3.4 Blender, high-speed. standard does not purport to address all of 6.1.1 This calculation is used pñmarily for r/ie sa[e problems associated wiih inw ee. 3.5 Alumirittm Foil he:avf Andf. agriculture, forestry, energy, and horticultural It is t6e responsibili3 of the user of this purposes, and the result should be referred standard to establish appropriate safety and 3.6 Porcelain Pan, Spoons, arid equipment of to as the moisture content as a percentage of health practices and determine the applica- the like. as-received or total mass. bility of regulatory limitations prior to use. 3.7 Desiccator. 6,2 An alternative calculation is as follows: 2. Summary of Methods o : t«c »te«c x - I(z - s› ioo1os 2.1 Weihod A — Moisture is determined 4. Preparation of Sample where: by drying a peat or organic soil sample at l05°C. The moisture content is expressed 4.1 Place a representative field sample on a A = as-received test specimen, g, and square rubber sheet, oil cloth, or equivalent either as a percent of the oven dry mass or B —- mass of the oven-dried specimen, g. of the as-received mass. material. Reduce the sample to the quantity required by quartering and place in a 6.2.1 This calculation is used primarily for 2.2 Method B — Thi z is an alternative moisture-proof container. Work rapidly to geotechnical purposes, and the result should moisture method which removes the total prevent moisture loss or perfomi the opera- be referred to as the moisture content as a moisture in two steps: (I) evaporation of tion in a room with a high humidity. percentage of oven-dried mass.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6.3 Take care to indicate the calculation method used. 7.MeModB 7.1 This method should be used if pH, nitro- gen content, cation exchange capacity, and the like are to be tested. 7.2 Mix the sample thoroughly and select a 100 to 300 g representative sample. Deter- mine the mass of this sample and spread evenly on a large flat pan. Crush soñ lumps with a spmn or spatula and let the sample come to moisture equilibrium with room air. This will require at least 24 h. Stir occasion- ally to maintain maximum air exposure of the entire sample. When the mass of the sample reaches a constant value, calculate the moisture removed during air drying as a percentage of the as-received mass. 7.3 Grind a representative portion of the air- dried sample for I to 2 min in a high-speed blender Use the ground portion for moisture, ash, nitrogen, cation exchange capacity tests, and the like. 7.4 Thoroughly mix the air-dried, ground sample. Weigh to the nearest 0.01 g the equivalent of 50 g of rest specimen on an as- received basis. Determine the amount, in grams, of air-dried sample equivalent to 50 g of as-received sample, as follows:

where:

M —— moisture removed in air drying, '7».

7.5 Place the sample in a container as de- scribed in 5.1 and proceed as in Method A.

8. Method B Calculation 9.2 Place a part of or all of the oven-dried 10.2 Place a part of or all of the oven-dried test specimen from a moisture determination test specimen from a moisture determination 8.1 Calculate diemoisture content as follows: in the dish and determine the mass of the in the dish and determine ltte mass of the dish Molature Content, O = (50 - B) x 2 dish and specimen. and specimen. where: 9.3 Remove the cover and place the dish in 10.3 Remove the cover and place the dish in a muffle furnace. Gradually bring the tem- B -- oven-dried sample, g. a muffle furnace. Gradually bring the tem- perature in the furnace to 440°C and hold perature in the furnace to 750°C and hold 8.1.1 This calculation gives moisture content until the specimen is completely ashed (no until the specimen is completely ashed (no as a percentage of as-received mass. change of mass occurs afier a further period change of mass occurs after a further period of heating). 8.2 An alternative calculation is as follows: of heating). 9.4 Cover with the retained aluminum foil Moisture Content, % = [(50 - B) x IU]/Zt 10.4 Cover with the retained aluminum foil coves cool in a desiccator, and determine the cover, cool in a desiccator, and determine 8.2.1 This calculation gives moisture content niass. the mass. as a percentage of oven-dried mass. 9.5 This method should be used for all geo- technical and general classification purposes. 10.5 This meth‹xi should be used when peats Ash Content are being evaluated for use as a fuel. 9. Method C 10. Method D 11. Calculation tor Methods C and D 9.1 Determine the mass of a covered high- 10.1 Determine the mass of a covered high- silica or porcelain dish. silica or porcelain dish. 11.1 Calculate the ash content as follows: x use» oases sEcrios accoeo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Asb Content, % = (C x 100)/8 13.1.3 Whethermoisture contents are by pro- The American Society for Testing and portion of as-received mass or oven-dried Materials takes no position respecting the wheze: mass. validifi of any parent rights asserted in C = ash, g, and 13.1.3.1 Express results for moisture con- connection with any iiem mentioned in B -- oven-dried test spccioten, g. tent as a percentage of as-mceived mass to this standard. Users of this standard ore the nearest 0.19«. expressly advised that determination of the Organic Matter validity of any such pateni rights, and ihe 13.1.3.2 Express results for moisture con- risk of infringement of such rights, are 12. Calculation tent as a percentage of oven-dried mass as entirely their ohm responsibility. 12.1 Determine the amount of organic mat- follows: This smndard is nibjeci to revision at any ter by difference, as follows: la) Below l00To to the nearest 1' ». time by the responsible technical committee and must be reviewed every fwe years awd if Orgaaic matter, % = 100.0 -0 (b) Between 1009» and 5009a to the nearest nor revised, either reaR ved or withdra›rn. whezs: fi'7’o. Your comments are invited either for revision (c) Between 500% and l0tXi' o to the near- of ihis standard or Jor additional siozidards D —— ash content, 9’o. est 10To. and should be addressed to ASTM Head- quarters. Your comments will receive careful (d) Above 10009» to the neamst 20&o. 13. Report consideration ata meeting of i> *Ronsible

13.1 Rnport the following information: technical comminee, which you may ottend. 14. Precbioa aad Bias If you feel that your comments have not 13.1.1 Results for or8anic matter and ash 14.1 The precision and bias of these test received a fair hearing, you should make methods have not been determined Data are your views I:noon to the ASTM Committee on 13.1.2 Furnace temperaiure used for ash con- being sought for use in developing a pre- Stnndordr, i9/d Race St., Philadelphia, PA tent determinations. cision and bias statement 19103.

#TAC-88-90 Stondord Tev/I\ethod for Soundnex of Aggregotes by U» of Sodium Sulfate or Magnesium Sulfote

A5TMC-i3i-89 Standord Tev Aethod Dr Resistance to Degrodaion of Smoll-Size Coorse Aggregate by Abrasion ond impacf in Ie Los AgeiesMachine

ASTM procedures C-88-90 and C-131-89 are special situation tests that rarely will be required, and have not been published here. They are available from the American Society of Testing and Materials, 1916 Race Street, Philadelphia, PA 19103.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Designation: D 4427 – 92 (Reapproved 2002) Standard Classification of Peat Samples by Laboratory Testing1

This standard is issued under the fixed designation D 4427; the number immediately following the designation indicates the year of original adoption or, in the case of revision, the year of last revision. A number in parentheses indicates the year of last reapproval. A superscript epsilon ( ) indicates an editorial change since the last revision or reapproval.

This standard has been approved for use by agencies of the Department of Defense.

1. Scope * 3.2 Definitions of Terms Specific to This Standard: 1.1 This classification is a system for subdividing and 3.2.1 absorbency—the maximum amount of moisture (by assigning nomenclature to peat samples through laboratory tests. weight) that can be held by the peat. This is expressed in terms 1.2 This standard does not purport to address all of the safety of the water-holding capacity as measured using Test Method D problems, if any, associated with its use. It is the responsibility of 2980. the user of this standard to establish appro- priate safety and 3.2.2 acidity—this is expressed as the pH of the peat in water health practices and determine the applica- bility of regulatory as measured using Test Method D 2976. limitations prior to use. 3.2.3 ash content—the percentage by dry weight of material remaining after the oven dry peat is burned, using the methods 2. Referenced Documents described in Test Methods D 2974. 2.1 ASTM Standards: 3.2.4 botanical composition—the dominant plant genus, D 420 Guide to Site Characterization for Engineering De- sign genera, or informal plant group identified by visual inspection as and Construction Purposes2 comprising a portion of the fiber in the peat. D 1997 Test Method for Laboratory Determination of the 3.2.5 fiber content—the dry weight of fibers remaining on a Fiber Content of Peat Samples By Dry Mass2 100 mesh sieve after wet sieving. Fiber content is expressed as a D 2944 Test Method of Sampling Processed Peat Materials2 D percentage of the original dry weight, using the method described 2974 Test Methods for Moisture, Ash, and Organic Mat- in Test Method D 1997. ter of Peat and Other Organic Soils2 4. Significance and Use D 2976 Test Method for pH of Peat Materials2 D 2980 Test Method for Volume Weights, Water-Holding 4.1 The purpose of this classification is to standardize the Capacity, and Air Capacity of Water Saturated Peat Mate- naming of peat materials so that the peat-producer can better rials2 identify the product and the peat-consumer better select peat D 3740 Practice for Minimum Requirements for Agencies materials to meet requirements. This system may also be used for Engaged in the Testing and/or Inspection of Soil and Rock peat resource evaluations, environmental impact reports, and as Used in Engineering Design and Construction2 preliminary engineering studies. The parameters selected for use in this classification are ones which have been determined to 3. Terminology relate to the agricultural/horticultural, geotech- nical, and energy 3.1 Definitions: uses of peats.

3.1.1 peat—a naturally-occurring highly organic substance NOTE 1—The quality of the results produced by this standard is derived primarily from plant materials. Peat is distinguished from dependent on the competence of the personnel performing it, and the other organic soil materials by its lower ash content (less than 25 suitability of the equipment and facilities used. Agencies that meet the % ash by dry weight (see Test Methods D 2974)), and from other criteris of Practice D 3740 are generally considered capable of competent phytogenic material of higher rank (that is, lignite coal) by its and objective testing/sampling/inspection/and the like. Users of this lower calorific value on a water saturated basis. standard are cautioned that compliance with Practice D 3740does not in itself assure reliable testin. Relieable testing depends on many factors; Practice D 3740provides a means of evaluating some of those factors. 1 This classification is under the jurisdiction of ASTM Committee D18 on Soil and Rock and is the direct responsibility of Subcommittee D18.07 on Identification 5. Sample and Classification of Soils. 5.1 Representative samples of the peat should be used. The Current edition approved July 15, 1992. Published November 1992. Originally size and type of sample required is dependent on the tests to be published as D 4427 – 84. Last previous edition D 4427 – 84. 2 Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.08. performed and the coarseness and moisture content of the peat. On taking the sample it should be accurately identified and

*A Summary of Changes section appears at the end of this standard.

Copyright © ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959, United States.

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

D 4427 – 92 (2002) 1 Moss Peat, Herbaceous Peat, Woody Peat, etc.), it is required that placed in a sealed container to prevent moisture loss. at least 75 % of the fiber content of that peat be derived from the 6. Basis for Classification designated type of plant material. 6.5.2 If more than one botanical designation is used in naming 6.1 Fiber Content: the peat (for example, Reed-Sedge Peat, Bay-Gum Peat, Myrica- 6.1.1 Fibric—Peat with greater than 67 % fibers. Persea-Salix Peat, Spruce-Moss-Sedge Peat, etc.), it is required 6.1.2 Hemic—Peat with between 33 % and 67 % fibers. that at least 75 % of the fiber content of that peat be composed of 6.1.3 Sapric—Peat with less than 33 % fibers. these types of plants as a group. Furthermore, the order of the NOTE 2—These fiber content categories may be related to the widely plant types in the group name should indicate the relative used field assessment of the degree of humification (H) developed by Von quantity of each type in the peat with the dominant component 3 Post. Fibric corresponds approximately to H1 − H3, hemic to H4 − H6, appearing last. and sapric to H7 − H10. 6.2 Ash Content (as measured by Test Methods D 2974): NOTE 3—For peats with less than 33 % fiber (that is, Sapric) it would 6.2.1 Low Ash—Peat with less than 5 % ash. be advisable to refrain from using a botanical designation unless a significant portion of the non-fiber can be identified (for example, algal 6.2.2 Medium Ash—Peat with between 5 and 15 % ash. peat). 6.2.3 High Ash—Peat with more than 15 % ash. 6.3 Acidity (as measured by Test Method D 2976): 7. Example of Use of this System 6.3.1 Highly Acidic—Peat with a pH less than 4.5. 7.1 A peat sample with a fiber content of 55 %, an ash content 6.3.2 Moderately Acidic—Peat with a pH between 4.5 and of 8 %, a pH of 4.7, a water-holding capacity of 1200 %, and 5.5 with 70 % of its fibers derived from Sphagnum and 20 % from 6.3.3 Slightly Acidic—Peat with a pH greater than 5.5 and Carex would be designated a Hemic, Medium Ash, Moderately less than 7. Acidic, Highly Absorbent, Carex-Sphagnum Peat. 6.3.4 Basic—Peat with a pH equal to or greater than 7. 6.4 Absorbency (as measured by Test Method D 2980): 8. Precision and Bias 6.4.1 Extremely Absorbent—Peat with a water-holding ca- 8.1 Precision—Due to the nature of the soil or rock mate- rials pacity greater than 1500 %. tested by this method it is either not feasible or too costly at this 6.4.2 Highly Absorbent—Peat with a water-holding capac- time to produce multiple specimens which have uniform physical ity between 800 and 1500 %. properties. Any variation observed in the data is just as likely to 6.4.3 Moderately Absorbent—Peat with a water-holding be due to specimen variation as to operator or laboratory testing capacity greater than 300 and less than 800 %. variation. Subcommittee D18.07 welcomes proposals that would 6.4.4 Slightly Absorbent—Peat with a water-holding capac- allow for development of a valid preci- sion statement. ity less than or equal to 300 %. 8.2 Bias—There is no accepted reference value for this test 6.5 Botanical Composition—If a botanical designation is method, therefore, bias cannot be determined. required, the following rules of naming should be applied: 6.5.1 If a single botanical names, or other botanical desig- 9. Keywords nation, is used (for example, Sphagnum Peat, Taxodium Peat, 9.1 absorbency; acidity; ash content; botanical composition;

classification; fiber content; laboratory testing; peat 3 Korpijaakko, E. O., and Woolnough, D. F., “Peatland Survey and Inventory”, Muskeg and the Northern Environment in Canada, University of Toronto Press, 1977.

SUMMARY OF CHANGES

In accordance with Committee D18 policy, this section identifies the location of changes to this standard since the last edition (D4427–92(1997)) that may impact the use of this standard.

(1) Added Practice D 3740 to Referenced Documents. (4) Added safety hazard caveat. (2) Added Note 1 to Significance and Use. (4) Added Summary of Changes section. (3) Edit grammar and spacing throughtout the entire document.

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

D 4427 – 92 (2002) 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3

LAMPIRAN D DOKUMENTASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FOTO DOKUMENTASI PENGAMBILAN SAMPEL TANAH GAMBUT DESA NAGASARIBU KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Foto bersama dilokasi pengambilan sampel

Pembersihan top soil Pengambilan sampel disturbed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Proses memasukkan batang Proses pemasangan hammer hand bore ke dalam tanah

Pemberian selotip pada Tanah yang sudah diambil ujung tabung undisturbed dilapisi dengan lilin cair

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FOTO DOKUMENTASI PENGUJIAN INDEX PROPERTIES TANAH GAMBUT

Penimbangan krus dalam Penimbangan piknometer dalam uji water content uji spesific gravity uji water content

Piknometer dipanaskan sampai udara Penimbangan krus + sampel tanah di dalam botol keluar seluruhnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FOTO DOKUMENTASI CONSOLIDATION TEST TANAH GAMBUT

Proses mengeluarkan sampel tanah Proses memasukkan sampel tanah ke ring undisturbed dari dalam tabung konsolidasi dan perataan permukaan sampel

Menimbang berat sampel tanah Proses memasukkan sampel tanah yang akan diuji ke dalam sel konsolidasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menuangkan air ke dalam sel Pemberian beban konsolidasi

Proses pembacaan dial konsolidasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN E SURAT-SURAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA