1 Majalah Kiprah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

1 Majalah Kiprah MAJALAH KIPRAH 1 VOL 73 TH XVI | MEI-JUN 2016 2 MAJALAH KIPRAH VOL 73 TH XVI | MEI-JUN 2016 NUANSA JALUR MUDIK 2016 HUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN TEKS WARA NOVELLA Dewan Redaksi: Setia Budhy Algamar ETIAP tahunnya Hari Raya Idul Fitri di negeri ini diramaikan dengan tradisi khas, Rido Matari Ichwan mudik. Fenomena mudik ini merupakan tradisi bagi warga perantauan di kota- Amwazi Idrus kota besar untuk silaturahmi bersama sanak saudara di kampung halaman. Dedy Permadi S Sedemikian masif dan besarnya pergerakan arus manusia ini sehingga kota-kota Pemimpin Umum: besar, umpamanya Jakarta akan terasa aneh karena terasa lengang. Velix Wanggai Kondisi lengang di kota-kota besar bukan berarti sebagian besar kendaraan Pemimpin Redaksi: menghilang, namun banyak dari mereka yang berbondong-bondong menuju Wara Novella kampung halaman. Alhasil jalan-jalan menuju desa menjadi padat, seperti yang bisa kita saksikan setiap tahunnya di jalur-jalur utama di Jawa dan Sumatera, seperti Jalur Redaktur Pelaksana: Pantura. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa hingga saat ini pergerakan manusia Arif Fajar • Djuwanto antar kota dan kota-desa di Indonesia sebagian besar masih bertumpu pada jalan Redaksi: darat. Krisno Yuwono • Bimo A • Djoko Karsono Mengingat pentingnya event tahunan mudik ini, sebagaimana tahun-tahun Mirah N • Warjono sebelumnya, Laporan Utama KIPRAH kali ini menyoroti tentang kesiapan dan A Budi Hartati • Gustav S A Mukmin • Sambiyo pemantapan jalur utama mudik Lebaran di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Warsono • Noorman W • Indah P Sulawesi, hingga Bali. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono sendiri juga langsung menginstruksikan kepada para Pejabat Eselon 1 Editor: dan 2 Kementerian PUPR untuk melakukan pemantauan kegiatan di sepanjang ruas Wayan Yoke • Sri Rizqi Gustiarini• Hideko jalan yang akan dilalui para pemudik. Hal ini dilakukan karena Kementerian PUPR Desain/Artistik: berkomitmen terhadap pelayanan dan kenyamanan mudik melewati infrastruktur E Prananta • Eko Wahono • Rangga jalan. Catatan penting dari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono adalah sejumlah pekerjaan Fotografer: Odhy A • Andika • Agus Iwan S jalan untuk kebutuhan arus mudik Lebaran akan dihentikan pada tujuh hari sebelum Idul Fitri atau H-7 Lebaran. Dari hasil pemantauan di lapangan dapat disimpulkan Sekretaris: bahwa dukungan infrastruktur jalan pada umumnya sudah cukup baik dengan Juariah • Giantry • Umi Fatimah S berbagai perbaikan dan peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kontributor: Salah satu bentuk peningkatan tersebut adalah diresmikan ruas tol baru Ade Syaiful • Taufan Madiasworo yaitu ruas Tol Pejagan-Brebes Timur dan Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IV serta Fitria M • Dini Y • Asep Kurniawan dioperasionalisasikannya sementara selama mudik, yaitu Tol Bawen-Salatiga dan Tol Solo-Kertosono sebagai bagian dari proyek Tol Trans Jawa. Jalan Tol Trans Jawa Sirkulasi/Distribusi: Karina • Nadi Tarmadi • Yusron • Arifin sendiri ditargetkan Kementerian PUPR akan bisa menyambung penuh di tahun 2018 mendatang. Diterbitkan oleh: Dari sisi manajemen, pemudik juga akan dimudahkan dengan adanya sistem Kementerian Pekerjaan Umum layanan pintu tol terintegrasi, sehingga para pengguna tol tidak perlu direpotkan dan Perumahan Rakyat dengan keharusan membayar tol berkali-kali. Alamat: Di luar laporan utama, Kiprah mengangkat beberapa topik ringan yang menarik, Biro Komunikasi Publik, Gedung Utama Lt.4 seperti obyek wisata Cadi Plaosan, dukungan infrastruktur untuk pengembangan Jl Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110 pariwisata, dan program Kota Pusaka. Dari daerah, Kiprah juga menampilkan berita Telp./Fax: 021-725 1538, 021-724 8932 e-mail: [email protected] tentang rencana pengembangan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah di Makassar dan Palembang, Rencana pembangunan Bendungan di NTT dan serta aktualisasi mengenai perda bangunan gedung dari salah satu ujung utara Indonesia, yaitu Redaksi Majalah KIPRAH menerima kiriman artikel, atau tulisan lain yang (1) bersifat populer dan (2) sesuai dengan isi Majalah KIPRAH. (3) Kabupaten Anambas. Panjang tulisan minimal 400 kata, maksimal 1600 kata. (4) Pengiriman Akhir kata, segenap tim redaksi Majalah Kiprah mengucapkan Selamat Hari Raya naskah dapat dilakukan melalui email ke [email protected], disertai de- ngan data diri berupa biografi singkat dan alamat, nomor telepon, Idul Fitri bagi yang merayakannya dan Selamat libur Lebaran. Semoga artikel-artikel fax atau E-mail (bila ada). (5) Naskah yang tidak dimuat biasanya tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. (6) Redaksi ber- yang kami sajikan bisa menjadi bahan pilihan untuk sumber informasi bagi perjalanan hak melakukan perubahan naskah tanpa mengubah isi dari tulisan. mudik ke kampung halaman. Minal aidzin wal fa ‘idzin, mohon maaf lahir dan batin. n MAJALAH KIPRAH 3 VOL 73 TH XVI | MEI-JUN 2016 DAFTAR ISI 12 20 8 40 LAPORAN UTAMA AKTUALITA n Jalur Mudik Siap, Silaturahmi Lancar hal 8 n Presiden Meresmikan Tol Pejagan – Brebes Timur hal 42 n Seluruh Moda Transportasi Siap Mengantar Hingga Kampung Halaman hal 12 n Trans Jawa Siap Dilewati Pemudik hal 16 n Pantura Primadona Jalur Utama Mudik hal 20 n Jalur Alternatif Mendukung Kelancaran Mudik hal 23 48 n Jalur Lebaran Banjarmasin - Balikpapan Siap Dilalui Pemudik hal 26 n Langkah Darurat Menteri Basuki Atasi Rob Semarang hal 27 n Sumatera Mantap untuk Dilalui Pemudik hal 28 DINAMIKA n Di Sulawesi, Harus Tetap Berhati-hati hal 31 n Infrastruktur untuk n Bali Siap Menghadapi Musim Mudik hal 33 Mendukung Sektor Pariwisata hal 52 n Lebih Aman dan Ekonomis dengan n Rumah Khusus dan Rusunawa Mudik Gratis hal 36 di Perbatasan Kalimantan hal 54 n Konstruksi Tumpuan Pembangunan n Apa Kata Mereka hal 38 Lima Tahun Mendatang hal 57 GALERI hal 40 4 MAJALAH KIPRAH VOL 73 TH XVI | MEI-JUN 2016 2328 31 33 43 56 JALAN-JALAN JELAJAH n Sehari Jelajah Kuliner Khas Kota Udang hal 45 n Pipa Limbah Raksasa di Dua Kota hal 60 n Mengagumi Indahnya n Kota Pusaka Berpotensi Candi “Kembar” Plaosan hal 47 jadi Warisan Budaya Dunia hal 62 n Tiga Bendungan Dibangun di NTT hal 50 n Imbas Anambas hal 64 RUBRIK TETAP 36 52 NUANSA hal 3 LINTAS INFO n Sosialisasikan PERMEN PUPR Tentang Gratifikasi hal 6 n Kementerian PUPR Akan Tambah Alat Berat untuk Percepat Evakuasi Korban Longsor Purworejo hal 7 RESENSI n Kota Hijau: Menyatukan Harapan, Langkah dan Aksi Bersama hal 68 JENDELA n Tips dan Persiapan Mudik Ala Julia Perez hal 69 KARIKATUR n Mudik hal 70 COVER: MUDIK LEBARAN MAJALAH KIPRAH 5 VOL 73 TH XVI | MEI-JUN 2016 LINTAS INFO SOSIALISASIKAN PERMEN PUPR TENTANG GRATIFIKASI TEKS DAN FOTO WWW.PU.GO.ID NSPEKTORAT Jenderal, Kementerian Pekerjaan uang negara, bukan mengumpulkan uang. Untuk itu, kita Umum dan Perumahan Rakyat (Itjen, PUPR),- harusmenye hati-hati terhadap gratifikasi,” tegas Basuki. Ilenggarakan Sosialiasi Peraturan Menteri (Permen) Direktur Gratifikasi KPK, Giri Suprapdiono memapar- PUPR No. 14/PRT/M/2016 tentang Pengendalian -Grakan, ada tujuh klasifikasi korupsi menurut UU No. 31 Ta- tifikasi di Kementerian PUPR. Dan PengenalanWhistle hun 1999 No. 20 Tahun 2001 yaitu Kerugian Keuangan Blowing System, Selasa (24/5) di Kantor PUPR. Pembicara Negara, Suap, Gratifikasi, Penggelapan dalam Jabatan, dalam acara tersebut yaitu Direktur Gratifikasi KPK (Ko - Pemerasan, Perbuatan Curang, dan Konflik Kepentingan misi Pemberantasan Korupsi), Giri Suprapdiono. Sosia - dalam Pengadaan. lisasi tersebut diselenggarakan untuk menyebarluaskan Adapun ciri khas Gratifikasi yakni, terkait jabatan/po- dan memperkenalkan Permen PUPR No. 14/PRT/M/2016 sisi, tidak meminta, tidak mempengaruhi putusan untuk kepada para pejabat dan pegawai di Lingkungan Ke- berbuat atau tidak berbuat, tidak malu menerimanya, di- menterian PUPR. anggap rejeki, dan disamarkan dalam kebiasaan, budaya Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kemen- dan praktek bisnis as usual. terian PUPR telah menggandeng KPK untuk adakan “Ini adalah pencerahan. Saya mengajak diri sendiri Workshop Pencegahan Korupsi dalam membentuk Tunas dan rekan-rekan untuk meresapi tujuh klasifikasi korupsi Integritas dan Komite Integritas di Kampus PUPR, Pela- tadi. Ini sangat riskan. Betapa beratnya kita diganggu oleh poran harta kekayaan penyelenggara Negara dan Sosia- hal-hal tersebut. Selain sosialisasi korupsi tadi, kita sudah lisasi Permen PUPR dan Gratifikasi. minta BPSDM (Badan Sumber Daya Manusia) untuk men- “Dari data BPS (Badan Pusat Statistik), Pertumbuhan sosialisasikan perilaku yang patut, tidak patut, yang boleh ekonomi Indonesia sebesar 4,3 persen. Dari besaran ter- dan tidak boleh dilakukan ASN (Aparatur Sipil Negara), sebut, sumbangan terbesar berasal dari infrastruktur. Pe- khususnya di PUPR. Tuntutan dari Pak Giri patut harus -be ngetahuan mengenai gratifikasi relevan terhadap tugas nar-benar kita resapi untuk menjadi tuntutan kita, untuk dan amanah kita. Kita bekerja keras membangun infra- jadi lebih baik ke depan,” tambah Basuki. n struktur dengan anggaran besar dengan membelanjakan 6 MAJALAH KIPRAH VOL 73 TH XVI | MEI-JUN 2016 LINTAS INFO KEMENTERIAN PUPR AKAN TAMBAH ALAT BERAT UNTUK PERCEPAT EVAKUASI KORBAN LONGSOR PURWOREJO TEKS TIM DOK ARI data Badan Search And Rescue (SAR) Nasio- di Sekolah Dasar Jelok yang diisi oleh pengungsi sebanyak nal, pada hari ketiga atau Hari Senin (20/6/16) pen- 200 Kepala Keluarga (KK) dan berkesempatan berdialog Dcarian korban longsor di Purworejo, Jawa Tengah, dengan pengungsi. Tim SAR Gabungan berhasil menemukan 7 korban dalam Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geo- keadaan
Recommended publications
  • DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL I HALAMAN PENGESAHAN Ii KATA
    DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI v PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN vi DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR x BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 2 1.3 Tujuan Perancangan 2 1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan data 3 1.5 Skema Perancangan 4 BAB II LANDASAN TEORI 5 2.1 Pariwisata 5 2.2 Pemasaran 6 2.2.1 Pengertian Pemasaran 6 2.2.2 Mengidentifikasi Peluang Pemasaran dengan STP 7 2.2.3 Bauran Pemasaran dengan 4P 8 2.2.4 Pemasaran Pariwisata 9 2.2.5 Fokus pemasaran pariwisata 9 2.3 Promosi 10 2.3.1 Pengertian dan Tujuan Promosi 10 2.3.2 Promotion Mix 11 2.3.3 Menganalisa Lingkungan dengan SWOT 12 2.4 Komunikasi 12 Universitas Kristen Maranatha 2.4.1 Macam-Macam Komunikasi 13 2.5 Desain Komunikasi Visual (DKV) 14 2.5.1 Tahapan Membuat Desain Komunikasi Visual 14 BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH 16 3.1 Data dan Fakta 16 3.1.1 Sekilas Tentang Kota Cirebon 16 3.1.2 Cirebon Promotion Center 19 3.1.3 Dampak Krisis Global Terasa Sampai ke Cirebon 21 3.1.4 Hasil Observasi ke Kota Cirebon 22 3.2 Analisis Terhadap Permasalahan 41 3.2.1 Analisa dengan STP 42 3.2.2 Bauran pemasaran dengan 4P 42 3.2.3 SWOT 43 BAB IV PEMECAHAN MASALAH 45 4.1 Konsep Komunikasi 45 4.2 Konsep Kreatif 45 4.3 Konsep Media 46 4.4 Hasil Karya 47 4.4.1 Buku 47 4.4.2 Website 54 4.4.3 Media Promosi Pendukung 58 4.4.4 Bugeting 61 BAB V PENUTUP 62 5.1 Kesimpulan 62 4.2 Saran 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha KOMENTAR DAN SARAN PENGUJI DATA PENULIS Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1.
    [Show full text]
  • Bab Iv Gambaran Umum
    BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Geografis. Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33º dan 6.41º Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur ± 8 kilometer, Utara Selatan ± 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut ± 5 meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi ± 37,35 km² atau ± 3.735,8 hektar. 1) Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane 2) Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal atau Kabupaten Cirebon 3) Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga 4) Sebelah Timur : Laut Jawa 2. Iklim, Air Tanah dan Sungai Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum rata-rata 24,13 ºC dan maksimun rata-rata 31,18 ºC dan banyaknya curah hujan 2.369,1 mm per tahun dengan hari hujan 84 hari. Keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon yang sumber mata airnya berasal dari Kabupaten Kuningan. Sedangkan untuk keperluan lainnya sebagian 45 46 besar diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara dua meter sampai dengan enam meter, di samping itu ada beberapa daerah atau wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum. Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai yang semakin luas akibat endapan sungai-sungai. Umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosal yang berasal dari endapan lava dan piroklasik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil).
    [Show full text]
  • BAB III KONDISI OBJEKTIF TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum
    BAB III KONDISI OBJEKTIF TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Cirebon Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon- Semarang-Surabaya. Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban, Cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (carub dalam bahasa Cirebon artinya bersatu padu). Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa diantaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab, agama, bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon dan kemudian cerbon. Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata Cirebon juga dikarenakan sejak awal mata pecaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi atau yang dalam bahasa Cirebon disebut (belendrang) yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan cai-rebon (bahasa sunda : air rebon), yang kemudian menjadi Cirebon. Gambaran umum kota Cirebon selanjutnya di klasifikasikan dalam beberapa bagian yaitu, sebagai berikut: 1. Geografi Kota Cirebon terletak pada 6°41′LU 108°33′BT pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat 69 70 ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.
    [Show full text]
  • Laporan Individu Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (Ppl)
    LAPORAN INDIVIDU HALAMAN PENGESAHAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) UNY Yang bertanda tangan dibawah ini, kami pembimbing kegiatan PPL UNY di SMK N DI SMK N 3 WONOSARI 3 Wonosari, Jl. Pramuka No. 8 Wonosari Gunungkidul Yogyakarta menerangkan Jl. Pramuka No. 8 Wonosari Gunungkidul Yogyakarta dengan sesungguhnya bahwa mahasiswa dibawah ini : Nama : Aisyah Kuncoro Putri NIM : 13511241021 Jurusan : Pendidikan Teknik Boga Telah melaksanakan kegiatan PPL di SMK N 3 Wonosari dari hari Sabtu, 15 Juli 2016 sampai hari Kamis, 15 September 2016. Hasil kegiatan mencakup dalam naskah laporan ini. Wonosari, 15 September 2016 Dosen Pembimbing Lapangan Guru Pembimbing Dr. Marwanti M.Pd Rustina Anjar R, S.Pd NIP. 195703131983 2 001 NIP. 19790228 200801 2 008 Mengetahui, Kepala Sekolah Koordinator PPL Disusun Oleh : SMK N 3 Wonosari SMK N 3 Wonosari Aisyah Kuncoro Putri NIM : 13511241021 Dra. Susiyanti, M.Pd. Agus Harmadi, S.Pd., MBA. NIP. 19640219 199003 2 005 NIP. 19750525 200604 1 015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i ii KATA PENGANTAR Sebagai manusia biasa, penulis tentunya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan masih ada banyak hal kekurangan yang saat ini mungkin belum dapat di Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat sempurnakan. Maka dari hal itu dengan penuh keikhlasan penulis mengharapkan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktik Pengalaman kritik dan saran yang membangun dari semua pihak mana saja untuk menjadi suatu Lapangan di SMK NEGERI 3 WONOSARI serta dapat menyelesaikan laporan kelengkapan laporan ini dimasa yang akan datang. pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan UNY tahun 2016.
    [Show full text]
  • Efforts to Preserve Public Interest in Traditional
    Volume 1, Number 2, January, 2020 p-ISSN: 2777-0915 | e-ISSN 2797-6068 EFFORTS TO PRESERVE PUBLIC INTEREST IN TRADITIONAL CULINARY PRODUCTS IN ORDER TO IMPROVE THE COMMUNITY'S ECONOMY Askarno Universitas Kuningan E-mail : [email protected] Keywords Abstract Efforts to preserve traditional culinary are one Traditional form of protecting traditional culinary delights from the Culinary, Youth variety of western foods that enter Indonesia, especially in the Category, Adult Cirebon region. The goal is to preserve food that is rarely Category traded, even less demanded, therefore researchers want to design a right agarma scheme that still exists in the current era of modernization. This research method with quantitative Article Info methods with the number of respondents classified into 2 Accepted: categories, namely adolescents 12-21 and adults 22-35 years January, 4th 2020 so a total of 30 respondents. The results of this study are Revised: adolescent categories, taste, appearance and presentation January, 12nd 2020 are important in choosing a food. Meanwhile, the adult Approved: category chooses taste, appearance, price, distribution, image and presentation. Traditional culinary interest is an January, 14th 2020 identity of a region and has a cultural entity, that is, 56% of respondents in the youth category choose food because there are cultural values and beliefs in it, and 83% of respondents in the adult category say the same thing. Overall 67% of respondents or the majority of respondents chose food because of cultural values, beliefs. Constraints and the development of traditional food have been evaluated with the advice of researchers, one of which is promoting traditional food with online media, then changing the packaging as attractive as possible with a trademark as a characteristic, easy to remember.
    [Show full text]
  • 207 Sega Jamblang, Icon Kuliner Pengembangan
    Collaborative Governance dalam Pengembangan Pariwisata di Indonesia SEGA JAMBLANG, ICON KULINER PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA CIREBON (DALAM PERSPEKTIF SEJARAH) Yoyon Indrayana1 dan Tri Yuniningsih2 Abstract Sega jamblang is said to have originated from a village in the west of Cirebon Regency, namely Jamblang village, Cirebon. Sega jamblang or in Indonesian means jamblang rice is white rice wrapped in teak leaves with various side dishes. According to the history that developed in the sega jamblang community began during the Kedondong War (1753-1773), the war of the Cirebon people against the Dutch invaders, or when the construction of the Anyer-Panarukan road (1809- 1810) was carried out by Daendels, the Governor General of the Netherlands at that time . While there is another history that tells that sega jamblang began when the construction of the first Sugar Factory was made in Cirebon in 1847. Traditional foods, including sega jamblang, play an important role in food security and independence. All types of traditional food are generally made with local potential, it is not possible to use imported raw materials. At present it is certain that almost every tourist who comes to visit the city of Cirebon in addition to enjoying the attractions, they also stop by to enjoy sega jamblang. Cirebon culinary is actually not only as clear, but there are still many others, such as; Empal Gentong, nasi Lengko, Gejrot tofu, Docang, Satay Sate, Koclok Noodle, and others, but of all the main goals are sega jamblang. Sega Jamblang has become a culinary icon for tourism development in the city of Cirebon. Keywords : Jamblang Rice, Kedongdong War, Anyer-Panarukan Road, Sugar Factory, Culinary Icons.
    [Show full text]
  • Indication of Source in West Java Province: the First Government's Certification on Local Products in Indonesia
    Indication of Source in West Java Province: the First Government's Certification on Local Products in Indonesia Miranda Risang Ayu Palar, S.H., LL.M., Ph.D. Head of Intellectual Property Centre for Regulation and Application Studies, Department of Law on Information Technology and Intellectual Property, Faculty of Law, Universitas Padjadjaran, West Java, Indonesia Intellectual Property Rights Exclusive Rights Communal IPR Inclusive Rights Intellectual Property Rights Individual IPR Exclusive Rights Communal Intellectual Property Rights Exclusive Rights Lisbon System Paris Convention System EU System TRIPS Agreement Trade Names Controlled Appellations of Origin Geographical Collective Marks Indications Protected Designations of Certification Origin Marks Traditional Indications Specialized of Source Guarrantee Communal Intellectual Property Rights Inclusive Rights Moral Rights Economic & Moral Rights Traditional Intangible Traditional Genetic Indications Cultural Cultural Knowledge Resources of Source Heritage Expression IS, GI, AO in International Legal Instruments Indications of Source (IS) . Paris Convention for the Protection of Industrial Property of 1883 and the 1911 Revision . Madrid Agreement of 1891 for the Repression of False or Deceptive Indications of Source on Goods Geographical Indications (GIs) . Agreement on the Establishment of the World Trade Organization – Agreement on the Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights 1994 IS, GIs, AO in International Legal Instruments Appellations of Origin . Lisbon Agreement of 1958 for the Protection of Appellations of Origin and their Registration (rev. 1967, amn. 1979) . Administrative Instructions for the Application of the Lisbon Agreement 2010 . International Convention of 1951 on the Use of Appellations of Origin and Denominations of Cheeses (Stresa Convention) Appellations of Origin & Geographical Indications . Geneva Act of the Lisbon Agreement on Appellations of Origin and Geographical Indications 2015 .
    [Show full text]
  • Bab 1 Pendahuluan
    BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan industri penting bagi perekonomian Indonesia. Usaha jasa pariwisata terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya pengoptimalan sumber daya alam yang sangat menunjang kemajuan industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas daratan dan lautan sebesar 5.180.053 km2, pulau sebanyak 13.487 dan suku bangsa sebanyak 1.340. Kekayaan alam dan budaya tersebut menjadikan Indonesia dikenal memiliki banyak potensi wisata, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata religi, wisata kuliner, dan wisata belanja. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara bahkan wisatawan mancanegara untuk mengeksplore Indonesia. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Pantai- pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keragaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Candi Prambanan 1 2 dan Borobudur, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Keraton Kasepuhan, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya dan sejarah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia memiliki pesona tersendiri yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Berdasarkan data dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia, terdapat 10 provinsi yang paling banyak di kunjungi oleh wisatawan mancanegara adalah Provinsi Bali, Banten, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
    [Show full text]
  • Kuliner Etnik Sunda Dalam Naskah Kuno Dan Tradisi Keraton - 09-05-2021 by Badiatul Muchlisin Asti - Alif.ID
    Kuliner Etnik Sunda dalam Naskah Kuno dan Tradisi Keraton - 09-05-2021 by Badiatul Muchlisin Asti - Alif.ID - https://alif.id Kuliner Etnik Sunda dalam Naskah Kuno dan Tradisi Keraton Ditulis oleh Badiatul Muchlisin Asti pada Minggu, 05 September 2021 1 / 6 Kuliner Etnik Sunda dalam Naskah Kuno dan Tradisi Keraton - 09-05-2021 by Badiatul Muchlisin Asti - Alif.ID - https://alif.id 2 / 6 Kuliner Etnik Sunda dalam Naskah Kuno dan Tradisi Keraton - 09-05-2021 by Badiatul Muchlisin Asti - Alif.ID - https://alif.id Sejatinya, bangsa Indonesia memiliki jejak tradisi literasi yang baik sejak berabad- abad lampau. Terbukti dengan ditemukannya naskah-naskah kuno berusia sangat tua. Sehingga dari naskah-naskah itu, bisa digali potret kehidupan masyarakat di masa lampau. Salah satu sisi yang bisa digali adalah tradisi kuliner yang berkembang pada masa itu. Ada banyak naskah kuno yang di dalamnya memuat informasi khazanah kuliner tempo dulu. Seperti Serat Centhini, yang disebut-sebut sebagai ensiklopedi Jawa abad ke-19. Serat Centhini ini tidak hanya berisi soal seks seperti yang disangka banyak orang. Tapi juga berbagai topik lainnya. Mulai dari arsitektur, botani, filsafat, kesenian, hingga informasi tentang kuliner. Teroka Naskah Sunda Kuno Buku berjudul Khazanah Kuliner Keraton Kesultanan Cirebon, Seri Gastronomi Tradisional Sunda ini berisikan kajian kuliner etnik Sunda dengan meneroka naskah- naskah Sunda kuno. Ada 11 naskah Sunda kuno yang diteroka dan menjadi objek kajian. Kesebelas naskah Sunda kuno itu adalah naskah Sanghyang Swawarcinta, Para Putera Rama dan Rawana, Pendakian Sri Ajnyana, Kisah Bujangga Manik: Jejak Langkah Peziarah, Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian, Carita Parahiyangan, Babad Dermayu atau Babad Carbon II, Sejarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati (Naskah Kuningan), Serat Murtasiyah, dan Babad Sejarah Cirebon (Naskah Keraton Kacirebonan).
    [Show full text]
  • Bab Iii Kondisi Objektif Desa Astana Kecamatangunung Jati
    BAB III KONDISI OBJEKTIF DESA ASTANA KECAMATANGUNUNG JATI A. Sejarah Desa Astana 1. Sejarah Desa Astana Gunung Jati termasuk wilayah negeri/daerah Singapura, merupakan bawahan kerajaan Pajajaran yang berada di tepi Pelabuhan Muara Jati yang ramai dikunjungi pedagang asing. Selain letaknya strategis bagi perniagaan, penguasa Muara Jati yaitu Ki Gede Sura Sijaga dan Syah Bandarnya Ki Gede Tapa atau Ki Junjunan Jati bersikap toleran terhadap setiap pedagang asing.1 Pada sekitar tahun 1420 M datang rombongan pedagang dari Bagdat yang dipimpin oleh Syekh Idlofi Mahdi.Mereka memohon diperkenankan menetap di perkampungan Muara Jati dengan alasan supaya dekat dengan pasar di Kampung Pasambangan di sekitar Gunung Jati untuk memperlancar perdagangan. Oleh Ki Surawijaya mereka diijinkan menetap di perkampungan tersebut. Sejak itulah disamping berdagang mereka giat berdakwah mengajak masyarakat mengenal ajaran Islam dengan cara bijaksana dan penuh hikmat.2 Syekh Idlofi Mahdi sering menyendiri di gua di puncak Gunung Jati Karena itulah maka para santrinya di pangguron Gunung Jati memanggilnya “Syekh Dzatul Kahfi” artinya sesepuh yang mendiami gua. Selain sebutan itu, masyarakat pasambangan menyebutnya “Syekh Nurjati” yang artinya sesepuh yang menyinari atau mensyiarkan Gunung Jati.3 Syekh Idlofi Mahdi atau Syekh Dzatul Kahfi atau Syekh Nurjati senatiasa menasehati setiap santri yang akan meninggalkan pangguron dengan kata “settana” yang artniya peguh teguh semua pelajaran yang 38 39 diperoleh dari paguron Islam Gunung Jati jangan sampai lepas. Namun karena pada akhirnya Gunung Jati digunakan untuk pemakaman, terutama makam Syekh Dzatul Kahfi, maka penduduk Jawa Barat yang sebagian besar berbahasa sunda sebutan settana diganti menjadi “ASTANA” yang artinya kuburan.1 Kehadiran keluarga keraton Pajajaran tersebut, menjadikan Syekh Idlofi semakin giat menyiarkan dan mengembangkan agama Allah dan makin terkenal pula nama pangguron Gunung Jati.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon Adalah
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) serta dikenal dengan jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta– Cirebon– Semarang– Surabaya. Letak inilah yang menjadikan kota Cirebon sebagai salah satu tujuan wisata yang cukup strategis. Terlebih lagi saat ini kota Bandung yang selalu menjadi tujuan wisata sudah mulai padat dan diterpa kemacetan, maka kota Cirebon berpotensi besar sebagai alternatif pilihan destinasi wisata berikutnya di Jawa Barat. Destinasi wisata adalah suatu tempat yang penting untuk dikunjungi dengan batasan nyata atau jelas dan dalam waktu yang disignifikan (Ricardson dan Fluker dalam Pitana, 2009: 126). Bersumber dari data kunjungan wisatawan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, kota Cirebon mengalami kenaikan jumlah pengunjung selama enam tahun terakhir. Data terakhir menyebutkan pada tahun 2014 jumlah kunjungan mencapai 596.046. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 55.101 dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 540.946 kunjungan. Destinasi wisata juga menghasilkan produk wisata yang dapat dibeli dan dikonsumsi oleh wisatawan. Salah satunya adalah makanan atau kuliner. Potensi wisata kuliner khas Cirebon tak kalah penting dari potensi wisata seni dan budaya yang ada. Potensi kuliner ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kuliner khas dikenal juga dengan sebutan makanan atau pangan tradisional. Pangan tradisional adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat di wilayah dan etnik tertentu dan terbuat dari bahan-bahan lokal sesuai dengan selera masyarakat tersebut secara turun temurun mencakup makanan lengkap, camilan, dan minuman (Astawan, 2013: vii). Kuliner khas Cirebon yang telah banyak dikenal diantaranya 1 sega jamblang (nasi jamblang), sega lengko (nasi lengko), empal gentong, empal asem, docang, mie koclok, bubur sop ayam, dan tahu gejrot.
    [Show full text]
  • INTISARI 664 T-44-52.Compressed
    Kedatangan bangsa Tionghoa ilakan makan,” kata Jong- ke Semarang berabad- kie Tio mempersilakan abad lalu telah mewarnai Ssaya untuk menikmati se- kehidupan masyarakat piring lontong cap go meh yang ter- setempat. Selalu harmonis hidang di depan mata. Ketika saya dan terus luwes mengalir melahap lontong, ia bertanya apa mengikuti perubahan zaman. saya mengetahui sejarah lontong 44 JANUARI 2018 DINAMIKA SEKILAS CERITA DARI PECINAN SEMARANG Penulis dan Fotografer: Wahyuni Kamah di Jakarta cap go meh. Sambil mencecap saji- dulu. Pria 76 tahun ini sangat fasih an yang nikmat itu saya mengge- berbicara sejarah budaya Peranak- lengkan kepala. an dan Kota Semarang. Jongkie Tio yang menyebut diri- Sosoknya masih tampak bugar. Ia nya pendongeng membuka usaha menyebut dirinya Tionghoa Peranak- restoran yang mengkhususkan pa- an. Dari orangtua dan isterinya yang da masakan khas Semarang tempo pandai masak itulah Jongkie mempe- 45 JANUARI 2018 Dinamika Lontong cap Jongkie Tio go meh lajari resep-resep masakan lokal asli seperti sambal goreng tahu, tahu, masa lalu. Lalu dengan semangat rebung, buncis, udang, srondeng, Jongkie bercerita singkat tentang docang, abing, bubuk kedelai, lodeh, riwayat lontong cap go meh, masakan telur, dan kerupuk. Peranakan yang hanya ditemui di Ketupat diganti dengan lontong pesisir utara Pulau Jawa. yang cara pembuatannya hampir Lontong cap go meh adalah salah mirip bakcang, makanan asal Tiong- satu makanan asimilasi antara pen- kok dari beras yang dibungkus Boks datang dari Tiongkok dan penduduk daun. Lontong dibentuk sedemi- lokal Jawa. Para pendatang dari kian rupa sehingga ketika dipotong Hilite Tiongkok yang hidup berbaur de- menjadi bulat menyerupai bentuk ngan masyarakat lokal ketika itu bulan purnama, saat masyarakat mengenal ketupat opor dari warga Tionghoa merayakan cap go meh.
    [Show full text]