Raden Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra Sebagai Bupati Bandung (1945-1947) Raden Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra Sebagai Bupati Bandung (1945-1947)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KHARISTA SETYO NUR UTAMI DAN WAWAN DARMAWAN RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947) RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947) Oleh: Kharista Setyo Nur Utami, Wawan Darmawan1 ABSTRACT The local historical event that occurred in Bandung Regency under R. E. Soeriapoetra during the revolution era was in a state of a refugee. This was due to attacks carried out by the Dutch who wanted to return to control Indonesia. In general, this study wants to answer the question about “How was Raden Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra administered of his government amid the political crisis post-independence?”. This research aimed to analyze the local government under R.T.E. Soeriapoetra in Bandung Regency. To discuss the study, the researcher conducted a study using historical methods that include heuristics, source criticism, interpretation and historiography. Based on the results it can be explained that even though the administration under R.T.E. Soeriapoetra’s leadership was unstable, the local government still ran due to good communication and cooperation between the leaders, subordinates and the people. The undertaken program was only related to the government’s situation at that time such as making roads, repairing roads and supplying food, clothing for the fighters and also the people because at that time the process of government is in a state of a refugee. So that in his leadership as Regent of Bandung not many programs were made. He also served as Regent of Bandung in a short time which is only two years, starting from 1945-1947, because caught by the Dutch. He was also offered to become regent again under Pasundan State but he refused. He chose to be detained rather than having to cooperate with the Dutch. Keywords: Bandung Regency, Raden Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra PENDAHULUAN Kabupaten Bandung. Banyak hal yang dapat digali dan dikaji sebagai cerminan Sejarah masa silam Kabupaten Bandung nilai-nilai luhur masa lampau yang positif selalu menarik untuk digali dan dikaji. untuk dijadikan pedoman pada masa Beberapa pakar sejarah menempatkan sekarang. Sebuah perjalanan sejarah wilayah ini sebagai kawasan yang selalu kepemimpinan yang sangat panjang telah memunculkan hal-hal baru dan tidak dilalui pemerintah Kabupaten Bandung terduga dalam perspektif sejarah masa dalam mengelola wilayah yang cukup lampau. Tidak terkecuali dalam sejarah luas dengan jumlah penduduk yang perjalanan masyarakat dan pemerintahan terus meningkat. Kepemimpinan Bupati 1Kharista Setyo adalah mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, Wawan Darmawan adalah Dosen Pembimbing. Penulis dapat dihubungi di alamat email : [email protected] 57 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019 Bandung merupakan kepemimpinan yang sebelumnya dipilih berdasarkan garis unik dengan warna tradisional yang kental keturunan sedangkan R.E. Soeriapoetra dan melekat secara khas. bukan keturunan Bupati Bandung Pada masa pemerintahan Hindia melainkan Bupati Sumedang. Apakah saat Belanda ada pola kepemimpinan yang ia terpilih sebagai Bupati Bandung, ada berubah, yaitu dengan mengurangi perlawanan di kalangan menak Bandung kekuasaan dan hak bupati, termasuk hak yang menentang pemilihan bupati di luar mewariskan jabatan, karena pemerintah garis keturunan Bupati Bandung. Maka Hindia Belanda tidak mengakui prinsip dari itu peneliti merasa ada sesuatu yang pergantian bupati secara turun menurun menarik untuk dikaji. (Yulifar, 2014, hlm. 22-26). Sampai akhir Pada saat R.T.E. Soriapoetra menjadi masa pemerintahannya, upaya tersebut Bupati Bandung periode 1945-1947 terjadi mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan berbagai pergolakan politik, meskipun oleh kuatnya kedudukan atau posisi bupati bangsa Indonesia telah merdeka namun dalam kehidupan di daerah Kabupaten. perjuangan tersebut belum berakhir, Pada masa pendudukan Jepang tahun bangsa Indonesia masih perlu berjuang 1942-1945, Bupati Bandung dijabat oleh dalam mempertahankan kemerdekannya. R.A.A. Wiranatakusumah V. Kekuasaan Kemerdekaan yang telah Indonesia capai bupati menurut garis tradisional masih bukanlah hasil akhir dari perjuangan, tetap dihormati atau tidak diganggu- akan tetapi awal perjuangan baru dalam gugat oleh pemerintah militer Jepang. membangun tatanan berbangsa dan Pada akhir masa pendudukan Jepang bernegara. Untuk mempertahankan Bupati R.A.A. Wiranatakusumah V kemerdekaan dan mengupayakan diangkat untuk menjabat Naimmbu Senyo kedaulatan dilakukan perjuangan fisik di Jakarta. Dengan demikian, jabatan dan non fisik (Prihartanti, 2010, hlm. Bupati Bandung menjadi kosong. Untuk 1). Memasuki bulan September 1945, mengisi kekosongan itu, pada tanggal Indonesia mengalami situasi krisis di 5 Juni 1945 pemerintah militer Jepang mana masyarakat dihadapkan pada mengangkat R.E. Soeriapoetra menjadi ketidakpastian, rasa cemas, ketakutan, Bupati Bandung. Sampai Indonesia dan desas-desus akan bahaya musuh merdeka jabatan Bupati Bandung tetap yang datang mengancam, baik dari dalam dipegang oleh Bupati R.E. Soeriapoetra maupun luar (Reid, 1974, hlm. 54). Situasi (Badan Pengembangan Informasi Daerah kemelut politik inilah yang terjadi di Kabupaten Bandung, 2005, hlm. 86). Bandung, ketika pemerintahan Bandung Dari pernyataan di atas menimbulkan harus mempertahankan kemerdekaan dari masalah yang perlu dikaji mengapa Sekutu dan Belanda yang ingin kembali pemerintah daerah Kabupaten Bandung, menguasai Indonesia (Smail, 2011, setelah Indonesia merdeka tetap menunjuk hlm. 78). Situasi di Bandung semakin R.E. Soeriapoetra sebagai Bupati Bandung. memanas ketika Sekutu memberikan Hal ini perlu diteliti lebih lanjut mengapa ultimatumnya untuk mengosongkan Kota hal itu terjadi, karena apabila dilihat dari Bandung, akibatnya terjadi peristiwa pola kepemimpinan Bupati Bandung Bandung Lautan Api sehingga pemerintah Kabupaten Bandung harus mengungsi 58 KHARISTA SETYO NUR UTAMI DAN WAWAN DARMAWAN RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947) ke luar Kota Bandung. Dalam proses bupati oleh KNID setempat. Sehingga pengungsian tersebut seringkali di serang jurnal ini hanya membantu peneliti dalam oleh pihak Belanda, mengakibatkan hal mengkaji proses pengangkatan R.T.E. pemerintah daerah harus pindah dari Soeriapoetra sebagai Bupati Bandung. satu tempat ke tempat lain yang lebih Selain itu juga memberikan penguatan aman(Abdurachman, 2000, hlm. 114). kepada peneliti bahwa R.T.E. Soeriapoetra Berdasarkan pernyataan di atas ketika Indonesia merdeka ditunjuk oleh menimbulkan permasalahan yang perlu KNID setempat bukan lagi berdasarkan dikaji yaitu, bagaimana R.T.E. Soriapoetra garis keturunan seperti pengangkatan sebagai Bupati Bandung dalam Bupati Bandung sebelumnya. menjalankan roda pemerintahannya di METODE PENELITIAN tengah situsi politik yang kian memanas, dan bagaimana ia dalam menjalankan Metode yang digunakan oleh peneliti perannya sebagai bupati di mana dalam adalah metode historis. Metode historis proses pemerintahannya harus berpindah- adalah proses menguji dan menganalisa pindah karena terus diserang oleh secara kritis rekaman dan peninggalan pihak Belanda. Permasalahan tersebut masa lampau (Gottschlak, 2008, hlm. 39). mendorong peneliti untuk mengkaji lebih Senada dengan Gottschalk, Ismaun,Winarti dalam mengenai peran R.T.E. Soriapoetra & Darmawan (2016, hlm. 39) menyatakan sebagai Bupati Bandung 1945-1947. bahwa metode sejarah ialah rekonstruksi Peneliti pun menemukan artikel imajinatif tentang gambaran masa lampau jurnal yang yang dapat dijadikan sebagai peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis penelitian terdahulu. Artikel ini ditulis dan analitis berdasarkan bukti-bukti oleh Bagus Wirawan, yang berjudul dan data peninggalan masa lampau yang Respon Lokal Terhadap Revolusi disebut sumber sejarah. Indonesia di Sunda Kecil, 1945-1950. Dalam penelitian ini, peneliti Dimuat dalam Jurnal Humaniora, Volume menggunakan metode sejarah 20, No. 1, Februari 2008. Jurnal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Ismaun, menjelaskan mengenai pembentukan alat Winarti & Darmawan (2016, hlm. 60-61) kelengkapan negara pada sidang PPKI yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi serta dilaksanakan pada tanggal 18-22 Agustus historiografi. Adapun teknik pengumpulan 1945. Panitia kecil diberikan tugas untuk data yang digunakan oleh peneliti ialah menyusun rancangan pembagian wilayah melalui studi kepustakaan yakni dengan negara, kepolisian, dan tentara. Dalam membaca dan mengkaji buku-buku serta jurnal ini juga sedikitnya memberikan artikel yang dapat membantu peneliti informasi kepada peneliti, mengenai proses dalam memecahkan permasalahan yang pengangkatan bupati karena di dalamnya dikaji dan juga teknik wawancara dengan dijelaskan mengenai proses menyusun mewawancarai narasumber yang relevan rancangan pembagian wilayah negara, dengan kajian peneliti. Pada tahap kepolisian, dan tentara. Serta dijelaskan heuristik, peneliti melakukan pencarian bahwa pada saat itu Bupati Bandung sumber mengenai permasalahan yang yaitu R.T.E. Soeriapoetra ditunjuk sebagai dikaji di beberapa perpustakaan yang 59 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019 berada di Bandung dan juga Jakarta. yang sama pada masa pemerintahan Setelah melakukan heuristik, peneliti militer Jepang (Wirawan, 2008, hlm. melakukan kritik. Pada tahap ini kritik 57). Pengangkatan pejabat-pejabat yang dilakukan ada dua yakni kritik lama tersebut rupanya didasarkan atas eksternal dan internal. pertimbangan bahwa mereka cukup Langkah selanjutnya adalah berpengalaman dalam jabatan tersebut. interpretasi yang sering