Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI (1945-1947) RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947)

Oleh: Kharista Setyo Nur Utami, Wawan Darmawan1

ABSTRACT The local historical event that occurred in under R. E. Soeriapoetra during the revolution era was in a state of a refugee. This was due to attacks carried out by the Dutch who wanted to return to control . In general, this study wants to answer the question about “How was Raden Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra administered of his government amid the political crisis post-independence?”. This research aimed to analyze the local government under R.T.E. Soeriapoetra in Bandung Regency. To discuss the study, the researcher conducted a study using historical methods that include heuristics, source criticism, interpretation and historiography. Based on the results it can be explained that even though the administration under R.T.E. Soeriapoetra’s leadership was unstable, the local government still ran due to good communication and cooperation between the leaders, subordinates and the people. The undertaken program was only related to the government’s situation at that time such as making roads, repairing roads and supplying food, clothing for the fighters and also the people because at that time the process of government is in a state of a refugee. So that in his leadership as Regent of Bandung not many programs were made. He also served as Regent of Bandung in a short time which is only two years, starting from 1945-1947, because caught by the Dutch. He was also offered to become regent again under Pasundan State but he refused. He chose to be detained rather than having to cooperate with the Dutch.

Keywords: Bandung Regency, Raden Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra

PENDAHULUAN Kabupaten Bandung. Banyak hal yang dapat digali dan dikaji sebagai cerminan Sejarah masa silam Kabupaten Bandung nilai-nilai luhur masa lampau yang positif selalu menarik untuk digali dan dikaji. untuk dijadikan pedoman pada masa Beberapa pakar sejarah menempatkan sekarang. Sebuah perjalanan sejarah wilayah ini sebagai kawasan yang selalu kepemimpinan yang sangat panjang telah memunculkan hal-hal baru dan tidak dilalui pemerintah Kabupaten Bandung terduga dalam perspektif sejarah masa dalam mengelola wilayah yang cukup lampau. Tidak terkecuali dalam sejarah luas dengan jumlah penduduk yang perjalanan masyarakat dan pemerintahan terus meningkat. Kepemimpinan Bupati

1Kharista Setyo adalah mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, Wawan Darmawan adalah Dosen Pembimbing. Penulis dapat dihubungi di alamat email : [email protected]

57 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019

Bandung merupakan kepemimpinan yang sebelumnya dipilih berdasarkan garis unik dengan warna tradisional yang kental keturunan sedangkan R.E. Soeriapoetra dan melekat secara khas. bukan keturunan Bupati Bandung Pada masa pemerintahan Hindia melainkan Bupati Sumedang. Apakah saat Belanda ada pola kepemimpinan yang ia terpilih sebagai Bupati Bandung, ada berubah, yaitu dengan mengurangi perlawanan di kalangan menak Bandung kekuasaan dan hak bupati, termasuk hak yang menentang pemilihan bupati di luar mewariskan jabatan, karena pemerintah garis keturunan Bupati Bandung. Maka Hindia Belanda tidak mengakui prinsip dari itu peneliti merasa ada sesuatu yang pergantian bupati secara turun menurun menarik untuk dikaji. (Yulifar, 2014, hlm. 22-26). Sampai akhir Pada saat R.T.E. Soriapoetra menjadi masa pemerintahannya, upaya tersebut Bupati Bandung periode 1945-1947 terjadi mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan berbagai pergolakan politik, meskipun oleh kuatnya kedudukan atau posisi bupati bangsa Indonesia telah merdeka namun dalam kehidupan di daerah Kabupaten. perjuangan tersebut belum berakhir, Pada masa pendudukan Jepang tahun bangsa Indonesia masih perlu berjuang 1942-1945, Bupati Bandung dijabat oleh dalam mempertahankan kemerdekannya. R.A.A. Wiranatakusumah V. Kekuasaan Kemerdekaan yang telah Indonesia capai bupati menurut garis tradisional masih bukanlah hasil akhir dari perjuangan, tetap dihormati atau tidak diganggu- akan tetapi awal perjuangan baru dalam gugat oleh pemerintah militer Jepang. membangun tatanan berbangsa dan Pada akhir masa pendudukan Jepang bernegara. Untuk mempertahankan Bupati R.A.A. Wiranatakusumah V kemerdekaan dan mengupayakan diangkat untuk menjabat Naimmbu Senyo kedaulatan dilakukan perjuangan fisik di . Dengan demikian, jabatan dan non fisik (Prihartanti, 2010, hlm. Bupati Bandung menjadi kosong. Untuk 1). Memasuki bulan September 1945, mengisi kekosongan itu, pada tanggal Indonesia mengalami situasi krisis di 5 Juni 1945 pemerintah militer Jepang mana masyarakat dihadapkan pada mengangkat R.E. Soeriapoetra menjadi ketidakpastian, rasa cemas, ketakutan, Bupati Bandung. Sampai Indonesia dan desas-desus akan bahaya musuh merdeka jabatan Bupati Bandung tetap yang datang mengancam, baik dari dalam dipegang oleh Bupati R.E. Soeriapoetra maupun luar (Reid, 1974, hlm. 54). Situasi (Badan Pengembangan Informasi Daerah kemelut politik inilah yang terjadi di Kabupaten Bandung, 2005, hlm. 86). Bandung, ketika pemerintahan Bandung Dari pernyataan di atas menimbulkan harus mempertahankan kemerdekaan dari masalah yang perlu dikaji mengapa Sekutu dan Belanda yang ingin kembali pemerintah daerah Kabupaten Bandung, menguasai Indonesia (Smail, 2011, setelah Indonesia merdeka tetap menunjuk hlm. 78). Situasi di Bandung semakin R.E. Soeriapoetra sebagai Bupati Bandung. memanas ketika Sekutu memberikan Hal ini perlu diteliti lebih lanjut mengapa ultimatumnya untuk mengosongkan Kota hal itu terjadi, karena apabila dilihat dari Bandung, akibatnya terjadi peristiwa pola kepemimpinan Bupati Bandung Bandung Lautan Api sehingga pemerintah Kabupaten Bandung harus mengungsi

58 Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947) ke luar Kota Bandung. Dalam proses bupati oleh KNID setempat. Sehingga pengungsian tersebut seringkali di serang jurnal ini hanya membantu peneliti dalam oleh pihak Belanda, mengakibatkan hal mengkaji proses pengangkatan R.T.E. pemerintah daerah harus pindah dari Soeriapoetra sebagai Bupati Bandung. satu tempat ke tempat lain yang lebih Selain itu juga memberikan penguatan aman(Abdurachman, 2000, hlm. 114). kepada peneliti bahwa R.T.E. Soeriapoetra Berdasarkan pernyataan di atas ketika Indonesia merdeka ditunjuk oleh menimbulkan permasalahan yang perlu KNID setempat bukan lagi berdasarkan dikaji yaitu, bagaimana R.T.E. Soriapoetra garis keturunan seperti pengangkatan sebagai Bupati Bandung dalam Bupati Bandung sebelumnya. menjalankan roda pemerintahannya di METODE PENELITIAN tengah situsi politik yang kian memanas, dan bagaimana ia dalam menjalankan Metode yang digunakan oleh peneliti perannya sebagai bupati di mana dalam adalah metode historis. Metode historis proses pemerintahannya harus berpindah- adalah proses menguji dan menganalisa pindah karena terus diserang oleh secara kritis rekaman dan peninggalan pihak Belanda. Permasalahan tersebut masa lampau (Gottschlak, 2008, hlm. 39). mendorong peneliti untuk mengkaji lebih Senada dengan Gottschalk, Ismaun,Winarti dalam mengenai peran R.T.E. Soriapoetra & Darmawan (2016, hlm. 39) menyatakan sebagai Bupati Bandung 1945-1947. bahwa metode sejarah ialah rekonstruksi Peneliti pun menemukan artikel imajinatif tentang gambaran masa lampau jurnal yang yang dapat dijadikan sebagai peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis penelitian terdahulu. Artikel ini ditulis dan analitis berdasarkan bukti-bukti oleh Bagus Wirawan, yang berjudul dan data peninggalan masa lampau yang Respon Lokal Terhadap Revolusi disebut sumber sejarah. Indonesia di Sunda Kecil, 1945-1950. Dalam penelitian ini, peneliti Dimuat dalam Jurnal Humaniora, Volume menggunakan metode sejarah 20, No. 1, Februari 2008. Jurnal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Ismaun, menjelaskan mengenai pembentukan alat Winarti & Darmawan (2016, hlm. 60-61) kelengkapan negara pada sidang PPKI yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi serta dilaksanakan pada tanggal 18-22 Agustus historiografi. Adapun teknik pengumpulan 1945. Panitia kecil diberikan tugas untuk data yang digunakan oleh peneliti ialah menyusun rancangan pembagian wilayah melalui studi kepustakaan yakni dengan negara, kepolisian, dan tentara. Dalam membaca dan mengkaji buku-buku serta jurnal ini juga sedikitnya memberikan artikel yang dapat membantu peneliti informasi kepada peneliti, mengenai proses dalam memecahkan permasalahan yang pengangkatan bupati karena di dalamnya dikaji dan juga teknik wawancara dengan dijelaskan mengenai proses menyusun mewawancarai narasumber yang relevan rancangan pembagian wilayah negara, dengan kajian peneliti. Pada tahap kepolisian, dan tentara. Serta dijelaskan heuristik, peneliti melakukan pencarian bahwa pada saat itu Bupati Bandung sumber mengenai permasalahan yang yaitu R.T.E. Soeriapoetra ditunjuk sebagai dikaji di beberapa perpustakaan yang

59 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019 berada di Bandung dan juga Jakarta. yang sama pada masa pemerintahan Setelah melakukan heuristik, peneliti militer Jepang (Wirawan, 2008, hlm. melakukan kritik. Pada tahap ini kritik 57). Pengangkatan pejabat-pejabat yang dilakukan ada dua yakni kritik lama tersebut rupanya didasarkan atas eksternal dan internal. pertimbangan bahwa mereka cukup Langkah selanjutnya adalah berpengalaman dalam jabatan tersebut. interpretasi yang sering disebut dengan Dengan demikian diharapkan pemerintah analisis sejarah. Analisis sejarah daerah tetap berjalan, walaupun dalam bertujuan untuk melakukan sintesis suasana revolusi. Sehingga kalau pun atas sejumlah fakta yang diperoleh dari diganti pada masa itu sangatlah sukar sumber-sumber sejarah dan bersama- untuk mencari pengganti yang memang sama dengan teori menyusun fakta memadai (Badan Pengembangan tersebut menjadi suatu interpretasi yang Informasi Kabupaten Bandung, 2005, menyeluruh (Kuntowijoyo, 1995, hlm. hlm. 86). R.T.E. Soeriapoetra meskipun 100). Dalam tahap ini peneliti berusaha bukan keturunan dari menak Bandung untuk merekonstruksi kembali peristiwa akan tetapi ia telah lama tinggal dan yang terjadi mengenai peranan Bupati bekerja di Bandung. Sehingga saat ia Bandung R.T.E. Soriapoetra. Rekonstruksi ditunjuk sebagai Bupati Bandung tidak tersebut didasarkan pada fakta-fakta menimbulkan konflik di kalangan menak yang telah didapat. Adapun rekonstruksi Bandung. tersebut dijadikan bahan untuk menjawab Bupati Raden Toemenggoeng Endoeng pertanyaan permasalahan yang telah Soriapoetra didampingi sekertaris: ditentukan sebelumnya. Langkah terakhir Mahmud Sumadilaga, Kepala Bagian dalam metode penelitian sejarah adalah Keuangan: Ateng Masyur, Kepala Bagian mengadakan sintesis sejarah, yaitu Urusan Pegawai: Wiganda, Kepala Bagian menafsirkan fakta-fakta sejarah dalam Pekerjaan Umum: R. Atik Gandakusumah. historiografi untuk mewujudkan cerita Di tingkat lebih bawah tidak mengalami sejarah (Ismaun, Winarti, & Darmawan, perubahan pejabat, sama seperti sebelum 2016, hlm. 61). kemerdekaan. Misalnya Wedana Ujungberung: E. Ipik Gandamana, Wedana HASIL PENELITIAN DAN Ciparay: R. Sabri Kartasoemantri, Camat PEMBAHASAN Buahbatu: Winarya Suradireja, dan Camat Penelitian ini menemukan bahwa Majalaya: Suryapranata. Hanya ditambah Raden Toemoenggoeng Endoeng dengan badan-badan baru yang muncul, Soeriapoetra menjabat sebagai bupati seperti Komite Nasional Daerah Kabupaten Bandung sejak akhir pemerintahan Bandung yang dipimpin oleh Sutalaksana. Jepang. Setelah Indonesia merdeka ia Badan Keamanan Rakyat dipimpin oleh diangkat oleh KNID setempat sebagai Gandawijaya dan Laskar rakyat dengan realisasi UUD 1945 dan PP. No.2 tahun pimpinanya Ibrahim, Johari, dan Rahman 1945. Orang-orang yang ditunjuk sebagai Sainan (Tim Penyusun Sejarah Kabupaten pegawai di pemerintahan daerah ialah Bandung, 1974, hlm. 204). orang yang pernah menduduki jabatan Memasuki tanggal tanggal 15 September 1945 tentara Sekutu mendarat

60 Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947) di Jakarta. Mereka tergabung dalam untuk mengambil alih kekuasaan dari Allied Forces in Netherlands East Indies tangan Jepang. Ketegangan ditambah (AFFNEI) atau tentara Sekutu buat dengan bebasnya orang-orang Belanda Indonesia di bawah pimpinan Letnan dan Indo-Belanda dari tawanan Jepang Jenderal Sir Philip Christison. Tugas yang kemudian mempersenjatai diri mereka selama berada di Indonesia, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang ialah untuk melindungi dan menjalankan memusuhi Proklamasi Kemerdekaan pemindahan tawanan perang dan Indonesia. Dalam situasi seperti itu, orang-orang internian, melucuti tentara pada tanggal 12 Oktober 1945 Brigade Jepang dan mengembalikannya ke tanah MacDonald dari Divisi India ke-23 tiba airnya serta memelihara ketertiban dan di Kota Bandung dengan menumpang keamanan umum. Tentara Inggris, turut kereta api. Mereka datang ke Bandung membonceng pula tentara dan sipil dalam rangka pendudukan Sekutu di Belanda yang bertujuan ingin menjajah Indonesia. Dalam Pasukan Sekutu itu turut kembali Indonesia (Abdurachman, dkk, membonceng tentara NICA. Kemudian 2000, hlm. 48-49). pada tanggal 15 Oktober 1945 dilakukan Oleh karena itu tidak aneh, apabila pertemuan antara Sekutu dengan pihak setelah adanya tentara Inggris dan tentara TKR (Amar, 1963, hlm. 91). Dalam Belanda di negara Indonesia timbullah pertemuan itu pihak Sekutu meminta kekacauan dimana-mana. Kekacauan- bantuan pada TKR agar tugasnya dapat kekacauan itu sebagai akibat bentrokan berjalan lancar. Pihak TKR pun meminta kepentingan dan tujuan antara rakyat pada pihak Sekutu agar membantu pihak Indonesia dan orang Belanda, yang Republik Indonesia dalam hal keamanan kemudian diwujudkan dalam bentrokan dan ketertiban, terutama untuk mencegah tenaga dan senjata. Pemerintahan provokasi-provokasi dari pihak Belanda Indonesia yang pada waktu itu baru berdiri yang mau menjajah Indonesia kembali dan mulai merintis kebijakan-kebijakan (Irwana, 2011, hlm. 22). politiknya, sudah dihadapkan lagi pada Dalam perkembangannya, ternyata permasalahan baru dengan kedatangan pihak Sekutu lebih berpihak kepada pasukan Sekutu yang membonceng Belanda, sehingga situasi menjadi NICA. Kedatangan Sekutu ke Indonesia bertambah tegang. Terjadilah bentrokan diikuti dengan menerapkan kebijakan- senjata di berbagai tempat. Misalnya di kebijakannya yang merugikan rakyat Bojongkokosan pada tanggal 13 Desember Indonesia. Akibatnya, keadaan sosial, 1945, tatkala tentara kita menghadang ekonomi, politik bangsa Indonesia tidak konvoi tentara sekutu (Inggris dan stabil. Salah satu kebijakan Sekutu yang Belanda) terjadi pertempuran hebat. merugikan bangsa Indonesia, seperti Pertempuran di daerah ini tidak kalah adanya blokade ekonomi dari Belanda hebatnya dengan Peristiwa 10 November (Nurcahya, 2014, hlm. 490). yang terjadi di Surabaya. Selain itu, di Sementara itu keadaan di Jawa sekitar Gunung Masigit pada tanggal 17 Barat, khususnya di Bandung, dari hari Desember 1945 terjadi penghadangan ke hari semakin kacau. Dalam upaya konvoi tentara Sekutu. Kali ini

61 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019 penghadangan dilakukan oleh Batalyon V memutuskan untuk pindah keluar Kota Dujeh Suharsa dan Detasemen Momon. Bandung. Rombongan dipimpin oleh Pihak Sekutu mengalami kerugian Kepala Bagian Pekerjaan Umum T. Oetit besar dengan serangan ini. Selanjutnya Gandakusumah karena pada bagian P.U. terjadilah dua peristiwa di Kabupaten terdapat alat-alat transportasi berupa Bandung yaitu peristiwa Bandung Lautan dua buah mobil. Barang-barang/ alat Api dan Peristiwa Dayeuh Kolot yang tulis-menulis kantor dan barang–barang mengakibatkan gugurnya Mohammad peralatan rumah tangga keluarga Bupati Toha dan Mohamad Ramdan (Badan Bandung dengan diangkut oleh kendaraan Pengembangan Informasi Daerah kabupaten dibawa ke Banjaran. Namun Kabupaten Bandung, 2005, hlm. 88). baru sampai di Bojongloa kendaraan Akibat ultimatum tentara Sekutu yang membawa barang-barang peralatan di Bandung, yakni supaya pasukan- rumah tangga Bupati dicegat oleh sebuah pasukan bersenjata/TRI, Polisi, dan pasukan rakyat. Barang-barannya harus lain-lain meninggkalkan Kota Bandung dikembalikan lagi. Kemudian barang- jarak 11 km dengan pemberian tempo barang itu hilang tak tentu rimbanya sampai tanggal 24 Maret mulai jam 12.00, (Badan Pengembangan Informasi Daerah sehingga mengakibatkan rakyat dan Kabupaten Bandung, 2005, hlm. 93). para pejuang harus membumihanguskan Pada waktu Kota Bandung harus Kota Bandung, dari pada harus dikuasai ditinggalkan oleh Pemerintah RI pada oleh Pemerintahan Belanda/Sekutu tanggal 23 Maret 1946 ada Peristiwa (Tim Pelaksana Penelitian dan Penulisan Bandung Lautan Api (Darmawan, 1996, Sejarah Bandung, 1981, hlm. 3). Tiga hari hlm, 57). Sehingga Pemerintahan Daerah sebelum batas waktu ultimatum habis, harus mengungsi. Tentang pengungsian Bupati Bandung Raden Toemenggoeng ini sumber lain mengatakan, bahwa Endoeng Soriapoetra menerima utusan berhubung keadaan Kota Bandung tentara Inggris yang datang ke kantor tidak aman, sering terjadi pertempuran, Kabupaten. Utusan Tentara Inggris itu maka atas perintah Residen Priangan meminta kepada bupati supaya seluruh Ardiwinangun, pemerintah Kabupaten pegawai dan pasukan Kabupaten Bandung Bandung diungsikan ke Cililin. Di Cililin dipindahkan dari Kota Bandung ke bupati dan rombongan tinggal beberapa seberang Sungai Citarum. Kalau sampai hari (ada yang mengatakan tiga hari dan pada batas waktunya masih berada di ada yang mengatakan empat hari). Kantor dalam kota, mereka akan membasminya kabupaten terletak di sebelah timur (Tim Penyusun Sejarah Kabupaten markas dan asrama TKR yang menempati Bandung, 1974, hlm. 209). bangunan sekolah (Tim Penyusun Sejarah Pada malam hari, ke Kabupaten Kabupaten Bandung, 1974, hlm. 210). Bandung datanglah utusan dari Tentara Rupanya markas dan asrama TKR Republik. Mereka mengatakan: “Pak, serta kantor kabupaten di Cililin diketahui sekarang kita pindah”. Bupati Raden oleh Belanda sehingga tak lama kemudian Toemenggoeng Endoeng Soriapoetra Cililin dihujani oleh peluru dan mortir. tidak menolak ajakan itu dan langsung Tentara Belanda itu berkedudukan di

62 Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947)

Batujajar pada tanggal 29 Januari 1946 suasana saat itu. Kepanikan, kepasrahan, markas besar Tentara Inggris dipindahakan kegeraman, dan semangat berbaur dari Jakarta ke Bandung, dan sejak bulan menjadi satu. Penduduk Kota Bandung Maret 1946 Panglima Tentara Inggris ikut mengungsi dan sebagian besar mereka mengizinkan pihak Belanda mendaratkan mengungsi ke daerah Kabupaten Bandung, tentaranya di Indonesia. Kemudian kerelaan penduduk Kota Bandung untuk Batujajar dijadikan tempat kedudukan mengungsi menunjukkan kesetiaan rakyat pemerintah tentara Belanda. Peristiwa terhadap perjuangan dan kemauan kuat penembakan itu mengakibatkan beberapa untuk mempertahankan kemerdekaan orang anggota TKR dan rakyat luka- RI. Kesetiaan ini menjadi kekuatan luka (Tim Penyusun Sejarah Kabupaten utama dalam perjuangan kemerdekaan Bandung, 1974, hlm. 211). Selanjutnya, (Abdurachman, dkk, 2000, hlm. 103). kedudukan pemerintah Kabupaten Dapat dibayangkan, betapa sibuknya Bandung dialihkan ke Soreang. Di sana rakyat dan pemerintah setempat kantor kabupaten menempati sebuah (kewedanaan, kecamatan, dan desa). sekolah. Akan tetapi, karena ruangnya Rakyat Kabupaten Bandung dengan tidak mencukupi kebutuhan kantor, penuh kesadaran menyediakan sebagian kedudukan kantor pemerintah Kabupaten rumahnya dan makan untuk menerima Bandung dialihkan lagi ke Banjaran. Bupati para pengungsian dari Kota Bandung Bandung Raden Toemenggoeng Endoeng dan sekitarnya; juga untuk tentara serta Soriapoetra tetap bertempat tinggal di pasukan dari badan perjuangan lainnya. Soreang, menempati rumahnya sendiri. Di samping itu, rakyat Kabupaten Bandung Di Banjaran kantor kabupaten terletak di pun ada yang turut mengungsi. Misalnya Kamasan (Lubis, 2007, hlm. 26). penduduk dari Kecamatan Cicadas dan Ketika kantor pemerintah Kabupaten Ujungberung banyak yang mengungsi ke Bandung berkedudukan di Banjaran daerah Banjaran dan Majalaya (Badan terdapat pengumuman yang menyatakan Pengembangan Informasi Kabupaten bahwa semua pegawai Kabupaten Bandung, 2005, hlm. 94). Rumah Bandung hendaknya mengungsi ke Bupati Bandung R.T.E. Soeriapoetra Banjaran dan siapa yang tidak ikut di Soreang menjadi semacam dapur mengungsi ke Banjaran hendaknya umum yang membagikan makanan bagi mengabungkan diri dengan pemerintah pasukan perjuangan baik dari TRI, badan terdekat. Kenyataannya memang tidak perjuangan rakyat, maupun pegawai semua pegawai pemerintah Kabupaten kabupaten berdatangan ke rumah Bupati Bandung turut mengungsi bersama- Bandung untuk meminta makan dan sama bupatinya. Bahkan ada pegawai bekal makanan lainnya. Hasil panen yang tetap tinggal di Kota Bandung. sawahnya, beras kiriman dari saudaranya Mereka yang mengungsi ada yang secara di Sumedang dan beras kiriman rakyat rombongan, adapula yang secara sendiri- dari Lembang, sebagian besar habis untuk sendiri (Adeng & Thresnawaty, 2003, menjamin kaum perjuangan (Pemerintah hlm. 71). Dalam perjalanan pengungsian, Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung, pemandangan yang menyedihkan dan 1981, hlm. 300). mengenaskan hati sangat mewarnai

63 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019

Di Banjaran pemerintahan daerah dikerjakan, ada garapan kerja, gajih pegawai Kabupaten Bandung berlangsung hingga dilaksanakan, ada kenaikkan pangkat/ bulan Juli 1946. Pada suatu malam di bulan tingkat, hubungan ke atas ataupun ke bawah Juli 1946, tatkala sedang ada keramaian selalu ada dan struktur pemerintahan kota kewedanaan Banjaran dihujani tetap diatur. Bagian pekerjaan umum bom oleh tentara Belanda. Kepanikan, terus berusaha mengerjakan perbaikan ketakutan dan kekacauan tidak terperikan jalan dan memperlebar jalan yang ada di lagi. Akibat bom itu banyak rakyat yang daerah Bandung Selatan. Jalan tersebut tewas luka-luka. Dokter-dokter kabupaten dibangun oleh para tentara, dan pada saat segera melaksanakan kewajiban merawat itu yang memberikan pasokan makanan dan mengobati orang-orang yang luka- adalah Bupati Bandung Suriaputra, ia luka tersebut. Kewajiban yang seperti itu, selain memberikan pasokan makanan disamping memeriksa dan mengobati juga memenuhi setiap kebutuhan logistik rakyat yang menderita sakit merupakan militer, jadi memang pada saat itu ada kewajiban mereka sehari-hari selama pembagian tugas baik antara pemerintah dalam pengungsian (Tim Penyusun sipil maupun tentara (Sumantri, Sejarah Kabupaten Bandung, 1974, hlm. wawancara, 11 Januari 2018). Pada saat itu 209). hubungan tentara dan bupati cukup dekat Siangnya banyak rakyat yang karena ada komunikasi yang baik. Jalan- mengungsi ke daerah yang lebih jauh ke jalan yang dibangun ini sangat diperlukan arah selatan. Demikian pula pemerintah oleh rakyat yang dalam perjalanan Kabupaten Bandung dipindahkan mengungsi agar mempermudah proses lagi ke Pangalengan, pemindahan ini pengungsian (Tim Penyusun Sejarah dimaksudkan untuk menghindari Kabupaten Bandung, 1974, hlm. 212). sergapan tentara Belanda, yang terus Pegawai-pegawai kabupaten yang lain menerus mengadakan serangan ke daerah tidak mempunyai tugas atau pekerjaan Bandung Selatan. Bupati Bandung Raden tertentu, mereka membantu pemerintah Toemenggoeng Endoeng Soriapoetra setempat (kewedanaan, kecamatan, menempati kediaman lurah pangalengan dan desa) dalam menjalankan roda yang masih keluarga dari Yogi S. Memed, pemerintahan serta menolong para namun itu pun tidak lama (Sastranegara, pengungsi. Mereka berusaha untuk wawancara, 27 Februari 2018), karena mencarikan dan membagikan makanan, serangan tentara Belanda tiada henti- pakaian, dan kebutuhan-kebutuhan hentinya, bahkan sampai ke Tiangroke hidup lainnya terhadap para pengungsi dan Jagabaya, Pemerintah Kabupaten dan rakyat setempat. Dalam membantu Bandung dipindahkan lagi ke Santosa, meringankan beban kaum pengungsi, lalu ke Cikopo, Pasirgaru dan Bungbulang, pemerintah setempat bekerja sama daerah Garut (Adeng & Thresnawaty, dengan pemerintah daerah lainnya, baik 2003, hlm. 72). yang masih dalam lingkungan Kabupaten Sekalipun dalam pengungsian Bandung, maupun pemerintah Kota Besar pemerintah Kabupaten Bandung berjalan Bandung (Adeng & Thresnawaty, 2003, seperti biasa. Dalam arti administrasi hlm. 73).

64 Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947)

Laskar Rakyat Kota Besar Bandung di Priangan kemudian memindahkan pusat bawah komandan R. Ema Bratakusumah pemerintahannya ke tempat yang lebih tidak sedikit jasanya dalam menolong para aman, yaitu ke sekitar gunung Syawal pengungsi, terutama para pengungsi dari (Lubis, 2007, hlm. 30). Kota Bandung, dari berbagai kesulitan Pemerintah Provinsi Jawa Barat hidup. Pasukan laskar rakyat bergerak menyingkir dari Kota Bandung ke Garut. di daerah Bandung Selatan dan Bandung Kemudian karena kondisi kurang aman, Timur. Agar roda pemerintah untuk pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat semua daerah Kabupaten Bandung dipindahkan dari Garut ke Tasikmalaya. dapat berjalan lacar, maka pada waktu Ketika tersiar berita bahwa ada mengungsi daerah kabupaten dibagi dua kemungkinan Belanda akan menyerang (Budi, 2009, hlm. 28): secara besar-besaran pada bulan Mei 1947, 1. Daerah Utara, yang meliputi Gubernur Jawa Barat pada masa itu, M. daerah Lembang dan Cicalengka Sewaka mengadakan peninjauan ke di bawah perintah Patih Bandung beberapa daerah di Jawa Barat, yaitu ke Anggakusumah Bandung Selatan, Sukabumi dan Banten, 2. Daerah Selatan, semua daerah untuk memperingatkan pemerintah Kabupaten Bandung, kecuali Lembang daerah setempat (Badan Pengembangan dan Cicalengka. Daerah ini langsung Informasi Daerah Kabupaten Bandung, ada di bawah perintah bupati 2005, hlm. 95). Setelah mengetahui gerakan tentara Belanda ditujukkan ke Tatkala sedang mengungsi di Santosa, kota-kota tempat kedudukan markas kantor pemerintah Kabupaten Bandung TNI dan pemerintah daerah, pimpinan menempati kantor perkebunan. Pegawai- Pemerintah Provinsi Jawa Barat pegawai kabupaten ditempatkan di meninggalkan tempat kedudukannya dari bedeng-bedeng (perumahan) pegawai dalam Kota Tasikmalaya ke luar kota perkebunan. Pengambilan inisiatif, tersebut. Semula tidak begitu jauh dari penggerak roda pemerintahan dan kota, tetapi kemudian karena desakan pelaksanaan keputusan-keputusan tentara Belanda pengungsian itu makin pemerintah dipegang oleh Sekertaris lama makin jauh. Kabupaten Mahmud Sumadilaga (Badan Pengembangan Informasi Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bandung, 2005, hlm. 95). mula-mula menyingkir dari Kota Sementara itu, Pemerintah Keresidenan Tasikmalaya ke Indihiang dan Cikoneng, Priangan pindah ke Garut. Pada mulanya kemudian menuju selatan Tasikmalaya, menempati Desa Cinta, di sekitar Gunung yaitu ke Sukaraja, tempat Pemerintah Talagabodas Kabupaten Garut, sebagai Provinsi Jawa Barat pindah lagi ke pusat pemerintahan sementaranya. Karangnunggal, kemudian ke Lebaksiuh, Pemilihan Desa Cinta kemungkinan sebuah desa yang terletak di tengah hutan, disebabkan Residen Priangan pada masa di mana banteng dan binatang liar lainnya itu, Sanusi Hardjadinata, berasal dari masih berkeliaran. Di desa tersebut desa tersebut. Oleh karena di desa itu Gubernur Sewaka membuka kantor pun tidak aman, Pemerintah Keresidenan gubernur darurat. Namun Lebaksiuh pun

65 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019 ternyata tidak aman karena pesawat udara Hasil perundingan memberikan musuh selalu mengintai dan terpakasa keleluasaan kepada pemerintah RI di kedudukan Pemerintah Jawa Barat pindah pengungsian untuk kembali ke Bandung. lagi ke Desa Cikuya dan kemudian ke Pada 21 Juli 1947 Belanda malah Tawangbanteng, sebelah utara Singaparna melakukan Aksi Militer I (Sundhaussen, setempat (Sewaka, 1955, hlm. 89). 1986, hlm. 61). Gerakan militer ini Pemerintah pusat tidak tinggal diam ditunjukkan ke daerah selatan Bandung, melihat serangan-serangan tentara Belanda lalu ke Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. terhadap wilayah-wilayah Indonesia, Kemudian Belanda mendudukinya. termasuk wilayah Jawa Barat. Upaya Akibat gerakan militer ini, penduduk untuk mempertahankan kemerdekaan kota-kota tersebut, termasuk pengungsi dan memulihkan keamanan melalui jalan dari Bandung, menyingkir ke luar kota diplomatik terus dilakukan. Tercatatlah untuk menyelamatkan diri. Salah satu dalam sejarah perundingan-perundingan cara penyelamatan yang dilakukan yang dilakukan oleh Pemerintah Republik adalah kembali ke Bandung. Menurut Indonesia dengan Belanda, antara lain pemikiran mereka, setelah kota Garut, Perjanjian Linggarjati pada 15 November Tasikmalaya, dan kota-kota lainnya 1946, yang kemudian naskahnya jatuh ke tangan Belanda, maka kota-kota ditandatangani tanggal 25 Maret 1947. tersebut kondisinya sama saja dengan Dalam perundingan tersebut antara kota Bandung, yaitu sebagai daerah lain dibicarakan tetang pengembalian pendudukan Belanda (Ekadjati, 1981, hlm. pemerintahan di Pengungsian ke Kota 315). Bandung (Aburachman, dkk, 2000, Dalam menghadapi Agresi Militer hlm. 130). Diplomasi yang dilakukan Belanda I rakyat Jawa Barat yang dimotori oleh pemerintah Indonesia dirasa perlu pasukan Divisi Siliwangi membuat dalam mempertahankan kemerdekaan kantong-kantong pertahanan yang dikenal RI, selain itu juga masyarakat Indonesia dengan wehreise di daerah pedalaman. perlu bertindak tenang dan taat kepada Dari wehreise inilah kemudian dilakukan pemerintah (Suwirta, 2002, hlm. 52). Bagi serangan balik kepada pasukan Belanda Penduduk kota Bandung yang mengungsi, dengan taktik perang geriliya. Ketika tercapainya persetujuan tersebut membuka pasukan Divisi Siliwangi bersama dengan kesempatan mereka untuk kembali ke rakyat Jawa Barat sedang menghadapi kampung halamannya di dalam kota. pasukan Belanda dengan perang Pemerintah di pengungsian menyatakan geriliyanya itu, pasukan Divisi Siliwangi bahwa mereka dapat mengerti keinginan diperintahkan untuk melakukan hijrah penduduk untuk kembali ke Kota Bandung ke Jawa Tengah. Perintah itu dikeluarkan dan tidak akan menghalangi. Namun sehubung telah ditandatanganinya pemerintah meminta penduduk bersabar Perjanjian Renville yang mengharuskan karena keadaan Kota Bandung sudah tentara Republik Indonesia, termasuk berbeda, saat itu Kota Bandung masih di Divisi Siliwangi, meninggalkan daerah bawah kekuasaan Belanda (Ekadjati, 1981, Republik Indonesia, yaitu di sekitar hlm. 303). daerah Jawa Tengah. Hijrah itu dilakukan mulai tanggal 1 Februari 1948 sampai 22

66 Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947)

Februari 1948 melalui jalan darat dan laut. Cikopo kena bombardir. Untunglah tidak Sekitar 29.000 prajurit siliwangi telah di terjadi korban manusia, hanya mobilnya hijrahkan ke Jawa Tengah (Tim Penyusun saja rusak dan tidak dapat di pakai lagi Sejarah Kabupaten Bandung, 1974, hlm. (Badan Pengembangan Informasi Daerah 93-102). Kabupaten Bandung, 2005, hlm. 97). Dengan dilaksanakannya perintah Di Cikopo rombongan hanya tinggal hijrah tersebut, di mata sebagian rakyat dua malam. Begitu pula di Pasirgara tidak Jawa Barat diartikan bahwa pasukan tinggal lama karena terpaksa harus pindah Siliwangi meninggalkan rakyat Jawa Barat lagi ke Bungbulang, di daerah Garut. yang sedang menghadapi tentara Belanda. Di Sekitar Bungbulang sering terjadi Hal ini merupakan suatu hal yang wajar. pertempuran dan tentara Indonesia sering Di tengah kekosongan “pelindungannya” mengalami kekalahan, karena keadaannya itu, masuklah tentara gerakan Darul Islam yang begitu genting. Bupati Bandung dengan nama Tentara Islam Indonesia berikut beberapa orang stafnya yang (TII) yang berusaha menggantikan posisi mengikuti perjalanan atasannya pindah pasukan Siliwangi. Ketika pasukan lagi ke Batuiuh. Di Batuiuh pemerintah Siliwangi kembali ke Jawa Barat karena Kabupaten Bandung sudah tidak berjalan, Belanda telah melanggar Perjanjian para pegawai sudah tak berdaya lagi. Bupati Renville, yang mana peristiwa ini dikenal Bandung berserta istrinya disembunyikan dengan long march pasukan Siliwangi, di Batuiuh. Tatkala berada di Bungbulang mereka harus berhadapan dengan tentara pemerintah Kabupaten Bandung sudah gerakan Darul Islam tersebut yang tidak kehabisan uang. Untung saja segera menghendaki pasukan Siliwangi kembali mendapat bagian droping uang dari ke Jawa Barat (Badan Pengembangan pemerintah pusat di Jogjakarta, beberapa Informasi Daerah Kabupaten Bandung, uang ORI (Oeang Republik Indonesia). 2005, hlm. 97). Sementara itu, istilah Asal-mula mendapat uang itu ialah adanya Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk kapal terbang milik orang Amerika yang ketentraman negara kita pada tanggal 15 mendarat secara darurat di Pamengpeuk. Maret 1947 telah dirubah menjadi Tentara Waktu kapal terbang itu bisa lepas landas Nasional Indonesia (TNI). lagi, utusan dari tentara Indonesia ikut Pada waktu Belanda mengadakan menumpang ke Jogjakarta, untuk meminta Aksi militernya pemerintah Kabupaten droping uang dari pemerintah pusat. Bandung berkedudukan di Santosa. Permintaan tersebut ternyata dikabulkan Pangalengan sudah dapat direbut, (Lubis, 2007, hlm. 31). kemudian tentara Belanda melanjutkan Bungbulang dicoba untuk gerakannya ke arah selatan, dan ke arah dipertahankan oleh tentara Indonesia. Sentosa. Mendengar gelagat yang tidak Untuk itu, didatangkan bantuan pasukan baik tersebut, pimpinan pemerintah dari Sumedang. Mereka yang akan Kabupaten Bandung menjadi terpisah- mempertahankan Bungbulang banyak pisah dan alat perlengkapannya menjadi yang mengambil jalan lewat Batuiuh. tercecer. Rombongan Bupati Bandung Akan tetapi, pada waktu tentara ketika meninggalkan Santosa menuju Belanda mengadakan serangan ke

67 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019

Bungbulang, tentara Indonesia tidak konflik yang menyertainya. Hal tersebut dapat mempertahankannya. Akhirnya dipicu dengan kembalinya Sekutu yang Bungbulang dapat diduduki tentara di dalamnya terdapat pasukan Hindia Belanda, karena keamanan bertambah Belanda. Kedatangan mereka ke tanah air buruk Bupati Bandung pindah lagi ke secara diam-diam ingin menguasai kembali Lebakseuti. Para pegawai tetap berada tanah air. Di masa kepemimpinan Raden di Nangkaruka. Tempat kedudukan Toemenggoeng Endoeng Soriapoetra, ia Bupati di Lebakseuti sangat dirahasiakan terpaksa mengungsi meninggalkan Kota karena ternyata serangan tentara Belanda Bandung. ke Bungbulang itu, disamping untuk Bupati Bandung dengan penangkapnya menyerang daerah Garut dan Tasikmalaya, (seorang tentara Belanda bernama juga dengan maksud untuk menangkap Mustafa, orang Ternate) dan dengan Bupati Bandung. Oleh karena itu pula, pemeriksanya (seorang kolonel tentara Bupati disembunyikan oleh kokolot Belanda). Serdadu Mustafa bertanya dalam Lebakseuti, Maja namanya di sebuah bahasa Indonesia: “Begini pak, sekarang, danau di tengah sawah. bapak toh tidak bisa bergerak apa-apa, Wedana Banjaran Ahmad mencari jangan bergerak lagi. Nanti jadi bupati dimana Bupati Bandung berada, ia lagi. Tunggu sampai nanti tiga bulan lagi tidak menemukannya. Rupanya tentara akan berdiri Pasundan. Nah di situ bapak Belanda mendapat kabar siapa yang akan jadi bupati.” Jawab Bupati Bandung menyembunyikan Bupati Bandung. “Tuan begini saja, kalau saya mau di Akhirnya Maja ditangkap oleh tentara tangkap, boleh saja, tapi bagaimana istri Belanda dan dipaksa untuk menunjukkan dan anak-anak saya yang masih kecil- di mana persembunyian Bupati Raden kecil. Bagaimana sekarang.” Yah itu Toemenggoeng Endoeng Soriapoetra. akan saya bantu apa yang diperlukan Akhirnya Bupati Bandung dengan bapak (Tim Penyusun Sejarah Kabupaten aparatnya ditangkap semua dan ditawan Bandung, 1974, hlm. 217). di Jalan Malabar Bandung (Irwana, 2011, Dengan diikuti oleh dua orang ajudan hlm. 22). Penangkapan R.T.E Soeriapoetra dan tentara Belanda. Bupati Bandung tersebut karena ada yang membocorkan dibawa ke Bungbulang. Malam harinya tempat persembunyiannya, masih satu diperiksa oleh seorang kolonel tentara keluarga, sehingga tertangkap kalau Belanda. Kata kolonel itu: “sekarang misalkan tidak ada yang memberitahu mau apa kamu?” Jawab Bupati Bandung: keberadaannya mungkin tidak akan kalau sudah begini ya saya tidak bisa apa- tertangkap (Sastranegara, wawancara, 27 apa, mau dibunuh, bunuhlah terserah Februari 2018). tuan. Sang Kolonel: “besok kamu mau Jika merujuk pada pernyataan di atas, dikirimkan ke Bandung.” Esok harinya dapat dianalisis bahwa dua tahun dalam setelah terlebih dahulu memberitahukan pemerintahan Raden Toemenggoeng dengan surat kepada istrinya. Bupati Endoeng Soriapoetra (1945-1947) Bandung bersama tawanan-tawanan dilalui dengan ketidakmenentuan arah lainnya, diantaranya para pegawai dan pembangunan, bahkan yang terjadi justru dokter Kabupaten Bandung berangkat perang revolusi fisik dengan berbagai dengan jalan kaki menuju Pakejang. Di

68 Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan RADEN TOEMOENGGOENG ENDOENG SOERIAPOETRA SEBAGAI BUPATI BANDUNG (1945-1947)

Pakejang telah disediakan tiga buah truk itu juga faktor utamanya dikarenakan untuk mengangkut mereka. Di Bandung saat ia memerintah kondisi Indonesia Suriaputra dan semua pegawainya juga pada saat itu baru merdeka dan ditempatkan di Jalan Malabar. pemerintahannya belum stabil ditambah Satu hari setelah berada di Bandung, lagi harus menghadapi berbagai serangan Male Wiranatakusumah mengunjungi dari pihak Sekutu yang ingin kembali Bupati Bandung. Mereka membicarakan menguasai Indonesia. Ultimatum dan tentang jabatan Bupati Bandung. Enam serangan yang diberikan oleh pihak hari kemudian Bupati Bandung dipanggil Sekutu dan Belanda mengakibatkan oleh Residen Recomba (orang Belanda). pemerintahan daerah berjalan dalam Residen itu menawarkan jabatan Bupati proses pengungsian, meskipun begitu roda Bandung lagi, tetapi dalam lingkungan pemerintahan tetap berjalan. Hal itu bisa Negara Pasundan. Tawaran tersebut terjadi karena kerjasama, komunikasi, rasa tidak diterima oleh Raden Toemenggoeng persatuan yang terjalin antara pimpinan, Endoeng Soriapoetra, karena ia merasa rakyat dan juga para pejuang. Kebijakan sebenarnya ia menjadi bupati itu telah dan program kerja yang dilaksanakan pada memimpin pertempuran, sedangkan yang saat itu hanya untuk kepentingan perang dipimpin olehnya yaitu sekarang menjadi seperti memperbaiki jalan, membuat T.N.I. ia yang memberi mereka makan jalan dan memenuhi kebutuhan makan dan mengurus makanannya. Oleh karena dan juga pakaian untuk rakyat dan para itu lebih baik bukan Soeriapoetra yang pejuang. Jadi wajar saja apabila kebijakan dijadikan bupati lagi. Sudah saja Male dan program kerja yang dijalankan hanya Wiranatakusumah yang dijadikan bupati. sedikit mengingat situasi di Bandung Setelah kejadian itu ia dipindahkan dari sedang dalam situasi perang. jalan Malabar ke Jalan Windu. Tempat Memasuki tahun 1947, R.T.E. dimana ia ditahan itu di rumah, meskipun Soeriapoetra berhasil ditangkap dan demikian ia selalu diancam oleh pihak ditahan oleh pihak Belanda. Pada saat Belanda (Sastranegara, wawancara, 27 ia berada dalam tahanan ia ditawari Februari 2018). jabatan sebagai bupati kembali di bawah lingkungan Negara Pasundan akan tetapi ia SIMPULAN menolak tawaran tersebut ia memilih untuk Soeriapoetra merupakan Bupati ditahan ketimbang harus bekerjasama Bandung yang bukan berasal dari dengan pihak Belanda. Penolakannya keturunan menak Bandung. Hal tersebut tersebut tepat karena ia sudah memimpin tidak menjadi kendala dalam proses revolusi meskipun ia tidak terlibat dalam pengangkatannya sebagai bupati, karena ia perang fisik tetapi ia yang memberikan adalah seorang yang sudah berpengalaman makan dan melengkapi kebutuhan para dalam urusan pemerintahan sipil. Setelah pejuang, jadi tidak mungkin ia berkhianat. menjabat sebagai Bupati Bandung Jika dianalisis bahwa pemimpin dahulu tidak banyak kebijakan yang ia buat, kebanyakan mereka memang tidak haus dikarenakan periode ia menjabat sebagai akan kekuasaan tetapi rela berkorban bupati tidak lama hanya berlangsung dua tanpa pamrih untuk Indonesia mencapai tahun mulai dari tahun 1945-1947. Selain kemerdekannya.

69 FACTUM Volume 8 N0.1, April 2019

DAFTAR PUSTAKA Darmawan, W. (1996). Perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar Abdurachman, A, dkk. (2000). Saya Pilih (TRIP) Jawa Barat d a l a m Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Perang Kemerdekaan Indonesia 1945- Bandung untuk Kedaulatan. Bandung: 1949. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Pustaka Madani. Ilmu Pengetahuan Sosial, Institut Adeng. (1995). Peranan Desa dalam Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Perjuangan Kemerdekaan: Studi Gottschalk, L. (2008). Nugroho Kasus Keterlibatan B e b e r a p a Notosusanto: Mengerti Sejarah. Desa di Daerah Bandung dan Jakarta: UI Press. Sekitarnya Tahun 1945-1949. Ekadjati, E.S, dkk. (1980). Sejarah Revolusi Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Kemerdekaan Daerah Jawa Barat. Dokumentasi Sejarah Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Adeng & Thresnawaty, E. (2003). Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Perjuangan Rakyat Bandung Selatan Nilai Tradisional. Mempertahankan Kedaulatan Ekadjati, E.S, dkk. (1981). Sumber Sejarah Republik Indonesia. Bandung: Kota Bandung: Periode Revolusi Kementerian Kebudayaan dan 1945-1946. Bandung: Universitas Parawisata. Padjadjaran. Amar, D. (1963). Bandung Lautan Api. Ekadjati, E.S, Hardjasaputra, S. & Marlina, Bandung: Dhiwantara. I. (1985). Sejarah Kota Bandung 1945- Badan Pengembangan Informasi 1979. Jakarta: Departemen Pendidikan Daerah Kabupaten Bandung. (2005). dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Sejarah Kabupaten B a n d u n g : dan Nilai Tradisional. Konsentrasi Kajian Kabupaten Hatta, M. (1982). Sekitar Proklamasi 17 Bandung dalam Presfektif Sejarah. Agustus 1945. Jakarta: Tintamas Bandung: Lembaga Pengabdian Hasan, M.Z. (1980). Diplomasi Revolusi Kepada Masyarakat Universitas Indonesia di Luar Negeri. Jakarta: Padjadjaran. Bulan Bintang Budi, P. (2009). Laporan Praktek Kerja Lapangan di Humas Pemerintah Daerah Kabupaten B a n d u n g . (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Komputer Indonesia Bandung.

70