SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019

Published every April and October ISSN 2407-7348 (Print)

IIS RISTIANI

Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur sebagai Upaya Memperkuat Bahasa dan Budaya Sunda dalam Pemertahanan Karakter Bangsa

INTISARI: Masyarakat Cianjur di Jawa Barat, memiliki gerakan kebudayaan dengan memperkenalkan tujuh pilar budayanya. Ketujuh pilar budaya tersebut adalah: “ngaos” (membaca); “mamaos” (mengaji/menyanyi); “maenpo” (silat/seni beladiri); “tatanen” (bertani); “tangginas” (aktif/kreatif); dan “someah” (ramah/baik hati). Artikel ini – dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan studi literatur – mencoba menganalisis tetujuh pilar budaya tersebut yang merupakan kearifan lokal masyarakat Cianjur, terutama dengan menjunjung bahasa dan budaya Sunda. Bahasa dab budaya berperanan penting dalam kehidupan dan pembentukan karakter bangsa. Satu hal yang menjadikan manusia lebih mulia, dibanding dengan makhluk lain, karena manusia diberi akal, dan juga diberikan kelebihan didalam berbahasa. Dalam kehidupan manusia, agar komunikasi berjalan dengan baik, maka manusia memilih dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsinya. Bahasa, sebagai alat komunikasi, digunakan manusia untuk optimalisasi perannya sebagai makhluk sosial. Berbahasa adalah berbudaya. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Sebagai media untuk mengekspresikan ide, gagasan, pendapat, pikiran ataupun perasaan, bahasa yang digunakan seseorang mencerminkan pikiran dan budaya orang tersebut. Dengan demikian, bahasa, budaya, dan karakter memiliki peran yang sangat besar bagi manusia di dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk sosial. Bagi masyarakat Cianjur, pelestarian bahasa dan budaya itu diikat dalam tujuh pilar budaya Cianjur. KATA KUNCI: Tujuh Pilar Budaya; Kearifan Lokal; Bahasa dan Budaya Sunda; Masyarakat Cianjur; Karakter Bangsa.

ABSTRACT: “Upholding the Cianjur Cultural Wisdom as an Effort to Strengthen Sundanese Language and Culture in Nurturing the Nation’s Character”. Cianjur community in , Indonesia has a cultural movement by introducing seven cultural pillars. The seven pillars of culture are: “Ngaos” (reading); “Mamaos” (reciting/singing); “Maenpo” (martial arts); “Tatanen” (farming); “Tangginas” (active/creative); and “Someah” (friendly/kind). This article – using a qualitative approach and literature study – tries to analyze the seven pillars of culture which are the local wisdom of the Cianjur community, especially by upholding Sundanese language and culture. Language and culture play an important role in the life and formation of national character. One thing that makes humans more noble, compared to other creatures, because humans are given reason, and also given advantages in language. In human life, so that communication runs well, people choose and use language according to their function. Language, as a communication tool, is used by humans to optimize their role as social creatures. Language is cultured. Both have a very close relationship. As a medium to express ideas, ideas, opinions, thoughts or feelings, the language used by someone reflects the person’s thoughts and culture. Thus, language, culture, and character have a very big role for humans in carrying out their functions as social beings. For the people of Cianjur, preservation of language and culture is bound in the seven pillars of Cianjur culture. KEY WORD: Seven Pillars of Culture; Local Wisdom; Sundanese Language and Culture; Cianjur Community; National Character.

About the Author: Dr. Iis Ristiani adalah Dosen Senior di UNSUR (Universitas Suryakancana) di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, Penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: [email protected] Suggested Citation: Ristiani, Iis. (2019). “Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur sebagai Upaya Memperkuat Bahasa dan Budaya Sunda dalam Pemertahanan Karakter Bangsa” in SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April, pp.15-30. , Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI with a print-ISSN 2407-7348. Article Timeline: Accepted (January 17, 2019); Revised (February 27, 2019); and Published (April 30, 2019).

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 15 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur

PENDAHULUAN dan menggambarkan, baik gagasan, ide, “Di mana bumi dipijak, di situ langit ataupun perasaan pembicaranya (Keesing, dijunjung”. Begitulah ungkapan peribahasa 2017; Suryaningrat, 2017; dan Handayani & Melayu mengatakan. Artinya, di mana pun Emilda, 2018). kita berada, maka kita perlu memahami Dalam kaitannya dengan ini, Wilhelm konteks yang ada. Begitu pula dengan von Humboldt (1969), dan sarjana lainnya, konteks masyarakat Cianjur, sebagai bagian mengatakan bahwa pandangan hidup dan dari masyarakat Sunda di Jawa Barat, budaya suatu masyarakat ditentukan oleh Indonesia (Sumpena, 2012; Yunus, 2014; bahasa masyarakat itu sendiri. Karenanya, dan Suryaningrat, 2017). bahasa yang ditetapkan oleh suatu Sebagai bagian dari konteks ini adalah masyarakat akan menjadi sebuah tanda, atau penggunaan bahasa harus sesuai dengan ciri, atau pun simbol dari pandangan hidup konteksnya atau kontekstual. Kita semua serta identitas budaya masyarakat tersebut menyadari bahwa didalam kehidupan (Humboldt, 1969; Hidayat, 2014; Rozi, 2015; manusia, sebagai makhluk sosial, bahasa Hodidjah, 2017; dan Supatra, 2017). mempunyai peran yang sangat besar. Ketika seseorang berbahasa dengan Bahasa merupakan wujud budaya (Chaika, mengeluarkan atau mengucapkan sejumlah 1982; Rahardjo, 2017; dan Sumantri, kata dari mulutnya, maka yang kita dengar 2017). Sering pula kita mendengar pepatah, adalah bentuk luar bahasa orang tersebut; sebagai berikut: dan bentuk dalamnya adalah pikirannya. Tidak salah bila kita katakan bahwa bahasa Hati-hati dengan apa yang dipikirkan, adalah lambang identitas pribadi atau karena pikiran akan berbuah perkataan. bangsa (Hidayat, 2014; Indah, 2017; dan Hati-hati pula dengan apa yang dikatakan, karena perkataan memiliki dorongan untuk Rahardjo, 2017). berbuat. Jika perbuatan itu dilakukan Benar juga seperti yang disampaikan berulang, maka ia akan menjadi kebiasaan oleh Henry Guntur Tarigan (1984), dan (dalam Widowati, 2015). sarjana lainnya, bahwa ciri-ciri unik bahasa- bahasa tertentu dapat dihubungkan dengan Kebiasaan pada seseorang, ciri-ciri unik masyarakat yang memakainya, dengan demikian, menunjukkan atau sesuai dengan tempat dipakainya bahasa mencerminkan karakter yang dimiliki orang tersebut (Tarigan, 1984:37; Hidayat, 2014; tersebut. Melalui bahasa yang ada, kita dan Setiyadi, 2017). dapat mengenali budaya yang tercermin Begitu kuatnya bahasa dan budaya didalamnya. Oleh karena itu, pengkajian didalam mempengaruhi pribadi atau budaya dalam bahasa yang digunakan perlu bangsa, maka perlu selalu dijaga dan dikemukakan terlebih dahulu mengenai dipelihara agar bahasa dan budaya yang aspek makna yang terkandung didalamnya. digunakan itu tetap mampu dan dapat Selain itu, dalam uraian ini dipaparkan terus mempertahankan karakter atau pula hal yang berkenaan dengan peran jatidiri bangsa. Karena jatidiri bangsa bahasa dan budaya Sunda dalam kehidupan diwarnai oleh budaya, yang dapat dilihat masyarakat Sunda; serta bahasa dan budaya dari bentuk pola kehidupan (pattern Sunda dalam pemertahanan karakter of life) didalam suatu masyarakat. Pola bangsa (cf Hidayat, 2014; Wahya & Adji, kehidupan, menurut Imran Manan (1989) 2016; dan Rohullah, 2017). dan sarjana lainnya, meliputi aktivitas Uraian penting dalam pembahasan teratur yang berulang, benda-benda, dan ini adalah bahasa, budaya, karakter, kehidupan kemasyarakatan yang menjadi serta pengembangan tujuh pilar budaya ciri dari kelompok tertentu (Manan, 1989:7; masyarakat Cianjur di Jawa Barat, Keesing, 2017; dan Wandansari, 2017). Indonesia. Pada saat seseorang berbahasa Artikel ini – dengan menggunakan terlihat wujud budaya dan karakter orang metode studi literatur, pendekatan tersebut. Didalamnya menyiratkan pikiran kualitatif, dan penjelasan yang bersifat

16 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019 analisis-deskriptif (Patton, 1990; Danim, Terjemahan: 2002; dan Sugiyono, 2007) – mau Gerakan bersama untuk menegakkan mengkaji tentang Budaya dan Bahasa budaya bangsa. Sunda di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Mengaji menjadi ciri dunia keilmuan. Didalamnya akan dikaji: (1) Tujuh Pilar Sehingga negeri menjadi tertib dan sejahtera. Budaya Masyarakat Cianjur; (2) Peran Mendidik diri sehingga luas wawasannya. Bahasa dan Budaya Sunda dalam Menyanyi juga sambil bersilat diri. Menjadi ciri khas budaya Cianjur. Kehidupan Masyarakat Jawa Barat; (3) Nilai-nilai Kearifan Lokal Sosial-Budaya Alam yang indah, hijau, dan kaya-raya. Sunda yang Terdapat didalam Sejumlah Pertanian berhasil mewujudkan Teks, Kosa Kata, dan Peribahasa Sunda; kemakmuran. Aktif, ramah, dan baik budi bahasa. (4) Bahasa dan Budaya sebagai Karakter Pedoman bagi pemimpin dan rakyatnya. atau Jatidiri Bangsa; serta (5) Usaha Bekerja bersama-sama. Mempertahankan Bahasa dan Budaya Bekerja bersama-sama, meriah Sunda. setuju bersatu.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berkenaan dengan gerakan kebudayaan Tujuh Pilar Budaya Masyarakat tersebut, maka ada tujuh pilar yang Cianjur. Dewasa ini, PEMDA (Pemerintah terdapat didalamya, yakni: Ngaos jadi Daerah) Cianjur, Jawa Barat, Indonesia tetengerna kaelmuan (Mengaji menjadi ciri menggelorakan kebudayaan pada dunia keilmuan); Mamaos katut maenpo masyarakat melalui tujuh pilar budaya (Menyanyi juga sambil bersilat diri); Cianjur. Memahami bagaimana masyarakat Tatanen (Pertanian); Tangginas (Aktif); Cianjur, dapat dikaji dari tujuh hal yang Someah (Ramah); dan Sauyunan dijadikan pilar budayanya tersebut. Semua (Bersatu). itu erat kaitannya dengan bahasa yang Apa yang dimaksud dari ketujuh pilar digunakannya sendiri, yakni bahasa Sunda. tersebut? Dalam sebuah situs Info Cianjur, Bahasa sebagai simbol sekaligus hasil disebutkan bahwa Ngaos itu adalah bisa budaya menjadi penanda dari karakter bermakna “mengaji” dan “membaca”. Ianya yang ada (Nendang, 1995; Galba, 2007; dan dimaknai sebagai membaca seluruh tanda- Suprayogi, 2017). tanda yang ada dalam ayat-ayat Qauniah, Seperti apakah budaya masyarakat yakni ayat-ayat Allah yang ada di alam Cianjur? Hal yang diharapkan ada dan semesta ini. Filosofi ini dapat diartikan bahwa tumbuh pada masyarakat Cianjur itu masyarakat Cianjur diharapkan memiliki seperti terlihat dalam lagu “Gerakan pengetahuan yang luas (Nendang, 1995; Kabudayaan Kabupaten Cianjur”. Lagu yang Suprayogi, 2017; dan Syahdiana, 2018). dikarang, termasuk syairnya, oleh Drs. Haji Mamaos merupakan seni, yakni media Djuherman (2015) tersebut, dinyanyikan kontemplasi untuk memperhalus kalbu, dalam Bahasa Sunda, sebagai berikut: yang merupakan aplikasi dari konsep manusia yang ber-akhlakul karimah. Gerak bareng nanjeurkeun budaya bangsa. Manakala maenpo merupakan seni silat Ngaos jadi tetengerna kaelmuan. bela diri, khas Cianjur. Ianya dimaknai Malar nagri tata tentrem tur raharja. Ngatik diri malar jembar panalarna. sebagai setiap langkah yang kita laksanakan Mamaos katut maenpo. harus berdasarkan perhitungan dan Ngajadi ciri budaya Cianjur. pertimbangan yang matang, agar mudah mendapat tujuan yang kita inginkan Alam endah hejo lembok sugih mukti. Tatanen mucekil jadi kamakmuran. (Kurnia, 2003; Wiradiredja, 2012; dan Tangginas, someah, hade basa. Hanan, 2017). Ageman pamimpin katut rahayatna. Tatanen merupakan usaha dan Rambatirata rambatirata. pekerjaan bertani, yang mencakup semua Rambatirata, rampak ragem sauyunan kegiatan dan melibatkan pembudidayaan (Djuherman, 2015).

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 17 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur tanaman untuk kepentingan manusia, Rohaniawati, 2016; dan Wulandari, Ernah sehingga bertani merupakan aplikasi & Supyandi, 2017). konsep hidup bagi kemakmuran dan Peran Bahasa dan Budaya Sunda kesejahteraan (Kurnia, 2003; Dyer, 2007; dalam Kehidupan Masyarakat Jawa dan Wulandari, Ernah & Supyandi, 2017). Barat. Bahasa Sunda adalah bahasa yang Tangginas bisa diartikan aktif, digunakan sebagai alat komunikasi oleh biasanya aktif didalam bangun pagi. Aktif masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia. bangun di pagi hari ditandai dengan sholat Jika kita berbicara Sunda, maka kita tidak shubuh berjamaah di mesjid, sehingga terlepas dari bahasa dan budayanya itu menjadikan manusia yang disiplin dan sendiri. Didalam fungsinya, bahasa Sunda dimudahkan rezeki (Yonavilbia, 2016; sekaligus sebagai alat pengembang serta Zuhri, 2016; dan Suprayogi, 2017). pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Someah bisa diartikan sebagai ramah Bahasa Sunda merupakan bagian dari dan santun, yakni sikap hidup yang halus budaya masyarakat Sunda (Alwasilah, dan baik budi bahasanya, serta tingkah- 2000; Danasasmita, 2001; Wahya, 2013; lakunya merupakan cerminan orang Hasanah, Gustini & Rohaniawati, 2016; dan Cianjur (Maharani, 2015; Yoga, 2016; dan Wahya & Adji, 2016). Rahman, 2017). Masyarakat Sunda itu sendiri adalah Akhirnya, sauyunan bisa diartikan masyarakat yang terikat dengan kesadaran sebagai bersatu untuk bekerja secara dan kesatuan budaya Sunda, dan memiliki gotong-royong, yakni saling membantu bahasa sendiri, yaitu bahasa Sunda. Bahasa antar-sesama, sehingga terjalin kerukunan, dikatakan sebagai bagian dari budaya, perdamaian, dan keharmonisan bersama karena budaya mencakup banyak hal: pada masyarakat Cianjur (Darheni, 2016; tingkah-laku, barang/benda, termasuk nilai- Gunawan, 2017; dan Suprayogi, 2017). nilai dan norma hidup yang ada. Budaya Ketujuh pilar budaya di atas memberikan Sunda itu sendiri adalah budaya yang sebuah tuntunan agar masyarakat Cianjur tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia, menjadi (Zakaria et al., 2011; Darheni, 2016; dan masyarakat yang maju. Dengan pilarnya Hasanah, Gustini & Rohaniawati, 2016). yang pertama, yakni Ngaos, dengan ini Dalam kaitannya dengan istilah diharapkan masyarakat Cianjur selalu “orang Sunda”, S. Warnaen et al. (1987), berusaha untuk selalu menumbuhkan sebagaimana dikutip juga dalam Edi S. kemauan untuk membaca apa yang ada. Ekadjati (1995), menjelaskan bahwa yang Tidak hanya membaca secara mikro dimaksud dengan orang Sunda adalah (apa yang tertulis), tetapi juga membaca orang yang mengaku dirinya dan diakui oleh secara makro (membaca segala yang orang lain sebagai “orang Sunda” (Warnaen terjadi didalam alam semesta), sehingga et al., 1987; dan Ekadjati, 1995:8). Menurut menjadikan dirinya sebagai manusia yang Edi S. Ekadjati (1995), terdapat dua kriteria berpikir (Handoko, 2009; Rahman, 2017; didalam mendefinisikan orang Sunda, dan Suprayogi, 2017). yaitu: (1) berdasarkan kriteria keturunan Pilar budaya lainnya adalah memupuk atau hubungan darah; dan (2) berdasarkan masyarakat Cianjur agar senantiasa kriteria sosial-budaya sekaligus (Ekadjati, memiliki kehalusan budi, kesiapan dalam 1995:8). menghadapi hidup, rajin bekerja, gesit, Orang Sunda berdasarkan keturunan ramah pada sesama, dan senantiasa hidup maksudnya adalah mereka yang orang berdampingan dengan yang lain dengan tuanya, baik dari pihak ayah ataupun cara hidup bergotong-royong. Kearifan pihak ibu, atau keduanya, merupakan lokal itulah yang perlu terus dipelihara dan orang Sunda, di manapun ia dibesarkan dijaga dalam menghadapi kondisi zaman dan di manapun ia berada. Sementara, yang terus berubah dan berkembang orang Sunda berdasarkan kriteria sosial- (Maharani, 2015; Hasanah, Gustini & budaya adalah mereka yang dibesarkan

18 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019 dalam lingkungan sosial-budaya Sunda, untuk memperlancar pengajaran bahasa menghayati, dan menggunakan nilai-nilai Indonesia dan mata pelajaran lain; serta (3) atau norma budaya Sunda (cf Warnaen sebagai alat pengembangan dan pendukung et al., 1987; Ekadjati, 1995; dan Hasanah, kebudayaan daerah (cf Sobarna, 2007; Gustini & Rohaniawati, 2016). Wahya & Adji, 2016; dan Supatra, 2017). Berdasarkan kedua kriteria itu, menurut Pentingnya bahasa daerah, termasuk Edi S. Ekadjati (1995) dan sarjana lainnya, bahasa Sunda, salah satunya telah bisa saja orang yang dilahirkan dari dirumuskan didalam penjelasan Pasal 36 keturunan Sunda menjadi bukan orang UUD (Undang-Undang Dasar) 1945, yang Sunda, karena ia tidak menghayati dan mengatakan bahwa bahasa-bahasa daerah mempergunakan nilai-nilai sosial-budaya yang dipelihara dengan baik oleh para Sunda didalam hidupnya. Sebaliknya, penuturnya akan dihormati dan dipelihara mereka yang orang tuanya atau leluhurnya juga oleh negara, karena bahasa daerah bukan orang Sunda bisa menjadi orang tersebut merupakan bagian dari kebudayaan Sunda, karena mereka dilahirkan dan Indonesia yang hidup (Alwasilah, 2000; dibesarkan dalam lingkungan sosial- Asrif, 2010; dan Arifin, 2015). budaya Sunda, sekaligus memahami dan Sekaitan dengan itu, Otsuka Hiroko mempergunakan norma-norma dan nilai- (2010), dan sarjana lainnya, menyebutkan nilai budaya Sunda dalam hidupnya. Inilah bahwa bahasa merupakan unsur penting yang harus dipahami oleh masyarakat luas di dalam budaya dan merupakan cerminan Indonesia (Ekadjati, 1995:8; Hasanah, Gustini budaya. Karena itu, dengan mempelajari & Rohaniawati, 2016; dan Camalia, 2018). bahasa dapat memperdalam budaya itu Oleh karena itu, dalam upaya sendiri (Alwasilah, 2000; Hiroko, 2010:5; memelihara bahasa dan budaya Sunda, dan Warami, 2016). maka kita perlu memahami, menghayati, Nilai-nilai Kearifan Lokal Sosial- dan mempergunakan bagaimana bahasa Budaya Sunda yang Terdapat dan budaya Sunda sesuai dengan nilai-nilai didalam Sejumlah Teks, Kosa Kata, dan norma-norma sosial-budaya Sunda dan Peribahasa Sunda. Perhatikan yang ada. Berkenaan dengan bahasa Sunda nilai-nilai sosial dan budaya Sunda yang sebagai bahasa daerah, dari hasil Seminar terdapat baik didalam sejumlah teks, kosa Politik Bahasa Nasional pada tahun 1975, kata, ataupun peribahasa Sunda. Dalam disebutkan bahwa terdapat tiga fungsi hal teks akan diberi beberapa contoh bahasa daerah, yakni sebagai: (1) lambang lagu, seperti “Tanah Sunda” [Negeri kebanggaan daerah; (2) lambang identitas Sunda], “Sabilulungan” [Gotong-Royong], daerah; dan (3) alat perhubungan di dan “Karatagan Pahlawan” [Golongan lingkungan keluarga dan masyarakat daerah Pahlawan]. Selain itu akan diberikan contoh (Kemdikbud RI, 2011:xii; Dienaputra, 2011; juga beberapa peribahasa dalam bahasa dan Zakaria et al., 2011). Sunda. Fungsi lain ditambahkan didalam Lagu “Tanah Sunda” [Negeri Sunda]. Kebijakan Bahasa Nasional, yang Lagu ini menceritakan tentang kesuburan menyebutkan bahwa fungsi bahasa daerah dan keindahan yang dimiliki oleh tanah adalah sebagai sarana pendukung budaya Pasundan di Jawa Barat, Indonesia. Dalam daerah dan bahasa Indonesia. Bahasa lagu “Tanah Sunda” juga terdapat nasihat daerah juga sebagai pendukung sastra dan ajakan masyarakat Sunda untuk daerah dan sastra Indonesia (Asrif, 2010; menjaga segala sumber daya alam yang ada Zakaria et al., 2011; dan Wahya, 2013). untuk kejayaan negara Indonesia (Kurnia, Dalam kaitannya dengan bahasa 2003; Zakaria et al., 2011; dan Ruswandi, Indonesia, bahasa daerah berfungsi 2016). Lagu “Tanah Sunda” yang dicipta sebagai: (1) pendukung bahasa nasional; oleh Mang Koko (2017b), tokoh seniman (2) bahasa pengantar di Sekolah Dasar dan Sunda, bunyi syairnya adalah sebagai di daerah tertentu pada tingkat permulaan berikut:

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 19 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur

Tanah Sunda (wibawa) Saihwan, safaham Gemah ripah (tur endah) Nagri nanjung, berekah sabilulungan Nu ngumbara (suka betah) (Koko, 2018). Urang Sunda (sawawa) Sing towéksa (percéka) Terjemahan: Nyagga darma (anu nyata). Sabilulungan, asas gotong-royong Seuweu Pajajaran Sabilulungan, bersifat saling mendukung Muga tong kasmaran Sabilulungan, genting jangan patah Sing tulatén jeung rumaksa Sabilulungan, persatuan nampak. Miara pakaya Mémang sawajibna Kuat, mantap Getén titén rumawat Tanah Pusaka Teguh tangguh, karakter sabilulungan (Koko, 2017). Tersedia, satu jiwa Aktif dan siap, membasmi perbedaan. Terjemahan: Sabilulungan, hidup akur persaudaraan Sabilulungan, saling menyayangi Negeri Sunda (berwibawa) Sabilulungan, saling tolong-menolong Sangat makmur (dan indah) Sabilulungan, kokoh persatuan. Para pendatang (suka dan nyaman) Bangsa Sunda (dewasa) Sentausa, bahagia Harus hirau (peduli) Maju berani, menggapai kewibawaan Mengemban amanah (yang nyata). Satu saudara, satu keyakinan Negeri terkenal, berkat sabilulungan. Putra-putri Pajajaran Harap tidak terbuai perasaan Harus teliti dan periksa Lagu “Karatagan Pahlawan” [Golongan Memelihara kekayaan Pahlawan]. Lagu tradisional Sunda, Menjadi kewajiban “Karatagan Pahlawan”, menggambarkan Rajin dan tekun memelihara Tanah Pusaka. semangat para pahlawan Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Mereka pantang Lagu “Sabilulungan” [Gotong-Royong]. mundur dan pulang pulang ke rumah, Inti lagu ini adalah menceritakan tentang apabila maksud dan cita-cita belum semangat kebersamaan dan gotong-royong terlaksana. Mereka berjuang dengan dalam kehidupan masyarakat, sehingga keikhlasan tinggi dan rela mati demi satu diharapkan tercipta persatuan yang kuat kata “Merdeka” (Teguh, 2017; Farid et al., dan terhindar dari permusuhan (Gunawan, 2018; dan Suwirta, 2018). 2017; Farid et al., 2018; dan Koko, 2018). Lirik lagu “Karatagan Pahlawan”, yang Lagu “Sabilulungan”, yang dicipta oleh juga dikarang oleh Mang Koko (2007a), Mang Koko (2018), tokoh seniman Sunda, tokoh seniman Sunda, adalah sebagai bunyi syair lengkapnya adalah sebagai berikut: berikut: Teu honcewang, sumoreang Sabilulungan, dasar gotong-royong Tekadna pahlawan bangsa Sabilulungan, sifat silih rojong Cadu mundur, pantrang mulang Sabilulungan, genteng ulah potong Mun maksud tacan laksana Sabilulungan, persatuan tembong. Berjuang keur lemah cai Lali rabi tur tega pati Tohaga, rohaka Taya basa menta pamulang tarima Teguh tangguh, perbawa sabilulungan Iklas rido keur korban merdeka. Sadia, sajiwa Segut singkil, ngabasmi pasalingsingan. Sinatria danalaga Bela bangsa jeung nagara Sabilulungan, hirup sauyunan Dibarengan tekad suci Sabilulungan, silih pikaheman Berjuang keur lemah cai Sabilulungan, tulung-tinulungan Teu ngingetkeun ka dirina Sabilulungan, kukuh persatuan. Asal nagri bangsa waluya Kadar jembar raharja mukti wibawa Santosa, samakta Gembleng tujuan pahlawan bangsa Teuneung-ludeung, ngajaring kawibawaan (Koko, 2017a).

20 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019

Terjemahan: tersebut oleh anggota masyarakat serta dijadikannya sebagai kriteria normatif Tidak takut, apalagi kecut Tekad pahlawan bangsa dalam pengambilan keputusan; serta (3) Tak kan mundur, apalagi pulang Nilai dalam konteks strukturalnya, artinya Kalau cita-cita belum terlaksana bahwa nilai itu baik sebagi fakta watak Berjuang untuk tanah air maupun sebagai fakta kultural memberikan Lupa keluarga dan siap mati dampaknya pada struktur sosial yang Tidak ada istilah pamrih Ikhlas ridho berkorban untuk kemerdekaan. bersangkutan (cf Yinger, 1960; Soelaeman, 1988:162; dan Tilaar, 2002). Kesatria di medan perang Bahasa dan Budaya sebagai Membela bangsa dan negara Karakter atau Jatidiri Bangsa. Edi Disertai tekad suci Berjuang untuk tanah air Sedyawati (2007), dan sarjana lainnya, Tidak mementingkan diri sendiri mengatakan bahwa jatidiri bangsa Asalkan negeri dan bangsa mulia ditentukan oleh identitas budaya dan Agar luas sejahtera bahagia berwibawa ditunjang oleh kesadaran sejarah. Identitas Gembleng tujuan pahlawan bangsa. budaya ditandai oleh nilai-nilai budaya serta corak berbagai ekspresi budaya yang Peribahasa. Dalam budaya Sunda di khas pada bangsa yang bersangkutan Jawa Barat, Indonesia, peribahasa dalam (Swasono, 2003; Ahmad & Suwirta, 2007; bahasa Sunda memiliki makna yang dan Sedyawati, 2007:4). mendalam, dan bisa dijadikan pedoman Salah satu ekspresi budaya tersebut dan tuntunan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa. Bahasa mencerminkan (Zakaria et al., 2011; Affandy, 2017; dan budaya. Budaya mencerminkan karakter. Camalia, 2018). Peribahasa dalam bahasa Karakter menunjukkan jatidiri. Benar Sunda yang sarat dengan nilai-nilai moral, apa yang disampaikan oleh Ki Hadjar etika, dan kebijaksanaan itu, diantaranya, Dewantara (1957), sebagaimana dikutip adalah sebagai berikut: juga dalam Moch Tauchid et al. (1967), yang menyebutkan bahwa bahasa dan “Silih asah, silih asih, silih asuh” [saling berkompetisi, saling mengasihi, dan saling bangsa adalah satu (cf Dewantoro, 1957; mendidik]. Tauchid et al., 1967:109; Magta, 2013; dan “Someah hade ka semah” [santun dan baik Trilaksono, 2016). hati kepada tamu]. Bahasa merupakan sistem simbol yang “Hade gogog hade tagog” [baik budi bahasa dan baik pula penampilannya]. digunakan untuk berkomunikasi. Ianya “Hade ku basa, goreng ku basa” [baik oleh berfungsi untuk mengekspresikan segala bahasa, dan buruk juga oleh bahasa]. pikiran, ide, gagasan, pendapat, ataupun “Basa mah teu meuli” [bahasa itu tidak perasaan kepada orang lain. Sistem tanda dibeli]. atau lambang-lambang yang digunakan didalam bahasa tersebut memiliki nilai Dari sejumlah teks di atas dapat dikaji dan rujukan yang sama di antara para nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pemakainya. Dalam hakikatnya yang Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Berkenaan arbitrer dan konvensional tersebut, dengan kajian nilai, J. Milton Yinger (1960), bahasa yang digunakan para penutur sebagaimana dikutip juga dalam M.I. mencerminkan individu atau masyarakat Soelaeman (1988), menyebutkan bahwa penggunanya. Hal ini sejalan dengan yang nilai dapat dilihat dari tiga penampilan: dikemukakan oleh A. Chaedar Alwasilah (1) Nilai sebagai fakta watak, dalam arti (1993), dan sarjana lainnya, bahwa bahasa sebagai indikasi seberapa jauh seseorang itu adalah sistem yang kita warisi atau bersedia menjadikannya sebagai pegangan kita peroleh dari kebudayaan/masyarakat dan pembimbing dalam pengambilan tempat kita tumbuh. Dengan bahasa keputusan; (2) Nilai sebagai fakta kultural, yang diperoleh dan diwariskan tersebut, dalam arti sebagi indikasi diterimanya nilai maka bahasa menjadi kuat melembaga,

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 21 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur hingga individu tidak bisa mengubahnya Perumusan kurikulum; (3) Persiapan (Alwasilah, 1993:70; Mujib, 2009; dan program khusus pengajaran bahasa daerah Thomas & Wareing, 2007). yang secara langsung dapat menghasilkan Kemudian, A. Chaedar Alwasilah ahli bahasa daerah; (4) Penentuan didaktik (1993), dan sarjana lainnya, menjelaskan metodik bahasa yang paling cocok; serta sebuah teori relativitas bahasa (linguistic (5) Pengembangan kepustakaan (Mahsun, relativity), yang menyebutkan adanya 1999; Asrif, 2010; dan Kemdikbud RI, 2011:38). hubungan antara bahasa sebagai simbol Bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan fungsi-fungsi mental dan struktur yang majemuk dengan suku dan bahasa kognitif pemakainya. Ada dua pendapat yang beraneka. Hal ini merupakan kekayaan yang berbeda berkenaan dengan teori bangsa yang perlu dijaga dan dipelihara. tersebut, yakni: (1) bahwa operasi-operasi Seiring dengan perkembangan zaman dan mental dijalankan bebas dari pengaruh derasnya arus globalisasi, muncul berbagai bahasa, bahasa hanyalah sistem untuk kekhawatiran tentang terkikisnya bahasa mengungkapkan gagasan-gagasan; serta (2) dengan berbagai budaya daerah yang ada bahwa fungsi-fungsi mental sepenuhnya tersebut. Budaya lokal yang lebih sesuai ditentukan oleh bahasa, bahasa sebagai dengan karakter bangsa seolah lebih sulit pembentuk gagasan-gagasan (cf Alwasilah, dicerna, dibandingkan dengan budaya 1993:70; Hidayat, 2014; dan Kuntarto, 2017). global yang terlihat begitu cepat dan mudah Berdasarkan hal di atas, setiap kelompok merasuk ke dalamnya. Bahkan, sering masyarakat pengguna bahasa memiliki terlihat di kalangan para remaja cenderung ciri pemerlain khusus. Masyarakat lebih suka budaya berasal dari luar daripada tersebut memiliki ikatan yang sama dalam budayanya sendiri (Zakaria et al., 2011; sejarahnya sendiri dan menyepakati Aldi, 2013; dan Wandansari, 2017). sistem nilai budaya mereka. Didalam Oleh karena itu, agar bahasa dan penggunaannya, masyarakat menggunakan budaya daerah yang ada tetap terpelihara, bahasa secara variatif. Variasi, ragam, atau tidak tergeser, bahkan tidak terkikis oleh dialek tersebut memiliki fungsi-fungsi budaya global, maka diperlukan usaha tertentu didalam masyarakat, baik untuk untuk mempertahankannya. Usaha itulah kegiatan pendidikan, berbisnis, maupun yang disebut dengan usaha pemertahanan mencipta karya sastra lainnya (Alwasilah, budaya lokal (Warami, 2016; Muhyidin, 1993:71; Marzali, 2006; dan Christiani, 2018). 2017; dan Mustakim, 2017). Usaha Mempertahankan Bahasa Bahasa dan budaya Sunda adalah dan Budaya Sunda. Didalam PP budaya lokal yang perlu dijaga. Budaya (Peraturan Pemerintah) Nomor 25 Tahun lokal merupakan kearifan lokal yang 2000, mengenai kewenangan pemeliharaan ada. Menurut Rengga Muslim (2013), budaya dan bahasa, disebutkan bahwa dan sarjana lainnya, kearifan lokal itu pembinaan dan pengembangan bahasa dan meliputi: konsep kebijakan lokal; konsep budaya daerah itu menjadi kewenangan kecerdasan lokal; dan konsep komunitas Daerah. Sementara kewenangan lokal (Ayatrohaedi, 1986; Muslim, 2013; Pusat adalah didalam pembinaan dan dan Yunus, 2017). pengembangan bahasa dan sastra Indonesia Dalam Antropologi, kearifan lokal (Kemdikbud RI, 2011:xvii; Putrayasa, 2017; ini dikenal dengan nama local genius, dan Sugiyono, 2017). yang di dalamnya dikenal juga sebagai Menurut Mahsun (1999), dan sarjana “pengetahuan setempat” atau indigenous lainnya, untuk peningkatan mutu or local knowledge; dan juga disebut pemakaian bahasa daerah telah dirumuskan “kecerdasan setempat” atau local genius, kebijakan pengembangan pengajaran yang menjadi dasar identitas kebudayaan bahasa daerah melalui program: (1) atau cultural identity. Menurut para Penelitian masalah pengajaran bahasa Antropolog, “kearifan lokal” tersebut daerah dan jalan pemecahannya; (2) menjadi pandangan hidup yang mendasari

22 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019 berbagai pola perilaku dan tindakan dengan PT (Perguruan Tinggi) dengan setiap masyarakat (Ayatrohaedi, 1986; bersumberkan budaya lokal (Pratama, Koentjaraningrat, 1987; dan Ansory, 2008). 2014; Malik, 2015; dan Nurhikmah, 2018). Dalam kaitannya dengan usaha Teknologisasi kekayaan bahasa, sastra, pemertahanan bahasa dan budaya Sunda, dan budaya Nusantara, sehingga generasi sejalan juga dengan pemikiran Rengga muda mudah untuk mengakses, memahami, Muslim (2013) dan sarjana lainnya, maka dan menikmati kembali kekayaan budaya mempertahankan bahasa dan budaya Sunda Nusantara, termasuk budaya Sunda di Jawa itu mempunyai tujuan untuk: menjaga Barat, Indonesia (Sobarna, 2007; Mbete, kearifan lokal dengan menemukan kembali 2017; dan Melodi, 2018). dan menghayati nilai-nilai yang terkandung Mengaktifkan media elektronik, khususnya di dalamnya; menumbuhkan rasa cinta dan melalui TV (Televisi) untuk menayangkan sikap positif terhadap bahasa dan budaya berbagai kegiatan yang mengangkat kearifan sendiri, sehingga mampu mengimbangi lokal dan budaya lokal (Juditha, 2015; Mbete, besarnya pengaruh budaya asing; serta 2017; dan Melodi, 2018). melestarikan kearifan lokal dengan Menjunjung tinggi budaya Sunda, seperti menyimpan dan mewariskan kembali mempertahankan sopan-santun, misalnya; hasil-hasil kebudayaan masa lalu dari bersalaman kepada orang tua ketika satu generasi kepada generasi selanjutnya berangkat; berbicara santun kepada orang (Muslim, 2013; Affandy, 2017; dan Purwanti yang usianya di atas kita; dan sebagainya & Sapriya, 2017). (Zakaria et al., 2011; Ambarwati, 2012; dan Banyak usaha yang dapat dilaksanakan Paranugraha, 2018). oleh kita didalam memelihara/melestarikan Bersikap santun didalam pergaulan; bahasa dan budaya Sunda agar tetap jaya, membungkuk ketika melewati orang, seperti berikut ini: sambil berkata “punten” atau permisi; dan Menjadikan bahasa daerah sebagai sebagainya (Ambarwati, 2012; Camalia, pengembangan materi muatan lokal yang 2018; dan Paranugraha, 2018). diajarkan di sekolah-sekolah, termasuk Melestarikan, mengkaji, dan menggali di perguruan tinggi. Muatan lokal dapat kearifan lokal. Kebudayaan akan terus dikelompokkan kedalam dua golongan hidup selama ada yang melestarikannya, besar, yakni berkaitan dengan pengetahuan terus ada yang mengkaji, dan ada pula yang alamiah dan yang berkaitan dengan mempelajarinya (Tilaar, 2002; Pratama, pengetahuan budaya (Mahsun, 1999; 2014; dan Sugiyono, 2017). Sedyawati, 2007:5; dan Kemdikbud RI, Mengenalkan nilai-nilai sosial-budaya 2011:45). kepada anak cucu kita, agar “henteu Memasukkan muatan kekayaan lokal, pareumeun obor” atau tidak kehilangan yang bersifat kedaerahan, kedalam bahan pedoman dan warisan yang berharga pembelajaran sastra di sekolah-sekolah (Handoko, 2009; Zakaria et al., 2011; dan (Frans, 2017; Muhyidin, 2017; dan Camalia, 2018). Mustakim, 2017). Mengenalkan kebudayaan Sunda kepada Melakukan penerjemahan kekayaan orang asing/orang lain, baik melalui budaya lokal kedalam bahasa Indonesia. pendidikan formal, informal, maupun non- Selain bertujuan untuk memperkaya budaya formal, sehingga banyak orang asing yang Indonesia, juga memiliki tujuan untuk tertarik dengan budaya dan bahasa Sunda, meningkatkan apresiasi terhadap budaya serta mempelajarinya secara tekun dan lokal (Pratama, 2014; Mbete, 2017; dan profesional (Zakaria et al., 2011; Muhyidin, Yunus, 2017). 2017; dan Camalia, 2018). Penulisan bahan bacaan dan bahan Mengalokasikan jam khusus didalam pembelajaran, baik untuk pendidikan bidang pendidikan, ada jam khusus untuk formal ataupun pendidikan informal, mulai mempelajari bahasa dan budaya Sunda dari TK (Taman Kanak-kanak) sampai pada semua jenjang dan tingkat pendidikan

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 23 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur

(Turmudzi, 2002; Zakaria et al., 2011; dan bentuknya, dapat dikenali nilai-nilai sosial Hermawan, 2012). dan budaya yang terkandung didalamnya. Mengadakan perlombaan-perlombaan Karena bahasa dan budaya ada pada ke-Sunda-an dalam bidang budaya dan masyarakat, maka mengenalinya adalah bahasa, termasuk bidang-bidang lainnya melalui bahasa dan budaya tersebut. yang ada hubung-kaitnya dengan budaya Bahasa dan budaya Sunda hidup di Sunda (cf Turmudzi, 2002; Hermawan, tengah kemajemukan bangsa Indonesia. 2012; dan Nugraha, 2017). Karenanya, ia merupakan salah satu Membuat kebijakan-kebijakan yang kekayaan bangsa yang perlu dijaga dan mengangkat kearifan lokal, misalnya dipelihara. Dengan besarnya pengaruh dibuatkannya kebijakan ke-Sunda-an globalisasi yang merasuk kedalam berbagai dengan “Rabu Nyunda”, artinya setiap hari sendi kehidupan yang ada, maka diperlukan Rabu dibiasakan berbahasa, berpakaian, usaha pemertahanan dari semua pihak dan beradat-istiadat Sunda, baik di didalam melestarikan dan menumbuhkan lembaga pendidikan maupun di lembaga kembali kearifan lokal yang ada. pemerintahan dan masyarakat di Jawa Siapa yang harus memeliharanya? Barat (Zakaria et al., 2011; Mufti, 2014; dan Tentu saja, kita semua. Ya, semua pihak Choirunisa & Alia, 2016). yang terkait untuk melestarikannya, baik Mengadakan pasanggiri (perlombaan), sebagi individu, kelompok masyarakat, sawala (seminar), biantara (pidato), maupun sebagai pembuat kebijakan, dalam workshop, dan diskusi tentang bahasa dan hal ini pemerintah. Dengan memahami budaya Sunda, serta membuat bahan-bahan dan menyadari pentingnya pemertahanan bacaan Sunda, seperti yang telah dilakukan bahasa dan budaya lokal ini, diharapkan oleh Disparbud (Dinas Pariwisata dan kita semua memiliki sikap positif dan Kebudayaan) dan Disdik (Dinas Pendidikan) reueus atau respect terhadap berbagai di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi upaya pelestarian kearifan lokal yang ada di Jawa Barat, Indonesia (Turmudzi, 2002; Indonesia.2 Zakaria et al., 2011; dan Hermawan, 2012).

KESIMPULAN 1 Referensi Bahasa dan budaya sangat berkaitan. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Melalui Affandy, Sulpi. (2017). “Penanaman Nilai-nilai bahasa, kita bisa mengenal budaya Kearifan Lokal dalam Meningkatkan Perilaku seseorang atau budaya suatu bangsa. Dari Keberagamaan Peserta Didik” dalam Atthulab, bahasa yang digunakan, dengan segala Vol.II, No.2, hlm.192-207. Ahmad, Razaq Ahmad & Andi Suwirta. (2007). 1Sebuah Pengakuan: Artikel ini – sebelum diubah- Sejarah dan Pendidikan Sejarah: Perspektif suai dan diperbaiki dalam bentuknya sekarang – pada Malaysia dan Indonesia. Bandung: Historia mulanya merupakan bagian dari Kumpulan Makalah Utama Press. SSB (Seminar Sambil Berlayar) dari Sorong ke Raja Aldi, Fahri. (2013). “Menangkat Bangsa dengan Ampat di Papua Barat, Indonesia, yang dilaksanakan Budaya di Era Globalisasi” dalam KOMPASIANA: pada tanggal 10-14 Juli 2017. Saya mengucapkan terima Beyond Blogging. Tersedia secara online juga di: kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Andi Suwirta, https://www.kompasiana.com/fahrialdi/552a2e4 M.Hum., Ketua Umum ASPENSI (Asosiasi Sarjana ef17e610568d623fd/mengangkat-bangsa-dengan- Pendidikan Sejarah Indonesia) Periode 2013-2018 dan juga Dosen Senior di Departemen Pendidikan Sejarah budaya-di-er [diakses di Cianjur, Jawa Barat, FPIPS UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Indonesia: 2 Mei 2018]. Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung, yang telah memberi peluang dan kesempatan kepada saya untuk 2Pernyataan: Saya, dengan ini, menyatakan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan SSB tersebut. Saya juga artikel ini adalah karya akademik saya sendiri. Ianya bukan mengucapkan banyak terima kasih kepada Editor Jurnal hasil plagiat, karena sumber-sumber yang saya kutip dalam SIPATAHOENAN, yang telah sudi dan teliti mengedit ulang analisis dan pembahasan, saya cantumkan secara jelas makalah saya, sehingga seperti bentuknya sekarang ini. dalam Referensi atau Daftar Rujukan. Saya menyatakan Walau bagaimanapun, semua isi dan interpretasi dalam pula bahwa artikel ini belum pernah dikirim, direviu, dan artikel ini menjadi tanggung jawab akademik saya pribadi, diterbitkan oleh jurnal ilmiah lainnya. Saya bersedia diberi dan tidak ada kena-mengena dengan bantuan yang telah sanksi akademik, sekiranya apa-apa yang saya nyatakan ini mereka berikan kepada saya. tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

24 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019

Alwasilah, A. Chaedar. (1993). Pengantar Sosiologi online juga di: http://pustaka.unpad.ac.id/ Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. wp-content/uploads/2014/03/sunda_sejarah_ Alwasilah, A. Caedar. (2000). Politik Bahasa dan budaya_dan_politik.pdf [diakses di Cianjur, Jawa Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Barat, Indonesia: 13 Mei 2018]. Ambarwati, Caroline. (2012). “Mengapa Kita Djuherman, Drs Haji. (2015). “Gerakan Kabudayaan Harus Bersikap Santun?” dalam Kompas. Kabupaten Cianjur”. Teks Lagu Tidak Com, pada 4 November. Tersedia secara Diterbitkan, tersedia dan ada pada Penulis. online juga di: https://edukasi.kompas.com/ Dyer, C. (2007). “A Suffolk Farmer in the Fifteenth read/2012/11/04/08345212/Mengapa.Kita.Harus. Century” in Agricultural History Review, Volume Bersikap.Santun?page=all [diakses di Cianjur, 55(1), pp.1-22. Jawa Barat, Indonesia: 30 Mei 2018]. Ekadjati, Edi S. (1995). Kebudayaan Sunda: Suatu Ansory, Nasruddin. (2008). Kearifan Lingkungan Pendekatan Sejarah. : Pustaka Jaya. dalam Perspektif Budaya Jawa. Jakarta: Penerbit Farid, Hilmar et al. (2018). Penetapan Warisan YOI [Yayasan Obor Indonesia]. Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2018. Arifin, E. Zaenal. (2015). “Implementasi Pasal 36 Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Undang-Undang Bahasa” dalam Jurnal Pujangga, Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Vol.1, No.2 [Desember], hlm.1-23. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Asrif. (2010). “Pembinaan dan Pengembangan Tersedia secara online juga di: https:// Bahasa Daerah dalam Memantapkan warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/ Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”. media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018. Tersedia secara online di: https://www.neliti. pdf [[diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 2 com/id/publications/287858/pembinaan- Januari 2019]. dan-pengembangan-bahasa-daerah-dalam- Frans, Thomas. (2017). “Pembelajaran Bahasa dan memantapkan-kedudukan-dan-fungsi [diakses di Sastra sebagai Penguatan dan Pemertahanan Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 20 Mei 2018]. Nilai-nilai Lokal” dalam Tahuri, Vol.14, No.2 Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa: [Agustus], hlm.8-19. Local Genius. Jakarta: Pustaka Jaya. Galba, A. (2007). Kesenian Tradisional Masyarakat Camalia, Navila. (2018). “Keluarga dan Nilai Tradisi Cianjur. Cianjur: t.p. [tanpa penerbit]. Budaya Sunda: Studi Deskriptif Keluarga Gunawan, B.P. (2017). “Gotong Royong ala Sunda di Kampung Genteng, RT 002/ RW Masyarakat Desa” dalam KOMPASIANA: Beyond 002, Kota Sukabumi”. Skripsi Sarjana Tidak Blogging. Tersedia secara online juga di: https:// Diterbitkan. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu www.kompasiana.com/gunawanbp/5947fc3ba20 Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah 8c015653c47a3/gotong-royong-ala-masyarakat- dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif desa [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Hidayatullah. Tersedia secara online juga 13 Mei 2018]. di: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ Hanan, Shofira. (2017). “Maenpo, Silat Cianjur yang bitstream/123456789/39634/1/NAVILA%20 Besar di Kampung Orang” dalam Pikiran Rakyat. CAMALIA-FITK [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Com, pada 5 Oktober. Tersedia secara online juga Indonesia: 20 Mei 2018]. di: https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/ Chaika, Elaine. (1982). Language: The Social Mirror. pr-01287105/maenpo-silat-cianjur-yang-besar-di- Rowley, London: Newbury-House Publishers, Inc. kampung-orang-410930 [diakses di Cianjur, Jawa Choirunisa, Kulsum & Mirna Nur Alia. (2016). Barat, Indonesia: 13 Mei 2018]. “Implementasi Program Rebo Nyunda dalam Handayani, Wuri & Nia Emilda. (2018). “Pedagogi Menumbuhkan Pendidikan Kearifan Lokal Siswa” Estetik Berbasis Kearifan Lokal melalui Kriya dalam EDUTECH, Vol.15, No.2 [Juni], hlm.155-169. Nusantara Batik Cianjur” dalam Journal of Urban Christiani, Lydia. (2018). “Peran Perpustakaan dalam Society’s Art, Vol.5, No.2 [Oktober], hlm.59-65. Mewujudkan Budaya Informasi Masyarakat” Handoko, A. (2009). “Ngaos, Mamaos, dan Maenpo dalam ANUVA, Volume 2(2), hlm.205-212. yang Tergerus Zaman” dalam Maju Terus: Danasasmita, M. (2001). Wacana Bahasa dan Sastra Ekspedisi Humaniora, pada 11 November. Sunda Lama. Bandung: STSI [Sekolah Tinggi Seni Tersedia secara online di: http://satimterus. Indonesia] Press. blogspot.com/2009/11/ngaos-mengajarkan- Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti keutamaan-hidup.html [diakses di Cianjur, Jawa Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Barat, Indonesia: 13 Mei 2018]. Darheni, Nani. (2016). “Gaya Bahasa Perbandingan Hasanah, A., N. Gustini & D. Rohaniawati. (2016). dalam Lirik Tembang Cianjuran: Ekspresi Nilai-nilai Karakter Sunda. Yogyakarta: Karakter Masyarakat Sunda di Jawa Barat” dalam Deepublish. Metalingua, Vol.14, No.1 [Juni], hlm.83-102. Hermawan, Iwan. (2012). “Kearifan Lokal Sunda Dewantara, Ki Hadjar. (1957). Pendidikan. Jogjakarta: dalam Pendidikan” dalam Widyariset, Vol.15, Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa. No.1 [April], hlm.29-38. Dienaputra, Reiza D. (2011). Sunda: Sejarah, Hidayat, Nandang Sarip. (2014). “Hubungan Budaya, dan Politik. Bandung: Sastra UNPAD Berbahasa, Berpikir, dan Berbudaya” dalam Sosial [Universitas Padjadjaran] Press. Tersedia secara Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 25 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur

Budaya, Vol.11, No.2 [Juli-Desember]. Tersedia Kuntarto, Eko. (2017). Memahami Konsepsi secara online juga di: https://media.neliti. Psikolinguistik. Jambi: Penerbit FKIP UNIJA com/media/publications/40471-ID-hubungan- [Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, berbahasa-berpikir-dan-berbudaya.pdf [diakses di Universitas Jambi]. Tersedia secara online juga di: Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 7 Mei 2018]. https://repository.unja.ac.id/5907/1/BUKU%20 Hiroko, Otsuka. (2010). “Mengenal Jati Diri Budaya PSIKOLINGUISTIK.pdf [diakses di Cianjur, Jawa Bangsa melalui Bahasa” dalam Siti Maryam [ed]. Barat, Indonesia: 20 Mei 2018]. Budaya Nusantara sebagai Basis Pendidikan. Kurnia, Ganjar. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Bandung: CELTICS Press. Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Hodidjah. (2017). “Bahasa Mempengaruhi Budaya Jawa Barat. atau Sebaliknya”. Tersedia secara online di: Magta, Mutiara. (2013). “Konsep Pendidikan Ki Hajar https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/ Dewantara pada Anak Usia Dini” dalam Jurnal file/TULISAN/tdga1335500676.pdf [diakses di Pendidikan Usia Dini, Vol.7, No.2 [November]. Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 7 Mei 2018]. Tersedia secara online juga di: https://media. Humboldt, Wilhelm von. (1969). The Limits of State neliti.com/media/publications/117803-ID- Action. London: Cambridge University Press. konsep-pendidikan-ki-hajar-dewantara-pad.pdf Indah, Rohmani Nur. (2017). Gangguan Berbahasa: [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Kajian Pengantar. Malang: UIN [Universitas 13 Mei 2018]. Islam Negeri] Maliki Press. Tersedia secara Maharani, Pisca. (2015). “Budaya Sunda”. Tersedia online juga di: http://repository.uin-malang. secara online di: https://piscamaharani. ac.id/1296/6/1296.pdf [diakses di Cianjur, Jawa wordpress.com/2015/10/30/budaya-sunda/ Barat, Indonesia: 7 Mei 2018]. [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Juditha, Christiany. (2015). “Televisi Lokal dan 13 Mei 2018]. Konten Kearifan Lokal: Studi Kasus di Sindo TV Mahsun. (1999). “Bahasa Daerah sebagai Sarana Kendari” dalam Jurnal Penelitian Komunikasi Peningkatan Pemahaman Kondisi Kebhinekaan dan Pembangunan, Vol.16, No.1 [Juni], hlm.49- dalam Ketunggalikaan Masyarakat Indonesia ke 64. Tersedia secara online juga di: https://media. Arah Pemikiran dalam Mereposisi Fungsi Bahasa neliti.com/media/publications/231017-televisi- Daerah” dalam Hasan Alwi & Dendy Sugono [eds]. lokal-dan-konten-kearifan-lokal-84e3224d.pdf Risalah Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Bahasa. 30 Mei 2018]. Malik, Halim. (2015). “Pendidikan Non-Formal dan Kemdikbud RI [Kementerian Pendidikan dan Peranannya dalam Pendidikan Anak Usia Dini” Kebudayaan Republik Indonesia]. (2011). Politik dalam KOMPASIANA: Beyond Blogging. Tersedia Bahasa: Risalah Seminar Politik Bahasa. Jakarta: secara online juga di: https://www.kompasiana. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. com/unik/5500ac49a333115373511973/ Keesing, Roger M. (2017). “Teori-teori tentang pendidikan-non-formal-dan-peranannya-dalam- Budaya” dalam Antropologi, No.52. Tersedia pendidikan-anak-usia-dini [diakses di Cianjur, secara online juga di: http://pusdikmin. Jawa Barat, Indonesia: 30 Mei 2018]. com/perpus/file/TEORI%20TEORI%20 Manan, Imran. (1989). Dasar-dasar Sosial Budaya KEBUDAYAAN.pdf [diakses di Cianjur, Jawa Pendidikan. Jakarta: Ditjendikti Depdikbud Barat, Indonesia: 7 Mei 2018]. RI [Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Koentjaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1. Jakarta: Penerbit UI [Universitas Indonesia] Republik Indonesia]. Press. Marzali, Amri. (2006). “Pergeseran Orientasi Nilai Koko, Mang. (2017a). “Karatagan Pahlawan” dalam Kultural dan Keagamaan di Indonesia: Sebuah Lagu Sunda Karatagan Pahlawan: Mang Koko, Esai dalam Rangka Mengenang Almarhum Prof. pada 5 November. Tersedia secara online juga Koentjaraningrat” dalam Antropologi Indonesia, di: https://www.ekaikhsanudin.net/2017/11/ Vol.30, No.3. Tersedia secara online juga di: lagu-sunda-karatagan-pahlawan.html [diakses di http://www.ijil.ui.ac.id/index.php/jai/article/ Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 20 Mei 2018]. viewFile/3566/2837 [diakses di Cianjur, Jawa Koko, Mang. (2017b). “Tanah Sunda” dalam Lirik Barat, Indonesia: 20 Mei 2018]. Lagu Sunda: Tanah Sunda. Tersedia secara Mbete, Aron Meko. (2017). “Strategi Pemertahanan online juga di: http://liriklokal.blogspot. Bahasa Nusantara”. Tersedia secara online di: com/2017/11/lirik-lagu-sunda-tanah-sunda.html www.eprints.undip.ac.id [diakses di Cianjur, Jawa [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Barat, Indonesia: 2 Mei 2018]. 20 Mei 2018]. Melodi, Shinta. (2018). “Ini yang Mesti Dilakukan Koko, Mang. (2018). “Sabilulungan” dalam oleh Generasi Milenial terhadap Warisan Budaya Sabilulungan: Persatuan yang Tak Boleh Bangsa Indonesia” dalam KOMPASIANA: Beyond Terlupakan. Tersedia secara online di: https:// Blogging. Tersedia secara online juga di: https:// budaya-indonesia.org/Sabilulungan-Persatuan- www.kompasiana.com/shinta20295/5b8ab29 yang-Tak-Boleh-Terlupakan [diakses di Cianjur, 1677ffb1c1e38bfa2/ini-yang-mesti-dilakukan- Jawa Barat, Indonesia: 10 Januari 2019]. generasi-milenial-terhadap-warisan-budaya-

26 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019

bangsa-indonesia [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Publications. Indonesia: 3 Januari 2019]. Pratama, Ashar W. (2014). “Upaya Pelestarian Mufti, Hagia Putri. (2014). “Sosialisasi Program Budaya Lokal oleh Pusat Kegiatan Belajar Rebo Nyunda oleh Ridwan Kamil: Studi Kasus di Mengajar (PKBM) Dewi Fortuna melalui Kalangan Pelajar Kota Bandung”. Skripsi Sarjana Pelatihan Pengkaderan Berbasis Budaya”. Skripsi Tidak Diterbitkan. Bandung: FPBS UPI [Fakultas Sarjana Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY [Fakultas Pendidikan Indonesia]. Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta]. Muhyidin, Asep. (2017). Pemertahanan Nilai-nilai Tersedia secara online juga di: https://core.ac.uk/ Budaya Lokal dalam Pembelajaran Sastra di download/pdf/33519137.pdf [diakses di Cianjur, Sekolah. Jakarta: Badan Bahasa Kemdikbud Jawa Barat, Indonesia: 30 Mei 2018]. RI [Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Purwanti, Metty Indah & Sapriya. (2017). Republik Indonesia]. Tersedia secara online juga “Implementasi Nilai-nilai Kearifan Lokal Sunda di: www.badanbahasa.kemdikbud.go.id [diakses dalam Pembelajaran PKn sebagai Penguat di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 2 Mei 2018]. Karakter Siswa: Studi Kasus di SMP Negeri 3 Mujib, Ahmad. (2009). “Hubungan Bahasa dan Purwakarta” dalam JPIS: Jurnal Pendidikan Ilmu Kebudayaan: Perspektif Sosiolinguistik” Sosial, Vol.26, No.1 [Juni], hlm.39-52. dalam Adabiyyat, Vol.8, No.1 [Juni]. Tersedia Putrayasa, I Gusti Ngurah Ketut. (2017). Fungsi dan secara online juga di: http://digilib.uin- Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan suka.ac.id/22578/1/Ahmad%20Mujib-%20 Bangsa. Bali: Program Studi Sastra Indonesia, HUBUNGAN [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Indonesia: 13 Mei 2018]. Tersedia secara online juga di: https://simdos. Muslim, Rengga. (2013). “Pemertahanan unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4592 Bahasa Daerah sebagai Salah Satu Upaya 0a41171118b37f21f08aed7d9a2b.pdf [diakses di Pelestarian Kearifan Lokal di Indonesia” dalam Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 27 Mei 2018]. KOMPASIANA: Beyond Blogging. Tersedia secara Rahardjo, Mudjia. (2017). “Bahasa, Pemikiran, dan online juga di: www.kompasiana.com [diakses di Peradaban: Telaah Filsafat Pengetahuan dan Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 2 Mei 2018]. Sosiolinguistik”. Naskah Pidato Pengukuhan Mustakim. (2017). “Bahasa sebagai Jati Diri Bangsa”. Guru Besar Bidang Ilmu Sosiolinguistik, Fakultas Tersedia secara online di: http://badanbahasa. Humaniora dan Budaya, UIN [Universitas Islam kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/bahasa- Negeri] Malang. Tersedia secara online juga di: sebagai-jati-diri-bangsa-0 [diakses di Cianjur, https://core.ac.uk/download/pdf/35320917.pdf Jawa Barat, Indonesia: 30 Mei 2018]. [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 2 Mei Nendang, A. (1995). Babad Menak-menak Sunda: 2018]. Sajarah Bopati-bopati Cianjur. Bandung: Rahman, Fathur. (2017). “Budaya Sunda Dikenal Penerbit UNPAS [Universitas Pasundan] Press. dengan Budaya yang Sangat Menjunjung Tinggi Nugraha, Happy. (2017). “Upaya The Japan Sopan-Santun”. Tersedia secara online di: https:// Foundation dalam Meningkatkan Hubungan www.scribd.com/doc/102357828/Budaya- Kerjasama Indonesia – Jepang di Bidang Budaya” Sunda-Dikenal-Dengan-Budaya-Yang-Sangat- dalam eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Menjujung-Tinggi-Sopan-Santun [diakses di Volume 5(4), hlm.1133-1148. Tersedia secara Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 2 Mei 2018]. online juga di: https://ejournal.hi.fisip-unmul. Rohullah, Ratu. (2017). “Pengaruh Perilaku Bahasa ac.id/site/wp-content/uploads/2017/09/Jurnal dalam Masyarakat terhadap Mutu Pendidikan [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: dan Perkembangan Sikap/Karakter pada Anak 30 Mei 2018]. Usia Dini” dalam The 1st Education and Language Nurhikmah. (2018). Kapita Selekta Pendidikan: International Conference Proceedings, Konseptual Pendidikan dari Berbagai Sudut hlm.692-702. Pandang. Makassar: Badan Penerbit UNM Rozi, Fahrul. (2015). “Mengenal Budaya melalui [Universitas Negeri Makassar]. Tersedia secara Bahasa” dalam KOMPASIANA: Beyond Blogging. online juga di: http://eprints.unm.ac.id/16404/1/ Tersedia secara online juga di: https://www. kapita%20selekta%20cetak.pdf [diakses di kompasiana.com/fahrul.rozi165/5520e6bba3331 Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 13 Januari 2019]. 15b4a46cdbe/mengenal-budaya-melalui-bahasa Paranugraha, Adib. (2018). “Sopan Santun: [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Cerminan Karakter dan Jiwa Sportivitas” dalam 7 Mei 2018]. Good News from Indonesia, pada 27 Agustus. Ruswandi, Tardi. (2016). “Kreativitas Mang Koko Tersedia secara online juga di: https://www. dalam Karawitan Sunda” dalam Panggung, goodnewsfromindonesia.id/2018/08/27/sopan- Vol.26, No.1 [Maret]. Tersedia secara online juga santun-cerminan-karakter-dan-jiwa-sportifitas di: https://docplayer.info/35881165-Kreativitas- [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: mang-koko-dalam-karawitan-sunda.html [diakses 13 Januari 2019]. di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 20 Mei 2018]. Patton, M.Q. (1990). Qualitative Evaluation Sedyawati, Edi. (2007). Keindonesiaan dalam and Research Methods. Newbury Park: Sage Budaya. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 27 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur

Setiyadi, Alif Cahya. (2017). “Bahasa dan Berbahasa Budaya Sunda” dalam Jurnal Kebudayaan, Perspektif Psikolinguistik” dalam At-Ta’dib, Vol.13, No.1 [Agustus], hlm.31-44. Vol.4, No.2 [Sya’ban]. Tersedoa secara online juga Tarigan, Henry Guntur. (1984). Psikolinguistik. di: https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index. Bandung: Penerbit Angkasa. php/tadib/article/viewFile/589/526 [diakses di Tauchid, Moch et al. (1967). Karja Ki Hadjar Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 7 Mei 2018]. Dewantara, Bagian 11 A: Kebudajaan. Jogjakarta: Sobarna, Cece. (2007). “Bahasa Sunda: Sudah di Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Ambang Pintu Kematiankah?” dalam MAKARA: Teguh, Irfan. (2017). “Mang Koko Mengabadikan Sosial Humaniora, Vol.11, No.1 [Juni], hlm.13- Hijrah Siliwangi dan Tragedi DI/TII” dalam 17. Tersedia secara online juga di: https://media. Tirto.Id, pada 15 Juli. Tersedia secara online juga neliti.com/media/publications/4345-ID-bahasa- di: https://tirto.id/mang-koko-mengabadikan- sunda-sudah-di-ambang-pintu-kematiankah.pdf hijrah-siliwangi-dan-tragedi-ditii-csJ9 [diakses di [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 20 Mei 2018]. 20 Mei 2018]. Thomas, L. & S. Wareing. (2007). Bahasa, Soelaeman, M.I. (1988). Suatu Telaah tentang Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Manusia-Religi-Pendidikan. Jakarta: Ditjendikti Pustaka Pelajar, Terjemahan. Depdikbud RI [Direktorat Jenderal Pendidikan Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Republik Indonesia]. Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: PT Remaja Rosdakarya. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Trilaksono, Agung. (2016). “Semboyan Ki Hajar Bandung: Alfabeta. Dewantara sebagai Acuan Kontribusi Guru” dalam Sugiyono. (2017). “Pelindungan Bahasa Daerah dalam KOMPASIANA: Beyond Blogging. Tersedia secara Kerangka Kebijakan Nasional Kebahasaan”. online juga di: https://www.kompasiana.com/ju Tersedia secara online di: http://badanbahasa. mbo1966/5852bbceb07e61082f17f5f5/semboyan- kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/ ki-hajar-dewantara-sebagai-acuan-kontribusi- pelindungan-bahasa-daerah-dalam-kerangka- guru [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: kebijakan-nasional-kebahasaan [diakses di 20 Mei 2018]. Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 20 Januari 2019]. Turmudzi, D. (2002). “Transformasi Budaya Suna Sumantri, Muhammad S. (2017). “Hakikat Manusia melalui Sistem Persekolahan: Studi Kasus pada dan Pendidikan: Modul 1”. Tersedia secara SMU Pasundan” dalam Mimbar Pendidikan, online di: http://repository.ut.ac.id/4028/1/ Volume 4, hlm.27-34. MKDK4001-M1.pdf [diakses di Cianjur, Jawa Wahya. (2013). “Perencanaan Bahasa Sunda ke Barat, Indonesia: 2 Mei 2018]. Depan untuk Mendukung Bahasa Sunda sebagai Sumpena, Deden. (2012). “Islam dan Budaya Lokal: Media Transformasi Budaya Sunda”. Tersedia Kajian terhadap Interelasi Islam dan Budaya secara online di: http://pustaka.unpad.ac.id/ Sunda” dalam ILMU DAKWAH: Academic wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_ Journal for Homiletic Studies, Vol.6, No.1 [Juni], Perencanaan_-Bahasa_-Sunda.pdf.pdf [diakses di hlm.101-120. Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 20 Mei 2018]. Supatra, Hendarto. (2017). “Pokok-pokok Bahasan Wahya & Muhamad Adji. (2016). “Penerusan Bahasa Kebahasaan dalam Kajian Antropologi Bahasa” Sunda Antargenerasi melalui Pengajaran di dalam NUSA, Vol.12, No.2 [Mei], hlm.1-13. Sekolah Dasar sebagai Upaya Pemertahanan Suprayogi. (2017). “Gerakan Tujuh Program Bahasa Daerah” dalam Jurnal Tutur, Vol.02, Keagamaan Bentuk Masyarakat Cianjur No.01 [Februari]. Berkarakter Sauyunan, Someah, serta Tangguh”. Wandansari, G.K.R. (2017). “Aktulialisasi Nilai-nilai Tersedia secara online di: https://cianjurkab. Tradisi Budaya Daerah sebagai Kearifan Lokal go.id/gerakan-tujuh-program-keagamaan-bentuk- untuk Memantapkan Jatidiri Bangsa”. Tersedia masyarakat-cianjur-berkarakter-sauyunan- secara online di: http://ikadbudi.uny.ac.id/sites/ someah-serta-tangguh/ [diakses di Cianjur, Jawa ikadbudi.uny.ac.id/files/lampiran/MAKALAH_0. Barat, Indonesia: 13 Mei 2018]. pdf [diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Suryaningrat, Bayu. (2017). Sajarah Cianjur sareng 7 Mei 2018]. Raden Aria Wira Tanu Dalem Cikundul, Cianjur. Warami, Hugo. (2016). “Bahasa dalam Gerbang Jakarta: Rukun Warga Cianjur. Filsafat Pendidikan: Perspektif Ontologi Bahasa Suwirta, Andi. (2018). “Hidup Merdeka!” dalam surat dan Budaya” dalam Jurnal Triton Pendidikan, kabar Pikiran Rakyat. Bandung: 16 Agustus. Vol.01, No.01 [April]. Tersedia secara online Swasono, Meutia Farida Hatta. (2003). “Kebudayaan juga di: https://media.neliti.com/media/ Nasional Indonesia: Penataan Pola Pikir”. publications/236326-bahasa-dalam-gerbang- Makalah disampaikan dalam Kongres filsafat-pendidikan-dc8e7ec4.pdf [diakses di Kebudayaan V di Bukittinggi, Sumatera Barat, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 7 Mei 2018]. Indonesia, pada tanggal 20-22 Oktober. Warnaen, S. et al. (1987). Pandangan Hidup Orang Syahdiana, Susi. (2018). “Etnopedagogik dalam Sunda seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan Pasanggiri Asah Kaparigelan Basa, Sastra, jeung dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek

28 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Volume 5(1), April 2019

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda, Infor Publik, pada 30 Mei. Tersedia secara online Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen juga di: http://infopublik.id/read/158618/ Pendidikan dan Kebudayaan. bupati-cianjur-luncurkan-gerakan-salat-subuh- Widowati, Utami. (2015). “Tanda-tanda Orang yang berjamaah.html [diakses di Cianjur, Jawa Barat, ‘Berpikir’ dengan Hati” dalam CNN Indonesia, Indonesia: 13 Mei 2018]. pada 2 Agustus. Tersedia secara online juga Yunus, Syarif. (2014). “Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ di: https://www.cnnindonesia.com/gaya- Langit Dijunjung” dalam KOMPASIANA: Beyond hidup/20150730094925-277-69021/tanda-tanda- Blogging. Tersedia secara online juga di: https:// orang-yang-berpikir-dengan-hati [diakses di www.kompasiana.com/syarif1970/5926def182a Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 7 Mei 2018]. fbdc2630c0aad/di-mana-bumi-dipijak-di-situ- Wiradiredja, Mohamad Yusuf. (2012). “Peranan langit-dijunjung?page=all [diakses di Cianjur, R.A.A. Wiranatakusumah V dalam Penyebaran Jawa Barat, Indonesia: 2 Mei 2018]. Tembang Sunda Cianjuran” dalam PANGGUNG: Yunus, Rasid. (2017). Nilai-nilai Kearifan Lokal Jurnal Seni & Budaya, Vol.22, No.3 [Juli- (Local Genius) sebagai Penguat Karakter September], hlm.283-292. Tersedia secara Bangsa: Studi Empiris tentang Huyula. online juga di: http://digilib.mercubuana. Yogyakarta: Deepublish. ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_ Zakaria, Mumuh Muhsin et al. (2011). “Kajian Artikel_680332141885.pdf [diakses di Cianjur, Identifikasi Permasalahan Kebudayaan Sunda: Jawa Barat, Indonesia: 13 Mei 2018]. Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa yang Akan Wulandari, Eliana, Ernah & Dika Supyandi. (2017). Datang”. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan. “Penguatan Kemampuan Manajerial Petani Bandung: FS UNPAD [Fakultas Satra, Universitas melalui Pelatihan dan Pendampingan Pencatatan Padjadjaran]. Tersedia secara online juga Finansial Usaha Tani di Kabupaten Cianjur” di: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/ dalam DHARMAKARYA: Jurnal Aplikasi Ipteks uploads/2013/10/KAJIAN-IDENTIFIKASI- untuk Masyarakat, Vol.6, No.3 [September], PERMASALAHAN-KEBUDAYAAN-SUNDA.pdf hlm.189-192. [[diakses di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: Yinger, J. Milton. (1960). “Contraculture and 20 Mei 2018]. Subculture” in American Sociological Review, Zuhri, Damanhuri. (2016). “Partai Idaman Cianjur Volume 25(5), October, pp.625-635. Dukung Gerakan Shalat Subuh Berjamaah” dalam Yoga, Miarti. (2016). “Someah Hade ka Semah”. Republika.Co.Id, pada 18 Juni. Tersedia secara Tersedia secara online di: http://bandung.pks. online juga di: https://www.republika.co.id/ id/2016/01/someah-hade-ka-semah.html [diakses berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/06/18/ di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia: 13 Mei 2018]. o8xmj9-partai-idaman-cianjur-dukung-gerakan- Yonavilbia, Eka. (2016). “Bupati Cianjur Luncurkan shalat-subuh-berjamaah [diakses di Cianjur, Jawa Gerakan Salat Subuh Berjamaah” dalam IP: Barat, Indonesia: 13 Mei 2018].

© 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 29 ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan IIS RISTIANI, Menjunjung Kearifan Budaya Cianjur

Masyarakat Cianjur (Sumber: https://www.eramuslim.com/berita, 25/1/2019)

Masyarakat Cianjur di Jawa Barat, Indonesia memiliki gerakan kebudayaan dengan memperkenalkan tujuh pilar budayanya. Ketujuh pilar budaya tersebut adalah: “ngaos” (membaca); “mamaos” (mengaji/menyanyi); “maenpo” (silat/seni beladiri); “tatanen” (bertani); “tangginas” (aktif/kreatif); dan “someah” (ramah/baik hati).

30 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia ISSN 2407-7348 and www.journals.mindamas.com/index.php/sipatahoenan