BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian legenda tokoh pencak silat Indonesia yaitu Enny Rukmini
Sekarningrat, Suko Winadi, dan Eddie Mardjoeki Nalapraya akan membahas mengenai sepak terjang ketiga tokoh tersebut di dalam mengembangkan pencak silat di Indonesia dan luar negeri. Penelitian legenda tokoh pencak silat Indonesia, Enny Rukmini
Sekarningrat dilakukan di Jawa Barat terutama di Kabupaten Garut dan Kota Bandung.
Kemudian penelitian legenda tokoh pencak silat Indonesia, Suko Winadi dilakukan di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terakhir penelitian legenda tokoh pencak silat
Indonesia, Eddie Mardjoeki Nalapraya dilakukan di Provinsi DKI Jakarta.
Langkah penelitian dimulai dengan melakukan wawancara, observasi, dan pengumpulan dokumentasi serta berbagai arsip yang berkaitan dengan legenda tokoh pencak silat Indonesia (Enny Rukmini Sekarningrat, Suko Winadi, Eddie Mardjoeki
Nalapraya). Wawancara tidak hanya dilakukan dengan ketiga legenda tokoh pencak silat Indonesia tersebut melainkan juga dengan keluarga atau ahli waris dan para kerabat dekat pencak silat dari setiap tokoh. Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi lapangan seperti mengunjungi rumah legenda tokoh pencak silat Indonesia,
Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI), dan beberapa tempat bersejarah yang berkaitan dengan legenda tokoh pencak silat Indonesia untuk menunjang dalam melakukan pengambilan data penelitian.
56
B. Pembahasan dan Temuan
1. Rd. Enny Rukmini Sekarningrat
a. Riwayat Hidup Rd. Enny Rukmini Sekarningrat
Enny Rukmini Sekarningrat cukup terkenal dikalangan masyarakat luas
terutama bagi mereka yang mencintai seni budaya beladiri pencak silat. Bahkan
namanya telah tercatat sebagai Majelis Pakar PB. IPSI (1999) dan Dewan
Pertimbangan PB. IPSI (2003: 41). Tidaklah mengherankan apabila namanya sudah
dikenal hingga ke tingkat Internasional. Memang kalau kita belum mengenalnya
sekilas terlihat galak apalagi didukung oleh sorot mata yang tajam membuat orang
yang melihatnya menjadi segan. Namun semua itu tidak benar, buktinya bila sudah
terlibat perbincangan dengannya ternyata beliau adalah seorang yang ramah, baik,
sopan dan rendah hati.
Dalam Jessie Jasmin (2017) panggilan Enny Rukmini Sekarningrat dalam
kesehariannya dipanggil dengan sebutan Ibu Enny. Tetapi umumnya para pesilat di
lingkungan Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur memanggilnya dengan sebutan
mamih Enny. Sebutan terakhir ini adalah merupakan kebiasaan pesilat Panglipur
yang sudah dekat dengannya. Pernah ada yang menanyakan, “Apakah betul Ibu ada
keturunan Belanda”? “Saya jawab tidak dan memang sebenarnya saya bukan
keturunan orang Belanda”, tuturnya.
Bahkan pertanyaannya tidak cukup sampai di situ saja, kadang-kadang
mereka suka meneruskan dengan pertanyaan lain, “Ah masa, buktinya raut muka
57
Ibu mirip Indo”? Mendengar pertanyaan seperti itu Enny Rukmini Sekarningrat hanya tersenyum “Mungkin karena saya cukup lama bersama-sama dengan orang
Belanda, ketika masih sekolah di Zending School. Tidak heran apabila saya terpengaruh oleh kebiasaan orang Belanda dan kebetulan kulit saya putih, sehingga orang menyangka bahwa saya mirip orang bule. Padahal saya tidak ada keturunan
Indo, ayah saya Abah Aleh keturunan Banten dan Ibu saya Ma Uki asli orang
Garut”, tuturnya.
Enny Rukmini Sekarningrat lahir di Gang Durman, Bandung pada tahun
1915 dari orang tua yang bernama Abah Aleh dan Ma Uki. Mempunyai dua orang anak, yang pertama Imas Sumartini dan yang kedua Djadja Widjayakusumah. Pada tahun 1946 Enny Rukmini Sekarningrat menjadi guru agama di Bandung di bawah pimpinan Ajengan Toha dan Rachmat Sulaeman. Enny Rukmini Sekarningrat menggabungkan diri sebagai wanita pejuang kemerdekaan pada pasukan Pangeran
Papak di Wanaraja, Garut dibawah pimpinan Mayor S.M. Kosasih sebagai anggota pasukan penggempuran.
Dalam M. Halwi Dahlan (2011: 264-265), tahun 1947 Enny Rukmini
Sekarningrat bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Letkol. Abimayu dan
Mayor U. Rukman sampai hijrah ke Yogykarta lalu kembali ke Jawa Barat dan berhenti sebagai pejuang tahun 1949. Tahun 1950 Enny Rukmini Sekarningrat kembali dan menjadi masyarakat biasa. Pengembaraan di hutan belantara berakhir dengan turunnya para pengungsi ke kota Bandung. Enny Rukmini Sekarningrat
58 tadinya berjuang memakai senjata, namun setelah itu perjuangan beliau diteruskan dalam bentuk lain yaitu salah satunya melestarikan dan mengembangkan seni budaya pencak silat sebagai salah satu warisan budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.
Sejak berdirinya PPSI pada tahun 1957, waktu itu dibawah pimpinan
Pangdam Lima Siliwangi Jenderal Kosasih berusaha sekuat tenaga berserta keluarga besar Panglipur lainya menggalakan seni beladiri pencak silat. Tentu tidak seenak atau semudah yang beliau harapkan, sebab waktu itu bantuan dari pemerintah maupun masyarakat belum dapat diandalkan. Apalagi yang namanya pencak silat, banyak orang yang ingin memiliki kepandaian ini tetapi sedikit sekali yang mau mengeluarkan uang atau dana untuk itu.
Namun Enny Rukmini Sekarningrat dan para kawan seperguruan dari
Panglipur seperti Rd. H. Adang Mohammad Moesa, Harun, Tarmedi, Kol. H.
MSTA Jhonny, M. Umbit, Bakri, Udi Widjaya dan warga Panglipur lainya terus berjuang melestarikan ilmu pencak silat warisan Abah Aleh sebagai pendiri
Panglipur yang sebelumnya berjuang tanpa pamrih hingga Panglipur diakui pemerintah sebagai organisasi yang resmi.
Enny Rukmini Sekarningrat sebagai pewaris dan sekaligus penerus HPS
Panglipur diberi kepercayaan untuk memimpin Panglipur sampai dengan yang terakhir pada tahun 2010 beserta cabang-cabangnya senantiasa berpartisipasi mengisi program pemerintah dengan mengisi berbagai acara di Televisi pemerintah
59 maupun swasta. Mengikuti berbagai festival baik dalam tingkat nasional maupun internasional dan kejuaraan-kejuaraan yang diselenggarakan oleh IPSI baik tingkat
IPSI Kabupaten atau Kota, IPSI Daerah maupun IPSI Pusat (PB. IPSI) baik dalam kejuaraan PORDA, PON, SEA Games dan event lain baik nasional maupun internasional. Mengadakan pementasan khusus dalam mencari dana dalam rangka malam amal Pekan Raya Jakarta (PRJ), bencana alam, HUT Kemerdekaan Republik
Indonesia, HUT Siliwangi, juga turut aktif membina mental spiritual melalui paguron atau perguruan.
Enny Rukmini Sekarningrat pernah melatih anggota tentara Rindam VI
Siliwangi, Kompi Protokol pimpinan Kapten H. MSTA Jhonny (terakhir berpangkat
Kolonel). Beliau juga pernah melatih angota tentara BPD II Siliwangi Pangalengan.
Pada waktu itu komandannya adalah Letkol Suryamin dan melatih pemuda-pemuda yang putus sekolah.
Di bidang pendidikan, beliau pernah melatih para murid dari sekolah dari
SPG, SMP, SMA dan Mahasiswa serta siswa-siswa Dodiklat Polri, para anak dari orang tua Corps Polisi Militer (CPM) Cimahi, pernah mendirikan organisasi
Himpunan Pengusaha Becak Indonesia (HPBI) Jawa Barat, membuka sekolah keterampilan Pertiwi pada tahun 1980 di Gang Panglipur, Jl. Dewi Sartika Bandung dengan nama Sekolah Keterampilan Pertiwi. Tahun 1980 memimpin rombongan pencak silat Panglipur ke Singapura bersama dengan Rd. H. Suhari Sapari dan terakhir ditunjuk sebagai pakar pencak silat oleh PB. IPSI untuk berangkat ke
60
Malaysia bersama-sama dengan Rd. H. Adang Mohammad Moesa sebagai perwakilan tokoh Jawa Barat dan yang kedua ke Trenggono Malaysia dengan E.
Kusnadi ketua cabang Panglipur Cimahi Bandung.
Atas prakarsa Gubernur Jawa Barat H. Aang Kunaefi pada tahun 1978 di bentuk suatu tim kesenian Jawa Barat yang khusus dipersiapkan untuk menyambut para tamu negara yang datang atau berkunjung ke Jawa Barat. Tim tersebut diberi nama Tim Protokoler Jawa Barat yang terdiri dari pencak silat Panglipur, tari, dogdog lajor, sisingaan, buncis, umbul-umbul dan lainnya.
Gambar 1. Enny Rukmini Sekarningrat ketika masih muda. (Dokumen: HPS Panglipur) b. Masa Kecil Abah Aleh
Abah Aleh lahir di Kabupaten Garut tahun 1856 dari pasangan R.
Suriadilaga dan Eyang Pinot. Suriadilaga bekerja sebagai Anemer di Stasiun kereta api Cibatu, Garut, Jawa Barat. Selama bekerja di stasiun kereta api Cibatu,
61
Suriadilaga menetap di daerah Sumursari, Sukasono sebuah kampung yang berada di kaki gunung dekat dengan anak stasiun Pasir Jengkol. Di tempat tinggal sementaranya inilah Suriadilaga bertemu dan menikah degan gadis asli daerah tersebut yaitu ibu dari Abah Aleh yang bernama Eyang Pinot.
Sebagai seorang Anemer yang berkerja di Stasiun kereta api tidak bisa seterusnya tinggal menetap selamanya dan kadang harus berpindah tempat. Pada saat waktu Eyang Pinot mengandung Abah Aleh, Suriadilaga mendapat perintah dari pemerintah Belanda agar berpindah tugas untuk kembali lagi di Banten.
Mendengar Suriadilaga yang akan dipindah tugaskan ke Banten, Eyang Pinot tidak mau ikut dengan sang suami dikarenakan kondisi kandungan dan juga keluarganya yang tidak mengizinkan untuk meninggalkan Sukasono.
Dengan terpaksa dan berat hati pasangan yang baru saja menikah serta akan memiliki buah hati tersebut harus bercerai serta meninggalkan Eyang Pinot yang mengandung Abah Aleh pada saat baru berumur 7 bulan didalam kandungan.
Sebelum meninggalkan Garut, Suriadilaga sempat berpesan apabila kelak tidak bisa kembali ke Garut karena pekerjaanya, Suriadilaga berharap kelak anaknya nanti bisa menemuinya di kampung Menes, Banten.
Setelah Abah Aleh lahir, tumbuh dan besar di bawah bimbingan Eyang
Pinot. Setelah beberapa tahun Suriadilaga tidak bisa kembali ke Garut. Maka Eyang
Pinot memutuskan untuk menikah kembali agar Aleh kecil memiliki ayah yang baik dan bisa menyayanginya. Ayah tiri Aleh bernama Almad yang merupakan seorang
62 pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Setiap hari Almad mencari hasil hutan dari Gunung Sedakeling untuk dibuat menjadi perkakas rumah tangga dan dijual untuk menghidupi keluarga kecilnya. Almad sangat menyayangi istri dan anak tirinya. Sejak kecil Aleh dibesarkan didalam didikan fisik dan mental yang baik.
Dikarenakan Saleh kecil dibesarkan di daerah yang masih memiliki banyak tokoh agama dan tokoh beladiri yang memang masih ada hubungan keluarga dengan
Saleh.
Semenjak kecil, Aleh sering diajak ayah tiri dan guru pencak silat di kampungnya yaitu Abah Dibja seorang ahli ujungan. Dalam G.J. Nawi (2016: 248) menyebutkan ujungan adalah seni permainan ketangkasan pukul memukul dan tangkis menangkis dengan menggunakan media senjata rotan, tebu kuning atau bambu wulung. Kata ujungan sendiri diistilahkan dengan pencuk di ujung. Dalam ujungan sendiri terdapat tiga unsur seni, yaitu beladiri yang dimiliki para pemain, tari yang diperlihatkan dalam Uncul, serta musik berupa instrument perkusi
Sampyong dan Tok Tok sebagai waditra pengiring ujungan dan uncul. Dalam pertandingan ujungan, biasanya keduanya memegang pemukul dan tameng.
Nantinya didalam proses pertandingan bisa menjadi salah seorang yang melawan dengan tangan kosong.
Abah Dibya merupakan teman ayahnya dulu untuk berlatih sambil membantu bekerja di hutan sekitar gunung Sedakeling. Abah Dibya sering disuruh memanjat pohon sambil mengambil ranting-ranting pohon atau buah dan daun yang
63 bisa dijual tanpa bantuan alat. Sering pula disuruh menangkap ikan di danau dengan tangan kosong, ataupun mencengkeram pasir serta memungut batu-batu kecil dari dasar danau air panas di kaki gunung Sedakeling dan mengumpulkannya di pinggir danau.
Pada saat istirahat dari kerja bahkan sambil mandi di kolam air panas, ayah tirinya sering mengajaknya berlatih jurus dan limbuhan yaitu berlatih berpasangan menggunakan bambu sepanjang lengan yang saling beradu dengan langkah yang teratur, satu orang berlatih serangan dan pasangannya berlatih pertahanan.
Limbuhan biasanya digunakan sebagai bentuk pendasaran sebelum mengikuti pertandingan ujungan.
Begitulah kehidupan keseharian Aleh dari waktu ke waktu hingga menjelang usia 17 tahun. Pada saat usia inilah terjadi suatu peristiwa yang akan menjadi permulaan dari petualangannya dalam menuntut ilmu berkeliling Jawa
Barat. Seperti biasa, pagi itu Aleh dan Mang Almad ayah tirinya berangkat ke hutan
Sedakeling untuk bekerja. Menjelang waktu sore, sudah banyak hasil hutan yang bisa mereka kumpulkan hingga tinggal satu pohon lagi yang paling besar yang perlu mereka panjat. Saleh dengan sigap memanjat pohon tersebut untuk diambil beberapa dahan dan ranting yang hampir mati untuk nantinya dijadikan perkakas rumah tangga. Sang Ayah menunggu di bawah untuk memunguti dahan dan ranting yang dipatahkan Aleh. Namun belum lama mereka bekerja di pohon besar tersebut, datanglah beberapa orang penjaga hutan yang merupakan antek-antek orang
64
Belanda dengan membawa alat gergaji besar. Mereka sepertinya hendak menebang pohon besar tua yang sedang dipanjat oleh Aleh.
Begitu mereka melihat pohon yang akan mereka tebang sedang dipanjat
Aleh dan diambil patahan dahan dan ranting oleh Mang Almad, antek-antek Belanda tersebut langsung marah menghardik ayah dan anak tersebut. “Hai kalian, orang sini tidak boleh lagi mengambil bagian dari isi hutan ini tanpa izin kami, hutan ini sudah milik pemerintah Belanda, tinggalkan hasil hutan kalian dan pergi dari sini. Kalau tidak, kalian akan kami tahan!”, hardik mereka.
“Kami hanya mengambil dahan dan ranting yang sudah mati, lagi pula hutan ini milik rakyat kami sejak dari dulu, kami serta nenek moyang kamilah yang memelihara dan memanfaatkannya semenjak dulu hingga sekarang dengan tanpa merusaknya sedikitpun. Kalian sebenarnya yang sering merusak hutan kami, seharusnya kalian menjaga kelestarian hutan ini, namun kalian bahkan menebang pohon-pohonnya dengan serakah sehingga sumber air kami semakin sedikit”, sahut
Mang Almad. “Aah...! Kamu jangan banyak omong, pergi dari sini atau kalian kami tangkap!”, sergah polisi hutan tersebut.
Gertakan polisi hutan itu tidak membuat gentar Mang Almad, bahkan
Mang Almad bersiap siaga menjaga segala sesuatu hal yang kemungkinan akan terjadi. Maka dengan serempak para polisi hutan yang berjumlah 6 orang tersebut menyerang Mang Almad yang seorang diri. Tempaan ilmu beladiri sejak kecil yang telah dimilikinya membuahkan hasil. Pukulan dan tebasan senjata yang dilancarkan
65 para polisi hutan tersebut bisa dihindarkan dengan sekali hentakan langkah dan putaran tubuh disertai dengan liukan badan seperti gerakan pohon bambu atau pohon kelapa menghadapi serangan angin puting beliung.
Dalam sekejap mata, serangan balik dari kedua tangan dan kaki kanan
Mang Almad yang dilancarkan sekaligus dengan bertumpu pada kuda-kuda satu kaki mengenai kepala dan pinggang 3 orang polisi hutan dengan telak hingga jungkir balik. Menyadari keahlian bela diri Mang Almad yang sepertinya akan sulit dikalahkan, kepala polisi hutan yang memiliki senjata api langsung mencabutnya dan mengarahkan senjata ke arah Mang Almad. Melihat situasi seperti ini, Aleh yang dari tadi hanya menonton saja dari atas pohon terkejut dan sadar akan bahaya yang mengancam Mang Almad.
Tanpa berpikir panjang dengan menggenggam sebilah dahan sebesar pergelangan anak kecil, Aleh segera melompat dari atas dahan pohon ke arah kepala polisi hutan. Begitu salah satu kaki Aleh menginjak tanah, bersamaan dengan sambaran sekuat tenaga dari bilah dahan tersebut tepat mengenai pergelangan tangan kepala polisi hutan yang tidak menyadari datangnya serangan. Letusan peluru senjata api menggema namun bukan mengenai tubuh Mang Almad tetapi menembus lutut salah satu polisi lain yang hendak ikut menyerang Mang Almad.
Tidak sampai disitu, pada saat kaki Aleh mendarat di tanah, tebasan susulan bilah dahan tersebut secepat kilat menghantam pelipis sang polisi dan secara refleks lalu bilah tersebut dipegang dengan kedua tangan dan dilingkarkan di leher sang polisi
66 yang bersamaan dengan melipat kedua tangannya, patahlah leher sang polisi di atas bahu Aleh.
Melihat kejadian ini, kontan kelima polisi hutan tersebut kaget dan tanpa aba-aba lagi semua langsung kabur sambil memapah yang terkena tembakan.
Terkesima dengan kejadian yang begitu tidak terduga membuat Mang Almad dan
Aleh terbengong. Mereka berdua tidak menyangka akan membunuh kepala polisi hutan tersebut. Memang tadinya tidak ada niat hingga membunuhnya namun kekagetan melihat senjata api dan kekhawatiran akan keselamatan ayah tirinya membuat Aleh tidak lagi bisa mengontrol serangannya.
Setelah sadar mengenai peristiwa yang telah terjadi, Mang Almad langsung mengajak Aleh untuk secepatnya pergi dari tempat tersebut. Mang Almad yakin sesuatu yang tidak diharapkan akan segera terjadi apabila tidak segera pergi dan meninggalkan tempat tersebut untuk bersembunyi sementara waktu. Mang Almad langsung tertuju pada suatu tempat dimana dengan sahabatnya Suriadilaga, yaitu ayah kandung dari Aleh yang sering bertafakur dan menyendiri di suatu goa di atas danau Cipanas di kaki gunung Sedakeling. Bergegaslah mereka ke goa yang dikenal dengan nama goa Guranteng di gunung Sedakeling.
Berbekal buah-buahan yang didapat di sekitar hutan, ayah dan anak tersebut bersembunyi selama seminggu di dalam goa. Kebetulan memang tidak sembarang orang yang bisa melihat dan mecapai mulut goa tersebut karena selain tertutup semak belukar untuk bisa mencapai kesana harus menyeberangi danau dan
67 menaiki tebing yang terjal. Amanlah mereka berdua dari kejaran polisi dan kaki tangan Belanda yang semenjak kejadian tersebut terus berkeliling kampung dan mencari pembunuh kepala polisi hutan.
Goa Guranteng adalah sebuah goa terpencil yang mulutnya dipenuhi semak belukar. Bukan hanya itu saja yang membuat goa ini tidak diketahui oleh sembarang orang. Jalan menuju ke sana sulit sekali karena untuk mencapainya orang harus menyeberangi danau air panas yang lumayan luas dan dalam serta ditumbuhi rumput danau yang panjang dan liar sehingga banyak orang yang kurang pandai berenang akan terbelit kakinya dan tertarik ke dasar danau akibat panik dan terlalu banyak bergerak. Dari seberang danau, orang harus bergelayut diantara pohon dan semak belukar untuk mendaki lereng terjal agar bisa mencapai mulut goa.
Oleh karena itu diantara para pencari ilmu kanuragan, goa Guranteng sangat cocok untuk berlaku tapa dan melakukan tirakat yaitu suatu cara penyucian diri dan pendekatan diri terhadap Allah SWT dalam mencapai suatu keilmuan atau tujuan tertentu. Namun inti dari tirakat ini sebenarnya adalah proses pengekangan diri dari berbagai keinginan dan kepuasan duniawi yang melibatkan hawa nafsu.
Sehingga dengan pengekangan diri ini seseorang akan terbiasa untuk selalu mensyukuri apa yang telah diberikan Allah SWT kepadanya serta badan dan pikiran akan terbebas dari unsur-unsur yang tidak alami. Badan terbiasa mencerna berbagai hal yang baik sehingga dengan memiliki tubuh dan pikiran serta perasaan yang baik
68 dan sehat, keinginan ataupun keilmuan apapun yang sedang dipelajari sudah barang tentu akan dikabulkan Allah SWT dan akan mudah dipelajari serta dicapai.
Seperti itu pula yang diyakini oleh warga masyarakat sekitar kampung
Sukasono, tidak sedikit orang yang mencoba untuk berlaku tirakat di goa Guranteng.
Seperti halnya dulu Suriadilaga ayah kandung dari Aleh beserta teman-temannya termasuk Mang Almad ayah tiri Aleh sering mendatangi goa tersebut untuk bertirakat atau hanya sekedar berlatih serta mematangkan dan mengasah keilmuan yang telah sedang dipelajari.
Selama tujuh hari sudah terlewati, Mang Almad dan Aleh berdiam diri di goa Guranteng untuk bersembunyi namun sambil dimanfaatkan dengan berlatih pula. Setelah seminggu lamanya sejak kejadian perkelahian mereka dengan para polisi hutan, Mang Almad merasa mungkin situasi sudah sedikit aman dan memutuskan turun ke kampung sendiri terlebih dahulu tanpa Aleh secara sembunyi- sembunyi. Selain bermaksud menambah perbekalan makanan juga untuk mengetahui situasi dan berita terakhir.
Mang Almad turun ke kampung pada waktu malam hari, sepi menyelimuti suasana kampung Sukasono. Warga masyarakat lebih memilih berdiam diri di dalam rumah masing-masing dari pada harus berpapasan dengan patroli yang mungkin saja akan terkena fitnah dan mendapat masalah besar. Mang Almad dengan sangat hati-hati menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, Eyang Pinot sangat terkejut dan menghujani dengan berbagai pertanyaan kepada Mang Almad. Eyang
69
Pinot menjelaskan bahwa setiap hari patroli pemerintah terus berkeliling dan menanyakan keberadaan mereka berdua. Beruntunglah mereka berdua hampir sebagian besar warga masyarakat kampung Sukasono adalah masih ada hubungan keluarga jadi tidak ada seorangpun yang melaporkan. Warga masyarakat kampung
Sukasono pura-pura tidak mengenal dan mengetahui keberadaan mereka berdua.
Diceritakan keadaan goa Guranteng sepeninggal ayah tirinya, Aleh merenung sorang diri memikirkan apa yang harus diperbuatnya untuk ke depan.
Apabila tetap akan tinggal di kampungnya pasti tertangkap dan tentu saja akan terkena hukuman. Beruntung jika hanya dimasukan ke dalam sel tahanan, bagaimana jika sampai dihukum mati. Terlintas dalam benak pikirannya untuk mulai mencari ayah kandungnya yaitu Suriadilaga yang menurut ibu dan ayah tirinya adalah berasal dari kampung Menes di Banten. Namun Aleh tidak tahu harus kemana atau mulai dari mana untuk mencari alamat tersebut.
Selagi dalam kesendiriannya tersebut, tiba-tiba Aleh mendengar ada keributan menuju ke arah goa. Aleh terkejut mendengar hal itu, mungkin saat ini patroli polisi telah menemukan tempat persembunyiannya. Kemudian Aleh dengan cepat bersembunyi di balik sebuah batu besar dekat dinding goa. Tidak berapa lama berselang tiba-tiba muncullah seseorang melompat ke dalam goa, ternyata yang datang bukan manusia tetapi seekor monyet yang lumayan besar. Monyet tersebut melompat ke tengah goa yang agak luas pelatarannya dan langsung bersiap diri seperti menunggu sesuatu yang akan menyerangnya.
70
Secara tiba-tiba tidak berselang lama muncullah seekor harimau Jawa yang besar melompat ke hadapan sang monyet. Tidak sedikit terlihat gentar ketika monyet tersebut menghadapi harimau yang sudah siap menerkamnya. Monyet tersebut sudah menjadi mandah, ada cerita bahwa monyet kalau sudah tua bisa berlaku tapa agar dirinya bisa menjadi kuat. Gigi taringnya jadi mencuat, suaranya membesar sekeras auman macan dan tenaganya sekuat orang utan. Maka sang monyet siap siaga, kedua kaki dan satu tangannya menjejak tanah sedang salah satu tangannya bersilang di depan dadanya memperlihatkan kekuatan jari-jarinya yang menekuk dan siap mencengkram. Sang harimau melangkah mengendap mencari posisi lengah sang monyet yang kelihatan menatapnya dengan tajam tidak berkedip sedikitpun.
Merasa kesal menunggu lengahnya sang monyet, sang harimau langsung menerkam. Serangan dari sang harimau dihindari oleh sang monyet dengan melangkah berputar, tangan yang bersilang tadi di depan dadanya menangkis dan mencengkram sikut harimau yang menerkamnya. Lalu dengan sigap tangan lainnya mencengkram leher sang harimau sambil melompat ke atas punggungnya.
Bergulinganlah keduanya, sang harimau mencoba untuk menggigit dan mencakar bagian tubuh sang monyet, namun kesigapan dan kelenturan sang monyet membuatnya bisa terus berada di punggung sang harimau.
Tenaga sang harimau memang sangat luar biasa, lama kelamaan kaki yang dicengkeram sang monyet terlepas juga maka secepat kilat cakarnya menyambar
71 leher sang monyet sambil lompat berguling. Sang monyet dengan sigapnya salto ke belakang dan terjadilah saling sambar dan terkam diantara keduanya. Sang harimau menggunakan sisi luar kaki dan tubuhnya untuk menerkam dan mengunci sang monyet. Sedangkan sang monyet dengan tangkas berkelit menangkis dan balas menampar serta memukul sang harimau dengan menggunakan sisi dalam tangan dan tubuhnya.
Tetap saja, sang harimau yang dikenal sebagai raja hutan memiliki kekuatan dan insting berburu yang tinggi sehingga lama kelamaan sang monyet terdesak. Melihat hal ini, Aleh yang dari tadi terkesima melihat perkelahian tersebut terbersit hatinya untuk menolong sang monyet karena jika monyet kalah maka nantinya harimau tersebut akan memangsa dirinya. Kebetulan kayu pemukul yang dipakai Aleh pada saat menyerang mandor polisi hutan masih dibawanya. Dengan sangat hati-hati Aleh mencari waktu yang tepat untuk membantu sang monyet menyerang sang harimau. Kebetulan sang monyet terdesak ke arah samping batu tempat Aleh bersembunyi.
Di saat sang harimau sedang menerjang sang monyet dan berada di udara, pukulan kayu Aleh dari arah samping dengan telak mendarat di sungut atau moncong sang harimau yang sedang terbuka tersebut membuatnya terpelanting dan jatuh ke arah sang monyet. Dengan sigap sang monyet menyerang sang harimau dengan sambaran jari-jarinya ke arah mata sang harimau yang langsung mengaum
72 kesakitan. Merasa dirinya tidak akan seimbang lagi melawan dua musuh, kemudian kaburlah sang harimau tersebut meninggalkan goa.
Sang monyet walaupun seekor binatang tetap saja memiliki hati sehingga merasa dirinya dibantu oleh manusia. Sang monyet tersebut langsung duduk menghadap Aleh dan berdiam sejenak sambil matanya melihat ke Aleh dengan pandangan berterima kasih. Pada saat Aleh mendekatinya, sang monyet menundukkan kepalanya dan mengeluskan kepala ke kaki Aleh. Malam itu Aleh tidur ditemani sang monyet yang juga perlu istirahat untuk mengobati luka-lukanya akibat perkelahiannya dengan sang harimau.
Pada saat tertidur lelap, Aleh bermimpi bahwa sang monyet yang tadi sore ditolongnya itu bisa bicara dan berkata padanya “Hai ki sanak, jika engkau mau bertemu ayahmu pergilah ke arah barat laut. Nanti setelah beberapa lama kamu akan menemukan seekor monyet yang mengamuk di pasar. Bila melihat hal itu, ikutilah kemana monyet itu pergi, karena dia adalah saudaraku yang dulu dipelihara dan selalu mengikuti ayahmu”, terbangunlah Aleh dari tidurnya. Ketika sadar bahwa itu hanyalah mimpi, Aleh mencoba mencari sang monyet yang telah ditolongnya.
Tetapi ternyata sang monyet itu telah pergi dan menghilang. Menyadari pesan penting sang monyet dalam tidurnya, Aleh binggung apakah harus mengikutinya atau itu hanyalah bunga tidur akibat kejadian tadi sore yang terbawa mimpi.
Pada keesokan harinya, sehari penuh Aleh memikirkan kejadian yang dialaminya pada hari sebelumnya. Aleh begitu tertarik dengan prinsip dan cara
73 berkelahi antara sang harimau dan sang monyet yang terlihat sangat alami dan memanfaatkan karakter serta kelebihan anggota tubuh mereka masing-masing. Hal tersebut merupakan sesuatu kejadian langka yang patut disyukurinya, karena tidak semua orang bisa melihat apa yang telah dilihat. Mungkin itu akan menjadi sebuah pelajaran berharga buatnya tentang bagaimana menjalani hidup dan membela diri dari suatu bentuk ancaman.
Tiga hari kemudian pada saat ayah tirinya kembali dari kampung, Aleh menceritakan peristiwa yang telah dialaminya. Mang Almad lantas berkata “Aleh, itu mungkin suatu petunjuk dari Allah SWT lewat mimpimu bahwa semenjak sekarang kamu harus berkelana ke arah barat laut untuk mencari ayahmu sambil menuntut ilmu dan menimba pengalaman selama perjalananmu. Mulai besok malam kita turun kembali ke kampung untuk pamit ke ibumu dan bersiap untuk perjalananmu”. “Baik Mang!”, sahut Aleh yang memanggil ayah tirinya dengan sebutan “Mang” seperti panggilan terhadap seorang paman di sebagian daerah Jawa
Barat. “Mang” juga merupakan panggilan dari seorang murid pencak silat terhadap gurunya. Mang Almad juga sudah terbiasa dengan panggilan tersebut karena dirinya selalu merasa dan menganggap Aleh seperti keponakannya, anak dari sahabatnya yang sudah seperti kakaknya sendiri.
Keesokan malamnya, Mang Almad dan Aleh dengan sembunyi-sembunyi turun ke kampung menuju rumah mereka. Tidak diceritakan bagaimana bahagianya
Eyang Pinot, ibu dari Aleh mendapati anaknya dalam keadaan sehat dan aman.
74
Setelah mendengar penjelasan dari suaminya, Eyang Pinot dengan berat hati mengijinkan anaknya untuk menempuh perjalanan jauh ke barat mencari ayah kandungnya di kampung Menes, Banten. Eyang Pinot juga mempersiapkan berbagai keperluan selama anaknya nanti dalam perjalanan.
Sambil menunggu ibunya yang sedang mempersiapkan perbekalannya,
Aleh merasa perlu untuk ke jamban. Jaman dahulu untuk buang air lebih santai jika malam hari, karena tempat buang air tidak ada di dalam rumah tetapi biasanya di sebuah bilik umum di atas kolam atau di atas sungai. Aleh bergegas ke luar dan menuju kolam samping sungai yang tidak terlalu jauh dari jalan raya. Pada waktu
Aleh sedang buang air besar, terdengar ada gerombolan orang yang menunjuk ke arah bilik tempatnya buang air besar, ternyata patroli polisi sedang mencari dirinya.
Tanpa berpikir panjang sambil masih tanpa celana, karena dulu kalau buang air harus melepas semua celana supaya tidak kena kotor atau basah oleh air pancuran dalam bilik, larilah Aleh menuju sawah yang mengarah ke hutan secepat mungkin.
Namun hal itu diketahui patroli yang segera menyebar mengejarnya. Setelah beberapa waktu lamanya akhirnya Aleh bisa meninggalkan para pengejarnya.
Begitu sampai di sawah Aleh sadar bahwa tubuh bagian bawahnya masih telanjang. Beruntung ada orang yang sedang mencari air untuk sawahnya dan berkata, “Mang tolong pinjam sarungnya, celana saya terbawa arus sungai, nanti bila sampai rumah akan saya kembalikan”, tutur Aleh. Mang Pe’i yang merupakan tetangganya segera mengenalinya dan langsung meminjamkan sarungnya kepada
75
Aleh. Aleh segera berselimut dengan sarung seperti orang yang sedang menemani ngandir. Sehingga patrol tidak bisa lagi mengenalinya.
Setelah dirasa aman dari para pengejarnya, cepat-cepat Aleh pulang dan menceritakan pengalamannya dikejar patroli. Memahami situasi yang sudah tidak aman dan kondusif lagi, Mang Almad dan ibunya segera mempersiapkan perbekalan
Aleh dan menyuruhnya untuk segera berangkat malam itu juga. Berangkatlah Aleh pada malam hari menuju arah barat daya sesuai petunjuk dalam mimpinya. Dengan bulat hati Aleh bertekad untuk menemui bapak kandungnya di Banten.
Gambar 2. Abah Aleh, pendiri HPS Panglipur dan Ma Uki, isteri Abah Aleh. (Dokumen: HPS Panglipur) c. Mendirikan Himpunan Pencak Silat Panglipur
Pencak silat merupakan seni beladiri yang berkembang di Indonesia secara turun temurun sebagai suatu tradisi dan budaya masyarakat Indonesia khususnya di
Jawa Barat yang sebelumnya hanya sebagai pendidikan wajib dalam lingkungan keprajuritan kerajaan saja. Hisbullah Rachman (2000: 2) menyatakan bahwa pencak
76 silat adalah suatu seni beladiri hasil daya cipta dan karya nenek moyang bangsa
Indonesia yang mengandung 4 aspek aspek yaitu aspek yaitu aspek mental spiritual, aspek beladiri, aspek seni dan aspek olahraga. Keempat aspek ini menyatu dalam suatu bentuk tatanan gerak etis dan estetis yang mengandung nilai kepribadian yang luhur baik secara lahir maupun batin.
Sama halnya dengan gaya pencak silat di daerah lain. Sampai saat ini belum ada yang dapat menjelaskan secara pasti mengapa, kapan dan dimana diciptakan pencak silat di Jawa Barat. Yang diketahui hanya nama aslinya yaitu penca atau khususnya di daerah Cianjur dikenal dengan nama maenpo yang berarti main pohok.
Dalam naskah masa lampau ditemukan tanda keberadaan pencak silat bela diri pada abad XIII. Namun informasi yang tersedia mengenai pencak silat seni berkembang di Keraton Cirebon di pesisir pantai utara Jawa Barat seiring dengan kesenian daerah yang sangat disenangi oleh masyarakat seperti tari topeng dan budaya.
Seni tari Cirebonan dan pencak silat dikembangkan di kediaman Regent dan disebar luaskan di antara kalangan bangsawan di bumi Parahyangan. Khususnya di Cianjur dalam periode pemerintahan Regent R.A. Kusumaningrat atau lebih dikenal dengan Dalem Pancaniti (1834-1863) seni suara tembang Cianjuran, mode pakaian dan pencak silat seni berkembang sangat pesat. Maenpo yang semula merupakan kumpulan rangkaian gerak untuk membela diri, kemudian disusun dengan menggunakan intonasi dan pola lantai sampai berkembang menjadi sebuah seni beladiri atau semacam pertunjukan yang diberi nama penca ibing.
77
Awal mulanya pencak silat hanya diajarkan kepada kaum ningrat saja.
Namun, anggota golongan bangsawan yang menjadi penganut agama Islam yang patuh mulai mengajarkan seni beladiri yang dimiliki kepada para santri di pesantren.
Usaha ini didukung oleh ajaran agama Islam agar manusia mengamalkan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas kepada orang lain. Selama ilmu itu digunakan untuk kebaikan maka Allah akan mengganjar pahala dengan tidak pernah ada hentinya.
Dari pesantren ke pesantren, maempo menyebar di seluruh Jawa Barat.
Bersama dengan ajaran agama Islam, pencak silat seni berkembang di seluruh lapisan masyarakat sebagai sebuah hasil karya cipta baru dengan mengadobsi ajaran agama Islam tanpa meninggalkan tradisi kesenian nenek moyang. Sampai kini pencak silat tumbuh subur dikalangan penganut Islam walaupun juga dipelajari dan diperagakan oleh penduduk non-Muslim di Jawa Barat.
Daerah yang paling menonjol perkembangan pencak silat seni Sunda ini adalah Kabupaten Cianjur. Dalam Yus Rusyana (1996: 17) salah satu aliran pencak silat seni khas Cianjur yaitu adalah ameng Cikalong yang didirikan oleh Ajengan
Ibrahim (1816-1906). Selain itu ada juga ameng Sahbandar yang didirikan oleh
Mamak Kosim (1766-1880) dan kemudian berkembang menjadi ameng Sulewah dan ameng Cikaret yang didirikan oleh salah satu murid Ajengan Ibrahim yaitu
Ajengan Sanusi.
Berbagai tokoh pencak silat Cianjur juga merantau dan mengajarkan kemahirannya kepada penduduk tempatan serta mendirikan aliran-aliran baru di
78 bumi Pasundan dan hingga luar Jawa. Kebanyakan aliran tersebut diperkenalkan sesuai dengan nama julukan daerah tempat tinggalnya, seperti ameng Cimande yang didirikan di Cimande (Bogor) oleh Abah Kaher pada tahun 1776. Hal Ini tidak menutup kemungkinan ada pengaruh dari daerah-daerah lain. Bahkan sebaliknya seperti para pendekar pencak silat Cianjur juga belajar dari guru pencak silat yang tinggal di sekelilingnya khususnya di Batavia. Seperti Ajengan Ibrahim belajar kepada Abang Madi (Batavia), Abang Kare (Benteng Tangerang) dan Abang
Ma’rup (Batavia).
Dengan memadukan antara berbagai gerakan lama dan menciptakan gerakan baru yang disesuaikan dengan irama musik daerah, timbullah suatu keharmonisan dalam gerak langkah. Melalui proses akulturasi ini dimana materi dan teknik dari berbagai aliran pencak silat dikumpulkan dan dicampur. Permainan pencak silat seni Jawa Barat tumbuh dan berkembang terus menerus. Seperti dapat dilihat dari riwayat hidup pendekar Abah Aleh dan perkumpulannya yang bernama
HPS Panglipur.
Berawal dari tahun 1909 sejak Abah Aleh sebagai guru utama yang mengajarkan ilmu beladiri dan kanuragan pencak silat. Atas jasa-jasa Abah Aleh yang telah menggeluti pencak silat dan menyebarluaskan selama 12 tahun dan memperdalam ilmu beladiri hamper selama 20 tahun sejak usia 14 tahun. Karena pada saat itu mengajarkan ilmu beladiri sebenarnya bertentangan dengan kebijakan
79 pemerintah kolonial Belanda yang melarang dan mengawasi pencak silat yang berbau ilmu beladiri.
HPS Panglipur merupakan perguruan pencak silat yang didirikan oleh
Abah Aleh pada tahun 1909 tempatnya di Gang Durman belakang pasar Babatan,
Bandung. Kemudian berpindah tempat di Jalan Dewi Sartika, Gang Panglipur,
Bandung. Abah Aleh merintis perguruan Panglipur dengan membuka cabang tempat latihan pertama yang diberi nama Pusaka Panglipur. Selain di Bandung Abah Aleh mengembangkan Panglipur di Kampung Sumur Sari, Desa Sukosono, Kecamatan
Sukawening, Kabupaten Garut. Para murid Abah Aleh cukup berlimpah di daerah tersebut. Sehingga dapat membuka beberapa cabang baru di Garut antara lain di
Wanaraja, Karang Pawitan, Malangbo, Talaga Panjalu, Cibatu, Cikajang,
Pameungpeuk, Bungbulang, Kadungora, Leles dan Sukawening.
Begitu pula di Bandung, Panglipur berkembang dengan pesat sekali dan dibina secara terorganisir dengan baik. Pada tahun 1955 organisasi Panglipur di bentuk oleh pewaris Abah Aleh antara lain: Rd. Encep Kartawirya, Mayor
Sumastopo, Djuhro, Komisaris Enoh, Letnan AURI Udi. Kemudian dilanjutkan oleh pewaris Abah Aleh yang lain yaitu: Rd. Enny Rukmini Sekarningrat, Rd. H.
Adang Mohammad Moesa, Rd. H. MSTA Jhonny dan H. Suhari Sapari.
Sebelum membuka sekolah Panglipur di Bandung. Sejak umur 18 tahun setelah selesai menimba ilmu pencak silat di Garut kampung halamannya. Abah
Aleh telah berkelana sambil mencari ayah kandungnya dari Garut ke Cianjur
80 kemudian ke Kampung Menes di Banten. Ayah kandung Abah Aleh yaitu
Suriadilaga merupakan keluarga pesantren yang mengajarkan ilmu agama dan pencak silat di pesantrennya. Setelah selesai menimba ilmu di tempat ayahnya, Abah
Aleh kemudian melanjutkan pengembaraannya ke Bogor, Sukabumi hingga ke
Bandung.
Disana Abah Aleh banyak dicoba keahlian pencak silatnya oleh para guru pencak silat dan para jawara di sekitar wilayah Bandung. Dengan kematangan dan pengalamannya akhirnya Abah Aleh bisa menyatukan para ahli pencak silat tersebut dan mendirikan HPS Panglipur. Abah Aleh belajar dan berguru pada guru terkemuka dari berbagai aliran pencak silat di Jawa Barat antara lain dari:
1) Haji Bajuri, dari aliran Cimande. Lebih dikenal dengan sebutan Abah Maryani yang berasal dari Bandung. Mengajarkan jurus tepak dua salancar, sipecut, pencah gunting dan jalan limbuhan (dasar golok). 2) Raden Agus, dari aliran Cimande. Mengajarkan jurus tepak dua, Cimande Kampung Baru, sipecut, pecah gunting, jalan limbuhan, gerak loncatan dan permainan senjata. 3) Kang Ujang, dari aliran Cimande. Merupakan putra dari Mama Endut. Abah Aleh selalu menghormati guru-guru Cimande yang terkemuka seperti Ayah Kaher, Ayah Jaema, Oyot Ursi, Mama Ocod dan Mama Endut. 4) Raden Ahmad, dari aliran Sabandar. Lebih dikenal dengan nama Gan Enggah. Mengajarkan gerak Jalan Muka 1-5. 5) Raden Kosasih, dari aliran Sabandar. Mengajarkan jurus sipitung, permainan bojongherang, jalan alip bandul 1-5 serta perpaduan antara pencak silat Cimande, Cikalong dan Sahbandar. 6) Gan Ading, dari aliran Sabandar. Merupakan adik dari Raden Kosasih 7) Gan Enoh, dari aliran Sabandar. 8) Gan Husen dan Uwa Da’i yang mengajarkan permainan bojong herang, yaitu perpaduan Cimande, Cikalong dan Sabandar. 9) Gan Tatang, yang mengajarkan aliran Cikalong yang merupakan perpaduan Cimande, Sabandar, Kari dan Madi.
81
10) Gan UU, dari aliran Cikalong. Mengajarkan Jalan Cikalong 1-5. Keilmuan pencak silat Panglipur merupakan perpaduan dari berbagai aliran besar di Jawa Barat dan Sumatra Barat. Seperti dari berbagai aliran sumber pencak silat di Jawa Barat yang dikenal dengan aliran Cimande yang didirikan oleh Eyang Kahir (1700 s/d 1789), aliran Cikalong yang didirikan oleh H. Ibrahim (1816 s/d 1906), perpaduan dari aliran Cimande dengan aliran yang dibawa dari Sumatera Barat oleh Abang Kari dan Abang Madi yang lebih dikenal dengan aliran Kari Madi, aliran Syabandar yang didirikan oleh H. Kosim pada (1766 s/d 1880), aliran Sera yang didirikan oleh bapak Sera tokoh dari Banten yang menggabungkan aliran Cimande dengan aliran dari Aceh dan aliran Betawi yang merupakan gabungan antara aliran Cimande, Sera, Kari Madi dan dengan beladiri lain yang dibawa oleh para pendatang dari bangsa imigran yang menetap di Jakarta. Dari berbagai macam aliran pencak silat yang telah didapat oleh Abah Aleh kemudian dipelajari, dihayati dan dikaji secara cermat kemudian dirangkaikan menjadi berbagai jurus dan gerakan-gerakan yang efektif, efisien, praktis, indah dan mengasyikkan. Kemudian hasil kajian tersebut dikembangkan oleh Abah Aleh dan diajarkan kepada para muridnya yang berkeinginan untuk mempelajari pencak silat dari Abah Aleh. Dalam jurus yang sudah dibakukan, Abah Aleh memisahkan antara kembang dan isi. Kembang atau pencak silat seni dapat ditampilkan sebagai seni pertunjukan dimana didalam pergelaranya selalu diiringi dengan musik gendang pencak. Sedangkan isi atau pencak silat beladiri harus dilatih secara rahasia sebagai pembekalan dalam melindungi diri.
Pencak silat Abah Aleh sering dipanggil oleh pihak pemerintah untuk memberikan hiburan di Kadaleman atau Kabupaten. Pada waktu itu mayoritas aparat pemerintah banyak yang tertarik dengan keindahan gerakan yang ditampilkan. Bahkan selain pencak silat dari Abah Aleh diundang pula rombongan
82 kesenian tembang Sunda Cianjur yang dipimpin oleh Rd. Hamim. Alkisah Bupati
Bandung ke XI yang bernama Raden Adipati Aria Wiranatakusumah V yang sedang jatuh sakit dan dalam kesulitan untuk sembuh. Di tengah kesulitan sembuhnya,
Bupati Bandung periode 1920 s/d 1931 dan 1935 s/d 1945 merasa ingin dihibur oleh kesenian pencak silat yang dipimpin oleh Abah Aleh dan tembang Cianjuran yang dipimpin Rd. Hamim.
Kemudian pada tahun 1921 Raden Adipati Aria Wiranatakusumah V memberi nama kepada kesenian tersebut, pencak silat Abah Aleh diberi nama
"Panglipur Galih", sedangkan tembang Cianjuran pimpinan Rd. Hamim diberi nama "Panglipur". Kemudian setelah itu, kedua tokoh berunding untuk membicarakan masalah pemberian nama tersebut. Pada akhirnya terjadi kesepakatan untuk bertukar nama. Nama Panglipur diberikan kepada pencak silat
Abah Aleh dan tembang Sunda Cianjuran namanya menjadi Panglipur Galih.
Pemberian nama kepada rombongan kesenian tersebut merupakan penghargaan yang tidak ternilai harganya, karena setelah dihibur oleh "Pencak Silat" dan
"Cianjuran", Dalem Bintang merasa senang dan gembira dihibur oleh kedua kesenian tersebut serta sakitnya menjadi sembuh.
Tahun 1902 Abah Aleh menerima bintang penghargaan dari kerajaan
Belanda pada saat pesta perkawinan Pangeran Benhard dengan Ratu Juliana menantu dari Ratu Wilhelmina. Selain itu perguruan pencak silat Panglipur pada tahun 1932 menerima penghargaan Bintang Jasa dari Pemerintah melalui Bupati
83
Bandung ke XII R.T.A Hasan Sumapraja. Abah Aleh merasa cocok pencak silatnya diberi nama Panglipur karena mempunyai arti yang sangat mendalam dan seirama dengan proses terbentuknya sejarah Panglipur. Maka sejak tahun 1909 sampai sekarang Panglipur menjadi milik Abah Aleh karena gerakan Panglipur mempunyai nilai historis dan filosofis. Saat ini Panglipur berkembang dengan pesat, karena disamping materi geraknya yang mengandung nilai spiritual, beladiri, seni dan olahraga juga dikembangkan dengan sistem kekeluargaan, kebersamaan dan keterbukaan yang berpegang kepada arti dan hakikat Panglipur yang merupakan singkatan dari:
1) Panglipur mempunyai arti penghibur, karena setelah melihat penampilan
Panglipur, banyak orang yang merasa terhibur dan hatinya merasa senang
seolah-olah beban yang ada didalam hatinya menjadi hilang.
2) Arti kata Panglipur mempunyai nilai yang sangat mendalam sekali karena
Panglipur merupakan singkatan dari:
a) Pek Aranjeun Neangan Guru Luhung Ilmuna, Poma Ulah Ria (Takabur). Artinya dalam bahasa Indonesia “Silahkan kalian mencari guru yang tinggi ilmunya, tetapi jangan sombong” (takabur). b) Pek Aranjeun Neangan Guru Luhung Ilmuna Pikeun Udageun Rasa. Artinya dalam bahasa Indonesia “Silahkan kalian mencari guru yang tinggi ilmunya untuk kejaran rasa”. Perkumpulan Panglipur banyak menghasilkan pendekar muda maupun paguron baru. Setelah menyelesaikan pelajaran satu sama lain. Para murid pulang ke daerah masing-masing dan membuka paguron baru. Atas dasar rasa hormat kepada guru dan rasa cinta kepada paguron induknya. Kebanyakan perkumpulan
84 baru menggunakan nama perguron induk dengan menggabungkan nama baru seperti dalam Rayi Panglipur, Panglipur Muda, Mekar Panglipur, Panglipur Jembar
Kencana, Simpay Panglipur, Panglipur Pamager Sari, Panglipur Siliwangi,
Panglipur Galih dan Panglipur lainnya.
Untuk mempersatukan berbagai paguron Panglipur yang sudah tersebar luas dan secara struktural tidak memiliki hubungan perguruan. Para guru di
Panglipur mengambil inisiatif untuk mendirikan sebuah organisasi Himpunan
Pencak Silat (HPS) Panglipur. Begitu banyak jumlah perguron bahwa Panglipur menjadi himpunan yang terbesar di Jawa Barat. Begitu pula paguron-paguron pencak silat seni lainnya melalui proses akulturasi, tumbuh dan berkembang di seluruh desa dan kota di Jawa Barat. Tidak lain dari Panglipur, berbagai perkumpulan seperti Pager Kencana, Mande Muda, Sikep Wargi, Gagak Lumayung,
Domas, Gajah Putih mempunyai perbendaharaan teknik dari rangkuman bermacam macam aliran pencak silat yang sudah ada di Jawa Barat.
Oleh karena bersumber dari warisan kebudayaan yang sama tidak mengherankan bahwa pencak silat seni Jawa Barat memiliki ciri khas yang dapat teridentifikasi dengan mudah. Dimana gerakannya lembut tanpa dapat menjadi gerakan keras seiring dengan pakem musik yang sudah baku sehingga timbul intonasi dan keharmonisan antara gerak dan irama. Dalam pertunjukan, satu dua kata Ciatt atau Hiaa diteriakan oleh pesilat yang membawakan gerakan dengan wajah berekpresi, atau terkadang oleh nayaga atau pemain musik. Semua ini dapat
85 menimbulkan rasa kesenangan tidak saja kepada pemain musik dan pesilat tetapi juga para penonton. Sebagai tradisi yang berurat dan berakar, kesenian daerah ini sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat. Begitu eratnya hubungan baik dengan pencak kembang sehingga mereka tidak menghubungkan kata pencak dengan beladiri akan tetapi dengan tari pencak. Bahkan untuk kalangan tertentu seperti pendekar atau ahli maempo, pencak silat seni dapat menjadi sumber kekuatan atau sense of power.
Dengan maksud memanfaatkan, pendayagunaan rasa melalui indra keenam dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan gerak yang kemudian dijabarkan dalam bentuk pengamalan berupa silaturahmi antar sesama manusia, berpegang kepada silih asah, silih asih dan silih asuh yang pada akhirnya mendekatkan diri kepada sang pencipta Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan implementasi dari Hablum Minannas dan Hablum Minallah. Bila dikaji dan didalami lebih lanjut menunjukkan bahwa Panglipur mempunyai wawasan keterbukaan bagi generasi penerus yang mempelajarinya. Pencak silat harus dipandang sebagai ilmu dan sebagai pusaka. Sebagai pusaka harus dilestarikan dan sebagai ilmu harus digali dan dikembangkan tetapi tanpa keluar dari kaidah-kaidah atau ajaran pokok yang ada didalam pencak silat.
86
Gambar 3. Abah Aleh bersama dengan salah seorang muridnya dari Amerika. (Dokumen: HPS Panglipur)
Gambar 4. Abah Aleh (duduk) bersama M. Tabrani (berdiri tengah), Yusuf dan Agus Irwan. (Dokumen: HPS Panglipur)
87 d. Lambang HPS Panglipur
Gambar 5. Lambang Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur. (Dokumen: HPS Panglipur)
Lambang HPS Panglipur berbentuk perisai dengan lima sudut. Sebuah
golok dan sebuah trisula yang digambarkan saling menyilang terletak di tengah
perisai dalam bidang garis berbentuk perisai dengan tiga sudut. Golok dan trisula
sebagai senjata tradisional mempunyai makna bahwa setiap warga Panglipur
berkewajiban untuk tetap menjaga, melestarikan dan mengembangkan pencak silat
sebagai seni budaya tradisional bangsa Indonesia.
Golok merupakan senjata yang umum ditemukan pada masyarakat Melayu.
Namun didalam penamaanya berlainan berdasarkan daerahnya. Golok adalah
sejenis parang atau pedang yang berukuran pendek. Sedangkan parang sendiri
88 adalah pisau besar namun lebih pendek dari pedang. Sebagian besar masyarakat di daerah pulau Jawa menyebut senjata jenis “bacok” ini golok. Senjata ini jamak ditemui di wilayah Asia Tenggara dan digunakan didalam pencak silat untuk membela diri.
Trisula, disebut dengan trisula karena ketiga cabangnya bermata tajam. Tri sama dengan tiga dan sula sama dengan tongkat besi yang ujungnya tajam.
Bentuknya mirip sikak atau siku-siku. Bedanya bentuk dari sudut dua cabangnya lebih melengkung. Sementara sikak 90 derajat dan ujung dua cabangnya sedikit melengkung. Senjata ini berhubungan erat dengan budaya dari India yang tersebar di beberapa wilayah Asia Tenggara. Trisula juga banyak dipakai sebagai lambang sebuah perguruan pencak silat di Indonesia maupun lambang IPSI sebagai organisasi pencak silat yang menaungi berbagai perguruan pencak silat di Indonesia.
Di dalam lambang Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur menggunakan empat latar warna yang memiliki makna yaitu: (1) Hijau: untuk warna dasar lambang yang bermakna kerukunan Panglipur; (2) Putih: untuk bilah golok dan trisula yang bermakna kesucian dan budi luhur Panglipur; (3) Coklat Tua: untuk gagang golok dan trisula yang bermakna pencak silat sebagai salah satu kekayaan sebagai seni budaya bangsa asli berasal berasal dari bumi dan tanah air Indonesia ;
(4) Hitam: untuk garis dan leter yang bermakna sifat tegar setiap warga Panglipur;
(5) Kuning emas: untuk garis yang bermakna pengalaman ilmu padi oleh Panglipur.
89
Bentuk perisai dengan 5 sudut mempunyai makna bahwa setiap insan harus
membentengi dirinya dengan: (1) Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Hormat kepada orang tua, guru, pelatih, sesama pesilat dan sesama manusia; (3)
Berbudi pekerti luhur, sopan dan santun serta senantiasa menjaga nama baik
perguruan;(4) Menjunjung tinggi kejujuran, berbakti pada kebenaran dan keadilan;
(5) Berjiwa kesatria dan berilmu padi.
Di dalam lambang HPS Panglipur juga terdapat bentuk perisai di bagian
dalam dengan 3 sudut yang mempunyai makna bahwa setiap insan wajib
membentengi diri dari 3 tantangan atau godaan kehidupan yaitu: (1) Tantangan atau
godaan keimanan; (2) Tantangan atau godaan material; (3) Tantangan atau godaan
nonmaterial. Lambang didalam HPS Panglipur digunakan pada setiap atribut
Panglipur atau setiap saat diperluhkan seperti pada bendera, pakaian seragam,
vandal, lencana dan lainnya. e. Atribut HPS Panglipur
Atribut Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur dalam Anggaran Rumah
Tangga (2009: 1) terdiri atas lambang, bendera, seragam, lagu dan salam. Makna
dan tata tertib penggunaan lambang HPS Panglipur ditetapkan dalam ketentuan
sendiri. Bendera Panglipur berbentuk segi empat dengan perbandingan 2:3 dengan
warna dasar putih dengan lambang Panglipur tercantum di bagian tengah bidang
bendera. Untuk bendera Panglipur Pusat menggunakan teks Pusat bewarna hitan di
bagian bawah lambang. Untuk Panglipur Cabang menggunakan teks nama Cabang
90 berwarna hitam di bagian bawah lambang. Tata tertib penggunaan bendera
Panglipur ditetapkan dalam ketentuan tersendiri.
Siswa HPS Panglipur memakai atribut keanggotaanya yaitu seragam pangsi standart dengan warna hitam-hitam disertai badge lambang HPS Panglipur
Pusat yang ditempelkan di sisi dada bagian kiri, untuk sisi dada bagian kanan adalah untuk menempatkan lambang lembaga atau asosiasi resmi yang menaungi pencak silat. Lambang khas vandel atau unit latihan di tempatkan di lengan kanan bagian atas. Sabuk tingkatan siswa berwarna merah dengan atribut tingkatan di ujung sebelah kanan sesuai tingkatan keilmuan.
Pelatih HPS Panglipur memakai atribut keanggotaan dan kepelatihan yaitu seragam pangsi standart dengan warna hitam-hitam disertai badge lambang HPS
Panglipur Pusat yang ditempelkan di sisi dada bagian kiri, untuk sisi dada bagian kanan adalah untuk menempatkan lambang lembaga atau asosiasi resmi yang menaungi pencak silat. Lambang khas vandal atau unit latihan di tempatkan di lengan kanan bagian atas. Sabuk pelatih berwarna biru dengan atribut kepelatihan tingkatan di ujung sebelah kanan sesuai wewenang melatih pada tingkatan keilmuan.
Guru HPS Panglipur memakai atribut yaitu seragam pangsi standart dengan warna hitam-hitam disertai badge lambang HPS Panglipur Pusat yang ditempelkan di sisi dada bagian kiri, untuk sisi dada bagian kanan adalah untuk menempatkan lambang lembaga atau asosiasi resmi yang menaungi pencak silat. Lambang khas
91
vandal atau unit latihan di tempatkan di lengan kanan bagian atas. Sabuk pencapaian
gelar guru yaitu tingkatan keilmuan dan kepelatihan tertinggi berwarna putih polos.
Setiap anggota HPS Panglipur diwajibkan untuk memiliki Kartu Tanda
Anggota (KTA) yang ketentuannya diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga HPS
Panglipur. Selain itu salam dan lagu HPS Panglipur beserta penggunaannya
ditetapkan didalam ketentuan tersendiri. f. Keanggotaan dan Kode Etik HPS Panglipur
Keanggotaan Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur Pusat adalah warga
negara yang mengajukan permintaan menjadi anggota atau keluarga HPS Panglipur
serta telah memenuhi persyaratan dan peraturan tentang penerimaan anggota yang
ditetapkan tersendiri. Warga negara bukan Indonesia dapat menjadi anggota atau
keluarga HPS Panglipur berdasarkan persyaratan dan ketentuan khusus yang
ditetapkan tersendiri.
Anggota atau keluarga HPS Panglipur dalam Anggaran Dasar (2017: 6)
terdiri dari: (1) Anggota biasa, yaitu anggota yang terdaftar dalam lingkungan HPS
Panglipur; (2) Anggota Luar Biasa, yaitu anggota yang secara otomatis menjadi
bagian dari keluarga HPS Panglipur berdasarkan ahli waris dari pendiri atau guru
besar HPS Panglipur yang bisa dibuktikan oleh dokumen yang syah; (3) Anggota
Kehormatan, yaitu anggota yang diangkat oleh pengurus atas dasar musyawarah.
Setiap anggota HPS Panglipur wajib memiliki kode etik anggota yaitu:
92
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Melestarikan budaya pencak silat dengan motto “Rek ku saha mun teu ku urang, rek iraha mun teu ayeuna”. 3) Hormat kepada orang tua, atasan, pinisepuh, guru, pelatih, sesama anggota, tidak sombong, santun, bijak beradab dan selalu riksa diri. 4) Berani menegakkan keadilan dan kebenaran. 5) Melestarikan tatanan (falsafah) hidup dan kehidupan yang positif, seperti “Batur eudeuk urang enggeus” (orang lain baru berniat kita sudah melaksanakan). g. Generasi Penerus Abah Aleh
Sejak Abah Aleh mendirikan perguruan pencak silat Panglipur pada tahun
1909 di Gang Durman belakang pasar Babatan, kemudian pindah ke Jalan Dewi
Sartika Gang Panglipur Bandung. Abah Aleh juga mengembangkan pencak silat
Panglipur di kampung Sumur Sari, Desa Sukosono, Kecamatan Sukawening,
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Para muridnya cukup berlimpah sehingga di daerah
tersebut Abah Aleh dapat membuka beberapa cabang latihan pencak silat Panglipur
antara lain di Wanaraja, Karang Pawitan, Malangbo, Talaga Panjalu, Cibatu,
Cikajang, Pameungpeuk, Bungbulang, Kadungora, Leles dan Sukawening.
Begitu pula di Bandung, Panglipur berkembang dengan pesat sekali dan
dibina secara terorganisir dengan baik. Pada tahun 1955 organisasi Himpunan
Pencak Silat (HPS) Panglipur di bentuk oleh pewaris Abah Aleh antara lain Rd.
Encep Kartawirya, Mayor Sumastopo, Djuhro, Komisaris Enoh dan Letnan AURI
Udi yang merupakan kakak kandung Rd. Enny Rukmini Sekarningrat. Kemudian
dilanjutkan oleh pewaris Abah Aleh yang lain yaitu Rd. Enny Rukmini
93
Sekarningrat, Rd. H. Adang Mohammad Moesa, Rd. H. MSTA Jhonny dan H.
Suhari Sapari.
Pada tahun 1980 Abah Aleh meninggal dunia dan dimakamkan di
Kampung Sumursari, Desa Sukasono, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut.
Selanjutnya Panglipur diwariskan kepada putrinya yaitu Rd. Enny Rukmini
Sekarningrat yang sejak dari tahun 1950 sudah memimpin organisasi Himpunan
Pencak Silat (HPS) Panglipur Pusat hingga sampai dengan tahun 2010. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak para generasi penerus HPS Panglipur yang terlibat didalam berbagai misi dan kegiatan untuk mengembangkan seni budaya pencak silat hingga ke mancanegara. Berbagai kegiatan dan prestasi anggota HPS
Panglipur sudah banyak terukir dengan baik dengan ilmu-ilmu pencak silat yang telah diwariskan oleh Abah Aleh kepada generasi penerus HPS Panglipur.
Gambar 6. R. H. Adang Moch Moesa, murid utama Abah Aleh. (Dokumen: HPS Panglipur)
94
Tabel 1. Generasi Pewaris Abah Aleh Tahun 1909. (Sumber: Majalah Seni Beladiri, 1999: 10) No Nama Generasi Keterangan 1 Anduy 1909 - 2 Bakri 1909 - 3 H. Basuni 1909 - 4 Tarmedi 1909 - 5 Acen 1909 - 6 Harun 1909 - 7 Sarkosih 1909 - 8 H. Basuki 1909 - 9 Endun 1909 - 10 Adi 1909 - 11 Ace 1909 - 12 H. Emen 1909 - 13 Omi 1909 -- 14 Omen 1909 - 15 Omod 1909 - 16 Soma 1909 -
Tabel 2. Generasi Pewaris Abah Aleh Tahun 1930. (Sumber: Majalah Seni Beladiri, 1999: 10) No Nama Generasi Keterangan 1 Rd. H. Adang Mohamad Moesa 1930 - 2 D. Hidayat 1930 - 3 H. Enjang Basuki 1930 - 4 Rd. Enny Rukmini sekarningrat 1930 - 5 Rd. H. MSTA Jhonny 1930 - 6 Kapten Ganda 1930 - 7 Rd. Oyot 1930 - 8 Rd. Basar 1930 - 9 Uas Djayapermana 1930 - 10 Udi Widjaya 1930 - 11 Oyi 1930 - 12 Iya 1930 - 13 H. Uho Holidin 1930 - 14 Drs. Moh. Saleh 1930 - 15 Drs. Moh. Saleh 1930 - 16 E. Kusnadi 1930 -
95
Tabel 3. Generasi Pewaris Abah Aleh Tahun 1945. (Sumber: Majalah Seni Beladiri, 1999: 10) No Nama Generasi Keterangan 1 Ma'mun 1945 - 2 Memen 1945 - 3 Drs. Moch. Saleh 1945 - 4 H. M. Toha 1945 - 5 Denny Wanta 1945 - 6 Djadja Widjaja Kusuma 1945 - 7 Yusuf S. 1945 - 8 Dedi 1945 - 9 Kolonel Hidayat 1945 - 10 AS. Masriatmadja 1945 - 11 Didi Rasidi 1945 -
Tabel 4. Generasi Muda Pewaris Abah Aleh dari Luar Negeri. (Sumber: Majalah Seni Beladiri, 1999: 10) No Nama Generasi Keterangan 1 Miss. Peggy Muda Amerika 2 Miss. Jennis Muda Amerika 3 Ir. J.A. Beck Muda Belanda
Tabel 5. Generasi Muda Pewaris Abah Aleh. (Sumber: Majalah Seni Beladiri, 1999: 10) No Nama Generasi Keterangan 1 Karayani Muda - 2 Ayunda Nunun Sugiharti Muda - 3 Gandina Kusumah Muda - 4 Tina Rahmat Muda - 5 Agus Irwan, SH. Muda - 6 Asep Gurwawan Muda - 7 Gending Raspuzi, SH. Muda - 8 AD. Sukanda Muda - 9 E. Rohmadin Muda - 10 Mamat Rahmat Muda - 11 Cecep Arif Rahman Muda - 12 Vidi Gemparayan EN Muda - 13 Dadang Sobur Muda -
h. Memimpin HPS Panglipur
Pada tahun 1950 Abah Aleh secara resmi menyerahkan tapuk
kepemimpinan HPS Panglipur kepada Enny Rukmini Sekarningrat sebagai pewaris
yang diangggap mampu untuk memimpin HPS Panglipur demi perkembangan dan
96 kemajuan Panglipur di masa yang akan datang. Walaupun anggapannya masih mentah dalam masalah persilatan. Enny Rumnini Sekarningrat berusaha sekuat tenaga untuk memimpin HPS Panglipur bersama dengan para tokoh Panglipur yang lain.
"Ketika memperhatikan Abah Aleh sedang melatih pencak silat, saya suka bertanya, kenapa jurus-jurus Panglipur suka diberi nomor dan semuanya tidak dibeda-bedakan, alangkah baiknya setiap tingkatan dibeda-bedakan," katanya memberi pertanyaan pada Abah Aleh. "Untuk ciri khas Panglipur, supaya ada keseragaman. Buktinya terasa oleh saya, ketika melatih 1600 pesilat untuk menyambut Konperensi Asia Afrika tahun 1955. Dengan gerakan yang sudah diseragamkan sehingga tidak sulit untuk melatihnya," kata Abah Aleh sambil tersenyum. Enny Rukmini Sekarningrat merasa kagum kepada Abah Aleh yang bisa menyeragamkan gerakan yang begitu rumit dan bermacam-macam.
Ada yang bertanya, "Apakah silat dari Abah Aleh dibarengi dengan ilmu tenaga dalam”? “Saya menjawab tidak, karena memang saya tidak belajar ilmu tenaga dalam, paling juga saya suka tirakat. Saya pernah mengalami dikurung di dalam kamar oleh Abah Aleh selama tiga hari tiga malam, selama di dalam kamar itu hanya disediakan sepiring kentang rebus dan segelas air putih. Oleh karena itu, tidak heran apabila saya makan hanya dua hari sekali atau tiga hari sekali", tutur
Enny Rukmini Sekarningrat.
97
"Pernah ada kejadian aneh waktu saya berumur 40 tahun tiba-tiba gigi saya merasa linu dan seolah-olah terasa menjadi panjang, kemudian diperiksa ke dokter katanya tidak ada penyakit. Malam jum’at ternyata gigi saya rontok semua sehingga sampai sekarang gigi saya menjadi ompong. Saya tidak mempunyai pikiran yang bukan-bukan atau mempunyai sangkaan negatif terhadap orang lain, mungkin gigi saya rontok itu disebabkan oleh penyakit," katanya.
Sejak PPSI berdiri di Jawa Barat pada tahun 1957, dibawah pimpinan
Pangdam Siliwangi yaitu Jendral Kosasih, Enny Rukmini Sekarningrat berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengembangkan seni beladiri pencak silat. Namun dalam pelaksanaannya tidak semudah apa yang kita bayangkan, sebab pada waktu itu bantuan dari pemerintah maupun dari masyarakat belum bisa diandalkan.
Apalagi yang namanya pencak silat setiap orang banyak yang ingin memiliki kepandaian ini, tetapi sedikit sekali yang mau mengeluarkan uang atau dana untuk itu.
Walaupun demikian, Enny Rukmini Sekarningrat dan para kawan seperguruan seperti Rd. H. Adang Mohammad Moesa, Harun, Tarmedi, Kol. H.
MSTA. Jhonny, M. Umbit, Bakri, Udi dan yang lainnya berjuang untuk melestarikan seni beladiri pencak silat khususnya Panglipur sebagai warisan Abah
Aleh yang sebelumnya telah berjuang tanpa pamrih. Terbukti Panglipur diakui oleh pemerintah sebagai organisasi yang terdaftar sebagai anggota PPSI maupun IPSI
98 dan sering mendapat kepercayaan oleh PB. IPSI untuk mewakili pencak silat
Indonesia di berbagai festival beladiri tingkat Internasional.
Di kota Bandung saja pada waktu itu sudah ada lima cabang Panglipur antara lain cabang Bandung Barat diketuai oleh H. Basuni, Pagarasih diketuai oleh
Abah Bakri, Ciwidey diketuai oleh Lurah Prawira, Babakan Jati diketuai oleh H.
Basuki, Lembang diketuai oleh Aki Tarmedi, Buah Batu diketuai oleh Bah Soma,
Kopo diketuai oleh Bah Omi, Oyi dan Bah Udi, serta banyak lagi para tokoh yang lainnya. Cabang Panglipur di luar Bandung antara lain di Majalengka, Talaga,
Kuningan, Garut dan Cianjur. Semua cabang tersebut harus berada didalam pengawasan HPS Panglipur Pusat yang dipimpin olehnya. Sampai detik ini
Panglipur terus berkembang dengan pesat, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sejak tahun 1950 pencak silat Panglipur secara resmi dilanjutkan kepemimpinannya oleh putri Abah Aleh yaitu Enny Rukmini Sekarningrat. Pada tahun 1959 mulailah disusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan sebutan nama Himpunan Pencak Silat Panglipur disingkat HPS Panglipur Pusat.
Anggota cabang HPS Panglipur pusat yang hadir pada saat penyusunan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kurang lebih ada 12 cabang.
Di samping sebagai seorang pimpinan Panglipur, ternyata Enny Rukmini
Sekarningrat temasuk juga sebagai seorang guru silat atau pelatih yang aktif. Enny
Rukmini Sekarningrat pernah melatih anggota tentara Rindam VI Siliwangi, Kompi
Protokol pimpinan Kapten. H. MSTA. Jhonny, melatih anggota tentara BDI II
99
Siliwangi Pangalengan pimpinan Letkol. Suryamin, melatih para pemuda yang
putus sekolah, pernah melatih di SMP, SMA, SPG dan Mahasiswa, serta siswa-
siswa Dodiklat Polri dan anak-anak CPM di Cimahi, melatih orang asing yang
sengaja datang untuk berguru di Panglipur. Selain itu Enny Rukmini Sekarningrat
juga pernah mendirikan sebuah organisasi tukang becak yang diberi nama
Himpunan Pengendara Becak Indonesia (HPBI) kemudian tukang Becak tersebut
dikursuskan setir mobil sampai mereka menjadi sopir Bemo di Cicendo Bandung.
Disela latihan Enny Rukmini Sekarningrat sering diberi wejangan oleh
Abah Aleh berupa amanat yang diberikan kepadanya antara lain, "Eneng, boh dina
hirup, boh dina penca, teangan pikaresepeun batur, ulah neangan pikangewaeun
batur," saurna. Dalam bahsa Indonesia memiliki arti “Neng, dalam kehidupan
sehari-hari, maupun dalam penca, harus selalu mencari yang membuat orang
senang” (menyenangkan orang lain). “Bukan sebaliknya mencari sesuatu yang
membuat orang tidak suka atau tidak disukai oleh orang lain," tutur Abah Aleh.
Tabel 6. Cabang HPS Panglipur Pusat yang hadir dalam perumusan AD/ART. (Sumber: Anggaran Dasar HPS Panglipur Pusat, 2017: 1) NO CABANG ALAMAT 1 Panglipur Jembar Kencana Bojongloa Bandung 2 Rayi Panglipur Babatan Bandung 3 Panglipur Muda Babakan Bandung 4 Panglipur Putra Tegalega Bandung 5 Giat Panglipur Cinta Laksana Cimahi 6 Panglipur Ombak Sagara Majalengka 7 Langlang Buana Panglipur Lembang Bandung 8 Panglipur Daya Guna Wanaraja Garut 9 Putra Panglipur Rancaekek Bandung 10 Sinar Panglipur Cibatu Garut 11 Panglipur Sukamulya Pasir Jambu Ciwidey Bandung 12 Panglipur Salam Tunggal Sukawening Garut
100
Gambar 7. Enny Rukmini Sekarningrat bersama tokoh HPS Panglipur di Padepokan Garut. (Dokumen: HPS Panglipur)
Gambar 8. Enny Rukmini Sekarningrat bersama tokoh dan cabang dari Belanda. (kiri: Ir. H. Permana Nuryayi, Agus Irwan, Enny RS, Ir. JA. Beckx, Uwas, Wim, Shompul, Prim Autor. (Dokumen: HPS Panglipur)
101
Gambar 9. Panglipur Siliwangi cabang Belanda saat melaksanakan ujian kenaikan tingkat di Padepokan Panglipur Pusat, Desa Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat. (Dokumen: HPS Panglipur)
i. Masa Perjuangan
Semenjak kecil Enny Rukmini Sekarningrat sudah menyenangi kesenian
daerah dan bahkan pernah belajar tari Sunda termasuk belajar pencak silat. Hanya
tidak sungguh-sungguh dan tidak mendalaminya cukup asal bisa saja. Setelah
menginjak usia remaja malah senang belajar dansa yaitu sejenis tarian yang suka
diperagakan oleh para remaja dari Barat. Meskipun demikian Abah Aleh tidak
melarangnya untuk mempelajari dansa. Apalagi sampai mempunyai banyak para
murid mahasiswa, karena kebetulan waktu itu banyak para mahasiswa yang
mengontrak di rumah sehingga kesenangan pada dansa semakin kuat.
Puteri pasangan Abah Aleh dan Ma Uki yang dilahirkan di Gang Durman
Bandung pada tanggal 17 Agustus 1915 dalam usia 12 tahun sudah menikah.
Mungkin Abah Aleh merasa khawatir mengingat situasi waktu itu kurang aman.
Pertama Enny Rukmini Sekarningrat menikah dengan seorang pemuda bernama
102
Nandung dan memiliki anak satu bernama Etty Sumartini serta mempunyai cucu sebanyak 12 orang yang tinggal di Jakarta. Abah Aleh mengharapkan Enny Rukmini
Sekarningrat menjadi seorang istri yang mandiri, sehingga Abah Aleh mengijinkannya untuk melanjutkan sekolah.
Setelah tamat dari Zending School, Enny Rukmini Sekarningrat kemudian melanjutkan ke Darul Mualim selama 6 tahun. Sekitar tahun 1946 keluar dari sana dan sempat menjadi guru Agama di bawah pimpinan Ajengan Toha dan Rachmat
Sulaeman untuk mengajar di Madrasah Al Balah dan di Madrasatul Choeriah di
Gang Affandi Braga Bandung. Tidak lama setelah itu suami tercinta meninggal dunia. Lalu menikah dengan Lurah Cimahi, tidak lama meninggal dunia juga.
Kemudian menikah lagi dengan seorang pejuang kemerdekaan bernama Bunjali.
Bunjali merupakan seorang tokoh pencak silat sehingga Abah Aleh sangat senang kepadanya. Mungkin karena nasib, tidak lama setelah itu Bunjali ditangkap oleh
Belanda ketika sedang pengajian dan mengajar membaca Al Qur’an. Enny Rukmini
Sekarningrat sempat mencari sang suami dengan harapan bisa bertemu kembali.
Enny Rukmini Sekarningrat kemudian menggabungkan diri sebagai wanita pejuang dengan pasukan Pangeran Papak di Wanaraja Garut, di bawah pimpinan
Mayor Kosasih. Nama Sekarningrat juga diberi oleh Laskar Pangeran Papak. Berkat kesabaran dan ketabahan hatinya akhirnya bisa bertemu juga dengan suami tercinta.
Sehingga pada waktu itu bisa bersama lagi untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Tidak lama setelah itu masing-masing mendapat tugas. Enny
103
Rukmini Sekarningrat ditugaskan ke Ciniru dan suaminya ditugaskan ke Cipakem
Kuningan. "Ternyata setelah kembali dari tugas, suami saya meninggal dunia saat berjuang. Hati saya begitu sedih, mungkin sudah nasib dan saya menyadari bahwa ini merupakan takdir Allah SWT," tutur Enny.
Kemudian tahun 1947, Enny Rukmini Sekarningrat bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Letkol Abimanyu dan Mayor Rukman sampai hijrah ke Yogyakarta. Di sana Enny Rukmini Sekarningrat bertemu dengan seorang perwira TNI bernama Kapten Tabrani. Kemudian kembali ke Jawa Barat dan berhenti sebagai pejuang dan akhirnya kembali ke masyarakat. Tahun 1950, pengembaraan di hutan belantara berakhir dengan turunnya para pengungsi ke kota
Bandung yang sebelumnya berjuang memakai senjata, namun setelah itu perjuangan dilakukan dalam bentuk lain. Kemudian Enny Rukmini Sekarningrat menikah dengan Kapten Tabrani dan mempunyai anak laki-laki bernama Djadja
Widjayakusumah.
Pada waktu itu pucuk kepemimpinan Panglipur oleh Abah Aleh dipercayakan kepada Letnan AURI Udi yaitu kakak Enny Rukmini Sekarningrat.
Kemudian untuk mengenang masa perjuangannya, Enny Rukmini Sekarningrat mencoba membuat drama pencak silat yang menceritakan perjuangannya dengan suami dari mulai awal pertemuan sampai selesai. Penulisan naskah, skenario dan sutradara diatur oleh Enny Rukmini Sekarningrat. "Waktu sedang latihan, saya berusaha untuk tegar dan kuat tetapi ternyata dalam pelaksanaannya saya tidak
104 kuasa menahan rasa sedih dan merasa tidak kuat sampai saya jatuh pingsan," tuturnya.
Pada sekitar tahun 1950, Letnan AURI Udi yang dipercaya oleh Abah Aleh untuk memimpin dan mengurus perguruan pencak silat Panglipur meninggal dunia.
Kemudian Abah Aleh memanggil Enny Rukmini Sekarningrat dan berkata, "Eneng, sabada Kang Udi pupus, taya deui nu katoong ku Abah pikeun neruskeun jadi sesepuh paguron teh iwal ti Eneng," saurna lemah lembut. Pengertian didalam bahasa Indonesia yaitu "Neng, setelah Kak Udi meninggal dunia, tidak ada lagi yang terlihat oleh Abah yang mampu meneruskan menjadi pemimpin perguruan pencak silat Panglipur, hanya Enny," katanya serius. "Ketika mendengar ucapan seperti itu, hati saya merasa kaget bercampur bingung, karena saya merasa belum mendalami sungguh-sungguh tentang masalah pencak silat dan putra-putri Abah
Aleh itu ada empat orang termasuk saya, Kak Udi, Kak Eyon dan Kak Dati, tutur dengan jelas Enny Rukmini Sekarningrat.
“Saya tidak mengerti mengapa Abah Aleh memilih saya untuk menggantikannya. Setelah berpikir panjang timbul perasaan dalam hati saya, mungkin Abah Aleh merasa yakin bahwa saya mempunyai kemampuan untuk menjalankannya, sehingga saya tidak bisa menolaknya", tutur Enny Rumini
Sekarningrat dengan tegas. Ternyata ibu berparas cantik ini dulunya tergolong anak yang taat dan patuh kepada orang tua. Rasa hormat kepada kedua orang tua sudah tertanamkan semenjak masih kecil. Jangankan menolak keinginan orang tua,
105 dimarahi dengan tidak merasa bersalah juga tidak berani membantahnya apalagi sampai melawan pada orang tua. Akhirnya tawaran tersebut diterima dengan lapang dada. j. Nilai Etis dan Estetis Dalam Pencak Silat
Pada awal mula peragaan pencak silat hanya dilakukan di perkumpulan atau padepokan dan teknik maupun pola lantai pencak silat seni bisa dibilang sangat sederhana. Namun secara perlahan gerakan-gerakan diproses oleh penciptanya sehingga menjadi salah satu bentuk pertunjukan yang pantas diperagakan di tempat umum seperti lapangan, balandongan atau tenda yang terbuat dari bambu atau daun kelapa dan jenis panggung lainya.
Semenjak banyak berbagai aliran dan perguruan pencak silat tumbuh subur dan berkembang di bumi nusantara. Banyak para pendekar pencak silat yang berkarya memikirkan sesuatu yang baru dengan saling mengkombinasikan gerakan dari berbagai macam aliran. Perbendaharaan teknik dan pola langkah menjadi semakin kaya dan jenis senjata yang dipergunakan bertambah. Sekarang ini dalam peragaan pencak silat seni di Jawa Barat kipas, tusuk konde dan cemara atau rambut gulung imitasi dipakai sebagai alat untuk membela diri.
Tradisi Sunda sebetulnya tidak memperbolehkan mengadakan perubahan pada berbagai jurus yang sudah baku hanya untuk menemui kriteria estetika yang baru. Secara umum banyak perguruan ingin menjaga kelangsungan pencak silat seni dengan mempertahankan patokan dan ciri khas yang asli. Namun kebutuhan
106 mengadakan peragaan dalam lingkungan yang berbeda dan tidak selalu sama menuntut para pendekar menyesuaikan berbagai jurus yang dimilikinya.
Salah satu contoh adalah adaptasi jurus kipas sepasang dari Panglipur oleh
Mohammad Saleh dosen Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) dan IKIP Bandung untuk diperagakan pada pementasan di negeri Belanda pada tahun 1989. Begitu pula beberapa perguruan lainnya tiada henti dalam menggali dan mengembangkan materi pencak silat seni yang tersedia agar dapat menyajikan berbagai teknik yang baru pada berbagai acara mendatang. Kelompok perguruan-perguruan moderat ini menerima tantangan untuk mengembangkan sesuatu yang moderen tanpa menghilangkan patokan-patokan yang asli.
Perkembangan yang berarti juga terjadi pada cara berpakaian. Pada awal mulanya para pesilat menggenakan pakaian seadanya. Seragam untuk latihan, pertunjukan atau pertandingan tidak dapat dibedakan karena warna dan bentuk pada umumnya adalah sama. Pada masa kolonial dalam pertunjukan pencak silat seni selama upacara kawul para pesilat menggenakan pakaian kompreng model potong kampret atau kurung dalam arti tidak menggunakan kerah leher, celana sontog atau pangsi lebar menggantung sebatas dengkul dengan kain sarung diikatkan di pinggang dan ikat kepala (udeng) berwarna hitam (wulung) atau dibuat dari batik sisi. Di Batavia para pesilat menggunakan kopiah hitam dengan sarung di lehernya.
Enny Rukmini Sekarningrat adalah satu-satunya pendekar wanita yang berjaya pada masanya mengingat bahwa di zaman penjajahan Belanda dan Jepang
107 kaum hawa berlatih pencak silat dengan menggenakan kain samping dan berbaju kebaya. Sedangkan kaum lelaki menggenakan baju komprang kampret dan celana sontog yaitu celana komprang yang penjangnya dibawah lutut berwarna hitam.
Enny Rukmini Sekarningrat yang memulai tradisi baru diperguruannya karena merasa bosan dengan melihat penampilan pesilat yang selalu menggenakan baju bewarna gelap.
Menurutnya, pencak silat seni sebagai seni panggung seharusnya mengadopsi corak pakaian berwarna cerah dan mempesona agar penampilan para pesilat tampak profesional. Ide tersebut diungkapkan dengan merubah penampilan para muridnya. Dalam pertunjukan regu para pesilat Panglipur mulai menggenakan kostum yang berwarna terang, memakai make up dan ikat kepala berseragam sama tanpa pengecualian. Cara berpakaian yang sangat inovatif ini dipertontonkan pertama kali pada Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1953.
Kostum untuk pesilat laki-laki terbuat dari bahan sutra dan saten dengan menggenakan rompi dan dipinggang dililit kain batik dengan ikatan bagian depan jatuh kebawah terurai. Dalam beberapa adegan, pesilat laki-laki juga menggenakan kostum dengan baju bagian depan dibiarkan terbuka tanpa dikancingkan dan bagian dalamnya menggenakan kaos yang berwarna. Celana komprang panjang sebatas mata kaki di pinggang dililit dengan sarung dilipat dua dengan dikencangkan ikat pinggang yang lebar kurang lebih 20 cm dan di bagian kepala menggunakan udeng yang memberikan kesan jagoan.
108
Sementara pesilat perempuan memakai rambut palsu disanggul, baju kebaya, celana komprang sebatas mata kaki terbuat dari kain saten. Di pinggang dilingkarkan kain samping motif batik dengan bagian depan terbuka agar memudahkan melangkah dan menendang. Kostum pesilat perempuan lainya terdiri dari baju kampret, celana komprang sebatas mata kaki, dari pinggang ke bawah dililiti kain samping terbuka untuk memudahkan bergerak dan menendang.
Sedangkan rambut digelung pendek dan diikat dengan kain kepala dengan motif batik yang sama dengan salah satu warna yang dikenakan.
Keberanian Panglipur menggenakan warna dan corak baru mengundang banyak reaksi dari berbagai perguruan lainnya serta menimbulkan pro dan kontra.
Banyak perguruan tradisional yang menertawakan mode pakaian baru dan berpendapat bahwa koreografi tersebut sebetulnya adalah merupakan pertunjukan tari dan bukan peragaan pencak silat seni. Mereka tidak menganggap tata rias sebagai elemen penunjang kesempurnaan wujud gerakan pencak silat. Menurutnya yang penting adalah kostum menunjang fasilitas gerak dan tidak menjadi beban untuk pesilat. Perdebatan mengenai ketepatan berpakaian dengan warna yang menyolok mata untuk peragaan pencak silat masih berlangsung sampai hari ini.
Namun pakaian glamourous sudah diadopsikan di Jawa Barat. Bahkan sekarang ini dipergunakan dalam lomba dan pertandingan resmi pencak silat seni yang diadakan
IPSI dan PERSILAT. Dalam Indra Yudha (2008: 11) menyatakan keindahan pencak silat terletak pada kesesuaian kostum dan musik dengan permainan pencak silat.
109
Pengangkatan gaya pakaian dan berbagai unsur lainnya dari pencak silat
seni di Jawa Barat ke tingkat nasional sudah mengundang berbagai kritik yang tajam
dari daerah-daerah yang taat memegang teguh tradisi nenek moyangnya dan tidak
ingin meninggalkan pakem dan seragam yang dimiliki untuk meniru gaya khas
daerah lain. Perbedaan antara berbagai gaya lokal memang sangat mendasar karena
berkaitan erat dengan kebudayaan dan perkembangan masing-masing daerah yang
sangat spesifik. Kontras hal semacam ini terlihat jelas bila membandingkan gaya
pencak silat seni Jawa Barat dengan gaya pencak silat seni Sumatera Barat yang
juga terkenal dengan julukan silat Minang. Dua sumber utama pencak silat
Indonesia ini walaupun mirip dalam mengutamakan aspek seni namun dari segi
teknik maupun estetika sangat berbeda.
Gambar 10. Enny Rukmini Sekarningrat memperagakan jurus pencak silat Panglipur diiringi dengan gendang pencak. (Dokumen: HPS Panglipur)
110 k. Memimpin Tim Galih Pakuan Jawa Barat
Ada pengalaman yang menarik selama Enny Rukmini Sekarningrat memimpin HPS Panglipur, yaitu pada waktu ketika membawa rombongan HPS
Panglipur ke Singapura pada tahun 1980 bersama dengan H. Suhari Sapari sebagai
Ketua Pengda IPSI dan PPSI Jawa Barat. “Ketika mengadakan pementasan di
Singapura, setelah sampai di lokasi baru teringat bahwa alat yang akan dipakai untuk peragaan tertinggal di penginapan, padahal waktu untuk pementasan tinggal beberapa menit lagi. Saat itu tiba-tiba saya teringat pada sobrah (sejenis rambut wanita yang panjang digunakan untuk sanggul) yang dapat mengganti alat yang tertinggal tadi. Ternyata pementasan tersebut mampu memukau penonton dan mereka merasa puas, orang menyangka bahwa sobrah itu merupakan kreasi baru," kata Enny Rukmini Sekarningrat sambil tersenyum.
Selanjutnya Enny Rukmini Sekarningrat mengingatkan, "Oleh karena itu, peralatan atau senjata yang dipakai untuk pencak silat itu bukan hanya Golok,
Gobang (Pedang), Trisula, Toya, Alu (halu), Tongkat, Limbuhan (sejenis senjata pendek) yang bisa dipakai dalam peragaan, sobrah pun bisa dipakai untuk demo.
Jadi harus kreatif apabila kebetulan alat-alat tersebut ketinggalan atau hilang.
Bahkan benang rafiapun bisa dipakai sebagai alat membela diri," tuturnya menambahkan.
Selanjutnya Enny Rukmini Sekarningrat menyinggung tentang masalah kostum pencak silat yang tidak lepas dari perhatiannya. Pesilat pada umumnya
111 mempergunakan pakaian bewarna hitam. Tetapi untuk keperluan pentas tidak selalu harus bewarna hitam. Warna lain juga bisa dipakai, disesuaikan dengan ibing yang akan ditampilkan. Supaya para pesilat kelihatan cantik, indah dan tidak memalukan.
“Kostum ini saya pakai ketika Panglipur ditunjuk sebagai anggota Galih
Pakuan Jawa Barat oleh Gubernur H. Aang Kunaefi dari tahun 1978 sampai tahun
1985, antara lain ketika menyambut Konperensi Asia Afrika (1985), Parasamya
Purna Karya Nugraha dan sebagainya. Selama menjadi Tim Protokoler Jawa Barat
(Galih Pakuan Jawa Barat), Panglipur telah puluhan kali mentas di Istana Bogor, bersama-sama dengan kesenian lain seperti Tari, Dogdog Lojor, Sisingaan, Buncis,
Jaipongan dan lain-lain di bawah pimpinan Enoh Atmadibrata, Nugraha, Indrawati
Lukman, Yeti Mamat, Irawati Durban, Gugum Gumbira, Tati Saleh dan seniman sunda yang lainnya," tutur Enny Rukmini Sekarningrat.
"Bahkan saya pernah mencoba menampilkan ibing pencak silat dengan pakaian kebaya ternyata berhasil dan dapat diterima oleh masyarakat pencak silat sebagai pementasan yang baik dan indah, tanpa mengurangai nilai-nilai dan kaidah seni beladiri pencak silat yang sebenarnya. Maksudnya yaitu dalam keadaan apapun, seorang pesilat tidak harus selalu memakai seragam silat, khususnya bagi seorang perempuan memakai pakaian kebayapun bisa membela diri dan menampilkan gerakan silat dengan baik," tandasnya.
Enny Rukmini Sekarningrat tergolong ketat di dalam menerapkan disiplin di Panglipur. Contoh misalnya antara anak laki-laki dan anak perempuan di
112 perguruan Panglipur harus seperti kakak dan adik. Harus saling melindungi, saling menyayangi dan saling membantu apabila diantara masing-masing mempunyai kesulitan. "Saya tidak memberikan ijin ada hubungan lebih dari saudara seperguruan, apalagi sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya memperbolehkan murid perempuan menikah dengan dengan murid laki-laki seperguruan asal benar-benar bisa membangun rumah tangga dengan baik dan benar-benar sesuai dengan ajaran agama Islam. Alhamdulillah, peraturan ini sampai sekarang belum ada yang melanggarnya, apalagi sampai menimbulkan retaknya hubungan kekeluargaan di Panglipur," tuturnya serius.
Tahun 1997 Enny Rukmini Sekarningrat dan H. Adang Mohammad Moesa ditunjuk oleh PB IPSI berangkat ke Malaysia sebagai tokoh dan pakar pencak silat
Jawa Barat. Selanjutnya berangkat lagi dengan E. Kusnadi ke Trengganu, Malaysia sebagai peninjau pada Kejuaraan Pencak Silat Nusantara. Sebagai tokoh dan pakar pencak silat sikap pergaulannya yang luwes ternyata mampu membawa Panglipur menembus pergaulan pencak silat secara Internasional sehingga dikenal di kalangan para pakar-pakar pencak silat mancanegara. Selain itu, Enny Rukmini Sekarningrat telah berhasil membawa Panglipur sebagai perguruan pencak silat yang mampu mempertahankan keasliannya.
Selama kurun waktu dari tahun 1909 s/d 2001, Panglipur telah dipelajari oleh pecinta pencak silat dari dalam maupun luar negeri seperti negara-negara Asia,
Eropa dan Amerika. Dari waktu ke waktu Panglipur tetap eksis, prestasi dan
113 dedikasi Panglipur tidak pernah absen dalam mengikuti berbagai pagelaran festival dan kejuaraan resmi yang diselenggarakan oleh IPSI baik di tingkat daerah, regional dan nasional maupun oleh PERSILAT di tingkat Internasional. Enny Rukmini
Sekarningrat pernah mendapat undangan dari PB. IPSI sebagai pakar pencak silat dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke X pada tanggal 14 s/d 20 Nopember 2000 di Padepokan Pencak Silat Indonesia, TMII, Jakarta. Panglipur cabang Belanda tampil sebagai wakil dari Panglipur Indonesia.
"Alhamdulillah selama saya memimpin perguruan pencak silat Panglipur, rasanya murid-murid Panglipur belum pernah ada yang mengecewakan, bahkan cabang-cabang Panglipur terus bertambah dan berkembang sampai ke mancanegara, antara lain Belanda, Amerika, Austria dan lain sebagainya," tuturnya bangga. l. Tetap Energik Dalam Usia Hampir Satu Abad
Enny Rukmini Sekarningrat atau yang akrab dipanggil dengan mami Enny, dalam usia yang hampir menginjak satu abad memimpin HPS Panglipur. Sepintas terlihat kondisi fisik Enny Rukmini Sekarningrat yang sudah renta tetapi mampu membuat orang kelenger. Walaupun sudah usia senja namun semangat Enny
Rukmini Sekarningrat tidak ikut terkikis habis ditelan oleh usia. Meski tidak seaktif pada saat masih muda, Enny Rukmini Sekarningrat masih rutin melatih para jawara dari berbagai daerah.
114
Gurat kecantikan di usia muda masih tampak di raut wajah Enny Rukmini
Sekarningrat yang telah berkeriput di sana-sini. Kulit putih dan hidungnya yang mancung, bahkan akan membuat orang yang pertama bertemu mengira bahwa dirinya memiliki darah blasteran. Padahal kenyataanya tidak demikian. Perempuan kelahiran Bandung pada 17 Agustus 1915 adalah asli keturunan Indonesia. Ayahnya yaitu Abah Aleh asli keturunan Banten dan ibunya Ma Uki asli dari Garut.
Saat pertama bertemu perempuan yang akrab disapa mami Enny itu, kesan dan persepsi umum masyarakat terhadap orang yang berusia lanjut langsung terhapus. Langkah dan gerak tubuhnya masih ringan. Nada bicaranya lantang serta tetap terdengar jelas. "Ya, sekarang ini kan masih genit-genitnya. Maklum, masih berumur tiga puluh sembilan tahun (kebalikan 93 tahun)," tuturnya sambil tertawa.
Menurut Enny Rukmini Sekaringrat seluruh giginya itu rontok secara serentak pada suatu malam Jum’at pada saat umurnya masih sekitar 40 tahun.
Sebelumnya mami Enny merasa giginya memanjang dan terasa linu. "Tapi jangan mikir yang aneh-aneh, hanya kebetulan atau juga mungkin karena penyakit", pesannya. Enny Rukmini Sekarningrat tinggal di Desa Sumur Sari, Kecamatan
Sukawening, Kabupaten Garut. Rumah sederhana Enny Rukmini Sekarningrat terletak di tengah perkampungan penduduk di kaki Gunung Sadakening. Di kompleks perguruan Enny Rukmini Sekarningrat ada dua buah bangunan. Satu untuk tempat tinggal keluarga dan satu untuk kegiatan melatih para muridnya. Di gedung berbentuk seperti aula berukuran 10 x 30 M² yang dipenuhi foto dan simbol
115 perguruan itu setiap hari Minggu Enny Rukmini Sekarningrat melatih sekitar 120 muridnya.
Perguruan pencak silat Panglipur yang didirikan oleh Abah Aleh yaitu ayah
Enny Rukmini Sekarningrat sejak tahun 1909 itu berkembang pesat hingga sekarang. Puluhan cabang perguruan pencak silat Panglipur telah tersebar di mana- mana. Bahkan sudah ada cabang-cabang di luar negeri. Para murid dari mancanegara itu tertarik menjadi murid Enny Rukmini Sekarningrat karena terpesona dengan kelincahannya saat beraksi pada acara kebudayaan yang diadakan perwakilan Indonesia di luar negeri.
Enny Rukmini Sekarningrat memimpin perguruan pencak silat warisan keluarganya sejak tahun 1950. Ayahnya yang meminta dirinya menggantikan posisi terhormat di kalangan para jawara itu. "Saya tidak tahu alasan Abah, kenapa kok saya yang ditunjuk," ujarnya. Meski sejak kecil sudah akrab, pencak silat bukanlah satu-satunya keterampilan yang dimiliki oleh Enny Rukminini Sekarningrat yang energik ini. Enny Rukmini Sekarningrat juga pernah belajar yoga, menjahit, bahkan belajar dansa seperti para pemuda-pemudi Belanda saat itu. "Tapi yang utama, mungkin karena silat inilah. Alhamdulillah badan saya masih bugar sampai sekarang," ujar Enny Rukmini Sekarningrat.
Menurut Enny Rukmini Sekarningrat, kesehatan dan kebugaran dirinya sebenarnya tidak semata kekuatan fisik, akan tetapi lebih kepada kekuatan mata hati.
Kondisi tersebut menurut Enny Rukmini Sekarningrat tidak akan ikut tergerus oleh
116 semakin bertambahnya usia. "Percuma kekuatan tangan (fisik), kalau tidak dibarengi keselarasan mata dan hati," ujarnya. Kebugaran tubuh Enny Rukmini
Sekarningrat tersebut dibuktikan sendiri oleh salah seorang wartawan dari media cetak Jawa Pos. Setelah berdiri di hadapannya, Enny Rukmini Sekarningrat mendorong bahu wartawan koran ini dengan kedua tangan. Pada dorongan pertama itu posisi bahu hanya bergoyang sedikit. "Ini kalau tidak pakai hati. Tubuh setua ini kekuatannya juga tidak akan seberapa," ujarnya lantas tersenyum.
Namun, dorongan kedua yang dilakukan Enny Rumini Sekarningrat membuat wartawan koran ini sampai terjengkang beberapa langkah. Padahal hentakan tangan yang sudah renta itu sebenarnya terasa hampir sama dengan dorongan pertama. "Kalau dilakukan sungguh-sungguh, bahkan bisa buat orang tidak bisa bangun," kata Enny Rukmini Sekarningrat sambil tersenyum lebih lebar.
Penguasaan Enny Rukmini Sekarningrat terhadap seni beladiri tradisional Indonesia itu juga sempat dimanfaatkan untuk melawan penjajah. Tepatnya pada tahun 1947,
Enny Rukmini Sekarningrat bergabung dengan Letkol Abimanyu dan Mayor U.
Rukman untuk ikut bergerilya sampai hijrah ke Yogyakarta.
Pada tahun 1950 Enny Rumini Sekarningrat mengakhiri pengembaraan di hutan belantara. Ditandai dengan turunnya para pengungsi ke Bandung, Enny
Rukmini Sekarningrat kembali menjadi masyarakat biasa. "Kalau dulu berjuang dengan senjata, sekarang berjuang melestarikan pencak silat", tutur Enny Rukmini
Sekarningrat. Aktivitas sebagai pemimpin perguruan pencak silat Panglipur
117 sebenarnya tidak lagi dijalani seperti saat usia Enny Rukmini Sekarningrat masih muda. Pada latihan rutin yang berlangsung setiap hari Sabtu malam dan sepanjang hari Minggu, Enny Rukmini Sekarningrat hanya mengawasi. "Sekarang saya hanya mengajar para guru yang memimpin cabang-cabang di berbagai daerah," ujarnya.
Pertemuan rutin para pimpinan cabang Panglipur saat Enny Rukmini
Sekarningrat masih memimpin HPS Panglipur Pusat setidaknya dilakukan satu bulan sekali. Di situlah Enny Rukmini Sekarningrat memberikan latihan ataupun sekadar petuah terhadap para jawara yang juga telah berumur. "Mereka inilah yang sering protes ke saya, karena badannya lebih dulu bungkuk dan matanya sudah rabun," katanya. Menurut Enny Rukmini Sekarningrat para jawara dari berbagai daerah itu kerap menanyakan resep sehat dirinya. "Saya hanya tersenyum kalau ditanya seperti itu," ujar Enny Rukmini Sekarningrat.
Enny Rukmini Sekarningrat mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak ada resep khusus tentang kesehatan dirinya yang masih energik dan tetap terjaga di usia yang hampir satu abad. "Paling, saya ini hanya rajin tirakat," ungkapnya. Enny
Rukmini Sekarningrat mengaku sejak muda terbiasa jarang makan. Kata Enny
Rumini Sekarningrat, beliau makan sekali setiap tiga hari. Itu juga hanya kentang rebus beberapa butir. Untuk minum selain air putih, setiap hari Enny Rukmini
Sekarningrat minum dua gelas besar susu ukuran setengah liter. "Saya juga banyak tidur", candanya sekali lagi dengan mengungkapkan fakta yang sebaliknya.
118
Kenyataan yang sesungguhnya setiap hari Enny Rukmini Sekarningrat hanya tidur sekitar tiga jam. Itu juga baru dilakukan setelah shalat subuh. Sekitar pukul lima pagi Enny Rukmini Sekarningrat baru mulai beristirahat, tetapi sudah bangun sekitar pukul delapan pagi. Sepanjang malam Enny Rukmini Sekarningrat lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. "Untuk mengingat dan tafakkur ke
Allah," ujar Enny Rukmini Sekarningrat. Ketajaman batin Enny Rukmini
Sekarningrat tampaknya memang menjadi kekuatan tersendiri baginya. Jawa Pos kembali membuktikannya sendiri. Pada malam hari sebelum berpamitan, Enny
Rukmini Sekarningrat sempat memberikan oleh-oleh khusus.
Sambil duduk bersila di ruang tengah kediamannya, Enny Rukmini
Sekarningrat meminta salah satu seorang murid seniornya mengambil sebutir telur ayam. Telur mentah tersebut ditaruh di piring lengkap dengan sendoknya. "Ayo dibuka," pintanya. Saat perlahan dipecah, sepintas isi telur tampak seperti pada umumnya. Namun ternyata di dalamnya terdapat selembar daun pandan seukuran
10 x 0,5 Cm. Lafal Arab tergurat di atasnya. "Itu disimpan, bukan sekadar jimat, tapi agar tetap ingat saja sama Allah," ujarnya.
Meskipun Enny Rukmini Sekarningrat dikalangan para pendekar dan pecinta pencak silat dikenal dengan sebutan pendekar empat zaman karena keaktifan serta semangat beliau didalam mengembangkan seni budaya pencak silat. Tetapi
Enny Rukmini Sekarningrat tetaplah manusia biasa yang merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki batasan usia di dunia. Enny Rukmini
119
Sekarningrat wafat pada tanggal 17 Juni 2011 di Garut pada usianya yang menginjak
96 tahun dan dimakamkan di Sumursari, Pasir jengkol, Cibatu, Garut, Jawa Barat.
Meskipun telah wafat, berbagai ilmu yang diwariskan Enny Rukmini Sekarningrat
kepada para muridnya akan terus mengalir, berkembang dan tidak akan pernah
hilang.
Gambar 11. Enny Rukmini Sekarningrat memperagakan jurus-jurus pencak silat Panglipur. (Dokumen: HPS Panglipur)
120
Gambar 12. Enny Rukmini Sekarningrat memperagakan jurus-jurus pencak silat Panglipur. (Dokumen: HPS Panglipur)
m. Senjata Rahasia Enny Rukmini Sekarningrat
Ditinjau dari segi falsafah dan ajaran moral yang menjiwai serta
memotivasi penggunaanya yakni falsafah dan ajaran budi pekerti luhur. Pencak silat
pada dasarnya adalah sistem beladiri tangan kosong (empaty handed fighting
system). Penggunaan senjata hanyalah merupakan sebagai alat pelengkap. Dengan
kata lain pencak silat dikinerjakan dengan tidak serta merta atau sejak awal
menggunakan senjata jika tidak benar-benar dalam keadaan terdesak.
Pencak silat adalah sistem beladiri etis persuasif. Penggunaan senjata
hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa atau dalam keadaan yang betul-betul
memerluhkan senjata jika didalam sebuah perkelahian lawan menggunakan senjata
dan sulit untuk diatasi dengan menggunakan tangan kosong. Dengan kata lain
penggunaan senjata sebagai pelengkap dalam mengkinerjakan pencak silat dan
121 hanya dilakukan jika memerluhkan dan bahkan merupakan ultimatum remedium atau pilihan tindakan lain yang bersifat damai dan bersahabat dipandang tidak akan dapat mencapai hasil.
Senjata merupakan kepanjangan tangan manusia dalam usaha membela diri secara fisik. Perkembangannya dipengaruhi oleh kebudayaan dan lingkungan alam.
Maka sering ditemukan kesamaan model senjata antara satu daerah dengan daerah lainnya yang letak geografisnya berdekatan. Tidak sedikit senjata yang berangkat dari alat pertanian atau perkakas sehari-hari yang lantas mengalami perkembangan dan penyesuaian pada bentuk serta fungsinya sebagai senjata untuk bertarung.
Pengertian senjata secara umum merupakan alat yang gunanya untuk melukai, membunuh, berkelahi atau berperang untuk menghancurkan suatu benda. Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat digunakan untuk merusak dapat dikatakan senjata. Jenis senjata dibedakan menjadi 2 yaitu senjata moderen dan tradisional.
Istilah tradisional berasal dari kata “tradisi” yang menunjuk kepada suatu lembaga, artefak, kebiasaan atau perilaku yang didasarkan pada tata aturan atau norma tertentu baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa karya seni rupa tradisional
122 adalah karya seni rupa yang bentuk dan cara pembuatannya nyaris tidak berubah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Senjata tradisional merupakan produk budaya yang lekat hubungannya dengan suatu masyarakat. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, senjata tradisional juga digunakan dalam kegiatan berladang dan berburu. Lebih dari fungsinya senjata tradisional kini menjadi identitas suatu bangsa yang turut memperkaya khazanah kebudayaan nusantara. Berbicara seni beladiri pencak silat tidak bisa terlepas dari senjata tradisional yang ada disetiap daerah di tanah air
Indonesia. Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari kurang lebih 17.000 pulau yang membenatang dari ujung barat hinggan ujung timur yaitu dari Sabang sampai Merauke. Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad dijajah oleh Belanda dan
3,5 tahun dijajah oleh Jepang.
Perjuangan rakyat Indonesia pada waktu mempertahankan diri terhadap serangan penjajah masih menggunakan senjata tradisional yang setiap daerah memiliki karakter dan ciri khas tersendiri. Senjata tradisional di Indonesia dalam
Lia Herliana dan Dian K (2015) antara lain Mandau (Kalimantan), Rencong (Aceh),
Badik (Sulsel), Kujang (Jabar), Celurit (Madura), Belati Papua (Papua), Parang
Salawaku (Maluku), Wedung (Bali), Pasatimpo (Sulteng), Kerambit (Sumbar),
Pisau Gaja Dombak (Sumut) dan Keris (Jateng dan DIY).
Secara umum jenis senjata pencak silat dapat digolongkan dengan melihat dari beberapa segi antara lain dari segi tujuan dan cara penggunaanya, segi asal-
123 usul, segi kepentingan serang bela, segi efektivitas, segi tampilan dan segi status serta nilai sosial. Pada zaman penjajahan Belanda, Abah Aleh tidak memperlihatkan diri dan menonjolkan pencak silat Panglipur sebagai sistem beladiri kepada masyarakat karena khawatir akan tercium Belanda. Abah Aleh melatih muridnya secara sembunyi-sembunyi seperti di hutan yang dilakukan pada malam hari agar tidak terdeteksi keberadaanya oleh Belanda. Ketika Abah Aleh mengundang para pejabat Belanda dan para keturunan Raden di Bandung untuk membuktikan bahwa pencak silat ini bukanlah sebuah ilmu beladiri akan tetapi merupakan tari hiburan saja. Jadi ilmu beladiri pencak silat ditutup dengan menggunakan sebuah tarian.
Sehingga main golok serta berbagai senjata lainnya ditutupi dengan gerakan tari.
Sama halnya dengan putri Abah Aleh yaitu Enny Rukmini Sekarningrat.
Enny Rukmini Sekarningrat memiliki beberapa senjata yang dipakainya dalam membela diri jika dalam keadaan terdesak dan ada bahaya yang mengancam dirinya.
Senjata yang digunakan Enny Rukmini Sekarningrat tidaklah seperti yang biasa dipakai kebanyakan orang untuk membela diri seperti golok, celurit, tombak dan lain sebagainya. Senjata yang digunakan Enny Rukmini Sekarningrat cenderung tidak mengundang kecurigaan orang lain karena memang tidak lazim digunakan sebagai senjata dalam mempertahankan diri dari ancaman bahaya. Senjata tersebut antara lain tusuk konde, kipas dan sobra yang sering digunakan oleh seorang wanita didalam kehidupan sehari-hari.
124
Tusuk konde merupakan senjata tradisional zaman Hindu yang biasanya digunakan oleh resi perempuan yang sengaja tidak ingin menonjolkan kekerasan dalam membela diri. Senjata ini baru akan difungsikan bila dalam keadaan terdesak.
Umumnya terbuat dari besi kuningan dengan panjang bervariasi mulai dari ukuran
22 cm s/d 36 cm. Tusuk konde adalah salah satu senjata yang digunakan Enny
Rukmini Sekarningrat dalam mempertahankan diri dari berbagai bentuk ancaman.
Tusuk konde dipilih karena tidak terlihat bahwa tusuk konde yang dipakai sehari- hari bisa digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri dan banyak orang yang tidak menduga bahwa tusuk konde dapat dipakai untuk senjata.
Selain tusuk konde, Enny Rukmini Sekarningrat juga menggunakan kipas sebagai senjata untuk mempertahankan diri. Kipas sudah dikenal sejak dulu, ada dalam kebudayaan masa silam seperti Romawi Kuno, Mesir, Yunani atau Cina.
Jaman dahulu kipas terbuat dari kulit binatang, akan tetapi sekarang banyak menggunakan bahan dari kertas dan kain. Gagang kipas biasanya berjumlah antara
10 s/d 30 dibuat dari bahan yang tidak sembarangan. Biasanya menggunakan kulit tempurung kura-kura, gading, tulang, kulit kerang, logam, atau kayu dengan kualitas bahan yang bagus. Kipas yang digunakan sebagai senjata biasanya ujung dari gagang kipas berbentuk lancip serta tajam.
Terakhir selain tusuk konde dan kipas, senjata yang dikembangkan serta digunakan oleh Enny Rukmini Sekarningrat adalah sobrah yaitu rambut perempuan yang digunakan untuk sanggul. Sobrah di masyarakat pada umumnya lebih dikenal
125 dengan sebutan cemara atau rambut palsu. Enny Rukmini Sekarningrat mengembangkan jurus sobra yang digunakan sebagai pecut untuk pembelaan diri jika dalam keadaan terdesak.
Panjang cemara beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan serta ciri khas sanggul di masing-masing daerah. Sanggul Ciwidey dari Jawa Barat, panjang cemara yang digunakan berkisar antara 80 cm s/d 90 cm. Dikenalkan pada tahun
1947 oleh Kanjeng A. Wiranata Kusumah. Sanggul Ciwidey mendapat pengaruh agama Islam dan mempunyai ciri khas alif pakait nun. Selain itu di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dikenal dengan ukel tekuk yang membutuhkan panjang cemara berkisar antara 100 cm s/d 125 cm. Lain halnya dengan di daerah Bali ada dua jenis macam sanggul yaitu pusung gonjer untuk para gadis dan pusung tagel untuk para wanita yang sudah menikah dengan panjang cemara 75 cm.
Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa Enny Rukmini Sekarningrat memanfaatkan serta mengembangkan berbagai benda yang ada disekitar dirinya sebagai senjata untuk melindungi diri dari berbagai bentuk macam ancaman bahaya.
Tidak hanya tusuk konde, kipas dan sobra saja yang bisa digunakan sebagai senjata, bahkan berbagai benda kecil yang ada disekitar kita juga bisa digunakan sebagai senjata untuk melindungi diri dari bentuk macam bahaya. Salah satunya pensil yang bisa digunakan untuk melukai mata lawan dan berbagai benda lain yang bisa dimanfaatkan sebagai senjata.
126
Gambar 13. Tusuk konde dan kipas salah satu senjata yang digunakan Enny Rukmini Sekarnigrat dalam mempertahankan diri dari ancaman bahaya. (Dokumen: HPS Panglipur) n. Panglipur Menjadi Daya Tarik Orang Asing
Perkembangan pencak silat yang dikaitkan dengan program kerja HPS
Panglipur Pusat dalam menyebar luaskan berbagai cabang-cabang Panglipur ke mancanegara, Mr. J.A Backx membawa dan meresmikan Panglipur Siliwangi di
Belanda. Dari sinilah Tom panggilan akrab dari Tom J. Van Meeteren mulai mengenal pencak silat hingga tertarik dan langsung berlatih kepada Mr. Backx.
Sekitar bulan September 1991, awalnya Tom melihat pencak silat seperti orang-orang yang sedang latihan senam. Namun ketika mulai mengenal lebih dalam lagi ternyata pencak silat adalah suatu bentuk ilmu beladiri yang sempurna dan mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Kekeluargaan, ramah tamah serta penuh rasa persahabatan yang tercermin dalam pencak silat membuat Tom semakin
127 merasakan keindahan dalam berlatih pencak silat sehingga terus mengikuti program latihan di perguruan pencak silat Panglipur Moordrecht Netherland.
Tom tidak hanya latihan beladiri pencak silat tetapi juga mempelajari juga beberapa aransemen musik tradisional seperti Gendang Pencak, Gong, Saron,
Bonang dan berbagai alat musik tradisional lainnya. Kemahiran di dalam memainkan musik tradisional Sunda sudah tidak perlu diragukan lagi oleh pemuda scorpio ini. Bahkan Tom terkesan sangat menikmati sekali ketika sedang memainkan Saron. Kepandaian dalam memainkan Gendang Pencak diasah lagi oleh
Wahyu Su’eb (Oseng) selama 6 bulan di Belanda yang didatangkan khusus dari
Indonesia oleh Mr. Backx.
Menurut S. Berrein S.R (2008: 8) dalam pencak silat, Gendang dan Gong digunakan sebagai pelatar gerak dan langkah agar dinamisasi dan nuansa gerakan serta langkah bersilat menjadi indah dan lentur sehingga komposisi pola lantainya mempunyai makna. Kekuatan Gendang dan Gong dalam menyukai gerakan dan langkah menjadikan para pesilatnya penuh gairah sehingga gerakan yang dibuat sedap di pandang mata dan sekaligus menghilangkan nilai kekerasan dalam dunia pencak silat. Selain eksistensi Gendang dan Gong dalam pencak silat mempunyai arti dan makna yang dalam karena dengan adanya Gendang dan Gong keindahan langkah dan kelenturan tubuh bersebati dan mengikat. Demikian juga dengan bunyi yang dihasilkan melalui pukulan Gendang dan Gong menambah semarak suasana
128 pesilat. Ayunan dan gerak langkah yang dibuat pesilat melahirkan kedinamisan yang menawan dan mewarnai beragamnya pola dan struktur bersilat.
Disisi lain pengaturan keras, lambat dan cepatnya langkah serta gerakan bersilat seseorang akan teraplikasi dengan gaya pikat ragam-ragam bersilat tersebut.
Begitu juga suasana ruang lingkupnya mengarah kepada kesahduan memukau dan keindahan yang bergairah sepanjang pukulan Gendang dan Gong membahana. Oleh sebab itu, sosok Gendang dan Gong dalam pencak silat merajud tali pesebatinan yang kuat dan melatar belakangi kaedah dan khazanah pencak silat itu sendiri agar lebih eksis, ekspresif dan akulturatif.
Perjalanan dalam menekuni pencak silat di Panglipur Jawa Barat ini membuat Tom semakin merasa terkesan lagi ketika diundang ke Kotip Cimahi untuk meyaksikan pertunjukan pencak silat yang diselengarakan oleh salah satu cabang
Panglipur. Kehadiran Tom dalam memenuhi undangan ini bertemu dengan Susan
Aprilian Sari salah satu cucu dari Enny Rukmini Sekarningrat. Tom yang sudah beragama Islam ini akhirnya menikah dengan Susan Aprilian Sari dan sudah mempunyai seorang anak.
Menurut pemuda kelahiran Gouderak, Belanda ini berlatih pencak silat sangat bermanfaat baik untuk kesegaran jasmani maupun juga kepuasan lahir batin.
Tom sangat mengagumi ikatan keluarga pencak silat yang selalu menerima dengan penuh kekeluargaan, rasa saling menghormati satu sama lain tanpa membedakan suku, agama, asal-usul daerah atau negara dari mana mereka berasal. Itulah
129 sebabnya bahwa pencak silat Indonesia umumnya dan perguruan Panglipur khususnya menjadi bagian dari jiwa raganya karena kesejukan dan keharmonisan hanya Tom dapatkan di pencak silat. Penggemar warna merah ini mengharapkan pencak silat dapat lebih meluas lagi pengembanganya di luar negeri agar mereka lebih mengetahui secara mendalam tentang pencak silat yang baik dan benar.
Gambar 14. Tom J. Van Meeteren bergaya memainkan gendang pencak. (Dokumen: HPS Panglipur)
130
Gambar 15. Tom J. Van Meeteren memperlihatkan kemahiran memainkan Saron, musik tradisional Sunda. (Dokumen: HPS Panglipur)
o. Kegiatan dan Prestasi
Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur melalui pelatih dan anggotanya
yang berdiri sejak tahun 1909 telah eksis dan mengabdikan diri untuk melestarikan
dan mengembangkan beladiri tradisional pencak silat sebagai salah satu budaya
warisan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang harus terus
dikembangkan dan dilestarikan. Cabang latihan dan anggota Panglipur telah
tersebar di berbagai kota di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Sedangkan cabang-
cabang latihan diluar negeri tersebar di berbagai kota di negara Belanda, Austria,
Perancis dan berbagai negara lainnya di Amerika.
Kegiatan dan prestasi HPS Panglipur didalam mengembangkan seni
budaya pencak silat sudah tidak terhitung lagi banyaknya. Setiap ada misi
131 kebudayaan keluar negeri dan berbagai festival pencak silat maupun festival beladiri, Panglipur selalu ikut andil pada kegiatan tersebut. Banyak dari para anggota dan pesilat Panglipur yang ditugaskan oleh PB. IPSI, Kementerian
Pemudan dan Olahraga serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia untuk mewakili Indonesia didalam misi promosi kebudayaan untuk memperkenalkan pencak silat ke luar negeri sebagai duta bangsa.
Salah satu peran Panglipur dalam mengembangkan seni budaya pencak silat adalah dengan terlibatnya didalam tim PERSILAT pada kegiatan promosi dan demonstrasi pencak silat di Murdoch University, Australia pada tanggal 1 Mei 2008.
Selain itu anggota Panglipur juga banyak terlibat didalam misi memperjuangkan pencak silat sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia agar supaya dapat diakui secara resmi oleh UNESCO.
Salah satu anggota HPS Panglipur yang dikenal dikalangan pecinta pencak silat didalam maupun luar negeri yaitu Cecep Arif Rahman. Cecep Arif Rahman merupakan murid langsung dari Enny Rukmini Sekarningrat. Cecep Arif Rahman adalah seorang guru, atlet, pengajar pencak silat dan aktor Indonesia kelahiran Garut pada tanggal 18 Agustus 1972. Cecep Arif Rahman besar di daerah kaki Gunung
Galunggung, Garut. Awal mula karier Cecep Arif Rahman didalam dunia film laga adalah sebagai aktor didalam film The Raid 2.
Riwayat kakek Cecep Arif Rahman yang merupakan tokoh pencak silat mendorongnya untuk belajar pencak silat semenjak lulus SMA. Cecep Arif Rahman
132 mulai belajar pencak silat di perguruan Panglipur Galih, Garut sejak tahun 1986.
Cecep Arif Rahman mengajar pencak silat sejak tahun 1991 setelah lulus sekolah pendidikan guru. Kemudian Cecep Arif Rahman pergi ke Bandung untuk belajar pencak silat kepada Enny Rukmini Sekarningrat ketika masih tinggal di Bandung serta dikenalkan dengan beberapa guru pencak silat lainnya.
Kariernya di pencak silat membawanya ke Festival Beladiri Dunia di
Bercy, Perancis (Bercy Festival des Arts Martiaux) sejak tahun 2000 sampai dengan yang terakhir tahun 2008. Setelah terakhir mengikuti Festival Beladiri Dunia di
Bercy, Perancis tahun 2008, barulah pada tahun 2018 mengikuti kembali setelah vakum selama sepuluh tahun. Karena darah budaya sudah mengalir tidak ada yang sanggup membendung Cecep Arif Rahman untuk membawa nama baik serta mempromosikan pencak silat sebagai beladiri khas bangsa Indonesia. Cecep Arif
Rahman berangkat ke Festival Beladiri Dunia 2018 di Bercy, Perancis dengan mengajak dua orang muridnya yaitu Bangbang Trisna Irawan serta Reza Hilman untuk tampil dengan jumlah tim yang hanya tiga orang.
Jumlah tim yang paling sedikit dalam penampilan di Festival Beladiri
Dunia di Bercy, Perancis. Ekspetasi Cecep Arif Rahman hanyalah untuk berpartisipasi dan mempromosikan pencak silat agar tetap ada perwakilan dari
Indonesia. Dengan pertolongan serta karunia Tuhan Yang Maha Esa, penampilan
Cecep Arif Rahman beserta dua orang muridnya tersebut dapat membuahkan hasil yang memuaskan. Festival Beladiri Dunia di Bercy, Perancis yang ke 33 ini hanya
133 memberikan tiga medali pada penampilan tiga tim terbaik, termasuk penampilan pencak silat dari tim Cecep Arif Rahman. Selain itu tim Shaolin dari China dan Tae
Kwon Do dari Maroko.
Diketahui bahwa Indonesia selama ini sudah lama vakum tidak mengirim wakil selama beberapa tahun terakhir ini. Setelah selama satu dekade absen di
Festival Beladiri Dunia di Bercy, Perancis dari tahun 2008 dan pada tahun 2018 hanya dengan 3 orang pesilat, kita patut berbangga karena Indonesia disebut kembali dalam 3 besar penampilan terbaik Festival Beladiri Dunia di Bercy,
Perancis tahun 2018.
Cecep Arif Rahman juga pernah meraih medali emas kategori tunggal tangan kosong pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke VIII tahun 1994 di Hatyai,
Thailand. Selain Cecep Arif Rahman rutin hadir di Festival Beladiri Bercy di Paris juga kerap diundang untuk mengisi seminar pencak silat di berbagai negara antara lain Perancis, Italia, Inggris, Rusia dan Amerika Serikat.
Selain Cecep Arif Rahman masih banyak anggota HPS Panglipur yang memiliki peran penting didalam pengembangan seni budaya tradisional pencak silat ke mancanegara. Peran Panglipur banyak didalam pengembangan seni budaya pencak silat. Didalam kepengurusan di PB. IPSI, anggota Panglipur juga banyak duduk di dalam Departemen Pengembangan Seni Budaya. Selain itu juga banyak para anggota Panglipur yang dikirim ke berbagai negara di luar negeri oleh PB. IPSI untuk melatih didalam bidang seni atau yang dikenal dengan kategori Tunggal
134
Ganda Regu (TGR) untuk mempersiapkan negara tersebut dalam mengikuti
Kejuaran Dunia Pencak Silat maupun SEA Games.
Dari catatan sejarah masa lalu sejak tahun 1978 s/d 1999, HPS Panglipur
telah banyak menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam mengembangkan aspek
seni dan budaya pencak silat di dalam negeri maupun luar negeri. Banyak para tokoh
Panglipur yang berperan aktif dan menjadi utusan Indonesia sebagai duta bangsa
didalam bidang kebudayaan.
Gambar 16. Cecep Arif Rahman dan dua muridnya berhasil menjadi 3 tim terbaik dalam Festival Beladiri Dunia di Bercy, Perancis tahun 2018. (Dokumen: HPS Panglipur)
135
Gambar 17. H. Uho Holidin, guru besar HPS Panglipur saat keliling Eropa dalam misi kesenian pencak silat. (Dokumen: HPS Panglipur)
136
Tabel 7. Kegiatan Pencak Silat Panglipur tahun 1978 s/d 1999. (Sumber: Majalah Seni Beladiri, 1999: 12-13)
NO TAHUN KEGIATAN Pementasan di Taman Mini Indonesia Indah, anjungan Jawa Barat dihadapan Ibu Tien Soeharto dan Dirjen Pariwisata Letjen. Ahmad Tirto Sudiro dengan 1 1978 koordinator Rahin dan Enoh Atmadibrata yang diwakili oleh 48 orang anggota Panglipur. Pementasan di Istana Bogor menyambut Pangeran Hasan Bin Talal dari 2 1979 Yordania yang di wakili oleh 48 orang anggota Panglipur. Pementasan di Istana Bogor menyambut Presiden Mesir Husni Mubarak yang 3 1979 diwakili oleh 48 orang anggota Panglipur. Pementasan di Istana Bogor menyambut Perdana Menteri Korea yang diwakili 4 1979 oleh 48 orang anggota Panglipur Pementasan di Semarang dalam rangka pembukaan MTQ tingkat Nasional ke IX 5 1979 yang diwakili oleh 48 orang anggota Panglipur. Pementasan di Gedung Pakuan Bandung menyambut tim inti Thomas Cup 6 1979 Indonesia yang diwakili oleh 50 orang anggota Panglipur. Pementasan di Sukabumi dalam rangka penyerahan Parasamnya Purnakarya 7 1979 Nugraha untuk Kabupaten Sukabumi oleh Mendagri atas nama Presiden yang diwakili oleh 48 anggota Panglipur. Pementasan di Istana Bogor menyambut Wakil Presiden H. Adam Malik beserta 8 1979 sastrawan ASEAN yang diwakili oleh 48 anggota Panglipur. 9 1979 Exebisi 3 negara pada SEA Games X yaitu Indonesia, Malasia, dan Singapura. Pementasan di depan Gedung Merdeka menyambut Konfrensi Asia Afrika ke 25 10 1980 yang diwakili oleh 100 orang anggota Panglipur. Tahun 1980, pementasan di Lapangan Husen Sastra Negara Bandung 11 1980 menyambut Raja Spanyol yang diwakili oleh 100 orang anggota Panglipur. Pementasan di Istana Bogor menyambut para tamu peserta siding Konfrensi 12 1980 Islam sedunia yang dibuka oleh Wakil Presiden H. Adam Malik. Misi kesenian ke Singapura menampilkan drama pencak silat menceritakan 13 1980 riwayat singkat Embah Kahir dipimpil oleh H. Suhari Sapari dalam rangka Pesta Sukan di Singapura yang diwakili oleh 15 anggota Panglipur. Pementasan dalam rangka PON wilayah II (PON X) yang diwakili oleh 50 orang 14 1980 anggota Panglipur. Pementasan di Bandung dalam rangka HUT Siliwangi ke 34 didepan KASAD 15 1981 dan Pangdam diwakili oleh 700 orang anggota Panglipur dan tokoh-tokoh Panglipur. Pementasan di Gedung Merdeka Bandung dengan tim Kesenian dari Sri Lanka, 16 1981 Ketuk Tilu dan Tari Topeng dari Jawa Barat yang diwakili oleh 25 orang anggota Panglipur. Pementasan di Istora Senayan Jakarta dengan tim dari Srilangka, Ketuk tilu, 17 1981 Topeng Sujana dari Cirebon Jawa Barat yang diwakili oleh 25 orang anggota Panglipur. Pementasan di Istora Senayan Jakarta menyambut HUT IPSI yang ke 34 18 1981 dipimpin oleh H. Suhari Safari yang diwakili oleh 25 orang anggota Panglipur. Mengikuti kejuaraan nasional pencak silat di Cirebon yang diwakili oleh Djadja 19 1982 Widjya Kusumah, Agus Irwan dan Karyani ketiganya berhasil menjadi juara.
137
Mengikuti Festival Pencak Silat Internasional di Jakarta yang diwakili oleh 20 1984 Djadja Widjaya Kusumah, Agus Irawan, Gandina Kusumah dan Karyani. 21 1984 Misi kegiatan ke Penang Malaysia yang diwakili oleh Ayunda Nunun Sugiharti. Pementasan dalam rangka pembukaan Konfrensi Asia Afrika di Bandung yang 22 1985 diwakili oleh 100 anggota Panglipur. Mengikuti kejuaraan nasional pencak silat KNPI Cup di Padang, Sumatera Barat 23 1986 yang diwakili oleh Ayunda Nunun Sugiharti, Gandina Kusumah. Mengikuti Invitasi dan Festival pencak silat Internasional Wina Austria, 24 1986 dipimpin oleh H. MSTA Jhonny yang diwakili oleh Asep Gurwawan dan Wawan Anwarudin. Mengikuti Singapore Matrial Art Instruktor’s Assosiation di Singapura di 25 1986 pimpin oleh H. MSTA Jhonny yang diwakili oleh Agus Irwan. Pementasan di Hotel Borobudur Jakarta dalam rangka Ngalanglang Parahiangan 26 1986 yang dipimpin oleh Djadja Widjaya Kusumah, Ayundha Nunun Sugiharti, Gandina Kusumah, Tina Rahmat, Karyani, Odik Sodikin dan Dadang Sobur. Mengikuti Pagelaran pencak silat dalam rangka Dies Natalis UNPAD 1986 yang 27 1986 diwakili oleh 50 orang anggota Panglipur. Berhasil menjadi juara pada Kejuaraan pada kejuaraan KNPI Cup di Solo yang 28 1987 diwakili oleh Ayunda Nunun Sugiharti, Gandina Kusumah, Asep Gurwawan, Yanto dan Endang Ruhiat. Misi kesenian pencak silat ke Eropa dipimpin Uho Holidin, Agus Irwan, Asep 29 1989 Gurwawan, Wawan Anwarudin, Ayunda Nunun Sugiharti, Gandina Kusumah. 30 1992 Mengikuti Festival Asia Pasifik di Newzeland diwakili oleh Asep Gurwawan. Mengikuti Pembukaan Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Jakarta Convention 31 1992 Centre (Convention Hall) di wakili oleh 50 orang anggota Panglipur. Mengikuti Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Hatyay Thailand yaitu kelas tunggal tangan kosong putra, dan kelas tunggal kelas bersenjata putri yang diwakili oleh 32 1994 Vivi Vinni Larika America Nuryayi dan Cecep Arif Rahman berhasil menyabet medali emas. Pengiriman pelatih ke Jepang dalam rangka persiapan menghadapi Kejuaraan 33 1996 Dunia Pencak Silat tahun 1997 di Kuala Lumpur Malaysia yang diwakili oleh Djadja Widjaya Kusumah. Panglipur Belanda yang diwakili oleh Olivier Blaquart berhasil menjadi juara 2 Wiragama Putra pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Kuala Lumpur, Malaysia. 34 1997 Sedangkan Panglipur Indonesia hanya sebagai peninjau yang diwakili oleh 3 orang yaitu Ir. H. Permana Nuryayi, Agus Irwan, S.H. dan Vinni Larika Amerani Nuryayi. 35 1997 Pengiriman pelatih ke Vietnam dalam rangka persiapan SEA Games IX di Jakarta berhasil memperoleh medali perak yang diwakili oleh Asep Gurwawan. 36 1997 Shooting RCTI, dalam rangka pencak silat menembus dunia mengambil lokasi di Garut dan Cikaret Gegerbitung Sukabumi yang diikuti oleh 500 anggota Panglipur dari berbagai cabang Panglipur di Jawa Barat. 37 1997 Festival Nusantara di Trenggano Malaysia. Panglipur Belanda yang diwakili oleh Olivier Blanquart berhasil memperoleh medali Emas. 38 1999 Bulan Maret 1999, mengikuti HUT YON HUBAD Angkatan Darat ke 48 di Jakarta. 39 1999 mengikuti PORDA VIII Jawa Barat yang diwakili oleh Panglipur Cabang Garut, Panglipur Cabang Sukabumi, Panglipur Cabang Bogor dan Panglipur Cabang Majalengka.
138 p. Penerus Pimpinan HPS Panglipur Pusat
Keadaan fisik yang semakin hari kian menurun dan bertambahnya usia membuat Enny Rukmini Sekarningrat mulai berfikir untuk mengadakan kaderisasi kepemimpinan didalam organisasi Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur Pusat.
Enny Rukmini Sekarningrat harus mencari sosok pemimpin pengganti dirinya untuk meneruskan roda organisasi perguruan pencak silat Panglipur. Drs. H. Nana
Suprihatna, MM, MBA adalah Ketua Umum HPS Panglipur Pusat yang menggantikan Enny Rukmini Sekarningrat yang sejak dari tahun 1950 s/d 2010 HPS
Panglipur Pusat.
Nana Supriatna lahir di Bandung pada tanggal 17 Agustus 1952 dan pernah berlatih di beberapa cabang beladiri. Pada tahun 1965 s/d 1968, Nana Supriatna merupakan anggota di Panglipur Muda Babakanjati Bandung. Kemudian tahun
1969 s/d 1974 berlatih Karate Wanara Kurda dengan sabuk terakhir Dan Dua dan melanjutkan Karate Kiusyu Suoto. Selain itu pada tahun 1974 s/d 1976 berlatih
Jiujutsu serta pencak silat Perisai Diri dan tahun 1977 s/d 1978 berlatih beladiri TD
Surulhon dari Mesir kuno.
Nana Supriatna merupakan orang yang memiliki pengalaman didalam sebuah organisasi. Karena pernah menjabat sebagai Kepala Dinas di berbagai
Instansi milik Pemerintahan Daerah. Antara lain Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Majalengka; Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Bandung; Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota
139
Bandung; Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bandung dan Kepala
Badan Lingkungan Hidup Kota Bandung.
Awal mula Nana Supriatna terpilih menjadi Ketua Umum HPS Panglipur adalah ketika akan dijadikan Ketua IPSI Kota Bandung namun tidak jadi karena pada waktu itu baru dalam keadaan sakit. Kemudian tidak berselang lama Nana
Supriatna dipanggil oleh Pengda IPSI Jawa Barat untuk membantu menata managemen organisasi HPS Panglipur Pusat. Pada saat itu Nana Supriatna diperkenalkan dengan Enny Rukmini Sekarningrat oleh H. Masriatmadja yaitu staf pribadi dan sesepuh Panglipur.
Kemudian Nana Supriatna diminta untuk menyerahkan daftar riwayat hidup dan ternyata erat kaitannya ibu dari Nana Supriatna dengan Enny Rukmini
Sekarningrat pada saat peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 23 Maret 1946.
Pada saat peristiwa Bandung Lautan Api tersebut Enny Rukmini Sekarningrat dan
H. Maysaroh mengungsi ke Garut tempat Abah Aleh. Abah Aleh sebelumnya memanggil ibu dari Nana Supriatna dengan nama panggilan Engkih dan setelah pulang dari ibadah Haji dirubah namanya menjadi H. Maysaroh.
Kemudian Nana Supriatna ditanya oleh Enny Rukmini Sekarningrat
“Bagaimana hubungan kamu dengan Pak Enjang Ketua Cabang Panglipur
Muda”? Kemudian Nana Supriatna menjawab “Pak Enjang adalah paman saya”.
Kemudian Enny Rukmini Sekarningrat bertanya, “Rumahnya dimana kamu”?
“Dibelakang rumah Pak Enjang”, jawab Nana Supriatna. “Jadi Pak Enjang punya
140 bapak Namanya H. Basuki. Saya punya kakek Namanya H. Mahmud. H. Basuki adalah adik dari H. Mahmud”, tambah Nana Supriatna.
“Anda belum bisa memberikan saran dan nasihat kepada Panglipur, sudah saja kamu jadi sekretaris saya”, tutur Enny Rukmini Sekarningrat. Enny Rukmini
Sekarningrat langsung menunjuk Nana Supriatna sebagai sekretarisnya, kemudian diumumkan kepada para sesepuh di HPS Panglipur. “Siapa saja yang tidak setuju saudara Nana Supriatna untuk jadi sekretaris saya, anda harus berhadapan dengan saya” tutur tegas Enny Rukmini Sekarningrat.
Enny Rukmini Sekarningrat memiliki pemikiran serta pertimbangan memilih Nana Supriatna sebagai sekretarisnya karena latar belakangnya yang memiliki pengalaman dan pernah menjabat sebagai Kepala Dinas di beberapa
Instansi Pemerintahan kurang lebih 19 tahun. Sehingga Enny Rukmini Sekarningrat memandang Nana Supriatna mampu untuk menata managemen organisasi yang ada di HPS Panglipur Pusat. Setelah berdiskusi dengan para sesepuh Panglipur dan Enny
Rukmini Sekarningrat, Nana Supriatna bersedia dan menerima amanah tersebut,
“Kalau di kepengurusan organisasi pencak silat tidak perlu bahwa dia ahli silat”, tutur Nana Supriatna.
Nana Supriatna menerima amanah sebagai sekretaris di HPS Panglipur mulai dari tahun 2007 s/d 2008. Dengan posisinya sebagai sekretaris HPS Panglipur
Pusat, Nana Supriatna menggunakan struktur managemen organisasi dengan sistem miskin struktur tetapi kaya fungsi. Berjalan selama dua tahun yaitu dari tahun 2007
141 s/d 2008 menjadi sekretaris HPS Panglipur Pusat. Pada tahun 2009, Nana Supriatna mendapat kepercayaan untuk mengemban tugas baru untuk naik posisi menjadi
Wakil Ketua Harian yang ditunjuk secara langsung oleh Enny Rukmini Sekarningrat selama kurang lebih satu tahun.
Pada awal tahun 2010, Nana Supriatna mendapat surat mandat untuk menggantikan Enny Rukmini Sekarningrat sebagai Ketua Umum HPS Panglipur
Pusat. Begitu setelah menerima surat mandat tersebut, Nana Supriatna langsung mengumpulkan para sesepuh Panglipur beserta putra dan cucu Enny Rukmini
Sekarningrat. Dalam pertemuan tersebut Nana Suprihatna bertanya kepada Enny
Rukmini Sekarningrat “Kenapa diberikan kepada saya? Bukankah ibu memiliki anak dan cucu”? Kemudian Enny Rukmini Sekarningrat membalas “Bahwa ini bukan menyangkut masalah keluarga, ini adalah sebuah organisasi perkumpulan.
Jadi siapapun yang siap dan mampu silahkan. Saya menunjuk anda dianggap oleh saya bahwa anda mampu”, tutur Enny Rukmini Sekarningrat.
Berdasarkan catatan sejarah di dalam Anggaran Dasar HPS Panglipur Pusat sudah melakukan sebanyak enam kali Musyawarah Besar. Kepengurusan HPS
Panglipur Pusat dari tahun 1964 s/d 1979 berjalan dengan statis. Barulah diadakan
Musyawarah Besar ke I yang dilaksanakan pada tahun 1979. Pada Musyawarah
Besar ke V tahun 2010 untuk merumuskan kepengurusan HPS Panglipur Pusat periode 2010 s/d 2015 dan pada saat itulah pergantian pucuk pimpinan HPS
142
Panglipur Pusat yang dipegang Enny Rukmini Sekarningrat digantikan oleh Nana
Supriatna.
Nana Supriatna memiliki pengalaman bekerja menjadi Kepala Dinas di beberapa instansi pemerintahan tidak ada seperti itu dan harus melewati dewan jabatan atau dewan jenderal serta harus dirundingkan terlebih dahulu. “Orang lain pasti ikut keputusan saya”, tutur Enny Rukmini Sekarningrat. “Tapi saya minta ada musyawarah ibu”, jawab Nana Supriatna dan Enny Rukmini Sekarningrat menyetujuinya. Diadakanlah pada saat itu Musyawarah Besar di Garut pada tahun
2010 dan hampir 95% memilih Nana Supriatna sebagai Ketua Umum HPS
Panglipur Pusat yang baru menggantikan Enny Rukmini Sekarningrat.
Setelah resmi terpilih sebagai Ketua Umum HPS Panglipur Pusat yang baru, diserahkanlah senjata kujang sebagai tanda pemegang serta penerus tapuk pimpinan HPS Panglipur Pusat periode 2010 s/d 2015 oleh Enny Rukmini
Sekarningrat kepada Nana Supriatna disaksikan oleh seluruh peserta yang hadir dalam Musyawarah Besar. Kujang tersebut merupakan sebuah pusaka turun temurun dari Abah Aleh yang diserahkan kepada Enny Rukmini Sekarningrat yang kemudian diestafetkan kepada Nana Supriatna.
Setelah kepengurusan periode 2010 s/d 2015 selesai, diadakanlah pemilihan Ketua Umum HPS Panglipur Pusat dengan mengadakan Musyawarah
Besar di Bandung tahun 2015 untuk menyusun kepengurusan HPS Panglipur Pusat yang baru periode 2015 s/d 2020. Pada Musyawarah Besar HPS Panglipur Pusat
143 tersebut Nana Supriatna menyatakan tidak bersedia untuk dicalonkan kembali menjadi Ketua Umum HPS Panglipur Pusat. Akan tetapi semua peserta
Musyawarah Besar kembali memilih Nana Supriatna dan memintanya kembali untuk menjadi ketua umum HPS Panglipur Pusat periode 2015 s/d 2020.
Di bawah kepemimpinan Nana Supriatna sebagai Ketua Umum HPS
Panglipur Pusat, penataan managemen organisasi perguruan dikemas lebih moderen, sistematis dan ringkas. Hingga sampai pada saat ini HPS Panglipur sudah memiliki sebanyak 35 cabang latihan termasuk cabang-cabang di luar negeri.
Didalam sejarah perkembangan HPS Panglipur ada dua guru besar yaitu Enny
Rukmini Sekarningrat dan Uho Holidin. “Orang yang dibilang guru besar bukan hanya orang yang mampu beladiri semata, tetapi juga harus mempunyai etika, tata kerama, agama harus bagus, harus memiliki loyalitas kepada pimpinan dan perguruan. Jangan apa yang bisa kita ambil dari Panglipur, tetapi apa yang harus saya sumbangkan untuk Panglipur. Itu yang selalu saya nilai sebagai Ketua
Umum” tutur Nana Supriatna.
Pencak silat merupakan budaya peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia yang perlu untuk dilestarikan keberadaannya. Jangan sampai tergerus dan kalah pamor dengan beladiri-beladiri dari luar negeri serta harus menjadi tuan di negeri kita sendiri. Didalam pencak silat terdapat empat aspek yaitu mental spiritual, beladiri, seni budaya dan olahraga. “Saya di karate tidak bisa ngibing. Karena tidak ada musiknya, tidak ada ketukan kalau disini ada”, tutur Nana Supriatna.
144
Gambar 18. Kujang peninggalan Abah Aleh yang diwariskan untuk Enny Rukmini Sekarningrat dan diestafetkan kepada Nana Suprihatna sebagai simbol pemegang tampuk pimpinan HPS Panglipur Pusat. (Dokumen: HPS Panglipur)
Tabel 8. Musyawarah Besar HPS Panglipur Pusat. (Sumber: Anggaran Dasar HPS Panglipur Pusat, 2017: 1) No MUBES PERIODE KETUA UMUM 1 Musyawarah Besar I 1979 s/d 1984 Enny R. Sekarningrat 2 Musyawarah Besar II 1984 s/d 1989 Enny R. Sekarningrat 3 Musyawarah Besar III 1989 s/d 1994 Enny R. Sekarningrat 4 Musyawarah Besar IV 1994 s/d 2004 Enny R. Sekarningrat 5 Musyawarah Besar V 2010 s/d 2015 Nana Supriatna 6 Musyawarah Besar VI 2015 s/d 2020 Nana Supriatna
q. Guru Besar HPS Panglipur
Dalam Nana Supriatna (2017), setelah Enny Rukmini Sekarningrat secara
resmi menyerahkan tampuk kepemimpinan HPS Panglipur Pusat yang diteruskan
kepada Nana Supriatna pada tahun 2010, telah banyak terobosan yang dilakukan
oleh Nana Supariatna untuk memajukan HPS Panglipur. Salah satunya adalah pada
tahun 2011 Nana Supriatna sebagai Ketua Umum HPS Panglipur Pusat meminta
ijin, pendapat dan pertimbangan kepada Enny Rukmini Sekarningrat sebagai Guru
Besar HPS Panglipur untuk memindahkan pusat perguruan Panglipur yang semula
145 berada di Garut dipindahkan ke Bandung, termasuk juga dengan padepokan pencak silat Panglipur Garut yang digunakan sebagai pusat pelatihan pencak silat Panglipur.
Padepokan pencak silat Panglipur Garut tersebut beralamat di Kampung Sumursari
RT 04 RW 09, Desa Sukasono, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa
Barat.
Pemindahan pusat perguruan Panglipur beserta dengan padepokan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah akses bagi para anggota Panglipur yang datang dari dalam maupun luar negeri untuk menjangkau pusat perguruan Panglipur. Pada akhirnya ide pemindahan pusat perguruan Panglipur disetujui oleh Enny Rukmini
Sekarningrat. Kemudian Nana Supriatna menyediakan sebuah tempat milik pribadi yang digunakan untuk kegiatan HPS Panglipur Pusat yaitu sebuah padepokan pencak silat untuk kegiatan pelatihan dan juga sebagai kantor administrasi yang beralamat di Jl. Basuki III No. 17 RT 04 RW 10, Kelurahan Binong, Kecamatan
Batununggal, Bandung.
Enny Rukmini Sekarningrat menjadi Guru Besar HPS Panglipur yaitu diusulkan oleh Nana Supriatna sebagai Ketua Umum HPS Panglipur Pusat. Pada waktu itu Nana Supriatna menyampaikan di dalam sebuah forum rapat terbatas yang dihadiri oleh pengurus HPS Panglipur Pusat bahwa Enny Rukmini Sekarningrat sudah waktunya diberikan gelar Guru Besar HPS Panglipur. Karena dilihat dari berbagai aspek Enny Rukmini Sekarningrat sudah memenuhi persyaratan dan layak untuk diangkat sebagai Guru Besar HPS Panglipur. Seorang Guru Besar disamping
146 memiliki ilmu pencak silat juga harus memiliki sopan santun, etika dan tata kerama yang baik. Pengangkatan Enny Rukmini Sekarningrat sebagai Guru Besar HPS
Panglipur mengingat bahwa beliau sudah diberi gelar sebagai maestro seni beladiri pencak silat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2010.
Di dalam rapat terbatas pengurus HPS Panglipur Pusat tersebut Nana
Supriatna ditanya oleh beberapa sesepuh yang hadir antara lain yaitu H. Uho Holidin dan H. Masriatmadja mengenai rencana dan alasan mengusulkan serta mengangkat
Enny Rukmini Sekarninrat sebagai Guru Besar HPS Panglipur. Tentunya ada beberapa alasan dan pertimbangan khusus yang membuat Nana Supriatna mengusulkan serta mengangkat Enny Rukmini Sekarningrat sebagai Guru Besar
HPS Panglipur yang pertama antara lain yaitu sebagai berikut:
1) Enny Rukmini Sekarningrat sudah lama mengabdi kepada HPS Panglipur. 2) Indonesia sudah memberikan gelar maestro seni beladiri pencak silat kepada Enny Rukmini Sekarningrat. 3) Enny Rukmini Sekarningrat telah membaktikan dirinya kepada HPS Panglipur lewat berbagai latihan seni beladiri pencak silat. 4) Enny Rukmini Sekarningrat mengorbankan harta bendanya untuk HPS Panglipur. 5) Enny Rukmini Sekarningrat memiliki human relation yang bagus baik internal maupun eksternal. 6) Hubungan Enny Rukmini Sekarningrat dengan berbagai organisasi masyarakat dan pemerintahan bagus. Setelah Enny Rukmini Sekarningrat diangkat sebagai Guru Besar HPS
Panglipur yang pertama pada tahun 2011. Pada tahun 2014 Nana Supriatna selaku
Ketua Umum HPS Panglipur Pusat periode 2010 s/d 2015 kembali mengusulkan
147
serta mengangkat H. Uho Holidin sebagai Guru Besar HPS Panglipur Pusat yang
kedua. Rencana pengangkatan H. Uho Holidin sebagai Guru Besar HPS Panglipur
yang kedua dibahas sebelumnya di dalam pertemuan terbatas oleh para pengurus
HPS Panglipur Pusat.
Setelah Enny Rukmini Sekarningrat diangkat sebagai Guru Besar HPS
Panglipur yang pertama dan H. Uho Holidin diangkat sebagai Guru Besar HPS
Panglipur yang kedua. Nana Supriatna kembali berencana untuk mengusulkan
Cecep Arif Rahman sebagai Guru Besar HPS Panglipur yang ketiga setelah Enny
Rukmini Sekarningrat dan H. Uho Holidin. Tentunya pengangkatan Guru Besar di
dalam organisasi HPS Panglipur harus meminta persetujuan dan disetujui oleh para
sesepuh dan para ketua cabang HPS Panglipur.
Gambar 19. Drs. H. Nana Suprihatna, MM, MBA., Ketua Umum HPS Panglipur Pusat dan H. Uho Holidin Guru Besar Panglipur kedua dalam acara silaturahmi HPS Panglipur di Padepokan HPS Panglipur Pusat pada 24 Agustus 2013 di Bandung. (Dokumen: HPS Panglipur)
148
2. R. Suko Winadi
a. Riwayat Hidup R. Suko Winadi
Kapten (Purn) R. Suko Winadi adalah merupakan pendiri, pemimpin dan
Guru Besar dari Perguruan Pencak Indonesia (PERPI) Harimurti sekaligus
merupakan salah satu tokoh perintis Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Suko
Winadi lahir tanggal 23 Oktober 1918 di Yogyakarta. Suko Winadi adalah
merupakan anak ke tiga dari lima orang bersaudara pasangan R. Sumowihardjo dan
R. Ngt. Sumowihadrjo. Lima orang anak R. Sumowihardjo dan R. Ngt.
Sumowihardjo adalah Djaswandi, Hardjo Amidjojo, Suko Winadi, Djasrinah Hadi
Puspito serta Sriyati.
Sewaktu kecil nama asli dari Suko Winadi adalah Sukamdi. Suko Winadi
dibesarkan di Dusun Sawahan, Desa Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada saat menginjak usia remaja oleh
ayahnya R. Sumowihardjo, Suko Winadi dikirim untuk belajar menari kepada
seorang empu tari yang berada di ndalem Tejokusuman, Yogyakarta.
Namun disisi lain dari tempat tersebut, salah satu putera G.P.H.
Tejokusumo yang bernama R.M. Harimurti mengadakan latihan pencak silat bagi
para pemuda waktu itu. Suko Winadi mulai belajar pencak saat remaja pada usia 12
tahun. Rupanya latihan pencak silat lebih menarik bagi pemuda Sukamdi dibanding
dengan belajar beksan atau menari. Selanjutnya pencak silat ini lebih didalami
dibandingkan dengan menari, namun demikian basik tari telah berpengaruh dalam
149 diri Suko Winadi. Sehingga gerak tari sangat mempengaruhi olahkrida PERPI
Harimurti pada masa perkembangannya.
Suko Winadi menikah dengan Sumiarti, seorang wanita kelahiran Bandung
28 Desember 1925. Dari pernikahannya tersebut Suko Winadi dikaruniai empat orang anak yang terdiri dari satu orang anak perempuan yang bernama Supartini dan tiga orang anak laki-laki yang bernama Kombes Pol (Purn) Suko Nugroho, Marsdya
(Purn) Suko Kuncoro dan Ir. Widiarto.
Sejak mendirikan PERPI Harimurti pada tanggal 23 Oktober 1932 kehidupan Suko Winadi tidak bisa lepas begitu saja dari pencak silat. Meski begitu
Suko Winadi juga berjuang dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain. Suko
Winadi pernah menjadi kepala Hollandsch Inlandsche School (HIS), guru, sipir penjara dan terlama masuk di jajaran Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI) sebagai anggota Corps Polisi Militer (CPM) dan pensiun dari kedinasan militer pada tahun 1965 dengan pangkat Kapten. Setelah itu Suko Winadi terakhir pernah membantu mengajar di Universias Janabadra Yogyakarta sebagai bukti jalinan erat persahabatannya dengan K.P.H. Soedarisman Poerwokoesoemo.
Dalam masa pembentukan organisasi pencak silat sesudah masa kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 yang dulu ada beberapa organisasi pencak silat yaitu Perhimpunan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI) di Jawa
Barat, Ikatan Pencak Seluruh Indonesia (IPSI) di Jawa Tengah dan Gabungan
Pencak Seluruh Indonesia (GAPENSI). PPSI pada waktu itu lebih menitik beratkan kepada aspek seni budaya. Sedangkan IPSI dan GAPENSI cenderung menitik
150 beratkan pada aspek olahraga. Akan tetapi organisasi tunggal olahraga pencak yang diakui secara resmi oleh pemerintah Indonesia adalah IPSI. Hal tersebut tentunya menimbulkan berbagai perselisihan antara IPSI dan GAPENSI yang tidak kunjung usai. Pada akhirnya Suko Winadi yang merupakan salah satu dari anggota
GAPENSI keluar dan membentuk sebuah organisasi tandingan bernama Persatuan
Pencak Indonesia (PERPI). Dalam kurun beberapa waktu PERPI bergabung dengan
IPSI sehingga tidak lama setelah itu GAPENSI yang sudah mulai terisolir melebur kedalam IPSI.
Peran penting Suko Winadi didalam masa perintisan berdirinya IPSI yaitu ditunjuk Ketua Panitia Penyelenggara Kongres IPSI ke I pada tanggal 21 s/d 23
Desember 1950 di Yogyakarta. Selain itu Suko Winadi merupakan Ketua IPSI
Daerah Istimewa Yogyakarta pertama serta duduk sebagai Dewan Pakar PB. IPSI sampai dengan Musyawarah Nasional PB. IPSI ke XI 2003 di Padepokan Pencak
Silat Indonesia hingga wafatnya. Suko Winadi banyak menyampaikan saran dan usul kepada Ketua Umum PB. IPSI untuk kemajuan IPSI dan pencak silat.
Sekitar tahun 1970 nama perguruan PERPI Harimurti dikenal baik di industri film karena perannya dalam beberapa pembuatan film yang berjudul
“November 1828” dan “Api di Bukit Menoreh”. Dalam usia senjanya, Suko Winadi mengelola perguruan dan melatih siswa dalam sasana kecil di belakang rumahnya yang beralamat di Jl. Veteran No 13 Yogyakarta. Suko Winadi memiliki banyak siswa di Indonesia dan juga Eropa khususnya Austria. Suko Winadi wafat pada tanggal 26 Juni 2004 dan dimakamkan didekat rumah masa kecilnya di Dusun
151
Sawahan, Desa Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Gambar 20. Ayah R. Suko Winadi, R. Sumowihardjo dan Kapten (Purn) R. Suko Winadi, pendiri PERPI Harimurti. (Dokumen: Penulis, 2018 dan Lumintu, 1981: 19)
152
Gambar 21. Rumah masa kecil R. Suko Winadi bertempat di Dusun Sawahan, Desa Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Dokumen: Penulis, 2018)
Gambar 22. Makam R. Suko Winadi di Dusun Sawahan, Desa Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Dokumen: Penulis, 2018)
153 b. R.M. Harimurti Sumber Ilmu PERPI Harimurti 1) Riwayat Singkat R.M. Harimurti
R.M. Harimurti dikalangan masyarakat Yogyakarta lebih dikenal dengan sebutan Ndara Hari atau Rama Hari adalah tokoh legendaris persilatan dan kebatinan di Yogyakarta. Perjalanan hidupnya kaya dengan pengalaman- pengalaman menarik yang seringkali bagi alam pikiran barat tidak dapat diterima oleh akal. Dalam Tarsono dan Lumintu (1982: 7) diceritakan bahwa Ndara Hari lahir pada hari Selasa Kliwon tanggal 25 Jumadilahir 1837 Jimawal atau pada hari
Selasa tanggal 6 Agustus 1907 dan wafat pada hari Rebo Pon tanggal 19
Bakdomulud 1894 Je atau pada hari Rabu tanggal 19 September 1962.
Ndara Hari adalah cucu dari Hamengkubuwono VII dari pasangan G.P.H.
Tejokusumo dan R.A. Mangkorowati. Ndara Hari sejak kecil sudah gemar ulah kebatinan dan menekuni ilmu kanuragan. Ndara Hari dikeluarkan dari Europeesche
Lagere School Yogyakarta gara-gara menghasut para temannya untuk tidak menghadiri perayaan penobatan Ratu Wilhelmina. Sejak umur 13 tahun gemar mengembara ke seluruh Nusantara menekuni ilmu persilatan dan kanuragan.
Banyak tokoh-tokoh persilatan seperti Kyai Busro, Kyai Mustopo, Kyai Iskak, Kyai
Iskandar yang kemudian menjadi sahabat karibnya.
Ndara Hari telah membuktikan bahwa ilmu kejawen warisan nenek moyang jika ditekuni memang benar-benar menghasilkan seperti yang dirumuskan.
Ndara Hari telah melaksanakan pepatah kuno secara konsekuen yang berbunyi
154
“Ngelmu iku kelakone kanthi laku”, yang memiliki arti bahwa tanpa laku ilmu itu hanya berhenti pada sebuah pengetahuan yang hanya baik untuk diketahui saja.
Banyak yang menyangka Ndara Hari yang merupakan putera Pangeran
G.P.H. Tejokusumo itu seorang pendekar silat silat yang mumpuni saja. Tetapi sesungguhnya Ndara Hari juga merupakan seorang nasionalis tulen, sahabat karib dokter Sutomo dan Ki Hajar Dewantoro. Selain itu Ndara Hari seorang ahli seni tari gagrak Ngayogyakarta di samping seorang rana kasepuhan yang sukar dicari tandingannya. Semasa hidup (1907 s/d 1962) Ndara Hari selalu menolak Namanya untuk ditonjolkan ke depan. Bahkan diambil potretnya saja beliau selalu tidak mahu dan baru bersedia setelah didesak oleh para sahabatnya beberapa bulan menjelang wafatnya. Ndara Hari memang pribadi yang tidak mahu untuk ditonjolkan, segan serta disanjung-sanjung.
Di jaman penjajahan Belanda, Ndara Hari pernah menjadi “jago aduan” dalam pertandingan sambuk yaitu pertemuan para pendekar persilatan dalam suatu klub tertutup. Mereka diadu kebolehannya dengan menggunakan senjata yang disukai. Ndara Hari dalam sambuk ini pernah diadu sebanyak sembilan kali dan belum pernah kalah. Sejak saat itu beliau diangkat menjadi juri pertandingan sampai tiga kali. Tidak hanya pencak silat asli Indonesia saja yang Ndara Hari pelajari, melainkan juga ilmu beladiri asing seperti jiujitsu beliau tekuni dengan khusus mendatangkan seorang guru dari Jepang dengan bayaran mahal. Beliau juga
155 mempelajari kungfu dari aliran Sam Ban Ning dan Shantung. Waktu dinobatkan menjadi pendekar disertai upacara kebesaran.
Sekitar tahun 1930 Ndara Hari pernah menggegerkan ndalem
Tejokusuman karena ulahnya menciptakan harimau kumbang. Harimau ini akhirnya ditembak mati polisi Belanda. Waktu tentara Jepang baru beberapa bulan di
Indonesia Ndara Hari pernah ditantang berkelahi dengan algojo polisi militer
Jepang. Ahli judo dan karate Jepang ini hanya dalam waktu kurang dari lima menit bertekuk lutut melawan Ndara Hari, algojo itu dibuat tertidur. Ndara Hari tidak hanya mahir didalam pencak silat dan ulah kebatinan saja. Tetapi beliau sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta juga ahli dalam bidang seni tari. Nama pemberian raja adalah Raden Riyo Tejonegoro. Pada jaman Sri Sultan Hamengkubuwono VIII,
Ndara Hari sering tampil sebagai Dursosono dan Mamangmurko yang oleh kebanyakan ahli seni dinilai sangat berhasil.
Di kalangan masyarakat kecil, Ndara Hari yang selama hidupnya tidak pernah menikah dan dikenal sebagai tokoh kebatinan yang sering diminta pertolongannya. Beliau terkenal sebagai ahli dalam ilmu memijat dan pengobatan.
Semuanya tidak pernah dipungut bayaran. Pada jaman revolusi fisik, Ndara Hari banyak memberi dukungan moril kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia dengan memberinya berkah-berkah keselamatan dan katosan.
156
Gambar 23. R.M. Harimurti (kiri) dan R.M. Harimurti ketika berusia 15 tahun (kanan). (Dokumen: Lumintu, 1981: 3 & 33)
2) Kebal Gunting Khitan
Pada usia sekitar tujuh tahun Ndara Hari disekolahkan pada Eerste
Europeesche Lagere School B yang sekarang ditempati SMP N 2 Yogyakarta di jalan Panembaan Senopati. Sekolah ini khusus untuk anak-anak Belanda, Raja,
Pangeran, dan juga anak ambtenar tinggi pemerintah Hindia Belanda.
Kegemarannya dalam berkelahi di rumah masih tetap dibawa ke sekolah lebih-lebih pada sinyo Belanda bahkan pada noni-noni. Para Gadis ini dipaksa untuk menghisap cerutu jika menolak akan dipukuli.
“Kenakalan swargi memang keterlaluan”, ujar Suradal bekas abdi
Tejokusuman. Para abdi yang jaga malam sering dicuri ikat kepalanya dan disembunyikan untuk menyumbat lubang tembok. Teman sekelasnya termasuk
157
R.M. Suryo Sularso yang merupakan Paku Alam VIII, Suryaningprang dan R.M.
Markatap. Baru setelah duduk dikelas IV tidak pernah lagi berkelahi di sekolah karena sudah tidak menemukan lawan. Semuanya takut pada Ndara Hari jagoan sekolah dasar B itu.
Pada umur 10 tahun Ndara Hari pernah menggegerkan seluruh ndalem
Tejokusuman karena berani menceburkan diri ke sungai Winongo yang sedang banjir besar. Padahal Ndara Hari tidak bisa berenang. Untung saja Ndara Hari terhempas ke tepian sungai. Sejak saat itu Ndara Hari yakin kalau orang itu tidak merasa takut dan tidak berani atau dengan kata lain tidak ada rasa apa-apa orang akan selalu selamat.
Kenakalan Ndara Hari tidak hanya terbatas pada para abdi Tejokusuman tetapi sering juga pada masyarakat sekitar. Pada waktu bulan puasa anak-anak yang sedang melakukan shalat Tarawih sering dibuat jengkel karena minuman
“Jaburan” yang sudah disediakan dalam panci tiba-tiba dimasuki seekor katak
“Mbengkerok” oleh Ndara Hari.
Terkadang karena saking jengkelnya ayahnya pernah menyelomot badan
Ndara Hari dengan puntung cerutu. Tapi karena bandel Ndara Hari tetap diam saja tanpa reaksi, bahkan dipukul tidak bergeming. Baru ketika ayahnya berkata “Emban bahureso akan saya usir keluar dari rumah ini jika kamu tetap nakal”, Ndara Hari dengan tersedu-sedu menangis yang membuat lega hati ayahnya mengimbau “Yang salah saya ayah, Siwo Bahu jangan dikeluarkan”.
158
Pada usia 13 tahun Ndara Hari “Ikut bela” dikhitankan bersama-sama dengan putera raja di dalam Keraton. Ndara Hari dimasukkan ke dalam
“Kerobongan” dan dipangku oleh G.P.H. Hadikusumo serta dokter Abdulkadir, dokter Keraton yang mengkhitan Ndara Hari benar-benar dibuat berkeringat dingin karena sudah tiga kali ganti gunting tidak mempan juga. Ayahnya segera dipanggil dan setelah datang kemudian berkata “Sudahlah Ri, ikhlaskan saja. Sudah selayaknya orang Jawa itu dikhitan”. Baru setelah itu dokter Abdulkadir berhasil mengkhitan Ndara Hari.
Seperti biasa setiap tanggal 31 Agustus semua orang diperintahkan untuk ikut merayakan Hari Penobatan Sri Ratu Wilhelmina. Tidak terkecuali anak-anak sekolah diharuskan mengikuti upacara di gubernuran yang sekarang digunakan sebagai Gedung Negara. Sehari sebelumnya semua murid kelas enam secara serempak setuju akan membolos tidak akan mengikuti upacara itu. Ndara Hari menyadari bahwa hal itu akan berakibat serius dan merasa kasihan jika menyebabkan para temannya dikeluarkan dari sekolah. Merasa kasihan akan nasib yang akan menimpa para temannya, Ndara Hari mengambil keputusan untuk mengakui dan bertanggung jawab dengan semua kejadian itu.
Pada esok harinya semua murid kelas enam dipanggil oleh kepala sekolah yang seorang Belanda. Pimpinan sekolah sangat marah dengan kelakuan para anak- anak itu karena telah mencemarkan nama baik sekolah. Ndara Hari kemudian tampil kedepan dan menyatakan bahwa dialah yang bertanggung jawab. Kemarahan
159 direktur sekolah tidak terbendung lagi dan terjadilah perang mulut sengit. Tiba-tiba kepala sekolah itu akan memukul Harimurti tetapi secepat itu Harimurti mengeluarkan kelak keeling atau krakkling bermata 12 dari dalam sakunya. Kepala sekolah yang terkenal ringan tangan itu tiba-tiba mundur dan dapat mengendalikan emosinya. Seusai sekolah Ndara Hari dipanggil kembali menghadap kepala sekolah dan kepala sekolah tersebut berkata “Kamu sudah besar, jadi tidak pantas bersekolah lagi. Seyogyanya kamu tidak sekolah lagi”.
Ayahnya yang dilapori perihal puteranya sangat kecewa karena setahun lagi Ndara Hari duduk di kelas VI dan akan menamatkan Sekolah Dasar. Perihatin dengan nasib anaknya, pangeran Tejokusumo kemudian memasukkan Harimurti di perguruan Katholik. Namun di sekolah ini kegemaran Harimurti untuk berkelahi tidak berkurang bahkan semakin bertambah. Meski sudah duduk di kelas VI terpaksa Harimurti dikeluarkan dari sekolah. Sampai dengan akhir hayatnya
Harimurti tidak pernah mengantongi selembar ijazah sekolah.
3) Bertapa Ngere di Gunung Kidul
Pada usia 13 tahun sesungguhnya Ndara Hari baru mulai berlatih pencak silat. Meskipun sebelumnya telah puluhan kali terlibat dalam perkelahian dengan lawan sebayanya atau bahkan seringkali lebih besar dari pada badannya. Ndara Hari tampak lebih besar dari pada usia yang sebenarnya. Ndara Hari mempunyai kegemaran menguatkan lengan tangannya dengan drunk (tekan) dan trek (tarik)
160 sando. Walaupun terbilang masih kecil Ndara Hari mampu untuk mengangkat orang dengan satu tangan saja.
Guru pencak silat pertamanya adalah Bapak Towi yang berasal dari kampung Gamelan dan sering diundang ke ndalem Tejokusuman. Dari sang guru ini Ndara Hari mendapat langkah dan tendangan Padang, gerakan Menoreh dan
Minangkabau. Setelah itu Ndara Hari belajar kepada Bapak Anjung Sukirman yang mengutamakan gerakan tangan. Belum puas akan ilmu pencak silat yang didapat,
Ndara Hari kemudian berguru pada Bapak Amat Karim seorang pendekar Cimande dari Jawa Barat yang menetap dan tinggal di Lempuyangan. Sehari-hari Bapak
Amat Karim bekerja sebagai pande besi di Depot Loko Kereta Api di Pengok. Amat
Karim sangat terkesan akan keterampilan Ndara Hari hingga segala ilmu pencak silat yang dimilikinya diturunkan kepada anak pangeran Tejokusuman ini.
Namun Ndara Hari yang masih remaja dan sudah putus sekolah itu merasa terasingkan di rumahnya sendiri karena dianggap gagal oleh ayahnya. Ditambah lagi dengan sifatnya yang suka ringan tangan, ugal-ugalan dan mudah mengumbar hawa nafsu menjengkelkan hati ayahnya. Harimurti kemudian didiamkan saja tanpa ditegur sapa. Bahkan semua orang diperintahkan ayahnya “Njontak” atau mendiamkannya dan tidak boleh bergaul dengan Ndara Hari termasuk juga dengan putera, istri serta para abdi. Jika ketahuan berbicara dengan Ndara Hari diancam akan diusir dari ndalem Tejokusuman. Demikian juga para magersari diancam akan
161 dikeluarkan dari kompleks pekarangan pangeran yang sangat luas itu bilamana ketahuan bergaul dengan Ndara Hari.
Paling sedih tentu saja embannya R.A. Bahureso dan pemomongnya simbah Suro yang menangis siang malam meratapi nasib tuannya. Namun Harimurti berkata menghibur: “Siwo dan biyung jangan bersedih hati. Semua ini adalah kesalahanku sendiri. Saya yang akan menanggung. Saya mohon do’a restunya semoga saja saya bisa cepat terlepas dari belenggu penderitaan ini. Moga-moga anda masih bisa menyaksikan besok kalau saya mengecap kemukten”.
Ndara Hari kemudian ingat akan pesan neneknya yaitu R.A.
Pringgokusumo yang pernah berkata “Nek sare sing becik dhewe ana jaba. Aja kekarepan sare ana Kasur mundhak kemuktenen. Sing perlu wadhahe diresiki. Yen resik diiseni apa-apa rak enak”. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut
“Yang paling baik jika tidur diluar. Jangan sering tidur diatas kasur agar tidak terbuai oleh kemuktian. Yang penting tempatnya dibersihkan. Jika bersih di isi apapun tentu enak”. R.A. Pringgokusumo pernah juga berujar kepada ndara Hari
Hari, “Anda mengingatkan saya pada mendiang suamiku jika melihat wajahmu.
Namun rasa saya seperti berhadapan dengan Rama Suryowinoto”.
Mengingat pesan neneknya sejak itu Ndara Hari jarang lagi tidur di dalam rumah. Beliau tidur di luar diatas balai-balai dari bambu atau disebut lincak dan hanya sekali sehari saja. Untuk menghilangkan rasa kantuknya Ndara Hari kemudian berjalan-jalan menyusuri tepian sungai, pematang sawah, jalan desa dan
162 berbagai tempat yang sepi dari orang. Seorang kawannya ada yang sepikiran untuk bertirakat dengan cara demikian. Nama orang itu adalah Raden Bekel Sri Malelo yang kemudian bernama Raden Srigati. Namun dalam tirakat itu hanya Harimurti yang dapat bertahan sampai dua tahun penuh.
Pada suatu malam sewaktu Harimurti sedang tidur di atas lincak bambu seperti biasanya tiba-tiba melihat berkelebar seekor ular buntung dari arah tenggara terbang menuju kepada dirinya. Tidak salah lagi Ndara Hari merasa dituju dengan tenung. Pada waktu itu Ndara Hari belum tertidur benar dan secepat kilat langsung menghindar dan meloncat dalam keadaan setengah tidur hingga bersandar pada dinding. Ular buntung itu membentur lincak yaitu bangku yang terbuat dari pohon bambu serta menimbulkan suara seperti letusan. Mendengar letusan disertai jerit
Ndara Hari, R.M. Marmo seorang pemuda Solo yang mondok di ndalem
Tejokusuman bangun dan kemudian mendatangi tempat Ndara Hari. Ndara Hari dibangunkan dan duduk sambil berkata dalam hati “Apa gunanya saya disini. Saya sudah dikucilkan. Sekarang nyawa saya diinginkan orang”. Ndara Hari merasa dibenci oleh semua orang pada waktu itu. R.M. Marmo ini yang di kemudian hari bernama Tumenggung Prawirodiningrat menjadi kakak ipar Ndara Hari.
Tumenggung Prawirodiningrat adalah orang yang paling dicocoki Ndara Hari baik didalam soal keluarga maupun kawruh kebatinan.
Dengan hati yang masygul Ndara Hari malam itu juga meninggalkan ndalem Tejokusuman hanya berbaju piyama dan berkain batik. Harimurti waktu itu
163 bertekat akan menuju daerah Gunung Kidul dan tidak akan tidur dibawah atap.
Tidak hanya itu saja, Ndara Hari juga bertekat akan bertapa “Ngere” artinya tidak akan makan serta minum jika tidak ada orang yang memberinya. Sepanjang perjalanan Ndara Hari tidur dimana saja semasa badan merasa sudah lelah. Di ladang, tepian jalan, bawah pohon, rerumputan dan dimana saja jadi. Perut lapar, tenggorokan kering serta dahaga tidak dipedulikannya. Hati Ndara Hari benar-benar nggrantes.
Cobaan pertama datang pada saat Ndara Hari tiba di Rongkop. Pada waktu itu Ndara Hari sedang tiduran di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba ada seorang penjual nasi datang. Seorang pembeli yang merasa iba melihat keadaan Ndara Hari yang tergolek di rerumputan. Sisa nasi yang tertinggal di sudut “Pincuk” dari daun pisang diberikan pada remaja kere itu. Untuk yang pertama kalinya Ndara Hari bergejolak melihat perlakuan menghina itu. Katanya dalam hati “Seperti ini rasanya menjadi kere, tidak ada pilihan lain. Mending ada yang memberi makan. Oh Gusti matur nuwun”.
Selama tiga bulan penuh Ndara Hari bertapa ngere di Gunung Kidul sampai pada suatu hari ditemui seseorang yang sudah tua. Keluh Ndara Hari pada orang tua itu “Bagaimana pak, saya gagal dalam sekolah. Padahal yang diperluhkan jaman sekarang hanya diploma. Saya dibenci dimana-mana”. “Nak mas, orang hidup itu sepiring sudah cukup. Jangan berpikir yang tidak-tidak”, nasihat orang tua itu.
Aneh, mendapat kata-kata itu Ndara Hari seperti mendapat air sewindu. Hatinya
164 tiba-tiba menjadi terang. “Terimakasih pak, do’a restu bapak saja yang saya minta”, ucapnya.
Ndara Hari bergegas untuk pulang kembali ke ndalem Tejokusuman.
Belum selesai berganti pakaian ayahnya yang sudah selama dua tahun mendiamkan tiba-tiba memanggilnya untuk menghadap. Katanya “Sudah sampai dimana kamu
Ri”? “Sudah sampai di Rongkop Rama”, jawab Ndara Hari. “Hem, menjadi satriya itu hanya garing atau mati. Sudahlah Ri, ganti pakaian sana dan cukur-cukur”.
“Sendika”, jawab Ndara Hari. Sejak pulang dari Rongkop, Gunung Kidul itulah
Ndara Hari mendapat kamar khusus bersebelahan dengan kamar kakaknya yaitu
R.M. Ongkowijoyo sebelah timur seketheng. Semenjak saat itu Ndara Hari sudah diperlakukan dengan baik oleh ayahnya maupun saudara-saudaranya.
4) Diadu Melawan Algojo Jepang
Tidak lengkap kiranya membicarakan riwayat pendekar pencak silat R.M.
Harimurti tanpa menyinggung sedikit tentang pencak silat yang diajarkan. Gaya pencak silat R.M. Harimurti sering juga dijuluki dengan gaya pencak silat Mataram atau gaya pencak silat Tejokusuman. Tidak ada rangkaian gerak yang harus dihafalkan oleh para murid pencak silat. Semua gerak pencak silat di pecah-pecah menjadi gerak dasar tunggal. Gerak dasar tunggal ini harus benar-benar dikuasai oleh sang murid. Setelah itu dirangkai menurut kebutuhan dan tergantung dari postur seseorang sehingga formulanya dapat berbeda-beda. Dengan demikian anak
165 murid pencak silat Tejokusuman mempunyai gaya permainan yang paling cocok dengan dirinya.
Seperti diutarakan di depan, R.M. Harimurti mempunyai gaya permainan pencak silat yang khas karena merupakan gabungan dari berbagai macam aliran.
Ada tendangan dan langkah Padang, ada pukulan RKB dari Anjung Kirman, pukulan serta pasangan Surabayan dan Betawen. Masih ditambah dengan gerak kunthau atau kungfu, jiu-jitsu dan berbagai gerakan yang diciptakannya sendiri misalya gerakan pengkalan kuda, gerak kalajengking melawan kadal, gerak pertarungan ayam jago dan masih banyak lagi. Dengan demikian gerak pencak silat
R.M. Harimurti sukar untuk ditebak oleh lawan karena dari gaya satu dapat pindah ke gaya yang lain. Seolah-olah gaya R.M. Harimurti terbuka serta mudah dimasuki serangan lawan, namun jika setelah benar-benar dimasuki serangan, lawan akan tertipu karena terperangkap oleh tangkapan yang mematikan.
Menurut Suradal yang pernah menjadi asisten pencak silat R.M. Harimurti yang pertama sampai dengan datangnya tentara Jepang di Indonesia mengatakan bahwa sistem yang diajarkan R.M. Harimurti ini cepat sekali dikuasai anak didik.
Karena setelah para murid pencak silat mendapat penguasaan dasar serangan dan tangkisan yang paling sederhana langsung ditarungkan. Tujuannya agar daya reaksi para murid cepat tumbuh. Sambil berjalan para murid diajarkan untuk gerak lanjutannya. Tidak heran kursus yang dulu hanya memakan waktu selama setu tahun
166 kemudian dapat diringkas menjadi empat bulan saja. Bahkan bagi yang berbakat ada yang mampu mengusai pencak silat Tejokusuman selama satu bulan saja.
Tujuan utama pencak silat yang diajarkan R.M Harimurti adalah untuk kesehatan dan olahraga serta agar anak didik dapat berpikir cepat dan tepat. Hampir semua anak didiknya yang minta ilmu kanuragan selalu dijawab “Jangan meniru saya, saya tidak bisa apa-apa”. Kanuragan itu tidak bisa diandalkan. Jika kamu kalah tua kamu tidak akan menang. Demikian juga jika tingkat sugestimu dibawah lawanmu kamu akan kalah juga. Mempelajari ilmu kanuragan itu mudah jika kamu tekun. Tetapi jangan pada saya. “Pecerene tak pake dhewe” (kotorannya saya tanggung sendiri) dan “Aja tiru aku” (jangan meniru saya). Demikian kata-kata
R.M. Harimurti yang selalu diingat Tarsono salah seorang murid pencak beliau.
Karena sifatnya yang untuk olahraga itulah polisi Hindia Belanda yang lebih dikenal dengan Politie van Inlichtingen Dienst (PID), instansi polisi yang selalu mengamati gerakan politik rakyat tidak berkutik sewaktu ingin membubarkan kursus pencak silat di ndalem Tejokusuman. Pada waktu itu Polisi Hindia Belanda mencurigai aktivitas dalam mengajar pencak silat karena pada waktu itu R.M.
Harimurti merupakan salah satu orang yang aktif untuk mendukung Pergerakan
Nasional Budi Oetomo. Pada waktu itu R.M. Harimurti menggunakan gerakan tari untuk menutupi gerak pencak silatnya agar menghindari kecurigaan Polisi Hindia
Belanda. “Pencak yang saya ajarkan pada orang-orang ini bukan untuk berontak.
167
Ini latihan olahraga seperti anda anjurkan kepada bangsa kami”, demikian jawaban R.M. Harimurti jika mendapat pertanyaan dari PID.
Suradal mengatakan jika para murid sudah diberikan pelajaran di halaman kemudian dibawa masuk ke ruangan yang hanya berukuran seluas 3 x 3 M² untuk diberi latihan tarungan. Sebelum tahun 1932 murid Ndara Hari mencapai ratusan yang umumnya berasal dari pedesaan. Bahkan ada ratusan anggota Pakempalan
Kawula Ngayogyakarta (PKN) dari Bojong yang mengikuti kursus di ndalem
Tejokusuman ini setiap malam Sabtu dan Kamis. Tetapi yang mendapat pelajaran pencak silat pertama adalah para saudara R.M. Harimurti sendiri, asisten beliau yang pertama adalah Suradal, kemudian menyusul Rejo, Sungkono, Diro dan Suko
Winadi.
Pencak silat Tejokusuman semula tidak berorganisasi. Baru pada tahun
1932 Suko Winadi mohon ijin R.M. Harimurti mendirikan perkumpulan pencak yang diberi nama PERPI (Perguruan Pencak Indonesia) yang berlangsung sampai sekarang. Kemudian pada tahun 1972 juga berdiri Organisasi Pencak Silat
Krisnamurti dengan ketua R.M. Yudoyono yang merupakan cucu dari B.P.H.
Suryobroto yang menggunakan tempat latihan di pendopo Tejokusuman.
Penerus ajaran pencak silat R.M. Harimurti antara lain yaitu Suko Winadi,
Subarjo, Sugiyarto, Suradal dan Tarsono yang pernah secara langsung mendapat ajaran pencak silat R.M. Harimurti. Pada tahun 1932 R.M. Harimurti menyatakan diri tidak lagi mengajarkan pencak silat. Hanya para murid tertentu oleh beliau
168 diberi pelajaran di kamarnya yang sempit di sebelah timur pendopo. Juga setelah beliau mengundurkan diri dari dunia “Kaneman” dan menjadi abdi dalem Keraton beliau jarang sekali mempraktikkan kamahiran pencak silat dan kanuragannya.
Namun demikian di jaman penjajahan Jepang pada tahun 1943 karena terpaksa beliau mengeluarkan ilmu simpanannya.
Beberapa bulan setelah tentara Jepang menduduki Yogyakarta di ndalem
Tejokusuman terjadi kehebohan. Ada utusan dari polisi militer Jepang yang datang dan memanggil R.M. Harimurti untuk menghadap ke markasnya di bekas sekolah
Bruderan sebelah timur Bank Indonesia. Segalanya menjadi jelas setelah R.M.
Harimurti diterima baik-baik oleh Letnan Sato komandan polisi militer itu. Menurut dokumen yang disimpan oleh Letnan Sato disebutkan bahwa R.M. Harimurti yang merupakan putera Tejokusuman adalah sahabat dari Jenderal Sawabe yang merupakan bekas manager toko Fuji. Dipesan agar jangan diusik-usik anak pangeran ini. Jenderal Sawabe merupakan anak intelejen pasukan pendobrak yang menduduki tanah Jawa.
Waktu itu R.M. Harimurti diajak melihat para tawanan yang disiksa Jepang dan ditanya mengenai pendapatnya. Harimurti hanya menjawab “Kasihan saya tidak tega”. Pendekar Mataram itu ditanya lagi apakah beliau mahu ditarungkan dengan algojo Kempetai bernama Tsesomoto yang terkenal sebagai ahli beladiri
Jepang. Harimurti menjawab bersedia dan mahu asalkan yang memerintah adalah
Letnan Sato, jadi bukan atas kehendak R.M. Harimurti.
169
Disaksikan oleh puluhan serdadu Jepang yang siap dengan senjata di tangan, algojo yang merupakan ahli karate dan judo dihadapkan dengan R.M.
Harimurti seorang pendekar pencak silat dari Tejokusuman. “Saya berpikir keras bagaimana mengalahkan algojo itu tanpa menimbulkan marah si Sato maupun
Tsesomoto” ujar R.M. Harimurti kemudian kepada Sumali, “Saya menggunakan langkah Padang. Algojo itu lengah langsung saya tubruk dan saya pencet pangkal daun telinganya dan dia tertidur dan jatuh”.
Semuan orang yang melihat kagum sekaligus geram menyaksikan kehebatan R.M. Harimurti. Semua menunggu tindakan Letnan Sato. Namun Letnan polisi militer itu kemudian mendekati R.M. Harimurti lalu bertanya “Apakah orang semacam Harimurti itu disini masih ada? Dan apakah Harimurti mahu bekerja bagi
Jepang”? Kemudian R.M. Harimurti menjawab “Di Yogyakarta orang yang melebihi kepandaian saya masih banyak, terimakasih. Saya ini abdi dalem Keraton yang digaji ingkang Sinuwun”. Rupanya perkataan yang diucapkan oleh R.M.
Harimurti itu berakibat hebat. Selama pendudukan Jepang di Yogyakarta tentara Dai
Nipon tidak begitu ganas seperti di daerah yang lain.
Kejadian kedua yang memaksa R.M. Harimurti bersilat adalah sewaktu di
Yogyakarta diadakan musyawarah pencak silat menjelang Kongres IPSI yang pertama pada tahun 1950. Entah bagaimana ada seseorang yang membawa pendekar dari Aceh untuk menghadap R.M. Harimurti. Pada awalnya R.M. Harimurti menolak untuk mencoba bertarung dengan tamu dari ujung Sumatera itu. Namun
170 karena terus didesak apa boleh buat. “Mula-mula saya hanya main-main saja” tuturnya. “Tapi pendekar itu nekad saja menyerang. Dengan terpaksa dadanya kena saya gerayang dan langsung gemetar dan tidak dapat bernafas. Saya lalu bersalaman, memang persahabatan lebih berharga dari permusuhan”. Begitu pula ilmu simpanannya sudah jarang dikeluarkan. Namun demikian suatu ketika beliau terpaksa mendemonstrasikan ilmu magisnya gara-gara dipaksa anak buah bekas teman jaman masih malang melintang dulu.
Suatu hari R.M. Harimurti kedatangan tamu seseorang yang berasal dari
Banten dan mengaku teman dekat sekaligus murid Kyai Iskak. Dia dan lima anak buahnya baru saja pulang dari Solo menghadiri Kongres KNI (1947). Oleh Kyai
Iskak dipesan kalau ke Yogyakarta supaya mampir di Tejokusuman menengok teman lamanya. Teman Yogyakarta ini bukan orang sembarangan, demikian pesan
Kyai Iskak kepada muridnya. Alangkah kecewanya murid Kyai Iskak melihat penampilan R.M. Harimurti yang tidak sesuai dengan gambarannya semula. Pada malam harinya tamu Banten itu mendemonstrasikan ilmu magisnya mendatangkan seperangkat makanan lengkap yang dapat dinikmati oleh seluruh orang yang hadir.
Disamping itu juga memperlihatkan kemahirannya menegakkan tali ke atas tanpa dengan sentuhan tangan. Seorang anak buahnya disuruh memanjat tali itu.
Setelah semua puas menikmati makan minum yang didatangkan secara gaib tersebut rombongan dari Banten ini mohon agar supaya R.M. Harimurti mahu mendemonstrasikan sesuatu yang bisa dibawa untuk oleh-oleh pulang. Pada awal
171 mulanya R.M. Harimurti menolak dan mengatakan “Teh panas yang saya suguhkan saja harus saya buat, kalau anda yang berkeinginan semua yang anda datangkan secara gaib itu tidak bisa kembali”.
Kyai Badui itu kaget. Dengan sepenuh tenaga dia tidak mampu mengembalikan piring, gelas, sisa nasi dan sebagainya yang didatangkan secara gaib. Akhirnya dia mohon kepada R.M. Harimurti agar menghentikan demonstrasinya. “Ibarat telepon kalau kawatnya saya putus tentu tidak bisa lagi berhubungan”, ujar R.M. Harimurti kepada tamu itu. “Saya tahu anda menggunakan ilmu sihir yang dihubungkan dengan jin. Sambungan itu saya putus dengan tenaga strall. Sekarang lihatlah anda sudah bisa berhubungan lagi”. Tamu- tamu itu pulang dengan rasa puas dan menyalami dengan erat tangan R.M.
Harimurti.
Gambar 24. R.M. Harimurti berlatih silat dengan R. Sardono di halaman Tejokusuman. (Dokumen: Lumintu, 1981: 58)
172
5) Memasuki Dunia Kasepuhan
Perubahan yang derastis pada jiwa dan kepribadian R.M. Harimurti sebenarnya terjadi pada saat beliau dimohonkan menjadi abdi dalem Keraton pada tahun 1930-an oleh ayahnya dan B.P.H. Hadisuryo. Berangsur-angsur berbagai sifat yang suka ringan tangan, brangasan, bertindak semaunya sendiri dan mengumbar hawa nafsu berubah secara mengejutkan. R.M. Harimurti menjadi sholeh dan selalu berusaha mematuhi hukum Tuhan. Di kemudian hari pada tahun 1933 jabatan kepala bajak laut dilepaskan. Beliau benar-benar bertaubat. Selain itu juga kegiatan mengajar pencak silat di muka umum diserahkan kepada Suko Winadi pada tahun
1932. Membantu kegiatan politik pada dokter Sutomo juga dihentikan. Tetapi yang jelas segala bentuk jaya kawijayan yang berbau istijrat dibuang jauh-jauh.
Untuk menuju kesempurnaan beliau tidak segan-segan berguru kepada para kyai dan guru yang sudah terkenal “Putus ing ngelmi lan lampah”, tapa-tapa dan laku yang dianjurkan dipatuhi tanpa reserve. Tapa ngluwung atau dikubur hidup-hidup, tapa pendhem atau seluruh badanya ditanam tinggal kepalanya saja, tapa obong atau badannya ditaruh dalam sangkar kemudian ditimbuni api dan masih banyak lagi oleh R.M. Harimurti dipatuhi dengan tekun. Kalau tapa mutih, tapa gebleng, kungkum dan sebagainya sudah merupakan kegiatan rutin bagi R.M.
Harimurti. Ayahnya sendiri mengajarkan ilmu semedi dengan mengatur pernafasan.
Tetapi semuanya itu tidak memuaskan beliau. R.M. Harimurti ingin mencari jalanya sendiri.
173
Suatu ketika R.M. Harimurti meghadap kyai Merapi yang konon paling tinggi ilmunya di daerah Yogyakarta. Anehnya sang kyai tidak langsung memberi wejangan tetapi R.M. Harimurti dijamu dan disuruh makan dengan sayur bening serta didudukkan pada tempat paling atas. Semua cantrik padepokan itu menyaksikan. Usai makan dan minum kyai Merapi itu berkata “Nanti kalau pulang harap Ndara Hari tidur di luar, jangan dibawah atap. Jika ketemu saya, apa-apa yang saya katakan dipakai terserah, tidak dibuang saja. Jika berbicara sekarang saya masih menggunakan mulut yang masih doyan nasi maka seyogyanya nanti dalam tidur saja. Pulanglah Ndara Hari sekarang”.
Setiba di rumah waktu Ndara Hari tidur benar-benar kyai itu datang dalam mimpi. Pesannya “Ana arep, ora ana karep, waton ora sepi ing ikhtiyar”, yang berarti ada mahu, tidak ada mahu, asal tidak sepi ikhtiar. Sejak saat itu R.M.
Harimurti menghentikan memburu rama kasepuhan. Beliau benar-benar mencari jalannya sendiri dengan disertai membanting raga. Selamanya beliau tidak pernah tidur di atas kasur meskipun barang itu ada. Jarang sekali beliau tidur di dalam kecuali sedang dalam keadaan sakit. Sehari-hari hidupnya diusahakan sangat sederhana baik dalam makan dan minum maupun dalam sikapnya. Selamanya beliau tidak pernah berhubungan suami istri dengan wanita kecuali pada istrinya sendiri yang berupa jin. Jika tidak perlu sekali beliau tidak pernah menyentuh tubuh wanita. Boleh dikatakan beliau tidak pernah mandi tetapi herannya tubuhnya tidak pernah berbau.
174
Setiap saat R.M. Harimurti berusaha agar tindakannya selalu berimbang lahir dan batin. Tidak heran usaha keras yang disertai tekad kuat yang tidak pernah mengenal lelah ini mendapatkan hasil. Cita-cita R.M. Harimurti menyatukan diri dengan Tuhan-nya dikabulkan bahkan beliau diberi anugerah yang jarang didapat manusia. Anugerah itu diantaranya berupa R.M. Harimurti diijinkan untuk berpesiar ke tempatnya kelak jika Tuhan memanggilnya. R.M. Harimurti diperkenankan berkelana menghadap leluhurnya yang ada di alam Nirwana. Menengok orang- orang yang mati kesadar dan diijinkan meninjau alam Sunyaruri. R.M. Harimurti diperkenankan menggunakan sifat yang sama persis dengan dirinya sebanyak 18 orang dan juga diijinkan menggunakan tenaga strall untuk menolong orang bersalin dan pengobatan jarak jauh.
Beliau juga diberi istri seorang jin di alam Sanyaruri. Dari perkawinannya dengan makhluk halus yang bernama Datwati beliau mendapat dua orang putera dan dua orang puteri. Puteranya bernama Rahangin dan Rahasto. Sedangkan Puterinya bernama Rohwati dan Kudhupsari. Hubungan suami istri dengan makhluk halus ini tentu saja berbeda dengan kita yang manusia biasa. Hubungannya dilakukan dengan rasa, demikian tutur R.M. Harimurti. Makhluk halus itu bermacam-macam ada yang kasar seperti peri, genderuwo, wewe, tuyul dan sebagainya. Ada pula yang halus seperti jin dan tempat mereka ada di alam Sunyaruri.
R.M. Harimurti berkeyakinan bahwa yang disebut kawruh kebatinan itu adalah mempelajari bagaimana manusia kembali ke asalnya yakni Tuhan. Manusia
175 berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Kawruh kebatinan yang tidak mangudi atau mengusahakan hidup untuk kembali ke asal mulanya bukan ilmu kebatinan. Beliau berpendapat orang itu tidak mengadakan penitisan kembali atau reinkarnasi. Orang yang mati itu bisa masuk ke zat Tuhan atau dapat mapan kembali disisi Tuhan atau tidak kembali ke Tuhan alias kesasar dan akan menempel pada kayu-kayu, batu-batu, bahkan pada manusia ibarat banalu yang menumpang hidup pada sebuah pohon, itu pendapat R.M. Harimurti. R.M. Harimurti selalu mengaku bukan dukun, bukan kyi atau guru kebatinan. Kalau ada kesulitan marilah bersama- sama memohon kepada Tuhan agar kita mendapat pertolongan.
Walaupun dalam menjalankan pengabdiannya kepada masyarakat, R.M.
Harimurti selalu menjadi “Paran jujugan” orang yang sedang dalam kesulitan mulai dari rakyat gembel sampai pejabat tinggi. Sudah ratusan ribu orang yang pernah ditolongnya yang semuanya tanpa balas jasa. Jika memberi resep pengobatan kadang-kadang seperti mengecewakan pasienya karena obatnya sangat sepele atau disuruh pulang begitu saja. Seolah-olah tidak acuh saja namun heran tanpa disadari yang sakit penyakitnya sudah hilang. Sudah banyak pula pasien yang seharusnya dioperasi dokter datang kepada R.M. Harimurti dan tidak jadi dibedah karena mendapat do’a restunya. Namun jika terpaksa kadang-kadang R.M. Harimurti memberikan resep yang mustahil didapatkan seperti pernah dialami seorang pasien dari Suryowijayan yang menunggu ajal. Keluarga yang dilanda kesedihan itu
176 mendapat obat yang dimaksud adalah di pantai Parangtritis. Dan setelah diberikan sembuhlah orang itu dan tidak jadi meninggal.
Pada jaman revolusi fisik ribuan gerilyawan kita banyak yang memohon berkah kepada R.M. Harimurti agar selamat dalam menunaikan tugasnya. Hampir tidak ada yang gugur di medan pertempuran orang-orang yang minta berkah kepada beliau. Malahan ada seseorang yang mengatakan pernah melihat R.M. Harimurti di depan Semarang atau Ambarawa.
Sifat beliau yang ingin membuat lega hati orang benar-benar dihayati sampai lubuk hati. Suatu hari R.M. Harimurti mendapat hadiah tujuh ekor ikan goreng dari seseorang yang tidak dikenal. Sebagai orang yang awas dengan mata batinnya R.M. Harimurti tahu betul salah satu ikan goreng tersebut ada yang diisi.
Ikan goreng yang kosong dibiarkan dimakan oleh sahabat-sahabatnya, namun yang satu tetap dimakannya juga. Beberapa saat kemudian separoh wajahnya bengkak tidak karuan. “Biar lega orang yang menginginkan kematianku”, ujarnya kepada
K.R.T. Dirjoseputro, “Racun dalam ikan itu justru akan menambah kekuatanku”.
6) Menghadap Tuhannya
Sebagai Rama kasepuhan nama R.M. Harimurti di tahun-tahun terakhir menjelang wafatnya semakin tenar. Tanpa imbalan jasa, tanpa mengenal waktu, semua tamu dilayani dengan senang hati sesuai dengan sifat beliau yang suka menolong sesama. Rumahnya yang berada di bawah pohon pacar boleh dikatakan
177 selalu ramai oleh orang yang mohon nasihat-nasihatnya. Tepat seperti apa yang diramalkan oleh K.R.T. Pringgokusumo III pada waktu R.M. Harimurti masih berumur tiga tahun, R.M. Harimurti menjadi “Paran jujugan” orang banyak. Berkat ilmu yang diperolehnya selama bertahun-tahun dengan jerih payah R.M. Harimurti memiliki kemampuan batin yang sangat menonjol.
Pada tahun 1957 R.M. Harimurti diangkat menjadi riyo bupati dengan jabatan memimpin seluruh perajurit Mantrijeron. Nama barunya adalah Raden Riyo
Tejonegoro yang terus disandangnya hingga wafat. Hingga berselang beberapa waktu kemudian R.M. Harimurti ditawari menjabat sebagai bupati juru kunci yang bertugas menjaga makam raja-raja di Imogiri tempat nenek moyangnya dimakamkan. Akan tetapi tawaran tersebut dengan halus ditolak hingga pada akhirnya jabatan tersebut diserahkan kepada K.R.T. Resokusumo.
Tahun 1962 semakin mendekat, begitu pula dengan usia R.M. Harimurti semakin mendekati dengan usia 57 tahun menurut perhitungan Jawa batas terakhir usia R.M. Harimurti yang sering diucapkannya kepada para sahabatnya. Sekitar tahun 1935 R.M. Harimurti pernah berujar kepada salah seorang sahabatnya dalam suatu acara “byar-byaran” bahwa usia beliau tinggal 27 tahun lagi. Hanya saja kematiannya nanti akan disertai dengan suatu kejadian besar.
Sumali yang merupakan sahabat dekat beliau sudah sering mendengar dari
R.M. Harimurti sendiri bahwa usianya hanya diberi oleh Tuhan selama 57 tahun saja, kecuali jika beliau menggunakan hak perpanjangan umur 10 tahun. Itulah
178 sebabnya menghadapi tahun 1962 para sahabatnya semakin risau. Benarkah apa yang telah diramalankan R.M. Harimurti akan menjadi kenyataan? Secara senda gurau Sumali pernah menanyakan kepada R.M. Harimurti tentang masalah tersebut dan beliau menjawab “Embuh” atau entahlah.
Sekitar tahun 1960-an R.M Harimurti sering berziarah ke makam-makam atau petilasan yang belum pernah beliau kunjungi. Misalnya di makam Sewu tempat
Panembahan Purboyo, petilasan Beton tempat Sri Sultan Hamengkubuwono I mendapat Keraton dan lain-lain. Kebiasaan R.M. Harimurti jalan-jalan pagi dari pojok beteng kulon bagian utama sampai bagian selatan sudah mulai banyak ditinggalkan sejak tahun 1962 karena kesehatannya yang sering mengganggu.
Penyakit gula yang pernah diidapnya pada jaman Belanda dulu mulai kambuh kembali dengan skala yang agak berat. Beliau mulai diserang “Cegunen” yang menyukarkan untuk bernafas dengan normal.
Pada pertengahan bulan agustus tahun 1962 beliau sudah sering jatuh sakit meski tidak pernah diperlihatkan kepada para sahabatnya. Sekitar akhir minggu pertama bulan September, beliau sempat diperiksa oleh dokter Dibyo suami Dra.
Rukmini yang masih keponakan R.M. Harimurti. Hasilnya penyakit gula positif dan harus diopname di rumah sakit. Atas perintah ayahnya R.M. Harimurti akhirnya diopname di rumah sakit Panti Rapih bertempat di bangsal Vincentius.
R.M. Harimurti yang selama hidupnya tidak pernah bersentuhan dengan wanita kini terpaksa menurut peraturan rumah sakit. Setiap saat anak Pangeran yang
179 menjauhi wanita itu terpaksa bersedia untuk dipegang, bahkan dimandikan oleh perawat rumah sakit. R.M. Puntodewo yang merupakan adiknya sendiri sempat mengatakan kepada R.M. Harimurti bahwa “Cegunen” yang diderita kakaknya itu adalah gangguan pada diafragma yang dengan mudah dapat digarap sendiri oleh
R.M. Harimurti. Namun R.M. Harimurti menjawab “Pun, lahirnya badan saya sudah saya serahkan kepada rumah sakit. Sedang batinnya saya sudah menyerahkan diri kepada Tuhan”, beliau sudah pasrah.
Pada hari Selasa tanggal 18 September 1962 atau hari Selasa Pahing 19
Bakdomulud 1894 Hijriah pada sekitar pukul 21.00 WIB dua orang sahabatnya yaitu
Sumali dan Sugondo datang menunggui R.M. Harimurti. Dengan bercanda R.M.
Harimurti masih sempat berujar “Kang, saya ini tukang mengobati dan tukang memberi nasihat. Coba gantian saya ini diberi nasihat”. Sumali juga menjawab dengan bergurau “Maaf, tidak bisa Ndara. Saya ini Cuma bisa mohon pangestu saja”. “Yah, yah”, kata R.M. Harimurti sambil tersenyum.
Tepat seperti meninggalnya Antasena, R.M. Harimurti pada saat-saat terakhir ditunggui oleh kedua sahabatnya itu. Bersamaan dengan “Lesnya” R.M.
Harimurti pada sekitar pukul 21.30 WIB pintu dibuka dan masuklah keluarga
Tejokusuman mengantarkan arwah R.M. Harimurti menghadap Tuhannya. Manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. R.M. Harimurti menepati ramalannya sendiri 57 tahun hidup di dunia fana ini atau 55 tahun menurut perhitungan Masehi. Ribuan rakyat Yogyakarta menangisi kepergian R.M.
180
Harimurti dan selama dua malam jenazahnya disemayamkan di Pendopo
Tejokusuman tempat yang sama dimana R.M. Harimurti dulu dibesarkan. Barulah pada hari Kamis tanggal 20 September 1962 pagi jenazahnya dimakamkan di pasareyan Kuncirukmini, Pakuncen, Yogyakarta.
Tiga hari setelah dikuburnya di ndalem Tejokusuman terjadi kejadian yang heboh. Bekas kamar R.M. Harimurti pada malam peringatan tiga hari wafatnya berbau sangat wangi. G.P.H. Tejokusumo sempat melihat dan menyaksikan kejadian aneh itu. Tujuh hari setelah dimakamkan semua yang sedang wungon atau begadang di makam R.M. Harimurti menyaksikan kejadian yang tidak kurang anehnya. Sejak pukul 21.00 WIB ada bau wangi yang sangat menyolok keluar dari makam. Sekitar pukul 01.00 banyak yang melihat ada kabut putih keluar dari pusara, yang pada pukul 01.21 pecah menjadi amun-amun yang menguap secara perlahan.
Demikian juga bau wangi mulai menghilang secara berangsur-angsur. Hingga saat ini makam R.M. Harimurti menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi oleh para peziarah terutama pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon. Ribuan rakyat jelata sampai pejabat tinggi banyak yang memerluhkan berkirim do’a pada seorang tokoh Mataram yang tidak akan dilupakan sepanjang jaman.
181
Gambar 25. R.M. Harimurti mengawal paling depan sewaktu penobatan Gusti Raden Mas Dorojatun menjadi Sultan Hamengkubuwono IX ketika menjabat Komandan Peleton (Manggala) Prajurit Mantrijeron dengan pangkat Panji. (Dokumen: Lumintu, 1981: 29)
Gambar 26. Makam R.M. Harimurti di Kuncirukmi, Pakuncen, Yogyakarta. (Dokumen: Lumintu, 1981: 41)
182 c. Mendirikan Perguruan PERPI Harimurti
Awal berdirinya Perguruan Pencak Indonesia (PERPI) Harimurti tidak lepas dari hubungan dekat antara guru dengan murid yaitu R.M. Harimurti dan Suko
Winadi. Suko Winadi berguru kepada R.M. Harimurti untuk berlatih pencak silat di ndalem Tejokusuman. Pada saat itu masih jarang adanya suatu sistem organisasi pencak silat yang berbentuk perguruan dan masih banyak bersifat perorangan.
Pencak silat yang ada di ndalem Tejokusuman pimpinan R.M. Harimurti lebih dikenal dengan nama pencak silat Tejokusuman.
Dalam diri Suko Winadi memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Hal ini diekspresikan dengan cara walaupun relative sedikit baru mendapatkan ilmu pencak silat Suko Winadi telah berani mengajak teman-teman sebayanya untuk berlatih dan menyebarkan keterampilan pencak silat. Oleh karena itu dalam waktu yang relative singkat pada tahun 1932 Suko Winadi mendirikan organisasi pencak silat yang dinamakan Perguruan Pencak Indonesia (PERPI)
Mataram, tepatnya ditandai pada tanggal 23 Oktober 1932.
Perjalanan dan perjuangan untuk mengorganisir latihan pencak silat
Tejokusuman bukannya tanpa perjuangan yang gigih. Sebab sang guru yang merupakan sumber ilmu yaitu R.M. Harimurti sebenarnya tidak menginginkan latihan pencak silat di ndalem Tejokusuman di organisasikan secara formal. Sebab dikhawatirkan akan mengundang konsekuensi yang berat dari segi keperguruannya.
Dikarenakan R.M. Harimurti memiliki pandangan sederhana bahwa ilmu yang
183 dimilikinya biarlah berkembang tanpa adanya sebuah ikatan organisasi tetapi berlandaskan dengan kekeluargaan dan paseduluran. Dikarenakan kegigihan Suko
Winadi yang dapat meluluhkan hati serta pendirian sang guru, pada akhirnya R.M.
Harimurti merestui pendirian organisasi tersebut.
Kata Mataram saat itu pada tahun 1932 memiliki konotasi yang heroik dikarenakan Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dengan kata Mataram yang berasal dari berdirinya kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram telah dikenal dengan gaung
Nusantara yang dicatat dalam sejarah nasional berhasil menaklukan kerajaan- kerajaan di Jawa bahkan telah berhasil menyerang Batavia tempo dulu. Kata
Harimurti dicantumkan baru pada tahun 1980 dengan maksud agar para siswa selalu ingat pada sumber ilmu atau guru yaitu R.M. Harimurti yang merupakan salah satu putera G.P.H. Tedjokusumo. Sehingga secara resmi pada tahun 1980 nama dari
PERPI Mataram dirubah menjadi PERPI Harimurti.
184
Gambar 27. Murid-murid pencak silat ajaran R.M. Harimurti generasi 1981 ketika berbaris keluar dari halaman ndalem Tejokusuman, Yogyakarta. (Dokumen: Lumintu, 1981: 12)
Gambar 28. Tiga orang murid terdekat R.M. Harimurti sebagai generasi penerus ilmu pencak silat ajaran R.M. Harimurti setelah selesai melatih anak didiknya di Pendopo Tejokusuman. Depan dari kiri yaitu Sugiarta, Suradal dan Subarjo. (Dokumen: Lumintu, 1981: 38)
185
Gambar 29. Kader PERPI sekaligus murid dari R. Suko Winadi di Austria (dari kiri: Andreas, Mrs. Franz Hariyadi, Mr. Franz Hariyadi dan Heinz). (Dokumen: PERPI Harimurti)
Gambar 30. PERPI cabang Austria, dikembangkan oleh Franz Hariyadi yang merupakan murid dari R. Suko Winadi. (Dokumen: PERPI Harimurti)
186 d. Pelopor Gabungan Pencak Silat Isi Mataram
Pencak silat sebagai olahraga maupun sebagai seni beladiri sudah lama dipelajari. Baik di Jawa maupun seluruh penjuru Indonesia. Tetapi ketika Jepang menguasai Indonesia, seluruh bentuk olahraga termasuk pencak silat dilarang. Yang diperbolehkan hanyalah seni beladiri yang berasal dari Jepang seperti taiso, sumo, jiu-jitsu. Larangan tersebut tentunya hanya diindahkan secara resmi. Tetapi secara sembunyi-sembunyi para pendekar pencak silat di Yogyakarta tetap melakukan latihan pencak silat.
Larangan tersebut ternyata hanya berlangsung selama satu tahun. Entah karena dianggap tidak berbahaya atau digunakan sebagai pendekatan terhadap penduduk. Tidak lama berselang para penguasa Jepang memanggil beberapa tokoh masyarakat di Yogyakarta untuk berembuk membentuk sebuah organisasi untuk menampung kegiatan olahraga penduduk. Lampu hijau tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pendekar dan perguruan serta perkumpulan pencak silat di Yogyakarta.
Akhirnya pada tahun 1943 sebanyak sembilan orang pendekar dari sembilan perguruan pencak silat di Yogyakarta bertemu untuk melakukan musyawarah. Hasil kesepakatan musyawarah tersebut melahirkan sebuah organisasi pencak silat bernama Gabungan Pencak Isi Mataram atau GAPEIMA. Kesembilan pendekar dari sembilan perguruan pencak silat di Yogyakarta itulah yang membentuk GAPEIMA serta dapat menyusun personalia kepengurusan.
187
Tujuan resmi pembentukan GAPEIMA tentu saja bukan hanya sekedar untuk olahraga. Akan tetapi memiliki tujuan tersebunyi yaitu untuk membentuk kekuatan rakyat. Karena itu GAPEIMA mewajibkan dan mengharuskan semua anggotanya menyebarluaskan olahraga pencak silat dan sebanyak mungkin rakyat harus dilatih mengenai ilmu pencak silat. Pembentukan GAPEIMA tidaklah sia-sia dan memiliki manfaat yang besar didalam mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia.
GAPEIMA pernah membentuk suatu Batalyon yang berisikan perkumpulan para pesilat tangguh di Yogyakarta yang digunakan untuk melawan para penjajah dalam rangka untuk mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia. Batalyon pesilat tersebut dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia yang telah diproklamasikan oleh Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Moh. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Batalyon pesilat ini pernah terlibat dalam pertempuran Kotabaru,
Yogyakarta dan sekitarnya bersama-sama dengan rakyat yang sebagian besar terdiri dari pemuda pelajar serta Badan Keamanan Rakyat (BKR) mengadakan kontak senjata dengan tentara Jepang di markas Batalyon Kido atau Kido Butai pada tanggal 7 Oktober 1945. Uraian singkat dari pertempuran Kotabaru tersebut yaitu pelucutan senjata secara damai di gudang senjata dan markas tentara Jepang di
Kotabaru pada tanggal 6 Oktober 1945 tidak berhasil. Selanjutnya diadakan perundingan selama 8 jam, namun juga tidak berhasil. Maka ribuan masa yang
188 berkumpul di sekitar Kotabaru sejak dari pukul 23.00 WIB tidak sabar untuk menyerbu markas Jepang. Pertempuran terjadi pukul 04.00 s/d 10.30 WIB, memakan korban sebanyak 21 orang pejuang Indonesia dan 27 orang tentara Jepang.
Pertempuran berakhir setelah Mayor Otzuka bersama 360 tentaranya menyerah.
Selain di pertempuran Kotabaru, Bataylon pesilat juga terlibat didalam penurunan Bendera Jepang (Hinomaru) dan pengibaran Bendera Merah Putih di
Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung) di Jalan Ahmad Yani Yogyakarta pada tanggal 21 September 1945. Setelah berita tentang proklamasi sampai ke
Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana IX mengumpulkan para pemuda dilanjutkan dengan maklumat 5 September 1945, serta kesepakatan untuk menggalakkan pemasangan Bendera Merah Putih pada tanggal 20 September 1945.
Pagi harinya para pemuda dengan berapi-api mengibarkan Bendera Merah Putih di rumah-rumah, pabrik-pabrik, toko-toko, instansi serta kendaraan.
Bendera Hinomaru di Gedung Cokan Kantai berhasil diturunkan dan diganti dengan Bendera Merah Putih oleh para pemuda antara lain Slamet, Sultan
Ilyas, Supardi, Samawi. Ditambah 1 orang pemudi yang bernama Siti Ngaisah segera naik ke atas Gedung Cokan Kantai serta menurunkan Bendera Hinomaru dan menggantikannya dengan bendera Merah Putih. Pada saat itu bergema lagu
Indonesia Raya yang melantun dengan khidmat. Peristiwa besar ini kemudian dikenal dengan Insiden Bendera di Cokan Kantai. Peristiwa itu disaksikan oleh ribuan masyarakat Yogyakarta pada tanggal 21 September 1945.
189
Tabel 9. Pendekar pendiri Gabungan Pencak Isi Mataram (GAPEIMA). (Sumber: Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 1981) PENDIRI GABUNGAN PENCAK ISI MATARAM NO NAMA PERGURUAN 1 Suko Winadi PERPI Harimurti 2 Brotosutarjo Bima 3 Moh. Djomali Persatuan Pencak Tamansiswa 4 Abdullah Pencak Kesehatan 5 Sukirman Latihan Kesehatan Badan 6 Alip Purwowarso Persaudaraan Setia Hati Organisasi 7 Suwarno Persaudaraan Setia Hati Terate 8 Raden Mangkupujono Persatuan Hati 9 Sunardi Surjodiprodjo Tunggal Hati
Tabel 10. Pengurus Gabungan Pencak Isi Mataram (GAPEIMA). (Sumber: Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 1981) PENGURUS GABUNGAN PENCAK ISI MATARAM No Jabatan Nama 1 Ketua Umum K.P.H. Nototaruono 2 Wakil Ketua I Alip Purwowarso 3 Wakil Ketua II Suwandi Setjodipuro 4 Sekretaris Ismadi 5 Bendahara Subardjo Prof. Dr. Selo Sumardjan Dr. H. Sentral 6 Dewan Penasihat Ir. Dipokusumo K.P.H. Sudarisman Purwokusumo
e. Organisasi Pencak Silat Sebelum Tahun 1945
Usaha memelihara pencak silat memang diperluhkan karena keadaan
pencak silat pada awal Republik Indonesia berdiri sedang memburuk. Banyak
perguruan pencak silat yang tidak berfungsi lagi serta banyak tokoh dan pendekar
yang mengundurkan diri dari dunia pencak silat. Hal ini disebabkan ketidakstabilan
politik dan situasi ekonomi yang belum menentu di negara kita yang baru merdeka.
Pengaruh lainnya adalah tidak adanya rangsangan dari luar yang dapat mendorong
perkembangan pencak silat. Selama masa penjajahan Belanda dan pendudukan
190
Jepang, pencak silat mempunyai peran hakiki di masyarakat sebagai sarana serangan dan beladiri, tetapi dengan perubahan jaman belum ditemukan arti dan fungsi yang sesuai dengan masa perdamaian.
Dengan timbulnya kesadaran bahwa pencak silat perlu dikembangkan, maka dipandang penting mendirikan sebuah organisasi yang bersifat nasional untuk membina kehidupan pencak silat diseluruh Indonesia. Mengikat aliran-aliran pencak silat dalam satu wadah yang mengayomi, serta membentuk sistem pencak silat nasional. Cita mulia ini tidak dapat direalisir dengan mudah oleh karena banyak perguruan pencak silat yang menutup diri, bersaing atau konflik karena perpecahan.
Kalangan pendekar juga terpisah karena afiliasi partai atau loyalitas kepada suku yang berbeda. Selain itu masih banyak pendekar yang tidak mahu berkerja sama karena paling merasa jagoan di daerahnya. Sebetulnya, beberapa upaya untuk mempersatukan pencak silat sudah dimulai sejak pada masa penjajahan Belanda.
Di Segalaherang, Subang, Jawa Barat pada tahun 1922 didirikan
Perhimpunan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI) untuk menggabungkan aliran pencak silat Jawa Barat yang tersebar di seluruh Kepulauan Nusantara. Pada masa pendudukan Jepang, Bung Karno pernah menjadi pelindungnya. Sesudah beberapa tahun tidak aktif karena keadaan peperangan pada era revolusi, pada tahun 1950
PPSI diorganisir kembali meliputi tujuh Karasidenan di Jawa Barat. Pada waktu itu dipilih sebagai Ketua Umum PPSI adalah Raden Poeradirja yang pernah dianugerahi bintang gerilya. Maksud dan tujuan PPSI adalah menjadikan tenaga
191 bagi kepentingan rakyat supaya terlaksana maksud-maksud sebagaimana tercantum dalam Pancasila serta UUD 1945, bekerja di lapangan sosial, ekonomi dan kebudayaan untuk meningkatkan derajat bangsa.
Pada tanggal 9 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda terpaksa menyerah tanpa syarat kepada bala tentara Dai Nipon di Kalijati Indonesia. Pada saat dimulainya pemerintahan Jepang di Indonesia. Rakyat Indonesia merasa gembira karena terlepas dari belenggu penjajahan Belanda. Saat mulainya pemerintah Jepang berkuasa rakyat dibangunkan semangat keprajuritannya. Dengan berbagai macam cara pembelaan diri yang diajarkan seperti judo, sumo, karate, jui-jitsu, kendo dan taizo. Mulai saat itulah pelajaran pencak silat diperkenankan serta diajarkan kepada rakyat melalui sekolah, organisasi, instansi, dinas, jawatan dan lain sebagainya.
Upaya serupa juga telah diadakan di Yogyakarta untuk menggabungkan perguruan-perguruan pencak silat di setiap daerah untuk membentuk induk organisasi olahraga. Akhirnya pada tahun 1943 sebanyak Sembilan pendekar pencak silat di Yogyakarta mendirikan sebuah organisasi bernama Gabungan
Pencak Isi Mataram (GAPEIMA) untuk secara bersama-sama menggalang perguruan pencak silat yang tumbuh di Kasultanan Yogyakarta.
Kesembilan orang pendekar pencak silat Yogyakarta yang turut mendirikan organisasi GAPEIMA antara lain yaitu Suko Winadi dari PERPI
Harimurti, Brotosutarjo dari Bima, Moh. Djumali dari Persatuan Pencak
Tamansiswa, Abdullah dari Pencak Kesehatan, Sukirman dari Latihan Kesehatan
192
Badan, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Suwarno dari Setia Hati Terate,
Raden Mangkupujono dari Persatuan Hati, Sunardi Surjodiprodjo dari Tunggal Hati serta ditambah dukungan dari 18 organisasi pencak silat yang ada di Yogyakarta.
Pelajaran pencak silat dapat berkembang dengan semangat para pemuda meluas diseluruh Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya dan nusantara pada umumnya. Pelajaran toya dengan menggunakan bambu runcing sangat digemari oleh para pemuda. Sehingga boleh dikatakan setiap orang mulai dari para anak-anak hingga orang tua pasti mendapatkan pelajaran tersebut. Dan bambu runcing inilah yang akan mengambil peran penting dalam menghancurkan tentara Jepang pada akhir pemerintahan Jepang.
Selain organisasi PPSI di Jawa Barat dan GAPEIMA di Yogyakarta. Di
Magelang Jawa Tengah juga didirikan sebuah organisasi pencak silat yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro yang merupakan pendekar dari perguruan Setia Hati dan juga Ketua Pusat Kebudayaan Kedu di Magelang. Pada bulan Mei 1945 telah berhasil mengadakan rapat di Yogyakarta dan merencanakan semua aliran pencak silat dipersatukan dalam satu ikatan yang dinamakan Ikatan Pencak Seluruh
Indonesia (IPSI).
Pada tanggal 15 Agustus 1945 setelah tentara sekutu menjatuhkan bom atomnya di kota Hirosima dan Nagasaki. Dengan seketika itu juga pemerintah
Jepang segera menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Mulai pada saat itu para pemuda Indonesia telah lama menanti kemerdekaannya mengamuk dengan
193 menggunakan bambu runcing menunaikan tugas yang mulia. Terlebih sesudah Bung
Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Maka segera berkobar api kemerdekaan dan para pemuda mulai dari pelosok-pelosok gunung sampai dengan kota di seluruh
Indonesia mengamuk menghancurkan tentara Jepang dengan bersenjatakan bambu runcing yang sebelumnya diberikan pelajaran dari mereka. f. Memperkokoh Kedudukan IPSI
Pada hakikatnya pencak silat terbentuk serta lahir sejalan dengan banyaknya suku, budaya dan adat istiadat yang tersebar di seluruh penjuru pelosok bumi Indonesia. Sehingga di Indonesia tumbuh banyak berbagai perguruan dan latihan pencak silat yang semula hanya bersifat lokal saja. Semakin banyaknya pertumbuhan serta berkembangnya perguruan pencak silat ini menghasilkan pandangan para pendekar untuk mempersatukan organisasi pencak silat yang ada di
Indonesia.
Pada masa sebelum Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 organisasi pencak silat masih berskala daerah, akan tetapi sifat dan cita-cita sudah berskala nasional. Seperti diketahui di Segalaherang, Subang, Jawa Barat telah didirikan sebuah organisasi bernama Perhimpunan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI) yang berdiri pada tahun 1922. Di Yogyakarta didirikan sebuah organisasi pencak silat bernama Gabungan Pencak Isi Mataram (GAPEIMA) pada tahun 1943. Serta di Magelang, Jawa Tengah juga didirikan sebuah organisasi pencak silat bernama
194
Ikatan Pencak Seluruh Indonesia (IPSI) pada tahun 1945. Sehingga sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia ada tiga organisasi pencak silat yang ada di
Indonesia yaitu PPSI, GAPEIMA dan IPSI.
Setelah beberapa tahun Indonesia merdeka tepatnya pada tahun 1947 di
Yogyakarta berdiri organisasi bernama Gabungan Pencak Seluruh Indonesia atau
GAPENSI yang merupakan pengganti dari organisasi GAPEIMA dengan tujuan untuk mempersatukan aliran pencak silat di seluruh Indonesia dan tidak hanya bersifat kedaerahan. Dalam organisasi GAPENSI pendirinya adalah Mohammad
Djoemali bergabung dengan berbagai tokoh pencak silat Mataram antara lain yaitu
Suko Winadi (PERPI Harimurti), Sutarjonegoro (Phasaja), R.M.S. Dirjo Atmojo
(pendiri Perisai Diri), Widji Hartani (pendiri Perisai Sakti) dan Widjaja.
Meskipun organisasi PPSI di Jawa Barat, GAPENSI di Yogyakarta dan
IPSI di Jawa Tengah telah bercita-cita secara nasional namun keanggotaanya masih berskala lokal. Padahal pada waktu itu tuntutan agar pencak silat dapat digerakkan dan disebarluaskan sampai pelosok daerah di seluruh penjuru tanah air sebagai ekspresi kebudayaan nasional. Masyarakat juga mengharapkan agar pencak silat distandarisasi supaya dapat diajarkan sebagai pendidikan jasmani di sekolah dan dapat dipertandingkan dalam acara-acara olahraga nasional.
Untuk memecah masalah tersebut, Mr. Wongsonegoro seorang tokoh pencak dari perguruan Setia Hati membentuk Panitia Persiapan Persatuan Pencak
Silat Indonesia yang dilakukan pada kesempatan konferensi Persatuan Olahraga
195
Nasional Republik Indonesia (PORI) bagian pencak di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 18 Mei 1948. Pada konferensi yang dihadiri oleh beberapa utusan dari PORI daerah, berbagai wakil-wakil dari Kementerian Pembangunan dan Pemuda serta
Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan banyak aral melintang karena tidak semua peserta sepakat mengenai perlunya organisasi nasional baru dan ada yang khawatir bahwa dengan mendorong penyusunan satu sistem pencak silat nasional maka persatuan aliran-aliran pencak silat tidak akan terlaksana, bahkan akan terdapat perpecahan karena setiap aliran akan mengklaim dirinya yang terbaik.
Walaupun demikian pada akhirnya diputuskan membentuk panitia Ikatan Pencak
Seluruh Indonesia (IPSI). Panitia tersebut diketuai oleh Mr. Wongsonegoro dan diberi wewenang menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI.
Pada konferensi tersebut dihadiri oleh 16 orang tokoh.
Ke 16 orang tokoh yang hadir dalam konferensi itu dapat disebut sebagai bapak pendiri IPSI atau dapat disebut sebagai the founding fathers of IPSI. Pada konferensi tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan suatu organisasi nasional yang diberi nama Ikatan Pencak Seluruh Indonesia atau disingkat IPSI dan menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua Umum PB. IPSI. Selanjutnya oleh
PORI, PB. IPSI diberi mandat secara penuh untuk menyusun staf dan menyiapkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Pada bulan Juni 1948 telah belangsung sidang Pleno di Yogyakarta dan telah berhasil menyusun personalia PB.
IPSI secara lengkap.
196
Pendirian IPSI didasarkan kepada 3 tujuan utama yaitu sebagai satu kesatuan yakni: (1) Mempersatukan dan membina seluruh perguruan pencak silat di
Indonesia; (2) Melestarikan, mengembangkan dan memasyarakatkan pencak silat beserta dengan nilai-nilainya; (3) Menjadikan pencak silat sebagai sarana pembangunan bangsa dan akhlaq atau nation and character building.
Awal mulanya IPSI merupakan organisasi bagian dari PORI. Kemudian dalam Kongres PORI di Surakarta pada bulan September 1948, IPSI dilepaskan dari
PORI dan berdiri sendiri sebagai organisasi nasional yang mewakili pencak silat.
Karena adanya Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948 memaksa berbagai aktivitas PB. IPSI terhenti, termasuk pembentukan IPSI di berbagai daerah.
Dengan terbentuknya IPSI diharapkan berkembang satu corak pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh aliran pencak silat di tanah air. Untuk sementara waktu diadopsikan sebagai standar sistem pelajaran dasar pencak silat yang sudah disusun oleh R.M.S. Prodjosoemitro. Sistem ini pada tahun 1947 pernah diuraikan dalam sebuah buku berjudul Elementair yang disebarkan ke berbagai sekolah di wilayah Surakarta dengan dukungan dari Kementerian PP dan K kota
Surakarta hasil dari usaha standarisasi semula ini dapat diamati pada Pekan
Olahraga Nasional (PON) ke I yang diadakan pada tanggal 8 s/d 12 September 1948 di Surakarta. Lebih kurang 1000 anak mengadakan satu demonstrasi pencak silat dengan gerakan yang standar dan singkronis. Pada acara olahraga nasional pertama ini, pencak juga dilombakan sebagai demonstrasi dalam kategori solo dan ganda
197 tangan kosong atau senjata, suatu tradisi yang akan terus berlangsung di PON berikutnya.
Dengan dukungan Kementerian PP dan K, IPSI mulai mendapatkan wibawa nasional. Namun berbagai organisasi pencak silat nasional lainnya tidak begitu saja menerima pembentukannya. GAPENSI pada mulanya menolak dengan keras usulan peleburan dalam IPSI karena anggota panitia IPSI dianggap didominasi oleh perguruan Setia Hati. Selain itu kedudukan kubu berbeda afiliasi politik.
Anggota GAPENSI berpihak kepada Marhaen dan pecahan Partai Raya Indonesia
(PRI). Untuk perguruan-perguruan pencak silat di Kauman juga sulit menerima Mr.
Wongsonegoro sebagai ketua IPSI karena beliau adalah seorang tokoh kebatinan nasional.
Melihat situasi politik antara kedua kubu tidak terkendali serta konflik yang tidak kunjung berhenti. Pada akhirnya Suko Winadi memutuskan untuk mengambil langkah cepat dan tepat yaitu dengan keluar dari keanggotaan GAPENSI. Keluarnya
Suko Winadi dari GAPENSI bukannya tanpa perhitungan yang matang. Maksud dan tujuan utamanya adalah untuk memecah belah kekuatan GAPENSI agar mahu melebur dan bergabung dengan IPSI.
Kekompakan dalam GAPENSI akhirnya runtuh setelah keluarnya Suko
Winadi dengan mendirikan sebuah organisasi tandingan bernama Persatuan Pencak
Indonesia (PERPI) yang anggotanya meliputi perguruan pencak silat Benteng
Mataram, Mustika, Bayu Manunggal, Bima Sakti, Trisno Murti, Phasadja Mataram
198 serta didukung oleh perguruan-perguruan pencak silat yang berada di Kauman yang pada akhirnya dikemudian hari melebur menjadi satu mendirikan perguruan bernama Tapak Suci Putera Muhammadiyah pada tanggal 31 Juli 1963. Dalam kurun beberapa waktu pada akhirnya PERPI memutuskan untuk menggabungkan diri dengan IPSI. Seiring dengan berjalannya waktu GAPENSI perlahan mulai runtuh dan pada akhirnya melebur serta bergabung ke dalam IPSI.
Setelah selesainya konflik antara GAPENSI dan IPSI. Pada tanggal 21 s/d
23 Desember 1950 dengan dukungan finansial dari Kementerian PP dan K diadakan
Kongres IPSI ke I di Yogyakarta. Dalam Kongres IPSI ke I tersebut Suko Winadi ditunjuk sebagai Ketua Panitian Penyelenggara Kongres yang bertugas menyusun konsep jalannya kegiatan. Pada waktu Kongres IPSI ke I dihadiri oleh 22 orang tokoh pencak silat dari berbagai daerah sekaligus mengambil sebuah keputusan untuk memilih personalia PB. IPSI yang terbaru sambil memutuskan susunan
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang pertama.
O’ong Maryono (1998: 91) menceritakan bahwa setelah selesainya konflik yang berkepanjangan dan diakhiri dengan Kongres IPSI ke I tanggal 21 s/d 23
Desember di Yogyakarta, pada saat yang bersamaan diangkatlah Suko Winadi sebagai ketua IPSI Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama dan Mohammad
Djumali sebagai ketua seksi teknik PB. IPSI sekaligus kepala seksi pencak silat di
PP dan K Yogyakarta. Dua tahun berikutnya R.M.S. Dirjo Atmodjo juga dijadikan kepala seksi pencak silat pada Inspeksi Pendidikan Jasmani, PP dan K Jawa Timur.
199
Pada kesempatan yang sama peserta Kongres IPSI juga memutuskan untuk meminta bantuan dana kepada pemerintah sebesar Rp. 1.000.000, 00 setiap tahunnya. Selain itu mereka merencanakan akan mengembangkan satu sistem pelajaran pencak silat untuk semua sekolah di tanah air. Proyek ini diserahkan kepada bagian teknik. Pada tahun berikutnya di beberapa daerah disusun paket pelajaran dengan metode-metode baru yang praktis agar pencak silat dapat diajarkan dengan mudah kepada segenap lapisan masyarakat. Misalnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta pelajaran pencak silat diberikan melalui gelombang stasiun Radio
Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta. Pada setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu pukul 06.30 WIB pendengar mendapatkan tuntutan dan instruksi gerak oleh pencipta Suko Winadi.
Dalam AD dan ART IPSI yang pertama yang disahkan pada Konggres IPSI ke I di Yogyakarta tahun 1950 tercantum bahwa singkatan dari IPSI adalah “Ikatan
Pencak Seluruh Indonesia”. Tetapi setelah Kongres IPSI ke II di Bandung pada tahun 1953 singkatan IPSI dirubah menjadi “Ikatan Pencak Silat Indonesia”.
Perubahan singkatan tersebut dengan alasan di daerah Sumatera kata silat lebih dikenal dari kata pencak. PB. IPSI (1986: 2) menyebutkan bahwa IPSI berasaskan
Pancasila dengan berlandaskan kekeluargaan, persaudaraan, dan tidak berpolitik.
Kata asas memang sering dikonotasikan dengan ideologi. IPSI tidak berfaliasi, berorientasi dan berfungsi politik. Kehidupan dan hubungan didalam lingkungan IPSI didasarkan kepada sebuah semangat kekeluargaan, kebersamaan
200
serta kesetiakawanan dalam kerangka persatuan bangsa Indonesia. Didalam
Anggaran Dasar IPSI dinyatakan bahwa IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948
di Surakarta. Selama kurun waktu sejak PB. IPSI melaksanakan Kongres ke I pada
tahun 1950 s/d 2016 telah dilaksanakan 14 kali Kongres.
Tabel 11. Tokoh yang hadir pada Rapat Panitian Pembentukan IPSI. (Sumber: PB. IPSI, 17 September 1994: 10-11) No Nama Perguruan dan Instansi Asal Daerah 1 Mr. Wongsonegoro Ketua Pusat Kebudayaan Kedu Magelang 2 Soeratno Sastroamidjojo Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu Magelang 3 Marijun Sudirohadiprojo Setia Hati Organisasi Magelang 4 Dr. Sahar Pencak Silat Sumatera Sumatera 5 Soeria Atmaja Pencak Silat Jawa Barat Jawa Barat 6 Soeljohadikoesoemo Setia Hati Madiun 7 Rachmad Soeronegoro Setia Hati Madiun 8 Munadji Setia Hati Solo 9 Roeslan Setia Hati Kediri 10 S. Prodjosoemitro Setia Hati Kediri 11 Moh. Djumali Pencak P & K Yogyakarta 12 Margono Setia Hati Yogyakarta 13 Ishadi Setia Hati Organisasi Yogyakarta 14 Sumali PORI - 15 Karnandi Kementerian Pembangunan & Pemuda - 16 Ali Marsaban Kementerian PP dan K -
Tabel 12. Susunan sementara PB. IPSI Sidang Pleno Juni 1948 di Yogyakarta. (Sumber: PB. IPSI, 3 s/d 8 Februari 2002: 16) Jabatan Nama Ketua Umum Mr. Wongsonegoro Wakil Ketua Umum Soeria Atmadja Sekretaris I Marijun Sudirohadiproyo Sekretaris II Joesoef Koesoemo Bendahara Suratno Sastroamiprodjo Bagian Organisasi Ketua Mahdum Sahir Wakil ketua Dr. Sahar Bagian Tehnik Ketua Moh. Djumali Wakil ketua Marijun Sudirohadiprodjo Bagian Ideologi Ketua Mr. Abdul Madjid Wakil Ketua I.M. Soeljohadikusumo
201
Tabel 13. Susunan sementara pengurus PB. IPSI pada Konferensi PORI. (Sumber: PB. IPSI, 3 s/d 8 Februari 2002: 15) No Jabatan Nama Asal Daerah 1 Ketua Mr. Wongsonegoro Magelang 2 Wakil ketua Soeria Atmaja Jawa Barat 3 Penulis Umum Marijun Soedirohadiprodjo Magelang 4 Bendahara Suratno Sastroamidjojo Sumatera 5 Pembantu Dr. Sahar Sumatera Barat Soeljohadikoesoemo Madiun Rachmad Soeronegoro Madiun Munadji Solo Roeslan Kediri S. Prodjosoemitro Kediri Moh. Djumali Yogyakarta Margono Yogyakarta Ishadi Yogyakarta Sumali - Karnandi - Ali Marsaban -
Tabel 14. Susunan personalia PB. IPSI Kongres ke I tahun 1950 di Yogyakarta. (Sumber: Soetardjonegoro, 1968: 22) Jabatan Nama Asal Daerah Ketua Umum Mr. Wongsonegoro Jakarta Wakil Ketua Umum I Sri Paduka Paku Alam VIII Yogyakarta Wakil Ketua Umum II Datuk Madjoindo Sumatera Sekretaris Umum I Rochmad Soeronegoro Jakarta Sekretaris Umum II K.R.T. Soetardjonegoro Yogyakarta Sekretaris Umum III Moh. Sadli Jakarta Bendahara Soeratno Sastroamiprodjo Jakarta Ketua Bagian Organisasi Karnen Jawa Timur Ketua Bagian Ideologi Moenandar Hardjowijoto Surabaya Ketua I Bagian Tehknis Marijun Sudirohadiprodjo Jakarta Ketua II Bagian Tehknis Moh. Djumali Yogyakarta Sekretari I Soemono Jakarta Sekretaris II Roesdi Iman Sudjono Yogyakarta Bendahara Samsu Jakarta Pembantu Samsi Jakarta S. Prodjosumitro Solo Achmad Jakarta Brotosumarno Sragen
202
Tabel 15. Munas PB. IPSI dari tahun 1950 hingga 2016. (Sumber: PB. IPSI) KONGRES/MUNAS PB. IPSI No Munas/Kongres Tahun Tempat Ketum PB. IPSI 1 Kongres IPSI I 1950 Yogyakarta Mr. Wongsonegoro 2 Kongres IPSI II 1953 Bandung Mr. Wongsonegoro 3 Kongres IPSI III 1961 Jakarta Mr. Wongsonegoro 4 Kongres IPSI IV 1973 Jakarta Tjokropranolo 5 Munas IPSI V 1977 Jakarta Tjokropranolo 6 Munas IPSI VI 1981 Jakarta Eddie M. Nalapraya 7 Munas IPSI VII 1985 Jakarta Eddie M. Nalapraya 8 Munas IPSI VIII 1990 Jakarta Eddie M. Nalapraya 9 Munas IPSI IX 1994 Jakarta Eddie M. Nalapraya 10 Munas IPSI X 1999 Jakarta Eddie M. Nalapraya 11 Munas IPSI XI 2003 Jakarta Prabowo Subianto 12 Munas IPSI XII 2007 Jakarta Prabowo Subianto 13 Munas IPSI XIII 2012 Jakarta Prabowo Subianto 14 Munas IPSI XIV 2016 Bali Prabowo Subianto
Gambar 31. Pidato Wakil Ketua Pengurus Besar PORI tahun 1948 dan permintaan bantuan dana kepada pemerintah. (Dokumen: O’ong Maryono, 1999: 93 & 96)
203 g. Anggota Perguruan Historis PB. IPSI 1) Pendahuluan
Pasca penyerahan kedaulatan negara oleh Belanda kepada Republik
Indonesia yang dulu masih bernama Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada tanggal
27 Desember 1949, pusat pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari
Yogyakarta kembali ke Jakarta. Sebelumnya selama empat tahun Yogyakarta menjadi Ibukota Republik Indonesia, yaitu pada tanggal 4 januari 1946 sampai dengan 27 Desember 1949. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut diikuti dengan perpindahan berbagai kantor kementerian dan instansi milik pemerintah Republik
Indonesia.
Demikian pula pada tahun 1950 PB. IPSI secara de facto juga berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, sekalipun tidak semua anggota pengurus PB.
IPSI dapat ikut pindah ke Jakarta. Pada waktu itu usia IPSI baru menginjak 2 tahun sejak didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta oleh Panitia Persiapan
Persatuan Pencak Indonesia yang menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua
Umum PB. IPSI. Pada saat IPSI berdiri Republik Indonesia sedang dalam masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan memantapkan kedaulatan
Republik Indonesia yang harus ditempuh melalui perjuangan panjang baik secara fisik maupun diplomasi.
Kondisi ini mengakibatkan IPSI yang masih berusia muda harus mengkonsenterasikan pengabdiannya kepada para pejuang kemerdekaan. Sehingga
204 berakibat kondisi manajerial dan operasional IPSI pada waktu itu mahu tidak mahu mengalami penyusutan. Disisi lain Pemerintah Pusat Republik Indonesia juga sedang menghadapi pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia
(DI/TII) di beberapa daerah, termasuk di Jawa dan Lampung. Untuk menambah kekuatan dalam melawan DI/TII tersebut, Panglima Teritorium III Kolonel R.A.
Kosasih, Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk Persatuan Pencak Silat
Indonesia (PPSI) pada tanggal 17 Agustus 1957 di Bandung yang saat itu didirikan untuk menggalang kekuatan jajaran pencak silat sebagai pagar betis dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat, Jakarta,
Jawa Tengah bagian barat termasuk D.I. Yogyakarta. Perlu diketahui bahwa
Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) yang didirikan pada tanggal 17 Agustus
1957 di Bandung, Jawa Barat merupakan organisasi penerus dari Perhimpunan
Pencak Seluruh Indonesia (PPSI) yang didirikan di Segalaherang, Subang, Jawa
Barat tahun 1922.
Setidaknya dalam kondisi tersebut timbullah dualisme dalam pembinaan dan pengendalian pencak silat di Indonesia, yaitu Ikatan IPSI yang mengkonsenterasikan diri lebih banyak dalam hal pembinaan pada aspek olahraga, sedangkan PPSI lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan dan pencak silat beladiri melawan DI/TII. Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar pencak silat dapat masuk sebagai cabang olahraga yang secara resmi dapat dipertandingan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON). Hal serupa juga dilakukan oleh PPSI yang
205 setiap menjelang PON berusaha untuk memasukkan pencak silatnya agar dapat mengikuti PON.
Namun pemerintah yang pada tahun 1948 juga ikut berperan mendirikan
IPSI, hanya mengenal IPSI sebagai satu-satunya induk organisasi pencak silat di
Indonesia. Kala itu organisasi olahraga yang ada adalah KOI (Komite Olahraga
Indonesia) diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan PORI (Persatuan
Olahraga Republik Indonesia) yang diketuai Widodo Sosrodiningrat.
Pada tahun 1951, PORI melebur dalam KOI. Kemudian pada tahun 1961 pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KAGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia menghadapi Asian Games ke
IV 1962 di Jakarta. Kemudian pada tahun 1962 pemerintah untuk pertama kalinya membentuk Departemen Olahraga (Denpora) dan mengangkat Maladi sebagai menteri Olahraga. Selanjutnya tahun 1964 pemerintah membentuk Dewan Olahraga
Republik Indonesia (DORI), yang mana semua organisasi KAGOR, KOI, top
Organisasi dilebur ke dalam DORI.
Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI ikut membentuk Sekretariatan bersama para Top Organisasi Cabang Olahraga yang kemudian mengusulkan menggantikan DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik yang kemudian kelak pada tanggal 31
Desember 1967 IPSI juga ikut memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan KONI sehingga menjadi induk organisasi olahraga di Indonesia.
206
Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh pencak silat yang ada di Jakarta membantu PB. IPSI untuk mencari calon Ketua Umum PB. IPSI yang baru karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang pada masa itu sudah tua sekali. Salah satu nama yang berhasil dimunculkan pada saat itu adalah Brigjen TNI
Tjokropranolo yang menjabat sebagai Sekretaris Militer Presiden kemudian
Gubernur DKI Jakarta. Kemudian pada Kongres IV IPSI tahun 1973, Tjokropranolo terpilih sebagai Ketua Umum PB. IPSI. Namun jalan bagi Tjokropranolo tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih banyak tugas dan tanggung jawab PB. IPSI yang kelak harus dihadapinya dengan serius.
Di samping PB. IPSI perlu untuk merumuskan jati dirinya secara aktif dan merumuskan bagaimana mempertahankan eksistensi dan historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional. Karena itu kemudian Tjokropranolo dibantu oleh beberapa tokoh perguruan pencak silat dari PERPI Harimurti, Phasadja Mataram,
Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Perisai Diri, Perisai Putih, Persaudraan Setia
Hati, Persaudaraan Setia Hati Teratai dan Putra Betawi.
Salah satu tantangan yang cukup berarti saat itu adalah belum berintegrasinya PPSI ke dalam IPSI. Kemudian atas jasa dari Tjokropranolo selaku
Ketua umum PB. IPSI meragkap sebagai Sekretaris Militer Presiden telah berhasil mengadakan pendekatan kepada 3 orang pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer. Sejak saat itu PPSI setuju berintergrasi pada IPSI dan
207 kemudian Sekretariat PB. IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat
PPSI.
Pada Kongres IPSI IV tahun 1973, H. Suhari Sapari selaku Ketua Harian
PPSI datang ke Kongres IPSI dan menyatakan bahwa PPSI akan bergabung dalam
IPSI. Kongres IPSI IV 1973 menetapkan Tjokropranolo sebagai Ketua Umum PB.
IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Mr. Wongsonegoro telah berjasa besar mengantarkan IPSI dari era perjuangan kemerdekaan menuju kedalam era yang baru yaitu era mengisi kemerdekaan. Pada saat itu IPSI berdiri lebih kokoh dan lebih berkonsenterasi pada pengabdiannya setelah sebelumnya melalui masa-masa perang fisik dan diplomasi yang dialami seluruh bangsa Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Tjokropranolo IPSI semakin mantap berdiri dengan berbagai tantangan yang baru sesuai perkembangan jaman. Pada Kongres
IPSI ke IV 1973 sepuluh perguruan pencak silat yang telah menjadi pemersatu dan pendukung tetap berdirinya IPSI diterima langsung sebagai anggota PB. IPSI.
Kemudian memantapkan manajemen, memperkuat rentang kendali PB. IPSI sampai ke daerah-daerah dan mempersatukan masyarakat pencak silat dalam satu induk organisasi.
Selanjutnya Tjokropranolo menegaskan bahwa 10 perguruan pencak silat tersebut yang telah berhasil bukan hanya sekedar menyusun bahkan melaksanakan berbagai program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan. Oleh karena itu kesepuluh perguruan pencak silat tersebut diberi istilah Top Organisasi atau
208
Organisasi Induk. Kemudian pada jaman kepemimpinan Eddie Mardjoeki
Nalaparaya sebagai Ketua Umum PB. IPSI, pada tahun 1990 istilah Top Organisasi
perguruan pencak silat yang aktif dalam memperjuangkan keutuhan IPSI tersebut
diberi istilah baru yaitu perguruan Historis yang terdiri dari 10 anggota perguruan.
Gambar 32. Kongres IPSI IV tahun 1973 di Jakarta. R. Suko Winadi (membelakangi dan tidak berkacamata) datang menghadiri Kongres IPSI IV 1973 mewakili PERPI Harimurti. (Dokumen: PB. IPSI, 1981)
2) Sepuluh Perguruan Historis
Istilah dari perguruan Historis untuk pertama kalinya dicetuskan pada masa
kepemimpinan Ketua Umum PB. IPSI Eddie Mardjoeki Nalapraya menjelang
Munas IPSI VIII tahun 1990 di Jakarta. Kelompok kerja yang bertugas menyusun
berbagai bahan Munas dan diberikan nama Pokja Pra Munas IPSI memandang
209 istilah Top Organisasi untuk 10 perguruan kurang tepat. Karena Istilah dari Top
Organisasi berkonotasi induk organisasi yang mempunyai sejumlah anak organisasi.
Padahal kenyataannya tidak semuanya dari 10 perguruan pencak silat itu keadaannya demikian. Istilah yang dipandang lebih tepat untuk menyebut atau menamakan 10 perguruan pencak silat tersebut adalah perguruan Historis dan merupakan anggota khusus di tingkat PB. IPSI.
Status perguruan Historis atau khusus disebabkan karena kesepuluh perguruan tersebut mempunyai hubungan kesejarahan dengan kelahiran serta perkembangan IPSI. Keberadaan perguruan pencak silat anggota khusus (Historis) hanya ada didalam tingkat PB. IPSI. Kesepuluh perguruan pencak silat tersebut
PERPI Harimurti, Phasadja Mataram, Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Kelatnas
Perisai Diri, Perisai Putih, Persaudaraan Setia Hati Teratai, Persaudaraan Setia Hati,
Keluarga Pencak Silat Nusantara, Putra Betawi dan Persatuan Pencak Silat
Indonesia (PPSI).
Putra Betawi dan PPSI sebenarnya adalah sebuah organisasi asosiatif atau federasi yang memiliki anggota-anggota perguruan lokal pencak silat di wilayahnya masing-masing. Putra Betawi berada di wilayah DKI Jakarta dan PPSI berada di wilayah Jawa Barat. Akan tetapi nampakya sudah menjadi kebiasaan bahwa keduanya juga sering disebut sebagai perguruan pencak silat.
Persatuan Pencak Silat (PPS) Putra Betawi dibentuk pada tanggal 20
Januari 1972 sebagai suatu wadah yang mempersatukan berbagai perguruan dan
210 aliran pencak silat Betawi ke dalam suatu organisasi. Para guru besar yang mendukung terbentuknya wadah organisasi ini berasal lebih dari 20 perguruan pencak silat Betawi antara lain yaitu Babe Oetama (Putra Utama), Bang Sa'aman
(Putra Jakarta), Pak Endang M.S. (Sapu Jagat), T.M. Satiri (Syahbandar), Olive
(Sutera Baja), Zakaria (Mustika Kwitang), perguruan pencak silat Genta, perguruan pencak silat Sikak Mas dan berbagai perguruan pencak silat lainnya yang ada di wilayah DKI Jakarta. Pada waktu itu H. Sa'ali terpilih sebagai ketua umum PPS
Putra Betawi.
PPSI yang semula singkatan dari Perhimpunan Pencak Seluruh Indonesia yang didirikan sebelum jaman kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1922 di
Segalaherang, Subang, Jawa Barat. Kemudian dirubah menjadi Persatuan Pencak
Silat Indonesia didirikan pada tanggal 17 Agustus 1957 di Bandung, Jawa Barat dengan diketuai Kolonel R.A. Kosasih, Panglima Tentara dan Teritorium III
Siliwangi, dibantu dengan Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun. Perguruan pencak silat yang diberi nama perguruan Historis berikut dengan tempat kedudukan pengurus pusatnya dan beserta para perwakilan perguruan yang hadir dalam
Kongres IPSI ke IV tahun 1973 di Jakarta adalah sebagai berikut:
211
Tabel 16. Anggota Perguruan Historis di PB. IPSI. (Sumber: Fanan Hasanudin, 2011: 13 & Eddie M. Nalapraya, 2017: 10)
ANGGOTA PERGURUAN HISTORIS PB. IPSI
No PERGURUAN LAMBANG PERWAKILAN
1 PERPI Harimurti ▪ R. Suko Winadi
Yogyakarta
2 Phasadja Mataram ▪ Sutardjonegoro
Yogyakarta
Tapak Suci Putera ▪ Haryadi Mawardi 3 Muhammadiyah ▪ Alex Tanamal
Yogyakarta
4 Kelatnas Perisai Diri ▪ Anowo Adji
Surabaya
212
▪ Maramis ▪ Runtu 5 Perisai Putih ▪ Sutedjo ▪ Himantoro Surabaya
▪ Januarno Persaudaraan Setia Hati ▪ Imam Suyitno 6 Teratai ▪ Laksma Pamudji
Madiun
▪ Mariyun Sudirohadiprodjo ▪ Mashadi 7 Persaudaraan Setia Hati ▪ Harsoyo ▪ H.M. Zain Jakarta
▪ Moh. Hadimulyo Keluarga Pencak Silat ▪ Sumarnohadi 8 Nusantara ▪ Dr. Rachmadi
▪ Dr. Djoko W Jakarta
9 Putra Betawi ▪ H. Saali
Jakarta
10 PPSI ▪ H. Suhari Sapari
Bandung
3) Peranan Perguruan Historis
Sepuluh perguruan Historis pada saat IPSI baru dalam keadaan
mengkonsolidasikan dan menstabilkan organisasi selalu memberikan dukungan
serta bantuan secara maksimal dan memiliki loyalitas tinggi baik dari dalam maupun
dari luar. Dukungan dan bantuan dari dalam dilakukan dengan ikut serta dalam
213 kepengurusan IPSI dan dari luar dengan memberikan sumbangan gagasan, pemikiran, pendapat serta saran-saran konstruktif dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan IPSI.
Masa konsolidasi dan stabilisasi yang dimaksud adalah sejak berdirinya
IPSI pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta hingga diikutsertakannya pencak silat dalam PON VII 1973 di Jakarta. Peranan dari 10 perguruan pencak silat dalam masa-masa sukar ditinjau dari segi sejarah perkembangan IPSI mempunyai makna tersendiri. Kesepuluh perguruan pencak silat tersebut perlu untuk diberi nama yang mengesankan atas peran sertanya di waktu yang lalu. Nama yang dipandang tepat adalah dengan sebutan perguruan Historis. Kesepuluh perguruan pencak silat tersebut dalam statusnya sebagai perguruan Historis dan anggota khusus PB. IPSI dinyatakan dalam pasal 2 Anggaran Rumah Tangga IPSI tahun 1990 yang ditetapkan oleh Munas IPSI VIII tahun 1990 dengan Surat Keputusan nomor
II/MUNAS/1990.
Dalam PB. IPSI (1984: 3), dengan diterimanya pencak silat sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan secara resmi dalam PON VIII yang dilaksanakan pada 7 s/d 14 Agustus 1973 di Sport Centre Jakarta Utara, maka sejak saat itu cabang olahraga pencak silat sejajar kedudukannya dengan cabang olahraga yang lain. Pada waktu pelaksanaan PON VIII 1973 pertandingan pencak silat baru diikuti oleh 15 Daerah dengan jumlah atlet sebanyak 128 orang dengan rincian 106 atlet putra dan 22 atlet putri.
214
Tabel 17. Daftar Cabang Olahraga Pencak Silat dipertadingkan di PON. (Sumber: Ardiansyah Hajir dan Ahmad Sidiq Maulana, 2017: 22) No PON Tahun Tempat Keterangan 1 PON I 1948 Solo Dilombakan 2 PON II 1951 Jakarta Dilombakan 3 PON III 1953 Medan Dilombakan 4 PON IV 1957 Makassar Dilombakan 5 PON V 1961 Bandung Dilombakan 6 PON VI 1965 Jakarta Batal G30S 7 PON VII 1969 Surabaya Dilombakan 8 PON VIII 1973 Jakarta Dipertandingkan 9 PON IX 1977 Jakarta Dipertandingkan 10 PON X 1981 Jakarta Dipertandingkan 11 PON XI 1985 Jakarta Dipertandingkan 12 PON XII 1989 Jakarta Dipertandingkan 13 PON XIII 1993 Jakarta Dipertandingkan 14 PON XIV 1996 Jakarta Dipertandingkan 15 PON XV 2000 Surabaya Dipertandingkan 16 PON XVII 2004 Palembang Dipertandingkan 17 PON XVIII 2008 Samarinda Dipertandingkan 18 PON XIX 2012 Riau Dipertandingkan 19 PON 2016 Bandung Dipertandingkan
4) Peranan Tetap Perguruan Historis
Sejak Munas IPSI ke V tahun 1977, perguruan Historis selalu dilibatkan.
Berbeda dengan utusan berbagai Pengda IPSI yang didalam Munas IPSI membawakan berbagai aspirasi dan kepentingan masyarakat pencak silat di daerahnya. Utusan dari perguruan Historis dalam Munas IPSI mengemukakan gagasan, pemikiran, pendapat, dan saran dalam rangka untuk mengamankan serta mengusahakan terwujudnya tujuan utama didirikannya IPSI yaitu: (1)
Mempersatukan dan membina perguruan pencak silat di seluruh Indonesia, termasuk cabang-cabangnya di luar negeri; (2) Melestarikan, mengembangkan dan memasyarakatkan pencak silat beserta dengan nilai-nilainya; (3) Menjadikan
215
pencak silat sebagai sebuah sarana untuk pembangunan karakter manusia Indonesia
yang seutuhnya serta berkepribadian Indonesia.
Selain itu perguruan Historis berkewajiban untuk selalu mengamankan
IPSI agar tetap berada dan berjalan pada landasan dan idealismenya semula ketika
IPSI didirikan. Landasan IPSI adalah nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta idealismenya adalah menjadikan pencak silat sebagai kebanggaan
nasional serta menjadikan jajaran pencak silat Indonesia sebagai kekuatan
perjuangan bangsa yang ikut serta aktif dan positif di dalam mewujudkan tujuan
nasional dan cita-cita perjuangan bangsa sebagaimana termaktub dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.
Gambar 33. R. Suko Winadi, Siswantoyo, S.Pd., dan H. Suwandi sebagai Peserta Munas IPSI XI 2003 yang mewakili PERPI Harimurti sebagai salah satu perguruan Historis dalam Komisi A bidang organisasi, B bidang teknik, dan C bidang umum. (PB. IPSI, 2003: 3). (Dokumen: PERPI Harimurti, 2003)
216
5) Perguruan Historis dan Upaya Peningkatan Perannya
a) Fase Perintis
Sejarah mengenai eksistensi serta kontribusi dari 10 perguruan Historis
berkaitan erat dengan perjuangan IPSI yaitu: (1) Mendirikan IPSI; (2)
Mempertahankan IPSI sebagai satu-satunya organisasi nasional pembina pencak
silat di Indonesia; (3) Mendirikan KONI dan menjadikan IPSI sebagai
anggotanya; (4) Memasukkan pencak silat olahraga ke dalam PON sebagai
cabang olahraga yang dipertandingkan; (5) Mensukseskan pelaksanaan program-
program kerja IPSI.
Perjuangan tersebut tidak mudah dan ringan. Oleh karena itu PB. IPSI
meminta bantuan dari berbagai perguruan pencak silat yang menjadi anggotanya.
Dalam periode tahun 1948 s/d 1973 secara berturut-turut ada 10 perguruan
pencak silat anggota IPSI yang secara faktual, intensif, konsisten dan konsekuen
memberikan bantuan baik dalam bentuk pemikiran maupun tenaga. Dalam
kondisi serta situasi yang sangat sulit tersebut perguruan Historis telah
melaksanakan dua peran penting antara lain: (1) Membantu IPSI dalam
melaksanakan perjuangan; (2) Mengamankan serta mengawal IPSI agar berjalan
lancar dan lurus sesuai dengan tujuan pendirian IPSI.
Hasil dari perjuangan yang dicapai IPSI dalam tahun 1948 s/d 1973
yang juga disebut sebagai perjuangan fase pertama atau fase perintis adalah
antara lain: (1) Terbentuknya laboratorium pencak silat pada tahun 1960 yang
217 laboratnya terdiri dari warga Top Organisasi; (2) Terbentuknya organisasi IPSI di beberapa daerah di Indonesia; (3) Terlaksanakannya berbagai kejuaraan pencak silat olahraga; (4) Mulai memasyarakatkan pencak silat di berbagai kalangan masyarakat; (5) Didirikannya KONI Pusat pada tahun 1969, dimana
PB. IPSI merupakan salah satu pelopor dari pendiri KONI Pusat serta menjadi anggotanya; (6) Dieksibisikannya pertandingan pencak silat dalam PON ke VII tahun 1969 di Surabaya, Jawa Timur. b) Fase Konsolidasi
Dalam fase kedua, pada waktu PB. IPSI diketuai oleh Tjokropranolo yang dapat disebut sebagai fase konsolidasi, perjuangan PB. IPSI adalah meneruskan dan meningkatkan perjuangan sebelumnya. 10 Top Organisasi juga meneruskan serta meningkatkan dukungan, partisipasi, bantuannya secara kompak, maksimal, intensif, serius, konsisten dan konsekuen pada perjuangan tersebut. Hasil perjuangan yang dicapai IPSI dalam fase ini antara lain:
1) Kokohnya persatuan dan kesatuan di lingkungan jajaran pencak silat Indonesia. 2) Terbentuknya organisasi IPSI di banyak daerah, khususnya di pulau Jawa. 3) Tetap terlaksananya berbagai kejuaraan pencak silat olahraga dengan kualitas yang lebih baik; 4) Memasyarakatkan pencak silat yang semakin luas di berbagai daerah dan di kalangan masyarakat. 5) Memasyarakatkan senam pagi Indonesia seri D yang sebagian besar geraknya merupakan konsep sumbangan PB. IPSI. 6) Diikutsertakannya pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan sejak PON ke VIII tahun 1973.
218
7) Berdirinya PERSILAT tahun 1980 atas prakarsa PB. IPSI dan dibentuknya Presidium PERSILAT sebagai pimpinan kolektifnya yang diketuai oleh Eddie M. Nalapraya. 8) Diresmikannya pembukaan Munas IPSI tahun 1981 oleh Presiden Soeharto di Istana Negara yang diawali dengan pidato pengarahan beliau. 9) Pencak silat semakin diperhatikan oleh masyarakat.
Melihat peran penting yang telah dilakukan oleh 10 Top Organisasi dalam fase kedua ini Munas IPSI ke IV tahun 1973 menetapkan 10 Top
Organisasi tersebut sebagai peserta tetap dalam setiap Munas IPSI yang mempunyai hak bicara, hak suara dan hak untuk ikut mengambil keputusan
Munas IPSI serta sebagai mitra kerja utama PB. IPSI yang sewaktu-waktu dapat dimintai atau memberikan bantuannya dalam bentuk pemikiran dan tenaga.
Setelah tahun 1973, loyalitas, dedikasi, partisipasi dan kontribusi 10 Top
Organisasi terhadap IPSI tidak pernah berubah bahkan semakin meningkat.
Dalam setiap Munas PB. IPSI utusan dari 10 Top Organisasi tersebut banyak memberikan pemikiran, gagasan, usul dan saran.
Dengan demikian sejak tahun 1973 dan seterusnya. 10 Top Organisasi sebagai peserta Munas IPSI dan mitra kerja setia PB. IPSI mempunyai 3 peran penting sebagai satu kesatuan yaitu: (1) Memberikan sumbangan pemikiran melalui Munas IPSI dan forum atau kesempatan lain yang lebih kondusif; (2)
Memberikan bantuan tenaga dan karya dalam pelaksanaan program-program
IPSI; (3) Mengamankan dan mengawal IPSI agar berjalan lancar dan lurus sesuai dengan tujuan pendirian IPSI.
219 c) Fase Pengembangan
Dalam fase ketiga, pada waktu PB. IPSI diketuai oleh Eddie Mardjoeki
Nalapraya yang dapat disebut sebagai fase pengembangan. Perjuangan yang dilakukan oleh PB. IPSI pada dasarnya juga melanjutkan dan meningkatkan perjuangan sebelumnya. 10 Top Organisasi juga tetap meneruskan serta meningkatkan dukungan, partisipasi dan bantuannya secara kompak, maksimal, intensif, serius, konsisten dan konsekuen dengan kualitas yang lebih baik.
Dalam fase ini, pada tahun 1990 nama Top Organisasi atau induk organisasi tidak digunakan lagi dan diganti dengan nama 10 perguruan Historis.
Nama ini dipandang lebih tepat karena 10 perguruan pencak silat itu mempunyai hubungan erat dengan sejarah perkembangan IPSI, khususnya sejak tahun 1948 s/d 1978. Dalam AD dan ART IPSI tahun 1990 dan seterusnya, untuk 10 perguruan Historis ini digunakan nama anggota khusus PB. IPSI untuk membedakan 10 perguruan pencak silat itu dari berbagai perguruan pencak silat anggota IPSI lainnya yang dinamakan anggota umum IPSI. Nama perguruan
Historis secara formal tidak digunakan tetapi secara informal masih sering diucapkan karena nama ini sudah berakar dan populer di dalam lingkungan jajaran IPSI maupun jajaran pencak silat Indonesia. Hasil dari buah perjuangan yang dicapai IPSI dalam fase ketiga ini adalah antara lain:
1) Semakin kokohnya persatuan dan kesatuan di lingkungan jajaran pencak silat Indonesia. 2) Terbentuknya organisasi IPSI di banyak daerah di seluruh Indonesia.
220
3) Tetap terlaksananya berbagai kejuaraan pencak silat olahraga dengan kualitas yang lebih baik. 4) Tersusunnya serta dimasyarakatkannya “Pencak Silat Prasetya” atau “Jurus Prasetya”. 5) Terciptanya dan diujicobakannya “Pertandingan Sistem Baru” (PSB). 6) Dikembangkannya berbagai kejuaraan pencak silat dengan mempertandingkan pencak silat kategori Tanding, Tunggal, Ganda dan Beregu. 7) Memasyarakatkan pencak silat yang semakin luas di berbagai daerah dan kalangan masyarakat Indonesia. 8) Tetap diikutsertakannya pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan. 9) Terlaksanakannya Kongres PERSILAT yang pertama di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 1982 atas usaha Presidium PERSILAT dengan bantuan maksimal PB. IPSI. 10) Terlaksanakannya berbagai jenis dan level kejuaraan pencak silat versi PERSILAT atas bantuan maksimal dari PB. IPSI. 11) Bersedianya Presiden Soeharto untuk menjadi Pembina Utama Pencak Silat sejak tahun 1991. 12) Diresmikannya pembukaan Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Jakarta oleh Presiden Soeharto pada tahun 1992. 13) Diresmikannya pembukaan Munas IPSI tahun 1994 oleh Presiden Soeharto di Istana Negara yang diawali dengan pidato pengarahan beliau. 14) Berdirinya Padepokan Pencak Silat Indonesia pada tahun 1997 yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah dengan tanah seluas 5,4 Hektar sumbangan dari Ibu Tien Soeharto sebagai Ketua Yayasan Purna Bhakti Pertiwi serta diresmikannya Padepokan Pencak Silat Indonesia oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997. Padepokan Pencak Silat Indonesia semakin mampu melaksanakan fungsinya sebagai sentra pembinaan pencak silat Indonesia dan dunia. 15) Dikirimkannya pelatih pencak silat Indonesia ke berbagai negara dengan jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan peminat pencak silat di berbagai negara lain terus bertambah jumlahnya. 16) Masuknya pencak silat dalam SEA Games XIV tahun 1987 di Jakarta sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan atas perjuangan PERSILAT dengan bantuan maksimal dari PB. IPSI. 17) Terlaksanakannya eksibisi pertandingan pencak silat dalam Asian Games di Busan, Korea Selatan pada tahun 2002. Mengingat pada peran penting yang telah dilakukan oleh perguruan
Historis, maka duduknya berbagai perwakilan 10 perguruan Historis dalam
221
Munas PB. IPSI sebagai peserta adalah wajar dan proporsional serta tidak berlebihan dan tidak merupakan keistimewaan. Wakil tersebut merupakan kekuatan dalam Munas IPSI yang harus dipertahankan demi amannya perjalanan
IPSI dan suksesnya pelaksanaan berbagai program IPSI. Namun demikian harus dilakukan tindakan antisipatif mengingat diantara perguruan Historis itu ada yang kondisinya lemah dan kurang sehat atau barangkali tinggal nama.
Dalam kaitannya dengan hal itu, 10 perguruan Historis membentuk
Sekretariat Bersama (Sekber) yang berkedudukan di Jakarta bertempat didalam lingkungan Padepokan Pencak Silat Indonesia untuk mencapai 4 tujuan sebagai satu kesatuan yakni: (1) terwujudnya perguruan Historis yang sehat, kuat dan kompak sebagai suatu sistem; (2) Perguruan Historis yang kuat dapat menolong dan membantu perguruan Historis yang lemah; (3) Perguruan Historis bisa lebih berbobot dalam melaksanakan perannya untuk mengamankan jalannya IPSI; (4)
Perguruan Historis dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dan lebih berbobot dalam pemikiran di Munas IPSI maupun membantu pelaksanaan berbagai program PB. IPSI.
Personil Sekretaris Bersama terdiri dari perwakilan 10 perguruan
Historis yang berdomisili di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Masing-masing seorang wakil tersebut terdiri dari intelektual muda yang loyal dan memiliki semangat pengabdian serta mahu bekerja keras serta mampu bekerja cerdas bagi kemajuan jajaran IPSI maupun pencak silat. Kepala Sekretaris Bersama dijabat
222 secara bergiliran dengan masa pergantian ditentukan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Tugas rutin dari Sekretaris Bersama perguruan Historis antara lain yaitu:
(1) Menyiapkan pertemuan pimpinan perguruan Historis berikut dengan bahan- bahan yang perlu dibicarakan; (2) Menyelenggarakan pertemuan rutin pimpinan perguruan Historis didalam maupun diluar Padepokan Pencak Silat Indonesia;
(3) Menyelengarakan pertemuan rutin berkala Sekretaris Bersama perguruan
Historis dengan Sekretaris Umum atau fungsionaris PB. IPSI tertentu yang pelaksanaan dan hasilnya dilaporkan kepada pimpinan perguruan Historis.
Khusus untuk mengamankan kelancaran dan kelurusan jalannya PB.
IPSI, perguruan Historis dengan kekompakan, kekuatan dan kualitas yang dimiliki harus menjaga dan berupaya agar PB. IPSI menjadi organisasi nasional tunggal pembina pencak silat tingkat pusat yang mampu melaksanakan tugasnya dengan lancar dan lurus sesuai dengan tujuan pendirian IPSI pada tahun 1948 dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jumlah dan jenis jabatan dalam struktur organisasi PB. IPSI dibatasi
sesuai dengan kebutuhan pokok untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif, efisien dan produktif (small but powerfull).
2) Personil yang ditempatkan dalam jabatan-jabatan tersebut harus:
• Berbudi pekerti luhur serta mempunyai kesediaan yang serius dan ikhlas untuk menjadi fungsionaris PB. IPSI yang dinyatakan secara tertulis.
223
• Berdomisili di wilayah Jakarta dan sekitarnya, sehingga sewaktu- waktu dapat menghadiri acara PB. IPSI di Padepokan Pencak Silat Indonesia. • Mempunyai idealism, cita-cita, kesetiaan, semangat pengabdian, prakarsa terobosan, daya kreasi dan inovasi, mahu bekerja keras, mampu bekerja cerdas serta mampu untuk bekerjasama dan bersinergi demi memajukan pencak silat. • Mempunyai pemahaman yang benar tentang pencak silat sebagai sistem beladiri masyarakat Nusantara yang memiliki dimensi kejiwaan yaitu ajaran budi pekerti luhur yang berintikan pengendalian diri dan dimensi kejasmanian atau keteknikan sebagai satu kesatuan yang terpadu. • Mempunyai sebuah kapabilitas professionalisme yang berkesesuaian dengan jabatan yang didudukinya (the right man on the right place). Jadi peran perguruan Historis dengan kuantitas dan kualitas yang terus
ditingkatkan untuk kemajuan IPSI dan pencak silat serta mengamankan
kelancaran dan kelurusan jalannya PB. IPSI tidak hanya dilaksanakan dalam
forum Munas IPSI tetapi dalam berbagai forum resmi atau kesempatan apapun
juga. Sekretaris Bersama perguruan Historis sebaiknya berkantor dan
melaksanakan berbagai pertemuan didalam lingkungan Padepokan Pencak Silat
Indonesia. Apabila nama Sekretaris Bersama dianggap kurang tepat dapat
ditetapkan nama lain misalnya Badan Pekerja.
6) Lambang Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) a) Sejarah Terciptanya Lambang IPSI
Pengertian didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, lambang diartikan
sebagai suatu tanda, lukisan, perkataan, lencana yang menyatakan sesuatu hal
yang megandung maksud tertentu. Lambang merupakan suatu identitas sebuah
perkumpulan atau organisasi yang berbentuk gambar atau huruf dengan arti
224 tertentu. Lambang harus mewakili makna dan arti. Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI) juga memiliki lambang sebagai ciri dari sebuah organisasi. Pada awalnya ide untuk menciptakan lambang IPSI ini disayembarakan. Akan tetapi hasil dari sayembara yang masuk tidak ada yang memenuhi persyaratan.
Atas prakarsa dari Sekretaris Jenderal PB. IPSI pada waktu itu adalah
Januarno dan dibantu oleh Harsoyo maka diciptakannya lambang IPSI beserta makna dan arti. Lambang IPSI disusun bersama oleh Januarno dan Harsoyo.
Januarno menyusun gambar lambang sedangkan Harsoyo merumuskan makna gambar tersebut. Lambang IPSI ditetapkan pada periode kepengurusan
Tjokropranolo tanggal 28 Oktober 1975 dan disahkan secara resmi oleh Munas
IPSI V tahun 1977 di Jakarta. Lambang dan makna IPSI merupakan panduan yang harus diketahui, diikuti dan dimengerti oleh jajaran organisasi IPSI diseluruh Indonesia dan luar negeri. b) Bentuk, Arti, dan Makna Lambang IPSI
Gamber 34. Lambang Ikatan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: PB. IPSI)
225
1) Perisai Segi Lima. IPSI berasaskan Pancasila, serta bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati. 2) Sayap Garuda Berwarna Kuning Berotot Warna Merah. Kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan dalam kemurnian, keluhuran dan dinamika. Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar berarti tanggal berdirinya IPSI yaitu pada tanggal 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar, terdiri dari 17 + 1 berarti tanggal berdirinya IPSI dengan semangat proklamasi kemerdekaan bersatu membangun negara. 3) Warna Merah Perisai Segi Lima. Berani dalam kebenaran. 4) Warna Putih Dalam Perisai Segi Lima. Suci dalam amal perbuatan. 5) Warna Hijau Pada Teks IPSI. Ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu menuju kemantapan jiwa, karena selalu beriman dan bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa secara hikmat dan syahdu. 6) Gambar Tangan Putih Diatas Dasar Hijau. Menggambarkan bahwa IPSI membantu negara dalam bidang ketahanan nasional melalui pembinaan fisik dan mental agar kader-kader IPSI berkepribadian nasional serta berbadan sehat, kuat dan tegap. Gambar tangan melambangkan: (1) Gerak atau posisi pasang pada beladiri pencak silat; (2) Gerak tari seni pencak silat; (3) Gerak do’a. 7) Gambar Senjata Trisula. Perlambang IPSI senantiasa siap siaga dalam berpartisipasi membangun negara melalui krida di bidang pembinaan mental spiritual, beladiri, seni dan olahraga yang merupakan 4 aspek pokok pencak silat. Pembinaan mental spiritual dilambangkan sebagai gagang trisula yang selalu dipegang untuk mengendalikan krida beladiri, seni dan olahraga. 3 buah pucuk runcingan trisula melambangkan krida beladiri, seni dan olahraga. Runcingan yang tengah dan tertinggi melambangkan bahwa krida yang paling menonjol atau diutamakan pada kondisi subjek pelaku krida.
226
8) Arena Laga. Arena laga pencak silat berbentuk segi empat yang didalamnya dapat ditarik garis arah jurus sebanyak 8, 12 dan 16. 9) Warna Hitam Pada Untaian Lima Lingkaran. Hikmat dan khusuk dalam beriman dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa. 10) Untaian Lima Lingkaran. IPSI melalui olahraga merupakan ikatan perikemanusiaan antara berbagai aliran engan memegang teguh azaz kekeluargaan, persaudaraan dan kegotong royongan. 11) Warna Kuning Pada Sayap Garuda. IPSI mengutamakan keluhuran budi pekerti dan kesejahteraan lahir batin dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa. 12) Ikatan Pita Berwarna Merah Putih. IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari berbagai aliran pencak silat yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia. h. Buku Olahraga Nasional Pentjak dan Silat
Buku atau tulisan tentang pencak silat sangat jarang ditemui di perpustakaan Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi budaya menulis kalangan pendekar kurang popular, ditambah lagi dengan pandangan bahwa pencak silat hanya ditularkan dengan budaya tutur dan tatap muka antara guru dan murid. Namun bagi Suko Winadi tidaklah demikian, Suko Winadi pada tanggal 20 Maret 1951 di
Yogyakarta telah menerbitkan sebuah buku tentang belajar atau berlatih pencak silat yang berjudul “Olahraga Nasional Pentjak dan Silat”. Kiranya masyarakat cukup maklum pada tahun tersebut masalah penerbitan belum semudah sekarang dan masih merupakan barang langka pada jaman tersebut.
227
Buku karangan Suko Winadi setebal 44 halaman yang memuat berbagai gerakan pencak silat dan dipermudah serta diperjelas dengan adanya gambar pemeraga tekhnik pencak silat yang diperaktekkan secara langsung oleh beliau sendiri. Buku Olahraga Nasional Pentjak dan Silat berisikan mengenai beberapa macam tekhnik didalam pencak silat yang dibagi menjadi tiga bagian.
Pada tahun yang sama di beberapa daerah disusun paket pelajaran dengan metode-metode baru yang praktis agar pencak silat dapat diajarkan dengan mudah kepada segenap lapisan masyarakat. Misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta pelajaran pencak silat diberikan melalui gelombang stasiun Radio Republik
Indonesia (RRI) Yogyakarta. Setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu pukul 06.30 WIB pendengar mendapatkan tuntutan dan instruksi gerak oleh pencipta Suko Winadi.
Selain di Yogyakarta sewaktu Suko Winadi berada di Banjarmasin saat bertugas sebagai TNI, beliau juga memasalkan pencak silat melalui stasiun radio setempat.
Gamber 35. Buku Olahraga Nasional Pentjak dan Silat yang ditulis R. Suko Winadi. (Dokumen: PERPI Harimurti, 1951)
228
Tabel 18. Isi materi buku Olahraga Nasional Pentjak dan Silat. (Sumber: R. Suko Winadi, 1951) No Pelajaran Materi Gerakan Halaman Gerakan Kapjukan 7 Gerakan Sautan 8 Gerakan Tamparan 10 Gerakan Teratai 11 Gerakan Tusukan 12 Gerakan Potongan 13 Gerakan Petjutan 14 1 Bagian I Gerakan Tepakan Duwa 15 Gerakan Mendajung 16 Gerakan Palang Atas 18 Gerakan Sikutan 18 Gerakan Trimaran 20 Gerakan Kipasan 21 Gerkaan Oletan 22 Gerakan Kuda-kuda 24 Gerakan Melangkah dan Menyerang 26 2 Bagian II Gerakan Menghalaukan Serangan Hanya Dengan Perubahan Sikap 29 Gerakan Menghindarkan Serangan Dengan Angkat Kaki 30 Gerakan Tendangan Gadjulan 31 Gerakan Tendangan Srimpetan 33 Gerakan Tendangan Melontjat 36 3 Bagian III Gerakan Tendangan Belakang 37 Gerakan Tendangan Lingkaran 38 Gerakan Djedjakan Belakang Dengan Kaki Dua 39 Gerakan Kelintji 40
i. Anggota Corps Polisi Militer
Sejak mendirikan PERPI Harimurti pada tanggal 23 Oktober 1932 hidup
Suko Winadi tidak bisa lepas dari pencak silat. Meski begitu Suko Winadi juga
berjuang dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain. Suko Winadi pernah
menjadi kepala Hollandsch Inlandsche School (HIS), guru, sipir penjara dan terlama
masuk dalam jajaran ABRI sebagai Corps Polisi Militer (CPM) dan pensiun pada
tahun 1965 berpangkat Kapten. Terakhir Suko Winadi membantu mengajar di
229
Universitas Janabadra Yogyakarta sebagai bukti jalinan persahabatannya dengan
K.P.H. Soedarisman Poerwokoesoemo.
Pengabdian dan pengalaman Suko Winadi berdinas di Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI) juga tidak bisa dibilang mudah. Sebelum revolusi kemerdekaan Suko Winadi dikenal sebagai pendekar besar. Menurut Suharmadi yang masih sepupu Suko Winadi, bercerita bahwa Suko Winadi pernah melawan tentara Jepang dan mengalahkan mereka. Selama dalam era revolusi Suko Winadi bersama dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melaksanakan tugasnya dalam pertempuran Ambarawa sebagai seorang Perwira di Bataylon I, Brigade X, Divisi
III Diponegoro.
Brigade X yang lebih dikenal dengan sebutan Brigade Garuda Mataram adalah merupakan Brigade dibawah naungan Divisi III Diponegoro pimpinan
Mayor Jenderal TNI R. Sulalit meliputi daerah Pekalongan, Kedu, Kendal,
Pemalang dan Yogyakarta. Brigade Garuda Mataram pada waktu itu dipimpin
Letkol Soeharto. Setelah berakhirnya perang, Suko Winadi bekerja dalam kedinasan militer sebagai Corps Polisi Militer. Meskipun Suko Winadi bekerja dalam kedinasan militer namun masih menyempatkan diri untuk mengajar pencak silat dengan asistenya Tarsono yang merupakan seorang master senior PERPI Harimurti pada waktu itu.
Di bawah kepemimpinan Suko Winadi, PERPI Harimurti diajarkan di berbagai kesatuan militer. Tarsono selaku salah satu asisten Suko Winadi diutus
230 untuk membantu melatih pencak silat di Bataylon 2 (1960 s/d 1965) Resimen
Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang dirubah nama menjadi Group 2 (1966 s/d sekarang) Komando Pasukan Khusus (KOPASUS) di Kartasura, Jawa Tengah.
Selain pernah melatih pencak silat di Group 2 KOPASUS, PERPI Harimurti juga diminta untuk melatih pencak silat di Batalyon Infanteri 403 Yogyakarta dan
Komando Daerah Militer (Kodam) Iskandar Muda di Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam. j. Yayasan Pendidikan Nasional Pencak Silat
Secara ilmiah jurus merupakan kata yang sangat lekat dalam pencak silat.
Namun tidak demikian halnya dengan PERPI Harimurti sejak semula PERPI
Harimurti tidak mengenal jurus. Dalam fikiran Suko Winadi pencak silat adalah suatu ilmu. Suatu ilmu yang universal, artinya siapapun dapat mempelajari dan dibuat secara runtut.
Oleh karena itu semua siswa PERPI Harimurti diberikan gerakan dasar baik tangan maupun kaki. Pembuatan rangkaian jurus diserahkan kepada masing- masing siswa dan siapa yang rajin berlatih akan lebih terampil dibandingkan dengan siapa yang tidak berlatih. Dalam perkembangannya kata gerakan dasar pada tahun
1970 diberikan istilah berlatih sistem alpabetis.
Karena Suko Winadi telah mengembangkan sistem alfabetis untuk mengganti sistem jurus didalam melatih dan mengajarkan pencak silat. Siswa diberikan cara membaca huruf alphabetis sedangkan pembuatan kalimatnya
231 diserahkan kepada siswa atas bimbingan instruktur. Sistem alfabetis tidak lagi menghafal berbagai jurus yang akan memakan waktu lama. Sistem alfabetis gerakan anatomis “Langsung perlunya apa” atau pukulan dan tendangan langsung menyasar ke arah kelemahan tubuh lawan serta sekaligus gerakan itu sebagai tangkisan. Praktis dan cepat untuk dipraktekkan.
Karena itu pada tahun 1966, Suko Winadi mempunyai ide untuk mendirikan sebuah akademi pencak silat. Dengan dasar pemikiran yang sederhana.
Jika tari hampir sama dan sebangun dengan pencak silat telah berhasil mempunyai
ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) mengapa pencak silat belum. Namun pemikiran Suko Winadi yang revolusioner tersebut rupanya gayung belum bersambut diantara para pendekar yang menggeluti pencak silat.
Ide lain dari Suko Winadi adalah pendirian Yayasan Pendidikan Nasional
Pencak Silat pada tahun 1970. Maksud dan tujuan pendirian yayasan tersebut yaitu untuk menopang pencak silat secara universal yang tidak terikat dalam suatu perguruan, namun diikat dalam suatu lembaga pendidikan. Sehingga alumnus yayasan boleh langsung bergabung dengan perguruan manapun. Tentu saja termasuk PERPI Harimurti dapat merekrut anggota dari hasil pendidikan yayasan.
Secara privat Suko Winadi sebenarnya menerima siswa dari berbagai perguruan pencak silat manapun maupun cabang ilmu beladiri yang lainnya. Sebab menurut
Suko Winadi pencak silat adalah ilmu dan ilmu adalah universal.
232
Gambar 36. R. Suko Winadi memperagakan jurus pencak silat sistem alphabet. (Dokumen: Kedaulatan Rakyat) k. Semboyan dan Slogan Hidup 1) Lambang PERPI Harimurti
Sejak PERPI Harimuri berdiri tanggal 23 Oktober 1932 banyak berbagai
perubahan atribut didalam PERPI Harimurti termasuk dengan lambang PERPI
Harimurti. Sebelum tahun 1980 sebenarnya nama PERPI Harimurti adalah
PERPI Mataram. Kata Mataram pada saat itu memiliki konotasi yang heroik.
Sebab Yogyakata tidak dapat dipisahkan dari kata Mataram yang berasal dari
berdirinya kerajaan Mataram. Pada tahun 1970 lambang PERPI berbentuk perisai
dan pada awal tahun 1980 dalam bentuk teratai segi lima dan dicantumkan kata
Harimurti dengan maksud agar siswa selalu ingat pada sumber ilmu atau guru
yaitu R.M. Harimurti.
233
Makna Lambang perguruan PERPI Harimurti terdiri atas gambar perahu layar, matahari, lidah api dengan jumlah 8, gelombang air yang berjumlah lima, cakrawala atau tanah, air, serta sayap dengan keseluruhannya dibingkai dalam terate segi lima. Maksud dan pengertian dari lambang tersebut adalah sebagai berikut:
a) Bagian luar berupa segi lima beraturan yang merupakan daun bunga teratai berwarna biru tua melambangkan azaz perguruan pencak silat Indonesia Harimurti yaitu Pancasila dan UUD 1945. b) Pada bagian dalam tergambar kapal layar ditengah laut, berwarna biru dengan latar belakang matahari terbit yang berwarna merah, kapal layar melambangkan angin, laut melambangkan air, bumi melambangkan tanah, matahari bersinar melambangkan api, lidah api berjumlah delapan melambangkan jumlah seorang guru dan tujuh orang murid. c) Dibagian bawah tergambar pita putih dengan tulisan HARIMURTI. Harimurti diambil dari nama sumber ilmu atau guru pencak silat ini yang bernama R.M. Harimurti yang merupakan salah satu putera dari G.P.H. Tejokusumo dari ndalem Tejokusuman. d) Latar belakang dari berbagai gambar tersebut berada diatas warna dasar biru dapat diartikan sebagai cakrawala yang melambangkan bumi. Makna secara menyeluruh dari lambang perguruan PERPI Harimurti adalah segi lima bunga teratai melambangkan dasar pengajaran dan penerapan ilmu beladiri dalam kehidupan bermasyarakat yang dilandasi dasar negara yaitu
Pancasila dan UUD 1945 dan juga sebagai dasar organisasi PERPI Harimurti.
Sedangkan makna dari lambang angin, air, api dan tanah melambangkan unsur utama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Disamping itu diharapkan ajaran pencak silat PERPI Harimurti dapat tersebar kemana-mana, memberikan kesejukan serta memiliki semangat juang yang tidak akan pernah padam. Bagi
234
warga PERPI Harimurti yang telah meraih kesuksesan diharapkan tidak akan
sombong atau takabur.
Lidah api delapan melambangkan keseimbangan antara hubungan baik
manusia dengan manusia yang merupakan jumlah seorang guru bersama tujuh
orang murid terbaik dari perguruan PERPI Harimurti. Dari pundak-pundak
mereka bertumpuh harapan pencak silat yang merupakan salah satu warisan
budaya nenek moyang bangsa Indonesia dapat berkembang baik dikancah
nasional maupun internasional. Mereka adalah R.M. Harimurti sebagai guru dan
sumber ilmu, Suko Winadi, Dr. Trisulo, Sutardja, Subardja, Tarsono, Sugiarto
dan Sutjahyo.
Gambar 37. Lambang PERPI sebelum tahun 1980 dengan bentuk perisai dan lambang PERPI awal tahun 1980 dalam bentuk teratai segi lima. (Dokumen: PERPI Harimurti)
235
Gambar 38. Dr. Trisulo (kiri), dan Sutardjo (kanan) salah satu murid terbaik R.M. Harimurti. (Dokumen: PERPI Harimurti)
2) Makna Salam Pembuka
Salam pembuka perguruan PERPI Harimurti juga merupakan slogan
hidup warga PERPI Harimurti. Salam pembuka PERPI Harimurti secara
berurutan yaitu: (1) Berdiri tegak sikap sempurna dengan kaki dirapatkan dan
tumungkul; (2) Jari-jari dirapatkan tetapi tidak menggenggam; (3) Tangan
diluruskan kedepan dimulai dengan tangan kanan kemudian disusul dengan
tangan kiri; (4) Tangan disilangkan didepan dahi; (5) Diturunkan didepan dada
tepatnya di bagian hati, jantung dan paru-paru; (6) Tangan dibuka lebar dan
telapak tangan menghadap ke arah atas.
Makna dan arti dari salam pembuka PERPI Harimurti yaitu kita sebagai
manusia harus selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa (tumungkul), kita
wajib belajar ilmu hidup (menjulurkan tangan), ilmu tersebut kita tarik kedahi
236
(otak) untuk difikir atau dikaji, adakah kebermanfaatan bagi kita, kemudian ditanyakan kepada hati nurani bernarkah demikian, baru kita amalkan ilmu itu
(pencak silat).
3) Loro Ganjil Telu Genep
Lazimnya angka dua adalah genap, sedangkan angka tiga adalah ganjil.
Namun menurut Suko Winadi tidaklah demikian. Dua di depan Suko Winadi adalah ganjil sedang tiga adalah genap. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena Suko Winadi menghubungkan hal ini dengan pencak silat. Seperti kebanyakan yang berkembang di masyarakat umum bahwa pencak silat tidak dapat dipisahkan dengan berbagai gerakan-gerakan fisik dan olah kebatinan. Jika latihan fisik dikombinasikan dengan olah kebatinan yaitu sesirik, jaya kawijayan dan guno kesaktian.
Kedua hal tersebut adalah ganjil yaitu belum genap. Akan genap jika hal tersebut dilandasi dengan budi pekerti luhur, sehingga ilmu yang diperoleh akan lebih bermanfaat bagi sesamanya, tidak digunakan dengan semena-mena
(adigang, adigung, adiguno). Sehingga seseorang yang belajar pencak silat secara utuh dan tuntas diharapkan dengan pencak silat tersebut sebagai suatu pandam (penerang), pandon (petunjuk baik/buruk) dan akhirnya bersikap pandun yaitu pasrah atas kodrat yang harus diterima tanpa meyalahkan siapapun.
237
4) Pitutur R.M. Harimurti
Dalam Suwandi dan Sardjono (2017), Suko Winadi adalah murid tertua dari R.M. Harimurti serta guru besar kedua pendiri, pembentuk dan pengembang
PERPI Harimurti. Karena itu semboyan dan slogan hidup yang dipegang Suko
Winadi tertuang pada segala apa yang tertera pada lambang perguruan, wewarah dan nasehat beliau yang sering sekali disampaikan melalui rapat, diskusi dan berbagai pertemuan lainnya yang tidak terlepas dari pesan serta nasihat sang guru
R.M. Harimurti. Pesan dan nasihat R.M. Harimurti kepada para muridnya adalah:
a) Ngayomi sopo sing perlu pitulungan. Maksud dan pengertiannya adalah menjaga siapa saja yang memerluhkan pertolongan. b) Kabisan ora kanggo golek musuh. Maksud dan pengertiannya adalah kepandaian tidak untuk mencari musuh. c) Nek bisa topo a ngrame, tetulung marang sopo sing perlu ditulung. Maksud dan pengertiannya adalah hidup harus bermasyarakat, saling tolong menolong kepada siapa saja yang perlu ditolong. d) Karo sopo wae aja wedi, ojo ragu-ragu, yen wani aja wedi yen wedi aja wani-wani, nanging aja mestekake. Maksud dan pengertiannya adalah dengan siapa saja jangan takut, jangan ragu, jika berani jangan takut jika takut jangan berani-berani, tetapi jangan mendahului keyakinan diri. e) Yen turu bisa endo, mula kudu tansah pasrah maring Allah SWT. Maksud dan pengertiannya adalah jika tidur bisa menghindar dari mara bahaya, maka harus selalu pasrah terhadap Allah SWT. f) Aja umuk sebab ing liyan wis mengerti. Maksud dan pengertiannya adalah jangan bersikap pamer karena orang lain sudah mengetahui. g) Prana sekti aja diweneh-wenehke (obral) nanging nek kuat tindakno. Maksud dan pengertianya adalah kesaktian jangan diobral tetapi jika mampu lakukan. h) Samubarang sing ana cedakmu bisa kanggo temeng utawa gaman. Maksud dan pengertiannya adalah sesuatu yang ada didekat kamu bisa digunakan untuk pelindung atau senjata. i) Aja seneng gawe cacat ing liyan, yen bisa aja males ngelarani. Maksud dan pengertiannya adalah jangan suka membuat sakit orang lain, jika bisa jangan membalas menyakiti.
238 j) Aja manehi samubarang sing ora hak. Maksud dan pengertiannya adalah jangan memberi sesuatu yang tidak semestinya. k) Tetulung aja dikerto aji. Maksud dan pengertiannya adalah tolong menolong jangan dinilai dengan uang. l) Tetulung lelara ora perlu ngadakke mula bukane lelara. Maksud dan pengertiannya adalah menolong orang yang sedang sakit tidak perlu memberitahu asal mula penyakit itu. m) Aja tetulung marang wong kang tumindak culika, yen bisa diendakke tindak culika kasebut. Maksud dan pengertiannya adalah jangan menolong orang yang bertindak jelek, jika bisa menghindari tindakan jelek tersebut. n) Tansah andap asor, wani ngalah lan suka dedono. Maksud dan pengertiannya adalah selalu merendah diri, berani mengalah dan suka membantu.
239
3. Eddie Mardjoeki Nalapraya a. Masa Kecil Eddie Mardjoeki Nalapraya
1) Kenangan Masa Kecil
Eddie Mardjoeki Nalapraya lahir di Tanjung Priok pada tanggal 6 Juni
1931. Tanjung Priok terletak di wilayah Jakarta utara sebuah kawasan dekat
pantai yang sudah terkenal sejak zaman kolonial Belanda. Eddie merupakan anak
pertama dari sembilan bersaudara pasangan H. Mohammad Soetarman dan
Marsati. Dalam lingkungan keluarganya Eddie sering dipanggil Mardjoeki atau
Juki sapaan akrabnya. Sedangkan di kalangan kolega dan para kerabatnya sering
dipanggil Eddie.
Eddie lahir di rumah orang tuanya di Jalan Jombang No. 2 Koja dengan
pertolongan dari tetangganya seorang suster bernama Behram. Suster Behram
cukup terkenal, pada masa itu banyak penduduk menggunakan jasanya untuk
membantu persalinan. Ayah Eddie juga pernah mengikuti kursus kejuruan
Teknik serta bekerja sebagai mekanik mesin di Pelabuhan Tanjung Priok. Ibunya
Marsati seorang ibu rumah tangga biasa yang selalu setia mendampingi suami
dan membesarkan buah hatinya dengan penuh kesabaran.
Kakek Eddie bernama Haji Buchori merupakan seorang tokoh agama
yang dikenal memiliki pengetahuan agama yang cukup luas, panggilan akrabnya
yaitu Haji Bogo. Pengetahuan agama kakek didapat dari K.H. Abdus Somad
seorang ulama asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang rutin datang ke rumah
240 kakek dan Abah K.H. Falaq seorang ulama besar yang terkenal dari
Pangentongan, Bogor. Pengetahuan agama dan wibawa itu yang kemudian menyebabkan kakek Eddie diminta pemerintah kolonial Belanda untuk menjadi seorang penghulu onderdistrict Tanjung Priok. Penghulu pada saat itu merupakan jabatan yang terhormat. Karena jabatan tersebut pergaulannya bertambah luas. Apalagi Haji Bogo pernah pergi ke tanah suci menyebabkan berbagai pandangan dalam bidang ilmu agama untuk ukuran masa itu sangat maju.
Dengan berbesar hati serta penuh kesadaran, Haji Bogo pernah menyetujui permintaan ayah Eddie supaya sang cucu dimasukkan dalam
Christilijke Hollandsch Chineesche School (HCS), sekolah untuk anak-anak
Belanda dan Tionghoa yang didirikan oleh zending Kristen. Semula kakek menolak, beliau tidak setuju jika Eddie bersekolah di sekolah Kristen. Rumah keluarga besar kakek Eddie berada di Jalan Jombang atau lebih sering disebut
Gang 15, Koja, Tanjung Priok.
Jalan atau Gang ini pada waktu itu sangat lebar dan berbatu serta digunakan oleh perusahaan General Motor untuk menguji kelenturan per mobil- mobilnya. Haji Bogo menempati rumah No. 2 yang berada disisi kanan.
Sementara rumah besar No. 24 tidak ditempati, karena rumah No. 24 setiap musim haji dijadikan sebagai tempat penginapan para calon jamaah haji yang
241 umumnya berasal dari Jawa Barat dan sedang menunggu keberangkatan ke tanah suci.
Untuk pergi ke tanah suci pada masa kolonial bukanlah perkara yang mudah serta murah. Para orang yang naik haji waktu itu harus kuat secara fisik maupun ekonomi. Perjalanan haji dengan menggunakan kapal laut Singapura bisa memakan dapat waktu berbulan-bulan lamanya. Salah satu calon jamaah haji yang pernah menginap yaitu adalah Buya KH. A. Yahya, pimpinan dari Pondok
Pesantren Darussurur di Leuwi Gakah, Cimahi. Eddie menggambarkan Haji
Bogo sebagai sosok yang menjalankan hidup di atas garis lurus ajaran agamanya serta memiliki jiwa kepedulian sosial tinggi. Bagaimana Haji Bogo menyediakan fasilitas jasa penginapan bagi calon jamaah haji dengan tarif seikhlasnya dan selalu berlapang dada memaklumi segala kekurangan para tamunya.
Haji Bogo menunaikan ibadah haji pada tahun 1931, ketika itu Eddie baru berusia 6 bulan. Eddie pernah diceritakan oleh sang nenek, pada suatu ketika dalam perjalanan ibadah haji rombongan mereka dihadang oleh sekelompok penyamun dari suku Badwi. Di bawah todongan senapan mereka menanti dengan takut, tegang dan cemas. Tetapi kakek dengan tenang menghampiri salah seorang dari mereka, diambilnya senapan yang sedang dipegang, kemudian kekek dengan menggunakan jarinya ujung senapan diangkat sampai dengan posisi lurus.
Peragaan “tenaga dalam” tersebut menyebabkan gerombolan penyamun dari suku Badwi tersebut ciut dan langsung kabur.
242
Keluarga kakek adalah keluarga berada di masa itu. Selain memiliki beberapa rumah di Tanjung Priok juga memiliki rumah di tempat lainnya. Karena kayanya Hajah Astinah nenek Eddie dipanggil Mak Inot. Jika bepergian seakan
“toko emas” yang berjalan karena begitu lengkapnya perhiasan emas yang dipakai. Dalam keluarga besar kakek yang berada itulah Eddie dibesarkan bersama delapan orang adiknya. Tiga orang adik laki-laki Eddie yaitu Marhasan,
Marhusin dan Muhammad Ali. Lima orang adik perempuannya yaitu Siti Hafsah,
Masenah, Salamah, Marwati dan Wawat.
Eddie adalah cucu laki-laki tertua dalam keluarga besar kakek, karena itu Eddie sangat disayang dan dimanja. Hampir tidak pernah permintaan Eddie yang tidak dituruti. Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Eddie kecil hidup dalam sebuah lingkungan keluarga yang berkecukupan dan sangat memperhatikannya. Kedati demikian seperti hal yang sering Eddie katakan yang kaya itu kakek bukan ayah Eddie.
243
Gambar 39. Ayah Eddie, Haji Muhammad Soetarman (kiri). Nenek Eddie, Hj. Astinah dan Adik Perempuan Hafsah (kanan). (Dokumen: Eddie M. Nalapraya)
2) Masa Kanak-Kanak
Suatu hari kakek pernah bercerita bahwa tertangkapnya Pangeran
Diponegoro karena ditipu Belanda. Pura-pura diajak berdamai melalui sebuah
perundingan, tetapi begitu datang malah justru dilucuti dan ditangkap. “Buat ape
sekolah Belande, Belande kan tukang tipu,” kata kakek Eddie sewaktu masih
kecil. Setelah sekolah Eddie heran dari mana kakeknya tau cerita itu. Padahal
buku-buku sejarah yang pernah Eddie baca tidak ada cerita itu. Bukankah
awalnya Belanda menurut kisah yang lainnya mencengkeramkan kaki di Sunda
Kelapa. Setelah menipu Pangeran Jayakarta lewat perjanjian menyewa tanah
“selebar kulit lembu”?
Dari cerita kakek, Eddie juga mendengar kisah si Pitung yaitu pendekar
legendaris dari Marunda yang bersama dengan para temannya membela rakyat
kecil dari kesewenangan para penarik pajak dan kompeni. Sikap anti dengan
244 kompeni dan anti Belanda ini di kalangan masyarakat Betawi diwariskan secara turun temurun dan dari generasi ke generasi. Karena itu hanya relatif sedikit sekali orang Betawi yang menuntut ilmu di sekolah milik pemerintah kolonial
Belanda. Mereka cenderung memilih untuk sekolah agama dan tidak menyukai sekolah yang berbau kolonial Belanda.
Eddie bersekolah di Christilijke Hollandsch Chineesche School (HCS) pada tahun 1940 ketika usianya telah mencapai sembilan tahun. Selain anak-anak
Belanda hanya anak-anak elite Tionghoa terpilih yang dapat diterima di sekolah tersebut. Christilijke Hollandsch Chineesche School (HCS) terletak di area
Kampung Melayu-Meester Cornelis (Jatinegara). Bahasa pengantarnya adalah bahasa Belanda. Hanya dari kalangan elite dan mampu saja yang dapat menyekolahkan anaknya di sekolah itu, karena biaya sekolahnya tergolong mahal. Ayah Eddie adalah sebagai seorang mekanik kapal, mungkin karena pengaruh lingkungan pekerjaan yang setiap hari berhadapan dengan atasannya yang seorang Belanda dan berbagai istilah teknik dalam bahasa Belanda, sangat terobsesi agar Eddie mampu berbahasa Belanda dengan baik dan lancar. Karena itulah ayah Eddie meminta kepada sang kakek agar Eddie dimasukkan ke HCS.
Kakek sendiri semula menentang, namun karena melihat perkembangan zaman justru mendukung dan menyadari betul arti sekolah bagi masa depan cucunya itu.
Menguasai bahasa Belanda dengan baik pada masa kolonial dapat meningkatkan martabat seseorang. Pertanda bahwa orang yang bersangkutan
245 merupakan seseorang yang berpendidikan. Menguasai bahasa Belanda berarti akan pula membuka jalan untuk bisa masuk sekolah yang lebih tinggi dan kemudian menjadi ambtenaar yaitu pegawai tinggi pemerintah kolonial. Kakek
Eddie sangatlah bangga melihat cucu laki-laki pertamanya itu mengenyam pendidikan di HCS. Beliau sering sekali menjemput Eddie dengan menggunakan sepeda motor Norton kesayangannya. Pemilik motor besar seperti Norton, BSA atau Harley pada masa itu bisa dihitung dengan jari.
Selama bersekolah di HCS ada beberapa peristiwa lucu yang masih dikenang Eddie hingga saat ini. Suatu hari seorang teman Eddie buang angin.
Bau tidak sedap menggangu seisi kelas. Sambil menutup hidung Eddie segera keluar dari ruang kelas dan berludah. Eddie malah ditegur dan dihukum oleh guru
Belandanya. Bagi Belanda agaknya buang angin lebih sopan dari pada berludah!
Kenangan lainnya, ketika Eddie terlibat “cinta monyet” dengan ibu gurunya seorang noni Belanda yang cantik dan cerdas. Karena senangnya pada ibu guru itu, setiap kali usai sekolah Eddie sengaja menunggu gurunya tersebut. Begitu ibu guru naik sepeda untuk pulang, Eddie buru-buru naik sepeda juga menguntit ibu guru sampai belokan rumahnya di kawasan Matraman. Kebetulan pulangnya memang satu arah karena Eddie tinggal di Kwitang.
“Ik heb boentoet Mardjoeki is mijn boentoet”, kata ibu guru. Sebagai satu-satunya murid Melayu, inlander di HCS, Eddie merasa tertantang agar prestasinya tidak kalah dengan para temannya yang dari Belanda dan Tionghoa.
246
Eddie selalu berusaha mengerjakan huiswerk (pekerjaan rumah) dengan baik.
Meskipun tidak istimewa tetapi dari keseluruhan kelas prestasi belajar Eddie berada di atas rata-rata. Karena jarak Tanjung Priok-Jatinegara cukup jauh, maka
Eddie dititipkan di Kwitang di tempat adik kakek yaitu Abdul Rasyid yang biasa dipanggil oleh kerabatnya dengan sebutan “Kek Asid”.
Ketika Jepang menduduki tanah air pada awal Maret 1942, sekolah HCS ditutup dan para guru menjadi tawanan Jepang. Waktu itu Eddie telah duduk di kelas IV dan terpaksa harus pindah ke Sekolah Rakyat (SR) yang bertempat di
Gang Kernolong, Kwitang. Setiap pagi hari oleh tentara Jepang wajib menyanyikan lagu Kimigayo serta membungkukkan badannya ke arah Tokyo untuk menghormati Kaisar Jepang (Seikerei). Apabila ada yang tidak mau biasanya disiksa atau mendapat perlakuan kasar dari para Kempetai, polisi rahasia Jepang yang terkenal kekejamannya itu.
Di hari-hari tertentu pada malam hari Eddie juga belajar bahasa Jepang dan ikut latihan sumo pada Saito San, seorang tentara Jepang dari “Pasukan
Sakura”. Tempat belajarnya sekarang telah menjadi gedung sekolah. Eddie pernah keseleo sewaktu latihan sumo. Pasukan Sakura ini dikenal sebagai pasukan territorial Jepang yang tugasnya adalah menggalang masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti menjadi guru, mengajar bahasa, melatih olahraga dan sebagainya. Saito San ini orangnya baik dan sering membawakan kacang buat
Eddie.
247
Setelah selesai Sekolah Rakyat pada tahun 1944, Eddie kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama yang dalam bahasa Jepang disebut
Chuugakkoo yang sekarang gedungnya terletak di belakang Kantor Dinas
Kesehatan Kota terletak di Jalan AM Sangaji. Eddie tidak lagi tinggal di
Kwitang, melainkan kembali lagi berkumpul bersama orang tuanya di Tanjung
Priok. Setiap hari Eddie pulang pergi ke sekolah naik sepeda.
Ketika Jepang kalah perang dan sekutu mendarat di Tanjung Priok,
Eddie sudah duduk di kelas II SMP. Meskipun keluarga Eddie menginginkan dirinya, adik dan Siti Hafsah terus melanjutkan sekolah di Jakarta tetapi situasi revolusi sudah tidak memungkinkan lagi. Sekolah-sekolah yang pro terhadap republik terpaksa harus ditutup atau diambil alih oleh Belanda. Padahal waktu itu sudah menjelang kenaikan kelas. Akhirnya Eddie dan adiknya melanjutkan sekolah ke SMP awal tahun 1947 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Masa kecil Eddie selain bersekolah juga dilalui dengan mengaji dan belajar pencak silat. Setiap menjelang sore Eddie selalu belajar mengaji. Ketika masih tinggal di Tanjung Priok belajar mengaji ini langsung dari kakek. Kakek juga banyak memberikan berbagai wejangan mengenai akhlaq dan budi pekerti luhur. Eddie masih ingat sekali pesan kakeknya supaya menghormati yang lebih tua, mengasihi yang lebih muda dan membela yang lemah. Eddie banyak menimba ilmu pencak silat dari kakek yang dulu namanya maen pukulan.
248
Kemampuan Eddie dalam pencak silat membuat dirinya berani menghadapi segala rintangan.
Kelak dikemudian hari kegiatan Eddie di dalam bidang pencak silat telah meninggalkan jejak panjang pengabdiannya kepada perkembangan pencak silat tidak hanya di tanah air tetapi juga mancanegara. Salah satu wejangan dari kakek yang selalu Eddie ingat adalah bahwa hidup atau keberadaan kita di dunia ini harus memberi manfaat bagi orang lain. Kata-kata itu selalu masih terus diingat Eddie hingga kini. Tidaklah heran jika dimanapun dan kapanpun Eddie tinggal akan selalu tetap ingin keberadaannya bermanfaat bagi orang lain.
Di Kwitang, Eddie belajar mengaji bersama dengan para temannya kepada ustadz Abdullah Ali Alhabsyi. Di masa tua sekarang ini Eddie mengaji dua minggu sekali setiap hari Sabtu dalam suatu majelis yang disebut Majelis Al-
Bahtsi Wattahqiq Assalama bersama dengan para ustadz untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas di bawah bimbingan para ulama. Mengaji bersama para ulama yang saleh dan luas pengetahuan agamanya menurut Eddie bagaikan menimba air di telaga ilmu yang tidak pernah ada habis-habisnya.
Setiap menjelang shalat Ashar sewaktu kecil bersama seorang teman
Mohammad Zein salah seorang cucu sang Habib telah menantikan Habib di dekat pintu rumahnya. Begitu Habib keluar, Eddie bersama Mohammad Zein mengiringi Habib menuju masjid Kwitang dan kemudian melaksanakan shalat
Ashar berjamaah. Uniknya Habib Ali Alhabsyi ini menjadi imam hanya pada
249 waktu shalat Ashar. Selesai shalat Ashar Eddie bersama-sama jamaah yang lain mencium tangan sang Habib. Setiap hari Minggu pagi di kediaman Habib Ali
Alhabsyi (sekarang menjadi Islamic Centre) yang berada di sebelah masjid Ar
Riyaadh Kwitang pasti penuh sesak oleh para jamaah yang datang dari berbagai pelosok Batavia, Bogor, Bekasi dan Tangerang untuk menghadiri acara majelis taklim sang Habib. Walaupun Habib Kwitang telah digantikan oleh cucunya tetapi majelis taklim setiap hari Minggu pagi masih terus berlangsung sampai dengan hari ini. Berarti kegiatan majelis taklim tersebut telah berlangsung lebih dari tiga per empat abad.
Semenjak kecil sampai dengan sekarang sebagaimana masyarakat
Betawi pada umumnya, Eddie selalu berusaha dekat dengan para ulama termasuk para Habib. Menurut Eddie dekat dengan para ulama memberikan kekhusukan tersendiri dalam menjalankan ibadah. Eddie pernah diberitahu oleh orang tua, bahwa Habib selain ulama juga adalah keturunan dari Rasulullah SAW. Selama hidup Eddie, hanya dua orang habib yang Eddie cium tangannya. Keduanya begitu dihormati Eddie karena kesalehan dan kedalaman ilmunya. Pertama Habib
Ali Alhabsyi Kwitang dan yang kedua Habib Umar bin Muhammad bin Hud
Alattas yang sudah dianggap oleh Eddie sebagai guru sekaligus orang tuanya.
Pada saat bepergian atau jalan-jalan bersama dengan ayah dan ibu atau kakek dan nenek ketika masih kecil dulu, memang merupakan kenangan indah bagi setiap orang tua. Suatu ketika Eddie bersama ayahnya berboncengan sepeda
250
menyusuri kawasan Ancol (Jl. RE Martadinata). Ayah Eddie memperlihatkan
rumah-rumah gubuk penduduk di sisi rel kereta api seberang belokan jalan Ancol
Gunung Sahari. “Beginilah melaratnya jika suatu bangsa hidup dijajah bangsa
lain. Bangsa Belanda tidak akan membiarkan bangsa kita maju”, kata ayah.
Mendengar perkataan ayahnya itu, Eddie kecil mulai bangkit perasaan dan jiwa
nasionalismenya. Ada semacam kebencian pada dirinya kepada orang-orang
Belanda. “Sejak saat itulah mulai tertanam bibit-bibit cinta kepada tanah air,”
tutur Eddie. b. Pembentukan Kepribadian Sebagai Prajurit TNI
Budaya Betawi sendiri merupakan budaya yang agamis, egaliter, spotan, terbuka dan toleran. Sedangkan Tanjung Priok dimana Eddie dibesarkan adalah sebuah khas kota pelabuhan. Kehidupan keras serta komposisi masyarakatnyanya beraneka ragam. Hampir seluruh suku bangsa besar di Indonesia hadir dan terwakili di Tanjung Priok. Tidak heran jika Eddie kemudian berkembang menjadi seorang pribadi yang kuat, hangat, luwes bergaul dengan siapa saja, berani serta tidak mudah goyah. Sesuai dengan kepribadiannya, Eddie dalam umur yang masih sangat muda memilih menjadi seorang prajurit TNI.
Pilihan itu dimulai dari jenjang kepangkatan militer yaitu Sersan, Eddie jalani dengan sepenuh hati. Kehidupan militer yang telah dimulai sejak umur 16 tahun muncul dalam bentuk kedisiplinan hidup. Sebagai seorang perwira pasukan tempur yang terbiasa dengan berbagai kompleksitas permasalahan di lapangan.
251
Eddie selalu bersikap perfectionist dan bagi Eddie segala sesuatu harus sempurna, everyting must be perfect.
Sepanjang menitih karier dalam dunia militer, Eddie juga menemukan semangat lain yaitu kegigihan untuk terus belajar serta menambah ilmu pengetahuan. Seakan ingin memenuhi harapan ayah dan kakeknya agar dirinya bersekolah setinggi mungkin. Dari seorang Sersan yang baru kelas III SMP di pengungsian Tasikmalaya pada zaman revolusi, berakhir pada seorang Letnan
Kolonel yang duduk di ruang kelas US Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat. Pengalaman tempur Eddie yang panjang dan pendidikan militer yang diperolehnya baik di dalam maupun di luar negeri telah menempa dirinya menjadi seorang prajurit professional.
Sentuhan profesionalisme dan kebiasaan perfectionist di dunia militer, kesediaannya merelakan kantong pribadi serta hubungan manusiawinya yang sangat hangat menyebabkan Eddie menjadi seorang sosok panutan. Beberapa organisasi social yang pernah Eddie tangani secara langsung seperti Badan Musyawarah
Masyarakat (Bamus) Betawi, Radio Antar Penduduk Idonesia (RAPI) serta Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI) sudah menggangap Eddie sebagai idola mereka.
Begitu pula dengan tokoh Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT) yang sudah menganggap sosok Eddie sulit untuk mencari penggantinya. Karena alasan umur, Eddie sudah tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai Presiden
PERSILAT di Kongres PERSILAT pada Desember 2010 di Jakarta.
252
“Saya sudah 30 tahun memimpin PERSILAT, nanti takut digulingkan seperti Husni Mubarak,” kata Eddie. Pengabdian yang sangat luar biasa terhadap pengembangan pencak silat baik di tanah air maupun mancanegara adalah refleksi dari idealismenya untuk memelihara dan memperkenalkan warisan budaya yang sangat tinggi nilainya itu ke seluruh penjuru dunia. “Jika seni beladiri Jepang atau
Korea bisa berkembang, mengapa pencak silat tidak”, tutur Eddie.
Eddie dibesarkan di dalam lingkungan keluarga yang religius telah melahirkan sikap sebagai seorang pribadi yang memiliki integritas. Dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, antara yang pantas dan yang tidak.
“Kejujuran, tidak merugikan atau mengambil hak orang lain, adalah sikap hidup yang harus selalu dipegang teguh. Balasannya akan lebih besar dan tidak terduga”, demikian pesan orang tua Eddie kepadanya ketika masih hidup. Pengalaman hidupnya selama ini memang telah membuktikan hal itu.
Sewaktu Eddie bertugas di Bandung sebagai Ajudan Panglima, Eddie mendapat jatah rumah di komplek perumahan perwira menengah di Geger Kalong.
Ketika pindah ke Jakarta, rumah tersebut Eddie kembalikan secara baik-baik kepada
Aslog Kodam. Eddie tidak berbuat seperti kebiasaan yang sering terjadi yaitu “Over
VB” kepada orang lain dengan imbalan uang. Menurut Eddie hal tersebut tidak patut dilakukan karena uangnya tidak halal. Banyak orang lain heran atas tindakannya itu.
Tetapi yang terjadi kemudian tidak lama berselang setelah Eddie pindah ke Jakarta, justru mendapat kesempatan untuk menempati rumah di Jalan Kertanegara No. 11
253
Jakarta Selatan yang sempat Eddie huni sampai dengan dirinya pensiun. Rumah itu milik instansi pemerintah yang kemudian menjadi gedung-gedung negeri yang bisa dicicil.
Begitupun juga ketika Eddie bertugas sebagai Ajudan Panglima ditawarkan jatah mobil dum. Karena Eddie tau bahwa mobil dum yang ditawarkan kepadanya itu adalah jeep Willyz yang selama ini dipegang dan dirawat seorang bintara yang berpangkat Pembantu Letnan Satu di Biro Kontra Penyelidikan (Tralidik), langsung
Eddie menolak. Eddie berfikir alangkah naifnya jika harus mengambil mobil itu karena dapat menyakiti orang yang di bawahnya dan waktu itu Eddie sudah berpangkat Kapten. Tidak lama setelah itu Eddie mulai bergabung dengan
Detasemen Pengawal Pribadi Presiden dan mendapat mobil Toyota baru bekas dari
Cakrabirawa. Eddie yakin betul bahwa dua keberuntungan yang diperolehnya itu karena sikap jujur dan tidak mengambil hak orang lain sebagaimana pesan orang tuanya sehingga Tuhan memberikan rejekinya kepada Eddie. Ketika menjabat sebagai Kepala Staf Kodam V Jakarta Raya, pada suatu hari menghadap seorang perwira bawahannya dari Kodam. Perwira tersebut datang dengan membawa sejumlah uang yang nilainya jika dihitung setara dengan tiga mobil mercy baru.
Uang itu kemudian diserahkan kepada Eddie.
Eddie : Ini uang untuk apa dan asalnya dari mana? Perwira : Oh ini ada dana taktis pak, berasal dari ruilslag di jembatan merah, untuk disimpan oleh Bapak. Eddie : Sudah lapor belum kepada Panglima? Perwira : Belum.
254
Eddie : Kalau begitu, lapor dululah ke Panglima!
Sejak pertemuan itu, Eddie tidak pernah lagi mendengar berita mengenai tentang uang tersebut dan Eddie tidak pernah menanyakan uang itu. Selang beberapa waktu kemudian ketika Eddie sudah menjadi Asisten Teritorial (Aster) Hankam, kasus ruilslag muncul kepermukaan dan semua yang terlibat terkena sanksi. Bahkan menjadi terhukum dan atas perintah KASAD uangnya harus dikembalikan. Diantara mereka yang terlibat karir militernya kemudian tidak berlanjut. Beruntung Eddie tidak tersangkut dan dinyatakan bersih.
“Ah masa, Eddie Kepala Staf mustahil tidak terlibat”, kata sebagian orang.
Akan tetapi Allah SWT maha adil dan mengetaui. Tidak lama kemudian jenjang pangkat Eddie justru dinaikkan dari Brigadir Jenderal ke Mayor Jenderal. Kenaikan pangkat itu dengan sendirinya menjawab semua keraguan orang terhadap dirinya.
Padahal yang menjadi Panglima ABRI pada waktu itu adalah Jenderal Benny
Moerdani yang terkenal keras terhadap sesuatu yang berbau skandal.
Boleh diperiksa jika ada sanak, keponakan atau kerabat serta bahkan dirinya menjadi kaya raya dengan memanfaatkan jabatan yang pernah Eddie pegang baik selama masa menjadi Kasdam, Kasgar, Aster Hankam maupun sewaktu menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sikap aji mumpung semacam itu tidak Eddie lakukan. Padahal saat terjadinya reformasi banyak petinggi militer yang digugat karena menyerobot tanah negara. Beruntung Eddie tidak pernah melakukan itu dan sangat tenang menikmati hari tuanya saat ini.
255
Begitu selesai bertugas sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Eddie mendapatkan tawaran menjadi komisaris di beberapa perusahaan. Salah satunya ditawarkan kepada Eddie oleh seorang pembantu dekat dari salah satu putera mantan
Presiden Soeharto yaitu Bambang Trihatmodjo yang mengutus Peter Gontha ketika
Eddie sedang dalam perjalanan pulang dari SEA Games XVIII 1995 di Chiang May,
Thailand. Mereka meminta agar Eddie bersedia menjadi komisaris di RCTI dan beberapa perusahaan lain yang dikelolanya. Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat tawaran itu Eddie tolak. Sebaliknya, ketika Eddie diminta menjadi komisaris di perusahaan yang pemiliknya tidak begitu sering ketemu baik semasa aktif di militer maupun sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, Eddie bersedia menerima tawaran tersebut.
Ketika Eddie menjabat sebagai Asisten Intel Kodam V Jakarta Raya.
Karena tugasnya harus mencari dan menangkap para mahasiswa yang terlibat dalam berbagai aksi mahasiswa 1977/1978, tidak menyebabkan Eddie kehilangan pengertian dan kehangatan bersahabat sebagai sesama anak bangsa. Bahkan uniknya, sampai hari ini masih sering dikunjungi oleh para aktifis mahasiswa
1977/1978 karena merasa dekat dan menganggap Eddie adalah sebagai orang tua.
Persahabatan serta proffesional di dalam melaksanakan tugas dan perbedaan pendapat menurut Eddie adalah tiga hal yang berbeda serta tidak dapat digabungkan dalam satu sisi. Kecuali jika orang itu anti Tuhan serta berbuat kerusakan. Menurut
256 para sahabat Eddie, keluwesannya bergaul dan kehangatan dalam membina persahabatan adalah salah satu kelebihan lainnya yang dimiliki oleh Eddie.
Meski beberapa puluh tahun kemudian Eddie menjadi jenderal bintang dua.
Tetapi persahabatannya dengan teman-teman semasa kecil tidak pernah luntur.
Eddie tetap yang dulu serta tetap saling menyapa dengan loe dan gue. “Ia masih seperti dulu dan perhatian kepada teman-temanya yang kurang berhasil”, tutur
Brigjen TNI (Purn) Suryo Handjono teman dekat Eddie waktu mengikuti pendidikan Secapa di Bandung. Eddie mewarisi sifat pribadi yang senang membantu orang lain, memiliki kepedulian terhadap sesama dari sang kakek. Eddie selalu berusaha membantu dengan ikhlas para anak yatim piatu, para orang miskin, para sahabat yang kekurangan, para mahasiswa yang terancam putus sekolah, pondok pesantren dan kegiatan amal sosial lainnya.
“Hal jaazaal ihsani illal ihsan”, “Tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan pula”! Allah SWT memang maha mengetaui, Eddie merasa patut bersyukur karena hingga kini tidak pernah merasa kekurangan. Rejeki selalu saja datang tanpa diduga dari arah mana saja. Hal ini Eddie rasakan pada saat bulan puasa tahun 2009. Eddie saat itu ingin memberikan beras kepada mereka yang kurang mampu tetapi belum punya uang untuk membeli beras tersebut. Tiba-tiba salah seorang puterinya bersama suaminya datang dengan membawa dua ton beras. Eddie sangat bersyukur dengan pemberian puterinya itu. Eddie tidak perlu pusing lagi untuk membeli beras karena sudah tersedia beras yang siap dibagikan.
257
Dibalik warna-warni kehidupannya, Eddie tetap seorang anak Betawi.
Eddie sangat bangga dengan kebetawiannya. “Betawi banyak akalnye”, begitu yang sering dilontarkan banyak orang tentang sosok seorang Betawi. Komitmen Eddie untuk memajukan masyarakat Betawi merupakan komitmen lain dari pribadinya.
Para tokoh masyarakat Betawi yang karena budaya Betawi yang egaliter sulit untuk menemukan titik temu. Masing-masing cenderung berjalan sendiri-sendiri. Atas prakarsanya kemudian lahir Badan Musyawarah Masyarakat Betawi atau yang lebih dikenal dengan Bamus Betawi pada tahun 1980.
Eddie menyadari betul bahwa merupakan tanggung jawab bersama untuk memajukan masyarakat Betawi. Baik itu dari segi sumber daya manusia melalui pendidikan, maupun melestarikan budayanya. Kelalaian yang tidak termaafkan oleh
Eddie jika masyarakat Betawi menjadi bagian dari masyarakat yang terpinggirkan atau kehilangan akar budayanya di tanah kelahirannya sendiri di tengah kemajuan pesat DKI Jakarta sebagai kota metropolitan. Meski sebagai tokoh masyarakat,
Eddie terkenal flamboyant karena penampilannya yang selalu dandy dan dapat diterima di semua kalangan. Sebagai seorang Tentara Pelajar di masa perang kemerdekaan sesungguhnya idealisme Eddie tentang cita-cita kemerdekaan tidak pernah pudar. Berulang kali Eddie menyatakan keprihatinan tentang ketidak mampuan negara ini dalam memakmurkan rakyatnya termasuk di desa-desa tempat dimana Eddie bergerilya dulu. Karena itulah Eddie sedikit menyesal karena masa jabatannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta begitu singkat hanya 3,5 tahun.
258
“Saya merasa belum banyak berbuat banyak bagi masyarakat Jakarta, khususnya warga Betawi ketika menjadi Wagub dulu,” kata Eddie. Melihat dari sisi- sisi yang baik itu, bukan berarti sebagai manusia biasa Eddie tidak memiliki kelemahan. Selalu ada sisi lemah dalam setiap diri manusia apapun predikat yang disandangnya dan Eddie menyadari betul hal itu. Eddie adalah sosok manusia yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah
SWT kepadanya.
Gambar 40. Eddie M. Nalapraya ketika berpangkat Letnan dan berpangkat Brigjen TNI. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya)
259
Tabel 19. Riwayat Kepangkatan TNI. (Sumber: Jenderal Tanpa Angkatan, 2011: 263) RIWAYAT KEPANGKATAN TNI No Pangkat TNI Tahun 1 Pejuang Kemerdekaan (BKR) 1945 2 Prajurit Tentara Pelajar (TP) 1946 3 Sersan 1950 4 Sersan Mayor 1954 5 Pembantu Letnan Calon Perwira (Pel. Capa) 1957 6 Letnan Dua 1958 7 Kapten Lokal 1960 8 Letnan Satu 1961 9 Kapten 1965 10 Mayor 1969 11 Letnan Kolonel 1970 12 Kolonel 1976 13 Brigadir Jenderal TNI 1980 14 Mayor Jenderal TNI 1983 15 Mayor Jenderal TNI Purnawirawan 1986
Tabel 20. Riwayat Jabatan Militer. (Sumber: Jenderal Tanpa Angkatan, 2011: 264) RIWAYAT JABATAN MILITER No Jabatan Militer Tahun 1 Dan Ton (Komandan Pleton) C Yonif. 330 Kujang I Siliwangi 1957 2 Dan Ki (Komandan Kompi) C Yonif. 330 Kujang I Siliwangi 1960 3 Ajudan Panglima Divisi Siliwangi Mayjen Ibrahim Adjie 1962 Danwalpri (Komandan Kawal Pribadi) Presiden Republik 4 1967 Indonesia 5 Wakil Asisten Operasi Kodam V Jakarta (Waasops Kodam V Jaya) 1974 6 Aspam (Asisten Pengamanan) Skogar 1975 7 Intel Kodam V Jaya (Asisten Intelijen Kodam V Jakarta Raya) 1977 8 Kasgar (Kepala Staf Garnisum) Ibukota Jakarta 1979 9 Kasdam V Jaya (Kepala Staf Kodam V Jakarta Raya) 1980 10 Aster Hankam (Asisten Teritorial) 1983
Tabel 21. Riwayat Pendidikan Militer. (Sumber: Jenderal Tanpa Angkatan, 2011:262-263) RIWAYAT PENDIDIKAN MILITER No Jenjang Pendidikan Militer Tahun
1 Sekolah Bintara Administrasi Tentara Teritorium V, Surabaya 1951-1952 2 Sekolah Bintara Atas Angkatan ke II PPI, Bandung 1955-1956 3 Sekolah Calon Perwira Angkatan Ke II PPI, Bandung 1956-1957 United States Army Pacific Intelligent School, Okiniwa, Jepang 1963 4 5 Kursus Perwira Lanjutan Satu, Angkatan ke VII PPI, Bandung 1965 Command & General Staff College, US Army Fort Leavenworth, 6 1972-1973 Kansas, USA
260 c. Menjadi Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta
Perjalanan hidup setiap orang tidaklah ada yang tau. Bahkan setiap orang memiliki jalannya sendiri. Hubungan Eddie dengan IPSI bermula ketika suatu sore di bulan September 1978 Rustadi Effendi seorang pengurus IPSI Jakarta Timur, salah satu dari anggota formatur untuk pembentukan pengurus IPSI DKI Jakarta datang kerumahnya. Ketika itu Jakarta sedang musim hujan, namun hujanya tidak deras hanya rintik-rintik. Rustadi Effendi yang dalam kesehariannya akrab dipanggil
Tata, sebelumnya tidak mengenal Eddie. Rustdi Effendi hanya tau bahwa adiknya yang bernama Rosita berteman dengan puteri Eddie yaitu Emma Widaretna. “Waktu itu Pak Eddie sedang bersiap-siap pergi. Saya masih ingat beliau memakai batik lengan panjang,” kata Rustadi Effendi mengenang.
Tata mengungkapkan maksud serta niatnya meminta kesediaan Eddie menjadi sebagai calon Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta. Tentu saja Eddie terkejut mendengar permohonan itu. Ada angin apa secara mendadak Eddie harus menjadi
Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta. Eddie tidak memberikan jawaban sore itu.
Kebetulan Eddie harus pergi untuk suatu keperluan penting sehingga tidak bisa berbicara panjang lebar bersama Rustadi Effendi. Eddie meminta supaya Rustadi
Effendi datang kembali ke kantornya pada keesokan harinya. “Pembicaraan kami berlangsung sekitar dua puluh menit. Sebelum saya pulang beliau memberikan dua kotak rokok Bentoel”, ujar Rustadi Effendi.
261
Malam harinya Eddie berpikir keras apakah menerima atau menolak tawaran itu. Kemudian Eddie teringat ucapan kakek yang sering mengingatkan agar
Eddie mau memelihara dan mengembangkan pencak silat. Pada malam itu belum ada keputusan Eddie atas tawaran Rustadi Effendi. Eddie sengaja ingin mendengarkan lebih jauh alasan apakah Rustadi Effendi mencalonkan dirinya.
Keesokan hari Rustadi Effendi memang datang. “Saya tidak lama menunggu.
Mungkin Pak Eddie memerintahkan staf di Kodam V Jaya agar saya bisa langsung ke ruang kerjanya jika saya datang,” kenang Rustadi Effendi.
Mereka berdua tidak perlu lagi berbasa-basi karena Eddie masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Kemudian Eddie langsung menanyakan alasan mengapa Rustadi Effendi mencalonkan dirinya menjadi Ketua Pengda IPSI DKI
Jakarta. Kemudian Rustadi Effendi dengan panjang lebar menceritakan perkembangan pencak silat di DKI Jakarta. Rustadi Effendi rupanya bersama dengan formatur yang lain telah sepakat meminta Eddie agar bersedia untuk menjadi
Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta. Tim formatur beralasan bahwa Eddie memiliki kemampuan untuk berorganisasi serta komunikasi yang baik dengan semua lapisan kalangan masyarakat serta kecakapan dalam memimpin (leadership).
Dengan bekal itu menurut mereka Eddie tidak banyak menemui kesulitan untuk memimpin IPSI DKI Jakarta. Eddie mengakui sebagai Asisten Intel Kodam
V Jakarta Raya memang harus dekat dengan berbagai kalangan pejabat Pemerintah, para anak muda, penyanyi, para pendekar pencak silat, para mahasiswa, budayawan
262 dan juga kalangan artis. Sebenarnya Eddie tidak merasa tugas itu sebagai suatu beban karena pada dasarnya Eddie senang bergaul dengan siapa saja. Eddie merasa senang berada di antara banyak orang terutama masyarakat biasa.
Setelah mendapat lampu hijau dari Panglima Kodam V Jakarta Raya, Eddie bersedia diajukan sebagai calon Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta. Informasi singkat dari Rustadi Effendi menyebutkan bahwa Eddie mendapat dukungan dari banyak pengurus IPSI DKI Jakarta ternyata bukan isapan jempol. Eddie pada akhirnya terpilih menjadi Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta melalui pemilihan yang berlangsung demokratis menggantikan Kolonel Eddy Djadjang Djadjaatmadja sebagai Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta sebelumnya.
“Pada waktu itu ada 7 orang formatur, 5 orang memilih Pak Eddie, sedangkan 2 orang lagi memilih calon sendiri-sendiri,” tutur Rustadi Effendi.
Setelah dinyatakan terpilih sebagai Katua Pengda IPSI DKI Jakarta Eddie berbincang dengan Rustadi Effendi, “Bung Tata saya ini belajar pencak silat bukan ke Cimande, bukan ke Cikalong, saya hanya baru sampe ke Cibubur”. “Pak Eddie, ini kan hanya perlu manajemen” jawab Rustadi Effendi. Sejak akhir bulan
Desember 1978 Eddie mulai berkecimpung dalam berbagai upaya mengembangkan pencak silat. Struktur serta personalia pengurus yang baru hampir serupa dengan pengurus sebelumnya, hanya ketuanya saja yang berganti. Eddie sengaja meminta pengurus lama untuk bergabung dengan pengurus baru untuk memudahkan jalannya
263 roda organisasi. Eddie menekankan kepada mereka agar mau meningkatkan kualitas pengabdiannya dalam dunia pencak silat.
“Saya buka komunikasi yang lebih terbuka, telepon saya terbuka 24 jam untuk semua pengurus dan saya juga meminta hal serupa kepada mereka.
Keterbukaan serta keterusterangan menjadi komitmen kami bersama,” kata Eddie mengenang. Setelah beberapa bulan menjadi ketua baru, Eddie menyadari betapa tidak mudah sebagai Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta. Dana organisasi terbatas serta hubungan antar perguruan pencak silat kurang harmonis. Setiap perguruan pencak silat merasa diri mereka yang terbaik, tetapi ironisnya jumlah para pesilat DKI
Jakarta sangat minim.
Masyarakat terkesan tidak mempedulikan dunia pencak silat dan lebih senang belajar ilmu beladiri yang berasal dari luar negeri. Tidak ada kebanggaan terhadap beladiri warisan leluhur ini. “Saya sedih, kok bisa olahraga beladiri bangsa tersisih dari olahraga beladiri import yang begitu menjamur dan mengalami kemajuan pesat seperti karate, judo, taekwondo,” kata Eddie. Olahraga beladiri import tersebut dalam setiap waktu jumlah anggotanya terus menerus bertambah. Induk organisasinya mampu menggelar kejuaraan yang teratur dan baik dengan jumlah peserta membludak.
Beranjak dari kenyataan itu bersama dengan para pengurus lainnya Eddie merancang sejumlah program konkrit untuk memajukan pencak silat. Eddie turun tangan secara langsung mendatangi para tokoh pencak silat, pengurus IPSI wilayah
264 dan perguruan pencak silat untuk membicarakan jalan keluar yang terbaik memajukan pencak silat. Para tokoh serta sesepuh pencak silat berkeinginan serupa dengan yang Eddie cita-citakan dan siap mendukung program yang telah Eddie rencanakan. Cita-cita Eddie tidak lepas dari tujuan pendirian IPSI sendiri yaitu:
Mempersatukan dan membina seluruh perguruan pencak silat yang ada di Indonesia;
Melestarikan, mengembangkan dan memasyarakatkan pencak silat beserta nilai- nilainya yang terkandung di dalamnya; Menjadikan pencak silat dan nilai-nilainya itu sebagai sarana nation character building.
Prinsip umum yang dirumuskan sejak berdirinya IPSI pada 18 Mei 1948 di
Surakarta, Jawa Tengah. Kemudian Eddie menjalankan dengan melakukan berbagai pertemuan dengan para pendekar pencak silat di wilayah DKI Jakarta. Eddie sering berkunjung ke berbagai perguruan pencak silat untuk melihat mereka berlatih sekaligus juga bersilaturahmi dan terkadang kunjungannya tersebut hingga dini hari.
Dari pertemuan dengan mereka, Eddie bisa mengetaui bahwa para tokoh pencak silat sebenarnya juga prihatin mengenai masa depan pencak silat. Mereka juga merasa bingung harus dari mana memulai langkah mengembangkan pencak silat karena selama ini sebelum Eddie masuk menjadi pengurus tidak ada orang yang benar-benar peduli mengenai masa depan pencak silat.
Upaya Eddie berdiskusi dengan para tokoh pencak silat di DKI Jakarta terasa lebih ringan dikarenakan sebagian besar diantara mereka telah mengenal
Eddie sejak lama. Begitu pula Eddie juga sudah lama mengenal mereka sehingga
265 komunikasi dan saling pengertian mudah untuk dicapai. Dari pengalaman itu Eddie menyadari arti penting silaturahmi yang sejak lama Eddie lakukan ke berbagai kalangan. Keuntungan yang telah diperoleh ketika bersilaturahmi dengan mereka adalah Eddie menjadi paham tentang berbagai dinamika yang terjadi di tengah masyarakat. Setelah mendapat berbagai masukan dari para tokoh pencak silat
Betawi dalam waktu singkat Eddie dan para pengurus menyusun rencana untuk menggelar kejuaraan pencak silat di semua wilayah. Alhamdulillah kejuaraan itu mendapatkan dukungan penuh dari hampir sebagian besar perguruan pencak silat.
Rahasianya sederhana yaitu keinginan menggelar sebuah kejuaraan itulah yang selama ini ditunggu mereka.
Sukses menyelenggarakan kejuaraan di tingkat wilayah ternyata berdampak positif kepada jajaran pengurus. Para pengurus IPSI DKI Jakarta lebih semakin bersemangat untuk bekerja. Eddie dan para pengurus bahu-membahu membenahi organisasi dan terus membina hubungan baik dengan para tokoh pencak silat Betawi. Dukungan dari para donator yang ingin menyumbang uang mulai mengalir. Eddie sangat bahagia menyaksikan perkembangan itu, sebagai putera asli
Betawi Eddie merasa bersyukur cabang olahraga pencak silat pesat sekali kemajuannya di ibukota DKI Jakarta.
Setelah Eddie memimpin IPSI DKI Jakarta, prestasi atlit-atlit pencak silat
DKI Jakarta meningkat pesat. Jika selama ini setiap kejuaraan pencak silat selalu didominasi oleh Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali. Justru pada masa kepemimpinan
266
Eddie, IPSI DKI Jakarta mulai semakin berjaya. “Pak Eddie tidak saja
memperhatikan pengembangan pencak silat, melainkan juga prestasi para atlit
menjadi perhatian utamanya”, kata Rustadi Effendi.
Gambar 41. Eddy Djadjang Djajaatmadja (pakaian abu-abu & berkacamata), mantan Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta sebelum digantikan oleh Eddie M. Nalapraya. (Dokumen: Hisbullah Rachman)
d. Show of Force IPSI DKI Jakarta
Setelah menjabat sebagai Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta selama satu
tahun, Eddie merasa kurang puas melihat perkembangan pencak silat di DKI
Jakarta. Masih banyak pekerjaan rumah yang Eddie lakukan untuk mempopulerkan
pencak silat. Persoalan terpenting lain yang dipikirkan Eddie adalah bagaimana cara
menjadikan pencak silat sebagai ilmu beladiri kebanggaan nasional.
267
Hal ini jelas tidak semudah seperti membalikkan tangan, kemampuan finansial masih sangat jauh dari mencukupi. Begitu pula dukungan dan perhatian dari pemerintah belum banyak dirasakan. Pada tahun 1979, Eddie mengajukan sebuah ide untuk menggelar apel IPSI DKI Jakarta yang bertempat di Istora Senayan dengan mengundang Presiden Soeharto. Eddie ingin pesilat seluruh DKI Jakarta berkumpul dan memenuhi gedung Istora Senayan. Ide tersebut sebelumnya ditanggapi pesimis oleh berbagai kalangan. Bagaimana mungkin mendatangkan para pesilat untuk memenuhi gedung Istora Senayan yang luas itu?
Setelah melalui diskusi yang cukup panjang akhirnya semua pengurus menyetujui rencana tersebut. Eddie kemudian mengkoordinasikan rencananya tersebut ke setiap pengurus daerah di DKI Jakarta untuk mengirimkan pesilatnya.
Rata-rata setiap daerah menyatakan sanggup untuk mengirimkan 2.500 orang pesilat. Jadi dapat diprediksi bahwa yang hadir pada apel IPSI se DKI Jakarta adalah sebanyak 12.500 orang pesilat. Tetapi rencana harus dibarengi dengan kesungguhan kerja dan dukungan finansial. Hambatan itu akhirnya bisa diatasi dengan dukungan yang mengalir dari berbagai arah.
Eddie mengeluarkan uang pribadinya yang digunakan untuk menyiapkan kendaraan dan membeli nasi bungkus untuk para pesilat. Hubungan baik Eddie dengan Pemda DKI Jakarta membuat dirinya dengan mudah meminjam puluhan unit mobil truk sampah untuk mengangkut para pesilat yang tidak memiliki kendaraan. Truk sampah tersebut sebelumnya dibersihkan dahulu supaya tidak ada
268 bau sampah. Setelah benar-benar bersih dan tidak ada lagi bau sampah mobil truk itu diisi solar penuh.
Akhirnya pada hari Minggu tanggal 22 April 1979 lautan pesilat dari berbagai wilayah di DKI Jakarta mengalir menuju gedung Istora Senayan. Sebagian di antara mereka menyewa bus dan tidak sedikit yang berjalan kaki dari tempat perguruan pencak silatnya. Tidak ada cahaya matahari yang dapat tembus masuk ke dalam ruang di Istora Senayan karena tertutup oleh para pesilat yang semula hanya diprediksi 12.500 orang tetapi kenyataan di lapangan dapat mencapai kurang lebih
16.000 orang pesilat begitu ramai memadati Istora Senayan.
Sebagai Ketua Umum PB. IPSI dan juga Gubernur DKI Jakarta,
Tjokropranolo tampak kaget melihat begitu banyak para pesilat yang hadir. Secara tiba-tiba Eddie meneriakkan kata “Hidup Pak Tjokro”. Ucapan itu langsung disambut para pesilat dengan teriakan serupa “Hidup Pak Tjokro”. Hampir sepuluh menit teriakan tersebut terdengar di dalam gedung Istora Senayan. Tjokropranolo sebagai Ketua Umum PB. IPSI awal mulanya terlihat kaget. Kemudian beliau tampak haru menyaksikan simpati para pesilat untuknya. Tjokropranolo yang menurut rencana hanya bisa hadir selama lima menit karena harus berangkat ke tempat lain, bertahan di gedung itu lebih dari tiga puluh menit.
Pak Mariyun guru besar pencak silat dari perguruan Setia Hati dan sesepuh pencak silat menangis karena terharu dan bangga melihat kejadian tersebut. Dari situlah para pesilat mulai bangkit karena sebelumnya mereka merasa malu dengan
269 statusnya yang sebagai pesilat. Mereka biasanya memasukkan pakaian silat ke dalam ransel, tetapi setelah kejadian itu mereka berani memakai pakaian silat langsung dari rumah. Ini suatu kemajuan yang sangat luar biasa untuk pencak silat.
Presiden Soeharto sebenarnya juga sudah menyatakan kesediaanya untuk hadir di Istora Senayan. Seorang Ajudan Presiden yang sempat Eddie konfirmasi sudah memastikan bahwa Presiden Soeharto bisa hadir di tengah-tengah para pendekar pencak silat, tetapi ternyata Presiden Soeharto tidak muncul di antara para pesilat. Belakangan Eddie tau Bob Hasan menyarankan supaya Presiden Soeharto tidak perlu datang. Alasan yang dikemukakan karena acaranya tidak penting dan pesertanya pasti sedikit. Jelas bisikan Bob Hasan salah, sebab pesertanya justru membludak. Pencak silat justru berkembang pesat setelah acara show of force di gedung Istora Senayan itu. Sukses pada acara di Istora Senayan membuat Eddie seperti mendapat energi tambahan dan berkeinginan agar program-program konkrit harus segera dijalankan. Eddie ingin pencak silat tidak boleh lagi diremehkan.
Setelah acara show of force di Istora Senayan peminat pencak silat semakin meningkat. Eddie mendapat laporan dan menyaksikan secara langsung jumlah warga DKI Jakarta yang ingin berlatih pencak silat di sejumlah perguruan pencak silat terus bertambah. Banyak di antara anak muda yang dengan bangganya menggenakan baju latihannya langsung dari rumah menuju tempat latihan. Dulu mereka merasa malu memakai baju itu dan biasanya menyimpan bajunya di ransel.
270
Tidak hanya pada show of force pencak silat se DKI Jakarta saja Eddie berjuang untuk memperkenalkan pencak silat ke berbagai kalangan masyarakat secara luas. Pada tanggal 5 Oktober 1979 pencak silat untuk pertama kalinya turut ikut memeriahkan di dalam Hari Ulang Tahun (HUT) Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI) di Istora Senayan dan tidak ada cabang olahraga beladiri lainnya selain pencak silat. Pencak silat ikut berbaris dan melakukan defile kepada seluruh petinggi ABRI dan para tamu undangan yang dipimpin langsung oleh
Kolonel Eddy Djadjang Djajaatmadja. Setahun kemudian pencak silat juga turut kembali memeriahkan HUT ABRI pada tanggal 5 Oktober 1980 di Cibubur dengan pengerahan masa yang jauh lebih besar dari HUT ABRI tahun 1979 di Istora
Senayan.
Pada tahun 1985, Badan Koordinasi Olahraga Beladiri DKI Jakarta yang pada waktu itu ketuanya adalah Eddie, akan mengadakan apel besar di lapangan
Monas yang dihadiri dari berbagai aliran beladiri yang anggotanya terdiri dari pencak silat, karate, taekwondo, tinju, gulat, wushu, judo dan kempo. Dari situlah
Eddie tidak mau pamor pencak silat kalah besar dengan cabang olahraga beladiri lainnya. Pada akhirnya Eddie menggerakkan semua elemen dan jajaran IPSI serta perguruan pencak silat yang ada di seluruh bagian wilayah DKI Jakarta untuk mengkonsenterasikan diri dan mengakomodir persiapan apel besar tersebut. Tidak tanggung-tanggung pada acara apel besar tersebut pencak silat dapat mengerahkan
271 masa sebesar 22.600 orang yang terdiri dari berbagai perguruan pencak silat yang ada di DKI Jakarta.
Eddie merupakan seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan berfikir untuk mengenalkan pencak silat di segala kalangan. Seperti halnya mengikut sertakan pencak silat dalam HUT ABRI yang secara otomatis banyak orang akan melihat bahwa pencak silat turut hadir dalam memeriahkan HUT ABRI.
Itu merupakan salah satu hal yang mempercepat pencak silat lebih dikenal oleh masyarakat secara luas. Pada saat itu Eddie masih berpangkat Kolonel serta menjabat sebagai Asisten Intelejen Kodam V Jakarta Raya. Sehingga banyak orang yang melihat bahwa di belakang Eddie ada pencak silat.
Secara kejiwaan hal tersebut sangat membantu pencak silat bisa menonjol di DKI Jakarta di samping prestasinya. Itu merupakan gambaran cara Eddie mengangkat derajat pencak silat supaya bisa lebih dikenal oleh masyarakat berawal dari DKI Jakarta dengan cara-cara yang luar biasa. Bukan hanya berbicara lapangan saja, tetapi media masa juga dijadikan alat bantu untuk mengangkat nama pencak silat. Tidak pernah ada dalam waktu satu minggu sekali ada berita mengenai pencak silat di media masa. Pada waktu itu minimal dua hari sekali pasti ada berita terbaru tentang pencak silat DKI Jakarta.
272
Gambar 42. Eddie M. Nalapraya pada waktu masih berpangkat Kolonel bersalaman dengan Laksamana TNI Sudomo selaku Pangkopkamtib pada HUT ABRI 1980 di Cibubur. (Dokumen: PB. IPSI, 1981)
Gambar 43. Pada tahun 1985 IPSI DKI Jakarta menghadiri apel besar Badan Koordinasi Olahraga Beladiri DKI Jakarta di lapangan Monas. (Dokumen: PB. IPSI, 1985)
273 e. Menjadi Ketua Umum PB. IPSI
Eddie M. Nalapraya sebelum menjabat sebagai Ketua Umum PB. IPSI pada tahun 1981 adalah Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta merangkap Ketua Harian
PB. IPSI. Eddie masuk pertamakali dalam jajaran PB. IPSI duduk sebagai Ketua
Harian untuk mengganti Kolonel Eddy Djadjang Djajaatmadja karena ditunjuk sebagai Gubernur Sulawesi Tengah pada tahun 1980. Ketua Umum PB. IPSI pada waktu itu adalah Tjokropranolo. Karena Eddie dianggap telah berhasil dalam mengembangkan pencak silat di DKI Jakarta. Tjokropranolo kemudian meminta
Eddie agar duduk sebagai Ketua Harian PB. IPSI menggantikan Eddy Djadjang
Djajaatmadja. Eddie diminta oleh Tjokropranolo untuk membantunya mengurus
PB. IPSI karena kesibukannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Eddie ditetapkan oleh peserta Musyawarah Nasional PB. IPSI ke VI tahun
1981 sebagai Ketua Umum PB. IPSI terpilih dan sekaligus sebagai formatur yang mendapat mandat untuk menyusun personalia PB. IPSI masa bakti 1982 s/d 1986 menggantikan kedudukan dari Tjokropranolo. Eddie menjabat sebagai Ketua
Umum PB. IPSI selama lima periode yaitu dari tahun 1981 s/d 2003. Selama masa kepemimpinan Eddie sebagai Ketua Harian maupun Ketua Umum PB. IPSI pencak silat mengalami banyak kemajuan antara lain:
1) Merintis berdirinya induk organisasi Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa atau PERSILAT sejak tahun 1980. 2) Menggelar Invitasi Internasional Pencak Silat ke I pada tanggal 6 s/d 8 Agustus 1982 di Jakarta yang diikuti oleh 7 negara yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Jerman Barat Belanda, Amerika dan Australia.
274
3) Menggelar Invitasi Internasional Pencak Silat ke II yang rencana semula akan dilangsungkan di Malaysia sebagai tuan rumah. Tetapi pada akhirnya gagal sehingga dialihkan ke Jakarta dan dilaksanakan tanggal 26 s/d 28 November 1984 yang diikuti oleh 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia Singapura, Belanda, Jerman Barat, Perancis, Yugoslavia Austria, Amerika Serikat dan Spanyol. 4) Menggelar Invitasi Internasional Pencak Silat ke III pada tanggal 27 Juli s/d 2 Agustus 1986 di Wina, Austria. Diikuti oleh 14 negara yaitu Austria, Spanyol, Swiss, Perancis, Belanda, Jerman Barat, Indonesia, Inggris, Suriname, Turki, Singapura, Yugoslavia, Amerika Serikat serta Malaysia. Melihat jumlah peserta kejuaraan yang semakin bertambah maka nama Invitasi Internasional Pencak Silat ke III dirubah menjadi Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III. 5) Disahkan “Prasetia Pesilat Indonesia”, sebagai kode etik warga Ikatan Pencak Silat Indonesia mengenai nilai-nilai luhur pencak silat Indonesia pada Musyawarah Nasional PB. IPSI VII 1986 dengan Surat Keputusan nomor 3 yang ditetapkan pada tanggal 22 Januari 1986 di Jakarta. 6) Berhasil memasukkan cabang olahraga pencak silat dalam SEA Games XIV 1987 di Jakarta sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan secara resmi. Pertandingan cabang olahraga pencak silat berlangsung pada tanggal 11 s/d 15 September 1987 yang telah diikuti 5 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand serta Brunai Darussalam. Selain itu juga telah diadakan pertemuan PERSILAT dan penerimaan secara resmi pencak silat Thailand dan Brunai Darussalam sebagai anggota PERSILAT. 7) Disahkannya kode etik “Tri Prasetya Pesilat” pada Sidang Umum (Kongres) PERSILAT tahun 1991. Kemudian pada tahun 1996 diubah menjadi “Ikrar Pesilat” setelah butir-butirnya dari tiga menjadi lima butir. 8) Dibangunnya Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) sebagai pusat informasi serta pusat kegiatan nasional dan internasional pencak silat. Padepokan ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997 9) Dirintisnya usaha memasukkan cabang olahraga pencak silat ke dalam Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan. Diawali dengan mengekshibisikan pertandingan pencak silat dengan bentuk sport culture event. Pencak silat sudah mulai diperkenalkan ke seluruh masyarakat Asia bahwa pencak silat sudah ada.
275
Gambar 44. Presiden Soeharto membuka Munas IPSI ke VI tahun 1981 di Bina Graha, didampingi Ketua Umum PB. IPSI Tjokropranolo. (Dokumen: Hisbullah Rachman, 1981)
Gambar 45. Presiden Soeharto membuka Munas IPSI ke VI tahun 1981 di Bina Graha, didampingi Ketua Umum PB. IPSI Tjokropranolo. (Dokumen: PB. IPSI, 1981)
276
Gambar 46. Eddie M. Nalapraya berjabat tangan dengan Presiden Soeharto pada saat pembukaan Munas PB. IPSI IX tahun 1994 di Istana Negara. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1994)
Tabel 22. Munas PB. IPSI dari tahun 1950 sampai dengan 2016. (Sumber: PB. IPSI) KONGRES/MUNAS PB. IPSI No Munas/Kongres Tahun Tempat Ketum PB. IPSI 1 Kongres IPSI I 1950 Yogyakarta Mr. Wongsonegoro 2 Kongres IPSI II 1953 Bandung Mr. Wongsonegoro 3 Kongres IPSI III 1961 Jakarta Mr. Wongsonegoro 4 Kongres IPSI IV 1973 Jakarta Tjokropranolo 5 Munas IPSI V 1977 Jakarta Tjokropranolo 6 Munas IPSI VI 1981 Jakarta Eddie M. Nalapraya 7 Munas IPSI VII 1985 Jakarta Eddie M. Nalapraya 8 Munas IPSI VIII 1990 Jakarta Eddie M. Nalapraya 9 Munas IPSI IX 1994 Jakarta Eddie M. Nalapraya 10 Munas IPSI X 1999 Jakarta Eddie M. Nalapraya 11 Munas IPSI XI 2003 Jakarta Prabowo Subianto 12 Munas IPSI XII 2007 Jakarta Prabowo Subianto 13 Munas IPSI XIII 2012 Jakarta Prabowo Subianto 14 Munas IPSI XIV 2016 Bali Prabowo Subianto
277 f. Menjadi Presiden PERSILAT
1) Sejarah Lahirnya PERSILAT
Dalam PERSILAT (1996: 2) pada tahun 1980 berdasarkan mandat dari
Tjokropranolo selaku Ketua Umum PB. IPSI, Eddie M. Nalapraya bersama dengan fungsionaris PB. IPSI beserta wakil Persekutuan Silat Singapura (PERSISI) beserta wakil Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan Malaysia pada tanggal 11 Maret
1980 di Jakarta mendirikan sebuah organisasi internasional pencak silat yang diberi nama Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa disingkat PERSILAT. Para pendiri
PERSILAT yakni adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan penggagasan, pemrakarsa, pemikiran, pembahasan dan perwujudan hal-hal yang berkaitan dengan pendirian PERSILAT, terdiri dari 13 orang tokoh pencak silat.
Pendirian PERSILAT didasarkan kepada tiga tujuan pokok yakni: (1)
Mendorong dan membantu pembentukan organisasi-organisasi nasional pencak silat di negara-negara di mana pencak silat sedang berkembang; (2) Membantu serta mengarahkan perkembangan dan penyebaran pencak silat di berbagai negara; (3)
Membina persatuan dan persaudaraan di kalangan komunitas pencak silat dari berbagai negara, antara lain melalui kejuaraan-kejuaraan dan pertemuan-pertemuan.
Gema Pencak Silat (2000: 1) mengatakan bahwa asas PERSILAT adalah persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan saling menghormati antara satu sama lainnya serta membedakan masalah kebangsaan dan agama dan tidak berpolitik.
Visi PERSILAT menjadikan pencak silat sebagai cabang olahraga yang menarik
278 dan diminati oleh orang-orang diseluruh dunia. Misi PERSILAT adalah memperjuangkan pencak silat untuk dapat dipertandingkan pada tingkat SEA
Games, Asian Games, Commonwealth Games dan Olimpic Games.
Pendirian PERSILAT diprakarsai oleh PB. IPSI dengan alasan pencak silat telah menyebar di berbagai negara. Tujuan pendirian PERSILAT antara lain untuk membantu para pecinta pencak silat di berbagai negara dalam mendirikan organisasi lokal atau nasional pencak silat maupun penyebaran pencak silat di berbagai negara di penjuru dunia. Bersamaan dengan itu, Eddie M. Nalapraya ditetapkan sebagai
Ketua Presidium dan Oyong Karmayuda sebagai Sekretaris Presidium.
Tugas Presidium ini adalah mensosialisasikan serta menyiapkan konstitusi dan kongres PERSILAT. Pada tahun 1982 dilaksanakan Kongres PERSILAT yang pertama di Kuala Lumpur, Malaysia dan sekaligus membentuk federasi nasional pencak silat Malaysia yaitu dengan sebutan Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia atau PESAKA dan konsep konstitusi dapat disiapkan. Hasil Kongres ini antara lain mengesahkan konstitusi PERSILAT beserta menetapkan Eddie M. Nalapraya sebagai Presiden PERSILAT dan Oyong Karmayuda sebagai Sekretaris Jenderal
PERSILAT.
PERSILAT merupakan organisasi tunggal pencak silat internasional.
Kepanjangan PERSILAT dalam bahasa Inggris adalah International Pencak Silat
Federation. Dari berbagai nama kepanjangan PERSILAT baik dalam bahasa
Indonesia, Melayu, maupun Inggris kata pencak silat untuk yang pertama kalinya
279 digunakan untuk skala internasional. Pada dasarnya setiap organisasi nasional pencak silat di suatu negara baik yang sudah diakui maupun yang belum diakui oleh suatu badan nasional yang berwenang dapat menjadi anggota PERSILAT. Bahkan organisasi pencak silat yang belum memiliki kualifikasi sebagai organisasi nasional dapat manjadi anggota PERSILAT apabila organisasi tersebut dipandang layak dan mampu untuk mewakili negaranya.
PERSILAT pada dasarnya mempunyai 4 macam jenis anggota antara lain:
(1) Anggota Pendiri (Founding Member); (2) Anggota Bergabung (Associated
Member); (3) Anggota Bersekutu (Affiliated Member); dan (4) Anggota Muda
(Young Member). Organisasi pencak silat yang berpotensi untuk menjadi anggota
PERSILAT disebut sebagai calon anggota (prospective member). Dalam
PERSILAT (1996: 5) anggota pendiri terdiri dari organisasi nasional yang berada dalam negara sumber pencak silat yaitu Indonesia (IPSI), Malaysia (PESAKA),
Singapura (PERSISI) serta Brunai Darussalam (PERSIB). Hingga tahun 2017 anggota pendiri, bergabung, bersekutu, muda dan muda PERSILAT berjumlah 52 negara dan telah menyebar luas di lima benua di seluruh penjuru dunia.
Dalam PERSILAT (2004: 7) membagi wilayah pembinaan pencak silat dalam 5 region. Antara lain region Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan Australia.
Region Asia terdiri dari 28 negara anggota, region Afrika terdiri dari 4 negara anggota, region Eropa terdiri dari 16 negara anggota, region Amerika terdiri dari 3 negara anggota dan region Australia terdiri dari 1 negara angggota.
280
Tabel 23. Tokoh Pendiri PERSILAT. (Sumber: Notosoejitno, 2007: 17) No Nama Negara 1 Tjokropranolo Indonesia 2 Eddie Mardjoeki Nalapraya Indonesia 3 Junaedi Indonesia 4 Yanuarno Indonesia 5 Suhari Sapari Indonesia 6 Haryadi Mawardi Indonesia 7 Hisbullah Rachman Indonesia 8 Harsoyo Indonesia 9 Oyong Karmayudha Indonesia 10 Yacub Mohammad Singapura 11 Johari Urief Singapura 12 Rahman Hasan Malaysia 13 Zainal Abidin Malaysia
Tabel 24. Negara Anggota PERSILAT Region Asia. (Sumber: PB. IPSI) No Negara Organisasi Nasional Pencak Silat 1 Indonesia Ikatan Pencak Silat Indonesia 2 Singapura Persekutuan Silat Singapura 3 Malaysia Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia 4 Brunai Darussalam Persekutuan Pencak Silat Kebangsaan Brunai 5 Thailand Pencak Silat Association Thailand 6 Vietnam Vietnam Pencak Silat Federation 7 Philipina Philippine Pencak Silat Association 8 Myanmar Myanmar Pencak Silat Association 9 Laos Pencak Silat Laos 10 Kamboja Cambodian Pencak Silat Federation 11 Timor Leste Federasi Pencak Silat Timor Leste 12 Jepang Japan Pencak Silat Assotiation 13 Korea Selatan South Korea Pencak Silat Federation 14 Kazakhztan Pencak Silat Kazakhstan 15 Kyrgyztan Kyrgyztan Pencak Silat Federation 16 Tajikistan Tajikistan Pencak Silat Federation 17 Turkmenistan Turkmenistan Pencak Silat Federation 18 Uzbekistan Uzbekistan Pencak Silat Association 19 Afganistan Afganistan Pencak Silat Federation 20 Bangladesh Banglades Pencak Silat Association 21 Indian Indian Pencak Silat Association 22 Nepal Nepal Pencak Silat Matrial Arts Association 23 Pakistan Pakistan Pencak Silat Federation 24 Srilangka Sri Lanka Pencak Silat National Sport Association 25 Iran Iran Pencak Silat Association 26 Pelestina Palestine Association of Seni Silat 27 Arab Saudi Saudi Arabian Pencak Silat Association 28 Yaman Yemen Pencak Silat Federation
281
Tabel 25. Negara Anggota PERSILAT Region Afrika. (Sumber: PB. IPSI) No Negara Organisasi Nasional Pencak Silat 1 Mesir Egyptian Pencak Silat Federation 2 Maroko Pencak Silat Maroko 3 Algeria Algerian Pencak Silat 4 Afrika Selatan South African Pencak Silat Association
Tabel 26. Negara Anggota PERSILAT Region Eropa. (Sumber: PB. IPSI) No Negara Organisasi Nasional Pencak Silat 1 Austria Pencak Silat Verband Osterreich 2 Azerbaijan Azerbaijan Pencak Silat Federation 3 Belgia Bond Pencak Silat Belgie 4 Estonia Estonia Pencak Silat Federation 5 Perancis France Pencak Silat Federation 6 Jerman German Pencak Silat Federation 7 Italia Federazione Italiana Pencak Silat 8 Latvia Pencak Silat Federacija Latvia 9 Belanda Nederlandse Pencak Silat Federatie 10 Rusia Russian Pencak Silat Federation 11 Slovakia Slovakia Pencak Silat Federation 12 Spanyol Federacion Espanola de Pencak Silat 13 Swiss Pencak Silat Verband Schweiz 14 Turki Turkish Pencak Silat Association 15 Ukraina Ukraine Pencak Silat Federation 16 Inggris Pencak Silat Federation of The United Kingdom
Tabel 27. Negara Anggota Pencak Silat Region Amerika. (Sumber: PB. IPSI) No Negara Organisasi Nasional Pencak Silat 1 Suriname Surinamse Pencak Silat Asosiation 2 Amerika Pencak Silat of USA 3 Canada Persekutuan Kanada Silat
Tabel 28. Negara Anggota PERSILAT Region Australia. (Sumber: PB. IPSI) No Negara Organisasi Nasional Pencak Silat 1 Australia Western Australian Pencak Silat Assotiation
282
Gambar 47. Sidang Umum PERSILAT di Kuala Lumpur, Malaysia dimana Eddie M. Nalapraya terpilih sebagai Presiden PERSILAT. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1985)
Gambar 48. Eddie M. Nalaparaya memimpin rapat Paripurna PERSILAT pada tanggal 13 s/d 14 Mei 1989 di Jakarta, Indonesia. (Dokumen: PB. IPSI, 1989)
283
2) Lambang PERSILAT
Gambar 49. Lambang Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT). (Dokumen: PERSILAT)
a) Warna Hitam. Melambangkan sebagai kedewasaan dan keperwiraan. b) Warna Merah. Melambangkan persaudaraan sejagat dan keberanian demi kebenaran. c) Warna Hijau. Melambangkan pertumbuhan yang subur. d) Warna Kuning. Melambangkan kemuliaan dan cahaya sinar harapan. e) Warna Putih. Melambangkan keluhuran pencak silat lahir dan batin sebagai dasar perjuangan. f) Garuda. Indonesia sebagai sebuah untaian dari berbagai pulau yang tersebar di dunia dan masyur sejak zaman purbakala di wakili oleh lingkaran sayap burung garuda sebagai lambang keagungngan, setia kawan dan sifat gotong royong dalam falsafah Bhineka Tunggal Ika atau Unity in Diversity. g) Singa. Singapura diwakili oleh lambang singa, hewan perkasa ini mengembalikan ingatan kita kepada sejarah penamaan pulau ini dari Temasek menjadi Singapura oleh keturunan raja-raja besar dari Bukit Seguntang Mahameru yang menemukan hewan perkasa di pulau ini. h) Harimau. Malaysia diwakili oleh lambang harimau, hewan tangkas dan gagah yang banyak mengilhami unsur gerak pencak silat. Penghuni alam semenanjung melambangkan keperwiraan hulubalang-hulubalang Melayu pada zaman kegemilangan kesultanannya. i) Bunga Padi. Brunei Darussalam diwakili oleh bunga padi yang melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan lahir dan batin sebagai suatu hasil kerja keras, ketekunan dan kesabaran.
284
j) Keris. Senjata kebesaran bangsa-bangsa rumpun Melayu dengan mata keris mengarah ke bawah dalam posisi tidak terhunus melambangkan falsafah dari pencak silat sebagai ilmu beladiri sejati. Keris baru akan terhunus apabila telah didesak penggunanya. Selain itu keris juga melambangkan keluhuran aspek mental spiritual, kekayaan aspek seni dan keampuhan aspek beladiri. k) Tiga Bulatan. Melambangkan aspek olahraga antarabangsa dalam persilatan.
Lambang PERSILAT ini merupakan penyempurnaan dari lambang
PERSILAT yang pertama. Baik lambang gambar pertama maupun penyempurnaannya diubah oleh Arief bin Haji Zahari yang merupakan penolong setia usaha PERSISI. Arti lambang disusun oleh Arief bin Haji Zahari sebagai pengubah lambang dilengkapi oleh Oyong Karmayuda dari IPSI. Lambang
PERSILAT untuk pertama kalinya disahkan oleh rapat anggota pendiri PERSILAT pada tanggal 30 Maret 1981 bertempat di Sea View Hotel Singapura.
PERSILAT didirikan pada hari Selasa tanggal 11 Maret 1980 bertempat di
Anjungan Jawa Barat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Indonesia. Tanggal, bulan dan tahun di dalam kelahiran PERSILAT juga diabadikan dalam filosofis lambang PERSILAT yang masih berhubungan erat dengan penjelasan lambang
PERSILAT pada point yang pertama yaitu dalam bentuk:
a) Tanggal 11. Dilambangkan dengan lima balung di kanan dan enam balung di kiri kerangka pangkal sayap Garuda. b) Bulan Maret. Dilambangkan juga dengan menggunakan tiga bulatan. c) Tahun 1980. (1) Angka satu dilambangkan oleh keris; (2) Angka Sembilan dilambangkan oleh seluruh motif yang berjumlah Sembilan yaitu keris berjumlah satu, sayap garuda berjumlah dua, singa berjumlah satu, harimau berjumlah satu, bunga padi berjumlah dua, rangkaian bulatan berjumlah satu, pita bawah berjumlah satu; (3) Angka delapan dilambangkan dengan dua jalinan bulatan sebagai angka delapan; (4) Angka nol dilambangkan dengan satu bulatan sebagai angka nol.
285
3) Kejuaraan Dunia Pencak Silat
Cabang olahraga pencak silat sudah berkembang di berbagai negara di
Asia, Eropa, Australia, Amerika dan Afrika. Karena itu PB. IPSI terus menerus berupaya untuk melakukan pembinaan. Untuk dapat melangsungkan pembinaan tersebut, PB. IPSI mengawali pembinaan dengan pesta pencak silat tiga negara pada tanggal 26 s/d 26 April 1980 yang diikuti oleh 3 negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura sebagai tuan rumah.
Perkembangan pertandingan pencak silat dalam tingkat internasional diawali pada saat diadakan Invitasi Internasional Pencak Silat ke I pada tanggal 28 s/d 29 Agustus 1982 di Jakarta yang diikuti oleh 7 negara yaitu Belanda, Singapura
Malaysia, Jerman Barat, Amerika, Australia dan Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan Invitasi Internasional Pencak Silat ke II pada tanggal 26 s/d 28 November
1984 di Jakarta yang diikuti oleh 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Austria,
Singapore, Jerman Barat, Amerika Serikat, Perancis, Spanyol, Yugoslavia dan
Belanda.
Pada tanggal 27 Juli s/d 2 Agustus 1986 dengan melihat perkembangan cabang olahraga pencak silat di mancanegara yang sangat pesat. Pencak silat dapat dipertandingkan di Wina, Austria dan merupakan pertandingan pencak silat untuk yang pertama kalinya bertempat di luar negeri yaitu Eropa serta merubah sebutan nama Invitasi Internasional Pencak Silat ke III menjadi Kejuaraan Dunia Pencak
Silat ke III. Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III 1986 di Wina Austria diikuti oleh
14 negara yaitu Austria, Spanyol, Perancis, Belanda, Jerman Barat, Amerika
286
Serikat, Inggris, Swiss, Suriname, Malaysia, Turki, Yugoslavia, Indonesia dan
Singapura yang tercatat dalam Hisbullah Rachman (1997: 19).
Hingga sampai dengan yang terakhir cabang olahraga pencak silat telah
mengadakan Kejuaraan Dunia Pencak Silat sebanyak tujuh belas kali. Kejuaraan
Dunia Pencak Silat yang terakhir diselenggarakan di Bali, Indonesia pada tanggal 2
s/d 9 Desember 2016 yang diikuti oleh 40 negara dan Kontingen Pencak Silat
Indonesia berhasil menjadi Juara Umum 1 dengan memperoleh total 12 medali
emas, 4 medali perak dan 4 medali perunggu.
Tabel 29. Kejuaraan Dunia Pencak Silat. (Sumber: PB. IPSI) No Kejuaraan Tahun Tempat Peserta 1 Invitasi Internasional I 1982 Jakarta (Indonesia) 7 Negara
2 Invitasi Internasional II 1984 Jakarta (Indonesia) 10 Negara
3 Kejuaraan Dunia III 1986 Wina (Austria) 14 Negara
4 Kejuaraan Dunia IV 1987 Kuala Lumpur (Malaysia) 18 Negara
5 Kejuaraan Dunia V 1988 Singapura 18 Negara 6 Kejuaraan Dunia VI 1990 Den Haag (Belanda) 18 Negara 7 Kejuaraan Dunia VII 1992 Jakarta (Indonesia) 20 Negara 8 Kejuaraan Dunia VIII 1994 Hatyai (Thailand) 19 Negara 9 Kejuaraan Dunia IX 1997 Kuala Lumpur (Malaysia) 20 Negara 10 Kejuaraan Dunia X 2000 Jakarta (Indonesia) 20 Negara 11 Kejuaraan Dunia XI 2002 Penang (Malaysia) 19 Negara 12 Kejuaraan Dunia XII 2004 Singapura 20 Negara
13 Kejuaraan Dunia XIII 2007 Kuantan Pahang (Malaysia) 26 Negara
14 Kejuaraan Dunia XIV 2010 Jakarta (Indonesia) 31 Negara 15 Kejuaraan Dunia XV 2012 Chiang May (Thailand) 25 Negara 16 Kejuaraan Dunia XVI 2015 Phuket (Thailand) 34 Negara 17 Kejuaraan Dunia XVII 2016 Bali (Indonesia) 40 Negara
287
Gambar 50. Eddie M. Nalapraya memberikan sambutan pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat III 1986 di Wina, Austria. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1986)
Gambar 51. Suasana Kejuaraan Dunia Pencak Silat IV 1987 di Kuala Lumpur, Malaysia. (Dokumen: PB. IPSI, 1987)
288
Gambar 52. Peserta Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke VI di Den Haaq, Belanda dari tanggal 16 s/d 23 September 1990. (Dokumen: PB. IPSI, 1990)
Gambar 53. Kontingen Pencak Silat Indonesia Juara Umum I dengan 12 emas, 4 perak dan 4 perunggu pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke XVII 2016 di Gor Lila Bhuana, Bali, Indonesia pada tanggal 2 s/d 9 Desember 2016. (Dokumen: Pelatnas Pencak Silat Indonesia, 2016)
289
4) Kejuaraan Dunia Pencak Silat III 1986 Wina, Austria
Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III 1986 di Wina, Austria adalah merupakan Kejuaraan Dunia Pencak Silat yang pertama kali digelar di luar negeri.
Hal Ini merupakan sebuah catatan bersejarah yang sangat berharga bagi perjalanan dan perkembangan cabang olahraga pencak silat hingga sampai dengan sekarang ini. Semenjak cabang olahraga pencak silat dipertandingkan di Invitasi Internasional
Pencak Silat ke I tahun 1982 di Jakarta yang diikuti oleh 7 negara peserta dan
Invitasi Internasional Pencak Silat ke II 1984 yang diikuti oleh 9 negara peserta.
Semenjak Eddie M. Nalapraya terpilih sebagai Presiden PERSILAT, banyak berbagai terobosan yang dilakukannya untuk memperkenalkan serta mempromosikan pencak silat sehingga bisa go Internasional. Salah satunya adalah
Eddie berani memutuskan dan mengadakan Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III
1986 di Wina, Austria. Jika pada saat itu Eddie tidak memiliki sebuah keberanian, tidak mungkin akan menyetujui penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke
III 1986 di Wina, Austria. Keputusan dan penunjukan Austria sebagai tuan rumah penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III adalah pada saat diadakannya rapat kerja PERSILAT pada tanggal 19 Desember 1985 di Jakarta.
Sebenarnya pada saat itu banyak sekali alternative tempat di luar negeri yang memungkinkan untuk mengadakan Kejuaraan Dunia Pencak Silat dan salah satunya yaitu di Belanda. Belanda merupakan negara yang memiliki hubungan sangat dekat terutama hubungan sejarah dengan Indonesia. Jadi apabila tidak berani
290 untuk menyikapinya, mungkin Eddie pada waktu itu akan lebih memilih Belanda sebagai tempat penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III. Akan tetapi
Eddie berpikir lebih panjang untuk memperkenalkan serta mempromosikan cabang olahraga pencak silat di kalangan masyarakat dunia dan negara-negara Eropa.
Setiap tahun banyak orang pencak silat Indonesia yang dikirim ke Belanda.
Baik itu sebagai pelatih perguruan atau pengurus. Tetapi Eddie berani menyikapi hal tersebut, padahal pada waktu itu di Austria baru hanya ada beberapa perguruan pencak silat saja dibandingkan dengan Belanda yang sudah memiliki Federasi
Pencak Silat Belanda. Oleh karena itu cukup memiliki sebuah resiko kegagalan yang sangat besar untuk dapat menyelenggarakan Kejuaraan Dunia Pencak Silat yang pertama kalinya di luar negeri.
Pada saat itu kontingen Indonesia mengirimkan total sebanyak 72 orang yang terdiri dari manager, pelatih, atlet, pengurus dan tim demonstrasi dari perguruan Merpati Putih berjumlah 20 orang. Banyak orang-orang luar negeri tertarik untuk datang dan melihat pertandingan pencak silat yang pertama kalinya dipertandingkan di benua Eropa. Tidak hanya penonton dari Austria saja, tetapi banyak yang datang dari berbagai negara-negara di Eropa.
291
Gambar 54. Eddie M. Nalapraya mengecek lokasi pertandingan Kejuaraan Dunia Pencak Silat III di Wina, Austria tahun 1986 bersama dengan jajaran PB. IPSI yaitu Hisbullah Rachman, Notosoejitno dan panitia pertandingan. (Dokumen: Hisbullah Rachman, 1986)
5) Asas Persaudaraan, Persatuan, dan Menghormati
Banyak orang yang bertanya serta heran bagaimana Eddie dapat diterima
oleh orang luar negeri yang memiliki latar belakang kehidupannya berbeda secara
budaya, bahasa dan agama di dalam mengembangkan pencak silat di luar negeri.
Bukan Eddie namanya jika tidak memiliki pendekatan yang baik terhadap orang luar
negeri di dalam mempromosikan pencak silat. Eddie menuturkan bahwa kita harus
memiliki sikap baik kepada orang lain.
“I come here as a friend to make friendship, I will respect you, and Les’t
we make unity”. Seperti itulah garis besar yang dipegang Eddie dalam
292 mengembangkan pencak silat di luar negeri. Tidak ada batas antara negara dan agama diantara kita, semuanya adalah sama sebagai keluarga dan saudara. Namun banyak orang yang meragukan Eddie dalam membuat sistem kekeluargaan di dalam
PERSILAT itu sendiri. Eddie pernah ditanya oleh seseorang, “Pak Eddie, anda bikin kekeluargaan apa bisa jalan sama orang asing itu”? Eddie menjawab “Bisa”.
Orang tersebut bertanya, “Apa buktinya”?
Kemudian Eddie menceritakan pengalaman kontingen pencak silat
Indonesia pada waktu mengikuti Kejuraan Dunia Pencak Silat ke III di Wina,
Austria tahun 1986. Pada saat itu rombongan kontingen pencak silat Indonesia berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hattta dengan menggunakan tiket pesawat Garuda Indonesia yang dibelikan oleh Presiden Soeharto. Dengan rute penerbangan dari Jakarta menuju ke Zurich, Swiss. Kemudian dari Zurich, Swiss menuju ke Wina, Austria menggunakan jalur darat dengan Shuttle bus bertingkat yang sudah dipesan oleh Rustadi Effendi sebagai manager kontingen jauh-jauh hari sebelumnya melalui Avis Travel yang merupakan perusahaan transportasi kaliber kelas dunia untuk seluruh kawasan Eropa dan dunia termasuk ada di Indonesia.
Setelah Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III selesai. Rombongan kontingen pencak silat Indonesia kembali ke tanah air dengan tiket pesawat yang telah dibelikan oleh Presiden Soeharto dengan rute penerbangan dari Amsterdam,
Belanda menuju ke Jakarta. Berarti rombongan kontingen pencak silat Indonesia
293 menempuh perjalanan darat kembali menggunakan Shuttle bus dari Wina, Austria menuju ke Amsterdam, Belanda dengan melintasi negera Jerman.
Di tengah perjalanan yaitu di kota Munchen, Jerman rombongan kontingen pencak silat Indonesia berhenti untuk makan siang di stasiun kereta api
Hauptbahnhof yang terletak di pusat kota Munchen. “Jangan ada yang turun dulu”, kata Rustadi Effendi sambil turun untuk mengecek harga makanan. “Ini harganya berapa kentang lalu pake ayam satu sama coca cola” tanya Rustadi kepada penjual.
“Itu harganya 4,6 Deutsche Mark”, kata penjual.
Setelah tau harga makanannya, Rustadi Effendi dan Arifuddin Pangka menghitung uang terlebih dahulu kemudian dikalikan jumlah anggota rombongan.
Setelah dihitung cukup lalu rombongan disuruh turun dari bus untuk makan siang.
Sebelumnya Rustadi Effendi berpesan sama penjual makanan “Jangan kasih tambah pake apalah kasih paket ini aja, kalau ada yang minta tambah jangan” pesan Rustadi Effendi kepada penjual mengingat kondisi keuangan kontingen yang paspasan. Setelah semua selesai makan siang di kota Munchen, Jerman rombongan kemudian melanjutkan perjalanan dan bermalam di kota Stuttgart, Jerman.
Pada pagi harinya rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke kota
Amsterdam, Belanda. Di tengah perjalanan yaitu di kota Aachen, Jerman rombongan berhenti untuk makan siang. Melihat kondisi keuangan kontingen semakin menipis, Arifuddin Pangka menjamin untuk membayari makan siang rombongan karena pada waktu itu Arifuddin Pangka adalah satu-satunya orang
294 dalam rombongan yang mempunyai kartu kredit American Express (Amex) dan bisa dipake sebanyak 5000 dolar.
Setelah selesai makan siang di kota Aachen, Jerman. Rustadi Effendi dan
Arifuddin Pangka ke kasir untuk membayar biaya makan siang menggunakan kartu kredit Amex. Setelah digesek ternyata kartu kredit Amex yang dimiliki Arifuddin tidak bisa digunakan “Ini close tidak bisa dipakai”, kata kasir tersebut. Karena ternyata kartu kredit Amex apabila akan dipake di luar negeri harus dibuka terlebih dahulu di pusat Bank Amerika yaitu di Swiss dan belum dibuka.
Kebetulan pemilik rumah makan tersebut adalah orang keturunan China berasal dari kota Semarang yang suaminya orang Jerman. Rustadi Effendi sudah gugup dan kebingungan karena jika mau bayar dengan uang kas kontingen jumlahnya tidak cukup. “Ibu udah saya tinggal KTP aja deh”, kata Rustadi Effendi.
Kemudian pemilik rumah makan tersebut menjawab “Nggak laku kalau KTP bapak disini”. Akhirnya Rustadi Effendi mengambil insiatif untuk mengumpulkan uang dari rombongan kontingen untuk menutupi kekurangan uang kas kontingen dan akhirnya bisa membayar biaya makan siang.
Setelah selesai makan siang di kota Aachen, Jerman rombongan kemudian melanjutkan perjalanan dan sore harinya sudah sampai di kota Amsterdam, Belanda.
Di kota Amsterdam, Belanda rombongan kemudian bertemu dan bergabung dengan
Eddie yang sudah menunggu serta mengatur sebagian anggota rombongan yang akan terbang terlebih dahulu untuk pulang ke Indonesia. Rombongan yang sudah
295 terbang terlebih dahulu ke Indonesia dipimpin oleh Harsoyo. Rombongan yang tersisa ada 35 orang yang tetap tinggal di kota Amsterdam, Belanda untuk menunggu penerbangan pada esok harinya bersama dengan Eddie.
Pada saat itu Eddie bingung karena mau tidur di hotel tetapi sudah tidak punya uang lagi. Akhirnya Eddie memanggil para pengurus pencak silat Belanda.
“Gue gak tau nih, ini ada 35 orang bawa ke rumah masing-masing”, tutur Eddie.
Dari situ ada yang bawa dua orang, ada yang tiga orang, ada yang satu orang. Setelah keesokan harinya Hisbullah Rachman ditanya oleh Eddie, “Lu tidur dimana semalem”? “Tidur dibawah tangga pak”, jawab Hisbullah Rachman bercanda. “Itu kalau tidak unity tidak bisa”, tutur Eddie kepada orang yang bertanya tersebut.
Itu adalah salah satu kesan dari kepemimpinan Eddie, yaitu bisa melakukan sebuah pendekatan. Melihat kondisi dan situasi keuangan yang sudah habis, sistem kekeluargaan dipilih. Cabang olahraga lain jarang yang bisa seperti itu. Tetapi kita ada interaksi seperti keluarga besar. Hal seperti itu tidak gampang dan mudah serta tergantung pemimpinnya. Bukan kita yang mengatur, tetapi pemimpin yang berbicara sehingga orang-orang tersebut mau mengerti dan mau menerima.
296
Gambar 55. Eddie M. Nalapraya bersama dengan kontingen pencak silat Turki saat makan bersama dirumah Eddie di Cipayung, Bogor. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2010)
Gambar 56. Eddie M. Nalapraya menghadiri pesta pernikahan Mr. George L. Fredriksz, Presiden Pencak Silat Belanda di Leeuwarden, Belanda. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2002)
297 g. Menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta
Sebelum menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Eddie merupakan seorang perwira tinggi TNI berpangkat Mayor Jenderal. Eddie mengakhiri karir dari kedinasan militer pada tahun 1984 dan bersiap mengemban tugas baru menjadi
Wakil Gubernur DKI Jakarta. Mungkin terlintas di dalam cakrawala melihat kembali jejak-jejak perjalanan panjang dirinya sebagai seorang prajurit Tentara
Nasional Indonesia dalam wawancara dengan seorang wartawan, Eddie berucap:
“Saya benar-benar merasakan pahit getirnya perjuangan meniti karir dari
bawah, mulai dari pangkat yang paling rendah. Semuanya itu kiranya
dapat menjadi pelajaran dan cermin bagi prajurit-prajurit muda dalam
menempuh karir ke jenjang yang lebih tinggi”.
Karir Eddie didalam pemerintahan sebagai Wakil Gubernur tidak bisa diangap semudah seperti membalikkan tangan begitu saja. Eddie menjadi Wakil
Gubernur DKI Jakarta periode tahun 1984 s/d 1987 bersama dengan R. Soeprapto sebagai Gubernur. Sebagai seorang Wakil Gubernur tugas Eddie cukup berat dan menyita banyak waktu. Entah mengapa Pemerintah Pusat pada waktu itu memilih
Eddie menjadi Wakil Gubernur bidang Pemerintahan dan Keamanan. Gubernur
DKI Jakarta R. Soeprapto mengungkapkan dipilihnya Eddie selain sudah dikenal cukup lama juga karena putera asli Betawi yang tahu banyak seluk beluk permasalahan ibukota.
298
Dari perspektif ABRI, penempatan Eddie sebagai Wakil Gubernur DKI
Jakarta karena policy dari fungsi kekaryaan ABRI waktu itu. Eddie tidak pernah menyangka bisa diangkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Berangkali memang sudah garisan tangan dari Tuhan Yang Maha Esa Eddie harus duduk manjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ada sinyal kuat yang menyebutkan bahwa
Eddie yang merupakan orang Betawi memang sengaja dipasang sebagai Wakil
Gubernur DKI Jakarta untuk memenangkan Golkar. Karena sejak Pemilu tahun
1971, 1977 dan 1982 Golkar tidak pernah menang di DKI Jararta. Golkar hanya meraih kursi 35% di DKI Jakarta. Barulah pada Pemilu 1987, Golkar menang di
DKI Jakarta dengan perolehan suara 55%.
Kekalahan Golkar di DKI Jakarta akibat kekecewaan masyarakat Betawi yang melihat maraknya usaha panti pijat dan diskotik yang sudah meluas dimana- mana. Sementara masyarakat Betawi adalah masyarakat religius yang taat dengan norma-norma agama sehingga sebagai bentuk protes mereka melampiaskan kekesalanya dengan tidak mencoblos Golkar pada setiap Pemilu. Mereka memang tidak pernah unjuk rasa, berbuat anarkis atau demonstrasi. Hasilnya Golkar tidak pernah menang di DKI Jakarta kecuali sejak tahun 1987.
Pembagian tugas Eddie dengan R. Soeprapto selaku Gubernur sudah disepakati masing-masing. Eddie sengaja lebih banyak bermain di akar rumput
(grass root). Pada masa orde baru birokrasi memang dipaksa untuk memenangkan
Golkar. Eddie berusaha merangkul alim ulama dan para tokoh masyarakat yang berada di luar Golkar. Eddie mendatangi majelis taklim, para ibu pengajian dengan
299 pendekatan lebih kearah kekeluargaan. Kendati menjadi Wakil Gubernur DKI
Jakarta, namun Eddie tidak mau memposisikan dirinya sebagai pejabat. Eddie tempatkan posisinya sebagai seorang bapak dan tokoh Betawi sehingga tidak ada jarak serta batasan antara dirinya dengan mereka.
Selama Eddie menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, banyak
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkungan Pemda
DKI Jakarta yang diminta Eddie untuk menjadi pengurus IPSI di DKI Jakarta. Mulai dari kepengurusan IPSI tingkat daerah, tingkat kota sampai dengan tingkat kecamatan. Pengurus Kecamatan (Pengcam) IPSI pertama yang ada di DKI Jakarta adalah Pengurus Kecamatan IPSI Pasar Rebo.
Gambar 57. Eddie M. Nalapraya saat dilantik sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1984)
300 h. Pendekar Besar Perguruan Tapak Suci
1) Sejarah Perguruan Tapak Suci
Perguruan Tapak Suci sebagai Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia yang memiliki kelengkapan organisasi, metode pembinaan, kurikulum pendidikan dan program secara resmi yang didirikan pada hari Rabu 31 Juli 1963 bertepatan dengan 10 Rabi’ulawai 1383 H. Tetapi sejarah kelahiran Tapak Suci sebagai perguruan pencak silat dimulai jauh sebelum itu. Bermula dari dua pendekar kakak beradik yang belajar pencak silat kepada K.H. Busyro di perguruan Banjarnegara.
Setelah berguru selama 9 bulan di Banjarnegara, Jawa Tengah dan dinyatakan selesai kedua kakak beradik tersebut melanjutkan dengan pendalaman keilmuan pencak silat.
Dalam masa pendalaman keilmuan pencak silat inilah sang kakak yang bernama Achmad Dimyati melakukan pengembaraan kearah barat dan akhirnya sampai ke daerah Cikalong, Cimande dan Banten. Tiga tahun lamanya Achmad
Dimyati secara tekun mendalami aliran pencak silat yang ada di Jawa Barat.
Sementara adiknya Achmad Wahib selama lima tahun berkelana di seluruh pulau
Jawa dan Madura belajar dari berbagai guru silat untuk memperdalam ilmunya. Dua pendekar kakak beradik inilah yang di kemudian hari menjadi pendiri dan guru besar perguruan pencak silat Kauman yang akhirnya mendirikan perguruan Tapak Suci.
Achmad Dimyati dan Achmad Wahib masing-masing memiliki sifat yang sangat berbeda dan bahkan bertentangan satu sama lainnya. Achmad Dimyati yang
301 menguasai secara mantap aliran pencak silat Cikalong, Cimande serta debus Banten di samping ilmu dasar yang dimilikinya mempunyai sifat kebapakan, pemalu, tidak suka menonjolkan diri, pendiam dan tertutup. Sebaliknya Achmad Wahib yang selain menguasai dasar ilmu pencak silat yang diwarisi dari guru besarnya yaitu
K.H. Busyro juga menguasai berbagai aliran pencak silat yang ada di Jawa dan
Madura serta Kuntaw dari Tiongkok yang mempunyai sifat berani, tidak mengenal kompromi, brandal dan terbuka.
Dengan hanya menggunakan sepotong handuk sebagai senjata, Achmad
Wahib malang melintang di dunia persilatan serta sering sekali naik panggung dan turun panggung untuk memenangkan hadiah pertarungan. Dengan sifatnya yang pemberani dan tidak mengenal kompromi yang ada di dalam dirinya menyebabkan
Achmad Wahib sering bentrok dengan serdadu Belanda sehingga sempat menjadi buronan penjajah. Sehingga dengan sendirinya sosok pendekar Achmad Wahib lebih dikenal dan lebih menonjol dibanding dengan kakaknya Achmad Dimyati.
Sebagai seorang pendekar, Achmad Dimyati mempunyai sikap bahwa untuk menilai suatu aliran beladiri janganlah menilai dimana kelemahannya, tetapi nilailah dimana keunggulannya.
Setelah cukup lama berkecimpung di dunia persilatan, kedua pendekar ini menyadari bahwa sudah tiba waktunya ilmu pencak silat yang mereka miliki harus diamalkan dan diwariskan kepada generasi muda untuk dikembangkan dikemudian hari. Maka pada sekitar tahun 1925 keduanya mendirikan perguruan Kauman
302 dengan aliran ilmu pencak silat yang lebih dikenal dengan sebutan Cikauman yang berarti sungai Kauman atau aliran Kauman.
Di dalam perguruan Kauman atau Cikauman ini secara tegas digariskan dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya yaitu: (1)
Membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian Indonesia, bersih dari ilmu sesat dan syirik; (2) Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara; (3) Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tindak kesucian.
Dengan pedoman dasar inilah perguruan pencak silat Kauman secara tegas dan konsekuen telah meninggalkan ilmu pencak silat yang mengandung kesesatan dan syirik dan semata-mata mendasarkan dirinya kepada pembinaan secara metodik, ilmiah, terarah dan dinamis. Sejalan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu dimana semangat nasionalisme sedang bangkit yang dilandasi keimanan mewarnai pergerakan angkatan muda dalam menentang penjajahan kaum kafir di muka bumi
Indonesia, maka perguruan pencak silat Kauman mampu berkembang dengan pesat.
Di dalam waktu relative singkat lahirlah sejumlah pendekar-pendekar muda yang di kemudian hari berjalur lurus menuju ke perguruan Tapak Suci.
Diantara para pendekar muda yang lahir dari perguruan Kauman ini, pada angkatan kedua yang menonjol dapat dicatat antara lain pendekar Moh. Syamsuddin yang sewaktu berguru merangkap sebagai pembantu rumah tangga yang kemudian diangkat menjadi pembantu utama (Asisten) dari Pendekar Besar Achmad Wahib
303 dan juga dikenal sebagai pemain sepak bola tangguh dan disegani pada zamannya.
Dengan bentuk badannya yang besar dan kokoh Moh. Syamsuddin melahirkan jurus-jurus andalan Katak, Lembu dan Harimau.
Dengan izin dari gurunya, Moh. Syamsuddin kemudian mendirikan pesantren sendiri yaitu perguruan Seranoman yang juga berkembang dengan baik.
Dari perguruan Seranoman ini, lahirlah pendekar Moh. Zahid sebagai murid angkatan ketiga murid langsung dari Moh. Syamsuddin. Menurut riwayat, beliau mempunyai otak yang cemerlang dan dinamis dalam pencak silat. Kegesitan, kecepatan dan ketajaman geraknya konon sulit dicarikan tandingannya. Beliaulah yang meletakkan dasar baru dalam metode pembinaan sehingga lebih mudah dimassalkan. Dari angkatan keempat dengan dasar pembinaan keilmuan metodis dan dinamis yang sudah diterapkan. Tampilan Moh. Djamiat Dalhar yang tidak asing lagi dalam dunia olahraga Indonesia sebagai tokoh macan bola dan Moh. Bakir
Odrus seorang sesepuh yang dikemudian hari menjadi Pembina Tapak Suci di DKI
Jakarta.
Dari angkatan kelimaini, Ibu Pertiwi mencatat 20 orang nama murid perguruan Kauman yang gugur sebagai Kusuma Bangsa dalam menegakkan kemerdekaan melawan penjajah Belanda yaitu pada waktu Agresi kedua bulan
Desember 1948 di belahan barat Yogyakarta. Untuk mengenang jasa-jasa para patriot tersebut, perguruan Tapak Suci kemudian mendirikan Kelompok Inti yang terdiri dari 20 anggota yang diberi nama KOSEGU (Korps Serba Guna) yang secara
304 aktif turut ambil bagian membantu ABRI dalam penumpasan G-30-S PKI tahun
1965.
Dari angkatan keenam tercatat nama pendekar Moh. Barie Irsyad sebagai murid langsung dari Pendekar Moh. Zahid kemudian disempurnakan oleh sembilan guru dari berbagai aliran pencak silat. Pendekar Moh. Barie Irsyad merupakan perbendaharaan serta sumber keilmuan yang sangat berharga dan meyakinkan sehingga diberi wewenang untuk memimpin pesantren sendiri yaitu perguruan
Kasegu.
Angkatan ketujuh merupakan angkatan yang berperan melahirkan perguruan Tapak Suci. Dalam angkatan ketujuh ini tercatat antara lain: (1)
Perguruan Kauman, murid langsung dari Pendekar Achmad Wahib yaitu Achmad
Djakfar, Moh. Dalhar Suwardi dan Muhammad Slamet; (2) Perguruan Seranoman, murid langsung dari pendekar Moh. Syamsuddin yaitu Moh. Zundar Wiesman dan
Anis Susanto; (3) Perguruan Kasegu, murid langsung dari Pendekar Moh. Barie
Irsyad yaitu Irfan Hadjam, Moh. Djakfal Kusuma, Moh. Sobri Ahmad dan Moh.
Rustam Njundap. Murid angkatan ketujuh ini mulai berlatih pencak silat pada tahun
1957 dan rata-rata berusia di bawah 15 tahun. Pembinaannya dilakukan secara kontinyu serta tidak mengenal waktu. Biasanya berlatih empat kali dalam seminggu mulai dari pukul delapan malam sampai mendekati subuh.
305
1. Lahirnya Perguruan Tapak Suci
Persiapan kelahiran perguruan Tapak Suci diprakarsai oleh perguruan
Kasegu asuhan Pendekar Moh. Barie Irsyad. Pada bulan Januari 1963 timbulah gagasan untuk mendirikan sebuah perguruan pencak silat dilengkapi dengan anggaran dasar, seragam, simbul, kurikulum serta metode pembinaan dan pendidikan dalam bentuk sebuah lembaga pendidikan yang permanen dan bersifat secara universal. Dalam pertemuan atau sarasehan yang diadakan diantara ketiga perguruan di Kauman yang sesungguhnya sama tetapi memiliki perbedaan dalam tata cara pengembangan dan penyajian keilmuan. Setelah melalui perdebatan yang sengit sebagaimana lazimnya dalam suatu sarasehan persilatan dengan berbagai adu argumentasi yang disertai dengan pembuktian yang keras, akhirnya tercapailah sebuah kesepakatan.
Dengan dasar pengertian dan dengan maksud agar persatuan serta perkembangan perguruan dapat dijamin untuk tidak selalu melahirkan aliran baru dari sumber yang sama. Maka pendekar Achmad Dimyati dan pendekar Achmad
Wahib sebagai pendiri perguruan Kauman merestui bahwa perguruan Tapak Suci merupakan sebagai kelangsungan dari perguruan Kauman yang telah didirikan pada tahun 1925 dan berpusat di Yogyakarta. Atas dasar kesepakatan yang sama disusunlah tim untuk mempersiapkan sarana dan perangkat perguruan antara lain tim organisasi diketuai oleh Irfan Hadjam dan tim perguruan diketuai oleh Moh.
306
Rustam Njundab. Hasil rumusan tersebut tercatat di dalam sejarah kelahiran perguruan Tapak Suci.
Segala sarana dan perangkat telah dipersiapkan dan tim perumus menyampaikan hasil kepada pertemuan tiga perguruan pada tanggal 1 Juli 1963.
Pembahasan organisasi tidak banyak mengalami persoalan, tetapi perumusan keilmuan untuk metode pendidikan banyak menemui persoalan yang perlu dibahas serta memerluhkan pembuktian. Ini disebabkan karena dari semula sudah disepakati bahwa prinsip lahirnya perguruan Tapak Suci harus merupakan aliran tersendiri yang berkepribadian dan berwatak khas.
Suatu kenyataan sejarah bahwa perguruan Tapak Suci telah ditakdirkan untuk lahir serta berkembang di seluruh persada nusantara untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat yang metodis dan diamis. Semuanya ini berkat kebesaran jiwa para pendekar pendahulu yang sudah mampu untuk memandang jauh ke depan dengan merestui lahirnya perguruan Tapak Suci dan sekaligus melebur perguruan Kauman yang telah ada sejak tahun 1925. Tapak Suci adalah amanat para pendekar perguruan Kauman kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
Dengan rahmat dan ridho Allah SWT, pada hari Rabu 31 Juli 1963 bertepatan dengan 10 Rabiulawal 1383 H pada pukul 20.00 WIB lahirlah perguruan
Tapak Suci secara resmi. Kelahiran perguruan Tapak Suci ditandai dengan adanya pertemuan terbuka yang dihadiri oleh para tokoh persilatan dan masyarakat umum
307
bertempat di gedung Pesantren Aisyiah Kauman Yogyakarta dengan susunan
pengurus yang pertama.
Gambar 58. Pendekar Besar H. Muh. Barie Irsjad pendiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci)
308
Tabel 30. Tim perumus sarana dan perangkat perguruan. (Sumber: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 1986: 15-16) TIM PERUMUS SARANA DAN PERANGKAT PERGURUAN TAPAK SUCI No Sarana dan Perangkat Perumus Moh. Barie Irsyad 1 Nama Perguruan Moh. Rustam Njundap Djakfal Kusuma 2 Tata Tertib Upacara Moh. Barie Irsyad 3 Do’a dan Ikrar H. Djarnawi Hadikusuma 4 Lambang Perguruan Moh. Fahmie Ishom 5 Lambang Anggota Suharto Sujak 6 Lambang Tim Inti Kosegu Ajib Hamzah Moh. Zundar Wiesman 7 Bentuk dan Warna Pakaian Anis Susanto
Tabel 31. Pengurus Perguruan Tapak Suci Periode Pertama. (Sumber: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 1985: 14) PENGURUS PERGURUAN TAPAK SUCI (Periode Pertama 1963 s/d 1966) Pelindung H. Djarnawi Hadikusuma Penasihat Drs. Moh. Dihan Hadjam, M.Ed. Ketua I Moh. Barie Irsyad Ketua II Moh. Dalhar Suwardi Sekretaris I Moh. Rustam Njundap Sekretaris II Moh. Dalhar Suwardi Bendahara I Moh. Sobri Achmad Bendahara II Moh. Zundar Wiesman Perlengkapan Achmad Dja’far; Moh. Slamet Anggota Moh. Djakfal Kusuma; Anis Susanto Bidang Keilmuan Achmad Wahib; Achmad Dimyati Bidang Medis Dr. Moh. Baried Ishom
2) Lambang Perguruan Tapak Suci
Kesadaran akan fungsi angkatan muda Muhammadiyah serta sebagai
pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah pada tanggal 10
Rabi’ulawwal 1383 Hijriyah bertepatan pada tanggal 31 Juli 1963 Miladiyah di
Yogyakarta lahir organisasi Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera
Muhammadiyah dengan ikhlas mengabdikan diri kepada agama, bangsa dan negara.
309
Dengan motto “Dengan Iman dan Akhlaq saya menjadi kuat, tanpa Iman dan
Akhlaq saya menjadi lemah”.
Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah merupakan sebuah aliran, perguruan dan organisasi pencak silat serta merupakan anggota khusus dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Perguruan Seni Beladiri
Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah secara resmi memutuskan serta menyatakan untuk ikut menggabungkan diri secara nasional dengan IPSI pada waktu dilaksanakan Rapat Kerja Nasional Tapak Suci ke III di Pekalongan, Jawa
Tengah tahun 1969. Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah termasuk dalam
10 anggota perguruan Historis PB. IPSI, yaitu perguruan yang menunjang keutuhan dan berkembangnya IPSI sebagai organisasi tunggal pembina pencak silat di
Indonesia.
Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah bertekad bulat untuk mengangungkan asma Allah SWT kekal dan abadi. Dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna. Dengan kesucian menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeretan dan dijiwai dengan sikap jujur, rendah hati, berakhlaqul karimah dalam mengamalkan ajaran
Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Makna dan lambang
Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
310
Gambar 59. Lambang Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci)
Tabel 32. Simbol dan arti lambang Perguruan Tapak Suci. (Sumber: AD/ART Tapak Suci, 2015: 18-19) LAMBANG PERGURUAN TAPAK SUCI NO SIMBOL ARTI 1 Bentuk Bulat Bertekad bulat 2 Berdasar Biru Keagungan 3 Bertepi Hitam Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT 4 Bunga Mawar Keharuman 5 Warna Merah Keberanian 6 Daun Kelopak Hijau Kesempurnaan 7 Bunga Melati Putih Kesucian 8 Jumlah Sebelas Rukun Islam dan Rukun Iman 9 Tangan Kanan Putih Keutamaan 10 Terbuka Kejujuran 11 Berjari Rapat Keeratan 12 Ibu Jari Tertekuk Kerendahan hati 13 Sinar Matahari Kuning Putera Muhammadiyah
3) Ikrar Anggota Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Dari setiap Anggota Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera
Muhammadiyah berkewajiban, berikrar, memahami makna dan mengamalkan Ikrar
Anggota Tapak Suci Putera Muhammadiyah sebagai berikut:
311
Bismillahir Rahmanir Rahim
Asyhadu an laa illaaha illallah Wa asyhadu anna muhammadan rasuulullah Rodlittu billahirobba Wabi islamidina Wabimuhammadin nabiyyaw warasulla Robbi zidnii ilmaa Warzuqnii fahmaa Qul huwallahu ahad Allahus samad Lam yalid wa lam yulad Wa lam yakul lahu kufuwan ahad
Saya anggota Tapak Suci Putera Muhammadiyah berikrar:
1. Setia menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah semata. 2. Mengabdi kepada Allah, berbakti kepada bangsa dan negara serta membela keadilan dan kebenaran. 3. Menjauhkan diri dari segala perangai dan tingkah laku yang tercela. 4. Mencari perdamaian dan kasih sayang serta menjauhi perselisihan dan permusuhan. 5. Patuh dan taat pada peraturan-peraturan serta percaya kepada kebijaksanaan pimpinan. 6. Dengan Iman dan Akhlaq saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlaq saya menjadi lemah.
Laa hawla wa laa quwwata illa billahil aliyil adzim
4) Ketingkatan Perguruan Tapak Suci
Ketingkatan didalam Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera
Muhammadiyah memiliki tiga jenjang yaitu Pendekar, Kader dan Siswa. Masing- masing jenjang memiliki lima ketingkatan sehinga jumlah total keseluruhan ketingkatan di perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah terdiri dari lima belas tingkat.
312
Jenjang Siswa merupakan jenjang pendidikan dan pelatihan dasar pada perguruan Tapak Suci. Jenjang Siswa Tapak Suci ditandai dengan adanya sabuk warna kuning dengan jumlah bunga melati yang berbeda berwarna cokelat.
Pendidikan dan pelatihan untuk jenjang siswa diselenggarakan oleh Pimpinan
Daerah Tapak Suci. Jenjang ketingkatan Siswa Tapak Suci terdiri atas lima tingkat yaitu: Siswa Dasar, Siswa Satu, Siswa Dua, Siswa Tiga dan Siswa Empat.
Materi Pendidikan serta pelatihan pada jenjang Siswa Tapak Suci meliputi:
(1) Al-Islam dan Ke-Muhammadiyah-an; (2) Ilmu Pencak Silat; (3) Pembinaan
Fisik dan Mental; (4) Pengetahuan Organisasi; (5) Kesehatan Olahraga. Peraturan pendidikan dan pelatihan jenjang siswa diatur dalam peraturan khusus tentang
Sistem Pendidikan dan Pelatihan Siswa yang ditetapkan Pimpinan Pusat Tapak
Suci. Untuk mengetaui evaluasi hasil pendidikan dan latihan pada jenjang Siswa
Tapak Suci dilakukan ujian kenaikan tingkat. Peraturan ujian dan kenaikan tingkat pada jenjang Siswa Tapak Suci diatur dalam peraturan tentang Ujian dan Kenaikan
Tingkat Siswa (UKTS) yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci.
Jenjang Kader merupakan jenjang pendidikan bagi Siswa Tapak Suci yang telah selesai dan dinyatakan lulus menempuh pendidikan dan pelatihan pada jenjang siswa. Jenjang Kader Tapak Suci ditandai dengan sabuk warna biru dengan jumlah bunga melati yang berbeda bewarna merah. Pendidikan dan pelatihan untuk Kader diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Tapak Suci. Jenjang ketingkatan Kader
313
Tapak Suci terdiri atas lima tingkat yaitu: Kader Dasar, Kader Muda, Kader Madya,
Kader Kepala dan Kader Utama.
Materi pendidikan serta latihan pada jenjang Kader Tapak Suci meliputi:
(1) Al-Islam dan Ke-Muhammadiyah-an; (2) Ilmu Pencak Silat; (3) Pembinaan
Fisik dan Mental; (4) Pengetahuan Organisasi; (5) Kesehatan Olahraga; (6) Karya
Tulis. Peraturan pendidikan dan pelatihan Kader diatur dalam peraturan khusus tentang Sistem Pendidikan dan Pelatihan Kader yang ditetapkan Pimpinan Pusat
Tapak Suci. Untuk melakukan evaluasi hasil pendidikan dan latihan pada jenjang
Kader Tapak Suci dilakukan ujian kenaikan tingkat. Peraturan ujian dan kenaikan tingkat jenjang Kader Tapak Suci diatur dalam Peraturan Khusus tentang Ujian dan
Kenaikan Tingkat Kader yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci.
Jenjang Pendekar merupakan jenjang tertinggi dalam ketingkatan di
Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Jenjang Pendekar Tapak Suci ditandai dengan sabuk berwarna hitam dengan jumlah bunga melati yang berbeda bewarna hitam. Pembinaan dan pengembangan untuk jenjang Pendekar Tapak Suci diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci. Jenjang ketingkatan Pendekar
Tapak Suci terdiri atas lima tingkat yaitu: Pendekar Muda, Pendekar Madya,
Pendekar Kepala, Pendekar Utama dan Pendekar Besar.
Materi pembinaan serta pengembangan di dalam jenjang Pendekar Tapak
Suci adalah meliputi: (1) Al-Islam dan Ke-Muhammadiyah-an; (2) Ilmu Pencak
Silat; (3) Pengetahuan Organisasi; (4) Pembinaan Fisik dan Mental; (5) Kesehatan
314
Olahraga; (6) Karya tulis / karya nyata. Peraturan pembinaan dan pengembangan
diatur dalam Peraturan Khusus tentang Sistem Pembinaan dan Pengembangan
Pendekar Tapak Suci yang ditetapkan Pimpinan Pusat Tapak Suci. Untuk
melakukan evaluasi hasil pembinaan dan pengembangan Pendekar Tapak Suci
dilakukan ujian kenaikan tingkat. Peraturan ujian dan kenaikan tingkat Pendekar
Tapak Suci diatur dalam Peraturan Khusus tentang Ujian dan Kenaikan Tingkat
Pendekar yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci.
Tabel 33. Jenjang dan ketingkatan Perguruan Tapak Suci. (Sumber: AD/ART Tapak Suci, 2015: 48-50) JENJANG TINGKAT TAPAK SUCI No Jenjang No Tingkat Singkatan Sabuk 1 Pendekar Besar P.Br 2 Pendekar Utama P.Ua 1 PENDEKAR 3 Pendekar Kepala P.Ka 4 Pendekar Madya P.Mdy 5 Pendekar Muda P.Ma 6 Kader Utama K.Ua 7 Kader Kepala K.Ka 2 KADER 8 Kader Madya K.Mdy 9 Kader Muda K.Ma 10 Kader Dasar K.Da 11 Siswa Empat - 12 Siswa Tiga - 3 SISWA 13 Siswa Dua - 14 Siswa Satu - 15 Siswa Dasar -
5) Dilantik Pendekar Utama Tapak Suci
Eddie M. Nalapraya dilantik sebagai Pendekar Utama dari perguruan
Tapak Suci Putera Muhammadiyah pada hari Minggu tanggal 6 Mei 1984. Pada
periode tahun 1984 s/d 1987 yang menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat
Tapak Suci Putera Muhammadiyah adalah H. Djarnawi Hadikusumo. Pelantikan
315
Eddie sebagai Pendekar Utama Tapak Suci Putera Muhammadiyah berlangsung di
Silang Monas, Jakarta Pusat. Pelantikan dilakukan oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci
Putera Muhammadiyah disaksikan secara langsung oleh ribuan masa Tapak Suci yang datang dari semua unit latihan di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Pada upacara pelantikan sebagai Pendekar Utama Tapak Suci, Eddie didampingi oleh Sekretaris Jendral Pimpinan Pusat Tapak Suci yaitu Muhammad
Rustam Njundab yang bertugas untuk mewakili Muhammad Barie Irsjad sebagai
Ketua Dewan Pembina Pimpinan Pusat Tapak Suci yang berhalangan hadir melantik dan menyematkan sabuk. Namun pada akhirnya yang bertugas melantik Eddie secara resmi sebagai Pendekar Utama Tapak Suci adalah H. Muhammad Bakir
Odrus selaku Ketua Umum Pimpinan Wilayah IV Tapak Suci DKI Jakarta.
Kemudian yang membacakan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera
Muhammadiyah adalah Muhammad Rustam Njundap sebagai Sekretaris Jenderal
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Seiring dengan berjalannya waktu, melihat besarnya loyalitas serta perjuangan Eddie mendedikasikan seluruh daya upaya serta pikiran terhadap kemajuan perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah selama 12 tahun. Tahun
1996, Eddie mendapatkan promosi kenaikan tingkat Pendekar Besar (P.Br) oleh
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Sejak pertamakali diangkat sebagai Pendekar Utama (P.Ua) Tapak Suci Putera Muhammadiyah tahun 1984.
Eddie masuk dalam pengurus Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah sebagai Dewan Penasihat dan turut aktif mengikuti berbagai kegiatan yang
316
diselenggarakan oleh pimpinan perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah dari
tingkat cabang Tapak Suci sampai dengan di tingkat pusat Tapak Suci untuk
memberikan nasihat, masukan serta arahan demi kemajuan perguruan.
Gambar 60. Eddie M. Nalapraya didampingi Sekjen PPTS. Moh. Rustam Njundab dan Muhammad Bakir Odrus selaku Ketua Umum Pimpinan Wilayah Tapak Suci DKI Jakarta pada upacara pelantikan Pendekar Utama Tapak Suci di Silang Monas Jakarta, 6 Mei 1984. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 1984)
317
Gambar 61. Eddie M. Nalapraya dilantik Pendekar Utama Tapak Suci oleh Muhamad Bakir Odrus didampingi Moh. Rustam Njundab, Aat Rahmat dan Hisbullah Rachman. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 1984)
6) Loyalitas Terhadap Perguruan Tapak Suci
Ketua Umum PB. IPSI dan Presiden PERSILAT, Eddie M. Nalapraya
adalah Pendekar Besar dan anggota Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah
yang tercatat dalam PPTS (1998: 10) dengan Nomor Baku Tapak Suci (NBTS)
73.001.001.048.04. Eddie selalu mengatakan bahwa IPSI tanpa dukungan dari
berbagai perguruan pencak silat tidak ada apa-apanya. Dalam ceramah umum pada
saat Muktamar Tapak Suci di Surabaya yang dihadiri semua Muktamirin, Eddie
meminta Tapak Suci mencantumkan disemua perlengkapan dengan logo IPSI.
Muktamirin menanggapi dengan menanyakan apakah ada aturannya? Pada
saat itu dijawab, Tapak Suci mempunyai dua induk organisasi yaitu Muhammadiyah
dan IPSI. Padahal kenyataannya adalah berbeda, Tapak Suci adalah Organisasi
318
Otonom Muhammadiyah. Tapak Suci dengan Muhammadiyah menyatu, satu aqidah, satu aspirasi, satu maksud dan tujuan. Sedangkan Tapak Suci menjadi anggota IPSI untuk satu tujuan yaitu memenuhi persyaratan untuk dapat ikut pertandingan dan perlombaan.
Sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Tapak Suci Bab IV Pasal 4 ayat
5 yang berbunyi, “Aktif dalam lembaga olahraga dan seni baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun Swasta yang tidak menyimpang dari maksud dan tujuan
Tapak Suci”. Dalam kesempatan Penataran Kepelatihan dan Wasit Juri pada waktu makan pagi bersamaan itu juga Eddie memberikan suatu pengarahan “Tapak Suci tidak perlu mempunyai peraturan sendiri, sesuaikan saja dengan peraturan IPSI, agar Tapak Suci berprestasi”. Pimpinan Pusat Tapak Suci memberikan tanggapan yang bijaksana dan alhamdulillah Eddie sebagai Ketua Umum PB. IPSI puas dan mengatakan, “Meskipun saya Ketua Umum dalam hal pencak silat baru sampai
Cibubur”. Meski demikian pengaruhnya sudah sangat meluas. Banyak berbagai
Pimpinan Wilayah Tapak Suci melaksanakan Kejuaraan Wilayah (Kejurwil),
Pimpinan Daerah Tapak Suci menyelenggarakan Kejuaraan Daerah (Kejurda) dengan peraturan IPSI. Semua itu bisa terjadi karena anggota Tapak Suci yang aktif di IPSI merasa lebih eksis.
Selain itu pada setiap kegiatan yang diadakan oleh Perguruan Tapak Suci
Putera Muhammadiyah, Eddie selalu meluangkan waktu untuk datang pada acara
Tanwir, Muktamar, Rapat Kerja Nasional maupun Kejuaraan Nasional Tapak Suci
Putera Muhammadiyah untuk memberikan arahan dan nasihat. Setelah dilantik
319
sebagai Pendekar Utama Tapak Suci Putera Muhammadiyah bertempat di Silang
Monas, Jakarta Pusat pada hari Minggu tanggal 6 Mei 1984, Eddie secara resmi
masuk dalam jajaran pengurus Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah
untuk pertama kalinya pada periode tahun 1987 s/d 1991 sebagai Dewan Penasihat
bersama Ir. H. Dasron Hamid Made dan Drs. H. Sutrisno Muhdam.
Gambar 62. Pendekar Utama Tapak Suci, Eddie M. Nalapraya memberikan amanat dalam pembukaan Muktamar Tapak Suci ke IX tanggal 5 s/d 7 April 1986 di Jakarta. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 1986)
320
Gambar 63. Eddie M. Nalapraya menghadiri Pelantikan 5 petinggi ABRI dalam Fanan Hasanudin (2017: 20) yaitu Pangdam V Brawijaya, Pangamartim, Kapolda Jatim, Dankodik AU, dan Gubernur AAL sebagai Pendekar Kepala Kehormatan Tapak Suci di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 1996)
Gambar 64. Eddie M. Nalapraya menghadiri malam resepsi menyongsong Milad Tapak Suci Putera Muhammadiyah ke 55 tahun di kantor DPD Daerah Istimewa Yogyakarta. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 2018)
321
7) 20TH Open Belgium Pencak Silat Championship 2015
Sebagai salah satu anggota dari 10 perguruan Historis PB. IPSI. Perguruan
Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah selama ini mempunyai andil besar di dalam perkembangan pencak silat di Indonesia. Dibuktikan dengan meningkatnya jumlah anggota yang diimbangi dengan catatan prestasi yang mampu diraih oleh atlet-atlet Tapak Suci yang telah memberikan sumbangsihnya di kancah daerah, regional, nasional, maupun internasional.
Beberapa atlet Tapak Suci yang telah berjasa memberikan sumbangsihnya terhadap prestasi olahraga Indonesia antara lain: Mul Fahri, Titik Muti’ah, Abas
Akbar, Indro Catur Haryono, Anas Yusuf, Nur Iskak Al Jufri, Muhammad Asdar,
Rony Syaifullah, Lutfan Budi Santosa, Tuti Winarni, Hamdani, Muhammad Yusuf
Efendi, Alip Almunanti, Wida Wijaya, Anissa Pangestina, Sapto Purnomo, Johan,
Awaludin Nur, Rahmat Fitroh Ramdani, Slamet Riyadi, Muhammad Rizki Adi
Wijaya, Dicky Ananda, Firdhana Wahyu Putra, Galang Tri Widyaputra, Iqbal
Candra Pratama, Eko Febrianto dan masih banyak lagi atlet Tapak Suci yang berprestasi.
Pencapaian prestasi tersebut merupakan suatu hal yang sangat membanggakan bagi Tapak Suci dan Indonesia. Namun disisi lain akan menjadi amanah yang lebih besar bagi Tapak Suci. Prestasi harus selalu meningkat karena sebagai tolak ukur keberhasilan didalam pembinaan prestasi. Sehingga memerluhkan wadah pembinaan atlet-atlet berpotensi yang mampu berkembang dengan baik.
322
Perkembangan prestasi pencak silat menjadi tugas bersama baik dari pemerintah, masyarakat dan semua pihak yang terkait untuk mewujudkan prestasi yang mendunia dan berbudaya. Sebagaimana terdapat dalam salah satu tugas pokok
Bidang Pembinaan Prestasi di Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah yaitu dengan menjadikan berbagai kejuaraan IPSI untuk mendata dan mengukur prestasi atlet Tapak Suci dari tingkat cabang, daerah, regional, nasional, maupun internasional. Hal ini berarti setiap kejuaraan baik yang diselenggarakan di dalam internal Tapak Suci, IPSI, maupun PERSILAT merupakan suatu kesempatan untuk mengukur prestasi dan berdakwah sebagaimana tujuan hakiki dari syiar Tapak Suci
Putera Muhammadiyah itu sendiri.
Dalam laporan pertanggung jawaban Pimpinan Pusat Tapak Suci (2018:14) sehubungan dengan pentingnya pembinaan prestasi atlet Tapak Suci pada bulan Mei
2015 Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah mengirimkan kontingen untuk berpartisipasi dalam kejuaraan pencak silat Belgium Open yang berlangsung pada hari Sabtu s/d Minggu tanggal 8 s/d 10 Mei 2015 di Schoten, Vondensteynstraat 78
Belgium. Dalam kejuaraan tersebut kontingen Tapak Suci Indonesia diperkuat oleh sebanyak 12 atlet pencak silat Tapak Suci yang diambil dari hasil Kejuaraan
Nasional Golongan Dewasa ke XIV Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang diselenggarakan di GOR Manahan Solo pada tanggal 20 s/d 24 Agustus 2014.
Ketua Umum dari Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah yaitu Letkol Inf. (Purn) M. Afnan Zamhari, P.Br sebagai manajer kontingen Tapak
Suci Indonesia menugaskan lima Pendekar Tapak Suci untuk mendampingi atlet
323
Tapak Suci Indonesia yang berlaga pada Kejuaraan Pencak Silat Belgium Open
2015 berdasarkan surat Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah nomor:
A-54/PPTS/I/2015.
Sehubungan akan diberangkatkannya kontingen Tapak Suci Indonesia di
Kejuaraan Belgia Open 2015. Ketua Bidang Pembinaan Prestasi di Pimpinan Pusat
Tapak Suci Putera Muhammadiyah mengadakan pemusatan latihan di Padepokan
Pencak Silat Indonesia selama tujuh hari. Sebelum berlatih di Padepokan Pencak
Silat Indonesia, hari Jum’at tanggal 24 April 2015 keseluruhan anggota kontingen
Tapak Suci Indonesia dari berbagai Pimpinan Wilayah Tapak Suci berkumpul di kampung Kauman Yogyakarta yang merupakan tempat berdirinya dan sebagai pusat perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah untuk melakukan koordinasi dan pengukuhan kontingen.
Di dalam pertemuan tersebut, kontingen Tapak Suci Indonesia bersamaan dengan Rapat Kerja Nasional Dewan Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah bertempat di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jl. KH. Ahmad Dahlan No.
103 Yogyakarta berdasarkan surat dari Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera
Muhammadiyah nomor: A-61/PPTS/III/2015. Peserta Rapat Kerja Nasional Dewan
Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah meliputi Departemen Pembinaan dan
Pendidikan serta Dewan Pendekar Pimpinan Wilayah Tapak Suci seluruh Indonesia yang berlangsung pada tanggal 25 s/d 26 April 2015. Dengan dibuka dan dimulainya
Rapat Kerja Nasional Dewan Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah pada hari Sabtu tanggal 25 April 2015 pukul 20.00 WIB, pada forum dan acara yang sama
324 diadakan pengukuhan kontingen Tapak Suci Indonesia oleh Pimpinan Pusat Tapak
Suci Putera Muhammadiyah sekaligus memohon doa restu kepada para Pendekar, sesepuh dan senior perguruan Tapak Suci.
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah memperhatikan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan terselenggaranya kegiatan Perguruan Seni
Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dipandang perlu untuk menetapkan kenaikan tingkat khusus Pendekar dan Kader Tapak Suci Putera
Muhammadiyah. Memperhatikan bahwa personil yang sudah ditetapkan serta dikukuhkan dinilai telah menunjukkan dedikasi, loyalitas dan prestasi yang membawa nama baik perguruan Tapak Suci dan mampu melaksanakan serta mengamalkan berbagai tugas sebagai Pendekar dan Kader Tapak Suci Putera
Muhammadiyah. Mengingat AD/ART Tapak Suci dan program kerja Pimpinan
Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah berdasarkan keputusan tim evaluasi yang telah dimandatkan Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah memutuskan untuk menetapkan dan mengukuhkan 14 anggota kontingen Tapak Suci Indonesia yang terdiri dari 2 Pendekar dan 12 Kader Tapak Suci untuk dinaikkan satu tingkat lebih tinggi dengan surat keputusan nomor: B-39/PPTS/IV/2015. Pelantikan kenaikan tingkat Pendekar dan Kader Tapak Suci tersebut dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 April 2015 pukul 10.00 WIB di halaman Masjid Gede Kauman yang dihadiri oleh ratusan Siswa, Kader dan Pendekar Tapak Suci.
325
Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang bertugas membacakan
Surat Keputusan Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah dan melantik
Pendekar dan Kader adalah H. Sudjono Ragil S, P.Br. Setelah acara pelantikan
Pendekar dan Kader tersebut selesai. Pada pukul 13.00 WIB kontingen Tapak Suci
Indonesia bertolak menuju ke Solo, Jawa Tengah untuk melakukan pemusatan latihan selama 2 hari. Pada hari Selasa tanggal 28 April 2015 kontingen Tapak Suci
Indonesia bertolak menuju Padepokan Pencak Silat Indonesia untuk melakukan pemusatan latihan selama 7 hari.
Sebelum berangkat menuju Schoten, Belgia. Pada hari Rabu tanggal 6 Mei
2015 pukul 09.00 WIB bertempat di Padepokan Pencak Silat Indonesia Taman Mini
Indonesia Indah, Jakarta. Kontingen pencak silat Tapak Suci Indonesia menggelar acara pelepasan dengan jajaran PB. IPSI, Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera
Muhammadiyah, pendekar dan senior perguruan Tapak Suci. Dalam acara pelepasan tersebut turut hadir Eddie M. Nalapraya yang merupakan sesepuh IPSI dan sekaligus Pendekar Besar Tapak Suci serta merupakan Dewan Penasihat
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah hingga saat ini.
Di dalam acara pelepasan tersebut Eddie berpesan kepada anggota kontingen Tapak Suci Indonesia untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas dan fair play dalam bertanding. Selain itu Eddie berharap agar kontingen
Tapak Suci Indonesia dapat menjadi contoh perguruan pencak silat lainnya. Tidak lupa juga Eddie sedikit bercerita tentang sejarah perkembangan pertandingan cabang olahraga pencak silat. “Pencak silat untuk pertama kali dipertandingkan di
326
luar negeri tempatnya di Eropa yaitu pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke III di
Wina, Austria pada tahun 1986. Mungkin kalian belum pada lahir pencak silat
sudah dipertandingkan di tingkat dunia,” tutur Eddie.
Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah
merupakan perguruan pencak silat anggota perguruan Historis PB. IPSI yang
melaksanakan tugas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga menjadi wakil
Indonesia dalam Kejuaraan Pencak Silat Belgia Open 2015. Hasil dari kejuaraan
tersebut kontingen Tapak Suci Indonesia berhasil meraih 4 emas, 3 perak dan 3
perunggu serta berhasil menjadi juara umum ke 2. Hasil tersebut sudah sesuai target
mengingat persiapan yang hanya berkisar selama 10 hari menjelang kejuaraan
berlangsung.
Tabel 34. Kontingen Tapak Suci Indonesia di kejuaraan Belgia Open 2015. (Sumber: Pimpinan Pusat Tapak Suci, A-54/PPTS/I/2015) KONTINGEN TAPAK SUCI INDONESIA No Nama Jabatan Pimpinan Wilayah 1 Hidayatul Arham A Putra SumateraUtara 2 Bangun Novembriansyah B Putra Jawa Tengah 3 Detya Ardhi Darma C Putra D.I. Yogyakarta 4 Ozzy Frahenki D Putra Riau 5 Iqbal Candra Pratama E Putra Kalimantan Timur 6 Dicky Ananda F Putra Riau 7 M. Rizki Adi Wijaya G Putra Jawa Tengah 8 Firdhana Wahyu Putra I Putra D.I. Yogyakarta 9 Alih Yutika Nanda C A Putri Jawa Tengah 10 Wida Wijaya B Putri Kalimntan Timur 11 Indah Putri Wijaya C Putri Kalimantan Timur 12 Fenti Kurniyati E Putri Lampung 13 M. Afnan Zamhari Manager D.I. Yogyakarta 14 Aldia Witra Asisten Riau 15 Rony Syaifullah Pelatih Jawa Tengah 16 Indro Catur Haryono Official Jawa Tengah 17 Alimudin Pangka Official Sulawesi Selatan 18 Haeruddin Makassau Official Sulawesi Selatan
327
Tabel 35. Pengukuhan kenaikan tingkat Pendekar dan Kader Tapak Suci. (Sumber: Pimpinan Pusat Tapak Suci, B-39/PPTS/IV/2015) MEMUTUSKAN MENETAPKAN DAN MENGUKUHKAN No Menetapkan Nama Sebagai 1 Pertama Indro Catur Haryono Pendekar Utama 2 Kedua Rony Syaifullah Pendekar Kepala Firdhana Wahyu Putra Kader Utama M. Riski Adi Wijaya Kader Utama Dicky Ananda Kader Utama Fenty Kurniyati Kader Kepala Iqbal Candra Pratama Kader Kepala Ozzy Frahenki Kader Kepala 3 Ketiga Detya Adhi Dharma Kader Madya Wida Wijaya Kader Madya Hidayatul Arkham Kader Muda Bangun Novembriansyah Kader Muda Alih Yutika Nanda Kader Muda Indah Putri Wijaya Kader Muda
Tabel 36. Kontingen peserta kejuaraan pencak silat Belgia Open 2015. (Sumber: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 2015) KONTINGEN PESERTA BELGIA OPEN 2015 No Negara No Tim 1 Belgia 1 Pencak Silat Belgia 2 Australia 2 Pencak Silat Australia 3 Suriname 3 Pencak Silat Suriname 4 Austria 4 Pencak Silat Austria 5 Inggris 5 Pencak Silat Inggris 6 Indonesia 6 Tapak Suci Indonesia 7 Malaysia 7 Tim SEA Games 2015 Malaysia 8 Bongkot Belanda 9 Satria Muda Indonesia (SMI) Belanda 10 Perisai Putih Belanda 11 Asembagus Belanda 8 Belanda 12 Paulu Sembilan Belanda 13 Padjajaran Nasional Belanda 14 Manyang Belanda 15 Perisai Diri Belanda 16 Bintang Lima Belanda 9 Swiss 17 Perisai Diri Belanda 10 Perancis 18 PSHT Perancis 19 Tapak Suci Jerman 11 Jerman 20 Bongkot Jerman 21 Sigepy Jerman
328
Gambar 65. Pengukuhan kontingen Tapak Suci Indonesia di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 2015)
Gambar 66. H. Sudjono Ragil S, P.Br membacakan SK PPTS Nomor: B-39/PPTS/IV/2015. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 2015)
329
Gambar 67. Pendekar Besar Tapak Suci Eddie M. Nalapraya berfoto bersama dengan kontingen Pencak Silat Tapak Suci Indonesia. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 2015)
Gambar 68. Kontingen Tapak Suci Indonesia menjadi juara umum II dalam Kejuaraan Pencak Silat Belgium Open 2015 dengan perolehan 4 emas, 3 perak, dan 3 perunggu. (Dokumen: Pimpinan Pusat Tapak Suci, 2015)
330 i. Pencak Silat Masuk SEA Games XIV 1987
Pesta olahraga antarnegara di Asia Tenggara yang saat ini dikenal dengan nama SEA Games dimulai dengan adanya Southeast Asian Peninsular Games atau
SEAP Games yang di cetuskan oleh Laung Sukhumnaipradit, Wakil Presiden
Komite Olimpiade Thailand. SEA Games pertama kali diselenggarakan di Bangkok,
Thailand pada tanggal 12 s/d 17 Desember 1959. Thailand, Myanmar, Malaysia,
Singapura, Vietnam dan Laos adalah negara-negara yang ikut berlaga pada pesta olahraga tersebut. Tujuan dari SEA Games yang dilaksanakan dua tahun sekali ini adalah untuk mempererat kerjasama, pemahaman, dan hubungan antarnegara di kawasan Asia Tenggara.
Dalam Tono Suratman (2016: 56-57), Pemerintah Indonesia untuk yang pertama kalinya pada tanggal 15 November 1977 melalui KONI Pusat melepas 313 orang perwakilan Indonesia ke SEA Games IX 1977 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kontingen Indonesia pada waktu itu terdiri dari 193 atlet putra, 72 atlet putri, 35 official untuk 17 cabang olahraga dan 13 orang KONI Pusat. SEA Games IX 1987 diikuti oleh 7 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam,
Thailand, Myanmar dan Filipina. Pembukaan SEA Games IX dilaksanakan pada 19
November 1977. Hasil dari SEA Games IX yang dilaksanakan pada tanggal 19 s/d
26 Desember 1977, kontingen Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan memperoleh 62 medali emas, 41 perak dan 33 perunggu dari 17 cabang olahraga yang diikuti.
331
Eddie sangat prihatin melihat cabang olahraga pencak silat hanya maksimal dipertandingkan di dalam kejuaraan skala nasional yaitu sejak pada PON VIII 1973 dibandingkan dengan cabang olahraga beladiri lainnya yang dapat dipertandingkan sampai dengan SEA Games, Asian Games dan Olympiade. Pada tahun 1987 kebetulan ada SEA Games XIV di Jakarta, Indonesia. Perlu diketaui persyaratan untuk menjadi cabang olahraga yang dapat dipertandingkan secara resmi dalam
SEA Games pada waktu itu adalah harus diikuti oleh minimal empat negara yang sudah resmi memiliki badan federasi nasional cabang olahraga di setiap negara.
Padahal kenyataan dilapangan untuk Asia Tenggara baru terdapat 3 negara yang memiliki induk organisasi nasional pencak silat antara lain Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI), Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) serta
Persekutuan Silat Singapura (PERSISI). Dengan demikian jumlah negara yang memiliki induk organisasi cabang olahraga pencak silat di negaranya agar dapat lolos secara resmi di SEA Games kurang satu. Eddie pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Umum PB. IPSI dan juga Presiden PERSILAT langsung terbang ke negara Brunai Darussalam untuk menemui Menteri Kebudayaan dan Olahraga yang intinya meminta agar Brunai Darussalam dapat segera membuat Federasi Pencak
Silat Brunai Darussalam.
“Pak menteri kalau boleh bikin persatuan pencak silat Brunai Darussalam supaya bisa ikut setahun lagi ke SEA Games Jakarta karena kalau kita 3 negara tidak boleh harus 4” tutur Eddie. Kemudian Menteri Kebudayaan dan Olahraga
332
Brunai Darussalam bertanya kepada Eddie “Kalau kita ikut pak Eddie kita dapet apa”? Lantas secara spontan Eddie menjawab pertanyaan dari Menteri Kebudayaan dan Olahraga Brunai Darussalam akan menfasilitasi seluruh proses pembinaan dan latihan atlet pencak silat dengan mengirimkan pelatih terbaik Indonesia untuk melatih atlet pencak silat Brunai Darussalam sampai dengan SEA Games digelar.
Pada akhirnya kedua belah pihak telah setuju kemudian langsung segera mengadakan pertemuan untuk membahas dan mempersiapkan pembentukan
Persekutuan Pencak Silat Kebangsaan Brunai atau disingkat PERSIB. Setelah
PERSIB secara resmi dibentuk kemudian Eddie mengirimkan salah satu pelatih pencak silat terbaik Indonesia yaitu Pudji Handoko untuk melatih pencak silat
Brunai Darussalam selama satu tahun untuk persiapan menghadapi SEA Games
XIV 1987 di Jakarta.
Tidak lama berselang kemudian Thailand juga turut membentuk sebuah organisasi pencak silat bernama Pencak Silat of Thailand (PSAT). Sehingga semakin memperkuat kedudukan pencak silat untuk bisa lolos di SEA Games XIV
1987 karena memiliki kekuatan lima negara organisasi nasional pencak silat. Pada akhirnya pencak silat diterima dan lolos sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan secara resmi di SEA Games XIV 1987. Karena pada waktu itu
Eddie menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta dan juga menjabat sebagai
Wakil Ketua Organizing Commite SEA Games yang memiliki hak otoritas secara penuh.
333
Untuk memperkenalkan sistem pertandingan olahraga pencak silat kepada seluruh pesilat Brunai Darussalam dan Thailand yang mempersiapkan diri untuk bertanding dalam SEA Games XIV 1987. Eddie didampingi oleh Yanuarno sebagai
Pimpinan Teknik pada bulan Desember 1986, rombongan PB. IPSI melawat menuju ke Brunai Darussalam dan Thailand untuk memperkenalkan sistem pertandingan olahraga pencak silat.
Dalam Aditya Charisma Permadi dan Siswantari (2013), SEA Games XIV
1987 dilaksanakan di Jakarta tanggal 11 s/d 15 September 1987 yang merupakan pertama kalinya pencak silat dipertandingkan secara resmi dalam SEA Games yang diikuti lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand serta Brunai
Darussalam. Kontingen pencak silat Indonesia dalam SEA Games XIV 1987 berhasil mendapatkan 11 emas, 4 perak dan menjadikan pencak silat Indonesia juara umum pertama. Dari situlah awal mula cikal bakal pencak silat dipertandingkan pada ajang multi event SEA Games XIV 1987 untuk yang pertama kalinya hingga sampai saat ini terakhir di SEA Games XXIX 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Dalam laporan PERSILAT (1991: 20-21), kecuali dalam SEA Games XVI
1991 di Manila, Filipina. Cabang olahraga pencak silat belum bisa dipertandingkan secara resmi karena belum memenuhi ketentuan lokal NOC tentang keanggotaan
PHILSILAT sehingga disepakati untuk menyelenggarakan South East Asia Pencak
Silat Championship di bawah payung dari SEA Games Organising Committee
(MANCOC) dan Philiphine Olympic Council (POC).
334
Tabel 37. SEA Games cabang olahraga pencak silat dipertandingkan. (Sumber: PB. IPSI) No Sea Games Tahun Tempat Peserta 1 SEA Games XIV 1987 Jakarta (Indonesia) 5 Negara 2 SEA Games XV 1989 Kuala Lumpur (Malaysia) 5 Negara 3 SEA Games XVI 1991 Manila (Filipina) Ekshibisi 4 SEA Games XVII 1993 Singapura 8 Negara 5 SEA Games XVIII 1995 Chiang Maia (Thailand) 8 Negara 6 SEA Games XIX 1997 Jakarta (Indonesia) 9 Negara 7 SEA Games XX 1999 Bandar Seri Begawan (Brunai) 9 Negara 8 SEA Games XXI 2001 Kuala Lumpur (Malaysia) 9 Negara 9 SEA Games XXII 2003 Hanoi (Vietnam) 9 Negara 10 SEA Games XXIII 2005 Manila (Filipina) 9 Negara 11 SEA Games XXIV 2007 Nakhon Ratchasima (Thailand) 9 Negara 12 SEA Games XXV 2009 Vientiane (Laos) 9 Negara 13 SEA Games XXVI 2011 Jakarta (Indonesia) 11 Negara 14 SEA Games XXVII 2013 Naypyidaw (Myanmar) 11 Negara 15 SEA Games XXVIII 2015 Singapura 11 Negara 16 SEA Games XXIX 2017 Kuala Lumpur (Malaysia) 9 Negara
Gambar 69. Pertandingan pencak silat kelas bebas, O’ong Maryono (INA) melawan Rusdi (Brunei) pada SEA Games XIV tahun 1987 di Jakarta dimenangkan oleh O’ong Maryono. (Dokumen: O’ong Maryono, 1987)
335
Gambar 70. Eddie M. Nalapraya menghadiri pembukaan pertandingan cabang olahraga pencak silat pada SEA Games XXIV 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2007)
Gambar 71. Eddie M. Nalapraya menghadiri pembukaan pertandingan cabang olahraga pencak silat pada SEA Games XXVI 2011 di Padepokan Pencak Silat Indonesia, Jakarta. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2011)
336 j. Melihat Perkembangan Pencak Silat Daerah
Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia periode 1990 s/d 1994 mencatat suatu gebrakan baru yakni melakukan Safari PB. IPSI yang berlangsung selama seminggu penuh pada tanggal 23 s/d 29 Oktober 1990. Skala prioritas yang ditetapkan adalah sepuluh Pengda IPSI di wilayah Indonesia bagian timur menjadi sasaran utamanya. Kunjungan PB. IPSI tersebut dilakukan di ibukota masing- masing Pengda IPSI.
Sepuluh kota tersebut yaitu adalah Mataram, Kupang, Dilli, Ambon,
Jayapura, Manado, Palu, Ujung Pandang, Kendari dan Denpasar. Rombongan Safari dipimpin langsung Ketua Umum PB. IPSI Eddie M. Nalapraya. Eddie juga didampingi Wakil Ketua Umum PB. IPSI Rosano Barack, Rustadi Effendi,
Hisbullah Rachman, Ariffudin Pangka, Both Sudargo, Sakti Tamat, Notosoejito serta pengurus teras lainnya.
PB. IPSI menilai bahwa sepuluh kota tersebut memiliki potensi cukup besar untuk pemasyarakatan, pengembangan serta pembinaan prestasi pencak silat.
Pada PELITA V, daerah dan kota di dalam wilayah Indonesia bagian Timur memperoleh prioritas pertama dari pemerintah pada saat itu. Karena wilayah tersebut memiliki potensi yang sangat cukup besar dan belum dibudidayakan secara penuh. Hal ini yang membuat PB. IPSI pada waktu itu secara tegas akan mendukung pemerintah.
337
Dalam setiap kunjungannya, Eddie tidak habis-habisnya selalu mengemukakan maksud dan tujuan Safari PB. IPSI itu. Kegiatan ini diharapkan dapat mampu melihat dan mendengar dari dekat permasalahan, pengembangan, pembinaan prestasi serta hambatan yang dihadapi segenap jajaran Pengda IPSI di wilayah Indonesia bagian Timur. Di dalam setiap kesempatan, rombongan Safari
PB. IPSI itu juga mengadakan pertemuan dengan segenap fungsionaris kepengurusan Pengda IPSI dan pimpinan perguruan pencak silat untuk memberikan petunjuk, pengarahan serta menyampaikan berbagai informasi terbaru mengenai perkembangan organisasi IPSI.
Dengan adanya Safari PB. IPSI ini benar-benar telah memperoleh gambaran secara jelas perihal kondisi makro yang sebenarnya terjadi mengenai keberadaan beberapa Pengda IPSI di wilayah Indonesia bagian Timur tersebut.
Hasil Safari itu merupakan bahan kajian PB. IPSI untuk menentukan konsep serta mengusahakan terealisasinya apa yang dihadapi pencak silat Indonesia.
338
Gambar 72. Ketua Umum PB. IPSI, Eddie M. Nalapraya beserta rombongan dijemput oleh Ketua Pengda IPSI Timtim, Kol. Suyatno Yuwono dan Danrem Timtim Kol. Worro. (Dokumen: PB. IPSI, 1990)
Gambar 73. Ketum PB. IPSI, Eddie M. Nalapraya berdialog dengan pendekar kecil di Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dokumen: PB. IPSI, 1990)
339 k. Padepokan Pencak Silat Indonesia
1) Hakikat Padepokan Pencak Silat
Padepokan adalah tempat dimana pemuda-pemuda “Ndepok” untuk
menimba ilmu dan berlatih keterampilan pada seorang guru yang dipercaya
memiliki ilmu dan keterampilan yang tinggi tentang sesuatu hal. Dalam Gema
Pencak Silat (1997: 1) “Ndepok” adalah kata kerja bahasa Jawa yang mempunyai
dua arti. Arti yang pertama adalah duduk bersila dengan tertib di hadapan sang
guru yang sedang memberikan pelajaran. Arti yang kedua adalah tinggal di
rumah atau tempat yang disediakan oleh sang guru dalam jangka waktu tertentu
untuk tujuan belajar pada sang guru tersebut.
Padepokan merupakan satu kompleks yang terdiri dari beberapa
bangunan sederhana, diantaranya bangunan tempat tinggal sang guru. Bangunan-
bangunan sederhana ini disebut “Pondok”. Di sekitar atau di dalam lokasi yang
tidak jauh dari padepokan tersebut terdapat tanah pertanian. Padepokan dan tanah
pertanian itu milik sang guru. Penghuni padepokan terdiri dari sejumlah pemuda
yang sedang belajar dan sang guru bersama keluarganya. Selama belajar di dalam
padepokan itu, pemuda-pemuda tersebut memberikan imbal jasa kepada sang
guru di dalam membantu sang guru dan keluarganya dalam mengerjakan tanah
pertaniannya. Hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
penghuni padepokan dan perawatan bangunan padepokan.
340
Pada jaman dahulu padepokan selalu berlokasi jauh dari keramaian, biasanya di daerah pegunungan dan hutan. Pemilihan lokasi yang demikian tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan suasana yang kondusif bagi kepentingan belajar dan mengajar. Para pemuda yang bertempat tinggal dan belajar di padepokan serta bekerja untuk padepokan, pada jaman dahulu disebut
“Cantrik”. Kata “Santri” untuk pemuda-pemuda yang belajar ilmu tentang agama Islam di pesantren berasal dari kata “Cantrik” ini. Padepokan mengajarkan berbagai ilmu dan keterampilan tertentu secara khusus. Seperti halnya ilmu serta keterampilan tentang seni tari, seni musik (karawitan), seni suara, agama, sistem beladiri dan lainnya. Padepokan yang khusus mengajarkan ilmu dan keterampilan yang berkaitan dengan pencak silat dinamakan padepokan pencak silat.
2) Pembangunan Padepokan Pencak Silat Indonesia
Berbicara pencak silat tidak lepas dari sosok Eddie M. Nalapraya. Pada masa kepemimpinan Eddie pencak silat semakin dikenal di mancanegara. Sudah tidak diragukan lagi pada masa kepemimpinan Eddie sebagai Ketua Umum PB.
IPSI dapat merangkul seluruh negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk membentuk PERSILAT hingga pada akhirnya pencak silat dapat dipertandingkan di tingkat internasional antara lain Kejuaraan Dunia Pencak
Silat dan SEA Games, termasuk memiliki Padepokan Pencak Silat Indonesia
(PnPSI).
341
PB. IPSI sebenarnya telah lama berkeinginan untuk memiliki sebuah padepokan pencak silat berskala nasional yang berlokasi di wilayah DKI Jakarta tetapi jauh dari keramaian dan kebisingan. Pengda IPSI seluruh Indonesia sebenarnya juga telah lama berkeinginan untuk memiliki padepokan pencak silat di daerahnya. Pada tahun 1985 keinginan Pengda IPSI Jawa Tengah dapat terwujud. Pada waktu itu atas bantuan dari Pemerintah Daerah Jawa Tengah dan seorang pengusaha nasional di Kartosuro, sebuah kota kecil yang letaknya sekitar sepuluh kilometer di sebelah barat kota Surakarta dibangunlah sebuah padepokan pencak silat yang bangunannya cukup besar untuk ukuran kota itu. Setelah itu di
5 kota lainnya di daerah Jawa Tengah dibangun 5 padepokan pencak silat yang lain.
Pada tahun 1988 Eddie sebagai Ketua Umum PB. IPSI yang sedang dalam kesulitan untuk membiayai kegiatan PB. IPSI mendapat tawaran bantuan dari tiga orang pecinta pencak silat yaitu Bambang Trihatmodjo, Rosano Barack dan Prabowo Subianto. Tawaran bantuan itu bukan hanya meyangkut biaya untuk mendukung berbagai kegiatan PB. IPSI tetapi juga untuk membangun sebuah padepokan pencak silat di lokasi yang masih diusahakan. Tahun 1990 usaha mendapatkan tanah untuk lokasi padepokan membuahkan hasil positif, yaitu di kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan luas lahan 52.300
M². Tanah tersebut merupakan pemberian dari Ibu Tien Soeharto selaku Ketua
342
Yayasan Purna Bhakti Pertiwi yaitu yayasan pendiri, pemilik dan pengelola
TMII.
Sebelum tahun 1991 kantor PB. IPSI terletak disatu ruangan sempit dikanselir KONI Pusat bertempat di Stadion Utama Senayan, diantara deretan kantor sekretariat beberapa Pengurus Besar Cabang Olahraga lainnya. Dengan dukungan dari PT Bimantara Group yang dipimpin langsung oleh Bambang
Trihatmodjo. Pada tahun 1991, PB. IPSI mendapat tempat di sebuah ruangan yang lebih representatif terletak dilantai satu gedung PT Bimantara Group Kebon
Sirih Jakarta.
Pada waktu itu PB. IPSI yang memegang tampuk kepemimpinan
PERSILAT sedang gencar-gencarnya mengembangkan serta melebarkan sayap pencak silat di mancanegara. Indonesia sebagai negara sumber pencak silat yang telah menjadi panutan dari seluruh masyarakat pencak silat dunia, tidak terkecuali oleh Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam yang juga merupakan pendiri PERSILAT. Posisi panutan pencak silat dunia telah membawa PB. IPSI kepada lamunan untuk mempunyai suatu sentra pencak silat setara dengan sebutan negara sumber pencak silat pewaris seni beladiri tradisional yang menjadi kebanggaan bangsa rumpun Melayu.
Padepokan yang dibangun diberi sebutan Padepokan Nasional Pencak
Silat Indonesia (PNPSI). Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan padepokan ini dilaksanakan secara bersama pada tanggal 28
343
November 1993 dihadiri oleh Menpora, Menpera, Mendikbud, Gubernur DKI
Jakarta, Ketua Umum KONI Pusat, Pimpinan TMII, Dewan Pertimbangan PB.
IPSI, Ketua Tim Persiapan Pembangunan PNPSI di tanah lokasi padepokan.
Peletakan batu pertama juga dihadiri oleh unsur-unsur Pengda IPSI dari 27
Propinsi, anggota Perguruan Historis yang sedang melaksanakan Rakernas
Teknis IPSI di Cibubur, Jakarta Timur, serta pimpinan dan warga perguruan
pencak silat se Jabodetabek.
Gambar 74. Peletakkan batu pertama tanda dimulainya pembangunan PnPSI tanggal 28 November 1993 dihadiri Eddie M. Nalapraya selaku Ketum PB. IPSI dan Presiden PERSILAT, Bambang Trihatmodjo selaku Dewan Penyantun, Menpora, dan Mendikbud. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1993)
344
3) Dukungan Ibu Tien Soeharto
Sudah lama para pendekar pencak silat di Indonesia menginginkan berdirinya sebuah padepokan pencak silat. Di berbagai belahan negara yang menjadi tanah kelahiran sebuah olahraga beladiri, padepokan yang seperti ini telah lama berdiri. Di sanalah seluruh peminat beladiri berkiblat dan belajar. Ide ini lantas digagas ulang oleh Prabowo Subianto tahun 1989. Pada waktu itu beberapa kalangan di PB. IPSI masih memimpikan memiliki padepokan sendiri.
Lantas ide tersebut oleh Prabowo Subianto diajukan kepada Ibu Tien Soeharto.
Ibu Tien Soeharto secara spontan langsung menyatakan siap mendukung ide pembangunan padepokan tersebut. Tidak tanggung-tanggung Ibu Tien Soeharto secara langsung memberikan lahan seluas 52.300 M² di kawasan TMII dan serangkaian rapat digelar.
“Bersama Sampurno, Eddie M. Nalapraya, Rustadi Effendi dan
Prabowo Subianto kemudian memulai tahap penelitian lahan, membuat gambar dan merancang padepokan ini,” kenang Rosano Barack. Setelah melewati beberapa perubahan dan perbaikan, peletakan batu pertama dilakukan pada 28
November 1993. Tetapi tidak semua lantas berjalan dengan mulus begitu saja.
Dalam perjalanan pembangunannya terdapat beberapa penyesuaian dan penundaan. “Pemindahan jaringan listrik tegangan tinggi juga butuh waktu.
Jadi penyelesaian pembangunannya juga sempat tertunda”, kata Rosano Barack.
Atas permintaan dari PB. IPSI bidang tanah yang semula seluas 52.300 M²
345 kemudian ditambah lagi oleh Ibu Tien Soeharto seluas 1.600 M² sesuai dengan rencana awal bangunan Padepokan Pencak Silat Indonesia sehingga total keseluruhan luas tanahnya menjadi 53.900 M².
Dengan dukungan dari berbagai pihak akhirnya PB. IPSI bisa menyelesaikan pembangunan padepokan ini. Meski baru diresmikan pada tanggal 20 April 1997 padepokan ini sudah dipergunakan untuk berbagai kegiatan pencak silat. Antara lain ketika berlangsungnya Pekan Olahraga
Nasional (PON) ke XIV tahun 1996, padepokan pencak silat ini dimanfaatkan sebagai arena pertandingan dan penampungan atlet.
Gambar 75. Hj. R.A. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. (Dokumen: https://www.pinterest.se/pin/325033298088906142/)
346
4) Iuran Para Pengusaha
Atlet cabang olahraga pencak silat sudah sepatutnya bangga dengan adanya Padepokan Pencak Silat Indonesia. Bayangkan di tengah TMII yang terletak di kawasan elit berdiri sebuah padepokan pencak silat megah yang menelan biaya pembangunannya senilai Rp 31 miliar pada waktu itu. Bahkan dihitung dari nilai tanahnya saja, nilai harga tanah padepokan pencak silat ini terus melambung. Berdirinya padepokan ini merupakan hasil buah kerja keras dari banyak orang. “Tanpa dukungan dari rekan-rekan pengusaha lainnya, tidak bisa dibayangkan padepokan ini bisa terwujud”, ungkap Rosano Barack. Biaya pembangunan padepokan ini memang berasal dari iuran beberapa pengusaha.
Tidak lama setelah ide dan gagasan pembangunan padepokan pencak silat disetujui oleh Ibu Tien Soeharto. Rosano Barack dan Prabowo Subianto berkeliling menemui rekan-rekannya untuk meyakinkan para pengusaha.
Hasilnya sungguh menggembirakan, tercatat sebanyak 30 pengusaha dan perusahaan ikut iuran untuk mewujudkan gagasan ini. Jika biaya pembangunan padepokan ini menelan 31 miliar rupiah, artinya setiap pengusaha rata-rata menyumbang 1 miliar pada waktu itu. “Yang menggembirakan kami, para pengusaha semuanya merasa terpanggil sebagai orang Indonesia dan merogoh kantongnya untuk membangun padepokan ini”, kata Rosano Barack.
Pelaksanaan pembangunan Padepokan Pencak Silat Indonesia dilapangan diserahkan kepada Rosano Barack dan ASPAC Consultindo dari PT
347
Duta Graha Indah. Seluruh dana pembangunan yang diperoleh Prabowo Subianto
dari iuran para pengusaha kemudian diserakan kepada Rosano Barack untuk
pembangunan Padepokan Pencak Silat Indonesia.
Peran dari Ibu Tien Soeharto juga tidak kecil dalam pembangunan
Padepokan Pencak Silat Indonesia ini. Selain menyumbang lahan di kompleks
TMII seluas 53.900 M², Ibu Tien Soeharto juga secara konsisten mengikuti
perkembangan pembangunannya. “Setiap saat, Ibu Tien juga menanyakan
perkembangan pembangunan. Bahkan, saat Pondok Gedeh direncanakan
menampung 2.000 penonton, Ibu menyarankan agar diperbesar menjadi 3.000
penonton,” kenang Rustadi Effendi, Sekretaris Jenderal PB. IPSI yang juga
Pelaksana Harian Pembangunan PnPSI.
Gambar 76. Penghargaan dari masyarakat pencak silat Indonesia kepada para donatur penyumbang dana pembangunan Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: Penulis, 2018)
348
Tabel 38. Donator Pembangunan Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Sumber: Gema Olahraga, 18 April 1997: 2) DONATUR PEMBANGUNAN PnPSI No Nama Pribadi No Nama Perusahaan 1 Bambang Trihatmodjo 1 PT Arthagraha Central 2 Indra Rukmana 2 PT Bakrie Brothers 3 Rosano Barack 3 PT Barito Pacific Timber Corporation 4 M. Tachril Sappie 4 Bimantara Group 5 Peter Gontha 5 Lippo Group 6 Pontjo Soetowo 6 PT Bank Danamon 7 Sudwikatmono 7 Djayanti Group 8 Johanes Kotjo 8 PT Duta Grafa Indah 9 Ibrahim Risjad 9 Gajah Tunggal Group 10 Indocement Group 11 PT International Timber Corp Indonesia 12 Kaestindo Group 13 Lyman Group 14 PT Makindo Securities 15 PT Ometraco Group
16 Pembangunan Jaya Group 17 Plaza Indonesia Realty 18 Putra Surya Perkasa 19 Raja Garuda Mas Group 20 Sinar Mas Group 21 Astra International
5) Monumen Ibu Tien Soeharto
Ada satu bangunan yang semula tidak direncanakan. Letaknya diantara
Pendopo dengan Pondok Gedeh. Bangunan itu adalah Monumen Ibu Tien
Soeharto yang didesain oleh seniman Hadi Prana. Monumen tersebut dibangun
atas desakan masyarakat pencak silat yang berterimakasih karena Ibu Tien
Soeharto telah memberi lahan sehingga Padepokan Nasional Pencak Silat
Indonesia bisa tegak berdiri di kawasan Taman Mini Indonesia Indah. “Memang
monumen itu tidak dalam rencana pembangunan kami. Tapi masyarakat pencak
silat yang mengusulkan dan menginginkan agar di tengah-tengah PNPSI
349 dibangun monumen Ibu Tien Soeharto. Kami tidak bisa menolak”, ujar Rustadi
Effendi selaku Sekretaris Umum PB. IPSI sekaligus Pelaksana Harian
Pembangunan PNPSI.
Dibangunnya Monumen Ibu Tien Soeharto memang pantas. Pasalnya almarhumah tidak sekedar memberikan lahan seluas 53.900 M² di kawasan
TMII. Tetapi juga perhatian Ibu Tien Soeharto terhadap pencak silat dan pembangunan PNPSI sangat besar. Bahkan Ibu Tien Soeharto turut memperhatikan rancangan bangunannya. Seperti bangunan Pondok Gedeh yang semula dirancang hanya untuk menampung 2.000 orang. Tetapi Ibu Tien
Soeharto menyarankan agar bangunan Pondok Gedeh ini diperluas. Dengan alasan pondok ini digunakan bukan untuk satu atau dua tahun saja melainkan selamanya. Akhirnya Pondok Gedeh sekarang dapat menampung sekitar 3000 s/d 4000 orang.
Pada bangunan monumen tersebut di bagian kanan dan kiri terdapat tulisan yang dipersembahkan untuk mengenang jasa almarhumah. Disebelah kanan dipersembahkan pesilat dunia, “Monumen ini dipersembahkan oleh warga pencak silat se-dunia untuk mengenang jasa almarhumah Ibu Hj. R.A. Fatimah
Siti Hartinah Soeharto”. Disebelah kiri dipersembahkan pesilat Indonesia, “Di hari suci kau tingalkan kami dengan segala kemuliaan. Dan, sumbangsihmu sungguh tiada tara. Ikrar kami mengabadikan cita dan citramu. Dalam kuasa dan karya pesilat Indonesia”.
350
Gambar 77. Monumen Ibu Tien Soeharto di dalam Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: Penulis, 2018)
Gambar 78. Tulisan persembahan untuk mengenang jasa Ibu Tien Soeharto di Monumen Ibu Tien Soeharto, Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: Penulis, 2018)
351
6) Peresmian Padepokan Pencak Silat Indonesia
Peresmian Padepokan Nasional Pencak Silat Indonesia dilakukan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997 bertepatan dengan hari ulang tahun
TMII yang ke 21. Beberapa bulan setelah diresmikan sebutan Padepokan
Nasional Pencak Silat Indonesia diubah dengan menghilangkan kata “Nasional” sehingga sebutan barunya yaitu Padepokan Pencak Silat Indonesia. Singkatan yang sebelumnya PPSI diubah menjadi PnPSI. Dengan singkatan seperti itu diharapkan tidak terjadi kerancuan dengan PPSI yang merupakan singkatan dari
Persatuan Pencak Silat Indonesia.
Dalam peresmian PnPSI turut hadir 19 negara anggota PERSILAT.
Negara tersebut yaitu Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, Vietnam,
Filipina, Jepang, Belanda, Prancis, Australia, Austria, Spanyol, Jerman, Swiss,
Italia, Chilie, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru dan Inggris. Diantara negara yang hadir dan bergabung menampilkan jurus wajib Wiraloka dalam acara atraksi. Jurus wajib Wiraloka merupakan jurus baku bagi seluruh pesilat di dunia karena merupakan jurus persatuan.
Presiden Soeharto tiba di PnPSI pukul 16.45 WIB, seusai melakukan peresmian dua gedung lainnya yaitu di Bayt Al Qur’an dan Museum Istiqlal. Di
PnPSI Presiden Soeharto disambut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Wardiman Djojonegoro, Menteri Pemuda dan Olahraga Hayono Isman,
352
Bambang Trihatmojdo, Prabowo Subianto dan Ketua Umum PB. IPSI Eddie M.
Nalapraya.
Kedatangan Presiden Soeharto di PnPSI disambut dengan upacara sirih dan cerana yang merupakan adat Melayu. Setelah itu Presiden Soeharto menuju
Pendopo. Di Pendopo sudah menunggu tamu mancanegara anggota PERSILAT.
Setelah memberi ucapan selamat datang Presiden Soeharto menuju Monumen
Ibu Tien Soeharto dan menarik selubung kain yang membungkusnya. Setelah meresmikan monumen tersebut Presiden Soeharto berkenan memberikan ucapan terimakasih kepada 30 donatur pembangunan PnPSI dan kemudian memasuki gedung Pondok Gedeh untuk mengikuti upacara peresmian.
Dalam acara tersebut juga turut dihadiri oleh Wakil Presiden Republik
Indonesia Tri Sutrisno, seluruh Menteri Kabinet Pembangunan VI, duta besar para negara sahabat, serta 5.000 pesilat yang datang dari Jabodetabek. Adapun acara yang berlangsung di Pondok Gedeh yaitu:
a) Laporan Ketua Panitia Proyek Pembangunan PnPSI Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto. b) Pengucapan Prasetya Pesilat Indonesia yang dibacakan oleh perwakilan pesilat nasional Edhy Prabowo didampingi Taslim Aziz, Imanuel Daundi, Abas Akbar dan Haris Nugroho. c) Penyerahan Sabuk Kehormatan kepada Presiden Republik Indonesia selaku Pembina Utama Pencak Silat dan miniatur Monumen Padi kepada almarhumah Hj. R.A. Siti Fatimah Hartinah Soeharto oleh Eddie M. Nalapraya selaku Ketua Umum PB. IPSI. d) Artraksi Pencak Silat Mendunia yang menampilkan jurus wajib Wiraloka. e) Pukul 17.30 WIB seluruh rangkaian acara selesai.
353
Gambar 79. Suasana latihan menghadapi peresmian Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: Gema Olahraga, 18 April 1997)
Gambar 80. Eddie M. Nalapraya menyambut kedatangan Presiden Soeharto. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1997)
354
Gambar 81. Presiden Soeharto meresmikan Padepokan Pencak Silat Indonesia didampingi Wapres Tri Sutrisno, Eddie M. Nalapraya, Bambang Trihatmojo, dan Prabowo Subianto. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1997)
Gambar 82. Eddie M. Nalapraya menyerahkan sabuk kehormatan kepada Presiden Soeharto selaku Pembina Utama Pencak Silat dan miniatur Monument Padi. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 1997)
355
7) Fungsi Padepokan Pencak Silat Indonesia
Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) berfungsi menyediakan berbagai fasilitas siap guna untuk mendukung terlaksana dan terbentuknya berbagai kegiatan pencak silat berskala lokal, regional, nasional dan internasional. Padepokan Pencak Silat Indonesia mempunyai sekurang- kurangnya ada 6 fungsi sebagai satu kesatuan yaitu:
a) Sebagai pusat tempat pendidikan, pengajaran serta pelatihan pencak silat. b) Sebagai pusat tempat penyebaran informasi dan promosi mengenai berbagai hal yang menyangkut pencak silat. c) Sebagai pusat tempat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian, pengembangan, penyebaran serta peningkatan citra pencak silat. Seperti menyelenggarakan berbagai kejuaraan pencak silat yang berskala daerah, regional, nasional dan internasional. d) Sebagai pusat tempat pertemuan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pencak silat seperti Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional PB. IPSI, Musyawarah Daerah dan Rapat Kerja Daerah IPSI DKI Jakarta, Sidang Umum dan Kongres PERSILAT, lokakarya, sarasehan, temuwicara, seminar, symposium dan lain sebagainya. e) Sebagai home (rumah keluarga) yang menjadi kebanggaan seluruh warga komunitas pencak silat. Bukan saja yang berada di Indonesia tetapi juga diseluruh dunia yang dapat memperkokoh persatuan, kesatuan dan persahabatan diantara mereka. f) Sebagai lambang martabat pencak silat yang dapat memotivasi warga komunitas pencak silat untuk senantiasa mengamalkan ajaran budi pekerti luhur maupun Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat secara konsisten dan konsekuen. 8) Fungsi Bangunan Padepokan Pencak Silat Indonesia
Arsitektur bangunan beserta ragam hias Padepokan Pencak Silat
Indonesia (PnPSI) digali dari budaya lokal Indonesia secara umum dengan tidak mengkhususkan pada budaya daerah tertentu sebagai pencerminan dari sesanti bangsa Indonesia “Bhineka Tungal Ika”, yang artinya berbeda tetapi satu.
356
Penggalian budaya lokal mencerminkan bahwa pencak silat dengan aliran- alirannya yang banyak adalah produk budaya lokal. Perencanaan fisik bangunan mengambil unsur-unsur global dan moderen sebagai pencerminan dan keinginan untuk mewujudkan pencak silat yang selalu dinamis serta kemampuannya untuk mengikuti perkembangan zaman.
Padepokan Pencak Silat Indonesia sebagai suatu kompleks yang terdiri dari sembilan bangunan dengan luas total 8.781,21 M² persegi dan luas selasarnya 5.037,94 M². Setiap bangunan mempunyai nama tersendiri yakni: (1)
Pendopo Agung, (2) Pondok Gedeh, (3) Pondok Serbaguna, (4) Pondok
Pengobatan, (5) Pondok Pustaka, (6) Pondok Penginapan, (7) Pondok Meditasi,
(8) Pondok Pengelola Pencak Silat, (9) Mushola. Yang masing-masing dapat dirinci sesuai dengan fungsi dan kegunaannya adalah sebagai berikut:
a) Pendopo Agung. Luas pendopo ini 359,98 M² dengan selasarnya seluas 107,25 M². Pendopo ini berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu- tamu VIP PnPSI. b) Pondok PERSILAT. Pondok ini terdiri dari 2 lantai. Luas lantai bawah 302,56 M², luas lantai atas 1.244,56 M² dan luas selasarnya 237,38 M². Keseluruhan bangunan pondok ini digunakan untuk kantor Pengurus Pusat (PP) PERSILAT yang terdiri dari ruang kerja Presiden dan ruang kerja Ketua Harian Pengurus Pusat PERSILAT serta ruang rapat PP PERSILAT yang berkapasitas 30 orang. Seluruh ruangan di pondok ini ber-AC dan dilengkapi dengan WC dan urinoir. c) Pondok IPSI. Pondok ini terdiri dari dua lantai dengan luas total 520 M². Lantai atas digunakan untuk kantor Ketua Umum dan Ketua Harian PB. IPSI serta ruang rapat yang berkapasitas 30 orang. Lantai bawah digunakan untuk kantor Sekretaris Umum dan Sekretariatan PB. IPSI serta kantor Pengda IPSI DKI Jakarta. Seluruh ruangan di pondok ini ber-AC serta dilengkapi dengan WC dan urinoir.
357 d) Pondok Pustaka. Pondok ini mempunyai 3 lantai. Lantai dasar luasnya 847,02 M² dan luas selasarnya 35,41 M², luas lantai satu 766,26 M² dan luas lantai dua 470,46 M². Lantai dasar untuk ruang pengelola termasuk Kepala Pondok Pustaka, ruang pertemuan berkapasitas sebanyak 30 orang dan ruang perpustakaan yang dapat menampung sebanyak 18.000 buku. Fasilitas perpustakaan meliputi ruang baca, ruang referensi dan ruang audio-visual. Lantai satu dan dua untuk museum yang menyajikan berbagai material dan ilustrasi menyangkut pencak silat. Pondok ini dilengkapi dengan WC dan urinoir. e) Pondok Penginapan. Pondok ini mempunyai empat lantai. Luas lantai dasarnya 898,40 M² dengan selasarnya seluas 627,25 M², luas lantai satu 688,40 M² dengan selasarnya seluas 454,58 M², luas lantai dua 705,25 M² dengan selasarnya seluas 461,06 M² dan luas lantai tiga 705,25 M² dengan selasarnya 499,94 M². Pondok ini memiliki 96 kamar standar untuk 5 orang dan 40 kamar VIP untuk 1 dan 2 orang. Masing-masing kamar mempunyai fasilitas AC, TV, kamar mandi dan WC. Seluruh kamar dapat menampung sekitar 800 orang. Kantor pengelola PnPSI termasuk Kepala PnPSI dan pengelola Pondok Penginapan serta ruang rapat berkapasitas 100 orang, restoran dan fitness center terletak di lantai dasar. f) Pondok Gedeh. Pondok ini luas lantai basemennya 797,72 M². Luas lantai dasarnya 1.485,04 M² dengan selasarnya seluas 1.384,02 M² dan luas lantai satu 1.585,32 M². Pondok ini berfungsi sebagai stadion dan tempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan pencak silat seperti kejuaraan, festival, pertunjukan pencak silat dan lain-lain serta dilengkapi dengan fasilitas standar gedung olahraga seperti ruang ganti, ruang pers, kamar mandi dan WC. Ruang stadion dapat menampung sekitar 3.000 penonton. Di bagian sebelah kiri pondok ini terdapat sebuah ruangan yang digunakan sebagai Pondok Pengobatan (Poliklinik). g) Pondok Serbaguna. Pondok ini terdiri dari dua lantai. Luas lantai bawah 1.786,03 M² dengan selasarnya seluas 69,60 M² dan luas lantai atas 171,96 M². Pondok ini merupakan tempat untuk berbagai pertemuan dengan berbagai tujuan seperti Kongres PERSILAT, Munas PB. IPSI, seminar, symposium, temuwicara, sarasehan, lokakarya dan lain sebagainya. Seluruh ruangan ber-AC. Lantai bawah pondok ini dapat menampung sekitar 750 orang. h) Pondok Meditasi. Pondok ini berupa tujuh buah gua buatan yang masing- masing mempunyai luas 8 M² dan disediakan bagi mereka yang memiliki berhasrat untuk mendapatkan kekhusyukan dalam melaksanakan meditasi yang baik dan benar guna memperoleh kesehatan, kebugaran, daya tahan mental dan fisik serta keperkasaan. Luas total keseluruhan gua ini 56,94 M² dan luas selasarnya 55,75 M². Letak ketujuh gua ini di bagian belakang PnPSI.
358
i) Mushola. Luas bangunan mushola 151,30 M² dengan selasarnya seluas 73,70 M². Mushola ini berkapasitas sekitar 100 orang penunai ibadah shalat.
Pendopo Agung, Pondok Gedeh, Pondok Serbaguna dan Pondok
Penginapan disewakan untuk umum bagi berbagai keperluan seperti resepsi pernikahan, pertemuan, rapat akbar, tempat bermalam dan lain sebagainya.
Halaman depan dan samping PnPSI mempunyai kapasitas untuk parkir sekitar
400 kendaraan bermotor roda empat.
Gambar 83. Gapura Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: PB. IPSI, 2007)
359
Gambar 84. Pondok Gedeh, gelanggang pertandingan pencak silat. (Dokumen: PB. IPSI, 2007)
Gambar 85. Pondok Penginapan, berfungsi sebagai hotel dan penginapan atlet Pelatnas pencak silat Indonesia dan pesilat seluruh dunia. (Dokumen: PB. IPSI, 2007)
360 l. Perjuangan Pencak Silat di Asian Games
1) Asian Games XIV 2002 Busan Korea Selatan
Asian Games adalah ajang olahraga yang diadakan empat tahun sekali yang diikuti oleh seluruh negara di benua Asia. Asian Games untuk yang pertama kali di selenggarakan pada tanggal 4 s/d 11 Maret 1951 di New Delhi, India. Asian
Games awal mula dikelola oleh Asian Games Federation (AGF) hingga sampai
Asian Games ke VIII 1978 di Bangkok, Thailand. Setelah itu Asian Games diorganisasi oleh Olympic Committee of Asia atau disingkat OCA setelah AGF bubar. Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno Indonesia pernah menjadi penyelenggara Asian Games IV yang diselenggarakan pada tanggal 24 Agustus s/d
4 September 1962 di Jakarta. Pada waktu pembukaan Asian Games ke IV 1962 tersebut telah diadakan demonstrasi senam masal pencak silat dari Bandung.
Meski cabang olahraga pencak silat sudah mulai dikenal dunia dan dipertandingkan di Kejuaraan Dunia Pencak Silat dan SEA Games itu belum cukup bagi Eddie. Eddie masih punya impian lebih besar agar pencak silat dapat dipertandingkan secara resmi di tingkat Asian Games bahkan di tingkat Olympiade.
Pada Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan. Pencak silat sudah mulai diperkenalkan ke seluruh masyarakat Asia bahwa pencak silat sudah ada. “Kita mau membuat kejuaraan pencak silat tetapi tidak boleh dan harus memakai sebutan lain yaitu Sport Culture Event”, ungkap Eddie.
361
Awal mula cabang olahraga pencak silat dapat berhasil di eksibisikan dalam Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan memiliki persiapan yang cukup panjang. Dalam rangka mengupayakan memasukkan pencak silat sebagai cabang olahraga eksibisi pada Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan dilakukan lobi ke kota Seoul dan Busan pada tanggal 9 s/d 13 Maret 2001 dengan hasil:
a) Tujuan menjadikan pencak silat sebagai cabang eksibisi dalam Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan telah berhasil mendapatkan persetujuan awal dari BAGOC dan National Olympic Committee Korea Selatan. Secara teknis diperlukan proposal yang rinci mengenai rencana pelaksanaan eksibisi serta rekomendasi dari anggota International Olympic Committee dari Indonesia sebagai masukan data kepada BAGOC. b) Mendapat bantuan Prof. Kim Soo II Ph. D yaitu Konsultan Kehormatan Indonesia di Busan, Korea Selatan yang secara spontan bersedia untuk menyediakan Sport Hall di Universitas Busan sebagai Vanue Eksibisi. c) Berdasarkan pembicaraan dengan Olympic Committee pencak silat SEA Games XXI 2001. Telah disetujui untuk mengundang National Olympic Committe Korea Selatan dan BAGOC untuk menyaksikan pertandingan cabang olahraga pencak silat di SEA Games XXI 2001 bertempat di Johor Baru, Malaysia. Ketika KONI Pusat menghadiri OCA General Assembly dan OCA
Executive Board Meeting di Aomori, Jepang pada tanggal 15 s/d 16 Mei 2001 dilakukan lobi untuk pencak silat dengan Mr. Muttaleb, Rocky Kang Ro Yoon,
Santipar beserta delegasi Uzbekistan (Central Asia), Pakistan (South Asia), Jepang
(East Asia) untuk mendapatkan dukungan dari wilayah diluar South East Asia. Pada saat itu BAGOC melalui Presidennya yaitu Dr. Kim Un Yong dan Asian Games
Chief Coordinator Rocky Kang Ro Yoon secara positif menyetujui acara eksibisi
362 pencak silat pada Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan dengan biaya dan official menjadi tanggungan Federasi Pencak Silat Asia.
Pada tanggal 22 Februari 2002 di Seoul, Korea Selatan. Rudolf S. Warouw
Sekretaris Jenderal KONI Pusat, Oyong Karmayuda dan Wakil Ketua Hubungan
Luar Negeri KONI Pusat mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Republik
Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia di kota Seoul, Korea Selatan yang didampingi oleh Ali Nasbar Akbar, Atase Pendidikan dan Kebudayaan yang juga
Atase Asian Games untuk kontingen Indonesia, Prof. Kim Soo II, Ph.D serta diterima oleh Chung Soon Taek Presiden BAGOC untuk membahas lebih rinci tentang permohonan eksibisi pencak silat yang pada akhirnya pihak BAGOC dapat menerima tampilnya pencak silat dengan istilah Sport Culture Event untuk tidak menyalahi ketentuan Olympic Committee walaupun bentuk kegiatannya tidak berubah.
Pada tanggal 18 s/d 22 Maret 2002 di Busan, Korea Selatan. Utusan KONI
Pusat, Oyong Karmayuda dan Wakil Ketua Bidang Luar Negeri mengadakan konsultasi teknis dengan BAGOC dalam rangka membahas kelanjutan eksibisi pencak silat dengan hasil penyelenggaraan Sport Culture Event tanggal 5 s/d 6
Oktober 2002. Sebagai persiapan pelaksanaan eksibisi pencak silat di Asian Games
XIV 2002 di Busan, Korea Selatan PB. IPSI sebelumnya telah menerima kedatangan pejabat OCA antara lain kunjungan Dr. Tapsuwan dari OCA dalam pelaksanaan
363
PON XV 2000 di Surabaya dan juga menerima kunjungan Mr. Wei Jizhong dari
OCA di Padepokan Pencak Silat Indonesia tahun 2002.
Tabel 39. Juara eksibisi pencak silat Asian Games XIV 2002 Busan, Korea Selatan. (Sumber: Musyawarah Nasional PB. IPSI, 2003: 115-116)
JUARA PENCAK SILAT SPORT CULTURE EVENT ASIAN GAMES XIV 2002
KELAS JUARA NAMA KONTINGEN I NAOHIRO KOJIMA JEPANG II ABANG FERDIE F MALAYSIA A Pa III MD. YASID ARIFIAN SINGAPURA III - - I BUSLEE NISAMALL THAILAND II LUTFAN BUDI SANTOSA INDONESIA B Pa III MOHD. ESWENDY MALAYSIA III - - I RINA JORDANA MALAYSIA II AKIKO ASAMI JEPANG B Pi II - - III - - I MOHD. ZULFAKAR SINGAPURA II LE VAN LONG VIETNAM C Pa III - - III - - I LE THI THU HUOANG VIETNAM II ANGLICA STARLIGHT PHILIPINES C Pi III - - III - - I AHMAD SHAHRIL MALAYSIA II NGO NGOC VIET VIETNAM D Pa III NAOHIRO SHIMADA JEPANG III - - I NI KOMANG AYU INDONESIA II SITI SUKIMAH MALAYSIA D Pi III - - III - - I MD. NOOR RAFILI SINGAPURA II USHIHO MEGURO JEPANG E Pa III REYNALDO INDONESIA III - - I ROYKE MAENGKOM INDONESIA II KIM SUNG YEO KOREA F Pa III MD. YUSOFF SHAH SINGAPURA III - -
364
I NGUYEN VAN HUNG VIETNAM II ABDULLAH AMIR MALAYSIA G Pa III MD. IMRAN ABD. RAHMAN SINGAPURA III - - I EKO WAHYUDI INDONESIA TUNGGAL II MD. ZAHID SAABAN SINGAPURA PUTRA III NAOHIRO KOJIMA JEPANG IV PARK DONG HO KOREA I ALYA OSMAN SINGAPURA TUNGGAL II ALELEI HERNANDES PHILIPINES PUTRI III NI LUH PUTU SPYANAWATI INDONESIA MOHD ANDY I MALAYSIA MOHD ESWENDY GANDA MOHD ZULFAKAR II SINGAPURA PUTRA MD NOOK RAFILI - III - - ALELEI HERNANDES I PHILIPINES DONNABEL GANDA NURHAYATI II INDONESIA PUTRI RINDU SINAR RA NOORSYAHIDDA WATI III MALAYSIA SHALINA EKO WAHYUDI I HENDRO WARDOYO INDONESIA AGUS LAMUN MD. RASHID REGU II ABD RAHIM SINGAPURA PUTRA HAFIZUL ARHAM - III - - - RINA DWI ASTUTI I SUHARTINI INDONESIA AMI LUTIASARI ALELEI HERNANDES REGU II ANGLICA STARLIGHT PHILIPINES PUTRI DONNABEL - III - - -
365
Gambar 86. Pertandingan Eksbisi Asian Games XIV 2002 Cabang Olahraga Pencak Silat di Busan, Korea Selatan. (Dokumen: PB. IPSI, 2002)
Gambar 87. Upacara penutupan dan pembagian medali pada Eksibisi Asian Games XIV 2002 Cabang Olahraga Pencak Silat di Busan, Korea Selatan. (Dokumen: PB. IPSI, 2002)
366
2) Melobi Sekretaris Jenderal Sport Council OCA
Agar bisa masuk sebagai cabang olahraga yang dapat dipertandingkan di tingkat benua Asia harus menjadi anggota Olympic Committee of Asia (OCA) dan harus melalui ijin dari Sport Council OCA. Kebetulan sebelum Asian Games XIV
2002 di Busan, Korea Selatan digelar. Mr. Wei Jizhong diundang oleh Rita Subowo selaku Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk datang ke Indonesia.
Mendengar Mr. Wei Jizhong datang ke Indonesia dengan cepat Eddie menghampiri
Rita Subowo untuk meminta ijin mengundang Mr. Wei Jizhong untuk datang ke
Padepokan Pencak Silat Indonesia. “Ibu tolong dong tamu ibu saya undang ke
Padepokan”, Kata Eddie kepada Rita Subowo. Tanpa panjang lebar Rita Subowo menyetujuinya. Eddie berprinsip bahwa untuk mengembangkan pencak silat ke mancanegara kita yang harus aktif dan jemput bola terlebih dahulu.
Akhirnya Mr. Wei Jizhong datang ke Padepokan Pencak Silat Indonesia.
Di Padepokan Pencak Silat Indonesia Eddie memperkenalkan pencak silat dan memperlihatkan berbagai peragaan jurus-jurus pencak silat kepada Mr. Wei Jizhong selaku Sekretaris Jenderal Sport Council OCA. Namun hal tersebut dirasa belum cukup, Eddie juga mengundang makan malam di Rumah Makan Sate Khas Senayan.
Sewaktu makan malam di Rumah Makan Sate Khas Senayan hidangannya memang sate, tetapi yang keluar dahulu yaitu kerupuk udang. Mr. Wei Jizhong mencoba kerupuk udang tersebut, ternyata Mr. Wei Jizhong menyukainya dan menghabiskan
367 satu piring kerupuk udang. Melihat Mr. Wei Jizhong yang suka dengan kerupuk udang itu Eddie sudah tahu celah untuk mendekatinya.
Keesokan harinya sebelum Mr. Wei Jizhong pulang ke negaranya di
Beijing, China. Pukul 10.00 pagi Eddie datang ke Hotel Mulia Senayan tempat Mr.
Wei Jizhong menginap. Tanpa ragu Eddie mengetok pintu kamar hotel sambil berkata “Mr. Wei, are you living here”? Kemudian Mr. Wei Jizhong menjawab
“Yes Pak Eddie”. “Here oleh-oleh ntar loe goreng dirumah” kata Eddie kepada
Mr. Wei Jizhong. “Thanks you Pak Eddie”, jawab Mr. Wei Jizhong. Eddie membawakan kerupuk udang yang sama pada waktu makan malam kemarin saat
Mr. Wei Jizhong menghabiskan satu piring kerupuk udang.
Tidak lama setelah selesai terselenggaranya Asian Games XIV 2002 di
Busan, Korea Selatan dan cabang olahraga pencak silat berhasil di eksibisikan dalam bentuk Sport Culture Event pada tanggal 5 s/d 6 Oktober 2002. Eddie tetap menjalin komunikasi dengan baik dan akhirnya membuat janji untuk bertemu Mr.
Wei Jizhong di Beijing, China. Akhirnya pada tahun 2003 Eddie terbang ke Beijing,
China didampingi oleh Rustadi Effendi dan diterima dirumahnya.
Tentu saja Eddie tidak lupa untuk membawakan oleh-oleh kerupuk udang kesukaan Mr. Wei Jizhong. Dengan perundingan serta diplomasi yang telah dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak akhirnya Mr. Wei Jizhong menyetujui pencak silat untuk masuk sebagai cabang olahraga anggota Olympic Committee of Asia
(OCA). Pada tahun 2003 secara resmi pencak silat sudah diterima sebagai salah satu
368
cabang olahraga anggota Olympic Committee of Asia. Artinya bahwa pencak silat
sudah diakui keberadaannya sebagai cabang olahraga bangsa Asia. Dengan
demikian secara otomatis cabang olahraga pencak silat sudah dapat dipertandingkan
di tingkat benua Asia.
Gambar 88. Mr. Wei Jizhong berkunjung ke Padepokan Pencak Silat Indonesia memenuhi undangan dari PB. IPSI. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2002)
369
Gambar 89. Mr. Wei Jizhong berkunjung ke PnPSI memenuhi undangan dari PB. IPSI. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2002)
Gambar 90. Eddie M. Nalapraya melobi Mr. Wei Jizhong Sekjen Sport Council OCA di Beijing, Cina. Mr. Wei Jizhong orang berpengaruh meloloskan pencak silat di Asian Games. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2003)
370
3) Selangkah Lagi Menuju Asian Games
Bisakah cabang olahraga pencak silat dipertandingkan pada pesta olahraga antarbangsa Asia yaitu Asian Games? Hampir tidak ada yang mempercayainya bila olahraga beladiri asli bangsa Indonesia ini disebut memiliki peluang yang cukup besar untuk dipertandingkan dalam Asian Games XV 2006 di Qatar. Ketidak percayaan ini tentu saja ada penyebabnya.
Ketika diwawancarai mimik wajah Presiden PERSILAT, Eddie M.
Nalapraya yang juga Ketua Umum PB. IPSI ini tidak memperlihatkan kegembiraan yang berlebihan. Menerima tiga wartawan pencak silat magazine Eddie tampak biasa saja. Tidak ada ekspresi seperti telah mengalami sukses besar dalam menjalankan tugas yang sangat mulia ke tiga negara di Timur Tengah. Eddie melawat ke tiga negara tersebut pada tanggal 19 Januari 2003. Bagi Eddie peta
Timur Tengah hanya dibacanya dalam sekejab mata. Selanjutnya Eddie sudah bisa memprediksi harus memulai dari mana dan bagaimana bila ingin pencak silat bisa dipertandingkan di Asian Games 2006 di Doha, Qatar.
Dan seperti biasa Eddie lebih banyak menggunakan jalur informal ketimbang jalur formal. Jalur seperti itu terbukti lebih banyak membawa kesuksesan. “Saya langsung menuju ke Qatar “. Sebagai Presiden PERSILAT,
Eddie mendapat bantuan yang cukup besar dari Dubes Republik Indonesia di Qatar yang mendampinginya bertemu dengan Sekretaris Jenderal Komite Olahraga
Nasional Qatar yang juga menjadi Sekretaris Jenderal Panitia Asian Games Qatar.
Dalam pertemuan tersebut, beliau mengatakan sudah tidak ada masalah dengan
371 pencak silat. Tidak ada masalah, ini karena pencak silat sudah masuk dalam daftar cabang olahraga yang ikut dipertandingkan. “Saya menangkap ucapannya ini”, tutur Eddie.
Meskipun demikian kata Eddie, kita tidak boleh cepat puas hanya karena ucapannya ini. Kemungkinan jalan masih berliku-liku untuk menuju pentas Asian
Games 2006. Eddie akan mengulangi kunjungannya tersebut ke Qatar pada bulan
September 2003. Terutama Qatar, organisasi pencak silatnya harus dibentuk.
Dengan terbentuknya organisasi pencak silat Qatar selanjutnya akan ada program pencarian dan pembinaan atlet. Karena itu kita harus membantu Qatar untuk mengirimkan pelatih. Dengan berdirinya pencak silat di Qatar kita berharap mereka turut mendukung masuknya cabang olahraga pencak silat di Asian Games. Tentu saja Qatar sebagai tuan rumah Asian Games 2006 tidak akan menolak masuknya pencak silat jika mereka melihat keseriusan atlet pencak silat Qatar. Qatar berlatih untuk merebut medali di pesta olahraga bergengsi antar negara Asia itu.
Apabila tidak seperti itu, bisa saja kejadian sebelumnya pada SEA Games
XVI 1991 di Philipina akan terulang kembali. Dimana tuan rumah menolak mempertandingkan pencak silat dengan alasan tidak memiliki atlet pencak silat padahal karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk merebut medali dan terutama lebih kepada Indonesia bisa berpesta medali emas di arena pencak silat ini.
“Saya tidak ingin seperti itu lagi”, tutur Eddie. Karena itu Eddie tampaknya benar- benar bertekad untuk memperkuat posisi pencak silat di Qatar.
372
Setelah itu kita dekati lagi Yaman, Kuwait, Bahrain, Saudi Arabia,
Jordania dan Syria. Komunitas negara-negara arab di Timur Tengah harus lebih kokoh bersama pencak silat. Mungkin dalam tahun 2003 ini Eddie tampaknya akan lebih banyak menghabiskan waktunya di Timur Tengah. “Tidak apa-apa, sebab berjuang untuk memajukan dunia pencak silat itu mesti seperti itu, harus habis- habisan”, tuturnya.
Dengan alasan inilah Eddie berniat untuk menyerahkan kepemimpinan sebagai Ketua Umum PB. IPSI kepada orang lain. Karena Eddie ingin lebih fokus ke program Asian Games 2006, agar langkah-langkah menuju kesana dapat dilakukan lebih intensif. Karena dalam lawatannya pada bulan Januari 2003, Eddie selain ke Qatar juga menyinggahi Kuwait. Tentu disana tidak hanya sekedar asal pergi, karena ada misi mulia yang dibawa oleh Eddie. Disana Eddie juga bertemu dengan Sekretaris Jenderal OCA Mr. Wei Jizhong. Dalam pertemuan itu Mr. Wei
Jizhong mengatakan pencak silat sudah tidak ada masalah. “Pak Eddie sudah tidak perlu kuatir lagi”, tutur Mr. Wei Jizhong.
Bersamaan dengan lawatan Eddie ke Kuwait itu, pada tanggal 23 Januari
2003 ada pertemuan komunitas Sekretaris Jenderal National Olympic Committee dari seluruh negara-negara di Asia. Eddie dengan cepat dan tanggap segera memanfaatkan forum sidang paripurna itu untuk membicarakan pencak silat dan bila tidak dengan cara apapun Eddie akan mengusulkan supaya pencak silat ikut dibicarakan didalam forum tersebut.
373
Memang ketika itu ada delegasi yang menanyakan bagaimana tentang pencak silat? Apa yang terjadi? Di luar dugaan dalam sidang resmi hari itu Presiden
OCA menjawab bahwa pencak silat tidak perlu dipertanyakan lagi karena sudah ada dan bisa dipertandingkan. Itu hanya karena lupa mengetik saja sehingga tidak masuk dalam daftar, tetapi sebenarnya sudah masuk dalam daftar.
Setelah pertemuan didalam forum sidang paripurna tersebut, Eddie akan membicarakan hasil pertemuan tersebut dengan Agum Gumelar selaku Ketua
Umum KONI Pusat dalam waktu dekat. Dalam pertemuan itu dimintakan agar
KONI Pusat ikut membantu kerja yang telah dirintis oleh PERSILAT. Apabila pencak silat sudah bisa dipertandingkan agar memintakan surat resmi OCA tentang hal itu. “Saya cuma minta tolong Pak Agum menulis surat ke OCA agar ada balasan kalau pencak silat itu sudah diterima dipertandingkan di Asian Games. Ini sangat penting bagi kita”, tutur Eddie.
“Kalau sudah ada surat resmi dari OCA yang menyatakan bahwa cabang olahraga pencak silat akan dipertandingkan, kita akan segera mengirim surat ke negara-negara Asia lainnya yang Komite Olahraga Nasionalnya belum mengakui pencak silat. Dengan begitu organisasi pencak silat di negara tersebut akan mendapatkan biaya dari Komite Olahraga Nasional mereka”, jelas Eddie. “Saya pasti akan bicarakan dengan Agum Gumelar dalam waktu dekat ini”, tutur Eddie.
Apabila pada Asian Games 2006 di Qatar cabang olahraga pencak silat berhasil dipertandingkan mungkin inilah puncak karier Eddie. Inilah cita-cita yang tercapai di ujung kepengurusannya. Merintis pencak silat dari nol, dari olahraga
374
orang kampung hingga masuk dalam pesta olahraga Asia tentu bukan hal yang
mudah. Pekerjaan itu membutuhkan manusia-manusia pilihan dan kita bersyukur
telah memiliki orang-orang pilihan seperti Eddie M. Nalapraya yang menjadi pionir
dalam mengembangkan pencak silat ke mancanegara.
Gambar 91. Eddie M. Nalapraya menemui direktur olahraga di Kementerian Olahraga Qatar untuk membahas mengenai cabang olahraga pencak silat di Asian Games 2006 Doha, Qatar. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2004)
375
Gambar 92. Eddie M. Nalapraya bertemu dengan petinggi olahraga di Yaman membahas cabang olahraga pencak silat yang akan dipertandingkan di Asian Games 2006 Doha, Qatar. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2003)
4) Pesilat Yaman Ingin Kompetisi
Secara tiba-tiba Eddie menerima telepon ketika berada di suatu tempat di
luar kota. Telepon berdering dua kali, wajah Eddie serius dan sedikit berbinar-binar.
“Beri waktu saya satu jam karena harus shalat Jum’at, setelah itu segera saya
menemui anda” jawab Eddie dari telepon selulernya kepada seseorang yang
menelponnya. Itulah cerita Eddie ketika menerima telepon dari Kedutaan Yaman
bahwa ada Ketua Federasi Pencak Silat Yaman, Mohhamad Al Al Faqih bersama
lima pesilatnya datang dan ingin berlatih selama satu setengah bulan di Padepokan
Pencak Silat Indonesia.
Ketika menerima tamu kehormatannya ini. Pada hari Sabtu tanggal 21 Juni
2003 Eddie mengulangi cerita itu kepada mereka untuk menyatakan bahwa
meskipun sangat sibuk, Eddie rela untuk meninggalkan kegiatan penting lainnya
376 demi menerima kedatangan tim pencak silat Yaman yang masing-masing yaitu
Kamal (40), Saleh (30), Nabil (29), Ahmad (28) dan Jamal (29).
Kelima pesilat Yaman ini tadinya adalah atlet taekwondo Yaman. Kamal adalah instruktur taekwondo yang disiapkan menjadi instruktur pencak silat. Saleh adalah seorang polisi di Yaman yang juga seorang taekwondoin berbakat.
Sedangkan Nabil adalah seorang dokter umum. Di cabang taekwondo Saleh dan
Nabil sudah mencapai tingkatan Dan IV. Sedangkan Ahmad dan Jamal masing- masing sudah mencapai tingkatan Dan III. Beda dari keduanya yaitu Ahmad pekerjaan sehari-harinya sebagai seorang programmer komputer, sedangkan Jamal adalah seorang guru di sekolah.
Apakah kata mereka tentang pencak silat dan pesta olahraga Antarbangsa
Asia yaitu Asian Games? “Kami benar-benar ingin menekuni pencak silat. Walau baru sedikit yang kami pelajari, tapi bagi kami seni beladiri pencak silat sangat bagus dari yang lainnya”, tutur mereka kepada pelatihnya Rivai. Rivai memang ditugaskan untuk melatih mereka terutama dasar-dasar pencak silat, jurus-jurus baku dan sudah tentu dilengkapi pula dengan sedikit teknik untuk pertandingan atau kompetisi.
Menurut Rivai, mereka sangat disiplin, rajin mempelajari berbagai jurus bahkan di kamar sambil tidur mereka masih memperagakan jurus-jurus yang diajarkannya. “Alhasil, dalam waktu sekitar tiga hari mereka sudah hampir seperti pesilat yang sudah berlatih selama tiga bulan”, tutur Rivai. “Apa motivasi anda berlatih begitu giat?”, tanya Rivai. “Kami ingin kompetisi”, tutur mereka. Tentu
377 kompetisi yang dimaksud adalah pertandingan di tingkat PERSILAT dan dikompetisi lain seperti Asian Games. Mereka sangat ingin bisa berprestasi dengan merebut medali emas dari pencak silat. “Apakah tidak ingin bertanding membawa nama melalui cabang taekwondo”? tanya Rivai kepada mereka dan dijawab tidak.
Mereka tampaknya benar-benar ingin tampil sebagai pesilat dan ingin bisa merebut medali emas dari cabang olahraga yang baru bagi Yaman ini. Federasi
Pencak Silat Yaman baru saja berdiri tahun 2002 yang lalu. Tetapi melihat potensi yang mereka miliki bukan tidak mungkin pada Asian Games 2006 mendatang
Yaman sudah bisa memetik satu atau dua medali emas. Hal itu menurut Rivai bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Sebab dengan dasar yang sudah ada ditambah berlatih secara khusus tiga tahun sejak 2003 hingga 2006 adalah waktu yang cukup baik untuk membina prestasi mereka kearah yang lebih baik dan sempurna.
Eddie sendiri menjamin selama tiga tahun berlatih hingga 2006 sudah bisa mengubah wajah olahraga Yaman lebih cerah dengan medali dari pencak silat.
Tentu mereka harus bersaing dengan negara-negara lain yang juga berasal dari
Timur Tengah seperti tuan rumah Qatar, Kuwait, Jordania, Uni Emirat Arab yang sudah ada pencak silat. Kita berharap Yaman dan negara-negara di Timur Tengah akan sungguh-sungguh bersaing ketat di kelas-kelas atas.
378
Gambar 93. Ketua Umum PB. IPSI Eddie M. Nalapraya bersama Ketua Federasi Pencak Silat Yaman Mohammad Al Al Faqih menandatangani kerjasama pelatihan pesilat Yaman. (Dokumen: PB. PSI, 2003)
Gambar 94. Eddie M. Nalapraya bertukar cendera mata dengan Mohammad Al Faqih disaksikan Dubes Yaman Dr. Ahmed Salim Al-Wahishi. (Dokumen: PB. IPSI, 2003)
379
5) Asian Games XV 2006 Doha Qatar
Tidak semudah seperti membalikkan tangan begitu saja cabang olahraga pencak silat lantas bisa langsung masuk di Asian Games XV 2006 di Doha, Qatar.
Perjalanan untuk sampai di Asian Games memang masih cukup jauh. Meskipun begitu, perjalanan yang jauh itu dianggap sudah sangat dekat baik oleh PERSILAT,
PB. IPSI maupun KONI Pusat yang sedang mengusahakan agar pencak silat dapat dipertandingkan di Asian Games XV 2006 di Doha, Qatar. Perjalanan ke Qatar bahkan sudah mulai ketika Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan selesai.
Awalan PB. IPSI dan PERSILAT itu dengan harapan sampai dengan tiba waktunya semua yang direncanakan bisa tercapai dengan baik.
Dalam Pencak Silat Magazine (2003: 7) pada bulan Mei 2003, Eddie selaku Ketua Umum PB. IPSI dan Presiden PESILAT menyusun agenda pribadi ke
Timur Tengah. “Saya mesti ke sana, karena itu segera saya menelpon Dubes
Qatar”, tutur Eddie dalam suatu wawancara dengan wartawan sehari sebelum bertolak ke Australia menuju Qatar. Menelpon Kedubes Qatar selain karena dekat juga tidak lain agar bisa melicinkan jalan dalam lobby-lobby yang dilakukan Eddie di Qatar. “Saya suka pakai jalur nonformal. Pencak silat bisa berkembang di mancanegara justru lebih banyak melalui jalur nonformal. Kalau hanya menggunakan jalur formal saja mungkin hasilnya belum seperti ini“, ujar Eddie.
Apakah yang ingin dilakukan Eddie di Qatar? “Untuk bisa dipertandingkan di Asian Games XV 2006 di Qatar, negara-negara lain dan OCA sudah Oke”, tutur Eddie. Mereka mengatakan tidak masalah, karena pencak silat itu
380 sudah diterima sebagai salah satu cabang olahraga bangsa Asia. Namun kuncinya adalah pada Qatar selaku pihak penyelenggara. Karena itu kita harus bicara dengan
Qatar. Caranya kita harus mulai dengan perjalanan nonformal agar pada saatnya bisa terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. “Kemarin saya sudah kirim surat ke
Ketua Umum KONI-nya Qatar. Intinya saya mau kesana dan saya sudah tanyakan kepada beliau kapan kami diundang untuk membicarakan Asian Games, karena kami mau mengirim delegasi untuk menjelaskannya” tutur Eddie.
Menurut Eddie, negara kaya minyak itu saat ini menjadi penentu apakah pencak silat bisa dipertandingkan atau tidak. Karena itu kita harus melakukan hubungan baik. Seperti diketahui di belahan Timur Tengah sudah ada beberapa negara yang mempunyai perkumpulan pencak silat, bahkan sudah ada organisasi pencak silat yang secara rutin menyelenggarakan pertandingan. Negara-negara yang dimaksud Eddie adalah Qatar, Yaman, Oman, Jordania dan Kuwait. Eddie berharap negara-negara tersebut bersama Qatar justru yang harus berupaya mendesak panitia
Asian Games XV 2006 agar cabang olahraga pencak silat bisa dipertandingkan di arena olahraga antarbangsa Asia ini.
Eddie yang waktu itu sudah berusia 71 tahun memang sering pergi sendirian dalam menjalankan misi pengembangan pencak silat ke beberapa negara.
Dari Qatar Eddie melangkah ke Kuwait dan sejumlah negara lainnya. Setelah dari
Timur Tengah Eddie kemudian juga bertolak ke Rusia dengan misi pengembangan pencak silat. Sebenarnya di Rusia telah ada upaya memperkenalkan pencak silat melalui Kedubes Republik Indonesia namun gaungnya perlu ditingkatkan kembali.
381
Untuk itu Eddie berupaya mengajak serta negara-negara lainnya seperti Malaysia dan Vietnam agar supaya turut mengirimkan pesilatnya melakukan pertunjukan di
Rusia. Demikian juga pesilat dari negara-negara Eropa seperti Jerman, Perancis dan
Belanda diharapkan dapat turut memperkenalkan pencak silat di Rusia.
Pendekatan yang dilakukan oleh Eddie terhadap Rusia dilakukan siapa tau
Rusia juga memiliki power di Kawasan Timur Tengah dan bisa membantu untuk memuluskan upaya mempertandingkan pencak silat di Asian Games XV 2006 di
Doha, Qatar. Waktu dua tahun sangatlah pendek bagi yang benar-benar ingin agar cabang olahraga pencak silat bisa dipertandingkan dalam Asian Games. Apabila hal itu dapat terwujud, pekerjaan yang memakan waktu dua tahun dengan perjalanan bolak-balik Jakarta-Qatar terasa tidak melelahkan. “Saya sangat bahagia bila menyaksikan pencak silat bisa dipertandingkan di Asian Games. Itulah salah satu cita-cita saya”, tutur Eddie.
Namun di tengah perjalanan pencak silat gagal untuk dipertandingkan di
Asian Games XV 2006 di Doha, Qatar. Usaha dan kerja keras Eddie memperjuangkan pencak silat di tingkat Asia tidaklah ada yang sia-sia. Kerja keras
Eddie terbayar manis dengan dipertandingkannya cabang olahraga pencak silat pada ajang Asian Beach Games I 2008 di Bali, Indonesia. Selain itu juga Asia Matrial
Arts Games 2009 di Thailand serta Asian Indoor Games 2009 di Hanoi, Vietnam.
Walaupun pencak silat baru berhasil dipertandingkan di Asian Beach Games, Asia
Matrial Arts Games dan Asian Indoor Games itu semua merupakan batu loncatan untuk bisa masuk di Asian Games.
382
Terbukti dengan hasil kerja keras Eddie semasa masih menjabat Ketua
Umum PB. IPSI dan Presiden PERSILAT. Eddie berhasil melobi Mr. Wei Jizhong sebagai Sekretaris Jenderal Sport Council OCA dan berhasil pula memasukkan pencak silat sebagai cabang olahraga anggota OCA. Selain itu Eddie juga secara aktif melakukan pendekatan serta promosi cabang olahraga pencak silat di berbagai negara timur tengah. Hal tersebut tentunya merupakan peletakkan pondasi awal dan pembuka jalan bagi cabang olahraga pencak silat supaya bisa lebih dikenal di tingkat
Asia. Tidaklah ada usaha yang sia-sia yang dilakukan Eddie selama ini. Pada akhirnya usaha dan jerih payah Eddie terbayar manis dengan berhasilnya pencak silat menjadi cabang olahraga yang secara resmi dipertandingkan pada ajang Asian
Games XVIII 2018 di Indonesia.
6) Asian Games XVIII 2018 Indonesia
Dibalik gegap gempita suksesnya cabang olahraga pencak silat dipertandingkan secara resmi dalam Asian Games XVIII 2018 di Padepokan Pencak
Silat Indonesia ada jejak langkah sakti seorang tokoh yang namanya luput dari sorot media. Beliau adalah Eddie Mardjoeki Nalapraya yang berpuluh tahun telah memimpin PB. IPSI dan PERSILAT. Membesarkan pencak silat telah membawanya sampai ke ujung dunia serta berjuang tanpa lelah dan pamrih yang pada akhirnya cabang olahraga pencak silat dapat berhasil dipertandingkan secara resmi dalam event Asian Games XVIII 2018.
Eddie Mardjoeki Nalapraya pada tahun 1977 s/d 1978 berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai Asisten Intelejen Kodam V Jakarta Raya menangkap para
383 aktifis dan menggiring mereka ke sebuah markas tantara yang kemudian dikenal sebagai “Kampus Kuning”. Pencak silat selain mengajarkan aspek olahraga dan aspek seni beladiri, sangat erat sekali dengan jiwa silaturahmi dan secara istiqomah dijalani Eddie sampai dengan hari ini walaupun sudah 40 tahun berselang. Dalam usianya yang sudah menginjak 87 tahun, Eddie masih merawat tali persaudaraan dan kekeluargaan dengan para tahanan politiknya dulu dan menjuluki Eddie sebagai
“Rektor Kampus Kuning”.
Cabang olahraga pencak silat masuk dipertandingkan secara resmi dalam
Asian Games XVIII 2018 tentunya tidak bisa serta merta bisa langsung masuk dipertandingkan secara resmi. Perjuangan panjang cabang olahraga pencak silat yang pada akhirnya dapat secara resmi dipertandingkan dalam Asian Games XVIII
2018 sudah dimulai sejak Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan. Pada waktu itu Eddie masih menjabat sebagai Ketua Umum PB. IPSI dan Presiden
PERSILAT telah berhasil memasukkan cabang olahraga pencak silat untuk diekshibisikan pada Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan dalam bentuk
Sport Culture Event. Dengan berhasilnya cabang olahraga pencak silat diekshibisikan dalam Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan dalam bentuk
Sport Culture Event menunjukkan kepada masyarakat bangsa Asia bahwa pencak silat sudah layak untuk masuk sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan secara resmi dalam event Asian Games.
Selain telah berhasil memperkenalkan cabang olahraga pencak silat dalam
Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan. Eddie juga berhasil memasukkan
384 cabang olahraga pencak silat sebagai anggota Olympic Committee of Asia (OCA) pada tahun 2003 sebagai salah satu persayaratan agar cabang olahraga pencak silat bisa dipertandingkan secara resmi dalam Asian Games yang akan datang maupun kejuaraan multi event lainnya di tingkat Benua Asia. Masuknya cabang olahraga pencak silat sebagai anggota OCA pada tahun 2003 dimulai sejak adanya sebuah pendekatan yang dilakukan Eddie kepada Sekretaris Jenderal Sport Council OCA yaitu Mr. Wei Jizhong pada tahun 2002 sebelum digelarnya Asian Games XIV 2002 di Busan, Korea Selatan.
Terbukti dengan masukknya cabang olahraga pencak silat sebagai anggota
OCA pada tahun 2003, cabang olahraga pencak silat dapat dipertandingkan dalam ajang Asian Beach Games I 2008 di Bali, Indonesia. Selain itu cabang olahraga pencak silat juga telah dipertandingkan dalam Asia Matrial Arts Games 2009 di
Thailand serta Asian Indoor Games 2009 di Hanoi, Vietnam. Itu semua merupakan sebuah proses panjang yang akhirnya pada Asian Games XVIII 2018 cabang olahraga pencak silat sudah dipertandingkan secara resmi.
Dalam Asian Games XVIII 2018 di, cabang olahraga pencak silat diikuti oleh sebanyak 16 negara peserta yang diselenggarakan di Padepokan Pencak Silat
Indonesia pada tanggal 23 s/d 29 Agustus 2018. Negara peserta cabang olahraga pencak silat dalam Asian Games XVIII 2018 yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura,
Brunai Darussalam, Thailand, Vietnam, Philipina, Laos, Timor Leste, Kyrgyzstan,
Uzbekistan, India, Pakistan, Nepal, Iran dan Japan.
385
Dalam INASGOC (2018: 26-27) Asian Games XVIII 2018, cabang olahraga pencak silat mempertandingkan kategori tanding dan TGR (Tunggal,
Ganda, Regu). Kategori tanding mempertandingkan sepuluh nomor yaitu tujuh kelas tanding putra dan tiga kelas tanding putri. Kelas tanding putra terdiri dari kelas
B Putra, C Putra, D Putra, E Putra, F Putra, I Putra dan J Putra. Sedangkan nomor tanding putri yaitu kelas B Putri, C Putri, D Putri. Kategori TGR mempertandingkan enam nomor yaitu Tunggal Putra, Tunggal Putri, Ganda Putra, Ganda Putri, Beregu
Putra dan Beregu Putri. Hasil akhir cabang olahraga pencak silat pada Asian Games
XVIII 2018, para atlet pencak silat Indonesia berhasil menjadi Juara Umum I dengan memperoleh 14 emas, 0 Perak dan 1 perunggu dari 16 nomor yang dipertandingkan.
Suksesnya cabang olahraga pencak silat dapat berhasil dipertandingkan secara resmi dalam Asian Games XVIII 2018 untuk yang pertama kalinya merupakan catatan sejarah yang sangat membanggakan untuk cabang olahraga pencak silat. Dipertandingkannya cabang olahraga pencak silat dalam Asian Games menandakan bahwa cabang olahraga pencak silat sudah layak serta sejajar dengan cabang olahraga beladiri lainnya yang sudah lebih dahulu dipertandingkan dalam
Asian Games maupun Olimpiade.
Sebagai mantan Ketua Umum PB. IPSI (1981 s/d 2003), Presiden
PERSILAT (1980 s/d 2010) dan sesepuh pencak silat tentunya Eddie bangga akan keberhasilan cabang olahraga pencak silat yang telah dibinanya sejak beberapa puluh tahun lalu yang pada akhirnya membuahkan hasil. Hasil kerja keras Eddie meletakkan dasar-dasar pondasi awal pengembangan pencak silat di seluruh penjuru
386
dunia telah berhasil diteruskan dengan sangat baik oleh Prabowo Subianto. Prabowo
Subianto telah meneruskan tongkat estafet kepemimpinan Eddie sebagai Ketua
Umum PB. IPSI sejak pada tahun 2003 dan Presiden PERSILAT pada tahun 2010.
Gambar 95. Eddie M. Nalapraya mengalungkan medali kepada para juara cabang olahraga pencak silat kategori Tunggal Putra dalam Asian Games XVIII 2018 di PnPSI (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2018)
387
Gambar 96. Partai final cabang olahraga pencak silat kelas D Putra, Iqbal Candra Pratama (Indonesia) melawan Ngoc Toan Nguyen (Vietnam) dalam Asian Games XVIII 2018. (Dokumen: PB. IPSI, 2018)
Gambar 97. Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo dan Ketua Umum PB. IPSI sekaligus Presiden PERSILAT Prabowo Subianto saling berpelukan bersama atlet pencak silat Indonesia Hanifan Yudani Kusumah setelah berhasil meraih emas di kelas C Putra. (Dokumen: PB. IPSI, 2018)
388 m. Mundur Sebagai Ketum IPSI dan Presiden PERSILAT
1) Mundur Sebagai Ketua Umum PB. IPSI
Pencak silat tidak bisa dilepaskan dari perjalanan hidup Eddie. Semenjak pertemuan pertama dengan Rustadi Effendi yang melamar Eddie menjadi calon
Ketua Umum IPSI DKI Jakarta pada tahun 1978, pencak silat semakin lekat dengan kehidupan Eddie. Pada hari Minggu tanggal 18 Maret 1990, IPSI DKI Jakarta melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda) bertempat di Hotel Kemang Jakarta
Pusat. Musda itu menurut Rustadi Effendi salah seorang fungsionaris Pengda IPSI
DKI Jakarta yang lama diikuti oleh 5 Pengurus Kota di Wilayah DKI Jakarta. Salah satu keputusan penting Musda DKI tersebut adalah menukar Ketua Pengda IPSI
DKI Jakarta yang lama dijabat oleh Eddie M. Nalapraya sekaligus Ketua Umum PB.
IPSI dan Presiden PERSILAT.
Eddie sendiri sebenarnya sudah beberapa kali Musda ingin menyerahkan jabatan Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta kepada tokoh lain. Namun karena situasi dan kondisi barulah dalam Musda tahun 1990 niat tersebut dapat terlaksana. Tokoh yang menggantikan Eddie sebagai Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta adalah Ir. H. Tb.
M. Rais, Kepala BAPEDA DKI dan Wakil Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta sekaligus Ketua Harian adalah Drs. H. Harun Alrasyid yang juga merupakan
Walikota Jakarta Selatan. Sementara Sekretaris Umum dijabat oleh Rustadi Effendi yang dalam kepengurusan lama menjabat sebagai Ketua 1.
389
Sejak Eddie mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum
Pengda IPSI DKI Jakarta pada tahun 1990. Selama lima periode pula jabatan sebagai
Ketua Umum PB. IPSI Eddie emban dari tahun 1981 s/d 2003. Terkadang Eddie berpikir jabatan yang terus menerus ini tidak baik untuk pengembangan organisasi dan diperlukan adanya kaderisasi pimpinan di tubuh PB. IPSI. Tetapi setiap
Musyawarah Nasional PB. IPSI selama 5 kali terus menerus dari tahun 1981 s/d
2003 seluruh peserta Musyawarah Nasional dari berbagai perwakilan Pengda IPSI dan Perguruan Historis memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi Ketua
Umum PB. IPSI.
Sejak tahun 1993 sebenarnya Eddie menyatakan sudah tidak mau lagi diajukan sebagai Ketua Umum PB. IPSI. Sikap Eddie ditentang oleh para pengurus
IPSI baik ditingkat pusat maupun daerah. Mereka kembali memilih Eddie sebagai
Ketua Umum PB. IPSI. Dalam beberapa acara Musyawarah Nasional selanjutnya bersikap serupa. Pada tingkat internasional juga demikian, jabatan sebagai Presiden
PERSILAT masih Eddie sandang hingga Desember 2010.
Meski banyak yang menolak atas keinginan Eddie untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Umum PB. IPSI ditentang hampir semua pesilat di Indonesia.
Eddie terus berupaya mengingatkan agar PB. IPSI memiliki Ketua Umum yang lain.
PB. IPSI harus mempunyai Ketua Umum yang lebih muda dan energik. Eddie mencoba menawarkan Rahmat Gobel sebagai calon Ketua Umum PB. IPSI pada
Musyawarah Nasional PB. IPSI ke XI pada tanggal 4 Juli 2003 di Padepokan Pencak
390
Silat Indonesia sebagai penggantinya. Pertimbangannya sederhana, beliau sejak lama sudah berkecimpung dalam kepengurusan di PB. IPSI. Selain itu Rahmat
Gobel juga memiliki kemampuan manajerial dan finansial untuk mengembangkan
IPSI di masa depan. Sebuah modal utama penting dalam mengembangkan suatu organisasi.
Eddie melontarkan dukungan secara terbuka kepada Rahmat Gobel.
Sekilas tidak ada penolakan dari pengurus IPSI pusat maupun daerah. Rahmat Gobel telah menyampaikan kesediaannya untuk maju sebagai calon Ketua Umum PB.
IPSI. Lain harapan lain pula kenyataan di lapangan. Ada calon lain di luar Rahmat
Gobel yakni mantan Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto. Tentu saja Eddie tidak bisa menghalangi keinginan Prabowo Subianto untuk menjadi Ketua Umum PB.
IPSI menggantikan dirinya. “Ini kan negara demokrasi, siapa saja bisa mencalonkan diri menjadi Ketua PB. IPSI”, kata Eddie.
Begitu Musyawarah Nasional digelar di tengah jalan Rahmat Gobel mengundurkan diri. Tinggal Prabowo Subianto seorang sebagai calon tunggal yang secara otomatis terpilih menjadi Ketua Umum PB. IPSI periode 2003 s/d 2007.
Sebagai orang tua, Eddie mengharapkan agar kepengurusan yang baru untuk terus berjuang meningkatkan prestasi pencak silat. Satu pesan Eddie lainnya, jaga kekompakan diantara kita semua. Dirinya berjanji selalu membantu perkembangan pencak silat selama hayat masih dikandung badan.
391
2) Mendapat Perhatian Internasional
“Saya bukan Menteri yang diangkat oleh Presiden, diberi tugas dan disediakan dana. Tapi saya adalah Ketua Umum yang diangkat dan diberi tugas oleh peserta Munas, tapi dana untuk menjalankan tugas harus saya cari sendiri” ujar Ketua Umum PB. IPSI Eddie M. Nalapraya suatu ketika kepada panitia
Musyawarah Nasional PB. IPSI XI 2003 yang sedang melakukan rapat persiapan.
Ungkapan Eddie mengajarkan suatu kearifan yang nyaris pupus di tengah eforia reformasi di tanah air. Dalam Musyawarah Nasional PB. IPSI XI 2003 yang berlangsung di Padepokan Pencak Silat Indonesia dari tanggal 2 s/d 4 Juli 2003 kembali diuji kearifan kalangan pencak silat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan organisasi.
Musyawarah Nasional PB. IPSI XI 2003 bukan hanya menarik perhatian bagi kalangan pencak silat Indonesia, bahkan kalangan pencak silat mancanegara menaruh perhatian khusus. Sedikitnya 9 Presiden Pencak Silat anggota PERSILAT telah menyatakan keinginan mereka untuk meninjau jalannya Musyawarah
Nasional. Sedangkan dari dalam negeri sebanyak 30 Pengda IPSI dan 10 anggota
Perguruan Historis sudah pasti mengirimkan utusannya. Hari pertama Musyawarah
Nasional seluruh peserta mengikuti pembekalan antara lain dari KONI Pusat,
Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata serta panglima TNI.
392
Seperti biasanya dalam setiap Musyawarah Nasional PB. IPSI, suatu organisasi yang memiliki agenda tetap yaitu laporan pertanggung jawaban pengurus serta tanggapan dari anggota. Dilanjutkan dengan sidang komisi yang terdiri dari komisi organisasi, komisi teknik dan komisi umum. Setelah sidang komisi selesai dilanjutkan dengan sesi yang paling ditunggu yaitu pemilihan Ketua Umum PB.
IPSI periode 2003 s/d 2007.
Namun yang paling penting dalam suatu Musyawarah Nasional tentu bukan hanya sekedar hiruk pikuk memilih Ketua Umum kemudian setelah itu lepas tangan begitu saja. Tetapi kesempatan dalam Musyawarah Nasional PB. IPSI yang diselenggarakan selama lima tahun sekali ini dalam setiap periode merupakan momentum yang tepat dan paling strategis untuk membahas dan menentukan masa depan organisasi IPSI dan pencak silat Indonesia.
Untuk melangkah lebih jauh tentu saja tidak boleh melupakan apa yang telah dicapai pengurus pada periode sebelumnya agar tidak berjalan di tempat.
Cukup banyak yang telah dicapai oleh PB. IPSI di bawah kepemimpinan Eddie sebagai Ketua Umum PB. IPSI sejak tahun 1981 s/d 2003. Serta cukup banyak berbagai terobosan serta langkah taktis Eddie dalam menjalankan roda organisasi dalam PB. IPSI ditengah kondisi bangsa dan negara yang mengalami krisis multi dimensi pada saat itu.
393
Tabel 40. Sembilan tamu PB. IPSI yang meninjau Munas PB. IPSI XI tahun 2003. (Sumber: Pencak Silat Magazie Edisi 6, Juli 2003: 29) No Nama Negara 1 Yongyath Petcsuwaan Thailand 2 Aidinal Al Rashid Inggris 3 Juan I. Barrenechea Spanyol 4 George L. Fredriksz Belanda 5 Hiltrud Cordes Jerman 6 Ralph Irminger Swiss 7 Jaya Indera Brunai Darussalam 8 Abdullah Shafiie Singapura 9 Tan Sri Mohammad Taib Malaysia
Gambar 98. Eddie M. Nalapraya memberikan sambutan pada Munas IPSI XI 2003 di Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2003)
394
Gambar 99. Eddie M. Nalapraya mendampingi Ketua Umum KONI Pusat membuka acara Munas IPSI XI 2003 di Padepokan Pencak Silat Indonesia. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2003)
Gambar 100. Eddie M. Nalapraya mengikuti acara Munas IPSI XI 2003 di Padepokan Pencak Silat Indonesia bersama Mr. Juan I. Barrenechea, Presiden pencak silat Spanyol. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2003)
395
3) Konsentrasi di PERSILAT
“Saya juga sudah bilang dengan teman-teman, bahwa meskipun saya sudah tidak ada lagi di kepengurusan PB. IPSI, saya tidak mungkin jauh dari IPSI”, tutur Eddie M. Nalapraya. Tentu saja Eddie tidak mungkin bisa jauh dari keseluruhan kegiatan pencak silat pada umumnya. Eddie sendiri sebagai tokoh IPSI adalah wajah pencak silat itu sendiri yang terus bergeliat untuk mencapai puncaknya dalam persaingan semua unsur beladiri di dunia. Berbicara tentang pencak silat tidak mungkin orang tidak membicarakan nama Eddie. Karena itu benarlah kata Eddie,
“Saya tak mungkin jauh dari pencak silat atau dari IPSI”.
Namun ungkapannya tidak mungkin jauh dari IPSI itu bermaksud lain.
Eddie tidak mungkin jauh dari seluruh kegiatan pencak silat, karena ada tugas yang menurutnya lebih penting dan mulia lagi. “Saya pikir, saya harus lebih konsenterasi di PERSILAT”, karena tugas pokok Eddie dalam rangkaian besar misi IPSI adalah membawa pencak silat go internasional. Misi tersebut pada waktu itu belum dapat dilimpahkannya kepada orang lain.
Tentu hal ini tidak berarti belum ada orang lain yang bisa dipercaya, melainkan karena Eddie lebih dianggap sebagai tokoh pencak silat yang telah mendunia. Sosok Eddie dinilai belum ada tandingannya pada waktu itu. Pendekatan antar manusia yang dilakukan Eddie telah memperkecil perbedaan antara Barat dan
Timur, Utara dan Selatan. “Karena itu beritahu pada teman-teman semua, saya
396 tidak akan jauh dari pencak silat. Saya tetap disini. Hanya beri saya waktu untuk mengurusi PERSILAT”, tutur Eddie.
Hasil sepak terjang Eddie dapat terlihat dari apa yang telah dicapai pada tahun 2003. Peluang cabang olahraga pencak silat semakin nyata untuk bisa dipertandingkan di Asian Games XV 2006 di Doha, Qatar. Namun hal ini tidak lain merupakan titik kulminasi dari rangkaian kerja yang cukup panjang serta melelahkan. Adanya keinginan yang menggebu untuk dapat menuju Asian Games sangatlah wajar.
Setelah sukses membawa cabang olahraga pencak silat bisa dipertandingkan pada Invitasi Internasional Pencak Silat ke I 1982 di Jakarta dan
Kejuaraan Dunia ke III 1986 di Wina, Austria serta SEA Games XIV 1987 di
Jakarta. Kemudian langkah berikutnya yaitu supaya cabang olahraga pencak silat bisa dipertandingkan dalam Asian Games dan tinggal satu langkah lagi tugas Eddie selesai. Meskipun tinggal satu langkah lagi, bukan berarti akan bisa berjalan dengan mulus. Dari dalam dirinya tetap dibutuhkan perjuangan kecil yang penuh taktis.
Untuk urusan ini, Eddie nampaknya tidak ingin keliru melangkah lagi pada saat masuk finish. Karena Eddie juga tidak ingin seperti pada Asian Games XIV
2002 di Busan, Korea Selatan yang hanya bisa dipertandingkan dalam bentuk Sport
Culture Event. Kita ingin bertarung secara real dan itu perlu adanya pertarungan- pertarungan kecil untuk menuju finish. Menurut Eddie kita memang telah memasuki babak akhir untuk urusan dalam Asian Games, tetapi jangan lupa babak akhir itu
397 sangat menentukan. Masih ada beberapa tahapan penting yang harus dilalui.
Walaupun demikian, berbagai tahapan itu adalah babak biasa. Karena kita sudah pernah mengalami serta menjalaninya ketika memperjuangkan cabang olahraga pencak silat pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat, SEA Games dan sebagainya.
Bahkan kita mengalami hal yang sama saat memperjuangkan pencak silat bisa dipertandingkan dalam kejuaraan antarnegara di Eropa.
Perjuangan ketika itu adalah pengalaman dan hikmah yang mesti bisa diambil untuk hikmah berikutnya baik pada Asian Games maupun pada tingkat yang lebih tinggi lagi. Jadi berhenti dari kegiatan PB. IPSI tidak berarti Eddie tidak punya pekerjaan lain yang lebih penting lagi. Justru berhenti sebagai Ketua Umum PB.
IPSI ini harus direstui karena masih ada pekerjaan yang lebih mulia dan agung yang mesti dilaksanakan oleh tokoh pencak silat dunia ini. n. Festival Beladiri Dunia Bercy Perancis
Eddie M. Nalapraya sejak awal memiliki komitmen tidak hanya mengembangkan pencak silat dari segi aspek olahraga semata. Eddie juga berpikir bagaimana cara mengembangkan, mengenalkan dan mempromosikan seni budaya pencak silat sebagai beladiri warisan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.
Semenjak Eddie memutuskan untuk berhenti dari jabatannya sebagai Ketua Umum
PB. IPSI tahun 2003 dan ingin mengkonsenterasikan dirinya sebagai Presiden
PERSILAT tidak hanya omong kosong belakang. Kontribusi Eddie dalam
398 pengembangan seni budaya pencak silat salah satunya adalah mengirimkan tim pencak silat Indonesia pada Festival Beladiri Dunia di Bercy, Perancis.
Festival Beladiri Dunia di Bercy, Perancis merupakan festival beladiri dunia yang secara rutin diselenggarakan setiap satu tahun oleh Majalah Karate
Bushido bertempat di Bercy, Perancis. Dalam Festival Beladiri Dunia di Bercy,
Perancis tersebut dapat diikuti oleh semua aliran beladiri yang ada di dunia. Baik mewakili negara, perguruan, klub atau organisasi Internasional beladiri dan bersifat terbuka bagi semua kalangan pecinta beladiri yang ingin mengikuti festival beladiri dunia tersebut.
Keikutsertaan tim pencak silat Indonesia dalam Festival Beladiri Dunia di
Bercy, Perancis dimulai sejak dari tahun 2003 dimana pada waktu itu tim pencak silat Indonesia mengirimkan sebanyak 20 orang anggota yang merupakan gabungan dari berbagai perguruan pencak silat di Indonesia. Pada tahun 2004 tim pencak silat
Indonesia kembali mengirimkan perwakilannya tampil di Festival Beladiri Dunia di
Bery, Perancis sebanyak 20 orang anggota.
Kemudian pada tahun 2005 tim pencak silat Indonesia juga kembali mengirimkan perwakilannya sebanyak 23 orang anggota pada Festival Beladiri
Dunia di Bercy, Perancis. Dan yang terakhir pada tahun 2006 tim pencak silat
Indonesia mengirimkan perwakilan sebanyak 23 orang anggota dalam Festival
Beladiri Dunia di Bercy, Perancis. Biasanya setelah selesai mengikuti Festival
Beladiri Dunia di Bercy, Perancis tim pencak silat Indonesia melanjutkan agenda
399
dengan lawatannya ke beberapa negara di Eropa dalam misi mengenalkan serta
mempromosikan seni budaya pencak silat.
Tabel 41. Riwayat keikutsertaan tim pencak silat Indonesia dalam Festifal Beladiri Dunia di Bercy, Perancis pada waktu Eddie menjabat sebagai Presiden PERSILAT. (Sumber: PB. IPSI) KEIKUTSERTAAN TIM PENCAK SILAT INDONESIA FESTIVAL BELADIRI DUNIA BERCY PERANCIS No Tahun Tim 1 2003 20 Orang Anggota 2 2004 20 Orang Anggota 3 2005 23 Orang Anggota 4 2006 23 Orang Anggota
Gambar 101. Eddie M. Nalapraya beserta tim pencak silat Indonesia didampingi Presiden Pencak Silat Perancis untuk mengikuti Festival Beladiri Dunia di Bery, Perancis. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2003)
400 n. Promosi Pencak Silat di Australia
Proses untuk menjadi kreatif dalam memajukan budaya tradisional di
Kabupaten Tanah Datar, sebuah kota budaya yang telah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Membangun dan mengembangkan budaya tradisional untuk dimengerti dan disukai oleh sebuah generasi memerluhkan semangat dan kerja keras yang tidak kenal dengan kata lelah. Menggeluti budaya tradisional untuk menjadi lebih bermakna sangat dibutuhkan sebuah pemikiran dan kreativitas yang prima.
Upaya yang dilakukan untuk melestarikan budaya tradisi membutuhkan proses yang sangat panjang. Beberapa pendapat mengatakan bahwa budaya tradisi itu tidak bisa diganggu gugat. Jika dirubah hasilnya akan menjadi tidak jelas. Tetapi dengan bantuan pandangan masyarakat luar negeri, budaya tradisi menjadi besar dan dikenal di mancanegara. Budaya tradisi selalu mengandung dua sisi sekaligus, pada satu sisi mempertahankan agar itu tetap lestari serta disisi yang lain mendorong untuk lebih maju dan berkembang.
Budaya tradisi adalah dialektika antara yang kita warisi dan perkembangan peradaban yang kini tengah kita alami dan senantiasa mengalami perubahan, perkembangan dinamis dan penyempurnaan secara terus menerus dari waktu ke waktu. Hal tersebut merupakan proses tarik menarik antara perubahan dan kesinambungan serta akan mengalami proses transformasi. Meskipun budaya tradisi merupakan proses dialektika tetapi nilai, norma, adat dan etos bangsa akan tetap mewarnai dan menjadi ciri khas setiap perkembangan budaya tradisi di masa depan.
401
Pada tahun 2008, Eddie yang pada waktu itu masih menjabat sebagai
Presiden PERSILAT sedang dalam upaya maksimal untuk mempromosikan dan mengembangkan budaya Indonesia yaitu pencak silat di berbagai daerah dan luar negeri agar dapat dikenal dan eksis didalam negeri serta ke seluruh dunia. Sebagai tidak lanjut di dalam upaya pengembangan budaya Indonesia di seluruh dunia.
PERSILAT mendapatkan undangan dari Konsultan Jenderal Republik Indonesia di kota Melbourne agar supaya mengirimkan pesilat untuk memperagakan dan mendemontrasikan kemampuan pencak silat di Australia.
Tim pesilat mendapat kesempatan tampil di hadapan kurang lebih 5.000 orang pelajar dan mahasiswa Australia yang sedang memperdalam mengenai budaya Indonesia dan juga tampil di tempat-tempat umum di kota Melbourne dan
Perth. Berkaitan dengan momen tersebut, hal ini adalah merupakan kesempatan yang amat sangat baik untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya
Minangkabau dihadapan masyarakat Australia. Mengingat yang akan tampil di
Australia adalah silat Kumango dan budaya tradisi lainnya dari Tanah Datar.
Keikutsertaan tim kebudayaan Minangkabau yaitu silat Kumango dan budaya tradisi dari Kabupaten Tanah Datar sebagai pusat kebudayaan Minangkabau sekaligus sebagai jatidiri daerah yang perlu diperkenalkan melalui duta budaya dalam forum internasional. Dalam Gema Pencak Silat (1999: 9) silat Kumango berasal dari kampung Kumango dengan guru pertama adalah Syek Abdul Rahman.
402
Sehingga budaya Minangkabau berkesempatan diketaui oleh masyarakat dunia secara luas.
Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah untuk mengembangkan serta melestarikan budaya dari Minangkabau secara berkesinambungan. Menampilkan konsep dan repertoar seni budaya yang mengandung unsur tradisi sebagai benang merah dalam pembaharuan. Membangkitkan proses kreatif bagi pelaku atau pemerhati budaya Tanah Datar. Mendorong kerjasama dan kerja bersama antar berbagai institusi. Serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam bidang kebudayaan di Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat, Indonesia. Sehingga dapat bersanding sejajar dengan berbagai daerah lainnya pada tingkat level nasional maupun internasional.
Promosi seni budaya dan pariwisata Tanah Datar Luhak nan Tuo melalui pergelaran silek Kumango, tari tradisional Minangkabau dan tari kontemporer di
Australia dilaksanakan tanggal 1 s/d 11 Mei 2008. Misi ini berdasarkan permintaan
Eddie Mardjoeki Nalapraya sebagai Presiden PERSILAT yang menginginkan silek
Kumango berkolaborasi dalam satu tim PERSILAT bersama dengan perguruan pencak silat Cimande, Cikalong, Panglipur dari Jawa Barat dan Pamor dari Madura serta Singapore Silat Federation. Selain itu di dalam misi ini juga tidak terlepas dari perhatian, dukungan dan fasilitas dari berbagai pihak.
Kegiatan demo dan promosi pencak silat dan seni budaya Indonesia dilaksanakan di Australia Barat (Perth) dan Victoria (Melborne). Antara lain yaitu
403
bertempat di (1) Murdoch University dengan penanggung jawab kegiatan Dr. Ian
Wilson dan Prof. David T. Hill bidang kebudayaan Asia Tenggara; (2) Melville
Primary Scholl, Mandurah dan Rockingham dengan penanggung jawab kegiatan
Mr. David Jennings (Presiden Pencak Silat Australia); (3) Hammersley, Nothem
Area dengan penanggung jawab kegiatan Mr. David Jenings; (4) Gelanggang
beladiri juijitsu Jepang di Australia; (5) Konsultan Jenderal Republik Indonesia di
kota Perth dan ramah tamah dengan masyarakat Indonesia di kota Perth; (6)
Warrnambool College Hall, Warrnambool; (7) Flora Hill Stadium Bendigo Schools;
(8) Arts Center Echuca College, Echuca; (9) Estside Performing Arts Cencre
Mooroopna Secondary College; (10) Demonstrasi pencak silat dan seni budaya di
Town Hall Gedung opera terbesar di Melbourne yang difasilitasi oleh Konsultan
Jenderal Republik Indonesia di kota Melbourne. Tentunya kegiatan ini diharapkan
akan dapat membawa harapan yang positif di masa depan bahwa budaya tradisi
Minangkabau bisa dikenal secara luas ke mancanegara khususnya di Australia.
Tabel 42. Pihak pendukung promosi silat dan seni budaya Minangkabau di Australia. (Sumber: Persikum, 2008: 2) PENDUKUNG KEGIATAN No Nama/Instansi Keterangan 1 Ir. M. Shadiq Pasadigoe, SH. Bupati Tanah Datar 2 Ir. Asrul Nurhasan Ketua DPRD Tanah Datar 3 Ketua Pengkab IPSI Tanah Datar - 4 Ketua Pengda IPSI Sumatera Barat - 5 Eddie M. Nalapraya Presiden PERSILAT Konsultan Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, 6 Budiarman Bahar Victoria Australia Konsultan Jenderal Republik Indonesia di Perth, 7 Dr. Aloysius L. Madja Australia
404
Tabel 43. Personil kegiatan demonstrasi dan promosi silek Kumango di Australia. (Sumber: Persikum, 2008: 3) PERSONIL DEMONSTRASI No Nama Keterangan Guru Gadang PERSIKUM (Perguruan Silat Kumango) 1 Lazuardi Malin Marajo Batusangkar 2 Lesmandiri Koreografer/pesilat/penari. 3 A. Tri Mulyono Skenografer/ naskah/ documenter/ laporan 4 Dian Nurullita Asisten Koreografer/ Penari 5 Wardi Metro Penari 6 Indah Lestari Penari 7 Dian Agustina Penari
Tabel 44. Daftar kegiatan demonstrasi dan promosi silek Kumango di Australia. (Sumber: Persikum, 2008: 4-6) DEMONSTRASI DAN PROMOSI SILEK KUMANGO Hari/ No Tempat Kegiatan Tanggal 1 Kamis, Murdoch Selama di Perth, West Australia tim PERSILAT 1 Mei 2008 University mendemonstrasikan pencak silat di beberapa tempat (collage, university dan perguruan silat yang ada di Perth). Kamis 1 Mei 2008 pukul 09.00 waktu Perth, West Australia tim demo dari PERSILAT: pencak silat Cimande, Cikalong, Panglipur, Pamur dan silek Kumango mendemonstrasikan pencak silat dan tari pengembangan pencak silat kumango di Murdoch University dan dipandu oleh Prof. David T. Hill. Division of Social Science Humanities and Education Asian Studies Program, professor of South-East Asian Studies. 2 Jumat, Melville Primary Jum’at, 2 Mei 2008 pukul 09.30 waktu Perth, West 2 Mei 2008 School, Australia tim PERSILAT: pencak silat Cimande, Mandurah, Rockingham Cikalong, Panglipur, Pamur dan silek Kumango mendemonstrasikan pencak silat dan tari pengembangan silat kumango di Gedung Melville Primary School, kemudian pada pukul 19.00 waktu Perth mendemonstrasikan pencak silat dan tari kontemporer bersumber dari pencak silat kumango di Mandurah dan Rockingham, di perguruan pencak silat Helang Putih
405
Perkasa School of matrial art Australia yang berasal dari Malaysia. Demo tersebut dipandu oleh Mr. David Jenning Presiden pencak silat Australia. 3 Sabtu, Hammersley, Demonstrasi pencak silat di Mannersley merupakan 3 Mei 2008 Notherm Area tempat latihan beladiri Juijitsu di Australia. Sehingga pada kesempatan tersebut tim PERSILAT bersamaan bergantian mendemonstrasikan dengan beladiri Juijitsu. 4 Sabtu, Konsultan Selain mempertunjukan pencak silat di konsultan jenderal 3 Mei 2008 Jenderal Republik Republik Indonesia di Perth, tim PERSILAT juga Indonesia di Perth menampilkan tari kontemporer dan tradisional Minangkabau (tari piriang), dimainkan oleh sanggar limpapeh Batusangkar, Sumatera Barat. 5 Selasa, Warrnambool Demonstrasi dan Pertunjukan di Warrambool College 6 Mei 2008 College Hall, Hall, Victoria/Melbourne/ Warrnambool 6 Rabu, Flora Hill Pertunjukan di Flora Hill Bendigo Schools. 7 Mei 2008 Stadium Bendigo
Schools 7 Kamis, Arts Centre Pertunjukan di Arts Center Echuca College, Echuca. 8 Mei 2008 Echuca College,
Echuca 8 Kamis, Estside Demonstrasi di Estside Performing Arts Cencre 8 Mei 2008 Performing Arts Moroopna Secondary College. Cencre Mooroopna Secondary College. 9 Jum’at, Town Hall Demonstrasi dan pertunjukan dua kali siang dan malam 9 Mei 2008 hari di Gedung opera terbesar di Melbourne. Pesilat dari Singapura dan dari PERSILAT (Cimande, Cikalong, Panglipur dan Pamur berkolaborasi mendemonstrasikan pencak silat masing-masing perguruan.
406
Gambar 102. Eddie M. Nalapraya meninjau jalannya promosi pencak silat di Australia. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2008)
Gambar 103. Kegiatan promosi pencak silat dihadapan mahasiswa dan pelajar di Australia. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2008)
407 o. Bapak Pencak Silat Eropa
Rasa cinta Eddie pada pencak silat sudah tidak perlu untuk diragukan lagi.
Pencak silat telah mendarah daging dalam relung hatinya dan denyut nadinya.
Kehidupan Eddie tidak bisa dipisahkan begitu saja dari pencak silat. Di tengah perayaan Idul Fitri tahun 2003, Eddie berangkat ke Hamburg, Jerman untuk menghadiri Kejuaraan Pencak Silat Eropa yang diselenggarakan pada tanggal 28 s/d
30 November 2003.
Selain peserta dari pihak tuan rumah yaitu Jerman, peserta lainnya yang bertanding berasal dari Belanda, Belgia, Austria, Perancis, Swiss dan United
Kingdom. Spanyol yang menepati posisi penting dalam perkembangan pencak silat di Eropa hanya mengirimkan para utusan-utusannya saja. Pada saat yang sama, pesilat spanyol harus mengikuti ujian sekolah.
Dalam Kejuaraan Pencak Silat negara Eropa tersebut dipertandingkan kategori Tanding serta Tunggal, Ganda dan Regu (TGR). Khusus untuk kategori
TGR, juri berasal dari Indonesia karena di Eropa pada waktu itu memang belum ada yang bisa menjadi juri dalam kategori TGR. Peserta kejuaraan tersebut diikuti oleh sekitar 90 orang atlet pencak silat. Belanda yang mengirimkan kontingen terbesar dapat berhasil meraih 22 medali emas kemudian disusul Austria. Eddie senang sekali menyaksikan pencak silat sebagai beladiri nasional Indonesia yang telah diterima dan dicintai oleh bangsa-bangsa di Eropa.
408
Perlu untuk diketaui bahwa Kejuaraan Pencak Silat Eropa adalah satu- satunya kejuaraan pencak silat yang ada didalam tingkat regional di dunia dan rutin diselenggarakan setiap dua tahun sekali di bawah organisasi European Pencak Silat
Federation. Dalam Bog-Bog Bali Cartoon Magazine (2016) Kejuaraan Pencak Silat
Eropa untuk pertama kalinya digelar bertempat di Zwolle, Belanda pada tahun 2001;
Hamburg, Jerman tahun 2003; Paris, Perancis tahun 2005, dan Swiss tahun 2008.
Pada Kejuaraan Pencak Silat Eropa tahun 2008 di Swiss. Eddie diundang oleh Presiden Pencak Silat Eropa untuk menghadiri kejuaraan tersebut. Pada kesempatan yang sama Eddie juga turut menyampaikan bahwa pada tahun 2010 akan mengundurkan diri dari jabatan sebagai Presiden PERSILAT dan akan menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan sebagai Presiden PERSILAT kepada
Prabowo Subianto karena sudah menjadi Ketua Umum PB. IPSI sejak tahun 2003.
Pada waktu itu banyak yang menentang dan memprotes keputusan Eddie,
“Pak Eddie is not ways untuk keluar dari PERSILAT” ungkap salah satu peserta kejuaraan. Akhirnya setelah diberikan penjelasan oleh Eddie bahwa harus ada regenerasi kepemimpinan, mereka menyetujuinya dan pada saat yang bersamaan ada dua orang yang tampil naik ke atas podium kemudian berkata “Pak Eddie akan meninggalkan PERSILAT, tetapi hari ini European Pencak Silat Federation mengangkat pak Eddie sebagai the Father Pencak Silat of Europe”. Itu berarti menandakan bahwa mereka masih ingin mengikat Eddie. Karena jika tahun 2010
Eddie benar-benar menyatakan mengundurkan diri sebagai Presiden PERSILAT
409 maka sudah tidak bisa lagi untuk mengundang Eddie hadir dalam Kejuaraan Pencak
Silat Eropa pada tahun yang akan datang. Dengan diangkatnya Eddie secara resmi sebagai Bapak Pencak Silat Eropa diharapkan Eddie akan tetap bisa hadir dalam setiap kegiatan serta Kejuaraan Pencak Silat Eropa pada tahun selanjutnya yang diselenggarakan oleh European Pencak Silat Federation. p. Perjuangan Pencak Silat Diakui UNESCO
UNESCO adalah singkatan United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization. UNESCO merupakan organisasi internasional di bawah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PPB) atau United Nations (UN) yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, sains dan kebudayaan dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan pada keadilan, peraturan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). UNESCO didirikan di kota Paris,
Perancis pada tanggal 4 November 1946. Tugas utama UNESCO adalah memajukan kerjasama antarbangsa dalam bidang pendidikan, sains dan kebudayaan. Sekarang ini, UNESCO beranggotakan sebanyak 191 negara termasuk Indonesia dan bermarkas besar di Unesco House, Place de Fontenoy, Paris de, France.
Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri asli warisan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pencak silat perlu untuk diakui keberadaannya secara Internasional dalam aspek seni beladiri kebudayaan bangsa
Indonesia. Pada tahun 2014 pencak silat dianggap sangat sulit untuk diajukan ke
UNESCO sebagai warisan budaya takbenda, dikarenakan oleh birokrasi dan
410 kurangnya pendataan. Oleh sebab itu awal mula inisiatif untuk mengajukan pencak silat ke UNESCO diawali oleh tim Roy Suryo selaku KEMENPORA, Gatot
Dewabroto, Heru Nugroho, Mody Afandi dan Eddie M. Nalapraya sebagai tokoh pemersatu pencak silat.
Acara pertama yang diadakan atas inisiatif tersebut adalah sarasehan pencak silat Indonesia di KEMENPORA. Setelah itu diadakan beberapa kali pengumpulan data dengan diadakannya seminar metalurgi dan kesenjataan pencak silat di Surakarta. Kemudian setelah itu diadakan eksebisi olahraga beladiri tradisi yang semuanya diadakan oleh KEMENPORA dan untuk penyempurnaan data dikirimlah tim untuk mencari data perihal pencak silat ke kota Leiden, Belanda sebagai upaya penggalian data kesejarahan dan budayanya.
Kota Leiden adalah sebuah kota yang berada di Propinsi Zuid Holland,
Belanda. Mengapa dipilih kota Leiden? Karena di kota Leiden terdapat Universitas
Leiden yang berdiri sejak tahun 1575 merupakan universitas tertua di Belanda dimana didalamnya terdapat Perpustakaan Leiden yang berdiri pada tanggal 31
Oktober 1587 dan memiliki banyak koleksi sejarah mengenai benua Asia dan
Indonesia. Perpustakaan Leiden ikut menjadi penunjang kolonialisasi di Indonesia serta banyak menyimpan berbagai dokumen dan arsip mengenai sejarah kisah perjuangan bangsa Indonesia.
Untuk mendalami mengenai kebudayaan Indonesia, para ahli bahasa dan sejarah seringkali harus berkunjung ke Perpustakaan Leiden untuk melakukan
411 penelitian. Berbagai koleksi mengenai Indonesia di Belanda sebenarnya sudah tidak perlu untuk diragukan lagi dan membuat heran. Tidak ada yang menyangka
Indonesia adalah mantan koloni Kerajaan Belanda. Belanda termasuk salah satu bangsa modern yang terbilang rapi dalam mengarsipkan lembaran-lembaran tertulisnya terkait Indonesia era kolonial. Bahkan berbagai tulisan serta benda kuno
Indonesia juga sampai kesana.
Pada tahun 2015 gerakan pencak silat road to UNESCO sudah mulai dibangun dengan diajukannya pencak silat sebagai warisan budaya takbenda di beberapa propinsi di Indonesia dengan penyebutan masing-masing daerah yang terakhir diajukan adalah “Penca” dari Jawa Barat sebagai ajuan yang menyempurnakannya.
Pada tahun 2016 disiapkan beragam data kelengkapan untuk mengisi dossier pencak silat, mengajukan pencak silat bersama dengan budaya lainnya yaitu penanggalan tradisional, pantun dan lariangi sebagai nominasi warisan budaya takbenda dari Indonesia untuk UNESCO. Perlu diketahui bahwa pada waktu itu jumlah budaya takbenda Indonesia ada sebanyak 444 budaya. Namun yang sudah diakui UNESCO baru sebanyak tujuh budaya antara lain yaitu wayang, angklung, tari saman dan batik. “Mudah-mudahan bertambah satu yaitu pencak silat,” imbuh
Eddie.
Setelah uji kompetensi data yang terpilih untuk menggali data lebih lanjut.
Tim tersebut kemudian dibentuk oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
412
(KEMENDIKBUD) dan dikirim ke 8 propinsi yang dianggap sebagai perwakilan dari budaya pencak silat di Indonesia. Pertanggal 31 Maret 2017 dossier pencak silat sudah disampaikan ke UNESCO. Sebelumnya telah diadakan uji publik dossier kepada seluruh perwakilan stakeholder pencak silat di Indonesia.
Pada tanggal 27 s/d 29 September 2016 pukul 19.00 WIB bertempat di
Swiss Belhotel Pondok Indah Jakarta, Jl. Metro Pondok Indah, Sektor 2 Blok SA
Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310. KEMENDIKBUD melaksanakan penominasian warisan budaya takbenda ke dalam list Intangible Cultural Heritage
(ICH) UNESCO. Oleh sebab itulah KEMENDIKBUD menyelenggarakan rapat koordinasi nominasi warisan budaya takbenda untuk pembentukan tim kerja pembuatan naskah akademik dan rencana aksi empat warisan budaya yang akan dinominasikan yaitu pencak silat, penanggalan tradisional, pantun dan lariangi.
Agenda didalam rapat koordinasi nominasi warisan budaya takbenda
UNESCO antara lain: (1) Penyampaian format naskah akademik dan rencana aksi penominasian ICH UNESCO; (2) Pembentukan tim kerja warisan budaya yang akan dinominasikan; (3) Pemaparan dari masing-masing tim kerja warisan budaya.
Dalam rapat koordinasi nominasi warisan budaya takbenda tersebut
KEMENDIKBUD turut mengundang sebanyak 62 orang yang terdiri dari 9 orang perwakilan pencak silat, 10 orang perwakilan penanggalan tradisional, 6 orang perwakilan pantun, 6 orang perwakilan lariangi dan 31 orang sisanya perwakilan dari instansi-instansi terkait.
413
Tahun 2017 dilakukanlah riset lapangan, pengumpulan data dan video
dokumentasi di berbagai propinsi dengan akar kebudayaan pencak silat. Perjuangan
pencak silat agar diakui oleh UNESCO selama lebih dari tiga tahun dilandasi oleh
semangat Eddie M. Nalapraya sebagai sesepuh pencak silat. Pencak silat ditetapkan
sebagai salah satu ajuan Indonesia untuk nominasi warisan budaya takbenda dari
Indonesia kepada UNESCO. “Kebanggaan pencak silat masuk ke UNESCO karena
dulu merasakan bagaimana pencak silat di nomor dua kan. UNESCO juga
indikator, peningkatan kearifan lokal, pendidikan pencak silat memiliki hal-hal
yang membuat orang menjadi baik, karena terdapat nilai kejujuran, kedisiplinan
dan lainnya,” tutur Eddie.
Tabel 45. Daftar undangan perwakilan penanggalan tradisional pada rapat koordinasi nominasi budaya takbenda UNESCO. (Sumber: Kemendikbud, 2016) PERWAKILAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA PENANGGALAN TRADISIONAL No Nama/Instansi Keterangan 1 Basuki Teguh Yuwono ISI Surakarta Ahli bidang penanggalan 2 Mpu Totok Brojodiningrat tradisional dan pelaku pawukon 3 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Banten 1 orang 4 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat 1 orang 5 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Tengah 1 orang 6 Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi D.I. Yogyakarta 1 orang 7 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur 1 orang 8 Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi Bali 1 orang 9 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Barat 1 orang 10 Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta - 11 Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Badung -
414
Tabel 46. Daftar undangan rapat koordinasi nominasi budaya takbenda UNESCO. (Sumber: Kemendikbud, 2016) DAFTAR UNDANGAN No Nama/Instansi Keterangan 1 Direktur Jenderal Kebudayaan - 2 Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya - Direktur Pembinaan Kepercayaan Terhadap 3 - Tuhan YME dan Tradisi Direktur Pembinaan Kesenian dan 4 - Perfilman 5 Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan - 6 Arief Rahman Ketua Harian KNIU 7 Kepala Puslitjak Dikbud - 8 Edi Sedyawati - 9 Harry Waluyo - 10 Serano Sianturi - 11 Lien Dwiari Ratnawati Kasubdit Warisan Budaya Takbenda 12 Restu Gunawan Kasubdit Diplomasi Luar Negeri 13 Rosery Rosdy Putri Kasubdit Warisan Budaya Benda Dunia 14 Ahmad Mahendra Kasubdit Program, Evaluasi dan Dokumentasi 15 Sri Suhartanti - 16 Hartanti Maya Khrisna - 17 Siti Khoirnafiya - 18 St. Prabawa Dwi Putranto - 19 Andhini Widyasari - 20 De Budi Sudarsono - 21 Hery P. Manurung - 22 Dais Dharmawan - 23 Shakti Adhima - 24 Mochtar H - 25 Eva Ismariati - 26 Puji Hastuti - 27 Marlani Alfanta - 28 Neng Asri - 29 Hendara Surya - 30 M. Khairunisa -
415
Tabel 47. Daftar undangan perwakilan pencak silat pada rapat koordinasi nominasi budaya takbenda UNESCO. (Sumber: Kemendikbud, 2016) PERWAKILAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA PENCAK SILAT No Nama/Instansi Keterangan 1 Eddie Mardjoeki Nalapraya IPSI 2 Wahdat M.Y. MASPI 3 Asep Gurwawan MASPI Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sumatera 4 1 orang Barat 5 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Banten 1 orang 6 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Banten 1 orang 7 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Banten 1 orang 8 Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang - 9 Kepala Balai Pelsetarian Nilai Budaya Bandung -
Tabel 48. Daftar undangan perwakilan pantun pada rapat koordinasi nominasi budaya takbenda UNESCO. (Sumber: Kemendikbud, 2016) PERWAKILAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA PANTUN No Nama/Instansi Keterangan 1 Pudentia MPSS Asosiasi Tradisi Lisan 2 Ali Maestro Pantun 3 Achadiati Ikram Universitas Indonesia 4 Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau 1 orang 5 Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau 1 orang 6 Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjung Pinang -
Tabel 49. Daftar undangan perwakilan lariangi pada rapat koordinasi nominasi budaya takbenda UNESCO. (Sumber: Kemendikbud, 2016) PERWAKILAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA LARIANGI No Nama/Instansi Keterangan 1 Sulistyo Tirtokusumo Praktisi Kebudayaan 2 Jabatin Bangun Asosiasi Tradisi Lisan 3 Bupati Wakatobi - Taman Budaya Sulawesi 4 Arini Suldad Tenggara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi 5 1 orang Tenggara 6 Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar -
416
Gambar 104. Penghargaan Original Rekor Indonesia Award kepada Eddie M. Nalapraya. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2017)
417 q. Kerabat Dekat Pencak Silat
1) Rustadi Effendi, P.Ka.
Rustadi Effendi merupakan salah satu tokoh pembina IPSI. Rustadi Effendi lahir di Jakarta tanggal 11 Juni 1946. Rustadi Effendi adalah Pendekar Kepala
(P.Ka) Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah serta pernah menjabat sebagai
Ketua Dewan Pendekar Pimpinan Wilayah (PIMWIL) IV Tapak Suci DKI Jakarta.
Tokoh ini yang melamar Eddie M. Nalapraya untuk menjadi Ketua Pengda IPSI
DKI Jakarta pada tahun 1978.
Rustadi Effendi adalah tokoh yang menjadi fungsionaris PB. IPSI semenjak tahun 1974 dan pernah duduk sebagai bendahara PB. IPSI (1986 s/d
1989). Karena tokoh ini termasuk orang lapangan, maka dimanapun ada suatu kejuaraan atau festival pencak silat yang dilaksanakan, apakah itu pada level tingkat propinsi, regional, nasional atau internasional tokoh ini pasti ada disitu dengan peran aktif yang bervariasi.
Sejak tahun 1990 Rustadi Effendi ditetapkan sebagai Sekretaris Umum PB.
IPSI. Selain itu pada bulan April 1997 tokoh ini merangkap sebagai Kepala
Padepokan Pencak Silat Indonesia. Pada tahun 2000 kedudukannya sebagai
Sekretaris Umum PB. IPSI digantikan oleh tokoh lain. Kedudukan terakhir tokoh ini di PB. IPSI adalah sebagai salah seorang Wakil Ketua Umum merangkap Ketua
Harian. (Sumber: Notosoejitno, 2002: 85-86 dan Rustadi Effendi, 2017).
418
2) Drs. H. Hisbullah Rachman, P.Br.
Hisbullah Rachman merupakan tokoh pembina pencak silat di Indonesia yang lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 20 Agustus 1944.
Dibesarkan dan dibina oleh perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah sejak tahun 1964 dari tingkat Siswa Dasar Tapak Suci hingga saat ini menduduki tingkat
Pendekar Besar (P.Br). Hisbullah Rachman adalah murid perguruan Tapak Suci angkatan ke dua yang merupakan murid dari Pendekar Dalhar Suwardi, S.H dan
Pendekar Muhammad Sobri Achmad, S.H yang selama berlatih diawasi oleh
Pendekar Besar Muhammad Barie Irsad secara langsung dan merupakan pendiri perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Tokoh ini menamatkan pendidikan akademik jenjang sarjana di Fakultas Geografi, Universitas Gajah Mada pada tahun
1969.
Tokoh perguruan Tapak Suci ini dengan jiwa besar pernah menolak penetapan dirinya pada Muktamar perguruan Tapak Suci sebagai Ketua Umum
Pimpinan Pusat Tapak Suci dengan alasan ada tokoh lain yang lebih senior dan kompeten memimpin perguruan Tapak Suci secara nasional. Hisbullah Rachman hingga saat ini menjadi sekretaris Majelis Guru di Pimpinan Pusat Tapak Suci.
Hisbullah Rachman pernah duduk menjadi fungsionaris PB. IPSI sejak tahun 1976 s/d 2016 dengan berganti-ganti posisi. Terakhir tokoh ini duduk sebagai Ketua
Departemen Pembinaan Seni Budaya PB. IPSI. (Sumber: Notosoejitno, 2002: 83 dan Hisbullah Rachman, 2017).
419
3) Drs. H. Arifuddin Pangka, P.Br.
Arifuddin Pangka merupakan salah satu tokoh pembina pencak silat di
Indonesia. Beliau lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 14 Agustus
1946. Arifuddin Pangka dibesarkan oleh perguruan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah sejak tahun 1972 hingga sampai dengan saat ini menduduki tingkat
Pendekar Besar (P.Br) perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Pendekar
Besar Tapak Suci ini sejak tahun 1991 sudah masuk di dalam jajaran kepengurusan
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah dan pernah menjabat sebagai
Ketua Umum Pimpinan Wilayah V Tapak Suci Sulawesi Selatan dan Ketua Umum
Pimpinan Wilayah IV Tapak Suci DKI Jakarta. Terakhir tokoh ini menjabat sebagai anggota Majelis Guru di Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Ariffuddin Pangka menamatkan pendidikan akademik S1 di Fakultas
Ekonomi, Universitas Sawerigading Makassar tahun 1977. Pendekar Besar perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah ini duduk sebagai fungsionaris PB.
IPSI sejak tahun 1982. Arifuddin Pangka pernah menjadi Ketua Pelatnas atlet pencak silat Indonesia untuk SEA Games. Selain itu tokoh ini pernah menjabat sebagai ketua pencak silat olahraga dan seni di PB. IPSI (1986 s/d 1998) serta ketua bidang teknik PERSILAT (1990). Peran menonjol tokoh ini adalah didalam bidang penyelenggaraan berbagai kejuaraan nasional pencak silat. (Sumber: Notosoejitno,
2000: 82 dan PPTS, 2006: 21).
420
4) H. Oyong Karmayuda, SH.
Tokoh perguruan Setia Hati ini duduk di jajaran PB. IPSI sejak tahun 1976.
Jabatan yang pernah diemban Oyong Karmayuda antara lain sebagai Ketua Bidang
Organisasi dan Ketua Bidang Penghubung Luar Negeri serta menjabat Ketua Harian
PB. IPSI (1982 s/d 1986). Kedudukan terakhir tokoh ini di PB. IPSI sejak pada awal tahun 2000 adalah sebagai salah seorang Wakil Ketua Umum PB. IPSI. Semenjak berdirinya PERSILAT pada tahun 1980, tokoh ini merangkap jabatan sebagai
Sekretaris Presidium PERSILAT (1980 s/d 1984) dan kemudian Sekretaris Jenderal
PERSILAT diselingi beberapa tahun oleh Yan Pandey. Atas kontribusi dan peran tokoh ini di PERSILAT, pencak silat dapat menyebar luas dan berkembang dengan baik di berbagai negara di luar negara sumbernya. (Sumber: Notosoejitno, 2002:
84).
5) Yanuarno
Yanuarno lahir di Demak, Jawa Tengah tanggal 20 Januari 1940. Tokoh ini
Ikut meletakkan dasar perkembangan pertandingan olahraga pencak silat sejak tahun 1971 dalam penyusunan peraturan pertandingan. Aktif dalam pembinaan olahraga pencak silat sebagai penatar wasit juri, pelatih dan mengikuti perkembangan ilmu olahraga. Yanuarno merupakan tokoh pembina pencak silat di
Indonesia yang berasal dari perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate. Beliau pernah duduk di dalam jajaran pengurus PB. IPSI sebagai Sekretaris Jenderal (1973 s/d 1977), Ketua Bidang Teknik dan Pembinaan (1977 s/d 1981) serta Ketua
Departemen Penelitian dan Pengembangan (1986 s/d 1990).
421
Sedangkan dalam PERSILAT, Yanuarno duduk sebagai Ketua
Departemen Teknik (1985 s/d 1988). Selain rajin dan berdisiplin tinggi serta selalu proaktif dan superaktif dalam menjalankan tugas-tugasnya, tokoh ini merupakan konseptor mengenai berbagai macam peraturan pertandingan pencak silat olahraga maupun pencak silat seni beserta berbagai peraturan lainnya yang berkaitan dengan itu. Tokoh ini adalah merupakan penyusun buku penuntun pelajaran pencak silat untuk siswa SD, SLTP dan SLTA yang diterbitkan oleh Ditjen Diklusepora
Depdikbud pada tahun 1983. Bersama dengan Arnowo Adji, Hadimulyo, Haryadi
Mawardi dan Imam Suyitno tokoh ini adalah penyusun peraturan pertandingan pencak silat olahraga yang pertama. (Sumber: Notosoejitno, 2002: 86 dan Januarno,
1989: 92).
Gambar 105. Rustadi Effendi (kiri), Hisbullah Rachman (tengah), dan Ariffudin Pangka (kanan). (Dokumen: Rustadi Effendi, Hisbullah Rachman, dan Ariffudin Pangka)
422
Gambar 106. Oyong Karmayuda (kiri), dan Yanuarno (kanan). (Dokumen: Eddie M. Nalapraya dan Joko Suseno)
Eddie M. Nalapraya adalah sosok pribadi yang humoris dan mudah bergaul dengan semua kalangan. Eddie dalam bergaul tidak mengenal batasan usia dan golongan. Baik dengan kalangan tua maupun kalangan muda, yang kaya maupun yang miskin. Prinsip dalam bergaul bagi Eddie adalah menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda. Karena keterbatasan dalam penyusunan buku ini maka penulis belum bisa menggali secara menyeluruh serta lebih mendalam dan menyebut serta menulis para kerabat dekat Eddie satu persatu dalam masa pengembangan pencak silat di Indonesia maupun di mancanegara.
Tidak dipungkiri dengan sifat serta kepribadian Eddie yang tergolong menyenangkan, humoris, supel, pandai bergaul dan suka menolong dengan semua
423 kalangan yang membutuhkan tanpa membedakan status sosial. Banyak teman- teman Eddie yang juga memiliki hubungan erat dengan beliau karena memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi dan telah menjadi suri tauladan bagi mereka. Karena keterbatasan di dalam menggali berbagai informasi megenai siapa saja kerabat dekat
Eddie yang lainnya dalam mengembangkan pencak silat. Di dalam buku ini belum bisa kami tuliskan secara satu persatu dan menyeluruh serta mendalam. Kami berharap banyak para penulis lainnya yang nantinya akan mengungkap hal tersebut. t. Penghargaan Yang Diperoleh
1) Bintang Mahaputera Pratama
Para sahabat angkat bicara dengan berbagai komentar serta pujian kepada kerja keras dan keberhasilan Eddie M. Nalapraya dalam mempersatukan sekaligus mengembangkan dunia pencak silat. Eddie memang orang yang ramah dan pandai berkomunikasi dan suka bercanda. Hal yang terpenting adalah Eddie mau datang dan menjalin persahabatan dengan hampir semua perguruan pencak silat di
Indonesia. Bahkan persaingan, permusuhan dan pertikaian antara perguruan pencak silat dengan beragam alasan nyaris hilang di bawah kepemimpinan Eddie. Sangat wajar jika seorang sahabatnya pada saat itu mengusulkan agar Eddie diberi gelar sebagai Bapak Pencak Silat, mau tau komentar beliau?
“Untuk apa gelar-gelar, yang penting urus itu pencak silat agar bisa masuk ke
semua negara di dunia. Saya tidak butuh gelar-gelar, urus itu pencak silat
sudah bagus buat saya”.
424
Tetapi rupanya keinginan para sahabatnya sampai juga ke Istana Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Kecintaan dan pengabdian Eddie selama lebih dari tiga dekade membuahkan kenangan. Pada hari Jumat tanggal 13 Agustus 2010,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bertempat di Istana Merdeka menganugerahkan tanda kehormatan Republik Indonesia yaitu Bintang Mahaputera
Pratama kepada Eddie untuk baktinya di Pembinaan Olahraga Pencak Silat
Indonesia sebagai olahraga warisan leluhur.
Pemberian tanda jasa kehormatan Bintang Mahaputera Pratama adalah untuk memberi kehormatan tinggi kepada mereka yang berjasa luar biasa guna keutuhan, kelangsungan serta kejayaan bangsa dan negara. Dasar hukumnya dalam pemberian tanda kehormatan, gelar dan tanda jasa diatur di dalam undang-undang nomor 20 tahun 2009. Pemberian gelar pengharagaan ini berbeda dari beberapa tahun sebelumnya. Biasanya dilakukan pada saat berlangsungnya Hari Olahraga
Nasional (HAORNAS). Tetapi Eddie menerimanya menjelang empat hari peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas penganugerahan Bintang Mahaputra
Pratama, pada tanggal 16 Agustus 2010 Eddie mengadakan syukuran bersama dengan para jajaran pengurus Bamus Betawi di Padepokan Pencak Silat Indonesia.
Pada acara tasyakuran tersebut hadir sejumlah tokoh-tokoh Betawi antara lain
Mayjen TNI (Purn) Nachrowi Ramli (Ketua Bamus Betawi), Haji Nuri Taher, Rusdi
Saleh, Effendi Yusuf (Ketua Dewan Penasihat Bamus Betawi) dan lainnya. Pada
425
saat memberikan sambutan, Eddie banyak bercerita tentang masa lalunya terutama
pada saat jaman kemerdekaan dan kecintaannya terhadap pencak silat. Eddie
berharap para pengurus Bamus Betawi turut serta melestarikan pencak silat agar
olahraga warisan leluhur bangsa Indonesia bisa menjadi raja di negerinya sendiri.
Gambar 107. Eddie M. Nalapraya dianugerahi Bintang Mahaputra Pratama oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Dokumen: Eddie M. Nalaprya, 2010)
2) Sandang Mahkota Agung Seri Bintang Pelangi
Mayor Jenderal TNI (Purn) Eddie Mardjoeki Nalapraya yang merupakan
Ketua Umum PB. IPSI (1981 s/d 2003) dan Presiden PERSILAT (1980 s/d 2010)
mendapatkan anugerah Sandang Mahkota Agung Seri Bintang Pelangi dari
Pertubuhan Silat Seni Gayong Malaysia. Pemberian anugerah Sandang Mahkota
426
Agung Seri Bintang Pelangi dari Pertubuhan Silat Seni Gayong Malaysia dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2010 di Pusat Latihan Polisi Malaysia, Kuala
Lumpur, Malaysia.
Penganugerahan Sandang Mahkota Agung Bintang Pelangi oleh
Pertubuhan Silat Seni Gayong Malaysia tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada Eddie karena turut berjasa memperkenalkan seni beladiri kepada masyarakat
Malaysia terutama pencak silat. Melalui anugerah Sandang Mahkota Agung Bintang
Pelangi tersebut juga diharapkan dapat lebih mempererat tali persaudaraan antara
Indonesia dengan Malaysia yang sudah terjalin lama serta menegaskan kembali bahwa sebenarnya tidak ada permasalahan antara hubungan dari kedua negara.
Anugerah Sandang Mahkota Agung Bintang Pelangi tersebut juga diberikan kepada Panglima Tentara Darat Malaysia Jenderal Datuk Zulkefli Mohd
Zin dan wakil Menteri Sumber Manusia Dato Maznah binti Mazlan dengan anugerah Sandang Mahkota Seri Relang Pelangi. Penyerahan anugerah Sandang tersebut dilakukan oleh Penasehat dan lembaga waris amanah Pertubuhan Silat Seni
Gayong Malaysia Sazali bin Dato Meor Abdul Rahman. Pertubuhan Silat Seni
Gayong Malaysia didirikan oleh Alm. Dato Meor Abdul Rahman bin Daeng Uda
Md Hashim dan secara resmi didaftarkan ke Jabatan Pertubuhan Malaysia pada tanggal 22 Oktober 1963 yang merupakan badan seni beladiri pertama di Malaysia.
427
Gambar 108. Eddie M. Nalapraya berjabat tangan dengan Perdana Menteri Malaysia usai menerima penghargaan dari Pertumbuhan Silat Seni Gayong Malaysia. (Dokumen: Eddie M. Nalapraya, 2010)
3) Doctor of Philosophy in Matrial Art
Pada awal bulan Mei 2011, Eddie Mardjoeki Nalapraya kedatangan tamu
dari Asia Pacific Open University, Malaysia yang dipimpin Prof. Dr. Zamat Ab
Razak Zamri. Maksud serta tujuan kedatangan mereka yaitu adalah untuk
mengundang sekaligus memberitaukan bahwa Eddie akan dianugerahi gelar Doctor
of Philosophy dalam bidang Martial Art pada tanggal 29 Mei 2011. “Pak Eddie
jasanya sangat besar dalam memajukan pencak silat. Beliau pantas menerima
penghargaan dari kami,” kata Prof. Dr. Zamat Ab Razak Zamri.
Eddie tidak menyangka pengabdiannya selama ini membesarkan pencak
silat telah diapresiasi oleh pihak Asia Pacifik Open University. Dalam suasana yang
penuh dengan keakraban, persahabatan dan kekeluargaan yang dihadiri oleh tamu
428
undangan dari berbagai kalangan termasuk pejabat Kementerian Olahraga, Kedubes
Republik Indonesia di Malaysia, Persatuan Guru-Guru Seni Beladiri Malaysia atau
disingkat MAGMA dan para ahli seni beladiri dari berbagai perguruan Eddie
mendapat gelar sebagai Doctor of Philosophy in Martial Art.
“Saya sangat terharu menerima penghargaan ini. Penghargaan ini bukan
saja ditunjukan buat saya pribadi, tetapi juga buat seluruh masyarakat Indonesia
dan para pesilat dunia”, ungkap Eddie ketika memberikan sambutan sekaligus orasi
ilmiah dihadapan para undangan. Eddie ingin pencak silat bisa menjadi perekat dan
pemersatu antarbangsa di seluruh dunia karena di dalam pencak silat menjunjung
tinggi nilai-nilai persaudaraan dan persahabatan.
Gambar 109. Eddie M. Nalapraya dianugerahi gelar Doctor of Philosophy Martial Art dari Asia Pacific Open University, Malaysia. (Dokumen: Eddie M. Napapraya, 2011)
429
4) Doctor Honoris Causa
Dimana ada kemauan disitulah ada jalan. Itulah filosofi hidup yang selalu dipegang teguh oleh Mayor Jenderal TNI (Purn) Eddie Mardjoeki Nalapraya.
Legenda pencak silat Indonesia yang telah mengantarkannya sukses merintis karier di Tentara Nasional Indonesia (TNI) tanpa melalui jalur Akademi Militer. Selain di dunia militer, Eddie juga memiliki berbagai prestasi lainnya hingga saat ini. Filosofi itu yang mengantarkan Eddie menerima gelar Doktor Honoris Causa.
Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta menganugerahkan kepada mantan Kepala Staf Kodam V Jakarta Raya yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 1984 s/d 1988 ini gelar Doctor
Honoris Causa bidang olahraga. Kiprahnya yang sangat luar biasa dalam memajukan olahraga pencak silat di nusantara sampai dikenal dunia menjadi salah satu alasan gelar tersebut diberikan kepadanya.
Dekan Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta Abdul Sukur mengatakan proses penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa kepada Eddie dimulai sejak tahun 2016. Pengajuan Eddie didasarkan pada sejumlah prestasi di dunia pencak silat. Abdul Sukur menuturkan dalam rapat senat Eddie masuk daftar
10 calon penerima gelar Doctor Honoris Causa. Kemudian rapat senat yang dihadiri
65 anggota senat dan 40 guru besar semuanya setuju Universitas Negeri Jakarta menganugerahkan gelar Doctor Honoris Causa kepada Eddie. Dimana sepanjang sejarah Universitas Negeri Jakarta, Eddie merupakan Doktor Honoris Causa ke dua
430 dalam bidang Ilmu Olahraga yang pernah diberikan Universitas Negeri Jakarta.
Penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa berlangsung di Aula Latief
Hendraningrat Universitas Negeri Jakarta pada hari Senin tanggal 22 Mei 2017.
Doktor Honoris Causa merupakan gelar kehormatan atau kesarjanaan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi yang memenuhi syarat kepada seseorang tanpa orang tersebut perlu mengikuti pendidikan yang sesuai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Gelar Doktor Honoris Causa dapat diberikan kepada orang yang telah berjasa atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan, teknologi dan umat manusia.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas penganugerahan gelar Doktor Honoris
Causa pada tanggal 22 Juli 2017 Eddie mengadakan tasyakuran di Padepokan
Pencak Silat Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta yang dihadiri oleh jajaran serta para petinggi Universitas Negeri Jakarta, pengurus IPSI, pengurus
PERSILAT, pengurus Bamus Betawi, pengurus RAPI, para tokoh pencak silat dari berbagai perguruan pencak silat, para mantan atlet pencak silat nasional, sejumlah kolega, keluarga serta sahabat dekat beliau.
“Kami melihat jasa - jasa beliau yang luar biasa. Menasionalkan dan menduniakan pencak silat, antara lain membuat pencak silat bisa dipertandingkan di SEA Games XIV 1987”, tutur Abdul Sukur dalam tasyakuran penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa bidang olahraga kepada Mayor Jenderal TNI (Purn)
Eddie Mardjoeki Nalapraya di Padepokan Pencak Silat Indonesia, Taman Mini
431
Indonesia Indah, Jakarta. Pada umur yang menginjak 86 tahun, Eddie berkeinginan
agar pencak silat menjadi olahraga wajib bagi para siswa siswi di seluruh penjuru
Indonesia. Dalam orasi ilmiahnya (2017: 8) berjudul “Budaya Pencak Silat Dalam
Membentuk Karakter Manusia”, Eddie menyatakan bahwa pencak silat mampu
membentuk manusia Indonesia menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur yang
mempunyai sifat taqwa, tanggap, tangguh, tanggon, dan trengginas.
Gambar 110. Eddie M. Nalapraya mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Negeri Jakarta. (Dokumen: Universitas Negeri Jakarta, 2017)
u. Pendekar Kehormatan Berbagai Perguruan
Di kalangan para pecinta pencak silat di seluruh pelosok dunia sosok
seorang Eddie M. Nalapraya dikenal sebagai tokoh pemersatu berbagai perguruan
pencak silat. Sosok Eddie yang mudah bergaul, supel dan suka menolong membuat
berbagai perguruan pencak silat menghormati Eddie sebagai sesepuh pencak silat.
432
Selama masa kepemimpinan Eddie sebagai Ketua Umum PB. IPSI dan Presiden
PERSILAT gejolak persaingan antara perguruan pencak silat yang sebelumnya selalu ada masalah dan persaingan mulai mereda karena Eddie memiliki cara pendekatan yang baik.
Semenjak Eddie menjabat sebagai Ketua Umum PB. IPSI dan Presiden
PERSILAT banyak berbagai perguruan pencak silat yang mengangkat Eddie sebagai Pendekar Kehormatan, Warga Kehormatan maupun Dewan Pembina dari berbagai anggota perguruan Historis PB. IPSI maupun anggota perguruan besar PB.
IPSI. Eddie merupakan sosok yang dapat mengayomi, mempersatukan, merangkul serta tidak pernah membeda bedakan berbagai perguruan pencak silat yang ada di
Indonesia. Semua perguruan pencak silat yang ada selalu Eddie rangkul untuk secara bersama-sama mengembangkan pencak silat sebagai budaya beladiri warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang harus terus untuk dilestarikan.
Eddie selalu menghormati serta meluangkan waktunya untuk hadir memenuhi undangan dari berbagai perguruan pencak silat yang sedang memiliki kegiatan dan mengundang Eddie agar dapat memberikan sambutan serta arahan dalam kegiatan tersebut. Karena Eddie memiliki kedekatan serta hubungan baik dengan berbagai perguruan pencak silat banyak perguruan pencak silat yang merangkul dan mengangkat Eddie sebagai Pendekar Kehormatan, Warga
Kehormatan maupun Dewan Pembina.
433
Anggota perguruan Historis PB. IPSI yang mengangkat Eddie sebagai
Pendekar Kehormatan adalah Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri berdasarkan hasil rapat para anggota Dewan Pendekar Perisai Diri. Keluarga Silat
Nasional Indonesia Perisai Diri mengangkat Eddie sebagai Pendekar Kehormatan ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2001 yang pada saat itu Ketua Umum Keluarga
Silat Nasional Indonesia Perisai Diri adalah Ir. Nanang Soemindarto.
Selain itu perguruan Historis PB. IPSI yang mengangkat Eddie sebagai
Pendekar Kehormatan adalah Keluarga Pencak Silat Nusantara. Keluarga Pencak
Silat Nusantara mengangkat Eddie sebagai Pendekar Kehormatan pada tahun 2005.
Selain diangkat Pendekar Kehormatan di Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai
Diri dan Keluarga Pencak Silat Nusantara. Banyak berbagai perguruan pencak silat lain yang mengangkat Eddie sebagai Pendekar Kehormatan, Warga Kehormatan maupun Dewan Pembina di berbagai perguruan pencak silat di Indonesia.
434
Gambar 111. Eddie M. Nalapraya pada saat menghadiri Hari Ulang Tahun Keluarga Pencak Silat Nusantara di PnPSI pada 28 Juli 2006. (Dokumen: Keluarga Pencak Silat Nusantara, 2006)
Gambar 112. Eddie M. Nalapraya menghadiri pembukaan Invitasi Pencak Silat PSN Perisai Putih dan Antar Perguruan Silat tanggal 15 s/d 18 November 2012 di PnPSI. (Dokumen: PSN Perisai Putih, 2012)
435
Gambar 113. Eddie M. Nalapraya menghadiri Kejuaraan Nasional Remaja Persinas Asad pada tanggal 8 s/d 12 Mei 2013 di Sport Hall Universitas Pendidikan Indonesia. (Dokumen: Persinas Asad, 2013)
Gambar 114. Eddie M. Nalapraya menghadiri acara Kejuaraan Pertamina Championship Keluarga Silat Nasional Perisai Diri pada tanggal 3 s/d 6 Desember 2015. (Dokumen: Kelatnas Perisai Diri, 2015)
436 v. Meskipun Telah Usia Senja
Perkembangan cabang olahraga pencak silat bisa dapat dikenal dan dipertandingkan hingga pada tingkat internasional tidak terlepas dari peran aktif dan perjuangan seorang Eddie M. Nalapraya. Semenjak menjabat sebagai Ketua Umum
PB. IPSI (1981 s/d 2003) dan Presiden PERSILAT (1981 s/d 2010). Tidak bisa dipungkiri telah banyak prestasi yang telah Eddie berikan kepada perkembangan dan kemajuan pencak silat. Meski sejak tahun 2003 Eddie menyatakan mundur sebagai Ketua Umum PB. IPSI, kemudian pada tahun 2010 Eddie menyatakan mundur sebagai Presiden PERSILAT, Eddie tidak bisa begitu saja melepas berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat.
Meskipun sudah tidak menjabat sebagai Ketua Umum PB. IPSI dan
Presiden PERSILAT. Eddie selalu menyempatkan waktunya untuk bisa hadir memenuhi undangan dari berbagai kegiatan pencak silat, baik dalam lingkup
PERSILAT, IPSI maupun perguruan pencak silat. Hal tersebut dikarenakan pencak silat adalah warisan budaya bangsa yang harus terus dikembangkan dan dilestarikan.
Rasa cinta pada pencak silat tidak pernah surut. Pencak silat sudah mandarah daging dalam relung hatinya dan denyut nadinya.
Hal tersebut dapat dilihat ketika pada tahun 2004, seorang pemuda bernama Ahmad Ansori yang berasal dari Ciawi menggelar latihan perguruan pencak silat disebuah tanah kosong disamping rumah Eddie di Cipayung, Bogor bernama perguruan pencak silat Paku Bumi. Ahmad Ansori awal mula menggelar
437 latihan pencak silat yang bernama perguruan Paku Bumi secara sembunyi-sembunyi karena membuka latihan di kampung orang lain merasa kurang enak dengan masyarakat setempat. Akan tetapi melihat banyaknya warga masyarakat yang merespon dan mau untuk mengikuti latihan pada akhirnya Ahmad Ansori membuka latihan pencak silat secara umum.
Pada tahun 2005 bertepatan dengan bulan puasa, Eddie melihat ada sekelompok orang disamping rumahnya sedang berlatih pencak silat. Kemudian
Eddie menghampiri mereka dan menemui pelatih pencak silat yang dipimpin oleh
Ahmad Ansori dan bertanya “Sedang latihan apa kamu”? “Latihan silat pak”, jawab Ansori. Melihat keseriusan dan minat dari anak didik Ahmad Ansori tersebut
Eddie mengajak mereka untuk berlatih di rumahnya, “Sudah latihan aja di rumah saya halaman luas”, tutur Eddie. (Ahmad Ansori: 2017).
Pada akhirnya Eddie menfasilitasi perguruan pencak silat Paku Bumi untuk berlatih di rumahnya hingga menjadi besar dan dapat menggelar Kejuaraan Pencak
Silat Paku Bumi Open I 2016 di Padepokan Pencak Silat Indonesia, Taman Mini
Indonesia Indah, Jakarta untuk memperebutkan piala bergilir dari H. Eddie
Mardjoeki Nalapraya dengan jumlah peserta mencapai 900 atlet. Hingga sampai saat terakhir perguruan pencak silat Paku Bumi sudah menyelenggarakan kejuaraan pencak silat Paku Bumi Open ke IV dengan jumlah peserta mencapai 2.085 atlet yang digelar di Bandung pada bulan Januari 2018.
438
Gambar 115. Eddie M. Nalapraya memantau dan melihat pesilat-pesilat cilik yang berlatih di rumah Eddie M. Nalapraya. (Dokumen: Perguruan Pencak Silat Paku Bumi, 2016)
Gambar 116. Para pesilat-pesilat cilik perguruan pencak silat Paku Bumi yang berlatih di rumah Eddie M. Nalapraya. (Dokumen: Perguruan Pencak Silat Paku Bumi, 2016)
439
Gambar 117. Eddie M. Nalapraya menghadiri pembukaan Kejuaraan Pencak Silat Paku Bumi Open I 2016 di Padepokan Pencak Silat Indonesia didampingi oleh Ahmad Ansori (kanan) selaku Ketua Panitia. (Dokumen: Perguruan Pencak Silat Paku Bumi, 2016)
Gambar 118. Eddie M. Nalapraya memberikan piala kepada para kontingen peraih juara umum pada kejuaraan pencak silat Paku Bumi Open IV 2018 di GOR Padjajaran dan GOR Tri Lomba Juang Bandung. (Dokumen: Universitas Muhammadiyah Malang, 2018)
440 w. Organisasi Sosial dan Pencak Silat
Eddie M. Nalapraya adalah seseorang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Kepekaan dan kepeduliannya terhadap masyarakat luas membuatnya banyak membantu organisasi-organisasi kemasyarakatan sebagai anggota, ketua, penasihan maupun pembina. Pengalaman Eddie dalam organisasi pencak silat sudah tidak perlu untuk diragukan lagi. Dalam organisasi pencak silat Eddie pernah menjabat sebagai Ketua Pengda IPSI DKI Jakarta selama empat periode, Ketua Umum PB.
IPSI selama lima periode dan Presiden PERSILAT selama tujuh periode.
Selain di pencak silat, pengalaman Eddie terjun dan berkecimpung di berbagai organisasi kemasyarakatan terbilang tidaklah sedikit. Eddie pernah menjabat sebagai Ketua Umum Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI), Ketua
Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi) dan beberapa organisasi sosial masyarakat lainnya sebagai pembina maupun penasihat.
Selain aktif di organisasi sosial kemasyarakatan, Eddie juga merupakan seorang penggemar berat musik dangdut. Musik dangdut merupakan hiburan yang cukup komunikatif. Suara gendang, suling dan semua alat musik yang dimainkan group dangdut sungguh memikat. Rasa cinta terhadap musik dangdut itulah yang mendorong dan membuat Eddie berupaya keras untuk mengembangkan musik dangdut agar supaya lebih memasyarakat. Sehingga Eddie berupaya keras menampilkan penyanyi dangdut di TVRI.
441
Pada masa itu penyanyi dangdut sulit sekali muncul di TVRI. Dikarenakan terlalu banyak komentar miring tentang dangdut kala itu. Selain disebut sebagai musik kampungan, dangdut juga mendapat sekali cap negative. Komentar itu tidak lepas dari penampilan para penyanyi dangdut yang dianggap terlalu berani bila sudah berada di atas panggung. Selain itu Eddie juga tau Menteri Penerangan kala itu Ali Murtopo tidak memberi lampu hijau agar musik dangdut masuk ke TVRI.
Suatu ketika Eddie berusaha menemui Kepala Televisi Stasiun Jakarta yaitu Subrata untuk meminta bantuannya agar dangdut bisa masuk televisi. “Kang saya ini seorang pecinta dangdut, kita mau dangdut bisa ditayangkan di TVRI,” kata Eddie kepada Subrata.
Sengaja Eddie mengusulkan untuk menampilkan Elvi Sukaesih di TVRI yang ketika itu banyak penggemarnya dan dijuluki ratu dangdut pada masa itu.
Eddie mengingatkan Elvi Sukaesih jangan vulgar bergoyang saat tampil di TVRI.
Elvi Sukaesih menyadari bahwa penampilannya di TVRI akan ditonton puluhan juta rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Padahal semua orang tau persis si Ratu Dangdut itu terkenal goyangan dan lirikan matanya. Untunglah
Elvi Sukaesih bisa memahami apa yang Eddie minta dan tampil memikat dengan goyangan sesuai permintaan Eddie yaitu tidak vulgar.
Eddie dan Subrata menonton bersama pertunjukan yang disiarkan langsung dari studio TVRI. Popularitas musik dangdut semakin meroket serta semakin disukai berbagai kalangan atas dan bawah. Bahkan kaset-kaset Elvi Sukaesih
442
meledak dipasaran dan penggemarnya meningkat. “Tampilnya dangdut di TVRI
telah membuat perubahan besar bagi segenap musisi dangdut. Mereka menjadi
terkenal. Terlebih lagi setiap ada acara Aneka Ria Safari, penyanyi dangdut selalu
tampil,” kata Munif Bahausan seorang pencipta lagu-lagu dangdut dan melayu.
Bagi kalangan pecinta dangdut baik pencipta lagu maupun penyanyinya,
nama Eddie sudah tidak asing lagi. Bahkan mereka sangat berterima kasih kepada
Eddie yang sudah memperjuangkan musik dangdut bisa tampil di TVRI.
“Masyarakat dangdut sangat berterima kasih kepada Pak Eddie, karena beliaulah
yang mengangkat dangdut hingga menjadi popular”, kata Munif Bausan seorang
pencipta lagu Melayu.
Tabel 50. Pengalaman Organisasi Sosial Eddie M. Nalapraya. (Sumber: Eddie M. Nalapraya, 2017: 91) Organisasi Sosial No Organisasi Tahun Keterangan Radio Antar Penduduk Indonesia 1980 s/d 2000 Ketua Umum 1 (RAPI) 2005 Diberi gelar sebagai Bapak RAPI 1996 s/d 1998 Katua Umum Badan Musyawarah Masyarakat 2 Ketua Dewan Kehormatan Bamus Betawi (Bamus Betawi) 2007 Betawi Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI 3 2002 s/d sekarang Penasihat Jakarta 4 Yayasan Musik Melayu (Dangdut) - Pembina Yayasan Masjid Alfudhola, Tanjung 5 - Penasihat Priok, Jakarta. Yayasan Masjid Cut Mutia, Menteng, 6 - Penasihat Jakarta
443
Tabel 51. Pengalaman Organisasi Pencak Silat Eddie M. Nalapraya. (Sumber: PB. IPSI) Organisasi Pencak Silat No Organiasi Tahun Keterangan 1978 s/d 1981 Ketua Pengda 1981 s/d 1984 Ketua Pengda 1 Pengda IPSI DKI Jakarta 1984 s/d 1987 Ketua Pengda 1987 s/d 1990 Ketua Pengda 1980 s/d 1981 Ketua Harian 1981 s/d 1985 Ketua Umum 1985 s/d 1989 Ketua Umum 2 PB. IPSI 1990 s/d 1994 Ketua Umum 1994 s/d 1998 Ketua Umum 1999 s/d 2003 Ketua Umum 1980 s/d 1984 Presiden PERSILAT 1984 s/d 1988 Presiden PERSILAT 1988 s/d 1991 Presiden PERSILAT 3 PERSILAT 1991 s/d 1995 Presiden PERSILAT 1996 s/d 2000 Presiden PERSILAT 2000 s/d 2004 Presiden PERSILAT 2004 s/d 2010 Presiden PERSILAT
x. Semboyan dan Slogan Hidup
Keberhasilan Eddie M. Nalapraya dalam meraih jenjang karier di dunia
militer yang gemilang dari pejuang kemerdekaan Indonesia Badan Keamanan
Rakyat (1945), Tentara Pelajar (1946), Sersan (1950), hingga yang terakhir
berpangkat Mayor Jenderal TNI Purnawirawan (1986). Pangkat Mayor Jenderal
TNI dirintisnya melalui pendidikan militer Sekolah Bintara Administrasi Tentara
Teritorium V di Surabaya (1951 s/d 1952), hingga yang terakhir Command &
General Staff College, United State Army Fort Leavenworth, Kansas, USA (1972
s/d 1973).
Keberhasilan Eddie dalam menitih karier di dunia militer berpangkat
Mayor Jenderal TNI, menjadi Ketua Umum PB. IPSI selama lima periode, menjadi
444
Presiden PERSILAT selama 30 tahun dan menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta tentunya harus memiliki semboyan beserta slogan hidup. Berperilaku jujur, memiliki akhlaq baik, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda merupakan semboyan serta slogan hidup yang selalu Eddie pegang.
Karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup serta berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Sehingga kita harus tetap menjalin dan menjaga silaturahmi dengan semua orang.
Eddie juga tidak melanggar sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama. Selalu mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangannya. Tidak pernah berbuat jahat dan menzalimi orang lain serta tidak membalas jika dijahati dan dizalimi orang lain. Karena Eddie berperinsip bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang akan selalu membuktikan kebenaran dan membalas kesalahan mereka. Selain itu, Eddie tidak pernah mendurhakai dan mengambil hak atau rezeki orang lain yang bukan merupakan milik Eddie. y. Pesan dan Kesan
Pencak silat adalah salah satu budaya beladiri asli peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang dapat membentuk karakter manusia. Pencak silat digunakan pada masa itu dimana manusia harus menghadapi alam yang keras dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survive) dengan melawan binatang ganas dan berburu yang pada akhirnya manusia mengembangkan gerak-gerak beladiri.
445
Pencak silat tidak hanya mengembangkan di bidang olahraga saja akan tetapi memiliki jati diri atau identitas pencak silat yaitu empat hal dimana esensial sebagai satu kesatuan yakni: (1) Budaya masyarakat rumpun Melayu sebagai sumber asal dan sumber coraknya; (2) Ajaran atau falsafah budi perkerti luhur sebagai jiwa serta pengendalian dan sumber motivasi penggunaannya. Ajaran ini berlandaskan pada keimanan dan ketaqwaan yang teguh terhadap Tuhan Yang
Mahas Esa. Inti dari ajaran ini adalah pengendalian diri; (3) Pakem atau kaidah pencak silat sebagai aturan dasar dalam pelaksanaan dan pengkinerjaannya secara etis, teknis, estetis maupun atletis. Masing-masing cabang pencak silat memiliki kaidah tersendiri yang merupakan bagian intergral dari kaidah pencak silat; (4)
Mental spiritual, beladiri, seni dan olahraga sebagai 4 aspek dalam pencak silat yang terpadu subtansinya sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pencak silat. Empat aspek ini dapat disebut juga sebagai aspek etis, teknis, estetis dan atletis. Keempat aspek ini merupakan sumber dasar bagi tumbuh dan berkembangnya empat cabang pencak silat, yakni pencak silat mental spiritual, beladiri, seni dan olahraga.
Dalam Eddie M. Nalapraya (2017), sudah memiliki segudang prestasi dan pengalaman dalam mengembangkan pencak silat yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Pada umur yang sudah tidak lagi muda, Eddie berharap kepada generasi muda sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan di Ikatan Pencak Silat Indonesia dan perguruan pencak silat pada semua tingkatan dapat berjalan dengan baik. Eddie berpesan agar generasi penerus pencak silat di Indonesia menjaga dengan baik
446 pencak silat sebagai beladiri warisan budaya dan peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia yang didalamnya terkandung nilai-nilai ajaran falsafah budi pekerti luhur serta aspek security dan aspek prosperity. Aspek security yang dimaksud yaitu terdiri dari aspek mental spiritual dan aspek beladiri. Sedangkan aspek prosperity terdiri dari aspek seni dan olahraga.
Aspek mental spiritual, menggambarkan sifat dan tujuan pembentukan sikap dan mental manusia pencak silat yang berhubungan erat dengan Tuhan Yang
Maha Esa untuk keselamatan dunia dan akhirat yaitu: (1) Bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur; (2) Tenggang rasa, percaya diri dan berdisiplin; cinta bangsa dan tanah air; (3) Persaudaraan, pengendalian diri dan rasa tanggung jawab sosial; (4) Solidaritas sosial, mengejar sebuah kemajuan serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
Aspek beladiri, menggambarkan sifat serta tujuan pembelaan diri dengan menggunakan teknik atau jurus khas pencak silat untuk ketahanan fisik manusia.
Terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesamaptaan atau kesiap siagaan fisik dan mental yang dilandasi sikap kesatria, tanggap dan mengendalikan diri. Hal ini berarti kewajiban untuk: (1) Berani menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan;
(2) Tahan uji dan tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan; (3) Tangguh dan ulet serta dapat mengembangkan kemampuan di dalam melakukan usaha; (4)
Tanggap, peka, cermat, cepat dan tepat dalam menelaah permasalahan yang dihadapi maupun dalam mengatasinya; (5) Selalu melaksanakan “ilmu padi” serta
447 menjauhkan diri dari sikap dan perilaku sombong atau takabur; (6) Menggunakan keterampilan gerak efektif dalam perkelahian hanya karena keadaan terpaksa untuk membela keselamatan diri dan harga diri menurut ukuran objektif serta keselamatan bangsa dan negara.
Aspek seni, menggambarkan sifat dan tujuan untuk menampilkan keindahan dan kekayaan jurus pencak silat yang beraneka ragam. Terampil dalam gerakan yang serasi dan menarik dilandasi oleh rasa cinta kepada budaya bangsa yang dalam hal ini berarti kesadaran untuk: (1) Mengembangkan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur guna memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa kesatuan; (2) Mengembangkan nilai pencak silat yang diarahkan pada penerapan nilai kepribadian berdasarkan Pancasila; (3)
Mencegah penonjolan secara sempit nilai pencak silat yang bersifat aliran dan kedaerahan; (4) Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif; (5)
Mampu menyaring dan menyerap nilai-nilai budaya dari luar yang positif dan yang memang diperluhkan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.
Aspek olahraga, menggambarkan sifat dan tujuan keolahragaan pencak silat baik untuk kebugaran, ketangkasan dan ketahanan jasmani serta berprestasi secara maksimal. Terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani yang dilandasi oleh hasrat untuk hidup sehat yang dalam hal ini berarti kesadaran untuk: (1) Berlatih dan melaksanakan olahraga pencak silat sebagai
448
bagian dari kehidupan sehari-hari; (2) Selalu menyempurnakan prestasi, jika latihan
dan pelaksanaan olahraga tersebut berbentuk pertandingan; (3) Menjunjung tinggi
nilai-nilai sportifitas.
C. ANALISIS TRIANGULASI DATA
Tabel 52. Analisis Triangulasi No Aspek Analisis Triangulasi • Pakar yang kompeten: 1. Nana Supriatna (Ketua Umum HPS Panglipur Pusat). 2. Jessy Jasmin (Anggota HPS Panglipur dan Cucu Enny Rukmini Sekarningrat) 3. Suwandi (Dewan Guru PERPI Harimurti) 4. Sardjono (Dewan Guru PERPI Haimurti)2 5. Eddie Mardjoeki Nalapraya (Mantan Ketua Umum PB. IPSI dan Presiden PERSILAT) 6. Rustadi Effendi (Mantan Fungsionaris PB. IPSI dan PERSILAT) 7. Hisbullah Rachman (Mantan Fungsionaris PB. IPSI dan PERSILAT) 8. Ahmad Ansori (Pendiri Perguruan Pencak Silat Paku Bumi) 1 Sumber Informasi • Hasil penelitian Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ketiga legenda tokoh pencak silat Indonesia yaitu Enny Rukmini Sekarningrat, Suko Winadi, dan Eddie Mardjoeki Nalapraya merupakan tokoh yang berperan penting dalam mengembangkan pencak silat di Indonesia dan luar negeri. Enny Rukmini Sekarningrat merupakan tokoh pencak silat pengembang seni budaya pencak silat. Kemudian Suko Winadi merupakan tokoh pencak silat pengembang pencak silat di tingkat nasional. Sedangkan Eddie Mardjoeki Nalapraya merupakan tokoh pencak silat pengembang pencak silat di tingkat internasional. • Hasil penelitian di tuangkan dalam bentuk buku berjudul “LEGENDA TOKOH PENCAK SILAT INDONESIA”
Mengetahui sepak terjang dan latar kehidupan legenda tokoh pencak silat Indonesia yaitu Enny Rukmini Sekarningrat, Suko 2 Tujuan Winadi, dan Eddie Mardjoeki Nalapraya dalam mengembangkan dan melestarikan pencak silat di Indonesia dan luar negeri. Dalam penelitian, peneliti dan para narasumber kesulitan untuk menemukan catatan sejarah masa lalu yang berhubungan dengan 3 Konflik ketiga legenda tokoh pencak silat Indonseia. Karena ada banyak beberapa data sekunder yang belum ditemukan. Kuisioner, wawancara, dokumentasi, rekaman arsip, dan studi 4 Alat Analisis literature dari pengalaman empirik di tempat lain.
449
Peneliti melakukan wawancara terhadap pelaku sejarah legenda tokoh pencak silat Indonesia ditambah dengan keluarga atau ahli waris, dan kerabat dekat semasa di dalam pengembangan pencak silat di Indonesia dan luar negeri. Untuk mencocokkan kebenaran isi data yang diperoleh dari ketiga legenda tokoh pencak silat Indonesia tersebut, maka peneliti meminta bantuan tiga orang ahli untuk meneliti kebenaran isi dari hasil penelitian tersebut yaitu: 5 Validasi 1. Nana Supriatna (Ketua Umum HPS Panglipur Pusat) 2. Siswantoyo (Ketua Umum PERPI Harimurti) 3. Eddie mardjoeki Nalapraya (Mantan Ketua Umum PB. IPSI dan Presiden PERSILAT) Buku berjudul “Legenda Tokoh Pencak Silat Indonesia” divalidasi oleh DR. HC. Eddie Mardjoeki Nalapraya sebagai validator ahli materi dan Dr. Nurhadi, M. Hum sebagai ahli tata bahasa dari buku tersebut.
D. Keterbatasan Penelitian
Sebuah penelitian tentunya ada suatu keterbatasan, ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini yang peneliti temui selama melakukan penelitian yaitu:
1. Dari ketiga legenda tokoh pencak silat Indonesia yang masih hidup saat ini
tinggal Eddie Mardjoeki Nalapraya sebagai sumber data primer dan pelaku
sejarah langsung dalam pengembangan pencak silat di tingkat internasional.
2. Sudah meninggalnya legenda tokoh pencak silat Indonesia yaitu Enny Rukmini
Sekarningrat dan Suko Winadi yang menjadi subjek penelitian sebagai sumber
data primer. Sehingga peneliti harus mencari data penelitian melalui keluarga
atau ahli waris serta kerabat dekat pencak silat semasa dalam mengembangkan
pencak silat di Indonesia dan luar negeri sebagai sumber data sekunder.
450
3. Jarak tempuh yang begitu jauh, dan memerluhkan biaya yang cukup besar
menyebabkan peneliti hanya bisa mengambil data ke beberapa narasumber dari
setiap legenda tokoh pencak silat Indonesia.
4. Ada beberapa orang narasumber yang sulit untuk ditemui karena berbagai
kesibukan masing-masing yang dimiliki.
5. Minimnya catatan-catatan sejarah dan jurnal mengenai tokoh-tokoh dalam
perkembangan sejarah pencak silat di Indonesia dan luar negeri menjadi salah
satu keterbatasan dari penelitian ini.
Itulah faktor yang dirasakan peneliti sebagai suatu keterbatasan dalam penelitian ini, dan harapannya agar dapat disempurnakan lagi kedepannya.
451