Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan (IPLBI) 4, 072-079, Februari 2020 https://doi.org/10.32315/sem.4.072

Kesinambungan Keaslian Sistem Struktur Masjid Wali di Kabupaten Demak

Mohhamad Kusyanto Korespondensi : [email protected]

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Fatah

Abstrak

Masjid wali yang dibangun di Kabupaten Demak tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Masjid ini didirikan pada masa syiar Islam yang dilakukan oleh Walisanga. Peninggalan masjid wali saat ini yang masih berdiri kokoh adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu. Kedua masjid ini dirancang dan dibangun oleh Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak. Masjid wali ini memiliki sistem struktur yang unik dan menjadi karakteristik kedua masjid wali tersebut. Karakterisitik ini menunjukkan keaslian sistem strukturnya. Tujuan artikel ini adalah mengidentifikasi karakteristik sistem struktur masjid wali yang ada di kabupaten Demak dan menentukan keberlangsungan sistem struktur masjid wali tersebut sebagai upaya pelestarian di masa yang akan datang. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif-eksploratif. Metode pengumpulan data melalui survei, observasi dan wawancara kepada pihak-pihak yang berkompenten. Analisis yang digunakan dengan membandingkan sistem struktur dua masjid wali yang sampai sekarang masih dipertahankan keasliannya. Temuan penelitian ini adalah sistem srtrukur masjid wali antara Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu memiliki karakteristik yang berbeda. Keberlangsungan sistem struktur kedua masjid wali ini masih digunakan oleh masyarakat dalam membangun masjidnya. Penggunaan sistem struktur pada bangunan masjid dibangun masyarakat dalam rangka untuk pelestarian keasliannya.

Kata-kunci : masjid wali, sistem struktur, keaslian

Pendahuluan adalah (1) Masjid Agung Demak yang merupakan masjid pertama pada masa Masjid wali pertama kali di Kabupaten Demak Kesultanan Demak, (2) Masjid Kadilangu yang sejak dibangunnya Masjid Agung Demak oleh dibangun oleh Sunan Kalijaga, (3) Masjid Grogol Sunan Kalijaga salah seorang dari walisanga. yang memiliki bentuk seperti Masjid Kadilangu, Walisanga merupakan wali/utusan yang (4) Masjid Dempet memiliki gaya bangunan menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. mirip sekali dengan Masjid Kadilangu, dan Dalam memperkuat dakwahnya, walisanga (5) Masjid Bener dengan bangunan berbentuk mendirikan masjid-masjid. Dengan membangun limasan bersusun dua. Serambi joglo dan saka masjid, sentral dakwah bisa dilaksanakan di guru berukir yang motifnya sama dengan ukiran masjid tersebut. Masjid-masjid yang pernah pada tiang serambi Masjid Agung Demak. dibangun oleh para wali disebutnya masjid wali. Masjid wali lainnya setelah Masjid Agung Demak Masjid Agung Demak, Masjid Kadilangu dan adalah Masjid Kadilangu. Masjid ini didirikan Masjid Grogol memiliki bentuk bangunan ruang oleh Sunan Kalijaga di perdikan Kadilangu yang utama beratap tumpang tiga dan serambi merupakan hutan hadiah dari Sultan Fatah dengan limasan. Masjid Dempet dan Masjid untuk Sunan Kalijaga yang telah membantu Bener sudah mengalami perombakan menjadi membangun Masjid Agung Demak (Gambar 1). bangunan masjid berkubah.

Menurut Haryadi (1999), masjid wali yang pernah dibangun saat walisanga masih hidup Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan, SAPPK, Institut Teknologi Bandung Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020 | 072 Kelompok Kerja Struktur Konstruksi IPLBI ISBN : 978-623-93232-1-9 E-ISBN : 978-623-93232-2-6

Kesinambungan Keaslian Sistem Struktur Masjid Wali di Kabupaten Demak keaslian sistem struktur masjid wali, maka dilakukan penelitian dengan membandingkan sistem struktur masjid wali (Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu). Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan temuan dalam (a) (b) kesinambungan penggunaan sistem struktur pada masjid lain untuk pelestarian pada masa Gambar 1. Masjid Wali. (a) Masjid Agung Demak dan (b) Masjid Kadilangu yang akan datang.

Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu Metode Penelitian memiliki lambang Surya yang berada Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan di atas pengimaman/mihraf merupakan simbol pendekatan deskriftif-eksploratif. Penelitian kebesaran Kasultanan Bintoro (Gambar 2). kualitatif merupakan jenis penelitian yang Surya Majapahit atau yang sering dikenal menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dengan matahari Majapahit merupakan lambang dapat dicapai dengan menggunakan prosedur yang sering ditemukan pada reruntuhan statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian bangunan kuno peninggalan masa Majapahit. deskriptif dapat menggambarkan keadaan obyek Bentuk lambang Surya Majapahit menyerupai penelitian pada saat sekarang sebagaimana matahari bersudut delapan dengan bagian adanya berdasarkan fakta-fakta. Penelitian ini lingkaran di tengah menggambarkan dewa- merupakan usaha untuk mengungkapkan dewa Hindu. Simbol tersebut membentuk masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana diagram kosmologi yang disinari oleh jurai adanya. Metode eksploratif dilakukan dengan matahari atau lingkaran matahari dengan tujuan agar dapat menggali lebih dalam tentang bentuk jurai sinar yang khas. Surya Majapahit ini elemen-elemen yang digunakan pada bangunan sebagai lambang Kerajaan Majapahit kuno. dikarenakan Raden Fattah merupakan darah keturunan Majapahit (Rokhim, 2017). Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan survei, observasi dan wawancara kepada pihak-pihak yang berkompenten. Adapun data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti catatan hasil wawancara, hasil observasi (a) (b) lapangan, dan data-data mengenai informan. Sedangkan data sekunder berupa sumber- Gambar 2. Lambang Surya Matahari. (a) Berada di sumber atau referensi tertulis yang Masjid Agung Demak dan (b) Masjid Kadilangu berhubungan dengan permasalahan penelitian Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu antara lain buku, jurnal, dan hasil penelitian menjadi identitas Kabupaten Demak. Identitas para ahli lain yang berhubungan dengan berarti kesamaan dan kesatuan yang masalah penelitian guna lebih menambah menunjukkan kekhasan atau keunikan dan pengertian dan wawasan penulis demi menopang secara berkesinambungan (Abel, kesempurnaan akhir penelitian ini. 2017; Hasan, 2009; Anwar, 2011). Kesinambungan sistem struktur Masjid Agung Wawancara yang dilakukan menggunakan Demak dan Masjid Kadilangu sangat diperlukan wawancara secara tidak terstruktur yaitu untuk menjaga kelestarian keasliannya pada wawancara yang daftar pertanyaannya tidak masa yang akan datang. Penelusuran disusun dan biasanya tanpa ada daftar keberadaan sistem struktur masjid wali ini pertanyaan. Karena peneliti hanya sebatas dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan menanyakan poin-poin dari garis besar sesuai 073 I Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020 Kusyanto, M. topik kajian. Disela-sela wawancara yang olah masjid-masjid yang dibangun saat ini di terstruktur, penulis juga menyelipkan Kabupaten Demak. pertanyaan-pertanyaan secara langsung tanpa ada di dalam daftar pertanyaan. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada dua masjid wali Kesejarahan yang berada di wilayah Kabupaten Demak. Wilayah yang memiliki historis sebagai Kesejarahan masjid wali bila diurutkan adalah Kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Masjid Agung Demak dilanjutkan dengan Masjid Peninggalan yang sampai saat ini masih ada Kadilangu. Masjid Agung Demak dapat dilihat berupa masjid wali yang didirikan oleh para wali dari prasasti dan wawancara dengan pihak saat menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. masjid yang berkompeten. Masjid Agung Demak Masjid wali dalam penelitian ini adalah Masjid berdasarkan prasasti/Candra Sengkala Memet, Agung Demak di kelurahan Bintoro Demak dan berbunyi “Sariro Sunyi Kiblating Gusti” Masjid Kadilangu di kelurahan Kadilangu Demak bermakna tahun 1401 Saka (=1479 M), sewaktu (Gambar 3). Masjid Agung Demak memiliki Raden Fatah menduduki tahta kerajaan Islam I kekhasan arsitekturnya dikenal dengan di Pulau Jawa, masjid dipugar, direnovasi arsitektur Demakan (Kusyanto, 2015; sebagai Masjid Kasultanan Bintoro Demak. Roesmanto, 2007). Menurut Amar (1992), Masjid Kadilangu dilihat dari prasasti yang berada di dalam masjid menggunakan tulisan huruf Jawa yang berbunyi : “Puniko Titi Mongso Ngadepipun Masjid Kadilangu Dinten Ahad Wage Tanggal 16 sasi Dzulhijah Tahun Hijriyah Alip Tahun 1456” yang artinya Inilah saat berdirinya Masjid Kadilangu pada hari Ahad wage tanggal 16 Bulan Dzulhijah Tahun Hijriyah Alip atau Tahun Jawa 1456” (tahun 1532 M).

Berdasarkan kesejarahan maka Masjid Agung Demak memiliki sistem struktur yang lebih awal dibandingkan dengan masjid lainnya. Sistem struktur awal memberikan konstribusi untuk diikuti oleh masjid lain sesudahnya. Bentuk Bangunan dan Dimensi Ruang Bentuk bangunan kedua masjid wali memiliki Gambar 3. Peta wilayah Kabupaten Demak (RTRW atap tumpang tiga pada ruang utama salat Kabupaten Demak tahun 2010-2030) dan limasan pada serambi masjid. Kedua masjid wali ini memiliki luasan ruang utama dan Metode Analisis Data serambi yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap sistem struktur yang digunakan oleh Metode analisis data dengan mengidentifikasi masjid. karakteristik sistem struktur yang digunakan oleh Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu Masjid Agung Demak memiliki luas ruang utama dilanjutkan dengan membandingkan sistem salat 24 m x 24 m. Sistem struktur masjid ini struktur kedua masjid wali tersebut. Hasil ditopang oleh empat saka guru, 12 saka analisis menghasilkan temuan sistem struktur penanggap, dinding bata dan saka teras. masjid yang awal atau asli di Kabupaten Demak. Dinding bata selain berfungsi sebagai pembatas Hasil analisis dilanjutkan dengan temuan ruang juga berfungsi sebagai struktur dinding kesinambungan penggunaan sistem struktur pemikul (bearing wall).

Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020 I 074 Kesinambungan Keaslian Sistem Struktur Masjid Wali di Kabupaten Demak Keempat saka guru memiliki ketinggian 17 memiliki saka penanggap karena luasan ruang meter. Formasi tata letak saka guru adalah yang tidak terlalu besar. formasi tata letak saka guru adalah : (1) bagian Barat Laut dari (), (2) Jarak antar saka guru lebih besar dibanding bagian Barat Daya dari Sunan Gunung Jati dengan Masjid Agung Demak sebesar 6,4m. (), (3) bagian Tenggara dari Sunan Saka guru berbentuk persegi dengan umpak Ampel (Surabaya) dan bagian Timur Laut dari dari kayu. Untuk mengokohkan saka guru, Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak) yang lebih dipasang balok pengaku antara saka guru ke dikenal dengan Saka Tatal (Kusyanto, 2016). dinding (Gambar 5). Saka guru dari Sunan Kalijaga memiliki ukuran 11 meter kayu jati utuh dan 6 meter berbentuk kayu-kayu kecil yang diikat menjadi satu (tatal). Keempat saka guru memiliki dimensi antar kolom 4,97 meter atau 4,90 meter (Gambar 4).

Gambar 5. Saka guru Masjid Kadilangu

Masjid Kadilangu memiliki dua serambi. Serambi lama dibangun bersamaan dengan ruang utama salat dengan kontruksi dari bahan kayu berukuran 12m x 16,5m. Serambi baru dibangun

di depan serambi lama (sisi Timur) untuk Gambar 4. Jarak Antar Saka Guru menambah luas bagi jamaah. Serambi baru ini Sumber : Kusyanto, 2016 menggunakan konstruksi beton dengan luas 11,5m x 16,5m (Gambar 6). Serambi depan Masjid Agung Demak berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29 m x 17 m. Serambi depan ini sering disebut ''Serambi Majapahit''. Julukan itu melekat karena pilar/saka di serambi tersebut mirip dengan bangunan ''Siti Hinggil'' di Majapahit.

Atap bangunan serambi depan masjid agung Demak adalah limasan dengan ditopang 8 pilar/saka utama. Delapan saka itu konon diambil dari bangunan di Senggaluh, setelah Demak menaklukkan Majapahit pada 1479, sebagai bukti kemenangan. Senggaluh sekarang yang masuk wilayah Kediri. Saka tersebut diboyong oleh Raden Patah setelah dinobatkan menjadi Sultan Bintoro.

Masjid Kadilangu memiliki luas yang lebi kecil dibandingkan dengan Masjid Agung Demak. (a) Luas Masjid Kadilangu 11m x 11m. Ruang utama salat berbentuk bujur sangkar sehingga sistem struktur atapnya ditopang oleh empat saka guru dan dinding bata sebagai struktur dinding pemikul (bearing wall). Masjid ini tidak

075 I Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020 Kusyanto, M. structure atau kaki (pondasi) sehingga penelitian ini hanya dilakukan untuk intermediate structure (badan) dan superstructure (kepala).

Sistem struktur masjid wali di Kabupaten Demak dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni (1) sistem struktur yang digunakan oleh Masjid Agung Demak dengan menggunakan saka guru langsung menopang atap paling atas dan (2) sistem struktur yang digunakan oleh Masjid Kadilangu dengan saka guru menopang atap (b) tengah, sedangkan atap yang paling atas Gambar 6. Denah Bangunan. (a) Masjid Agung ditopang oleh ander/tiang tengah. Demak dan (b) Masjid Kadilangu Sistem struktur Masjid Agung Demak, saka guru Fasad Bangunan ruang utama menopang atap masjid yang paling atas (tajug susun 3), atap tajug susun yang Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu tingkat kedua ditopang oleh struktur saka memiliki fasad dengan atap bangunan yang penanggap yang terbuat dari beton berbentuk sama terbagi dalam tiga tajug tumpang. Hal ini lingkaran yang mengelilingi saka guru dan tajug dimungkinkan karena perancangan dan susun 1 ditopang oleh dinding masjid dari bata pembangunan kedua masjid dilaksanakan oleh yang mengelilingi ruang utama masjid sebagai Sunan Kalijaga. Masjid Agung Demak yang dinding pemikul (bearing wall) beban atap tajug dibangun sebelum Masjid Kadilangu susun 1. memberikan pengaruh terhadap perancangan Masjid Kadilangu dengan adaptasi desain dari Sistem struktur Masjid Kadilangu, saka guru Masjid Agung Demak. Atap tajug susun 1 menopang atap tajug tumpang susun 2 dan merupakan atap yang paling bawah. Tajug menjadi tumpuan bagi atap tajug tumpang susun 2 atap tengah dan tajug susun 3 atap susun 1, yang ditopang oleh dinding pemikul yang paling tinggi (Gambar 7). (bearing wall) yang mengelilingi ruang utama sekaligus sebagai batas ruang. Atap tertinggi (tajug tumpang susun 3) ditopang oleh ander yang di atas blandar atas yang ditumpu oleh balok pengeret di atas blandar bawah yang

ditopang oleh saka guru (Gambar 8)

Masjid Agung Demak Masjid Kadilangu

Gambar 7. Fasad Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu

Sistem Struktur

Masjid Agung Demak dan Masjid Kadilangu memiliki sistem struktur yang berbeda. Struktur bangunan secara umum terdiri dari tiga bagian struktur yakni : (1) Under-structure atau kaki: pondasi (umpak), (2) Intermediate structure atau badan: kolom dan balok, (3) superstructure (a) atau kepala: rangka atap. Struktur bangunan kedua masjid wali mengalami kesulitan untuk mendapatkan data yang terkait dengan under-

Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020 I 076 Kesinambungan Keaslian Sistem Struktur Masjid Wali di Kabupaten Demak dilestarikan sampai sekarang dan yang akan datang.

Sistem struktur Masjid Kadilangu secara teknis diduga sama dengan sistem struktur yang digunakan oleh rumah tradisional, namun penggunaan sistem struktur ini pada masjid merupakan bentuk keaslian sistem struktur yang telah digunakan pada masa Kesultanan Demak. Sistem struktur ini menjadi patron juga bagi masjid-masjid yang dibangun masyarakat dikarenakan lebih mudah pelaksanaannya

dibandingkan dengan sistem struktur pada (b) Masjid Agung Demak.

Gambar 8. Sistem struktur. (a) Masjid Agung Demak Kesinambungan Sistem Struktur Masjid Wali di dan (b) Masjid Kadilangu. Kabupaten Demak

Sistem struktur yang digunakan oleh Masjid Kesenambungan sistem struktur masjid wali Agung Demak membutuhkan dimensi kayu saka dilakukan oleh masjid-masjid yang didirikan guru yang besar dan panjang. Kebutuhan pada masa sesudahnya. Kesinambungan sistem dimensi kayu tersebut saat ini sangat sulit struktur tersebut saat ini dibagi dalam dua diusahakan dikarenakan semakin menurunnya sistem struktur adalah : ketersediaan kayu di hutan. Luasan ruang utama masjid yang besar 24mx 24m 1. Masjid Agung Demak yang menggunakan membutuhkan sistem struktur penopang atap saka guru langsung menopang atap paling selain saka guru juga saka penanggap dan atas digunakan patronnya dalam dinding pemikul. membangun masjid berkubah beton. Masjid berkubah beton ini menggunakan Sistem struktur Masjid Kadilangu memiliki luas saka guru yang menopang langsung kubah ruang yang lebih kecil 11mx11m sehingga merupakan atap paling atas dalam dimensi kayu saka guru lebih kecil dan tidak bangunan masjid. Balok anak dan balok terlalu panjang. Dimensi saka guru kayu ini induk adanya ‘joint’ dengan saka guru. masih mudah didapatkan sampai saat ini. Sistem Penggunaan bahan material beton yang struktur penopang atap yang digunakan masjid paling memungkinkan untuk membuat ini hanya menggunakan saka guru dan dinding sistem struktur ini karena mampu pemikul. Sedangkan sistem struktur atap yang membuat kolom dengan dimensi besar dan paling atas merupakan sistem struktur terusan panjang. Kekuatan saka guru beton juga dari saka guru dengan menggunakan blandar, mampu menahan atap kubah (Gambar 9 balok pengeret dan ander yang dimensi kayu dan 10). tidak membutuhkan dimensi besar.

Sistem Sistem Sistem struktur yang digunakan pada Masjid Struktur Struktur

Agung Demak merupakan sistem struktur yang Masjid Masjid unik dengan menggunakan saka guru yang Agung Berkubah langsung menopang atap paling atas. Demak Beton Karakteristik sistem struktur masjid ini menunjukkan keaslian yang menjadi sebuah patron yang akan diikuti oleh masjid lain Gambar 9. Kesinambungan sistem struktur Masjid sesudahnya. Patron ini wujud dari Agung Demak kesinambungan sistem struktur yang perlu

077 I Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020 Kusyanto, M.

Masjid Banjarsari Masjid Bakalrejo Masjid Kalisari Gajah Guntur Sayung

Gambar 10. Potongan bangunan masjid dalam Masjid Gebangarum Masjid Jatimulyo Masjid Botosengon Dempet kesinambungan sistem struktur Masjid Agung Demak Bonang Bonang ke sistem struktur masjid berkubah beton Gambar 12. Potongan bangunan masjid dalam 2. Masjid Kadilangu dengan sistem struktur kesinambungan sistem struktur Masjid Kadilangu yang tidak menggunakan saka guru terhadap beberapa masjid di Kabupaten Demak langsung menopang atap paling atas dan menggunakan dimensi kayu yang tidak Kesimpulan besar, sangat memudahkan bagi Karakteristik sistem struktur masjid wali di masyarakat di Kabupaten Demak untuk Kabupaten Demak menghasilkan keaslian sistem menerapkannya di bangunan masjid yang struktur awal yang digunakan oleh masjid. akan dibangunnya. Sistem struktur masjid Sistem struktur ini menjadi acuan/patron bagi ini telah menjadi patron bagi masyarakat bangunan masjid-masjid sesudahnya. sampai sekarang. Kesinambungan keaslian sistem struktur ini masih terjaga dan Sistem struktur dengan empat saka guru menjadi salah satu alternatif sistem langsung menopang atap tajug yang paling atas struktur masjid (Gambar 11 dan 12). digunakan oleh Masjid Agung Demak, sedangkan sistem struktur empat saka guru

Sistem Sistem Struktur hanya menopang sampai atap tajug tumpang Masjid Struktur dua digunakan oleh Masjid Kadilangu. Kedua Masjid Dibangun sistem struktur dijadikan acuan/patron oleh Masyarakat Kadilangu masjid-masjid lain sesudahnya. Demak Penggunaan sistem struktur Masjid Agung Demak dalam keberlangsungannya masyarakat Gambar 11. Kesinambungan sistem struktur Masjid tidak menghilangkan sistem struktur yang ada, Kadilangu namun tetap mempertahankan sistem struktur dengan saka guru yang menerus menopang Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020 I 078 Kesinambungan Keaslian Sistem Struktur Masjid Wali di Kabupaten Demak atap yang paling atas. Dalam melestarikan Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas konsep sistem struktur saka guru ini, Diponegoro, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. masyarakat mewujudkannya dalam bangunan Rokhim, M. A., Banowati, E., Setyowati, D. L. (2017). masjid dengan menggunakan material beton. Pemanfaatan Situs Masjid agung Demak Sebagai Bangunan masjid berkubah beton menampilkan Sumber Belajar Sejarah Bagi Siswa SMA di saka guru dengan dimensi yang besar sebagai Kabupaten Demak, Journal of Educational Social Studies, 6(3). 111-119 wujud menjaga rasa kebanggaan masyarakat RTRW Kabupaten Demak tahun 2010-2030 terhadap sistem struktur ini menjadi patron Haryadi, S. (1999). Sejarah Berdirinya Masjid Agung dalam arsitektur masjid Demakan. Demak & Grebeg besar; CV. Mega Berlian, Grobogan

Penggunaan sistem struktur Masjid Kadilangu dalam keberlangsungannya menjadi patron oleh masjid lain yang memiliki penutup atap tajug tumpang tiga dan serambi dengan atap limasan.

Kemudahan dalam pelaksanaan dan pembangunannya, masyarakat lebih mudah menggunakan sistem struktur ini dalam bangunan masjid yang akan dibangunnya. Ketersediaan bahan, kemudahan teknis membangun dan ke-universal-an sistem struktur ini membuat menjadi lebih familiar dilaksanakan oleh masyarakat dalam membangun masjid dengan konstruksi kayu.

Hasil penelitian ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dalam upaya mengungkap implementasi keberlangsungan sistem struktur pada masjid atau bangunan lainnya di masyarakat.

Daftar Pustaka

Abel, C. (1997). “Architecture and Identity”. Singapore Architectural Press. Adimihardja, Kusnaka. 2008. Dinamika Budaya Lokal. Bandung, CV.Indra Prahasta + LBPB. Amar, I. A. (1992). Sejarah Ringkas Kerajaan Islam Demak, Menara Kudus Anwar, W. F. F. (2011). Method to Elicit Local Wisdom in Perceiving the Transformation of Historical Living Environment, University Teknologi Malaysia. Hasan, I. (2009). Architecture and the Politics of Identity in Indonesia, Adeleide, University of Adeleide Press, Disertasi. Kusyanto, M., Nandang, D., Tiningsih, E. T., Supriyadi, B., Hardiman, G. (2015). Evaluasi Lingkungan Terbangun Kawasan Masjid Agung Demak Dalam Optimalisasi Ruang Luar Masjid, Seminar Nasional- Semesta Arsitektur Nusantara 3, Universitas Brawijaya, Malang Kusyanto, M. (2016). Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. 079-084 Roesmanto, T. (2007). Pemanfaatan Potensi Lokal dalam Arsitektur Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam llmu Perkembangan

079 I Prosiding Seminar Struktur dalam Arsitektur 2020