STIGMA RADIKALISME DALAM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 1”

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Disusun Oleh: Nunung Nurohmah 1401026096

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO 2019

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Berkah, Hidayah dan Ridhonya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Stigma Radikalisme Islam dalam Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita semua mendapat syafaat di Yaumil Akhir. Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak- banyaknya kepada: 1. Prof. Dr. H. Imam Taufik, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. 2. Dr. H. Ilyas Supena, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. 3. H. M. Alfandi, M.Ag. dan Nilnan Ni’mah S.Sos.I., M.S.I selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. 4. Dr. H. Najahan Musyafak M.A. selaku pembimbing I bidang substansi materi dan Rustini Wulandari S.Sos.,M.Si. selaku pembimbing II bidang metodologi dan tata tulis, yang selalu memberikan bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

v

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Staf Perpustakaan yang senantiasa membantu. 6. Kedua orang tua tercinta, Siti Ruqiyah dan Suyitno yang senantiasa mendoakan, memberi semangat, motivasi dan kekuatan, serta Amalia Fikriyani, Eviyatul Hikmah kakak yang selalu memberi doa, dukungan terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Ahmad Haidar Annihrir Ibn Hanif, yang selalu ada, membantu, memberikan nasehat, dukungan, motivasi serta selalu bersedia menampung segala keluh kesah dalam pembutan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku, Syarifah, Feti Mir’atul Aini, Roikhatul Jannah, Widhia Nur Idza Pangestika, Fika Rokhmawati, Sarah Nur Aida, Rosyidatul Kholidah, Dewi Riyani, Muzayanah, Suci Nur Barokah, Widya Giat Novia, Nina Loviyana, Rina Nur Rahmawati, Zakia Ulfa Noor, Ulnafiah dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu membantu, menampung keluh kesah, memberi motivasi dan dukungannya. 9. Anak-anak Kos Syahid, Nadia, Amal, Nuvi, Ai, Novi, Retno, Elfa, Indri, Dila yang selalu mendoakan. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan, rasa syukur, kesehatan dan kebahagiaan.

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Kedua orang tua tercinta, Siti Ruqiyah dan Suyitno. 2. Pembimbingku, Dr. H. Najahan Musyafak M.A dan Rustini Wulandari S.Sos, M.Si. 3. Kakak kandungku, Amalia Fikriyani, Eviyatul Hikmah dan Adikku Annisa Putri Azzahra. 4. Ahmad Haidar Annihrir. 5. Sahabat-sahabatku tanpa terkecuali. 6. Almamater tercinta UIN Walisongo Semarang. 7. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 8. Semua pembaca yang budiman.

vii

MOTTO

َو ََل تَ ْستَ ِوي ا ْل َح َسنَةُ َو ََل ال َّسيِّئَةُ ا ْدفَ ْع بِبلَّتِي ِه َي أَ ْح َس ُن فَإِ َذا الَّ ِري بَ ْينَ َك َوبَ ْينَهُ َع َدا َوةٌ َكأَنَّهُ َولِ ٌّي َح ِمي ٌم ﴿٤٣﴾

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS. Fussilat: 34) (Kementerian Agama Republik , 2015: 480).

viii

ABSTRAK

Nunung Nurohmah (1401026096), Stigma Radikalisme Islam dalam Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”, Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang. Maraknya doktrin agama yang dibawa sebagai misi jihad fi sabilillah atas pemahaman ayat Al-Qur’an yang tidak dipahami dengan benar, seringkali tindak kekerasan dianggap sebagai keharusan atas nama agama. Sayangnya berbagai tindak radikal tersebut hanya terekspos atas tindak kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. Stigma Islam radikal menjadi isu internasional dimulai dari peristiwa pemboman gedung kembar World Trade Center dan Pentagon pada 11 September 2001. Pasca tragedi tersebut umat Islam terpinggirkan dan terdiskriminasi. Stigma radikalisme Islam dapat ditampilkan melalui berbagai media, salah satunya yaitu film. Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 didalamnya menghadirkan Tragedi 11 September 2001 sebagai latar belakang atas apa yang umat Islam terima pasca tragedi tetsebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk stigma radikalisme Islam yang ditampilkan dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, dilihat dari beberapa potongan adegan (scene) menggunakan metode penelitian kualitatif, di mana dalam menganalisis menggunakan analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menunjukkan pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 terdapat tiga bentuk stigma radikalisme Islam, yaitu diskriminasi, stereotip dan separation (pemisahan). Bentuk diskriminasi salah satunya terhadap perempuan berhijab, Hanum dimaki-maki oleh Billy Hartman yang menganggap bahwa Islam adalah penyebab kematian keluarganya. Bentuk stereotip, ditunjukkan pada jawaban Michael Jones saat diwawancarai Hanum, muslim dianggap menyebar pembunuhan. Bentuk separation yang menimbulkan sikap intoleransi ditunjukkan pada aksi penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero. Bentuk diskriminasi, stereotip dan separation sebagai akibat dari stigma radikalisme Islam dalam tragedi 11 September 2001.

Kata Kunci: Stigma, Radikalisme, Islam, Film

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...... i HALAMAN PERSETUJUAN NOTA PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERNYATAAN ...... iv KATA PENGANTAR ...... v PERSEMBAHAN ...... vii MOTTO ...... viii ABSTRAKSI ...... ix DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 9 C. Tinjauan Penelitian ...... 9 D. Manfaat Penelitian ...... 10 E. Tinjauan Pustaka ...... 10 F. Metode Penelitian ...... 17 G. Sistematika Penulisan Skripsi ...... 27 BAB II STIGMA RADIKALISME DAN FILM A. Stigma ...... 29 B. Radikalisme Agama ...... 32 C. Film ...... 42

x

BAB III VISUALISASI STIGMA RADIKALISME DALAM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 1” A. Sinopsis Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 ...... 48 B. Deskripsi Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 1. Produksi Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 ...... 50 2. Konfigurasi Scene pada Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 ...... 53 BAB IV CONTENT ANALYSIS TERHADAP BENTUK STIGMA RADIKALISME ISLAM DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 1 A. Diskriminasi ...... 75 B. Stereotip ...... 89 C. Separation (pemisahan) ...... 97 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 103 B. Saran ...... 106 C. Penutup ...... 106

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skema teknik analisis data penelitian Tabel 2. Susunan produksi film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 Tabel 3. Scene pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1

xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Poster Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 Gambar 2.1 Potongan news pasca tragedi 11 September 2001 di Amerika Gambar 2.2 Pengunjung wanita monumen kesedihan Ground Zero Gambar 2.3 Billy Hartman memarahi Hanum atas tragedi 11/09 Gambar 2.4 Hanum bertanya kepada Sarah mengenai alasannaya tidak masuk sekolah Gambar 2.5 Billy Hartman mengembalikan kue pemberian Sarah dan Julia Gambar 2.6 Julia membuka wig yang menutupi rambutnya Gambar 2.7 Sekelompok pemuda yang mengganggu Hanum Gambar 3.1 Sarah membuat video mengenai ayahnya dan Al-Qur’an Gambar 3.2 Perbincangan antara Hanum dan Gertrude Gambar 3.3 Hanum mewawancarai Michael Jones mengenai “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?” Gambar 4.1 Pemuda yang tengah membagikan brosur ajakan demo Gambar 4.2 Wawancara Michael Jones sebagai pemimpin demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero melalui televisi Gambar 5.1 Aksi demo masyarakat Amerika Serikat penolakan terhadap Islam pasca tragedi 11 September 2001 Gambar 5.2 Pengunjung wanita yan tengah memperhatikan Hanum Gambar 5.3 Billy Hartman bertanya kepada Hanum mengenai ajaran Al-Qur’an karena tragedi 11/09

xiii

Gambar 5.4 Dialog Sarah dan Hanum alasan Sarah tidak bersekolah menjelang peringatan tragedi 11/09 Gambar 5.5 Billy mengembalikan kue pemberian Sarah dan Julia Gambar 5.6 Julia melepas wig yang ia kenakan sebagai penutup rambutnya Gambar 5.7 Sekelompok pemuda yang mengganggu Hanum Gambar 6.1 Sarah yang tengah membuat video mengenai ayahnya dan Al-Qur’an Gambar 6.2 Dialog antara Getrude dan Hanum mengenai tugas Hanum Gambar 6.3 Hanum mewawancarai Jones mengenai “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?” Gambar 7.1 Pemuda yang tengah membagikan brosur demo penolakan masjid Gambar 7.2 Sarah tengah menyaksikan demo yang dipimpin oleh Michael Jones

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tindakan radikal atau kekerasan dengan label agama seringkali diterjemahkan oleh sebagian orang sebagai legal doctrine yang harus dilaksanakan. Melekatkan agama sebagai satu varian potensial pemicu tindakan radikal atau kekerasan adalah hal yang sulit. Hal ini, karena agama dianggap sebagai ajaran yang selalu diasosiasikan sebagai ajaran yang penuh dengan nilai kearifan, kedamaian, dan keselamatan. Bermula dari peristiwa teror pada 11 September 2001 terhadap World Trade Center (WTC) dan Pentagon menjadikan dunia didominasi oleh perang melawan terorisme global dibawah komando Amerika Serikat. Mereka juga memperkokoh citra Islam dan muslim sebagai agama dan masyarakat yang harus ditakuti dan dilawan (Fadly, 2016: 88). Radikalisme Islam menurut Hillel dan Inbar dalam Qodir (2014: 38) merupakan sebuah proses politik yang mengancam dunia (Islam maupun non Islam) sebagai sebuah gerakan politik keagamaan. Radikalisme memang bukan fenomena Islam saja, melainkan fenomena global yang melanda dunia ketika kondisi dunia dianggap tidak sesuai dengan apa yang menjadi gagasannya, yaitu sebuah gagasan mengenai “dunia idaman” pada masa lampau, dengan menjadikan apa yang terjadi dan apa yang ada sekarang tidak sesuai dengan ajaran kitabiah sehingga harus dirombak.

1

2

Menurut Jamal dalam Sumbulah (2010: 44-45) gerakan Islam radikal di Indonesia sebagian besar berorientasi pada paham Sunni Wahabi Timur Tengah, berawal dari imigrasi orang-orang Hadramaut ke Indonesia dalam jumlah besar pada abad ke-19, maka logis jika mayoritas gerakan Islam radikal di Indonesia, dipimpin oleh WNI keturunan Arab, seperti Habib Rizieq Shihab yang memimpin Front Pembela Islam (FPI), Ja‟far „Umar Thalib yang memimpin Laskar Jihad (LJ), Abu Bakar Ba‟asyir sebagai Amir Majelis Mujahidin (MM), Habib Husein Al-Habsi yang mengepalai Ikhwaul Muslimin, atau WNI alumnus universitas di Timur Tengah atau lulusan kampus sekuler namun aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) seperti Maghfur Wahid (Hafidz Abdur Rahman) yang memimpin HTI dan Hidayat Nurwahid yang pernah menjabat sebagai presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), partai politik yang mewadahi aspirasi mayoritas kelompok Islam radikal. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk Islam terbesar di dunia terus menjadi bagian dari perbincangan internasional dengan terus menerusnya peristiwa yang berkaitan dengan radikalisme dan terorisme. Dimulai dengan peristiwa Bom Bali yang dengan sengaja memberi pesan kepada dunia internasional akan adanya sentimen terhadap Amerika Serikat. Kemudian peristiwa menjadi beruntun dengan adanya berbagai peristiwa pemboman di dan Bom Bali II. Peristiwa-peristiwa dengan latar belakang radikalisme tersebut kemudian menjadikan Indonesia sebagai salah

3 satu pusat perhatian dunia (Widyaningrum dan Noveina Silviyani Dugis, 2018: 39). Stigma teroris dari dunia internasional terhadap umat Islam Indonesia memang dikuatkan oleh jaringan media. Celakanya, sebagian kecil umat Islam Indonesia menyediakan diri untuk di cap sebagai teroris dan tindakan-tindakan kekerasan, seperti FPI yang melakukan pengrusakan terhadap berbagai objek karena dianggap melanggar ajaran Islam. Terorisme dan tindak kekerasan tidak terjadi hanya dikalangan umat Islam. Salah satunya di Amerika serikat, tindak kekerasanpun banyak terjadi. Sayangnya, yang selalu dikedepankan adalah terorisme atas tindakan kekerasan oleh umat Islam atau kalangan yang tidak sejalan dengan Amerika Serikat (Maulani, ZA dkk, 2002: 45-46). Selain dimanfaatkan oleh organisasi, isu radikalisme agama juga seringkali menjadi komoditas politik. Saat pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2014, pasangan calon presiden dan wakil presiden berlomba-lomba menyatakan penentangannya terhadap isu radikalisme agama dalam bentuk intoleransi umat beragama. Kemudian saat pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serentak 2015 pun terjadi hal yang serupa, banyak pasangan calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, atau walikota/wakil walikota yang menyatakan menentang intoleransi beragama sebagai bagian dari radikalisme agama (Afandi, 2019: 4-5).

4

Pada tahun 2019, pada saat Pemilihan Umum presiden RI juga tidak luput dari berbagai isu, salah satunya isu radikalisme agama. Pasca penyerangan Wiranto oleh pasangan suami istri kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi di Banten menggunakan senjata tajam pada 10 Oktober 2019 atau sepuluh hari menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2019- 2024, Datasemen Khusus 88/Antiteror Polri secara masif menangkap Jaringan JAD. Selain itu isu radikalisme juga dipakai untuk menyerang institusi lembaga penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Isu tersebut memunculkan istilah “taliban” di dalam KPK, istilah ini ditunjukkan pada wadah pegawai KPK yang kritis terhadap proses pemilihan pimpinan KPK dan menolak revisi UU KPK. Pada Juni-September 2019, isu radikal di lembaga negara tersebut terus dihembuskan di media sosial oleh buzzer. Terutama saat proses pemilihan komisioner dan revisi Undang-Undang KPK. Propaganda di media sosial menggunakan kata radikal atau taliban untuk mendeligitimasi dan melemahkan KPK (Hidayat: 2019). Berbicara mengenai isu radikalisme yang sudah pada level aksi teror menjadi masalah yang terus membayangi masyarakat Indonesia.Pada minggu 13 mei 2018, kembali Indonesia dikejutkan dengan aksi pengeboman tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Ketiga gereja tersebut yaitu Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela yang berada di Jalan Ngegel, GKI di Jalan Diponegoro dan Gereja

5

Pantekosta di Jalan Arjuna. Aksi teror terus menerus di lakukan tanpa jera, dan lagi-lagi Islam menjadi kambing hitam atas tindakan tersebut dengan mengatasnamakan jihad fi sabilillah untuk memberantas kedzaliman dimuka bumi dan berpegang pada keyakinan bahwa nantinya Allah SWT akan memberikan imbalan berupa surga. Beberapa kasus pengeboman, terorisme dan lain sebagainya merupakan akibat daripada paham radikal yang telah meningkat menjadi sebuah tindakan yang sangat merugikan banyak pihak, bahkan banyak orang yang tidak bersalah terkena imbasnya. Radikalisme apabila dibiarkan akan membawa dampak negatif yang lebih besar terutama bagi kehidupan beragama. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut perlunya diadakan beberapa penanganan dari semua aparatur negara, yaitu rakyat, tokoh agama, serta penegak hukum juga diadakan deradikalisasi. Sehingga dalam pemahaman agama diajarkan keterampilan pemecahan masalah tanpa kekerasan, maupun berfikir kritis, toleransi, dan pemahaman agama secara integratif tidak menimbulkan bias (Yunus, 2017: 87). Berkaitan dengan stigma radikalisme Islam, media massa berperan penting dalam memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi. Ada banyak hal positif yang dibawa media massa bagi kehidupan, namun tidak dipungkiri bahwa banyak pula dampak negatif yang akan timbul jika media massa tidak digunakan dengan baik dan sesuai undang-undang yang berlaku. Media massa dituntut

6

secara demokratis mampu memberikan laporannya yang merepresentasikan opini masyarakat yang majemuk sekaligus pemenuhan atas ‘the people’s right to know’ dan yang sesungguhnya terjadi. Tugas media bukan saja soal melaporkan peristiwa yang akurat, namun juga memiliki tugas untuk menyosialisasikan pentingnya penyelesaian konflik (Widyaningrum dan Noveina Silviyani Dugis, 2018: 37). Penggambaran stigma radikalisme terhadap Islam dapatdiwujudkan atau ditampilkan melalui berbagai media, salah satunya media film. Film merupakan gambaran dari realita yang dikemas dalam bentuk audio visual. Bagaimana film bisa menunjukkan realitas kehidupan yang dapat mengubah cara pandang seseorang, sehingga efektif membius audiens mengenai pesan yang disampaikan. Pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, menghadirkan peristiwa pengeboman Gedung WTC dan Pentagon Pada 11 September 2001, nama Islam disebut-sebut sebagai dalang dari kejadian tersebut. Islam kembali muncul dengan predikat teroris, sehingga berdampak pada Azima atau Julia Collins dan Sarah Hussein, yang merupakan istri dan anak dari Ibrahim Hussein, seseorang yang dikabarkan ikut serta dalam pengeboman 11 September 2001 tersebut. Kehidupan Azima dikucilkan, bahkan dia melepas hijabnya dan mendapat perlakuan buruk dari tetangganya. Ternyata tidak hanya berdampak pada keluarga Ibrahim Hussein saja, namun terhadap umat Islam lainnya juga turut dirugikan oleh pelabelan

7

Islam radikal. Semua umat Islam dianggap sama, yaitu teroris. Anehnya, banyaknya aksi kekerasan diluar sana yang menghabiskan nyawa dengan cara yang sadis dan tidak berprikemanusiaan, namun pada realitanya hanya agama Islam yang mendapat pelabelan sebagai agama radikal dan teroris. Islam harus menanggung tuduhan yang bertolak belakang dengan ajaran Islam sesungguhnya, bahwa Islam merupakam agama rahmatan lil a’lamin. Islam sangat membenci aksi kezhaliman apa pun bentuknya. Karena Islam senantiasa mengajarkan dan memerintahkan kepada umatnya untuk menjunjung tinggi kedamaian, persahabatan, dan kasih sayang. Bahkan Al-Qur‟an menyatakan, bahwa orang yang melakukan aksi kezhaliman termasuk golongan orang yang merugi dalam kehidupannya. Di dunia akan di cap sebagai pelaku kejahatan dan di akhirat kelak akan dimasukkan ke dalam api neraka Jahannam (Yunus, 2017: 92). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-qur‟an surat Al-kahfi: 103, 104, 106. َ َ ُ َ ُ َ ّ ُ ُ َ َ َ ً قلۡۡهلۡۡهنبِئكمۡبِۡٱلۡخۡ َِسينۡۡأعۡمۡ لۡۡۡ ۡ َ ذ َ َ ذ َ ُ ُ َ ُّ َ َ ُ َ َ ُ َ ذ ُ ُ ُ َ ُ ً ٱ َِّلينۡۡضلۡۡسعۡيهمۡۡ ِفۡۡٱ َلۡي َۡةِۡٱدلنۡياۡوهمۡۡ ۡيسبَنۡۡأنهمۡۡ ۡي ِسوَنۡۡصوۡعاۡۡ ۡ ذ َ َ َ َ ٓ ُ ُ َ َ ذ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ ٓ ْ َ َ َ ُ ُ ُ ُ ً ذۡلِكۡۡجزاۡؤهمۡۡجهومۡۡبِماۡكفرواۡۡوۡٱَّتذوۡاۡۡءايۡ ِتۡۡورس ِلۡۡهزوا١٠٦ۡۡ Artinya: Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" (103), yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya (104), demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam,

8

disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul-Ku sebagai olok- olok (106) (Kementerian Agama RI, 2010: 304).

Pada dasarnya, setiap Agama selalu mengajarkan pada amar ma’ruf nahi munkar, tidak ada satu agamapun yang mengajarkan perintah untuk saling menyakiti, menakut-nakuti, merusak, apalagi membunuh orang yang tidak bersalah, membunuh orang-orang yang dianggap berbeda dengan golongannya, hanya saja beberapa orang salah dalam menafsirkan jihad yang sesungguhnya sehingga melakukan tindak kekerasan dan teror dianggap sesuai dengan ajaran Allah SWT. Berdasarkan banyaknya kasus teror yang datang dari pemikiran radikal terhadap agama yang terus menerus mengancam jiwa yang tidak bersalah dan fatalnya tindakan ini memunculkan stigma bahwa Islam adalah dalang dari tindakan tersebut. Sudah sangat jelas bahwa anggapan Islam radikal sangat merugikan, bukan hanya bagi sekelompok saja yang disoroti namun seluruh umat muslim harus menanggung tuduhan yang sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Selain itu dapat menjadikan kesenggangan antar agamaserta dapat menimbulkan perpecahan. Film dapat menjadi salah satu media dakwah dalam menyampaikan pesan mengenai pemahaman yang salah terkait dengan stigma terhadap agama Islam dan juga penganut Islam (muslim) sebagai agama dan sekelompok umat yang radikal. Beberapa film yang mengandung muatan radikalisme, penulis

9

mengambil film BulanTerbelah di LangitAmerika 1 karena pada film ini menceritakan kisah nyata dari latarbelakang atau awal mula Islam menjadi sorotan dunia terkait dengan aksi radikalisme, yaitu pengeboman gedung WTC dan juga Pentagon sehingga menimbulkan sikap intoleran, kecurigaan dan diskriminasi nonmuslim terhadap muslim di Amerika dan pada film ini nantinya juga akan menjawab mengenai kesalahpahaman yang terjadi mengenai tudingan atau stigma Islam radikal, bahwa sesungguhnya Islam dan pemeluknya merupakan ajaran dan umat yang mencintai kedamaian antar sesama tanpa memandang ras, suku dan agama. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai “Stigma Radikalisme Islam dalam Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah: Bagaimana bentuk Stigma Radikalisme Islam dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 1” ?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk Stigma Radikalisme Islam dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”.

10

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Secara Teoritis Manfaat secara teoritis, dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dakwah dan komunikasi mengenai teori stigma radikalisme. Diharapkan penelitian ini, dapat menjadi rujukan atau referensi dalam pembuatan laporan ataupun skripsi di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Walisongo Semarang. 2. Secara Praktis Manfaat secara praktis, dalam penelitian ini, diharapkan dapat menambah pemahaman pembaca mengenai bagaimana stigma radikalisme terhadap Islam, dapat mengetahui bagaimana bahayanya dan betapa merugikannya stigma radikalisme terhadap umat Islam.

E. Tinjauan Pustaka Sebagai bahan rujukan dan agar tidak terjadi persamaan secara spesifik dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu, maka dalam tinjauan pustaka penulis mengambil beberapa judul penelitian yang berhubungan dengan tema. 1. Penelitian Nurul Latifah (2016), “Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika”,

11

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos serta untuk mengetahui pesan dakwah yang terkadandung dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pesan dakwah dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika, mengenaiajaran Islam dalam bidang syariah, diantaranya: menyayangi anak kecil, gemar berderma, berperilaku baik terhadap tetangga, cinta damai, bersikap sabar, toleransi antar manusia yang berbeda agama dan menolong penganut agama lain. Makna denotasi menunjukka film yang mendeskripsikan bagaimana wajah Islam dalam kehidupan sehari-hari ditengah lingkungan non muslim, terlebih pasca tragedi 11 September 2001. Selanjutnya makna konotasi, semua yang dilakukan dalam scene yang memuat tentang perilaku yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dimanapun mereka berada, tidak terkecuali dalam lingkungan non muslim, serta dapat menunjukkan pada dunia bahwa Islam merupakan agama rahmatan lil a’lamin. Berkenaan dengan mitos, kaum muslim tidak memiliki tempat di Amerika karena muslim dianggap sebagai teroris yang dapat mengacaukan keamanan di Amerika. Terdapat persamaan dalam penelitian ini, yaitu mengkaji film yang sama, film Bulan Terbelah di Langit Amerika.

12

Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, di mana penelitian terdahulu fokus pada analisis makna konotasi, denotasi, mitos dan pesan dakwah dalam film, sedangkan penulis fokus pada analisis mengenai bentukstigma radikalisme Islam pada film. Selain itu dalam menganalisis, penelitian terdahulu menggunakan analisis semiotik Roland Barthes sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis isi Klaus Krippendorff. 2. Penelitian Hasan Ma‟ruf (2017), “Islamophobia dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika Part 1”. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk Islamophobia dan counter atas Islamophobia dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika terdapat scene yang menunjukkan counter atas Islamophobia, yaitu bersikap ramah dan berkata baik, klarifikasi ajaran Islam dengan cara yang baik merupakan cara yang efektif untuk menghilangkan kesalahpahaman masyarakat Amerika tentang Islam, pembuktian akan sumbangsih Islam terhadap dunia seperti yang dikatakan oleh Hanum terhadap Michael Jones mengenai patung nabi Muhammad di Mahkamah Agung AS adalah bentuk justifikasi bahwa Islam bukanlah agama yang memicu konflik dan peperangan, tetapi sebaliknya bahwa Islam adalah agama yang menjunjung keadilan dan kemaslahatan bagi

13

seluruh manusia, toleransi keberagaman, melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti bersikap lemah lembut dan menolong siapapun yang membutuhkan. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini, yaitu dari segi fokus penelitian, penelitian terdahulu fokus pada Islamophobia dan peneliti fokus pada stigma radikalisme Islam pada film, selanjutnya dalam menganalisis peneliti menggunakan analisis isi Klaus Krippendorff sedangkan peneliti terdahulu menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Kemudian dari segi persamaan, yaitu terdapat pada objek kajian yang akan diteliti yaitu film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. 3. Penelitian Anis Setyowati (2012), “Representasi Perjuangan Melawan Stigma Islam sebagai Agama Teroris (Analisis Semiotik Pada Film My Name Is Khan)”, Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Komunikasi dan Informatika. Pada penelitian tersebut bertujuan untuk merepresentasikan perjuangan melawan stigma Islam sebagai agama teroris pada film My Name Is Khan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa stigma Islam sebagai agama teroris muncul karena adanya pemahaman yang salah terhadap Islam sendiri, selain itu pemberitaan media juga berperan penting yang kerap memberitakan Islam sebagai agama yang radikal, keras dan teroris. Stigma itulah yang memunculkan perlakuan diskriminasi, tekanan fisik, mental, maupun psikis terhadap Islam dan

14

penganutnya. Perbuatan yang dilakukan dengan ketulusan hati, tanpa membedakan ras mampu merubah stigma Islam sebagai agama para teroris, melainkan sebagai agama yang menghormati dan menghargai perbedaan, baik perbedaan suku, ras, maupun etnis. Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini, yaitu membahas mengenai stigma terhadap agama dan menggunakan media film. Bedanya yaitu walaupun sama-sama menggunakan media film, pada penelitian terdahulu menggunakan film My Name Is Khansedangkan peneliti menggunakan film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1.Selain itu dalam menganalisis terdapat perbedaan, dimana penelitian terdahulu menggunakan pisau semiotik Roland Barthes sedangkan peneliti menggunakan analisis isi Klaus Krippendorff. 4. Penelitian Aditya Prasetyo (2016), “Analisis Semiotik Makna Pesan Radikalisme Agama dalam Film Mata Tertutup” karya Garin Nugroho, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mrngrtahui bagaimana makna pesan radikalisme agama pada film Mata Tertutup karya Garin Nugroho, menggunakan analisis semiotik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa makna denotasi pada film Mata Tertutup melalui scene yang diteliti yaitu diantaranya terdapat pada sceneyang menampilkan para remaja yang membuka dan

15 menutup matanya menggunakan kain hitam, gambar pria yang tengah menjelaskan surat al-Balad melalui papan tulis, penyampaian surat at-Taubah oleh pria bergamis hitam kepada Husni dan Zabir di pelataran, tiga pria yang membawa senjata di sebuah ruangan, dan zabir yang menyampaikan pesan untuk sang ibu dengan atribut sorban di depan bendera hitam. Pada makna konotasi yang menunjukkan bagaimana metode screening yang dilakukan oleh kelompok radikal pada saat merekrut anggota, kecenderungan kelompok radikal untuk mengutip ayat-ayat Al- Qur‟an dan menafsirkan secara tekstual pada setiap perkataan, penanaman rasa benci terhadap kelompok lain atau pemerintah yang telah dzolim dan memberikan pelabelan kafir serta menyerukan perang kepada kelompok lain yang bukan dari golongan mereka. Makna mitos pada scene yang menjadi objek penelitian film “Mata Tertutup”, kaum remaja dari latar belakang ekonomi rendah dan minim pendidikan yang rentan terhadap radikalisme. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat kelas atas juga beresiko terpengaruh radikalisme karena tingkat pengaruh yang lebih besar untuk sekitar. Muncul pula pandangan bahwa seolah-olah Islam mengajarkan kekerasan dengan cara berperang jihad di jalan Allah sehingga makna jihad diartikan dengan cara kekerasan mengatas namakan agama. Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini, yaitu meneliti mengenai radikalisme dalam agama,

16

bedanya penelitian terdahulu lebih fokus pada pemaknaan pesan radikalisme sedangkan pada penelitian ini fokus pada bagaimana bentuk stigma radikalisme agama. Selain itu menggunakan media yang sama, yaitu media film sebagai objek penelitian, bedanya apabila skripsi terdahulu menggunakan film “Mata Tertutup”, sedangkan penulis menggunakan film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. Kemudian dalam menganalisis peneliti terdahulu menggunakan semiotik Roland Barthes sedangkan penulis menggunakan analisis isi Klaus Krippendorff. 5. Penelitian M. Imamul Muttaqin (2017), “Radikalisme Agama dalam Film Buddha Collapsed Out Of Shame”, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana radikalisme agama ditampilkan dalam sebuah film. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam film Buddha Collapsed Out Of Shame secara simbolik menggambarkan radikalisme agama yang diakronis, dilihat dari penokohan dan alur cerita. Kelompok radikalis sering menganggap bahwa dirinya tengah memperjuangkan kebenaran, atas nama menegakkan ajaran yang menurut mereka sebagai ajaran paling benar. Dalam film Buddha Collapsed Out Of Shame terdapat tiga faktor pemicu radikalisme di Afganistan. Pertama, gerakan Mujahiddin dan radikalis di Afganistan dibentuk oleh pihak berkepentingan dan mempunyai kesempatan. Kedua,

17

bergerak mengatasnamakan agama hanyalah orang-orang yang memiliki pengetahuan agama dangkal dan sempit dan memperoleh pengetahuan agama hanya dengan doktrin-doktrin sekilas. Ketiga, sikap oportunis dan peduli dengan dirinya sendiri yang mewarnai gerakan dan faham yang mereka anut. Terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini dalam menganalisis, dimana peneliti terdahulu menggunakan analisis kritis model pembahasan silang beruntun, sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis isi Klaus Krippendorff. Pada penelitian terdahulu dengan penelitian ini, memiliki persamaan yaitu sama-sama menggunakan media film, bedanya apabila peneliti terdahulu menggunakan film Buddha Collapsed Out Of Shame sedangkan pada penelitian ini menggunakan film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. Selain itu terdapat persamaan membahas mengenai radikalisme, bedanya fokus peneliti terdahulu pada bentuk radikalisme sedangkan penelitian ini fokus pada bentuk stigma radikalisme.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif merupakan strategi penelitian yang menekankan kedekatan dengan data, partisipasi dan pengalaman, sebagai lawan dari perhitungan numerik atas sesuatu. Sudut

18

pandang dalam penelitian kualitatif dengan melihat hubungan antara fakta yang diteliti dengan peneliti yang bersifat dependen, sehingga fakta yang diteliti dalam berbagai dimensi bersifat subjektif dan tidak bebas nilai (Ardial, 2014: 520-522). 2. Definisi Konseptual Definisi konseptual merupakan batasan ruang lingkup kajian yang akan diteliti, sehingga dalam penelitian penulis fokus terhadap permasalahan yang akan dikaji dari judul Stigma Radikalisme Islam pada Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”. Berdasarkan kerangka teori yang telah dirumuskan, definisi konseptual dan batasan masalah dalam penelitian yaitu stigma dan radikalisme Islam. a. Stigma merupakan pelabelan atau pemberian ciri negatif terhadap seseorang. Semua yang ada pada seseorang ataupun segolongan kelompok dianggap sama dan bersifat negatif. Terdapat dua jenis stigma, yaitu stigma yang terlihat dan tidak terlihat. Pada penelitian ini, penulis fokus terhadap stigma yang terlihat melalui media film. untuk mengetahui stigma tersebut yaitu melalui dialog, ekspresi wajah, kontak mata dan gerak tubuh yang ditampilkan dalam scene pada film. 1) Dialog merupakan percakapan atau perkataan yang diucapkan oleh pemain film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1.

19

2) Ekspresi wajah, dengan mengamati ekspresi wajah, kita dapat mengetahui bahwa seseorang sedang marah, senang, ataupun sedih. 3) Gerakan badan atau gesture tubuh, dengan mengamati gesture pemain film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 pada beberapa scene yang menunjukkan adanya stigma radikalisme terhadap Islam. b. Radikalisme merupakan faham untuk merubah sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan sebagaimana mestinya secara menyeluruh. Berkaitan dengan hal ini, radikalisme yang dimaksud yaitu dalam konteks Islam, mengharapkan perubahan yang drastis dari ajaran Islam itu sendiri, golongan yang dianggap tidak sejalan dengan ajaran Islam dianggap sebagai penebar kemaksiatan yang harus di musnahkan. Stigma radikalisme merupakan pelabelan atau tuduhan terhadap seseorang atau kelompok yang memiliki pemahaman, sikap dan tindakan secara radikal (kaku, rigid, ekstreme). Dalam penelitian ini, stigma radikalisme yang dimaksud yaitu terhadap ajaran Islam dan penganutnya (muslim) oleh masyarakat non muslim New York, Amerika. Stigma radikalisme Islam dapat ditampilkan melalui berbagai media, salah satunya media film, dalam penelitian ini, penulis mengambil film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, yang mana nantinya dalam penelitian akan

20

diambil dari scene yang menunjukkan pemberian stigma radikalisme terhadap ajaran Islam dan muslim. 3. Sumber dan Jenis Data a) Sumber data primer merupakan sumber data utama atau pokok. Pada penelitian ini, sember data primer diperoleh dari Compac Disk (CD) film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. b) Sumber data sekunder merupakan data pendukung atau tambahan. Pada penelitian ini, sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, skripsi dan internet yang masih berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah atau metode yang dilakukan guna memperoleh data yang nantinya digunakan sebagai bahan penelitian secara menyeluruh. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan data: Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan data: a) Dokumentasi, merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental. Dokumentasi berbentuk karya berupa gambar, patung, film dan lain-lain (Sugiyono, 2016: 240). Pada penelitian ini, dokumentasi dalam bentuk Compac Disk (CD) film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1.

21

b) Study Pustaka, yaitu dengan membaca, mengumpulkan data melalui buku, jurnal, artikel, dan data lainnya yang mampu mendukung dalam penelitian ini. 5. Teknik Analisis Data Menurut Spandley dalam bukunya Gunawan (2013: 210) mengatakan bahwa analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antarkajian, dan hubungannya terhadap keseluruhannya. Menurut Mantja dalam Gunawan (2013: 210) artinya, semua analisis data kualitatif akan mencakup penelusuran data, melalui catatan- catatan (pengamatan lapangan) untuk menemukan pola-pola budaya yang dikaji oleh peneliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Analisis isi merupakan suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah sebagaimana semua teknik penelitian, bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaannya (Krippendorff, 1991: 15).

22

Kerangka kerja analisis isi yang disusun oleh Krippendorff (69-74) bersifat sederhana yang dilakukan melalui 7 langkah, yaitu: 1) Pembentukan data, data haruslah merupakan keterkaitan informasi dalam arti bahwa data harus mengungkapkan kaitan antara sumber informasim dan bentuk simbolik asli pada satu sisi, dan teori model dari pengetahuan mengenai konteksnya di sisi lain, data harus merupakan representatif dari gejala nyata. Pada penelitian ini, data yang digunakan sebagai unit analisis yaitu diambil dari potongan scene dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. 2) Unitasi, tugas pertama suatu penelitian empiris adalah memutuskan apa yang harus diobservasi, dicatat, dan setelah itu dianggap sebagai sebuah datum. Alasan yang baik untuk menggunakan bentuk jamak dari kata “datum”, adalah karena penelitian empiris memerlukan banyak informasi yang melahirkan unit-unit, data. Unitasi meliputi penetapan unit- unit tersebut, memisahkannya menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya (krippendorff, 1991: 75). 3) Sampling, proses sampling diarahkan oleh sebuah rencana sampling (sampling plan). Rencana sampling tersebut menguraikan secara cukup rinci cara seorang peneliti mengambil sebuah sampel dari unit-unit yang secara kolektif

23

representatif, ia juga menjamin agar dalam keterbatasan yang pengetahuan tentang gejala tersebut, setiap unit memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam kumpulan unit sampling. Ia menjaga agar tidak terjadi bias dalam memasukkan berbagai unit ke dalam sebuah sampel (1991: 91). 4) Pencatatan (recording), adalah salah satu problem metodologis mendasar dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanitas. Proposisi yang diterima dalam ilmu-ilmu alam, bahwa realitas tidak dapat dipahami kecuali dengan medium kecuali dengan medium instrument pengukuran, juga berlaku di sini. Catatan adalah hal yang perlu sebagai akibat atas adanya fakta di mana analisis isi menerima bahan-bahan yang belum terstruktur tapi semestinya tidak mengacaukannya dengan analisis yang merupakan satu bagian (krippendorff, 1991: 99-100). 5) Reduksi data, yaitu bersifat statistik, aljabar, atau pertanyaan sederhana tentang pembuangan, penghapusan data yang berubah menjadi rincian yang tidak relevan. Reduksi data dapat terjadi pada bagian manapun dalam desain penelitian, namun pada prinsipnya ia harus disesuaikan dengan bentuk data yang ada menjadi bentuk data yang diperlukan teknis analisis. Dalam penelitian ini, reduksi data diambil dari scene

24

yang menunjukkan adanya stigma radikalisme Islam dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. 6) Penarikan inferensi, mengonsumsi semua pengetahuan yang mungkin dimiliki analisis isi tentang cara data dari film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 dikaitkan dengan konteksnya. 7) Analisis, menyangkut proses yang lebih konvensional dalam identifikasi dan representasi pola yang patut diperhatikan signifikan secara deskriptif terhadap hasil analisis. Berdasarkan gambaran teknik analisis isi Krippendorff, peneliti merumuskan beberapa tahapan analisis sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam menganalisis bentuk stigma radikalisme Islam dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 (Fadilah, 2019: 17-20): a) Unit Analisis Menurut Krippendorff, unit analisis atau unitisasi meliputi penetapan unit-unit tersebut, memisahkannya menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya (1991: 75). Gambaran umum secara sederhana adalanh bagian apa dari isi yang diteliti dan dipakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks, misalnya bagian yang digunakan adalah kata,kalimat, foto, scene (potongan adegan) dan paragraf. Unit analisis pada penelitian ini berupa potongan adegan (scene) dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1.

25 b) Kategori Setelah megetahui apa yang akan dianalisis, langkah selanjutnya setelah menentukan unit analisis adalah membuat kategori. Kategori merupakan tahap penting yang berhubungan dengan bagaimana isi (content) program dikategorikan oleh peneliti. Penyusunan kategori harus dilakukan secara benar dan hati-hati. Paling tidak terdapat 3 prinsip penting dalam penyusunan kategori: terpisah satu sama lain, lengkap dan reliabel (Eriyanto. 2013: 203). Kategorisasi dilakukan dengan cara menentukan kategori disesuaikan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, yaitu dengan mengelompokkan unit analisis (scene) sesuai dengan bentuk stigma radikalisme Islam dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, yaitu diskriminasi, prasangka dan intoleransi. Sehingga dalam menganalisis hanya scene yang mengandung 3 kategori bentuk stigma radikalisme Islam. c) Coding Kode adalah aspek-aspek apa saja yang ingin kita lihat dalam analisis isi (Eriyanto. 2013: 221). Kode bisa berupa makna pernyataan, perilaku, peristiwa, perasaan, tindakan dari informan dan lain sebagainya tergantung dari segmen data yang dihadapi. Hasil coding dimasukkan dalam lembar coding (coding sheet). Lembar coding merupakan alat yang dipakai

26

untuk mengukur aspek tertentu dalam isi media. Aspek tertentu dalam penelitian ini adalah bentuk stigma radikalisme Islam dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, yaitu diskriminasi, stereotip dan separation (pemisahan). d) Analisis Analisis dilakukan untuk menjawab pertanyaan dari masalah penelitan yang berkaitan dengan bentuk stigma radikalisme Islam pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. Setelah dilakukan tahap kategorisasi pada scene yang menunjukkan adanya stigma radikalisme Islam kemudian tahapan selanjutnya pengcodingan. Tahap terakhir menganalisis hasil coding tersebut dengan mendeskripsikan temuan.

Tabel. 1 Skema Teknik Analisis Data Penelitian

Unit Analisis

Kategori

Coding

Analisis (Sumber: Faradila. 2019: 20)

27

G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan, berisi tentang gambaran besar dari alasan atau latar belakang atas pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II STIGMA RADIKALISME DAN FILM Pada bab inimenguraikan tentang teori bentuk dari stigma radikalisme Islam dalam film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”, yaitu meliputi stigma: pengertian stigma, pembentukan stigma, karakteristik stigma, sebab-sebab stigmatisasi. Radikalisme Agama: pengertian radikalisme, faktor- faktor radikalisme, pengertian agama, fungsi agama, jenis-jenis agama, pengertian Islam. Film: pengertian film, karakteristik film dan kategori film. BAB III VISUALISASI STIGMA RADIKALISME DALAM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 1” Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum media yang diteliti, yaitu film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”, yang memuat tentang sinopsis dari film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1,

28

deskripsi produksi film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. BAB IV CONTENT ANALYSIS TERHADAP BENTUK STIGMA RADIKALISME ISLAM DALAM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 1” Pada bab ini berisi tentang penjelasan mengenai proses analisis bentuk stigma radikalisme Islam pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 menggunakan analisis isi (content analysis) Klaus Krippendorff. BAB V PENUTUP Pada bab ini, terdiri atas kesimpulan, saran hasil penelitian dan penutup. Disertai pula pada bagian akhir yaitu daftar pustaka yang nantinya dapat menjadi rujukan dan lampiran. BAB II

STIGMA RADIKALISME ISLAM DAN FILM

A. Stigma 1. Pengertian Stigma Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1091) stigma merupakan ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. Goffman dalam bukunya Narwaya (2010: 59-60) memahami „stigma‟ sebagai identifikasi terhadap situasi manusia yang dianggap menyimpang dan berbeda dengan identitas masyarakat (publik), dan menurutnya stigma adalah “differentness about an individual which is given a negative evaluation by others and thus distorts and discredits the public identity of the person. Stigmatisasi adalah gambaran adanya sikap, perilaku atau sistem yang tidak memberi ruang adanya perbedaan. Yang berbeda tidak diberi tempat, yang berbeda akan menjadi „cacat‟. Coleman memberi penegasan analisis mengenai stigmatisasi dalam bukunya Narwaya (2010: 60) bahwa stigmatisasi adalah bentuk penghakiman nilai dari kelompok yang dominan, yakni mereka yang mempunyai kuasa di dalam konteks kultur tertentu terhadap mereka yang tidak diinginkan.

29

30

Stigma dalam pengertian sosiologis juga bisa berarti aib sosial atau noda sosial. Menurut Wikipedia, stigma sosial adalah tidak diterimanya seseorang pada suatu kelompok karena kepercayaan bahwa orang tersebut melawan norma yang ada. Stigma sosial sering menyebabkan pengucilan seseorang ataupun kelompok. 2. Pembentukan Stigma Croker, dkk. dalam Major & O‟Brien (2005) menyebutkan stigma terjadi karena individu memiliki beberapa atribut dan karakter dari identitas sosialnya namun akhirnya terjadi devaluasi pada konteks tertentu, menurut Link dan Phelan dalam buku karya Scheid & Brown (Sembiring, 2017: 19-20) stigma terjadi ketika muncul beberapa komponen yang saling berkaitan. Adapun komponen tersebut, yaitu: a. Seseorang membedakan dan memberikan label atas perbedaan yang dimiliki oleh individu. b. Munculnya keyakinan dari budaya yang dimiliki seseorang terhadap karakteristik individu atau kelompok lain sehingga menimbulkan stereotip. c. Menempatkan individu atau kelompok yang telah diberikan label dalam kategori yang berbeda sehingga terjadi separation (pemisahan).

31

d. Individu yang telah diberikan label dan separation akan menimbulkan stigma. Stigma tersebut yang nantinya menjadikan individu mengalami diskriminasi. 3. Karakteristik Stigma Individu yang mendapatkan stigma memiliki (atau „dibuat‟ untuk memiliki) beberapa atribut atau karakteristik yang mengandung identitas sosial yang direndahkan dalam konteks sosialnya. Pengalaman subjektif dalam menerima stigma bergantung pada dua faktor ini, yaitu: a. Visibilitas, visible stigma seperti ras dan gender, membuat individu yang ada di dalamnya tidak bisa melarikan diri dari cap yang diberikan oleh orang lain, karena cirinya nyata terlihat, b. Kontrolabilitas, stigma yang bersifat dapat dikontrol seperti perokok dan homoseks memungkinkan penerimanya untuk bisa memilih apakah dia masuk dalam kategori tersebut atau tidak. Sedangkan stigma yang tidak terkontrol, misalnya ras, seks, dan pasien dengan penyakit tertentu. Stigma yang terkontrol lebih mengundang reaksi yang keras daripada stigma yang dapat dikontrol (Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, 2015: 234). 4. Sebab-sebab Stigmatisasi Menurut pandangan Coleman, ada tiga variabel penting yang menjadi penyebab munculnya stigmatisasi:

32

a. Ketakutan, oleh berbagai sebab, manusia cenderung takut terhadap perbedaan-perbedaan, takut terhadap masa depan dan takut akan tidak dikenal.Konsekuensinya, subjek individu menggambarkan dengan sinis apa yang dimaknai sebagai „yang tak dikenal‟ atau „yang berbeda‟. b. Meniru-niru, sebuah kecenderungan manusia untuk menggolong-golongkan dengan identitas orang lain. Kecenderungan meniru ini bagian dari cara manusia menginterpretasikan diri dan sekaligus ia akan membuka jarak identitas berbeda yang tidak disukai. c. Ketatnya pengawasan, stigmatisasi sering dipakai untuk menjaga hirarki sosial dimana hirarki yang dominan akan menguasai hirarki yang lebih rendah (Narwaya, 2010: 61).

B. Radikalisme Agama 1. Pengertian Radikalisme Radikal berasal dari radic yang berarti “akar”, dan radikal adalah (sesuatu yang) bersifat mendasar atau hingga ke akar- akarnya. Predikat ini bisa dikenakan pada pemikiran atau paham, sehingga muncul istilah pemikiran yang radikal, dan bisa pula pada gerakan (Muhammad, 2013: 63). Menurut Stompka dalam buku Radikalisme Agama di Indonesia (Qodir, 2014: 116) bahwa radikalisme merupakan suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian,

33

dan penjebolan terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke akarnya. Walaupun dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Radikalisme menginginkan adanya perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam Yunus (2017: 80) radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. 2. Karakteristik Radikalisme Menurut John O. Voll, karakteristik gerakan Islam radikal menunjuk pada afirmasi terhadap prinsip-prinsip dasar agama dan usaha-usaha untuk membangun kembali masyarakat sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Dengan demikian, terkait dengan gerakan radikal, sifat keras yang melekat pada kelompoknya berasal dari keinginan untuk menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh (Effendy&Soetrisno (ed.), 2007: 21-22). Kelompok radikal memiliki model pemahaman, penafsiran, atau ijtihad yang berbeda: a. Bersifat skripturalistik, yang lebih menitik beratkan pada teks-teks doktrin. Penafsiran cenderung literalis, dan legal formalistik, karena lebih memusatkan perhatian pada regulasi kehidupan yang dipersepsikan sesuai dengan norma-norma

34

agama, karena aksentuasinya pada persoalan halal haram, penafsiran tekstual mereka terkesan rigit (ibid: 45). b. Menafsirkan sebuah pengrusakan berupa aksi teror bom atau aksi bom bunuh diri di tempat-tempat yang dianggap menebar kemaksiatan sebagai bentuk dari ibadah yang mulia. 3. Faktor Radikalisme Faktor terbentuknya radikalisme pada seseorang diantaranya: a. Isu solidaritas terhadap penderitaan umat Islam di belahan bumi lain merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan sikap radikalisme. Isu Palestina Israel adalah salah satu faktor yang disuarakan oleh kelompok Islam. Sentimen ketidakadilan atas sikap dunia Barat terhadap perilaku dan tindakan Israel terhadap Palestina tidak seimbang dengan sikap dan tanggapan yang keras terhadap Irak (Effendy & Soetrisno (ed.), 2007: 9). b. Kekeliruan dalam memahami ajaran agama, Anggapan bahwa perbuatan mereka sebagai sebuah jihad yang bernilai ibadah. Anggapan ini memiliki justifikasi doktrin Agama berdasarkan beberapa ayat Al-Qur‟an dan Hadist, yang diinterpretasi secara parsial dan tekstual (2007: 55). c. Menurut Jainuri dkk, dalam Sumbulah (2010: 43) dari perspektif objektivitis, dipahami bahwa radikalisme muncul karena teks agama memberikan legitimasi dan menganjurkan hal demikian. Dalam konteks ini, teks agama mengajarkan

35

bahwa agama kristen dan yahudi adalah musuh, yang dengan jalan kekerasan maupun nonkekerasan permusuhan bisa diekspresikan. d. Dalam buku Islam Radikal dan Pluralisme Agama (Sumbulah, 2010: 43) Menurut Jainuri dkk, dari perspektif subjektivis, yang menempatkan individu sebagai subjek yang aktif mendefinisikan hidupnya dengan dunia luar maka gejala radikalisme tidak hanya dipahami karena teks agama mengajarkan demikian, tetapi juga harus dicermati bagaimana “dunia luar” menjadi entitas yang turut mempengaruhi seseorang dalam menginternalisasikan ajaran agamanya. Dengan demikian radikalisme juga dapat disebabkan oleh struktur sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapinya. 4. Pengertian Agama Dalam bahasa Arab, agama disebut ad diin berarti taat, patuh. Kata lain ad dainun berarti hutang. Agama milik Allah Tuhan Yang Maha Esa yang diamanatkan-Nya kepada manusia dengan ketentuan manusia harus menjaga dan memelihara amanat yang dipercayakan Tuhan (Munawar, 2005: 24). Agama dalam bahasa Sanskerta dapat diartikan dalam dua kata, yaitu “a” dan “gama”, dimana “a = tidak” dan “gama = kacau”, sehingga agama dapat diartikan secara sederhana sebagai wahyu Tuhan yang diberikan kepada manusia melalui rasul-Nya

36

sebagai bentuk bimbingan atau pedoman hidup dalam kehidupan dan bermasyarakat sesuai dengan moral dan etika serta budaya yang bersumber dari dogma agama (Al-Qur‟an dan Hadits) (Harjoni, 2012: 110). Agama dapat dilihat dalam dua kategori. Pertama, sebagai masalah teologi atau sebagai keimanan, dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal di kemudian hari, dan seseorang mengabdikan dirinya untuk kepercayaannya. Kedua, dalam terminologi ilmu sosial, agama dilihat sebagai nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku manusia. Dalam hal ini dapat disamakan dengan kebudayaan (Aziz, Imam, dkk (ed.), 1993: 20). Menurut Imarah dalam bukunya Munawar (2005: 24) Ad diin mengandung pengertian, bahwa setiap orang yang beragama (Islam) berkewajiban melaksanakan suruhan atau perintah dan menjauhi larangan agamanya. Dengan demikian berarti pemikul amanat Tuhan telah memelihara eksistensi agamanya. Ad dainunmengandung pengertian, bila pemeluk agama itu telah taat dan patuh terhadap agamanya, berarti ia telah membayar hutangnya kepada Tuhannya. Jika tidak, ia akan dituntut di Yaumul Mahsyar nanti. Agama adalah wahyu Tuhan yang ditujukan kepada manusia yang berakal, wahyu Tuhan tersebut berisikan firman- firman yang sifatnya membimbing manusia ke jalan kehidupan yang menuju kesejahteraan dunia dan akhirat. Inti atau hakikat

37

dari agama adalah berupa perintah (tindakan dan perbuatan) menusia mengarah pada konteks aqidah, ibadah dan syari‟ah (Harjoni, 2012: 52). 5. Fungsi Agama Dalam prakteknya fungsi agama dalam (Jalaluddin, 2010: 325-327) yaitu: a. Berfungsi edukatif, ajaran agama secara yuridis berfungsi meyuruh dan melarang. Kedua unsur ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengaan yang baik menurut ajaran masing-masing, dimana ajaran yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. b. Penyelamat, keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam, yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan melalui pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan. c. Sebagai pendamaian, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui agama. Rasa berdosa akan segera hilang apabila seseorang menebus dosa melalui: tobat, pesucian ataupun penebus dosa. d. Social control, sesuai dengan ajaran yang dipercaya terikat batin melalui tuntutan agama. Ajaran agama dianggap

38

sebagai norma, sehingga dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial. e. Pemupuk solidaritas, penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan bahkan dapat membina rasa persaudaraan. f. Berfungsi transformatif, dapat mengubah kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianut sebelumnya. 6. Jenis-jenis Agama menurut Muhammad (2013: 86-98): a. Agama Hindu, adalah agama pendatang yang paling tua di Indonesia. Agama ini datang sebagai akibat adanya hubungan antara kerajaan lima di nusantara dengan pusat agama ini (), yang selanjutnya berkembang pesat dan menanamkan pengaruh yang besar dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu Jawa seperti Singasari, Tumapel, Mataram, dan Majapahit. b. Agama Budha, agama yang muncul di daerah yang sekarang ini dikenal dengan , dimana pada masa itu merupakan bagian dari negara pusat Jenispenyebaran agama Hindu

39

(India). Konsep yang diperkenalkannya sama sekali bukanlah merupakan perombakan total terhadap ajaran agama Hindu. c. Agama Islam, merupakan satu-satunya agama dengan pemeluk mayoritas. Walaupun demikian, agama ini sama sekali bukan dijadikan agama negara. d. Dua agama lainnya yang diakui oleh pemerintahan Indonesia adalah Katolik dan Protestan. Kedatangan dua agama ini dinyatakan bersamaan dengan datangnya orang-orang portugis di Indonesia pada abad ke-16 Masehi yang bertujuan untuk menemukan daerah-daerah baru disamping untk berdagang. 7. Pengertian Islam Islam merupakan turunan dari kata assalmu, assalamu, assalamatu yang berarti bersih dan selamat dari lahir dan batin. Islam berarti suci tanpa cacat. Makna lain dari kata Islam adalah “damai” atau “perdamaian” (al-salmu/peace) dan “keamanan”. Secara terminologis, pengertian “Islam” diungkapkan Ahmad Abdullah Almasdoosi sebagai kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al- Qur‟an yang suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhammad ibn Abdullah; satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan jelas dan lengkap

40

mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material (Mahfud, 2011: 3-4). Islam juga diartikan pasrah sepenuhnya (kepada Allah), sikap yang menjadi inti ajaran agama yang benardi sisi Allah. Karena itu semua agama yang benar disebut Islam (Rodli, 2013: 4). Allah SWT berfirman QS. Al-Maidah: 03. ُ ُ ّ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ َّ ُ َ َ ُ َ َ ٓ َّ َ َّ خرِنجۡۡعليۡكمۡۡٱلۡهيۡتثۡۡوۡٱدلمۡۡو ۡلمۡۡٱ ۡلِيِزنِِرِۡۡوناۡۡأٌِلۡۡلِغ ۡيِۡٱّللِۡۡةًِِۡۦۡ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ ُ َ َ ّ َ ُ َ َّ َ ُ َ َ ٓ َ َ َّ ُ ُ َّ َ وۡٱلۡهيۡخيِلثۡ ۡوۡٱلۡهوۡكۡوذةۡ ۡوۡٱلۡهَتدِيثۡ ۡوۡٱنل ِطيدثۡ ۡوناۡ ۡأكلۡ ۡٱلستعۡ ۡإِ ّۡل ۡناۡ َ َ َ َّ ُ َ َ ُ َ َ َ ُّ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ ذكيۡتمۡ ۡونا ۡذةِحۡ ۡ َۡع ۡٱنلص ِبۡ ۡوأن ۡتسۡتلۡ ِسهواۡ ۡةِۡٱلۡزۡ ۡل ِ مۡ ۡ ۡذ لِكمۡ ۡفِسۡ ۡقۡ َ َ َ َ َّ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ٱلۡوۡمۡ ۡيئِسۡ ۡٱَّلِيوۡ ۡكفرواۡ ۡ ِنو ۡ ِدييِكمۡ ۡفلۡ ۡتۡشوٌۡمۡ ۡوۡٱخۡشوۡىِۡٱلۡوۡمۡۡ َ َ َ ُ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ُ ُ أكۡهلۡجۡ ۡلكمۡ ۡدِييكمۡ ۡوأتۡههۡجۡ ۡعليۡكمۡ ۡىِعۡه ِتۡ ۡور ِضيجۡ ۡلكمۡۡ ّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َّ َّ َ ٱ ِلۡسۡلۡمۡ ۡ ِدييۡاۡ ۡفه ِوۡ ۡٱضۡطرۡ ۡ ِفۡ ۡ ۡمهص ثۡ ۡغيۡ ۡنتجاىِ فۡ ۡ ِ ِلثۡ مۡ ۡفإِنۡ ۡٱّللۡۡ َ ُ غفو رۡۡ َّر ِخي م٣ۡۡۡ ۡ

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.

41

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (03)(Kementerian Agama RI, 2010: 107).

Radikalisme dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham atau aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham atau aliran untuk diterima kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik (Yunus, 2017: 80). Menurut Thalib dalam jurnal Nurjannah (2013: 108) istilah radikalisme Islam menunjuk pada munculnya berbagai gerakan Islam yang menggunakan berbagai bentuk kekerasan dalam rangka perjuangan untuk mendirikan „Negara Islam‟. Radikalisme Islam merupakan tindakan radikal yang menjadikan Islam sebagai alat legitimasinya, atau tindakan radikal yang mengatasnamakan perintah Islam, perintah jihad di jalan Allah, dan bertindak radikal atas nama Tuhan. Hal ini dapat dipahami karena kekuatan “atas nama Tuhan” sangat dahsyat. Kekuatan ini dapat melebihi semua klaim otoritas politik yang ada, mengingat ideologi agama bisa diangkat sampai pada tingkat

42

supranatural. “atas nama Tuhan” dapat digunakan sebagai spirit radikalisme bahkan justifikasi dari segala tindakan manusia (Mundir, 2016: 14).

C. Film 1. Pengertian Film Undang-Undang nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan prananta sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan (Vera, 2015: 91). Menurut Effendy dalam bukunya Trianton (2013: 2) film adalah media yang bersifat visual atau audio visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat. Definisi film berbeda di setiap negara, di Prancis ada pembedaan antara film dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya, misalnya sosial politik dan kebudayaan. Sedangkan di Yunani, film dikenal dengan istilah cinema yang merupakan singkatan cinematograph. Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, movies berasal dari kata move, gambar bergerak atau gambar hidup. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan

43

memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (Vera, 2016: 85-86). 2. Karakteristik Film Menurut Ardianto, Elvinaro, dkk (2007: 146-147) Faktor- faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh, dan identifikasi psikologis. a. Layar yang Luas atau Lebar Layar film yang luas telah telah memberikan keleluasaan penonton untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. apalagi dengan kemajuan teknologi, layar film di bioskop-bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. b. Pengambilan Gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pemngambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lelih menarik. Di samping itu, melalui pano-ramic shot, kita sebagai penonton dapat memperoleh sedikit gambaran, bahkan mungkin gambaran yang cukup tentang daerah tertentu yang dijadikan

44

sebagai lokasi film sekalipun kita belum pernah berkunjung ke tempat tersebut. c. Konsentrasi Penuh Kita dapat terhindar dari hiruk pikuknya suara diluar karena biasanya ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran dan perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita juga terbawa suasana. d. Identifikasi Psikologis Pengaruh film terhadap terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut. 3. Kategori Film Pada dasarnya, film dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, Pada ahli di bidang komunikasi mengelompokkan film berdasarkan kriteria tertentu. Secara garis besarnya, dalam (Vera, 2016: 88) kategori atau jenis film dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu cerita dan noncerita: a. Film cerita (fiksi), film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dibuat atau dikarang oleh seseorang serta dimainkan oleh aktor dan aktris. Film cerita bersifat komersial, dipertunjukkan di bioskop dengan harga tiket tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan. Film

45 cerita memiliki beberapa genre, seperti film drama, film horror, film sejarah, film komedi, film laga (action) dan film musikal. Penjelasan dari jenis film cerita tersebut dalam jurnal Oktavianus (2015: 4-6) yaitu: 1) Film drama umumnya memiliki keterkaitan dengan setting, tema cerita, karakter, serta suasana yang membingkai kehidupan nyata. Konflik bisa dibentuk oleh lingkungan, diri sendiri, maupun alam. Kisahnya sering kali membangkitkan emosi, dramatik, dan mampu membuat penonton menangis. 2) Film horror, tujuan utama pembuatan film horror adalah dapat membangkitkan rasa takut, memberikan kejutan, serta teror yang dapat membekas dihati penontonnya. Pada umumnya dalam film horor digunakan karakter antagonis (bukan manusia) yang berwujud fisik menakutkan dengan pelaku teror berwujud manusia, makhluk gaib, monster, hingga makhluk asing. 3) Film sejarah umumnya bertema periode masa silam (sejarah) dengan latar cerita sebuah kerajaan, peristiwa tokoh besar yang menjadi mitos, legenda, ataukisah biblikal. Film berskala besar (kolosal) sering ditampilkan dengan mewah dan megah, serta melibatkan ratusan hingga ribuan figuran, variasi kostum dengan aksesoris

46

yang unik, serta variasi atribut perang seperti pedang, tameng, tombak, kereta kuda, panah dan sebagainya. 4) Film komedi merupakan jenis film yang memiliki tujuan memancing tawa, sehingga dapat memberikan hiburan tersendiri bagi penonton. Pada umumnya, film komedi berisikan drama ringan dengan berisikan aksi, situasi, bahasa maupun karakter yang dilebih-lebihkan. Selain itu, film komedi juga selalu memiliki akhir cerita yang memuaskan penonton atau cerita yang membahagiakan (happy ending). 5) Film laga (action) merupakan film yang berhubungan dengan adegan-adegan seru, menegangkan, berbahaya dan memiliki tempo cerita yang cepat dalam ceritanya. Film-film aksi sebagian besar memiliki adegan berpacu dengan waktu, tembak-menembak, perkelahian, balapan, ledakan, aksi kejar-kejaran serta aksi fisik menegangkan lainnya. 6) Film musikal, menurut Pratista dalam jurnal Oktavianus (2015: 6) film musikal lebih mengacu pada kombinasi unsur musik, lagu, tarian maupun koreografi yang menyatu dengan cerita. Dalam penggunaan musik disertai lirik yang menyatu dengan lagu mendukung alur cerita yang dihadirkan dalam film tersebut. Film jenis ini biasanya lebih mengangkat cerita ringan yang umum

47

seperti halnya percintaan, kesuksesan dan popularitas yang ada pada kehidupan sehari-hari dan dialami oleh banyak orang. Film musikal memiliki sasaran penonton yang lebih ditujukan untuk keluarga, remaja dan anak- anak. b. Menurut Sumarno film noncerita (nonfiksi), yaitu kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subjeknya. Pada awalnya, film noncerita hanya ada dua jenis, yaitu film dokumenter dan film faktual. 1) Film documenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatannya) mengenai kenyataan (Ardianto, Elvinaro, dkk, 2007: 148-149). 2) Film faktual pada umumnya hanya menampilkan fakta, kamera sekedarnya saja merekam peristiwa. Film faktual di era sekarang hadir dalam bentuk film berita (news feel) (Mabruri, 2013: 4). Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 merupakan kategori film cerita bergenre drama, dimana pada film ini menyajikan konflik antar agama yang disebabkan oleh kesalahpahaman yang menimbulkan stigma pada agama Islam ditengah lingkungan dengan minoritas Islam. BAB III VISUALISASI STIGMA RADIKALISME DALAM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 1”

A. Sinopsis Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 Berawal dari tragedi 11 September 2001 di New York, pemboman gedung kembar Word Trade Center dan Pentagon. Berlatar belakang dari peristiwa tersebut, Hanum reporter asal Indonesia yang bekerja di Huete ist Wunderbar Wina mendapat tugas dari Gertrude untuk menulis sebuah artikel berjudul “would the world be better without Islam?” (akankah dunia lebih baik tanpa Islam?). Sementara itu, dalam waktu yang bersamaan Rangga ditugaskan Professor Reinhard sebagai penelitian gelar doctornya untuk merekam pidato seorang miliarder Phillipus Brown seorang kapitalis yang berubah menjadi dermawan di New York dan meyakinkan Brown datang ke Winauntuk mengisi kuliah terbuka di Vienna University of Economics and Business. Akhirnya Hanum dan Rangga pergi ke New York, sesampainya di New York mereka akan bertemu stefan yang sedang melanjutkan gelar doktornyadan akan membantu tugas Rangga. Setelah tiba di rumah Stefan, ternyata dokumen berisi tugas Hanum dari Gertrude tertinggal di taxi yang ditemukan oleh Michael Jones. Hanum yang tengah mencari alamat Julia, ternyata ia salah rumah, yang ia temui justru rumah Billy Hartman, keluarga korban 11 September 2001. Pada saat itu, Hanum yang berhijab mendapat

48

49

perlakuan tidak baik dari Billy karena Billy menganggap bahwa penyebab kematian istrinya adalah semua umat Islam. Tidak sampai disitu, pada perjalanan pulang, Hanum diganggu oleh pemuda New York. Keesokan harinya Hanum dan Rangga ribut besar karena Hanum yang tidak dapat mendengar perkataan Rangga. Mereka berdua akhirnya berpisah dan memutuskan untuk mengurus urusannya masing-masing. Hanum menemui Michael Jones untuk meminta dokumen yang tertinggal di taxi. Pada saat mengambilnya Hanum sempat mewawancarai Michael Jones mengenai tema artikelnya dan Jones menjawab iya, bahwa dunia akan lebih baik tanpa Islam. Demo berakhir ricuh, semua orang berlarian. Setelah membuka rekaman pidato umum Brown, Brown menyebut nama Hussen yang telah menolongnya. Melalui rekaman yang telah diberikan Julia kepada Hanum pada saat putrinya ulang tahun, Rangga menemukan bahwa seorang yang disebut Brown Hassan sebenarnya adalah Ibrahim Hussein. Akhirnya berkat foto yang dikirimkan Rangga mengenai Ibrahim Hussein, dirinya berhasil diundang dalam acara Phillipus Brown “Hero of The Year”. Dalam pidatonya dia menyebut bahwa ada seseorang yang menurutnya lebih pantas, yaitu Ibrahim Hussein suami dari Julia Collins yang telah menolong Brown dan istri Michael Jones, Anna. Pada saat itu Hussein menemui Brown sebagaiagenda tuhan.

50

Michael Jones dan juga Billy yang selama ini membenci Islam, seusainya menyaksikan pidato Brown, menjadikan hubungan mereka dengan Azima baik dan damai. Akhirnya Hanum dapat menulis artikelnya dengan menjawab tidak, bahwa dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam, begitupun Rangga juga berhasil menyelesaikan tugasnya, mewawancarai Brown dan meyakinkannya untuk datang ke Wina. Bulan terbelah difilosofikan sebagai orang-orang yang terbelah atas kesalahpahaman. Kesalahpahaman terhadap muslim yang dianggap sebagai dalang dari tragedi 11 September 2001, kesalahpahaman terhadap muslim yang dianggap sebagai umat penebar kehancuran karena tindakan radikal. B. Deskripsi Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 1. Produksi Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1

Gambar 1 Poster Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1

51

Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 merupakan film adaptasi dari novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dengan judul yang sama. Film ini di produksi oleh Maxima Pictures yang di rilis pada 17 Desember 2015 disutradarai oleh Rizal Mantovani dengan penulis skenario Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra, Alim Sudio dan Baskoro Adi. “Setelah sukses dengan jumlah penonton 1,8 juta untuk 99 Cahaya d Langit Eropa ditahun 2014, penghujung tahun 2015 , Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, Rianti Cartwright, Hannah Al Rasyid dengan sutradara Rizal Mantovani menghadirkan Bulan Terbelah di Langit Amerika, film yang mengambil setting New York dengan masa syuting berlangsung selama 45 hari dari bulan Oktober hingga pertengahan November" (https://indonesianpageants.com/enterta inment/modeling/bulan- terbelah-dilangit-amerika-film-terbaru-acha-septriasa-diakhir-tahun- 2015/, 01 Mei 2019). Film produksi Maxima Pictures tersebut memberikan banyak pesan sosial, mulai dari cinta dan kasih sayang, rela berkorban, belas kasih, simpati dan empati. Isu yang diangkat dalam film ini adalah masalah sentimen terhadap muslim di Amerika setelah tragedi 11 September. Bagi sebagian masyarakat Amerika ada semacam tendensi negatif terhadap orang Islam. Persoalan semakin meruncing ketika muncul wacana pembangunan masjid dan muslim center di area Ground Zero yang merupakan monumen bekas dari gedung

52

WTC dahulu. Dari wacana tersebut menimbulkan pro dan kontra. film Bulan Terbelah di Langit Amerika dikemas begitu menarik dengan dengan alur campuran, serta pengisahan konflik yang terjadi antara emosi dan rasio dalam diri seseorang dengan cara pandang masing-masing individu yang berbeda dan mengakibatkan sebuah perpecahan diantara umat beragama (Nurhidayah, 2017: 140-141). Berikut ini daftar lengkap mengenai produksi film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 (Fatmawati, Nur Oktaviana, 2017: 77- 78): Tabel. 2 Susunan produksi film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 1”

Judul Film Bulan Terbelah di Langit Amerika Durasi 1:40:56 Sutradara Rizal Mantovani Produser Ody Mulya Hidayat Produser Eksekutif Yoen K. Produser Lini Sudiadi Chang Penulis Novel Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra Penulis Naskah Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra, Alim Sudio Baskoro Adi Pemain Inti Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, Rianti Cartwright, Hannah Al Rashid Genre Drama Produksi Maxima Pictures Tanggal Realease 17 Desember 2015

53

Penata Kamera Patrick Tashadian Penata Artistik Ibanes Nasution Editor Ryan Puwoko Penata Musik Joseph S Djafar Penata Busana Aldie Harra Penata Rias Dian Anggraini Puspitasari Casting Bhutet Erlina Original Sountrack Ridho Rhoma Feat. Fazura

2. Konfigurasi Scene pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 Untuk mengetahui scene yang menunjukkan adanya bentuk stigma radikalisme Islam dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, maka peneliti mendeskripsikan secara keseluruhan sebanyak 57 scene, sebagai berikut: Tabel. 3 Scene pada Film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1

Scene Keterangan Tempat dan waktu 01 Ulang tahun Sarah Hussein Int. Rumah Julia yang ke-3, anak dari Julia dan dan Ibrahim Ibrahim Hussein. Hussein. Siang 02 Azima, pembeli dan Int. Minimarket. perempuan penjaga kasir Siang terkejut melihat berita di televisi mengenai pemboman gedung kembar WTC dan Pentagon. 03 Pasca tragedi pemboman Ext. New York. gedung kembar World Trade Siang Center dan Pentagon terhadap muslim.

54

04 Sarah Hussein tengah Int. Rumah membuat video mengenai Azima. Siang ayahnya dan Al-Qur’an yang diunggahnya pada sosial media. 05 Perbincangan Gertrude dan Int. Kantor berita Hanum mengenai tugas yang Huete ist akan Hanum kerjakan dan Wunderbar Wina. pernyataan Gertrude bahwa Siang teroris adalah Islam 06 Perbincangan tugas yang akan Int. Kantor Prof. Prof. Reinhard berikan kepada Reinhard. Siang Rangga untuk gelar Doktornya. 07 Menampilkan Phillipus Brown Int. Kantor di kantornya Phillipus Brown. Siang 08 Rangga dan Hanum makan Int. Tempat siang dan membicarakan tugas tinggal Hanum masing-masing yang diberikan dan Rangga. oleh Gertrude dan Prof. Siang Reinhard 09 Rangga dan Hanum menunggu Ext. Bandara New di jemput oleh Stefan dari York, Amerika. bandara New York, Amerika Siang 10 Rangga dan Hanum menuju Int. Taxi. Siang rumah Stefan 11 Hanum dan Rangga Ext. Ground Zero. mengunjungi monumen Siang kesedihan tragedi 11 September 2001 di Ground Zero dan Hanum mendapat perlakuan tidak baik dari salah satu pengunjung perempuan paruh baya. 12 Hanum dan Rangga Turun dari Ext. Jalan dekat

55

taxi dan mencari rumah rumah Stefan. Stefan. Siang 13 Stefan dan Jasmine Int. Rumah menyambut kedatangan Stefan. Siang Hanum dan Rangga 14 Michael Jones menemukan Int. Taxi. Siang map kuning berisi dokumen wawancara Hanum 15 Rangga dan Hanum menyadari Int. Rumah bahwa map kuning berisi Stefan. Malam dokumen wawancara hilang 16 Stefan dan Rangga Ext. Jalanan New membicarakan tugas Hanum, York. Siang menulis artikel “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?” 17 Hanum mencoba Int. Rumah menghubungi Julia untuk Stefan. Siang wawancara 18 Hanum mencari alamat rumah Ext. Jalanan New Julia Collins York. Siang 19 Rangga dan Stefan pergi ke Int. Kantor kantor Phillipus Brown dan Phllipus Brown. meminta untuk mewawancarai Siang Brown 20 Rangga dan Stefan Ext. Jalanan New menhampiri seorang pemuda York. Siang yang tengah membagikan brosur ajakan demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero. 21 Billy bertanya kepada Hanum Ext. Rumah Billy mengenai tragedi 11 Hartman. Siang September dengan nada marah 22 Hanum mendekati Sarah untuk Int. Rumah Julia memulai pembicaraan. Hanum Collins. Siang memulai dengan pertanyaan

56

mengapa Sarah tidak berangkat sekolah, dan ternyata setiap jelang peringatan 11/09 Sarah tidak masuk sekolah karena ayahnya, Ibrahim Hussein, seorang muslim yang dituduh terlibat dalam tragedi 11/09 tersebut 23 Billy mengembalikan kue Ext. Rumah Julia. pemberian Julia dan Sarah, Siang karena Billy menganggap bahwa suami Julia Collins dan seluruh umat Islam adalah penyebab dari tewasnya keluarga Billy dalam tragedi 11/09 24 Rangga dan Stefan tengah Int. Rumah menyaksikan wawancara Stefan. Siang Michael Jones di televsi 25 Hanum mewawancarai Julia Int. Rumah Julia. alasan mengapa dirinya Siang melepas hijab 26 Dalam perjalanan pulang, Ext. Jalanan New Hanum diganggu oleh York. Siang sekelmpok pemuda New York 27 Hanum dan Rangga membahas Int. Rumah dokumen wawancara Hanum Stefan. Malam yang hilang 28 Broen bermimpi mengenai Int. Rumah tragedi 11 September Phillipus Brown. Malam 29 Hanum meminta map berisi Ext. Ground Zero. dokumen wawancara kepada Siang Michael Jones dan mewawancarainya mengenai

57

artikel yang akan Hanum tulis “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?” dan Jones menjawab iya, karena istrinya, Anna menjadi korban dalam tragedi 11/09 30 Rangga dan Stefan menuju ke Int. Taxi. Siang tempat kuliah umum Phillipus Brown 31 Sarah dan Julia menyaksikan Int. Rumah Julia berita demo penolakan Colins. Siang pembangunan masjid di Ground Zero dan wawancara Michael Jones di televisi 32 Pendemo penolakan Ext. Ground Zero. pembangunan masjid berlarian Siang dan demo berakhir ricuh 33 Rangga mencari Hanum Ext. Ground Zero. setelah mengetahui demo Siang berakhir ricuh 34 Hanum pergi menemui Sarah Int. Kereta. Siang dan Julia 35 Stefan tengah merekam pidato Int. Tempat kuliah Brown dalam kuliah umumnya umum Phillipus Brown. Siang 36 Hanum bertemu dengan Julia Ext. Rumah Julia dan Sarah Collins. Siang 37 Rangga menemui Stefan untuk Int. Tempat kuliah menanyakan hasil rekaman umum Brown. kuliah umum Phillipus Brown Siang 38 Sarah mengobati luka Hanum Int. Rumah Julia karena terjatuh pada saat demo Collins. Siang berakhir ricuh 39 Rangga dan Stefan membahas Ext. Kafe. Siang mengenai Hanum dan Jasmine 40 Perbincangan Rangga dan Ext. Taman. siang

58

Stefan mengenai Islam 41 Rangga memeriksa hasil Int. Rumah rekaman kuliah umum Brown Stefan. Malam dan data wawancara Hanum bersama Julia Collins 42 Hanum dan Julia Ext. Rumah Julia membicarakan Rangga Collins. Malam 43 Phillipus Brown menunjukka Int. Rumah foto anak-anak Timur Tengah Phillipus Brown. kepada putri angkatnya dari Malam Afrika 44 Rangga dan Stefan mendapat Int. Rumah email undangan acara Stefan. Malam Phillipus Brown “Hero Of The Year” 45 Persiapan Phillipus Brown Int. Rumah dalam acara “Hero Of The Phillipus Brown. Year” Malam 46 Phillipus Brown memulai Int. Gedung acara pidatonya “Hero Of The Year”. Malam 47 Julia, Hanum dan Sarah Int. Rumah Julia menyaksikan pidato Brown di Collins. Malam televisi 48 Michael Jones menyaksikan Int. Rumah pidati Phillipus Brown Michael Jones. Malam 49 Billy menyaksikan pidato Int. Rumah Billy. Phillipus Brown Malam 50 Flashback tragedi 11 Int. Kantor September 2001 Phillipus Brown. Siang 51 Perjalanan Julia, Sarah dan Int. Taxi. Malam Hanum menuju ke acara “Hero Of The Year” 52 Phillipus Brown memberikan Int. Gedung Hero

59

hadiah yang dititipkan Ibrahim Of The Year. Hussein kepada Julia Collins Malam 53 Rangga dan Hanum saling Ext. Gedung Hero meminta maaf Of The Year. Malam 54 Penampilan Julia Collins Ext. Museum. memakai hijab ketika bekerja Siang 55 Gertrude membaca artikel Int. Kantor berita yang telah Hanum tulis Winna. Siang “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?” 56 Billy, Julia, Sarah dan Jones Ext. Taman. Siang mengadakan piknik bersama 57 Hanum yang tengah duduk Ext. Taman. Siang bercerita telah berhasil dan mengakhiri tugas dari Gertrude menulis artikel “would the world be better witout Islam?”

Stigma radikalisme Islam merupakan anggapan atau pelabelan bahwa ajaran Islam serta penganutnya memiliki pemikiran yang radikal. Setelah mendeskripsikan semua scene pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, pada penelitian ini mengacu pada Link dan Phelan, terdapat 3 kategori bentuk stigma radikalisme Islam dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, yaitu diskriminasi, stereotip dan separation (pemisahan). 1. Diskriminasi Menurut Sue (2003) dalam Hidayat & Khoiruddin (2016: 118) diskriminasi adalah perlakuan berbeda terhadap

60 orang lain, terutama didasarkan pada keanggotaan dalam kelompok sosial, diskriminasi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti lisan, tindakan, bahkan peraturan perundang-undangan. Pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, terdapat tujuh scene yang menunjukkan adanya perlakuan diskriminasi oleh non muslim terhadap muslim Amerika yang disebabkan oleh stigma radikalisme Islam pasca tragedi 11 September 2001. a. Scene 03

Gambar 2.1 Potongan news pasca tragedi 11 September 2001 di Amerika.

Scene 03, menampilkan suasana pasca terjadinya pemboman gedung kembar Word Trade Center dan Pentagon yang menggiring opini bahwa Islam adalah dalang dari tragedi tersebut. Dunia menuntut Islam, dunia

61

menyudutkan Islam, umat Islam terpinggirkan, korban berjatuhan dan Islam dianggap sebagai agama yang tidak patut berdampingan dengan mereka non muslim. Hanum (v.o): “sejak hari itu, dunia pun terbelah, kami yang juga menjadi korban dan kerap disudutkan akan berteriak lebih lantang menjaga keyakinan ini. Ini adalah kisah yang diminta rembulan untuk menyatukan yang terbelah. Kisah yang menegaskan bahwa dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian” b. Scene 11

Gambar 2.2 Pengunjung wanita monumen kesedihan Ground Zero

Scene 11, Hanum yang tengah mengunjungi monumen peringatan tragedi 11 Serptember bersama

62

Rangga untuk mendoakan para korban. Dari lawan arahnya berdiri, terdapat seorang pengunjung wanita paruh baya yang memperhatikan Hanum dengan menunjukkan ekspresi marah dan menunjuk ke arah Hanum. Pengunjung: “You Shouldn’t be here.!” (kamu seharusnya tidak disini !). c. Scene 21

Gambar 2.3 Billy Hartman memarahi Hanum atas tragedi 11/09

Scene 21, Hanum yang merupakan reporter dari Vienna yang datang ke New York ditugaskan untuk mewawancarai Julia dan Sarah Hussein tentang pendapat mereka mengenai judul artikelnya yaitu “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?” berlatar dari tragedi 11 September 2001 di mana Ibrahim Hussein yang merupakan ayah Sarah dan suami dari Julia Collins

63

seorang yang dituduh ikut serta dalam tragedi tersebut. Hanum yang mencari rumah Julia dan ternyata salah alamat, rumah yang Hanum datangi adalah rumah Billy tepat disebelah rumah Julia. Billy: “Apa ini yang diajarkan Al-Qur’an?, katakan padaku Hanum, apakah Al-Qur’an mengajarkan membunuh orang yang berbeda dari kalian?, apa kau diajarkan untuk membunuh putraku dan ribuan orang di tragedi itu?.” Billy merupakan salah satu orang yang kehilangan keluarganya akibat tragedi 11 September 2001 yang menganggap bahwa Islam adalah penyebab kematian keluarganya dalam tragedi 11 September 2001. d. Scene 22

Gambar 2.4 Hanum bertanya kepada Sarah mengenai alasannaya tidak masuk sekolah

64

Setelah Hanum menemukan rumah Julia Collins, Hanum mencoba mendekati Sarah untuk memulai pembicaraan. Hanum: “kenapa kau tidak sekolah?” Sarah: “aku tidak masuk sekolah setiap jelang peringatan tragedi 9/11, teman-temanku selalu bilang kalau ayahku adalah teroris.” e. Scene 23

Gambar 2.5 Billy Hartman mengembalikan kue pemberian Sarah dan Julia Scene 23, menampilkan Billy Hartman yang merupakan tetangga dari Julia mendatangi rumah Julia untuk mengembalikan kue pemberian Julia dan Sarah. Billy: (membawa kue pemberian Julia dan sarah) Julia: “hai Billy, kamu tidak menyukai kuenya? Sarah membuatnya khusus untukmu.”

65

Billy: “kue ini tidak akan mengembalikan keluargaku. Kue ini tidak ada artinya bagiku. Jangan memohon dariku lagi. f. Scene 25

Gambar 2.6 Julia membuka wig yang menutupi rambutnya

Setelah diusir karena Hanum membohongi Julia mengenai informasi alamat rumah Julia yang Hanum dapatkan, aklhirnya Hanum berhasil membujuk Julia untuk di wawancarai mengenai artikelnya “akankah dunia lenih baik tanpa Islam?”. Hanum: “Julia, boleh aku tahu? Kapan terakhir kali kamu menggunakan hijab?” Julia: (membuka wig yang ia kenakan sebagai penutup kepala) “lihat? Aku tidak pernah benar-benar melepasnya. Aku

66

cinta Islam, tapi aku kehilangan kebanggaan.” g. Scene 26

Gambar 2.7 Sekelompok pemuda yang mengganggu Hanum

Setelah menemui Julia, Hanum pulang ke rumah Stefan, dalam perjalanan pulang, Hanum terjatuh dan ditolong oleh suster dan melanjutkan perjalanan bersama-sama.Terlihat sekelompok pemuda yang tengah memperhatikan Hanum dan suster. Pemuda tersebut mendekati Hanum dan mengganggunya. Pemuda 1: “hai lihat penguin dan gadis dengan handuk itu?” (menunjuk kearah Hanum dan suster yang sedang berjalan). Pemuda 2: “apa maksudmu?” Pemuda 3: “dia berwarna hitam putih dari ujung kepala sampai kaki, dia mirip penguin. Gadis berhanduk itu, memakai handuk

67

di kepalanya. Lihat ini” (memotong jalan Hanum dan suster). “Hei, kepala handuk. Bukankah kamu seharusnya mengebom sesuatu?.” 2. Stereotip Stereotip adalah kerangka kognitif yang berisi pengetahuan dan belief tentang kelompok sosial tertentu dan dilihat sebagai tipikal yang dimiliki oleh anggota kelompok tertentu. Individu yang memiliki stereotip tentang kelompok sosial akan melihat bahwa semua anggota kelompok sosial tersebut memiliki traits tertentu, walau dalam intensitas yang rendah. Stereotip ini berpengaruh dalam proses masuknya informasi sosial (Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, 2018: 284). Pada penelitian ini, stereotip muncul dari non muslim terhadap muslim pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1. Terdapat sebanyak 3 scene yang menunjukkkan adanya stereotip, yaitu sebagai berikut: a. Scene 04

68

Gambar 3.1 Sarah membuat video mengenai ayahnya dan Al-Qur’an

pasca tragedi 11 September 2001, pada 8 tahun kemudian, Sarah membuat video yang dia unggah ke sosial media, dia menanyakan keberadaan ayahnya dan menceritakan bagaimana sosok ayah dimatanya dan di mata orang lain, serta menceritakan bagaimana anggapan non muslim disekitarnya terhadap Al-Qur’an. Sarah: “Salam, nama sata Sarah Hussein. Saya tinggal dengan ibu saya, namanya Julia Collins atau nama Islamnya Azima. Ada yang saya ingat tentang ayah saya. Dia memberiku buku ini, dia menyebutnya dengan Al-Qur’an. Dia berjanji untuk membaca dengan saya setiap malam. Dia ayah yang baik dan perhatian. Tetapi teman dan tetangga saya mengganggap berbeda. Mereka hanya menganggap ayah sosok yang menakutkan. Ayah dituduh terlibat dalam tragedi 11 September 2001. Mereka bilang Al-Qur’an, buku yang dibacanya setiap hari menjadi kekacauan dunia”.

69

b. Scene 05

Gambar 3.2 Perbincangan antara Hanum dan Gertrude

Scene 05 menampilkan Hanum dan Gertrude yang tengah duduk di kantor. Gertrude memberikan dan menjelaskan mengenai tugas yang akan Hanum terima berkaitan dengan tragedi 11 September 2001. Gertrude: “...misinya adalah kamu harus bertanya pada Julia dan Sarah, apakah benar bahwa agama mereka, Islam, agama mulia yang mereka rangkul bukan agama yang menghancurkan kehidupan, keluarga dan kepercayaan mereka....Gadis kecil ini (Sarah) mencari jawaban apakah Islam menyebabkan tragedi 9/11...” Hanum: “Gertrude, sejak tragedi itu, dunia muslim terpinggirkan, diusir dari kehidupan sosial

70

mereka. Karena keyakinan mereka, hidup mereka dipersulit banyak orang. Gertrude: “maksudmu itu memang bagus. Tapi faktanya Hanum, teroris itu adalah muslim. c. Scene 29

Gambar 3.3 Hanum mewawancarai Michael Jones mengenai “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”

Hanum menghampiri Michael Jones, seorang pemimpin demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero untuk meminta dokumen wawancara Hanum yang tertinggal di taxi dan mengajukan pertanyaan kepada Jones, karena telah membuka isi dokumen tersebut dan mengetahui artikel yang akan ditulis Hanum mengenai “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”. Hanum: “bolehkah saya mewawancaraimu sebentar saja?”

71

Jones: “dengar, tulis saja, sebagai suami korban 9/11. Ya, dunia lebih baik tanpa Islam.” Hanum: “pak, jangan biarkan kebencian mencegahmu untuk berlaku adil. Berlakulah yang adil, karena itu mendekati kebajikan. Al Maidah ayat 8.” Jones: “apa yang kamu bicarakan?” Hanum: “Al-Qur’an mengajari kita untuk berlaku adil. Bahkan kepada mereka yang bukan penganutnya.” Jones: “dengar, jangan menceramahi saya, Ny. Hanum. Paham? Muslim menyebar pembunuhan dan kehancuran di seluruh dunia! Mereka membuat hidup saya sia-sia. Mereka merenggut istriku, Anna!”. 3. Separation (Pemisahan) Menurut Rahman (2013) ialah pemisahan “kita” (sebagai pihak yang tidak mempunyai stigma atau pemberi stigma) dengan “mereka” (kelompok yang mendapatkan stigma). Merupakan sikap tidak saling menghargai, adanya sikap membatasi, menjaga jarak, sikap curiga yang menjadikan seseorang atau kelompok tidak dapat menerima, tidak dapat berdampingan dengan golongan yang berbeda

72 dari golongannya. Pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, separation menimbulkan adanya sikap intoleransi non muslim terhadap muslim. Terdapat duascene yang menunjukkan adanya stigma radikalisme Islam dalam bentuk separation (pemisahan), sebagai berikut: a. Scene 20

Gambar 4.1 Pemuda yang tengah membagikan brosur ajakan demo

Scene 20, seorang pemuda yang tengah membagikan brosur ajakan untuk ikut serta dalam aksi demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero. Pemuda: “hentikan pembangunan masjid ! ini. Besok kita demo ! (menyerahkan brosur kepada orang yang sedang

73

berjalan)hentikan pembangunan masjid ! Rangga dan Stefan: (menghampiri pemuda penyebar brosur) Pemuda: “ya, ini. Bergabunglah besok. Kami akan demo di Ground Zero. Mereka inginmembangun masjid disana, pukul 08.00 besok, di Ground Zero. Hentikan pembangunan masjid !.” b. Scene 31

Gambar 4.2 Wawancara Michael Jones sebagai pemimpin demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero melalui televisi.

74

Scene 31, menampilkan Michael Jones sebagai pemimpin demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero yang tengah di wawancarai oleh wartawan. Wartawan: “tuan Michael Jones, apa yang anda proteskan hari ini?” Michael Jones: “masjid adalah bentuk penghinaan bagi Amerika. Muslim bertanggung jawab atas kematian ribuan orang. Termasuk istri saya, yang tewas di WTC.

BAB IV CONTENT ANALYSIS TERHADAP BENTUK STIGMA RADIKALISME ISLAM DALAM FILM “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 1” Pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, film berdurasi 1:40:56 secara keseluruhan terdapat sebanyak 57 scene. Setelah penulis melakukan reduksi data atau penyaringan data dalam menganalisis, hanya scene yang mengandung stigma radikalisme terhadap Islam, dari 57 scene, yang mengandung stigma radikalisme Islam sebanyak 12 scene. Di mana berdasarkan Link dan Phelan mengenai bentuk stigma, penulis mengambil 3 kategori bentuk stigma radikalisme Islam, yaitu diskriminasi, stereotip dan separation (pemisahan). Stigma radikalisme pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 ditujukan kepada ajaran Islam dan umatnya oleh non muslim berlatar belakang pada tragedi 11 September 2001. Menceritakan kehidupan muslim minoritas pasca tragedi tersebut di New York Amerika. Pada penelitian ini, menggunakan analisis isi (content analysis) Krippendorff dengan 4 tahapan, yaitu menentukan unit analisis, pengkategorian, coding dan analisis. A. Diskriminasi Diskriminasi merupakan tindakan atau perilaku negatif terhadap seseorang atau sekelompok golongan karena latar belakang lingkungan, ras, suku maupun agama. Dalam fim Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, sebanyak tujuh scene yang menunjukkan stigma radikalisme dalam bentuk diskriminasi:

75

76

1. Scene 03

Gambar 5.1 Aksi demo masyarakat Amerika Serikat penolakan terhadap Islam pasca tragedi 11 September 2001 a) Unit analisis Scene 03, unit analisis diambil berupa visualisasi berita dan semua yang terjadi pada muslim pasca tragedi 11 September 2001 dan berupa audio dubber Hanum yang telah penulis cantumkan pada bab sebelumnya. b) Kategori Pasca tragedi 11 September 2001, muslim terpojokkan dan diasingkan, menunjukkan bahwa masuk dalam kategori diskriminasi atas stigma radikalisme yang melekat pada seluruh umat Islam. c) Coding Coding ditunjukkan melalui visualisasi dan audio dubbing oleh Hanum yang menunjukkan tindak diskriminasi mengenai hak asasi manusia. Di mana umat Islam menderita, bahkan dibunuh atas tuduhan tindak radikalisme 11 September 2001.

77

d) Analisis Scene 03, secara audio dan visual bahwa pasca tragedi pemboman gedung World Trade Center dan Pentagon pada 11 September 2001, ditunjukkan pada pernyataan Hanum secara Dubbing “...kami yang juga menjadi korban dan kerap disudutkan akan berteriak lebih lantang menjaga keyakinan ini”, menunjukkan bahwa keyakinan muslim senantiasa diolok-olok, senantiasa dipandang negatif, muslim terpinggirkan dan diasingkan. Pada visualisasi terdapat berita berisi “Gereja AS Serukan 11 September Sebagai Hari Internasional untuk Membakar Al-Qur’an”. Tindakan membakar Al-Qur’an serta terpinggir dan tersudutnya muslim merupakan tindakan diskriminasi terhadap Islam dan tindakan tersebut dikarenakan stigma radikalisme, yang menganggap Islam adalah penyebab dari tragedi 11 September 2001 yang telah merenggut beribu nyawa yang sebagian besar merupakan keluarga dari non muslim. 2. Scene 11

Gambar 5.2 Pengunjung wanita yang tengah memperhatikan Hanum

78

a) Unit analisis Unit analisis diambil dari scene 11, berupa gerakan tubuh dan bibir, serta ekspresi wajah dari pengunjung perempuan tempat korban pemboman gedung WTC di Ground Zero terhadap Hanum. b) Kategori Scene 11, terlihat bahwa pengunjung wanita dengan ekspresi marah dan menunjuk kearah Hanum yang pada saat itu mengenakan hijab (simbol dari agama Islam untuk perempuan muslim), dan terlihat pada gerakan bibirnya mengatakan “you shouldn”t be here !”, yang menunjukkan larangan kepada Hanum berada di tempat tersebut. Termasuk dalam kategori Stigma radikalisme Islam dalam bentuk diskriminasi. Penjelasan selengkapnya penulis sajikan pada tahap analisis. c) Coding Coding ditunjukkan melalui tindakan yang berasal dari pengunjung paruh baya terhadap Hanum. d) Analisis Pada saat Hanum dan Rangga berada di Ground Zero, tempat monumen dan kuburan korban 11 September 2001 untuk mendoakan korban, dari kejauhan Hanum diperhatikan oleh pengunjung wanita yang kemudian dengan ekspresi wajah marah, serta menunjuk kearah Hanum dan

79

terlihat pada gerakan bibirnya mengatakan “You Shouldn’t be here !”. pada saat itu, Hanum yang memakai hijab yang merupakan simbol dari agama Islam. Atas dasar itulah, pengunjung wanita itu bertindak mengusir Hanum untuk tidak berada di Ground Zero, karena yang mereka yakini Islam adalah penyebab terbunuhnya keluarga mereka dalam tragedi 11 September 2001. Umat Islam harus menanggung kebencian dan rasa dendam atas apa yang tidak mereka lakukan. Tindakan yang dilakukan pengunjung wanita kepada Hanum merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan berhijab karena stigma terhadap Islam sebagai agama yang radikal. 3. Scene 21

Gambar 5.3 Billy Hartman bertanya kepada Hanum mengenai ajaran Al- Qur’an karena tragedi 11/09 a) unit analisis Unit analisis bentuk stigma radikalisme Islam scene 21, yaitu berupa lisan (verbal), ekspresi wajah dan simbol (non

80

verbal). Dimana dalam dialog Billy Hartman bertanya dengan nada tinggi dan ekspresi wajah marah kepada Hanum. b) Kategori Tindakan yang dilakukan oleh Billy Hartman kepada Hanum merupakan bentuk stigma radikalisme Islam berupa diskriminasi. Diskriminasi terhadap wanita berhijab, dimana hijab merupakan identitas atau simbol dari Islam. c) Coding Ditunjukkan melalui tuduhan Billy Hartman melihat Hanum melalui dialog Billy. d) Analisis Hanum yang ditugaskan Gertrude untuk mewawancarai Julia dan Sarah Collins, ternyata pada saat Hanum mencari rumah Julia, Hanum salah rumah. Rumah yang Hanum datangi yaitu rumah Billy Hartman, seorang laki-laki paruh baya yang tinggal sendirian karena keluarganya tewas terkena bom 11 September 2001. Pada scene ini, Hanum mendapat perlakuan tidak baik dari Billy, dimana Billy dengan nada tinggi dan ekspresi wajah marah menanyakan “apakah Al- Qur’an mengajarkan membunuh orang-orang yang berbeda darimu?”. Billy yang sangat membenci Islam merasa bahwa Islam adalah pembunuh keluarganya. Perlakuan Billy terhadap Hanum merupakan bentuk diskriminasi terhadap

81

perempuan berhijab yang disebabkan oleh stigma radikalisme Islam dalam tragedi 11 September 2001. 4. Scene 22

Gambar 5.4 Dialog Sarah dan Hanum alasan Sarah tidak bersekolah menjelang peringatan tragedi 11/09

a) Unit analisis unit analisis bentuk stigma radikalisme Islam pada scene 22, diambil melalui dialog antara Sarah dan Hanum mengenai alasan Sarah tidak masuk sekolah. b) Kategori Pada dialog antara Sarah dan Hanum, menunjukan kategori stigma radikalisme Islam berupa diskriminasi, dimana Sarah yang tidak pernah masuk sekolah setiap jelang peringatan tragedi 11 September 2001. Secara terperinci pada tahapan analisis. c) Coding Ditunjukkan melalui stigma teman dan tetangga Sarah mengenai ayahnya dan Al-Qur’an dari pernyataan Sarah.

82

d) Analisis Stigma radikalisme Islam dalam bentuk diskriminasi scene 22 ditunjukkan melalui dialog antara Hanum dan Sarah. Hanum menanyakan “mengapa sarah tidak bersekolah?” dan jawaban Sarah yaitu setiap menjelang peringatan tragedi 11 September, ia tidak pernah masuk sekolah, karena semua temannya mengatakan bahwa Sarah adalah anak seorang teroris. Tergambarkan adanya diskriminasi terhadap umat Islam yang telah merenggut hak Sarah untuk mendapat pendidikan dikarenakan stigma radikalisme Islam terhadap ayahnya Ibrahim Hussein dan Sarah yang tidak tahu apa-apa harus menerima dampak dari stigma tersebut. 5. Scene 23

Gambar 5.5 Billy mengembalikan kue pemberian Sarah dan Julia a) Unit analisis Unit analisis terdapat scene 23, berupa dialog antara Julia dan Billy, mereka bertetangga namun semenjak tragedi pemboman gedung WTC hubungan mereka tidak baik.

83 b) Kategori Stigma radikalisme Islam scene 23, termasuk dalam kategori bentuk diskriminasi. Dimana Billy yang mengembalikan kue pemberian Julia dan Sarah, disertai dengan perkataan yang telah penulis sajikan pada Bab sebelumnya, yang menunjukkan bahwa Billy menutup diri untuk berurusan dengan Julia ataupun Sarah. c) Coding Ditunjukkan melalui tindakan yang Billy lakukan terhadap Julia dan Sarah, tetangganya. d) Analisis Scene 23, ditunjukkan melalui dialog antara Billy Hartman dan Julia. Billy merupakan tetangga Julia, keluarganya tewas dalam tragedi 11 September 2001. Pasca tragedi tersebut sikap Billy terhadap keluarga Julia tidak baik. Billy yang mengembalikan kue pemberian Julia dan Sarah dengan mengatakan bahwa “kue ini tidak akan mengembalikan keluargaku lagi, jangan memohon dariku lagi”. Billy sangat membenci keluarga Julia, dengan mengatakan bahwa kue yang Julia berikan tidak akan mengembalikan keluarganya yang tewa dalam tragedi 11 September. Menunjukkan bahwa Billy membenci dan membatasi diri dari Julia karena yang dia percaya bahwa Ibrahim Hussein (seorang muslim) dan merupakan suami dari Julia turut terlibat dalam tindak

84

radikal pemboman gedung WTC dan Pentagon, selain itu Billy juga menegaskan bahwa jangan memohon dariku lagi, yaitu mengenai perilaku baik yang Julia lakukan dengan maksud agar Billy dan Julia dapat berhubungan baik sebagai tetangga, namun Billy membatasi dan tidak mau berhubungan dengan Julia ataupun Sarah. Perlakuan Billy terhadap Julia merupakan bentuk diskriminasi yang disebabkan oleh stigma bahwa Ibrahim Hussein (seorang muslim) adalah seorang yang melakukan pemboman gedung WTC dan Pentagon yang telah menewaskan keluarganya. Atas stigma tersebut berdampak pada perilaku diskriminasi terhadap keluarga Hussein dan semua umat Islam. 6. Scene 25

Gambar 5.6 Julia melepas wig yang ia kenakan sebagai penutup rambutnya a) Unit analisis Unit analisis diambil dari scene 25, berupa dialog antara Julia Collins atau Azima dan Hanum mengenai alasan Julia melepas hijabnya, serta berupa adegan Julia yang

85

memperlihatkan bahwa dirinya tidak sepenuhnya melepas hijabnya. b) Kategori Pasca tragedi 11 September, Julia melepas hijabnya agar dapat bekerja dan bertahan. Apa yang dialami oleh Julia adalah kategori dari stigma radikalisme Islam berupa diskriminasi. c) Coding Ditunjukkan melalui tindakan Julia yang memilih cara agar dapat bertahan hidup dengan tidak menggunakan simbol keagamaannya (hijab) di New York Amerika. d) Analisis Pasca tragedi 11 September kehidupan Julia dan semua umat Islam terpinggirkan. Scene 25 ditunjukkan melalui dialog antara Hanum dan Julia. Berawal dari pertanyaan Hanum mengenai alasan Julia melepas hijabnya, dan ternyata selama ini Julia tidak benar-benar melepas hijabnya, Julia menggunakan wig untuk menutup rambutnya (aurat) digambarkan dengan Julia yang membuka wignya dan menangis mengatakan bahwa “aku cinta Islam, namun aku kehilangan kebanggaan”. Selain itu untuk bertahan di lingkungan minoritas Islam, mengenakan atribut simbol keagamaan tidak akan bertahan hidup dengan perlakuan baik, terlalu berbahaya apalagi dengan stigma yang

86

menempel pada Islam adalah agama yang radikal. Sedangkan Julia harus tetap bekerja untuk biaya hidupnya dan Sarah. Apa yang dialami Julia pasca tragedi 11 September 2001 merupakan perlakuan diskriminasi terhadap hak beragama, disebabkan oleh stigma radikalisme terhadap Islam dalam tragedi 11 September 2001. 7. Scene 26

Gambar 5.7 Sekelompok pemuda yang mengganggu Hanum a) Unit analisis Unit analisis scene 26, berupa lisan (verbal) dan simbol (non verbal). Dimana pada scene menunjukkan bahwa segerombolan pemuda yang dengan sengaja memotong jalan Hanum dan mengganggunya. b) Kategori Hanum yang diganggu oleh segerombolan pemuda karena dia memakai hijab, yang para pemuda itu sebut sebagai handuk. Pada scene ini, merupakan kategori stigma

87

radikalisme Islam atau muslim dalam bentuk diskriminasi terhadap wanita berhijab c) Coding Ditunjukkan melalui anggapan salah satu pemuda yang menamakan hijab sebagai handuk. d) Analisis Pada saat perjalanan pulang dari rumah Julia, terdapat segerombolan anak muda yang tengah berbincang-bincang. Setelah melihat Hanum, perhatian anak muda tersebut tertuju pada Hanum dan mengatakan bahwa hijab yang Hanum kenakan sebagai handuk. Ketika langkah Hanum semakin mendekati segerombolan pemuda itu, mereka langsung menghampiri dan memotong jalan Hanum dan mengatakan bahwa “hei kepala handuk, bukannya kau seharusnya mengebom sesuatu?”. Tidak hanya itu yang dilakukan oleh gerombolan pemuda tersebut, salah satu dari pemuda itu hampir menyentuh hijab Hanum. Terlihat jelas bahwa perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh segerombolan pemuda itu karena atribut yang dipakai hanum yaitu hijab merupakan simbol keagamaan untuk perempuan beragama Islam. Segerombolan pemuda itu juga menyebut bahwa seharusnya yang Hanum lakukan adalah mengebom sesuatu. Melakukan pemboman merupakan salah satu tindak radikalisme. Mereka melakukan diskriminasi terhadap

88

perempuan berhijab karena stigma yang melekat pada Islam adalah agama yang radikal. Bentuk diskriminasi yang dialami oleh muslim pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika yaitu dikarenakan stigma radikalisme terhadap Islam, berdasarkan tragedi 11 September 2001. Walaupun mendapat perlakuan diskriminasi, Hanum, Julia dan Sarah (muslim) tidak pernah membalas perlakuan tersebut. Mereka tetap berbuat baik atas apa yang mereka alami. Sebagaimana yang telah diajarkan Islam dalam Al-Qur’an surat Fussilat: 34 dan Q.S Al- Mu’minun: 96. َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َ ولااتساتِْياٱلاسَثااولااٱلسيِئثا اٱدافعااةاِٱه ِتاا ِهااأحاسٌاافاإِذااٱ َِّلياةياَكاا َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ي َ وبياَُاۥاغ اد وةاالأٍُاۥاو ِالاَحِيىاا٣٤ا ا Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (Fussilat: 34) (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015: 480). َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ ٱدافعااةاِٱه ِتاا ِهااأحاسٌااٱلسيِئثا اناٌااأغاوىااةًِااي ِصفْناا٩٦ا

Artinya: “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan” (Q.S Al-Mu’minun: 96) (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015: 348).

89

B. Stereotip Stigma radikalisme Islam dalam bentuk stereotip pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, merupakan tuduhan atau anggapan non muslim Amerika terhadap muslim. Stereotip radikalisme terhadap Islam dikarenakan tragedi 11 September 2001. Sebanyak tiga scene yang menunjukkan bentuk stereotip: 1. Scene 04

Gambar 6.1 Sarah yang tengah membuat video mengenai ayahnya dan Al- Qur’an a) Unit analisis Scene 04, unit analisis berupa pernyataan Sarah Hussein mengenai anggapan keterlibatan ayahnya, Ibrahim Hussein dalam tragedi 11 September 2001 (tindak radikal) oleh tetangga dan teman-temannya (non muslim) dan mengenai anggapan non muslim terhadap Al-Qur’an.

b) Kategori Dilihat dari pernyataan Sarah ketika ia membuat video yang diunggahnya ke media sosial, untuk menanyakan

90

keberadaan ayahnya, Ibrahim Hussein. Di mana dalam pernyataan Sarah mengatakan bahwa “.....dia ayah yang baik dan perhatian. Tetapi teman dan tetangga saya menganggap berbeda. Mereka hanya menganggap ayah sosok yang menakutkan. Ayah di tuduh terlibat dalam tragedi 11 September 2001. Mereka bilang Al-Qur’an, buku yang dibacanya setiap hari menjadi kekacauan dunia”. Scene 04 masuk dalam kategori stigma radikalisme Islam dalam bentuk stereotip. c) Coding Ditunjukkan dengan adanya properti kamera yang menunjukkan Sarah tengah membuat video dirinya. d) Analisis Delapan tahun pasca tragedi 11 September 2001. Menampilkan Sarah tengah membuat video yang diunggahnya pada sosial media mengenai ayahnya, Ibrahim Hussein dan Al-Qur’an pemberian Hessein pada saat ulang tahun Sarah yang ke tiga. Pada video tersebut Sarah menanyakan siapa ayahnya sebenarnya dan di mana keberadaannya. Selain itu Sarah juga mengatakan anggapan teman-teman dan tetangganya mengenai penilaian mereka terhadap ayahnya dan Al-Qur’an. Teman dan tetangga Sarah yang merupakan non muslim menganggap bahwa ayahnya adalah seorang teroris

91 tragedi 11 September 2001 dan Al-Qur’an dianggap sebagai penyebab kekacauan kekacauan dunia ditunjukkan melalui pernyataan Sarah pada saat membuat video yang ia unggah di sosial media, “...... dia ayah yang baik dan perhatian. Tetapi teman dan tetangga saya menganggap berbeda. Mereka hanya menganggap ayah sosok yang menakutkan. Ayah di tuduh terlibat dalam tragedi 11 September 2001. Mereka bilang Al- Qur’an, buku yang dibacanya setiap hari menjadi kekacauan dunia”. Pernyataan Sarah menunjukkan bahwa adanya stigma dalam bentuk prasangka kepada Ibrahim Hussein (muslim) yang telah melakukan tindakan radikal pengeboman dan Al-Qur’an (kitab suci umat Islam) dianggap sebagai sumber dari kekacauan dunia. Prasangka tersebut terjadi karena adanya stigma radikalisme terhadap Islam yang telah menjadikan teman dan tetangga Sarah menganggap bahwa Sarah sebagai keluarga dari teroris harus dijauhi dan merasa terintimidasi oleh prasangka yang mereka buat.

92

2. Scene 05

Gambar 6.2 Dialog antara Getrude dan Hanum mengenai tugas Hanum a) Unit analisis Unit analisis diambil dari scene 05, berupa dialog antara Hanum dan Getrude mengenai teroris (seorang yang bertindak radikal). b) Kategori Sebagaimana dialog antara Getrude dan Hanum, dimana Getrude mengatakan bahwa “faktanya, teroris itu adalah muslim.” Merupakan stigma radikalisme terhadap Islam dalam bentuk stereotip. c) Coding Ditunjukkan melalui bantahan Gertrude mengenai pendapat Hanum tentang muslim pasca tragedi 11 September. d) Analisis Pasca peristiwa 11 September 2001 muslim menderita, muslim terasingkan, Hanum yang mendapat tugas dari Gertrude berlatar belakang dari peristiwa tersebut,

93

menjelang perayaan tragedi 9/11 Hanum ditugaskan untuk menulis artikel berjudul “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”. Hanum harus menulis artikel tersebut berdasarkan jawaban dari dua narasumber Istri dan anak dari Ibrahim Hussein seorang yang disebut sebagai teroris dalam tragedi tersebut, yaitu Julia dan Sarah Collins. Setelah Hanum mendapat penjelasan mengenai tugasnya tersebut, Hanum yang juga beragama Islam mengatakan bahwa “semenjak tragedi itu, kehidupan muslim terpinggirkan”, namun Gertrude menanggapi pernyataan Hanum tersebut dengan mengatakan “Namun kenyataannya Hanum, teroris itu adalah muslim”. Pernyataan Getrude merupakan bentuk prasangka terhadap umat Islam, bahwa Gertrude menggunakan kata muslim, kata universal untuk seluruh umat Islam. Prasangka bahwa semua umat muslim adalah teroris (orang yang melakukan tindak radikal) atas dasar stigma yang menempel karena kesalahan para pembajak Islam. 3. Scene 29

94

Gambar 6.3 Hanum mewawancarai Jones mengenai “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”

a) Unit analisis Unit analisis scene 29, diambil dari dialog (komunikasi verbal) antara Hanum dan Michael Jones mengenai jawaban Jones tentang pertanyaan “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”. b) Kategori Stigma radikalisme terhadap Islam dan penganutnya (muslim) dalam bentuk stereotip. Stereotip Jones terhadap muslim yang telah menebar kehancuran diseluruh dunia berlandaskan tragedi 9/11 yang mereka percayai bahwa Islam adalah penyebab dari tindak radikal tersebut. c) Coding Coding ditunjukkan melalui makian dan ekspresi wajah Michael Jones setelah mendengar pertanyaan Hanum. d) Analisis Hanum yang saat itu menemui Jones untuk mengambil dokumen Hanum yang Jones temukan di dalam taxi. Jones merupakan suami Anna, dimana Anna adalah seorang yang bekerja di World Trade Center dan terenggut nyawanya pada tragedi pemboman 11

95

September 2001. Jones sangat kehilangan Anna dan sangat membenci Islam. Bahkan menimbulkan prasangka terhadap Islam berdasarkan peristiwa 11 September 2001 yang menggiring Islam sebagai pelaku tindak radikal tersebut. Tergambar pada saat Hanum meminta untuk mewawancarai Jones tentang artikelnya “akankah dunia lebih baik tanpa Islam?, pada saat itu Jones menjawab “sebagai suami korban 9/11, ya dunia lebih baik tanpa Islam.Jones yang menganggap bahwa ”muslim menyebar pembunuhan dan kehancuran di seluruh dunia! Mereka membuat hidup saya sia-sia. Mereka merenggut istriku, Anna!.” Dari pernyataan atas jawaban Jones, terlihat adanya stereotip terhadap Islam, bahwa Islam adalah agama yang menyebar pembunuhan dan kehancuran, dan adanya prasangka tersebut dikarenakan stigma Jones mengenai tindak radikal yang dilakukan di WTC dan Pentagon adalah tindakan dari seorang beragama Islam, yang telah membunuh istrinya Anna. Atas dasar tersebut semua umat Islam harus menjadi tertuduh atas kesalahan segelintir orang yang mengatasnamakan Islam. Prasangka bahwa Islam beserta ajaran dan penganutnya adalah sama, yaitu radikal.

96

Sebagaimana telah digambarkan pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 bentuk stigma radikalisme terhadap Islam berupa stereotip yang menimbulkan prasangka. Seperti yang telah kita ketahui bahwa berprasangka buruk sangat merugikan bagi target prasangka. Maka dari itu dalam Islam melarang umatnya untuk berprasangka buruk terhadap orang lain. Sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat: 12. َ َ ُّ َ َّ َ َ َ َ َ ر َ َّ َّ َ َ َّ َ َ ياأيّااٱ َِّليٌااءايَْااٱجاتنِتْاالثِيااا ِيٌااٱهظ ٌِااإِناابػاضااٱهظ ٌِااإِثا اى اواالاا َ َ َ َ ً َ َ َ َ َ َت َّس سْا ا َولا ا َيغاتب ا َّبػاضكى ا َب اػضا اأُيِ ُّبا اأ َح دك ىا اأن ايَأاكنا ا لا َىاا َ َ ر َ َ َ َّ َّ َ َّ َّ َ َ َّ َّ أ ِخيُاِايياتااافمرِِاتًْاه اواٱتقْااٱ الل اإِنااٱللااتْاباار ِحيىاا١٢ا ا Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (12)” (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015: 517).

97

C. Separation (pemisahan) Merupakan sikap keberatan dan enggan untuk hidup berdampingan dengan golongan yang berbeda dan menimbulkan sikap intoleransi. Pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, sikap separation dilakukan oleh non muslim terhadap muslim, ditampilkan sebanyak dua scene, yaitu: 1. Scene 20

Gambar 7.1 Pemuda yang tengah membagikan brosur demo penolakan masjid a) Unit analisis Unit analisis scene 20, dimana dalam bentuk lisan (verbal) dan gerak tubuh atau gesture dari seorang pemuda yang tengah menyebarkan brosur pemberitahuan dan ajakan untuk berdemo menentang dibangunnya masjid yang akan dibangun di area Ground Zero. b) Kategori Kategori pada scene 20, menunjukkan bahwa adanya separation berupa tindakan intoleransi antar agama. Yaitu

98

adanya sikap intoleran terhadap Islam atas penolakan pembangunan masjid di Ground Zero. Masjid merupakan simbol dari umat Islam, di mana separation tersebut terjadi atas dasar stigma Islam radikal, anggapan bahwa muslim adalah pembunuh dari keluarga, kerabat dan saudara sesama agama mereka. c) Coding Ditunjukkan melalui brosur demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero. d) Analisis Separation yang diwujudkan dalam bentuk Sikap intoleransi ditunjukkan melalui dialog antara pemuda penyebar brosur dengan Rangga dan Stefan, selain itu juga dilihat dari gerakan tubuh pemuda tersebut. Berawal dari pemuda yang tengah menyebar brosur ajakan dan pemberitahuan untuk berdemo menentang masjid yang akan dibangun di Ground Zero. Melihat pemuda tersebut Rangga dan Stefan menghampiri pemuda itu dan mengambil brosur yang tengah dibagikan, pemuda tersebut langsung memberikan brosur kepada Rangga dan mengajak Rangga untuk bergabung; “ya, ini, Bergabunglah besok. Kami akan demo di Ground Zero. Mereka ingin membangun masjid disana, pukul 08.00 besok, di Ground Zero”. Larangan atau penolakan

99

terhadap masjid merupakan bentuk intoleransi agama. Karena separation (pemisahan) yang mereka inginkan. Di mana masjid adalah tempat ibadah untuk orang Islam. Mereka tidak bisa menerima keberagaman, menolak untuk saling berdampingan dengan damai. Separation tersebut dikarenakan masyarakat Amerika menganggap bahwa Islam adalah penyebab tragedi WTC dan Pentagon yang telah merenggut nyawa keluarga dan kerabat mereka. Stigma yang telah menimbulkan rasa benci, rasa dendam mereka terhadap Islam sehingga sulit untuk berdampingan dengan sikap toleransi dan melakukan separation. 2. Scene 31

Gambar 7.2 Sarah tengah menyaksikan demo yang dipimpin oleh Michael Jones a) Unit analisis Unit analisis scene 31, berupa lisan (verbal) dari Michael Jones, pemimpin demo penolakan pembangunan masjid

100

di Ground Zero. Selain itu juga melalui simbol (non verbal) keagamaan. b) Kategori Scene 31 menunjukkan bahwa masuk pada kategori stigma radikalisme Islam dalam bentuk separation yang menimbulkan sikap intoleransi Michael Jones terhadap umat Islam, sikap intoleransi tersebut atas dasar adanya stigma radikalisme Islam yang telah menyebabkan istri dari Michael Jones meninggal dalam tragedi pemboman gedung WTC dan Pentagon. Jones menentang dibangunnya masjid karena menganggap bahwa pembangunan masjid di Ground Zero (kawasan tempat kuburan korban WTC) adalah penghinaan terhadap masyarakat Amerika dan terhadap korban. c) Coding Coding ditunjukkan melalui audio visual yang Sarah saksikan di Televisi, yaitu wawancara Jones mengenai aksi demo penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero. d) Analisis Jika pada scene 20 telah dijelaskan bahwa ajakan demo dilakukan oleh seorang pemuda, pada scene 31 separation ditunjukkan melalui pernyataan dari Michel Jones yang ternyata merupakan pemimpin demo

101

penolakan masjid di area Ground Zero tersebut. Dalam wawancaranya dengan wartawan, Jones mengatakan bahwa ia akan memimpin demo pembangunan masjid, Jones menganggap bahwa masjid merupakan bentuk penghinaan bagi masyarakat Amerika, Islam dianggap telah meludahi kuburan para korban tragedi 11 September 2001 karena telah berencana untuk membangun masjid di Ground Zero. Sikap intoleransi Jones terhadap Islam tersebut dikarenakan stigma yang diberikan kepada Islam, dimana menurut Jones Islam merupakan agama yang telah menghancurkan hidup Jones, membuat sia-sia hidup Jones karena telah membunuh istrinya dalam pemboman WTC dan Pentagon. Kedua scene ini menunjukkan adanya sikap separation yang diwujudkan dengan sikap intoleransi agama berwujud sikap muak atau tidak suka yang mendalam terhadap kelompok luar. Walaupun Islam diperlakukan tidak baik dengan separation, disingkirkan, dalam film ini tidak ada satupun umat Islam membalas perbuatan yang telah dilakukan oleh non muslim. Sebagaimana yang telah diajarkan dalam Islam untuk bersikap tasamuh, yaitu saling menghormati keberadaan agama lain dengan demikian akan tercapai kehidupan yang damai dan saling pengertian, dimana terkandung dalam Al-Qur’an Q.S Yunus: 40-41.

102

َ َّ َ َّ َّ َ َ ُّ َ َ َ وَ ِيَاّىايٌايؤا ِيٌااةُِاِۦاو ِيَاّىايٌالاايؤا ِيٌااةُِاِ ۦااوربكااأغاوىااةاِٱلاًفا ِس ِديٌاا٤٠ا ا َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ِإَونالذةْكاافقنا ِالاعً ِلااوهكىااعًوكىا اأٍتىاةرِ َ ياوناا ِمًااأعاًنااوأٍاا َ َّ َ َ َ ةرِياءاامًِااتػاًواْناا٤١ا ا Artinya: “(40.) Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan (41.) Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan” (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015: 213).

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis bentuk stigma radikalisme Islam dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk stigma radikalisme Islam, yaitu berupa perlakuan diskriminasi, stereotip dan separation (pemisahan). Secara keseluruhan yaitu sebanyak 12 scene yang menunjukkan adanya stigma radikalisme terhadap Islam yang ditunjukkan baik melalui lisan maupun tindakan. 1. Diskriminasi Bentuk stigma radikalisme Islam berupa perlakuan diskriminasi terdapat sebanyak tujuh scene. Di mana perlakuan diskriminasi oleh non muslim terhadap muslim dikarenakan adanya stigma yang mereka yakini bahwa Islam adalah agama yang radikal atas tragedi pemboman World Trade Center dan Pentagon. Tujuh scene tersebut diantaranya menunjukkan diskriminasi terhadap perempuan berhijab, ditunjukkan pada saat Hanum dimaki-maki oleh Billy Hartman yang menganggap bahwa Islam adalah penyebab kematian keluarganya dalam tragedi 11 September, Julia yang mengenakan wig sebagai pengganti hijabnya untuk tetap bertahan mencari nafkah untuk dirinya dan Sarah setelah menjadi orang tua tunggal, Hanum yang diganggu oleh sekelompok pemuda New York karena menggunakan hijab yang mereka sebut sebagai handuk, Hanum yang diusir oleh

103

104

pengunjung monumen kesedihan 11 September 2001 karena menggunakan atribut Islam (hijab). Selain itu diskriminasi terhadap hak asasi manusia, ditunjukkan dengan Sarah yang tidak berangkat sekolah setiap peringatan tragedi 11 September 2001 karena ayahnya dianggap teroris. Diskriminasi terhadap seluruh umat Islam pasca tragedi 11 September 2001 ditampilkan dengan berbagai berita yang menimpa umat Islam, salah satunya “setiap 11 September 2001 diperingati sebagai hari internasional pembakaran Al-Qur’an”. Diskriminasi yang dialami oleh umat Islam Amerika sebagai wujud dari adanya stigma radikalisme Islam atas tragedi 11 September 2001, non muslim Amerika menganggap bahwa Islam adalah ajaran yang sesat dan umatnya adalah teroris (pelaku tindak radikal) yang patut dijauhi bahkan dimusnahkan. 2. Stereotip Terdapat sebanyak tiga scene yang menunjukkan stigma radikalisme Islam dalam bentuk stereotip. tiga scene tersebut yaitu ditunjukkan pada perkataan Gertrude kepada Hanum bahwa pada kenyataannya teroris adalah Islam berlatar belakang pada tragedi 11 September 2001. Selain itu stereotip Islam adalah agama radikal ditampilkan ketika Sarah mengunggah video di media sosial yang mengatakan bahwa tetangga dan teman-temannya menganggap bahwa Al-Qur’an, kitab umat Islam adalah penyebab kehancuran di dunia dan ayah Sarah dianggap teroris, pernyataan

105

dari Michael Jones pada saat diwawancarai Hanum, bahwa Jones setuju dengan dunia lebih baik tanpa Islam, muslim dianggap menyebar kehancuran dan pembunuhan, salah satunya istri Jones, Anna. Stereotip ajaran Islam dan penganutnya merupakan agama yang mengajarkan untuk membunuh orang-orang yang berbeda dari golongan mereka, bahwa semua penganut Islam (muslim) adalah sama, yaitu radikal merupakan bentuk dari stigma radikalisme Islam dalam tragedi 11 September 2001 yang telah menewaskan orang-orang terdekat mereka. 3. Separation (pemisahan) Pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1 bentuk stigma radikalisme berupa separation yang menimbulkan sikap intoleransi ditunjukkan sebanyak dua scene, pada aksi penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero yang dipimpin oleh Michael Jones karena dianggap meludahi kuburan orang-orang non muslim sebagai korban tragedi 11 September 2001. Selain itu penolakan pembangunan masjid di area Ground Zero juga ditampilkan seorang pemuda tengah membagikan brosur ajakan untuk berpartisipasi menyatukan suara menolak pembangunan masjid. Stigma yang muslim dapatkan atas tindak radikalisme menjadikan muslim tidak diperkenankan hidup berdampingan, dikucilkan, hilangnya toleransi antar umat karena hilangnya kepercayaan sesama agama dan disalahkan karena dianggap

106

sebagai pelaku pemboman World Trade Center dan Pentagon yang termasuk pada tindakan radikal. B. Saran Pada penelitian ini, penulis mengambil film Bulan Terbelah di Langit Amerika 1, di mana latar kejadian bertempat di Amerika. Saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat menemukan dan meneliti objek berlatar di Indonesia berkaitan dengan dampak dari isu radikalisme Islam. C. Penutup Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendoakan dan pembaca yang budiman, semoga senantiasa diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, mohon maaf apabila terdapat salah kata dalam penulisan. Penulis beharap penelitian ini bermanfaat bagi seluruh kalangan, khususnya di lingkungan UIN Walisongo Semarang, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Al Munawar, Said A.H. 2005. Fikih Hubungan Antar Agama. Ciputat: P.T Ciputat Press.

Ardial. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardianto, Elvinaro, dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar: Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Aziz, Imam, dkk (ed.). 1993. Agama Demokrasi & Keadilan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy Bahtiar & Soetrisno Hadi. 2007. Agama dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta Timur: Nuqtah.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Harjoni. 2012. Agama Islam dalam Pandangan Filosofis. Bandung: Alfabeta.

Hidayat, Komaruddin dan Khoiruddin Bashori. 2016. Psikologi Sosial: Aku, Kami dan Kita. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Press.

Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an Terjemah. Jakarta: Penerbit Wali.

Kementerian Agama Republik Indonesia. 2015. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Dharma Art.

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi (terjemah). Jakarta: Rajawali Pers.

Maulani, Z.A dan Abduh Zulfidar Akaha. 2002. Terorisme Konspirasi Anti-Islam.Jakarta: Pustaka Al-kautsar.

Mabruri, Anton. 2013. Manajemen Produksi Program Acara Televisi: Format Acara Drama. Jakarta: PT. Grasindo.

Mahfud, Rois. 2011. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muhammad, Afif. 2013. Agama dan Konflik Sosial: Studi Pengalaman Indonesia. Bandung: Penerbit Marja.

Narwaya, Tri Guntur. 2010. Kuasa Stigma Represi dan Ingatan. Sleman: Resist Book.

Qodir, Zuly. 2014. Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahman, A. 2013. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rodli, Ahmad. 2013. Stigma Islam Radikal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumbulah, Umi. 2010. Islam Radikal dan Pluralisme Agama. Jakarta: Dadan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. 2015. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. 2018. Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Trianton, Teguh. 2013. FILM Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vera, Nawiroh. 2016. Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Jurnal: Fadly, Ahyar. 2016. Gerakan Radikalisme Agama; Perspektif Ilmu Sosial. Jurnal El-Hikam. Vol. IX, No. 1.

Mundir. 2016. Menakar Peran Media Massa dalam Mengurai Akar Radikalisme Agama. Vol. 11, No. 1. ISSN: 1907-4336.

Nurjannah. 2013. Faktor pemicu Munculnya Radikalisme Islam atas Nama Dakwah. Jurnal Dakwah. Vol. XIV. No. 2.

Oktavianus, Handi. 2015. Penerimaan Penonton terhadap Praktek Ersorsis di dalam Film Conjuring. Jurnal E-Komunikasi. Vol. 3, No. 2.

Widyaningrum, A.Y, Noveina Silviyani Dugis. 2018. Terorisme Radikalisme dan Identitas Keindonesiaan. Jurnal Studi Komunikasi. Vol. 2, 32-67. ISSN (Online) 2549-7626.

Yunus, Yazid. 2017. Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap Agama Islam. Jurnal Studi Al-Qur’an. Vol. 13, No. 1. P-ISSN: 0126-1648, E-ISSN: 2239-2614.

Skripsi: Afandi, Moch Kholid. 2019. Tesis Kontra Narasi Radikalisme Islam di Media Sosial (Studi Kasus GP Ansor Surabaya). Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel.

Faradilah, Umrotul. 2019. Nilai Dakwah pada Program “Halal Travel Trans 7” (Analisis tema Authentic Halal Greek Food Yunani). Uin Walisongo Semarang.

Latifah, Nurul. 2016. Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ma’ruf, Hasan. 2017. Islamophobia dalam Film Bulan Terbelah di Langit Amerika Part 1. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Muttaqin, M. Imamul. 2017. Radikalisme Agama dalam Film Buddha Collapsed Out Of Shame. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Prasetyo, Aditya. 2016. Analisis Semiotik Makna Pesan Radikalisme Agama dalam Film Mata Tertutupkarya Garin Nugroho. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sembiring, Dian, Br. 2017. Stigma Sosial terhadap Penderita HIV/AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara (USU).

Setyowati, Anis. 2012. Representasi Perjuangan Melawan Stigma Islam sebagai Agama Teroris (Analisis Semiotik Pada Film My Name Is Khan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Oktaviana Nur Fatmawati. 2017. Nilai-Nilai Islam Pada Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika (Analisis Framing Model Gamson dan Modigliani). UIN Sunan Ampel Surabaya.

Internet: Hidayat, Reja. 2019. Kabinet Baru untuk Melawan Radikalisme atau Membungkam Demokrasi?. dalam https://tirto.id/kabinet-baru-

untuk-melawan-radikalisme-atau-membungkam-demokrasi-ekk1. Pada Kamis tanggal 31 Oktober 2019.

Wikipedia. 2007. “Stigma Sosial”. dalam Https://id.m.wikipedia pada Jum’at tanggal 19 Oktober 2018.

Diakses dari https://indonesianpageants.com/entertainment /modeling/bulan-terbelah-dilangit-amerika-film-terbaru-acha- septriasa-diakhir-tahun-2015/. Pada Rabu, 01 Mei 2019.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nunung Nurohmah NIM : 1401026096 TTL : Pemalang, 10 Mei 1996 Alamat : Ds. Bulakan rt 01/07, Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang Nomor HP : 085812220460 E-mail : [email protected] Pendidikan 1. SD Negeri 03 Bulakan : Tahun 2002-2008 2. MTS Miftakhul Ulum Bulakan : Tahun 2008-2011 3. MA Negeri Pemalang : Tahun 2011-2014 4. UIN Walisongo Semarang : Tahun 2014-2019

Pengalaman Organisasi 1. UKM Musik UIN Walisongo Semarang.