KOHESI DAN KOHERENSI DALAM SURAT AL-HĀQQAH

TESIS

Oleh SOLIHIN PRANOTO 167009031/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KOHESI DAN KOHERENSI DALAM SURAT AL-HĀQQAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alat kohesi gramatikal dan kohesi leksikal serta menjelaskan penanda koherensi yang membentuk keutuhan teks dalam surat Al-Hāqqah. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana dengan metode deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, klausa atau kalimat dalam teks surat Al-Hāqqah. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh ayat yang terdapat pada surat Al-Hāqqah dalam Al-Qur‟an dan terjemahan, terbitan Departemen Agama RI. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan catat. Tehnik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode agih distribusional, yaitu memilih alat- alat kohesi, kemudian mengklasifikasi, dan mengelompokkan kata, frasa, klausa atau kalimat tersebut ke dalam jenis kohesi yang dibagi menjadi kohesi gramatikal dan kohesi leksikal serta alat penanda koherensi yang terkandung dalam surat Al-Haqqah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat kohesi gramatikal yang terdapat dalam surat Al-Hāqqah yaitu kohesi referen, kohesi substitusi dalam bentuk frasa, kohesi ellipsis dalam bentuk klausa, dan kohesi konjungsi. Hasil penelitian berikutnya adalah alat kohesi leksikal yaitu; kohesi reiterasi, kohesi sinonim dalam bentuk nomina, kohesi hiponim dalam bentuk nomina dan klausa, kohesi meronim, kohesi antonim dalam bentuk nomina, dan kohesi kolokasi dalam bentuk frasa. Temuan selanjutnya dengan mengetahui penanda koherensi dalam surat Al-Hāqqah, maka dapat difahami keutuhan makna yang terkandung dalam surat tersebut. Keseluruhan penanda koherensi ini membuktikan adanya ketegasan dalam menyampaikan pesan kepada Rasul untuk ummatnya, dan kebenaran adanya hari kiamat. Penanda koherensi yang membentuk keutuhan teks dalam surat Al-Hāqqah ditemukan lima penanda yaitu; penanda hubungan sebab akibat, penanda hubungan akibat sebab, penanda hubungan amplikatif, penanda hubungan ibarat, penanda hubungan generik spesifik, dan penanda hubungan aditif.

Kata Kunci : Kohesi, Koherensi, Surat Al-Hāqqah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA COHESION AND COHERENCE IN THE AL-HĀQQAH

ABSTRACT

This study aims to explain the grammatical cohesion device and lexical cohesion, and to explain the markers of coherence that form the integrity of the text in Surah Al-Hāqqah. This study applies discourse analysis approach with descriptive qualitative method. The data used in this study are word, phrase, clause, or sentence in the text of Surah Al-Hāqqah. The source of data used in this study is all verses contained in the Surah Al-Hāqqah in the Qur‟an and its translation, published by the Indonesian Ministry of Religious Affairs. The data are collected by applying the scruitinizing and notetaking method, and analysed by applying the distributional method to choose the cohesion device, then classify word, phrase, clause, or sentence into the types of cohesion which are divided into grammatical cohesion and lexical cohesion, and also the markers of coherence contained in the Surah Al- Hāqqah. The results of the study indicate that a tool for grammatical cohesion has been found in the Surah Al-Hāqqah, namely; referent cohesion, substitution cohesion in terms of phrases, ellipsis cohesion in the form of clauses, and conjunctive cohesion. The next finding is a tool for lexical cohesion namely; reiteration cohesion, synonym cohesion in the form of nouns, hyponym cohesion in the form of nouns and clauses, meronym cohesion, antonym cohesion in the form of nouns, and collocation cohesion in the form of phrases. The next finding by knowing the sign of coherence in the Surah Al-Hāqqah, it can be understood the integrity of the meaning contained in the Surah. The whole marker of this coherence proves the firmness of in conveying messages to the Apostle for his ummah, and the truth of the Day of Judgment. Coherence markers that form the integrity of the text in the Surah Al-Hāqqah found five markers namely; markers of causal relationships, relationship markers due to causes, markers of amplicative relationships, markers of like relationships, markers of specific generic relationships, and markers of additive relationships.

Keywords: cohesion, coherence, Surah Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Pedoman trasliterasi dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan dalam tesis ini mengikuti Pedoman Transliterasi Arab-Latin hasil keputusan bersama Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan yang diterbitkan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama Republik Indonesia pada tahun 2003, yaitu sebagai berikut:

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا ba b Be ة ta t Te د (ṡ \a ṡ Es (dengan titik di atas س jim j Je ج ḥa ḥ Ha (dengan titik di ح bawah) kha kh Ka dan ha ر dal d De ص zal ż\ Zet (dengan titik di ط atas) ra r Er ع ػ zai z Zet ؽ s Es syin sy Es dan ye ف ṣad ṣ Es (dengan titik di ص bawah) ḍad ḍ De (dengan titik di ض bawah)

ṭa ṭ Te (dengan titik di bawah)

ẓa ẓ Zet (dengan titik di bawah) „ain ...„..... Koma terbalik di atas gain g Ge fa f Ef qaf q Ki kaf k Ka lam l El mim m Em nun n En wau w We

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ha h Ha hamzah ...' ... Apostrop ء ٞ ya y Ye

1. Vokal Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong atau vokal rangkap atau diftong. a. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama Fathah a A ــَـ Kasrah i I ــَـ Dammah u U ــَُـ

b. Vokal Rangkap

Tanda dan Nama Gabungan Huruf Nama Huruf Fathah dan ya Ai a dan i ـــ َ ــــ + ي Fathah dan Au a dan u ـــ ــــ + و wau َ

2. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut :

Harakat dan Nama Huruf dan Tanda Nama Huruf Fathah dan ā a dan garis di َ …ا… َ ...ي alif atau ya atas Kasrah dan ῑ i dan garis di ..… َ … ي ya atas Dammah ū u dan garis di .… َ … و dan wau atas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Ta Marbutah Trasliterasi untuk Ta Marbutah ada : a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau dammah trasliterasinya adalah /t/. b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/. c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/. 4. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini tanda Ssyaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu. Contoh : No Kata Bahasa Arab Trasliterasi Rabbana َعثََّٕب .1 ؼَّ َٔ Nazzalaي ,2

5. Kata Sandang Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf yaitu . ال

Namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik didikuti dengan huruf Syamsiyyah atau Qomariyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dihubungkan dengan kata sambung.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi 1. Ar-rajulu 2. Al-Jalālu

6. Hamzah Sebagaimana telah di sebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila terltak di awal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa huruf alif. Perhatikan contoh-contoh berikut ini: No Kata Bahasa Arab Transliterasi Akala أَ َو ًََ .1 ta'khużūna رَ ُأس ُظ ْٚ ََْ .2 An-Nau'u إٌَّ ْٛ ُءَ .3

7. Huruf Kapital Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandangan maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan tersebut disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak digunakan. Contoh :

No. Kalimat Arab Transliterasi Wa mā Muhammadun illā rasūl

Rabbil „Ālamῑna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur atas segala nikmat dan karunia Allah SWT dengan berkat rahmat dan ridho-Nya maka peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Tesis ini disusun sebagai tugas akhir peneliti untuk memperoleh gelar Magister Linguistik di Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Atas izin Allah SWT dan juga dukungan, bantuan, saran dan kritikan serta motivasi dari semua Dosen, keluarga. kerabat, yang sudah membantu dan terlibat dalam proses penyelesaian tesis ini.

Tesis ini mengkaji alat kohesi gramatikal dan kohesi leksikal serta menjelaskan penanda koherensi yang membentuk keutuhan teks dalam surat Al- Hāqqah. Diharapkan tesis ini dapat memberi sumbangan pemikiran dalam wacana kohesi dan koherensi khususnya kajian teks bahasa Arab.

Dalam penyelesaian tesis ini telah diusahakan keilmiahannya oleh peneliti dengan bantuan dari berbagai pihak. Kelemahan dan kesalahannya menjadi tanggung jawab peneliti. Oleh karena itu, peneliti menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk lebih sempurna pada tesis ini.

Demikianlah, peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermamfaat bagi semua kalangan.

Medan, Februari 2019 Peneliti,

Muhammad Solihin Pranoto

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil‟alamin puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini,yang berjudul “Kohesi dan koherensi dalam surat Al-Haqqah”. Shalawat berangkaikan salam kita sanjung sajikan ke pangkuan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat dari alam jahiliyah ke alam islamiah. Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada sejumlah nama-nama yang telah turut berpartisipasi dalam proses pendidikan penyelesaian tesis ini. Secara khusus, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya peneliti sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang mengizinkan peneliti menjalani perkuliahan pada program Magister Linguistik dan menggunakan fasilitas yang ada. 3. Bapak Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP., selaku Ketua Program Studi Lingusitik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan sebagai Penguji, yang telah mendukung, memberikan ide, saran, dan masukan yang sangat berharga bagi peneliti. Terimakasih atas semua dukungan, motivasi, dan doa bapak sebagai orang tua layaknya seorang ayah. 4. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah mendukung, membantu, dan banyak memberi memotivasi. 5. Ibu Prof. Dr. Khairina Nasution, M.S. selaku pembimbing I, dan Ibu Dra. Rahlina Muskar, M.Hum, Ph.D selaku pembimbing II, yang telah membimbing, dan mengarahkan peneliti mulai dari teori, metode, dan penulisan tesis ini hingga selesai. 6. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M. A., Ph. D. selaku penguji I, yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penulisan tesis ini khususnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

analisis wacana kajian kohesi dan koherensi dan Bapak Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling, selaku penguji II yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penulisan tesis ini khususnya dalam sistematika penulisan. 7. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf administrasi Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara atas pelayanan akademik yang baik. 8. Istri tercinta (Wardatul Husna Irham) dan anak tersayang (Afra Sajida Ningsih dan Fathar Saifullah) yang selama ini memberi motivasi terbesar dalam hidup dan proses penulisan tesis ini. 9. Teman-teman kuliah pada Program Magister Linguistik USU khususnya angkatan 2016 yang telah memberikan motivasi dan doa. Terimakasih atas kerja sama, bantuan, dan persahabatan yang terjalin selama ini. Selanjutnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung peneliti baik waktu, tempat, ide, saran, kritikan, motivasi, moril, material, dan do‟a selama peneliti mengikuti pendidikan hingga selesai. Pada kesempatan ini pula peneliti memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang terjadi selama mengikuti pendidikan dan juga dalam proses penulisan ini. Peneliti berdo‟a supaya Allah SWT, memberikan yang terbaik bagi semua hamba-Nya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua kalangan. Amin yaa rabbal‟alamin.

Medan, Februari 2019 Peneliti,

Muhammad Solihin Pranoto

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Solihin Pranoto Tempat/Tanggal Lahir : Pangkalan Berandan, 23 April 1981 Agama : Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Menikah Nama Istri : Wardatul Husna Irham, S.Si, M.Pd Nama Anak : Afra Sajida Ningsih Aghni Warzuqna Mafaza (Almarhumah) Ahmad Fathar Saifullah Alamat : Jalan Piturah, Kelurahan Alur Dua, Kecamat Sei. Lepan. Langkat Pendidikan : SD 6 Pertamina Pangkalan Berandan lulus tahun 1993 MTs Darul Arafah, Deli Serdang, lulus tahun 1996 MAN Sukamanah Tasikmalaya, lulus tahun 1999 S1 Fakultas Adab, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta lulus tahun 2006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN...... iii KATA PENGANTAR ...... vii UCAPAN TERIMAKASIH ...... viii RIWAYAT HIDUP ...... x DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 5 1.3 Tujuan Penelitian ...... 5 1.4 Manfaat Penelitian ...... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...... 7 2.1 Wacana ...... 7 2.2 Kerangka Teori ...... 8 2.2.1 Konsep Kohesi ...... 8 2.2.2 Klasifikasi Kohesi ...... 8 2.2.3 Kohesi Gramatikal ...... 9 2.2.3.1 Kohesi Referen ...... 9 2.2.3.2 Kohesi Substitusi ...... 12 2.2.3.3 Kohesi Elipsis ...... 15 2.2.3.4 Kohesi Konjungsi ...... 16 2.2.4 Kohesi Leksikal ...... 17 2.2.4.1 Reiterasi ...... 17 2.2.4.2 Kolokasi ...... 19 2.3 Koherensi ...... 20 2.4 Surat Al-Hāqqah ...... 28 2.5 Penelitian yang Relevan ...... 29 2.6 Kerangka Konseptual ...... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ...... 34 3.1 Pendekatan Penelitian...... 34 3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ...... 35 3.3 Teknik Pengumpulan Data ...... 35 3.4 Teknik Analisis Data ...... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 38 4.1 Hasil ...... 38 4.2 Pembahasan ...... 39 4.2.1 Alat Kohesi Gramatikal yang Membentuk Keutuhan Teks dalam Surat Al-Hāqqah ...... 39 4.2.1.1 Kohesi Referen ...... 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2.1.2 Kohesi Substitusi ...... 75 4.2.1.3 Kohesi Elipsis ...... 77 4.2.1.4 Kohesi Konjungsi ...... 82 4.2.2 Alat Kohesi Leksikal yang Membentuk Keutuhan Teks dalam Surat Al-Hāqqah ...... 93 4.2.2.1 Kohesi Reiterasi Ulangan ...... 94 4.2.2.2 Sinonim ...... 98 4.2.2.3 Hiponim ...... 99 4.2.2.4 Meronim ...... 101 4.2.2.5 Antonim ...... 103 4.2.2.6 Kolokasi ...... 104 4.2.3 Penanda Koherensi yang Membentuk Keutuhan Teks dalam Surat Al-Hāqqah ...... 106

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...... 134 5.1 Simpulan ...... 134 5.2 Saran ...... 135

DAFTAR PUSTAKA ...... 137

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Al-Hāqqah ...... 140

2. Pengkodean Data ...... 148

3. Alat Kohesi Referen pada Surat Al-Hāqqah ...... 154

4. Alat Kohesi Substitusi pada Surat Al-Hāqqah ...... 170

5. Alat Kohesi Elipsis pada Surat Al-Hāqqah ...... 171

6. Alat Kohesi Konjungsi pada Surat Al-Hāqqah ...... 173

7. Alat Kohesi Reiterasi Ulangan pada Surat Al-Hāqqah ...... 177

8. Alat Kohesi Sinonim pada Surat Al-Hāqqah ...... 181

9. Alat Kohesi Hiponim pada Surat Al-Hāqqah ...... 182

10. Alat Kohesi Meronim pada Surat Al-Hāqqah ...... 183

11. Alat Kohesi Antonim pada Surat Al-Hāqqah ...... 184

12. Alat Kohesi Kolokasi pada Surat Al-Hāqqah ...... 185

13. Penanda Koherensi pada Surat Al-Hāqqah ...... 186

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wacana berhubungan erat dengan bagaimana membangun hubungan yang ada dalam suatu rangkaian kalimat menjadi kohesif dan koheren. Merujuk pada

Mulyana (2005: 26), kohesi mengkaji keserasian dari aspek formal pada tataran intra kalimat dan antar kalimat dalam sebuah wacana, sedangkan koherensi keterpaduan aspek maknawi antara bagian-bagian dalam wacana. Kohesi merupakan organisasi sintaktik dimana kalimat-kalimat disusun secara terpadu untuk menghasilkan wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun tingkat leksikal tertentu. Wacana yang kohesif akan membawa pengaruh kejelasan hubungan antara satuan bentuk yang satu dengan yang lain sehingga pesan yang ingin disampaikan jelas dan utuh.

Selain kohesi, koherensi juga berfungsi sebagai alat untuk memahami suatu teks wacana. Koherensi merupakan jalinan antar bagian dalam teks atau wacana; kepaduan semantis yang dapat dicapai oleh faktor-faktor di luar wacana atau hubungan yang terkait dengan faktor-faktor di luar teks, misalnya latar belakang budaya, kemampuan interpretasi pembaca.

Koherensi lebih difungsikan sebagai pembentuk keutuhan teks yang direalisasikan dari hubungan semantis, bukan dipandang dari bentuk formal seperti halnya kohesi. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kohesi dan koherensi mempunyai peran penting dalam membentuk keutuhan wacana, dan juga berpengaruh terhadap pemahaman informasi yang terkandung dalam wacana.

Dengan hubungan kohesi dan koherensi, pesan dan informasi yang disampaikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dalam teks dapat difahami dengan jelas oleh pembaca tanpa menimbulkan penafsiran yang ambigu. Untuk itu diperlukan kemampuan dalam memahami dan menggunakan berbagai sarana-sarana kohesi dan koherensi dengan benar.

Alquran merupakan sebuah bentuk wacana tulisan yang ditulis oleh sahabat Rasulullah SAW yaitu Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar

Shiddiq pada tahun ke 13 Hijriyah. Sebagai sebuah wacana tulisan, maka Alquran mempunyai pertalian antar kata, antar kalimat dan antar ayat yang menjamin keutuhan teksnya, sehingga membentuk hubungan yang kohesif. Alquran juga membentuk hubungan semantis antar teks secara koheren, sehingga tidak ada hubungan antara teks yang terputus dalam sebuah tema.

Fenomena alam berupa gempa, banjir, tsunami, angin puting beliung saat ini kerap sekali melanda bumi ciptaan Allah baik yang terjadi di luar negeri

Indonesia maupun di negeri Indonesia sendiri. Fenomena alam yang melanda

Indonesia akhir-akhir ini merupakan bencana yang disampaikan Allah kepada penghuni bumi dan merupakan sebagai pesan kepada umat manusia. Di dalam

Alquran banyak diceritakan tentang gambaran bencana alam yang melanda umat-umat terdahulu karena sebab ingkar kepada Allah. Hal ini dapat diketahui di antaranya melalui ayat-ayat Alquran pada surat Al-Hāqqah. Surat Al-Hāqqah dalam Alquran merupakan surat ke 69 yang terdiri dari 52 ayat. Nama Al-

Hāqqah diambil dari ayat pertama surat tersebut yang berarti “kebenaran, kenyataan, dan sesuatu yang nyata atau pasti terjadi” yang secara konseptual dimaknai sebagai “hari kiamat”. Arti Al-Hāqqah sendiri memiliki makna konseptual yang digambarkan secara eksplisit dalam kandungan ayat-ayat di dalamnya. Al-Hāqqah secara bahasa memiliki arti “benar” yaitu peristiwa besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang benar-benar akan terjadi. Al-Hāqqah secara konseptual dari ayat-ayat yang terkandung di dalamnya diartikan sebagai hari kiamat. Hubungan surat Al-

Hāqqah dengan bencana alam yang terjadi saat ini merupakan alasan penelitian ini dilakukan, untuk mengambil pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik di antaranya bencana terjadi karena sikap yang dilakukan manusia merupakan satu menjadi penyebabnya.

Peneliti melihat bahwa untuk dapat memahami pesan yang disampaikan dalam surat Al-Hāqqah tidak cukup dengan hanya membaca terjemahan Alquran, karena bahasa yang disampaikan dalam terjemahan Alquran merupakan bentuk teks terjemah dengan struktur kalimat bahasa Arab yang dipindahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga pesan yang disampaikan tidak mudah untuk difahami oleh pembaca.

Dengan dasar tersebut maka surat Al-Hāqqah ini menjadi sangat penting untuk dianalisis guna mengungkap isi dan makna dalam kandungan surat Al-

Hāqqah, yang nantinya bisa bermanfaat sebagai tambahan wawasan analisis kohesi dan koherensi pada surat Al-Hāqqah, juga bermanfaat sebagai pengungkap makna kandungan surat Al-Hāqqah khususnya mengenai sebab kiamat, gambaran kiamat dan balasan bagi mereka yang mengimani dan mengingkarinya.

Untuk dapat memahami keutuhan isi dan makna yang terkandung di dalam surat Al-Hāqqah tersebut, perlu dikaji melalui pendekatan analisis wacana dari sudut kohesi dan koherensi agar pemahaman tentang isi dan makna surat tersebut dapat mudah difahami pembaca, dibanding dengan memahami arti dari sudut terjemahan yang ada dalam terjemahan Alquran. Hal ini dilakukan sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pembuktian keserasian dan keutuhan wacana teks Alquran surat Al-Hāqqah, yang diimplementasikan pada hubungan antar teks, baik dari segi gramatikal, leksikal, serta dari segi koherensinya.

Salah satu aspek kohesi leksikal adalah reiterasi. Reiterasi adalah bentuk kohesi leksikal yang menyangkut pengulangan sebuah kata. Salah satu bentuk kohesi leksikal dengan aspek reiterasi dalam Surat Al-Hāqqah tersebut, dapat dilihat sebagaimana berikut ini.

َََََ /al ḥāqqah/ Hari Kiamat.

َ َََََ /mā l ḥāqqah/ Apakah Hari Kiamat itu ?

َ ََ َ 

/wamā adrāka mā l ḥāqqah/ Dan tidaklah kamu tahu apa Hari Kiamat itu ?

Dalam ayat (1-3) di atas, dapat dilihat adanya nomina takrif َ /al

ḥāqqah/ yang merupakan bentuk kohesi reiterasi penuh. Kohesi Gramatikal dalam bentuk konjungsi juga terdapat dalam ayat (3) yang berada di awal ayat,

.(yaitu konjungsi „athaf ََٚ /wa/ yang berfungsi menghubungkan ayat (2) dan (3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Selain contoh kohesi tersebut, peneliti juga menemukan beberapa contoh koherensi pada surat Al-Hāqqah. Sebagaimana penggunaan koherensi hubungan sebab-akibat berikut ini.

َ  َََََََ /każżabat ṡamūdu wa „ādun bi l qāri‟ah/ Kaum Ṡamūd dan ´Ād telah mendustakan hari kiamat

َ  َََََََ /fa ammā ṡamūdu fa uhlikū biṭ ṭāgiyah/ Adapun kaum Ṡamūd , maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa.

Berdasarkan ayat (4-5) peneliti melihat bahwa ada bentuk koherensi sebab akibat yang ditunjukkan dalam ayat (4) bahwa kaum ṡamūd telah mendustakan hari kiamat,”Kaum Ṡamūd dan ´Ād telah mendustakan hari kiamat”, ayat ini merupakan pernyataan sebab, sedangkan pernyataan akibat ditunjukkan dalam ayat (5) yaitu “Adapun kaum Ṡamūd, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa”.

Berdasarkan contoh di atas, peneliti perlu mengkaji secara mendalam tentang kohesi dan koherensi dalam teks wacana surat Al-Hāqqah.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas adalah sebagaimana berikut :

1. Apa sajakah alat kohesi gramatikal dan leksikal yang membentuk keutuhan

teks dalam Surat Al-Hāqqah ?

2. Bagaimanakah penanda koherensi membentuk keutuhan teks dalam Surat Al-

Hāqqah ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan alat kohesi gramatikal dan leksikal yang membentuk

keutuhan teks dalam Surat Al-Hāqqah.

2. Untuk menjelaskan penanda koherensi yang membentuk keutuhan teks dalam

Surat Al-Hāqqah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat secara teoretis dan praktis

Manfaat secara teoretis penelitian ini dapat menjadi acuan atau referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji kohesi dan koherensi dalam sebuah wacana khususnya wacana dalam bahasa Arab.

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa dan peneliti selanjutnya untuk memberi kedalaman ilmu bahwa kajian kohesi dan koherensi penting sekali dilakukan untuk dapat memahami pesan yang ada dalam teks wacana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wacana

Secara etimologis istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vac, artinya berkata, bertutur. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah sufiks

(akhiran), yang bermakna membedakan (nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan perkataan atau tuturan (Mulyana 2005:3).

Wacana merupakan suatu bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa yang memiliki kesinambungan dan mempunyai awalan dan akhiran yang nyata disampaikan secara lisan maupun tulisan. Wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut pandang, yaitu: berdasarkan tertulis tidaknya wacana, berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana, dan berdasarkan cara penuturan wacana.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dilakukan dengan dua cara; lisan dan tulisan. Dalam ragam lisan dan tulisan, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari, namun dalam ragam tulisan, bahasa disampaikan dengan menggunakan kaidah dan gramatikal bahasa. Dalam penuturan dan penyampaian bahasa, sangat penting penerimaan makna dari seorang penutur atau sebaliknya, hal ini bertujuan agar lisan dan tulisan dapat difahami oleh pendengar atau pembaca.

Analisis wacana menginterpretasikan sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebagai penentu dalam memaknai suatu ujaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Konsep Kohesi

Konsep kohesi diungkap pertama kalinya oleh Halliday, hal tersebut

diungkapkan kembali oleh Halliday bersama Ruqaiya Hasan (1976). Kohesi,

menurut Halliday dan Hasan (1976: 10), mengacu pada keterkaitan makna yang

menghubungkan suatu unsur dengan unsur sebelumnya dalam teks, yaitu apabila

interpretasi sejumlah unsur dalam sebuah teks tergantung pada unsur lainnya

(Halliday dan Hasan, 1976: 10-11). Halliday dan Hasan (1976: 27)

mengungkapkan juga bahwa kalimat-kalimat dalam sebuah teks saling

berhubungan melalui kohesi.

2.2.2 Klasifikasi Kohesi

Secara garis besar Halliday dan Hasan (1976: 274 dan 303) selanjutnya

mengklasifikasikan kohesi berdasarkan dua hal.

Pertama, berdasarkan pilihan bentuk yang digunakannya, kohesi dapat

diklasifikasikan ke dalam dua bagian: (1) Kohesi Gramatikal, yaitu hubungan

kohesif yang dicapai dengan penggunaan elemen dan aturan gramatikal meliputi

referensi, substitusi dan ellipsis; dan (2) Kohesi Leksikal, yaitu efek kohesif yang

dicapai melalui pemilihan kosakata.

Kedua berdasarkan asal (nature) hubungannya, kohesi diklasifikasikan

lebih jauh berdasarkan tiga hal yaitu, (1) Keterkaitan bentuk (relatedness of form)

yang meliputi substitusi, ellipsis, dan kolokasi leksikal; (2) keterkaitan referensi

(relatedness of reference) yang meliputi referensi dan reiterasi leksikal; dan (3)

hubungan semantik (semantic connection) yang diperantarai oleh konjungsi

(Halliday dan Hasan, 1976: 304 dan 322-323). Berdasarkan dua macam klasifikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ini, Halliday dan Hasan (1976 dan 1985: 287 - 290) membahas lima macam alat kohesi yaitu, referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal.

2.2.3 Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal merupakan segi bentuk atau struktur lahir wacana yang mencakup; kohesi referen (reference) atau pengacuan, kohesi substitusi

(substitution) atau penggantian, kohesi ellipsis atau pelesapan, dan kohesi konjungsi (conjunction) atau hubungan.

2.2.3.1 Kohesi referen.

Mengenai referensi Halliday (1985: 291-294) mengemukakan pendapat bahwa referensi adalah pengungkapan kembali acuan yang sama melalui bentuk yang berbeda, baik situasional maupun tekstual. Referensi tekstual dapat dibagi lebih lanjut berdasarkan arah acuannya dalam teks, yaitu anafora (anaphora) jika terdapat sebuah bentuk yang mengacu ke bentuk lain yang terdapat sebelumnya dan katafora (kataphora) jika terdapat sebuah bentuk yang mengacu ke bentuk lain yang terdapat sesudahnya.

Referensi yang bersifat situasional disebut eksofora (exophora), dan yang bersifat tekstual disebut endofora (endophora) (Halliday dan Hasan 1976: 31 dan

Halliday 1985 : 292).

Kedua jenis referensi tersebut yaitu endofora dan eksofora berbeda dari arti referensial (referential meaning) yang biasa difahami, sebab referensi yang dimaksud Halliday dan Hasan (1976: 33) membutuhkan praanggapan yang harus terpenuhi, yaitu bahwa acuan yang ditunjuk harus teridentifikasi lebih dulu.

Contoh;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

a. Ali membeli buku baru. Dia memberikan buku itu sebagai hadiah kepada

pacarnya.

(dia dan nya adalah perujuk anaforik kepada Ali yang disampaikan

sebelumnya/ dibelakang) b. Walaupun dia belum bekerja, Ali mempunyai uang banyak.

(dia adalah perujuk kataforik kepada Ali yang ditampilkan sesudahnya/ di

depan) c. Ali berjumpa dengan dia di pesta itu.

(dia adalah perujuk eksoforik yang identitasnya diketahui dengan merujuk

konteks di luar teks itu)

Pada kohesi referen, terdapat tiga unsur referen yaitu referensi persona atau kata ganti persona, referensi penunjuk atau referensi demonstratif dan referensi perbandingan (Halliday 1985 : 292).

Dalam bahasa Arab kata ganti pronomina disebut dengan ḍamir sebagaimana disebutkan oleh Al-Ghulayayni (2009: 88) sebagai berikut :

َِ ْب٠َىَِٟٕثِ ِٗ ػََ ْٓ َُِزَ َى ٍَُِّأَ ْٚ َُِ َشبغَ ٍتَأَ ْٚ ََغبئِ ٍتََ

/al-ḍamīru : mā yuknī bihi „an mutakallimin au mukhāṭabin au ghā`ibin/

/ ٔذٓ ,anā/ saya /أٔب damir adalah kata ganti yang terdiri dari si pembicara, (yaitu nahnu / kami atau kita), orang yang diajak bicara (yang terdiri dari dua bentuk gender yaitu maskulin / mużakkar dan feminim / mu‟annaṡ, untuk orang yang

anta / kamu / أٔذ diajak bicara dalam kategori maskulin / mużakkar adalah

antum/ kalian semua, sedangkan / أٔزُ ,antumā/ kalian berdua / أٔزّب ,seorang

/anti /َأٔذَ orang yang diajak bicara dalam kategori feminim/ mu‟annaṡ adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

antunna/ kalian), orang yang/ ّأٔزَٓ ,antumā/ kalian berdua / أٔزّب ,kamu seorang

dibicarakan (juga terdiri dari kategori gender maskulin / mużakkar dan feminim /

/ mu‟annaṡ, yang termasuk dalam kategori gender maskulin / mużakkar adalah ٛ٘

humā / dia berdua, ُ٘ / hum / mereka, dan yang / َّ٘ب ,huwa / dia seorang

termasuk dalam kategori gender feminim / mu‟annaṡ adalah ٟ٘ / hiya / dia

.humā/ mereka berdua ,ّٓ٘ / hunna / mereka / َّ٘ب ,seorang

Adapun kata penunjuk (pronomina demonstrative) dalam bahasa Arab

disebut isim isyarah, Al-Ghulayayni (2009: 97) menyebutkan sebagai berikut:

ئِ ؿْ ُ َاإل ََش َبع ِحَ٘ َٟ ََِب٠ََ ُض ي ١ؼَ َُِٝ ٍَػََََّٓثِ َٛ ِاؿَ ِخَئَشبعحَدـ١خَثب١ٌضَٚٔذٛ٘ب,َئَْوبَْاٌّابعَئ١ٌَٗ

دبظغا,َأَٚئَشبعح٠ٕٛؼَِخَئطاَوبَْاٌّابعَئٕٝؼَِٗ١ٌ’َأَٚطاربَغ١غَدبظغح.َ

/ismu isyāratu : mā yadullu „alā mu‟ayyanin biwāsiṭati isyāratin ḥasiyyatin bi al- yadi wa naḥwihā, in kāna al-musyāru ilaihi ḥāḍiran, au isyāratu ma‟nawiyyatu iża kāna al-musyāru ilaihi ma‟na, au żātan ghaira ḥadiratin/

“Isim isyarah adalah isim yang dipergunakan untuk menunjukkan sesuatu yang

tertentu dengan perantara isyarat gerak tangan atau seumpamanya jika yang

ditunjuk hadir (nyata) atau dengan isyarat makna jika yang ditunjuk tidak

kelihatan” Isim isyarah juga terdiri dari dua bentuk gender yaitu maskulin /

mużakkar dan feminim / mu‟annaṡ. Untuk kata penunjuk maskulin / mużakkar

hāżāni / ini (menunjukkan / ٘ظاْ ,(hāżā/ ini (menunjukkan satu /٘ظا adalah

żālika / itu (menunjukkan / طاٌه ,(hāulā‟i / ini (menunjukkan banyak /٘إ٢ءَ,(dua

ūlāl‟ika / itu (menunjukkan / أ٢ٚئه ,(żānika / itu (menunjukkan dua طأه ,(satu

hāżihi/ ini / َ٘ظٖ banyak), sedangkan kata penunjuk feminim/ mu‟annaṡ adalahَ

hāulā‟i / ini /٘إ٢ء َ ,(hātāni / ini (menunjukkan dua / ٘زبْ ,(menunjukkan satu)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tānika / itu ربٔه ,(tilka / itu (menunjukkan satu / رٍه ,(menunjukkan banyak)

.(ūlāl‟ika / itu (menunjukkan banyak / أ٢ٚئه ,(menunjukkan dua)

Selanjutnya referensi perbandingan (comparative) Al-Ghulayayni (2009:

150) menjelaskan sebagai berikut:

اؿَُاٌزفع١ًَ:َصفخَرإسظََِٓاٌفؼًٌَزضيٍٝػََأََْش١ئ١َٓئَشزغوبَفَٟصفخ,ػَٚاصَأدضّ٘بٍٝػَ

األسغَفٙ١ب.َ

/ismu al-tafḍīl : șifatun tu`khażu mina al-fi‟li litadulla „alā „an syai`aini `isytarakā fi șifatin wazāda `aḥaduhumā „alā al-ākhari fihā/

“Isim tafḍīl: kata sifat yang diambil dari kata kerja untuk menunjukkan dua hal

yang bersekutu di dalam kata sifat, dan salah satunya dilebihkan dari yang lain”.

faḍlun /utama berubah ke dalam bentuk isim tafḍīl menjadi فعً َ َ Seperti kata

.afḍalu/ lebih utama أفعً

2.2.3.2 Kohesi substitusi

Kedua, serupa juga dengan apa yang dikemukakan Halliday dan Hasan

(1976: 88), kohesi dapat juga dicapai melalui substitusi, yaitu penggantian item

tertentu dengan item yang lain (Halliday dan Hasan 1976: 88 dan Halliday 1985:

297). Sama halnya dengan yang dikemukakan Halliday dan Hasan (1976: 89-91),

Halliday (1985: 298-301) mengklasifikasi secara umum kedalam tiga bagian:

pertama, substitusi nomina (nominal substitution), yang dapat diwujudkan tidak

hanya melalui penggantian elemen tertentu dengan bentuk nomina general, seperti

thing dan one, melainkan juga melalui reduplication, yaitu pengulangan sebagian

bentuk tertentu; kedua substitusi verba (verbal substitution), misalnya

penggantian verba tertentu dengan do; dan ketiga, substitusi klausa (clausal

substitution), misalnya penggantian klausa tertentu dengan bentuk so.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Substitusi adalah penggantian suatu unsur wacana dengan unsur lain untuk membentuk ikatan kohesif dalam suatu teks (Arifin 1999a: 29). Dapat juga dikatakan substitusi adalah penggantian kata dengan kata lainnya atau satu unsur dengan unsur lainnya dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur- unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu.

Nomina dalam bahasa Arab adalah isim, selanjutnya Al-Ghulayayni (2009:

97) menyampaikan mengenai nomina atau isim sebagai berikut.

ُاالؿُ:َِبَ َّصي ٕٝؼٍَِٝػًَ َُفَٟٔفـَٗغ١غَِ ِمزغ ٍْ ََثؼِبْ،َوـَ"سبٌض"،َٚ َ"فغ ػ"َٚ،"ُ َؽٍ ٍصفٛع"،َ

ٍٚ"صاع ٍ"،َٚ"دَٕخ"،َٚ"ِبء".َ

Isim adalah kata yang menunjukkan pada maknanya sendiri tanpa diiringi /ushfur/ ُعصفور ,farasin/ kuda/ َفر سٍ ,khālid/ خادل :dengan waktu. Misalnya

.mā‟un/ air ِبء ,hinthotun/ gandum / ٍدَٕخَ ,dār/ rumah/ ٍصاعَ,kutilang

Adapun pengertian verba dalam bahasa Arab adalah fi‟il, fi‟il menurut Al-

Ghulayayni adalah;

َوٍِ َّخٌ ََصٌَّ ْذ َٕٝؼْ َِ ٍََٝػَََفََِٟٔ ْف ِـَٙ َبَٚ ْالزَ َغَٔ ْذَثِ ؼَ َِ ٍَٓ /Kalimatun dallat „alā ma‟na fi nafsihā waqtaranat bizamanin/

"kata yang menunjukan suatu makna tertentu dan berhubungan dengan waktu"

Dari pengertian di atas, sudah dapat difahami bahwa fi'il adalah suatu kata yang mempunyai arti dan berhubungan dengan waktu, jika kata tersebut

(اٌفِ ؼْ ًََُاٌّ ِبظmenunjukan waktu lampau maka kata tersebut dinamakan fi'il madhi (ٟ

jā‟a/ 'dia sudah datang', dan jika kata tersebut menunjukan waktu/ ' َج َبء' : contoh yang akan datang atau yang sedang dilakukan maka kata tersebut dinamakan fi'il

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

,'ya‟kulu/ 'dia sedang atau dia akan makan/ '٠َبْ ُوًَُ' : contoh (اٌفِ ؼًُْ َُاٌّ َعبعِ ُعَ)'mudhori dan jika kata tersebut menunjukan perintah atau memohon (untuk meminta

/ qum / 'لُ َُْ' : contoh (اٌفِ ؼًُْ ََاأل ِْغَُ) sesuatu) maka kata tersebut dinamakan fi'il amr

'berdirilah'.

Mengenai frasa Al-Ghulayayni (2009: 99) menyampaikan definisi dalam bahasa Arab frase disebut murokkab:

اٌّغوت:َلٛيَِإٌفََِٓوٍّز١َٓأَٚأوثغٌَفبئضح،ٛؿَاءَأوبٔذَاٌفبئضحَربِخَأََٔبلصب

/ Al-murakkabu:qaulun mu‟allafun min kalimataini aw akṡaru lifāidatin, sawā‟u kānat al-fā‟idatu tāmmah am nāqiṣan / Frase adalah satuan linguistik yang lebih tinggi dari kata dan merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang bersifat nonprediktif.

Menurut Hassanain (1984:164-165) istilah frase dalam bahasa Arab disebut

;/al-tarkību اٌزغو١ت

واٌزغ ١ت ٠مصض ثٗ ِجػّٛخ ِٓ اؼٌٕبصغ رغرجػ ثجؼعٙب ٚرصٍخ ألْ راغًَٚظ١فخ ٚادضح فٝ

اٌجٍّخ ,أٞ أٙٔب رـبٞٚ ٔذ٠ٛب آٌّخ ِفغصح ,ف١ـزجضي ثّجّٛعػَٕبصغ٘ب اؿّب أٚ فؼالَ

/al-tarkību yuqsadu bihi majmū„atun min al-„anāsiri turattabatu biba„dihā wa taslihu lianna tasygila wazīfati wāhidatin fī al-jumlati, ayyi annahā tusāwī nahwiyyan kalimatan mufradatan, fayastabaddilu bi majmū„in „anāsirihā isman aw fi„lan/

“Frase adalah gabungan dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lainnya karena mempunyai peran yang sama dalam kalimat atau menduduki posisi yang sama dalam ilmu nahwu, maka unsur-unsurnya tersebut bisa diganti dengan isim atau fi„l ”.

Adapun klausa menurut Ni‟mah (2010: 19) menjelaskan bahwa klausa dalam bahasa Arab disebut dengan jumlah, seperti penjelasan di bawah ini.

َاٌجٍّخ ّاٌّف١ضحََٟ٘:َوً َِّبَرغو ّتََِٓوٍّز١َٓأَٚأوثغ,َٚأفبصٕٝؼََِربِب.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ٚرٕمـَُاٌجٍّخَلـ١ّٓ.َجٍّخَئ١ّؿّخَ:ََٟ٘ٚاٌزَٝرجضأَثبؿَُأٚثع١ّغ,َِثًَ:َاٍَُٛٔؼٌع,َٔذَٓ ِجب٘ضْٚ.َ

جٍّخَف١ٍؼّخَ:ََٟ٘ٚاٌزَٝرجضأَثفؼً,َِثًَدعغَاٌغجًَ– ٠ىزتَاٌَبٌتََ – أصعؽ.َ َ

/Al-jumlatu al-mufῑidah hiya kullu mā tarakkaba min kalimataini aw akṡaru wa afāda ma‟na tāmman. Wa tanqasimu al-jumlatu qismaini ; jumlatun ismiyyatun wa hiya allati tubda‟u bi ismin aw bi ḍamirin, miṡlu : al-„ilmu nuurun, nahnu mujāhidūn, jumlatun fi‟liyyatun wa hiya allati tubda‟u bifi‟lin, miṡlu haḍara ar- rajulu – yaktubu aṭ-ṭālibu - adrusu / Jumlah (klausa) adalah setiap kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih dan

memberikan arti/ pemahaman yang sempurna. Jumlah (klausa) dibagi menjadi

dua jenis, yaitu: 1) jumlah ismiyyah (klausa nomina) yaitu jumlah (klausa) yang

didahului dengan isim (kata benda/ nomina) atau ḍamir (kata ganti), misalnya

(jumlah fi‟liyyah (klausa verbal) yaitu jumlah (klausa (2 . َاٛٔ ٍُؼٌع,َٔذَِٓجب٘ضْٚ

دعغَاٌغجًَ– ٠ىزتَاٌَبٌتََ – أصعyang didahului dengan fi‟il (verba) misalnya : َؽ

Jumlah (klausa) yaitu susunan atau gabungan dari beberapa kata yangَ

mengandung arti sempurna , terdiri atas subjek dan predikat (S dan P).

2.2.3.3 Kohesi elipsis

Selanjutnya Halliday dan Hasan (1976: 88) juga mengemukakan mengenai

ellipsis yaitu penghilangan item tertentu atau dapat juga berarti penggantian item

tertentu dengan kosong (Halliday dan Hasan 1976: 88 dan Halliday 1985: 297),

yaitu peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari

konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Elipsis dapat pula dikatakan penggantian

nol (zero) -- sesuatu yang ada tapi tidak dituliskan. Contoh ; Kami pergi. Dia juga

Ø. (sebenarnya Dia juga pergi).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.3.4 Kohesi Konjungsi

Ketiga, Halliday (1985: 302) selanjutnya mengemukakan bahwa kohesi dapat juga dicapai melalui konjungsi. Dalam hal ini serupa dengan yang dikemukakannya dalam Halliday dan Hasan (1976: 226), Halliday (1985) mengemukakan bahwa kohesi tidak terdapat dalam elemen konjungsi melainkan tercipta secara tidak langsung melalui keberadaannya yang memberi makna tertentu bagi hubungan antarelemen dalam teks. Halliday dan Hasan (1976: 238 –

239) mengemukakan bahwa terdapat empat macam hubungan yang tercipta melalui konjungsi, yaitu relasi aditif (additive), adversative (adversative), kausal

(causal), dan temporal (temporal). Keempat macam hubungan tersebut selanjutnya dihubungkan dengan konsep simple-complex dan internal – external.

.ػ aṭafَف Kata penghubung atau konjungsi dalam bahasa arab disebut

Yussuf al-Hammadi (1994: 138-140) menjelaskan aṭaf adalah jenis tawabi yang terletak setelah huruf aṭaf, yang merupakan penghubung antara isim / nomina yang satu dengan yang lainnya, atau fi‟il / verba yang satu dengan yang lainnya.

Sama halnya dengan kata penghubung dalam bahasa Indonesia, selain menghubungkan kata dalam satu kalimat, aṭaf juga menghubungkan kata antar kalimat dan paragraf. Adanya aṭaf yang menghubungkan satuan-satuan bahasa dapat mengungkap keterpaduan makna. Di antara huruf aṭaf antara lain :

Huruf ََٚ wa digunakan untuk menghubungkan atau menggabungkan dua .1

kata, dan diartikan “dan”. Makna ٚ wa disini adalah sebagai makna

penjumlahan.

fa berfungsi sebagai isti‟naf (permulaan), dan biasa diartikan فَ Huruf .2

dengan “maka, lalu" atau "kemudian”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ṡumma digunakan untuk urutan dengan jeda waktu, dan diartikan ثَُ Huruf .3

dengan “kemudian”.

aw digunakan untuk menunjukkan hal yang berupa pilihan atau أHuruf َ ٚ .4

adalah sebagai makna أragu, dan biasa diartikan dengan “atau”. Makna َ ٚ

pilihan, atau makna ragu.

.”am digunakan untuk meminta penjelasan, bisa diartikan “apa/atauَأََ Huruf .5

lā digunakan untuk meniadakan hukum yang sebelumnya, biasa َالَ Huruf .6

diartikan dengan “bukan”.

lākin digunakan untuk memperbaiki atau membetulkan. Diartikan ٌىَٓ Huruf .7

dengan “akan tetapi” atau “melainkan”.

bal digunakan untuk memalingkan atau menyelisihi hukum ثً َ Huruf .8

sebelumnya. Diartikan dengan “tetapi” atau “bahkan”.

2.2.4 Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal adalah keterikatan semantis yang direalisasikan ke dalam sistem leksikal. Kohesi leksikal memiliki dua aspek yang berbeda, namun memiliki hubungan. Kedua aspek tersebut adalah reiterasi (pengulangan) dan kolokasi.

2.2.4.1 Reiterasi

Reiterasi adalah bentuk kohesi leksikal yang menyangkut pengulangan sebuah kata. Pemakaian kata umumnya merujuk kembali kepada suatu butir leksikal, serta penggunaan sinonim, antonim, hiponim, dan meronim (Arifin,

1992a: 25). Dengan kata lain kohesi leksikal dapat diwujudkan dengan reiterasi dan kolokasi. Reiterasi dapat berupa ulangan, sinonim, hiponim, meronim dan antonim (Achmad, 2005: 26-27).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

a. Ulangan

Ulangan adalah dua klausa atau lebih bertaut jika satu kata dalam klausa pertama diulang dalam klausa kedua atau seterusnya. Pengulangan leksikal dapat dibedakan atas dua jenis yaitu ulangan penuh atau sempurna dan ulangan sebagian atau variasi.

Ulangan penuh menunjukkan bahwa unsur leksikal diulang sepenuhnya sebagaimana ditampilkan pertama sekali atau diperkenalkan, seperti kata „buku‟ diulang sebagai „buku‟ lagi.

Berbeda dengan ulangan sebagian, ulangan sebagian menunjukkan bahwa satu kata yang ditampilkan pertama sekali atau saat diperkenalkan diulang kembali dengan varisasi bentuk. Dengan kata lain, ulangan sebagian merupakan penampilan bentuk lain dari satu kata sebagai turunan dari kata itu. Dengan pengertian ini, kata menulis dipandang sebagai diulang dengan pemunculan leksis seperti: ditulis, penulis, tulisan, menulisi, menuliskan, penulisan dan kepenulisan.

Berikut adalah teks dengan contoh pemakaian ulangan.

Ali memberi rumah. Rumah itu disewakannya kepada Udin. (rumah; ulangan penuh) . b. Sinonim

Sinonim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan yang lain. Sinonim disebut juga ekuivalensi leksikal (Bariadi, 2001: 15). Sinonim adalah suatu kata yang menyerupai kata lain dalam satu bahasa berdasarkan hubungan makna yang sama c. Hiponim

Adapun hiponim adalah kohesi leksikal yang berbentuk relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang lain. Hiponim adalah kata yang merupakan bagian dari satu kelompok tertentu, seperti jeruk, pisang dan apel yang merupakan bagian dari kelompok buah-buahan.

Hiponim adalah kata cakupan, yaitu kata yang maknanya mencakup kata lain seperti kucing termasuk ke dalam cakupan hewan, bayam termasuk ke dalam cakupan sayuran. d. Meronim

Meronim adalah konsep yang mengacu pada relasi bagian keseluruhan, seperti hubungan antara pohon, dahan, dan akar. Konstituen yang memiliki makna umum disebut superordinat dan konstituen yang bermakna khusus disebut hiponim. e. Antonim

Antonim merupakan kohesi leksikal yang menyatakan relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan yang lain (Bariadi, 2001: 15). Antonim adalah dua kata yang saling berlawanan atau kata yang saling bertolak belakang maknanya. Seperti panas dan dingin, kata yang berlawanan tersebut masih berkesesuaian dan memiliki kebalikan makna yang dimaksud.

2.2.4.2 Kolokasi

Kolokasi merupakan hubungan probabilitas dalam pemunculan antara dua kata atau lebih. Berbeda dengan hubungan arti dalam sinonim, antonim, hiponim, dan meronim, kolokasi menunjukkan kemungkinan pemunculan satu kata dengan kata lain. Dalam pengertian ini, jika satu kata muncul dalam satu klausa, kata lain sangat besar kemungkinannya untuk muncul di klausa kedua atau berikutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Di dalam bahasa Inggris kata snow dikatakan berkolokasi dengan white

karena begitu kata snow muncul dalam klausa pertama dalam suatu teks, kata

white besar kemungkinannya untuk muncul di klausa kedua atau berikutnya. Kata

ice berkolokasi dengan cold, demikian juga friend dengan relation, family dengan

neighbourhood. Kolokasi adalah kumpulan kata-kata yang saling berhubungan

dalam kalimat, atau frasa seperti langit biru.”

Kolokasi merupakan asosiasi yang tetap antara kata dengan kata lain yang

berdampingan dalam kalimat. Kata kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang

cenderung dipakai dalam satuan domain atau jaringan tertentu.

2.3 Koherensi

Istilah koherensi berasal dari bahasa Inggris coherence yaitu keterpahaman

antar satuan bahasa dalam teks. Koherensi merupakan kontinuitas pikiran dalam

teks. Koherensi termasuk wilayah semantik wacana, dasar koherensi ini adalah

interpretasi atas masing-masing kalimat yang dihubungkan dengan interpretasi

kalimat-kalimat lainnya.

Istilah koherensi digunakan untuk mengukur kepaduan gagasan antar

bagian dalam wacana. Kohesi adalah salah satu cara untuk membentuk koherensi,

sedangkan cara yang lain adalah dengan menggunakan bentuk-bentuk yang

mempunyai hubungan hipotaksis. Hubungan parataksis dapat diciptakan dengan

menggunakan pernyataan atau gagasan yang sejajar (koordinatif) dan subordinatif.

Penataan koordinatif berarti menata ide yang sejajar secara beruntun.

Halliday dan Hasan (1976: 31) menegaskan bahwa struktur wacana pada

dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik

kalimat yang di dalamnya mengandung preposisi-preposisi. Sebab beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjang ada hubungan makna di antara kalimat-kalimat itu sendiri. Pada dasarnya hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interpretasi. Disamping itu, pemahaman hubungan koherensi dapat ditempuh dengan cara menyimpulkan hubungan antar preposisi dalam tubuh wacana itu. Kohesi dapat diungkapkan secara eksplisit, yaitu dinyatakan dalam bentuk penanda koherensi yang berupa penanda hubungan antar kalimat. Penanda hubungan itu berfungsi untuk menghubungkan kalimat sekaligus menambah kejelasan hubungan antar kalimat dalam wacana.

Koherensi adalah kesinambungan informasi. Beaugrande dan Dressler

(1981: 4) mengatakan “… coherence concerns the way in which components of the textual words; the configuration of concepts and relations which underlie the surface text are mutually accessible and relevant”. Koherensi mengacu pada bagaimana komponen tekstual, seperti konfigurasi konsep dan hubungan yang mendasari sebuah teks saling berterima dan berkaitan. Dengan kata lain koherensi adalah pemahaman tentang makna yang dimiliki oleh pendengar atau pembaca.

Bariadi (2001: 17) mengemukakan bahwa koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana. Dengan menggunakan pemarkah kohesi, sebuah wacana dapat menjadi koherensi. Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana.

Koherensi adalah aspek makna yang mengacu pada aspek ujaran atau yang menggambarkan bagaimana proposisi-proposisi yang tersirat dapat ditafsirkan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

disimpulkan. Menurut Renkema (2004: 78) koherensi adalah jalinan antar bagian dalam wacana; kepaduan semantis yang dapat dicapai oleh faktor-faktor di luar wacana. Jadi koherensi adalah kesinambungan informasi.

Praanggapan (presupposition) memegang peranan penting dalam menciptakan koherensi. Praanggapan bersifat logika yang memungkinkan pendengar atau pembaca mengetahui hal-hal yang tersirat dalam wacana yang didengar atau dibaca. Dengan praanggapan, yaitu pengetahuan bersama (common knowledge) yang dimiliki antara pembicara dan mitra bicara menentukan koherensi antara bagian-bagian wacana (Bariadi, 2001: 17).

Pengetahuan bersama biasanya tidak terkatakan (unsaid) pada tuturan yang diungkapkan, akan tetapi dapat dipahami oleh pembicara dan mitra bicara. Hal tersebut disebabkan oleh adanya praanggapan yang diungkapkan tuturan sebelumnya yang disebut praanggapan tekstual (tekstual presupposition), sedangkan praanggapan yang tidak disebut pada tuturan sebelumnya, namun dapat dipahami melalui situasi tuturan yang bersangkutan. Praanggapan ini disebut praanggapan situasional (situasional presupposition).

Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri atas bentuk (form) dan makna (meaning), maka hubungan antar bagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi (cohesion) dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi (coherence) (Bariadi,

2001: 18).

Koherensi adalah kepaduan gagasan antar bagian dalam wacana, dan kohesi merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Koherensi merupakan salah satu aspek wacana yang penting dalam menunjang keutuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

makna wacana. Bila suatu ujaran tidak memiliki koherensi, hubungan semantik- pragmatik yang seharusnya ada menjadi tidak terbina dan tidak logis. Mulyana,

(2005:135) menyampaikan bahwa koherensi berarti kepaduan dan keterpahaman antar satuan dalam suatu teks atau tuturan. Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan koheren itu dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi antarunsur secara semantis.

Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, ide, menjadi suatu untaian yang logis, sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya. Kekoherensian sebuah wacana dapat diwujudkan secara implisit maupun eksplisit. Secara implisit hal tersebut dapat dicapai lewat konteks situasi di mana bahasa digunakan. Secara eksplisit hal tersebut dapat dicapai lewat unsur-unsur kohesi dan unsur-unsur acuannya yang berkesinambungan.

Beberapa bentuk atau jenis hubungan koherensi dalam wacana telah dideskripsikan oleh para ahli, misalnya menyatakan bahwa yang termasuk unsur- unsur koherensi wacana diantaranya mencakup: unsur penambahan, repetisi, pronomina, sinonim, totalitas bagian, komparasi, penekanan, kontras, simpulan, contoh, paralelisme, lokasi anggota, dan waktu.

Tujuan aspek pemakaian aspek atau sarana koherensi antara lain ialah agar tercipta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis.

Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan harmonis. Kesesuaian terletak pada serasinya hubungan antar proposisi dalam kesatuan wacana. Runtut artinya urut,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sistematis, tidak terputus-putus, tetapi bertautan satu sama lain, sedangkan sifat logis mengandung arti masuk akal, wajar, jelas, dan mudah dimengerti.

Suatu rangkaian kalimat yang tidak memiliki hubungan bentuk dan makna secara logis, tidak dapat dikatakan sebagai wacana. Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren. Hubungan koherensi wacana adalah hubungan semantis. Artinya hubungan itu terjadi antar posisi. Hubungan maknawi ini kadang-kadang ditandai oleh alat-alat leksikal, namun kadang-kadang tanda penanda. Diantara penanda koherensi tersebut adalah :

1. Hubungan Sebab-Akibat

Pada koherensi ini, kalimat pertama menyatakan sebab, sedangkan kalimat

berikutnya menyatakan akibat. Berikut penggunaan hubungan sebab-akibat

dalam kalimat.

Ia tidak mungkin menemukan buku fiksi di perpustakaan itu. Koleksi

perpustakaan itu khusus buku nonfiksi ilmiah.

2. Hubungan Akibat-Sebab

Pada koherensi ini, kalimat kedua menyatakan sebab terjadinya/tindakan yang

dinyatakan pada kalimat pertama. Berikut penggunaan hubungan akibat-

sebab dalam kalimat.

Tiba-tiba ia merasa rindu kepada anaknya. Tanpa banyak persiapan pergilah

ia ke kota yang jauh itu.

3. Hubungan Sarana-Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada koherensi ini, kalimat pertama menyatakan sarana untuk perolehan

yang dinyatakan pada kalimat berikutnya. Berikut penggunaan hubungan

sarana-hasil dalam kalimat.

Atlit bulutangkis kita akhirnya mendominasi kejuaraan Indonesia Terbuka.

Kita tidak usah heran, mereka berlatih dengan ketat dan sangat disiplin.

4. Hubungan Sarana-Tujuan

Pada koherensi ini, kalimat kedua menyatakan syarat untuk tercapainya apa

yang dinyatakan pada kalimat lain.

Berikut penggunaan hubungan sarana-tujuan dalam kalimat.

Bekerjalah dengan keras. Cita-citamu menjadi orang kaya bakal kesampaian.

5. Hubungan Alasan-Tindakan

Pada koherensi ini, kalimat pertama menyatakan alasan bentuk tindakan yang

dinyatakan pada kalimat berikutnya. Berikut penggunaan hubungan alasan-

tindakan dalam kalimat.

Tahun ini mereka bertekad membangun rumah sendiri. Sudah lama sekali

mereka numpang di rumah saudara.

6. Hubungan Latar-Simpulan

Pada koherensi ini, salah satu kalimat menyatakan simpulan atas kalimat

lainnya. Berikut penggunaan hubungan latar-simpulan dalam kalimat.

Mobil itu sudah tua, tetapi. Rupanya pemiliknya pandai merawatnya.

7. Hubungan Kelonggaran-Hasil

Pada koherensi ini, salah satu kalimatnya menyatakan kegagalan suatu usaha

yang dinyatakan pada kalimat lainnya. Berikut penggunaan hubungan

kelonggaran-hasil dalam kalimat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sudah lama aku di kota ini mencarinya. Alamat itu tak juga kutemukan.

8. Hubungan Syarat-Hasil

Pada koherensi ini, salah satu kalimat menyatakan syarat untuk tercapainya

apa yang dinyatakan pada kalimat lainnya.

Berikut penggunaan hubungan syarat-hasil dalam kalimat.

Beri bumbu dan penyadap rasa yang tepat. Masakanmu pasti enak.

9. Hubungan Perbandingan

Pada koherensi ini, kalimat pertama dibandingkan dengan kalimat berikutnya.

Berikut penggunaan hubungan sebab-akibat dalam kalimat.

Pengantin itu sangat anggun. Seperti dewa-dewi dari Khayangan.

10. Hubungan Parafrastis

Pada koherensi ini, gagasan pada kalimat pertama dinyatakan secara lain pada

kalimat berikutnya. Berikut penggunaan hubungan parafrastis dalam kalimat.

Saya tidak setuju dengan penambahan anggaran untuk proyek ini, karena

tahun lalu dana juga tidak habis. Sudah saatnya kita menghemat uang

rakyat.

11. Hubungan Amplikatif

Pada koherensi ini, gagasan yang dinyatakan pada kalimat pertama diperkuat

atau ditegaskan dengan gagasan pada kalimat berikutnya. Berikut penggunaan

hubungan amplikatif dalam kalimat.

Dua burung itu jangan dipisah. Masukkan dalam satu kandang saja.

12. Hubungan Adiftif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada koherensi ini, gagasan yang dinyatakan pada kalimat pertama diikuti

atau ditambah dengan gagasan pada kalimat berikutnya. Berikut penggunaan

hubungan adiktif dalam kalimat.

Biar dia duduk dulu. Saya akan selesaikan pekerjaan ini (simultan).

13. Hubungan Identifikasi

Pada koherensi ini, gagasan yang dinyatakan pada kalimat pertama

didentifikasi dengan kalimat berikutnya.

Berikut penggunaan hubungan identifikasi dalam kalimat.

Tidak bisa masuk ke universitas itu tidak berarti bodoh. Kamu tahu nggak,

Einstein? Fisikawan genius itu juga pernah gagal masuk ke universitas.

14. Hubungan Generik-Spesifik

Pada koherensi ini, kalimat pertama menyatakan gagasan umum atau luas,

sedangkan kalimat berikutnya menyatakan gagasan khusus atau sempit.

Berikut penggunaan hubungan generik-spesiik dalam kalimat.

Gadis model itu sangat cantik. Wajahnya bersih, matanya indah, bibirnya

menawan. Apalagi jalannyaa, luar biasa.

15. Hubungan Spesifik-Generik

Pada koherensi ini, kalimat pertama menyatakan gagasan khusus atau sempit,

sedangkan kalimat berikutnya menyatakan gagasan umum atau luas. Berikut

penggunaan hubungan spesifik-generik dalam kalimat.

Saya bangun tidur pukul 05.00. Saya mandi lalu salat subuh. Setelah itu saya

membantu ibu lalu makan pagi bila ada. Kemudian berangkat ke sekolah.

Itulah kegiatanku setiap pagi.

16. Hubungan Ibarat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada koherensi ini, kalimat pertama diibaratkan seperti yang dinyatakan pada

kalimat berikutnya. Berikut penggunaan hubungan ibarat dalam kalimat.

Kelihaiannya mengelola bisnis sungguh piawai. Memang dia seperti belut di

lumpur basah.

17. Argumentatif (makna alasan)

Pada koherensi ini, kalimat kedua menyatakan argumen (alasan) bagi

pendapat yang dinyatakan pada kalimat pertama.

Berikut penggunaan hubungan argumentatif dalam kalimat.

Dia menang dalam pemilihan ketua RW. Dia orang yang bijaksana dan dapat

bergaul dengan siapa saja.

2.4 Surat Al-Hāqqah

Surat Al-Hāqqah termasuk Surat Makkiyah yang diturunkan di Makkah, tak lama setelah surat al-Mulk. Surat Al-Hāqqah salah satu istilah hari kiamat yang artinya hari yang benar-benar pasti terjadi. Merupakan bentuk subyek dari kata ”haqqa”. Ada beberapa istilah hari kiamat yang lain, di antaranya: Al-

Waqi‟ah (yang pasti terjadi), As-Sā‟ah (saat atau waktu yang sudah ditentukan), al-Qāri‟ah (yang menggetarkan hati), al-Qiyāmah dan al-Ba‟ts (hari kebangkitan), at-Tagābun (ditampakkan amal-amal manusia) dan lain-lain.

Tema utama surat ini adalah menguatkan keimanan terhadap hari kiamat dan adanya hari pembalasan serta pengukuhan Alquran sebagai wahyu dari Allah, bukan karangan Nabi Muhammad saw. Sekaligus difungsikan sebagai pedoman hidup bagi manusia yang mau mengikuti petunjuk-Nya.

Dalam surat ini nama Al-Hāqqah, al-Qāri‟ah dan al-Wāqi‟ah disebut secara berurutan. Penyebutan Al-Hāqqah dan al-Wāqi‟ah yang artinya berdekatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

untuk merasakan suasana hari kiamat. Pada ayat pertama disebut dua kali untuk menimbulkan rasa ingin tahu, dan dalam pengisahan orang-orang terdahulu disebut al-Qari‟ah untuk menimbulkan efek psikis yang dikiaskan secara bertingkat. Mereka yang mendustakan para utusan Allah dibinasakan di dunia dengan adzab yang mengerikan. Namun hal tersebut tak seberapa bila dibandingkan dengan ngeri dan dahsyatnya hari kiamat. Maka konteks hal tersebut sangat menggetarkan hati.

Apabila dilihat struktur bahasa dan susunan ayat dari surat al-Hāqqah, maka ayat ke-13 lebih sesuai diletakkan langsung setelah tiga ayat pertama sebagai jawabannya, namun justru Allah memilih mengisahkan terlebih dahulu nasib dan kesudahan yang dialami kaum terdahulu yang mendustakan para utusannya. Begitu juga bagi mereka yang mendustakan adanya hari kiamat, hari kebangkitan dan pembalasan.

2.5 Penelitian yang relevan

Penelitian mengenai analisis kohesi dan koherensi sebelumnya pernah diteliti sebagai berikut :

Aimanah (2016) telah membuat satu kajian yang membahas tentang kohesi dan koherensi dalam buku teks bahasa Arab kelas X MA terbitan Kemenag.

Tujuan penelitian ini lebih terfokus pada implikasi dan kebermanfaatan terhadap pembelajaran bahasa Arab. Penelitian ini menggunakan metode dekriptif kualitatif dengan tahapan pengumpulan data yaitu dengan mengambil data-data teks bacaan yang ada dalam buku teks dan dilanjutkan dengan tahap analisis yaitu data-data yang telah dikumpulkan dihubungkan dengan teori kohesi dan koherensi, dan diperkuat dengat teori kohesi dan koherensi Brown dan Yule. Hasil dari penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ini menunjukkan bahwa peneliti mengkaji buku teks B.Arab kelas X MA terbitan

Kemenag berdasarkan pada aspek gramatikal yang direalisasikan melalui unsur referensi, subtitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan kohesi leksikal direalisasikan melalui reiterasi dan kolokasi. Penanda koherensi yang terdapat dalam buku teks B. Arab kelas X MA terbitan Kemenag direalisasikan melalu unsur aditif, seri, keseluruhan ke sebagian, penekanan, hasil, contoh, kesejajaran tempat dan waktu.

Kedua, penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Nashoih (2015).

Penelitian ini membahas tentang kohesi dan koherensi kisah Nabi Yusuf dalam

Alquran surat Yusuf. Tujuan dalam penelitian ini mendeskripsikan kohesi dan koherensi dalam membangun keutuhan teks dalam surat Yusuf. Hasil penelitian ini ditemukan aspek gramatikal yang diwujudkan melalui referensi, subtitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan kohesi leksikal diwujudkan melalui reiterasi, dan kolokasi. Penanda koherensi yang termuat dalam teks tersebut meliputi pertalian penambahan, perturutan, perlawanan, lebih, sebab-akibat, waktu, pemilihan, cara, pengecualian, dan penyimpulan. Selain teori kohesi dan koherensi penulis menyertakan juga teori ilmu munāsabah al-āyah. Kontibusi dalam tulisan ini berupa teori Halliday yang dipadukan dengan beberapa Teori kebahasa araban tentang Kohesi dan Koherensi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan tahapan pengumpulan data melalui penyimakan terhadap 111 ayat yang termuat dalam Surat Yusuf, kemudian tahap analisis yang menggunakan metode padan, yaitu dengan cara menghubungkan data-data yang dikumpulkan tersebut dengan teori kohesi (al-tamāsuk) dan koherensi (al-tanāsuq), serta diperkuat dengan teori ilmu munāsabah al-āyah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Aisiyah dan Hanafiah (2015).

Dengan menggunakan teori Halliday (1976), penelitian ini membahas tentang aspek kohesi dan koherensi yang digunakan dalam buletin jumat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perkembangan kualitas isi bulletin As-salam dan

An-nadwah. Tulisan ini memberi kontribusi dalam teori kohesi dan koherensi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan mengelompokkan dan menganalisis setiap paragraf dalam kedua buletin berdasarkan aspek-aspek kohesi dan koherensi yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek-aspek kohesi dan koherensi telah digunakan dalam kedua bulletin tersebut, yang meliputi kohesi gramatikal mencakup referensi, substitusi, konjungsi, dan tidak ditemukan ellipsis. Kohesi leksikal mencakup reiterasi, sinonim, dan kolokasi. Adapun aspek koherensinya mencakup hubungan kausal, hubungan aditif, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua bulletin As-

Salam dan An-Nadwah memiliki unsur kohesi dan koherensi yang menjadikan wacana dalam kedua bulletin mudah difahami karena unsur-unsur lingual dalam wacana teks disusun secara sistematis membangun keutuhan teks dan kesinambungan ide yang diungkapkan melalui pemarkah kohesi dan koherensi.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Widiatmoko (2015) yang memaparkan tentang kohesi dan koherensi dalam wacana berita rubric nasional majalah Online Detik. Penelitian ini menggunakan teori Halliday yang kemudian disadur oleh Kridalaksana. Metode penelitian deskriptif kualitatif, tehnik pengambilan data dengan tehnik simak dan catat. Hasil penelitian ini adalah penggunaan kohesi dan koherensi. Kohesi leksikal meliputi; pengulangan, sinonim, kolokasi, dan ekuivalensi. Kohesi gramatikal meliputi pengacuan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

substitusi, pelesapan, konjungsi, inversi, dan pemasifan kalimat. Penggunaan koherensi meliputi hubungan perbandingan, hubungan kelonggaran hasil, hubungan sebab akibat, hubungan akibar sebab, hubungan makna alasan

(argumentative), dan hubungan latar simpulan.

Kohesi gramatikal meliputi; pengacuan, substitusi, pelesapan, konjungsi, inversi, dan pemasifan kalimat. Penggunaan koherensi meliputi; hubungan perbandingan, hubungan kelonggaran-hasil, hubungan sebab-akibat, hubungan akibat-sebab, hubungan makna alasan (argumentatif), dan hubungan latar- simpulan. Kepaduan yang paling banyak ditemukan adalah kohesi berupa kohesi gramatikal yaitu pengacuan dan konjungsi.

Pada tulisan ini juga memberi kontribusi dalam teori kohesi dan koherensi.

Adapun perbedaan dengan yang peneliti analisis adalah dari pilihan data dan tidak mengambil sumber Teori Halliday secara langsung. Widiatmoko mengambil majalah sebagai data.

Penelitian-penelitian di atas merupakan hasil penelusuran yang didasarkan pada objek kajian, yaitu kohesi dan koherensi. Meskipun demikian, didapatkan informasi yang dijadikan acuan untuk kelangsungan penelitian kohesi dan koherensi Surat Al-Hāqqah dalam Alquran, yaitu bahwa antara rancangan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada di atas memiliki perbedaan yang jelas, terutama berbeda dari aspek data yaitu Surat Al-Hāqqah.

Surat Al-Hāqqah mempunyai 52 ayat dan belum ada yang mengkajinya secara kohesi dan koherensi. Dengan demikian maka peneliti menentukan data penelitian ini dalam surat Al-Hāqqah dengan kajian kohesi dan koherensi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Halliday dan Hasan (1976).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.6 Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis kohesi dan koherensi dalam surat

Al-Hāqqah. Analisis kohesi ada dua macam, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

Kohesi gramatikal meliputi empat unsur yaitu reference (pengacuan), substitution

(penyulihan), ellipsis (pelesapan), dan conjunction (perangkaian). Kohesi leksikal meliputi enam unsur yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padanan kata), kolokasi

(sanding kata), hiponim, meronim, dan antonimi (lawan kata). Selain menganalisis dari aspek kohesi, untuk mengetahui kekoherenan sebuah teks juga dilakukan analisis terhadap aspek koherensi. Analisis koherensi meliputi; hubungan sebab-akibat, hubungan akibat-sebab, hubungan sarana-hasil, hubungan sarana-tujuan, hubungan alasan-tindakan, hubungan latar-simpulan, hubungan kelonggaran-hasil, hubungan syarat-hasil, hubungan perbandingan, hubungan parafrastis, hubungan amplikatif, hubungan adiftif, hubungan identifikasi, hubungan generik-spesifik, hubungan spesifik-generik, hubungan ibarat, hubungan argumentatif (makna alasan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Wacana

Kohesi Koherensi

sebab-akibat Gramatikal Leksikal akibat-sebab amplikatif ibarat generic-spesifik Referen Reiterasi Kolokasi aditif sarana-hasil Substitusi sarana-tujuan alasan-tindakan Elipsis Ulangan latar-simpulan Konjungsi Sinonim kelonggaran-hasil syarat-hasil Anotonim perbandingan Hiponim parafrastis identifikasi Meronim spesifik-generik Argumentative

Surat Al-Hāqqah

Kohesi dan Koherensi dalam Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan dengan berdasarkan pada tipe dan jenis penelitiannya (Sutedi, 2009:53). Maka dari itu, hakekat penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu masalah atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana dalam kajian kohesi dan koherensi dengan metode deskriptif kualitatif. Menurut Sutedi

(2009:58), metode deskriptif adalah menggambarkan, menjabarkan suatu teks atau fenomena yang terjadi dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara actual dan kontekstual.

Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan alat-alat kohesi gramatikal dan kohesi leksikal serta penanda koherensi yang terdapat dalam surat Al-Hāqqah.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menjelaskan dan menjabarkan secara sistematis, alat-alat kohesi (yang mencakup kohesi gramatikal dan kohesi leksikal) dan penanda-penanda koherensi yang membentuk keutuhan teks surat Al-Hāqqah.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan metode kualitatif, karena penelitian ini menggunakan data penelitian yang tidak berupa angka-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

angka, tapi berupa kata, frasa, klausa dan kalimat (Sudaryanto, 1993:62). Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan dan menjabarkan mengenai kohesi dan koherensi dalam surat Al-Hāqqah .

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, klausa atau kalimat dalam teks surat Al-Hāqqah. Adapun sumber data dalam penelitian adalah seluruh ayat yang terdapat pada surat Al-Hāqqah dalam Alquran dan terjemahan, terbitan

Departemen Agama RI (2010) yang diduga terdapat hubungan kohesi dan hubungan koherensi di dalamnya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode simak dilakukan untuk menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis

(Mahsun, 2005:92).

Metode simak dalam penelitian ini menggunakan teknik lanjutan berupa teknik catat. Teknik catat digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data.

Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:93). Selanjutnya langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data, yaitu menentukan sumber data.

Penelitian ini menggunakan Alquran dan terjemahan, terbitan Departemen Agama

RI (2010) sebagai sumber datanya. Langkah selanjutnya adalah menyimak dengan membaca sumber-sumber data dan menandai unsur-unsur yang mengandung kohesi dan koherensi yang terdapat dalam Surat Al-Hāqqah tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Langkah terakhir setelah menyimak data-data tersebut adalah mencatat data-data tersebut yang selanjutnya data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan alat kohesi dan penanda koherensi yang terdapat dalam surat Al-Haqqah.

3.4 Tehnik Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah data berhasil dikelompokkan adalah menganalisis data tersebut. Metode analisis data adalah cara menguraikan dan mengelompokkan satuan lingual sesuai dengan pola-pola, tema-tema, kategori- kategori, kaidah-kaidah, dan masalah-masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode agih atau metode distribusional untuk mengolah data-data yang telah diperoleh. Metode distribusional menggunakan alat penentu di dalam bahasa itu sendiri. Dasar penentu di dalam kerja metode distribusional adalah teknik pemilihan data berdasarkan kategori (kriteria) tertentu dari segi kegramatikalan sesuai dengan ciri-ciri alami yang dimiliki oleh data penelitian (Sudaryanto, 1993:30).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik lanjutan untuk menjalankan metode distribusional. Teknik lanjutan adalah alat yang digunakan untuk menjalankan metode distribusional tersebut.

Dalam memilih data dalam surat Surat Al-Haqqah, peneliti memilih alat- alat kohesi, kemudian mengklasifikasi, dan mengelompokkan kata, frasa, klausa atau kalimat tersebut ke dalam jenis kohesi yang dibagi menjadi kohesi gramatikal dengan klasifikasi: a) referen (rujukan), b) substitusi (penggantian), c) ellipsis

(pelesapan), d) konjungsi (penghubung). Kohesi leksikal dibagi menjadi: a) reiterasi yang terdiri dari: repetisi (ulangan), sinonimi, hiponimi, metonimi dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

antonimi; b) kolokasi. Begitu juga dengan tanda-tanda koherensi dengan semua alat penanda koherensi yang terkandung di dalam Surat Al-Haqqah .

Teknik penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengodean data,

Dilakukan pada tahap permulaan dengan cara menandai setiap ayat dalam

terjemahan dengan kode-kode khusus, membuat nomor atau membuat tabel.

2. Pengklasifikasian data,

Dilakukan dengan mengklasifikasikan setiap data yang telah diberi kode

(tanda), nomor, atau tabel khusus ke dalam jenisnya masing-masing.

3. Penentuan data,

Dilakukan berdasarkan pengodean dan klasifikasi.

Selanjutnya, data yang telah terklasifikasi dan diurutkan berdasarkan jenisnya masing-masing, dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, telah ditemukan alat kohesi gramatikal dalam surat Al-Hāqqah sebanyak sembilan puluh dua (92). Dari jumlah tersebut ditemukan lima puluh sembilan (59) bentuk kohesi referen.

Bentuk kohesi referen ini terdiri dari 12 referen eksofora dan 47 referen anafora, sedangkan alat kohesi substitusi ditemukan satu (1) dalam bentuk frasa

(murakkab). Adapun kohesi ellipsis ditemukan sepuluh (10) dalam bentuk klausa

(jumlah). Alat kohesi konjungsi ditemukan tiga (3) bentuk sebanyak dua puluh

,(dua (22) frekuensi berupa tiga belas (13) konjungsi koordinatif (aṭaf ٚ /wa/ dan

fa/maka), dan dua (2) konjungsi temporal/ فَ tujuh (7) konjungsi kausal (aṭaf

ṡumma/ kemudian) dari dua puluh dua (22) jenis alat kohesi konjungsi/ ُث ََُّ aṭaf) tersebut ditemukan 3 nomina (isim), 5 frasa (murakkab), dan 14 klausa (jumlah).

Temuan berikutnya adalah alat kohesi leksikal dalam surat Al-Hāqqah ditemukan sebanyak tiga puluh tujuh (37) alat kohesi leksikal. Dari jumlah tersebut masih dapat diuraikan berdasarkan bagian-bagian alat kohesi leksikal sebagai berikut. Kohesi reiterasi ditemukan dua puluh empat (24) dalam tiga (3) bentuk reiterasi yaitu; lima belas (15) nomina (isim), lima (5) verba (fi‟il), dan empat (4) frasa (murakkab) keseluruhannya dalam bentuk reiterasi penuh atau sempurna, dan tidak ditemukan reiterasi sebagian atau variasi. Kohesi sinonim ditemukan satu (1) sinonim dalam bentuk nomina (isim). Kohesi hiponim ditemukan dua (2) hiponim yang terdiri dua (2) bentuk yakni 1 hiponim dalam bentuk nomina (isim) dan 1 hiponim dalam bentuk klausa (jumlah). Berikutnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ditemukan satu (1) kohesi meronim., sedangkan kohesi antonim ditemukan dua

(2) antonim dalam bentuk nomina (isim). Selanjutnya ditemukan kohesi kolokasi sebanyak tujuh (7) dalam bentuk frasa (murakkab).

Adapun penanda koherensi ditemukan sebanyak delapan belas (18) yaitu lima (5) hubungan sebab-akibat, dua (2) hubungan akibat-sebab, dua (2) hubungan amplikatif, dua (2) hubungan ibarat, lima (5) hubungan generic- spesifik, dua (2) hubungan aditif. Keseluruhan penanda koherensi ini memunculkan makna yang berkaitan dari ayat satu dengan ayat lainnya. Sehingga dengan menemukan penanda koherensi dalam surat Al-Hāqqah ini menjadi terbukti keutuhan teks tersebut menuju makna yang tidak ambigu. Dengan demikian pesan yang disampaikan dalam surat Al-Hāqqah terungkap bahwa adanya ketegasan Allah dalam menyampaikan pesan kepada Rasul untuk ummatnya, akan kebenaran adanya hari kiamat.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Alat kohesi gramatikal yang membentuk keutuhan teks dalam surat

Al-Hāqqah

Dalam surat Al-Hāqqah ditemukan sebanyak sembilan puluh dua (92) alat kohesi gramatikal yang terdiri dari lima puluh sembilan (59) bentuk kohesi referen. Bentuk kohesi referen ini terdiri dari 12 referen eksofora dan 47 referen anafora. Sedangkan alat kohesi substitusi ditemukan satu (1) dalam bentuk frasa

(murakkab). Adapun kohesi ellipsis ditemukan sepuluh (10) dalam bentuk klausa

(jumlah). Selanjutnya alat kohesi konjungsi ditemukan dua puluh dua (22) alat

,(kohesi konjungsi berupa tiga belas (13) konjungsi koordinatif (aṭaf ٚ /wa/ dan

fa/maka), dan dua (2) konjungsi temporal/ فَ tujuh (7) konjungsi kausal (aṭaf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ṡumma/ kemudian) dari dua puluh dua (22) jenis alat kohesi konjungsi/ ُث ََُّ aṭaf) tersebut ditemukan juga 3 nomina (isim), 5 frasa (murakkab), dan 14 klausa

(jumlah). Adapun alat kohesi gramatikal tersebut adalah sebagai berikut:

4.2.1.1 Kohesi Referen

Berdasarkan arah acuannya, maka referen terbagi pada tiga (3) acuan yaitu eksofora, anafora, dan katafora. Pada lampiran 3 terlihat bahwa alat kohesi referen yang digunakan dalam surat Al-Hāqqah ada dua belas (12) alat kohesi referen eksofora yaitu perujuk yang tidak disebutkan pada surat Al-Hāqqah, 47 alat kohesi referen anafora yaitu perujuk yang mengacu pada partisipan yang telah disebutkan atau ditampilkan sebelumnya dan tidak ada menggunakan referen katafora.

Adapun alat-alat kohesi referen yang terdapat dalam surat Al-Hāqqah adalah sebagai berikut : a. Kohesi Referen Eksofora berupa pronomina

Kohesi referen eksofora berupa pronomina terdapat dua belas (12) referen

dalam surat Al-Hāqqah, yaitu;

1. Ayat 3 َ َٚ َِبَٓأَ ۡص َع ىَ َ بََه َ َِ ۡ َٖٱٌ َذبٓلَّخُ ََ /Wa mā adrāka māl ḥāqqah/

"Dan tahukah engkau (Muhammad) apakah hari kiamat itu?"

Dalam ayat tiga (3) di atas terlihat adanya alat kohesi referen eksofora berupa ka / engkau yang melekat pada/ َنََ pronomina kedua tunggal maskulin yaitu adra/ ketahui. Ada dua (2) acuan dalam referen pronomina / أَ ۡص َعَ kata kerja kedua tunggal maskulin dalam ayat ini, pertama yang mengacu kepada nabi Muhammad yaitu Rasulullah sebagai penerima wahyu yang tidak ditemukan di dalam teks surat ini. Kedua yang mengacu kepada setiap pembaca surat Al-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Haqqah yang juga tidak disebutkan di dalam teks. Dengan demikian hal ini menunjukkan referen eksofora berupa pronomina orang kedua tunggal maskulin. 2. Ayat 7 ۖ ۡ َ ؿََُۡ َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿَ ِٙ ۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛبَفَ ََزَ َغٜ َٱٌ َم ٛۡ َ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧َ

/Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al

qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah/

Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan

delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu

mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah

kosong (lapuk).

Dalam ayat tujuh (7) di atas terlihat adanya alat kohesi referen eksofora

tara/ engkau lihat, yang mengandung / َرَ َغberupa pronomina kedua tunggal ٜ

ta / sebagai / د pronomina kedua tunggal maskulin yaitu pada huruf

sehingga membentuk dan َعأpronomina yang tersembunyi pada kata kerja َٜ

Ada dua (2) acuan dalam referen pronomina kedua tunggal . رَ َغmenjadi ٜ

maskulin dalam ayat ini, pertama yang mengacu kepada nabi Muhammad

yaitu Rasulullah sebagai penerima wahyu yang tidak ditemukan di dalam teks

surat ini. Kedua yang mengacu kepada setiap pembaca surat Al-Haqqah yang

juga tidak disebutkan di dalam teks. Dengan demikian hal ini menunjukkan

referen eksofora berupa pronomina orang kedua tunggal maskulin.

3. Ayat 8 َفََٙ ًَۡ ََرَ َغ ٜ ٨ٌََ َُُِِّٙ َۢٓثَبل١َِ ٖخ َ /Fa hal tarā lahum min bāqiyah/

Maka engkau tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dalam ayat delapan (8) di atas terlihat ada alat kohesi referen eksofora berupa

tara/ engkau lihat /َرَ َغpronomina kedua tunggal maskulin yaitu / ta / pada ٜ

yang mengandung pronomina orang kedua tunggal maskulin yang

Ada . رَ َغsehingga membentuk dan menjadi ٜ أ َعtersembunyi pada kata kerja ٜ

dua (2) acuan dalam referen pronomina kedua tunggal maskulin dalam ayat

ini, pertama yang mengacu kepada nabi Muhammad yaitu Rasulullah sebagai

penerima wahyu yang tidak ditemukan di dalam teks surat ini. Kedua yang

mengacu kepada setiap pembaca surat Al-Haqqah yang juga tidak disebutkan

di dalam teks. Dengan demikian hal ini menunjukkan referen eksofora berupa

pronomina orang kedua tunggal maskulin.

4. Ayat 11 ۡ ۡ ۡ بََئَِّٔب ٌََ َّّ َبَغ َغ ََٟٱٌ َّبٓ ُء َد ٍََّٕ ُىُۡ َفِ َٱٌ َج ِبع٠َ ِخَ ََٔٔ

/Innā lammā ṭagal mā-u hamalnākum fῑl jāriyahَ/

Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa

(nenek moyang) engkau, ke dalam bahtera.

Dalam ayat sebelas (11) di atas terlihat ada alat kohesi referen berupa

kum / engkau sekalian, pada kalimat / َ ُوَُۡ pronomina kedua jamak maskulin

Pronomina kedua jamak maskulin tersebut mengacu kepada kaum . َد ٍَّۡ َٕ ُىُۡ َ

nabi Nuh yang tidak disebutkan dalam surat ini. Dengan demikian referen

dalam ayat ini termasuk referen eksofora berupa pronomina kedua jamak

maskulin, karena partisipan berada di luar teks.

5. Ayat 12 ٌََُِٕۡ ۡج ٍَٙؼََبٌََ ُ َى رَ ۡظ ِو َغ ٗح ََٚرَ َٙ١ؼَِبَٓأُ ُط ١ػِ ََٚ َْٞ ٞخَََٕٔ /Linaj'alahā lakum tażkiratan wata'iyahā użunun wā'iyah/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kalian dan agar diperhatikan

oleh telinga yang mau mendengar

Dalam ayat dua belas (12) di atas terlihat adanya alat kohesi referen berupa

kum / kalian maskulin yang/ ُوُۡ َ َ pronomina kedua jamak maskulin yaitu

lakum/ bagi kalian. Pronomina kedua jamak maskulin / ٌَ ُىُۡ َ melekat pada

tersebut mengacu kepada kepada Kaum Quraisy yang tidak disebutkan dalam

surat ini. Dengan demikian hal ini menunjukkan referen eksofora berupa

pronomina kedua jamak maskulin.

6. Ayat 18 ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َرُ ؼۡ َغ َظُْٛ َالَرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ ََسبف١َِ ٞخ٨ََٔ /Yauma iżin tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah/

"Pada hari itu engkau dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari

keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)."

Dalam ayat delapan belas (18) di atas terlihat adanya alat kohesi referen

tu'raḍūna / engkau / رُ ؼۡ َغ َظberupa pronomina kedua jamak maskulin yaitu ََُْٛ

dihadapkan. Pronomina kedua jamak maskulin tersebut mengacu kepada

kepada Kaum Quraisy yang tidak disebutkan dalam surat ini. Dengan

demikian hal ini menunjukkan referen eksofora berupa pronomina kedua

jamak maskulin.

7. Ayat 18 ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َٕرُ ؼۡ َغ َظُْٛ َ َُۡالَرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُ َى َسبف١َِ ٞخ ٨َٔ /Yauma iżin tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah/

"Pada hari itu engkau dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari

keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dalam ayat delapan belas (18) di atas terlihat adanya alat kohesi referen

kum / kalian. Pronomina/ ُوُۡ ََ berupa pronomina kedua jamak maskulin yaitu

kedua jamak maskulin tersebut mengacu kepada kepada Kaum Quraisy yang

tidak disebutkan dalam surat ini. Dengan demikian hal ini menunjukkan

referen eksofora berupa pronomina kedua jamak maskulin.

8. Ayat 38 بََفَ َ ٓالَ أُ ۡل ِـ َُثِ َّ َرُۡج ِص َغَُْٚ ٨ٖ / Fa lā uqsimu bimā tubṣirūn /

"Maka Aku bersumpah dengan apa yang engkau lihat."

Dalam ayat tiga puluh delapan (38) di atas terlihat adanya alat kohesi referen

tubṣirūn / engkau / رُۡج ِص َغberupa pronomina kedua jamak maskulin yaitu ََُْٚ

lihat. Pronomina kedua jamak maskulin tersebut mengacu kepada kepada

Kaum Quraisy yang tidak disebutkan dalam surat ini. Dengan demikian hal

ini menunjukkan referen eksofora berupa pronomina kedua jamak maskulin.

9. Ayat 39 َ ََٚ َِ َبَالَ َرُۡج ِص َغُْٚ ٩ٖ / Wa mā lā tubṣirūn /

"Dan dengan apa yang tidak engkau lihat."

Demikian halnya dalam ayat tiga puluh sembilan (39) di atas terlihat adanya

/ رُۡج ِص َغalat kohesi referen berupa pronomina kedua jamak maskulin yaitu ََُْٚ

tubṣirūn / engkau lihat. Pronomina kedua jamak maskulin tersebut mengacu

kepada kepada Kaum Quraisy yang tidak disebutkan dalam surat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dengan demikian hal ini menunjukkan referen eksofora berupa pronomina

kedua jamak maskulin.

10. Ayat 44 َ ٛۡ ٌَََٚ ََرَمَ َّٛ َي ١ٍَۡػََٕبَثَ ؼۡ َط ۡ َٱألَلَ ِبٚ ٠ًَِ َٗٗ / Wa lau taqawwala 'alainā ba'ḍal aqāwῑl /

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama)

Kami.

Dalam ayat empat puluh empat (44) di atas terlihat ada alat kohesi referen

/taqawwala / َرَ َم َّٛ َيَ eksofora berupa pronomina kedua tunggal yaitu pada

engkau mengadakan sebagai perkataan yang mengandung pronomina orang

yang mengacu رَمَ َّٛ َيَ kedua tunggal maskulin yang tersembunyi pada kata kerja

kepada nabi Muhammad yaitu Rasulullah sebagai penerima wahyu yang tidak

ditemukan di dalam teks surat ini.

Dengan demikian hal ini menunjukkan referen eksofora berupa pronomina

kedua tunggal maskulin.

11. Ayat 47 َٕفَ َّب ِ ُِ ُ َى ِِّ َۡٓأَ َد ٍض ػََٕۡ ََُٗد ِج ؼِ ٧َٓ٠َٗ

/ Fa mā minkum min aḥadin 'anhu ḥājizῑn /

Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari engkau yang dapat menghalangi

(Kami), dari pemotongan urat nadi itu

Dalam ayat empat puluh tujuh (47) di atas terlihat adanya alat kohesi referen

kum / engkau sekalian / ُوَُ berupa pronomina kedua jamak maskulin yaitu

maskulin, yang mengacu kepada kepada Kaum Quraisy yang tidak disebutkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dalam surat ini. Dengan demikian hal ini menunjukkan referen eksofora

berupa pronomina kedua jamak maskulin.

12. Ayat 49 َ َٚئَِّٔب ٌََٕ ؼٍَۡ َُأَ َّْ َِِ ُٕى َُِ َى ِّظثِ ٩َٓ١َٗ

/ Wa innā lana'lamu anna minkum mukażżibῑn /

Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara engkau

ada orang yang mendustakan (nya)

Dalam ayat empat puluh sembilan (49) di atas terlihat adanya alat kohesi

,kum / engkau / ُوَُ referen berupa pronomina kedua jamak maskulin yaitu

yang mengacu kepada kepada Kaum Quraisy yang tidak disebutkan dalam

surat ini. Dengan demikian hal ini menunjukkan referen eksofora berupa

pronomina kedua jamak maskulin. b. Kohesi Referen Anafora berupa pronomina

Kohesi referen anafora berupa pronomina terdapat empat puluh tujuh (47) referen dalam surat Al-Hāqqah, yaitu;

Ayat 7 ۖ ۡ َ ؿََ َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَُۡ ِ ؿَ ََٙ ۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛبَفَزَ َغَٜ َٱٌ َم ٛۡ ََ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأَََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧َ

/Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al

qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah/

Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan

delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu

mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah

kosong (lapuk).

Dalam ayat tujuh (7) di atas terlihat ada tiga (3) referen anafora yaitu;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ha /nya (dia perempuan) yang/ َ٘ب Pronomina ketiga tunggal feminim yaitu .1

ؿَ /sakhkhara/ menimpakan. Pronomina tersebut َّش َغَ melekat pada kata kerja

birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah/ yang disebutkan/ ثِ ِغ ٠ٖخ ََص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَ mengacu kepada

pada ayat 6 dalam surat ini. Hal ini menunjukkan bentuk referen anafora

berupa pronomina ketiga tunggal feminim.

َُِ٘ۡ Selanjutnya dalam ayat ini juga terdapat pronomina ketiga jamak maskulin .2

١ٍَۡػَ , pronomina tersebut mengacu kepadaَ him/ mereka yang terdapat pada ََُِۡٙ /

ٞ ػَ /'ādun /kaum „Ad yang disebutkan sebelumnya pada ayat 6. Hal iniبص َ

menunjukkan bentuk referen anafora berupa pronomina ketiga jamak

maskulin

Begitu juga pronomina ketiga jamak maskulin َُْ ُ٘ /hum/ mereka yang terdapat .3

,pronomina tersebut juga mengacu kepada pastisipan yang sama , َوأpada َ َََُُّۡٙٔ

..ٞ ػَ /'ādun/ kaum „Ad yang disebutkan pada ayat 6بصَ yaitu

َ ُ ْ َ َٚأ َِّب ٞ ػَبصَفَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَثِ ِغ ٠ٖخ ََص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَ َٙ َ

/Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah/

Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat

dingin lagi amat kencang.

Hal ini menunjukkan bentuk referen anafora berupa pronomina ketiga jamak maskulin. Dengan demikian ketiga referen dalam ayat tujuh (7) di atas adalah referen anfora berupa pronomina.

4. Ayat 8 فََٙ ًَۡرَ َغ ِّٙ ٌَََُُِٜ َۢٓثَبل١َِ ٖخَ ٨َ َ /Fa hal tarā lahum min bāqiyah/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Maka engkau tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.

Dalam ayat delapan (8) di atas terlihat ada alat referen yaitu berupa

pronomina ketiga jamak maskulin َُْ ُ٘ /hum/ mereka laki-laki. Pronomina

ٞ َػَ /'ādun/ kaum „Ad yang disebutkan sebelumnyaبصَ tersebut mengacu kepada

pada ayat 6, yaitu; َ ُ ْ َ َٚأ َِّب ٞ ػَبصَفَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَثِ ِغ ٠ٖخ ََص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَ َٙ َ

/Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah/

Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat

dingin lagi amat kencang.

Dengan demikian referen ini adalah referen anafora berupa pronomina ketiga

jamak maskulin.

5. Ayat 9

َ َٚ َجبٓ َءَ فِ ۡغ ََٚ ُْ ٛۡ ػَ ََِٓلَۡجٍََُٗ ََۥ َ َٚ ۡ ََٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذ َثِ ۡ ٩ََٱٌ َش ِبغئَ ِخ َ

/Wa jā‟a fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu bil khāṭi‟ah/َ

“Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk)

negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar”, yakni

dari orang-orang sebelum umat-umat yang serupa dengan kekufuran Fir‟aun.

wal mu'tafikātu “Dan penduduk negeri yang dijungkir balikkan.” yakni umat

Nabi Luth. bil khāṭi‟ah “Karena kesalahan besar” yakni mengingkari Allah

dan utusan-NYA.

Dalam ayat sembilan (9) di atas terlihat adanya alat kohesi referen berupa

pronomina ketiga tunggal maskulinََُٖ / hu/ dia atau nya yang melekat pada

Pronomina tersebut mengacu kepada .لَۡجٍَُٗ dan terbentuk menjadi , لَۡج ًََ nomina

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

.fir'aunu/ fir‟aun yang disebutkan sebelumnya pada ayat yang sama/ فِ ۡغ ٛۡ ػَ َُْ

Dengan demikian referen ini disebut dengan referen anafora berupa

pronomina ketiga tunggal maskulin karena sudah disebutkan partisipan

sebelumnya.

Ayat 10

ََفَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َ ََُۡع ُٛؿَي ََعثِّ ِٙ َفَأَ َس َ ََُۡظُ٘ أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخً ََٓٔ

/Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah/

Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah

menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.

Dalam ayat sepuluh (10) di atas terlihat ada dua alat kohesi referen yaitu :

. َعثِّ Pronomina ketiga jamak maskulinَ َُِۡ٘ َ / him/ mereka maskulin pada َ َُِۡٙ .6

.فَأَ َس َظَُُ٘ۡ َ Pronomina ketiga jamak maskulin َ َُُۡ٘ / hum / mereka maskulin pada .7

فِ ۡغ Kedua pronomina ketiga jamak maskulin tersebut mengacu kepada َُْ ٛۡ ػَ

-َٚ / fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu / fir‟aun orang ََِٓلَۡجٍََُٗۥَ ََٚ ۡٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذََ

orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir

balikkan, yang disebutkan sebelumnya pada ayat sembilan (9). Dengan

demikian kedua referen di atas tersebut adalah referen anafora berupa

pronomina ketiga jamak maskulin, karena sudah disebutkan partisipan pada

َ: ayat sebelumnya, yaitu

َ َٚ َجبٓ َءَ فِ ۡغ ََٚ ُْ ٛۡ ػَ ََِٓلَۡجٍََُٗ ََۥ َ َٚ ۡ ََٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذ َثِ ۡ ٩ََٱٌ َش ِبغئَ ِخ َ

/Wa jā‟a fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu bil khāṭi‟ah/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk)

negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar. Yang

.َٚ dalam ayat tersebut adalah kaum Nabi Luthَ ۡٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذَ dimaksud dengan

Ayat 12

ٌَِٕ ۡج ٍَٙؼََبٌََ ُىُۡ َرَ ۡظ ِو َغ ٗح َََٚ َرَ ١ؼَِ َََٙبٓ أُ ُط ١ػِ ََٚ َْٞ ٞخ ََٕٔ

/Linaj'alahā lakum tażkiratan wata'iyahā użunun wā'iyah/

agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi engkau dan agar diperhatikan

oleh telinga yang mau mendengar.

Dalam ayat dua belas (12) di atas terlihat ada dua alat kohesi referen yang

ha/ dia atau / َ َ٘ب keduanya merupakan pronomina ketiga tunggal feminimَ

nya yaitu :

.ٌَِٕ ۡج ٍَٙؼََب pronomina ketiga tunggal feminim yang melekat pada kalimat .8

َ ََٚرَ َٙ١ؼَِبَٓ pronomina ketiga tunggal feminim yang melekat pada kalimat .9

/ أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَ Kedua pronomina ketiga tunggal feminim tersebut mengacu kepada

akhżatan rābiyah / yang disebutkan pada ayat 10, yaitu

َفَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَ َٓٔ

/Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah/

Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah

menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.

Dengan demikian kedua referen ini disebut dengan referen anafora berupa

pronomina ketiga tunggal feminim karena partisipan telah disebutkan pada

ayat sebelumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10. Ayat 16

َ ََٚ َٱٔامَّ ِذَ َّ َٱٌـ َّبٓ ُء فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَََٙٔ

Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah

dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah

Dalam ayat enam belas (16) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina ketiga tunggal feminimَ ََٟ ِ٘ َ / hiya/ dia feminim yang

Pronomina ketiga tunggal feminim .فَ melekat pada konjungsi huruf fa ََٟ ِٙ

assamā‟u / langit yang disebutkan pada / َّٱٌـ َّبٓ ُءَ َ tersebut mengacu kepada

ayat yang sama. Dengan demikian referen ini disebut dengan referen anafora

berupa pronomina ketiga tunggal feminimَkarena partisipan telah disebutkan

pada nomina sebelumnya dalam ayat yang sama.

11. Ayat 17

َ َٚ ۡٱٌ ٍََّ ُهَ ٝٓ ٍَػََأَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚب ٠َََٚ ۡذ ِّ ػًََُ ۡغ َف ََعثِّ َهَ َف ٛۡ َلُُٙۡ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظ ََث ١ََِّٕ ٞخ٧َََٔ /Wal malaku 'alā arjā ihā wa yahmilu 'arsya rabbika fauqahum yauma iżin ṡamāniyah/ Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu

delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka

Dalam ayat tujuh belas (17) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang ha/ dia atau nya feminim / َ َ٘ب merupakan pronomina ketiga tunggal feminimَ pronomina ketiga tunggal ,أَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚبَ dan menjadi أَ ۡع َجبٓ ِبَ yang melekat pada kata yang disebutkan pada ayat 16, yaitu َّٱٌـ َّبٓ ُء ََۡۡ feminim َmengacu kepada َ ََٚ َٱٔامَّ ِذَ َّ ََٱٌـ َّبٓ ُء فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَََٙٔ / Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah/ dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Referen ini

disebut dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal feminim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12. Ayat 17

َ ََٚ ۡٱٌ ٍََّ ُهَ ٝٓ ٍَػََأَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚب ٠َََٚ ۡذ ِّ ػًََُ ۡغ َف ََعثِّ َهَ َف ٛۡ َلُُٙۡ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظ ََث ١ََِّٕ ٞخ٧َََٔ /Wal malaku 'alā arjā ihā wa yahmilu 'arsya rabbika fauqahum yauma iżin ṡamāniyah/ Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu

delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.

Dalam ayat tujuh belas (17) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina ketiga jamak maskulin َ َُُۡ٘ َ / hum/ mereka maskulin

pronomina ketiga jamak , َف ٛۡ َلdan menjadi َ ُُۡٙ َف ٛۡ َقَ yang melekat pada kata

.yang disebutkan sebelumnya ۡٱٌ َّ ٍَ ُهَ َ maskulin tersebutَ mengacu kepada

Referen ini disebut dengan referen anafora dalam bentuk pronomina ketiga

jamak maskulin.

13. Ayat 19

ََُٗفَأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ََۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ َف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ ُ ََ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚا ِو زَج١َِ ۡٗ ٩ََٔ /Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah/

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini).

Dalam ayat sembilan belas (19) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina ketiga tunggal maskulin ٖ / hu/ dia maskulin yang

pronomina ketiga tunggal , ِو زَجَ ۥَُٗ َ dan menjadi ِو زَ َتَ melekat pada kata

maskulin tersebutَmengacu kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang disebutkan

sebelumnya pada ayat yang sama. Referen ini disebut dengan referen anafora

dalam bentuk pronomina ketiga tunggal maskulin.

14. Ayat 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ََفَأَ َِّب َ ََُِٗ َۡٓأُٚرِ َٟ ِ ََۥو زَجَ َثِ ََۦ١َ ١ِِّٕ ِٗ ٛيَُفَ ١َََمُ ََ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚا ِو زَج١َِ ۡٗ ٩ََٔ /Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah/

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini).

Pada ayat yang sama yaitu ayat sembilan belas (19) di atas terlihat ada alat

kohesi referen yang merupakan pronomina ketiga tunggal maskulin ٖ / hi/ dia

pronomina ketiga ,ث١َِ ١ِِّٕ َِٗ dan menjadi ث١َِ ِّ ١َِٓ maskulin yang melekat pada kata

tunggal maskulin tersebutَmengacu kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang juga

disebutkan sebelumnya pada ayat yang sama. Referen ini disebut dengan

referen anafora dalam bentuk pronomina ketiga tunggal maskulin.

15. Ayat 19 ََفَأَ َِّب َ ََُِٗ َۡٓأُٚرِ َٟ ِ ََۥو زَجَ ٛيََُۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ ََف١ََمُ ََ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚا ِو زَج١َِ ۡٗ ٩ََٔ /Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah/

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini).

Pada ayat yang sama, ayat sembilan belas (19) di atas terlihat ada alat kohesi

referen yang merupakan pronomina ketiga tunggal maskulin ٞ / ya / dia

yaqūlu / „dia berkata‟ pronomina / ٠َمُٛيَُ maskulin yang tersirat dalam verba

‟ketiga tunggal maskulin tersebutَ mengacu kepada َ َٓۡ َِ / man / „seseorang

yang juga disebutkan sebelumnya pada ayat yang sama. Referen ini disebut

dengan referen anafora dalam bentuk pronomina ketiga tunggal maskulin.

16. Ayat 20

ََئِ ِّٟٔ َ َظَٕ ُٕذ أَ ِّٔ ٍََُِٟ ٍك َِد َـبث١َِ َََٕۡٗٓ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

/Innῑ ẓanantu annῑ mulāqin ḥisābiyah/

Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab

terhadap diriku.

Pada ayat dua puluh (20) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

tu / aku yang melekat / ُدَ merupakan pronomina pertama tunggal maskulin

/ẓanantu / َظَٕ ُٕذَ ẓanan / „meyakini‟ dan menjadi bentuk / َظَٕٓ dengan verba

saya meyakini, pronomina pertama tunggal maskulin tersebutَ mengacu

.kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang juga disebutkan pada ayat 19

ََُٗفَأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ََۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ ف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚاَ ِو زَج١َِ ۡٗ ٩َٔ

/Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah/

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini).

Referen ini disebut dengan referen anafora dalam bentuk pronomina pertama

tunggal maskulin.

17. Ayat 21

فَ ََُٛٙفِ ػَِٟ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخََٕٔ

/Fa huwa fῑ 'ῑsyatin rāḍiyah/

Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai

Pada ayat dua puluh satu (21) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina ketiga tunggal maskulin ََٛ ُ٘ /huwa / dia maskulin, yang

,fahuwa / maka dia maskulin / فَ melekat dengan huruf fa menjadi ََُٛٙ

/ pronomina ketiga tunggal maskulin tersebutَ mengacu kepada َ َٓۡ َِ / man

„seseorang‟ yang juga disebutkan sebelumnya pada ayat 19. Referen ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

disebut dengan referen anafora dalam bentuk pronomina ketiga tunggal

maskulin.

18. Ayat 23 لُ َُٛفَُٙ َبَصا١َِٔ ٞخَََٖٕ /Quṭūfuhā dāniyah/

buah-buahannya dekat

Pada ayat dua puluh tiga (23) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang ha / dia feminim, yang/َ٘ب merupakan pronomina ketiga tunggal feminim Quṭūfuhā / „buah-buahan‟, membentuk dan / لُ َُ ُٛفَ melekat dengan kata Quṭūfuhā / buah-buahannya, pronomina ketiga tunggal/ لُ َُٛفَُٙب َ menjadi yang disebutkan pada ayat 22, yaitu َجَّٕ ٍخََ feminm tersebutَmengacu kepada ََفِ ََٟجَّٕ ٍخَ ػَب١ٌَِ ٖخ ََٕٕ /Fῑ jannatin 'āliyah/

dalam syurga yang tinggi

Referen ini disebut dengan referen anafora dalam bentuk pronomina ketiga

tunggal feminim.

19. Ayat 24 ۢ ُ ََوٍُ ْٛاَ َ َٚ ۡ ََٱَش َغ ْثُٛا ََِٕ٘ ١َٓ بَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َفَِٟ ۡ ََٱأل٠ََّ ِبََ ۡ َٱٌ َشب١ٌَِ ِخ ََٕٗ /Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah/

(kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan

amal yang telah engkau kerjakan pada hari-hari yang telah lalu

Pada ayat dua puluh empat (24) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

/ ْٚ / waw alifاَ merupakan pronomina kedua jamak maskulin yaitu huruf

kulū / „makanlah / ُوٍُ ْٛاََ bermakna „mereka maskulin yang tersirat dalam verba

kalian maskulin‟, pronomina kedua jamak maskulin tersebutَ mengacu

kepada ََٓۡ َِ / man / „orang‟ yang disebutkan pada ayat 19, yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ََُٗفَأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ََۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ ف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚاَ ِو زَج١َِ ۡٗ ٩ََٔ /Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah/

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini).

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina kedua jamak

maskulin.

20. Ayat 24 ۢ ُ ََوٍُ ْٛاَ َ َٚ ۡ ََٱَش َغ ْثُٛا ََِٕ٘ ١َٓ بَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َفَِٟ ۡ ََٱأل٠ََّ ِبََ ۡ َٱٌ َشب١ٌَِ ِخ ََٕٗ /Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah/

(kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan

amal yang telah engkau kerjakan pada hari-hari yang telah lalu

Pada ayat dua puluh empat (24) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

‟tum / „kalian maskulin / رُُ merupakan pronomina kedua jamak maskulin

aslafa / „yang telah dikerjakan‟ menjadi / أَ ؿٍَۡفyang melekat dengan verbaَ

pronomina kedua jamak maskulin tersebutَmengacu ,أَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َ dan membentuk

kepada ََٓۡ َِ / man / „orang‟ yang disebutkan pada ayat 19, yaitu

ََُٗفَأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ََۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ ف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚاَ ِو زَج١َِ ۡٗ ٩ََٔ /Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah/

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini).

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina kedua jamak

maskulin.

21. Ayat 25 َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta/َ

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka

dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku

kitabku (ini)

Dalam ayat dua puluh lima (25) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina ketiga tunggal maskulin ٖ / hu/ dia maskulin yang

pronomina ketiga tunggal , ِو زَجَ ۥَُٗ َ dan menjadi ِو زَ َتَ melekat pada kata

maskulin tersebutَmengacu kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang disebutkan

sebelumnya pada ayat yang sama. Referen ini disebut dengan referen anafora

dalam bentuk pronomina ketiga tunggal maskulin, yaitu

َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١ََِ َََٕۡٗ٘ /Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka

dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku

kitabku (ini).

22. Ayat 25 َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta/َ

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada ayat dua puluh lima (25) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina ketiga tunggal maskulin ٖ / hi/ dia maskulin yang

pronomina ketiga tunggal ,ثِ ِا َّبٌِ َِٗ dan menjadi ثِ ِا َّ ِبيَ melekat pada kata

maskulin tersebutَ mengacu kepada َ َٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang juga

disebutkan sebelumnya pada ayat yang sama. Referen ini disebut dengan

referen anafora dalam bentuk pronomina ketiga tunggal maskulin.

23. Ayat 25 َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta/َ

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini)

Pada ayat dua puluh lima (25) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina ketiga tunggal maskulin ٞ / ya / dia maskulin yang

yaqūlu / „dia berkata‟ pronomina ketiga tunggal / ٠َمَُٛيَُ tersirat dalam verba

maskulin tersebutَ mengacu kepada َ َٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang juga

disebutkan sebelumnya pada ayat yang sama. Referen ini disebut dengan

referen anafora dalam bentuk pronomina ketiga tunggal maskulin.

24. Ayat 25 َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta/َ

kitābiyah/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini)

Pada ayat dua puluh lima (25) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina pertama tunggal maskulin ٞ / ya / saya maskulin yang

yālaita / „seandainya‟ yang membentuk dan / َُۡ ١ٍََۡ٠ َذَ melekat dengan verba

yā laitanῑ / seandainya aku, pronomina pertama tunggal / ١ٍََۡ٠زmenjadi َِٟٕ

maskulin tersebutَ mengacu kepada َ َٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang juga

disebutkan sebelumnya pada ayat yang sama. Referen ini disebut dengan

referen anafora dalam bentuk pronomina pertama tunggal maskulin, yaitu

َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ /Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini). Referen ini disebut dengan referen anafora dalam

bentuk klausa.

25. Ayat 27 ١ٍََۡ٠َزََٙ َبَوبَٔ ِذ ۡ َٱٌمَ ِبظ١َخَ ٧ٕ ََ َ /Yā laitahā kānatil qāḍiyah/

Wahai kiranya sesuatu itulah yang menyelesaikan segala sesuatu

Pada ayat dua puluh tujuh (27) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

hā / dia tunggal feminim / َ٘ب merupakan pronomina ketiga tunggal feminim

yālaita / „seandainya‟ yang membentuk / َُۡ ١ٍََۡ٠ َذَ yang melekat dengan verba

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yā laitahā / seandainya dia , pronomina pertama tunggal ١ٍََۡ٠زََٙب dan menjadi

,yang disebutkan pada ayat 26 ِد َـبث١َِ َۡٗ feminim tersebutَ mengacu kepada

yaitu

َ ٌََََُٚۡ أَ ۡص ِع ََِ ِبَد َـبث١َِ ۡٗ ََٕٙ /Wa lam adri mā ḥisābiyah/

Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina tunggal

feminim.

26. Ayat 28 َِبَٓأَ ۡغَٕ َٟ ِّٕ ػََ َِٝب١ٌَِ ٨َََٕٗۡۡۜ /Mā agnā 'annῑ māliyah/

Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku

Pada ayat dua puluh delapan (28) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina pertama tunggal maskulin ٞ / ya / aku yang melekat

,dengan kata ٓػَ / „an / „tentang‟ dan menjadi bentuk ِّٟٕ ػَ / „anni / tentangku

pronomina pertama tunggal maskulin tersebutَ mengacu kepada َٓۡ َِ yang

disebutkan pada ayat 25, yaitu

َ ََٚأَ َِّب َ ََُِٗ ۡٓ ََۥأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ /Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka

dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku

kitabku (ini).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina pertama

tunggal maskulin.

27. Ayat 29 ٍََ٘ َه ؿَٟۡ ِّٕ ػٍََُ ١ََِٕ ٩َََٕٗۡ /Halaka 'annῑ sulṭāniyah/

Telah hilang kekuasaanku daripadaku

Pada ayat dua puluh sembilan (29) di atas terlihat ada alat kohesi referen yang

merupakan pronomina pertama tunggal maskulin ٞ / ya / aku yang melekat

,dengan kata ٓػَ / „an / „tentang‟ dan menjadi bentuk ِّٟٕ ػَ / „anni / tentangku

pronomina pertama tunggal maskulin tersebutَ mengacu kepada َٓۡ َِ yang

disebutkan pada ayat 25. Referen ini disebut dengan referen anafora berupa

pronomina pertama tunggal maskulin.

28. Ayat 30 ُ َس ُظٛ َُٖٚ َفَ ُغ ٍ ُٖ ََٖٓ /Khuẓūhu fagullūhu/

(Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya

Dalam ayat tiga puluh (30) di atas terlihat ada dua (2) referen anafora

pronomina ketiga tunggal maskulin, yaitu;

pronomina ketiga tunggal maskulin ٖ / hu/ dia maskulin yang melekat pada

pronomina ketiga tunggal , ُس ُظyang membentuk dan menjadi َُٖٚ ُس ُظverba ٚ

maskulin tersebutَmengacu kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang disebutkan

sebelumnya pada ayat 25.

29. Selanjutnya dalam ayat yang sama terdapat pronomina ketiga tunggal

yang ُغ maskulin ٖ / hu/ dia maskulin yang melekat pada verba ٍٛ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pronomina ketiga tunggal maskulin tersebutَ ,فَ ُغ membentuk dan menjadi ٍَُٖٛ

juga mengacu kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang disebutkan sebelumnya

pada ayat 25.

Kedua referen ini disebut dengan referen anafora dalam bentuk pronomina

ketiga tunggal maskulin.

30. Ayat 31 َثُ ََُّ ۡ ََٱٌ َج ِذ ١َُ َص ٍُٖٛ َٖٔ /Ṡummal jaḥῑma shallūhu/

Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala

Dalam ayat tiga puluh satu (31) di atas terlihat ada referen anafora pronomina

ketiga tunggal maskulin, yaitu pronomina ketiga tunggal maskulin ٖ / hu/ dia

yang membentuk dan menjadi َص maskulin yang melekat pada verba ٍٛ

/ َِ ََۡٓ pronomina ketiga tunggal maskulin tersebutَmengacu kepada , َص ٍَُٖٛ

man / „seseorang‟ yang disebutkan sebelumnya pada ayat 25, yaitu

َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ /Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini). Referen ini disebut dengan referen anafora berupa

pronomina ketiga tunggal maskulin.

31. Ayat 32 َثُ ََُّ فِ ؿٍَِٟۡ ِـ ٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُ َبؿَ ۡج ُٛؼَْ َِط َع ٗاػبَفَ ۡ َٱؿٍُ ُىَُٖٛ ََٕٖ

/Ṡumma fῑ silsilatin ẓar'uhā sab'ūna żirā'an faslukūh/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta

Dalam ayat tiga puluh dua (32) di atas terlihat ada referen anafora pronomina hā / dia feminim yang /َ٘ب ketiga tunggal feminim, yaitu tunggal feminim pronomina , َط ۡع ٙػَُب yang membentuk dan menjadi َط ۡع ُعَ melekat pada kata ؿِ yang disebutkanٍۡ ِـٍَ ٖخَ ketiga tunggal feminim tersebutَ mengacu kepada sebelumnya pada ayat yang sama.

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal

feminim.

32. Ayat 32 َثُ ََُّ فِ ؿٍَِٟۡ ِـٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُ َبؿَۡج ُٛؼَْ َِط َع ٗاػبَفَ ۡ َٱؿٍُ ُىَُٖٛ ََٕٖ

/Ṡumma fῑ silsilatin ẓar'uhā sab'ūna żirā'an faslukūh/

Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta

Selanjutnya pada ayat yang sama yaitu ayat tiga puluh dua (32) di atas terlihat

ada referen anafora pronomina ketiga tunggal maskulin, yaitu pronomina

ۡٱؿٍُ ُىketiga tunggal maskulin ٖ / hu/ dia maskulin yang melekat pada verba ٛ

uslukūh / belitlah / ۡٱؿٍُ ُىuslukū / „belitlah‟ yang membentuk dan menjadi َُٖٛ /

/ dia, pronomina ketiga tunggal maskulin tersebutَmengacu kepada ََٓۡ َِ / man

„seseorang‟ yang disebutkan sebelumnya pada ayat 25, yaitu

َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ /Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini). Referen ini disebut dengan referen anafora berupa

pronomina ketiga tunggal maskulin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33. Ayat 33 ََۥئََُِّٔٗ َ ََو َبْ ََال ۡ ٠َُإ ِِ َُٓثِ َّ ََٱّللِ ۡ َٱٌ ؼَ ِظ ١ُِ ََٖٖ /Innahū kāna lā yu'minu billāhil 'aẓῑm/

Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar

Selanjutnya pada ayat yang sama yaitu ayat tiga puluh tiga (33) di atas terlihat

ada referen anafora pronomina ketiga tunggal maskulin, yaitu pronomina

/ ئِ َْ ketiga tunggal maskulin ٖ / hu/ dia maskulin yang melekat pada huruf

/ innahū / ئَُِّٔٗ inna / „sesungguhnya‟ yang membentuk dan menjadi

sesungguhnya dia, pronomina ketiga tunggal maskulin tersebutَ mengacu

,kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang disebutkan sebelumnya pada ayat 25

yaitu

َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ /Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini). Referen ini disebut dengan referen anafora berupa

pronomina ketiga tunggal maskulin.

34. Ayat 35 َُٗفٍََۡ ١َ ؾٌَََ ۡ ََٱ١ٌَ َٙ٘ َ َُٕٛۡ َبَد ِّ ١ُٞ َٖ٘ /Falaisa lahul yauma hā hunā ḥamῑm/

Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini.

Pada ayat tiga puluh lima (35) di atas terlihat ada referen anafora pronomina

ketiga tunggal maskulin, yaitu ٌَُٗ / lahu/ baginya, pronomina ketiga tunggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

maskulin tersebutَmengacu kepada ََٓۡ َِ / man / „seseorang‟ yang disebutkan

sebelumnya pada ayat 25, yaitu

َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ /Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta

kitābiyah/

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

kepadaku kitabku (ini). Referen ini disebut dengan referen anafora berupa

pronomina ketiga tunggal maskulin.

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal

maskulin.

35. Ayat 37 ۡ َّ ََُٗال٠ََأ ُوٍَُ ٓ ََۥ َئِ َّال ۡ َٱٌ َش ِ ََ َُ َ َْٛ ٧َٖ /Lā ya'kuluhu illal khāṭi‟ūn/

Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa

Dalam ayat tiga puluh tujuh (37) di atas terlihat ada referen anafora pronomina ketiga tunggal maskulin, yaitu َُٖ / hu / dia feminim yang melekat pronomina ketiga ,٠َ ۡأ ُوٍُ ۥَُٗ yang membentuk dan menjadi ٠َ ۡأ ُوًَُ pada verba yang disebutkan َغ ؼَ ٌبََ tunggal maskulin tersebutَ mengacu kepada sebelumnya pada ayat 36.

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal

feminim.

َ َٚ َالَ َغ ؼَ ٌبََئِ َّال َِِ ۡٓ َِغ ۡـٍِ َٙٓ١َٖٖ /Wa lā ṭa'āmun illā min gislῑn/

Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan

nanah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36. Ayat 44

َ بٛۡ ٌَ َٚ ََر َم َّٛ َي ػََ ٍَ ١َۡ َ َٕ َثَ ؼۡ َط ۡ َ َٱأل َل ِبٚ ٠ًِ َٗٗ

/Wa lau taqawwala 'alainā ba'ḍal aqāwῑl/

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama)

Kami.

Dalam ayat empat puluh empat (44) di atas terlihat ada referen anafora nā / Kami maskulin yang / َٔب pronomina pertama jamak maskulin, yaitu ١ٍَۡػَ , pronomina pertama jamak maskulin tersebutَََٕب melekat dan menjadi .yang disebutkan sebelumnya pada ayat 43 َّع ِّةَ ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ mengacu kepada ۡ رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ َٖٗ /Tanzῑlun min rabbil 'ālamῑn/

Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina pertama jamak

maskulin.

37. Ayat 45 َ ََألَ َس ۡظَٔب ِ ََُِٕۡٗثِ ۡ َٱ١ٌَ ِّ ١ِٓ َ٘ٗ /La‟akhażnā minhu bil yamῑn/

niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.

yang َّع ِّة َ ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ Kami) mengacu kepada) َٔب Pronomina pertama jamak disebutkan pada ayat 43, yaitu ۡ رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ َٖٗ Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Referen ini

disebut dengan referen anafora berupa pronomina pertama jamak maskulin.

38. Ayat 45 َ ََألَ َس ۡظَٔب ِ ََُِٕۡٗثِ ۡ َٱ١ٌَ ِّ ١ِٓ َ٘ٗ /La‟akhażnā minhu bil yamῑn/

niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang disebutkan َع ُٛؿٖيَ Pronomina ketiga tunggal َُٖ (nya) mengacu kepada pada ayat 40, yaitu َۥئََُِّٔٗ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠ََُٖٓٗ /Innahū laqaulu rasūlin karῑm/

Sesungguhnya Al itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan

kepada) Rasul yang mulia.

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal

maskulin.

39. Ayat 46 ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡ َٱٌ َٛرِ ١ََٓ َٙٗ

/Ṡumma laqaṭa'nā minhul watῑn/

Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya

yang َّع ِّة َ ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ Kami) mengacu kepada) َٔب Pronomina pertama jamak disebutkan pada ayat 43, yaitu ۡ رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ َٖٗ /La‟akhażnā minhu bil yamῑn/

Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Referen ini

disebut dengan referen anafora berupa pronomina pertama jamak maskulin.

40. Ayat 45 ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡ َٱٌ َٛرِ ١ََٓ َٙٗ /Ṡumma laqaṭa'nā minhul watῑn/

niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.

yang disebutkan َع ُٛؿٖيَ Pronomina ketiga tunggal َُٖ (nya) mengacu kepada pada ayat 40, yaitu

َۥئََُِّٔٗ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠ََُٖٓٗ /Innahū laqaulu rasūlin karῑm/

Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang

diturunkan kepada) Rasul yang mulia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Referen ini disebut dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal

maskulin.

41. Ayat 47

َفَ َّب ِِ ُٕى َُِِّ َۡٓأَ َد ٍض ػََٕۡ ََُٗد ِج ؼِ ٧َٓ٠ََٗ /Fa mā minkum min aḥadin 'anhu ḥājizῑn/

Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari engkau yang dapat menghalangi

(Kami), dari pemotongan urat nadi itu

yang disebutkan ۡٱٌ َٛرِ ١ََٓ Pronomina ketiga tunggal َُٖ (nya) mengacu kepada . pada ayat 46, yaitu

ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡ َٱٌ َٛرِ ١ََٓ َٙٗ

/Ṡumma laqaṭa'nā minhul watῑn/

Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Referen ini disebut

dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal maskulin.

42. Ayat 48 َ ََۥٚئََُِّٔٗ ٌَزَ ۡظ ِو َغ ٞح ٌٍَِّۡ ُّزَّمِ ١َٓ ٨َٗ /Wa innahu latażkiratun lilmuttaqῑn/

Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang

yang bertakwa

yang ٌَ َم ٛۡيَُ َ َع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖ Pronomina ketiga tunggal َُٖ (nya) mengacu kepada disebutkan pada ayat 40, yaitu َۥئََُِّٔٗ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠ََُٖٓٗ /Innahū laqaulu rasūlin karῑm/

Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang

diturunkan kepada) Rasul yang mulia. Referen ini disebut dengan referen

anafora berupa pronomina ketiga tunggal maskulin.

43. Ayat 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َ َٚئَِّٔب ٌََٕ ؼٍَۡ َُأَ َّْ َِِ ُٕى َُِ َى ِّظثِ ٩َٓ١ََٗ /Wa innā lana'lamu anna minkum mukażżibῑn/

Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara engkau

ada orang yang mendustakan (nya)

yang َّع ِّة َ ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ kami) mengacu kepada) َّٔب َ Pronomina pertama jamak disebutkan pada ayat 43, yaitu ۡ رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ َٖٗ /Tanzῑlun min rabbil 'ālamῑn/

Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Referen ini

disebut dengan referen anafora berupa pronomina pertama jamak maskulin.

44. Ayat 49 َ َٚئَِّٔب ٌََٕ ؼٍَۡ َُأَ َّْ َِِ ُٕى َُِ َى ِّظثِ ٩َٓ١ََٗ /Wa innā lana'lamu anna minkum mukażżibῑn/

Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara engkau ada orang yang mendustakan (nya) yang َّع ِّة َ ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ kami) mengacu kepada) َّٔب َ Pronomina pertama jamak disebutkan pada ayat 40, yaitu ۡ رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ َٖٗ /Wa innā lana'lamu anna minkum mukażżibῑn/

Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Referen ini

disebut dengan referen anafora berupa pronomina pertama jamak maskulin.

45. Ayat 50 ۡ َ ََٚٝئَُِّٔٗۥ ٌَ َذ ۡـ َغحٌ ػٍَََ َٱٌ َىفِ ِغ ٠ََٓ َٓ٘ /Wa innahū laḥasratun 'alal kāfirῑn/

Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang- orang (di akhirat) yang disebutkan pada ئَِّٔ ۥَُٗ Pronomina ketiga tunggal ََُٖ (nya) mengacu kepada ayat 40, yaitu َۥئََُِّٔٗ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠ََُٖٓٗ /Innahū laqaulu rasūlin karῑm/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Referen ini

disebut dengan referen anafora berupa pronomina ketiga tunggal maskulin.

46. Ayat 51 َ ََۥٚئََُِّٔٗ ٌََ َذ ك ۡ َٱ١ٌَمِ ١ِٓ َٔ٘ /Wa innahū laḥaqqul yaqῑn/

Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini

yang ٌَ َم ٛۡيُ ََع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖ Pronomina ketiga tunggalَ َُٖ (nya) mengacu kepada disebutkan pada ayat 40, yaitu َۥئََُِّٔٗ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠ََُٖٓٗ /Innahū laqaulu rasūlin karῑm/

Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang

diturunkan kepada) Rasul yang mulia. Referen ini disebut dengan referen

anafora berupa pronomina ketiga tunggal maskulin.

47. Ayat 41 َ َٚ َِب ُ٘ ََٛثِمَ ٛۡ ِي َََش ِبػ ٖۚغَلٍَِ ١ٗال ََِّبَرُ ۡإ ُِِٕ َََْٛٔٗ /Wa mā huwa biqauli syā'irin qalῑlan mā tu'minūn/

dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali engkau

beriman kepadanya

yang ٌَ َم ٛۡيُ ََع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖ Pronomina ketiga tunggal ََٛ ُ٘ (dia) mengacu kepada disebutkan pada ayat 40, yaitu َۥئََُِّٔٗ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠ََُٖٓٗ /Innahū laqaulu rasūlin karῑm/

Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang

diturunkan kepada) Rasul yang mulia. Referen ini disebut dengan referen

anafora berupa pronomina ketiga tunggal maskulin.

Dalam surat Al-Haqqah ini ditemukan alat referen anafora lebih banyak dari

alat referen lainnya, disebabkan pada hampir setiap ayat memiliki penjelasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang mengacu pada teks sebelumnya. Ada beberapa referen eksofora, namun

tidak ditemukan referen katafora.

4.2.1.2 Kohesi substitusi

Substitusi adalah kohesi yang didasarkan atas keterkaitan bentuk

(relatedness of form). Substitusi menunjukkan penghilangan bentuk linguistik dan diganti dengan bentuk linguistik lain.

Substitusi merupakan penggantian kata dengan kata lainnya atau satu unsur dengan unsur lainnya dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. Dalam surat

Al-Hāqqah, maka pemakaian alat kohesi substitusi ini menunjukkan adanya pemakaian suatu kata baru untuk menggantikan sebuah kata sebelumnya, untuk menjelaskan makna dalam ayat tersebut. Dalam surat Al-Hāqqah yang terdiri dari

yauma / ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَ ayat, hanya memiliki satu (1) alat kohesi substitusi, yaitu kata 52 iżin /‟pada hari itu‟ yang terdapat pada ayat (18),

ََف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َ َٚلَ ؼَ ِذ ۡ َٱٌ َٛالِ ؼَخُ ََ٘ٔ Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah

“Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat”

-al / ۡٱٌ َٛالِ ؼَخَُ merupakan kata yang menggantikan kata sebelumnya yaitu kata wāqi'ah / „hari kiamat‟ yang terdapat pada ayat (15).

٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَرُ ؼۡ َغ ُظ َْٛ ََالَرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ ََسبف١َِ ٞخ٨َََٔ

Yauma iżin tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Pada hari itu engkau dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”.

Alat kohesi substitusi ini digambarkan dalam lampiran 4.

yauma iżin / yang berarti / ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَ Pada ayat delapan belas (18) terdapat kata pada hari itu. Pada ayat tersebut tidak dinyatakan dengan jelas apa yg dimaksud

yauma iżin / tersebut, namun pada ayat lima belas (15) terdapat kata / ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَ dengan

al-wāqi'ah / yang berarti hari kiamat. Jika dilihat makna dari ayat delapan / ۡٱٌ َٛالِ ؼَخَُ

yauma iżin / pada ayat tersebut merujuk pada kata / ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَ belas (18) ternyata kata

al-wāqi'ah/ yang terdapat pada ayat lima belas (15), sehingga ayat / ۡٱٌ َٛالِ ؼَخَُ delapan belas (18) tersebut memiliki makna yang jelas.

Dalam teks

٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ رُ ؼۡ َغ ُظ َْٛ ََالَرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ ََسبف١َِ ٞخ٨َََٔ

Yauma iżin tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah

.yauma iżin/ pada hari itu adalah hari kiamat /٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَ Yang dilesapkan dalam

Sesungguhnya bentuk lengkap teks tersebut adalah

َاٌم١بِخ٠ََ ٛۡ ََ رُ ؼۡ َغ ُظ َْٛ ََالَرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ ََسبف١َِ ٞخََ

Yaumalqiyamati tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah/ Pada hari kiamat itu engkau dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2.1.3 Kohesi elipsis

Ellipsis adalah penghilangan item tertentu atau penggantian item tertentu dengan kosong. Seperti halnya substitusi, ellipsis dapat bersifat nominal, verbal, dan juga klausal.

Kohesi Elipsis dalam Surat Al-Hāqqah merupakan peniadaan suatu kata atau satuan lain dalam suatu ayat yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Pada ayat yang menggunakan alat kohesi ellipsis ini, meskipun terdapat peniadaan suatu kata, namun tetap memiliki keutuhan makna yang sempurna dengan dalam konteks bahasa.

Dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan sepuluh (10) ayat yang menggunakan alat kohesi ellipsis dalam bentuk klausa. Pada ayat-ayat tersebut terdapat kata atau bagian yang hilang, namun kesepuluh ayat tersebut tetap memiliki keutuhan makna, dengan dapat diramalkannya kata atau bagian yang hilang pada ayat tersebut. Ayat-ayat yang menggunakan alat kohesi ellipsis tersebut terdapat dalam lampiran 5. Adapun kesepuluh alat kohesi ellipsis tersebut adalah sebagai berikut :

1). Pada ayat tujuh (7) ۖ ۡ َ ؿَ َّش َغَ٘ب ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙ ۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛبَفَزَ َغَٜ َٱٌ َم ٛۡ ََ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧َ Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al

qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah

"yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan

delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati

bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong

(lapuk)."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

/ ؿَ َّش َغَ٘ب ػََ ٍَ ١ۡ Pada ayat ini ditemukan kata yang hilang, yaitu klausa َُِۡٙ

Sakhkharahā 'alaihim/berarti ditimpakan angin itu kepada mereka. Pada ayat

ini tidak dinyatakan dengan jelas subjek pelaku yaitu siapa yang menimpakan

angin itu, hanya terdapat pronomina implisit (dhamir mustathir). Dengan

memahami keseluruhan makna dari ayat-ayat sebelumnya, maka dapat

diketahui bahwa yang dimaksud oleh pronomina implisit tersebut adalah Allah.

Bentuk teks sesungguhnya dalam klausa tersebut adalah

َ بؿَ َّش َغَ َََ٘ َّ ََّللاُ َ ١ٍَۡػَُۡ ِٙ َ

Sakhkharahā llahu 'alaihim/ Allah meniupkan angin itu kepada mereka.

2). Pada ayat sepuluh (10)

َفَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَٓٔ Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah

"Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah

menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras."

ػَ /'aṣau /mereka mendurhakai rasul َص ٛۡ ْاَ Pada ayat ini terdapat klausa

ٚۡ / waw alif / pronomina ketiga ْاَ Tuhan mereka, yang di dalamnya terdapat

jamak implisit (dhamir mustathir). Dengan memahami ayat sebelumnya,

maka ditemukan makna bahwa subjek (Fa‟il) yang hilang tersebut adalah

Kaum „Ad.

3). Pada ayat sebelas (11) ۡ ۡ ۡ بََئَِّٔب ٌََ َّّ َبَغ َغ ََٟٱٌ َّبٓ ُء َد ٍََّٕ ُىُۡ َفِ َٱٌ َج ِبع٠َ ِخَ ٔٔ Innā lammā ṭagal mā-u hamalnākum fῑl jāriyah

"Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa

(nenek moyang) engkau, ke dalam bahtera,"

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ṭagal mā-u/ klausa tersebut/ َغ َغبَ ۡٱٌ َّبٓ ُءَ ”Dikatakan bahwa “ketika air naik

tidak menjelaskan seberapa tinggi naiknya air tersebut, namun kata

selanjutnya mengatakan “kami bawa engkau kedalam perahu”. Hal ini

menunjukkan bahwa naiknya air yang dimaksud adalah naiknya air dengan

sangat tinggi sampai ke gunung. Hal ini sesuai dengan sejarah yang terjadi

pada zaman nabi Nuh. Apa yang terjadi pada ummat nabi Nuh memiliki

makna yang relevan dengan cerita pada surat Al-Hāqqah ini, yaitu kisah

orang yang mengingkari nabinya dan ajaran yang dibawanya.

4). Pada ayat tiga belas (13)

ََٟفَاِ َطا َُٔفِ َزَفِ ََٱٌص ِٛع َٔۡف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞح Fa iżā nufikha fῑṣ-ṣūri nafkhatun wāḥidah

"Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup."

nufikha/ ditiupkan, yang merupakan fi‟il/ ُٔفِ َزَ Pada ayat ini terdapat klausa

majhul (verba pasif). Pada fi‟il ini tidak dijelaskan fa‟il dan maf‟ulnya. Dapat

dikatakan makna pada ayat ini tidak utuh di karenakan ada kata yang hilang.

Berdasarkan analisis makna dari ayat ini maka dapat dikatakan bahwa kata

َ ْاال ْث َٛاق malāikat/ „malaikat‟ dan/ ِالئىخَ yang hilang pada ayat ini adalah

َِ َالئِ َىخََُٔفَ َزََ ْاال ْث َٛاق al-abwāq/ „sangkakala‟ sehingga kalimat utuhnya menjadi/

/ malaikat nafakhal abwwāq /„Malaikat meniup sangkakala‟ .

5). Pada ayat delapan belas (18)

٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَرُ ؼۡ َغ َظُْٛ ََالَرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ ََسبف١َِ ٞخ٨َٔ Yauma iżin tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah

"Pada hari itu engkau dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari

keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tu'raḍūna/ (dihadapkan), yang juga/ رُ ؼۡ َغ َظPada ayat ini terdapat klausa َُْٛ

merupakan fi‟il majhul (verba pasif), yang tidak menjelaskan maf‟ulnya

kepada siapa dihadapkan. Jika dikaji maknanya, maka akan ditemukan susunan

tu'raḍūna ila rabbika/‟dihadapkan/ رُ ؼْ َغ ْظُٛ َْ َاٌَِٝ ََعثِّ َهَ kata yang hilang, yaitu

kepada Tuhanmu‟, sehingga ayat tersebut memiliki makna yang utuh.

6). Pada ayat sembilan belas (19)

ََُٗفَأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ََۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ ف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚاَ ِ َو زَج١َِ ۡٗ ٩ٔ Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)."

ūtiya/ (diberikan) yang juga merupakan/ أُٚرِ Pada ayat ini terdapat klausa ََٟ

fi‟il majhul (verba pasif). kalimat ini tidak menjelaskan fa‟ilnya atau siapa

pelakunya. Jika dikaji maknanya, maka akan ditemukan fa‟il yang hilang, yaitu

.sehingga ayat tersebut memiliki makna yang utuh ,ّللا

7). Pada ayat dua puluh empat (24) ۢ ُ ََوٍُ ْٛاَ َ َٚ ۡ ََٱَش َغ ْثُٛا ََِٕ٘ ١َٓ بَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َفَِٟ ۡ ََٱأل٠ََّ ِبََ ۡ َٱٌ َشب١ٌَِ ِخ ٕٗ Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah

(kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan

amal yang telah engkau kerjakan pada hari-hari yang telah lalu."

Pada ayat ini ditemukan sebuah kalimat langsung atau perkataan

seseorang, namun tidak dijelaskan siapa fa‟il atau subjeknya. Jika dikaji

لَ َبيَ ِو زَجَ ۥََُٗث١َِ ١ِِّٕ َِٗ maknanya, maka akan kita temukan fa‟il yang hilang, yaitu Allah

Allah berfirman kepada orang yang diberikan catatan„ ّللاَُ َاٌَِٝ ََِ ْٓ َاُ ْٚرِ ََٟ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kebaikannya dengan tangan kanan‟, sehingga ayat tersebut memiliki makna

yang utuh.

8). Ayat empat puluh (40)

َۥئََُِّٔٗ ٌَمَ ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖٓٗ Innahū laqaulu rasūlin karῑm

"Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang

diturunkan kepada) Rasul yang mulia,"

Ayat ini berisi kalimat langsung atau perkataan seseorang yang tidak

dijelaskan siapa fa‟il atau subjeknya. Apabila dilihat maknanya, maka akan

sehingga ayat tersebut memiliki ,ٌَمَ ٛۡيَُ َّللاَِ ditemukan kata yang hilang, yaitu

sesungguhnya Alquran itu‟.ئَِّٔ ۥٌَََُٗمَ ٛۡيََُّللاََِ َع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖ makna yang utuh menjadi

adalah firman / wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia.

9). Pada ayat empat puluh dua (42)

َ َٚ َالَ ثِمَ ٛۡ ِي ََو ِب٘ َٖۚٓلٍَِ ١ٗال ََِّبَرَ َظ َّو َغَُْٕٚٗ Wa lā biqauli kāhinin qalῑlan mā tażakkarūn

"Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali engkau mengambil

pelajaran daripadanya."

Pada ayat ini tidak dinyatakan dengan jelas siapa atau apa yang

dibicarakan, ada kata yang hilang pada ayat ini, namun kata yang hilang ini

dapat ditentukan dengan memahami makna ayat tersebut. Adapun kata yang

.اٌمُ ْغاْ hilang tersebut adalah

10). Pada ayat empat puluh tiga (43)

ۡ َرَ ٠ٞ َؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّة َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ ٖٗ Tanzῑlun min rabbil 'ālamῑn

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

"Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam."

Pada ayat ini tidak dinyatakan dengan jelas siapa yang dibicarakan, jelas

terlihat ada kata yang hilang, namun kata yang hilang ini dapat ditentukan

dengan memahami makna ayat tersebut. Adapun kata yang hilang tersebut

.اٌمُ ْغاْ adalah

4.2.1.4 Kohesi Konjungsi

Kohesi Konjungsi dalam Surat Al-Hāqqah pada penelitian ini merupakan alat yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragraf.

Dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan dua puluh dua (22) alat kohesi konjungsi yang terdiri dari tiga (3) jenis alat kohesi konjungsi yaitu tiga belas (13)

(maka), dua (2) َفَ konjungsi Koordinatif ََٚ (dan), tujuh (7) Konjungsi Kausal

.(kemudian) ثُ ََُّ Konjungsi Temporal

Alat kohesi konjungsi tersebut digambarkan dalam lampiran 6. Dua puluh dua (22) alat kohesi konjungsi tersebut, merupakan 3 nomina, 5 frasa, 14 klausa.

Adapun alat kohesi konjungsi tersebut yaitu :

(Konjungsi Koordinatif, yaitu : ََٚ (dan .(1 Konjungsi ini terdapat di 13 ayat, yaitu :

 ayat empat (4) ۢ ۡ َ َو َّظثَ ۡذَثَ ُّ ُٛصَ َ ػَ َ َٚ ُبصَثِ َٗٱٌمَ ِبع ػَ ِخ َ

Każżabat ṡamūdu wa'ādun bil qāri'ah

"Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Konjungsi ini menggabungkan nomina (isim) dengan nomina (isim), yaitu kata Tsamud dan 'Aad

 ayat lima (5) dengan ayat enam (6)

أَ َِّبَثَ ُّ ُٛصَفَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛاَثَِ َّ َ٘ٱٌَ ِبغ١َ ِخَ

Fa ammā ṡamūdu fa uhlikū biṭ-ṭāgiyah

"Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan

kejadian yang luar biasa."

َ ُ ْ َ بٚأَ َّ َِ ٞ ػَبصَفَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَثِ ِغ ٠ٖخ ََص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخََٙ Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah

"sedangkan kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin

yang sangat dingin lagi amat kencang,"

Konjungsi ini menggabungkan kalimat nomina (jumlah ismiyah) dengan

kalimat nomina (jumlah ismiyah), yaitu kalimat „Adapun kaum Tsamud,

maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa‟ dengan

„sedangkan kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang

sangat dingin lagi amat kencang‟

 ayat tujuh (7)

َ ؿَ َّش َغَ٘ب ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ١ٌَََ ٖبيَ ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡ َٱٌمَ ٛۡ ََ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػَ َٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧ََ Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma

fatarā al qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah

"yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam

dan delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon

kurma yang telah kosong (lapuk)."

Konjungsi ini menggabungkan frasa (idhofah) dengan frasa (idhofah), yaitu

„tujuh malam‟ dengan „delapan hari‟.

 ayat sembilan (9)

َ ََٚ َ ََجبٓ َء َفِ ۡغ َُٚٗ َ ُْ ٛۡ ػَ َ ََۥَِٓلَۡجٍَ َ َٚ ۡ ََٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذ َثِ ۡ ٩ََٱٌ َش ِبغئَ ِخ َ Wa jā‟a fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu bil khāṭi‟ah

"Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan

(penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan

yang besar."

Konjungsi ini menggabungkan frasa dengan frasa, yaitu „orang sebelumnya‟ dengan „penduduk negri yang dijungkir balikkan‟.

 Ayat tiga belas (13) dengan ayat empat belas (14)

َُٔفِ َزَفَِٟ ََٱٌص ِٛع َٔۡف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞح nufikha fῑṣ-ṣūri nafkhatun wāḥidah

"sangkakala ditiup sekali tiupan."

َٚ َِدٍَُّ ِذ َۡٱألَ ۡع َضََُٚ َۡٱٌ ِججَبيََُفَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحَٗٔ Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah

"dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur." Konjungsi ini menggabungkan kalimat verba pasif (jumlah fi‟liyah) dengan kalimat verba pasif (jumlah fi‟liyah), yaitu „sangkakala ditiup sekali tiupan‟ dengan „dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung‟

 ayat empat belas (14)

َ ضَُٚ ِدٍَُّ ِذَ ۡ ََٱألَ ۡع َ بيَُٚ ۡ َٱٌ ِججَ فَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحَٗٔ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah

"dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur." Konjungsi ini menggabungkan nomina (isim) dengan nomina (isim), yaitu

„bumi‟ dengan „gunung‟

 ayat empat belas (14) dan enam belas (16)

ِ ضَُدٍَُّ ِذَ ۡ ََٱألَ ۡع َ بيَُٚ ۡ َٱٌ ِججَ فَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحَٗٔ Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah

"diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur." َ ََٚ َ ََٱٔامَّ ِذ َّ َٱٌـ َّبٓ ُء فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَََٙٔ Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah

"dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah."

Konjungsi ini menggabungkan kalimat verba (jumlah fi‟liyah) dengan kalimat verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „diangkatlah bumi dan gunung- gunung‟ dengan „dan terbelahlah langit‟

 ayat lima belas (15) dengan ayat enam belas (16)

َ َٚلَ ؼَ ِذَ ۡ َٱٌ َٛالِ ؼَخُ ٘ٔ waqa'atil wāqi'ah

"pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

َ ََٚ َ ََٱٔامَّ ِذ َّ َٱٌـ َّبٓ ُء ََٙٔ Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah

"dan terbelahlah langit"

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Konjungsi ini menggabungkan klausa verba (jumlah fi‟liyah) dengan klausa verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „pada hari itu terjadilah hari kiamat‟ dengan

„dan terbelahlah langit‟

 ayat dua puluh empat (24) ۢ ُ ََوٍُ ْٛاَ َ َٚ ۡ ََٱَش َغ ْثُٛا ََِٕ٘ ١َٓ بَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َفَِٟ ۡ ََٱأل٠ََّ ِبََ ۡ َٱٌ َشب١ٌَِ ِخ َٕٗ Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah

(kepada mereka dikatakan): "Makanlah dan minumlah dengan sedap

disebabkan amal yang telah engkau kerjakan pada hari-hari yang telah

lalu."

Konjungsi ini menggabungkan verba (fi‟il) dengan verba (fi‟il), yaitu

„makanlah‟ dengan „minumlah‟

 ayat dua puluh lima (25) dan ayat dua puluh enam (26)

ٌََُۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ ۡٗ ََٕ٘ lam ūta kitābiyah

“kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)."

َ ََُٚۡ ٌَََ أَ ۡص ِع ََِ ِبَد َـبث١َِ ۡٗ َٕٙ Wa lam adri mā ḥisābiyah

"dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku."

Konjungsi ini menggabungkan klausa (jumlah) dengan klausa (jumlah), yaitu „kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)‟ dengan „dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku‟

 ayat tiga puluh tiga (33) dengan ayat tiga puluh empat (34)

َ َال ٠َُۡإ ِِ َُٓثَِ َّ ََٱّللِ ۡ َٱٌ ؼَ ِظ ١ُِ ٖٖ kāna lā yu'minu billāhil 'aẓῑm

"dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َ ََٚ َ َال ٠َ ذُط ٝ ٍَػََ ََغ ؼَ ِبََ ۡ َٱٌ ِّ ۡـ ِى ١َِٓ َٖٗ Wa lā yaḥuḍḍu 'alā ṭa'āmil miskῑn

"Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan

orang miskin."

Konjungsi ini menggabungkan klausa (jumlah) dengan klausa (jumlah), yaitu „dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar‟ dengan

„dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.‟

 ayat empat puluh satu (41) dengan ayat empat puluh dua (42)

َ َِب ُ٘ ََٛثِمَ ٛۡ ِي َََش ِبػ ٖۚغَل١ٍَِ ٗال ََِّبَرُ ۡإ ُِِٕ َََْٛٔٗ mā huwa biqauli syā'irin qalῑlan mā tu'minūn

"Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali engkau beriman kepadanya." َ ََٚ َ َال ثِمَ ٛۡ ِي ََو ِب٘ َٖۚٓلٍَِ ١ٗال ََِّبَرَ َظ َّو َغََََََُْٕٚٗ Wa lā biqauli kāhinin qalῑlan mā tażakkarūn

"Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali engkau

mengambil pelajaran daripadanya."

Konjungsi ini menggabungkan frasa (murakkab) dengan frasa (murakkab), yaitu „perkataan seorang penyair‟ dengan „perkataan tukang tenung.‟

 ayat lima puluh (50) dengan ayat lima puluh satu (51). ۡ ََٝۥئََُِّٔٗ ٌَ َذ ۡـ َغحٌ ػٍَََ َٱٌ َىفِ ِغ ٠ََٓ َٓ٘ innahū laḥasratun 'alal kāfirῑn

"sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi

orang-orang kafir (di akhirat).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َ َُٚٗئَِ ََۥَّٔ ٌََ َذ ك ۡ َٱ١ٌَمِ ١ِٓ َٔ٘ Wa innahū laḥaqqul yaqῑn

"Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang

diyakini."

Konjungsi ini menggabungkan klausa (jumlah) dengan klausa (jumlah),

yaitu „benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir‟ dengan

„benar-benar kebenaran yang diyakini.‟

(maka) َفَ : Konjungsi Kausal, yaitu .(2 Konjungsi ini terdapat di tujuh (7) ayat, yaitu :

 ayat lima (5) dan ayat enam (6)

َأُ َۡ٘ ٍَِ ُى ْٛاَثِ َّ َ٘ٱٌَ ِبغ١َ ِخ uhlikū biṭ-ṭāgiyah

" mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa." ُ ْ َفَأَ ۡ ٍَِ٘ ُىٛاَثِ ِغ ٠ٖخ َص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَ َٙ َ fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah

"maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi

amat kencang,"

Konjungsi ini menggabungkan klausa (jumlah) dengan klausa (jumlah),

yaitu „mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa‟ dengan

„maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat

kencang‟

 ayat tujuh (7)

َ ؿَ َّش َغَ٘ب ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَ َٜفَ َزَ َغ ۡ َٱٌمَ ٛۡ َ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػَ َٔ ۡش ًٍَ َس ِب٠َٚ ٖخ٧ََ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma

fatarā al qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah

"yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam

dan delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada

waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon

kurma yang telah kosong (lapuk)."

Konjungsi ini menggabungkan kalimat verba (jumlah fi‟liyah) dengan kalimat verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka‟ dengan „maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan‟.

 ayat sepuluh (10)

َ ػََُۡ َص ٛۡ ْاَ َ َع ُٛؿَي ََعثِّ ِٙ فَأَ َس َظُُ٘ۡ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًََٓٔ Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah

"(masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu

Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras."

Konjungsi ini menggabungkan kalimat verba (jumlah fi‟liyah) dengan kalimat verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka‟ dengan „maka Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.‟

 ayat empat belas (14)

َ ضَُٚ ِدٍَُّ ِذَ ۡ ََٱألَ ۡع َ بيَُٚ ۡ ََٱٌ ِججَ َفَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗح ََٗٔ

Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

"dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, maka dibenturkan

keduanya sekali benturan."

Konjungsi ini menggabungkan kalimat verba (jumlah fi‟liyah) dengan kalimat verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „dan diangkatlah bumi dan gunung- gunung‟ dengan „maka dibenturkan keduanya sekali benturan.‟

 ayat lima belas (15) dengan ayat enam belas (16)

٠َََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َ َٚلَ ؼَ ِذ ۡ َٱٌ َٛالِ ؼَخُ َ٘ٔ yauma iżin waqa'atil wāqi'ah

"pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَََٙٔ fahiya yauma iżin wāhiyah

"maka pada hari itu langit menjadi lemah."

Konjungsi ini menggabungkan kalimat nomina (jumlah ismiyah) dengan kalimat nomina (jumlah ismiyah), yaitu „pada hari itu terjadilah hari kiamat‟ dengan „maka pada hari itu langit menjadi lemah.‟

 ayat sembilan belas (19)

ََۥأُٚرِ َٟ َِو زَجََُٗ ََۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ َف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚاَ ِو زَج١َِ ۡٗ ٩َٔ ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah

Adapun orang-orang yang diberikan catatan kepadanya dari sebelah

kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)."

Konjungsi ini menggabungkan klausa nomina (jumlah ismiyah) dengan klausa nomina (jumlah ismiyah), yaitu „orang yang diberikan‟ dengan „maka dia berkata.‟

 ayat tiga puluh (30)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ُ ََس ُظَُٖٚ فَ ُغ ٍُٖٛ ٖٓ Khuẓūhu fagullūhu

(Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke

lehernya."

Konjungsi ini menggabungkan klausa verba (jumlah fi‟liyah) dengan klausa

verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „Peganglah dia‟ dengan „lalu belenggulah

tangannya ke lehernya‟.

َٚأَ َِّبَ fa ammā mendahuli frasa فَأَ َِّب Dalam ayat empat (4) ditemukan frasa

wa ammā yang ada pada ayat lima (5). Hal itu disebabkan bahwa kata fa

berfungsi sebagai isti‟naf atau permulaan dalam sebuah pernyataan,

sedangkan kata wa merupakan aṭaf atau penghubung dari pernyataan

sebelumnya.

.ṡumma / kemudian/ ثُ ََُّ : Konjungsi Temporal, yaitu .(3 Konjungsi ini terdapat di tiga (2) ayat, yaitu :

 ayat tiga puluh (30) dan ayat tiga puluh satu (31)

ُ ََس ُظَُٖٚ فَ ُغ ٍُٖٛ ٖٓ Khuẓūhu fagullūhu

(Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke

lehernya."

ََثُ ََُّ ۡ ََٱٌ َج ِذ ١َُ َص ٍُٖٛ َٖٔ Ṡummal jaḥῑma shallūhu

"Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala."

Konjungsi ini menggabungkan klausa verba (jumlah fi‟liyah) dengan klausa

verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

lehernya‟ dengan „Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang

menyala-nyala‟.

 ayat empat puluh lima (45) dengan ayat empat puluh enam (46).

َ ََألَ َس ۡظَٔب ِ ََُِٕۡٗثِ ۡ َٱ١ٌَ ِّ ١ِٓ ٘ٗ La‟akhażnā minhu bil yamῑn

"niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya."

ََُٗثُ ََُّ ٌَمََ ؼَٕۡ ِبَِٕۡ ۡ َٱٌ َٛرِ ١ََٓ َٙٗ

Ṡumma laqaṭa'nā minhul watῑn

"Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya."

Konjungsi ini menggabungkan kalimat verba (jumlah fi‟liyah) dengan

kalimat verba (jumlah fi‟liyah), yaitu „benar-benar Kami pegang dia pada

tangan kanannya‟ dengan „Kemudian benar-benar Kami potong urat tali

jantungnya‟.

Dari keseluruhan alat kohesi gramatikal tersebut di atas, referen lebih dominan hingga mencapai 59 referen dibanding alat kohesi gramatikal lainnya.

Hal tersebut menjelaskan bahwa pengacuan (referen) lebih banyak digunakan dalam surat Al-Hāqqah karena Allah ingin menyampaikan secara rinci hubungan acuan yang terkandung dalam surat Al-Hāqqah tersebut sebagai keterangan dan penjelasan kepada nabi Muhammad untuk umatnya agar lebih mudah memahami kiamat serta peristiwa terdahulu sebagai gambaran peristiwa kiamat. Adapun alat kohesi gramatikal yang paling sedikit disebutkan dalam surat Al-Hāqqah adalah substitusi, yaitu hanya sekali disebutkan. Hal tersebut disebabkan bahwa dalam surat Al-Hāqqah ini Allah ingin menyampaikan pesan secara jelas kepada manusia sehingga cara penyampaian substitusi lebih sedikit disebutkan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

surat Al-Hāqqah ini agar tidak menimbulkan makna ambigu dalam menyampaikan berita khususnya tentang hari kiamat dan gambaran kiamat seperti yang telah terjadi pada umat terdahulu yang mengingkarinya.

4.2.2 Alat Kohesi Leksikal yang Membentuk Keutuhan Teks dalam Surat

Al-Hāqqah

Selanjutnya adalah alat kohesi leksikal dalam surat Al-Hāqqah ditemukan sebanyak lima puluh enam (56) alat kohesi leksikal. Dari jumlah tersebut dapat diuraikan berdasarkan bagian-bagian alat kohesi leksikal sebagai berikut. Kohesi reiterasi ditemukan dua puluh empat (24) dalam tiga (3) bentuk reiterasi yaitu; lima belas (15) nomina (isim), lima (5) verba (fi‟il), dan tiga (4) frasa (murakkab) keseluruhannya dalam bentuk reiterasi penuh atau sempurna, dan tidak ditemukan reiterasi sebagian atau variasi. Kohesi sinonim ditemukan satu (1) sinonim dalam bentuk nomina saja. Kohesi hiponim ditemukan dua (2) hiponim yang terdiri dua

(2) bentuk yakni 1 hiponim dalam bentuk nomina dan 1 hiponim dalam bentuk klausa. Berikutnya ditemukan satu (1) kohesi meronim. Sedangkan kohesi antonim ditemukan dua (2) antonim dalam bentuk nomina. Selanjutnya ditemukan kohesi kolokasi sebanyak tujuh (7) dalam bentuk frasa.

4.2.2.1 Kohesi Reiterasi Ulangan

Ulangan merupakan dua klausa atau lebih bertaut jika satu kata dalam klausa pertama diulang dalam klausa kedua atau seterusnya. Pengulangan leksikal dapat dibedakan atas dua jenis yaitu ulangan penuh atau sempurna dan ulangan sebagian atau variasi.

Ulangan penuh menunjukkan bahwa unsur leksikal diulang sepenuhnya sebagaimana ditampilkan pertama sekali atau diperkenalkan, seperti kata „buku‟

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

diulang sebagai „buku‟ lagi, sedangkan ulangan sebagian yaitu ulangan menunjukkan bahwa satu kata yang ditampilkan pertama sekali atau saat diperkenalkan diulang kembali dengan varisasi bentuk. Dengan kata lain, ulangan sebagian merupakan penampilan bentuk lain dari satu kata sebagai turunan dari kata itu. Dengan pengertian ini, kata menulis dipandang sebagai diulang dengan pemunculan leksis seperti: ditulis, penulis, tulisan, menulisi, menuliskan, penulisan dan kepenulisan. Berikut adalah teks dengan contoh pemakaian ulangan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kohesi reiterasi yaitu kata yang mengalami pengulangan pada ayat-ayat dalam Surat Al-Hāqqah. Kata yang mengalami pengulangan dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan sebanyak dua puluh empat (24) yang terdiri dari lima belas (15) nomina (isim), lima (5) verba (fi‟il), dan empat (4) frasa (murakkab) keseluruhannya dalam bentuk reiterasi penuh atau sempurna, tidak ditemukan reiterasi sebagian atau variasi. Hal tersebut sebagai keterangan bahwa reiterasi yang terdapat dalam surat Al-Hāqqah merupakan pengulangan yang sangat jelas agar tidak kabur pesan yang disampaikan dalam surat Al-Hāqqah tersebut. Data tersebut digambarkan dalam lampiran 7, adapun ulangan pada surat Al-Hāqqah tersebut, yaitu :

   / Al-Hāqqah / „kiamat‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak tiga (3) kali, yaitu

pada ayat satu (1), ayat dua (2) dan ayat tiga (3)

  / adra/ „ketahui‟ Verba (fi‟il) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali, yaitu

pada ayat tiga (3),dan ayat dua puluh enam (26)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  / ṡamūdu / „kaum samud‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat empat (4),dan ayat lima (5)

  / 'ādun / „kaum „Ad‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat empat (4),dan ayat enam (6)

   / fa uhlikū / „maka dibinasakan‟ Frasa Verba pasif (murakkab majhul) ini mengalami pengulangan penuh

sebanyak dua (2) kali, yaitu pada ayat lima (5),dan ayat enam (6)

  / ṡamāniyah / „delapan‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat tujuh (7),dan ayat tujuh belas (17)

   / ayyām / „hari‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat tujuh (7),dan ayat dua puluh empat (24)

  / tarā / „engkau perhatikan‟ Verba (fi‟il) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali, yaitu

pada ayat tujuh (7),dan ayat delapan (8)

  / man / „seseorang‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak tiga (3) kali,

yaitu pada ayat sembilan (9), ayat sembilan belas (19), dan ayat dua puluh

lima (25)

   / rasūl / „utusan‟

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat sepuluh (10),dan ayat empat puluh (40)

‟rabb / „Tuhan / َع َ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak empat (4) kali,

yaitu pada ayat sepuluh (10), ayat tujuh belas (17), ayat empat puluh tiga

(43), dan ayat lima puluh dua (52).

   / wāhidah / „satu‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat tiga belas (13), dan ayat empat belas (14).

  / yauma iżin / „ketika itu‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak empat (4) kali,

yaitu pada ayat lima belas (15), ayat enam belas (16), ayat tujuh belaS (17),

dan ayat delapan belas (18)

  / ūtiya / „diberikan‟ Verba (fi‟il) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali, yaitu

pada ayat Sembilan belas (19), dan ayat dua puluh lima (25)

   / kitābahu / „buku catatan perbuatannya‟ Frasa (murakkab) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat Sembilan belas (19), dan ayat dua puluh lima (25)

  / yaqūlu / „ia berkata‟ Verba (fi‟il) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali, yaitu

pada ayat Sembilan belas (19), dan ayat dua puluh lima (25)

  / kitābiyah / „buku catatan‟

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat Sembilan belas (19), dan ayat dua puluh lima (25)

  / ḥisābiyah / „perhitungan‟ Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat dua puluh (20), dan ayat dua puluh enam (26)

‟Yā laitahā / „duhai kiranya / ٠ٍََ ١ْ َذَ  Frasa (murakkab) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat dua puluh lima (25) dan ayat dua puluh tujuh (27).

  / 'aẓῑm / „kebesaran Allah‟

Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat tiga puluh tiga (33) dan ayat lima puluh dua (52)

    / tubṣirūn/ „kalian perhatikan‟

Verba (fi‟il) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali, yaitu

pada ayat tiga puluh delapan (38) dan ayat tiga puluh sembilan (39)

.qaulun / perkataan / َل ْٛ ُيَ  Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak tiga (3) kali,

yaitu pada ayat empat puluh (40), ayat empat puluh satu (41), dan ayat

empat puluh dua (42)

  / qalῑlan / sedikit

Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat empat puluh satu (41), dan ayat empat puluh dua (42)

  / ṭa'āmun / „makanan atau hidangan‟

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomina (isim) ini mengalami pengulangan penuh sebanyak dua (2) kali,

yaitu pada ayat tiga puluh empat (34), dan ayat tiga puluh enam (36)

4.2.2.2 Sinonim

Pemakaian dua kata yang bersinonim dalam klausa membuat kedua klausa bertaut. Sinonim dapat juga dikatakan sebagai dua kata atau lebih yang memiliki makna yang relative sama. Dalam penelitian ini sinonim merupakan suatu kata yang menyerupai kata lain dalam satu bahasa berdasarkan hubungan makna yang sama. Dalam Surat Al-Hāqqah sinonim tersebut merupakan kata dalam bahasa

Arab yang memiliki hubungan makna yang sama.

Dalam surat Al-Hāqqah ditemukan satu sinonim, yaitu tiga (3) kata yang bersinonim dalam satu makna. Alat kohesi sinonim tersebut yang digambarkan dalam lampiran 8.

/ al-qāri'ah / اTiga kata tersebut adalah :  / Al-ḥāqqah / (ayat 1) , 

(ayat 4) dan   / wāqi'ah / (ayat 15) yang memiliki makna hari kiamat. Bunyi ayat tersebut sebagai berikut :

َ     َََ

Al-ḥāqqah

"Hari kiamat "

َ      َ   َ   َ   ََََ

Każżabat ṡamūdu wa'ādun bil qāri'ah

"Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat."

َ      َ    َ     َََ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah

"Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

4.2.2.3 Hiponim

Hiponim adalah kata cakupan, yaitu kata yang maknanya mencakup kata lain. Hiponim menunjukkan hubungan anggota-kelompok. Dua kata atau lebih merupakan hiponim jika satu kata merupakan anggota dari kata yang menjadi kelompoknya. Dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan dua (2) kelompok alat kohesi hiponim yang terdiri dari satu kelompok nomina dan satu kelompok kalimat. Alat kohesi hiponim tersebut digambarkan dalam lampiran 9.

Adapun hiponim dalam Surat Al-Hāqqah tersebut adalah :

1. Ayat sembilan (9) َٚ َجبٓ َءََفِ ۡغ َََٚ ُْ ٛۡ ػَ َََِٓلَۡجٍَ ََُٗۥَٚ َۡٱٌ َُّ ۡإرَفِ َى ُذََثِ َۡٱٌ َش ِبغئَ ِخ٩ََ Wa jā‟a fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu bil khāṭi‟ah

"Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan

(penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang

besar."

Kata  / fir'aunu / „Fir‟aun‟, َ   / man qablah/ „ummat sebelumnya‟ dan

ََ.‟kata َ  / wal mu'tafikātu / „penduduk yang dijungkir balikkan Kata tersebut memiliki hubungan anggota-kelompok, yaitu kata-kata tersebut

al khāṭi‟ah / „melakukan kesalahan yang / اmerupakan anggota kelompok    besar‟.

2. Kalimat-kalimat berikut juga memiliki hubungan anggota-kelompok, yaitu : ۡ ََٟئِ َطا َُٔفِ َزَفِ ََٱٌص ِٛع َٔف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞح َٖٔ Fa iżā nufikha fῑṣ-ṣūri nafkhatun wāḥidah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

"Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup."

َ َٚ ُد ٍَِّ ِذَ ۡ ََٱألَ ۡع ُض َ َٚ ۡ َٱٌ ِججَ ُبي فَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحََٗٔ

Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah

"dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali

bentur."

َ ََٚ َٱٔامَّ ِذَ َ َٱٌـَّّبٓ ُء فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخََٙٔ Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah

"dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah."

َ َٚ ۡٱٌ ٍََّ ُهَ ٝٓ ٍَػََأَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚب ٠َََٚ ۡذ ِّ ًُ ػََ ۡغ َف ََعثِّ َهَفَ ٛۡلَُُٙۡ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَثَ ١ََِّٕ ٞخ٧َٔ Wal malaku 'alā arjā ihā wa yahmilu 'arsya rabbika fauqahum yauma iżin

ṡamāniyah

"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu

delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka."

Empat (4) ayat diatas merupakan anggota kelompok dari ayat lima belas (15)

ََف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َ َٚلَ ؼَ ِذ ۡ َٱٌ َٛالِ ؼَخُ ٘ٔ Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah

"Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

4.2.2.4 Meronim

Dalam penelitian ini Meronim adalah suatu kohesi leksikal yang merupakan konsep yang mengacu pada hubungan bagian dari keseluruhan.

Meronim dapat juga dikatakan sebagai suatu kata yang termasuk dalam suatu bagian dari satu keseluruhan bagian tertentu, seperti hubungan antara akar, dahan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan pohon, dimana akar dan dahan merupakan suatu bagian dari suatu pohon secara keseluruhan.

Dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan alat kohesi meronim, yaitu ada enam

(6) kata yang mengacu pada satu (1) bagian keseluruhan tertentu. Alat kohesi meronim tersebut digambarkan dalam lampiran 10.

Dalam Surat Al-Hāqqah, kata dengan pertautan meronim dengan yang lain menunjukkan bahwa kata itu adalah bagian atau unsur dari kata yang lain yang lebih luas cakupannya. Dengan kata lain, dalam meronim terdapat hubungan bagian-keseluruhan. Dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan enam (6) ayat yang mengacu pada satu (1) bagian keseluruhan. Adapun kata-kata tersebut adalah :

ۡ َٔٱٌ َذبٓلَّخَُ ََ

Al-ḥāqqah / 1. ‘Hari kiamat ‘

َ بٌََََُٚۡ َأَ ۡص ِع ََِ ِد َـبث١َِ ۡٗ ٕٙ Wa lam adri mā ḥisābiyah / 26. ‘Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.‟

ََفَأَ َِّب َ َُِٗ َۡٓأُٚرِ َٟ ِ ََۥو زَجَ ََۦث١َِ ١ِِّٕ ِٗ ف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ َُ ۡ ََٱل َغ ُء ْٚاَ ِو زَج١َِ ۡٗ ٩ٔ Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah

19. Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)."

َفَِٟ َ َجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخ ََٕٕ Fῑ jannatin 'āliyah

22. "dalam syurga yang tinggi,"

َ ََٚأَ َِّب َ َُِٗ َۡٓأُٚرِ َٟ ِ ََۥو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َٕۡٗ٘ Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta kitābiyah /

25. „Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku

(ini).‟

ََثُ ََُّ ۡ ََٱٌ َج ِذ ١َُ َص ٍُٖٛ ٖٔ Ṡummal jaḥῑma shallūhu

31. "Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala."

Meronim dari kalimat tersebut adalah

ۡ َٔٱٌ َذبٓلَّخَُ ََ ِد َـبث١َِ َٕٙٗۡ

ِ ََۥو زَجََُٗ ث١َِ ١ِِّٕ ِٗ ٩ٔ

َ َجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَ ٕٕ

ِ ََۥو زَجََُٗ ثِ ِا َّبٌِ ِٕٗ٘

ََثُ ََُّ ۡ ََٱٌ َج ِذ ١َُ ٖٔ Keenam ayat tersebut memiliki hubungan bagian-keseluruhan dari kata Al-

Hāqqah / pada ayat satu (1) bagian dari kiamat yaitu adanya hari pembalasan yang menceritakan tentang adanya hisab „hari perhitungan‟ yang tertulis pada ayat dua puluh enam (26), orang yang menerima catatan hidupnya pada tangan kanan pada ayat sembilan belas (19), maka ia akan mendapatkan surga pada ayat dua puluh dua (22), adapun orang yang menerima catatan hidupnya pada tangan kirinya pada ayat dua puluh lima (25), maka ia akan mendaptakan neraka jahim pada ayat tiga puluh satu (31).

4.2.2.5 Antonim

Kohesi dapat dicapai melalui hubungan perlawanan (oppositeness) antar kata yang digunakan dalam teks. Antonim dapat juga dikatakan sebagai dua kata yang memiliki perlawanan makna.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Antonim dalam penelitian ini merupakan kohesi leksikal yang menyatakan relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan yang lain. Dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan dua

(2) alat kohesi antonim. Alat kohesi antonim tersebut digambarkan dalam lampiran 11.

Pemanfaatan relasi perlawanan kata sebagai alat kohesi dalam Surat Al-

Hāqqah ada dua (2) kata yaitu

tangan kanan) yang terdapat pada ayat sembilan belas (19) dan) ث١َِ ١ِِّٕ ِۦَٗ  Kata .(tangan kiri) yang terdapat pada ayat dua puluh lima (25) ثِ ِا َّبٌِ َِٗۦ kata ۡٱٌ َج ِذ ١ََُ syurga) yang terdapat pada ayat dua puluh dua (22) dan kata) َجَّٕ ٍخَ  Kata (neaka) yang terdapat pada ayat tiga puluh satu (31)

4.2.2.6 Kolokasi

Kolokasi dalam penelitian ini merupakan hubungan probabilitas dalam pemunculan antara dua kata atau lebih yang menunjukkan kemungkinan pemunculan satu kata setelah kata lain. Dalam Surat Al-Hāqqah ditemukan tujuh

(7) alat kolokasi dalam bentuk frasa yang digambarkan dalam lampiran 12.

Pengertiannya, jika satu kata muncul dalam satu klausa, kata lain sangat besar kemungkinannya untuk muncul di klausa kedua atau berikutnya. Dalam Surat Al-

Hāqqah ditemukan tujuh (7) alat kolokasi, yaitu

Pada ayat sepuluh (10) juga ditemukan kolokasi yaitu pada klausa berikut .‟akhżatan rābiyah / „siksaan yang sangat keras / أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِ ًخَ ;ini َفَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَ ٓٔ Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah

10. "Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada ayat empat puluh (40) terdapat kolokasi, yaitu ئَِّٔ ۥٌَََُٗمَ ٛۡيَُ َع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖ / Innahū laqaulu rasūlin karῑm / 40. "Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,"

Pada ayat empat puluh tiga (43) juga terdapat kolokasi, yaitu ۡ َرَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓعَ ِّ َة َٱٌ ؼٍََ ِّ ١َٓ ٖٗ Tanzῑlun min rabbil 'ālamῑn

43. "Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam."

Pada ayat lima puluh satu (51) ditemukan kolokasi , yaitu َٚئَِّٔ ۥٌَََُٗ َذ كَ ۡٱ١ٌَمِ ١ََََِٓٔ٘ Wa innahū laḥaqqul yaqῑn /

„Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini."

Pada ayat dua puluh satu (21) ditemukan kolokasi, فَ ََُٛٙفػِ َِٟ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخَََٕٔ Fa huwa fῑ 'ῑsyatin rāḍiyah / "Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,"

Pada ayat dua puluh dua (22) ditemukan juga kolokasi, َفَِٟ َ َجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخ ََٕٕ Fῑ jannatin 'āliyah / .

"dalam syurga yang tinggi,"

Pada ayat tiga puluh dua (32) juga terdapat kolokasi, ئََِّٔ ۥََُٗ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِِ َُٓثَِٱ ََّّللَِ ۡٱٌ ؼَ ِظ ١ََُِٖٖ Innahū kāna lā yu'minu billāhil 'aẓῑm

33. "Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar."

Dari hasil yang ditemukan alat kohesi leksikal pada surat Al-Hāqqah, terdapat 24 reiterasi ulangan penuh lebih dominan dari pada alat kohesi leksikal lainnya. Pengulangan berfungsi sebagai taukid atau penguat pernyataan. Hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tersebut menunjukkan bahwa Allah menyampaikan pesan dengan menggunakan taukid atau penguat berulang-ulang sebagai peringatan untuk hamba-NYA, dan menggunakan pengulangan penuh agar maksud pesan yang ingin disampaikan tidak ambigu. Adapun penggunaan alat kohesi leksikal lainnya cukup sedikit disebutkan, yaitu kolokasi dan sinonim hanya sekali disebutkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sinonim dan kolokasi tidak begitu diperlukan dalam surat

Al-Hāqqah ini, namun ia juga mendukung alat kohesi lainnya.

4.2.3 Penanda koherensi membentuk keutuhan teks dalam surat Al-Hāqqah

Koherensi merupakan hubungan semantis dalam suatu wacana, yang dalam hal ini adalah Surat Al-Hāqqah. Hubungan koherensi itu direpresentasikan oleh pertautan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat lainnya. Hubungan maknawi ini kadang-kadang ditandai oleh alat-alat leksikal, namun kadang-kadang tanda penanda.

Penanda koherensi banyak digunakan dalam surat Surat Al-Hāqqah.

Penanda-penanda kohereni tersebut menjadikan hubungan pemaknaan ayat demi ayat dalam surat ini menjadi sempurna dan lebih mudah memahaminya. Adapun penanda-penanda koherensi yang terdapat dalam Surat Al-Hāqqah ini digambarkan dalam lampiran 13.

Pada Surat Al-Hāqqah terdapat 18 penanda koherensi, yaitu lima (5) hubungan sebab-akibat (dalam bentuk kalimat), dua (2) hubungan akibat-sebab, dua (2) hubungan amplikatif, dua (2) hubungan ibarat, lima (5) hubungan generic- spesifik, dan dua (2) hubungan aditif. Penanda-penanda koherensi tersebut menjadikan hubungan pemaknaan ayat demi ayat dalam surat ini menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sempurna dan lebih mudah memahaminya. Penanda koherensi yang digunakan, yaitu :

1). Hubungan sebab-akibat

Pada ayat empat (4) dan lima (5) terdapat hubungan sebab akibat

ۢ ۡ َو َّظثَ ۡذَثَ ُّ ُٛص ػَ ََٚ ُبصَثَِ َٗٱٌمَ ِبع ػَ ِخَ Każżabat ṡamūdu wa'ādun bil qāri'ah

"Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat."

فَأَ َِّبَثَ ُّ ُٛصَفَأُ ٍِۡ٘ ُىَ ْ َٛاَثَِ َّ َ٘ٱٌَ ِبغ١َ ِخ Fa ammā ṡamūdu fa uhlikū biṭ-ṭāgiyah

"Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian

yang luar biasa."

Ayat empat (4) merupakan sebab, yaitu kaum Tsamud mendustakan hari

kiamat, sedangkan ayat lima (5) merupakan akibat, yaitu mereka dibinasakan

dengan kejadian yang luar biasa.

Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan

kejadian yang luar biasa." yaitu suara keras berupa petir yang sangat dahsyat

yang membuat mereka tidak bergerak.

2). Hubungan sebab-akibat

Pada ayat empat (4) dan enam (6) terdapat hubungan sebab akibat

ۢ ۡ َو َّظثَ ۡذَثَ ُّ ُٛص ػَ ََٚ ُبصَثَِ َٗٱٌمَ ِبع ػَ ِخَ Każżabat ṡamūdu wa'ādun bil qāri'ah

"Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َ ُ ْ َ َٚأ َِّب ٞ ػَبصَفَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَثِ ِغ ٠ٖخ ََص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖ ٙخَ

Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah

"Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang

sangat dingin lagi amat kencang,"

Ayat empat (4) merupakan sebab, yaitu kaum „Ad mendustakan hari kiamat,

sedangkan ayat (6) merupakan akibat, yaitu mereka dibinasakan dengan angin

yang sangat dingin lagi amat kencang.

Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang

sangat dingin lagi amat kencang, yakni hembusan yang sangat kencang angin

itu menerpa mereka sehingga mencerai beraikan hati mereka.

3). Hubungan sebab-akibat

Pada ayat sepuluh (10) terdapat hubungan sebab akibat

َفَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَٓٔ Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah

"Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah

menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras."

Ayat sepuluh (10) ini memiliki hubungan sebab akibat dalam satu ayat yang sama, yaitu disebabkan karena mereka mendurhakai Rasul dan Tuhan, akibatnya Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang keras. Rābiyah mempunyai makna sangat dahsyat, keras lagi pedih yang membinasakan.

4). Hubungan sebab-akibat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada ayat dua puluh empat (24) terdapat hubungan sebab akibat

ۢ ُ ََوٍُ ْٛاَ َ َٚ ۡ ََٱَش َغ ْثُٛا ََِٕ٘ ١َٓ ََ بَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َفَِٟ ۡ ََٱأل٠ََّ ِبََ ۡ َٱٌ َشب١ٌَِ ِخ َٕٗ Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah

(kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan

amal yang telah engkau kerjakan pada hari-hari yang telah lalu."

Ayat dua puluh empat (24) ini memiliki hubungan akibat sebab dalam satu ayat yang sama, yaitu mereka diberi makan dan minum disebabkan amal yang telah mereka kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. Maksudnya, hal itu dikatakan kepada mereka sebagai karunia, pemberian, anugerah dan kebaikan

5). Hubungan sebab-akibat

Pada ayat tiga puluh tiga (33) dan tiga puluh empat (34) terdapat hubungan

sebab akibat terhadap ayat tiga puluh lima (35), tiga puluh enam (36) dan tiga

puluh tujuh (37)

ََۥئََُِّٔٗ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِ َُٓثِ َّ ََٱّللَِ ۡ َٱٌ ؼَ ِظ ١ُِ َٖٖ Innahū kāna lā yu'minu billāhil 'aẓῑm

"Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar."

َ َٚ َالَ ٠َ ذُط ٝ ٍَ ػََ ََغ ؼَ ِبََ ۡ َٱٌ ِّ ۡـ ِى ١َِٓ ََٖٗ Wa lā yaḥuḍḍu 'alā ṭa'āmil miskῑn

"Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan

orang miskin."

َف١ٍََۡ ؾٌََََُٗ ۡ ََٱ١ٌَ َٙ٘ َ َُٕٛۡ َبَد ِّ ١ُٞ َٖ٘ Falaisa lahul yauma hā hunā ḥamῑm

"Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َ َٚ َالَ َغ ؼَ ٌبََئِ َّال َِِ ۡٓ َِغ ۡـٍِ َٙٓ١ََٖٖ Wa lā ṭa'āmun illā min gislῑn

"Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah." ۡ َّ َال٠ََأ ُوٍُ َُٓٗ ََۥ َئِ َّال ۡ َٱٌ َش َُِ ََ َ َْٛ ٧ٖ

Lā ya'kuluhu illal khāṭi‟ūn

"Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa."

Ayat tiga puluh tiga (33) dan tiga puluh empat (34) sebagai sebab, yaitu sebab

dia dahulu tidak beriman kepada Allah yang Maha Besar dan juga tidak

mendorong orang untuk memberi makan orang miskin, sedangkan tiga puluh

lima (35), tiga puluh enam (36) dan tiga puluh tujuh (37) merupakan akibat,

yaitu tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini, tiada (pula)

makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah dan tidak ada

yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa."

6) Hubungan akibat-sebab

Pada ayat sembilan (9) terdapat hubungan akibat sebab

َ ََٚ َجبٓ َءَ ََُٗفِ ۡغ ٛۡ ػَ ُْ َ ََۥٚ ََِٓلَۡجٍَ َ َٚ ۡ ََٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذ َثِ ۡ ٩ََٱٌ َش ِبغئَ ِخ Wa jā‟a fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu bil khāṭi‟ah

"Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk)

negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar." yakni

dari orang-orang sebelum umat-umat yang serupa dengan kekufuran Fir‟aun.

wal mu'tafikātu “Dan penduduk negeri yang dijungkir balikkan.” yakni umat

Nabi Luth. bil khāṭi‟ah “Karena kesalahan besar” yakni mengingkari Allah

dan utusan-NYA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ayat sembilan ini memiliki hubungan akibat sebab dalam satu ayat

yang sama, yaitu sebagai akibat adalah penduduk tersebut dijungkirbalikkan,

yang disebabkan karena mereka melakukan kesalahan yang besar.

7). Hubungan akibat-sebab

Pada ayat tiga puluh (30), tiga puluh satu (31) dan tiga puluh dua (32)

terdapat hubungan akibat sebab terhadap ayat tiga puluh tiga (33), dan tiga

puluh empat (34)

ُ ََس ُظَُٖٚ فَ ُغ ٍُٖٛ ََٖٓ

Khuẓūhu fagullūhu

(Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya."

َثُ ََُّ ۡ َٱٌ َج ِذ َ ١ََُ َص ٍُٖٛ َٖٔ Ṡummal jaḥῑma shallūhu

"Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala."

َثُ ََُّ فِ ؿٍَِٟۡ ِـٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُ َبؿَۡج ُٛؼَْ َِط َع ٗاػبَفَ ۡ َٱؿٍُ ُىَُٖٛ ََٕٖ

Ṡumma fῑ silsilatin ẓar'uhā sab'ūna żirā'an faslukūh

"Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta."

ََۥئََُِّٔٗ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِ َُٓثِ َّ ََٱّللَِ ۡ َٱٌ ؼَ ِظ ١ُِ َٖٖ Innahū kāna lā yu'minu billāhil 'aẓῑm

"Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar."

َ َٚ َالَ ٠َ ذُط ٝ ٍَ ػََ ََغ ؼَ ِبََ ۡ َٱٌ ِّ ۡـ ِى ١َِٓ ََٖٗ

Wa lā yaḥuḍḍu 'alā ṭa'āmil miskῑn

"Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin."

Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian

masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.”) maksudnya,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Allah memerintahkan Malaikat untuk mengambilnya dengan kasar

dari alam mahsyar lalu dibelenggu, yakni dengan meletakkan rantai pada

lehernya lalu menyeretnya ke neraka jahanam untuk selanjutnya diceburkan

dan ditenggelamkan di dalamnya.

Ayat tiga puluh (30), tiga puluh satu (31) dan tiga puluh dua (32) sebagai

akibat, yaitu dibelenggu tangan dan lehernya, Kemudian masukkanlah dia ke

dalam api neraka yang menyala-nyala, Kemudian belitlah dia dengan rantai

yang panjangnya tujuh puluh hasta, sedangkan ayat tiga puluh tiga (33), dan

tiga puluh empat (34) merupakan sebab, yaitu dia dahulu tidak beriman

kepada Allah Yang Maha Besar dan juga tidak mendorong orang lain untuk

memberi makan orang miskin.

8). Hubungan Amplikatif

Pada ayat enam (6) dan tujuh (7) terdapat hubungan Amplikatif, َ ُ ْ َ َٚأ َِّب ٞ ػَبصَفَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَثِ ِغ ٠ٖخ ََص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَٙ Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah

"Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang

sangat dingin lagi amat kencang,"

َ ؿََ َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ ١ٌََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡ َٱٌمَ ٛۡ ََ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍَ

َ ٧س ِب٠َٚ ٖخَ ََ

Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al

qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah

"yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan

delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah "Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang" yakni hembusan yang sangat kencang angin itu menerpa mereka sehingga mencerai beraikan hati mereka, Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah "yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum

'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk), pengertian sakhkharahā 'alaihim (“Yang

Allah menimpakan angin itu kepada mereka.”) yakni angin itu menguasai mereka. sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma (“selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus.”) secara penuh dan terus menerus serta berkesinambungan yang menjadikan mereka berputus asa. ". Khāwiyah mempunyai makna rusak/hancur.

Ayat enam (6) sebagai gagasan pertama diperkuat oleh ayat tujuh (7) sebagai gagasan kedua, yaitu Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang (6), yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong

(lapuk) (7).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9). Hubungan amplikatif

Pada ayat tujuh (7) dan delapan (8) terdapat hubungan Amplikatif,

َ ؿَ َّش َغَ٘ب ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡ َٱٌمَ ٛۡ ََ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأَََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍَ َ ٧س ِب٠َٚ ٖخَ ََ Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al

qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah

"yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan

delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu

mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah

kosong (lapuk)."

فََٙ ًَۡرَ َغ ِّٙ ٌَََُُِٜ َۢٓثَبل١َِ ٖخ٨َ Fa hal tarā lahum min bāqiyah

"Maka engkau tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka."

Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā

al qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah "yang Allah

menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari

terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati

bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong

(lapuk), pengertian sakhkharahā 'alaihim (“Yang Allah menimpakan angin

itu kepada mereka.”) yakni angin itu menguasai mereka. sab'a layālin

waṡamāniyata ayyāmin husūma (“selama tujuh malam dan delapan hari terus

menerus.”) secara penuh dan terus menerus serta berkesinambungan yang

menjadikan mereka berputus asa. ". Khāwiyah mempunyai makna

rusak/hancur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fa hal tarā lahum min bāqiyah “Maka engkau tidak melihat seorang pun

yang tinggal di antara mereka.”) mempunyai makna tidak akan ditemukan

salah seorang dari mereka atau orang-orang yang menisbatkan diri kepada

mereka yang masih tersisa, bahkan mereka semua musnah secara keseluruhan

karena Allah tidak mengadakan penerus bagi mereka.

Ayat tujuh (7) sebagai gagasan pertama diperkuat oleh ayat delapan (8)

sebagai gagasan kedua, yaitu yang Allah menimpakan angin itu kepada

mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka engkau

lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka

tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk) (7), Maka engkau tidak

melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka (8).

10). Hubungan Ibarat

Pada ayat tujuh (7) terdapat hubungan Ibarat.

َ ؿََ َّش َغَ٘ب ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡ َٱٌمَ ٛۡ ََ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍَ َ ٧س ِب٠َٚ ٖخَ ََ Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al

qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah

"yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan

delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu

mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah

kosong (lapuk)." pengertian sakhkharahā 'alaihim (“Yang Allah menimpakan

angin itu kepada mereka.”) yakni angin itu menguasai mereka. sab'a layālin

waṡamāniyata ayyāmin husūma (“selama tujuh malam dan delapan hari terus

menerus.”) secara penuh dan terus menerus serta berkesinambungan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menjadikan mereka berputus asa. ". Khāwiyah mempunyai makna

rusak/hancur.

Pada ayat tujuh (7) tersebut dikatakan bahwa kaum „Ad pada waktu itu

mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah

layu.

11). Hubungan ibarat

Pada ayat empat puluh empat (44) terdapat hubungan ibarat terhadap ayat

empat puluh lima (45) dan ayat empat puluh enam (46)

ٛۡ ٌَََٚرَمَ َّٛ َي ١ٍَۡػَََٕبَثَ ؼۡ َطَ ۡ َٱألَلَ ِبٚ ٠ًَِ َٗٗ Wa lau taqawwala 'alainā ba'ḍal aqāwῑl

"Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,"

َ ََألَ َس ۡظَٔب ِ ََُِٕۡٗثِ ۡ َٱ١ٌَ ِّ ١ِٓ ََ٘ٗ La‟akhażnā minhu bil yamῑn

"niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya."

ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡ َٱٌ َٛرِ ١ََٓ ٙٗ

Ṡumma laqaṭa'nā minhul watῑn

"Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya."

Wa lau taqawwala 'alainā ba'ḍal aqāwῑl “Seandainya dia mengadakan

sebagian perkataan atas nama Kami,” yakni Muhammad saw. Jika saja dia

seperti yang mereka tuduhkan, yakni mengadakan kedustaan atas nama Kami

sehingga dia memberikan tambahan atau pengurangan pada risalah tersebut,

atau dia mengatakan sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri, lalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menisbatkannya kepada Kami, sedang Kami tidak pernah mengatakannya,

pasti Kami menyegerakan siksaan untuknya.

La‟akhażnā minhu bil yamῑn “Niscaya Kami benar-benar akan siksa dia

tangan kanan.” yakni niscaya Kami akan pegang tangan kanannya, Ṡumma

laqaṭa'nā inhul watῑn “Kemudian Kami benar-benar potong urat tali

jantungnya.” yaitu urat jantung, satu urat dimana jantung bergantung

padanya.”

Ayat empat puluh empat (44) sebagai ibarat, yaitu „seandainya dia

(Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, ayat empat

puluh lima (45) „niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan

kanannya‟, ayat empat puluh enam (46) „kemudian benar-benar Kami potong

urat tali jantungnya‟.

12). Hubungan generic-spesifik

Pada ayat tiga belas (13) dan ayat empat belas (14) memiliki hubungan

generic spesifik terhadap ayat lima belas (15).

ََٟفَاِ َطا َُٔفِ َزَفِ ََٱٌص ِٛع َٔۡف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞح ََٖٔ Fa iżā nufikha fῑṣ-ṣūri nafkhatun wāḥidah

"Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup."

َ ضَُٚ ِدٍَُّ ِذَ ۡ ََٱألَ ۡع َ بيَُٚ ۡ َٱٌ ِججَ فَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحََٗٔ

Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah

"dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali

bentur."

ََف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َ َٚلَ ؼَ ِذ ۡ َٱٌ َٛالِ ؼَخُ ٘ٔ Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah

"Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fa iżā nufikha fῑṣ-ṣūri nafkhatun wāḥidah "Maka apabila sangkakala

ditiup sekali tiup." Allah Ta‟ala berfirman seraya menceritakan tentang

berbagai kejadian besar pada hari kiamat. Dengan di awali tiupan yang

menggetarkan, disusul oleh tiupan mematikan saat semua yang ada di langit

dan di bumi lumpuh kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Setelah itu tiupan

pembangkitan untuk menghadap Rabb semesta alam. Kebangkitan dan

pengumpulan makhluk itu berada pada tiupan yang dimaksud ayat ini, yakni

hanya berlangsung satu kali saja karena Allah tidak akan melakukan

kesalahan, tidak juga dapat ditolak dan tidak pula membutuhkan pengulangan

dan penekanan.

Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah “Dan

diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali

bentur.” yaitu dibenturkan seperti benturan yang menghancurkan sehingga

tanah yang ada diganti dengan tanah yang baru. Fa yauma iżin waqa'atil

wāqi'ah “Maka pada hari itu terjadilah kiamat.” yakni terjadinya hari kiamat.

Ayat tiga belas (13) dan ayat empat belas (14) sebagai kalimat pertama

memiliki gagasan umum, yaitu „maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup

dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali

benturan‟, sedangkan ayat lima belas (15) sebagai kalimat kedua memiliki

gagasan khusus, yaitu „maka pada hari itu terjadilah hari kiamat.‟

13). Hubungan generic-spesifik

Pada ayat empat puluh (40), empat puluh satu (41) dan ayat empat puluh dua

(42) memiliki hubungan spesifik generik terhadap ayat empat puluh tiga (43).

َۥئََُِّٔٗ ٌَمَ ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖٓٗ Innahū laqaulu rasūlin karῑm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40. "Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang

diturunkan kepada) Rasul yang mulia,"

َ َٚ َِب ُ٘ ََٛثِمَ ٛۡ ِي َََش ِبػ ٖۚغَلٍَِ ١ٗال ََِّبَرُ ۡإ ُِِٕ َََْٛٔٗ Wa mā huwa biqauli syā'irin qalῑlan mā tu'minūn

"dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali engkau

beriman kepadanya."

َ ََٚ َالَ َثِمَ ٛۡ ِي َو ِب٘ َٖۚٓلٍَِ ١ٗال ََِّبَرَ َظ َّو َغَََُْٕٚٗ Wa lā biqauli kāhinin qalῑlan mā tażakkarūn

"Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali engkau mengambil

pelajaran daripadanya."

ۡ رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ ٖٗ

Tanzῑlun min rabbil 'ālamῑn

"Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam."

Ayat empat puluh satu (41) dan ayat empat puluh dua (42) sebagai kalimat

pertama memiliki gagasan umum, yaitu „dan Al Quran itu bukanlah perkataan

seorang penyair. Sedikit sekali engkau beriman kepadanya, Dan bukan pula

perkataan tukang tenung. Sedikit sekali engkau mengambil pelajaran

daripadanya‟, sedangkan ayat empat puluh (40) dan empat puluh tiga (43)

sebagai kalimat kedua memiliki gagasan khusus, yaitu „Sesungguhnya Al

Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul

yang mulia (ayat 40), „ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta

alam (ayat 43).

14). Hubungan generic-spesifik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada ayat lima belas (15) memiliki hubungan generik spesifik terhadap ayat ayat enam belas (16) dan ayat tujuh belas (17).

ََف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َ َٚلَ ؼَ ِذ ۡ َٱٌ َٛالِ ؼَخُ ٘ٔ Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah

"Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

َ ََٚ َٱٔامَّ ِذَ َّ َٱٌـ َّبٓ ُء فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخََٙٔ Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah

"dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah."

َ َٚ ۡٱٌ ٍََّ ُهَ ٝٓ ٍَػََأَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚب ٠َََٚ ۡذ ِّ ػًََُ ۡغ َف ََعثِّ َهَفَ ٛۡلَُُٙۡ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَثَ ١ََِّٕ ٞخ٧َََٔ

Wal malaku 'alā arjā ihā wa yahmilu 'arsya rabbika fauqahum yauma iżin

ṡamāniyah

"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu

delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala)

mereka."

Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah “Maka pada hari itu terjadilah kiamat.” yakni terjadinya hari kiamat. Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah “Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.”) Ibnu „Abbas mengatakan: “yakni hancur berantakan, sedangkan

„Arsy tetap bertengger.”

Wal malaku 'alā arjā ihā “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru langit”, kata al-Malak yaitu para malaikat yang berada di penjuru langit yakni pada bagian-bagian yang belum runtuh, disekelilingnya. Wa yahmilu 'arsya rabbika fauqahum yauma iżin ṡamāniyah “Dan pada hari itu delapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Malaikat menjunjung „Arsy Rabb-mu di atas kepala mereka.” yakni pada hari

kiamat, ada delapan malaikat yang menjunjung „Arsy.

Ayat lima belas (15) sebagai kalimat pertama memiliki gagasan umum,

yaitu Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, sedangkan ayat enam belas

(16) dan ayat tujuh belas (17) sebagai kalimat kedua memiliki gagasan

khusus, yaitu terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah,

Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu

delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.

15). Hubungan generic-spesifik

Pada ayat dua puluh satu (21) memiliki hubungan generik spesifik terhadap

ayat ayat dua puluh dua (22) dan ayat dua puluh tiga (23).

فَ ََُٛٙفِ ػَِٟ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخَََٕٔ

Fa huwa fῑ 'ῑsyatin rāḍiyah

"Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,"

فِ ََٟجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَََٕٕ

Fῑ jannatin 'āliyah

"dalam syurga yang tinggi,"

لُ َُٛفَُٙ َبَصا١َِٔ ٞخَٖٕ

Quṭūfuhā dāniyah

"buah-buahannya dekat,"

Fa huwa fῑ 'ῑsyatin rāḍiyah “Maka orang itu berada dalam kehidupan

yang diridhai” yakni penuh keridhaan Allah. Fῑ jannatin 'āliyah “Dalam surga

yang tinggi” yaitu istana yang tinggi, dengan bidadari yang sangat cantik,

mutiaranya indah, dan kegembiraan di sana bersifat abadi. Quṭūfuhā dāniyah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Buah-buahannya dekat.” yakni dekat sehingga salah seorang dari mereka

dapat memetiknya ketika dia tidur di tempat tidurnya.”

Ayat dua puluh satu (21) sebagai kalimat pertama memiliki gagasan

umum, yaitu Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,

sedangkan ayat dua puluh dua (22) dan ayat dua puluh tiga (23) sebagai

kalimat kedua memiliki gagasan khusus, yaitu dalam syurga yang tinggi,

buah-buahannya dekat.

16). Hubungan generic-spesifik

Pada ayat dua puluh tujuh (27) memiliki hubungan generik spesifik terhadap

ayat dua puluh delapan (28) dan ayat dua puluh sembilan (29).

١ٍََۡ٠زََٙ َبَوبَٔ ِذَ ۡ َٱٌمَ ِبظ١َخَ ٧ََٕ

Yā laitahā kānatil qāḍiyah

"Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu."

َِبَٓأَ ۡغَٕ َٟ ِّٕ ػََ َِٝب١ٌَِ ٨َََٕٗۡۡۜ Mā agnā 'annῑ māliyah

"Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku."

ٍََ٘ َه ؿَٟۡ ِّٕ ػٍََُ ١ََِٕ ٩َٕٗۡ Halaka 'annῑ sulṭāniyah

"Telah hilang kekuasaanku daripadaku."

Yā laitahā kānatil qāḍiyah “Wahai, alangkah baiknya kiranya tidak

diberikan kepadaku kitab ini. Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap

diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.”

yakni orang yang sengsara itu mengira bahwa kematian adalah akhir dari

segalanya. Orang itu mengharapkan kematian, padahal tidak ada yang paling

dia benci di dunia dahulu melebihi kematian.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Mā agnā 'annῑ māliyah. Halaka 'annῑ sulṭāniyah “Hartaku sekali-sekali

tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku.”)

maksudnya harta dan kekuasaanku tidak bisa menghindarkan diriku dari siksa

dan hukuman Allah, bahkan semua urusan diserahkan kepada diriku sendiri

tidak ada seorang pun penolong dan penyelamat bagiku.

Ayat dua puluh tujuh (27) sebagai kalimat pertama memiliki gagasan

umum, yaitu kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, sedangkan

ayat dua puluh delapan (28) dan ayat dua puluh sembilan (29) sebagai

kalimat kedua memiliki gagasan khusus, yaitu „hartaku sekali-kali tidak

memberi manfaat kepadaku dan telah hilang kekuasaanku daripadaku‟.

17). Hubungan aditif

Pada ayat lima puluh (50) terdapat hubungan aditif terhadap ayat lima puluh

satu (51). ۡ َ ََٚٝئَُِّٔٗۥ ٌَ َذ ۡـ َغحٌ ػٍَََ َٱٌ َىفِ ِغ ٠ََٓ ََٓ٘ Wa innahū laḥasratun 'alal kāfirῑn

"Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi

orang-orang kafir (di akhirat)."

َ ََۥٚئََُِّٔٗ ٌََ َذ ك ۡ َٱ١ٌَمِ ١ِٓ ََٔ٘ Wa innahū laḥaqqul yaqῑn

"Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini."

Ayat (51) menjadi aditif (dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar

kebenaran yang diyakini) terhadap ayat lima puluh (50) (Dan sesungguhnya

Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di

akhirat).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Wa innahū laḥasratun 'alal kāfirῑn “Dan sesungguhnya Alquran itu benar-

benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir di akhirat.” Maknanya

adalah sesungguhnya pendustaan itu benar-benar akan menjadi penyesalan

bagi orang-orang kafir pada hari kiamat kelak.”. Dengan pengertian lain, pada

kesempatan yang sama Alquran dan keimanan kepadanya menjadi penyesalan

yang teramat berat bagi orang-orang kafir.

Wa innahū laḥaqqul yaqῑn “Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar

kebenaran yang diyakini.” yakni berita benar dan sesuai kenyataan, yang

tidak mengandung keraguan sama sekali di dalamnya

18). Hubungan aditif

Pada ayat lima puluh satu (51) terdapat hubungan Aditif dengan ayat lima

puluh dua (52), yaitu sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang

diyakini. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha

Besar

َ ََۥٚئََُِّٔٗ ٌََ َذ ك ۡ َٱ١ٌَمِ ١ِٓ ََٔ٘ Wa innahū laḥaqqul yaqῑn

"Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini."

َفَ َـجِّ ۡخَثَِ ۡ ََٱؿ ُِ َ َعثِّ َه ۡ َٱٌ ؼَ ِظ ١ُِ ٕ٘ Fa sabbiḥ bismi rabbikal 'aẓῑm

"Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar."

Wa innahū laḥaqqul yaqῑn “Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar

kebenaran yang diyakini.” yakni berita benar dan sesuai kenyataan, yang

tidak mengandung keraguan sama sekali di dalamnya. Kemudian Allah

Ta‟ala berfirman: Fa sabbiḥ bismi rabbikal 'aẓῑm “Maka bertasbihlah dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menyebut nama Rabb-mu Yang Maha besar.” yakni yang telah menurunkan

Alquran yang agung ini.

Dengan adanya penanda-penanda koherensi tersebut di atas, maka wacana yang terkandung di dalamnya membentuk keutuhan teks dalam surat Al-Hāqqah berikut ini.

Al-Hāqqah adalah salah satu istilah hari kiamat, di dalamnya menggambarkan janji dan ancaman Allah. Allah menegaskan peristiwa-peristiwa di dalamnya melalui ayat ketiga wa mā adrāka māl ḥāqqah “Apakah hari kiamat itu?” kemudian Allah menceritakan kebinasaan umat-umat terdahulu yang telah mendustakannya, Każżabat ṡamūdu wa'ādun bil qāri'ah "Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat.", Fa ammā ṡamūdu fa uhlikū biṭ-ṭāgiyah "Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa." yaitu suara keras berupa petir yang sangat dahsyat yang membuat mereka tidak bergerak, Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah "Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang" yakni hembusan yang sangat kencang angin itu menerpa mereka sehingga mencerai beraikan hati mereka, Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al qauma fῑhā ṣar'a ka‟annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah "yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk), pengertian sakhkharahā 'alaihim (“Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka.”) yakni angin itu menguasai mereka. sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma (“selama tujuh malam dan delapan hari terus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menerus.”) secara penuh dan terus menerus serta berkesinambungan yang menjadikan mereka berputus asa. ". Khāwiyah mempunyai makna rusak/hancur.

Fa hal tarā lahum min bāqiyah “Maka engkau tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka.”) mempunyai makna tidak akan ditemukan salah seorang dari mereka atau orang-orang yang menisbatkan diri kepada mereka yang masih tersisa, bahkan mereka semua musnah secara keseluruhan karena Allah tidak mengadakan penerus bagi mereka.

Wa jā‟a fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu bil khāṭi‟ah “Dan telah datang Fir‟aun dan orang-orang yang sebelumnya.” yakni dari orang-orang sebelum umat-umat yang serupa dengan kekufuran Fir‟aun. wal mu'tafikātu “Dan penduduk negeri yang dijungkir balikkan.” yakni umat Nabi Luth. bil khāṭi‟ah

“Karena kesalahan besar” yakni mengingkari Allah dan utusan-NYA.

Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah “Maka mereka mendurhakai Rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.” Rābiyah mempunyai makna sangat dahsyat, keras lagi pedih yang membinasakan.

Innā lammā ṭagal mā-u hamalnākum fῑl jāriyah “Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik.” yakni telah melampaui batas dengan seizin Allah dan telah menggenangi semua daratan yang ada pada masa kaum nabi Nuh mendustakan risalahnya. hamalnākum fῑl jāriyah “Kami bawa engkau ke dalam bahtera.” yakni kapal yang berlayar dari atas perbukitan. Linaj'alahā lakum tażkiratan wata'iyahā użunun wā'iyah “Agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagimu.” dan Kami sisakan manusia yang beriman yakni pengikut nabi Nuh dalam bahtera tersebut, wata'iyahā użunun wā'iyah “Dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mendengar.” yakni yang memahami karunia Allah dan mau mendengar dari apa yang disampaikan Nabi melalu kitab-NYA.

Fa iżā nufikha fῑṣ-ṣūri nafkhatun wāḥidah "Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup." Allah Ta‟ala berfirman seraya menceritakan tentang berbagai kejadian besar pada hari kiamat. Dengan di awali tiupan yang menggetarkan, disusul oleh tiupan mematikan saat semua yang ada di langit dan di bumi lumpuh kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Setelah itu tiupan pembangkitan untuk menghadap Rabb semesta alam. Kebangkitan dan pengumpulan makhluk itu berada pada tiupan yang dimaksud ayat ini, yakni hanya berlangsung satu kali saja karena Allah tidak akan melakukan kesalahan, tidak juga dapat ditolak dan tidak pula membutuhkan pengulangan dan penekanan.

Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah “Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.” yaitu dibenturkan seperti benturan yang menghancurkan sehingga tanah yang ada diganti dengan tanah yang baru. Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah “Maka pada hari itu terjadilah kiamat.” yakni terjadinya hari kiamat. Wansyaqqatissamā‟u fahiya yauma iżin wāhiyah “Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.”) Ibnu „Abbas mengatakan: “yakni hancur berantakan, sedangkan „Arsy tetap bertengger.”

Wal malaku 'alā arjā ihā “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru langit”, kata al-Malak yaitu para malaikat yang berada di penjuru langit yakni pada bagian-bagian yang belum runtuh, disekelilingnya. Wa yahmilu 'arsya rabbika fauqahum yauma iżin ṡamāniyah “Dan pada hari itu delapan Malaikat menjunjung „Arsy Rabb-mu di atas kepala mereka.” yakni pada hari kiamat, ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

delapan malaikat yang menjunjung „Arsy. Dalam hadits Jabir disebutkan bahwa dia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: “Aku diizinkan untuk memberitahu kalian tentang malaikat pengangkat „Arsy, yaitu bahwa jarak antara daun telinga dan lehernya sejauh jarak tempuh 700 tahun kepakan sayap burung.”

Sanad hadits ini jayyid, para rijalnya secara keseluruhan adalah tsiqah

(terpercaya), dan telah diriwayatkan oleh Abu Dawud di kitab as- dari kitab sunannya.

Yauma iżin tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah(“Pada hari itu engkau dihadapkan kepada Rabb-mu, tiada suatupun dari keadaanmu yang tersembunyi bagi Allah.” yaitu kalian akan dihadapkan kepada Rabb Yang Maha Mengetahui rahasia dan yang tersembunyi, tidak ada suatu urusanpun dari kalian yang tersembunyi dari-Nya, bahkan Dia mengetahui yang tampak jelas, sembunyi- sembunyi dan yang berada di dalam hati. Oleh karena itu Dia berfirman: lā takhfā minkum khāfiyah “Tiada suatu pun dari keadaaanmu yang tersembunyi.” Imam

Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda:

“Pada hari kiamat kelak, umat manusia akan dihadapkan dengan tiga kali persidangan. Dua persidangan mencakup perdebatan dan penyampaian alasan., sedangkan persidangan ketiga, pada saat itu lembaran-lembaran catatan berterbangan ke tangan umat manusia, sehingga ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan ada pula yang mengambilnya dengan tangan kiri.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan juga at-Tirmidzi.

Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra‟ū kitābiyah

“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kanannya, Maka Dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”. Innῑ ẓanantu annῑ mulāqin ḥisābiyah. “Sesungguhnya aku yakin, bahwa Sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.” Fa huwa fῑ 'ῑsyatin rāḍiyah “Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, 22. Fῑ jannatin 'āliyah “dalam syurga yang tinggi”, 23. Quṭūfuhā dāniyah “buah-buahannya dekat”, 24. Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah (kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah engkau kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”. (al-Haaqqah: 19-24)

Allah Ta‟ala menceritakan tentang kebahagiaan dan kegembiraan orang- orang yang menerima buku catatannya pada hari kiamat kelak dengan tangan kanannya. Karena begitu bahagianya, orang yang menerima dengan tangan kanan itu berkata kepada setiap orang yang ditemuinya, “Ambillah, bacalah kitabku ini.”

Maksudnya, ambillah bukuku ini dan bacalah, karena dia mengetahui bahwa semua isinya adalah kebaikan murni, dimana dia termasuk orang yang berbagai keburukannya diganti oleh Allah dengan kebaikan. hā'umu qra‟ū kitābiyah “inilah buku catatanku, bacalah”.

Innῑ ẓanantu annῑ mulāqin ḥisābiyah Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.”) maksudnya, aku benar- benar yakin di dunia bahwa hari ini pasti akan terjadi, tidak mungkin tidak.

Fa huwa fῑ 'ῑsyatin rāḍiyah “Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai” yakni penuh keridhaan Allah. Fῑ jannatin 'āliyah “Dalam surga yang tinggi” yaitu istana yang tinggi, dengan bidadari yang sangat cantik, mutiaranya indah, dan kegembiraan di sana bersifat abadi. Quṭūfuhā dāniyah “Buah-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

buahannya dekat.” yakni dekat sehingga salah seorang dari mereka dapat memetiknya ketika dia tidur di tempat tidurnya.”

Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah engkau kerjakan pada hari- hari yang telah lalu.” Maksudnya, hal itu dikatakan kepada mereka sebagai karunia, pemberian, anugerah dan kebaikan

25. Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta kitābiyah. 26. Wa lam adri mā ḥisābiyah. 27. Yā laitahā kānatil qāḍiyah. 28. Mā agnā 'annῑ māliyah. 29. Halaka 'annῑ sulṭāniyah. 30. Khuẓūhu fagullūhu. 31.

Ṡummal jaḥῑma shallūhu. 32. Ṡumma fῑ silsilatin ẓar'uhā sab'ūna żirā'an faslukūh.

33. Innahū kāna lā yu'minu billāhil 'aẓῑm. 34. Wa lā yaḥuḍḍu 'alā ṭa'āmil miskῑn.

35. Falaisa lahul yauma hā hunā ḥamῑm. 36.Wa lā ṭa'āmun illā min gislῑn. 37. Lā ya'kuluhu illal khāṭi‟ūn

“25. Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,

Maka Dia berkata: “Wahai Alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). 26. dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. 27. Wahai kiranya kematian Itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. 28. Hartaku sekali- kali tidak memberi manfaat kepadaku. 29. telah hilang kekuasaanku daripadaku.”

30. (Allah berfirman): “Peganglah Dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.

31. kemudian masukkanlah Dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. 32. kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. 33.

Sesungguhnya Dia dahulu tidak beriman kepada Allah yang Maha besar. 34. dan juga Dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi Makan orang miskin. 35.

Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. 36. dan tiada (pula)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. 37. tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.” (al-Haaqqah: 25-37)

Dari ayat 25 sampai ayat 37 adalah berita tentang keadaan orang-orang yang sengsara, jika mereka diberikan buku catatan amalnya dalam persidangan kelak dari sebelah kirinya. Pada saat itu yang ada hanyalah penyesalan tidak terhingga. fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta kitābiyah. Wa lam adri mā ḥisābiyah Yā laitahā kānatil qāḍiyah “Wahai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitab ini. Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.” yakni orang yang sengsara itu mengira bahwa kematian adalah akhir dari segalanya. Orang itu mengharapkan kematian, padahal tidak ada yang paling dia benci di dunia dahulu melebihi kematian.”

Mā agnā 'annῑ māliyah. Halaka 'annῑ sulṭāniyah “Hartaku sekali-sekali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku.”) maksudnya harta dan kekuasaanku tidak bisa menghindarkan diriku dari siksa dan hukuman

Allah, bahkan semua urusan diserahkan kepada diriku sendiri tidak ada seorang pun penolong dan penyelamat bagiku. Pada saat itulah Allah berfirman: Khuẓūhu fagullūhu. Ṡummal jaḥῑma shallūhu “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.”) maksudnya, Allah memerintahkan Malaikat Zabaniyah untuk mengambilnya dengan kasar dari alam mahsyar lalu dibelenggu, yakni dengan meletakkan rantai pada lehernya lalu menyeretnya ke neraka jahanam untuk selanjutnya diceburkan dan ditenggelamkan di dalamnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ṡumma fῑ silsilatin ẓar'uhā sab'ūna żirā'an faslukūh “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.”) yaitu belitlah dia masuk melalui duburnya dan keluar dari mulutnya, untuk selanjutnyya diuntai pada rantai itu seperti untaian belalang pada sepotong kayu pada saat dipanggang.

Wa lau taqawwala 'alainā ba'ḍal aqāwῑl “Seandainya dia mengadakan sebagian perkataan atas nama Kami,” yakni Muhammad saw. Jika saja dia seperti yang mereka tuduhkan, yakni mengadakan kedustaan atas nama Kami sehingga dia memberikan tambahan atau pengurangan pada risalah tersebut, atau dia mengatakan sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri, lalu menisbatkannya kepada

Kami, sedang Kami tidak pernah mengatakannya, pasti Kami menyegerakan siksaan untuknya.

La‟akhażnā minhu bil yamῑn “Niscaya Kami benar-benar akan siksa dia tangan kanan.” yakni niscaya Kami akan pegang tangan kanannya, Ṡumma laqaṭa'nā inhul watῑn “Kemudian Kami benar-benar potong urat tali jantungnya.” yaitu urat jantung, satu urat dimana jantung bergantung padanya.”

Fa mā minkum min aḥadin 'anhu ḥājizῑn “Maka sekali-sekali tidak ada seorang pun darimu yang dapat menghalangi Kami dari pemotongan urat nadi itu.” maksudnya tidak ada seorangpun dari kalian yang mampu memberikan halangan antara Kami dengannya jika Kami sudah menghendaki sesuatu padanya.

Artinya, bahkan Muhammad itu adalah seorang yang jujur, senantiasa berbuat kebajikan dan berada dalam bimbingan, karena Allah menetapkan semua yang disampaikan oleh beliau dari-Nya sekaligus memberi dukungan sepenuhnya melalui berbagai macam mu‟jizat yang sangat menakjubkan dan berbagai bukti yang sangat pasti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Wa innahu latażkiratun lilmuttaqῑn “Dan sesungguhnya ia benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”) yakni, Alquran. Selanjutnya

Dia berfirman: Wa innā lana'lamu anna minkum mukażżibῑn “Dan sesungguhnya

Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara engkau ada orang yang mendustakannya,” yakni dengan kejelasan dan kegamblangan ini akan ada di antara kalian orang yang mendustakan Alquran.

Wa innahū laḥasratun 'alal kāfirῑn “Dan sesungguhnya Alquran itu benar- benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir di akhirat.” Maknanya adalah sesungguhnya pendustaan itu benar-benar akan menjadi penyesalan bagi orang- orang kafir pada hari kiamat kelak.”. Dengan pengertian lain, pada kesempatan yang sama Alquran dan keimanan kepadanya menjadi penyesalan yang teramat berat bagi orang-orang kafir.

Wa innahū laḥaqqul yaqῑn “Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.” yakni berita benar dan sesuai kenyataan, yang tidak mengandung keraguan sama sekali di dalamnya. Kemudian Allah Ta‟ala berfirman: Fa sabbiḥ bismi rabbikal 'aẓῑm “Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Rabb-mu Yang Maha besar.” yakni yang telah menurunkan Alquran yang agung ini.

Dengan adanya penanda koherensi yang telah disebutkan di atas, maka teks wacana yang terdapat dalam surat Al-Hāqqah tersebut memiliki makna yang utuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap surat Al-Hāqqah dari analisis kohesi dan koherensi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

3. Alat kohesi gramatikal dan leksikal yang membentuk keutuhan teks dalam

Surat Al-Hāqqah adalah sebagai berikut :

- Kohesi gramatikal yang ditemukan dalam surat Al-Hāqqah yang terdiri dari

referen eksofora, referen anafora, substitusi dalam bentuk frasa

(murakkab), kohesi ellipsis dalam bentuk klausa (jumlah), konjungsi

fa/maka), dan/ فَ koordinatif (aṭaf ٚ /wa/ dan), konjungsi kausal (aṭaf

ṡumma/ kemudian) dalam bentuk nomina/ ُث ََُّ konjungsi temporal (aṭaf

(isim), frasa (murakkab), dan klausa (jumlah).

- Kohesi leksikal yang ditemukan dalam surat Al-Hāqqah yang terdiri dari :

reiterasi ulangan dalam bentuk nomina (isim), verba (fi‟il), dan frasa

(murakkab) keseluruhannya dalam bentuk reiterasi penuh atau sempurna,

dan tidak ditemukan reiterasi sebagian atau variasi, sinonim dalam bentuk

nomina (isim), hiponim dalam bentuk nomina (isim) dan klausa (jumlah),

meronim, antonim dalam bentuk nomina (isim), kolokasi dalam bentuk

frasa (murakkab).

4. Dengan mengetahui penanda koherensi dalam surat Al-Hāqqah, maka dapat

difahami keutuhan makna yang terkandung dalam surat tersebut. Keseluruhan

penanda koherensi ini membuktikan adanya ketegasan Allah dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menyampaikan pesan kepada Rasul untuk ummatnya, dan kebenaran adanya

hari kiamat. Penanda koherensi yang membentuk keutuhan teks dalam surat

Al-Hāqqah ditemukan lima penanda yaitu; penanda hubungan sebab akibat,

penanda hubungan akibat sebab, penanda hubungan amplikatif, penanda

hubungan ibarat, penanda hubungan generik spesifik, dan penanda hubungan

aditif.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian ini yang berkaitan dengan wacana khususnya tentang kohesi dan koherensi, maka diajukan beberapa saran kepada peneliti selanjutnya sebagai berikut :

 Dapat meneruskan penelitian ini dengan mendalami kohesi dan koherensi

pada Surat Al-Hāqqah dengan mengaitkannya kepada analisis terjemahan

tafsir Alquran.

 Dapat melakukan penelitian-penelitian tentang analisis kohesi dan koherensi

pada wacana Alquran lainnya, kemudian membuat hubungan kohesi dan

koherensi pada wacana Alquran surat yang berbeda namun masih dengan

topik isi yang sama, sehingga dapat dilihat kohesi dan koherensi antara surat-

surat dalam Alquran.

 Bagi Penerjemah Alquran, Ustadz, Guru, Dosen, dan Mahasiswa yang masih

berhubungan dengan pembahasan tentang Alquran dan bahasa dapat

menggunakan kohesi dan koherensi dalam menyampaikan isi Alquran dan

makna bahasa yang terkandung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Anwar. 2010. .Alquran dan Terjemahannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.

Aimanah, Ummu. 2016. Tesis Kohesi dan Koherensi Bacaan Teks Bahasa Arab Kelas X Terbitan Kemenag serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga

Aisyah, Siti dan Hanafiah, Wardah. 2015. Artikel Analisis Kohesi dan Koherensi pada Buletin Jum‟at. Jakarta. Jurnal Epigram Vol.12 no.1.

Al-Ghulayaini, Syaikh Mustafa. 1992. Pelajaran Bahasa Arab Lengkap Terjemah Jaami‟ud Duruusil „Arabiyyah Jilid 1. Semarang: Asy-Syifa‟.

Al-Hammadi, Yussuf, dkk. 1994. Al-Qawaid al-Asasiyah fi al-Nahwi wa al-Sarfi. Kairo: Al-Haiah al-„Ammah li syu‟uni al-mutabi‟ al-amiriyyah.

Al-Khulli. 1982. A Dictionary of Theoretical Lingustics (English-). Libanon. Library Du Liban

Ali, Wirdiyati Sri. 2010. Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Cerpen “The killers”karya Hemingway (tesis).

Arifin, Bustanul. 1999. Pemarkah Kohesi Wacana Bahasa Indonesia. Malang. UNM.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Mamajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badri, 1986. Bunyatu-l Kalimah wa Nuzhau-l Jumlah (Diktat perkuliahan Diplom Am) Jakarta: LIPIA

Bariadi. 2001. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta. Pustaka Gondosuli

Beaugrande dan Dressler. 1981. Introduction to Text Linguistics. London. Longman.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma. 2006. Semantik I : Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung. Eresco

Efendi, Nur dan Muhammad Fathurrohman. 2014. Studi al-Qur‟an: Memahami Wahyu Allah Secara Lebih Integral dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras..

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Eriyanto. 2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS,

Gifon. 1995. Functionalism and Grammar. Amsterdam Philadelphia. John Publishing Company

Gufron, Mohammad & Rahmawati. 2013. Ulumul Qur‟an Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras,

Halliday. 1985. An Introduction to Functional Grammer. London. Longman

Halliday dan Hasan. 1976. Cohesion in English. London. Longman

Hartono, Bambang. 2012. Dasar-dasar Kajian Wacana. Semarang. Pustaka Zaman.

Hasanain, 1984. Dirasat fi ilmi-l lughah al Washfy wa At-Tarikhiy, wa Al- Muqaran. Riyadh: Darul Ulum li Thiba‟ah wa an-Nasyr.

Ibnu Kastir, 2000. Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Kastir . Jakarta: Gema Insani.

Kementerian Agama RI. 2010. Al-Quranulkarim Miracle the Reference. Bandung: Sygma Publishing.

Khalid, Abu. 2010. Kamus Arab-Alhuda- Arab-Indonesia Disertai Cara Membacanya untuk SMU dan Umum. Surabaya: Fajar Mulya.

Liyana, Cut Irna. 2013. Kohesi Dan Koherensi Dalam Skripsi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (tesis). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Ramlan. 2008. Kalimat, konjungsi, dan Preposisi Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Sanata Dharma.

Mulyana. Analisis Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.

Murdodiningrat. 2014. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul dalam Al- Qur‟an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nashoih, Afif. 2015. Kohesi dan Koherensi Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur‟an (tesis). Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Ni‟mah, Fuad. Mulakhkhas Qawā‟id al- Lugah al-„Arabiyyah. Cetakan ke 19. Kairo : Nahdah Misra, t.t

Qalyubi, Syihabuddin. 2008. Stilistika al-Qur‟an: Makna Dibalik Kisah Ibrahim. Yogyakarta: LkiS.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Renkema. 2004. Introduction to Discours Studies. Amsterdam. John Publishing Company.

Richards dkk. 2002. Dictionary of Language Teaching and Applied Linguitic. London. Longman.

Subuki, Makyun. 2008. Kohesi Dan Koherensi Dalam Surat al-Baqarah (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa. Yogyakarta. Duta Wacana University.

Sumarlam, 2003. Analisis Wacana Teori dan Praktik. Surakarta. Pustaka Cakra.

Sutedi, Adrian. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.

Widiatmoko, Wisnu. 2015. Artikel Analisis Kohesi dan Koherensi Wacana Berita Rubrik Nasional di Majalah Online Detik. Jakarta. Jurnal Sastra Indonesia Vol.4. Nomor 2.

Zakiyah, Nita. 2011. Kohesi Dan Koherensi Dalam Surat al-Kahfi (tesis). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 1. Teks Al-Qur’an dalam Surat Al-Hāqqah ثِ ۡـ ُِ ََّٱّللِ ََّٱٌغ ۡد َّ ِٓ ََّٱٌغ ِد ١َُِ Bismillāhirrahmānirrahῑm "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"

ۡ َٔٱٌ َذبٓلَّخَُ ََ Al-ḥāqqah 1. "Hari kiamat "

َ َِبَ ۡ َٕٱٌ َذبٓلَّخُ Māl ḥāqqah 2. "apakah hari kiamat itu?" َٚ َِبَٓأَ ۡص َع ى َه ََِبَ ۡ َٖٱٌ َذبٓلَّخَُ ََ Wa mā adrāka māl ḥāqqah 3. "Dan tahukah engkau (Muhammad) apakah hari kiamat itu?" ۢ ۡ َ َو َّظثَ ۡذَثَ ُّ ُٛص ػَ ََٚ ُبصَثَِ َٗٱٌمَ ِبع ػَ ِخَ Każżabat ṡamūdu wa'ādun bil qāri'ah 4. "Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat."

فَأَ َِّبَثَ ُّ ُٛصَفَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛاَثَِ َّ َ٘ٱٌَ ِبغ١َ ِخَ Fa ammā ṡamūdu fa uhlikū biṭ-ṭāgiyah 5. "Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa." َ ُ ْ َ َٚأ َِّب ٞ ػَبصَفَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَثِ ِغ ٠ٖخ ََص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَٙ Wa ammā 'ādun fa uhlikū birῑḥin ṣarṣarin 'ātiyah 6. "Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,"

َ ؿَ َّش َغَ٘ب ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ١ٌَََ ٖبي َََٚثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡ َٱٌمَ ٛۡ ََ فٙ١َِ َبَص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخَ ٧ Sakhkharahā 'alaihim sab'a layālin waṡamāniyata ayyāmin husūma fatarā al qauma fῑhā ṣar'a ka’annahum a'jāzu nakhlin khāwiyah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7. "yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka engkau lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

فََٙ ًَۡرَ َغ ِّٙ ٌَََُُِٜ َۢٓثَبل١َِ ٖخ٨َ Fa hal tarā lahum min bāqiyah 8. "Maka engkau tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka."

َ َٚ َجبٓ َءَ فِ ۡغ ََٚ ُْ ٛۡ ػَ ََِٓلَۡجٍََُٗ ََۥ َ َٚ ۡ ََٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذ َثِ ۡ ٩َٱٌ َش ِبغئَ ِخ Wa jā’a fir'aunu waman qablahu wal mu'tafikātu bil khāṭi’ah 9. "Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar."

َفَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَٓٔ Fa'aṣau rasūla rabbihim fa akhażahum akhżatan rābiyah 10. "Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras." ۡ ۡ ۡ بََئَِّٔب ٌََ َّّ َبَغ َغ ََٟٱٌ َّبٓ ُء َد ٍََّٕ ُىُۡ َفِ َٱٌ َج ِبع٠َ ِخَ ٔٔ Innā lammā ṭagal mā-u hamalnākum fῑl jāriyah 11. "Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera,"

ٌَِٕ ۡج ٍَٙؼََبٌََ ُىُۡ َرَ ۡظ ِو َغ ٗح ََٚرَ َٙ١ؼَِبَٓأُ ُط ١ػِ ََٚ َْٞ ٞخَٕٔ Linaj'alahā lakum tażkiratan wata'iyahā użunun wā'iyah 12. "agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar."

ََٟفَاِ َطا َُٔفِ َزَفِ ََٱٌص ِٛع َٔۡف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞح Fa iżā nufikha fῑṣ-ṣūri nafkhatun wāḥidah 13. "Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup."

َ ضَُٚ ِدٍَُّ ِذَ ۡ ََٱألَ ۡع َ بيَُٚ ۡ َٱٌ ِججَ فَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحَٗٔ Wa ḥumilatil arḍu wal jibālu fadukkatā dakkatan wāḥidah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14. "dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur." ََف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َ َٚلَ ؼَ ِذ ۡ َٱٌ َٛالِ ؼَخُ ٘ٔ Fa yauma iżin waqa'atil wāqi'ah 15. "Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

َ ََٚ َٱٔامَّ ِذَ َّ َٱٌـ َّبٓ ُء فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَٙٔ Wansyaqqatissamā’u fahiya yauma iżin wāhiyah 16. "dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah."

َٚ ۡٱٌ ٍََّ ُهََ ٝٓ ٍَػَ ََأ ۡع َجبٓئَِٙ ۚب ٠َََٚ ۡذ ِّ ػًََُ ۡغ َف ََعثِّ َهَفَ ٛۡلَُُٙۡ ٠ََ ٛۡ َِئَِ ٖظَثَ ١ََِّٕ ٞخ٧َََٔ

Wal malaku 'alā arjā ihā wa yahmilu 'arsya rabbika fauqahum yauma iżin ṡamāniyah 17. "Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka."

٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَرُ ؼۡ َغ َظُْٛ ََالَرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ ََسبف١َِ ٞخ٨َٔ

Yauma iżin tu'raḍūna lā takhfā minkum khāfiyah 18. "Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)."

فَأَ َِّبَ َِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥََُٗث١ََِ ١ِِّٕ ِۦََٗف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ ََُ ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو زَج١َِ ٩َٗۡٔ

Fa ammā man ūtiya kitābahu biyamῑnihi fayaqūlu hā'umu qra’ū kitābiyah 19. Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)."

َئِ ِّٟٔ َظَٕ ُٕذَأَ ِّٔ ٍََُِٟ ٍك َِد َـبث١َِ َٕۡٗٓ Innῑ ẓanantu annῑ mulāqin ḥisābiyah 20. "Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku."

فَ ََُٛٙفِ ػَِٟ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخَََٕٔ Fa huwa fῑ 'ῑsyatin rāḍiyah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21. "Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,"

فِ ََٟجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَََٕٕ Fῑ jannatin 'āliyah 22. "dalam syurga yang tinggi,"

لُ َُٛفَُٙ َبَصا١َِٔ ٞخَٖٕ Quṭūfuhā dāniyah 23. "buah-buahannya dekat," ۢ ُ ََوٍُ ْٛاَ َ َٚ ۡ ََٱَش َغ ْثُٛا ََِٕ٘ ١َٓ بَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َفَِٟ ۡ ََٱأل٠ََّ ِبََ ۡ َٱٌ َشب١ٌَِ ِخ ٕٗ Kulū wasyrabū hanῑ an bimā aslaftum fῑl ayyāmil khāliyah 24. (kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu."

َ ََُٚٗأَ َِّب َ ََۥِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ َۦثِ ِا َّبٌِ ِٗ ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َٕۡٗ٘ Wa ammā man ūtiya kitābahu bisyimālihi fayaqūlu yā laitanῑ lam ūta kitābiyah 25. Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)."

َ ٌََََُٚۡ أَ ۡص ِع ََِ ِبَد َـبث١َِ ۡٗ ٕٙ Wa lam adri mā ḥisābiyah 26. "Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku." ١ٍََۡ٠زََٙ َبَوبَٔ ِذَ ۡ َٱٌمَ ِبظ١َخَ ٧ٕ Yā laitahā kānatil qāḍiyah 27. "Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu." َِبَٓأَ ۡغَٕ َٟ ِّٕ ػََ َِٝب١ٌَِ ٨َٕٗۡۡۜ Mā agnā 'annῑ māliyah 28. "Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku." ٍََ٘ َه ؿَٟۡ ِّٕ ػٍََُ ١ََِٕ ٩َٕٗۡ Halaka 'annῑ sulṭāniyah 29. "Telah hilang kekuasaanku daripadaku." ُ ََس ُظَُٖٚ َفَ ُغ ٍُٖٛ ٖٓ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Khuẓūhu fagullūhu 30. (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya." َثُ ََُّ ۡ ََٱٌ َج ِذ ١َُ َص ٍُٖٛ ٖٔ Ṡummal jaḥῑma shallūhu 31. "Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala." ََثُ ََُّ فِ ؿٍَِٟۡ ِـٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُ َبؿَۡج ُٛؼَْ َِط َع ٗاػبَفَ ۡ َٱؿٍُ ُىَُٖٛ ٕٖ Ṡumma fῑ silsilatin ẓar'uhā sab'ūna żirā'an faslukūh 32. "Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta." ََۥئََُِّٔٗ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِِ َُٓثِ ََّ ََٱّللِ ۡ َٱٌ ؼَ ِظ ١ُِ ٖٖ Innahū kāna lā yu'minu billāhil 'aẓῑm 33. "Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar."

َ َٚ َالَ ٠َ ذُط ٝ ٍَػََ ََغ ؼَ ِبََ ۡ َٱٌ ِّ ۡـ ِى ١َِٓ ٖٗ Wa lā yaḥuḍḍu 'alā ṭa'āmil miskῑn 34. "Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin."

َف١ٍََۡ ؾٌََََُٗ ۡ َٱٌ ١َََ َٙ٘ َ َُٕٛۡ َبَد ِّ ١ُٞ ٖ٘ Falaisa lahul yauma hā hunā ḥamῑm 35. "Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini."

َ َٚ َالَ َغ ؼَ ٌبََئِ َّال َِِ ۡٓ َِغ ۡـٍِ َٙٓ١ٖٖ Wa lā ṭa'āmun illā min gislῑn 36. "Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah." ۡ َّ َال٠ََأ ُوٍُ َُٓٗ ََۥ َئِ َّال ۡ َٱٌ َش َُِ ََ َ َْٛ ٧ٖ Lā ya'kuluhu illal khāṭi’ūn 37. "Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa."

َفَ َ َٓال أُ ۡل ِـ َُثِ َّبَرُۡج ِص َغ٨َُْٖٚ Fa lā uqsimu bimā tubṣirūn 38. "Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat."

َٚ َِ َبَالَرُۡج ِص َغ٩َُْٖٚ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Wa mā lā tubṣirūn 39. "Dan dengan apa yang tidak kamu lihat."

َۥئََُِّٔٗ ٌَمَ ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖٓٗ Innahū laqaulu rasūlin karῑm 40. "Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,"

َ َٚ َِب ُ٘ ََٛثِمَ ٛۡ ِي َََش ِبػ ٖۚغَلٍَِ ١ٗال ََِّبَرُ ۡإ ُِِٕ ََْٛٔٗ Wa mā huwa biqauli syā'irin qalῑlan mā tu'minūn 41. "dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya."

َ َٚ َالَ ثِمَ ٛۡ ِي ََو ِب٘ َٖۚٓلٍَِ ١ٗالَ ََِّبَرَ َظ َّو َغَُْٕٚٗ Wa lā biqauli kāhinin qalῑlan mā tażakkarūn 42. "Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya." ۡ رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ َٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ ٖٗ Tanzῑlun min rabbil 'ālamῑn 43. "Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam." ٛۡ ٌَََٚرَمَ َّٛ َي ١ٍَۡػَََٕبَثَ ؼۡ َطَ ۡ َٱألَلَ ِبٚ ٠ًَِ ٗٗ Wa lau taqawwala 'alainā ba'ḍal aqāwῑl 44. "Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,"

َ ََألَ َس ۡظَٔب ِ ََُِٕۡٗثِ ۡ َٱ١ٌَ ِّ ١ِٓ ٘ٗ La’akhażnā minhu bil yamῑn 45. "niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya."

ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡ َٱٌ َٛرِ ١ََٓ ٙٗ Ṡumma laqaṭa'nā minhul watῑn 46. "Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya."

َفَ َّب ِِ ُٕى َُِِّ َۡٓأَ َد ٍض ػََٕۡ ََُٗد ِج ؼِ ٧َٓ٠َٗ Fa mā minkum min aḥadin 'anhu ḥājizῑn

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

47. "Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu."

َ ََۥٚئََُِّٔٗ ٌَزَ ۡظ ِو َغ ٞح ٌٍَِّۡ ُّزَّمِ ١َٓ ٨ٗ Wa innahu latażkiratun lilmuttaqῑn 48. "Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa."

َ َٚئَِّٔب ٌََٕ ؼٍَۡ َُأَ َّْ َِِ ُٕى َُِ َى ِّظثِ ٩َٓ١َٗ Wa innā lana'lamu anna minkum mukażżibῑn 49. "Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya)." ۡ َ ََٚٝئَُِّٔٗۥ ٌَ َذ ۡـ َغحٌ ػٍَََ َٱٌ َىفِ ِغ ٠ََٓ ٓ٘ Wa innahū laḥasratun 'alal kāfirῑn 50. "Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang- orang kafir (di akhirat)."

َ ََۥٚئََُِّٔٗ ٌََ َذ ك ۡ َٱ١ٌَمِ ١ِٓ ََٔ٘ Wa innahū laḥaqqul yaqῑn 51. "Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini."

َفَ َـجِّ ۡخَثَِ ۡ ََٱؿ ُِ َ َعثِّ َه ۡ َٱٌ ؼَ ِظ ١ُِ ٕ٘ Fa sabbiḥ bismi rabbikal 'aẓῑm 52. "Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 3. Alat kohesi referen pada Surat Al-Hāqqah No Alat Pada Bunyi Ayat Artinya Merujuk Bunyi Ayat Artinya Kohesi Kata pada

َٚ "Dan tahukah engkau Muhammad Tidak disebutkan pada surat ini َِبَٓأَ ۡص َع ىَ َهََ َِبَ ۡٱٌ َذ ٓبلَّخََََُٖ أَ ۡص َع ىَ َهَ َنََ 1 (Muhammad) apakah hari kiamat itu?" ؿَ Yang Allah menimpakan angin Muhammad Tidak disebutkan pada surat ini َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ ١ٌَََ ٖبيَ فَزَ َغٜ رَ َغٜ 2 َٚ itu kepada mereka selama tujuhثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖب َفَزَ َغَٜ malam dan delapan hari terus ۡٱٌ َم َٛۡ َفٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َ menerus; maka engkau lihat َ َ ۡ ُ َ ۡ َ kaum 'Aad pada waktu itu mati أػ َجبػَٔش ًٍَس ِب٠َٚ ٖخ٧ََ bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

Maka kamu tidak melihat Muhammad Tidak disebutkan pada surat ini َفََٙ ًَۡرَ َغ ِّٙ ٌَََُُِٜ َۢٓثَبل١َِ ٖخ٨َََ رَ َغ َٜ رَ َغ َٜ 3 seorangpun yang tinggal di antara mereka.

Sesungguhnya Kami, tatkala air Kaum Tidak disebutkan pada surat ini ئَِّٔب ٌََ َّّب ََغ َغب َ ۡٱٌ َّبٓ ُءَ َ َد ٍَّۡ َٕ ُىُۡ َ َد ٍَّۡ َٕ ُىَُۡ ُوَُۡ 4 telah naik (sampai ke gunung) Nabi ۡ فَِٟٱٌ َج ِبع٠َ ِخََََٔٔ Kami bawa (nenek moyang) Nuh kamu, ke dalam bahtera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

agar Kami jadikan peristiwa itu Kaum Tidak disebutkan pada surat ini ٌََِٕ ۡج ٍَٙؼََبٌََ ُىُۡ َرَ ۡظ ِو َغ ٗح َََٚرَ َٙ١ؼَِبَٓ ٌَ ُىَُۡ ُوَُۡ 5 peringatan bagi kamu dan agar Quraisy أُ ُط ١ػِ ََٚ َْٞ ٞخَََٕٔ diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar

Pada hari itu kamu dihadapkan Kaum Tidak disebutkan pada surat ini" ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَرُ ؼۡ َغ َظُْٛ ََالَرَ ۡشفَ َٝ رُ ؼۡ َغ َظَُْٛ رُ ؼۡ َغَ 6 (kepada Tuhanmu), tiada Quraisy ِ ُٕىُۡ ََسبف١ ٞخ٨ََٔ sesuatupun dari keadaanmu yang ِ ِ َ ظُٛ tersembunyi (bagi Allah)." ََْ

Pada hari itu kamu dihadapkan Kaum Tidak disebutkan pada surat ini" ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَرُ ؼۡ َغ َظُْٛ ََالَرَ ۡشفَ َٝ ِِ ُٕىَُۡ ُوَُۡ 7 (kepada Tuhanmu), tiada Quraisy sesuatupun dari keadaanmu yang ِِ ُٕىُۡ ََسبف١َِ ٞخ٨ََٔ tersembunyi (bagi Allah)." Maka Aku bersumpah dengan Kaum Tidak disebutkan pada surat ini" فَ َ َٓالَأُ ۡل ِـ َُثِ َّبَرُۡج ِص َغَُْٚ رُۡج ِص َغَُْٚ رُۡج ِص َغَُْٚ 8 apa yang kamu lihat." Quraisy ٨َٖ

َٚ "Dan dengan apa yang tidak Kaum Tidak disebutkan pada surat ini َِ َبَالََرُۡج ِص َغ٩َََُْٖٚ رُۡج ِص َغَُْٚ رُۡج ِص َغَُْٚ 9 kamu lihat." Quraisy

ٛۡ ٌََٚ Seandainya dia (Muhammad) Muhammad Tidak disebutkan pada surat ini َرَمَ َّٛ َي ١ٍَۡػَََٕب َثَ ؼۡ َطَ رَمَ َّٛ َيَ رَمَ َّٛ َيَ 10 mengadakan sebagian perkataan ۡٱألَلَ ِبٚ ٠ًَََِٗٗ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

atas (nama) Kami

Maka sekali-kali tidak ada Kaum Tidak disebutkan pada surat ini فَ َّب َ ِِ ُٕىُ َِِّ ۡٓ َأَ َد ٍض ػَََُٕۡٗ ِِ ُٕىُ ُوُ 11 seorangpun dari kamu yang dapat Quraisy َدجؼ ٧َٓ٠ََٗ menghalangi (Kami), dari ِ ِ pemotongan urat nadi itu

َٚ Dan sesungguhnya Kami benar- Kaum Tidak disebutkan pada surat iniئَِّٔبٌَََٕ ؼٍَۡ َُأَ َّْ َِِ ُٕى َُِ َى ِّظثِ ١ََٓ ِِ ُٕىُ ُوُ 12 benar mengetahui bahwa di antara Quraisy ٩َٗ kamu ada orang yang mendustakan (nya)

َ Yang Allah menimpakan angin itu َّ َٚ Adapun kaum 'Aadأ َِّب َ ٞ َػَبصَ ثِ ِغ ٠ٖخَ ؿَش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙ ۡج َغ ١ٌَََ ٖبيَ ؿَ َّش َغَ٘ب َ٘ب 13 kepada mereka selama tujuh malam ۖ maka mereka telah فَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛا َثغ٠خَ َص ۡغ َصغَ َٚثَ ١ََِّٕخَ َأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛب َفَزَ َغَٜ ِ ِ ٖ ٍ ;dan delapan hari terus menerus dibinasakan dengan ۡٱٌمَ َٛۡ َفٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َ َص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَ ػَبر١َِ ٖخَ maka kamu lihat kaum 'Aad pada َ angin yang sangat َ ۡ ُ ۡ waktu itu mati bergelimpangan أػ َجبػََٔش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧ََ ٙ dingin lagi amatَ seakan-akan mereka tunggul pohon kencang, kurma yang telah kosong (lapuk).

َٚ Adapun kaum 'Aadأَ َِّب َ ٞ ػَبصَ ٞ ػَبصَ ؿَ Yang Allah menimpakan angin َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ ١ٌَََ ٖبيَ ١ٍَۡػَ َُِٙۡ ِ٘ َُْ 14 itu kepada mereka selama tujuh ْ ُ maka mereka telah َ ۖ فَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَ َثِ ِغ ٠ٖخَ َٚثَ ١ََِّٕخََأ٠َّ ٍبَ َٗدُـُِٛب َفَزَ َغَٜ malam dan delapan hari terus dibinasakan dengan َص ۡغ َصغ ػََبر١َِ ٖخَ ۡٱٌ َم َٛۡ َفٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََََُُّٙٔۡ menerus; maka kamu lihat kaum ٍ angin yang sangat َ َ ۡ ُ َ ۡ َ Aad pada waktu itu mati َٙ dingin lagi amat' أػ َجبػَٔش ًٍَس ِب٠َٚ ٖخ٧ََ bergelimpangan seakan-akan kencang, mereka tunggul pohon kurma

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َ .(yang telah kosong (lapuk

َٚ Adapun kaum 'Aadأَ َِّب َ ٞ ػَبصَ ٞ ػَبصَ ؿَ Yang Allah menimpakan angin َّش َغَ٘ب َ ػَ ٍَ ١ۡ ؿََ ُِۡٙ ۡج َغ ١ٌَََ ٖبيَ َوأَََُُّٙٔۡ ُ٘ َُْ 15 َٚ itu kepada mereka selama tujuh ْ ُ maka mereka telah َث ١َِّٕ َخ َأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖب ََف َز َغَٜ فَأ ٍِۡ٘ ُىٛاَ َثِ ِغ ٠ٖخَ َ malam dan delapan hari terus dibinasakan dengan ۡٱٌ َم ٛۡ ََ َفٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َ َص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَ menerus; maka kamu lihat kaum angin yang sangat أَ ػۡ َج ُبػ ََٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧ََ Aad pada waktu itu mati َٙ dingin lagi amat' bergelimpangan seakan-akan kencang, mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

َٚ Adapun kaum 'Aad makaأَ َِّب َ ٞ ػَبصَ ٞ ػَبصَ Maka kamu tidak melihat َفََٙ ًَۡرَ َغ ِّٙ ٌَََُُِٜ َۢٓثَبل١َِ ٖخ٨ََ ٌَُُٙ ُ٘ َُْ 16 seorangpun yang tinggal di ْ ُ mereka telah dibinasakan فَأ ٍِۡ٘ ُىٛا َثِ ِغ ٠ٖخَ antara mereka. dengan angin yang sangat ,dingin lagi amat kencang َص ۡغ َص ٍغ ػَََبر١َِ ٖخَ َٙ

َٚ Dan telah datang Fir'aun َجبٓ َءَ َفِ ۡغ ٛۡ ػَ َُْ فِ ۡغ َٚ Dan telah datang Fir'aun dan َُْ ٛۡ ػَ َجبٓ َءَ َفِ ۡغ ََٚ ُْ ٛۡ ػَ َِٓ َلَۡجٍَ ۥََُٗ لَۡجٍََُٗۥ َُٖ 17 dan orang-orang yang َٚ َِٓ َلَۡجٍَ ۥََُٗ َٚ orang-orang yang sebelumnyaَ ۡٱٌ ُّ ۡإ َرفِ َى ُذََثَِ ۡٱٌ َش ِبغئَ ِخ٩ََََ dan (penduduk) negeri-negeri sebelumnya dan ََٚ ۡٱٌ ُّ ۡإ َرفِ َى ُذََ yang dijungkir balikkan karena (penduduk) negeri-negeri َ yang dijungkir balikkan ثَ ۡٱٌ َشبغئَخ٩ََََ ِ ِ ِ kesalahan yang besar karena kesalahan yang besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َٚ Dan telah datang َجبٓ َءَ َفِ ۡغ ٛۡ ػَ َُْ فِ ۡغ Maka (masing-masing) mereka َُْ ٛۡ ػَ فَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َ َعثِّ َُِٙۡ ِ٘ َُْ 18 -mendurhakai rasul Tuhan Fir'aun dan orang َ َ ۡ َٚ َِٓ َلَۡجٍَ ۥََُٗ َۡ َ فَأ َسَ َظُُ٘ۡ َأس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَََٓٔ َٚ orang yang sebelumnya ََِٓلجٍَُٗ mereka, lalu Allah menyiksa ََٚ ۡٱٌ ُّ ۡإ َرفِ َى ُذََ mereka dengan siksaan yang dan (penduduk) negeri- ثَ ۡٱٌ َشبغئَخ٩ََََ sangat keras ِ ِ ِ negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar

َٚ Dan telah datang Fir'aun َجبٓ َءَ َفِ ۡغ ٛۡ ػَ َُْ فِ ۡغ Maka (masing-masing) mereka َُْ ٛۡ ػَ فَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َ فَأَ َس َظَُُ٘ۡ ُ٘ َُْ 19 dan orang-orang yang َٚ َِٓ َلَۡجٍَ ۥََُٗ mendurhakai rasul Tuhan فَأَ َس َظُُ٘ۡ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَََٓٔ mereka, lalu Allah menyiksa sebelumnya dan ََٚ ۡٱٌ ُّ ۡإ َرفِ َى ُذََ mereka dengan siksaan yang (penduduk) negeri-negeri َ yang dijungkir balikkan ثَ ۡٱٌ َشبغئَخ٩ََََ ِ ِ ِ sangat keras karena kesalahan yang besar

(Maka (masing-masing فَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َ َع ُٛؿَيَ فَأَ َس َظَُُ٘ۡ agar Kami jadikan peristiwa itu ٌََِٕ ۡج ٍَٙؼََبٌََ ُىُۡ َرَ ۡظ ِو َغ ٗح َََٚرَ َٙ١ؼَِبَٓ ٌَِٕ ۡج ٍَٙؼََب َ٘ب 20 mereka mendurhakai َعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َ peringatan bagi kamu dan agar أُ ُط ١ػِ ََٚ َْٞ ٞخَََٕٔ rasul Tuhan mereka, lalu َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َخًَ diperhatikan oleh telinga yang أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َخًََٓٔ ِ mau mendengar ِ Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras

(Maka (masing-masing فَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َ َع ُٛؿَيَ فَأَ َس َظَُُ٘ۡ agar Kami jadikan peristiwa itu ٌََِٕ ۡج ٍَٙؼََبٌََ ُىُۡ َرَ ۡظ ِو َغ ٗح َََٚرَ َٙ١ؼَِبَٓ َٚرَ َٙ١ؼَِبَٓ َ٘ب 21 mereka mendurhakai َعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َ peringatan bagi kamu dan agar أُ ُط ١ػِ ََٚ َْٞ ٞخَََٕٔ diperhatikan oleh telinga yang rasul Tuhan mereka, lalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Allah menyiksa mereka أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًََٓٔ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَ mau mendengar dengan siksaan yang sangat kerasَ

,َٚ dan terbelahlah langit َٱٔامَّ ِذَ َ َّٱٌـ َّبٓ ُءََ َّٱٌـ َّبٓ ُءَ َٚ dan terbelahlah langit, karena َٱٔامَّ ِذَ َ َّٱٌـ َّبٓ ُءَ َفَ َٟ َِٙ فَ َٟ ِ٘ ََٟ َِٙ 22 ٞ karena pada hari itu فَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘خََ pada hari itu langit menjadi ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَََٙٔ lemah langit menjadi lemah ۡ ۚ ۚ ,َٚ dan terbelahlah langit َٱٔامَّ ِذَ َ َّٱٌـ َّبٓ ُءََ َّٱٌـ َّبٓ ُءَ َٚ Dan malaikat-malaikat berada diٱٌ ٍََّ ُهَ َ ٝٓ ٍَػَ َأَ ۡع َجبٓئَِٙبَ أَ ۡع َجبٓئَِٙبَ َ٘ب 23 karena pada hari itu فَ َٟ ِٙ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ ٠َٚ penjuru-penjuru langit. Dan padaَ ۡذ ًُِّ ػََ ۡغ َف ََعثِّ َه َ َف ٛۡ َلُُٙۡ َ ٞ َ hari itu delapan orang malaikat langit menjadi lemah َٚ ِا١َ٘ ٞخَََٙٔ ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَث ١ََِّٕخ٧َََٔ menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka

َٚ Dan malaikat-malaikat ۡٱٌ ٍََّ ُهَ َ ٝٓ ٍَػََ ۡٱٌ ٍََّ ُهَ َٚ Dan malaikat-malaikat berada di ۡٱٌ ٍََّ ُهَ َ ٝٓ ٍَػَ َأَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚبَ فَ ٛۡلََُُٙۡ ُ٘ َُْ 24 -berada di penjuru أَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚب ٠َََٚ ۡذ ًَُِّ ٠َٚ penjuru-penjuru langit. Dan padaَ ۡذ ًُِّ ػََ ۡغ َف ََعثِّ َه ََف ٛۡلَُُٙۡ َ ػَ penjuru langit. Dan pada ۡغ َف ََعثِّ َهَ hari itu delapan orang malaikat ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَثَ ١ََِّٕ ٞخ٧َََٔ menjunjung 'Arsy Tuhanmu di hari itu delapan orang فَ ٛۡلَُُٙۡ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ atas (kepala) mereka malaikat menjunjung ثَ ١ََِّٕ ٞخ٧َََٔ 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka ُ Adapun orang-orang yang فَأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Adapun orang-orang yang َٓۡ َِ ََٟ فَأَ َِّبَ َِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥََُٗث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ ِو زَجَ ۥَُٗ َُٖ 25 diberikan kepadanya َ ِوزجَ ۥَُٗ َث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ diberikan kepadanya ف١ََمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤ َُ َ ۡٱل َغ ُء ْٚاَ َ ِو زَج١َِ َۡٗ kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤ ََُ ,kitabnya dari sebelah kanannya ٩ََٔ kanannya, maka dia ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِوزَج١َِ ٩َََٗۡٔ ,maka dia berkata: "Ambillah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bacalah kitabku (ini) berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini) ُ Adapun orang-orang yang فَأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Adapun orang-orang yang َٓۡ َِ ََٟ فَأَ َِّبَ َِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥََُٗث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ ث١َِ ١ِِّٕ ِۦَٗ َِٖ 26 diberikan kepadanya َ ِوزجَ ۥَُٗ َث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ diberikan kepadanya ف١ََمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤ َُ َ ۡٱل َغ ُء ْٚاَ َ ِو زَج١َِ َۡٗ kitabnya dari sebelah ف١َمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤََ َ ُ ,kitabnya dari sebelah kanannya ٩ََٔ kanannya, maka dia ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو زَج١َِ ٩َََٗۡٔ ,maka dia berkata: "Ambillah berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini) bacalah kitabku (ini) ُ Adapun orang-orang فَأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Sesungguhnya aku yakin, bahwa َٓۡ َِ ََٟ ئِ ِّٟٔ َ َظَٕ ُٕذَ َأَ ِّٟٔ ٍََُِ ٍكَ َ َظَٕ ُٕذَ ُدَ 27 yang diberikan َ ِوزجَ ۥَُٗ َث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ sesungguhnya aku akan ِد َـبث١َِ َََٕۡٗٓ kepadanya kitabnya dari ف١ََمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤ ََُ menemui hisab terhadap diriku sebelah kanannya, maka ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو زَج١َِ ٩َََٗۡٔ dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)

Adapun orang-orang yang َفأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأُٚرِ Maka orang itu berada dalam َٓۡ ِ ََٟ َفَُٛٙ َفػَِ ِٟ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخَ فُٛ٘ َََُٛٙ 28 َ َ َ َ diberikan kepadanya ِو َزجَ ۥَُٗ َث١َِ ١ِِّٕۦَِٗ َ َف١َمُٛيَُ kehidupan yang diridhai ََٕٔ kitabnya dari sebelah َ٘بٓ ُؤ ََُ ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو َزج١َِ َۡٗ kanannya, maka dia ٩ََٔ berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)

dalam syurga yang فِٟ ََجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَ َجَّٕ ٍخَ buah-buahannya dekat لُ َُٛفَُٙ َبَصا١َِٔ ٞخَََٖٕ لُ َُٛفَُٙب َ٘ب 29 tinggi َََٕٕ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ُ ۢ Adapun orang-orang yang فَأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ kepada mereka dikatakan): َٓۡ َِ ََٟ) ُوٍُ ْٛاَ َ ََٚ ۡٱَش َغ ْثُٛاَ ََِٕ٘ ٓ ١َب َثِ َّبَٓ ُوٍُ ْٛاَ ْٚاَ 30 diberikan kepadanya ِوزَجَ ۥَُٗ َث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ Makan dan minumlah dengan" أَ ؿۡ ٍَ ۡفزُُۡ َفِٟ َ ۡٱأل٠ََّ ِبََ َ ۡٱٌ َشب١ٌَِ ِخََ kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤ ََُ sedap disebabkan amal yang ََٕٗ kanannya, maka dia ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِوزَج١َِ ٩َََٗۡٔ -telah kamu kerjakan pada hari berkata: "Ambillah, hari yang telah lalu bacalah kitabku (ini) ُ ۢ Adapun orang-orang yang فَأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ kepada mereka dikatakan): َٓۡ َِ ََٟ) ُوٍُ ْٛاَ َ ََٚ ۡٱَش َغ ْثُٛاَ ََِٕ٘ ٓ ١َب َثِ َّبَٓ ََٚ ۡٱَش َغ ْثُٛاَ ْٚاَ 31 diberikan kepadanya ِوزَجَ ۥَُٗ َث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ Makan dan minumlah dengan" أَ ؿۡ ٍَ ۡفزُُۡ َفِٟ َ ۡٱأل٠ََّ ِبََ َ ۡٱٌ َشب١ٌَِ ِخََ kitabnya dari sebelah ف١َمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤََ َ ُ sedap disebabkan amal yang ََٕٗ kanannya, maka dia ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو زَج١َِ ٩َََٗۡٔ -telah kamu kerjakan pada hari berkata: "Ambillah, hari yang telah lalu َ bacalah kitabku (ini) ُ ۢ Adapun orang-orang َفأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ kepada mereka dikatakan): َٓۡ َِ ََٟ) ُوٍُ ْٛاَ َ ََٚ ۡٱَش َغ ْثُٛاَ ََِٕ٘ ٓ ١َب َثِ َّبَٓ أَ ؿۡ ٍَ ۡفزُُ َرُُ 32 ُ yang diberikan ِو َزجَ ۥَُٗ َث١َِ ١ِِّٕۦَِٗ َ َف١َمٛيَُ Makan dan minumlah dengan" أَ ؿۡ ٍَ ۡفزُُۡ َفِٟ َ ۡٱأل٠ََّ ِبََ َ ۡٱٌ َشب١ٌَِ ِخََ ٓ ۡ ْ ۡ kepadanya kitabnya dari َ٘ب ُؤ ََُٱل َغ ُءٚاََ ِو َزج١ََِٗ sedap disebabkan amal yang ََٕٗ sebelah kanannya, maka ٩ََٔ -telah kamu kerjakan pada hari hari yang telah lalu dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini) ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ َٚ Adapun orang yang diberikan َٓۡ ِ ََٟأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ َِٗۦَ ِو زَجَ ۥَُٗ َُٖ 33 َ diberikan kepadanya ِو َزجَ ۥََُٗثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ َف١َمُٛيَُ kepadanya kitabnya dari sebelah ف١َمُٛيُ ١ٍَۡ٠َزَٟٕ ٌََُۡ َأُ َٚد َو زَج١ َۡٗ ُ َ َ ِ ِ ِ َ kitabnya dari sebelah ٠َ ٍَ ١ۡ َزِٟٕ ٌََُۡ َأ َٚدَ :kirinya, maka dia berkata و َزج١ َََٕۡٗ٘ ََٕ٘ Wahai alangkah baiknya َ ِ ِ kirinya, maka dia" kiranya tidak diberikan berkata: "Wahai َ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kepadaku kitabku (ini) alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) ُ ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ َٚ Adapun orang yang diberikan َٓۡ َِ ََٟأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ َٟ َِوزَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ َِٗۦَ ثِ ِا َّبٌِ َِٗۦ َِٖ 34 diberikan kepadanya و َزج ۥََُٗثاّبٌۦََٗ َف١مُٛيَُ kepadanya kitabnya dari sebelah ِ َ ِ ِ َ ِ ِ َ ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزَِٟٕ ٌََُۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َۡٗ kitabnya dari sebelah ٠َ ٍَ ١ۡ َزِٟٕ ٌََُۡ َأُ َٚدَ kirinya, maka dia berkata: "Wahai ََٕ٘ :kirinya, maka dia berkata ِو َزج١َِ َََٕۡٗ٘ alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) ُ ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ َٚ Adapun orang yang diberikan َٓۡ َِ ََٟأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ َٟ َِوزَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ َِٗۦَ ف١ََمُٛيَُ ٠َمُٛيَُ 35 diberikan kepadanya ِو زَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ kepadanya kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزَِٟٕ ٌََُۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َۡٗ kirinya, maka dia berkata: "Wahai kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزَِٟٕ ٌََُۡ َ ََٕ٘ alangkah baiknya kiranya tidak kirinya, maka dia berkata: أُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ diberikan kepadaku kitabku (ini) "Wahai alangkah baiknya َ kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) ُ ُ َٚ Adapun orang yang diberikanأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ َٚ Adapun orang yang diberikan َٓۡ َِ ََٟأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ َٟ َِوزَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ َِٗۦَ ١ٍََۡ٠زٞ َِٟٕ 36 kepadanya kitabnya dari ِو َزجَ ۥََُٗثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ َف١َمُٛيَُ kepadanya kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزَٟٕ ٌََُۡ َأُ َٚد َو زَج١َ َۡٗ sebelah kirinya, maka dia ِ ِ ِ ٠َ ٍَ ١ۡ َزِٟٕ ٌََُۡ َأُ َٚدَ kirinya, maka dia berkata: "Wahai ََٕ٘ alangkah baiknya kiranya tidak berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak ِو َزج١َِ َََٕۡٗ٘ diberikan kepadaku kitabku (ini) diberikan kepadaku kitabku (ini)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ۡ َٚ Dan aku tidakٌََُۡ َأَ ۡص ِع ََِبَ ِد َـبث١َِ َۡٗ Wahai kiranya kematian itulah َ ١ٍََۡ٠زََٙ َبَوبَٔ ِذَٱٌمَ ِبظ١َخ٧ََََٕ ١ٍََۡ٠زََٙب َ٘ب 37 mengetahui apa hisab ِد َـبث١َِ yang menyelesaikan segala َََٕٙٗۡ sesuatu terhadap diriku ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Hartaku sekali-kali tidak َٓۡ َِ ََٟ َ َِبَٓأَ ۡغَٕ َٟ ِّٕ ػََ َِٝب١ٌَِ ٨َََٕٗۡۡۜ ٞ ِّٟٕ ػَ 38 diberikan kepadanya ِو زَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ memberi manfaat kepadaku kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزَِٟٕ ٌََُۡ َ kirinya, maka dia berkata: ُ ۡ Wahai alangkah baiknya" أ َٚد َِوزَج١ََََِٕٗ٘ kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) ُ َٚ Adapun orang yang diberikanأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Telah hilang kekuasaanku َٓۡ َِ ََٟ ٍَََ٘ َه ١ٍَُِٕؿَٟۡ ِّٕ ػَََ ٩َََٕٗۡ ٞ ِّٟٕ ػَ 39 kepadanya kitabnya dari ِو َزجَ ۥََُٗثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ َف١َمُٛيَُ daripadaku sebelah kirinya, maka dia ٠َ ٍَ ١ۡ َزِٟٕ ٌََُۡ َأُ َٚدَ َ berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak ِو َزج١َِ َََٕۡٗ٘ diberikan kepadaku kitabku (ini) ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Allah berfirman): "Peganglah َٓۡ َِ ََٟ) ُس ُظََُٖٚفَ ُغ ٍَََُٖٖٛٓ ُس ُظَُٖٚ َُٖ 40 diberikan kepadanya ِو زَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ dia lalu belenggulah tangannya kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزke lehernya َ ٌََُۡ َِٟٕ َ kirinya, maka dia أُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kepadaku kitabku (ini) ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Allah berfirman): "Peganglah َٓۡ َِ ََٟ) ُس ُظََُٖٚفَ ُغ ٍَََُٖٖٛٓ فَ ُغ ٍَُٖٛ َُٖ 41 diberikan kepadanya ِو زَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ dia lalu belenggulah tangannya kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزke lehernya َ ٌََُۡ َِٟٕ َ kirinya, maka dia berkata: ُ ۡ Wahai alangkah baiknya" أ َٚد َِوزَج١ََََِٕٗ٘ kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Kemudian masukkanlah dia ke َٓۡ َِ ََٟ َثُ ََُّ ۡٱٌ َج ِذ ١َََُ َص ٍَََُٖٖٛٔ َص ٍَُٖٛ َُٖ 42 diberikan kepadanya ِو زَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ -dalam api neraka yang menyala kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزnyala َ ٌََُۡ َِٟٕ َ kirinya, maka dia berkata: ُ ۡ Wahai alangkah baiknya" أ َٚد َِوزَج١ََََِٕٗ٘ kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)

Kemudian belitlah dia ثُ َََُّفِ ؿٍَِٟۡ ِـٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُبَ ؿٍِۡ ِـ ٍَ ٖخَ Kemudian belitlah dia dengan ثُ ََُّ َفؿَِ ٍِٟۡ ِـ ٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُب ؿََ ۡج ُٛؼََْ َط ۡع ٙػَُب َ٘ب 43 ؿَ dengan rantai yangۡج َٛ ؼُْ َِط َع ٗاػبَ rantai yang panjangnya tujuh puluh ِط َع ٗاػبَفَ ۡٱؿٍُ ُىََََُٖٕٖٛ panjangnya tujuh puluh فَ ۡٱؿٍُ ُىhasta ََََُٖٕٖٛ hasta ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Kemudian belitlah dia dengan َٓۡ َِ ََٟ ثُ ََُّ َفؿَِ ٍِٟۡ ِـٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُبَ فَ ۡٱؿٍُ ُىَُٖٛ َُٖ 44 diberikan kepadanya ِوزَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ ؿَ rantai yang panjangnya tujuhۡج ُٛؼَْ َِط َع ٗاػب َفَ ۡٱؿٍُ ُىََُٖٛ kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزpuluh hasta َ ٌََُۡ َِٟٕ :kirinya, maka dia berkata ََٕٖ "Wahai alangkah baiknya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kiranya tidak diberikan أُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ kepadaku kitabku (ini) ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Sesungguhnya dia dahulu tidak َٓۡ َِ ََٟ َئَِّٔ ۥَُٗ َ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِِ ُٓ َثَِ َّٱّللََِ ئََُِّٔٗۥ َُٖ 45

diberikan kepadanya ِوزَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ beriman kepada Allah Yang ۡٱٌ ؼَ ِظ ١ََََُِٖٖ kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزMaha Besar َ ٌََُۡ َِٟٕ kirinya, maka dia أُ َٚد َِو زَج١َِ َََٕۡٗ٘ berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) ُ َٚ Adapun orang yangأَ َِّب َ َِ ۡٓ َأٚرِ Maka tiada seorang temanpun َٓۡ َِ ََٟ ف١ٍََۡ ؾٌََََُٗ ۡٱ١ٌَ َٙ٘ َََ َُٕٛۡ َبَد ِّ ١َُٞ ٌَُٗ َُٖ 46 diberikan kepadanya ِو زَجَ ۥَُٗ َثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ .baginya pada hari ini di sini َٖ٘ kitabnya dari sebelah ف١ََمُٛيُ ١ٍََۡ٠َزَِٟٕ ٌََُۡ َ kirinya, maka dia berkata: ُ ۡ Wahai alangkah baiknya" أ َٚد َِوزَج١ََََِٕٗ٘ kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) ۡ ۡ (َٚ Dan tiada (pula َالَ َ َغ ؼَ ٌبَ َئِ َّالَ َغ ؼَ ٌبََ Tidak ada yang memakannya َّال٠ََأ ُوٍُ ٓۥَََُٗئِ َّالَ ۡٱٌ َش ُِ َ ٧ََََْٖٛ ٠َأ ُوٍُ ٓۥََُٗ َُٖ 47 makanan sedikitpun ِِ ۡٓ َِغ ۡـٍِ kecuali orang-orang yang ََٖٙٓ١ٖ berdosa (baginya) kecuali dari darah dan nanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ۡ Ia adalah wahyu yang رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّٓ ََّع ِّةَ َّع ِّةَٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ (ٛۡ ٌََٚ Seandainya dia (Muhammad َرَمَ َّٛ َي ١ٍَۡػَََٕب َثَ ؼۡ َطَ ١ٍَۡػََٕب َٔب 48 diturunkan dari Tuhan ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََََٖٓٗ mengadakan sebagian perkataan ۡٱألَلَ ِبٚ ٠ًَََِٗٗ atas (nama) Kami semesta alam ۡ ۡ ۡ ۡ Ia adalah wahyu yang رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّٓ ََّع ِّةَ َّع ِّةَٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ niscaya benar-benar Kami َألَ َسظَٔبَ َُِِٕۡٗثَِٱ١ٌَ ِّ ١َََِٓ٘ٗ َألَ َسظَٔب َٔب 49 diturunkan dari Tuhan ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََََٖٓٗ pegang dia pada tangan kanannya. semesta alam

Sesungguhnya Al Quran ئَِّٔ ۥَُٗ َ ٌَ َم ٛۡيُ ََع ُٛؿٖيَ َع ُٛؿٖيَ niscaya benar-benar Kami َألَ َس ۡظَٔبَ َُِِٕۡٗثَِ ۡٱ١ٌَ ِّ ١َََِٓ٘ٗ َُِِٕۡٗ َُٖ 50 itu adalah benar-benar َو ِغ ٠ََُٖٓٗ pegang dia pada tangan kanannya. wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia ۡ ۡ Ia adalah wahyu yang رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّٓ ََّع ِّةَ َّع ِّةَٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ Kemudian benar-benar Kami ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗٱٌ َٛرِ ََٙٓ١ََٗ ٌَمََ ؼَٕۡب َٔب 51 diturunkan dari Tuhan ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََََٖٓٗ potong urat tali jantungnya semesta alam

Sesungguhnya Al ئَِّٔ ۥٌَََُٗمَ ٛۡيُ ََع ُٛؿٖيَ َع ُٛؿٖيَ Kemudian benar-benar Kami ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡٱٌ َٛرِ ََٙٓ١ََٗ َُِِٕۡٗ َُٖ 52 potong urat tali jantungnya Quran itu adalah benar- َو ِغ ٠ََُٖٓٗ benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kemudian benar-benar ثُ َُّ ٌََمََ ؼَٕۡب ََُِِٕۡٗ ۡٱٌ َٛرِ ١ََٓ Maka sekali-kali tidak ada فَ َّب َ ِِ ُٕىُ َِِّ ۡٓ َأَ َد ٍض ػَ َُٕٗۡػَََُٕۡٗ َُٖ 53 seorangpun dari kamu yang dapat ۡ Kami potong urat tali ٱٌ َٛرِ ََٙٓ١ََٗ َد ِج ؼِ ٧َٓ٠ََٗ menghalangi (Kami), dari jantungnya pemotongan urat nadi itu

Sesungguhnya Al Quran itu ئَِّٔ ۥَُٗ َ ٌَ َم ٛۡيُ ََع ُٛؿٖيَ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖيَ َٚ Dan sesungguhnya Al Quran ituئَِّٔ ۥٌَََُٗزَ ۡظ ِو َغ ٞح ٌٍَِّۡ ُّزَّمِ ٨َٓ١ََٗ ئََُِّٔٗۥ َُٖ 54 adalah benar-benar wahyu َو ِغ ٠ََُٖٓٗ َو ِغ ٠َُٖ benar-benar suatu pelajaran bagi (Allah yang diturunkan orang-orang yang bertakwa kepada) Rasul yang mulia ۡ Ia adalah wahyu yang رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّٓ ََّع ِّةَ َّع ِّةَٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ -َٚ Dan sesungguhnya Kami benarئَِّٔبٌَََٕ ؼٍَۡ َُأَ َّْ َِِ ُٕى َُِ َى ِّظثِ ١ََٓ َٚئَِّٔبَ َّٔبَ 55 diturunkan dari Tuhan ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََََٖٓٗ benar mengetahui bahwa di antara ٩َٗ kamu ada orang yang mendustakan semesta alam (nya) ۡ Ia adalah wahyu yang رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّٓ ََّع ِّةَ َّع ِّةَٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ -َٚ Dan sesungguhnya Kami benarئَِّٔبٌَََٕ ؼٍَۡ َُأَ َّْ َِِ ُٕى َُِ َى ِّظثِ ١ََٓ ٌََٕ ؼۡ ٌََٕ َُ ٍَؼٍَۡ َُ 56 diturunkan dari Tuhan ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََََٖٓٗ benar mengetahui bahwa di antara ٩َٗ kamu ada orang yang mendustakan semesta alam (nya) ۡ Sesungguhnya Al ئَِّٔ ۥَُٗ َ ٌَ َم ٛۡيُ ََع ُٛؿٖيَ ئََُِّٔٗۥ َٚ Dan sesungguhnya Al Quran ituئَُِّٔٗۥٌََ َذ ۡـ َغحٌ ٍَٝػَََٱٌ َى ِف ِغ ٠َََٓ ئََُِّٔٗۥ َُٖ 57 -Quran itu adalah benar َو ِغ ٠ََُٖٓٗ benar-benar menjadi penyesalan َٓ٘ bagi orang-orang kafir (di benar wahyu (Allah akhirat) yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sesungguhnya Al Quran ئَِّٔ ۥَُٗ َ ٌَ َم ٛۡيُ ََع ُٛؿٖيَ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖيَ َٚ Dan sesungguhnya Al Quran ituئَِّٔ ۥٌَََُٗ َذ كَ ۡٱ١ٌَمِ ١َََِٓٔ٘ ئََُِّٔٗۥ َُٖ 58 itu adalah benar-benar َو ِغ ٠ََُٖٓٗ َو ِغ ٠َُٖ benar-benar kebenaran yang diyakini wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia

Sesungguhnya Al ئَِّٔ ۥٌَََُٗمَ ٛۡيُ ََع ُٛؿٖيَ ٌَ َم ٛۡ َيَُع ُٛؿٖيَ َٚ dan Al Quran itu bukanlah َِبَُ٘ ََٛثِمَ ٛۡ ِي َََش ِبػ ٖۚغَلٍَِ ١ٗالَ ُ٘ َٛ ُ٘ َََٛ 59 -Quran itu adalah benar َوغ٠َُ .perkataan seorang penyair َو ِغ ٠ََُٖٓٗ ِ ٖ َِّبَرُ ۡإ ُِِٕ َََْٛٔٗ Sedikit sekali kamu beriman benar wahyu (Allah kepadanya yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia

Tabel 1. Alat kohesi referen pada Surat Al-Hāq

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 4. Alat Kohesi Substitusi pada Surat Al-Hāqqah

No Kata Bunyi Artinya Alat Kohesi Ayat Artinya

Ayat Substitusi

Pada hari itu kamu ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظَ Maka ف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظََ ۡٱٌ َٛالِ ؼَخَُ 1 dihadapkan رُ ؼۡ َغ َظُْٛ ََالَ َٚ pada hariلَ ؼَ ِذَ itu (kepada رَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ َ ۡٱٌ َٛالِ ؼَخََُ terjadilah Tuhanmu), tiada َ ٞ sesuatupun dari سبف١َِخ٨َََٔ hari ََ٘ٔ kiamat keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).

Tabel 2. Alat Kohesi Substitusi pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 5. Alat Kohesi Elipsis pada Surat Al-Hāqqah

No Ayat Artinya Alat kohesi Artinya

Elipsis

Allah ّللا ؿَ Yang Allah menimpakan َّش َغَ٘ب َ ػَ ٍَ ١ۡ ؿََ ُِۡٙ ۡج َغَ 1 angin itu kepada mereka ١ٌََ ٖبي ََٚ َث ١ََِّٕ َخ َأ٠ََّ ٍبََ selama tujuh malam dan ٗدُـُِٛ ۖب َفَ َز َغٜ َ ۡٱٌ َم ٛۡ َََ delapan hari terus فٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َ menerus; maka kamu أَ ػۡ َج ُبػ ََٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧ََ lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan- akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

Kaum „Ad لَ ػََ َُ ْٛبص (Maka (masing-masing فَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َ َع ُٛؿَيَ 2 mereka mendurhakai َعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َ rasul Tuhan mereka, lalu أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َخًََٓٔ Allah menyiksa mereka ِ dengan siksaan yang sangat keras

sampai ke َدزَّ َِٝججَبي ,Sesungguhnya Kami ئَِّٔب ٌََ َّّب ََغ َغب َ ۡٱٌ َّبٓ ُءََ 3 tatkala air telah naik gunung َد ٍَّۡ َٕ ُىُۡ َفَِٟ (sampai ke gunung) ۡٱٌ َجبع٠َ ِخََََٔٔ Kami bawa (nenek ِ moyang) kamu, ke dalam bahtera

Terompet ٍِهََٔ ْف ُز َْاال ْث َٛاق Maka apabila sangkakala فَاِ َطا َُٔفِ َز َفَِٟ 4 ditiup sekali tiup sangkakala ٱٌصٛعَ ََٔۡف َش ٞخَ ِ َٚ ِد َض ٞحََٖٔ

Dihadapkan رُ ؼْ َغ ْظُٛ ََْاٌَِ ََٝعثِّ َهَ Pada hari itu kamu ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظ َرُ ؼۡ َغ َظَُْٛ 5 dihadapkan (kepada pada Tuhan َالَ َرَ ۡشفَ ٝ َِِ ُٕىُۡ َ Tuhanmu), tiada َسبف١َِ ٞخ٨َََٔ sesuatupun dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)

ُ Diberikan اُ ْٚرِ ََّٟللا Adapun orang-orang فَأَ َِّبَ َِ َۡٓأٚرِ ََٟ ِوزَجَ ۥََُٗ 6 yang diberikan Allah ث١َِ ١ِِّٕۦَِٗ َف١ََمُٛيُ ََ٘بٓ ُؤ ََُ kepadanya kitabnya dari ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو زَج١َِ ٩َََٗۡٔ sebelah kanannya, maka dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)

Berkata Allah لَ َبيَّللاََُاٌَِ kepada mereka َْٓ ََِٝ) ُوٍُ ْٛاَ َ ََٚ ۡٱَش َغ ْثُٛاََ 7 ۢ kepada orang اُ ْٚرِ dikatakan): "Makan dan ََٟ َِٕ٘ ٓ ١َبَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َفَِٟ minumlah dengan sedap yang ۡٱأل٠ََّ ِبَََ ۡٱٌ َشب١ٌَِ ِخََََٕٗ disebabkan amal yang menerima telah kamu kerjakan pada kitab َ hari-hari yang telah lalu

Berkata ٌَمَٛيََُّللاَُ Sesungguhnya Al Quran َئَِّٔ ۥَُٗ ٌََمَ ٛۡيُ ََع ُٛؿٖيَ 8 itu adalah benar-benar Allah َو ِغ ٠َََُٖٓٗ wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia

Al-Qur‟an اٌمُ ْغاْ َٚ Dan bukan pula َالَ َثِمَ ٛۡ ِي ََو ِب٘ َٖۚٓ 9 .perkataan tukang tenung لٍَِ ١ٗال ََِّب َرَ َظ َّو َغَُْٚ Sedikit sekali kamu َََٕٗ mengambil pelajaran daripadanya

Al-Qur‟an اٌمُ ْغاْ Ia adalah wahyu yang رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّٓ ََّع ِّةَ 10 diturunkan dari Tuhan ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََََٖٓٗ semesta alam

Tabel 3. Alat Kohesi Elipsis pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 6. Alat Kohesi Konjungsi pada Surat Al-Hāqqah

No Alat Kohesi Bunyi Ayat Artinya Konjungsi ۢ ۡ Kaum Tsamud dan 'Aad" .4 َو َّظثَ ۡذَثَ ُّ ُٛص ػَ ََٚ ُبصَثَِٱٌمَ ِبع ػَ ِخََٗ َٚ 1 ".telah mendustakan hari kiamat َ (Dan) Adapun kaum Tsamud, maka" .5 أَ َِّبَثَ ُّ ُٛصَفَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛاَثَِ َّٱٌَ ِبغ١َ ِخََ٘ Konjungsi) ٚ mereka telah dibinasakan denganأَ َِّبَ ٞ ػَبصَفَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛاَثغ٠خَ (koordinatif ".kejadian yang luar biasa َ ِ ِ ٖ َص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَٙ 6. "Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,"

ؿَ 7. "yang Allah menimpakan َّش َغَ٘بَ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََ angin itu kepada mereka selama أ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡٱٌمَ ٛۡ َََفٙ١َِبَ tujuh malam dan delapan hari َص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍَ terus menerus; maka kamu lihat َ kaum 'Aad pada waktu itu mati س ِب٠َٚ ٖخ٧َ bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

َٚ 9. "Dan telah datang Fir'aun dan َجبٓ َءََفِ ۡغ ََٚ ُْ ٛۡ ػَ ََِٓلَۡجٍَ ۥََُٗ َٚ orang-orang yang sebelumnyaَ ۡٱٌ ُّ ۡإ َرفِ َى ُذََثَِ ۡٱٌ َش ِبغئَ ِخ٩َََ dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar." ۡ Maka apabila sangkakala" .13 فَاِ َطأَُفِ َزَفَِٟ ٱٌص ِٛعَََٔف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞحَٖٔ ".َٚ ditiup sekali tiup ِدٍَُّ ِذَ ۡٱألَ ۡعضََُ ََٚ ۡٱٌ ِججَبيََُ َّ َّ ٗ ٗ dan diangkatlah bumi dan" .14 فَ ُضوزَ َبَصوخ ََٚ ِد َضحَٗٔ gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur."

َٚ 14. "dan diangkatlah bumi dan ِدٍَُّ ِذَ ۡٱألَ ۡعضََُ ََٚ ۡٱٌ ِججَبيََُ gunung-gunung, lalu فَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخَ َٚ ِد َض ٗحَٗٔ dibenturkan keduanya sekali bentur."

َٚ 14. "dan diangkatlah bumi dan ِدٍَُّ ِذَ ۡٱألَ ۡعضََُ ََٚ ۡٱٌ ِججَبيََُ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

gunung-gunung, lalu فَ ُض َّوزَ َبَص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحَٗٔ َٚ dibenturkan keduanya sekali َٱٔامَّ ِذََ َّٱٌـ َّبٓ ُءََفَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَ ".ٙ benturٔ 16. "dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah."

َٚ 15. "pada hari itu terjadilah hariلَ ؼَ ِذَ ۡٱٌ َٛالِ ؼَخََُ٘ٔ kiamat," ََٚ َٱٔامَّ ِذََ َّٱٌـ َّبٓ ُءََََٙٔ

16. "dan terbelahlah langit" ۢ :(kepada mereka dikatakan) .24 ُوٍُ ْٛاََ ََٚ ۡٱَش َغ ْثُٛإَََِ٘ ٓ ١َبَثِ َّبَٓأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َ Makan dan minumlah dengan" فَِٟ ۡٱأل٠ََّ ِبَََ ۡٱٌ َشب١ٌَِ ِخََٕٗ sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari- hari yang telah lalu."

َٚ 25. Adapun orang yangأَ َِّبَ َِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥََُٗثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ diberikan kepadanya kitabnya ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ ََٕۡٗ٘ dari sebelah kirinya, maka dia ٌََََُٚۡأَ ۡصعَِ ِبَد َـبث١َ َٕٙٗۡ berkata: "Wahai alangkah ِ َ ِ baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)."

26. "Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku."

Dia dahulu tidak beriman" .33 َال ٠َُۡإ ِِ َُٓثَِ ََّٱّللَِ ۡٱٌ ؼَ ِظ ١ََُِٖٖ kepada Allah Yang Maha Besar." َٚ َال٠َََ ذُط ٝ ٍَػََ ََغ ؼَ ِبََ ۡٱٌ ِّ ۡـ ِى ١ََِٓ ٖٗ

34. "Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َٚ 41. "dan Al Quran itu bukanlah َِبَُ٘ ََٛثِمَ ٛۡ ِي َََش ِبػ ٖۚغَلٍَِ ١ٗال ََِّبَ .perkataan seorang penyair رُ ۡإ ُِِٕ ََْٛٔٗ Sedikit sekali kamu beriman ".َٚ kepadanya َالََثِمَ ٛۡ ِي ََو ِب٘ َٖۚٓلٍَِ ١ٗال ََِّبَ رَ َظ َّو َغَُْٕٚٗ

42. "Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya." ۡ َٚ 50. "Dan sesungguhnya Alئَُِّٔٗۥٌََ َذ ۡـ َغحٌ ٍَٝػَََٱٌ َىفِ ِغ ٠ََََٓٓ٘ Quran itu benar-benar menjadi َ penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). َٚئَِّٔ ۥٌَََُٗ َذ كَ ۡٱ١ٌَمِ ١ََِٓٔ٘

51. "Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini."

Adapun kaum Tsamud, maka" .5 فَأَ َِّبَثَ ُّ ُٛصَفَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛاَثَِ َّٱٌَ ِبغ١َ ِخََ َفَ 2 mereka telah dibinasakan ٘ dengan kejadian yang luar َٚأَ َِّبَ ٞ ػَبصَفَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛاَثغ٠خَ ".maka, ٖ ِ ِ biasa) َص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَٙ adapun)

(konjungsi 6. "Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan kausal) dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,"

ؿَ 7. "yang Allah menimpakan َّش َغَ٘بَ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ١ٌَََ ٖبي ََٚثَ ١ََِّٕخََ angin itu kepada mereka selama أ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡٱٌمَ ٛۡ َََفٙ١َِبَ tujuh malam dan delapan hari َص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػََٔ ۡش ًٍَ terus menerus; maka kamu lihat َ kaum 'Aad pada waktu itu mati س ِب٠َٚ ٖخ٧َ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

(Maka (masing-masing" .10 فَ ؼَ َص ٛۡ ْاََ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َ mereka mendurhakai rasul أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَٓٔ Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras."

َٚ 14. "dan diangkatlah bumi dan ِدٍَُّ ِذَ ۡٱألَ ۡعضََُ ََٚ ۡٱٌ ِججَبيََُفَ ُض َّوزَبَ gunung-gunung, lalu َص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحََٗٔ dibenturkan keduanya sekali bentur."

Maka pada hari itu" .15 ف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظََ َٚلَ ؼَ ِذَ ۡٱٌ َٛالِ ؼَخََُ٘ٔ ",َٚ terjadilah hari kiamat َٱٔامَّ ِذََ َّٱٌـ َّبٓ ُءََفَ ٠ََٟ َِٙ ٛۡ َِئِ ٖظَ َٚ ِا١َ٘ ٞخَٙٔ

16. "dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah."

Adapun orang-orang yang .19 فَأَ َِّبَ َِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥََُٗث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ diberikan kepadanya ف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ ََُ ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو زَج١َِ ٩َٗۡٔ kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)."

:(Allah berfirman) .30 ُس ُظََُٖٚفَ ُغ ٍَُٖٖٛٓ "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya."

:(Allah berfirman) .30 ُس ُظََُٖٚفَ ُغ ٍَُٖٖٛٓ ثُ ََُّ 3 "Peganglah dia lalu belenggulah (Kemudian) tangannya ke lehernya." ثُ ََُّ ۡٱٌ َج ِذ ١َََُ َص ٍََُٖٖٛٔ

31. "Kemudian masukkanlah dia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ke dalam api neraka yang menyala-nyala."

niscaya benar-benar Kami" .45 َألَ َس ۡظَٔبَ َُِِٕۡٗثَِ ۡٱ١ٌَ ِّ ١ََِٓ٘ٗ pegang dia pada tangan kanannya." ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡٱٌ َٛرِ ََٙٓ١َٗ 46. "Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya."

Tabel 4. Alat Kohesi Konjungsi pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 7. Alat Kohesi Reiterasi Ulangan pada Surat Al-Hāqqah

No Kata Tempat Bunyi Ayat Ulangan Pengulanga n

1. Ayat (1),  َََََ (2), dan (3)

ََََََ

َََََََ

2. Ayat (3)  ََََََََ dan (26)

َََََََ

3. Ayat (4)  َََََ َََ dan (5)

َ ََََََ

4. Ayat (4)  َََََ َََ dan (6)

َََََََََ

5 Ayat (5)  ََ َََ dan (6)

َََََََََ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6. Ayat (7)  ََََََََ dan (17) ََ َََََََََ

ََََََََ

َََََ

7. Ayat (7)  ََََََََ dan (24) ََ َََََََََ

ََََََََ

8. Ayat (7)  ََََََََ dan (8) ََ ََََََََ

َََََََ

9 Ayat (9),  َََََ َََََ (19), (25)

َ َ َ َ َ َ َ َ

َََََ

َََََََََ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ََََ

10. Ayat (10)  َََََ.َََََ dan (40)

َََََََ

11. Ayat (10), َ.َََََََََ َعَ (17), (43) dan (52) ََ َ َ َ َ َ َ 

ََََََ

ََ.ََََََ

َََ ََََ

12. Ayat (13)  ََََََ dan (14)

َََََََََ

13. Ayat (15),  َََََ (16), (17) dan (18) َََََ َ

َ َ َ َ َ َ َ َ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ََََ

َََََََََ

14. Ayat (19)  ََ َ َ َ َ َ َ  dan (25) َََََ

َََََََََ

ََََ

15. Ayat (19)  ََ َ َ َ َ َ َ  dan (25) َََََ

َََََََََ

ََََ

16. Ayat (19)  ََ َ َ َ َ َ َ  dan (25) َََََ

َََََََََ

ََََ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17. Ayat (19)  ََ َ َ َ َ َ َ  dan (25) َََََ

َََََََََ

ََََ

18. Ayat (20)  َََََََََ dan (26)

ََََََََ

(Ayat (25 ٠َ ٍَ ١ْ َذَ .19 َََََََََ dan (27) َََََ

َََََ

20. Ayat (33) َ َ َ َ َ َ ََََ           dan (52)

َََ ََََ

21. Ayat (38)  َََََ dan (39)

َََََََ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

,(Ayat (40 لَ ْٛيَُ .22 َََََ (41) dan

ََََََََ (42)

ََََََََََ

َ

23. Ayat (41)  َََََََََ dan (42)

َََََََََََ

24. Ayat (34)  َََََََََ dan (36)

َََََََ

Tabel 5. Alat Kohesi Reiterasi Ulangan pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 8. Alat Kohesi Sinonim pada Surat Al-Hāqqah

No Sinonim Arti Ayat Artinya

1. Hari 1. "Hari kiamat "  ََََ Kiamat

4. "Kaum Tsamud dan َ َ َ ا 'Aad telah mendustakan

".َ  hari kiamatََََ

15. "Maka pada hari itu  ََ  terjadilah hari kiamat,"

ََََ

Tabel 6. Alat Kohesi Sinonim pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 9. Alat Kohesi Hiponim pada Surat Al-Hāqqah

No Hiponim Bagian Ayat Artinya cakupan

َٚ Dan telah datang َجبٓ َءََفِ ۡغ ََٚ ُْ ٛۡ ػَ ََِٓ 1 اَ َ -Fir'aun dan orang لَۡجٍَ ۥَُٗ َ ََٚ ۡٱٌ ُّ ۡإرَفِ َى ُذََ orang yang ثَ ۡٱٌ َش ِبغئَ ِخ٩ََََ sebelumnya dan ِ ََََ (penduduk) negeri- negeri yang dijungkir َ balikkan karenaََََ kesalahan yang besar ۡ Maka apabila" .13 فَاِ َطا َُٔفِ َز َفَِٟ ٱٌ َٛالِ ؼَخَُ ئِ َطا َُٔفِ َز َفِٟ َ ٱٌص ِٛعََ 2 sangkakala ditiup ٱٌص ِٛعَََٔۡف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞحَ َٔۡف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞحَََٖٔ ".sekali tiup ََٖٔ َٚ ِدٍَُّ ِذ َ ۡٱألَ ۡعضََُ 14. "dan diangkatlah َ ۡ َ ۡ ۡ َ ُ َّ َ َّ ٗ -َٚ bumi dan gunung ِدٍُّ ِذ َٱألعضََُ ََٚٱٌ ِججَبيَُ َفضوزب ََصوخَ ۡ َٚ gunung, laluَٱٌ ِججَبيَُ َفَ ُض َّوزَب ََص َّو ٗخَ َٚ ِد َض ٗحَََٗٔ َٚ dibenturkan keduanya ِد َض ٗحَََٗٔ ٚ َٱٔامَّذَ َ َّٱٌـّبٓءَ َفََٟٙ ".sekali bentur َ ِ َ ُ ِ َ ف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ َ َٚلَ ؼَ ِذَ ٠َ ٛۡ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘ ٞخَََٙٔ Maka pada hari" .15 ۡٱٌ َٛالِ ؼَخََََُ٘ٔ َٚ itu terjadilah hari ۡٱٌ ٍََّ ُهَ َ ٝٓ ٍَػَ َأَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚبَ ",َٚ kiamat َٱٔامَّ ِذَ َ َّٱٌـ َّبٓ ُءََ ٠ََٚ ۡذ ًُِّ ػََ ۡغ َف ََعثِّ َهَ َ ۡ ٞ َ ۡ َ ۡ َ ٞ dan terbelahlah" .16 ف َٟ ِٙ َٛ٠َ َِئِ ٖظ ََٚ ِا١َ٘خَ فٛلُُٙۡ َٛ٠َ َِئِ ٖظَث ١ََِّٕخ٧َََٔ ََٙٔ langit, karena pada hari itu langit menjadi ٚ ۡٱٌٍَّ ُهَ ٝٓ ٍَػََ ".lemah َ َ َ أَ ۡع َجبٓئَِٙ ۚب ٠َََٚ ۡذ ًَُِّ -ػَ 17. "Dan malaikat ۡغ َف ََعثِّ َه َفَ ٛۡلَُُٙۡ َ malaikat berada di ٠َ ِٛۡئِ ٖظَثَ ١َِّٕ ٞخ٧ََٔ penjuru-penjuru َ َ langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka."

Tabel 7. Alat Kohesi Hiponim pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 10. Alat Kohesi Meronim pada Surat Al-Hāqqah

No Meronim Bagian dari kelompok Ayat Artinya

Hari kiamat ٱلۡ َحآقَّ ُةٍ ٱلۡ َحآقَّ ُةٍ ٱلۡ َحآقَّ ُةٍ (1) 1

ِحساِبي ۡهٍ َ َ (26) ِك َت َٰ َب ُهۥٍِب َي ِمي ِن ِهٍ (19) َجنَّ ةٍعَاِل َي ةٍَ

ِك َت َٰ َب ُهۥٍبِ ِش َم ِ ِالٍ (22)

ُ َُّثٍٱلۡ َج ِح َيٍََ (25)

(31)ٍ

Tabel 8. Alat Kohesi Meronim pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 11. Alat Kohesi Antonim pada Surat Al-Hāqqah

No Alat kohesi Ayat Artinya Antonim

Adapun orang-orang yang .19 فَأَ َِّبَ َِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥََُٗث١َِ ١ِِّٕ ِۦََٗ ث١َِ ١ِِّٕ ِۦَٗ 1 diberikan kepadanya kitabnya dari ف١ََمُٛيََُ٘بٓ ُؤ ََُ sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah ۡٱل َغ ُء ْٚاََ ِو زَج١َِ ٩َٗۡٔ kitabku (ini)."

َٚ 25. Adapun orang yang diberikanأَ َِّبَ َِ َۡٓأُٚرِ َٟ َِو زَجَ ۥََُٗثِ ِا َّبٌِ ِۦََٗ ثِ ِا َّبٌِ َِٗۦ kepadanya kitabnya dari sebelah ف١ََمُ ٛي١ٍََۡ٠َُزٌَََُِٟٕۡ َأُ َٚد َِو زَج١َِ َۡٗ kirinya, maka dia berkata: "Wahai ٕ٘ alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)."

",dalam syurga yang tinggi" .22 فِ ََٟجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَََٕٕ َجَّٕ ٍخَ 2

Kemudian masukkanlah dia" .31 ثُ ََُّ ۡٱٌ َج ِذ ١َََُ َص ٍَُٖٖٛٔ ۡٱٌ َج ِذ ١ََُ ke dalam api neraka yang menyala-nyala."

Tabel 9. Alat Kohesi Antonim pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 12. Alat Kohesi Kolokasi pada Surat Al-Hāqqah

No Alat Ayat Artinya kolokasi

(Maka (masing-masing" .10 فَ ؼَ َص ٛۡ ْاََ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َ أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِ ًخَ 1 mereka mendurhakai rasul Tuhan فَأَ َس َظُُ٘ۡ َأَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًََٓٔ mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras."

Sesungguhnya Al Quran itu" .40 ئََُِّٔٗۥٌََمَ ٛۡيَُ َع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖ َع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖ 2 adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,"

ۡ ۡ Ia adalah wahyu yang" .43 رَ ٠ٞ ؼًِٕ َِِّ ََّٓعَ ِّةَٱٌ ؼٍََ ِّ ١َََٖٓٗ َّعَ ِّةَٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََٓ 3 diturunkan dari Tuhan semesta alam."

َٚ 51. „Dan sesungguhnya Al Quranئَِّٔ ۥٌَََُٗ َذ كَ ۡٱ١ٌَمِ ١َََََِٓٔ٘ ٌَ َذ كَ ۡٱ١ٌَمِ ١َِٓ 4 itu benar-benar kebenaran yang diyakini."

Maka orang itu berada dalam" .21 فَ ََُٛٙفػِ َِٟ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخََََٕٔ ػِ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخَ 5 kehidupan yang diridhai,"

",dalam syurga yang tinggi" .22 فَِٟ َجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَََََٕٕ َجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَ 6

Sesungguhnya dia dahulu" .33 ئَِّٔ ۥََُٗ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِِ َُٓثَِٱ ََّّللَِ ۡٱٌ ؼَ ِظ ١ََُِ َِۡٱ ََّّللَِ ۡٱٌ ؼَ ِظ ١َُِ 7 tidak beriman kepada Allah Yang ".Maha Besar َٖٖ

Tabel 10. Alat Kohesi Kolokasi pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 13. Penanda Koherensi pada Surat Al-Hāqqah

No Ayat Artinya Hubungan koherensi ۢ ۡ - Kaum Tsamud dan 'Aad telah Sebab" .4 َو َّظثَ ۡذَثَ ُّ ُٛص ػَ ََٚ ُبصَثَِٱٌمَ ِبع ػَ ِخََٗ 1 mendustakan hari kiamat." akibat فَأَ َِّبَثَ ُّ ُٛصَفَأُ ٍِۡ٘ ُى ْٛاَثَِ َّٱٌَ ِبغ١َ ِخََ٘ 5. "Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa."

ۢ ۡ - Kaum Tsamud dan 'Aad telah Sebab" .4 َو َّظثَ ۡذَثَ ُّ ُٛص ػَ ََٚ ُبصَثَِٱٌمَ ِبع ػَ ِخََٗ 2 mendustakan hari kiamat." akibat َ ُ ْ َٚأ َِّب َ ٞ ػَبص َفَأ ٍِۡ٘ ُىٛا َثِ ِغ ٠ٖخَ 6. "Adapun kaum 'Aad maka َص ۡغ َصغ ػََبر١َِ ٖخَٙ mereka telah dibinasakan dengan ٍ angin yang sangat dingin lagi amat kencang,"

- Maka (masing-masing) Sebab" .10 فَ ؼَ َص ٛۡ ْاَ َ َع ُٛؿَي ََعثِّ ُِٙۡ َفَأَ َس َظُُ٘ۡ َ 3 mereka mendurhakai rasul Tuhan akibat أَ ۡس َظ ٗح ََّعاث١َِخًَٓٔ mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras." ۢ - kepada mereka dikatakan): Sebab) .24 ُوٍُ ْٛاَ َ ََٚ ۡٱَش َغ ْثُٛاَ ََِٕ٘ ٓ ١َب َثِ َّبٓ َأَ ؿٍَۡۡفزُُۡ َ 4 Makan dan minumlah dengan Akibat" فَِٟ ۡٱأل٠ََّ ِبَََ ۡٱٌ َشب١ٌَِ ِخَََٕٗ sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari- hari yang telah lalu."

- Sesungguhnya dia dahulu Sebab" .33 ئَِّٔ ۥََُٗ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِ َُٓثَِ َّٱّللََِ ۡٱٌ ؼَ ِظ ١َََُِٖٖ 5 tidak beriman kepada Allah akibat ۡ ".َٚ Yang Maha Besar َالَ ٠ََ ذُط ٝ ٍَػََ ََغ ؼَ ِبَ َٱٌ ِّ ۡـ ِى ١ََِٓ ََٖٗ 34. "Dan juga dia tidak Terhadap mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin." ف١ٍََۡ ؾٌََََُٗ ۡٱ١ٌَ َٙ٘ َََ َُٕٛۡ َبَد ِّ ١ََُٖٞ٘

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َٚ َالََ َغ ؼَ ٌبََئِ َّال َِِ ۡٓ َِغ ۡـٍِ َٙٓ١ََٖٖ ۡ Maka tiada seorang" .35 َّال٠ََأ ُوٍُ ٓۥَََُٗئِ َّالَ ۡٱٌ َش ُِ َ ٧ََََْٖٛ temanpun baginya pada hari ini di sini."

36. "Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah."

37. "Tidak ada yang memakannya kecuali orang- orang yang berdosa."

- َٚ 9. "Dan telah datang Fir'aun dan Akibat َجبٓ َءَ َفِ ۡغ ََٚ ُْ ٛۡ ػَ َِٓ َلَۡجٍَ ۥََُٗ 6 َٚ orang-orang yang sebelumnya Sebabَ ۡٱٌ ُّ ۡإ َرفِ َى ُذََثَِ ۡٱٌ َش ِبغئَ ِخ٩َََ dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena َ kesalahan yang besar."

- Allah berfirman) : Akibat) .30 ُس ُظََُٖٚفَ ُغ ٍَُٖٖٛٓ 7 "Peganglah dia lalu belenggulah Sebab ".tangannya ke lehernya ثُ ََُّ ۡٱٌ َج ِذ ١َََُ َص ٍَُٖٖٛٔ

Kemudian masukkanlah dia" .31 ثُ ََُّ َفؿَِ ٍِٟۡ ِـٍَ ٖخ ََط ۡع ٙػَُب ؿََۡج ُٛؼََْ ke dalam api neraka yang ِط َع ٗاػبَفَ ۡٱؿٍُ ُىََُٖٕٖٛ menyala-nyala." ئَِّٔ ۥََُٗ َو َبْ ََال ٠َُۡإ ِ َُٓثَِ َّٱّللََِ ۡٱٌ ؼَ ِظ ١ََُِٖٖ 32. "Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta."

33. "Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar."

34. "Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َ ُ ْ َٚ 6. "Adapun kaum 'Aad maka Amplikatifأ َِّب َ ٞ ػَبص َفَأ ٍِۡ٘ ُىٛا َثِ ِغ ٠ٖخَ 8 mereka telah dibinasakan dengan َص ۡغ َص ٍغ ػََبر١َِ ٖخَٙ angin yang sangat dingin lagi ",ؿَ amat kencang َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ ١ٌَََ ٖبيَ َ َ َ َّ ۖ َ َ ۡ َ ۡ َٚ 7. "yang Allah menimpakanث ١ََِّٕخَأ٠ ٍبَ َٗدُـُِٛبَفز َغَٜٱٌمٛ َََ angin itu kepada mereka selama فٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػَ tujuh malam dan delapan hari َٔ ۡش ًٍ ََس ِب٠َٚ ٖخ٧ََََ terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

ؿَ 7. "yang Allah menimpakan Amplikatif َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ ١ٌَََ ٖبيَ 9 َٚ angin itu kepada mereka selamaثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡٱٌمَ ٛۡ َََ tujuh malam dan delapan hari فٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػَ terus menerus; maka kamu lihat َ ۡ َ kaum 'Aad pada waktu itu mati ٔش ًٍَس ِب٠َٚ ٖخ٧َََ bergelimpangan seakan-akan فََٙ ًَۡرَ َغ ِّٙ ٌَََُُِٜ َۢٓثَبل١َِ ٖخ٨ََ mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

8. "Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka."

ؿَ 7. "yang Allah menimpakan Ibarat َّش َغَ٘ب َ ١ٍَۡػَ ؿََ ُِۡٙۡج َغ ١ٌَََ ٖبيَ 10 َٚ angin itu kepada mereka selamaثَ ١ََِّٕخََأ٠ََّ ٍبَ َٗدُـُِٛ ۖبَفَزَ َغَٜ ۡٱٌمَ ٛۡ َََ tujuh malam dan delapan hari فٙ١َِب ََص ۡغ ٝ ػَ ََوأََُُّٙٔۡ َأَ ػۡ َج ُبػَ terus menerus; maka kamu lihat َ ۡ َ kaum 'Aad pada waktu itu mati ٔش ًٍَس ِب٠َٚ ٖخ٧َََ bergelimpangan seakan-akan َ mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

ٛۡ ٌََٚ 44. "Seandainya dia Ibarat َرَمَ َّٛ َي ١ٍَۡػَََٕب َثَ ؼۡ َط َ ۡٱألَلَ ِبٚ ٠ًََِ 11 Muhammad) mengadakan) ٗٗ sebagian perkataan atas (nama)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kami,"

niscaya benar-benar Kami" .45 َألَ َس ۡظَٔبَ َُِِٕۡٗثَِ ۡٱ١ٌَ ِّ ١ََِٓ٘ٗ pegang dia pada tangan kanannya."

Kemudian benar-benar" .46 ثُ ٌَََُّمََ ؼَٕۡ ِبََُِٕۡٗ ۡٱٌ َٛرِ ََٙٓ١ََٗ Kami potong urat tali jantungnya."

- Maka apabila sangkakala Generik" .13 َفاِ َطأَُفِ َزَفَِٟ ٱٌص ِٛعََ َٔ ۡف َش ٞخ ََٚ ِد َض ٞحَََٖٔ 12

ditiup sekali tiup." Spesifik

َٚ 14. "dan diangkatlah bumi dan ِدٍَُّ ِذَ ۡٱألَ ۡعضََُ ََٚ ۡٱٌ ِججَبيََُفَ ُض َّوزَبَ gunung-gunung, lalu dibenturkan َص َّو ٗخ ََٚ ِد َض ٗحََٗٔ keduanya sekali bentur." ف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظََ َٚلَ ؼَ ِذَ ۡٱٌ َٛالِ ؼَخَََُ٘ٔ

15. "Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,"

- Sesungguhnya Al Quran itu Generik" .40 ئَِّٔ ۥٌَََُٗمَ ٛۡ َيَُع ُٛؿٖي ََو ِغ ٠َُٖٓٗ 13 adalah benar-benar wahyu (Allah Spesifik yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia," َٚ َِب َُ٘ َٛ َثِمَ ٛۡ ِي َََش ِبػ ٖۚغ َلٍَِ ١ٗال ََِّبَ 41. "dan Al Quran itu bukanlah رُ ۡإ ُِِٕ َََْٛٔٗ perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya." َٚ َالَ َثمَ ٛۡ ِي ََو ِب٘ ۚٓ َلٍَِ ١ٗال ََِّبَ Dan bukan pula perkataan" .42 ِ ٖ َ َّ tukang tenung. Sedikit sekali رَظو َغَََُْٕٚٗ kamu mengambil pelajaran daripadanya." ر٠ٞ ؼًَٕ َِِّ ََّٓع ِّةَ ۡٱٌ ؼٍََ ِّ ١ََََٖٓٗ Ia adalah wahyu yang" .43 ِ diturunkan dari Tuhan semesta alam."

- Maka pada hari itu terjadilah Generik" .15 ف١ََ ٛۡ َِئِ ٖظََ َٚلَ ؼَ ِذَ ۡٱٌ َٛالِ ؼَخََُ٘ٔ 14 hari kiamat," Spesifk Terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َٚ َٱٔامَّ ِذَ َ َّٱٌـ َّبٓ ُءَ َفَ َٟ ِٙ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظَ ,َٚ 16. "dan terbelahlah langit ِا١َ٘ ٞخََٙٔ karena pada hari itu langit ٚ ۡٱٌٍَّ ُهَ َ ٝٓ ٍَ ػَ َأَ ۡعجبٓئٙ ۚب ٠َٚ ۡذًَُّ ".menjadi lemah َ َ َ ِ َ َ َ ِ ػَ ۡغ َف ََعثِّ َه َفَ ٛۡلَُُٙۡ ٠ََ ٛۡ َِئِ ٖظ َثَ ١ََِّٕ ٞخَ Dan malaikat-malaikat" .17 ٧َََٔ berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka."

- Maka orang itu berada Generik" .21 فَ ََُٛٙفِ ػَِٟ ١َا ٖخ ََّع ِاظ١َ ٖخَََٕٔ 15 dalam kehidupan yang diridhai," Spesifk فِ ََٟجَّٕ ٍخ ػََب١ٌَِ ٖخَََٕٕ

ُ ",dalam syurga yang tinggi" .22 لَُٛفَُٙ َبَصا١َِٔ ٞخََٖٕ

23. "buah-buahannya dekat,"

- Wahai kiranya kematian Generik" .27 ١ٍََۡ٠زََٙ َبَوبَٔ ِذَ ۡٱٌمَ ِبظ١َخ٧ََََٕ 16 itulah yang menyelesaikan segala Spesifk

sesuatu." ِبَٓأَ ۡغَٕ ِّٟٕ ػََِٝب١ٌ ٨َََٕٗۡۡۜ Hartaku sekali-kali tidak" .28 َ َ َ ِ َ memberi manfaat kepadaku." ۡ Telah hilang kekuasaanku" .29 ٍََ٘ َه ١ٍَُِٕؿَِّٟٕ ػَََ ٩ََٕٗۡ daripadaku."

ۡ َٚ 50. "Dan sesungguhnya Al Aditifئَُِّٔٗۥٌََ َذ ۡـ َغحٌ ٍَٝػَََٱٌ َىفِ ِغ ٠َََََٓٓ٘ 17 Quran itu benar-benar menjadi َٚ penyesalan bagi orang-orangئَِّٔ ۥٌَََُٗ َذ كَ ۡٱ١ٌَمِ ١َََََِٓٔ٘ kafir (di akhirat)."

51. "Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

َٚ 51. "Dan sesungguhnya Al Aditifئَِّٔ ۥٌَََُٗ َذ كَ ۡٱ١ٌَمِ ١ََََِٓٔ٘ 18 Quran itu benar-benar kebenaran ".yang diyakini فَ َـجِّ ۡخَثَِ ۡٱؿ ََُِ َعثِّ َهَ ۡٱٌ ؼَ ِظ ١َََُِٕ٘

52. "Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar."

Tabel 11. Penanda Koherensi pada Surat Al-Hāqqah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA