Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al- & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak

EKSISTENSI ANGKA DALAM AL-QUR’AN

Siar Ni’mah 1 Institut Agama Muhammadiyah Sinjai E-mail: [email protected], Tlp:+6285342827447

Abstrak Angka merupakan satu dari banyak elemen yang turut hadir dalam al-Qur`an. Kehadirannya tentu saja bukan tanpa makna. Penelitian ini mencoba untuk mengungkap eksistensi tersebut, yakni pesan di balik sebuah angka. Namun, perlu untuk dikemukakan bahwa penelitian ini bukan perihal mengungkap sisi kemukjizatannya yang lazim disebut dengan i’jâz ‘adadî, tetapi lebih condong kepada keingintahuan tentang pesan apa yang hadir melalui eksistensinya. Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kajian tematik dengan menetapkan angka sebagai tema. Sebagai sebuah kajian tematik, maka untuk mendapatkan pemaknaan yang jelas, pengumpulan datanya dilakukan dengan menelusuri ayat-ayat yang terdapat angka di dalamnya. Setelahnya, mengemukakan pendapat mufassir juga dilakukan guna melengkapi data yang ada agar menghasilkan sebuah kesimpulan yang valid. Akhirnya, penelitian ini memberikan sebuah kesimpulan bahwa angka di dalam al-Qur`an meliputi bilangan pokok, genap, maupun pecahan. Ketiga model ini memberikan pesan tentang ketauhidan, hari akhir, hukum, juga tentang masa dan lainnya.

Kata Kunci: Eksistensi Angka, Al-Qur’an

1. Pendahuluan Mustahil untuk diingkari bahwa al-Qur`an adalah sebuah teks suci nan sakral yang komprehensif, mencakup segala unsur dalam kehidupan. Kandungannya yang komprehensif tersebut terus memicu para pegiat al-Qur`an untuk terus menemukan ilmu-ilmu baru yang belum terungkap. Mutakhir ini, kajian terhadap al-Qur`an mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jika sebelumnya, para mufassir dalam menjelaskan ayat al-Qur`an mengacu pada tertib mushâfi, artinya bahwa penafsiran dilakukan sesuai dengan urutan ayat al-Qur`an dimulai dari al-fatihah berakhir pada surah an-nas, maka ulama tafsir kini melakukan penafsiran dengan menggunakan sistem tematik. Dengan menggunakan cara tematik ini diyakini dan diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap problem kekinian, sebutlah misalnya hoax perspektif al-Qur`an. Dilihat dari judulnya, sangat jelas pembahasan ini mengacu pada tema hoax yang kini sedang naik daun. Demikian ijtihad yang dilakukan

1 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak oleh pegiat al-Qur`an sebagai sebuah tanggung jawab akademik, sosial dan tentu moral. Kajian terhadap tema ini, tidak melulu harus menjawab problema yang beredar di masyarakat, meski ini tentu lebih baik, tetapi dalam hal mengungkap, memperjelas, dan mempertegas makna untuk mendapatkan keilmuan baru juga termasuk di dalamnya. satu contoh misalnya kehadiran angka yang sebutkan dalam al-Qur`an. Dalam banyak ayat, seringkali ditemukan kata angka, baik satuan, puluhan, ratusan, bahkan hingga ribuan. Sebagai pembaca al-Qur`an, tentu kehadiran angka menjadi sebuah hal yang memicu rasa keingintahuan kita terhadapnya. Berangkat dari keingintahuan yang besar itulah, penelitian ini mencoba untuk menjawab makna eksistensi angka dalam al-Qur`an.

2. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penilitian kepustakaan (library research), yang menjadikan al-Qur‟an sebagai objek kajian. Sebagai objek kajian, maka salah satu metode yang lazim digunakan dalam kajian al-Qur‟an dan tafsir adalah metode tematik sebagaimana dalam penelitian ini. Metode tematik ini menjadikan angka sebagai tema sentral, sehingga pengumpulan datanya adalah dengan menelusuri ayat-ayat al-Qur‟an yang berkenaan dengan angka, demikian juga menelusuri interpretasinya melalui kitab-kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer. Adapun teknik analisis datanya adalah dengan menggunakan teknik analisis tematik dengan langkah singkat berikut ini. Pertama, menetapkan angka sebagai tema pokok. Kedua, mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang berkenaan dengan angka. Ketiga, menelaah pemaknaan ayat-ayat angka yang telah dikumpulkan dengan meninjau kitab-kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer. Dalam hal ini, perlu juga meninjau segi munasabah ayatnya, asbab nuzulnya jika ada, serta perbandingan antara satu penafsiran dengan penafsiran lainnya. Keempat, memberikan analisa serta kesimpulan dari interpretasi ulama tafsir.

2 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak 3. Pembahasan

3.1 Definisi Angka Dalam terminologi Arab, kata angka atau bilangan lazim disebut dengan al- ‘adad. Kata al-‘adad sendiri merupakan ism dari bentuk fi’il ‘adda yang bermakna al-ihshâ’, berarti menghitung (Louis Ma‟luf, 2002: 490). Demikian itu sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ibnu Manzhur, yakni ‘adada berarti menghitung sesuatu, sementara ‘adad sendiri adalah ukuran (miqdâr dan mablakh) dari sesuatu yang dihitung (Ibnu Manzhur, t.th.: 281-282). Jadi secara bahasa, pengertian al-‘adad berkaitan dengan angka dan hitungan. Berikut contohnya sebagaimana QS. al-hijr/15: 44.

                          Terjemahnya: “ itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka”. Kata sab’ah di atas menunjukkan sebuah angka atau bilangan (‘adad) yang diikuti dengan kata abwâb yang berposisi sebagai sesuatu yang dihitung (ma’dud).

3.2 Identifikasi Ayat-ayat Angka dalam al-Qur`an Al-Qur`an diturunkan untuk manusia yang menggunakan bahasa dan bilangan. Dapat dikatakan bahwa al-Qur`an sangat familiar dengan bilangan atau angka karena banyak ditemukan angka di dalamnya, dan hal ini termasuk dalam bahasa al-Qur`an. Al-Qur`an telah menyebutkan berbagai macam angka, sebagaimana telah nampak tersurat dalam susunan teks al-Qur`an. Fenomena ini turut menjadi landasan atau isyarat terhadap upaya pembuktian kemukjizatan dalam al-Qur`an. Berbagai bilangan angka disebutkan dalam al-Qur`an, baik bilangan asli atau pokok, bilangan bertingkat, maupun bilangan pecahan. a. Bilangan Asli atau Pokok Terdapat tiga puluh macam bilangan asli yang digunakan dalam al-Qur`an, dari angka paling kecil (satu) hingga angka paling besar (seratus ribu) (M. Darwis Hudey, 2002: 381). Di antara contohnya adalah:

3 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak 1. QS. al-An’âm/6: 19

                           

Terjemahnya: “Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”. 2. QS. an-Nahl/16: 51

                                  

Terjemahnya: “Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah Tuhan; Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”.

3. QS. at-Taubah/9: 2

                                                      Terjemahnya: “Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang ”. 4. QS. al-Hijr/15: 44

                          Terjemahnya: “Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka”. 5. QS. Yusuf/12: 4

                  .                                    Terjemahnya: “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya kepadaku". 6. QS. al-Baqarah/2: 259

                .  

    .       

4 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak Terjemahnya: “Atau Apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali”. 7. QS. al-/22: 47

                                                    Terjemahnya: “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, Padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu”. Penyebutan bilangan asli umumnya terdiri dari ‘adad dan ma’dudnya, yakni bilangan atau angka beserta sesuatu yang dihitung seperti contoh sab’u samâwât, ahada ‘asyaro kaukab, mi’atu habbah. Akan tetapi ada dua ayat yang menyebutkan bilangan tanpa sesuatu yang dibilang yaitu dalam QS. Al-Hâqqah [69]: 17 terkait angka delapan dan QS. Al-Muddatsir [74]: 30 terkait angka sembilan belas. b. Bilangan Bertingkat 1. QS. al-An’âm/6: 14

                                        Terjemahnya: “Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, Padahal Dia memberi Makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik". 2. QS. Yâsîn/36: 14

                                                   Terjemahnya: “(Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya Kami adalah orang-orang di utus kepadamu”.

3. Al-Kahf/18: 22

                                     .          Terjemahnya:

5 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib”. c. Bilangan Pecahan 1. QS. An-Nisâ’ /4: 11

                                              Terjemahnya: “Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separuh harta”. 2. QS. Al-Anfâl/8: 41

                             .                            

   Terjemahnya: “Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil”. 3. QS. An-Nisâ’ /4: 12)

             .                                 Terjemahnya: “Jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu”.

3.3 Makna Angka dalam al-Qur`an Begitu jelas bahwa (pemilik) al-Qur`an menggunakan bilangan angka untuk menjelaskan pesan-pesannya sehingga dapat dikatakan familiar dengan angka- angka. Fenomena ini juga terdapat dalam tradisi Kitab suci lain seperti Bible. Dalam Bible digunakan bilangan asli: 3, 4, 5, 7, 10, 12, 70, dan 40, juga 100. Bahkan Bible mempunyai satu bagian yang diberi nama number (bilangan), serta menyebutkan adanya angka 666 yang dianggap sebagai angka keramat (The Mystic Number) (William Smith, 1990: 643). Di sinilah letak perbedaan Bible dengan al-Qur`an tidak pernah menyebut angka tertentu sebagai angka keramat. Ketika al-Qur`an menyebutkan angka tertentu, hal tersebut—oleh sebagian sarjana—dijadikan sebagai isyarat bahwa al-Qur`an juga memiliki susunan dalam

6 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak bentuk rumus-rumus bilangan tertentu. Kehadiran angka dalam al-Qur`an tentu tidak hadir begitu saja, ia membawa pesannya tersendiri, di antara pesan yang dimaksud adalah: a. Tauhid

 . .         Terjemahnya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Ayat di atas memuat angka 1 yang menunjukkan keesaan Allah swt. Allah adalah Tuhan bagi semua, yaitu untuk manusia yang mukmin, kafir, maupun munafik, hanya Dia yang berhak untuk disembah. Siapa yang menyembah kepada selainnya atau sesuatu bersamanya, maka ibadahnya tidak akan diterima. Allah Maha Esa dalam dzat, sifat, maupun perbuatannya. Tiada Tuhan yang berhak disembah, tiada juga penguasa yang menguasai dan mengatur seluruh alam raya melainkan Dia. Dia yang maha pemurah, yang melimpahkan rahmat di dunia untuk seluruh makhluk, tanpa pilih kasih, serta lagi maha penyayang. Melimpahkan rahmat khusus untuk yang taat kepada-Nya di hari kemudian nanti (M. Quraish Shihab, 2002: 447). Begitupun pada QS. al-An‟âm/6: 19, yang mana pada ayat tersebut juga diuraikan bukti-bukti keeesaan dan kekuasaan-Nya. Sedangkan pada QS. an-nahl/16: 51 Allah berfirman bahwa janganlah kamu memaksakan diri menentang fitrah kesucian yang mengakui keesaan Allah dengan menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya Dia, yakni ketuhanan yang hak adalah satu, yaitu Tuhan yang Maha Esa, dzat, sifat, dan perbuatannya. Kata ilâhaini menunjukkan dua, tunggalnya adalah ilâh, ia berasal dari kata al-ilâhah, al-ulûhah, dan al-ulûhiyah, yang kesemuanya menurut para ulama bermakna ibadah atau penyembahan. Sehingga kata ilâh secara harfiah bermakna yang disembah. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berakar dari kata alâhah, dalam arti mengherankan atau menakjubkan. Karena segala perbuatan atau ciptaan Allah menakjubkan atau karena bila dibahas hakikatnya akan mengherankan akibat ketidaktahuan makhluk tentang hakikat dzat yang Maha Agung itu. Ada juga yang berpendapat bahwa ia terambil dari akar kata aliha- ya’lahu yang berarti tenang, karena hati menjadi tenang bersama-nya. Atau dalam

7 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak arti menuju dan bermohon, karena harapan seluruh makhluk tertuju padanya (M. Quraish Shihab, 2002: 607). Begitupun angka 3 pada QS. an-Nisâ‟/4: 171 yang melarang untuk percaya bahwa Tuhan itu tiga, karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tiada sekutu baginya. Jadi angka angka satu, dua, maupun tiga yang dibarengi dengan lafaz ilâh menunjukkan arti keesaan atau kekuasaan Allah. b. Masa

     .           

   Terjemahnya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat”. Ayat ini berbicara tentang masa penciptaan langit dan bumi. Terdapat angka 6 yang menjelaskan bahwa langit dan bumi diciptakan dalam kurun waktu 6 hari yakni 6 masa atau periode. Hitungan 6 hari ada yang memahaminya dalam arti 6x24 jam. Kendati ketika itu matahari bahkan alam raya belum lagi tercipta, dengan alasan bahwa ayat ini ditujukan kepada manusia yang menggunakan bahasa manusia, sedang manusia memahami sehari sama dengan 24 jam. Selanjutnya, informasi tentang penciptaan alam dalam 6 hari mengisyaratkan tentang qudrah dan ilmu serta hikmah Allah swt (Kementerian Agama RI, 2010: 4). Untuk memahami makna 6 hari atau masa penciptaan dapat merujuk pada kronologi yang terungkap secara implisit di dalam QS. an-nâzi‟at/79: 27-32 yang juga diperbandingkan dengan QS. fushshilat/41: 9-12. 6 hari dapat bermakna 6 proses evolutif, sejak penciptaan alam semesta pertama kali sampai penciptaan manusia sebagai jenis makhluk terakhir yang diciptakan Allah (T. Jamaluddin, 2007). Allah berfirman:

     .           

              Terjemahnya:

8 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak “Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh- tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh”. Melalui ayat ini diungkapkan secara kronologis 6 masa penciptaan tersebut sebagai berikut: 1. Masa pertama: Ayat 27, ayat ini menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dengan peristiwa big-bang, ledakan besar sebagai awal lahirnya ruang dan waktu, termasuk materi. 2. Masa kedua: Ayat 28, ayat ini menjelaskan tentang pengembangan alam semesta sehingga benda-benda langit makin berjauhan yang dalam bahasa awam berarti langit semakin tinggi. Lalu menyempurnakannya dalam arti pembentukan benda langit bukanlah proses sekali jadi, tetapi proses evolutif (perubahan bertahap) dari awan antar bintang, lalu nanti akhirnya mati dan digantikan generasi bintang-bintang baru. 3. Masa ketiga: ayat 29, ayat ini bercerita khusus tentang tata surya yang juga berlaku pada bintang-bintang lain. masa ini adalah masa penciptaan matahari yang bersinar dan bumi (serta planet-planet lainnya) yang berotasi sehingga ada fenomena siang dan malam. Adanya matahari sebagai sumber cahaya, bumi berotasi menjadikan malam dan siang. 4. Masa keempat: Ayat 30, ayat ini menjelaskan proses evolusi di planet bumi. Setelah bulan terbentuk dari lemparan sebagian kulit bumi karena tumbukan benda langit lainnya, lempeng benua besar (pangea) kemudian dihamparkan yang menjadikan benua-benua mulai terpisah membentuk 5 benua plus antartika. 5. Masa kelima: Ayat 31, ayat ini menjelaskan awal penciptaan kehidupan di bumi (mungkin juga di planet lain yang disiapkan untuk kehidupan) dengan menyediakan air. 6. Masa keenam: Ayat 32, ayat ini menjelaskan lahirnya gunung-gunung akibat evolusi geologi dan mulai diciptakannya hewan dan kemudian manusia (Kementerian Agama RI, 2010: 20-21).

9 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak Selain persoalan mengenai penciptaan langit dan bumi dalam kurun waktu 6 hari atau masa, disinggung pula mengenai hakikat struktur alam semesta dalam QS. al-mulk /67: 3. Pada ayat ini, dapat ditemukan angka 7 yang menjelaskan tentang tujuh langit yang terkait erat dengan struktur alam semesta yang ada. Beragam penjelasan yang dikemukakan para mufasir ketika mereka menguraikan maknanya, masing-masing menguraikan artinya sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya. Al-Maraghi dalam karyanya Tafsîr Al-Marâghi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 7 langit adalah 7 planet dalam tata surya kita selain bumi dan bulan. Sedangkan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar berkata bahwa yang dimaksud dengan tujuh adalah untuk menunjukkan adanya benda-benda langit yang sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh itu bukan untuk menunjukkan bilangan 6+1 tetapi untuk menunjukkan sesuatu yang sangat banyak. Akan tetapi menurut sebagian ahli tafsir, kata 7 langit diartikan sebagai galaksi-galaksi yang terdapat di ruang angkasa yang jumlahnya sangat banyak. Pendapat ini didasarkan pada dua anggapan yaitu bahwa angka 7 dalam bahasa Arab biasa digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang jumlahnya banyak atau suatu jumlah 6+1. Selain itu ada pula pakar yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 7 lapisan itu adalah 7 bintang yang ada di sekitar matahari (Kementerian Agama RI, 2010: 49-50).

         Terjemahnya: “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”. Pada ayat di atas terdapat angka 300 dan 9 yang menunjukkan lamanya para pemuda Ashabul Kahfi tertidur. Hitungan tiga ratus tahun merupakan hitungan berdasarkan hitungan kalender Syamsiah, sedangkan 9 tahun merupakan tambahan waktu mereka tertidur di dalam gua jika dihitung menurut hitungan kalender Qamariah (M.Quraish Shihab, 2002: 270-275). Dalam QS. al-baqarah /2: 51 menyebut angka 40 yang mengisahkan tentang janji Allah kepada Nabi Musa as. setelah ia bermunajat kepada-Nya selama 40 malam. Dalam QS. al-ankabût menyebutkan angka 1.000 dan 50. Pada ayat ini

10 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak dijelaskan lamanya masa Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya, yakni 1.000 tahun kurang 50 tahun terhitung sejak Nabi Nuh menjadi Nabi (M. Quraish Shihab, 2002: 14-15). Sedangkan QS. al-baqarah/2: 259 terdapat angka 100 yakni Allah mematikan penduduk selama 100 tahun yang kemudian dihidupkan kembali di suatu negeri yang telah hancur (M. Quraish Shihab, 2002: 676). Pada QS. at-Taubah /9: 2 terdapat angka 4 yang menunjukkan masa empat bulan bagi kaum musyrikin untuk berjalan dengan bebas dan leluasa ke mana saja mereka inginkan di bumi. Yang terhitung sejak masa pemutusan perjanjian antara kaum musyrikin dan kaum muslimin pada perang Tabuk. Kata berjalanlah digunakan juga dalam arti wisata dengan menggunakan kata itu. Ayat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kaum musyrikin bahwa waktu yang diberikan itu hanya terbatas 4 bulan, karena agaknya waktu tersebut sudah cukup untuk digunakan berpikir atau mempersiapkan diri menghadapi sesuatu yang baru (M.Quraish Shihab, 2002: 12). Dalam QS. at-Taubah/9: 36 disebutkan angka 12 yang menunjukkan bilangan bulan di sisi Allah yakni menurut perhitungan dan ketetapan-Nya, adalah 12 bulan tidak lebih dan tidak kurang, tidak pula dapat diputar balikkan tempatnya. Bilangan 12 bulan tersebut berada dalam ketetapan Allah sejak dahulu di waktu Dia pertama kali menciptakan langit dan bumi. 12 bulan tersebut di antaranya terdapat 4 bulan tertentu. Keempat yang tertentu itu adalah bulan . Yang dimaksud pada ayat ini adalah hitungan bulan menurut kalender Qamariyah, yakni perhitungan waktu menurut peredaran planet bulan. Jumlah hari selama setahun dalam perhitungan Qamariyah sebanyak 355 hari (M. Quraish Shihab, 2002: 87-88). QS. al-Ahqâf /46: 15 terdapat angka 30 yang menjelaskan tentang kandungan dan penyapihan yakni waktu 30 bulan dengan rincian masa kandungan minimal adalah 6 bulan karena pada QS. al-Baqarah/2: 33 telah dinyatakan bahwa masa penyusuan yang sempurna adalah 2 tahun yakni 24 bulan. Disisi lain dapat dikatakan bahwa penyusuan minimal adalah 9 bulan karena masa kandungan

11 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak yang normal adalah 9 bulan. Ayat ini menjelaskan betapa pentingnya ibu menyusukan anak dengan Asi (M.Quraish Shihab, 2002: 406). Pada QS. al-Ma‟ârij/70: 4 disebutkan angka 50.000 yang menunjukkan masa siksaan yakni kadar sehari pada masa di akhirat yang sama dengan 50.000 tahun masa dunia (M. Quraish Shihab, 2002: 311). c. Hari Akhir

           Terjemahnya: “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. dan pada hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka”. Pada ayat ini dapat ditemukan angka 8 yaitu yang menunjukkan jumlah malaikat yang menjunjung „arsy. Menurut Sa‟id bin Jubair seperti yang dikutip dalam tafsir Al-Azhar, yang dimaksud dengan 8 malaikat yang khusus pekerjaannya memikul arsy Tuhan adalah 8 shaf atau 8 baris malaikat (HAMKA, 2003: 7607). Tidak jelas mengapa 8 yang memikul „arsy, ada riwayat yang mengatakan bahwa kini yang memikul „arsy ada 4, tetapi untuk menggambarkan kehebatan dan kedahsyatan kiamat ketika itu maka yang memikul „arsy ada 8. Al-Biqa‟i menulis bahwa angka 7 digunakan sebagai angka yang melambangkan banyak. Dengan demikian, 8 dipahami sebagai lebih banyak daripada yang banyak itu. Dari penggunaan angka 8 pada ayat ini menunjukkan arti kedahsyatan yang terjadi ketika kiamat (M. Quraish Shihab, 2002: 288). Sedangkan pada QS. Al-Hâqqah/69: 32:

          Terjemahnya: “Kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta”. Terdapat angka 70 yang menunjukkan ukuran rantai yang panjangnya mencapai 70 hasta. Rantai itu digambarkan dengan rantai yang berat dan berlilitan berulang-ulang sehingga rantai itu menjadi panjang. Informasi ini mengisyaratkan bahwa yang bersangkutan tidak mati akibat siksaan api itu sehingga terbebaskan dari siksa, dia tetap hidup, berusaha melepaskan diri dan menghindar, dengan

12 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak bukti bahwa dia dibelenggu. Seandainya dia mati tentu tidak perlu lagi dia dibelenggu. Angka 70 lagi-lagi menunjukkan tentang kedahsyatan siksaan di hari kiamat (M. Quraish Shihab, 2002: 295). Kemudian pada ayat berikut ini:

    Terjemahnya: “Dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga)”. Setelah angka yang ditemukan pada 2 ayat di atas menunjukkan tentang kedahsyatan yang terjadi pada hari kiamat dan kedahsyatan siksa neraka, pada ayat ini dapat ditemukan angka 19 yang menunjukkan jumlah malaikat yang menjaga neraka saat itu. Menurut Hamka, tidaklah dipastikan oleh ayat yang lain apakah 19 itu bilangan malaikatnya atau bilangan macamnya atau bilangan barisannya. Menurut uraian Ar-Râzi sebagai ulama tafsir yang gemar sekali menghubungkan tafsir dengan filsafat sebagaimana yang dikutip oleh Hamka bahwa angka 19 itu ialah yang menyebabkan rusaknya perjalanan jiwa manusia merupakan sebab kekuatan haiwaniyah dan Thabi’iyah. Lebih dijelaskan lagi yaitu dorongan nafsu kebinatangan dan dorongan nafsu tabiat. Kekuatan dorongan kebinatangan itu 5 yang lahir dan 5 yang batin, ditambah dengan 2 lagi yaitu syahwat dan angkara murka (marah). Maka jika dijumlahkan menjadi 12. Ditambah dengan 7 kekuatan tabiat yaitu daya penarik, penahan, penelan, penolak, pemberi makanan, menyubur, dan pengembangbiakan. Maka jika dijumlahkan semua menjadi 19 (HAMKA, 2003: 7737). Sementara terkait rahasia angka 19 itu menurut Ibnu Abi Al-Asbû‟ seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab bahwa batas satuan adalah angka 9 dan awal puluhan adalah angka 10. Dengan demikian 9+10 menunjukkan bilangan tak terbatas, dan dengan demikian ayat 30 ini seakan-akan menyatakan bahwa di neraka saqar terdapat banyak sekali malaikat. Menurut An-Nuwaihi, ayat ini tidak menggunakan bilangan 7 atau 70 tetapi menggunakan bilangan 19 (agar terjadi persesuaian nada dan huruf ayat 30 dengan ayat-ayat sebelumnya, yakni kesemuanya berakhir dengan huruf ra’) (M. Quraish Shihab, 2002: 492).

13 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa pintu-pintu neraka berjumlah 7 buah, 6 di antaranya untuk orang-orang kafir, satu sisa dari yang 7 diperuntukkan untuk orang-orang fasik. terdiri dari 3 unsur yang tidak terpisahkan yaitu pembenaran dengan hati, pernyataan dengan lidah, serta pelaksanaan dengan anggota badan. Orang kafir meninggalkan ketiganya sehingga 6 pintu diperkalikan 3 unsur keimanan tersebut menjadikan jumlahnya 18, kesemuanya bagi orang-orang kafir. Adapun orang yang fasik, karena ia pada hakikatnya hanya meninggalkan satu unsur keimanan yaitu pelaksanaan dengan anggota badan, untuknya hanya disediakan satu pintu dari jumlah tersebut sehingga pada akhirnya gabungan antara 18+1 sama dengan 19. Ada juga yang menafsirkan dengan jumlah waktu dalam sehari semalam yakni 24 jam. Setiap muslim melakukan salat 5 kali dalam sehari semalam, kelima salat tersebut akan memelihara yang melaksakan salat dalam 5 jam untuk setiap hari sehingga sisa dari 24 jam tersebut adalah 24-5=19. Sedangkan menurut Rashad Khalifa seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab, angka 19 sebagai kunci kosa-kata dan huruf-huruf Al-Qur`an, surah Al- Fâtihah turun sesudah surah Al-Muddatsir, dan basmalah yang terdapat pada awalnya merupakan penggambaran makna dari ayat 18 sampai 31 surah al- Muddatsir ini. Karena basmalah itu sendiri terdiri atas 19 huruf dan setiap kata yang terdapat pada terulang atau hasil pergandaan dari angka 19 itu. Kata ism ditemukan dalam Al-Qur`an sebanyak 19 kali. Kata Allah sejumlah 19 x 142= 2698, kata ar-rahmân berjumlah 19 x 3= 57 kali. Dan ar-rahîm berjumlah 19 x 6= 114 kali (M. Quraish Shihab, 2002: 492). Di samping itu—masih menurut Rashad Khalifah—huruf-huruf pada surat- surat yang dimulai dengan huruf alfabetis bahasa Arab terulang sebanyak perkalian 19, misalnya huruf qâf dalam surat ke-50 jumlahnya adalah 57 yang merupakan hasil perkalian 3 x 19. Demikian juga misalnya, kâf-hâ-yâ-‘ain-shâd, dalam surat yang ke-19. Huruf-huruf ini terulang dalam surah tersebut sebanyak hasil perkalian 42 x 19= 792 dan seterusnya. Akan tetapi tidak banyak ulama yang mendukung pendapat ini. oleh karena itu menurut Quraish Shihab sangat bijaksana untuk meyakini firman tersebut dan menyerahkan kepada Allah apa

14 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak yang dimaksud olehnya, atau menangguhkan penafsirannya ke waktu yang lain oleh orang atau generasi berikutnya (M. Quraish Shihab, 2002: 492). Lalu pada ayat berikut ini:

         Terjemahnya: “Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka”. Dijelaskan jika angka 7 yang menunjukkan pintu neraka. Akan tetapi angka 7 masih diperselisihkan maknanya. Ada yang memahaminya dalam arti banyak dan ada juga yang memahami dalam arti angka yang di atas 6 atau di bawah 8, bahkan para ulama yang memahaminya dalam arti yang terakhir ini menyebutkan 7 nama neraka yang mereka anggap merupakan tingkat-tingkatannya yaitu jahannam, lazhâ’, al-huthamah, sa’îr, saqar, jahîm, dan al-hâwiyah. Menurut al- Khatib Asy-Syarbini, digunakannya angka 7 karena berdasarkan anggota tubuh manusia yang merupakan sumber-sumber kedurhakaan yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, kaki, dan tangan. Dan karena ketujuh anggota tubuh ini juga dapat menjadi sumber ketaatan kepada Allah dengan syarat apa yang dilakukannya disertai dengan niat tulus itu, surga memiliki delapan pintu dengan adanya penambahan niat itu (M. Quraish Shihab, 2002: 468). d. Hukum

                

         .           

                   

          Terjemahnya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ' karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang

15 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna”. Ayat ini berbicara tentang hukum dalam pelaksanaan ibadah haji. Dalam ayat ini kita dapat menemukan tiga angka yaitu, angka 3 (yang menunjukkan tiga hari), angka 7 yang juga menunjukkan hari dan angka 10. Dalam ayat ini menjelaskan tentang hukum melanggar larangan-larangan dalam ibadah haji seperti melakukan tahallul disebabkan karena ada penyakit atau gangguan di kepalanya yang dengan bercukur diharapkan dia dapat sembuh, maka wajib atasnya akibat cukur atau berobat itu berfidyah, yaitu berpuasa selama tiga hari atau bersedekah dengan makanan untuk enam orang miskin atau berkurban dengan menyembelih seekor kambing. Dan apabila ia telah merasa aman karena tidak lagi terkepung atau telah sembuh dari gangguan sebelumnya, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji, wajiblah ia menyembelih seekor kurban yang mudah didapat, yakni seekor kambing sebagai imbalan dari kemudahan yang diperolehnya, yaitu tidak harus berada dalam keadaan berihram sampai selesai ia berhaji. Tetapi jika ia tidak menemukan karena tidak ada atau tidak mampu memiliki kurban maka ia wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji sebelum wukuf di Arafah dan tujuh hari lagi apabila ia telah sampai di kampung halaman. Itulah yakni tiga tambah tujuh sepuluh yang sempurna (M. Quraish Shihab, 2002: 519). Sementara dalam QS. an-Nisâ‟ ayat 11 dan 12 dapat kita temukan angka 1, 2, 2/3, 1/2, 1/6, 1/3, 1/4, 1/8 yang berkaitan dengan hukum waris. (Departemen Agama RI, 2010: 125-126). Dalam QS. an-nûr/24: 1 satu kita dapat menemukan angka 100 yaitu dengan konteks hukuman dera 100 kali bagi seseorang yang berbuat zina dan belum pernah menikah. Sedangkan dalam ayat 4 dapat ditemukan angka 4 yaitu pembahasan mengenai jumlah saksi yang adil yang menyaksikan dan melihat sendiri seseorang berbuat zina, dan angka 80 yaitu tentang jumlah hukuman dera bagi seseorang yang menuduh perempuan baik-baik berzina tanpa mendatangkan empat orang saksi (Departemen Agama RI, 2010: 567).

16 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak Pada al-Mujâdalah [58]: 4 terdapat angka 60 yang menunjukkan jumlah orang miskin yang wajib diberi makan oleh orang yang melanggar kafarat zihar, yakni dengan ketentuan apabila ia tidak dapat memerdekakan seorang budak melaksanakan persetubuhan kembali dan juga tidak dapat berpuasa selama 2 bulan berturut-turut (Departemen Agama RI, 2010: 28). e. Kisah

           .  

               .    

    Terjemahnya: “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". karena itu janganlah kamu () bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka”. Pada ayat ini terdapat angka 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Kisah Ashabul Kahfi merupakan kisah penghuni gua dengan jumlah 3 orang pemuda dan keempatnya adalah anjing mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa jumlah mereka adalah 5 orang dan yang keenam adalah anjing. Ada pula yang mengatakan bahwa jumlahnya 6 dan yang ketujuh adalah anjing mereka. Menurut pendapat ulama seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab bahwa jumlah pemuda ashabul kahfi adalah 7 orang delapan dengan anjing mereka. Ini dikarenakan ucapan tersebut dipisahkan dengan ucapan sebelumnya dengan kalimat terkaan menyangkut yang gaib. Sedangkan kalimat tujuh dan yang kedelapan anjing mereka tidak disertai dengan terkaan. Ini mengesankan bahwa bukannya mereka menerka-nerka tetapi didasarkan kepada pengetahuan yang mantap. Kesan ini diperkuat juga dengan adanya kata dan ketika ayat di atas menyampaikan ucapan mereka yang berkata tiga yang keempat anjing mereka. Demikian juga ketika mengatakan empat yang kelima adalah anjing mereka.

17 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak Sedangkan ketika menyebut pendapat yang lain dinyatakan dengan kalimat tujuh dan yang kedelapan anjing mereka. Huruf waw menurut Az-Zamakhsyari dipahami sebagai fungsi yang menunjukkan betapa kukuh keterikatan antara sifat dan yang disifati dan bahwa hal sifat demikian mantap pada diri yang disifatinya (M. Quraish Shihab, 2002: 270-271). Begitu juga dalam surah Yûsuf yang menyebut angka 11 yang menceritakan kisah mimpinya kepada ayahnya yakni adanya sebelas bintang, matahari dan bulan yang bersujud kepadanya. Dalam QS. an-Naml/27: 48 menyebutkan angka 9 yang mengisahkan tentang 9 orang laki-laki yang berkelompok dan senantiasa mebuat kerusakan di muka bumi dan mereka tidak pernah melakukan perbaikan pada zaman Nabi Soleh as. 4. Simpulan Setelah mengkaji soal eksistensi angka dalam al-Qur`an, dapat disimpulkan bahwa penyebutan angka di dalamnya meliputi bilangan asli atau pokok, bilangan bertingkat, maupun bilangan pecahan. Kehadiran angka sendiri membawa pesan, di antaranya adalah tentang tauhid, waktu, hari akhir, dan sebagainya. Pesan yang di kandungnya tentu memberikan informasi baru yang diharapkan bermanfaat untuk khazanah keilmuan Islam.

Daftar Pustaka Departeman Agama RI. (2012). Al-Qur`an dan Terjemahnya. Pamulang Timur: Forum Pelayan al-Qur`an.

HAMKA. (2003). Tafsir Al-Azhar. Singapura: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd.

Hudey, M. Darwis. (2002). Cakrawala Ilmu Pengetahuan dalam al-Qur`an. Jakarta Pustaka Firdaus.

Ibnu Manzhur, Muhammad Ibnu Makram. (t.th.). Lisân al-‘Arab. Beirut: Dâr al- Fikr.

Kementerian Agama RI. (2010). Tafsir Ilmi; Penciptaan Jagad Raya dalam Perspektif al-Qur`an dan Sains. Jakarta: KEMENAG.

Ma‟luf, Louis. (2002). Al-Munjid fî al-Lughah. Beirut: Dâr al-Masyriq.

18 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir

Al-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir Volume 4, No. 2, 2019 P-ISSN: 2548-7248 E-ISSN: 2715-5692 Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur`an. Jakarta: Lentera Hati. Smith, William. (1990). Dictionary of The Bible. Harvard: SS. Scranton and CO.

19 AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir