Imam Al Ghazali – Minhajul Abidin
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author’s copyright and purchase a legal copy of this book AnesUlarNaga Find more book at http://berbagiebooks.blogspot.com/ Indahnya berbagi Ayo-membaca DARUL ULUM PRESS Diterjemahkan dari buku aslinya yang berbahasa Arab dengan judul "MlNHAJUL 'ABIDIN" Penulis asli, Imam al-Ghazaly (t.p. t.t.t., tt) Penerjemah : Ir. Zakaria Adham Penyunting : R. Maulana Akbar MA Diterbitkan Oleh : DARUL ULUM PRESS Jakarta Cetakan Pertama : Nopember 1986 Cetakan Kedua : Nopember 1990 Cetakan Ketiga : Agustwl 1991 Cetakan Keempat : Juni 1992 Cetakan Kelima : September 1993 (edisi revisi) Cetakan Keenam : Januari 1995 Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang All rights reserved Kulit Kaver/Disain Kaver: Gita Surawijaya Tata Letak/Layout : Agus Nugraha Khat Arab : Halim Suyuti No.086-WIG/MA-IX-'93 DAFTAR ISI Kata Pengantar Pengantar Tahapan llmu dan Ma'rifat – ‘Aqabbah Kedua, Taubat – Mukadimah Taubat – ‘Aqabah Ketiga: Awaiq – Bab IV Awarid (Godaan) – Bab V Tahapan Pendorong – Bab VI Tahapan Celaan – Bab VII Bersyukur Kepada Allah – PENGANTAR H. MAHBUB DJUNAIDI KETUA SATU, NAHDLATUL ULAMA INDONESIA Mengapa Islam di saat dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad begitu cemerlang? Mengapa ia dipuji selaku mercusuar perdaban dunia? Mengapa karya- karya berskala dan berkaliber ensiklopedia muncul saat itu? Mengapa dia menjadi sumber ilmu mengetahuan modern? Karena khalifah Abu Ja'far al Mansur bukan sekedar penguasa biasa yang asyik memerintah dan memungut pajak. Karena ia punya pandangan jauh ke depan. Karena mencerdaskan manusia. Karena ia menyebarkan wawasan Karena ia menggalakkan terjemahan. Karena ia perintahkan Baikhtaisyu Kabir dan Fadl ibn Naubakht serta Abdullah ibn Muqaffa menterjemahkan pelbagai buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Segala rupa buku: kedokteran, ilmu pasti, falsafah, dari bahasa Yunani, Persia, dan Sansekerta. Lewat pen terjemahan itu, orang Arab meningkat mutunya. Bukan sekedar Abu Ja'far al Mansur saja. Khalifah berikutnya juga mengikuti jejaknya. Khalifah al Ma'mun ibn Harun al Rasyid mendirikan ''Darul Hikmah", sebuah Akademi Ilmu Pengetahuan. Sudah pasti inilah akademi jenis itu pertama di dunia. Dilengkapi perpustakaan. Dilengkapi badan penterjemah. Dilengkapi observatorium bintang. Dan sebuah universitas pimpinan Muhammad ibn Sallam. Anggota akademi berhamburan kemana-mana, membawa pulang ke Baghdad tumpukan bukubuku untuk diteliti dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Mereka kembali ke rumah bagaikan lebah yang sarat dengan madu, diisap oleh murid-murid yang bersemangat dan membentuk iklim kerja keras yang luar biasa. Memang benar, Hulagu Khan 1258 M., menerobos masuk Mesopotamia, dan dari atas kudanya memporak porandakan Baghdad. Memang benar tamatlah dinasti Abbasiyah. Apa betul kegemilangan ilmu juga ikut musnah? Tidak. Gudang buku yang begitu banyak memang diboyong habis. Tapi tidak dibuang ke comberan. Buku- buku itu dibawa ke Samarkand. Kota Rusia ini mengambil alih peranan Baghdad, bahkan ditambah dengan teropong bintang, dan Hulagu Khan memeluk Agama Islam. Dan pada- saat yang nyaris berbarengan, sang saudara Kubilai Khan memeluk agama Budha, memindahkan ibu kota kerajaannya ke Cathay, mengatur administrasi Tingkok dengan bersih, menjadi kepala negara yang tidak bisa terungguli saat itu di dunia. Hal serupa terjadi di Jepang 800 tahun sesudah itu. Isolasi di bawah kungkungan rejim feodalisme yang beku telah membiarkan negeri Itu terkebelakang dalam hampir semua aspek: ilmu ekonomi, dan kekuatan militer. Ketertutupan mengakibatkan Jepang suatu masyarakat pikun berhadapan dengan negeri-negeri barat yang maju. Atas dorongan kelompok-kelompok pembaharu dari kelas menengah yang umumnya berpusat di Satsuma dan Choshu, fajar baru mulai menyingsing. Kecongkakan menyebut orang Barat Itu “barbar" dianggap keliru. Pengetahuan Barat Itu bukannya mesti ditolak, melainkan diambil. Jaman keterbukaan pun mulai. Orang mengenalnya dengan sebutan "Restorasi Meiji" masa pemermtahan di bawah kaisar Meiji 1869-1912 Apa sesungguhnya sudah terjadi? Pengiriman mahasiswa Jepang secara besar-besaran ke dunia Barat. Ambil ilmu apa saja dan bawa pulang ke Jepang. Terjemahkan buku apa saja ke dalam bahasa Jepang. Negeri Itu perlu Investasi, dan investasi terpokok adalah manusia berkualitas. Jepang memerlukan cerdik cendikiawan, dan bukan "samurai" yang mengandalkan pada sepucuk pedang. Mereguk ilmu luar sebanyak-banyaknya, ditopang dengan rasa kolektifitas dan percaya diri yang tinggi, mendorong Jepang maju pesat hingga mengalahkan Barat itu sendiri. Lagi-lagi penterjemahan merupakan salah satu kunci penting bagi kemajuan peradaban. Apa yang dilakukan kaisar Meiji persis yang dilakukan oleh khalifah Abu Ja'far al Mansur atau khalifah Mamun Ibn Harun al Rasyid 800 tahun lebih dahulu. Bahwa sekarang ini kota Baghdad bukanlah apa-apanya dibanding Tokyo diukur dari perkembangan ilmu jelas merupakan bukti betapa peradaban tinggi yang kehilangan dinamikanya, toh bisa tercecer jauh di belakang. Mencetak buku sebanyak- banyaknya untuk masyarakat, menterjemahkan buku bahasa asing ke bahasa anak negeri, menanamkan kebiasaan membaca bagi generasi baru sejak dini, merupakan satu-satunya sarat perkembangan peradaban. ------ Akan halnya arti penting terjemahan ini, terbaca surat-surat Bung Karno kepada A. Hassan Bandung dari pembuangan di Endeh tahun 1935: "Pada ini hari semua buku dari pemberian saudara yang ada pada saya, sudah habis saya baca. Saya ingin sekali membaca yang lain-lain buah pena saudara.' Dan ingin pula saya membaca "Bukhari" dan ''Muslim'' yang sudah tersalin dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Saya perlu kepada Bukhari atau Muslim itu, karena di situlah dihimpunkan hadits-hadits yang dinamakan sahih. Padahal saya membaca keterangan dari salah seorang pengenal Islam bangsa Inggris, bahwa di Bukhari pun masih terselip hadits- hadits lemah. Dia pun menerangkan, bahwa kemunduran Islam, kekunoan Islam, kemesuman lslam, ketahayulan orang Islam, banyaklah karena hadits-hadits Iemah ini, yang sering lebih ''laku'' dari ayat-ayat Qur'an. Saya kira anggapan ini benar. Sayang belum ada Bukhari dan Muslim yang bisa saya baca. Betulkah belum ada Bukhari Inggris?" Bukan sekedar memerlukan buku-buku terjemahan, melainkan beliau juga melakukan penterjemahan itu. Dalam surat lain Bung Karno menulis: "Buat mengganjel saya punya rumah tnngga yang kini kesempitan, saya punya "onderstand" dikurangi, padahal tadinya sudah sesak sekali buat membelanjai aya punya keperluan, maka saya sekarang lagi asyik mengerjakan penterjemahan sebuah buku Inggris yang rnentarikhkan llmu Saud. Bukan main hebatnya isi biografi! Saya jarang menjumpai biografi yang begitu menarik hati. Tebalnya buku Inggris Itu - format tuan punya "Al Lisaan" - adalah 300 muka, terjemahan Indonesia akan jadi 400 muka. Saya minta tolong saudara carikan orang yang mau beli copy itu, atau barangkali saudara sendiri ada uang buat membelinya? Tolonglah melonggarkan saya punya rumah tangga yang disempitkan korting itu. Bagi saya pribadi, buku ini bukan saja satu ihtiar ekonomi, tetapi adalah pula satu pengakuan, satu confession. Ia adalah menggambarkan kebesaran Ibnu Saud dan Wahhabisme begitu rupa, mengobarkan elemen amal, perbuatan begitu rupa, sehingga banyak kaum "tafakur" dan kaum pengeramat Hussein cs. akan kehilangan akal nanti sama sekali. Dengan menjalin ini buku, adalah suatu confession bagi saya bahwa, saya, walaupun tidak mufakati semua sistim Saudi-isme yang masih banyak feodal itu, toh menghormati dan kagum kepada pribadinya itu laki-laki yang "towering above all Moslems of his time, an immense man, tremendous, vital dominant. A giant thrown up out of the chaos and agony of the desert, to rule, folIowing the example of his Great teacher, Mohammad". Selagi menggoyangkan saya punya pena menterjemahkan biografi ini, ikutlah.saya punya jiwa bergetar karena kagum kepada pribadinya yang digambarkan. What a man! Mudah-mudahan saya rnendapat taufik menyelesaikan terjemahan ini dengan cara yang bagus dan tak kecewa. Dan mudah-mudahan nanti buku ini dibaca oleh banyak orang Indonesia, agar bisa mendapat inspiration, dari padanya. Sebab, sesungguhnya ini buku, adalah penuh dengan inspiration. Inspiration bagi kita punya Bangsa yang begitu muram dan kelam hati. Inspiration bagi kaum Muslimin yang belum mengerti betul artinya perkataan "Sunnah Nabi", yang mengira, bahwa sunnah Nabi s.a.w. itu hanya makan korma di bulan Puasa dan celak-mata dan sorban saja! Saudara, please tolonglah. Terima kasih alhir-batin, dunia akhirat.". ----- Indonesia sekarang, sudah mulai bergerak ke arah terjemahan. Termasuk buku 'Minhajul Abidin" karangan Imam Ghozali ini. Bahkan, sudah banyak buku Imam Ghozali diterjemahkan orang ke bahasa Indonesia. "Ihya Ulurnuddin" termasuk di antaranya. Tapi, jumlah itu sama sekali tidak berarti dibandingkan Usaha bangsa lain menterjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa anak negerinya. Belajar dari pengalaman khalifah-khalifah Abbasiyah, belajar dari periode Restorasi Meiji xang hingga sekarang terus berkembang, bahkan belajar dari pikiran Bung Karno sendiri di tahun 1935, perlulah masalah terjemahan ini merupakan kemutlakan nasional, apabila memang betul kita mau menuju modernisasi. Mestinya, proyek terjemahan ini menjadi proyek besar-besaran. Dari mana datangnya kemajuan bilamana kita menutup pintu dari pikiran orang lain sebagai bandingan? Selama kemampuan berbahasa asing dari rata-rata bangsa kita masih terbatas, jalan keluar satu-satunya adalah lewat terjemahan itu. Saya tahu, banyak pemuka-pemuka