BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Adalah Bentuk
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Salah satu hal yang pertama kali diketahui orang tentang sastra adalah bahwa sastra terdiri dari bahasa yang telah dibangun dan dibentuk dengan cara tertentu, sehingga tidak lagi terlihat seperti bahasa pada umumnya. Genre sastra atau jenis sastra dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu sastra imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra non imajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah, sedangkan yang tergolong sastra imajinatif adalah karya prosa fiksi, puisi, dan drama (Najid, 2003:12). Dalam puisi dapat dijumpai adanya lirik yang memiliki bentuk mirip dengan syair sebuah lagu. Lagu merupakan unsur-unsur bunyi yang dilantunkan si penyanyi berdasarkan tinggi rendahnya suara (not), sehingga bunyi bahasa itu enak didengar. Perkembangan lagu-lagu yang liriknya berbahasa Indonesia ataupun Daerah sangat menggembirakan, ini tidak terlepas dari peranan bahasa Indonesia maupun daerah itu sendiri, baik dalam pembendaharaan kosa katanya yang dapat mewakili tujuan-tujuan atau ide-ide dari penyanyi. Setiap lagu mempunyai tujuan tertentu atau pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan 1 2 dibawakan dengan suara indah penyanyi. Sebagai karya seni karya sastra juga tidak akan lepas dari pengaruh aliran yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra tersebut. Hal ini disadari atau tidah oleh pengarangnya, pengaruh aliaran tersebut dapat dianalisis dalam karya sastra yang ditulisnya. Teeuw (dalam Sugiarti, 2004: 67) menyatakan bahwa karya sastra tidak lepas dari pengarangnya dan masyarakat, karena karya sastra tidak hadir dalam kekosongan budaya, sehingga karya sastra tidak lepas dari pengarang yang menulisnya. Lagu merupakan salah satu hasil kebudayaan, dan lirik dalam suatu lagu menggunakan bahasa untuk menyampaikan maksud atau tujuan dari si penyanyi kepada pendengar. Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (Depdiknas, 2003:678). Lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan bentuk nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif. Lirik lagu biasanya menggunakan bahasa yang teratur, artinya lirik lagu ditempatkan pada struktur yang tepat sehingga lagu tersebut lebih enak didengar dan tidak sulit dipahami maknanya. Bahasa dalam lirik lagu mempunyai pengertian yang dapat diterima dan logis, sehingga ide yang diungkapkan melalui bahasa itu dapat diterima oleh pendengar. Setiap lirik lagu mengandung maksud atau pesan yang akan disampaikan. Pesan yang disampaikan biasanya, tidak secara eksplisit dituangkan lewat lagu tersebut akan tetapi lebih secara implisit walaupun ada di antara lirik lagu yang tertuang secara eksplisit. Bahasa lirik lagu sama seperti puisi yang dibuat sebagai sarana estetika untuk memberikan tenaga ekspresif serta emotif dalam mengungkapkan gambaran 3 suasana batin pengarang. Oleh karena itu untuk dapat mengungkapkan nuansa konkretisasi pengarang lirik lagu memunculkan kata-kata yang penuh dengan kiasan. Bahasa dalam lirik lagu selain sebagai sarana ekspresi juga sebagai bentuk pengungkapan maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan dapat tercapai karena bahasa lirik yang bersifat ekspresif itu dipahami sebagai bagian dari stilistika. Selain genre sastra yang telah disebutkan di atas dalam karya sastra juga terdapat beberapa aliran sastra yang berkaitan erat dengan sejarah kesusastraan. Aliran-aliran dalam sastra ini sebenarnya telah lama berkembang di Eropa. Namun hakikatnya aliran-alira yang ada itu berpangkal dari realisme dan ekspresionisme serta aliran yang mendasarkan pikiran dan pandangan hidup, seperti materialisme dan idealisme. Salah satu aliran yang cederung pada realisme adalah romantisme yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini. Romantisme adalah aliran dalam karya sastra yang mengutamakan perasaan sebagai dasar perwujudan (Sugiarti, 2004:18). Romantisme adalah gerakan kesenian yang mengunggulkan perasaan (eomtion, passion) dan imajinasi serta intuisi (Damono, 2005:51). Selain itu romantisme juga mengesahkan imajinasi individu sebagai otoritas kritis yang memungkinkan kebebasan dari pemahaman klasik tentang bentuk dalam seni. Djoko Damono dan Saikani K.M (Damono, 2005:4) menguraikan munculnya aliran romantisme di Eropa sebagai reaksi terhadap satu aliran yang disebut sebagai Klasisisme, yang menitik beratkan pada keseimbangan, aturan dan konvensi dala seni, mengedepankan intelektualitas dan rasio, objektivitas serta 4 orientasi budaya yang mengacu pada tatanan sosial politik yang didominasi oleh kaum elit bangsawan dan agamawan. Tujuan utama aliran romantisme yang berkembang akhir abad ke-18 ini adalah agar pembaca ataupun pendengar tersentuh emosinya (Sugiarti, 2004: 154). Karena bertujuan untuk membuat pendengar dalam hal ini mendengarkan lagu yang dibawakan oleh penyanyi, maka yang perlu diperhatikan adalah unsur- usur lagu, yaitu karakteristik penuangan ekspresi lewat yaitu adanya melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan kata/kalimat sehingga penikmat mudah terbawa dalam alam batin pengarangnya. Untuk menyampaikan alam batinnya, pengarang lirik lagu juga berupaya menciptakan daya ekspresi tertentu yaitu melakukan manipulasi bahasa. Pemanipulasian bahasa ini antara lain berupa permainan vokal, gaya bahasa, penyimpangan makna kata, pilahan kata (diksi) dan sebagainya. Luxemburg (1984:175), menyatakan “teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis- jenis sastra, melainkan pula ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan politik, syair-syair lagu pop, dan doa-doa”. Ada beberapa ciri yang sangat dalam aliran romantisme. Ciri-ciri romantisme meliputi (1) kembali ke alam (2) individual (3) keprimitifan (Damono, 2005:7), (4) sentimental (5) melankolik (Damono, 2005:153). Penelitian ini mencoba menggambarkan romantisme dalam lagu-lagu yang bernuansa cinta, karena romantisme adalah sebuah aliran yang menampakkan perasaan manusia sebagai unsur yang paling dominan. Sedangkan cinta bersumber dari perasaan manusia, sehingga romantisme selalu diindentikkan dengan 5 percintaan. Padahal tidak semua romantisme bernaung pada cinta. Sastra romantis ini diartikan sebagai genre sastra yang berisi kisah-kisah asmara yang indah dan penuh kata-kata yang indah. Penelitian romantisme pada lirik lagu ini ditekankan pada lagu-lagu populer yang beredar saat ini, yang liriknya sangat romantis sehingga membuat para pendengar terhanyut dalam lagu tersebut. Sebagai contoh, lagu-lagu yang dipopulerkan oleh group band yang personilnya kebanyakan lelaki tapi menyanyikan lagunya dengan mendayu-dayu sehingga maksud dan tujuan dari lagu tersebut dapat tercapai karena bahasa lirik yang bersifat ekspresif itu dipahami sebagai bagian dari stilistika. Aminuddin (1995:46) mengartikan stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalam menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan dari kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan sistem tandanya. Walaupun fokusnya hanya pada wujud sistem tanda untuk memperoleh pemahaman tentang ciri penggunaan sistem tanda bila dihubungkan dengan cara pengarang dalam menyampaikan gagasan pengkaji perlu juga memahami (i) gambaran objek/peristiwa, (ii) gagasan, (iii) ideologi yang terkandung dalam karya sastra (Aminuddin : 1995 :46). Kajian Stilistika merupakan bentuk kajian yang menggunakan pendekatan objektif. Dinyatakan demikian karena ditinjau dari sasaran kajian dan penjelasan yang dihasilkan, kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sistem tanda dalam karya sastra yang diperoleh secara rasional- 6 empirik dapat dipertanggungjawabkan. Landasan empirik merujuk pada kesesuian landasan konseptual dengan cara kerja yang digunakan bila dihubungkan dengan karakteristik fakta yang dijadikan sasaran kajian. Stilistika juga banyak digunakan dalam dunia permusikan, sebagai contoh lagunya Crisye. Crisye menggunakan bahasa dengan style bahasa puisi yang terkadang susah dipahami. Crisye yang bernama lengkap Chrismansyah Rahardi ini dilahirkan di Jakarta, 16 September 1949. Ia mulai aktif merintis karier musiknya di tahun 1968 saat bergabung sebagai basis dalam formasi Sabda Nada. Tahun 1968 - 1969 ia tergabung dalam Gipsy Band bersama Zulham Nasution, Keenan Nasution, Gauri Nasution, Onan dan Tami. Bersama kelompok Gipsy inilah Chrisye yang kala itu jadi vokalis sekaligus bassis sempat tercatat sebagai band penghibur di sebuah restoran Indonesia di New York. Sayangnya Gipsy pun tak dapat bertahan lama. Tahun 1970, bersama Gipsy Band pula, Chrisye sempat menggung di TIM Jakarta yang menghadirkan bintang tamu almarhum Mus Mualim. Sekitar tahun 1977, Chrisye baru memulai karir solonya. Nampaknya bintang keberuntungan sedang bersinar terang karena dalam waktu singkat namanya langsung meroket sebagai vokalis andal saat menembangkan lagu karya James F. Sundah yang berjudul Lilin-lilin Kecil. Di saat yang sama ia juga memenangkan ajang "Lomba Karya Cipta Lagu Remaja Prambors" (LCLR). Hebatnya lagi, sepanjang kurun era 1980-an hingga memasuki tahun 2000, nama Chrisye tak pernah tenggelam. Hampir semua album yang dirilisnya selalu disambut baik di industri musik Indonesia. 7 Lima dari delapan belas album solo