BAB III

METODOLOGI DAN OBYEK PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, demikianlah pendapat boddan dan guba, sementara itu kirk dan miler mendefiniskan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahnnya (Suharsaputra, Uhar: 2012:181). Pendekatan kualitatif merupakan anti tesisi atau lawan dari pendekatan kauntitatif. Pendekatan kualitatif berusaha menjelaskan realitas dengan menggunakan penjelasan deskriptif dalam bentuk kalimat. Pendekatan kualitatif, keturukannya sangat subyektif bisa diperdebatkan (Pujileksono, Sugeng: 2015: 35). Penelitian kualitatif mempunyai landasan yang cukup kuat, baik dalam tataran filosofis maupun metodologis. Secara filosofis penelitian kualitatif merujuk pada fenomologi, sebuah filsafat yang kembangkan oelh husserl (Suharsaputra, Uhar: 2012: 182). Dalam faham fenomenologi sebagainya diungkapkan oleh husserl, bahwa kita harus kembali kepada benda-benda itu sendiri, obejk-objek harus diberikan kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis kesadaran bukan bagian dari kenyataan melainkan asal kenyataan, dia menolak bipolarisasi antara kesadaran dan alam, antara subjek dan objek, kesadaran tidak menemukan objek-objek, tapi objek-objek diciptakan oleh kesadaran (Suharsaputra, Uhar: 2012: 183). Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas artinya kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya kesadaran timbul perlu diandaikan tiga hal yaitu: ada subyek, ada objek, dan subjek yang sesuatu berarti emngubah sesuatu, kesadaran merupakan suatu tindakan, terdapat interaksi antara tindakan kesdaran dan objek kesadaran,

39

40

namun yang ada hanyalah kesadaran sedang objek kesadaran pada dasarnya diciptakan oleh kesadaran (Suharsaputra, Uhar: 2012: 183). Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan cara deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, merupakan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala- gejala yang diamati (Sabana: 2005 : 17). Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri tetapi memusatkan studi diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. Dari ciri yang demikian memungkinkan studi ini dapat amat mendalam dan dmeikian bahwa kedalaman data yang menjadi pertimbangan dalam penelitian model ini (Bungin: 2007: 68). Format desain deskriptif kaulitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain deskriptif kuantitatif, karena itu desain deskriptif bisa disebut pula dengan kuasi kualtitatif atau desian kualitatif semu. Artinya, desain ini belum benar-benar kualitatif akrena bentuknya masih dipengaruhi oleh tradisi kauntitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data yang diperoleh (Bungin, Burhan: 2014: 68). Bahwa deskriptif kaulitatif menganut paham fenomenologi. Sebuah aliran filsafat yang mengkaji penampakan atau fenomena yang mana antara fenomena dan kesadaran tidak tersolasi satu sama lain melainkan selalu berhubungan secara dialektis (Bungin, Burhan: 2014: 68). Format deskriptif pada umunya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus. Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri seperti air, tetapi memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena dari ciri yang demikian memungkinkan studi ini dapat amat mendalam dan demikian bahwa kedalaman data yang menjadi pertimbangan dalam penelitian model ini.karena itu penelitian ini bersifat mendalam dan menusuk sasaran penelitian (Bungin, Burhan: 2014: 68-69). dengan melakukan pendeskripsian terhadap subyek yang diteliti kemudian menganalisis objek penelitian dengan analisis semiotika.

41

3.2 Pendekatan Penelitian Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, di tenagh-tengah manusia dan bersama-sama manuisa. Pada dasarnya semiotika hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai dalam hal ini tidak dicampuardukkan dengan mengkomunikasikan. Memkanai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam hal objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda (Sobur, Alex: 2013: 15). Kajian mengenai tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja disebut semiotik atau semiotika. Semiotika memiliki tiga wilayah kajian (Fiske, John: 2012: 66): a. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang menggunakannya. b. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini melingkupi bagaiamna beragam kdoe telah diekmabngkan untuk memahami kebutuhan masyarakat atau budaya, atau mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi pengriiman kode-kode tersebut. c. Budaya tempat dimana kode-kode tanda-tanda beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri. Fokus utama semiotik adalah teks. Model proses linear memberi perhatian kepada teks tidak lebih seperti tahapan-tahapan yang lain di dalam proses komunikasi. Di dalam kajian semiotik penerima atau pembaca. Dipandang memiliki peranan yang lebih aktif (Fiske, John: 2012: 67). Istilah semiotika atau semiotik, merujuk pada doktrin formal tentang tanda-tanda. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda, tak hanya bahasa dan sistem komuniaksi yang tersuusn oleh 42

tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, amnusia tidak akan bisa menajlin hubungannya dengan realistis. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda nonverbal seperti gerak gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandnag sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi (Sobur, Alex: 2013: 13). Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan semuanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Kajian semiotika dibedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semioyika signifikasi. Yang pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengiriman, penerima kode, pesan, slauran komunikasi dna acuan. Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu (Sobur, Alex: 2013: 15). Pada jenis kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomuniaksi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komuniaksinya (Sobur, Alex: 2013: 15). Pendekatan atau metode penelitian ini menggunakan metode semiotika signifikasi, Semiotika signifikasi menekankan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Pada jenis yang kedua ini tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi, sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya (Sobur, Alex: 2013: vii). 3.3 Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian terdiri dari sumber data sekunder dan primer. 43

a. Sumber Data Primer Data primer adalah suatu data yang berasal dari pihak yang bersangkutan atau langsung diperoleh dari responden yaitu pihak pengusaha dan aparat pemerintahan. Pengambilan data primer ini dilakukan dengan metode “Purposive random Sampling”. Pengumpulan Data Primer Untuk mengumpulkan data primer diperlukan metode dan instrumen tertentu. Secara prinsip ada dua metode pengumpulan data primer, yaitu: pengumpulan data secara pasif dan pengumpulan data secara aktif. Perbedaan antara kedua metode tersebut ialah: yang pertama meliputi observasi karaktersitik-karakteristik elemen-elemen yang sedang dipelajari dilakukan oleh manusia atau mesin; sedang yang kedua meliputi pencarian responden yang dilakukan oleh manusia ataupun non-manusia.29 Teks atau lirik lagu yang terdapat pada lagu penyanyi yang berjudul ketika tangan dan kaki berkata. dianalisis dengan menggunakan analisis semiotika. b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah merupakan pendekatan penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada, selanjutnya dilakukan proses analisa dan interpretasi terhadap data-data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu.30 Literatur-literatur yang memiliki relevansi untuk menunjang penelitian ini. Seperti tulisan yang membahas mengenai musik, dakwah dan artikel- artikel mengenai Chrisye yang tersebar diinternet ataupun majalah. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, pada dasarnya merupakan serangkaian proses yang dilakukan sesuai dengan metode penelitian yang dipergunakan (Suharsaputara, Uhar: 2012: 208). Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi.

29 PDF. 5 Sumber Data. Diunduh Pada tanggal 10 Mei 2017 Pukul 00:43 WIB. 30 Ibid. 44

a. Observasi Di dalam survey, di dalam eksperimen, maupun di dalam metode- metode peneylidikan yang lain, banyak dilakukan teknik observasi untuk mengumpulkan data. Dengan tujuan-tujuan tertentu. Observasi memungkinkan penyelidik mengamati dari dekat gejala peneylidikan dalam hal ini penyelidik dapat mengambil jarak sebagai pengamat semata- mata atau dapat pula melibatkan diri didalam sitausi diselidikinya, ataupun secara aktif berpartisipasi (Surakhmad, Winarno: 1998: 165). Secara bahasa observasi berarti memerhatikan denagn penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian mengamati tentang apa yang terjadi. Observasi adalah suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi yaitu suatu kegiatan mencari data atau menganalisis data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu keismpulan atau diagnosis. Observasi dapat dilakukan hanya pada perilaku atau sesuatu yang tampak, sehingga potensi perilaku seperti sikap, pendapat jelas tidak dapat diobsevasi. Sesuatu disebut observasi apabila mempunyai tujuan, melihat, mengamati mencermati sesuatu perilaku tidak dapat disebut observasi jika tidak memiliki tujuan (Suharsaputara, Uhar: 2012: 209). Observasi yang tak langsung teknik pengumpulan data ini dimana peneylidikan mengadakan pengamatan terhadap gejala-gelajal subyek yang diselediki dengan perantara sebuah alat, baik alat yang sudah ada, maupun yang sengaja dibuat untuk keperluan yang khusus itu. Pelaksanaannya dapat berlangsung didalam situasi yang sebenarnya maupun didalam situasi yang buatan (Surakhmad, Winarno: 1998: 162). Observasi dapat dilakukan dengan cara ikut serta atau berpatisispasi dalam kegiatan yang diobsevasi ataupun tidak. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang penting dalam penelitian kualitatif (Suharsaputara, Uhar: 2012: 209). Obsevasi bidang kualitatif merupakan deskripsi dari kejadian, orang, tindakan, dan objek dalam setting. Obsevasi dapat juga digunakan 45

dalam pengumpulan data interaktif, seperti observasi partisipan, di mana peneliti langsung ikut terjuan dalam aktivitas yang menjadi fokus masalah penelitian atau kegiatan yang relevan dengan fokus penelitian (Suharsaputara, Uhar: 2012: 211). Dalam penelitian ini obsevasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencermati obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti meneliti satu lagu yang dibawakan oleh Alm.Chrisye yang berjudul ketika tangan dan kaki berkata. Dengan cara mendengarkan lagu tersebut dan mengamati setiap lirik yang diucapkan oleh penyanyi tersebut dan membaca lirik lagu tersebut. b. Dokumentasi Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan nekdot, surat, buku harian dan dokumen-dokumen (Suharsaputara, Uhar: 2012: 215). Dokumen merupakan sumber data penting dalam analisis konsep dan studi bersejarah. Dokumen biasanya dikatalogkan dan ditampilkan dalam tempat penyimpanan kumpulan menuskrip atau perpustakaan (Suharsaputara, Uhar: 2012: 215). Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan dan sebagainya. Sifat data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Kupulan data bentuk tulisan disebut dokumen dalam arti luas termasuk monumen, artefak, foto, tape, mikrofilm, disk, CD, hardisk, flashdisk dan sebagainya (Bungin, Burhan: 2014: 125). Dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Adapun bahan dokumenter seperti otobiografi, surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintahan maupun swasta, cerita roman dan cerita rakyat, data di sever dan flashdisk, data tersimpan di website dan lain-lain (Bungin, burhan: 2014: 125). 46

Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyanyi Chrisye melalui foto, majalah, lirik-lirik lagu, website, artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan grup band letto atau pada lirik ketika tangan dan kaki berkata. 3.5 Teknik Analisis Data Bahasa adalah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Sobur : 2013: 63). Lima kode yang ditinjau barthes adalah kode hermeneutik atau kode teka teki, kode semik atau makna konotatif, kode simbolik, kode proaretik atau kode logika tindakan, dan kode gnomik atay kode kultural yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu (Sobur: 2013: 65). Kode hermeneutik atau kode teka teki berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode teka teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional. Did dalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka teki dan penyelesaiannya di dalam cerita. Kode semik atau kode konotatif banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frase tertntu dalam teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frase yang mirip jika melihat suaru kumpulan satuan konotasi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Jika sejumlah komotasi melekat pada suatu nama tertentu. Bahwa barthes menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling “akhir” (sobur: 2013: 65-66). Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat strutural, atau tepatnya menurut konsep barthes pascastruktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik dalam taraf bunyi mnejadi fonem dalam produksi wicara, muapun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses. Dalam suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini “ibunya dan ayahnya berbeda dan bahwa perbedaan ini juga membuat anaknya sama dengan satu diantara keduanya dan berbeda dari yang lain”, dapat dikodekan 47

melalui istilah-istilah retoris seperti antesis, yang merupakan hal yang istimewa dalam sistem simbol barthes (Sobur: 2013: 66). Kode proaretik atau kode tindakan/lakuan dianggapnya sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang, artinya, antara lain, semua teks yang bersifat naratif. Secara teoritis barthes melihat semua lakuan dapat dikoifikasi, dan terbukanya pintu sampai pertualangan yang romantis. Pada praktiknya, ia mnerapkan beberapa prinsip seleksi. Mengenal kode lakuan atau peristiwa karena dapat memahaminya. Pada kebanyakan fiksi, selalu mengaharap lakuan di-“isi” smapai lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu teks (Sobur: 2013: 66). Kode gemik atau kode kultural banyak jumlahnya. Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Menurut barthes, relisme tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau sub budaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasi yang diatasnya para penulis bertumpu (Sobur: 2013: 66). Tujuan analisis barthes, bukan hanya untuk mebangun suatu sistem klasifikasi unsur-unsur narasi yang sanagt formal, namun lebih banyak untuk menunjukan bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian yang paling menyakinkan atau teka teki yang paling menarik, merupakan produk buatan, dan bukan tiruan dari yang nyata (Sobur: 2013: 55-67). Salah stau area penting yang dirambah barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi, merupakan sifat asli tanda, mmebutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemkanaan tataran ke-dua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemkanaan tataran ked-dua ini oleh barthes disebut dengan konotatif, yang didalam mythologiesnya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama (Sobur: 2013: 68-69). Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Sobur: 2013: 69):

48

1. Signifier 2. Signified (penanda) (petanda) 3. denotative sign (tanda denotatif) 4. Connotative signifier (penanda 5. Connotatif konotatif) signified (petanda konotatif) 6. Connotative sign (tanda konotatif) Dari peta barthes di atas bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal ini merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin. Dalam konsep barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya (Sobur: 2013: 69). Secara lebih rinci, linguistik pada dasarnya membedakan tingkat ekspresi (E) dan tingkat isi (C) yang keduanya dihubungkan oelh sebuah relasi (R). Kesatuan dari tingkat-tingkat dan relasinya ini membentuk sebuah sistem (ERC). Sistem demikian ini dapat didalam dirinya sendiri menjadi unsur sederhana dari sebuah sistem kedua yang akibatnya memperluasnya. Bathes sependapat dengan Hjelmslev, bahwa bahasa dapat dipilih menjadi dua sudut artikulasi demikian (Sobur: 2013: 70). 1. Konotasi Metabahasa E C E C 2. Denotasi Objek Bahasa E C E C

Pada artikulasi pertama (sebelah kiri), sistem primer (ERC) mengkonstitusi tingkat ekspresi untuk sistem kedua: (ERC)RC. Disini sistem 1 mengkorespondensi dengan tingkat denotasi dan sistem 2 dengan tingkat konotasi. Pada artikulasi kedua (sebelah kanan) sistem primer (ERC) mengkonsitusi tingkat isi untuk sistem kedua ER(ERC). Di sisni sistem 1 49

berkorespondensi dengan objek bahasa dan sistem 2 dengan metabahasa (Sobur: 2013: 70). Ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam penegrtian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oelh barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimenegrti sebagai makna harfiah, makna yang sesungguhnya,” bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tardisional disebut sebagai denotasi yang seusai dengan yang terucap. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, semnetara konotasi merupakan tingkat kedua (Sobur: 2013: 70). Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Didalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, pertanda dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki berbagai ragam penanda, seperti teh (yang menjadi minuman wajib bangsa inggris namun di negeri itu tak ada satu pun pohon teh yang ditanam), bendera union jack yang lengan-lengannya meneybar kedelapan penjuru, bahasa inggris yang kini telah menginternaisonal dll. Artinya dari segi jumlah, pentanda lebih miskin jumlahnya dari pada penanda, sehingga dalam praktiknya terjadilah pemunculan sebuah konsep secara berulang-ulang dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Mitologi memperlajari bentuk-bentuk tersebut karena pengulangan konsep terjadi dalam wujud berbagai bentuk tersebut (Sobur: 2013: 71). Ideologi ada selama selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya barthes berbicara tentang konotasi sebagai ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks dengan demikian, ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting (Sobur: 2013: 71).

50

3.6 Biografi Chrisye Lahir dengan nama lengkap Christian Rahadi di Jakarta, Indonesia, 16 September 1949, yang lebih dikenal dengan nama panggung Chrisye, merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu asal indonesia. Anak kedua dari tiga bersaudara hasil perkawinan L Rahadi dan Hana kecil tinggal di Meteng (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 27). Chrisye Wafat Jumat subuh di Jakarta, Indonesia, 30 Maret 2007 pada umur 57 tahun setelah bertahun-tahun mengidap kanker paru-paru. Saat Chrisye wafat lebih dari 100 media (cetak, online, radio, tv) melakukan liputan di rumah Almarhum di jalan Asem II, Jakarta Selatan, maupun pemakaman jeruk Perut, Jakarta Selatan. yang lebih dikenal dengan nama panggung Chrisye, merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 14).

Dilahirkan di Jakarta dari keluarga Tionghoa-Indonesia, Berangkat dari hobi bermain musik, chrisye merintis karir di dunia hiburan dengan bergabung dalam band Sabda Nada pada 1968. Band tersebut berdiri pada tahun1966, akan tetapi pada tahun 1969 band itu bermetamorfosis menjadi Gipsy Band dengan perubahan personel (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 24). Pada tahun 1971 gipsy terbang ke new york dan menjadi home band di Ramayana Restaurant selama kurang lebih satu tahun (1971-1972). Sekembalinya ke indonesia Chrisye bersama gipsy berkolaborasi dengan guruh soekarno Putra untuk membuat sebuah rock yang sangat luar biasa, Guruh Gipsy. Setelah mengerjakan album tersebut, Chrisye memutuskan bersolo karir dan menghasilkan album-album rekaman dengan materi lagu-lagu yang ditulisnya sendiri maupun oleh teman-teman dekatnya. Pada tahun 1977, Chrisye berhaisl mempopulerkan temabang lilin-lilin kecil karya james F. Sundah dan memenangkan lomba karya Cipta lagu remaja Prambors (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 24). Berjalan dengan warna pop slow, karir Chrisye sebagai penyanyi semakin berkibar di belantika musik indonesia. Pada tahun 1986, crisye mencoba warna musik agak berbeda. Hasilnya adalah album aku cinta dia dan . Album tersebut laris terjual dan menjadi hit di banyak tangga 51

Terpopuler di indonesia meski sebenarnya chrisye merasa tidak cocok untuk membawakan lagu dengan tempo yang cepat. Selain berhaisl sebagai penyanyi chrisye pernah mencoba untuk tampil dilayar lebar yakni dlaam film seindah rembulan bersama iis sugiarto. Juga tampil sebagai bintang tamu dalam film gita cinta drai SMA. Walau pernah tampil dilayar perak, chrisye mengaku tidak pandai berakting dan bergaya. (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 24). Suara Chrisye berkarakter kuat karena hampir tidak ada yang bisa meniru dan menyamainya dan Chrisyepun mampu menyiasati pergeseran tren yang sering bergonta-ganti dalam konstelasi musik pop. Jika banyak pemusik atau penyanyi lain yang tersungkur karena hantaman tren yang menggelegak. Maka chrisye jsutru menjumput penggalan elemen musik yang tengah mewabah lalu dibaurkan dengan identitas musik sendiri. Tanpa sedikitpun ada kesan pemaksaan sama sekali (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 92). Lima album yang termasuk karyanya dimuat dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik oleh majalah musik Indonesia. Lima lagunya (dan satu lagi yang dia mendukung) dimuat dalam daftar lagu terbaik oleh majalah yang sama pada tahun 2009. Beberapa albumnya disertifikasi perak atau lebih tinggi. Dia menerima dua lifetime achievement award, satu pada tahun 1993 dari BASF Awards dan satu lagi pada tahun 2007 dari stasiun televisi SCTV. Pada tahun 2011, Rolling Stone Indonesia mencatat Chrisye sebagai musisi Indonesia terbaik nomor tiga sepanjang masa.31 Aciu Widjaja, yang sekarang menjadi President-Director Air Asia Indonesia, mengatakan bahwa Chrisye adalah sosok yang sederhana, pada suatu saat dia, Chrisye, dan beberapa orang lain pergi ke luar negeri, hanya Chrisye yang tidak berbelanja pakaian mewah atau mencari restoran kelas dunia, dia justru makan di food court dan beli baju yang nyaman. Dalam biografinya, Chrisye mencatat bahwa dia sering makan di warung tenda sampai setelah menikah dan sering bingung ketika orang meremehkan hal

31 https://id.wikipedia.org/wiki/Chrisye Diakses pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 00:02 WIB. 52

tersebut. Guruh mengenang bahwa Chrisye dapat tidur di mana saja saat mereka merancang album, bahkan di bawah piano.32 Setelah dia menikah dengan Yanti, istrinya berhenti karier bernyanyinya agar bisa menjadi ibu rumah tangga. Setelah Chrisye dan yanti dikaruniai anak, kadang-kadang Chrisye tidak dapat menghabiskan waktunya bersama mereka karena terlalu sibuk memanggung atau merekam album. Namun, dia berusaha untuk mencuri waktu, bahkan menjemput anak-anak dari sekolah. Dalam wawancara pada tahun 1992, Chrisye menyatakan bahwa anak-anaknya tidak ingin menjadi artis seperti orang tua mereka sebab mereka sudah merasakan tekanan karier yang dialami orang tuanya.33 Selama kariernya, Chrisye merilis 31 album. Termasuk satu dengan Guruh Gipsy, 21 album studio, dan sembilan album kompilasi. Semua album solonya setelah menjual lebih dari 100.000 keping. Dalam sebuah wawancara dengan Kompas pada tahun 1992, Chrisye menyatakan bahwa dia jatuh sakit setiap kali merekam album, sebagai akibat tekanan untuk mempromosi album-album tersebut.34 Chrisye juga merilis banyak singel, dengan beberapa dijadikan lagu tema sinetron. "Pengalaman Pertama" digunakan untuk Ganteng-Ganteng Kok Monyet, "Cintaku" dari album Badai Pasti Berlalu yang sudah di- remaster digunakan untuk Gadis Penakluk, dan "Seperti Yang Kau Minta" digunakan untuk Disaksikan Bulan.35 Dan ada salah satu singlenya yang bergenre religi berjudul ketika tangan dan kaki berkata. 3.7 Terbuatnya Lirik Lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata Salah satu single Chrisye yang bergenre religi berjudul ketika tangan dan kaki berkata. Taufiq Ismail bertemu chrisye pada tahun 1997, mereka bertemu sesudah acara selesai dan pada saat itu chrisye mengatakan, “bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah abang tolong tuliskan liriknya?” dan sayapun mengiyakan pertanyaan Chrisye, “ya saya bisa”. Dan saya bertanya, “kapan

32 Ibid. 33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid. 53

mesti selesai?”. Chrisye bilang sebulan. Menilik dari kegitannya taufi ismail sepertinya bisa. Dan kaset lagupun dikirimkannya, berikut dengan keterangan beberapa baris lirik yang diperlukan dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata, dan pada saat itu Chrisye menginginkan lagu relijius (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 280). Kemudian taufik ismailpun mendengarkan lagunya. Indah sekali dan dia sangat suka lagu tersebut. Sesudah seminggu tidak ada ide, dua minggu masih juga tidak ada ide, minggu ketiga masih sam, dan dia mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Dan taufik heran, padahal lagu itu cantik jelita akan tetapi ketika ide memang macet apa yang mau dikatakannya. Dan taufil ismailpun menelpon Chrisye keesokan harinya, “ Chris maaf ya, macet. Sorry. Saya akan kembalikan pita rekamannya.” (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017:280). Karena kebiasaanya yang rutin membaca surah yasin malam itu ketika sampai ayat 65, yang berbunyi:

ْلا َي ْل َي ى َي ْل ِت ُم ى َي َي ى َي ْل َي ِت ِتي ْل ى َي ُم َي ِّل ُم َي كى َي ْل ِت ِتي ْل ى َي َي ْل يَي ُم َي ْل ُم ُميُم ْل ى ِت َي كى كَي ُم ْل ْل َي ْل ِت ُم ْل َيى

Artinya, “pada hari ini kami akan tutup mulut mereka dan tangan mereka akan berkata kepada kami. Dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.”

Pada saat itu taufik ismail langsung tergugah, makna ayat tentang hari pengadilan akhir ini sangat luar biasa. Diapun menghidupkan lagi pita rekamannya dan dia langsung bergegas memindahkan makna ke lirik-lirik lagu tersebut. Pada mulannya ismail ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk dan pas ke dalamnya. Keragu-raguan teratasi dan penulisan lirikpun selesai. Dan taufil ismail beri judul lagu tersebut ketika tangan dan kaki berkata (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 281). Keesokan harinya dengan lega ismail menelpon chrisye, “Chris, alkhamdulilah selesai.” Chrisye sangat gembira. Ismali belum memberitahu pada chrisye asal-usul inspirasi lirik lagunya. Berikutnya hal tidak bisa terjadilah, ketika berlatih di kamar chrisye baru menyanyikan dua baris dia menangis, menyanyi lagi, menangis lagi dan berkali-kali (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 281). 54

Chrisye bertutur, “lirik yang dibuat taufiq ismail adalah satu- satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar- benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat. Lagu itu bertambah susah saya nyanyikan. Dikamar saya berklai kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi, menangis lagi yanti sampai syok, dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, ketika tangan dan kaki berkata.” (dalam memoarnya yang ditulis Albertheine Endah, “Chrisye sebuah memoar musikal 2007 halaman 308-309) (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 281). Lirik tersebut begitu merasuk dan membuatnya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayannya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam chrisye gelisah. Chrisye akhirnya menelpon taufiq dan menceritakan kesulitannya, “saya mendapatkan ilham lirik itu dari surat aysin ayat 65.” Kata taufiq. Taufiq menyarankan chrisye untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya. Orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan yanti dan taufiq. Tetap saja chrisye masih menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal dna gagal lagi. Berklai-kali chrisye menangis dan duduk dengan lemas (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 281). Pada saat itu sudah menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan chrisye bahwa keberangkatannya ke australia sudah tak bisa ditunda lagi pada hari terakhir menjelang ke australia. Chrisye mengajak istrinya (yanti) ke stduio, untuk menemaninya rekaman. Yantis holat khusus untuk mendoakannya. Dengan susah payah, akhirnya chrisye bisa menyanyikan lagu tersebut sampai selesai. Dan tak ada take ulang. Lagu tersebut adalah salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah chrisye nyanyikan, kekuatan spiritual di dalamnya benar- benar meluluhkan perasaan. Penghayatannya terhadap penagdilan hari akhir sedemikian sensitif dan laur biasa. Dengan saksi tetesan air matanya yang tidak main (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 282). 55

Adapun bunyi dalam lirik lagu yang dibawakan Chrisye berjudul ketika tangan dan kaki berkata (Mursyidan Baldan, Ferry: 2017: 282), sebagai berikut: Akan datang hari Mulut dikunci Kata tak ada lagi Akan tiba masa Tak ada suara Dari mulut kita Berkata tangan kita Tentang apa yang dilakukannya Berkata kaki kita Kemana saja dia melangkahnya Tidak tahu kita Bila harinya Tanggung jawab, tiba... Rabbana Tangan kami Kaki kami Mata hati kami Luruskanlah Kukuhkanlah Di jalan cahaya Sempurna Mohon karunia Kepada kami HambaMu Yang hina