Fungsi Gandang Tasa Dalam Perayaan Mauluik Gadang Di Nagari Sicincin Kabupaten Padangpariaman
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
FUNGSI GANDANG TASA DALAM PERAYAAN MAULUIK GADANG DI NAGARI SICINCIN KABUPATEN PADANGPARIAMAN Rita Yenti Guru SMA N 1 2 X 11 Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan membahas fungsi pertunjukan gandang tasa yang terkait dengan perayaan mauluik gadang (maulid besar) di Nagari Sicincin,Kabupaten Padang Pariaman. Deskripsi difokuskan bentuk pertunjukan dan fungsi gandang tasa dalam kontkes mauluik gadang. Mauluikgadang dimulai dari mufakat antara niniak mamak (pimpinan kaum/suku), alim ulama dan pemuka masyarakat di Kenagarian Sicincin. Pelaksanaanmauluik gadang diawali dengan kegiatan malamang, maanta paminum kopi, bajamba dan badikie. Puncak ritual mauluik gadang adalah mengarak bungo lado, yaitu berupa benda-benda arakan yang ditempeli sejumlah uang yang sering pula disebut tabuik. Bungo lado/tabuik diarak dari berbagai arah yang berasal dari korong (kampung) yang ada di Nagari Sicincin ke Masjid Raya Nagari Sicincin/ masjid utama nagari yang selalu diiringi oleh gandang tasauntuk membangun suasana menjadi meriah. Kata kunci :mauluik gadang, gandang tasa, fungsi,bungo lado, tabuik. Abstract This research is aimed to discuss the function of gandang tasa performance which is performed in Mauluik Gadang event (Maulid Besar) in Sicincin District, Padang Pariaman Regency. The description is focused on how Gandang Tasa performs in Mauluik Gadang context. Mauluik Gadang event starts from decision-making consensus led by all the chief of Adat society (Ninik Mamak) as tribe leaders, scholar of Islam, elite figure of society in Sicincin District. In the beginning of this event, there are Malamang activity, serving meals, variety of local authentic foods and prays held together as celebration. The main ritual of Mauluik Gadang is showing Bungo Lado, hand-made trees which are decorated some stick money. These tresses are also called Tabuik. Bungo Lado/tabuik appears in street parade from any part of villages in Sicincin District to the main mosque/ Masjid Raya Nagari Sicincin. Gandang Tasa has function to accompany the street parade gloriously and entertained. Keywords : mauluik gadang, gandang tasa, function, bungo lado, tabuik 1 PENDAHULUAN 2013: 310; lihat juga Febrina, 2012:1-2). Perayaan hari kelahiran Nabi atau Adapun pengertian tabuik di maulid Nabi Muhammad SAW Sicincin, menurut Romy Junaidi Sidi dilaksanakan dengan berbagai cara yang Brahim salah seorang tokoh masyarakat spesifik di berbagai daerah di Sumatra Nagari Sicincin sebagaimana dikutip oleh Barat. Salah satunya adalah perayaan Asril dkk., menyebutkan: maulid Nabi Muhammad SAW yang “Tabuik refers to the objects that are dilaksanakan di Nagari Sicincin, carried in the procession to help Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung, create an atmosphere of excitement Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera at the time of mauluik. Originally, the Barat. Maulid Nabi di Nagari Sicincin tabuik consisted of objects made from secara spesifik ada yang disebut mauluik twigs that were decorated with gadang, yaitu perayaan maulidyang coloured paper. Banknotes would be dilakukan secara besar, megah, dan fastened to each twig and carried to meriah oleh seluruh komponen dan the mosque as a way of raising money lapisan masyarakat Nagari Sicincin. to rebuild the mosque. These Mauluik gadang hanya dilakukan sekali coloured twigs, decorated with dalam dua tahun. Waktu sela di antara banknotes, were formerly known as dua tahun itu, tetap dilakukan ritual bungolado (chili flowers, the flowers mauluik yang dinamakan mauluik ketek being represented by the paper (maulid kecil) yang hanya diadakan di money), but in subsequent setiap korong atau kampung yang ada di developments various other kinds of Nagari Sicincin secara terpisah dengan attributes have begun to be used, waktu yang berbeda pula. which are quite different from the Setiap perayaan mauluik gadang di original twigs and paper money, and Nagari Sicincin, bagian ritual yang selalu they are shaken and swung around in dihadirkan adalah mengarak bungo lado, a similar way to the tabuik in yaitu berupa benda-benda arakan yang Pariaman. In the procession, the ditempeli sejumlah uang pada ranting gandang tasa often plays the same kayu dan benda-benda lainnya. Arak- piece that is performed during the arakan bungo lado ini lebih umum di Tabuik ritual, and for this reason, the Nagari Sicincin disebut tabuik.Bungo collection of objects carried in the lado/tabuik diarak dari berbagai arah procession has become known as the yang berasal dari korong (kampung) yang tabuik” (Asril, et al., 2018: 18). ada di Nagari Sicincin ke masjid utama (“Tabuik adalah benda-benda yang diarak nagari yang selalu diiringi oleh gandang untuk mendukung suasana gembira tasa. Pengertian tabuik pada perayaan pada saat mauluik. Awalnya tabuik mauluik gadang di Nagari Sicincin tidak berasal dari benda-benda yang sama dengan pengertian tabuik di Kota terbuat dari ranting-ranting kayu Pariaman. Pengertian tabuik di Kota kemudian dihiasi dengan kertas Pariaman adalah artefak budaya setinggi warna-warni. Pada setiap ranting itu 10-12 meter yang diarak pada perayaan ditempeli dengan sejumlah uang Tabuik setiap bulan Muharam (Asril, 2 kertas ribuan untuk diarak ke talu sepanjang jalan yang dilaluinya masjid dalam rangka menjadi daya tarik khusus bagi masyarakat mengumpulkan dana untuk Sicincin dan pengunjung lainnya. pembangunan masjid. Ranting- Mengarak bungo lado menjadi puncak ranting kayu berwarna-warni yang perayaan mauluik gadang di Nagari ditempeli uang kertas itu pun pada Sicincin. mulanya disebut bungo lado (bunga Berdasarkan pengamatan terhadap cabe, uang kertas menjadi bunga), fungsi gandang tasa khususnya pada saat tetapi kemudian berkembang mengarak bungo lado menjadi peristiwa menjadi berbagai bentuk atribut yang unik dan menjadi daya tarik bagi yang jauh dari bentuk asalnya, dan penulis uantuk membahasnya. Apa fungsi, cara membawanya pun dihoyak dan makna, dan nilai gandang tasa dalam digoyangkan-goyangkan sehingga perayaan mauluik gadang di Nagari mirip dengan cara menghoyak Sicincin? Tujuan penelitian ini adalah tabuik di Pariaman. Dalam untuk mendiskripsikan dan menganalisis mengaraknya digunakan pula fungsi, makna, dan nilai gandang tasa gandang tasa dengan lagu yang dalam perayaanmauluik gadang di Nagari sering dimainkan pada ritual Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman. Tabuik, sehingga benda-benda itu disebutlah tabuik.”) HASIL DAN PEMBAHASAN Jadi, pengertian tabuik oleh masyarakat Sicincin tidak memiliki kaitan A. Pelaksanaan Mauluik Gandang di langsung dengan peristiwa dan upacara Nagari Sicincin Tabuik di Pariaman. Akan tetapi, ada Setiap pelaksanaan perayaan beberapa prinsip yang diambil dari mauluik gadang di Nagari Sicincin ada semangat yang ada pada Tabuik di Kota beberapa tahap pekerjaan yang dilakukan Pariaman. Misalnya, cara menghoyak, secara bersama oleh unsur-unsur tokoh menggunakan gandang tasa, lagu yang masyarakat dan masyarakat dalam Nagari dimainkan meniru gaya yang dilakukan Sicincin. dalam Tabuik Pariaman, tetapi dengan semangat yang berbeda. 1. Persiapan Sebelum upacara mauluik gadang Gandang tasa berfungsi untuk dilangsungkan, diadakan musyawarah di membangun suasana menjadi meriah. Masjid Raya Nagari Sicincin. Musyawarah Prosesi ini dilakukan secara bergantian dihadiri oleh pemuka masyarakat terdiri antara satu korong dengan korong lainnya dari niniak mamak, alim ulama, dan dan kadang-kadang disela pula oleh pemuka masyarakat lainnya di Nagari partisipan para perantau Sicincin yang Sicincin yang terdiri dari empat korong, turut memberikan sumbangan bungo yaitu: Pauh, Bari, Sicincin, dan Ladang lado. Prosesi itu akan berlangsung sejak laweh. Dalam Nagari Sicincin terdapat siang hingga sore hari. Prosesi bungo lado tujuh suku, yaitu: koto, sikumbang, guci, yang diiringi oleh gandang tasa yang pinyalai, jambak, tanjuang dan menghadirkan suara keras dan bertalu- mandailiang Tujuan dari musyawarah 3 tersebut untuk mencari kesepakatan badikie. kapan akan dilangsungkannya acara perayaan mauluik gadang. Menjelang 2.1 Malamang tanggal 12 Rabbiul Awal masyarakat Malamang atau memasak lemang masing-masing suku/kaum sudah menjadi suatu tradisi bagi melangsungkan acara manyonsong bulan masyarakat Nagari Sicincin. Begitu juga di surau kaum masing-masing sesuai halnya dalam upacara mauluik gadang, dengan jadwal yang telah ditetapkan masyarakat menyemarakkan dengan bersama. Pelaksanaannya dilakukan memasak lamang di rumah masing- secara bergantian di setiap malamnya. masing. Proses pembuatan lamang atau Beberapa hari menjelang hari mauluik malamang biasanya dilakukan sejak pukul gadang masyarakat diminta untuk 16.00 sore, dimulai dengan mengadakan gotong royong mempersiapkan buluah (sejenis talang), membersihkan masjid dan pekarangan daun pisang, santan, merendam pulut, dan disekitarnya. Selanjutnya satu hari lain-lain. Lamang mulai dibakar sekitar menjelang upacara berlangsung, tepatnya pukul 06.00 pagi besok harinya. Lamang pada hari jumát malam, masyarakat dibakar dengan memgunakan kayu, bekerjasama untuk membuat ruang untuk tempurung, dan sabut kelapa, yang sudah memajangkan paminum kopi yang dipersiapkan beberapa hari sbelumnya. merupakan perwakilan dari masing- Kegiatan malamang biasanya baru selesai masing kaum, serta sekaligus tempat sekitar pukul 10.00-11.00 siang. tersebut berfungsi untuk tempat duduk urang siak selama badikie. (Febrina, 2.2. Mahanta kue (paminum kopi) 2012: 45-46). Mahanta kue adalah aktivitas mengantarkan kue dan jenis makanan 2. Pelaksanaan lainnya seperti minuman kopi ke masjid Mauluik