FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PREFERENSI SAYUR PADA SISWA-SISWI KELAS 4 DAN 5 MADRASAH IBTIDAIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)

OLEH :

ARINA MUTHIA NURSANI

NIM : 1112101000040

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2017 M ii

iii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Juni 2017

Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, MHS NIP. 19840404 200912 2 007

Penguji II

Febrianti, S.P., M.Si NIP. 19710221 200501 2 004

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2017

v

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI Skripsi, Juni 2017 ARINA MUTHIA NURSANI, NIM: 1112101000040 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 xix + 125 halaman, 22 tabel, 2 bagan, 8 lampiran ABSTRAK Preferensi sayur diartikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap sayur. Preferensi memiliki pengaruh yang penting dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak dan pemilihan makanan favorit mereka di kemudian hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karaktersitik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur), karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan ) dan karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) serta mengetahui hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) dan karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi berjumlah 457 anak dengan sampel minimum sebanyak 177 anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik simple random sampling. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan metode self- administred questionnaire. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan semi kuantitatif FFQ. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi-square dengan α = 0,05). Hasil penelitian ini adalah rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu merupakan hal yang penting dalam preferensi sayur. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p = 0,708) dan pengetahuan sayur (p = 0,403) dengan preferensi sayur. Sedangkan pada variabel kesukaan orang tua (p = 0,000), ketersediaan sayur di rumah (p = 0,004) dan ketersediaan sayur di sekolah (p = 0,010) berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Oleh karena itu, disarankan untuk orang tua selalu menyediakan dan membiasakan anak makan sayur setiap hari, baik ketika di rumah maupun di sekolah, dengan memperhatikan juga suasana dan cara pemberiannya. Orang tua juga perlu memberikan contoh yang baik untuk makan sayur dan menyukai sayur. Selain itu, pihak sekolah perlu memperhatikan ketersediaan sayur di sekolah dengan menyediakan sayur di kantin sekolah atau dengan mengadakan catering sehat secara kolektif, bekerjasama dengan orang tua.

Kata Kunci : Preferensi Sayur, Preferensi Ibu, Ketersediaan, Anak Kelas 4 dan 5 Daftar Bacaan : 60 (1986-2016)

vi

ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH DEPARTEMENT OF NUTRITION Undergraduated Thesis, June 2017 ARINA MUTHIA NURSANI, NIM: 1112101000040 Factors Associated with Preferences among 4th and 5 th Grader Students of Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 2017 xix + 125 pages, 22 tables, 2 charts, 8 appendixs ABSTRACT Vegetable preferences are defined as degree of like or dislike against . Preferences have an important influence in the selection of foods that will be consumed by children and the selection of their favorite foods in the future. The purpose of this study was to determine description of individual characteristics (sex and vegetable knowledge), food characteristics (assessment of taste, color, texture, cooking process, shape and spices) and environmental characteristics (parental preferences, availability of vegetables at home and availability of vegetables at school) and determine relationship between individual characteristics (sex and vegetable knowledge) and environmental characteristics (parental preferences, availability of vegetables at home and availability of vegetables at school) with vegetable preferences among 4th and 5th grader students of Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 2017. This study was analytical study with cross-sectional design. Population of this study was 457 students with 177 minimum samples which taken by simple random sampling. This study was obtained by primary data with self administred questionnaire method. The instument used is questionnaire and semi-Quantitative FFQ. Data analysis was performed with univariate and bivariate (using chi-square test with α = 0,05). The results of this study showed that taste, color, texture, cooking process, shape and seasoning are important in vegetable preferences. There have no association between sex (p = 0,708), vegetables knowledge (p = 0,403) with vegetable preferences. Whereas in paternal preference (p = 0,000), availibility vegetables at home (p = 0,004) and availibility of vegetables at school (p = 0,010) have association with vegetable preferences among 4th and 5th grader students of Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 2017. Therefore, parents was advised to always provide and familiarize children to eat vegetables everyday both at home and school with due regard the atmosphere and the way of giving. Parents also need to provide good examples to eat and love vegetables. In addition, school needs to pay attention to the availibility of vegetables at school by providing vegetables at school‟s canteen which organize a healthy catering collectively, coorperated with parents. Key words : Vegetable Preferences, Mother Preferences, Availability, 4th and 5th grader References : 60 (1986-2016)

vii

Nama : Arina Muthia Nursani Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 1 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Domisili : Jln. Pisangan Barat Raya No.154 RT.3 RW.5 Kel.Cireundeu, Kec.Ciputat Timur, Kota Tangerng Selatan Alamat Asal (KTP) : Jln. Aster 1 No.4 RT 01/13 Perum Batujajar Indah Kec.Batujajar–Kab.Bandung Agama : Islam Status : Belum Menikah Nomor Handphone : 089602699194 E-Mail : [email protected]

2000-2001 : SD Negeri 6 Batujajar 2001-2006 : SD Islam Assalafiyyah 2006-2009 : SMP Plus Al-Aqsha 2009-2012 : SMA Negeri 9 Bandung 2012-Sekarang: Gizi-Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014-2016 : Kursus Bahasa Inggris, Bahasa Jerman dan Bahasa Mandarin di International Language Center (ILC) Jakarta.

viii

Desember 2016 s.d Januari 2017: Menjadi enumerator Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK) UI pada penelitian “Status Gizi dan Status Kesehatan Lansia di Cipayung Depok”. September s.d Oktober 2016 : Menjadi enumerator pada penelitian thesis “Hubungan antara Kejadian Stunting dengan Status Perkembangan Anak Usia 2 – 5 tahun”. Mei s.d Juni 2016 : Menjadi enumerator pada penelitian thesis “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Bahan Makanan Tambahan pada Pedagang di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016”. Februari s.d Maret 2016 : Magang di Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Januari s.d Maret 2015 : Magang di Puskesmas Pondok Ranji, Kota Tangerang Selatan.

2017 : Menjadi peserta Seminar dan Workshop YPHI “Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) and Halal Food Management in ”. 2015 : Menjadi “student observer” pada Public Health Conference 2015 oleh Tomorrow People Organization di Bangkok, Thailand. 2014 : Menjadi peserta Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat “Upaya Menghadapi Tantangan Kesehatan Masyarakat Indonesia post MDGs: Healthy People – Healthy Environment”. 2014 : Menjadi peserta Seminar Kewirausahaan Entrepreneur Festival 2014 “Tantangan, Peluang, dan Strategi Menjadi Wirausahawan”. 2014 : Menjadi peserta kegiatan Sosialisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika yang diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia.

ix

2014 : Menjadi peserta Indonesian Public Health Student Summit (IPPHSS) “Transformasi MDGs – Post 2015: Tinjauan Komprehensif dari Pemuda untuk Bangsa”. 2013 : Menjadi peserta dalam acara Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2013: Go Ahead to Attack Cigarette “Peran Mahasiswa Kesehatan dalam Dukungannya terhadap Aksesi FCTC untuk Indonesia Sehat”. 2012 : Menjadi peserta Talkshow Nasional Peringatan Hari AIDS se-Dunia 2012 “Say hi to AIDS!”.

2014 – Sekarang : Menjadi anggota Student Unity of Nutrition (SUN), Gizi- Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014 – 2016 : Menjadi wakil bendahara Student Unity of Nutrition (SUN), Gizi-Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014 – 2015 : Menjadi anggota “Rumah Angklung”, yaitu komunitas pecinta Angklung untuk belajar dan melestarikan Angklung sebagai budaya asli orang Indonesia. 2010 – 2012 : Menjadi anggota Neuners Deutsch Club (NDC), yaitu komunitas dan organisasi pelajar untuk belajar Bahasa Jerman. 2007 – 2008 : Menjadi wakil ketua divisi koperasi pada Organisasi Pelajar Pondok Modern Al-Aqsha (OPPMA). 2006 – 2009 : Menjadi anggota kepramukaan AKABRA-P di SMP Plus Al- Aqsha. 2006 – 2009 : Menjadi anggota marching band ALFANADA Al-Aqsha. 2006 – 2007 : Menjadi anggota Al-Aqsha Mathematic Fans Club (AMFC), yaitu komunitas dan organisasi pelajar untuk belajar matematika dan mempersiapkan olimpiade. 2006 – 2007 : Menjadi anggota Al-Aqsha English Club (AEC), yaitu komunitas dan organisasi pelajar untuk belajar Bahasa Inggris.

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.) pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian ini telah mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan secara ikhlas dan sepenuh hati kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa meridhoi penulis untuk menyelesaikan skripsi dalam keadaan sehat dan penuh kelancaran. 2. Orang tua dan keluarga tercinta, khususnya Papah Dedi Ruhiyat dan Mamah I. Malia Gettie, serta saudaraku tersayang A‟Abdul Aziz Ramdhani beserta istri dan De‟Azkia Nurul Azmi yang telah memberikan doa terbaiknya setiap saat serta memberi dukungan baik berupa dukungan moril maupun materiil sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Catur Rosidati, S.K.M., M.K.M. selaku pembimbing I dan Ibu Mukhlidah Hanun Siregar, S.K.M., M.K.M. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan ikhlas dan sabar dari proses penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Fajar Ariyanti, S.K.M., M.Kes., Ph.D. selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas jasa dan ilmu yang diberikan selama perkuliahan secara tulus dan ikhlas. Semoga Allah SWT membalas seluruh jasanya.

xi

7. Bapak Drs. H. Sugiono, selaku Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta, beserta seluruh staff pengajar yang telah memberikan izin serta memberi bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. 8. Sahabat TELEPONG (Erika Hidayanti, Farras Putri Arianti, Nova Elyanti, Paramita Maulidah, Annisa Dwi Lestari, Atthina Ayu Mustika) yang telah memberikan dukungan dan keceriaan sejak awal perkuliahan hingga selesainya studi ini. 9. Anjasmara Agra Nugroho yang telah memberi dukungan dan secara tidak langsung mengajarkan arti kesabaran, perjuangan serta rasa syukur kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat Program Studi Kesehatan Masyarakat khususnya Peminatan Gizi yang telah bersama-sama berjuang menuntut ilmu, memberi dukungan serta doa kepada peneliti, terutama Arince, Silmi, Qory, Astrid, Aprilita, Astuti, Tyas, Cesil, Andini, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu proses pengambilan data serta berdiskusi mengenai penelitian ini. 11. Sahabat-sahabat sejak SMP (Indi Auliyawati, Aghniya Sa‟diyyah, Putikah Attoridiyah, Gisni Luthfiatul Zachra) yang masih saja setia memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, secara tidak langsung juga membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membacanya.

Jakarta, Juni 2017

Penulis

xii

1 DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...... ii

ABSTRAK ...... v

ABSTRACT ...... vi

Daftar Riwayat Hidup ...... vii

KATA PENGANTAR ...... x

DAFTAR ISI ...... xii

DAFTAR TABEL ...... xvi

DAFTAR BAGAN ...... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...... xix

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ...... 6

1.4 Tujuan ...... 7

1.4.1 Tujuan Umum ...... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ...... 7

1.5 Manfaat Penelitian ...... 8

1.5.1 Bagi Pihak Sekolah ...... 8

1.5.2 Bagi Peneliti Lain ...... 8

1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...... 8

1.6 Ruang Lingkup ...... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 10

2.1 Sayur ...... 10

2.2 Preferensi Sayur ...... 12

xiii

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur ...... 14

2.4 Anak Usia Sekolah ...... 25

2.5 Kerangka Teori ...... 26

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...... 28

3.1 Kerangka Konsep ...... 28

3.2 Definisi Operasional ...... 30

3.3 Hipotesis Penelitian ...... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ...... 36

4.1 Desain Penelitian ...... 36

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 36

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...... 36

4.5 Pengumpulan Data ...... 39

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas ...... 42

4.7 Instrumen Penelitian ...... 43

4.7 Manajemen Data ...... 47

4.7 Analisis Data ...... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ...... 51

5.1 Analisis Univariat ...... 51

5.1.1 Gambaran Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 51

5.1.2 Gambaran Karakteristik Individu pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 52

5.1.3 Gambaran Karakteristik Makanan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 53

5.1.4 Gambaran Karakteristik Lingkungan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 59

xiv

5.2 Analisis Bivariat ...... 61

5.2.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 61

5.2.2 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 63

BAB VI PEMBAHASAN ...... 66

6.1 Keterbatasan Penelitian ...... 66

6.2 Gambaran Preferensi Sayur ...... 66

6.3 Proporsi Karakteristik Makanan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 70

6.4.1 Proporsi Penilaian Rasa dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 70

6.4.2 Proporsi Penilaian Warna dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 73

6.4.3 Proporsi Penilaian Tekstur dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 75

6.4.4 Proporsi Penilaian Proses Memasak dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 77

6.4.5 Proporsi Penilaian Bentuk dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 78

6.4.6 Proporsi Penilaian Bumbu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 80

6.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 81

6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 81

xv

6.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 83

6.5 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 86

6.5.1 Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 86

6.5.2 Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 88

6.5.3 Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ...... 90

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...... 92

7.1 Simpulan ...... 92

7.2 Saran ...... 93

7.2.1 Bagi Orang Tua ...... 93

7.2.2 Bagi Pihak Sekolah ...... 93

7.2.3 Bagi Peneliti Lain ...... 93

DAFTAR PUSTAKA ...... 95

LAMPIRAN ...... 102

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...... 30 Tabel 4.1 Jumlah Sampel pada Perhitungan Variabel Independen ...... 37 Tabel 4.2 Pembagian Sampel ...... 39 Tabel 4.3 Pengumpulan Data ...... 40 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 51 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 52 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 53 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Makanan (Penilaian terhadap Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta . Tahun 2017 ...... 54 Tabel 5.5 Rasa yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 55 Tabel 5.6 Warna yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 56 Tabel 5.7 Tekstur yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 56 Tabel 5.8 Proses Memasak yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 57 Tabel 5.9 Bentuk yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 58 Tabel 5.10 Bumbu yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 58 Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Kesukaan Orang Tua pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 59 Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Rumah pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun

xvii

2017 ...... 60 Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Sekolah pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 60 Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 61 Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Sayur dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 62 Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017...... 53 Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 64 Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ...... 65

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ...... 27 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ...... 29

xix

2 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ...... 103

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ...... 104

Lampiran 3 Formulir Semi Quantitative FFQ untuk Studi Pendahuluan ... 105

Lampiran 4 Data Hasil Studi Pendahuluan ...... 106

Lampiran 5 Lembar Persetujuan...... 107

Lampiran 6 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Anak ...... 108

Lampiran 7 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Ibu ...... 113

Lampiran 8 Output Analisis Data Software Komputer ...... 117

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Food preferences atau preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap suatu pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et al., 2002). Preferensi pangan memiliki pengaruh yang penting dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak dan juga dalam memilih makanan favorit mereka (Fildes et al., 2015). Fetzer et al. (1985) dalam Park (2015) melaporkan bahwa preferensi makanan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi asupan nutrisi penting. Oleh karena itu, preferensi pangan pada anak akan menentukan formasi kebiasaan asupan zat gizi (Park, 2015). Karena pada akhirnya akan membentuk suatu pola makan anak (Birch and Fisher, 1997).

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Diperkirakan sebesar 80% anak-anak di dunia ini tidak menyukai sayur-mayur, sedangkan sayur-mayur merupakan penyumbang utama untuk nutrisi dan diet seimbang pada anak-anak dan dewasa (Maryam, 2012 dalam Asy‟ariyah, Arief, & Krisnana, 2015). Sebuah penelitian oleh The Gateshead Millenium Baby Study di Inggris menyebutkan 20% orangtua melaporkan anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi yaitu anak hanya mau makan makanan tertentu (Wright et al., 2007).

Riskesdas 2013 menyatakan bahwa proporsi kurang makan buah dan sayur (kurang dari 5 porsi per hari dalam seminggu) penduduk Indonesia usia diatas 10 tahun sebesar 93,5%. Selain itu, rata-rata konsumsi buah dan sayur (jumlah porsi per hari dalam seminggu) penduduk Indonesia usia diatas 10 tahun masing-masing 0,5 dan 1,2 porsi (Riskesdas, 2013). World Health Organization (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan

2

buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2 1/2 porsi atau 2 1/2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa (Kemenkes, 2014).

Provinsi Banten memiliki proporsi kurang makan buah dan sayur usia diatas 10 tahun yang lebih tinggi dari angka nasional yaitu sebesar 96,4%. Serta rata-rata konsumsi buah dan sayur (jumlah porsi per hari dalam seminggu) penduduk Provinsi Banten usia diatas 10 tahun masing-masing 0,5 dan 1,2 porsi (Riskesdas, 2013). Jika dibedakan berdasarkan karakteristiknya, anak kelompok usia 10 sampai 14 tahun rata-rata makan buah/sayur hanya 1- 2 porsi per hari dalam seminggu, yaitu sebesar 86,4%. Bahkan 1,9% yang lainnya tidak konsumsi buah/sayur (Irianti and dkk, 2013). Porsi makan buah dan/atau sayur di Provinsi Banten masih jauh dari angka yang dikategorikan cukup yaitu 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu (Irianti et al., 2013)

Kurangnya konsumsi buah dan sayur tersebut bisa dikarenakan oleh adanya preferensi terhadap suatu pangan pada seseorang. Sesuai dengan pernyataan pada teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002), asupan pangan dipengaruhi oleh faktor preferensi pangan. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi pemilihan dan kesukaan terhadap suatu pangan yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan sayur, kemampuan dan keterampilan memasak, serta sikap untuk sehat dan makanannya), karakteristik pangan (rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe makanan, metode memasak, bentuk, bumbu dan kombinasi makanan), dan karakteristik lingkungan (lingkungan sosial dan ekonomi serta keluarga). Selain itu, kesukaan orang tua juga mempengaruhi preferensi pada anak-anak (Skinner et al., 1998). Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa karakteristik individu yang berhubungan dengan preferensi pangan adalah

3

usia (Birch, 1998), jenis kelamin (Kpodo, Mensah and Dzah, 2015), dan pengetahuan (Tiyas, 2009). Karakteristik pangan seperti ukuran, rasa, rupa, aroma, dan tekstur juga terbukti berhubungan dengan preferensi pangan dalam penelitian Proverawati, Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008) dan Sucihatiningsih, Sutrasmawati, Fajarini, (2009). Karakteristik lingkungan yang mendukung preferensi konsumsi pangan yaitu sosial ekonomi terutama pendapatan (Tiyas, 2009). Selain itu, ketersediaan dan akses yang mudah terhadap sayuran juga memiliki hubungan positif dengan penerimaan dan konsumsi sayuran pada anak. Makanan yang sering tersedia di lingkungan mereka dan mudah diakses akan membuat anak menyukai dan sering mengkonsumsi makanan tersebut (Widiyastuti, 2015)

Pada anak usia sekolah, sumber pangan yang paling sering dihindari adalah golongan pangan buah dan sayur, utamanya sayur. Dari segi bahasa, sayur adalah sesuatu yang berasal dari tumbuhan yang dapat dimasak menjadi sayur (masakan berkuah) ataupun yang dapat dimasak langsung yang biasa kita sebut dengan lalapan. Pada penelitian Dewi (2013) membuktikan bahwa komsumsi sayur pada anak lebih sedikit daripada konsumsi buah setiap harinya. Rata-rata dalam satu hari, anak mengkonsumsi satu porsi buah (45,2%) dan satu porsi sayuran (32,3%). Sebesar 9,7% anak tidak makan buah dan 38,7% anak tidak makan sayuran. Padahal buah dan sayur merupakan makanan rendah kalori, kaya serat, vitamin, dan mineral yang sangat baik untuk menjaga kesehatan. Rendahnya konsumsi buah dan sayuran pada anak dapat meningkatkan risiko obesitas.

Berdasarkan penelitian Lakkakula et al. (2008), diketahui preferensi anak untuk sayuran berhubungan positif dengan konsumsi sayur. Anak-anak yang memiliki preferensi rendah untuk sayuran memiliki risiko 5,5 kali (P < 0,01) untuk mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan bila dibandingkan dengan mereka dengan preferensi yang tinggi (Lakkakula et al., 2008). Dengan konsumsi sayuran dapat membantu menerapkan pola makan sehat untuk mengontrol dan mengatur berat badan, membantu menjaga sistem metabolisme tubuh untuk keseimbangan kadar gula, kolesterol dan

4

memperlancar pencernaan. Dalam jangka panjang sedikit konsumsi sayuran dapat menyebabkan penyakit kronis misalnya hipertensi, kanker, jantung koroner, diabetes, hipertensi dan obesitas (Kpodo, Mensah and Dzah, 2015).

Berdasarkan hasil rapid assessment yang telah dilakukan pada anak sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada bulan Oktober-November 2014 didapatkan bahwa sebesar 33,8% responden dari jumlah sampel 205 siswa tidak menyukai sayur. Bahkan responden memiliki kesukaan makanan yang cenderung tinggi risiko obesitas karena tinggi protein dan karbohidrat namun rendah serat (Septiani et al., 2014). Selain itu, penelitian kualitatif di tempat yang sama dengan tahun yang berbeda dilakukan pada siswa-siswi kelas 3 dan 4 oleh Khoirina, dkk. (2015) menggambarkan bahwa siswa-siswi obesitas menyukai makanan manis dan asin yang memiliki bentuk, kombinasi, dan penampilan yang menarik serta rapi dengan tekstur lembut, mereka juga kurang menyukai sayuran. Sebanyak 5 dari 18 responden (27,8% responden) yang obesitas tidak menyukai sayur dikarenakan rasanya pahit. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa ketika informan utama disajikan makanan berupa salad, mereka mengekspresikan apa yang mereka lihat dengan ekspresi menggelengkan kepala serta menjauhkan badan yang menandakan bahwa mereka tidak suka. Selain itu, ketika disajikan makanan berupa burger, informan utama memilih mengeluarkan sayuran dari burger karena tidak menyukai sayuran (Khoirina, dkk., 2015).

Jenis masakan sayur dapat menentukan prefrerensi seseorang terhadap sayur tertentu, karena pada umumnya masyarakat Indonesia makan sayur- mayur dalam bentuk masakan, tidak memakannya langsung ataupun hanya satu jenis sayuran dalam bentuk mentah. Penelitian Sophia & Madanijah (2014) menunjukkan urutan sepuluh sayur yang paling sering dikonsumsi siswa-siswi di kabupaten dan kota dari 25 sayur yang diujikan. Sayur yang paling sering dikonsumsi subjek di kabupaten adalah wortel, yaitu rata-rata dikonsumsi sekitar 6 kali/minggu. Sepuluh urutan sayur yang paling disukai di kabupaten yaitu wortel, kangkung, tomat, kacang panjang, ketimun,

5

bayam, tauge, daun singkong, nangka muda, dan buncis. Bayam merupakan sayur yang paling sering dikonsumsi di kota, yaitu rata-rata dikonsumsi sekitar 5 kali/minggu. Sepuluh urutan sayur yang paling disukai di kota yaitu bayam, wortel, kangkung, tauge, kacang panjang, ketimun, buncis, jagung muda, brokoli, dan tomat.

Pilihan makanan yang dibentuk sejak dini akan tetap berlaku untuk mempengaruhi preferensi makanannya saat dewasa. Dengan kata lain, preferensi pangan anak merupakan titik kritis atau faktor yang menentukan preferensi pangan saat dewasa (Mallan et al., 2015). Penelitian Nicklaus et al. (2004) menujukkan adanya konsistensi preferensi terhadap makanan saat anak-anak, remaja dan dewasa awal, salah satunya adalah preferensi sayur. Oleh karena itu, penelitian mengenai preferensi makanan anak-anak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya penting untuk dilakukan sehingga dapat menjadi bahan acuan atau rekomendasi dalam perencanaan pendidikan gizi yang efektif dan program intervensi gizi dalam upaya memperbaiki atau mengembangkan pola konsumsi yang bergizi seimbang.

Hidayat (2004) dalam (Tiyas, 2009) menyatakan bahwa siswa kelas 4 dan 5 berada pada tahapan perkembangan masa formal operasional. Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Pada tahap tersebut siswa telah mencapai kemampuan untuk berpikir sistematis terhadap hal-hal yang abstrak dan hipotesis, selain itu anak sudah bisa mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas 4 dan kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Pemilihan siswa kelas 4 dan 5 SD disengaja dengan pertimbangan siswa telah mampu menerima arahan dalam pengisian kuesioner.

Berdasarkan informasi dan uraian yang telah dijelaskan mengenai pola konsumsi dan preferensi tersebut, peneliti berkeinginan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada anak sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dengan

6

melaksanakan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, diketahui bahwa masalah preferensi pangan pada anak sangat mempengaruhi pemilihan makanan kesukaan dan akan terbawa hingga dewasa. Jika preferensi pangan pada anak tidak baik maka akan mempengaruhi asupan gizi anak tersebut, sehingga berdampak pada kesehatannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil rapid assessment yang telah dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2014 diketahui bahwa sebesar 33,8% responden dari jumlah sampel 205 siswa tidak menyukai sayur. Penelitian selanjutnya pada tahun 2015 menggambarkan bahwa faktor kesukaan makanan atau food preferences pada anak mempengaruhi asupan makanan dan berdampak pada status gizi di sekolah tersebut.

Informasi mengenai preferensi sayur pada anak diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau rekomendasi dalam perencanaan pendidikan gizi yang efektif dan program intervensi gizi dalam upaya memperbaiki atau mengembangkan pola konsumsi pangan yang bergizi seimbang. Selain itu juga anak bisa menyukai pangan sayur. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berikut pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut:

1. Bagaimana gambaran preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017? 2. Bagaimana gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017?

7

3. Bagaimana gambaran karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017? 4. Bagaimana gambaran karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017? 5. Adakah hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017? 6. Adakah hubungan antara karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. 2. Diketahuinya gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. 3. Diketahuinya gambaran karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

8

4. Diketahuinya gambaran karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. 5. Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. 6. Diketahuinya hubungan antara karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pihak Sekolah 1. Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam program penyuluhan dan sosialisasi mengenai pola konsumsi sayur serta preferensi sayur pada anak usia sekolah. 2. Data hasil penelitian dapat dijadikan sumber untuk memberikan informasi dan edukasi sebagai upaya promotif dan preventif sekolah mengatasi masalah gizi pada anak. 3. Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar inovasi mengolah makanan yang bergizi sesuai dengan preferensi anak-anak di kantin sekolah.

1.5.2 Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai preferensi sayur pada anak di sekolah dasar.

1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

9

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai preferensi sayur pada anak.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Mei 2017 dengan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada responden. Penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji chi square.

10

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sayur

Ditinjau dari segi bahasa, sayur mempunyai dua arti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu daun-daunan (seperti sawi), tumbuh-tumbuhan (taoge), polong atau biji-bijian (kapri, buncis) dan sebagainya yang dapat dimasak. Atau, dapat diartikan sebagai masakan yang berkuah. Berdasarkan definisi tersebut, sayuran mempunyai batasan segala sesuatu yang berasal dari tumbuhan yang dapat dimasak menjadi sayur (masakan) ataupun yang dapat dimakan langsung yang biasa kita sebut dengan lalapan. Menurut Santoso dan Ranti (2004) dalam Maryam (2011), tumbuhan sebagai asal bahan makanan sayur-mayur terdapat dalam berbagai jenis dan jumlahnya banyak di Indonesia. Sayur-mayur dapat berupa bagian dari tumbuhan seperti batang, daun, bunga, umbi maupun buah muda. Berikut beberapa jenis sayuran beserta contohnya (Tarwotjo, 2007). a. Jenis sayuran buah, mislanya terong, labu siam, tomat, pare, labu air, dan pare welut. b. Jenis sayuran bunga, misalnya kembang kol, bunga pisang (jantung pisang), bunga papaya, bunga sedap malam, bunga turi, dan brokoli. c. Jenis sayuran kacang muda, misalnya kacang panjang, buncis, kapri, kara, dan kecipir. Disebut kacang muda karena dipetik dan digunakan saat masih muda. Jika dibiarkan sampai tua dan kering, maka bijinya yang digunakan. Biji yang tua tersebut termasuk kacang-kacangan yang mengandung zat protein nabati. d. Jenis sayuran tunas, misalnya taoge dan rebung. Taoge dibuat dari kacang-kacangan yang ditumbuhkan. Macam taoge yang sering digunakan untuk hidangan sayuran diantaranya yaitu taoge kacang hijau, taoge kacang kedele, dan taoge dari biji wijen. Ada tiga macam taoge yang berbeda ukurannya, yaitu halus, sedang, dan besar. e. Jenis sayuran akar atau umbi, misalnya wortel, lobak, radis, bit, dan kentang. Kentang berfungsi ganda, yaitu sebagai makanan pokok

11

dimakan dalam jumlah banyak dan sebagai sayuran yang digunakan untuk campuran suatu masakan.

Ada berbagai macam warna dalam sayuran. Sayuran yang berwarna hijau mengandung klorofil. Berikut beberapa warna beserta contoh sayurannya (Tarwotjo, 2007). a. Warna hijau tua atau muda, misalnya sayuran daun, jenis sayuran kacang muda, dan beberapa sayuran buah, seperti pare ayam (yang pahit) dan pare welut (yang panjang seperti belut). b. Warna kuning/oranye, misalnya wortel dan waluh kuning. c. Warna merah, misalnya bit, kol merah, dan tomat. d. Warna ungu, misalnya terong, kol ungu, dan radis. e. Warna putih, misalnya lobak, kol putih, kembang kol, dan taoge.

Sayur-mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun, zat-zat gizi ini dapat rusak atau berkurang jika mengalami pemanasan. Menurut Almatsier (2010), kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat dicegah dengan cara: (1) menggunakan suhu tidak terlalu tinggi; waktu memasak tidak terlalu lama; (3) menggunakan air pemasak sesedikit mungkin; (4) memotong dengan pisau tajam menjadi potongan yang tidak terlalu halus; (5) panci ditutup; (6) tidak menggunakan alkali dalam pemasakan; (7) sisa air perebus digunakan untuk masakan lain. Vitamin larut lemak tidak banyak hilang pada proses pemasakan. Kehilangan terjadi karena proses oksidasi dan proses ketengikan (Almatsier, 2010). Sayuran dapat dimasak dengan cara direbus, ditumis, digoreng, dibakar, dikukus dan dipepes (Tarwotjo, 2007). a. Direbus Sayur yang dimasak dengan cara memasukkan sayuran kedalam air yang dimasak/panas dan panci sebaiknya dalam keadaan tertutup. b. Ditumis Sayuran yang dimasak dengan sedikit minyak, biasanya bumbunya dahulu yang ditumis, kemudian sayuran dimasukkan setelah bumbu matang. Dengan menumis bumbunya, akan terjadi perpaduan aroma dari bumbu-bumbu yang ditumis sehingga keluar aroma yang khas untuk masakan itu.

12

c. Digoreng Sayuran yang dimasak dengan cara digoreng. Misalnya bayam, yaitu daun bayam yang lebar dicampur dengan tepung dan bumbunya, kemudian digoreng. Masih banyak lagi sayuran lainnya yang dapat diolah dengan digoreng. d. Dibakar Sayur yang diolah dengan cara dibakar. Misalnya jenis masakan skotel sayuran yang dimasaknya dengan cara dipanggang atau dibakar dalam oven. e. Dikukus dan Dipepes Sayuran direbus atau dikukus, biasanya untuk membuat lalapan yang matang. Namun, umumnya sayuran yang dikukus, warnanya kurang menarik. Sebaiknya memasak sayuran tidak terlalu lunak karena dapat mengubah bentuk dan warna. Rasa sayuran atau masakan menjadi kurang baik sehingga nilai gizi berkurang.

Bentuk yang menarik merupakan salah satu hal yang dapat menarik perhatian anak-anak. Berikut beberapa contoh bentuk potongan sayuran yang digunakan dalam masakan sayur-mayur (Tarwotjo, 2007): a) Bentuk panjang: halus, kecil, sedang. b) Bentuk bulat: seperti kelereng kecil, sedang. c) Bentuk dadu: kecil, sedang, agak besar. d) Bentuk halus: dicincang, digiling, diblender. e) Bentuk bulat panjang kedua sisi agak runcing.

2.2 Preferensi Sayur

Food preferences atau preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap suatu pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et al., 2002). Maka preferensi sayur dapat diartikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap sayur. Preferensi sering digunakan untuk merujuk pada penilaian afektif (keinginan atau tidak menyukai) sejumlah jenis pangan. Sama halnya dengan definisi Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al., (2002), bahwa preferensi pangan adalah fenomena yang terletak dalam

13

domain afektif dan dapat terwujud secara independen dari konsumsi. Telah terbukti bahwa preferensi makanan merupakan salah satu prediktor tunggal terkuat dari pemilihan makanan dan penerimaan makanan (Meiselman, 1986 dalam Sijtsema et al., 2002). Kebiasaan, preferensi, dan perilaku makan yang dimiliki sejak balita dan usia prasekolah mempengaruhi kebiasaan makan di kemudian hari dan status kesehatan selanjutnya (Brown, 2011).

Preferensi makanan dan pola asupan anak-anak dibentuk melalui pengalaman dini terhadap makanan dan praktik pemberian makan anak oleh orang tua adalah pembentuk utama dari pengalaman awal makan anak (Birch, 1998). Begitu juga dengan preferensi terhadap sayur. Pengukuran terhadap preferensi sayur dilakukan dengan menggunakan skala hedonik, dimana responden ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai sayur berdasarkan kriteria. Skala hedonik adalah cara untuk mengukur derajat suka maupun tidak suka seseorang. Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi beberapa macam kategori. Diantaranya, 3 kategori yaitu suka, biasa dan tidak suka (Sophia dan Madanijah, 2014) atau sangat suka, sedikit suka, tidak suka (Chu et al., 2013) atau tidak pernah merasakan, suka dan makan, tidak suka dan tidak makan (Skinner et al., 1998), 4 kategori yaitu tidak menyukai ini, saya suka ini, saya sangat suka ini, dan saya tidak mengetahui ini (Lakkakula et al., 2008), 5 kategori yaitu tidak pernah merasakan, suka dan makan, tidak suka tapi makan, suka tapi tidak makan, tidak suka dan tidak makan (Skinner et al., 1998), 6 kategori yaitu tidak pernah disediakan, disediakan tapi tidak dirasakan, suka dan makan, tidak suka tapi makan, suka tapi tidak makan, tidak suka dan tidak makan (Skinner et al., 1998) atau sangat tidak suka, sedikit tidak suka, biasa, sedikit suka, sangat suka dan tidak mencoba (Wardle et al., 2001). Bahkan ada yang menggunakan 9 kategori, yaitu dislike extremely, dislike very much, dislike moderately, dislike slightly, neither like nor dislike, like slightly, like moderately, like very much, like extremely (Weaver, 1998) dan (Drewnowski dan Hann, 1999). Skala tersebut ada yang langsung digunakan untuk mengkategorikan derajat kesukaan terhadap suatu pangan dan ada juga yang menggunakan score terlebih dahulu, kemudian score tersebut dikategorikan lagi berdasarkan nilai mean/median.

14

Misalnya pada penelitian (Weaver, 1998), dari 9 kategori skala hedonik yang digunakan, nilai mean ≥ 5,6 dikategorikan menjadi suka, mean 4,5-5,5 dikategorikan biasa dan mean ≤ 4,4 dikategorikan tidak suka. Score itu diberikan setelah responden menyatakan derajat suka atau tidak sukanya. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan, yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur 1982 dalam Tiyas, 2009).

Penggunaan skala hedonik tersebut digunakan sesuai kebutuhan dalam masing-masing penelitian. Namun yang sering digunakan adalah menggunakan 4 kategori, seperti halnya yang digunakan oleh Lakkakula et al. (2008) dan USDA‟s Food Stamp Program (edisi 2010-2011). Pada Compendium of Survey USDA tersebut tercantum bahwa ada banyak cara untuk mengukur prefrensi. Pada dasarnya ada 4 kategori diantaranya yaitu “saya tidak mengetahui apa ini”, “saya tidak suka”, “saya sedikit suka/biasa saja”, dan “saya sangat suka”. Namun kategori “saya tidak mengetahui apa ini” atau ketika responden tidak mengetahui sayur yang akan diujikan maka sayur tersebut tidak dapat dianalisis, maka kategori tersebut dihapus menjadi 3 kategori saja atau dirubah (USDA, 2011).

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur

Berdasarkan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002), faktor yang mempengaruhi preferensi terhadap suatu jenis pangan dibagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan karakteristik individu, karakteristik makanan dan karakteristik lingkungan.

1. Karakteristik Individu a. Usia Usia mempunyai peran penting dalam menentukan pemilihan makanan. Preferensi dan pola asupan makanan dibentuk melalui pengalaman dini terhadap makanan dan praktik pemberian makan oleh orang tua serta pengalaman makan awal pada masa anak-anak (Birch, 1998). Berdasarkan penelitian Kpodo et al. (2015) yang bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara konsumsi sayuran

15

dan usia menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam frekuensi konsumsi sayuran (p-value <0,05). Menurut Fildes et al. (2015), preferensi pangan memiliki pengaruh yang penting dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak dan juga dalam memilih makanan favorit mereka. Pilihan makanan yang dibentuk sejak dini akan tetap berlaku untuk mempengaruhi preferensi makanannya saat dewasa. Dengan kata lain, preferensi pangan anak merupakan titik kritis atau faktor yang menentukan preferensi pangan saat dewasa (Mallan et al., 2015). Penelitian Nicklaus et al. (2004) menujukkan adanya konsistensi preferensi terhadap makanan saat anak-anak, remaja dan dewasa awal, salah satunya adalah preferensi sayur. b. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan seseorang berdasarkan ciri biologis dengan kategori laki-laki dan perempuan (Tiyas, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kpodo et al. (2015) diketahui bahwa terdapat perbedaan preferensi terhadap sayur antara anak laki-laki dan perempuan. Ditemukan bahwa preferensi perempuan untuk okra (p-value = 0,000), mentimun (p-value = 0,014), paprika hijau (p-value = 0,002) dan selada (p-value = 0,001) lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Selain itu, penelitian Proverawati & Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008) membuktikan terdapat perbedaan yang bermakna antara sampel laki-laki dan perempuan dalam hal preferensi terhadap jenis makanan sus isi sayuran (p-value = 0,014). Penelitian yang dilakukan pada anak SD di London Barat oleh Cooke & Wardle (2005) membuktikan bahwa anak perempuan lebih menyukai buah (p-value < 0,05) dan sayuran (p-value = 0,001) daripada anak laki-laki. Anak laki-laki menyukai makanan berlemak dan bergula (p-value < 0,005), daging (p-value < 0,001), produk daging olahan (p-value < 0,001) dan telur (p-value < 0,05) lebih dari perempuan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

16

Drewnowski, Kurth, Holden-Wiltse, & Saari (1992), didapatkan hasil bahwa preferensi makanan lemak lebih didominasi laki-laki, sedangkan preferensi makanan karbohidrat lebih didominasi wanita. Selain itu, preferensi makanan sumber protein menjadi makanan favorit antara perempuan dan laki-laki. c. Pengetahuan Sayur Khomsan (2000) dalam Tiyas (2009) menyatakan bahwa pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi pangan keluarga. Tingkat pengetahuan sayur seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya berpengaruh kepada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Khomsan (2000) dalam Tiyas (2009) menambahkan, individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengetahuan pangan. Salah satu penyebab rendahnya konsumsi dan preferensi sayur pada anak karena kurangnya pengetahuan dan sikap mengabaikan pentingnya makan sayur. Berdasarkan penelitian Quasy Experimental yang dilakukan oleh Asy‟ariyah et al. (2015) menunjukkan bahwa hampir seluruh responden pada kelompok perlakuan memiliki pengetahuan yang rendah tentang pengetahuan konsumsi sayur pada saat pretest dilakukan (75%). Sama halnya dengan kelompok perlakuan, tingkat pengetahuan konsumsi sayur kelompok kontrol saat pretest sebagian besar memiliki pengetahuan rendah tentang konsumsi sayur (68,75%).

Pengukuran pengetahuan sayur dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice). Instrumen ini merupakan bentuk pertanyaan ataupun memilih pertanyaan yang dianggap benar. Tingkat pengetahuan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu baik, sedang dan kurang (Khomsan 2000).

17

d. Pendidikan Pranadji (1995) dalam (Tiyas, 2009) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi pada diri anak-anak sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan terhadap makanan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah maupun dirumah. Pengetahuan gizi diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan dan terdapat kronologis yang ketat untuk tingkatan umur populasi sasarannya. Pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang berlangsung seumur hidup yang mempelajari aspek kehidupan (Pranadji 1988 dalam Tiyas, 2009). e. Pendapatan Preferensi konsumsi pangan dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi (Variyam & Blayblock 1998 dalam Tiyas, 2009). Faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah gizi dan kebiasaan makan keluarga. Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli sehingga keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya berdampak positif terhadap status gizi. Menurut Suhardjo (1986) dalam (Tiyas, 2009), pada umumnya jika pendapatan meningkat maka jumlah dan jenis pangan akan membaik. Pendapatan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan oleh tubuh. Dengan demikian, kondisi ini menyebabkan keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan

18

keterbatasan uang itu menyebabkan tidak banyaknya pemilihan dalam hal makanan (Madihah 2002 dalam Ulfah, 2008). f. Sikap untuk Sehat Anak-anak yang duduk di Sekolah Dasar merupakan kelompok yang perlu mendapat perhatian lebih dalam hal pembinaan dan pengembangan mengenai cara-cara berpengetahuan, bersikap, dan bertindak dalam pemilihan makanan, baik selama mereka berada di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas. Menurut Khomsan (2000) dalam Tiyas (2009), sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya berpengaruh kepada keadaan gizi individu bersangkutan, dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi seseorang. Oleh karena itu, sikap sangat erat kaitannya dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang mengenai gizi. g. Keterampilan memasak Keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam bidang tata cara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan (Suswanti, 2013). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi keterampilan untuk menyiapkan makanan yang tepat sangat berperan penting dalam pemilihan makanan. Hal ini didukung dengan penelitian Mac, Iomaire dan Lydon (2011) yang menyatakan bahwa mayoritas responden penelitian setuju bahwa memiliki keterampilan memasak berkontribusi untuk memiliki pola makan yang sehat. Hanya 8% tidak setuju dengan pernyataan ini, dengan dua dari mereka sangat tidak setuju.

Tidak jarang anak-anak yang tidak suka sayur dan juga tidak mau mencoba makanan yang asing baginya. Jika anak-anak disediakan sayur dengan cara biasa, akan sering terjadi penolakan. Cara pemberian sayur dengan metode hidden vegetable bisa

19

dijadikan salah satu cara untuk mengatasi susah makan sayur bagi anak-anak. Hidden vegetable adalah metode penambahan puree (bubur) sayuran ke dalam makanan, yang merupakan strategi untuk meningkatkan penerimaan sayuran yang terlepas dari kesukaan anak pada jenis sayuran tertentu. Puree sayuran merupakan hasil penghancuran sayuran dengan cara menumbuk, menggiling, atau memotong sayuran sampai teksturnya halus seperti bubur (Dahl, 2014). Penambahan puree sayuran ke dalam berbagai macam makanan manis dan gurih memiliki kesempatan lebih besar untuk meningkatkan penerimaan sayuran daripada penyajian sayuran dalam bentuk cincang atau utuh (Blatt, Roe and Rolls, 2011). Cara tersebut sudah terbukti dapat meningkatkan preferensi sayur setelah dialakukan ekperimen secara berkala kepada anak-anak (Widiyastuti, 2015).

2. Karakteristik Sayur Suatu makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, bisa tergantung dari sifat fisiknya. Reaksi indera rasa terhadap makanan sangat berbeda dari orang ke orang (Suhardjo, 1986). Suatu faktor penting dalam pemilihan pangan antara lain meliputi bau, tekstur dan suhu. Penampilan yang meliputi warna dan bentuk juga mempengaruhi sikap terhadap pangan. Bentuk dan tekstur makanan untuk anak-anak dan dewasa berbeda. Makanan yang disiapkan untuk anak-anak perlu dirubah memperoleh kesan yang menyenangkan pada waktu mengunyah dan memakannya (Suhardjo, 1986). Beberapa penelitian membuktikan bahwa karateristik makanan sangat berpengaruh dalam preferensi. Preferensi makanan anak-anak sering dipandu oleh rasa. Menurut Wade (2008), pada dasarnya dalam pemahaman tradisional, para peneliti telah membagi rasa menjadi empat macam rasa dasar, yaitu asin, asam, pahit dan manis, yang masing- masing dihasilkan oleh senyawa kimia yang berbeda. Saat ini, banyak peneliti telah memasukkan rasa kelima, yaitu gurih/umami (dari Bahasa Jepang untuk “sedap”), yang merupakan rasa dari monosodium glutamate

20

(MSG), yang ditemukan pada banyak makanan yang kaya protein, termasuk daging, ikan, kerang dan rumput laut. Rasa-rasa dasar tersebut merupakan bagian dari proses evolusi yang diturunkan. Rasa pahit dan asam membantu kita untuk mengidentifikasi makanan yang beracun atau basi, rasa manis membantu kita mengenali makanan yang menyehatkan atau kaya akan kalori, rasa asin diperlukan untuk setiap fungsi tubuh, dan rasa gurih dapat membantu kita untuk mengidentifikasi makanan- makanan yang kaya akan protein (Wade, 2008). Oleh karena itu, berdasarkan teori tersebut perlu juga memperhatikan dan mempertimbangkan rasa dalam preferensi terhadap makanan, terutama sayur. Pada umumnya rasa sayur adalah pahit sedangkan berdasarkan teori tersebut rasa pahit mengidentifikasi adanya racun atau basi pada makanan.

Rasa tertentu seperti manis dan gurih akan mendorong anak untuk menyukai salah satu jenis makanan (Proverawati, Prawirohartono dan Kuntjoro, 2008). Penelitian Lakkakula (2011) menunjukkan bahwa anak- anak lebih memilih buah dibandingkan dengan sayuran karena preferensi pada anak-anak lebih cenderung pada rasa manis. Anak-anak tidak menyukai sayur karena rasanya yang pahit (Khoirina, dkk., 2015). Penelitian Sucihatiningsih, dkk. (2009), menunjukkan bahwa semua responden dianggap sepakat mengenai atribut rasa, aroma dan tekstur pada produk olahan pangan sebagai faktor yang dipertimbangkan dalam memilih produk olahan pangan. Selain itu, penelitian Suswanti (2013) telah membuktikan bahwa warna adalah faktor penting dalam pemilihan makanan (p-value = 0,033).

Kombinasi dan variasi dari rupa, rasa, warna dan bentuk (konsistensi) makanan akan mempengaruhi nafsu makan anak. Cara menghidangkan atau menghias suatu hidangan, macam alat yang dipakai dan temperatur hidangan tersebut akan berpengaruh pula pada nafsu makan anak. Anak akan kehilangan selera bila ia mendapat hidangan sop yang sudah dingin, dalam tempat makan yang kurang menarik atau dalam piring yang tidak disukai (Suhardjo, 1989). Agar-agar yang disajikan

21

dalam suhu ruang dan menggunakan plastik disukai oleh anak-anak karena rasanya yang manis dan frekuensi makan makanan yang tergolong sering di rumah. Hal ini sesuai dengan penelitian Worthington-Roberts dan Williams dalam Proverawati, Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008) yang menyatakan bahwa anak-anak lebih menyukai makanan yang bersuhu ruangan, tidak panas maupun dingin.

Ukuran makanan juga berpengaruh terhadap preferensi anak terhadap makanan yang disukai. Menurut Patrick dan Nicklas dalam Proverawati, Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008), makin besar ukuran makanan, makin tinggi tingkat kesukaan anak terhadap makanan tersebut. Ada beberapa alasan anak tidak menyukai jenis makanan tertentu, seperti makanan yang lembek atau tidak dikenal. Kadang- kadang anak menolak makanan yang telah rusak, tetapi tidak menolak makanan yang bermerek. Hal tersebut sejalan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Khoirina, dkk. (2015) yang menggambarkan bahwa responden menyukai makanan manis dan asin yang memiliki bentuk, kombinasi, dan penampilan yang menarik serta rapi dengan tekstur lembut, namun tidak memperhatikan faktor harga. Mereka juga kurang menyukai sayuran.

3. Karakteristik Lingkungan a. Kesukaan Orang Tua Orang tua adalah lingkungan sosial utama pada anak-anak dan memberi pengaruh yang kuat pada perkembangan preferensi makanan anak-anak (Skinner et al., 1998). Banyak penelitian yang menguji hubungan antara preferensi orang tua dan anak-anak. Karena preferensi anak-anak akan mirip dengan orang tuanya. Anak- anak banyak terpapar oleh makanan yang disukai oleh orang tuanya dan kemudian mereka akan menyukainya juga. Disamping itu, orang tua akan menjadi panutan utama dalam preferensi (Bolles, 2014). Sebuah penelitian meta-analisis dari lima studi mengungkapkan adanya hubungan signifikan dalam preferensi makanan orangtua dengan anak tapi korelasinya lemah (r = 0,17) (Borah-giddens and

22

Falciglia, 1993). Sedangkan hasil penelitian Skinner et al. (1998b) menunjukkan kesesuaian yang kuat (82,1-83,3%) dari preferensi makanan antara anak dan anggota keluarga lainnya. Kesamaan antara makanan yang tidak pernah ditawarkan untuk anak dan tidak disukai ibu signifikan pada p-value = 0,005. Tetapi untuk ayah tidak signifikan. Rata-rata, anak-anak telah ditawarkan 77,8% dari 196 makanan dan menyukai 81,1% dari makanan yang ditawarkan kepada mereka. b. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan pendapatan serta pendidikannya, karena tingginya pendapatan keluarga disebabkan tingginya tingkat pekerjaan dan pendidikan orangtua. Pendapatan yang tinggi umumnya akan diikuti oleh peningkatan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima (Sumarwan, 2004 dalam Widyawati, 2009). Berg (1986) dalam Widyawati (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula persentase pertambahan pembelanjaan termasuk untuk buah-buahan, sayur, dan jenis pangan lain. Berdasarkan uji hubungan yang dilakukan pada penelitian Widyawati (2009) dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p < 0.05) antara pekerjaan dengan preferensi terhadap jagung, sedangkan untuk singkong, ubi jalar, serta talas tidak memiliki hubungan (p > 0.05) dengan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga semakin banyak yang menyukai jagung. c. Musim Menurut teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002) dan Suhardjo (1989) menyatakan bahwa musim merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi preferensi pangan. Pemilihan pangan akan dipengaruhi oleh ketersedian pangan yang dihasilkan pada musim saat itu. Efek musim pada pilihan

23

pangan tidak terlalu jelas dimengerti saat ini. Bahkan jika teknologi digunakan sepanjang tahun untuk mengakses pangan musiman, orang akan memiliki perbedaan pengubahan bentuk pada pangan yang sama, dan respon psikologis tetap dapat berefek langsung pada pangan. Adanya gejolak senantiasa mempengaruhi program pengembangan pangan dan pertanian akibat perubahan musim, dan perubahan keadaan perekonomian domestik atau internasional (seperti krisis ekonomi saat sekarang). Dalam keadaan sekarang ini, di mana makanan pokok menggantungkan beras, sementara bahan pangan impor didominasi terigu, maka Indonesia senantiasa dalam bahaya ketahanan pangan (food insecurity). d. Ketersediaan Anak-anak tidak siap menerima makanan baru atau takut terhadap makanan yang baru, biasa disebut dengan neophobia. Hal tersebut normal pada anak-anak. Biasanya, neophobia dikurangi dengan konsumsi berulang makanan baru (Birch and Fisher, 1995). Ketersediaan dan akses yang mudah terhadap sayuran dimungkinkan memiliki hubungan positif dengan penerimaan dan konsumsi sayuran pada anak. Makanan yang sering tersedia di lingkungan mereka dan mudah diakses akan membuat anak menyukai dan sering mengkonsumsi makanan tersebut (Widiyastuti, 2015). Penelitian ekperimental untuk meningkatkan kesukaan anak- anak terhadap sayur yang dilakukan oleh Lakkakula (2011) dengan memberikan/menyediakan sayur secara bertahap menunjukkan bahwa pada akhir 8 minggu intervensi, siswa kelas lima (p-value = 0,00) dan kelas ketiga (p-value = 0,00) menyukai paprika lebih baik dari sebelumnya dan kelas satu menyukai wortel lebih baik dari sebelumnya (p-value = 0,04). Penelitian eksperimetal lainnya dilakukan oleh Widiyastuti (2015) dengan menggunakan teknik hidden vegetable menunjukkan ada perbedaan penerimaan sawi hijau (p-value = 0,000), wortel (0,011), dan brokoli (0,020) pada kelompok kontrol dan perlakuan.

24

Hidden vegetable adalah metode penambahan puree (bubur) sayuran ke dalam makanan, yang merupakan strategi untuk meningkatkan penerimaan sayuran yang terlepas dari kesukaan anak pada jenis sayuran tertentu. Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol diberi hidangan berupa sayuran rebus, sedangkan pada kelompok perlakuan diberi hidangan berupa penambahan puree sayuran. e. Ukuran Rumah Tangga dan Tingkatan Keluarga Ukuran rumah tangga diartikan sebagai banyaknya anggota dalam keluarga inti suatu rumah. Ukuran rumah tangga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu keluarga besar, keluarga sedang, dan keluarga kecil. Dikatakan keluarga besar jika anggota keluarga lebih dari 7 orang, keluarga sedang jika 5 sampai 7 orang dan keluarga kecil jika kurang atau sama dengan 4 orang (Hurlock, 1980 dalam Tiyas, 2009). Menurut Mewa Ariani (2004) besar keluarga akan mempengaruhi pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan. Namun hasil uji spearman pada penelitian Tiyas (2009) menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p > 0,05) antara besar keluarga dengan preferensi terhadap sayur daun hijau, kacang panjang, buncis, dan wortel. Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu. Oleh sebab itu, pilihan pangan pun menjadi terbatas dengan semakin besarnya ukuran keluarga (Tiyas, 2009). Pada suatu budaya, terdapat perbedaan kebiasaan makan dalam keluarga, yaitu kebiasaan mendahulukan atau mengistimewakan orang tua di dalam kehidupannya, sehingga anak-anak dan kaum wanita biasanya mendapat prioritas terakhir dalam hal makanannya dan kemudian

25

sebagai sisanya diberikan kepada pembantu rumah tangga (Suhardjo, 1989). Sehingga kondisi ini akan menjadi pola dan mempengaruhi preferensi pangannya. Seseorang makan suatu pangan bisa karena memang suka dan bisa juga karena tidak ada pilihan lagi.

2.4 Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak berusia 6-12 tahun. Di Indonesia, anak tersebut adalah anak usia sekolah dasar. Tahapan perkembangan anak menurut teori perkembangan Piaget dibagi menjadi 4 tahapan sebagai berikut (Piaget, 2004): 1. Tahap sensori motor (usia 0 – 2 tahun) 2. Tahap pra operasional (usia 2 – 7 tahun) 3. Tahap operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun) 4. Tahap formal operasional (lebih dari usia 11 tahun) Pada umumnya, anak kelas 4 dan 5 SD berada pada usia 9 – 11 tahun. Berdasarkan tahapan tersebut, maka anak usia 7 – 11 tahun berada pada tahapan perkembangan kongkrit. Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada contoh kasus atau konkrit. Dengan kata lain anak dapat bernalar secara logis tentang kejadian yang konkrit dan mengklasifikasi obyek ke dalam kelompok yang berbeda (Santrock, 2003). Anak usia 7 – 11 tahun berada pada tahap sekolah dasar. Pada usia tersebut, anak berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif serta lebih mudah dididik dibandingkan dengan anak usia sebelum atau sesudahnya. Oleh sebab itu, sangat tepat jika pada siswa sekolah dasar ditanamkan dasar-dasar pengetahuan gizi dan kebutuhan makanan yang baik. Anak-anak sekolah dasar merupakan kelompok yang perlu mendapat perhatian lebih dalam hal pembinaan dan pengembangan mengenai cara-cara berpengetahuan, bersikap, dan bertindak dalam pemilihan makanan, baik selama mereka berada di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas karena mereka memerlukan zat gizi yang baik secara kualitas maupun kuantitas.

26

Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut (Supartini, 2004): a. Anak dapat mengatur pola makannya sendiri. b. Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di lingkungan luar rumah, selain itu adanya reklame atau iklan makanan tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya. c. Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur-angsur hilang. d. Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginannya yang lebih besar pada aktivitas bermain daripada makan.

2.5 Kerangka Teori

Preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap suatu jenis pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et al., 2002). Pada penelitian ini preferensi pangan yang dimaksud adalah preferensi pangan jenis sayur. Berdasarkan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al., (2002), terdapat tiga aspek yang mempengaruhi preferensi pangan yaitu karakteristik individu, makanan dan lingkungannya. Faktor preferensi tersebut dapat mempengaruhi asupan atau konsumsi suatu pangan. Berikut kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.

27

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Karakteristik Individu

- Usia - Jenis kelamin - Pengetahuan Sayur - Keterampilan memasak - Pendidikan - Pendapatan - Sikap untuk Sehat

Karakteristik Makanan

- Rasa - Warna Preferensi Konsumsi - Penampilan Pangan Pangan - Tekstur - Harga - Cara Pengolahan - Bentuk - Bumbu - Kombinasi Makanan

Karakteristik Lingkungan - Kesukaan Orang Tua - Ketersediaan - Pekerjaan Orang Tua - Musim - Ukuran Rumah Tangga dan Tingkatan Keluarga

Sumber: Modifikasi teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002) dan (Skinner et al., 1998).

Keterangan = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

28

4 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka pada BAB II, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan preferensi pangan pada anak-anak. Teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002), menyatakan bahwa terdapat tiga aspek yang mempengaruhi preferensi pangan yaitu berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, pengetahuan sayur, keterampilan memasak, pendidikan, pendapatan dan sikap untuk sehat), karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa, warna, penampilan, tekstur, harga, proses memasak, bentuk, bumbu, kombinasi makanan) dan karakteristik lingkungannya (kesukaan orang tua, ketersediaan, pekerjaan orang tua, musim, ukuran rumah tangga dan tingkatan keluarga). Penelitian ini menggunakan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002) dan Skinner et al. (1998). Peneliti tidak meneliti semua variabel yang ada pada kerangka teori. Faktor karakteristik individu yang diteliti yaitu jenis kelamin dan pengetahuan sayur. Usia tidak diteliti karena sudah dapat dipastikan usia responden homogen. Keterampilan memasak tidak diteliti karena pada anak usia sekolah dasar belum memiliki keterampilan memasak yang berarti. Pendidikan tidak diteliti karena pendidikan responden penelitian ini homogen yaitu kelas 4 dan 5 sekolah dasar. Pendapatan tidak diteliti karena seluruh responden belum mempunyai pendapatan pribadi, melainkan berasal dari orang tua masing-masing. Sikap tidak diteliti karena berdasarkan teorinya, vareiabel ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Selain hasil penelitian sudah diasumsikan bahwa sikap yang baik selalu dihasilkan dari pengetahuan yang baik dan menghasilkan perilaku yang baik pula, juga sikap anak-anak terhadap preferensi sayur rata- rata sama dan sangat dipengaruhi oleh faktor lain diluar individu. Faktor karakteristik makanan yang diteliti hanya penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak bentuk dan bumbu. Penilaian terhadap penampilan tidak diteliti karena sudah dipastikan jawaban responden homogen.

29

Penampilan menarik adalah makanan yang disukai anak-anak. Dengan kata lain, penampilan adalah faktor yang penting dalam preferensi pada anak-anak. Harga tidak diteliti karena sudah terbukti pada penelitian sebelumnya bahwa anak-anak tidak dipengaruhi harga dalam pemilihan makanan. Selain itu, faktor karakteristik lingkungan yang diteliti adalah kesukaan orang tua dan ketersediaan. Ketersedian yang diteliti adalah ketersediaan sayur di rumah dan di sekolah. Pekerjaan orang tua tidak diteliti karena variabel ini tidak berhubungan secara langsung terhadap preferensi sayur, melainkan keterkatiannya terhadap penghasilan yang dapat mempengaruhi ketersediaan sayur. Musim tidak diteliti karena penelitian ini dilakukan kepada responden dengan waktu dan tempat yang sama, sehingga musim pada lokasi penelitian homogen. Ukuran rumah tangga dan tingkatan keluarga tidak diteliti karena hubungannya dengan pendapatan dan pengeluaran untuk konsumsi pangan serta budaya yang membentuk kebiasaan.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Individu

- Jenis kelamin

- Pengetahuan Sayur

Karakteristik Makanan

- Penialaian Rasa - Penialaian Warna Preferensi Sayur - Penilaian Tekstur Pada Siswa-Siswi - Penilain Proses MI Pembangunan Memasak UIN Jakarta - Penilaian Bentuk - Penilaian Bumbu

Karakteristik Lingkungan - Kesukaan Orang Tua

- Ketersediaan Sayur di Rumah - Ketersediaan Sayur di Sekolah

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala Operasional Ukur Ukur Variabel Dependen 1. Preferensi Penilaian Penyebaran Kuesioner 0. Sangat tidak Ordinal sayur responden Kuesioner suka, jika score terhadap kesukaan anak sayur yang terhadap sayur diukur antara 0 sampai menggunakan 28. skala. 1. Tidak suka, jika score kesukaan anak terhadap sayur antara 29 sampai 56. 2. Suka, jika score kesukaan anak terhadap sayur antara 57 sampai 84. 3. Sangat suka, jika score kesukaan anak terhadap sayur antara 85 sampai 112. Variabel Independen 2. Jenis Perbedaan Penyebaran Kuesioner 0. Laki-laki. Nominal Kelamin responden Kuesioner 1. Perempuan.

30

31

berdasarkan ciri biologis dengan kategori. 3. Pengetahu- Tingkat Penyebaran Kuesioner 0. Kurang < Ordinal an Sayur pemahaman Kuesioner median dari responden score terhadap pengetahuan sayur yang sayur. dilihat dari 1. Baik ≥ median kemampuan dari score menjawab pengetahuan pertanyaan sayur. dengan benar. Median = 17 4. Penilaian Penilaian Penyebaran Kuesioner 0. Penting ≥ Ordinal Rasa responden Kuesioner median dari terhadap rasa score penilaian dalam rasa. menyukai/me 1. Tidak penting milih sayur. < median dari score penilaian rasa. Median = 3 (Suswanti, 2013) 5. Penilaian Penilaian Penyebaran Kuesioner 0. Penting ≥ Ordinal Warna responden Kuesioner median dari terhadap score penilaian warna dalam warna. menyukai/me 1. Tidak penting milih sayur. < median dari score penilaian warna.

32

Median = 2 (Suswanti, 2013) 6. Penilaian Penilaian Penyebaran Kuesioner 0. Penting ≥ Ordinal Tekstur responden Kuesioner median dari terhadap score penilaian tekstur dalam tekstur. menyukai/me 1. Tidak penting milih sayur. < median dari score penilaian tekstur. Median = 3 (Suswanti, 2013) 7. Penilaian Penilaian Penyebaran Kuesioner 0. Penting ≥ Ordinal Proses responden Kuesioner median dari Memasak terhadap score penilaian proses proses memasak memasak. dalam 1. Tidak penting menyukai/me < median dari milih sayur. score penilaian proses memasak. Median = 3 (Suswanti, 2013) 8. Penilaian Penilaian Penyebaran Kuesioner 0. Penting ≥ Ordinal Bentuk responden Kuesioner median dari terhadap score penilaian bentuk dalam bentuk. menyukai/me 1. Tidak penting milih sayur. < median dari score penilaian bentuk.

33

Median = 2 (Suswanti, 2013) 9. Penilaian Penilaian Penyebaran Kuesioner 0. Penting ≥ Ordinal Bumbu responden Kuesioner median dari terhadap score penilaian bumbu dalam bumbu. menyukai/me 1. Tidak penting milih sayur. < median dari score penilaian bumbu. Median = 3 (Suswanti, 2013) 10. Kesukaan Penilaian ibu Penyebaran Kuesioner 0. Sangat tidak Ordinal orang tua terhadap Kuesioner suka, jika sayur yang score kesukaan diukur anak terhadap menggunakan sayur antara 0 skala. sampai 28. 1. Tidak suka, jika score kesukaan anak terhadap sayur antara 29 sampai 56. 2. Suka, jika score kesukaan anak terhadap sayur antara 57 sampai 84. 3. Sangat suka, jika score kesukaan anak

34

terhadap sayur antara 85 sampai 112. 11. Ketersedia Frekuensi Penyebaran Kuesioner 0. Tidak tersedia, Ordinal an sayur di sayur yang Kuesioner jika tidak ada rumah disediakan di sayur di rumah rumah dalam dalam satu satu minggu minggu terakhir. terakhir. 1. Kadang-kadang tersedia, jika ada sayur di rumah minimal satu kali dalam satu minggu terakhir. 2. Selalu tersedia, jika ada sayur di rumah setiap hari. (California Departement of Public Health, 2011) 12 Ketersedia Frekuensi Penyebaran Kuesioner 0. Tidak tersedia, Ordinal an sayur di sayur yang Kuesioner jika tidak ada sekolah disediakan di sayur di sekolah dalam sekolah dalam satu minggu satu minggu terakhir. terakhir. 1. Kadang-kadang tersedia, jika

35

ada sayur di sekolah minimal satu kali dalam satu minggu terakhir. 2. Selalu tersedia, jika ada sayur di sekolah setiap hari. (California Departement of Public Health, 2011)

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Adanya hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. 2. Adanya hubungan antara karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

36

5 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen pada sampel dari suatu populasi, yang sesuai dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Variabel independen pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, pengetahuan sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah preferensi sayur pada siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Pengumpulan data dan informasi antara variabel dependen dan variabel independen dilakukan dalam waktu yang sama.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun 2017 yaitu sebanyak 457 anak. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Pemilihan siswa kelas 4 dan 5 dilakukan dengan pertimbangan siswa telah mampu menerima arahan dalam pengisian kuesioner.

37

Sampel minimum penelitian ini berjumlah 177 anak. Jumlah ini ditentukan berdasarkan jumlah tertinggi pada tabel 4.1. Penentuan sampel dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi sebagai berikut:

√ ̅( ̅) √ ( ) ( )

Sampel = ( )

Keterangan: n = Jumlah sampel

= Derajat kepercayaan 95% (1,96) dengan α = 5%

= Kekuatan uji = 80% (0,842) P = P1 + P2/2 P1 = Proporsi responden yang mengatakan penilaian tekstur tidak penting pada preferensi negatif pada penelitian sebelumnya P2 = Proporsi responden yang mengatakan penilaian tekstur penting pada preferensi negatif pada penelitian sebelumnya

Tabel 4.1 Jumlah Sampel pada Perhitungan Variabel Independen

Variabel P1 P2 N (Jumlah Sampel)

Jenis Kelamin 0,556 0,364 105 (Suswanti, 2013) (Suswanti, 2013)

Pengetahuan 0,129 0,333 66 (Tiyas, 2009) (Tiyas, 2009)

Penilaian Rasa 0,167 0,400 58 (Suswanti, 2013) (Suswanti, 2013)

Penilaian 0,544 0,371 129 Tekstur (Suswanti, 2013) (Suswanti, 2013)

Penilaian 0,586 0,355 73 Warna (Suswanti, 2013) (Suswanti, 2013)

38

Berdasarkan hasil dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah yang akan diambil adalah sebanyak 129 anak. Dari hasil tersebut, kemudian dilakukan perhitungan selanjutnya untuk mengetahui sampel minimum dengan rumus:

= = 176,712 ~ 177 orang

Keterangan: n‟ = Jumlah sampel minimum n = Hasil perhitungan sampel dengan rumus uji hipotesis dua proporsi p = Proporsi anak yang tidak menyukai sayur pada penelitian sebelumnya (Chok, 2005).

Besar sampel minimum yang digunakan pada penelitian ini menjadi 177 siswa. Namun, untuk menghindari adanya drop out atau missing data dari jawaban responden maka peneliti menambahkan cadangan 10% yaitu 18 responden, menjadi 195 siswa. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5 yang bersedia menjadi responden dan hadir saat penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung, dan tidak hadir atau sakit pada saat penelitian berlangsung.

3. Metode Pengambilan Sampel Proses pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak (probability sampling) dengan menggunakan teknik simple random sampling yang diambil secara proporsional. Cara ini dilakukan dengan mengambil sampel dari masing-masing kelompok kelas 4 dan 5 yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Populasi pada kelas 4 dan 5 dipilih secara acak menggunakan website https://www.randomizer.org/ sesuai dengan jumlah sampel yang diinginkan, kemudian angka yang keluar dari kocokan tersebut menjadi responden yang diambil berdasarkan daftar absensi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun pembelajaran 2016/2017. Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel setiap kelas adalah:

39

ni = x n

Keterangan: ni = jumlah anggota sampel tiap kelas Ni = jumlah anggota populasi tiap kelas N = jumlah anggota populasi seluruh kelas n = jumlah anggota sampel seluruh kelas

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta mempunyai siswa kelas 4 sebanyak 221 siswa dan siswa kelas 5 sebanyak 236 siswa. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jumlah sampel yang diambil sesuai proporsi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 2017.

Tabel ‎2.4 Pembagian Sampel Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel 4 221 221/457 x 195 = 94 5 236 236/457 x 195 = 101 TOTAL 457 195

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.2 didapatkan bahwa total sampel berjumlah 195 siswa, yaitu kelas 4 sebanyak 94 siswa dan kelas 6 sebanyak 101. Jumlah tersebut diambil secara proporsial. Dari masing-masing kelas telah diambil sampel penelitian sesuai dengan jumlah yang ditetapkan.

4.5 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer. Data primer didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner yang mencakup pertanyaan mengenai variabel independen dan variabel dependen kepada responden yang terpilih dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Pada pengumpulan data primer ini, peneliti dibantu oleh 6 orang enumerator (mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat). Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner dengan metode self-administred questionnaire, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.

40

Data primer pada penelitian ini terdiri dari variabel preferensi sayur, jenis kelamin, pengetahuan sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah.

Proses pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan dan menyebarkan kuesioner kepada siswa-siswi yang menjadi responden perkelas. Kemudian setelah masing-masing memegang kuesioner, anak diberi arahan cara pengisian kuesioner secara bertahap. Pertama, diberi arahan cara mengisi data karakteristik individu lalu diisi secara bersamaan. Ketika semua anak sudah mengisi data karakteristik individu, kemudian dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya mengenai data pengetahuan sayur, lalu diisi secara bersamaan. Begitupun pada pertanyaan mengenai ketersediaan, preferensi sayur dan faktor makanan (penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu). Setelah semua anak selesai menjawab seluruh pertanyaan, kuesioner dikumpulkan. Setelah terkumpul semua kuesioner responden, siswa-siswi dibagikan kuesioner yang harus diisi oleh ibu dari responden, lalu diberi arahan mengenai cara mengisi kuesioner ibu tersebut dan mewajibkan kuesioner tersebut dikembalikan/dikumpulkan pada keesokan harinya. Kemudian untuk memastikan bahwa data kuesioner orang tua yang dititipkan tersebut diisi oleh ibu dari responden, dapat dilihat dari tanda tangan ibu pada lembar persetujuan. Selain itu juga, peneliti melakukan konfirmasi dengan cara menghubungi 10% ibu dari responden melalui handphone dengan cara mengirim pesan lewat sms ataupun whatsapp berdasarkan data yang didapatkan dari kuesioner yang telah diisi.

Pengumpulan data dilakukan selama 5 hari yaitu dari hari Senin, 20 Maret sampai Jum‟at, 24 maret 2017 dengan rincian yang tertera pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Pemgumpulan Data

No. Hari, Tanggal, Tahun Kegiatan

1 Senin, 20 Maret 2017 - Penyebaran kuesioner kepada responden di 4 kelas yaitu kelas 4B, 4H, 4G dan 5F yang dibantu oleh 3 orang enumerator.

41

- Penyebaran kuesioner untuk ibu responden tersebut dengan cara menitipkan ke anaknya. 2 Selasa, 21 Maret 2017 - Penyebaran kuesioner kepada responden di 3 kelas yaitu kelas 5G, 4D dan 5D yang dibantu oleh 3 orang enumerator. - Penyebaran kuesioner untuk ibu responden tersebut dengan cara menitipkan ke anaknya. - Pengambilan kuesioner untuk ibu responden yang sudah dibagikan pada hari Senin, yaitu kelas 4B, 4H, 4G dan 5F. 3 Rabu, 22 Maret 2017 - Pengambilan kuesioner untuk ibu responden khusus kelas 4 yang sudah dibagikan pada hari Selasa, yaitu kelas 4D dan kelas 4 lainnya yang belum mengumpulkan di hari sebelumnya. 4 Kamis, 23 Maret 2017 - Pengambilan kuesioner untuk ibu responden pada kelas 5 yang sudah dibagikan pada hari Selasa, yaitu kelas 5D dan 5G serta kelas 4 dan 5 lainnya yang belum mengumpulkan di hari sebelumnya. 5 Jum‟at, 24 Maret 2017 - Pengambilan kuesioner untuk ibu responden pada seluruh kelas 4 dan kelas 5 yang belum terkumpul pada hari Selasa, Rabu dan Kamis. 6 Rabu, 17 Mei 2017 - Menghubungi ibu responden untuk konfirmasi bahwa ibu tersebut telah mengisi kuesioner yang sudah diberikan.

42

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas

1. Uji Validitas Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang yang terdapat di lapangan tempat penelitian dan data yang dilaporkan oleh peneliti (Lapau, 2013). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner valid atau tidak valid yang akan mempengaruhi pertanyaan atau pernyataan tersebut dapat digunakan atau tidak. Uji validitas dilakukan dengan test content atau yang disebut dengan validitas isi. Validitas isi memiliki tujuan untuk mengetahui bahwa setiap item pada instrumen yang digunakan sudah cukup mewakili konsep yang diinginkan. Validitas isi dimulai dengan menentukan konsep yang akan digunakan dalam penelitian, menilai apakah item sudah tepat untuk mengukur konsep penelitian yang didukung dengan teori, penilaian setiap item dapat dilakukan dengan rating untuk mengetahui relevansi setiap item, memperhatikan apakah setiap item sudah tepat untuk mengukur konsep penelitian. Pengujian validitas pada skala likert dilakukan dengan melakukan perhitungan dengan rumus korelasi Person Product Moment kemudian membandingkan antara nilai korelasi atau r hitung dari variabel penelitian dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel berarti variabel valid. Namun, jika r hitung < r tabel berarti variabel tidak valid. Item kuesioner yang tidak valid dapat ditanggulangi dengan melakukan modifikasi item untuk memperjelas makna pada item kuesioner atau menghilangkan item jika tidak penting. Uji validitas dilakukan di SD Islam Ruhama dengan responden sebanyak 30 orang siswa. Perhitungan uji validitas menggunakan tingkat signifikan (α) = 5% dengan 30 orang responden, maka nilai koefisien korelasi (r tabel) sebesar 0,361. Berdasarkan hasil uji validitas terhadap siswa siswi kelas 4 dan 5 SD Islam Ruhama, terkait kuesioner preferensi sayur didapatkan hasil uji validitas berdasarkan perhitungan pada rumus r hitung yaitu lebih dari 0,361 pada setiap item pertanyaan, sehingga kuesioner dinyatakan valid.

43

2. Uji Realibilitas Uji realibilitas dilakukan setelah item yang ada dalam kuesioner sudah valid. Uji reabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat terlihat konsisten bila dilakukan berulang kali dalam suatu instrumen, dengan kata lain reabilitas menyangkut ketepatan alat ukur (Lapau, 2013). Uji reabilitas menggunakan rumus statistik cronbach alpha keseluruhan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil (nilai alpha). Apabila r alpha > r tabel maka kuesioner tersebut dinyatakan reliable. Perhitungan uji reabilitas menggunakan tingkat signifikan (α) = 5% dengan 30 orang responden, maka nilai koefisien korelasi (r tabel) sebesar 0,361. Berdasarkan hasil uji reabilitas terhadap siswa siswi kelas 4 dan 5 SD Islam Ruhama, terkait kuesioner preferensi sayur didapatkan nilai cronbach’s alpha pada tabel reability statistik untuk variabel pengetahuan sebesar 0,641, variabel preferensi sayur sebesar 0,757 dan 0,677 pada variabel faktor makanan. Artinya secara keseluruhan indikator pada kuesioner responden sudah reliabel karena nilai reabilitasnya lebih dari r table (0,361).

4.7 Instrumen Penelitian Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan semi terbuka tentang karakteristik individu yaitu jenis kelamin dan pengetahuan sayur; karakteristik makanan yaitu penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu; karakteristik lingkungan responden yaitu kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah.

1. Pengembangan Instrumen untuk Variabel Preferensi Sayur a. Tahap I Pada tahap pertama, peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap 32 macam masakan kepada 30 responden untuk mengetahui masakan yang tersering dan terbanyak dikonsumsi oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembanguan UIN Jakarta. Masakan tersebut diujikan dengan menggunakan metode semi-kuantitatif Food Frequency Questionnaire (lampiran 3) pada bulan Februari 2017.

44

b. Tahap II Dari 32 masakan sayur yang diujikan, dipilih dua belas urutan masakan yang paling sering dan paling banyak dikonsumsi yaitu diantaranya sayur sop, , goreng kentang, tumis taoge, , gado-gado, , tumis brokoli, Betawi, tumis kangkung, capcay dan krim sup jagung (lampiran 4). Bersadarkan data tersebut, maka sayur-sayur yang ada di dalam masakan tersebut merupakan sayur yang diujikan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 28 jenis sayur (lampiran 6). c. Tahap III Sayur-sayur yang diujikan tersebut dilihat preferensinya berdasarkan kuesioner preferensi sayur yang ada pada „Compendium of Surveys for Fruit and Vegetable Consumption and Physical Activity’ yang dikeluarkan oleh US Departement of Agriculture Food Stamp Program (USDA, 2011). Kuesioner tersebut dapat mendukung penelitian ini karena sudah tervalidasi untuk mengukur preferensi buah dan sayur pada anak usia sekolah dasar kelas 3 sampai dengan kelas 5. Selain itu, daftar sayur yang ada pada kuesioner tersebut dapat dimodifikasi berdasarkan sayur yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Preferensi sayur dinilai berdasarkan tingkat kesukaan responden terhadap sayur yang dipilih menggunakan bentuk skala likert. Penilaian dilakukan dengan memberi nilai 4 pada jawaban “selalu dihabiskan”, 3 pada jawaban “kadang dimakan kadang tidak”, 2 pada jawaban “mau makan kalau terpaksa” dan 1 pada jawaban “sama sekali tidak mau makan”. Kemudian diinterpretasikan dalam bentuk skor kesukaan terhadap sayur dari masing-masing responden. Kemudian dikategorikan berdasarkan nilai variabel tersebut. Sehingga kategori pada variabel ini terdiri dari preferensi sayur “sangat tidak suka”, “tidak suka”, “suka” dan “sangat suka”. Syaratnya jika skor antara 0 sampai dengan 28 maka dikatakan responden sangat tidak suka sayur, jika skor antara 29 sampai dengan 56 maka dikatakan responden tidak suka sayur, jika skor antara 57 sampai dengan 84 maka dikatakan responden suka sayur dan jika skor

45

antara 85 sampai dengan 112 maka dikatakan responden sangat suka sayur. 2. Jenis Kelamin Variabel jenis kelamin diketahui berdasarkan pertanyaan tertutup yang dijawab oleh responden. Responden hanya boleh mengisi satu jawaban yaitu laki-laki atau perempuan.

3. Pengetahuan Sayur Pertanyaan pada variabel pengetahuan sayur terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan mengenai pengetahuan dasar sayur-mayur. Semua pertanyaan bersifat tertutup dengan model pilihan multiple choice. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 2 pada jawaban yang benar dan 1 untuk jawaban yang salah. Kemudian diinterpretasikan dalam bentuk skor pengetahuan sayur dari masing-masing responden. Lalu dikategorikan berdasarkan nilai median variabel tersebut. Sehingga kategori pada variabel ini terdiri dari pengetahuan sayur “baik” dan “kurang”. Syaratnya jika skor < median maka dikatakan responden memiliki pengetahuan sayur yang kurang dan jika skor ≥ median maka dikatakan responden memiliki pengetahuan sayur yang baik (Khomsan 2000).

4. Faktor Makanan Faktor makanan ini dibagi menjadi 6 variabel yang terpisah, yang terdiri dari penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses memasak, penilaian bentuk dan penilaian bumbu. Pertanyaan untuk masing- masing variabel tersebut disajikan dalam bentuk skala likert yang terdiri dari jawaban “sangat tidak penting” dengan skor 1, “tidak penting” dengan skor 2, “penting” dengan skor 3, dan “sangat penting” dengan skor 4. Selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk skor untuk kemudian dikategorikan menjadi “tidak penting” apabila < dari median dan “penting” apabila ≥ dari median (Suswanti, 2013). 5. Kesukaan Orang Tua Sama halnya dengan mengukur kesukaan sayur pada anak, variabel kesukaan orang tua dinilai berdasarkan tingkat kesukaan ibu terhadap sayur yang dipilih berdasarkan bentuk skala likert. Penilaian dilakukan dengan

46

memberi nilai 4 pada jawaban “selalu dihabiskan”, 3 pada jawaban “kadang dimakan kadang tidak”, 2 pada jawaban “mau makan kalau terpaksa” dan 1 pada jawaban “sama sekali tidak mau makan”. Kemudian diinterpretasikan dalam bentuk skor kesukaan terhadap sayur dari masing-masing responden. Sehingga kategori pada variabel ini terdiri dari preferensi sayur “sangat tidak suka”, “tidak suka”, “suka” dan “sangat suka”. Syaratnya jika skor antara 0 sampai dengan 28 maka dikatakan responden sangat tidak suka sayur, jika skor antara 29 sampai dengan 56 maka dikatakan responden tidak suka sayur, jika skor antara 57 sampai dengan 84 maka dikatakan responden suka sayur dan jika skor antara 85 sampai dengan 112 maka dikatakan responden sangat suka sayur. Pemilihan sayur dan sumber yang digunakan pada variabel ini sama dengan pada variabel preferensi sayur pada anak, yaitu hasil dari studi pendahuluan dan pengembangan instrumen kuesioner preferensi sayur yang ada pada „Compendium of Surveys for Fruit and Vegetable Consumption and Physical Activity’ yang dikeluarkan oleh US Departement of Agriculture Food Stamp Program. Kuesioner tersebut tetap dapat mendukung penelitian ini karena selain tervalidasi untuk mengukur preferensi buah dan sayur pada anak usia sekolah dasar kelas 3 sampai dengan kelas 5, namun bisa juga digunakan untuk dewasa. Selain itu, daftar sayur yang ada pada kuesioner tersebut dapat dimodifikasi berdasarkan sayur yang dibutuhkan dalam penelitian ini (USDA, 2011). 6. Ketersediaan Variabel ketersediaan yang diteliti ada dua, yaitu ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah. Pertanyaan pada variabel ketersedian ini bersifat tertutup dan responden hanya boleh mengisi satu jawaban saja yaitu “tidak pernah” jika tidak tersedia sayur dalam satu minggu terakhir, “kadang-kadang” jika tersedia minimal satu hari dalam seminggu terakhir atau “selalu” jika setiap hari tersedia sayur. Kemudian jawaban responden akan dikategorikan menjadi “tidak tersedia”, “kadang-kadang tersedia” dan “selalu tersedia” (USDA, 2011).

47

4.7 Manajemen Data Semua data yang telah dikumpulkan, akan diolah melalui beberapa tahap atau rangkaian manajemen data sebagai berikut.

1. Data coding Data yang telah diperoleh, diberi kode berupa angka untuk memudahkan saat memasukkan data. Pemeriksaan kelengkapan jawaban responden dilakukan di akhir tahap pengumpulan kuesioner pada saat pengambilan data.

d. Variabel dependen, preferensi sayur diberikan kode dengan empat kategori yaitu dengan kode “0” untuk “sangat tidak suka” yaitu apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 0 sampai 28, kode “1” untuk “tidak suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 29 sampai 56, kode “3” untuk “suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 57 sampai 84 dan kode “4” untuk “sangat suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 85 sampai 112. e. Variabel independen jenis kelamin dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk laki-laki dan kode “1” untuk “perempuan”. f. Variabel independen pengetahuan sayur dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “kurang” yaitu apabila skor pengetahuan sayur < median dan kode “1” untuk “baik” apabila skor pengetahuan sayur ≥ median. g. Variabel independen penilaian rasa dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian rasa ≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian rasa < median. h. Variabel independen penilaian warna dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian warna ≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian warna < median. i. Variabel independen penilaian tekstur dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian tekstur ≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian tekstur < median.

48

j. Variabel independen penilaian proses memasak dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian proses memasak ≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian proses memasak < median. k. Variabel independen penilaian bentuk dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian bentuk ≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian bentuk < median. l. Variabel independen penilaian bumbu dikategorikan menjadi dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian bumbu ≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian bumbu < median. m. Variabel independen kesukaan orang tua diberikan kode dengan dua kategori yaitu dengan kode “0” untuk “sangat tidak suka” yaitu apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 0 sampai 28, kode “1” untuk “tidak suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 29 sampai 56, kode “3” untuk “suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 57 sampai 84 dan kode “4” untuk “sangat suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 85 sampai 112. n. Variabel independen ketersediaan sayur di rumah dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu dengan kode “0” untuk “tidak tersedia” yaitu apabila tidak tersedia sayur dalam satu minggu terakhir, kode “1” untuk “kadang- kadang tersedia” yaitu apabila tersedia sayur minimal satu kali dalam satu minggu terakhir, dan kode “2” untuk “selalu tersedia” yaitu apabila setiap hari. o. Variabel independen ketersediaan sayur di sekolah dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu dengan kode “0” untuk “tidak tersedia” yaitu apabila tidak tersedia sayur dalam satu minggu terakhir, kode “1” untuk “kadang- kadang tersedia” yaitu apabila tersedia sayur minimal satu kali dalam satu minggu terakhir, dan kode “2” untuk “selalu tersedia” yaitu apabila setiap hari.

49

2. Data Editing Data yang dikumpulkan untuk penelitian melalui kuesioner perlu diperiksa kembali. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang meragukan atau salah sehingga data dapat diolah lebih lanjut. Untuk itu, peneliti melakukan pemeriksaan kuesioner secara fisik dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden dan memastikan coding telah diisi serta memastikan setiap lembar kuesioner utuh.

3. Data entry Pada data tahap ini, data-data dimasukkan dalam program perangkat lunak komputer. Selanjutnya diolah menggunakan aplikasi program data statistik dan dianalisis.

4. Data cleaning Data cleaning dilakukan untuk memastikan tidak ada data yang hilang. Hal ini dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan sehingga data tersebut tidak ada yang salah dan selanjutnya data siap untuk dianalisis.

4.7 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Data dianalisis dengan menggunakan software computer. Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel.

1) Analisis Univariat

Analisis univariat untuk menggambarkan variabel yang akan diteliti. Adapun tujuan analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen dan independen yaitu variabel preferensi sayur, jenis kelamin, pengetahuan sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah dalam bentuk proporsi.

50

2) Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel independen yang terdiri dari jenis kelamin, pengetahuan sayur, kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Hubungan variabel dependen dengan variabel independen diuji dengan uji chi-square.

Nilai p-value yang digunakan untuk menguji kemaknaan yaitu menggunakan tingkat kemaknaan 5% dan derajat kepercayaan 95%. Sehingga jika p-value ≤ 0,05 maka menunjukkan adanya hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dan jika p-value > 0,05 maka menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

51

6 BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen yaitu variabel preferensi sayur dan variabel independen yaitu jenis kelamin, pengetahuan sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah dalam bentuk proporsi. Sayur yang dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini diambil berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan pada studi pendahuluan terhadap 12 masakan sayur yang sering dikonsumsi oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Sehingga sayur yang diteliti adalah wortel, kentang, buncis, kol, bayam, jagung, taoge, labu, daun melinjo, buah melinjo, kacang panjang, kacang tanah, kangkung, timun, brokoli dan putren (jagung muda).

5.1.1 Gambaran Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil preferensi sayur pada siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 seperti yang tertera pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Preferensi Sayur Frekuensi (n) Persen (%) pada Anak Sangat Tidak Suka 0 0 Tidak Suka 23 11,9 Suka 74 38,3 Sangat Suka 96 49,7

52

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 193 siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, sebagian besar responden sangat suka sayur yaitu sebanyak 96 anak dengan persentase 49,7%, dengan demikian lebih banyak yang suka sayur daripada yang tidak suka sayur.

5.1.2 Gambaran Karakteristik Individu pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi pada anak. Variabel yang termasuk ke dalam kareakteristik individu diantaranya yaitu jenis kelamin dan pengetahuan sayur pada anak tersebut. Berikut gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan analisis data yang telah dilakukan.

A. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Adapun distribusi frekuensi jenis kelamin yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada setiap responden. Gambaran distribusi frekuensi jenis kelamin pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%) Laki-laki 97 50,3 Perempuan 96 49,7

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, jenis kelamin laki-laki sebanyak 97 anak dengan persentase 50,3% dan selebihnya perempuan.

53

B. Gambaran Pengetahuan Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Data pengetahuan sayur diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai sayur kepada setiap responden. Gambaran distribusi frekuensi pengetahuan sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Pengetahuan Sayur Frekuensi (n) Persen (%) Kurang 83 43 Baik 110 57

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebagian besar responden memiliki pengetahuan sayur baik yaitu sebanyak 110 anak dengan persentase 57%.

5.1.3 Gambaran Karakteristik Makanan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) pada siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 adalah sebagai berikut:

A. Penilaian Karakteristik Makanan (Penilaian terhadap Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berikut adalah penilaian karakteristik makanan yang terdiri dari penilaian terhadap penting atau tidaknya masing-masing karakteristik makanan (rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu)

54

terhadap preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Makanan (Penilaian terhadap Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Penilaian Rasa Frekuensi (n) Persen (%) Penting 182 94,3 Tidak Penting 11 5,7 Penilaian Warna Penting 166 86 Tidak Penting 27 14 Penilaian Tekstur Penting 146 75,6 Tidak Penting 47 24,4 Penilaian Proses Memasak Penting 176 91,2 Tidak Penting 17 8,8 Penilaian Bentuk Penting 168 87 Tidak Penting 25 13 Penilaian Bumbu Penting 166 86 Tidak Penting 27 14

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebanyak 182 (94,3%) anak menyatakan penting untuk mempertimbangkan rasa dalam memilih sayur; sebanyak 166 (86%) anak menyatakan penting mempertimbangkan warna dalam memilih sayur; sebanyak 146 (75,6%) anak menyatakan penting untuk mempertimbangkan tekstur dalam memilih sayur; sebanyak 176 (91,2%) anak menyatakan penting untuk mempertimbangkan proses memasak dalam memilih sayur; sebanyak 168 (87%) anak menyatakan penting untuk mempertimbangkan bentuk dalam memilih sayur; sebanyak 166 (86%) anak menyatakan penting untuk mempertimbangkan bumbu dalam memilih sayur, selebihnya menyatakan tidak penting.

55

B. Karakteristik Makanan (Penilaian terhadap Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) yang Paling Disukai pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) yang disukai oleh siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1) Rasa yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berikut adalah rasa yang paling disukai oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Rasa yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Rasa yang Paling Frekuensi (n) Persen (%) Disukai Manis 118 61,1 Asin 43 22,3 Lain-lain 17 8,8 Asam 9 4,7 Semua Rasa 6 3,1 Pahit 0 0 Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai rasa manis yaitu sebanyak 118 anak atau 61,1%. 2) Warna yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berikut adalah warna yang paling disukai oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.6.

56

Tabel 5.6 Warna yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Warna yang Paling Frekuensi (n) Persen (%) Disukai Hijau 58 30,1 Oranye 31 16,1 Merah 28 14,5 Putih 24 12,4 Semua Warna 20 10,4 Kuning 17 8,8 Lain-lain 12 6,2 Ungu 3 1,6 Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai warna hijau yaitu sebanyak 58 anak atau 30,1%. 3) Tekstur yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berikut adalah tekstur yang paling disukai oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Tekstur yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Tekstur yang Paling Frekuensi (n) Persen (%) Disukai Halus/Lembut 103 53,4 Renyah 43 22,3 Empuk/Lembek 17 8,8 Semua Tekstur 10 5,2 Berair/Basah 8 4,1 Lain-lain 4 2,1 Kenyal 4 2,1 Kasar 2 1 Kering 2 1

57

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai tekstur halus/lembut yaitu sebanyak 103 anak atau 53,4%. 4) Proses Memasak yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berikut adalah proses memasak yang paling disukai oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.8. Tabel 5.8 Proses Memasak yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Proses Memasak yang Frekuensi (n) Persen (%) Paling Disukai Digoreng 72 37,3 Direbus 52 26,9 Ditumis 27 14 Dibakar/Diapanggang 23 11,9 Semua Proses Memasak 12 6,2 Lain-lain 4 2,1 Dikukus 2 1 Dipepes 1 0,5 Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai proses memasak digoreng yaitu sebanyak 72 anak atau 37,3%. 5) Bentuk yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berikut adalah bentuk yang paling disukai oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.9.

58

Tabel 5.9 Bentuk yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Bentuk yang Paling Frekuensi (n) Persen (%) Disukai Potongan Panjang 39 20,2 Cincang Halus 30 15,5 Lingkaran 25 13 Bulat Kecil 24 12,4 Semua Bentuk 22 11,4 Lain-lain 18 9,3 Iris Tipis Pendek 15 7,8 Bulat Besar 10 5,2 Iris Tipis Panjang 8 4,1 Lonjong 2 1 Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai bentuk potongan panjang yaitu sebanyak 39 anak atau 20,2%. 6) Bumbu yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Berikut adalah bumbu yang paling disukai oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.10. Tabel 5.10 Bumbu yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 Bumbu yang Paling Frekuensi (n) Persen (%) Disukai Cabe Merah 37 19,9 Bawang Merah 29 15 Lada Hitam 24 12,4 Semua Bumbu 17 8,8 Cabe Rawit 17 8,8 Bawang Putih 17 8,8 Merica 12 6,2 Lain-lain 11 5,7

59

Kayu Manis 9 4,7 Bawang Bombay 9 4,7 Daun Mint 8 4,1 Cabe Hijau 2 1 1 0,5 Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 193 responden pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai bumbu cabe merah yaitu sebanyak 37 anak atau 19,2%.

5.1.4 Gambaran Karakteristik Lingkungan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Karakteristik lingkungan merupakan faktor pendukung yang dapat mempengaruhi preferensi pada anak. Variabel yang termasuk ke dalam karakteristik lingkungan diantaranya yaitu kesukaan orang tua dalam hal ini preferensi sayur pada ibu dan ketersediaan sayur di rumah serta di sekolah. Berikut gambaran karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua dan ketersediaan) berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan analisis data yang telah dilakukan.

B. Gambaran Kesukaan Orang Tua pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Variabel kesukaan orang tua diukur menggunakan kuesioner dengan melihat tingkat kesukaan ibu terhadap sayur. Gambaran distribusi frekuensi kesukaan orang tua pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.11 berikut ini.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Kesukaan Orang Tua pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Preferensi Sayur Ibu Frekuensi (n) Persen (%) Sangat Tidak Suka 0 0 Tidak Suka 13 6,7 Suka 47 24,4 Sangat Suka 133 68,9

60

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 193 responden, sebagian besar ibu responden sangat menyukai sayur yaitu sebanyak 133 ibu, dengan persentase 68,9%.

C. Gambaran Ketersediaan Sayur di Rumah pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Gambaran distribusi frekuensi ketersediaan sayur di rumah pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.12 berikut ini.

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Rumah pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Ketersediaan Sayur di Rumah Frekuensi (n) Persen (%) Tidak Tersedia 8 4,1 Kadang-Kadang Tersedia 89 46,1 Selalu Tersedia 96 49,7

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari 193 responden, sebagian besar responden dikategorikan selalu tersedia sayur di rumah yaitu sebanyak 96 anak dengan persentase 49,7%.

D. Gambaran Ketersediaan Sayur di Sekolah pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Adapun gambaran distribusi frekuensi ketersediaan sayur di sekolah pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.13 berikut ini.

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Sekolah pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Ketersediaan Sayur di Sekolah Frekuensi (n) Persen (%) Tidak Tersedia 75 38,9 Kadang-Kadang Tersedia 71 36,8 Selalu Tersedia 47 24,4

61

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 193 responden, sebagian besar responden dikategorikan tidak tersedia sayur di sekolah yaitu sebanyak 75 anak dengan persentase 38,9%.

5.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Dikatakan berhubungan secara signifikan jika didapatkan nilai p ≤ 0,05 dan dikatakan tidak berhubungan secara signifikan jika diperoleh nilai p > 0,05. Adapun hasil analisis bivariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

5.2.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Berikut adalah hasil analisis bivariat faktor karakteristik individu yang terdiri dari variabel jenis kelamin dan pengetahuan sayur dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

A. Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Hasil analisis bivariat antara variabel jenis kelamin dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini. Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Jenis Preferensi Sayur Anak Total p- Kelamin Tidak Suka Sangat value Suka Suka n (%) n (%) n (%) n (%) Laki-laki 11 40 46 97 0,708 (11,3%) (41,2%) (47,4%) (100%) Perempuan 12 34 50 96

62

(12,5%) (35,4%) (52,1%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa responden laki-laki yang sangat suka sayur sebanyak 46 dari 97 anak (47,7%). Sedangkan responden perempuan yang sangat suka sayur sebanyak 50 dari 96 anak (52,1%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,708 (p-value > 0,05), artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

B. Hubungan Pengetahuan Sayur dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan sayur dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini. Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Sayur dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Pengetahuan Preferensi Sayur Anak Total p- Sayur Tidak Suka Sangat value Suka Suka n (%) n (%) n (%) n (%) Kurang 8 36 39 83 0,403 (9,6%) (43,4%) (47,0%) (100%) Baik 15 38 57 110 (13,6%) (34,5) 51,8 (100%)

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa responden yang pengetahuan sayurnya dikategorikan kurang dan sangat suka sayur sebanyak 39 dari 83 anak (47,0%) sedangkan responden yang pengetahuan sayurnya dikategorikan baik dan sangat suka sayur sebanyak 57 dari 110 anak (51,8%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,403 (p-value > 0,05), artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan sayur

63

dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

5.2.2 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Berikut adalah hasil analisis bivariat faktor karakteristik lingkungan yang terdiri dari variabel kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. A. Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Hasil analisis bivariat antara variabel kesukaan orang tua yang dilihat dari preferensi sayur ibu dengan preferensi sayur pada siswa- siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini.

Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Preferensi Preferensi Sayur Total p- Sayur Ibu Anak value Suka Sangat Suka

n (%) n (%) n (%) Tidak Suka 12 1 13 0,000 (92,3%) (7,7%) (100%) Suka 38 9 47 (80,9%) (19,1%) (100%) Sangat Suka 47 86 133 (35,3%) (64,7%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa responden yang ibunya dikategorikan sangat suka sayur dan anaknya sangat suka sayur juga sebanyak 86 dari 113 anak (64,7%). Sedangkan responden yang ibunya dikategorikan suka sayur dan anaknya sangat suka sayur sebanyak 9

64

dari 47 anak (19,1%) dan responden yang ibunya dikategorikan tidak suka sayur dan anaknya sangat suka sayur sebanyak 1 dari 13 anak (7,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,000 (p-value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara variabel kesukaan orang tua dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. B. Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Hasil analisis bivariat antara variabel ketersediaan sayur di rumah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini. Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Ketersediaan Preferensi Sayur Total p- Sayur di Rumah Anak value Tidak Suka Suka

n (%) n (%) n (%) Tidak Tersedia 2 6 8 0,004 (25%) (75%) (100%) Kadang Tersedia 17 72 89 (19,1%) (80,9%) (100%) Selalu Tersedia 4 92 96 (4,2%) (95,8%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.17 diketahui bahwa responden yang dikategorikan tidak tersedia sayur di rumah dan suka sayur sebanyak 6 dari 8 anak (75,0%). Sedangkan responden yang dikategorikan kadang- kadang tersedia sayur di rumah dan suka sayur sebanyak 72 dari 89 anak (80,9%) dan responden yang dikategorikan selalu tersedia sayur di rumah dan suka sayur sebanyak 92 dari 96 anak (95,8 %). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,004 (p-value ≤ 0,05),

65

artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara variabel ketersediaan sayur di rumah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. C. Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Hasil analisis bivariat antara variabel ketersediaan sayur di sekolah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini. Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Ketersediaan Preferensi Sayur Anak Total p- Sayur di Tidak Suka Sangat value Sekolah Suka Suka n (%) n (%) n (%) n (%) Tidak 14 35 26 75 0,010 Tersedia (18,7%) (46,7%) (34,7%) (100%) Kadang 4 24 43 71 Tersedia (5,6%) (33,8%) (60,6%) (100%) Selalu 5 15 27 47 Tersedia (10,6%) (31,9%) (57,4%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa responden yang dikategorikan tidak tersedia sayur di sekolah dan sangat suka sayur sebanyak 26 dari 75 anak (34,7%). Sedangkan responden yang dikategorikan kadang-kadang tersedia sayur di sekolah dan sangat suka sayur sebanyak 43 dari 71 anak (60,6%) dan responden yang dikategorikan selalu tersedia sayur di sekolah dan sangat suka sayur sebanyak 27 dari 47 anak (57,4%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,010 (p-value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara variabel ketersediaan sayur di sekolah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

66

7 BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki kelemahan yang menjadi keterbatasan peneliti. Keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan dapat dilakukan perbaikan pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan pada penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat melakukan wawancara terstruktur secara langsung kepada responden secara satu- persatu, melainkan hanya penyebaran kuesioner yang diisi langsung oleh responden dan dibawa pulang untuk diisi oleh ibu dari responden. Sehingga hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran dan pemahaman responden dalam mengisi kuesioner serta kemungkinan terjadi bias untuk kuesioner ibu responden karena cara pengisian kuesioner hanya berdasarkan membaca petunjuk pengisian kuesioner yang tertera pada lembar pertanyaan bukan dari penjelasan langsung. Selain itu, pada pengukuran variabel karakteristik makanan yang terdiri dari penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu, peneliti tidak menanyakan bahwa responden menyukai sayur-sayur yang tercantum untuk diujikan berdasarkan masing-masing karakteristik makanan secara satu persatu, melainkan secara kesuluruhan sayur.

6.2 Gambaran Preferensi Sayur Food preferences atau preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap suatu pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et al., 2002). Maka preferensi sayur dapat diartikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap sayur. Preferensi sering digunakan untuk merujuk pada penilaian afektif (keinginan atau tidak menyukai) sejumlah jenis pangan. Sama halnya dengan definisi Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002), bahwa preferensi pangan adalah fenomena yang terletak dalam domain afektif dan dapat terwujud secara independen dari konsumsi. Telah terbukti bahwa preferensi makanan merupakan salah satu prediktor tunggal terkuat dari pemilihan makanan dan penerimaan makanan (Meiselman, 1986 dalam Sijtsema et al., 2002). Kebiasaan, preferensi dan perilaku makan yang dimiliki sejak balita dan usia prasekolah

67

mempengaruhi kebiasaan makan di kemudian hari beserta status kesehatan selanjutnya (Brown, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 diperoleh bahwa sebagian besar responden sangat menyukai sayur, yaitu sebesar 49,7% (Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017). Namun tetap ada responden yang masih tidak menyukai sayur yaitu sebesar 11,9%. Preferensi sayur yang dijelaskan dalam penelitian ini akan dimungkinkan berbeda dengan yang dikatakan preferensi sayur pada penelitian lainnya, karena cara ukurnya pun berbeda. Pada penelitian ini melihat sayur berdasarkan sejumlah sayur-sayur yang diujikan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya pada sejumlah 30 responden kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.

Dalam hal mengukur preferensi sayur pada penelitian ini mengujikan 16 sayur berdasarkan 12 masakan yang paling sering dikonsumsi. Alasan mengujikan sayur-sayur tersebut berdasarkan masakan yang sering dikonsumsi karena pada umumnya masyarakat Indonesia makan sayur-mayur dalam bentuk masakan, tidak memakannya langsung ataupun hanya satu jenis sayuran dalam bentuk mentah. Terlebih bagi anak-anak, jenis masakan pada sayur tertentu akan mempengaruhi preferensinya. Satu jenis sayur yang sama akan terjadi tingkat kesukaan yang berbeda karena dipengaruhi oleh masakannya. Nama-nama sayur yang diujikan pada penelitian ini yaitu brokoli, bayam, timun, putren (jagung muda), kentang, buncis, wortel, kacang panjang, kacang tanah, kol, labu, taoge, kangkung, jagung, buah melinjo dan daun melinjo. Sayur-mayur tersebut dapat mewakili berbagai jenis sayuran, yaitu jenis sayuran buah seperti timun dan labu; jenis sayuran bunga seperti brokoli; jenis sayuran kacang-kacangan seperti kacang panjang, buncis dan kacang tanah; jenis sayuran daun seperti bayam, kangkung, kol dan daun melinjo; jenis sayuran akar atau umbi seperti kentang dan wortel; jenis sayuran tunas seperti taoge.

Pada penelitian ini, kentang termasuk kepada jenis sayuran, karena berdasarkan teori yang digunakan menyatakan bahwa kentang memiliki dua

68

fungsi, yaitu sebagai sumber karbohidrat dan sebagai sayuran. Namun walaupun kentang termasuk kepada jenis sayuran, tetapi ada fungsi atau kandungan yang berbeda antara kentang dengan jenis sayuran lainnya. Misalnya pada klorofil. Pigmen ini akan menghasilkan warna hijau pada tumbuhan. Klorofil digunakan sebagai alat untuk melakukan anabolisme pada tumbuhan. Warna hijau ini menentukan kesegaran pada tumbuhan (kecuali beberapa tumbuhan seperti wortel). Akan tetapi berbeda pada kentang. Pada awal panen, kentang tidak berwarna hijau. Namun, setelah terkena cahaya matahari, klorofil akan terbentuk dan kentang menjadi berwarna hijau. Warna hijau pada kentang sangatlah beracun (Solonin). Racun ini memiliki rasa pahit dan sulit dihilangkan. Selain itu, ada perbedaan kandungan karbohidrat pada kentang dengan sayuran lain. Sayuran cenderung rendah karbohidrat, namun kentang memiliki karbohidrat yang cukup tinggi dibandingkan sayuran lainnya.

Penelitian ini menunjukkan urutan sayur pada masakan yang paling disukai dan paling banyak dihabiskan oleh responden saat memakannya yaitu krim sup jagung (76,7%), jagung pada sayur bayam (70,5%), jagung pada sayur asem (69,4%), bayam pada sayur bayam (67,4%), kentang pada soto Betawi (67,4%), wortel pada capcay (66,8%), jagung pada gado-gado (66,3%) dan tumis kangkung (60,6%). Sedangkan urutan sayur pada masakan yang paling tidak disukai dan sama sekali tidak mau memakannya yaitu, daun melinjo pada sayur asem (57%), buah melinjo pada sayur asem (56,5%), labu pada sayur asem (39,9%), tumis taoge (35,2%) dan kacang tanah pada sayur asem (34,2%). Dapat disimpulkan bahwa nama sayur yang paling disukai responden penelitian ini adalah jagung, bayam, kentang, wortel dan kangkung. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui juga bahwa jagung disukai oleh responden dengan berbagai jenis olahan masakannya.

Hampir sama dengan penelitian Sophia dan Madanijah (2014) sebelumnya di Kota Bogor bahwa bayam, wortel, kangkung dan jagung masuk ke dalam sepuluh sayur yang paling disukai oleh anak-anak sekolah dasar di Kota Bogor. Hanya sedikit berbeda bahwa kentang tidak termasuk ke dalamnya, tapi bisa dikarenakan oleh kentang tidak diteliti dalam penelitian tersebut. Disamping hal

69

tersebut, lebih dari setengah responden tidak menyukai daun melinjo (57%) dan buah melinjo (56,5%), walaupun kedua jenis sayur ini selalu ada pada masakan yang sering dikonsumsi, yaitu sayur asem, tapi kebanyakan dari responden tidak mau menghabiskan atau menyisihkan daun melinjo dan buah melinjo. Hanya ada 13% responden yang selalu menghabiskan daun melinjo dan 15,5% selalu menghabiskan buah melinjo pada masakan sayur asem. Selebihnya, kadang dihabiskan kadang tidak (20,2% dan 19,2%), mau makan kalau terpaksa (9,8% dan 8,8%), atau bakhan tidak mau makan sama sekali (57% dan 56,5%).

Namun jika dilihat pada urutan pertama yang paling disukai adalah krim sup jagung, berdasarkan wawancara pada saat penelitian, diketahui bahwa krim sup jagung yang dikonsumsi ada yang membuat atau mengolah sendiri, ada juga yang konsumsi krim sup jagung instant yang tersedia di pasaran. Sehingga dimungkinkan jagung yang dikonsumsi pada krim sup jagung tersebut tidak segar dan perlu diperhatikan jumlah konsumsinya karena dikhawatirkan adanya kandungan natrium yang berlebihan pada krim sup jagung yang instant.

Dari data hasil penelitian dapat diketahui bahwa preferensi sayur yang dikategorikan suka sayur lebih banyak daripada yang tidak suka sayur. Namun dari angka tersebut juga dapat dilihat masih ada responden tidak menyukai sayur (11,9%) bahkan berdasarkan hasil analisis juga masih ada responden yang sama sekali tidak mau makan beberapa jenis sayuran dan hanya mau makan sayuran tertentu yang familiar. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan preferensi sayur pada anak usia dini i. Karena preferensi makanan anak-anak dibentuk melalui pengalaman terhadap makanan sejak dini, dan praktik pemberian makan anak oleh orang tua adalah pembentuk utama dari pengalaman awal makan anak (Birch, 1998). Begitu juga dengan preferensi terhadap sayur. Penelitian Nicklaus et al. (2004) menujukkan adanya konsistensi preferensi terhadap makanan saat anak-anak, remaja dan dewasa awal, salah satunya adalah preferensi sayur.

Upaya meningkatkan preferensi sayur pada anak harus dilakukan dari berbagai faktor, sesuai dengan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002), bahwa faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap suatu

70

jenis pangan dibagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan karakteristik individu seperti jenis kelamin dan pengetahuan; karakteristik makanan seperti rasa, warna, tekstur, cara memasak, bentuk dan bumbu sayur itu sendiri; dan karakteristik lingkungan dari anak tersebut seperti ketersediaan sayur di lingkungannya dan preferensi sayur orang tuanya.

6.3 Proporsi Karakteristik Makanan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Karakteristik makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi preferensi, beberapa penelitian sudah banyak yang membuktikannya. Suatu makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, bisa tergantung dari sifat fisiknya, karena reaksi indera rasa terhadap makanan sangat berbeda dari orang ke orang (Suhardjo, 1986). Kombinasi dan variasi dari rupa, rasa, warna dan bentuk (konsistensi) makanan akan mempengaruhi nafsu makan anak-anak. Cara menghidangkan atau menghias suatu hidangan, macam alat yang dipakai dan temperatur hidangan tersebut akan berpengaruh pula pada nafsu makan anak-anak. Oleh karena itu, seluruh komponen dari karakteristik makanan pasti menjadi faktor yang penting dalam pemilihan makanan pada anak-anak, termasuk juga dalam preferensi sayur.

Pada penelitian ini karakteristik makanan yang diteliti adalah mengenai penilaian responden terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu. Jika dilihat secara keseluruhan penilaian terhadap karakteristik makanan tersebut, sebesar 60,6% responden menyatakan penting untuk memperhatikan karakteristik makanan dalam menyukai sayur, selebihnya sebanyak 39,4% menyatakan tidak penting. Selanjutnya akan dibahas keterkaitan antara penilaian terhadap masing-masing karakteristik makanan yang terdiri dari rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu dengan preferensi sayur secara rinci.

6.4.1 Proporsi Penilaian Rasa dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Pada sebagian orang mungkin lebih memilih makanan berdasarkan respon yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti penglihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang berupa rasa lapar (Gibney, et al., 2009

71

dalam Suswanti, 2013). Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi seseorang untuk suka dan tidak suka terhadap makanan. Atribut sensori seperti (rasa, warna, tekstur dan bentuk) dapat berkontribusi dengan preferensi makanan individu. Namun kepekaan terhadap atribut sensoris berkaitan dengan fungsi fisiologis organ tubuh. Fungsi fisiologis ini berkaitan pula dengan usia, umumnya penurunan fungsi fisiologis akan mempengaruhi pemilihan makanan terutama pada usia lanjut

Preferensi makanan anak-anak sering dipandu oleh rasa. Rasa tertentu seperti manis dan gurih akan mendorong anak untuk menyukai salah satu jenis makanan (Proverawati, Prawirohartono dan Kuntjoro, 2008). Penelitian Lakkakula (2011) menunjukkan bahwa anak-anak lebih memilih buah dibandingkan dengan sayuran karena preferensi pada anak-anak lebih cenderung pada rasa manis. Anak-anak tidak menyukai sayur karena rasanya yang pahit (Khoirina, dkk., 2015). Penelitian Sucihatiningsih, dkk. (2009), menunjukkan bahwa semua responden dianggap sepakat mengenai atribut rasa, aroma dan tekstur pada produk olahan pangan sebagai faktor yang dipertimbangkan dalam memilih produk olahan pangan.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini bahwa hampir seluruh responden, yaitu sebanyak 94,3%, menyatakan bahwa penting untuk mempertimbangkan rasa dalam memilih dan menyukai sayur. Sedangkan 5,7% yang lainnya menyatakan tidak penting. Perbedaan jenis kelamin dalam indera telah dilaporkan di beberapa penelitian Tilgner dan Barylko-Pilielna (1959) dalam Weaver (1998) bahwa wanita memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk manis dan asin tapi kurang selera untuk asam dan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin untuk kepahitan. Gilbert dan Wysocki, 1987 dalam Weaver (1998) menyatakan bahwa dalam sebuah survei di seluruh dunia oleh National Geographic Society, ditemukan bahwa perempuan merasakan aroma lebih akut daripada laki-laki.

Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa perempuan lebih banyak yang menyatakan penting untuk mempertimbangkan rasa, yaitu sebanyak 93 orang atau 96,9%, sedangkan laki-laki yang menyatakan penting

72

dalam mempertimbangkan rasa dalam menyukai sayur sebanyak 89 orang atau 91,8%. Selebihnya menyatakan tidak penting. Namun jika dilihat hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian rasa, tidak terdapat hubungan antara keduanya (p-value = 0,221). Hal ini kemungkinan dikarenakan rata-rata respoden menyatakan penting dalam mempertimbangkan rasa (94,3%), dibandingkan yang menyatakan tidak penting (5,7%). Sehingga bisa dikatakan homogen dan dapat mempengaruhi hasil analisis.

Jika dilihat berdasarkan rasa yang paling disukai dari seluruh responden, paling banyak respoden yang menyukai rasa manis. Sebanyak 118 atau 61,1% responden menyukai rasa manis, selebihnya secara berturut- turut 43 responden (22,3%) menyukai rasa asin, 9 responden (4,7%) menyukai rasa asam, 6 (3,1%) responden menyukai semua rasa dan 17 responden (8,8%) menyukai rasa lain-lain, yaitu rasa pedas, gurih, dan hambar yang termasuk ke dalamnya. Tidak ada yang menyukai rasa pahit. Selanjutnya setelah dilakukan analisis terhadap sayuran yang paling disukai responden, didapatkan hasil bahwa urutan sayur yang paling disukai dan paling banyak dihabiskan saat memakannya adalah jagung, baik jagung pada krism sup (76,7%), jagung pada sayur bayam (70,5%), dan jagung pada sayur asem (69,4%). Hal tersebut memang sesuai bahwa sayur yang paling disukai adalah jagung, karena rasa jagung adalah manis. Terlebih jika dilihat dari jenis masakannya, ketiganya adalah jagung yang direbus karena rasa jagung yang direbus lebih manis daripada jagung yang diolah dengan cara lain. Misalnya jagung yang dibakar cenderung akan terasa pahit. Sesuai dengan penelitian Khoirina et al. (2015) bahwa anak-anak tidak menyukai sayur karena rasanya yang pahit. Oleh karena itu, hampir seluruh responden mempertimbangkan bumbu yang mempengaruhi rasa dalam memasak sayur, bahkan sangat jarang ada anak yang mau makan sayur secara langsung tanpa dimasak atau tidak dibumbui.

Responden masih memiliki fungsi fisiologis (yang dapat mempengaruhi indera pengecap) masih baik, maka lebih baik jika rasa tetap

73

diperhatikan karena biasanya pada usia anak-anak, perbedaan perhatian terhadap rasa lebih disebabkan karena perbedaan selera, misalnya lebih menyukai rasa manis, asin, maupun gurih. Biasanya rasa berkaitan dengan bumbu makanan. Seseorang yang lebih menyukai rasa asin atau manis cenderung menambahkan bumbu seperti garam atau gula pada makanannya atau seseorang yang lebih menyukai rasa gurih cenderung menambahkan bumbu seperti penyedap pada makanannya. Hal ini tetap harus diperhatikan karena dengan penambahan bumbu yang berlebihan untuk menciptakan rasa yang sesuai selera, misalnya sebagai contoh pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa rasa yang paling disukai adalah manis dan asin, maka perlu diperhatikan takarannya karena penambahan gula yang berlebihan dapat menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya penyakit diabetes atau penambahan garam yang berlebihan juga menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya hipertensi saat usia lanjut.

6.4.2 Proporsi Penilaian Warna dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Warna juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan. Kombinasi dan variasi dari rupa, rasa, warna dan bentuk (konsistensi) makanan akan mempengaruhi nafsu makan anak. Cara menghidangkan atau menghias suatu hidangan akan berpengaruh pula pada nafsu makan anak. Anak akan kehilangan selera bila ia mendapat hidangan sop yang sudah dingin atau pucat, dalam tempat makan yang kurang menarik atau dalam piring yang tidak disukai (Suhardjo, 1989).

Hasil analisis statistik menunjukkan responden yang menyatakan bahwa warna penting untuk mempertimbangkan sayur yang disukai lebih banyak daripada yang menyatakan tidak penting. Sebanyak 166 responden atau 86% responden menyatakan penting dan sebanyak 27 responden atau 14% lainnya menyatakan tidak penting.

Hasil penelitian (Suswanti, 2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan dan bila dilihat kecenderungannnya wanita memberikan perhatian yang lebih besar kepada

74

warna makanan. Hal tersebut dapat terlihat bahwa wanita lebih banyak menganggap variabel warna penting dalam pemilihan makanan dibandingkan laki-laki. Namun pada penelitian ini laki-laki dan perempuan yang menyatakan bahwa warna penting untuk memilih dan menyukai sayur jumlahnya sama, dua-duanya memiliki persentase 50%. Berbeda dengan hasil analisis penilaian warna, dilakukan juga analisis untuk kemudian dilihat hubungan antara warna-warna yang diujikan (merah, kuning, hijau, putih, ungu, dll) dengan jenis kelamin, hasilnya terdapat hubungan yang bermakna (p-value = 0,043). Adanya hubungan tersebut dikarenakan terdapat banyak variasi antara laki-laki dan perempuan dalam menyukai warna sayur.

Hasil analisis menunjukkan urutan warna dari yang paling disukai, yaitu sebanyak 58 responden (30,1%) menyukai warna hijau, 31 responden (16,1%) menyukai warna oranye, 28 responden (14,5%) menyukai warna merah, 24 responden (12,4%) menyukai warna putih, 20 responden (10,4%) menyukai semua warna, 17 responden (8,8%) menyukai warna kuning, dan 3 responden (1,6%) menyukai warna ungu. Sisanya 12 responden (6,2%) menyatakan bahwa mereka menyukai warna lain-lain seperti cokelat, warna segar, pink, biru dan bening. Warna yang paling disukai oleh responden adalah warna hijau, karena memang pada umumnya warna sayur yang kebanyakan dikonsumsi adalah warna hijau. Begitupun jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, urutan pertama warna yang paling disukai adalah sama-sama warna hijau. Sebanyak 33 responden (56,9%) laki-laki menyukai sayur warna hijau dan sebanyak 25 responden (43,1%) perempuan menyukai sayur warna hijau. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa sayur bayam adalah termasuk salah satu masakan yang tersering dan terbanyak dikonsumsi.

Setelah melihat hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemilihan sayur pada anak-anak dapat dipengaruhi oleh warna sayur itu sendiri. Karena baik anak laki-laki ataupun perempuan menyatakan warna-warna tertentu adalah hal yang penting dalam memilih sayur. Dengan begitu, diharapkan

75

agar preferensi sayur pada anak-anak bisa meningkat dengan cara dirangsang atau disediakan sayur dengan warna yang menarik dan bervariasi.

6.4.3 Proporsi Penilaian Tekstur dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tidak hanya rasa dan warna yang mempengaruhi preferensi sayur pada anak-anak, tekstur merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh anak- anak untuk memilih dan menyukai makanan. Tekstur/Konsistensi makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa makanan, karena sensitivitas panca indera rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Tekstur meliputi rasa garing, keempukan dan kekerasan makanan yang akan dirasakan oleh indera pengecap. Makanan yang berkonsistensi padat atau kenyal akan memberikan rangsangan lambat terhadap panca indera. Tekstur makanan untuk anak-anak dan dewasa berbeda. Makanan yang disiapkan untuk anak-anak perlu dirubah agar memperoleh kesan yang menyenangkan pada waktu mengunyah dan memakannya (Suhardjo, 1986).

Hasil analisis statistik menunjukkan responden yang menyatakan variabel tekstur merupakan hal yang penting dalam memilih/menyukai sayur lebih banyak yaitu 146 (75,6%) responden dibandingkan dengan responden yang menganggap variabel tekstur tidak penting yaitu sebanyak 47 (24,4%). Berdasarkan hasil penelitian Khoirina et al. (2015) ditemukan bahwa anak- anak menyukai makanan yang memiliki tekstur lembut. Hal tersebut sejalan dengan hasil yang ditemukan pada penelitian ini bahwa tekstur yang paling disukai oleh anak-anak adalah lembut/halus. Jika dilihat dari persentasenya, tekstur yang paling disukai responden secara berturut-turut yaitu lembut/halus sebanyak 103 (53,4%) responden, renyah sebanyak 43 (22,3%) responden, empuk/lembek sebanyak 17 (8,8%) responden, menyukai semua tekstur sebanyak 10 (5,2%) responden, berair/basah sebanyak 8 (4,1%) responden, kenyal sebanyak 4 (2,1%) responden, kering dan kasar masing- masing sebanyak 2 (1%) responden, dan selebihnya menyukai tekstur lainnya, seperti encer, berminyak dan keras sebanyak 4 (2,1%) responden.

76

Bila dilihat hubungannya responden yang menganggap tekstur merupakan variabel yang penting dalam pemilihan sayur dan responden tersebut menyukai sayur lebih tinggi yaitu sebanyak 75 (51,4%) responden dibandingkan dengan responden yang menganggap tekstur merupakan variabel yang tidak penting dalam pemilihan sayur yaitu hanya 23 (48,9%) responden. Kemudian hal tersebut juga yang dimungkinkan menjadi adanya keterkaitan antara tekstur dengan jenis masakan sayur yang sering dikonsumsi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tekstur yang paling disukai adalah halus/lembut dan hasil analasis juga ditemukan bahwa paling banyak disukai dan selalu dihabiskan ketika memakannya adalah krim sup jagung dengan persentase 76,7%.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi hubungan variabel penilaian tekstur adalah faktor usia, karena variabel usia lebih berpengaruh terhadap tekstur makanan. Hal ini akan berbeda jika variabel usia bersifat heterogen, terutama jika usia remaja dan lansia diikutsertakan pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian Suswanti (2013) diketahui bahwa kesukaan remaja terhadap makanan adalah menyukai makanan yang memiliki tekstur garing/renyah karena pada umumnya fungsi fisiologis pada rongga mulut usia remaja masih sempurna. Sedangkan pada usia lansia mulai banyak gigi yang tanggal serta terjadi kerusakan gusi karena proses degenerasi. Hal tersebut sangat mempengaruhi proses pengunyahan. Lansia akan kesulitan untuk mengkonsumsi makanan yang berkonsistensi keras akibatnya lansia akan lebih memperhatikan pemilihan makanannya (Fatmah, 2010).

Variabel usia pada penelitian ini bersifat homogen dalam arti responden secara keseluruhan memiliki usia yang hampir sama dimana masih tergolong usia anak-anak rentang usia sepuluh sampai duabelas tahun. Walaupun sebagian besar responden lebih banyak menganggap variabel tekstur penting dalam pemilihan sayur, namun tekstur tidak berhubungan terhadap preferensi sayur mereka (p-value = 0,902), kemungkinan disebabkan karena skala “penting” dalam hal tekstur pada fase anak-anak adalah lebih kepada kesukaan mereka terhadap makanan yang memiliki tekstur lembut, karena

77

pada umumnya fungsi fisiologis pada rongga mulut usia anak-anak lebih familiar dengan makanan yang lembut/halus.

Jika dihubungkan dengan proses pengolahannya, sayur yang memiliki tekstur lembut atau halus adalah sayur yang dimasak dengan cara direbus atau melalui proses memasak yang lama. Sehingga hal tersebut perlu diperhatikan agar sayur yang disediakan untuk anak-anak sesuai dengan tekstur yang diharapkan namun tidak mengurangi/merusak zat gizi yang terkandung di dalamnya. Karena sayur yang dimasak terlalu lama akan mengurangi zat gizi yang ada pada sayur tersebut.

6.4.4 Proporsi Penilaian Proses Memasak dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Proses memasak merupakan faktor yang sangat menentukan preferensi sayur pada anak-anak. Jenis masakan sayur dapat menentukan preferensi seseorang terhadap sayur tertentu, karena pada umumnya masyarakat Indonesia makan sayur-mayur dalam bentuk masakan, tidak memakannya langsung ataupun hanya satu jenis sayuran dalam bentuk mentah. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang menyatakan bahwa proses memasak adalah variabel yang penting dalam pemilihan/menyukai sayur jauh lebih banyak yaitu 176 (91,2%) dibandingkan dengan responden yang menyatakan tidak penting yaitu hanya 17 (8,8%).

Jika dilihat berdasarkan proses yang paling disukai dari responden, masakan yang digoreng adalah masakan yang paling disukai. Sebanyak 72 (37,3%) responden menyukai masakan yang digoreng, sebanyak 52 (26,9%) responden menyukai masakan direbus, 27 (14%) responden menyukai masakan ditumis, 23 (11,9%) responden menyukai masakan dibakar/dipanggang dan selebihnya menyebar pada proses memasak dikukus, dipepes dan diulek. Ada juga yang menyukai semua jenis proses memasak yaitu sebanyak 12 (6,2%) responden.

78

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa ada 91 (51,7%) responden yang menyatakan bahwa proses memasak adalah variabel yang penting untuk mempertimbangkan sayur dan responden tersebut menyukai sayur, sedangkan yang menyatakan tidak penting hanya ada 7 (41,2%) responden. Jika dilihat berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa masakan yang paling disukai adalah masakan yang direbus, seperti krim sup jagung, sayur bayam dan sayur asem. Namun karena responden lebih banyak yang menyukai proses memasak digoreng daripada direbus, memang betul bahwa saat dilihat pada wortel yang selalu dihabiskan oleh responden adalah wortel yang dimasak dengan cara ditumis yaitu pada masakan capcay (66,8%) daripada yang direbus atau pada masakan sayur sop (62,7%). Proses memasak ditumis hampir mirip dengan proses memasak digoreng sehingga dapat mempengaruhi angka tersebut.

Melihat kondisi tersebut, perlu ada kreasi dalam penyajian sayur-mayur kepada responden dalam hal proses memasak. Karena kebanyakan responden lebih menyukai proses masakan yang digoreng, sayur-mayur yang dihidangkan kepada anak-anak dikreasikan dalam bentuk gorengan dengan tidak mengurangi rasa atau kandungannya, misalnya ditumis atau dibuat nugget. Jika dihubungkan dengan teori hidden vegetable, peneliti sudah mengobservasi bahwa sudah banyak produk hidden vegetable yang tersedia di pasaran, seperti contohnya isi sayuran yang sudah dibekukan. Siomay tersebut bisa diolah dengan cara digoreng maupun direbus. Selain itu juga sudah ada inovasi sayuran yang dibuat nugget. Disamping itu, karena proses memasak yang paling disukai adalah digoreng, maka perlu diperhatikan juga dampak kesehatan yang akan ditimbulkan jika terlalu banyak ataupun terlalu sering konsumsi masakan yang digoreng. Sehingga perlu dipantau batas asupan yang masih aman untuk dikonsumsi.

6.4.5 Proporsi Penilaian Bentuk dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Sama halnya dengan variabel penilaian karakteristik makanan lainnya, pada penelitian ini responden yang menyatakan bahwa bentuk adalah hal

79

yang penting dalam preferensi lebih banyak yaitu sebanyak 168 (87%) responden dibandingkan dengan responden yang menyatakan bentuk adalah variabel yang tidak penting yaitu hanya 25 (13%) responden. Jika dilihat berdasarkan hubungannya dengan preferensi sayur, responden yang menyatakan penting dan responden tersebut suka sayur sebesar 48,8% sedangkan responden yang menyatakan tidak penting dan responden tersebut suka sayur sebesar 64%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata responden menyukai sayur dengan tidak mementingkan bentuknya. Karena bentuk dasar sayur sangat beragam. Namun jika dibentuk secara menarik saat proses memasaknya, maka akan lebih baik lagi untuk meningkatkan preferensi sayur pada anak-anak tersebut.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa bentuk potongan sayur yang paling disukai anak-anak adalah potongan panjang. Jika diurutkan berdasarkan tiga bentuk yang paling disukai responden adalah potongan panjang sebanyak 39 (20,2%), cincang halus sebanyak 30 (15,5%) responden dan lingkaran sebanyak 25 (13%) responden. Selebihnya tersebar pada bentuk-bentuk yang disukai lainnya seperti bulat kecil, bulat besar, iris tipis pendek, iris tipis panjang, lonjong, dll. Ada juga yang menyukai seluruh bentuk yang ada yaitu sebanyak 22 (11,4%) responden.

Sayur-mayur memiliki bentuk yang sangat beragam dan tidak beraturan. Biasanya disajikan tidak dengan mengkhususkan bentuk-bentuk tertentu untuk menarik perhatian, tergantung dari orang yang memasaknya. Menurut Suhardjo (1986), bentuk makanan untuk anak-anak dan dewasa berbeda. Makanan yang disiapkan untuk anak-anak perlu dirubah agar memperoleh kesan yang menyenangkan pada waktu memakannya. Rata-rata anak menginginkan bentuk yang menarik, seperti misalnya dibentuk menjadi sebuah karakter dan sebagainya. Oleh karena itu, penyajian sayur yang menarik dapat menjadi cara untuk meningkatkan preferensi sayur pada anak- anak.

80

6.4.6 Proporsi Penilaian Bumbu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Bumbu merupakan hal yang penting juga terhadap preferensi sayur pada anak-anak. Bumbu sangat berkaitan dengan rasa karena bumbu dapat menghasilkan rasa pada makanan. Jumlah responden yang mengangap variabel bumbu merupakan hal yang penting terhadap preferensi sayur lebih banyak yaitu sebanyak 166 (86%) repsonden dibandingkan dengan yang menganggap tidak penting sebanyak 27 (14%) responden. Bila dilihat hubungannnya responden yang menganggap bumbu merupakan variabel penting dan responden tersebut menyukai sayur yaitu sebanyak 88 (53%) dibandingkan yang menganggap bumbu merupakan variabel yang tidak penting dalam preferensi sayur yaitu sebanyak 10 (37%). Biasanya bumbu lebih dikaitkan dengan selera terhadap rasa. Orang yang menyukai rasa asin/manis cenderung menambahkan garam/gula kedalam makanannya. Sementara respon seseorang terhadap rasa tertentu tergantung pada perbedaan genetik misalnya beberapa orang merupakan orang yang dapat merasakan perbedaan kecil dalam rasa. Kesukaan terhadap rasa tertentu juga dipengaruhi oleh budaya dan proses belajar dari pengalaman masa lalunya ataupun pengaruh orang-orang terdekat (Wade, 2008).

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa bumbu yang paling disukai anak-anak adalah cabe merah. Jika diurutkan berdasarkan tiga bumbu yang paling disukai responden adalah cabe merah sebanyak 37 (19,2%), bawang merah sebanyak 29 (15%) responden dan lada hitam sebanyak 24 (12,4%) responden. Selebihnya tersebar pada bumbu-bumbu yang disukai lainnya seperti cabe rawit, bawang putih, merica, kayu manis, bawang bombay, daun mint, cabe hijau, balado, garam, penyedap, jahe, dll. Ada juga yang menyukai seluruh bumbu yang ada yaitu sebanyak 11 (5,7%) responden.

Penelitian ini lebih difokuskan pada sayur, pada umumnya rasa dasar dari sayur adalah hambar dan pahit, kemudian selanjutnya tergantung dari bumbu yang diberikan pada masakan sayur tersebut. Seperti pada teori dasarnya bahwa setiap jenis masakan sudah ditentukan jenis bumbu yang

81

digunakan dan banyaknya masing-masing jenis bumbu itu. Perbedaanya hanya pada selera rasa dari masing-masing individu. Selera pada anak-anak biasanya dipengaruhi oleh lingkungannya, misalnya faktor orang tua dan ketersediaannya. Walaupun akibat dari penggunaan bumbu yang berlebihan pada masakan tidak dapat dirasakan secara langsung, namun alangkah baiknya jika hal ini tetap harus diperhatikan karena dengan penambahan bumbu yang berlebihan untuk menciptakan rasa yang sesuai selera dapat meningkatkan penyakit degeneratif seperti hipertensi maupun diabetes saat usia lanjut. Bahkan jika dilihat dari hasil penelitian ini banyak responden yang menyukai cabe merah, maka perlu diperhatikan juga agar tidak dikonsumsi secera berlebihan, karena dikhawatirkan akan berdampak pada lambung ataupun usus anak-anak tersebut. Selain itu, selera anak-anak masih bisa dibentuk sejak dini dan akan mempengaruhi seleranya saat dewasa, sehingga lebih baik jika anak dibiasakan mengkonsumsi makanan dengan bumbu yang sesuai atau tidak berlebihan.

6.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Jenis kelamin adalah perbedaan seseorang berdasarkan ciri biologis dengan kategori laki-laki dan perempuan (Tiyas, 2009). Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pemilihan makanan (Sanjur, 2003 dalam Suswanti, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden laki-laki yang mengikuti penelitian ini lebih banyak yaitu sebesar 50,3% dibandingkan perempuan yaitu sebesar 49,7%. Sementara bila dilihat dari preferensi sayurnya, perempuan cenderung lebih banyak yang menyukai sayur yaitu dengan persentase 52,1% untuk kategori sangat suka sayur dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 47,4% untuk kategori sangat suka sayur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan preferensi sayur (p-value = 0,708).

82

Bila dilihat kecenderungannya perempuan lebih banyak yang menyukai sayur daripada laki-laki, hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kpodo et al. (2015) bahwa terdapat perbedaan preferensi terhadap sayur antara anak laki-laki dan perempuan. Selain itu, penelitian yang dilakukan pada anak SD di London Barat oleh Cooke & Wardle (2005) membuktikan bahwa anak perempuan lebih menyukai buah (p-value < 0,05) dan sayuran (p-value = 0,001) daripada anak laki-laki. Namun bila dilihat dari hasil analisis statistik bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan preferensi sayur (p-value = 0,614), hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Proverawati & Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008) yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara sampel laki- laki dan perempuan dalam hal preferensi terhadap jenis makanan sus isi sayuran (p-value = 0,014).

Hal tersebut dapat dimungkinkan karena perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik daripada laki-laki. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Papalia, 2008 dalam Andea, 2010). Menurut Vink dkk. (2010) dalam Nugraheni (2016) anak perempuan yang telah melewati masa menarche (rentang usia 10 sampai 16 tahun) akan mengalami perbedaan masa lemak pada tahun ke 3-4 setelah menarche. Peningkatan lemak pada tubuh perempuan ini berkaitan dengan perubahan hormonal. Sesuai dengan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Nugraheni (2016) pada anak-anak sekolah dasar yang sudah mengalami menarche, partisipan merasa bahwa telah mengalami perubahan pada tubuhnya. Mayoritas partisipan mengungkapkan bahwa merasa pinggulnya menjadi lebih besar, payudara membesar, mulai muncul rambut di ketiak dan kemaluan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Andea (2010) bahwa terdapat hubungan negatif antara body image dengan perilaku diet dengan nilai r = -0,554, p-value (two tailed) < 0,01. Artinya semakin positif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah, dan sebaliknya, semakin negatif body image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin tinggi. Selain itu, diperoleh bahwa terdapat

83

perbedaan gambaran tubuh yang signifikan (p-value = 0,006 < α = 0,05) antara remaja perempuan dan remaja laki-laki.

Hasil penelitian tersebut dapat menggambarkan bahwa perempuan lebih waspada terhadap perubahan tubuh agar dapat mempertahankan citra tubuhnya, sehingga perempuan lebih canderung memilih-milih makanan dan menyukai sayur daripada laki-laki. Oleh karena itu, sangat diharapkan anak laki-laki lebih memperhatikan pemilihan makanan dan meningkatkan preferensi sayurnya. Begitupun kepada anak perempuan yang belum menyukai sayur. Karena dengan kurangnya asupan sayur sebagai sumber serat, dikhawatirkan akan mengalami masalah yang ditimbulkan akibat konsumsi yang tidak seimbang, seperti obesitas, konstipasi dan masalah lainnya.

6.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tingkat pengetahuan sayur seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Khomsan (2000) dalam (Tiyas, 2009) menambahkan, individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengetahuan pangan.

Namun hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara pengetahuan dengan preferensi sayur (p-value = 0,403 atau > 0,05). Dari 23 responden yang tidak suka sayur, 15 responden diantaranya sudah memiliki pengetahuan sayur yang baik. Sementara 8 responden lainnya memiliki pengetahuan sayur yang masih kurang. Jika dilihat berdasarkan jawaban responden mengenai pertanyaan jenis, manfaat, kandungan, dampak kekurangan dan menu seimbang terkait sayur, sudah lebih dari setengah responden menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan benar dan pengetahuan terkait pertayaan tersebut sudah baik. Dengan persentase secara berturut-turut 65,3%, 77,2%, 60,6%, 72,5% dan 51,3%.

84

Hal tersebut dapat memudahkan proses penanganan masalah preferensi sayur yang masih rendah pada responden itu sendiri. Karena pada dasarnya pengetahuan mengenai sayur sudah diketahui, hanya tinggal penerapannya dalam kehidupan sehari-hari agar mau konsumsi atau menyukai sayur. Sebagaimana pernyataan bahwa salah satu penyebab rendahnya konsumsi dan preferensi sayur pada anak karena kurangnya pengetahuan dan sikap mengabaikan pentingnya makan sayur.

Namun terdapat perbedaan pengetahuan sayur pada anak laki-laki dan perempuan. Karena hasil uji statistik menunjukkan bahwa responden laki- laki yang dikategorikan memiliki pengetahuan sayur “kurang” lebih tinggi yaitu sebanyak 46 (47,4%) dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 37 (38,5%). Dilihat dari jumlah responden yang mampu menjawab benar semua pertanyaan, persentasenya lebih tinggi perempuan daripada laki-laki. Laki- laki hanya ada 33,3% yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar, sedangkan perempuan ada 66,7% yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar. Hal tersebut dimungkinkan karena anak perempuan lebih banyak ingin tahu dan lebih peduli terhadap makanan dibandingkan laki-laki, disamping kesungguhan dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner. Begitupun jika dibedakan berdasarkan jenis pertanyaannya, persentase responden yang dikategorikan “kurang” dalam pengetahuan mengenai jenis, kandungan, manfaat, dampak dan menu seimbang terkait sayur lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Persentase anak laki-laki yang dikategorikan kurang pada masing-masing kategori pertanyaan tersebut secara berturut-turut 53,7%, 52,6%, 52,3%, 58,5% dab 52,1%. Sehingga dengan kurangnya pengetahuan tersebut, anak laki-laki kurang memperhatikan makanan yang dimakannya.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan preferensi sayur kemungkinan disebabkan karena pengaruh faktor lain yang lebih besar dari pada pengaruh pengetahuan. Seperti yang diungkapkan Notoatmodjo (2003) dalam Suswanti (2013) bahwa perilaku yang tampak pada seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, faktor eksternal disini

85

dimungkinkan pengaruh orang lain. Masyarakat yang ada pada lingkungan semua berpartisipasi untuk menjalin hubungan sosial yang bervariasi antar individu. Hubungan ini melibatkan keluarga, teman sebaya, rekan kerja, dan orang-orang di berbagai lingkungan yang kita miliki.

Berdasarkan hasil uji analisis crosstab ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan anak (p-value = 0,030). Sebanyak 66 (57,9%) anak memiliki ibu dengan kategori pendidikan terakhir tinggi dan pengetahuan anak tersebut baik, selebihnya sebanyak 48 (42,1%) anak memiliki pengetahuan kurang. Pendidikan ibu dan pengetahuan anak diharapkan bisa menjadi pendorong agar pemilihan makanannya ke arah yang baik dan preferensi sayurnya meningkat. Sesuai dengan penjelasan Notoatmodjo (2003) dalam Suswanti (2013) bahwa perilaku merupakan hasil dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan eksternal keduanya saling mempengaruhi, dimana respon yang dihasilkan dari kedua faktor tersebut berbeda pada setiap individu. Dalam hal ini pengetahuan merupakan salah satu dari variabel faktor internal. Perilaku yang ditampakan akibat pengaruh pengetahuan akan berbeda-beda karena dipengaruhi pula oleh faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan, misalnya pendidikan ibu, sehingga perilaku yang tampak pada seseorang berbeda-beda tergantung dari faktor yang dominan dari kedua faktor tersebut.

Responden dalam penelitian ini secara keseluruhan memiliki pengetahuan mengenai sayur yang baik dan diharapkan memiliki preferensi sayur yang baik pula. Oleh karena itu, akan lebih baik jika memang pengetahuan yang dimiliki dan perilaku yang baik tersebut dipertahankan agar menjadi suatu kebiasaan yang baik dalam memilih makanan serta meningkatkan preferensinya terhadap sayur.

86

6.5 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

6.5.1 Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa- Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Orang tua adalah lingkungan sosial utama pada anak-anak dan memberi pengaruh yang kuat pada perkembangan preferensi makanan anak-anak (Skinner et al., 1998). Banyak penelitian yang menguji hubungan antara preferensi orang tua dan anak-anak. Karena preferensi anak-anak akan mirip dengan orang tuanya. Anak-anak banyak terpapar oleh makanan yang disukai oleh orang tuanya dan kemudian mereka akan menyukainya juga. Disamping itu, orang tua akan menjadi panutan utama dalam preferensi (Bolles, 2014). Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu, karena pada umumnya praktik pemberian makanan pada anak-anak lebih sering dilakukan oleh ibu dibandingkan ayah. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Skinner et al. (1998b) menunjukkan kesesuaian yang kuat (82,1-83,3%) dari preferensi makanan antara anak dan anggota keluarga lainnya. Kesamaan antara makanan yang tidak pernah ditawarkan untuk anak dan tidak disukai ibu signifikan pada p-value = 0,005, tetapi untuk ayah tidak signifikan.

Berdasarkan penelitian ini, diketahui lebih banyak ibu yang sangat menyukai sayur yaitu sebanyak 133 (68,9%) ibu dan suka sayur yaitu sebanyak 47 (24,4%) dibandingkan dengan ibu yang tidak menyukai sayur yaitu sebanyak 13 (6,7%) ibu. Jika dihubungkan dengan preferensi sayur pada anak, persentase ibu yang sangat suka sayur dan anaknya sangat suka sayur juga lebih banyak yaitu 64,7% dibandingkan dengan ibu yang suka sayur (19,1%) atau sangat tidak suka sayur (7,7%) tetapi anaknya sangat suka sayur. Berdasarkan angka tersebut dapat diambil kesimpulan memang preferensi ibu dapat mempengaruhi preferensi anak juga.

Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan adanya hubungan antara preferensi ibu dengan preferensi anak terhadap sayur (p-value = 0,000). Hal tersebut sejalan dengan sebuah penelitian meta-analisis dari lima studi mengungkapkan adanya hubungan signifikan dalam preferensi makanan

87

orangtua dengan anak tapi korelasinya lemah (OR = 0,17) (Borah-giddens dan Falciglia, 1993). Hubungan preferensi tersebut tidak berlangsung secara otomatis bahwa dengan ibu menyukai sayur, maka anak akan menyukai sayur dengan begitu saja. Namun terjadi dengan adanya interaksi ibu dan anak. Kebiasaan dan perilaku makan orang tua dapat direfleksikan kepada anaknya (Wardle et al., 2003).

Ibu yang memilih-milih makanan mempengaruhi perilaku pilih-pilih makanan anak-anak mereka. Seorang anak mungkin akan kurang bersedia untuk mencoba makanan baru yang ibunya belum pernah merasakannya. Anak-anak akan kurang menerima makanan asing jika mereka mengamati perilaku orang tua mereka juga memilih-milih makan. Perilaku ibu akan terus mempengaruhi perilaku pilih-pilih makanan anak (Carruth dan Skinner, 2000). Daniel dan Jacob (2012) dalam Carruth dan Skinner (2000) menyatakan anak-anak dengan riwayat keluarga pilih-pilih makanan secara signifikan lebih cenderung menjadi picky eater.

Preferensi ibu terhadap sayur dapat mempengaruhi ketersediaannya. Jika ibu tidak menyukai salah satu jenis sayur, maka akan ada kemungkinan besar bahwa ibu tersebut tidak menyediakan sayur yang tidak disukainya tersebut. Diasumsikan ketika ibu menyukai sayur tertentu, maka ibu tersebut akan membeli dan menyediakannya sesuai dengan sayur yang ia sukai. Bahkan proses memasaknya pun akan sesuai dengan kesukaan ibu. Sehingga akan terbentuk preferensi pada anak sesuai dengan preferensi ibu. Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini memang ditemukan bahwa ibu yang menyukai sayur dan tersedia/menyediakan sayur di rumah lebih tinggi yaitu sebanyak 55 (54,5%) responden, dibandingkan dengan ibu yang tidak suka sayur. Oleh karena itu, perlu diperhatikan juga preferensi ibu terhadap sayur karena akan mempengaruhi preferensi sayur pada anak.

88

6.5.2 Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Anak-anak tidak siap menerima makanan baru atau takut terhadap makanan yang baru, biasa disebut dengan neophobia. Hal tersebut normal pada anak-anak. Biasanya, neophobia dikurangi dengan konsumsi berulang makanan baru (Birch dan Fisher, 1995). Ketersediaan dan akses yang mudah terhadap sayuran memiliki hubungan positif dengan penerimaan dan konsumsi sayuran pada anak. Makanan yang sering tersedia di lingkungan mereka dan mudah diakses akan membuat anak menyukai dan sering mengkonsumsi makanan tersebut (Widiyastuti, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa responden menyatakan tersedia sayur di rumah dalam waktu satu minggu terakhir yaitu sebanyak 96 (49,7%) respoden, responden yang menyatakan kadang-kadang tersedia sayur di rumah sebanyak 89 (46,1%), sedangkan responden yang menyatakan tidak tersedia sayur di rumah sebanyak 8 (4,1%) responden. Sayur yang paling banyak disediakan kepada respoden di rumah dalam satu minggu terakhir adalah bayam. Jika diurutkan berdasarkan tiga urutan sayur yang paling banyak disediakan di rumah adalah bayam sebanyak 64 (33,2%), kangkung sebanyak 37 (19,2%) dan wortel sebanyak 30 (15,5%). Selebihnya tersebar pada sayur sop, sayur asem, kentang, kol, brokoli, buncis, sawi, , taoge, timun, capcay dan jagung. Ada juga yang menyatakan tersedia semua jenis sayur yaitu 3 (1,6%) responden. Disamping itu, ada juga yang menyatakan tidak tersedia sayur dalam satu minggu terakhir yaitu sebanyak 11 (5,7%) responden.

Sebagian besar anak yang menyatakan selalu tersedia sayur dirumah dan suka sayur sebanyak 92 (95,8%) responden, yang menyatakan kadang- kadang tersedia sayur dan suka sayur sebanyak 72 (80,9%) responden, dan yang menyakatan tidak tersedia sayur dan suka sayur hanya 2 (75%) responden. Berdasarkan persentase tersebut dapat terlihat bahwa ketersediaan sayur di rumah dapat mempengaruhi persentase kesukaan/preferensi sayur

89

pada anak-anak. Begitupun jika dilihat berdasarkan hasil analisis uji bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel ketersediaan sayur di rumah dengan preferensi sayur pada anak dengan nilai p-value = 0,004.

Hubungan tersebut sejalan dengan penelitian ekperimental untuk meningkatkan kesukaan anak-anak terhadap sayur yang dilakukan oleh Lakkakula (2011) dengan memberikan/menyediakan sayur secara bertahap menunjukkan bahwa pada akhir 8 minggu intervensi, siswa kelas lima (p- value = 0,00) dan kelas ketiga (p-value = 0,00) menyukai paprika lebih baik dari sebelumnya dan kelas satu menyukai wortel lebih baik dari sebelumnya (p-value = 0,04). Dengan kata lain, dengan tersedianya sayur dan diberikan secara konsisten, akan meningkatkan preferensi anak-anak terhadap sayur.

Penelitian eksperimetal lainnya dilakukan oleh Widiyastuti (2015) dengan menggunakan teknik hidden vegetable menunjukkan ada perbedaan penerimaan sawi hijau (p-value = 0,000), wortel (p-value = 0,011), dan brokoli (p-value = 0,020) pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hidden vegetable adalah metode penambahan puree (bubur) sayuran ke dalam makanan, yang merupakan strategi untuk meningkatkan penerimaan sayuran yang terlepas dari kesukaan anak pada jenis sayuran tertentu. Pada penelitian tersebut subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol diberi hidangan berupa sayuran rebus, sedangkan pada kelompok perlakuan diberi hidangan berupa penambahan puree sayuran.

Oleh karena itu, upaya meningkatkan preferensi anak terhadap sayur dapat dilakukan dengan cara selalu menyediakan sayur di rumah dan membiasakan anak untuk konsumsi atau mencoba sayur dengan berbagai macam jenisnya. Disamping itu, cara hidden vegetable tersebut bisa juga menjadi alternatif jika anak tidak suka sayur dan tidak mau mencoba sayur yang disediakan dengan cara biasa.

90

6.5.3 Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Selain ketersediaan sayur di rumah, perlu juga adanya ketersediaan sayur di sekolah. Karena sekolah adalah lingkungan sehari-hari anak-anak kedua setelah rumah. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa lebih banyak responden menyatakan tidak tersedia sayur di sekolah daripada yang tersedia. Responden yang menyatakan tidak tersedia sayur di sekolah dalam waktu satu minggu terakhir yaitu sebanyak 75 (38,9%), respoden, responden yang menyatakan kadang-kadang tersedia sayur di sekolah sebanyak 71 (36,8%), sedangkan responden yang menyatakan tersedia sayur di sekolah sebanyak 47 (24,4%) responden. Sama halnya dengan ketersediaan sayur di rumah, sayur yang paling banyak disediakan kepada respoden di sekolah dalam satu minggu terakhir adalah bayam. Jika diurutkan berdasarkan tiga urutan sayur yang paling banyak disediakan di rumah adalah bayam sebanyak 33 (17,1%), wortel sebanyak 12 (6,2%) dan sayur sop sebanyak 11 (5,7%). Selebihnya tersebar pada kangkung, sayur asem, kentang, kol, brokoli, buncis, sawi, sayur lodeh, taoge, timun, capcay dan jagung. Ada juga yang menyatakan tersedia semua jenis sayur yaitu 3 (1,6%) responden. Disamping itu, jumlah yang menyatakan tersedia sayur di sekolah lebih sedikit daripada yang menyatakan tersedia sayur di rumah, yaitu sebanyak 85 (44%) responden menyatakan tidak tersedia sayur di sekolah dalam satu minggu terakhir.

Sebagian besar anak yang menyatakan selalu dan kadang-kadang tersedia tersedia sayur di sekolah kemudian anak tersebut sangat suka sayur yaitu masing-masing sebanyak 27 (57,4%%) dan 43 (60,6%) responden, sedangkan yang menyakatan tidak tersedia sayur dan sangat suka sayur sebanyak 26 (34,7%) responden. Jika dilihat berdasarkan hasil uji analisis bivariat, variabel ketersediaan sayur di sekolah juga merupakan variabel yang berhubungan dengan preferensi sayur pada anak (p-value = 0,010), sama halnya dengan ketersedian sayur di rumah. Sesuai dengan hasil penelitian

91

Lakkakula (2011) bahwa dengan tersedianya sayur dapat meningkatkan preferensi sayur pada anak-anak.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sayur di sekolah merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Walaupun anak tidak berada di rumah, namun sayur masih bisa dikonsumsi oleh anak, baik dengan cara membeli di kantin sekolah atau dengan dibekali oleh orang tua dari rumah. Selain itu juga bisa diatasi dengan adanya kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua untuk menyelenggarakan catering secara kolektif. Sehingga ketersediaan sayur di sekolah ini bukan hanya tanggungjawab orang tua saja, melainkan pihak sekolah pun harus memperhatikan ketersediaan sayur di sekolah agar kebutuhan sayur anak masih tetap terjaga. Menimbang waktu sekolah anak yang cukup padat dan lama. Sehingga anak cukup lama menghabiskan waktunya di sekolah. Jika hal tersebut tidak diperhatikan, dikhawatirkan kebutuhan gizi anak kurang mencukupi kebutuhan minimal yang dianjurkan.

92

8 BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 sangat menyukai sayur dengan persentase 49,7%. 2. Berdasarkan karakteristik individu responden, sebagian besar siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 laki-laki dengan persentase 50,3% dan memiliki pengetahuan sayur yang baik dengan persentase 57%. 3. Berdasarkan karakteristik makanan, sebagian besar siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 menyatakan bahwa rasa (94,3%), warna (86%), tekstur (75,6%), proses memasak (91,2%), bentuk (87%) dan bumbu (86%) adalah faktor yang penting dalam menyukai sayur. 4. Berdasarkan karakteristik lingkungannya, sebagian besar siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 memiliki ibu yang sangat menyukai sayur (68,9%), tersedia sayur di rumah (95,9%) dan tersedia sayur di sekolah (61,1%). 5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) dengan preferensi sayur pada siswa- siswi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 dengan p-value berturut-turut 0, 708 dan 0,403. 6. Ada hubungan yang signifikan antara variabel karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 dengan p-value berturut-turut 0,000; 0,004 dan 0,010.

93

7.2 Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

7.2.1 Bagi Orang Tua 1. Tetap mempertahankan preferensi sayur anak yang sudah baik dan membantu meningkatkan preferensi sayur anak, terutama yang masih belum menyukai sayur, dengan selalu menyediakan dan membiasakan anak makan sayur setiap hari. Cara hidden vegetable bisa menjadi alternatif jika anak tidak suka sayur dan tidak mau mencoba sayur yang disediakan dengan cara biasa. 2. Sebaiknya orang tua memberikan contoh yang baik dalam praktik makan sayur dan makan makanan yang sehat serta kaya akan gizi lainnya. 3. Sebaiknya orang tua memperhatikan cara pemberian makan terhadap anak-anak beserta dengan situasiya. Sikap yang hangat, ramah, menciptakan suasana yang nyaman, tenang, mengungkapkan kasih sayang dengan senyuman dan pelukan, dapat menimbulkan nafsu makan pada anak. 4. Orang tua perlu memperhatikan ketersediaan sayur bagi anak di sekolah, dapat dilakukan dengan membekali anak sayur dari rumah.

7.2.2 Bagi Pihak Sekolah 1. Pihak sekolah perlu memperhatikan ketersediaan sayur bagi siswa- siswinya di sekolah, bisa dilakukan dengan cara menyediakan sayur di kantin. Selain itu juga bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua untuk menyelenggarakan catering secara kolektif. 2. Membantu meningkatkan preferensi sayur siswa-siswinya dengan cara memberikan edukasi mengenai pentingnya makan sayur.

7.2.3 Bagi Peneliti Lain 1. Variabel kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah berhubungan dengan preferensi sayur

94

anak-anak, sehingga penelitian lebih lanjut terhadap variabel-variabel tersebut sangat dianjurkan. 2. Melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan analisis yang lebih mendalam lagi seperti analisis multivariat. 3. Melakukan penelitian kembali tentang preferensi sayur pada anak-anak, dengan menambah variabel-variabel baru yang belum ada pada penelitian ini.

95

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2010) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Andea, R. (2010) Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet pada Remaja. Universitas Sumatera Utara.

Ariani, M. (2004) Analisis Perkembangan Konsumsi. Bogor.

Asy‟ariyah, N. Z., Arief, Y. S. and Krisnana, I. (2015) „Storytelling Sebagai Upaya Meningkatkan Konsumsi Sayur‟, Jurnal Pediomaternal, 3(1).

Birch, L. L. (1998) „Symposium : The Effects of Childhood Diet on Adult Health and Disease Psychological Influences on the Childhood Diet 1‟, The Journal of Nutrition, pp. 407–410.

Birch, L. L. and Fisher, J. a (1995) „Appetite and eating behavior in children.‟, Pediatric clinics of North America. Elsevier Masson SAS, 42(4), pp. 931–53. doi: 10.1016/S0031-3955(16)40023-4.

Birch, L. L. and Fisher, J. O. (1997) „Development of Eating Behaviors Among Children and Adolescents‟, Pediatrics, 101(3 (Pt 2)), pp. 539–549.

Blatt, A. D., Roe, L. S. and Rolls, B. J. (2011) „Hidden vegetables : an effective strategy to reduce energy intake and increase vegetable intake in adults 1 – 3‟, American Journal of Clinical Nutrition, (C). doi: 10.3945/ajcn.110.009332.

Bolles, R. C. (2014) The Hedonics of Taste. New York: Psychology Press.

Borah-giddens, J. and Falciglia, G. A. (1993) „A Meta-Analysis of the Relationship in Food Preferences between Parents and Children‟, Journal of Nutrition Education. Society for Nutrition Education and Behavior, 25(3), pp. 102–107. doi: 10.1016/S0022-3182(12)80565-6.

Brown, J. E. (2011) Nutrition Through the Life Cycle. Fourth. Belmont: Cengange Learning.

96

Carruth, B. R. and Skinner, J. D. (2000) „Revisiting the Picky Eater Phenomenon: Neophobic Behaviors of Young Children‟, Journal of the American College of Nutrition, 19(6), pp. 771–780. doi: 10.1080/07315724.2000.10718077.

Chok, A. L. I. (2005) Children’s Health, Dietary Preferences, Snack Food Intake, Salt Intake and Obesity. New South Wales.

Chu, Y. L., Farmer, A., Fung, C., Kuhle, S. and Veugelers, P. (2013) „Fruit and vegetable preferences and intake: Among children in Alberta‟, Canadian Journal of Dietetic Practice and Research, 74(1), pp. 21–27. doi: 10.3148/74.1.2013.21.

Cooke, L. J. and Wardle, J. (2005) „Age and gender differences in children‟s food preferences.‟, The British journal of nutrition, 93(5), pp. 741–746. doi: 10.1079/bjn20051389.

Dahl, W. J. (2014) Puréed Foods for Swallowing Problems 1 What is an ideal puréed food. Available at: http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/FS/FS16800.pdf.

Dewi, Y. (2013) „Studi Deskriptif: Persepsi dan Perilaku Makan Buah dan Sayur pada Anak Obesitas dan Orang Tua‟, Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1).

Drewnowski, A. and Hann, C. (1999) „Food preferences and reported frequencies of food consumption as predictors of current diet in young women 1 – 3‟, The American Jornal of Clinical Nutrition, 70, pp. 28–36.

Drewnowski, A., Kurth, C., Holden-Wiltse, J. and Saari, J. (1992) „Food preferences in human obesity: Carbohydrates versus fats‟, Appetite, 18(3), pp. 207–221. doi: 10.1016/0195-6663(92)90198-F.

Fatmah (2010) Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Fildes, A., Mallan, K. M., Cooke, L., Jaarsveld, C. H. M. Van, Llewellyn, C. H., Fisher, A. and Daniels, L. (2015) „The relationship between appetite and food preferences in British and Australian children‟, International Journal of

97

Behavioral Nutrition and Physical Activity. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, pp. 1–10. doi: 10.1186/s12966-015-0275-4.

Irianti, S. and dkk (2013) Riset Kesehatan Dasar Dalam Angka : Provinsi Banten 2013 (Buku 2). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. doi: 10.13140/RG.2.1.2396.1448.

Irianti, S., Yunianto, A., Herman, M. J. and Putri, D. S. K. (2013) Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Banten 2013 (Buku 1). 1st edn, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI. 1st edn. Edited by A. Suwandono, A. Musadad, and S. Herman. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI. doi: 10.13140/RG.2.1.1052.6562.

„Kamus Besar Bahasa Indonesia‟ (no date). Available at: http://kbbi.web.id/sayur.

Kemenkes (2014) „Pedoman Gizi Seimbang‟, p. 99.

Khoirina, A., Gandaasri, A. S., Septiani, A., Akin, A., Savitri, A., Magdalena, C., Devi, Q. S., Mursalina, Utami, T. W. and Larasaty, Y. F. (2015) Gambaran Food Preferences pada Siswa-Siswi Obesitas di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015.

Kpodo, F. M., Mensah, C. and Dzah, C. S. (2015) „Fruit and Vegetable Consumption Patterns and Preferences of Students in a Ghanaian Polytechnic.‟, World Journal of Nutrition and Health., 3(3), pp. 53–59. doi: 10.12691/jnh-3-3-2.

Lakkakula, A. P. (2011) Building Children’S Liking and Preferences for Fruits and Vegetables Through School-Based Interventions. Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College.

Lakkakula, A. P., Zanovec, M., Silverman, L., Murphy, E. and Tuuri, G. (2008) „Black Children with High Preferences for Fruits and Vegetables Are at Less Risk of Being at Risk of Overweight or Overweight‟, Journal of the American Dietetic Association, 108(11), pp. 1912–1915. doi: 10.1016/j.jada.2008.08.019.

98

Lapau, B. (2013) Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Mac, M., Iomaire, C. and Lydon, J. (2011) The Current State of Cooking in Ireland : The Relationship between Cooking Skills and Food Choice The Current State of Cooking in Ireland : The, School of Culinary Arts and Food Technology. Dublin. Available at: http://arrow.dit.ie/tfschafart Recommended.

Mallan, K. M., Fildes, A., Magarey, A. M. and Daniels, L. A. (2015) „The Relationship between Number of Fruits, Vegetables, and Noncore Foods Tried at Age 14 Months and Food Preferences, Dietary Intake Patterns, Fussy Eating Behavior, and Weight Status at Age 3.7 Years‟, Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics. Elsevier Inc, pp. 11–15. doi: 10.1016/j.jand.2015.06.006.

Maryam, A. (2011) Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Dasar Tentang Manfaat Konsumsi Sayur-Mayur di Sekolah Dasar Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Universitas Sumatera Utara.

Nicklaus, S., Boggio, V., Chabanet, C. and Issanchou, S. (2004) „A prospective study of food preferences in childhood‟, Food Quality and Preference, 15(7–8 SPEC.ISS.), pp. 805–818. doi: 10.1016/j.foodqual.2004.02.010.

Nugraheni, C. S. (2016) Pengalaman Menarche Anak Sekolah Dasar Negeri Ngrukeman Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Available at: file:///F:/body image- menarche/NASKAH PUBLIKASI CHRIS SHANDI NUGRAHENI.pdf.

Park, E. (2015) „Eating Habits and Food Preferences of Elementary School Students in Urban and Suburban Areas of Daejeon‟, Clinical Nutrition Research, 4, pp. 190– 200.

Piaget (2004) „Developmental Psychology‟, Thinking. doi: 10.1001/jama.1959.03010060123035.

Proverawati, A., Prawirohartono, E. P. and Kuntjoro, T. (2008) „Jenis kelamin anak ,

99

pendidikan ibu , dan motivasi dari guru serta hubungannya dengan preferensi makanan sekolah pada anak prasekolah di TK Universitas Muhammadiyah Purwokerto‟, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 5(2), pp. 78–83.

Riskesdas (2013) „Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013‟, Laporan Nasional 2013, p. 1. doi: 10.3406/arch.1977.1322.

Santrock, J. W. (2003) Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Septiani, A., Khoirina, A., Savitri, A., Wahyuni, R. and Utami, T. W. (2014) faktor- faktor yang berhubungan dengan obesitas pada siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Jakarta tahun 2014. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sijtsema, S., Linnemann, A., Gaasbeek, T. van, Dagevos, H. and Jongen, W. (2002) „Variables Influencing Food Perception Reviewed for Consumer-Oriented Product Development‟, Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 42(6), pp. 565–581. doi: 10.1080/20024091054256.

Skinner, J., Ruth Carruth, B., Moran, J., Houck, K., Schmidhammer, J., Reed, A., Coletta, F., Cotter, R. and Ott, D. (1998) „Toddlers‟ Food Preferences: Concordance with Family Members‟ Preferences‟, Journal of Nutrition Education, 30(1), pp. 17–22. doi: 10.1016/S0022-3182(98)70270-5.

Sophia, A. and Madanijah, S. (2014) „Pola Asuh Makan Ibu Serta Preferensi Dan Konsumsi Sayur Dan Buah Anak Usia Sekolah Di Bogor‟, Jurnal Gizi Pangan, 9(November), pp. 151–158.

Sucihatiningsih, Sutrasmawati, E. and Fajarini, I. (2009) „Analisis Persepsi dan Preferensi Ibu Rumah Tangga Terhadap Produk Pangan Olahan Berbasis Tepung Ubi Jalar dalam Meningkatkan Keanekaragaman Pangan‟, JEJAK, 2, pp. 80–90.

Suhardjo (1986) Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.

Suhardjo (1989) Sosio Budaya Gizi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB.

100

Supartini, Y. (2004) Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.

Suswanti, I. (2013) „Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012‟. doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.

Tarwotjo, S. (2007) Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo. Available at: https://books.google.co.id/books?id=_pqpNXwUVQgC&pg=PA118&dq=jenis+ sayur- mayur&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjwlJuxzuXRAhVGuo8KHcxoCe4Q6AEI RzAI#v=onepage&q=jenis sayur-mayur&f=false.

Tiyas, Y. T. C. (2009) Preferensi pangan anak sekolah dasar di kota bogor. Intitut Pertanian Bogor.

Ulfah, M. I. (2008) Perilaku hidup bersih dan sehat, pengetahuan gizi dan pola asuh kaitannya dengan diare anak balita, di desa cikarawang bogor ima maryana ulfah. Institut Pertanian Bogor.

USDA (2011) Compendium of Surveys for Fruit and Vegetable Consumption and Physical Activity. 2010th–2011th edn. California.

Wade, C. (2008) Psikologi. ke-9. Jakarta: Erlangga. Available at: https://books.google.co.id/books?id=UgRK0UM3d00C&printsec=frontcover&d q=Wade,+carole+dan+Carol+Tavris.+2008.+Psikologi+(edisi+pertama).+Erlang ga:+Jakarta&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjcnIf9gIPUAhWHrI8KHUgECt0Q6 AEIKzAB#v=onepage&q=rasa&f=false.

Wardle, J., Herrera, M.-L., Cooke, L. and Gibson, E. L. (2003) „Modifying children‟s food preferences: the effects of exposure and reward on acceptance of an unfamiliar vegetable.‟, European journal of clinical nutrition, 57, pp. 341–8. doi: 10.1038/sj.ejcn.1601541.

Wardle, J., Sanderson, S., Leigh Gibson, E. and Rapoport, L. (2001) „Factor-analytic structure of food preferences in four-year-old children in the UK.‟, Appetite, 37(3), pp. 217–23. doi: 10.1006/appe.2001.0423.

101

Weaver, M. R. (1998) Food preferences of men and women determined by questionnaire and feeding. Faculty of Texas Tech University.

Widiyastuti, L. (2015) Intervensi Hidden Vegetable Terhadap Penerimaan Sayuran Pada Anak Prasekolah Di TK PGRI 21 Karangasem Kota Semarang, Fk Undip.

Widyawati, I. K. (2009) Analisis Preferensi Pangan Masyarakat dan Daya Dukung Gizi Menuju Pencapaian Diversifikasi Pangan Kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Wright, C. M., Parkinson, K. N., Shipton, D. and Drewett, R. F. (2007) „How do toddler eating problems relate to their eating behavior, food preferences, and growth?‟, Pediatrics, 120(4), pp. e1069-75. doi: 10.1542/peds.2006-2961.

102

LAMPIRAN

103

9 Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan

104

10 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

105

11 Lampiran 3 Formulir Semi Quantitative FFQ untuk Studi Pendahuluan

Nama : Jenis Kelamin : Kelas : No. HP : Formulir Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire

Nama Masakan Jumlah Frekuensi Konsumsi Tidak Ket. (Porsi/ x/hari x/minggu x/bulan Pernah (Diisi URT) Peneliti) Sayur Sop Sayur Lodeh Sayur Bayam Sayur Asem Sayur Oyong Daun Singkong Sayur Daun Pepaya Sayur Daun Katuk Tumis Jagung Muda (Putren) Capcay Tumis Kangkung Tumis Kacang Panjang Tumis Labu Tumis Jamur Tumis Buncis Tumis Taoge Tumis Brokoli Terong Balado Terong Tumis Kecap Tumis Pare Basah Tumis Genjer Gado-Gado Ketoprak Sambal Goreng Kentang Tumis Sawi Putih Tumis Sawi Hijau Soto Bandung Soto Betawi Soto Lamongan Krim Sup Jagung Lainnya…

106

12 Lampiran 4 Data Hasil Studi Pendahuluan

A. Sepuluh masakan tersering dikonsumsi: 1. Sayur sop 2. Sayur bayam 3. Sambal goreng kentang 4. Tumis taoge 5. Sayur asem 6. Gado-gado 7. Ketoprak 8. Tumis brokoli 9. Soto Betawi 10. Tumis kangkung B. Sepuluh masakan tebanyak dikonsumsi: 1. Gado-gado 2. Ketoprak 3. Sayur sop 4. Sayur bayam 5. Soto Betawi 6. Sayur asem 7. Krimsup jagung 8. Tumis brokoli 9. Tumis kangkung 10. Capcay C. Masakan yang termasuk ke dalam sepuluh masakan tersering dan sepuluh masakan terbanyak yang dikonsumsi 1. Sayur sop 2. Sayur bayam 3. Sambal goreng kentang 4. Tumis taoge 5. Sayur asem 6. Gado-gado 7. Ketoprak 8. Tumis brokoli 9. Soto Betawi 10. Tumis kangkung 11. Soto Betawi 12. Capcay 13. Krim sup jagung

107

13 Lampiran 5 Lembar Persetujuan

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 Dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017.

Oleh: Arina Muthia Nursani

Saya adalah mahasiswi Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Skripsi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk memberikan jawaban atau tanggapan sesuai dengan pendapat Anda sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas responden. Informasi yang Anda berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Anda bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika Anda bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silakan Anda menandatangani formulir ini.

Hari/Tanggal : ……………,……………… ... Pengumpul Data : ……………………………… No. responden : ……………………………… Tanda Tangan :

(………………………………………………...)

108

14 Lampiran 6 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Anak

DAFTAR PERTANYAAN TENTANG KUESIONER PREFERENSI SAYUR

No. Responden […..]

Isilah titik-titik‎dan‎tandai‎pilihan‎di‎bawah‎ini‎dengan‎(‎√‎)‎atau‎(‎O‎)! Item Pertanyaan Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan lingkari (O) atau beri tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai! A. Karakteristik Individu A1. Nama Lengkap : ...... A2. Kelas : ...... A3. Tempat/Tanggal Lahir : ...... A4. Usia : ...... tahun A5. Jenis Kelamin : 0. Laki-laki 1. Perempuan A6. No. HP (Jika ada) : …………………………… Petunjuk Pengisian: Beri tanda silang (x) atau lingkari (o) pada jawaban yang menurut Anda benar! B. Pengetahuan Sayur B1. Sayur banyak mengandung... a. Vitamin dan Mineral b. Protein c. Karbohidrat dan Lemak B2. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Makanan yang termasuk ke dalam zat pengatur tubuh adalah… a. Tahu, tempe, ikan, dan daging b. Nasi, jagung, , dan singkong c. Bayam, kangkung, sawi, dan kacang B3. Nasi adalah sebagai sumber… a. Lemak dan Protein b. Vitamin dan Mineral c. Karbohidrat dan Glukosa B4. Penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin C adalah… a. Sariawan dan Anemia (kurang darah) b. Gatal-gatal dan Penyakit Mata c. Beri-beri dan Sakit Kepala B5. Contoh menu makanan: sayur, buah, ikan dan susu. Agar menu makanan tersebut lengkap perlu ditambahkan makanan yang mengandung… a. Protein b. Mineral c. Karbohidrat B6. Asupan sayuran yang mengandung serat dapat memberi manfaat kepada

109

kesehatan organ apa? a. Usus b. Mata c. Jantung B7. Sayur kangkung banyak mengandung : a. Serat dan Zat Besi (Fe) b. Protein dan Karbohidrat c. Lemak dan Mineral B8. Contoh sayuran yang banyak mengandung zat besi (Fe) adalah? a. Sawi, Daun Bayam, Kentang b. Kangkung, Daging Sapi dan Ati c. Jagung dan Singkong B9. Kandungan zat gizi karbohidrat banyak terdapat dalam sayuran jenis apa? a. Sayuran padi dan umbi (seperti gandum) b. Sayuran berdaun hijau (seperti bayam) c. Sayuran polong atau bijian (seperti buncis) B10. Sayur seperti wortel banyak mengandung vitamin apa? a. Vitamin B dan D b. Vitamin A dan C c. Vitamin E Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan beri tanda silang (x) atau lingkari (o) pada jawaban yang menurut Anda benar! C. Ketersediaan C1. Apakah di rumah tersedia sayur? (dalam satu minggu terakhir) 1. Tidak pernah (lanjut ke C3) 2. Kadang-kadang (jika minimal satu kali dalam seminggu) 3. Selalu (jika setiap hari) 4. Tidak tahu C2. Kapan tersedia sayur di rumah? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Sarapan 2. Makan siang 3. Makan malam 4. Selingan C3. Sayur apa yang sering tersedia di rumah? Sebutkan! ...... C4. Apakah di sekolah tersedia sayur? (dalam satu minggu terakhir) 1. Tidak pernah (lanjut ke C6) 2. Kadang-kadang (jika minimal satu kali dalam seminggu) 3. Selalu (jika setiap hari) 4. Tidak tahu C5. Kapan tersedia sayur di sekolah? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Sarapan 2. Makan siang 3. Makan malam 4. Selingan C6. Sayur apa yang sering tersedia di sekolah? Sebutkan! ......

110

D. Preferensi Sayur Anak

Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini? Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda. (4) (3) (2) (1) Ruang Selalu Kadang Mau Sama Entry Nama Sayur Dihabis Dimakan Makan Sekali (Diisi kan Kadang Kalau Tidak Mau oleh Tidak Terpaksa Makan peneliti) Sayur Sop Wortel Kentang Buncis Kol Sayur Bayam Bayam Jagung Sambal Goreng Kentang Kentang Tumis Taoge Taoge Sayur Asem Labu Daun melinjo Melinjo Kacang panjang Kacang tanah Jagung Gado-gado Taoge Jagung Kangkung Kacang panjang Timun Ketoprak Taoge Tumis Brokoli Brokoli Soto Betawi Kol Kentang Tumis Kangkung Kangkung Capcay Buncis

111

Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini? Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda. (4) (3) (2) (1) Ruang Selalu Kadang Mau Sama Entry Nama Sayur Dihabis Dimakan Makan Sekali (Diisi kan Kadang Kalau Tidak Mau oleh Tidak Terpaksa Makan peneliti) Wortel Putren (Jagung Muda) Krim Sup Jagung Jagung

E. Faktor Makanan

Berikut adalah beberapa kriteria yang terkait dalam penerimaan atau pemilihan sayur. Kamu diminta untuk menimbang sejauh mana pentingnya masing-masing kriteria tersebut ketika memilih sayur. Petujuk pengisian : Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda pada masing-masing kriteria saat memilih sayur. Kemudian sebutkan masing-masing kriteria makanan (Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) yang paling Anda sukai.

Kategori Jenis yang Ruang (1) (2) (3) (4) Paling Entry Kriteria Sangat Tidak Penting Sangat Disukai (Diisi No. oleh Makanan Tidak Penting Penting (boleh peneliti) Penting lebih dari 1 jenis)

E1 Rasa

E2 Warna

E3 Tekstur

E4 Proses Memasak

E5 Bentuk

E6 Bumbu

112

Keterangan: Berikut adalah contoh-contoh kriteria makanan: 1. Rasa: Manis, Asin, Asam, Pahit, dll. 2. Warna: Merah, Kuning, Oranye, Hijau, Putih, Ungu, dll. 3. Tekstur: Halus, Kasar, Keras, Renyah, Rapuh, Empuk, Kenyal, Encer, Kental, Lengket, Kering, Lembab, Basah, Berair, Berlemak, Berminyak, dll. 4. Proses Memasak: Direbus, Ditumis, Digoreng, Dibakar, Dikukus, Dipepes, dll. 5. Bentuk: Potongan Panjang, Cincang Halus, Segi Lima, Lingkaran, Setengah Lingkaran, Bulat Kecil, Bulat Besar, Iris Tipis Panjang, Iris Tipis Pendek, dll. 6. Bumbu: Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Cabe Merah, Cabe Hijau, Cabe Rawit, Kemangi, Lada Hitam, Merica, Kapulaga, Serai, Cengkeh, Jahe, Kunyit, Daun Mint, Kayu Manis, dll.

113

15 Lampiran 7 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Ibu

No. Responden […..]

Isilah titik-titik‎dan‎tandai‎pilihan‎di‎bawah‎ini‎dengan‎(‎√‎)‎atau‎(‎O‎)!

Ruang Entry Item Pertanyaan (Diisi oleh Pengumpul Data) Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan lingkari (O) atau beri tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai! F. Karakteristik Individu

F1. Nama Lengkap : ...... F2. No.Telp/Handpohone : ...... F3. Tempat/Tanggal Lahir : ...... F4. Usia : ...... tahun F5. Pekerjaan : ...... F6. Pendidikan Terakhir : ...... F6 [ ] 1. Tamat SD 2. Tamat SMP 3. Tamat SMA/SMK/SMEA 4. Tamat Perguruan Tinggi F7. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah yang dihuni saat ini ...... orang Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan lingkari (O) atau beri tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai! G. Ketersediaan

G1. Apakah di rumah tersedia sayur? (dalam satu minggu G1 [ ] terakhir)

1. Tidak pernah (lanjut ke C3)

2. Kadang-kadang (jika minimal 1 kali dalam seminggu)

3. Selalu (jika setiap hari)

4. Tidak tahu

G2. Kapan tersedia sayur di rumah? (jawaban boleh lebih dari G2 [ ] satu)

1. Sarapan

2. Makan siang

3. Makan malam

4. Selingan G3 [ ] G3. Sayur apa yang sering tersedia di rumah? Sebutkan! ...... G4. Apakah di sekolah tersedia sayur? (dalam satu minggu G4 [ ] terakhir)

1. Tidak pernah (lanjut ke C6) 2. Kadang-kadang (jika minimal 1 kali dalam seminggu)

114

3. Selalu (jika setiap hari) 4. Tidak tahu G5 [ ] G5. Kapan tersedia sayur di sekolah? (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Sarapan 2. Makan siang 3. Makan malam 4. Selingan G6 [ ] G6. Sayur apa yang sering tersedia di sekolah? Sebutkan! ......

H. Preferensi Sayur Ibu

Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini? Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda. (4) (3) (2) (1) Ruang Selalu Kadang Mau Sama Entry Nama Sayur Dihabis Dimakan Makan Sekali (Diisi kan Kadang Kalau Tidak Mau oleh Tidak Terpaksa Makan peneliti) Sayur Sop Wortel Kentang Buncis Kol Sayur Bayam Bayam Jagung Sambal Goreng Kentang Kentang Tumis Taoge Taoge Sayur Asem Labu Daun melinjo Melinjo Kacang panjang Kacang tanah Jagung Gado-gado Taoge Jagung Kangkung Kacang panjang Timun

115

Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini? Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda. (4) (3) (2) (1) Ruang Selalu Kadang Mau Sama Entry Nama Sayur Dihabis Dimakan Makan Sekali (Diisi kan Kadang Kalau Tidak Mau oleh Tidak Terpaksa Makan peneliti) Ketoprak Taoge Tumis Brokoli Brokoli Soto Betawi Kol Kentang Tumis Kangkung Kangkung Capcay Buncis Wortel Putren (Jagung Muda) Krim Sup Jagung Jagung

I. Faktor Makanan

Berikut adalah beberapa kriteria yang terkait dalam penerimaan atau pemilihan sayur. Anda diminta untuk menimbang sejauh mana pentingnya masing-masing kriteria tersebut ketika memilih sayur. Petujuk pengisian : Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda pada masing-masing kriteria saat memilih sayur. Kemudian sebutkan masing-masing kriteria makanan (Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) yang paling Anda sukai.

116

Kategori Jenis yang Paling Kriteria (1) (2) (3) (4) No. Disukai Makanan Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Penting (boleh lebih dari 1 jenis) Penting

I1 Rasa

I2 Warna

I3 Tekstur

I4 Proses Memasak

I5 Bentuk

I6 Bumbu

Keterangan: Berikut adalah contoh-contoh kriteria makanan: 1. Rasa: Manis, Asin, Asam, Pahit, dll. 2. Warna: Merah, Kuning, Oranye, Hijau, Putih, Ungu, dll. 3. Tekstur: Halus, Kasar, Keras, Renyah, Rapuh, Empuk, Kenyal, Encer, Kental, Lengket, Kering, Lembab, Basah, Berair, Berlemak, Berminyak, dll. 4. Proses Memasak: Direbus, Ditumis, Digoreng, Dibakar, Dikukus, Dipepes, dll. 5. Bentuk: Potongan Panjang, Cincang Halus, Segi Lima, Lingkaran, Setengah Lingkaran, Bulat Kecil, Bulat Besar, Iris Tipis Panjang, Iris Tipis Pendek, dll. 6. Bumbu: Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Cabe Merah, Cabe Hijau, Cabe Rawit, Kemangi, Lada Hitam, Merica, Kapulaga, Serai, Cengkeh, Jahe, Kunyit, Daun Mint, Kayu Manis, dll.

117

16 Lampiran 8 Output Analisis Data Software Komputer

1. Gamabaran Preferensi Sayur Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Statistics Preferensi_Anak_4kat Valid 193 N Missing 0 Mean 3,3782 Median 3,0000 Std. Deviation ,68991

Preferensi_Anak_4kat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent tidak suka 23 11,9 11,9 11,9 suka 74 38,3 38,3 50,3 Valid sangat suka 96 49,7 49,7 100,0 Total 193 100,0 100,0

2. Gambaran Jenis Kelamin Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics Jenis Kelamin N Valid 193 Missing 0 Mean .50 Median .00 Mode 0 Std. Deviation .501 Jenis Kelamin Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid laki-laki 97 50.3 50.3 50.3 perempuan 96 49.7 49.7 100.0 Total 193 100.0 100.0

118

3. Gambaran Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics Kat_Pengetahuan_median N Valid 193 Missing 0 Mean .5699 Median 1.0000

Kat_Pengetahuan_median Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang 83 43.0 43.0 43.0 baik 110 57.0 57.0 100.0 Total 193 100.0 100.0

4. Gambaran Penilaian Rasa Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics kat_rasa N Valid 193 Missing 0 Mean .0570 Median .0000 Mode .00 Std. Deviation .23244

kat_rasa Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid penting 182 94.3 94.3 94.3 tidak penting 11 5.7 5.7 100.0 Total 193 100.0 100.0

5. Gambaran Penilaian Warna Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics kat_warna N Valid 193 Missing 0 Mean .1399 Median .0000 Mode .00 Std. Deviation .34778

119

kat_warna Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid penting 166 86.0 86.0 86.0 tidak penting 27 14.0 14.0 100.0 Total 193 100.0 100.0

6. Gambaran Penilaian Tekstur Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics kat_tekstur N Valid 193 Missing 0 Mean .2435 Median .0000 Mode .00 Std. Deviation .43032 kat_tekstur Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid penting 146 75.6 75.6 75.6 tidak penting 47 24.4 24.4 100.0 Total 193 100.0 100.0

7. Gambaran Penilaian Proses Memasak Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics kat_prosesmasak N Valid 193 Missing 0 Mean .0881 Median .0000 Mode .00 Std. Deviation .28415 kat_prosesmasak Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid penting 176 91.2 91.2 91.2 tidak penting 17 8.8 8.8 100.0 Total 193 100.0 100.0

120

8. Gambaran Penilaian Bentuk Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics kat_bentuk N Valid 193 Missing 0 Mean .1295 Median .0000 Mode .00 Std. Deviation .33666

kat_bentuk Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid penting 168 87.0 87.0 87.0 tidak penting 25 13.0 13.0 100.0 Total 193 100.0 100.0

9. Gambaran Penilaian Bumbu Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics kat_bumbu N Valid 193 Missing 0 Mean .1399 Median .0000 Mode .00 Std. Deviation .34778

kat_bumbu Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid penting 166 86.0 86.0 86.0 tidak penting 27 14.0 14.0 100.0 Total 193 100.0 100.0

121

10. Gambaran Kesukaan Orang Tua Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics Preferensi_Ibu_4kat Valid 193 N Missing 0 Mean 3,6218 Median 4,0000 Std. Deviation ,60977

Preferensi_Ibu_4kat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent tidak suka 13 6,7 6,7 6,7 suka 47 24,4 24,4 31,1 Valid sangat suka 133 68,9 68,9 100,0 Total 193 100,0 100,0

11. Gambaran Ketersediaan di Rumah Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics Ketersediaan3k_rumah_anak N Valid 193 Missing 0 Mean 1.4560 Median 1.0000 Std. Deviation .57679

Ketersediaan3k_rumah_anak Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak tersedia 8 4.1 4.1 4.1 kadang tersedia 89 46.1 46.1 50.3 selalu tersedia 96 49.7 49.7 100.0 Total 193 100.0 100.0

122

12. Gambaran Ketersediaan di Sekolah Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Statistics Ketersedian3k_sekolah_anak N Valid 193 Missing 0 Mean .8549 Median 1.0000 Std. Deviation .78375

Ketersedian3k_sekolah_anak Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak tersedia 75 38.9 38.9 38.9 kadang tersedia 71 36.8 36.8 75.6 selalu tersedia 47 24.4 24.4 100.0 Total 193 100.0 100.0

13. Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Crosstab ScorePreferensi_4kat Total tidak suka suka sangat suka Count 11 40 46 97 laki-laki % within Jenis 11,3% 41,2% 47,4% 100,0% Kelamin Jenis Kelamin Count 12 34 50 96 perempuan % within Jenis 12,5% 35,4% 52,1% 100,0% Kelamin Count 23 74 96 193 Total % within Jenis 11,9% 38,3% 49,7% 100,0% Kelamin

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square ,691a 2 ,708 Likelihood Ratio ,692 2 ,707 Linear-by-Linear Association ,124 1 ,724 N of Valid Cases 193 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,44.

123

14. Hubungan Pengetahuan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Crosstab ScorePreferensi_4kat Total tidak suka suka sangat suka Count 8 36 39 83 % within 9,6% 43,4% 47,0% 100,0% kurang Kat_Pengetahua Kat_Pengetahu n_median an_median Count 15 38 57 110 % within 13,6% 34,5% 51,8% 100,0% baik Kat_Pengetahua n_median Count 23 74 96 193 % within 11,9% 38,3% 49,7% 100,0% Total Kat_Pengetahua n_median

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square 1,818a 2 ,403 Likelihood Ratio 1,824 2 ,402 Linear-by-Linear Association ,007 1 ,934 N of Valid Cases 193 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,89.

15. Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Preferensi_Ibu_4kat * Preferensi_Anak_3kat Crosstabulation

Preferensi_Anak_3kat

suka sangat suka Total Preferensi_Ibu_4kat tidak suka Count 12 1 13 % within Preferensi_Ibu_4kat 92.3% 7.7% 100.0% suka Count 38 9 47 % within Preferensi_Ibu_4kat 80.9% 19.1% 100.0% sangat suka Count 47 86 133 % within Preferensi_Ibu_4kat 35.3% 64.7% 100.0% Total Count 97 96 193 % within Preferensi_Ibu_4kat 50.3% 49.7% 100.0%

124

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Value df sided)

Pearson Chi-Square 38.633a 2 .000

Likelihood Ratio 41.820 2 .000

Linear-by-Linear Association 35.711 1 .000

N of Valid Cases 193

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.47.

16. Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 17. Ketersediaan3k_rumah_anak * Preferensi_Anak_2kat Crosstabulation

Preferensi_Anak_2kat

tidak suka suka Total Ketersediaan3k tidak tersedia Count 2 6 8 _rumah_anak % within 25.0% 75.0% 100.0% Ketersediaan3k_rumah_anak kadang tersedia Count 17 72 89 % within 19.1% 80.9% 100.0% Ketersediaan3k_rumah_anak tersedia Count 4 92 96 % within 4.2% 95.8% 100.0% Ketersediaan3k_rumah_anak Total Count 23 170 193 % within 11.9% 88.1% 100.0% Ketersediaan3k_rumah_anak

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Value df sided)

Pearson Chi-Square 11.174a 2 .004

Likelihood Ratio 11.933 2 .003

Linear-by-Linear Association 10.687 1 .001

N of Valid Cases 193

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .95.

125

18. Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017

Crosstab ScorePreferensi_4kat Total tidak suka suka sangat suka Count 14 35 26 75 tidak % within 18,7% 46,7% 34,7% 100,0% tersedia Ketersediaan3k _sekolah_anak Count 4 24 43 71 Ketersediaan % within 5,6% 33,8% 60,6% 100,0% 3k_sekolah_a tersedia Ketersediaan3k nak _sekolah_anak Count 5 15 27 47 % within 10,6% 31,9% 57,4% 100,0% tersedia Ketersediaan3k _sekolah_anak Count 23 74 96 193 % within 11,9% 38,3% 49,7% 100,0% Total Ketersediaan3k _sekolah_anak

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square 13,186a 4 ,010 Likelihood Ratio 13,572 4 ,009 Linear-by-Linear Association 7,553 1 ,006 N of Valid Cases 193 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,60.