TOPIK

IDENTIFIKASI KOLEKTIF DAN IDEOLOGISASI JIHAD: STUDI KUALITATIF TERORIS DI

G A Z I S A L O O M*)

ABSTRAK Artikel ini menggambarkan bahwa para teroris setidaknya di Indonesia adalah kumpulan orang normal yang memiliki pikiran yang sehat dan memiliki tujuan jangka panjang untuk menegakkan sistem pemerintahan Islam yang berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, telaah dokumen, dan informasi media tentang teroris dan terorisme. Satu orang mantan teroris yang pernah terlibat dalam kasus Bom 1 dipilih untuk menjadi responden penelitian. Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen dianalisa dengan teori identitas sosial dan teori kognisi sosial mengenai ideologisasi jihad. Artikel ini menyimpulkan bahwa proses perubahan orang biasa menjadi teroris sangat berkaitan dengan ideologisasi jihad dan pencarian identitas.

KATA KUNCI: Psikopat, Gangguan Mental, Normal, Islam

ABSTRACT This article articulates that the terrorists in Indonesia are basically a group of normal people who have sound minds and a long-term goal to establish an Islamic government system based on the teachings of the Quran and Hadith. This study employed qualitative approach by acquiring the data through interviews, document analysis and media information covering terrorists and terrorism. A former terrorist involved in Bali bombing I served as the research informant. Data from in-depth interviews and document analysis were analyzed by utilizing social identity and social cognition theory about ideology of jihad. The article concludes that the changing process from the ordinary people into the terrorist strongly relates to jihad ideology and search for identity.

KEY WORDS: Psychopath, Mental Disorder, Normal, Islam

A. PENDAHULUAN melakukan tindakan dengan penuh kesadaran Keterlibatan seseorang dalam kelompok dan dan perhitungan. Misalnya, Lasch (1979), Cryton aksi teror dikaji secara mendalam dari perspektif (1983), Haynal et.al (1983), dan Pearlstein (1991) ilmu psikologi oleh para peneliti dan akademisi menganut pandangan bahwa teroris itu tidak di bidang psikologi. Terjadi perdebatan panjang normal dan mengidap gangguan. Sedangkan tentang apakah para teroris adalah kaum peneliti mutakhir seperti Moghaddam (2009) dan abnormal yang mengalami psikopati atau justru Kruglanski dkk (2011) berpandangan bahwa para sebaliknya, kumpulan orang-orang normal yang teroris adalah kaum normal dan rasional1.

*Gazi Saloom: Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Jakarta, Jl. Kertamukti 5 Cirendeu, Jakarta 1 Lihat, Fathalli M. Moghaddam, “The staircase to terrorism: Selatan 15419. Email: [email protected]. A psychological exploration.” (American Psychologist, 2005): **Naskah diterima Februari 2015, direvisi April 2015, disetujui 161-169. Lihat Juga Arie W. Kruglanski, Michele J. Gelfand, dan untuk diterbitkan Mei 2015.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 1 Artikel ini memihak pandangan kedua yaitu anak terhadap ayahnya. Dalam berbagai literatur bahwa para teroris adalah orang-orang normal psikologi terutama literatur psikoanalisis, hal yang melakukan tindakan dan aksi mereka tersebut berkaitan dengan fenomena kegenerasian dengan penuh kesadaran dan didorong oleh cita- yang berakar pada “Kompleks Oedipus”, dan cita dan ideologi untuk menegakkan sistem karenanya sangat erat kaitannya dengan dunia pemerintahan yang berbasis Islam. Bagaimana laki-laki atau dunia yang didominasi sesungguhnya psikologi terutama psikologi maskulinitas.4 sosial melihat persoalan terorisme ini? Masih dari kalangan generasi pertama Penelitian psikologi terorisme memiliki akar ilmuwan di bidang psikologi, Cryton (1983) sejarah yang cukup panjang: mulai dari mengemukakan terdapat banyak tokoh yang pendekatan psikoanalisis, pendekatan narsisme, berusaha memahami dan menjelaskan terorisme sampai dengan pendekatan tipologi. Pendekatan- dalam kerangka konseptual psikodinamika yang pendekatan ini lebih menekankan pada memberikan perhatian khusus kepada trait pandangan bahwa teroris adalah kumpulan narsisisme sebagai suatu faktor yang menentukan manusia abnormal dan mengalami gangguan dan mendorong perilaku terorisme pada psikologis, terutama psikopati2. Dalam bahasa seseorang. Menurut Cryton, ada dua dinamika yang umum, psikopati sering disebut dengan utama narsisistik, yaitu perasaan yang berlebihan istilah orang gila. Dengan kata lain, para teroris terhadap diri sendiri dan imago bapak yang ideal. adalah kumpulan orang-orang gila. Kemungkinan adanya hubungan antara Pertanyaannya, benarkah para teroris adalah narsisisme dan terorisme pertama kumpulan orang gila? dikembangkan oleh Morf pada tahun 1970-an, Salah satu tokoh penting dalam bidang dan selanjutkan didiskusikan secara serius oleh psikologi, Sigmund Freud menyebutkan bahwa beberapa tokoh psikologi terorisme seperti Lasch di tengah realitas sosial terdapat sejumlah orang (1979), Cryton (1983), Haynal et.al (1983), dan yang sejak masa kanak-kanak memiliki Pearlstein (1991). Mereka adalah para ilmuwan kecenderungan destruktif, sikap anti sosial, dan dan peneliti yang menganggap bahwa para anti budaya. Jumlah mereka terbilang cukup teroris adalah kumpulan orang-orang yang banyak di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal mengalami psikopati atau setidaknya secara klinis ini, ada dua rumusan penting tentang terorisme mengidap gangguan abnormalitas5. dalam pandangan Freud, yaitu: Pertama, motif Namun harus dikatakan bahwa rumusan terorisme bersifat ketidaksadaran dan bersumber pendekatan narsisisme tidak banyak memberikan dari permusuhan terhadap orang tua, dalam hal pengaruh terhadap penelitian psikologi terorisme ini, bapak. Kedua, terorisme adalah produk dari kontemporer. Penyebab utama dari hal itu adalah kekerasan yang dialami seseorang di masa kanak- karena tidak banyak data atau fakta empirik yang kanak dan pola asuh yang salah3. mendukung hipotesis atau asumsi psikopati dan Feur (1966) yang mengusung teori konflik gangguan mental pada para teroris seperti yang generasi (conflict of generations theory) sangat dikembangkan oleh psikoanalisis termasuk dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Freud. Teori pendekatan narsisisme6. Feur didasarkan atas penafsiran Kaum Freudian Dengan demikian, sampai pada titik ini, para tentang terorisme sebagai suatu reaksi psikologis peneliti di bidang psikologi terorisme, termasuk

Rohan Gunaratna, “Aspects of deradicalisation.” Dalam Terrorist “The staircase to terrorism: A psychological exploration.” Rehabilitation and Counter Terrorism: New Approaches to Counter American Psychologist, 2005: 161-169. 4 Terrorism, oleh Rohan Gunaratna, Jolene Jerard dan Lawrence Randy Borum, Psychology of terrorism (Florida: University Rubin ( New York: Routledge, 2011) , 135-145. of Florida Press, 2008), 15-40. 5 2 Randy Borum, Psychology of terrorism (Florida: University John Horgan, “Individual disengagement: a psychological of Florida Press, 2008), 15-40; lihat juga John Horgan,. “Individual analysis.” Dalam Leaving Terrorist Behind: Individual and Collective disengagement: a psychological analysis.” Dalam Leaving Disengagement, oleh Tore Bjorgo dan John Horgan (New York: Terrorist Behind: Individual and Collective Disengagement, oleh Routledge, 2009), 17-29. 6 Tore Bjorgo dan John Horgan (New York: Routledge, 2009), Randy Borum, Psychology of terrorism (Florida: University 17-29. of Florida Press, 2008), 15-40; lihat juga John Horgan, “Individual 3 Randy Borum, Psychology of terrorism (Florida: University disengagement: a psychological analysis.” Dalam Leaving of Florida Press, 2008), 15-40; lihat juga Fathalli M. Moghaddam, Terrorist Behind: Individual and Collective Disengagement, oleh

2 Identifikasi Kolektif dan Ideologisasi ... penulis menolak keras dugaan bahwa para teroris setia terhadap sang ayah8. Pendekatan tipologi adalah kumpulan orang gila yang tidak waras dan frofiling teroris dianggap gagal karena tidak atau dalam bahasa psikologi disebut psikopat. mendapatkan pembenaran secara empirik dari Hal itu karena kesimpulan tersebut tidak temuan-temuan lapangan.9 didukung oleh temuan empirik di lapangan. Dugaan-dugaan yang menyebutkan bahwa Perkembangan berikutnya, bersandar pada para teroris adalah kumpulan orang gila atau asumsi tentang keragaman motivasi terorisme, kumpulan orang yang mengalami psikopati atau Frederick Hecker, seorang psikiater, kumpulan orang yang tidak rasional tidak bisa mengemukakan gagasan tentang tipologi dibenarkan.10 Kesimpulan yang sama dalam psikologis kaum teroris. Dia mengemukakan kaitannya dengan teroris di Indonesia bahwa ada tiga tipologi teroris, yaitu tipologi dikemukakan oleh beberapa peneliti terorisme krusader (teroris yang diilhami oleh suatu cita- seperti Sarlito Wirawan Sarwono, Hamdi Muluk cita yang tinggi), tipologi penjahat (orang yang dan Mirra Noor Milla. Tulisan ini hendak melakukan terorisme untuk tujuan personal), menegaskan bahwa keterlibatan seseorang dalam dan tipologi gila (orang yang melakukan aksi kelompok dan aksi teror adalah pilihan sadar terorisme karena dimotivasi oleh keyakinan dan yang digerakkan oleh kesadaran akan identitas persepsi yang salah akibat gangguan mental).7 kolektif dan ideologi tertentu.11 Tokoh lain yang mengenalkan tipologi Tulisan ini difokuskan untuk membuktikan teroris adalah Jerrold Post (1984). Menurutnya, bahwa motivasi terorisme adalah identitas sosial ada dua pola perilaku teroris, yaitu: Pertama, tipe dan narasi ideologi yang mengalami dinamika dan anarkis-ideolog. Individu-individu yang menjadi proses yang panjang, baik secara psikologis teroris diasumsikan berasal dari keluarga yang maupun sosiologis. mengalami disfungsi psikologi yang serius, misalnya mereka adalah korban kekerasan dalam Perumusan Masalah rumah tangga atau korban pola asuh yang salah Keterlibatan seseorang dalam terorisme sehingga membuat mereka bersikap memusuhi bukan semata-mata karena satu faktor, misalnya orang tua. Ideologi ekstrim yang mereka anut faktor kepribadian, tetapi lebih merupakan merupakan pengganti dari sikap pemberontakan interaksi antara berbagai faktor yang melingkupi dan permusuhan terhadap otoritas “negara” seorang teroris. Para peneliti psikologi terorisme yaitu dengan cara melakukan tindakan kontemporer bersepakat bahwa penjelasan kekerasan dan permusuhan terhadap “negara” abnormalitas atau tipologi teroris tidak lagi dari ayah mereka. Dalam bahasa psikoanalisa ini shahih dalam menjelaskan fenomena keterlibatan kerapkali disebut dengan istilah mekanisme seseorang dalam terorisme karena temuan di pertahanan diri displacement. Kedua, tipe nasionalis-seksesionis. Tipe ini tidak disebabkan 8 oleh permusuhan terhadap ayah tetapi Randy Borum, Psychology of terrorism (Florida: University of Florida Press, 2008), 15-40. disebabkan oleh kesetiaan terhadap sang ayah. 9Graeme C.S. Steven, dan Rohan Gunaratna, Counterterrorism: Sikap ekstrimisnya bermotif balas dendam A reference handbook (California: ABC-CLIO, Inc, 2004), 6. Lihat juga Horgan, John. “Individual disengagement: a psychological terhadap kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa analysis.” Dalam Leaving Terrorist Behind: Individual and Collective yang dilakukan negara terhadap orang tua. Disengagement, oleh Tore Bjorgo dan John Horgan (New York: Intinya, mereka melakukan tindak kekerasan dan Routledge, 2009), 5. 10Graeme C.S. Steven dan Rohan Gunaratna, Counterterrorism: pemberontakan terhadap masyarakat luar karena A reference handbook (California: ABC-CLIO, Inc, 2004), 6. 11Graeme C.S Steven dan Rohan Gunaratna, Counterterrorism: A reference handbook. (California: ABC-CLIO, Inc, 2004), 6. Lihat juga Smelser, Neil J., dan Faith Mitchel, Terrorism: Perspectives Tore Bjorgo dan John Horgan (New York: Routledge, 2009), from the behavioral and social sciences (Washington DC: The 17-29 serta Fathalli M. Moghaddam, “The staircase to terrorism: National Academic Press, 2002). Hal ini juga disebutkan oleh A psychological exploration.” (American Psychologist, 2005): Hamdi Muluk, “Teroris kambuh?” Majalah Gatra, 2 September 161-169. 2009, 106. Lihat juga Mirra Noor Milla, Faturochman, dan 7 William H. Reid, “Controlling political terrorism: Practicality, Djamaludin Ancok, “The impact of leader–follower interactions not psychology.” Dalam The Psychology of Terrorism: Public on the radicalization of terrorists: A case study of the Bali Understanding, oleh Chris E. Stout (Westport CT: Praeger bombers.” Asian Journal of Social Psychology, 2012: 1-9 DOI: Publisher, 2002), 1-8. Lihat juga Randy Borum, Psychology of 10.1111/ajsp.12007. Lihat juga Sarlito Wirawan Sarwono, terrorism (Florida: University of Florida Press, 2008), 15-40. Terorisme di Indonesia (Jakarta: Alvabet & Lakip, 2012), 1-30.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 3 lapangan tidak mendukung teori ini. Ada faktor identitas tidak muncul dalam ruang hampa atau lain yang lebih tepat menjelaskan keterlibatan ruang isolasi. Suatu kategori akan muncul jika dalam terorisme yaitu gabungan berbagai faktor dipertentangkan dengan kategori yang lain. yang berkaitan dengan pribadi teroris dan hal- Sebagai contoh, kategori sosial “Muslim” tidak hal lain di luar pribadinya atau yang biasa disebut akan bermakna apa-apa kecuali jika dikontraskan dengan faktor lingkungan atau faktor eksternal dengan kategori “Non Muslim” atau kategori di luar masalah personal. Dalam penelitian ini, sosial “Beriman” tidak akan bermakna apa-apa faktor identitas dan ideologisasi jihad, secara kecuali setelah dikontraskan dengan kategori khusus akan dikaji sebagai faktor penyebab sosial “kafir” .13 keterlibatan dalam gerakan dan aksi teror. Oleh Ada 4 mekanisme psikologis yang mendasari karenanya, masalah penelitian atau pertanyaan Social Identity Theory (SIT) yaitu kategorisasi sosial, penelitian yang hendak dijawab adalah: perbandingan sosial, identifikasi sosial dan Bagaimana identitas sosial dan ideologisasi jihad distingsi kelompok yang positif. Pertama, mempengaruhi proses radikalisasi dan kategorisasi sosial adalah proses kognitif di mana keterlibatan seseorang dalam aksi teror di objek, peristiwa dan manusia diklasifikasikan Indonesia? menjadi beberapa kategori. Dengan melakukannya maka kita cenderung mencari Tujuan dan Kegunaan kesamaan pada kelompok sendiri dan mencari Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan pada kelompok lain. Kedua, pengaruh identitas sosial dan ideologisasi jihad perbandingan sosial adalah kecenderungan terhadap keterlibatan seseorang dalam dunia membandingkan antara kelompok sendiri dengan teror, sedangkan kegunaannya adalah untuk kelompok lain. Kita cenderung menjauhkan diri mengembangkan kajian psikologi tentang dari kelompok yang tidak memiliki keyakinan dan kekerasan politik dan terorisme serta untuk ide yang sama serta mengambil keyakinan yang memberikan penjelasan yang lebih bersifat lebih banyak dari diri kita dan kelompok kita. psikologis tentang aksi teror di Indonesia. Ketiga, identifikasi sosial yaitu bagian dari konsep diri individu yang bersumber dari B. KERANGKA TEORI pengetahuannya mengenai keanggotaannya Identitas Sosial, Radikalisasi dan Keterlibatan dalam suatu kelompok sosial. Pelekatan emosi dan dalam Teror kognisi yang sangat kuat terhadap kelompok Perspektif identitas sosial banyak digunakan sangat mempengaruhi seseorang dalam sebagai pisau analisa untuk melihat berbagai memandang dirinya dan orang lain. Keempat, persoalan psikologi sosial,12 termasuk proses distingsi positif adalah kecenderungan untuk radikalisasi dan keterlibatan dalam kelompok dan menunjukkan bahwa kelompok sendiri lebih baik aksi teror. Pendekatan identitas sosial bersandar dibandingkan kelompok lain. Mekanisme pada asumsi-asumsi yang berkaitan dengan sifat dilakukan melalui etnosentrisme, ingroup manusia dan masyarakat dan hubungan timbal- favoritism, berpikir streotipe, dan konformitas balik di antara keduanya. Perspektif identitas terhadap norma kelompok . 14 menyebutkan bahwa: “Society comprises social Dalam konteks proses radikalisasi serta categories which stand in power and status relations to keterlibatan dalam kelompok dan aksis teror, one another. Kategori sosial merujuk kepada perasaan terluka karena anggota atau bagian dari pengertian yang membagi manusia berdasarkan kebangsaan (Indonesia/Belanda), ras (Arab/ Yahudi), kelas (pekerja/kapitalis), pekerjaan 13 Michael A. Hogg dan Dominic Abrams, Social Identifications: A Social Psychology of Intergroup Relations and Group (dokter/tukang las), jenis kelamin (pria/wanita), Processes (London: Routledge, 1998), 1-30. Lihat juga Jenkins, agama (Hindu/Muslim) dan lain-lain. Penting Richard, Social identity: Key Ideas (New York: Routledge, 2008), untuk diingat dalam konteks ini adalah bahwa 1-10. 14 Taylor, Donald M., dan Fathali M. Moghaddam, Theories of Intergroup Relations: International Social Psychological Perspectives (Westport: Praeger Publisher, 1994), 3-20. Lihat juga Hogg, 12 Rupert Brown, “Social identity theory: Past achievements, Michael A., dan Dominic Abrams, Social Identifications: A Social current problems and future challenges.” European Journal of Psychology of Intergroup Relations and Group Processes (London: Social Psychology, 30: 6, 2000: 745-778. Routledge, 1998), 10-50.

4 Identifikasi Kolektif dan Ideologisasi ... ingroup disakiti atau tersakiti dapat memicu penafsiran khusus terhadap ajaran jihad dalam perasaan solidaritas seseorang untuk bersikap melihat persoalan umat Islam dan bagaimana radikal dan mengambil keputusan untuk terlibat menyelesaikannya.18 Ideologisasi jihad terjadi dalam aksi balas dendam sebagai ekspresi karena cara pandang pemimpin kelompok yang keberpihakan kepada identitas dan marwah melihat adanya ketidakadilan dan perlakuan kelompok yang dipersepsikan terancam.15 Dalam tidak jujur terhadap umat Islam di sejumlah sejumlah kasus teroris Islam, seringkali negara Muslim. Pada konteks ini, keyakinan identifikasi yang kuat sebagai bagian dari umat terhadap dunia yang tidak adil atau belief in unjust Islam dan internalisasi nilai dan ajaran agama world berkombinasi dengan ingroup favoritism yang memperkuat proses dan mekanisme (kecenderunga mengutamakan kelompok sendiri) identifikasi seringkali menjadi faktor penting menjadi faktor penting sejumlah orang tertentu keterlibatan seseorang dalam dunia teror. untuk cenderung melakukan ideologisasi terhadap konsep jihad. Pandangan tersebut Ideologisasi Jihad dan Pembenaran Teror kemudian didesiminasikan ke para pengikut Jihad sebagai salah satu ajaran penting dalam sehingga melahirkan aksi teror dan kekerasan atas Islam, seringkali dipersepsi sebagai salah satu nama agama.19 sumber inspirasi kekerasan dan perusakan massal Walaupun ideologi bukanlah faktor utama yang dilakukan oleh kelompok teroris berbaju yang mendorong seseorang bergabung ke dalam Islam. Dalam hal ini, Amin Abdullah kelompok teror tetapi ideologi merupakan bahan sebagaimana dikutip Zulkifli Mubaraq menolak bakar utama yang membakar semangat dan keras pandangan tersebut karena dalam gairah anggota kelompok radikal untuk pandangannya hampir semua ajaran agama melakukan aksi teror dan kekerasan dengan termasuk ajaran Islam mendorong para mengatasnamakan agama.20 pengikutnya untuk mencegah kekerasan dan Jadi, ideologisasi jihad patut menghindari cara-cara kekerasan dalam dipertimbangkan sebagai faktor penentu memperjuangkan keyakinan dan cita-cita keterlibatan seseorang dalam aksi teror di kelompok.16 Indonesia. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa Penelitian ini hendak melihat bagaimana segelintir orang yang tergabung dalam pengaruh identifikasi dan keanggotaan seseorang kelompok-kelompok gerakan bawah tanah dalam kelompok besar serta proses ideologisasi menggunakan ajaran jihad sebagai landasan jihad terhadap radikalisasi dan keterlibatan dalam untuk melakukan aksi teror dan kekerasan aksi teror. Faktor penyebab pertama akan dilihat padahal jihad sendiri tidak dimaksudkan untuk dengan menggunakan pendekatan teori identitas tujuan yang demikian. Pada titik inilah jihad sosial, sedangkan faktor penyebab kedua akan mengalami proses ideologisasi untuk kepentingan dilihat dari perspektif psikologi kognitif terutama politik melawan negara dan kekuatan lain yang terkait ideologisasi jihad yaitu cara seseorang dipandang merugikan umat Islam17. memaknai ajaran jihad dan penerapannya dalam Studi yang dilakukan Milla dkk memperjuangkan cita-cita kelompok. menunjukkan bahwa interaksi pemimpin- pengikut berpengaruh besar terhadap proses ideologisasi jihad di mana dalam hal ini para pemuka kelompok teroris menggunakan 18Mirra Noor Milla, Faturochman, dan Djamaludin Ancok. “The impact of leader–follower interactions on the radicalization of terrorists: A case study of the Bali bombers.” Asian Journal of 15Mirra Noor Milla, Mengapa memilih jalan teror: Analisa Social Psychology, 2012: 1-9 DOI: 10.1111/ajsp.12007. psikologis pelaku teror (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 19Robert Loo, “Belief in a just world: support for independent 2010), 5-20. just world and unjust world dimensions.” Personality and 16Zulkifli Mubaraq, Doktrin Jihâd Dalam Perspektif Pelaku Bom Individual Differences 33 , 2002: 703-711. Lihat pula Mirra Noor Bali (Surabaya: Disertasi PPS IAIN Sunan Ampel, tidak Milla, Faturochman, dan Djamaludin Ancok. “The impact of diterbitkan, 2010), 1-10. leader–follower interactions on the radicalization of terrorists: 17Mirra Noor Milla, Faturochman, dan Djamaludin Ancok, A case study of the Bali bombers.” Asian Journal of Social “The impact of leader–follower interactions on the radicalization Psychology, 2012: 1-9 DOI: 10.1111/ajsp.12007. of terrorists: A case study of the Bali bombers.” Asian Journal of 20Marc Sagemen, Understanding terror network (Philadelphia: Social Psychology, 2012: 1-9 DOI: 10.1111/ajsp.12007. University of Pennsylvania Press, 2004), 1-12.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 5 C. METODE PENELITIAN perbandingan sosial, identifikasi sosial dan Waktu dan Tempat Penelitian distingsi kelompok yang positif. Sedangkan Penelitian ini dilakukan sejak Bulan Juli 2012 untuk ideologi jihad akan dilihat dari sisi proses sampai Desember 2012 yang dilakukan di Jakarta ideologisasi jihad yang dilakukan pimpinan dan Pekanbaru. Pertimbangan memilih kedua kelompok serta bagaimana pengikut memahami kota ini karena beberapa mantan narapidana atau mempersepsi ideologi jihad tersebut dan teroris dan narapidana teroris yang masih bagaimana kemudian ideologisasi jihad tersebut dipenjara bisa diakses langsung dengan bantuan menggerakkan seluruh energi fisik dan psikis sejumlah pihak terkait. seseorang untuk melakukan aksi teror.

Cara Pengumpulan Data Identitas Sosial dan Keterlibatan Dalam Pengumpulan data dilakukan melalui Terorisme wawancara langsung kepada para teroris yang Keterlibatan dalam kelompok teror dimulai telah dipilih untuk menjadi subjek penelitian, dari proses radikalisasi seseorang dalam beragama telaah dokumen terutama buku biografi teroris dan relasi agama dengan bidang-bidang yang dan catatan-catatan yang dibuat para teroris, dan lain. Tetapi proses radikalisasi beragama yang telaah literatur tentang terorisme terutama dari dialami seseorang dimulai dari mekanisme perspektif psikologi, sosiologi dan agama. Data psikologis tertentu yang membentuk identitas wawancara diperoleh melalui tatap muka seseorang, baik personal maupun sosial. langsung dengan 5 orang narapidana teroris atau Mekanisme pertama adalah kategorisasi sosial mantan narapidana teroris yang terlibat dalam yaitu kecenderungan mengelompokkan diri dan kasus Bom Bali 1 dan Bom Mariot. Berdasarkan orang lain dalam kelompok-kelompok yang pertimbangan tertentu maka satu orang dari lima berbeda dan saling bertentangan. Dalam kasus teroris dan mantan teroris yang berhasil terorisme, seorang radikal yang bergabung dalam diwawancarai dijadikan responden utama kelompok teror cenderung mengelompokkan diri penelitian. Sedangkan data di luar wawancara dalam kelompok yang dipandang mampu diperoleh melalui telaah dokumen terkait dan meningkatkan self-esteem dan status yang lebih rekaman video atau rekaman berita tentang tinggi dan terhormat sebagaimana terungkap terorisme yang diperoleh melalui media dari pernyataan Id, salah seorang pelaku Bom Bali audiovisual dan internet terutama youtube.com. Jilid 1. Dalam hal ini, menjadi bagian dari kelompok mujahid yang berjihad di jalan Allah Metode Analisis Data mampu membangun perasaan berharga dan Analisa dilakukan dengan metode kualitatif status yang tinggi. Id menyatakan pikirannya yaitu mencari kategori dan konsep dari data-data ketika ditanya kenapa ia memasuki kelompok penting yang diperoleh melalui wawancara dan teror. telaah dokumen berisi pernyataan dan pikiran “Ceritanya panjang... Tetapi mungkin para pelaku teror yang menjadi subjek penelitian. urutan-urutannya dimulai dari permohonan dan Kategori dan konsep tersebut kemudian dianalisa doa saya kepada Allah selama lebih kurang 10 dengan menggunakan Teori Identitas Sosial (TIS) tahun sejak saya memasuki Pondok Pesantren dan Pendekatan Psikologi Kognitif terutama teori Al-Mukmin Ngruki Solo pada tahun 1989. Saya kognisi sosial terkait ideologisasi jihad. selalu berdoa dan meminta kepada Allah semoga saya diberi kesempatan bergabung di dalam D. TEMUAN DAN PEMBAHASAN barisan para mujahidin. Keinginan bergabung Sebagaimana disebutkan di atas, penelitian ke dalam barisan mujahidin telah lama muncul ini akan melihat keterlibatan dalam terorisme dari semenjak saya belajar di Pondok Pesantren Al- perspektif Teori Identitas Sosial dan Ideologi Jihad. Mukmin Ngruki Solo. Keinginan tersebut Mekanisme psikologis yang akan dijadikan terwujud pada tahun 1999.”(Wawancara personal sebagai pijakan untuk menganalisa fenomena di Pekanbaru, Oktober 2012) bergabungnya seseorang ke dalam kelompok Menjadi bagian penting dalam kelompok teroris dikenal sebagai isi utama dari Teori mujahidin (orang-orang yang memperjuangkan Identitas Sosial, yaitu kategorisasi sosial, tegaknya Islam) adalah keinginan dan harapan

6 Identifikasi Kolektif dan Ideologisasi ... orang-orang tertentu untuk meraih martabat Dalam perspektif Teori Identitas Sosial, yang tinggi dalam beragama. Dalam pandangan mekanisme perbandingan sosial ini pada kasus subjek penelitian, jihad adalah bentuk ibadah konflik tertentu, terutama konflik dalam setting tertinggi yang sangat diridhai Allah, oleh antarkelompok, membuka ruang balas dendam karenanya, menjadi bagian dari kaum yang agar pengalaman negatif yang dialami ingroup berjihad di jalan Allah dengan sendirinya akan (kelompok sendiri) juga dialami oleh outgroup meningkatkan self-esteem di mata manusia dan (kelompok lawan). Perbandingan sosial dengan pengharapan di sisi Allah. Bagi sebagian kelompok lawan secara psikologis mendorong tersangka teroris di Indonesia, dianggap sebagai seseorang untuk berkompetisi dengan anggota teroris atau mujahidin sama saja karena yang kelompok lain agar terjadi kesetaraan dan keadilan paling penting bagi mereka adalah bagaimana dalam pengertian yang luas .23 memperjuangkan Islam dan umat Islam agar Mekanisme ketiga, identifikasi kelompok tidak diremehkan dan dilecehkan oleh orang- yang sangat kuat juga terjadi pada pelaku teror. orang kafir. Dalam perspektif Teori Identitas Identifikasi yang kuat diindikasikan dengan Sosial, kategorisasi semacam ini sesungguhnya kekaguman terhadap kelompok sendiri dan merupakan mekanisme peneguhan diri dan pemimpin kelompok, sebagaimana terungkap dari kelompok sendiri sebagai kelompok yang benar pernyataan Id. dan pada saat yang sama sebagai bentukan “Saya bangga dengan keputusan saya bergabung penegasan bahwa kelompok lain adalah dalam kelompok mujahidin walaupun kami dipandang kelompok negatif yang harus dilawan dan sebagai teroris oleh orang lain. Biarkan mereka diberantas.21 memandang apa saja kepada kami, walaupun sangat Mekanisme kedua, dilanjutkan dengan negatif, karena kami yakin bahwa apa yang kami perbandingan sosial. Dalam perspektif Teori lakukan ini atas kehendak dan restu Allah. Anda tahu Identitas Sosial, kategorisasi sosial akan semakin ya akhi, dalam lingkaran para mujahid ini, saya tajam dan jelas ketika seseorang melakukan menemukan orang-orang yang hebat dan ikhlas dalam perbandingan antara kelompoknya sendiri berjuang. Mereka konsisten dengan apa yang mereka dengan kelompok lain yang berbeda secara ucapkan.” (Wawancara personal di Pekanbaru, Oktober diametral. Perbandingan ini diperlukan sebagai 2012) justifikasi bagi dirinya untuk bertindak yang Mekanisme keempat, distingsi ingroup yang sepadan dengan kelompok lain yang berlawanan positif. Mekanisme ini memunculkan mekanisme dengan kelompoknya.22 Biasanya, perbandingan psikologis yang disebut dengan istilah ingroup dengan kelompok lain lebih bersifat prasangka, favoritism and outgroup derogation yaitu misalnya sebagaimana terungkap dari pernyataan kecenderungan menganggap kelompok sendiri Id ketika ditanya tentang kenapa harus lebih baik dibandingkan kelompok lain dan pada bergabung ke dalam kelompok teroris. saat yang sama menganggap kelompok lain lebih “Ya akhi, mereka kelompok salibis sedang buruk dibandingkan kelompok sendiri. Victoroff melakukan konsolidasi dan i’dad (persiapan) untuk menjelaskan bahwa kesan positif adalah harapan menyerang dan menghabiskan kita. Kenapa kita tidak dan keinginan yang dicapai oleh semua orang, melakukan hal yang sama? Jika kita tidak melakukan baik dalam konteks sebagai pribadi maupun hal yang sama maka habislah kita umat Islam. Lihat sebagai anggota kelompok. Dalam hal ini, faktor saja, di Ambon dan Poso, kita dihabisi mereka. Itulah ekonomi atau akses ke sumber daya ekonomi salah satu alasan kenapa saya ingin bergabung dengan mampu membentuk kesan positif baik seseorang, para mujahid”(Wawancara personal di Pekanbaru, baik dalam kapasitas sebagai pribadi maupun Oktober 2012) sebagai anggota kelompok. Inilah salah satu

21 Henry Tajfel dan John C. Turner, “The social identity theory 23 of intergroup behavior.” Dalam Psychology of Intergroup Relations, Hayagreeva Rao, Gerald F. Davis, dan Andrew Ward, oleh Stephen Worchel dan William G. Austin, 7-24 (Illinois: “Embeddedness, social identity and mobility: Why firms leave Nelson-Hall Inc, 1986). the Nasdaq and join the New York Stock Exchange.” 22 Henry Tajfel dan John C. Turner, “The social identity theory Administrative Science Quarterly, Vol. 45 No. 2 Juni , 2000: 268- of intergroup behavior.” Dalam Psychology of Intergroup Relations, 292. Lihat juga Kumar Ramakrishna, Radical pathways: oleh Stephen Worchel dan William G. Austin (Illinois: Nelson- understanding Muslim radicalization in Indonesia (Connecticut: Hall Inc, 1986), 7-24. Praeger Security International, 2009).

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 7 pembentuk kesan positif yang menjadi ciri khas salah seorang pelaku Bom Bali, yang kini kelompok.24 Relevan dengan hal ini, seorang bermukim di Pekanbaru menunjukkan hal itu. narasumber mantan teroris yang penulis “Ya akhi, jihad itu adalah ajaran paling tinggi wawancarai mengatakan demikian: dalam Islam. Tidak ada gunanya anda berislam jika “Ya akhi, saya menemukan makna persaudaraan belum pernah melakukan jihad nyata. Jihad dalam arti sejati ketika bergabung dengan ikhwan-ikhwan mujahid. perang fi sabilillah atau bergabung dalam kelompok Kami itu ibarat satu tubuh, ketika yang satu sakit maka mujahid adalah ajaran utama yang diajarkan yang lain juga merasakan sakit yang sama. Kami Rasulullah. Saya tidak percaya kepada orang-orang merasa satu fikrah dan satu semangat untuk membela yang mengatakan bahwa jihad fi sabilillah untuk saat saudara-saudara seiman yang tertindas di berbagai sekarang ini tidak relevan. Mungkin kalau dikatakan tempat di Indonesia maupun di luar Indonesia. Kesulitan bahwa Indonesia bukan medan jihad, bisa saya terima, apapun termasuk kesulitan keuangan kami atasi tetapi bukan berarti jihad bukan waktunya. Jihad bisa bersama-sama. Pokoknya saya betul-betul merasakan di mana saja, di Afganistan, misalnya.” (Wawancara nilai persahabatan di kelompok saya.” (Wawancara personal di Pekanbaru, Oktober 2012) personal di Pekanbaru, Oktober 2012) Penempatan jihad sebagai bentuk ibadah yang paling tinggi dalam Islam merupakan isu Ideologisasi Jihad dan Teror perdebatan yang cukup hangat di kalangan umat Para ahli seperti Sagemen dan Horgan Islam. Pertama, dari sisi kebahasaan dan sepakat bahwa terorisme bermula dari proses peristilahan, jihad bagi sebagian besar umat Islam radikalisasi terutama dalam beragama dan tidak selalu bermakna perang, apalagi melakukan pemikiran keagamaan, walaupun radikalisasi teror. Makna jihad diperluas ke hal-hal di luar tidak niscaya akan mendorong seseorang menjadi perang seperti berjihad untuk memberantas teroris. Sebab, selain radikalisasi terdapat faktor kebodohan dan kemiskinan di kalangan umat lain yang bersifat multifaktor yang mendorong Islam. Kedua, bagi sebagian besar umat Islam, keterlibatan seseorang dalam teror. Kendati jihad yang paling utama bukan berperang demikian, ideologisasi jihad patut diduga sebagai melawan musuh tetapi berperang melawan hawa faktor yang mendorong keterlibatan individu dan nafsu. Tentu saja, kedua argumen tersebut ditolak kelompok dalam aksi teror.25 habis oleh narasumber penelitian. Bagi mereka, Ideologisasi jihad akan menjadi determinan jihad apalagi jihad fisabilillah harus difahami dan penting dalam proses pengambilan keputusan dimaknai sebagai perang melawan musuh-musuh bergabung dalam kelompok teror atau keputusan Islam. Ujung dari semua proses ideologisasi jihad untuk terlibat dalam aksi teror manakala ada adalah bagaimana konsep perjuangan tersebut interaksi yang intesif antara pemimpin kelompok mampu menggerakkan anggota untuk berjuang teror dan individu calon anggota atau anggota dengan segalanya demi menerapkan sistem kelompok.26 pemerintahan berbasis syariah Islam di Indonesia. Data lapangan yang diperoleh melalui Berikut ini digambarkan bagaimana proses wawancara dan telaah dokumen memperkuat identifikasi kolektif dan ideologisasi jihad asumsi bahwa proses ideologisasi jihad mendorong seseorang bergabung ke dalam mengawali proses radikalisasi pemikiran dan aksi jaringan teror. teror pada para teroris pelaku Bom Bali. Gambar 1 Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Id,

24Phillips, Peter J, dan Gabriela Pohl, “Terrorism, identity, psychology and defence economics.” International Research Journal of Finance and Economics, Issue 77, 2011: 102-113. 25Marc Sagemen, Understanding terror network (Philadelphia: Kelemahan penelitian. Salah satu kelemahan University of Pennsylvania Press, 2004). Lihat juga Horgan, John. “Disengagement from terrorism.” Journal of Personality and Social Psychology, 2011: 56. 26Mirra Noor Milla, Faturochman, dan Djamaludin Ancok, “The impact of leader–follower interactions on the radicalization of terrorists: A case study of the Bali bombers.” Asian Journal of Social Psychology, 2012: 1-9 DOI: 10.1111/ajsp.12007.

8 Identifikasi Kolektif dan Ideologisasi ... penelitian berbasis pendekatan psikologi adalah E. PENUTUP kecenderungan melihat hal-hal yang bersifat Kesimpulan mikro, psikis dan personal dan mengabaikan hal- Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor hal yang bersifat makro dan struktural. Hal ini identitas sosial dan ideologi merupakan juga berlaku dengan penelitian ini, yaitu abai determinan penting keterlibatan seseorang dalam untuk menyentuh masalah-masalah yang bersifat dunia teror di Indonesia. Penguatan identitas struktural seperti perubahan sosial-politik- yang tidak disertai dengan perluasan wawasan budaya sebagai konteks peristiwa. Fakta dan pengetahuan tentang keislaman terutama memperlihatkan bahwa respon psikologis teroris tentang pemahaman jihad dan dakwah dalam seperti proses identifikasi kelompok atau proses Islam, akan mendorong seseorang untuk ideologisasi jihad tidak terjadi dalam ruang bergabung dalam kelompok teror atau terlibat hampa. Ada konteks situasi atau perubahan dalam berbagai aksi teror yang merusak berbagai sosial-politik-budaya pada tingkat global dan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.[] lokal yang mempengaruhi semua proses dan mekanisme psikologis yang terjadi pada manusia, termasuk pada kaum teroris atau mantan teroris.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 9 DAFTAR PUSTAKA

Ardila, Ruben. “The psychology of the terrorism: Lankford, Adam. “Do suicide terrorist exhibit Behavioral perspectives.” Dalam The clinically suicidal risk factors? A review of Psychology of Terrorism: A Public initial evidence and call for future research.” Understanding, oleh Chris E. Stout, 9-16. Aggression and Violent Behavior 15, 2010: 334- Westport CT: Praeger Publisher, 2002. 340. Borum, Randy. Psychology of terrorism. Florida: Loo, Robert. “Belief in a just world: support for University of Florida Press, 2008. independent just world and unjust world Brown, Rupert. “Social identity theory: Past dimensions.” Personality and Individual achievements, current problems and future Differences 33 , 2002: 703-711. challenges.” European Journal of Social Milla, Mirra Noor. Mengapa memilih jalan teror: Psychology, 30: 6, 2000: 745-778. Analisa psikologis pelaku teror. Yogyakarta: Crenshaw, Martha. “The causes of terrorism.” Gajah Mada University Press, 2010. Comparative Politics, Vol. 13 No. 4 (July 1981). Milla, Mirra Noor, Faturochman, dan Djamaludin retrieved 12/3/2012, 1981: 379-399. Ancok. “The impact of leader–follower Furnham, Adrian. “Belief in a just world: research interactions on the radicalization of progress over the past decade.” Personality terrorists: A case study of the Bali bombers.” and Individual Differences 34 , 2003: 795–817. Asian Journal of Social Psychology, 2012: 1-9 DOI: 10.1111/ajsp.12007. Hafez, Mohammed M. “Rationality, culture, and structure in the making of suicide bombers: Moghaddam, Fathali M. From the terrorists’ point of Preliminary theoritical sythesis and view: what they experience and why they come to illustrative case study.” Studies in Conflict and destroy. London: Praeger Security Terrorism, (29), 2003: 165-185. International , 2006. Hogg, Michael A., dan Dominic Abrams. Social Moghaddam, Fathalli M. “The staircase to Identifications: A Social Psychology of Intergroup terrorism: A psychological exploration.” Relations and Group Processes. London: American Psychologist, 2005: 161-169. Routledge, 1998. Mubaraq, Zulfi. Doktrin Jihad dalam Perspektif Horgan, John. “Disengagement from terrorism.” Pelaku Bom Bali. Surabaya: Disertasi PPS Journal of Personality and Social Psychology, IAIN Sunan Ampel, tidak diterbitkan., 2011: 56. 2010. Horgan, John. “Individual disengagement: a Muluk, Hamdi. “Teroris kambuh?” Majalah Gatra, psychological analysis.” Dalam Leaving 2 September 2009: 106. Terrorist Behind: Individual and Collective Phillips, Peter J, dan Gabriela Pohl. “Terrorism, Disengagement, oleh Tore Bjorgo dan John identity,psychology and defence Horgan, 17-29. New York: Routledge, 2009. economics.” International Research Journal of Jenkins, Richard. Social identity: Key Ideas. New Finance and Economics, Issue 77, 2011: 102-113. York: Routledge, 2008. Post, Jerold. “Addressing the causes of terrorism: Kruglanski, Arie W., Michele J. Gelfand, dan Psychology.” The International Summit on Rohan Gunaratna. “Aspects of Democracy, Terrorism, and Security. Madrid: deradicalisation.” Dalam Terrorist Club De Madrid, 2005. 7-12. Rehabilitation and Counter Terrorism: New Post, Jerrold M. “The key role of psychological Approaches to Counter Terrorism, oleh Rohan operations in countering terrorism.” Dalam Gunaratna, Jolene Jerard dan Lawrence Countering Terrorism and Insurgency in the 21st Rubin, 135-145. New York: Routledge, 2011. Century: International Perspectives, Volume 1-3,

10 Identifikasi Kolektif dan Ideologisasi ... oleh James J.F.Forest, 380-396. Westport: Counterterrorism: A reference handbook. Praeger Security International, 2007. California: ABC-CLIO, Inc, 2004. Post, Jerrold M., Ehud Sprinzak, dan Laurita M. Tajfel, Henry, dan John C. Turner. “The social Denny. “The terrorist in their own words: identity theory of intergroup behavior.” interview with 35 incarcarated Middle Dalam Psychology of Intergroup Relations, oleh Eastern terrorists.” Dalam The Psyhcology Stephen Worchel dan William G. Austin, of Terrorism: Classic and Contemporary Insight, 7-24. Illinois: Nelson-Hall Inc, 1986. oleh Jeff Victoroff dan Arie W. Kruglanski, Taylor, Donald M., dan Fathali M. Moghaddam. 109-118. New York: Psychology Press, 2009. Theories of Intergroup Relations: International Ramakrishna, Kumar. Radical pathways: Social Psychological Perspectives. Westport: understanding Muslim radicalization in Indonesia. Praeger Publisher, 1994. Connecticut: Praeger Security Taylor, Max. “Is terrorism a group International, 2009. phenomenon?” Aggression and Violent Rao, Hayagreeva, Gerald F. Davis, dan Andrew Behavior, 2010: 15, 121-129. Ward. “Embeddedness, social identity and mobility: Why firms leave the Nasdaq and join the New York Stock Exchange.” Administrative Science Quarterly, Vol. 45 No. 2 Juni , 2000: 268-292. Reid, William H. “Controlling political terrorism: Practicality, not psychology.” Dalam The Psychology of Terrorism: Public Understanding, oleh Chris E. Stout, 1-8. Westport CT: Praeger Publisher, 2002. Sagemen, Marc. Understanding terror network. Philadelphia, Pennsylvania: University of Pennsylvania Press, 2004. Sarwono, Sarlito Wirawan. Terorisme di Indonesia. Jakarta: Alvabet & Lakip, 2012. Savage, Sara, dan Jose Light. “Mapping fundamentalism: the psychology of religion as sub-discipline in the understanding of religioulsy motivated violence.” Archieve For The Psychology of Religion (30), 2008: 75-91. Silke, Andrew. “Cheshire-cat logic: the recurring theme of terrorist abnormality in psychological research.” Dalam The Psychology of Terrorism: Clasic and Contemporary Insight, oleh Jeff Victoroff dan Arie W. Kruglanski, 95-108. New York: Psyhcology Press, 2009. Smelser, Neil J., dan Faith Mitchel. Terrorism: Perspectives from the behavioral and social sciences. Washington DC: The National Academic Press, 2002. Steven, Graeme C.S., dan Rohan Gunaratna.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 11 12 Wisata Religi di Bali ... TOPIK

WISATA RELIGI DI BALI: GELIAT USAHA PENGEMBANGAN PARIWISATA ISLAM

M U H A M A D M U R T A D H O*)

ABSTRAK Wisata religi menjadi salah satu alternatif yang menarik dalam rangka revitalisasi agama dalam kehidupan masyarakat modern di satu sisi, dan di sisi lain dalam rangka peningkatan kesejahteraan (ekonomi) masyarakat. Bali merupakan salah satu obyek wisata kelas dunia yang ada di Indonesia. Julukan Bali sebagai pulau dewata menunjukkan Bali sebagai pulau religius. Penelitian ini ingin mencoba menggali potensi wisata agama di Bali dari kelompok-kelompok keagamaan di luar Hindu. Mengambil kasus pada potensi pariwisata Islam di Bali, penelitian ini menemukan adanya beberapa potensi wisata keagamaan non Hindu di Pulau Bali dan adanya permintaan wisatawan terhadap layanan wisata yang ramah terhadap pemeluk agama non Hindu seperti kebutuhan makanan halal dan ketersedian fasilitas ibadah yang memadai.

KATA KUNCI: Wisata Religi, Pulau Dewata, Obyek Wisata Islam

ABSTRACT Religious tourism serves as an attractive choice in revitalizing religious faith among people in the modern society and an economic improvement for the local society. Bali as one of world-class tourist attractions in Indonesia has been known as the land of god that indicates its religiousness. This study attempts to explore the potential of religious tourism in Bali from the perspectives of non –Hindu people. Focusing on the potentials of Islamic tourism in Bali, this study finds out that there is a high potential for non-Hindu tourism in Bali and that there is a demand for non-Hindu-friendly tourism including the availability of halal foods and decent praying facilities. . KEY WORDS: Religious Tourism, Land of God, Islamic Tourism

A. PENDAHULUAN membangun konstruksi budaya sedemikian rupa Pulau Bali telah menjadi magnet tersendiri sehingga Bali mendapat julukan sebagai pulau di bumi Indonesia yang mampu mengundang dewata. Bahkan setelah pembuatan Film wisatawan mancanegara untuk hadir ke pulau Holywood berjudul “Eat, Pray, Love” yang itu. Keunikan yang dimiliki oleh Pulau Bali dibintangi Julia Roberts dan aktor Javier Bardem menjadi daya tarik yang luar biasa. Sebuah dengan sebagian besar mengambil konteks Bali, keunikan yang terdiri dari kombinasi antara menjadikan Bali semakin mengambil hati keindahan alam, pantai, budaya, dan agama telah masyarakat dunia dan Bali diuntungkan dengan momentum ini untuk mempromosikan diri *) Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan sebagai pulau cinta. Kehadiran film dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Jln. M.H. pengarang novel Elizabeth Gilbert itu telah Thamrin 6 Jakarta. Email: [email protected] **Naskah diterima Februari 2015, direvisi April 2015, disetujui menjadikan Bali sebagai tempat yang semakin untuk diterbitkan Mei 2015 dikenal dunia. Peristiwa ini sama seperti dampak

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 13 film Lord of The Rings bagi masyarakat Selandia sini pula dapat ditarik positioning agama yang pas Baru (New Zealand), sebagai tempat latar film itu dalam menjawab bagaimana posisi agama dalam dibuat. Serta merta kunjungan turis ke negara dunia pariwisata (tourisme). tersebut meningkat tajam. Dalam konteks pariwisata di Bali yang Kasus Bali menjadi fenomena menarik, disemangati kultur agama Hindu, penelitian ini bagaimana peran agama mampu menghadirkan merumuskan masalah bagaimana potensi suasana tertentu yang mempunyai daya tarik khazanah non-Hindu (Islam) di Bali bisa dan estetis tertentu. Kasus agama itu terjadi justru mampu menjadi unsur pendukung pada sebuah agama Hindu, sebuah agama pengembangan wisata di Bali. Jawaban dari minoritas di negeri mayoritas pemeluk agama penelitian ini akan menghasilkan model Islam di Indonesia. Kemampuan masyarakat pengembangan wisata agama yang bisa Hindu Bali menjadikan agama sebagai spirit direplikasi di daerah lain. Kehadiran agama selain menjaga keseimbangan alam melalui sistem Hindu dalam turut mengembangkan pariwisata Subaknya, dan juga keanekaragaman budaya dan di Bali diharapkan menjadi perspektif baru yang tradisi Hindu telah melahirkan pesona tersendiri tidak lagi menganggap agama lain sebagai bagi Bali seperti eksistensi Banjar, hari raya , ancaman tersendiri bagi eksistensi Hindu, namun upacara Odalan, umbul-umbul dari Janur (daun justru sebaliknya dipahami sebagai unsur yang kelapa muda) yang menghiasi setiap sudut melengkapi dalam memperkuat Bali sebagai pulau daerah di Bali menjadikan pulau itu menjadi religius di satu sisi, dan di sisi lain sebagai tujuan tempat yang lengkap dan indah dan menyimpan wisata kelas dunia. kenangan tersendiri bagi semua orang yang Penelitian ini dilakukan dalam rangka pernah datang ke tempat ini. membaca potensi wisata religi di Pulau Bali, Pengembangan wisata di Bali, diharapkan khususnya potensi yang bisa dilakukan oleh tidak saja dinikmati oleh umat Hindu di Bali, komunitas non Hindu di Bali. Penelitian tetapi juga komunitas agama non-Hindu di dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pulau itu. Kemampuan mengembangkan potensi Pengumpulan data dilakukan dengan cara wisata semua agama akan memantapkan Bali melacak dalam data kepustakaan, website dan sebagai pulau religius (sebutan lain Pulau survei di lokasi. Pelacakan data kepustakaan dewata). Kalau keadaan itu bisa diwujudkan, diperlukan untuk memetakan secara menyeluruh maka potensi wisata agama non Hindu tidak lagi potensi wisata Islam yang pernah diangkat oleh dipahami sebagai sebuah sesuatu yang penulis lain. Dalam tahapan ini dibantu kontraproduktif dengan dunia pariwisata di Bali. pelacakan data melalui internet. Selanjutnya Keberadaan khazanah agama lain tidak lagi survei dilakukan untuk mengonfirmasi dipahami sebuah ancaman sehingga perlu lahir kenyatuan faktual yang ada di lapangan, serta sikap curiga dan aksi sepihak yang justru tidak mencari keterangan tambahan yang diperlukan menguntungkan dari sisi pariwisata di Bali. dalam kajian ini. Beberapa informasi yang terkait Dari harapan seperti itu, wisata agama di Bali dengan potensi wisata Islam dikumpulkan untuk tidak saja disediakan oleh komunitas agama mendapatkan informasi yang lengkap. Hindu semata, melainkan juga diikuti oleh pegiat Pengumpulan data dilakukan secara snowball, pariwisata dari komunitas agama lain seperti yaitu dari satu informasi digabungkan dengan Islam, Kristen, Protestan di Bali. Pengembangan informasi lain yang terkait. Sumber informasi wisata religi berbagai agama bisa dimanfaatkan didapatkan dari wawancara dengan informan- untuk mengenalkan agama masing-masing dan informan yang berhasil dihubungi pengkaji, menunjukkan sikap toleransi masyarakat yang informasi internet, brosur-brosur atau tulisan bisa diwujudkan di Bali. Dengan banyaknya mengenai wisata di Bali. wisatawan baik dari mancanegara maupun Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis domestik, di Bali dapat dikenalkan budaya agama secara deskriptif. Analisis dilakukan secara yang membangun hubungan simbiosis konstruktif untuk menggambarkan fenomena mutualisme atau hubungan yang saling keberadaan usaha pengembangan wisata agama menguntungkan bagi model relasi keagamaan ini. Analisis meliputi aspek historisitas Bali sebagai yang terkemas dalam tema wisata agama. Dari pulau wisata, kategori terhadap beberapa obyek

14 Wisata Religi di Bali ... atau potensi wisata Islam dan terakhir analisis kemungkinan wisatawan memiliki motivasi permasalahan terkait peluang dan tantangan ganda, berziarah sekaligus berwisata atau yang dihadapi dalam mengembangkan wisata berwisata sambil berziarah. Sementara Islam di Bali. pandangan yang lebih jelas diberikan oleh Secara konseptual, ada beberapa istilah yang Sharpley dan Sundaram (2005), mengutip Heelas, berkaitan dengan wisata religi seperti wisata Hay dan Socha yang menyatakan bahwa spiritual. Dengan medan garap yang sama di kesadaran spiritual merupakan hal yang alami kalangan muslim sekarang muncul istilah dan bersifat universal pada diri manusia, tidak pariwisata Islami dan istilah wisata syariah. terikat oleh agama apa pun. Malah seseorang Istilah wisata religi dicoba didefinisikan salah dapat dikatakan memahami dan memiliki satunya oleh Parwata, seorang Pengurus pengalaman spiritual walaupun ia tidak memeluk Parisadha Hindu Indonesia (PHDI) di atau meyakini sebuah agama tertentu. Jakarta. Menurutnya, dalam Agama Hindu ada Rogers (2002) menyatakan spiritualitas beberapa istilah yang berkesesuaian dengan merupakan jalan kembali ke dasar pluralitas wisata diantaranya istilah Tirta Yatra, Dharma bentuk agama yang menjadi dasar rasional bagi Yatra, Vita Sagara. Tirtha Yatra atau perjalanan suci, keberagamaan tanpa batas pada jalan seseorang merupakan suatu kegiatan keagamaan untuk di dunia. Spiritualitas adalah hal alami dan meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian) universal dan oleh karenanya tidak dapat hanya dengan cara mengunjungi tempat tempat suci dikaitkan dengan budaya agama tertentu. kemudian melakukan persembahyangan, Berkemenn 2006 (dalam Herntre dan Pechlaner, melakukan meditasi dan . Dharma Yatra, 2011) menyatakan bahwa secara umum perjalanan suci bagi rohaniwan untuk pariwisata spiritual berarti segala bentuk membabarkan ajaran dharma ketempat tempat perjalanan wisata yang menyangkut perjalanan yang dianggap suci, Vita Sagara melakukan pisik dan spiritual. Interaksi antara tubuh (body) perjalanan suci dalam bentuk mengarungi lautan/ dan pikiran (mind) juga mendapat penekanan dari samudra.1 Bramer (2009) yang menyatakan bahwa Konsep Wisata Religi sering dicampur spiritualitas adalah pencarian untuk adukkan dengan definisi wisata spiritual. mempersatukan kepala (head), hati (heart), dan Meminjam pemetaan teoritis oleh Ketut Sutama,2 badan (body) yang dapat dicapai melalui di kalangan para akademisi terdapat dikotomi pergerakan badan pisik menyatu ke alam semesta antara wisata spiritual (spiritual tourism) dan wisata (physical movement in nature). religi (relegious tourism) dan masih terbuka lebar Wisata spiritual adalah wisata mencari untuk diperdebatkan. “Religious tourism is far from pengalaman spiritual yang tidak memandang being a simple concept. A simple quest for religion and agama, sedangkan wisata religi terkait dengan travel on a search engine would reveal that there are perintah agama. Seorang pemeluk Islam yang several terms used in the literature to define travel to pergi haji, ia bisa dikatakan berwisata religi religious sites: pilgrimage, religious tourism or faith sekaligus spiritual. Akan tetapi, kalau ia tourism. In a few studies these terms are used very loosely mengunjungi Pura Besakih misalnya, bisa jadi and often interchangeably” (Sharpley and Sundaram, ia hanya berekreasi, atau mungkin juga mencari 2005:163). pengalaman spiritual, pengalaman batin yang Egresi dkk (2012) lebih cenderung menyebut tidak langsung terkait dengan doktrin agama pilgrimage dan religious tourism daripada spritual dan yang dianutnya, melainkan tentang hubungan religious tourism. Mereka juga menyatakan bahwa antara Yang Maha Pencipta dan ciptaan-Nya. pengertian pilgrimage dan religious tourism sering Jadi, wisata religi termasuk juga wisata spiritual, dikaburkan. Hal ini terjadi karena tidak menutup namun wisata spiritual belum tentu wisata religi.3 Pitana (2012) menyatakan bahwa sebenarnya wisata spiritual telah hadir di bumi sejak berabad- 1 Parwata, Yb. “Konsep Wisata Religi Menurut Agama Hindu,” www.kemenag. go.id/file Akses 4 Jan 2014 2 Ketut Sutama. “Pariwisata Spiritual di Bali dari Perspektif Stakeholders Pariwisata.” Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, 3 http://venuemagz.com/September-2012. Akses 11 Januari Desember 2013, Vol.3 No.2 hal.9 2015

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 15 abad lalu. Wisatawan spiritual (spiritual tourists) lingkup masyarakat Hindu di sana. Bisakah berwisata ke suatu tempat untuk mencari wisata agama non Hindu dapat berkembang di kedamaian dan keharmonisan (peace and harmony), Bali ? Bagaimana peran pemerintah dan apa yang dan mereka kebanyakan orang yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha wisata religi berpendidikan, peduli pada budaya, peduli pada non Hindu di Bali ? alam dan lingkungan, dan tidak mengganggu siapa pun. Lebih lanjut Pitana menyatakan B. SEKILAS SEJARAH PERADABAN BALI bahwa wisata spiritual di Bali merupakan Keberhasilan daerah Bali menjadi tujuan gabungan antara budaya dan aspek keagamaan. kelas dunia tidak bisa dipisahkan dari Wisatawan yang datang ke Bali untuk tujuan keberhasilan masyarakat Bali yang mayoritas spiritual berpengaruh positif bagi Bali. Mereka Hindu. Secara langsung dan tidak langsung, ke Bali tidak mencari “sun, sea, sand and sex”, ajaran Hindu di Bali telah mengantarkan pulau melainkan mencari kedamaian batin.4 ini memiliki khazanah yang mampu Dari perspektif Islam, Faidlal Rahman secara menghadirkan obyek wisata pulau ini menjadi khusus mengeksplorasi wisata religi ini dengan eksotik. konsep pariwisata Islami. Menurutnya, konsep Sejarah peradaban Hindu diperkirakan pariwisata Islami merupakan konsep yang masih dimulai pada 100 SM. Kebudayaan Bali mendapat baru. Pariwisata Islami melibatkan kegiatan, pengaruh kuat dari kebudayaan India yang pengalaman atau kesenangan dalam bentuk prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. perjalanan sesuai dengan konsep Islam dan bisa Nama Bali Dwipa (pulau Bali) mulai ditemukan dilakukan melalui sejarah, seni, kebudayaan, di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti warisan, cara hidup, dan ekonomi. Untuk Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari mewujudkan tujuan pariwisata Islami ada lima Warmadewa pada 913 M yang menyebutkan kata hal yang harus diupayakan, meliputi sumber Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah daya manusianya, promosi, infrastuktur, sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai kerjasama, dan lembaganya.5 dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan Kajian ini dalam posisi ingin melihat potensi budaya juga mulai berkembang pada masa itu. dan praktek wisata religi di luar khazanah Hindu Semasa Kerajaan Majapahit (1293–1500 M) yang di Bali. Kajian diarahkan pada potensi yang ada berpusat di pulau Jawa yang menganut agama dalam khazanah Islam di Bali. Itu artinya, dalam utama Hindu dan pernah menguasai maritim di konteks kajian ini awalnya sebenarnya tidak nusantara ini, pernah mendirikan kerajaan dimaksudkan untuk memilih salah satu definisi bawahan di Bali pada sekitar tahun 1343 M. tersebut, bahkan dalam beberapa hal cenderung Dalam konteks nusantara, kebesaran Hindu ingin menganggap sama potensi kedua definisi kemudian menyusut seiring dengan kedatangan tersebut dalam perpektif sebagai potensi wisata Islam yang berhasil mendirikan kerajaan-kerajaan atas nama keagamaan. Namun karena definisi Islam di berbagai wilayah. Banyak umat Hindu terlanjur diperdebatkan, maka untuk kajian ini di berbagai daerah yang beralih ke Islam. Pusat memulai dangan memetakan dari dimensi wisata peradaban Hindu yang tadinya di Majapahit, religi. terpaksa runtuh dan dan pusat Hindu bergeser Karena itu, untuk membaca potensi wisata ke Bali. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan religi non-Hindu di Bali, dalam hal ini wisata masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu Islam, diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali. Konsentrasi Apa dan bagaimana permasalahan yang dihadapi sumber daya Hindu inilah yang menyebabkan dalam usaha merintis wisata religi Islam dalam Bali berhasil mempertahankan diri dan mengemas Bali menjadi daerah yang eksotik dan banyak seni budaya nya yang bercorak tradisi besar yang menunjukkan besarnya peradaban Hindu di 4 http://www.eturbonews.com/30411/Bali -rapidly- becoming-popular-spiritual-tourism - destination) Akses 11 Januari nusantara masa lalu. 2015 Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597 5 A. Faidlal Rahman, Konsep Pariwisata Islami dalam “ The merupakan orang Eropa pertama yang 2nd Association of Indonesian Tourism Tertiary Education Institutions (AITEI) “ di Malaysia, 23 Mei 2013. menemukan Bali. Meski sebelumnya sebuah kapal

16 Wisata Religi di Bali ... Portugis pernah terdampar dekat tanjung Bukit, obyek wisata yang banyak dikunjungi pemeluk Jimbaran, pada 1585. VOC mulai melaksanakan Katholik yang kebetulan hadir di Bali seperti penjajahannya di tanah Bali, rakyat Bali melawan. gereja Palasari. Menyesuaikan dengan kontek Namun karena teknologi perang yang terbatas, Hindu, Katholik mempunyai gereja dengan kekuasaan di Bali berhasil sedikit demi sedikit warna kultur Bali. Gereja ini dibangun sejak diambil alih kolonial. Semenjak 1840-an, belanda tahun 1940-an oleh Pater Simon Buis yang mengambil alih wilayah utara dan mulai membuka sebuah hutan Pala yang kemudian mengincar daerah selatan. Dengan mengadu- diberi nama tempat itu dengan sebutan Palasari domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak (sekarang disebut dengan Palasari Lama). mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan Disinilah Pater Simon membangun sebuah desa serangan besar lewat laut dan darat terhadap yang memiliki Mode Dorf yang berbudaya Bali daerah Sanur dan disusul dengan daerah namun tetap bernuansa Katholik yang kental. Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah Lantas, pada tahun 1955, sebuah bukit di maupun persenjataan tidak ingin mengalami kawasan ini diratakan dan dibangunlah sebuah malu karena menyerah, sehingga menyebabkan gereja yang kokoh, yang memiliki arsitektur terjadinya perang sampai titik darah penghabisan perpaduan antara Belanda dan Bali. Gereja inipun atau perang puputan yang melibatkan seluruh kemudian diberi nama Gereja Palasari dan rakyat baik pria maupun wanita termasuk diresmikan oleh Pastor Simon Bois. Dan pastor rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang inilah yang kemudian mengenalkan agama tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda Katholik kepada masyarakat Bali secara luas telah memerintahkan mereka untuk menyerah. untuk yang pertama kalinya.6 Selanjutnya, para gubernur Belanda yang Bagaimana dengan potensi obyek wisata memerintah hanya sedikit saja memberikan Islam yang ada di Bali ? Ternyata pengkaji pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian menemukan banyak sekali obyek wisata agama lokal terhadap agama dan budaya umumnya Islam di Bali. Obyek-obyek yang sering menjadi tidak berubah. obyek kunjungan dalam konteks Islam dapat Penduduk Bali pada tahun 2014 berdasarkan disebutkan antara lain makam-makam keramat sensus terbaru pada Januari 2014 berjumlah para tokoh Islam awal di Bali, kampung- kurang lebih 4 juta jiwa. Mayoritas beragama kampung Islam yang terdapat di hampir semua Hindu dengan prosentase 84,5%. Disusul Islam kabupaten di Bali, masjid-masjid yang unik dan sebagai agama terbesar kedua dengan prosentase sebagian bersejarah karena merupakan masjid pemeluk sebanyak 13 %. Selanjutnya Protestan paling awal didirikan di Bali. Lebih lengkap dan Katolik sebanyak 1,7% dan Buddha sebanyak sedikit gambaran untuk masing-masing lokasi di 0,5%. Partisipasi umat non Hindu dalam bahas pada sub bab berikut. pembangunan Bali adalah sebuah gagasan dan semangat yang sesuai dengan cita-cita falsafah Obyek Wisata Muslim di Bali kita berbangsa, Pancasila. Menyusuri potensi wisata Islam di Bali, Dengan latar belakang agama Hindu, obyek pengkaji menemukan banyak potensi obyek wisata agama di Bali kebanyakan merupakan wisata berlatar belakang agama Islam. Obyek- khazanah agama Hindu seperti Pura Besakih obyek wisata Islam di Bali itu dapat dikategorikan yang Pura terbesar di Indonesia, bahkan konon dalam 3 kelompok besar, yaitu: 1) obyek wisata terbesar di Asia. Selain pura Besakih terdapat Hari berupa makam-makam keramat para tokoh Islam raya Nyepi yang diwujudkan dalam tradisi di mana semua lampu seluruh kota di Bali dimatikan dan tidak ada aktifitas duniawi yang 6 Keunikan dari gereja ini ialah bangunan gereja yang dijalankan, Hari Raya dan ratusan pura memadukan arsitektur ghotik dengan Bali. Meskipun gereja ini yang tersebar di seluruh Pulau Bali. Banyaknya sudah berusia lumayan senja, namun kondisi dan keadaan didalam gedungnya masih terlihat terawat. Di pintu masuknya, terdapat pura ini menyebabkan Bali memperoleh sebutan seperti gapura yang pada umumnya tugu tersebut biasa terdapat negeri para dewa, karena di sana para dewa di sebuah pura atau perumahan masyarakat Bali pada umumnya. banyak disembah oleh umat manusia. Halaman Gereja Palasari yang banyak ditumbuhi pohon cemara dengan beberapa pembatas halaman gedung gereja yang terdapat Tidak ketinggalan, Katholik juga mempunyai sedikit ukir ukiran Bali.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 17 di Bali, 2) obyek wisata berupa kampung- kesempatan, Raden Amangkuningrat menarik kampung Islam, dan 3) obyek wisata berupa kerisnya dan keajaiban terjadi, semua lawan rumah ibadah unik dan bersejarah. menjadi lumpuh seketika. Selanjutnya, di akhir Pengelompokkan ini belum memasukkan hayatnya, sosok raden ini dimakamkan di Pantai beberapa potensi wisata Islam seperti lembaga Seseh. pendidikan Islam seperti pesantren dan madrasah yang sebenarnya tak kalah potensial bagi obyek 2. Makam Keramat Siti Khodijah di Pamecutan. wisatawan muslim yang berkunjung di Bali. Nama aslinya Ratu Ayu Anak Agung Rai. Makam ini berada di kota Denpasar. Dia dipercaya Makam Keramat Islam sebagai orang pertama dari keturunan keluarga Dimulai dari obyek wisata Islam berupa dalam keraton di Bali yang masuk Islam. Dia makam keramat tokoh Islam, ada beberapa adalah putri Raja Pemecutan Cokorda III yang makam Islam di Bali. Terkait keberadaan beberapa bergelar Bathara Sakti yang memerintah sekitar obyek wisata makam keramat di Bali, yang tahun 1653 M (Menurut sumber lain, memerintah menjadi legenda adalah keberadaan Wali Pitu tahun 1697 dan wafat tahun 1813 M).8 Ada dua (Wali Yang Tujuh). Sebutan Wali Pitu di Bali versi cerita masuknya Ratu Ayu ke Islam. Versi dianalogikan dengan keberadaan wali sanga di pertama, dia masuk Islam karena menikah dengan Jawa. Berbeda dengan di Jawa, Wali Pitu di Bali Sosrodiningrat (Senopati dari Mataram) setelah hanya julukan kepada tujuh orang perintis Islam berhasil membantu Raja Pamecutan di Bali yang satu sama lain barangkali tidak memenangkan peperangan. Versi kedua, dia pernah ketemu karena hidup di zaman yang diperistri Cakraningrat dari Madura yang berhasil berbeda.7 Beberapa makam keramat yang telah menyembuhkan puteri raja. Raja membuat menjadi tujuan ziarah, yang sebagiannya sayembara, siapa yang mampu mengobati puteri anggota Wali Pitu, antara lain meliputi: raja maka dia akan dinikahkan dengan puteri tersebut. Ketika hidup di lingkungan keraton, 1. Makam Keramat Pangeran Sepuh, Pantai suatu saat terjadi kesalahpahaman antara Siti Seseh. Khodijah dengan para punggawa. Para Pantai Seseh terletak di Desa Munggu, punggawa dihebohkan adanya leak (makhluk Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Jarak Jahat) yang masuk istana. Maka semua tempuh ke lokasi ini lebih kurang 15 km dari kota punggawa berusaha memburunya dan Denpasar. Makam ini adalah makam Raden memergoki puteri Khodijah sedang salat malam Amangkuningrat. Dia adalah anak Raja Mengwi dan disangkanya sedang melakukan ritual yang I (Raja di Bali 1690-1722 M) yang menikah dengan menghadirkan Leak. Maka tanpa ragu-ragu puteri Blambangan. Dia tidak dibesarkan di seorang punggawa menombak punggung puteri lingkungan istana kraton di Bali, namun khadijah dan mati seketika. dibesarkan ibunya di Blambangan, suatu ketika bertanya pada ibunya siapa gerangan ayahnya. 3. Makam Pangeran Sosrodiningrat di Ubung Setelah memaksa akhirnya berkatalah ibunya Denpasar. bahwa dia adalah Putra raja Mengwi I di Bali. Dia adalah Suami dari Adik Raja Pamecutan, Berangkat sang anak ke Bali, namun di sana Siti Khodijah Pamecutan. Pangeran terjadi salah paham antara anak dan ayah. Sosrodiningrat adalah orang dari Mataram yang Kembali lah sang anak ke Blambangan. Namun kebetulan lewat Kerajaan Pamecutan yang semula di tengah jalan, ia dikeroyok orang. Suatu bertujuan ingin pergi ke Ampenan Pulau Lombok. Karena Kerajaan Pamecutan sedang perang dengan kerajaan lain, maka Pangeran 7 Berikut makam-makam Keramat di Bali yang disebut Wali Sosrodiningrat dikira mata-mata. Maka Pitu: 1) Pangeran Mas Sepuh alias Raden Amangkuningrat; 2) Habib Umar Maulana Yusuf; 3). Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid; 4) Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al Idrus; 5) Syeh Maulana yusuf Al Magribi; 6) Habib Ali Bin 8 Makam Keramat Siti Khotijah dan Pangeran Sosrodiningrat Umar Bafaqih; 7) Syeh Abdul Qodir Muhammad lihat Kisah Wali Di Denpasar Bali. http://achmad-suchaimi- Pitu dari Bali oleh Umi Kalsum nasional.news.viva.co.id/news/read/ sememi.blogspot.com/2013/07/mjib-24-makam-keramat-siti- 239218-kisah-wali-pitu-dari-Bali Akses 11 Januari 2015 khotijah-dan.html akses 11 Januari 2015

18 Wisata Religi di Bali ... ditangkaplah pangeran itu dan dihadapkan tersusun batu bata merah tanpa semen yang tak kepada raja. Karena salah tangkap, maka terawat dan tampak sangat tua. Keistimewaan Pangeran Sosrodiningrat ditawari untuk makam ini terletak ketika makam itu justru membantu Kerajaan Pamecutan mengalahkan selamat dari amukan Gunung Agung yang musuh. Kalau perang berhasil dimenangkan, meletus dengan dahsyat pada 1963. Sejak saat itu Pangeran Sosrodiningrat akan dinikahkan orang mempercayai bahwa orang yang dengan adik raja. Tawaran itu diterima, dan dimakamkan di sana adalah orang keramat. akhirnya perang berhasil dimenangkan, dan Pangeran menikah dengan keluarga kerajaan 7. Makam Keramat Syeikh Abdul Qadir dan akhirnya bisa mengajak istrinya masuk Muhammad di Temukus Islam. Setelah masuk Islam, Sang istri berganti Lokasinya di Temukus Banjar, Bulelang, nama menjadi Siti Khodijah dan merupakan Singaraja Bali. Nama asli syekh ini adalah The orang pertama dari keluarga keraton yang masuk Kwan Lie. Penduduk menyebutnya sebagai Islam. Keramat Karang Rupit. Semasa remaja, ia adalah murid Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. 4. Makam Habib Umar bin Yusuf Al-Maghribi Para peziarah, baik muslim maupun Hindu, di Bukit Bedugul biasanya banyak berkunjung pada hari Rabu Makam ini berada di Desa Bungaya Kangin, terakhir (Rebu Wekasan) bulan Shafar. Uniknya, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Nasab Habib masing-masing mengelar upacara menurut Umar diyakini bersambung sampai Rasulullah keyakinan masing-masing. SAW. Untuk mencapai lokasi makam, para peziarah harus mendaki bukit yang cukup tinggi. 8. Makam Ali Bin Umar Bafaqih di Loloan Mereka harus sangat hati-hati, karena anak Jembrana tangganya masih asli dari tanah, tanpa pagar atau Ia hidup antara (1890-1997). Ia adalah seorang pegangan tangan. habib yang mengembangkan Islam di Kampung Islam Loloan Jembrana Bali. Ia dikenal sebagai 5. Makam Habib Ali bin Abu bakar al Hamid di seorang ulama dan terkadang dimasukkan dalam Kusumba Klungkung hitungan ulama ke delapan dari “Wali Pitu” yang Dia adalah guru besar Raja Klungkung, ada di Bali. Makamnya di Jembrana banyak Dhalem I Dewa Agung Jambe. Ia mengajar bahasa didatangi para peziarah yang hadir dari berbagai Melayu kepada Raja Dhalem I Dewa Agung Jambe daerah. Di Loloan Habib Ali mendirikan dari Kerajaan Klungkung. Sang raja pesantren Syamsul huda pada tahun 1935. Dari menghadiahkan seekor kuda kepadanya sebagai pesantren ini, Ia telah melahirkan banyak ulama kendaraan dari kediamannya di Kusamba menuju & da’i. Santri-santrinya berasal dari berbagai Istana Klungkung. Suatu hari, pulang mengajar daerah di tanah air. Faktor inilah yang diduga di istana, ia diserang oleh kawanan perampok. menjadi sebab makamnya ramai dikunjungi para Ia wafat dengan puluhan luka di tubuhnya. peziarah.9 Jenazahnya dimakamkan di ujung barat pekuburan Desa Kusamba. Malam hari selepas Kampung-kampung Islam penguburan, terjadi keajaiban. Dari atas makam Selain makam keramat, terdapat obyek wisata menyemburlah kobaran api, membubung ke Islam di Bali berupa beberapa kampung Islam angkasa, memburu kawanan perampok yang yang mulai dikunjungi wisatawan luar daerah. membunuh Sang Habib. Akhirnya semua Mengenai jumlah kampung Islam di Bali, kawanan perampok itu tewas terbakar. menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Denpasar - Bali, KH. Mustofa al-Amin, saat ini 6. Makam Maulana Yusuf al Baghdadi al di Bali terdapat 59 kampung muslim.10 Beberapa Maghribi Karangasem. 9 Kisah Wali Pitu dari Bali oleh Umi Kalsum Tepatnya di desa Bungaya, Bebandhem, nasional.news.viva.co.id/news/read/239218-kisah-wali-pitu-dari- Karangasem, Bali. Dia adalah perintis Islam di Bali Akses 11 Januari 2015 Karangasem. dimakamkan tidak jauh dari makam 10 Cita-cita Tokoh Islam Bali: Insya Allah, Bali Menjadi Jendela Islam Dunia. http:// wakafalazhar.com/blog/post/view/id/40/title/ Habib Ali bin Zainal Al-Idrus. Di atas makam akses 4 Jan 2015

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 19 kampung diantaranya berisi orang-orang asli Bali Islam. Tetapi ajakan mereka belum diterima oleh yang telah memeluk agama Islam. Dari sejumlah raja. Awalnya, untuk sementara waktu mereka kampung muslim yang ada di Bali, beberapa tinggal di sekitar daerah sungai. Karena kondisi diantaranya yang sering disebut Kampung- lingkungan yang tidak layak dan mengenaskan, kampung Islam utama yang banyak dikunjungi beberapa orang meninggal dan beberapa di wisatawan meliputi: Kampung Saren Jawa antaranya ada yang sakit. Melihat keberadaan Budakeling Karangasem, Kampung Gelgel di kelompok muslim yang mengenaskan ini, Raja Klungkung, Kampung Kepaon dan Serangan di Gelgel menjadi simpati dan memberi mereka Denpasar, Kampung Pegayaman di Buleleng, dan tempat bermukim di Gelgel. Saat tinggal di Gelgel, Kampung Loloan di Jembrana. akhirnya mereka mendapatkan pengikut dari I Made Pageh dkk menyebutkan bahwa kalangan rakyat. Kini, di Gelgel terdapat 800 terbentuknya kampung-kampung Islam di Bali orang pemeluk agama Islam. dilatarbelakangi oleh beberapa sebab seperti: 1) motif dagang orang Islam sehingga bermukim di 2. Kampung Saren Jawa Karangasem. daerah pelabuhan-pelabuhan kuno di pinggir Mayoritas pemeluk Islam di Karangasem pantai (Pelabuhan dan Batugambir), yang merupakan pendatang dari Lombok Timur (Suku kemudian ada yang berubah profesi menjadi Sasak). Di Amlapura, penempatan kampung petani tinggal ke pedalaman. (2) tinggal di Islam dan Hindu dibuat berselang-seling di pedalaman karena memang di-enclaves-kan oleh sekitar puri. Tujuannya adalah selain sebagai raja di daerah khusus. (3) Ikatan patron-klien garis pertahanan, juga agar masyarakat dikukuhkan dengan perkawinan lintas agama membaur. Masyarakat Sasak yang tinggal di (Kepaon Badung berasal dari Serangan) (4) faktor Karangasem, kini telah membaur dengan untuk pertahanan kerajaan dalam memperkuat masyarakat Bali. Banyak orang Sasak yang telah pasukannya, dijadikan benteng penyebeh puri, menggunakan Bahasa Bali. Memang sebagian penasihat raja dalam perdagangan, sebagai besar dari mereka sudah tidak fasih berbicara penerjemah bahasa arab dalam kontak dagang menggunakan Bahasa Sasak, tetapi masih (Islam Gelgel, Angantiga, Kepaon, Loloan) (5) mengerti artinya. Adapula yang masih aktif kejayaan dan kemenangan raja menghadiahi menggunakan bahasanya, yakni mereka yang tanah tempat permukiman khusus sebagai entitas tinggal di Karanglongko. Salah satu bentuk menyejarah, dan diberikan pemerintahan sendiri akulturasi budaya antara masyarakat Sasak Islam sesuai dengan sifat etniknya.11 dan Bali adalah Cepung (macapatan) dengan tema umumnya yang mengandung pesan moral agar 1. Kampung Gelgel di Klungkung. menjadi manusia yang baik sesuai syariat Islam. Kampung ini dipercaya merupakan tempat awal agama Islam memasuki daerah ini yang saat 3. Kampung Pegayaman. itu menjadi pusat kekuasaan Bali. Pada abad ke- Kampung ini terletak di Sukasada, Buleleng, 15, datanglah 40 orang Islam atau wali dari merupakan pusat terbesar agama Islam. Nenek ‘Mekah’ (diduga merupakan sebutan untuk moyang masyarakat yang tinggal di desa ini Demak) yang memasuki wilayah Gelgel. Mereka merupakan pendatang dari Jawa dan Bugis. tinggal berdampingan dengan masyarakat Bali Konon, dahulu, orang-orang Mataram Islam yang memeluk Hindu. Awalnya, mereka hanya menuju Bali dengan membawa keris gayam. Juga tinggal berdampingan saja, namun lama banyak pohon Gayam di sekeliling desa, sehingga kelamaan ada masyarakat lokal yang tertarik tempat itu disebut Pegayaman. Di Pegayaman kepada Islam. Memang benar bahwa komunitas memiliki situasi yang sedikit berbeda dengan ini pernah mengajak Raja Gelgel untuk masuk situasi di tempat-tempat lain di Bali. Tidak ada atribut keagamaan maupun tempat ibadah Hindu baik Pura Puseh, Pura Kelod, maupun Pura 11 I Made Pageh Dkk. Analisis Faktor Integratif Nyama Bali Dalem. Sebaliknya, justru terdapat masjid. Yang -Nyama Selam, Untuk Menyusun Buku Panduan Kerukunan terbesar di Pegayaman bernama Masjid Jami’ Masyarakat Di Era Otonomi Daerah. Jurnal Ilmu Sosial Dan Safinatussalam. Selain bangunan fisik berupa Humaniora. Universitas Pendidikan Singaraja. Vol. 2, No. 2, Oktober 2013 masjid, terdapat pula peninggalan berupa Al-

20 Wisata Religi di Bali ... Qur’an yang ditulis tangan, juga pola pendidikan di Kabupaten Gianyar, Kampung Candi Kuning yang mengajarkan Islam pada anak-anak mereka. di Kabupaten Tabanan, Kampung Kepaon di Kota Denpasar. 4. Kampung Loloan Jembrana. Kampung ini dirintis oleh Syarif Abdullah C. MASJID-MASJID UNIK/BERSEJARAH. bin Yahya Al-Qodri (Syarif Abdullah), Sebuah Selain makam keramat Islam dan Kampung- kampung yang menjadi pusat berkembangnya kampung Islam di Bali, Tujuan wisata Islam Islam di Bali. Ia berasal dari Pontianak. Ayahnya berikutnya yang bisa dikunjungi adalah masjid- adalah seorang Ulama Arab termasyur yang masjid unik atau bersejarah di Bali. Dari sisi menikah dengan ibunda Raja di Matan. Ia sejarah, Masjid Nurul Huda di Gelgel Klungkung bersama anak buahnya berkelana sampai di dipercaya sebagai masjid pertama di Pulau Bali, Loloan-Jembrana karena berbeda pandangan berdiri pada abad 13. Dari sisi keunikan, Masjid dengan Sultan Pontianak Syarif Abdurrahman Al hikmah Kertalangu Denpasar merupakan yang mau tunduk kepada pemerintah Belanda. masjid yang mencoba menggabungkan antara Karena memberontak kepada Belanda, Syarif spirit Islam dengan budaya Bali. Berikut Abdullah memutuskan untuk pindah ke daerah- gambaran ringkas beberapa rumah ibadah unik yang belum dikuasai oleh pengaruh Belanda. atau bersejarah antara lain: Rombongan Syarif Abdullah berlayar hingga sampai di Nusa Tenggara Barat dan terus ke barat 1. Masjid Nurul Huda di Gelgel. sampai di Air Kuning-Jembrana pada tahun 1799. Masjid ini terletak di Kabupaten Klungkung. Ketika di Bali, Syarif Abdullah disambut dengan Masjid ini merupakan masjid tertua di Bali berada baik oleh penduduk yang sudah lama tinggal di di Gelgel dengan arsitektur khas Demak. Dari sana yang berasal dari suku Bugis bernama Haji Denpasar, perjalanan menuju masjid tertua di Shihabuddin. Syarif Abdullah diantar Pulau Dewata ini memakan waktu sekitar satu menghadap kepada Raja Jembrana Anak Agung jam. Masjid Nurul Huda berdiri megah di tengah- Putu Seloka. Setelah menghadap raja, Syarif tengah perkampungan Gelgel yang berpenduduk Abdullah diizinkan menetap di Jembrana dan 280 keluarga. Di halaman masjid, terdapat sebuah diberikan tempat bermukim di kiri dan kanan menara tua tegak menjulang setinggi 17 meter. Sungai Ijo Gading seluas 80 ha dengan syarat Masjid Nurul Huda berdiri pada akhir abad ke- Syarif Abdullah bersedia melakukan kerjasama 13. Saat itu, Bali dikuasai raja Kerajaan Gelgel dan membantu Kerajaan Jembrana dalam yang bernama Ketut Dalem Klesir. Usai menghadapi musuh-musuhnya.12 Di Loloan menghadiri pertemuan raja-raja nusantara di Jembrana inilah kelak madrasah pertama dan Majapahit pada akhir abad ke-13, Raja Gelgel pesantren pertama di Bali lahir. kembali pulang ke Bali dengan dikawal 40 Selain empat kampung di atas, hampir di prajurit Majapahit. Setibanya di Klungkung, semua kabupaten di Bali ada kampung pengawal dari Kerajaan Majapahit yang sebagian muslimnya, kecuali Kabupaten Badung yang sudah memeluk Islam kemudian menetap di secara eksplisit belum mempunyai Kampung Gelgel. Mereka lalu menyebarkan agama Islam Islam. Ada data yang memasukkan Kepaon atas seizin Raja Gelgel.14 terdapat di Kabupaten Badung, tetapi setelah saya konfirmasi dengan informan di Bali, ternyata 2. Masjid Jami’ Singaraja. Kampung Kepaon masuk ke wilayah Kota Masyarakat Islam di Singaraja didominasi Denpasar.13 Kampung-kampung Islam di berbagai oleh pendatang Bugis. Di kampung para kabupaten di Bali Seperti Kampung Sudihati pendatang asal Makassar ini terdapat masjid Jami’ (Kintamani) di Kabupaten Bangli, Kampung Jawa yang memiliki arsitektur unik gabungan antara Bali, Cina, dan Arab. Sejarah masjid ini tak bisa dilepaskan dari peran Raja Buleleng A.A. Ngurah 12 I Made Sumarja, Syarif Abdullah Bin Yahya Al Qodri (Syarif Abdullah ) Tokoh Pendiri Kampung Loloan Jembrana 1799 – 1858 Http://F85edonk. Blogspot.Com /2013 /01/Syarif- Abdullah-Bin-Yahya-Al-Qodri.Html Akses 31 Oktober 2014 14Nurul Huda, Masjid Tertua di Bali. http:// 13 Wawancara dengan Mashudi, Penduduk Kampung Kepaon www.beritaBali.com/index. php/page/berita /klk/detail /2013/ Denpasar Bali pada tanggal 13 Januari 2015 07/10/Nurul-Huda-Masjid-Tertua-di-Bali /akses 11 Januari 2015

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 21 Ketut Jelantik Polong (putra A.A. Panji Sakti, raja yang plural dan multi kultural.16 Buleleng I) yang beragama Hindu. Pintu kayu berukir warna hijau di gerbang masjid pada foto 5. Masjid Agung Ibnu Batutah di Nusa Dua. di atas merupakan pemberian beliau ketika masjid Berdiri dengan megah di pelataran bukit tersebut pertama kali dibangun. Masjid ini Kampial Nusa Dua, Masjid Ibnu Batutah berdiri didirikan pada tahun 1846 M pada masa berdampingan dengan empat sarana ibadah umat pemerintahan Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut beragama lain, yakni Pura Jagat Natha bagi umat Jelantik Polong (putra A.A. Panji Sakti, raja Hindu, Vihara Budina Ghuna untuk umat Buleleng I). Beliau seorang penganut agama Buddha, dan Gereja Bunda Maria Segala Bangsa Hindu Bali, maka pengaturan pelaksanaan dan untuk umat Katolik serta Gereja Kristen Bukit ke-pengurusannya diserahkan kepada Doa untuk umat Protestan. Lokasi ini dikenal saudaranya yang beragama Islam bernama A.A. dengan nama kompleks peribadatan Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan Abdullah Mandala di Nusa Dua, Bali. Berawal dari Maskati. Masjid Agung Jami’ Singaraja ini keinginan umat Islam untuk mendirikan masjid menjadi salah satu saksi bisu begitu indahnya di Nusa Dua. Namun, karena izin sulit toleransi beragama di Pulau Dewata sejak pertama didapatkan dengan alasan tidak memenuhi syarat kali Islam masuk ke Pulau Bali hingga detik ini. pendirian bangunan ibadah yang harus Masjid Agung Jamik Singaraja hingga kini masih mempunyai 500 KK, akhirnya keinginan itu menyimpan kitab Al-Qur’an tulisan tangan A.A. belum dapat dilaksanakan. Pihak MUI bersama Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan sampai Yayasan Ibnu Batutah kemudian datang ke sekarang masih ada keturunannya dan tetap Jakarta untuk meminta persetujuan. Akhirnya, menggunakan nama Gusti walaupun memeluk ada inisiatif dari Menteri Pariwisata Pos dan agama Islam. Telekomunikasi, yang saat itu dijabat oleh Joop Ave, untuk membangun tempat ibadah kelima 3. Masjid Jami’ Safinatussalam di Pegayaman. agama di Indonesia itu dalam satu kompleks. Ide Kisah masuknya agama Islam di Pegayaman, ini didapat atas dasar keinginan presiden diabadikan menjadi nama masjid, yaitu Masjid Soeharto yang menginginkan adanya tempat Jami Safinatussalam. Masjid Jami Safinatussalam ibadah kelima agama yang berdiri di satu tempat. merupakan masjid tertua di Pegayaman. Pihak PT. BTDC lalu menghibahkan bantuan Keberadaan masjid ini diperkirakan sudah ada berupa tanah untuk membangun kelima tempat sejak awal berdirinya Desa Pegayaman. ibadah tersebut. Tanah itu dibagi sama besar dan “Safinatussalam berarti perahu keselamatan. luasnya. Selanjutnya, untuk pendirian Alasan diberi nama Safinatussalam karena bangunan diserahkan sepenuhnya kepada umat datangnya menggunakan perahu dari Jawa, masing-masing agama, dengan aturan pendirian sampai dengan selamat di Bali.15 bangunan tersebut harus sama tingginya.17 Kalau dibuat matriks, maka obyek wisata 4. Masjid Al-Hikmah di Kertalangu Denpasar. Islam di Bali dari bahasan di atas dan sumber- Masjid Al-Hikmah adalah satu-satunya di sumber lain yang membahas tentang obyek Kota Denpasar yang plural dan multikultur kunjungan wisatawan ke Bali yang berhasil tampil dengan sosok Arsitektur Tradisi Bali (ATB). penulis dapatkan, dilihat dari lokasinya dapat Masjid Al-Hikmah di Kertalangu dibangun pada disebutkan sebagai berikut: tahun 1978 menjadi sebuah tanda sekaligus simbol bagaimana dua kebudayaan menjadi satu Potensi Obyek Wisata Islam di Bali 18 dalam sebuah teks arsitektur yang menyiratkan penghormatan, kebersamaan dalam bingkai 16 Putu Rumawan Salain, Arsitektur Tradisional Bali Pada Masjid keindahan. Diplomasi kebudayaan melalui tanda Al Hikmah Di Kertalangu, Denpasar. (Tesis). Bali: Universitas dan simbol arsitektur menjadi bukti kerukunan Udayana, 2011 dan kedamaian bagi masyarakat Kota Denpasar 17 Masjid Agung Ibu Batutah; Sebuah Simbol Kerukunan Tempat Ibadah Dari Nusa Dua Bali. http://Bali muslim.com/masjid- simbol-kerukunan/masjid-ibnu-batutah 15 Sejarah Warga Islam di Desa Pegayaman, Bali http:// 18 Disusun berdasarkan beberapa sumber yang berhasil ulinulin.com/news/sejarah-warga-Islam-di-desa-pegayaman-Bali dikumpulkan penulis, pada sel-sel yang kosong dimungkinkan /page/2 akses 11 Januari 2015 masih ada obyek wisata Islam yang lain.

22 Wisata Religi di Bali ... muslim. Kalau kita telusuri melalui situs google.com maka akan kita lihat beberapa laman yang menyediakan layanan wisata halal ini seperti Sopir Muslim Bali dan Bali Halal Tour. Kelompok layanan Sopir Bali Muslim adalah sebuah layanan yang menyediakan mobil sekaligus sopir yang siap menjadi guide selama perjalanan; demikian juga Bali Halal Tour, sebuah biro travel yang menggarap wisatawan muslim untuk mengunjungi obyek-obyek wisata religi Islam di Bali. Sebagai obyek kajian ini, studi kasus akan kita arahkan pada keberadaan sebuah biro layanan yaitu Bali Halal Tour. Bali Halal Tour mempunyai kantor di Gedung PELNI lantai 2, JL. Raya Kuta 299, Kuta, Badung Bali. Didirikan di awal 2010 oleh Dandan Syamsuddin dan Firman Hadian. Biro ini dibentuk sebagai sarana untuk menambah jaringan, sedangkan usaha utamanya adalah usaha di luar travel agent. Manager Operasional Bali Halal Tour, Firman Hadian, dengan perkembangan usaha di bidang ini melihat adanya peluang ladang amal dalam membuka biro perjalanan wisata halal. Latar belakang pendirian Bali halal Tour ini didasarkan pada kenyataan banyak wisatawan Bali Halal Tour: Ikhtiar Biro Perjalanan muslim yang datang ke Bali sering ragu dengan Wisata Islam makanan yang ada di Bali. Pendiri Bali Halal tour Melihat potensi wisata Islam di Bali, sering melihat banyak sekali wisatawan muslim menggerakkan beberapa pelaku wisata untuk asing atau domestik (terlihat dari penampilannya menggagas layanan wisata Islami. Berangkat dari yang berhijab untuk wanitanya) ketika mereka pemikiran diantara wisatawan yang mengikuti program tur dari beberapa travel agen mengunjungi Bali banyak sekali dari umat konvensional di Bali, pada saat mereka makan Muslim yang hadir, maka muncul ide untuk siang atau malam, mereka diajak makan di tempat membuat sebuah terobosan sebagian pelaku yang sangat diragukan kehalalannya. Seiring usaha untuk membuka layanan biro perjalanan waktu ternyata banyak wisatawan diluar sana wisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan yang masih ragu datang ke Bali karena faktor ke muslim. Fakta bahwa dari jumlah wisatawan non musliman-nya, objek wisata yang tidak yang singgah di Bali tidak seluruhnya merasa Islami dan masalah makanan halal di Bali. nyaman dengan jasa wisata yang ditawarkan. Bali Halal Tour pun akhirnya menjadi salah Bagi wisatawan muslim terkadang ada yang satu dari sedikit biro perjalanan di Bali yang masih ragu terhadap kehalalan infrastruktur menjadi pionir wisata halal di pulau dewata. pendukung wisata di Bali, seperti makanan yang Firman berpendapat wisata halal adalah konsep disajikan restoran maupun mengenai lokasi berwisata yang mengedepankan halal sebagai masjid. Maklum, mayoritas penduduk Bali panduan atau pegangan dalam aspek pendukung beragama Hindu. yang bersangkutan dengan wisata itu sendiri. Ia Beberapa layanan jasa terkait wisata agama memaparkan beberapa faktor pendukung dalam Islam di Bali mulai bermunculan seperti layanan wisata halal tersebut antara lain transportasi, Sopir Islam, Guide Muslim, Travel dan hotel yang akomodasi dan konsumsi. Saat ini yang masih memperhatikan kepentingan muslim semuanya menjadi concern dari para wisatawan menurut para mengatasnamakan wisata yang halal bagi orang pendiri ini adalah faktor kehalalan konsumsi atau

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 23 makanannya, sebab untuk akomodasi dan biro perjalanan lainnya adalah semua program transportasi nantinya akan lebih ke konsep di atas tadi dikemas menjadi wisata halal. syariahnya. Pengelola Bali Halal Tour ingin memperlihatkan Dari deskripsi layanan wisata Islam di Bali Bali dari sisi yang lainnya, bukan hanya Bali sebagaimana yang termuat dalam http:// sebagai tempat mayoritas peninggalan non mysharing.co, tantangan yang dihadapi dalam muslimnya (Hindu), tapi juga memperlihatkan mengembangkan wisata Islam ini menurut bagaimana Islam menjadi bagian penting dalam pengelola Bali Halal Tour adalah masalah sejarah perkembangan Bali, dengan adanya perijinan. “...birokrasi yang begitu berbelit mesjid-mesjid lama yang tersebar di seluruh Bali, kadang membuat kami pelaku wisata di lapangan kampung-kampung muslim yang juga ada agak sedikit terhambat,” tukas Firman, pengelola sampai ke pelosok-pelosok pedalaman Bali, Bali hal Tour. Selain itu, tantangan terbesar lain peninggalan bersejarah seperti Al-Qur’an kuno nya bagi pengembangan wisata Islam adalah dan lainnya. Ke depannya, Bali Halal Tour juga infrastruktur pendukung wisata halal yang berencana menggarap Muslim Wedding sangat terbatas, terutama dari segi makanannya. Organizer. Itulah optimisme yang dimiliki salah Hampir 95 persen hotel, restauran dan warung satu pelaku yang menyediakan jasa layanan makan di Bali tidak bersertifikasi halal, baik yang wisata Islam di Bali. dimiliki oleh muslim ataupun non muslim. “Cara Saat ini perkembangan wisata halal di kami mensiasatinya ya kami maksimalkan yang Indonesia masih kalah dengan Malaysia. Namun sisa 5 persen, sambil perlahan kita mulai bersama di tengah potensi wisata halal Indonesia yang lembaga yang berwenang seperti Lembaga begitu besar karena mayoritas penduduk Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Indonesia adalah muslim, Malaysia-lah negara Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) untuk di Asia Tenggara yang menjadi tujuan utama mendorong dan mensosialisasikan sertifikasi halal wisatawan beragama muslim, khususnya yang utamanya kepada pengusaha muslim yang datang dari Timur Tengah. Mengapa? Karena, bergerak di bidang restoran dan hotel,” ungkap bagi para wisatawan muslim, Malaysia lebih Firman. Ia pun mengharapkan seiring dengan terjamin dan lebih mudah mendapatkan segala besarnya animo wisatawan muslim yang datang sesuatu yg halal dan syar’i. ke Bali, pengusaha non muslim ikut Sejauh ini animo wisatawan terhadap Bali mensertifikasi halal usahanya di masa Halal Tour pun cukup berkembang. Wisatawan mendatang. 19 berdatangan mayoritas dari Malaysia, Singapura, Untuk pengembangan lebih lanjut, Timur tengah, Eropa dan selebihnya wisatawan dukungan perbankan syariah kepada industri lokal. wisata Indonesia juga sangat diperlukan. “Apapun yang berhubungan dukungan untuk D. MENGEMBANGKAN WISATA AGAMA, kemajuan bisnis syariah saya rasa sangat MEMPERKUAT BALI SEBAGAI PULAU diperlukan, termasuk dukungan materi, RELIGIUS khususnya untuk kami perusahaan kecil yang Predikat Pulau Bali sebagai pulau dewata ingin berkembang. Karena ke depannya tidak perlu dipertahankan. Karena predikat pulau hanya secara khusus di Bali, secara nasional dewata hampir sama dengan predikat pulau pengembangan bisnis syariah perlu di-back up religius. Artinya kata ‘dewata’ mempunyai oleh lembaga keuangan yang syariah pula,” konotasi keagamaan, sehingga menyebut pulau papar Firman. dewata searti dengan menyebut pulau religius. Secara umum pelayanan Bali Halal Tour Agama, khususnya Hindu, menjadi pilar utama tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan menjaga keseimbangan pembangunan di Pulau perusahaan lainnya, seperti Inbound dan Outbound Bali. Menjaga religiusitas Bali akhirnya tidak saja Tour, MICE, Rent Car, Team Building dan lain- menjadi kewajiban umat Hindu, tetapi semua lain. Yang membedakan Bali Halal Tour dengan pemeluk agama di Pulau Bali. Dengan demikian perlu kerjasama dan kesepahaman yang mampu menjaga Bali sebagai tujuan wisata yang dijiwai 19 Mengintip Biro Perjalanan Wisata Halal Di Bali. http:// mysharing. co/ Akses 1 Jan 2015 semangat keagamaan.

24 Wisata Religi di Bali ... Untuk menjaga Bali tetap dalam suasana budaya Bali. Misalnya kesenian Burda (kesenian religius diperlukan bersatunya umat antar agama asal Irak yang diakulturasikan dengan yang terdapat di pulau seribu dewa ini. Hadirnya kebudayaan Bali). Kesenian ini masuk beberapa di luar Hindu di Bali telah memberi Pegayaman pada tahun 1887. Kesenian ini warna tersendiri terhadap nilai-nilai pluralitas dilakukan dengan menyanyi menggunakan yang dianut oleh masyarakat. Keberadaan nilai- rebana. Pelakunya 10-15 orang laki-laki tanpa nilai Hindu yang mampu mengagungkan agama perempuan. Tetapi, menggunakan pakaian adat dan menjaga hubungan antar agama menjadi Bali yang digunakan seperti akan nilai plus sendiri yang perlu dilestarikan. bersembahyang ke pura, lengkap dengan udeng Kerukunan antar umat Hindu dan non- dan lancingan sebagai bentuk akulturasi, Hindu sudah terjalin sedemikian rupa. Pemeluk walaupun Burda yang sebenarnya tentu tidak masing-masing agama terbiasa untuk saling menggunakan pakaian ini. Kesenian ini mengunjungi setiap ada hari raya. Misalnya dilakukan pada pukul 10 malam sampai hampir untuk upacara kematian, umat Islam subuh. Tujuan dari kesenian ini adalah untuk mengunjungi umat Hindu yang mengadakan mensyi’arkan Islam. Ngaben. Sebaliknya, umat Hindu pun Demikian juga fenomena yang hampir sama melakukan ta’ziah bila terhadap umat Islam yang muncul dalam kesenian hadrah. Kesenian ini meninggal. Umat Islam akan berkunjung ke masuk pada jaman penjajahan Belanda dan rumah umat Hindu yang merayakan Galungan mengandung nilai beladiri. Bentuk dari kesenian atau Sarawati. Sementara umat Hindu akan ini adalah permainan rebana dan menyanyikan berkunjung ke rumah umat Islam bila sedang lagu puji-pujian pada Allah Subhanahu Wa merayakan Idul Fitri. Ta’ala dan Rasul-Nya. Nuansa Bali muncul dalam Selain bentuk-bentuk kerukunan antar bentuk puji-pujian yang dikombinasikan dengan agama tersebut, terdapat akulturasi dan gerakan tari. pelestarian budaya antara Bali dan Islam. Salah Keberhasilan masyarakat Bali dalam menjaga satunya adalah terdapat tradisi penamaan anak religiusitas pulau ini hingga menjadi daerah yang yang konon berasaal dari wasiat dari nenek berkarakter dan dipuji dunia, bukan pekerjaan moyang yang menyatakan bahwa anak harus yang gampang. Banyak ujian yang telah dihadapi dinamai sesuai tradisi Bali, yaitu: Anak pertama masyarakat Bali untuk menjadi daerah Pulau dinamai Wayan, Putu, Gede, atau Ni Luh; Anak religius, seperti kejadian Bom Bali 2002 di kedua dinamai Made, Kadek, atau Nengah; Anak kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan ketiga dinamai Komang atau Nyoman; Anak sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya keempat dinamai Ketut; lalu hitungan Kembali cedera. Kejadian itu tentu saja menyakitkan, ke awal lagi pada anak kelima dan seterusnya. sementara pelakunya mengaku muslim. Banyak Dari warna adat lokal itu, muncul kemudian orang Islam di Indonesia menyesalkan kejadian nama-nama anak di lingkungan muslim seperti itu, bahkan mengutuknya. Sebagian orang Bali Wayan Abdul Rahman, Komang Ibrahim mungkin ada yang menyalahkan orang Ramadhan, atau Gede Muslimin Dzikrullah. Islam.Peristiwa ini sempat menghempaskan Nama-nama seperti itu muncul dari pandangan ekonomi dan pariwisata Bali. Kejadian ini seperti sekalipun seorang etnis Bali memeluk Agama membuka luka lama bahwa Islam menjadi Islam, ia tetaplah bagian dari Suku Bali. Sehingga ancaman bagi eksistensi budaya Hindu Bali. dianggap memiliki tanggungJawab moral- Namun larut dengan trauma seperti itu justru kultural terhadap etnisnya.20 akan memerosokkan Bali ke lubang yang lebih Selain penggunaan nama, kesenian dan dalam lagi. budaya Islam yang muncul pun berwajah Trauma sejarah bahwa Hindu di Bali adalah pertahanan terakhir orang Hindu di Indonesia 20 Akulturasi penyusunan nama anak ini banyak terjadi di dari perkembangan Islam yang sengaja Kampung Pegayaman. I Made Pageh Dkk. Analisis Faktor dihembuskan baik sengaja atau tidak untuk Integratif Nyama Bali -Nyama Selam, Untuk Menyusun Buku memelihara kepercayaan diri orang Hindu untuk Panduan Kerukunan Masyarakat Di Era Otonomi Daerah. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora. Universitas Pendidikan Ganesha bertahan. Pemahaman seperti itu barangkali pas Singaraja. Vol. 2, No. 2, Oktober 2013 untuk melihat persaingan agama ketika bangsa

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 25 Indonesia belum merumuskan filsafat hidup Sudibya, 2012) bersama, yakni sebelum Indonesia merdeka. Wisatawan muslim tentu akan menyambut Dengan disepakatinya pancasila sebagai positif apabila pemerintah Bali lebih membuka pandangan hidup bersama setelah Indonesia ruang untuk pengembangan wisata agama di Bali merdeka, kekhawatiran semacam itu hendaknya tidak sebatas obyek wisata Hindu tetapi juga mulai ditinggalkan dengan mengedepankan sikap obyek wisata agama lain. Rencana pemerintah saling mengakui dan menghormati antara agama Indonesia yang ingin membuka peluang satu dengan agama lain. pengembangkan wisata syariah di Indonesia Bom Bali 2002 sempat menjadikan Bali berada diharapkan tidak menjadi sesuatu yang kontra di titik nol dalam pariwisata dan butuh waktu produktif bagi pelestarian Bali sebagai pulau 10 tahun lebih untuk mengembalikan potensi religius. Peluang komodifikasi wisata halal di Bali wisata di Bali. Kejadian itu, suka atau tidak suka, memang ada. Tinggal kita tunggu menjadi bahan evaluasi untuk mengembangkan implementasinya seperti apa, mungkin wisata di Bali selanjutnya. Sikap saling pengembangan wisata Islam di daerah lain akan menyalahkan justru akan membuat bibit yang lebih mudah bila dibandingkan dengan di daerah tidak baik dalam hubungan antar agama. Bali. Namun seandainya gagasan itu juga Sebaliknya, hubungan antar agama barangkali berhasil dikembangkan di Bali, pasti akan lebih perlu dilibatkan dalam pengembangan pariwisata “wah” bila dibandingkan di daerah lain. di Bali. Wisata religi antar agama nampak belum E. PENUTUP banyak dikembangkan di Bali. Ada kesan bahwa Dari kajian tentang potensi wisata Islam di potensi wisata di luar Hindu belum dibina secara Bali ini bisa disimpulkan bahwa prospek maksimal. Beberapa atribut atau simbol pengembangan wisata Islam di Bali sangat besar keagamaan masih terkesan kurang santun dan sekali mengingat jumlah pengunjung Muslim di mengesankan ada persaingan terselubung yang Pulau Bali dari penduduk Indonesia sangat besar tidak sehat. Simbol-simbol seperti “warung setiap tahunnya. Usaha pengembangan wisata muslim” terdapat di banyak tempat. Kata-kata itu Islam di Bali belakangan menunjukkan seperti simbol yang mengesankan adanya menggeliat hal ini dibuktikan kenyataan beberapa perlawanan dari dalam masyarakat. Alangkah hal berikut: 1) terdapat banyak sekali obyek indahnya kalau simbol semacam itu diganti wisata Islam di Bali, baik yang sudah dengan kata seperti “halal food” atau stiker terindentifikasi maupun yang belum; 2) beberapa sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia obyek wisata Islam yang banyak dikunjungi di (MUI) Bali dapat dikategorikan antara lain: makam Mempertahankan keberhasilan wisata di Bali, keramat Islam, kampung-kampung Islam, masjid mempertahankan karisma pulau dewata dalam unik/bersejarah dan lembaga pendidikan Islam bahasa lain pulau religius menjadi kebutuhan (lainnya); 3) mulai muncul lembaga /biro/layanan bersama bangsa Indonesia. Bukankah semua jasa yang mulai mengidentifikasikan diri sebagai orang mengakui prestasi Bali sebagai tempat yang layanan jasa di bidang wisata Islam di Bali paling dikenal di Indonesia telah menjadikan dibuktikan dengan adanya promosi melalui kekuatan Indonesia untuk menjadi bangsa yang website internet. bermartabat dan disegani baik secara regional Prospek pengembangan wisata Islam di Bali maupun internasional. tidak akan menjadi semakin maju apabila Paket wisata bernuansa keagamaan yang permasalahan-permasalahan yang dihadapi para diwacanakan dalam bentuk wisata spiritual di pengelola layanan wisata Islam tidak dijembatani. Bali sedang populer dan mulai dikembangkan di Beberapa permasalahan yang dikeluhkan kalangan pelaku pariwisata di Bali. Potensi Bali beberapa jasa layanan wisata Islam di Bali antara untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata lain: 1) masalah perizinan usaha lembaga jasa spiritual sangat besar. Pitana (2012) menyebutkan layanan wisata Islam. Perizinan yang rumit sejauh ini baru sekitar 5 persen dari jumlah total sering dikeluhkan para pengelola layanan wisata turis asing di Bali yang berwisata dengan tujuan Islam di Bali; 2) infrastruktur wisata Islam yang memperoleh pengalaman spiritual (Pitana; tersedia masih sangat terbatas seperti ketersediaan

26 Wisata Religi di Bali ... makanan yang tersertifikasi halal, tersedianya simbol yang terkesan anarkis dan berpotensi tempat-tempat untuk melakukan ibadah sholat menimbulkan kecemburuan atau konflik di tempat-tempat strategis di Bali. seyogyanya dihindari; 3) lembaga-lembaga Islam Penelitian ini merekomendasikan: 1) di Bali perlu menyediakan jasa sertifikasi halal perlunya peningkatan komunikasi kepada pihak- untuk warung-warung makan yang pihak yang berwenang di Bali terkait potensi diperuntukkan untuk wisatawan muslim dan wisata religi Islam di Bali sekaligus mengikis perlu memperhalus pelabelan dari warung Islam kekhawatiran masyarakat dan pemerintah Bali menjadi “halal food” atau logo halal dari MUI; 4) yang Mayoritas Hindu bahwa wisata Islam di lebih diperbanyak dan dilengkapi infrastruktur Bali tidak akan mengancam keberadaan wisata wisata Islam seperti tersedianya tempat-tempat Hindu. Masing-masing bertujuan untuk ibadah yang memadai; 5) memanfaatkan tempat- menghadirkan lebih banyak wisatawan ke Pulau tempat ibadah muslim sebagai pusat informasi Bali ; 2) para pelaku layanan wisata Islam perlu wisata Islam di Bali. [] melakukan sosialisasi yang santun terkait pengembangan wisata Islam di Bali. Beberapa

DAFTAR PUSTAKA

Amanda Destianty Poetri Asmara. Makam Ilmu Sosial Dan Humaniora. Universitas Keramat Karang Rupit Syeikh Abdul Qadir Pendidikan Ganesha Singaraja. Vol. 2, No. Muhammad (The Kwan Lie) di Desa 2, Oktober 2013 Temukus Labuan Aji Banjar, Buleleng Bali I Made Sumarja, Syarif Abdullah Bin Yahya Al (Perspektif Sejarah dan Pengembangannya Qodri (Syarif Abdullah ) Tokoh Pendiri Sebagai Objek Wisata Spiritual). Jurnal Kampung Loloan Jembrana 1799 – 1858 Ilmiah Ilmu Sosial. Universitas Pendidikan Http://F85edonk. Blogspot.Com /2013 /01/ Ganesha Singaraja Vol 11, No. 1 (2012) Syarif-Abdullah-Bin-Yahya-Al-Qodri.Html Egresi, Istvan., Bayram, B. dan Kara, F. (2012). Akses 31 Oktober 2014 “Tourism at Religious Site: A Case from Pitana, I Gde. (2012). “Keynote Speaker Seminar Mardin, Turkey”. The Journal of Geographica Spiritual Tourism”, 28 Juli 2012, Bali Hai Timisiensis. Vol. 21 No. 1 Room Inna Grand Bali Beach Hotel, Sanur Parwata, Yb. Konsep Wisata Religi Menurut Bali. Diunduh pada 26 Agustus 2013 dari Agama Hindu, www.kemenag. go.id/file http://bali.antaranews.com/berita/25650/ Akses 4 jan 2014 spiritual-tourism-menuju-wisata- berkualitas. Ketut Sutama. “Pariwisata Spiritual di Bali dari Perspektif Stakeholders Pariwisata.” Jurnal Rogers, C.J. (2002). “Secular Spiritual Tourism” Perhotelan dan Pariwisata, Desember 2013, (Unpublished doctoral dissertation). Vol.3 No.2 Central Queenland University. Diunduh pada 14 Juni 2013 dari http://www.iipt.org/ Putu Rumawan Salain, Arsitektur Tradisional africa2007/PDFs/CatherineJRogers.pdf . Bali Pada Masjid Al Hikmah Di Kertalangu, Denpasar. (Tesis). Bali: Universitas Sharpley, R. dan Sundaram, Priya. (2005) Udayana, 2011 “Tourism: a Sacred journey?, the Case of Ashram, India”. International Journal of I Made Pageh Dkk. Analisis Faktor Integratif Tourism Research, Vol. 7 Nyama Bali -Nyama Selam, Untuk Menyusun Buku Panduan Kerukunan Rahman, A. Faidlal, konsep Pariwisata Islami Masyarakat Di Era Otonomi Daerah. Jurnal dalam 2nd Association of Indonesian

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 27 Tourism Tertiary Education Institutions Nurul Huda, Masjid Tertua di Bali. http:// (AITEI) di Malaysia, 23 Mei 2013. www.beritaBali.com/index. php/page/berita /klk/detail/2013/07/10/Nurul-Huda-Masjid- Umi Kalsum. Kisah Wali Pitu dari Bali Tertua-di-Bali /akses 11 Januari 2015 nasional.news.viva.co.id /news/read/239218- kisah-wali-pitu-dari-Bali Akses 11 Januari 2015 Sejarah Warga Islam di Desa Pegayaman, Bali http://ulinulin.com /news/ sejarah-warga- Islam-di-desa-pegayaman-Bali /page/2 Naskah Informan Bali Rapidly Becoming Popular Spiritual Tourism Firman, Pengelola Bali Halal Tour Destination (http://www.eturbonews.com/ 30411/ Akses 4 jan 2015 Hadi Purwanto, Kepala KUA Kab Karangasem Cita-cita Tokoh Islam Bali: Insya Allah, Bali I Ketut Wardana, Dosen IHDN Denpasar Menjadi Jendela Islam Dunia. http:// Mashudi, Penduduk Kampung Kepaon Denpasar wakafalazhar.com/blog/post/view/id/40/ Bali title/ akses 4 Jan 2015 Parwata, Sekretaris Parisada Hindu Dharma Masjid Agung Ibu Batutah; Sebuah Simbol Indonesia (PHDI) Pusat Kerukunan Tempat Ibadah Dari Nusa Dua Bali. http://Bali muslim.com/masjid-simbol- kerukunan/masjid-ibnu-batutah Mengintip Biro Perjalanan Wisata Halal Di Bali. http://mysharing. co/ Akses 1 Jan 2015 Makam Keramat Siti Khotijah Dan Pangeran Sosrodiningrat Di Denpasar Bali. http:// achmad-suchaimi-sememi.blogspot.com/ 2013/07/mjib-24-makam -keramat-siti- khotijah-dan.html akses 11 Januari 2015

28 Wisata Religi di Bali ... TOPIK

EKSISTENSI AGAMA SIKH DI JABODETABEK

Z A I N A L A B I D I N*

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek eksistensi pemeluk agama Sikh di Jabodetabek. Pentingnya kajian ini dilakukan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan dalam rangka tersedianya data dan informasi pelayanan pemerintah terhadap segenap umat beragama yang dipeluk oleh sedikit masyarakat Indonesia, seperti agama Sikh. Aspek eksistensi yang dilihat mengenai sejarah singkat, pokok ajaran, ritual, lembaga, dan interaksi sosial. Penelitian kualitatif dengan menggunakan teori perspektif post kolonial, subaltern dari Gayatri C Spivak. Secara teologis pemeluk agama Sikh percaya terhadap monoteisme yang disebut Waheguru dan pendirinya Guru Nanank (1469–1539). Kitab sucinya Guru Granth Sahib. Kuil Sikh disebut Gurdwara atau “gerbang menuju Guru”. Kehadiran penganut agama Sikh ke Indonesia berasal dari Amritsar, Punjab, India, (sekarang masuk wilayah Pakistan) masuk melewati Aceh, Sumatera Utara dan Jakarta. Pemeluk agama Sikh masuk pembinaan Ditjen Bimas Hindu. Mereka belum mempunyai wadah/organisasi secara nasional yang menaungi seluruh umat Sikh di Indonesia. Keberadaan pemeluk agama Sikh di Jabodetabek sampai saat ini masih subaltern.

KATA KUNCI: Eksistensi, Subaltern, Pelayanan Pemerintah, Sikh

ABSTRACT This study investigates the existence aspect of Sikh followers in Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi) regions. It aims to provide data and information regarding the government services to all religious communities including minorities, such as Sikh. The existence aspects under study include the short history, the basic teachings, rituals, institutions, and social interaction. This study utilizes qualitative research using post- colonial and subaltern perspective from Gayatri C Spivak’s view. Theologically, Sikh believes in monotheism that was mentioned by Waheguru and Guru Nanank (1469-1539). Sikh has a holy book named Guru Granth Sahib. Sikh temple is called Gurdwara or the “gateway to the Guru”. Sikh followers came to Indonesia from Amritsar, Punjab, India, (now Pakistan territory) through Aceh, North Sumatra and Jakarta. Sikh followers are managed under the Hindu Guidance Directorate. They do not have a national organization that accommodates Sikh community in Indonesia. It can be concluded that the existence of the Sikh in Jabodetabek area is somewhat subaltern.

KEY WORDS: Existence, Subaltern, Government Services, Sikh

A. PENDAHULUAN majemuk dilihat dari suku, budaya, dan agama. Indonesia negara penduduknya sangat Beberapa agama besar dunia hidup dan berkembang berdampingan dengan agama-agama ** Peneliti Muda pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan lokal. Negara menjunjung tinggi hak asasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jln. M.H. manusia, kebebasan beragama, dalam memberikan Thamrin 6 Jakarta. Email: [email protected] **Naskah diterima Februari 2015, direvisi April 2015, disetujui perlindungan terhadap semua pemeluk agama untuk diterbitkan Mei 2015 dalam mengamalkan dan menjalankan keyakinan

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 29 dan ajaran agamanya. Hal ini sebagaimana diatur keberadaan agama Sikh, sehingga dapat dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat berkontribusi pada upaya pemerintah dalam (2) disebutkan bahwa Negara menjamin memberikan pelayanan dan jaminan kepada kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk seluruh pemeluk agama dalam menjalankan agamanya masing-masing dan untuk beribadat keyakinan dan ibadahnya. Disamping itu, menurut agamanya dan kepercayaannya itu. diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Dalam pengaturan hak asasi manusia (HAM) di Kementerian Agama RI, dimana posisi penganut Indonesia berlandaskan pada UUD 1945 Pasal agama-agama diluar 6 agama dalam menyusun 28E ayat (1)disebutkan bahwa setiap orang bebas RUU Kehidupan Keagamaan. memeluk agama dan beribadat menurut Studi mengenai eksistensi agama Sikh di agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, Indonesia belum banyak dilakukan oleh para memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, sarjana, sepanjang penelusuran yang dilakukan memilih tinggal di wilayah negara dan belum ditemukan hasil penelitian dan buku yang meninggalkannya, serta berhak kembali. berkaitan dengan keberadaan agama Sikh di Berdasarkan Penetapan Presiden RI Nomor Indonesia. Penelitian ini di lakukan di komunitas 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan agama Sikh di Jabodetabek. Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, dalam Penjelasan II antara lain disebutkan: Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Pasal 1. Dengan kata-kata “Dimuka Umum” Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dimaksudkan apa yang diartikan dengan kata itu disusun beberapa pertanyaan penelitian, yakni: dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bagaimana eksistensi keberadaan agama Sikh Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk (yang meliputi sejarah, pokok-pokok keyakinan Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan ajaran, kelompok pengikutnya, serta Buddha dan Kong Hu Tju (Confusius). persebarannya) di Jabodetabek?; Bagaimana Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah peran negara dalam hal pemberian pelayanan perkembangan agama-agama di Indonesia. yang ada kaitannya dengan hak-hak sipil sebagai Karena 6 macam agama ini adalah agama-agama kewarganegaraannya?; dan Bagaimana relasi yang dipeluk hampir seluruh penduduk sosial pengikut agama Sikh dengan masyarakat Indonesia, maka kecuali mereka mendapat di Jabodetabek? jaminan seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat Tujuan dan kegunaan dari hasil penelitian (2) UUD juga mereka mendapat bantuan-bantuan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh dalam menyusun kebijakan terkait dengan pasal ini. pelayanan terhadap pemeluk agama Sikh. Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain, Penelitian ini penting dilakukan sesuai tugas dan misalnya: Yahudi, Zarazustrian, Shinto, Thaoism fungsi Puslitbang Kehidupan Keagamaan adalah dilarang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan untuk menyediakan data dan informasi terkait penuh seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat dengan kajian faham, aliran dan gerakan (2) dan mereka dibiarkan apa adanya, asal tidak keagaman di Indonesia, penelitianterkait agama melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat Sikh selama ini belum pernah dilakukan. dalam peraturan ini atau peraturan perundangan Kebijakan dimaksud dalam upaya pemerintah lain. memberikan ruang bagi penganut agama Sikh Dengan menggunakan penjelasan yang dan pelayanan terhadap pemeluknya dimana dimuat dalam Penetapan Presiden ini, maka, negara tetap dapat memberikan hak-hak sipil bagi agama diluar yang 6 agama yang banyak dipeluk pemeluk agama Sikh. penduduk Indonesia juga mendapat jaminan dari negara termasuk agama Sikh. Berdasarkan fakta Studi Kepustakaan bahwa agama Sikh merupakan salah satu dari Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang diambil banyak agama yang hidup dan berkembang di dari kata dasar Sisya dalam bahasa Sanskrit, yang beberapa negara, dan juga di Indonesia. bermakna “murid” atau “pelajar”, atau siksa yang Hasil penelitian ini diharapkan dapat berarti “arahan”, yang terkandung adanya memberikan data dan informasi faktual mengenai ajaran agama Hindu dan Islam. Sikhisme adalah

30 Eksistensi Agama Sikh... agama yang percaya akan satu Tuhan yang yang dilaksanakan oleh pemerintah. Dapat disebut Waheguru. Pendirinya adalah Guru Nanak disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah (1469–1539), yang dilahirkan sebagai Nanak Dev segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk di Nankana Sahib, sekitar 40 kilometer dari barang publik maupun jasa publik yang pada Lahore. Menurut cerita, Guru Nanak yang prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilahirkan dari keluarga Hindu, mendapat dilaksanakan oleh instansi pemerintah di Pusat, wahyu setelah mandi pagi di Tahun 1499, ketika di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik berusia 30 tahun. Kemudian Ia melakukan Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan perjalanan keliling negeri sebagai pengkhotbah peraturan perundang-undangan (Febri Sikhisme, untuk menyebarkan kepercayaannya Galih:2012, eprint.uny.ac.id. Bab 2, Kajian akan satu Tuhan. Guru Nanak tidak mengakui Pustaka). Pelayanan yang dimaksud dalam perbedaan kasta dan dengan demikian agamanya penelitian ini adalah pelayanan publik yang menjadi menarik bagi mereka yang berkasta bersifat administrasi, yang diberikan oleh rendah. Persamaan derajat antar manusia pemerintah terhadap penganut agama Sikh, yang ditegaskan dengan menyamakan nama depan berkaitan dengan KTP, akte kelahiran, akte antara wanita dan pria. Ajaran Guru Nanak dan perkawinan, dan pendidikan keagamaan. Sembilan Guru lainnya tercatat dalam kitab suci Keragaman tentang definisi agama, ada yang Sikh “Guru Granth Sahib”. Kuil Sikh disebut bersifat positif, ada pula yang bersifat negatif. Gurdwara atau “gerbang menuju Guru”. Setiap Tetapi untuk kepentingan penelitian ini maka orang dari semua agama dan budaya boleh agama yang dimaksud adalah: “sistem keyakinan makan bersama dua kali sehari di kuil (Dyan yang dianut dan diwujudkan dalam tindakan Kostermans: www.aw.de/…agama….sikh/a oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam 16151). menginterpreatsikan dan memberi respon Dalam penelitian ini, agar tidak terjadi salah terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai pengertian terhadap makna yang terkandung sesuatu yang suci dan ghaib” (Abdurrahman dalam judul penelitian atau data yang akan Mas’ud, 2009). dikumpulkan maka perlu dibuat batasan. Secara Keberadaan pemeluk agama Sikh dapat etimologis, kata eksistensi berasal dari bahasa dilihat sebagai subaltern. Konsep subaltern dalam Latin existere, dari ex artinya keluar, dan sitere kajian post kolonial disebut sebuah komunitas artinya membuat berdiri. Artinya apa yang ada, yang hadir di ruang publik tetapi tidak pernah apa yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. diakui. Konsep ini pertama kali diperkenalkan Konsep ini menekankan bahwa sesuatu itu ada. oleh Rajanit Guha, sejarawan India yang menolak Dalam kamus Bahasa Indonesia, eksistensi berarti sejarah India dihistorisasi dengan gaya kolonial hal berada atau keberadaan. Arti ini memiliki 3 dan mengeluarkan peran masyarakat kelas bawah unsur utama. Eksistensi dalam artian yang India. Padahal, mereka komunitas terbesar dari khusus bukanlah hanya keberadaan kita yang sejarah itu. Konsep ini kemudian diperluas oleh sekarang ini, melainkan sebuah usaha yang seorang feminis postkolonial, Gayatri C Spivak, menjadikan kita ada dan eksis. Eksistensi dalam tulisannnya Can Subaltern Speaks: Speculation bukanlah didapatkan dengan pasif, namun on Widow Sacrifice (1985), yang memasukkan para eksistensi diraih dengan usaha positif. (Abdul janda miskin dalam kasta Hindu India sebagai Halim Wicaksono, Imtaq.com, catatanku, 23 subaltern. Dalam tradisi India kelas menengah Februari 2013). Suatu agama diangap eksis kalau bawah, para janda dianggap memiliki sikap mulia dia mempunyai aktivitas, dan keberadaannya jika bunuh diri dan mengikuti kematian tidak dipermasalahkan oleh masyarakat maupun suaminya daripada hidup dengan terus pemerintah (tidak mengalami hambatan). menanggung derita. Dalam perspektif Pelayanan merupakan kegiatan utama pada postkolonial, subaltern dianggap komunitas yang orang yang bergerak di bidang jasa, baik itu eksis di ruang publik, tetapi bukan saja tidak orang yang bersifat komersial ataupun yang diperhatikan, tapi juga tidak pernah dianggap bersifat non komersial. Dalam pelaksanaannya penting. Puslitbang Kehidupan Keagamaan, terdapat perbedaan antara pelayanan yang Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama dilakukan oleh pihak swasta dengan apa yang RI yang salah satu kajiannya mengenai paham

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 31 aliran dan gerakan keagamaan selama ini belum 1. Pemeluk agama Hindu Bali di Jakarta pernah meneliti terkait dengan ekistensi agama berjumlah 4.623 orang yang berdomisili: Sikh di Indonesia. Jakarta Utara 741 orang, Jakarta Pusat 269 orang, Jakarta Timur 1.755 orang dan Jakarta Metode Penelitian Selatan 1.401 orang, serta Jakarta Barat 357 Penelitian ini menggunakan penelitian orang. Masing-masing terbagi menjadi tempek kualitatif, pendekatan penelitian ini dipilih karena (rukun tetangga) dan banjar (rukun warga). obyek yang dikaji tidak dapat digeneralisir dan 2. Berbagai rumah ibadat agama Hindu di bersifat kasuistik. Penelitian dengan pendekatan sekitar Jakarta adalah: kualitatif, pendekatan ini dilakukan untuk a. Pura/Hindu Bali memiliki 13 pura. memahami fenomena keberadaan pemeluk agama b. Gurdwara 4 buah: Pasar Baru, Tanjung Priok, Sikh, dimana peneliti menggali informasi Ciputat, dan Ciledug. sedalam-dalamnya tentang keberadaan agama c. Mandir/Hindu Sindhi 3 buah: (1) Siwa Mandir tersebut. Juga digambarkan realitas sosialnya, Tempel, Jl. Pluit Barat Raya 46, Penjaringan, sehingga data data yang dipaparkan betul-betul Muara Karang, Jakarta Utara. Telp. 6616617; merupakan serangkaian fenomena dan kenyataan (2) Dewi Mandhir Tempel, Jl. Angkasa I/29 yang memiliki hubungan langsung dengan Kemayoran, Jakarta Pusat; (3) Shanti Mandir keberadaan agama Sikh. Dengan melakukan Tempel, Jl. Pecenongan, Jakarta Pusat. wawancara kepada sejumlah informan pimpinan d. Masih ada lagi 13 rumah ibadat dalam agama agama Sikh{antara lain: (a) Dalwindar Singh, Hindu diluar Pura diantaranya adalah: (1) pendeta Guru Nanak Sikh Tempel, Tanjung Cikung Bio di Jl. Mazda 53, RT.13/RW.09, Priok, Jakarta; (b) Mandjid Singh, pengurus Penjaringan Jakarta Utara (Sahroni/Kie Po Gurdwara Dharma Kalsa, Cileduk. Kota Seng, Telp. 6611901, HP. 08121075628 dan Tangerang; (c) Balwant Singh, pengurus Ruslan HP. 08158971797); (2) Kuil Sri Gurdwara Guru Nanak Sikh Tempel, Ciputat, Anandpur Darbar/Kuil Sadhu Vaswani Kota Tangerang Selatan; (d) Karnel Singh Centre, Jl. Danau Indah Blok E3 No. 17 Rhandawa/Pak Tony, anggota Gurdwara Guru Jakarta Utara;(3) Jai Kali Maa Mandhir Jl. Nanak Sikh Tempel, Ciputat, Kota Tangerang Agung Barat 13 Blok B35, Sunter Podomoro, Selatan; dan (e) Manohar Singh, pengurus Telp. 65307017; (4) Ganeshya Pooja, Jl. Kran I Gurdwara Dharma Kalsa, Cileduk. Kota No. 8 Kemayoran Jakarta Pusat, Telp. 4241795. Tangerang}, serta Gusti Made Mudana (Pembimas Agama Hindu, Kanwil Kemenag Provinsi DKI Sejarah Perkembangan Agama Sikh Jakarta. Sedangkan observasi dilakukan oleh Imigran asal India telah berhubungan peneliti dengan mengikuti peribadatan di dengan bumi nusantara sejak awal tahun Masehi. Gurdwara. Pengumpulan data dan informasi ke Melalui orang-orang India oleh orang elit lokal lokasi penelitian dilakukan pada tanggal 14 s.d Indonesia, maka berkembang agama Hindu dan 25 Mei 2014. dan Buddha di Indonesia. Dua bentuk kerajaan yang kental pengaruh India adalah Sriwijaya dan B. HASIL DAN PEMBAHASAN Majapahit. Sehingga penulis A. Mani Peranan umat beragama penting dalam menganggap bahwa orang Asia Selatan mewujudkan kehidupan berbangsa dan khususnya Tamil, telah berimigrasi ke Indonesia, bernegara di Indonesia. Dimana penganut agama sekurangnya sejak pendudukan Belanda atas Hindu di DKI Jakarta jumlahnya sangat sedikit, Indonesia. Orang India dari hasil studi yang dimana umat Agama Sikh selama ini termasuk dilakukan pada tahun 1977, tersebar hampir dalam pembinaan Direktorat Jenderal Bimbingan diseluruh provinsi di Indonesia yang paling Masyarakat Hindu. banyak di Sumatera Utara 2.799 orang yang Studi ini menfokuskan pada agama Sikh, mayoritas berasal dari suku Tamil dan kelompok yang menjadi pembinaan Ditjen Bimas Hindu. Sikh (Diringkas dari http:// Ada berbagai aliran/sekte di dalam agama Hindu jendelaperistiwa.blogspot.com/2013/01/sejarah- dan umatnya di sekitar Jakarta diantaranya adalah orang-india-di-indonesia-dari.html) [diunduh 4 sebagai berikut: Juni 2014 pada pukul 11.58WIB].

32 Eksistensi Agama Sikh... Orang India yang tinggal di Jakarta (berasal Organisasi/Majelis Agama Sikh dari komunitas Sindhi dan Sikh) sebanyak 928 Gurdwara/tempat ibadah agama Sikh di orang (jumlah mempresentasikan orang India Jabodetabek terdapat 4 buah, yaitu: yang mengaku berkewarganegaraan India). a. Guru Nanak Sikh Tempel, Jl. Melur IV/8, Namun pada tahun 1978 pemerintah memberi Kelurahan Rawa Badak, Tanjung Priok, kesempatan kepada seluruh WNA untuk menjadi Jakarta Utara. Telp. 4304045, 43913927. WNI, tanpa biaya dan tidak perlu naturalisasi, Pertama kali mendirikan rumah ibadat sehingga warga keturunan yang sudah turun- dan diresmikan penggunaanya pada tahun temurun di Indonesia menjadi WNI. Menurut A. 1925 berada di Jl. Jepara 4 Tanjung Priok di Mani jumlah etnis India di Indonesia berdasarkan mana para pendiri sebanyak 38 orang terdapat sensus tahun 2000, menyebutkan jumlahnya dalam prasasti. Pada tahun 1997 oleh 34.685 jiwa, sekitar 22.047 (64%) tinggal di Sumut, pemerintah lokasi gurdwara Jl. Jepara 4 sementara di Jakarta 3.632 (11%) saja. Mani Tanjung Priok digunakan untuk melanjutkan aktivitas ekonomi India banyak pengembangan Terminal Peti Kemas dibidang ekonomi, kelompok Sindhi Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga pada distereotipkan sebagai pembisnis tekstil, dan tahun 1998 direlokasi pindah ke Jl. Melur IV/ orang Sikh bisnis peralatan olah raga. 8 Tanjung Priok, Jakarta Utara, dengan nama Selanjutnya Mani juga menyampaikan bahwa “Guru Nanak Sikh Tempel”. Luas bangunan kelompok Sikh di Jakarta banyak berasal dari 1.500m2 dan luas tanah 2.000m2. Relokasi Medan, rata-rata pekerja wirausaha/pekerjaan pemindahan rumah ibadat mendapat sendiri dan menguasai bahasa Inggris. penghormatan penggunaannya diresmikan Secara sosial interaksi kelompok Sindhi dan oleh Menteri Agama RI, Prof. Drs. H. A. Malik Sikh di Jakarta berpusat di Gurdwara Sikh Pasar Fadjar, M.Sc pada taggal 14 April 1999. Baru, dimana kelompok Sindhi di Jakarta b. Sikh Gurdwara Mission, Jl. Pasar Baru Timur jumlahnya lebih banyak, namun lebih berpatron No. 10, Jakarta Pusat. Telp. 3457550. pada Gurdwara Sikh Pasar Baru yang di c. Gurdwara Guru Nanak Sikh Tempel, Jl. kendalikan kelompok Sikh. Menurut Mani Merpati 103, RT/RW 02/03 Kel. Kampung sebelum kedatangan kalangan Sikh dari Medan Sawah, Ciputat Kota Tangerang Selatan. Telp. sudah terdapat 2 gurdwara di Jakarta, yaitu yang 74634688. tertua di Tanjung Priok dan Pasar Baru. Pada Gurdwara Yayasan Sosial Guru Nanak perkembanganya Balwant Singh mendonasikan sebelumnya beraktivitas di Jl. Johari No. 2 tanahnya guna membangun gurdwara di Tanah Kusir, Jakarta Selatan, dekat dengan kawasan Ciputat, serta Santok Singh dan Major rumah almarhum Nurcholis Madjid yang Kumar mendirikan gurdwara di daerah Ciledug, mana beliau menyetujui, tetapi lingkungan Kota Tangerang, yang saling berkompetisi tidak memberi izin. Karena tidak mendapat (Diringkas dari http:// izin warga lingkungan, penganut Sikh pada jendelaperistiwa.blogspot.com/2013/01/sejarah- tahun 1992 menghadap Walikota Jakarta orang-india-di-indonesia-dari.html) [diunduh 4 Selatan, keputusannya memberi peringatan Juni 2014 pada pukul 11.58WIB]. supaya kegiatan di Jl. Johari No. 2 dalam Penganut Sikh di Indonesia merupakan waktu 2x24 jam harus ditutup. Balwant Sing keturunan India, dimana 98% sudah kelahiran pada tahun 1993 membeli tanah di Kampung Indonesia. Sejak dahulu banyak warga Sikh, Sawah seluas 6.000m2, dimana saat ini luas keturunan Punjabi yang berprofesi sebagian bangunan rumah ibadat dan untuk kegiatan besar sebagai pedagang tinggal di daerah Tanjung sekolah minggu seluas 2.000m2. Priok, Jakarta Utara. Karena kebutuhan untuk d. Gurdwara Dharma Khalsa, Jl. Wanamulya 29 melaksanakan ibadah sesuai dengan RT.01/RW.03, Kel. Karang Mulya, Cileduk, keyakinannya dalam memeluk agama Sikh, maka Kota Tangerang. Telp 28883099; pertama kali mendirikan rumah ibadat dan [email protected]. diresmikan penggunaanya pada tahun 1925 Gurdwara Dharma Khalsa luas tanah berada di Jl. Jepara 4 Tanjung Priok. 2.000m2 dan luas bangunan 600m2. Pada awal mulanya 21 Juli 2005 bangunan induk berupa

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 33 wisma, dan sejak tahun 2005 wisma tersebut penyayang, tidak berbentuk namun bisa mulai digunakan untuk kegiatan ibadah. Namun dirasakan dari karunia dan ciptaanya. Dalam pada waktu dilakukan penelitian lapangan bulan tradisi Sikh Guru mengandung arti penerang Mei 2014 sedang bermasalah setelah ada (englightener). Guru (bahasa Sansekerta) yang penolakan dari warga masyarakat yang artinya seseorang yang membimbing dari menuntut penutupan gurdwara. Hal ini kegelapan menjadi terang (dari yang ngak tahu bersamaan dengan pengajuan Izin Pendirian menjadi tahu). Sikh artinya murid-murid dari Bangunan (IMB) Rumah Ibadat diajukan guru yang belajar untuk bisa menjadi manusia pengurus ke Kankemenag dan FKUB Kota yang baik yang diinginkan Tuhan. Ajaran agama Tangerang pada 19 Desember 2013. Persyaratan Sikh yang sederhana menjadikan tidak banyak IMB menurut pengurus sebenarnya sudah syarat/proses untuk masuk menjadi dipenuhi seluruhnya (akte tanah, persyaratan penganutnya, hanya dengan membaca mulmantar persetujuan warga lingkungan sesuai PBM (mantra-mantra), serta meninggalkan perbuatan Tahun 2006 dimana masa berlaku KTP dianggap yang dilarang seperti merokok dan minuman mati, NPWP, persyaratan perizinan yayasan dari keras. Kementerian Hukum dan HAM, rekomendasi Ada 10 guru dalam agama Sikh, yaitu: (1) dari PHDI, nomer rekening yayasan, dan Guru Nanak, yang menurut keyakinan tidak struktur kepengurusan). wafat tetapi seperti kembali kepada Tuhan, kalau Umat Sikh di Indonesia pada dasarnya wafat tidak ada jejak dikubur atau dibakar. Guru belum mempunyai wadah/organisasi secara resmi Nanak berubah wujud menjadi guru-guru untuk menaungi umat Sikh yang ada di seluruh berikutnya, rohnya berganti badan atau Indonesia. Saat ini yang ada adalah pengurus Sikh reinkarnasi; (2) Guru Anggad Dev Ji; (3) Guru Naojawan Sabha Indonesia (SNSI), dimana masing- Amerdas; (4) Guru Ramdas; (5) Guru Arjun Ji masing gurdwara membentuk pegurus SNSI. (anak ke-3 dari Guru Ramdas); (6) Guru Tugas pengurus SNSI antara lain adalah: Hargoben (anak tunggal dari Guru Arjun); (7) mengadakan pembinaan muda-mudi Sikh, Guru Hararay (anak ke-3 dari Guru Hargoben); memberdayakan Punjabi School di seluruh (8) Guru Harkrisan (anak Guru Hararay); (9) gurdwara, aksi sosial dan mengadakan Guru Tigh Bahadur (anak Guru Hargoben); dan pertemuan “samolau” seluruh umat Sikh.Masa (10) Guru Gobind Singh (anak Guru Tigh kerja giani/pendeta yang menjadi pengurus SNSI Bahadur), yang mentahbiskan/menetapkan, seperti pengalaman Giani Dalwindar Singh di bahwa yang menjadi guru setelah kematiannya Tanjung Priok tidak dibatasi selama masih adalah kitab suci; serta (11) Berbentuk kitab suci menjalankan tugas. Untuk kepengurusan dalam disebut “Sri Guru Granth Sahib”dalam bahasa/ mengelola gurdwara dibentuk yayasan yang huruf Guru Mukhi (Sansekerta, Farsi, Punjabi, melibatkan para sesepuh/pendiri pada masing- Indi, Urdu, dll). Prinsip utama tulisan para Guru masing gurdwara. adalah Keesaan Tuhan, sumber aslinya adalah Gurdwara juga digunakan kegiatan ibadah hymne-hymne Guru Nanak. Granth Sahib oleh umat Hindu yang berasal dari Kota Shindi, memberikan ajaran tentang bagaimana India tempat kelahiran Guru Nanak (sekarang memperoleh kebahagiaan abadi dan perpaduan menjadi provinsi bagian dari Negara Pakistan) kekal dengan Sang Pencipta. yang disebut Shindi Family dan beragama Hindu, Kitab Suci Sri Guru Granth Sahib berjumlah namun mengakui ajaran yang dibawa oleh Guru 1.430 halaman merupakan guru hidup, dan Nanak. Umat Hindu itu mengakui kebenaran menjadi starting point dalam berkeyakinan bagi ajaran Guru Nanak dan ikut datang beribadah penganut agama Sikh, merupakan 1 buku yang ke gurdwara. Demikian juga masing-masing pertama dan terakhir. Kitab Suci menggunakan gurdwara menyelenggarakan sekolah minggu bahasa Guru Mukhi, dimana umat Sikh di untuk murid sekolah dan mahasiswa bersamaan Indonesia sulit untuk memahami bahasanya. kegiatan beribadah bagi seluruh umat Sikh. Disebutkan dalam kitab suci tersebut, bahwa Pokok-pokok Ajaran Agama Sikh Guru Nanak mensabdakan bahwa God Is One-Ek Umat Sikh menyakini bahwa Tuhan itu esa/ Onkar (Tuhan adalah Esa/Satu). Dalam kitab suci satu, maha besar, pengasih, pemurah, disebutkan bahwa Tuhan hanya satu dan Tuhan

34 Eksistensi Agama Sikh... tidak berwujud (seperti angin tidak berwujud kewajiban untuk melaksanakan puasa. Daswan/ tetapi ada). Kitab Suci terdiri dari 31 raag (bagian), derma umat Sikh sebesar 10% dari penghasilan/ yang cara membacanya harus dinyanyikan/ pendapatan bersih dihitung dalam 1 tahun, yang dilantunkan sesuai dengan waktu, misalkan ada diperuntukkan bagi orang miskin, panti asuhan judul-judul lagu yang hanya dinyayikan pada dan rumah ibadat/gurdwara. Juga diperbolehkan waktu pagi hari saja. menikah lebih dari 1 isteri jika isteri meninggal Ajaran guru ke-5 (Guru Arjun Ji) ada ayat atau sakit menahun.Pembabtisan dan pemberian yang menyebutkan,”semua adalah sahabat saya dan nama baru (nan karan amret) diberi nama dengan saya tidak bermusuhan dengan siapapun”, juga mengambil huruf pertama dari kitab yang dibuka dikatakan bahwa,”saya bukan baik tapi tidak ada di halaman tengah sebelah kiri paling atas, yang buruk”. Mantra awal dari kitab suci adalah: misalkan huruf pertama K (Kalwant, Kudip, a. Ek Onkar, Tuhan adalah esa/satu; Kiren), kalau huruf pertama M (Mandjit, b. Satnaam, namanya benar; Manpreet). c. Karta Park, pencipta segalanya; Dalam agama Sikh tidak ada ajaran untuk d. Nirpour, tidak mengenal rasa takut/tanpa rasa menyiarkan agama kepada orang selain pemeluk takut; Sikh. Tidak ada metode untuk menarik/dakwah e. Nirwair, tanpa musuh; dalam penyebaran agama, para penganut f. Akal murad, tidak lahir maupun wafat; biasanya berasal keturunan India dan adanya g. Ajuni Saephan, tidak terjadi dengan sendirinya; perkawinan. Namun demikian karena dalam h. Gur Phersad, dapat dipahami melalui rahmat waktu yang lama masuknya orang Sikh ke (guru). Indonesia, sudah terjadi akulturasi dan beberapa Menurut buku saku,”Mengapa Saya Seorang orang juga terjadi perkawinan campuran dengan (Penganut) Sikh (Why Am I A Sikh)”, bahwa ada penduduk asli Indonesia. beberapa hal yang menjadi dasar kehidupan Giani diperbolehkan memberikan seorang Sikh mencakup beberapa larangan keras pencerahan atau tuntunan kerohanian kepada (banjar kurait) yang ditetapkan Guru Ji, yaitu: internal umat Sikh, pelayanan kepada umatnya a. Kaisa dhi Be adhbee (gunting rambut); dalam berbagai bentuk kunjungan/pelayanan b. Kootha khana (menyantap daging sembelihan keluarga untuk memberikan bimbingan doa dengan bacaan doa agama lain); terutama dalam upacara daur hidup manusia c. Sura, Bhang, Tembako dhi warto (alkohol, diantaranya: narkoba, dan tembakau); a. Anggota keluarga mengalami sakit, maka d. Pan Istri Sang (berzina). memerlukan bimbingan doa; Juga diwajibkan lima hal dikenakan (dimiliki) b. Kelahiran, dibacakan sabda-sabda 8 halaman seorang Sikh, ada 5 hal sebagai pagar pelindung pertama dari kitab suci. Selanjutnya diberi air seorang Sikh, yaitu: (amrid pani), berupa air gula yang a. Kes (rambut); diminumkan ke bayi sedikit-sedikit dan b. Kangga (sisir besi murni menjaga kerapihan diambilkan sabda untuk memberikan nama; rambut); c. Pindah rumah/menempati rumah baru, c. Karha (stainless/gelang besi murni-bukan ceramah dan doa; baja); d. Pernikahan, dirumah yang punya hajat d. Kirpan (pedang kecil, juga sarb loh-besi dengan disaksikan sanak keluarga, dengan murni); dibacakan 4 sabda guru dalam kitab suci e. Kashairaa (penutup aurat). (anade karec). Prosesi pernikahan dilaksanakan Namun demikian dalam perkembangan di gurdwara; waktu tidak seluruh umat Sikh mampu untuk e. Kematian, dibacakan doa diberi kain kafan, memenuhi kewajibannya, maka sangat dan pada hari itu atau paling lambat hari ke tergantung dengan kemampuan masing-masing 2 sudah harus dikremasi di Jabodetabek adalah umat. di daerah Cilincing. Keyakinan terkait hari Setiap orang laki-laki yang masuk ke akhir (bukan surga dan neraka), tetapi yang gurdwara harus menggunakan tutup kepala/ dipercayai adalah adanya reinkarnasi yang sorban/kashairaa. Dimana umat Sikh tidak ada berbuat baik nanti akan mendapatkan

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 35 imbalan. 4, dan 2 giani/pendeta). Untuk dapat menjalankan aktivitasnya umat Upacara Keagamaan Sikh yang sudah lebih 500 tahun di Indonesia, Pertama, Harian, dalam bentuk kegiatan antara lain adalah: mempunyai wadah/tempat dilaksanakan setiap hari di gurdwar. Ibadah pagi (gurdwara) untuk berkumpul; mempunyai rasa pukul 05.00WIB (buka kitab) dan ibadah malam tanggungjawab untuk meneruskan ajaran para pukul 19.00WIB (tutup kitab). Namun bagi yang guru; dan bisa beradaptasi berbaur dengan tidak mampu banyak yang melaksanakan ibadah masyarakat menikah dan berketurunan; serta di rumah masing-masing. tidak pernah menarik penganut agama lain Kedua, Mingguan, dilaksanakan setiap hari untuk mengikuti ajaran agama Sikh. Disamping Minggu antara pukul 08.00-10.00 WIB, dan kalau itu negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan ada keluarga yang mempuyai hajat bisa sampai UUD 1945, dimana warganya harus beragama pukul12.00 WIB. Ibadah mingguan lainnya dapat saling menghormati dengan agama lain. masing-masing gurdwara melaksanakan ibadah berjamaah misalnya di Tanjung Priok setiap hari Interaksi dan Relasi Sosial Kamis malam. Pengalaman hidup umat Sikh dengan Ketiga, Bulanan dan tahunan, di gurdwara masyarakat pada umumnya sangat bervariasi hampir setiap bulan ada 1 kali (sangran) pada mulai bertetangga/bermasyarakat, sekolah dan bulan purnama sembahyang dilaksanakan pada bekerja, diantaranya adalah sebagai berikut: pagi hari, demikian juga pada perhitungan setiap 1. Manjid Singh, 62 tahun, menjadi pemain Hoki bulan antara tanggal 13-17 ada perayaan agama. nasional pada tahun 1970’an, dan pernah Juga untuk memperingati ulang tahun gurdwara menjadi pelatih lari jarak jauh dan atletik di atau hari kelahiran atau kematian dari 10 guru Medan. Pindah dari Medan ke Jakarta pada Sikh. Dari 10 guru agama Sikh, guru ke-5 dan tahun 1987 pada awalnya menjadi guru ke-9 diperingati sebagai hari pengorbanan, dan bahasa Inggris di Jakarta Barat dan sekarang yang lainnya masing-masing diperingati pada mendirikan kursus bahasa Inggris sendiri, hari kelahirannya. dimana muridnya berasal dari semua Keempat, Hari raya keagamaan, diantaranya penganut agama dari lingkungan tetangga. ada 3 yaitu: (1) pada tanggal 12, 13 dan 14 April 2. Karnel Singh Rhandawa, 46 tahun, pernah memperingati upacara hari jadi/ulang tahun/ menjadi pengurus Guru Nanak Sikh Tempel, panen raya () yang puncaknya pada Jl. Merpati 103, Kel. Kampung Sawah, Ciputat tanggal 14 April dilakukan doa, menyanyikan Kota Tangerang Selatan, selama 6 tahun. lagu-lagu pujian dan ceramah kehidupan; (2) pada Mengenyam pendidikan di sekolah SD, SMP, bulan November setiap tahun pada tanggal yang dan SMA di Kab. Sekolah Persatuan Amal tidak tetap dilakukan peringatan kelahiran guru , Yayasan Islam, Deli Serdang. pertama (gurpurb); dan (3) setiap 1 September Pengalaman bersekolah di sekolah Islam wajib memperingati kitab Sri Guru Granth Sahib. mengikuti pelajaran agama Islam, namun tidak mengikuti praktek. Teman yang Aktivitas Keagamaan beragama lain pada waktu SD sebanyak 1 Pengguna Gurdwara Tanjung Priok murid (Hindu), SMP sebanyak 3 murid khususnya umat Sikh yang tinggal di sekitar (Hindu), dan SMA sebanyak 10 murid (Hindu Tanjung Priok sebanyak 10 KK, dimana jamaah dan Kristen). Tahun 1988, mulai mencari lain berasal dari daerah Sunter, Kelapa Gading, kehidupan di Jakarta dengan membuka Kemayoran, dan Cempaka Putih. Jamaahnya kursus bahasa Inggris untuk murid SD, SMP pada hari Minggu rata-rata sebanyak 100-200 dan SMA di daerah Cengkareng. Beristerikan orang tergantung yang mengundang (keluarga keturunan Bapak India (kelahiran yang punya hajat), dan juga penyelenggaraan Loksumawe tahun 1908) dan Ibu Batak Karo. sekolah Minggu. Pada hari Kamis, 22 Mei 2014 Karmel mempunyai 2 anak puteri, pada waktu bersamaan peneliti wawancara kegiatan ibadah sekolah TK, SMP dan SMA sekolah di Yayasan yang berlangsung pukul 19.00 s.d 20.15 WIB, Katolik Seravin, dan SMA di Bintang Kejora, diikuti oleh 18 jamaah (laki-laki=10, perempuan mengambil mata pelajaran/nilai pelajaran

36 Eksistensi Agama Sikh... agama di sekolah Minggu agama Sikh di sebagai pedagang (bisnis) kurang memahami gurdwara. peraturan, juga kurang memahami terkait Hubungan antara pengurus gurdwara”Guru hubungannya dengan pemerintah. Misalkan Nanak Sikh Tempel” Tanjung Priok dengan tokoh untuk penyediaan Giani/Pendeta yang harus agama/masyarakat dapat terjalin dengan baik, didatangkan dari India harus mengurus walaupun penganut Sikh yang tinggal di perizinan ke Dirjen Bimas Hindu, Kanwil lingkungan gurdwara hanya 1 keluarga. Kemenag Banten dan Kankemenag Tangerang Lingkungan gurdwara di Jl. Melur IV/8 Tanjung Selatan semua bisa berjalan lancar tidak ada Priok masyarakat multikultur kurang dari 100m kesulitan. Masyarakat lingkungan di Kampung dari gurdwara berdiri Gereja Masehi Injili Sangihe Sawah, Kec. Ciputat tidak pernah mempersulit, Talaut, Jl. Melur IV/5 Tajung Priok, Jakarta Utara terkait keberadaan gurdwara. dan Masjid Jami’ Ar-Rohman, Jl. Seroja 42, Rawa Pendidikan untuk murid-murid yang sedang Badak, Koja, Jakarta Utara. Karyawan sekolah di SD, SMP, dan SMA terkait dengan gurdwara”Guru Nanak Sikh Tempel”, sebanyak 7 mata pelajaran agama tidak ada masalah nilainya orang semuanya muslim, terdiri dari 5 orang akan diperoleh dari rumah ibadat/gurdwara petugas kebersihan (berasal dari Banjarnegara (pada bimbingan sekolah Minggu). Demikian bekerja sejak tahun 2001) dan 2 orang juru masak juga yang sedang menempuh kuliah, biasanya berasal dari Jakarta. Peraturan di lingkungan masing-masing kampus mempunyai kebijakan gurdwara bahwa semua yang memasukinya untuk mata kuliah agama, khususnya agama wajib menggunakan tutup kepala termasuk para minoritas. petugas kebersihan dan dilarang (merokok, Menurut Manohar, terkait dengan minuman keras, membawa hewan, makanan dari kehidupan berbangsa da bernegara warga binatang/hewan). keturunan India di Indonesia melalui beberapa Menurut I Gusti Made Muranda (Pembimas situasi politik yang terus berubah. Misalkan pada Hindu Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta), masa Orla tahun 1960an pernah warga untuk melakukan pembinaan ke sekte agama keturunan tidak diperbolehkan untuk berdagang Hindu yang berasal dari India banyak menemui maka seluruh uang yang dimiliki dikirimkan ke kesulitan, karena masing-masing Dewa India. Pada masa Orba tahun 1978 seluruh WNA (Anoman, Sugriwa, ) cara pemujaannya diberi kesempatan untuk menjadi WNI tanpa berbeda. Pembimas memberikan pelayanan/ naturalisasi, semua gratis tanpa biaya. Dimana menghadiri acara keagamaan (perkawinan, hari kakek-neneknya dulu karena situasi perang etnis besar keagamaan, ulang tahun gurdwara/kuil/ dan penjajahan di India pada akhir tahun 1.800an, mandhir). Demikian juga pengurus gurdwara maka banyak warga India yang eksodus keluar datang ke Kanwil Kementerian Agama, biasanya dari negaranya dengan menggunakan kapal yang terkait soal perizinan (yayasan, undangan pada awalya sampai Indonesia berlabuh di daerah pencatatan perkawinan, surat-surat izin giani Aceh dan menyebar ke Sumut. Pada tahun 1930 asal India). Pelayanan yang diberikan Pembimas berdiri sekolah warga Sikh di Medan dengan Hindu antara lain adalah menjadi saksi dalam nama Kalsa English School dan pada tahun 1932 pengambilan sumpah WNA India yang sudah mendapatkan akreditasi dari Cambrige mengajukan menjadi WNI. University. Kalsa English School pada tahun 1952 dikunjungi oleh PM Jawahal Nehru dan tahun Pelayanan Hak-hak Sipil Sebagai Warga 1969 dikunjungi oleh PM Indira Gandi. Negara Menurut Balwant Singh pemerintah Indonesia dalam kebijakan terkait dengan C. PENUTUP pelayanan keagamaan tidak bertindak Kesimpulan diskriminatif, umat Sikh mempunyai kebebasan 1. Kehadiran penganut agama Sikh yang berasal beribadah, berbicara dan berdemokrasi. Umat dari Amritsar, Punjab, India, (sekarang Sikh tetap dibantu/difasilitasi oleh PHDI maupun masuk wilayah Pakistan) masuk ke Indonesia Dirjen Bimas Hindu, dan aparat Kementerian melewati Aceh, Sumut dan Jakarta dari Agama RI. Bahwa umat Sikh sebagian besar berbagai sumber tertulis sulit ditemukan.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 37 Bukti yang ditemukan di Jakarta adalah Kota Tangerang sedang diajukan pada 19 berdirinya gurdwara/rumah ibadat berada di Desember 2013, warga masyarakat memprotes Jl. Jepara 4 Tanjung Priok Jakarta (sekarang menuntut adanya penutupan gurdwara. menjadi Terminal Peti Kemas) yang Pengalaman dari beberapa penganut agama diresmikan penggunaanya pada tahun 1925. Sikh selama ini bisa bermasyarakat, sekolah, 2. Pokok ajaran agama Sikh setelah 10 gurunya bekerja/berdagang, berprofesi/berprestasi serta wafat adalah berupa kitab suci disebut “Sri beribadah dengan tidak ada rintangan/ Guru Granth Sahib” yang ditulis dalam bahasa/ masalah yang berarti. Pada tahun 1980’an di huruf Guru Mukhi. Prinsip utama tulisan Medan pernah KTP dalam kolom agama boleh para guru adalah Keesaan Tuhan. Guru diisi dengan agama Sikh, namun saat ini Nanak mengsabdakan bahwa God Is One-Ek seluruh penganut Sikh di KTP masuk kolom Onkar- Tuhan adalah Esa/Satu). Kitab Suci agama Hindu. terdiri dari 31 raag (bagian), yang terdiri dari 5. Pemeluk agama Sikh belum mempunyai 1.430 halaman merupakan guru hidup. wadah/organisasi yang menaungi seluruh Granth Sahib memberikan ajaran tentang umat di Indonesia. Saat ini yang ada adalah bagaimana memperoleh kebahagiaan abadi pengurus Sikh Naojawan Sabha Indonesia dan perpaduan kekal dengan Sang Pencipta. (SNSI), dimana masing-masing gurdwara 3. Pemeluk agama Sikh di Indonesia walaupun membentuk pengurus SNSI. pemeluknya sangat sedikit turut berkiprah dalam masyarakat multikultur dalam tata Rekomendasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jumlah 1. Pemeluk agama Sikh yang ajarannya dibawa penganutnya tersebar di Jabodetabek kurang dari leluhurnya di Punjab bisa hidup lebih 1.000 orang, dimana tidak ada sumber berdampingan di masyarakat, namun data yang pasti. Di Jabodetabek terdapat 4 demikian pemerintah wajib melindungi hak- gurdwara yang antar pengurus dan hak sipil pemeluk agama Sikh yang umatnya jamaahnya terjalin komunikasi dan minoritas. Untuk mengetahui sejarah kerjasama, sehingga dalam kegiatan salah masuknya agama Sikh ke Indonesia, maka satu gurdwara maka semua umat perlu adanya penelitian sejarah yang lebih terkonsentrasi beribadah di gurdwara mendalam.Umat Sikh di Indonesia harus ada tersebut. Seluruh jamaah setiap selesai yang memulai menulis sejarah dengan melakukan ibadat diakhiri dengan makan menelusuri silsilah keturunan masing-masing bersama (guru ka langgar), dengan menu-menu keluarga, dan juga menulis dalam bentuk vegetarian. Terkait dengan penyiaran agama buku/kitab dalam bahasa Indonesia terkait hampir tidak ada tujuan untuk menambah dengan ajaran dan peribadatan agama Sikh. jumlah umat kenyataan yang ada hampir 2. Pemeluk agama Sikh perlu membentuk semua penganut agama Sikh berasal dari wadah/organisasi yang menaungi seluruh keturunan India. Namun sebagian sudah umat Sikh di Indonesia, dengan beberapa terakulturasi dan beberapa sudah terjadi tahapan antara lain dengan para tokoh perkawinan campuran dengan penduduk asli bertemu dan bermusyawarah, sehingga dapat Indonesia. menampung dan menyalurkan aspirasi 4. Pelayanan terhadap penganut agama Sikh penganutnya. Walaupun saat dilakukan sampai saat ini masih menjadi tugas Ditjen penelitian masing-masing gurdwara sudah Bimas Hindu, Kementerian Agama RI, sebagai terbentuk Sikh Naojawan Sabha Indonesia minoritas umat Sikh pada umumnya dapat (SNSI)namun belum berfungsi, dan di terima oleh masyarakat. Dimana sebagai dibutuhkan pembentukan organisasi minoritas umat Sikh sampai saat ini merasa kepengurusan/kepemimpinan secara pemerintah sudah melayani hak-hak sipilnya nasional. dalam hidup berbangsa dan bernegara. 3. Untuk menghindari sifat yang eksklusif baik Sementara proses perizinan IMB rumah ibadat pengurus yayasan/gurdwara maupun giani/ Gurdwara Dharma Khalsa, Jl. Wanamulya 29 pendeta, harus terus berupaya menggunakan RT 01/RW 03, Kel. Karang Mulya, Cileduk, kesempatan berinteraksi/berdialog secara lebih

38 Eksistensi Agama Sikh... luas dengan pemuka agama dan pemeluk memenuhi persyaratan administratif dan agama lain termasuk dengan pemerintah persyaratan teknis bangunan gedung FKUB (khususnya dengan Pembimas Agama Hindu dan Kankemenag Kota Tangerang harus Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta). berpedoman pada PBM Menag dan Mendagri Dengan demikian kerukunan umat beragama Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman secara internal Sikh maupun secara eksternal Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil dengan para pemeluk agama lain dapat Kepala Daerah dalam Pemeliharaan terealisasi. Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Menyangkut pengajuan izin IMB Rumah Ibadat.[] pendirian rumah ibadat Gurdwara Dharma Khalsa, harus dimusyawarahkan oleh internal umat Sikh untuk mencari solusinya. Dalam memberi rekomendasi tertulis IMB pendirian rumah ibadat yang sudah

DAFTAR PUSTAKA

Afif, HM.Kehidupan Umat Hindu di Jakarta (Studi Jakarta: Interseksi Foundation, 2007. Tentang Persepsi Umat Hindu Terhadap Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Kekerasan). Jakarta: Balai Litbang Agama Litbang dan Diklat, Kementerian Agama Jakarta, 2006. RI, Jakarta. Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Agus, Bustanuddin. Agama Dalam Kehidupan Perundang-undangan Kerukunan Umat Manusia: Pengantar Antropologi Agama. Beragama. Edisi Kesebelas, 2012. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Parekh, Bikhu. Rethinking Multiculturalism: Cultural Budiman, Hikmat. Hak Minoritas: Dilema Diversity and Political Theory. London: Multikulturalisme di Indonesia. Jakarta: Macmillan, 2000. Interseksi Foundation, 2005. Rumadi dkk. Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Budiman, Hikmat (ed). Hak Minoritas: Ethnos, Manusia: Problematika Hak Kebebasan Demos, dan Batas-batas Multikulturalisme. Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia. Jakarta: Interseksi Foundation, 2010. Jakarta: the WAHID Institute, 2009. Hakim Choor Singh, Agama Sikh,- Brosur. Saidi, Anas (Ed.), Abdul Aziz dkk. Menekuk Agama, Membangun Tahta (Kebijakan Agama http://jendelaperistiwa.blogspot.com/2013/01/ Orde Baru), Cet. 1. Jakarta: Desantara, 2004. sejarah-orang-india-di-indonesia- dari.html (diunduh 4 Juni 2014 pada pukul 11.58WIB) Suaedy, Ahmad dkk. Politisasi Agama dan Konflik Mas’ud, Abdurrahman. “Menyikapi Keberadaan Aliran Sempalan”. Dalam Dialog Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan, No 32, 2009. Noorsalim, Mashudi, M. Nurkhoiron, Ridwan al- Makassary (ed). Hak Minoritas, Multikulturalisme dan Dilema Negara Bangsa.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 39 40 Eksistensi Agama Sikh... TOPIK

MODAL SOSIAL PELAKU DALAIL KHAIRAT

A B D U L J A L I L*

ABSTRAK Kajian ini membahas tentang Modal Sosial para pelaku Dala’il Khairat di pesantren Darul Falah K.H Ahmad Basyir Kudus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa modal sosial yang dimiliki pengamal Dala’il Khairat untuk meraih kesuksesan di bidang ekonomi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian dilakukan di Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus. Selain itu juga para pengamal di luar pesantren yang umumnya sudah berumah tangga dan mengembangkan usaha bisnisnya, baik di Jawa Tengah, Yogyakarta, maupun Kuningan Jawa Barat. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Sumber data dikumpulkan dari informan yang meliputi mujiz Dala’il Khairat, para pengurus pesantren, para santri, tokoh masyarakat, dan para alumni pengamal dala’il khairat. Kajian mengenai aktivitas ekonomi para pengamal Dala’il Khairat menunjukkan bahwa Modal Sosial yang dimiliki para pengamal seperti adanya jaringan sosial sebelum dan setelah mengamalkan, adanya kerjasama dalam melakukan usaha, serta yang terpenting adalah kepercayaan atau trust mampu mendorong kesuksesan dalam melakukan usaha atau bisnis, usaha-usaha dalam mencapai kesuksesan ekonomi melalui pengembangan potensi masing-masing pengamal. Modal Sosial para pengamal Dala’il Kahirat telah menjadi faktor penyebab berkembangya komersialisasi di kalangan para pengamal yang memiliki usaha dan telah membantu proses pencapaian keberhasilan dibidang ekonomi.

KATA KUNCI: Modal Sosial, Dala’il Khairat, Aktivitas ekonomi, dan Pengamal.

ABSTRACT This study discusses the Social Capital of Dala’il Khairat actors at school Darul Falah school by Kiai Ahmad Bashir Kudus. This study aims to determine how donators’ social capital of Dala’il Khairat defined success in economic field. The donators are the alumni who live outside the pesantren and develop business ventures in some areas such as: Central Java, Yogyakarta, and Kuningan, West Java. By applying qualitative research this study was conducted in Pesantren Darul Falah Jekulo, Kudus, Central Java. Data were collected through participatory observation, interview, and documentation. The informants include mujiz Dala’il Khairat, school administrates, the students, community leaders, and alumni donators of Dala’il Khairat. It finds out that donators’ social capitals, such as the existence of social networks before and after donation, their business cooperation, and the trust, encouraged the pesantren economic success donators’ potential development. These social capitals have become a determining factor of developing commercialization among the donators who run their business and at the same time have helped the success in the economic field of the pesantren.

KEY WORDS: Social Capital, Dala’il Khairat, Economic Activity, and Performer.

* Universitas Halu Oleo Kendari, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonahu Kendari Sulawesi Tenggara Fax (0401) 390006, Telp. (0401) 394061, [email protected] **Naskah diterima Januari 2015, direvisi April 2015, disetujui untuk diterbitkan Mei 2015

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 41 A. PENDAHULUAN perasaan atau feeling, sehingga sulit dideskripsikan Dalâ’il Khairât merupakan antologi rumusan- secara ilmiah. Kedua, dalam kondisi neurotik,3 para rumusan salawat nabi yang diamalkan dalam sufi meyakini bahwa dirinya menggapai alam praktek keseharian beragama. Dalâ’il ini berasal hakikat, sehingga mereka memperoleh dari buku yang disusun oleh Syaikh Sulaiman pengetahuan ilham. Ketiga, kondisi puncak yang al-Jazuli dari Maroko. Kehadiran Dalâ’il ini dapat diperoleh bersifat sementara dan mudah sirna. dijumpai pada beberapa pesantren, seperti: Keempat, apa yang diperoleh merupakan anugerah Pesantren “PETA” di daerah Tulungagung, Jawa yang tidak dapat diusahakan, sebab pengalaman Timur; Pesantren “API” di Kecamatan Tegalrejo, mistik menggantungkan diri pada kekuatan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah; dan supernatural yang menguasainya.4 Pesantren “FUTUHIYAH” di Kecamatan Berdasarkan latar belakang di atas, maka Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Termasuk di Pesantren Darul Falah Kudus Jawa Bagaimanakah Modal Sosial yang dimiliki oleh Tengah. Dalam penelitian ini, Dalâ’il Khairât yang para pengamal Dala’il Khairat? Penelitian ini dimaksud dibatasi pada Dalâ’il Khairât yang telah bertujuan untuk mengetahui seperti apa modal disusun kembali oleh Ahmad Basyir, selaku mujiz sosial yang dimiliki pengamal Dala’il Khairat atau pemberi ijazah dan sekaligus sebagai untuk meraih kesuksesan di bidang ekonomi. pengasuh pondok pesantren Darul Falah di daerah Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, KajianLiteratur yang diberikan kepada para santri atau Salah satu fungsi dan peran agama dalam masyarakat yang menginginkan amalan Dalâ’il kaitannya dengan pola perilaku ekonomi, Khairât. umumnya mengacu pada konsep Weber tentang Pembacaan Dalâ’il Khairât sebenarnya etika protestan dalam kaitannya dengan merupakan salah satu tata cara ibadah kemunculan kapitalisme modern. Menurut keagamaan yang telah menjadi tradisi pada Weber, kehadiran semangat kapitalisme masyarakat Arab. Fenomena ini dapat dilihat dari merupakan aspek sentral modern yang telah pernyataan Husein yang ketika masa mudanya menggantikan tradisionalisme dalam kehidupan pernah mengecam ayahnya saat membaca Dalâ’il ekonomi. Konsep semangat yang ditawarkan Khairât. Kecaman itu terlontar, sebab pembacaan Weber dalam kaitannya dengan semangat tersebut dianggap hanya membuang waktu.1Hal kapitalisme mengacu pada suatu jenis tindakan senada juga dijelaskan oleh Feillard terkait sosial yang melibatkan pengejaran keuntungan dengan tradisi kaum salaf yang berkembang di maksimum dengan perhitungan rasional.5 negeri-negeri Arab, baik di Mekkah maupun Weber juga menjelaskan bahwa manusia Madinah yang senantiasa dilakukan masyarakat memiliki minat-minat ideal dan material, sehingga Islam tradisionalis Indonesia yaitu berupa aspek tertentu dalam etika Protestan merupakan pembacaan Dalâ’il Khairât.2 perangsang kuat dalam menumbuhkan sistem Substansi amalan Dalâ’il Khairât pada ekonomi kapitalis. Etika protestan memberi dasarnya adalah memberikan bimbingan kepada tekanan pada usaha-usaha: menghindari seorang pengamal, agar bisa mencapai sebuah kemalasan, menekankan kerajinan, keteraturan kualitas yang lebih baik ketika mendekatkan diri dalam bekerja, kedisiplinan, dan semangat tinggi kepada Tuhan. Hal ini sebenarnya juga dapat untuk melaksanakan tugas dalam semua sendi disebut sebagai bentuk aktifitas tasawuf atau kehidupan, khususnya dalam aspek pekerjaan sebuah pengalaman keberagamaan bagi para dan kegiatan ekonomi.6 pengamalnya. Menurut James, ada empat karakter yang membatasi tasawuf. Pertama, 3Para psikolog menganggap neurotic terjadi pada seorang sufi ketika ia mencapai puncak spiritualnya. Dalam kamus ilmiah sesuatu yang lebih mengutamakan aspek-aspek populer diartikan sebagai obat penyakit saraf (Partanto dan Al- Barry, 1994:521) 4 William, James, The Varieties of Religious Experience (New 1 Thaha Husein, Al-Ayyam(Kairo: Darul Ma’arif,Jilid II, Tanpa York: The New America Library, 1974), hal. 19. 5 tahun), hal. 123. Max Weber, Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme, Penerj. 2 Andre, Feillard, NU Vis-a-vis Negara: Pencarian Isi, Bentuk, TW Utomo & Yusuf Priya Sudiarja. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, dan Makna. Terj. Lesmana, (Yogyakarta: LKiS, 1999), hal. 11 2006), hal. 108. 6...Ibid., 105-115.

42 Modal Sosial Pelaku Dalail Khairat ... Terkait dengan adanya kemungkinan dapat menghancurkan eksistensi ekonominya, pengaruh agama terhadap etos kerja, menurut benar-benar dapat diatasi. Menurut Abdullah, Sairin,7 peningkatan ekonomi masyarakat dapat meskipun agama berperan penting dalam dilakukan dengan mengambil nilai kerja keras pembaharuan pemikiran yang mengarah pada dari agama. Setiap agama yang dianut oleh perilaku ekonomi pedagang, namun ketaatan masyarakat, tentu mengajarkan kepada agama bukan satu-satunya faktor yang berperan penganutnya untuk bekerja keras dalam hidup. penting dalam keberhasilan kaum pedagang Oleh karena itu, setiap masyarakat dan muslim di Jatinom. kebudayaan mempunyai etos yang berbeda-beda, Mu’tasim dan Mulkhan (1998) dalam termasuk dalam hubungannya dengan etos kerja. penelitiannya yang bertajuk “Bisnis Kaum Sufi- Bagi Sairin,8 ada tiga kriteria orientasi sosial Studi Tarekat dalam Masyarakat Industri” budaya masyarakat. Pertama, kerja sebagai menjelaskan tentang tarekat Sadzliliyah yang kegiatan mencari nafkah semata agar dapat survive. dipraktikkan secara berbeda dari sumber aslinya Kedua, kerja sebagai alat untuk mencapai status oleh pengikut-pengikutnya. Hal ini disebabkan sosial tertentu, dan ketiga, merupakan upaya oleh kondisi materiil, sosial, ekonomi, politik, dan mencapai hasil yang lebih baik. sistem budaya yang ada. Lebih lanjut, dijelaskan Dalam penelitian Castle (1982), dengan bahwa kehidupan pengikut tarekat ini tidak bukunya Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi hanya dipengaruhi oleh ajaran formal di Jawa: Industri Rokok Kudus, dijelaskan bahwa ketarekatannya, tetapi juga oleh sistem budaya kelas menengah santri, tidak lain didominasi oleh masyarakat tempat mereka hidup. Yang menarik para pengusaha yang tangguh. Sebagian besar dari buku ini adalah bahwa para pengikutnya dari mereka ini adalah para santri puritan. Mereka ternyata aktif dalam kegiatan ekonomi modern. dikenal sangat hemat, sederhana dalam Mereka menggunakan waktu di siang hari untuk berpakaian, serta cenderung bertingkah laku dan melakukan kegiatan ekonomi. Selain itu menilai segala sesuatu secara sempit dalam kelompok ini juga menempatkan diri pada posisi kerangka uang. Menurutnya, para pengusaha oposisional terhadap pemerintah yang berkuasa. kelas menengah di Kudus berhasil menciptakan Tulisan yang secara spesifik membahas industri. Mereka berhasil menanggulangi hubungan Dalail Khairat terhadap perilaku serangkaian gejolak dan tantangan dalam kondisi ekonomi para pengamalnya, sampai sekarang perubahan ekonomi dan politik, sebaliknya belum pernah dijumpai. Penelitian tentang Dala’il mereka gagal dalam mengembangkan organisasi Khairat dan Pengamalan Keberagamaan yang ekonomi yang lebih kompleks, tidak lebih dari dilakukan Arikhah menunjukan bahwa setelah sekedar perusahaan keluarga (Castle, 1982:60). menjalani amalan, seseorang bisa memperoleh Dari Castle maupun Geertz, dalam hal ini dapat pengalaman spiritual. Cukup disayangkan disimpulkan adanya daya dorong puritanisme penelitian ini belum menyinggung aspek sosial- Islam terhadap kewiraswastaan. budaya, dan hanya terbatas pada aspek spritual. Abdullah (1994) dalam disertasinya The Untuk selanjutnya, tulisan ini mencoba Muslim Businessmen of Jatinom: Religious Reform and menghubungkan keterkaitan antara Modal Sosial Economic Modernization in a Javanese Town, pengamal dalai’il Khairot dengan keberhasilan mengemukakan bahwa pengusaha muslim di dalam usaha. Jatinom merupakan pengusaha yang sukses Sementara terkait dengan konsep teori yang terlibat dalam perekonomian modern, bahkan digunakan untuk menjelaskan kesuksesan usaha mereka mampu menggantikan posisi ekonomi para pelaku amalan dalail khairat adalah Modal Cina. Melalui pengelompokan berdasarkan Sosial. Nilai-nilai kemasyarakatan atau modal agama, para pedagang muslim Jatinom telah sosial merupakan istilah yang sering digunakan menjadi kekuatan besar sehingga tekanan- dalam ilmu sosial untuk menggambarkan tekanan dan gangguan dari luar yang dirasa kapasitas sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memelihara integrasi sosial. Kemampuan itu didefinisikan dalam banyak 7Sjafri Sairin, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia Perspektif aspek. Secara sederhana, Modal Sosial adalah Antropologi ( Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2002), hal. 328. 8..Ibid, hal. 319-322. serangkaian nilai-nilai atau norma-norma

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 43 informal yang dimiliki bersama diantara anggota sekali. Kegiatan ini diadakan tepatnya pada suatu kelompok masyarakat yang tanggal 16 Rabiul Awal tahun hijriyah, di memungkinkan terjadinya kerjasama diantara pesantren Darul Falah Kudus, Jawa Tengah. mereka. Kegiatan ini sekaligus merupakan peringatan kelahiran nabi Muhammad SAW yang Metode Penelitian seharusnya diperingati setiap tanggal 12 hijriyah Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah yang bulan Rabiul Awal, sesuai dengan tanggal merupakan kehidupan sehari-hari para kelahiranya. pengamal, yakni di Daerah Istimewa Yogyakarta, Semarang Jawa Tengah, dan Kuningan, Jawa 1. Asrom Barat. Penelitian ini berlangsung selama tiga a. Awal Mengenal Amalan bulan yaitu dari bulan April sampai dengan bulan Asrom adalah seorang pengusaha mebel Juni 2007. Dua bulan pertama, digunakan di yang lahir di Jepara pada tanggal 3 November Pesantren Darul Falah Kudus dan bulan ketiga 1957. Asrom memulai amalan dala’il selama tiga atau Juni 2007, digunakan di luar pesantren yang tahun, diawali sejak tahun 1975 sampai tahun masih memiliki transmisi amalan dala’il khairat 1977. Asrom lebih dikenal sebagai pengusaha dengan mujiz Ahmad Basyir. mebel dari pada karir politiknya di DPD. Sejak Data dalam penelitian ini terdiri dari: data kecil orang tua Asrom sudah menanamkan jiwa primer dan data sekunder. Data primer; diperoleh kewirausahaan dan kemandirian. Setiap pulang melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, sekolah, Asrom kecil seringkali disuruh pergi ke sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi sawah untuk menunggu kuli, ikut membantu pustaka yaitu dengan memanfaatkan buku menimbang padi hasil panenan, dan juga berbahasa Arab karya Syaikh Sulaiman al-Jazuli membayar kuli atau buruh panen. Wajar jika di yang telah ditashih kembali oleh Ahmad Basyir kemudian hari, Asrom lebih tertarik untuk selaku Mujiz. Buku ini dipilih karena merupakan menjadi pengusaha daripada menjadi pegawai buku wajib yang selalu dimiliki setiap calon negeri. pengamal yang hendak memulai amalan dala’il Setelah tamat sekolah dasar, pada tahun 1971 khairat. Asrom merantau ke Kudus. Selain sekolah, Asrom juga menjadi santri di salah satu pesantren B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di Kudus. Bagi kaum rasionalis, jalan spiritual Kegiatan Ekonomi Pengamal Dala’il Khairat seseorang mungkin tidak berarti, tapi dalam Ketiga informan berikut ini merupakan tradisi berpikir seorang santri, pengalaman anggota komunitas pengamal Dala’il Khairat yang spiritual menjadi hal yang sangat berarti. Pada masih satu transmisi dengan Ahmad Basyir. tahun 1975 terdapat peristiwa spiritual yang Ketiganya dipilih karena diantara para pengamal9 diakui Asrom menjadi penentu jalan hidupnya. Dala’il Khairat, merekalah yang banyak “…Waktu itu saya dibilangin Kyai saya, memberikan kontribusi dalam setiap pertemuan kamu punya dua pilihan, pinter atau kaya. para pengamal yang diadakan setiap satu tahun Kedua-duanya nggak bisa berbarengan, lalu saya disuruh puasa tiga tahun kecuali hari tasrek. Namanya puasa dala’il yang saya lakoni mulai 9Dari para pengamal yang banyak memberikan kontribusi 1975 hingga 1977,” 10 materi dalam kemajuan dan perkembangan pesantren Darul Falah, Setelah mendapatkan keyakinan hatinya, terutama ketika haul mu’allif Dala’il Khairat sekaligus sebagai media pertemuan antara mujiz dengan santri atau pengamal Dala’il Asrom merantau ke Yogyakarta. Sebelum Khairat, yang biasanya dilakukan pada pagi hari antara jam 10.00- berangkat, Asrom selalu teringat nasehat Kyainya 13.00 WIB setiap tanggal 16 Rabiul Awal tahun hijriyah. Mereka ketika masih menjadi santri: “Kalau kembali ke adalah Ali Musta’in (pemilik Jamiyyah Dala’il Khairat Grobogan Jawa Tengah), M. Ihasanudin (pemilik rumah makan “Barokah Agung” yang terkenal di Secang Magelang Jawa Tengah), Martoyo (Pedagang konveksi tinggal di Jekulo Kudus Jawa Tengah), Syaerozi (pengusaha property sekaligus Kyai muda ruang), Heris Paryono sebagai pejabat / wakil bupati kudus terkenal di Bareng Kudus), Maksum (Direktur lembaga periode 2003-2008), Sudarsono (pengusaha mebel tinggal di pendidikan Banat Kudus, terkenal memiliki siswa yang luar biasa, Kudus), Basuni (pengusaha dari Pecangaan Jepara sekaligus karena setiap kelas dengan kapasitas 30 siswa untuk masing- pejabat Depag Jawa Tengah). amsing level, sampai 6 ruang. Misalnya kelas satu samapai 6 10Asrom (wawancara 7 April 2007.

44 Modal Sosial Pelaku Dalail Khairat ... daerahmu, jadilah seperti macan. Sebab macan datang wirid seperti ketika dia masih tinggal di ke kota kan tau semua, tapi kalau kambing kan nggak lingkungan pesantren Kudus. Meskipun tau”. Asrom memutuskan untuk malanjutkan demikian, setiap kali memiliki kepentingan, Asrom pendidikannya di UGM. tetap setia membaca salawat dala’il dalam satu b. Implementasi Amalan Dala’il Khairat majlis. Semua ini dilakukannya dengan harapan Dalam mengamalkan Dala’il khairat, Asrom apa yang menjadi hajatnya bisa terkabulkan. melakukan hal yang serupa seperti pengamal pada c. Dinamika Usaha Pengamal Dala’il Khairat umumnya. Setiap malam, Asrom berusaha sahur Selain dikenal sebagai politikus, Asrom juga untuk kemudian menjalankan puasa pada siang dikenal sebagai pengusaha yang cukup sukses. harinya dan berbuka pada waktunya. Ciri khas Usahanya bermula dari berjualan es lilin ketika Asrom yang membedakannya dengan pengamal masih kecil, menjadi loper koran ketika kuliah, lain adalah Asrom sering tidak berbuka pada sampai akhirnya menjadi pengusaha mebel. waktu maghrib. Asrom sering berbuka dan sahur Asrom mengaku bahwa dalam setiap usaha yang pada waktu yang bersamaan yakni sekitar jam dijalaninya ini, ia kerap menemui beragam 22.00 WIB malam hari. Pada saat yang bersamaan rintangan dan hambatan. Setiap dua tahun ini, Asrom baru makan nasi untuk berbuka menjalani usahanya dengan lancar, seringkali dua sekaligus sebagai sahur untuk siang harinya. tahun berikutnya berjalan tersendat. Hal serupa Pengamalan dala’il Asrom ini dijalani selama ini sempat terjadi pada tahun 2006 dan 2007. dua tahun dalam komunitas pesantren dan satu Asrom menyebutnya sebagai sebuah kegagalan. tahun di luar pesantren. Hal ini dilakukan karena Usaha furniture, pada awalnya usaha ini pada saat itu, orang tua Asrom tidak sangat prospektif dan berkembang dengan stabil menyarankannya untuk menuntut ilmu selain di Yogyakarta, bahkan dapat dikatakan sebagai ilmu agama. Asrom sendiri memiliki keyakinan awal kebangkitan perekonomian Asrom. Justru bahwa menuntut ilmu di luar ilmu agama sangat karena berharap ingin mendapatkan penghasilan penting. Akhirnya atas saran pak Akhmad dari yang lebih, cabang baru yang dibuka di Jakarta Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, di depan pada tahun 1996, ternyata kurang orang tuanya, Asrom diperbolehkan untuk menguntungkan. Setelah dipelajari dan mencari ilmu di luar Pendidikan Guru Agama dievaluasi, keputusan untuk membuka cabang (PGA). baru ini ternyata kurang tepat. Yang lebih baik Hal lain yang menarik dari Asrom adalah justru dengan memperbanyak jaringan. Selain dalam mengamalkan dala’il, Asrom selalu dapat mempergunakan orang pribumi sebagai berusaha mengamalkan wirid-wirid atau ibadah tenaga kerjanya, usaha semacam ini juga tidak yang menurut anjuran para Kyai merupakan dikategorikan sebagai perdagangan monopoli. wasilah untuk dipermudah rizki. Asrom Pada saat terjadi gempa tanggal 26 Mei tahun menjadikan ibadah salat Dhuha sebagai ibadah 2006, sebagian besar perusahaan Asrom juga yang wajib dan ini sudah dijalaninya sejak tahun terkena dampaknya, terutama yang berada di 1995 seperti disampaikannya berikut ini: Jalan Parang Tritis. Usahanya yang semula “Saya selalu berusaha bahkan saya wajibkan berupa warung makan “wong kampung”, pada diri saya untuk melaksanakan salat dhuha. sekarang berganti menjadi tempat jual-beli Umumnya saya laksanakan sebelum keluar material. rumah atau kantor, kira-kira jam 07.00 WIB, baru setelah itu mempersiapkan dan membantu anak- 2. Luthfi Suharnoto anak saya untuk berangkat sekolah”.11 a. Awal Mengenal Amalan Dala’il yang diwirid ketika masih di Suharnoto tidak menjelaskan secara spesifik pesantren, biasanya diselesaikan Asrom dalam sejak kapan ia memulai amalan dala’il. Semuanya dua kali khatam. Namun setelah menjalani berawal ketika Suharnoto merasa seakan-akan kehidupan rumah tangga dan terbentur dengan hidup dalam kegelapan. Semua ini terjadi dalam kesibukannya sebagai anggota DPD sekaligus hidup yang menurutnya penuh kemaksiatan sebagai pengusaha, Asrom tidak lagi melakukan karena tinggal di lingkungan pemuda-pemuda yang kurang baik akhlaknya. Ketika masih 11Wawancara Asrom Asram (6 Juni 2007) tinggal di Semarang, Suharnoto kerapkali terlibat

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 45 konflik brutal dengan pemuda-pemuda sebanyak 4444 kali selama 41 hari. Setelah semua tetangganya. Tentu tidak hanya itu, Suharnoto berhasil, Suharnoto juga melakukan tasyakuran juga seringkali minum, main perempuan, bahkan dengan membaca sejarah dari Syaikh Abdul Qadir membunuh pun sama sekali bukan hal yang Jaelani berupa kitab Manaqib. Dalam kitab ini, ditakutinya. Melalui cerita temannya, Suharnoto dijelaskan: “kalau kamu didalam mempunyai hajat tiba-tiba merasa mendapat petunjuk Allah. apapun dan setelah berhasil, kemudian membaca sejarah Akhirnya Suharnoto memutuskan untuk riwayat saya (Syaikh Abdul Qadir Jaelani), maka meminta ijazah dan amalan dala’il dari Ahmad akan saya tambahkan.” Basyir, di daerah Kudus, Jawa Tengah. b. Implementasi Amalan Dala’il Khairat Setelah mendapatkan ijin untuk Dalam mengamalkan dala’il, selain berpuasa mengamalkan, Suharnoto selalu membaca atau selama tiga tahun, Suharnoto juga membaca wirid mewirid salawat dala’il tersebut sesuai tuntunan sesuai tuntunan yang ada dalam kitab dala’il. yang ada. Dampak dari semua amalannya ini Misalnya jika memulai wirid pada hari Senin, mulai dirasakannya ketika Suharnoto bekerja di maka akan berakhir pada hari Ahad atau Minggu. pelabuhan. Saat bekerja di pelabuhan inilah, Selain pada waktu-waktu tertentu, ketika ada Suharnoto merasa karirnya selalu naik. lelang atau tender, dala’il akan diwirid bersama Suharnoto mendapat tawaran jabatan mulai dari 30 jamaa’ah karyawannya dalam satu majlis. sebagai manager sampai akhirnya sebagai Tujuannya tentu saja agar lelang atau tender direktur. Meskipun jabatan tersebut secara materi tersebut dapat dimenangkan. Dalam menjalani menguntungkan, Suharnoto justru memutuskan amalan selama tiga tahun, rintangan dan cobaan untuk pindah bekerja di Bank Pembangunan datang silih berganti. Cobaan ini tidak hanya Daerah (BPD) Semarang dan Bank Perkreditan datang dari dalam diri pengamal, tetapi juga Rakyat (BPR) Semarang. Setelah diterima di bank keluarganya. Pada tahun pertama amalan, tersebut, tidak lama kemudian Suharnoto Suharnoto mengalami kecelakaan yang kemudian dipercaya sebagai manager. Dalam perjalanan disusul oleh kedua orang tuanya yang hampir kepemimpinannya, Suharnoto sempat mengalami bunuh diri karena mengalami stres. Setelah masalah yang luar biasa berupa kredit macet dikonsultasikan ke mbah Ahmad Basyir, dia besar-besaran yang tidak bisa mengatakan: dipertanggungjawabkan di depan atasannya. “ ..Memang itu sebuah cobaan, luput nyowomu, Suharnoto akhirnya sempat dimasukkan ke yo nyowo wong tuamu. Kalau ujian iki iso lulus, opo penjara. Kehidupan di penjara memberikan sing dadi panjalukmu, insyaalah di sembadani Allah pengalaman yang menarik bagi Suharnoto. (Dalam mengamalkan dala’il, kalau pengamal masih Selama berada di penjara, Suharnoto selalu selamat dalam menghadapi rintangan, biasanya orang menjadi imam dalam salat dan do’a. Dalam setiap tuanya juga akan diberi cobaan, tetapi jika ujian ini permintaan kepada yang maha kuasa, Suharnoto bisa dilalui, maka semua permintaan insyaallah akan selalu memakai bahasa yang mudah dipahami di kabulkan”. jama’ah atau makmumnya yakni menggunakan Pada tahun kedua, Suharnoto mengalami bahasa jawa atau bahasa Indonesia. Pada penyakit thypus. Cobaan ini bisa dilalui dengan akhirnya, Suharnoto kerap diminta menjadi sangat mudah dan penuh kesabaran. Pada tahun imam dalam setiap aktivitas ibadah. ketiga sebagai detik-detik akhirnya amalan, “...Ketika saya memiliki hajat atau keperluan, Suharnoto bersama keluarganya mengalami agar keinginan saya terkabulkan, saya baca wirid kecelakaan. Meski mobil rusak total, namun dala’il dalam satu majelis”.12 semua penumpangnya diberi keselamatan. Semua Meski permintaannya sering dikabulkan, cobaan masih bisa dilalui, tanpa membatalkan Suharnoto tetap membiasakan bacaan salawat puasa dala’il, apa lagi wiridnya. Artinya dalam nariyah. Menurutnya, salawatnariyah dipahami puasa dala’il ini, setiap hari harus dilakukan dan sebagai bacaan untuk mempercepat hajat tidak boleh ada yang dibatalkan dalam setahun dikabulkan, apalagi jika dibaca dalam satu majlis kecuali hari-hari yang diharamkan. Setelah selesai mengamalkan dala’il selama tiga tahun berturut-turut, Suharnoto masih 12 Wawancara Suharnoto (Juni 2007) membiasakan wiridnya. Karena sering membaca

46 Modal Sosial Pelaku Dalail Khairat ... dan mendalami do’a-do’a, maka setiap kali sangat kurang. Pilihan untuk menikah pun Suharnoto berangan-angan untuk memiliki rasanya tidak mungkin diambil, karena Uci yang sesuatu, biasanya dalam jangka waktu satu meskipun sudah berumur 31 tahun, belum punya minggu semua permintaannya kepada Yang Maha cukup biaya. Kuasa akan dikabulkan. Akhirya Uci memutuskan untuk mencari c. Dinamika Usaha Pengamal Dala’il Khairat seseorang yang alim, amil, serta memiliki Suharnoto termasuk sosok yang dekat keilmuan yang kuat. Uci menemukan informasi dengan dunia seni. Hal ini disebabkan dunia tentang seorang Kyai yang barokahi dengan usahanya yang lebih terkait dengan entertainmen, memberikan amalan dala’il di Kabupaten Demak termasuk diantaranya: event organizer, property, dan Jawa Tengah. Sesampainya di Demak, Uci productionhouse. Semua usahanya berada dalam disarankan oleh seorang temannya untuk minta wadah Cakrawala Production yang berdiri pada ijazah kepada Kyai H. Ahmad Basyir di Kudus, tahun 1989 dan bergerak di bidang rental sound Jawa Tengah. Dari temannya inilah, Uci system. Pada tahun 1994 sampai tahun 2001, memperoleh informasi bahwa Kyai ini juga biasa Cakrawala Production telah dipercaya untuk memberi amalan serupa, namun dibarengi mengisi berbagai acara di arena hiburan di dengan aktifitas ibadah puasa layaknya puasa Semarang Jawa Tengah atau biasa disebut dengan ramadan bagi muslim. Sesampainya di Kudus, PRPP. Tepat pada tahun 1996, nama Cakrawala barulah Uci menerima amalan berupa dala’il Production berubah menjadi production house dan Qur’an yakni puasa satu tahun berikut wirid pada tahun inilah mulai Go Internasional. setiap harinya yaitu mengkhatamkan atau Usaha yang dijalani Suharnoto, pada menyelesaikan minimal satu juz dalam sehari kenyataannya tidak selalu berjalan mulus dan semalam berikut dibarengi do’a-do’anya. Dala’il stabil. Artinya dengan sumber daya manusia ini biasa diterima atau disampaikan bagi pemula yang berjumlah 30 orang karyawan, Suharnoto dalam menjalani amalan sebelum Dala’il Khairat tidak selalu melibatkan kesemuanya dalam setiap atau puasa tiga tahun dengan wirid salawat nabi. event. Hal ini dilakukan karena penyelenggaraan Uci memulai amalan dala’il qur’an tepatnya pada event tertentu belum cukup membiayai harga tahun 1998. Baru pada tahun 1999-2001, Uci produksi. Oleh karena itu CV. Cakrawala memulai amalan Dala’il Khairat. production sekarang ini sedang melakukan b. Implementasi Amalan Dala’il Khairat penataan manajemen yang diantaranya dilakukan Dalam pelaksanaan amalan, Uci selalu dengan mencoba menawarkan terobosan- berusaha mengamalkan dan melakukan wirid terobosan pada masing-masing daerah yang sesuai tuntunan yang ada dalam kitab dala’il. memiliki potensi untuk dipublikasikan melalui Baginya dengan menjalankan puasa, selain media. Usaha ini dimulai dari pembuatan stand ibadah juga berarti berusaha bangun untuk dan perangkat-perangkatnya untuk kemudian sahur sebagai bekal kekuatan di siang hari. Setiap disosialisasikan ke daerah-daerah melalui jam 03.30 dianjurkan untuk sahur dan ibadah pameran atau expo potensi daerah. Selain itu malam, namun Uci lebih memilih untuk bangun kerjasama antar sponshorsip juga selalu lebih awal pada jam 02.00 dan melakukan salat digalakkan, misalnya dalam promosi potensi malam serta memohon kepada Tuhan agar semua daerah bagi pemerintah tertentu. hajat dipermudah. Ternyata tirakat yang dilakukannya berhasil, permintaan yang dijalani 3. M. Uci Noor Mukhsin selama kurang dari dua tahun, dapat terkabul a. Awal Mengenal Amalan seperti disampaikannya berikut ini: Berawal dari sebuah kebingungan, Uci yang “Saya selalu bangun jam 02.00 untuk saat itu baru saja menyelesaikan pendidikan melaksanakan ibadah malam dan di dalamnya santrinya di bidang Tafsir, pulang ke daerah saya menjerit atau memohon dan menangis asalnya. Pasca studinya ini, Uci tidak memiliki kepada Allah atas semua hajat-hajatku. Walhasil rencana sama sekali untuk dilakukan. Uci sadar, setelah berjalan dua tahun dala’il saya, tiba-tiba tidak mungkin bisa bekerja di pemerintahan ada orang datang untuk mewakafkan tanahnya karena ia tidak memiliki ijazah. Uci merasa bahwa seluas 300 bata atau satu bata sama dengan 14 ilmu pesantren yang dimilikinya juga masih meter persegi untuk dibangunkan sebuah

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 47 masjid”.13 operasional kebutuhan pesantren dan Seiring perkembangan waktu, semakin pendidikan, termasuk memberikan kesejahteraan banyak santri yang menuntut ilmu. Saking para santri dan insentif para guru pendidiknya, banyaknya, tidak mungkin para santri tidur di dapat dipenuhi pada waktunya. masjid. Akhirnya pewakaf tadi mewakafkan lagi tanahnya untuk dibangun pesantren. Awalnya C. KESIMPULAN berupa bangunan tiga lokal, tetapi karena jumlah Modal Sosial siswa didiknya semakin bertambah akhirnya Modal Sosial merupakan modal yang ditambahkanlah enam lokal lantai satu dan enam dihasilkan dari jaringan sosial atau dari lokal lantai dua untuk pendidikan umum. Dalam ketertarikan seorang individu dengan individu- perjalanan waktu, salawat dala’il dan bacaan atau individu lainnya. Kapital sosial atau yang lebih wirid-wirid yang bermuara pada dikenal dengan sebutan modal sosial dewasa ini dipermudahkannya rizki seperti surat Waqiah, telah menjadi topik menarik untuk dikaji, terlebih surat al-Mulk, dan surat Yasin, senantiasa selalu lagi kajian ini dikolaborasikan dengan konsep diamalkan oleh Uci. Uci menuturkan bahwa apa pembangunan, mengingat dalam beberapa kasus yang dialami ini benar-benar diluar sebelumnya, pembangunan dilaksanakan tanpa perencanaannya. Dengan selalu memohon memainkan peran modal sosial, maka yang terjadi kepada-Nya selama tiga tahun berturut-turut, adalah kelambanan dalam perjalanannya. Uci selalu diberi kemudahan dalam menjalani Berbicara soal Modal Sosial, para sarjana ekonomi hidup. telah lama berbicara, khususnya soal modal Tentu semuanya memerlukan monitoring ekonomi atau modal finansial yang diartikan dan evaluasi, sehingga Uci akhirnya harus sebagai sejumlah uang yang dapat dipergunakan membuat laporan berkala setiap enam bulan sekali untuk membeli atau sejumlah uang yang kepada para donatur yang berpartisipasi dalam dihimpun atau ditabung untuk investasi di masa pengelolaan pesantren dan sekolah. yang akan datang. c. Dinamika Usaha Pengamal Dala’il Khairat Modal Sosial mestinya dikaitkan dengan Usaha yang dijalani Uci ada empat bentuk komunitas, dimana Modal Sosial tersebut di yaitu: (1) pendidikan, baik yang di pesantren ekspresikan bahkan dari komunitas sendiri Miftahul Huda atau khusus agama maupun terlihat kuat atau lemahnya Modal Sosial pengelolaan pendidikan yang bekerjasama dimainkan, mengingat Modal Sosial dapat dengan umum; (2) penggilingan gabah; dan (3) diartikan sebagai kemampuan masyarakat untuk travel Jakarta-Kunigan; dan (4) pembuatan roti bekerjasama demi mencapai tujuannya bersama yang dikelola dirumahnya sendiri. di dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam melakukan terobosan baru dalam Tentu kemunculan Modal Sosial berbeda usaha, Uci biasanya aktif mendatangi setiap even dengan modal manusia, apalagi jika atau expo tertentu yang dapat memberikan dibandingkan dengan modal ekonomi. Modal semangat baru dan inovasi dalam berusaha, Sosial sedikit banyak memiliki dua pandangan meskipun terkadang sangat jauh dari latar yang menjelaskan kemunculannya. Hal ini oleh belakang keilmuan yang dimilikinya bahkan Bourdieu dan Wacquant,14 adalah sumber daya tidak ada sama sekali keterkaitan dengan apa yang aktual atau yang berkumpul pada seorang selama ini dijalaninya. Uci berupaya individu atau kelompok karena memiliki jaringan mengimplementasi semua ide yang diperolehnya tahan lama berupa hubungan timbal balik dalam setiap even tersebut. Jika sama sekali tidak perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak mampu, Uci tidak segan-segan meminta orang terlembagakan. Bourdieu mengembangkan lain untuk menyelesaikannya, meskipun usianya Modal Sosial dari upaya menciptakan antropologi jauh lebih muda. Baginya pekerjaan tersebut budaya reproduksi sosial. Studinya tentang dapat dikerjakan teman atau siapapun yang suku-suku di Al-Jazair selama tahun 1960-an, memiliki keahlian. Hal ini semata-mata dilakukan Bourdieu menggambarkan perkembangan agar usahanya dapat berjalan, sehingga

14Field, John, Modal Sosial ( Yogyakarta: Kreasi Wacana, 13Wawancara M. Uci Moch Sanusi Noor (9 Juni 2007) 2010), hlm. 13

48 Modal Sosial Pelaku Dalail Khairat ... dinamis struktur nilai dan cara berpikir untuk Kerjasama membentuk apa yang disebutnya sebagai habitus Kerjasama merupakan salah satu komponen yang menjadi jembatan antara agensi subyektif penting dalam modal sosial. Kerjasama lahir dengan posisi obyektif. Ketika mengembangkan karena adanya kepentingan, prinsip, dan nilai gagasannya tentang habitus, Bourdieu yang sama serta di arahkan untuk mencapai menegaskan bahwa kelompok mampu tujuan bersama. Aktor akan bekerjasama jika menggunakan simbol-simbol budaya sebagai memandang aktor lain bukanlah ancaman dari tanda pembeda yang menandai dan membangun kepentingannya, tetapi dia justru melihat aktor posisi mereka dalam struktur sosial. Bourdieu lain adalah kawan yang akan membantu meraih juga mempertegas pandangannya dengan tujuan. Aktor juga akan berfikir bahwa kerjasama membuat metafora modal budaya yang dapat menghasilkan output yang lebih besar memperlihatkan cara kerja kelompok untuk dibandingkan jika mereka saling berkompetisi memanfaatkan fakta bahwa beberapa jenis selera atau berkonflik. budaya menikmati lebih banyak status dari pada Dalam bekerjasama juga dibutuhkan adanya jenis selera budaya lainnya. komponen pendukung lainnya, diantaranya; kepercayaan, timbal balik. Kepercayaan akan Jaringan Sosial memungkinkan orang lain untuk melakukan Modal Sosial berupa jaringan sosial yang kerjasama, begitu pula sebaliknya, kuat antar pelaku ekonomi yang bergerak ketidakpercayaan akan menghambat terjadinya dibanding perdagangan. Para penjual melakukan kerjasama. kaderisasi dari lingkungan keluarganya sendiri. Jaringan sosial terbentuk tidak karena keluarga Trust/Kepercayaan tetapi juga ada kepentingan ekonomi. Kepercayaan dibangun melalui interaksi yang Jaringan adalah sekelompok agen-agen berlangsung dalam waktu yang cukup lama, individu yang berbagi norma-norma atau nilai- namun derajat kelamaannya berbeda antara satu nilai informal melampaui nilai-nilai atau norma- orang dengan orang lain. Dalam interaksi norma yang penting untuk transaksi untuk tersebut, orang harus berbuat dan bertingkah menciptakan modal sosial. Jaringan dipahami laku seperti yang diinginkan atau yang sebagai pola ikatan yang menghubungkan antar diharapkan orang lain sehingga kepercayaan individu atau ikatan yang ada disekitar individu dapat tumbuh. Kepercayaan dapat tumbuh serta jaringan merupakan hubungan moral diantara individu dengan kelompok manapun kepercayaan. Adapun jenis-jenis dari modal sosial antara kelompok dengan kelompok lain.[] berdasarkan dari jaringan yang membentuknya, ada dua macam tipe. Pertama, bonding social capital, yaitu modal sosial yang dibentuk lewat jaringan yang anggotanya sangat akrab satu sama lain. Putman menyebut bonding ties (ikatan yang anggotanya homogen). Keterhubungan antar anggota, bisa dikarenakan persamaan usia, agama, jenis kelamin, etnis atau perasaan senasib; Kedua, bridging social capital, modal yang ini dibentuk lewat jaringan yang anggotanya berbeda, dan sangat sedikit kesamaan diantara mereka. Menurut Putman, jaringan tersebut diberi nama bridging ties. Biasanya hubungan diantara anggota jaringan adalah hubungan yang tidak sejajar, sebagai contoh: hubungan buruh dan majikan, hubungan murid dan guru. Dalam jaringan sosial, baik bonding social capital maupun bridging social capital terdapat kepercayaan, kerjasama, dan timbal balik.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 49 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. The Muslim Businessmen of Weber, Max. Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme, Jatinom: Religious Reform and Economic Penerj. TW Utomo & Yusuf Priya Sudiarja. Modernization in a Central Javanese Town. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Disertasi Ph.D University of Amsterdam, William, James. The Varieties of Religious Experience, 1994. New York: The New America Library, 1974. Field, John. 2010. Modal Sosial. Yogyakarta: Kreasi Interview: Wacana. 1.Wawancara dengn Hafidz Asrom pada 7 April Geertz, Clifford. Penjaja dan Raja Perubahan Sosial 2007 dan Modernisasi Ekonomi di Dua Kota Indonesia, Jakarta: P.T Gramedia, 1977. 2.Wawancara dengan Suharnoto Juni 2007 Husein, Thaha. Al-Ayyam, Jilid II, Kairo: Darul 3.Wawancara M.Uci Moch Sanusi Noor 9 Juni Ma’arif, Tt. 2007. Feillard, Andre. NU Vis-a-vis Negara: Pencarian Isi, Bentuk, dan Makna. Terj. Lesmana, Yogyakarta: LkiS, 1999. Partanto, Pius A& Al-Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994. Sairin, Sjafri. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia Perspektif Antropologi, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2002.

50 Modal Sosial Pelaku Dalail Khairat ... TOPIK

KONTRIBUSI NU SEBAGAI ORGANISASI CIVIL SOCIETY DALAM DEMOKRATISASI

S U R Y A N I*)

ABSTRAK Tulisan ini ingin menggambarkan bagaimana dinamika politik Nahdatul Ulama (NU) sebagai bagian dari masyarakat sipil di Indonesia dalam konstelasi politik nasional. NU adalah contoh kongkrit kekuatan masyarakat dalam bentuk civil society yang keberadaan dan eksistensinya patut diberikan perhatian. Sebagai sebuah komunitas muslim terbesar di Indonesia, NU dicatat sebagi pihak yang lebih awal bersentuhan dan menguatkan konsep civil society di Indonesia, dibandingkan dengan komunitas muslim modernis yang diwakili oleh kalangan Muhammadiyah, alumni HMI, atau tokoh muslim lain alumni dari Masyumi, para aktivis dan intelektual NU lebih dahulu memainkan peranannya dalam pengembangan wacana civil society sejak masa kemerdekaan sampai sekarang.

KATA KUNCI: Demokratisasi, Civil Society, Ruang Publik, Nahdliyyin

ABSTRACT This paper illustrates how the political dynamics of Nahdlatul Ulama (NU) as a part of civil society in Indonesia in the national political constellation. NU is a concrete example of the people power in the form of civil society whose existence should be noted. As the largest Muslim community in Indonesia, NU was recorded as the entity who contacted and reinforced the concept of civil society in Indonesia earlier than other Muslim modernist communities. NU activists and intellectuals play an earlier role in developing the discourse of civil society since the independence to now compared to Muhammadiyah, HMI alumni, or other Muslim leaders alumni from Masyumi.

KEY WORDS: Democratization, Civil Society, Public Sphere, Nahdliyyin

A. PENDAHULUAN perbedaan-perbedaan yang cukup mencolok Secara filosofis, Demokrasi adalah istilah antara praktek demokrasi di satu negara dengan yang memiliki makna yang bersifat universal, negara yang lain. Dari perbedaan yang kerap kali sebagai sebuah konsep yang berkembang menjadi muncul dalam implementasinya sebagai sebuah ideologi dan dimaksudkan untuk menghindari sistem politik, demokrasi tetap menjunjung tinggi bahkan menghadapi perilaku kesewenang- nilai nya yang paling tinggi yaitu jaminan akan wenangan yang cenderung menguat pada sistem adanya Hak Azasi Manusia (HAM) dimana pemerintahan yang otoriter dan diskriminatif, didalamnya mengandung prinsip-prinsip namun demikian, dalam prakteknya terdapat persamaan, dihormatinya nilai-nilai kemanusiaan, penghargaan kepada hak-hak sipil *) Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Kertamukti dan kebebasan, serta dihargainya pluralitas dan 5 Cirendeu, Jakarta Selatan 15419. Email: [email protected] **Naskah diterima Maret 2015, direvisi April 2015, disetujui kompetisi yang fair. untuk diterbitkan Mei 2015

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 51 Pada prakteknya demokrasi tidak bisa menghargai dan memahami (toleransi) dengan dijalankan secara maksimal tanpa adanya menggunakan prinsip-prinsip moral, keadilan, kekuatan penyeimbang atau check and balances kesamaan, musyawarah, dan demokrasi.1 sebagai kekuatan kontrol terhadap praktek Secara historis, Konsep civil society lahir pada pemerintahan. Hal tersebut bisa diwujudkan masa Cicero (106-43 S.M) dan tumbuh serta dalam beberapa bentuk, seperti oposisi yang berkembang menjadi sebuah konsep masyarakat terlembaga dalam partai politik yang kalah dalam di daratan Eropa sekitar abad ke-17 M dalam pemilu, institusi sosial non goverment atau konteks dan kondisi masyarakat yang mulai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau juga melepaskan diri dari dominasi agamawan dan kekuatan masyarakat yang terstruktur dan para raja yang berkuasa atas dasar legitimasi memiliki kekuatan pengaruh yang signifikan agama. Agama saat itu mulai tersekularisasi dalam mekanisme pengambilan keputusan dan dalam arti wewenang dan legitimasi kekuasaan kontrol atau pengawasan kebijakan publik. mulai dilepaskan dari tangan agamawan. Di Minimalnya kontrol sosial atas kekuasaan Eropa itu pula tumbuh ide demokrasi yang memberikan potensi yang besar bagi terjadinya diawali dengan Revolusi Perancis (1789) dan penyalahgunaan kekuasaan dan tindak tumbuh pula sistem ekonomi kapitalisme yang otoritarianaisme yang menyalahi nilai-nilai liberalistik. AS Hikam mengatakan bahwa civil demokrasi. Seharusnya masyarakat dalam society sebagai gagasan adalah anak kandung konteks komunitas politik dan sebagai bagian filsafat Pencerahan (Enlightenment) yang meretas terpenting dalam proses demokrasi memiliki peran jalan bagi munculnya sekularisme sebagai yang maksimal sebagai kekuatan kontrol, tidak weltanschaung yang menggantikan agama, dan hanya untuk mengawasi kerja negara, tetapi juga sistem politik demokrasi sebagai pengganti sistem untuk meminimalisir konflik sosial politik yang monarkhi.2 kerap kali muncul baik yang bersifat vertikal Dengan demikian, civil society sebenarnya antara masyarakat dengan negara, maupun yang mengandung sifat sekularistik, yang telah bersifat horizontal yang terjadi antara mengesampingkan peran agama dari segala aspek masyarakat. kehidupan. Dan tentu saja civil society tidak dapat Kekuatan masyarakat sebagai penyeimbang dilepaskan dari kesatuan organiknya dengan dalam demokrasi dikuatkan dengan munculnya konsep-konsep Barat lainnya, seperti demokrasi, konsep civil society atau masyarakat sipil atau liberalisme, kapitalisme, rasionalisme, dan masyarakat madani yang dianggap efektif dan individualisme. Maka menjadi kontradiktif, compatibel sebagai bagian terpenting dari kekuatan tatkala banyak pemikir Islam menafsirkan konsep demokrasi. civil society dengan merujuk kepada masyarakat Sejak dikenalkan oleh Anwar Ibrahim Madinah pada masa Rasulullah SAW, yang jelas (waktu itu sebagai wakil perdana menteri tidak mengenal dan tidak pernah menerapkan Malaysia), konsep civil society dalam konteks sekulerisme, liberalisme, demokrasi, rasionalisme, Islam Indonesia lebih lekat pada istilah dan ide-ide Barat lainnya. masyarakat madani, walaupun secara historis, Beberapa kelompok kelompok ormas Islam konsep masyarakat madani tidak memiliki dasar yang bisa dikategorikan sebagai bagian dari civil filosofis yang kuat dan cenderung kontra society di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, produktif dengan sejarah pemaknaan civil society HMI, PMII, IMM, IPNU, PII, dan lain-lain sebagai akar konsepnya yang justru memiliki memiliki kontribusi yang cukup penting baik bagi kronologi sejarah dari tradisi Eropa non Islam perjalanan sejarah politik Indonesia sejak masa dan cenderung bersifat sekularistik. Menurut pra kemerdekaan sampai pada proses beberapa Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem kali terjadinya peralihan kekuasaan dan juga sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan Individu dengan kestabilan masyarakat. Ciri khas 1 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Demokrasi, Hak Azasi yang melekat pada konsep masyarakat madani Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Jakarta, adalah kemajemukan budaya (multicultural), 2010), 176. 2 Muhammad A.S. Hikam, Demokrasi dan Civil Society hubungan timbal balik (reprocity), dan sikap saling (Jakarta: LP3ES, 1999), 2.

52 Kontribusi NU Sebagai Organisasi ... sekaligus menjadi organisasi-organisasi penguat menjadi organisasi sosial keagamaan biasa proses demokratisasi di Indonesia. namun dengan program program penguatan Dengan metode deskriptif, berdasarkan studi masyarakat yang dikenal sebagai organisasi civil literatur yang sudah dilakukan tulisan ini akan society yang oleh NU disebut dengan istilah menjelaskan bagaimana dinamika politik NU masyarakat sipil. sebagai sebuah kekuatan Civil Society dan Karena itu perlu dikaji lebih dalam, bagaimana kontribusinya dalam proses bagaimana peran NU sebagai kelompok civil society demokratisasi di Indonesia. Paradigma yang Islam Indonesia dalam hal ini Nahdatul Ulama digunakan adalah dengan menelaah sejarah NU dan apa kontribusinya bagi proses demokratisasi mulai dari berdiri, proses dinamika organisasi yang sedang berlangsung di Indonesia? yang terbangun dan beberapa catatan tentang apa Kiranya pertanyaan tersebut bisa menjadi saja yang sudah dilakukan oleh NU dalam starting point untuk bisa menelusuri lebih dalam percaturan politik di Indonesia. Tulisan ini di tulis kontribusi Islam Indonesia yang kali ini diwakili berdasarkan teknis penulisan yang tertera dalam oleh eksistensi NU secara lebih luas dalam konteks panduan penulisan jurnal yang sudah ditetapkan kehidupan politik di Indonesia dengan oleh redaksi Jurnal Dialog yang merujuk pada menggunakan paradigma civil society. teknik penulisan model Chicago. Kerangka Konsep Permasalahan Secara etimologis, civil society berasal dari Nahdatul Ulama (NU) adalah sebuah istilah Latin, civilis societas, mula-mula dipakai organisasi keagamaan yang pernah menjadi oleh Cicero (106-43 S.M), seorang orator dan partai politik dan memiliki peran yang cukup pujangga Roma. Beliau memberikan defenisi yang signifikan dalam perkembangan politik Indonesia mengacu kepada gejala budaya perorangan dan paska kolonialisme, lalu mengalami reorganiasi masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai dengan kebijakan kembali ke khittah 1926 yang sebuah masyarakat politik (political society) yang secara otomatis memutus hubungan formal NU memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan dengan PPP sebagai wadah politik Islam di era hidup. Adanya hukum yang mengatur pergaulan Orde Baru, Hal ini memberikan konsekwensi logis antar individu menandai keberadaban suatu jenis kepada NU untuk mencari format lain dan masyarakat tersendiri. Masyarakat seperti itu di alternatif model gerakan dalam menunjukkan zaman dahulu adalah masyarakat yang tinggal eksistensinya sebagai organisasi besar umat Islam di kota. Dalam kehidupan kota penghuninya di Indonesia.3 Kembali ke Khittah 1926 tidak telah menundukkan hidupnya di bawah satu dan mematikan peran politik NU, hanya lain bentuk hukum sipil (civil law) sebagai dasar menggesernya dari peran struktural menjadi dan yang mengatur kehidupan bersama. Bahkan peran kultural dalam format organisasi bisa pula dikatakan bahwa proses pembentukan kemasyarakatan yang lebih jelas program- masyarakat sipil itulah yang sesungguhnya program sosialnya, walaupun secara individual, membentuk masyarakat kota. para aktivis NU masih banyak yang menyebar Pemaknaan civil society sebagai sebuah konsep di berbagai macam organisasi politik, partai masyarakat politik mengalami beberapa fase politik berbasiskan Islam, partai politik yang tahapan perkembangan, yaitu: berideologi nasionalis, duduk di antara jajaran Fase pertama: Aristoteles (384-322 SM) eksekutif, menjadi anggota legislatif, dan lain-lain. memandang civil society sebagai sistem kenegaraan Namun mereka tidak berpolitik dengan membawa dan bahkan identik dengan negara itu sendiri, bendera NU, namun bergerak secara personal konsep ini difahami sebagai koinonia politike yaitu namun membawa semangat NU baik secara sebuah komunitas politik tempat warga dapat religius maupun secara politis. Model gerakan terlibat langsung dalam berbagai percaturan selanjutnya yang di pilih NU adalah dengan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan. Aristoteles menggunakan istilah ini untuk menggambarkan sebuah masyarakat politik yang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum 3 Bahtiar Effendy, Repolitisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?( Bandung: Mizan, 2000), 177. yang menjadi bagian dari etos atau seperangkat

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 53 nilai yang disepakati tidak hanya berkaitan civil society sebagai antitesis negara.7 Bagi Paine, dengan prosedur politik, tetapi juga sebagai peran negara harus dibatasi karena kalau tidak, substansi dasar kebijakan dari berbagai bentuk maka negara hanya akan memberikan kehidupan interaksi di antara warga negara.4 politik yang buruk bagi masyarakat, negara Masih pada fase ini, pemikiran Aristoteles adalah wujud dari kekuasaan yang diberikan dilanjutkan oleh pemikiran Marcus Tullius oleh masyarakat yang menginginkan jaminan Cicero (106-43 SM) yang menggunakan istilah kesejahteraan. Pada konteks ini, civil society harus societes civilies yang dimaknai sebagai komunitas menjadi kekuatan besar yang mampu yang mendominasi komunitas lain. Konsep ini mengontrol negara agar tidak masuk dalam lebih dekat pada istilah city state atau negara kota praktek otoritarianisme dan despotisme. yang didalamnya terdapat konsep civility atau Fase keempat: Pembedaan antara masyarakat kewargaan dan urbanity atau budaya kota.5 sipil dan negara timbul dari pandangan Hegel Selanjutnya istilah political society diambil dan (1770-1831), pemikir Jerman yang banyak dihidupkan lagi oleh Thomas Hobbes (1588-1679 menarik perhatian, yang ditentang dan sekaligus M), John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712- diikuti oleh Karl Marx (1818 – 1883) dan Antonio 1778) untuk mengungkapkan pemikirannya Gramsci (1891 – 1837)8. Ketiga tokoh diatas mengenai masyarakat dan politik. Locke memandang civil society sebagai elemen ideologis umpamanya, mendefinisikan masyarakat sipil kelas dominan. sebagai “masyarakat politik” (political society). Seperti Locke dan Rousseau, Hegel melihat Masyarakat politik itu sendiri, adalah merupakan masyarakat sipil sebagai wilayah kehidupan hasil dari suatu perjanjian kemasyarakatan (social orang-orang yang telah meninggalkan kesatuan contract), suatu konsep yang dikemukakan oleh keluarga dan masuk ke dalam kehidupan Rousseau, seorang filsuf sosial Prancis abad ke- ekonomi yang kompetitif. Ini adalah arena, 18. dimana kebutuhan-kebutuhan tertentu atau Fase kedua: pada tahun 1767konsep civil khusus dan berbagai kepentingan perorangan society dikembangkan oleh Adam Ferguson yang bersaing, yang menyebabkan perpecahan- disesuaikan dengan konteks sosial politik di perpecahan, sehingga masyarakat sipil itu Skotlandia. Pengaruh revolusi industri dan mengandung potensi besar untuk berkembangnya kapitalisme yang secara empiris menghancurkan dirinya. Tapi di sini, masyarakat memunculkan ketimpangan sosial di tengah sipil bukanlah dimaknai sebagai masyarakat masyarakat membuat Ferguson mengidentikkan politik. Yang dipandang sebagai masyarakat wacana civil society ini dengan menguatkan faktor politik adalah negara. Oleh Hegel, masyarakat etika didalamnya.6 Ketimpangan sosial yang ada sipil dihadapkan dengan negara. Agaknya, dari bagi Ferguson adalah sebuah fenomena yang teori Hegel inilah dikenal dikotomi antara negara harus dihilangkan dan hal itu bisa dilakukan dan masyarakat (state and society). Hegel lebih dengan semangat solidaritas sosial dan sentimen lanjut menjelaskan bahwa dalam struktur sosial, moral yang sebenarnya secara alamiah sudah civil society memiliki tiga entitas sosial, yaitu: dimiliki oleh masyarakat dan bisa digunakan juga keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga sebagai alat untuk menghalangi munculnya adalah ruang sosialisasi pribadi dari anggota kembali despotisme dalam bentuknya yang lain masyarakat yang harmonis, masyarakat sipil yaitu yang sudah berkolaborasi dengan merupakan lokasi atau tempat berlangsungnya kepentingan kapitalisme. Dalam hal ini Ferguson berbagai macam bentuk kegiatan pribadi dan melihat konsep civil society sebagai wadah bagi sosial, sedangkan negara merupakan representasi masyarakat untuk menjalankan tanggung jawab dari ide universal yang bertugas melindungi sosialnya. kepentingan publik dan memiliki hak untuk Fase ketiga: muncul pemikiran Thomas melakukan intervensi terhadap masyarakatnya.9 Paine pada tahun 1762 yang memaknai wacana Karl Marx memandang Civil Society dalam

4 A. Ubaidillah, Ibid., 178. 7 Ibid., 179. 5 Ibid. 8 Ibid. 6 Ibid. 9 Ibid.

54 Kontribusi NU Sebagai Organisasi ... konteks hubungan produksi kapitalis sebagai bebas dalam menyampaikan pendapat, berserikat, kelompok borjuis. Bahkan lebih jauh menurut berkumpul, serta berekspresi merespons kerja Marx, untuk membebaskan manusia dari negara dan pemerintahan yang perlu dikritisi dan penindasan kelas pemilik modal, dan terciptanya juga didukung. masyarakat tanpa kelas civil society harus Muhammad AS Hikam sebagai salah seorang dilenyapkan. Antonio Gramsci justru pemikir yang mengupas pemaknaan civil societydi memandang civil society tidak dalam porsi Indonesia, dengan merujuk pada Tocquiville antagonisme kelas sosial, namun lebih pada sisi menyatakan bahwa civil society adalah wilayah- ideologis yaitu pada basis superstruktur yang wilayah kehidupan sosial yang terorganisir dan berdampingan dengan negara dan menyebutnya bercirikan antara lain: kesukarelaan sosial dengan political society. Konsep ini juga dimaknai (Voluntary), keswasembadaan (Self Generating), dan sebagai tempat perebutan posisi hegemoni diluar keswadayaan (Self-Supporting), kemandirian kekuatan negara dengan menggunakan tinggi berhadapan dengan negara dan konsensus dalam masyarakat.10 Proses hegemoni keterikatan tinggi dengan norma-norma atau tersebut bergantung pada peran kelompok- nilai-nilai hukum yang diikuti warganya.14 kelompok intelektual dalam masyarakat baik Secara sederhana dapat digambarkan unsur- yang masuk dalam kategori intelektual organik unsur civil society yang meliputi: maupun intelektual tradisional. 1. Adanya kehidupan pribadi yang bebas tetapi Fase kelima: Rumusan konsep civil society tidak sewenang-wenang terhadap suatu yang agak maju dibuat oleh Alexis de Tocqueville kelompok masyarakat lainnya. (1805 – 1859) setelah melakukan penelitian 2. Dalam kehidupan bermasyarakat kebebasan lapangan yang hasilnya dimuat dalam karyanya individual tidak terkekang khususnya “Democracy in America” yang terinspirasi oleh berkaitan dengan hak asasi perorangan. Montesquieu. Ia berpendapat bahwa asosiasi- 3. Proses itu berjalan diikat dengan aturan- asosiasi volunter berguna untuk menjadi aturan yang luwes tetapi tegas. perantara aspirasi masyarakat dengan para 4. Tidak terjadi pemaksaan dan keterikatan yang pengambil kebijakan, dan civil society berfungsi berlebihan tetapi kesejajaran, persamaan sebagai penyeimbang kekuatan negara.11 dalam hak-hak dan kewajiban asasi. Masyrakat sipil bagi Tocqueville bersifat otonom 5. Menyangkut aspek sosial ekonomi politik. dan memiliki kapasitas politik yang cukup tinggi 6. Negara sebagai manager, mediator dan yang membuatnya mampu menjadi penyeimbang pelayan yang terkendali. praktek despotisme yang dilakukan negara, konsep ini juga bisa menjadi reflective force atau B. BIOGRAFI SOSIAL-POLITIK NAHDATUL kekuatan kritis untuk mengurangi frekuensi ULAMA (NU) konflik dalam masyarakat sebagai akibat dari Nahdatul Ulama atau NU didirikan pada modernisasi.12 tahun 1926 di Surabaya Jawa Timur sebagai Di Indonesia, konsep civil society yang sebuah hasil dari istikharah para pendirinya yaitu diidentikkan dengan konsep masyarakat madani KH. Khalil Bangkalan dan KH. Hasyim Asyari diadopsi oleh Dawam Rahardjo dengan yang kemudian memberikan restu kepada memadukan pemikiran civil society seperti muridnya KH. Abdul Wahab Hasbullah untuk dijelaskan oleh Tecqueville dengan pemikiran mendirikan organisasi kemasyarakatan Jurgen Habbermas dan Hannah Arrendt tentang keagamaan atau jamiyyah ijtimaiyyah diiniyyah yang free public sphere atau ruang publik yang bebas.13 diberi nama Nahdatul Ulama atau lebih dikenal Pemikiran ini menjelaskan bahwa dengan adanya dengan istilah NU.15 ruang publik yang bebas, maka setiap individu Diawali dengan pembentukan komite Hijaz dapat dan berhak melakukan kegiatan secara yang bermaksud mengirimkan utusan untuk menghadiri Muktamar Islam di Mekkah tahun

10 Ibid., 180. 11 Ibid. 14 Muhammad A.S. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, 3. 12 Ibid.,181. 15 Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdatul 13 Ibid. Ulama (Surabaya: Duta Akasara Mulia, 2010), 66.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 55 1926, selanjutnya komite ini berubah menjadi NU mendirikan beberapa pesantren dan ormas Islam dengan nama Nahdatul Ulama madrasah, yang kemudian urusan pendidikan seperti yang diusulkan oleh KH. Mas Alwi bin dipegang oleh lembaga Ma’arif NU sebagai Abdul Azis. Kepengurusan NU pertama dipegang rekomendasi dari Muktamar ke-13 di Banten pada oleh KH. Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar 11-16 Juni 1938. Pada 18-21 september 1937, NU Syuriyyah, lalu H. Hasan Gipo sebagai ketua ikut membidani berdirinya MIAI atau al-Majlis Tanfidziyyah dan KH. Abdul Wahab Hasbullah al-Islami al-A’la Indonesia bersama beberapa tokoh sebagai Katib Syuriyyah.16 Pola organisasi yang dari organisasi Islam lain seperti KH. Ahmad dibentuk adalah dengan membagi kepengurusan Dahlan, KH. Mas Mansur, dan W Wondoanisemo pada dua lembaga yaitu lembaga syuriyyah yang walau NU baru menjadi anggota resminya pada beranggotakan para kyai senior yang memegang tahun 1939.18 kebijakan organisasi dan lembaga tanfidziyyah Sebagai sebuah organisasi besar yang yang berfungsi sebagai badan pelaksana memayungi hampir 50 persen masyarakat muslim organisasi yang berisikan tokoh-tokoh ulama Indonesia, dan lahir di tengah kondisi politik yang lebih muda dari berbagai unsur dari zaman penjajahan, NU tidak bisa melepaskan diri keluarga Nahdatul Ulama. dari tuntutan penguatan organisasi di bidang Pada tanggal 21-23 September 1926, politik. Akar keagamaan dan pengelolaan dilaksanakan Muktamar NU yang pertama di organisasi yang dilakukan secara religius menjadi Surabaya dan menghasilkan beberapa keputusan pijakan yang kuat bagi NU untuk memasuki penting yang merespons persoalan sosial dunia politik dengan tetap memegang identitas kemasyarakatan dan keagamaan namun lebih keislaman sebagai ideologi. Setelah bergabung difokuskan pada pembahasan pokok-pokok dengan MIAI yang selanjutnya bermetarfosa keagamaan tentang penetapan rujukan ulama menjadi Masyumi (Majlis Syura Muslimin NU pada empat mazhab imam-imam besar Islam. Indonesia) pada 1943, dengan pengawasan yang Pada tanggal 9- 11 Oktober 1927 dilakukan ketat dari pemerintahan Jepang, NU merubah Muktamar kedua di Surabaya materi-materi strategi politiknya dengan lebih bersikap tentang persoalan sosial menjadi fokus utama akomodatif diplomatis kepada pemerintahan pembahasan, seputar masalah muamalah seperti Jepang, salah satu indikatornya adalah dengan jual beli, gadai, riba, pakaian muslim, dan lain masuknya KH. Wahid Hasyim menjadi anggota lain. Selanjutnya di bentuk lajnah an-Nasihin yang lembaga legislatif Jepang yang bernama Chuo Sang terdiri dari KH. Hasyim Asyari, KH. Bisri In. Hal ini dimaksudkan agar NU dan koleganya Syamsuri, KH. Raden Asnawi, KH. Ma’shum, KH. Muhammadiyah mendapat ruang yang lebih Mas Alwi, KH. Musta’in, KH. Abdul Wahab longgar untuk bisa melaksanakan kegiatan- Hasbullah, KH. Abdul Halim, dan Ustad kegiatan organisasi dan tidak terlalu diawasi Abdullah Ubaid. 17 yang direkomendasikan untuk secara ketat oleh Jepang.19Politik akomodatif yang melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas dilakukan NU memberikan peluang yang cukup tentang keberadaan NU yang kemudian berlanjut besar bagi perkembangan organisasi, pada tahun pada pendirian cabang-cabang NU di beberapa 1944, didirikan Jawa Hokokai sebagai lembaga yang kota. mengakomodir masyarakat yang dipersiapkan Pada muktamar muktamar selanjutnya NU untuk menjadi tentara terutama dari kalangan mulai dikenal lebih luas dan mendapat simpati pesantren. Lembaga ini dilatih oleh tentara Jepang serta dukungan dari banyak kalangan umat dan digunakan untuk menghadapi perang Asia Islam, hingga pada tahun 1937 sebagai penguatan Timur Raya. Pada kelanjutannya KH. Wahid organisasi dan bentuk kepedulian terhadap Hasyim memunculkan ide pembentukkan laskar persoalan dan kebutuhan umat NU membentuk Hizbullah dan Sabilillah untuk menjadi bagian lembaga wakaf yang diberi nama badan waqfiyyah penting dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. NU, selanjutnya didirikan koperasi dengan nama Dalam bidang keagamaan, NU berkontribusi Syirkah Mua’awanah. Dalam bidang pendidikan pada Shumubu atau Kantor Urusan Agama dan

16 Ibid., 67. 18 Ibid., 107. 17 Ibid., 80. 19 Ibid., 117.

56 Kontribusi NU Sebagai Organisasi ... berhasil membentuk shumuka yaitu Kantor pelik. NU yang berawal sebagai organisasi Urusan Agama Daerah di sekitar wilayah Jawa keagamaan disibukan dengan carut marut peta dan Madura. Dalam konstelasi politik nasional, politik kekuasaan yang terjadi, tarik menarik NU menjadi bagian penting dalam BPUPKI kepentingan politik antara partai politik baik (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan yang sama-sama menggunakan Islam sebagai Indonesia) dan menjadi bagian dari kelompok 9 ideologi ataupun dengan partai politik lain yang yang menginisiasi piagam Jakarta yang memiliki ideologi berbeda seperti PNI dan PKI. kemudian berubah menjadi Pancasila. Muktamar NU yang biasanya diwarnai dengan Pada periode setelah kemerdekaan, sebagai diskusi tentang persoalan keagamaan beralih bagian dari Masyumi yang merupakan menjadi diskusi politik, hal ini tampak pada konsorsium besar organisasi-organisasi besar Muktamar ke 20 di Medan pada Desember 1956. Islam Indonesia, NU menjadi bagian yang cukup Sepak terjang NU dalam dunia politik praktis penting, terutama setelah dilakukannya lebih dikokohkan oleh Presiden Soekarno pada Muktamar Ummat Islam pada 7-8 November 1945 penyusunan kabinet Djuanda, dimana beberapa yang memutuskan Masyumi akan berpartisipasi tokoh NU ditunjuk sebagai bagian penting dalam upaya state building politik Indonesia dan kabinet yang dibentuk Soekarno sebagai bertransformasi menjadi partai Masyumi yang implikasi beralihnya kekuasaan dari parlementer disiapkan untuk mengambil bagian dan posisi ke presidensial.21 dalam kontestasi politik dalam pemilihan umum. Dalam merespon gerakan PKI, NU Namun pada akhir April 1952 berdasarkan pada melakukan koordinasi dan konsolidasi yang rekomendasi Muktamar ke 19 di Palembang pada cukup baik dengan beberapa organisasi Islam lain 28 April – 1 mei 1952, NU menyatakan keluar dari seperti HMI, PMII, Anshor, Muhammadiyah, Masyumi dan mendirikan Partai NU, hal ini beberapa organisasi Kristen dan Katolik disebabkan munculnya persoalan dan konflik membentuk Komando Aksi Penggayangan internal didalam Masyumi yang berkaitan dengan Gestapu atau KAP GESTAPU yang dikomandoi eksistensi NU yang merupakan kekuatan massa oleh HM Subchan Z.22 PKI dan ideologi Nasakom terbesar dalam Masyumi namum mengalami yang diusung Soekarno akhirnya runtuh yang ketidaksetaraan dalam distribusi kekuasaan dan dilanjutkan dengan bergantinya kepemimpinan wewenang di internal Masyumi. nasional dari presiden Soekarno ke Presiden Pada pertengahan 1952, NU bersama PSII Soeharto yang identik dengan Orde Baru. dan PERTI membentuk Liga Muslimin Indonesia yang mengusung komitmen bahwa kebahagiaan Politik Orde Baru dan Kembalinya NU ke negara dan umat manusia bisa tercapai apabila Khittah 1926 segala potensi umat dikerahkan dengan Pada masa Orde Baru, Partai NU termasuk bersendikan hukum dan peraturan Allah menjadi salah satu partai yang di fusikan ke dalam sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad Partai Persatuan Pembangunan (PPP), kondisi SAW.20 Federasi tersebut dibentuk untuk ini secara otomatis membuat NU kembali kepada membangun konsolidasi umat muslim Indonesia bentuk awalnya yaitu sebagai orgasisasi dalam menghadapi Pemilihan umum tahun 1955. kemasyarakatan keagamaan atau Jam’iyyah Konsolidasi ini membuahkan hasil dan Ijtimaiyyah Diiniyyah yang berkonsentrasi pada mengantarkan NU sebagai pemenang ketiga persoalan-persoalan dan kegiatan sosial, setelah Masyumi dan PNI, dengan perolehan pendidikan, dan dakwah Islam. suara sebanyak 6. 955.141 dan memberikan 45 Pada tahun 1983 di Muktamar Situbondo kursi di parlemen, sedangkan di jajaran eksekutif, bergulir ide tentang NU kembali kepada Khittah NU mendapatkan 5 posisi menteri. 1926 dan agar NU menutup rantai poltik praktis Selanjutnya pertarungan NU pada ranah di kancah politik nasional yang dirasa sudah politik dengan identitas sebagai partai NU mengalami pasang surut dan dilema yang cukup

21 B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia 1945 – 1972 (Jakarta: Grafiti Press, terjemahan Safroedin Bahar, 1985), 92. 20 Ibid., 199. 22 Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan NU, 244.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 57 tidak efektif lagi sebagai wadah gerakan bagi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada upaya menjalankan visi dan misi NU. rakyat. Sebenarnya isu ini bukanlah isu baru dalam elite kepengurusan NU, namun baru disahkan pada NU dalam Konteks Civil Society dan 1983 karena pengaruh yang besar dari KH. Demokratisasi di Indonesia Ahmad Shiddiq dan KH. Abdurrahman Wahid.23 Dalam konteks Islam Indonesia, masyarakat Secara organisasi, keputusan kembali ke muslim yang nota benenya merupakan mayoritas Khittah 1926 adalah langkah politik NU yang di Indonesia memegang peranan yang penting cerdik, terutama untuk memberikan peringatan dalam eksistensi civil society sebagai kekuatan sosial kepada PPP yang dianggap tidak proporsional politik. Potensi ummat Islam Indonesia baik secara memperlakukan NU sebagai organisasi Islam kuantitas maupun kualitas merupakan pondasi terbesar selain hanya untuk memanfaatkan NU dasar dalam penguatan civil society. secara elektoral karena basis massa yang NU adalah contoh kongkrit kekuatan dimilikinya yang banyak.24 Secara tidak langsung masyarakat dalam bentuk civil society yang strategi ini memberikan ruang kepada para aktivis keberadaan dan eksistensinya patut diberikan NU untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan perhatian. Sebagai sebuah komunitas muslim politiknya di tempat lain yang mau terbesar di Indonesia, NU dicatat sebagi pihak mengakomodisi kepentingan politik mereka. NU yang lebih awal bersentuhan dan menguatkan seperti memurnikan kembali nilai-nilai sosial konsep civil society di Indonesia. Seperti dikatakan keagamaan yang pada awalnya menjadi dasar oleh Greg Barton sebagaimana di kutip oleh pendirian NU. Hendro Prasetyo, bahwa dibandingkan dengan Pada masa reformasi, walau tetap berpegang komunitas muslim modernis yang diwakili oleh pada prinsip khittah 1926, NU secara artikulatif kalangan Muhammadiyah, alumni HMI, atau mengembangkan sayapnya memasuki beberapa tokoh muslim lain alumni dari Masyumi, para kelompok organisasi politik (partai politik) aktivis dan intelektual NU lebih dahulu namun tetap tidak maenggunakan identitas NU memainkan peranannya dalam pengembangan sebagai background nya. Banyak tanggapan dan wacana civil society, setidaknya untuk dua dasa opini publik yang muncul dalam menilai perilaku warsa terakhir.25 politik NU pada masa reformasi ini, ada yang Kalangan intelektual NU menggunakan menanggapinya dengan positif dan banyak juga istilah civil society dengan menerjemahkannya yang menilainya secara negatif. Namun satu hal sebagai “masyarakat sipil” dan bukan masyarakat yang tidak bisa diingkari, kembalinya NU madani seperti yang sering digunakan oleh para kedalam politik praktis walaupun hal ini tetap modernis. Mengutip yang dikatakan oleh AS disanggah oleh PB NU, menunjukkan bahwa NU Hikam, bila menerjemahkan civil society kedalam tidak bisa dipisahkan dari diversifikasi makna masyarakat madani yang apabila ditelusuri akar politik bagi warga NU. Walau terkesan sejarahnya merujuk pada fenomena masyarakat munculnya ambiguitas dalam NU secara madinah pada zaman Rasulullah Muhammad organisasi, NU tidak pernah membatasi SAW, maka akan memunculkan kekhawatiran warganya untuk masuk dalam wilayah politik akan menjadikan wacana civil society yang praktis, namun nilai-nilai gerakan sosial diterjemahkan menjadi masyarakat madani kemasyarakatan yang digagas oleh menjadi salah satu wacana menjadikan Islam Abdurrahaman Wahid atau Gus Dur yang sebagai visi alternatif bagi konsep diamini sebagai wacana masyarakat sipil tetap bernegara.26Bagi NU, Civil Society bukanlah konsep menempatkan NU sebagai organiasi Islam tradisional yang konsisten memperjuangkan kepentingan masyarakat sipil dan menjadi 25 Hendro Prasetyo, Ali Munhanif, dkk., Islam dan Civil organisasi kritis saat berhadapan dengan Society: Pandangan Muslim Indonesia (Jakarta: PT Gramedia dan PPIM UIN Jakarta, 2002), 106. 26 AS. Hikam, “Nahdatul Ulama, Civil Society, dan Proyek Pencerahan”, dalam kata pengantar Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat Madani; Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam 23 Bahtiar Effendy, Repolitisasi Islam, 179. Islam Indonesia (Bandung: Pustaka Hidayah dan LAKPESDAM 24 Ibid., 178. NU, 1999), 9-14.

58 Kontribusi NU Sebagai Organisasi ... alternatif sistem politik, apalagi upaya untuk Komitmen NU untuk berperan aktif di luar melakukan Islamisasi, walau gerakan masyarakat orbit pemerintahan pada masa Orde Baru tidak sipil yang dilakukan oleh NU bertujuan untuk hanya dilatar belakangi oleh perlakuan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam diskriminatif yang diterima, tetapi juga karena kehidupan masyarakat dan menjadikan Islam NU sebagai organisasi besar ummat Islam merasa sebagai salah satu nilai bagi gerakan perlawanan sudah memiliki modal sosial yang cukup dan terhadap negara yang otoriter. Di tegaskan oleh mampu dengan percaya diri menempatkan posisi Hikam bahwa Islam di Indonesia itu bersifat sebagai check and balances dalam pemerintahan, komplementer, karena itulah penggunaan makna walaupun tetap saja Orde Baru menganggapnya masyarakat sipil membuka peluang kerjasama sebelah mata. dengan kelompok yang lain yang memiliki Menurut Hendro Prasetyo, setidaknya ada agenda serupa yaitu pemberdayaan masyarakat dua hal penting yang bisa menjadi dasar melawan otoritarianisme yang dilakukan terbentuknya modal sosial NU untuk menjadi pemerintah.27 bagian dari civil society, yaitu:30 Walau tidak menerjemahkan civil society a. Kembalinya NU ke Khittah 1926 pada dengan pemahaman masyarakat madani, Hikam Mukhtamar Situbondo tahun 1984, dimana tidak menafikkan peran agama dalam komitmen awal didirikannya NU adalah sebagai menumbuhkan civil society di Indonesia, organisasi sosial keagamaan yang bergerak pada menurutnya, agama telah memainkan peran besar bidang – bidang sosial, agama, pendidikan dan dalam merangsang aksi-aksi sosial dan politik berorientasi pada kesejahteraan ummat. untuk melawan kekuasaan politik dan ideologi Keinginan untuk kembali kepada khittah 1926 yang dominan yang tidak berpihak pada rakyat. merupakan wujud dari reorientasi sosial politik Gerakan sosial yang dilakukan oleh agama NU setelah sekian lama terlibat aktif dalam politik memang cenderung kurang terorganisir dan praktis sebagai sebuah partai politik pada era belum memiliki program yang konkrit, namun 1950-an sampai masuk dalam fusi PPP di era Orde peran agama sebagai kekuatan dengan basis Baru. NU secara signifikan merubah haluan massa yang besar bisa menjadi pendorong bagi gerakan dari politik praktis ke arah gerakan sosial dilakukannya perlawanan sosial dan politik. budaya yang berorientasi pada pemberdayaan 28Penggunaan istilah masyarakat sipil dikaitkan masyarakat. Keputusan kembali ke Khittah 1926 dengan pengalaman politik NU dalam panggung memberikan dua keuntungan yang strategis bagi politik di Indonesia dan upaya NU untuk NU, pertama; mengembalikan fungsi ulama NU merumuskan identitas dan visi masyarakat NU dalam kepemimpinan organisasi, kedua; tentang model gerakan sosial yang harus melepaskan NU dari keterkaitannya dengan partai dilakukan terutama untuk berhadapan dengan politik atau organisasi politik manapun yang kuatnya dominasi negara. Istilah masyarakat sipil akan membuat NU leluasa bergerak dan juga digunakan sebagai penguatan artikulasi menjalankan program-program sosial politik NU yang berusaha menjadi otonom dari kemasyarakatannya. negara dan memposisikan diri sebagai counter b. Munculnya generasi-generasi muda hegemony terhadap besarnya dominasi negara, terpelajar NU yang disebut sebagai generasi Identitas NU sebagai masyarakat sipil menguat kedua yang tidak hanya terkonsentrasi di pada masa Orde Baru yang kurang memberikan pesantren-perantren (seperti generasi pertama) kesempatan kepada NU dalam pentas politik tetapi juga sudah terintegrasi dengan dunia nasional secara praktis, yang berakibat pada pendidikan modern dan mampu memunculkan terpingirkannya aktivitas politik para tokoh NU ide-ide tentang pengembangan wacana terutama pada akhir tahun 1980-an.29 masyarakat sipil pada sekitar tahun 1990-an. Generasi kedua ini akrab dengan gagasan- gagasan baru dalam teori-teori ilmu sosial dan

27 Ahmad Baso, Civil Society dan Masyarakat Madani aktif dalam organisasi-organisasi sosial (Bandung: Pustaka Hidayah dan LAKPESDAM NU, 1999), 184. 28 AS. Hikam, Demokrasi dan Civil Society (Jakarta: LP3ES, 1999), 143. 29 Hendro Prasetyo, Ibid., 108. 30 Ibid., 109.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 59 kemasyarakatan baik yang di payungi NU upaya menjadikan NU sebagai kekuatan sosial maupun LSM lain yang memiliki agenda serupa, kritis pro demokrasi, disekilingnya banyak yaitu mengembangkan wacana masyarakat sipil intelektual muda NU yang memiliki visi dan misi dan menjadikannya alat untuk bisa menjadi yang serupa untuk mengembangkan NU, mereka penyeimbang pemerintahan. adalah para pemikir muda yang telah menempuh Muktamar Situbondo tahun 1984 tidak pendidikan tinggi di dalam maupun di luar negeri hanya menghasilkan kesepakatan kembali ke yang berasal dari keluarga NU. Walaupun Khittah 1926 yang pada proses dialognya berlatar belakang keluarga Islam tradisionalis, mengalami perdebatan yang cukup panjang mereka sudah berkecimpung di berbagai melibatkan dua kepentingan besar antara organisasi sosial yang mengembangkan wacana kelompok yang ingin tetap NU berada dalam kemasyarakatan sebagai basis gerakan, seperti : politik praktis dan kelompok yang secara kritis PMII, HMI, fatayat, Anshor, LP3ES, LSP, LBH, melihat misi-misi awal NU yang terabaikan dan Bina Desa dan banyak organisasi lain. Diatara harus segera dilakukan revitalisasi agar ummat para intelektual NU yang cukup berkompeten tidak terbengkalai. Muktamar ini juga adalah: M. Ichwan Syam, Slamet Effendy Yusuf, memutuskan KH. Abdurrahman Wahid sebagai Arief Mudatsir Mandan, Masdar F. Mas’udi, ketua umum Pengurus Besar NU lewat Enceng Sobirin Nadjid, Lies Mustafsiroh Marcus, penunjukkan oleh panitia ahl al ahalli wa al Aqdi Muhammad AS Hikam, Fajrul Falakh, Masykuri sebagai kelompok ulama senior yang memiliki Abdillah, Ulil Abshar Abadalla, Ahmad Baso, dan otoritas untuk memutuskan. Abdurrahman para intelektual muda NU lain. wahid atau Gus Dur adalah tokoh NU yang Beberapa kegiatan pelatihan pengembangan dikenal sebagai intelektual muslim dan aktif di masyarakat dilakukan yang melibatkan para beberapa LSM (LP3ES, LSP, LBH, dan lain-lain) intelektual muda NU diantara kegiatan yang dan memiliki komitmen tinggi pada gerakan- dilakukan: gerakan intelektual dan pemberdayaan 1. Program kegiatan pendidikan keterampilan masyarakat. Dipilihnya Gus Dur sebagai ketua dalam rangka mempersiapkan tenaga relawan PB NU diharapkan dapat menguatkan NU di pesantren-pesantren. Kegiatan ini sebagai organisasi non pemerintah yang memiliki bertujuan untuk menjadikan pesantren komitmen pada misi pengembangan masyarakat sebagai patner pembangunan bagi dan diharapkan mampu mengubah paradigma masyarakat desa dengan mensosialisasikan NU dari perjuangan politik ke perjuangan sosial- dan penggunaan teknologi tepat guna, ekonomi. Pada Muktamar–muktamar selanjutnya peningkatan hasil kerajinan, manajemen (Muktamar Krapyak 1989, Muktamar Cipasung pemasaran, dan akumulasi modal usaha.33 1994), Gus Dur kembali terpilih walau melawan 2. Program pendidikan keterampilan bagi guru- calon-calon yang ditawarkan Orde Baru.31 guru dan pimpinan pesantren tentang Gus Dur mampu membawa NU kembali pemberdayaan masyarakat yang berpusat di bersinar sebagai organisasi Nahdliyyin yang Pondok pesantren Pabelan, Jawa Tengah dan mempelopori terbentuknya wacana masyarakat Pondok Pesantren Darul Falakh Bogor. sipil, NU banyak memberikan kontribusi ide Kegiatan ini melibatkan pihak pesantren baik tentang pembangunan yang berpihak pada yang berafiliasi NU atau bukan dengan masyarakat kecil, bahkan Gus Dur mampu periode pelatihan selama 1 tahun dan mukim memberi motivasi kepada para intelektual NU didalam pesantren dengan kurikulum untuk menjadi generasi yang kritis berhadapan kegiatan keterampilan umum, pertanian dan dengan pemerintah yang represif dan aktif irigasi, bahasa, keorganisasian, advokasi menjadi generasi yang gigih memperjuangkan masyarakat dengan kurikulum yang demokrasi lewat kegiatan-kegiatan pemberdayaan berperspektif soial, politik dan ekonomi.34 masyarakat.32Gus Dur tidak sendiri dalam Wacana mengenai penguatan masyarakat memperjuangkan wacana masyarakat sipil dan sipil merupakan agenda organisasi yang

31 Ibid., 119. 33 Ibid., 125. 32 Ibid. 34 Ibid., 126.

60 Kontribusi NU Sebagai Organisasi ... dijalankan oleh Gus Dur secara sistematis, dari ditunjukkan Gus Dur mampu memberikan berbagai macam kegiatan yang dilakukan bersama motivasi yang tinggi kepada para intelektual NU para intelektual muda NU, yang menggabungkan untuk terus mengeluarkan pemikiran-pemikiran atau mengintegrasikan dua perspektif yaitu alternatif kritis dan segar dalam merespon perspektif agama secara tradisional dan perseptif kejenuhan masyarakat menghadapi sosial secara modern memunculkan penguatan pemerintahan yang otoriter. Ide-ide briliant para generasi NU yang mampu menempatkan posisi aktivis NU memasuki wilayah kajian masyarakat NU tidak hanya sebagai organisasi Islam sipil yang berorientasi pada pembangunan, tradisional, namun juga sebagai kekuataan sosial diantaranya ada Masdar F. Masudi yang pendamping masyarakat menuju kesejahteraan melakukan kajian ulang penafsiran fungsi zakat baik secara ekonomi maupun politik dan lewat bukunya Agama Keadilan Risalah Zakat memperjuangkan kehidupan bernegara yang Pajak yang mengungkapkan bahwa demokratis. pendayagunaan zakat bisa dijadikan sebagai alat Gus Dur menunjukkan keseriusannya dalam demokratisasi dan mekanisme kontrol terhadap upaya menguatkan masyarakat sipil di Indonesia kekuasaan negara.37 Ada pula AS. Hikam, seorang tidak hanya melalui wacana dan kegiatan- intelektual NU yang mengembangkan wacana kegiatan yang dibatasi oleh segmentasi civil society dalam banyak tulisannya seperti masyarakat NU, tetapi lebih luas melibatkan “Perlawanan sosial dari civil society terhadap seluruh komponen masyarakat bahkan yang ideologi dominan negara”, “Demokrasi dan Civil multi etnis sekalipun, terbukti dengan hubungan Society”, “Ruang Politik yang Terbuka”, “Wahana yang dibangunnya dengan sangat baik dengan Bagi Proses Demokrasi”, dan tulisan tulisan lain beberapa tokoh lintas agama, organisasi antar tentang wacana civil society yang dikaitkan dengan etnis dan kelompok-kelompok kepentingan yang demokrasi, masyarakat, dan etika bernegara. sama sama membangun wacana civil society, Pada lingkup organisasi, didirikan sebuah seperti dikatakannya bahwa keharusan bagi kelompok studi yang dikelola oleh para aktivis gerakan-gerakan Islam di Indonesia untuk NU dari Yogyakarta yang diberi nama Lembaga menyadari perlunya membentuk format baru Kajian Islam dan Sosial (LKiS), yang sudah dalam memperjuangkan kepentingan bersama menerbitkan beberapa buku yang berkaitan (bangsa) yang melintasi batas-batas agama dan dengan Islam dan civil society, diantaranya buku kepentingan sekterianisme dalam menghadapi NU, Gus Dur dan civil society yang membahas dominasi negara, yaitu suatu perjuangan yang tentang keterkaitan antara NU dan Wacana civil lebih mementingkan masyarakat itu sendiri, society yang di gagas Gus Dur di lingkungan NU.38 bukan bergantung pada negara saja.35 Dalam buku itu juga dibahas bagaimana corporate Dengan mengutip Pidato Gus Dur dalam culture yang dibangun NU sebagai organisasi acara PMII, Hendro Prasetyo mengemukakan tradisional Islam yang berintegrasi dengan bahwa eksistensi lembaga keagamaan menjadi pemikiran-pemikiran dan mengadopsi ide-ide bagian dari civil society adalah sebuah kebutuhan modern dalam kehidupan masyarakat. mendesak bagi negara yang sedang dalam transisi Dalam peta politik nasional, kehadiran para demokratisasi di Indoneisa. Lebih lanjut Gus Dur tokoh dan kader NU cukup memberikan menyatakan bahwa organisasi- organisasi kontribusi pada dinamika demokratisasi di keagamaan Islam di Indonesia bisa menjadi Indonesia, hampir disetiap lembaga tinggi negara representasi dari gerakan masyarakat sipil, sejauh dapat ditemukan para kader NU yang menempati gerakannya diarahkan pada perjuangan untuk posisi-posisi strategis, baik itu di Eksekutif, memperoleh tempat dan posisi masyarakat dalam Legislatif, maupun Yudikatif. NU sebagai bagian konteks kehidupan berbangsa dan masih dari civil society memiliki banyak peran terhadap memiliki fungsi kemasyarakatan dalam upaya proses demokratisasi di Indonesia. Secara memperkokoh posisi masyarakat.36 historis, sejak zaman pra kemerdekaan, masa Orde Sikap kritis, pluralis dan demokratis yang Lama, masa Orde Baru, hingga memasuki era

35 Abdurrahman Wahid, “Intelektual di Tengah Eksklusivisme”, dalam Prisma, No. 3 XX, 1991. 37 Ibid., 131. 36 Hendro Prasetyo, 139. 38 Ibid., 143.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 61 Reformasi. Pendekatan yang dilakukan NU dalam pemahaman bahwa nilai kemanusiaan memang menyikapi situasi politik bertujuan untuk menjadi milik setiap orang.41Sikap hidup menerima asas-asas demokrasi sebagai sebuah demikian merupakan realisasi dari pandangan komitmen, karena secara prinsipil nilai-nilai yang demokratis, toleran, dan pluralistik. Prinsip diperjuangkan oleh NU sejalan dengan konsep selanjutnya yang dikembangkan oleh NU dan dasar demokrasi. sejalan dengan prinsip demokrasi adalah Demokrasi meniscayakan terciptanya sikap persamaan (Al-musawah) dan keadilan (al- saling menghargai di tengah pluralitas ‘adalah). Bahkan keadilan merupakan nilai islam masyarakat Indonesia. Memandang hal ini, maka yang paling fundamental dalam kehidupan. Oleh NU juga memiliki prinsip-prinsip yang karena itu prinsip keadilan harus dilakukan dalam mendukung terhadap pluralisme, atau yang pengertian secara komprehensif antara lain dalam disebut dengan tasamuh (toleran). Artinya penegakan hukum (law enforcement), dan bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan, persamaan semua orang di hadapan hukum baik dalam masalah keagamaan teruma hal-hal (equality before law) . yang bersifat furu’ atau yang menjadi masalah khilafiyah maupun dalam masalah yang C. KESIMPULAN berhubungan dengan kemasyarakatan dan Sebagai istilah yang modern, civil society sudah kebudayaan. Disamping itu, NU juga menjadi wacana yang secara inklusif masuk mengedepankan aspek Tawasut dan dalam ruh organisasi-organisasi sosial I’tidal.39Tawasut artinya tengah, sedangkan masyarakat di Indonesia, termasuk juga i’tidal artinya tegak. Sikap tawasuth dan organisasi-organisasi keagamaan. NU sebagai i’tidal maksudnya adalah sikap tengah yang wadah para nahdliyyin dalam mengekspresikan berintikan kepada prinsip hidup yang dan menunjukkan eksistensi kegiatan sosial menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan keagamaannya mengambil peran yang sangat lurus di tengah-tengah kehidupan penting pada perkembangan wacana civil society bersama.40Dengan sikap dasar ini, maka NU akan di Indonesia.Walaupun pernah mengalami selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap pasang surut dan transformasi orientasi dan bertindak lurus dan selalu bersikap organisasinya, NU dengan konsep kembali ke membangun serta menghindari segala bentuk Khittah 1926 mampu memposisikan diri sebagai pendekatan yang bersifat ekstrim. Prinsip-prinsip kelompok agama yang bergerak memperjuangkan tersebut merupakan pengejawantahan dari kepentingan masyarakat tidak hanya pada prinsip kemajemukan manusia dalam Al-Qur’an lingkup agama, tetapi juga memasuki wilayah- sebagai bentuk kesadaran akhir pluralitas wilayah sosial poitik yang bergerak secara masyarakat Indonesia. kultural dan substantif. Dengan mengusung Pluralisme dan toleransi sebagaimana yang pemaknaan civil society sebagai masyarakat sipil dijelaskan oleh Hasyim Muzadi adalah bahwa yang kontra posisi dengan negara dan berada Sikap akomodatif yang lahir dan adanya diluar subordinat negara, NU secara leluasa kesadaran untuk menghargai perbedaan atau mampu menjadi bagian kritis dalam menyikapi keanekaragaman budaya merupakan salah satu perilaku politik negara terutama pada masa Orde landasan kokoh bagi pola pikir, sikap, dan Baru. perilaku yang lebih sensitif terhadap nilai-nilai Wacana masyarakat sipil yang muncul di kemanusiaan. Dengan demikian, orang tidak kalangan NU mendapat respon yang positif dan harus diperlakukan secara manusiawi hanya antusias diantara aktivis NU baik yang senior lantaran beragama Islam atau sebaliknya terhadap (para kyai NU) maupun yang masuk dalam pemeluk agama lain, tetapi lebih didasari kategori intelektual muda NU disebabkan karena adanya kegelisahan sosial yang muncul akibat perlakuan diskriminatif pemerintah dan beberapa kekalahan politis NU pada tingkat nasional. 39M.Masyhur Amin, NU dan Ijtihad Politik Kenegaraannya (Yogyakarta: AlAmin Press, 1996), .86-88. 40Mohamad Shodik, Gejolak Santri Kota: Aktivitas Muda NU 41Hasyim Muzadi, Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Merambah Jalan Lain (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000), 98. Persoalan Bangsa (Jakarta: Logos, 1999), 61.

62 Kontribusi NU Sebagai Organisasi ... Marjinalisasi yang di lakukan Orde Baru adalah Tokoh tokoh NU yang ada dalam banyak bahan bakar yang efektif untuk menyulut partai politik di Indonesia berpolitik secara kebangkitan intelektualitas dan daya kritis NU individual, bukan dengan menggunakan nama yang sempat mati suri pada masa Orde Lama NU sebagai organisasi yang mengusungnya. Hal ketika NU menemukan eksistensinya dalam ini menjadi nilai sendiri bagi NU dalam kancah politik praktis dengan menjadi partai mendukung proses demokratisasi di Indonesia, politik. secara perlahan namun pasti, NU makin Selanjutnya demokratisasi yang bergaung menunjukkan identitasnya sebagai bagian pasca Orde Baru menjadi wadah yang efektif penting dari percaturan politik Indonesia, walau bekerjanya NU sebagai kelompok civil society tidak secara langsung menjadi bagian dari menunjang berjalannya demokratisasi. Walau di pemerintahan, namun nilai-nilai ke Islaman khas klaim sebagai wadah asal sebuah partai politik Indonesia yang diusungnya terintegrasi jelas yaitu partai Kebangkitan Bangsa (PKB), NU tidak dalam kegiatan politik yang dilakukan oleh secara formal menyatakan diri sebagai bagian dari kader-kadernya baik didalam partai politik, parpol tersebut. NU tetap mempertegas diri legislatif, eksekutif, maupun di organisasi lain sebagai organisasi keagamaan dengan ummat yang dimotori oleh para intelektual NU.[] Islam sebagai basis massanya dan tetap dengan orientasi Islam tradisional yang bergerak secara kultural. Demokrasi juga dianggap sebagai pilihan yang logis ketika menghadapi realitas masyarakat Indonesia yang sangat plural. Prinsip-prinsip tersebut terejawantahkan dalam doktrin teologis, seperti sikap Tasamuh, Tawasuth, I’tidal yang menjadi prinsip utama dalam berorganisasi dan mengantarkan pada terciptanya sebuah kesamaan hak dan kewajiban di antara masyarakat Indonesia dan diharapkan akan mampu menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 63 DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul. Pertumbuhan dan Perkembangan Muhammad Shodik, Mohamad. Gejolak Santri Nahdatul Ulama. Surabaya: Duta Akasara Kota: Aktivitas Muda NU Merambah Jalan Mulia, 2010. Lain. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000. Baso, Ahmad. Civil Society dan Masyarakat Madani. Prasetyo, Hendro, Ali Munhanif, dkk. Islam dan Bandung: Pustaka Hidayah dan Civil Society: Pandangan Muslim Indonesia. LAKPESDAM NU, 1999. Jakarta: PT Gramedia dan PPIM UIN Boland, B.J. Pergumulan Islam di Indonesia 1945 – Jakarta, 2002. 1972. Jakarta: Grafiti Press, terjemahan Rahardjo, M. Dawam. Masyarakat Madani: Agama, Safroedin Bahar, 1985. Kelas Menengah dan Perubahan Sosial. Jakarta: Effendy, Bahtiar. Repolitisasi Islam: Pernahkah Islam LP3ES, 1999. Berhenti Berpolitik?. Bandung: Mizan, 2000. Ubaedillah A. dan Abdul Rozak. Demokrasi, Hak Hikam, A.S., Muhammad. Demokrasi dan Civil Azasi Manusia dan Masyarakat Madani. Society. Jakarta LP3ES, 1999. Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2010...... “Nahdatul Ulama, Civil Society, dan Wahid, Abdurrahman. “Intelektual di Tengah Proyek Pencerahan”. Dalam kata Eksklusivisme”. Dalam Prisma, No. 3 XX, pengantar Ahmad Baso, Civil Society versus 1991. masyarakat Madani; Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam Indonesia (Bandung: Pustaka Hidayah dan LAKPESDAM NU, 1999). Muzadi, Hasyim i. Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan Bangsa . Jakarta: Logos, 1999. M. Masyhur Amin. NU dan Ijtihad Politik Kenegaraannya. Yogyakarta, Al Amin Press, 1996.

64 Kontribusi NU Sebagai Organisasi ... TOPIK INTERPRETATIVE UNDERSTANDING TERHADAP MAKNA SIMBOL AL-FATIHAH DALAM AMALIAH TASHARRAFUL FATIHAH PADA MASYARAKAT BANTUL, YOGYAKARTA

I M A M M U H L I S & F A T H O R R A H M A N*)

ABSTRAK Kegiatan Tasharruful Fatihah merupakan salah satu ritual keagamaan (amaliah) yang tumbuh berkembang di lingkungan warga Nahdliyin (NU), di Kabupaten Bantul sebagai sarana pengabdian, penyembahan, dan penghormatan kepada Allah SWT. Amaliah ini menjadikan Al-Fatihah sebagai bacaan utama. Prosesi ritual keagamaan tersebut dipandang sebagai simbolisme dengan meyakini bahwa apa yang dilakukannya hanyalah sebuah cara kerja lain untuk sampai kepada yang Maha Kuasa. Rangkaian ritual tersebut menjadi salah satu sumber penyemangat lahirnya gerakan beribadah kepada Allah SWT. Kajian ini menghasilkan rekomendasi bahwa kegiatan amaliah Tasharruful Fatihah yang dimotori para tokoh Nahdlatul Ulama adalah sebagai upaya mendialektikan antara Islam dan budaya lokal dalam satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, meskipun antara keduanya terdapat dasar-dasar prinsip lain yang membedakan sumber ajaran keislaman dengan sumber tradisi kemasyarakatan.

KATA KUNCI: Tasharraful Fatihah, Amaliyah, Bantul, Interpretative Understanding

ABSTRACT Tasharruful Fatihah is one of religious rituals growing in Nahdatul Ulama (NU) surroundings at Bantul regency as a means of devotion, worship, and reverence to Allah the Almighty. This ritual recites al-Fatihah as the primary reading. This ritual procession is barely seen as a symbol of belief that it is a different method to be closer to the Almighty. The series of this ritual becomes one encouraging source for a worship movement towards Allah. This study recommends that Tasharruful Fatihah initiated by some NU leaders is an attempt of dialoguing Islam with the local culture as an inseparable unity. Nevertheless, there are fundamental differences in the source of Islamic teachings versus the source of social traditions.

KEY WORDS: Tasharruful Fatihah, rituals, Bantul, Interpretative Understanding

A. PENDAHLUAN dilihat dari segi posisinya surat Al-Fatihah berada Al-Fatihah berasal dari kata fataha-yaftahu- pada bagian awal yang mendahlului surat-surat fathah yang berati pembukaan dan dapat pula lain di dalam Al-Qur’an.1 Surah ini terdiri dari berati kemenangan. Dinamai demikian karena tujuh ayat dan menurut mayoritas ulama diturunkan di Mekah, meskipun ada sebagian *) Imam Muhlis: Alumnus Magister Ilmu Hukum Univ. Gadjah Mada, e-mail: [email protected]; Fathorrahman: [Dosen Fak. yang mengatakan diturunkan di Madinah. Syari’ah & Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta], e-mail: [email protected] **Naskah diterima Maret 2015, direvisi April 2015, disetujui 1 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja untuk diterbitkan Mei 2015 Grafindo Persada, 2009), hlm. 14.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 65 Sementara yang lain, berpendapat bahwa surat Surat Al-Fatihah ini menjadi sebuah bacaan ini diturunkan dua kali, setengahnya diturunkan yang mengandung banyak arti dan tujuan. Ia di Mekah ketika turun perintah salat, dan bisa berbentuk obat—secara spiritual—jika dibaca setengahnya lagi diturunkan di Medinah ketika untuk permohonan kesembuhan penyakit, atau turun perintah pengalihan kiblat dari ia bisa juga berbentuk keselamatan yang menghadap Baitul Maqdis menjadi ke arah dibacakan untuk dirinya agar terhindar dari Masjidil Haram.2 segala macam malapetaka, bahkan ia pun bisa Secara teologis, surat Al-Fatihah menjadi berbentuk perantara pahala (washilah al-tsawbi) penanda bacaan Ilahiyah yang diyakini sebagai yang dibacakan bagi orang mati dalam sebuah doktrin emanasi oleh setiap ummat Islam. Al- acara tahlilan. Fatihah pada potongan pertama ayat-ayatnya Dalam konteks sosiologis, surat Al-Fatihah mengandung ajaran tauhid yang utama, menjadi makna simbol keagamaan yang sehingga Al-Fatihah tampak fokus pada keEsaan diarahkan kepada konteks tertentu sesuai dengan Allah dan hak-Nya untuk disembah dengan maksud dan tujuannya. Tidak heran jika banyak penuh ketulusan oleh seluruh makhluk-Nya. kalangan yang menggunakan Al-Fatihah sebagai Dalam ranah interpretasi Al-Qur’an, surat sarana penghubung (washilah) antara apa yang Al-Fatihah sering dianggap sebagai mukaddimah diinginkan dengan sesuatu yang terwujud. Bagi Al-Qur’an yang dapat memberikan benang merah kalangan masyarakat Nahdliyin (NU), misalnya, ajaran Al-Qur’an. Surat ini dinamakan Al-fatihah yang terbiasa dengan kegiatan amaliah,—selalu (pembuka) karena secara tekstual ia memang menjadikan Al-Fatihah sebagai sumber energi merupakan surat yang membuka atau mengawali yang mampu menyibak tabir ketidak-terbatasan Al-Qur’an. Selain Al-Fatihah, surat ini juga melalui jargon washilah yang dilekatkan kepada dinamakan oleh mayoritas ulama dengan Ummul figur-figur tertentu yang dianggap asketis,6 dan Kitab (induk kitab).3 Surat ini memang bukan mereka menjadikan Al-Fatihah sebagai amalan surat yang pertama kali diturunkan, karena surat utama dalam setiap rangkaian amaliahnya. yang pertama kali diturunkan adalah surat Al- Di lingkungan warga Nahdliyyin (NU), Alaq.4 salah satu amaliah yang menjadikan Al-Fatihah Sementara dalam konteks pengamalan surat sebagai bacaan utama tersebut adalah Tasharraful Al-Fatihah, masing-masing ummat Islam juga Fatihah yang telah berlangsung sejak 19 tahun berbeda-beda. Sebagian ada yang sekadar silam di Desa Wonokromo, Kabupaten Bantul, meyakininya sebagai tanda bacaan pembuka Al- Yogyakarta, yang diikuti oleh ribuan jama’ah dan Qur’an semata yang tidak mempunyai pengaruh diselenggarakan setiap malam Kamis, di bawah apapun bagi dirinya, sedangkan sebagian yang pimpinan KH. Abdul Khaliq Syifa. Kegiatan lain meyakini bahwa Al-Fatihah sebagai doktrin amaliah ini banyak menggunakan Al-Fatihah spiritualitas, yang bila membaca surat Al-Fatihah sebagai prosesi ritual dengan serangkaian akan merasakan suasana batin yang berbeda dari pembacaan yang diperuntukkan bagi pribadi sebelumnya, bahkan ada yang meyakini bahwa seseorang yang hadir, diperuntukkan bagi orang surat Al-Fatihah sebagai obat, baik obat jasmani lain yang masih hidup, dan diperuntukkan bagi maupun rohani. Imam Fakhruddin ar-Razi dalam orang lain yang sudah meninggal dunia. Mafatihul Ghaib-nya juga berpendapat bahwa Kegiatan Tasharraful Fatihah tersebut surat Al-Fatihah dapat meringankan seseorang merupakan salah satu ritual keagamaan (amaliah) dari siksa kelak di akhir zaman.5 dalam kehidupan masyarakat Bantul yang dilakukan dalam rangka pengabdian, penyembahan, dan penghormatan kepada Allah

2 Imam al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, (Kairo: SWT., yang diimani dan ditegaskan dalam Maktabah Taufiqiyyah, t.th., Juz I), hlm. 122. rumusan washilah guna mendekatkan suasana 3 M. Quraish Shihah, Tafsir al aMisbah, Juz I, (Jakarta: Lentera emosional antara yang mati dengan yang hidup, Hati, 2008), hlm. 78. 4 Muhammad bin Bahadur bin Abdullah az-Zarkasyi, Al- antara yang sehat dengan yang sakit, antara yang Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1391 H, juz 1), hlm. 206. 5 Imam Fakhruddin ar-Razi, at-Tafsir al-Kabir, (Kairo: 6 Munawar Abdul Fatah, Tradisi Orang-orang NU, Maktabah Taufiqiyyah, t.th., Juz I), hlm. 180. (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011), hlm. 316-317.

66 Interpretatif Understanding ... miskin dengan yang kaya, antara yang susah masyarakat di Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan yang bahagia, dan antara siapapun yang yang banyak mengkolaborasikan antara ajaran mengalami berbagai macam situasi, serta didoakan keislaman dengan tradisi lokal. Setidaknya, melalui rangkaian bacaan Al-Fatihah. sebuah prosesi ritual yang melingkupi amaliah Amaliah Tasharraful Fatihah ini tidak hanya Tasharraful Fatihah melalui tiga gradasi pemetaan mengusung skema ajaran keislaman yang bacaan al-Fatihah ke dalam tiga fragmen di atas, mengacu kepada ketentuan Sunnah Rasul. bisa dipahami sebagai rangkaian simbolik yang Namun amaliah ini mengkolaborasikan antara menegaskan makna tersendiri yang tidak bisa ajaran keislaman dan tradisi yang sarat dengan dipahami melalui cara pandang literalistik, apalagi ritus kebiasaan masyarakat terdahulu. Hal ini amaliah Tasharraful Fatihah, lebih banyak bisa dilihat dari prosesi acara yang dilingkupi menggunakan bacaan Al-Fatihah sebagai sarana oleh tahapan pembacaan Al-Fatihah sebanyak 41 utama dalam amaliah untuk mampu menarik kali yang dibagi dalam tiga fragmen, pertama, Al- perhatian ribuan orang yang rela hadir setiap Fatihah untuk para leluhur, kedua, Al-Fatihah malam Kamis. untuk orang lain, baik yang sedang mengalami gangguan kesehatan, kesusahan, duka cita, dan B. INTERPRETATIVE UNDERSTANDING: SEBUAH lain sebagainya. Ketiga, Al-Fatihah untuk dirinya KERANGKA TEORI yang menginginkan kebahagiaan hidup baik di Dalam pendekatan sosiologi, terdapat tiga dunia maupun di akhirat kelak. Selanjutnya, paradigma yang melingkupi dasar pemikiran, setelah pembacaan Al-Fatihah selesai, maka yaitu fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku masing-masing jama’ah larut dari suasana sosial.9 Dari ketiga paradigma ini, yang paling emanasi yang meniupkan nafasnya ke dalam tepat sebagai kerangka teoritik untuk sebotol air yang dibawa oleh para jama’ah.7 menjelaskan kegiatan amaliah Tasharraful al- Prosesi ritual seperti itu bagi sebagian Fatihah ini adalah teori definisi sosial yang kalangan dianggap terlalu melebih-lebihkan dikembangkan oleh Max Weber. Teori ini sebuah ajaran keislaman, bahkan tidak jarang mengarahkan sebuah paradigma untuk beberapa kalangan yang tidak sepakat dengan memahami tindakan sosial antar hubungan prosesi tersebut dan menganggap sebagai praktek sosial, di mana “tindakan yang penuh arti” itu bid’ah yang sesat (bid’ah sayyi’ah). Kalangan yang ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. tidak sependapat dengan prosesi tersebut Untuk mempelajari tindakan sosial, Weber menggunakan cara pandang literalistik dalam menganjurkan metode analitiknya melalui memahami sebuah ajaran keagamaan. Sementara penafsiran dan pemahaman (interpretative sebagian kalangan berpendapat bahwa ritual understanding).10 keagamaan yang menyertai prosesi tradisi yang Metode interpretative understanding berfungsi menggunakan cara pandang simbolisme dengan untuk menangkap makna maupun pesan yang meyakini bahwa apa yang dilakukannya terkandung di balik teks maupun konteks. Dalam hanyalah sebuah cara kerja lain untuk sampai konteks ini, Talcott Parson mengatakan bahwa kepada yang Maha Kuasa—dalam bahasa Paul setiap orang mempunyai keterbatasan untuk Tillich, disebut The Ultimate Concern.8 mengetahui makna sebuah perilaku seseorang Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk bila dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang mengetahui fenomena keberagamaan suatu hanya mendeskripsikan urutan kejadian lahiriah.11 Padahal, masing-masing individu 7 Cara demikian banyak dilakukan oleh para pendahulu yang mempunyai landasan motivasional yang beragam menyemburkan air kepada benda-benda tertentu yang diyakini dalam mengarahkan dan mengerahkan bisa menjadi sarana penolak balak. Cara ini diyakini sebagai sarana transfer energi positif kepada air yang bila diminum akan memberikan dampak psikologis yang lebih baik. Terkait dengan perubahan sifat air ini, bisa dibaca dari hasil penelitian orang 9 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Jepang yang dikenal sebagai the power of water. Ganda, terj. (Jakarta: Rajawali Pers, 2002). 8 Paul Tillich, Teologi Kebudayaan: Tendensi, Aplikasi, 10 K.J, Veeger Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Komparasi, Terj. (Yogyakarta: Ircisod, 2002), hlm. 63. Lihat juga, Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Markus Hildebrandt Rambe, “Penuntun Simbol-simbol Ibadah Sosiologi, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 176-180. Kristen: Sebuah Ensiklopedi Dasar”, Jurnal STT Intim, Makassar 11 Talcott Parson, The Structure of Social Action, (The Free Edisi Khusus 2004, hlm. 24. Press, Paperback Edition, 1968), hlm. 583.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 67 perilakunya. realitas yang dihadapi manusia tidak pernah Interpretatif understanding sangat urgen sebagai dikenal dalam keseluruhannya. Apa yang dikenal landasan teoritik untuk menjelaskan sebuah selalu bergantung dari segi pandangan atau obyek kajian secara komprehensif yang tidak pertanyaan yang diajukan. Maka, ilmu sekadar mempelajari relasi-relasi lahiriah semata pengetahuan yang hadir pada suatu saat bagi realitas sosial, tetapi juga menjabarkan bergantung kepada reproduksi pandangan dan perilaku seseorang yang bisa dipahami dari dalam, cara pandang seseorang terhadap persoalan yang bersifat historis, dan selalu mempunyai dihadapinya.15 hubungan dengan kebudayaan.12 Namun Kedua langkah yang menjadi penyangga demikian, teori yang dikembangkan oleh Max teori interpretatif understanding tersebut, tidak Weber ini tidak bermaksud untuk larut dalam berhenti dengan menafsirkan arti subyektif— dunia subyektivisme an sich maupun penelusuran perikelakuan menjadi langkah pertama—dan kesesuaian makna perilaku seseorang yang total memahaminya melalui tipe-tipe ideal—menjadi seratus persen, tetapi melalui teori ini Weber langkah kedua,—namun Weber hendak bermaksud mengembangkan pendekatan merumuskan pula keterangan kausal,16 antara sosiologi yang bisa menduduki posisi antara kedua langkah tersebut yang menyingkap relasi kedua kutub ekstrem.13 Secara epistemologis, sebab-akibat yang terungkap dalam proposisi- aliran sosiologis ini juga dikembangkan bertitik proposisi. Maka, menurut Weber, sosiologi yang tolak dari kenyataan historis dan mengarah patut dikembangkan sebagai epistemologi ilmu kepada pembentukan konsep-konsep, lalu sosial tidak hanya mempermasalahkan apa yang bertolak dari konsep-konsep kembali kepada sebenarnya terjadi, tetapi juga mengungkap kenyataan historis.14 mengapa hal itu terjadi.17 Karena itu, definisi Secara taksonomis, teori interpretatif sosiologi yang terbangun dalam pemikiran Weber understanding disusun dalam dua langkah untuk adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mempersatukan unsur-unsur eksistensial batiniyah memahami kelakukan sosial melalui berupa arti maksud dengan unsur-unsur penafsirannya. relasional yang bersifat lahiriah. Pertama, seorang Posisi teori interpretative understanding yang sosiolog harus memahami arti yang oleh pelaku dapat memainkan peran penting sebagai diberi kepada kelakuannya. Dalam posisi ini, pengatur perikelakuan sosial juga meliputi cara seseorang harus bisa menyingkap arti dari maksud suatu kelakuan seseorang, supaya orang 15 Dalam hal ini, Max Weber membuat klasifikasi tipe ideal ke lain bisa memahami apa yang menjadi kehendak dalam tiga kategori sebagai representasi rumusan konsep, yaitu seseorang tersebut. pertama, tipe ideal yang hendak menyusun kembali suatu fenomina historis dan partikuler dalam keseluruhannya Kedua, pengertian atau pemahaman yang berdasarkan ciri-ciri yang dianggap relevan. Kedua, menyangkut telah diperoleh, perlu diterjemahkan ke dalam bagian-bagian yang membentuk kategori pertama. Seperti yang konsep-konsep. Dalam kaitan ini, konsep bukan berkaitan dengan tiga tipe wewenang yaitu, kharismatik, tradisional, dan rasional. Ketiga, memuat konstruksi-konstruksi merupakan foto copy dari realitas, melainkan suatu konseptual yang merasionalisir salah satu tipe kelakuan tertentu, abstraksi dan konstruksi oleh pikiran, karena seperti free enterprise. Lebih jelas dapat dibaca, Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia, 1994), hlm. 217-218. 16 Namun demikian, relasi-relasi kausal dalam sosiologi tidak 12 K.J, Veeger Realitas Sosial....hlm. 177. bersifat deterministis seperti halnya ilmu alam. Karena sosiologi 13 Hal ini serupa dengan pengalaman Max Weber yang lain tidiak pernah bisa meramalkan dengan kepastian 100% sebuah ketika berupaya meredam perseteruan dan persitegangan antar peristiwa yang akan terjadi. Dalam hal ini, bersifat umum, analisis- bidang ilmu, yaitu ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu humaniora yang analisis sosiologi dapat menghasilakn suatu probabilitas yang sama-sama bersikukuh dengan pendirian disiplin tunggalnya kurang lebih besar. Selain itu, sosiologi dapat menyingkap hal- melalui metode ideografik satu sisi dan nomotetik di sisi yang hal yang mungkin sekali akan terjadi. Dan seluruh pemikiran lain. Lalu, Weber menggulirkan proyek kompromisasi untuk kausal Max Weber diungkapkan dalam kata “probabilitas”. Lebih membawa kedua kutub metode tersebut ke dalam satu atap (to jelas dapat dibaca, K.J, Veeger Realitas Sosial...hlm. 186-187. bring nomothetic and ideographic under one roof) sebagai solusi 17 Orientasi pemikiran Sosiologi Max Weber yang demikian untuk meredam pertentangan keduanya. Lebih jelasnya, dapat telah termanifestasikan dalam salah satu karya monumentalnya, dibaca dalam Heru Nugroho, “Pengilmiahan dan Ambiguisitas The Protestan Ethic and Spirit Capitalism. Dalam buku ini, Weber Sosiologi”, dalam Yulia Sugandhi, Rekonstruksi Sosiologi Humanis menjelaskan suatu sinnzusammenhang antara semangat yang Menuju Praksis (Yogyakarta: Pustaka pelajar kerjasam CCSS, mendasari kapitalisme dan etik Kalvin yang meresapi sebagian 2002), hlm. x-xx. umat Protestan pada suatu tahap dalam sejarah. Baca, K.J, Veeger 14 K.J, Veeger Realitas Sosial...hal. 178. Realitas Sosial...hlm.186.

68 Interpretatif Understanding ... pandang (world view) seseorang terhadap interpretative understanding pada niat subyektif perikelakuan sosial yang akan dipahami sebagai aktor,24 ketika terlibat dalam pergumulan norma yang diyakini dan diterima oleh pranata perikelakuan sosial, relasi sosial, dan interaksi sosial. Sehingga, apakah seseorang sosial. Bahkan pranata sosial yang mengatur menginginkan sebuah struktur sosial yang bisa sebuah norma dan konsep-konsep tentang memberikan kebaikan di satu sisi, dan keburukan pranata tersebut—di level paling bawah maupun di sisi lain bagi kehidupannya,—bergantung level paling atas—tidak lepas dari anatomi kepada cara dia memainkan model penafsirannya subyektivisme yang memproduksi tindakan.25 dalam memahami perilaku sosial itu sendiri. Pada posisi ini, Weber menempatkan individu Teori interpretative understanding yang menjadi sebagai batas teratas dan pembawa tingkah laku point of view pemikiran sosiologi Max Weber lebih yang bermakna.26 banyak menaruh perhatian kepada sebuah proses Oleh karena itu, secara epistemologis teori yang berlangsung dalam individu-indvidu, interpretative understanding dikategorikan sebagai meskipun dia tidak melupakan hasil terakhir dari sosiologi interpretatif yang selalu mendekatkan perbuatan. Sementara pemikiran sosiologi Emile cara pandang sosialnya dengan menggunakan Durkheim lebih memfokuskan kepada hasil dari pemahaman dan penafsiran untuk melakukan sebuah proses, seperti pranata, meskipun juga dia rekonstruksi makna di balik kejadian atau tidak melupakan komponen individual di peristiwa yang menghasilkan struktur-struktur dalamnya.18 dan bentukan sosial.27 Melalui teori ini, maka Dalam terminologi lain, interpretatif kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah dapat understanding disebut pula sebagai Verstehen.19 Terma dianalisis guna mencermati lebih jauh tentang ini merupakan metode analitik untuk memahami signifikansi dan fungsi kegiatan amaliah ini yang fenomena sosial yang berkaitan dengan sifat dilaksanakan secara kolektif dan mempertemukan realitas sosial,20 melalui tindakan rasionalisasi situasi diri dan kondisi sosial yang cukup terhadap perubahan sosial dan untuk beragam. mengkarakterisasi persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat modern.21 Selain itu, C. KHASIAT DI BALIK TUJUH AYAT SURAT verstehen juga dapat digunakan untuk memahami AL-FATIHAH sifat manusia dalam mengekspresikan nilai-nilai Allah SWT. tidaklah menciptakan sesuatu tertentu dalam hidupnya dan pranata sosialnya.22 dengan sia-sia, tanpa makna dan rahasia. Tidak Di samping itu, interpretatif understanding atau ada satupun hal yang Allah SWT ciptakan atau Verstehen menjadi sarana untuk memahami relasi yang Allah SWT susun kecuali terkandung sosial yang diekspresikan dalam kontak antara makna dan rahasia di baliknya, termasuk salah kedua belah pihak dan mencoba memahami satunya adalah surat Al-Fatihah. Banyak rahasia maksud yang tersirat di antara keduanya. Secara yang terkandung dalam surat Al-Fatihah ini, tegas, Weber menyatakan bahwa dalam sebuah mulai dari segi jumlah ayatnya, susunannya, interaksi, bukanlah struktur-struktur sosial atau sampai isi kandungannya. Semua rahasia ini peranan-peranan sosial yang pertama-tama dicoba untuk digali dan dipelajari oleh para menghubungkan orang dan menentukan isi ulama. corak kelakuan mereka, melainkan arti dan Paling tidak, ada beberapa keutamaan surat maksud yang dikenakan orang kepada kelakuan Al-Fatihah, pertama: membaca surat Al- mereka.23 Fatihah adalah salah satu rukun dalam salat. Dalam hal ini, Max Weber membatasi Dengan demikian, ia pun selalu dibaca dalam setiap salat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: 18 Ibid., hlm. 194. 19 Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Fungsionalisme Hingga Post-Modernisme, (Jakarta: Obor, 2010), hlm. 114. 20 Ralph Schroeder, Max Weber: Tentang Hegemoni Sistem 24 Max Weber, Sosiologi, terj, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Kepercayaan, terj. (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 3-4. 2009), hlm. 69. 21 Ibid., hlm. 5. 25 Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial..... hlm. 114. 22 Ibid., hlm. 6. 26 Ibid., hlm. 65-66. 23 K.J, Veeger Realitas Sosial...hlm. 175. 27 Ibid., hlm. 115.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 69 Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca ? dia bilang : saya tidak mengobatinya kecuali dengan Surah Al-Fatihah (H.R. Ibnu Hibban).28 bacaan ruqyah surah al-Fatihah. Kami sarankan padanya agar tidak menceritakan hal ini atau nanti kita Keutamaan kedua adalah bahwa Al-Fatihah tanyakan saja masalah ini kepada Rasulullah Saw. merupakan surat paling agung dalam Al-Qur’an. Tatkala kami tiba di Madinah, kami menyampaikan Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad hal itu kepada beliau. Lalu beliau berkata, “Siapa yang SAW: mengajarinya bahwa al-Fatihah adalah bagian dari bacaan ruqyah. Kalau begitu, bagi-bagi saja hadiahnya. Dari Abu Sa’id bin al-Mu’alla, ia berkata, Saya Jangan lupa untuk saya.30 sedang salat, lantas Nabi SAW memanggilku, dan aku tidak menyahut panggilan beliau. (Usai salat), aku pun Mengenai surat Al-Fatihah yang dapat menemui beliau dan berkata, “Ya, Rasulullah, saya menyembuhkan berbagai penyakit, ada beberapa sedang salat.” Beliau lalu bersabda, “Bukankan Allah pendapat di dalam kalangan para Ulama besar berfirman: [Hai orang-orang yang beriman, penuhilah Islam. Pokok perbedaan pendapat itu berkisar seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru pada hadits yang tersebut di atas ini dan beberapa kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada ayat Al-Qur’an di bawah ini: kamu (QS. Al-Anfal: 24)?”] Kemudian, beliau kembali “Hai manusia, sesungguhnya telah datang bersabda, “Maukah kau kuajari sebuah surat yang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, dan penawar paling agung dalam Al-Quran sebelum kamu keluar (obat) bagi penyakit yg ada di dalam dada, dan dari masjid nanti?” Maka beliau pun berjalan sembari sebagai penyejuk dan rahmat bagi orang orang menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir yang beriman”.31 keluar masjid, aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, Anda tadi telah bersabda, ‘Aku akan mengajarimu “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu sebuah surat paling agung dalam Al Quran?’” Maka yangg jadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beliau bersabda, “(Surat itu adalah) Alhamdulillaahi beriman, dan bagi orang-orang yang zhalim tetaplah Rabbil ‘alamiin (surat Al Fatihah), itulah As Sab’ul merugi”.32 Matsaani (tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam “Katakanlah, Al-Qur’an itu sebagai petunjuk dan salat) serta Al Quran Al ‘Azhim yang dikaruniakan penawar (obat) bagi yang beriman”.33 kepadaku”.29 Keutamaan ketiga adalah bahwa Al-Fatihah Oleh karena itu, ayat-ayat dan hadits yang merupakan surat sebagai do’a penyembuh tersebut di atas ini, semua ulama sepakat bahwa penyakit (rukyah). Hal ini berdasarkan sabda Nabi Al-Qur’an itu dapat menjadi obat. Tetapi obat Muhammad SAW: apa? Mereka berlainan pendapat. Ada di antara Dari Abu Said al-Khudri r.a. ia berkata, “Ketika mereka mengatakan sebagai obat dari penyakit- kami melakukan perjalanan jauh, lalu kami singgah di penyakit batin (rohani) saja, tidak dapat menjadi sebuah perkampungan. Lalu tiba-tiba datang seorang obat dari penyakit-penyakit jasmani. Tetapi budak perempuan sambil berkata, tetua kampung kami Ulama yang lain mengatakan, bisa menjadi obat sedang sakit, apakah di antara kalian ada yang bisa ? bagi penyakit-penyakit rohani dan sekaligus Lalu salah seorang di antara kami bangkit dan jasmani.34 sebelumnya ia tidak memiliki pengalaman mengobati. Itulah faidah surah Al-Fatiah sebagai bagian Ia lalu membacakan baca’an ruqyah padanya hingga dari aya-ayat Al-Qur’an sebagai karya yang tetua kampung tersebut sembuh. (sebagai hadiah) ia sangat orisinil yang bermakna sebagai petunjuk diberikan 30 kambing dan kami juga dijamu dengan bagi umat manusia.35 Di dalamnya tidak ada susu segar. Ketika ia kembali, kami bilang kepadanya, kamu memang bisa meruqyah atau pernah meruqyah 30 HR. Bukhari. 31 QS. Yunus : 57. 28 Muhammad bin Hibban bin Ahmad Abu Hatim, Shahih Ibn 32 QS. Al-Isra : 72. Hibban, juz 5, (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1993), hlm. 81. 33 QS. Fusshilat : 44. 29 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al- 34 Fakhruddin Ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, juz I, (Beirut: Dar al- Mughirah al-Ja’fi al-Bukhari, Al-Jami’ al-Musnad ash-Shahih al- Kutub al-Ilmiyyah, 2000), hlm. 17. Mukhtashar, juz 12, (Beirut: Dar ath-Thauq an-Najah, 1422 H), 35 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka hlm. 450. Miza, 1983), hlm. 1.

70 Interpretatif Understanding ... keraguan sama sekali, tidak mengada-ada, serta di dunia yang dilakukan dengan cara mereka— tiada kebohongan. Gaya bahasanya sangat khas menghadiri kegiatan Tasharraful Fatihah ini dan memukau, tiada bandingannya dan sangat mencerminkan diskontinyuitas antara proses berbeda dengan syair-syair, tulisan-tulisan atau yang dilakukan dengan tujuan yang hendak apapun yang merupakan hasil buatan dan karya dicapai, karena persoalan dunia bisa dicapai cipta dari manusia, jin, malaikat, hewan maupun melalui kerja rasionalitas. Namun, bila merujuk tumbuhan. terhadap analisa Max Weber, bahwa dalam melaksanakan proses dan menggapai tujuan, Tasharraful Fatihah: Sebagai Bentuk Kegiatan terdapat banya cara yang bisa dilakukan guna Amaliah meneguhkan identitas seseorang untuk Kegiatan amaliah Tasharraful al-Fatihah memperoleh apa yang diinginkan.37 merupakan bagian dari ritual keagamaan dalam Analisa secara sosiologis sebagaimana kehidupan masyarakat beragama di Kebupaten dipaparkan oleh Max Weber, ingin menegaskan Bantul Yogyakarta yang dilakukan dalam rangka bahwa sesungguhnya dalam kehidupan manusia pengabdian, penyembahan, dan penghormatan tidak hanya dipenuhi oleh cara-cara rasional kepada Allah SWT. yang diimani sembari untuk menggapai tujuan yang rasional. Karena, ditegaskan dalam rumusan washilah guna setiap orang mempunyai keyakinan yang mendekatkan suasana emosional antara yang berbeda-beda dalam menterjemahkan sebuah mati dengan yang hidup, antara yang sakit kebahagiaan dan keselamatan yang menjadi cita- dengan yang sehat, antara yang miskin dengan cita mulia setiap orang. Maka, tindakan kreatif yang kaya, antara yang susah dengan yang untuk memahami bangunan ajaran yang ada di bahagia, dan antara siapapun yang mengalami dalam agama Islam bisa dilakukan melalui berbagai situasi yang kurang baik didoakan kegiatan amaliah sebagai sarana untuk mencapai melalui rangkaian bacaan Al-Fatihah. keinginan untuk hidup bahagia dan selamat. Kegiatan ini telah berlangsung sejak 19 tahun Meskipun, bagi sekelompok orang tertentu masih yang lalu di desa Wonokromo, Kab. Bantul yang menganggapnya sebagai tindakan yang terlalu diikuti oleh ribuan jama’ah dan diselenggarakan “mengada-ada” dan tidak berdasar kepada setiap malam Kamis, di bawah pimpinan KH. sumber yang shahih. Abdul Khaliq Syifa, bahkan pada waktu tertentu, Meskipun demikian, jika merujuk kepada di malam Kamis, kegiatan Tasharraful Fatihah ini beberapa pengalaman orang-orang yang diikuti kurang lebih 10.000 jama’ah yang terdiri meyakini bahwa kegiatan amaliah bisa dari berbagai lapisan masyarakat di Yogyakarta, memberikan dampak kebahagiaan, dan karena yang dengan tulus dan ikhlas mengikuti itu, orang-orang yang meyakininya akan tetap serangkaian acara dalam Tasharraful Fatihah secara mengikuti berbagai kegiatan amaliah, seperti istiqomah. Salah satu warga Bantul bernama ibu Tasharraful Fatihah, sebagai salah satu sarana Jumiati memberi kesaksian bahwa ia merasakan sekaligus pedoman yang bisa membimbing kepuasan spiritual melalui kegiatan Tasharraful kepada jalan yang bisa memberikan kebahagiaan Fatihah, bahkan banyak juga para jama’ah lain yang diridlai Allah SWT. yang memberikan kesan-kesan yang sama Dalam kaitan ini, kebahagiaan yang dialami dengan maksud dan tujuan yang beragam.36 oleh pengikut amaliah Tasharraful Fatihah Keterangan dan kesaksian yang disampaikan merupakan salah satu dampak psikologis—yang para jama’ah yang rutin mengikuti kegiatan memberikan nilai ajaran moral—yang dapat Tasharraful Fatihah ini ingin meneguhkan bahwa mengendalikan perilakunya terhadap antar kegiatan amaliah yang berlangsung secara berkala sesama, sekaligus dampak sosiologis—yang ini sangat memberikan manfaat bagi memberikan nilai ajaran sosial—yang bisa keberlangsungan hidupnya, baik secara materiil menyadarkan pentingnya akan jalinan interaksi maupun immaterial. Meskipun menurut sudut pandang lain, bahwa penggapaian kebahagiaan 37 Heru Nugroho, “Rasionalisasi dan Pemudaran Pesona Dunia”, Pengantar dalam Ralph Schroeder, Max Weber tentang Hegemoni Sistem Kepercayaan, terj. (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 36 Wawancara pada tanggal 23/11/2011. hlm. ix.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 71 sosial yang sehat dalam kehidupan diwujudkan dalam rangkaian kegiatan amaliah bermasyarakat. secara berkelanjutan menjadi kesadaran obyektif Hal ini sejalan dengan analisa sosiologis Max bahwa kegiatan amaliah menjadi keniscayaan Weber tentang sistem kepercayaan dan cara teologis yang dipahami sebagai konstruksi ajaran pandang terhadap ritualisme, bahwa kegiatan keislaman yang baru. amaliah Tasharraful Fatihah menjadi cara pandang bagi jama’ah NU yang bisa memberikan D.PERAN NU DALAM kebahagiaan. Karena itu, kegiatan Tasharraful MENGAKTUALISASIKAN AMALIAH Fatihah, yang sudah berlangsung sejak 19 tahun TASHARRAFUL FATIHAH yang lalu dan hingga saat ini masih digemari oleh Sebuah kegiatan keagamaan baik yang ribuan masyarakat Bantul sebagai salah satu bersumber dari kerangka ajaran keislaman atau kegiataan keagamaan yang bisa mencerahkan bersumber dari tradisi kemasyarakatan maupun kondisi bathiniyah-nya. Manfaat teologis yang bersumber dari kolaborasi antara ajaran didapat dari kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah keislaman dan tradisi kemasyarakatan seperti berupa ketenangan bathiniyah yang yang terjadi pada kegiatan amaliah Tasharraful menunjukkan, bahwa amaliah ini menjadi salah Fatihah ini, bisa berlangsung secara konstan bila satu bagian penting yang turut berkontribusi digerakkan oleh kekuatan personal yang memiliki bagi peningkatan penghambaan manusia kepada kapasitas dan kapabilitas yang dapat dipercaya Allah SWT., dan sarana ibadah untuk sebagai motor penggerak kegiatan tersebut. meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Sehingga mengikutinya meyakini bahwa Sementara dampak sosiologis yang diperoleh kegiatan keagamaan tersebut bisa menjadi solusi dari kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah, bisa alternatif bagi pengembangan dirinya. mempererat hubungan horizonatal antara satu Keberlangsungan kegiatan keagamaan secara jama’ah dengan jama’ah lainnya yang istiqomah serta memberikan nuansa ukhrawi dalam mempunyai beragam profesi tanpa memilah jenis setiap rangkaian acaranya bisa menjadi perhatian profesi tertentu untuk membangun solidaritas utama yang ditetapkan sebagai kebiasaan baru. sosial yang lebih akrab, karena dalam kegiatan Bahkan, masyarakat yang mengikutinya tidak amaliah ini, semua orang yang hadir mempunyai segan-segan menganggap kegiatan amaliah maksud dan tujuan yang sama, yaitu menjalin tersebut sebagai jalan kebenaran yang dapat hubungan sosial yang baik antara satu dengan memuaskan unsur batiniyah-nya, karena muatan yang lain. Nuansa religiusitas yang memadukan religiusitas yang dihadirkan dalam kegiatan antara aspek teologis dan aspek sosilogis ini amaliah tersebut dapat mempengaruhi unsur memberikan kontribusi penting bagi tumbuhnya intrinsik dari dalam hatinya. Pada titik inilah, solidaritas sosial yang genuine, tanpa disekati oleh masyarakat yang akan hadir setiap waktu perbedaan profesi, status, maupun identitas pelaksanaan kegiataan amaliah tidak akan lainnya. diselimuti oleh keraguan terhadap fungsi teologis Kesadaran untuk berperilaku lebih baik atas kegiatan amaliah tersebut, apalagi dalam melalui refleksi ajaran-ajaran keislaman yang kegiatan ini menyiratkan fungsi lain yang disampaikan di dalam kegiatan amaliah dan bernuansa sosial yang dapat mengeratkan berlangsung secara interaktif antara satu dengan emosionalitas keummatan dan kemanusiaan bagi yang lain, bisa dipahami sebagai rangkaian pengikutnya. dialektis yang saling bersinergi—meminjam Dalam konteks ini, daya akseptabilitas analisa sosiolog, Peter L Berger—antara proses masyarakat kepada kegiatan amaliah Tasharraful eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi.38 al-Fatihah, yang sudah berlangsung selama 19 Dengan kata lain, eksternalisasi merupakan media tahun dan mampu dihadiri oleh 5.000 hingga kehendak secara kolektif untuk menentukan cara 10.000 jama’ah mencerminkan kuatnya peningkatan beribadah dalam bentuk amaliah. kepercayaan mereka terhadap kegiatan amaliah Dan cara kehendak yang sudah disepakati dan ini. Meskipun, bila diukur dengan aspek duniawi yang lebih menonjolkan sisi materialitas maupun lainnya, kegiataan amaliah semacam Tasharraful 38 Peter L Berger, Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono, (Jakarta: LP3ES, 1991), hlm. 4-5. al-Fatihah tidak memberikan ruang transaksional

72 Interpretatif Understanding ... yang bisa menjembatani kepentingan sebagai sarana re-charging dan sarana refleksi pengikutnya dengan keuntungan yang ingin sekaligus evaluasi atas segala tindak-tanduknya. diperoleh. Tetapi nihilnya, ruang transaksional Hadirnya kegiatan amaliah Tasharraful yang berbau materialitas ini tidak menghambat Fatihah di Wonokromo, Kab. Bantul yang komitmen mereka yang selalu hadir dalam menyuguhkan suasana sakralitas namun kegiatan Tasharraful Fatihah yang berlangsung memberikan dimensi sosial dalam rangkaian setiap malam Kamis. ritusnya, tidak terlepas dari keberadaan Kyai Abd. Kondisi demikian mengundang pertanyaan Khaliq Syifa. Keterlibatan ulama NU tersebut mendasar bagi peneliti, mengapa kegiatan amaliah secara konsisten mengayomi masyarakat Bantul seperti Tasharraful Fatihah yang berlangsung melalui kegiatan amaliah Tasharraful al-Fatihah,39 setiap malam Kamis ini tetap eksis di tengah menjadi pusat perhatian yang sangat gencarnya serangan modernitas yang banyak mengesankan tersendiri di hati para hadirin menawarkan nilai-nilai materialitas yang serba ketika bacaan Al-Fatihah mengawali serangkaian kalkulasi dan transaksi? Dan bahkan, kegiatan amaliah dan beranjak kepada wejangan yang amaliah ini tidak surut oleh gencarnya kelompok- disampaikan dalam tempo waktu 15 menit sebagai kelompok lain yang selalu melabelisasi kegiatan penutup dari kegiatan amaliah tersebut. amaliah seperti Tasharraful Fatihah ini sebagai Pelaksanaan amaliah Tasharraful Fatihah yang kegiatan ibadah yang sarat dengan bid’ah. hanya menghabiskan waktu 1 jam, dari jam 20:00 Menguatnya respon masyarakat Bantul – 21:00 WIB, memberikan serapan makna yang terhadap kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah mendalam di hati para hadirin. Selain waktu yang rutin berlangsung setiap minggu, tidak kegiatan yang tidak terlalu padat, permulaan lepas dari keterlibatan peran ulama NU yang pelaksanaan acara yang tepat waktu, respon secara rajin, ikhlas, dan sepenuh hati menjalankan masyarakat yang hadir berduyun-duyun kegiatan amaliah ini. Sehingga, apa yang menunjukkan kesan simpatik terhadap kegiatan dilakukan oleh ulama NU berimbas kuat kepada amaliah ini, meskipun jarak tempuh yang dijalani orang lain yang sama-sama membangun oleh sebagian hadirin sangat jauh dari tempat kepedulian yang sama terhadap kegiatan amaliah tinggal, tidak menyurutkan mereka untuk ini. Dalam perkembangan selanjutanya, kegiatan menghadiri Tasharraful Fatihah, bahkan para ini tidak sekadar dipahami sebagai nilai ibadah hadirin yang tiba yang di lokasi acara Tasharraful yang bersifat vertikal semata—sesuatu yang Fatihah, dengan ikhlas menunggu 15 - 30 menit menghubungkan manusia dengan Allah SWT,— sebelum dimulainya acara. namun turut dipahami sebagai nilai sosial yang Gambaran suasana para jama’ah yang hadir bersifat horizontal—sesuatu yang dalam kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah menghubungkan manusia dengan manusia tersebut, menunjukkan kesadaran masyarakat lainnya. terhadap penghayatan terhadap pentingnya Kerangka ajaran keislaman yang sebuah ibadah dalam bentuk ritual, meskipun disampaikan dalam kegiatan amaliah Tasharraful format acara kegiatan amaliahnya memasukkan Fatihah ini secara tidak langsung dapat unsur tradisi yang diwariskan oleh para leluhur, memberikan pengaruh bagi tegaknya sebuah terutama yang berhubungan dengan “ngalap eksistensi nilai-nilai keislaman di tengah-tengah barokah” Allah yang dipersonifikasi melalui masyarakat yang sedang dilingkupi oleh wujud lain seperti air yang dibawa oleh para peradaban modern. Amaliah ini mengandung hadirin, mengirim Al-Fatihah untuk ulama, juga unsur kearifan lokalitas—yang menjadi inti syuhada, dan para salafus shaleh lainnya—yang dari tradisi kemasyarakatan—yang banyak cara-cara demikian—dipercaya bisa memberikan mengajarkan pentingnya penghargaan terhadap kekuatan batiniyah dalam menghadapi tantangan arwah leluhur melalui panjatan doa, menghargai hidup. ritualitas yang bertujuan untuk kesembuhan orang sakit, maupun siraman rohani yang diperuntukkan bagi orang yang sedang dilanda 39 Bahkan, beliau juga terlibat aktif di sejumlah kegiatan kesusahan, sehingga banyak jama’ah yang amaliah lainnya yang diselenggarakan di Kab. Bantul. Dan Bantul menjadi salah Kabupaten terdepan di Yogyakarta yang kommit menganggap kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah dengan pelaksanaan kegiatan amaliah ini.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 73 Amaliah Tasharraful Fatihah yang dahulu pernah menjadi sarana penyebaran agama memasukkan unsur kebiasaan masyarakat yang Islam.41 Tentunya, yang dilakukan oleh ulama sudah menjadi tradisi secara turun-temurun ke NU bisa dikategorisasikan sebagai—meminjam dalam kegiatan pengajian yang bermuatan syiar istilah Ali Shari’ati—agent of social change—yang keislaman, seperti Tasharraful Fatihah, sudah memberikan pengetahuan keislaman yang arif barang tentu tidak menafikan keesaan dan dan bijaksana mencermati setiap kebiasaan lama kekuasaan Allah SWT. sebagai Tuhan yang hanya yang ingin dipertahankan dan setiap kehendak satu-satunya patut disembah. Kegiatan amaliah perubahan yang mau diambil untuk sesuatu ini tidak pula mengajarkan kesyirikan yang bisa yang lebih baik.42 mengesampingkan keberadaan Allah SWT. Melalui tata kelola pemahaman keislaman sebagai satu-satunya unsur Dzat yang tidak bisa yang arif, ulama NU di Kab. Bantul banyak dipersandingkan dengan kekuatan apapun. mengajarkan pesan-pesan sosial kepada Nilai-nilai transformatif yang sangat jama’ahnya dengan melansir ajaran-ajaran Islam menonjol di dalam ajaran Tasharraful Fatihah ini yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. adalah sebagai salah satu dinamika amaliah yang Bahkan, banyak motivasi sosial yang diberikan banyak dilakukan oleh komunitas NU, dengan dalam kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah yang maksud dan tujuan untuk mengembangkan bernuansa integrasi inter-personal,43 integrasi wacana fikih baru yang berafiliasi kepada sosial,44 dan integrasi kultural.45 Dengan harapan, khazanah lokalitas. Sebuah wacana fikih lokalitas nilai-nilai tersebut bisa dihayati sebagai salah satu yang disertai dengan rumusan pengetahuan yang pedoman untuk memperbaiki diri dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. lingkungan—disadari atau tidak—telah Rumusan ini—dalam babak-babak berikutnya— mengalami degradasi moral yang secara perlahan diapresiasi dan diadaptasi oleh intelektual NU mulai mengikis karakter keummatan dan sebagai kerangka pemikiran hukum Islam yang kebangsaan. progresif yang pro terhadap kearifan lokal (lokal Bermula dari pesan-pesan luhur yang selalu wisdom). Salah satu contoh adalah lahirnya disampaikan dalam kegiatan amaliah Tasharraful gagasan pribumisasi Islam yang diprakarsai oleh al-Fatihah dapat dianggap sebagai salah satu pemikir besar seperti KH. Abdurrahman Wahid.40 kontribusi besar yang positif bagi tumbuh- Oleh karena itu, berangkat dari kegetiran kembangnya peradaban manusia sejati— kemajuan zaman yang sudah beranjak ke serba sebagaimana yang dicita-citakan oleh agama, modernan ini, maka kegiatan amaliah Tasharraful masyarakat dan negara di masa depan, sehingga Fatihah bisa menjadi oase di tengah samudera ummat Islam bisa menjadi motor penggerak kekeringan yang banyak dialami oleh masing- perubahan di setiap level kehidupannya dan masing individu termasuk orang yang hidup di sekaligus menjadi bagian individu yang selalu desa, pesisir, kampung maupun ranah pinggiran bermanfaat bagi kemasalahatan kehidupan lainnya. Dalam hal ini, kehadiran figur ulama NU manusia secara umum. yang senantiasa tulus mendampingi masyarakat dengan kegiataan keagamaan bisa menjadi potret 41 bakti sosial terbarukan di tengah kuatnya Sebagaimana yang dilakukan oleh Waling Songo. Di antaranya Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang yang memadukan keengganan masyarakat untuk terlibat aktif unsur tradisi Jawa ke dalam pelaksanaan ajaran Islam. Lihat, Wiji dalam acara pengajian maupun amaliah dalam Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa: Telaah Atas Metode Dakwah Walisongo, (Jakarta: Mizan, 1999), hlm. 28. ruang publik. 42 Hal ini terkandung dalam sebuah adagium yang berbunyi Kegiatan amaliah yang banyak dipelopori “al muhafadlah ‘ala qodim al shaleh wal akhdzu bil jaded al aslah”. oleh ulama NU meniscayakan sebuah seruan 43 Seperti menjalin hubungan yang baik antara satu dengan yang lain melalui cara komunikasi yang santun, ramah, elegan, revitalisasi ajaran keislaman yang bisa dan asertif, meskipun berhadapn dengan situasi konfliktual. menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang 44 Seperti cara bersosialisasi yang rukun antara satu kelompok dengan kelompok yang lain tanpa mengedepankan perasaan lebih menonjolkan dirinya dan melemahkan orang lain ketika berhadapan dengan perbedaan. 45 Seperti menghargai nilai-nilai budaya dan kebiasaan yang 40 Abdurrahman Wahid, Pribumisasi Islam, dalam Muntaha terdapat dalam suatu suku yang memiliki latar belakang bahasa, Azhari dan Abdul Mun’im Saleh, (ed), Islam Indonesia Menatap gender, dan nilai kemasyarakatan yang melekat pada unsur Masa Depan, (Jakarta: P3M, 1989), hlm. 82. etnisitasnya.

74 Interpretatif Understanding ... E. TASHARRAFUL FATIHAH DAN FIKIH sendiri dan berhak atas pelaksanaan tradisinya LOKAL: SEBUAH TAWARAN TEORITIK DALAM sebagai sumber penerapan hukum Islam.46 KAJIAN FIKIH Dalam konteks ini, sesungguhnya di setiap Hukum Islam (Islamic Law) adalah ketentuan daerah telah terjadi akulturasi timbal-balik antara Ilahiyah yang memuat berbagai aturan perintah ajaran Islam dan budaya lokal yang shahih untuk dan larangan menuju kemasalahatan yang menjadi sumber penetapan hukum Islam. Islam bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Untuk sebagai agama yang universal akan melintasi memahami berbagai ketentuan yang diatur di batas-batas ruang dan waktu dengan berbagai dalam Al-Qur’an dan hadits diperlukan corak tradisi lokal yang berbeda-beda, atau dalam metodologi fiqhiyah (Islamic Jurisprudence) untuk kaidah ushul fiqh diyatakan bahwa: menjelaskan berbagai latar belakang normatif dan “tidak dapat pungkiri bahwa perubahan hukum sosiologis lahirnya aturan-aturan tersebut. karena perubahan zaman47. Supaya maksud dan tujuan dari segala sesuatu Dengan demikian, apa yang menjadi yang diperintah dan dilarang dapat dipahami oleh kebiasaan sebuah masyarakat perlu diakomodasi umat manusia sebagai asas manfaat yang dapat dengan bijaksana supaya ajaran Islam dapat menunjang bagi lahirnya kehidupan yang lebih dihayati dengan baik sekaligus menjadi way of baik. life yang dapat mengatur cara berperilaku Fakta ini dapat dicermati dari teori-teori masyarakat. penafsiran seperti asbabun nuzul, asbabul wurud, Oleh karena itu, kegiatan amaliah yang nasakh-mansukh, dan lain sebagainya yang menjadi tradisi lokal khas Indonesia, tidak menjelaskan keterkaitan historis antara turunnya sepatutnya dipertentangan dengan cara pandang ayat maupun hadits dengan realitas sosial yang Islam Arabistik, meskipun secara historis kegiatan terjadi saat itu, di mana unsur Arabisme yang amaliah ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi menjadi landasan kultural turunnya ayat-ayat Mahammad SAW. Namun, jika dimunculkan Al-Qur’an dan hadits berpengaruh kuat bagi pertanyaan andaian yang kritis, “seandainya Al- konfigurasi ajaran Islam. Namun yang Qur’an yang diturunkan kepada Nabi menimbulkan pertanyaan krusial dalam kurun Muhammad di Indonesia maka segala unsur waktu berikutnya, seperti saat ini, misalnya, dogmatik yang termuat dalam ayat-ayatnya akan apakah unsur Arabisme tersebut patut menjadi dipengaruhi oleh tradisi ke-indonesiaan, bahkan satu-satunya cara pandang yang harus diikuti hadis-hadis yang mencerminkan segala perkataan dan dilaksanakan dalam kehidupan ummat Islam, dan perilaku Nabi-pun, tidak akan lepas dari meskipun ayat-ayat dan hadits yang sarat dengan karakteristik keindonesiaan pula.” nuansa kultus Arab—terbukti nyata— Dengan demikian, sesungguhnya perilaku bertentangan dengan tradisi lokal yang ada di keberagamaan NU yang berbasis kepada tradisi lingkungannya?. lokal yang selalu memprakarsai lahirnya kegiatan Kondisi inilah yang menjadi basis konflik amaliah tidak dapat dikatakan sebagai model bagi banyak kalangan dan antar kelompok keberagamaan yang menyimpang dari ajaran ummat Islam dalam memahami bangunan islam (bid’ah). Karena kegiatan amaliah tersebut hukum Islam yang semata-mata disandarkan menjadi filter kebudayaan yang berfungsi untuk kepada Al-Qur’an dan hadits. Padahal, para membangkitkan semangat sosial-keislaman ulama terdahulu, seperti Imam Mazhab, telah masyarakat di tengah kuatnya arus modernisasi memberikan contoh penetapan hukum Islam dan globalisai. Apalagi, arus ini banyak yang juga mengacu kepada kebiasaan masyarakat menawarkan cara pandang hedonistik, vulgaristik, setempat. Bahkan, pernah suatu ketika, agar kitab dan selebrisistik sebagai pra-syarat menjadi Al-Muwaththa’, yang ditulis oleh Imam Malik manusia yang “maju”. diminta untuk dijadikan sebagai sumber hukum Pentingnya kegiatan amaliah sebagai filter positif yang akan diberlakukan di seluruh wilayah Islam oleh Abu Ja’far al-Manshur (khalifah Abbasiyah), namun permintaan 46 Husein Muhammad, Spritualitas Kemanusiaan Perspektif Islam tersebut ditolak oleh Imam Malik dengan alasan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2006), hlm. 159. 47 Subhi Mahmasani, Falsafah at-Tasyri’ fi Al- Islam, (Beirut: bahwa setiap masyarakat memiliki tradisinya Dar al ’Ilmi li al- Malayin, 1961), hlm. 201.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 75 kebudayaan dalam era yang serba modern,48 landasan epistemologis untuk merekonstruksi sebagaimana yang telah dilakukan oleh NU di fikih baru yang berbasis kepada kebiasaan (‘adah) Kabupaten Bantul, perlu penyikapan akademik masyarakat yang ditegaskan ke dalam konsep secara lebih intens untuk mengetengahkan fikih lokal.49 Epistemologi fikih lokal yang berbagai upaya rekonstruksi fikih baru yang berlandaskan kepada khazanah lokalitas dapat dapat mengakomodasi persentuhan antara menjadi salah satu kontribusi pemikiran dalam tuntunan Islam dan tradisi lokal yang berbasis bidang hukum Islam yang dapat diproyeksikan kepada kegiatan amaliah, seperti Tasharraful sebagai langkah pengembangan kajian fiqhiyah Fatihah. Karena, secara asasi fikih merupakan yang cukup luas. Namun hal ini bergantung sekumpulan hukum yang mengatur hubungan kepada respon pemikir selanjutnya yang manusia dengan Allah SWT., serta hubungannya mempunyai kepedulian yang sama bagi dengan sesama makhluk. Maka, sebagai salah pengembangan kajian fiqhiyah yang berbasis satu pedoman Islam yang dapat mengendalikan kepada khazanah lokalitas. Tujuannya adalah, seluruh perilaku manusia, dibutuhkan kerangka supaya fikih lokal menjadi kajian akademik yang teoritis yang bisa mensinergikan antara ketentuan bergerak secara dialektis sekaligus berinteraksi normatif dengan kebutuhan sosiologis dalam dengan ruang publik yang lebih luas. menjadikan tradisi sebagai pertimbangan Langkah ini diperlukan, agar fikih lokal mendasar dalam menentukan sebuah produk memperoleh perhatian yang berimbang di antara hukum Islam. Apalagi, cara penyikapan demikian epistemologi fikih yang lain. Sehingga, fikih lokal pernah dilakukan oleh para ulama terdahulu mengalami pengembangan kajian yang melalui rumusan teoretiknya seperti, ‘urf, ‘adah, berkelanjutan (continues improvement) dan dan ijma’ ulama yang mendasarkan ketentuan direkonstruksi sebagai kontribusi pemikiran yang hukumnya kepada khazanah lokalitasnya. inovatif. Cara dan metode seperti itulah, maka Upaya rekonstruksi fikih baru melalui sebuah pengetahuan akan mengalami kegiatan amaliahnya—menjadi kontribusi perkembangan yang cukup pesat dan dapat berharga bagi pengkayaan kajian fiqhiyah (tsarwah dikonsumsi oleh publik sebagai salah satu al-fiqhiyah) di tengah kuatnya arus modernisasi khazanah pemikiran. Terlebih, pengetahuan yang yang menitikberatkan fokus kajiannya kepada berkaitan dengan fikih lokal ini mempunyai ajaran-ajaran praktis, seperti amaliah yang tanggung jawab moral bagi pelestarian tradisi memadukan antara tuntunan ajaran keislaman kemasyarakatan yang berpadu dengan nilai-nilai dan tuntutan tradisi kemasyarakatan. Meskipun, ajaran keislaman itu sendiri. dalam perkembangannya, cara demikian banyak Melalui kesadaran akademis ini juga, maka melahirkan konfrontasi ideologis yang kegiatan amaliah seperti Tasharraful Fatihah akan melibatkan sesama kelompok Islam. Kelompok menjadi salah satu ritus penting yang dapat lain yang tidak setuju dengan cara rekonstruksi membangkitkan kesadaran dan semangat umat fiqhiyah yang dilakukan oleh NU—melalui Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan aktualisasi kegiatan amaliah yang memadukan kemaslahatan. Dan ketika berhadapan berbagai antara tuntunan ajaran Islam dengan tuntutan cara pandang kontradiktif tentang kegiatan penghargaan tradisi kemasyarakatan—lebih amaliah tersebut, maka secara normatif dan memilih untuk mempertahankan cara pandang empiris, fikih lokal dapat menjelaskan signifikansi yang bersifat normatif semata. dan fungsi amaliah bagi peradaban manusia Dalam hal ini, apa yang dilakukan oleh NU modern. Fungsi fikih lokal menjadi salah satu melalui serangkaian kegiatan amaliah Tasharraful pengetahuan hukum Islam kontemporer yang Fatihah menjadi salah satu bagian penting yang mempunyai kesadaran praksis—selain kesadaran merepresentasikan nilai-nilai kebaikan. Karena teoretik-akademik—yang bisa dirumuskan dan itu, kegiatan amaliah yang mengkolaborasikan ditindaklanjuti secara empiris berdasarkan nilai-nilai ajaran keislaman dengan tradisi kebutuhan pengelolaan ritualitas dan spritualitas kemasyarakatan—ini bisa menjadi salah satu umat Islam itu sendiri.

48 Fahmi Hamdi, “Fiqh dan Tradisi Lokal”, Banjarmasin Post, 49 Sahal Mahfud, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS, Jumat, 27 Mei 2011. 2004), hlm. xxiii-iiii.

76 Interpretatif Understanding ... Dalam kaitan ini, maka ritualitas dan tradisi yang berkembang di kalangan spiritualitas selalu disadari sebagai faktor masyarakat Bantul dilakukan melalui elementer bagi umat Islam untuk senantiasa kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah. Animo mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. massif yang berkelanjutan ini tidak terlepas sekaligus menjadi faktor penentu bagi dari kuatnya kesadaran teologis dan penenangan jiwanya di tengah karut-marut kesadaran sosiologis yang dirasakan oleh tiap persoalan duniawi. Dan tidak heran jika jama’ah yang menjadi titik balik kesadaran kemudian dalam momen mujahadah dan baru dalam siklus kehidupannya. Karena, istighotsah, banyak orang yang berpartisipasi kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah yang meskipun harus meninggalkan kepentingan lain memadukan antara nilai-nilai ajaran yang lebih bermanfaat secara material. Karena, keislaman dengan tradisi kemasyarakatan kepuasan jiwa hanya dapat diperoleh melalui ritus menjadi kegiatan ritual keagamaan yang keagamaan yang berbaur dengan tradisi mengekspresikan aspek spiritualitas secara kemasyarakatan, seperti mujahadah, istighotash, kolektif. Dengan kata lain, manfaat teologis serta pengamalan Tasharraful Fatihah secara yang diperoleh dari kegiatan amaliah ini juga berkelanjutan, seperti yang dilakukan menyiratkan manfaat sosiologis yang dapat masyarakat Kabupaten Bantul, Yogyakarta. mengeratkan hubungan persaudaraan antara sesama, sehingga kegiatan amaliah ini F. K ESIMPULAN memberikan nuansa hubungan vertikal dan Berdasarkan penjelasan bab-bab terdahulu horizontal secara sinergis. Oleh karenanya, dapat diambil beberapa kesimpulan untuk kegiatan amaliah yang berlangsung setiap menegaskan hasil penelitian melalui tahapan malam Kamis tersebut tidak surut oleh kesimpulan sebagaimana berikut ini: terpaan kontradiksi yang selalu 1. Al-Fatihah yang dibaca sebanyak 41 kali dalam menstigmatisasi kegiatan ini sebagai bentuk kegiatan Tasharraful Fatihah di Kabupaten ajaran yang sarat dengan bid’ah. Bahkan, Bantul mempunyai dimensi yang saling terpaan tersebut justu menambah energi berkaitan dengan apa yang mereka yakini. soliditas gerakan kolektif untuk Pertama, sebagai penanda (signifikasi) meningkatkan cara beribadah mereka melalui terhadap keyakinan mereka bahwa Al-Fatihah kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah.[] sebagai sumber energi yang mampu menyibak tabir ketidak-terbatasan melalui jargon washilah yang dilekatkan kepada figur- figur tertentu yang dianggap asketis. Kedua, sebagai legitimasi terhadap apa yang mereka inginkan. Dalam hal ini, terbersit keyakinan yang menjadi pedoman dalam mencapai keinginan mereka, bahwa dengan membaca Al-Fatihah dapat memberi ketenangan bathiniyah, sehingga mereka dapat mencapai keinginan tersebut. Ketiga, Al-Fatihah sebagai transformer dominan terhadap semangat yang diyakini menjadi salah satu jalan lempang yang bisa berwujud semacam energi baru yang selalu diyakini bahwa dengan membaca Al-Fatihah, maka segala urusan dapat dengan mudah dicapai. Inilah dimensi Al-Fatihah pada wilayah makna simbolik yang mengemuka dalam kegiatan Tasharraful Fatihah di kalangan masyarakat Desa Wonokromo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. 2. Model penerapan hukum Islam berdasarkan

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 77 DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Muntaha Azhari dan Abdul Mun’im Saleh, (ed), Ibrahim bin al-Mughirah al-Ja’fi al- Islam Indonesia Menatap Masa Depan, Jakarta: Bukhari, Al-Jami’ al-Musnad ash-Shahih al- P3M, 1989. Mukhtashar, juz 12, Beirut: Dar ath-Thauq Markus Hildebrandt Rambe, “Penuntun Simbol- an-Najah, 1422 H. simbol Ibadah Kristen: Sebuah Ensiklopedi Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: Dasar”, Jurnal STT Intim, Makassar Edisi Raja Grafindo Persada, 2009. Khusus 2004. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan M. Quraish Shihah, Tafsir al aMisbah, Juz I, Modern Jakarta: Gramedia, 1994. Jakarta: Lentera Hati, 2008. Fahmi Hamdi, “Fiqh dan Tradisi Lokal”, Max Weber, Sosiologi, terj, Yogyakarta: Pustaka Banjarmasin Post, Jumat, 27 Mei 2011. Pelajar, 2009. Fakhruddin Ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, juz I, Paul Tillich, Teologi Kebudayaan: Tendensi, Aplikasi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2000. Komparasi, Terj. Yogyakarta: Ircisod, 2002. Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, Bandung: Peter L Berger, Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Pustaka Miza, 1983. Sosial, terj, Jakarta: LP3ES, 1991. George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Berparadigma Ganda, terj, Jakarta: Rajawali Fungsionalisme Hingga Post-Modernisme, Pers, 2002. Jakarta: Obor, 2010. Husein Muhammad, Spritualitas Kemanusiaan Ralph Schroeder, Max Weber tentang Hegemoni Perspektif Islam Pesantren, Yogyakarta: Sistem Kepercayaan, terj, Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2006. Kanisius, 2002. Imam al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, Sahal Mahfud, Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta: Kairo: Maktabah Taufiqiyyah, t.th., Juz I. LKiS, 2004. Imam Fakhruddin ar-Razi, at-Tafsir al-Kabir, Subhi Mahmasani, Falsafah at-Tasyri’ fi Al- Islam, Kairo: Maktabah Taufiqiyyah, t.th., Juz I. Beirut: Dar al ’Ilmi li al- Malayin, 1961. K.J, Veeger Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Talcott Parson, The Structure of Social Action, The Hubungan Individu-Masyarakat dalam Free Press, Paperback Edition, 1968. Cakrawala Sejarah Sosiologi, Jakarta: Wiji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa: Telaah Gramedia, 1993. Atas Metode Dakwah Walisongo, Jakarta: Munawar Abdul Fatah, Tradisi Orang-orang NU, Mizan, 1999. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011. Yulia Sugandhi, Rekonstruksi Sosiologi Humanis Muhammad bin Bahadur bin Abdullah az- Menuju Praksis, Yogyakarta: Pustaka pelajar Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an, kerjasam CCSS, 2002. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1391. Muhammad bin Hibban bin Ahmad Abu Hatim, Shahih Ibn Hibban, juz 5, Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1993.

78 Interpretatif Understanding ... TOPIK

PENERIMAAN PARTAI POLITIK ISLAM DI PTAIN: STUDI ATAS PERILAKU POLITIK MAHASISWA DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

C U C U N U R H A Y A T I & H A M K A H A S A N*)

ABSTRAK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah lembaga pendidikan yang merepresentasikan Islam sebagai nilai, agama, ideologi, ritual, dan simbol. Dengan karakter ini, sejatinya partai politik Islam mendapat simpati yang sangat tinggi. Dengan jumlah mahasiswa kurang lebih 25.000, 1000 dosen dan karyawan, seharusnya UIN menjadi basis massa yang empuk bagi partai politik Islam. Tulisan ini membuka fakta lain yang memecahkan asumsi bahwa komunitas Islam adalah sumber suara potensial bagi partai-partai politik Islam. Walaupun tetap diterima sebagai salah satu partai alternatif yang cukup dipertimbangkan, partai politik Islam ternyata tidak mendapat tempat yang cukup penting bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah. Tingkat penerimaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditandai dengan hubungan relasional antara mahasiswa dan partai politik Islam. Dari 450 responden sebanyak 230 atau 51,1% responden menyatakan dirinya bukan bagian dari partai politik Islam, artinya hanya 48,9% mahasiswa yang merasa bagian dari partai politik Islam. Status mahasiswa yang terdaftar dalam partai politik Islam hanya 140 responden dari total 450 responden. Sebanyak 58% mahasiswa menyatakan tidak terdaftar dalam partai politik Islam, artinya hanya 42% mahasiswa yang terdaftar dalam keanggotaan dalam partai politik Islam.

KATA KUNCI: Partai Politik Islam, Perilaku Politik, Mahasiswa

ABSTRACT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta is an institution representing Islam as values, religion, ideology, rituals, and symbols. With these characters, Islamic political parties gain a high sympathy in this institution. Having approximately 25,000 students, 1000 academic and administrative staffs, UIN should have been a mass basis for Islamic political parties. Despite the assumption that Islamic community is a potential vote raiser for Islamic political parties, the parties were not significantly considered by the UIN Jakarta academicians. This study focuses on the students’ acceptance on political parties by their party affiliations. 450 respondents were questioned on this matter and 51,1% of them stated that they are not affiliated or a part of Islamic political parties (while the 48,9% stated that they are). Only 42% of respondents (140 students) are affiliated to Islamic parties, while 58% are not.

KEY WORDS: Islamic Political Party, Political Behavior, Students

*) Cucu Nurhayati (Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta) dan Hamka Hasan (Dosen Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta). Jl. Kertamukti 5 Cirendeu, Jakarta Selatan 15419. Email: ([email protected]); ([email protected]. **Naskah diterima Januari 2015, direvisi April 2015, disetujui untuk diterbitkan Mei 2015.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 79 A. PENDAHULUAN Islam menjadi asumsi kemenangan terhadap Peran Islam dalam perkembangan politik di partai Islam tanpa melihat situasi dan kondisi Indonesia dewasa ini turut menuntun arah internal masyarakat muslim. Selain itu, kajian ini politik negara Indonesia. Maraknya kehidupan bermanfaat untuk menyusun strategi dalam politik Islam ini menunjukkan suatu fenomena memunculkan wajah partai Islam yang yang dapat diberi label repolitisasi Islam. Politik diinginkan oleh masyarakat muslim generasi Islam adalah aktivitas politik sebagian umat Islam muda. Terlahirnya gerakan pembaharuan yang menjadikan Islam sebagai acuan nilai dan berawal dari kaum intelektual yang terdidik dan basis solidaritas berkelompok. mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap Pada tahapan tertentu, peta politik Indonesia agamanya. Maka, dengan demikian, penelitian ini sulit dilepas dari pertarungan kelompok Islam menjadi penting dan bermanfaat dalam rangka versus nasionalis. Polarisasi Islam-nasionalis ini memberikan masukan bagi eksistensi parpol Islam biasanya merujuk pada politik aliran yang di kalangan mahasiswa sebagai agent of social diteorisasi Clifford Geerts pada 1950 an. Inti dari change. teori ini adalah adanya kesamaan ideologis yang Tulisan ini diarahkan untuk mengkaji ditransformasikan ke dalam pola integrasi sosial penerimaan partai politik Islam di lingkungan yang komprehensif mengikuti asumsi politik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, aliran, kelompok abangan yang diidentifikasi apakah sesuai dengan fakta seperti pada pemilu sebagai penganut muslim kurang taat cenderung 1999 dan 2004 atau mengukuhkan asumsi bahwa memilih partai nasionalis, sedangkan kelompok UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi ladang santri dipercaya akan menyalurkan suaranya yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya pada partai Islam. Warga NU lebih nyaman partai politik Islam. Permasalahan yang diajukan mencoblos partai yang dekat dengan NU. dalam penelitian ini adalah: Sebaliknya, pendukung Muhammadiyah dan 1. Sejauh mana tingkat penerimaan partai organisasi modernis lain cenderung memilih politik Islam di lingkungan mahasiswa UIN partai yang berlatar belakang Islam modernis. Syarif Hidayatullah Jakarta? Faktanya, perolehan partai Islam pada 2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemilu 1999 dan 2004 mengalami penurunan jika penerimaan partai politik Islam di lingkungan dibandingkan pemilu 1955. Gabungan partai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? Islam pada pemilu 1955 sebesar 43,7%, sedangkan penelitian ini memiliki 2 sub tujuan, pertama, total suara partai-partai nasionalis sebanyak untuk melihat dan menganalisis secara langsung 51,7%. Pada pemilu 1999, total suara partai Islam perilaku politik mahasiswa UIN Syarif (PKB, PPP, PAN, PK, PKNU) anjlok menjadi Hidayatullah, terutama tingkat partisipasi politik 36,8%. Pada pemilu 2004 lalu, suara partai Islam dan pembagian tipologi politik mahasiswa. Kedua, naik menjadi 38,1%. Perlu dicatat, total suara ini untuk memetakan penerimaan atau penolakan masih memasukkan PAN dan PKB. Jika PAN dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah atas PKB dikeluarkan dari partai Islam, suara partai keberadaan partai-partai politik Islam di Islam lebih sedikit. Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah lembaga pendidikan yang merepresentasikan Kajian literatur Islam sebagai nilai, agama, ideologi, ritual, dan Ada beberapa penelitian yang dapat simbol. Dengan karakter ini, sejatinya partai menjelaskan relevansi antara Islam politik dan politik Islam mendapat simpati yang sangat perilaku politik umat Islam Indonesia. Pertama, tinggi. Dengan jumlah mahasiswa kurang lebih Studi R. William Liddle dan Saiful Mujani yang 25.000, 1000 dosen dan karyawan, seharusnya menyimpulkan politik aliran telah pudar. Tesis UIN menjadi basis massa yang empuk bagi partai Liddle dan Mujani ini didasarkan pada survei politik Islam. Kajian ini menjadi penting untuk 1999 yang menyebutkan bahwa mayoritas memetakan politik Islam di kalangan mahasiswa pemilih PDI Perjuangan (63%) dalam pemilu 1999 yang merupakan penerus bagi keberlanjutan adalah santri. partai politik di masa yang akan datang. Jangan Kedua, studi Dwight Y. King yang sampai ada klaim bahwa mayoritas pemeluk menyimpulkan bahwa politik aliran masih viable

80 Penerimaan Partai Politik Islam ... pada tingkat grassroot. Dengan data hasil pemilu Keempat, penelitian yang dilakukan Hamid 1955 dan 1999, King menyatakan bahwa partai Fahmy Zarkasyi (2013) dalam jurnal Islamia Islam dan Golkar mendapatkan suara di daerah- Republika pada 2014 yang meneliti tentang daerah yang pada tahun 1955 merupakan eksistensi partai politik Islam Indonesia sejak kekuatan utama partai-partai santri (misalnya masa Orde Baru sampai masa Reformasi. Tesis Masyumi, NU). Sementara partai nasionalis, awal yang dibangun dalam penelitian ini adalah seperti PDI Perjuangan mendapatkan dukungan terjadinya titik balik depolitisasi Islam Orde Baru di daerah-daerah yang pada tahun 1955 dimana terjadi kebangkitan gairah politik Islam merupakan lumbung suara partai abangan dan menegasikan jargon terkenal yang (misalnya PNI dan PKI). Jika studi King benar, dikemukakan oleh Cak Nur bahwa Islam Yes, perlu redefinisi politik aliran bahwa parameter Partai Islam No. Peneliti ini menemukan fenomena menjalankan shalat dan ritual lainnya tak lagi yang terjadi pada masa reformasi adalah Islam Yes akurat untuk membedakan afiliasi politik Islam dan Partai Islam Juga Yes, namun perkembangan dan nasionalis. Juga, pertanyaan semisal “Apakah yang terjadi tampak fakta di lapangan Anda sering, cukup, atau tidak pernah menunjukkan bahwa umat Islam belum bisa menjalankan shalat” termasuk kategori socially menerima sepenuhnya eksistensi partai politik desirable. Kalau politik aliran berlaku, seharusnya Islam. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa pada suara partai Islam melonjak pada pemilu 1999 dan 3 pemilihan umum pada masa reformasi, 2004 karena, sebagaimana dalam survei Liddle perolehan suara partai politik Islam tidak dan Mujani (1999), tingkat ketaatan umat Islam menunjukkan angka yang signifikan. Hal ini Indonesia dalam menjalankan ibadah semakin bagi peneliti menunjukkan respon yang tidak tinggi (Burhanuddin: 2013). positif dari umat Islam terhadap keberadaan Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh partai Islam. Dan memunculkan jargon Islam No, Nurhakim (2005), yaitu tentang Pemaknaan Partai Islam Juga No. Dengan menggunakan Agama dalam Partai Politik dalam Konteks Reformasi: referensi dari Dale F. Eicklman dan James Piscatori Studi Perbandingan PPP, PKB, dan PAN. Penelitian dalam Muslim Politics Fahmi Zarkasyi menarik ini dilakukan pada 2005 dimuat dalam Jurnal kesimpulan bahwa partai Islam perlu lebih kuat Humanity, September 2005. Nurhakim menggunakan simbol-simbol agama. Seperti menggunakan metode kualitatif untuk mengkaji yang dikemukakan al-Maududi dan Sayyid Qutb, lebih dalam mengenai penggunaan simbol-simbol penguatan simbol dengan menunjukkan agama untuk menguatkan identitas partai Islam, pemahaman dan pengamalan Islam secara lebih baik dengan perspektif ideologis maupun basis konsisten. Penguatan simbol oleh partai politik massa konstituen. Dari 3 partai Islam yang Islam dilakukan secara struktural maupun dijadikan obyek penelitan, kesimpulannya perilaku yang ditunjukkan oleh elite partai. menunjukkan bahwa muncul 3 persepsi dari Berdasarkan beberapa kajian sebelumnya, penggunaan Islam sebagai identitas politik, yaitu maka kajian tentang penerimaan partai politik PPP memaknai Islam sebagai alat pemersatu Islam di kalangan mahasiswa UIN menjadi bangsa dan motivator pembangunan dan posisi menarik untuk melihat penerimaan parpol Islam agama diintegrasikan ke dalam politik, sedangkan dalam komunitas pemilih muslim dan merupakan PKB memaknai Islam sebagai motivator generasi penerus keberlanjutan masyarakat kebangkitan bangsa secara universal dan posisi muslim. Di dalam masyarakat, individu agama terspesialkan dari politik keduanya berperilaku dan berinteraksi, sebagian dari dipisahkan tetapi masih terkoneksi secara perilaku dan interaksi dapat dilihat dari perilaku kultural. Adapun PAN lebih menekankan pada politik yang berhubungan dengan proses politik. operasionalisasi nilai-nilai Islam sebagai amanat Sebagian lainnya berupa perilaku ekonomi, yang harus diwujudkan dalam konteks nasional keluarga, agama, dan budaya. Sebagai contoh, dan memposisikan agama terpisah dari politik yang termasuk ke dalam kategori ekonomi, yaitu namun nilai-nilai agama diinternalisasikan ke kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, dalam diri pelaku politik kemudian menjual dan membeli barang dan jasa, diobjektivikasikan ke dalam politik praktis dalam mengkonsumsi barang dan jasa, menukar, program-program partai. menanam, dan menspekulasikan modal. Namun,

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 81 hendaklah diketahui pula tidak semua individu tempat tinggalnya, pekerjaannya, dan usianya ataupun kelompok masyarakat mengerjakan untuk mendefinisikan lingkaran sosial yang kegiatan politik (Ramlan Surbakti, 1992). mempengaruhi keputusan para pemilih. Setiap Perilaku politik dimaknai sebagai sebuah lingkaran sosial memiliki normanya tersendiri, kegiatan yang berkaitan langsung dengan proses kepatuhan terhadap norma-norma tersebut pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, menghasilkan integrasi. Namun konteks ini interaksi antar pemerintah dan masyarakat, antar turut mengontrol perilaku individu dengan cara lembaga pemerintah dan antar kelompok dan memberikan tekanan agar individu tersebut individu dalam rangka pembuatan, pelaksanaan, menyesuaikan diri, sebab pada dasarnya setiap dan penegakan keputusan politik (Ramlan orang ingin hidup dengan tentram, tanpa Surbakti, 1992). Beberapa faktor yang bersitegang dengan lingkungan sosialnya (Paul mempengaruhi perilaku politik adalah, pertama; F. Lazarsfeld, Bernard Berelson, Hazel Gaudet, lingkungan sosial politik tidak langsung seperti 1968). sistem politik, sistem sosial, sistem budaya, sistem ekonomi, budaya dan media massa. Kedua, b. Pendekatan Psikologis lingkungan sosial politik langsung yang Pendekatan psikologis berusaha untuk mempengaruhi dalam bentuk pribadi, seperti menerangkan faktor-faktor apa saja yang keluarga, agama, sekolah, kelompok pergaulan. mempengaruhi keputusan pemilih jangka pendek Ketiga, struktur kepribadian yang tercermin atau keputusan yang diambil dalam waktu yang dalam sikap individu. Keempat, faktor sosial politik singkat. Hal ini berusaha menjelaskan melalui langsung, berupa situasi atau keadaan yang trias determinan dengan melihat sosialisasinya langsung mempengaruhi ketika kegitan politik dalam menentukan perilaku politik pemilih, akan dilakukan seperti faktor cuaca, kondisi bukan karakteristik sosiologisnya. Jadi keluarga, ancaman, propaganda, dan lain-lain pendekatan psikologis menekankan pada tiga (Ramlan Surbakti, 1992). aspek, yaitu identifikasi partai, orientasi, dan isu Ada tiga macam pendekatan atau dasar orientasi kandidat (Dieter Roth, 2009). Sementara pemikiran yang berusaha menerangkan perilaku itu faktor-faktor lainnya yang sudah ada terlebih pemilu. Ketiganya tidak sepenuhnya berbeda, dan dahulu (seperti misalnya keanggotaan dalam dalam beberapa hal ketiganya bahkan saling kelompok sosial tertentu) dianggap memberi membangun/mendasari serta memiliki urutan pengaruh langsung terhadap perilaku pemilih. kronologis yang jelas. Pendekatan tersebut Identifikasi dalam sebuah partai tentu adalah, pendekatan sosiologis, pendekatan biasanya tidak harus dengan keanggotaan yang psikologis, dan pendekatan pilihan rasional atau formil/resmi seorang individu dalam sebuah rational-choice (Dieter Roth 2009). Penjelasannya partai. Oleh karena itu, keanggotaan partai secara sebagai berikut: psikologis juga disebut dengan orientasi partai a. Pendekatan Sosiologis yang efektif, sebuah efek yang sama sekali tidak Pendekatan sosiologis menentukan perilaku menggunakan istilah “keanggotaan”. Identifikasi memilih pada para pemilih, terutama kelas sosial, partai seringkali diwariskan orang tua kepada agama, dan kelompok etnik/ kedaerahan/ bahasa. anak-anak mereka (Angus Campbell, Philip E. Subkultur tertentu memiliki kondisi sosial Converse, Warren E. Miller, Donal E. Stokes, tertentu yang pada akhirnya bermuara pada 1960). perilaku tertentu ( Mujani, Saiful. R. William Seiring dengan bertambahnya usia, Liddle., dan Kuskrido Ambardi, 2012). Kondisi identifikasi partai menjadi semakin stabil dan yang sama antar anggota subkultur terjadi karena intensif. Identifikasi partai merupakan orientasi sepanjang hidup mereka dipengarui lingkungan yang permanen, yang tidak berubah dari pemilu fisik dan sosio kultural yang relatif sama. ke pemilu. Tapi kalau seseorang mengalami Menurut Paul F. Lazarsfeld, manusia terikat perubahan pribadi yang besar (misalnya di dalam berbagai lingkaran sosial, contohnya menikah, pindah profesi atau tempat tinggal) atau keluarga, lingkaran rekan-rekan, tempat kerja situasi politik yang luar biasa (seperti krisis dan sebagainya. Seorang pemilih hidup dalam ekonomi atau perang), maka identifikasi partai konteks tertentu: status ekonominya, agamanya, ini dapat berubah (Angus Campbell, Philip E.

82 Penerimaan Partai Politik Islam ... Converse, Warren E. Miller, Donal E. Stokes, tentang penerimaan partai Islam. Pengambilan 1960). sampel menggunakan teknik clustered sampling, Pendekatan psikologis membedakan antara dilakukan pada Juni-November 2014. Setiap kekuatan, arah dan intensitas orientasi, baik fakultas diambil secara merata sebanyak 40 orang dalam orientasi isu maupun orientasi kandidat. kemudian diklasifikasikan berdasarkan fakultas Isu-isu khusus hanya dapat mempengaruhi untuk memudahkan klasifikasi penerimaan antar perilaku pemilih individu apabila memenuhi tiga fakultas. Dari 12 fakultas yang ada di UIN jumlah persyaratan dasar: isu tersebut harus dapat total kuesioner adalah 480, namun setelah proses ditangkap oleh pemilih, isu tersebut dianggap clear data, yang dapat diolah hanya 450 kuesioner. penting oleh pemilih, pada akhirnya pemilih Penelitian ini menggunakan analisis distribusi harus mampu menggolongkan posisi pribadinya frekuensi, yaitu sebuah analisis yang dirumuskan (baik secara positif atau negatif) terhadap konsep dari kumpulan data yang telah dipresentasikan pemecahan permasalahan yang ditawarkan oleh berdasarkan jumlah responden terhadap setiap sekurang-kurangnya satu partai (Angus variabel dalam kuesioner/ angket. Pengolahan Campbell, Philip E. Converse, Warren E. Miller, data dengan SPSS menggunakan analisis chi Donal E. Stokes, 1960). square. Penelitian ini menggunakan instrumen c. Pendekatan Pilihan Rasional (Rational-Choice) penelitian berupa angket atau kuesioner yang Pendekatan teoritis mengenai perilaku terdiri dari 4 variabel yaitu, pemahaman, relasi, pemilih yang rasional terletak pada perhitungan perilaku dan penerimaan. Terdiri dari 20 biaya dan manfaat (cost and benefit). Dari kuesioner dengan nilai reliabilitas 0.879 dengan pendekatan pilihan rasional, yang menentukan tingkat validitas 0.6 menggunakan skala likert dalam sebuah pemilu bukanlah adanya dengan kategori setuju, sangat setuju, tidak setuju ketergantungan terhadap ikatan sosial struktural dan sangat tidak setuju. atau ikatan partai yang kuat, melainkan hasil penilaian rasional dari warga yang baik. B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebenarnya pendekatan pilihan rasional 1. Pemahaman terhadap Partai Politik Islam diadopsi dari ilmu ekonomi. Karena di dalam ilmu Pemahaman mahasiswa mengenai partai ekonomi menekankan modal sekecil-kecilnya politik Islam cukup beragam. Dalam penelitian untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar- ini ditawarkan beberapa pemahaman terhadap besarnya. Hal ini senada dengan perilaku politik partai politik Islam di antaranya yaitu; sebagai yaitu seseorang memutuskan memilih kandidat partai peserta pemilihan umum, partai politik tertentu setelah mempertimbangkan untung yang memiliki basis massa beragama Islam, partai ruginya sejauh mana program-program yang politik yang menjadikan Islam sebagai azas dan disodorkan oleh kandidat tersebut akan program formal, partai politik yang didirikan menguntungkan dirinya, atau sebaliknya malah oleh tokoh-tokoh Islam, partai politik yang merugikan. Para pemilih akan cenderung memilih mengembangkan ajaran Islam, partai politik yang kandidat yang kerugiannya paling minim. Dalam menggunakan simbol-simbol Islam dan konteks pendekatan semacam ini, sikap dan organisasi tempat berkumpulnya para politikus pilihan politik tokoh-tokoh populer tidak selalu beragama Islam. diikuti oleh para pengikutnya kalau ternyata Berdasarkan data hasil survei mengenai secara rasional tidak menguntungkan. Beberapa pemahaman tentang partai politik Islam di indikator yang biasa dipakai oleh para pemilih kalangan mahasiswa UIN, sebagian besar mereka untuk menilai seorang kandidat khususnya bagi memahami partai politik Islam sebagai partai pejabat yang hendak mencalonkan kembali, di politik yang didirikan oleh tokoh-tokoh Islam. antaranya kualitas, kompetensi, dan integritas Dari 450 mahasiswa UIN termasuk pasca sarjana, kandidat. sebanyak 63,6 % memahami bahwa partai politik Islam adalah partai berbasis agama Islam. Metode penelitian Pemahaman mahasiswa terhadap partai politik Penelitian ini menggunakan metode Islam bisa dilihat sebagaimana tabel di bawah ini: kuantitatif untuk mengetahui opini mahasiswa

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 83 Tabel 1 Dari asas partai, PPP, PBB dan PKS bisa disebut Pemahaman Mahasiswa terhadap Partai partai Islam karena asas dan ideologinya adalah Politik Islam Islam. Ketiganya memposisikan Islam bukan semata-mata konstruksi teologi, tetapi juga menyediakan perangkat sosial politik yang tak memisahkan agama dan negara (Monshipuri, 1998; Roy, 1993). Berbeda dengan PAN dan PKB tak bisa disebut Islamis karena keduanya lebih menitikberatkan pada nilai-nilai universal Islam dan tak punya agenda menghidupkan Piagam Jakarta (Burhanuddin, 2013). Namun demikian, bagi PKB dan PAN, identitas keislaman bisa jelas terlihat dari mayoritas anggota dan organisasi massa yang mewadahi dan menjadi latar belakang didirikannya partai politik, seperti PAN yang Sumber: Hasil Penelitian Penulis, Oktober 2013 tidak bisa dipisahkan secara historis dari Muhammadiyah ditambah para pendiri PAN Secara garis besar, partai Islam yang yang memang terdiri dari para petinggi didirikan tokoh-tokoh umat Islam dapat Muhammadiyah. Hal yang sama terjadi pada diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar. PKB yang dibidani oleh para petinggi PBNU Pertama, partai yang menjadikan Islam sebagai yang membuat PKB tidak bisa melepaskan asas dan program formal. Kedua, partai yang identitas ke-NU-annya secara institusional. mementingkan pengembangan nilai-nilai Islam 2. Simbol Islam dan Hubungan Relasional daripada simbol-simbol Islam. Penerapan nilai- Simbol-simbol Islam sebagai ciri yang nilai keislaman dan penggunaan simbol membedakan antara partai Islam dan non partai keislaman meskipun menjadi atribut dalam Islam menjadi penting dalam memahami partai pembentukan partai Islam namun kedua hal ini Islam. Dari 460 responden sebanyak 261 orang tidak menjadi jaminan eksistensi pengukuran atau 58 % setuju yang dimaksud partai Islam elektabilitas partai Islam dalam percaturan politik adalah partai yang menggunakan simbol-simbol di Indonesia. Islam. Secara definitif, sebagaimana disampaikan Hal ini menunjukkan, simbol sebagai sebuah Effendy (1998), partai Islam merupakan partai atribut menjadi hal yang memperkuat identitas politik yang mengedepankan Islam sebagai azas Islam dalam sebuah partai politik, tidak hanya dan ideologi politiknya yang memperjuangkan untuk memperjelas tujuan tetapi juga bisa kepentingan masyarakat yang sesuai dengan menjadi alat sosialisasi dan komunikasi dengan kepentingan politik Islam. Dijadikannya Islam massa simpatisan dan masyarakat secara lebih sebagai azas dan ideologi dalam pendirian sebuah luas lagi. partai politik tentunya mempunyai kaitan yang Tabel 2 erat dengan tokoh yang akan mendirikan partai Pendapat Mahasiswa tentang Penggunaan tersebut. Dengan demikian, maka hal ini bisa Simbol Islam dijadikan pemahaman bahwa partai Islam sangat berhubungan dengan pemikiran tokoh-tokoh Islam yang mempunyai kepentingan politik secara kolektif bagi terbentuknya sebuah partai yang berideologi dan berazaskan Islam. Keberadaan partai politik Islam di Indonesia secara kuantitas cukup memberikan pilihan dalam penyelenggaraan pemilihan umum. Meskipun adanya keragaman pendapat mengenai kuantitas partai, secara lebih jauh partai Islam bisa dianalisis dengan memberikan dua kategori. Sumber: Hasil Penelitian Penulis, Oktober 2013

84 Penerimaan Partai Politik Islam ... Penggunaan simbol Islam, selain sebagai Dari tabel di atas nampak dari 450 responden daya tarik, juga diharapkan akan mempermudah sebanyak 230 atau 51,1% responden menyatakan ruang gerak dan memperkuat eksistensi partai dirinya tidak merasa sebagai bagian dari partai Islam dalam bersaing dengan partai-partai politik politik Islam. Pernyataan ini tentunya akan lain yang tidak menggunakan Islam sebagai membawa implikasi pada penerimaan partai identitas partai. Lebih lanjut, bagi mahasiswa politik Islam di kalangan mahasiswa UIN Syarif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, partai politik Hidayatullah Jakarta karena mereka tidak merasa Islam yang menggunakan nilai-nilai Islam atau memiliki partai politik Islam. Status mahasiswa atribut Islam bukanlah satu-satunya hal yang yang terdaftar dalam partai politik Islam hanya paling penting, namun yang harus dikedepankan 140 responden dari total 450 responden. Angka adalah implementasi nilai-nilai Islam bukan tertinggi ada pada 261 atau 58% mahasiswa yang hanya pada penerapan simbol-simbol semata. menyatakan tidak terdaftar dalam partai politik Penggunaan jargon Islam dan simbol Islam Islam. dianggap hanya akan melecehkan Islam apabila Hubungan relasional yang ditandai dengan tidak ada implementasinya dalam praktek politik keterlibatan secara aktif, baik sebagai anggota dan tidak tercermin dalam perilaku politik para maupun simpatisan dalam partai politik Islam, pengurus partai dan kebijakan partai yang memberikan indikator yang sangat kuat atas dikeluarkan, baik yang berhubungan langsung diterima ataupun tidak diterimanya partai Islam maupun tidak dengan kepentingan masyarakat sebagai sebuah lembaga politik yang diharapkan secara luas. Berikut beberapa pendapat yang bisa memberikan perubahan atas kondisi dikemukakan oleh mahasiswa: masyarakat secara signifikan. Tabel 3 Tabel 5 Partai Politik Islam vs Simbol Islam Data Mahasiswa yang Terdaftar Dalam Partai Politik Islam

Berdasarkan data survei, hubungan relasional yang dibangun antara partai politik Islam dengan mahasiswa UIN Syarif Sumber: Hasil Penelitian Penulis, Oktober 2013 Hidayatullah tidak signifikan. Tabel 4 Namun demikian, secara teoritis, hubungan Data Hubungan Relasional Sebagai Bagian relasional dengan partai politik tidak selalu Parpol Islam ditandai dengan keanggotaan seorang individu dalam partai politik. Secara psikologis, perilaku pemilih bisa dianalisis dengan menekankan pada tiga aspek, yaitu identifikasi partai, orientasi, dan isu orientasi kandidat (Dieter Roth, 2009). Identifikasi partai (party identification) digunakan untuk mengukur jumlah faktor kecenderungan, baik secara pribadi maupun politik yang relevan bagi seorang individu. Keanggotaan partai secara psikologis juga disebut dengan orientasi partai yang efektif, sebuah efek yang sama sekali tidak Sumber: Hasil Penelitian Penulis, Oktober 2013 menggunakan istilah “keanggotaan”. Identifikasi

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 85 partai seringkali diwariskan orang tua kepada anak-anak mereka (Angus Campbell, Philip E. Converse, Warren E. Miller, Donal E. Stokes, 1960). Identifikasi partai biasanya tidak berubah dari pemilu ke pemilu. Tapi kalau seseorang mengalami perubahan status yang besar (misalnya menikah, pindah profesi atau tempat tinggal) atau terjadi perubahan situasi politik Beberapa pernyataan di atas mengenai yang luar biasa (seperti krisis ekonomi atau peluang keberhasilan partai politik Islam di perang), maka identifikasi partai ini dapat berubah kalangan mahasiswa PTAIN terutama UIN (Angus Campbell, Philip E. Converse, Warren E. terbukti pada hasil pemilu 2014. Berdasarkan hasil Miller, Donal E. Stokes, 1960). survei partisipasi politik mahasiswa UIN dalam Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kegiatan partai politik atau keterlibatan mereka rata-rata adalah pemilih pemula, dalam pemilihan kepala daerah, legislatif dan menggantungkan identitas kepartaian mereka presiden bisa dilihat dalam tabel di bawah ini: pada pengaruh masukan informasi dan bacaan atas perilaku partai politik yang menjadi peserta Tabel 7 pemilu, rasa memiliki yang belum tumbuh dan Partisipasi Mahasiswa dalam Partai Politik berkembang yang ditandai dengan kesadaran Islam politik secara aktif mendaftarkan diri atau melibatkan diri dalam partai politik masih harus melalui proses yang panjang. Minimnya sosialisasi yang dilakukan partai politik Islam dan informasi negatif serta fakta politik yang berlangsung dalam kancah politik nasional menjadi faktor yang menghambat tumbuh dan berkembangnya kesadaran politik tersebut. Ini adalah pekerjaan rumah yang cukup sulit bagi partai politik Islam, padahal seharusnya pemilih pemula bisa menjadi ladang suara yang cukup menjanjikan dalam pemilu, apalagi Sumber: Hasil Penelitian Penulis, Oktober 2013 mengingat UIN Syarif Hidayatullah adalah basis Islam yang cukup besar dan seluruh Apabila faktor-faktor kecenderungan (seperti mahasiswanya sudah memiliki hak pilih dalam pengalaman pribadi atau orientasi politik) pemilihan umum. diumpamakan sebagai suatu aliran yang 3. Peluang Partai Politik Islam vs Partisipasi dituangkan melewati sebuah corong, hal ini Mahasiswa menjelaskan bagaimana mahasiswa UIN Syarif Peluang keberhasilan parpol Islam pada Hidayatullah menjadi pemilih dalam pemilihan pemilihan umum 2014 tahun lalu, berkaitan umum tanpa melihat identifikasi pribadinya dengan hubungan relasional yang dibangun oleh sebagai mahasiswa Islam, tapi lebih pada pilihan- mahasiswa dengan partai politik Islam, yang juga pilihan rasional yang melihat partai politik Islam dipengaruhi oleh situasi politik nasional. secara lebih obyektif. Dan mereka tidak Berdasarkan data, bahkan ada beberapa jawaban mengidentifikasi diri mereka secara formil menjadi yang cenderung pesimis. bagian dari keanggotaan partai politik Islam tertentu. Tabel 6 4. Realitas Partai Politik Islam di Kalangan Asumsi Mahasiswa terhadap Keberhasilan Mahasiswa UIN Parpol Islam Penerimaan partai politik Islam di kalangan mahasiswa UIN Jakarta berdasarkan enam kriteria yang ditawarkan, angkanya cukup bervariasi.

86 Penerimaan Partai Politik Islam ... Angka tertinggi ada pada kemampuan antara pemilih dan partai politik. berinteraksi partai politik Islam sebanyak 72% Secara rasional, seorang pemilih akan dan 52,9% mahasiswa lebih menyukai parpol memutuskan memilih kandidat tertentu setelah Islam dibanding parpol nasionalis. mempertimbangkan sejauh mana program- program yang disodorkan oleh kandidat tersebut Tabel 8 akan menguntungkan dirinya, atau sebaliknya Penerimaan Mahasiswa terhadap Partai malah merugikan. Para pemilih akan cenderung Politik Islam memilih kandidat yang kerugiannya paling minim dengan menetapkan pilihannya secara retrospektif, yaitu dengan menilai apakah kinerja partai yang menjalankan pemerintahan pada periode legislatif terakhir sudah baik bagi dirinya sendiri dan bagi negara, atau justru sebaliknya. Penilaian ini juga dipengaruhi penilaian terhadap pemerintah di masa lampau. Apabila hasil penilaian kinerja pemerintah yang berkuasa (juga bila dibandingkan dengan pendahulunya) positif, maka mereka akan dipilih kembali. Apabila hasil penilaiannya negatif, maka pemerintahan Sumber: Hasil Penelitian Penulis, Oktober 2013 tersebut tidak akan dipilih kembali. Beberapa indikator yang biasa dipakai para pemilih untuk Dari pendekatan pilihan rasional, yang menilai seorang kandidat khususnya bagi pejabat menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah yang hendak mencalonkan kembali, di antaranya adanya ketergantungan terhadap ikatan sosial kualitas, kompetensi, dan integritas kandidat. struktural atau ikatan partai yang kuat, Ada dua sisi dilematis ketika berbicara tokoh melainkan hasil penilaian rasional dari warga dalam partai politik Islam. Pertama, ketokohan yang baik. Dalam hal ini, mahasiswa UIN Syarif partai politik Islam menjadi pemahaman yang Hidayatullah menjadi bagian dari pemilih utama di kalangan mahasiswa UIN Syarif rasional, karena faktor sosiologis dan psikologis Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa memahami pemilih tidak lebih dominan dalam menentukan bahwa partai politik Islam didirikan oleh para perilaku pemilih. Pilihan rasional mahasiswa tokoh Islam. Kedua, menurunnya kuantitas ditunjukkan dengan motivasi mereka bila pemilih parpol Islam dipengaruhi adanya faktor memilih partai politik Islam lebih dipengaruhi perilaku dari para tokoh yang kurang oleh komitmen yang dimiliki partai politik Islam memberikan referensi yang baik; bahkan sebagai partai politik yang memiliki kemampuan cenderung mengecewakan publik. Ada beberapa berinteraksi yang lebih baik dari partai-partai lain kritikan yang ditujukan kepada elit partai politik (72 %) dan bahwa partai politik Islam adalah Islam yang dianggap tidak bisa menerapkan nilai- partai politik yang memiliki pengaruh terhadap nilai keislaman. Beberapa kritikan tersebut di kebijakan publik (63,7 %) antaranya yaitu: Kemampuan berinteraksi merupakan modal Tabel 9 yang bisa diandalkan bagi partai politik apa pun. Asumsi Mahasiswa terhadap Perilaku Kemampuan ini bisa dijadikan sebagai sarana Tokoh Parpol Islam sosialisasi program kerja parpol Islam untuk mengambil hati masyarakat. Meskipun ada beberapa stereotip negatif terhadap partai Islam karena beberapa kasus yang melibatkan beberapa orang petinggi di partai politik Islam, namun dengan adanya interaksi dan komunikasi yang baik bisa meyakinkan publik bahwa akan adanya perbaikan dan masih banyak kebijakan partai yang bisa dijadikan komitmen dan kontrak sosial

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 87 Beberapa pendapat tersebut, setidaknya Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut menjadi kritik membangun bagi kemajuan partai dengan membuat variabel baru penerimaan politik Islam di masa yang akan datang. Sebagai mahasiswa terhadap parpol Islam dalam kategori partai yang mengusung Islam sebagai ideologi tinggi dan rendah, penerimaan mahasiswa UIN dan azasnya, maka sudah selayaknya perilaku elit terhadap partai politik Islam ternyata sangat politik Islam dapat mengimplementasikan nilai- rendah. nilai keislaman dalam kehidupannya. Hal ini Tabel 11 harus diperhatikan secara lebih serius, karena Penerimaan Partai Politik Berdasarkan ketokohan dalam lingkup partai politik Islam Fakultas mempunyai nilai kharismatik tertentu di kalangan para pengikutnya. Beberapa harapan yang disampaikan responden terhadap partai Islam lebih pada implementasi nilai-nilai Islam. Beberapa harapan yang disampaikan responden bisa menjadi masukan positif supaya partai politik Islam terus membenahi diri. Sebagaimana disampaikan beberapa responden sebagai berikut:

Tabel 10 Harapan Mahasiswa terhadap Parpol Islam

Sumber: Hasil Penelitian Penulis, Oktober 2013 Untuk melihat apakah ada perbedaan 5. Partai Politik Islam, Penerimaan dan penerimaan partai politik Islam di kalangan Perbedaan mahasiswa UIN berdasarkan fakultas, digunakan Berdasarkan hasil uji statistik dengan test SPSS kruskall wallis dengan hasil sebagai menggunakan chi square nilai p-Value (0,003) < á berikut (0,05) dengan demikian Ha diterima. Dari hasil Test Statistics a,b analisis ini bisa disimpulkan partai politik Islam di kalangan mahasiswa UIN diterima. Penerimaan Chi- Square 30.68 Df 11 Asymp. Sig. .001 a. Kruskal Wallis b. Grouping Variable:

P value (0,001) < dari á (0,05), dengan demikian, Ha diterima yaitu terdapat perbedaan dalam penerimaan partai politik Islam antar fakultas. Namun, meskipun tingkat penerimaannya berbeda tapi tetap pada titik rendah.

88 Penerimaan Partai Politik Islam ... C. KESIMPULAN Banyak faktor yang mempengaruhi Partai politik Islam sebagai partai politik yang penerimaan mahasiswa atas partai politik Islam bisa diidentifikasi sebagai partai politik yang walau hanya berkisar 48,9% dari seluruh membawa bendera Islam sebagai alat politik responden mahasiswa. Di antara faktor-faktor mengandalkan segmen massa kaum muslim yang mempengaruhi penerimaan mahasiswa atas sebagai sumber suara, baik yang tersebar secara partai politik Islam adalah: kemampuan kolektif (dalam organisasi-organisasi keislaman, berinteraksi partai politik Islam (2,80%), partai atau lembaga-lembaga Islam dan kolektivitas politik Islam dianggap memiliki pengaruh masyarakat yang mayoritas Islam) maupun terhadap kebijakan publik (2,72%), kualitas tokoh sumber suara yang bersifat individual. Partai politik Islam yang masih dianggap baik (2,67%), politik Islam seharusnya mampu memberikan mampu mengakomodir kepentingan masyarakat harapan yang besar bagi perubahan yang (2,56%), memiliki program kerja yang lebih bagus diinginkan masyarakat mayoritas muslim dan (2,38%). Secara keseluruhan, faktor-faktor yang mewujudkan harapan itu dalam bentuk mempengaruhi penerimaan mahasiswa atas partai keberpihakan pada masyarakat dalam setiap politik Islam memberikan indikator pola perilaku pembuatan kebijakan berkaitan dengan pemilih mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah kepentingan masyarakat secara umum. adalah perilaku dengan karakter rasional, melihat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai partai politik secara proporsional rasional dan lembaga pendidikan tinggi yang berbasis muslim tidak mengedepankan faktor psikologis maupun dengan 6 Fakultas Agama, 5 Fakultas Umum dan faktor sosiologis seperti yang menjadi ciri khas satu program Pasca Sarjana, kurang lebih terdiri kebanyakan pemilih tradisional. Hal ini dari 10.000 orang mahasiswa yang hampir menunjukkan bagaimana faktor demografi massa seluruhnya beragama Islam, menjadi sasaran memberikan pengaruh yang cukup signifikan ladang suara yang cukup menjanjikan bagi dalam menentukan perilaku pemilih, mengingat partai-partai politik Islam, tentunya dengan mahasiswa adalah bagian dari kelompok mengandalkan jargon Islam dan simbol-simbol intelektual yang berpendidikan. Hal itu pula yang Islam yang diusung, baik dengan kemasan biasa memberikan pengaruh besar terhadap prosentase maupun dengan metode dan retorika modern. penerimaan partai politik Islam di kalangan Penelitian ini membuka fakta lain yang mahasiswa, karena kekecewaan yang cukup besar memecahkan asumsi bahwa komunitas Islam tercermin dari beberapa jawaban mereka adalah sumber suara potensial bagi partai-partai merespons kondisi dan fenomena partai politik politik Islam. Walaupun tetap diterima sebagai Islam yang makin hari makin memprihatinkan.[] salah satu partai alternatif yang cukup dipertimbangkan, partai politik Islam ternyata tidak mendapat tempat yang cukup penting bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah. Tingkat penerimaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditandai dengan hubungan relasional antara mahasiswa dan partai politik Islam. Dari 450 responden sebanyak 230 atau 51,1% responden menyatakan dirinya bukan bagian dari partai politik Islam, artinya hanya 48,9% mahasiswa yang merasa bagian dari partai politik Islam. Status mahasiswa yang terdaftar dalam partai politik Islam hanya 140 responden dari total 450 responden. Angka tertinggi ada pada 261 atau 58% mahasiswa yang menyatakan tidak setuju terdaftar dalam partai politik Islam, artinya hanya 42% mahasiswa yang menyetujui dirinya terdaftar dalam keanggotaan dalam partai politik Islam.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 89 DAFTAR PUSTAKA

Almond, Gabriel A. dan Verba, Sidney. Budaya Muhtadi, Burhanuddin. Perang Bintang 2014. Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Jakarta: Noura, 2013. Lima Negara. Jakarta: Bina Aksara, 1984. Maliki, Zainuddin. Agama Rakyat Agama Penguasa, Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Konstruksi tentang Realitas Agama dan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. Demokrasi. Yogyakarta: Galang Press, 2000. Campbell, Angus/ Geral Gurin/ Warren E. Miller. Huntington, P. Samuel dan Nelson, M. Joan M. The Voter Decides. Evan-ston, 1954. Partisipasi Politik Di Negara Berkembang. Effendy, Bahtiar. Islam dan Negara: Transformasi Jakarta: Rineke Cipta, 1990. Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Noer, Deliar. Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: Paramadina, 2009. Jakarta: Grafitipers, 1987. Hasan, L. Sahar dkk (Ed). Memilih Partai Islam:Visi, Ordeshook, Peter C. “The Emerging Discipline Misi dan Persepsi. Jakarta: Gema Insani Press, of Political Economy”, dalam James E. Alf 1998. dan Kenneth A. Shelpse, Perspective on Indriantoro, Nur, & Supomo, Bambang. Positive Political Economy. Melbourne: Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Fak. Cambridge University Press, 1990. Ekonomi UGM, 2004 Ridha, Abu. Karakteristik Politik Islam. Bandung: James Q. Wilson. “New Politics, New Ellites, Old Syamil Cipta Media, 2004. Publics”, dalam Marc K. Landy dan Martin Romli, Lili. Islam Yes Partai Islam Yes; Sejarah A. Levin, The New Politics of Public Policy. Perkembangan Partai-Partai Islam di Indonesia. London: The Johns Hopkins University Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Press, 1995. Roth, Dieter. Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori- Kavanagh, Dennis. “Political Science and Political teori, Instrumen dan Metode. Friedrich- Behavior”, dalam FS Swartono, dan Ramlan Naumann-Stiftung dan LSI. Jakarta, 2009. Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Salim, Arskal. Partai Islam dan Relasi Agama- Gramedia Widiasarana, 1992. Negara. Jakarta: Pusat Penelitian IAIN Key, Valdimer O. The Responsible Electorate. Jakarta. Rationality in Presidential Voting 1936-1960, Syamsuddin, Din. Islam dan Politik Era Orde Baru. Cambridge, 1966. Jakarta: Logos, 2001. Kazhim, Musa dan Hamzah, Alfian. 5 Partai dalam Sadjali, Munawir. Islam dan Tata Negara; Ajaran, Timbangan: Analisis dan Propsek. Bandung: Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta: UII Press, Pustaka Hidayah, 1999. 1999. Lazarsfeld, Paul F, Bernard Berelson, Hazel Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gaudet. The People’s Choice. How The Voter PT.Grasindo, 1992. Makes Up His Mind in a Presidential Campaign. New York, 1968. ————, “Political Parties: A New Typology”, Party Politics, Vol 9 No, 2, 2003. Michael Rush dan Philip Althof. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Salim, Abdul Muin. Fikih Siyasah, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran. Jakarta: Mujani, Saiful, R. William Liddle., dan Kuskrido Rajawali Press, 1994. Ambardi. KUASA RAKYAT: Analisa Tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Salaim Alim al-Bahansawi. Wawasan Sistem Politik Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: Islam. Alih Bahasa Mustolah Maufur. Mizan Media Utama (MMU), 2012. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1995.

90 Penerimaan Partai Politik Islam ... Suryabrata, Sumadi. Metotologi Penelitian. Jakarta: Tim Litbang Kompas Partai-Partai Politik Rajawali Press, 2003. Indonesia:Idiologi dan Program 2004-2009. Surwandono. Pemikiran Politik Islam. Yogyakarta: Wahid, Abdurrahman, dkk. Mengapa partai islam LPII UMY, 2001. Kalah? Jakarta: alvabet, 1999.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 91 92 Penerimaan Partai Politik Islam ... TOPIK

KOLABORASI KULTUR DAN KONSEP AL-‘URF DALAM MEMBANGUN FIKIH MAZHAB INDONESIA

S A I F U D I N Z U H R I*)

ABSTRAK Fikih Indonesia atau fikih mazhab Indonesia menjadi unik karena menyandarkan negara atau kultur negara sebagai warna fikih. Faktor kultur yang beraneka ragam serta jumlah populasi umat Islam yang mencapai 80 % dari sekitar 235 juta menjadikan fikih yang bercorak Indonesia patut diperhitungkan dalam kancah pemikiran fikih di dunia Islam. Berbagai inovasi fikih dihasilkan atas kolaborasi hukum-hukum fikih dengan kultur Indonesia. Pengembangan fikih mazhab Indonesia terlihat jelas pada kitab Sabilul Muhtadin karya Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812 M) yang berlanjut hingga kini di tangan Gus Dur, Ali Yafie, dan lain-lain. Kolaborasi yang harmonis adat istiadat yang berkembang di Indonesia dengan kedatangan Islam sebagai agama mayoritas menjadi sinergi yang positif dan progresif dalam mengembangkan fikih Indonesia.

KATA KUNCI: Fikih Indonesia, Masyarakat Madani, Budaya, ‘Urf

ABSTRACT The Indonesian fiqh schools in Indonesia become unique as it relies on the national cultures as the colors of fiqh. Diverse cultural factors and the vast number of Muslim population around 80% out of 235 millions of the population account for the Indonesian fiqh to be considered among the Islamic fiqh schools. Some fiqh innovations were produced due to legal collaboration between fiqh legal and Indonesian culture. The development of fiqh schools has been clearly demonstrated in the Sabilul Muhtadin book, a work of Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812 AD), which continues today in the hands of Gus Dur, Ali Yafie, and others. Harmonious collaboration between Indonesian customs and Islam becomes a positive and progressive synergy in developing.

KEY WORDS: Indonesian jurisprudence, civil society, culture, ‘urf

A. PENDAHULUAN betapa luas wilayah Indonesia yang diisi oleh Indonesia adalah negara dengan mayoritas berbagai suku dan budaya yang berbeda. Jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia menurut data statistik Badan penduduk muslim yang besar ini tersebar di Pusat Statistik Nasional (BPS) pada tahun 2010 berbagai wilayah yang berbeda secara demografi adalah 237.641.326.1 Dari data tersebut Indonesia dan kultur. Dari Sabang sampai Merauke menjadi menempati urutan ke-4 negara dengan penduduk istilah yang populer untuk menggambarkan terbesar di dunia, setelah Cina, Amerika Serikat,

*) Dosen UIN Jakarta dpk. Institut PTIQ Jakarta. Email: [email protected] Alamat rumah: Griya Pamulang 2 B 1/ 11 1 Data Badan Pusat Statistik Nasional. Sementara dalam data Pamulang Tangerang Selatan. HP. 081380366843 pada bulan Maret 2014 mencapai 253.609.643 jiwa sebagaimana **Naskah diterima Februari 2015, direvisi April 2015, disetujui data yang dipublikasi dalam http://finance.detik.com/read/2014/ untuk diterbitkan Mei 2015 03/06/134053/2517461/4/.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 93 dan Rusia. Dari jumlah populasi penduduk memperlihatkan bahwa corak keislaman yang tersebut umat Islam menempati 87,18%.2 Dengan ditampakkan oleh penganut agama Islam di demikian maka penduduk muslim di Indonesia Indonesia adalah corak keagamaan yang melampaui puluhan negara-negara muslim moderat, tidak ekstrim ke kiri maupun ekstrim lainnya. ke kanan. Pengaruh mazhab Sunni Syafi’i6 yang Dengan keragaman kultur, budaya, dan mendominasi ideologi keislaman masyarakat agama yang ada di Indonesia, maka bangsa Indonesia, menjadikan kehidupan keagamaan Indonesia dapat dikategorikan sebagai bangsa cenderung moderat. yang majemuk.3 Yang menarik adalah negara ini Sedangkan hegemoni masyarakat suku Jawa, dapat menjaga kerukunan dalam kehidupan Sunda, Madura, dan Bali, mencapai populasi 62%7 sosial masyarakat. Jika dibandingkan dengan yang tersebar di hampir seluruh kepulauan negara-negara di Timur Tengah misalnya, maka Indonesia. Mayoritas masyarakat Indonesia Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara bermukim di Pulau Jawa yaitu mencapai 57,5 %.8 yang sangat aman. Sehingga, meski tidak dapat Hal ini turut andil dalam menjadikan budaya dikatakan nihil dari gesekan, namun secara Jawa seperti gotong royong, tepo seliro, umum, masyarakat yang multikultural dalam kesopanan dan kesantunan menjadi warna negara ini dapat hidup damai berdampingan. dominan di negara Indonesia. Ini tidak menafikan Disebut tidak nihil gesekan, karena tercatat faktor suku-suku lain yang juga memberi beberapa kali terjadi ‘bentrok’ antar masyarakat kontribusi positif dalam membentuk hubungan yang terlihat dilandasi oleh perbedaan ideologi.4 yang harmonis di antara berbagai suku bangsa Demikian juga dengan bentrok antar suku, seperti yang berdiam di Indonesia. Ini juga tentu tidak yang pernah terjadi antara suku Dayak di terlepas dari ideologi negara yang disepakati Kalimantan dengan suku Madura yang bersama seluruh masyarakat Indonesia, yang bermukim di sana.5 telah dicanangkan oleh pendiri negara ini dengan Penulis melihat bahwa setidaknya terdapat dasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. 2 (dua) faktor utama yang melanggengkan kerukunan pada masyarakat plural dan B. AKAR BUDAYA NUSANTARA DAN multikultural Indonesia yaitu; hegemoni KEDATANGAN ISLAM komunitas muslim dan hegemoni kultur Budaya Nusantara, sebagaimana juga masyarakat Jawa. Boleh jadi kesimpulan ini bangsa-bangsa lain di dunia dipengaruhi oleh diperdebatkan, namun kenyataan kepercayaan animisme dan dinamisme atau paganisme. Kepercayaan ini mengandaikan adanya jiwa/roh atau kekuatan pada benda-benda 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia. 3 Dalam hal ini, Pierre L. Van den Berghe menyebutkan ciri atau binatang. Hal ini mirip dengan zaman dasar dari sebuah masyarakat majemuk, yaitu: 1) terdapat jahiliyah sebelum kedatangan Islam di Jazirah segmentasi kepada bentuk kelompok-kelompok dengan subkebudayaan yang berbeda-beda, 2) struktur sosial yang terdistribusi ke bagian-bagian yang bersifat nonkomplementer, 6 Mazhab Syaf’i adalah konstruksi pemikiran fikih dan ushul 3) konsensus atas nilai-nilai yang bersifat mendasar tidak fiqh Imam Syafi’i. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris berkembang, 4) rentan mengalami konflik di antara kelompok As-Syafi’i, lahir tahun 150 H di Gaza. Imam Syafi’i masyarakat yang ada, 5) integrasi sosial harus bersifat dipaksa menggabungkan 2 mazhab besar pada waktu itu; mazhab Imam serta terjadi ketergantungan di bidang ekonomi, dan 6) dominasi Malik yang menguatkan hujjah di bidang hadis-hadis Nabi politik satu kelompok atas kelompok yang lain. Sebagaimana (mazhab al-hadis), dan mazhab Imam Abu Hanifah yang kuat di dikutip oleh Nasikhun, Sistem Sosial Indonesia (Jakarta: Rajawali bidang pemikiran dan logika (mazhab ahl al-ra’yi). Lihat Press, 2006), 39-40. Muhammad Abu Zahrah, Imam Syafii, Biografi dan Pemikirannya 4 Misalnya, bentrok antara warga Cikeusik Pandeglang Banten dalam Masalah Akidah, Politik dan Fiqih (Jakarta: Penerbit dengan Jemaat Ahmadiyah pada 6 Februari 2011. Demikian juga Lentera, 2007), 23. bentrok antara warga dengan kelompok Syi’ah di Sampang 7 Data Badan Pusat Statistik Nasional. Terutama masyarakat Madura pada 26 Agustus 2012. suku Jawa. Suku ini terkenal sebagai pekerja keras dan banyak 5 Konflik antara kelompok etnik Dayak dan Madura sudah berpindah ke wilayah-wilayah lain yang lebih prospektif dari sisi terjadi berulang kali yakni pada tahun 1968, 1969, dan 1986. ekonomi. Selain karena program transmigrasi yang digagas oleh Kemudian meledak kembali pada 1999 dengan menelan korban Pemerintah, juga dengan insiatif sendiri. Sehingga hampir di yang cukup banyak, di samping banyak pula yang harus menjadi setiap wilayah terdapat orang Jawa dengan profesi yang populer pengungsi. Selengkapnya baca Ruslikan, “Konflik Dayak- sebagai pedagang bakso dan jamu. Madura di Kalimantan Tengah: Melacak Akar Masalah dan 8 Data Badan Pusat Statistik Nasional. Suku Jawa diidentikkan Tawaran Solusi” dalam JURNAL MASYARAKAT KEBUDAYAAN dengan berbagai sikap yang baik seperti sopan santun, menjaga DAN POLITIK, Volume 14, Nomor 4:1-12, tahun 2001. etika berbicara.

94 Kolaborasi Kultur dan Konsep ... Arab dengan agama paganisme yakni animisme-dinamisme dan Hindu-Budha tidak penyembahan terhadap berhala-berhala yang terlalu kuat. mereka anut. Di wilayah pedalaman yang relatif lebih Hindu dan Budha kemudian datang dan kental unsur pemahaman dan kepercayaan masa mempengaruhi masyarakat Nusantara dengan lalu, para penganjur dan pengajar Islam sistem religi dan politiknya yang dikuatkan dalam (muballig) menggunakan strategi seni dan bentuk kerajaan. Agama Hindu dan Budha tasawuf. Di bidang seni, para muballig kemudian berkembang jauh dan memiliki menggunakan media seni wayang yang kala itu pengaruh dalam masyarakat, baik di tingkat sangat digemari oleh masyarakat. Pendekatan pemerintahan, maupun pada rakyat biasa. tasawuf yang juga digunakan oleh para Namun pengaruh ini tidak merata di seluruh muballig ternyata lebih efektif. Ini karena ajaran wilayah Nusantara. Dengan demikian maka tasawuf yang dekat dengan mistik lebih mudah Islam datang ke wilayah Nusantara yang telah masuk dalam kepercayaan masyarakat yang kala memiliki berbagai suku bangsa, sistem sosial dan itu sangat gandrung dengan mistisisme yang budaya yang sudah berkembang. dipengaruh asketisme Hindu-Budha dan Pulau Jawa adalah wilayah yang paling sinkretisme budaya lokal. banyak menerima pengaruh Hindu dan Budha, Di sini, tarekat-tarekat sufi yang berkembang terutama di wilayah pedalaman. Sementara di cenderung memberi ruang dan toleransi kepada wilayah pesisir dan daerah lain seperti Sumatera pemikiran dan praktek tradisional sebagai strategi, dan Sulawesi hanya menerima pengaruh yang meski dalam beberapa hal masih bertentangan sedikit. 9 dengan utilitarianisme Islam itu sendiri.10 Karakter utama dari budaya Hindu-Budha Persoalan memberi ruang dan toleransi bagi adat adalah mistik panteistik yang kuat. Karakter ini istiadat yang telah berkembang sebelumnya kemudian bercampur dengan paham animisme kemudian menjadi peluang bagi usaha dan dinamisme sebelumnya. Perpaduan karakter mengembangkan fikih di Indonesia. inilah yang kemudian menjadi basis kultur Dengan demikian, Indonesia yang masyarakat Nusantara sebelum kedatangan merepresentasi sebagian besar wilayah Nusantara Islam. Dalam budaya dan paham yang berbasis telah memiliki struktur budaya atau kultur yang pada kepercayaan mistis ini, sikap yang menonjol beragam. Kultur ini telah ada dan mengakar pada dari penduduk Nusantara, terutama di Pulau masyarakat dengan karakter ‘ketimuran’ yang Jawa adalah sikap menurut, merunduk, sikap kuat sebelum kedatangan Islam. Pada saat ‘nrimo’, dan kepasrahan. kemerdekaan diproklamirkan pada 17 Agustus Beberapa budaya ‘tabu’, selamatan, 1945, disepakati secara bersama-sama persembahan sesaji (sesajen) misalnya juga mempertahankan keragaman kultur yang ada tumbuh dan berkembang di masa-masa awal di untuk dapat harmoni di bawah naungan wilayah ini. Sebagai contoh, calon pengantin Pancasila sebagai ideologi bersama. menjelang hari pernikahannya harus dipingit. Rasa kebersamaan antar suku bangsa diikat Kematian diperingati dari hari ketiga, ketujuh, oleh sebuah konsep nusantara yang terdiri dari keempatpuluh, keseratus, dan haulnya (tiap kawasan pulau-pulau di Semenanjung Malaka tahun). Terdapat doa-doa saat akan menanam dan memanjang ke Timur hingga Merauke, padi, upacara panen, sesajen, dan seterusnya. Papua. Meski kemudian negara Indonesia yang Bahkan, hingga kini, meski Islam sudah datang, resmi didirikan saat proklamasi kemerdekaan banyak di antara kebiasaan itu yang masih tidak seluas wilayah Nusantara, akan tetapi berlangsung. kebersamaan dan rasa serumpun masih Islam datang ke Nusantara di masa awal berpengaruh dalam budaya, terutama hubungan sekitar abad 7-8 Masehi, bermula dari pelabuhan dengan negara-negara di Asia Tenggara. dan daerah pesisir. Di kedua daerah ini, Islam Peradaban di Asia Tenggara ini, oleh Badri Yatim relatif lebih mudah berkembang karena pengaruh disebut dengan Arab Melayu.11 Ini terlihat dari

10 Musyrifah Sunanto, 13. 9 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali 11 Transformasi kebudayaan lokal kepada kebudayaan Islam Press, 2005), 3. dimungkinkan karena Islam, selain menekankan keimanan yang

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 95 berbagai peninggalan sisa-sisa peradaban yang berulang-ulang dalam kondisi sadar dan berpikir ditorehkan oleh kerajaan-kerajaan yang pernah sehat. Istilah lain yang semakna dengan al-‘aadah berkuasa di Nusantara, semisal kerajaan adalah ‘urf. ‘Urf kemudian berkembang menjadi Majapahit, Sriwijaya, Samudra Pasai, Mataram, kata ma’ruf yang berarti sesuatu hal yang sudah dan sebagainya. Hampir-hampir tidak terdengar biasa dan dianggap baik oleh orang-orang lain. adanya perbudakan atau penindasan Kedua istilah ini; adat dan ‘urf, mensyaratkan kemanusiaan di sebagian besar wilayah adanya perulangan-perulangan yang dilandasi Nusantara, kecuali ketika penjajah Eropa oleh kesadaran pelaku dan kesadaran pihak lain berkuasa dan mengeksplorasi berbagai kekayaan yang melihat, mengalami, dan merespon alam di Indonesia. (mengikuti) sehingga menjadi sebuah ‘kesepakatan bersama’.14 Kesepakatan ini yang Kekuatan Kultur dalam Konsep al-‘Urf kemudian menjadi adat istiadat, yang diakui dan Al-Qur’an turun dan berdialog dengan dilaksanakan, meski beberapa pihak dalam masyarakat yang tidak kosong dari adat istiadat kelompok itu tidak setuju, dengan syarat jumlah dan pola pikir. Karena itu, terdapat beberapa mereka yang tidak menyetujui kesepakatan itu kebiasaan masyarakat yang bersesuaian dengan tidak signifikan. Al-Qur’an sehingga mendapat pujian dan Kaidah ini menjadi kuat karena banyak sekali dilestarikan sekaligus dilegalkan sebagai ajaran term dalam Al-Qur’an yang menyebutkan al- Islam. Sementara itu, ada pula beberapa sikap dan ma’ruf sebagai target amaliyah dalam mencapai pola fikir yang bertentangan dengan Al-Qur’an sebuah keimanan yang sempurna.15 Terdapat sehingga diluruskan. Dan, dalam perjalanan beberapa pengertian mengenai al-ma’ruf. Al- sejarah, ternyata Al-Qur’an mampu mengubah Ashfahani mendefinisikan ma’ruf sebagai sebutan pola fikir, sikap, dan tingkah laku, baik individu untuk setiap perbuatan yang dapat diketahui maupun masyarakat. 12 nilai-nilai kebaikannya, baik menurut agama Berbicara hubungan antara kultur dengan maupun akal.16 Ibnu Manzhur dengan mengutip fikih dapat dilihat dari dua hal. Pertama, corak pandangan mufassir menyebutkan definisi ma’ruf dan warna fikih yang masuk ke dalam masyarakat adalah setiap kebaikan yang dikenal oleh jiwa, Indonesia yang sebelumnya telah memiliki sistem yang menjadikan jiwa tersebut suka dan tenang kultur budaya yang eksis. Kedua, kultur dasar dengannya.17 yang sudah ada di dalam masyarakat ketika Adat maupun ‘urf yang dimaksud di sini ajaran Islam datang. tentunya adalah hal-hal yang bermanfaat dan Dalam konteks fikih Islam, terdapat sebuah tidak bertentangan dengan syara’. Jadi tidak kaidah yang menegaskan supremasi dan termasuk dalam kategori adat atau ‘urf yang dapat kekuatan kultur dalam perkembangan fikih. dijadikan landasan hukum hal-hal yang Kaidah tersebut berbunyi: “al-‘adatu bertentangan dengan syara’ seperti membuat muhakkamah” (adat istiadat dapat dijadikan kerusakan, kedurhakaan dan tidak ada hukum). Al-‘aadah seakar dengan kata al-‘aud faedahnya sama sekali. Misalnya: mu’amalah atau al-mu’awadah yang berarti sesuatu berulang- dengan riba, judi, saling menipu, dan sebagainya. ulang.13 Adat berarti sesuatu yang terpendam Meskipun perbuatan-perbuatan itu telah menjadi dalam diri seseorang yang kemudian kebiasaan dan bahkan mungkin sudah tidak mendorongnya untuk melakukannya secara

benar juga mementingkan tingkah laku dan pengamalan yang 14 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih (Kaidah-kaidah Hukum baik dalam berbagai aspek kehidupan. Ajaran Islam yang tidak Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis) mengenal perbedaan derajat dan kasta serta sangat menjunjung (Jakarta: Kencana, 2007), 80. toleransi diterima dengan sangat baik oleh masyarakat Melayu 15 Misalnya dalam QS. Ali Imran: 104, yang artinya: “dan dan Hindu-Jawa. Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di hendaklah ada di antara kalian yang mengajak kepada kebaikan, Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 20-2. menyeru kepada al-ma’ruf dan melarang kepada kemunkaran, dan 12 Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an, Kajian Tematik Atas merekalah orang-orang yang beruntung.” Ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2004), 16 Raghib al-Ashfahani, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an 96. (Beirut: Dar al-Qalam, 1412 H), Juz 1, 561. 13 Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh (Sejarah dan Kaidah-kaidah Asasi) 17 Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar al-Shadir, 1414 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 153. H), Juz 9, 240.

96 Kolaborasi Kultur dan Konsep ... dirasa lagi keburukannya.18 Sedangkan kebiasaan pengamalan fikih bagi masyarakat muslim di yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan Indonesia. Jadi, kata mazhab di sini tidak semakna syara dalam mu’amalah seperti dalam jual beli, dengan kata “mazhab” yang disandangkan pada sewa menyewa, kerja sama pemilik sawah dengan mazhab fikih pada umumnya semisal mazhab penggarap dan sebagainya. Dalam kasus-kasus Syafi’i, mazhab Maliki, mazhab Hanafi, dan seperti di atas seandainya terjadi perselisihan mazhab Hanbali. Mazhab dalam pengertian diantara mereka, maka penyelesaiannya harus terakhir ini adalah kesatuan paham dan dikembalikan pada adat kebiasaan atau ‘urf yang tatalaksana pengamalan fikih yang disusun secara berlaku. sistematis oleh para pendiri (imam) mazhab Dalam hubungannya dengan kaidah ini para tersebut. Karena itu, istilah pengembangan fikih ahli mengatakan: mazhab Indonesia adalah upaya mengembangkan “semua yang datang dari syara’, secara mutlak, sebuah paham atau pemikiran fikih yang dapat tidak ada ketentuannya dalam agama dan tidak ada menghasilkan rumusan teknis pengamalan fikih dalam bahasa, maka dikembalikan kepada urf’.19 dengan mengedepankan keserasian fikih Islam dengan akar kultur masyarakat Indonesia. Terdapat hadis lain yang menggambarkan Upaya pengembangan fikih mazhab betapa pandangan umum atau mayoritas dalam Indonesia sejatinya bermula dari pengiriman sebuah masyarakat adalah pandangan yang delegasi Nusantara untuk belajar agama Islam di direstui oleh agama. Sebagaimana hadis yang Mekkah dan Madinah. Upaya ini adalah buah diriwayatkan dari Ibn Mas’ud: dari hubungan baik antara kesultanan Islam di “Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam Indonesia dengan pemerintahan Islam Dinasti maka baik pula di sisi Allah, dan apa saja yang Utsmani.22 Tercatat ulama-ulama seperti dipandang buruk oleh orang Islam maka menurut Allah Nuruddin ar-Raniry, Abdus Shamad al- pun digolongkan sebagai perkara yang buruk” 20 Palimbani, Muhammad Arsyad al-Banjary, Abdul Rahman al-Batawi, Abdul Wahhab al-Bugisi, dan Sebuah hadis Nabi saw., yang menunjukkan lain-lain dikirim oleh para sultan untuk belajar bahwa budaya atau adat istiadat baik yang sudah Islam di Haramayn. Sekembalinya para alim ada perlu dipertahankan. Ketika Nabi SAW ulama Indonesia yang belajar ke Mekkah dan datang di Madinah, mereka (penduduk Madinah) Madinah ke Indonesia, mereka membawa dasar- telah biasa memberi uang panjar (uang muka) dasar ilmu pengembangan Islam untuk pada buah-buahan untuk waktu satu tahun atau diterapkan di Indonesia. dua tahun. Maka saat itu Nabi bersabda: Terkait dengan pengembangan fikih di “Barangsiapa yang memberi uang panjar pada Indonesia, Muhammad Arsyad al-Banjari, salah buah-buahan, maka berikanlah uang panjar itu satu dari ulama tersebut merupakan ahli fikih. pada takaran yang tertentu, timbangan yang Al-Banjari menulis kitab “Sabilul Muhtadin” tertentu dan waktu yang tertentu.”21 sebuah kitab fikih yang –meskipun kental dengan mazhab Syafi’i- sarat dengan warna lokal, C. PERKEMBANGAN FIKIH MAZHAB terutama yang terkait dengan persoalan keislaman INDONESIA: DARI INKLUSIFISME HINGGA dan dinamika adat budaya di Kalimantan.23 MASYARAKAT MADANI Istilah fikih mazhab Indonesia bermakna warna dan karakteristik pemikiran dan 22 Azyumardi Azra secara lengkap menggambarkan hubungan baik yang terjalin antara raja-raja Islam di Nusantara dengan Khilafah Dinasti Utsmani yang juga sekaligus sebagai Khadim 18 Kebiasaan atau adat istiadat seperti ini disebut dengan ‘Urf al-Haramayn (Pelayan dua Kota Suci/Makkah dan Madinah). Di Yang Fasid. ‘Urf yang fasid adalah lawan dari yang shahih, yaitu antara kesultanan itu adalah Kesultanan Aceh, Kesultanan Banten al-‘urf yang jelas-jelas menyalahi teks syariah dan kaidah- dan Kesultanan Mataram, Kesultanan Palembang, dan Penguasa kaidahnya. Di masa Rasulullah SAW, ‘urf seperti ini misalnya Makassar. Buah dari hubungan baik ini adalah pengamanan jalur kebiasaan buruk seperti berzina, berjudi, minum khamar, makan perdagangan dan ekspedisi dari Nusantara ke Jazirah Arab dari riba dan sejenisnya. Para ulama sepakat untuk mengharamkan gangguan tentara Eropa terutama Portugis. Lihat Azyumardi ‘urf seperti ini, dan mengenyahkannya dari kehidupan kita. Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara 19 Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyah (Jakarta: UIN Press, Abad XVII dan XVII (Bandung: Mizan, 1998), 53-54. 2003), 35. 23 Lebih lanjut mengenai sosok Muhammad Arsyad al-Banjari 20 HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir. dapat dilihat pada Azyumardi Azra, 252-254. 21 Hadis riwayat Muslim.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 97 Mengenai kitab Sabilul Muhtadin ini, Najib Akan tetapi, kesemua undang-undang dan Kailani mengomentari mengenai bab zakat, peraturan yang terkait dengan penerapan ajaran sebagai ‘gagasan brilian dan melampaui Islam di Indonesia telah “disesuaikan” dengan zamannya’. Syekh Arsyad al-Banjari melihat kultur bangsa Indonesia sendiri. Teks-teks suci bahwa zakat untuk fakir miskin yang tidak keagamaan yang sepintas mengisyaratkan memiliki keahlian berdagang, sebaiknya berupa penolakan terhadap agama lain sudah mulai lahan produktif yang hasilnya dapat memenuhi dilakukan penafsiran ulang. Perdebatan panjang kebutuhan mustahik hingga mampu, atau mengenai inklusifisme keagamaan telah diwariskan kepada keluarganya hingga mampu mendapatkan perhatian serius dari para pula. Hasil yang melebihi dari kebutuhan cendekiawan muslim Indonesia semisal Alwi mustahik tersebut kemudian diberikan manfaatnya Shihab. untuk mustahik lainnya secara berketerusan.24 Interpretasi inklusifisme Islam di Indonesia Perkembangan fikih di Indonesia pasca menyandarkan pokok pikiran kepada lahirnya kemerdekaan terlihat dinamis dengan upaya piagam Madinah yang di dalamnya sarat dengan tokoh muslim sebagai representasi masyarakat ajaran-ajaran kemanusiaan di masa Rasulullah. muslim untuk melaksanakan syariat Islam dan Hal ini kemudian diperkuat dan disemangati oleh menformalkannya dalam dasar negara. Dokumen kenyataan bahwa Islam adalah sebuah agama Piagam Jakarta menjadi saksi atas tingginya yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. kesadaran serta animo masyarakat muslim Sebuah kebetulan lagi adalah karena Islam Indonesia untuk menjadikan Islam sebagai warna diturunkan dalam suatu komunitas yang utama peri kehidupan negara Indonesia. Namun heterogen yang memiliki kemiripan dengan usaha untuk memasukkan kata “dengan Indonesia 26. kewajiban menjalankan syariat Islam bagi Model masyarakat di zaman Rasulullah ini pemeluk-pemeluknya” tidak berhasil menjadi sila kemudian oleh para ahli dijadikan sebagai pertama Pancasila, dan diganti dengan prototipe sebuah masyarakat madani. Al-Qur’an “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Setidaknya ini menyebutkan 2 bentuk masyarakat pada masa mencerminkan sebuah kesadaran bagi tokoh- Nabi. Pertama, masyarakat badui yang nomaden. tokoh muslim –yang tentunya mewakili aspirasi Kedua, masyaraka madani, yang telah menetap masyarakat muslim Indonesia. di wilayah tertentu.27 Dalam istilah kekinian, Patut dicatat bahwa kaum nasionalis yang sebuah masyarakat dengan kultur yang sudah waktu itu turut menolak memformalisasi Islam tertata rapi akan mencapai sebuah model yang ke dalam dasar negara memiliki pertimbangan disebut masyarakat madani atau biasa disebut yang tidak emosional. Sebab dengan membiarkan dengan istilah civil society. statement yang umum dan interpretif akan Kata madani seakar kata dengan madinah yang menjadikan dinamika keberagamaan di Indonesia sering diartikan sebagai “kota”. Kata ini juga menjadi kondusif. Selain itu, akan hilang rasa berasal dari akar kata yang sama dengan keterasingan bagi kelompok tertentu yakni madaniyyah atau tamaddun yang berarti peradaban. mereka yang tidak memeluk Islam di Indonesia. Secara harfiah madinah berarti “tempat Tampaknya, “perjuangan” untuk peradaban”, atau suatu lingkungan hidup yang memformalisasi ajaran Islam setelah kegagalan beradab, sopan, dan tidak liar. Kata lain yang Piagam Jakarta, tetap berlanjut. Hal ini terlihat semakna adalah al-hadarah. Kata yang terakhir dengan disahkannya Undang-Undang ini menunjuk kepada pengertian “pola hidup Perkawinan yang mensyaratkan perkawinan menetap di suatu tempat”. Pengertian tersebut harus sesuai dengan ajaran agama, Undang- erat kaitannya dengan ‘tsaqafah’ yang berarti Undang Pendidikan yang mewajibkan pelajaran kebudayaan atau peradaban. Antonim dari kata agama di sekolah, Undang Undang Waqaf, dan ini adalah ‘badaawah’, atau badwi/badui. Kata Undang Undang Zakat.25

26 Nabi mengganti nama Kota Yatsrib menjadi Madinah. Karena 24 Lihat Republika Online di www.republika.co.id/berita/ nama yang pertama mengisyaratkan makna penaklukan atau shortlink/69382. penjajahan, maka Nabi menggantinya menjadi Madinah. 25 M. Dawam Rahardjo, Merayakan Kemajemukan, Kebebasan, 27 M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas dan Kebngsaan (Jakarta: Kencana, 2010), 119. Menengah dan Perubahan Sosial (Jakarta: LP3S, 1999), 123.

98 Kolaborasi Kultur dan Konsep ... yang terakhir ini mengandung makna pola Tidak terfomalisasinya hukum Islam secara kehidupan berpindah-pindah (nomad), sebuah umum, meski beberapa hukum Islam seperti kehidupan yang terkesan primitif, seperti pola pernikahan telah diformalkan dengah UU No. 1 kehidupan padang pasir atau suku pedalaman Tahun 1970, justru memberi peluang besar bagi yang tidak terpengaruh dengan budaya luar. 28 berkembangnya fikih di negeri ini. Tercatat tokoh- Kultur yang ada pada masyarakat yang tokoh fikih nasional telah memberikan demikian beradab, atau masyarakat madani menandakan banyak kontribusi pemikiran dalam sebuah pola hidup yang teratur, logis, pengembangan fikih dalam warna keindonesiaan. berkeadilan, tenggang rasa, dan saling Hasbi as-Shiddiqi misalnya, pada tahun 1948 menghargai antar sesama anggota masyarakat. telah menggagas sebuah fikih mazhab Indonesia. Akan tetapi, term madani tidaklah menafikan Menurut Hasbi, hukum Islam harus mempu secara total dan menyeluruh peran anggota memberi jawaban atas persoalan-persoalan baru masyarakat di sebuah pedesaan. Karena patron yang timbul dalam masyarakat Indonesia. yang digunakan dalam terminologi madani Menurutnya, sudah waktunya muncul fikih adalah pola pikir dan pola hidup. Dalam sebuah alternatif yang berwarna Indonesia karena masyarakat pedesaan yang mayoritas merespon persoalan-persoalan yang timbul di masyarakatnya telah mengenyam pendidikan Indonesia. yang memadai serta mempraktekkan sebuah laku Hasbi meyakini bahwa ‘urf atau adat yang teratur sebagaimana dicirikan dalam sebuah kebiasaan yang telah menjadi kultur dalam masyarakat madani, maka pedesaan tersebut juga kehidupan bangsa Indonesia merupakan acuan dapat disebut sebagai wilayah masyarakat dalam membuat format hukum Islam yang baru madani. di Indonesia. Sebab Islam datang tidak untuk Dalam konteks Indonesia yang merupakan menghapus kebudayaan dan kultur yang telah negara demokratis, terlihat jelas kesebandingan ada. Islam datang untuk meluruskan dan bahkan antara prinsip-prinsip demokrasi yang menjadi mengembangkan potensi kultur yang ada, sejauh tulang punggung masyarakat madani dengan itu tidak nyata-nyata bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam. Kesesuaian konsep pokok-pokok agama Islam. 31 Islam dengan konsep masyarakat madani sangat Selain Hasbi as-Shiddiqi, terdapat tokoh terlihat pada pilar-pilar sosial masyarakat muslim nasional lainnya yang memelopori munculnya itu sendiri.29 Ini karena sistem peradaban Islam fikih Indonesia. Tokoh-tokoh seperti Hazairin, Ali yang universal juga bersesuaian dengan watak Yafie, termasuk Gus Dur, tidak bisa basyariyyah manusia. Sehingga hampir seluruh dikesampingkan peran mereka dalam pencetusan hal-hal yang terkait dengan prinsip-prinsip fikih Indonesia. Dua ormas terbesar di Indonesia; kemanusiaan terakomodir dalam Islam dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah terlihat istilah “fitrah”.30 vulgar dalam memperlihatkan corak fikih ala Indonesia. Isu-isu kontemporer seperti nikah massal, aborsi bagi korban perkosaan, dan 28 Lihat Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban beberapa kasus waris mengambil corak ijtihad (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1992), 312-313. tersendiri khas Indonesia. 29 Lihat Bahtiar Effendy, “Wawasan al-Qur’anTentang Masyarakat Madani: Menuju Terbentuknya Negera-Bangsa yang Hazairin adalah tokoh lain yang mencoba Modern,” Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol. I No. 2, 1999. menjadikan ciri khas kultur Indonesia sebagai Istilah ‘khairu ummah’ disinyalir sebagai ciri khas masyarakat pertimbangan dalam melahirkan hukum-hukum muslim dalam al-Qur’an adalah masyarakat yang tercakup dalam pengertian ini. Beberapa ciri masyarakat madani terlihat pada fikih. Menurut Hazairin, fikih Islam yang sejumlah ayat dan hadis sebagai berikut: berkembang di Hijaz, Timur Tengah, banyak 1. Kesamaan tujuan (QS. al-Baqarah/2: 148). terpengaruh oleh faktor budaya setempat. Karena 2. Ada aturan-aturan yang disepakati (QS. Yunus/10: 99) (QS. al-Maidah/5: 48) itu, seharusnya budaya Indonesia juga memberi 3. Tidak ada pemaksaan ideologi QS. al-Baqarah/2: 256. andil dalam pengembangan hukum Islam untuk 4. Toleransi. Ibn Abbas menuturkan bahwa Nabi saw. ditanya, “Agama mana yang paling dicintai Allah?”. Nabi wilayah Indonesia. menjawab, “semangat kebenaran yang toleran (al-hanafiyyah as- samhah). 30Muhammad Ahmad Khalafallah, Masyarakat Muslim Ideal 31Mahsun Fua’d, Hukum Islam Indonesia, dari Nalar (Tafsir Ayat-Ayat Sosial) (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), 6. Partisipatoris hingga Emansipatoris (Yogyakarta: Lkis, 2005), 68.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 99 Ali Yafie, seorang tokoh kharismatik dari D. PENUTUP Nahdlatul Ulama menggagas fikih sosial. Sesuai Keberadaan fikih dengan corak Indonesia dengan namanya, pemikiran fikih yang digagas atau fikih mazhab Indonesia mengupayakan Ali Yafie mengedapankan aspek adat istiadat dan sebuah sistem hukum fikih yang selaras dengan kemasyarakatan di Indonesia sebagai kondisi masyarakat. Keberadaan fikih ala pertimbangan dalam menetapkan hukum-hukum Indonesia ini –meski masih dalam tahap fikih di Indonesia.32 pengembangan- diharapkan menjadi inspirasi Fikih mazhab Indonesia yang digagas oleh bagi para cendekiawan Islam untuk terus para tokoh tersebut di atas memperlihatkan menggali semangat umum syariat Islam untuk upaya kolaborasi yang harmonis antara adat di-combine dengan akar budaya masyarakat istiadat dan budaya ‘timur’ yang berkembang di Indonesia. Indonesia sebelum kedatangan Islam. Gagasan ini Tujuan mulia dari usaha pengembangan diharapkan menjadi sinergi yang positif dan fikih mazhab Indonesia ini adalah sebuah progresif untuk menginspirasi para pemikir dan masyarakat sipil yang kuat, yang tetap intelektual muslim di negara-negara lain. mendasarkan aktifitas dan paham keagamaannya Kekhususan syariat Islam yang shalihun li kuli sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa syariat zaman wa makan (sesuai di setiap tempat dan Islam, tanpa harus terlepas dari akar kulturnya waktu) dan kemudian mengejawantah dalam sendiri. Usaha ini juga dapat menjadi proteksi atas hukum-hukum fikih memiliki prospek yang beberapa pemikiran baru atau lama, yang cerah di Indonesia. Dan meskipun terdapat tidak mungkin berupaya memengaruhi konstruk fikih sedikit dalam ajaran-ajaran dan hukum-hukum di Indonesia, namun dengan menegasikan aspek fikih yang terlihat ‘kejam’ seperti potong tangan, budaya masyarakat yang sudah mapan.[] qisash, rajam, dan sebagainya. Namun fikih di Indonesia berupaya mengambil opsi hukum yang lain, yang lebih berkesesuaian dengan budaya dan kultur Indonesia. Sikap dan pengamalan fikih seperti ini kemudian oleh para tokoh fikih (fuqaha) tidak ditolak dan dianggap sebagai warna tersendiri bagi fikih di Indonesia.

32 Ali Yafie, Menggagas Fikih Sosial (Bandung: Mizan, 2000).

100 Kolaborasi Kultur dan Konsep ... DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sudirman. Qawa’id Fiqhiyah. UIN Press, Manzhur, Ibn. Lisan al-‘Arab. Beirut: Dar al- 2003. Shadir, 1414 H, Juz 9. al-Ashfahani, Raghib. Al-Mufradat fi Gharib Al- Mubarok, Jaih. Kaidah Fiqh (Sejarah dan Kaidah- Qur’an. Beirut: Dar al-Qalam, 1412 H), Juz kaidah Asasi). Jakarta: PT Raja Grafindo 1. Persada, 2002. Ahmad Khalafallah, Muhammad. Masyarakat Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban. Muslim Ideal (Tafsir Ayat-Ayat Sosial). Jakarta: Yayasan Paramadina, 1992. Yogyakarta: Insan Madani, 2008. Nasikhun. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Abu Zahrah, Muhammad. Imam Syafii, Biografi Press, 2006. dan Pemikirannya dalam Masalah Akidah, Rahardjo, M. Dawam. Masyarakat Madani: Agama, Politik dan Fiqih. Jakarta: Penerbit Lentera, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial. Jakarta: 2007. LP3S, 1999. al-Madani, Abdurrahman Hasan Hanbalah. al- ——————————, Merayakan Kemajemukan, Akhlaq al-Islaamiyah wa Ususuha. Kebebasan, dan Kebangsaan. (Jakarta: Damaskus: Dar el-Qalam,1987. Kencana, 2010. Badan Pusat Statistik Nasional Ruslikan, “Konflik Dayak-Madura di Kalimantan Djazuli, A. Kaidah-kaidah Fikih (Kaidah-kaidah Tengah: Melacak Akar Masalah dan Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah- Tawaran Solusi” dalam JURNAL masalah yang Praktis. Jakarta: Kencana, MASYARAKAT KEBUDAYAAN DAN 2007. POLITIK, Volume 14, Nomor 4:1-12, tahun 2001. Effendy, Bahtiar, “Wawasan Al-Qur’an Tentang Masyarakat Madani: Menuju Terbentuknya Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam di Negara-Bangsa yang Modern,” Jurnal Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, Pemikiran Islam Paramadina, Vol. I No. 2, 2005. 1999. Shihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur’an, Kajian Fua’d, Mahsun. Hukum Islam Indonesia, dari Nalar Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al- Partisipatoris hingga Emansipatoris. Qur’an. Jakarta: Penamadani, 2004. Yogyakarta: Lkis, 2005. Yafie, Ali. Menggagas Fikih Sosial. Bandung: Mizan, Hude, Darwis. Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur’an. 2000. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002. http://finance.detik.com/read/2014/03/06/134053/ 2517461/4/negara-dengan-penduduk- terbanyak-di-dunia-ri-masuk-4-besar. http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/ Suku_bangsa_di_Indonesia Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam.Yogyakarta: LPPI UMY, 2000. Manshur, Abdul ‘Azhim. al-Akhlaq wa qawaa’id al-Suluk fi al-Islam. Majlis al-A’la li al-Syu’un al-Islamiyah.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 101 102 Kolaborasi Kultur dan Konsep ... TOPIK

STRATEGI PENINGKATAN MUTU RINTISAN MADRASAH UNGGUL: STUDI KASUS DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI YOGYAKARTA I

E R L I N A F A R I D A*

ABSTRAK Kehadiran madrasah unggulan ikut mewarnai eksistensi madrasah di tanah air di kancah era modernisasi dan globalisasi saat ini. Keberadaan MTsN Yogyakarta I yang merupakan sekolah rintisan unggulan Kementerian Agama patut diacungi jempol karena madrasah ini menjadi salah satu indikator sekolah yang baik dan berpotensi untuk menjadi unggulan berdasarkan penilaian Kementerian Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Madrasah ini mampu mengakomodir kepentingan masyarakat agar tertarik untuk mengamanahkan putra-putrinya di sekolah ini karena terdapat keunggulan pada pendidikan agama dan penanaman kebiasaan yang islami. Beragam strategi dilakukan oleh madrasah ini untuk mewujudkan madrasah unggul, mulai dari peningkatan mutu sumber daya manusia tenaga pendidik, kualitas pelayanan, budaya organisasi, sarana prasarana, inovasi kurikulum, dan pembelajaran, khususnya pengembangan kelas unggulan untuk mewujudkan keunggulannya.

KATA KUNCI: Strategi, Peningkatan Mutu, Madrasah Unggul

ABSTRACT The presence of exemplary madrasa colors the existence of madrassas in Indonesia in the midst of modernized and globalized era. The existence of MTsN Yogyakarta I as a featured pilot school by the Ministry of Religious Affairs is admirable due to its quality as an excellent school based on the assessment of the MoRA Yogyakarta Province. This madrasa is able to accommodate the parents’ need to send their children to an excellent religious education and an excellent Islamic custom habituation. Various strategies have been undertaken by this madrasa to achieve a superior madrasa, such as: improving the quality educators, service quality, organizational culture, infrastructure, curriculum innovation and learning, especially the development of superior class to realize its excellence.

KEY WORDS: Strategy, Quality Improvement, Exemplary Madrasa

A. PENDAHULUAN dan berkembangnya Islam di Indonesia. Budaya Madrasah merupakan lembaga pendidikan lembaga pendidikan Islam tersebut bersentuhan Islam yang muncul sejak masa klasik Islam. dengan pesantren (setting Indonesia) dan Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam telah modernisasi pendidikan sekolah modern Belanda muncul dan berkembang seiring dengan masuk dan kebangkitan Muslim reformis secara bersama- sama mendorong berbagai perubahan lembaga- *) Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan lembaga pendidikan Islam. Tidak ragu lagi, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Jln.M.H. Thamrin pencapaian pendidikan madrasah (MI, MTs, MA) 6 Jakarta. Email: [email protected] dalam empat dasawarsa terakhir sangat **Naskah diterima Maret 2015, direvisi April 2015, disetujui untuk diterbitkan Mei 2015 fenomenal. Pencapaian paling utama dari segi

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 103 hukum adalah pengakuan negara melalui Karenanya, saat ini tidak sedikit masyarakat Undang-Undang terhadap madrasah—melalui Indonesia yang lebih mempercayai lembaga Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan madrasah daripada sekolah umum. Nomor 2 Tahun 1989 dan Undang-Undang Hal ini dikarenakan madrasah mempunyai Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun keunggulan plus, yaitu kekuatan di pendidikan 2003. Dengan Undang-Undang ini, berarti secara agama Islam yang menjadi berbeda dengan legal formal madrasah tidak lagi marjinal dan sekolah umum. Apalagi jika mengingat siswa terasing dari pendidikan nasional, karena regulasi MTs adalah siswa usia masih remaja yang sangat ini telah memposisikan madrasah menjadi membutuhkan bimbingan pendidikan agama dari subsistem pendidikan nasional. Hal ini sejalan lingkungan sekolah, rumah, dan keluarganya. dengan komitmen global dalam upaya Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Yogyakarta peningkatan pemerataan akses pendidikan. Akses merupakan rintisan Madrasah Tsanawiyah pendidikan yang bermutu merupakan hak unggulan di Daerah Istimewa Yogyakarta. fundamental setiap warga negara yang tidak Berbeda dengan wilayah lain di Indonesia yang dibatasi oleh status sosial, status ekonomi, suku, sudah punya Madrasah Tsanawiyah model atau etnis, agama, dan gender, sebagaimana unggulan, madrasah ini merupakan cikal bakal diamanatkan dalam Pasal 31 ayat (1) Undang- Madrasah Tsanawiyah Negeri pertama yang akan Undang Dasar 1945 dan Pasal 5 ayat (1) Undang- dijadikan unggulan untuk tingkat Madrasah Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Tsanawiyah di wilayah ini. Maksud dari Pendidikan Nasional. madrasah rintisan unggulan yaitu madrasah ini Pendidikan di madrasah (sudah banyak terpilih sebagai rintisan MTs unggulan contoh baik negeri maupun swasta) dalam berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor perjalanan sejarahnya terbukti dengan kerja Kementerian Agama Wilayah Daerah Istimewa kerasnya mampu memperkuat daya saing dan Yogyakarta berdasarkan sejumlah indikator yaitu mutu pendidikan madrasah di kancah pendidikan memiliki keunggulan sekolah plus keunggulan nasional. Model-model kelembagaan dan pesantren. Di satu sisi madrasah ini memiliki substansi pembelajaran madrasah bermunculan kualitas sebagai sekolah umum, di sisi lain, ia secara beragam merespon modernisasi. menjadi tempat untuk membangun kepribadian Perkembangan madrasah tersebut memberikan Islami pada siswa didiknya. Oleh sebab itu indikasi bahwa lembaga pendidikan Islam telah penting untuk diketahui seperti apa strategi yang mengalami transformasi dan modernisasi sejalan digunakan oleh madrasah ini untuk dengan perubahan sosial, ekonomi, politik, meningkatkan mutu lembaganya, mengingat budaya, dan globalisasi. Akan tetapi tantangan madrasah unggulan belum banyak di Indonesia yang dihadapi madrasah semakin kompleks dan sehingga pengalaman proses madrasah ini bisa berat, karena dunia madrasah juga dituntut menjadi inspirasi bagi MTs lain di Indonesia yang untuk memberikan konstribusi bagi kemoderenan mayoritas kualitasnya masih kalah unggul dan tendensi globalisasi. Oleh karena itu dengan sekolah umum. Penelitian eksplorasi ini madrasah wajib meningkatkan mutunya untuk dilakukan pada tahun 2014. mencapai keunggulan. Dalam upaya meningkatkan mutu Rumusan Masalah pendidikan di madrasah, Kementerian Agama RI 1. Bagaimana strategi MTsN Yogyakarta I telah melakukan langkah-langkah sebagai rintisan madrasah unggulan negeri pengembangan pendidikan melalui tiga pilar, di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam yaitu; 1) perluasan akses dan pemerataan meningkatkan mutu pendidikannya? pendidikan, 2) peningkatan mutu, relevansi, dan 2. Apakekuatan, kelemahan, maupun peluang daya saing pendidikan, 3) penguatan tata kelola yang mempengaruhi peningkatan mutu dan pencitraan publik. Kementerian Agama juga madrasah? mengembangkan program Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), Madrasah Model, Tujuan Madrasah Unggulan, Madrasah Terpadu, dan 1. Untuk mendapatkan data dan informasi sebagainya. terkait strategi MTsN Yogyakarta I dalam

104 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... mengelola peningkatan mutu pendidikannya. pembaharuan pendidikan secara terencana, 2. Untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, terserap dan berkesinambungan. peluangmaupun tantangan yang Perihal penjaminan mutu lembaga mempengaruhi peningkatan mutu madrasah pendidikan juga tertuang dalam Peraturan dengan analisis SWOT. Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 pada Bab XV, dimana setiap satuan pendidikan jalur formal Kebermanfaatan maupun jalur non formal wajib melakukan Hasil penelitian ini diharapkan dapat penjaminan mutu pendidikan, penjaminan mutu bermanfaat bagi: tersebut bertujuan untuk memenuhi atau 1. MTsN Yogyakarta I sebagai bahan refleksi dan melampaui Standar Nasional Pendidikan masukan untuk meningkatkan mutu (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pendidikannya. Standar Nasional Pendidikan). 2. Madrasah secara umum, sebagai bahan Mutu adalah kecocokan penggunaan produk masukan, inspirasi, ataupun spirit untuk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan memperbaiki mutu madrasah. pelanggan (Joseph M. Juran 1993). Menurut 3. Puslitbang Pendidikan Agama dan Sallis, mutu adalah upaya untuk memenuhi Keagamaan, sebagai bahan untuk menyusun kebutuhan pelanggan, masih dalam buku yang konsep pengembangan madrasah unggulan sama Edward mengartikan mutu sebagai maupun peningkatan mutu madrasah. keunggulan (excellence) dengan alasan cocok 4. Kementerian Agama RI, khususnya dengan tujuan. Definisi lain mengatakan “quality Direktorat Pendidikan Islam sebagai bahan is often defined in term outcome to match a costumer masukan dalam menyusun kebijakan untuk satisfaction”. Dalam konteks mutu sekolah, meningkatkan mutu madrasah. kepuasan orang tua, masyarakat, pihak terkait (stakeholder) terhadap lulusan yang berkualitas B. KERANGKA KONSEP dan pelayanan sekolah yang baik merupakan kata Strategi kunci sekolah yang diandalkan (Syafaruddin Mintzberg dan Waters (2003) menyatakan 2008). bahwa strategi adalah pola umum tentang Dari berbagai uraian di atas bisa disimpulkan keputusan atau tindakan. Sedangkan Sudjana bahwa yang dimaksud mutu ialah nilai moral (2001) menyitir apa yang diungkapkan oleh terkait kualitas dengan kriteria persyaratan Hardy, Langley, dan Rose bahwa strategi adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan rencana atau kehendak yang mendahului dan pelanggan. Jadi dalam hal ini madrasah mengendalikan suatu kegiatan. mempunyai konsep kualitas yang digunakan Dari pengertian di atas bisa disimpulkan untuk memenuhi spesifikasi tertentu dan bahwa strategi adalah pola yang dengan sengaja memuaskan pelanggan sesuai dengan direncanakan dan ditetapkan untuk melakukan kebutuhannya. suatu kegiatan. Adapun strategi yang dimaksud dalam tulisan ini meliputi segala sesuatu yang Madrasah Unggul direncanakan dan dilakukan oleh MTsN Dalam Kamus Besar Bahasa Yogyakarta I dalam rangka untuk meningkatkan Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud mutu pendidikannya. dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang lain; terbaik; Mutu terutama. Sedangkan Keunggulan artinya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor keadaan unggul; kecakapan, kebaikan dan 20 Tahun 2003 menimbang bahwa Sistem sebagainya yang lebih dari pada yang lain (Peter Pendidikan Nasional harus menjamin Salim dan Yenny Salim : 1991). pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan Secara ontologis, sekolah unggul dalam mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen perspektif Departemen Pendidikan Nasional pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai adalah sekolah yang dikembangkan untuk dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, mencapai keunggulan dalam nasional dan global sehingga perlu dilakukan keluaran (output) pendidikannya. Untuk

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 105 mencapai keunggulan tersebut maka masukan Kementerian Agama wilayah Daerah Istimewa (input), proses pendidikan, guru dan tenaga Yogyakarta memilih sekolah ini sebagai rintisan kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, Madrasah Tsanawiyah unggulan. dan sarana penunjangnya harus diarahkan Bila sekolah mampu mengorientasikan tiga untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut kecerdasan tersebut berarti madrasah unggul (Muhammad : 2009). telah mengakomodasi dan mengarahkan sisi Dengan demikian sekolah/madrasah kemanusiaan peserta didik agar memiliki unggulan dapat didefinisikan sebagai sekolah intelektualitas, spiritualitas, moralitas, sosialitas, yang dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya rasa, dan rasionalitas dalam kehidupannya, dengan mengarahkan semua komponennya sehingga output yang dihasilkan akan mampu untuk mencapai hasil lulusan yang lebih baik dan hidup serasi dan seimbang dengan lingkungan cakap daripada lulusan sekolah lainnya. keluarga, anggota masyarakat, alam, dan juga Sedangkan menurut Siti Nurhayati dengan Tuhan. keunggulan madrasah bisa dikategorikan dalam Menurut Moedjirto, setidaknya dalam keunggulan komparatif dan kompetitif. Dalam praktik dilapangan terdapat tiga tipe madrasah konteks lembaga pendidikan, keunggulan atau sekolah Islam unggulan. Pertama, tipe komparatif menekankan pada keunggulan madrasah atau sekolah Islam berbasis pada anak kaitannya dengan sumber daya yang disediakan, cerdas. Kedua, tipe madrasah atau sekolah Islam dimiliki tanpa perlu adanya suatu upaya. berbasis pada fasilitas. Sekolah Islam atau Sedangkan keunggulan kompetitif adalah madrasah semacam ini cenderung menawarkan keunggulan yang timbul karena ada suatu upaya fasilitas yang serba lengkap dan memadai untuk yang dilakukan untuk menunjang kegiatan pembelajarannya. Ketiga, mencapainya. Keunggulan kompetitif terkait tipe madrasah atau sekolah Islam berbasis pada dengan daya saing suatu produk yang relatif iklim belajar. Tipe ini cenderung menekankan mapan sehingga mampu memasuki pasar tertentu pada iklim belajar yang positif di lingkungan dengan tingkat harga dan kualitas sesuai sekolah/madrasah. Lembaga pendidikan dapat kebutuhan penggunanya. Produk yang memiliki menerima dan mampu memproses siswa yang keunggulan kompetitif biasanya didukung oleh masuk (input) dengan prestasi rendah menjadi pelayanan memadai sehingga memiliki daya saing lulusan (output) yang bermutu tinggi. Tipe ketiga dibandingkan dengan produk yang berasal dari ini termasuk agak langka, karena harus bekerja sumber lain. Keunggulan komparatif ekstra keras untuk menghasilkan kualitas yang menekankan pada keunggulan kaitannya dengan bagus (Agus Maemun dan Agus Zaenul Fitri : sumber daya yang disediakan. Sedangkan 2010). Untuk kategori ini MTsN Yogyakarta I keuntungan kompetitif bersandar pada termasuk dalam madrasah unggulan kelompok penguasaan IPTEK dan informasi. Atas dasar kedua dan ketiga. pemahaman tersebut, yang dimaksud dengan Dari uraian di atas dapat didefinisikan bahwa ‘keunggulan/excellence’ pada istilah ‘center for sekolah Islam atau madrasah unggulan adalah excellence’ adalah jenis keunggulan kompetitif, lembaga pendidikan Islam yang memiliki yaitu keunggulan yang diraih melalui suatu komponen unggul, yang tercermin pada sumber usaha. Maka yang dimaksud madrasah unggul daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki dan siswa), sarana prasarana, dan fasilitas komponen unggul, yang tercermin pada sumber pendukung lainnya untuk menghasilkan lulusan daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan dan siswa), sarana prasarana, serta fasilitas teknologi secara terampil, memiliki kekokohan pendukung lainnya untuk menghasilkan lulusan spiritual (iman dan/atau Islam), dan memiliki yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan kepribadian akhlak mulia. teknologi secara terampil, memiliki kekokohan Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) PP 19 Tahun spiritual (iman dan/atau Islam), dan memiliki 2005, penjaminan dan pengendalian mutu kepribadian akhlak mulia. Dalam konteks ini pendidikan dilakukan dalam tiga program MTsN Yogyakarta I termasuk dalam kategori terintegrasi, yaitu evaluasi, akreditasi, dan berkeunggulan kompetitif. Oleh karenanya sertifikasi. Dengan demikian, akreditasi

106 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... merupakan salah satu program atau kebijakan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif yang digunakan sebagai strategi penjaminan dan adalah jenis penelitian yang menghasilkan pengendalian mutu pendidikan nasional. Dalam temuan yang tidak dapat dicapai melalui prosedur konteks ini, akreditasi merupakan sebuah statistik atau cara-cara pengukuran lainnya “mantra” baru yang digunakan sebagai salah satu (Strauss dan Corbin 1990). Kemudian Glesne dan instrumen penilaian kelayakan satuan Peshkin menandaskan bahwa dalam penelitian pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan kualitatif peneliti mengumpulkan kata-kata dengan mengacu pada 8 (delapan) Standar melalui percakapan dengan sejumlah kecil orang, Nasional Pendidikan (SNP), yaitu standar isi, menghimpun berbagai dokumen dan standar kompetensi lulusan, standar proses, mengobservasi perilaku (1992). Penelitian ini standar pendidik dan tenaga kependidikan, membuka peluang lebih besar terjadinya standar sarana dan prasarana, standar hubungan langsung antara peneliti dengan pengelolaan, standar penilaian, dan standar responden atau sasaran penelitian. Dengan pembiayaan. demikian akan lebih mudah memahami fenomena Oleh karena itu, akreditasi mendapat yang dideskripsikan dibandingkan jika istilah perhatian serius pemerintah, termasuk tersebut hanya didasarkan pada pandangan Kementerian Agama dalam upaya meningkatkan peneliti sendiri (Lincolln dan Guba 1995). mutu, daya saing, dan relevansi pendidikan Islam Beberapa pendapat di atas bisa digarisbawahi (madrasah) sesuai dengan SNP. Hal ini bahwa yang dimaksud penelitian kualitatif adalah sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategik prosedur penelitian yang dilakukan melalui Pembangunan Pendidikan Islam 2010-2014 yang kontak langsung antara peneliti dan subyek menetapkan bahwa pada tahun 2014 semua MI, terutama dengan menggunakan cara observasi, MTs, dan MA harus telah diakreditasi oleh BAN- wawancara, studi dokumen sehingga diharapkan S/M dengan 50% memperoleh peringkat akan diperoleh informasi verbal dan non verbal terakreditasi minimal B. yang diolah tanpa menggunakan pendekatan Dari berbagai definisi di atas bisa yang bersifat kuantitatif. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa madrasah unggul adalah subyek perilaku adalah pelaku yang bertugas madrasah yang bisa menunjukkan ciri-ciri atau dalam pengelolaan MTsN Yogyakarta I dan memenuhi kriteria keunggulan komparatif dan peneliti. Dalam hal ini yang berperan sebagai kompetitif, memenuhi akreditasi minimal B instrumen utama adalah kepala madrasah, tenaga (otomatis memenuhi 8 standar SNP), berprestasi pendidik dan kependidikan maupun siswa. akademik maupun non akademik, unggul dari Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa segi input, proses dan output siswa, berbudaya penelitian kualitatif yang dimaksud dalam organisasi unggul, dan lain-lainnya. Dengan penelitian ini dimensinya muncul dalam bentuk demikian madrasah unggulan dapat didefinisikan pengumpulan data dan informasi, berupa sekolah yang dikembangkan dan dikelola sebaik- pernyataan lisan, observasi, dan deskripsi isi baiknya dengan mengarahkan semua dokumen yang kemudian diolah menjadi satu komponennya untuk mencapai hasil lulusan hasil penelitian. yang lebih baik dan cakap daripada lulusan sekolah lainnya. Teknik Pengumpulan Data Oleh karenanya yang dimaksud dengan Teknik yang digunakan dalam penelitian ini strategi peningkatan mutu dalam judul penelitian adalah pengamatan terlibat, wawancara, dan ini adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh analisis dokumen (Moleong 2008). Hal ini MTsN Yogyakarta I untuk meningkatkan mutu bermaksud agar semakin banyak sumber data agar dari rintisan madrasah unggul berhasil yang digunakan untuk memahami permasalahan menjadi madrasah unggulan. sehingga temuan penelitian akan lebih bermakna dan dipercaya. C. METODOLOGI Untuk observasi peneliti melakukan Metode pengamatan terlibat secara berkesinambungan Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengamati pelaksanaan pendidikan di adalah metode deskriptif kualitatif dengan madrasah untuk memperoleh gambaran umum

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 107 kegiatan proses pengelolaan madrasah. MAN Yogyakarta III. Kemudian wawancara dilakukan dengan kepala Kepemimpinan MTsN Yogyakarta I dalam madrasah, kepala tata usaha, wakil-wakil kepala beberapa tahun pertama masih dipegang oleh madrasah, guru mata pelajaran, dan siswa Kepala PGAN Yogyakarta. Baru pada 7 September dengan cara wawancara personal dan FGD untuk 1982, MTsN Yogyakarta I memiliki kepala menggali data dan informasi terkait strategi madrasah secara definitif. R. Dachri Roeslani peningkatan mutu madrasah. Pengumpulan Soenoewinoto, BA adalah Kepala MTsN dokumentasi difokuskan pada hal-hal yang Yogyakarta I yang pertama (7 September 1982 – berkaitan dengan pengelolaan madrasah, seperti 12 Agustus 1986). Bersama beberapa perintis prestasi siswa baik akademik maupun non lainnya seperti Hadi Suparto, BA, Drs. Suharto, akademik, program kerja dan tata tertib Drs. Jamhadi, Sukohono, BA, terus berupaya madrasah. membina dan memajukan MTsN Yogyakarta I. Jumlah kelas atau rombel pada saat itu ada Analisis Data sembilan. Tenaga pendidiknya semua berstatus Data yang diperoleh melalui wawancara, guru PGAN Yogyakarta. Pada periode kepala pengamatan, dan analisis dokumen dicatat dan madrasah yang kedua, Iskandar, seluruh tenaga dianalisis. Proses pencatatan dilakukan secara pendidik sudah berstatus guru MTsN Yogyakarta bertahap mulai dari pencatatan awal, yaitu I. melakukan pencatatan selama pengamatan dan Dalam perjalanan sejarahnya, MTsN wawancara. Kemudian membuat coding sebagai Yogyakarta I sampai sekarang telah dipimpin oleh petunjuk catatan yang diperoleh. Prosedur tujuh kepala madrasah, dimana yang terakhir analisis berikutnya mencakup empat tahapan, hingga saat ini masih menjabat sebagai kepala yaitu analisis domain, taksonomi, komponensial, madrasah, yaitu Drs. H. Abdul Hadi, S.Pd., dan analisis tema yang dikaji lebih lanjut dengan M.Pd.I (26 Desember 2013 – sekarang). teori yang relevan (Spradley 1990). Nama MTsN Yogyakarta I semakin dikenal oleh masyarakat luas. Semula, PSB (Penerimaan Triangulasi Siswa Baru) dilaksanakan dengan sistem jemput Triangulasi adalah proses di dalam penelitian bola. Akhirnya masyarakat sendiri yang datang untuk dapat memantapkan/menguasai temuan ke madrasah. Sejalan dengan meningkatnya penelitian yang dilakukan dengan metode yang animo masyarakat terhadap MTsN Yogyakarta I, sama, satu sumber yang sama atau satu pada tahun 1990-an MTsN Yogyakarta I pengamatan yang absah untuk keperluan menambah jumlah rombel menjadi 12 kelas. pengecekan atau sebagai pembanding antara data Selanjutnya pada tahun pelajaran 2001/2002 dokumen, wawancara maupun observasi dalam menjadi 15 kelas. Berkat kerja keras seluruh menganalisisi dan selanjutnya untuk membuat warga madrasah, pada Mei 2012 oleh Kepala kesimpulan (Michael Quinn Patton 1995). Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman MTsN Yogyakarta I ditetapkan menjadi Madrasah D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Percontohan. Selanjutnya pada Desember 2012 Gambaran Umum Madrasah ditunjuk sebagai Rintisan Madrasah Unggul Madrasah Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I melalui Surat Keputusan Kepala Kanwil berdiri pada 16 Maret 1978. Dasar hukum Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta pendiriannya adalah Surat Keputusan Menteri Nomor 6098 Tahun 2012. Setahun kemudian Agama Nomor 16/16 Maret 1978. MTsN MTsN Yogyakarta I mendapat peringkat 1 pada Yogyakarta I merupakan pemisahan dari PGAN penilaian Sekolah Adiwiyata Kabupaten Sleman, 6 Tahun Yogyakarta. Peserta didik pertama MTsN sehingga berhak mewakili untuk penilaian Yogyakarta I adalah para siswa yang pada saat tingkat DIY. itu berstatus sebagai siswa PGAN 6 Tahun Secara geografis, letak MTsN Yogyakarta I Yogyakarta kelas I, II, dan III, kemudian beralih sangat strategis. Lokasinya dekat dengan jalan status menjadi siswa MTsN Yogyakarta I kelas I, raya, Yogyakarta – Semarang, stasiun TVRI, serta II, dan III. Dalam perkembangan selanjutnya berada di perbatasan wilayah Kabupaten Sleman PGAN 6 Tahun Yogyakarta beralih status menjadi dan Kota Yogyakarta. Hal tersebut menjadikan

108 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... MTsN Yogyakarta I dikenal luas oleh masyarakat Idaman, yang merupakan akronim intelek di wilayah Kabupaten Sleman dan Kota dunia akhirat bermanfaat sepanjang jaman. Visi Yogyakarta. ini terinspirasi dari Al-Qur’an surah Al-Qashash Kondisi lingkungan dan masyarakat di 77, “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan sekitar MTsN Yogyakarta I sangat mendukung Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan berkontribusi bagi kemajuan serta dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu perkembangan madrasah. Lokasinya yang satu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah komplek dengan MIN Yogyakarta I dan MAN (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Yogyakarta III sangat mendukung bagi kerja berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu sama antar madrasah. berbuat kerusakan di (muka) bumi. Suasana madrasah sangat kondusif untuk Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- kegiatan belajar mengajar. Interaksi siswa, guru, orang yang berbuat kerusakan”. dan pegawai antara MIN Yogyakarta I, MTsN Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang Yogyakarta I, dan MAN Yogyakarta III sangat berbasis Islam sedapat mungkin melahirkan baik. Kerja sama antar ketiga madrasah sangat generasi-generasi yang sholeh (utama) dalam baik. segala bidang kehidupan. Seimbang antara Aktivitas belajar siswa sangat tinggi. Hal ini kepentingan hablu minallah dan hablu minanas. dikarenakan madrasah menerapkan sistem full day Allah mencipta manusia bertugas sebagai school. Para siswa belajar di madrasah dari pukul khalifah dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan 07.00 – 16.00. Suasana kelas yang ada di MTsN perangkat untuk menjalankan tugasnya. Yogyakarta I sangat representatif. Luas setiap Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang ruang kelas 9 x 8m2. Seluruh kelas dilengkapi bertugas mempersiapkan calon-calon kholifah dengan sarana pembelajaran, termasuk LCD harus menanamkan visi kepada peserta didik. proyektor. Agar visi mudah diingat maka dibuat menjadi sebuah kata yang populer, melekat di hati setiap Implementasi Visi dan Misi Madrasah: orang, yaitu IDAMAN. Mencetak Khalifah Pemakmur Bumi Intelek dunia artinya menguasai ilmu-ilmu Sesungguhnya Allah berkehendak manusia umum yang menjadi bekal dalam bermuamalat. itu menjadi khalifah di bumi agar membawa Intelek akhirat artinya menguasai ilmu agama kemanfaatan, kesejahteraan, keselamatan, yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis yang kedamaian, kemakmuran, dan menjadi dasar menjalankan tugas kehidupan. keberlangsungannya. Namun kenyataannya Dengan kesepahaman bahwa kedua bekal justru manusia hanya mengeksploitasi bumi tersebut tidak dapat terpisahkan dan untuk memenuhi nafsu sesaat tanpa memikirkan berkonsekuensi di akhirat nanti, maka keberlangsungannya dan kepentingan makhluk diharapkan membuka kesadaran untuk membuat atau manusia yang lain. Padahal Allah telah diri selalu bisa berbuat kebaikan kepada sesama memberi petunjuk hidup berupa Al-Qur’an dan (amal sholeh) sampai badan tidak bisa berbuat contoh manusia teladan utama. Dalam perilaku apa-apa. Dengan memahami visi tersebut lulusan kehidupan masih belum ada keseimbangan antara madrasah selalu berusaha menjadikan dirinya alim dan sholeh. Idealnya seorang yang alim itu bermanfaat bagi kebaikan orang lain. harusnya sholeh. Namun kenyataanya justru kebanyakan yang alim berperilaku dhalim, yang Strategi Peningkatan Mutu Madrasah berperilaku sholeh tapi tidak alim (bodoh). Dari Berikut ini berbagai strategi yang dilakukan kenyataan itulah maka MTsN Yogyakarta I oleh MTsN Yogyakarta I sebagai rintisan bermimpi bisa melahirkan generasi-generasi yang Madrasah Tsanawiyah unggulan untuk alim lagi sholeh melalui pendidikan yang meningkatkan mutunya: komprehensif antara pengetahuan ilmiah, illahiah, dan implementasinya dalam bentuk amal Strategi Input Siswa nyata. Mimpi tersebut kemudian dituangkan Untuk mengawal ketercapaian visi madrasah menjadi visi MTsN Yogyakarta I yaitu “Madrasah dimulai dari awal penerimaan siswa baru, yaitu Idaman”. syarat menjadi calon siswa madrasah harus

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 109 sudah bisa baca Al-Qur’an, lulus tes psikologi, dilakukan mereka. Oleh karenanya bisa tes potensi akademik, dan tentunya nilai ujian dikatakan bahwa budaya organisasi adalah juga harus tinggi. Setelah diterima semua siswa sekumpulan nilai yang ada dan diterima oleh harus mengikuti program matrikulasi (bridging anggotanya sebagai pedoman, dalam hal ini yang course) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dimaksud organisasi adalah madrasah. Bahasa Inggris, Matematika, dan ilmu Setelah dibiasakan budaya berilmu dan Pengetahuan Alam. beragama, di MTsN Yogyakarta I juga dikembangkan budaya mengawali belajar dengan Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran salat dhuha, mendengarkan dan menghargai Selanjutnya dalam upaya untuk terus teman yang sedang menyampaikan ajaran agama meningkatkan mutu lulusan, sejak kelas VII (pidato), salat dhuhur berjamaah, membaca Al- diadakan tambahan jam belajar untuk mata Qur’an di masjid, budaya peduli pada lingkungan pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, dan Fisika yang bersih dan indah, hemat listrik, dan hemat bagi siswa yang memerlukan. Setelah di kelas IX, air. Juga dikembangkan budaya senyum, sapa, untuk menghadapi Ujian Nasional diberikan jam salam sesuai dengan moto madrasah “Madrasah tambahan belajar untuk semua mata pelajaran Ramah dan Menghargai Hak-hak Anak”. Guru yang diujikan sejak semester pertama. Untuk dalam mengajar harus bersikap ramah juga mengetahui tingkat ketercapaian prestasi menghargai pendapat, keinginan, kemauan, hak- diadakan tes uji coba (try out) sampai sekitar 10 hak anak untuk menyampaikan aspirasinya. kali. Hasil tes uji coba dijadikan bahan untuk mengetahui dan menindaklanjuti siswa yang Strategi Pola Pelayanan kurang, juga untuk memaksimalkan prestasi Madrasah adalah perusahaan jasa yang siswa yang nilainya tinggi dengan memberi melayani siswa. Siswa adalah pelanggan luar penghargaan. pertama (primary external customer). Pelanggan Disamping itu juga diadakan program akan terpuaskan apabila jasa/layanan dirasakan pendampingan siswa, dimana satu guru ditugasi memuaskan. Menurut Edward Sallis (2003) mendampingi 15 siswa. Tugas guru pendamping antara service dengan customer harus terjadi adalah memberikan bimbingan, tempat curhat, hubungan yang baik sehingga memuaskan memantau belajar dan pelaksanaan ibadah siswa, pelanggan. Oleh karenanya dalam rangka serta mengkomunikasikan dengan orang tua memberikan pelayanan yang memuaskan strategi siswa. pelayanan yang digunakan oleh MTsN Peningkatan mutu mata pelajaran agama Yogyakarta I adalah pola pelayanan dan dimulai sejak awal menjadi siswa baru harus pembelajaran yang ramah dan menghargai hak- mengikuti matrikulasi Baca Tulis Qur’an dan hak anak ternyata berdampak positif terhadap pelaksanaan ibadah praktis sehari-hari. Untuk akhlak dan prestasi siswa. Hal ini berimplikasi mengembangkan bakat minat dalam bidang secara langsung pada animo masyarakat untuk keagamaan diadakan tahfidzul Qur’an, seni baca mempercayakan pendidikan anaknya di MTsN Qur’an, muhadatsah, pidato/ceramah sesudah salat Yogyakarta I. Peningkatan animo masyarakat dhuha dan dhuhur oleh siswa. tidak hanya secara kuantitas tetapi juga kualitas, seperti nilai ujian tinggi dan latar belakang Strategi Internalisasi Budaya Madrasah pendidikan dan ekonomi orang tua yang lebih Budaya adalah hal yang biasa dijadikan baik. acuan oleh semua anggotanya dan memungkinkan untuk perubahan semua Tabel 1 anggota organisasi (Diana C. Phesey 1998). Nilai Ujian Nasional Siswa Sedangkan Derek Torrington (1991) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah karakteristik semangat dan kepercayaan yang dirasakan ada oleh semua anggota yang dinyatakan dalam wujud tata nilai dan norma berperilaku yang Lulusan madrasah juga semakin banyak menyertainya alam kebiasaan-kebiasaan yang yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

110 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... lebih tinggi (SMA, SMK, MA). Jumlah alumni tuanya kurang beruntung disediakan biaya siswa yang diterima di SMA/SMK favorit semakin BSM untuk yang tinggal di wilayah Kabupaten meningkat, seperti diterima di SMAN 8, SMAN Sleman dan KMS untuk yang berasal dari Kota 2, MA Insan Cendekia, dll. Yogyakarta. Disamping itu masih ada dana Demikian juga alumni MTsN Yogyakarta I santunan yang berasal dari suka rela bapak/ibu juga tersebar luas dalam berbagai bidang kerja guru. Dana santunan ini terutama untuk dan professional, berikut diantaranya : konsumsi jajan di madrasah, sepatu dan seragam Tabel 2 siswa. Data Alumni Siswa Strategi Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik Peningkatan prestasi madrasah tentu tidak lepas dari penigkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikannya. Peningkatan tenaga pendidik dimulai dari perubahan paradigma pendidikan dan mindset melalui pelatihan ESQ, kajian Al- Qur’an, pengajian rutin triwulan, kajian iftitah pada saat rapat dinas. Semangat ini ditindaklanjuti dengan semangat melanjutkan study S2. Sampai saat ini dari 35 tenaga pendidik yang ada tingkat pendidikannya 5 orang guru S2, 28 guru S1, dan 2 orang guru D3. Jumlah guru PNS 33 orang dan GTT 2 orang. Jumlah guru yang sudah bersertifikasi 32 orang dan yang belum 3 orang. Semua guru mengajar sesuai dengan latar belakang keilmuannya masing- masing. Disamping peningkatan mutu pendidik Strategi Pembiayaan melalui jalur kelanjutan studi juga melalui diklat- Pengembangan madrasah tidak akan lepas diklat, baik yang dilakukan sendiri oleh dari pembiayaan. Dana BOS dan DIPA madrasah maupun mengikutsertakan pada diklat pemerintah belum cukup untuk mengembangkan yang diselenggarakan Kemenag maupun madrasah, disamping terbentur pada jumlah juga Kemendikbud. Demikian juga mengaktifkan aturan yang ada. Jalan keluar dari pembiayaan kegiatan MGMP, baik tingkat madrasah, ini adalah memperdayakan dana infak dari kabupaten, maupun provinsi. masyarakat. Dalam pengumpulan dana infak ini Prestasi siswa tidak bisa lepas dari tenaga dilakukan oleh komite madrasah melalui jalur pengajar, maka peningkatan mutu tenaga infak penerimaan siswa baru, infak dari pendidik selalu ditingkatkan. Penguatan Paguyuban Orang Tua Siswa, infak Jum’at, dan kemampuan tenaga pendidik dilaksanakan sumbangan/hibah dari donatur yang tidak melalui program kelanjutan studi S2, diklat, mengikat. MGMP, baik tingkat madrasah, kebupaten Dana infak tersebut sangat mendukung maupun DIY. Berkat bantuan dari DBE, kegiatan program-program unggul. Banyak dana keterampilan guru dalam mengajar semakin baik yang diperlukan untuk pelaksanaan penguatan dan variatif. Untuk meningkatkan kemampuan program unggul, seperti dana penguatan di bidang IT dilakukan diklat kerjasama dengan program Sains, Tahfidz, Bahasa, dan Penerbit Erlangga dan Perguruan Tinggi Akprind Kewirausahaan. Setiap program diberikan waktu Diklat tentang pendidikan lingkungan yang 5 jam per minggu. Selain kegiatan in class juga hijau bekerjasama dengan LSM SIND Yogyakarta. diperlukan dana untuk kegiatan out of door seperti Meskipun MTsN Yogyakarta I sudah field study, kunjungan, out bond, AMT, dan lain mengalami peningkatan, tetapi belum cukup. sebagainya. Motto para pengelola dan stakeholders bahwa Untuk siswa yang secara ekonomi orang madrasah merupakan lahan untuk beramal soleh

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 111 yang buahnya akan dipetik di yaumul akhir, Strategi Peningkatkan Mutu Sarana dijadikan landasan untuk terus berusaha Prasarana melejitkan prestasi sebagai wujud nyata Untuk meningkatkan kualitas sarana dan kesadaran menjalankan ajaran Islam ternyata prasarana dalam rangka menunjang kegiatan mampu meningkatkan mutu MTsN ini. Rencana belajar mengajar, disetiap kelas MTsN ini strategis madrasah dalam pengembangan mutu dipasang LCD Proyektor lengkap dengan wifi pendidikan adalah merintis madrasah unggul, internet. Untuk sarana olah raga dilengkapi dengan program unggulan Sains, Tahfidz, Bahasa, dengan lapangan futsal, volley, basket, dan dan Enterpreneur (kewirausahaan). pingpong. Pengembangan bakat seni budaya dan keterampilan juga dilengkapi dengan ruang Strategi Ramah Lingkungan keterampilan batik, ruang keterampilan sablon, Madrasahku rumah keduaku. Madrasahku lab computer, studio music, green house, hidroponik, surgaku. Sebuah ungkapan yang menginspirasi aquaponik, alat masak. Demikian juga sarana untuk menciptakan suasana madrasah yang penunjang pembelajaran yang lain, lab IPA, indah, nyaman, aman, lengkap dengan segala perpustakaan, jaringan internet dengan wifi dapat kebutuhan belajar siswa. MTsN Yogyakarta I akses merata di semua area kampus, masjid mempunyai moto “Madrasah Ramah berdaya tampung 700 orang lengkap dengan Mengantarkan Siswa Meraih Prestasi tempat wudlu berkapasitas 60 kran menjadikan Tinggi.”Karenanya, desain lingkungan madrasah ibadah salat dapat dilaksanakan secara berjamaah. dibuat indah tetapi bermanfaat sebagai media pembelajaran sekaligus bernilai ekonomis. Strategi Pengembangan Kurikulum Misalnya limbah air wudlu yang melimpah Madrasah ditampung dalam kolam cantik yang airnya Kurikulum madrasah terdiri dari kurikulum digunakan untuk memelihara ikan. Kelebihan air pendidikan nasional untuk mata pelajaran umum tidak dibuang percuma tetapi digunakan untuk (PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, menyirami tanaman yang ada di sekitarnya. Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Pendidikan Dengan demikian menjadi media pembelajaran Jasmani dan Kesesahatan, Ketrampilan, dan TIK), bagi banyak bidang mata pelajaran. kurikulum Kemenag untuk mata pelajaran agama Di samping kolam terdapat masjid dan Islam (Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, SKI) perpustakaan dengan fasilitas wifi internet, dan Bahasa Arab. Kurikulum muatan lokal DIY semakin membuat suasana akademis, religius, dan (Bahasa Jawa dan Piwulang Agung Keraton rekreatif telah membuat siswa betah di madrasah Ngayogyakarta Hadiningrat), dan kurikulum sampai sore hari. Tata kelola madrasah yang Rintisan Madrasah Unggul (RMU) yang demikian menjadikan semua warga madrasah dikembangkan sendiri oleh madrasah, yang selalu fresh dan enjoy dalam belajar sehingga meliputi Sains (Matematika, Fisika, dan Biologi), berdampak pada peningkatan prestasi. Tahfidz (minimal 2 Juz), Bahasa (Bahasa Arab dan Suasana tersebut merupakan salah satu Bahasa Inggris), dan Kewirausahaan. dampak positif dari sistem open manajemen, Kewirausahaan ini dimaksudkan untuk manajemen kolegial, dan transparan akuntable. menumbuhkan spirit berwirausahan siswa. Sudah menjadi tradisi di MTsN Yogyakarta I Setiap akhir tahun pelajaran diadakan madrasah bahwa setiap warga harus ikut ambil peran dalam expo dengan menampilkan segala macam usaha menyusun dan melaksanakan program kerja. siswa. Untuk mendukung acara expo ini orang Panitia pelaksana kegiatan dikelompokkan tua/wali wajib membeli produk siswa sebagai menjadi 5 kelompok, jadwal kegiatan dibuat apresiasi terhadap hasil belajar berwirausaha dalam satu tahun disertai kelompok panitia putranya. pelaksananya. Setelah selesai melakukan kegiatan Sistem pembelajaran full day school, dimulai kemudian diadakan RAA (review after action) untuk dari pukul 06.45 sampai dengan 16.00. Pukul 06.45 melihat secara obyektif kekurangan dan kelebihan sampai dengan 07.15 pembiasaan salat Dhuha dan dalam melaksanakan program. pembacaan hadis oleh siswa. Untuk kegiatan intrakurikuler dimulai pukul 07.15 sampai dengan 014.10. Setelah itu dilanjutkan dengan

112 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... kegiatan ekstra kurikuler sampai dengan pukul mengembangkan berbagai strategi pembelajaran 16.00. banyak didukung oleh berbagai kegiatan Kegiatan ekstra kurikuler merupakan sarana pelatihan yang diadakan oleh madrasah untuk menggali dan mengembangkan bakat dan bekerjasama dengan berbagai lembaga terkait, minat siswa. Madrasah ini menyediakan banyak misalnya UIN, UNY, Pondok Pesantren al-Qodir, kegiatan ekstra kurikuler, ada yang wajib Inayatullah dan lembaga lainnya, semisal (pramuka), dan ada yang bersifat pilihan. Untuk Ganesha Operation dan Anak Jenius Indonesia. kelas VII wajib mengikuti pramuka dan wajib Keterbatasan dana yang diterima madrasah dari memilih minimal satu kegiatan ekstra. Untuk negara dalam bentuk dana BOS dan DIPA telah kelas VIII wajib mengikuti salah satu kegiatan mendorong madrasah mengembangkan berbagai ekstra kurikuler. Kelas IX kegiatan kegiatan usaha koperasi siswa, kantin, penjualan ekstrakurikuler dihentikan, waktunya barang bekas, maupun budidaya ikan yang digunakan untuk les mata pelajaran Ujian merupakan upaya untuk memanfaatkan limbah Nasional. air wudhu. Sistem pembelajaran di MTsN Yogyakarta I tidak hanya bersifat in class, tetapi juga out class, Strategi Penguatan Pendidikan Agama memanfaatkan lingkungan alam. Maka dari itu Madrasah adalah salah satu pilar bangsa lingkungan madrasah didesain menjadi tempat yang turut membidani lahirnya generasi masa belajar dan sekaligus penelitian. Green house, yang depan yang memiliki keunggulan di bidang ilmu di dalamnya terdapat tanaman hidroponik pengetahuan dan teknologi serta memiliki merupakan salah satu laboratorium penelitian ketinggian dibidang budi pekerti. Dalam kurun biologi, tetapi sekaligus untuk belajar pertanian waktu yang cukup panjang Madrasah modern dan sosial ekonominya. Taman kolam, Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I menyadari akan sebagai tempat menampung limbah air wudlu tanggung jawab tersebut. Berbagai kegiatan sekaligus untuk beternak ikan, limbah kotoran madrasah bukan saja ditekankan pada kecerdasan ikan ditampung untuk dijadikan pupuk tanaman yang bersifat kognitif namun juga yang bersifat hidroponik, dan aquaponik. Ini merupakan afektif. Upaya agar peserta didik dapat media pembelajaran siklus saling memanfaatkan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang tanpa merugikan satu dengan yang lain, dan mereka dapatkan di dalam kelas maka dilakukan dapat diketahui bahwa semua yang dicipta Allah kegiatan penguatan pendidikan agama dalam tidak ada yang sia-sia. Demikian juga komposter, bentuk pembiasaan salat dhuha, salat dzuhur, biopori, dan tempat-tempat pemilahan sampah salat lail, salat jenazah, pembacaan hadis, Baca merupakan media pembelajaran peduli Tulis al-Qur’an, Tahfidzul Qur’an, Peringatan lingkungan dan mengetahui betapa besar Hari-hari Besar Islam dan kegiatan pesantren di manfaat sampah yang sering dianggap tidak bulan Ramadan. Guna mengembangkan berguna. kemampuan berbahasa asing bagi para peserta didik, maka pada setiap hari kamis setelah salat Strategi Penguatan Kelas Unggulan dzuhur para siswa diberi kesempatan untuk Madrasah Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I menyampaikan kultum (kuliah tujuh menit) merupakan “rintisan madrasah unggulan.” dalam bahasa Inggris dan Arab. Karenanya kegiatan pembelajaran para siswa Meskipun tidak berlokasi di pinggir jalan dikelompokkan dalam lima kelas yang masing- utama kota Yogyakarta, nama MTs Negeri masing kelas memiliki keunggulan dibidangnya Yogyakarta I sudah cukup dikenal oleh masing-masing. Dari lima kelas tersebut masyarakat terbukti dengan animo masyarakat dikelompokkan menjadi kelas yang memiliki yang cukup tinggi untuk memasukkan anak ke keunggulan akademik, tahfidzul Qur’an, bahasa, madrasah ini. Di usianya yang ke-36, madrasah dan entrepreneurship. Untuk mendukung berbagai ini semakin menunjukkan eksistensinya untuk kegiatan tersebut maka para pendidik di MTsN menyejajarkan diri dengan sekolah lain di Kota Yogyakarta I yang hampir 100% berpendidikan Yogyakarta. Madrasah tidak lagi dianggap sebagai sarjana mengembangkan berbagai strategi sekolah yang ‘far left behind’ atau jauh tertinggal pembelajaran. Kemampuan para guru dalam dari sekolah lain. Kelebihan sekolah ini adalah

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 113 kurikulum agama yang lebih banyak untuk kelas 7E, mereka menghafal di rumah dan dibandingkan sekolah umum. Selain itu, di tiap pagi ba’da salat dhuha sampai menjelang madrasah ini terdapat banyak kegiatan masuk kelas, mereka menyetorkan hafalan ke pembiasaan ibadah. Oleh karenanya madrasah ini guru pembimbingnya masing-masing (sorogan). menamakan dirinya sebagai “Madrasah Darul Untuk yang kelas 7D, mereka menghafal tiap hari Adzkiya”. pada jam ke-9. Ada satu hari khusus yaitu hari Setiap hari, ada pembiasaan ibadah untuk Sabtu untuk tadarus bersama sambil mengecek menguatkan pendidikan agama yang telah hafalan-hafalan sebelumnya agar tidak lupa dan menyatu dengan semua warga madrasah. masih tetap terjaga. Tepat jam setengah delapan Sebelum bel masuk berbunyi, seluruh siswa dan pagi, kegiatan pembelajaran baru dimulai. guru melaksanakan salat dhuha bersama. Kegiatan pembiasaan yang lain adalah Bukanlah sesuatu yang mengherankan jika kita jamaah salat dhuhur secara bersama-sama bagi menjumpai siswa-siswi yang sesampainya di seluruh warga madrasah. Khusus hari Kamis, sekolah segera mengambil air wudlu dan masuk selesai salat dhuhur diadakan kultum yang diisi ke masjid untuk melaksanakan salat dhuha. oleh siswa secara bergantian dengan Bapak-ibu guru tidak perlu lagi ‘mengejar’ siswa menggunakan bahasa Arab, Inggris, Jawa untuk meminta mereka salat dhuha. maupun bahasa Indonesia. Latihan pidato empat Para siswa ini dengan khusu’ menjalankan bahasa ini sudah dilakukan sejak lama di MTsN salat dhuha yang kemudian dilanjutkan dengan Yogyakarta I dan kini telah menjadi pembiasaan pembacaan hadits oleh salah seorang siswa. yang baik. Siswa yang maju tidak perlu lagi Mereka baru meninggalkan masjid ketika bel dipilih guru namun mereka sendirilah yang masuk berbunyi dan masuk ke kelas masing- berinisiatif untuk maju berpidato. Untuk masing. Di dalam kelas, siswa mengawali jam sementara ini naskah singkat pidato yang pertama pelajaran dengan membaca tadarus Al- berdurasi sekitar 10 sampai 15 menit masih Qur’an bersama-sama. disiapkan oleh guru walaupun untuk naskah Ada juga kelas-kelas yang mengikuti tahfidz pidato dalam bahasa Indonesia dan Jawa kadang atau hafalan Al-Quran. Setelah salat dhuha siswa menyiapkan sendiri naskah tersebut. selesai, sebagian siswa melanjutkan aktivitas Kedepan akan dibentuk dewan siswa yang dengan menghafal Al-Qur’an bersama guru mengurusi kegiatan ini mulai dari pembuatan pembimbing. Program ini bertujuan untuk naskah pidato sampai pelaksanaan acara ini. membekali siswa dan siswi agar ketika lulus dari Kegiatan ini ternyata sungguh berimbas madrasah, mereka mampu menghafal Al-Qur’an. positif pada pribadi siswa. Bagi siswa yang maju Madrasah mempunyai visi yang kuat agar para berpidato, ajang ini dapat digunakan sebagai siswa dan siswi mempunyai motivasi yang kuat ajang untuk melatih keberanian dan percaya diri. untuk menghafal Al-Qur’an. Siswa-siswa yang mendengarkan temannya Karena ini merupakan program yang baru, berpidato dibiasakan untuk menghargai orang maka baru kelas 7D & 7E jurusan tahfidz yang lain dengan cara duduk tenang mendengarkan mengikuti program ini. Pada tahun pertama ini, pidato. Bagi sekolah, ajang ini digunakan untuk mereka harus menghapal minimal 2 juz: juz 30 mencari siswa berbakat pidato untuk (‘amma) untuk kelas 7 dan juz 29 untuk kelas 8. menghadapi lomba pidato empat bahasa yang Hal ini didasarkan pada aspek kemampuan dan diadakan setiap tahunnya. Jadi “sekali dayung, kesempatan yang mereka miliki. Ditambah lagi, dua, tiga pulau terlampaui.” waktu mereka menyetor hafalannya hanyalah waktu di sekolah. Banyak memang kendala yang Strategi Penguatan Sosial Capital dihadapi selama berlangsungnya program ini. Kegiatan bersifat keagamaan lain yang juga Pertama, selain program tahfidz, mereka juga dilaksanakan di madrasah ini adalah mengajak mengikuti kegiatan pembelajaran reguler dan siswa untuk takziyah, jika ada warga disekitar ekstrakurikuler. Kedua, MTsN Yogyakarta I belum madrasah yang meninggal. Selain bertujuan mempunyai boarding school, jadi mereka harus untuk menumbuhkan rasa simpati pada sesama menghafal di rumah. yang sedang berduka, juga untuk menunjukkan Adapun strategi pelaksanaannya adalah jiwa sosial kemasyarakatan para siswa dengan

114 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... lingkungan sekitarnya. Kegiatan ini juga pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. sekaligus menjadi ajang pengaplikasian Kegiatan yang bersifat keagamaan sebagai ciri pengetahuan tentang salat jenazah yang khas madrasah ini berlangsung secara baik. didapatkan siswa dalam situasi yang sebenarnya Dengan demikian, sekolah ini mampu agar pengetahuan ini tidak berhenti sebatas teori menerapkan iman dan takwa (imtak) secara saja. Kedepan, MTsN Yogyakarta I berencana seimbang. membuat program santri madrasah terjun ke Madrasah ini juga dilengkapi dengan masyarakat. Tugas para siswa atau santri ini laboratorium IPA, TIK, kewirausahaan dan adalah mensyiarkan nilai-nilai kebaikan langsung bahasa yang cukup memadai termasuk alat dalam kehidupan nyata di masyarakat. Lebih praktik yang dimanfaatkan oleh siswa untuk jauh lagi, diharapkan madrasah menjadi cikal penunjang pembelajaran tersedia dengan baik. bakal pencetak dai-dai handal pembawa nilai Siswa dapat praktek langsung di laboratorium kebaikan dalam masyarakat. semua teori-teori yang didapat di kelas. Madrasah ini di atas kertas memiliki kemampuan- E. ANALISIS SWOT kemampuan bertaraf nasional dan internasional Kekuatan, Kelemahan,Peluang, dan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan Tantangan Madrasah siswa dalam era global. Salah satu indikator sekolah yang baik adalah Letak geografis madrasah yang agak apabila sekolah tersebut mampu mengakomodir tersembunyi (di belakang MAN Yogyakarta III) semua kepentingan masyarakat agar masyarakat merupakan keuntungan tersendiri bagi madrasah tertarik untuk mengamanahkan putra-putrinya ini. Di era merebaknya tawuran antar siswa, letak di sekolah itu. Namun semua itu tidaklah yang tidak strategis menjadi keuntungan semudah membalik telapak tangan, mengingat tersendiri bagi madrasah ini dari segi keamanan. persaingan antar sekolah untuk merebut pangsa Kasus-kasus tawuran antar pelajar sangat minim pasar sangatlah luar biasa ketatnya. Semua terjadi. Demikian pula dengan kebisingan sekolah menawarkan keunggulan-keunggulan lingkungan akibat suara kendaraan yang lalu tertentu untuk menarik perhatian masyarakat. lalang atau suara keras dari suatu perayaan tidak MTsN Yogyakarta I sebagai institusi terlalu menjadi kendala dalam proses pendidikan setingkat SMP juga terus berbenah pembelajaran. diri dan melakukan hal yang sama dengan Tenaga pengajar di madrasah ini banyak sekolah lain untuk semakin menjadi sekolah yang berusia matang sehingga memiliki kinerja pilihan masyarakat. Untuk itu, madrasah ini yang tinggi. Tingkat kependidikan dari para segera berbenah diri dengan cara introspeksi dan gurupun sangat menjanjikan karena 80% lulusan refleksi diri. Analisis SWOT digunakan sebagai S1 dan 20% lulusan S2. Workshop peningkatan panduan untuk mengetahui Strength (kekuatan), mutu guru dan karyawan juga sering Weakness (kelemahan), Oportunity (peluang) dan dilaksanakan untuk menjaga dan menambah Threat (tantangan/ancaman). Analisis ini akan disiplin semua personal dan kinerja mereka. digunakan untuk acuan madrasah memperbaiki Tingkat kompetensi guru yang bervariasi diri. Kekuatan dan peluang yang ada di madrasah dimanfaatkan untuk memaksimalkan kegiatan ini sangat menjanjikan untuk meningkatkan ekstrakulikuler di sekolah. Sebagai contoh: kepercayaan masyarakat pada madrasah. kegiatan jurnalistik di madrasah ini telah Kapasitas Strength (kekuatan) MTsN menciptakan jurnalis-jurnalis handal yang Yogyakarta I sebenarnya sangat kuat. Motivasi mampu melahirkan majalah sekolah yang bagus guru dan siswa untuk belajar cukup tinggi. dan kreatif bernama ‘Adzkiya’. Kegiatan Tingkat kehadiran siswa di sekolah sangat tinggi ekstrakurikuler ini juga bertujuan untuk dan hanya sedikit ditemukan kasus siswa menampung dan meningkatkan prestasi siswa membolos sekolah. Dengan keadaan ini, respon sesuai dengan bakat, minat dan kreativitas. siswa adalah mengikuti pelajaran sangat tinggi. Opportunity (peluang). Belum banyak Dalam segi pendekatan belajar, guru sekolah yang mempunyai perpustakaan yang menggunakan pendekatan bervariasi agar siswa representatif padahal perpustakaan merupakan dapat mengembangkan diri sejalan dengan jantung sekolah. Madrasah ini mempunyai

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 115 perpustakaan yang sudah digital dan tertata di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk cukup baik. Rasio jumlah buku selain buku mata meningkatkan mutu pendidikannya melalui pelajaran (textbook) di perpustakaan dengan beragam cara yaitu mulai dari solusi pembiayaan, jumlah siswa walaupun belum proporsional mendongkrak mutu tenaga pendidik, pelayanan, namun sudah mampu memenuhi kebutuhan sarana prasarana, budaya organisasi, inovasi siswa yang haus akan buku bacaan. Dengan pembelajaran, kurikulum, open manajemen, dan perpustakaan sekolah yang baik, sekolah ini khususnya pengembangan program unggulan mampu menjawab keinginan masyarakat yang yang merupakan potensi kekuatan MTsN ingin menjadikan putra-putrinya cerdas dalam Yogyakarta I ini dalam merintis madrasahnya ilmu dan sekaligus berkarakter yang baik. agar menjadi madrasah uggulan. Sedangkan yang masih menjadi weakness Sedangkan yang masih menjadi weakness (kelemahan) dan sekaligus threat (tantangan) (kelemahan) dan threat (tantangan) madrasah ini madrasah ini adalah nilai Ujian Nasional yang adalah nilai Ujian Nasional yang secara rata-rata secara rata-rata masih di bawah sekolah umum masih di bawah sekolah umum unggulan di unggulan di daerah ini. Input siswa mayoritas daerah ini dan input siswa yang mayoritas bukan justru bukan siswa dengan prestassi tinggi saat siswa berprestasi di jenjang sekolah sebelumnya.[] di bangku Sekolah Dasar.

F. K ESIMPULAN Beragam strategi dilakukan oleh MTsN Yogyakata I sebagai madrasah rintisan unggulan

DAFTAR PUSTAKA

Bush, Tony and Marrianne Coleman. Leadership Koontz Harold, Cyrill O’Donell, and Heinz and Strategic Management in Education. Weihrich, Management (8th Ed), New York: Research Center, 2002. McGraw-Hill Book Company, 1993. Dalin, Per. School Development: Theories and Lincoln, Y.S. and E.G. Guba. Naturalistic Inquiry. Strategies. London: Wellington House, 1998. New Delhi: Sage Publication, 2005. David J.L. “Syntesis of Research on School-Based Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Management”. Dalam Educational Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Leadership, Vol. 46 No. 8 . Nurhadi, Mulijani A. “Peningkatan Mutu Davis, G. Russel. Planning Education for Development: Pendidikan dan Strategi Pembiayaannya”. Volume Issue and Problems in The Planning of Makalah disampaikan pada Seminar Education in Developing Countries. Cambridge: Peningkatan Kualitas Pendidikan, 2005. Massachusetts, 2006. Patton, Michael Quin. Qualitative Evaluation Diskusi Kelompok dengan Wakil-Wakil Kepala Method. London: Sage Publicaton, 2000 Madrasah di MTsN Yogyakarta I. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Hernsey, Paul and Blanchard Kenneth H., tentang Penetapan Angka Kredit Jabatan Management of Organizational Behavior: Fungsional Pengawas Sekolah. Semarang: Utilizing Human Resources, (5th Ed). New Duta Nusindo, 2006. Jersey, Englewood Cliffs: Prentice Hall, Phesey, Diana C. Organizational Culutres: Types and 2008. Transformation. London: Routledge, 1993. Juran, J.M. and Frank M. Gryna (Ed). Juran’s Rencana Strategis Pendidikan Islam Tahun 2010- Qualit Control Handbook,4th Edition. New 2014. York: Mc Graw-Hill, 1998.

116 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... Sallis, Edward. Total Qualty in Educaton. London: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Philadelphia, 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Strauss, Anseim and Juliet Corbin. Basic of Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Qualitative Research. California: Sage Sistem Pendidikan Nasional. Publication, Inc, 2000. Wawancara dengan Kabid Mapenda Kementerian Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Agama Provinsi Daerah Istimewa Pendidikan: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Yogyakarta. Jakarta: Grasindo, 2001. Wawancara dengan Kepala MTsN Yogyakarta I. Torrington, Derek and Hall, Laura. Personnel Management: A New Aproach. London: Prentice Hall International (UK) Ltd., 1991. Undang-Undang Dasar 1945.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 117 118 Strategi Peningkatan Mutu Rintisan ... BOOK REVIEW

MENGENAL LEBIH DEKAT ANALISIS FRAMING

R I D W A N B U S T A M A M*)

Judul Buku: Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Penulis: Eriyanto Penerbit: LKIS Yogyakarta, Oktober 2002, Cetakan Pertama Tebal: xxiv + 312 halaman

peneliti senior LSI dan sedang menyelesaikan pendidikan doktoral bidang komunikasi di Universitas Indonesia. Eriyanto termasuk peneliti yang produktif. Beberapa karyanya antara lain: Metodologi Polling: Memberdayakan Suara Buku ini ditulis Eriyanto. Ia lahir di Gresik, Rakyat (Bandung: Rosda Karya, 1999); Kekuasaan 12 Oktober 1974. Alumnus Fisipol-Ilmu Otoriter: Studi Atas Pidato Politik Soeharto Komunikasi UGM Yogyakarta ini pernah aktif di (Yogyakarta: Insist-Pustaka Pelajar, 2000); Analisis majalah Balairung, juga peneliti pada majalah Wacana: Pengantar Analisis Teks Media Pantau. Eriyanto cukup lama menggeluti (Yogyakarta: LKIS, 2001); Analisis Framing: penelitian di bidang komunikasi. Tahun 2003– Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: 2004, ia dipercaya menjadi Direktur Riset Lembaga LKIS, 2002); Panduan Menyelengarakan Quick Survei Indonesia. Pada periode 2004–2005, Qount (Jakarta: LSI, 2005), dan; Teknik Sampling: Eriyanto menjadi Direktur Riset Lingkaran Survei Analisis Opini Publik (Yogyakarta: LKIS, 2007). Indonesia (LSI). Saat buku ini terbit, ia adalah Selain buku, tulisannya juga banyak dimuat di berbagai jurnal dalam maupun luar negeri, misalnya Jurnal Wacana, Jurnal Basis, dan Asian

1 Pernah dipresentasikan pada acara “Review Buku Keagamaan Journalism Review. Tahap IV (Analisis Framing karya Eriyanto dan Sejarah Maluku Untuk memahami buku ini, pembaca sangat Karya Des Alwi),” diselenggarakan Puslitbang Lektur dan terbantu oleh Pengantar Redaksi, Pengantar dari Dr. Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag, tanggal 30 Agustus 2012 di Hotel Desa Wisata TMII Jakarta Deddy Mulyana, dan Pengantar Penulis sendiri. Timur. Menurut redaktur, tulisan ini memiliki 2 Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan “kesejajaran” dengan karya Eriyanto sebelumnya Litbang dan Diklat Kemenag RI.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 119 berjudul Analisis Wacan: Pengantar Analisis Teks bagaimana media mengemas dan membingkai Media. Keduanya dapat menjembatani pembaca berita. Proses itu umumnya dilakukan dengan yang mendalami ilmu komunikasi, khususnya memilih peristiwa tertentu untuk diberitakan, jurnalistik. Sementara itu, Deddy Mulyana dan menekankan aspek tertentu dari peristiwa menegaskan bahwa meskipun analisis framing lewat bantuan kata, aksentuasi kalimat, gambar, dipandang Eriyanto sebagai pendekatan dan perangkat lainnya (hlm.xxi). konstruktivis, ia justru menganggapnya sebagai Meskipun terkesan terlambat, namun belum analisis konstruktivis, sekaligus analisis kritis. “basi” bagi para peneliti di lingkungan Badan Buku ini menawarkan metode yang relatif baru Litbang dan Diklat Kementerian Agama untuk selain metode klasik [positivis]. Paradigma “mendalami” kembali buku ini. Model analisis alternatif yang lebih kritis ini mampu melihat framing memang sudah diperkenalkan para realitas lain di balik wacana media massa, salah penggagasnya di “Barat” sekitar penghujung satunya melalui analisis framing. Untuk 1980-an atau awal 1990-an, akan tetapi model ini memperkaya interpretasi, kita bahkan dapat baru populer di dunia akademik Indonesia--, memanfaatkan berbagai teori sosiologi, psikologi, terutama bidang ilmu komunikasi dan antropologi, ilmu politik, teori-teori kritis, humaniora. Jika kita menelusuri di berbagai hermeneutik dan semiotik, teori-teori website, tulisan dan buku mereka selalu dirujuk pascamodernis (postmodernism), termasuk teori- oleh para akademisi yang berminat di bidang teori normatif-religius mengenai wacana komunikasi untuk menulis skripsi, tesis, maupun (komunikasi) yang terkandung dalam kitab suci disertasi, juga para peneliti dari berbagai lembaga seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Al- ilmiah yang menggunakan analisis framing dalam Qur’an, dan Hadis Nabi Saw. Intinya, siapa pun meneliti suatu wacana, termasuk wacana dapat membangun dan mengembangkan sebuah keagamaan. kerangka atau model analisis framing. Mendiskusikan buku ini dapat diibaratkan Sebagaimana penelitian interpretif lainnya, seperti pepatah “sambil menyelam minum air”. analisis framing merupakan suatu seni atau Untuk memahami analisis framing, pembaca mau kreativitas. Metode analisis dan kesimpulannya tidak mau akan digiring untuk mengerti pula boleh jadi berbeda meskipun kasusnya sama (hlm. paradigma dan teori yang menjadi pijakannya, ix-xvii). juga model analisis terkait yang telah Media massa di Indonesia sangat kaya dikembangkan sebelumnya seperti analisis isi, dengan wacana, antara lain tentang perubahan analisis wacana, analisis semiotik, analisis konstelasi kekuasaan antara berbagai komponen kebijakan redaktur, dan sebagainya. Bukan hanya bangsa, masyarakat, atau komunitas tertentu. itu, “ketajaman” suatu analisis framing juga akan Analisis framing cocok digunakam untuk melihat sangat bergantung pada penguasaan para konteks sosial-budaya suatu wacana, khususnya analisnya atas teori dan model analisis hubungan antara berita dan ideologi, yaitu pendukung lainnya seperti sosiologi, politik, proses atau mekanisme pemberitaan dalam antropologi, sejarah, filologi, hermeneutik, membangun, mempertahankan, memproduksi, folklore, termasuk feminisme, dan mencoba meng-ubah, dan meruntuhkan suatu ideologi. perspektif baru lainnya. Analisis framing mampu melihat siapa mengendalikan siapa dalam suatu struktur Bahasan kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan Eriyanto membagi tulisannya menjadi 13 bab. dirugikan, siapa si ‘penindas’ dan si ‘tertindas’, Pada bab pertama, penulis menjelaskan apa itu siapa yang konstitusional dan yang analisis framing. Intinya, framing (bingkai) adalah inkonstitusional, kebijakan publik mana yang metode untuk melihat cara bercerita (story telling) harus didukung atau ditolak, dan sebagainya media atas berita. Analisis framing digunakan (hlm.xiv-xv). untuk mengetahui bagaimana realitas Eriyanto menggarisbawahi bahwa buku ini dikonstruksi oleh media, yaitu dengan cara dan membahas analisis framing dan penerapannya teknik tertentu suatu peristiwa ditekankan dan dalam analisis isi media. Analisis framing sendiri ditonjolkan, dihilangkan, luput, atau bahkan adalah analisis yang memusatkan perhatian pada disembunyikan dari pemberitaan. Analisis framing

120 Mengenal Lebih Dekat ... “menggeser” paradigma penelitian analisis isi kuantitatif (content analysis), yang titik tekannya adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara analisis framing, lebih menekankan pada pembentukan pesan dari teks, yaitu mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media, baik melalui proses konstruksi dengan makna tertentu maupun dengan bentukan tertentu, misalnya melalui wawancara dengan orang tertentu (hlm.3-11). Sebagai suatu metode analisis teks yang terbilang masih baru, analisis framing banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi, terutama pemikiran Peter L. Berger dan Erving Goffman, juga dari teori psikologi yang berhubungan dengan skema dan kognisi. Secara garis besar, buku ini dapat dipahami melalui skema berikut ini:

Selanjutnya bab kedua, penulis memaparkan media dan berita dilihat dari paradigma konstruksionis. Konsep konstruksionisme mengenai konstruksi sosial atas realitas, terutama Bab ketiga menjelaskan karakteristik menurut sosiolog interpretatif Peter L. Berger dan penelitian konstruksionis. Dalam studi Thomas Luckman. Tesis utamanya adalah komunikasi, paradigma konstruksionis sering manusia dan masyarakat adalah produk yang juga disebut sebagai paradigma produksi dan dialektis, dinamis, dan plural secara terus- pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan menerus. Pendekatan konstruksionis mempunyai paradigma positivis atau paradigma transmisi. delapan penilaian mendasar tentang bagaimana Secara sederhana, terdapat tujuh perbedaan media, wartawan, dan berita dilihat. Untuk karakteristik penelitian berkategori positivis memudahkan, penjelasan kedelapan penilaian dibandingkan dengan yang berkategori konstruksionis tersebut dapat dibandingkan konstruksionis, sebagai berikut: dengan paradigma positivis, sebagaimana ilustrasi berikut:

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 121 dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana keterkaitan framing dengan realitas? Framing pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di hadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu, yang memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Bab kelima menjelaskan skema dan produksi berita serta skema berita itu sendiri. Dalam taraf awal, kita dapat melihat semua proses konstruksi dan frame dalam perspektif individu. Artinya, frame dapat kita tempatkan dalam perspektif bagaimana seseorang mengonstruksi pesan. Konsep yang dapat digunakan adalah skema (skemata) antara lain: (1) simplifikasi, kita menggunakan skema untuk membuat dunia yang tampak kompleks dan saling terhubung menjadi sederhana, dan karenanya dapat dipahami; (2) klasifikasi, skema ini digunakan oleh individu untuk membuat dunia agar tampak bermakna dan dapat dimengerti; (3) generalisasi, yaitu hasil generalisasi dari berbagai klasifikasi yang telah dilakukan; (4) asosiasi, suatu realitas tidak dipandang sebagai yang unik dan saling terpisah, melainkan sebagai rangkaian yang saling terhubungkan dan berkaitan satu dengan yang lain. Bagaimana hubungan skema dengan produksi berita? Secara garis besar, skema dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu: (a) skema sosial. Skema yang paling sering digunakan ini sering disebut sebagai skrip atau Bab keempat menguraikan tiga hal, yaitu: skenario. Kita mengandaikan dunia dan seleksi isu dan penekanan isu; dimensi Sosiologi- realitasnya seperti layaknya sebuah lakon atau Psikologi; serta framing dan realitas. Ada beberapa drama; (b) skema tektual. Skema ini berhubungan definisi berbeda mengenai framing menurut Robert dengan segi skematis dari teks, yang umumnya N.Entman, William A. Gamson, juga Zhongdang digunakan oleh seseorang ketika melihat dan Pan dan Gerald M. Kosicki. Meskipun berbeda, menafsirkan teks; (c) skema ideologi. Skema ini terdapat dua aspek yang menjadi titik singgung terjadi ketika skema seseorang menggunakan dari definisi para ahli, yaitu: (1) memilih fakta/ skemanya sendiri untuk melihat dirinya, juga realitas. Proses pemilihan fakta ini didasarkan untuk melihat dan menafsirkan realitas. pada asumsi bahwa wartawan tidak mungkin Bab keenam menerangkan proses melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih pembentukan berita dan produksi berita fakta selalu terkandung dua kemungkinan: apa dilakukan. Framing bukan hanya berkaitan yang dipilih (included) dan apa yang dibuang dengan skema individu (wartawan), tetapi juga (exluded); (2) menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan proses produksi berita, berhubungan dengan bagaimana fakta yang kerangka kerja, dan rutinitas organisasi media. dipilih itu disajikan kepada khalayak. Suatu Suatu peristiwa dibingkai atau dipahami dalam gagasan diungkapkan dengan kata, kalimat, dan kerangka tertentu, bukan semata-mata proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto disebabkan oleh struktur skema wartawan, tetapi

122 Mengenal Lebih Dekat ... juga dalam rutinitas kerja, dan institusi media tergantung pada bagaimana kita membingkai yang secara langsung atau tidak memengaruhi atau mengonstruksi (menafsirkan) realitas. Jadi, pemaknaan peristiwa. realitas yang sama bisa jadi menghasilkan realitas Bab ketujuh mengupas tiga hal, yaitu: peta berbeda ketika ia dibingkai dengan cara yang ideologi, peta ideologi dan konstruksi realitas, berbeda. Edelmen menyejajarkan framing sebagai serta pendefinisian realitas. Media berperan kategorisasi, yaitu pemakaian perspektif tertentu mendefinisikan bagaimana realitas (peristiwa dengan kata-kata tertentu pula, yang maupun aktor-aktor sosial) seharusnya menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami, dan dijelaskan dengan cara tertentu dipahami. kepada khalayak. Dalam kaitannya dengan Bab kesepuluh mengemukakan pemikiran ideologi, fungsi utama media adalah sebagai Robert N. Entman. Konsepnya tentang framing mekanisme integrasi sosial. Media berfungsi ditulis dalam artikel berjudul, “Framing: Toward menjaga nilai-nilai kelompok, dan mengontrol Clarification of a Fractured Paradigm”, dalam bagaimana nilai itu dijalankan. Media dapat Jurnal of Communication, Vol. 43, No. 4, 1993, juga mendefinisikan nilai dan perilaku yang sesuai atau tulisan lain yang mempraktikkan konsep itu menyimpang dari kelompok. Semua nilai dan dalam suatu kasus pemberitaan media. Entman pandangan tersebut bukan sesuatu yang melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu terbentuk begitu saja (nature), melainkan seleksi isu dan penekanan/penonjolan aspek- dikonstruksi sedemikian rupa oleh media aspek tertentu dari realitas/isu. Secara garis besar, sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, Entman menerapkan analisis framing terhadap baik, sesuai, dan dipandang menyimpang. teks berita melalui empat cara, yaitu: (1) Tujuan utama media adalah memberi legitimasi pendefinisian masalah [define problems]; (2) pada perilaku atau gagasan tertentu, sekaligus memperkirakan masalah atau sumber masalah mendelegitimasi perilaku atau gagasan lainnya [diagnose causes]; (3) membuat keputusan moral yang dianggap menyimpang. [make moral judgement]; (4) menekankan Bab kedelapan mengilustrasikan tentang penyelesaian [treatment recommendation]. mobilisasi massa dan menggiring khalayak pada Bab kesebelas mengangkat sosok William A. ingatan tertentu. Salah satu efek framing yang Gamson. Gagasan utamanya adalah paling mendasar adalah realitas sosial yang menghubungkan wacana media di satu sisi kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan dengan pendapat umum di sisi lain. Dalam disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang pandangannya, wacana adalah elemen yang sederhana, beraturan, dan memenuhi logika penting untuk memahami dan mengerti pendapat tertentu. Efek framing lainnya yang dapat muncul umum yang berkembang atas suatu isu atau antara lain: (1) mendefinisikan realitas tertentu peristiwa. Pendapat umum tidak cukup kalau dan melupakan definisi lain atas realitas; (2) hanya didasarkan pada data survei publik, sebab menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan data tersebut perlu dihubungkan dan aspek lainnya; (3) penyajian sisi tertentu dan dibandingkan dengan cara media mengemas dan penghilangan sisi yang lain; (4) pemilihan fakta menyajikan berita/isu. Gagasan spesifik Gamson tertentu dan pengabaian fakta lainnya. Selain itu, tentang frame media ditulisnya bersama Andre efek framing yang lebih massif adalah bahwa ia Modigliani dalam artikel berjudul “Media dapat memobilisasi massa untuk tujuan-tujuan Discourse and Public Opinion on Nuclear Power: tertentu, juga dapat menggiring khalayak pada A Constructionist Approach”, dalam American ingatan (sindrom) tertentu saja. Journal of Sociology, Vol.95, No,1, 1989. Frame Bab selanjutnya mengenalkan model-model dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau analisis framing beserta contoh studi kasus terkait. gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa, Bab kesembilan mengangkat tokoh Murray dan menghadirkan konstruksi makna dari Edelman. Gagasannya tentang framing disarikan peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. dari tulisannya, “Contestable Categories and Bab kedua belas mengulas pemikiran Public Opinion”, dalam Political Commmunication, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosichi. Model Vol.10, No.3, 1993. Menurut Edelman, apa yang framing ini merupakan salah satu model yang kita ketahui tentang realitas atau dunia paling populer dan banyak dirujuk. Pan dan

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 123 Kosichi memperkenalkan model tersebut lewat signifikansi tersebut. Artinya, buku ini secara suatu artikel berjudul “Framing Analysis: An umum memperkenalkan analisis framing sebagai Approach to News Discourse”, dalam Journal studi teks media. Saat ini framing telah Political Communication, Vol.10., No,1., 1993. Analisis berkembang menjadi teori. Konsep framing bukan framing dilihat sebagai wacana publik tentang hanya terbatas pada alat analisis, melainkan juga suatu isu atau kebijakan yang dikonstruksi dan berkembang menjadi teori komunikasi secara dinegosiasikan. Framing didefinisikan sebagai keseluruhan. proses membuat suatu pesan lebih menonjol, dan menempatkan informasi lebih daripada yang lain TINJAUAN sehingga khalayak menyetujui pesannya. Dalam Meskipun memiliki beragam cara dan model ini, perangkat framing dibagi dalam empat pendekatan, berbagai model framing di atas struktur besar, yaitu: (1) struktur sintaksis, cara mempunyai kesamaan. Hampir setiap tokohnya wartawan menyusun peristiwa (pernyataan, membahas tentang bagaimana media membentuk opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa) ke konstruksi atas realitas, kemudian menyajikan dalam bentuk susunan umum berita; (2) struktur dan menampilkannya kepada pembaca. Mengutip skrip, strategi wartawan mengisahkan atau Jisuk Woo, paling tidak ada tiga kategori dasar menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita; elemen framing. Pertama, level makrostruktural. (3) struktur tematik, cara wartawan Level ini dapat dilihat sebagai pembingkaian mengungkapkan pandangannya atas peristiwa dalam tingkat wacana. Kedua, level ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan mikrostruktural. Elemen ini memusatkan antarkalimat yang membentuk teks secara perhatian pada bagian/sisi mana suatu peristiwa keseluruhan; (4) struktur retoris, cara wartawan ditonjolkan atau dilupakan/dikecilkan. Ketiga, menekankan arti tertentu ke dalam berita seperti elemen retoris. Elemen ini memusatkan perhatian memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar pada bagaimana fakta ditekankan. 1 yang dipakai untuk mendukung tulisan dan Pada prinsipnya, model framing yang menekankan arti tertentu kepada pembaca. dikemukakan Entman dan Edelman belum Bab ketiga belas menyajikan “intisari” buku dikembangkan secara detail. Memang dalam secara keseluruhan. Menurut penulis buku, ada tingkatan analisisnya mampu menunjukkan empat model analisis yang diperkenalkannya. bagaimana kata, kalimat, dan gambar dapat Meskipun banyak istilah dan definisi yang dianalisis sebagai bagian integral dalam digunakan, keempat model tersebut memiliki memahami frame, akan tetapi belum terdapat kesamaan. Paling tidak ada tiga kategori besar gambaran mendetail tentang elemen retoris elemen framing. Pertama, level makro-struktural. tersebut. Dapat dikatakan, model tersebut masih Level ini dapat dilihat sebagai pembingkaian bergerak pada level bagaimana memahami dalam tingkat wacana. Bagaimana peristiwa oleh peristiwa dan pemilihan fakta oleh media. media dalam tingkat abstrak yang paling tinggi Sementara itu, model Pan dan Kosicki mampu (wacana). Kedua, level mikro-struktural. Elemen menjelaskan unit analisisnya, yaitu apa saja ini memusatkan perhatian pada bagian atau sisi elemen retoris yang perlu diperhatikan dalam mana dari peristiwa yang ditonjolkan, dan bagian kerangka framing. Di satu sisi, model Gamson atau sisi mana yang dilupakan/kecilkan. lebih menekankan pada ‘penandaan’ dalam Pemilihan fakta, angel, dan narasumber adalah bentuk simbolik, baik lewat kiasan maupun bagian dari level ini. Ketiga, elemen retoris. Elemen retorika yang secara tidak langsung menggiring ini memusatkan perhatian pada bagaimana fakta perhatian pembaca. Di sisi lain, model Pan dan ditekankan, di antaranya dengan pemilihan kata, Kosicki banyak dipengaruhi pendekatan kalimat, retorika, gambar, atau grafik tertentu. linguistik, misalnya pemakaian kata, penulisan Di mana posisi framing dalam keseluruhan struktur dan bentuk kalimat dibingkai oleh jagat penelitian komunikasi? Framing merupakan media dalam menggambarkan suatu peristiwa. perpanjangan dari tradisi penelitian efek media, yaitu yang didasarkan pada asumsi bahwa media mempunyai pengaruh signifikan, meskipun para 1 http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis- ahli masih berdebat tentang sejauh mana tingkat bingkai-framing-analysis/, diakses 4 November 2013.

124 Mengenal Lebih Dekat ... Tidak dapat dipungkiri bahwa ide tentang penyusunan realitas”, maka analisis framing analisis framing digagas pertama kali oleh berfungsi untuk membongkar muatan wacana4. Baterson tahun 1955. Ketika itu, frame dimaknai Analisis framing sebagai suatu metode analisis sebagai struktur konseptual yang mengorganisir isi media memang terbilang “baru”. Analisis ini pandangan politik, kebijakan, dan wacana yang terutama diilhami oleh paradigma kaum menyediakan berbagai kategori standar untuk konstruksionis. Dalam kerangka metode analisis, mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian analisis framing dapat dikatakan versi terbaru dari dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974). pendekatan analisis wacana, khususnya untuk Ia menganggap frame sebagai kepingan perilaku menganalisis teks media yang telah digunakan yang membimbing individu dalam membaca secara luas, terutama bagi para peminat studi ilmu realitas2. Hanya saja, para penggagas sebelum komunikasi. Dalam ranah ilmu komunikasi, Goffman ini kurang mendapat penjelasan analisis framing kemudian mengedepankan memadai dari penulis. pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk Model-model analisis pesan media menghasilkan analisis teks media yang lebih disistematisasi Eriyanto berdasarkan konsep mendalam, seperti penggunaan analisis sosiologi, framing yang dikembangkan Murray Edelman, politik, sejarah, hermeneutik, feminis, dan Robert N. Entman, William A. Gamson, serta sebagainya. Selain itu, konsep tentang framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Masing- atau frame bukan murni konsep ilmu masing model diterapkannya dalam studi kasus komunikasi, akan tetapi dipinjam dari teori analisis framing “Isu Caleg PDIP Non-Muslim” kognitif dalam psikologi. Artinya, penerapan di tabloid Abadi dan Demokrat, “Isu Aryantigate” analisis framing menjadi tidak “memadai”, apabila di majalah Forum Keadilan dan Panji Masyarakat, tidak diperkaya dengan pendekatan, teori, dan “Isu Debat Calon Presiden” di tablod Amanat dan model analisis lainnya. Memang disinilah Demokrat, dan “Isu Pengalihan Kekuasaan dari kelemahan mendasar setiap kajian ilmu-ilmu Soeharto ke Habibie” di harian Kompas dan sosial. Republika. Buku ini merupakan seri kedua dari Terlepas dari maraknya penerapan analisis metode penelitian media yang dikerjakan Eryanto. wacana maupun analisis framing, kedua bentuk Hanya saja, buku analisis framing ini terlihat tidak analisis ini sering mendapat kritik tajam karena “nyambung” dengan seri pertama Analisis menganut pandangan “anything goes” (semuanya Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (2001). Kita bisa masuk). Para pakar sering pula melihat tidak dapat melihat kesinambungan metodologis bahwa kedua analisis tersebut dalam banyak yang para penggagas analisis wacana dengan kasus, terutama di dunia akademik tidak layak analisis framing dalam kedua buku tersebut. mampu menerapkan model analisisnya secara Berbeda dengan Alex Sobur dan Ibnu Hamad3 memadai. Apalagi model analisa ini tidak memiliki yang berhasil menyajikan kedua analisis tersebut aturan yang tegas tentang kriteria atau batasan secara “berkesinambungan”. kualitas tertentu dalam melakukan analisis. Kritik Menarik dikemukan pandangan Hamad, seperti ini telah dikemukakan Charles Antaki, bahwa framing dipandang sebagai sebuah strategi Michael Billig (dkk), t.t., dalam paper mereka penyusunan realitas sedemikian rupa sehingga berjudul “Discourse Analysis Means Doing menghasilkan sebuah wacana (discourse). Analysis: A Critique Of Six Analytic Dalam media massa, wacana ini paling banyak Shortcomings”, makalah yang disampaikannya mengambil bentuk dalam wujud berita. Framing dalam Discourse and Rhetoric Group Department juga dipakai sebagai salah satu metode untuk of Social Sciences Loughborough University, memahami “information strategy” dalam sebuah Loughborough Leicestershire, Inggris.5 wacana. Sebagai kebalikan dari “strategi Menurut Antaki, terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan yang sering terjadi dalam penulisan analisis wacana (termasuk 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing analisis bingkai), antara lain: (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), 161-162. 3 Ibnu Hammad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-Berita 4 Ibid, hlm. 22. Politik, 2004 (Jakarta: Granit). 5 Charles Antaki, Michael Billig (dkk), t.t., “Discourse

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 125 1. Belum dapat dikatakan analisis wacana bersumber dari diri sendiri, perorangan, maupun framing, jika hanya meringkas suatu maupun ideologi pada umumnya. transkrips (under-analysis through summary). Intinya, seorang peneliti atau penulis belum Analisis wacana harus menyediakan hasil dapat dikatakan telah melakukan suatu analisis, transkrip, teks, dan percakapan secara jika “tulisan” mereka hanya bersifat meringkas, lengkap, sebagai sumber data yang akan jika ada unsur keberpihakan, jika hanya diteliti. Para analis dituntut mampu menyajikan sederetan kutipan, atau jika hanya menghasilkan sesuatu gagasan atau ide dari melihat fitur data mereka dari pembicaraan atau transkrips tersebut. teks yang sudah populer. Seseorang juga belum 2. Belum dapat dikatakan analisis wacana atau dapat dikatakan telah melakukan analisis, jika framing, jika muncul keberpihakan (under- temuan yang diungkap baru disajikan dalam analysis through taking sides). Analisis wacana bentuk wacana, konstruksi mental, hasil survei, harus menghindari menyertakan pandangan dan sebagainya. Singkatnya, analisis wacana, moral, politik, dan pribadi penulisnya. analisis framing, analisis semiotik, ataupun analisis Penelitian yang mengandung bias penulis, yang lainnya baru sampai pada tahap melakukan baik berupa simpati maupun antipati tidak analisis, belum sampai pada tahapan melakukan dapat dikategorikan sebagai analisis wacana. serangkaian penelitian secara keseluruhan. 3. Analisis wacana maupun framing tidak Dibutuhkan kehati-hatian dalam ditentukan dari banyaknya jumlah kutipan menerapkan analisis framing, terutama (under-analysis through over-quotation or isolated menangani mekanisme kemungkinan balik efek quotation). Kutipan yang terlalu banyak dapat framing. Sedikitnya terdapat tiga efek framing yang mengurangi porsi pandangan atau komentar harus dihindari, misalnya mendefinisikan realitas penulis, sedangkan kutipan yang terlalu secara terbatas; menonjolkan aspek tertentu saja; sedikit dapat terkesan hanya sekadar dan penyajian sisi atau fakta tertentu saja. 6 Kita memperkuat pandangan penulis. akan lebih mudah memahami dan menafsirkan 4. Belum dapat dikatakan analisis wacana atau perbedaan efek framing jika ketiga hal tersebut framing, jika menggunakan hasil survei palsu dihindari. Tiga kemungkinan efek framing (under-analysis through false survey). Para tersebut harus mendapat penjelasan secara pengguna analisis wacana harus berimbang, tetapi tidak seharusnya pula menghindari penelitian yang bersifat dangkal diperlakukan sama. Kita dituntut mampu karena tidak menggunakan data secara menghindari penjelasan efek framing yang tidak “utuh”. Demikian pula dengan penggunaan beralasan sehingga memungkinkan pembaca kategorisasi, simplifikasi, dan sebagainya menjadi kebingungan. untuk mempermudah kerja analis. Dapat dikatakan bahwa efek framing selalu 5. Analisis tidak hanya ditentukan dari bersandar pada analisis informasi frame, juga banyaknya detail yang diungkap (analysis that sering bersandar pada analisis psikologis proses consists in simply spotting features). Memang kognitif yang memicu pewacana.7 Analisis analisa wacana maupun framing informasi itu sendiri dipengaruhi pula oleh menitikberatkan perhatian pada detail atau analisis empiris komunikasi manusia. Pembicara hal-hal kecil dari ucapan atau teks, namun harus peka terhadap kondisi latar belakang yang analisis yang baik adalah yang selalu bergerak untuk meyakinkan adanya hubungan timbal- Analysis Means Doing Analysis: A Critique of Six Analytic balik antara ucapan/teks umum dengan Shortcomings”, makalah yang disampaikan dalam Discourse detailnya. and Rhetoric Group Department of Social Sciences 6. Analisis dipengaruhi upaya identifikasi Loughborough University, Loughborough Leicestershire, Inggris. wacana melingkar dan konstruksi mental (the 6 Irwin P. Levin (at. al.). “All Frames Are Not Created Equal: circular identification of discourses and mental A Typology and Critical Analysis of Framing Effects”, dalam constructs). Secara teoritis dan metodologis, ORGANIZATIONAL BEHAVIOR AND HUMAN DECISION PROCESSES Vol. 76, No. 2, November, 1998, 178-179. para analis wacana maupun framing harus 7 Shlomi Sher & Craig R. M. Mc. Kenzie. 2009. “Levels of menyadari bahwa sikap mental mereka sendiri Information: A Framing Hierarchy”, dalam G. Keren (Ed.), Perspectives on framing. Psychology Press - Taylor & Francis merupakan konstruksi sosial, baik yang Group. University of California, San Diego, 40-41.

126 Mengenal Lebih Dekat ... relevan dalam memilih berbagai alternatif framing. lembaga ilmiah. Sebagai upaya diversifikasi Dalam satu perspektif, intuisi misalnya dapat metodologi penelitian, Badan Litbang dan Diklat dipandang sebagai simplifikasi yang lazim. Efek diharapkan dapat pula menerapkan analisis framing dalam lingkungan informasi yang framing dalam penelitian teks keagamaan, baik di demikian kompleks dapat dilihat melalui bidang kehidupan keagamaan, bidang kacamata/ pandangan yang luas, meskipun pendidikan agama dan keagamaan, serta bidang kontras dengan rasionalitas sehari-hari, lektur dan khazanah keagamaan, khususnya sebagaimana kesederhanaan atau kehalusan lektur keagamaan kontemporer. intuisi manusia itu sendiri. Saat ini, memang banyak kasus “lektur Dengan demikian, hal ini mengidentifikasi kontemporer” yang beredar di media massa. adanya subdimensi yang membingkai penelitian Cakupan media yang mewacanakan lektur efek media, konseptualisasi frame media, dan keagamaan pun sangat luas, mulai dari media bingkai penonton di satu sisi, juga adanya cetak, elektronik, hingga yang bersifat digital variabel independen atau tergantung di sisi yang yang berada di ‘dunia maya’. Metode analisis lain. Dengan kata lain, kita berurusan dengan framing ini diharapkan mampu mengarahkan artefak jika dua peneliti mengklaim temuan penelitian kita ke wilayah yang lebih massif, penelitian yang sama, tetapi memiliki kesimpulan terutama penelitian lektur keagamaan yang berbeda, atau ada perbedaan nyata antara kontemporer yang “berseleweran” di media cetak hasil penelitian mereka. Di luar proses klasifikasi maupun elektronik, termasuk yang diproduksi penelitian itu, framing sebagai teori efek media ke dalam VCD-DVD-LED, produk digital, yang menjadi keharusan sebagai model proses. Jadi, “berseleweran” di internet, dan sebagainya. Kita penelitian efek media sedikitnya harus membahas tidak pernah tahu produk lektur kontemporer empat hal yang saling berhubungan, yaitu: apa lagi yang akan muncul selanjutnya, demikian bangunan bingkai, bingkai pengaturan, proses pula dengan metode analisis yang diperlukan framing tingkat individu, dan umpan balik dari untuk menjelaskannya. Wallahu’alam. tingkat framing individu maupun framing media. 8 Dengan demikian, keempat kategori tersebut dapat mengatasi masalah yang belum terselesaikan secara sistematis dalam membingkai penelitian, juga mengintegrasikan berbagai pendekatan atomistik menjadi sebuah teori yang koheren.

PENUTUP Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa suatu tulisan tentang analisis framing yang hanya dimuat di dalam jurnal, sebagaimana dilakukan oleh Murray Edelman, Robert N. Entman, William A. Gamson, maupun oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosichi, kemudian berubah menjadi model analisis atau rujukan akademik yang bersifat “mendunia”. Menurut reviewer, model analisis framing ini sangat “fenomenal”, baik di dunia akademik maupun

8 Dietram A. Scheufele, “Framing as a Theory of Media Effects”, dalam Journal of Communication, Winter 1999, International Communication Association, hlm. 118. Lihat juga, Claes H. de Vreese, “News framing: Theory and typology”, dalam Information Desiagne Journal + Document Design (13)1. 2005 . John Benjamins Publishing Company, 60.

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 127 DAFTAR PUSTAKA

Antaki, Charles & Billig, Michael (et.al.), t.t., Pan, Zhongdang dan Gerald M. Kosichi. “Discourse Analysis Means Doing Analysis: “Framing Analysis: An Approach to News A Critique Of Six Analytic Shortcomings”. Discourse”. Dalam Journal Political Makalah disampaikan dalam Discourse Communication, Vol.10., No,1., 1993 [versi and Rhetoric Group Department of Social online]. Sciences Loughborough University, Scheufele, Dietram A. “Framing as a Theory of Loughborough Leicestershire, Inggris. Media Effects”, dalam Journal of [versi online] Communication, Winter 1999, International A. Gamson , William. “Media Discourse and Communication Association [file online]. Public Opinion on Nuclear Power: A Sher, Shlomi & McKenzie, Craig R. M. 2009. Constructionist Approach” Dalam “Levels of Information: A Framing American Journal of Sociology, Vol.95, No,1, 1989 Hierarchy” . Dalam G. Keren (Ed.). [versi online]. Perspectives on framing. Psychology Press - Eriyanto. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Taylor & Francis Group. University of Media. Yogyakarta: LKiS, 2001. California, San Diego [versi online]. Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung : Remaja Politik Media. Yogyakarta: LKiS, 2002. Rosda Karya, 2004. Edelman, Murray. “Contestable Categories and Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Publik Opinion”. Dalam Political Wacana. Yogyakarta: LKiS, 2001. Commmunication, Vol.10, No.3, 1993 [versi Vreese, Claes H. de. “News framing: Theory and online]. typology” Dalam Information Desiagne Journal Entman, Robert N. “Framing: Toward + Document Design (13)1. 2005 . John Clarification of a Fractured Paradigm” Benjamins Publishing Company [versi Dalam Jurnal of Communication, Vol.43, No. online]. 4, 1993 [versi online]. Hammad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit, 2004. Levin, Irwin P. (at. al.). “All Frames Are Not Created Equal: A Typology and Critical Analysis of Framing Effects”. Dalam ORGANIZATIONAL BEHAVIOR AND HUMAN DECISION PROCESSES Vol. 76, No. 2, November, 1998 [file online].

128 Mengenal Lebih Dekat ... KUMPULAN ABSTRAK

IDENTIFIKASI KOLEKTIF DAN KEY WORDS: IDEOLOGISASI JIHAD: STUDI Psychopath, Mental Disorder, Normal, Islam KUALITATIF TERORIS DI INDONESIA

GAZI SALOOM WISATA RELIGI DI BALI: GELIAT ABSTRAK: USAHA PENGEMBANGAN Artikel ini menggambarkan bahwa para teroris setidaknya di Indonesia adalah kumpulan PARIWISATA ISLAM orang normal yang memiliki pikiran yang sehat dan memiliki tujuan jangka panjang untuk MUHAMAD MURTADHO menegakkan sistem pemerintahan Islam yang berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Hadis. ABSTRAK Penelitian ini menggunakan pendekatan Wisata religi menjadi salah satu alternatif kualitatif dengan pengumpulan data yang yang menarik dalam rangka revitalisasi agama dilakukan melalui wawancara, telaah dokumen dalam kehidupan masyarakat modern di satu sisi, dan informasi media tentang teroris dan dan di sisi lain dalam rangka peningkatan terorisme. Satu orang mantan teroris yang pernah kesejahteraan (ekonomi) masyarakat. Bali terlibat dalam kasus Bom Bali 1 dipilih untuk merupakan salah satu obyek wisata kelas dunia menjadi responden penelitian. Data yang yang ada di Indonesia. Julukan Bali sebagai pulau diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan dewata menunjukkan Bali sebagai pulau religius. telaah dokumen dianalisa dengan teori identitas Penelitian ini ingin mencoba menggali potensi sosial dan teori kognisi sosial mengenai wisata agama di Bali dari kelompok-kelompok ideologisasi jihad. Artikel ini menyimpulkan keagamaan di luar Hindu. Mengambil kasus pada bahwa proses perubahan orang biasa menjadi potensi pariwisata Islam di Bali, penelitian ini teroris sangat berkaitan dengan ideologisasi jihad menemukan adanya beberapa potensi wisata dan pencarian identitas. keagamaan non Hindu di Pulau Bali dan adanya permintaan wisatawan terhadap layanan wisata KATA KUNCI: yang ramah terhadap pemeluk agama non- Psikopat, Gangguan Mental, Normal, Islam Hindu, seperti kebutuhan makanan halal dan ketersedian fasilitas ibadah yang memadai. ABSTRACT: This article articulates that the terrorists in Indonesia KATA KUNCI: are basically a group of normal people who have sound Wisata Religi, Pulau Dewata, Obyek Wisata minds and a long-term goal to establish an Islamic Islam government system based on the teachings of the Quran and Hadith. This study employed qualitative approach ABSTRACT by acquiring the data through interviews, document Religious tourism serves as an attractive choice in analysis and media information covering terrorists and revitalizing religious faith among people in the modern terrorism. A former terrorist involved in Bali bombing I society and an economic improvement for the local society. served as the research informant. Data from in-depth Bali as one of world-class tourist attractions in Indonesia interviews and document analysis were analyzed by has been known as the land of god that indicates its utilizing social identity and social cognition theory about religiousness. This study attempts to explore the potential ideology of jihad. The article concludes that the changing of religious tourism in Bali from the perspectives of non process from the ordinary people into the terrorist strongly –Hindu people. Focusing on the potentials of Islamic relates to jihad ideology and search for identity. tourism in Bali, this study finds out that there is a high

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 129 potential for non-Hindu tourism in Bali and that there is all religious communities including minorities, such as a demand for non-Hindu-friendly tourism including the Sikh. The existence aspects under study include the short availability of halal foods and decent praying facilities. history, the basic teachings, rituals, institutions, and social interaction. This study utilizes qualitative research using KEY WORDS: post-colonial and subaltern perspective from Gayatri C Religious tourism, land of god, Islamic tourism Spivak’s view. Theologically, Sikh believes in monotheism that was mentioned by Waheguru and Guru Nanank (1469-1539). Sikh has a holy book named Guru Granth Sahib. Sikh temple is called Gurdwara or the “gateway EKSISTENSI AGAMA SIKH DI to the Guru”. Sikh followers came to Indonesia from JABODETABEK Amritsar, Punjab, India, (now Pakistan territory) through Aceh, North Sumatra and Jakarta. Sikh ZAINAL ABIDIN followers are managed under the Hindu Guidance Directorate. They do not have a national organization ABSTRAK that accommodates Sikh community in Indonesia. It can Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui be concluded that the existence of the Sikh in Jabodetabek aspek eksistensi pemeluk agama Sikh di area is somewhat subaltern. Jabodetabek. Pentingnya kajian ini dilakukan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan dalam KEY WORDS: rangka tersedianya data dan informasi pelayanan Existence, Subaltern, Government Services, Sikh pemerintah terhadap segenap umat beragama yang dipeluk oleh sedikit masyarakat Indonesia, seperti agama Sikh. Aspek eksistensi yang dilihat mengenai sejarah singkat, pokok ajaran, ritual, MODAL SOSIAL PELAKU DALAIL lembaga, dan interaksi sosial. Penelitian kualitatif dengan menggunakan teori perspektif post KHAIRAT kolonial, subaltern dari Gayatri C Spivak. Secara teologis pemeluk agama Sikh percaya terhadap ABDUL JALIL monoteisme yang disebut Waheguru dan pendirinya Guru Nanank (1469–1539). Kitab ABSTRAK Kajian ini membahas tentang Modal Sosial sucinya Guru Granth Sahib. Kuil Sikh disebut para pelaku Dala’il Khairat di pesantren Darul Gurdwara atau “gerbang menuju Guru”. Falah K.H Ahmad Basyir Kudus. Penelitian ini Kehadiran penganut agama Sikh ke Indonesia bertujuan untuk mengetahui seperti apa modal berasal dari Amritsar, Punjab, India, (sekarang sosial yang dimiliki pengamal Dala’il Khairat masuk wilayah Pakistan) masuk melewati Aceh, untuk meraih kesuksesan di bidang ekonomi. Sumatera Utara dan Jakarta. Pemeluk agama Sikh Metode penelitian yang digunakan adalah masuk pembinaan Ditjen Bimas Hindu. Mereka kualitatif. Penelitian dilakukan di Pesantren belum mempunyai wadah/organisasi secara Darul Falah Jekulo Kudus. Selain itu ada juga nasional yang menaungi seluruh umat Sikh di para pengamal diluar pesantren yang umumnya Indonesia. Keberadaan pemeluk agama Sikh di sudah berumah tangga dan mengembangkan Jabodetabek sampai saat ini masih subaltern. usaha bisnisnya, baik di Jawa Tengah, Yogyakarta, maupun Kuningan Jawa Barat. KATA KUNCI: Metode pengumpulan data dilakukan melalui Eksistensi, Subaltern, Pelayanan Pemerintah, observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan Sikh dokumentasi. Sumber data dikumpulkan dari informan yang meliputi mujiz Dala’il Khairat, para ABSTRACT pengurus pesantren, para santri, tokoh This study investigates the existence aspect of Sikh masyarakat, dan para alumni pengamal Dala’il followers in Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Khairat. Kajian mengenai aktivitas ekonomi para Tangerang and Bekasi) regions. It aims to provide data pengamal Dala’il Khairat menunjukkan bahwa and information regarding the government services to

130 Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 Modal Sosial yang dimiliki para pengamal seperti adanya jaringan sosial sebelum dan setelah KONTRIBUSI NU SEBAGAI mengamalkan, adanya kerjasama dalam ORGANISASI CIVIL SOCIETY DALAM melakukan usaha, serta yang terpenting adalah DEMOKRATISASI kepercayaan atau trust mampu mendorong kesuksesan dalam melakukan usaha atau bisnis, SURYANI dan usaha-usaha dalam mencapai kesuksesan ekonomi melalui pengembangan potensi masing- ABSTRAK masing pengamal. Modal Sosial para Tulisan ini ingin menggambarkan pengamal Dala’il Khairat telah menjadi faktor bagaimana dinamika politik Nahdatul Ulama penyebab berkembangya komersialisasi di (NU) sebagai bagian dari masyarakat sipil di kalangan para pengamal yang memiliki usaha Indonesia dalam konstelasi politik nasional. NU dan telah membantu proses pencapaian adalah contoh kongkrit kekuatan masyarakat keberhasilan dibidang ekonomi. dalam bentuk civil society yang keberadaan dan eksistensinya patut diberikan perhatian. Sebagai KATA KUNCI: sebuah komunitas muslim terbesar di Indonesia, Modal Sosial, Dala’il Khairat, Aktivitas NU dicatat sebagi pihak yang lebih awal ekonomi, dan Pengamal bersentuhan dan menguatkan konsep civil society di Indonesia, dibandingkan dengan komunitas ABSTRACT muslim modernis yang diwakili oleh kalangan This study discusses the Social Capital of Dala’il Muhammadiyah, alumni HMI, atau tokoh Khairat actors at school Darul Falah school by Kiai muslim lain alumni dari Masyumi, para aktivis Ahmad Bashir Kudus. This study aims to determine dan intelektual NU lebih dahulu memainkan how donators’ social capital of Dala’il Khairat defined peranannya dalam pengembangan wacana civil success in economic field. The donators are the alumni society sejak masa kemerdekaan sampai sekarang. who live outside the pesantren and develop business ventures in some areas such as: Central Java, KATA KUNCI: Yogyakarta, and Kuningan, West Java. By applying Demokratisasi, Civil Society, Ruang Publik, qualitative research this study was conducted in Pesantren Nahdliyyin Darul Falah Jekulo, Kudus, Central Java. Data were collected through participatory observation, interview, and ABSTRACT documentation. The informants include mujiz Dala’il This paper illustrates how the political dynamics Khairat, school administrates, the students, community of Nahdlatul Ulama (NU) as a part of civil society in leaders, and alumni donators of Dala’il Khairat. It finds Indonesia in the national political constellation. NU is a out that donators’ social capitals, such as the existence concrete example of the people power in the form of civil of social networks before and after donation, their society whose existence should be noted. As the largest business cooperation, and the trust, encouraged the Muslim community in Indonesia, NU was recorded as pesantren economic success donators’ potential the entity who contacted and reinforced the concept of development. These social capitals have become a civil society in Indonesia earlier than other Muslim determining factor of developing commercialization modernist communities. NU activists and intellectuals among the donators who run their business and at the play an earlier role in developing the discourse of civil same time have helped the success in the economic field society since the independence to now compared to of the pesantren. Muhammadiyah, HMI alumni, or other Muslim leaders alumni from Masyumi. KEY WORDS: Social Capital, Dala’il Khairat, economic activity, KATA KUNCI: donators Democratization, Civil Society, Public Sphere, Nahdliyyin

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 131 inseparable unity. Nevertheless, there are fundamental differences in the source of Islamic teachings versus the INTERPRETATIVE source of social traditions. UNDERSTANDING TERHADAP MAKNA SIMBOL AL-FATIHAH KEY WORDS: DALAM AMALIAH TASHARRAFUL NU, Tasharraful Fatihah, Amaliya, Bantul, FATIHAH PADA MASYARAKAT Interpretative Understanding BANTUL, YOGYAKARTA

IMAM MUHLIS & FATHORRAHMAN

ABSTRAK Kegiatan Tasharraful Fatihah merupakan salah PENERIMAAN PARTAI POLITIK satu ritual keagamaan (amaliah) yang tumbuh ISLAM DI PTAIN: STUDI ATAS berkembang di lingkungan warga Nahdliyin PERILAKU POLITIK MAHASISWA DI (NU), di Kabupaten Bantul sebagai sarana UIN SYARIF HIDAYATULLAH pengabdian, penyembahan, dan penghormatan JAKARTA kepada Allah SWT. Amaliah ini menjadikan Al- Fatihah sebagai bacaan utama. Prosesi ritual keagamaan tersebut dipandang sebagai CUCU NURHAYATI & HAMKA HASAN simbolisme dengan meyakini bahwa apa yang dilakukannya hanyalah sebuah cara kerja lain ABSTRAK untuk sampai kepada Yang Maha Kuasa. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah Rangkaian ritual tersebut menjadi salah satu lembaga pendidikan yang merepresentasikan sumber penyemangat lahirnya gerakan beribadah Islam sebagai nilai, agama, ideologi, ritual, dan kepada Allah SWT. simbol. Dengan karakter ini, sejatinya partai Kajian ini menghasilkan rekomendasi bahwa politik Islam mendapat simpati yang sangat kegiatan amaliah Tasharraful Fatihah yang tinggi. Dengan jumlah mahasiswa kurang lebih dimotori para tokoh Nahdlatul Ulama adalah 25.000, 1000 dosen dan karyawan, seharusnya sebagai upaya mendialektikan antara Islam dan UIN menjadi basis massa yang empuk bagi partai budaya lokal dalam satu kesatuan yang tak dapat politik Islam. Tulisan ini membuka fakta lain dipisahkan, meskipun antara keduanya terdapat yang memecahkan asumsi bahwa komunitas dasar-dasar prinsip lain yang membedakan Islam adalah sumber suara potensial bagi partai- sumber ajaran keislaman dengan sumber tradisi partai politik Islam. Walaupun tetap diterima kemasyarakatan. sebagai salah satu partai alternatif yang cukup dipertimbangkan, partai politik Islam ternyata KATA KUNCI: tidak mendapat tempat yang cukup penting bagi NU, Tasharraful Fatihah, Amaliya, Bantul, civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah. Interpretative Understanding Tingkat penerimaan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditandai dengan hubungan ABSTRACT relasional antara mahasiswa dan partai politik Tasharraful Fatihah is one of religious rituals Islam. Dari 450 responden sebanyak 230 atau growing in Nahdatul Ulama (NU) surroundings at 51,1% responden menyatakan dirinya bukan Bantul regency as a means of devotion, worship, and bagian dari partai politik Islam, artinya hanya reverence to Allah the Almighty. This ritual recites al- 48,9% mahasiswa yang merasa bagian dari partai Fatihah as the primary reading. This ritual procession politik Islam. Status mahasiswa yang terdaftar is barely seen as a symbol of belief that it is a different dalam partai politik Islam hanya 140 responden method to be closer to the Almighty. The series of this dari total 450 responden. Sebanyak 58% ritual becomes one encouraging source for a worship mahasiswa menyatakan tidak terdaftar dalam movement towards Allah. This study recommends that partai politik Islam, artinya hanya 42% Tasharraful Fatihah initiated by some NU leaders is an mahasiswa yang terdaftar dalam keanggotaan attempt of dialoguing Islam with the local culture as an dalam partai politik Islam.

132 Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 KATA KUNCI: harmonis adat istiadat yang berkembang di Partai politik Islam, Perilaku Politik, Indonesia dengan kedatangan Islam sebagai mahasiswa. agama mayoritas menjadi sinergi yang positif dan progresif dalam mengembangkan fikih Indonesia. ABSTRACT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta is an institution KATA KUNCI: representing Islam as values, religion, ideology, rituals, Fikih Indonesia, Masyarakat Madani, and symbols. With these characters, Islamic political Budaya, ‘Urf parties gain a high sympathy in this institution. Having approximately 25,000 students, 1000 academic and ABSTRACT administrative staffs, UIN should have been a mass The Indonesian fiqh schools in Indonesia become basis for Islamic political parties. Despite the assumption unique as it relies on the national cultures as the colors that Islamic community is a potential vote raiser for of fiqh. Diverse cultural factors and the vast number of Islamic political parties, the parties were not significantly Muslim population around 80% out of 235 millions of considered by the UIN Jakarta academicians. This study the population account for the Indonesian fiqh to be focuses on the students’ acceptance on political parties considered among the Islamic fiqh schools. Some fiqh by their party affiliations. 450 respondents were innovations were produced due to legal collaboration questioned on this matter and 51,1% of them stated that between fiqh legal and Indonesian culture. The they are not affiliated or a part of Islamic political parties development of fiqh schools has been clearly (while the 48,9% stated that they are). Only 42% of demonstrated in the Sabilul Muhtadin book, a work of respondents (140 students) are affiliated to Islamic Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812 AD), which parties, while 58% are not. continues today in the hands of Gus Dur, Ali Yafie, and others. Harmonious collaboration between Indonesian KEY WORDS: customs and Islam becomes a positive and progressive Islamic Political Party, Political Behavior, Students synergy in developing.

KEY WORDS: Indonesian jurisprudence, civil society, culture, ‘urf KOLABORASI KULTUR DAN KONSEP AL-‘URF DALAM MEMBANGUN FIKIH MAZHAB STRATEGI PENINGKATAN MUTU INDONESIA RINTISAN MADRASAH UNGGUL: STUDI KASUS DI MADRASAH SAIFUDIN ZUHRI TSANAWIYAH NEGERI YOGYAKARTA I ABSTRAK Fikih Indonesia atau fikih mazhab Indonesia ERLINA FARIDA menjadi unik karena menyandarkan negara atau kultur negara sebagai warna fikih. Faktor kultur ABSTRAK yang beraneka ragam serta jumlah populasi umat Kehadiran madrasah unggulan ikut Islam yang mencapai 80 % dari sekitar 235 juta mewarnai eksistensi madrasah di tanah air di menjadikan fikih yang bercorak Indonesia patut kancah era modernisasi dan globalisasi saat ini. diperhitungkan dalam kancah pemikiran fikih Keberadaan MTsN Yogyakarta I yang merupakan di dunia Islam. Berbagai inovasi fikih dihasilkan sekolah rintisan unggulan Kementerian Agama atas kolaborasi hukum-hukum fikih dengan patut diacungi jempol karena madrasah ini kultur Indonesia. Pengembangan fikih mazhab menjadi salah satu indikator sekolah yang baik Indonesia terlihat jelas pada kitab Sabilul Muhtadin dan berpotensi untuk menjadi unggulan karya Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812 berdasarkan penilaian Kementerian Agama M) yang berlanjut hingga kini di tangan Gus Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Madrasah Dur, Ali Yafie, dan lain-lain. Kolaborasi yang ini mampu mengakomodir kepentingan

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 133 masyarakat agar tertarik untuk mengamanahkan Yogyakarta Province. This madrasa is able to putra-putrinya di sekolah ini karena terdapat accommodate the parents’ need to send their children to keunggulan pada pendidikan agama dan an excellent religious education and an excellent Islamic penanaman kebiasaan yang islami. Beragam custom habituation. Various strategies have been strategi dilakukan oleh madrasah ini untuk undertaken by this madrasa to achieve a superior mewujudkan madrasah unggul mulai dari madrasa, such as: improving the quality educators, peningkatan mutu sumber daya manusia tenaga service quality, organizational culture, infrastructure, pendidik, kualitas pelayanan, budaya organisasi, curriculum innovation and learning, especially the sarana prasarana, inovasi kurikulum dan development of superior class to realize its excellence. pembelajaran, khususnya pengembangan kelas unggulan untuk mewujudkan keunggulannya. KEY WORDS: Strategy, quality improvement, exemplary madrasa KATA KUNCI: Strategi, Peningkatan Mutu, Madrasah Unggul

ABSTRACT The presence of exemplary madrasa colors the existence of madrassas in Indonesia in the midst of modernized and globalized era. The existence of MTsN 1 Yogyakarta as a featured pilot school by the Ministry of Religious Affairs is admirable due to its quality as an excellent school based on the assessment of the MoRA

134 Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 INDEKS PENULIS

A

Abdul Jalil Universitas Halu Oleo Kendari, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonahu, Kendari, Sulawesi Tenggara Fax (0401) 390006, Telp. (0401) 394061, [email protected] “MODAL SOSIAL PELAKU DALAIL KHAIRAT” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 41-50

C Cucu Nurhayati & Hamka Hasan (Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta) dan Hamka Hasan (Dosen Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta). Jl. Kertamukti 5 Cirendeu, Jakarta Selatan 15419. Email: ([email protected]); ([email protected] “PENERIMAAN PARTAI POLITIK ISLAM DI PTAIN: STUDI ATAS PERILAKU POLITIK MAHASISWA DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 79-92

E Erlina Farida Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Jln.M.H. Thamrin 6 Jakarta. Email: [email protected] “STRATEGI PENINGKATAN MUTU RINTISAN MADRASAH UNGGUL: STUDI KASUS DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI YOGYAKARTA I” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 103-118

G Gazi Saloom Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Jakarta, Jl. Kertamukti 5 Cirendeu, Jakarta Selatan 15419. Email: [email protected] “IDENTIFIKASI KOLEKTIF DAN IDEOLOGISASI JIHAD: STUDI KUALITATIF TERORIS DI INDONESIA ” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 1-12

I Imam Muhlis & Fathorrahman Imam Muhlis: Alumnus Magister Ilmu Hukum Univ. Gadjah Mada, e-mail: [email protected]; Fathorrahman: [Dosen Fak. Syari’ah & Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta], e-mail: [email protected] “INTERPRETATIVE UNDERSTANDING TERHADAP MAKNA SIMBOL AL-FATIHAH DALAM AMALIAH TASHARRAFUL FATIHAH PADA MASYARAKAT BANTUL, YOGYAKARTA” Jurnal Dialog Vol. 37, No.1, Juni 2014. hal: 65-78

M Muhamad Murtadho Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Jln. M.H. Thamrin 6 Jakarta. Email: [email protected] “WISATA RELIGI DI BALI: GELIAT USAHA PENGEMBANGAN PARIWISATA ISLAM” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 13-28

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 135 R Ridwan Bustamam Peneliti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Jl. M.H. Thamin 6 Jakarta. “MENGENAL LEBIH DEKAT ANALISIS FRAMING” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 119-128

S Saifudin Zuhri Dosen UIN Jakarta dpk. Institut PTIQ Jakarta. Email: [email protected] Alamat rumah: Griya Pamulang 2 B 1/ 11 Pamulang Tangerang Selatan. HP. 081380366843 “KOLABORASI KULTUR DAN KONSEP AL-‘URF DALAM MEMBANGUN FIKIH MAZHAB INDONESIA” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 93-102

Suryani Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Kertamukti 5 Cirendeu, Jakarta Selatan 15419. Email: [email protected] “KONTRIBUSI NU SEBAGAI ORGANISASI CIVIL SOCIETY DALAM DEMOKRATISASI” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 51-64

Z Zainal Abidin Peneliti Muda pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jln. M.H. Thamrin 6 Jakarta. Email: [email protected] “EKSISTENSI AGAMA SIKH DI JABODETABEK” Jurnal Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015. hal: 29-40

136 Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 KETENTUAN PENULISAN

1. Naskah yang dimuat dalam jurnal ini berupa pemikiran dan hasil penelitian yang menyangkut masalah sosial dan keagamaan. Naskah belum pernah dimuat atau diterbitkan di media lain. 2. Naskah tulisan berisi sekitar 15-20 halaman dengan 1,5 (satu setengah) spasi, kertas kuarto (A 4), 3. Abstrak dan kata kunci dibuat dalam dwibahasa (Inggris dan Indonesia), 4. Jenis huruf latin untuk penulisan teks adalah Palatino Linotype ukuran 12 dan ukuran 10 untuk catatan kaki, 5. Jenis huruf Arab untuk penulisan teks adalah Arabic Transparent atau Traditional Arabic ukuran 16 untuk teks dan ukuran 12 untuk catatan kaki, 6. Penulisan kutipan (footnote) dan bibliografi berpedoman pada Model Chicago Contoh:

Buku (monograf) Satu buku Footnote 1. Amanda Collingwood, Metaphysics and the Public (Detroit: Zane Press, 1993), 235-38.

Bibliografi Collingwood, Amanda. Metaphysics and the Public. Detroit: Zane Press, 1993. 7. Artikel pemikiran memuat judul, nama penulis, alamat instansi, email, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta persentasenya dari jumlah halaman sebagai berikut: a. Pendahuluan (10%) b. Isi Pemikiran dan pembahasan serta pengembangan teori/konsep (70%) c. Penutup (20%) 8. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, alamat instansi, email, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta presentase jumlah halaman sebagai berikut: a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian (10%) b. Kajian Literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (15%). c. Metode Penelitian yang berisi rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (10%). d. Hasil Penelitian dan Pembahasan (50%). e. Penutup yang berisi simpulan dan saran (15%). f. Daftar Pustaka 9. Pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis/email. Naskah yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

Contact Person: Abas Jauhari, M.Sos HP: 0856 8512504 Naskah diemail ke: [email protected]

Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015 137 138 Dialog Vol. 38, No.1, Juni 2015