Pola Kampanye Politik Puan Maharani Dalam Meraih Kursi Dpr

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pola Kampanye Politik Puan Maharani Dalam Meraih Kursi Dpr POLA KAMPANYE POLITIK PUAN MAHARANI DALAM MERAIH KURSI DPR Dosen pengampu : Mirza Shahreza, S.I.Kom, M.I.K Disusun Oleh : Agus Triutomo (18.70201.278) Anis Maulid Dina (17.70201.046) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2019 POLA KAMPANYE POLITIK PUAN MAHARANI DALAM MERAIH KURSI DPR Agus Triutomo1, Anis Maulid Dina2, Mirza Shahreza3 Universitas Muhammadiyah Tangerang Jalan Perintis Kemerdekaan I Babakan No.33, Cikokol, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118 Email : [email protected], Abstrak Kehadiran perempuan sebagai pemimpin merupakan salah satu strategi bagi lahirnya kebijakan yang lebih adil gender. Upaya perempuan dalam meraih kepemimpinan politik bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang memengaruhi perempuan dalam meraih kepemimpinan. Oleh karena itu menjadi penting dan relevan untuk mengkaji bagaimana proses komunikasi politik yang dibangun Puan Maharani dalam meraih kursi parlemen. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan menganalisis peranan Puan Maharani sebagai komunikator politik dalam meraih kursi ketua DPR. Metodologi penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepemimpinan Puan Maharani adalah sebagai komunikator politik. Saluran komunikasi yang digunakan oleh Puan Maharani dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan komunikasi secara langsung melalui pertemuan tatap muka dengan konstituen. Strategi komunikasi politik Puan Maharani memiliki lima tahapan, yaitu strategi pengalaman dari jenjang karir, strategi komunikator politik, strategi membangun jaringan konstituen, strategi saluran komunikasi dan strategi pengemasan pesan. Kata kunci : Pemimpin perempuan, komunikasi politik PENDAHULUAN agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial Perjuangan perempuan Indonesia (UU No 8 tahun 2010), berkembangnya untuk mendapatkan hak politik telah isu tentang keterlibatan perempuan dimulai sejak masa orde baru. dalam politik mendorong diterbitkannya Kebijakan affirmative action dengan UU yang mengatur tentang affirmative sistem kuota pertama kali dimuat dalam action berada dalam kurun waktu pasca Undang-Undang (UU) Nomor 12 tahun orde baru. IDEA (2005;276) 2003 tentang Pemilihan Umum mengatakan bahwa perempuan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia saat ini sanggat kecil tingkat (DPR), Dewan perwakilan Daerah keterwakilannya dalam berbagai tingkat (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat pengambilan keputusan dan pengaruh, Daerah (DPRD). Walaupun hasil yang serta aksesnya tidak setara dengan diperoleh belum maksimal, UU tersebut sumber daya dan fasilitas yang dimaktubkan ke dalam Undang-Undang memungkinkan mereka untuk memiliki Nomor 10 tahun 2008 tentang dan memeroleh jaminan atas hak-hak Pemilihan Umum Anggota DPR, dan kesempatan yang sama. DPRD, dan DPD (Hubies 2016;497). Pasal 53 UU No 10 Tahun 2008 tentang Tujuan penelitian adalah pemilu menyebutkan bahwa “daftar mengidentifikasi dan menganalisis bakal calon, sebagaimana dimaksud peranan Puan Maharani sebagai dalam pasal 52 memuat paling sedikit perempuan yang menjadi komunikator 30% keterwakilan perempuan; memalui politik dalam politik lokal, serta kuota Zipper sebagai upaya mengidentifikasi komunikasi politik dan meningkatkan representative pendekatan-pendekatan komunikasi perempuan: pertama, rendahnya angka politik yang digunakan dalam meraih keterwakilan perempuan di Lembaga kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. legislative, bahkan terjadi di setiap tingkatan; kedua, transisi kerangka LANDASAN TEORI demookrasi di Indonesia berpeluang Komunikasi merupakan hal pokok menciptakan kesempatan bagi dalam kehidupan manusia, baik dalam organisasi non pemerintah untuk aspek Pendidikan, budaya, sosial meningkatkan kesadaran politik maupun politik. Hal ini telah disadari perempuan (Wahid 2012;70); ketiga, oleh banyak cendikiawan sejak ratusan buruknya situasi ekonomi pasca krisis tahun lalu. Harold D. Lasswell ekonomi 1977 berdampak besar menyatakan bahwa cara yang baik terhadap perempuan dan anak-anak untuk menjelaskan komunikasi adalah melalui angka kematian yang cukup menjawab pertanyaan, Who Says What tinggi, perdagangan perempuan dan in Which Channel to Whom with What anak. Effect. Unsur-unsur terkandung di Perubahan UU pemilu tersebut dalamnya yaitu komunikator dimaksudkan untuk menciptakan derajat (communicator, source, sender), pesan kompetisi yang sehat, partisipatif dan (mesaage), media (channel), komunikan mempunyai derajat keterwakilan yang (communicant, receiver, recipient), dan lebih tinggi. Proses ini diharapkan dapat efek (effect, impact, influence) menjamin kesempatan yang berlaku (Effendy, 1992:10). menyeluruh bagi semua warga negara tanpa diskriminasi berdasarkan suku, Hubungan antara komunikasi dan dalam meraih kursi Dewan Perwakilan politik sangat erat karena hampir Rakyat. seluruh proses komunikasi adalah proses politik. Lord Windlesham Teknik analisis data yang digunakan (Effendy, 2004:158) mendefinisikan dalam penelitian ini adalah dengan komunikasi politik sebagai proses menggunakan Teknik Observasi Online. penyampaian pesan politik yang HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan dengan sengaja oleh komunikator untuk membuat Strategi komunikasi politik Puan komunikan berprilaku tertentu sesuai Maharani dalam meraih kepemimpinan dengan yang dikehendaki oleh DPR dilakukan dengan banyak cara. komunikator. Komunikasi politik tersebut sangat bergantung pada banyak faktor, Partisipasi perempuan dalam politik diantaranya, jejak karir, komunikator mencerminkan masih kentalnya politik, konstituen, stategi pesan dan ideologi patriarki di mana keikutsertaan media saluran komunikasi. perempuan dalam partai politik atau kedudukan di parlemen merupakan Berdasarkan hasil analisis dengan domain laki-laki. Streotipe gender yang informan penelitian, penulis diletakkan pada perempuan dalam menemukan empat kategori strategi idiologi patriarki mempertegas bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh perempuan tidak layak menjadi Puan Maharani dalam meraih pemimpin. Argumentasi-argumentasi kepemimpinannya. itu menjadi alasan yang signifikan menolak perempuan menduduki jabatan Jejak Karir strategis di lembaga politik formal dan kepemimpinan perempuan sulit Publik mengenal Puan sebagai putri mendapat pengakuan, pengakuan di dari Presiden Indonesia ke-5 Megawati arena politik (Sihite, 2007:163). Sukarnoputri sekaligus cucu Presiden Indonesia pertama Soekarno. Puan Rogers dan Storey (1987) memulai pengalaman keorganisasian mendefinisikan kampanye sebagai saat masih muda dengan menjadi serangkaian tindakan komunikasi yang anggota Dewan Pimpinan Pusat (DPP) terencana dengan tujuan untuk Komite Nasional Pemuda Indonesia menciptakan efek tertentu pada (KNPI) pada tahun 2006. Kemudian sejumlah besar khalayak yang dilakukan menjadi pengurus PDI Perjuangan. Di secara berkelanjutan pada kurun waktu internal partai tersebut, Perempuan tertentu. lulusan Jurusan Komunikasi Massa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) METODE PENELITIAN Universitas Indonesia ini pernah menjadi pengurus dalam DPP PDIP Dalam penelitian ini, metode yang bidang Politik dan Hubungan Antar digunakan dalam penelitian ini adalah Lembaga periode 2010-2015. metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti melakukan analisis mendalam Puan Pertama kali Mengikuti terhadap seluruh berita dan artikel di pemilu pada tahun 2009. Ia mencalonan media online untuk memperoleh diri sebagai anggota legislative pengalaman subyektif informan terkait mewakili PDIP di daerah pemilihan pola kampanye politik Puan Maharani (dapil) Jawa Tengah V yang meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten dan mulai mendampingi dan menyaksikan Boyolali. Puan terpilih dengan meraih langsung ibunya Megawati 242.504 suara dan ditempatkan di Sukarnoputri dalam kegiatan politik. Komisi IV DPR yang membidangi Bahkan Puan pernah menyaksikan pertanian, pangan, maritim dan ketika Megawati dikonfrontasi langsung kehutanan. oleh penguasa untuk melarang beliau masuk dalam struktur PDI. Disitu Puan Pada pemilu 2014, puan kembali belajar bagaimana caranya agar bisa maju sebagai caleg di dapil yang sama. secara tenang menghadapi tekanan Ia kembali menang dengan memperoleh politik dan tetap berpegang teguh pada 369.927 suara. Puan kemudian perjuangan. ditempatkan di Komisi VI DPR yang membidangi industri, investasi, dan Membangun Jaringan Konstituen persaingan usaha. Ia kemudian ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Berkat komunikasi politik yang Pembangunan Manusia dan handal, Puan mampu meyakinkan Kebudayaan (PMK) di cabinet kerja konstituen agar memilihnya sebagai Presiden Joko Widodo periode 2014- Wakil Rakyat dalam Pemilu 2019 2019. Puan menjadi satu-satunya menko kemarin. Pasti kita bertanya bagaimana yang tidak terkena reshuffle atau kiat komunikasi politik yang dilakukan pergantian cabinet kerja jelang satu Puan, sehingga bisa meraih 404.034 tahun masa pemerintahan Jokowi pada suara dari daerah pemilihannya dan Agustus 2015. Oleh beberapa pihak, hal menjadi Caleg dengan raihan suara itu dinilai tak lepas dari keberhasilan terbanyak untuk pemilihan kursi DPR Puan mengantarkan Jokowi dan Jusuf RI se Indonesia. Kalla sebagai pemenang dalam Pemilu Dalam buku Komunikasi Politik 2014. Selain itu, Puan pun putri dari Multimedia menyebutkan, salah satu Ketua Umum PDIP Megawati tujuan komunikasi politik, adalah Soekarnoputri. membangun partisipasi masyarakat Terakhir, Puan mundur dari dalam setiap momentum politik. Maka jabatannya di Kabinet Kerja Jokowi bagi seorang Puan Maharani, karena meraih posisi
Recommended publications
  • Media Klarifikasi Pemberitaan Negatif Media Massa Arus Utama
    YouTube dan Panggung Komunikasi Politik: Media Klarifikasi Pemberitaan Negatif Media Massa Arus Utama (YouTube and the Stage of Political Communication: Media Clarification Mainstream Mass Media Negative News) Tri Alida Apriliana [email protected] Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstract The presence of the internet and new media have provided opportunities for the public to participate in political conversations or debates through new media, which is user generated content. New media of the user generated content type is the media with content created by the users of the new media themselves. Youtube is a new type of media, although the interactions offered are not as busy as other social media, but the use of Youtube is quite effective to boost the popularity of political communicators. Through Youtube, important information can be disseminated in more personal or dialogical ways in responding to various public curiosity. During the last few years in Indonesia, Youtube has also been widely used by political communicators to upload videos containing political statements or attitudes on actual issue. It is often that Youtube is also used as a medium for political communicators to clarify when they feel that they have been described negatively by the mainstream mass media. Key Words: Democracy, Political Communication, Internet, New Media, Youtube Abstrak Kehadiran internet dan media baru telah memberikan kesempatan bagi publik untuk turut berpartisipasi dalam perbicangan-perbincangan atau debat-debat politik melalui media baru berjenis user generated content. Media baru berjenis user generated content merupakan media dengan konten yang dibuat oleh pengguna media baru itu sendiri. YouTube merupakan salah satu jenis media baru, meskipun interaksi yang ditawarkan tidak seramai media sosial lainnya, tapi penggunaan YouTube cukup efektif menjadi salah satu media yang dapat mendongkrak popularitas citra diri komunikator politik.
    [Show full text]
  • The Indonesian Presidential Election: Now a Real Horse Race?
    Asia Pacific Bulletin EastWestCenter.org/APB Number 266 | June 5, 2014 The Indonesian Presidential Election: Now a Real Horse Race? BY ALPHONSE F. LA PORTA The startling about-face of Indonesia’s second largest political party, Golkar, which is also the legacy political movement of deposed President Suharto, to bolt from a coalition with the front-runner Joko Widodo, or “Jokowi,” to team up with the controversial retired general Prabowo Subianto, raises the possibility that the forthcoming July 9 presidential election will be more than a public crowning of the populist Jokowi. Alphonse F. La Porta, former Golkar, Indonesia’s second largest vote-getter in the April 9 parliamentary election, made President of the US-Indonesia its decision on May 19 based on the calculus by party leaders that Golkar’s role in Society, explains that “With government would better be served by joining with a strong figure like Prabowo rather more forthcoming support from than Widodo, who is a neophyte to leadership on the national level. Thus a large coalition of parties fronted by the authoritarian-minded Prabowo will now be pitted against the the top level of the PDI-P, it is smaller coalition of the nationalist Democratic Party of Struggle (PDI-P), which had just possible that Jokowi could selected former vice president Jusuf Kalla, nominally of Golkar, as Jokowi’s running mate. achieve the 44 percent plurality If this turn of events sounds complicated, it is—even for Indonesian politics. But first a look some forecast in the presidential at some of the basics: election, but against Prabowo’s rising 28 percent, the election is Indonesia’s fourth general election since Suharto’s downfall in 1998 has marked another increasingly becoming a real— milestone in Indonesia’s democratization journey.
    [Show full text]
  • Singapore | 17 Apr 2014
    ISSN 2335-6677 #24 2014 RESEARCHERS AT SINGAPORE’S INSTITUTE OF SOUTHEAST ASIAN STUDIES SHARE THEIR UNDERSTANDING OF CURRENT EVENTS Singapore | 17 Apr 2014 Unpacking the Results of the 2014 Indonesian Legislative Election By Alexander R. Arifianto* EXECUTIVE SUMMARY • The recently concluded 2014 legislative elections in Indonesia produced several unexpected results, as the heavily favored PDIP party failed to reach its electoral targets, despite the popularity of its presidential candi- date, Jakarta Governor Joko Widodo (Jokowi). • PDIP’s failure to win more popular votes during these elections can be attributed to the lack of campaign advertisements promoting Jokowi as its presidential candidate, local-level campaign dynamics, possible vote- buying, and the internal rivalry between supporters of Jokowi and support- ers of party-chairwoman Megawati Sukarnoputri. • The success of the Islamic parties in increasing their vote share dur- ing these elections is not the result of their increased popularity among Indonesian voters. Instead, it is the result of their strategy to recoup the votes they had lost during the 2009 elections. * Alexander R. Arifianto is ISEAS Visiting Fellow; e-mail: [email protected] INTRODUCTION The recently concluded legislative election in Indonesia produced several unexpect- ed results. The first one was the underperforming results of the opposition party the Indonesian Democratic Party Struggle (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, PDIP), which failed to capitalise on the popularity of its presidential candidate Joko Widodo (popularly known as Jokowi). The party is estimated to have won only 19 percent of the popular vote, far below the expected 25 to 30 percent that had been predicted by a number of Indonesian public opinion surveys.
    [Show full text]
  • Than Megawati in Leading PDI-P
    opinion MARCH 29, 2015 5 China’s fi nancial PARADOXES WHEN JOKOWI IS MUCH MORE TRUSTED John West result in a wave of loan defaults in THE GLOBALIST/WASHINGTON DC China, damaging the regular bank- ing system and potentially creating hina’s international fi nancial a wave for investors and companies than Megawati in leading PDI-P showmanship at the Asian In- that have put money into shadow Cfrastructure Investment Bank banking vehicles,” the McKinsey should not distract attention from report argues. Megawati has lost credibility as party boss 2014 presidential race, even though Susilo its deep fi nancial fragilities at home. “Don’t worry, China won’t crash,” VIEW POINT and that Jokowi is perceived as one of its Bambang Yudhoyono had already defeated The UK recently defi ed its “spe- was the message from Premier Li most promising leaders. her twice in the 2004 and 2009 presidential cial relationship” with the United Keqiang at the end of the recent Na- There are a couple key reasons for the elections. States by applying to join the China- tional People’s Congress. But even public’s growing impatience with Megawati The PDI-P now needs Jokowi more than led Asian Infrastructure Investment Premier Li acknowledged that the and her family. For starters, many PDI-P sup- the President needs Megawati. The former Bank (AIIB). Chinese economy faces a long pe- porters, even Megawati’s die-hard followers, Jakarta governor and Surakarta mayor has, Other leading European coun- riod of adjustment. felt angered and disappointed by her emo- thus far, been much luckier than his prede- tries France, Germany, Italy and At this stage, the Chinese govern- tional defense of National Police chief can- cessor.
    [Show full text]
  • Kepemimpinan Karismatik: Studi Tentang Kepemimpinan Politik Megawati Soekarnoputri Dalam Pdip Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
    KEPEMIMPINAN KARISMATIK: STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PDIP PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Hadi Mustafa NIM: 1060320 1174 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2011 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 13 Juni 2011 Hadi Mustafa KEPEMIMPINAN KARISMATIK: STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PDIP PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Hadi Mustafa NIM: 10603201174 Di bawah bimbingan A. Bakir Ihsan, M.Si NIP: 19720412 200312 1 002 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2011 “Karma Nevad Ni Adikaraste Ma Phalesu Kada Canna,” “Kerjakan kewajibanmu dengan tidak menghitung-hitungkan akibatnya!” (Presiden Soekarno) PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul KEPEMIMPINAN KARISMATIK: STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN POLITIK MEGAWATI SOEKARNOPUTRI DALAM PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Juni 2011.
    [Show full text]
  • Political Institutions in Indonesia Democracy, Decentralisation, Diversity
    BRIEFING Continental democracies Political institutions in Indonesia Democracy, decentralisation, diversity SUMMARY Until his downfall in 1998, General Suharto ruled Indonesia with an iron fist. Since then, a series of reforms have transformed his authoritarian 'New Order' into the world's third largest democracy (and largest Muslim democracy). Indonesia has a presidential system in which a directly elected president serves as both head of state and of government. A maximum two-term limit on the presidency helps to ensure a peaceful alternation of power. Also directly elected, the House of Representatives (the lower house of the bicameral People's Consultative Assembly) has asserted itself as a strong and independent institution. There are nine parliamentary parties, none of which holds a majority, obliging the government to seek support from a broad coalition. Despite the success of Indonesia's political reforms, its commitment to democratic values cannot be taken for granted. Although Indonesia has traditionally been a tolerant, multicultural society, a rising tide of Islamic populism threatens to disrupt the delicate balance between the country's Muslim majority and minorities such as Christians and Buddhists. The Corruption Eradication Commission (KPK) has had some success in tackling endemic graft in the country's courts, local governments and Parliament; however, the latter recently voted to weaken the KPK's powers. While trust in democratic institutions declines, the military – whose commitment to democratic values has often been
    [Show full text]
  • Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental: Membangun Karakter Bangsa Yang Kuat Dan Ber-Bhinneka Tunggal Ika Untuk Mencapai Tujuan NKRI Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945
    Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental: Membangun Karakter Bangsa yang Kuat dan Ber-Bhinneka Tunggal Ika untuk Mencapai Tujuan NKRI Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Image not found or type unknown Jakarta (24/08) - Sebagai salah satu program prioritas Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla, Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) gencar disuarakan. GNRM diperlukan untuk memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia yang mengacu pada nilai-nilai Integritas, Etos Kerja, dan Gotong Royong demi membangun budaya bangsa yang bermartabat, modern, maju, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila. Dasar pelaksanaan GNRM mengacu pada Perpres No.2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan diperkuat dengan Inpres No.12/2016 tentang GNRM. GNRM sejatinya berorientasi pada dampak (outcome) dan bukan pada hasil (output). Maka, untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran seluruh elemen bangsa akan arti penting GNRM, mengevaluasi 2,5tahun pelaksanaan GNRM di Indonesia, mempercepat pelaksanaan GNRM Indonesia dalam skala nasional maupun daerah, serta sebagai sarana komunikasi, informasi dan edukasi GNRM Indonesia kepada seluruh lapisan masyarakat, Kemenko PMK, Kemenko Polhukam, Kemenko Perekenomian, Kemenko Maritim, Kemdagri, Kemenpan/RB, Pemprov Jawa Tengah, dan Pemkot Surakarta bekerja samamenyelenggarakan kegiatan ‘Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental (PKN RM) 2017’. Kegiatan yang akan berlangsung sejak 25-27 Agustus 2017 ini akan dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani, di Stadion Manahan, Surakarta dan akan dihadiri oleh 15.000peserta dari perwakilan 34 Propinsi; 514 Kab/Kota; Kementerian/Lembaga; Dunia Usaha; LSM/Komunitas dan masyarakat umum.Adapun acara penutupan akan digelar di Benteng Vastenburg, Surakarta. Tema yang diusung penyelenggaraan PKN RM ini adalah “Membangun Karakter Bangsa yang Kuat dan ber-Bhinneka Tunggal Ika untuk Mencapai Tujuan NKRI Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.” Maksud tema iniadalah agar GNRM makin memasyarakat.
    [Show full text]
  • Political Parties' Manoeuvring After the Jokowi-Prabowo Rapprochement
    ISSUE: 2021 No. 73 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE ANALYSE CURRENT EVENTS Singapore | 2 June 2021 Political Parties’ Manoeuvring after the Jokowi-Prabowo Rapprochement Max Lane* In this picture, Indonesian President Joko Widodo (Jokowi) (R) shakes hands with Defence Minister Prabowo Subianto (L) during the inauguration ceremony at the State palace in Jakarta on October 23, 2019. The rapprochement of Jokowi and Prabowo has resulted in the unusual absence of a polarising rivalry among the main political parties. Photo: Adek Berry, AFP. * Max Lane is Visiting Senior Fellow at the ISEAS – Yusof Ishak Institute, Lecturer in Southeast Asian Politics and History at Victoria University, and Honorary Associate in Indonesian Studies at the University of Sydney. 1 ISSUE: 2021 No. 73 ISSN 2335-6677 EXECUTIVE SUMMARY • The rapprochement of Jokowi and Prabowo has resulted in the unusual absence of a polarising rivalry among the main political parties. There are also no fundamental differences among parties over major policy questions. • The fractured nature of the Indonesian socio-political elite is instead reflected in the proliferation of small parties. This results in the necessity of multi-party coalitions, thus giving Indonesia’s largest party, the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDIP), a tactical advantage. • The PDIP has floated the possibility of changing the laws to allow President Joko Widodo to stand again in 2024. Perhaps to sustain its leverage in a post-Widodo government, the PDIP is also advocating the revival of the formal Broad Outlines of State Strategy, which featured during the Soeharto era as overarching policy guidelines for each term of government.
    [Show full text]
  • 1141/III/III/2021 Ÿ Maret 2021
    Buletin Nomor 1141/III/III/2021 Maret 2021 Perempuan Penentu Masa Depan Bangsa BKSAP DPR Komisi III Terima 17 5 Ajak Masyarakat Kunjungan Turut Andil dalam Kehormatan Diplomasi Parlemen BULETIN Dubes Uni Eropa BULETIN Parlementaria Perempuan Penentu Masa Depan Bangsa kunjungan kerja ke Lampung, beberapa waktu yang lalu. Perempuan pertama yang DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA menjabat Ketua DPR RI ini bercerita, di lokasi tersebut dia bertemu dengan seorang anak yang sedang duduk sendiri, menunggu temannya untuk salat Jumat bersama. Puan kemudian mengajak anak bernama Hari tersebut untuk memberi makan ikan bersama di tempat itu. “Saat saya mau jalan ke kolam ikan, ada anak kecil duduk sendiri, saya dekati, saya tanya, sambil kasih makan ikan yang banyak banget. “Itu cerita di balik foto, saya ketemu sekitar 30 menit sebelum salat Jumat. Enggak diskenarioin, alami. Bahagia itu sederhana, buat saya juga suatu kebahagiaan,” sambung legislator dapil Jawa Tengah V itu. Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani saat membuka pameran foto yang digelar oleh Kaukus Perempuan Parlemen Puan juga menjelaskan foto Republik Indonesia di selasar Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta. Foto: Jaka/Man yang dipamerkan dalam acara ini merepresentasikan bahwa ertepatan dengan menyerahkan tiga foto untuk perempuan adalah sosok yang Hari Perempuan dipamerkan dalam acara tersebut. mampu mengambil keputusan Internasional, Ketua “Kegiatan ini dilakukan secara penting. “Pameran foto-foto ini DPR RI Dr. (H.C.) Puan gotong-royong. Selamat Hari menunjukkan bahwa perempuan- BMaharani membuka pameran foto Perempuan Internasional, kita perempuan ini mampu, kita bisa di selasar Gedung Nusantara II, perempuan hebat, perempuan bersama bapak-bapak mengambil Senayan, Jakarta, Senin (8/3).
    [Show full text]
  • India's Watershed Vote
    October 2014, Volume 25, Number 4 $13.00 India’s Watershed Vote Eswaran Sridharan Ashutosh Varshney Rajiv Kumar Sumit Ganguly External Influence and Democratization Jakob Tolstrup Ghia Nodia Steven Levitsky & Lucan Way Indonesia’s 2014 Elections Edward Aspinall Marcus Mietzner Euroskepticism Arrives Liubomir Topaloff Jo~ao Carlos Espada Richard Joseph on the Nigerian Paradox Javier Corrales & Michael Penfold on Term Limits in Latin America Marc F. Plattner on The Confidence Trap From Politics to Protest Ivan Krastev Indonesia’s 2014 Elections HOW JOKOWI WON AND DEMOCRACY SURVIVED Marcus Mietzner Marcus Mietzner is associate professor in the College of Asia and the Pacific at the Australian National University. His most recent book is Money, Power, and Ideology: Political Parties in Post-Authoritarian Indonesia (2013). In the discussion about democracy’s global recession, analysts tend to fo- cus on the most dramatic cases of democratic reversal, such as the military coups in Egypt and Thailand. In their shadow, however, Indonesia (the world’s third-largest democracy) has faced a less discussed, but equally serious, threat to its democratic polity. Ironically, this threat came in the form of the country’s third direct presidential election since the fall of longtime autocrat Suharto in 1998. Held on 9 July 2014, this contest fea- tured a formidable populist challenge from Prabowo Subianto, Suharto’s former son-in-law. Promising tougher leadership and a return to the in- direct electoral mechanisms with which Suharto ruled Indonesia for 32 years, Prabowo came within a hair’s breadth of winning the presidency. Had he been successful, the consequences would have been momentous: Not only would Indonesia have been put on the path of authoritarian re- vival, but the potential “loss” of a much-praised majority-Muslim democ- racy would have further deepened the global democratic recession.
    [Show full text]
  • Thesis Is Presented for the Degree of Doctor of Philosophy
    The Internet, Social Media, and Political Outsiders in Post Suharto Indonesia A Case Study of Basuki Tjahaja Purnama Ezmieralda Melissa (21411454) B.Comm.(Bus) (Bond University, Australia) M.A. (The University of Melbourne, Australia) This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy of The University of Western Australia School of Social Sciences Media and Communication 2019 THESIS DECLARATION I, Ezmieralda Melissa, certify that: This thesis has been substantially accomplished during enrolment in the degree. This thesis does not contain material which has been accepted for the award of any other degree or diploma in my name, in any university or other tertiary institution. No part of this work will, in the future, be used in a submission in my name, for any other degree or diploma in any university or other tertiary institution without the prior approval of The University of Western Australia and where applicable, any partner institution responsible for the joint-award of this degree. This thesis does not contain any material previously published or written by another person, except where due reference has been made in the text. The work(s) are not in any way a violation or infringement of any copyright, trademark, patent, or other rights whatsoever of any person. The research involving human data reported in this thesis was assessed and approved by The University of Western Australia Human Research Ethics Committee. Approval #: RA/4/1/7931. Third party editorial assistance was provided in preparation of the thesis by Mrs. Gail Harper. ii The work described in this thesis was funded by The Directorate General of Resources of Science, Technology, and Higher Education of the Republic of Indonesia.
    [Show full text]
  • Singapore | 18 Nov 2013
    ISSN 2335-6677 #60 2013 RESEARCHERS AT SINGAPORE’S INSTITUTE OF SOUTHEAST ASIAN STUDIES SHARE THEIR UNDERSTANDING OF CURRENT EVENTS Singapore | 18 Nov 2013 Indonesian Presidential Election Forcing Rejuvenation of Parties By Ulla Fionna EXECUTIVE SUMMARY • With Indonesian elections just six months away, speculation is mounting on who will become the next directly-elected president. Direct local elections and the current presidential electoral system have political parties engaging in strategic selection of their presidential candidates. • Partai Demokrat’s (PD) heavy reliance on the pulling power of President Yudhoyono has limited its capacity to develop internal cadres. The party has now held a national convention to screen a list of candidates. The strongest of these is the current president’s brother-in-law, demonstrat- ing that the party is under the strong grip of traditional party authority and dynastic politics. • Although Megawati Sukarnoputri also exerts strong control over Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), the party currently houses a number of popular local leaders, suggesting that a process of regeneration is in place and that the party has managed to nurture local candidates for national leadership. While the party has been delaying the announcement of an official candidate for the presidential race, there are strong signs that Jakarta governor Joko Widodo is the favourite for the position. * Ulla Fionna is visiting research fellow at ISEAS; email: [email protected] INTRODUCTION With Indonesian elections about six months away, speculation is mounting about who will be running to become the next directly-elected president. Which sosok (figure) will be chosen to represent the respective parties will be a crucial matter and will strongly influence how the presidential campaign is managed.
    [Show full text]