IDEOLOGI KADER HMI DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN
TESIS
OLEH :
SUWANDI SIMANGUNSONG 147003048/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
Universitas Sumatera Utara IDEOLOGI KADER HMI DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH :
SUWANDI SIMANGUNSONG 147003048/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
Universitas Sumatera Utara Judul : IDEOLOGI KADER HMI DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN Nama : Suwandi Simangunsong Mahasiswa NIM : 147003048
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ridwan Hanafiah, SH. MA Dr. Agus Purwoko, S. Hut. M.Si Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Robert Sibarani, MS
Tanggal Lulus : 12 Januari 2017
Universitas Sumatera Utara Telah diuji pada
Tanggal 12 Januari 2017
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : 1. Dr. Ridwan Hanfiah, SH, MA Anggota : 2. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si 3. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE 4. Prof. Dr. H.B. Tarmizi, SE, SU 5. Dr. Irsyad Lubis, M.sos.Sc
Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN
Judul Tesis
“ IDEOLOGI KADER HMI DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebahagian Tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat pada bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Medan 01 Januari 2017
Penulis,
Suwandi Simangunsong
Universitas Sumatera Utara IDEOLOGI KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan pada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan dengan jumlah sample sebanyak 98 responden. Dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif antara Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung = 6,214 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga memiliki Hubungan signifikan yang positif Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung = 6,291 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Serta Ada hubungan signifikan yang positif antara Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung = 7,533 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Kata Kunci: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kader, Ideologi, Pembangunan, Dan Kepemimpinan Kepemudaan
i
Universitas Sumatera Utara THE IDEOLOGY OF MEMBER OF ISLAMIC STUDENTS ASSOCIATION (HMI) IN THE YOUTH LEADERSHIP DEVELOPMENT IN MEDAN ABSTRACT
The title of this research is the ideology of member of islamic students association (HMI) in the Youth Leadership Development in Medan. The purpose of this research is to find out relationship between the ideology of member of islamic students association in the Youth Leadership Development in Medan. The method used in this research is descriptive analysis method with quantitative approach. Data was collected by using questionnaires and distributed to the Islamic Students Association (HMI) medan’s Branch with sample used by 98 respondents. And analyzed by using SPSS program, version 17.0. The research outcome showing that there is a significant with positive relationship between variable conditions member of Islamic Students Association (HMI), that was showed by t value = 6,214 > t table = 1,66, and significant value 0,000 < 0,05. It can concluded that Ho denied dan Ha accepted. Variable of ideology members of Islamic Students Association (HMI) also has significant with positive relationship in the Youth Leadership Development in Medan. That was showed by t value = 6,291 > t table = 1,66, and significant value 0,000 < 0,05. It can concluded that Ho denied dan Ha accepted. And has also a significant with positive relationship between Variable of applicability of HMI ideology to members of the Islamic Students Association (HMI) in eclipsed the problem of Youth Leadership Development in Medan. that was showed by t value = 7,533 > t table = 1,66, and significant value 0,000 < 0,05. It can concluded that Ho denied dan Ha accepted.
Keywords: Islamic Students Association (HMI), Member, Ideology, Development, and Youth Leadership.
ii
Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR
Tiada kata terindah yang penulis dapat ucapkan, selain rasa syukur atas segala limpahan Rahmat yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. hanya kepadanyalah penulis berserah diri dan bertawakkal. Shalawat serta salam kepada Habibullah Nabi Besar Muhammad
SAW yang mana syafaat beliau sangat kita harapkan di dunia dan akhirat kelak.
Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini, untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yang telah
memberikan beasiswa kepada penulis dan juga rekan-rekan dari organisasi
kepemudaan yang lain sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE., selaku Ketua Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Ridwan Hanafiah, SH, MA Selaku pembimbing I dan Bapak Dr.
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing
dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
iii
Universitas Sumatera Utara 5. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Bapak Prof. Dr. H.B. Tarmizi,
SE, SU dan Bapak Dr. Irsyad Lubis, M.sos.Sc selaku komisi pembanding
yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
6. Bapak Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, Bapak Amiruddin Siahaan, M.Pd (UIN
SU Medan), Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar M.Si, Bapak Prof. Dr. Khairil
Ansari, M.Pd (UNIMED) yang telah memberikan dukungan rekomendasi
akademis. Dan Sahabat saya, Mirza Zamzami (Ketua Umum HMI Cabang
Medan Periode 2013-2015) yang telah memberikan dukungan rekomendasi
organisatoris.
7. Kedua orang tua saya, Ayahanda Usman Simangunsong dan Ibunda
Syawaliyah yang saya cintai dan sayangi dunia akhirat, Terima kasih atas doa
dan dukungannya selama ini, tak lelah dan henti-hentinya memberikan
didikan, dukungan moril, materil, kepada penulis.
8. Saudara-saudara tercinta Bang Herman Simangunsong, Bang Herlin
Simangunsong, Kak Herna Simangunsong, Bang Hersan Simangunsong,
Amd. Kom dan adik saya Jefri Simangunsong. yang telah mendampingi
penulis dan rela berbagi waktu kebersamaan hingga hari ini.
9. Keluarga besar HMI Cabang Medan, kakanda alumni, senior, rekan-rekan
seperjuangan, teman-teman dan sahabat-sahabat saya sekalian yang
berhimpun bersama dalam wadah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) baik
secara nasional, regional, maupun Lokal yang juga memberikan kontribusi
besar kepada penulis secara ideologis, efistimologis, ontologis, dan aksiologis
bukan hanya dalam penyelesaian tesis ini namun dalam mencapai cita-cita
bersama “Terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan
iv
Universitas Sumatera Utara Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhai Allah SWT” dengan kompetensi 5 kualitas insan cita.
10. Seluruh dosen dan staf administratif Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal
hingga akhir perkuliahan.
11. Seluruh rekan – rekan mahasiswa PWD Kelas Kemenpora Angkatan II atas
kebersamaannya sampai hari ini dan insya Allah di masa-masa berikutnya.
12. Seluruh keluarga besar yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini dan selalu
memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini.
13. Seluruh kader HMI Cabang Medan yang menjadi responden, dalam penelitian
ini telah membantu penulis dalam pengumpulan data-data.
Penulis menyadari benar tesis ini masih memiliki kekurangan dan tidak mendekati kesempurnaan karna kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT memberikan rahmat, hidayah serta ridha-nya dalam kehidupan kita ini atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ibu, saudara/I sekalian. Amin.
Medan, Januari 2017 Penulis,
Suwandi Simangunsong
v
Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP
Suwandi Simangunsong tempat dan tanggal lahir Sei Sembilang 06 Desember
1991, dari pasangan suami istri Muslim, Ayah Usman Simangunsong dengan Ibu
Syawaliyah, anak ke lima dari enam bersaudara Herman Simangunsong (abang pertama) Herlin Simangunsong (abang kedua) Herna Simangunsong (kakak anak ke tiga) Hersan Simangunsong (abang ketiga anak ke empat) dan Jefri
Simangunsong (adik, anak ke enam).
Penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 sampai 2002 di MIS Pend. Islamiyah Sei Sembilang Kabupaten Asahan.
Kemudian mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2002 sampai
2005 di MTs Alwasliyah Kedaisianam Kabupaten Batu Bara. Selanjutnya mengikuti dan menyelesaikan pedidikan pada tahun 2005 sampai 2008 di MAS
Alwasliyah Kedaisianam Kabupaten Batu Bara. Untuk kesarjanaan penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan tinggi pada tahun 2008 sampai 2013 di
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU Medan). Untuk gelar
Magister penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Pascasarjana pada tahun 2014 sampai 2017 di Universitas Sumatera Utara Medan (USU) kelas kerjasama Kementrian Pemuda dan Olah raga Republik Indonesia (Kemenpora
RI) pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.
vi
Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii RIWAYAT HIDUP ...... vi DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1. 1 Latar Belakang Masalah...... 1 1. 2 Rumusan Masalah ...... 13 1. 3 Tujuan Penelitian ...... 13 1. 4 Manfaat Penelitian ...... 14 1. 5 Kerangka Berpikir ...... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 18 2.1 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ...... 18 2.1.1 Sejarah dan Latar Belakang Didirikannya HMI ...... 18 2.1.2 Tujuan HMI ...... 21 2.1.3 HMI dan Masyarakat Cita ...... 22 2.1.4 Strategi Mision HMI dalam Pembangunan Manusia .. 26 2.2 Sejarah HMI Cabang Medan ...... 29 2.2.1 Periodesasi Kepengurusan HMI Cabang Medan Sejak 1952 Sampai Sekarang ...... 36 2.2.2 Fase-fase Perkembangan HMI Cabang Medan ...... 39 2.2.3 Fase Pengokohan dan Pertumbuhan HMI 1952-1963 .. 39 2.2.4 Fase Tantangan 1964-1965 ...... 43 2.2.5 Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru dan Angkatan 66 (1966-1968) ...... 48 2.2.6 Fase Pembangunan Nasional 1969-1985 ...... 50 2.3 Ideologi Kaderisasi HMI Dalam Pembangunan Kepemudaan 55 2.3.1 Pengertian Ideologi ...... 55 2.3.2 Ideologi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ...... 59 2.3.3 Kaderisasi ...... 63 2.3.3.1 Pengertian Kader ...... 63 2.3.3.2 Pengertian Kaderisasi ...... 64 2.3.3.3 Proses Kaderisasi ...... 66 2.3.3.2.1 Kaderisasi Informal ...... 66 2.3.3.2.2 Kaderiasi Formal ...... 67 2.3.4 Perkaderan HMI dan Pembangunan Pemuda ...... 69 2.3.5 Defenisi Pemuda dan Mahasiswa ...... 72 2.4 HMI Dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah ...... 74 2.4.1 Posisi Dan Peran Kader HMI Dalam Mengawal Pembangunan Daerah ...... 74 2.4.2 Lima Kuliatas Insan Cita HMI dan Pembangunan
vii
Universitas Sumatera Utara Manusia ...... 77 2.5 Pembangunan Manusia ...... 83 2.5.1 Indeks Pembangunan Manusia ...... 86 2.5.2 Komponen Komponen IPM ...... 87 2.5.2.1 Indeks Harapan Hidup ...... 87 2.5.2.2 Indeks Pendidikan ...... 88 2.5.2.3 Indeks Hidup Layak ...... 88 2.6 Pemerintah dan Pembangunan Kepemudaan ...... 89 2.6.1 Tujuan Inti Pembangunan Kepemudaan ...... 89 2.6.2 Potensi dan Masalah Pemuda ...... 90 2.6.2.1 Potensi Pemuda ...... 90 2.6.2.2 Masalah Pemuda ...... 91 2.6.2.3 Kondisi Pemuda ...... 92 2.6.2.4 Penyadaran Pemuda ...... 93 2.6.2.5 Pemberdayaan Pemuda ...... 94 2.6.2.6 Strategi Pemberdayaan Pemuda ...... 95 2.6.2.7 Pengembangan Pemuda ...... 95 2.6.2.8 Upaya Mewujudkan Pemuda Berdaya Saing . 96 2.6.2.9 Kepemimpinan Pemuda ...... 97 2.6.2.10 Kewirausahaan Pemuda ...... 98 2.5.2.10.1 Lapangan Usaha Pemuda ...... 98 2.5.2.10.2 Status Pekerjaan Pemuda ...... 98 2.5.2.10.3 Pengembangan Kewirausahaan Pemuda ...... 99 2.5.2.10.4 Identifikasi Kegitan Kewirausahaan...... 100 2.6.2.11 Kepeloporan Pemuda ...... 101 2.5.2.11.1 Kepeloporan dan Perubahan Zaman ...... 102 2.5.2.11.2 Strategi Pengembangan Kepeloporan Pemuda ...... 102 2.7 Kualitas Sumber Daya Manusia ...... 103 2.7.1 Pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia ...... 103 2.7.2 Pengertian Sumber Daya Manusia ...... 105 2.7.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia ...... 107 2.7.4 Pelatihan dan Pengembangan SDM ...... 108 2.7.5 Urgensitas Pengembangan Sumber Daya Manusia ..... 109 2.7.6 Faktor yang Mempengaruhi Pengemabangan SDM ... 110 2.7.6.1 Faktor Internal ...... 110 2.7.6.2 Faktor Ekternal ...... 111 2.8 Penelitian Relevan ...... 111 2.9 Kerangka Konsep ...... 113 2.10 Hipotesis Penelitian ...... 115
viii
Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN ...... 116 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 116 3.2. Jenis Penelitian ...... 117 3.3. Populasi dan Sampel ...... 118 3.3.1. Populasi ...... 118 3.3.2. Sampel ...... 120 3.4. Teknik Pengumpulan Data ...... 121 3.4.1. Kuesioner ...... 121 3.4.2. Wawancara ...... 122 3.4.3. Studi Pustaka ...... 122 3.4.4. Studi Dokumentasi ...... 122 3.5. Jenis dan Sumber Data ...... 122 3.5.1. Periode Persiapan ...... 123 3.5.1.1. Perumusan Instrumen Penelitian ...... 123 3.5.1.2. Pembuatan dan Penyusunan Kuesioner ...... 124 3.5.1.3. Penggandaan Kuesioner ...... 134 3.5.2. Periode Pelaksanaan Penelitian ...... 134 3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian .... 134 3.7. Pengujian Validitas dan Reabilitas ...... 137 3.7.1. Uji Validitas ...... 137 3.7.2. Uji Reabilitas ...... 138 3.8. Model Analisis Data dan Uji Hipotesis ...... 139 3.8.1. Uji Chi Kuadrat (²) Beberapa Proporsi ...... 139 3.8.2. Uji Korelasi ...... 140 3.9.Pengujian Asumsi Klasik ...... 141 3.9.1. Uji Normalitas ...... 142 3.9.2. Uji Multikolinieritas ...... 142 3.9.3. Uji Auto Korelasi ...... 143 3.9.4. Uji Heteroskedastisitas ...... 143
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 145 4.1.Karakteristik Responden ...... 145 4.1.1. Keanggotaan ...... 145 4.1.2. Jenis Kelamin ...... 146 4.1.3. Tingkat Pendidikan ...... 147 4.1.4. Pekerjaan ...... 149 4.2.Uji Validitas dan Reliabilitas ...... 150 4.2.1. Uji Validitas ...... 150 4.2.2. Uji Realibilitas ...... 152 4.3. Uji Asumsi Klasik ...... 154 4.3.1. Uji Normalitas ...... 154 4.3.2. Uji Multikoliniearitas ...... 156 4.3.3. Uji Auto Korelasi ...... 157 4.3.4. Uji Heterokedastisitas ...... 158 4.4.Analisis Data dan Uji Hipotesis ...... 159 4.4.1. Uji Chi Kuadrat ...... 159 4.4.1.1. Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemudaan
ix
Universitas Sumatera Utara di Kota Medan ...... 159 4.4.1.2. Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan . 160 4.4.1.3. Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiwa Islam(HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan . 161 4.4.2. Uji Korelasi ...... 162 4.4.2.1. Hubungan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI Dalam Pembangunan Kepemudan di Kota Medan ...... 163 4.4.2.2. Hubungan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan ...... 165 4.4.2.3. Hubungan Penerapan Ideologi HMI terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan 167 4.5. Pembahasan ...... 170
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 172 5.1. Kesimpulan ...... 172 5.2. Saran ...... 173
DAFTAR PUSTAKA ...... 174 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 181
x
Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan……………... 11 2.1 Prakarsa dan Pendiri HMI di Medan…………………... 34 2.2 Nama-nama Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) HMI Sumatera Utara……………………………………... 35 2.3 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil Musyawarah Anggota…………………………………….. 36 2.4 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil- hasil Konferensi HMI Cabang Medan 37 Lanjutan…………………… 2.5 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil- hasil Konferensi HMI Cabang Medan 38 Lanjutan…………………… 2.6 Profil Tingkat Pembangunan Kepemudaan Indonesia Periode Tahun 2009-2013………………………………... 92 2.7 Program Pengembangan Kepemudaan…………………… 96 2.8 Ciri Masyarakat dan Kehidupannya……………………… 101 3.1 Tingakat Jawaban Instrumen Penelitian………………….. 121 3.2 Rumusan Instrumen Ideologi Kader HMI…………………...... 123 3.3 Indikator dan Pertanyaan Penelitian……………………… 125 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Keanggotaan…….. 145 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……. 146 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 147 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………… 149 4.5 Hasil Uji Validitas………………………………………... 151 4.6 Hasil Uji Validitas Lanjutan……………………………… 151 4.7 Realiability Statistic……………………………………… 153 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test…………………. 154 4.9 Uji Multikolinearitas……………………………………... 156 4.10 Uji Auto Korelasi………………………………………… 157
xi
Universitas Sumatera Utara 4.11 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan……………...... 160 4.12 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan…………………………………………………….. 161 4.13 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan……………………………...... 162 4.14 Uji Korelasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan……………...……………………………………... 163 4.15 Uji Korelasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan 164 lanjutan…………...……………………………………... 4.16 Uji t Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan……………... 165 4.17 Uji Korelasi Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan……………………………... 165 4.18 Uji t Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan………………………………………………. 167 4.19 Uji Korelasi Penerapan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan…………………………………………………….. 168 4.20 Uji t Penerapan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan……………. 169
xii
Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 1.1 Kerangka Berpikir……………………………………….. 17 2.1 Arsitektur Pembangunan Kepemudaan………………….. 89 2.2 Lapangan Usaha Pemuda………………………………... 98 2.3 Statatus Pekerjaan Pemuda……………………………… 98 2.4 Pertumbuhan dan Investasi……………………………… 99 2.5 Proses Pertumbuhan……………………………………... 100 2.6 Kerangka Konsep Penelitian…………………………….. 114 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Keanggotaan……. 146 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…... 147 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……………………………………………….. 148 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……….. 150 4.5 Uji Normalitas…………………………………………… 155 4.6 Uji Heterokadastisitas…………………………………… 158
xiii
Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
I Quesioner Penelitian…………………………………….. 181
II Data Tabulasi Jawaban Responden……………………… 185
III Hasil Uji Validitas dan Reabilitas……………………….. 190
IV Uji Asumsi Klasik……………………………………….. 192
V Uji Chi Kuadrat…………………………...... 194
VI Uji Korelasi dan Uji t………………………………….. 196
VII Tabel Distribusi Chi-Square……………………………... 199
VIII Tabel Korelasi R………………………………………… 201
IX Tabel Durbin-Watson……………………………………. 206
X Tabel Distribusi t………………………………………… 208
xiv
Universitas Sumatera Utara
xv
Universitas Sumatera Utara BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam pembahasan ini menguraikan cara lain dalam memandang dimensi dalam pembangunan, yaitu melihatnya sebagai sumber daya manusia. Istilah sumber daya manusia mengandung bias ekonomi. Manusia dianggap semata- semata sebagai faktor produksi bukan sebagai makhluk kultural. Karena manusia dilihat sebagai faktor produksi, maka wacana tentang sumber daya manusia jadi berbeda dari faktor kultural dalam pembangunan. Disini orang berbicara tentang produktivitas, tentang daya kerja manusia. Tujuan dari kajian sumber daya manusia adalah dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kompetensi manusia dalam produksi. Untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi ini, manusia perlu meningkatkan pendidikan, pelatihan dan kesehatannya . Kualitas seorang manusia sebagai sebuah faktor produksi dianggap ditentukan oleh kondisi fisiknya, tingkat pendidikannya dan keterampilan yang dimilikinya. Manusia yang berkualitas tinggi adalah manusia yang sehat badannya dan memperoleh cukup pendidikan dan pelatihan.
Pemerintah telah memberikan acuan normatif dan regulasi yang berkaitan dengan pembangunan kepemudaa Undang-Undang No 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 –
2025; Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 Tentang Pengembangan
Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda serta Penyediaan Prasarana dan Sarana
1
Universitas Sumatera Utara 2
Kepemudaan; Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 Tentang Susunan
Organisasi, Personalia, dan Mekanisme Kerja Lembaga Permodalan
Kewirausahaan Pemuda (LPKP); Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2010-2014; Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) Tiap Tahun; Rencana Strategis (Renstra) Kementeriaan
Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Tahun 2009-2014; Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian & Lembaga (RKAKL) Kementerian Pemuda & Olahraga
RI Tiap Tahun; Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0059 Tahun
2013 Tentang Pengembangan Kepemimpinan Pemuda; Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0033 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Pemuda merupakan faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa.
Di Indonesia pada tahun 2025 yang akan datang disebut sebagai tahun emasnya, dengan ditandai jumlah penduduk pemudanya tinggi. Dari data BPS yang ada saat ini dapat diprediksi tahun 2025 jumlah penduduk usia muda dalam masa produktif akan mencapai jumlah tertinggi. Saat itu seharusnya Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih produktif sehingga Indonesia Emas bukan sekedar jargon belaka. Pemuda sebagai faktor penggerak dalam pembangunan disebut juga sebagai aset dalam melaksanakannya. Potensi pemuda sebagai aset tidak begitu saja muncul dengan sendirinya. Diperlukan usaha untuk mengubah potensi pemuda ini menjadi aset dalam pembangunan. Usaha mengubah potensi pemuda menjadi aset tentu merupakan tugas bersama semua komponen bangsa, utamanya adalah pemerintah sebagai pemangku kebijakan.
Salah mengelola potensi anak-anak muda ini akan menjadi hal yang negatif.
Universitas Sumatera Utara 3
Kesalahan dalam pengelolaan potensi pemuda akan menjadi sebuah beban dan masalah dalam pembangunan. Pemuda yang menjadi aset pembangunan adalah mereka yang selalu mengerjakan hal-hal positif dalam kehidupan mereka.
Pemuda yang akan menjadi beban, terlibat kegiatan-kegiatan negatif seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, sex bebas dan hal negatif lainnya
(Irawanto, 2006). Pemuda merupakan dua sisi mata uang dalam konteks sebagai aset sekaligus beban pembangunan. Saat ini permasalahan seputar pemuda masih terus berulang dari zaman ke zaman. Pada Tahun 2007, pemerintahan Presiden SBY bersama DPR menyetujui Undang-Undang Nomor
7 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Salah satu yang ditetapkan di dalamnya adalah permasalahan pembangunan pemuda.
Dalam UU No. 7 tersebut ada enam hal yang menjadi hambatan pembangunan pemuda (Kemenpora, 2010: 12), yakni.
1. Rendahnya kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan,
2. Rendahnya tingkat partisispasi angkatan kerja pemuda
3. Belum serasinya kebijakan kepemudaanan di tingkat nasional maupun
daerah.
4. Rendahnya kemampuan kewirausahaan di kalangan pemuda.
5. Tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda
6. Maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda, seperti
kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza,
dan HIV/AIDS.
Berdasarkan UU. NO. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 1 dan 3 yang berbunyi Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode
Universitas Sumatera Utara 4
penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30
(tiga puluh) tahun. Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Apabila tujuan pembangunan kepemudaan itu terwujud maka akan tercipta pemuda kota Medan yang berkualitas, sehingga pemuda tersebut akan menjadi aset besar bagi kota Medan dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Berbicara Pembangunan kepemudaan tentunya Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) telah mengambil peran dalam melakukan kaderisasi kepemudaan.
HMI adalah suatu organisasi mahasiswa yang berdiri pada masa pemerintahan
Orde Lama, dan didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947, di kampus Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jalan Setyodiningratan yang diprakarsai oleh seorang mahasiswa tingkat I, Sekolah Tinggi Islam (STI) yang diperakarsai
Lafran Pane. Pada awalnya ide untuk mendirikan organisasi ini adalah karena melihat kondisi pemerintahan yang tidak stabil pada masa 1947, yang sedang bergejolak akibat terjadinya Agresi Militer yang dilakukan oleh Belanda untuk kembali menguasai Indonesia, membawa pengaruh cukup besar terhadap ke hidupan berbangsa dan bernegara, untuk menguji jiwa nasionalisme bangsa
Indonesia, agresi besar-besaran yang dilakukan Belanda telah melanggar
Perjanjian Linggarjati, yang mengakui bahwasanya Indonesia telah berdaulat dan
Universitas Sumatera Utara 5
menjadi suatu negara merdeka. Hal inilah yang mengantarkan para penduduk
Indonesia semua termasuk para pelajar untuk kembali mempertahankan Indonesia dari cengkeraman pihak asing yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Lahirnya HMI di saat perang untuk mempertahankan kemerdekaan dimana seluruh bangsa berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia. Masyarakat dan mahasiswa bersatu untuk melawan imperialisme
Belanda. Lahirnya HMI tidak terlepas dari hukum proses masyarakat, yaitu adanya differensiasi dengan integrasinya di dalam masyarakat setelah melalui masa-masa agresi. Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang ke merdekaan, HMI terjun
Ke gelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu pemerintah, baik langsung memegang senjata api dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil
Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung- gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam (Agussalim Sitompul, 1995).
Keberadaan pemuda-pemuda HMI di Kota Medan tidak terlepas dari
Pikiran dan ide pokok dari Lafran Pane kemudian menjadi gagasan unuk mendirikan HMI di Medan diawali dengan kebutuhan bersama untuk memberikan sumbangsih nyata mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka kelompok mahasiswa Islam berupaya secara mandiri dengan semangat mengisi kemerdekaan
Universitas Sumatera Utara 6
Indonesia dengan pembangunan bersama masyarakat. Semangat itulah yang menyatukan potensi mahasiswa Islam di Medan, yang membutuhkan organisasi yang dapat menampung pikiran-pikiran yang inovatif dalam segala bidang kehidupan yang dinafasi suasana ke- Islaman. Buku MOP HMI Cabang Medan
(tanpa tahun) Pikiran di atas merupakan awal mula yang mempertemukan beberapa mahasiswa dari fakultas kedokteran USU, dan mahasiswa UISU yaitu,
OK. Rachmat Bakri, Deliar Noer, Ahmad Soepomo dan Amir Husein, bersepakat mendirikan HMI di Medan. Setelah beberapa orang sepakat maka berdirilah HMI di Medan pada tanggal 10 Nopember 1952 di aula UISU, Jl Sisingamangaraja.
Pada awal mulanya Himpunan Mahasiswa Islam berdiri, bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, begitu juga dengan HMI Cabang
Medan yang kemudiannya juga berdiri untuk bertujuan turut berperan serta mengisi kemerdekaan, juga sebagai patron pergerakan mahasiswa. HMI yang pada saat itu baru berdiri mulai mensosialisasikan diri ketengah-tengah kancah kehidupan organisasi, dengan melakukan konsolidasi dengan mahasiswa- mahasiswa yang ada di universitas di Medan. Dan hasil ini mendapat hasil yang positif dengan berdirinya Komisariat UISU sebagai komisariat pertama yang menjadi anggota HMI Cabang Medan, yang kemudian disusul dengan Fakultas
Kedokteran USU, Fakultas Hukum USU, dan Universitas HKBP Nomensen. Dari sinilah langkah awal Himpunan Mahasiswa Islam cabang Medan mengkokohkan diri menjadi organisasi mahasiswa di Medan (Buku MOP HMI Cabang medan).
Sekarang HMI Cabang Medan banyak diminati para pemuda intelektual yang berstatus mahasiswa untuk berproses dalam menempah kualitas diri dalam mengikuti kaderisasi yang dilakukan HMI, Itu terlihat jelas sebaran komisariat-
Universitas Sumatera Utara 7
komisariat yang tersebar dikampus-kampus besar di Kota Medan seperti USU tediri dari 11 komisariat diantaranya, HMI Komisariat FE USU, HMI Komisariat
FK USU, HMI Komisariat FKM USU, HMI Komisariat FKG USU, HMI
Komisariat FH USU, HMI Komisariat FP USU, HMI Komisariat FISIP USU,
HMI Komisariat FT USU, HMI Komisariat FMIPA USU, HMI Komisariat PAAP
USU, HMI Komisariat FIB USU. UNIMED terdiri 7 komisariat diantaranya, HMI
Komisariat FT UNIMED, HMI Komisariat FIP UNIMED, HMI Komisariat FBS
UNIMED, HMI Komisariat FIK UNIMED, HMI Komisariat FIS UNIMED, HMI
Komisariat FE UNIMED, HMI Komisariat FMIPA UNIMED. UIN – SU terdiri dari 4 komisariat penuh dan 1 komisariat persiapan diantaranya, HMI Komisariat
Tarbiayah UIN-SU MEDAN, HMI Komisariat FS UIN-SU MEDAN, HMI
Komisariat FU UIN-SU MEDAN, HMI komisariat FD UIN SU, dan HMI komisariat persiapan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN SU. Kampus swasta terdiri dari 7 komisariat penuh diantaranya, HMI Komisariat Universitas Islam
Sumatera Utara (HMI Komisariat UISU), HMI Komisariat Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sumatera Utara (HMI Komisariat FE UISU), HMI Komisariat
Fakultas Sastra Universitas Islam Sumatera Utara (HMI Komisariat FASAS
UISU), HMI Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara
(HMI Komisariat FP UISU), HMI Komisariat Universitas Medan Area (UMA),
HMI Komisariat Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (HMI Komisariat
UMSU) dan HMI Komisariat Institut Teknologi Medan (HMI Komisariat ITM).
Dengan dinamika yang panjang pasang surut pertumbuhan komisariat -komisariat
HMI Cabang Medan tetaplah ada seperti HMI Komisariat HKBP Nomensen yang tidak lagi ada dan pindahnya HMI Komisariat FIK dan FIS UNIMED dibawah
Universitas Sumatera Utara 8
naungan HMI Cabang Persipan Deliserdang, Jadi jumlah komisariat dibawah naungan HMI Cabang Medan terdiri dari 28 komisariat penuh dan satu komisariat persiapan total 29 komisariat (Sumber Ketua Umum HMI Cabang Medan Periode
2014-2015). .
Dalam peningkatan kualitas kader dengan merujuk kepada peraturan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Himpunan Mahasiswa Islam ini berperan sebagai organisasi perjuangan, perkaderan, agar dapat memperjuangan segala aktivitas ummat dan terus beregenerasi maka HMI juga mengadakan beberapa program perkaderan yang berlandaskan dengan konstitusi HMI yang sesuai dengan tujuan organisasi, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Terbentuknya HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam mulai berperan sebagai penampung dan penyalur aspirasi mahasiswa Islam yang ada di Medan. Terbentuknya HMI di
Medan merupakan bentuk kesadaran serta tanggung jawab dari tokoh-tokoh Islam dan pimpinan pengurus untuk bersatu dan bahu membahu dalam membina mahasiswa muslim agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT melalui organisasi mahasiswa. HMI juga berusaha mewujudkan cita- cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dalam mencapai masyarakat adil dan makmur, yang diridhoi Allah SWT dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 khususnya di Kota Medan.
Medan sebagai kota yang berkembang dan terdiri dari masyarakat yang berbagai macam ragam suku, etnis, sosial, kebudayaan, agama, pendidikan, ekonomi, yang menetap di kota Medan merupakan wujud kemajemukan sebagai
Universitas Sumatera Utara 9
miniatur Indonesia. Ini akan membentuk kualitas sumberdaya pemudanya yang berbeda pula, HMI telah lama hadir di Kota Medan memberikan kontribusi bagi peningkatan dan keseragaman kualitas sumberdaya pemuda. Keikutsertaan HMI dalam pembangunan sumberdaya Pemuda Kota Medan, Terlihat Jelas banyaknya tokoh-tokoh Pemuda Kota Medan yang lahir dari rahim HMI, dari politsi, birokrat, peneliti, dosen, guru besar, tokoh agama Merupakan wujud nyata peran serta pemuda HMI dalam pembangunan manusia Kota Medan.
Standar pembangunan manusia yang menjadi kesepakatan antara lain berhak untuk bisa membaca dan menulis, untuk hidup sehat, untuk bisa mendapatkan penghasilan yang layak, untuk mendapat rumah yang memadai, dan untuk hidup sebagai satu bangsa dengan damai dan aman. Diharapkan dengan desentralisasi atau yang lebih populer disebut otonomi daerah dapat memotivasi daerah-daerah tingkat propinsi maupun kabupaten/kota untuk lebih memprioritaskan mengurangi kemiskinan dan mempersiapkan diri dalam sumberdaya manusia yang handal.
Apapun komponen spesifik atas “kehidupan yang lebih baik” itu, pembangunan di semua masyarakat paling tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok, peningkatan standar hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial setiap individu. Adanya kemiskinan di dalam suatu wilayah merupakan potret bahwa pembangunan itu secara umum kurang berhasil sehingga pada dasarnya keberhasilan pembangunan suatu wilayah tergantung pada kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya. Seperti daerah pada umumnya, dengan adanya desentralisasi pembangunan di Kota
Universitas Sumatera Utara 10
Medan tidak hanya tertuju pada pembangunan ekonomi saja tetapi pembangunan manusia juga merupakan prioritas utama, penduduk ditempatkan sebagai objek dan sekaligus subjek pembangunan. Konsep ini menempatkan manusia sebagai titik pusat dan sekaligus modal dasar kekuatan, menjadi faktor yang dominan dan menjadi sasaran utama bagi pembangunan itu sendiri. Pemerintah kota Medan melalui misi dan agenda-agenda pembangunannya secara eksplisit telah melaksanakan pembangunan manusia.
Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya Badan Pusat Statistik (BPS) dan
United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia mempublikasikan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat tolok ukur pembangunan manusia. IPM mengukur aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan manusia melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan (daya beli).
Pada saat ini IPM dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus pada pembangunan manusia. Sejak diterbitkan dan dipublikasikan
IPM menjadi suatu perbincangan yang hangat sebagai alat ukur tunggal dan sederhana. IPM sangat cocok sebagai alat ukur kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia yang dilakukan di suatu wilayah pada waktu tertentu atau secara spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah.
Publikasi tentang IPM memberikan semangat terhadap propinsi-propinsi bahkan kabupaten/kota dengan melakukan hitungan IPM untuk kepentingan daerahnya.
Upaya untuk menghitung IPM sampai ke tingkat kabupaten/kota sangat penting karena proses desentralisasi yang berjalan di Indonesia memindahkan sebagian
Universitas Sumatera Utara 11
besar proses pembangunan ke tangan pemerintah daerah dan masyarakat lokal.
Untuk itu, tentu dibutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi setempat dengan dukungan data yang lebih memadai bagi semua kabupaten/kota di
Indonesia.
Upaya-upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumberdaya dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu pendidikan, kesehatan, kesejahteraan ekonomi maupun aspek non fisik dalam hal ini agama dan budaya. Dan aspek ekonomi sangat berpengaruh terhadap pembangunan manusia karena Aspek ekonomi antara lain adalah kepemilikan lahan, kualitas rumah, pendapatan keluarga, pengeluaran kesehatan sedangkan aspek sosial dapat dilihat dari hal-hal seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, kesehatan ibu dan balita dan lain- lain.Pada kenyataannya, besaran nilai IPM tidak menjamin tingkat kesejahteraan masyarakat akan tinggi atau tidak menjamin tingkat kemiskinan masyarakat akan rendah.
Menurut data BPS-Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011-2014 Indeks
Pembangunan Manusia di kota Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan Tahun 2010-2014
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90 Sumatera Utara 67,09 67,34 67,74 68,36 68,87 Medan 77,02 77,54 77,78 78,00 78,26
Universitas Sumatera Utara 12
Himpunan Mahasiswa Islam sebagai wadah organisasi Pemuda yang berstatus mahasiswa memiliki jaringan berbasis kampus tentu memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa sebagai wujud Tri Darma Perguruan
Tinggi. Pemuda yang identik dengan kecerdasan cara berfikir dan ilmu pengetahuan yang luas tentunya harus memiliki peran aktif di masyarakat. HMI telahpun berjuang panjang dalam sejarah Indonesia dan mempunyai visi perjuangan berkelajutan dengan cara rekrutmen dan ditempah dalam perkaderan adalah upaya nyata menciptakan pemimpin pemimpin ummat dan bangsa yang berkualiatas dan berdaya saing, Tentunya suatu keniscayaan untuk memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi bagi Pemuda HMI.
Himpunan Mahasiswa Islam yang berazas dan berpahaman bahwa Islam menjadi dasar berpijakan dalam berorganisasi tentunya yang di tuntut adalah menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademisi yang baik, aktif di masyarakat dan berkarakter menjaga nilai nilai yang islami berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Ini melekat pada diri kader HMI sebagai wujud implementasi dari Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI) sebagai ideologi organisasi, yang begitu populer diprakarsai oleh tokoh pembaharu pemikiran Islam di Indonesia Nurkholis Majid (Cak Nur). Oleh karenanya perkaderan dan training yang terstruktur rapi dan berjenjang seperti Basic
Training (LK I), Intermedite Training (LK II), Advance Training (LK III) juga
Senior Course (SC), Training Of Trainer (TOT) dan lainya yang bersifat Formal,
Informal, dan Non Formal, di harapkan mampu menghasilkan kualitas sumber daya Pemuda Kota Medan yang di cita-citakan.
Universitas Sumatera Utara 13
Berdasarkan permasalahan di atas, maka sangat penting untuk diteliti tentang “Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan signifikan yang positif antara Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota
Medan?
2. Apakah ada hubungan signifikan yang positif antara Ideologi Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan ?
3. Apakah ada hubungan signifikan yang positif antara penerapan Ideologi
HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam
Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota
Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota
Medan.
Universitas Sumatera Utara 14
2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Ideologi Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi
Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dirumuskan secara teoritis dan praktis. Secara teoritis berhubungan dengan metodologi dan secara praktis berhubungan dengan dampak hasil penelitian (Endra, 2006).
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teroritis
1. Bagi objek penelitian, sebagai bahan pertimbangan serta memberikan
masukan kepada pemuda khususnya Kader HMI Cabang Medan yang
beraktivitas di Kota Medan dalam pembangunan kepemimpinan
kepemudaan di Kota Medan
2. Bagi akademika, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
kemajuan dunia pendidikan khususnya Pascasarjana PWD USU dan
sebagai penambah khazanah sebagai langkah penciptaan Ilmu.
b. Manfaat Praktis
Bagi penulis, semoga dengan penelitian ini dapat menambah wawasan
bagi penulis serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan
pengetahuan penulis.
Universitas Sumatera Utara 15
1.5 Kerangka Berpikir
1. Kerangka alur pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut, Himpunan
Mahsiswa Islam Islam (HMI) adalah Organisasi mahasiswa yang bersifat
eksternal (bukan dari lembaga internal kampus) yang beranggotakan para
Pemuda yang berstatus mahasiswa yang mempunyai visi dan misi
menyiapkan kader berkulitas dan berdaya saing.
2. Melalui Ideologi Kader Himpunan Mahsiswa Islam Islam (HMI)
diharapkan dapat membangun kepemimpinan kepemdaan di kota Medan
yang lebih baik lagi, maka kader kader Himpunan Mahsiswa Islam Islam
(HMI) ditempah dengan membentuk pemuda yang tangguh baik dari segi
fisik dan non fisik. Melalui kualifikasi kemampuan yang dimiliki seperti 5
kualitas insan cita HMI yakni insan akademis, insan pencipta, insan
pengabdi, insan bernafas Islam dan insan yang bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridai Allah SWT. Ini
dilakukan melalui pola perkaderan dengan pendidikan, pelatihan dan
pengembangan perspektif HMI secara berjenjang, Latihan Kader I (Basic
Training) Latihan Kader II (Itermedite Training) dan Latihan Kader III
(Advan Training) untuk dalam upaya pembangunan kepemudaan baik di
Himpunan Mahasiswa Islam Islam (HMI) sendiri maupun masyarakat.
3. Pemuda yang beriman dan bertakwa; (Karakter), Berakhlak mulia;
(Karakter), Demokratis; (Karakter), Bertanggungjawab; (Karakter),
Sehat, cerdas, kreatif, inovatif, dan mandiri; (Kapasitas), Berjiwa
kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan. (Karakter
dan Kapasitas), Berdaya saing; (Daya Saing) (Implementasi UU No. 40
Universitas Sumatera Utara 16
Tahun 2009 tentang Kepemudaan Pasal 3) Hal ini dapat dilihat dari kerangka pikir sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara 17
IDEOLOGI KADER INTI PELAYANAN KEPEMUDAAN HIMPUNAN MAHASASISWA ISLAM (PEMERINTAH) (HMI)
PERAN KADER HMI PERAN
PEMERINTAH
LK I LK II LK III
(Basic Training) (Intermedite (Advan Penyadaran Pemberdayaan Pengembangan Training) Training)
Apektif Kognitif Psikomotorik Berkarakter Berkapasitas Berdaya Saing
Insan Akademis Insan Pengabdi
Insan Pencipta Insan Bernafas Islam Kepemimpinan
Insan Bertanggung Jawab Atas Pemuda Maju Keirausahaan Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridahi Allah SWT Kepeloporan
Pemuda Insan Kamil
PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
2.1.1 Sejarah dan Latar Belakang Didirikanya HMI
Sejak tahun 1970, HMI telah dijadikan sebagai obyek studi oleh para mahasiswa. Dari penelitian yang diadakan, diakhri dengan menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripi atau tesis, dibawa ke forum ujian, sehingga memperoleh kesarjanaan. Buku sejarah perjuangan HMI telah banyak mengundang perhatian di kalangan intern HMI sendiri maupun di luar HMI. Jika hendak memahami dan mempelajari pembaharuan yang dicanangkan HMI, secara murni dan mendasar, tidak boleh tidak melihat kepada ide dasar yang telah diletakkan oleh pemrakarsa pendiri HMI Lafran Pane tahun 1947. Ide dasar pembaharuan yang dirintis dan diperjuangkan HMI sejak berdiri hingga sekarang meliputi lima aspek. Pertama aspek ke-agamaan, kedua aspek kebudayaan, ketiga aspek politik, keempat aspek pendidikan, dan kelima aspek ekonomi.
Menurut Agussalim sitompul (1984) Banyak kaum pelajar yang menganut
Agama Islam, malu mengaku secara terus terang bahwa ia beragama Islam.
Dianggapnya Agama Islam itu lebih rendah. Sebaliknya orang Barat serta Agama
Kristen jauh lebih tinggi derajatnya. Hal ini terjadi menurut Lafran Pane karena
Agama Islam itu belum dipelajari secara mendalam. Padahal menurut Al-qur’an dan penyelidikan, bukan Agama Islam itu yang kolot, tetapi penganutnyalah yang kolot. Hakekat Agama Islam itu tidak dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agam Islam itu dapat memenuhi keperluan-keperluan manusia di
18
Universitas Sumatera Utara 19
semua waktu dan tempat, artinya mampu menyelaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat di manapun juga.
Melihat kondisi umat Islam yang demikian, menurut pemuda Lafran Pane, menyadari perlunya melakukan suatu pembaharuan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, agar umat Islam terbebas dari situasi dan keadaan serta iklim yang tidak menguntungkan. Tindakan melakukan gerakan pembaharuan, mutlak memerlukan alat perjuangan berupa organisasi. Dari latar belakang ini, timbullah ide untuk mendirikan suatu organisasi sebagai alat perjuangan, guna mewujudkan cita-cita luhur. Atas prakarsa Lafran Pane, di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari
1947 didirikanlah Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI. Untuk pertama kalinya tujuan HMI dirumuskan, yang terdiri dari dua tujuan, yaitu: Pertama,
Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
Agussalim sitompul (1976) Tujuan pertama mengandung tiga aspek pembaharuan yang meliputi aspek politik, ekonomi dan pendidikan. Tujuan kedua mengandung dua aspek pembaharuan, terdiri dari aspek agama dan kebudayaan.
Inilah ide dasar yang telah diletakkan oleh Lafran Pane, sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, untuk mengadakan pembaharuan kehidupan di kalangan umat
Islam Indonesia, sehingga umat Islam terbebas dari serba keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan. Drs, Agussalim Sitompul menyebutkan bahwa latar belakang berdirinya HMI yang pokok ialah karena waktu sebelum HMI berdiri dunia perguruan tinggi dan kemahasiswaan dipengaruhi unsur-unrus dan sistem pendidikan Barat yang mengarah kepada sekulerisme.
Universitas Sumatera Utara 20
Kegiatan perkaderan HMI ibarat sekolah tempat mengembangkan kwalitas anggota, membina dan meningkatkan kemauan dan kemampuannya agar tercapai tujuannya. Berarti kegiatan HMI merupakan pendidikan kader, dengan sasaran anggota-anggota HMI dalam tiga hal. Pertama, watak dan kepribadiannya, Kedua, kemampuan ilmiah, Ketiga, keterampilannya.
Bertitik tolak dari tujuan HMI, maka masa menjadi anggota HMI pada hakekatnya merupakan masa pembinaan dan pembentukan pribadi, sehingga kedudukan mereka sebagai kelompok masyarakat yang secara akademis maupun sosial berada dalam pase pembentukan. Dengan arah untuk mencapai tujuannya, yaitu terbinanya Insan yang berkwalitas lima. Diantaranya; pertama Insan akademis, kedua Insan pencipta, ketiga Insan pengabdi, keempat Insan bernafaskan Islam, kelima Insan yang bertanggungjawab.
Agussalim Sitompul (1997) Suatu organisasi pembaharu tidak muncul begitu saja, tanpa didukung syarat minimal, sehingga memungkinkan dirinya dapat merealisir cita-cita pembaharuannya. Syarat pertama, dasar organisasi. Pasal
4 Anggaran Dasar HMI menyebutkan, dasar organisasi ini adalah Islam. Lebih lanjut dijelaskan dalam rumusan Kepribadian HMI. Rumusan esensi Kepribadian
HMI adalah berdasarkan Muqaddimah Anggaran Dasar HMI, Latar Belakang
Sejarah HMI, Dasar dan Tujuan HMI, Kedudukan HMI Dalam Situasi Sekarang dan Peranan HMI di Masa Mendatang. Syarat kedua, tujuan organisasi. Syarat ketiga, usaha. Syarat keempat, sifat. Syarat kelima, perlengkapan organisasi. Syarat keenam, gagasan-gagasan atau ide yang diperjuangkan dan dilaksanakan di luar program kerja. Syarat ketujuh, respon berupa jawaban yang diberikan langsung oleh HMI dalam menggapai beberapa masalah yang timbul
Universitas Sumatera Utara 21
dalam negeri. Syarat kedelapan, massa media atau publikasi yang dipergunakan untuk menyebarkan ide-ide organisasi. Disamping itu, untuk menyempurnakan perkaderan HMI, ditetapkanlah metode training perkaderan HMI. Penyempurnaan berikutnya telah dapat dikeluarkan buku pedoman perkaderan HMI.
2.1.2 Tujuan Himpunan Mahsiswa Islam (HMI)
Himpunan Mahasiswa Islam, sebagai organisasi pergerakan mahasiswa, yang berfungsi sebagai organisasi pengkaderan, yang berdasarkan pasal 4
Angaran Dasar HMI memiliki tujuan “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” memiliki tugas untuk menciptakan kader-kader calon penerus bangsa yang memiliki kualitas insan cita.
HMI yang sepanjang jaman sejak berdirinya hingga saat ini telah terbukti dan mampu melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, hari ini dihadapkan pada tantangan baru untuk mengaktualisasi mission dan nilai-nilai pengkaderan
HMI guna melahirkan kader-kader baru yang mampu menghadapi tantangan zaman, yang salah satu tantangan saat ini adalah tentu saja berperan aktif pada pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Zaman terus berkembang dan manusia terus dituntut untuk selalu bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. HMI yang didirikan pada masa kemerdekaan hingga saat ini telah mengalami berbagai macam transformasi dan aktualisasi nilai-nilai guna menjawab tantangan di setiap zaman, sehingga HMI masih terus dapat aktif berkontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Pemuda dan mahasiswa pada khususnya, hari ini mengalami berbagai macam benturan kebudayaan dan ideologi yang tak ayal menimbulkan berbagai
Universitas Sumatera Utara 22
macam permasalahan negatif seperti kerusakan moral, krisis nilai, apatisme, pragmatisme dan lain sebagainya. Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai indicator kemajuan bangsa di masa depan pun cukup terombang ambing dengan adanya fenomena tersebut. HMI hadir ke dalam tengah-tengah kehidupan mahasiswa berusaha menawarkan untuk menanamkan nilai-nilai guna menyelesaikan segala permasalahan tersebut.
Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa.
Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa
Begitu juga dengan menghadapi persoalan saat ini. Kader HMI disatu sisi harus mampu memperbaiki keadaan sekitar, khususnya dikalangan mahasiswa, disisi lain ia juga harus mampu mengaktualisasikan nilai-nilai HMI untuk mempersiapkan diri guna pembangunan manusia yang lebih baik.
2.1.3 HMI dan Masyarakat Cita
Hubungan antara individu dan masyarakat merupukan aktualisasi dari kualitas insan cita menuju masyarakat cita, Ini telah diatur dalam konstisusi HMI angaran dasar yang berbunyi Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Dari tujuan inilah dapat dirumuskan kualitas insan cita dan masyarakat cita. Himpunan Mahasiswa Islam sebenarnya tidak begitu bertanggung jawab apalagi meberikan garansi bahwa orang yang
Universitas Sumatera Utara 23
masuk HMI akan memiliki kualifikasi insan cita. Untuk itulah mengapa dalam rumusan tujuan HMI digunakan kata terbina bukan pembina.
Azhari Akmal Tarigan (2007) Sasaran pertama adalah menyangkut manusia secara pribadi. Setiap orang menurut HMI dituntut untuk mampu memberikan pengorbanan untuk mencapai tujuan yang lebih besar dengan syarat agar kepentingan yang lebih besar itu tidak merenggut milik yang berharga bagi setaiap orang yaitu kebebasan untuk berfikir. Pemabngunan yang berorintasi kedepan melakukan kajian yang terus menerus yang strategiskualitatif, baik kegitan keilmuan maupun prakarsa-prakarsa intelektual untuk mencarai pemikiran alternatif- alternatif yang sesuai tidak cukup dihadirkan dalam citra melainkan terbukti dalam realitas, agar tirani intelektual tidak muncul.
Tiga ciri yang terintegrasi dalam diri kader HMI diataranya :
1. Seorang kader berkiprah dan terbentuk kepribadianya dalam oraganisasi
taat azaz aturan dan berbagai ketentuan yang ada sperti NDP dalam
pemahaman yang integral dengan UUD 1945 dalam pengoperasian
organisasi. Berpegang teguh pada AD/ART, pedoman perkaderan dan
ketentuan lainnya
2. Kader harus memiliki komitmet tinggi dan konsisten dalam
memperjuangan kebenaran.
3. Kader memiliki kemampuan kualitatif dalam dirinya sebagai tulang
punggung oragnisasi, sehingga mampu menyangga kesatuan kumpulan
manusia organisasi, sehingga mampu menyangga kesatua kumpulan
manusia yang benar. Jadi hal yang ditekankan pada seorang kader adalah
terletak pada unsur-unsur kualitatif dalam dirinya. Kader HMI adalah
Universitas Sumatera Utara 24
anggota HMI yang telah menjalani proses pengkaderan sehingga memiliki
ciri, integritas, kepribadian, iman, ilmu dan amal yang mencitrakan HMI
sehingga siap mengeban tugas dan aman dalam kehidupan beragama,
bermasyarakat berabangsa dan bernegara.
Azhari Akmal Tarigan (2007) Sasaran kedua adalah masyrakat secara keseluruhan. Menurut HMI kebijakan pembangunan yang diambil untuk menjalankan mekanisme pembangunan nasional disemua bidang harus tetap bertumpu pada ralitas, tumbuh dan berkembang dalam seluruh lapisan masyarakat. Hal itu tidak saja menyangkut aspirasi dan kemampuan adaptasi berdadasarkan tingkat kekuatan yang dimiliki akan tetapi terlih pada filsafat hidupnya yang justru menjadi sumber sistem dan tata nilai moral untuk mendukung kelangsungan hidup budayanya.
Adapun kualitas masyarakat cita HMI sebagai ultimate goal dari misi
HMI diataranya :
1. Kualitas masyarakat akademis
a. Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, mampu berfikir rasional,
kritis
b. Memiliki kemampuan teoritis mampu mempormulasikan apa yang
diketahui dan dirahasiakan, selalu berprilaku sekelilingnya dengan
penuh kesadaran.
c. Sanggup berdiri dengan lapangan ilmu pengetahuan baik secara
teoritis maupun teknis dan sanggup bekerja secara ilmiah, yaitu secara
bertahap, teratur, mengarah kepada tujuan sesuai dengan prinsip –
prinsip perkembangan dan pembaruan (reformasi)
Universitas Sumatera Utara 25
2. Kualitas masyarakat pencipta a. Sanggup melihat kemungkinan – kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada b. Berjiwa penuh dengan gagasan – gagasan kemajuan selalu mencari
perbaikan dan pembaruan (reformasi) c. Bersifat independen, terbukadan tidak isolatif (‘uzulah) d. Mampu melaksanakan kerja kemanusiaan (amal shaleh) yang
disemangati ajaran Islam.
3. Kualitas masyarakat pengabdi
a. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau
untuk sesama ummat manusia.
b. Sadar membawa tugas manusia pengabdi, bukan hanya membuat
dirinya baik, tetapi juga mebuat kondisi sekelilingnya menjadi
baik.
4. Kualitas Masyarakat yang Bernafaskan Islam
a. Islam telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola
lakunya tanpa memakai merek atau simbol Islam. Dengan
demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karya – karyanya.
b. Ajaran Islam telah berhasil membentuk unity of personallity
pribadi diri masyarakat tersebut. Nafas Islam telah membentuk
pribadi yang integrted tercegah dirinya dari split personality,
sehingga tidak pernah ada dilema antara dirinya sebagai warga
negara dan dirinya sebagai muslim. Masyarakat demikian telah
Universitas Sumatera Utara 26
mampu mengintegrasikan masalah suskesnya pembangunan
nasional bangsa ke dalam perjuangan umat Islam Indonesia.
5. Kualitas Masyarakat Yang Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya
Masyarakat Adil dan Makmur Yang Diridhai Allah SWT.
a. Bermoral, artinya sanggup memikul akibat-akibat dari
perbuatannya. Ia juga sadar untuk menempuh jalan yang benar
diperlukan keberanian moral.
b. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persolan-persoalan dan jauh dari sikat apatis.
c. Rasa tanggung jawab dan rasa taqwa kepada Allah SWT, yang
menggugah untuk masyarakat adilmakmur yang diridhai oleh
Allah SWT.
d. Korektif terhadap setiap lankah yang berlawanan dengan usaha
mewujudkan masyarakat adil makmur.
e. Percaya pada pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya
sebagai khlifah fil al-ard yang harus melaksankan tugas – tugas
kemanusiaan (amal saleh)
2.1.4 Strategi Mision HMI Dalam Pembangunan Manusia
Strategi mission dalam menciptan insan kamil dan masyarakat madani merupakan wujud dari kualitas SDM. Agussalim Sitompul (2002) Perkaderan menjadi komitmen Idiologi dan harga mati bagi organisasi yang lahir pada 5
Februari 1947, komitmen Ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang melandasi perjuangan organisasi ini yang ikut berperan aktif dalam pembangunan manusia
Indonesia. Telah di jelaskan di muka bahwa fungsi HMI sebagai organisasi
Universitas Sumatera Utara 27
Perkaderan, maka seluruh aktivitasnya harus dapat memberi kesempatan berkembang bagi kualitas-kualitas pribadi anggota-anggotanya. Sifat kekaderan
HMI dipertegas dengan tujuan HMI dalam pasal 5 Anggaran Dasar HMI. Tujuan ini telah memberi tuntutan perkaderan HMI harus terarahkan pada pembentukan lima kualitas Insan Cita yaitu, insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam insan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera. Manusia yang di cita-citakan HMI tentunya bukan hanya wacana yang ada dalam konstitusi dan pedoman perkaderan semata, namun terwujud dalam bentuk aksi.
Dalam realitas investasi untuk mengembangkan SDM sangat strategis bahkan dapat dikatakan bahwa bahwa masa depan ditentukan oleh keberhasilan pembangunan manusia. Masyarakat atau bangsa yang yang tidak memperdulikan kualitas SDM akan tertinggal dari masyarakat lain. Sejak kelahirannya 70 tahunyang lalu, HMI telah menetukan pilihan yang berfunsi sebagai organisasi kader, ini merupakan peran HMI dalam meningkatkan kualitas SDM. Agussalim
Sitompul, (2008) Sumber daya manusia telah dibentuk HMI lewat perkaderan – perkaderan yaitu SDM yang berkualitas dengan kualifikasinya diantaranya adalah:
1. Kader HMI merupakan hamba Allah yang zuhud dan tawaduk, taat
beribadah, Sehingga berpengaruh dalam kehidupan bermsyarakat,
berbangsa dan bernegara, Baik secara indiviual, komunal dan organisasi.
2. Sebagai pemuda, Kader HMI memiliki sifat kejuangan yang senantiasa
peka dan militan menjawab kehidupan lingkungan sekiatarnya, sehingga
mampu tampil usaha amar makruf nahi mungkar secara ikhlas.
Universitas Sumatera Utara 28
3. Sebagai warga masyarakat, kader HMI adalh sesorang warga negara yang
memiliki akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
menjadi panutan masyrakat sekitarnya
4. Sebagai mahasiswa, Kader HMI adalah seorang yang berpendidikan
tinggi, tekun belajar sehingga dapat mengembangkan kemampuan
ilmiahnya yang selalu didayagunakan bagi lingkungannya.
5. Sebagai pemimpin, Kader HMI adalah seoarang yang bersifat amanah,
adil, benar, jujur, tanpa pamrih, serta penyeru, pengayom, penyatu,
sekaligus tegas, berilmu terampil
6. Seorang Kader HMI adalah sebagai pemuda, sebagai mahasiswa, sebagai
calon sarjana, sebagai calon intelektual dan sebagai calaon pemimpin
bangsa.
7. Anggota HMI adalh moral force atau kekuatan moral yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan amar makruf nahi mungkar guna
menciptakan lingkungan sendiri sesuai dengan ajaran Islam dan tuntutan
moral.
8. Anggota HMI adalah affan garde atau kader pelopor yang dapat
mengambil inisiatif, prakarsa pertama dalam setiap situasi dan kondisi
unutuk memenuhi tuntutan yang senatiasa terus berubah.
9. Anggota HMI adalah ulama intelektual dan intelektual ulama, yaitu
anggota HMI yang memiliki pengetahuan yang seimbang antara ilmu
agama dan ilmu umum bagi sarjana umum dan sebaliknya memiliki
pengetahuan yang seimbang antra ilmu umum dan agama bagi sarjana
agama.
Universitas Sumatera Utara 29
Pada konsep pelatihan kader Basic Training (Latihan Kader I), Intermedite
Training (Latihan Kader II) dan Advance Training (Latihan Kader III), pelatihan didesain sedemikian rupa upaya memenuhi kebutuhan dasar zaman akan tetapi tidak menghilangkan penanaman ideologi organisasi. Sehingga karakter manusia yang dihasilkannya bukan pribadi yang cacat mental dan cacat jiwa. Yang pada akhirnya terwujud dalam profil kader ideal, yaitu Muslim Intelektual dan profesional. atas dasar komitmen itulah yang sehingga HMI masih konsisten dalam pembentukan Suber Daya Manusia (SDM) Indonesia kearah yang lebih baik.
2.2 Sejarah HMI Cabang Medan
Peran pemuda bukan hanya dijumpai pada saat sekarang ini saja, akan tetapi sudah berlangsusng sepanjang kehidupan manuasia. Dalam hal ini kita dapat memandang ke masa silam, dimana sejarah membuktikan bahwa pemuda telah banyak menetuakan perjalanan historis suatu Bangsa atau Negara.
Kenyataan dalam sejrah bahwa dari kalangan pemudalah mulainya langkah awala terhadap gerakan perjuangan kebangsaaan. Ditunjang oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya dan telah berseminya kesadaran akan pentingnya nasionalisme, para pemuda telah merintis perjuangan bercorak baru.
Pergerakan yang dilakukan oleh para pemuda terus berlanjut sampai dengan pendudukan fasisme Jepang menduduki Indonesia. Dalam hai ini meskipun para pemuda mendapat tekanan yang keras namun gerakan pemuda tidak pernah padam. Begitu pula halnya dengan bangsa Indonesia di dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaannya maupun selama pemerintahan orde lama. SEMA (Senat Mahasiswa) menjadi saksi bahwa pemuda merupakan
Universitas Sumatera Utara 30
ujung tombak dan mengemban tanggung jawab dalam menghadapi tantangan zamannya.
Lahirnya Organisasi-organisasi kepemudaan pada masa lalu memberikan gambaran bahwa keinginan untuk membentuk wadah bagi para pemuda telah tumbuh semenjak lama. Wadah kaderisasi generasi muda agar bersatu dan lebih banyak berpartisipasi demi Bangsa dan Negara dimana masing-masing ingin menunjukkan eksistensinya sesuai dengan tuntutan waktu. Bagi sebuah oragnisasi, melebarkan ruang gerak organisasi adalah sangat penting dimana dengan munculnya cabang-cabang HMI yang membawahi komisariat di Sumatera Utara khususnya kota Medan terdapat berbagai organisasi kemahasiswaan sebagai tempat berkumpul dan bersatunya peran mahasiswa. Wadah tersebut juga sebagai sarana pembinaan diri, untuk menuangkan aspirasi, berkomunikasi dan mengenal wataka satu sama lain. Perlu diingat bahwa setiap organisasi memiliki karakteristik tersendiri sebagai corak yang mewarnai identitasnya. Salah satu diantaranya banyaknya wadah kemahasiswaan dan kepemudaan adalah Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir di yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947.
Kelahirannya yang diprakarsai oleh Lapran Pane dan dideklarasikan di kampus
STI “(Sekolah Tinggi Islam) adalah untuk menampung aspirasi Mahasiswa Islam yang ada pada saat itu. Di Sumatera Utara HMI baru lahir pada tanggal 10
November 1952 yang diprakarsai oleh O.K Rachmad Bakrie, Amir Husein, dan
Deliar Noer yang dideklarasikan di aula II Universitas Islam Sumatera Utara.
Diawalai dengan kebutuhan bersama untuk memberikan sumangan yang nyata dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia, maka keleompok mahasiswa Islam berupaya secara tegas dan nyata untuk menegakan
Universitas Sumatera Utara 31
ajaran Islam di kalangan sendiri dan seterusnaya menjadi bagian dan semangat mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Semangat inilah yang memuncak dan meledak dan menjadi kenyataan sebagai suatu pilihan cderdas untuk menyatukan potensi mahasiswa Islam dimedan dan organisasi tersebut harus mampu menampung pikiran-pikiran Islam yang inovatif (pembaharu) dalam segala bidang yang dilandasi nuansa keislaman dan semangat itupun tidak mengkin terselenggara dengan baik kalau negara Republik Inonesia dalam kekacauan, menderita dan bodoh.
Pendidikan hanya untuk kalangan tertentu dan ajaran Islam hanya dilihat, diamalkan secara parsial, maka organisasi ini harus mampu mempertahankan, meningkatkan dan mengamalkan ajaran Islam khususnya dikalangan masyarakat pada umumnya. Pikiran di ataslah yang mempertemukan tiga orang ketika itu untuk mendikusiakan bersama teman-teman yang lain. Seorang diantaranya O.K
Rachmad Bakrie yang ketika itu berada di Jakarta untuk menghubungi teman- temannya yang sudah bergabung dalam wadah HMI dengan Deliar Noer yang ketika itu merupakan aktifis HMI. Akhirnya O.K Rachmad Barie menulis pada teman-temannya di Medan, bahwa telah ada wadah yang menampung semanagat mereka yaitu HMI. Sekembalinya O.K Rachmad Bakrie dari jakarta, pada pertengahan Mei 1952 di rumah orang tunya di Padang Bulan, O.K Rachmad
Bakrie (Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam Sumatera Utara) bersama Ahmad
Soepomo (Mahasiswa Tingkat Pertama Kursus Dinas C Angkatan 1) yang juga manatan walikota Binjai dan Amir Husein Nasution (Mahasiswa Tingkat Pertama
Fakultas Kedokteran UISU) bersepakat mendirikan HMI di Medan. Setelah beberapa temannya setuju atas didirikannya HMI di Medan tanggal 1 November
Universitas Sumatera Utara 32
1952 pukul 09.00 WIB di Aula PTII (UISU) Jl. Sisingamangaraja No. 2 Medan, dengan cara mendiskusiakan dan dengan semanagat yang telah bulat maka diproklamirkanlah HMI di Medan, pertemuan dihadiri oleh kurang lebih 15 orang mahasiswa UISU dan beberapa mahasiswa dari kursus B-1 Karenanya pulalah dengan anggota dibawah 25 orang baru dapat dibentuk HMI Komisariat UISU
Medan atau Sumatera Utara. Ini merupakan Cabang HMI Pertama diluar pulau
Jawa sekaligus titik awal fase pertumbuhan perkembangan HMI di Medan.
Beberapa menggu kemudian tepatnya pada forum konferensi HMI di Komisariat
Medan Sumatera Utara mengajukan diri untuk dinyatakan sebagai Cabang HMI karena telah memungkinkan persyaratan konstitusional.
Setelah dinyatakan sebagai Cabang maka HMI mulai membentuk sebuah kepengurusan yang nantinya akan bersinergi dengan Pengurus Besar HMI yang berada di pusat sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
HMI. Kepengurusan I yang dibentuk untuk mengemban amanah perjuangan HMI di Medan diketua oleh O.K Rachmad Bakrie dengan masa Periodesasi pengurusan
1952-1957. Pada periode ini pemilihan ketua umum masih dipilih berdasarkan penujukan langsung terhadap mandataris ketua umum HMI Cabang Medan pertama kalinya.Pengurus yang bertanggung jawab terhadap berjalannya roda organisasi sesuai dengan yang dicitacitakan selama ini yaitu membina insan akademis yang bernafaskan Islam yang diridhai Allah SWT. Susunan kepengurusan HMI Cabang Medan Periode 1952-1957 sebagai berikut:
Penasehat – penasehat
1. Bapak Muda Siregar
2. Bapak Dr. Ahmad Sofyan
Universitas Sumatera Utara 33
3. Bapak Abdul Hakiem
4. Bapak H. Adnan Lubis
5. Bapak Overste A. Thalib
Pengurus Harian
Ketua Umum : OK. Rachmat Bakrie
Ketua I : Ahmad Soepomo
Ketua II : T. Hamid
Sekrertaris I : Amir Husein Nasution
Sekretaris II : Yusuf Hanifah
Seksi-Seksi
Bidang Keuangan : Agus Herman
Bidang Penerangan : Malidin Ma’arif
Bidang Olahraga : Aryaf P. Saudin
Abdul Halim Nasution
Bidang Pendidikan : Amiruddin Nasution
Bidang kemasyarakatan: Mawardi Nasution
Bidang Keputrian : Yusra Oloan Nasution.
Semangat dan aktivitas HMI Cabang Medan mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti perguruan tinggi seperti Bachrum Jamil (mantan Ketua
Yayasan UISU). Usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan HMI yang diselenggarakan
Universitas Sumatera Utara 34
saat itu adalah mengadakan komunikasi dan kerja sama dengan mahasiswa Islam sekaligus memperkenalkan HMI, juga mengadakan ceramah, diskusi yang semakin lama mendapat sambutan dari kalangan mahasiswa, pemuda dan cerdik
Cendikiawan karena relevan dengan perkembangan ilmu dan Islam serta mampu menjawab gejala dikalangan masyarakat dan pendidikan. Hal ini membuat HMI merupakan bagian yang tak terpisahkan andil dan perannya dalam meningkatkan kualitas dan citra perguruan tinggi dan kalangan mahasiswa.
Tabel 2.1 Pemrakarsa dan Pendiri HMI di Medan
No Nama
1 Dr. OK rachmat Bakrie
2 H. ahmad Soepomo SH
3 Tengku Hamid
4 Letkol Pol. Dr. Amir Husein
5 Dr.H.M. Yusuf Hanafiah
6 Drs. H. Maidin Ma’arif
7 Arsyad R. Saudin
8 Dr. H. Abdul Halim Nst.
9 H. Mawardi Noor, SH
10 H. Makharda Najid Nst
11 Yusra Adlan
12 Mustafa Abu Bakar
13 Alm. Abdul Hakim Nst
14 Cut Hamied
15 Mayor Purn. Minir Kasim, SH
Universitas Sumatera Utara 35
Kota medan telah dua kali menjadi tuan rumah kongres HMI, pertama pada tanggal 24 – 31 Desember 1957 yang diketuai oleh OK. Rachmat Bakrie dan yang kedua pada tanggal 21-29 Mei yang diketuai oleh Ludhi Awaluddin mantan ketua umum HMI cabang Medan 1957-1980. Figure-figure ketua umum Badan
Koordinasi (Badko) HMI Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Nama-nama Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) HMI Sumatera Utara No Nama Periodesasi
1 Dr. Usman Pelly 1966 – 1968
2 Dr.H. OK Rachmat Bakrie 1968 – 1971
3 H. Zainuddin Tanjung 1971 – 1974
4 Drs. H. Sufri helmi Tanjung 1974 – 1976
5 Bachtiar Camsyah, B.A. 1976 – 1979
6 Drs. Alfian Andri 1979 – 1981
7 Alex Topani 1981 – 1983
8 Dr. Abidiansyah Siregar 1983 – 1986
9 Drs. Syu’aibun Manurung 1986 – 1988
10 Andrian daulay 1988 – 1990
11 Alwi Mujahid 1990 – 1992
12 Muzzakir Ridhja 1992 – 1994
13 Ucok K.L saragih/ Imam Fahmi (Pj) 1994 – 1996
14 Dadang Dermawan 1996 – 1998
15 Robert 2000 – 2002
16 Imam Saleh Ritongau 2003 – 2005
Universitas Sumatera Utara 36
17 Yusuf pasaribu 2005 – 2008
18 Samsir Pohan 2008 – 2010
19 Dedy Andika Syahputra 2010 – 2012
20 Anggia Ramadhan 2013- 2016
2.2.1 Periode Kepengurusan HMI Cabang Medan sejak 1952 Sekarang
Sejak berdirinya HMI cabang Medan pada tahun 1952 sampai sekarang telah terjadi pergantian kepengurusan sebanyak 48 kali periodisasi, yang mana melalui musyawarah anggota dari 1952 sampai tahun 1960 sebanyak 8 kali pergantian, Sedangkan melalui hasil-hasil Konferensi Cabang Medan mulai tahun
1961sampai tahun 2015 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.3 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil Musyawarah Anggota
NO Nama Periodesasi
1. Dr. H. OK. Rachmat Bakrie 1952 – 1954
2. Dr. H. OK. Rachmat Bakrie 1954 – 1955
3. Drs. H. Syaiful Wahyudi 1955 – 1956
4. Dr. H. Hading Hakim 1956 – 1957
5. Prof. Dr. H.M. Yusuf Hanafiah 1957 – 1958
6. M. Yusuf Siregar 1958 – 1959
7. Said Hasan/Dr.H.Habibah 1959 – 1960
8. Dr.T. Suhaimi Harun, SKM 1960 – 1961
Universitas Sumatera Utara 37
Tabel 2.4 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil-hasil Konferensi HMI Cabang Medan Lanjutan NO Nama Periodesasi
9. H. Umaruddin 1961 – 1962
10. Drs.M. Thalib Thahir 1962 – 1963
11. Drs.M. Thalib/ ir. Sri Reshna 1963 – 1964
12. Dr.H. Bachtiar Fanani Lubis 1964 – 1965
13. Dr. Zakaria Siregar 1965 – 1966
14. Dr. Zakaria Siregar 1966 – 1967
15. H. Zainuddin Tanjung, BA 1967 – 1968
16. H. Zainuddin Tanjung, BA 1968 – 1969
17. Bactiar Chamsyah, BA 1969 – 1970
18. I r.T.Marzuki Ya’kub 1970 – 1971
19. Aminuddin 1971 – 1972
20. Azasky, S.H 1972 – 1973
21. Husni husein, M.Sc 1973 – 1974
22. Chaidir Siregar, SH 1974 – 1975
23. Amir Syarif Siregar, S.H 1975 – 1976
24. Dr.T. harmon Mawardi 1976 – 1977
25. Ir.Ludhy Awaludin Thayoe 1977 – 1979
26. Drs. Ghazali Husni.S 1979 – 1980
27. Drs. Muhammad Abidinsyah Siregar 1981 – 1982
28. Drs. M. Zahrin Piliang 1983 – 1984
29. Drs. Sya’aibun Manurung 1984 – 1985
Universitas Sumatera Utara 38
Tabel 2.5 Nama-nama Ketua Umum HMI Cabang Medan Hasil-hasil Konferensi HMI Cabang Medan Lanjutan NO Nama Periodesasi
30. Annur Parlindungan 1985 – 1986
31. Amirwan L. 1986– 1987
32. Irgan Chairul mahfiz 1987 – 1988
33. Wahid Khusairi 1988 – 1990
34. Sugih Pramono 1990 – 1992
35. Isfan Dahrian 1993 – 1994
36. Ucok Raufdy 1994 – 1995
37. Riswal Hanafi Siregar 1995 – 1996
38. Ahmad Sani 1996 – 1997
39. Wahyu Triono 1998 – 1999
40. Syamsul Qomar 1999 – 2000
41. Agusli Matondang 2000 – 2001
42. T. Nurzahen 2002 – 2003
43. M. Fauzi Siregar 2003 – 2004
44. Bahmid Pulungan 2005 – 2006
45. Ranu Putra Armidin 2007 – 2008
46. Dedy Andika Syahputra 2009 – 2010
47. Hendra Hidayat 2010- 2012
48. Mirza Zamzami 2013- 2015
Universitas Sumatera Utara 39
2.2.2 Fase-fase Perkembangan HMI Cabang Medan
Danu Irawadi (2008) Untuk lebih mengetahui secara medeteail mengenai sejarah perkembangan HMI Cabang Medan, Penulis akan menguraikan fase-fase perkembangan HMI Cabang medan kedalam beberpa fase. Dimana dalam setiap fase akan coba dijelaskan langkah-langkah para kader HMI yang telah dilakukan untuk mengembangkan HMI Cabang Medan
2.2.3 Fase Pengokohan dan Pertumbuhan HMI (1952-1963)
Fase ini merupakan fase dimana pengurus HMI Cabang Medan mulai dari
kepengurusan tahun 1952 sampai dengan kepengurusan tahun 1963 melakukan
pengokohan dan pertumbuhan HMI di Medan. Dalam fase pengokohan dan
pertumbuhan terdapat periodesasi kepengurusan HMI cabang Medan yaitu:
kepengurusan periode Dr. H. O.K Rachmad Bachrie, SH (Alm) 1992-1955, Drs.
H Syaifullah Mahyudin. MA Tahun 1995-1996, Dr. H. Gading Hakim tahun
1996-1957, Prof. Dr. H.M. Yusuf Hanafiah tahun 1957-1958, M. Yuzar Siregar
tahun 1958-1959, Said Hasan-Dr.H. Habibah Hanum tahun 1959-1960, Dr. T.
Suhaini Harum tahun1960-1961, H. Umaruddin tahun 1961-1962, Drs. M. Thaib
Tahir tahun 1962-1963.
Sebagai suatu organisasi yang baru saja berdiri tentu saja yang lazim
dilakukan ialah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang dalam hal ini
diwakilkan oleh mahasiswa karena pada dasarnya HMI ini merupakan organisasi
kemahasiswaan yang berbasiskan Islam. Bentuk sosialisasi yang pertama sekali
dilakukan oleh kepengurusan yang dipimpin O.K Rachmad Bakrie tersebut yaitu
dengan memperkenalkan HMI kepada para mahasiswa yang berada di
Universitas Sumatera Utara 40
Universitas Islam Sumatera Utara. Karena sebagian besar deklator dari HMI di
Medan ini berasal dari Universitas tersebut. Usaha-usaha yang dilakukan untuk memperkenalkan HMI kepada mahasiswa yang berkuliah di UISU tersebut dengan jalan melakukan dikusi-diskusi yang rutin dilakukan dengan melibatkan orang-orang yang tertarik dengan kehadiran HMI.
Sebagai suatu organisasi yang baru saja terbentuk, tentu saja sanagatlah berat beban yang dipikul oleh kepengurusan yang dipimpin oleh O.K Rachmad
Bakrie untuk memperkenalkan HMI dan kemudian mengajak mahasiswa-
Mhasiswa Islam terutama yang ada di UISU untuk masuk da bergabung menjadi anggota HMI. Oleh sebab itu, beliau menyusun strategi agar para mahasiswa tersebut mau datang dan kemudian tertarik untuk bergabung dengan HMI.
Langkah-langkah persuasif seperti dengan pendekatan secara person ke person kerap dilakukan utnuk mengajak para mahasiswa tersebut bergabung di samping melalui cara-cara sosialisasi diskusi-diskusi. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh para pendiri HMI dipusat, pendekatan melalui oarang-orang yang dekat dengan mereka untuk mengajak bergabung dengan HMI juga dilakukan. Di samping itu, kepengurusan periode I ini juga terus melakukan koordinasi dengan
PB HMI di Jakarta guna mendapatkan informasi-informasi tentang HMI secara lebih mendalam. Informasi-informasi tersebut berupa aturan-aturan organisasi
HMI maupun kebjakan-kebijakan yang telah dibuat oleh PB HMI, yang nantinya akan dimanfaatkan untuk mengembangkan HMI di Medan. Dikarenakan keterbatasan media komunikasi pada itu sehingga informasi yang diperlukan tersebut terlambat samapai kepada HMI Cabang Medan. Hal ini tentu saja berimplikasi secara tiadak langusng kepada gerak dan langkah HMI Cabang
Universitas Sumatera Utara 41
Medan di dalam melakukan sosialisasi dan pengembangan HMI di kota Medan.
Sebagai suatu organisasi yang masih baru, maka pengurus HMI Cabang Medan melakukan silaturahmi dengan organisasi-organisasi yang telah lama terbentuk yang ada dikota Medan maupun dengan pemerintah kota Medan. Hal ini dilakukan disamping untuk memperkenalakan diri juga sebagai salah satu cara untuk memperkuata jaringan kerja sama guna memperlancar program-program kerja yang telah dibuat oleh pengurus HMI Cabang Medan untuk mengembangkan HMI di kota Medan. Karena awal pembentukan HMI ini dimulai dari UISU, maka untuk lebih mengembangkan HMI tidak hanya di UISU saja maka pengurus HMI Cabang Medan melakuakan sosialisasi kepada universitas-universitas lain yang di kota Medan seperti Universitas Sumatera
Utara (USU), Universitas Nomensen dan lain sebagainya. Adapun Maksud dari sosialisasi ini juga agar nantinya di universitas-universitas tersebut dapat juga terbentuk HMI sebagai suatu organisasi mahasiswa Islam. Usaha ini akhirnya tidak sia-sia terbukti dengan berdirinya beberapa komisariat baru di Universiatas
Sumatera Utara (USU) dan Nomensen.
Sealanjutnya setelah langka-langkah pengokohan baik ineternal maupun eksternal berhasil dilakukan dalam arti masyarakat khususnya para mahasiswa
Islam yang ada di kota Medan telah mengenal HMI maka langkah selanjutnya yang dilakukan kepengurusan HMI Cabang Medan ialah melakukan pertumbuhan HMI. Pertumbuhan HMI disini ialah dengan memperkuat peran
HMI didalam kehidupan berbangsadan bernegara terutama di kota Medan. Hal ini dilakukan dengan tidak lupa berkoordinasi denga PB HMI karena sebagai oraganisasi yang memiliki jenjang terstrutural tentu saja HMI Cabang Medan
Universitas Sumatera Utara 42
harus mendukung kebijakan-kebijakan yang telah di buat oleh PB HMI. Di tambah lagi dengan kondisi negara Indonesia yang baru selesai perang kemerdekaan dan keadaan Negara yang belum stabil.
Beberapa peristiwa yang disikapi oleh HMI pada masa itu antara lain
Pemilu tahun 1955, dan perkembangan ajaran komunisme di Indonesia. Adapun beberapa kebijakan PB HMI yang secara otomatis juga harus dilakukan atau didukung oleh setiap kader HMI yang ada didaerah khususnya di HMI Cabang
Medan ialah: Dalam menghadapi pemilihan umum, menyerukan kepada segenap anggota HMI supaya memilih salah satu partai Islam menyatakan komunisme bertentangan dengan Islam Medesak Pemerintah agar pelajaran agama diajarkan di sekolah negeri maupun swasta dari SD sampai perguruan tinggi. Mendesak pemerintah supaya mengeluarkan Undang-undang Perguruan Tinggi Penegasan
Independensi HMI
Kebijakan-kebijakan PB HMI di atas, oleh HMI Cabang Medan kemudian disosialisasikan kepada seluruh kader HMI yang ada dikota Medan agar dilakuakan tindak lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan HMI Cabang Medan tersebut antara lain: dengan melakukan konsolidasi di kalangan kader HMI
Cabang Medan yang terdapat di beberapa universitas dan tergabung dalam beberapa komisariat untuk melaksanakan kebijakan PB HMI tersebut.
Konsolidasi yang dilakukan lebih ditekankan kepada pemberian muatan intelektual tentang bahaya nya ideologi komunisme jika dibiarkan berkembang di negara yang beragama. Hal ini dilakukan setelah Partai Komunisme Indonesia menjadi salah satu Partai yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan
Umum tahun 1955. Disamping pemberian muatan intelektual mengenai
Universitas Sumatera Utara 43
bahayanya ideologi komunis, tindakan lain yang dilakauakn adalah dengan
membuat selebaran-selebaran atau brosur yang isinya menajak masyarakat untuk
tidak mengikuti ajaran komunis, melakukan pertemuan dengan para tokoh
masyarakat, tokoh agama untuk menyatukan visi guna menghadapi bahaya
komunis yang nantinya diharapakan para tokoh-tokoh ini dapat menyapaikan
kepada masyarakat umum lainnya mengenai bahayanya ajaran komunis ini.
2.2.4 Fase Tantangan (1964-1965)
Fase tantangan merupakan fase yang menggugat eksistensi HMI di
Indonesia. Pada fase ini HMI secara nasional mendapat tekanan yang sangat kuat untuk dibubarkan yang berasal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam hal ini Partai Komunis Indonesia melakukan fitnah terhadap organisasi HMI karena dianggap HMI merupakan penghalang bagi usaha mereka untuk menguasai
Republik Indonesia. PKI beranggapan HMI merupakan organisasi yang dapat disejajarkan dengan Masyumi, PSI, GPII yang telah berhasil mereka bubarkan pada tahun 1960 dan 1963 mealui fitnah dikarenakan HMI memiliki jumlah anggota yang banyak sebagai calon Sarjana dan Pemimpin. Ditambah lagi HMI merupakan salah satu organisasi yang memegang peranan di dalam memberantas
Pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948. Oleh sebab itulah mengapa PKI sangat dendam terhadap keberadaan HMI di Indonesia.
Ada beberapa tuduhan yang dibuat oleh PKI sebagai dalih untuk membubarkan HMI, antara lain ialah:
1. HMI anti Pancasila dan UUD 1945
Universitas Sumatera Utara 44
2. HMI antim Bung Karno, dan tidak setia kepada Pimpinan Besar Revolusi
(PBR), Panglima Tertinggi ABRI, Presiden Soekarno.
3. HMI anti manifesto Politik (Manipol) dan Undang-undang Dasar,
sosialisme Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin,
kepribadian Indonesia.
4. HMI terlibat PRRI tanggal 15 februari 1958 dan PERMESTA
(perjuanagan semesta) tanggal 2 maret 1957.
5. HMI anak kandung partai terlarang, Masyumi.
6. HMI pro Malaysia,
7. HMI kontra revolusi, reaksioner dan kepala batu
8. HMI antek nekolim dan imperialisme, kompador Amerika dan agen CIA.
9. HMI antek Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia.
10. HMI terlibat dalam percobaan pembunuhan pembunuhan Presiden
Soekarno dalam peristiwa cikini tanggal 30 November 1957, dijalan
Cendrawasih Makasar tahun 1964.
11. HMI anti persatuan Bangsa
12. HMI adalah setan kota (pernyataan yang dikeluarkan bebrapa harian yang
ada di Indonesia yang di backing oleh PKI mengenai HMI).
Fitnah yang dilancarkan komunis ini adalah merupakan tuduhan yang tidak jelas atau tanpa fakta, hanya isapan jempol belaka. Dari fitnah yang dituduhkan oleh PKI kepada HMI ini merupakan salah satu cara PKI untuk menghilangkan jejak terhadap pemberontakan yang mereka lakukan pada tahun
1948. Tuduhan itu semua adalah tuduhan sepihak yang dilontarkan PKI yang tidak senang dan rela jika HMI jaya.
Universitas Sumatera Utara 45
Pemerintah Indonesia sendiri tidak perbah melontarkan tuduhan yang keji tersebut kepada HMI. Sebagai akibat dari fitnah yang dilakukan PKI terhadap
HMI berakibat sangat besar terhadap perkembangan HMI di daerah-daerah. Di daerah-daerah berrmunculan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh antek-antek
PKI menuntut pembubaran HMI. Gerakan-gerakan tersebut antara lain:
Pelarangan kader HMI untuk melakukan aktifitas keorganisasian dibeberapa universitas, seperti yang terjadi di Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya di Jember, Mengeluarkan HMI dari DEMA dan SEMA dikarenakan terlalu dominannya peran HMI dalam kegitan kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi dengan perkiraan HMI semakin lama akan semakin kecil dan pada akhirnya akan membubarkan diri dengan sendirinya. Sebagai akibat dari keluarnya kebijakan ini di hampir semua Universitas kecuali Perguruan Tinggi
Islam dan IAIN, anggota HMI dikeluarkan dari DEMA dan SEMA, Panitia Masa
Perkenalan, serta kegitan lain yang menyangkut posisi kecuali kepanitiaan PHBI
(Panitia Hari Besar Islam)
Memfitnah HMI lewat pamplet gelap. Hal ini terjadi pada tanggal 21 dan
22 Juli 1964, masyarakat Yogyakarta digemparkan dengan munculnya pamplet- pamplet gelap yang tersebar di seluruh pelososk kota, yang bernada memusuhi
HMI, karena isinya jelas memfitnah HMI, seperti, Buabarka HMI, HMI kontra
Revolusi HMI pro Malaysia, HMI kaki tangan Masyumi, DI,TII. HMI anti Bung
Karno dan lain-lain.
Anggota dan Alumni HMI disingkirkan, Prof. Drs. Lafran Pane sebagai tokoh pendidri HMI dan IKIP Yogyakarta adalah orang yang harus disingkirkan
Universitas Sumatera Utara 46
dari IKIP Yogyakarta, karena jelas Lafran Pane adalah HMI, sebagaimana terdapat catatan harian Nurdin AS, yang berhasil digeledah di stasiun Tugu
Yogyakarta, sepulang dari menghadiri Kongres Ke 3 CGMI di Jakarta bulan
September 1965 sebagai hasil diskusi CGMI tanggal 25 Maret 1965 mengenai
IKIP Yogyakarta. Walaupun demikian banyak gerakan yang dilakukan oleh PKI untuk membubarkan HMI akan tetapi HMI tetap mendapat dukungan dari beberapa kalangan, dukungan tersebut antara lain: H. Dul Arnomo dalam pidatonya saat penerimaan jabatan Rektor Universitas Brawijaya mengatakan adanya pelarangan HMI di Universitas Brawijaya adalah tidak benar, pelanggaran itu bukan wewenang universitas atau pimpinannya. Beliau mengharapkan HMI agar lebih berkembang dari yang sudah-sudah.
Presiden Soekaro dalam kawatnya No. 295/K/1964,tanggal 22 Juni 1964 telah merestui usaha Latihan Kader Dakwah yang diselenggarakan oleh Lembaga
Dakwah Mahasiswa Islam(LDMI) HMI di Bandung TANGGAL 23 Juli sampai dengan 3 Agustus 1964. Beliau menyampaikan melalui Brigjend Sucipto, SH kapada HMI “Go Ahead HMI” (HMI jalan terus) H. Anwar Cokroaminoto, Ketua
Dewan Parta PSII 6 Juli 1964 mengatakan “Menurut sepengetahuan saya, HMI tidak pernah menjadi anak kandung Partai Masyumi, bahkan tindakannya menunjukkan keregasan sikap terhadap anggota dan cabangnya yang menyeleweng dari ketentuan, karena itu saya sendiri iri tidak melihat adanya alasan membubarkan HMI. Saya anjurkan supaya HMI bekerja terus dengan tenang.
Hal di atas meruapakan sedikit dari banyaknya dukungan yang diberikan kepada HMI untuk menghadapi fitnah yang dilancarkan oleh PKI untuk
Universitas Sumatera Utara 47
membubarkan HMI. Di HMI Canbang Medan sebagai salah satu Cabang HMI di luar Pulau Jawa juga mengalami dampak atas fitnah yang dilakukan PKI secara
Nasioanal kepada organisasi HMI. Kepengurusan HMI Cabang Medan yang pada saat itu dipimpin oleh Drs. M. Thalib Tahir-Ir Sri Resna mengalami berbagai macam gangguan yang dilakuan oleh antek-antek PKI. Akan tetapi para kader
HMI di Kota Medan Telah menyadari konsekwensi yang harus mereka hadapi ketika HMI menyatakan perang terhadap ajaran komunis yang disebarkan oleh
PKI di Indonesia. Salah satu bentuk dari tekanan yang dilakukan oleh antek-antek
PKI di kota Medan untuk menghempang jalan roda organisasi HMI yaitu dikeluarkan HMI dari DEMA dan SEMA di Universitas Sumatera Utara melalui
Intruksi Presidium USU dimana salah seorang anggotanya adalah Gubernur
Sumatera Utara Ulung Sitepu, yang oleh Mahmilub Medan telah divonis mati karena tersangkut Gestapu PKI. Disamping itu, intimidasi yang dilakuan oleh para antek-antek PKI terhadap anggota HMI yang vokal di dalam menentang keberadaan PKI di kota Medan sangat terasa sekali. Bentuk intimidasi tersebutn seperti menyebarkan fitnah keji terhadap keberadaan para pengurus HMI, dengan pernyataan yang menyatakan bahwa pengurus HMI Cabang Medan dan kader
HMI Cabang Medann tidak Pancasilais, kontra revolusi, anti Soekarno dan menentang UUD 1945. Atau intimidasi melalui teror secara fisik kepada para pengurus HMI Cabang Medan.
Gangguan-ganguan yang dilakukan oleh PKI terhadap HMI Cabang
Medan dan berlangusung secara Nasional juga memberi hikmah yang dalam bagi para kader HMI. Hikmah yang dapat diambil ialah: HMI tetap survive, HMI tambah matang berpikir, berbuat dan bertindak dalam perjuangan, HMI tambah
Universitas Sumatera Utara 48
pengalaman dan yakin akan kekuatan diri sendiri, HMI semakin terkenaldi dalam dan diluar negeri, Terjadi kristalisasi dalam tubuh HMI yiitu minggirnya mereka yang ragu-ragu dan peranan HMI dalam perjuangan bangsa Indonesia.
2.2.5 Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru dan Angkatan 66
(1966-1968)
Fase ini adalah fase kemenangan HMI atas PKI dan berakhirnya tantangan dari PKI dan antek-anteknya yang ingin membubarkan HMI. Suasana pengganyangan HMI berubah menjadi suasana kebebasan tanpa tekanan dan intimidasi. Kalau pada fase tantangan HMI yang dituntut PKI dan antek-anteknya untuk dibubarkan, tetapi tidak berhasil. Tetapi dengan pemberontakan PKI yang gagal, yang kemudian melahirkan Orde Baru, HMI berbalik menuntut agar PKI dan organisasi mantelnya dibubarkan dan dilarang di Indonesia dapat terwujud.
Pada fase ini PB HMI di pimpin oleh Nurcholish Madjid dan HMI Cabang Medan dipimpin oleh Drs. M. Thaib Tahir-Ir. Sri Resna.
Fase ini diawali dengan gagalnya pemberontaan PKI pada tanggal 30
September 1965 untuk menggulingkan Pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Dengan gagalnya pemberontakan PKI tersebut membuktikan bahwa selama ini yang ingin menggulingkan pemerintah Indonesia bukanlah golongan Islam seperti fitnah yang telah mereka buat kepada golonga- golongan Islam selama ini melainkan PKI itu sendiri.
Pada fase ini HMI bersama-sama kekuatan mahasiswa yang anti PKI tampil mempelopori kebangkitan Angkatan 66. Wakil Ketua PB HMI pada waktu itu Mar’ie Muhammad mengambil inisiatif mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara 49
Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1965. Dalam KAMI ini HMI menunjukkan superioritasnya dengan massa terbesar setiap kali melakukan aksi demonstrasi.
Dalam setiap demonstrasi yang dilakukannya, KAMI selalu menuntut untuk membubarkan PKI, rombak kabinet, serta turunkan harga. Demonstrasi yang dilakukan KAMI kerap mendapat tantangan Pemerintah RI pada waktu itu dikarekan sebagian besar menteri yang ada pada waktu itu disinyalir masih merupakan anggota PKI atupun antek-antek PKI. Oleh sebab itu, perjuangan
KAMI lakukan sampai mengambil korban yaitu tewasnya Arief Rahma Hakim ditembak oleh pasukan Cakrabirawa. Gugurnya Arief Rahman Hakim ini membuat aksi massa cepat berkobar dimana-mana.
Akhirnya Presiden Soekarno memberikan perintah dan wewenang penuh kepada Letjend Soeharto untuk memulihkan keamanan. Yang selanjutnya disusul dengan keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret 1966. Disusul dengan Kepres
Nomor 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966, Partai Komunis Indonesia besrta seluruh organisasi mantelnya dibubarkan dan dinyatakan terlarang di seluruh wilayah kekuasaan RI. Pada HMI Cabang Medan, gerakan untuk menuntut pembubaran
PKI sejalan dengan yang dilakukan oleh PB HMI, Terlebih lagi sejak gugurnya
Arief Rahman Hakim akibat tembakan senjata pasukan Cakrabirawa. Gerakan menuntut pembubaran PKI khususnya di kota Medan yang dikoordinir oleh HMI beserta elemen-elem organisasi mahasiswa lainnya yang tergabung dalam KAMI semakain jelas dilakukan oleh HMI Cabang Medan dalam hal ini sebagai perpanjang tangan PB HMI terus melakukan koordinasi untuk mensinergiskan gerakan di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara 50
Hal ini diakukan agar tidak terjadi suatu gerakan yang bertentangan dengan maksud dantujuan yang telah digariskan dalam tuntutan KAMI yang lebih dikenal dengan TRITURA. Disamping itu juga agar gerakan yang dilakukan dapat memberikan tekanan yang sangat besar terhadap pemerintah Indonesia yang saat itu masih dipimpin oleh Presiden Soekarno. Setelah kejatuahan Orde Lama dibawah pimpinan Presiden Soekarno, tekanan yang diterima oleh kader-kader
HMI dan elemen mahasiswa yang tergabung KAMI masih terus dirasakan. Hal ini dikarenakan HMI masih terus berjuang untuk membersihkan pemerintah
Indonesia dari sisa-sisa orde lama dan PKI yang masih ada.
Cabang-cabang Himpunan Mahasiswa Islam juga mengalami intimidasi yang dilakukan oleh masa-masa yang masih mendukung Presiden Soekarno.
Termasuk yang dialami oleh HMI Cabang Medan. Akan tetapi dengan keteguhan hati dari pegurus HMI Cabang Medan pada masa itu, segala intimidasi baik yang berbentuk fisik maupun psikologis dapat dihadapi oleh kader-kader HMI di kota
Medan dengan tabah. Intimidasi ini terus terjadi seiring dengan perjuangan para kader HMI di daerah-daerah dan secara nasional untuk membersihkan sisa-sia orde lama yang masih bercokol di Indonesia hingga pada akhirnya mencpai puncak ketika digantinya Presiden Soekarno dan diangkatnya Jenderal Soeharto pada Sidang UmumV MPRS pada tanggal 21 sampai dengan 30 Mare 1968.
2.2.6 Fase Pembangunan Nasional (1969-1985)
Fase ini merupakan fase setelah runtuhnya pemerintahan Orde Lama yang digantikan oleh Pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Jenderal Soeharto pada fase peran HMI tidak lagi dikonsentrasikan pada urusan politik dalam negeri
Indonesia, akan tetapi lebih dikonsentrasikan pada pembenahan organisasi HMI
Universitas Sumatera Utara 51
yang cukup lama porak poranda sebagai akibat permasalahan politik dalam negeri. Ditambah lagi sebagai akibat dari peran serta HMI yang berhasil menggulingkan pemerintah Orde Lama dibawah pimpinan Soekarno. Antusias mahasiswa untuk masuk ke HMI sangat tersa secra nasional.
Kalau pada awal berdirinya HMI, HMI lah yang mencari mahasiswa untuk mau masuk menjadi anggota HMI, sekarang mahasiswalah yang mencari HMI.
Gejala itu sudah nampak sewaktu HMI diganyang PKI, tetapi mencapai puncak di masa Orde Baru. Hal ini memberikan penyadaran bagi segenap kader dan pengurus HMI di seluruh Indonesia bahwa pertambahan kuantitas anggota harus diikuti dengan peningkatan kualitas. Oleh sebab itu , pasca runtuhnya Orde Lama yang digantikan oleh pemerintah Orde Baru, HMI harus membenahi internal organisasinya.
Pembenahan Internal yang dilkukan melitputi struktur organisasi, pola perkaderan, garis-garis besar haluan organisasi, serta tentu saja menyusun program kerja HMI yang di sesuaikan dengan kondisi Negara yang ada di HMI baik dari tingkat Komisariat, Cabang, Badko, hingga PB, Mekanisme yang digunakan melalui lembaga pengambilan keputusan ysng sds dsn berlsku di masing-masings tingkatan seperti Rapat Anggota Komisariat (RAK) ditingkat
Komisariat, Konferensi ditngkat Cabang dan Kongres di tingkat Pengurus Besar
(Nasional). Kongres yang dilakukan PB HMI secara nasional yang melibatkan
Pengurus HMI Cabang, Badko HMI se-Indonesia serta PB HMI ini yang merumuskan garis-garis besar tujuan organisasi serta pembenahan internal organisasi HMI. Bentuk-bentuk pembenahannya internal organisasi yang dilakukan ialah:
Universitas Sumatera Utara 52
1. Penyusnan format pengkaderan kader HMI. Dari penyusunan format
pengkaderan ini akhirnya berhasil dirumuskan jenjang-jenjang training
yang harus dilalui oleh para kader dan calon kader.
2. Pembenahan administrasi sekretariat HMI
3. Penyusunan Nilai-nilai Dasar Perjuangan yang merupakan ruhnya para
kader HMI didalam memperjuankan persoalan keummatan di Indonesia
4. Memperluas jaringan kerja sama dengan organisasi luar HMI tidak hanya
dengan organisasi yang ada didalam negeri tetapi juga dengan organisasi
kemahasiswaan Islam yang ada diluar negeri.
5. Memperluas Cabang-cabang HMI ke daerah-daerah seluruh Indonesia
maupun ke luar negeri di mana banyak mahasiswa Islam yang kuliah dan
belajar di sana.
Akan tetapi pembenahan internal ini tidak juga melupan peran HMI sebagai organisasi penyumbang terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Soeharto. Walupun secara langusng
HMI mempunyai peranan di dalam meanikkan Soeharto dan Orde Baru sebagai penguasa di Republik Indonesia, Akan tetapi HMI tidak mau terlena dengan kondidi tersebut. HMI tidak mau dijadikan anak eamas oleh Pemerintah
Indonesia, sehingga melupakan peran HMI sebagai organisasi yang memikirkan persoalan keummatan yang ada di Indonesia.
Tidak jarang HMI pada fase pembangunan nasional ini mendapat tekanan dari pemerintah di bahwah pimpinan Soeharto, Salah satu bentuk tekanan tersebut ialah ketika Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985, tanggal 17 Juni 1985 tentang organisasi kemasyrakatan, di mana dalam Undang-
Universitas Sumatera Utara 53
undang tersebut diatur bahwa organisasi kemasyrakatan yang ada di Indonesia harus berazazkan kepad Pancasila dan UUD 1945. Hal ini banyak terjadi penolakan dikalangan kader HMI didaerah-daerah, baik yang mendukung pemberlakuann azas ini maupun yang menolak azaz ini. Wacana akan diberlakukannya azaz ini sebelumnya telah dikembangkan sejak dimulainya
Kongres ke-15 HMI di Medan. Sebelum berlangsungnya Kongres ini telah memunculkan isu akan diberlakukannya azaz tunggal untuk semua organiasi kemasyarakatan yang ada di Indonesia. Kemudian pada Kongres ke-16 di Padang tahun 1986, HMI menerima aza Pancasila disahkan Pada Kongres ke-15 di
Medan, pro dan kontra atas diberlakukannya azaz tunggal ini nampak terasa.
Hal ini diawali oleh pernyataan salah seoarang alumni HMI yang menjabat
Mentri pada pemerintahan Soeharto pada waktu itu yaitu Abdul Gafur untuk meminta kepada HMI mengganti azaz Islamnya menajdi azaz Pancasila.
Dikarenakan tidak ada kata sepakat dari para peserta Kongres di dalam menyikapi persoalan azaz tunggal ini, akhirnya Kongres di Medan ini hanya melahirkan rekomendasi bagi Pengurus Besar Himpunan Mahasisw Islam (PB HMI) terpilih untuk melakukan penelitian apakah HMI menerima Undang-undang Nomor 8
Tahun 1985 tersebut atau tidak.
Sehingga pada akhirnya pada Kongres ke-16 HMI di Padang, HMI merubah azaznya dari Islam menjadi Pancasila. Pada saat itu kebijakan azaz tunggal mulai menguat tahun 1982, HMI tetap bertegu mempertahankan Islam sebagai Azaz organisasi. Hal ini terlihat kemudian saat HMI menggelar kongres ke-15 di Medan dan menegaskan bahwa dasar HMI tetap Islam. Pada perjalannan
HMI selanjutnya, amanah dari Kongres Meda untuk mempertahankan Azaz Islam
Universitas Sumatera Utara 54
tidak saja memperoleh penafsiran yang berbeda melaikan juga melahirkan sikap dan kebijakan yang berbeda antara Pengurs Besar dengan Cabng-cabang utama
HMI.
Hal ini terlihat ketika PB HMI yang ketuanya dijabat Harry Azar Aziz melaporkan sikapnya tentang penerimaan azaz tunggal Pancasila. Munculnya
HMI MPO berdasarkan Surat Keputusan Bersama Cabang –cabang utama yang menghadiri forum bersama secara nasional pada Milad HMI XXXVII tanggal 14 sampai 16 Februari di Jakarta. Pada forum ini Oraganisasi(MPO) HMI, yang kemudia dikenal dengan sebuta HMI MPO. Majelis ini dibentuk berdasarkan
Surat keputusan bersama Cabang-cabang Utama. Perubahan azaz ini mendapat reaksi keras dari kader-kader HMI menjadi azaz Pancasila. Penolkan yang diberikan berupa keluarnya sebahagian anggota HMI karena mereka anggap sudah tidak sesuai lagi dengan niat awal pembentukan HMI.
Penguduran diri sebagai kader HMI terjadi hampir seluruh HMI Cabang yang di daerah-daerah. Di HMI Cabang Medan sendiri, beberapa kader HMI yang menolak HMI memilih azaz Pancasila mengundurkan diri sabagai anggotan HMI, antara lain, Zahrin Pilian, Usman Pelly. Bagia HMI, banyaknya anggota yang mundur sebagai anggota HMIsebagai akibat azaz Pancasila ini merupakan kebebasan berpikir yang tidak bisa dihalang-halangi. Dan tidak ada sanksi yang diberikan atas sikapa yang diambil oleh sebahagian kader HMI tersebut. Dan itu semua dilakukan tidak lain karena keinginan untuk mempertahankan keberadaan
HMI tersebut, Karen ada kekhawatiran dari presiden saat itu yakni Soeharto akan pertumbuhan kalangan Islam yang mungkin akan menggoerogoti kepemimpinannya.
Universitas Sumatera Utara 55
Didalam mensikapi kebijakan pemerintah tentang pergantian dasar ormas tersebut oleh umat Islam ditamnggapi dalam empat sikap.
1. Menerima tanpa banyak persoalan. Sikap yang demikian ini antara lain
ditunjukn oleh NU dan kelompok lain yang memiliki hubungan dengan
pemerintah atau partai partai pemerintah pada saat itu, dengan alasan
bahwa pancasila tidak bertentangan dengan Islam
2. Menerimanya akantetapi menunggu adanya Undang-undang formal yang
dianut pemerintah, dan kebanyak ormas Islam sikap kedua ini, termasuk
Muhammadiyah.
3. Bersikap apatis, yaitu mereka yang berpendidikan rendah dan selalu
mendukung kehendak pemerintah. Sikap ketiga ini merupakan sikap
mayoritas ummat Islam.
4. Menolak sma sekali kebijakan pemerintah tersebut. Yang termasuk sikap
keem[at ini ditujukan oleh Pelajar Islam Indonesia (PII), dan gerakan
Pemuda Marhaenis, termasuk juga HMI yang tidak setuju dengan
perubahan azaz ini yaitu HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO).
2.3 Ideologi Kaderisasi HMI Dalam Pembangunan Kepemudaan
2.3.1 Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani Idein, yang berarti melihat, atau Idea yang berarti rawut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan logia yang berarti ajaran. Dengan demikian Ideologi ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran (science des ideas). Di dalam ensiklopedia populer Politik
Pembangunan Pancasila, ideologi merupakan cabang filsafat yang mendasari ilmu-ilmu seperti pedagogi, etika, dan politik.
Universitas Sumatera Utara 56
Konsep tentang Ideologi pertama kali muncul ditengah-tengah dampak revolusi Prancis. Konsep ini diciptakan pada tahun 1797 oleh Antoine destut de
Tracy, salah seorang anggota kelompok filosof yang diberi tanggung jawab oleh konvensi revolusi menjalankan Institut de France yang baru berdiri, khusus untuk menyebarkan gagasan Pencerahan. Dalam bukunya Elements d’Ideologie yang ditulis antara tahun 1801 dan 1815, de Traci mengusulkan sebuah ilmu pengetahuan baru tentang pikiran, yaitu idea-logy yang akan menjadi dasar bagi semua sains (Mc Leland: 2005).
Ideologi dalam arti praktis ialah kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupanya, baik yang individual maupun yang sosial. Penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut “Politik”. Karena itu sering terjadi bahwa ideologi dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya merebut kekuasaan.
Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat diartiakan sebagai suatu konsensus mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan negara. Dalam hal ini sering disebut juga
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung yang merupakan pikiran–pikiran terdalam, hasrat terdalam warga negaranya, untuk diatasnya didirikan suatu negara.
Para pakar, seperti Padmo Wahjono dalam Subandi (2012) Mengartikan ideologi sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar. Pakar hukum tata negara ini ideologi merupakan suatu kelanjutan atau konsekuensi dari pada pandangan hidup bangsa, falsafah hidup bangsa, dan akan berupa
Universitas Sumatera Utara 57
seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan direalisir didalam kehidupan berkelompok. Ideologi mengandung kegunaan untuk memberikan stabilitas arah dalam hidup berkelompok dan sekaligus memberikan dinamika gerak menuju tujuan masyarakat atau bangsa.
Dalam perspektif yang berbeda Pakar ekonomi Mubyarto dalam Subandi
(2012) mengartikan bahwa ideologi adalah sejumlah doktrin,kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok masyarakat atau bangsa. Selain itu M. Sastrapratedja dalam Subandi (2012) mengartikan bahwa ideologi ialah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir suatu sistem yang teratur. Dalam hubungan inifungsi penting ideologi antara lain adalah untuk membentuk identitas kelompok atau bangsa dan fungsi mempersatukanya.
Ideologi mempunyai kecenderungan untuk memisahkan in group (kita) dari out group (mereka). Bila dibandingkan dengan agama, yang berfungsi mempersatukan orang dari berbagai pandangan, bahkan dari berbagai ideologi, maka sebaliknya ideologi mempersatukan orang-orang dari berbagai agama.
Maka dari itu ideologi juga berfungsi untuk mengatasi berbagai konflik atau ketegangan sosial menjadi solidarity making dengan mengangkat berbagai perbedaan kedalam tata nilai lebih tinggi.
Dalam fungsi pemersatuan dilakukan dengan merelativir keseragaman, misalnya dengan semboyan “kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan” dan pada kasus tertentu ideologi juga dapat menciptakan tata nilai lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara 58
Menurut Soediman Kartohadiprodjo dalam Subandi (2012), adanya semboyan tersebut telah menjadi salah satu ekspresi jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun, yang asas-asasnya terdapat dalam hukum adat.
Kemudian Soerjanto Poespwardojo dalam Subandi (2012) seorang pakar sosiologi-budaya, mengartikan ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagatraya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Dari perspektif yang berbeda Franz Magnis Suseno dalam Subandi (2012) mengartikan ideologi dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, dan kurang tepat istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam arti ini keyakinan bahwa Negara dan kesetiakawanan akan disebut ideologi. Penggunaan kata “ideologi” oleh kebanyakan penulis dianggap tidak tepat, bahkan menyesatkan. Apalagi pada banyak orang kata ideologi langsung menimbulkan asosiasi negatif. Orang biasanya tidak rela cita-citanya disebut ideologi. Tetapi karena dalam bahasa Indonesia, dengan mengikuti cara bicara yang terutama ditemukan dalam negara-negara komunis (yang mengaku marxisme–leninisme sebagai “ideologi yang mereka banggakan), maka Franz
Magnis Suseno menggunakan kata ideologi sebagai sesuatau yang positif, yaitu sebagai nilai-nilai dan cita-cita yang luhur, yaitu dalam arti sebagai “ideologi terbuka”. Karena pada dasarnya ideologi terbagi atas dua berdasarkan sistem berfikirnya yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup.
Universitas Sumatera Utara 59
2.3.2 Ideologi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Sejak awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam” sebagai salah satu tujuannya, di samping “Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah dijadikan sebagai landasan organisasi. Dalam hal ini HMI tidak mendasarkan diri pada “mazhab” tertentu, walau kemudian dalam pola pemikirannya HMI cenderung sebagai kelompok intelektual muslim pembaharu.
Dari sanalah HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang tertampung dalam sebuah buku pedoman yang diberi nama Nilai Dasar
Perjuangan (NDP). NDP merupakan gambaran bagaimana seorang HMI memahami Islam sebagaimana tercantum dalam al-Quran. Secara doktrin, yang terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang bertentangan dengan Islam, melainkan merupakan formulasi kembali atas al-Quran sehingga tertuang menjadi suatu kepribadian bagi kader HMI dalam mewujudkan amanat Tuhan sebagai khalifah fil-ardhi.
NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya, membangun semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia, dan sebagai sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk diabdikan bagi kemanusiaan. Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang khas bagi kader-kader HMI.
Rumusan NDP seperti yang kita lihat sekarang bukanlah hasil yang sekali jadi, melainkan hasil perkembangan pemikiran dan penghayatan mendalam atas
Universitas Sumatera Utara 60
sejarah perjuangan HMI secara keseluruhan. Bahkan kalau kita hitung jarak antara berdirinya HMI dengan perumusan NDP, tercatat waktu lebih 20 tahun.
Secara sosiologis, NDP dirumuskan dalam kancah pertarungan ideologi- ideologi besar yag ada pada saat itu. Nasionalisme Bung Karno, Komunisme PKI, dan Sosialisme PSI adalah ideologi-ideologi yang secara umum berebut pengaruh.
Di samping itu yang juga mendorong perumusan NDP adalah perlawatan
Nurcholish Madjid ke Amerika (Oktober 1968) atas beasiswa sebagai pemimpin mahasiswa dari Council for Leaders and Specialist, Washington. Namun menurutnya yang banyak memberikan terhadap sikap dan gagasannya bukan itu, melainkan kunjungannya ke beberapa negara di Timur Tengah (Turki, Libanon,
Syiria, Irak, Kuwait, Saudi, Sudan dan Mesir) selama empat bulan setelah lawatannya ke Amerika.
Faktor-faktor berikut dikemukakan Cak Nur sebagai hal yang menginspirasikan perumusan NDP: pertama, tidak adanya bacaan yang komprehensif dan sistematis tentang ideologi Islam. Kedua, kecemburuan terhadap anak-anak muda komunis yang oleh partainya disediakan buku pedoman kecil berjudul Pustaka Kecil Marxis (PKM).Ketiga, ketertarikan terhadap buku kecil yang ditulis oleh Willy Eihleir, Fundamental Values and Basic Demand of
Democratic Socialis. Tulisan ini merupakan upaya reformasi ideologis bagi partai sosialis demokrat Jerman di Jerman Barat.
Karena itu jelas bahwa dari latar belakang perumusannya Nurcholish
Madjid ingin menempatkan NDP sebagai idelogi bagi HMI, yang diharapkan dapat menandingi ideologi-ideologi lain yang berkembang pada saat itu.
Secara garis besar, ada tujuh persoalan yang dibahas dalam NDP, yaitu:
Universitas Sumatera Utara 61
1. Dasar-dasar Kepercayaan
2. Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan
3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir)
4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan
5. Individu dan Masyarakat
6. Keadilan Sosial dan Ekonomi
7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan. Ketujuh persoalan itu secara
sederhana dapat diintisarikan dalam tiga kata: iman, ilmu, amal.
Iman, adalah bentuk kepercayaan yang paling mendasar dalam diri manusia. Hidup yang benar dimulai dengan iman yang benar. Iman yang benar adalah percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai takwa, yaitu keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya. Manusia berhubungan dengan
Tuhan dalam bentuk penghambaan atau penyerahan diri (islam), berupa ibadah
(pengabdian formil/ritual). Ibadah mendidik individu agar tetap ingat kepada
Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Dengan ibadat, manusia dididik untuk memiliki kemerdekaannya, kemanusiaannya, dan dirinya sendiri; sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu memurnikan pengabdian hanya kepada kebenaran (Tuhan) semata- mata. Inilah yang disebut tauhid. Lawannya adalah syirik, yaitu memperhambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan. Syirik merupakan kejahatan terbesar bagi kemanusiaan karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi.
Tuhan adalah mutlak. Kebenaran Tuhan dengan demikian bersifat mutlak.
Yang selain Tuhan (baca: manusia) adalah relatif. Namun sudah merupakan tugas sejarah bagi yang relatif ini untuk terus-menerus berupaya mencapai Yang
Universitas Sumatera Utara 62
Mutlak, karena dari sanalah manusia berasal dan kepada-Nyalah manusia kembali. Kembali kepada-Nya berarti menuju kepada Kebenaran. Namun
Kebenaran yang sifatnya mutlak tidak mungkin dicapai oleh manusia. Manusia hanya dapat mencapai kebenaran-(kebenaran) yang relatif. Untuk itu manusia memerlukan ilmu, yang merupakan alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran itu. Sekalipun relatif, kebenaran-kebenaran itu merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui manusia dalam perjalanan menuju Kebenaran
Mutlak.
Ilmu adalah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang alam dan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan alam bersifat penguasaan dan pengarahan. Alam tersedia bagi manusia untuk kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Penguasaan dan pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukum-Nya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan itu dapat dicapai dengan mendayagunakan intelektualitas rasionalitas secara maksimal.
Manusia adalah makluk sosial, hidup di antara dan bersama manusia- manusia lain dalam hubungan tertentu. Oleh karena itu manusia tidak mungkin dapat memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya.
Iman dan ilmu saja tidaklah berarti apa-apa jika tidak diterapkan dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan. Inilah yang disebut amal. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yang sungguh- sungguh secara esensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabat sebagai manusia. Usaha ini disebut amar ma’ruf.
Universitas Sumatera Utara 63
Lawannya disebut nahi munkar, yaitu mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam bentuk yang lebih konkrit, usaha ini diwujudkan misalnya melalui pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, serta usaha ke arah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.
Dengan integrasi iman, ilmu, dan amal itulah manusia akan mampu memenuhi kodratnya, yaitu sebagai hamba di hadapan Tuhan dan sebagai khalifah di hadapan alam. Cita-cita ideal HMI kiranya tertuang dalam NDP tersebut. menjadi manusia kreatif yang mampu berinovasi dalam kerja-kerja nyata demi mempertinggi harkat kemanusiaan (amal saleh); disertai ilmu sebagai alat untuk melakukan itu; dan tentu saja dilandasi oleh iman yang benar.
2.3.3 Kaderisasi
2.3.3.1 Pengertian Kader
Menurut AS. Hornby dalam kamusnya Oxford Advanced Learner’s
Dictionary dikatakan bahwa “Cadre is small group of people who are specially chosen and tarined a particular purpose” Jadi pengertian kader adalah “
Sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Hal ini dapat dijelaskan, Pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai adalah
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai ke-Islaman yang membebaskan
(Leberation Force) dan memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas
Universitas Sumatera Utara 64
(Musrhad’afin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART
HMI, pedoman perkaderan dan pedoman ketentuan organisasi lainnya. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus
(permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah
(konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah aspek kualitas. Keempat, seorang keder memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan ” sosial engineering”.
2.3.3.2 Pengertian kaderisasi
Redatin Parwadi Jurnal Wawasan Volume 12, Nomor 1, (2006) adapun pengertian kaderisasi adalah proses mempersiapkan calon-calon pemimpin suatu organisasi untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon pemimpin demi kesinambungan organisasi, sehingga jika terjadi pergantian pemimpin dapat berjalan mulus karena sudah dipersiapkan. Dengan demikian pengangkatan seorang pemimpin sebaiknya melalui proses kaderisasi.
Dengan adanya kaderisasi, diharapkan organisasi akan bertahan dalam waktu cukup lama, tidak bersifat ad-hoc dalam mengemban visi dan melaksanakan misinya. Pepatah Belanda mengatakan on mis baar, yang kalau diterjemahkan secara bebas berarti tidak ada di dunia ini atau organisasi apapun yang tidak tergantikan. Pada saatnya seorang pemimpin secara alamiah atau sebab
Universitas Sumatera Utara 65
lain pasti akan turun dan digantikan oleh yang lain. Apalagi bagi pemimpin oganisasi modern, yang anggotanya terdiri dari manusia-manusia yang mempunyai pemikiran rasional, mempunyai wawasan ke depan, serta semakin tidak populernya teori “timbulnya pemimpin karena dilahirkan”. Pemimpin tumbuh dan berkembang karena melalui proses pembinaan dan dimatangkan oleh lingkungan. Sistem pengkaderan di dalam suatu organisasi akan sangat tergantung dari besar kecilnya organisasi, lingkup atau bidang kegiatan yang menjadi misi pokok, sistem nilai yang dianut, serta eksistensi organisasi, apakah sementara atau jangka panjang.
Nanang Fattah, (2000) Kader pada mulanya adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang berasal dari kata carde yang definisinya adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu diperlukan. Pius A. Partanto dan M. Dahlan A- Barry, (1994) Kader dalam kamus ilmiah populer adalah orang yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estapet suatu partai atau organisasi tunas muda dan dalam kamus
Induk Istilah Imiah Seri Intelektual. M. Dahlan Al-Barry, L. Lya sofyan yacub
(2003) di sebut bahwa kader adalah generasi penerus atau pewaris dimasa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai politik)Dalam kata lain kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam organisasi. Kader diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang jabatan atau pekerjaan penting di pemerintahan, partai dan lain- lain. Sedangkan pengkaderan adalah proses mempersiapkan seseorang untuk menjadi penerus di masa depan, yang akan memikul tanggung jawab penting di lingkungan suatu organisasi.
Universitas Sumatera Utara 66
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (2006) Dalam suatu organisasi ada ketentuan priode kepemimpinan seseorang; Adanya penolakan dari anggota kelompok, yang menghendaki pemimpinnya diganti, baik secara wajar maupun tidak wajar. ; Proses alamiah, menjadi tua dan kehilangan kemampuan dalam memimpin; Kematian.
2.3.3.3 Proses Kaderisasi
2.3.3.3.1 Kaderisasi Informal
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (2006) Untuk melahirkan seorang kader yang berkualitas diperlukan proses dengan jangka waktu yang cukup lama. Seluruh kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak dan masa remaja merupakan masa kaderisasi untuk menjadi pemimpin dalam upaya membentuk pribadi, agar memiliki keunggulan dalam aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mampu bersaing. Kaderisasi disebut juga proses pendidikan termasuk proses belajar disekolah, peluang yang diberikan orang tua (pendidikan keluarga) peluang dalam kurikulum dan program ekstra kurikulum dan program ekstra kurikulum serta lingkungan. Kepribadian positif harus dipupuk sejak dini dan seumur hidup. Dari proses tersebut seseorang dapat mengurangi, mengubah, menghilangkan aspek-apek negatif. Usaha mengembangkan kepribadian positif itu tergantung kepada orang tua, karena disekolah terfokus pada kurikulum, waktu belajar dan pengajar terbatas, dan hanya berorientasi pada intelektual. kaderisasi Informal terdapat beberapa indikator atau kriteria kelebihan.Berkepribadian positif; Gigih; Mempunyai loyalitas; Mempunyai dedikasi terhadap organisasi; Memiliki sifat dan sikap pasrah kepada tuhan yang maha esa sebagai penentu yang mutlak.
Universitas Sumatera Utara 67
2.3.3.3.2 Kaderisasi Formal
Perkataan formal menunjukan bahwa usaha mempersiapkan seseorang calon kader dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis, terarah, dan disengaja usaha itu bahkan dapat diselenggarakan secara melembaga, sehingga semakin jelas sifat formalnya. Untuk itu proses kaderisasi mengikuti suatu kurikulum yang harus dilaksanakan selama jangka waktu tertentu dan berisi bahan-bahan teoritis serta bahan-bahan lain sebagai pendukungnya.
Kaderisasi tersebut di atas memiliki nilai positif karena mempunyai daya dorong bagi peningkatan prestasi melalui kompetisi atau persaingan sehat seperti jujur dan sportif. Sebaliknya juga akan berfungsisebagai motivasi untuk menumbuhkan dan mengembangkan kerja sam, karena untuk berprestasi tidak mungkin diwujudkan lagi. Usaha kaderisasi internal yang bersifat formal, dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut: Memberi kesempatan menduduki Jabatan Pemimpin pembantu ; Latihan kepemimpinan didalam atau di luar organisasi; Untuk memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk; mengikuti program memepersiapkan calon pemimpin, yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu; Memberikan tugas belajar.
Schuler, Randell S., Susan E, (1997) Untuk mempersiapkan calon pemimpin yang berkualitas dalam suatu organisasi, perlu dilakukan kegiatan kaderisasi
Kaderisasi kepemimpinan secara formal dan bersifat eksternal dilakukan sebagai berikut. Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, untuk diangkat memimpin satu unit yang sesuai atau ditugaskan magang sebelum memimpin unit di maksud; Menyeleksi sejumlah
Universitas Sumatera Utara 68
generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, kemudian ditugaskan belajar pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi, di dalam atau luar negri.; Memesan sejumlah generasi muda dari lembaga pendidikan formal dengan program khusus atau spesialisasi, sesuai dengan bidang yang dikelola organisasi pemesan ; Menerima sejumlah generasi muda dari suatu lembaga pendidikan untuk melakukan kerja praktik di lingkungan organisasi.
Dari pengamatan bilamana ditemukan generasi muda yang dinilai memenuhi persyaratan untuk dikaderkan menjadi pemimpin, dapat ditawari pekerjaan setelah tamat.; Memberikan beasiswa atau tunjangan belajar pada anak-anak yatim piatu atau yang orang tuanya tidak mampu, sebagai mahasiswa yang berprestasi, dilingkungan sekolah atau perguruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Setelah tamat langsung ditempatkan pada jalur yang memberi peluang baginya untuk melatih dan mempersiapkan diri menjadi pimpinan secara bertahap.
Schuler, Randell S., Susan E, (1997) Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam organisasi adalah manusia, ia merupakan aset termahal dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya. Veithzal Rivai, (2006)
Sumberdaya manusia (human resources) dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia (populasi penduduk) yang sangat kontribusinya. Sedangkan apek kulitas menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan fisik maupun kemampuan nonfisik (kecerdasan non mental)
Universitas Sumatera Utara 69
yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan lainnya.
2.3.4 Perkaderan HMI dan Pembagunan Pemuda
Hasil-hasil Kongres HMI XXVII di Depok tentang Pedoman Perkaderan
(2010), Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader HMI menggunakan pendekatan yang sistematik dalam keseluruhan proses pengkaderannya. Semua bentuk aktifitas perkaderan disusun dengan semangat integralistik untuk mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Maka dari itu
HMI memberikan keterangan yang jelas dan tegas terkait sistem perkaderan pada pedoman perkaderannya.
Melihat HMI berfungsi sebagai organisasi kader, maka seluruh aktifitasnya harus memperhatikan kualitas para anggotanya. Sifat kader HMI dipertegas dalam tujuan pasal 4 anggaran dasar HMI dan usaha-usaha pada pasal 5 AD HMI.
Tujuan ini mengarahkan kemana perkaderan itu dibawa dan output dan inputnya itu semua terdapat pada usaha yang harus dilakukan.
Kader HMI haruslah berkualitas dan mempunyai nilai lebih dari mahasiswa lainnya. Kader HMI merupakan Human Material yang di hadapi HMI untuk dibina dan di kembangkan supaya mereka yang memiliki kualitas-kualitas sebaga imahasiswa yang terampil atau ahli dalam bidang keimuannya.
Sebagai kadermereka memiliki kesadaran untuk berlatih dan mengembangkan potensi pribadinya guna menyongsong masa depan umat, peradaban, bangsa,
Negara Indonesia. Sebagai pejuang mereka ikhlas, bersedia berbuat dan berkorban guna mencapai cita-cita umat Islam dalam menopang peradaban dan kemajuan bangsa Indonesia kini dan mendatang. Inilah yang menjadi landasan kaderisasi
Universitas Sumatera Utara 70
pendidikan di lingkungan HMI. Seperti HMI Cabang Medan haruslah membina kader dengan wawasan keilmuan dan wawasan kepemimpinan sesuai fungsi dan perannya.
Berarti kegiatan dan aktifitas HMI merupakan pendidikan kader (kaderisasi) dengan sasaran anggota-anggota HMI dalam hal: (A) Watak dan
Kepribadiaannya yaitu dengan memberikan kesadaran agama, akhlak dan watak yang menjelma menjadi individu yang beriman, berakhlak luhur, memiliki watak ontektik serta memiliki pengabdiaan dalam arti hakiki. (B) Kemamapuan
Keilmuan yang Luas, Yaitu dengan membina anggota sehingga memiliki keilmuaan dan pengetahuan serta kecerdasan dan kebijaksanaan. Seorang kader
HMI dituntut sebagai intelektual yang paripurna yang tidak hanya pakar pada bidang keilmuannya akan tetapi ia akan memperluas cakrawala keilmuannya ditambah dengan kecerdasan dan kebijaksanan karena ia sadar seebagai hamba
Allah yang mempunyai tanggung jawab sosial. (C) Keterampilannya. Pandai dan cerdas menerjemahkan ide juga pikiran dalam praktik. Dengan terbinanya tiga sasaran tersebut maka terbinalah lima insan cita HMI yang beriman berilmu dan beramal.
Dengan demikian terbinanya tiga sasaran tersebut. Maka terbinalah insan cita HMI yang ber-Iman, ber-Ilmu dan ber-Amal. Tujuan HMI telah memberikan gambaran tentang insan cita.
Agus Salim Sitompul, (2006) HMI mempunyai peran dan berpartisipasi aktif, konstruktif bersama-sama pemerintah Indonesia menciptakan kondisi yang kondusif dalam semua aspek kehidupan bangsa. HMI harus bekerjasama dengan pemerintah, dan berani mengambil sikap kooperatif dan kritis terhadap
Universitas Sumatera Utara 71
pemerintah dalam melayani rakyatnya. Kebijaksanaan harus sesuai dengan ajaran
Islam (yang komperhensif, dinamis, progresif dan adil) yang memihak kepada kepentingan rakyat menyerukan dan amal ma’ruf nahi munkar. HMI juga harus berpartisifasi aktif dalam meningkatkan harkat martabat peradaban bangsa
Indonesia dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan sosialpolitis dan dimensi lainnya untuk mencapai amanat pancasila dan UUD 45, yakni masyarakat adil dan makmur.
Maka dari itu semua jelaslah HMI mempunyai peran serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara ini. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan dan mengetahui medan perjuangan. Sebagai pengabdi Negara, kader HMI di gamabarkan sebagai pemimpin yang dibutuhkan oleh umat yaitu dengan menjadi negarawan yang
“problem solver”yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlak, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan, agar terwujudnya bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tegas tertulis dalam Pembukaan
UUD 1945 dalam alinea kedua.
Universitas Sumatera Utara 72
2.3.5 Defenisi Pemuda dan Mahasiswa
Untuk selanjutnya kita melihat pengertian kata muda menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1984) muda yaitu belum sampai setengah umur. Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional,WHO menyebut sebagai young people dengan batas usia 10 - 24 tahun, sedangkan usia
10-19 tahun disebut adolescenea atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Dalam buku pola dasar dan pengembangan generasi muda (1987) disebutkan Jika dilihat dari segi biologis, terdapat istilah-istilah bayi, anak, remaja, pemuda dan dewasa. Bayi 0-1 tahun, anak 1-12 tahun, remaj, 12-15 tahun, pemuda 15-30 tahun, dewasa, 30 tahun keatas. Jika dilihat dari segi budaya atau fungsional maka dikenal istilah-istilah anak, remaja, dan dewasa. Anak 0-12 tahun, remaja 13-18 tahun, dewasa 18-21 tahun keatas
Dimuka pengadilan manusia berumur 18 tahun sudah dianggap dewasa.
Untuk tugas-tugas negara 18 tahun sering diambil sebagai batas dewasa, Tetapi menurut hak seperti hak pilih, ada yang mengambil 18 tahun, ada yang
Universitas Sumatera Utara 73
mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dari segi psikologis dan budaya, maka pematangan pribadi ditentukan pada usia 21 tahun. Jika dilihat dari angkatan kerja ditemukan istilah tenaga muda. Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18-22 tahun. Dilihat dan segi idioiogis, politis, maka generasi muda adalah calon pengganti generasi terdahulu dalam hal ini berumur antara 18-30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada yaitu Siswa, usia 6-18 tahun, masih ada di bangku sekolah, mahasiswa Universitas atau perguruan tinggi, usia antara 18-25, pemuda di luar lingkungan adalah maupun perguruan tinggi, usia antara15-30 tahun.
Berdasarkan UU. No. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 1 yang berbunyi Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. menurut Sarwono (1978) adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar
18-30 (tiga tahun). Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Didalam PP No.30 tentang pendidikan tinggi disebutkan bahwa mahsiswa adalah anggota masyarakat yang berada pada tataran elit karena kelebihan yang dimilikinyanya. Mempunyai ke-khasan fungsi, baik itu peran maupun tanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara 74
Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda, generasi muda, kaum muda baik yang berstatus mahasiswa maupun tidak. adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan progresif. Pemuda dan mahasiswa adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda dan mahasiswa menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu. Berdasarkan UU. NO. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 2, Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi segala hal yang berkaitan dengan kepemudaan.
Dari pendapat di atas diambil suatu pengertian bahwa pemuda dan mahasiwa adalah sekalian orang yang mempunyai usia muda belum setengah umur dan mempunyai kesamaan dalam masa, hidupnya, akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis dan proresif.
2.4 HMI Dalam Pembangunan Wilayah
2.4.1 Posisi Dan Peran Kader HMI Dalam Mengawal Pembangunan Daerah
Telah di jelaskan sebelumnya bahwa fungsi HMI sebagai organisasi
Perkaderan, maka seluruh aktivitasnya harus dapat memberi kesempatan berkembang bagi kualitas-kualitas pribadi anggota-anggotanya. Sifat kekaderan
Universitas Sumatera Utara 75
HMI dipertegas dengan tujuan HMI dalam pasal 5 Anggaran Dasar HMI. Tujuan ini telah memberi tuntutan perkaderan HMI harus terarahkan pada pembentukan lima kualitas Insan Cita yaitu, insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam insan yang bertanggung jawab dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera. Manusia yang di cita-citakan HMI tentunya bukan hanya wacana yang ada dalam konstitusi dan pedoman perkaderan semata, namun terwujud dalam bentuk aksi.
HMI mempunyai peran dan berpartisipasi aktif, konstruktif bersama-sama
Pemerintah Indonesia menciptakan kondisi yang kondusif dalam semua aspek kehidupan bangsa. HMI harus bekerjasama dengan pemerintah, dan berani mengambil sikap kooperatif dan kritis terhadap pemerintah dalam melayani rakyatnya. Kebijaksanaan harus sesuai dengan ajaran Islam (yang komperhensif, dinamis, progresif dan adil) yang memihak kepada kepentingan rakyat menyerukan dan amal ma’ruf nahi munkar. HMI juga harus berpartisifasi aktif dalam meningkatkan harkat martabat peradaban bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan sosialpolitis dan dimensi lainnya untuk mencapai amanat pancasila dan UUD 45, yakni masyarakat adil dan makmur.
Maka dari itu semua jelaslah HMI mempunyai peran serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara ini. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan dan mengetahui medan perjuangan. Sebagai pengabdi Negara, kader HMI di gamabarkan sebagai pemimpin yang dibutuhkan oleh umat yaitu dengan menjadi negarawan yang
“problem solver”yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlak, sehingga mereka mampu melaksanakan
Universitas Sumatera Utara 76
tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan, agar terwujudnya bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tegas tertulis dalam Pembukaan
UUD 1945 dalam alinea kedua.
Menurut HMI, kebijakan pembangunan yang diambil untuk menjalankan mekanisme pembangunan nasional disemua bidang harus tetap bertumpu pada ralitas, tumbuh dan berkembang dalam seluruh lapisan masyarakat. Hal itu tidak saja menyangkut aspirasi dan kemampuan adaptasi berdadasarkan tingkat kekuatan yang dimiliki akan tetapi terlih pada filsafat hidupnya yang justru menjadi sumber sistem dan tata nilai moral untuk mendukung kelangsungan hidup budayanya.
Seorang Kader HMI bekali oleh daya nalar baik secara rasio maupun kalbu memungkin kita memilki penilain terhadap kondisi bangsa sekarang ini.
Sebagai oraganisasi kader, HMI hadir dalam mempersiapkan kader-kadernya dalam melakukan sosial control terhadap dinamika persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyrakat. Memberikan pengawasaan secara optimal terhadap persoalaan bangsa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mission himpunan mahasiswa islam dalam pengbdian kepada masyarakat. Peran serta
HMI dalam mengawal pembangunan daerah sangat di harapkan. HMI di harapkan mampu memberikan kontribusi besar dalam mengawal jalannya roda pemerintah ke arah yang benar. Sehingga, optimalisasi otonomi daerah bisa memenuhi terget dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Konsekuensi atas adanya
Universitas Sumatera Utara 77
prinsip otonomi dan azas desentralisasi yang melahirkan local government atau pemerintah daerah ini menuntut pemerintah daerah untuk mampu mengurusi kepentingan rumah tangganya sendiri dengan pengelolaan kebijakan dan biaya sendiri. Sedangkan hubungan antara pemerintah pusat kepada daerah hanya sebatas melakukan pengawasan. Praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah , pembangunan, dan pelayanan publik ini harus berdasar atas good governance atau tata pemerintahan yang baik.
Disini peran dari publik juga sangat diperlukan dalam melakukan pengawasan atas berjalanya pemerintahan daerah yang berprinsip pada good governance. HMI sebagai organisasi mahasiswa yang didalamnya memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur diharapkan turut andil dalam pengawasan terhadap pemerintah. Dengan dihuni oleh kader-kader intelektual,
HMI diharapka juga dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Posisi HMI sebagai agen of control dan duduk dalam posisi non struktural dalam pemerintah menuntut HMI dapat melakukan pengawasan atas pengambilan kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah yang berhubungan dengan masyarakat. Mempengaruhi wacana dalam pemerintah demi terwujudnya masyarakat adil makmur haruslah berani dilakukan oleh kader-kader
HMI.
2.4.2 Lima Kualitas Insan Cita HMI Dan Pembangunan Manusia
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang juga sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan, bukan hanya berfungsi sebagai organisasi massa tetapi juga merupakan organisasi pengkaderan. Dimana selain merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dengan tujuan yang sama, organisasi pengkaderan
Universitas Sumatera Utara 78
juga memiliki tangung jawab untuk terus mencari kader-kader baru, mendidiknya dalam sebuah pelatihan, serta melakukan pengawasan dan aktivitas untuk mengambangkan potensi kader yang kesemuanya itu diatur dalam sebuah sistem yang diciptakan oleh organisasi pengkaderan itu sendiri. Visi merupakan suatu tujuan atau angan-angan yang dicita-citakan. Visi Intelektual HMI tercantum dalam pasal 4 AD HMI yang berbunyi : “Terbinanya insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang berbafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT” Pembahasan akan tujuan HMI tersebut kemudian termaktub dalam hasil kongres dalam tafsir tujuan dan membahas mengenai lima kualitas insan cita, yang terdiri dari :
1. Kualitas Insan Akademis
Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,
obyektif, dan kritis. Memiliki kemampuan teoritis, mampu
memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku
dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran. Sanggup berdiri
sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya,
baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah
yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan
prinsip-prinsip perkembangan.
Aktualisasi untuk saat ini adalah sebagai insan akademis,
dihadapkan pada kehidupan yang serba praktis dengan berbagai
kepentingan asal menguntungkan seperti ini, terkadang kita mengorbankan
status akademisi kita dan lebih memilih untuk menjadi pelacur intelektual.
Kader HMI tetap harus menjaga independensi akademisnya,
Universitas Sumatera Utara 79
mengesampingkan kepentingan-kepentingan praktis, melakukan inovasi-
inovasi sesuai dengan bidang ilmunya guna mendukung dan
mensukseskan bangsanya dalam pembangunan kualitas sumber Daya
Pemuda. Bukan malah mengabdi kepada kepentingan asing yang bisa
merugikan bangsanya.
2. Kualitas Insan Pencipta :
Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk
baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu
Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari
perbaikan dan pembaharuan. Bersifat independen dan terbuka, tidak
isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya
dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah. Dengan
ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja
kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
Aktualisasinya dalam permasalahan yang ada saat ini khususnya
terhadap pembangunan sumber daya pemuda, kader HMI harus berpikiran
terbuka, melakukan inovasi-inovasi, mampu melihat peluang-peluang
seperti peluang pengembangan ekonomi dan budaya.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau
untuk sesama umat. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya
hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya
menajadi baik. Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang
Universitas Sumatera Utara 80
bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan
ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
Aktualisasinya dalam permasalahan yang ada saat ini khususnya
pembangunan sumber daya pemuda, kader HMI harus memiliki kesadaran
social, sehingga ia tidak hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri,
namun ia juga mampu membangun lingkungan masyarakatnya, sehingga
bisa sejahtera bersama-sama.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan
pengabdi yang bernafaskan Islam
Ajaran islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir
dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal
Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi dan menjiwai karyanya.
Ajaran Islam telah berhasil membentuk unity personality dalam
dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari
split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga
negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah mengintegrasikan
masalah suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam
suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
Aktualisasinya dalam permasalahan yang ada saat ini khususnya
dalam pembangunan sumber daya pemuda kader HMI dituntut untuk tetap
berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam, berhubungan dengan Negara
asing tentu saja didalamnya terdapat transfer-transfer nilai dan kebudayaan
yang kadang bertentangan dengan islam.
Universitas Sumatera Utara 81
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhaai oleh Allah SWT. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang
dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan
adanya keberanian moral. Spontan dalam menghadapi tugas, responsip
dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis. Rasa
tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk
mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Korektif terhadap
setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan
kedudukannya sebagai khallifah fil ard yang harus melaksanakan tugas-
tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan Man of future insan
pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap
terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi
cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara
kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil
perkaderan HMI adalah “man of inovator”. Penyuara Idea of Progress
insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan
jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Dengan
memiliki kualitas insan cita tersebut, diharapkan kader-kader HMI mampu
Universitas Sumatera Utara 82
berperan lebih dalam pembangunan manusia Man of future dan man of
inovator guna tercapainya kesejahteraan masyarakat serta memajukan
bangsanya Indonesia
Lima Kualitas Insan Cita haruslah menjadi pegangan yang teguh bagi kader HMI untuk ikut berperan aktif dalam upaya mewujudkan masyarakat adil makmur. Peran aktif dalam pengawalan kebijakan pemerintah dan peran aktif dalam membantu pemerintah daerah untuk mewujudkan masyarakat adil makmur diemban dengan penuh rasa tanggung jawab dengan tetap berpegang pada visi intelektual HMI. Mengadakan kajian interen, guna pembahasan akan isu lokal daerah masing-masing, lalu kemudian diangkat dalam tataran wilayah
(provinsi/kabupaten/kota), duduk bersama dengan stageholder pemerintahan daerah merupakan salah satu bentuk upaya untuk ikut serta dalam mengawal pemerintahan daerah agar berjalan dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik.
Hasil dari perkaderan HMI yang memiliki visi intelektual yang dijabarkan dalam Lima kualitas insan cita diharapakan menjadikan kader HMI sebagai man of inovator di daerahnya masing-masing. Salah satu peran kader HMI dari sekian banyak cara untuk dapat ikut dalam upaya menciptakan tata pemerintahan yang baik. Ketika muncul suatu permasalahan, masalah tersebut kita ibaratkan adalah sebuah air. Masalah harus diatasi atau ditanggulangi. Masalah dipecahkan dengan jalan membuat saluran khusus dan kemudian meninggikan tanggul bendungan lebih tinggi ketimbang permukaan air yang ada dibendungan agar airnya tidak meluap. Ini artinya, ketika muncul suatu permasalahan yang kompleks didalam masyarakat, kader HMI haruslah tanggap dan mampu bertindak untuk bisa sedikit
Universitas Sumatera Utara 83
memberikan jalan keluar akan permasalahan yang sedang muncul. Fungsi pengawasan bagi mahasiswa yaitu memberikan saran dan opini terkait permasalahn yang muncul di permukaan. Ikut membantu pemerintah daerah dalam menyelesaikan jalan keluar permasalahan. Inilah yang disebut pembuatan jalur khusus, yaitu secara tanggap akan masalah yang muncul, lalu memberikan penangglangan awal kepada masyarakat dan kemudian sembari duduk bersama dengan stageholder pemerintahan daerah mencari jalan keluar atas permaslahan yang muncul, agar tidak meluap seperti air bendungan yang berlebihan. Seperti
Teori Broken Window yaitu “apabila ada suatu permasalahan yang didiamkan, maka akan muncul persoalan-persoalan yang lain”. Sama halnya seperti analogi bendungan. Ketika air meluap dan tanggul tidak ditinggikan, maka akan muncul masalah baru yaitu jebolnya tanggul dan menyebabkan banjir. Sangatlah perlu dipahami dengan baik mengenai visi intelektual HMI yang tertuang dalam pasal 4
AD HMI. Karena kader HMI sebagai kader bangsa, sebagai insan akademis, dan sebagai khalifah fir’ad memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur dan menjalankan tugas-tugas kemanusiaan.
2.5 Pembangunan Manusia
Definisi Pembangunan Manusia menurut UNDP (1995) (United Nation
Development Program) adalah suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Jika mengacu pada pengertian tersebut, maka penduduk menjadi tujuan akhir dari pembangunan, sedangkan upaya pembangunan merupakan sarana (principal means) untuk tujuan tersebut. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta
Universitas Sumatera Utara 84
dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi.
Dari definisi yang diberikan oleh UNDP tersebut mencerminkan bahwa manusia dalam suatu wilayah selayaknya memiliki dan diberikan pilihan-pilihan yang luas dan dibutuhkan dukungan dari pemerintah guna memberikan sarana bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan mengambil keputusan sesuai dengan pilihan yang diambilnya. Paradigma tersebut memunculkan pilihan- pilihan yang lebih luas bagi masyarakat seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial serta kesempatan untuk menjadi lebih kreatif dan produktif sesuai dengan hak-hak manusia yang menjadi bagian dari paradigma tersebut.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan UNDP, (1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Produktivitas. Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan
produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan
pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian
merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.
2. Pemerataan. Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama
untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan
sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh
akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat
dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif
yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Universitas Sumatera Utara 85
3. Kesinambungan. Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus
dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua
sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan. Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan
proses yang akan menentukan bentuk arah kehidupan mereka, serta untuk
berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.
Arief Budiman (2000) Pembangunan manusia pada hakikatnya adalah memperluas pilihan bagi masyarakat dengan tujuan akhir mencapai kesejahteraan tiap-tiap anggota masyarakat sehingga pembanguan manusia dalam hal ini juga mencakup berbagai aspek lainnya yaitu selain aspek ekonomi terdapat pula aspek sosial, politik, budaya serta aspek lainnya untuk menjadikan manusia lebih produktif dalam berkegiatan. Dengan demikian paradigma pembangunan manusia mencakup dua sisi yaitu berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik.
UNDP, (1995) Aspek pembangunan manusia ini dapat dilihat dari Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia ini merupakan salah satu alternatif pengukuran pembangunan selain menggunakan Gross
Domestic Bruto. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.
Universitas Sumatera Utara 86
Tingkat pendidikan dan kesehatan individu penduduk merupakan faktor dominan yang perlu mendapat prioritas utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk yang tinggi menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting dalam upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk itu sendiri yang semuanya bermuara pada aktivitas perekonomian yang maju.
2.5.1 Indeks Pembangunan Manusia
Menurut UNDP (1995) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Indeks ini dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan
Mahbub ul Haq (1990) seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari
Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics.
Sejak itu dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya.
Indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yangs elama ini digunakan dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.
Universitas Sumatera Utara 87
Indeks pembangunan manusia merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angaka harapan hidup ketika lahir dan angka kematian bayi (infant mortality rate); pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Nilai indeks ini berkisar anatara 0-100.
2.5.2 Komponen-komponen IPM
2.5.2.1 Indeks Harapan hidup
Menurut UNDP (1995) Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel).
Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandartkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.
Universitas Sumatera Utara 88
2.5.2.2 Indeks Pendidikan
Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.
2.5.2.3 Indeks Hidup Layak
Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai
PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia,
BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity).
Universitas Sumatera Utara 89
2.6 Pemerintah dan Pembangunan Kepemudaan
2.6.1 Tujuan Inti Pembangunan Kepemudaan
Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda
Kemepora merumuskan tujuan inti pembangunan kepemudaan sebagai berikut:
1. Pemuda yang beriman dan bertakwa; (Karakter)
2. Berakhlak mulia; (Karakter)
3. Demokratis; (Karakter)
4. Bertanggungjawab; (Karakter)
5. Sehat, cerdas, kreatif, inovatif, dan mandiri; (Kapasitas)
6. Berjiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan.
(Karakter & Kapasitas)
7. Berdaya saing; (Daya Saing)
ARSITEKTUR PEMBANGUNAN NASIONAL KEPEMUDAAN
PEMUDA MAJU
SASARAN PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN INDIVIDU KELOMPOK LEMBAGA
PELAKSANA KEBIJAKAN KEPEMUDAAN PEMERINTAH PEMERINTAH MASYARAKAT
DAERAH N
PELAYANAN N PELAYANAN
PELAYANAN
PENYADARAN
PEMBERDAYAA PENGEMBANGA KEBIJAKAN KEPEMUDAAN (PEMERINTAH/KEMENTERIAN) SEBAGAI REGULATOR DAN FASILITATOR (NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA)
POTENSI KEPEMUDAAN MASALAH KEPEMUDAAN
Drs. H. Sakhyan Asmara, M.SP –Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda 5
Gambar 2.1 Arsitektur Pembangunan Kepemudaan
Universitas Sumatera Utara 90
2.6.2 Potensi dan Masalah Pemuda
2.6.2.1 Potensi Pemuda
Berdasrkan sumber proyeksi data single years BPS Tahun (2009)
1. Banyaknya jumlah pemuda usia 16 sampai 30 tahun ± 62 juta jiwa atau 27
% dari jumlah penduduk Indonesia.
2. Asumsi jumlah unit Organisasi Kepemudaan (OK) terus meningkat (±
277.298 OK dari tingkat nasional sampai kelurahan-desa);
3. Peran pemuda dapat diandalkan sebagai agen perubahan, kontrol sosial,
dan kekuatan moral;
4. Kapasitas dan kualitas pemuda dapat dikembangkan sebagai penentu masa
depan bangsa;
5. Terdapat peluang pemuda sebagai kekuatan sosial ekonomi bangsa;
6. Pemuda adalah pengemban misi dalam meningkatkan harkat dan martabat
bangsa.
7. Aspek demografi: pemuda adalah komponen terbesar dalam struktur
penduduk Indonesia.
8. Aspek fisiologis: pemuda adalah usia di mana seseorang mengalami
puncak kesehatan dan kebugaran, yang tentu dapat menjadi modal untuk
mendongkrak produktivitas kerja.
9. Aspek psikologis: pemuda memiliki mentalitas sebagai seorang pemberani
yang mendobrak kejumudan zaman, pembaharu, inovator, dan pelopor.
10. Aspek sosiologis: pemuda memiliki interaksi sosial yang luas dalam
pergaulannya dengan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara 91
11. Aspek politis: pemuda relatif bisa diterima oleh semua pihak, karena
belum menanggung beban dan kesalahan politik masa lalu.
2.6.2.2 Masalah Pemuda
Dalam UU No. 7 (RPJPN) ada bebarapa hal yang menjadi hambatan pembangunan pemuda (Kemenpora, 2010), yakni.
1. Masih relatif rendahnya tingkat partisipasi sekolah pemuda;
2. Masih relatif rendahnya tingkat pendidikan pemuda;
3. Masih relatif tingginya tingkat pengangguran pemuda;
4. Masih relatif rentan terhadap perilaku menyimpang di kalangan pemuda
(narkoba, sex bebas, pornoaksi, pornografi,);
5. Adanya kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di
desa;
6. Adanya kecenderungan merebaknya sikap pragmatisme dan hedonisme di
sebagian kalangan pemuda;
7. Adanya kecenderungan munculnya perilaku kekerasan di sebagian
kalangan pemuda;
8. Adanya kecenderungan sikap acuh tak acuh terhadap masalah moral dan
akhlaq mulia di sebagian kalangan pemuda;
9. Adanya kecenderungan meredupnya nasionalisme di sebagian kalangan
pemuda;
10. Masih terbatasnya prasarana dan sarana pembangunan kepemudaan;
11. Belum maksimalnya koordinasi 21 Kementerian dan Lembaga yang
mempunyai program kepemudaan.
Universitas Sumatera Utara 92
2.6.2.3 Kondisi Pemuda
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari United Nations Population Division,
menyatakan bahwa jusmlah pemuda di Dunia mencapai 1,809.6 juta jiwa
dari sekitar 7,2 M pemuda Indonesia.
2. Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik, (2013) ini jumlah pemuda
mencapai 62,6 juta orang. Itu artinya, rata-rata jumlah pemuda 25 persen
dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan sekitar 250 Juta
penduduk Indonesia.
3. Secara umum persebaran jumlah pemuda di Pulau Jawa menempati posisi
pertama dengan persentase 57,94 persen. Kemudian, Pulau Sumatera dan
sekitarnya memiliki persentase 21,71 persen, Pulau Sulawesi dan
sekitarnya (8,13 persen), Pulau Kalimantan (5,78 persen), Pulau Bali dan
Nusa Tenggara (5,2 persen) dan Papua (1,2 persen).
Tabel 2.6 PROFIL TINGKAT PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN INDONESIA PERIODE TAHUN 2009 - 2013
r 2009- No. INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013 Status r Keterangan 2013 1 Proporsi pemuda (%) 25.04 26.23 25.69 25.50 24.79 2 Jumlah pemuda (juta jiwa) 57.81 62.34 61.95 62.53 61.75 PENDIDIKAN 3 Angka Partisipasi Sekolah 17.07 17.10 17.48 17.80 21.16 1.49 Lambat 4 Rata-rata lama sekolah 9.41 9.56 9.47 9.67 9.84 1.04 Sangat lambat 5 Angka melek huruf (%) 99.10 98.32 98.56 98.90 99.08 -1.17 Sangat lambat 6 Proporsi pendidikan SMA (%) 30.93 33.99 31.33 33.10 35.33 1.59 Menengah 7 Proporsi pendidikan tinggi (%) 6.18 6.20 6.46 6.86 6.89 0.93 Sangat lambat KETENAGAKERJAAN 8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 62.69 64.40 63.44 62.90 61.16 -1.42 Sangat lambat 9 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 10.07 19.59 8.37 8.32 14.69 0.00 10 Proporsi yang bekerja (%) 52.61 51.78 55.07 54.50 52.18 -0.98 Sangat lambat 11 Tingkat Wirausaha Pemuda 26.44 26.44 22.78 19.30 18.30 -1.82 Sangat lambat KESEHATAN 12 Tingkat Kesehatan 87.30 88.84 90.48 89.70 91.70 2.51 Cepat
Sumber: Badan Pusat Statistik r = shortfall indeks
Universitas Sumatera Utara 93
Bappenas, (2014) Kualitas dan kapasitas pemuda masih rendah, ditunjukkan dengan angka partisipasi sekolah usia 16-18 tahun (61,06 persen), usia 19-24 tahun (15,84 persen), dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagian besar lulusan SMP (32,03 persen) dan SMA (39,96 persen) (BPS, 2012).;
Keterampilan dan kecakapan hidup, serta kemandirian pemuda belum optimal, ditunjukkan dengan tingkat pengangguran pemuda sebesar 8,32 persen, dan pemuda berwirausaha sendiri (10,90 persen) dan berwirausaha dibantu buruh
(8,41 persen) (Statistik Kepemudaan, 2012); Permasalahan sosial di kalangan pemuda seperti penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, kekerasan dan tawuran pelajar; Kepeloporan dan kepemimpinan pemuda masih terbatas, ditunjukkan dengan terbatasnya pemuda yang menjadi anggota parlemen serta kepemimpinan dan kepeloporan pemuda di berbagai bidang.
2.6.2.4 Penyadaran Pemuda
Menurut Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan
Pemuda Kemepora
1. Aspek Psikologi: pemuda merupakan usia pencarian jati diri yang
memiliki tingkat kerawanan sosial cukup tinggi.
2. Usia pemuda sedang mengalami proses pembelajaran (learning process)
atau proses sosialisasi.
3. Sosialisasi memiliki arti penting dalam pembentukan karakter dan jati diri
pemuda. Karena sosialisasi merupakan proses transmisi kebudayaan, nilai
dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui proses
Universitas Sumatera Utara 94
sosialisasi, pemuda akan belajar mengetahui dan memahami tingkah
pekerti-tingkah pekerti apakah yang harus dilakukan, dan yang harus
ditinggalkan. Pendekatan Sosialisasi:
a. Sosialisasi Otoriter: sosialisasi nilai dan norma yang mengandung
aturan-aturan keharusan yang biasanya dilaksanakan dengan paksaan
(biasanya oleh pihak yang lebih senior, seperti orangtua, guru)
b. Sosialisasi Ekualitas: sosialisasi atas dasar asas kesamaan dan kooperasi
antara yang mensosialisasi dan yang disosialisasi (dilakukan oleh teman
sepermainan)
2.6.2.5 Pemberdayaan Pemuda
Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda
Kemepora
1. Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran
aktif pemuda
2. Pemberdayaan pemuda dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan
berkelanjutan untuk meningkatkan potensi dan kualitas jasmani, mental
spiritual, pengetahuan, serta keterampilan diri dan organisasi menuju
kemandirian pemuda.
3. Pemberdayaan pemuda ini difasilitasi oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan organisasi kepemudaan
Universitas Sumatera Utara 95
2.6.2.6 Strategi Pemberdayaan Pemuda
Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda
Kemepora
1. Menciptakan Iklim atau Suasana yang memungkinkan potensi pemuda
berkembang. Mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki serta upaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat Potensi yang dimiliki pemuda; Menyediakan input dan
membuka peluang (akses)
3. Melindungi agar potensi pemuda dapat berkembang, Mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang serta kemungkinan terjadinya eksploitasi
yang kuat atas yang lemah
4. Dukungan Program Pembangunan yang memberdayakan, Program
pembangunan diarahkan untuk dapat memberdayakan pemuda.
2.6.2.7 Pengembangan Pemuda
Amar Ahmad, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang Pengembangan
Pemuda Kemepora
1. Pengembangan pemuda dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan
berkelanjutan untuk meningkatkan potensi kepemimpinan, kepeloporan,
dan kewirausahaan pemuda.
2. Pengembangan pemuda difasilitasi oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan organisasi kepemudaan
Universitas Sumatera Utara 96
Tabel 2.7 Program Pengembangan Kepemudaan
Pengembangan Dilaksanakan Melalui
Pengembangan Kegiatan
Kepemimpinan mengembangkan
potensi
keteladanan,
keberpengaruhan,
serta
penggerakan
pemuda
Pengembangan Kegiatan mengembangkan potensi
Kewirausahaan keterampilam dan kemandirian berusaha.
Pengembangan Kepeloporan Kegiatan mengembangkan potensi dalam
merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab
tantangan, dan memberikan jalan keluar atas
berbagai masalah.
2.6.2.8 Upaya Mewujudkan Pemuda Berdaya Saing
Amar Ahmad, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang Pengembangan
Pemuda Kemepora
1. Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan
potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda.
Universitas Sumatera Utara 97
2. Pengembangan kewirausahaan pemuda adalah Kegiatan mengembangkan
potensi keterampilan dan kemandirian berusaha.
3. Pengembangan kepeloporan pemuda adalah Kegiatan mengembangkan
potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan,
dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.
2.6.2.9 Kepemimpinan Pemuda
Jenis Kepemimpinan Berdasarkan Asal-Usul Legitimasi (Max Weber):
1. Kepemimpinan Tradisional, legitimasi kepemimpinan yang diperoleh
berdasarkan kepercayaan agama dan tradisi
2. Kepemimpinan Kharismatik, legitimasi kepemimpinan yang diperoleh
karena kharisma yang dimiliki
3. Kepemimpinan Legal-Rasional, legitimasi kepemimpinan yang diperoleh
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah disepakati
bersama
4. Kaderisasi kepemimpinan pemuda masih didasarkan pada patronase,
ditandai dengan mayoritas pemuda di Parlemen berasal dari keluarga
pejabat, politisi, pengusaha, artis.
5. Kaderisasi kepemimpinan yang berorientasi patronase akan menyuburkan
praktik korupsi dan nepotisme.
Universitas Sumatera Utara 98
6. Kaderisasi kepemimpinan pemuda secara alamiah dibutuhkan iklim
pendidikan yang mendukung: demokratisasi, produktivitas, berwawasan
ke depan, jiwa kepemimpinan dan keteladanan, serta kecakapan hidup.
2.6.2.10 Kewirausahaan Pemuda
Berdasarkan data BPS RI-Sakernas Agustus 2011 terlihat pada gambar sebaran lapangan pekerjaan dan status pekerjaan pemuda sebagai berikut:
2.6.2.10.1 Lapangan Usaha Pemuda
Gambar 2.2 Usaha Pemuda
2.6.2.10.2 Status Pekerjaan Pemuda
Gambar 2.3 Pekerjaan Pemuda
Universitas Sumatera Utara 99
a. Sebagian besar pemuda bekerja sebagai buruh/karyawan (46,83%)
b. Pemuda yang berwirausaha masih rendah, yaitu sebesar 22,84% dengan
rincian: berusaha sendiri (12,68%), dan berusaha dibantu buruh (10,16%).
c. Sebagian besar pemuda bekerja di bidang Pertanian (29,18%) dan
Perdagangan (22,32%).
d. Perlu didorong pemuda bekerja di sektor industri, jasa dan keuangan
(sektor usaha masa depan)
2.6.2.10.3 Pengembangan Kewirausahaan Pemuda
Hamka Hendra Noer, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang
Pengembangan Pemuda Kemepora
Gambar 2.4 Pertumbuhan dan Investasi
Universitas Sumatera Utara 100
Tahap Pertumbuhan Usaha dan Intervensi yang Dibutuhkan:
a. Pre start-up stage: wirausahawan mengalami kesulitan dalam hal
perencanaan bisnis (perencanaan teknis, penentuan target pasar, strategi
pemasaran) dan mental untuk berwirausaha.
b. The start-up stage: wirausahawan menghadapi kesulitan cash flow. Di
mana modal awal sudah terkuras untuk persiapan membuka usaha, belanja
barang dagangan, peralatan, sewa lokasi, gaji pegawai, Sementara omset
masih rendah.
c. Early-growth stage: wirausahawan mengalami krisis permodalan untuk
melakukan ekspansi bisnis.
d. Later-growth stage: wirausahawan menghadapi masalah sistem
manajemen, regenerasi kepemimpinan, perluasan pasar, inovasi bisnis dan
industrialisasi.
2.6.2.10.4 Identifikasi Kegiatan Kewirausahaan
Hamka Hendra Noer, (Tanpa Tahun) Asisten Deputi Bidang
Pengembangan Pemuda Kemepora
Gambar 2.5 Proses Pertumbuhan
a. Intervensi kegiatan menumpuk pada Tahap Pre Start-Up dan The Start-
Up, sedangkan Tahapan lainnya belum ada yang melakukan intervensi.
Universitas Sumatera Utara 101
b. Perlu ada sinergi antara K/L agar tidak terjadi tumpang tindih
(overlapping) dalam melakukan kegiatan pengembangan kewirausahaan
pemuda.
c. Perlu mendorong K/L dan instansi terkait (Kemen Perindustrian, Kemen
Perdagangan, Perbankan, Kawasan Industri dan Perdagangan, Pusat
Perbelanjaan) untuk berpartisipasi dalam pengembangan kewirausahaan
pemuda
2.6.2.11 Kepeloporan Pemuda
Sakhyan Asmara, (tanpa tahun) Deputi Bidang Pengembangan Pemuda
Kemepora bahwa Evolusi Masyarakat dan Kebutuhan Kompetensi
Tabel 2.8 Ciri Masyrakat dan Kehidupannya
Masyarakat Mekanik Masyarakat Organik
Ciri Kehidupan Kompetensi Ciri Kehidupan Kompetensi
a. Pembagian kerja 1. Fisik a. Pembagian kerja 1. Fisik
rendah 2. Mental tinggi 2. Mental
b. Solidaritas kuat b. Solidaritas lemah 3. Intelektual
c. Hukum represif c. Hukum restitutif 4. Jaringan
dominan dominan
d. Individualitas d. Individualitas
rendah tinggi
e. Ketergantungan e. Ketergantungan
rendah tinggi
f. Bersifat primitif- f. Bersifat industrial-
pedesaan perkotaan
Universitas Sumatera Utara 102
2.6.2.11.1 Kepeloporan dan Perubahan Zaman
Kompetensi yang diperlukan pemuda untuk menjadi pemuda pelopor selalu berubah sesuai perkembangan zaman:
a. Era 1928: kepeloporan pemuda dihadapkan pada tantangan membangun
entitas negara-bangsa Indonesia
b. Era Millenium (2000): kepeloporan pemuda dihadapkan pada tantangan
globalisasi dan modernisasi.
c. Kepeloporan adalah sikap berdiri di muka, merintis, membuka jalan, dan
memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dan dipikirkan
oleh yang lain.
2.6.2.11.2 Strategi Pengembangan Kepeloporan Pemuda
a. Pemuda perlu memiliki: concept, competence, connection, dan
confidence untuk menjadi pemuda pelopor di era globalisasi dan
modernisasi (Moss Kanter, 1994).
b. Peningkatan peran Organisasi Kepemudaan dan organisasi sosial
lainnya sebagai wadah pengembangan kepeloporan pemuda (Ginanjar
Kartasasmita, 1997).
c. Menumbuhkan inovasi dan kreativitas pemuda (M. Budi Setiawan,
M.Eng, 2009)
Universitas Sumatera Utara 103
2.7 Kualitas Sumber Daya Manusia
2.7.1 Pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia
Beberapa ahli memberikan pengertian kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan daya yang bersumber dari manusia. Daya yang bersumber dari manusia dapat juga disebut tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sesuatu yang harus utuh dan berkualitas, dapat dilihat dari aspek yang relative mudah untuk dibangun sampai ke aspek yang relative rumit.
Sesuai dengan masalah yang kan dibahas, peneliti mengajukan teori kualitas sumber daya manusia yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2001) dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, mengemukakan bahwa Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi, dan harapan.
Pengertian Sumber Daya Manusia dikemukakan pula oleh Sedarmayanti
(2001) dalam buku Sumber Daya manusia dan produktivitas Kerja bahwa sumber
Daya Manusia adalah tenaga kerja atau pegawai di dalam suatu organisasi yang mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan.
Pengertian lain dikemukakan oleh Nawawi (1997) dalam buku
Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Kompetitif”, adalah sebagai berikut, Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di suatu organisasi
(disebut juga personal tenaga kerja, atau karyawan).
Salim (1996) dalam bukunya Aspek Sikap Mental dalam Manajemen sumber Daya Manusia mengemukakan pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia sebagai berikut, Kualitas Sumber Daya Manusia adalah nilai dari perilaku
Universitas Sumatera Utara 104
seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2009) menjelaskan bahwa kualitas sumber daya manusia adalah menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik (kualitas fisik) dan aspek non fisik (kualitas non fasik) yang menyangkaut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan.
Sedangkan Menurut Ndraha (1997) mengatakan bahwa pengertian kualitas sumber daya manusia, yaitu: Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif, tetapi juga nilai kompetitif – generatif – inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti intelligence, creativity, dan imagination, tidak lagi semata-mata menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan, air, energi otot, dan sebagainya.
Sebagai bahan perbandingan, penulis juga mengemukakan pengertian kualitas sumber daya manusia menurut Matindas (1997) mengemukakan bahwa
Kualitas Sumber Daya manusia adalah sumber daya manusia yang bukan hanya memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan pekerjaannya, melainkan juga untuk mengembangkan dirinya serta mendorong pengembangan diri rekan-rekannya.
Pengertian Kualitas Sumber Daya Manusia menurut Danim (1996) dalam bukunya Transformasi Sumber Daya Manusia, sebagai berikut, Kualitas Sumber
Daya Manusia adalah sumber daya yang memenuhi kriteria kualitas fisik dan
Universitas Sumatera Utara 105
kesehatan, kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan), dan kualitas mental spiritual (kejuangan).
2.7.2 Pengertian Sumber Daya Manusia
Pengertian sumber daya manusia dan penerapannya sering kali masih belum sejalan dengan keinginan organisasi. Sementara keselarasan dalam mengelola SDM menjadi faktor utama kesuksesan jalannya sebuah organisasi.
Sonny Sumarsono (2003) Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat.
Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Definisi ini, yang dikemukakan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang- orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara 106
Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama mengelola sumber daya manusia bukan material atau finansial. Di lain pihak manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.
M.T.E. Hariandja (2002) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Mathis dan Jackson (2006)
SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and
Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi.
Hasibuan (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya
Universitas Sumatera Utara 107
dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. SDM atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan.
Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa.
Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya
Intelegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality (EQ).
2.7.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia (human resource development) secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Proses peningkatan disini mencakup perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Bila bicara secara mikro maka sumber daya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja, pegawai, atau karyawan (employee) dimana terdapat proses perencanaan pendidikan, pelatihan, pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai hasil yang optimal yang dapat berupa jasa maupun benda atau uang. Istilah pengembangan sering disamakan dengan pelatihan.
Pengembangan (development) menunjuk kepada kesempatan-kesempatan belajar (learning opportunities) yang di desain guna membantu pengembangan para pegawai. Kesempatan yang demikian tidak terbatas pada upaya perbaikan
Universitas Sumatera Utara 108
performance pegawai pada pekerjaannya yang sekarang. Pengembangan mempunyai skope yang lebih luas dibandingkan dengan pelatihan.
Bentuk organisasi tradisional yang hirarkis akan digantikan dengan bentuk jaringan (network) yang lebih memberdayakan kerjasama kelompok. Melalui organisasi yang demikian setiap individu akan memiliki informasi dengan mudah.
Pengembangan karir akan didasarkan kepada berbagai bentuk tugas-tugas ketimbang urutan posisi jabatan bagaikan urutan tangga-tangga ke arah yang lebih tinggi. Dalam jangka pendek, dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi segera tenaga ahli tehnik, kepemimpinan, tenaga administrasi. Pengertian di atas meletakan manusia sebagai pelaku dan penerima pembangunan. Tindakan yang perlu dilakukan dalam jangka pendek adalah memberikan pendidikan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil. Wexley dan Yukl (1976) mengemukakan : training and development are terms reffering to planned efforts designed facilitate the acquisiton of relevan skills, knowledge, and attitudes by organizational members
2.7.4 Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Secara pragmatis program pelatihan dan pengembangan memiliki dampak positif baik bagi individu maupun organisasi. Smith (1997) menguraikan profil kapabilitas individu berkaitan dengan keterampilanl yang diperoleh dari pelatihan dan pengembangan. Seiring dengan pengusaan keahlian atau keterampilan penghasilan yang diterima individu akan meningkat. Pada akhirnya hasil pelatihan dan pengembangan akan membuka peluang bagi pengembangan karier individu.
Universitas Sumatera Utara 109
Dalam konteks tersebut peningkatan karier atau promosi ditentukan oleh pemilikan kualifikasi keterampilan.
Sementara dalam situasi sulit dimana organisasi cenderung mengurangi jumlah karyawannya, pelatihan dan pengembangan memberi penguatan bagi individu dengan memberi jaminan job security berdasarkan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan organisasi. Disaat kompetisi antar organisasi berlangsung sangat ketat, persoalan produktivitas menjadi salah satu penentu keberlangsungan organisasi disamping persoalan kualitas dan kemampuan SDM.
Program pelatihan dan pengembangan SDM dapat memberi jaminan pencapaian ketiga persoalan tersebut pada peringkat organisasional.
2.7.5 Urgensitas Pengembangan Sumber Daya Manusia
Menurut Notoatmodjo Soekidjo (2003) dalam bukunya Manajemen Sumber
Daya Manusia, bahwa pengembangan Sumber Daya Manusia mencakup beberapa kebutuhan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan dasar bagi manusia yang masih bersifat
fisik atau kebendaan (sandang, pangan, papan)
2. Kebutuhan jaminan keamanan, Secara naluri manusia membutuhkan rasa
aman untuk bebas dari segala bentuk ancaman baik secara fisik maupun
psikologis dan social.
3. Kebutuhan yang bersifat social, Hidup berkelompok merupakan kebutuhan
manusia sebagai makhluk social. Untuk itu seseorang tidak hanya menjadi
anggota satu kelompok saja tetapi oleh beberapa organisasi atau kelompok
social.
Universitas Sumatera Utara 110
4. Kebutuhan yang bersifat pengakuan atau penghargaan, Manusia pada
dasarnya ingin dihargai dan memperoleh pengakuan dari orang lain atau
kelompoknya sehingga ia merasa memiliki harga diri.
5. Kebutuhan akan kesempatan mengembangkan diri, Realisasi dalam
pengembangan diri manusia sangat penting. Misalnya melalui pendidikan
yang lebih tinggi, pelatihan peningkatan kemampuan dan sebagainya.
2.7.6 Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sumber Daya Manusia
2.7.6.1 Faktor Internal
Notoatmodjo Soekidjo (2003) Faktor internal mencakup keseluruhan kehidupan organisasi yang dapat dikendalikan baik oleh pimpinan maupun oleh anggota organisasi yang bersangkutan.
1. Misi dan tujuan organisasi. Untuk mencapainya perlu perencanaan yang
baik serta implementasi perencanaan tersebut harus secara tepat sehingga
diperlukan kemampuan tenaga dan hanya dicapai dengan pengembangan
SDM.
2. Strategi pencapaian tujuan. Kemampuan karyawan dalam memperkirakan
dan mengantisipasi keadaan diluar yang mempunyai pengaruh terhadap
organisasinya sehingga dapat memperhitungkan dampak yang akan terjadi.
3. Sifat dan jenis kegiatan. Pelaksanaan kegiatan yang dibuat oleh organisasi
akan mempengaruhi pola pengembangan sumber daya manusianya.
Contoh kegiatan teknis akan berbeda dengan kegiatan ilmiah.
4. Jenis teknologi yang digunakan.Sarana dan prasarana pendukung SDM
dalam bekerja di oraganisasi menjadi perhatian pula.
Universitas Sumatera Utara 111
2.7.6.2 Faktor Eksternal
1. Kebijaksanaan pemerintah. Baik melalui perundang-undangan, peraturan-
peraturan pemerintah, surat keputusan menteri dan pejabat pemerintah,
kesemuanya merupakan arahan yang harus diperhitungkan pemerintah.
2. Sosio-budaya masyarakat. Hal tersebut tidak dapat diabaikan karena
organisasi didirikan untuk kepentingan masyarakat.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Organisasi harus
mengikuti perkembangan jaman yang sekarang semakin pesat dengan
tindakan karyawan memilih teknologi yang tepat untuk organisasinya.
2.8 Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah sebagai berikut :
1. Penelitan yang berjudul peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
upaya pencapaian visi badan kepegawaian daerah kota Surakarta yang di
teliti oleh Riska Aprillia Prawitasari (2009) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan anatara peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan pencapaian visi bdana kepegawaian daerah di Surakarta.
2. Penelitian yang berjudul Peran Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi
Kepulauan Riau Dalam Meningkatkan Kapasitas Pemuda Perbatasan, yang
di teliti oleh Rubaitul Halifah (2014) menunjukkan Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peran Dinas Pemuda dan Olah Raga dalam
meningkatkan Kapasitas pemuda perbatasan adalah sangat penting,
hal ini sesuai dengan Perda Kepri No. 5 Tahun 2007 tentang
Universitas Sumatera Utara 112
Kewenangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, senada dengan
UU No. 40 tentang Kepemudaan. Dalam bentuk kinerja realitasnya,
peran Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Kepulauan Riau dapat
dibuktikan dengan berbagai macam kegiatan, misal nya bidang
terwujudnya nya pemuda kader pemimpin bangsa, Wirausahawan,
menciptakan peran pemuda yang memiliki wawasan kebangsaan, dan
Mewujudkan Pemuda generasi bebas narkoba.
3. Penelitian yang berjudul Analisis Pembangunan Pemuda Indonesia (Studi
Indikator Pembangunan Pemuda Indonesia) dengan kata kunci
Pembangunan Pemuda, Pemuda, Youth Development Index, Permasalahan
pemuda, karakter pemuda, indikator pembangunan. Diteliti oleh saudara
Juni Supri Yanto program studikajian ketahanan nasional konsentrasi
kajian stratejik pengembangan kepemimpinan pada tahun 2009
menunjukkan hasil bahwa Pemuda adalah harapan bangsa. Melalui
pembangunan pemuda diharapkan pemuda dapat dipersiapkan agar kelak
mampu menjadi penerus. Tesis ini membahas mengenai pembangunan
pemuda, aspek-aspek apa saja yang menjadi perhatian dan prioritas dalam
pembangunan pemuda Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan sifat eksploratif. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009. Hasilnya menyebutkan ada dua
kelompok besar permasalahan pemuda. Pertama kelompok permasalahan
yang sistemik dimana pemuda tidak dapat me nghindarinya, penyebabnya
adalah faktor eksternal. Kedua, kelompok permasalahan karakter pemuda,
penyebabnya adalah faktor internal diri pemuda. Selain itu, penelitian ini
Universitas Sumatera Utara 113
menghasilkan juga domain-area dan indikator untuk pengukuran
pembangunan pemuda Indonesia.
2.9 Kerangka Konsep
1. Himpunan Mahsiswa Islam sebagai organisasi perkaderan yang memiliki
jenjang, strutur dan tingkatan yang bersifat formal, informal dan non
formal. dalam training dan pelatihan seperti Basic Training (LK I),
Intermedite Training (LK II) dan Advance Training (LK III). Sedangkan
training pelatihan non formal Senior Course (SC) Training of Trainer
(TOT) dan training pelatihan informal seperti Up Grading, Folow Up dan
sebagainya.
2. Sebagai kader, Pemuda HMI memiliki kualifikasi kemampuan yang
disebut dengan 5 kualitas insan cita.
Universitas Sumatera Utara 114 18
x Variabe y
Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI)
Pembangunan Ideologi Kader Ideologi Kader Himpunan Kepemimpinan Kepemudaan HMI Mahasiswa Islam (HMI) Di Kota Medan
Penerapan Ideologi Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI)Terhadap
Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara 83 115 18
2.10 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara sehingga perlu pembuktian Widodo, (2014). Karena ia merupakan dugaan sementara maka hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan dan sikron dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.
Berdasarkan defenisi diatas maka peneliti menentukan hipotesis dalam penelitian ini adalah
1. Terdapat hubungan signifikan yang positif antara Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan.
2. Terdapat hubungan signifikan yang positif antara Ideologi Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan.
3. Terdapat hubungan signifikan yang positif antara Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi
Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara 116
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan Ibu Kota Sumatera Utara.
Pertimbangan penelitian dilaksanakan di Kota Medan disebabakan bahwa awal berdirinya HMI di Sumatera Utara adalah di Kota Medan, Melihat potensi perkembangan perguruan tinggi begitu pesat sebagai objek dan subjek HMI dalam perekrutan kader, Kemudian berkembang kedaerah-daerah dan sekarang ada 8
Cabang penuh dan 1 Cabang Persiapan, diataranya HMI Cabang Medan, HMI
Cabang Binjai, HMI Cabang Langkat, HMI Cabang Asahan, HMI Cabang
Labuhan Batu Raya, HMI Cabang Siantar, HMI Cabang Sidempoan, HMI Cabang
Madina dan HMI Cabang Persiapan Tapanuli tengah Tapanuli utara.
Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi yang tumbuh dan
berkembang pada era perjuangan kemerdekaan, artinya organisasi ini telah
banyak mencatat sejarah sebagai wujud pembangunan manusia dan masih
tetap eksis sampai sekarang, memiliki alumnus-alumnus yang telah
mengabdikan diri bagi Bangsa dan Negara.
2. Himpunan Mahsiswa Islam (HMI) telah lama hadir, Tumbuh berkembang
dan besar di Kota Medan dan di Kota – Kota Besar dan kecil di penjuru
Nusantara Republik Indonesia.
116
Universitas Sumatera Utara 117
3. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merekrut para Pemuda yang berstatus
Mahasiswa yang terdapat diperguruan negeri dan swasta, Baik yang masih
berkembang maupun telah maju dan besar.
4. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan Bertempat di Jl. Adi
nugoro 15 di Kota Medan sebagai sekretariat berhimpun.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016 sampai dengan bulan
Agustus 2016 setelah dinyatakan lulus pada seminar proposal tesis yang dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2016.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu mengungkap hubungan antar variabel dan dinyatakan dalam angka serta menjelaskannya dengan membandingkan dengan teori-teori yang telah ada dan menggunakan teknik analisi data yang sesuai dengan variabel dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini yaitu Ideologi kader HMI sebagai variabel bebas independen (x) dan pembangunan kepemimpinan kepemudaan di Kota Medan sebagai variabel terikat dependen (y),
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey (Singarimbun 2011) menyatakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menyebar kuesioner sabagai alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pelaksaan menurut
(Singaribun 2011) adalah, Merumuskan masalah penelitian dan menentukan
Universitas Sumatera Utara 118
tujuan survei; Menetukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan;
Pengambilan sampel; Pembuatan kuesioner; Pekerjaan lapangan; Pengolahan data; Analisa dan pelaporan.
Peneliti mengumpulkan data dan fakta berdasarkan pengamatan situasi yang wajar (alamiah) sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau dimanipulasi
(Kaelan. 2005). Dalam metode survei instrumen penelitian menggunakan pertanyaan-pertanyaan terstruktur, terukur dan sistematis yang sama kepada kelompok tertentu sesuai dengan sasaran penelitian yang kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis. Langkah dari metode survei terdiri dari pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan analisa data kemudian membuat kesimpulan dan terkhir menyusun hasil penelitian yang dalam bentuk tesis. Penelitian ini akan menggambarkan Ideologi pemuda
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam pembangunan kepemudaan di Kota
Medan.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi dari suatu objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiono, 2007).
Populasi dalam penelitian ini meliputi anggota biasa HMI Cabang Medan sebanyak 4200 ini diambil melalui manupulasi data dengan metode yang diterapkan oleh konstitusi HMI dalam peranikan jumlah utusan dalam Konferensi tingkat cabang HMI. Rumusnya sebagai berikut. Banyaknya utusan Komisariat
Universitas Sumatera Utara 119
dalam Konferensi Cabang ditentukan dari jumlah Anggota Biasa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Sn = a.px-1 di mana : x adalah bilangan asli (1, 2, 3, 4, ….)
Sn = Jumlah Anggota Biasa a = 150 (seratus lima puluh) p = Pembanding = 3 (tiga) x = Jumlah Utusan
Jumlah Anggota Jumlah Utusan
50 s/d 149 : 1 orang utusan
150 s/d 449 : 2 orang utusan
450 s/d 1.349 : 3 orang utusan
1.350 s/d 4.049 : 4 orang utusan
4.050 s/d 12.149 : 5 orang utusan
12.150 s/d 36.449 : 6 orang utusan
Himpunan Mahasiswa Islam cabang Medan memiliki 28 komisariat penuh dan 1 komisariat persiapan. Dalam pelaksanaan konferensi cabang masing-masing komisariat penuh memiliki 2 utusan (mewakili 150 anggota biasa), sedangkan
Universitas Sumatera Utara 120
komisariat persiapan hanya memliki hak meninjau. Dalam penetapan populasi peneliti mengambil angka populasi minimum sebanyak 150 X 28 = 4200 Anggota
Biasa.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang akan diteliti, sampel merupakan bagian penting untuk diteliti. Dalam penelitian ini sampel ditetapkan mengikuti pendapat Slovin. Untuk menentukan besarnya jumlah responden atau sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin (Bambang Prasetyo:
2005) yaitu sebagai berikut:
푁 n = 1 + N푒2
Keterangan : n = Sampel
N = Populasi
e = Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat
kepercayaan 90%. Sehingga berdasarkan rumus Slovin
tersebut, maka jumlah sampel yaitu:
4200 n = 1 + 4200 (0.1)2 4200 n = 43 n = 97, 67 98 Responden
Dari perhitungan di atas maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 orang.
Universitas Sumatera Utara 121
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Kuesioner
Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan menggunakan metode survei dengan menggunakan instrumen kuesioner. Metode kuiesioner dilakukan dengan tertutup rating scale. Tertutup maksudnya kuesioner tersebut diberikan langsung kepada responden baik secara tatap muka maupun menggunakan media elektronik yang tidak mengurangi kualitas data penelitian.
Selanjutnya data tersebut dioalah kembali dengan pendekatan deskriptif kuantitatif sehing dapat dianalisis menggunakan statistik dan menginterpretasikannya dalam hasil penelitian atau tesis.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis instrumen angket untuk mengukur variabel Ideologi kader HMI dan pembangunan kepemimpinan kepemudaan di kota Medan dengan menggunakan skla likert yaitu Kuesioner skla pengukuran interval. Skla pengukuran interval merupakan skala pengukuran yang banyak digunakan untuk mengukur fenomena atau gejala sosial, dimana pihak responden diminta melakukan rangking terhadap preferensi tertentu sekaligus meberikan nilai (rate) terhadap preferensi tersebut. Skla Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2007), lihat tabel berikut:
Tabel 3.1 Tingkat Jawaban Instrumen Penelitian
Bobot 1 2 3 4 5
Skor 0%-20 % 21%-40% 41%-60% 61%-80% 81%-100%
Tingkatan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
Jawaban Sangat Tidak Tidak Kurang Setuju Sangat
Setuju Setuju Setuju Setuju
Universitas Sumatera Utara 122
3.4.2 Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) Wawancara dilakukan Saudara
Ketua Umum HMI Cabang Medan Periode 2014-2015.
3.4.3 Studi Pustaka
Studi kepustakaan dilakukan peneliti sebagai pengumpulan informasi ilmiah untuk mendukung pemecahan topik masalah yang diangkat oleh peneliti.
Informasi itu dapat diperoleh dari Jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku-ilmiah, karangan-karangan ilmiah dan sumber ilmiah lainnya baik cetak maupun elektronik, yang relepan terhadap penelitian.
3.4.4 Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang tertulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen- dokumen. Suharsaputra (2014)
3.5 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan bersifat primer dan skunder. Data primer adalah data yang sangat penting diambil langsung dari responden yaitu anggota biasa
HMI Cabang Medan, yang dikumpulkan dari instrumen penelitian berupa kuesioner yang secara lansung baik oleh responden tanpa perantara dan dikumpulkan langsung oleh peneliti tanpa perantara pula.
Universitas Sumatera Utara 123
Sedangkan data skunder adalah data yang bersifat penunjang informasi yang duigunakan untuk mendukung hasil penelitian yang lebih kongkrit, ini diambil melalui wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi.
3.5.1 Periode Persiapan
3.5.1.1 Perumusan instrument penelitian
Kisi-kisi instrumen penelitian ini disusun secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Dalam kisi-kisi penelitian tercantum judul penelitian, variabel, sub variabel, indikator, daftar pertanyaan-pertanyaan penelitian, responden, teknik pengumpulan data dsn no item. Kisi-kisi ini berfungsi untuk acuan pengumpulan data berupa angket dan pedoman wawancara.
Tabel 3.2 Rumusan Instrumen Ideologi Kader HMI
Variabel x Indikator x Indikator y Variabel y Kualitas Insan Akademis Kualitas Insan Pencipta Kualitas Insan Pembangunan Ideologi Pengabdi Kepemimpinan Kepemimpinan Kader HMI Kualitas Insan Kepemudaan Bernafas Islam Di Kota Medan Kualitas Insan Bertanggun Jawab
Universitas Sumatera Utara 124
3.5.1.2 Pembuatan dan Penyusunan Kuesioner
Dalam menentukan pertanyaan-pertanyaan harus mengacu kepada indikator-indikator yang telah disusun pada kisi-kisi instrumen. Pembuatan dan penyusunan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pembuatan dan penyusunan angket dalam penelitian ini dialakukan setelah
kisi-kisi instrumen disusun.
2. Pembuatan dan penyusunan angket dalam penelitian ini mengacu kepada
kepada indikator pada kisi-kisi instrumen.
3. Pembuatan dan penyusunan angket dalam penelitian ini dikategorikan
kedalam lima alternatif jawaban pilihan.
4. Pembuatan dan penyusuna angket dalam penelitian ini menyertakan
petunjuk pengisian.
Universitas Sumatera Utara 125
Tabel 3.3 Indikator dan Pertanyaan Penelitian
Variabel Defenisi Indikator No. Pertanyaan Skala Item Pengukuran Kader HMI Anggota HMI yang telah Kualitas Insan 1. Kader HMI Likert Akademis Berpendidikan Tinggi menjalani proses pengkaderan merupakan cita-cita HMI masa kini dan yang akan datang serta tetap berorientasi kepada azas dan Syari’at Islam sehingga memiliki ciri kader dengan integritas kepribadian utuh, beriman, berilmu dan beramal saleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah dalam kehidupan
Universitas Sumatera Utara 126
beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 2. Kader HMI Memiliki Likert Pengetahuan Yang Luas 3. Kader HMI berpikir Likert rasional 4. Kader HMI berpikir Likert obyektif dan kritis 5. Kader HMI memiliki Likert kemampuan teoritis 6. Kader HMI mampu Likert memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan 7. Kader HMI Likert menghadapi suasan sekelilingnya dengan kesadaran 8. Kader HMI sanggup Likert berdiri sendiri dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis
Universitas Sumatera Utara 127
9. Kader HMI sanggup Likert bekerja secara ilmiah, yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan. Ideologi Kader Formulasi Al-Quran dan Kualitas Insan 10. Kader HMI mampu Likert HMI Pencipta melihat kemungkinan- Hadist yang tertuang kemungkinan lain dalam nilai-nilai dasar (peluang) perjuangan (NDP) HMI yang menjadi dasar landasan ideologis kader HMI 11. Kader HMI bergairah Likert besar untuk menciptakan bentuk- bentuk baru yang lebih baik (Penemuan dan Pengembangan) 12. Kader HMI berjiwa Likert penuh gagasan- gagasan penuh kemajuan
Universitas Sumatera Utara 128
Kualitas Insan 13. Kader HMI selalu Likert Pengabdi mencari perbaikan dan pembaharuan 14. Kader HMI bersifat Likert independen (bebas merdeka) tidak isolatif (terkungkung terbelenggu) 15. Kader HMI ikhlas dan Likert sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak 16. Kader HMI sadar Likert membawa tugas insan pengabdi 17. Kader HMI bukan Likert hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik 18. Kader HMI ikhlas Likert mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesama
Universitas Sumatera Utara 129
Penerapan Mewujudkan insan Kualitas Insan 19. Kader HMI Likert Ideologi Kader Bernafas Islam membentuk unity of beriman, berilmu, HMI personalityc (pribadi beramal yang kreatif yang utuh), pribadi yang integrated mampu berinovasi dalam (integritas diri) kerja-kerja nyata demi tercegah dari split personality mempertinggi harkat- (kepriabadian ganda) harkat kemanusiaan 20. Kader HMI bermoral, Likert sanggup memikul dari akibat-akibat perbuatannya dan sadar untuk menempuh jalan yang benar diperlukan keberanian moral 21. Kader HMI Likert menjadikan Islam sebagai pedoman setiap pola tindak, pola laku.
Universitas Sumatera Utara 130
Kualitas Insan 22. Kader HMI spontan Likert Bertanggung dalam menghadapi Jaawab Atas tugas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang di ridhai Allah SWT 23. Kader HMI responsif Likert (cepat tanggap) dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis (acuh) 24. Kader HMI memiliki Likert rasa tanggung jawab dan taqwa kepada Allah SWT 25. Kader HMI berperan Likert aktif dalam suatu bidang untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT
Universitas Sumatera Utara 131
26. Kader HMI korektif Likert setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat adil makmur 27. Kader HMI percaya Likert pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai khalifah fi al- ard (Pelestari dan penjaga bumi beserta isinya) yang harus melaksankan tugas- tugas kemanusiaan Pembangunan Menciptakan Pemuda Kepemimpinan 28. Kader HMI Likert Kepemimpinan Melakukan Yang Berkarakter, Kepemudaan perencanaan di Kota Medan Berkapasitas, Dan pengembangan kepemimpinan Berdaya Saing Tinggi Di pemuda dengan Kota Medan meningkatkan potensi keteladanan
Universitas Sumatera Utara 132
29. Kader HMI Likert Melakukan perencanaan pengembangan kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi keberpengaruhan 30. Kader HMI Likert Melakukan perencanaan pengembangan kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi penggerakan pemuda sebagai kekuatan moral, control social dan agen perubahan yang berwawasankebangsaa n
Universitas Sumatera Utara 133
31. Kader HMI Likert Mengebangkan Motivasi Kepada Pemuda Untuk Bertindak dalam menghadapi arus perubahan 32. Kader HMI Likert memberikan Inspriasi (penemuan ide baru) Kepada Pemuda 33. Kader HMI Likert Mengorganisir setiap permasalahan pada kelompok pemuda 34. Kader HMI Likert Membangkitkan Kesadaran dan kepedulian Pemuda
35. Kader HMI Melakukan Likert Pelatihan dan training- training seperti LK I, LK II, LK III,SC,TOT dsb dengan muatan- muatan kepemimpinan.
Universitas Sumatera Utara 134
3.5.1.3 Penggandaan Kuesioner
Instrumen pengumpulan data penelitian yang telah disusun secara sistematis kemudia diperbanyak sesuai kebutahan penelitian. Dalam penelitian ini angket kuesioner digandakan sebanyak 98 instrument angket untuk 98 orang responden.
3.5.2 Periode Pelaksanaan Penelitian
Periode ini adalah tahap pelaksanaan yang dilakukan setelah proposal penelitian Tesis ini diterima untuk diteliti pada kolokium SPS USU atau setelah dinyatakan lulus seminar proposal.
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi penyebaran angket kuesioner kepada responden yaitu anggota biasa HMI Cabang Medan sebanyak 56 orang dengan cara bertemu lansung dan sistem online seperti via facebook dan email untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi waktu tanpa mengurangi kualitas data penelitian.
3.6 Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Konstruksi variebel yang di bangun untuk memberikan penjelasan suatu konsep diperlukan defenisi variabel yang tegas dan termasuk ukuran variabelnya.
Adapun defenisi variable dan ukuran variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Lahir pada era perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia
tepatnya pada tanggal 05 Februari 1947 yang memiliki tujuan Membina
Pribadi Muslim yang akademis, pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam
Universitas Sumatera Utara 135
dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhai Allah SWT, yang berkarakter Kemahasiswaan, Keislaman dan
Keindonesian. Fungsi dan peran nya sebagai pemuda dan mahasiswa maka
HMI memilik tiga peran yaitu sebagai agen perubahan, kontrol sosial,
kekuatan moral.
2. Kader Himpunan Mahasiswa Islam
a. Kader memiliki fungsi tersendiri yaitu, tenaga penggerak orgnisasi,
calom pemimpin dan sebagai benteng organisasi
b. Secara kualitatif, kader memiliki mutu, kesanggupan kerja
c. Kader adalah tenaga penggerak organisasi yang memahami sepenuhnya
dasar idiologi perjuangan.
d. Pada Kongres HMI VIII 1966 merumuskan pengertian Kader
i. Kader adalah Cita-cita HMI masa kini dan yang akan datang dan
tetap berorientasi kepada azas dan syariat Islam. Definisi dan
pengertian ini setidaknya terdapat 3 ciri yang beritegrasi dalam diri
seorang kader.
ii. Seorang Kader adalah bergerak dan terbentuk dalam organisasi.
Kader Mengenal aturan main Organisasi sesuai dengan ketentuan
yang ada. NDP dalam pemahaman yang integralistik dengan
Pancasila dan UUD 1945, dari segi operasionalisasi 0rganisasi
berpegang dan mematuhi AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara 136
e. Seorang kader memiliki :
i. Komitmen yang tinggi secara terus menerus, konsisten dalam
pejuangan dan melaksanakan kebenaran.
ii. Bakat dan kualitas sebagai tulang punggung yang mampu
menyangga kesatuan dan kumpulan manusia yang lebih besar.
iii. Kader HMI adalah anggota HMI yang telah menjalani proses
perkaderan sehingga memiliki ciri kader dengan integritas
kepribadian yang utuh, beriman, berilmu dan beramal saleh sehingga
siap mengemban tugas dan amanah dalam kehidupan beragama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Pembangunan kepemudaan pada hakekatnya adalah upaya untuk
mewujudkan pemuda Indonesia yang berdaya saing, yang dilakukan
melalui:
a. Penyadaran kepemimpinan pemuda adalah kegiatan menyadarkan
potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda.
b. Pemberdayaan kepemimpinan pemuda adalah Kegiatan
memberdayakan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha
pemuda.
c. Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah Kegiatan
mengembangkan potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan,
menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar atas pelbagai
masalah.
Universitas Sumatera Utara 137
4. Pembangunan
Pada hakekatnya, adalah proses perubahan yang terus menerus
untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang
bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa
saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu
dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara
umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses
untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah,
2005). Secara sederhana pembangunan adalah suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana
(Ginanjar Kartasasmita, 1994)
5. Kualitas Sumber Daya Manusia
Adalah menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik (kualitas fisik) dan
aspek non fisik (kualitas non fasik) yang menyangkaut kemampuan
bekerja, berpikir dan keterampilan. (Soekidjo Notoatmodjo, 2009 ).
3.7 Pengujian Validitas dan Reabilitas
Pengumpulan data tidak akan mencapai tujuannya apabila alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tidak valid dan reliabel. Maka dari itu perlu dilakukan uji validitas dan realibilitas instrument penelitian.
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi didalam dunia kenyataan,
Universitas Sumatera Utara 138
dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh dengan instrument, yakni instrument itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya. Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan software SPSS 17.0 (Statistic Package for The Social Science 17.0) for windows dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.
2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
3.7.2 Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yang merujuk pada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner.
Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.0. Nilai alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel, maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel.
Universitas Sumatera Utara 139
Rumus Coefficient Alpha Croncbach
푀 푉푋 푀 푉푥 rtt = (푉푦 − ) = (1 − ) 푀 − 1 푉푦 푀 − 1 푉푦
Keterangan: M = Jumlah butir pertanyaan
Vx = Variasi butir-butir
Vy = Variasi total
Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% dengan kriteria rhitung < rtabel adalah sebagai berikut :
0,00 ≤ rhitung ˂ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah
0,20 ˂ rhitung ˂ 0,40 : Reliabilitas rendah
0,40 ˂ rhitung ˂ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup
0,60 ˂ rhitung ˂ 0,80 : Reliabilitas tinggi
0,80 ˂ rhitung ˂ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi
3.8 Model Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.8.1 Uji Chi Kuadrat (²) Beberapa Proporsi
Perhitungan Uji Chi Kuadrat beberapa proporsi dilakukan melalui aplikasi
SPSS. Perhitunagan ini dilakukan untuk mencari hubungan antara 2 variabel
penetapan hipotesis awal dan hipotesis alternatif Sudjana (2005)
Uji Beberapa Proporsi :
H0 : setiap proporsi bernilai sama
H1 : ada proporsi yang bernilai tidak sama
Universitas Sumatera Utara 140
Rumus Uji 2
Data dalam pengujian ketergantungan dan beberapa proporsi disajikan dalam bentuk tabel kontingensi. bentuk umum tabel kontingensi berukuran r baris x k kolom
( total kolom ) x (total baris ) frekuensi harapan total observasi
r,k 2 2 (oij eij) i,j1 eij
derajat bebas = (r-1)(k-1)
r : banyak baris
k : banyak kolom
oi,j : frekuensi observasi baris ke-i, kolom ke-j
ei,j : frekuensi ekspektasi baris ke-i, kolom ke-j
3.8.2 Uji Korelasi
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).
Universitas Sumatera Utara 141
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,19 = sangat rendah
0,20 - 0,39 = rendah
0,40 - 0,59 = sedang
0,60 - 0,79 = kuat
0,80 - 1,0 = sangat kuat
Pengujian koefisien korelasi sederhana dilakukan dengan membandingkan hasil uji t hitungdengan hasil t tabel, dengan criteria pengujian sebagai berikut:
Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel
Y
Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.
Kesimpulan
Ho : Diterima jika nilai t hitung < nilai t tabel, dan nilai signifikansi > 0,05.
Ho : Ditolak jika nilai t hitung > nilai t tabel, dan nilai signifikansi < 0,05.
3.9 Pengujian Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara 142
3.9.1 Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ini perlu karena untuk melakukan uji t, mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil, dengan ketentuan:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak terdisribusi normal
Jika nilai sig α > 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai sig α < 0,05, maka Ho ditolak
Selain itu normalitas sebuah data dapat dideteksi dengan melihat persebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari residualnya.
1. Data dikatakan terdistribusi normal, jika data atau titik menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
2. Sebaliknya data dikatakan tidak terdistribusi normal, jika data atau titik
menyebar jauh dari arah garis atau tidak mengikuti diagonal.
3.9.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi.
Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya
Universitas Sumatera Utara 143
multikolinearitas adalah dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi.
1. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00, maka tidak terjadi multikolinearitas
pada tdata tersebut.
2. Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00, maka terjadi multikolinearitas pada
data tersebut.
3.9.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model sampel kecil maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-Watson), dengan ketentuan:
0 < d < dl Autokorelasi Positif
dl ≤ d ≤ du Tidak Dapat Disimpulkan
4-dl < d < 4 Autokorelasi Negatif
4-du ≤ d ≤ -dl Tidak Dapat Disimpulkan
du < d < 4-du Tidak Ada Autokorelasi
3.9.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white.
Pengujian pada penelitian ini menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi
Universitas Sumatera Utara 144
variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. (Imam Ghozali, 2011).
Universitas Sumatera Utara BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karateristik Responden
4.1.1 Keanggotaan
Dari hasil kuesioner yang diperoleh, data karakteristik responden berdasarkan keanggotaannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Keanggotaan
Keanggotaan Frekuensi Persentase (%)
LK I 70 71 LK II 26 27 LKIII 2 2 Jumlah 98 100 Sumber: data diolah
Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan tingkat keanggotaan LK I yaitu sebanyak 71 orang atau 71%, anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan tingkat keanggotaan LK II sebanyak 26 orang atau 27% dan sisanya 2 orang atau 2% adalah anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan tingkat keanggotaan LK III.
145
Universitas Sumatera Utara 146
Keanggotaan
LK I LKII LKIII
2%
27%
71%
Gambar 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Keanggotaan
4.1.2 Jenis Kelamin
Dari hasil kuesioner yang diperoleh, data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 70 71 Perempuan 28 29 Jumlah 98 100 Sumber: data diolah
Dari tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 70 orang atau 71% dan sisanya 28 orang atau 29% adalah berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.
Universitas Sumatera Utara 147
Jenis Kelamin
29%
Laki-laki Perempuan
71%
Gambar 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.1.3 Tingkat Pendidikan
Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Persentase Frekuensi Pendidikan (%)
S1 72 73 S2 25 26 S3 1 1 Jumlah 98 100 Sumber: data diolah
Universitas Sumatera Utara 148
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dari sampel berjumlah 98 orang menunjukan bahwa jenjang Sarjana (S1) sebanyak 72 orang, kemudian jenjang
Magister (S2) sebanyak 25 orang dan jenjang Doktor (S3) hanya 1 orang.
Tingkat Pendidikan Pendidikan
Frekuensi
72
25
1
S1 S2 S3
Gambar 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak adalah responden yang berpendidikan terakhir Sarjana (S1) dan Magister
(S2). Hal ini dikarenakan mayoritas kader HMI berasal dari latar belakang pendidikan Sarjana Sarjana (S1). Sebagian dari responden dengan tingkat pendidikan Sarjana (S1) merupakan mereka yang telah bekerja dan masih aktif di
HMI.
Universitas Sumatera Utara 149
4.1.4 Pekerjaan
Data karakteristik responden berdasarkan pekerjaannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekeraan Frekuensi Persentase (%) Mahasiswa 72 74 PNS 8 8 Wiraswasta 8 8 Lainnya 10 10 Jumlah 98 100 Sumber: data diolah
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kelompok Mahasiswa yang menjadi responden sebanyak 72 orang (74%), kelompok Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjadi responden sebanyak 8 orang (8%), kelompok pekerjaan Wiraswata sebanyak 8 orang (8%), kelompok lainnya sebanyak 10 orang (10%).
Universitas Sumatera Utara 150
Pekerjaan
Frekuensi
72
8 8 10
Mahasiswa PNS Wiraswasta Lainnya
Gambar 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi responden paling banyak adalah responden yang memiliki pekerjaan sebagai
Mahasiswa danPegawai Negeri Sipil (PNS). Ini dikarenakan yang menjadi responden daalam penelitian ini adalah kader HMI yang masih aktif.
4.2 Uji Validitas Dan Reabilitas
4.2.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi didalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh dengan instrument, yakni instrument itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya. Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah
Universitas Sumatera Utara 151
kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan software SPSS 17.0 (Statistic Package for The Social Science 17.0) for windows dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.
2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Item-Total Statistics
Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P1 154.64 92.768 .337 .904
P2 154.72 93.356 .279 .905
P3 154.63 92.462 .408 .903
P4 154.69 92.957 .339 .904
P5 154.92 92.550 .260 .906
P6 154.77 91.336 .367 .904
P7 154.88 91.387 .356 .904
P8 154.72 92.511 .382 .904
P9 154.74 92.048 .365 .904
P10 154.73 91.022 .497 .902
P11 154.81 90.838 .445 .903
P12 154.85 90.213 .460 .903
P13 154.72 90.243 .518 .902
P14 154.69 91.452 .460 .903
P15 154.65 90.992 .496 .902
P16 154.66 91.153 .497 .902
P17 154.77 90.759 .467 .902
P18 154.84 90.262 .482 .902
P19 154.66 90.370 .535 .901
Universitas Sumatera Utara 152
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Lanjutan
Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P20 154.71 89.835 .539 .901
P21 154.68 90.322 .535 .901
P22 154.84 89.148 .563 .901
P23 154.82 89.450 .536 .901
P24 154.80 89.381 .514 .902
P25 154.80 90.123 .524 .901
P26 154.76 90.249 .551 .901
P27 154.84 89.128 .522 .901
P28 154.70 91.283 .457 .903
P29 154.68 91.414 .448 .903
P30 154.65 92.229 .390 .903
P31 154.74 92.398 .392 .903
P32 154.86 92.206 .379 .904
P33 154.65 92.827 .362 .904
P34 154.70 92.396 .380 .904
P35 154.71 92.309 .387 .904 Sumber: data diolah
Kolom Corrected Item Total Correlation (rhitung ) pada tabel 4.9 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini rtabel ditetapkan sebesar 0,1966 dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa rhitung bernilai positif dan rhitung > rtabel, maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
4.2.2 Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yang merujuk pada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok orang
Universitas Sumatera Utara 153
yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner.
Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.0. Nilai alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel, maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% dengan kriteria rhitung < rtabel adalah sebagai berikut :
0,00 ≤ rhitung ˂ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah
0,20 ˂ rhitung ˂ 0,40 : Reliabilitas rendah
0,40 ˂ rhitung ˂ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup
0,60 ˂ rhitung ˂ 0,80 : Reliabilitas tinggi
0,80 ˂ rhitung ˂ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi
Tabel 4.7 Hasil Uji Reabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.905 35
Dari tabel diatas, diperoleh nilai cronbach’s alpha 0.905 (temasuk memiliki tingkat reabilitas sangat tinggi), dengan demikian data reliebel dan kuisioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.
Universitas Sumatera Utara 154
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ini perlu karena untuk melakukan uji t, mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil, dengan ketentuan:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak terdisribusi normal
Jika nilai sig α > 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai sig α < 0,05, maka Ho ditolak.
Dengan menggunakan tingkat kepercaayaan 0,05, diperoleh hasil distribusi normal sebagai berikut:
Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 98
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.77480673
Most Extreme Differences Absolute .049
Positive .036
Negative -.049
Kolmogorov-Smirnov Z .484
Asymp. Sig. (2-tailed) .973
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Universitas Sumatera Utara 155
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,973 lebih besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal.
Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, normalitas sebuah data dapat dideteksi dengan melihat persebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari residualnya.
1. Data dikatakan terdistribusi normal, jika data atau titik menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
2. Sebaliknya data dikatakan tidak terdistribusi normal, jika data atau titik
menyebar jauh dari arah garis atau tidak mengikuti diagonal.
Gambar 4.5 Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara 156
Dari gambar di atas, Data tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal, karena data atau titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi.
1. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00, maka tidak terjadi multikolinearitas
pada tdata tersebut.
2. Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00, maka terjadi multikolinearitas pada
data tersebut.
Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics
Std. Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 12.880 3.047 4.227 .000
X1 .231 .087 .254 2.659 .009 .655 1.528
X2 .116 .082 .157 1.411 .162 .483 2.072
X3 .235 .075 .357 3.120 .002 .456 2.195
a. Dependent Variable: Y
Universitas Sumatera Utara 157
Dari tabel di atas nilai VIF lebih kecil dari 10,00, dengan kata lain bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada tdata tersebut.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model sampel kecil maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-Watson), dengan ketentuan:
0 < d < dl Autokorelasi Positif
dl ≤ d ≤ du Tidak Dapat Disimpulkan
4-dl < d < 4 Autokorelasi Negatif
4-du ≤ d ≤ -dl Tidak Dapat Disimpulkan
du < d < 4-du Tidak Ada Autokorelasi
Tabel 4.10 Uji Autokoelasi
Model Summaryb
Change Statistics Std. Error R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin- Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
1 .662a .439 .421 1.803 .439 24.474 3 94 .000 1.916 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Dari tabel di atas nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,916, dan nilai du sebesar 1,734. Dengan ketentuan du < d < 4-du, maka dapat kita lihat 1,734 <
1,916 < 2,265. Artinya bahwa data tersebut tidak terjadi autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara 158
4.3.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white.
Pengujian pada penelitian ini menggunakan Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. (Imam Ghozali, 2011: 139-143).
Gambar 4.6 Uji Heterokedastisitas
Universitas Sumatera Utara 159
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Tidak terjadi heteroskedastisitas pada data tersebut karena tidak ada pola yang jelas pada gambar tersebut, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
4.4 Analisis Data Dan Uji Hipotesis
4.4.1 Uji Chi Kuadrat
Uji Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel
(variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan (goodness of fit test), karena untuk menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti distribusi normal, uniform, binomial dan lainnya). Uji
Chi-kuadrat dapat juga dilakukan untuk mencari hubungan antara 2 variabel penetapan hipotesis awal dan hipotesis alternatif Sudjana (2005). Pengambilan keputusan dan interprestasi:
1. Jika Sig di atas 0,05 maka Ho diterima
2. Jika Sig di bawah 0,05 maka Ho ditolak
4.4.1.1 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam
Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan
Hasil Pengujian secara statistik antara variabel Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara 160
Tabel 4.11 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Value df sided)
Pearson Chi-Square 169.551a 110 .000
Likelihood Ratio 116.665 110 .314
Linear-by-Linear Association 27.825 1 .000
N of Valid Cases 98
a. 132 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01.
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi = 0,000 ≤ 0,05 berarti disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan.
Selain dengan nilai signifikansi, ada tidaknya hubungan antara Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-Square tabel.
Dimana diperoleh nilai Chi-Square hitung sebesar 169,551 dan lebih besar dari nilai Chi-Square tabel sebesar 135,480.
4.4.1.2 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Hasil Pengujian secara statistik antara variabel Ideologi Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di
Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara 161
Tabel 4.12 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Value df sided)
Pearson Chi-Square 277.113a 143 .000
Likelihood Ratio 143.611 143 .470
Linear-by-Linear Association 28.318 1 .000
N of Valid Cases 98
a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01.
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi = 0,000 ≤ 0,05 berarti disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota
Medan. Selain dengan nilai signifikansi, ada tidaknya hubungan antara Ideologi
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan
Chi-Square tabel. Dimana diperoleh nilai Chi-Square hitung sebesar 277,113 dan lebih besar dari nilai Chi-Square tabel sebesar 171,907.
4.4.1.3 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Hasil Pengujian secara statistik antara variabel Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara 162
Tabel 4.13 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Value df sided)
Pearson Chi-Square 229.936a 143 .000
Likelihood Ratio 131.503 143 .745
Linear-by-Linear Association 36.033 1 .000
N of Valid Cases 98
a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01.
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai signifikansi = 0,000 ≤ 0,05 berarti disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam memberikan solusi Pembangunan
Kepemudaan di Kota Medan. Selain dengan nilai signifikansi, ada tidaknya hubungan antara Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam memberikan solusi Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-Square tabel. Dimana diperoleh nilai Chi-Square hitung sebesar 229,936 dan lebih besar dari nilai Chi-Square tabel sebesar 143,246.
4.4.2 Uji Korelasi
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1
Universitas Sumatera Utara 163
sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,19 = sangat rendah
0,20 - 0,39 = rendah
0,40 - 0,59 = sedang
0,60 - 0,79 = kuat
0,80 - 1,0 = sangat kuat
4.4.2.1 Hubungan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam
Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan
Hasil Pengujian secara statistik untuk variabel Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.14 Uji Korelasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan Correlations
X1 Y
X1 Pearson Correlation 1 .536**
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
Universitas Sumatera Utara 164
Tabel 4.15 Uji Korelasi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan lanjutan
X1 Y
Y Pearson Correlation .536** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Pearson Correlation untuk
Variabel Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (X1) terhadap variabel
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan (Y) adalah sebesar 0,536. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,1986. Ini menunukkan bahwa variabel Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki hubungan terhadap variabel Kepemimpinan Kepemudaan (Y) dengan nilai koefisien korelasi sedang tetapi positif. Artinya, jika nilai variabel Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) naik maka nilai variabel terikat Kepemimpinan Kepemudaan juga akan mengalami kenaikan.
Pengujian koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan, jika nilai t hitung < nilai t tabel dan nilai signifikansi >
0,05.
Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan, jika
nilai t hitung > nilai t tabel dan nilai signifikansi < 0,05.
Universitas Sumatera Utara 165
Tabel 4.16 Uji t Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan Coefficientsa
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Std. Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 16.677 3.221 5.177 .000
X1 .488 .079 .536 6.214 .000
a. Dependent Variable: Y Hasil analisis statistik menunjukkan nilai t hitung sebesar 6,214. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,66, maka nilai t hitung > nilai t tabel
(6,214 > 1,66) serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya, Tedapat hubungan yang signifikan antara Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.
4.4.2.2 Hubungan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Hasil Pengujian secara statistik hubungan Ideologi Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di
Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.17 Uji Korelasi Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan Correlations
X2 Y X2 Pearson Correlation 1 .540** Sig. (2-tailed) .000 N 98 98 Y Pearson Correlation .540** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 98 98 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Universitas Sumatera Utara 166
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Pearson Correlation untuk
Variabel Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (X2) terhadap variabel Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan (Y) adalah sebesar 0,54.
Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,1986. Ini menunjukkan bahwa variabel Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki hubungan terhadap variabel Kepemimpinan Kepemudaan (Y) dengan nilai koefisien korelasi sedang tetapi positif. Artinya, jika nilai variabel Ideologi
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) naik maka nilai variabel terikat
Kepemimpinan Kepemudaan juga akan mengalami kenaikan.
Pengujian koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan, jika nilai t hitung < nilai t tabel dan nilai signifikansi >
0,05.
Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan, jika nilai t hitung > nilai t tabel dan nilai signifikansi <
0,05.
Universitas Sumatera Utara 167
Tabel 4.18 Uji t Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan Coefficientsa
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Std. Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.348 2.599 7.828 .000
X2 .398 .063 .540 6.291 .000
a. Dependent Variable: Y
Dari Hasil analisis statistik di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar 6,291. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,66, maka nilai t hitung
> nilai t tabel (6,291 > 1,66) serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya,
Tedapat hubungan yang signifikan antara Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.
4.4.2.3 Hubungan Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Hasil Pengujian secara statistik hubungan Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan dapat dilihat dari tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara 168
Tabel 4.19 Uji Korelasi Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan Correlations
X3 Y
X3 Pearson Correlation 1 .609**
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
Y Pearson Correlation .609** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Pearson Correlation untuk
Variabel Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan (X3) terhadap variabel
Kepemimpinan Kepemudaan (Y) adalah sebesar 0,609. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,1986 . Ini menunjukkan bahwa variabel
Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan memiliki hubungan terhadap variabel
Kepemimpinan Kepemudaan (Y) dengan nilai koefisien korelasi yang kuat dan positif Artinya jika nila variabel Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan unan naik maka nilai variabel Kepemimpinan Kepemudaan juga akan mengalami kenaikan.
Universitas Sumatera Utara 169
Pengujian koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak tedapat hubungan yang signifikan antara Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi
Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan, jika nilai t hitung <
nilai t tabel dan nilai signifikansi > 0,05.
Ha : Tedapat hubungan yang signifikan antara Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi
Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan, jika nilai t hitung >
nilai t tabel dan nilai signifikansi < 0,05.
Tabel 4.20 Uji t Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan Coefficientsa
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Std. Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.335 2.175 9.350 .000
X3 .400 .053 .609 7.533 .000
a. Dependent Variable: Y
Dari Hasil analisis statistik di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar 7,533. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,66, maka nilai t hitung
> nilai t tabel (7,533 > 1,66) serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Artinya,
Tedapat hubungan yang signifikan antara Penerapan Ideologi HMI Terhadap
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.
Universitas Sumatera Utara 170
4.5 Pembahasan
Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki hubungan dengan
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Masing-masing variabel menunjukkan hubungan yang positif dan searah serta signifikan terhadap
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi yang bernilai positif dan nilai signifikan yang dibawah 0,05.
Sebagaimana diketahui pada bab sebelumnya bahwa HMI memiliki 5 kualitas insan cita sebagai modal sosial pembangunan manusia, Sebagai organisasi pengkaderan, HMI memiliki pedoman-pedoman khusus dalam mempersiapkan kadernya guna menghadapi tantangan zaman. Setiap kader dituntut untuk bisa memiliki kualitas insan cita, sesuai apa yang tertera di dalam tujuan HMI. Manusia yang di cita-citakan HMI tentunya bukan hanya wacana yang ada dalam konstitusi dan pedoman perkaderan semata, namun terwujud dalam bentuk aksi.
Sebagai pengabdi Bangsa, Negara dan Agama, kader HMI di gamabarkan sebagai pemimpin yang dibutuhkan oleh umat yang mampu mengatasi masalah- masalah yang dialami umat. Seiring berjalannya waktu, HMI banyak melahirkan pemimpin-peminpin yang dibutuhkan umat, seperti di bidang politik dan pemerintahan diantaranya, Bactiar Chamsyah (Mantan Menteri Sosoal RI Ke-
25) Irgan Chairul Mahfidz (Anggota DPR RI Periode 2009-2014 dan Tahun 2014-
2019), tetapi Kader-kader HMI juga banyak berada di bidang pendidikan diantaranya, Prof. Dr. H.M. Yusuf Hanafiah ( Mantan Rektor USU),
Prof. Dr. Hj. Djanius Djamin, SH., MS (Mantan Rektor UNIMED dan juga anggota DPRD Medan Tahun 1968 Selama Dua Periode), Almarhum Prof. Dr.
Universitas Sumatera Utara 171
Nur Ahmad Fadhil Lubis, MA (Mantan Rektor dan Pemrakarsa IAIN SU bertranformasi menjadi UIN SU Medan) Prof. Dr. Usman Pelly (Ketua Yayasan
UISU). Dan masih banyak lagi alumni-alumni HMI yang berkarir bidang ekonomi, kewirausahaan, hukum, sosial budaya dan agama. Ini membuktikan bahwa HMI dengan ideologinya mampu menciptakan kader-kader yang dibutuhkan umat disegala bidang kehidupan dengan kompetensi 5 kualitas kualitas insan cita dalam pembangunan daerah. Tidak hanya di Pemerintah Pusat tetapi juga didaerah seperti Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan signifikan yang positif antara Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) terhadap Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini
dilihat dari nilai t hitung = 6,214 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi
0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Yang
artinya bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif antara Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan.
2. Ada hubungan signifikan yang positif antara hubungan Ideologi Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Pembangunan Kepemimpinan
Kepemudaan di Kota Medan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung = 6,291 > t
tabel = 1,66, serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Yang artinya bahwa Tedapat hubungan
signifikan yang positif antara Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.
3. Ada hubungan signifikan yang positif antara Penerapan Ideologi HMI
Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi
Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan. Hal
ini dilihat dari nilai t hitung = 7,533 > t tabel = 1,66, serta nilai signifikansi
172 Universitas Sumatera Utara 173
0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Yang
artinya bahwa Tedapat hubungan signifikan yang positif antara Penerapan
Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam
Mengatasi Masalah Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran – saran sebagai berikut :
1. Bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Medan untuk terus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas
pemuda khususnya dibidang kepemimpinan, seperti memberikan
pelatihan-pelatihan kepemimpinan. Untuk mengulang kembali fase
kebangkitan HMI 1966-1968.
2. Bagi Pemerintah Kota Medan, harus meningkatkan program-program
pemberdayaan pemuda tidak hanya dibidang olahraga tetapi dibidang
organisasi kepemudaan agar tercipta pemimpin-pemimpin baru penerus
generasi bangsa. Seperti memberdayakan kembali organisasi kepemudaan
di setiap kelurahan, organisasi kemahasiswaan ditiap kampus dan lain
sebagainya.
3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini mungkin masih banyak terdapat
kekurangan sehingga penulis menyarankan untuk menyempurnakan
penelitian ini pada masa-masa yang akan datang secara
berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA
Ali, F, dan Effendy, B. 1986. Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: Mizan.
Arifin, S, dan Toborani. 1994. Islam Pluralisme Budaya dan Politi, Sipress.
Barry, M.D. Al dan Lya, S.Y. 2003. Kamus Induk Istilah lmiah ; Seri Intelektual, Surabaya, Target Press, h. 33, 349.
Bratakusumah, D.S Dan Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Budiman, A. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. Gramedia Putaka Utama
Danim, S. 1996. Transformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdikbud, 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Esposito, J.L. 1994. terj. Alwiyah Abdurrahman dan Missi, Ancaman Islam Mitos Atau Realitas?, Bandung: Mizan.
Fattah, N. 2000. Landasan Manajement pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosada karya, cet Ke-3, h.54-56.
Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGD.
Gibson, I. and Donnelly. 1995. Oragnizations, 8 Ed. Alih bahasa oleh: Nunur Ardiani, 1996, Organisasi, Edisi 8 Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.
174
Universitas Sumatera Utara 175
Gottschalk, L. 1985. Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press.
Ghozali, I. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono. 2004 Statistik:Untuk Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Hariandja, M. T.E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Bumi Aksara
Hasil-hasil Kongres HMI XXVII. Depok. 2013. tentang Pedoman Perkaderan. Depok: tanpa penerbit hlm. 301-392.
Hidayat, K dan Putut, W. 2008. Reinventing Indonesia, menemukan kembali masa depan bangsa. Jakarta Mizan.
HMI Cabang Medan. Periode 2014-2015. Buku Panduan MOP, Medan: tanpa penerbit.
Hornby, A.S. 2006. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford University Press,
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang filsafat. Yogyakarta: Paradigma.
Kanter, R. M. 1977, Restoring People to The Hearth of the Organization of the Future, in the Organization Future. San Francisco: Jossey Bass Publisher.
Karim, M.R. 1995. Dinamika Islam di Indonesia: Suatu tinjauan Sosial dan Politik, Yogyakarta: Hanindita.
Universitas Sumatera Utara 176
Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan Dan Pemeraan. Jakarta : PT. Pustaka Cidesindo.
Kartodirjo. S. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
Korver, A.P.E. 1985. Sarekat Islam Gerakan ratu Adil? Jakarta: Grafiti Press.
Kuntowijoyo. 1993. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
------.1991. Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan.
Naim, M. 1979. Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nasution, H. 1995. Islam Rasional, Bandung: Mizan.
Nawawi, Hadari. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnisyang Kompetitif. Gajah Mada University-Press, Yogyakarta
Ndraha, T. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Noer, D. 1983. Islam, Pancasila dan Azaz Tunggal, Jakarta: Perkhidmatan.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. RinekaCipta. Jakarta
Notoatmojo, S, 2009. Pengembangan sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Mathis, R dan Jackson, W.2006. Human Resources Development (Track MBA Series/Terjemahan). Jakarta; Prestasi Pustaka
Universitas Sumatera Utara 177
Matindas, R. 1997. Manajemen SDM Lewat Konsep Aku. Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti.
Mullins, J. W., Orville C. Walker Jr., Jean C. L, and Harper W. B. 2005. Marketing Management : A Strategic Decision Making Approach, Fift Edition. New York : The Mc Graw – Hill companies.
Pandapotan, S. 2006. Proses Adaptasi Etnis Jawa Asal Solo di Kota Medan, Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Partanto, P.A., Muhammad, D.A. 1994. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, hal. 293-294
PB HMI. 2006. Hasi-hasil Kongres XXV 2006, Makasar: tanpa penerbit.
Pelly, U. 1989. Hubungan Antar Kelompok Etnis, Beberapa Kerangka Teoritis Dalam Kasus Kota Medan dalam Interaksi Antar Suku Bangsa Yang Majemuk, Jakarta: Deapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Prasetyo B, Dan Lina M.J. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit PT.Raja Grafindo Persada.
Prima, B. 2011. Pemuda dan Pergerakannya, Online: 16 Juli 2011, tersedia: http://www.kompasiana.com/yhoeldy/nilai-nilaisejarahpergerakanpemuda- indonesia_550f39a4a333117732ba7fd
Rahman, Fazlur. 1980. Tema-tema Pokok Al-Qur’an, ter. Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka.
Rahardjo, D.M. 1993. Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa, Risalah Cendikiawan Mulim, Bandung: Mizan.
Rais, Amien, M. 1994. Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakat, Bandung: Mizan.
Universitas Sumatera Utara 178
Redatin, P. 2006. Kaderisasi organisasi dalam Perubahan. Jurnal Wawasan, Juni 2006, Volume 12, Nomor 1
RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentangKepemudaan. Jakarta: Sinar Grafika
Rivai, V.2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT Raja Grafindo persada cet ke- 3 hal 85, 86, 90,91
Robbin, S.P. 1990, Organization Theory: Stucture, Design and.
Schuler, R.S., Susan E. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21 Edisi Enam jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju.
Sembiring, K.P. 1997, Corak dan Pola Hubungan Sosial Antara Golongan dan Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan, Jakarta: Depaetemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Singarimbun, M, dan Sofian, E. 2011. Metode Penelitian Survei, Jakarta: Pustaka LP3ES.
Sitopul, A. 1976. Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947-1975, Surabaya: Bina Ilmu
------. 1984. HMI Dalam Pandangan Seorag Pendeta. Jakarta: PT Gunung Agung.
------. 1995. Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947- 1993, Jakarta: Intermasa.
Universitas Sumatera Utara 179
------. 1997. 50 Tahun HMI Mengayuh di Antara Cita dan Kritik. Yogyakarta: Aditya Media.
------.1997. HMI dan Relevansinya Dengan Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Aditya Media.
------. 1997. Citra HMI. Yogyakarta: Aditya Media.
------. 2002. Menyatu Dengan Ummat Menyatu Dengan Bangsa: Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HMI 1947-1997. Jakarta: Logos.
------. 44 Indikator Kemunduran HMI. hlm. 38.
Smith, SE dan Read, DJ. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second edition.Academic. London: Press. Harcourt Brace & Company Publisher.
Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Penghatar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal, 268.
Subadi. 2009. Sekilas Tentang Terjadinya Sumpah Pemuda, Online, 30 Oktober 2009, Selenkapnya: http://www.kompasiana.com/yhoeldy/nilai-nilai- sejarah-pergerakan-pemuda-indonesia_550f39a4a333117732bafd7
Subandi. 2012. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Alfabeta.
Subirin, A. 2007. Budaya Organisasi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: ALFABETA
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: ALFABETA
Universitas Sumatera Utara 180
Suharsaputra, U. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito
Sumarsono, S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Ketenaga Kerjaan. Jogyakarta : Graha Ilmu.
Tarigan, Azhari Akmal. 2007. Islam mazhab HMI : tafsir tema besar nilai dasar perjuangan (NDP). Cipayung, Ciputat: Kultura.
Udaya, J. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi, Jakarta: Arcan.
Yosita, L. 2006. Kepemimpinan Pemuda Indonesia, Apakah Akar Permasalahannya? Pemenang Hiburan 3 dalam Lomba Menulis Esai Kepemudaan, memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-78, 28 Oktober 2006, yang diadakan oleh Kemenpora bekerja sama dengan Forum Lingkar Pena (FLD
Wexley dan Yukl. 1976. Menadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER IDEOLOGI KADER HMI DALAM PEMBANGUNAN KEPEMIMPINAN KEPEMUDAAN DI KOTA MEDAN
No Urut Respoden :
Bagian I Kepada responden mohon untuk meluangkan waktunya. Pernyataan pada bagian I merupakan pernyataan yang berhubungan dengan identitas lokasi dan karakteristik responden. A. Identitas Keanggotaan . Anggota Biasa l : LK I Tahun ...... / LK II Tahun ...... / LK III Tahun……….(Coret Yang Tidak Perlu) . Asal Komisariat : ...... Organisasi Selain HMI : ...... Jabatan…...………….. B. Karakteristik Responden . Nama : ...... Alamat : ...... Usia saat ini : ...... tahun . Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan . Status tingkat pendidikan a. S 1 b. S 2 c. S 3 . Pekerjaan a. Mahasiswa b. Wiraswasta c. PNS d. Lainnya...... (tulis)
181
Universitas Sumatera Utara 182
Bagian II
Pernyataan pada bagian II (pernyataan yang berkaitan dengan faktor penarikan hubungan variable dalam penelitian ini, “Ideologi Kader HMI Dalam Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan Di Kota Medan”). Oleh karena itu Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanda cek () pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan yang di inginkan. Dengan alternative pilihan, 1. Sangat Tidak Setuju (STS), 2. Tidak Setuju (TS), 3. Kurang Setuju (KS), 4. Setuju (S) 5. Sangat Setuju (SS)
1. Variabel Kader HMI Indikator Kualitas Insan Akademis STS TS KS S SS NO Pertanyaan 1 2 3 4 5 1. Kader HMI Berpendidikan Tinggi
2. Kader HMI Memiliki Pengetahuan Yang Luas
3. Kader HMI berpikir rasional
4. Kader HMI berpikir obyektif dan kritis
5. Kader HMI memiliki kemampuan teoritis
6. Kader HMI mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan
7. Kader HMI menghadapi suasan sekelilingnya dengan kesadaran
8. Kader HMI sanggup berdiri sendiri dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis
9. Kader HMI sanggup bekerja secara ilmiah, yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2. Variabel Ideologi Kader HMI A. Indikator Kualitas Insan Pencipta STS TS KS S SS NO Pertanyaan 1 2 3 4 5 1. Kader HMI mampu melihat kemungkinan-kemungkinan lain (peluang)
2. Kader HMI bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik (Penemuan dan Pengembangan)
Batas usia responden dalam penelitian ini 18 s/d 30 tahun Universitas Sumatera Utara 183
3. Kader HMI berjiwa penuh gagasan-gagasan penuh kemajuan
B. Indikator Kualitas Insan Pengabdi STS TS KS S SS NO Pertanyaan 1 2 3 4 5 1. Kader HMI selalu mencari perbaikan dan pembaharuan
2. Kader HMI bersifat independen (bebas, merdeka) tidak isolatif (terkungkung, terbelenggu)
3. Kader HMI ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak
4. Kader HMI sadar membawa tugas insan pengabdi
5. Kader HMI bukan hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik
6. Kader HMI ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesama
3. Variabel Penerapan Ideologi Kader HMI A. Indikator Kualitas Insan Bernafaskan Islam STS TS KS S SS NO Pertanyaan 1 2 3 4 5 1. Kader HMI membentuk unity of personalityc (pribadi yang utuh), pribadi yang integrated (integritas diri) tercegah dari split personality (kepriabadian ganda) 2. Kader HMI bermoral, sanggup memikul dari akibat-akibat perbuatannya dan sadar untuk menempuh jalan yang benar diperlukan keberanian moral
3. Kader HMI menjadikan Islam sebagai pedoman setiap pola tindak, pola laku.
B. Indikator Kualitas Insan Bertanggung Jawab Atas Terwujutnya Masyarakat Adil dan Makmur Yang di STS TS KS S SS Ridhai Allah SWT NO Pertanyaan 1 2 3 4 5 1. Kader HMI spontan dalam menghadapi tugas
2. Kader HMI responsif (cepat, tanggap) dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis (acuh)
3. Kader HMI memiliki rasa tanggung jawab dan taqwa kepada Allah SWT
Batas usia responden dalam penelitian ini 18 s/d 30 tahun Universitas Sumatera Utara 184
4. Kader HMI berperan aktif dalam suatu bidang untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT
5. Kader HMI korektif setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat adil makmur
6. Kader HMI percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai khalifah fi al- ard (Pelestari dan penjaga bumi beserta isinya) yang harus melaksankan tugas-tugas kemanusiaan
4. Variabel Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan Indikator Kepemimpinan STS TS KS S SS NO Pertanyaan 1 2 3 4 5 1. Kader HMI Melakukan perencanaan pengembangan kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi keteladanan 2. Kader HMI Melakukan perencanaan pengembangan kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi keberpengaruhan 3. Kader HMI Melakukan perencanaan pengembangan kepemimpinan pemuda dengan meningkatkan potensi penggerakan pemuda sebagai kekuatan moral, control social dan agen perubahan yang berwawasankebangsaan 4. Kader HMI Mengebangkan Motivasi Kepada Pemuda Untuk Bertindak dalam menghadapi arus perubahan
5. Kader HMI memberikan Inspriasi (penemuan ide baru) Kepada Pemuda
6. Kader HMI Mengorganisir setiap permasalahan pada kelompok pemuda
7. Kader HMI Membangkitkan Kesadaran dan kepedulian Pemuda
8. Kader HMI Melakukan Pelatihan dan training-training seperti LK I, LK II, LK III, SC, TOT dsb dengan muatan-muatan kepemimpinan.
Hormat Peneliti, Medan, 14 Juni 2016
Suwandi Simangunsong NIM: 147003048
Batas usia responden dalam penelitian ini 18 s/d 30 tahun Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Data
Tabulasi Jawaban Responden
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Respo P P P P P P P P P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 2 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 6 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 8 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 10 5 5 5 5 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 11 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 12 4 4 5 5 3 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 13 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 14 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 15 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 16 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 17 5 4 4 5 3 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 18 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 19 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 20 4 5 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4
185 Universitas Sumatera Utara 186
Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Respo P P P P P P P P P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 21 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 22 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 24 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 26 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 27 5 4 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 5 4 4 28 5 5 4 4 4 3 3 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 5 4 5 29 4 5 5 5 5 3 3 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 5 4 4 30 3 4 5 4 5 4 3 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 31 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 32 5 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 33 5 4 5 5 3 4 5 4 4 5 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 34 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 35 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 36 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 37 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 5 4 3 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 39 5 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 41 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 42 4 5 5 5 3 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4
Universitas Sumatera Utara 187
Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Respo P P P P P P P P P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 43 5 4 5 5 3 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 44 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4 5 4 45 5 4 5 5 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 46 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 47 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 48 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 49 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 50 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 51 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 52 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 53 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 3 3 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 54 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 55 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 3 5 4 5 4 3 3 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 56 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 5 3 5 4 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 57 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 58 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 5 5 4 59 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 60 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 61 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 5 4 3 4 3 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 63 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 64 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5
Universitas Sumatera Utara 188
Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Respo P P P P P P P P P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 65 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 66 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 67 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 68 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 69 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 70 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 71 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 72 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 73 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 75 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 76 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 77 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 78 5 4 4 4 5 5 3 4 3 4 3 3 3 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 3 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 79 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 80 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 81 4 5 5 4 4 3 5 5 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 5 82 3 3 4 5 3 5 5 4 5 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 83 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 5 5 84 4 5 4 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 85 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 86 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5
Universitas Sumatera Utara 189
Tabulasi Jawaban Responden Lanjutan
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Respo P P P P P P P P P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 87 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 88 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 89 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 5 4 4 3 4 3 3 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 90 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 91 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 92 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 93 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 94 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 95 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 96 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 97 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 98 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas
3.1 Hasil Uji Validitas
Item-Total Statistics
Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P1 154.64 92.768 .337 .904
P2 154.72 93.356 .279 .905
P3 154.63 92.462 .408 .903
P4 154.69 92.957 .339 .904
P5 154.92 92.550 .260 .906
P6 154.77 91.336 .367 .904
P7 154.88 91.387 .356 .904
P8 154.72 92.511 .382 .904
P9 154.74 92.048 .365 .904
P10 154.73 91.022 .497 .902
P11 154.81 90.838 .445 .903
P12 154.85 90.213 .460 .903
P13 154.72 90.243 .518 .902
P14 154.69 91.452 .460 .903
P15 154.65 90.992 .496 .902
P16 154.66 91.153 .497 .902
P17 154.77 90.759 .467 .902
P18 154.84 90.262 .482 .902
P19 154.66 90.370 .535 .901
P20 154.71 89.835 .539 .901
P21 154.68 90.322 .535 .901
P22 154.84 89.148 .563 .901
P23 154.82 89.450 .536 .901
P24 154.80 89.381 .514 .902
190
Universitas Sumatera Utara 191
Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
P25 154.80 90.123 .524 .901
P26 154.76 90.249 .551 .901
P27 154.84 89.128 .522 .901
P28 154.70 91.283 .457 .903
P29 154.68 91.414 .448 .903
P30 154.65 92.229 .390 .903
P31 154.74 92.398 .392 .903
P32 154.86 92.206 .379 .904
P33 154.65 92.827 .362 .904
P34 154.70 92.396 .380 .904
P35 154.71 92.309 .387 .904
3.2 Hasil Reabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.905 35
Universitas Sumatera Utara 192
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik
4.1 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 98
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.77480673
Most Extreme Differences Absolute .049
Positive .036
Negative -.049
Kolmogorov-Smirnov Z .484
Asymp. Sig. (2-tailed) .973
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Universitas Sumatera Utara 193
4.2 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics
Std. Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 12.880 3.047 4.227 .000
X1 .231 .087 .254 2.659 .009 .655 1.528
X2 .116 .082 .157 1.411 .162 .483 2.072
X3 .235 .075 .357 3.120 .002 .456 2.195
a. Dependent Variable: Y
4.3 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error Change Statistics R Adjusted of the R Square F Sig. F Durbin- Model R Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
1 .662a .439 .421 1.803 .439 24.474 3 94 .000 1.916 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
4.4 Uji Heterokedastisitas
Universitas Sumatera Utara 194
Lampiran 5. Uji Chi Kuadrat
5.1 Uji Chi Kuadrat Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terhadap
Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Value df sided)
Pearson Chi-Square 169.551a 110 .000
Likelihood Ratio 116.665 110 .314
Linear-by-Linear Association 27.825 1 .000
N of Valid Cases 98
a. 132 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01.
5.2 Uji Chi Kuadrat Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
terhadap Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Value df sided)
Pearson Chi-Square 277.113a 143 .000
Likelihood Ratio 143.611 143 .470
Linear-by-Linear Association 28.318 1 .000
N of Valid Cases 98
a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01.
Universitas Sumatera Utara 195
5.3 Uji Chi Kuadrat Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Value df sided)
Pearson Chi-Square 229.936a 143 .000
Likelihood Ratio 131.503 143 .745
Linear-by-Linear Association 36.033 1 .000
N of Valid Cases 98
a. 168 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01.
Universitas Sumatera Utara 196
Lampiran 6. Uji Korelasi dan Uji t
6.1 Hubungan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam
Pembangunan Kepemudaan di Kota Medan
Correlations
X1 Y
X1 Pearson Correlation 1 .536**
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
Y Pearson Correlation .536** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Std. Model B Error Beta t Sig. 1 (Constant) 16.677 3.221 5.177 .000
X1 .488 .079 .536 6.214 .000
a. Dependent Variable: Y
Universitas Sumatera Utara 197
6.2 Hubungan Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam
Pembangunan Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Correlations
X2 Y X2 Pearson Correlation 1 .540**
Sig. (2-tailed) .000 N 98 98 Y Pearson Correlation .540** 1
Sig. (2-tailed) .000 N 98 98 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.348 2.599 7.828 .000
X2 .398 .063 .540 6.291 .000
a. Dependent Variable: Y
Universitas Sumatera Utara 198
6.3 Hubungan Penerapan Ideologi HMI Terhadap Kader Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Mengatasi Masalah Pembangunan
Kepemimpinan Kepemudaan di Kota Medan
Correlations
X3 Y
X3 Pearson Correlation 1 .609**
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
Y Pearson Correlation .609** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.335 2.175 9.350 .000
X3 .400 .053 .609 7.533 .000
a. Dependent Variable: Y
Universitas Sumatera Utara 199
Lampiran 7. Tabel Distribusi Chi-Square
Universitas Sumatera Utara 200
Tabel Distribusi Chi-Square Lanjutan
Universitas Sumatera Utara 201
Lampiran 8. Tabel Korelasi R
Universitas Sumatera Utara 202
Tabel Korelasi R Lanjutan
Universitas Sumatera Utara 203
Tabel Korelasi R Lanjutan
Universitas Sumatera Utara 204
Tabel Korelasi R Lanjutan
Universitas Sumatera Utara 205
Tabel Korelasi R Lanjutan
Universitas Sumatera Utara 206
Lampiran 9. Tabel Durbin-Watson
Universitas Sumatera Utara 207
Tabel Durbin-Watson Lanjutan
Universitas Sumatera Utara 208
Lampiran 10. Tabel Distribusi t
Universitas Sumatera Utara 209
Tabel Distribusi t Lanjutan
Universitas Sumatera Utara 210
Tabel Distribusi t Lanjutan
Universitas Sumatera Utara