PENDIDIKAN DAYAH DAN PERKEMBANGANNYA DI ACEH

Marhamah Program Doktor, Pascasarjana Universitas Sultan Zainal Abidin (Unisza) Email: [email protected]

Abstrak

Keberadaan dayah sebagai lembaga pendidikan, baik yang masih menganut sistem pendidikan tradisional maupun yang modern, memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Aceh dan . Dari waktu ke waktu dayah semakin tumbuh dan berkembang baik kualiti maupun kuantitinya. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih menaruh perhatian besar terhadap dayah sebagai pendidikan alternatif. Pendidikan dayah terus mengalami perkembangan, sebab modelnya senantiasa selaras dengan jiwa, semangat, dan kepribadian bangsa Indonesia yang mayoritas beragama . secara umum, pendidikan dayah bertujuan membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan pada semua segi kehidupan serta mampu menjadikan diri sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara, juga dapat mengabdikan diri dihadapan Allah sehingga tetap relevan dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Pendidikan dayah memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan lain pada umumnya. Demikian juga halnya dengan kurikulum, ia memiliki kurikulum tersendiri dengan model pembelajarannya dalam bentuk talaqqi dan bersanad. Pendidikan dayah saat ini telah memiliki perubahan yang jauh berbanding dengan masa sebelumnya, diantaranya mulai menerapkan perpaduan pendidikan tradisional dengan madrasah baik pada tingkat menengah maupun Aliyah bahkan telah membuka perguruan tinggi Islam. Kata Kunci: Pendidikan Dayah, Perkembangan, Aceh

Abstract The existence of dayah as an educational institution, which still adopt traditional and modern education system, has a great influence in the life of Acehnese and Indonesian. From time to time, dayah has developed well both quality and quantity. Many people pay great attention to dayah as an alternative education. The dayah education is developing because its model is harmony with the soul, spirit, and personality of who are dominantly Muslims. In general, the dayah education aims to foster moslem to behave based on Islamic education, to have a sense of religion in all aspects of life and to make themselves benefited to religion, society and country, as well as to devote themselves to God which is relevant to the aims of humans’ creation. The dayah education has different characteristics from other educations. It also happen with curriculum in which it has itself curriculum with learning models in the form of talaqqi and bersanad. Nowadays, the dayah education has changed significantly compared to the past, such as it has started to implement a combination of traditional and madrasah education both at the secondary level and Aliyah and even at universities level. Keywords: Education Dayah, Development, Aceh.

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 71 A. Pendahuluan B. Pembahasan

Dayah sebagai lembaga pendidikan 1. Pendidikan Dayah periode Awal tertua, memiliki bentuk yang khas dan di Aceh bervariasi. Dalam perjalanannya, dayah Pertumbuhan dan perkembangan mengalami pluktuatif. Namun untuk saat dayah di Aceh tidak terlepas hubungannya ini dayah mulai bangkit lagi dan secara dengan sejarah masuknya Islam di Aceh. bersungguh-sungguh mereka berbenah diri. Pendidikan Islam pertama di Indonesia Pada masa lalu, dayah telah mengambil bermula ketika orang-orang yang masuk kedudukan penting dan telah memberi Islam ingin mengetahui lebih banyak pengaruh yang sangat besar terhadap tentang ajaran agama yang dipeluknya, baik perubahan sosial politik di Aceh. Menurut mengenai tata cara beribadah, membaca Hasbi Amiruddin (2007), kejayaan Dayah al-Qur’an dan mengetahui Islam lebih luas pada masa lalu telah mampu mendidik dan mendalaminya. Pada awalnya, tempat rakyat Aceh dalam berbagai hal. Sebagai belajar berlangsung di rumah-rumah, hasilnya ada yang mampu menjadi raja, surau, langgar atau masjid. Ditempat inilah menteri, panglima tentera, ulama, ahli mereka belajar membaca al-Qur’an dan teknologi perkapalan, pertanian, perubatan, ilmu-ilmu agama lainnya, secara individu dan lain-lain. Salah satu bukti kejayaan dan langsung. Dayah kala itu, dapat dilihat dari peranan Pada zaman Rasul, masjid yang dimainkan Dayah, yaitu sebagai digunakan sebagai tempat belajar/tempat tempat pembangunan masyarakat, tempat melaksanakan pendidikan, disamping penyampaian dakwah Islam (tempat belajar sebagai tempat ibadah. Banyak putra/putri agama) juga sebagai tempat mendidik para Islam yang dididik di masjid, dan beraneka santri untuk perlawanan bangsa penjajah. ragam pengetahua dipelajarinya. Hal ini Dalam perjalanannya, pendidikan mendorong terbentuknya banyak kelompok dayah mengalami kemunduran peran belajar (halaqah) di masjid-masjid. sebagai salah satu tiang perubahan sosial Kelompok-kelompok ini mengambil di Aceh. Kemunduran ini dapat disebabkan tempat di sudut-sudut masjid atau zawiyah oleh banyak faktor dan dapat dilihat dari (Tri Qurnati, 2007). Kata zawiyah ini banyak sisi pula. Akan tetapi pasca tsunami digunakan oleh masyarakat Aceh untuk dan konflik di Aceh, dayah mengalami lembaga pendidikan Islam dengan ucapan perubahan yang baik, ia mula bangkit disesuaikan dengan pelafalan etnis Aceh. dan terus berkembang. Maka dalam Dari kata zawiyah berubah menjadi Dayah. makalah ini pembahasan difokuskan pada Dayah adalah lembaga pendidikan perkembangan pendidikan dayah yang ada Isalm tertua di Aceh dan Nusantara. Ia telah saat ini di Aceh. lahir dan berkembang seiring dengan lahir dan berkembangnya ajaran Islam di Aceh.

72 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 Dayah juga telah banyak memberikan tertentu. (Hasbi Amiruddin, 2013). andil dalam perkembangan dan kemajuan Lebih lanjut Hasbi Amiruddin Aceh. Melalui Dayah, nilai-nilai keacehan menyatakan bahwa pendidikan dayah dan keislaman diwariskan dari generasi dimasa kesultanan, mengalami kemajuan ke generasi. Sebelum Belanda datang pesat. Hal ini dibuktikan dengan jumlah ke Indonesia dayah merupakan pusat dayah terus berkembang, jumlah pengembangan dan pembinaan masyarakat, ulama (tenaga pengajar) terus tumbuh dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan (bertambah), sultan mengundang ulama- penyebaran agama dan mempunyai ulama luar negeri, baik untuk kepentingan peranan tertentu. Setelah Belanda berhasil mengajar dan kepentingan kerajaan sebagai menguasai kerajaan-kerajaan di Nusantara, konsultan dibidang hukum Islam. Sebagian Dayah menjadi pusat perlawanan ulama Aceh ikut memperdalam ilmunya pertahanan terhadap kekuasaan Belanda. dengan memilih tempat ke Makkah dan Dayah berfungsi sebagai pusat penyebaran Madinah. Bukti lainnya adalah terdapat agama Islam di kalangan masyarakat dan sejumlah kitab-kitab hasil karya ulama sebagai pusat untuk melawan para penjajah. Aceh bereputasi internasional seperti Pendidikan yang berjalan di pemikiran Hamzah Fansuri, Syamsuddin Aceh sebelum diperangi Belanda adalah al Sumatrani, Nuruddin ar-Raniry dan pendidikan berdasarkan agama Islam, sebab Abdurrauf al-Singkili yang telah memberi Aceh kala itu adalah daerah kerajaan Islam. warna pemikiran Islam di Asia Tenggara Pendidikan bercorak Islami ini berlaku sejak abad 16-17 bahkan sampai sekarang untuk seluruh negeri ketika itu. Anak- (Hasbi Amiruddin. 2013). anak dididik di rumah-rumah, di masjid Kualiti pendidikan dayah mula atau di meunasah (Mukhlisuddin, 2012). menurun iaitu ketika berkecamuknya Tempat belajar bagi masyarakat secara perang Belanda di Aceh, sebab banyak umum adalah dayah. Pendidikan dayah ulama dan para santri ikut terlibat pada saat ini dimulai dari tingkat rendah, dalam peperangan dan mareka banyak tingkat menengah dan tingat tinggi. Belajar syahid di medan perang. Abdurrahman tingkat rendah dan menengah dilakukan Shaleh (1982) mengatakan: pondok di rumah atau di meunasah, di ajarkan pasantren sebagai lembaga pendidikan oleh santri yang sudah tinggi ilmunya terutama di Indonesia telah menunjukkan (teungku rangkang). Sementara teungku kemampuannya dalam mencetak kader- rangkang itu belajar bersama teungku kader ulama yang berkualiti, sehingga Chik (Ulama Besar/pimpinan Dayah). tidak mengherankan apabila pada masa Sedangkan tingkat tinggi dilakukan dengan penjajahan Belanda dan Jepang sering mengundang seorang teungku atau ulama timbul pemberontakan-pemberontakan untuk mengajar di rumah, bahkan pada yang di pimpin oleh pimpinan dayah dan tingkat khusus dalam cabang pengetahuan para pelajarnya, demikian pula dengan

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 73 sejarah perjuangan merebut kemerdekaan, (Tamiang), dan dayah Lamuri. kalangan pondok pasantren/dayah selalu Dayah sebagai institusi pendidikan ikut aktif mengambil bagian dalam Islam telah banyak menciptakan Ulama, melawan penjajah. Selain itu, aksi Belanda juru dakwah, pendidik, pemimpin, membumihanguskan sejumlah dayah dan sehingga mampu memecahkan berbagai perpustakaannya. Hal ini telah membuat persoalan umat serta mampu berhadapan masyarakat Aceh kehilangan sejumlah dengan cobaan-cobaan dan rintangan Ulama Besar, dan kehilangan sumber- dalam menyebarkan ajaran Islam ke seluruh sumber pengetahuan berharga berupa hasil penjuru tanah air. Ulama dan mubaliqh karya ulama besar dalam berbagai disiplin telah menamatkan studinya di suatu dayah, ilmu pengetahuan, baik karya ulama Aceh kembali mendirikan dayah baru di daerah maupun ulama Timur Tengah. Pendidikan asalnya di Aceh berada dalam pengawasan Belanda Kerajaan Islam di Aceh pada abad ketika itu. Ketika Belanda mulai megawasi ke-17 tercatat sebagai salah satu negara pendidikan Aceh, maka materi pelajaran kuat dan maju diantara lima negara di yang boleh diajarkan di dayah hanyalah dunia, yaitu Kerajaan Mughal di India, ilmu-ilmu berhubungan dengan ibadah Kerajaan Safawi di Isfahan, Kerajaan murni saja, yaitu ilmu Fiqh, Tauhid dan Islam Maroko di Maroko, kerajaan Turki Tasawuf. Bahasa Arab dan ilmu Mantiq Usmani di Turki, dan kerajaan Islam dipelajari hanya untuk mempertajam Aceh Darussalam di Aceh. Kekuatan itu memahami ilmu Fiqh. didukung oleh kekuatan ekonomi, politik, Pendidikan Dayah di Aceh mulai dan militer. Semua hal itu didapatkan dari Perlak Aceh Timur menuju seluruh melalui lembaga pendidikan. Aceh dan keseluruh Indonesia, bahkan Eksistensi Dayah di Aceh menurut ke Kedah dan Pahang, Malaysia sekarang. perkiraan James T. Siegel dikutip oleh Ketika itu Aceh menjadi pusat perhatian Hamdiah telah ada semenjak kesultanan masyarakat Islam di Asia Tenggara. Disisi dan turut mewarnai kehidupan masyarakat lain, Aceh telah memiliki kekuatan tauhid secara menyeluruh dan memainkan dalam mempertahankan Negeri Islam dari fungsi sosial, khususnya dalam disiplin penjajahan Belanda. Sehingga Aceh digelar ilmu agama. Masyarakat Aceh terutama dengan gelar Serambi Mekkah (Hasbi anak-anak muda kebanyakan meudagang Amiruddin, 2013). A. Hasjmi (1993) (nyantri), merantau untuk mendapatkan mengatakan: dayah Cot Kala (Aceh Timur) bekal pengetahuan (Hamdiah M. Latif, adalah pusat kegiatan pendidikan telah 2007). banyak menghasilkan ulama, juru dakwah, Dayah di Aceh telah mampu pendidik dan pemimpin yang telah banyak menunjukkan partisipasi aktifnya bersama- berperan dalam membangun kerajaan sama elemen masyarakat termasuk Peureulak, Samudera Pasai, Beunus pemerintah dalam menyukseskan program-

74 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 program pembangunan, terlebih dalam hal bersifat tradisional namun bukan berlaku kehidupan keagamaan dan pencerdasan untuk seluruh dayah, ada juga yang telah anak bangsa. Pergulatan literatur sejarah memasuki ide-ide pembaharuan seperti dan dinamika sosial secara dialektik pasantren Tebuireng, pimpinan KH. Hasyim membuat dayah mempunyai kesadaran Asy’ari. Pasantren Abdullah Syafi’ie yang dan konsen untuk ikut mengawasi proses didirikan pada tahun 1977 di Jati Waringin, perjalanan bangsa sesuai dengan cita-cita di dayah ini asasnya masih tetap memiliki agama dan masyarakat secara universal ciri-ciri dayah tempo dulu, tidak mengenal ( Sirozi, 2010). sistem kelas dan lama belajar, tetapi Pada awal perkembangannya, menggunakan sistem kelompok pengajian dayah memiliki dua fungsi yaitu sebagai dengan sistem halaqah. lembaga penyiaran dan sekaligus sebagai Keberadaan dayah sebagai lembaga pendidikan. Soebardi dan Johns lembaga pendidikan, baik yang masih (1986) menuliskan lembaga pendidikan mempertahankan sistem pendidikan Islam/dayah menentukan watak keIslaman tradisional maupun yang sudah mengalami dari asal usul sejumlah manuskrip tentang perubahan, memiliki pengaruh besar pengajaran Islam di Asia Tenggara. dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kemudian dikumpulkan oleh sejumlah Dari waktu ke waktu dayah semakin pengembara-pengembara dagang Belanda tumbuh dan berkembang baik kualiti dan Inggris semenjak abad ke-16. Lebih maupun kuantitinya. Tidak sedikit dari lanjut Ia menyebutkan, semenjak masyarakat yang masih menaruh perhatian peradaban Barat masuk ke Indonesia besar terhadap dayah sebagai pendidikan melalui kaum penjajahan Belanda, alternatif. Karena pendidikan dayah telah banyak mempengaruhi pandangan berkembang sampai sekarang, modelnya bangsa Indonesia, termasuk dalam dunia senantiasa selaras dengan jiwa, semangat, pendidikan dayah. Pada awal pertumbuhan dan kepribadian bangsa Indonesia yang dayah, belum mengenal ilmu-ilmu umum, mayoritas beragama Islam. namun semenjak peradaban Belanda masuk, sistem klasikal mulai diterapkan 2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan dan mata pelajaran umum mulai diajarkan, Dayah akan tetapi dayah melaksanakan ide-ide Berbicara tentang fungsi dayah, pembaharuan pendidikan ini masih sangat berhubungan erat dengan tujuan pendidikan sedikit. dayah/pondok pesantren, iaitu menyiapkan Dayah di Aceh berbeda halnya santri mendalami dan menguasai ilmu dengan dayah di tempat lain, seperti agama Islam (bertafaqquh fi al-din) bidang di Jawa pada awal abad ke dua puluh akhlak yang diharapkan dapat mencetak sampai permulaan kemerdekaan Republik kader-kader ulama, mendakwahkan dan Indonesia. Pada umumnya dayah masih menyebarkan agama Islam, menjadi

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 75 benteng pertahanan umat dalam bidang Zariyat ayat 56 yang berbunyi: akhlak, meningkatkan pengembangan َوَما َخلَ ْق ُت الْ ِج َّن َوا إالنْ َس �ال ِل َي ْع ُب ُد ِ ون)اذلارايت: إ masyarakat di berbagai sector, menjadi ٦٥( sentral pemberdayaan potensi ekonomi masyarakat (Tri Qurnati, 2007). Mok Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin Soon Sang. (2010) Pendidikan menurut dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. Islam merupakan usaha-usaha membaiki Adz-Zariyat: 56). diri supaya membentuk sifat-sifat kesempurnaan sebagai manusia beriman, Ayat di atas, memberikan berilmu pengetahuan, berakhlak mulia dan pemahaman bahwa penciptaan manusia beramal ikhlas. untuk menyembah-Nya serta mampu Berdasarkan tujuan tersebut di menghidupkan sunnah rasul dan atas, maka fungsi dayah adalah sebagai menyebarkan ajaran-ajaran Islam secara berikut: sebagai tempat mendalami ajaran kaffah, berakhlak mulia, istiqamah dalam Islam, sebagai tempat menyebarkan dan melakukan hubungan baik sesama manusia mendakwahkan ajaran Islam kepada serta dapat ber’ubudiyah kepada Allah. masyarakat, sebagai pencetak manusia Tujuan pendidikan dayah pada berakhlak mulia dan sebagai tempat dasarnya sama dengan tujuan dakwah pengkaderan pengembangan masyarakat Islam, yaitu menjadikan manusia muslim di berbagai sector. mampu mengamalkan ajaran Islam dalam Secara umum tujuan pendidikan kehidupan bermasyarakat dan dapat dayah merupakan bahagian dari tujuan mengabdikan diri dihadapan Allah sehingga pendidikan nasional, sebab pendidikan tetap relevan dengan tujuan penciptaan dayah ikut bertanggungjawab terhadap manusia itu sendiri. Karena itulah lahirnya proses pencerdasan bangsa secara pendidikan dayah sebagai tempat untuk keseluruhan. Maka tujuan pendidikan mendidik dan mengajar generasi Islam. dayah adalah: mencetak insan-insan Secara umum, pendidikan Dayah muslim yang menjadi pendukung ajaran- bertujuan membina warga negara agar ajaran Allah secara utuh” (Mefred Oepen berkepribadian muslim yang sesuai dengan dan Wolfgang Karcher, 1980). ajaran-ajaran Islam dan menanamkan Merujuk pada Al-Quran dan hadits, rasa keagamaan tersebut pada semua segi maka dasar utama dari tujuan pendidikan kehidupan serta mampu menjadikan diri Dayah adalah diarahkan untuk ahli-ahli sebagai orang yang berguna bagi agama, agama dan ulama yang menguasai ilmu masyarakat dan negara. agama serta mengamalkannya dengan Adapun tujuan khusus dari tekun untuk berbakti dan mengabdi diri pendidikan dayah adalah sebagai berikut: sepenuhnya kepada Allah Swt. Sesuai 1. Mendidik santri/pelajar menjadi dengan firman Allah dalam surat Adz- seorang muslim yang bertaqwa

76 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 kepada Allah SWT, berakhlak mulia, fungsinya, eksistensinya tidak saja untuk memiliki kecerdasan, keterampilan mempersiapkan santri-santrinya untuk dan lahir batin sebagai warga menjadi ulama-ulama ukhrawi yang negara yang berpancasila. mampu memberikan ajaran agama sahaja. 2. Mendidik santri/pelajar menjadikan Akan tetapi mampu meningkatkan dan manusia muslim selaku kader-kader memajukan sosial ekonomi masyarakat. ulama dan muballigh yang berjiwa Dengan demikian, ulama bukan saja ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta menjadi perawat dan pembina mental dalam mengamalkan ajaran Islam spiritual, melainkan sebagai tenaga secara utuh dan dinamis. penggerak dalam pembangunan 3. Mendidik santri/pelajar untuk kebudayaan bangsa Indonesia. Untuk memperoleh kepribadian dapat melaksanakan fungsi tersebut, dayah yang baik dan mempertebal harus dibina dengan baik agar menjadi semangat kebangsaan agar dapat lembaga pendidikan dan pengajaran agama menumbuhkan manusia-manusia Islam yang mengajar dan mendidik pembangunan yang dapat serta pengetahuan praktis disamping menjadi mampu untuk membangun dirinya tenaga ahli dalam bidang agama. dan bertanggungjawab kepada Dayah sebagai lembaga pendidikan pembangunan bangsa dan negara. memiliki beberapa kelebihan sebagai 4. Mendidik santri/pelajar sebagai berikut: tenaga-tenaga penyuluh 1. Penekanan utama pendidikan dan pembangunan mikro (keluarga) dan pembelajaran pada kecerdasan regional (pedesaan/ masyarakat/ spiritual (SQ) disamping kecerdasan lingkungannya). intelektual (IQ) dan emosional 5. Mendidik santri/pelajar agar (EQ). Dengan ini diharapkan pelajar menjadi tenaga-tenaga yang cakap memiliki kecerdasan dan karakter dalam berbagai sektor pembangunan yang kuat dan mudah bersosialisasi khususnya pembangunan mental di masyarakat. spritual. 2. Dayah merupakan institusi 6. Mendidik santri/ pendidikan tertua di bumi nusantara, pelajar untuk membantu ditumbuhkan oleh para wali, kyai meningkatkan kesejahteraan dan penyebar Agama Islam yang sosial masyarakat lingkungan melakukan tafaqquh fi al-Diin dalam rangka usaha pembangunan dengan Ikhlas. Mereka adalah masyarakat dan bangsa. orang-orang yang bersih batinnya Memperhatikan tujuan yang hendak dan selalu mendekatkan diri kepada dicapai pendidikan dayah, maka dayah Allah. Hal ini menyebabkan Ilmu yang ada sekarang perlu diperbaharui yang diperoleh di Pondok Pesantren

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 77 menjadi lebih berkat (barakah). yang membanggakan bagi kejayaaan 3. Pelajar sepenuhnya boleh masyarakat Aceh dan Indonesia di masa dikawal dan dilindungi daripada mendatang. pengaruh negatif tersebut. Dengan 3. Kurikulum Pendidikan Dayah pendidikan berasaskan nilai-nilai Menurut Zulkhairi (2016) Islam Nusantara, dayah menjadi kurikulum memiliki peranan sangat lembaga mempunyai daya tahan penting pada suatu lembaga pendidikan. Ia dari pelbagai ancaman pengaruh menyimpulkan dalam tiga peranan yaitu. negatif. 1. Peranan konservatif yaitu 4. Pondok Pesantren akan kurikulum yang kembangkan menghasilkan alumni santri yang untuk mentransfer apa yang sudah mempunyai perpaduan berasaskan terjadi di masa lalu kepada generasi Islam yang kuat dan pribadi yang berikutnya untuk dilestarikan, mempunyai rasa simpati dengan diteruskan atau dikembangkan. sesama. Dengan demikian, lembaga 5. Santri akan mampu pendidikan merupakan lembaga mengintegrasikan ilmu yang yang dapat mempengaruhi dan diperolehi melalui madrasah formal membina tingkah laku siswa sesuai dengan ilmu agama yang diperolehi dengan standar nilai yang berlaku di melalui dayah. Ilmu inilah yang dalam suatu masyarakat. akan memudahkan para santri 2. Peranan kritis atau evaluatif adalah untuk memahami makna hidup kurikulum berperanan sebagai yang sesungguhnya jawaban untuk menyelesaikan 6. Sebagai institusi pendidikan berbagai masalah sosial yang pilihan, sebab dayah mampu berkenaan dengan pendidikan melakukan pembentukan karakter dan aktif berpartisipasi dalam Muslim Nusantara sesuai dengan melakukan kontrol sosial dan ajaran Islam yang berpadu dengan memberi penekanan pada pola nilai-nilai tradisi, budaya dan berfikir kritis. Peranan ini kearifan tempatan pada semua sisi dicerminkan oleh pengertian kehidupan (Ahmad Firdaus, 2015) kurikulum yang didasarkan pada Memperhatikan beberapa pandangan filosofi progresivisme. keunggulan dayah di atas, sepatutnya 3. Peranan kreatif adalah kurikulum pendidikan dayah menjadi institusi untuk membangun kehidupan, pendidikan utama bagi masyarakat Aceh. masa sekarang dan masa yang akan Kerajaan Aceh harus sungguh-sungguh datang dengan berbagai kegiatan dalam memberikan perhatian agar dayah kreatif dan konstruktif serta benar-benar menjadi lembaga pendidikan berbagai rencana pengembangan

78 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 dan pembangunan bangsa dijadikan sebagian dayah ada yang tidak ditemukan dasar untuk mengembangkan kurikulumnya. Perbedaan ini menunjukkan kehidupan masa depan. bahawa dayah masih kurangnya perhatian Memperhatikan peranan yang pihak dayah terhadap pentingnya dimainkan kurikulum, hendaknya bagi kurikulum. Kurrikulum dayah merupakan setiap institusi penddikan memliki urutan kitab yang dipelajari oleh pelajar, di kurikulum yang jelas. Namun yang berlaku suatu dayah dan tidak distandarisasi secara bagi pendidikan dayah berbeda dengan kolektif ( Zamakhsyari Dhofier, 2011). pendidikan formal biasanya. Kurikulum Khusus untuk wilayah Aceh, pada dayah lebih banyak ditentukan oleh otoritas tahun 2008 pemerintah Aceh melalui BPPD seorang tengku sebagai pimpinannya. Hal mengeluarkan kebijakan implementasi ini menyebabkan ditemukan kesamaan kurikulum pendidikan dayah di Aceh. kurikulum atau kitab-kitab yang dijadikan Kurikulum pendidikan dayah oleh BPPD, standar dalam pengajarannya, bahkan di sebagai berikut: .

Kurikulum pendidikan Dayah tradisional

No Kelas Bidang Ilmu Nama Kitab 1. Tajhizi Fiqh Safinatun Naja (pemula) Nahwu Awamel Sharaf Dhammon Tauhid Kitabul tauhid Akhlak Pelajaran akhlak Alqur’an Tajwid 2. I (satu) Fiqh Al Ghayah Wattaqrib (Matan Taqrib) Nahwu Awamel/Aljarumiah Sharaf Matan Bina Tauhid Aqidah Islamiah Akhlak Taisirul Akhlak Alqur’an Tajwid lanjutan Tarikh Tarikhul Islam (Khulasah I) 3. II (dua) Fiqh Fathul Qarib/albajuri Nahwu Matammimah Sharaf Kailani Tauhid Khamsatun Mautun Akhlak Taisirul akhlak/Ta’limul muta’allim Hadits Matan Arba’in Tarikh Khulasah II Ushul Fiqh waraqat

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 79 No Kelas Bidang Ilmu Nama Kitab 4. III (tiga) Fiqh Fathul Mu’in (jilid I dan II) Nahwu Syaikh Khalid Sharaf Salsul Madkhal Tauhid Khifayatul ‘awam tasawuf Ta’limul Muta’allim lanjutan hadits Majalisus saniyah tarikh Khulasah jilid III ushul Fiqh Lathaiful Isyarah mantiq Matan Sulam

5. IV (empat) Fiqh Fathul Mu’in (jilid III dan IV) Nahwu Matan Alfiyah Sharaf Salsul Madkhal lanjutan Tauhid Hud Hudi tasawuf Muraqi ‘Ubudiyah hadits Majalisus Saniyah lanjutan tarikh Nurul Yaqin ushul Fiqh Lathaiful Isyarah tafsir Tasir jalalai mantiq Idhahul Mubham bayan Ahmad shawi

6. V (lima) Fiqh Mahalli Nahwu Ibnu ‘Aqil Sharaf Mathluq Tauhid Dusuki tasawuf Sirajuththalibin I hadits Majalisus Saniyah tarikh Nurul Yaqin Ushul Fiqh Ghayatul Wushul Tafsir Tafsir Jalalain Mantiq Sabban Bayan Jauharul Maknun Mustalah Hadits Minhatul Mughits

80 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 No Kelas Bidang Ilmu Nama Kitab 7. VI (enam) Fiqh Mahalli II Nahwu Ibnu ‘Aqil lanjutan Sharaf Mathlub lanjutan Tauhid Dusuki lanjutan tasawuf Sirajutththalibin II lanjutan hadits Mujalisusu Sanuyah lanjutan tarikh Nurul Yaqin lanjutan ushul Fiqh Ghayatul wushu lanjutan Tafsir Tafsir Jalalain lanjutan Mantiq Sabban lanjutan Bayan Jauharul Maknun lanjutan Musthalah Hadits Baiquni

8. VII (tujuh) Fiqh Mahalli Nahwu Ibnu ‘Aqil lanjutan Sharaf Mathlub lanjutan Tauhid Dusuki lanjutan tasawuf Sirajutththalibi lanjutan hadits Mujalisusu Sanuyah lanjutan tarikh Nurul Yaqin lanjutan ushul Fiqh Ghayatul wushu lanjutan Tafsir Tafsir Jalalain lanjutan Mantiq Sabban lanjutan Bayan Jauharul Maknun Musthalah Hadits Baiquni lanjutan

9. VIII Bustanul Muha Mahalli (delapan) qiqin wal muttaqiqi Ihya Ulumuddin (pembekalan untuk Hyatul Wushu calon guru)

Semua kitab atau mata pelajaran Muhtaj, namun ada juga yang hanya di atas diajari berdasarkan kemampuan sampai hingga di mata pelajaran Fathul guru (teungku beut) di sebuah dayah. Wahab. Adapun mata pelajaran pelengkap Ada dayah yang kemampuan gurunya seperti Ilmu Manthiq (logika) Ilmu Ushul bisa mengajari para pelajar hingga ke Fiqh (tata hukum), Balaghah, ‘Aruth dan tingkat mata pelajaran atau kitab Tuhfatul sebagainya, tidak ada persamaan dalam

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 81 pegangannya. Bahkan ada diantara tentu tidak identik dengan pasif, miskin dayah-dayah yang tidak mengajarkan atau serba kekurangan, tetapi mengandung sebagian daripada berbagai macam mata unsur kekuatan dan ketabahan hati, pelajaran tersebut. penguasaan dan pengendalian diri dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. 4. Karakteristik Pendidikan Dayah Oleh karenanya seluruh civitas Dayah Pendidikan Dayah merupakan merupakan pribadi-pribadi yang sederhana, institusi pendidikan Islam khas di Aceh berjiwa besar, berani dan selalu siap dan memiliki ciri atau karakteristik menghadapi perkembangan dan dinamika sendiri. Menurut Suwendi (1999) terdapat global. beberapa nilai-nilai yang akan membentuk c. Persaudaraan Ukhuwah Islamiyah. karakteristik pendidikan dayah tergambar Kehidupan dayah adalah dalam lima pilar, yaitu: persaudaraan sehingga merekatnya a. Keikhlasan. ukhuwah islamiyah antara sesama. Pilar keikhlasan menjadi ruh Semangat persaudaraan memperkokoh atau semangat para civitas dayah dalam ukhuwah islamiyah tercermin dalam setiap kegiatan yang dilakukannya di perilaku seluruh civitas dayah. Interaksi dayah. Baik teungku yang mencurahkan personal antar pribadi di dayah dilandasi ilmunya kepada peserta didik maupun semangat persaudaraan den gan peserta didik (simeudagang) saat menuntut mengedepankan sikap demokratis, tidak ilmu di dayah dilakukannya dengan ingin menang sendiri, menghargai orang penuh kesadaran dan keikhlasan; tidak lain, merasa senasib sepenanggungan dan didorong oleh ambisi untuk memperoleh sikap-sikap kebersamaan lainnya. keuntungan keuntungan tertentu, tetapi d. Kemandirian. semata-mata demi beribadah kepada Allah Kemandirian dayah sebagai sebuah Swt. Pilar keikhlasan ini menjadi identitas institusi pendidikan telah dibuktikan sejak paling penting bagi civitas dayah, yang eksistensinya di Aceh, dimana dayah-dayah terbentuk secara mantap oleh adanya di Aceh pada umumnya dapat menjamin suatu keyakinan bahwa mengajarkan, eksistensinya tanpa menggantungkan mempelajari kemudian mengamalkan ilmu diri atau berharap pada para pihak untuk agama merupakan kewajiban bagi setiap membantu kehidupan dayah. Artinya muslim. Dengan menjalankan kewajiban dayah di Aceh dapat bertahan justru kerena inilah, Allah akan senantiasa mencurahkan semangat kemandirian.Kemandirian juga rahmat dan kasih sayangnya. tercermin dengan jelas pada kehidupan b. Kesedehanaan. santrinya. Kehidupan santri saat masih Pilar kesederhanaan juga menjadi menimba ilmu di Dayah maupun setelah identitas yang sangat melekat pada seluruh selesai menutut ilmu di Dayah tertentu civitas dayah. Kesederhaan yang agung, adalah pibadi-pribadi yang memiliki tingkat

82 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 kemandirian hidup yang sangat tinggi. Saat disiplin yang kuat, (g) keberanian untuk di Dayah, para santri dibiasakan untuk menderita dengan pencapaian tujuan. hidup mandiri, sejak dari bangun tidur Ciri ini merupakan ciri yang sudah sangat sampai tidur kembali, semua keperluan makruf dikalangan masyarakat Aceh kita hidupnya dapat dilakukannya sendiri atau ketika berbicara tentang kehidupan aneuk bersama dengan santri lainnya. dayah. e. Kebebasan. Lukman Hakim Saifuddin (2016) Para civitas dayah memiliki sikap menyebutkan tiga ciri utama pendidikan bebas dalam memilih alternatif jalan dayah yaitu: selalu mengajarkan paham hidup dan menentukan masa depannya Islam yang moderat, keluarga besar dengan jiwa besar, optimis dalam pesantren tidak hanya tercermin dari menghadapi segala problema kehidupan para pimpinan/kiyainya akan tetapi juga berdasarkan nilai-nilai Islam. Kebebasan para pelajarnya, memiliki jiwa dalam ini juga tercermin pada ketidakterikatan keragaman, setiap pesantren selalu dengan pihak eksternal. Oleh karena itu mengajarkan cinta tanah air. pesantren atau dayah meniscayakan sebuah Menurut Azyumardi Azra dalam kemandirian, kemerdekaan. Anwar Syadat (2011) secara singkat Bila di lihat dari pelajar, Binti karakteristik pendidikan Islam adalah Maunah (2009) menambahkan bahwa sebagai berikut: dayah tidak membatasi para pelajar. Kyai a. Pendidikan Islam, memiliki atau teungku tidak pernah diskriminatif penekanan bahwa pencarian ilmu terhadap pelajarnya dari berbagai pengetahuan, penguasaan dan kelompok, ras, suku yang berbeda. Oleh pengembangan atas dasar ibadah karenanya tradisi dayah juga melahirkan kepada Allah. pluralisme. b. Pendidikan Islam, memiliki Dilihat dari proses pendidikan, pengakuan akan potensi dan menurut Sulaiman (2010) pendidikan kemampuan seseorang pelajar dayah memiliki ciri sebagai berikut: (a) untuk berkembang dalam suatu dayah memiliki hubungan yang akrab kepribadian. Setiap pencari ilmu antara aneuk dayah dengan abu dayah, dipandang sebagai makhluk hal ini dikarenakan mereka tinggal dalam Tuhan yang perlu dihormati dan satu kompleks atau istilah sekarang disebut disantuni agar potensi-potensi yang kampus, (b) ketaatan aneuk dayah kepada dimilikinya dapat teraktualisasi Abu, (c) hidup hemat dan sederhana, (d) dengan sebaik-baiknya. semangat menolong diri sendiri amat terasa c. Pendidikan Islam, memiliki dan kentara dikalangan aneuk dayah, (e) pengamalan ilmu pengetahuan suasana persaudaraan dan saling membantu atas dasar tanngung jawab kepada antara para aneuk dayah, (f) pendidikan Tuhan dan manusia. Disini

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 83 pengetahuan bukan hanya untuk talaqqi dan bersanad. Pengajian secara diketahui dan dikembangkan, talaqqi ini merupakan satu juzuk daripada melainkan sekaligus dipraktekkan sunnah Rasulullah apabila Rasulullah dalam kehidupan nyata. menerima wahyu daripada Jibril, dan Beberapa karakteristik tersebut menghafal wahyu tersebut terus dari Jibril. diatas akan menjadi pembeda secara Kaedah pengajian semacam ini diteruskan jelas antara pendidikan pada instansi hingga hari ini karena peraliran ilmu dan dayah dengan pendidikan pada institusi pecerahan kitab ulama yang muktabar formal lainnya. Ciri yang disebutkan Azra disampaikan secara bersanad (dari guru menunjukkan bahawa kajian keilmuan kepada guru) sekaligus memelihara pada dayah adalah semata-mata dalam keaslian ilmu dan makna penulis kitab rangka melaksanakan kewajiban dan tersebut. ibadah kepada Allah semata-mata serta Pembelajaran dengan kaedah untuk diaplikasikan dalam kehidupan Talaqqi dimaksud pengajian ilmu Islam secara nyata. Karena itu pendidikan disampaikan dari guru kepada pelajar dayah patut dijaga dan dipelihara sebagai secara berdepan dan bil musyafahah (dari warisan sangat penting dalam sistem mulut ke mulut). Dimana seorang murid pendidikan nasional, di mana dayah membaca matan kitab dan kemudian telah memberikan kontribusi yang sangat guru mensyarahkan isi dari kitab tersebut. besar dalam perkembangan kebudayaan Dalam tingkatan talaqqi, ada beberapa nasional. Sehingga fungsi dayah dalam tahapan yang boleh diikuti. Ada talaqqi kerangka pendidikan nasional sangat yang diperuntukkan bagi tahap pemula mendukung kemajuan pendidikan di tanah (mubtadi), tahap sederhana (mutawassith), air Indonesia. dan untuk tahap akhir/mutaakhir. Kaedah lain, menurut Hasbi 5. Metode Pembelajaran Amiruddin (2013) para pelajar datang Pendidikan Dayah satu persatu kepada seorang guru dengan Hendri Julian Ibrahim (2017) copy teks (kurah) yang sedang mereka menceritakan bahwa belajar di dayah pelajari, kemudian guru membaca teks, berbeda dengan sekolah-sekolah pada memberi komentar dan catatan dalam umumnya. Dayah masih menggunakan bacaan tersebut, kemudian meminta pelajar model pembelajaran Islam dari awal membaca semula teks tersebut. Dan pada malui, iaitu sejak masa Rasul, sahabat, kelas tinggi, perbincangan lebih dianjurkan tabi’in, tabi’tabi’in, dan seterusnya hingga dalam segala aktiviti belajar mengajar, dan masa kini. Model ini merupakan ciri khas ruang kelas hampir merupakan kondisi pembelajaran dayah yang masih dikekalkan seminar. Para guru biasanya berfungsi sehingga saat ini. Model pembelajaran sebagai moderator, sekaligus nara sumber. tersebut dinamakan dengan belajar secara Tri Qurnati (2007) menambah

84 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 adanya kaedah mukhabarah, iaitu model pembelajaran dalam bentuk talaqqi perbincangan untuk membincangkan dan bersanad i sejak awal mula adanya masalah keagamaan, baik diantara sesama dayah dan masih kekal sampai saat ini. kyai/teungku (tenaga pengajar) atau sesama Model pembelajaran ini akan sangat peserta didik pada tahap tinggi. M. Dian Nafi menentukan tempoh masa belajar yang ‘dkk. (2007) Menyebut pada penguasaan akan dihabiskan pada pendidikan Dayah kitab kuning, juga dilakukan melalui forum bagi seorang pelajar. Sebab dayah tidak yang disebut bahts al-masa’il, musyawarah menentukan berapa lama masa untuk atau munadharah. Dimaksudkan dalam kajian satu kitab bagi seorang pelajar. forum ini, peserta didik membahas dan Akan tetapi ditentukan oleh sebelapa lama membincangkan suatu masalah dalam seorang pelajar boleh menamatkan sebuah kehidupan masyarakat untuk mencari kitab yang dikaji. penyelesaiannya secara fiqh (perundangan Islam). Disamping itu, peserta didik dilatih 6. Pendidikan Dayah periode untuk belajar demokrasi dan menghargai Modern berbagai pendapat. Dayah dalam perkembangannnya Menurut Yusuf Abdur Rahman mengalami perubahan dan pembaharuan. dalam Imam Ibn Hajar yang dikutip oleh Pada awalnya dayah di Aceh berbentuk Asy-Syaikh As- Shohibul Faroji tradisional, sebagaimana yang telah Azmatkhan (2013) mengatakan, berkenaan disampaikan di atas. Diera sekarang, dengan Manhaj Islami dalam ilmu-ilmu dayah mulai dipengaruhi oleh gagasan yang mengikuti manhaj As-Salaf As- pembaharuan, khususnya berkaitan dengan Shalih, yang wujud dalam bentuk talaqqi sistem pendidikan. Ide ini berawal dari (menerima secara langsung) ilmu-ilmu perkembangan pemikiran Islam di Timur dari para ulama, membaca kitab-kitab Tengah yang sedang mempengaruhi dihadapan mereka, mendapatkan ilmu dari pemikiran umat Islam kala itu. Hasbi mereka dan mengembara kepada mereka Amiruddin (2013) menyatakan sejumlah untuk tujuan tersebut, untuk mendapatkan ulama Aceh sempat mondok di Makkah ketinggian sanad, kejernihan minuman mendapat pengaruh pemikiran ini, lalu (ilmu), serta keselamatan dari kesalahan, mereka menyampaikan pemikirannya kepincangan, dan hawa nafsu. “Inilah cara kerekan-rekan yang ada di Aceh. Aceh sebenarnya dalam menuntut ilmu. Karena, menyambut baik ide pembaharuan itu. ilmu itu diperoleh dengan belajar dan itu Mereka berkeyakinan salah satu sarana tidak diambil melainkan dengan bertalaqqi untuk melawan penjajah yang telah lama dari mulut para ulama dengan menghadiri mendiami negeri muslim adalah dengan majlis-majlis ilmu, bersahabat dengan para memperkuat ilmu pengetahuan, yaitu ulama, dan sebagainya. “ melalui lembaga-lembaga pendidikan yang Pendidikan dayah telah menerapkan berkualitas.

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 85 Pada awal kemerdekaan Indonesia ditetapkan kurikulum dan sistem dayah. (1945-1948), para pemimpin dan ulama Para murid diharuskan untuk tinggal di Aceh telah sepakat dalam mobilisasi asrama, sebagaimana yang ditetapkan pada massa untuk mempertahankan tanah air dayah-dayah tradisional. Namun dari segi seluruh madrasah diserahkan dibawah materi yang diajarkan, dayah terpadu tidak control negara, sedangkan dayah tetap mengajarkan kitab-kitab yang lebih tinggi dibawah control para ulama. Kedua (advanced texts). lembaga ini berjalan masing-masing Terkait dengan problema atau secara terpisah. Pada tahun 1953, pendidikan pesantren dalam interaksinya terjadinya perselisihan antara Aceh dengan dengan perubahan sosial akibat modernisasi pemerintah pusat, yang menyebabkan atau globalisasi, kalangan internal terjadinya pemberontakan. Hal ini pesantren sebenarnya telah melakukan berakibat pada madrasah yang sebagai pembenahan. Salah satu bentuknya adalah tempat mendalami ajaran Islam, sebagai pengembangan model pendidikan formal tempat menyebarkan dan mendakwahkan (sekolah), mulai tingkat SD sampai ajaran Islam kepada masyarakat, perguruan tinggi, di lingkungan pesantren sebagai pencetak manusia berakhlak dengan menawarkan perpaduan kurikulum mulia dan sebagai tempat pengkaderan keagamaan dan umum serta perangkat pengembangan masyarakat di berbagai ketrampilan teknologis yang direncanakan sector. Sudah didirikan, namun tidak dapat secara sistematik-integralistik. Tawaran dijalankan dengan baik. Sedangkan dayah berbagai model pendidikan mulai dari di Aceh berjalan sebagaimana yang telah Sekolah Dasar unggulan,Sekolah Lanjutan ada sebelumnya dan masih eksis sampai Menengah Pertama, Madrasah Aliyah sekarang dengan memfokuskan diri pada Program Khusus (MAPK). materi-materi Islam tradisional saja (M. Di dayah tradisional, ada beberapa Hasbi Amiruddin, 2013). kitab standar yang diajarkan, seperti: al- Sejak tahun 1980-an, ada beberapa Bajuri, al-Mahalli, Nihayah al-Muhtaj, hal yang dilakukan oleh para intelektual al-Fiqh ‘ala al-madhahib al-arba’ah dalam baik yang berasal dari dayah atau sekolah, bidang ilmu fiqh. Dalam bidang tasawuf untuk mengubah sistem dan kurikulum Ihya ‘Ulum al-Din, dan al-Sanusi dalam dayah, untuk menjadikan lembaga ini teologi. Kitab-kitab ini tidak diajarkan di sesuai dengan kebutuhan dunia modern. Dayah terpadu. Tidak diajarkan bukan Dengan begitu, dayah-dayah tersebut berarti tidak adanya tenaga ahli sebagai dijadikan sebagai dayah terpadu (integrated pengajar, akan tetapi tidak cukup waktu dayah). Dari segi kurikulum dan system untuk belajar secara intensif seperti di mengajar, mereka mengikuti system dayah salafi. (Hasbi Amiruddin. (2013). madrasah. Kurikulum madrasah diajarkan Dalam peraturan Menteri Agama pada pagi hari, sedangkan di sore hari, RI No. 1/1946 dan No. 7/1950, madrasah

86 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 berarti: (a) tempat pendidikan yang diatur dayah lainnya. Walaupun ada sebagian sebagai sekolah dan membuat pendidikan mereka telah memiliki ijazah Aliyah dari dan ilmu pengetahuan agama Islam Madrasah Aliyah. menjadi pokok pengajaran, (b) pondok Sejak lama dayah telah mulai pesantren yang memberi pendidikan mengalami perubahan-perubahan baik setingkat dengan madrasah diartikan secara fisik maupun non fisik. Perubahan sebagai, “lembaga pendidikan yang fisik yang jelas nampak antara lain: menjadikan mata pelajaran pendidikan Pertama, bentuk bangunan, yaitu telah agama Islam sebagai mata pelajaran mengadopsi gaya modern untuk bangunan- dasar yang diberikan sekurang-kurangnya bangunan di lingkungan dayah, disamping 30% disamping mata pelajaran umum”. bangunan asli yang terdiri dari balai-balai Madrasah dalam pengertian diatas, tidak belajar dan papan tulis seperti di sekolah hanya memberikan ilmu-ilmu keagamaan, umum, begitu juga ruang perkantoran, tetapi juga ilmu-ilmu umum dalam jumlah koperasi dan aula serta asrama yang yang cukup banyak (maksum Muchtar. dulunya berbentuk kamar (bilek) terkesan 1999) kumuh dan kotor, kini telah diganti dengan Situasi yang ada, sangat sesuai gedung asrama yang bernuansa moden. dengan ajakan umat Islam dunia saat itu, Kedua, telah tersedianya fasilitas- mendukung membuat pembaharuan yaitu fasilitas umum, seperti sarana olah raga, dengan mengadopsi pemikiran Timur perpustakaan, dan kantin, sarana seperti Tengah. Ada yang mengalami perpecahan ini tidak dimiliki oleh dayah-dayah di dari bentuk aslinya menjadi beberapa Aceh pada umumnya, karena sebagian lembaga pendidikan Islam terpadu dan menganggap olah raga hanya hura-hura Modern. Dayah-dayah ini resmi membuka dan tidak ada manfaatnya. Begitu juga madrasah dan sekolah Islam. Tetapi dayah perpustakaan, dulunya sama sekali di tradisional (salafiah) mempunyai tempat dayah tidak ada perpustakaan, santri tersendiri di masyarakat Aceh. Sehingga memiliki kitab sendiri untuk belajar sesuai dayah di Aceh masih sangat identik dengan kelas yang ia duduki. Disamping telah lembaga pendidikan tradisional. Walaupun tumbuhnya kesadaran dan keterbukaan demikian, dayah memiliki komitmen yang wawasan dari ulama atau para pimpinan tinggi dalam memajukan pendidikan Aceh, dayah, munculnya perpustakaan tidak ini dibuktikan oleh dayah MUDI Mesra terlepas dari peran Bandan Pembinaan Samalanga. Pada tahun 2004, Dayah ini Pendidikan Dayah dan Pemerintah Aceh resmi membuka Perguruan Tinggi, yaitu yang telah membantu menyediakan kitab- Sekolah Tinggi Agama Islam Aziziyah kitab dan buku-buku perpustakaan pada (STAI). STAIA ini menerima mahasiswa pendidikan Dayah. dari para santri yang telah menamatkan Perubahan non fisik antara lain; belajar di dayah tersebut, atau alumni pertama, penggunaan kurikulum, karena

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 87 model pembelajaran di dayah dilakukan umum setingkat Tsanawiyah dan ‘Aliyah secara turun temurun, maka kurikulum serta Sekolah Tinggi Agama Islam di tidak menjadi suatu hal yang esensial Lingkungan dayah. Beberapa dayah telah bagi para pengurus atau pimpinan dayah. menyelenggarakan sekolah setingkat Walaupun demikian, pelajaran-pelajaran Tsanawiyah dan Aliyah dan bahkan yang diajarkan di dayah terutama kitab- banyak diantaranya telah mengadopsi kitab kuning yang diajarkan telah model Pesantren terpadu. Tetapi untuk ditentukan menurut kelas, dari kelas satu dayah yang membuka perguruaan Tinggi sampai dengan kelas tujuh. Kedua, telah hanya Pesantren Ma’had Ulum ad-Diniyah memiliki manajemen baik dalam bidang Masjid Raya Samalanga (MUDI-Mesra). akademik maupun keuangan. Dalam Nampaknya telah muncul sebuah bidang akademik misalnya adanya jadwal iklim baru pendidikan di Aceh, sejak ujian dalam setahun, dan kemudian diberi Dayah Mudi Mesra melalui Yayasan buku rapor hasil ujian. Bagi siswa yang Pendidikan Islam Al-Aziziyah mendirikan berprestasi akan mendapatkan penghargaan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al- dan hadiah. Di sebagian dayah, biasanya Aziziyah. Sebuah langkah perubahan juga diadakan sayembara (musabaqah) yang sangat berani dalam kalangan ulama setiap tahun. Materi yang diperlombakan Dayah. Langkah ini mendapat sanggahan biasanya adalah baca kitab kuning, pidato, yang luar biasa dari para ulama Dayah dalail khairat, dan cerdas cermat (fahmil lain yang keberatan. Karena sebelumnya kutub). Dalam bidang keuangan, dayah juga belum pernah ada dayah yang membuka memiliki bendahara umum dan bendahara pendidikan Islam moden seperti ini. Hal kelas. Bendahara umum memegang kas ini dikhawatirkan oleh para ulama dapat dayah dan bertanggungjawab langsung menghilangkan ciri khas dayah itu sendiri. kepada pimpinan Sedangkan bendahara Namun kekhawatiran tersebut kelas hanya sebagai pemegang kas kelas. sepertinya hampir tidak terjadi, dengan Dalam membenahi manajemen ini, model pendidikan yang dijalankan sekarang, Pemerintah Aceh melalui Badan Dayah Dayah MUDI Mesra Samalanga masih mengadakan pelatihan untuk menertibkan bercirikan khas dayah yang dipadu dengan administrasi dayah-dayah di Aceh. pendidikan modern. Ini adalah sebuah Ketiga, adanya pelajaran-pelajaran pemandangan baru di Aceh, walaupun hal tambahan (ektrakurikuler) bagi santri, ini telah lama dilakukan oleh ulama-ulama seperti kemahiran berbahasa baik bahasa pesantren di Jawa, bahkan jauh lebih awal Arab (muhadatsah) maupun inggris pada masa setelah kemerdekaan. Seperti (speaking), kemampuan menulis dalam pesantren Tubu Ireng yang didirikan oleh dua bahasa asing tersebut, berceramah KH. Hasyim As’ary di Jawa Timur. Para dan menjahit (khusus bagi santriwati). Alumni STAI Aziziyah yang berprestasi Keempat, penyelenggaraan sekolah telah dipersiapkan untuk menjadi Dosen

88 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 (pensyarah) nantinya, mereka diberikan sedang mengalami perkembangan ke arah beasiswa untuk melanjutan magister masyarakat modern. Dayah dituntut untuk (S2). Mereka yang dipilih adalah yang menyesuaikan diri dengan perkembangan dipercaya untuk melanjutkan estafet zaman, dengan tetap mempertahankan dayah Tradisional yang bernuansa modern ciri khas pendidikan dayah sendiri. Para tersebut. Di samping itu, Hadirnya Badan alumni dayah diharapkan dapat bekiprah Dayah di Aceh menjadi salah satu bukti dan bersaing dalam dunia kerja serta keseriusan tekat Pemerintah Aceh untuk ikut berpartisipasi dalam membangun mengembangkan pendidikan dayah. masyarakat. Badan ini telah membantu dayah Kedua, modernisasi dan globalisasi. dalam pengembangan sumberdaya manusia Arus modernisasi dan globalisasi sangat dengan memberikan subsidi dan pelatihan mempengaruhi para pimpinan dayah dalam yang berhubungan dengan menajemen mengorganisasikan dayah. Keterbukaan pengembangan dayah di Aceh. Selain dan kebebasan informasi menjadikan pengembangan secara kuantitas, dayah juga para pimpinan dayah lebih elastis dalam telah mengembangkan diri secara kualitas, mengelola lembaga pendidikan Islam melakukan perubahan-perubahan dalam tersebut. Para pimpinan dayah biasanya upaya meningkatkan kompetensi keilmuan adalah alumni dari beberapa dayah lain dan ketrampilan, agar dapat bersaing di di Aceh yang kemudian telah memiliki tingkat nasional maupun internasional. kecakapan, telah menamatkan belajar dan Sekarang ini sudah banyak alumni juga telah mengabdi sebagai guru di tempat dayah yang menempuh pendidikan ia belajar. Oleh karena itu para pimpinan tingkat perguruan tinggi di IAIN dan dayah ini mendirikan dayah sesuai dengan STAIN/STAI. Para alumni kebanyakan dayah almamaternya. Dalam beberapa bekerja sebagai guru, dosen/pensyarah, dekade terakhir, dikarenakan banyak pengacara, penghulu dan penyuluh. Pada para alumni dayah yang melanjutkan tingkat mahasiswa para alumni dayah pendidikannya di Perguruan Tinggi di telah membentuk orgadanisasi alumni IAIN, STAIN dan STAI, setelah lulus dan dayah, IMADA (katan Mahasiswa Alumni menjadi sarjana mereka mendidrikan dayah Dayah). Pada tingkat ulama dibentuk yang lebih modern dengan perubahan- HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh). peruahan yang telah disebutkan, dan Kedua organisasi ini memiliki peranan kemudian diikuti sedikit demi sedikit oleh yang sangat penting bagi alumni dayah. dayah-dayah lain. Perubahan-perubahan yang terjadi di dayah disebabkan oleh dua factor C. Kesimpulan utama, yaitu pertama, tuntutan masyarakat 1. Pendidikan dayah merupakan atau dunia kerja, sebagai negara sedang institusi pendidikan tertua di Aceh berkembang tentunya masyarakat Indonesia dan Nusantara. Ia telah ada sejak

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 89 Islam masuk kesana dan terus yang tulus dan ikhlas serta selalu berkembang. Pada masa kesulatanan, mendekatkan diri kepada Allah. ia mengalami kemajuan pesat, yang dibuktikan dengan jumlah dayah terus 6. Pendidikan dayah di era moden telah tumbuh, jumlah ulama (tbertambah. mengalami banyak kemajuan. Dari segi Serta telah mampu melahirkan karya fizikal, dayah telah memiliki gedung dalam berbagai bidang pengetahuan. yang indah dan kekal. Sedangkan Namun ketika Aceh di jajah Belanda non fizikal dayah telah memiliki pendidikan dayah mengalami pengurusan yang baik, kurikulum kemunduran. Hal ini berlangsung yang jelas, kegiatan tambahan untuk dalam waktu yang lama. pengusaan bahasa asing yaitu bahasa Arab dan Inggris, penyelenggaraan 2. Pendidikan dayah berfungsi sebagai sekolah umum setingkat Tsanawiyah tempat mendalami ajaran Islam, dan ‘Aliyah serta Sekolah Tinggi sebagai tempat menyebarkan dan Agama Islam di Lingkungan dayah. mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat, sebagai pencetak Sumber Rujukan manusia berakhlak mulia dan sebagai Hasjmi,(1993). Kebudayaan Aceh Dalam tempat pengkaderan pengembangan Sejarah, Jakarta: Benua masyarakat di berbagai sector. Abdurrahman Sheh, et.al. (1982). Pedoman 3. Kurikulum pendidikan dayah biasanya Pembinaan Pondok Pesantren ditentukan oleh pimpinan dayah itu (Jakarta: Proyek Pembinaan sendiri. Namun sejak tahun 2008 oleh Bantuan Kepala Pondok Pesantren, pemerintah Aceh telah merumuskan Dirjen Kalender Agama Islam sebuah kurikulum yang akan Departemen Agama RI. diberlakukan untuk semua dayah di Aceh. Departeman Agama RI. (2004). Profil Pondok Pesantren Mu’adalah, 4. Pendidikan dayah memiliki Direktorat Jenderal kelembagaan karakteristik: penekanan pencarian Agama Islam/ Derektorat ilmu pengetahuan, penguasaan dan Pendidikan Keagamaan dan Pondok pengembangan atas dasar ibadah Pesantren Departemen Agama. kepada Allah, memiliki pengakuan akan potensi dan kemampuan Haidar Putra Daulay. (2007). Sejarah seseorang pelajar untuk berkembang Pertumbuhan dan Pembaharuan dalam suatu kepribadian, pengetahuan Pendidikan Islam di Indonesia bukan hanya untuk diketahui dan Jakarta: Kencana. dikembangkan, melainkan sekaligus Hamdiah M. Latif. (2007). Tradisi dan dipraktekkan dalam kehidupan Vitalitas Dayah (Kesempatan dan 5. Metode pembelajaran yang berlaku Tantangan, Didaktika, pada pendidikan dayah adalah Hendri Julian Ibrahim (2017). Bertalaqqi berbentuk talaqqi dan bersanad. Salah di Mesir serasa mengaji di satu kelebihannya adalah ilmu yang Aceh, http://aceh.tribunnews. diperoleh pada pendidikan dayah com/2014/12/01/bertalaqqi -di- lebih barakah disebabkan oleh pelaku- mesir-serasa-mengaji-di-aceh pelakunya itu adalah orang-orang

90 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018 M. Dian Nafi’ dkk. (2007). praksis Islam Pada Masa Kerajaan Aceh Pembelajaran Pesantren, Forum Darussalam Abad Ke Pesantren Yayasan Selasih. 16-17 Masehi. Lihat juga dalam buku: Maksum Muchta. (1995). Transformasi Pendidikan Dayah di Nanggroe Pendidikan Islam, dalam Aceh Darussalam. “Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Suwendi. (1999). “Rekunstruksi Sistem Pesantren, Editor, Marzuki Wahid, Pendidikan Pesantren: Beberapa Bandung: Pustaka Hidayah. Catatan,” dalam Pesantren

Mefred Oepen dan Wolfgang Karcher. Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan (1980) Dinamika Pesantren, Transformasi Pesantren, Bandung: Jakarta: P3M Pustaka Hidayah

Mok Soon Sang. (2010). Pengurusan Tri Qurnati, Budaya Belajar dan Kurikulum, Perak Malaysia. Ketrampilan Berbahasa Arab di Dayah Aceh Besar, Banda Aceh: Mukhlisuddin, (2012). Pendidikan Dayah Ar-Raniry Pres, 2007. di Aceh Mulai Hilang Identitas, Yogyakarta, 2012. Zamakhsyari Dhofier. (2011 ) . Tradisi Pesantren, Jakarta: LPEES. M. Hasbi Amiruddin. (2013). Pendidikan

Marhamah: Pendidikan Dayah Dan Perkembangannya Di Aceh | 91 92 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018