Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

KONVERGENSI MEDIA GRUP EMTEK DALAM PEMBERITAAN DISABILITAS

Dwi Firmansyah

Mahasiswa Program Doktor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University, Bogor, Indonesia [email protected]

Abstrak

Sebagian masyarakat masih memandang penyandang disabilitas sebagai warga yang tidak mampu bekerja sehingga harus disantuni (charity-based approach to disability). Sebagai agen pembaharu dalam pembangunan, media massa memiliki peran penting untuk mengubah pemahaman masyarakat, bahwa penyandang disabilitas juga memiliki kemampuan untuk mandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji konvergensi media yang dilakukan grup EMTEK terkait pemberitaan disabilitas, yakni oleh media televisi SCTV, media online Liputan6.com dan kanal berbagi video milik grup EMTEK yakni vidio.com. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode teknik pengumpulan data, yakni dengan mengamati isi berita yang ditayangkan di media online liputan6.com, vidio.com dan SCTV serta melakukan studi literatur. Hasilnya, konvergensi media secara kepemilikan media dan pemberitaan melaui newsroom, semakin memperluas jumlah khalayak terhadap informasi yang disampaikan. Tidak hanya luas jangkauan khalayak dengan beragamnya jenis media yang digunakan, namun juga memperluas segmentasi khalayak melalui kanal-kanal yang ada televisi, media online, media berbagi video. Perubahan sosial bisa terjadi ketika berita positif dan inspiratif tentang disabilitas yang disampaikan oleh media massa diterima oleh masyarakat dan dijadikan model pembelajaran, seperti dalam teori belajar sosial dari Albert Bandura. Munculnya kritik sosial terkait posisi penyandang disabilitas di media muncul karena hingga kini belum model pemberitaan yang dinilai pas untuk merepresentasikan penyandang disabilitas.

Kata kunci: Disabilitas, Media Massa, Konvergensi, Pemberitaan

THE MEDIA CONVERGENCE OF EMTEK GROUP IN DISABILITY COVERAGE

Abstract

Some people still see the disability as a citizen who is incapable of working so that it must be a charity-based approach to disability. As a reformer agent in development, mass media has an important role to change the understanding of society, that people with disabilities also can be self-reliant. The purpose of this research is to examine the convergence of media conducted by the EMTEK group related to the coverage of the disability, namely by television media SCTV, online media Liputan6.com, and video sharing channels belonging to the group of EMTEK vidio.com. The approach to this research is qualitative with the method of data collection techniques, namely by observing the contents of the news that aired on online media liputan6.com, vidio.com, and SCTV and conducting literature studies. As a result, media convergence with media ownership and news coverage through the newsroom, expanding the number of audiences to the information submitted. It is not only a wide range o f audiences with the variety of media used but also broadens audience segmentation through the existing channels of television, online media, video sharing media. Social change can occur when positive and inspiring news about the disability conveyed by the mass media is accepted by the public and made a learning model, as in the social learning theory of Albert Bandura. The emergence of social criticism related to the position of the disabled in the media appears because until now has not a news model that is judged to represent the disabled.

Keywords: Disability, Mass Media, Convergence, News

61

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

PENDAHULUAN dipandang sebagai multifaset dan Cacat mereka tidak menerima perhatian yang tidak Pemberitaan tentang penyandang semestinya; 6) model bisnis, di mana orang disabilitas di media massa sudah banyak cacat dan aksesibilitas mereka kepada mendapat perhatian para peneliti. Diantaranya masyarakat disajikan sebagai mahal bagi pandangan Haller (2000) yang menyatakan masyarakat pada umumnya, dan untuk bisnis bahwa pemahaman masyarakat umum terutama; 7) model hukum, di mana orang terhadap penyandang disabilitas sangat cacat disajikan sebagai memiliki hak hukum dipengaruhi representasi (framing) dan mungkin perlu menuntut untuk pemberitaan tentang karakteristik, kebutuhan, menghentikan diskriminasi; 8) model dan aspirasi mereka di media. Menurut Haller konsumen, di mana orang cacat disajikan karena berbagai hambatan masyarakat, banyak sebagai kelompok konsumen yang belum masyarakat umum mendapatkan informasi dimanfaatkan; sehingga memberi akses sosial tentang penyandang disabilitas dari sumber dinilai bisa menguntungkan bagi bisnis. media daripada melalui kontak interpersonal. Dalam penelitian tentang pemberitaan Persepsi berbasis media sangat bergantung penyandang disabilitas di Australia tahun pada bingkai media yang digunakan untuk 2004-2005, Des Power (2006) menemukan mengkomunikasikan informasi tentang fakta bahwa banyak laporan pers Australia penyakit mental (atau, lebih luas lagi, yang merepresentasi penyandang disabilitas disabilitas pada umumnya]) (Sieff, 2003). dalam posisi yang menguntungkan. Mayoritas "Berita tentang disabilitas yang dimainkan di laporan menggambarkan mereka sebagai orang media massa dapat mengubah pendapat publik yang membutuhkan bantuan baik medis atau tentang masalah disabilitas dan ke arah sosial (masyarakat/pemerintah) daripada representasi budaya penyandang cacat pada menggambarkan mereka sebagai individu yang umumnya (Haller, 1999). Haller juga mampu. Meskipun beberapa artikel mengakui menyatakan bahwa pandangan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak sipil yang pemberitaan pandangan negatif tentang diri mendorong kesadaran masyarakat untuk peduli mereka (disabilitas) di media dapat hak disabilitas. Namun banyak artikel lain mempengaruhi citra penyandang disabilitas, yang model medis atau model patologi sosial, yang dianggap memiliki “dunia sendiri”. yang menggambarkan mereka kesulitan dalam Haller (1993) bahkan membagi menyesuaikan diri dan tergantung pada penyandang disabilitas ke dalam 8 model, masyarakat umum. Masalah disabilitas seperti yaitu: 1) model medis, di mana kecacatan aksesibilitas, pekerjaan, pendidikan, dan disajikan sebagai penyakit atau malfungsi; 2) akomodasi juga kurang mendapat perhatian model patologi sosial, di mana orang cacat pers di Australia. disajikan sebagai kurang beruntung dan harus Media massa memiliki peran yang bergantung pada negara atau masyarakat untuk besar dalam mengubah pandangan masyarakat dukungan ekonomi, yang dianggap sebagai tentang penyandang disabilitas. Perubahan hadiah, bukan hak; 3) model supercrip, dimana pandangan dan perilaku masyarakat orang cacat digambarkan sebagai menyimpang merupakan bagian dari perubahan sosial yang karena "superhuman" prestasi atau sebagai mempengaruhi sistem sosial (Selosumarjan "khusus", karena dia hidup normal" meskipun dalam Rini, 2011). Perubahan sosial terjadi cacat; 4) model hak minoritas/sipil, di mana karena adanya kesediaan anggota masyarakat orang cacat dipandang sebagai anggota untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan komunitas Penyandang Cacat, yang memiliki sistem sosial yang lama dan mulai beralih keluhan hak sipil yang sah; 5) model menggunakan unsur-unsur budaya dan system pluralisme budaya, di mana orang cacat sosial yang baru. Perubahan sosial yang terjadi

62

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179 dalam masyarakat didorong oleh empat faktor komunikasi yang akan menghapuskan yaitu: 1) Urbanisasi, 2) Kemampuan membaca kemiskinan, yang mendidik dan memotivasi dan menulis, 3) Empati, kemampuan untuk masyarakat, bukannya memberi laporan yang melihat diri-sendiri di dalam situasi orang lain, tidak realistik dari fakta-fakta atau sekedar 4) Partisipasi media dalam perubahan sosial penonjolan diri. Tujuan komunikasi (Daniel Lerner dalam Rini, 2011). Keempat pembangunan adalah untuk menanamkan faktor ini sekaligus sebagai indikator gagasan-gagasan dan sikap mental, serta modernitas masyarakat yang bersangkutan. mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan Dari empat faktor ini, tiga faktor (urbanisasi, oleh suatu negara berkembang. kemampuan membaca dan menulis dan Schramm (1964) dalam Suranto (2015) empati) berasal dari dalam diri masyarakat itu juga merumuskan teori tentang fungsi media sendiri. Sedangkan faktor yang keempat yaitu massa yang hingga kini masih relevan, yang partisipasi media berasal dari luar diri mencakup fungsi edukasi, informasi, hiburan masyarakat sebagai lembaga dan butuh peran dan pembuatan keputusan. Dari keempat serta media secara nyata. fungsi ini, yang menjadi prioritas adalah Komunikasi dikatakan sebagai fungsi edukasi, artinya media massa penyebab perubahan sosial sejauh ia dapat diharapkan dapat memberikan lebih banyak mengubah konsepsi seseorang tentang hakekat pendidikan, pemberdayaan dan pencerahan materi dan dirinya sendiri (Rogers, 1987 kepada masyarakat, dibanding fungsi dalam Suranto, 2015). Salah satu pengamatan informasi, hiburan dan pengaruh dalam awal tentang hubungan teori komunikasi dan membuat keputusan. Hikmat Kusumaningrat pembangunan, telah dilakukan oleh Siebert, dan Purnama Kusumaningrat (dalam Suranto, Peterson, dan Schramm dalam suatu studi 2015) menyebut fungsi edukasi sebagai fungsi perbandingan tentang sistem komunikasi interpretatif dan direktif, yaitu memberikan massa. Mereka mengatakan bahwa media interpretasi dan bimbingan. Media harus massa mencerminkan sistem kontrol sosial menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu negara, yang menentukan hubungan suatu kejadian, kadang-kadang media juga antara lembaga-lembaga dan individu- mengedukasi tindakan yang seharusnya individu. Premis teori pers liberal dari Fred S. diambil oleh masyarakat. Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Jalaluddin Rakhmat (2007) Schramm juga menyatakan bahwa media mengemukakan bahwa efek komunikasi massa massa adalah suatu lembaga sosial yang adalah adanya perubahan kognitif, afektif dan memiliki power untuk mengatur opini behavioral. Bila komunikasi terus menerus masyarakat. Media massa diyakini bukan berlangsung akan terjadi interaksi, yaitu saling sekedar medium lalu lintas informasi antara mempengaruhi antara individu yang satu unsur-unsur sosial di masyarakat, melainkan dengan yang lain. Urgensi fungsi edukasi juga sebagai kekuatan yang mempengaruhi media adalah sebaai energi untuk mendorong tebentuknya konsensus di masyarakat peningkatan partisipasi masyarakat. Media (Suranto, 2015). massa menjadi eneri yang membangkitkan, Quebral dan Gomez (1976) dalam mendorong, dan menjaga masyarakat untuk Satria Kusuma (2012) mengatakan bahwa mengetahui kebajikan hidup bermasyarakat komunikasi pembangunan merupakan disiplin (knowing the good), kemudian mengajak ilmu dan praktek komunikasi dalam konteks merasakan kebajikan (feeling the good), lalu negara-negara sedang berkembang, terutama mencintai kebajikan (loving the good), kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial kemudian menginginkan untuk melaksanakan yang terencana. Komunikasi pembangunan kebajikan (desiring the good) dan akhirnya dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan mengerjakan kebajikan itu sendiri (acting the pembangunan manusiawi, dan itu berarti goods).

63

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

Eksistensi atau keberadaan media di memiliki kanal khusus “Disabilitas” yang tengah-tengah masyarakat mempunyai peran berisi informasi seputar kehidupan yang penting. Karya jurnalistik dalam media penyandang disabilitas dan penanganannya, menyoroti berbagai masalah yang menghiasi tidak hanya kisah inspiratif di Indonesia, tetapi halaman demi halaman media massa, baik itu juga berita dari negara lain. media tradisoonal maupun media baru (new Makalah ini akan mengkaji media). Media massa sebagai sarana konvergensi media yang dilakukan grup komunikasi dan informasi dapat melakukan EMTEK terkait pemberitaan disabilitas, yakni penyebaran informasi secara massal dan dapat oleh media televisi SCTV, media online di akses oleh semua masyarakat secara massal Liputan6.com dan kanal berbagi video milik pula. Informasi yang diberikan oleh media grup EMTEK yakni vidio.com. Pemberitaan akan secara langsung akan mempengaruhi secara konvergensi akan membuat informasi perubahan pola pikir dan prilaku masyarakat yang disampaikan memiliki jangkauan dalam menterjemahkan sistem sosial dalam khalayak yang lebih luas. masyarakat. Pada saat internet muncul di pengujung Salah satu masalah sosial yang masih abad 21, masyarakat waktu itu masih menjadi kendala dalam pelaksanaan mengidentikkannya sebagai “tools” alias alat pembangunan yang inklusi adalah diskriminasi semata dan bukan sebagai media tersendiri terhadap penyandang disabilitas. Penyandang yang memiliki kemampuan interaktif. Sifat disabilitas dinilai oleh sebagian masyarakat interactivity dari penggunaan media konvergen sebagai warga yang tidak mampu bekerja telah melampaui kemampuan potensi umpan sehingga harus disantuni (charity-based balik (feedback) karena pengakses media approach to disability). Model ini dilakukan konvergensi memberikan umpan balik secara dengan pendekatan belas kasihan yang secara langsung atas informasi yang disampaikan. psikologis sangat tidak menguntungkan para Karakteristik komunikasi massa tradisional penyandang disabilitas. Diskriminasi dalam dimana umpan baliknya tertunda menjadi pemahaman model ini adalah tiadanya peluang lenyap karena kemampuan interaktif media bagi penyandang disabilitas untuk mandiri dan konvergen. Oleh karena itu, diperlukan berdaya, serta hilangnya kesempatan untuk pendekatan baru dalam melihat fenomena bekerja dan berwirausaha (Sulistyo, 2015). komunikasi massa. Dibebaskan karena sifat Sebagai agen pembaharu (agent of interactivity media komunikasi baru, maka change) dalam pembangunan, media massa pokok-pokok pendekatan linear (SMCRE= memiliki peran penting untuk mengubah source- message – channel – receiver - effect / pemahaman masyarakat, bahwa sebagaimana feedback) komunikasi massa terasa kurang masyarakat lain, penyandang disabilitas juga relevan lagi untuk media konvergen memiliki kemampuan untuk berdikari. (Muhtadiah, 2018). Sejumlah media massa memiliki program Marshall dan Burnett (2002) tentang disabilitas. Pada industri penyiaran mengungkapkan konvergensi sebagai proses televisi misalnya, SCTV memiliki program penggabungan antara media, industri inspiratif “Pantang Menyerah” yang telekomunikasi dan komputasi, dan penyatuan ditayangkan setiap Minggu pada program segala bentuk komunikasi termediasi dalam Liputan 6 Siang SCTV. Berita feature televisi bentuk digital. Burnett dan Marshall ini berisi kisah perjuangan para penyandang menempatkan konvergensi identik dengan disabilitas untuk bekerja, berwirausaha atau digitalisasi, dan konvergensi sebagai imbas turut berbagi dengan sesama dalam dari perkembangan teknologi web. Grant dan keterbatasannya. Dari sisi konvergensi media Wilkinson (2009) sendiri berpendapat bahwa massa, dalam media online yang juga dimiliki terdapat dua fitur perkembangan teknologi grup EMTEK, yaitu Liputan6.com juga yang secara spesifik menjadi inti perwujudan

64

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179 konvergensi media yaitu teknologi digital dan jejaring komputer. Salah satu dimensi penting juga dari konvergensi ialah kolaborasi antarmedia. Kolaborasi ini sifatnya berbeda dengan konvergensi kepemilikan yang biasanya cenderung tergabung dalam tingkat newsroom. Dalam kolaborasi, konvergensi pun dapat dilakukan oleh media yang kepemilikannya berbeda atau pun jenis media yang berbeda. Konvergensi yang dilakukan biasanya berupa sharing content atau saling berbagi informasi Gambar 1 Konvergensi Media, McQuail & Siune (2002) di tingkat penyajian. dalam Muhtadiah (2018) Industri media berkembang dengan pesat dan industri ini masuk dalam era Perubahan sosial adalah proses sosial kompetisi yang sangat tinggi. Industri buku, yang dialami oleh anggota masyarakat serta surat kabar, televise, media online, radio, semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem adalah industri yang menjadi bagian dalam sosial. Perubahan sosial menyangkut pada 3 industri media yang perlahan-lahan makin (tiga) aspek menurut Bungin (2009) dalam menyatukan diri. Fenomena dimana para Rini (2011) yaitu: 1. Perubahan pola pikir pemilik industri media tidak hanya memiliki masyarakat, perubahan pola pikir dan sikap satu jenis media saja telah menjadi umum saat masyarakat menyangkut sikap masyarakat sekarang. Pemilik televisi memiliki radio, terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya surat kabar, pemilik surat kabar juga memiliki di sekitarnya yang berakibat terhadap toko buku, radio, media online dan lain-lain. pemerataan pola-pola pikir baru masyarakat Fenomena ini kerap disebut sebagai sebagai sebuah sikap yang modern. Perubahan konsentrasi kepemilikan media di tangan perilaku masyarakat, menyangkut persoalan- sejumlah orang (Muhtadiah, 2018). persoalan sistem-sistem sosial, di mana Konvergensi membawa implikasi masyarakat meninggalkan sistem sosial lama terhadap persebaran atau distribusi pesan dan menjalankan sistem sosial baru. 3. digital. Lebih lanjut, konvergensi ini disebut Perubahan budaya materi, menyangkut teknologi 3 C (communication, compute, and perubahan artefak budaya yang digunakan contents). Teknologi ini merupakan kombinasi oleh masyarakat. yang sinergis antara layanan suara, data, dan Perubahan-perubahan sosial selalu video yang dapat dioleh dan dipertukarkan dipengaruhi oleh hal-hal baru di masyarakat hanya dengan menggunakan satu jenis yang menciptakan suatu keadaan yang berbeda jaringan saja. Jaringan atau media ini dapat dengan keadaaan sebelumnya dalam sistem diperoleh melalui internet pada PC, smart sosial. Suatu yang baru menyebabkan mobile phone, atau televisi yang dilengkapi perubahan dalam masyarakat selalu oleh pesawat penerima siaran digital sehingga berhubungan dengan difusi inovasi, dimana tidak mengherankan pada saat ini, sinergi perubahan dipacu oleh penyebaran ilmu antara teknologi dan internet, penyiaran dan pengetahuan baru di masyarakat. Menurut telekomunikasi merupakan contoh tren Rogers yang dikutip Bungin (2009) konvergensi yang sudah dirasakan secara mengatakan bahwa ada 4 unsur yang selalu langsung. ada dalam difusi inovasi yaitu: 1. Inovasi 2.

Saluran komunikasi 3. Waktu dan 4. Sistem sosial.

65

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

Difusi inovasi adalah pemikiran yang Dalam perkembangannya, pada tahun melihat bahwa media massa berkontribusi atas 2011, pandangan The International seluruh pembaharuan dan inovasi yang Classification of Functioning, Disability and berkembang dalam masyarakat. Difusi inovasi Health (ICF) (WHO, 2011) mengenai akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan disabilitas meliputi impairment, keterbatasan masyarakat memahami dan menyadari aktivitas (activity limitations), dan hambatan masalah kemajuan dalam masyarakat itu partisipasi (participation restriction). Dalam sendiri. Inovasi berkaitan dengan gagasan, konteks ini, impairment meliputi masalah pada tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh fungsi atau struktur tubuh; keterbatasan seseorang dan masyarakat. Konsep baru ini aktivitas ditujukan pada kesulitan dalam terbentang dalam konsep pengenalan, persuasi melaksanakan tugas atau melakukan aksi; dan dan keputusan menggunakan (adopsi). Jadi, hambatan partisipasi yaitu bahwa orang inovasi berkaitan dengan teknologi dengan disabilitas mengalami masalah dalam komunikasi yang digunakan untuk keterlibatan di masyarakat atau situasi mengkomunikasikan sesuatu yang baru di kehidupannya. Dengan demikian, orang masyarakat. Teknologi komunikasi ini dengan disabilitas tidak lagi di pandang berkaitan dengan medianya dan juga sebagai orang yang bermasalah, akan tetapi pendekatan komunikasi yang digunakan. lingkungannya lah yang bermasalah dalam Media merupakan perangkat keras untuk menyediakan kesamaan akses dan menjadi mengkomunikasikan inovasi tersebut kepada inklusif bagi setiap orang di masyarakatnya masyarakat. Media menyampaikan inovasi (Rioux & Carbert, 2003 dalam Budiarti, 2017). dengan pendekatan komunikasi dimana dalam Pemerintah Indonesia sendiri mengatur pemberitaan tentang kemandirian disabilitas dan melindungi penyandang disabilitas dengan dalam berwirausaha, ada informasi dari para menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun tokoh tentang ide-ide wirausaha, motivasi dan 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang kisah perjuangan. Difusi Inovasi ini menyatakan bahwa Penyandang Disabilitas berlangsung pada sistem sosial sudah mulai adalah setiap orang yang mengalami terbuka terhadap ide-ide baru paling tidak keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau ditandai dengan perubahan wawasan, sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam pandangan, sikap, dan baru masuk pada berinteraksi dengan lingkungan dapat perubahan prilaku. Difusi inovasi melalui mengalami hambatan dan kesulitan untuk media amat dekat dengan perubahan sosial, berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan sedangkan perubahan sosial berkaitan dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan sistem sosial masyarakatnya. hak. Pada tahun 1970-an, dengan Secara historis, perubahan paradigma diundangkannya Deklarasi Orang dengan dalam menangani ataupun memberikan Keterbelakangan Mental (1971) dan Deklarasi pelayanan bagi penyandang disabilitas dari Hak-hak Penyandang Disabilitas (1975), masa ke masa sebagaimana yang diungkapkan membuat penyandang disabilitas menjadi oleh Dewi (2017), dimulai dengan traditional subyek dari deklarasi HAM. Saat itu instrumen model, dengan kegiatan utama yang dilakukan awal masih mencerminkan gagasan disabilitas bagi orang dengan disabilitas adalah bersifat sebagai model medis. Model tersebut kesukarelaan atau charity, kemudian berubah memandang penyandang disabilitas sebagai menjadi Individual Model – Medical Model, orang dengan masalah medis, yang dengan titik berat bantuan yang diberikan penanganannya bergantung pada jaminan berupa rehabilitasi kepada orang-orang dengan sosial dan kesejahteraan yang disediakan pada disabilitas. Model kedua ini dirasa tidak cukup setiap negara (Degener dan Quinn, 2002). menghilangkan hambatan yang dialami oleh orang dengan disabilitas, sehingga para

66

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179 profesional yang bekerja dengan orang dengan perusahaan EMTEK yaitu PT Kreatif Media disabilitas kemudian mengembangkan Karya (KMK) yang berinvestasi di PT paradigma ketiga, yaitu Social Model, dengan Kapanlagi Dot Com Networks, yang pelayanan lebih ditujukan kepada mengelola portal digital yang sudah dikenal terjadinya perubahan sosial – perubahan oleh masyarakat yaitu: Vidio.com, masyarakat. Hingga saat ini, yang digunakan Liputan6.com, KapanLagi.com, Bola.net, dalam memberikan pelayanan kepada orang Merdeka.com, Bola.com, Dream.co.id, dengan disabilitas adalah Inclusion Model, Brilio.net, dan Fimela.com (PT Elang Mahkota yaitu inclusive development – inclusive Teknologi, 2019) society, di mana dengan menggunakan model Program Liputan 6 SCTV merupakan ini, digunakan pendekatan inklusif dengan suatu program news televisi di stasiun SCTV maksud menghadirkan orang-orang dengan yang didalamnya terdapat unsur informasi disabilitas dalam kehidupan bermasyarakat sekaligus hiburan. Mulai tayang bulan Mei yang dirasakan lebih mengakomodir hak asasi 1996, pada awalnya Liputan 6 SCTV hadir 30 manusia orang dengan disabilitas. menit setiap hari ketika petang datang, lalu berpinak dengan Liputan 6 Pagi (Agustus METODE 1996), Liputan 6 Siang (Maret 1997), dan Liputan 6 Malam (Februari 2003). Di sela-sela Metode kajian yang digunakan adalah jam tayang program Liputan 6 yang sudah dengan melakukan pengamatan isi berita yang empat kali sehari itu, ternyata sering pula ada ditayangkan di media online liputan6.com, peristiwa dan/atau masalah yang perlu segera vidio.com dan SCTV serta melakukan studi diketahui oleh publik. Maka, lahirlah literatur atau desk study. Pengamatan isi berita Breakingnews dan Liputan 6 Terkini. Liputan ketiga media milik Grup Emtek dilakukan 6 menjalankan peran fungsinya sebagai media hanya pada isi berita tentang disabilitas yang massa yaitu sebagai pemberi informasi dimana dipublikasikan selama periode tahun 2019- setiap hari tayang di SCTV dengan 2020. Sedangkan studi literatur diperoleh menyebarluaskan informasi kepada khalayak dengan menggunakan studi pustaka berupa luas yang dimulai dari proses peliputan sampai jurnal dan berita online melalui internet. penulisan naskah berita hingga layak tayang. Selain informasi-informasi berita HASIL DAN PEMBAHASAN reguler, Liputan 6 juga memiliki program- program khusus, contohnya sebagai berikut EMTEK Grup melalui anak perusahaan program berita Kopi Pagi, Pantang Menyerah, Surya Citra Media (SCM), mengelola Sosok, Sigi, Vlog, dan Destinasi, Sinemania, perusahaan televisi SCTV, dan O Kamu Harus Tahu, dan Gang 6 Punya Cerita. Channel Meliputi tiga saluran televisi: SCTV, Dalam isu disabilitas, Liputan 6 SCTV Indosiar, dan O’Channel. SCTV merupakan juga menayangkannya dalam berita harian salah satu saluran televisi tidak berbayar melalui program Liputan 6 Pagi, Liputan 6 terkemuka yang berlingkup nasional dengan Siang dan Liputan 6 Malam. Selain itu Divisi jumlah pemirsa lebih dari 160 juta di lebih dari News SCTV juga memproduksi video feature 240 kota di seluruh Indonesia. Indosiar inspiratif yang ditayangkan adalah berita merupakan salah satu saluran televisi tidak tentang penyandang disabilitas yang dikemas berbayar terkemuka di Indonesia. Sedangkan dalam program “Pantang Menyerah” Berita O’Channel menyiarkan acara gaya berdurasi 5 menit ini ditayangkan di SCTV hidup dan hiburan bagi masyarakat ibukota. pada program Liputan 6 Siang, dan bisa Selain itu, pada tahun 2018 EMTEK ditonton ulang di media online Group juga mengembangkan portal konten www.liputan6.com dan kanal vidio.com. digital (online publishing) melalui anak

67

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

“Disabilitas” dan “difabel” adalah Keunggulan media online seperti istilah yang digunakan untuk mereka yang Liputan6.com dibanding media konvensional hidup dengan keterbatasan fisik, mental, (televisi, radio, surat kabar) adalah elemen intelektual, dan sensorik. Penggunaan istilah berita yang konvergen dan variatif. Ray G. mana yang diinginkan masih menjadi Rosales dalam The Element of Online perdebatan. Kelompok pendukung istilah Journalism (2006) menggambarkan “difabel” berpendapat bahwa mereka tidak karakteristik jurnalistik online melalui elemen disabled atau “cacat”; mereka hanyalah berita berupa; 1. Headline: judul berita yang manusia dengan kemampuan berbeda (dari ketika di klik akan membuka tulisan secara kata “difable” yang berarti different ability). lengkap dengan halaman tersediri. 2. Text: Sedangkan kelompok pendukung istilah Tubuh tulisan dalam satu halaman utuh atau “disabilitas” berpendapat bahwa istilah ini terpisah kedalam beberapa tautan (link). 3. bertujuan untuk menekankan bahwa mereka Picture: gambar yang menyertai atau memang disabled, dan disabilitas mereka memperkuat cerita. 4. Graphic: grafis, disebabkan oleh lingkungan atau kebijakan biasanya berupa logo, gambar atau ilustrasi yang tidak inklusif. yang terkait dengan berita. 5. Related link: link Liputan6.com berdiri sejak Agustus terkait; tulisan terkait yang menambah 2000. Awalnya hanya menyajikan berita yang informasi dan penambahan wawasan bagi sudah tayang di stasiun televisi pada program pembaca, biasanya di akhir tulisan atau di Liputan6 SCTV (Surya Citra Televisi). Sejak sampingnya. 6. Audio: suara, music, atau 24 Mei 2012, induk perusahaan PT Elang rekaman suara yang berdiri sendiri atau Mahkota Teknologi Tbk (Emtek), yang digabungkan dengan slide show atau video. merupakan perusahaan terbuka dan tercatat di Video-video yang terkait dengan tulisan. 7. Bursa Efek Indonesia, memutuskan untuk Slide shows: koleksi foto yang lebih mirip memisahkan Liputan6.com dari SCTV dengan galeri gambar yang biasanya disertai menjadi perusahaan sendiri, PT Kreatif Media keterangan foto. Beberapa slide shows juga Karya (KMK) yang merupakan anak bisa disertai suara (sound/voice) 8. Animation: perusahaan Emtek. Sejak itu, Liputan6.com animasi atau gambar bergerak yang diproduksi mengubah penayangan berita menjadi sebuah untuk menambah dampak cerita. portal news online dengan berita yang jauh Vidio.com adalah sebuah situs web lebih beragam dibandingkan dengan ketika berbagi video nomor dua terbesar di Indonesia didirikan. setelah Youtube. Sama seperti YouTube yang Jumlah berita Liputan6.com makin sudah lebih dulu dikenal masyarakat, bertambah dan beragam dengan kanal-kanal Vidio.com juga menyediakan forum bagi yang disesuaikan untuk kebutuhan pembaca orang untuk berhubungan, menginformasikan, seperti Politik, Olahraga, Bisnis, Tekno, dan menginspirasi orang lain di seluruh dunia Showbiz, Health, Lifestyle, Global, Otomotif, dan bertindak sebagai platform distribusi bagi Regional, Disabilitas hingga Citizen6 yang pencipta konten asli dan pengiklan besar dan mengakomodir jurnalisme warga. kecil. Selain mengunggah berbagai macam Liputan6.com juga memiliki Kanal Cek Fakta, konten pilihan mulai dari berita, entertainment, untuk mengklarifikasi sejumlah klaim yang sinetron dan olahraga. Vidio.com juga beredar dan ikut berpartisipasi dalam perang mempublikasikan sebagian besar video berita melawan hoaks maupun kabar dusta. Kanal yang tayang di program Liputan 6 SCTV dan disabilitas merupakan kanal berita yang berisi video yang diproduksi media online informasi seputar dunia disabilitas, mulai dari Liputan6.com kegiatan, kisah inspiratif, kewirausahaan, hingga kesehatan dan pemberdayaan.

68

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

Peran Media Massa dalam Membentuk dengan cara yang dapat menghilangkan Representasi Identitas Kelompok stereotip negatif dan mempromosikan hak-hak Disabilitas dan martabat para penyandang disabilitas. Gambar dan cerita di media massa Selain itu, opsi harus dikembangkan tentang dapat sangat memengaruhi opini publik dan bagaimana menghadirkan penyandang cacat di membangun norma sosial. Penyandang berbagai media dan pentingnya mendukung disabilitas jarang diliput di media, dan ketika pekerjaan PBB untuk membangun masyarakat mereka ditampilkan, mereka sering distereotip yang damai dan inklusif bagi semua.Konvensi secara negatif dan tidak diwakili dengan tepat. Hak-Hak Penyandang Disabilitas mendorong Tidak jarang melihat orang-orang cacat fungsi media massa sebagai alat untuk diperlakukan sebagai objek belas kasihan, meningkatkan kerja media dalam amal atau perawatan medis yang harus mempromosikan hak-hak penyandang mengatasi kondisi tragis dan melumpuhkan disabilitas, serta untuk mempromosikan akses atau sebaliknya, ditampilkan sebagai pahlawan mereka ke pendidikan, pekerjaan, kesehatan super yang telah mencapai prestasi luar biasa, dan bidang-bidang pembangunan lainnya sehingga dapat menginspirasi orang-orang berdasarkan dasar yang sama dengan orang yang tidak cacat. lain. Media massa bisa menjadi instrumen Nastiti (2012) menyatakan bahwa penting dalam meningkatkan kesadaran, media massa merupakan salah satu faktor yang melawan stigma dan informasi yang salah. Ini mempengaruhi pembentukan identitas bisa menjadi kekuatan yang kuat untuk kelompok disabilitas dari ekternal, selain mengubah miskonsepsi sosial dan pemerintah dan stigma masyarakat. Identitas menghadirkan penyandang cacat sebagai menurut Giddens (1991) dalam Nastiti (2012) individu yang merupakan bagian dari bukanlah seperangkat karakteristik yang kita keanekaragaman manusia. Dengan miliki atau kita tunjuk, tetapi lebih kepada meningkatkan kesadaran dan pemahaman mode berpikir tentang diri kita sendiri. tentang isu-isu disabilitas dan keragaman Giddens menjelaskan identitas sebagai sebuah penyandang disabilitas dan situasi mereka, proyek. Merujuk pada Barker (2004) dalam media dapat secara aktif berkontribusi pada Nastiti (2012) identitas dalam diri dibentuk integrasi yang efektif dan berhasil dari para melalui konstruksi sosial dan tidak dapat hadir penyandang disabilitas dalam semua aspek di luar representasi budaya karena identitas kehidupan bermasyarakat. Konvensi Hak-Hak diekspresikan melalui bentuk-bentuk Penyandang Disabilitas mengharuskan representasi yang ditampilkan dalam simbol Negara-negara untuk meningkatkan kesadaran yang maknanya disepakati bersama. dan memerangi stereotip yang berkaitan Menurut Nastiti (2012) mengutip dengan penyandang disabilitas, termasuk (Appadural, 1996) dalam konteks masyarakat, dengan mendorong semua media untuk media memainkan peranan penting sebagai menggambarkan penyandang disabilitas sumber representasi dominan yang menjadi dengan cara yang konsisten dengan rujukan suatu kelompok dalam memaknai menghormati hak asasi manusia (sumber simbol identitas tersebut. Media memediasi WHO). masuknya praktik kultur tertentu, membentuk Media massa bisa mengubah persepsi pemahaman akan simbol-simbol serta publik dengan memberi perhatian pada citra mempertahyankan nilai-nilai yang muncul dan penyandang disabilitas dengan pandangan berkontribusi dalam mengkontruksi identitas terhadap penggambaran disabilitas yang akurat kolektif. Pengalaman kolektif terhadap suatiu dan seimbang sebagai bagian dari kehidupan media massa yang sama dapat mengikat sehari-hari. Media dapat memainkan peran individu menjadi suatu kelompok dengan penting dalam menghadirkan isu-isu disabilitas orientasi sama. Kesamaan orientasi terwujud

69

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179 dari adanya pemahaman yang sama aka sebuah proses pembelajaran diperlukan adanya figur makna identitas kolektif yang dimunculkan atau contoh keteladanan. Keteladanan ini dari media tersebut. tokoh yang menjadi panutan masyarakat. Semakin maraknya pemberitaan Tabel 1. Faktor yang Melatarbelakangi Tahapan tentang dunia disabilitas dan kisah-kisah Pembentukan Identitas Kelompok Disabilitas inspiratif kemandirian penyandang disabilitas yang dipublikasikan secara konvergen di tiga FAKTOR TAHAPAN PEMBENTUKAN media, yakni siaran berita televisi SCTV, IDENTITAS KELOMPOK media online Liputan6.com dan kanal berbagi DISABILITAS Personal Komunitas Kelompok Video, Vidio.com tentunya akan memperluas Internal Personal Community Equality khalayak, tidak hanya dari sisi jangkauan siar, Value Value desire tetapi juga segmentasi khalayak yang berbeda satu sama lain. Publikasi yang masif Psikologis Kapabilitas Mental diharapkan akan memunculkan proses Individu Anggota blocking Eksternal Keluarga Organisasi Pemerintah pemahaman dan pembelajaran bagi Disabilitas masyarakat untuk lebih mengenal potensi disabilitas dalam pembangunan. Peran media Lingkunga Penyokong Media massa turut mendorong perubahan sosial di n Sekitar Dana massa masyarakat dengan memberi informasi yang

Organisasi Sustainability mendidik masyarakat. Disabilitas pressure Stigma Perubahan sosial yang diharapkan masyarakat muncul dari pemberitaan tentang disabilitas adalah adanya social model of disability Sumber: Nastiti (2012) dengan pendekatan human rights based approach to disability. Model ini Salah satu teori yang menjelaskan mengemukakan bahwa hambatan sistemik, peran media massa dalam mengubah persepsi sikap negatif dan eksklusi oleh masyarakat masyarat dibahas dalam teori belajar sosial (secara sengaja atau tidak sengaja) merupakan (social learning theory) atau dikenal juga faktor-faktor utama yang mendefinisikan siapa sebagai teori belajar observasional atau yang menyandang disabilitas dan siapa yang modeling oleh Albert Bandura. Menurut tidak di dalam masyarakat tertentu. Model ini Bandura (1977), manusia dapat belajar dengan mengakui bahwa sementara orang-orang mengamati dan meniru perilaku orang lain. tertentu mempunyai variasi fisik, sensori, Peniruan model menjadi unsur penting dalam intelektual, atau psikologis, yang belajar. Hal ini terjadi dalam kehidupan kadangkadang dapat mengakibatkan keseharian masyarakat sehari-hari, bahwa keterbatasan fungsi atau ketunaan pada belajar dapat dilakukan dengan mengamati dan individu. meniru perilaku orang lain dalam mengubah Hal ini tidak harus mengakibatkan atau untuk membentuk perilakunya, kombinasi disabilitas, kalau masyarakat dapat teori belajar behavioristik dan kognitif. Dalam menghargai dan menginklusikan semua orang realitasnya banyak orang melakukan proses tanpa memandang perbedaan-perbedaan belajar dengan mengamati dan meniru perilaku individu. Pendekatan terhadap disabilitas orang lain yang menjadi model atau idolanya. berbasis hak ini esensinya berarti memandang Dalam artikel “Self-efficacy: Toward a penyandang disabilitas sebagai subjek hukum. Unifying Theory of Behavioral Change”, ada Tujuan akhirnya adalah untuk memberdayakan empat proses mediasi pembelajaran sosial penyandang disabilitas, dan untuk menjamin menurut Bandura (1977) yaitu; perhatian, partisipasi aktif mereka dalam kehidupan retensi, reproduksi dan motivasi. Dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dengan

70

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179 cara yang terhormat dan mengakomodasi SIMPULAN perbedaan yang ada pada diri mereka (Sulistyo Saputro, et al, 2015). 1. Konvergensi media secara kepemilikan Namun maraknya pemberitaan tentang media dan pemberitaan melaui newsroom, disabilitas di media massa juga bukan tanpa semakin memperluas jumlah khalayak kritik. Dalam tulisan yang diunggah di kolom terhadap informasi yang disampaikan. remotivi.com berjudul “Bolehkah Saya Tidak hanya luas jangkauan khalayak Menjumpai Difabel di Media dengan Layak?” dengan beragamnya jenis media yang Roy Thaniago, mengkritisi penggambaran digunakan, namun juga memperluas disabilitas di media massa yang segmentasi khalayak melalui kanal-kanal representasinya dianggap keliru yang ada televisi, media online, media (misrepresented). Ada penggambaran yang berbagi video. tidak tepat atau bahkan tidak adil pada 2. Perubahan sosial bisa terjadi ketika berita penyandang disabilitas yang berdampak pada positif dan inspiratif tentang disabilitas posisi sosial mereka (Zhang dan Haller, 2013) yang disampaikan oleh media massa dan kebijakan publik terkait pemenuhan hak diterima oleh masyarakat dan dijadikan mereka. model pembelajaran, seperti dalam teori Roy Thaniago mencontohkan karakter belajar sosial dari Albert Bandura. pelawak Bolot yang menjadi objek tertawaan 3. Munculnya kritik sosial terkait posisi (laughable) atau beban sosial (burden). Atau penyandang disabilitas di media muncul karakter Cecep (diperankan Anjasmara) dalam karena hingga kini belum model “Wah Cantiknya” (SCTV, 2001) yang selain pemberitaan yang dinilai pas untuk menjadi objek tertawaan (laughable), merepresentasikan penyandang disabilitas. dikasihani (pitiable),dan dipandang aseksual. Dalam talkshow, selain kerap menjadi objek rasa penasaran (misalnya dalam “Hitam DAFTAR PUSTAKA Putih”, Trans 7), penggambaran disabilitas paling dominan adalah sebagai objek inspirasi Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a (misalnya dalam “Kick Andy”, Metro TV). Unifying Theory of Behavioral Menurut Roy, penggambaran difabel Change. Psychological Review, 84 (2), yang inspiratif adalah cara penggambaran 191–215. terbaik yang bisa dilakukan oleh media, Budiarti, M., Apsari, N.C. (2017). Pergeseran namun dalam konteks itu penyandang Paradigma dalam Disabilitas. Intermestic: Journal of International Studies. Volume 1, disabilitas semata-mata hanya menjadi objek; No 2, Mei 2017. objek inspirasi. Dalam objektivikasi, seseorang Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: atau sekelompok orang adalah semata bersifat Teori, Paradigma dan Diskursus instrumental. Ia semacam alat yang disposable Teknologi Komunikasi di Masyarakat. seiring masa nilai gunanya. Mereka menjadi Jakarta: Kencana Prenada Media Group. inspirasional semata karena mereka memiliki Degener, T., Quinn, G. (2002). Human Rights and disabilitas tapi mereka tidak menyerah atau Disability: The Current Use and Future tetap bisa melakukan suatu pekerjaan layaknya Potential of United Nations Human Rights orang non-difabel. Terakhir, meski Instruments in the Context of Disability. pemberitaan seputar kisah inspiratif juga yang Geneva, Office of the High Commission mengatakan telah diputar bertahun-tahun oleh for Human Rights. Dewi, N. (2017). Disability Issues and Social media, nyatanya tidak pernah berdampak pada Work. Yayasan Sayangi Tunas Cilik. kebijakan publik maupun posisi sosial mereka. Haller, B. (1999). News Coverage of Disability Issues: Final Report for The Center an

71

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis Vol. 4 No. 1 Juni 2020 pp. 61-72 P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

Accessible Society. S. Diego: Center for an PT. Elang Mahkota Teknologi. (2019). Accessible Society. Embracing The Journey Toward Digital. ______(1993). Paternalism and Protest: Laporan tahunan 2018 Annual Report. Coverage of deaf Persons in The Diunduh pada 25 Mei 2020. dari: Washington Post and New York times. http://www.emtek.co.id/files/uploads/repo Mass Communication Review, 20, 3-4. rt/file_en/2019/Apr/26/5cc294af04b2a/ar- ______(2000). If They Limp, They Lead? News emtek-2018.pdf Representations and The Hierarchy of Thaniago, Roy. (2018). “Bolehkah Saya Disability Images. In. D. O. Braithwaite & Menjumpai Difabel di Media dengan T. L. Thomson (Eds.), Handbook of Layak?” dipublikasikan tanggal 12 Communication and People with Desember 2018 di Disabilities. San Diego, CA: Lawrence http://www.remotivi.or.id/amatan/503/bol Erlbaum Associates. ehkah-saya-menjumpai-difabel-di-media- Kusuma, Satria. (2012). Komunikasi dalam dengan-layak Perubahan Sosial. Interact: Vol.1, No.1, Hal. 42-54. Mei, 2012. Prodi. Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya. Marshall, Philip & Burnett, R. (2002). Web Theory: An Introduction. ERA - Humanities & Creative Arts. Muhtadiah, D. H. (2018). Konvergensi Media Terhadap Kinerja Jurnalis. Jurnal Tabligh Volume 19 No 1, Juni 2018. Nastiti, Aulia Dwi. (2012). “Identitas Kelompok Disabilitas Dalam Media Komunitas Online. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Power. D. (2006). Disability in The News. The Australian Press 2004-2005. Communicacion e Discapacidades. ISBN- 13 978-84-690-4140-6 Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rini. (2011). Peran Media Massa dalam Mendorong Perubahan Sosial Masyarakat. Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis. Edisi ke-VI, November 2011. Sieff, E.M. (2003). Media Frames of Mental Ilness: The Potential Impact of Negative Frames. Journal of Mental Health, 12, 259-269. Suranto. (2015). Optimalisasi. Proseding Seminar Nasional: Kontribusi Ilmu-ilmu Sosial dalam Percepatan Pembangunan Indonesia Bermartabat. FISIP UNY 2015. Saputro, Sulistyo. (2015). Analisis Kebijakan Pemberdayaan dan Perlindungan Sosial Penyandang Disabilitas. Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial. Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

72