Kode Etik Jurnalistik

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kode Etik Jurnalistik Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas DEWANPERS, 2013 | I II | Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas Penyunting: Bekti Nugroho, Samsuri Desain/layout: Agape Siregar Cetakan Pertama: Maret 2013; Hak Cipta pada © DEWAN PERS Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas Penyunting: Bekti Nugroho, Samsuri -Cet. I. –Jakarta: DEWAN PERS; 2013 XXXIII + 345 hlm, 14,5 X 21 cm ISBN ........... Sekretariat Dewan Pers Gedung Dewan Pers Lantai 7 – 8 Jl. Kebon Sirih No. 32-34 Jakarta Pusat Telp. (021) 3504874-75, 77 Faks. (021) 3452030 www.dewanpers.or.id / www.presscouncil.or.id [email protected] [email protected] Twitter: @dewanpers | III IV | Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas DAFDAFDAFTTTAR ISIISIAR Pembuka Pers Berkualitas Masyarakat Cerdas ..................................... VII Bekti Nugroho, Samsuri Tantangan Pers Indonesia di Masa Depan ............................. XV Bagir Manan Pers Membangun Wawasan Kebangsaan .............................. XXIX Ichlasul Amal I. Menegakkan Swaregulasi di Bidang Pers Bantu Dewan Pers Tegakkan Swaregulasi Pers ................ 1 Masyarakat (Belum) Tahu Hak untuk Mengontrol Pers ............................................................... 17 Kerja Keras Mendorong Pers Profesional .......................... 23 Survei Membuktikan, Pers Belum Kebablasan ................... 49 Melaksanakan Hak Jawab untuk Menjaga Kemerdekaan Pers ........................................................... 57 Gunakan Hak, Adukan Media yang Merugikan .................. 67 II. Mengontrol Pers untuk Profesionalisme Pers Harus Sangat Hati-Hati Beritakan Privasi ................. 79 Pers Memihak Siapa dalam Pemilu? .................................. 97 “Wartawan” Pemeras Laporkan ke Polisi ........................ 111 Masyarakat Semakin Memahami Pers ............................... 121 “Wartawan Bodrek” Jelas Bukan Wartawan ..................... 127 Hati-hati dengan Wartawan Berprofesi Ganda ................. 139 Pers Profesional Musuhnya Koruptor ................................ 151 Daftar Isi | V III. Mendorong Program TTam elevisi Berkualitas Tayangan Televisi Kita Perlu Terus Dikritik ......................... 163 Program Berita Berkualitas Paling Disukai ........................ 177 IVIVIV. Mencermati Perereraturaturaturan terkait Persersers Kontroversi tentang Pornografi Tak Ada Habisnya ............................................................. 191 Kebebasan Berekspresi Maju Mundur ............................... 211 Susahnya Mengatur Distribusi Media Dewasa .................. 229 UU ITE Maunya Apa? ........................................................ 245 Jangan Kriminalisasi Wartawan Karena Berita ................. 267 Lampiran Kode Etik Jurnalistik .......................................................... 291 Pedoman Hak Jawab ........................................................ 299 Pedaman Pemberitaan Media Siber .................................. 303 Pedoman Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap wartawan ......................................................... 309 Undang-Undang No.40/1999 tentang Pers ....................... 317 Indeks ..................................................................................... 339 VI | Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas Pembuka I Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas Membicarakan pers selalu menarik. Apalagi pers Indonesia yang sedang tumbuh ibarat jamur di musim hujan. Sejak zaman perjuangan, kemerdekaan, Oder Lama hingga Orde Baru yang terkenal dengan jargon pembangunan, kemerdekaan pers memang baru benar-benar dirasakan pasca jatuhnya rezim Soeharto. Pengesahan UU No. 40/1999 tentang Pers menegaskan keberadaan kemerdekaan pers kita. UU Pers tidak lagi mengenal Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Siapa saja bisa menerbitkan pers asal punya modal dan badan hukum. Karena itu, dari tahun 2000 hingga sekarang, pertumbuhan pers menemukan momen terbaik. Jika pada masa Orde Baru di satu ibukota provinsi hanya dikenal dua atau tiga koran—kecuali DKI Jakarta—sekarang bisa jadi ada lima sampai sepuluh penerbitan. Itu belum termasuk koran di tingkat kabupaten atau kota. Grup Jawa Pos terkenal paling gencar menerbitkan koran baru di daerah dengan panji-panji radar-nya. Permasalahannya, pertumbuhan jumlah pers ini belum diimbangi dengan kualitas. Sering muncul pengaduan ke Dewan Pers, betapa pers didirikan hanya karena motif politis dan ekonomis, tidak mempedulikan kepentingan idealis. Padahal, seharusnya kepentingan idealis menjadi ruh atau spirit bagi berjalannya bisnis pers. Sekarang di mana-mana muncul keluhan terhadap pers atau wartawan, karena wartawan dianggap tidak menghargai profesinya sendiri yang punya misi mulia. Selalu mudah ditemukan pengakuan seseorang menjadi wartawan hanya karena sudah melamar pekerjaan lain tetapi tidak diterima. Menjadi wartawan dianggap cukup bermodal kartu pers, apalagi kartu pers gampang dibuat atau diperoleh. Pembuka I | VII Terkait persoalan-persoalan tersebut, tema “pers berkualitas untuk dan dari masyarakat cerdas” akan terus aktual dan penting bagi kita. Itu sebabnya buku ini kami beri judul ringkas “Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas”. Judul tersebut memancing sejumlah pertanyaan awal: apakah pers yang berkualitas itu? Seperti apakah wujud masyarakat cerdas? Benarkah pers berkualitas mampu mewujudkan masyarakat yang cerdas? Antara pers berkualitas dan masyarakat yang cerdas, mana yang harus didahulukan? Dalam literatur pendidikan tentang media atau literasi media, “pers berkualitas” dan “masyarakat cerdas” selalu menjadi kata-kata kunci. Jika menginginkan pers tumbuh profesional, ajarilah masyarakat untuk cerdas dalam memahami, memilih dan memilah pers. Masyarakat sebaiknya hanya mengkonsumsi pers berkualitas. Melalui kiat seperti itu, dengan sendirinya pers atau media yang tidak berkualitas akan mati, karena tidak ada yang membaca apalagi membeli, mendengar atau menonton. Yang kita butuhkan adalah pers yang berkualitas, pers yang dapat menumbuhkembangkan daya akal sehat masyarakat. Hanya dengan begitu, kecerdasan masyarakat dalam segala bidang—politik, budaya, ekonomi, dan sosial—akan terbentuk. Pers berkualitas tidak sekedar bermakna pers yang mampu menghadirkan konten-konten berita atau informasi yang berkualitas kepada masyarakat. Ia harus dapat bertahan dari persaingan bisnis yang sehat dan siap menghadapi perkembangan pesat teknologi komunikasi. Pers semacam itu hampir ada di setiap provinsi di Indonesia. Mereka sering disebut pers mainstream atau pers arus utama. Keberadaannya mampu memberi pengaruh signifikan untuk perkembangan politik, budaya, ekonomi, dan sosial yang lebih baik di daerahnya. Bagaimana dengan masyarakat yang cerdas? Di sini pers bukan faktor atau penentu tunggal. Masyarakat semacam ini tidak hadir dalam hitungan tahun. Diperlukan proses berpuluh-puluh tahun untuk mencapainya. Tingkat pendidikan formal rata-rata masyarakat lazimnya sejalan dengan tingkat kecerdasan masyarakat. Lalu, apakah masyarakat kita sudah sampai pada tingkat masyarakat cerdas? Setiap orang bisa memiliki persepsi dan jawaban berbeda. VIII | Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas Di luar perdebatan itu, pers tetap berperan sangat banyak dan strategis dalam mendorong tumbuhnya masyarakat yang cerdas. Dalam penyelenggaraan pemilihan umum, misalnya, pers digadang-gadang sebagai unsur terpenting untuk dapat terwujudkan pemilu yang jujur, adil, dan bermutu melalui penyajian informasi yang dapat memunculkan pemilih- pemilih cerdas. Empat penentu Tugas menumbuhkan pers berkualitas dapat disematkan kepada kalangan atau praktisi pers, lembaga independen yang terkait pers seperti Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), organisasi pers, dan masyarakat. Mari kita bahas posisi dan kegiatan apa yang bisa dilakukan oleh masing-masing pihak ini. Bagaimana dengan posisi pemerintah? Kita menghendaki pemerintah sedikit mungkin terlibat atau dilibatkan dalam permasalahan pers. Praktisi Pers: Menghadirkan pers berkualitas hanya mungkin bila didukung sumber daya wartawan berkualitas. Persoalannya, mendapatkan wartawan berkualitas di Indonesia bukan perkara mudah. Sekolah jurnalistik belum banyak, sedangkan kapasitas alumnus jurusan jurnalistik dari perguruan tinggi seringkali tidak memenuhi keinginan perusahaan pers. Upaya rekrutmen wartawan baru yang dilakukan perusahaan pers juga tak selamanya mulus. Seorang pimpinan pers terkemuka di Jakarta bercerita, perusahaannya rutin melakukan rekrutmen wartawan baru. Hasilnya, setiap angkatan ada lima sampai sepuluh wartawan muda yang berhasil direkrut. Namun, setelah mereka bekerja tidak sampai satu tahun, hanya tersisa satu atau dua wartawan. Yang lainnya memilih bekerja di tempat baru, yang bukan perusahaan pers, karena diiming-imingi kemudahan dan gaji lebih tinggi. Tidak jarang, yang mengajak mereka pindah adalah narasumber yang pernah mereka wawancara. Upaya peningkatan sumber daya wartawan yang terampil dan berpengetahuan luas pertama-tama memang menjadi tanggung jawab praktisi pers sendiri. Mereka berada terdepan untuk hadirnya pers berkualitas. Wajah pers setiap hari ditentukan oleh mereka dari ruang Pembuka I | IX redaksi pers yang idealnya harus independen. Pers yang menyadari hal ini, telah memiliki sistem rekrutmen, jenjang karir, jenjang gaji, serta pendidikan dan pelatihan yang baik. Dalam hal ini, kehadiran Standar Kompetensi Wartawan yang disahkan oleh Dewan Pers sejak tahun 2010 dapat lebih membantu perusahaan pers meningkatkan profesionalisme
Recommended publications
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya informasi yang diberikan media massa ke masyarakat dan semakin banyaknya permintaan masyarakat terhadap informasi yang mereka inginkan, berarti macam berita yang harus disajikan media massa juga akan bertambah. Kenyataanya, macam berita yang disajikan media massa sekarang ini sudah jauh lebih banyak dibanding media massa masa lampau. Seperti media audio visual televisi muncul karena perkembangan teknologi. Kehadirannya setelah beberapa penemuan seperti telepon, telegraf, fotografi serta rekaman suara. Media televisi ada setelah radio dan media cetak. Seiring bergantinya zaman, teknologi informasi semakin berkembang pesat. Untuk mendapatkan informasi manusia lebih memilih menggunakan media elektronik dibandingkan media cetak. Dengan media elektronik yang lebih mudah digunakan dimanapun dan kapanpun. Televisi sebagai salah satu media elektronik yang sering digunakan oleh manusia untuk mendapatkan sebuah informasi maupun hiburan. Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton televisi dapat menikmati acara televisi sambil duduk santai menyaksikan berbagai informasi. Penyampaian informasi seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, dengan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual . pesan-pesan yang disampaikan langsung mempengaruhi otak , emosi, perasaan dan sikap pemirsa. Kehadiran teknologi televisi, mempengaruhi kehidupan manusia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan
    [Show full text]
  • Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode 5 Tahun 2016
    Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode 5 tahun 2016 1 2 Komisi Penyiaran Indonesia Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode 5 tahun 2016 3 4 Komisi Penyiaran Indonesia PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh posisi pengukuran rating yang sangat penting bagi televisi di Indonesia. 2. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu data “rating” sendiri sesuai dengan misi, fungsi dan tugas KPI. 3. Salah satu fungsi KPI adalah melakukan pengawasan agar program siaran televisi makin baik dan berkualitas. 4. Data “rating” yang dibuat tersebut harus mencakup aspek kualitas siaran sehingga bisa menjadi bahan evaluasi bagi KPI dan stasiun televisi untuk memperbaiki mutu dan kualitas siaran televisi. TUJUAN 1. Mengevaluasi kualitas program siaran televisi berdasarkan kategori program siaran secara periodik 2. Menyusun pemeringkatan kualitas program siaran televisi berdasarkan kategori program siaran secara periodik URGENSI 1. Hasil penelitian diharapkan bisa diakses dan dimanfaatkan sebanyak mungkin stakeholder yang punya concern dengan program siaran televisi: perguruan tinggi, LSM, kelompok masyarakat sipil dsb. 2. Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi fungsi pemberdayaan agar program acara televisi bisa lebih baik. Kegiatan ini lebih bersifat penilaian (assesment) terhadap program siaran televisi, dengan harapan stasiun televisi bisa melakukan pembenahan. Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode 53 tahun 2016 1 DESAIN RISET 1. Agar hasil riset dipakai, pelaku industri penyiaran dilibatkan dari awal. Kita tidak memposisikan industri penyiaran sebagai “objek evaluasi”. Sebaliknya, kita perlu mendengarkan apa kebutuhan mereka, keinginan mereka dan hambatan mereka terkait dengan data kepemirsaan televisi. Kebutuhan industri penyiaran ini juga harus dikaitkan fungsi KPI sebagai regulator da pemantau program acara televisi. 2. Dengan melibatkan pelaku industri sejak awal, hasil riset ini diharapkan akan lebih bisa diterima dan dijadikan acuan dalam menyusun program acara yang berkualitas.
    [Show full text]
  • —Tvri, Sctv Dan Metrotv“
    Mhd. Surip Analisis Isi Berita di Stasiun ... ANALISIS ISI BERITA DI STASIUN TELEVISI —TVRI, SCTV DAN METROTV“ Mhd. Surip, S.Pd., M.Si. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Stasiun televisi merupakan stasiun televisi yang dimiliki pemerintah dan s asta yang memuat berbagai kategori tayangan, diantaranya politik, ekonomi, kesehatan, kriminal, bencana dan kecelakaan, pendidikan, human interest, ceremonial, keagamaan dan sosial budaya. Tontonan tersebut akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam mengembangkan kehidupannya. Kata Kunci : isi berita dan stasiun televisi PENGANTAR peristi a nyata. Dalam men%alankan fungsi informasi, televisi berupaya Se%ak pemerintah memberikan "kran mencari informasi, mengumpulkan terbuka" bagi penyelenggaraan penyiaran informasi, menyimpan informasi dan tahun 1990, televisi tumbuh seperti %amur kemudian menyebarkannya melalui di musim hu%an. Stasiun televisi s asta beragam program siaran. Salah satunya bermunculan. Dia ali oleh kehadiran adalah program siaran berita. stasiun RCTI, menyusul SCT,, Indosiar, Sebelum ada peraturan ANT, dan MNCT,. MetroT,, Trans penyelenggaraan televisi s asta, program T,, T, ON., Trans7, 0lobal T,, N.T televisi dimonopoli T,RI, termasuk T, yang hadir belakangan mulai tahun program siaran berita. Dunia Dalam 2011. Stasiun televisi tersebut Berita men%adi acara favorit dan program mena arkan berbagai program acara yang yang dinantikan pada aktu itu. Semen%ak dikemas dengan gaya dan format yang televisi s asta bermunculan, progam7 beraneka ragam sebagai bahan pilihan dan program siaran berita hadir suguhan terbaik bagi pemirsanya. menyemarakan pertelevisian kita. Sebagai media massa, televisi Berbagai bentuk, nama dan strategi %am memiliki tiga fungsi, yakini3 fungsi tayang men%adi pengemasan tersendiri informasi 4the information function5, bagi pengelola televisi s asta.
    [Show full text]
  • ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS 7 Oleh: Ais
    ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS 7 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Ais Ramadhan Rasyid 107051002838 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS 7 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Ais Ramadhan Rasyid 107051002838 Pembimbing Dr. Fatmawati. MA NIP: 19760917 200112 2 002 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 6 Oktober 2011 Ais Ramadhan Rasyid i ABSTRAK AIS RAMADHAN RASYID Analisis Program Acara “Tabir Sunnah” di Trans 7 Televisi sebagai salah satu bentuk media massa elektronik yang keberadaannya sangat diperhitungkan dan mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia sekarang ini karena bentuk audio ( suara ) dan visual ( gambar ) sekaligus, memiliki nilai lebih dibandingkan media massa lainnya. Sebagai media yang memiliki Fungsi sebagai pendidikan, televise dapat dijadikan sebagai sarana dakwah yakni dengan menampilkan sajian yang berisi ajakan berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran.
    [Show full text]
  • Mengungkap Kebohongan Program Televisi Di Indonesia
    BELIEVE Mengungkap Kebohongan Program Televisi di Indonesia i ii BELIEVE Mengungkap Kebohongan Program Televisi di Indonesia Kata Pengantar : Fajar Junaedi Filosa Gita Sukmono Editor: Fajar Junaedi, Bayu Chandra Kumara, Erwin Rasyid, Galuh Ratnatika, Maharani Dwi Kusuma Wardani, M.Bimo Aprilianto iii Believe Mengungkap Kebohongan Program Televisi di Indonesia Hak cipta pada para penulis dan dilindungi oleh Undang-undang (All Rights Reserved) Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit, halaman xvI + 348; 15,5 x 23,5 cm ISBN : 978-6027-636-81-1 Cetakan Pertama, 2015 Penulis: Aisyah Aprilinda R, Afran Irfan, Hesti Susliowati, Nisa Akmala, Mohamad Nurul Pamungkas, Erwin Rasyid, Maharani Dwi Kusuma Wardani, Mohamad Kasyfi Fitra, Naswhan Ihsan Fazil, Reza Dovi Saputra, Rifki Putri Mahbubati, Amelia Arista Putri, Fathi Yakan Muntazari, Evan Aksara, Akhmad Maulana Subkhi, Ragil Susanto, Kiki Rizki Pramanda, Bayu Chandra Kumara, Syarifah Khamsiawi, Devi Permatasari, Maulida Hazana, Muhammad Fatur Al Bashori, Muhammad Syahidul Mubarok, Yoska Pranata, Ari Prasatyo, Muhammad Naufal, Rima Sulistya Ningsih, Tri Prasetyo, Slamet Arifin, Alif Maulana, Galang Pambudi Anggara, Viddya Dwi Pradianty, Pri Anugrah, Puspita Septi Maharani, Anisati Sauma N, Bagus Haryo W, Septi Nugrahaini, Martina Ernaningsih, Fajar Adhi K, Haris Sugiharto, Intan Permatasari, Lisa Karunias Jati, Ravi Setya Ayu, Pratiwi Yunita Dwi Rahmawati, Wahyu Sugiharto, Yunia Rahmah, Galuh Ratnatika, Muhammad Aulia Rahman, Sintha Puspitaningrum, M.Bimo Aprilianto. Editor: Fajar Junaedi, Bayu Chandra Kumara, Erwin Rasyid, Galuh Ratnatika, Maharani Dwi Kusuma Wardani, M.Bimo Aprilianto Kata Pengantar : Fajar Junaedi Filosa Gita Sukmono Perancang Sampul: ? Ilustrasi Isi: All Editor Penata Letak: Ibnu Teguh W Pertama kali diterbitkan: Pertama kali diterbitkan oleh Mahasiswa peserta kelas Hukum Media Massa Program Studi Ilmu Komunikasi UMY tahun ajaran 2014/2015.
    [Show full text]
  • Refleksi Atas Pemberitaan Televisi Kita Drs. Djamaluddin Malik, MS
    Dari Konstruksi ke Dekonstruksi: Refleksi atas Pemberitaan Televisi Kita Drs. Djamaluddin Malik, M.S. “Television was described as the most important and credible source of news”, demikian kata Frank (1974:64) dalam Message Dimension of Televison News. Berita TV memang berbeda dengan berita di media cetak. Tiputan TV lebih mampu menjangkau banyak pemirsa hingga jutaan penduduk. Sedangkan berita di media cetak terbatas oleh sirkulasi dan kebiasaan membaca khalayak, termasuk daya belinya. Diantara media cetak dan elektronik atau “cool” dan “hot” media – meminjam istilah McLuhan – memang terdapat perbedaan karakteristik. Menurut Dominick (1933:530-385) berita tv dan di media cetak, masing-masing punya kelebihan sekaligus kelemahannya. Pertama, berita di TV punya kelebihan pada “kecepatan”- nya untuk hadir ditengah pemirsa daripada media cetak. Namun, penyajiannya bersifat sekilas hingga agak sulit di serap dan diingat secara berulang-ulang. Kelebihan media cetak justru pada kedalaman dan analisisnya yang lebih panjang dan tajam. Pada jurnalistik TV, dimensi “waktu” (time) sangat menentukan. Sedangkan pada jurnalistik cetak, dimensi “ruang” (space) lebih menentukan cara penyampaian berita. Kedua, berita TV lebih efektif dalam membentuk pengalaman dan kesan (image) atas realitas sosial yang di persepsikan pemirsa. Kelebihan ini terjadi karena berita TV lebh banyak mengandung dimensi “visual” atau gambar ketimbang kata-kata. Dimensi visual ini, merupakan senjata ampuh dan utama dalam setiap liputan jurnalistik TV. “Murder an violent event that have occurred half a world a way, show up an American TV not because of their intrinstic news value but because the picture a dramatic”, demikian Dominick (ibid., 350) melukiskan keunggulan tayangan berita TV. Berbeda dengan jurnalistik TV, kelebihan media cetak justru terletak pada kata-kata dan kekayaan memberi informasi kepada khalayak yang lebih banyak dan mudah diingat.
    [Show full text]
  • Rekonstruksi Wacana Pemberitaan Korupsi Pada Stasiun Televisi Swasta Sctv Dan Inews Tv (Analisis Wacana Kritis Van Dijk)
    REKONSTRUKSI WACANA PEMBERITAAN KORUPSI PADA STASIUN TELEVISI SWASTA SCTV DAN INEWS TV (ANALISIS WACANA KRITIS VAN DIJK) TESIS diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Magister Pendidikan Oleh Rakhmat Dwi Hananta 0202515051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik. Hal tersebut ditegaskan oleh Wibowo (2001:3) bahwa bahasa merupakan sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa dapat digunakan dalam berbagai cara. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah melalui media massa. Seperti yang disampaikan Badara (2012:2) bahwa media massa bukan saja menjadi titik perhatian dari ilmu komunikasi melainkan juga dapat menjadi kajian kebahasaan. Bahasa dalam media massa merepresentasikan realitas termasuk ideologi, sehingga realitas yang sebenarnya menjadi terdistorsi. Bahasa yang digunakan dalam media massa selalu dihubungkan dengan praktik sosial, karena melalui bahasalah ideologi seseorang atau kelompok dapat ditampilkan. Supriyadi dan Zulaeha (2017) menjelaskan bahwa bahasa menempati posisi terpenting dalam proses produksi dan distribusi informasi. Isi media merupakan sekumpulan bahasa yang terangkai menjadi satuan-satuan struktural yang dapat dimaknai dan dipertautkan dengan realitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahmania dan 1 2 Rustono (2018), bahwa bahasa yang ditampilkan dalam media massa merepresentasikan fenomena/realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
    [Show full text]
  • Kuala Lumpur Calling Al Jazeera English in Asia
    KUALA LUMPUR CALLING AL JAZEERA ENGLISH IN ASIA EDITED BY MICHAEL KUGELMAN KUALA LUMPUR CALLING Al Jazeera English in Asia KUALA LUMPUR CALLING Al Jazeera English in Asia Essays by: Trish Carter Marwan M. Kraidy Drew McDaniel Veronica Pedrosa Shawn Powers and Mohammed el-Nawawy Atria Rai-Tene Edited by: Michael Kugelman November 2008 Available from : Asia Program Woodrow Wilson International Center for Scholars One Woodrow Wilson Plaza 1300 Pennsylvania Avenue NW Washington, DC 20004-3027 www.wilsoncenter.org ISBN 1-933549-44-0 Front cover photo: © Ahmad Yusni/epa/Corbis Back cover photo: © Alan Smithee/ iStockphoto © 2008 Woodrow Wilson International Center for Scholars The Woodrow Wilson International Center for Scholars, established by Congress in 1968 and headquartered in Washington, D.C., is a living national memorial to President Wilson. The Center’s mission is to commemorate the ideals and concerns of Woodrow Wilson by pro- viding a link between the worlds of ideas and policy, while fostering research, study, discussion, and collaboration among a broad spectrum of individuals concerned with policy and scholarship in national and international affairs. Supported by public and private funds, the Center is a nonpartisan institution engaged in the study of national and world affairs. It establishes and maintains a neutral forum for free, open, and informed dialogue. Conclusions or opinions expressed in Center publi- cations and programs are those of the authors and speakers and do not necessarily reflect the views of the Center staff, fellows, trustees, advi- sory groups, or any individuals or organizations that provide financial support to the Center. The Center is the publisher of The Wilson Quarterly and home of Woodrow Wilson Center Press, dialogue radio and television, and the monthly news-letter “Centerpoint.” For more information about the Center’s activities and publications, please visit us on the web at www.wilsoncenter.org.
    [Show full text]
  • Penggunaan Clickbait Headline Pada Situs Berita Dan Gaya Hidup Muslim Dream.Co.Id
    MediaTor:M Rizky Jurnal Kertanegara. Komunikasi, Penggunaan Vol 11 (1),Clickbait Juni 2018, Headline 31-43 pada Situs Berita... Penggunaan Clickbait Headline pada Situs Berita dan Gaya Hidup Muslim Dream.co.id M Rizky Kertanegara Politeknik Negeri Media Kreatif Email: [email protected] Abstrak. Aliran informasi yang cepat di era digital membuat produser situs berita online menarik perhatian netizen, tidak hanya di situs utama mereka tapi juga untuk platform media sosial. Tujuannya adalah untuk mendapatkan Key Performance Indicator (KPI) atau indikator kinerja kunci yang tinggi yang nantinya akan berguna untuk kepentingan beriklan. Keberadaan KPI ini dapat dilihat dari jumlah interaksi yang dilakukan oleh pembaca yang mengklik, berkomentar, atau berbagi konten di akun media sosial mereka. Untuk mendapatkan KPI yang tinggi ini, muncul fenomena penggunaan Clickbait Headline, yakni headline yang atraktif namun terkadang menjebak keingintahuan dari para pembacanya. Untuk itu, penulis ingin melihat sejauh mana penggunaan Clickbait Headline pada situs berita dan gaya hidup Muslim Dream.co.id. Selain itu, apakah penggunaan Clickbait Headline tersebut memenuhi unsur kode etik jurnalistik yang baik dan benar. Menggunakan pendekatan studi analisis isi, penulis memilih sampel dengan teknik purposive sampling, yakni artikel yang paling banyak dilihat pada periode 1-21 Juni 2017. Berdasarkan hasil temuan, sebagian besar artikel yang paling banyak dilihat menggunakan Clickbait Headline dengan teknik catafora dan telah memenuhi standar Kode Etik Jurnalistik dari dewan pers. Kata kunci: industri media, media online, media sosial, clickbait headline, kode etik jurnalistik Abstract : The rapid flows of information in the digital age makes online site producers create news that attracted the attention of netizen not only on their main sites but also for social media platforms.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infotainment yang secara harfiah merupakan penggabungan dari kata “information” dan “entertaiment” bermaksud sebagai penyampaian informasi yang dikemas secara menghibur. Pada dasarnya infotainment adalah jurnalisme ringan yang berkembang di Amerika Serikat, katagori ini bukan hanya menampilkan informasi dunia hiburan semata tapi beraneka ragam berita dari olahraga, politik sosial budaya dan kriminal yang dikemas menjadi lebih lunak dan menghibur (Syahputra, 2006:11). Kelahiran tayangan infotainment di Indonesia diawali oleh stasiun swasta pertama di Indonesia, yaitu RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia). Stasiun RCTI memproduksi siaran infotainment dengan nama “Kabar-Kabari”, “Cek & Ricek” dan “Buletin Sinetron”. Tak lama setelahnya, produsen acara “Cek&Ricek) melebarkan sayapnya yang tidak hanya menayangkan infotainment di televisi, melainkan juga memproduksi tabloid dengan nama yang serupa (Ahmadi, 2005: 40) Menurut Koran Tempo (10 Juni 2010) tayangan rating infotainment di Indonesia melambung tinggi pada tahun 2010 yang disebabkan oleh beredarnya video asusila milik vokalis band Peterpan, Ariel dengan dua aktris cantik Luna Maya dan Cut Tari. Karena peledakan rating tersebut, di tahun 2011 terdapat 10 juta penonton infotainment, 14 jam tayang infotainment dalam sehari, dan terdapat 40 judul infotainment yang merupakan akumulasi dari seluruh stasiun TV di Indonesia (sumber : VivaNews 27 Desember 2009 dalam Astiti, 2012 : 4,6) Diagram 1 1 Jumlah Tayangan Infotainment di Stasiun TV Swasta Indonesia 2018 JUMLAH TAYANGAN INFOTAINMENT DI STASIUN TELEVISI SWASTA INDONESIA 2018 RCTI SCTV Trans 7 Trans TV MNC TV Net TV 7% 13% 7% 13% 13% 47% Sumber : Data di atas diolah oleh peneliti Melihat dalam grafik 1.1, di tahun 2018 infotainment di Indonesia tayang dengan frekuensi yang sangat tinggi.
    [Show full text]
  • PROGRAM BERITA HARIAN TELEVISI Oleh: Maya Rachmawaty, Msc
    PROGRAM BERITA HARIAN TELEVISI Oleh: Maya Rachmawaty, MSc Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Humaniora dan Bisnis PEMBAGIAN TUGAS REDAKSI TELEVISI Bagian Produksi Berita Magazine/ Program Current Affairs Harian (Daily) (Non Daily) Berita Harian Talkshow Feature Investigasi Program Berita (News Program) 1. Berita harian/Bulletin: Program yang menyajikan berita terbaru/terpanas 2. Magazine/Current Affair: Program berita di luar produksi harian 3. Talkshow: Program berita yang berisi diskusi 4. Feature: Program berita yang menyiarkan hasil liputan ringan yang menghibur dan mengedukasi 5. Investigasi: Program berita yang menyiarkan hasil liputan investigasi, pendalaman dari sebuah kasus 6. Program Khusus: Program yang dibuat dengan tema khusus, misalnya: kriminal (Buser SCTV, Patroli Indosiar) Program Berita Harian (Daily) Berita Pagi Berita Siang Berita Petang Berita Malam Berita Terkini dikerjakan oleh 2 divisi News News Gathering Production Peliputan Produksi Berita (Bekerja dalam shift) (Bekerja per-program) PRODUKSI PROGRAM BERITA HARIAN News Gathering News Production (Pengumpulan Penyiaran Berita (Produksi Berita) Berita) Terdiri dari: Terdiri dari: Terdiri dari: Koordinator liputan, reporter, Produser eksekutif, produser, Program Director (PD) cameraman, VJ dan kontributor asistant produksi, editor Tim Studio (audio man, (pengedit berita), grafis lighting, set person, person cameraman studio, switcher) Lebih lanjut baca hal: 60-62 Buku Dasar-Dasar Produksi Televisi News Gathering Tim yang bekerja di lapangan, terdiri dari: 1. Koordinator
    [Show full text]
  • Hanny Vitri Hartono Phd Thesis.Pdf
    Research Portfolio of Hanny Savitri Hartono Collated for Examination for PhD (Posthumously) by Supervisors: Graeme MacRae, Massey University; Sharyn Graham Davies, Auckland University of Technology; and Barbara Andersen, Massey University The attached portfolio includes the chapters of Vitri’s partially-completed PhD thesis, as well as several articles published in refereed journals, and other minor publications and unpublished work. The PhD Thesis The topic of the thesis is the way in which Muslim mothers in Java, Indonesia, negotiate a media landscape dominated by un-Islamic material and values, while trying to live their own lives and bring up their children in a properly Islamic way. Research was conducted both in the city of Semarang and by way of a closed Facebook group. The topic lies at the intersection of media studies and anthropology, Islamic studies and parenting studies, and is informed by wide reading of literatures from all these fields. We estimate the PhD thesis to be around around 80% complete: • Six substantive chapters are complete, amounting to a total of approximately 70 000 words. • The introduction is partly written and the conclusion is not written. • Abstract and references are included. We have presented this material as it stands, rather than proofread and edited. Publications The primary publications included are four journal articles, directly related to her PhD research. Three are published in peer-reviewed journals, the fourth is under review: 1. “Muslim mothers and Indonesian gossip shows in everyday life”, Indonesia and the Malay World 43 (126), pp. 298-316. 2015. 2. “'How Funny (This Country Is)': A Moral and Religious Debate Through the Lens of an Indonesian Film”, New Zealand Journal of Asian Studies 17 (1): 79-96.
    [Show full text]