PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

LAPORAN A K H I R 2018 Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 – 2021

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...... i DAFTAR TABEL ...... iv DAFTAR GAMBAR ...... viii

BAB I PENDAHULUAN ...... I-1 1.1. LATAR BELAKANG ...... I-1 1.2. DASAR HUKUM ...... I-6 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN ...... I-8 1.4. RUANG LINGKUP ...... I-8 1.5. KELUARAN YANG DIHARAPKAN (OUTPUT) ...... I-9 1.6. SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR ...... I-10

BAB II PROFIL DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU...... II-1 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI ...... II-1 2.1.1 Luas Dan Batas Wilayah Administrasi ...... II-1 2.1.2 Letak dan Kondisi Geografis ...... II-3 2.1.3 Kondisi Topografi ...... II-4 2.1.4 Kondisi Geologi dan Struktur Tanah ...... II-6 2.1.5 Kondisi Klimatologi ...... II-10 2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah ...... II-11 2.1.7 Kawasan Rawan Bencana ...... II-14 2.1.8 Kondisi Demografis...... II-18 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ...... II-24 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ...... II-24 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial ...... II-37

BAB III KONDISI SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) SAAT INI ...... III-1 3.1 KEBIJAKAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) ...... III-1 3.1.1 Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) ...... III-1 3.1.2 Kebijakan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan Daerah...... III-2 3.2 UNSUR-UNSUR SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) ...... III-26 3.2.1 Kelembagaan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) ...... III-26 3.2.2 Jaringan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) ...... III-45 3.2.3 Sumberdaya Sistem Inovasi Daerah (SIDa) ...... III-45

i LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 3.3 KONDISI TERKINI INDIKATOR MAKRO ...... III-61 3.3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terkini : Sektor Unggulan (Konstruksi; dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang) dan Sektor Potensial (Pertambangan dan Penggalian; dan Industri Pengolahan) di Provinsi Kepulauan Riau Perlu Ditingkatkan Produktivitasnya Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ...... III-61 3.3.2 Laju Inflasi Terkini : Peningkatan Pengendalian Tingkat Inflasi Di Provinsi Kepulauan Riau, terutama pada bulan Januari pada kelompok bahan makanan; pada bulan Juli adanya tahun ajaran baru sekolah, memasuki bulan puasa ataupun Idul Fitri, kenaikan tarif angkutan antar kota (tuslah), dan kenaikan biaya pendidikan; pada bulan Desember adanya kenaikan harga-harga akibat pengaruh perayaan hari besar keagamaan (Natal) dan musim liburan tahun baru (High Season); serta kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan gas...... III-73 3.3.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Terkini : Penurunan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Riau disebabkan oleh penurunan NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan rakyat, dan subsektor peternakan. Sebaliknya subsektor perikanan dan subsektor hortikultura mengalami peningkatan...... III-82 3.3.4 Investasi/Penanaman Modal Terkini : Sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan daya ungkit kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah dengan mengoptimalkan potensi keberagaman wisata bahari dan peningkatan peranan sub kategori perikanan dalam PDRB...... III-85 3.3.5 Ketimpangan Pendapatan Terkini : Rata-Rata Pengeluaran Penduduk Perdesaan yang Sebagian Besar Penduduknya dengan Sumber Penghasilan Utama pada Sub Sektor Perikanan Tangkap Lebih Rendah dibandingkan Penduduk Perkotaan dan Aksesibilitas Desa/Kelurahan Di Bidang Pendidikan, Kesehatan, Permodalan dan Pemberdayaan Masyarakat Belum Merata ...... III-106 3.3.6 Kesempatan Kerja Terkini : Investasi SDM Tenaga Kerja Melalui Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan, serta Peningkatan Infrastruktur Pendidikan dan Pelatihan akan Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja, Difusi Teknologi, dan Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil (UMK) Berbasis Potensi Lokal...... III-131 3.3.7 Analisis Strenght, Opportunity, Aspiration and Result (SOAR) ...... III-147

BAB IV TANTANGAN DAN PELUANG ...... IV-1

BAB V KONDISI SIDa YANG AKAN DICAPAI ...... V-1 5.1 TEMA DAN SUB TEMA PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa...... V-1 5.2 TUJUAN PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa ...... V-3 5.3 SASARAN PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa ...... V-3

ii LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 5.4 TARGET KINERJA SIDa ...... V-4 5.5 LANGKAH-LANGKAH PENCAPAIAN TARGET KINERJA SIDa...... V-9

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ...... VI-1 6.1 STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa ...... VI-1 6.2 ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa...... VI-1

BAB VII FOKUS DAN PROGRAM PRIORITAS ...... VII-1 7.1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEKTOR PERIKANAN, PARIWISATA, PERDAGANGAN DAN JASA ...... VII-1 7.2 PENINGKATAN INVESTASI SEKTOR PERIKANAN, PARIWISATA, PERDAGANGAN DAN JASA ...... VII-1 7.3 PENINGKATAN PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PERIKANAN, PARIWISATA, PERDAGANGAN DAN JASA ...... VII-2

BAB VIII RENCANA AKSI DAERAH ...... VIII-4

BAB IX SISTEM MONITORING DAN EVALUASI ...... IX-1 9.1 PENGANTAR ...... IX-1 9.2 FUNGSI DAN TUJUAN ...... IX-2 9.3 METODE ...... IX-2 9.4 PELAKSANAAN ...... IX-3

BAB X P E N U T U P ...... X-1

iii LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Luas Wilayah Daratan Provinsi Kepulauan Riau Menurut Permendagri Nomor 56 Tahun 2015 ...... II-2 Tabel II. 2 Luas Wilayah Lautan Provinsi Kepulauan Riau Menurut Perhitungan ...... II-3 Tabel II. 3 Letak Astronomis Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau ...... II-3 Tabel II. 4 Jumlah Pulau di Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Hasil Verifikasi ...... II-4 Tabel II. 5 Rata-rata Ketinggian Tempat Menurut Kabupaten/Kota ...... II-5 Tabel II. 6 Nama Gunung dan Ketinggiannya Menurut Kabupaten/Kota ...... II-6 Tabel II. 7 Persebaran Potensi Sumberdaya Air Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 ...... II-9 Tabel II. 8 Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban Udara, Curah Hujan, dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun Tahun 2016 ...... II-10 Tabel II. 9 Potensi Luas Bahaya Tanah Longsor di Provinsi Kepulauan Riau ...... II-15 Tabel II. 10 Potensi Luas Bahaya Gempa Bumi di Provinsi Kepulauan Riau ...... II-15 Tabel II. 11 Potensi Luas Bahaya Gelombang Ekstrim dan Abrasi ...... II-16 Tabel II. 12 Potensi Luas Bahaya Banjir di Provinsi Kepulauan Riau ...... II-17 Tabel II. 13 Potensi Luas Bahaya Banjir Bandang di Provinsi Kepulauan Riau ...... II-17 Tabel II. 14 Potensi Luas Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Kepulauan Riau 18 Tabel II. 15 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau ...... II-19 Tabel II. 16 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017 (Data BPS) ...... II-20 Tabel II. 17 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota ...... II-21 Tabel II. 18 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (Jiwa/km2) ...... II-22 Tabel II. 19 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 ...... II-23 Tabel II. 20 PDRB Provinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Berlaku ...... II-24 Tabel II. 21 PDRB Provinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 Tahun 2013-2017 (Milyar rupiah) ...... II-25 Tabel II. 22 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2013-2017 (Persen) ...... II-26 Tabel II. 23 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita ...... II-32 Tabel II. 24 Jumlah Penduduk dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah berdasarkan Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 ...... II-36

iv LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Tabel II. 25 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2015-2017 ...... II-46 Tabel III. 1 Prioritas Pembangunan Tahunan Dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 ...... III-16 Tabel III. 2 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, 2015 ...... III-29 Tabel III. 3 Daftar Perusahaan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau .... III-29 Tabel III. 4 Daftar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Di Provinsi Kepulauan Riau ...... III-42 Tabel III. 5 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini ...... III-53 Tabel III. 6 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Klaster Industri Unggulan Daerah (KIUD) Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini ...... III-55 Tabel III. 7 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Jaringan IPTEKIN Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini ...... III-56 Tabel III. 8 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Bisnis Inovatif Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini ...... III-57 Tabel III. 9 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Bidang-Bidang IPTEKIN Strategis Daerah Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini ...... III-59 Tabel III. 10 PDRB ADHK Seri 2010 Provinsi Kepulauan Riau (Juta Rupiah) ...... III-61 Tabel III. 11 Target Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau ...... III-72 Tabel III. 12 Distribusi Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran ...... III-80 Tabel III. 13 Distribusi Sumbangan Inflasi Menurut Jenis Komoditas...... III-80 Tabel III. 14 Distribusi Sumbangan Deflasi Menurut Jenis Komoditas ...... III-80 Tabel III. 15 Target Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 ...... III-82 Tabel III. 16 Rata-Rata Nilai Tukar Petani Menurut Sub Sektor ...... III-84 Tabel III. 17 Jumlah Penumpang dan Kapal Pada Beberapa Pelabuhan Udara ...... III-88 Tabel III. 18 Jumlah Penumpang dan Kapal Pada Beberapa Pelabuhan Laut Utama di Kepulauan Riau Tahun 2016 ...... III-88 Tabel III. 19 Jumlah Pelanggan dan Daya Terpasang ...... III-89 Tabel III. 20 Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan ...... III-90 Tabel III. 21 Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk ...... III-92 Tabel III. 22 Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (%) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 ...... III-95 Tabel III. 23 Peranan Lapangan Usaha Terhadap PDRB kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (%) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 ...... III-96 Tabel III. 24 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Menurut Kabupaten /Kota ...... III-97

v LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Tabel III. 25 Rata-Rata Luas Baku Budidaya Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Budidaya Ikan (m2/rumah tangga) Tahun 2013 ...... III-104 Tabel III. 26 Target Relisasi Investasi di Provinsi Kepulauan Riau ...... III-106 Tabel III. 27 Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Konsumsi Non Makanan Per Kapita Sebulan (Rupiah) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2017 ...... III-107 Tabel III. 28 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan ...... III-113 Tabel III. 29 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk di Provinsi Kepualauan Riau Tahun 2014 ...... III-114 Tabel III. 30 Banyaknya Desa/Kelurahan yang Sebagian Besar Penduduknya Bekerja Pada Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ...... III-115 Tabel III. 31 Banyaknya Desa/Kelurahan yang Mempunyai Sekolah ...... III-116 Tabel III. 32 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Lembaga Ketrampilan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ...... III-116 Tabel III. 33 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Sarana Kesehatan ...... III-117 Tabel III. 34 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Sarana Perdagangan Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ...... III-117 Tabel III. 35 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan dan Jenis Industri Kecil dan Mikro Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ...... III-118 Tabel III. 36 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Fasilitas Perkreditan Selama Setahun Terakhir Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ...... III-119 Tabel III. 37 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Koperasi ...... III-119 Tabel III. 38 Banyaknya Desa Menurut Sumber Penerimaan Desa ...... III-120 Tabel III. 39 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Program/Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Selama Tiga Tahun Terakhir ...... III-121 Tabel III. 40 Target Penurunan Angka Kemiskinan dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017-2021 ...... III-131 Tabel III. 41 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kepulauan Riau, 2015 – 2017 ...... 142 Tabel III. 42 Jumlah Tenaga Kerja Usaha/Perusahaan Menurut Skala Usaha dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 (BPS, SE2016-L) ...... III-143 Tabel III. 43 Target TPT Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 ...... III-146 Tabel III. 44 Analisis SOAR Dalam Penguatan SIDa, Berdasarkan Hasil Desk ...... III-148 Tabel V. 1 Tujuan Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau ...... IV-3 Tabel V. 2 Sasaran Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau ...... IV-3

vi LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Tabel V. 3 Target Kinerja SIDa Yang Akan Dicapai Berdasarkan Sub Tema, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau ...... IV-5 Tabel V. 4 Forum Inovasi Daerah Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau ...... IV-10 Tabel V. 5 Jejaring Inovasi Daerah Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau ...... IV-11 Tabel V. 6 Kondisi Umum SIDa yang Akan Dicapai Berdasarkan Kerangka Kerja Inovasi (KKI) ...... IV-12 Tabel VI. 1 Strategi dan Arah Kebijakan Berdasarkan Tema dan Sub Tema, Tujuan dan Sasaran Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau ...... V-2 Tabel VIII. 1 Rencana Aksi Daerah Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau ...... VIII-1 Tabel IX. 1 Keterkaitan Unsur Dalam Sida Dengan Standar yang Harus Dilakukan Dalam Pelaksanaan SIDa ...... IX-3

vii LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Provinsi Kepulauan Riau ...... II-2 Gambar 2. 2 Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa, Kependudukan Dan Catatan Sipil Dan BPS Kepulauan Riau ...... II-19 Gambar 2. 3 Jumlah Penduduk Menurut Kabaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 ...... II-20 Gambar 2. 4 Rata-Rata Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 ...... II-21 Gambar 2. 5 Kepadatan Penduduk Menurut Kabuapaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 ...... II-22 Gambar 2. 6 Perbandingan Usai Produktif dan Tidak Produktif Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 ...... II-23 Gambar 2. 7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun 2013-2017 ...... II-27 Gambar 2. 8 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%)...... II-28 Gambar 2. 9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 (%)...... II-28 Gambar 2. 10 Pelayanan Perizinan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2016 ...... II-29 Gambar 2. 11 Laju Inflasi di Kota dan Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun 2014-2017 (%) ...... II-30 Gambar 2. 12 Perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017 ...... II-31 Gambar 2. 13 Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017 ...... II-31 Gambar 2. 14 Perbandingan Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September) ...... II-32 Gambar 2. 15 Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013–2017 (September) (Rupiah) ...... II-33 Gambar 2. 16 Perbandingan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September) ...... II-34 Gambar 2. 17 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) dan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (September)...... II-34

viii LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Gambar 2. 18 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera dan Nasional Tahun 2017 (September) ...... II-35 Gambar 2. 19 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Kab/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 (Maret) (%) ...... II-36 Gambar 2. 20 Perbandingan IPM Kepulauan Riau dengan Provinsi lain di wilayah Sumatera tahun 2017 ...... II-37 Gambar 2. 21 Perbandingan IPM Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional tahun 2013-2017 ...... II-38 Gambar 2. 22 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017...... II-38 Gambar 2. 23 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... II-40 Gambar 2. 24 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 ...... II-40 Gambar 2. 25 Perkembangan Harapan Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... II-41 Gambar 2. 26 Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 ...... II-41 Gambar 2. 27 Perkembangan Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... II-42 Gambar 2. 28 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 ...... II-42 Gambar 2. 29 Perkembangan Pengeluaran Riil Perkapita (Daya Beli) Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... II-43 Gambar 2. 30 Pengeluaran Riil Perkapita (Daya Beli) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 ...... II-43 Gambar 2. 31 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... II-44 Gambar 2. 32 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%) ...... II-45 Gambar 2. 33 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ...... II-45 Gambar 3. 1 Bagan Susunan Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 ...... III-2 Gambar 3. 2 Kedudukan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah...... III-4 Gambar 3. 3 Skenario Pengembangan Jangka Panjang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2002- 2030 ...... III-6

ix LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Gambar 3. 4 Visi Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 Dalam RPJPD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 ...... III-10 Gambar 3. 5 Visi Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau Terpilih Dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 ...... III-12 Gambar 3. 6 Arah Kebijakan Tahunan Dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016- 2021 ...... III-14 Gambar 3. 7 Skenario Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019-2021 ...... III-26 Gambar 3. 8 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ...... III-46 Gambar 3. 9 Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ... III-47 Gambar 3. 10 Persebaran Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau ...... III-47 Gambar 3. 11 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ...... III-48 Gambar 3. 12 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Dinas/Instansi dan Golongan Kepangkatan di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ...... III-48 Gambar 3. 13 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan I/Juru Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017 . III-49 Gambar 3. 14 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan II/Pengatur Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ...... III-50 Gambar 3. 15 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan III/Penata Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ...... III-51 Gambar 3. 16 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/Pembina Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ...... III-52 Gambar 3. 17 Struktur Ekonomi Kepulauan Riau Menurut Tiga Sektor Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 (%) ...... III-63 Gambar 3. 18 Diagnosa Sektor dengan Komponen KPP dan KPPW di Kepulauan Riau ..... III-66 Gambar 3. 19 Analisis Prioritas Pengembangan Sektor di Provinsi Kepulauan Riau ...... III-67 Gambar 3. 20 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun 2013-2017 ...... III-69

x LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Gambar 3. 21 Pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau Triwulan IV 2017 Menurut Lapangan Usaha (%) ...... III-70 Gambar 3. 22 Keterkaitan Determinan Inflasi ...... III-76 Gambar 3. 23 Perkembangan Inflasi Gabungan Dua Kota di Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... III-78 Gambar 3. 24 Inflasi Gabungan Dua Kota Menurut Periode Bulanan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 ...... III-79 Gambar 3. 25 Nilai Tukar Petani di Provinsi Kepulauan Riau, Januari-Desember 2017 ...... III-84 Gambar 3. 26 Panjang Jalan di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Tingkat Kewenangannya, 2010-2015 ...... III-87 Gambar 3. 27 Persentase Rumah Tangga Perikanan Berdasarkan Jenis Kapal/Perahu Utama yang Digunakan di Laut Provinsi Kepulauan Riau, 2013...... III-98 Gambar 3. 28 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap Utama yang Digunakan di Laut Provinsi Kepulauan Riau, 2013 ...... III-99 Gambar 3. 29 Persentase Persebaran Rumah Tangga Usaha Perikanan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau, 2013 ...... III-100 Gambar 3. 30 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Budidaya Menurut Lokasi Budidaya dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2013 ...... III-100 Gambar 3. 31 Perbandingan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Provinsi-provinsi WPP-RI 711 Tahun 2005-2014 ...... III-102 Gambar 3. 32 Jumlah dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2014 ...... III-103 Gambar 3. 33 Perkembangan Nilai Investasi Berskala Asing Tahun 2012-2016 (Juta US$) ...... III-105 Gambar 3. 34 Perkembangan Nilai Investasi Berskala Nasional Tahun 2012-2016 (Milliar) ...... III-105 Gambar 3. 35 Pelayanan Perizinan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2016 ...... III-106 Gambar 3. 36 Persentase Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan Untuk Makanan dan Non Makanan Menurut Klasifikasi Wilayah, Provinsi Kepulauan Riau, 2016-2017 ...... III-108 Gambar 3. 37 Pembagian Pengeluaran Masyarakat Provinsi Kepulauan Riau, 2013-2017...... III-110 Gambar 3. 38 Pembagian Pengeluaran Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, 2017 ...... III-111 Gambar 3. 39 Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017 ...... III-112

xi LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Gambar 3. 40 Perbandingan Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September) ...... III-112 Gambar 3. 41 Persentase Desa/Kelurahan Yang Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Adalah Pertanian Menurut Kabupaten/Kota ...... III-114 Gambar 3. 42 Peta Tematik Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Di Desa ...... III-115 Gambar 3. 43 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) dan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (September)...... III-124 Gambar 3. 44 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera dan Nasional Tahun 2017 (September) ...... III-124 Gambar 3. 45 Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013–2017 (September) (Rupiah) ...... III-125 Gambar 3. 46 Perbandingan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September) ...... III-126 Gambar 3. 47 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (September) ...... III-127 Gambar 3. 48 Perbandingan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September) ...... III-127 Gambar 3. 49 Posisi Relatif Indeks Kedalaman (P1) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau ...... III-128 Gambar 3. 50 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2013 – 2017 (September) ...... III-129 Gambar 3. 51 Perbandingan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September) ...... III-129 Gambar 3. 52 Posisi Relatif Indeks Keparahan (P2) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau ...... III-130 Gambar 3. 53 Perkembangan TPAK Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... III-132 Gambar 3. 54 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%) ...... III-133 Gambar 3. 55 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kepulauan Riau Tahun 2016 ...... III-134 Gambar 3. 56 Persentase Tenaga Kerja dengan Pendidikan SLTA Ke Atas di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2016 ...... III-134 Gambar 3. 57 Distribusi Persentase Pencari Kerja yang Terdaftar di Kepulauan Riau Tahun 2013-2016 ...... III-135

xii LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Gambar 3. 58 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2012-2016 ...... III-136 Gambar 3. 59 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 ...... III-136 Gambar 3. 60 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMA/MA/SMK/Paket C Tahun 2011-2016 ...... III-137 Gambar 3. 61 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/SMK di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017 ...... III-137 Gambar 3. 62 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang dimiliki Tahun 2017 ...... III-138 Gambar 3. 63 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017 ...... III-140 Gambar 3. 64 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%) ...... III-140 Gambar 3. 65 Jumlah Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Kepulauan Riau Tahun 2012-2016 ...... III-141 Gambar 3. 66 Tingkat Kesempatan Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 ...... III-142 Gambar 3. 67 Jumlah Balai Latihan Kerja (BLK) Menurut Provinsi di Sumatera Tahun 2017 ...... III-146 Gambar 5. 1 Dasar Penetapan Tema dan Sub Tema Pengembangan dan Penguatan Provinsi Kepulauan Riau ...... V-2 Gambar 5. 2 Bagan Forum Inovasi Daerah Dalam Rangka Pengembangan dan Penguatan SIstem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau ...... V-9

xiii LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan globalisasi terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan daya saing inovasi sebagai penggerak utama ekonomi/kesejahteraan masyarakat tidak melihat batas kewilayahan dan politik. Ketimpangan pendapatan antar penduduk semakin tinggi, penduduk berpenghasilan menengah terjebak pada tuntutan ekonomi dan daya saing yang semakin tinggi. Peningkatan daya saing antar daerah dalam pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi agenda yang sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Daya saing antar daerah memerlukan suatu landasan yang kuat dan kemampuan atau kapasitas untuk mewujudkannya. Faktor kunci peningkatan daya saing adalah inovasi pembangunan yang komprehensif dan kolaborasi antar aktor pembangunan. Hubungan interaksi dan proses produktif akan mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi. Terbitnya Peraturan Bersama Menteri Riset dan Teknologi, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah sebagai upaya Pemerintah dalam menyikapi tuntutan peningkatan produktivitas daya saing nasional maupun daerah yang mensyaratkan kapasitas inovasi. Pengertian dari inovasi memiliki berbagai macam penafsiran. Makna-makna dari inovasi tersebut memiliki kesamaan, tetapi beberapa pihak mendefinisikan istilah inovasi secara berbeda. Banyak pakar mengemukakan pengertian dari inovasi ini, beberapa di antaranya sebagai berikut: • Inovasi adalah perkenalan sederhana dari sesuatu yang baru ke dalam pasar (Stopper, dalam Taufik, 2005) • Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan kelembagaan pasar dan nonpasar (OECD, 1999) • Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002).

I- 1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Pasal 1 Peraturan Bersama Menteri Negara Riset Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012 Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 36 Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah, yang dimaksud inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang selanjutnya disebut kelitbangan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. Pasal 1 ayat 2 Peraturan Bersama Menteri Negara Riset Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012 Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 36 Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah, Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah. Berdasarkan beberapa penafsiran tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan proses dan hasil pengembangan dari pemanfaatan suatu pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman yang menciptakan produk, proses, dan/atau sistem yang baru yang memberikan nilai tambah baik dari sisi produksi maupun produktivitas. Cara pandang ini memberikan pemikiran kerangka kerja secara mandiri maupun bersama tentang pentingnya pendekatan yang sistemik/holistik, bersifat tidak linier, dan interaksi, kemitraan dan sinergitas berbagai sektor serta pentingnya peran pemerintah untuk menghasilkan koherensi berbagai kebijakan-kebijakan inovasi. Pada dasarnya Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan agenda nasional sesuai dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pada pasal 386 bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi sebagai bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Selain itu pada pasal 387, Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan perlu mengacu prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) peningkatan efisiensi; (b) perbaikan efektivitas; (c) perbaikan kualitas pelayanan; (d) tidak ada

I- 2 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 konflik kepentingan; (e) berorientasi kepada kepentingan umum; (f) dilakukan secara terbuka; (g) memenuhi nilai-nilai kepatutan; dan (h) dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri. Arah pembangunan jangka menegah melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanl Tahun 2015-2019 dengan visi “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong” yang memberikan penekanan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berdasar pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berbasis sumber daya alam yang tersedia dan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pengembangan IPTEK, selain juga memperhatikan pemantapan pembangunan di segala bidang. Penekan ini diwujudkan pada 2 Misi, yaitu Misi 4 Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera dan Misi 5 Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Dalam perkembangannya, kecenderungan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) ternyata tidak sekedar dipengaruhi oleh sumber daya alam setempat, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor-faktor “upaya/buatan”, terutama pengetahuan yang dikembangkan, dimanfaatkan, dan disebarluaskan sehingga mendorong berkembangnya inovasi secara terus menerus. Pemerintah saat ini telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah dalam melaksanakan inovasi daerah yang tertuang didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Pada pasal 4 dan pasal 5, bentuk inovasi daerah sebagai berikut: (1) Inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah, merupakan inovasi dalam pelaksanaan manajemen Pemerintahan Daerah yang meliputi tata laksana internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen dan pengelolaan unsur manajemen. (2) Inovasi Pelayanan Publik, merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk barang/jasa publik. (3) Inovasi Daerah lainnya, merupakan segala bentuk inovasi dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.

I- 3 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dituntut kesiapannya untuk turut serta mengembangkan sistem inovasi di daerah sebagai upaya peningkatan daya saing wilayah. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau telah menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 yang menjabarkan arah pembangunan nasional dengan mengaitkannya pada konteks daerah. Visi pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Kepulauan Riau 2016- 2021 merupakan visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun sesuai misi yang diemban. Visi Provinsi Kepulauan Riau periode 2016-2021 adalah:

”Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”.

Unggul di bidang maritim diartikan bahwa Provinsi Kepulauan Riau dicita-citakan memiliki keunggulan pada sektor kemaritiman terutama sektor kelautan dan perikanan, perhubungan, dan pariwisata didukung dengan pembangunan sektor- sektor lainnya dengan berorientasi pada kemaritiman (maritim oriented). Pembangunan kemaritiman diharapkan mampu mewujudkan tujuan pembangunan bidang maritim, yaitu: meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan; menghasilkan produk dan jasa kelautan yang berdaya saing tinggi; meningkatkan kontribusi sektor kelautan bagi perekonomian daerah; menciptakan lapangan kerja; meningkatkan konsumsi ikan; dan memelihara daya dukung lingkungan dan kelestarian sumberdaya kelautan. Keunggulan di bidang maritim juga mencakup konektivitas antar pulau dan antar kabupaten/kota, serta pemanfaatan potensi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk pengembangan pariwisata bahari. Untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun akan terjadi dibutuhkan suatu penyusunan kerangka kerja strategis yang dituangkan dalam bentuk Road Map. Road Map atau peta jalan, adalah salah satu alat perencanaan berorientasi masa depan atau foresight yang diharapkan mampu mengantisipasi dan mengelola

I- 4 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 perubahan dengan melibatkan proses identifikasi masa depan yang diinginkan secara rasional, dan menjadikannya sebagai dasar perencanaan di masa kini untuk mencapainya. Road Map dapat diartikan Rencana Kerja Rinci yang menggambarkan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Beberapa kaidah utama dalam penyusunan Road Map SIDa antara lain: cerminan kebutuhan spesifik, komitmen tinggi, dukungan data dan informasi kuat, keterwakilan memadai, kompetensi terhadap substansi kuat dan proses interaktif. Road Map disusun sesuai dengan arahan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Riset Teknologi Nomor 3 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah dengan mengacu pada agenda kebijakan inovasi dengan pilar-pilar implementasinya. Substansi dokumen Road Map dikembangkan dari pemaknaan visi dan misi ke dalam tema prioritas yang memiliki daya ungkit terbesar dan mencerminkan keunggulan daerah saat ini dan masa depan. Beberapa hal yang diperlukan untuk memperoleh Road Map penguatan sistem inovasi daerah yang tajam antara lain adalah tema prioritas pembangunan daerah yang terfokus dan kajian secara simultan terhadap dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (Renstra) organisasi perangkat daerah karena Road Map dan RPJMD serta Renstra harus selaras. Tema yang dimaksud bukan sektor pembangunan tertentu, tetapi lebih merupakan program flagship dengan dampak besar dan didukung oleh kegiatan seluruh stakeholder di daerah yakni pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi dan lembaga masyarakat dengan peran dan fungsi masing-masing. Peran dan fungsi ini tercermin dalam proses penajaman tema prioritas ke dalam berbagai kegiatan yang ditentukan oleh pilihan sub-sektor atau komoditas unggulan yang disepakati. Road Map Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan salah satu dokumen yang menjabarkan arah pembangunan daerah dalam hal pengembangan potensi- potensi lokal dengan mengutamakan penumbuhkembangan inovasi oleh perangkat daerah baik secara sektoral maupun lintas sektor, oleh lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha serta masyarakat di daerah. Dengan memperhatikan arah pembangunan yang telah direncanakan pada RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 dan RPJMN 2015-2019, penyusunan Road Map SIDa Provinsi Kepulauan Riau diharapkan potensi-potensi lokal dapat diidentifikasi untuk selanjutnya dikembangkan secara inovatif dalam pencapaian pembangunan ekonomi yang optimal. Namun dalam hal penguatan SIDa, Pemerintah

I- 5 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 Provinsi Kepulauan Riau perlu memperhatikan dan harus melakukan beberapa poin penting, yaitu penguatan kebijakan (pembentukan tim koordinasi dan penyusunan Roadmap SIDa), penataan SIDa baik kelembagaan maupun sumberdaya SIDa, mengembangkan SIDa melalui potensi lokal, dan melakukan koordinasi dan pelaporan hingga pemerintah pusat. Untuk itu dalam merumuskan kebijakan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan digunakan data yang akurat dan terkini sehingga perencanaan pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan merupakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang bertanggungjawab terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan di Bidang Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan memiliki tugas untuk menyiapkan data dan informasi serta menghasilkan berbagai rekomendasi dan masukan sebagai bahan perumusan kebijakan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta mengembangkan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Provinsi Kepulauan Riau.

1.2. DASAR HUKUM Dasar hukum yang menjadi landasan dalam penyusunan Road Map Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepualaun Riau adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasionl (RPJPN) Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

I- 6 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4497); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha Untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4734). 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 206 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6123); 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 11. Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor 32 tahun 2010 tentang Komite Inovasi Nasional; 12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011- 2025;

I- 7 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 13. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025; 14. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah; 16. Peraturan Bersama Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2012 dan Nomor 36 tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa).

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Maksud Penyusunan Road Map Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepualaun Riau adalah agar perangkat daerah Provinsi Kepulauan Riau dan para pemangku kepentingan dapat memahami arah, prioritas serta kerangka kebijakan dalam mengembangkan Sistem Inovasi Daerah dan daya saing Provinsi Kepulauan Riau dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.

2. Tujuan Tujuan Penyusunan Road Map Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepualaun Riau adalah untuk merumuskan strategi dan arah kebijakan penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) melalui Peningkatan Daya Saing Berbasis Potensi Unggulan Provinsi Kepulauan Riau dalam bentuk (1) Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Daerah; (2) Inovasi Pelayanan Publik; dan (3) Inovasi Daerah lainnya.

1.4. RUANG LINGKUP 1. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah penyusunan Road Map Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepualaun Riau meliputi seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

I- 8 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 2. Ruang lingkup materi Ruang lingkup materi penyusunan Road Map Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepualaun Riau meliputi: 1) Identifikasi potensi dan permasalahan pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 2) Menyusun rancangan tema Road Map Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021. 3) Analisis kondisi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Provinsi Kepulauan Riau saat ini. 4) Analisis tantangan dan peluang penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 5) Perumusan kondisi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun yang akan datang. 6) Perumusan tujuan dan sasaran Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 7) Perumusan strategi dan arah kebijakan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 8) Perumusan fokus dan program prioritas Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 9) Perumusan indikator kinerja Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 10) Perumusan rancangan rencana aksi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau.

1.5. KELUARAN YANG DIHARAPKAN (OUTPUT) Keluaran/output penyusunan Road Map Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepualaun Riau adalah: 1. Rumusan strategi dan arah kebijakan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 2. Rumusan program prioritas Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau.

I- 9 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 3. Rumusan indikator kinerja Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau. 4. Rumusan rancangan rencana aksi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau.

1.6. SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR Sistematika laporan akhir penyusunan Road Map Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepualaun Riau adalah: BAB I PENDAHULUAN, memuat tentang latar belakang, dasar hukum dan peraturan perundangan yang relevan, maksud dan tujuan penyusunan, sasaran, ruang lingkup, dan sistematika laporan. BAB II PROFIL DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU, memuat tentang aspek geografi dan demografi dan aspek kesejahteran masyarakat, BAB III KONDISI SIDa SAAT INI, memuat tentang kebijakan dan unsur-unsur SIDa saat ini, serta kondisi terkini indikator makro. BAB IV TANTANGAN DAN PELUANG, memuat tentang tantangan dan peluang pengembangan dan Penguatan SIDa. BAB V KONDISI SIDa YANG AKAN DICAPAI, memuat tentang tema, sub tema, tujuan dan sasaran pengembangan dan penguatan SIDa, target kinerja SIDa dan langkah-langkah pencapaian target kinerja SIDa. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN, memuat tentang strategi dan arah kebijakan pengembangan dan penguatan SIDa. BAB VII FOKUS DAN PROGRAM PRIORITAS, memuat tentang fokus dan program prioritas pengembangan dan penguatan SIDa. BAB VIII RENCANA AKSI DAERAH, memuat tentang rencana program prioritas pengembangan dan penguatan SIDa tahun 2019 hingga tahun 2021. BAB IX SISTEM MONITORING DAN EVALUASI, memuat tentang sistem monitoring dan evaluasi pengembangan dan penguatan SIDa. BAB X PENUTUP, memuat tentang kaidah pelaksanaan penguatan SIDa.

I- 10 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB II PROFIL DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1 Luas Dan Batas Wilayah Administrasi Provinsi Kepulauan Riau merupakan Provinsi ke 32 di Indonesia yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002. Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara : Laut Cina Selatan • Sebelah Timur : Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat • Sebelah Selatan : Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi • Sebelah Barat : Negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau

Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017- 2037 adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara : Negara Vietnam dan Negara Kamboja • Sebelah Timur : Negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat • Sebelah Selatan : Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Jambi • Sebelah Barat : Negara Singapura, Negara Malaysia dan Provinsi Riau

II - 1

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Gambar 2. 1 Peta Provinsi Kepulauan Riau

Secara administratif, Provinsi Kepulauan Riau memiliki dua kota yaitu Kota Tanjungpinang sebagai ibukota provinsi dan Kota Batam, serta memiliki lima kabupaten, yaitu: Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan terakhir dengan perubahan Permendagri Nomor 56 Tahun 2015, luas daratan Provinsi Kepulauan Riau seluas 8.201,72 km², dengan rincian sebagai berikut:

Tabel II. 1 Luas Wilayah Daratan Provinsi Kepulauan Riau Menurut Permendagri Nomor 56 Tahun 2015

No. Kabupaten/Kota Luas Daratan (km²) Dalam Persen 1. Kabupaten Karimun 912,75 11,13 2. Kabupaten Bintan 1.318,21 16,07 3. Kabupaten Natuna 2.009,04 24,50 4. Kabupaten Lingga 2.266,77 27,64 5. Kabupaten Kepulauan Anambas 590,14 7,20 6. Kota Batam 960,25 11,71 7. Kota Tanjungpinang 144,56 1,76 Total 8.201,72 100,00

II - 2

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sumber: Permendagri Nomor 56 Tahun 2015

Terkait dengan luas wilayah laut Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan hitungan teknis dari Balai Kajian Geomatika Bakosurtanal Tahun 2007 (dengan mengabaikan batas wilayah kewenangan pengelolaan sejauh 12 mil laut), luas laut Provinsi Kepulauan Riau sebesar 417.012,97 km². Sampai saat ini belum ada penetapan luas wilayah laut melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri. Berikut ini disajikan rincian luas laut menurut kabupaten/kota Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan perhitungan Balai Kajian Geomatika Bakosurtanal tahun 2007.

Tabel II. 2 Luas Wilayah Lautan Provinsi Kepulauan Riau Menurut Perhitungan Balai Kajian Geomatika Bakosurtanal Tahun 2007

Luas Wilayah Laut Dalam Persen No. Kabupaten / Kota (km²) 1 Kabupaten Karimun 4.698,09 1,13 2 Kabupaten Bintan 102.964,08 24,69 3 Kabupaten Natuna 216.113,42 51,82 4 Kabupaten Lingga 43.339,00 10,39 5 Kabupaten Kep. Anambas 46.074,00 11,05 6 Kota Batam 3.675,25 0,88 7 Kota Tanjungpinang 149,13 0,04 Total 417.012,97 100,00 Sumber: Balai Kajian Geomatika Bakosurtanal tahun 2007

2.1.2 Letak dan Kondisi Geografis Berdasarkan Surat Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Badan Informasi Geospasial (BIG) Nomor 25.10/JKGG/IGD.01/08/2016 tanggal 25 Agustus 2016 perihal Klarifikasi Data Geografis Kabupaten/Kota, dengan mengambil data dari interpretasi Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000, letak astronomis kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau terlihat pada Tabel II.3.

Tabel II. 3 Letak Astronomis Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau

No. Kabupaten/Kota Lintang Bujur 1. Karimun 1°01'58,93" LU 103°22' 32,84'' BT 2. Bintan 1°05'03,94" LU 104°28' 56,23'' BT 3. Natuna 3°56'28,62" LU 108°22' 38,53'' BT 4. Lingga 0°12'36,24" LU 104°36' 18,79'' BT 5. Anambas 3°12'54,00" LU 106°13' 04,80'' BT 6. Batam 1°07'40,01" LU 104°03' 18,84'' BT 7. Tanjungpinang 0°57'56,48" LU 104°26' 27,62'' BT Sumber: Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Badan Informasi Geospasial (BIG), 2016

II - 3

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Setelah terbitnya Undang–Undang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau Nomor 25 Tahun 2002, Markas Besar TNI Angkatan Laut Dinas Hidro Oseanografi mengeluarkan rekapitulasi data jumlah pulau dimana Provinsi Kepulauan Riau memiliki 2.408 buah pulau dengan jumlah yang bernama 1.350 pulau dan belum bernama sebanyak 1.058 pulau. Pada tahun 2007 dilakukan verifikasi oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (Depdagri, Bakosurtanal, Departemen Kelautan dan Perikanan, Dishidros dan Pusat Bahasa) yang bertujuan untuk identifikasi data pulau-pulau yang belum bernama dan sudah bernama di masing-masing Provinsi Kepulauan Riau dengan dasar pengertian “Pulau” menurut UNCLOS 1982 adalah suatu area daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi air dan selalu berada diatas air pada saat air pasang. Adapun hasil Verifikasi Tim Nasional dimaksud terdapat 1.795 pulau yang sudah bernama, kecuali satu pulau yaitu Pulau Berhala dimana saat itu masih dalam sengketa dengan Provinsi Jambi. Dengan terbitnya Permendagri Nomor 54 Tahun 2014 tentang Wilayah Administrasi Pulau Berhala, maka pulau Provinsi Kepulauan Riau bertambah 1 (satu) buah menjadi 1.796 pulau, dengan perincian terlihat pada Tabel II.4 berikut ini.

Tabel II. 4 Jumlah Pulau di Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Hasil Verifikasi Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi Tahun 2016

Jumlah Pulau No Kabupaten/ Kota Jumlah Pulau Berpenghuni 1 Kota Batam 371 133 2 Kota Tanjungpinang 9 2 3 Kabupaten Bintan 241 48 4 Kabupaten Karimun 251 73 5 Kabupaten Natuna 392 62 6 Kabupaten Lingga 532 76 Jumlah 1.796 394 Catatan: Data Pulau di Kabupaten Anambas masih bergabung dengan Natuna Sumber: Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Badan Informasi Geospasial (BIG), 2016

Perkembangan terakhir pulau di Provinsi Kepulauan Riau, berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 125.1/4275/BAK, tanggal 12 Oktober 2015 perihal penyampaian data pulau, ada penambahan pulau di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 122 pulau. Namun demikian belum ada rincian penambahan pulau tersebut.

2.1.3 Kondisi Topografi Topografi wilayah Provinsi Kepulauan Riau terbagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu sebagai berikut.

II - 4

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1. Wilayah Pulau-pulau Lepas Pantai Timur Sumatera Pulau-pulau Lepas Pantai Timur Sumatera tersebar di Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga dan Kota Batam, ketinggiannya wilayah bervariasi antara 0 – 50 meter dpl, 50 – 200 m (paling dominan) dan di atas 200 meter, dengan puncak tertinggi terdapat di Gunung Lingga (1.163 meter dpl). Kemiringan lereng yang dominan adalah 15 – 25% pada wilayah perbukitan, serta 25 – 40% dan di atas 40% pada wilayah pegunungan. 2. Wilayah Pulau-pulau di sebelah Timur Jauh Pulau-pulau ini terletak di wilayah Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas pada perbatasan Laut Cina Selatan, seperti Pulau Anambas, Pulau Jemaja, Pulau Bunguran, Pulau Tambelan dan lain-lain. Kondisi morfologi, ketinggian dan kemiringan lereng wilayah secara umum menunjukkan kesamaan dengan pulau-pulau di Kabupaten Bintan, dengan puncak tertinggi terdapat di Gunung Ranai (1.035 meter dpl). 3. Wilayah Pulau-pulau di Bagian Tenggara dari Kepulauan Lingga- Pulau-pulau ini membentuk jajaran sesuai arah struktur utama geologi di Kepulauan Riau berarah Barat Laut Tenggara. Kelompok pulau ini merupakan relik morfologi tua dengan topografi berupa bukit dan gunung. 4. Kelompok Pulau Batam, dan Galang Gugusan pulau ini ditandai oleh bentang alam bergelombang sebagai sisa morfologi tua paparan tepian Benua Sunda.

Mengenai Ketinggian wilayah menurut kabupaten/kota sesuai dengan Surat Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Badan Informasi Geospasial (BIG) Nomor 25.10/JKGG/IGD.01/08/2016 tanggal 25 Agustus 2016 perihal Klarifikasi Data Geografis Kabupaten/Kota, dengan mengambil data dari interpretasi Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000 posisi depan kantor pemerintah daerah (surat terlampir), diperoleh hasil dengan rincian terlihat pada Tabel II.5.

Tabel II. 5 Rata-rata Ketinggian Tempat Menurut Kabupaten/Kota

Tinggi No Kabupaten/Kota (m DPL) 1 Karimun 5 m 2 Bintan 6 m 3 Natuna 14 m

II - 5

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tinggi No Kabupaten/Kota (m DPL) 4 Lingga 6 m 5 Kepulauan Anambas 6 m 6 Batam 8 m 7 Tanjungpinang 65 m Sumber: Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Badan Informasi Geospasial (BIG), 2016

Di Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat sebanyak 15 gunung dengan ketinggian bervariasi, tertinggi Gunung Daik di Kabupaten Lingga setinggi 1.272 m, selanjutnya Gunung Ranai setinggi 959 m di Kabupaten Natuna, kemudian Gunung Sepincan di Kabupaten Lingga setinggi 800 m. Secara rinci data nama gunung dan ketinggiannya dapat dilihat pada Tabel II.6.

Tabel II. 6 Nama Gunung dan Ketinggiannya Menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota Nama Gunung Tinggi (m) 1 Karimun Gunung Jantan 478 2 Bintan Gunung Bintan 380 Gunung Ranai 959 Gunung Datuk 510 3 Natuna Gunung Tukong 477 Gunung Selasih 387 Gunung Lintang 610 Gunung Daik 1.272 Gunung Sepincan 800 4 Lingga Gunung Tanda 343 Gunung Lanjut 519 Gunung Muncung 415 Gunung Punjang 443 5 Kepulauan Anambas Gunung Kute 232 Gunung Pelawan Condong 405 Sumber: Biro Administrasi Pemerintahan (Kepulauan Riau Dalam Angka 2017)

2.1.4 Kondisi Geologi dan Struktur Tanah Berdasarkan kondisi geomorfologinya, Provinsi Kepulauan Riau merupakan bagian kontinental yang terkenal dengan nama ”paparan sunda” atau bagian dari kerak Benua Asia. Batuan-batuan yang terdapat di Kepulauan Riau diantaranya adalah batuan ubahan seperti mika geneis, meta batulanau, batuan gunung api seperti tuf, tuf litik, batupasir tufan yang tersebar di bagian timur Kepulauan Riau, batuan terobosan seperti granit muskovit dapat dijumpai di Pulau Kundur bagian timur, batuan sedimen seperti serpih batu pasir, metagabro, yang tersebar di Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Buru. Juga terdapat batuan aluvium tua terdiri dari lempung, pasir kerikil, dan batuan aluvium muda seperti lumpur, lanau dan kerakal.

II - 6

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Geomorfologi Pulau Kundur dan Pulau Karimun Besar terdiri dari perbukitan dan dataran, dengan pola aliran sungai radial hingga dendritik yang dikontrol oleh morfologi bukit granit yang homogen. Struktur geologi berupa sesar normal dengan arah barat-timur atau barat daya-timur laut. Geomorfologi Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang berupa perbukitan memanjang dengan arah barat laut-tenggara dan sebagian kecil dataran yang terletak di bagian kakinya. Geomorfologi Pulau Bintan berupa perbukitan granit yang terletak di bagian selatan pulau dan dataran yang terletak di bagian kaki. Struktur geologi sesar Pulau Bintan dominan berarah barat laut-tenggara dan barat daya-timur laut, beberapa ada yang berarah utara-selatan atau barat-timur. Pulau-pulau kecil di sebelah timur dan tenggara Pulau Bintan juga disusun oleh granit berumur Trias (Trg) sebagai penghasil bauksit. Geomorfologi Pulau Lingga berupa perbukitan dengan puncak Gunung Lingga, membentang dengan arah barat laut-tenggara dan dataran yang menempat di bagian kaki, dengan pola aliran sungai trellis hingga sejajar. Demikian juga geomorfologi Pulau Selayar dan Pulau Sebangka berupa perbukitan yang membentang dengan arah barat laut-tenggara dan dataran di bagian kakinya, pola aliran sungai adalah trellis yang dikontrol oleh struktur geologi yang berupa perlipatan dengan sumbu memanjang barat laut-tenggara dan arah patahan utara-selatan. Stratigrafi keempat pulau ini tersusun oleh Formasi Pancur (Ksp) yang terdiri dari serpih kemerahan dan urat kwarsa, sisipan batupasir kwarsa dan konglomerat polemik. Geomorfologi Pulau Singkep selain terdiri dari Formasi Pancur dan Formasi Semarung juga terdapat granit (Trg) yang mendasari kedua formasi di atas dan menjadi penghasil timah atau bauksit. Geomorfologi Pulau Bunguran berupa perbukitan yang membujur dari tenggara barat laut dengan puncak Gunung Ranai dan dataran yang menempati bagian barat dari Pulau Bunguran. Pola aliran sungai adalah radial hingga dendritik di sekitar Gunung Ranai, sedangkan ke arah barat laut berubah menjadi pola aliran trellis. Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai tiga pulau yang relatif besar yaitu Pulau Matak, Pulau Siantan dan Pulau Jemala. Ketiga pulau tersebut disusun oleh granit Anambas (Kag) yang tersusun oleh granit, granodiorit dan syenit. Batuan granit Anambas (Kag) ini menerobos batuan mafik dan ultramafik (Jmu) yang terdiri dari diorit, andesit, gabro, gabro porfir, diabas dan basalt, bersisipan rijang-radiolaria. Pola struktur sesar dominan berarah barat laut-tenggara dan sedikit berarah utara-selatan hingga barat daya- timur laut seperti di Pulau Jemaja. Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai potensi tambang granit, sedangkan Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan cekungan tersier yang kaya minyak dan gas bumi yaitu Cekungan Natuna Barat yang masuk

II - 7

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Cekungan Natuna Timur yang masuk wilayah Kabupaten Natuna. Tekstur tanah di Provinsi Kepulauan Riau dibedakan menjadi tekstur halus (liat), tekstur sedang (lempung) dan tekstur kasar, sedangkan jenis tanahnya, sedikitnya memiliki 5 macam jenis tanah yang terdiri dari organosol, glei humus, podsolik merah kuning, latosol dan aluvial. Jenis tanah Organosol dan glei humus merupakan segolongan tanah yang tersusun dari bahan organik, atau campuran bahan mineral dan bahan organik dengan ketebalan minimum 50 cm dan mengandung paling sedikit 30% bahan organik bila liat atau 20% bila berpasir. Kepadatan atau bulkdensity kurang dari 0,6 dan selalu jenuh. Lapisan tanah Organosol tersebar di beberapa pulau Kecamatan Moro (Kabupaten Karimun), Kabupaten Natuna, Pulau Rempang dan Pulau Galang. Jenis lainnya adalah tanah Latosol, dijumpai di Kabupaten Natuna, Pulau Karimun, Pulau Kundur dan beberapa pulau di Kecamatan Moro. Sementara tanah Aluvial yang belum mempunyai perkembangan, dangkal sampai yang berlapis dalam, berwarna kelabu, kekuningan, kecokelatan, mengandung glei dan bertotol kuning, merah dan cokelat. Tekstur bervariasi dari lempung hingga tanah tambahan yang banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah ini terdapat di Pulau Karimun, Pulau Kundur dan pulau-pulau lainnya di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Kondisi hidrologi di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari dua jenis, yaitu air permukaan dan air bawah tanah (hidrogeologi). Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, dapat diperoleh dari air permukaan berupa air sungai, mata air/air terjun, waduk, dan kolong, sedangkan air bawah tanah (hidrogeologi) didapat dengan menggali sumur dangkal. Kolong merupakan kolam bekas tambang bauksit, timah dan pasir yang terbentuk akibat eksploitasi yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih, juga dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata. Daerah Aliran Sungai mencakup sebanyak tujuh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau, dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Lingga. Mata air sebagai sumber air permukaan terdapat di lima kabupaten/kota yaitu Kabupaten Natuna, Kepulauan Anambas, Bintan, Tanjungpinang dan Lingga. DAM/Waduk tersebar di seluruh kabupaten/kota. Beberapa DAM/Waduk/Embung yang direncanakan dibangun pada yaitu Sei Raya, Sei Galang Utara, Galang Timur, Sei Ta’tas dan Sei Curus di Kota Batam, dan DAM/Waduk/Embung Dompak di Kota Tanjungpinang. Sementara itu Kolong terdapat di tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga. Secara rinci data mengenai potensi sumberdaya air di Kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel II.7.

II - 8

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel II. 7 Persebaran Potensi Sumberdaya Air Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016

Kabupaten/ DAM/Waduk/ No Daerah Aliran Sungai Mata Air Kolong Kota Embung Duriangkang, Muka Kuning, Sei Ladi, Terong, Gading, Ladi, Nongsa, Sei Harapan, Pesung, Bukit Jodoh, Rempang, Sekanak I, Tiban Lama, Tiban Lama, Sekanak 2, Sei 1 Batam Balo, Nongsa, Gata, - Tembesi, Rempang - Medang, Galang Baru, Utara, Sei Gong, Sei Galang, Kangka, Raya, Sei Galang Sembulang, Abang Besar Utara, Galang Timur, Sei Ta’tas dan Sei Curus Midai, Kampung Hilir, Pajang, Serasan, Lagong, Nuraja, dan Batang, Tiga Sedanau, Balau Sedanau, Ranai Gunung Selor, Segeram, Kelarik, Darat, Selat Lampa, 2 Natuna Datuk - Cinak, Cinak Besar, Kelarik, Tapau,

Kelarik Hulu, Hulu, Sebayar.

Bunguran Timur, Binjai. Air Abu, Nyamuk, Telaga, Tarempa, Siantan, Batu Belah, Air Temurun, Batu Tambun, Gunung Kepulauan 3 Asuk, Wampu, Ladan, Gunung Bini, Lintang, Batu Tabir, dan - Anambas Mubur, Matak, Anambas, dan Gunung Gunung Samak Panai Kesayana Danau Kolong Gunung Kijang,Danau Belakang Mesjid Waduk Tanjung Raya, Ex. Galian Uban/Sei Jeram, Pasir Galang Logo, Ekang, Bintan, Waduk Sei Jago, Batang, Ex. Cikolek, Sumpai, Angus, Gunung Waduk Lagoi, Waduk Galian Pasir 4 Bintan Sopor, Mapor, Katubi, Lengkuas Gesek, Kolong Enam, Simpang Busung, Pengibu, Tambelan, Busung, Galang Ex. Galian Pasir Benuwa, Tambang Besar. Batang, Kawal, Anculai, Pengujan, Kangboi, dan Sekuning Bloreng, Katen, Nyirih, Tembeling dan Mantang

Gemuruh, Urung, Ungar, Waduk Sei Bati, Sawang, Teluk Radang, Pongkar 1, Pongkar 2, Bela, Rapit, Papan, Buru, Sentani, Paya Manggis, Ex. Galian Timah Lebuh, Pauh, Durian, Sei Gunung Jantan Perayon, Ex. 5 Karimun Tjitim, Sebesi, Karimun, - (Pulau Karimun Besar), Galian Pasir Moro, Sugi, , Alai, Waduk Tempan, Kobel, Galian Sanglar, Durai, Terong Sawang (Pulau Kundur) Pasir Tempan dan Waduk Sidodadi, Sidomoro (Pulau Moro)

Hutan Waduk Sei Pulai, Sei 6 Tanjungpinang Dompak, Jang Lindung - Timun, Dompak (Pancur)

II - 9

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kabupaten/ DAM/Waduk/ No Daerah Aliran Sungai Mata Air Kolong Kota Embung Durslin, Selamak, Musal, Pengok, Sekarim, Buluh, Gunung Daik, Bidai, Posik, Mamut, Gunung Tjempah, Mentuda, Telok, Muncung, Ketam, Canot, Selapan, Batu Ampar, Jelutung, Kredong, Awak, Ex. Galian Timah 7 Lingga Kampung Gemuruh Duara, Resun, Tembok, Singkep Menserai, dan Kerasing, Lieng, Dabo, Kampung Sergong, Kumbang, Tanjung Langkap, Maroktua, Bajau, Tinggi Ara, Temiang, Sebangka, Penuba, Air Merah Sumber: Kepmen PU No. 4/PRT/M/2015; BWSS IV Kepulauan Riau dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kepulauan Riau, 2016

2.1.5 Kondisi Klimatologi Kondisi iklim di Provinsi Kepulauan Riau sangat dipengaruhi oleh kondisi angin sehingga secara umum wilayah ini beriklim laut tropis basah. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Suhu rata-rata tertinggi di Karimun sebesar 28,8 0C dan rata-rata terendah di Dabo 26,80C. Rata-rata Kelembaban Udara tertinggi di Dabo (Lingga) sebesar 87,5%, sedangkan rata-rata terendah di Hang Nadim (Batam) sebesar 81,73%. Curah hujan tertinggi di Tanjungpinang sebanyak 287,23 mm3 sedangkan curah hujan terendah di Tarempa (Kepulauan Anambas 147,03 mm3. Tekanan Udara tertinggi di Hang Nadim (Batam) sebesar 1.011,69mb, sedangkan tekanan udara terendah di Karimun sebesar 1.010,0 mb. Kecepatan Angin tertinggi di Karimun sebesar 8,92 knot, terendah di Dabo (Lingga) sebesar 3,25 knot. Penyinaran matahari tertinggi di Ranai (Natuna) sebesar 65,16%, terendah di Hang Nadim (Batam) sebesar 22,50%. Secara rinci data kondisi cuaca yang tercatat di 6 stasiun BMKG di Provinsi Kepulauan Riau ditampilkan pada Tabel II.8.

Tabel II. 8 Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban Udara, Curah Hujan, dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun Tahun 2016

Terempa Ranai Dabo Hang Nadim Tanjung No Uraian Karimun (Kepulauan (Natuna) (Lingga) (Batam) pinang Anambas) 1 Suhu (oC) Maksimum 33,4 34,6 32,5 36,40 34,60 34,4 Minimum 24,2 21,4 21,0 21,40 22,2 22,2 Rata-Rata 28,8 27,9 26,8 28,28 28,08 27,38 2 Kelembaban

Udara (persen) Maksimum 99 100 98 100 100 100 Minimum 49 51 75 53 47 45 Rata-Rata 81,8 86,4 87,5 81,8 81,73 83

II - 10

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Terempa Ranai Dabo Hang Nadim Tanjung No Uraian Karimun (Kepulauan (Natuna) (Lingga) (Batam) pinang Anambas) 3 Tekanan Udara 1.010,0 1.010,57 1.010,58 1.009,79 1.011,69 1.010,74 (mb) 4 Kecepatan 8,92 3,66 3,25 4,33 5,14 5,42 Angin (knot) 5 Curah Hujan 183,9 222,35 264,98 147,03 192,15 287,23 (mm3) 6 Penyinaran 38,25 Matahari 55,3 65,16 48,08 53,92 22,50 (persen) Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BPS, Kepulauan Riau Dalam Angka 2017)

2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 867/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan di Provinsi Kepulauan Riau yaitu: Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 164.662 hektar, Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) sebanyak 49.439 hektar, Kawasan Hutan yang dapat dikonversi (HPK) seluas 252.940. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas lebih kurang 231.441 hektar. Selain itu Kawasan hutan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPCLS) seluas 23.872 hektar. Non DPCLS seluas 207.569 hektar. Selanjutnya perubahan fungsi kawasan hutan seluas 60.299 hektar dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 536 hektar.

2. Kawasan Peruntukan Pertanian Rencana kawasan peruntukan pertanian di Provinsi Kepulauan Riau seluas 227.682,63 Ha. Kawasan pertanian ini terdiri dari kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan hortikultura, kawasan perkebunan dan kawasan peternakan. Pengembangan Kawasan Budidaya Tanamana Pangan, Hortikultura dan Peternakan dialokasikan di Kabupaten Lingga sebagai sentra pengembangan sektor pertanian dan Kabupaten Bintan. Pemanfaatan kawasan pertanian ditujukan untuk pemanfaatan potensi dan berdasarkan kesesuaian lahan secara berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan dan pengembangan berorientasi agribisnis pertanian. Sementara itu kawasan peternakan dibagi berdasarkan peruntukan skala agribisnis dan skala peternakan rakyat (backyard farming). Untuk kawasan agribisnis diprioritaskan pada Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Bintan serta beberapa pulau yang memiliki potensi dan kesesuaian dari aspek daya dukung lahan dan agroklimat. Khusus untuk Kota

II - 11

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Batam, kawasan peternakan dikembangkan pada daerah hinterland. Sedangkan pengembangan sub sistem hilir peternakan diarahkan di Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.

3. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan terdiri atas Kawasan Perikanan Tangkap dan Kawasan perikanan budidaya. Kawasan perikanan tangkap merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya. Potensi perikanan tangkap tersebar di seluruh wilayah laut dan perairan umum Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah pengelolaan perikanan yang ada sudah termasuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia. Pemanfaatan potensi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Riau terkendala arah angin utara selama tiga bulan dalam setahun terjadi sehingga nelayan berhenti melaut. Kawasan perikanan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan memelihara, membesarkan dan atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Pengembangan perikanan budidaya yang meliputi usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya sangat cocok di provinsi ini. Potensi perikanan budidaya yang dimiliki Provinsi Kepulauan Riau meliputi budidaya laut seluas lebih kurang 435.000 ha, rumput laut lebih kurang 38.520 ha, tambak seluas lebih kurang 4.948 ha.

4. Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan adalah wilayah yang diperuntukkan bagi kegiatan pertambangan, baik wilayah yang sedang/sudah/belum dikerjakan kegiatan pertambangan dan sudah ditetapkan dalam Perencanaan Wilayah Pertambangan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Rencana kawasan peruntukan pertambangan di Provinsi Kepulauan Riau seluas 13.759,28 Ha. Potensi pertambangan yang ada di provinsi Kepulauan Riau berupa batu granit di wilayah Karimun, Bintan, Lingga dan Kepulauan Anambas; Pasir di wilayah Karimun, Bintan, Batam dan Lingga; Timah di wilayah Karimun dan Lingga; Bauksit di wilayah Karimun, Bintan dan Lingga; Biji Besi di wilayah Karimun, Lingga dan Kepulauan Anambas; Minyak dan Gas di wilayah Natuna dan Kepulauan Anambas, serta potensi galian tambang lainnya.

II - 12

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

5. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi pemusatan kegiatan industri. Kawasan ini berbasiskan potensi daerah dan tidak boleh mengganggu kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Arahan Pengembangan Kawasan Industri ditekankan pada pengembangan kawasan industri sebagai tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi sarana dan prasarana penunjang, dengan berbasiskan potensi daerah yang berwawasan lingkungan. Rencana kawasan peruntukan industri di Provinsi Kepulauan Riau seluas 28.434,12 Ha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Kawasan peruntukan industri di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari : a. Kawasan industri besar, merupakan kawasan industri yang memiliki luas lahan kawasan industri paling rendah 50 (lima puluh) hektar dalam satu hamparan. Industri yang dikembangkan meliputi industri-industri unggulan yang terdiri dari industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika. b. Kawasan industri tertentu untuk usaha mikro, kecil dan menengah, merupakan kawasan industri yang memiliki luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro, kecil dan menengah paling rendah 5 (lima) hektar dalam satu hamparan. Industri yang dikembangkan meliputi industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu.

6. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata. Rencana kawasan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau seluas 37.929,83 Ha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Adapun arahan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau diimplementasikan ke dalam 7 (tujuh) Koridor Pariwisata Daerah yang berdasarkan keunggulan kooperatif terdiri dari: 1) Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Batam sebagai kawasan Wisata Kota, Wisata Bahari dan Wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), Wisata Minat Khusus, Wisata Terpadu, Eksklusif, Wisata Agro dan Wisata Alam; 2) Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Bintan sebagai kawasan Wisata Terpadu, Eksklusif, Kawasan Wisata Terbuka Umum dan Wisata Minat Khusus; 3) Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Karimun sebagai kawasan Wisata Alam, Wisata Minat Khusus dan Wisata Agro; 4) Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Tanjungpinang sebagai kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya dan Wisata Kreatif; 5) Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Natuna sebagai kawasan Wisata Bahari, Ekowisata dan Minat Khusus;

II - 13

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

6) Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Kepulauan Anambas sebagai kawasan Wisata Bahari dan Ekowisata; 7) Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Lingga sebagai kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata Alam dan Wisata Bahari.

7. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan peruntukan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi permukiman penduduk diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Kepulauan Riau. Adapun rencana kawasan permukiman di Provinsi Kepulauan Riau seluas lebih kurang 84.208,26 Ha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.

8. Pemanfaatan Ruang Laut Wilayah perairan laut Provinsi Kepulauan Riau menyimpan berbagai potensi sumberdaya antara lain di Selat Malaka-Singapura-Phillip yang berada di ALKI I-A karena merupakan salah satu simpul jalur pelayaran internasional yang sangat ramai. Selat Malaka-Singapura-Phillip, ALKI I-A dan perairan di sekitarnya merupakan area yang memiliki comparative advantage yang tinggi karena posisi geografisnya. Indonesia belum memiliki kedaulatan negara ditandai dengan kapal-kapal yang melewati ruang laut Indonesia, tetapi melapor dan membayar retribusi ke Malaysia dan Singapura. Juga potensi 37 kapal tenggelam (harta karun) di sekitar Pulau Bintan, ditengah Laut Natuna, serta adanya kawasan laut tertutup sebagai tempat pembuangan amunisi militer. Selain itu perairan lau Provinsi Kepulauan Riau juga memiliki sumberdaya yang melimpah meliputi perikanan laut, pertambangan dan sumberdaya mineral.

2.1.7 Kawasan Rawan Bencana Wilayah Provinsi Kepulauan Riau memiliki kerawanan bencana, meliputi sebagai berikut : a. Kawasan Rawan Tanah Longsor/Gerakan Tanah Kawasan rawan tanah longsor / gerakan tanah adalah kawasan yang memiliki kriteria berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran. Kawasan tanah longsor ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang penurunan muka tanahnya sedang sampai tinggi. Kawasan ini tersebar di seluruh kabupaten dan kota dengan tingkat bahaya sedang. Kawasan ini terdapat di area dan kawasan bekas tambang dan kawasan terkena pemotongan lereng di Pulau Karimun dan Pulau Kundur di Kabupaten Karimun, Pulau Singkep di Kabupaten Lingga, Kabupaten Bintan, Kota Batam, Kota

II - 14

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tanjungpinang, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Secara total luas bahaya tanah longsor sebesar 149.798 hektar. Berikut ini disajikan potensi luas bahaya tanah longsor di Provinsi Kepulauan Riau. Secara rinci potensi luas bahaya tanah longsor di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel II.9.

Tabel II. 9 Potensi Luas Bahaya Tanah Longsor di Provinsi Kepulauan Riau

Bahaya No Kabupaten / Kota Luas (Ha) Kelas 1 Karimun 13.397 Tinggi 2 Bintan 3.061 Sedang 3 Natuna 26.919 Tinggi 4 Lingga 49.963 Tinggi 5 Kepulauan Anambas 48.922 Tinggi 6 Batam 7.468 Tinggi 7 Tanjungpinang 68 Sedang Provinsi Kepulauan Riau 149.798 TINGGI Sumber : Peta Kajian Risiko Bencana Provinsi Kepulauan Riau 2016-2020

Berdasarkan Peta Kajian Risiko Bencana Provinsi Kepulauan Riau 2016-2020 diketahui bahwa Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat bahaya gempa bumi dengan luas bahaya mencapai 799,838 hektar. Tabel II.10 berikut ini disajikan perincian potensi luas bahaya gempa bumi di Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel II. 10 Potensi Luas Bahaya Gempa Bumi di Provinsi Kepulauan Riau

Bahaya No Kabupaten / Kota Luas (Ha) Kelas 1 Karimun 88,931 Rendah 2 Bintan 130,314 Rendah 3 Natuna 196,386 Rendah 4 Lingga 214,712 Rendah 5 Kepulauan Anambas 59,014 Rendah 6 Batam 96,025 Rendah 7 Tanjungpinang 14,456 Rendah Provinsi Kepulauan Riau 799,838 Rendah Sumber : Peta Kajian Risiko Bencana Provinsi Kepulauan Riau 2016-2020 b. Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Abrasi Kawasan rawan gelombang pasang berada sekitar pantai rawan terhadap gelombang pasang akibat angin kencang dengan kecepatan tinggi atau gravitasi bulan atau matahari. Kriteria kawasan ini adalah kawasan yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai 100 kilometer per jam yang timbul akibat kecepatan angin atau gravitasi bulan dan matahari. Kawasan rawan gelombang pasang

II - 15

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 ditetapkan dengan ketentuan kawasan permukiman yang berada di sekitar pantai atau pesisir. Arahan kebijakan kawasan rawan gelombang pasang adalah melalui pengamanan pantai dan penanaman mangrove untuk meredam dan agar terlindung dari gelombang pasang (rob). Gelombang pasang ini juga mengakibatkan terjadinya abrasi pantai. Kawasan rawan abrasi meliputi kawasan yang mengalami perubahan bentuk pantai yang diakibatkan oleh gelombang laut, arus laut dan pasang surut laut terutama yang berada di pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terluar. Pantai-pantai yang rawan terhadap abrasi antara lain: a. Pulau Karimun: Pantai Tanjung Balai sepanjang ± 4 km, Pantai Pelawan sepanjang ± 3 km, Pantai Pongkar sepanjang ± 6 km, Pantai Tanjung Sebatak sepanjang ± 4 km dan Pantai Sepedas sepanjang ± 4 km. b. Pulau Kundur: Pantai Timur sepanjang ± 5 km, Pantai Selat Beliah sepanjang ± 7 km, Pantai Urung sepanjang ± 3 km dan Pantai Parit Jepang sepanjang ± 3 km. c. Pulau Bintan: Pantai Trikora sepanjang ± 10 km, Pantai Tanjung Uban sepanjang ± 5 km, Pantai Sei Kecil - Sakera sepanjang ± 10 km, Pantai Lobam sepanjang ± 4 km, Pantai Senggarang sepanjang ± 4 km, Pantai Penyengat sepanjang ± 8 km, Pantai Barat Tanjungpinang sepanjang ± 8 km, Pantai Pulau Dompa, Pantai Dompak Seberang sampai Tanjung Mocoh serta pulau-pulau kecil di Kecamatan Bintan Pesisir, Mantang dan Tambelan. d. Pulau Singkep: Pantai Kota Dabo sepanjang ± 4 km, Pantai Kote sepanjang ± 3 km, Pantai Jagoh sepanjang ± 2 km dan Pantai Kebun Nyiur sepanjang ± 4 km Pulau Batam: Pantai Jodoh sepanjang ± 3 Km, Pantai Punggur sepanjang ± 500 m, Pantai Nongsah sepanjang ± 5 Km dan Pantai Melayu sepanjang ± 10 km. e. Pulau Ranai: Pantai Kota Ranai sepanjang ± 8 km, Pantai Tanjung sepanjang ± 4 km. Luas kawasan rawan gelombang ekstrim dan abrasi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 125.040 hektar yang tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan bahaya kategori Sedang, dengan perincian pada Tabel II.11.

Tabel II. 11 Potensi Luas Bahaya Gelombang Ekstrim dan Abrasi di Provinsi Kepulauan Riau

Bahaya No Kabupaten / Kota Luas (Ha) Kelas 1 Karimun 16.310 Sedang 2 Bintan 16.016 Sedang 3 Natuna 16.024 Sedang 4 Lingga 32.359 Sedang 5 Kepulauan Anambas 19.817 Sedang 6 Batam 22.745 Sedang

II - 16

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Bahaya No Kabupaten / Kota Luas (Ha) Kelas 7 Tanjungpinang 1.769 Sedang Provinsi Kepulauan Riau 125.040 Sedang Sumber : Peta Kajian Risiko Bencana Prov. Kepri 2016-2020 c. Kawasan Rawan Banjir dan Banjir Bandang Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang diidentifikasikan sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan banjir terutama terdapat di kawasan tangkapan air yang daerah resapan airnya sudah mengalami kerusakan lingkungan (berubah fungsi lahan) seperti reklamasi dan wilayah dengan drainase yang kurang berfungsi secara baik, sehingga sungai tidak mampu lagi menampung jumlah aliran permukaan dan air meluap dari badan sungai. Kawasan rawan banjir tersebar di 7 kabupaten/kota dengan luasan mencapai 478.906 hektar. Untuk Kota Batam, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan termasuk kategori tinggi, sedangkan Kabupaten Karimun, Natuna, Lingga dan Kepulauan Anambas termasuk kategori sedang. Kabupaten Anambas dan Natuna termasuk kategori ringan. Potensi luas bahaya banjir terlihat pada Tabel II.12 berikut ini.

Tabel II. 12 Potensi Luas Bahaya Banjir di Provinsi Kepulauan Riau

Bahaya No Kabupaten / Kota Luas (Ha) Kelas 1 Karimun 60.696 Sedang 2 Bintan 95.717 Tinggi 3 Natuna 151.087 Sedang 4 Lingga 103.560 Sedang 5 Kepulauan Anambas 1.162 Sedang 6 Batam 54.975 Tinggi 7 Tanjungpinang 11.709 Tinggi Provinsi Kepulauan Riau 478.906 Tinggi Sumber : Peta Kajian Risiko Bencana Provinsi Kepulauan Riau 2016-2020

Potensi bencana banjir bandang terdapat di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas, dengan luasan mencapai 6.886 hektar, dengan perincian tercantum pada Tabel II.13 berikut ini. Tabel II. 13 Potensi Luas Bahaya Banjir Bandang di Provinsi Kepulauan Riau

Bahaya No Kabupaten / Kota Luas (Ha) Kelas 1 Natuna 6.327 Tinggi 2 Kepulauan Anambas 559 Tinggi Provinsi Kepulauan Riau 6.886 Tinggi Sumber : Peta Kajian Risiko Bencana Provinsi Kepulauan Riau 2016-2020

II - 17

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

d. Kawasan Rawan Bencana Angin Puting Beliung Kawasan rawan angin puting beliung ditetapkan dengan ketentuan kawasan permukiman yang berada di sekitar pantai atau pesisir. Semua kabupaten/kota menjadi kawasan rawan bencana angin puting beliung.

e. Kawasan Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kepulauan Riau tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan kategori tinggi dengan luasan mencapai 409.760 hektar, dengan perincian pada Tabel II.14.

Tabel II. 14 Potensi Luas Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Kepulauan Riau

Bahaya No Kabupaten / Kota Luas (Ha) Kelas 1 Karimun 20.051 Tinggi 2 Bintan 51.372 Tinggi 3 Natuna 120.376 Tinggi 4 Lingga 155.443 Tinggi 5 Kepulauan Anambas 39.773 Tinggi 6 Batam 20.789 Tinggi 7 Tanjungpinang 1.956 Tinggi Provinsi Kepulauan Riau 409.760 Tinggi Sumber : Peta Kajian Risiko Bencana Provinsi Kepulauan Riau 2016-2020

2.1.8 Kondisi Demografis Jumlah penduduk Kabupaten/Kota Riau menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil dan BPS tahun 2015 persebaran penduduk tertinggi berada di Kota Batam. menurut DPMD DUKCAPIL sebanyak 1.037.187 jiwa dan menurut BPS sebanyak 1.188.985 jiwa. sedangkan untuk persebaran paling rendah berada di Kabupaten bintan sebanyak 141.415 jiwa (DPMD DUKCAPIL), dan sebanyak 153.020 jiwa menurut data BPS. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

II - 18

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1.400.000 1.200.000 1.000.000

800.000 1.188.985 600.000 400.000 225.298 202.215 153.020 88.591 74.520

200.000 40.414 141.415 237.720 73.360 91.205 42.153 204.194 1.037.187 0

Kota Batam

Kabupaten Bintan Kabupaten NatunaKabupaten Lingga Kabupaten Karimun Kab. Kep. AnambasKota Tanjungpinang

DPMD DUKCAPIL BPS

Gambar 2. 2 Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa, Kependudukan Dan Catatan Sipil Dan BPS Kepulauan Riau

Berdasarkan database kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 sebanyak 1.827.234 jiwa, dengan perincian seperti terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel II. 15 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 (Data Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil)

No Kabupaten/ Kota Jumlah Penduduk (jiwa) 1. Kabupaten Bintan 141.415 2. Kabupaten Karimun 237.720 3. Kabupaten Natuna 73.360 4. Kabupaten Lingga 91.205 5. Kab. Kep. Anambas 42.153 6. Kota Tanjungpinang 204.194 7. Kota Batam 1.037.187 Provinsi Kepulauan Riau 1.827.234 Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Berdasarkan data BPS pertengahan tahun 2017, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 2.082.694 jiwa, Penyebaran penduduk di Provinsi Kepulauan Riau masih terkonsentrasi di Kota Batam yakni sebesar 1.283.196 jiwa, sedangkan wilayah dengan penduduk paling sedikit di Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 41.412 jiwa.

II - 19

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1.400.000 1.283.196 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 229.194 156.313 207.057 200.000 41.412 76.192 89.330 0

Bintan Natuna Lingga Karimun Kota Batam

Kota Tanjungpinang Kepulauan Anambas Kab/Kota

Gambar 2. 3 Jumlah Penduduk Menurut Kabaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Persebaran penduduk di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau terdapat 3 Kabupaten/kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Ketiga kabupaten/Kota tersebut yaitu Kabupaten Karimun (229.194 jiwa); Kota tanjungpinang (207.057 jiwa); dan Kota batam sebanyak 1.283.196 jiwa. secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel II. 16 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017 (Data BPS)

No Kab/Kota 2013 2014 2015 2016 2017* 1 Karimun 220.882 223.117 225.298 227.277 229.194 2 Bintan 149.120 151.123 153.020 154.584 156.313 3 Natuna 72.527 73.470 74.520 75.282 76.192 4 Lingga 87.867 88.274 88.591 88.971 89.330 5 Kepulauan Anambas 39.374 39.892 40.414 40.921 41.412 6 Kota Batam 1.094.623 1.141.816 1.188.985 1.236.399 1.283.196 7 Kota Tanjungpinang 196.980 199.723 202.215 204.735 207.057 Provinsi Kepulauan Riau 1.861.373 1.917.415 1.973.043 2.028.169 2.082.694 Ket. *): Berdasarkan perhitungan pertengahan tahun menurut kabupaten/kota Sumber: BPS , buku indictor utama provinsi kepulauan riau semester 1 2017, 2018

Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 tertinggi berada di Kota batam sebesar 4,14 dan terendah di Kabupaten Lingga 0,42.

II - 20

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

4,5 4,14 4 3,5 3 2,5 2 1,21 1,29 1,29 1,3 1,5 0,96 1 0,42 0,5 0

Bintan Lingga Karimun Natuna Kota Batam

Kepulauan AnambasKota Tanjungpinang Kab/Kota

Gambar 2. 4 Rata-Rata Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan data BPS tergolong tinggi, dengan rata-rata dari 2013 sampai dengan tahun 2017 sebesar 2,90%, terutama dikontribusikan dari pertumbuhan penduduk Kota Batam yang mencapai rata-rata sebesar 4,14%. Pertumbuhan penduduk yang besar di Kota Batam lebih disebabkan oleh migrasi masuk penduduk karena perkembangan Kota Batam yang sangat pesat sehingga menarik perhatian bagi penduduk dari daerah lain. Pertumbuhan penduduk terkecil berada di Kabupaten Lingga dengan rata-rata sebesar 0,42%. Secara rinci pertumbuhan penduduk per kabupaten/kota tercantum pada Tabel II.17.

Tabel II. 17 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017

No Kab/Kota 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata 1 Karimun 1,10 1,01 0,98 0,88 0,84 0,96 2 Bintan 1,30 1,34 1,26 1,02 1,12 1,21 3 Natuna 1,50 1,30 1,43 1,02 1,21 1,29 4 Lingga 0,44 0,46 0,36 0,43 0,40 0,42 5 Kepulauan Anambas 1,39 1,32 1,31 1,25 1,20 1,29 6 Kota Batam 4,50 4,31 4,13 3,99 3,78 4,14 7 Kota Tanjungpinang 1,48 1,39 1,25 1,25 1,13 1,30 Provinsi Kepulauan Riau 3,12 3,01 2,90 2,79 2,69 2,90 Sumber: BPS Provinsi kepulauan Riau Tahun 2017

Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 dengan kepadatan tertinggi berada di Kota tanjungpinang sebesar 865 jiwa/Km2, dan kepadatan

II - 21

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 penduduk terendah berada di Kecamatan natuna sebesar 27 jiwa/km2. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. 1000 865 900 817 800 700 600 500 400 300 200 150 70 90 100 27 42 0

Natuna Lingga Bintan Batam Karimun

Tanjungpinang

Kepulauan Anambas Kab/Kota

Gambar 2. 5 Kepadatan Penduduk Menurut Kabuapaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 sebesar 197 jiwa/km2 naik dibandingkan tahun 2016 sebesar 191 jiwa/km2. Meningkatnya kepada penduduk di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 terlihat dari peningkatan kepadatan penduduk Kota Batam dan Kota Tanjungpinang yang cepat, yaitu Kota Batam dari 787 jiwa/km2 menjadi 817 jiwa/km2 (3,81%) dan Kota Tanjungpinang dari 855 jiwa/km2 menjadi 865 jiwa/km2 (1,17%). Dilihat dari persebarannya pada tahun 2017, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Tanjungpinang sebesar 865 jiwa/km2 selanjutnya Kota Batam sebesar 817 jiwa/km2 dan terendah di Kabupaten Natuna dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 27 jiwa/Km2. Secara rinci kepadatan penduduk per kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel II.18. Tabel II. 18 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (Jiwa/km2)

No Kab/Kota 2013 2014 2015 2016 2017 1 Karimun 145 146 148 149 150 2 Bintan 86 87 88 89 90 3 Natuna 26 26 26 27 27 4 Lingga 41 42 42 42 42 5 Kepulauan Anambas 67 68 68 69 70 6 Batam 697 727 755 787 817 7 Tanjungpinang 822 834 843 855 865 Provinsi Kepulauan Riau 176 181 186 191 197 Sumber: BPS Provinsi kepulauan Riau Tahun 2017, diolah

II - 22

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Jumlah penduduk menurut kelompok umur provinsi Kepulauan Riau di dominasi penduduk usia Produktif (15-64 tahun) sebanyak 1.394.780 jiwa, dan untuk penduduk usia tidak produktif muda (0-14 tahun) sebanyak 199.939 jiwa, sedangkan yang terendah yaitu penduduk usia tidak produktif tua (65 tahun keatas) sebanyak 50.401 jiwa.

199.939; 12,15%

50.401; 3,06% Penduduk Usia Tidak Produktif Muda (0-14 tahun)

Penduduk Usia Tidak Produktif Tua (65 tahun keatas) Penduduk Usia Produktif (15- 64 tahun)

1.394.780; 84,78%

Gambar 2. 6 Perbandingan Usai Produktif dan Tidak Produktif Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Rasio Ketergantungan (Defendency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio Ketergantungan di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 49,56%, seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel II. 19 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Kelompok 2016 2017 No Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif 1 n/a n/a n/a 325.077 312.427 199.939 Muda (0-14 tahun) Penduduk Usia Tidak Produktif 2 n/a n/a n/a 25.398 24.888 50.401 Tua (65 tahun keatas) Penduduk Usia 3 695.318 662.730 1.358.048 712.216 682.687 1.394.780 Produktif (15-64

II - 23

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kelompok 2016 2017 No Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah tahun) Jumlah 3 1.035.511 992.658 2.028.169 1.062.692 1.020.002 2.082.694 penduduk Rasio 4 48,93 49,78 49,34 49,21 49,41 49,31 Ketergantungan Sumber: Provinsi Kepulauan Riau dalam Angka 2017

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB pada prinsipnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu atau jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Penghitungan PDRB dilakukan atas harga berlaku (harga-harga pada tahun penghitungan) dan harga konstan (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan). Mulai tahun 2014 perhitungan PDRB atas dasar harga konstan Provinsi Kepulauan Riau menggunakan tahun dasar tahun 2010. Pada tahun 2017 tercatat PDRB Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan harga berlaku sebesar 229.801,14 Milyar rupiah. Perkembangan ini dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel II. 20 PDRB Provinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013-2017 (Milyar rupiah)

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 1 Pertanian, Kehutanan, 5.816,52 6.449,93 7.076,95 7.678,38 7.942,44 dan Perikanan 2 Pertambangan dan 26.035,58 28.435,90 31.400,49 33.098,37 33.000,79 Penggalian 3 Industri Pengolahan 63.641,75 69.122,84 74.966,24 80.842,35 84.434,95 4 Pengadaan Listrik, Gas 1.918,47 2.052,65 2.218,91 2.468,48 2.689,98 5 Pengadaan Air 198,35 211,31 233,26 252,52 284,13 6 Konstruksi 29.380,04 33.227,47 36.456,42 38.848,43 41.409,19 7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan 11.048,14 13.197,86 15.424,15 18.066,68 20.233,11 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan 4.609,38 5.374,60 6.260,55 7.070,85 7.771,38 Pergudangan 9 Penyedia Akomodasi 3.086,31 3.481,01 3.951,43 4.358,14 5.061,47 dan Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi 2.870,45 3.255,46 3.603,55 3.969,12 4.575,79

II - 24

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 11 Jasa Keuangan 4.366,64 4.839,37 5.280,74 5.792,54 6.271,00 12 Real Estate 2.367,49 2.639,90 2.863,61 3.171,44 3.518,74 13 Jasa Perusahaan 7,84 8,32 9,15 10,10 11,67 14 Administrasi Pemerintahan, 3.722,47 4.038,04 4.627,75 5.158,22 5.990,48 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 2.117,87 2.286,14 2.569,03 2.931,37 3.428,41 16 Jasa Kesehatan dan 1.390,85 1.518,62 1.737,40 1.882,15 2.119,22 Kegiatan Sosial 17 Jasa Lainnya 683,43 740,56 858,96 980,77 1.075,07 Produk Domestik 163.261,57 180.879,98 199.538,59 216.579,90 229.801,14 Regional Bruto Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah

PDRB Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan harga konstan tahun 2010 pada tahun 2017 sebesar 166.190,47 Milyar rupiah. Perkembangan PDRB ADHK dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel II. 21 PDRB Provinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2010 Tahun 2013-2017 (Milyar rupiah)

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 1 Pertanian, Kehutanan, 5.000,01 5.378,15 5.689,22 5.977,99 5.899,68 dan Perikanan 2 Pertambangan dan 22.111,06 23.270,78 25.417,33 26.933,15 25.503,45 Penggalian 3 Industri Pengolahan 53.173,70 56.338,04 59.498,19 61.497,86 62.458,85 4 Pengadaan Listrik , Gas 1.209,17 1.326,22 1.400,52 1.523,11 1.621,71 5 Pengadaan Air 184,03 187,76 193,11 203,26 223,77 6 Konstruksi 23.802,36 25.954,83 26.871,95 28.073,93 29.042,77 7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan 9.955,71 10.803,00 11.738,60 12.858,55 13.665,03 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan 3.717,76 3.939,82 4.161,12 4.448,87 4.838,49 Pergudangan 9 Penyedia Akomodasi 2.665,83 2.842,91 3.002,93 3.159,14 3.536,01 dan Makan Minum 10 Informasi dan 2.874,48 3.076,75 3.230,70 3.469,62 3.736,38 Komunikasi 11 Jasa Keuangan 3.750,61 3.967,87 4.087,05 4.323,70 4.474,49 12 Real Estate 2.110,29 2.245,19 2.340,43 2.443,35 2.536,58 13 Jasa Perusahaan 7,44 7,59 7,80 8,28 8,88 14 Administrasi Pemerintahan, 3.028,83 3.150,36 3.386,49 3.619,47 3.834,45 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 1.827,20 1.905,30 2.022,48 2.201,37 2.428,21 16 Jasa Kesehatan dan 1.250,99 1.311,57 1.405,32 1.467,87 1.618,90 Kegiatan Sosial

II - 25

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 17 Jasa Lainnya 594,37 619,10 659,67 712,98 758,86 Produk Domestik 137.263,85 146.325,23 155.112,88 162.922,50 166.190,47 Regional Bruto Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah

Struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Riau selama kurun waktu tahun 2013-2017 didominasi oleh tiga sektor utama yaitu : sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor pertambangan dan penggalian. Kontribusi sektor industri pengolahan menurun pada tahun 2017 Menjadi sebesar 36,13% . Kontribusi sektor kontruksi juga fluktuatif pada kisaran antara 17,03%-18,21%. Sementara itu kontribusi sektor pertambangan dan penggalian menurun dari sebesar 15,96% pada tahun 2013 menjadi 14,21% pada tahun 2017, seperti terlihat pada dibawah ini.

Tabel II. 22 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2013-2017 (Persen)

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 1 Pertanian, Kehutanan, dan 3,57 3,40 3,57 3,55 3,41 Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 15,96 15,26 14,27 15,28 15,21 3 Industri Pengolahan 39,02 38,70 38,63 37,33 36,13 4 Pengadaan Listrik, Gas, 1,16 Uap/Air Panas dan Udara 1,17 1,05 1,09 1,14 DingindanProduksi Es 5 Pengadaan Air, Pengelolaan 0,12 0,12 0,12 0,11 0,12 Sampah dan Daur Ulang 6 Konstruksi 18,11 18,21 17,03 17,94 17,76 7 Perdagangan Besar dan 8,67 Eceran, Reparasi Mobil dan 6,64 7,02 8,03 8,34 Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 2,80 3,37 3,22 3,26 3,12 9 Penyedian Akomodasi dan 2,41 1,89 2,32 2,16 2,01 Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi 1,76 1,71 1,87 1,83 1,97 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,67 2,65 2,60 2,67 2,73 12 Real Estate 1,45 1,44 1,48 1,46 1,49 13 Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0 0,01 14 Administrasi Pemerintahan, 2,89 Pertahanan dan jaminan Sosial 2,28 2,27 2,45 2,38 Wajib 15 Jasa Pendidikan 1,30 1,25 1,26 1,35 1,54 16 Jasa Kesehatan Dan Kegiatan 0,92 0,85 0,83 0,85 0,87 Sosial 17 Jasa Lainnya 0,42 0,41 0,45 0,45 0,46 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, BRS"Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Triwulan IV-2017", 2018

II - 26

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

B. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran mengenai dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah, khususnya dalam rangka pengembangan bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Dalam kurun waktu tahun 2013-2017, trend pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi sebesar 7,21% terus menurun menjadi 2,01% pada tahun 2017. pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau berada di bawah pertumbuhan ekonomi Nasional. Secara lengkap perbandingan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional dapat dilihat pada Gambar 2.2.

9,00 8,00 7,21 6,60 7,00 6,02 6,00 5,02 5,00 5,78 5,07 4,00 5,02 4,79 5,02

3,00 2,01 2,00 1,00 0,00 2013 2014 2015 2016 2017

Nasional Kepulauan Riau

Sumber: BPS, Berita resmi statistik “Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Triwulan IV 2017, 2018 Gambar 2. 7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun 2013-2017

Dibandingkan dengan provinsi lain di Wilayah Sumatera, pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau merupakan terendah. Perbandingan pertumbuhan ekonomi diantara provinsi di wilayah Sumatera, terlihat pada Gambar berikut.

II - 27

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Aceh 4,19 Sumatera Utara 5,12 Sumatera Barat 5,29 Riau 2,71 Jambi 4,64 Sumatera Selatan 5,51 Bengkulu 4,99 Lampung 5,17 Kep. Bangka Belitung 4,51 Kepulauan Riau 2,01

0 1 2 3 4 5 6

Sumber: BPS, Berita resmi statistik “Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Triwulan IV 2017, 2018 Gambar 2. 8 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%)

Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau rilis BPS saat ini masih tahun 2016, yaitu pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kabupaten Karimun sebesar 6,18%, selanjutnya Kabupaten Bintan sebesar 5,96% dan Kota Batam sebesar 5,45%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi terendah di Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 2,91%, seperti terlihat pada gambar berikut.

Karimun 6,18

Bintan 5,96

Batam 5,45

Tanjungpinang 5,08

Lingga 4,07

Natuna 3,01

Kepulauan Anambas 2,91

0 1 2 3 4 5 6 7

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 Gambar 2. 9 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 (%)

II - 28

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

C. Investasi Pelayanan Perizinan di Provinsi Kepulauan Riau secara bertahap dipindahkan dari perangkat daerah ke Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP). Jumlah Izin dan non perizinan yang dilayani oleh Pelayanan terpadu satu pintu sampai dengan tahun 2016 sebanyak 1.264 jenis perizinan/non perizinan, sdangkan jumlah jenis izin dan non izin yang diterbitkan BPMPTSP mencapai sebanyak 110 jenis dan masih ada beberapa jenis perizinan yang ditangani oleh perangkat daerah. Namun jumlah permohonan izin yang terlayani melalui Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada tahun 2015 hanya 8 permphonan ijin. Meskipun demikian Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat atas Pelayanan Perizinan Satu Pintu (PTSP) per tahunnya terus meningkat mencapai 81,25% pada tahun 2016, seperti terlihat pada Tabel 2.106.

1400 84 81,25 80 82 1200 Jumlah Izin dan 80 nonperizinan yang 1000 78 dilayani oleh Pelayanan terpadu satu pintu 76 800 Jumlah jenis Izin dan 74 non Izin yang 600 diterbitkan BPMPTSP 70 1.264 72 400 70 Nilai Indeks Kepuasan 68 Masyarakat atas Pelayanan Perizinan 450

200 110 104 104 66 Satu Pintu (PTSP) 114 0 64 2014 2015 2016

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu Gambar 2. 10 Pelayanan Perizinan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2016

D. Inflasi Inflasi merupakan persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga dan kegiatan industri. Laju inflasi gabungan dua kota di provinsi kepulauan kepri di pada tahun 2017 sebesar 4,02%, lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional sebesar 3,61%. Perkembangan laju inflasi gabungan dua kota dapat dilihat pada Gambar 2.5.

II - 29

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

9,00 8,00 8,36 7,00 6,00 5,00 4,40 4,04 4,02 3,53 4,00 3,00 3,61 3,35 2,00 3,02 1,00 - 2014 2015 2016 2017

Gabungan Dua Kota Nasional

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Kepulauan Kepri, 2018 Gambar 2. 11 Laju Inflasi di Kota Batam dan Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun 2014-2017 (%)

Capaian inflasi Provinsi Kepri yang lebih tinggi dibandingkan nasional terutama komoditas volatile food menjadi penyumbang terbesar inflasi. Oleh karena itu, koordinasi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) perlu terus diperkuat. Sejalan dengan hal ini, untuk menciptakan sinergi pengendalian inflasi di wilayah Kepri, Pemerintah Provinsi Kepri mendorong setiap kabupaten kota untuk menyusun Roadmap pengendalian inflasi dengan merujuk pada Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Kepri (SK Gubernur Kepri No. 1395 tahun 2015).

E. PDRB per Kapita PDRB per kapita secara relatif dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2017 PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku mencapai sebesar Rp 110.338 ribu atau. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp 87.630 ribu. Perkembangan PDRB per kapita terlihat pada Tabel dibawah ini.

II - 30

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

115.000,00 110.338 110.000,00 106.785

105.000,00 103.030

100.000,00 95.400 95.000,00

90.000,00 87.630

85.000,00 2013 2014 2015 2016 2017

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rp ribu)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah Gambar 2. 12 Perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017

F. Indeks Gini Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan masyarakat. Indeks gini bernilai 0 hingga 1. Ketimpangan antar kelompok pendapatan dikatakan ketimpangan “rendah” bila indeks Gini kurang dari 0,3, dikatakan Ketimpangan “sedang” bila indeks Gini antara 0,3 – 0,4; dan Ketimpangan “tinggi” bila indeks Gini di atas 0,4. Nilai indeks gini Provinsi Kepulauan Riau antara tahun 2013–2015 stabil dari sebesar 0,36 menurun menjadi sebesar 0,359 pada tahun 2017. Angka ini menunjukan bahwa ketimpangan pendapatan di Provinsi Kepulauan Riau termasuk kategori sedang. Hal ini perlu diwaspadai agar peningkatan pendapatan tidak hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat yang berpenghasilan tinggi (orang kaya). Secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

0,41 0,40 0,40

0,39

0,38

0,37 0,36 0,36 0,359 0,36 0,35 0,35

0,34 2013 2014 2015 2016 2017

Kepulauan Riau

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2018 Gambar 2. 13 Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017

II - 31

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Dibandingkan provinsi lain di Wilayah Sumatera tahun 2017, indeks gini di Provinsi Kepulauan tertinggi kedua setelah sumatera selatan. Secara rinci perbandingan indeks gini provinsi di wilayah Sumatera dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

0,45

0,40 0,391 0,35 0,30 0,25 0,20 0,365 0,359

0,15 0,349 0,335 0,334 0,333 0,329 0,325 0,312

0,10 0,276 0,05 0,00 Kepulauan Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Riau Bangka Selatan Barat Utara Belitung Provinsi Kepulauan Riau nasional

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 2. 14 Perbandingan Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September)

G. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Provinsi Kepulauan Riau selama kurun waktu 2011-2015 terus mengalami peningkatan. Nilai rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita riil per tahun tahun 2011 sebesar Rp.25.008,07 ribu dan pada tahun 2015 menjadi Rp.28.922,11 ribu, artinya selama kurun waktu 5 tahun konsumsi rumah tangga per kapita Kepulauan Riau meningkat sebesar 15,65 persen, seperti terlihat pada Tabel II.23 berikut ini.

Tabel II. 23 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2015

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1. Pengeluaran konsumsi 43.734,37 46.714,29 49.858,73 53.284,03 57.063,33 rumah tangga per kapita 2. Persentase Pengeluaran konsumsi rumah tangga 36,10 34,81 34,77 35,51 36,50 per kapita terhadap PDRB

II - 32

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

H. Kemiskinan 1. Garis Kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan garis kemiskinan yaitu nilai rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non-pangan esensial. Garis Kemiskinan adalah harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Tren garis kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan. Tahun 2013 garis kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp 398.903,-/kapita/bulan meningkat menjadi Rp 536.027,-/kapita/bulan pada tahun 2017. Jika dibandingkan dengan garis kemiskinan Nasional sebesar Rp 387.160,-/kapita/bulan, garis kemiskinan Provinsi Kepualaun Riau jauh lebih tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

600.000,00 536.027 502.653 480.812 500.000,00 425.967 398.903 400.000,00 387.160 300.000,00 312.328 322.748 292.951 309.314 200.000,00

100.000,00

0,00 2013 2014 2015 2016 2017

Nasional Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 2. 15 Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013– 2017 (September) (Rupiah)

Garis kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 (september) sebesar Rp 536.027,-/kapita/bulan. Dibandingkan provinsi lain di Sumatera, garis kemiskinan Provinsi Kepri tertinggi kedua setelah Provinsi Bangka Belitung. Perbandingan garis kemiskinan Provinsi Kepri dengan Provinsi Lain di Sumatera dapat dilihat pada Gambar berikut.

II - 33

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

700.000,00

600.000,00

500.000,00

400.000,00 387.160 300.000,00 607.927

200.000,00 536.027 465.181 462.768 455.797 454.124 423.696 396.361 390.183 100.000,00 378.248

0,00 Provinsi Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Kepulauan Bangka Selatan Barat Utara Riau Belitung Provinsi Nasional

Sumber: BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 2. 16 Perbandingan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September)

Tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau dilihat dalam lima tahun terakhir (2013-2017) cenderung menurun, yaitu dari sebesar 6,35% pada tahun 2013 menjadi 6,13% pada tahun 2017 atau turun sebesar 0,22 poin. Namun dilihat dari kondisi tiga tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau terus meningkat, yaitu tahun 2015 sebesar 5,78%, tahun 2016 naik menjadi 5,84% dan tahun 2017 kembali naik menjadi 6,13%. Selain itu secara absolut, jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan, yaitu tahun 2015 sebanyak 125,02 ribu jiwa dan pada tahun 2017 menjadi sebanyak 128,43 ribu jiwa atau naik sebanyak 3,41 ribu jiwa. Secara rinci perkembangan tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar berikut.

6,60 130,00 6,40 6,35 6,40 125,00 6,13 6,20 Jumlah Penduduk 6,00 120,00 5,84 Miskin 5,78 Persentase 5,80 115,00 Penduduk Miskin 5,60 110,00 5,40 125,02 124,17 114,83 120,41 128,43 5,20 105,00 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Kepulauan Riau, 2018 Gambar 2. 17 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) dan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (September)

II - 34

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 sebesar 6,13% berada di bawah tingkat kemiskinan Nasional sebesar 10,12%. Jika dilihat berdasarkan provinsi di wilayah Sumatera, tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau menempati posisi terendah kedua setelah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (5,30%). Posisi relatif tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dikemukakan pada gambar berikut.

18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 10,12 8,00 15,92 15,59 6,00 13,10 13,04

4,00 9,28 7,90 7,41 6,75 6,13

2,00 5,30 0,00 Kepulauan Provinsi Sumatera Riau Jambi Sumatera Sumatera Lampung Bengkulu Aceh Bangka Kepulauan Barat Utara Selatan Belitung Riau

Provinsi Nasional

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Kepulauan Riau, 2018 Gambar 2. 18 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera dan Nasional Tahun 2017 (September)

Penyebaran kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau pada periode Maret tahun 2017, diketahui Kabupaten Lingga sebesar 13,84% berada di atas rata-rata Provinsi Kepulauan Riau sebesar 6,06% dan Nasional sebesar 10,64%, serta menempati posisi tertinggi dibandingkan Kabupaten/Kota se provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu tingkat kemiskinan terendah berada di Kabupaten Natuna sebesar 4,64%, berada di bawah rata-rata Provinsi Kepulauan Riau sebesar 6,06% dan Nasional sebesar 10,64%. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

II - 35

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

16,00 14,00 12,00 10,00 10,64 8,00

6,00 13,84 6,06

4,00 9,29 7,41 6,87 6,01

2,00 4,81 4,64 - Natuna Kota Bintan Kepulauan Karimun Kota Lingga Batam Anambas Tanjung Pinang

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Nasional

Sumber : BPS Nasional, beranda kemiskinan dan ketimpangan, 2018 Gambar 2. 19 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Kab/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 (Maret) (%)

Berdasarkan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) tahun 2015, di Provinsi Kepulauan Riau terdapat sebanyak 396.889 jiwa (20,12%) penduduk dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah. Jumlah terbanyak di Kota Batam, dan paling sedikit di Kabupaten Kepulauan Anambas. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel II. 24 Jumlah Penduduk dengan Status Kesejahteraan 40% Terendah berdasarkan Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015

Jumlah Penduduk dengan Status No. Kabupaten / Kota Kesejahteraan 40% Terendah 1 Kabupaten Bintan 36.288 2 Kabupaten Karimun 55.123 3 Kabupaten Natuna 15.872 4 Kota Batam 211.670 5 Kota Tanjungpinang 40.710 6 Kabupaten Lingga 28.570 7 Kabupaten Kep. Anambas 8.656 Jumlah Penduduk dengan Status Kesejahteraan 396.889 40% Terendah Jumlah Penduduk Kepri 1.973.043 Persentase Penduduk dengan Status 20,12 Kesejahteraan 40% Terendah Sumber: Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Riau, diolah

Perlunya di tahun-tahun berikutnya Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau memfasilitasi program-program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota yang lebih diarahkan pada pembangunan perdesaan di wilayah tertinggal, mengembangkan sarana dan prasarana dasar (jalan, jembatan, pelabuhan desa) untuk mempermudah angkutan dan distribusi barang dan jasa dari kabupaten/kota ke pusat-pusat aktivitas perekonomian

II - 36

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

daerah. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat perdesaan, maka perlu tindak lanjut pemberdayaan perempuan di perdesaan, pengembangan usaha mikro dan kecil termasuk usaha non formal dan mengembangkan akses permodalan masyarakat berbasis pada potensi lokal.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial A. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar: (1) Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life); (2) Pengetahuan (knowledge); (3) Standar hidup layak (decent standard of living). Indikator pada metode baru meliputi: angka harapan hidup, angka harapan sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita. Dilihat dari perbandingan IPM Provinsi Lain di Wilayah Sumatera, IPM Kepulauan Riau berada di urutan paling tinggi sebesar 74,45 (Jika dibandingkan seluruh Provinsi se Indonesia, Provinsi Kepulauan Riau menempati posisi keempat tertinggi) dan berada di atas Nasional (70,18), sedangkan provinsi yang berada di urutan paling rendah yaitu Provinsi Lampung sebesar 68,25, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

75 Provinsi Nasional 74 73 72

71 70,81 70 74,45 69 68 71,79 71,24 70,6 70,57 69,99 69,99 67 69,95 68,86

66 68,25 65 Lampung Sumatera Bengkulu Kep. Jambi Sumatera Aceh Sumatera Riau Kepulauan Selatan Bangka Utara Barat Riau Belitung

Sumber : BPS Nasional Tahun 2017 Gambar 2. 20 Perbandingan IPM Kepulauan Riau dengan Provinsi lain di wilayah Sumatera tahun 2017

II - 37

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

IPM Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami peningkatan, yaitu sebesar 73,02 naik menjadi sebesar 74,45 pada tahun 2017. Kondisi tersebut berkontribusi positif terhadap pencapaian IPM Nasional yang tiap tahunnya, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

75,00 74,00 74,45 73,00 73,75 73,99 73,40 72,00 73,02 71,00 70,00 70,81 70,18 69,00 69,55 68,00 68,90 68,31 67,00 66,00 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Nasional

Sumber : BPS Nasional Tahun 2017 Gambar 2. 21 Perbandingan IPM Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional tahun 2013-2017

IPM tahun 2017 menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau yang menempati posisi tertinggi yaitu Kota Batam sebesar 80,26 berada di atas Provinsi Kepulauan Riau, dan yang berada pada urutan terendah yaitu Kabupaten Lingga sebesar 63,45.

90,00 Kabupaten/Kota Provinsi Nasional 80,00 74,45 70,00 70,81 60,00

50,00

40,00 80,26 78,00 72,91 71,52 70,26

30,00 67,06 63,45 20,00

10,00 0,00 Lingga Kepulauan Karimun Natuna Bintan Tanjungpinang Batam Anambas

Sumber : BPS Nasional Tahun 2017 Gambar 2. 22 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017

II - 38

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kemajuan pembangunan manusia kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau bervariasi. Variasi tersebut tentunya disebabkan oleh faktor sumber daya (alam dan manusia) dan kebijakan pemerintah daerah yang berbeda. Capaian pembangunan manusia yang tercermin dari angka IPM perlu terus ditingkatkan dan diawasi agar pembangunan manusia dapat terlaksana dengan baik dan merata. Kota Batam menempati peringkat pertama se-Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan Kabupaten Lingga menempati peringkat terbawah. Peringkat kedua sampai peringkat keenam berturut-turut diduduki oleh Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun, Kabupaten Kepulauan Anambas. Gambaran indikator pembentuk IPM Provinsi Kepulauan Riau secara lengkap sebagai berikut: 1. Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah didefnisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami kenaikan, yaitu dari sebesar 9,63 tahun naik menjadi sebesar 9,79 tahun pada tahun 2017. Dengan kondisi tersebut, pembangunan bidang pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau telah mampu memenuhi wajib belajar 9 tahun bagi masyarakat yang menjadi kebijakan pemerintah pusat, meskipun secara Nasional pencapaian rata-rata lama sekolah masih di bawah 9 tahun, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

9,79 10 9,63 9,64 9,65 9,67 9,5 9 8,5 8 8,10 7,5 7,84 7,95 7,61 7,73 7 6,5 6 2013 2014 2015 2016 2017 Provinsi Nasional

II - 39

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Gambar 2. 23 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

Posisi relatif rata-rata lama sekolah kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 angka tertinggi dicapai Kota Batam sebesar 11,11 tahun dan terendah di Kabupaten Lingga sebesar 5,97 tahun.

12 Kabupaten/Kota Provinsi Nasional

10 9,79

8 8,10

6 11,11 9,97 4 8,47 8,34 7,8 6,69 5,97 2

0 Lingga Kepulauan Karimun Bintan Natuna Tanjungpinang Batam Anambas

Gambar 2. 24 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

2. Angka Harapan Lama Sekolah Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. HLS Provinsi kepulauan Riau pada tahun 2013 hingga 2017 mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2013 sebesar 12,26 tahun meningkat menjadi sebesar 12,81 tahun pada tahun 2017. Kondisi tersebut berkontribusi posistif terhadap pencapaian di tingkat nasional, secara rinci dappat dilihat pada Gambar berikut.

II - 40

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

13,00 12,81 12,80 12,66 12,60 12,85 12,51 12,60 12,72 12,40 12,26 12,55 12,39 12,20

12,00 12,1 11,80 11,60 2013 2014 2015 2016 2017 Provinsi Nasional

Gambar 2. 25 Perkembangan Harapan Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

Angka Harapan Lama Sekolah kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017, angka tertinggi berada di Kota Tanjungpinang sebesar 14,07 tahun, dan angka terendah berada di Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 12,14 tahun, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

14,5 Kabupaten/Kota Provinsi Nasional

14

13,5

13 12,8512,81 12,5 14,07 13,87 12 12,94 12,60

11,5 12,42 12,15 12,14

11 Kepulauan Karimun Lingga Bintan Batam Natuna Tanjungpinang Anambas

Gambar 2. 26 Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017

3. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup merupakan angka yang menunjukkan perkiraan usia seseorang dihitung sejak dilahirkan. Angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 hingga 2017 mengalami kenaikan, yaitu dari sebesar 69,05 tahun naik

II - 41

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

menjadi sebesar 69,48 tahun. Kondisi tersebut sama dengan Nasional yang setiap tahunnya mengalami kenaikan.

71,5 71,06 70,78 70,90 71 70,59 70,40 70,5 70 69,5 69,48 69 69,41 69,45 69,05 69,15 68,5 68 2013 2014 2015 2016 2017 Provinsi Nasional

Gambar 2. 27 Perkembangan Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

AHH Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017, dengan angka tertinggi dicapai Kota Batam sebesar 73,19 tahun dan terendah di Kabupaten Lingga 61,14 tahun. Capaian AHH Provinsi Kepulauan Riau tergolong tinggi.

76 Kabupaten/Kota Provinsi Nasional 74 72 71,06 70 69,48 68 66 64 73,19

62 71,84 70,32 70,12 60 66,76

58 64,33

56 61,14 54 Lingga Natuna Kepulauan Bintan Karimun Tanjungpinang Batam Anambas

Gambar 2. 28 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017

4. Pengeluaran Riil Perkapita (Daya Beli) Pengeluaran riil perkapita menunjukkan daya beli, yaitu kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk barang maupun jasa. Menggambarkan

II - 42

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Rata-rata pengeluaran per kapita Provinsi kepulauan Riau dalam kurun waktu tahun 2013 hingga 2017 mengalami kenaikan dari sebesar Rp.12.942,28 ribu menjadi sebesar Rp.13.566 ribu. kondisi tersebut berkontribusi positif terhadap pencapaian Nasional yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

16.000,00 13.176,79 13.359 13.566 14.000,00 12.942,28 13.018,53 12.000,00 10.000,00 10.420 10.664 8.000,00 9.858 9.903 10.150 6.000,00 4.000,00 2.000,00 0,00 2013 2014 2015 2016 2017 Provinsi Nasional

Gambar 2. 29 Perkembangan Pengeluaran Riil Perkapita (Daya Beli) Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

Pengeluaran riil perkapita kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017, angka tertinggi berada di Kota Batam sebesar Rp.17.131 ribu, dan angka terendah berada di Kabupaten Lingga Rp.11.421 ribu.

18.000 Kabupaten/Kota Provinsi Nasional 16.000

14.000 13.566 12.000 10.000 10.664

8.000 17.131

6.000 14.881 13.970 13.828 11.713 11.654 4.000 11.421 2.000 0 Lingga Kepulauan Karimun Bintan Natuna Tanjungpinang Batam Anambas

Gambar 2. 30 Pengeluaran Riil Perkapita (Daya Beli) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

II - 43

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

B. Ketenagakerjaan 1. Angkatan Kerja Jumlah angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 mencapai 966.091 orang, meningkat 34.656 orang dari tahun 2016 sebanyak 931.435 orang. Dari angkatan kerja tersebut, jumla penduduk yang bekerja pada tahun 2017 sebanyak 896.931 orang dan jumlah penganggur sebanyak 69.160 orang. Persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja. TPT Provinsi Kepulauan Riau pada Agustus 2017 mencapai 7,16%, kondisi ini menurun dibandingkan dengan TPT Agustus 2016 sebesar 7,69%, seperti terlihat pada Gambar berikut ini.

8,00 7,69

7,50 7,16

7,00 6,69

6,50 6,20 5,63 6,00 6,18 6,17 5,94 5,50 5,61 5,50 5,00 2013 2014 2015 2016 2017

Nasional Kepulauan Riau

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Kepulauan Riau, 2018 Gambar 2. 31 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 mencapai 7,16%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,63%. Dibandingkan dengan Provinsi lain di Wilayah Sumatera, tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kepulauan Riau paling tinggi, seperti terlihat pada Gambar dibawah ini.

II - 44

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

8,00 7,00 6,00 5,50 5,00 4,00 7,16

3,00 6,57 6,22 5,6 5,58 2,00 4,39 4,33 3,87 3,78 3,74 1,00 0,00 Kepulauan Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Riau Bangka Selatan Barat Utara Belitung Provinsi Nasional

Sumber: BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 2. 32 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%)

Dilihat per kabupaten/kota, tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2015 tertinggi di Kabupaten Natuna, sedangkan terendah di Kabupaten Lingga, seperti terlihat pada Gambar dibawah ini.

12,00

10,00

8,00 6,20 6,00 6,18 10,55 4,00 6,88 6,36 6,27 6,09 2,00 5,69 4,01

0,00 Karimun Bintan Natuna Lingga Kep. Anambas Kota Batam Kota Tanjungpinang Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Nasional

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 Gambar 2. 33 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015

2. Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 sebanyak 966.061 orang, yang terdiri dari bekerja sebanyak 896.931 orang dan penganggur sebanyak 69.190 orang, artinya tingkat kesempatan kerja Provinsi Kepulauan Riau

II - 45

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

sebesar 92,94%. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2017 didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan Sekolah Menengah Atas Umum sebanyak 259.131 orang (28,89%) dan Sekolah Dasar ke bawah sebanyak 205.942 orang (22,96%). Dalam setahun terakhir, penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) menurun dari 353.581 orang (41,12%) pada Agustus 2016 menjadi 337.386 orang (37,62%) pada Agustus 2017. Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) juga mengalami peningkatan dari 140.516 orang (16,34%) pada Agustus 2016 menjadi 147.268 orang (16,42%) pada Agustus 2017. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk SD kebawah mengalami fluktuatif, yaitu pada tahun 2015 sebanyak 190.044 orang, pada tahun 2016 naik menjadi sebanyak 219.943 orang dan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi sebanyak 205.942 orang. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan untuk Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2015 hingga 2017 terus mengalami penurunan dari sebanyak 138.202 orang menjadi 131.444 orang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan untuk Sekolah Menengah Atas pada tahun 2015 sebanyak 265.733 orang, pada tahun 2016 menurun menjadi sebanyak 229.176 orang, kemudian pada tahun 2017 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 259.131 orang. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan untuk Sekolah Menengah Atas Kejuruan pada tahun 2015 hingga 2017 terus mengalami kenaikan, yaitu dari sebanyak 115.422 orang menjadi sebanyak 153.146 orang. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan untuk Perguruan Tinggi tahun 2015 hingga 2017 terus mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2015 sebanyak 127.269 orang naik menjadi sebanyak 147.268 orang pada tahun 2017, secara rinci dapat dilihat pada table berikut.

Tabel II. 25 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2015-2017

Pendidikan 2015 2016 2017 Tertinggi yang Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus SD Ke bawah 240.653 190.044 240.350 219.943 261.665 205.942 Sekolah Menengah 125.459 138.202 112.128 133.638 149.797 131.444 Pertama Sekolah Menengah Atas 236.973 265.733 233.527 229.176 228.950 259.131 Umum

II - 46

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Pendidikan 2015 2016 2017 Tertinggi yang Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Sekolah Menengah Atas 125.775 115.422 126.347 136.540 164.330 153.146 Kejuruan Perguruan Tinggi 85.567 127.269 118.086 140.516 180.877 147.268 Jumlah 814.427 836.670 830.438 859.813 985.619 896.931 Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Agustus 2017, 2018

II - 47

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB III KONDISI SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) SAAT INI

3.1 KEBIJAKAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) 3.1.1 Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintah daerah, agar mampu berdaya saing, terarah, terpadu dan berkesinambungan, diperlukan penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) sebagai implementasi Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah, pada tahun 2018 ini telah menerbitkan Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor ….. Tahun 2018 tentang Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018.

Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Gubernur Provinsi Kepulauan Riau. Tim Koordinasi Penguatan SIDa mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, membina, mengawasi, dan melaporkan penguatan pelaksanaan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau, serta bertanggungjaawab terhadap (1) Penyusunan dokumen Roadmap penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau; (2) Pengintegrasian Dokumen Program Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Riau; (3) Sinkronisasi, harmonisasi dan sinergitas Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau; (4) Penataan unsur Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau; (5) Pengembangan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau; (6) Persiapan rumusan kebijakan penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau; (7) Pengkoordinasian penyusunan program dan kegiatan penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau; (8) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau; dan (9) Pelaporan hasil pelaksanaan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau.

Bagan susunan keanggotaan Tim Koordinasi Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau, sebagai berikut :

III - 1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

GUBERNUR PENGARAH Susunan Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor .... Tahun 2018 tentang Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi SEKRETARIS Kepulauan Riau Tahun 2018 DAERAH KETUA

KEPALA BARENLITBANG SEKRETARIS Anggota Tim Koordinasi Penguatan SIDa: 1. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan 2. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tanggungjawab Koordinasi 3. Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman 4. Kepala Dinas Perhubungan 5. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan 6. Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah OPD TERKAIT 7. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 8. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu ANGGOTA 9. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan 10. Kepala Dinas Pariwisata PERGURUAN 11. Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi TINGGI 12. Unsur Perguruan Tinggi

Gambar 3. 1 Bagan Susunan Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018

3.1.2 Kebijakan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan Daerah Penyusunan Roadmap SIDa Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan arahan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Riset Teknologi Nomor 3 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah sebagai upaya menyikapi tuntutan peningkatan produktivitas daya saing daerah yang mensyaratkan kapasitas inovatif dengan mengacu pada agenda kebijakan inovasi saat ini. Amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pada pasal 386 bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi sebagai bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Selain itu pada pasal 387, Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan perlu mengacu prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) peningkatan efisiensi; (b) perbaikan efektivitas; (c) perbaikan kualitas pelayanan; (d) tidak ada konflik kepentingan; (e) berorientasi kepada kepentingan umum; (f) dilakukan secara terbuka; (g) memenuhi nilai-nilai kepatutan; dan (h) dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.

Pemerintah dalam melaksanakan inovasi daerah yang tertuang didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 telah menerbitkan Peraturan Pemerintah

III - 2 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah. Pada pasal 4 dan pasal 5, bentuk inovasi daerah sebagai berikut:

(1) Inovasi tata kelola Pemerintahan Daerah, merupakan inovasi dalam pelaksanaan manajemen Pemerintahan Daerah yang meliputi tata laksana internal dalam pelaksanaan fungsi manajemen dan pengelolaan unsur manajemen.

(2) Inovasi Pelayanan Publik, merupakan inovasi dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang meliputi proses pemberian pelayanan barang/jasa publik dan inovasi jenis dan bentuk barang/jasa publik.

(3) Inovasi Daerah lainnya, merupakan segala bentuk inovasi dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.

Dalam menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan Nasional. Perencanaan Pembangunan Nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pada pasal 3, perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah; dan rencana pembangunan tahunan. Kedudukan Road Map SIDa dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, yaitu :

1. Mengacu/mempedomani Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang dan Program Prioritas Pembangunan Daerah untuk tahap lima tahunan, untuk Provinsi Kepulauan Riau tertuang didalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.

2. Mengacu/mempedomani Visi dan Misi pembangunan jangka menengah dan program prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih, untuk Provinsi Kepulauan Riau tertuang didalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021. Hasil Roadmap SIDa diharapkan dapat memberikan masukan program pengembangan inovasi sesuai

III - 3 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

dengan tema dan sub tema serta program prioritas SIDa di Provinsi Kepulauan Riau.

3. Mengintegrasikan Road Map SIDa kedalam rancangan teknokratis atau review Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (kondisi ideal).

4. Mengintegrasikan Road Map SIDa kedalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), terkait dengan penjabaran dalam kegiatan tahunan dari masing-masing OPD pendukung penguatan SIDa.

Dengan demikian Roadmap SIDa Provinsi Kepulauan Riau merupakan dokumen perencanaan yang memberikan masukan tentang arah pembangunan daerah terkait dengan pengembangan inovasi daerah dan IPTEK oleh seluruh stakeholders terkait secara multidisiplin, utamanya memberikan arahan kebijakan dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021.

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RENCANA PEMBANGUNAN Pedoman RENCANA JANGKA PANJANG NASIONAL PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL JANGKA PANJANG DAERAH

Pedoman Diperhatikan

ROADMAP PENGUATAN RENCANA PEMBANGUNAN Diintegrasikan SISTEM INOVASI JANGKA MENENGAH DAERAH

Dijabarkan Dijabarkan

RENCANA AKSI RENCANA KERJA DAERAH Diintegrasikan PEMBANGUNAN DAERAH

Sumber : BPPPT, 2017 Gambar 3. 2 Kedudukan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah

III - 4 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1. RPJPD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 Skenario pengembangan wilayah Provinsi Kepulauan Riau didasarkan pada asumsi usia produksi/masa kerja sumber daya perikanan/kelautan, pertambangan, perindustrian, perdagangan dan pariwisata diperkirakan akan mengalami fluktuasi dalam jangka 30 tahun mendatang. Beberapa pemikiran pengembangan Provinsi Kepulauan Riau paska fluktuatif antara lain pengembangan ekonomi maritim dan bisnis jasa perdagangan di luar kegiatan pertanian pada umumnya di sekitar wilayah gugus laut gugus pulau yang ada, pelayanan jasa industrialisasi kepulauan yang berbasis maritim, pengembangan pariwisata kelautan dan maritim dan potensi jaringan kerja lintas wilayah yang selama ini belum optimal perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Periode pertama merupakan periode inisiasi dimana komitmen pembangunan Provinsi Kepulauan Riau telah dituangkan dalam RPJM Provinsi Kepulauan Riau 2005-2010 adalah penyiapan sumberdaya manusia (SDM) dengan dukungan infrastruktur. Pembangunan SDM menjadi prioritas pembangunan dalam periode ini sebagai kerangka dasar pengembangan Provinsi Kepulauan Riau agar nantinya memiliki pelaku-pelaku pembangunan andal yang secara khusus ditujukan bagi generasi muda saat ini dan juga generasi yang akan datang. Periode selanjutnya, yaitu periode tahun 2015-2025/periode pematangan. Pada periode ini diharapkan masyarakat atau SDM yang telah dibina akan dapat mengembangkan kegiatan ekonomi, dimana produksi keluarga dapat menjadi produksi wilayah kemudian produksi menyeluruh. Tahap berikutnya lagi dari pasca skenario jangka panjang adalah periode pemantapan (tahun 2026 dan ke depan lagi) pada saat mana masyarakat dan wilayah provinsi telah menjadi tegar dan maju dalam pengertian siap untuk melakukan pembaharuan dan melaksanakan tujuan jangka panjang sehingga mampu mewujudkan visi sebagai wilayah perindustrian pengolahan, pertambangan, perdagangan sektor kelautan dan perikanan dan pariwisata yang andal untuk berupaya lebih maju lagi dengan memanfaatkan ruang darat, laut dan udara secara simultan. Upaya menciptakan lorong-lorong waktu yang menawarkan berbagai pilihan untuk skenario pengembangan jangka panjang Provinsi Kepulauan Riau dapat dicermati pada gambar berikut:

III - 5 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sumber : RPJPD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 Gambar 3. 3 Skenario Pengembangan Jangka Panjang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2002-2030

III - 6 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Posisi Strategis (yang Dinamis) Provinsi Kepulauan Riau dalam Kerangka Skenario Pengembangan Jangka Panjang , yaitu: 1. Dari Visi Gubernur Provinsi Kepulauan Riau saat ini (2005) yang bertumpu pada SDM diungkapkan dalam posisi geografis wilayah gugus laut gugus pulau Kepulauan Riau dalam konteks wilayah kelautan Indonesia bagian Barat, sebagai ”Hinterland dengan kegiatan perindustrian/pertambangan/ perikanan/perdagangan/pariwisata/jasa regional” Kawasan Barat Indonesia, Nasional dan ASEAN. Hal ini dipakai sebagai TUJUAN pembangunan/VISI membangun Provinsi Kepulauan Riau saat ini dan jangka panjang (wacana ke depan). Posisi geografis saat ini memang sebagai hinterland jasa pelayanan perindustrian/ perikanan/kelautan/perdagangan/pariwisata regional yang belum dinamis tanpa nuansa pengaruh investasi besar. 2. Untuk mencapai tujuan/visi ke depan tersebut diramalkan ada lorong waktu yang perlu dipilih untuk dilalui, dan itu atas dasar kekuatan konteks posisi hinterland kawasan Barat Indonesia dalam wilayah kemaritiman yang lebih luas yang disandang wilayah gugus laut gugus pulau Kepulauan Riau menjadi sebagai jalur pendorong garis kritikal dalam 7 langkah sub- skenario logis-strategis. Sifat kritikal-logis-strategis karena merupakan penentu dan menurut logika perkembangan wilayah kemaritiman dan strategis dalam menggapai cita-cita masa depan secara tepat sasaran. 3. Dapat digambarkan pada situasi saat ini posisi wilayah gugus laut gugus pulau Provinsi Kepulauan Riau sebagai titik awal dan sekaligus sebagai titik tujuan dengan kuantitas dan kualitas yang berbeda (cerminan generasi muda ke arah manusia dewasa/matang/lanjut). Yaitu: langkah (1) hinterland jasa regional Laut Natuna/Kawasan Barat Indonesia/Indonesia/ASEAN, sebagai situasi kondisi awal dan situasi kondisi tujuan/akhir skenario. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan persyaratan kerja sungguh-sungguh (diprogramkan dan direalisasikan perwujudannya) dengan 7 langkah berikut ini: a. Langkah (1) : sebagai hinterland jasa/pelayanan regional yang memiliki syarat sebagai ”a resource hinterland of activities” berbagai sektor yang mungkin dikembangkan, memerlukan simpul interaksi komoditas di Batam/Jakarta/Pontianak masa kini dan masa datang perlu digarap secara memadai.

III - 7 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 b. Langkah (2) : diperlukan pembentukan/penjalinan kerjasama lintas kota-kabupaten-provinsi secara regional Provinsi Kepulauan Riau/Kawasan Barat Indonesia/Indonesia/ASEAN, akan mempersyaratkan kelembagaan dan mekanisme kerja dengan dukungan SDM dan perangkat pemerintah daerah dan lembaga bisnis dan sumberdaya lain guna mengoperasikan kerjasama pembangunan kemaritiman’ tersebut agar dapat berfungsi menggerakan potensi ekonomi daerah dan regional. c. Langkah (3) : tumpuan harapan di ruang darat, laut dan udara ”Kemaritiman” sebagai arena kehidupan baru harus digarap dalam pengertian yang lebih luas. Aset darat, laut dan udara dengan keseluruhan isi dan konteks (wawasan bahari dalam Kedaulatan Negara di Ruang Laut dan Udara) perlu diupaya-kembangkan sebagai ladang penghidupan dengan upaya korporasi produksi darat-udara. Banyak kemungkinan yang dapat dijadikan langkah aksi sebagai orang penjelajah kelautan luas (sejarah dan hikayat turunan pejuang pelaut/kemaritiman) dengan hasil ladang darat, laut dan udara dimanapun, perlu diproses di wilayah gugus laut gugus pulau Provinsi Kepulauan Riau sehingga dengan hubungan simpul koleksi distribusi hasil ’Kemaritiman’ (seabusiness and seaindustrial region) di SIMPUL INTI Gugus Barelang Bintan. d. Langkah (4) : dengan semua hinterland dan simpul gugus laut gugus pulau yang dapat dijangkau, akan menciptakan alur sistem hubungan hinterland dan simpul, untuk ini perlu menjalin upaya korporasi kegiatan seabusiness dan seaindustry di wilayah hinterland dan simpul-simpul pemrosesan, tentu dengan pusat simpul di Kota Batam/Tanjung Balai Karimun/Dabo/Ranai. Berbagai upaya dapat di ’kerja-korporasi’-kan dalam kegiatan pelayanan jasa kemaritiman umum (corporate servicing) produksi atau perdagangan lintas wilayah (corporate business) dengan menciptakan secara berjenjang sub simpul antara simpul koleksi dan simpul distribusi. Akan dapat tercipta ”multi aksi antar sektor dan lintas wilayah.” e. Langkah (5) : meski perlahan tapi pasti dari upaya interaksi di wilayah hinterland-simpul (sejauh upaya dan tebaran jangkauan) perlu diupayakan penjalinan kerjasama hulu – hilir – simpul – konsumen – pasar dengan berbagai kegiatan bisnis yang mungkin (misal: corporate seabusiness, corporate market networking) menciptakan jaringan kerja

III - 8 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

pemasaran: transportasi dan depo transit/terminal seabisnis dan lain- lain sehingga selalu ada arus barang/jasa/manusia antara hinterland dengan simpul (hubungan desa-kota). Diharapkan di wilayah darat, laut dan udara gugus laut gugus pulau Provinsi Kepulauan Riau dapat terciptakan jejaring dan pusat jaringan yang kompleks oleh inovasi/improvisasi masyarakat sehingga terbentuk wilayah kemaritiman Kepulauan Riau sebagai ”seapolitan region” Indonesia Bagian Barat. f. Langkah (6) : Implikasi bagi masyarakat dan wilayah gugus laut gugus pulau Provinsi Kepulauan Riau secara internal akan terbiasa menjadi pelaku proaktif dalam tata laku ekonomi regional dengan dukungan budaya dan infrastruktural serta sumberdaya-sumberdaya kelautan yang diupayakan berkembang (harapan meningkat secara kuantitas dan kualitas). Dari anak muda menjadi pejuang maritim dewasa menjadi matang dalam berproduksi untuk keluarga-berproduksi untuk wilayah gugus laut gugus pulau kabupaten/kota//provinsi dan wilayah kelautan lebih luas. g. Langkah (7) : terwujudnya visi-misi Provinsi Kepulauan Riau jangka panjang, secara integratif-sinergis langkah-langkah sebelumnya yang selalu diupayakan meningkat kuantitas dan kualitas yang diasumsikan akan menggapai cita-cita masa depan secara tertahap pula/berjenjang namun pasti, ke arah ’hinterland investasi/jasa kemaritiman regional” itu. Secara nyata diharapkan Provinsi Kepulauan Riau betul-betul merupakan hinterland produksi-distribusi barang/jasa/manusia kelautan dalam Konteks Regional Maritim Kepulauan Riau/Kawasan Barat Indonesia bahkan nasional dan internasional, dengan pelayanan jasa pengolahan kemaritiman dan upaya corporate sea-exporting yang memiliki jaringan kerja besar ekspor/impor dalam negeri dan luar negeri di bidang kelautan/kemaritiman.

Ketujuh (7) langkah upaya pengembangan dari posisi hinterland jasa produksi kelautan umum/perdagangan/pariwista awal ke arah tercapainya posisi dinamis hinterland produksi dengan distribusi sea-bisnis sea- industrial di masa depan yang perlu dioperasionalkan secara sungguh- sungguh oleh semua pemangku kepentingan pembangunan (stakeholders) wilayah maritim Provinsi Kepulauan Riau.

III - 9 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Filosofi yang mendasari pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Riau sebagaimana yang terdapat pada Motto Provinsi Kepulauan Riau, yaitu “Berpancang Amanah, Bersauh Marwah”. Berdasarkan sejarah, potensi, kondisi dan permasalahan yang dialami pada masa lalu serta tantangan dan peluang dihadapi Provinsi Kepulauan Riau dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang yang dilandasi oleh kehendak dan cita-cita luhur pembentukan Daerah, maka Visi Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 yang tertuang di dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 adalah “Kepulauan Riau Berbudaya, Maju dan Sejahtera“. Secara konseptual visi pembangunan daerah tahun 2005–2025 mengarah dan mendukung tujuan pembangunan jangka panjang nasional 2005–2025 yaitu Indonesia yang mandiri, maju dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang RPJP Nasional 2005-2025. Visi pembangunan tersebut harus dapat diukur agar mudah dinilai kondisi daerah 20 (dua puluh) tahun yang akan datang yaitu kondisi berbudaya, kemajuan dan kesejahteraan yang ingin diwujudkan. Penjelasan unsur Visi tersebut adalah sebagai berikut:

menunjukan kondisi ditandai dengan penduduk Kepulauan yang Riau yang memiliki karakter melingkupi dan kepribadian, menjunjung keseluruhan tinggi dan mencerminkan baik fisik nilai-nilai agama, budaya dan wilayah, norma, serta berakhlak mulia manusia, Provinsi sumberdaya Kepulau Berbuda alam,

“Kepulauan Riau Berbudaya, Maju dan Sejahtera“

Sejahter Maju ditandai dengan penduduk yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar hidupnya secara ditandai dengan terwujudnya sumber daya manusia yang layak, berkualitas di bidang pendidikan, memiliki terwujudnya etos kerja dan produktivitas yang tinggi, pemerataan meningkatnya pemerataan pembangunan pembangunan fisik dan non fisik, sarana dan prasarana dan hasil- pendidikan, kesehatan, perhubungan, hasilnya infrastruktur ekonomi dan sosial serta dinikmati oleh pelayanan publik khususnya pelayanan seluruh dasar yang modern masyarakat, Gambar 3. 4 Visi Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 Dalam RPJPD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025

III - 10 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Visi pembangunan jangka panjang Provinsi Kepulauan Riau dijabarkan kedalam 5 (lima) misi pembangunan daerah, yaitu: 1. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Memiliki Kepribadian dan Berakhlak Mulia.

2. Menciptakan Sumber Daya Manusia Kepulauan Riau yang Berkualitas Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan Produktivitas yang Tinggi.

3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khususnya Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata.

4. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak.

5. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan Serta Pariwisata.

2. RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 Visi pembangunan jangka menengah daerah merupakan visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun sesuai misi yang diemban yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 adalah ”Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”, dengan penjelasan unsur visi sebagai berikut:

III - 11 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

• Menjadi wilayah yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan seni budaya melayu dalam kehidupan masyarakat. Bunda Tanah Melayu • Nilai-nilai adat dan budaya melayu tersebut ”Terwujudny dilestarikan agar tidak pudar terpengaruh oleh budaya a luas

• masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan dasarnya K Sejahtera (pendidikan, kesehatan, pekerjaan, pangan, e perumahan, dan jaminan sosial) p • dapat mempertahankan nilai-nilai moralitas masyarakat melayu u dimana Agama Islam menjadi sumber utama referensinya dengan dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang l Berakhlak Mulia Maha Kuasa, dan bagi masyarakat selain Islam juga dapat melaksanakan ajaran agamanya, sehingga tercipta kerukunan a antar umat beragama.

u • menjadi wilayah dengan lingkungan yang bersih, a sehat, asri, dan nyaman sehingga perlu didukung dengan sistem pengelolaan lingkungan dan sistem n Ramah Lingkungan pengelolaan sampah yang baik, pemanfaatan ruang yang memenuhi aspek daya dukung lingkungan, dan dilengkapi ruang terbuka hijau yang memadai R • dicita-citakan memiliki keunggulan pada sektor i Unggul di Bidang kemaritiman terutama sektor kelautan dan perikanan, perhubungan, dan pariwisata didukung dengan a pembangunan sektor-sektor lainnya dengan u Maritim berorientasi pada kemaritiman (maritim oriented)

s e b a g Gambar 3. 5 Visi Gubernur dana Wakil Gubernur Kepulauan Riau Terpilih Dalam RPJMD Provinsi i B Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 u n Dalam rangkad mewujudkan visi ”Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai a Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di BidangT Maritim”, misi yang ditempuh sebanyak 9 (sembilan) misi a yang telah dijabarkann ke dalam tujuan dan sasaran strategis serta arah kebijakan, a program dan indikatorh yang tertuang dalam dokumen RPJMD Provinsi Kepulauan

Riau Tahun 2016M-2021. Kesembilan misi tersebut, yaitu sebagai berikut: e 1. Mengembangkanl perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, a berkeadilan,y tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu. u 2. Meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur y berkualitas a dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar n kabupaten/kota.g

3. MeningkatkanS kualitas pendidikan, ketrampilan dan profesionalisme Sumber e Daya Manusiaj sehingga memiliki daya saing tinggi. a h 4. Meningkatkant derajat kesehatan, kesetaraan gender, pemberdayaan e masyarakat,r penanganan kemiskinan dan Penyandang Masalah a Kesejahteraan, Sosial (PMKS). B 5. Meneruskane pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata, r pertanian untuka mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan k h l a k III - 12

M u l i LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

mengurangi kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan pangan.

6. Meningkatkan iklim ekonomi kondusif bagi kegiatan penanaman modal (investasi) dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

7. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis industri dan perdagangan dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

8. Meningkatkan daya dukung, kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.

9. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, aparatur birokrasi yang profesional, disiplin dengan etos kerja tinggi serta penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas.

Di dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021, gambaran mengenai pengembangan Sistem Inovasi Daerah termuat dalam Analisis Permasalahan dan Isu-Isu Strategis. Namun kondisi saat ini pengembangan sistem inovasi daerah belum optimal pengembangannya, padahal potensi kemaritiman dan pariwisata Provinsi Kepulauan Riau merupakan modal dan potensi besar dalam pengembangan inovasi daerah. Jika dilihat dari prioritas pemanfaatan ruang di Provinsi Kepulauan Riau, menurut RTRW Provinsi Kepulauan Riau, maka potensi pengembangan Sistem Inovasi Daerah diwujudkan dalam : pertama, Struktur Ruang Provinsi melalui perwujudan sistem perkotaan, transportasi darat-laut-udara, jaringan energi, telekomunikasi, sumberdaya air dan jaringan lainnya; kedua, perwujudan Kawasan Strategis Provinsi; ketiga, Perwujudan Pola Ruang Provinsi melalui pengendalian pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya darat; dan keempat, Perwujudan Pola Ruang Laut melalui perlindungan dan pengawasan kawasan laut, serta pengembangan dan pemanfaatan sumber daya laut. Implikasi tantangannya: (1) harus mengembangkan struktur ruang provinsi melalui sistem perkotaan, transportasi darat-laut-udara, jaringan energi, telekomunikasi, sumberdaya air dan jaringan lainnya yang saling interkoneksi; (2) harus menciptakan kawasan strategis provinsi yang disesuaikan dengan keunggulan dan potensi daerah; (3) menata dan memanfaatkan kawasan lindung dan budidaya darat yang berorientasi ekonomi perdagangan yang kompetitif, maupun yang memberi kenyamanan bagi pelaku usaha atau investor; (4) harus mengembangkan sistem pengawasan Pola Ruang Laut berupa perlindungan dan pengawasan kawasan laut, serta pengembangan dan pemanfaatan sumber daya

III - 13 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

laut. (5) mengembangkan daerah yang tanggap dan cepat dalam mengembangkan Sistem Inovasi Daerah (SIDa).

Dalam menyusun Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Provinsi Kepulauan Riau, perlu memperhatikan arah kebijakan tahunan yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021, dimana nantinya akan dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Arah kebijakan tahunan ini dimaksudkan untuk mengetahui tahapan dan prioritas setiap tahun yang ditetapkan dengan disesuaikan urgensi permasalahan dan isu strategis dalam kurun waktu tahun berjalan. Namun demikian kesinambungan arah kebijakan tahunan ini perlu diperhatikan dalam rangka mencapai sasaran RPJMD Kepulauan Riau.

Arah kebijakan tahunan Provinsi Kepulauan Riau sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021, yaitu:

“Peningkatan kualitas “Pengembangan Tata kelola Sektor Maritim, pemerintahan yang Energi, Air Dan “Pengembangan akuntabel, iklim Ketersediaan Pangan ekonomi kemaritiman investasi yang Serta Sumberdaya berwawasan kondusif, dan Manusia Yang lingkungan untuk Pemerataan Berkelanjutan Dalam menanggulangi Infrastruktur guna Rangka Peningkatan kemiskinan dan mewujudkan Pembangunan Di pengangguran masyarakat yang Provinsi Kepulauan didukung Infrastruktur sejahtera dan Riau” yang berkualitas” berbudaya”

2017 2019 2021 2016 2018 2020

“Peningkatan “Peningkatan kualitas “Perwujudan pelayanan dasar dan sumberdaya manusia Kepulauan Riau pengembangan dan ekonomi, sebagai Bunda Tanah infrastruktur untuk keberlanjutan Melayu yang meningkatkan infrastruktur serta Sejahtera, Berakhlak konektivitas antar pengembangan pusat Mulia, Ramah wilayah, daya saing kebudayaan melayu Lingkungan dan ekonomi dan Kepri” Unggul di Bidang kesejahteraan Maritim” masyarakat” Gambar 3. 6 Arah Kebijakan Tahunan Dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

III - 14 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1. Pembangunan daerah pada Tahun 2016 diarahkan pada: “Pengembangan Sektor Maritim, Energi, Air Dan Ketersediaan Pangan Serta Sumberdaya Manusia Yang Berkelanjutan Dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Di Provinsi Kepulauan Riau”.

2. Pembangunan daerah pada Tahun 2017 diarahkan pada “Peningkatan pelayanan dasar dan pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah, daya saing ekonomi dan kesejahteraan masyarakat”.

3. Pembangunan daerah pada Tahun 2018 diarahkan pada “Pengembangan ekonomi kemaritiman berwawasan lingkungan untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran didukung Infrastruktur yang berkualitas”.

4. Pembangunan daerah pada Tahun 2019 diarahkan pada “Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan ekonomi, keberlanjutan infrastruktur serta pengembangan pusat kebudayaan melayu Kepri”.

5. Pembangunan daerah pada Tahun 2020 diarahkan pada “Peningkatan kualitas Tata kelola pemerintahan yang akuntabel, iklim investasi yang kondusif, dan Pemerataan Infrastruktur guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berbudaya”.

6. Tahun 2021 yang merupakan periode terakhir perencanaan Pembangunan daerah diarahkan pada “Perwujudan Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”.

Arah kebijakan tahunan dalam RPJMD Provinsi Kepri tersebut dijabarkan dalam prioritas pembangunan tahunan sebagai berikut:

III - 15 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 1 Prioritas Pembangunan Tahunan Dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 2021 2016 2017 2018 2019 2020 a. Peningkatan a. Revitalisasi a. Pengembangan a. Pengembangan a. Pengembanga a. Pemantapan Kualitas budaya budaya melayu, pusat n pusat Kepri sebagai sumberdaya melayu, dengan fokus kebudayaan kebudayaan Bunda Tanah manusia dan dengan fokus pada melayu, dengan melayu, Melayu, dengan kesejahteraan pada pengembangan fokus pada dengan fokus fokus pada masyarakat pelestarian nilai- brand Kepri penyediaan pada promosi optimalisasi yang nilai adat dan sebagai pusat prasarana dan potensi budaya pengembangan Berkeadilan seni budaya kebudayaan sarana penunjang melayu Kepri, pusat kebudayaan dan melayu, dan melayu, dan pusat kebudayaan dan melayu dan Berbudaya, penciptaan icon pelestarian nilai- melayu, dan peningkatan pelestarian adat dengan fokus Kepri sebagai nilai adat dan seni peningkatan pelestarian adat dan seni budaya pada pusat budaya melayu. pelestarian adat dan seni melayu; peningkatan kebudayaan dan seni budaya budaya daerah. peningkatan kualitas melayu. daerah. pengamalan nilai- sumberdaya nilai keagamaan manusia, dan dan kerukunan peningkatan antar umat kesejahteraan beragama. masyarakat dan b. Peningkatan b. Peningkatan b. Peningkatan b. Pemantapan b. Peningkatan budaya. pelayanan kualitas kualitas kualitas pendapatan dan dasar, dengan pelayanan dasar pendidikan dan pelayanan kualitas hidup fokus pada dengan fokus kesehatan, dasar bagi masyarakat, peningkatan pada pemerataan dengan fokus masyarakat, dengan fokus aksesibilitas akses dan pada peningkatan dengan fokus pada peningkatan dan mutu peningkatan mutu pendidikan pada investasi dengan pendidikan kualitas pelayanan menengah atas; peningkatan promosi potensi menengah atas; pendidikan penguatan mutu dan kemudahan peningkatan menengah atas; promotif dan pendidikan periijinan investasi; promotif dan peningkatan preventif menengah atas; pengembangan preventif kualitas pelayanan kesehatan; penguatan Koperasi dan

III - 16 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 2021 2016 2017 2018 2019 2020 kesehatan; kesehatan dengan peningkatan promotif dan UMKM; peningkatan upaya promotif kualitas SDM preventif pengembangan kualitas SDM dan preventif, kesehatan; kesehatan; industri kesehatan; peningkatan Pencegahan dan peningkatan pengolahan; pencegahan kualitas SDM, penanganan kualitas SDM pengembangan dan serta Pencegahan penyakit menular kesehatan; perdagangan; penanganan dan penanganan dan tidak menular. Pencegahan peningkatan penyakit penyakit menular dan profesionalisme menular dan dan tidak menular. penanganan tenaga kerja; tidak menular. c. Penanggulangan penyakit peningkatan kemiskinan dan menular dan produktivitas pengurangan tidak menular. pertanian tanaman pengangguran pangan dan dengan fokus hortikultura; pada pelaksanaan pemerataan mutu program-program pendidikan penanggulangan menengah atas; kemiskinan; penguatan peningkatan promotif dan keberdayaan preventif ekonomi dan kesehatan; kelembagaan pemerataan masyarakat kualitas SDM perdesaan; dan kesehatan; penanganan optimalisasi penyandang pencegahan dan masalah penanganan kesejahteraan penyakit menular sosial; dan tidak menular; peningkatan peningkatan kualitas keberdayaan ketrampilan dan ekonomi profesionalisme masyarakat tenaga kerja; perdesaan; peningkatan penanganan

III - 17 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 2021 2016 2017 2018 2019 2020 investasi dengan penyandang promosi potensi masalah dan kemudahan kesejahteraan periijinan investasi. sosial, peningkatan ketersediaan, stabilitas harga pangan, dan diversifikasi konsumsi pangan. b. Peningkatan c. Peningkatan d. Peningkatan c. Pengembangan c. Peningkatan c. Pemerataan konektivitas infrastruktur kualitas infrastruktur Iklim investasi infrastruktur dan antar wilayah dasar dan infrastruktur dan wilayah, dengan yang kondusif, lingkungan yang dan antar penghubung lingkungan, fokus pada dengan fokus berkualitas, pulau serta antar wilayah, dengan fokus pembangunan pada dengan fokus sarana dan dengan fokus pada sarana prasarana peningkatan pada pemerataan prasarana pada pembangunan perhubungan investasi pembangunan dasar peningkatan sarana prasarana darat, laut dan dengan promosi jalan provinsi; masyarakat, sarana perhubungan udara, potensi dan pemerataan akses dengan fokus prasarana darat, laut dan peningkatan kemudahan sanitasi (air pada perhubungan udara, kualitas jalan periijinan limbah, peningkatan darat, laut dan peningkatan provinsi; investasi; persampahan, Penyediaan udara, kualitas jalan peningkatan akses peningkatan drainase); dan Prasarana dan peningkatan provinsi; sanitasi (air penegakan pemerataan Sarana Dasar kualitas jalan peningkatan akses limbah, Perda Provinsi sarana prasarana Masyarakat provinsi; sanitasi (air persampahan, dan Peraturan air bersih; Agar Dapat peningkatan limbah, drainase); Gubernur pemerataan Hidup Secara akses sanitasi persampahan, peningkatan mengenai infrastruktur dasar Layak, dan (air limbah, drainase); sarana prasarana ketenteraman, pemukiman dan peningkatan persampahan, peningkatan air bersih; ketertiban, serta perumahan; dan pembangunan drainase); sarana prasarana peningkatan antisipasi Peningkatan ratio konektivitas. peningkatan air bersih; infrastruktur dasar potensi elektrifikasi rumah c. Peningkatan sarana peningkatan pemukiman dan ganguan tangga; Kualitas prasarana air infrastruktur dasar perumahan; keamanan. peningkatan Lingkungan bersih; pemukiman dan peningkatan pencegahan

III - 18 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 2021 2016 2017 2018 2019 2020 Hidup & peningkatan perumahan; pencegahan pencemaran/kerus Kehutanan, infrastruktur peningkatan pencemaran/kerus akan lingkungan, Mitigasi dasar pencegahan akan lingkungan, dan perluasan Bencana Alam pemukiman dan pencemaran/kerus dan perluasan Ruang Terbuka dan Perubahan perumahan. akan lingkungan, Ruang Terbuka Hijau, dan Iklim, dengan dan perluasan Hijau. Peningkatan fokus pada Ruang Terbuka pengendalian, peningkatan Hijau. pengawasan dan kualitas penegakan hukum lingkungan terhadap hidup, mitigasi pelanggaran bencana dan pemanfaatan perubahan sumberdaya iklim, dan kelautan dan peningkatan perikanan. rehabilitasi hutan dan lahan kritis. d. Pengembanga d. Pengembanga e. Pengembangan d. Pengembangan d. Peningkatan d. Peningkatan n Industri n kemaritiman, perikanan, ekonomi daya saing keunggulan di Pengolahan, dengan fokus pariwisata bahari kerakyatan, ekonomi, bidang Perikanan dan pada dan industri dengan fokus dengan fokus kemaritiman, Kelautan Serta peningkatan unggulan, dengan pada pada dengan fokus Pariwisata produksi fokus pada pengembangan pengembangan pada: optimalisasi secara perikanan peningkatan Koperasi dan Koperasi dan produksi perikanan berkelanjutan tangkap, produksi perikanan UMKM, UMKM; tangkap, produksi guna produksi tangkap, produksi pembangunan dan pengembangan perikanan mendukung perikanan perikanan pengembangan industri budidaya dan hasil sektor budidaya dan budidaya dan hasil industri pengolahan; olahan perikanan, Kemaritiman, hasil olahan olahan perikanan; pengolahan (skala pengembangan optimalisasi dengan fokus perikanan; dan pengembangan menengah dan perdagangan; pengembangan pada peningkatan pariwisata bahari; besar); peningkatan pariwisata bahari, peningkatan pembangunan pengembangan pengembangan profesionalisme dan pemerataan pertumbuhan pariwisata industri perdagangan; tenaga kerja; sarana prasarana ekonomi, bahari. pengolahan (skala peningkatan peningkatan perhubungan.

III - 19 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 2021 2016 2017 2018 2019 2020 peningkatan menengah dan produktivitas produktivitas produktivitas besar). pertanian tanaman pertanian sektor pangan dan tanaman perindustrian, hortikultura untuk pangan dan peningkatan memenuhi hortikultura, produktivitas kebutuhan wilayah peningkatan sektor kelautan provinsi; produksi dan perikanan, peningkatan perikanan peningkatan produksi perikanan tangkap, kinerja sektor tangkap, produksi produksi pariwisata, perikanan perikanan peningkatan budidaya dan hasil budidaya dan nilai ekspor, olahan perikanan; hasil olahan peningkatan pengembangan perikanan, investasi baik pariwisata bahari. pengembangan PMDN maupun pariwisata PMA, dan bahari, dan peningkatan pemerataan kinerja sektor sarana Koperasi dan prasarana UKM. perhubungan. e. Peningkatan e. Peningkatan Produksi dan ekonomi Produktivitas produktif, Pertanian, dengan fokus serta pada Kemandirian peningkatan dan Ketahanan produktivitas Pangan pertanian Masyarakat, tanaman dengan fokus pangan dan pada hortikultura; peningkatan pengembangan produktivitas Koperasi dan sektor UMKM;

III - 20 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan 2021 2016 2017 2018 2019 2020 Pertanian, dan pengembangan peningkatan industri kinerja sektor pengolahan Pangan. (skala menengah dan besar); dan pengembangan perdagangan. f. Peningkatan f. Perbaikan f. Peningkatan e. Pengembangan e. Peningkatan e. Pemantapan tata Kualitas tatakelola Akuntabilitas tata kelola kualitas tata kelola Pelayanan pemerintahan, Penyelenggaraan pemerintahan kelola pemerintahan, Publik dan dengan fokus Pemerintahan, yang akuntabel, pemerintahan, dengan fokus Tata Kelola pada dengan fokus dengan fokus dengan fokus pada: Peningkatan Pemerintahan peningkatan pada peningkatan pada Peningkatan pada kapasitas dan yang baik, kualitas kualitas laporan kualitas pelayanan peningkatan kapabilitas SDM dengan fokus dokumen kinerja pemerintah publik; kualitas aparatur, pada: perencanaan daerah; Peningkatan pelayanan Peningkatan peningkatan pembangunan; peningkatan kualitas laporan publik; kualitas pelayanan kualitas peningkatan kapasitas fiskal kinerja pemerintah Peningkatan publik, pelayanan kapasitas fiskal daerah; dan daerah; kualitas laporan Peningkatan publik dan tata daerah; dan peningkatan Peningkatan kinerja kualitas laporan kelola peningkatan Pengelolaan kapasitas fiskal pemerintah kinerja pemerintah pemerintahan Pengelolaan Keuangan dan daerah; daerah; daerah, yang baik. Keuangan dan kekayaan Daerah Peningkatan Peningkatan Peningkatan kekayaan Pengelolaan kapasitas fiskal kualitas dokumen Daerah. Keuangan dan daerah; perencanaan kekayaan Daerah. Peningkatan pembangunan, Pengelolaan Peningkatan Keuangan dan kapasitas fiskal kekayaan daerah, dan Daerah. Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan kekayaan Daerah.

III - 21 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

3. Skenario Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019-2021 Periode pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019-2021 merupakan periode pematangan diantara tahun 2015-2025. Pada periode ini diharapkan masyarakat atau SDM yang telah dibina akan dapat mengembangkan kegiatan ekonomi, dimana produksi keluarga dapat menjadi produksi wilayah kemudian produksi menyeluruh, serta periode pada saat mana masyarakat dan wilayah provinsi telah menjadi tegar dan maju dalam pengertian siap untuk melakukan pembaharuan dan melaksanakan tujuan jangka panjang sehingga mampu mewujudkan visi sebagai wilayah perindustrian pengolahan, pertambangan, perdagangan sektor kelautan dan perikanan dan pariwisata yang andal untuk berupaya lebih maju lagi dengan memanfaatkan ruang darat, laut dan udara secara simultan. Selain itu, periode pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019-2021 juga termasuk pada periode arah kebijakan tahunan Provinsi Kepulauan Riau yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021 pada tahun 2019-2021 sebagai berikut: 1. Arah Kebijakan Tahun 2019 Pembangunan daerah pada Tahun 2019 diarahkan pada “Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan ekonomi, keberlanjutan infrastruktur serta pengembangan pusat kebudayaan melayu Kepri”. Prioritas pada tahun 2019 adalah sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, dengan fokus pada peningkatan mutu pendidikan menengah atas; penguatan promotif dan preventif kesehatan; peningkatan kualitas SDM kesehatan; Pencegahan dan penanganan penyakit menular dan tidak menular. b. Pengembangan ekonomi kerakyatan, dengan fokus pada pengembangan Koperasi dan UMKM, pembangunan dan pengembangan industri pengolahan (skala menengah dan besar); pengembangan perdagangan; peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan dan hortikultura untuk memenuhi kebutuhan wilayah provinsi; peningkatan produksi perikanan tangkap, produksi perikanan budidaya dan hasil olahan perikanan; pengembangan pariwisata bahari. c. Pengembangan pusat kebudayaan melayu, dengan fokus pada penyediaan prasarana dan sarana penunjang pusat kebudayaan melayu, dan peningkatan pelestarian adat dan seni budaya daerah.

III - 22 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

d. Pengembangan infrastruktur wilayah, dengan fokus pada pembangunan sarana prasarana perhubungan darat, laut dan udara, peningkatan kualitas jalan provinsi; peningkatan akses sanitasi (air limbah, persampahan, drainase); peningkatan sarana prasarana air bersih; peningkatan infrastruktur dasar pemukiman dan perumahan; peningkatan pencegahan pencemaran/kerusakan lingkungan, dan perluasan Ruang Terbuka Hijau. e. Pengembangan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, dengan fokus pada Peningkatan kualitas pelayanan publik; Peningkatan kualitas laporan kinerja pemerintah daerah; Peningkatan kapasitas fiskal daerah; Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan kekayaan Daerah.

2. Arah Kebijakan Tahun 2020

Pembangunan daerah pada Tahun 2020 diarahkan pada “Peningkatan kualitas Tata kelola pemerintahan yang akuntabel, iklim investasi yang kondusif, dan Pemerataan Infrastruktur guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berbudaya”. Prioritas pada tahun 2020 adalah sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan, dengan fokus pada peningkatan kualitas pelayanan publik; Peningkatan kualitas laporan kinerja pemerintah daerah; Peningkatan kapasitas fiskal daerah; Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan kekayaan Daerah. b. Peningkatan Iklim investasi yang kondusif, dengan fokus pada peningkatan investasi dengan promosi potensi dan kemudahan periijinan investasi; peningkatan penegakan Perda Provinsi dan Peraturan Gubernur mengenai ketenteraman, ketertiban, serta antisipasi potensi ganguan keamanan. c. Pemantapan kualitas pelayanan dasar bagi masyarakat, dengan fokus pada peningkatan mutu pendidikan menengah atas; penguatan promotif dan preventif kesehatan; peningkatan kualitas SDM kesehatan; Pencegahan dan penanganan penyakit menular dan tidak menular. d. Peningkatan daya saing ekonomi, dengan fokus pada pengembangan Koperasi dan UMKM; pengembangan industri pengolahan; pengembangan perdagangan; peningkatan

III - 23 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

profesionalisme tenaga kerja; peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peningkatan produksi perikanan tangkap, produksi perikanan budidaya dan hasil olahan perikanan, pengembangan pariwisata bahari, dan pemerataan sarana prasarana perhubungan. e. Pengembangan pusat kebudayaan melayu, dengan fokus pada promosi potensi budaya melayu Kepri, dan peningkatan pelestarian adat dan seni budaya daerah.

3. Arah Kebijakan Tahun 2021

Tahun 2021 yang merupakan periode terakhir perencanaan Pembangunan daerah diarahkan pada “Perwujudan Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”. a. Pemantapan Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu, dengan fokus pada optimalisasi pengembangan pusat kebudayaan melayu dan pelestarian adat dan seni budaya melayu; peningkatan pengamalan nilai-nilai keagamaan dan kerukunan antar umat beragama.

b. Peningkatan pendapatan dan kualitas hidup masyarakat, dengan fokus pada peningkatan investasi dengan promosi potensi dan kemudahan periijinan investasi; pengembangan Koperasi dan UMKM; pengembangan industri pengolahan; pengembangan perdagangan; peningkatan profesionalisme tenaga kerja; peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan dan hortikultura; pemerataan mutu pendidikan menengah atas; penguatan promotif dan preventif kesehatan; pemerataan kualitas SDM kesehatan; optimalisasi pencegahan dan penanganan penyakit menular dan tidak menular; peningkatan keberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan; penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, peningkatan ketersediaan, stabilitas harga pangan, dan diversifikasi konsumsi pangan.

c. Pemerataan infrastruktur dan lingkungan yang berkualitas, dengan fokus pada pemerataan pembangunan jalan provinsi; pemerataan akses sanitasi (air limbah, persampahan, drainase); dan pemerataan sarana prasarana air bersih; pemerataan infrastruktur dasar pemukiman dan perumahan; dan Peningkatan ratio elektrifikasi rumah

III - 24 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

tangga; peningkatan pencegahan pencemaran/kerusakan lingkungan, dan perluasan Ruang Terbuka Hijau, dan Peningkatan pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.

d. Peningkatan keunggulan di bidang kemaritiman, dengan fokus pada: optimalisasi produksi perikanan tangkap, produksi perikanan budidaya dan hasil olahan perikanan, optimalisasi pengembangan pariwisata bahari, dan pemerataan sarana prasarana perhubungan.

e. Pemantapan tata kelola pemerintahan, dengan fokus pada: Peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM aparatur, Peningkatan kualitas pelayanan publik, Peningkatan kualitas laporan kinerja pemerintah daerah, Peningkatan kualitas dokumen perencanaan pembangunan, Peningkatan kapasitas fiskal daerah, dan Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan kekayaan Daerah.

Melihat skenario pembangunan jangka panjang dan jangka menengah Provinsi Kepulauan Riau, sehingga skenario dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi, dan sinergi kebijakan terkait pengembangan dan penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019-2021 diarahkan pada “Pengembangan Perikanan dan Kelautan, serta Pariwisata Berbasis Kemaritiman dan Ekonomi Kerakyatan”.

III - 25 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Gambar 3. 7 Skenario Pengembangan dan Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019-2021

3.2 UNSUR-UNSUR SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) Unsur-unsur SIDa yang mencakup kelembagaan SIDa, Jaringan SIDa dan Sumber Daya SIDa ditujukan untuk mewujudkan dukungan kapasitas dan kapabilitas lembaga dalam memperkuat kerangka pelaksanaan SIDa yang mengedepankan aspek berkembangnya inovasi.

3.2.1 Kelembagaan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) 1. Institusi Pemerintah Adapun institusi pemerintah daerah di lingkungan Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, yang dapat berperan dalam pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut: a. Sekretariat Daerah b. Sekretariat DPRD c. Inspektorat Daerah d. Dinas Daerah, antara lain : 1) Dinas Pendidikan 2) Dinas Kesehatan

III - 26 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

3) Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan 4) Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman 5) Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Penanggulangan Kebakaran 6) Dinas Sosial 7) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 8) Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi 9) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil 10) Dinas Perhubungan 11) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan 12) Dinas Komunikasi dan Informatika 13) Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 14) Dinas Perindustrian dan Perdagangan 15) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 16) Dinas Kepemudaan dan Olah Raga 17) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 18) Dinas Kelautan dan Perikanan 19) Dinas Pariwisata 20) Dinas Kebudayaan 21) Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan 22) Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral e. Badan Daerah Provinsi terdiri dari: 1) Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan 2) Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 3) Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah 4) Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah 5) Badan Penanggulangan Bencana Daerah

2. Lembaga Penunjang Inovasi Pengembangan inovasi daerah utamanya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan publik sangat diperlukan kemitraan dengan stakeholder di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan kinerja pengembangan sistem inovasi daerah serta membantu perangkat daerah di wilayah Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Lembaga-lembaga penunjang inovasi di Provinsi Kepulauan Riau antara lain:

III - 27 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

a. Barenlitbang (Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan) Provinsi Kepulauan Riau. b. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Riau – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. c. LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). d. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). e. Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau. f. Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) di Sekupang, Kota Batam. g. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau.

3. Perusahaan Industri Dunia usaha memiliki potensi dalam pengembangan berbagai macam inovasi daerah. Perusahaan atau usaha industri melakukan kegiatan ekonomi dimana bertujuan menghasilkan barang atau jasa. guna memenuhi kebutuhan manusia. Perusahaan industri di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari Industri Besar dan Sedang. Industri Besar dan Sedang mencakup semua perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 orang atau lebih. Klasifikasi industri yang digunakan berdasar kepada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). KBLI adalah klasifikasi lapangan usaha yang berdasar kepada International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) revisi 4 yang telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Industri manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehinggamenjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Industri manufaktur dikelompokkan ke dalam 4 golongan berdasarkan banyaknya pekerja, yaitu: industri besar (100 orang pekerja atau lebih), industri sedang/menengah (20–99 orang pekerja), industri kecil (5–19 orang pekerja), dan industri mikro (1–4 orang pekerja), Berdasarkan Survei Perusahaan Manufaktur Tahunan di Provinsi Kepulauan Riau, pada tahun 2015, jumlah industri besar/sedang mencapai 500 perusahaan dengan jumlah total tenaga kerja sebesar 164.157 orang dengan nilai produksi sebesar Rp 145.807.042.351.000,00. Adapun detail jumlah perusahaan

III - 28 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

di Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel III. 2 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, 2015

Kabupaten/Kota Perusahaan Tenaga Nilai Produksi Kerja (000 Rp) Kabupaten 1. Karimun 20 5.335 1.741.651.902 2. Bintan 28 13.545 2.680.974.919 3. Natuna 1 20 8.472.164 4. Lingga 8 279 28.447.940 5. Kepulauan Anambas - - - Kota 1. Batam 415 143.057 140.758.518.803 2. Tanjungpinang 28 1.921 588.978.623 Kepulauan Riau 500 164.157 145.807.042.351 Sumber : Provinsi Kepulauan Riau dalam Angka 2017

Adapun detail nama perusahaan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel III. 3 Daftar Perusahaan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau

Area Perusahaan Karimun 1. CHANDRA TIRTA LESTARI PRATAMA, PT 2. EUNINDO USAHA MANDIRI. PT 3. KARIMUN SEMBAWANG SHIPYARD, PT 4. CINCIN SUMUR 5. INDUSTRI ARANG BAKAR 6. MORNING BAKERY, PT 7. CITRA ALAM SUMER WITA, PT 8. INMAS SUN SHINE, PT 9. MULTI OCEAN SHIPYARD, PT 10. DAPUR ARANG (KAWIE) 11. JASA BERSAMA, CV 12. PABRIK SAGU ALAM MAKMUR 13. DAPUR ARANG (NASIR) 14. KARIMUN MARINE SHIPYARD, PT 15. PABRIK SAGU LINGGA (JURAIMI) 16. PENGOLAHAN ARAG (TEDDY) 17. SAIPEM INDONESIA, PT 18. SARI KOTAMA, PT 19. TRI TIRTA ARGA JAYA, PT

Bintan 1. A & ONE PRECISION ENGINEERING, PT 2. BINTAN MARINE TECHNOLOGI, PT

III - 29 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 3. CENTROTECJIT BINTAN, PT 4. AMC, PT 5. BINTAN OFFSHORE,PT 6. DOKING (SAMIN) 7. BERKAT CITRA AGUNG, PT 8. CCI BINTAN INDONESIA, PT 9. ESCO BINTAN INDONESIA, PT 10. BINTAN INDO PERMAI, PT 11. CEDAR ACCESSORIS, PT 12. HARAPAN MAKMUR, CV 13. HONEY INDONESIA,PT 14. IS PREMIER CONTAINER BINTAN, PT 15. PERTAMA PRECISION BINTAN, PT 16. SINGATAC BINTAN, PT 17. JAMU MEDAN/TUAK 18. PHILTI JAYA BINTANG, PT 19. SUMBER IZUMI MAS PERKASA, PT 20. NUMBING JAYA, PT 21. PT SEMPURNA CONCENTINDO 22. SUNG BAKERY 23. PEPPERL AND FUCHS BINTAN, PT 24. SANDEN ELECTRONICS INDONESIA, PT 25. TWC BINTAN, PT 26. UD SINAR PERMAI INDAH 27. YOSHIKAWA ELECTRONICS BINTAN, PT

Natuna MINA SEJAHTERA, CV

Lingga 1. DAPUR ARANG (KUALA) 2. DAPUR ARANG SUNGAI TELUR KUB RAJUNGAN

Kepulauan Anambas GREARINDO PRAKARSA, PT

Batam 1. ABLY METAL INDONESIA, PT 2. ACE INDUSTRIES INDONESIA, PT 3. ADI CANDRA BARUNA INDAH, PT 4. ALCOTRAINDO BATAM, PT 5. ALTECO CHEMICAL INDONESIA, PT 6. ADVANCED PACKING SOLUTION, PT 7. ACEPLAS INDONESIA, PT 8. ALUSTEEL, PT 9. AEORATAMA BLOCK, PT 10. ACTIVE MARINE, PT 11. ALBEST MARINE, PT 12. AMBER KARYA, PT 13. ADI BATAMUNI JAYA, PT 14. AMCO, PT 15. AMPWAY STATIONERY MANUFACTURING, PT 16. ANGGREK HITAM, PT 17. ANUGERAH ABADI CITRARASA, PT 18. APOLLO ANEKA PRAKARSA, PT 19. AMTEK ENGINEERING BATAM, PT 20. ANUGERAH MAKMUR SEJAHTERA ABADI, PT 21. APPIPA INDONESIA, PT 22. AMTEK PLACTIC BATAM, PT 23. ANUGERAH BINTANG SAMUDRA INDONESIA, PT

III - 30 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 24. ARGOMAS BATAM PRATAMA, PT 25. AMTEK PRECISION COMPONENT BATAM, PT 26. API INDONESIA 27. ARTHA JAYA SEMESTA, PT 28. ASAHI PLAS, PT 29. ASAHI SPRAY PAINTING, PT 30. ASIA PASIFIC, PT 31. ASSEMBY MESIN 32. ASIA COCOA INDONESIA, PT 33. ASIA TECH MANUFACTURING INDONESIA, PT 34. ASSOCIATED PACKAGING INDONESIA, PT 35. ASUS SERVICE INDONESIA, PT 36. ASIA FOUNDRY ENGINEERING, PT 37. ASIARAYA BATAMINDO, PT 38. ASIA PAPERINDO PERKASA, PT 39. ASL SHIPYARD INDONESIA,PT 40. ATECH ELECTRONICS INDONESIA, PT 41. ATHIRA, PT 42. AV PLASTIK INDUSTRI BATAM, PT 43. AWATRONICS, PT 44. AYATANA MULTI MARINE, PT 45. BAHTERA BAHARI SHIPYARD, PT 46. BALINDO CITRA PERDANA, PT 47. BANDAR ABADI, PT 48. BANDAR VICTORY SHIPYARD, PT 49. BASWARA EKA TIYASA , PT 50. BATAM BERSATU APPAREL, PT 51. BATAM CYCLECT, PT 52. BATAM EXPERINDO, PT 53. BATAM MARINA SHIPYARD, PT 54. BATAM MITRA SEJAHTERA, PT 55. BATAM PALLETINDO JAYA PT 56. BATAM PLASTIK 57. BATAM WELL INDUSTRY, PT 58. BATAMEC, PT 59. BEC, PT 60. BENGINT NUSANTARA, PT 61. BERLIAN ABADI PT 62. BETA REKATAMA JAYA, PT 63. GLOBAL MARINE ENGINERING, PT 64. BIG METALINDO, PT 65. BINANGUN JAYA SUKSES, PT 66. BINGAS MANUFACTURE, PT 67. BINTAN BERSATU APPAREL , PT 68. BINTANG BATAM SUKSE,S PT 69. BINTANG INTIPERSADA SHIPYARD,PT 70. BINTANG TERANG SEJATI, PT 71. BIOWORLD BIOSCIENCES MANUFACTURING INDUS 72. BOX SENG, PT 73. BREAD TALK,PT 74. BREDERO SHAW INDONESIA, PT 75. BRILIAN LLOIDS, PT 76. BRITOIL OFF SHORE INDONESIA, PT 77. BUANA CIPTA MANDIRI, PT 78. BUMI LAUT PERKASA, PT 79. CAHAYA MURNI, PT 80. CAHAYA SAMUDRA SHIPYA RD, PT 81. CAKE BUAH NAGA, CV

III - 31 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 82. CAMERON SYSTEM, PT 83. CATERPILAR INDONESIA BATAM, PT 84. CATUR EKA MANDIRI, PT 85. CATUR MAHA RASA WARALAB, PT 86. CCOL DFINE, PT 87. CELIN PRODUCTION,CV 88. CENDANA HAN WIJAYA, PT 89. CHENG HENG PAPER PRODUCTS PT 90. CHUCK ENGINERING, PT 91. CHUCK MACHINIL I ,PT 92. CHYE JOO SUKSES INDONESIA, PT 93. CIBA VISION BATAM, PT 94. CICOR PANATEC, PT 2 95. CINA COMMUNICATION, PT 96. CIPTA SARANA BAHRI, PT 97. CITRA AGRAMASINTI NUSANTARA, PT 98. CITRA ENGINEERING, PT 99. CITRA LAUTAN TEDUH, PT 100. CITRA SHIPYARD, PT 101. CITRA TUBINDO TBK, PT 102. CLADTEK BI-METAL MANUFACTURING, PT 103. COMPLETION PRODUCTS INDONESIA, PT 104. COVENANT ENGINEERING, PT 105. CROWN HEAD WEAR SKINITTING, PT 106. CUNG FURNITURE INDAH, PT 107. CYCRAFT TECHNOLOGY INDONESIA, PT 108. DAIHAN LABTECH PT 109. DAIHO INDONESIA, PT 110. DATABANK INDONESIA, PT 111. DELTA SHIPYARD, PT 112. DEMOH ENGINEERING PT 113. DEPOT AIR MINUM 114. DHARMA PACIFIC ENGINEERING, PT 115. DHARMA SENTOSA MARINDO, PT 116. DIAMONT TAILOR 117. DIAN JAYA UTAMA, CV 118. DINACAST INDONESIA, PT 119. DIP ENGENERING, PT 120. DJITOE MESINDO, PT 121. DOELLKEN BINTAN, PT 122. DRY DOCKS WORD PERTA 123. DUNIA MARINDO, PT 124. DUTA DIMENSI, PT 125. DUTA MULTI KARYA, PT 126. DWI MARINE INDONESIA, PT 127. DYAN MENTARI, CV 128. DWI SUMBER ARCA WAJA, PT 129. ECOGREEN OLEOCHEMICALS, PT 130. EKA SURYA, PT 131. ELITE PACKAGING, PT 132. ELNUSA FABRIKASI KONTRUKSI, PT 133. ENG NGIAP PLASTRONIC, PT 134. EPCOS , PT 135. EPSON BATAM, PTTAM 136. ERA CIPTA PERDANA, CV 137. ESCOTAMA HANDAL, PT 138. ETHIC FOOD, PT 139. ETOWA PACKAGING INDONESIA, PT

III - 32 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 140. EUSUN TECHNOLOGY BATAM, PT 141. EVERGROWN TECHOLOGY, PT 142. EX BATAM INDONESIA, PT 143. EXCELLENT PLASMA BATAM, PT 144. EXPRO INDONESIA, PT 145. EXSON ENGINEERING, PT 146. FANTASTIK INTERNASIONAL, PT 147. FARAS, PT 148. FAST MANUFACTURING, PT 149. FEEN MARINE, PT 150. FINE PRECISION, PT 151. FININDO BATAM, PT 152. FLEXTRONIC TECNOLOGI INDONESIA, PT 153. FLUID SCIENCES BATAM, PT 154. FOSTER ELECTRIC INDONESIA, PT 155. FUTNIPLUS ASIA, PT 156. GAJAH IZUMI MAS PERKASA, PT 157. GALANGAN KAPAL 158. GALANGAN MERCUSUAR, PT 159. GALAXI INVESTASI HARAPAN , PT 160. GELFEX INDONESIA, PT 161. GEMILANG SUKSES GLOBA LIN, PT 162. GENERAL CARBON INDUSTRY, PT 163. GENLE, PT 164. GERAI BATIK 165. GETRONICS BATAM, PT 166. GHIM LI INDONESIA, PT 167. GIKEN PRECISION INDONESIA, PT 168. GLOBAL CITRA PRATAMA, PT 169. GLOBAL HARVEST DRECISION ENGINEERING, PT 170. GLOBAL KONSTRINDO ENGINEERING PT 171. GLOBAL MUKTI SOLUSI INDO, PT 172. GLOBAL PROCESS SYSTEM PT 173. GLOBAL RISING TECHNOLOGIES, PT 174. GLOPACK PACKAGING, PT 175. GOLDEN ABASCA, PT 176. GOLDEN BINTAGUR TIMBEL, PT 177. GOLDHILL INDUSTRI, PT 178. GOLDWELL PLASTIK INDONESIA, PT 179. GOOD DAY BAKERY 180. GORENGAN 77 TAHU SUMEDANG 181. GRAHA TRISAKTI INDUSTRI, PT 182. GRAPHIKA BATAM BETON, PT 183. GREEN FLEXIBLE INDUSTRIES, PT 184. GREEN STRUCTUKE INDUSTRIES, PT 185. GREENLAM ASIA PACIFIC, PT 186. GREENTECH GLOBALINDO, PT 187. GUDANG , PT 188. GUDANG PT NASRI JAYA, PT 189. GUDANG SINGA RANJUNGAN 190. GUDANG TAICHANG, PT 191. H.TECH OILFELD EQUIPMENT, PT 192. HANSA ENGINEERING INDONESIA PT 193. HANTONG PRECISION MANUFACTURING, PT 194. HARAPAN CITRA JAYA, PT 195. HARMON JAGAT JAYA INDO, PT 196. HARSIKA MANDIRI UTAMA, PT 197. HASAN CAN PACKAGING, PT

III - 33 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 198. HAYASHI INDO DINAMIKA, PT 199. HEMPELINDONESIA, PT 200. HENG GUAN BATAM INDUSTRIES, PT 201. HLN BATAM, PT 202. HO WAH GENTING, PT 203. HOLCIM PT 204. HONFOONG PLASTIC INDUSTRIES, PT 205. HONG TAI UTAMA, PT 206. HT MANUFACTURING, PT 207. HUNTING ENERGY ASIA, PT 208. HYDRIL INDONESIA, PT 209. HYDROJET, PT 210. HYMINDO PETROMAS UTAMA, PT 211. HYMOLD BATAM, PT 212. HYUNDAI, PT 213. IDEA, PT 214. IDROS PT 215. IDEAL PARKINDO BATAM, PT 216. IEV INDONESIA, PT 217. IMECO INTER SARANA, PT 218. INDOBANGKIT, PT 219. INDOPACK INDUSTRIES BATAM, PT 220. INFI NEON TECHNOLOGIES, PT 1 221. INLINE FLUID CONTROL, PT 222. INSTULATION INDO INTER, PT 223. INTERNATIONAL PAPER PACKAGING, PT 224. INTERPAK INDUSTRIES BATAM, PT 225. INTI DUTA SURYA, PT 226. INTRICON INDONESIA, PT 227. INZIGN, PT 228. ISTYLE, PT 229. I-TECK GENERAL ENGINERING, PT 230. JAMES PRODUCTS COMPANY, PT 231. JAPAN MEDICAL SUPPLY BATAM, PT 232. JAPAN MEDICAL SUPPLY BATAM, PT 233. JASINDO EXPREST, PT 234. JAYA ASIATIC, PT 235. JENI PRIMA PUTRA, PT 236. JINFINDO,PT 237. JOTUN INDONESIA, PT 238. JOVAN TECHNOLOGIES, PT 239. JP TECHNOLOGY, PT 240. JUTAM READYMIX CONCRETE, PT 241. KACALIA, PT 242. KARIMUN ANUGRAH SEJATI, PT 243. KARTINBA INDAH, PT 244. KARYA CELCON PARAMA AERATED CONCRETE, PT 245. KARYA MAKMUR PERKASA, PT 246. KARYA PLASTIK UTAMA, PT 247. KARYA PUTRA BERTUAH, PT 248. KARYA SEMPURNA A, PT 249. KARYA SINDO SAMUDRA, PT 250. KARYA TEKHNIK UTAMA, PT 251. KARYASINDO SAMUDERA BIRU SHIPYARD, PT 252. KAWAL BERSAMA MANDIRI, PT 253. KCM, PT 254. KEMET ELECTRONICS INDONESIA, PT 2 255. KHIANT SUKSES, CV

III - 34 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 256. KINEMA SYTRANS MULTIMEDIA, PT 257. KING SAFETY WEAR, PT 258. KNN KONTRUKSI INDONESIA 259. KONVEKSI 260. KOP SURFACE PRODUCTS, PT 261. KSW BATAM, PT 262. KUALITEK, PT 263. KUMALA INDONESIA SHIPYARD, PT 264. LAB BERU, PT 265. LABROY SHIPBUILDING ENGINEERING, PT 266. LABTECH PENTA INTERNATIONAL, PT 267. LAFARGE CEMENT INDONESIA, PT 268. LANCANG KUNING SUKSES, PT 269. LAS TERALIS 270. LATRADE BATAM INDONESIA, PT 271. LAUTAN BENING PT 272. LAUTAN LESTARI SHIPYARD, PT 273. LAVO IMAGING INDONESIA, PT 274. LB TECHNOLOGIES BATAM, PT 275. LEADON, PT 276. LETEX GARMINDO, CV 277. LGB INDONESIA, PT 278. LGT INDONESIA, PT 279. LIFE WATER 280. LIMS NAUTICAL SHIPYARD, PT 281. LINGGA, PT 282. LKD MULTI INDUSTRI PT 283. LOIZS 88, PT 284. LOISALAINPT 285. LORDWAY ACCOMMODATION ENGINEERING, PT 286. MAATS PT 287. MADEIRA INDONESIA, PT 288. MAHA KARYA BATAM, PT 289. MANDALA PRIMA SARANA PT 290. MANDIRI GIFHA NUSANTARA, PT 291. MARCONI MATORINDO ORI EX, PT 292. MARCOPOLO SHIPYARD, PT 293. MARINATAMA GEMANUSA, PT 294. MARITINE INDOLESTARI, PT 295. MARUWA INDONESIA, PT 296. MC CONEL DOWEL SERVIS ,PT 297. MCCONNELL DOWELL SERVICES PT 298. MCDERMOTT INDONESIA, PT 299. MEAN POWER SUPLAY MESIN, PT 300. MEDIA PRINTER, PT 301. MEGA TECNOLOGI, PT 302. MENJAHIT KAIN LAP 303. METAL BATAM PT 304. METRIC PACK MANDIRI, PT 305. MILLIONIUILT, PT 306. MITRA ARTHA MANDIRI, PT 307. MITRA DINAMIS, CV 308. MITRA RAYA SARANA, PT 309. MITRA TRIMUKTI PRATAMA, PT 310. MOMENT OTOMASI INDONESIA, PT 311. MOMENTUM ANUGERAH INDONESIA, PT 312. MORNING BAKERY, PT 313. MULTI FRIEND SHIP INDUSTRIES, PT

III - 35 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 314. MULTI KERJA BATATAMA, PT 315. MULTI PLASTINDO UTAMA, PT 316. MULTI PRIMA, PT 317. NAGANO DRILUBE INDONESIA PT 318. NAM KWONG ELEKTRIK, PT 319. NANINDAH MUTIARA SHIP YARD, PT 320. NASRI JAYA, PT 321. NATION FITTING, PT 322. NATIONAL INDUSTRIAL GASES INDONESIA, PT 323. NEJILOCK TECHNOLOGYNDO, PT 324. NEPTUNE SUBSEA STABILISATION PT 325. NEXUS ENGINEERING INDONESIA, PT 326. NIPPON STEEL PT 327. NISSIN KOGYO BATAM, PT 328. NISSIN KOGYO BATAM, PT 1 329. NISSIN KOGYO BATAM, PT 2 330. NISSIN KOGYO BATAM, PT 3 331. NITTOH BATAM PT 332. NOBLE BATAM, PT 333. NOK ASIA BATAM, PT 334. NOK PRECISION COMPONENT BATAM, PT 335. NONGSA JAYA BUANA, PT 336. NSP TECHNOLOGY BATAM, PT 337. NUSANHELI, PT 338. OCTAGON PRECISION INDONESIA, PT 339. OLAH REDIMIX HOMEIX, PT 340. ONG KIAN INDONESIA, PT 341. OSCAR FRAME INDUSTRIE.PT 342. OSI ELECTRONICS, PT 343. OSI ELECTRONICS, PT 344. OZ FASTENER, PT 345. P N B C INDONESIA, PT 346. PALINDO MARINE SHIPYARD, PT 347. PALMA PROGRESS SHIPYARD, PT 348. PAN BATAM ISLAND SHIPYARD, PT 349. PANASONIC ELECTRONIC DEVICES BATAM, PT 350. PANDAN BAHARI, PT 351. PASIFIC ATLANTIC SHIPYARD, PT 352. PASIFIC COMPOSITES UTAMA BATAM, PT 353. PASSION PLASTICS, PT 354. PATLITE INDONESIA, PT 355. PATRAINDO NUSA PERTIWI, PT 356. PATRIA MARITIM PERKASA, PT 357. PCI ELECTRONIC INTERNATIONAL, PT 358. PCI, PT 359. PEMBORONG WELDINGAN KAPAL 360. PENGOLAHAN IKAN 361. PENGUSAHA SHIPYARD 362. PERKASA BETON BATAM, PT 363. PERKIN ELMER BATAM, PT 364. PETER GARMINDO PRIMA, PT 365. PETRUS INDONESIA, PT 366. PHILIPS INDUSTRIES BATAM, PT 367. PIONEER OFFSHORE INDORAYA PT 368. PIPA MAS PUTIH, PT 369. PLASMOTECH BATAM PT 370. POTEH IRENG 371. POWER FOAM, PT

III - 36 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 372. PRADANA INDAH SEJAHTERA, PT 373. PRATAMA BINTANG PRAKARSA, PT 374. PRATAMA ENGINEERING SUPPLIES, PT 375. PRECINDO ABADI, PT 376. PRIMO MICROPHONES INDONESIA, PT 377. PRISCHA PRECISION, PT 378. PROFAB INDONESIA, PT 379. PRO-PACK INDUSTRIES, PT 380. PROPERTY BEST QUALITY, PT 381. PROSERV, PT 382. PRUMPANG RAYA ANUGRAH, PT 383. PULAU CAHAYA TERANG, PT 384. RAAJRATNA WIRE , PT 385. RACER TECHNOLOGY BATAM, PT 386. RAE ENERGY STRATEGIC ENERGY, PT 387. RAPALA VMC BATAM, PT 388. REACS PRECISION BATAM, PT 389. RIPOS BINTANA PRESS, PT 390. RISEA PROPULSION INDONESIA, PT 391. RISIS INDONESIA, PT 392. RISTECH MANUFACTURING, PT 393. ROCK INTERNATIONAL TOBACCO, PT 394. RODA ASIA JAYA, PT 395. ROICE INTERPRISECO, PT 396. RONSTAN INTERNATIONAL, PT 397. ROTARI, PT 398. ROYCE ENTERPRISE CO, PT 399. RPC INDONESIA, PT 400. RUBYCON INDONESIA, PT 401. SAGATEK, PT 402. SAMUDRA OCEONERING ROV, PT 403. SANIPAK INDONESIA, PT 1 404. SANMINA SCI BATAM, PT 405. SANSYU PRECISION BATAM, PT 406. SANWA ENGINEERING BATAM, PT 407. SANYO ENERGI, PT 408. SAT NUSA PERSADA, PT 409. SAVEMAN GARMENT BATAM, PT 410. SAWOO TECHNOLOGY, PT 411. SCHNEIDER ELECTRIC MANUFACTURING BATAM, PTTAM 412. SEFONG INDUSTRY, PT 413. SELECTA BESTAMA, PT 414. SEMEN BOSOWA INDONESIA PLANT BATAM, PT 415. SEMPURNA MANDIRI SUKSES, PT 416. SEMPURNA READY MIX CONCRETE PT 417. SENTEK INDONESIA, PT 418. SERVOTECH INDONESIA, PT 419. SETIA RAYA PACIFIC, PT 420. SHIBAURA INDONESIA BATAM, PT 421. SHIMANO BATAM, PT 422. SHYE CHANG BATAM INDONESIA PT 423. SIIX ELECTRONIC INDONESIA, PT 424. SIN LEE MANUFACTURING, PT 425. SINAR ALAMINDO PRATAMA, PT 426. SINAR BAHTERA MULIA, PT 427. SINAR BARU UTAMA JAYA,PT 428. SINAR CENDANA, PT 429. SINAR INDAH PT

III - 37 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 430. SINAR INTER PLAST, PT 431. SINBA TECHNOLOGY INDUSTRI, PT 432. SINDOTEX BRATAMA, PT 433. SINOMETAL STAMPING TECHNOLOGI BATAM, PT 434. SINYOTAMA INDONESIA, PT 435. SKP MARINE ENGINEERING, PT 436. SLG REKATAMA, PT 437. SM ENGINEERING, PT 438. SMOE INDONESIA BATAM FABRICATION YARD, PT 439. SMART STEEL SOLUTION, PT 440. SOUTH PIONEER INDONESIA, PT 441. SOUTHER TRISTAR. PT 442. SP MANUFACTURING, PT 443. SPCO PIPE LINE SERVICES, PT 444. SRI INDAH ALUMINIUM EXTRUSION, PT 445. STX PRECISION BATAM, PT 446. SUBSEA SERVICES INDONESIA, PT 447. SUMBER MARINE SHIPYARD , PT 448. SUMBER SAMUDERA MAKMUR, PT 449. SUMBER TEKNIKINDO BATAM, PT 450. SUMITOMO WIRING SYSTEM BATAM INDONESIA, PT 451. SUN PRECISION ENGINEERING INDONESIA, PT 452. SUNDA OPTIMA PIPE, PT 453. SUNMAX INDUSTRI, CV 454. SUNNINGDAALE TECH, PT 455. SUNTECH INTERNASIONAL, PT 456. SUNTECH PLASTICS INDUSTRIES BATAM, PT 457. SUNTECK INDO KERAMIK, PT 458. SUPER BAKERY 459. SUPER BOX INDUSTRIES, PT 460. SUPER PAKINDO, PT 461. SUPRA TEKNOLOGI PLASTIK, PT 462. SURYA AGUNG PLASINDO. PT 463. SURYA GEMILANG, PT 464. SURYA TEKNOLOGI BATAM, PT 465. SYNERGY OIL NUSANTARA, PT 466. SYS-MAC, PT 467. TABITA FURNITURE, PT 468. TAKA MARINDO, PT 469. TAKAMORI INDONESIA, PT 470. TAN INDO SUKSES, PT 471. TANJUNGPURA, PT 472. TASINDO UTAMA INDAH, PT 473. TCF MAJU, PT 474. TEAM METAL INDONESIA, PT 475. TEC INDONESIA, PT 476. TECHMICRON, PT 477. TECHNICS OFFSHORE JAYA, PT 478. TECHNIP, PT 479. TECKWAH PAPER PRODUCTS INDONESIA, PT 480. TECTRON MANUFACTURING, PT 481. TEMPAT MASAK 482. THAI CHENG DEVELOPMENT, PT 483. THREE CAST INDONESIA, PT 484. TIONG WOON OASIS, PT 485. TJ COMMERCIAL, PT 486. TJOKRO BERSAUDARA BATAMINDO, PT 487. TOMOE VALUE BATAM, PT

III - 38 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 488. TOP BAKER, PT 489. TOP FOAM BATAM, PT 490. TOPUS INTERNATIONAL, PT 491. TOYO KONETSU INDONESIA PT 492. TOYO KONETSU INDONESIA, PT 493. TOYOSHIMA, PT 494. TRANSALINDO EKA PERSADA, PT 495. TRANSCAL SUNTECH INTERNASIONAL, PT 496. TREESBEE, PT 497. TRI PILAR PERKASA, PT 498. TRI SUKSES PLASTINDO, PT 499. TRIBUN MEDIA GRAFIKA, PT 500. TRIKARYA ALAM, PT 501. TRIO CIPTRA GEMILANG, PT 502. TRIPLUS HITECH, PT 503. TROPICAL ELECTRONIC, PT 504. TUNAS KARYA BAHARI INDONESIA, PT 505. TURBO DIESEL , PT 506. UCONNECT ELECTRONICS, PT 507. UNI METALTECH INDUSTRY, PT 508. UNION JAYA SEJATI, CVATAM 509. UNION PLASTICS INDUSTRIES, PT 510. UNISEM, PT 511. UNIVERSAL LABORATORIES, PT 512. USAHA BERSAMA CEMERLANG, CV 513. USAHA PENGERINGAN IKAN 514. USAHA PENJAHIT KAIN MAJUN 515. USAHA PEST CONTROL 516. USDA SEROJA JAYA, PT 517. USENG TECHNOLOGI UTAMA, PT 518. UWATEC BATAM, PT 519. VALEO AC INDONESIA, PT 2 520. VARTA MICROBATTERY INDONESIA, PT 521. VENTURINDO JAYA BATAM, PT 522. VESINTER INDONESIA, PT 523. VETCO GRAY INDONESIA, PT 524. VIKING ENGINERING, PT 525. VINJAYA UTAMA, PT 526. VISTA MARITIM INDONESIA PT 527. VMC FISHING TACKLE INDONESIA, PT 528. VOLEX BATAM INDAH, PT 529. WAHANA TIRTA MILENIA, PT 530. WASCO ENGINERING INDONESIA, PT 531. WEARSMART TEXTILES, PT 532. WIK FARTEAST BATAM, PT 533. WILMAX CONTROL SYSTEM, PT 534. WIN WIN RUBBER TECHNOLOGIES, PT 535. WOHLRAB INDONESIA, PT 536. WORLD WIDE EQUIPMENTP, PT 537. WORN 2 WIN, PT 538. YASH INDO PRIMA , PT 539. YAVINDO SUMBER PERSADA, PT 540. YAYAN CAKE-HOUSE, CV 541. YEAKIN PLASTIK INDUSTRI, PT 542. YINGMEI INTOBACCO INT, PT 543. YOEW SAN, PT 544. YOKOGAWA MANUFACTURING BATAM, PT 545. YUAN CHANG BATAM INDONESIA ,PT

III - 39 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Area Perusahaan 546. YUDDY NIFEGIS PLASTINDO, PT 547. ZINK POWER, PT

Tanjung Pinang 1. ALIMA SAMUDRA, PT 2. ANUGRAH BATA SEJAHTERA CV 3. BINTAN MARINA SHIPYARD, PT 4. BINTAN SHIPPING BIOTEKNIK, PT 5. CENDANA HAN WIJAYA, PT 6. CUACA MARINA SERVICE TAMA PT 7. EFRA, CV 8. EFTRA, PT 9. GALAXY OCEAN SHIPYARD, PT 10. GRAPHIKA BETON, PT 11. HOLLAND BAKERY PRODUKSI KUE, PT 12. INDO BATA, PT 13. INDOCORN UTAMA KARYA, PT 14. KETAM "PAK HASAN" 15. KOPI KAPAL TANGKER, PT 16. KYRIA REZEKI, CV 17. PANCA RASA PRATAMA, PT 18. PIONIR WANA NIAGA, PT 19. SERAYA BETON PERKASA, PT 20. SHANGHAI STUDIO, PT 21. SUKSES BAHARI NUSANTARA, PT 22. SUMATERA MAJU JAYA, PT 23. SWAKARYA INDAH BUSANA, PT 24. TOBONG BATA MERAH, PT

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau 2017 - Direktori Perusahaan Industri Besar dan Sedang Provinsi Kepulauan Riau – Hasil Sensus Ekonomi 2016

4. Organisasi Kemasyarakatan Daerah Organisasi dan lembaga kemasyarakatan daerah di Provinsi Kepulauan Riau yang terdaftar dalam Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau, baik yang aktif maupun tidak aktif diatur dalam Pasal 5 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Adapun organisasi kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat berfungsi sebagai : a. Wadah penyalur kegiatan sesuai kepentingan anggotanya. b. Wadah pembinaan dan pengembangan anggotanya dalam usaha mewujudkan tujuan organisasi. c. Wadah peran serta dalam usaha menyukseskan pembangunan nasional. d. Sebagai sarana penyalur aspirasi anggota dan sebagai sarana komunikasi sosial timbal balik antar anggota dan/atau antar organisasi kemasyarakatan, dan antara organisasi kemasyarakatan dengan organisasi kekuatan social politik, badan permusyawaratan/perwakilan rakyat dan pemerintah.

III - 40 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

5. Perguruan Tinggi Perguruan tinggi di Provinsi Kepulauan Riau baik negeri maupun swasta yang dapat menunjang Sistem Inovasi Daerah (sumber data: https://www.bibliotika.com/2016/12/uuniversitas-di-kepulauan-riau.html) sebagai berikut: a. Perguruan Tinggi Negeri 1. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungppinang 2. Politeknik Negeri Batam, Batam

b. Perguruan Tinggi/Universitas/Politeknik/Sekolah Tinggi/Akademi Swasta 1. Universitas Putera Batam, Batam 2. Universitas Batam, Batam 3. Universitas Internasional Batam, Batam 4. Universitas Riau Kepulauan, Batam 5. Universitas Karimun, Tanjug Balai Karimun 6. Politeknik Pariwisata Batam, Batam 7. Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji, Tanjungpinang 8. Sekolah Tinggi Ekonomi Pembangunan, Tanjungpinang 9. Sekolah Tinggi Teknik Batam, Batam 10. Sekolah Tinggi Teknik Bentara Persada Batam, Batam 11. Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina, Batam 12. Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia Tanjungpinang, Tanjungpinang 13. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Batam, Batam 14. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bentara Persada, Batam 15. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ibnu Sina, Batam 16. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Putera Batam, Batam 17. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah, Tanjungpinang 18. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi International Gurindam Archipelago, Tanjungpinang 19. Sekolah Tinggi Katolik Bentara Persada, Batam 20. Sekolah Tinggi Teologi Calvary, Batam 21. Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, Batam 22. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Al-Fayed, Batam 23. Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Bintan, Bintan 24. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karimun, Karimun 25. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cakrawala, Karimun 26. Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bunda Tanah Melayu, Lingga 27. Akademi Akuntansi Tanjung Pinang, Tanjungpinang 28. Akademi Kebidanan Anugerah Bintang Tanjungpinang, Tanjungpinang 29. Akademi Bahasa Asing Putera Batam, Batam 30. Akademi Bahasa Asing Tanjung Pinang, Tanjungpinang 31. Akademi Keperawatan Angkatan Laut, Tanjungpinang 32. Akademi Keperawatan Mitra Bunda Persada, Batam 33. Akademi Keperawatan Griya Husada

6. SMK di Provinsi Kepuluan Riau Selain perguruan tinggi beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Kepuluan Riau baik negeri atau swasta yang dapat berperan dalam

III - 41 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

penyiapan SDM yang berkualitas dalam mendukung sistem inovasi daerah (sumber data: https://disdik.kepriprov.go.id/2018/Data%20SMK%2031%20Januari%202018.pdf sebagai berikut:

Tabel III. 4 Daftar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Di Provinsi Kepulauan Riau

STATUS NO KAB/KOTA KECAMATAN NPSN NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH 1 Kab. Bintan Kec. Bintan Utara 11002262 SMK SWASTA Swasta Jl. Mekar Sari No. 03 MUHAMMADIYAH 2 Kab. Bintan Kec. Bintan Utara 11002263 SMKN 1 BINTAN Negeri Jl. Pasar Baru, No.1 UTARA 3 Kab. Bintan Kec. Bintan Utara 11002266 SMKS PERKAPALAN Swasta Jl. Kesatrian, No. 09 HANG TUAH 4 Kab. Bintan Kec. Gunung 11003305 SMKN 1 GUNUNG Negeri JL. Poros Pulau Pucung - Lome Kijang KIJANG Km. 48 5 Kab. Bintan Kec. Seri Kuala 69854734 SMKN 1 SERI Negeri JL. BUSUNG LAMA Lobam KUALA LOBAM 6 Kab. Bintan Kec. Seri Kuala 69873700 SMK MARITIM Swasta JL. RAYA BUSUNG NO. 54 Lobam LINTAS BARAT RT.002 RW. 001 7 Kab. Bintan Kec. Bintan Timur 11002265 SMKS PERIKANAN Swasta JL. PELABUHAN SRIBAYINTAN DAN KELAUTAN KIJANG 8 Kab. Bintan Kec. Bintan Timur 11002481 SMKN 1 BINTAN Negeri Jl. Korindo Km. 22 TIMUR 9 Kab. Karimun Kec. Moro 11002144 SMKN 1 MORO Negeri JL. BATU LIPAI MORO 10 Kab. Karimun Kec. Kundur 11000205 SMKS BUDI MULIA Swasta JL. URUNG SEI SEBESI KUNDUR TANJUNG BATU 11 Kab. Karimun Kec. Karimun 11002145 SMKS YASPIKA Swasta JL. PENDIDIKAN NO.28 12 Kab. Karimun Kec. Karimun 11003035 SMKS VIDYA Swasta VETERAN NO.1 KAPLING TG. SASANA BALAI KARIMUN 13 Kab. Karimun Kec. Meral 69881360 SMK WIDYA Swasta JL. LETJEN SUPRAPTO NO.10 KARIMUN SUNGAI RAYA 14 Kab. Karimun Kec. Tebing 11002143 SMKN 1 KARIMUN Negeri JL PAYA CINCIN SEI BATI 15 Kab. Karimun Kec. Tebing 69864705 SMK NEGERI 2 Negeri Jl. Payacincin Sungai Bati KARIMUN 16 Kab. Karimun Kec. Kundur Utara 69960641 SMK NEGERI Negeri JL. HANG TUAH NO. 009A KUNDUR UTARA 17 Kab. Karimun Kec. Kundur Barat 11002580 SMKN KUNDUR Negeri JL. BESAR SAWANG KM. 14 18 Kab. Natuna Kec. Bunguran 11000320 SMKN 1 Negeri PANGLIMA HUJAN SEDANAU Barat BUNGURAN BARAT 19 Kab. Natuna Kec. Bunguran 11003175 SMKN 2 Negeri KI HAJAR DEWANTARA Barat BUNGURAN BARAT 20 Kab. Natuna Kec. Bunguran 11000319 SMKS YPMM RANAI Swasta JL. H. ADAM MALIK Timur BANDARSYAH 21 Kab. Natuna Kec. Bunguran 11002052 SMKN 1 Negeri TARUNA NO.01 Timur BUNGURAN TIMUR BANDARSYAH 22 Kab. Natuna Kec. Bunguran 69855657 SMKS PARIWISATA Swasta Jln. Tegul Khusu’ Batu Naga Timur BUNGURAN TIMUR Rt.03/Rw.01 Sungai Ulu 23 Kab. Natuna Kec. Bunguran 69927141 SMK MIGAS Swasta Jl. Gusti Mohd. Taib-Padang Timur NATUNA Kurak. Bandarsyah 24 Kab. Lingga Kec. Singkep 11002074 SMK MAHARDIKA Swasta JL. NAVIGASI RT. 03 RW. 05 SINGKEP 25 Kab. Lingga Kec. Singkep 11002814 SMKN 1 SINGKEP Negeri JL. GERGAS 26 Kab. Lingga Kec. Lingga 60725422 SMKN 2 LINGGA Negeri JALAN BUKIT KUALI DAIK LINGGA 27 Kab. Lingga Kec. Senayang 11002073 SMKN 1 SENAYANG Negeri PULAU SEBANGKA 28 Kab. Lingga Kec. Lingga Timur 11003241 SMKN 1 LINGGA Negeri DUSUN II MULYASARI 29 Kab. Kepulauan Kec. Jemaja Timur 69859733 SMKN 3 ANAMBAS Negeri ULU MARAS Anambas

III - 42 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

STATUS NO KAB/KOTA KECAMATAN NPSN NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH 30 Kab. Kepulauan Kec. Siantan 11003192 SMKN 1 ANAMBAS Negeri JL. H. ALI NO.38 AIR ASUK Anambas Tengah 31 Kab. Kepulauan Kec. Siantan 69859732 SMKN 2 ANAMBAS Negeri JL.Tanjung Mulia Anambas Tengah 32 Kota Batam Kec. Sekupang 11002571 SMKN 4 BATAM Negeri TIBAN II 33 Kota Batam Kec. Sekupang 69786475 SMKS TERPADU Swasta KOMPLEK TIBAN MAS ASRI PUTRA JAYA BATAM BLOK B No. 12-17 JALAN GAJAH MADA 34 Kota Batam Kec. Sekupang 69815388 SMKS WIDYA 2 Swasta JL. Gajah Mada No. 1 Tiban 3 BATAM 35 Kota Batam Kec. Sekupang 69955442 SMK IT AR RISALAH Swasta KAV. MENTARAU BLOK J NO. 100 36 Kota Batam Kec. Sei Beduk 11002570 SMKN 3 BATAM Negeri LETJEN S.PARMAN 37 Kota Batam Kec. Sei Beduk 11003249 SMKS LAKSAMANA Swasta JL. S. PARMAN PINTU 1 BLOK E NO. 17 TG.PIAYU 38 Kota Batam Kec. Lubuk Baja 11000370 SMKS IBNU SINA Swasta TEUKU UMAR LUBUK BAJA BATAM KOTA 39 Kota Batam Kec. Lubuk Baja 11000371 SMKS KARTINI Swasta KOMPLEK BALOI VIEW BATU BATAM BATAM 40 Kota Batam Kec. Lubuk Baja 11002205 SMKS AL AZHAR Swasta Jl. Gunung Bromo - Baloi BATAM Indah

41 Kota Batam Kec. Lubuk Baja 11002211 SMKS PERMATA Swasta GAJAH MADA D/A KOMP.BATU HARAPAN 1 BATAM BATAM MAS BLOK D & E NO. 1-3 BATAM 42 Kota Batam Kec. Lubuk Baja 60728422 SMKS GLOBE Swasta JL. SRIWIJAYA NO. 18, KEL. NATIONAL PLUS KAMPUNG PELITA 43 Kota Batam Kec. Lubuk Baja 69877321 SMK PUTRA JAYA Swasta KOMPLEK 91 SQUARE, JL SCHOOL BATAM DUYUNG BLOK G&I, Lt 3&4 44 Kota Batam Kec. Batu Ampar 11002213 SMKS WIDYA Swasta PRAMBANAN NO.99 BATAM 45 Kota Batam Kec. Batu Ampar 11002576 SMKS MULTISTUDI Swasta KUDA LAUT NO.1 KAV.121 HIGH SCHOOL BATU AMPAR BATAM BATAM 46 Kota Batam Kec. Batu Ampar 69900375 SMKS INSAN Swasta Perum palem raya tanjung MANDIRI BATAM sengkuang 47 Kota Batam Kec. Batu Ampar 69950403 SMK MONTE Swasta JL. YOS SUDARSO SIENNA 48 Kota Batam Kec. Nongsa 11003158 SMKN 6 BATAM Negeri KAMPUNG PANAU 49 Kota Batam Kec. Nongsa 69944774 SMK PENERBANGAN Swasta Jl. Hang Jebat Taman Batu Besar Sambau 50 Kota Batam Kec. Bengkong 11000357 SMKS ALJABAR Swasta BENGKONG STM ALJABAR BATAM NO. 1 51 Kota Batam Kec. Bengkong 11000369 SMKS HARMONI Swasta BENGKONG JAYA NO.1 TOP BATAM 100 BATAM 52 Kota Batam Kec. Bengkong 11002208 SMKS PELAYARAN Swasta JL. KOMP. PENDIDIKAN DAN NASIONAL BATAM WISATA MARITIM NO.01 53 Kota Batam Kec. Bengkong 11002575 SMKS ISLAM HANG Swasta RANAI NO.11 BENGKONG TUAH BATAM POLISI BATAM 54 Kota Batam Kec. Bengkong 69786474 SMKS NURUL JADID Swasta BENGKONG PERMAI BLOK B BATAM RT 02/RW 02 Jl.Pendidikan dan wisata maritim no.1 Tanjung Buntung Bengkong 55 Kota Batam Kec. Bengkong 69815385 SMKS Swasta Laut PENERBANGAN Batam NASIONAL BATAM 56 Kota Batam Kec. Bengkong 69815386 SMKS EBEN HAEZER Swasta Bengkong Palapa II Blok C BATAM No.51 Kelurahan Tanjung Buntung 57 Kota Batam Kec. Batam Kota 11002206 SMKS BATAM Swasta KOMP.REZEKI GRAHA MAS BUSINESS SCHOOL BLOK A & B NO.17-20

58 Kota Batam Kec. Batam Kota 11002209 SMKS NASIONAL Swasta Komplek Ruko Trikarsa BATAM Equaliata Blok M 07 Pasir Putih Batam Centre 59 Kota Batam Kec. Batam Kota 11002210 SMKN 2 BATAM Negeri Jl. PEMUDA NO.5 BATAM CENTRE 60 Kota Batam Kec. Batam Kota 11002574 SMKS Swasta Komplek Grand California MANAGEMENT Blok B1/1-4 & B2/9-11 Batam TRAINING SYSTEM Centre 61 Kota Batam Kec. Batam Kota 11003007 SMKS HARAPAN Swasta ROSEDALE SIMPANG FRANKY UTAMA BATAM CENTER

III - 43 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

STATUS NO KAB/KOTA KECAMATAN NPSN NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH 62 Kota Batam Kec. Batam Kota 11003250 SMKS KOLESE Swasta KOMPLEK PERMATA HIJAU NO. TIARA BANGSA 5-9 JL. ENGKU PUTRI BATAM CENTER 63 Kota Batam Kec. Batam Kota 60728424 SMKS REAL Swasta KOMPLEK PERMATA NIAGA INFORMATIKA BLOK C NO 28-30 BATAM 64 Kota Batam Kec. Batam Kota 69774885 SMKN 7 BATAM Negeri PERUM SEKAWAN PEMKO 65 Kota Batam Kec. Batam Kota 69786476 SMKS PERTIWI Swasta JL. JEND. SUDIRMAN, PERUM BATAM ODESSA A 16 No. 3-7 66 Kota Batam Kec. Batam Kota 69786477 SMKS YEHONALA Swasta KOMP. RUKO AKU TAHU II BLOK C, SEI PANAS 67 Kota Batam Kec. Batam Kota 69815391 SMKS BATAM Swasta Komp. Pertokoan Rananta INTERNATIONAL Blok A No. 5-7 Legenda SCHOOL Batam Centre 68 Kota Batam Kec. Batam Kota 69830473 SMK PELAYARAN Swasta JL. PELAYARAN BATAM, BATAM KOMPLEK PRIMA SEJATI, BLOK A NO 5-9 69 Kota Batam Kec. Batam Kota 69872145 SMK Swasta KOMP. MAHA VIHARA DUTA MAITREYAWIRA MAITREYA JL. BUKIT BERUNTUNG 70 Kota Batam Kec. Batam Kota 69944259 SMK MAARIF NU Swasta RUKO LAKOTA BLOK : C NO. 8 KOTA BATAM BATAM CENTER 71 Kota Batam Kec. Batam Kota 69950848 SMK PENERBANGAN Swasta RUKO ODESSA BLOK A 16 NO - SPAN 15-16 72 Kota Batam Kec. Batam Kota 69955510 SMK RESTU BUNDA Swasta JL. RAJA ALI KELANA KOMPLEK GRAHA NUSA PERMAI 73 Kota Batam Kec. Sagulung 11002212 SMKS TELADAN Swasta BRIGJEN KATAMSO KM.1 BATAM 74 Kota Batam Kec. Sagulung 11003006 SMKN 5 BATAM Negeri Kav. Bukit Kamboja-Kel.Sei Pelunggut-Kec.Sagulung 75 Kota Batam Kec. Sagulung 11003260 SMKS PERMATA Swasta KOMPLEKS BATU AJI CENTER HARAPAN 2 BATAM PARK BLOK G 76 Kota Batam Kec. Sagulung 69857721 SMK Tunas Muda Swasta Jl. Letjen. Soeprapto Komplek Berkarya Batam Perumahan BRB. Sagulung Batam JL. SUPRAPTO KOMPLEK TOP 100 BLOK G5 No 2-5 Tembesi, 77 Kota Batam Kec. Sagulung 69900438 SMKS INDO MALAY Swasta Sagulung, SCHOOL BATAM Batam 29439 78 Kota Batam Kec. Sagulung 69958871 SMK IT DARUSSALAM Swasta Komp. Pendidikan BOARDING SCHOOL Darussalam Batam 3 01 79 Kota Batam Kec. Batu Aji 11000358 SMKS EPPATA Swasta PERUM MUKAKUNING BATAM PARADISE BLOK F BATU AJI 80 Kota Batam Kec. Batu Aji 11000382 SMKN 1 BATAM Negeri PROF.DR.HAMKA NO.1 TEMBESI 81 Kota Batam Kec. Batu Aji 11002207 SMKS HANG NADIM Swasta PENDIDIKAN NO.3 BLK BATAM PASAR MELAYU BATU AJI 82 Kota Batam Kec. Batu Aji 11003119 SMKS Swasta PROF. DR HAMKA NO. 3 MUHAMMADIYAH BATAM 83 Kota Batam Kec. Batu Aji 60728423 SMKS PUTRA Swasta JL. LETJEND. R. SOEPRAPTO, BATAM KEL. BULIANG 84 Kota Batam Kec. Batu Aji 69815389 SMKS WIDYA 3 Swasta JALAN WAN SRI BENI BATAM KOPMLEK WIDYA PARAMITRA 85 Kota Batam Kec. Batu Aji 69825145 SMK PLUS KEMILAU Swasta KAMPUS UNRIKA JL. BATU BANGSA AJI BARU NO. 99 BATAM 86 Kota Batam Kec. Batu Aji 69901085 SMKS PUTRA JAYA Swasta Komp. Batu Aji Centre blok A CENTRE 10 No.2-8 dan blok A 11 No. 1-2 87 Kota Kec. Tanjung 11000425 SMKS INDRASAKTI Swasta WIRATNO NO.55 A Tanjungpinang Pinang Barat TANJUNGPINANG SMKS PARIWISATA 88 Kota Kec. Tanjung 11001979 ENGKU KELANA Swasta JL. TUGU PAHLAWAN Tanjungpinang Pinang Barat TANJUNGPINANG 89 Kota Kec. Tanjung 11000415 SMKS RAJA HAJI Swasta JL. RAJA HAJI FISABILLILAH Tanjungpinang Pinang Timur TANJUNGPINANG TANJUNGPINANG 90 Kota Kec. Tanjung 11000426 SMKN 3 Negeri SULTAN SULAIMAN Tanjungpinang Pinang Timur TANJUNGPINANG 91 Kota Kec. Tanjung 11002495 SMKN 4 Negeri JL. NUSANTARA KM.14 Tanjungpinang Pinang Timur TANJUNGPINANG 92 Kota Kec. Tanjung 69774641 SMKS BINTAN Swasta Jl. RAJA HAJI FISABILILLAH Tanjungpinang Pinang Timur INSANI 93 Kota Kec. Bukit Bestari 11000416 SMKS Swasta RAJA HAJI FISABILLILAH NO.42

III - 44 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

STATUS NO KAB/KOTA KECAMATAN NPSN NAMA SEKOLAH ALAMAT SEKOLAH Tanjungpinang PEMBANGUNAN 94 Kota Kec. Bukit Bestari 11000438 SMKN 1 Negeri JALAN PRAMUKA NO.6 Tanjungpinang TANJUNGPINANG 95 Kota Kec. Bukit Bestari 11000439 SMKN 2 Negeri JALAN PRAMUKA NO.1 Tanjungpinang TANJUNGPINANG 96 Kota Kec. Bukit Bestari 11003164 SMKS Swasta JL.IR. SUTAMI KOMP. VILLA Tanjungpinang MAITREYAWIRA AKASIA NO.66 97 Kota Kec. Bukit Bestari 69756150 SMKS KESEHATAN Swasta JL. D.I PANJAITAN KM 6 NO Tanjungpinang WIDYA 15 TANJUNGPINANG

3.2.2 Jaringan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Jaringan SIDa Provinsi Kepulauan Riau dapat dikembangkan dari enam pilar pemangku kepentingan penguatan SIDa, terdiri dari Perangkat Daerah, Universitas/Akademisi/ Politeknik, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga Non Pemerintah Lainnya, Dunia Usaha/Dunia Industri, Komunitas Kreatif dan Media Massa. Enam pilar pemangku kepentingan penguatan SIDa ini terutama yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau baik tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten Kota maupun tingkat Nasional yang menjadi perwakilan di Daerah. Saat ini pelaksanaan jaringan SIDa Provinsi Kepulauan Riau belum optimal, sehingga diperlukan pembentukan Forum Inovasi Daerah dan Jejaring Inovasi Daerah. Forum Inovasi Daerah nantinya mempunyai tugas melakukan pengawalan terhadap implementasi Tema dan Sub Tema pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan Jejaring Inovasi mempunyai tugas dalam pencapaian kondisi umum SIDa berdasarkan Kerangka Kerja Inovasi (KKI). Forum Inovasi Daerah maupun Jejaring Inovasi Daerah akan mendukung pencapaian target kinerja SIDa yang akan dicapai.

3.2.3 Sumberdaya Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau memiliki sumberdaya Pegawai Negeri Sipil dalam pengembangan dan penguatan Sistem Inovasi Daerah yang dapat dimanfaatkan penyusunan sistem informasi sumberdaya SIDa, pemanfatan keahlian dan kepakaran yang sesuai dengan tematik dan/atau spsesifik sumberdaya, pengembangan kompetensi manusia dan pengorganisasiannya, dan pengembangan struktur dan strata keahlian jenjang karir. Di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau terdapat Pegawai Negeri Sipil sebanyak 5.154 orang, terdiri dari 51,54% perempuan dan 48,58% laki-laki. 5.154 orang tersebar diseluruh Dinas dan instansi yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu: Inspektorat Daerah; Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia; Badan Perencanaan, Penelitian dan

III - 45 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Pengembangan Pembangunan Daerah; Badan Kesbang dan Politik; Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kependudukan Catatan Sipil; Dinas Perpustakaan dan Kearsipan; Badan Penanggulangan Bencana Daerah; Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman; Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana; Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan; Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Dinas Kesehatan; Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan; Dinas Perhubungan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas Pendidikan; Dinas Pariwisata; Dinas Kebudayaan; Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah; Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; Dinas Sosial; Dinas Kepemudaan dan Olahraga; Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; Dinas Komunikasi dan Informatika; Biro Administrasi Perekonomian; Biro Kesejahteraan Rakyat; Biro Umum; Biro Hukum; Biro Administrasi Pemerintahan dan Perbatasan; Biro Administrasi Pembangunan; Administrasi Layanan Pengadaan; Biro Organisasi dan Korpri; Biro Humas, Protokol dan Penghubung; Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Kebakaran; Sekrtariat DPRD; RSUD Tanjungpinang; RSUD Tanjung Uban. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menurut jenis kelamin secara rinci pada Gambar berikut.

2.504 2.650 48,58% 51,42%

Laki-Laki Perempuan

Gambar 3. 8 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017

Secara keseluruhan baik di lingkungan Pemerintah Provinsi maupun di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, jumlah Pegawai Negeri SIpil mencapai 28.184 orang yang terdiri dari 52,97% perempuan dan 47,03% laki-laki.

III - 46 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

13.256 14.928 47,03% 52,97%

Laki-Laki Perempuan

Gambar 3. 9 Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau, 2017

Dilihat persebarannya, jumlah Pegawai Negeri Sipil terendah berada di lingkungan Pemerintah Kep. Anambas sebanyak 1.685 orang dan jumlah Pegawai Negeri Sipil tertinggi berada di lingkungan Pemerintah Kota Batam mencapai sebanyak 5.654 orang. Bahkan jumlah Pegawai Negeri SIpil di lingkungan Pemerintah Kota Batam lebih tinggi dibandingkan jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 5.154 orang, seperti terlihat pada Gambar berikut.

3.500 3.179 3.000 2.650 2.504 2.475 2.500 2.110 1.924

2.000 1.728 1.713 1.574 1.570 1.410 1.254 1.500 1.240 1.168 926

1.000 759

500

- Karimun Bintan Natuna Lingga Kep. Anambas Kota Batam Kota Pemerintah Tanjungpinang Provinsi

Gambar 3. 10 Persebaran Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau

Rata-rata Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan tingkat Sarjana/Doktor/Ph.D

III - 47 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 sebesar 77,76% (4.008 orang), diikuti Diploma III/Sarjana Muda 11,99% (618 orang), SMA/Sederajat sebesar 9,33% (481 orang), SLTP/Sederajat sebesar 0,35% (18 orang), Diploma I dan II sebesar 0,31% (16 orang), dan hanya sampai dengan SD/Sederajat sebesar 0,25% (13 orang).

2500 2109

2000 1899

1500

1000

500 380 325 238 156 13 16 13 2 3 0 0 Sampai dengan SD SLTP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma I,II Diploma III/Sarjana Tingkat Muda Sarjana/Doktor/Ph.D

Gambar 3. 11 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017

Pegawai Negeri Sipil Golongan III mendominasi total Pegawai Negeri SIpil di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 69,17%, seperi telihat pada Gambar berikut.

Golongan I Golongan IV 19Golongan II 735 835 0,37% 16,20% 14,26%

Golongan III 3.565 69,17%

Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

Gambar 3. 12 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Dinas/Instansi dan Golongan Kepangkatan di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017

JURU merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan I/a hingga I/d dengan sebutan secara berjenjang: JURU MUDA, JURU MUDA TINGKAT I, JURU,

III - 48 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 dan JURU TINGKAT I. Jika dilihat dari persyaratan golongannya maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat diasumsikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan JURU baru membutuhkan kemampuan-kemampuan skolastik dasar dan belum menuntut suatu ketrampilan bidang ilmu tertentu. Dapat dikatakan bahwa JURU merupakan pelaksana pembantu (pemberi ASISTENSI) dalam bagian kegiatan yang menjadi tanggung jawab jenjang kepangkatan di atasnya (PENGATUR). Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan I di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepualauan Riau sebanyak 19 orang atau 0,37% dari total Pegawai Negeri Sipil, secara rinci Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan I/Juru Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar berikut.

8 7 7

6 5 5 5

4

3

2 1 1 1 0 0 0 0 I/A (Juru Muda) I/B (Juru Muda I/C (Juru) I/D (Juru Tingkat I) Tingkat I)

Gambar 3. 13 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan I/Juru Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017

PENGATUR merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan II/a hingga II/d dengan sebutan secara berjenjang: PENGATUR MUDA, PENGATUR MUDA TINGKAT I, PENGATUR, dan PENGATUR TINGKAT I. Jika dilihat dari persyaratan golongannya maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal jenjang Sekolah Lanjutan Atas hingga Diploma III, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat diasumsikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan PENGATUR sudah mulai menuntut suatu ketrampilan dari bidang ilmu tertentu, namun sifatnya sangat teknis. Dengan demikian pada tingkatan ini, PENGATUR adalah orang yang MELAKSANAKAN langkah-langkah realisasi suatu kegiatan yang merupakan operasionalisasi dari program instansinya. Jumlah Pegawai

III - 49 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Negeri Sipil Golongan II di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepualauan Riau sebanyak 735 orang atau 14,26% dari total Pegawai Negeri Sipil, secara rinci Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan II/Pengatur Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar berikut.

180 160 160 140 131 120 113 100 94 90 78 80 60 37 40 32 20 0 II/A (Pengatur II/B (Pengatur Muda II/C (Pengatur) II/D (Pengatur Muda) Tingkat I) Tingkat I)

Gambar 3. 14 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan II/Pengatur Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017

PENATA merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan III/a hingga III/d dengan sebutan secara berjenjang: PENATA MUDA, PENATA MUDA TINGKAT I, PENATA, dan PENATATINGKAT I. Jika dilihat dari persyaratan golongannya maka yang menempati golongan ini adalah mereka dengan pendidikan formal jenjang S1 atau Diploma IV ke atas, atau yang setingkat. Dari ketentuan tersebut dapat diasumsikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di tingkat kepangkatan PENATA sudah mulai menuntut suatu keahlian bidang ilmu tertentu dengan lingkup pemahaman kaidah ilmu yang telah mendalam. Dengan pemahamannya yang komprehensif tentang sesuatu maka PENATA bukan lagi sekedar pelaksana, melainkan sudah memiliki tanggung jawab MENJAMIN MUTU proses dan keluaran kerja tingkatan PENGATUR. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan III di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepualauan Riau sebanyak 3.565 orang atau 69,17% dari total Pegawai Negeri Sipil, secara rinci Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan III/Penata Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar berikut.

III - 50 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

800 689 700 605 600 547 500 410 394 400 295 307 318 300

200

100

0 III/A (Penata Muda) III/B (Penata Muda III/C (Penata) III/D (Penata Tingkat Tingkat I) I)

Gambar 3. 15 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan III/Penata Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017

PEMBINA merupakan jenjang kepangkatan untuk PNS Golongan IV/a hingga IV/e dengan sebutan secara berjenjang: PEMBINA, PEMBINA TINGKAT I, PEMBINA UTAMA MUDA, PEMBINA UTAMA MADYA dan PEMBINA UTAMA. Sebagai jenjang tertinggi, kepangkatan ini tentunya diperoleh sesudah melalui suatu perjalanan karier yang panjang sebagai PNS. Ini berarti pekerjaan pada kelompok kepangkatan PEMBINA semestinya bukan saja menuntut suatu keahlian bidang ilmu tertentu yang mendalam, namun juga menuntut suatu kematangan dan kearifan kerja yang sudah diperoleh sepanjang masa kerjanya. Dengan demikian, PEMBINA adalah model peran bagi jenjang-jenjang di bawahnya guna keperluan MEMBINA DAN MENGEMBANGKAN kekuatan sumberdaya untuk jangkauan pandang ke depan. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan IV di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepualauan Riau sebanyak 835 orang atau 16,20% dari total Pegawai Negeri Sipil, secara rinci Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/Pembina Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar berikut.

III - 51 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

350 312 300 287

250

200

150 121

100 57 50 28 27 3 0 0 0 0 IV/A (Pembina IV/B (Pembina IV/C (Pembina) IV/D (Pembina IV/E (Pembina Muda) Muda Tingkat I) Tingkat I) Utama)

Gambar 3. 16 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/Pembina Menurut Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, 2017

Dalam mempermudah pelaksanaan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau, maka diperlukan pengukuran kondisi SIDa Saat ini dilihat dari capaian indikator output penguatan kebijakan SIDa dan penataan unsur SIDa. Penguatan Kebijakan SIDa merupakan aktifitas dalam menguatkan kebijakan-kebijakan makro yang mendukung pelaksanaan penguatan SIDa di daerah. Penguatan Kebijakan SIDa harus dapat dijadikan acuan untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintah daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah.

III - 52 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 5 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING 1. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi 1. Rasio investasi IPTEKIN per PDB Investasi IPTEKIN belum dijadikan ukuran dan bisnis (APBD) provinsi kinerja provinsi

2. Jumlah regulasi yang kondusif bagi • SKPD dan instansi terkait sudah inovasi dan bisnis memiliki dan menerapkan SOP dalam pelayanan tetapi belum optimal

• Roadmap yang mengintegrasikan SIDa ke dalam RPJMD belum tersedia

• Provinsi sudah menerapkan JDIH yang mempermudah pengguna layanan untuk keperluan terkait peraturan dan regulasi

3. Jumlah basis data yang tertata Data masih tersebar dan belum tertata dengan baik 2. Kelembagaan dan daya dukung ilmu 1. Jumlah tim koordinasi penguatan Kelembagaan penguatan sistem inovasi di pengetahuan, teknologi dan inovasi SIDa kabupaten/kota kabupaten/kota belum ada (IPTEKIN) /atau penelitian, pengembangan dan perekayasaan (litbangyasa) serta 2. Jumlah balitbangda kab/kota Balitbangda belum ada di setiap kabupaten/kota kemampuan absorpsi industri, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) 3. Jumlah peneliti dan perekayasa di SDM IPTEKIN masih lemah Kabupaten/Kota

3. Kolaborasi bagi inovasi dan difusi inovasi 1. Jumlah kerjasama antar aktor inovasi Kolaborasi aktor inovasi daerah belum tersinergi dengan baik

III - 53 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING

daerah

2. Jumlah Ruang Publik Kreatif (RPK) Interaksi antar anggota kelompok masyarakat di RPK belum berkembang 4. Budaya inovasi 1. Jumlah apresiasi terhadap pelaku Apresiasi terhadap kegiatan kreatif inovatif inovasi belum berkembang

2. Jumlah sekolah yang mengadopsi Partisipasi masyarakat dalam berinovasi, tentang kewirausahaan dan IPTEKIN mengikuti pendidikan dan pelatihan ketrampilan belum besar 5. Keterpaduan/ koherensi pemajuan sistem Jumlah kab/kota yang sinkron dengan • Kerjasama antar daerah dalam wilayah inovasi di daerah agenda IPTEKIN atau sistem inovasi provinsi Sumatera Selatan belum berjalan dengan optimal bagi pembangunan daerah;

• Kerjasama antar pusat daerah masih belum berjalan dengan optimal bagi pembangunan daerah

6. Keselarasan dengan perkembangan global 1. Jumlah perempuan yang menduduki Kesetaraan gender masih rendah jabatan di pemerintahan provinsi

2. Cakupan penanganan permasalahan Kesadaran masyarakat terhadap AMDAL pentingnya kelestarian lingkungan masih rendah 3. Jumlah HKI yang terdaftar Kesadaran HKI di masyarakat masih lemah

III - 54 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 6 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Klaster Industri Unggulan Daerah (KIUD) Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING

1. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi 1. Jumlah dokumen potensi unggulan Sebagian data potensi unggulan daerah dan bisnis daerah tersedia tetapi masih tersebar di berbagai instanti, belum lengkap dan belum dapat diakses online 2. Jumlah insentif yang diberikan pada Landasan legal bagi pengembangan KIUD KIUD belum ada

3. Jumlah klaster industri unggulan Roadmap klaster ada di tingkat SKPD dan daerah belum masuk ke dalam RPJMD

4. Jumlah infrastruktur quality Infrastruktur quality assurance klaster assurance klaster industri unggulan industri unggulan daerah masih lemah daerah

2. Kelembagaan dan daya dukung ilmu Persentase aset IPTEKIN yang Hasil research yang mendukung klaster pengetahuan, teknologi dan inovasi dimanfaatkan dalam klaster industri masih terpisah di berbagai lembaga (IPTEKIN) /atau penelitian, pengembangan unggulan daerah litbangyasa dan perekayasaan (litbangyasa) serta kemampuan absorpsi industri, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

3. Kolaborasi bagi inovasi dan difusi inovasi Jumlah kerjasama antar pelaku dalam • Interaksi antara para pemangku klaster industri unggulan daerah kepentingan di industri karet dengan pemasok IPTEKIN belum optimal;

• Pengguna IPTEKIN di kalangan KUKM belum otpimal

III - 55 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING

4. Budaya inovasi Jumlah spesifikasi yang diacu oleh Budaya penerapan IPTEKIN di tingkat pelaku dalam klaster pemasok bahan mentah industri belum berkembang; 5. Keterpaduan/ koherensi pemajuan sistem Jumlah hasil inovasi dalam klaster • Rantai nilai di klaster industri belum kuat inovasi di daerah unggulan daerah • Aktifitas klaster industri belum belum berkembang

6. Keselarasan dengan perkembangan global Jumlah kasus penolakan ekspor produk Adanya kampanye negatif internasional klaster unggulan daerah tentang mutu produk Indonesia

Tabel III. 7 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Jaringan IPTEKIN Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING

1. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi 1. Jumlah kawasan pusat belajar Belum ada kawasan pusat belajar dan bisnis IPTEKIN IPTEKIN

2. Jumlah dokumen acuan untuk Belum semua SKPD memberikan ketersediaan inovasi akses pelayanan berbasis online yang berkaitan dengan dokumen acuan untuk ketersediaan inovas 2. Kelembagaan dan daya dukung ilmu 3. Jumlah aliansi (kemitraan) strategis Kerjasama litbangyasa belum optimal dan pengetahuan, teknologi dan inovasi IPTEKIN masih bersifat bilateral belum dalam (IPTEKIN) /atau penelitian, pengembangan bentuk networking dan perekayasaan (litbangyasa) serta 4. Jumlah kawasan technopark Belum tersedianya kawasan technopark kemampuan absorpsi industri, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

III - 56 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING

3. Kolaborasi bagi inovasi dan difusi inovasi Jumlah aktor yang dilayani oleh Pusat Lembaga yang mewadahi networking Inovasi (PI) secara legal belum berjalan optimal (misal pusat unggulan inovasi) 4. Budaya inovasi Proporsi keterlibatan dalam kemitraan Budaya berjejaring antara aktor inovasi strategis belum berkembang 5. Keterpaduan/ koherensi pemajuan sistem Jumlah technopark yang masuk dalam Keterkaitan antar technopark dengan inovasi di daerah ASTPI pelaku technopark nasional ASTPI (Asosiasi Science Technology Park Indonesia), regional ASPA (Asian Science Park Association) dan internasional WTA (World Technopolis Association) belum terbentuk; 6. Keselarasan dengan perkembangan global Jumlah kerjasama dengan lembaga Masih rendahnya kerjasama dengan litbang internasional lembaga litbang internasional

Tabel III. 8 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Bisnis Inovatif Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING

1. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi 1. Jumlah dukungan pembiayaan APBD bantuan modal KUKM bersumber dari dan bisnis untuk UKM IPTEKIN APBD berupa modal tunai dan peralatan kerja belum optimal 2. Jumlah dukungan pembiayaan non bantuan modal KUKM bersumber dari non APBD untuk UKM IPTEKIN APBD berupa modal tunai dan peralatan kerja belum optimal 2. Kelembagaan dan daya dukung ilmu 1. Jumlah pusat inovasi Kelembagaan pusat inovasi (inkubator pengetahuan, teknologi dan inovasi teknologi) belum berjalan optimal; 2. Jumlah aktifitas pelayanan pusat Inisiatif berwirausaha berbasis IPTEKIN

III - 57 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING

(IPTEKIN) /atau penelitian, pengembangan inovasi dari kalangan pemuda masih rendah dan perekayasaan (litbangyasa) serta kemampuan absorpsi industri, khususnya 3. Jumlah pos pelayanan teknologi Peran pos pelayanan teknologi (posyantek) usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) (posyantek) untuk pengembangan dan belum optimal teknologi tepat guna

3. Kolaborasi bagi inovasi dan difusi inovasi Jumlah kemitraan strategis dan • Pemanfaatan expert di kalangan KUKM kolaborasi untuk inovasi masih rendah

• Interaksi antara penghasil teknologi dan kalangan bisnis belum berkembang

4. Budaya inovasi 1. Jumlah UKM yang ditingkatkan Daya serap masyarakat terhadap IPTEKIN kapasitasnya masih rendah

2. Jumlah peserta yang mengikuti Budaya menciptakan program pendidikan teknoprener kesempatan/lapangan kerja di kalangan pendidikan tinggi belum berkembang 3. Jumlah perguruan tinggi yang Budaya menciptakan mengadopsi program pendidikan kesempatan/lapangan kerja di kalangan teknopreneur pendidikan tinggi belum berkembang

5. Keterpaduan/ koherensi pemajuan sistem Jumlah bisnis inovatif dalam klaster Jenis usaha inovatif potensial tumbuh inovasi di daerah industri secara alami bukan atas desain sehingga daya dukung klaster industri menjadi tidak optimal 6. Keselarasan dengan perkembangan global Jumlah produk inovatif yang terstandar Produk dari bisnis inovatif yang terstandar belum ada; Jumlah bisnis inovatif yang produknya Kerjasama internasional dalam diterima dipasar internasional pengembangan bisnis inovatif belum terjalin

III - 58 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 9 Kondisi Pilar Prakarsa Penguatan SIDa Berkembangnya Bidang-Bidang IPTEKIN Strategis Daerah Provinsi Kepulauan Riau Saat Ini

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING 1. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi 1. Jumlah kesepakatan provinsi dan Kesepakatan Kepala Daerah Gubernur- dan bisnis kabupaten/kota tentang penguatan Bupati/Walikota dalam pengembangan sistem inovasi tematik SIDa belum terwujud menjadi regulasi yang nyata 2. Jumlah paten HKI yang terdaftar HKI belum terdata dengan baik

2. Kelembagaan dan daya dukung ilmu Jumlah lembaga litbangyasa Lembaga litbangyasa di Kabupaten/Kota pengetahuan, teknologi dan inovasi masih belum terbentuk, pun bila ada belum (IPTEKIN) /atau penelitian, pengembangan berfungsi optimal dan perekayasaan (litbangyasa) serta kemampuan absorpsi industri, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

3. Kolaborasi bagi inovasi dan difusi inovasi Jumlah kerjasama IPTEKIN antar aktor • Interaksi aktor inovasi dalam inovasi pengembangan tematik daerah masih terbatas

• Inisiatif Kabupaten/Kota dalam menyuarakan kebutuhan IPTEKIN sesuai potensi lokal belum dilakukan secara optimal

4. Budaya inovasi Jumlah pelayanan IPTEKIN di daerah Akses IPTEKIN belum menjadi kebutuhan prioritas bagi pemangku kepentingan 5. Keterpaduan/ koherensi pemajuan sistem Jumlah teknologi yang sesuai dengan Kebijakan-kebijakan daerah dalam inovasi di daerah kebutuhan strategis daerah dan pengembangan tematik belum sesuai dimanfaatkan proporsi yang dibutuhkan

III - 59 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI INDIKATOR KONDISI EKSISTING 6. Keselarasan dengan perkembangan global Jumlah pemenuhan ketentuan eksploitasi SDA lokal dalam pembiayaan internasional dalam ekploitasi pembangunan daerah merupakan isu yang sumberdaya alam lokal belum terpecahkan

III - 60 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

3.3 KONDISI TERKINI INDIKATOR MAKRO Kondisi indikator makro Sistem Inovasi Daerah (SIDa) ditunjukkan melalui kondisi perekonomian daerah yang digambarkan dengan variabel PDRB, inflasi, investasi, kesenjangan antar kelompok pendapatan, dan kesempatan kerja. Masing-masing variabel digambarkan melalui indikator yang melekat pada variabel tersebut. Kondisi perekonomian daerah Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada uraian berikut. 3.3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terkini : Sektor Unggulan (Konstruksi; dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang) dan Sektor Potensial (Pertambangan dan Penggalian; dan Industri Pengolahan) di Provinsi Kepulauan Riau Perlu Ditingkatkan Produktivitasnya Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Untuk melihat perkembangan ekonomi di Provinsi Kepulauan, dilakukan analisis terhadap kondisi PDRB dengan menggunakan analisis location quotient, analisis shift- share, analisis tipologi sektor dan analisis sektor ekonomi unggulan. Dalam analisis tersebut menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Seri 2010 Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017. Provinsi Kepulauan Riau memiliki berbagai sumber daya yang dapat berpotensi sebagai sektor ekonomi unggulan. Dari berbagai potensi sektor ekonomi yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau maka perlu dilihat kembali sektor-sektor ekonomi mana saja yang menjadi basis, sehingga arah pengembangan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau dapat lebih tepat. PDRB ADHK Seri 2010 Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 sebesar Rp.166.190,47 Milyar yang terus meningkat selama kurun waktu lima tahun terakhir. Perkembangan PDRB ADHK Seri 2010 Provinsi Kepualauan Riau pada tahun 2013 hingga tahun 2017 didominasi oleh tiga sektor utama yaitu : sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor pertambangan dan penggalian. Kontribusi sektor industri pengolahan menurun pada tahun 2017 menjadi sebesar 36,13%. Kontribusi sektor kontruksi juga fluktuatif pada kisaran antara 17,03%-18,21%. Sementara itu kontribusi sektor pertambangan dan penggalian menurun dari sebesar 15,96% pada tahun 2013 menjadi 14,21% pada tahun 2017.

Tabel III. 10 PDRB ADHK Seri 2010 Provinsi Kepulauan Riau (Juta Rupiah) Tahun 2013-2017

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 1. Pertanian, Kehutanan, 5.000,01 5.378,15 5.689,22 5.977,99 5.899,68 dan Perikanan 2. Pertambangan dan 22.111,06 23.270,78 25.417,33 26.933,15 25.503,45

III - 61 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 Penggalian 3. Industri Pengolahan 53.173,70 56.338,04 59.498,19 61.497,86 62.458,85 4. Pengadaan Listrik, 1.209,17 1.326,22 1.400,52 1.523,11 1.621,71 Gas 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 184,03 187,76 193,11 203,26 223,77 Limbah dan Daur Ulang 6. Konstruksi 23.802,36 25.954,83 26.871,95 28.073,93 29.042,77 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan 9.955,71 10.803,00 11.738,60 12.858,55 13.665,03 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan 3.717,76 3.939,82 4.161,12 4.448,87 4.838,49 Pergudangan 9. Penyedia Akomodasi 2.665,83 2.842,91 3.002,93 3.159,14 3.536,01 dan Makan Minum 10. Informasi dan 2.874,48 3.076,75 3.230,70 3.469,62 3.736,38 Komunikasi 11. Jasa Keuangan 3.750,61 3.967,87 4.087,05 4.323,70 4.474,49 12. Real Estate 2.110,29 2.245,19 2.340,43 2.443,35 2.536,58 13. Jasa Perusahaan 7,44 7,59 7,80 8,28 8,88 14. Administrasi Pemerintahan, 3.028,83 3.150,36 3.386,49 3.619,47 3.834,45 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 1.827,20 1.905,30 2.022,48 2.201,37 2.428,21 16. Jasa Kesehatan dan 1.250,99 1.311,57 1.405,32 1.467,87 1.618,90 Kegiatan Sosial 17. Jasa Lainnya 594,37 619,10 659,67 712,98 758,86 Produk Domestik 137.263,85 146.325,23 155.112,88 162.922,50 166.190,47 Regional Bruto Sumber: Data PDRB Prov. Kepulauan Riau (diolah)

Gambaran kondisi struktur ekonomi juga dapat dilihat melalui kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer merupakan gabungan dari kategori Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan dan kategori Pertambangan dan Penggalian. Sektor sekunder merupakan gabungan dari kategori Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; dan Konstruksi. Sedangkan sektor tersier merupakan gabungan dari kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Komunikasi; Penyediaan Akomodasi dan Makanan; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya.

III - 62 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

100%

90% 23,16 23,15 23,24 23,76 24,93 80% 70% 60% 50% 57,09 57,27 56,71 56,04 56,17 40% 30% 20% 10% 19,75 19,58 20,05 20,20 18,90 0% 2013 2014 2015 2016 2017

Primer Sekunder Tersier

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah Gambar 3. 17 Struktur Ekonomi Kepulauan Riau Menurut Tiga Sektor Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 (%)

Gambar di atas menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer terus menurun dalam lima tahun terakhir begitu pula dengan sektor sekunder. Penurunan paling dalam terjadi pada sektor primer. Pergeseran pada kedua sektor ini disebabkan oleh pertumbuhan sektor tersier yang semakin pesat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut meskipun tidak terjadi perubahan struktur ekonomi, namun terjadi shifting atau pergeseran aktivitas ekonomi yang ditandai dengan semakin menurunnya peran lapangan usaha sektor primer dan sekunder dan semakin meningkatnya peran lapangan usaha sektor tersier. Analisis Location Quotient merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui sektor basis pada suatu wilayah. Semakin besar Nilai LQ maka semakin berpengaruh terhadap perekonomian suatu wilayah. Selama kurun waktu 2013-2017 tidak terjadi perubahan kedudukan sektor basis menjadi sektor non basis ataupun dari sektor non basis menjadi sektor basis. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi struktur ekonomi basis maupun non basis Provinsi Kepulauan Riau selama 5 tahun cenderung tetap. Rata-rata LQ selama kurun waktu lima tahun yang merupakan sektor basis/sektor yang diutamakan dalam pengembangan/ peningkatan produksinya di Provinsi Kepuauan Riau, yaitu Pertambangan dan Penggalian (peringkat 1), Konstruksi (peringkat 2), Industri Pengolahan (peringkat 3), dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (peringkat 4). Dari sisi permintaan, peningkatan pendapatan (nilai tambah) yang terjadi pada sektor basis di Provinsi Kepulauan Riau, yakni pada sektor Pertambangan dan Penggalian atau sektor Konstruksi atau sektor Industri Pengolahan ataupun pada sektor

III - 63 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Pengadaan Air, melalui upah dan gaji yang tenaga kerja sektor-sektor tersebut terima maka akan meningkatkan belanjanya baik terhadap output pada sektor basis itu sendiri maupun output pada sektor non basis. Peningkatan permintaan pada sektor non basis pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan (nilai tambah) pada sektor non basis yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan (nilai tambah) di wilayah Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Dari sisi penawaran, pada kasus dimana keterkaitan antara perusahaan- perusahaan sangat kuat, maka pertumbuhan yang terjadi pada sektor basis akan meningkatkan permintaan input antara (bahan baku dan bahan penolong) yang digunakan dalam sektor basis. Input pada sektor basis diantaranya merupakan output pada sektor non basis. Sehingga kenaikan output pada sektor basis akan meningkatkan pula output maupun tenaga kerja pada sektor non basis. Sebagai contoh, peningkatan permintaan output pada sektor Konstruksi pada awalnya akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sektor Konstruksi. Pada saat yang bersamaan, input antara yang digunakan dalam konstruksi seperti pasir, semen, paku, kawat dan barang - barang dari besi dan baja lainnya, jasa angkut material, dan lain-lain juga akan meningkat. Input antara tersebut merupakan output dari sektor lainnya seperti pasir merupakan output dari sektor pertambangan dan penggalian, semen merupakan output dari industri semen, paku dan kawat dari industri barang dari logam, dan jasa angkut material merupakan output jasa dari sektor Transportasi. Output yang berasal dari sektor-sektor yang berbasis produksi barang akan melalui sektor perdagangan dimana akan tercipta margin perdagangan yang merupakan nilai tambah bagi sektor perdagangan. Kenaikan output pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, transportasi, dan perdagangan akan menyebabkan kenaikan permintaan tenaga kerja dan kebutuhan inputnya. Sehingga, kenaikan output dan tenaga kerja tidak berhenti pada tahap itu saja, tetapi selanjutnya akan meningkatkan output di sektor lainnya termasuk sektor non basis. Misal tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut meningkatkan permintaan terhadap sektor pendidikan karena pekerja tersebut dapat menyekolahkan anak-anaknya dan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan leisure seperti jasa hiburan dan rekreasi, akomodasi dan makan minum, dan sebagainya. Hasil perhitungan Shift-Share dilakukan perhitungan KPN (Komponen Pertumbuhan Nasional), KPP (Komponen Pertumbuhan Proporsional) dan KPPW (Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah) untuk mengetahui sektor apa saja yang berpotensi untuk memajukan perekonomian di tingkat Provinsi Kepulauan Riau. KPN/National Share di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 21,53% Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kontribusi pada semua sektor sebagai akibat dari kebijakan

III - 64 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 nasional. Sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi KPN terbesar adalah Industri Pengolahan. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Industri Pengolahan sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan nasional, yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan nasional, maka kontribusi sektor industri pengolahan besera subsektornya akan mengalami perubahan. Sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi KPN terkecil adalah Jasa Perusahaan. Hal ini berarti sektor jasa perusahaan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan kebijakan Nasional. Hasil interpretasi Pergeseran Bersih, KPP dan KPPW beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding sektor-sektor lainnya dan ada juga beberapa sektor memiliki daya saing lebih baik dibanding sektor-sektor lainnya. Sehingga peningkatan PDRB dari pengaruh pertumbuhan nasional akan terkoreksi oleh pengaruh dari pertumbuhan sektoral dan tingkat daya saing. Kesimpulan hasilnya sebagai berikut. 1. Sektor yang secara nasional mengalami pertumbuhan secara cepat, yaitu sektor jasa pendidikan; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; penyedia akomodasi dan makan minum; konstruksi; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa keuangan; transportasi dan pergudangan; jasa perusahaan; jasa lainnya; informasi dan komunikasi. 2. Sektor yang secara nasional mengalami pertumbuhan secara lambat (perlu dipacu), yaitu adalah sektor pertambangan dan penggalian; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; pengadaan listrik & gas; pertanian, kehutanan, dan perikanan; perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor; real estate; dan industri pengolahan. 3. Sektor yang memiliki daya saing, yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial; real estate; pertanian, kehutanan, dan perikanan; penyedia akomodasi dan makan minum; jasa pendidikan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; pertambangan dan penggalian; pengadaan listrik & gas; perdagangan besar dan eceran, dan reparasi dan sepeda motor. 4. Sektor yang tidak memiliki daya saing yaitu sektor jasa perusahaan; informasi dan komunikasi; jasa keuangan; jasa lainnya; konstruksi; jasa lainnya; konstruksi; transportasi dan pergudangan; industri pengolahan; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang.

Analisis Tipologi Klassen mendasarkan pada sektor, subsector atau usaha dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dan dengan pertumbuhan ekonomi daerah (nasional), menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah. Berikut merupakan Gambar hasil analisis tipologi sektor Provinsi Kepulauan Riau.

III - 65 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

0,30

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,20 Pengadaan Listrik , Gas Pertambangan dan Penggalian

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Jasa Pendidikan 0,10 Wajib Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Real Estate Pertanian, Kehutanan, dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Perikanan Sosial 0,00

KPP 0,00 Pengadaan Air Industri Pengolahan Transportasi dan Pergudangan Konstruksi

-0,10 Jasa Keuangan Jasa Lainnya

Informasi dan Komunikasi Jasa Perusahaan -0,20

-0,30 -0,25 -0,15 -0,05 0,05 0,15 0,25 KPPW

Sumber : Hasil Analisis, 2018 Keterangan : KPP = perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yg disebabkan oleh komposisi sektor – sektor industri di wilayah tersebut, perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar KPPW = perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh keunggulan komparatif wilayah tersebut, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan lokal di wilayah tersebut. Gambar 3. 18 Diagnosa Sektor dengan Komponen KPP dan KPPW di Kepulauan Riau Kesimpulan:

1. Penyedia Akomodasi Makan dan Minum 1. Tumbuh cepat, : 2. Jasa Pendidikan Berdaya saing 3. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2. Konstruksi 3. Transportasi dan Pergudangan 2. Tumbuh cepat, : 4. Informasi dan Komunikasi Tak Berdaya saing 5. Jasa Keuangan 6. Jasa Perusahaan 7. Jasa Lainnya 1. Pertanian, Kelautan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Pengadaan Listrik, dan Gas 3. Tumbuh Lambat, : 4. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Berdaya saing Sepeda Motor 5. Real Estate 6. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 4. Tumbuh Lambat, : Industri Pengolahan Tak Berdaya Saing

III - 66 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Pengaruh pertumbuhan sektoral yang lambat disebabkan oleh perbedaan karakteristik sektoral di Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional, dimana sektor-sektor yang tumbuh lambat tidak berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh cepat. Cepat atau lambatnya pertumbuhan sektor/tingkat daya saing suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan dan prasarana sosial ekonomi, serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah yang bersangkutan. Sektor yang mengalami pertumbuhan lambat dan/atau tak berdaya saing perlu dipacu lagi agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Sektor ekonomi unggulan yang terdapat pada suatu wilayah dapat diidentifikasi melalui analisis gabungan dari analisis LQ dan Shift Share. Hasil dari analisis tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengetahui sektor yang dapat meningkatkan perekonomian daerah. Analisis sektor ekonomi unggulan ini membutuhkan data hasil perhitungan rata-rata LQ selama lima tahun dan Shift Share. Berikut merupakan gambaran sektor ekonomi unggulan Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan hasil perhitungan rata-rata LQ selama lima tahun dan Shift Share.

17,00 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Pengadaan Listrik , Gas

Jasa Pendidikan Penyedia Akomodasi dan 11,00 Makan Minum Transportasi dan Informasi dan KomunikasiPergudangan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,00 Jasa Lainnya Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Pengadaan Air Konstruksi LQ (X) LQ

-1,00 Real Estate Jasa Perusahaan Jasa Keuangan Industri Pengolahan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan -7,00 Penggalian 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

PB (Y)

Sumber : Hasil Analisis, 2018 Keterangan : Sektor Unggulan = Jika rata-rata LQ ≥1 dan Prosentase PB >0 Sektor Potensial = Jika rata-rata LQ ≥1 dan Prosentase PB <0 Sektor Berkembang = Jika rata-rata LQ<1 dan Prosentase PB >0 Sektor Terbelakang = Jika rata-rata LQ <1 dan Prosentase PB <0 Gambar 3. 19 Analisis Prioritas Pengembangan Sektor di Provinsi Kepulauan Riau

III - 67 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Gambar tipologi sektor berdasarkan LQ dan Shift Share di atas menunjukkan bahwa di Provinsi Kepulauan Riau terdapat: : 1. Konstruksi 1. Sektor Unggulan 2. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang : 3. Pertambangan dan Penggalian 2. Sektor Potensial 4. Industri Pengolahan : 1. Pengadaan Listrik , Gas 2. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3. Transportasi dan Pergudangan 4. Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 5. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3. Sektor Berkembang 6. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7. Real Estate 8. Informasi dan Komunikasi 9. Jasa Pendidikan 10. Jasa Lainnya : 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Jasa Keuangan 4. Sektor Terbelakang 3. Real Estate 4. Jasa Perusahaan

Prioritas pertama dalam pengembangan sektor unggulan yaitu pada sektor konstruksi dan sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang. Sektor konstruksi merupakan sektor yang memiliki nilai LQ dan Shift Share lebih tinggi dibandingkan sektor unggulan lainnya sehingga sektor ini dapat menjadi sektor pertama untuk dikembangkan terlebih dahulu. Kemudian prioritas kedua sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang juga merupakan sektor unggulan di Provinsi Kepulauan Riau. Selanjutnya sektor potensial untuk dikembangkan adalah sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Sektor unggulan dan sektor potensial di Provinsi Kepulauan Riau perlu ditingkatkan produktivitasnya lagi agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2013 hingga tahun 2017 menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2013 sebesar 7,21% dan pada tahun 2017 menjadi sebesar 2,01% pada tahun 2017 (terjadi perlambatan pertumbuhan). Berbeda dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi secara Nasional. jejak tahun 2016 hingga tahun 2017 terus meningkat, yaitu naik menjadi 5,02% pada tahun 2016 dan naik menjadi 5,07% pada tahun 2017.

III - 68 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

9,00 8,00 7,21 6,60 7,00 6,02 6,00 5,02 5,00 5,78 5,07 4,00 5,02 4,79 5,02

3,00 2,01 2,00 1,00 0,00 2013 2014 2015 2016 2017

Nasional Kepulauan Riau

Sumber: BPS, Berita resmi statistik “Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Triwulan IV 2017, 2018 Gambar 3. 20 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau dengan Nasional Tahun 2013-2017

Berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2017 mencapai Rp 229,74 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp 166,19 triliun. Perekonomian Kepri yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan IV tahun 2017 mencapai Rp 60,35 triliun sedangkan untuk PDRB harga konstan 2010 sebesar Rp 42,68 triliun. Andil atas pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau pada Semester 2 2017 (Triwulan IV,c-to-c) terbesar disumbang oleh sektor Konstruksi dan Industri Pengolahan masing-masing sebesar 0,59 %, dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,50%.

III - 69 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

0,80

0,60 0,59 0,59 0,50

0,40 0,23 0,16 0,15 0,14 0,10 0,09 0,09

0,20 0,06 0,06 0,03 0,01 0,00 0,00

-0,20 0,05

-0,40 -

-0,60 0,75 -

-0,80

-1,00 kontruksi real estate jasa lainnya jasa jasa keuangan jasa pengadaan air pengadaan jasa pendidikan jasa jasa perusahaan jasa industri pengolahan industri minum pengadaan listrik, gas listrik, pengadaan informasi dan komunikasi dan informasi pertambangan dan penggalian dan pertambangan transportasi dan pergudangan dan transportasi dan Jaminan Sosial Wajib Sosial Jaminan dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial kegiatan dan kesehatan jasa penyediaan akomodasi dan makan dan akomodasi penyediaan Reparasi Mobil Sepeda Motor dan pertanian, kehutanan, dan perikanan dan kehutanan, pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, dan Eceran, dan Besar Perdagangan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Pemerintahan, Administrasi Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah Gambar 3. 21 Pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau Triwulan IV 2017 Menurut Lapangan Usaha (%)

Isu utama pembangunan wilayah Provinsi Kepulauan Riau dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah adalah masih besarnya kesenjangan antar kabupaten/kota, terutama Kota Batam dengan kabupaten/kota lain. Selama periode tahun 2016-2021, arah kebijakan utama pembangunan wilayah Provinsi Kepulauan Riau difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah dengan mendorong akselerasi pembangunan pada kabupaten/kota yang tertinggal. Akselerasi pembangunan wilayah tersebut bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan produktivitas, efisiensi dan nilai tambah sumber daya alam, penguatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penyediaan infrastruktur yang terpadu dan merata. Konsep Dual Track Strategy dibagi menjadi dua yaitu : 1. Kawasan BBK, terdiri dari Kota Batam, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun serta Kota Tanjungpinang. Kawasan ini dibangun untuk Mempercepat pelaksanaan pembangunan wilayah BBKT agar sejajar dengan kawasan-kawasan sejenis yang sudah lebih maju dan sejahtera; 2. Kawasan NAL terdiri dari Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga Kawasan ini dibangun untuk mengembangkan sentra-sentra ekonomi di wilayah Natuna, Anambas dan Lingga (NAL) sesuai dengan potensi/ agro ekosistem dominan. Pada Kawasan BBK digambarkan bahwa Kota Batam sebagai pusat industri, perdagangan, jasa dan pariwisata dengan strategi pengembangan Kawasan Ekonomi

III - 70 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Khusus Rempang Galang dan sinergitas Kewenangan Badan Pengusahaan Batam dan Pemerintah Kota Batam. Kota Batam selain letak geografisnya yang sangat strategis karena berada pada pintu masuk Selat Malaka dari sebelah Timur juga berbatasan dengan pusat bisnis dan keuangan Asia Pasifik yakni Singapura. Disamping itu, Pulau Batam ini juga berhadapan langsung dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam yaitu negeri-negeri jiran yang sedang giat membangun dan menikmati kemajuan perekonomiannya. Dengan kata lain, Pulau Batam terletak pada urat nadi perekonomian Asia dan menjadi etalase terdepan Republik Indonesia di mana tidak semua daerah memiliki potensi yang sama. Pulau Batam berada di jalur perdagangan internasional memiliki potensi ekonomi yang sangat besar untuk dikembangakan, salah satunya sektor jasa penerbangan udara yaitu Bandara Hang Nadim. Proyek ini merupakan pengembangn Bandara Hang Nadim (HNA) untuk mengantisipasi kepadatan dan pertumbuhan penumpang serta air traffic di badara Hang Nadim tersebut dalam beberapa tahun kedepan. Kabupaten Bintan sebagai Pusat Pariwisata, Perdagangan, pertanian dan hasil tambang dengan strategi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Industri pengolahan dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Pulau Batam yang telah berkembang sebagai kota industri dan perdagangan tentunya harus menjadi prime-mover bagi daerah di sekitarnya terutama Pulau Bintan yang berada paling dekat sebagai pusat pertumbuhan baru. Batam dan Bintan dapat saling melengkapi berdasarkan karateristik kawasan masing-masing, di mana Batam sebagai pusat pertumbuhan industri pengolahan dan manufaktur serta perdagangan, sementara Bintan sebagai kawasan pariwisata dan perdagangan. Kondisi ini didukung oleh status kedua pulau sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sehingga memudahkan bagi relokasi industri baru karena keterbatasan lahan di Batam. Untuk mendukung penguatan kedua daerah maka dibutuhkan sebuah jembatan yang mampu menghubungkan tidak saja arus orang dan barang namun juga distribusi energi dan air bersih. Keberadaan jembatan itu juga diproyeksikan mampu mendorong pertumbuhan pulau-pulau yang dilaluinya menjadi kawasan pertumbuhan baru. Pembangunan Jembatan Batam Bintan, memperkuat aktivitas ekonomi yang ada di antara Pulau Batam dan Bintan sehingga mendorong skala ekonomi yang lebih besar serta memperkuat daya saing. Kabupaten Karimun sebagai pusat Industri manufaktur dan cadangan energi nasional dengan strategi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Karimun (Pulau Asam dan Pulau Durian), Pelabuhan Internasional Malarko, Konektifitas antar pulau, dan Bandara Sei Bati. Kota Tanjungpinang sebagai pusat pemerintahan pelayanan, pertumbuhan baru dan priwisata dengan strategi jalan lingkar Tanjungpinang-Bintan,

III - 71 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Rumah Sakit rujukan Layanan Kesehatan, Bandara Raja Haji Fisabilillah, Pelabuhan International Tanjung Moco. Artinya kawasan BBK merupakan kawasan penopang petumbuhan ekonomi nasional, memerlukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pada Kawasan NAL digambarkan bahwa Kabupaten Natuna sebagai pusat perikanan, pariwisata, cadangan migas nasional dengan strategi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Parwisata, Sentra kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), Sentra Industri Migas dan Pusat Hankamas. Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai pusat pariwisata dan perikanan dengan strategi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata dan Sentra Perikanan Budidaya. Kabupaten Lingga sebagai pusat pertanian dan peternakan dengan strategi Lingga sebagai sentra ketahanan pangan dan meningkatkan aksesibilitas jalan. Artinya perlunya kebijakan (regulasi) khusus terhadap kawasan NAL untuk percepatan pembangunan perbatasan NAL. Pendekatan yang paling diutamakan dalam pembangunan Provinsi Kepri melalui Konektivitas dan kemaritiman. Konektivitas disini tergambarkan dengan pembangunan dan pengembangan pelabuhan, bandara, jembatan untuk menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya. Sementara kemaritiman terlihat pada konsep pengembangan pariwisata bahari, ketahan pangan, serta pengembangan KEK – KEK untuk membuat potensi pulau-pulau yang ada di kepri menjadi lebih maksimal lagi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Target pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau melalui kebijakan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021, target peningkatan pertumbuhan ekonomi diharapkan pada akhir tahun menjadi sebesar 5+1%. Namun realisasi tahun 2017 sebesar 2,01% terhadap target masih sebesar 40,2% (perlu upaya keras). Berikut proyeksi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau untuk lima tahun yang akan datang.

Tabel III. 11 Target Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

Realisasi Target Tahun Indikator Satuan 2017 2017 2018 2019 2020 2021 Pertumbuhan % 2,01 2,01 3+1 4+1 5+1 5+1 Ekonomi Sumber : RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021

III - 72 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

3.3.2 Laju Inflasi Terkini : Peningkatan Pengendalian Tingkat Inflasi Di Provinsi Kepulauan Riau, terutama pada bulan Januari pada kelompok bahan makanan; pada bulan Juli adanya tahun ajaran baru sekolah, memasuki bulan puasa ataupun Idul Fitri, kenaikan tarif angkutan antar kota (tuslah), dan kenaikan biaya pendidikan; pada bulan Desember adanya kenaikan harga-harga akibat pengaruh perayaan hari besar keagamaan (Natal) dan musim liburan tahun baru (High Season); serta kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan gas. Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat ditemukan dalam literatur ekonomi. Perbedaan definisi (pengertian) tersebut terjadi karena luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian tersebut melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi tentang inflasi, demikian pula dalam merumuskan kebijakan- kebijakan dalam pengendalian inflasi di suatu wilayah. Namun, pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan pandangan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena dan dilema ekonomi. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara. Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup masyarakat. Inflasi juga merupakan indikator pergerakan antara permintaan dan penawaran di pasar riil juga terkait erat dengan perubahan tingkat suku bunga, produktivitas ekonomi, nilai tukar rupiah dengan valuta asing, dan parameter ekonomi makro lainnya. Oleh karena itu pemerintah, masyarakat, pelaku bisnis, dan kalangan perbankan sangat berkepentingan terhadap perkembangan inflasi. Dalam batas wajar, inflasi bisa memberikan dampak yang positif dalam mendorong peningkatan produksi/output. Lebih lanjut, jika inflasi melebihi angka dua digit akan berdampak negatif, tidak hanya menurunkan nilai uang, tetapi juga dapat meningkatkan angka pengangguran, memperlebar jurang (gap) antara kaya dan miskin, antara pengusaha berskala besar (konglomerat) dan pengusaha berskala menengah ke bawah, antara petani pemilik lahan luas dan petani gurem, antara majikan dan pekerja, serta dapat melunturkan kepercayaan masyarakat internasional (investor) terhadap kewibawaan pemerintah suatu negara. Para investor enggan menanamkan modalnya dan bahkan bagi yang sudah terlanjur akan merelokasikan industrinya ke negara lain yang lebih stabil dan kompetitif. Tingkat inflasi yang berfluktuasi tinggi menggambarkan besarnya ketidakpastian nilai uang, tingkat produksi, distribusi dan arah perkembangan ekonomi, sehingga dapat

III - 73 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 membahayakan perekonomian secara keseluruhan. Sebaliknya inflasi yang rendah juga tidak menguntungkan perekonomian karena menggambarkan rendahnya daya beli dan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang pada gilirannya memperlambat pertumbuhan ekonomi. Begitu besarnya dampak inflasi bagi perekonomian agregatif dan melibatkan banyak pihak pelaku ekonomi, sehingga penyelesaiannya juga harus bersifat agregatif, integral serta harus melibatkan berbagai pihak terutama para pelaku ekonomi swasta dan pemerintah. Di Indonesia, Pemerintah dan Bank Indonesia bekerjasama memformulasikan berbagai kebijakan untuk menanggulangi laju pertumbuhan inflasi. Berangkat dari sini, maka sangat penting sekali memantau perubahan laju inflasi dari tahun ke tahun, karena hal ini akan berkaitan dengan kestabilan ekonomi suatu negara/daerah. Pemantauan inflasi dari tahun ke tahun harus dilakukan secara cermat dengan melihat indikator-indikator perubahan harga pada komoditas tertentu. Tujuan dari pemantauan ini akan berkaitan langsung dengan efisiensi perencanaan paket kebijakan moneter yang akan diambil oleh Pemerintah untuk kepentingan masa sekarang dan masa yang akan datang. Indikator yang paling sering digunakan untuk menganalisa dan mengukur laju inflasi adalah IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index). Penghitungan nilai inflasi di Indonesia didasarkan pada rasio perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dianggap mewakili seluruh barang dan jasa yang dijual di pasar antara suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya. Bahan dasar penyusunan inflasi adalah Survei Biaya Hidup (SBH) (Cost of Living Survey). SBH diadakan antara 5-10 tahun sekali. Perubahan terakhir yang dilakukan untuk mengganti paket komoditas dan diagram timbang, adalah dari Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar 2007=100 menjadi IHK tahun dasar 2012=100. Selain dari untuk menentukan paket komoditas, hasil SBH juga digunakan untuk menghitung Diagram Timbang (Weighting Diagram). Penentuan jumlah, jenis, dan kualitas dalam paket komoditas barang dan jasa serta bobot timbangannya dalam IHK didasarkan pada Survei Biaya Hidup 2012 (SBH2012). SBH merupakan survei yang bertujuan untuk mendapatkan pola konsumsi masyarakat, dan hasil survei ini selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan diagram timbangan IHK. SBH2012 dilaksanakan di 82 kota yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar lainnya. Kota Tanjungpinang dan Batam merupakan dua kota pantauan IHK di Provinsi Kepulauan Riau. Indeks Harga konsumen (IHK) mencakup 7 kelompok, yaitu: 1) Bahan Makanan, 2) Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, 3) Perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar, 4) Sandang, 5)Kesehatan, 6) Pendidikan, rekreasi dan olah raga, 7)

III - 74 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Transpor , komunikasi, dan jasa keuangan. Metode yang digunakan dalam penghitungan IHK adalah Formula Laspeyres yang telah dimodifikasi. Rumus tersebut mengacu pada manual Organisasi Buruh Dunia (International Labour Organization/ILO). Pengelompokan IHK didasarkan pada klasifikasi internasional baku yang tertuang dalam Classification of Individual Consumption According to Purpose (COICOP) yang diadaptasi untuk kasus Indonesia menjadi Klasifikasi Baku Pengeluaran Rumah Tangga. IHK diperoleh melalui perbandingan nilai konsumsi pada bulan berjalan dengan nilai konsumsi dasar hasil SBH. Kegunaan utama lainnya dari Indeks Harga Konsumen (IHK) ini adalah untuk menilai daya beli uang. Pada saat harga nilai sebenarnya dari uang atau daya beli menurun sehingga hanya dapat membeli kuantitas yang lebih sedikit dari barang dan jasa yang sama. Serikat buruh/pekerja dan para pengusaha juga menggukan IHK dalam negosiasi penetapan upah dan gaji. IHK ini juga digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai sebenarnya dari pengeluaran rumah tangga untuk pembayaran bagi para penerima dibawah kesejahteraan social atau skema bantuan publik. Inflasi diartikan sebagai sebuah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga bisa berarti proses menurunnya nilai mata uang secara kontinyu. Inflasi sendiri merupakan proses peristiwa itu, bukan tinggi rendahnya tingkat harga, ini berarti tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu merupakan inflasi. Beberapa penyebab atau determinan inflasi secara umum diantaranya 1) Inflasi permintaan (demand pull inflation) artinya bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand pull inflation. 2) Inflasi penawaran (cost-push/supply shocks inflation). Inflasi sisi penawaran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi suatu barang atau jasa. Termasuk dalam kategori tersebut adalah kenaikan harga komoditas global yang diimpor sehingga meningkatkan biaya produksi, dan pada gilirannya (apabila ditransmisikan ke harga konsumen) akan meningkatkan tekanan inflasi. Selain itu, inflasi jenis ini juga berasal dari kenaikan harga komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) antara lain BBM dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Kenaikan harga BBM atau listrik tersebut juga akan memicu peningkatan ongkos produksi atau pengadaan barang atau

III - 75 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 jasa lainnya, sehingga juga berpotensi meningkatkan tekanan inflasi. Terakhir, adalah inflasi yang disebabkan oleh kejutan (shocks) dari komoditas bahan pangan yang sangat rentan terhadap gangguan cuaca atau iklim. 3) Ekspektasi inflasi yakni tingkat inflasi yang berada di benak masyarakat. Ekspektasi inflasi tersebut bergantung pada pandangan subyektif dari pelaku ekonomi. Perilaku pembentukan ekspektasi inflasi pada dasarnya dapat berbentuk adaptif (backward-looking; forward looking) maupun gabungan dari keduanya. Pembentukan ekspektasi inflasi adaptif artinya bahwa masyarakat masih menjadikan peristiwa masa lalu (fakta historis) sebagai acuan. Dalam kasus ekspektasi inflasi yang adaptif maka ekspektasi inflasi yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh realisasi inflasi periode sebelumnya. Perilaku ekspektasi yang adaptif ini perlu diubah karena yang mempengaruhi inflasi bisa saja sudah mengalami perubahan, sehingga tidak lagi mengacu pada data realisasi di masa lalu. Sebaliknya, dalam perilaku pembentukan ekspektasi inflasi yang bersifat forward looking, masyarakat menggunakan berbagai informasi terkini dan perkiraan-perkiraan yang akan datang berdasar kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dan Bank Indonesia saat ini. Selengkapnya keterkaitan determinan inflasi dapat digambarkan pada gambar berikut ini:

Sumber: Buku Panduan TPID 2014 Gambar 3. 22 Keterkaitan Determinan Inflasi

Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inflasi

III - 76 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 yang rendah dan stabil akan berdampak positif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan terjaganya daya beli. Inflasi yang rendah dan stabil juga kondusif bagi para pelaku ekonomi untuk mengambil keputusan dalam melakukan kegiatan ekonomi, dengan demikian berdampak positif kepada pertumbuhan ekonomi nasional. Karakteristik laju inflasi di Indonesia dapat dikatakan tidak stabil. Hal ini terlihat dari perkembangan laju inflasi nasional selama kurun waktu 2013 hingga 2017. Fluktuasi nilai inflasi dipengaruhi oleh salah satunya dari sisi permintaan yang terjadi karena ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat dan barang/jasa yang ditawarkan. Kenaikan jumlah permintaan barang/jasa oleh konsumen yang lebih besar daripada jumlah barang/jasa yang tersedia akan mendorong kenaikan harga barang/jasa (inflasi). Sedangkan dari sisi penawaran, kenaikan harga dipicu oleh naiknya biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen. Kenaikan biaya produksi tersebut yang kemudian dibebankan kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga. Pada tahun 2008 laju inflasi nasional pernah mencapai 11,06 %, hampir mirip dengan kondisi inflasi pada tahun 2005 dimana pemerintah kembali menaikkan harga BBM dan juga terkait dengan krisis ekonomi global yang berimbas terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Namun demikian, pada tahun 2013 hingga 2017 laju inflasi nasional selalu berada pada level di bawah 10%. Jika dilihat inflasi tahun kalender selama kurun waktu Januari hingga Desember 2017, laju inflasi nasional hanya mencapai 3,61% dan jika dibandingkan laju inflasi nasional tahun 2016 yang mencapai 3,02% maka terjadi kenaikan. Laju inflasi bulanan mengalami fluktuasi dengan pola yang hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu saja hal ini di luar faktor penyesuaian harga yang ditetapkan pemerintah untuk beberapa komoditas. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi fluktuasi laju inflasi adalah faktor musiman yaitu hari raya keagamaan diantaranya Natal dan tahun baru, Idul Fitri dan Idul Adha, serta imlek dan sembahyang kubur. Selain itu masa liburan sekolah dan tahun ajaran baru sekolah juga cukup berpengaruh terhadap perkembangan harga beberapa komoditas barang dan jasa. Kelancaran distribusi barang khususnya yang didatangkan dari daerah lain juga sangat mempengaruhi tingkat harga. Faktor kelancaran distribusi dipengaruhi utamanya oleh kondisi cuaca di jalur distribusi baik jalur darat, laut, maupun udara, serta faktor eksternal lain seperti adanya bencana alam dan lain sebagainya.

III - 77 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

10,00 9,00 8,38 8,36 8,00 8,24 7,00 7,59 6,00 4,40 5,00 4,02 3,53 4,00 3,00 3,35 3,61 2,00 3,02 1,00 - 2013 2014 2015 2016 2017

Gabungan Dua Kota Nasional

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2017 Gambar 3. 23 Perkembangan Inflasi Gabungan Dua Kota di Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

Berdasarkan Gambar di atas, selama periode tahun 2013-2017 perkembangan realisasi inflasi gabungan dua kota di Kepulauan Riau hampir mirip dengan inflasi nasional. Tingkat inflasi tahunan gabungan dua kota di Kepulauan Riau berkisar antara 3,53% (tahun 2016) hingga 8,24% (tahun 2013). Sementara tingkat inflasi nasional berada pada kisaran nilai antara 3,02% (tahun 2016) hingga 8,38% (tahun 2013). Trend inflasi gabungan dua kota di Kepulauan Riau selama periode tahun 2013- 2014 berada di bawah angka nasional dan setelah tahun 2014 hingga tahun 2017 justru menunjukkan nilai inflasi gabungan cenderung berada di atas angka nasional. Tingginya tingkat inflasi gabungan tersebut berhubungan dengan kebijakan penyesuaian harga oleh pemerintah. Kenaikan harga energi (bahan bakar minyak dan listrik) yang ditetapkan oleh pemerintah memberi tekanan terhadap inflasi terutama pada kelompok komponen harga yang diatur pemerintah yaitu komoditas Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan Tarif Dasar Listrik (TDL).

III - 78 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 24 Inflasi Gabungan Dua Kota Menurut Periode Bulanan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017

Gambar di atas, pola inflasi bulanan untuk gabungan dua kota di Kepulauan Riau selama 2013-2017 menunjukkan bahwa inflasi yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Juli, dan Desember. Pola inflasi seperti ini hampir sama setiap tahunnya. Fenomena penyebab tingginya inflasi pada bulan Januari, Juli dan Desember secara umum dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut. Januari Tingginya inflasi pada bulan Januari umumnya didorong adanya inflasi pada kelompok bahan makanan Juli Tingginya nilai inflasi bulan Juli umumnya didorong adanya tahun ajaran baru sekolah dan memasuki bulan puasa ataupun Idul Fitri, adanya kenaikan tarif angkutan antar kota (tuslah), serta kenaikan biaya pendidikan Desember Tingginya inflasi bulan Desember umumnya didorong adanya kenaikan harga-harga akibat pengaruh perayaan hari besar keagamaan (Natal) dan musim liburan tahun baru (High Season)

Inflasi gabungan dua kota bulan januari hingga bulan desember tahun 2017 berkisar antara -0,80% sampai dengan 1,04 %, menunjukkan pergerakan angka inflasi gabungan masih terkendali. Inflasi tertinggi pada Juni 2017 (1,04%) lebih merupakan dampak dari kenaikan tarif angkutan udara menjelang Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan pada bulan Maret 2017 terjadi penurunan harga (deflasi) gabungan dua kota mencapai - 0,80%. Deflasi ini disebabkan turunnya harga kelompok bahan makanan terutama cabai dan sayur-sayuran.

III - 79 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Inflasi kumulatif kelompok pengeluaran untuk gabungan dua kota pada tahun 2017, tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan gas mencapai 6,95%. Kemudian diikuti kelompok pengeluaran lainnya seperti Tabel di bawah ini.

Tabel III. 12 Distribusi Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Gabungan Dua Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Sumbangan Inflasi No. Kelompok Pengeluaran (%) 1. Perumahan, Air, Listrik, dan Gas 6,95 2. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 5,63 3. Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 3,37 4. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 2,84 5. Bahan Makanan 2,61 6. Sandang 2,07 7. Kesehatan 1,58

Berdasarkan komoditas penyumbang inflasi gabungan dua kota tahun 2017, tertinggi pada komoditas tarif listrik mencapai 1,3883% seperti pada Tabel berikut.

Tabel III. 13 Distribusi Sumbangan Inflasi Menurut Jenis Komoditas Gabungan Dua Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Sumbangan Inflasi No. Jenis Komoditas (%) 1. Tarif Listrik 1,3883 2. Bawang Merah 0,2978 3. Tarif Pulsa Ponsel 0,2192 4. Sekolah Dasar 0,2036 5. Biaya Perpanjangan STNK 0,1925 6. Akademi/Perguruan Tinggi 0,1806 7. Tukang Bukan Mandor 0,1713 8. Rokok Kretek Filter 0,1617 9. Angkutan Udara 0,1317 10. Rokok Kretek 0,1302

Sementara itu, komoditas penyumbang deflasi yang dominan pada gabungan dua kota di Kepulauan Riau tahun 2017 antara lain seperti Tabel berikut ini.

Tabel III. 14 Distribusi Sumbangan Deflasi Menurut Jenis Komoditas Gabungan Dua Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Sumbangan Deflasi No. Jenis Komoditas (%) 1. Cabai Merah -0,268 2. Bawang Putih -0,1299 3. Cabai Rawit -0,111

III - 80 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sumbangan Deflasi No. Jenis Komoditas (%) 4. Gula Pasir -0,041 5. Kentang -0,0326 6. Kol Putih/Kubis -0,0197 7. Meja Kursi Tamu -0,0174 8. Cabai Hijau -0,0158 9. Minuman Ringan -0,0151 10. Tomat Sayur -0,0142

Komoditas penyumbang inflasi terbesar menurut kelompok pengeluaran untuk gabungan dua kota di Kepulauan Riau 2017, sebagai berikut: 1. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 6,95% dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi antara lain: tarip listrik (1,3883%), tukang bukan mandor (0,1713%), lemari pakaian (0,0292%), biaya keamanan (0.0230%), dan cat tembok (0,0124%). 2. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 5,63% dengan komoditas penyumbang inflasi untuk kelompok pengeluaran ini antara lain: sekolah dasar (0,2036%), akademi/perguruan tinggi (0,1806%), taman kanak-kanak (0,0072%), sekolah menengah pertama (0,0072%), dan sekolah menengah atas (0,0052%). 3. Kelompok pengeluaran transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 3,37% dengan komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini antara lain: tarip pulsa ponsel (0,2192%), biaya perpanjangan STNK (0,1925%), angkutan udara (0,1317%), bensin (0,1174%), dan solar (0,0096%). 4. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 2,84% dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi antara lain: rokok kretek filter (0,1617%), rokok kretek (0,1302%), rokok putih (0,0454%), ketupat/lontong sayur (0,0344%), dan ayam goreng (0,0319%). 5. Kelompok bahan makanan sebesar 2,61% dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi antara lain: bawang merah (0,2978%), selar (0,1184%), udang basah (0,0769%), tongkol (0,0686%), dan kacang panjang (0,0578%). 6. Kelompok sandang sebesar 2,07% dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi antara lain: emas perhiasan (0,0787%); celana panjang jeans (0,0096%); sandal kulit (0,0079%), dompet (0,0079%), dan mukena (0,0045%). 7. Kelompok kesehatan sebesar 1,58% dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi antara lain: check up (0,0111%); creambath (0,01%), parfum (0,0088%), sabun mandi cair (0,0086%), dan shampo (0,0081%).

Inflasi yang merupakan indikator penting dalam pembangunan daerah yang telah ditetapkan targetnya dalam RPJMD Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 sebagai berikut:

III - 81 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 15 Target Inflasi Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

Realisasi Target Indikator Satuan 2017 2017 2018 2019 2020 2021 Inflasi % 4,02 4,32 3,50±1 3,50±1 3,50±1 3,50±1 Sumber: RPJMD Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa target inflasi selama tahun 2018- 2021 dikisaran 3,5%-1%, dengan realisasi inflasi saat ini pada tahun 2017 sebesar 4,02%. Artinya dari segi capaian kinerja pengendalian inflasi perlu dioptimalkan mengingat kinerja realisasi terhadap target masih sebesar 85,14%. Dalam hal ini penetapan target inflasi sangat optimis, yang membutuhkan upaya yang cukup optimal untuk mencapainya. Melihat gambaran tesebut diatas, dalam mencapai target yang ideal tersebut lebih membutuhkan upaya keras dan sinergitas seluruh stakeholders utamanya Perangkat Daerah terkait melalui peningkatan peran TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) bekerjasama terutama dengan Bank Indonesia dalam upaya mengontrol tingkat inflasi di Provinsi Kepulauan Riau dan mencapai target yang telah ditetapkan.

3.3.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Terkini : Penurunan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Riau disebabkan oleh penurunan NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan rakyat, dan subsektor peternakan. Sebaliknya subsektor perikanan dan subsektor hortikultura mengalami peningkatan. Sektor pertanian bukan sektor dominan pada struktur PDRB Provinsi Kepulauan Riau. Sumbangan sektor pertanian selama tahun 2017 hanya tercatat dibawah angka 4%. Namun begitu sektor pertanian masih merupakan tumpuan mencari nafkah bagi sebagian masyarakat terutama subsektor perikanan. Hal ini dimungkinkan karena hampir 96% wilayah Provinsi Kepulauan Riau adalah lautan. Data Sakernas Agustus 2017 menunjukkan 11,97% penduduk usia kerja di Kepulauan Riau yang pekerjaan utamanya di sektor pertanian. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian berada pada urutan keempat terbanyak di Kepulauan Riau. Selain perikanan, subsektor tanaman perkebunan rakyat juga menjadi andalan masyarakat di provinsi ini. Tanaman cengkeh, karet, dan kelapa merupakan komoditas pertanian yang tumbuh subur di Provinsi Kepulauan Riau. Penghitungan NTP berdasarkan pada hasil pencatatan pada lima subsektor pertanian dengan tahun dasar 2012=100 untuk NTP tahun 2014-2017 dan tahun dasar

III - 82 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

2007=100 untuk NTP tahun 2013. Kelima subsektor tersebut yaitu Subsektor Tanaman Pangan yang terdiri dari kelompok padi dan palawija. Subsektor Hortikultura terdiri dari kelompok sayur-sayuran dan kelompok buah-buahan dan tanaman obat. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat terdiri dari kelompok tanaman perkebunan rakyat. Subsektor Peternakan terdiri dari kelompok ternak besar, kelompok ternak kecil, kelompok unggas, dan kelompok hasil peternakan. Subsektor Perikanan terdiri dari kelompok penangkapan ikan dan kelompok pembudidayaan ikan. Sejak tahun 2014, rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan tren yang menurun. Sejak penghujung tahun 2014 hingga tahun 2017, rata-rata Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Riau berada di bawah angka 100. Hal ini menunjukkan gambaran bahwa selama empat tahun terakhir petani di Provinsi Kepulauan Riau tidak mendapat untung ataupun mencapai Break Even Point (BEP) dari hasil sektor pertanian yang diusahakannya. Dengan kata lain, tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Kepulauan Riau selama periode 2014 hingga 2017 masih rendah. Kondisi ini disebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dikonsumsi petani jauh lebih tinggi bila dibandingkan kenaikan harga komoditas pertanian itu sendiri. Konsumsi tersebut mencakup konsumsi untuk keperluan rumah tangga petani dan juga konsumsi untuk biaya produksi pertanian. Rata-rata Nilai Tukar Petani di Provinsi Kepulauan Riau sepanjang 2017 hanya mencapai 97,54. Hingga Desember 2017, NTP tahun 2017 mengalami penurunan 0,19% dibandingkan NTP tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan Ib lebih besar daripada pertumbuhan It. Pertumbuhan Ib tahun 2017 tercatat sebesar 0,71% dan pertumbuhan It sebesar 0,52%. Selama periode 2017, Nilai Tukar Petani tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 99,4 dan yang terendah terjadi pada bulan September sebesar 96,55. Pertumbuhan Nilai Tukar Petani tertinggi terjadi pada bulan Februari yang meningkat sebesar 1,00% sedangkan pertumbuhan negatif terdalam terjadi pada bulan Maret yang mencapai -0,99%.

III - 83 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

99,5 99,14

99

98,5 98,16 98,16 98,12 97,98 98 97,54 97,5 97,23 96,99 96,99 96,91 97 96,73 96,55 96,5

April Mei Juni Juli Maret Januari Februari Agustus Oktober September NovemberDesember Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 25 Nilai Tukar Petani di Provinsi Kepulauan Riau, Januari-Desember 2017

Penurunan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Riau selama 2017 disebabkan oleh penurunan NTP pada tiga subsektor pembentuknya, yaitu subsektor tanaman pangan yang hingga bulan Desember mengalami penurunan sebesar-6,31 %, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar -1,63 %, dan subsektor peternakan turun sebesar -1,60%. Sebaliknya subsektor perikanan mengalami peningkatan NTP sebesar 3,11% dan subsektor hortikultura meningkat sebesar 0,47%.

Tabel III. 16 Rata-Rata Nilai Tukar Petani Menurut Sub Sektor Provinsi Kepuauan Riau Tahun 2013-2017

Nilai Tukar Petani Tanaman Tahun Tanaman Tanaman Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan Pangan Hortikultura Rakyat 2013 72,48 126,25 119,41 90,07 108,15 104,96 2014 99,95 99,18 92,53 106,33 107,56 100,93 2015 99,5 102,68 85,49 104,66 107,39 99,45 2016 98,57 102,53 80,15 104,05 108,98 98,16 2017 96,08 98,44 80,82 103,86 110,25 97,54 Keterangan : 2013 (2007=100), 2014-2017 (2012=100)

Bila dikhususkan hanya melihat dari sisi usaha pertanian, dengan mengeluarkan indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani, maka Nilai Tukar Usaha Petani masih di atas 100, artinya kenaikan harga komoditas pertanian masih lebih tinggi daripada kenaikan harga/biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian.

III - 84 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Perkembangan rata-rata Nilai Tukar Usaha Pertanian di Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu empat tahun mengalami tren yang meningkat dari 103,85 di tahun 2013 menjadi sebesar 107,30 di tahun 2017.

3.3.4 Investasi/Penanaman Modal Terkini : Sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan daya ungkit kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah dengan mengoptimalkan potensi keberagaman wisata bahari dan peningkatan peranan sub kategori perikanan dalam PDRB. Pemerintah daerah sebagai daerah otonomi memiliki hak, wewenang, dan kewajiban daerahnya sendiri untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai daerah otonom, salah satu tantangan pemerintah daerah adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam mendorong kemakmuran masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah akan terlihat dari meningkatnya daya beli masyarakat, semakin berkurangnya tingkat pengangguran dan perbedaan tingkat kesenjangan masyarakat semakin menurun. Dalam rangka meningkatkan kualitas produksi barang dan jasa dimasyarakat, maka pembangunan ekonomi lebih memperhatikan sektor-sektor potensial di daerah dengan menarik sumber-sumber permodalan untuk masuk di daerah. Peningkatan penanaman modal dengan mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di suatu wilayah. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dan muaranya pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal penanaman modal, pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam pengembangan iklim penanaman modal dengan penetapan pemberian fasilitas/insentif di bidang penanaman modal dan pembuatan peta potensi daerah. Kondisi ini didukung dengan promosi penanaman modal yang diselenggarakan dengan berbagai promosi penanaman modal melalui berbagai metode yang mampu meningkatkan besaran investasi di daerah. Dalam rangka pelayanan penanaman modal, pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam menyediakan pelayanan perizinan dan nonperizinan secara terpadu 1 (satu) pintu dalam melayani berbagai proses investasi. Untuk

III - 85 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 mewujudkan investasi yang kondusif, pemerintah daerah melakukan pengendalian pelaksanaan penanaman modal untuk mewujudkan penanaman modal yang berpihak pada masyarakat dan memperhatikan daya dukung lingkungan. Dalam pengelolaan data serta sistem informasi penanaman modal, pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam penyediaan data dan informasi perizinan dan nonperizinan yang terintergrasi sebagai basis informasi berbagai jenis investasi di daerah, termasuk menyediakan informasi potensi-potensi investasi di daerah. Kewenangan yang cukup luas dalam mendorong investasi di daerah, maka pemerintah daerah perlu memiliki kebijakan dan strategi yang mendukung terciptanya iklim investasi yang kondusif. Pemerintah daerah perlu mengadakan koordinasi dengan seluruh instansi terkait, para pelaku usaha, perbankan, serta kerjasama dengan pemerintah daerah lain yang potensial. Dalam mendukung investasi yang berkelanjutan, faktor paling penting yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah yaitu dengan menetepakan produk hukum daerah yang pro investasi. Adanya produk hukum daerah yang tidak menghambat investasi akan memberikan jaminan kepastian dan keamanan dalam berinvestasi bagi siapapun. Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar, dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit, dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir, dan kuarsa, sebagian besar tanah di wilayah Kepulauan Riau mengandung bauksit. Meskipun dalam jumlah yang realtif sedikit, lahan yang berpotensi diolah menjadi lahan pertanian tetap tersedia di seluruh wilayah kabupaten/kota se Kepulauan Riau. Hal ini pula yang membuat sektor pertanian, seperti pertanian tanaman pangan dan perkebunan kurang dijadikan mata pencaharian utama oleh sebagian besar penduduk. Akan tetapi, dengan luas lautan yang besar dan letak geografis Kepulauan Riau pada lintasan lalu lintas pariwisata dan perikanan internasional membuat sektor kelautan dan perikanan menjadi ‘harta karun’ bagi Provinsi Kepulauan Riau. Sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan daya ungkit perekonomian masa depan, seperti laut dan isinya serta berbagai pantai-pantai eksotis yang dapat dijadikan nilai investasi dan objek wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Ketersediaan akses darat, laut dan udara yang dimiliki daerah menjadi salah satu potensi yang dapat mempengaruhi ketertarikan investor dari luar mapun dari dalam. Sebagai salah satu propinsi termuda di Indonesia, Kepulauan Riau harus menyediakan berbagai infrastruktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan memperluas peluang bagi para investor asing dan domestik untuk menanamkan modalnya di Kepulauan Riau. Oleh sebab itu ketersediaan infrastruktur seperti jalan

III - 86 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 yang layak diperlukan dalam mempermudah mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas distribusi barang dari suatu daerah ke daerah lain. Pembangunan infrastruktur harus menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan baik nasional maupun daerah. Hal itu dinilai penting karena infrastruktur merupakan pilar utama dalam pembangunan dan menjadi bagian penting dalam konektivitas antar wilayah. Selama periode tahun 2013-2014 ada penambahan pembangunan jalan raya di Provinsi Kepulauan Riau. Pembangunan jalan raya tersebut meliputi penambahan panjang jalan yang menjadi wewenang negara, propinsi, maupun kabupaten/kota. Selain itu, kegiatan perbaikan dan perawatan jalan terus dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Gambar 3. 26 Panjang Jalan di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Tingkat Kewenangannya, 2010-2015

Aksesibilitas suatu wilayah merupakan faktor penting dalam menentukan seberapa cepatnya laju pembangunan di suatu daerah. Tanpa adanya jaminan aksesibilitas yang berkelanjutan, mustahil suatu daerah dapat berkembang. Hal ini dikarenakan suatu daerah membutuhkan pasokan dari daerah lain berupa sumber daya baik manusia maupun barang yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh daerah tersebut. Selain itu, jaminan aksesibilitas yang berkelanjutan merupakan komitmen pemerintah daerah kepada para investor untuk turut membangun suatu daerah. Sebagai propinsi kepulauan yang 95% luas wilayahnya adalah lautan, Provinsi Kepulauan Riau sangat mengandalkan transportasi melalui udara dan laut untuk konektivitas antar daerah. Provinsi Kepulauan Riau dapat dijangkau dengan

III - 87 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 transportasi udara melalui Bandara Hang Nadim di Batam dan Bandara Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang. Kedua bandara tersebut berperan sebagai pintu erbang udara dari akses nasional maupun internasional untuk masuk ke Kepulauan Riau. Selain itu, ada juga bandara yang terletak di beberapa kabupaten/kota, seperti Bandara Sei Bati di Kabupaten Karimun, Bandara Ranai di Natuna, Bandara Dabo di Kabupaten Lingga, dan Bandara Matak di Kabupaten Kepulauan Anambas. Sementara itu, transportasi melalui laut dapat diakses melalui pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Banyaknya Penumpang dan Pesawat Pada Beberapa Pelabuhan Udara di Kepulauan Riau Tahun 2017 sebagai berikut:

Tabel III. 17 Jumlah Penumpang dan Kapal Pada Beberapa Pelabuhan Udara di Kepulauan Riau Tahun 2017

Penumpang Pesawat No. Pelabuhan Udara Datang Berangkat Datang Berangkat 1. Hang Nadim – 2.894.134 2840.227 22.526 22.523 Batam 2. Raja Haji Fisabilillah 141.457 132.237 1.913 1.914 – Tanjungpinang 3. Dabo – Lingga 4.405 4.736 542 542 4. Ranai – Natuna 31.355 30.817 402 402 5. Sei Bati – Karimun 672 959 96 96 6. Matak – Kep. 3.030 3.080 118 114 Anambas 7. Letung – Kep. 373 387 31 31 Anambas Jumlah 3.075.426 3.012.443 25.628 25.622

Sedangkan banyaknya Penumpang dan Kapal Pada Beberapa Pelabuhan Laut Utama di Kepulauan Riau tahun 2016 sebagi berikut:

Tabel III. 18 Jumlah Penumpang dan Kapal Pada Beberapa Pelabuhan Laut Utama di Kepulauan Riau Tahun 2016

Penumpang No. Pelabuhan Laut Kapal Debarkasi/ Turun Embarkasi/ Naik 1. Sri Bintan Pura – 829.890 868.381 18.410 Tanjungpinang 2. International 1.973.578 2.003.422 9.703 Batam Center – Batam 3. Tanjung Balai – 835.277 856.529 15.568 Karimun 4. Tanjung Batu - 173.539 137.444 11.655 Karimun 5. Sri Bayintan 28.972 40.672 362 Kijang – Bintan

III - 88 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Penumpang No. Pelabuhan Laut Kapal Debarkasi/ Turun Embarkasi/ Naik 6. Lagoi – Bintan 703.633 365.297 2.765 7. Daik – Lingga 43.817 28.740 845 8. Midai – Natuna 6.467 7.178 203 9. Tarempa – Kep. 36.782 28.375 768 Anambas Jumlah 4.631.955 4.336.038 60.279

Aksesibiltas yang terjamin dan dipadukan dengan ketersediaan sumber daya energi akan semakin menumbuhkan rasa percaya investor dan wisatawan untuk datang ke Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah daerah berupaya untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat dengan ketersediaan tenaga listrik. Terlebih lagi pembangunan di suatu wilayah membutuhkan sumber energi yang besar. Pada tahun 2016, berdasarkan data dari PT. PLN Cabang Tanjungpinang bahwa daya terpasang di Kepulauan Riau sudah mencapai 232.912 KW dengan total pelanggan naik menjadi sebanyak 225.271 pelanggan dari tahun 2015 sebanyak 185.726 pelanggan, yang terdiri dari rumah tangga, industri, sosial, bisnis, dan pemerintah. Data tersebut tidak termasuk sebagian besar wilayah Batam yang sejak tahun 2000 menjadi pelanggan PT. PLN Batam.

Tabel III. 19 Jumlah Pelanggan dan Daya Terpasang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016

Daya Terpasang No. Kabupaten/Kota Pelanggan (KW) 1. Karimun 77.560 58.154 2. Bintan 24.736 39.971 3. Natuna 19.493 17.641 4. Lingga 11.235 19.853 5. Kep. Anambas 9.031 7.585 6. Batam 2.740 5.273 7. Tanjungpinang 103.117 76.794 Jumlah 232.912 225.271

Selain aksesibilitas dan ketersediaan energi listrik, keberlangsungan sumber daya air di suatu daerah merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam menyiapkan daerah menjadi tujuan investasi, berdasarkan data BPS hasil survei Perusahaan Air Bersih tahun 2015 air yang sudah disalurkan sebanyak 80.337.760 m³ dengan pelanggan sebayak 264.527 pelanggan.

III - 89 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 20 Jumlah Pelanggan dan Air Bersih yang Disalurkan Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015

Air Disalurkan No. Kabupaten/Kota Pelanggan (m³) 1. Karimun 970.064 4.401 2. Bintan 535.578 2.690 3. Natuna 2.305.082 3.798 4. Lingga 879.583 2.889 5. Kep. Anambas 12.833 190 6. Batam 70.304.106 232.765 7. Tanjungpinang 5.330.514 17.794 Jumlah 80.337.760 264.527

Kawasan peruntukan pariwisata dengan potensi keindahan alam, dan seni budaya Provinsi Kepulauan Riau merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata, kaya akan potensi pariwisata merupakan salah satu peluang investasi dalam meningkatkan daya saing ekonomi daerah. Kawasan peruntukan pariwisata mempunyai salah satu kondisi ideal sebagai berikut: • Keindahan alam dan keindahan panorama. • Masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh wisatawan. • Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah tinggi. • Kawasan yang mendukung upaya pelestarian Budaya dan lingkungan. Kawasan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau seluas 28.324 Ha yang tersebar di 7 kabupaten/kota. Adapun arahan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau diimplementasikan ke dalam 7 (tujuh) Koridor Pariwisata Daerah yang berdasarkan keunggulan kooperatif terdiri dari: 1. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Batam sebagai kawasan Wisata Kota, Wisata Bahari dan Wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), Wisata Minat Khusus, Wisata Terpadu, Eksklusif, Wisata Agro dan Wisata Alam; dengan daya tarik penunjang : hiburan, sport, belanja, bahari, rekreasi, sejarah, religi, minat khusus dan ekonomi kreatif dan wilayah pengembangan antara lain di Pulau Batam, Pulau Setokok, Rempang, Galang, Galang Baru, Pulau Bulang dan Belakang Padang. 2. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Bintan sebagai kawasan Wisata Terpadu, Eksklusif, Kawasan Wisata Terbuka Umum dan Wisata Minat Khusus dengan daya tarik penunjang antara lain 1 dengan daya tarik penunjang : wisata terpadu, Spa, Leisure park, Taman Laut Tambelan, agro dan perikanan, hutan lindung Gunung Bintan, desa wisata,budaya, religi dan ekonomi kreatif dan wilayah pengembangan Lagoi (wisata terpadu), Trikora [wisata pantai dan minat khusus) dan Tanjung Uban

III - 90 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

3. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Karimun sebagai kawasan Wisata Alam, Wisata Minat Khusus dan Wisata Agro dengan tarik penunjang : kuliner, sejarah, budaya, handycraft, island tour dan ekonomi kreatif dan wilayah pengembangan Pulau Buru, Pulau Kundur, Pulau ari panas, Kawasan Karimun Utara, Karimun Selatan, Pulau Papan dan Kawasa Moro. 4. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Tanjungpinang sebagai kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya dan Wisata Kreatif dengan tarik penunjang budaya, sejarah, kuliner, wisata mangrove, ekonomi kreatif dan Island tour dan wilayah pengembangan Kota Tanjungpinang, Pulau Penyengat, Senggarang, Dompak, Kawasan Hulu Riau dan Sungai Carang. 5. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Natuna sebagai kawasan Wisata Bahari, Ekowisata dan Minat Khusus dengan daya tarik penunjang budaya, minat khusus, bahari dan ekonomi kreatif dan wilayah pengembangan bunguran, Serasan dan Subi. 6. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Anambas sebagai kawasan Wisata Bahari dan Ekowisata dengan daya tarik penunjang sejarah, minat khusus, bahari dan ekonomi kreatif dan wilayah pengembangan Tarempa, Iemaja, Iemaja Timur, Siantan dan Siantan Timur. 7. Koridor Pariwisata Daerah (KPD) Lingga sebagai kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata Alam dan Wisata Bahari dengan daya tarik penunjang budaya, sejarah, bahari dan ekonomi kreatif dan wilayah pengembangan Dabo Singkep, Daik dan Senayang. Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand dan Filipina yang memiliki Kekayaan pariwisata yang sangat potensial. Dilihat dari jumlah Wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau menurut pintu masuk di Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Kepulauan Riau termasuk daerah tujuan wisatawan mancanegara, pada tahun 2017 melalui pintu masuk Batam sebanyak 1.504.275 wisatawan; pintu masuk Bintan sebanyak 368.587 wisatawan; pintu masuk Tanjungpinang sebanyak 117.384 wisatawan dan pintu masuk Karimun 84.288 wisatawan. Provinsi Kepulauan Riau merupakan pintu masuk wisatawan terbesar ketiga di Indonesia. Pada tahun 2015 tercatat 40% wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia melalui Bali, 23% dari Jakarta, dan 20% dari Kepulauan Riau. Salah satu daya tarik wisata di Provinsi Kepulauan Riau adalah wisata bahari yang tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota. Selain itu, pemerintah daerah kabupaten/kota juga gencar membuat event berkelas internasional sebagai salah strategi penarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau.

III - 91 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 21 Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2017

Wisatawan Mancanegara No. Pintu Masuk 2016 2017 1. Karimun 89.107 84.288 2. Bintan 305.404 368.587 3. Batam 1.432.472 1.504.275 4. Tanjungpinang 93.249 117.384

Perkembangan bisnis meetings incentives conventions exehbitions (MICE) yang merupakan bagian dari industri pariwisata masa kini dan telah memberikan warna yang beragam terhadap jenis kegiatan pariwisata yang identik dengan pemberian pelayan/services. MICE dan bisnis pariwisata di kota Batam merupakan bisnis dengan high quality dan high yield yang memberikan kontribusi tinggi. Pulau Batam yang merupakan area Free Trade Zone (FTZ) memiliki pesona sebagai objek wisata belanja. Peluang investasi yang menarik dan menguntungkan di kota Batam, antara lain: • Mendirikan pusat perbelanjaan yang modern dan usaha perdagangan sebagai tempat wisata belanja dan oleh-oleh baik makanan, asesoris atau barang elektronik yang up date dengan teknologi baru. • Menambah jumlah hotel berbintang karena hotel yang tersedia tidak mencukupi bagi pengunjung pada event-event tertentu. • Mengelola resort pada kawasan yang ditetapkan sebagai obyek wisata resort. • Menambah jumlah restoran kuliner dengan variasi makanan kuliner nusantara yang asli dan dan cafe modern. Provinsi Kepulauan Riau memiliki wilayah laut yang luas membuat porensi wisata baharinya begitu beragam. Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau memiliki daya tarik wisata bahari, terutama di Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, dan Kabupaten Lingga. Butiran pasir putih sepanjang pantai di Natuna dan Kawasan Wisata Terpadu Pulau Bintan menjadi daya tarik wisata yang menarik kunjungan wisatawan mancanegara dirunjang dengan berbagai fasilitas hotel, resort, padang golf dan sarana wisata lainnya. Beberapa tempat di Kepulauan Riau sudah dikenal oleh masyarakat internasional. Diantaranya adalah Pulau Bawah di Kabupaten Kepulauan Anambas yang berupa gugusan beberapa pulau membentuk laguna yang indah. Pulau Bawah berhasil menarik perhatian dunia internasional melalui julukan sebagai pulau tropis paling indah se Asia yang diberikan oleh CNN pada tahun 2012 lalu. Selain Pulau Bawah, Provinsi Kepulauan Riau memiliki beberapa resort kelas dunia yang berada di Kabupaten Bintan.

III - 92 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia yang paling strategis karena terletak di jalur perdagangan dan transportasi internasional. Keuntungan dari sisi geostrategis Provinsi Kepulauan Riau dapat dijadikan modal untuk pengembangan sektor pariwisata bahari yang dibutuhkan untuk menjadi daya ungkit sektor-sektor penggerak perekonomian dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peluang investasi pengembangan wisata bahari antara lain : • Pengelolaan dan pengembangan wisata dengan konsep ekowisata bahari di Kabupaten Lingga, Natuna, Karimun dan Anambas yang melibatkan masyarakat setempat. • Pengembangan hotel dan perniagaan. • Investasi perniagaan dengan tersedianya kuliner, oleh-oleh khas daerah baik berupa kerajinan ataupun makanan olahan. • Investasi transportasi darat ataupun laut. Situs kemegahan Kerajaan Melayu di Lingga yang menjadi akar kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, seperti berbagai atraksi wisata lainnya seperti dragon boat, festival musik Dangkung, Kenduri Seni Melayu, Festival Makanan Tradisional, Festival Budaya Melayu lnternasional menambah semarak dan keanekaragaman produk unggulan. Peluang investasi wisata sejarah antara lain : • Penyediaan Fasilitas transportasi untuk menuju ke tempat wisata sejarah di Kabupaten Lingga. • Penyediaan penginapan. • Mendirikan pusat perbelanjaan untuk oleh-oleh daerah setempat dan tempat warung/restoran makanan disekitar wilayah wisata sejarah di Lingga dan Pulau Penyengat.

Secara umum peluang investasi di sektor pariwisata yang terbuka luas di Provinsi Kepulauan Riau , antara lain : • Mendirikan pusat perbelanjaan yang modern dan usaha perdagangan sebagai tempat wisata belanja dan oleh-oleh baik makanan, asesoris atau barang elektronik yang up date dengan teknologi baru. • Menambah jumlah hotel berbintang karena hotel yang tersedia tidak mencukupi bagi pengunjung pada event-event tertentu. • Mengelola resort pada kawasan yang ditetapkan sebagai obyek wisata resort. • Menambah jumlah restoran kuliner dengan variasi makanan kuliner nusantara yang asli dan dan cafe modern.

III - 93 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

• Pondok wisata. • Agen perjalanan wisata. • Sanggar seni. • Galeri seni. • Jasa teknik film seperti studio pengambilan gambar film, laboratorium pengolahan film, sarana pengisian suara, sarana pengambilan gambar dan sebagainya. • Gedung pertunjukan seni. • Pembuatan sarana promosi pariwisata, (iklan, poster, photo). • Jasa akomodasi seperti motel hotel melati, Hotel bintang 1 – 5. • Restoran/ rumah makan. • Jasa boga (catering). • Biro perjalanan wisata. • Jasa konvensi, pamrean dan perjalanan lainnya. • Pengusahaan obyek wisata budaya. • Usaha rekreasi dan hiburan (taman rekreasi, gelanggang renang, dan sebagainya). • Bar/cafe/karaoke. • Pengusahaan wisata alam.

Selain wisata bahari, Kepulauan Riau memiliki potensi yang sangat besar dalam menjadikan kelautan dan perikanan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat tercermin pada luas laut yang mencapai 417 ribu km2 dan memiliki ribuan pulau dengan berbagai keunggulannya. Pemanfaatan laut dan berbagai isinya tidak hanya dapat diandalkan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Akan tetapi, melalui startegi yang tepat sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan solusi untuk sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi masyarakat, sehingga dapat menekan angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Selama lima tahun terakhir (2013-2017) struktur perekonomian Kepulauan Riau didominasi oleh lima lapangan usaha, diantaranya: Industri Pengolahan; Kontruksi; Pertambangan dan Penggalian; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; dan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Hal ini dapat dilihat dari peranan masing-masing lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau, seperti terilihat pada Gambar Tabel berikut.

III - 94 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 22 Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (%) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017

Struktur ekonomi Kepulauan Riau hingga tahun 2017 masih didominasi oleh lapangan usaha Industri Pengolahan dengan peranan sebesar 36,75% terhadap total PDRB. Peranan lapangan usaha Industri Pengolahan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 peranan Industri Pengolahan sebesar 38,98 dan terus turun hingga tahun 2017. Lapangan usaha dengan peranan terbesar kedua adalah Konstruksi. Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian menjadi penyumbang nilai tambah dalam produksi barang dan jasa ketiga terbesar setelah Kontruksi. Selanjutnya, di urutan keempat, ditempati oleh lapangan usaha Perdagangan

III - 95 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, diikuti oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Jika dilihat dari peranan masing-masing kategori secara detil, kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan hanya memiliki andil 3,46% terhadap total PDRB Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017. Bahkan peranan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang diharapkan dapat menjadi kategori penyangga dalam struktur ekonomi Kepulauan Riau di masa yang akan datang tersebut, justru berangsur-angsur menurun menjadi sebesar 3,46% dari 3,56% di tahun 2013.

Tabel III. 23 Peranan Lapangan Usaha Terhadap PDRB kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (%) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017

Akan tetapi, jika dilihat hingga level yang lebih kecil, sub kategori Perikanan memiliki andil terbesar terhadap kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dari tahun 2013 hingga tahun 2017. Pada tahun 2017, secara khusus subkategori Perikanan memiliki peranan 64,86% terhadap nilai PDRB pada kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Pertumbuhan PDRB subkategori Perikanan sangat pesat. Hal ini terlihat pada rentang tahun 2013-2017. Pada rentang tahun tersebut trend pertumbuhan PDRB kategori Industri Pengolahan mulai mengalami penurunan laju pertumbuhan. Sedangkan PDRB subkategori Perikanan justru berkembang cukup pesat yang terlihat melalui laju pertumbuhan yang melesat mulai tahun 2013-2017.

III - 96 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Pemanfaatan berbagai potensi kelautan dan perikanan tidak lepas dari peran rumah tangga perikanan sebagai aktor utama dalam kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan. Rumah tangga perikanan diharapkan mampu menjadi motor penggerak untuk meningkatkan produksi barang/jasa sektor kelautan dan perikanan. “Rumah tangga usaha perikanan adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta pengelolaan makannya dari satu dapur, yang melakukan kegiatan perikanan baik budi daya ikan maupun penangkapan ikan. yang dilakukan oleh anggota rumah tangga sebagai kegiatan usaha yaitu kegiatan perikanan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar atas risiko usaha (BPS, Sensus Pertanian 2013)” Rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor. Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Menurut Kabupaten /Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 berdasarkan data BPS, Sensus Pertanian 2013 sebagai berikut:

Tabel III. 24 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Menurut Kabupaten /Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

Rumah Tangga Usaha Perikanan No. Kabupaten/Kota Penangkapan Budidaya 1. Karimun 4.173 536 2. Bintan 4.005 649 3. Natuna 2.393 594 4. Lingga 7.569 1.342 5. Kep. Anambas 2.470 1.394 6. Batam 7.608 1.713 7. Tanjungpinang 1.117 292 Jumlah 29.335 6.520 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (ST2013) diketahui ada sebanyak 32.155 rumah tangga usaha perikanan dari total seluruh rumah tangga usaha pertanian Provinsi Kepulauan Riau, yaitu sebanyak 69.991 rumah tangga. Jumlah tersebut masih relatif kecil jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. Jumlah rumah tangga usaha perikanan di Kepulauan Riau secara geografis belum sebanding dengan luasnya wilayah lautan yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau. Jika dibandingkan dengan data hasil ST2003, terjadi penurunan jumlah rumah tangga usaha perikanan di Provinsi Kepulauan Riau. Pada tahun 2003 tercatat ada 34.055

III - 97 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 rumah tangga usaha perikanan di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah ini terus menurun selama 10 tahun berikutnya, hingga pada tahun 2013 berkurang menjadi 32.155 rumah tangga usaha perikanan.

4%

16%

Tanpa Perahu 33% Perahu Tanpa Motor Kapal Motor Perahu Tempel 47%

Gambar 3. 27 Persentase Rumah Tangga Perikanan Berdasarkan Jenis Kapal/Perahu Utama yang Digunakan di Laut Provinsi Kepulauan Riau, 2013

Berdasarkan hasil ST2013 Provinsi Kepulauan Riau, masih ada 33% rumah tangga usaha perikanan tangkap yang menggunakan perahu tanpa motor dalam kegiatan penangkapan ikan di laut. Bahkan masih ada 4% rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut tanpa menggunakan perahu. Dari sisi alat tangkap yang digunakan, sebagian besar rumah tangga usaha perikanan tangkap di kabupaten/kota se-Kepulauan Riau sudah menggunakan jaring. Hal ini terlihat melalui persentase penggunaan jaring sebagai alat tangkap ikan di laut oleh rumah tangga perikanan lebih besar dibandingkan persentase alat tangkap lainnya, seperti pancing dan perangkap. Akan tetapi, terdapat 2 kabupaten yang masih ‘setia’ dalam menggunakan pancing sebagai alat tangkap ikan. Sebanyak 68% rumah tangga usaha perikanan di Kabupaten Natuna dan 75% rumah tangga usaha perikanan di Kabupaten Kepulauan Anambas masih menggunakan pancing sebagai alat tangkap utama dalam kegiatan penangkapan ikan di laut.

III - 98 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 - Kepulauan Tanjung Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Anambas Pinang Pukat 221 271 84 403 136 472 83 Jaring 3.042 1.427 177 2.704 167 2.392 507 Pancing 538 1.328 1.638 2.322 1.927 1.924 93 Perangkap 236 736 358 1.974 302 2.238 137 Lainnya 198 327 152 219 30 986 308

Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013 Gambar 3. 28 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap Utama yang Digunakan di Laut Provinsi Kepulauan Riau, 2013

Data mengenai jenis kapal dan alat tangkap yang digunakan oleh rumah tangga usaha perikanan dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini dinilai penting karena salah satu cara untuk menggali potensi ikan yang ada di laut adalah dengan mengandalkan jenis kapal dan alat tangkap yang mutakhir. Selain perikanan tangkap, kegiatan lain dalam subsektor perikanan adalah budidaya perikanan. Definisi dalam ST2013 “usaha budidaya ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan atau membiakkan (pembenihan) ikan dengan menggunakan lahan atau perairan dan fasilitas buatan serta memanen hasilnya dengan tujuan sebagian atau seluruhnya untuk dijual/ditukar atas risiko usaha”. Berdasarkan hasil ST2013, terdapat 6.520 rumah tangga usaha perikanan budidaya di Kepulauan Riau. Sebagian besar tinggal di Kota Batam, Kabupaten Kepulauan Anambas, dan Kabupaten Lingga dengan total persentase di atas 60%. Kota Batam merupakan daerah yang memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan terbanyak (1.713 rumah tangga), diikuti oleh Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Natuna yang tercatat masing-masing memiliki sebanyak 1.394 dan 1.342 rumah tangga usaha budidaya ikan.

III - 99 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tanjung Pinang Karimun 292,50 536,80 4,48% 8,23% Bintan 649,10 9,95%

Batam 1.713,26 Natuna 26,26% 594,90 9,12%

Kepulauan Lingga Anambas 1.342,21 1.394,21 20,58% 21,37%

Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013 Gambar 3. 29 Persentase Persebaran Rumah Tangga Usaha Perikanan Budidaya Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau, 2013

Lokasi budidaya ikan yang tercatat melalui ST2013 meliputi budidaya ikan di laut, di tambak/air payau, di kolam/air tawar, di sawah, dan di perairan umum. Untuk melihat secara khusus pemanfaatan laut sebagai lokasi budidaya, kategori lokasi usaha budidaya ikan dibagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu laut dan bukan laut.

1.600

1.400

1.200

1.000

800

600

400

200

- Kepulauan Tanjung Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Anambas Pinang Laut 286 239 525 1.247 1.379 671 102 Bukan Laut 255 423 69 99 15 1.120 200

Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013 Gambar 3. 30 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan Budidaya Menurut Lokasi Budidaya dan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau, 2013

Berdasarkan grafik di atas, dapat terlihat bahwa kabupaten/kota yang memiliki luas lautan yang besar (Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Kepulauan Anambas) akan cenderung memiliki rumah tangga usaha perikanan

III - 100 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 budidaya yang berlokasi di laut, dibandingkan dengan bukan laut seperti kolam, tambak, dan sejenisnya. Rendahnya permintaan akan ikan air tawar juga membuat rendahnya minat masyarakat di ketiga kabupaten ini untuk menjalankan usaha budidaya ikan di air tawar, tambak, dan kolam. Hal ini berbeda dengan Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kabupaten Bintan yang memiliki lebih banyak rumah tangga usaha perikanan budidaya yang berlokasi di bukan laut dibandingkan dengan yang berlokasi di laut. Sedangkan di Kabupaten Karimun memiliki proporsi yang hampir sama antara rumah tangga usaha perikanan budidaya di laut dan bukan laut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sentra rumah tangga budidaya ikan laut ada di Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Sedangkan sentra rumah tangga budidaya ikan air tawar ada di Kabupaten Bintan, Kota Batam, dan Kota Tanjungpinang. Potensi perikanan yang besar di Provinsi Kepulauan Riau dapat memberikan manfaat yang optimal secara berkelanjutan bagi daerah dan masyarakat bila dikelola dengan baik dan bertanggungjawab. Pemerintah telah menetapkan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: Per.01/MEN/2009. Penetapan WPP-RI perlu dilakukan untuk menjamin pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan terhadap sumber daya ikan. WPP-RI merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Salah satu WPP-RI yang telah ditetapkan adalah WPP-RI 711 yang meliputi Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan. Dengan adanya penetapan wilayah pengelolaan perikanan, kebijakan pengelolaan perikanan menjadi lebih tepat sasaran sehigga dapat meningkatkan produksi perikanan dengan tetap menjaga keberlanjutan stok sumber daya ikan (ecological sustainability).

III - 101 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

300.000

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Riau 97.782 99.194 102.090 87.917 75.520 77.102 90.503 95.609 93.279 107.305 Jambi 43.121 25.100 43.638 43.945 44.120 44.524 44.700 46.894 47.713 48.031 Sumatera Selatan 27.831 35.485 37.790 38.653 39.735 40.877 43.800 44.092 44.764 48.186 Kepulauan Bangka Belitung 119.845 127.274 123.202 150.496 153.222 159.421 192.474 202.565 199.243 203.285 Kepulauan Riau 181.118 164.493 193.556 225.439 225.469 196.633 157.506 147.310 140.597 139.331 DKI Jakarta 132.024 137.570 146.240 144.718 145.970 172.422 180.198 219.836 209.733 226.060 Jawa Barat 155.341 149.490 167.288 176.449 172.747 180.405 185.825 198.978 207.462 206.156 Jawa Tengah 192.586 193.554 154.442 174.831 195.636 212.635 251.536 256.093 224.229 242.072 Kalimantan Barat 60.616 66.160 65.828 75.998 77.442 86.255 94.063 101.991 120.079 165.622 Kalimantan Tengah 45.994 48.402 48.570 48.162 47.359 52.123 46.400 54.574 66.312 66.384

Gambar 3. 31 Perbandingan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Provinsi-provinsi WPP-RI 711 Tahun 2005-2014

Trend produksi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Riau selama 10 tahun terakhir (2005-2014) mengalami penurunan sebesar 23 %, yaitu 181.118 ton pada tahun 2005 menjadi 139.331 ton pada tahun 2014. Sebagai provinsi yang tergolong memiliki potensi perikanan terbesar di wilayah WPP-RI 711, produksi perikanan tangkap Provinsi Kepulauan Riau cukup rendah dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah WPP-RI 711 seperti Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kepulauan Riau sebenarnya memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat besar di Laut Natuna yang selama ini masih belum dioptimalkan. Fishing Ground Area Kabupaten Natuna mencakup 75,5% luas WPP-RI 711. Potensi lestari perikanan tangkap di perairan Natuna mencapai lebih dari 500.000 ton per tahun. Jika diasumsikan Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah maksimum 80% dari total potensi lestari ikan, maka diperkirakan produksi perikanan tangkap di perairan Natuna dapat mencapai 400.000 ton per tahun. Selain perikanan tangkap, Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi untuk terus mengembangkan perikanan budidaya. Menurut data BPS, total produksi perikanan

III - 102 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 budidaya Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014 sebesar 27.366 ton. Jumlah tersebut turun sebesar 6,8% dari tahun 2013 yang mencapai 29.383 ton.

Gambar 3. 32 Jumlah dan Pertumbuhan Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2014

Tinggi atau rendahnya hasil produksi perikanan budidaya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kualitas lahan (areal) yang digunakan, manajemen pakan, manajemen penyakit dan obat, pemakaian bibit unggul, dan sebagainya. Selain itu, salah satu faktor yang juga menentukan jumlah produksi perikanan budidaya adalah luas baku budidaya ikan. Secara umum, semakin besar luas baku (areal) yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya ikan maka produksi ikan hasil budidaya juga akan semakin banyak. Berdasarkan data ST2013, rata-rata luas baku budidaya ikan terbesar adalah untuk jenis budidaya bukan ikan hias di tambak/air payau, yaitu sebesar 9,12 ribu m2/rumah tangga, sedangkan rata-rata luas baku paling kecil adalah untuk budidaya bukan ikan hias di laut, dengan rata-rata luas baku sebesar 127,01 m2/rumah tangga. Sedangkan untuk rata-rata luas baku budidaya ikan hias yaitu sebesar 119,08 m2/rumah tangga. Berikut Rata-Rata Luas Baku Budidaya Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Budidaya Ikan (m2/rumah tangga) Tahun 2013 berdasarkan dara BPS, Sensus Pertanian 2013.

III - 103 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 25 Rata-Rata Luas Baku Budidaya Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Budidaya Ikan (m2/rumah tangga) Tahun 2013

Bukan Ikan Hias (Lokasi) Ikan No. Kabupaten/Kota Tambak/ Kolam/ Perairan Laut Sawah Hias Air Payau Air Tawar Umum 1. Karimun 939,09 1.257,58 412,65 - 160,00 187,00 2. Bintan 535,50 5.675,09 1.009,97 - 292,00 194,83 3. Natuna 74,74 5.040,00 625,22 - - - 4. Lingga 19,01 8.366,18 176,95 - - 91,67 5. Kep. Anambas 29,96 - 58,80 - - - 6. Batam 62,29 1.948,08 786,74 - 765,63 128,95 7. Tanjungpinang 220,25 68.273,14 1.715,64 - - 18,27 Jumlah 127,01 9.120,20 839,71 - 728,90 119,08 Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013

Pemanfaatan potensi perikanan Provinsi Kepulauan Riau, baik tangkap maupun budidaya masih relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah lain yang bahkan memiliki luas wilayah lautan lebih kecil dibandingkan Provinsi Kepulauan Riau. Potensi perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Riau harus dikelola secara baik dan bertanggungjawab dengan mengedepankan asas keberlanjutan (sustainability), sehingga dapat menjadi modal utama pembangunan di masa kini dan masa yang akan datang. Potret penanaman modal di Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dari besaran investasi (PMA dan PMDN). Selama periode tahun 2012- 2016, besaran investasi PMA yang masuk di di Provinsi Kepulauan Riau Investasi berskala Asing cenderung meningkat dengan gap yang cukup besar walaupun sempat menurun di tahun 2015. Besaran investasi pada tahun 2012 sebesar US$.1.060,89 Juta meningkat menjadi sebesar US$.5.328,00 Juta, meningkat sekitar US$.4.267,11 juta. Sedangkan besaran investasi berskala Nasional cenderung fluktuasi dimana pada tahun 2012 sebesar Rp.928,82 Milliar meningkat menjadi Rp.4.541,10 Milliar tahun 2014 kemudian menurun cukup drastis menjadi sebesar Rp.492,50 Milliar. Selengkapnya dapat dilihat pada gembar berikut.

III - 104 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

6.000,00 5.328,00 5.000,00

4.000,00

3.000,00 2.477,20 2.000,00

1.000,00 1.085,10 1.060,89 520,00 - 2012 2013 2014 2015 2016

PMA

Sumber : DPMPTSP Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 33 Perkembangan Nilai Investasi Berskala Asing Tahun 2012-2016 (Juta US$)

5.000,00 4.500,00 4.541,10 4.000,00 3.500,00 3.584,40 3.000,00 2.500,00 2.000,00 928,82 1.500,00 1.384,00 1.000,00 500,00 492,50 - 2012 2013 2014 2015 2016

PMDN

Sumber : DPMPTSP Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 34 Perkembangan Nilai Investasi Berskala Nasional Tahun 2012-2016 (Milliar)

Pelayanan Perizinan di Provinsi Kepulauan Riau secara bertahap dipindahkan dari perangkat daerah ke Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP). Jumlah Izin dan non perizinan yang dilayani oleh Pelayanan terpadu satu pintu sampai dengan tahun 2016 sebanyak 1.264 jenis perizinan/non perizinan, sdangkan jumlah jenis izin dan non izin yang diterbitkan BPMPTSP mencapai sebanyak 110 jenis dan masih ada beberapa jenis perizinan yang ditangani oleh perangkat daerah. Namun jumlah permohonan izin yang terlayani melalui Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada tahun 2015 hanya 8 permohonan ijin. Meskipun demikian Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat

III - 105 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

atas Pelayanan Perizinan Satu Pintu (PTSP) per tahunnya terus meningkat mencapai 81,25% pada tahun 2016, seperti terlihat pada gambar berikut.

1400 85 80 81,25 1200 80 1000 75 800 70 600 70 400 1.264 65 110 200 104 104 450 114 0 60 2014 2015 2016 Jumlah Izin dan nonperizinan yang dilayani oleh Pelayanan terpadu satu pintu Jumlah jenis Izin dan non Izin yang diterbitkan BPMPTSP

Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat atas Pelayanan Perizinan Satu Pintu (PTSP)

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu Gambar 3. 35 Pelayanan Perizinan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2016

Investasi merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan daya saing ekonomi daerah. Besaran investasi yang terealisasi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja, peningkatan konsumsi dan pendapatan masyarakat. Peningkatan nilai investasi menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan dalam mendukung perekonomian daerah. Melalui kebijakan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021, target peningkatan investasi setiap tahunnya diharapkan dapat tumbuh rata-rata sebesar 2,74% setiap tahunnya. Penentuan target investasi di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2016-2021 mengacu pada kondisi investasi ditahun 2016-2017. Berikut proyeksi realisasi nilai investasi di Provinsi Kepulauan Riau untuk lima tahun yang akan datang.

Tabel III. 26 Target Relisasi Investasi di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

Realisasi Target Tahun Indikator Satuan 2017 2017 2018 2019 2020 2021 Realisasi nilai Milyar 7.108 7.300 7.500 7.700 7.900 8.100 investasi Sumber : RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021

3.3.5 Ketimpangan Pendapatan Terkini : Rata-Rata Pengeluaran Penduduk Perdesaan yang Sebagian Besar Penduduknya dengan Sumber Penghasilan Utama pada

III - 106 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Sektor Perikanan Tangkap Lebih Rendah dibandingkan Penduduk Perkotaan dan Aksesibilitas Desa/Kelurahan Di Bidang Pendidikan, Kesehatan, Permodalan dan Pemberdayaan Masyarakat Belum Merata Salah satu determinan dari kesejahteraan ekonomi penduduk adalah kemampuan daya beli penduduk. Peningkatan kemampuan daya beli akan meningkatkan kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan pokok. Meningkatnya kemampuan daya beli penduduk tentu saja diakibatkan meningkatnya pendapatan. Karena itu besarnya konsumsi/pengeluaran penduduk merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2016 sebesar Rp 1.465.121. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi sebesar Rp 1.564.877. Sebagaimana terlihat pada gambar tersebut, rata- rata pengeluaran per kapita penduduk di perkotaan pada tahun 2017 sebesar Rp 1.663.556. Rata-rata pengeluaran penduduk perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perdesaan yang sebesar Rp 1.005.233. Dibandingkan tahun 2016 rata- rata pengeluaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 meningkat sebesar 6,81%. Tatkala harga-harga tidak banyak berubah, kenaikan pengeluaran per kapita tersebut mampu menunjukkan adanya peningkatan daya beli penduduk dari tahun sebelumnya. Dari sisi konsumsi makanan, rata-rata konsumsi makanan penduduk per kapita sebulan di daerah perkotaan masih lebih tinggi dari daerah perdesaan, sebagaimana pola tahun sebelumnya. Dimana konsumsi makanan di perkotaan pada tahun 2017 sebesar Rp. 794.256, naik sebesar 11,16% dari tahun sebelumnya. Sedangkan di perdesaan sebesar Rp. 562.677, meningkat 12,08% dari 2016. Secara keseluruhan konsumsi makanan per kapita per bulan pada 2017 sebesar Rp. 759.644 meningkat 11,45% dari tahun sebelumnya. Selanjutnya dari sisi konsumsi non makanan, penduduk di daerah perkotaan dapat dikatakan lebih banyak mengeluarkan uang mereka untuk hal ini dibanding penduduk perdesaan, diketahui bahwa rata-rata pengeluaran penduduk perkotaan untuk mengkonsumsi barang dan jasa non makanan dalam sebulan bisa mencapai hampir dua kali lipat dari penduduk di daerah perdesaan.

Tabel III. 27 Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Konsumsi Non Makanan Per Kapita Sebulan (Rupiah) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2017 Klasifikasi Makanan Non Makanan Rata-Rata Pengeluaran Wilayah 2016 2017 2016 2017 2016 2017 Kota 714.538 794.256 783.597 805.334 1.556.907 1.663.556 Desa 502.046 562.677 464.081 442.556 966.127 1.005.233 Kota+Desa 681.525 759.644 842.369 869.300 1.465.121 1.564.877

III - 107 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Disimpulkan bahwa data pengeluaran Susenas terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Tingkat kebutuhan/permintaan terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan (primer) lebih didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk non makanan. Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan elastisitas permintaan terhadap kebutuhan non makanan relatif lebih tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang non makanan, sedangkan sisa pendapatan dapat disimpan sebagai tabungan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat di pakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, di mana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Data persentase pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok makanan dan bukan makanan tahun 2016–2017. Secara umum persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan pada 2017 mengalami peningkatan sebesar 2,02 poin dari tahun 2016.

60 55,97 54,11 51,96 53,48 52,26 51,46 46,52 47,74 48,54 48,04 50 45,89 44,03 40

30

20

10

0 2016 2017 2016 2017 Makanan Non Makanan Kota Desa Kota+Desa

Sumber: Susenas Tahun 2016-2017, diolah Gambar 3. 36 Persentase Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan Untuk Makanan dan Non Makanan Menurut Klasifikasi Wilayah, Provinsi Kepulauan Riau, 2016-2017

III - 108 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Dilihat dari klasifikasi daerah, di daerah perkotaan mengalami kenaikan proporsi pengeluaran makanan. Sementara itu di daerah perdesaan prioritas penduduk terhadap konsumsi makanan masih tinggi (diatas 50%) yaitu meningkat sebesar 4,01 poin dari 2016, di mana pada periode 2016 – 2017 proporsi konsumsi makanan masih sangat besar mencapai 55,97%. Sebaliknya persentase konsumsi non makanan penduduk secara keseluruhan di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 cenderung menurun dari tahun 2016. Di daerah perdesaan gap antara konsumsi makanan dan non makanan terlihat lebih besar (11,94%) sementara untuk daerah perkotaan perbedaannya lebih kecil (4,52%) karena tingginya konsumsi penduduk perkotaan akan pengeluaran non makanan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Ketimpangan atau distribusi pendapatan dapat diukur dengan dua pendekatan, yaitu dengan ukuran Bank Dunia dan koefisien gini (gini ratio). Pendekatan Bank Dunia mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan, yaitu 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20 % penduduk dengan pendapatan tinggi. Pengkategorian proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk sebagai berikut: a. Ketimpangan pendapatan tinggi (kurang dari 12%). b. Ketimpangan pendapatan sedang/menengah (12-17%). c. Ketimpangan pendapatan rendah (lebih dari 17%). Gini ratio didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari nilai pengeluaran konsumsi dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Gini ratio mengambil nilai 0 sampai dengan 1, artinya koefisien gini yang mendekati angka 0 (nol) mengindikasikan distribusi pendapatan semakin merata, dan sebaliknya koefisien gini mendekati angka 1 (satu) mengindikasikan distribusi pendapatan semakin timpang. Nilai gini ratio 0 (nol) berarti pemerataan pendapatan sempurna, dan nila 1 (satu) berarti ketimpangan pendapatan sempurna. Ketimpangan pemerataan pendapatan menggunakan Indeks Gini dapat diklasifikasi menjadi 3 kategori, yaitu: a. Ketimpangan rendah (0-0,35) b. Ketimpangan sedang (> 0,35-0,50) c. Ketimpangan tinggi (>0,50-1) Dengan menggunakan kriteria dari Bank Dunia maka diketahui ketimpangan pendapatan penduduk Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan kelompok 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20 % penduduk dengan pendapatan tinggi.

III - 109 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

50 47,92 43,58 43,89 45 43,11 40,5 40 40,47 35 38,17 37,83 38,32 35,71 30

25 18,25 18,28 18,57 19,03 20 16,37 15 2013 2014 2015 2016 2017

40% Terendah 40% Menengah 20% Tertinggi

Sumber: Susenas Tahun 2013-2017, diolah Gambar 3. 37 Pembagian Pengeluaran Masyarakat Provinsi Kepulauan Riau, 2013-2017

Gambar di atas menunjukkan data distribusi pendapatan dari tahun 2013 hingga tahun 2017 pada kelompok 40% penduduk dengan pendapatan rendah menerima bagian pendapatan berada pada kisaran sebesar 16,37% (2014) hingga sebesar 19,03% (2017). Dari data distribusi pendapatan untuk kelompok 40% penduduk dengan pendapatan rendah tersebut menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun 2013 (sebesar 18,25%) hingga tahun 2017 (sebesar 19,03%), artinya Kelompok 40% penduduk dengan pendapatan rendah di Provinsi Kepulauan Riau hingga tahun 2017 menerima sebesar 19,03% dari PDRB (ketimpangan pendapatan rendah). Perbandingan distribusi kelompok pendapatan penduduk menurut Kabupaten/Kota untuk mengetahui kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat pada tahun 2017 di 7 Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, seperti terlihat pada Gambar berikut.

III - 110 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

50 43,23

45 41,87 40,96 40,93 40,86 40,52 40,21 39,2 38,95 38,72 38,65 38,58 37,4

40 36,52 35 30 22,39 25 21,85 20,56 20,39 20,25 19,41 20 18,55 15 10 5 0 Karimun Bintan Natuna Lingga Kepulauan Kota Batam Kota Anambas Tanjungpinang

40% Terendah 40% Menengah 20% Tertinggi

Sumber: Susenas Tahun 2017, diolah Gambar 3. 38 Pembagian Pengeluaran Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, 2017

Berdasarkan data distribusi pendapatan di 7 Kabupaten/Kota tersebut, maka dapat dikemukakan tentang distribusi pendapatan yang relatif merata atau dengan kata lain pemerataan pendapatan cukup baik. Hal ini diketahui 40% penduduk dengan pendapatan rendah dengan alokasi lebih dari 17% PDRB di masing-masing Kabupaten/Kota. Rata-rata distribusi pendapatan untuk kelompok 40% penduduk dengan pendapatan rendah berkisar sebesar 18,55% (Kota Tanjungpinang, terendah) hingga 22,39% (Kep. Anambas, tertinggi), maka distribusi pendapatan untuk kelompok tersebut cukup baik. Dari data tersebut diketahui pula kelompok 20% penduduk dengan pendapatan tinggi pada tahun 2017 dengan pendapatan rata-rata berkisar sebesar 37,40% (Kep. Anambas, terendah) hingga 43,23% (Lingga, tertinggi). Sedangkan 40% penduduk dengan pendapatan menengah menunjukkan pendapatan rata-rata berikisar sebesar 36,52% (Lingga, terendah) hingga 40,96% (Kota Batam, tertinggi). Nilai indeks gini Provinsi Kepulauan Riau antara tahun 2013–2017 stabil dari sebesar 0,36 menurun menjadi sebesar 0,359 pada tahun 2017. Angka ini menunjukan bahwa ketimpangan pendapatan di Provinsi Kepulauan Riau termasuk kategori sedang. Hal ini perlu diwaspadai agar peningkatan pendapatan tidak hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat yang berpenghasilan tinggi (orang kaya). Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

III - 111 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

0,41 0,402 0,4 0,39 0,38 0,37 0,362 0,364 0,359 0,36 0,354 0,35 0,34 0,33 0,32 2013 2014 2015 2016 2017

Gini Ratio

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2018 Gambar 3. 39 Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017

Dibandingkan provinsi lain di Wilayah Sumatera tahun 2017, indeks gini di Provinsi Kepulauan tertinggi kedua setelah sumatera selatan. Secara rinci perbandingan indeks gini provinsi di wilayah Sumatera dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

0,45

0,40 0,391 0,35 0,30 0,25 0,20 0,365 0,359

0,15 0,349 0,335 0,334 0,333 0,329 0,325 0,312

0,10 0,276 0,05 0,00 Kepulauan Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Riau Bangka Selatan Barat Utara Belitung Provinsi Kepulauan Riau nasional

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 3. 40 Perbandingan Indeks Gini Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September)

Pendataan Potensi Desa (Podes) telah dilaksanakan sejak tahun 1980. Sejak saat itu, Podes dilaksanakan secara rutin sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu sepuluh tahun untuk mendukung kegiatan Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, ataupun Sensus Ekonomi. Dengan demikian, fakta penting terkait ketersediaan

III - 112 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 infrastruktur dan potensi yang dimiliki oleh setiap wilayah dapat dipantau perkembangannya secara berkala dan terus menerus. Pendataan Podes 2014 dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: (1) menyediakan data tentang keberadaan, ketersediaan, dan perkembangan potensi yang dimiliki setiap wilayah administrasi pemerintahan yang meliputi: sarana dan prasarana wilayah serta potensi ekonomi, sosial, budaya, dan aspek kehidupan masyarakat lainnya untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah di tingkat nasional dan tingkat daerah, (2) menyediakan data dasar bagi keperluan penentuan klasifikasi/tipologi wilayah (seperti: perkotaan-perdesaan, wilayah tertinggal, wilayah pesisir dan sebagainya) dan penyusunan statistik wilayah kecil, (3) melengkapi penyusunan kerangka sampling untuk kegiatan statistik lain lebih lanjut. Podes 2014 dilaksanakan secara sensus terhadap seluruh kabupaten/kota, kecamatan, dan wilayah administrasi pemerintahan terendah setingkat desa (yaitu: desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT), dan Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) yang masih dibina oleh kementerian terkait). Suatu wilayah administrasi pemerintahan ditetapkan sebagai target lokasi pendataan jika wilayah tersebut telah dinyatakan sebagai wilayah yang definitif dan operasional dengan kriteria sebagai berikut: (1) memiliki batas wilayah yang jelas, (2) memiliki penduduk yang menetap di wilayahnya, dan (3) memiliki pemerintahan yang sah dan berdaulat. Berdasarkan data BPS-Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2018 di Provinsi Kepulauan Riau terdapat sebanyak 416 Desa/Kelurahan yang tersebar di 70 Kecamatan (7 Kabupaten/Kota), dengan rincian pada Tabel berikut.

Tabel III. 28 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Kabupaten/ No. Kecamatan Desa Kelurahan Desa/Kelurahan Kota 1. Karimun 12 42 29 71 2. Bintan 10 36 15 51 3. Natuna 15 70 6 76 4. Lingga 10 75 7 82 5. Kep. Anambas 7 52 2 54 6. Batam 12 - 64 64 7. Tanjungpinang 4 - 18 18 Jumlah 70 275 141 416

Sumber penghasilan utama penduduk di Provinsi Kepulauan Riau adalah di sektor pertanian, terlihat dari banyaknya desa/kelurahan yang sebagian besar penduduknya dengan sumber penghasilan utama di sektor pertanian, yaitu sejumlah 313 desa/kelurahan dari total 416 desa/kelurahan (75,24% tersebar di 7

III - 113 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kabupaten/Kota). Sumber penghasilan utama kedua terbanyak, yaitu Industri Pengolahan hanya sejumlah 36 desa (8,65%) di 2 Kabupaten/Kota (Bintan dan Batam), secara rinci pada Tabel berikut.

Tabel III. 29 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk di Provinsi Kepualauan Riau Tahun 2014

Pertambangan Perdagangan Angkutan, Kabupaten/ Industri No. Pertanian dan Besar/ Pergudangan, Jasa Lainnya Kota Pengolahan Penggalian Eceran Komunikasi 1. Karimun 51 6 - 9 - 5 - 2. Bintan 39 - 7 1 - 1 3 3. Natuna 75 - - - - 1 - 4. Lingga 75 1 - 1 - 4 - 5. Kep. Anambas 50 1 - 2 1 - - 6. Batam 20 - 29 10 - 4 1 7. Tanjungpinang 3 - - 4 - 8 3 Jumlah 313 8 36 27 1 23 7 Sumber: BPS, Podes 2014

Gambar 3. 41 Persentase Desa/Kelurahan Yang Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Adalah Pertanian Menurut Kabupaten/Kota

Jika dilihat lebih detail pada sektor pertanian, sub sektor perikanan tangkap merupakan sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk Provinsi Kepulauan Riau, yaitu sejumlah 119 desa/kelurahan (47,84% tersebar di 7 Kabupaten/Kota). Berikutnya sub sektor perkebunan (5 kabupaten) dan sub sektor tanaman pangan (5 kabupaten dan Kota Batam), secara rinci pada Tabel berikut.

III - 114 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 30 Banyaknya Desa/Kelurahan yang Sebagian Besar Penduduknya Bekerja Pada Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Kabupaten/ Tanaman Perikanan Perikanan Jasa No. Perkebunan Peternakan Kehutanan Jumlah Kota Pangan Tangkap Budidaya Pertanian 1. Karimun 5 20 - 26 - - - 51 2. Bintan 5 5 - 29 - - - 39 3. Natuna 8 28 - 38 - 1 - 75 4. Lingga 5 18 - 52 - - - 75 5. Kep. Anambas 2 12 1 32 3 - - 50 6. Batam 1 - - 19 - - - 20 7. Tanjungpinang - - - 3 - - - 3 Jumlah 26 83 1 199 3 1 - 313 Sumber: BPS, Podes 2014

Gambar 3. 42 Peta Tematik Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Di Desa

Jalur Pendidikan di Indonesia terdiri atas 1) pendidikan formal, 2) pendidikan non formal, dan 3) pendidikan informal yang ketiganya dapat saling melengkapi. Jenjang Pendidikan Formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan yang diajarkan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Dilihat dari keberadaan sekolah di desa/kelurahan terutama sekolah TK/RA/BA dan SD/MI, terdapat 185 desa/kelurahan yang tidak memiliki sekolah TK/RA/BA dan 26 desa/kelurahan yang tidak memiliki sekolah SD/MI, secara rinci keberdaaan sekolah di desa/kelurahan pada Tabel berikut.

III - 115 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 31 Banyaknya Desa/Kelurahan yang Mempunyai Sekolah Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Kabupaten/ No.

Kota SMK SD/MI SMU/MA SMP/MTs TK/RA/BA

1. Karimun 39 66 43 17 7 2. Bintan 27 48 26 10 7 3. Natuna 53 64 31 17 5 4. Lingga 12 79 33 11 5 5. Kep. Anambas 28 51 20 6 1 6. Batam 55 64 57 36 21 7. Tanjungpinang 17 18 14 7 7 Jumlah 231 390 224 104 53 Sumber: BPS, Podes 2014

Pendidikan Nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Lembaga Keterampilan adalah pendidikan luar sekolah yang dikelola oleh lembaga/pelatihan/kursus keterampilan yang mempunyai ciri: jangka waktu pendidikan relatif pendek, ditujukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat umum, dan menyediakan sertifikat bagi peserta yang lulus. Namun belum seluruh desa/kelurahan memiliki/ditempati oleh lembaga ketrampilan, terdapat 314 desa/kelurahan tidak ada lembaga ketrampilan, secara rinci pada Tabel berikut.

Tabel III. 32 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Lembaga Ketrampilan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Menjahit/ Montir Tidak Ada Kabupaten/ Bahasa No. Komputer Tata Kecantikan Mobil/ Elektronika Lainnya Lembaga Kota Asing Busana Motor Ketrampilan 1. Karimun 6 6 3 - - - - 59 2. Bintan 9 8 13 3 4 3 - 32 3. Natuna 4 8 1 - 1 - - 66 4. Lingga - 3 - - - - - 78 5. Kep. Anambas - 2 7 2 - - - 44 6. Batam 20 22 10 11 1 - 12 28 7. Tanjungpinang 9 3 2 1 3 - 2 7 Jumlah 58 52 36 17 9 3 14 314 Sumber: BPS, Podes 2014

III - 116 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Berdasarkan keberadaan sarana kesehatan di desa/kelurahan, hampir seluruh desa/kelurahan terdapat kegiatan Posyandu atau sebesar 99,27% dari total desa/kelurahan. Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Sedangkan 56,25% dari total desa/kelurahan menjadi pusat jaringan pelayanan Puskesmas melalui Puskesmas Pembantu (Pustu) dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama, seperti terlihat pada Tabel berikut.

Tabel III. 33 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Sarana Kesehatan Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Kabupaten/ No. Kota Toko Sakit Pustu Bidan Dokter Apotek Rumah Rumah Rumah Khusus Khusus Praktek Praktek Bersalin Polindes Poliklinik Posyandu Obat/Jamu Poskesdes Puskesmas 1. Karimun 2 4 7 9 38 20 26 45 29 70 17 16 2. Bintan 2 2 7 14 27 12 19 2 49 51 7 8 3. Natuna 2 - 1 13 32 6 9 24 21 76 2 2 4. Lingga 2 - 1 8 35 8 10 10 49 80 2 3 5. Kep. Anambas 2 - 4 8 34 4 7 4 4 54 1 1 6. Batam 12 15 37 19 45 38 41 5 20 64 35 40 7. Tanjungpinang 3 - 7 6 13 16 15 14 3 18 13 12 Jumlah 25 21 64 97 234 104 127 104 175 413 77 82 Sumber: BPS, Podes 2014

Toko/Warung Kelontong adalah tempat usaha di bangunan tetap yang menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran, tidak mempunyai sistem pelayanan mandiri dikelola oleh satu penjual. Dari jumlah keberadaan toko/warung kelontong di 402 desa/kelurahan, sebesar 96,63% desa/kelurahan dengan penduduk yang memiliki akses dalam memenuhi kebutuhan barang makanan dan non makanan,

Tabel III. 34 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Sarana Perdagangan Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Sarana Perdagangan

Kabupaten/ No. Kota Kedai Kedai Toko / Makan Rumah Rumah Warung Warung/ Makanan Minuman Restoran/ Restoran/ Kelontong Mini Market 1. Karimun 19 20 48 65 2. Bintan 14 17 41 51 3. Natuna 7 4 51 73

III - 117 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sarana Perdagangan

Kabupaten/ No. Kota Kedai Kedai Toko / Makan Rumah Rumah Warung Warung/ Makanan Minuman Restoran/ Restoran/ Kelontong Mini Market 4. Lingga 7 7 44 81 5. Kep. Anambas 2 5 41 51 6. Batam 47 41 58 63 7. Tanjungpinang 15 16 18 18 Jumlah 111 110 301 402 Sumber: BPS, Podes 2014

Dalam pemanfaatan potensi sumberdaya lokal baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, 61,30% desa/kelurahan memiliki industri makanan dan minuman, 27,21% desa/kelurahan memiliki industri kayu, 27,16% desa/kelurahan memiliki industri anyaman dan 24,52% desa/kelurahan memiliki indsutri gerabah/keramik/batu.

Tabel III. 35 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan dan Jenis Industri Kecil dan Mikro Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Kabupaten/ No. Kota Logam Industri Industri Industri Industri Industri Lainnya Gerabah/ Gerabah/ Minuman Anyaman Mulia dan bahan dari Kain/Tenun Idustri Kayu Indutri Loga Industri Kulit Makanan dan Keramik/Batu 1. Karimun 1 27 7 12 24 1 21 6 2. Bintan 2 29 1 21 26 4 50 3 3. Natuna - 39 1 30 23 17 50 14 4. Lingga - 53 - 32 11 - 42 20 5. Kep. Anambas - 27 2 13 5 3 29 2 6. Batam - 37 8 5 11 9 47 16 7. Tanjungpinang - 5 - - 2 3 16 7 Jumlah 3 217 19 113 102 37 255 68 Sumber: BPS, Podes 2014

Penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan keberadaan industri kecil dan mikro di Desa/Kelurahan tidak seluruhnya mendapatkan fasilitas perkreditan dalam pengembangan usahanya. Fasilitas perkreditan adalah fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Fasilitas perkreditan tidak termasuk pinjaman dari perorangan. Hanya sebesar 22,36% desa/kelurahan yang mendapatkan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR); 17,31% desa/kelurahan mendapatkan fasilitas Kredit Usaha Kecil (KUK); dan 3,37% desa/kelurahan mendapatkan fasilitas Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).

III - 118 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 36 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Fasilitas Perkreditan Selama Setahun Terakhir Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Kredit Kabupaten/ Kredit Usaha Ketahanan Kredit Usaha No. Kota Rakyat (KUR) Pangan dan Kecil (KUK) Energi (KKP-E) 1. Karimun 6 - 8 2. Bintan 13 4 14 3. Natuna 5 1 3 4. Lingga 28 1 8 5. Kep. Anambas 23 3 7 6. Batam 14 5 25 7. Tanjungpinang 4 - 7 Jumlah 93 14 72 Sumber: BPS, Podes 2014

Masyarakat desa tidak seluruhnya dapat melakukan aktivitas simpan pinjam, pemasaran, layanan jasa, kegiatan konsumsi maupun produksi hasil usahanya. Keberadaan koperasi di desa/kelurahan masih rendah, hanya sebesar 12,5% desa/kelurahan tersedia KUD yang merupakan wadah organisasi ekonomi sosial kemasyarakatan, 1,44% desa/kelurahan tersedia Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat, dan 21,63% desa/kelurahan tersedia Koperasi Simpan Pinjam.

Tabel III. 37 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Koperasi Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Koperasi Koperasi Industri Koperasi Koperasi No. Kabupaten/ Kota Unit Kecil dan Simpan Lainnya Desa Kerajinan Pinjam Rakyat 1. Karimun 10 - 16 11 2. Bintan 9 4 25 8 3. Natuna 1 - 7 7 4. Lingga 8 - 9 6 5. Kep. Anambas 11 - 4 7 6. Batam 9 1 20 46 7. Tanjungpinang 4 1 9 6 Jumlah 52 6 90 91 Sumber: BPS, Podes 2014

Pendapatan Asli Desa (PAD) adalah penerimaan dari berbagai usaha pemerintah desa untuk mengumpulkan dana guna keperluan desa dalam membiayai kegiatan rutin/pembangunan. PAD terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi masyarakat, gotong royong masyarakat dan lain-lain, termasuk juga penerimaan yang berasal dari pungutan desa. Banyaknya desa dengan sumber penerimaan desa berasal dari PAD sebesar 9,13%, sedangkan Alokasi Dana Desa sebesar 59,13%, Bantuan Pemerintah Kabupaten sebesar 42,31%, Bantuan Pemerintah Provinsi sebesar 55,77% dan Bantuan Pemerintah Pusat sebesar 9,86%.

III - 119 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 38 Banyaknya Desa Menurut Sumber Penerimaan Desa Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Alokasi Bantuan Pendapatan Kabupaten/ Dana Pemerintah Bukan Pemerintah No. Asli Desa Kota Desa Kabupaten/ Luar (PAD) Provinsi Pusat Swasta Lainnya (ADD) Kota Negeri 1. Karimun 7 42 3 22 20 1 1 - 2. Bintan 10 36 13 35 1 - 5 - 3. Natuna 2 67 61 67 9 - - - 4. Lingga 10 70 55 63 2 1 3 2 5. Kep. Anambas 9 31 44 45 9 - 6 2 6. Batam ------7. Tanjungpinang ------Jumlah 38 246 176 232 41 2 15 4 Sumber: BPS, Podes 2014

Program/Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di desa/kelurahan meliputi Pembangunan atau Perbaikan Infrastruktur Lingkungan, Peningkatan Kapasitas Perekonomian, dan Peningkatan Kapasitas Sosial Kemasyarakatan a. Pembangunan atau Perbaikan Infrastruktur Lingkungan. 1) Infrastruktur Transportasi mencakup kegiatan pengadaan atau perbaikan prasarana transportasi yang telah direalisasikan, misalnya: jalan, jembatan, dan sebagainya. 2) Infrastruktur Pendidikan mencakup kegiatan pengadaan dan perbaikan prasarana pendidikan yang telah di realisasikan, misalnya gedung sekolah dan sarana pendukung pendidikan. 3) Infrastruktur Permukiman dan Kesehatan mencakup kegiatan pengadaan atau perbaikan prasarana permukiman dan prasarana kesehatan yang telah di realisasikan, misalnya: penerangan jalan, sanitasi, air bersih, posyandu, dan sebagainya. 4) Infrastruktur Perekonomian mencakup kegiatan pengadaan atau perbaikan sarana dan prasarana perekonomian yang telah direalisasikan, misalnya: pasar, irigasi dan sebagainya. b. Peningkatan Kapasitas Perekonomian 1) Dana Bergulir atau Simpan Pinjam mencakup pendanaan dalam bentuk pinjaman secara bergulir untuk modal usaha pertanian maupun non-pertanian yang telah di realisasikan. 2) Dana Hibah mencakup pendanaan dalam bentuk pemberian tanpa pengembalian untuk usaha produktif budidaya maupun non budidaya. c. Peningkatan Kapasitas Sosial Masyarakat

III - 120 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1) Peningkatan Keterampilan produksi mencakup pelatihan keterampilan dan penguasaan teknologi untuk memproduksi barang. 2) Peningkatan Keterampilan Pemasaran mencakup pelatihan keterampilan pemasaran untuk menjual hasil produksi. 3) Penguatan Kelembagaan Sosial Kemasyarakatan mencakup pemberantasan buta aksara, pemberian beasiswa, peningkatan pelayanan pendidikan, penyuluhan keterampilan usaha, peningkatan wawasan kepedulian, dan peningkatan kapasitas sosial lainnya.

Tabel III. 39 Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Program/Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Selama Tiga Tahun Terakhir

Pembangunan/Perbaikan Peningkatan Kapasitas Peningkatan Kapasitas Infrastruktur Lingkungan Perekonomian Sosial Masyarakat

Kabupaten/ No. Kota Produktif Pertanian Pertanian Kesehatan Pemasaran Pendidikan Ketrampilan Ketrampilan Transportasi PinjamUsaha Perekonomian Kemasyarakatan Permukiman dan PinjamUsaha Non HibahUsaha Dana Kelembagaan Sosial Sosial Kelembagaan Ketrampilan Produksi Ketrampilan Dana Bergulir/ Simpan Bergulir/ Dana Dana Bergulir/ Simpan Bergulir/ Dana 1. Karimun 61 39 54 11 30 41 23 9 2 7 2. Bintan 42 33 33 5 34 37 28 19 14 11 3. Natuna 75 61 61 17 56 70 31 7 2 4 4. Lingga 63 41 53 3 39 49 17 9 1 5 5. Kep. Anambas 45 36 31 5 19 37 10 12 2 7 6. Batam 60 31 52 16 18 26 9 27 10 12 7. Tanjungpinang 18 8 16 3 3 10 8 10 6 5 Jumlah 364 249 300 60 199 270 126 93 37 51 Sumber: BPS, Podes 2014

Pada bulan September tahun 2000, indonesia merupakan salah satu negara 189 negara anggota PBB yang terlibat dalam deklarasi pembangunan millennium atau yang dikenal dengan nama Millennium Development Goals (MDGs). Pembangunan MDGs ini bertujuan untuk melakukan pembangunan di berbagai aspek, baik ekonomi maupun sosial, di negara-negara berkembang dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup. MDGs menetapkan 8 (delapan) tujuan pembangunan yang diuraikan menjadi 18 target dan 48 indikator untuk pemantauan yang akan dicapai dalam kurun waktu 1990-2015. Sehingga atas deklarasi MDGs tersebut semua negara memiliki komitmen untuk melaksanakannya dan menjadi bagian dari program pembangunan nasional, termasuk Indonesia. MDGs dengan delapan tujuan pembangunan, antara lain salah satunya adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dengan target menurunkan Hingga Setengahnya Proporsi Penduduk Dengan Tingkat Pendapatan Kurang dari USD 1,00

III - 121 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

(PPP) per Hari dalam Kurun Waktu 1990 – 2015. Pada tahun 2015, rentang waktu yang ditetapkan dalam target MDGs telah berakhir. Secara nasional, persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan hingga akhir 2015 sebesar 11,22%, sedangkan targetnya adalah sebesar 8-10% sampai tahun 2014 dari 15,10% pada tahun 1990. Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menunjukkan ke arah yang lebih baik dengan tren menurun. Namun untuk mencapai 8-10%, masih memerlukan kerja keras untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, terutama pada RPJMN 2015-2019, yang mana pada tahun 2019 diharapkan persentase penduduk miskin mencapai sebesar 7-8% Sementara itu, capaian pada tahun 2017, kemiskinan nasional masih diangka sebesar 10,64%. Dalam rangka melanjutkan MDGs, saat ini telah dikembangkan menjadi SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan pembaharuan dari program MDGs sebuah program yang memiliki maksud dan tujuan yang sama dan sudah berakhir pada tahun 2015 ini. Dalam SDGs, ditetapkan 17 tujuan pembangunan yang mana indikator dari 17 tujuan tersebut, kemiskinan masih menjadi bagian penting dalam pembangunan berkelanjutan dengan tujuan yang ditetapkan yaitu Mengakhiri Segala Bentuk Kemiskinan Dimanapun. Terdapat lima target yang ditetapkan dengan 14 indikator dalam mencapai tujuan tersebut, yaitu : 1) Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang yang saat ini berpendapatan kurang dari 1,25 dolar Amerika per hari pada tahun 2030, mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua usia, yang hidup dalam kemiskinan disemua dimensi, sesuai dengan definisi nasional. 2) Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua usia, yang hidup dalam kemiskinan di semua dimensi, sesuai dengan definisi nasional. 3) Menerapkan secara nasional sistem dan upaya perlindungan sosial yang tepat bagi semua, termasuk kelompok yang paling miskin, dan pada tahun 2030 mencapai cakupan substansial bagi kelompok miskin dan rentan. 4) Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki-laki dan perempuan, khususnya masyarakat miskin dan rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, warisan, sumber daya alam, teknologi baru, dan jasa keuangan yang tepat, termasuk keuangan mikro 5) Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap

III - 122 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

kejadian ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial, lingkungan, dan bencana. Dengan target yang sudah ditetapkan dalam SDGs di atas, maka upaya penanggulangan kemiskinan yang sudah menjadi tugas bersama-sama antara pemerintah pusat dan daerah perlu ditingkatkan kembali efektivitasnya. Provinsi Kepulauan Riau memiliki dua kota yaitu Kota Tanjungpinang sebagai ibukota provinsi dan Kota Batam, serta memiliki lima kabupaten, yaitu: Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan terakhir dengan perubahan Permendagri Nomor 56 Tahun 2015, luas daratan Provinsi Kepulauan Riau seluas 8.201,72 km². Berdasarkan data BPS pertengahan tahun 2017, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 2.082.694 jiwa. Pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan data BPS tergolong tinggi, dengan rata-rata dari 2013 sampai dengan tahun 2017 sebesar 2,90%, terutama dikontribusikan dari pertumbuhan penduduk Kota Batam yang mencapai rata-rata sebesar 4,14%. Pertumbuhan penduduk yang besar di Kota Batam lebih disebabkan oleh migrasi masuk penduduk karena perkembangan Kota Batam yang sangat pesat sehingga menarik perhatian bagi penduduk dari daerah lain. Pertumbuhan penduduk terkecil berada di Kabupaten Lingga dengan rata-rata sebesar 0,42%. Tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau dilihat dalam lima tahun terakhir (2013-2017) cenderung menurun, yaitu dari sebesar 6,35% pada tahun 2013 menjadi 6,13% pada tahun 2017 atau turun sebesar 0,22 poin. Namun dilihat dari kondisi tiga tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau terus meningkat, yaitu tahun 2015 sebesar 5,78%, tahun 2016 naik menjadi 5,84% dan tahun 2017 kembali naik menjadi 6,13%. Selain itu secara absolut, jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan, yaitu tahun 2015 sebanyak 125,02 ribu jiwa dan pada tahun 2017 menjadi sebanyak 128,43 ribu jiwa atau naik sebanyak 3,41 ribu jiwa. Secara rinci perkembangan tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar berikut.

III - 123 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

6,60 130,00 6,40 6,35 6,40 125,00 6,13 6,20 120,00 6,00 5,84 5,78 5,80 115,00 5,60 110,00 5,40 125,02 124,17 114,83 120,41 128,43 5,20 105,00 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Kepulauan Riau, 2018 Gambar 3. 43 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) dan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (September)

Tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 sebesar 6,13% berada di bawah tingkat kemiskinan Nasional sebesar 10,12%. Jika dilihat berdasarkan provinsi di wilayah Sumatera, tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau menempati posisi terendah kedua setelah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (5,30%). Posisi relatif tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dikemukakan pada gambar berikut.

18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 10,12 8,00 15,92 6,00 15,59 13,10 13,04

4,00 9,28 7,90 7,41 6,75 6,13

2,00 5,30 0,00 Kepulauan Provinsi Sumatera Riau Jambi Sumatera Sumatera Lampung Bengkulu Aceh Bangka Kepulauan Barat Utara Selatan Belitung Riau

Provinsi Nasional

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Kepulauan Riau, 2018 Gambar 3. 44 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera dan Nasional Tahun 2017 (September)

Penurunan angka kemiskinan dipengaruhi juga oleh besaran Garis Kemiskinan yang menjadi klasifikasi seseorang termasuk pada kategori miskin atau tidak miskin. Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau memiliki kecenderungan kenaikan yang

III - 124 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 besar dalam lima tahun terakhir (2013-2017), Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan garis kemiskinan yaitu nilai rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non-pangan esensial. Garis Kemiskinan adalah harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Tren garis kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan. Tahun 2013 garis kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp 398.903,- /kapita/bulan meningkat menjadi Rp 536.027,-/kapita/bulan pada tahun 2017. Jika dibandingkan dengan garis kemiskinan Nasional sebesar Rp 387.160,-/kapita/bulan, garis kemiskinan Provinsi Kepualaun Riau jauh lebih tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

600.000,00 536.027 502.653 480.812 500.000,00 425.967 398.903 400.000,00 387.160 300.000,00 312.328 322.748 292.951 309.314 200.000,00

100.000,00

0,00 2013 2014 2015 2016 2017

Nasional Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 3. 45 Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013–2017 (September) (Rupiah)

Garis kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 (september) sebesar Rp 536.027,-/kapita/bulan. Dibandingkan provinsi lain di Sumatera, garis kemiskinan Provinsi Kepri tertinggi kedua setelah Provinsi Bangka Belitung. Perbandingan garis kemiskinan Provinsi Kepri dengan Provinsi Lain di Sumatera dapat dilihat pada Gambar berikut.

III - 125 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

700.000,00

600.000,00

500.000,00

400.000,00 387.160

300.000,00 607.927

200.000,00 536.027 465.181 462.768 455.797 454.124 423.696 396.361 390.183 100.000,00 378.248

0,00 Provinsi Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Kepulauan Bangka Selatan Barat Utara Riau Belitung Provinsi Nasional

Sumber: BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 3. 46 Perbandingan Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September)

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Kondisi kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau dilihat dari ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan angka yang sangat tinggi,. P1 Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan dari 1,02 pada tahun 2013 menjadi 1,183 pada tahun 2017 . Dengan meningkatnya P1 di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk miskin terhadap garis kemiskinan setiap tahunnya semakin naik. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan dapat dilihat pada Gambar berikut.

III - 126 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1,30 1,183 1,20 1,10 1,02 1,00 0,86 0,90 0,80 0,74 0,714 0,70 0,60 0,50 0,40 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 Gambar 3. 47 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017 (September)

Dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, indeks kedalaman kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau periode September tahun 2017 berada di posisi teritnggi ke lima. Perbandingan indeks kedalaman kemiskinan secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

3,50

3,00

2,50

2,00 1,790 1,50 2,76 2,917

1,00 2,402 2,114

0,50 1,499 1,183 0,992 0,990 0,565 0,959 0,00 Provinsi Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Kepulauan Bangka Selatan Barat Utara Riau Belitung

Provinsi Nasional

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Per Provinsi Gambar 3. 48 Perbandingan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tahun 2016 pada kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan dengan cakupan tertinggi berada di kabupaten Lingga sebesar 2,07 berada di atas Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional, selanjutnya yang berada di atas Provinsi

III - 127 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kepulauan riau dan dibawah Nasional yaitu Kota Tanjungpinang (1,43); dan Kabupaten Karimun (0,92), dan yang berada di bawah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional ada Kabupaten Bintang(0,71); Kabupaten Natuna (0,22); Kabupaten Kep.Anambas (0,56); dan Kota Batam (0,49).

2,50

2,00 1,74 1,50

1,00 0,714 0,50 0,92 0,71 0,22 2,07 0,56 0,49 1,43 - Karimun Bintan Natuna Lingga Kep. Anambas Kota Batam Kota Tanjungpinang

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Nasional

Sumber : BPS Kepulauan Riau, 2018 Gambar 3. 49 Posisi Relatif Indeks Kedalaman (P1) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Untuk melihat sebaran pengeluaran penduduk di antara penduduk miskin itu sendiri diukur dengan menggunakan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index – P2), yaitu ukuran indeks yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Selama kurun waktu 2013-2017 indeks keparahan kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau cenderung meningkat dari sebesar 0,26 pada tahun 2013 menjadi 0,313 pada tahun 2017, yang menunjukkan ada pergeseran penurunan ketimpangan pendapatan di antara penduduk miskin itu sendiri. Indeks Keparahan Kemiskinan mengindikasikan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin relatif rendah. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

III - 128 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

0,35 0,313

0,30 0,26 0,25 0,23

0,20 0,18

0,147 0,15

0,10 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Kepulauan Riau

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Per Provinsi Gambar 3. 50 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2013 – 2017 (September)

Perkembangan Indeks keparahan kemiskinan (P2) Provinsi Kepulauan Riau dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Sumatera berada pada posisi terendah ke lima. Perbandingan indeks keparahan kemiskinan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,460 0,40

0,30 0,71 0,187 0,192 0,626 0,781 0,20 0,532 0,111 0,366 0,10 0,313 0,233 0,00 Provinsi Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Kepulauan Bangka Selatan Barat Utara Riau Belitung

Provinsi Nasional

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Per Provinsi Gambar 3. 51 Perbandingan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (September)

Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2016 dengan capaian tertinggi berada pada Kabupaten Lingga sebesar 0,44 berada di atas Provinsi Kepualaun Riau dan capaian yang sama

III - 129 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 dengan Nasional, selanjutnya capaian yang berada di atas Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional yaitu Kabupaten Karimun (0,22); dan Kota Tanjungpinang (0,29) sedangkan untuk capaian yang berada di Bawah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional yaitu Kabupaten Bintan (0,12); Kabupaten Natuna (0,02); Kabupaten Kep. Anambas (0,08); dan Kota Batam (0,1).

0,5 0,45 0,44 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,147 0,1 0,05 0,22 0,12 0,02 0,44 0,08 0,1 0,29 0 Karimun Bintan Natuna Lingga Kep. Anambas Kota Batam Kota Tanjungpinang

Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Nasional

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2018 Gambar 3. 52 Posisi Relatif Indeks Keparahan (P2) Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Dengan melihat tren penurunan pada Grafik P1 dan P2 di atas, masih perlu perhatian serius karena tren P1 dan P2 walaupun menunjukkan peningkatan dalam lima tahun terakhir (2013-2017) akan tetapi kinerja tahunannya tidak konsisten. Kondisi P1 dan P2 menunjukkan kinerja yang fluktuatif sehingga akan berpengaruh besar terhadap kenaikan angka kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau. Pada tahun 2017, Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Pada September 2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar 0,599 sementara di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 1,275. Sementara itu nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan adalah 0,107 sedangkan di daerah perdesaan mencapai sebesar 0,324. Pada dasarnya, kemiskinan adalah tidak adanya kemampuan untuk mencapai kehidupan yang layak. Permasalahan kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau tidak hanya mendasarkan pada persoalan pendapatan dan daya beli masyarakat serta kepemilikan modal. Sisi lain persoalan kemiskinan juga dikarenakan lemahnya masyarakat dalam mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Persoalan kemiskinan bersifat lintas sektor untuk

III - 130 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

itu penanganannya membutuhkan keterpaduan antar perangkat daerah dan pihak-pihak yang dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan penduduk miskin. Persoalan kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau secara makro menyentuh pada berbagai urusan pembangunan. Kesenjangan pendapatan masyarakat miskin terhadap garis kemiskinan masih tinggi dengan nilai indeks kedalaman kemiskinan masih diangka 1,98 hampir menyentuh angka 2. Masih besarnya angka kesenjangan pendapatan penduduk miskin menyebabkan masyarakat miskin masih sulit untuk keluar dari garis kemiskinan. Persoalan kemiskinan termasuk pada isu lemahnya pengembangan perekonomian dan inovasi daerah, tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Belum optimalnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah yang di dalamnya berkaitan dengan cakupan tersedianya air bersih, penanganan pemukiman kumuh, pelayanan akses transportasi serta perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH). Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang masih belum merata dan optimal menjadi persoalan kemiskinan yang antara lain di dalamnya dapat dilihat dari rendahnya rata-rata lama sekolah dan rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Melihat kecenderungan angka kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau semakin meningkat mulai tahun 2016 sampai ke 2017, angka kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 sebesar 6,13% dengan target pada tahun 2021 diturunkan menjadi 5,53%. Artinya lima tahun ke depan, angka kemiskinan harus menurun sebesar 0,6%.

Tabel III. 40 Target Penurunan Angka Kemiskinan dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017-2021

Realisasi Target Tahun Indikator Satuan 2017 2017 2018 2019 2020 2021 Persentase % 6,13 6,13 5,98 5,83 5,68 5,53 Penduduk Miskin Sumber : RPJMD Provinsi Kepulauan Riau, tahun 2017-2021

3.3.6 Kesempatan Kerja Terkini : Investasi SDM Tenaga Kerja Melalui Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan, serta Peningkatan Infrastruktur Pendidikan dan Pelatihan akan Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja, Difusi Teknologi, dan Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil (UMK) Berbasis Potensi Lokal. 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut BPS, TPAK adalah banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk usia 15 tahun ke atas. Angkatan kerja sendiri adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang melakukan kegiatan bekerja secara aktif atau sedang

III - 131 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 mencari pekerjaan. (BPS, 2017). Dengan demikian semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 sebesar 66,41% termasuk kategori tinggi. Kategori capaian TPAK dapat dikategorikan sebgai berikut: 0,00% - 19,99% = Sangat Rendah 20,00% - 39,99% = Rendah 40,00% - 59,99% = Sedang 60,00% - 79,99% = Tinggi 80,00% - 100,00% = Sangat Tinggi

Gambaran kondisi capaian TPAK Provinsi Kepulauan Riau selama kurun waktu 2013 – 2017 terlihat pada grafik berikut:

67 66,77 66,61 66,67 66,5 66,34 66,41 66 65,76 65,95 65,93 65,5 65,58

65 65,07

64,5

64 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Kepulauan Riau Nasional

Sumber : BPS, Buku Saku dan Indikator Sosial Kepri, 2015-2017 Gambar 3. 53 Perkembangan TPAK Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

Grafik di atas menunjukkan bahwa TPAK Provinsi Kepulauan Riau masih berada di bawah TPAK Nasional. Apabila dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Pulau Sumatera, TPAK Provinsi Kepulauan Riau sebesar 66,41 berada diposisi 5 terendah dibawah Provinsi Bangka Belitung, Aceh, Riau, Sumatera Barat. Perbandingan TPAK Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi di Pulau Sumatera terlihat pada grafik berikut:

III - 132 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

70,00 69,00 68,00 67,00 66,00 66,67 65,00 64,00 63,00 62,00 61,00 63,74 63,74 64,00 66,29 66,41 67,52 67,83 68,80 69,30 69,50 60,00 Kepulauan Aceh Riau Sumatera Kepulauan Jambi Lampung Sumatera Bengkulu Sumatera Bangka Barat Riau Utara Selatan Belitung

Provinsi Nasional

Sumber : BPS Masing-masing Provinsi Gambar 3. 54 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%)

Kualitas SDM menjadi Tantangan Pembangunan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja saling berkaitan dan menguatkan. Namun, untuk menciptakan ekonomi yang kuat, tenaga kerja yang berkualitas adalah syarat yang yang harus dipenuhi. Hasil Sakernas 2016 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja Kepulauan Riau masih rendah karena sebagian besar berpendidikan SLTA ke bawah. Tenaga kerja yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 13,05 %, bahkan masih terdapat 7,86% yang tidak tamat SD. Tenaga kerja dengan kualitas pendidikan yang rendah, akan berdampak pada rendahnya daya tawar tenaga kerja di Kepulauan Riau. Hal tersebut akan menyebabkan tidak tertampungnya mereka pada lapangan pekerjaan yang lebih profesional yang mensyaratkan keahlian dan kualifikasi tinggi.

III - 133 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

0,40

7,86 17,45 13,05 Tidak Sekolah Tidak Tamat SD SD SLTP 15,88 SLTA Perguruan Tinggi 45,36

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 55 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kepulauan Riau Tahun 2016

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu bentuk investasi di bidang SDM yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Meskipun tenaga kerja di Kepulauan Riau masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan SLTA ke bawah, namun berdasarkan data Sakernas 2012-2016, tenaga kerja berpendidikan SLTA ke atas justru meningkat selama rentang tahun tersebut. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja, maka semakin tinggi pula produktivitas yang bisa dicapainya. Tenaga kerja yang memiliki pendidikan SLTA ke atas di Kepulauan Riau meningkat dari 58,14% pada tahun 2012 menjadi 62,81% pada tahun 2016.

64 62,81 63 62 60,77 61

60 59,22 58,5 59 58,14 58 57

56 55 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 56 Persentase Tenaga Kerja dengan Pendidikan SLTA Ke Atas di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2016

III - 134 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sementara itu, pencari kerja yang terdaftar di Kepulauan Riau selama 2013- 2016 juga didominasi oleh pendidikan SLTA ke atas dibandingkan pendidikan SLTA ke bawah.

120

100 96,33 96,54

83,6 80

60 SLTP ke Bawah 50,99 49,01 SLTA Ke atas

40

20 16,4

3,67 3,46 0 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 57 Distribusi Persentase Pencari Kerja yang Terdaftar di Kepulauan Riau Tahun 2013-2016

Sesungguhnya, pendidikan dapat meningkatkan produktivitas secara tidak langsung. SDM yang berpendidikan menggunakan sumber daya lain lebih efisien sehingga menjadi lebih produktif. Dengan pendidikan pula proses produksi menjadi lebih baik. Dilihat rata-rata lama sekolah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 mencapai sebesar 9,67 tahun pada tahun 2016, berarti bahwa pembangunan bidang pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau telah mampu memenuhi wajib belajar 9 tahun bagi masyarakat yang menjadi kebijakan pemerintah pusat, meskipun secara Nasional pencapaian rata-rata lama sekolah masih di bawah 9 tahun, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut.

III - 135 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

10 9,58 9,63 9,64 9,65 9,67 9,5

9

8,5

8 8,08 8,14 7,95 7,84 7,5 7,73

7 2012 2013 2014 2015 2016 Kepulauan Riau Nasional

Gambar 3. 58 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2012-2016

Dilihat dari rata-rata lama sekolah masing-masing Kabupaten/Kota, pencapaian wajib belajar 9 tahun diikuti Kota Tanjungpinang dan Kota Batam, yang ditunjukkan posisi relatif rata-rata lama sekolah Kota Tanjungpinang dan Kota Batam berada di atas di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu Kota Batam sebesar 11,10 tahun dan Kota Tanjungpinang sebesar 9,96 tahun. Namun 5 Kabupaten perlu upaya keras dalam peningkatan rata-rata lama sekolah, yaitu Kab. Lingga (5,85 tahun), Kep. Anambas (6,63 tahun), Karimun (7,75 tahun), Bintan (8,83 tahun) dan Natuna (8,46 tahun). 12

10 9,67

8

6

4

2 5,85 6,63 7,75 8,33 8,46 9,96 11,1 0 Lingga Kepulauan Karimun Bintan Natuna Kota Kota Batam Anambas Tanjungpinang Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau

Gambar 3. 59 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016

Aksesibilitas penduduk terhadap pelayanan pendidikan sekolah menengah dilihat dari Angka Partisipasi Kasar di Provinsi Kepulauan Riau untuk jenjang

III - 136 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

SMA/MA/SMK/Paket C menunjukkan belum mencapai angka 100%, masih sebesar 85,17%. Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini.

90 85 85,17 80 81,79 82,23 75 70 75,1 65

60 63,5 64 55 50 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK Paket C

Gambar 3. 60 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMA/MA/SMK/Paket C Tahun 2011-2016

Sedangkan Angka Partisipasi Murni di Provinsi Kepulauan Riau untuk jenjang SMA/MA/SMK/Paket C pada tahun 2017 masih dibawah 100%, yaitu sebesar 71,98%. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

80 74,59 75 71,58 71,98

70 67,61

65 61,78 62

60

55

50 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/SMK

Gambar 3. 61 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/SMK di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2017

Penduduk berumur 15 tahun menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 didominasi lulusan SMA/MA sebesar

III - 137 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

33,24%, kemudian lulusan SD/MI sebesar 28,93%, selanjutnya lulusan SMP/MTs sebesar 17,09%. Pendidikan yang ditamatkan dengan capaian terendah Diploma I dan Diploma II sebesar 0,37%, selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.

2,6 6,67 9,55 0,37 Tidak Mempunyai Ijazah 11,55 SD/MI SMP/MTs SMA/MA 28,93 SMK/MAK Diploma I dan Diploma II Akademi/Diploma III

Diploma IV/S1/S2/S3 33,24

17,09 Gambar 3. 62 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang dimiliki Tahun 2017

Kesimpulannya, APK dan APM jenjang SMA/MA/SMK/Paket C perlu terus ditingkatkan untuk mencapai angka 100%, serta peningkatan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan pada penduduk usia 15 tahun ke atas, sehingga peningkatan pendidikan akan meningkatkan efisiensi seluruh faktor produksi. Hal inilah yang membedakan antara negara kaya dan negara miskin. Negara miskin tidak mampu meningkatkan produktivitas karena investasi SDM yang rendah dan tidak mampu mengadopsi teknologi yang baru.

2. Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) Indikator Utama lain selain TPAK adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat Penganggur Terbuka, yang selanjutnya disingkat TPT, adalah rasio antara banyaknya penganggur terbuka dengan jumlah angkatan kerja (BPS, 2017). Pengangguran terbuka adalah angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, sudah memiliki pekerjaan tetapi belum bekerja, dan tingkat pengangguran terbuka adalah Persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Pengertian dari pengangguran terbuka (open unemployment) adalah: a. Mencari pekerjaan yaitu kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada

III - 138 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan baik yang belum pernah bekerja maupun sudah pernah bekerja namun karena suatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha mencari pekerjaan.

b. Mempersiapkan usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan buruh atau pekerja dibayar maupun tidak

c. Tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan.

d. Sudah mempunyai pekerjaan akan tetapi belum mulai bekerja seminggu yang lalu.

(konsep ILO tahun 2001, hal 97 “An ILO Manual on Concept and Method)

Setengah pengangguran adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam se minggu). Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang besar dan komplek di Indonesia, karena menyangkut jutaan jiwa dan mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi. Faktor demografi sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi angkatan kerja. Keberhasilan menurunkan angka kelahiran dan kematian juga berdampak pada pertumbuhan penduduk usia kerja yang jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah masih sulitnya arus masuk modal asing, perilaku proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor negara-negara berkembang, iklim investasi, pasar global, berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu. Masalah lain, yang tak kalah pentingnya adalah pelaksanaan otonomi daerah yang dalam banyak hal seringkali tidak mendukung terciptanya lapangan kerja atau "tidak ramah" terhadap tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan secara langsung maupun tidak langsung berimbas pada masalah-masalah lainnya termasuk kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan stabilitas politik. Dengan demikian, masalah ketenagakerjaan di Indonesia bersifat multidimensi, sehingga juga memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula. (Muhajir, 2002) Persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT menunjukkan bahwa terdapat

III - 139 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja. TPT Provinsi Kepulauan Riau pada Agustus 2017 mencapai 7,16%, kondisi ini menurun dibandingkan dengan TPT Agustus 2016 sebesar 7,69%, seperti terlihat pada Gambar berikut ini.

8,00 7,69

7,50 7,16

7,00 6,69

6,50 6,17 6,20 6,00 6,18 5,94 5,50 5,63 5,61 5,50 5,00 2013 2014 2015 2016 2017

Nasional Kepulauan Riau

Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Kepulauan Riau, 2018 Gambar 3. 63 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2013-2017

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017 mencapai 7,16%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,63%. Dibandingkan dengan Provinsi lain di Wilayah Sumatera, tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kepulauan Riau paling tinggi, seperti terlihat pada Gambar dibawah ini.

8,00 7,00 6,00 5,50 5,00 4,00 7,16

3,00 6,57 6,22 5,6 5,58 2,00 4,39 4,33 3,87 3,78 3,74 1,00 0,00 Kepulauan Kepulauan Lampung Bengkulu Sumatera Jambi Riau Sumatera Sumatera Aceh Riau Bangka Selatan Barat Utara Belitung Provinsi Nasional

Sumber: BPS, Berita Resmi Statistik Nasional, 2018 Gambar 3. 64 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau dengan Provinsi Lain di Wilayah Sumatera Tahun 2017 (%)

III - 140 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

3. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Tenaga Kerja Kepulauan Riau secara Kuantitas Potensi kekuatan ekonomi Kepulauan Riau tidak hanya dari Sumber Daya Alam, namun juga dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi. Oleh sebab itu, SDM yang banyak dan berkualitas merupakan investasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan jumlah penduduk sebesar 2,03 juta orang dan jumlah angkatan kerja sebesar 931.435 orang pada tahun 2016, maka Kepulauan Riau tidak kesulitan dalam hal penyediaan tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk Kepulauan Riau yang meningkat setiap tahunnya juga menjadi kunci sukses bagi peningkatan daya saing di Kepulauan Riau. Dengan dukungan peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan, akan berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan daya saing di Kepulauan Riau.

Angkatan Kerja Penduduk yang Bekerja

1.200.000

1.000.000

800.000

600.000

400.000 1.053.415 985.619 966.091 931.435 912.904 895.443 896.931 891.988 859.813 836.670 830.438 814.427 200.000

- Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 2015 2016 2017

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 65 Jumlah Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Kepulauan Riau Tahun 2012-2016

Kesempatan Kerja merupakan peluang seorang penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja untuk bekerja. Kesempatan kerja menggambarkan kesempatan seseorang untuk terserap pada pasar kerja. Banyaknya angkatan kerja dan penduduk yang bekerja selama lima tahun terakhir di Kepulauan Riau cenderung meningkat. Dengan kata lain, Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) pada tahun 2017 adalah sebesar 92,84%.

III - 141 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

95 94,37 94,5

94 93,8 93,31 93,5 92,84 93 92,31 92,5

92

91,5

91 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 66 Tingkat Kesempatan Kerja Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2017

Tingkat Kesempatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun dari 94,37% (2013) menjadi 92,84% (2017). Meskipun demikian angka tersebut masih menggambarkan Kesempatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 cukup besar. Sebagian kesempatan kerja berada pada sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; industri pengolahan; dan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan.

Tabel III. 41 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kepulauan Riau, 2015 – 2017

2015 2016 2017 No Lapangan usaha Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 Pertanian, 118.540 92.243 106.312 102.943 124.481 78.782 Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 Pertambangan dan 6.520 13.992 5.753 15.265 7.519 8.773 Penggalian 3 Industri Pengolahan 191.307 207.230 174.805 144.005 155.686 191.572 4 Listrik, Gas dan Air 3.251 2.775 9.410 2.945 7.976 5.951 Minum 5 Konstruksi 59.754 68.849 69.885 54.696 64.121 90.041 6 Perdagangan, Rumah 161.146 199.300 188.945 225.405 251.772 235.539 Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, 73.435 54.890 73.767 57.638 58.308 56.446 Pergudangan dan Komunikasi

III - 142 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

2015 2016 2017 No Lapangan usaha Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 8 Lembaga Keuangan, 45.957 30.103 28.374 24.301 46.435 39.226 Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa 154.517 167.288 173.187 232.615 269.321 190.602 Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Total 814.427 836.670 830.438 859.813 985.619 896.931 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2018

Permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau saat ini adalah masih tingginya tingkat pengangguran terbuka. Tingginya tingkat pengangguran terbuka disebabkan oleh tidak seimbangnya permintaan tenaga kerja yang dalam hal ini lowongan pekerjaan dan penempatan tenaga kerja dengan supply tenaga kerja. Pertumbuhan Permintaan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan pertumbuhan supply tenaga kerja. Setiap tahun lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dan lulusan perguruan tinggi bertambah namun daya serap tenaga kurang. Kurangnya daya serap tenaga kerja ini disebabkan oleh kurangnya lowongan pekerjaan di satu sisi, dan kualifikasi atau ketrampilan tenaga kerja tidak sesuai dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau pengguna tenaga kerja. Dengan demikian pada sisi supply tidak saja banyaknya penganggur tetapi juga banyaknya penganggur dan pencari kerja yang kurang memiliki ketrampilan yang cukup sesuai dengan kualifikasi tenaga kerja yang diminta oleh pengguna tenaga kerja. Hal ini akan menimbulkan tingginya pengangguran sebagai akibat dari tidak tertampungnya tenaga profesional dengan keahlian khusus. Namun, di sisi lain tidak tertampungnya pekerja profesional akan menciptakan lapangan pekerjaan pada kegiatan informal.

Tabel III. 42 Jumlah Tenaga Kerja Usaha/Perusahaan Menurut Skala Usaha dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 (BPS, SE2016-L)

Skala Usaha No. Kabupaten/Kota Jumlah Mikro Kecil Menengah Besar 1. Karimun 29.124 11.226 8.355 12.901 61.606 2. Bintan 23.694 8.472 6.671 13.120 51.957 3. Natuna 13.409 5.632 1.420 238 20.699 4. Lingga 14.701 4.952 1.080 19 20.752 5. Kep. Anambas 8.300 4.481 1.267 1.563 15.661 6. Batam 105.192 51.805 110.313 144.215 411.525 7. Tanjungpinang 27.608 12.011 15.286 5.070 59.975 Jumlah 222.028 98.579 144.392 177.126 642.125

III - 143 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kegiatan informal biasanya merupakan Usaha Mikro Kecil (UMK) yang memang menjadi salah satu andalan penduduk Kepulauan Riau. Berdasarkan hasil SE2016, jumlah tenaga kerja UMK non pertanian di Kepulauan Riau tercatat sebanyak 320,6 ribu orang (49,93%). Sebaran menurut kabupaten/kota menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja UMK mendominasi keseluruhan tenaga kerja di luar kategori pertanian, kecuali Kota Batam yang didominasi oleh Usaha Menengah Besar (UMB). Secara total, sentralisasi tenaga kerja UMK masih tetap berada di Kota Batam (48,97%). Untuk UMK, Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil & Sepeda Motor menyerap tenaga kerja paling banyak dengan penggunaan tenaga kerja lebih dari 143 ribu orang. Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum merupakan usaha yang menyerap tenaga kerja tertinggi lainnya. Khusus aktivitas pendidikan, mayoritas usaha diselenggarakan oleh pemerintah dan bersifat nonprofit, yang secara konsep dikategorikan sebagai UMK, sehingga tenaga kerja yang digunakan menambah jumlah tenaga kerja UMK. UMK tidak hanya merupakan tumpuan mata pencaharian penduduk Kepulauan Riau, tetapi juga sumber aktivitas yang memperkuat sendi perekonomian baik pada tingkat nasional maupun regional. Beberapa penelitian membuktikan bahwa UMK merupakan usaha yang memiliki fleksibilitas dan ketahanan yang tinggi terhadap goncangan ekonomi global. Proteksi ekonomi dan penguatan investasi pada skala usaha mikro kecil harus tetap diperkuat untuk mendukung keberlanjutan perekonomian bangsa. Untuk UMB menjadi Sumber Mata Pencaharian Utama Tenaga kerja Kepulauan Riau mayoritas berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ke bawah, keberadaan dan kelangsungan industri pengolahan di dalam perekonomian Kepulauan Riau masih yang berperan dalam menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja. Kegiatan industri pengolahan mampu menampung tenaga kerja dengan keahlian yang kurang. Sebagai dampak positif kegiatan industri pengolahan adalah berkurangnya pengangguran. Sementara itu, bagi UMB stimulasi investasi di luar Kota Batam sudah selayaknya diperkuat dengan mengidentifikasi keunggulan komparatif masing- masing wilayah agar kualitas daya saing Kepulauan Riau tetap terjaga. Hal ini ditengarai dengan tingginya jumlah tenaga kerja di Kota Batam yang mencapai hampir dua per tiga dari keseluruhan tenaga kerja nonpertanian di Kepulauan Riau. Disparitas wilayah merupakan hal yang masih menjadi permasalahan pembangunan di Kepulauan Riau, oleh sebab itu pembangunan berbasis sumber

III - 144 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 daya ekonomi lokal menjadi salah satu fokus pemerintah saat ini. Tidak hanya untuk pemerataan ekonomi, tetapi juga ditujukan untuk pemerataan kualitas SDM. Ketersediaan infrastruktur seperti sarana transportasi dan komunikasi mendukung peningkatan produktivitas dari dua sisi, baik dari input maupun output. Dari sisi output, infrastruktur merupakan hal penting dalam menunjang proses produksi dan distribusi yang nantinya akan berdampak pada peningkatan output. Dari sisi input tenaga kerja, infrastruktur transportasi dan komunikasi juga merupakan sarana untuk meningkatkan mobilitas dan konektivitas tenaga kerja. Sayangnya, keberadaan infrastruktur tersebut di Kepulauan Riau cukup bervariasi antarkabupaten/ kota. Di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga masih jauh ketertinggalan dari segi infrastruktur dibandingkan dengan wilayah Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan, dan Kabupaten Karimun. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk meningkatkan produktivitas dari sisi produksi. Dari sisi pembangunan keterampilan tenaga kerja, infrastruktur pendidikan dan pelatihan sangat vital dalam peningkatan produktivitas. Sayangnya, aspek- aspek geografis yang kepulauan dan juga ketidakmerataan pembangunan infrastruktur ini menjadi permasalahan lain dalam pembangunan ekonomi di Kepulauan Riau. Sementara itu, indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menggambarkan keberadaan sarana pendidikan dan pelatihan adalah jumlah lembaga penyelenggara pelatihan kerja seperti Balai Latihan Kerja (BLK). Idealnya, BLK ini tersedia sampai tingkat kabupaten/kota dengan jumlah yang cukup, namun sampai saat ini di Kepulauan Riau hanya memiliki 3 unit saja, yaitu: BLK Batam (kewenangan Pemerintah Kota batam), BLK Natuna (kewenangan Pemerintah Kabupaten Natuna), dan BLK Kepulauan Riau (kewenangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau). Untuk wilayah Sumatera, jumlah BLK di Kepulauan Riau masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Aceh atau Sumatera Utara. Padahal, saranasarana tersebut sangat membantu dalam meningkatkan skill atau kapabilitas pekerja di Kepulauan Riau.

III - 145 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

18 17 16 16 14 12 12 12 10 8 6 6 6 6 5 4 3 2 2 0 Aceh Sumatera Sumatera Sumatera Jambi Bengkulu Lampung Riau Kepulauan Kepulauan Utara Barat Selatan Riau Bangka Belitung Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Gambar 3. 67 Jumlah Balai Latihan Kerja (BLK) Menurut Provinsi di Sumatera Tahun 2017

Hasil kajian indikator ketenagakerjaan memberikan implikasi pada adanya sinergitas dengan pemerintah Implikasi terhadap RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021. Target Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau terlihat pada tabel berikut:

Tabel III. 43 Target TPT Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

Realisasi Target Tahun Indikator Satuan 2017 2017 2018 2019 2020 2021 TPT (Tingkat % 7,16 7,16 7,02 6,88 6,74 6,60 Pengangguran Terbuka) TPAK (Tingkat % 66,41 66,30 66,68 67,05 67,43 67,80 Partisipasi Angkatan Kerja) Sumber: RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021

Dari tabel di atas terlihat bahwa target TPT selama tahun 2017-2021 cukup moderate yaitu berada pada kisaran 7,8%, sedangkan realisasi pada tahun 2017 TPT sebesar 7,16% sama dengan target tahun 2017, capaian pada tahun 2018 belum diketahui namun diproyeksikan pada kisaran 7,02%. Melihat perilaku data past performance di atas target TPT 2018 maupun target-target tahun berikutnya sampai dengan akhir perencanaan RPJMD tahun 2021 optimistis akan tercapai. Jika TPT Provinsi Kepulauan Riau dibandingkan dengan target TPT Pemerintah Pusat di dalam RPJMN sebesar 4,0% - 5%, pada tahun 2019, maka

III - 146 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

target yang ditetapkan jauh dari yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Ada kesan bawa dengan target sebesar 6,60% pada tahun 2021, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mencari aman agar target yang ditetapkan tercapai. Seharusnya Provinsi Kepulauan Riau mampu menetapkan target TPT minimal sama dengan target TPT nasional yaitu 4% – 5%.

3.3.7 Analisis Strenght, Opportunity, Aspiration and Result (SOAR) Faktor-faktor strategis yang menggambarkan strategi menggunakan kekuatan untuk mencapai aspirasi, strategi berorientasi kepada aspirasi yang diharapkan untuk memanfaatkan peluang, strategi berdasarkan kekuatan untuk mencapai hasil yang terukur, dan strategi yang berorientasi kepada kesempatan untuk mencapai hasil yang sudah terukur. Faktor-faktor strategis secara spesifik mencerminkan kebutuhan dari perangkat daerah dalam rangka pengembangan dan penguatan SIDa, namun secara umum untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau.

III - 147 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel III. 44 Analisis SOAR Dalam Penguatan SIDa, Berdasarkan Hasil Desk

Internal Strengths Opportunities

(Daftar Faktor Kekuatan Internal) (Daftar Peluang Eksternal) Eksternal • Peningkatan kemudahan investasi dalam • Peningkatan investasi kawasan industri pada pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan wilayah Free Trade Zone, termasuk perdagangan perikanan, potensi pulau dengan keindahan alam dan jasa-jasa lainnya dan investasi sektor pantai dalam pengembangan wisata, produktivitas Kelautan dan Perikanan, serta pariwisata melalui sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, implementasi Peraturan Gubernur Nomor 31 sektor pertambangan dan pengaggalian, dan Tahun 2018 tentang Perubahan Atas peraturan sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Gubernur Kepulauan Riau Nomor 51 Tahun 2017 Limbah dan Daur Ulang, serta Potensi keunggulan tentang penyelenggaraan Pelayanan Terpadu budaya daerah, nilai adat istiadat dan seni budaya Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau, Melayu melalui peningkatan promosi investasi pembentukan tim teknis verifikasi perijinan, dan dengan peran aktif Kabupaten/Kota, implementasi mengoptimalkan SOP dalam memberikan Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2018 tentang rekomendasi perijinan. Perubahan Atas peraturan Gubernur Kepulauan • Peningkatan peluang investasi melalui Pemetaan Riau Nomor 51 Tahun 2017 tentang Titik-titik Peluang Investasi melalui Sistem Aspirations penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Informasi berbasis GIS (Geographical Information (Daftar Faktor Harapan Dari Internal) Provinsi Kepulauan Riau, pembentukan tim teknis System) pada portal FTZ, Pembuatan Digital verifikasi perijinan, mengoptimalkan SOP dalam Marketplace Perdagangan Perikanan, memberikan rekomendasi perijinan, Mengembangkan Sistem Perizinan Bisnis pengintegrasian Aplikasi Sistem Informasi Akuakultur, Mengembangkan SDM Startup untuk Perizinan Pelayanan Terpadu Satu dengan dapat mengembangkan Ekonomi Digital, Aplikasi OSS (One Single Submission) dan aplikasi Penambahan BTS didaerah-daerah terpencil, SPIPISE (Badan Koordinasi Penanaman Modal) Informasi Peluang Usaha Pengembangan dan SIP-DPMPTSP, peningkatan aksesibilitas Kelistrikan dengan Energi Terbarukan dan transportasi darat dan transportasi perairan. Pemasaran Produk Domestik melalui E- • Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam Commerce. bidang Kelautan dan Perikanan, pariwisata, dan • Peningkatan kapasitas aparatur dalam pelayanan budaya daerah, nilai adat istiadat dan seni budaya perijinan dan SDM Tenaga Kerja yang Terampil, Melayu melalui pengembangan usaha mikro kecil Kompeten, Profesionalisme dan Berdaya Saing berbasis masyarakat, kemudahan akses

III - 148 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Internal Strengths Opportunities

(Daftar Faktor Kekuatan Internal) (Daftar Peluang Eksternal) Eksternal permodalah usaha, pengembangan unit inkubator dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN bisnis sebagai sarana pendampingan dan fasilitasi (MEA). bagi pengusaha pemula, usaha mikro kecil dan • Peningkatan ketepatan sasaran Program menengah dan pengembangan unit latihan kerja Pembangunan Pemerintah baik Pusat dan Daerah dan technopark sebagai pusat pelatihan kerja di Provinsi Kepulauan Riau. berbasis teknologi dan pusat inkubasi bisnis berbasis teknologi, serta sebagai unit hilirisasi teknologi hasil riset, unit intermediasi, unit konsultasi teknologi dan bisnis, unit promosi bisnis berbasis teknologi, dan unit pengembangan kawasan industri berbasis teknologi. • Peningkatan promosi investasi di dalam negeri maupun di luar negeri berbasis sistem informasi melalui pengembangan e-ocean fisheries government (sistem informasi tentang kelautan dan perikanan berbasis sistem informasi geospasial/SIG), Promosi Wisata Alam Domestik Secara Digital, Pengenalan Warisan Budaya dan Nilai Adat menggunakan media ICT. • Peningkatan Kualitas Mutu Pendidikan dan Pelatihan SDM Tenaga Kerja yang Terampil, Kompeten, Profesionalisme dan Berdaya Saing melalui Peningkatan Sarana dan Prasaranan Pendidikan dan Pelatihan, Revitalisasi UPT/BLK Bertaraf Internasional dan kemudahan informasi dan akses pendidikan dan pelatihan pada UPT/BLK, serta kemudahan informasi bursa kerja bagi pencari kerja. • Peningkatan kualitas data sasaran program pembangunan Pemerintah Daerah melalui pemutakhiran data yang terpadu dan berkelanjutan.

III - 149 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Internal Strengths Opportunities

(Daftar Faktor Kekuatan Internal) (Daftar Peluang Eksternal) Eksternal • Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Mutu Pendidikan Berbasis Kelautan dan Perikanan, serta pariwisata melalui peningkatan sarana dan prasarana sekolah kejuruan, memasukkan kurikulum pendidikan kelautan dan perikanan, pariwisata, seni dan budaya pada pendidikan formal dan non formal, pendirian Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan, dan inhouse training pendidikan kelautan dan perikanan, pariwisata, seni dan budaya bagi guru sekolah kejuruan, serta peningkatan kerjasama antara Pemeritah Daerah dan Pelaku Bisnis Kepariwisataan/Dunia Usaha/Industri tentang Praktik Kerja Siswa SMK. • Peningkatan investasi pada sub sektor kelautan • Peningkatan kerjasama antara Pemerintah Daerah dan perikanan, wisata bahari, sektor industri dan Pelaku Bisnis Kepariwisataan/Dunia pengolahan, sektor konstruksi, sektor Usaha/Industri Dalam Bidang Pendidikan, pertambangan dan pengaggalian, dan sektor Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Lokal. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan • Peningkatan jejaring informasi bursa kerja antara Daur Ulang, serta wisata budaya daerah, nilai adat Pemerintah Daerah dan Dunia Usaha/Industri istiadat dan seni budaya Melayu di Kabupaten/Kota Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Lokal. • Peningkatan kapasitas aparatur pelayanan Results perijinan yang berkelanjutan, infrastruktur (Daftar Hasil yang Terukur Untuk pelayanan perijinan yang representatif, integrasi Diwujudkan) antar sistem pelayanan dan terbentuknya tim teknis verifikasi perijinan sesuai standard. • Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur (termasuk laboratorium produktivitas) dan SDM Pengelola Pendidikan dan Pelatihan sesuai standard. • Peningkatan produktivitas tenaga kerja pada sektor sektor industri pengolahan, sektor konstruksi,

III - 150 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Internal Strengths Opportunities

(Daftar Faktor Kekuatan Internal) (Daftar Peluang Eksternal) Eksternal sektor pertambangan dan pengaggalian, dan sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. • Peningkatan Kerjasama Melalui Mekanisme Sharing Budgeting Antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Rangka pemutakhiran data yang terpadu dan berkelanjutan. • Peningkatan Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang terampil dalam Bidang kelautan dan perikanan, pariwisata, seni dan budaya. • Peningkatan ketersediaan dan akses informasi potensi dan keunggulan daerah. • Peningkatan usaha mikro kecil pengolahan produk perikanan dan usaha pariwisata berbasis masyarakat.

III - 151 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB IV TANTANGAN DAN PELUANG

Tantangan dan peluang dalam pengembangan dan penguatan SIDa Povinsi Kepulauan Riau yang akan dihadapi dan dapat dimanfaatkan secara optimal, diantaranya kebijakan pembangunan ekonomi berkelanjutan, inklusif dan stabil dengan perekonomian secara nasional yang tumbuh antara 6-8 persen per tahun, adanya ASEAN Free Trade Area (AFTA) hingga kepada pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, akselerasi pembangunan konsep Dual Track Strategy, kebijakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Bonus Demografi, kemiskinan dan kerentanan, keragaman karakter dan jatidiri bangsa (bahasa, adat, tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal), wilayah kepulauan dengan luas wilayah laut yang mendominasi, pengembangan kawasan perbatasan yang diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

1. Pada tahun 2013, pendapatan perkapita Indonesia telah mencapai USD 3.500 yang menempatkan Indonesia berada pada lapis bawah negara-negara berpenghasilan menengah. Agar Indonesia mampu menjadi negara berpendapatan tinggi, tentu memerlukan pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan global. Untuk mencapai negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2030, perekonomian nasional dituntut tumbuh rata-rata antara 6 – 8 persen per tahun. Agar berkelanjutan, pertumbuhan yang tinggi tersebut harus bersifat inklusif, serta tetap menjaga kestabilan ekonomi. Upaya mencapai tujuan tersebut memerlukan peran Pemerintah Daerah termasuk Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam penetapan dan penerapan strategi yang cermat dan tepat, serta memerlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi ekonomi yang ada dalam peningkatan produktivitas sektor- sektor dominan, unggulan dan potensial, serta pengembangan sektor-sektor non basis. Kebijakan pembangunan wilayah Provinsi Kepulauan Riau difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah dengan mendorong akselerasi pembangunan pada kabupaten/kota yang tertinggal melalui konsep Dual Track Strategy, yaitu (1) Kawasan BBK, terdiri dari Kota Batam, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun serta Kota Tanjungpinang. Kawasan BBK dibangun untuk pempercepat pelaksanaan pembangunan wilayah BBKT agar sejajar dengan kawasan-kawasan sejenis yang sudah lebih maju dan sejahtera; (2) Kawasan NAL terdiri dari Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga Kawasan ini dibangun untuk mengembangkan sentra-sentra ekonomi di wilayah Natuna, Anambas dan Lingga (NAL) sesuai dengan potensi/ agro ekosistem dominan. Akseslerasi pembangunan konsep Dual Track Strategy bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan

IV - 1 1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

produktivitas, efisiensi dan nilai tambah sumber daya alam, penguatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penyediaan infrastruktur yang terpadu dan merata.

2. Kebijakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi dan membangun keseimbangan pembangunan antar wilayah dalam kerangka satu kesatuan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyelenggaraan KEK diatur dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 yang merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menyasar empat tujuan yaitu : (1) Meningkatnya penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis; (2) Optimalisasi kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi; (3) Adanya percepatan perkembangan daerah melaui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru untuk keseimbangan pembangunan antar wilayah; (4) Terwujudnya model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Kehadiran KEK diharapkan dapat membangun kemampuan dan daya saing ekonomi pada level nasional melalui industri-industri bernilai tambah dan berantai nilai. Pengembangan KEK diharapkan mampu membentuk daya saing ekonomi nasional di pasar domestik dan internasional. Pengembangan KEK dilandasi oleh pemanfaatan instrumen penanaman modal dan pengembangan infrastruktur yang diletakkan dalam kerangka pembangunan ekonomi wilayah. Untuk mencapai maksud manfaat keekonomian dari KEK, Pemerintah berkomitmen memfasilitasi pengembangan KEK dengan insentif fiskal dan non fiskal. Pengembangan KEK diarahkan untuk memberikan kontribusi optimal dalam pencapaian setidaknya 4 (empat) agenda prioritas nasional yang tertuang di Nawacita, yaitu: 1. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 2. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 3. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 4. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 menargetkan untuk membentuk 25 KEK di Indonesia hingga tahun 2019 yang terdiri atas 15 KEK industri dan 10 KEK pariwisata. Hingga tahun 2014 telah ditetapkan 8 KEK. Dengan demikian target tambahan KEK baru dalam periode 2015-2019 ialah sejumlah 17 KEK yang terdiri atas 10 KEK industri/ non-pariwisata dan 7 KEK pariwisata. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2017, KEK Galang Batang resmi ditetapkan dan telah diundangkan pada tanggal 12 Oktober 2017. KEK yang berlokasi di Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau tersebut memiliki luas lahan sebesar

IV - 2 2 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

2.333,6 Ha. PT Bintan Alumina Indonesia sebagai Badan Usaha Pengusul juga akan menjadi Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK tersebut. KEK Galang Batang akan terdiri atas 4 zona yaitu: Zona Pengolahan Ekspor, Zona Logistik, Zona Industri, dan Zona Energi. KEK ini akan dikembangkan sebagai kawasan basis industri pengolahan dan pemurnian bijih bauksit (refining) menjadi alumina, pengolahan alumina menjadi aluminium ingot (smelting), energi, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), logistik, pengembangan pelabuhan bongkar muat dan lainnya.

Sektor pertambangan dan penggalian telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Bintan. Dengan ditetapkannya KEK Galang Batang sebagai tempat pemusatan kegiatan industri dengan pengolahan produk dari hulu ke hilir, KEK ini diperkirakan akan menarik investasi senilai Rp 36,25 triliun selama 6 tahun ke depan. Selain itu, KEK Galang Batang juga diproyeksikan untuk menyerap tenaga kerja sebanyak 23.200 orang. Adapun keunggulan geokonomi KEK Galang Batang adalah berada pada lokasi strategis Kepulauan Riau yang dilintasi oleh Selat Malaka yang dilalui 94.000 kapal setiap tahunnya. KEK Galang Batang juga berada pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang melintasi Laut Cina Selatan. Dengan orientasi pasar internasional, KEK Galang Batang diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang tinggi pada sektor industri. Keunggulan geostrategi wilayah Kepulauan Riau merupakan bagian dari kerjasama Segitiga Pertumbuhan Ekonomi Indonesia – Malaysia – Singapura melalui Growth Triangle Singapura – – Riau dan Kepulauan Riau. KEK Galang Batang akan berkembang bersamaan dengan pengembangan wiayah beberapa kawasan di Indonesia seperti Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, Batam dan Karimun

3. Pemberlakuan The ASEAN Community pada tahun 2015, peningkatan integrasi ini di satu pihak akan menciptakan peluang yang lebih besar bagi perekonomian nasional, tetapi di lain pihak juga menuntut daya saing perekonomian nasional yang lebih tinggi; Pada tingkat regional, kerjasama ekonomi ASEAN semakin meningkat sejak dimulainya integrasi ekonomi regional dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) hingga kepada pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan satu kesatuan basis produksi, sehingga akan terjadi aliran bebas barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil antarnegara ASEAN. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan yang perlu disikapi secara cermat dan terintegrasi. Kesiapan daerah perlu dilakukan di segala bidang secara menyeluruh, baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota. Edukasi masyarakat tentang peluang MEA 2015, peningkatan daya saing perekonomian nasional dan daerah, serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja lokal akan menjadi aset berharga bagi daerah untuk meraih keberhasilan MEA 2015 bagi kepentingan pembangunan nasional secara umum.

IV - 3 3 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

4. Pemerintah menetapkan Batam, Bintan dan Karimun di Provinsi Kepri sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (Free Trade Zone/FTZ) yang diatur melalui 3 Peraturan Pemerintah. Ketiga PP itu adalah PP No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, PP No 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan. Dan PP No 48 Tahun 2007 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. Wilayah Batam meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru. Untuk wilayah Bintan di Kabupaten Bintan, meliputi kawasan industri Galang Batang, kawasan industri maritim dan Pulau Lobam. Sebagian kota Tanjungpinang meliputi kawasan industri Senggarang dan kawasan industri Dompak Darat. Untuk kawasan Karimun meliputi sebagian Pulau Karimun, dan seluruh Pulau Karimun Anak. Kegiatan yang diselenggarakan dalam FTZ Bintan dan Karimun, yaitu kegiatan sektor ekonomi yang meliputi sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya. Kawasan yang ditetapkan sebagai FTZ Bintan meliputi sebagian dari wilayah Kabupaten Bintan serta seluruh Kawasan Industri Galang Batang dan Kawasan Industri Maritim dan Pulau Lobam. Kawasan FTZ Bintan juga mencakup sebagian wilayah Kota Tanjungpinang yang meliputi Kawasan Industri Senggarang dan Kawasan Industri Dompak Darat. Sedangkan wilayah di Karimun yang dijadikan FTZ adalah sebagian wilayah Pulau Karimun dan seluruh Pulau Anak Karimun.

5. Indonesia mempunyai peluang untuk dapat menikmati ‘bonus demografi’, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi akibat beru-bahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja kepada penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini memungkinkan bonus demografi tercipta karena meningkatnya suplai angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas sumber daya manusia (human capital). Di Indonesia, rasio ketergantungan telah menurun dan melewati batas di bawah 50 persen pada tahun 2012 dan mencapai titik terendah sebesar 46,9 persen antara tahun 2028 dan 2031. Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan bonus demografi baik secara nasional maupun regional. Penduduk usia produktif Indonesia sendiri menyumbang sekitar 38 persen dari total penduduk usia produktif di ASEAN. Apabila tidak didukung dengan kebijakan yang tepat, bonus demografi tidak akan dapat diraih, bahkan dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Penduduk yang besar akan meningkatkan tekanan pada kebutuhan pangan dan energi serta kelestarian dan kualitas lingkungan. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (population ageing) memerlukan jaminan perlindungan sosial, perlindungan hari tua dan pelayanan penyakit ketuaan (senecsent diseases) dan degeneratif. Urbanisasi dan migrasi menuntut ketersediaan infrastruktur perkotaan yang memadai dan pada saat yang sama berpotensi memunculkan

IV - 4 4 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

konflik sosial, pengangguran dan kriminalitas. Tingginya kepadatan penduduk juga berpotensi meningkatkan polusi dan penyebaran berbagai penyakit menular. Oleh karena itu, kebijakan sumber daya manusia, kependudukan, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, infrastruktur dan sumber daya alam serta politik hukum dan keamanan harus diarahkan dengan tepat untuk meraih bonus demografi.

6. Ketimpangan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menggambarkan masih besarnya kemiskinan dan kerentanan. Hal ini dicerminkan oleh angka kemiskinan yang turun melambat dan angka penyerapan tenaga kerja yang belum dapat mengurangi pekerja rentan secara berarti. Tiga kelompok rumah tangga yang diperkira-kan berada pada 40 persen penduduk berpendapatan terbawah adalah: (1) angkatan kerja yang bekerja tidak penuh (underutilized) terdiri dari penduduk yang bekerja paruh waktu (part time worker), termasuk di dalamnya adalah rumah tangga nelayan, rumah tangga petani berlahan sempit, rumah tangga sektor informal perkotaan, dan rumah tangga buruh perkotaan; (2) usaha mikro kecil termasuk rumah tangga yang bekerja sebagai pekerja keluarga (unpaid worker); dan (3) penduduk miskin yang tidak memiliki aset maupun pekerjaan.

7. Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat, perlu diimbangi dengan dengan pembangunan SDM dalam rangka memperkukuh atau setidaknya mempertahankan karakter dan jatidiri bangsa dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengadopsi budaya global yang positif dan produktif serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya bahasa, adat, tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal yang bersifat positif sebagai perekat persatuan bangsa; meningkatkan promosi budaya antar daerah dan diplomasi budaya antarnegara; dan meningkatkan kualitas pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya. Selain itu, adanya kecenderungan pengalihan ruang publik ke ruang privat yang mengakibatkan terbatasnya ruang/wadah penyaluran aspirasi masyarakat dan ekspresi inovasi karya budaya; belum optimalnya advokasi dan sosialisasi karya dan inovasi budaya kepada masyarakat sehingga apresiasi terhadap hasil karya seni dan inovator karya budaya rendah; (iterbatasnya regenerasi dan hasil inovasi karya budaya serta pemanfaatan teknologi di dalam pengemasan karya budaya; terbatasnya HKI dan regulasi pasar yang mendukung karya seni dan budaya; belum optimalnya dokumentasi dan pengarsipan karya budaya; dan pemberian penghargaan bagi maestro dan pelaku budaya dalam rangka peningkatan apresiasi dan karya budaya. Kedepan diperlukan ke depan yang dihadapi adalah meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap seni, karya budaya dan tradisi sebagai kekayaan budaya bangsa, danmeningkatkan pelindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual (HKI) terutama karya cipta seni dan budaya kreatif baik yang bersifat individual maupun komunal.

IV - 5 5 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

8. Provinsi Kepulauan Riau sebagai wilayah kepulauan dengan luas wilayah laut yang dominan, percepatan pembangunan kelautan merupakan tantangan yang harus diupayakan untuk kesejahteraan masyarakat. Tantangan utama lainnya adalah pengembangan industri kelautan, industri perikanan, perniagaan laut dan peningkatan pendayagunaan potensi laut dan dasar laut bagi kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan itu, upaya menjaga daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut juga merupakan tantangan dalam pembangunan kelautan.

9. Kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Sumatera yang difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Malaysia, Singapura, Thailand, India, Vietnam. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Sumatera diarahkan pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wilayah Sumatera, yang diantaranya di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yaitu PKSN Ranai dan PKSN Batam, serta mempercepat pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) tahun 2015-2019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya darat dan laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat.

10. Indonesia memasuki era Revolusi Industri 4.0. Itu setidaknya yang tercermin dari peluncuran program Making Indonesia 4.0 oleh presiden awal April lalu. Revolusi Industri 4.0 tak hanya menawarkan sisi positif (“the promises”) tapi juga negatif (“the perils”). Revolusi yang ditopang oleh teknologi-teknologi abad 21 seperti machine learning, artificial intelligence, internet of things, hingga 3D printing Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus mempersiapkan diri, merencanakan, dan menyusun strategi di tingkat pusat dan daerah untuk menghadapinya. Untuk bisa mengelola Revolusi Industri 4.0 diperlukan gaya pemerintahan yang kreatif, adaptif, cepat, dan mumpuni dalam mengelola perubahan eksponensial yang dihasilkan oleh Revolusi Industri 4.0. Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 perlu adanya kolaborasi secara intens dengan seluruh elemen stakeholders (bisnis, akademis, komunitas, masyarakat) dalam menuntun proses transformasi digital di level pemerintah, industri, dan masyarakat secara luas.

IV - 6 6 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB V KONDISI SIDa YANG AKAN DICAPAI

5.1 TEMA DAN SUB TEMA PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa Dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah; visi dan misi pembangunan jangka panjang Provinsi Kepulauan Riau yang tertuang didalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025; visi dan misi pembangunan jangka menengah Provinsi Kepulauan Riau yang tertuang didalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021; dan kondisi SIDa Provinsi Kepulauan Riau saat ini; dan tantangan dan peluang pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau, seperti terlihat pada gambar bagan berikut.

V - 1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kep Gub Kepri No. /2018 (Tim Koordinasi Penguatan SIDa Prov. Kepri Tahun 2018)

RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2025 TAHUN 2016-2021 (Perda Prov. Kepri 2/2009) (Perda Prov. Kepri 1/2018)

Perber Menristek & Mendagri No. 03/2012 & 36/2012 VISI: ”Terwujudnya VISI: Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah “Kepulauan Riau UU 18/2002 PP 38/2017 UU 23/2014 Berbudaya, Maju dan Melayu yang Sejahtera, Sejahtera“ Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”

PEMERINTAH INOVASI DAERAH KELITBANGAN DAERAH

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Periode tahun 2015-2025/periode pematangan diharapkan masyarakat dapat melakukan Periode Pematangan usaha produksi secara kewilayahan dan diharapkan masyarakat dan wilayah provinsi telah menjadi tegar dan maju.

Pada tahun 2015-2020 diharapkan masyarakat atau SDM yang Wilayah Bisa Usaha telah dibina akan dapat mengembangkan kegiatan ekonomi, Produksi dimana produksi keluarga dapat menjadi produksi wilayah kemudian produksi menyeluruh.

Mayarakat dan Wilayah Pada tahun 2021-2025 diharapkan masyarakat dan Tegar dan Maju wilayah provinsi telah menjadi tegar dan maju dalam pengertian siap untuk melakukan pembaharuan dan melaksanakan tujuan jangka panjang sehingga mampu mewujudkan visi sebagai wilayah perindustrian pengolahan, pertambangan, perdagangan sektor kelautan dan perikanan dan pariwisata yang andal untuk berupaya lebih maju lagi dengan memanfaatkan ruang darat, laut dan udara secara simultan.

Pengembangan Peningkatan Pengembangan Peningkatan Peningkatan Perwujudan Sektor Maritim, pelayanan dasar ekonomi kualitas kualitas Tata Kepulauan Riau Arah Kebijakan Energi, Air Dan dan kemaritiman sumberdaya kelola sebagai Bunda Ketersediaan pengembangan berwawasan manusia dan pemerintahan Tanah Melayu RPJMD 2016-2021 Pangan Serta infrastruktur lingkungan untuk ekonomi, yang akuntabel, yang Sejahtera, Sumberdaya untuk menanggulangi keberlanjutan iklim investasi Berakhlak Mulia, Manusia Yang meningkatkan kemiskinan dan infrastruktur yang kondusif, Ramah Berkelanjutan konektivitas pengangguran serta dan Pemerataan Lingkungan dan Dalam Rangka antar wilayah, didukung pengembangan Infrastruktur Unggul di Bidang Peningkatan daya saing Infrastruktur pusat guna Maritim Pembangunan Di ekonomi dan yang berkualitas kebudayaan mewujudkan Provinsi kesejahteraan melayu Kepri masyarakat yang Kepulauan Riau masyarakat sejahtera dan berbudaya

Skenario Pengembangan “Pengembangan Perikanan dan Kelautan, Serta Pariwisata Berbasis Kemaritiman dan dan Penguatan SIDa Ekonomi Kerakyatan” (2019-2021)

KELEMBAGAAN JARINGAN SUMBERDAYA

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terkini Investasi/Penanaman Modal Terkini Sektor Unggulan (Konstruksi; dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan daya ungkit kesejahteraan Limbah dan Daur Ulang) dan Sektor Potensial (Pertambangan dan Penggalian; masyarakat dan perekonomian daerah dengan mengoptimalkan potensi dan Industri Pengolahan) di Provinsi Kepulauan Riau Perlu Ditingkatkan keberagaman wisata bahari dan peningkatan peranan sub kategori perikanan Produktivitasnya Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah dalam PDRB

Ketimpangan Pendapatan Terkini Laju Inflasi Terkini Rata-Rata Pengeluaran Penduduk Perdesaan yang Sebagian Besar Peningkatan Pengendalian Tingkat Inflasi Di Provinsi Kepulauan Riau, Penduduknya dengan Sumber Penghasilan Utama pada Sub Sektor Perikanan terutama pada bulan Januari; pada bulan Juli; pada bulan Desember; serta Tangkap Lebih Rendah dibandingkan Penduduk Perkotaan dan Aksesibilitas kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan gas Desa/Kelurahan Di Bidang Pendidikan, Kesehatan, Permodalan dan Pemberdayaan Masyarakat Belum Merata

Nilai Tukar Petani (NTP) Terkini Kesempatan Kerja Terkini Penurunan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Riau disebabkan oleh Investasi SDM Tenaga Kerja Melalui Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan, penurunan NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman serta Peningkatan Infrastruktur Pendidikan dan Pelatihan akan Meningkatkan perkebunan rakyat, dan subsektor peternakan. Sebaliknya subsektor perikanan Produktivitas Tenaga Kerja, Difusi Teknologi, dan Pertumbuhan Usaha Mikro dan subsektor hortikultura mengalami peningkatan Kecil (UMK) Berbasis Potensi Lokal

S O A R

STRENGTHS OPPORTUNITIES ASPIRATIONS RESULTS

TANTANGAN PELUANG Gambar 5. 1 Dasar Penetapan Tema dan Sub Tema Pengembangan dan Penguatan Provinsi Kepulauan Riau

V - 2 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Mendasarkan berbagai pertimbangan di atas maka diperoleh rumusan tema dan sub tema pengembangan dan penguatan sistem inovasi daerah Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut: 1. Tema : “Pengembangan Kemandirian Ekonomi Bidang Kemaritiman Menuju Keunggulan Kompetitif”. 2. Sub Tema : a. Pengembangan Produk Unggulan Daerah Berbasis IPTEK. b. Unggulan Pariwisata. c. Ekonomi Kreatif.

5.2 TUJUAN PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa Dengan memperhatikan tema dan sub tema maka tujuan pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau adalah:

Tabel V. 1 Tujuan Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau

Sub Tema Tujuan Pengembangan Produk Unggulan Peningkatan Kemampuan Ekonomi Berbasis Industri Daerah Berbasis IPTEK Unggulan Pariwisata Peningkatan Kemampuan Ekonomi Berbasis Sumber Daya Alam Ekonomi Kreatif Peningkatan Kemampuan Ekonomi Berbasis Inovasi

5.3 SASARAN PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa Sasaran pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau dengan memperhatikan tujuan adalah: Tabel V. 2 Sasaran Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau

Sub Tema Tujuan Sasaran Pengembangan Produk Unggulan Peningkatan Kemampuan Ekonomi Meningkatnya Produktivitas Daerah Berbasis IPTEK Berbasis Industri Usaha Perikanan

Unggulan Pariwisata Peningkatan Kemampuan Ekonomi Meningkatnya Pertumbuhan Berbasis Sumber Daya Alam Kawasan dan Industri Pariwisata Ekonomi Kreatif Peningkatan Kemampuan Ekonomi Meningkatnya Tata Kelola Berbasis Inovasi Perekonomian Berorientasi Inovasi dan Kreatifitas Lokal

V - 3 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

5.4 TARGET KINERJA SIDa Target Kinerja SIDa Provinsi Kepulauan Riau yang akan dicapai berdasarkan sub tema, tujuan, dan sasaran pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau disajikan pada Tabel berikut.

V - 4 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel V. 3 Target Kinerja SIDa Yang Akan Dicapai Berdasarkan Sub Tema, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau

Tema : “Pengembangan Sektor Kelautan Dan Perikanan, Serta Sektor Pariwisata Berbasis Kemaritiman dan Ekonomi Kerakyatan yang Berdaya Saing dan Berbudaya“

Sub Tema 1 : Pengembangan Produk Unggulan Daerah Berbasis IPTEK

Kondisi yang Akan Dicapai Perangkat Daerah Tujuan Sasaran Indikator Tujuan/Sasaran Akhir 2019 2020 2021 Pengampu Periode Urusan Peningkatan Pertumbuhan Kontribusi Sektor >1 >1 >1 >3 Dinas Kemampuan Ekonomi Perikanan Terhadap PDRB (%) Kelautan dan Berbasis Industri Perikanan Pertumbuhan Nilai Realisasi >1 >1 >1 >3 Dinas Investasi Penanaman Modal Penanaman Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dan Modal Dalam Negeri (PMDN) Pelayanan Sektor Perikanan (%) Terpadu Satu Pintu Pertumbuhan Tingkat >1 >1 >1 >3 Dinas Tenaga Partisipasi Angkatan Kerja Kerja Dan (TPAK) Sektor Perikanan (%) Transmigrasi Meningkatnya Jumlah Produksi Perikanan 305.239,05 305.850,75 306.463,67 306.463,67 Dinas Produktivitas Usaha Tangkap (Ton) Kelautan dan Perikanan Perikanan Jumlah Produksi Perikanan 33.785,95 33.852,66 33.920,50 33.920,50 Dinas Budidaya (Ton) Kelautan dan Perikanan Produk Olahan Hasil Perikanan 1.326,23 1.328,88 1.331,54 1.331,54 Dinas (Ton) Kelautan dan Perikanan Persentase UKM yang naik 0,48 0,62 0,75 0,75 Dinas kelas/aktif (%) Koperasi, Usaha Kecil

V - 5 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kondisi yang Akan Dicapai Perangkat Daerah Tujuan Sasaran Indikator Tujuan/Sasaran Akhir 2019 2020 2021 Pengampu Periode Urusan dan Menengah Jumlah Industri Berbahan Baku 1.969 2.117 2.200 2.200 Dinas Lokal (Unit) Perindustrian dan Perdagangan Persentase ketersediaan 82,35 91,18 100,00 100,00 Dinas Pelabuhan Laut (%) Perhubungan Persentase ketersediaan Kapal 77,78 88,89 100,00 100,00 Dinas Angkutan Laut (%) Perhubungan

Sub Tema 2 : Unggulan Pariwisata

Kondisi yang Akan Dicapai Perangkat Daerah Tujuan Sasaran Indikator Tujuan/Sasaran Akhir 2019 2020 2021 Pengampu Periode Urusan Peningkatan Pertumbuhan Kontribusi Sektor >1 >1 >1 >3 Dinas Kemampuan Ekonomi Pariwisata Terhadap PDRB (%) Pariwisata Berbasis Sumber Daya Pertumbuhan Nilai Realisasi >1 >1 >1 >3 Dinas Alam Investasi Penanaman Modal Penanaman Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dan Modal Dalam Negeri (PMDN) Pelayanan Sektor Pariwisata (%) Terpadu Satu Pintu Pertumbuhan Tingkat >1 >1 >1 >3 Dinas Tenaga Partisipasi Angkatan Kerja Kerja Dan (TPAK) Sektor Pariwisata (%) Transmigrasi Meningkatnya Jumlah Wisatawan Mancanegara 2,3 2,4 2,5 2,5 Dinas Pertumbuhan Kawasan (Juta Orang) Pariwisata dan Industri Pariwisata Persentase bangunan yang berciri 32,33 49,70 70,75 70,75 Dinas khas melayu (%) Kebudayaan Persentase Warisan Budaya 20,98 21,68 22,38 22,38 Dinas Tangible yang Lestari (%) Kebudayaan

V - 6 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kondisi yang Akan Dicapai Perangkat Daerah Tujuan Sasaran Indikator Tujuan/Sasaran Akhir 2019 2020 2021 Pengampu Periode Urusan Persentase ketersediaan 85,71 92,86 100,00 100 Dinas Pelabuhan Penyeberangan/roro Perhubungan (%) Persentase ketersediaan Kapal 88,89 100 100 100 Dinas Penyeberangan/roro (%) Perhubungan

Sub Tema 3 : Ekonomi Kreatif

Kondisi yang Akan Dicapai Perangkat Daerah Tujuan Sasaran Indikator Tujuan/Sasaran Akhir 2019 2020 2021 Pengampu Periode Urusan Peningkatan Pertumbuhan Konstribusi >1 >1 >1 >3 Dinas Kemampuan Ekonomi Sektor Perdagangan dan Jasa Perindustrian Berbasis Inovasi Terhadap PDRB (%) dan Perdagangan Pertumbuhan Nilai Realisasi >1 >1 >1 >3 Dinas Tenaga Investasi Penanaman Modal Kerja Dan Asing (PMA) dan Penanaman Transmigrasi Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Pedagangan dan Jasa (%) Pertumbuhan Tingkat >1 >1 >1 >3 Dinas Partisipasi Angkatan Kerja Penanaman (TPAK) Sektor Perdagangan Modal Dan dan Jasa (%) Pelayanan Terpadu Satu Pintu Meningkatnya Tata Nilai Ekspor Produk-Produk 1.405,48 1.478,75 1.550,20 1.550,20 Dinas Kelola Perekonomian Berbahan Baku Lokal (Juta US Perindustrian Berorientasi Inovasi dan $) dan Kreatifitas Lokal Perdagangan Persentase Koperasi dan UKM 20,19 21,22 22,25 22,25 Dinas yang memiliki Produk diterima Koperasi, dipasar modern atau Usaha Kecil tersertifikasi (%) dan Menengah

V - 7 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kondisi yang Akan Dicapai Perangkat Daerah Tujuan Sasaran Indikator Tujuan/Sasaran Akhir 2019 2020 2021 Pengampu Periode Urusan Jumlah Badan Usaha Milik 45,00 50,00 55,00 55,00 Dinas Desa/BUMDesa yang aktif (Unit) Pemberdayaa n Masyarakat Dan Desa, Kependuduka n dan Pencatatan Sipil

V - 8 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

5.5 LANGKAH-LANGKAH PENCAPAIAN TARGET KINERJA SIDa 1. Forum Inovasi Daerah Dalam rangka mendukung target kinerja SIDa yang akan dicapai dalam rangka pengembangan dan penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau diperlukan sebuah Forum Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Forum ini terdiri dari perangkat daerah Provinsi Kepulauan Riau/sektor-sektor yang berpengaruh terhadap keberhasilan tema dan sub tema dalam pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau terlihat pada Gambar bagan berikut.

Pendukung Utama DKPTAN KESWAN DINLUTKAN DINSOS DINPERINDAG PRODUK UNGGULAN DINDIK DAERAH DINKOP UKM BERBASIS IPTEK Penunjang DINPAR BARENLITBANG

DINBUD DINKOMINFO UNGGULAN PARIWISATA DISPERMADES DUKCAPIL DLHK

DPM PTSP DESDM

DINAKERTRANS EKONOMI KREATIF DINPERKIM

DISHUB DPUPRP

PERGURUAN Pendukung TINGGI

Gambar 5. 2 Bagan Forum Inovasi Daerah Dalam Rangka Pengembangan dan Penguatan SIstem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau

V - 9 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel V. 4 Forum Inovasi Daerah Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau

Sektor-Sektor Terkait Sub Tema Utama Pendukung Penunjang Pengembangan 1. Dinas Kelautan dan 1. Dinas Ketahanan 1. Badan Perencanaan, Produk Unggulan Perikanan; Pangan, Pertanian Penelitian dan Daerah Berbasis 2. Dinas Perindustrian dan Kesehatan Pengembangan; IPTEK dan Perdagangan; Hewan; 2. Dinas Komunikasi 3. Dinas Koperasi 2. Dinas dan Informasi; Usaha Kecil Pemberdayaan 3. Dinas Lingkungan Menengah; Masyarakat Desa, Hidup; 4. Dinas Penanaman Kependudukan 4. Dinas Energi dan Modal dan PTSP; dan Catatan Sipil; Sumber Daya 5. Dinas Tenaga Kerja 3. Dinas Sosial; Mineral; dan Transmigrasi; 4. Dinas Pariwisata; 5. Dinas Perumahan 6. Dinas Perhubungan. 5. Dinas dan Kawasan Kebudayaan; Permukiman; 6. Dinas Pendidikan. 6. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan; 7. Perguruan Tinggi. Unggulan 1. Dinas Pariwisata; 1. Dinas Kelautan 1. Badan Perencanaan, Pariwisata 2. Dinas Kebudayaan; dan Perikanan; Penelitian dan 3. Dinas Penanaman 2. Dinas Pengembangan; Modal dan PTSP; Perindustrian dan 2. Dinas Komunikasi 4. Dinas Tenaga Kerja Perdagangan; dan Informasi; dan Transmigrasi; 3. Dinas Koperasi 3. Dinas Lingkungan 5. Dinas Perhubungan. Usaha Kecil Hidup; Menengah; 4. Dinas Energi dan 4. Dinas Sumber Daya Pemberdayaan Mineral; Masyarakat Desa, 5. Dinas Pekerjaan Kependudukan Umum, Penataan dan Catatan Sipil; Ruang dan 5. Dinas Sosial; Pertanahan; 6. Dinas Pendidikan. 6. Perguruan Tinggi. Ekonomi Kreatif 1. Dinas Perindustrian 1. Dinas Kelautan 1. Badan Perencanaan, dan Perdagangan; dan Perikanan; Penelitian dan 2. Dinas Koperasi 2. Dinas Pariwisata; Pengembangan; Usaha Kecil 3. Dinas 2. Dinas Komunikasi Menengah; Kebudayaan; dan Informasi; 3. Dinas 4. Dinas Ketahanan 3. Dinas Lingkungan Pemberdayaan Pangan, Pertanian Hidup; Masyarakat Desa, dan Kesehatan 4. Dinas Energi dan Kependudukan dan Hewan; Sumber Daya Catatan Sipil; 5. Dinas Sosial; Mineral; 4. Dinas Penanaman 6. Dinas Pendidikan. 5. Dinas Perumahan Modal dan PTSP; dan Kawasan 5. Dinas Tenaga Kerja Permukiman;

V - 10 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sektor-Sektor Terkait Sub Tema Utama Pendukung Penunjang dan Transmigrasi. 6. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan; 7. Dinas Perhubungan; 8. Perguruan Tinggi.

2. Jejaring Inovasi Daerah Selain Forum Inovasi Daerah diperlukan pengembangan Jejaring Inovasi Daerah bagi peningkatan SIDa Provinsi Kepri dalam pencapaian kondisi umum SIDa berdasarkan Kerangka Kerja Inovasi (KKI) yang meliputi Enam Pilar Pemangku Kepentingan pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau, adalah sebagai berikut :

Tabel V. 5 Jejaring Inovasi Daerah Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau

Pemangku Kepentingan No. Institusi SIDa 1 Perangkat Daerah • Barenlitbang Provinsi Kepri (koordinator pengembangan SIDa; • Bagian Organisasi Sekretariat Daerah (Bagian Organisasi) sebagai koordinator dalam Sinovik); • Bappeda Kabupaten/Kota. 2 Universitas/Akademisi/ Universitas Maritim Raja Alihaji; Politeknik Negeri Batam; Politeknik Universtas Putera Batam; Universitas Batam; Universitas Riau Kepulauan dan 30 perguruan tinggi lainnya yang memiliki LPPM dan pusat kajian/ penelitian) 3 Lembaga Swadaya Dewan Riset Daerah (DRD); Lembaga Adat Melayu (LAM); Masyarakat dan Lembaga Paguyuban Seni dan Budaya Melayu; Kadinda; PHRI; Non Pemerintah Lainnya FEDEP Provinsi Kepri; Kelompok UMKM Kepri; dan FEDEP Kabupaten/Kota 4 Dunia Usaha/Dunia Industri PT. Pertamina (Persero); PT Angkasa Pura; kalangan perbankan; Pos dan Giro; Perum Pegadaian dan perusahaan swasta 5 Komunitas Kreatif di Kelompok Ilmiah Remaja (KIR); Komunitas Kreatif Provinsi Kepri dan Pengembangan Wisata Kepri; Pengususah Kuliner dan sekitarnya Ekonomi Kreatif 6 Media Massa (termasuk Kantor Berita Antara; RRI dan TVRI; Radio Swasta Niaga; media massa online) Radar Kepri; Perwakilan TV Swasta (koresponden) dan media on line (Kompas.com; Detik.com; Youtube)

Kondisi umum SIDa berdasarkan Kerangka Kerja Inovasi (KKI) yang pencapaian perlu dikawal melalui Jejaring Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau dalam rangka pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut:

V - 11 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel V. 6 Kondisi Umum SIDa yang Akan Dicapai Berdasarkan Kerangka Kerja Inovasi (KKI)

Kondisi Umum yang No. KKI Variabel Akan Dicapai 1. Kerangka Umum Inovasi dan Bisnis 1. Basis Data Inovasi dan Bisnis 1. Perlu basis data yang dikoordinasikan oleh Barenlitbang Provinsi Kepulauan Riau 2. Regulasi yang Kondusif bagi Inovasi dan 2. Review regulasi yang belum sesuai, mengakselerasi draft Bisnis reguasi yang diperlukan, dan menyesuaikan regulasi yang ada dengan paket kebijakan ekonomi pemeritah. 3. Infrastruktur Dasar Inovasi dan Bisnis 3. Peningkatan dukungan infrastruktur serta inovasi infrastruktur bisnis yang diperlukan dengan mengutamakan perkembangan IPTEK dan Ekonomi digital. 4. Insentif untuk Inovasi dan Bisnis 4. Penyediaan insentif untuk kegiatan inovasi yang memajukan produk lokal Provinsi Kepulauan Riau 2. Kolaborasi Inovasi dan Difusi 1. Kemitraan Strategis dan Kolaboratif 1. Peningkatan kerjasama Litbang dengan berbagai pihak Teknologi untuk Inovasi 2. Peningkatan Difusi Inovasi 2. Pengembangan iklim riset dan pemanfaatan pakar baik dari perguruan tinggi, maupun lembaga riset yang relevan 3. Perkembangan wahana interaksi pelaku 3. Pengembangan dan penguatan technopark yang berbasis inovasi riset yang terintegrasi dalam perencanaan pembangunan berbasis ekonomi digital. 4. Pelayanan berbasis teknologi 4. Kemudahan akses layanan melalui teknologi informasi bagi masyarakat 3. Daya Dukung Litbangyasa dan 1. Kelembagaan Litbangyasa 1. Penguatan peran Litbang Kabupaten dalam penciptaan iklim Absorpsi UMKM riset yang kondusif di Provinsi Kepulauan Riau 2. Daya dukung Litbangyasa 2. Peningkatan dukungan pendanaan dari APBD untuk riset inovatif yang dibutuhkan UMKM. 3. Daya Absorpsi UMKM 3. Mempercepat terbukanya komunikasi antara UMKM dan peneliti dari perguruan tinggi atau lembaga riset lainnya sehingga mampu memanfaatkan teknologi tepat guna dalam peningkatan produksi.

V - 12 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Kondisi Umum yang No. KKI Variabel Akan Dicapai 4. Budaya Inovasi 1. Penguatan budaya inovasi melalui 1. Meningkatkan pemahaman pentingnya kewirausahaan yang pendidikan dan pelatihan akan memperluas semangat kewirausahaan sejak SMP, SMA, SMK, hingga perguruan tinggi 2. Penguatan Kohesi Sosial 2. Penguatan relasi antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Pusat dalam mendukung berkembangnya UMKM, dan usaha kreatif lainnya baik pendanaan,

pembinaan, dan promosi terkait hasil temuan riset dari 3. Apresiasi dan Kampanye Inovasi stakeholder. 3. Penyelenggaraan pameran inovasi sejenis KRENOVA rutin tiap tahun baik tingkat kabupaten, nasional maupun 4. Penumbuhan Usaha Baru Inovatif internasional. 4. Mendorong mewujudkan wirausaha baru, yang akan berkiprah memperkuat interkoneksi Provinsi Kepulauan Riau sebagai kabupaten berbasis perdagangan dan jasa yang terintegrasi. 5. Keterpaduan Sistem Inovasi dan 1. Prakarsa Klaster Industri Unggulan 1. Pembentukan dan penguatan klaster UMKM unggulan Perkembangan Klaster Daerah dan/atau Prakarsa Sistem Inovasi berdasarkan potensi lokal yang kreatif dan inovatif. 2. Koordinasi Kebijakan Daerah dan 2. Peningkatan sinergisitas antara kebijakan Pemerintah Nasional Kabupaten, Provinsi dan Nasional 3. Penguatan Kelembagaan Khusus klaster 3. Identifikasi, pemetaan, pembentukan dan pengelolaan industri klaster yang sesuai kebutuhan pelaku usaha. 6. Keselarasan dengan Perkembangan 1. Lingkungan 1. Peningkatan komitmen dalam pelestarian lingkungan di Global Provinsi Kepulauan Riau 2. Standardisasi 2. Mengakselerasi proses standarisasi produk lokal inovatif sesuai dengan standar yang ditetapkan. 3. HKI 3. Perluasan pelaksanaan HKI dan paten pada usaha-usaha lain yang belum dipatenkan. 4. Ketenagakerjaan 4. Perwujudan standarisasi nasional dan internasional bagi tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau.

V - 13 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian target indikator SIDa melalui Jejaring Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau dilihat dari aspek kebijakan, kelembagaan, jaringan, sumberdaya dan pengembangan SIDa sebagai berikut:

1. Kebijakan SIDa Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian target kinerja SIDa pada aspek kebijakan sebagai berikut: 1. Menetapkan Roadmap SIDa Provinsi Kepulauan Riau dalam bentuk Peraturan Gubernur; 2. Mensosialisasikan Roadmap SIDa Provinsi Kepulauan Riau kepada perangkat daerah, pelaku usaha, perguruan tinggi, dan unsur masyarakat untuk berpartisipasi dalam implementasi SIDa; 3. Mengintregrasikan program dan kegiatan SIDa dalam dokumen rencana pembangunan jangka menengah yaitu RPJMD dan Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah agar sinergi dalam peningkatan daya saing daerah berbasis sumberdaya daerah melalui sistem inovasi daerah; 4. Mengkoordinasikan implementasi program dan kegiatan penguatan SIDa di daerah kedalam rencana pembangunan tahunan yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja (Renja) perangkat daerah; 5. Menyusun pedoman serta mekanisme monitoring, evaluasi, dan pelaporan dalam pelaksanaan penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau.

2. Kelembagaan SIDa Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian target kinerja SIDa pada aspek kelembagaan sebagai berikut: 1. Melakukan Penataan Lembaga atau Organisasi untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan atau organisasi sehingga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan daya saing daerah dalam mendukung penguatan SIDa, sebagai berikut: 1) Membentuk unit sentra HKI dibawah koordinasi Barenlitbang Provinsi Kepulauan Riau untuk mengelola dan mendayagunakan kekayaan intelektual, sekaligus sebagai pusat informasi pelayana HKI, termasuk memasarkan hasil-hasil litbangnya. 2) Meningkatkan kapasitas dan ketertiban dewan riset daerah dalam penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau. 3) Meningkatkan kapasitas dan pelibatan lembaga litbang perguruan tinggi dalam berbagai penelitian yang mengarah pada penguatan SIDa pada perbagai sektor sesuai dengan keunggulan masing-masing perguruan tinggi.

V - 14 14 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

4) Mendorong lembaga perguruan tinggi (Universitas, Politeknik, Sekolah Tinggi) baik negeri maupun swasta serta SMK di Provinsi Kepulauan Riau untuk melakukan penelitian inovatif agar dapat diimplementasikan. 5) Membentuk forum klaster untuk mendorong setiap klaster inovasi/industri dapat menggembangkan dirinya, dan sebagai wahana antar perusahaan yang saling terkait dan bekerja sama, diantaranya melibatkan pemasok barang, penyedia jasa, industri yang terkait serta lembaga yang secara khusus berfungsi sebagai pelengkap atau penunjang. 6) Mendorong organisasi kemasyarakatan terkait SIDa agar dapat berperan serta dalam penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau.

2. Melakukan penataan Peraturan terkait SIDa sesuai kewenangan untuk mendukung terciptanya kondisi yang kondusif bagi penguatan SIDa, guna mencapai tujuan peningkatan daya saing daerah, sehingga peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kebijakan SIDa dapat selaras yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Memetakan peraturan/ kebijakan yang ada terkait penguatan SIDa. b. Inventarisasi peraturan dan kebijakan Pusat, provinsi, dan Provinsi Kepulauan Riau terkait Penguatan SIDa (menghambat atau mendukung SIDa), dan mengidentifikasi kebutuhan regulasi daerah dalam rangka penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau; c. Mengusulkan dan merekomendasikan pencabutan atau perubahan peraturan/kebijakan daerah yang menghambat penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau; d. Menyusun regulasi, kebijakan, pedoman dan standar pelaksanaan penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau ; e. mensosialisasikan regulasi, kebijakan, pedoman dan standar pelaksanaan penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau kepada perangkat daerah, pelaku usaha, perguruan tinggi, dan unsur masyarakat.

3. Pengembangan budaya kerja dengan tujuan untuk meningkatkan nilai-nilai profesionalisme para pelaku penguatan SIDa sehingga dapat mendukung terciptanya kondisi yang kondusif bagi penguatan SIDa guna mencapai tujuan peningkatan daya saing daerah, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kebutuhan tata budaya kerja yang diperlukan dalam menunjang penguatan SIDa. b. Menyusun tata budaya kerja dalam menunjang penguatan SIDa sesuai dengan kebutuhan. c. Mensosialisasikan tata budaya kerja dalam menunjang penguatan SIDa kepada aparatur pelaksana SIDa dan mengimplementasikannya melalui regulasi daerah.

V - 15 15 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

3. Jaringan SIDa Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian target kinerja SIDa pada aspek jaringan SIDa sebagai berikut: 1) Membangun komunikasi intensif antar stakeholders Komunikasi intensif antar stakeholders dimaksudkan untuk membangun konsensus, menyamakan persepsi, berbagi ide dan gagasan, menyusun strategi bersama, menetapkan tujuan dan sasaran bersama, menyusun program/kegiatan, serta melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan/program yang disepakati. Fasilitasi komunikasi tersebut dikoordinasikan oleh tim koordinasi SIDa yang pelaksanaannya melalui Barenlitbang Provinsi Kepulauan Riau , antara lain: a. menyelenggarakan kelompok diskusi terfokus, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya yang dilaksanakan rutin bulanan/dua bulanan untuk membahas tema/isu tertentu yang memerlukan intervensi teknologi ataupun kegiatan kelitbangan untuk menyelesaikannya dengan melibatkan seluruh stakeholder SIDa, termasuk forum- forum kelitbangan, dan forum-forum klaster industri. b. menjalin kerjasama kelitbangan antar stakeholders dengan membentuk konsorsium kelitbangan dengan melibatkan lembaga kelitbangan perguruan tinggi dan pengguna hasil litbang (koperasi, UKM, industri dll), dimana masing-masing pihak memiliki tujuan yang sama, serta terikat dengan komitmen termasuk dalam hal sharing pendanaan yang dituangkan dalam Kesepakan Bersama (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama. c. membentuk dan memberdayakan forum komunikasi penelitian dan pengembangan daerah. Pembentukan forum dimulai dengan menginventarisasi institusi di daerah yang memiliki aktifitas kelitbangan, atau potensial untuk melakukan kelitbangan. d. Mobilisasi sumber daya manusia, yaitu perpindahan, maupun penempatan sementara SDM litbang dari suatu lembaga/organisasi SIDa ke lembaga/organisasi SIDa yang lain. Mobilisasi SDM dilakukan melalui kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, maupun keterampilan SDM. 2) Optimalisasi pendayagunaan HKI, informasi, serta sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pemanfaatan informasi SIDa, dan pemanfaatan sarana-prasarana SIDa . Hal ini dimaksudkan untuk mendorong komersialisasi HKI, optimalisasi dan efisiensi pemanfaatan sarpras litbang, serta membangun dan memanfaatkan basis data iptek terpadu di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk mengoptimalkan pendayagunaan HKI,

V - 16 16 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

informasi, serta sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu: a. Melakukan analisis atas HKI yang potensial untuk dikomersialisasikan, b. Mempromosikan HKI potensial ke Industri, melalui kegiatan temu bisnis atau investor forum. c. Memfasilitasi pendayagunaan HKI dan pemanfaatan sarpras litbang sesuai dengan aturan pelaksanaan yang dibuat.

4. Sumberdaya SIDa Penataan sumberdaya SIDa dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan nilai guna sumber daya SIDa yang ada pada kelembagaan SIDa. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian target kinerja SIDa pada aspek sumberdaya SIDa sebagai berikut: 1. Melakukan inventarisasi dan membuat basis data SDM, HKI dan sarana-prasarana litbang yang tersedia di Provinsi Kepulauan Riau, baik yang dikelola oleh pemerintah, lembaga non pemerintah, perguruan tinggi, maupun swasta. 2. Mempublikasikan basis data SDM, HKI dan sarana-prasarana litbang Provinsi Kepulauan Riau secara luas ke masyarakat, baik melalui media brosur maupun website.

5. Pengembangan SIDa Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian target kinerja SIDa pada aspek pengembangan SIDa sebagai berikut: 1. Membangun komitmen dan konsensus unsur-unsur SIDa di daerah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui daya saing daerah sumber daya lokal dalam kerangka Sistem Inovasi Daerah. 2. Melakukan evaluasi dan analisis penguatan SIDa untuk mendapatkan data hasil pelaksanaan penguatan SIDa selama 1 tahun periode dengan mengukur capaian indikator kinerja. 3. Mengadakan rencana aksi tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi bagi peningkatan daya guna dan hasil guna penguatan SIDa.

V - 17 17 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

6.1 STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa Strategi pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau adalah:

1. Meningkatkan Produktivitas Usaha Perikanan Melalui Pengembangan Unggulan Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan, Pengembangan UMKM Berbasis IPTEK, dan Pengembangan Kerajinan dan Kuliner.

2. Meningkatkan Pertumbuhan Kawasan dan Industri Pariwisata Melalui Pengembangan Wisata Bahari Dan Wisata Alam, Pengembangan Wisata Religi, Seni, Budaya Dan Tradisi Melayu (Warisan Budaya Benda Dan Warisan Tak Benda), dan Pengembangan Wisata Buatan.

3. Meningkatkan Tata Kelola Perekonomian Berorientasi Inovasi dan Kreatifitas Lokal Melalui Pengembangan Perdagangan dan Hiburan di Pusat Pengembangan Pariwisata, Pengembangan MICE/Meeting, Intensive, Conference Dan Exhbition (Batam, Tanjungpinang Dan Bintan) dan Pengembangan Paket Wisata.

6.2 ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa Kebijakan pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau adalah: 1. Peningkatan Produktivitas Usaha Perikanan difokuskan pada Produktivitas, Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Perikanan.

2. Peningkatan Pertumbuhan Kawasan dan Industri Pariwisata difokuskan pada Produktivitas, Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata.

3. Peningkatan Tata Kelola Perekonomian Berorientasi Inovasi dan Kreatifitas Lokal difokuskan pada Produktivitas, Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan dan Jasa.

VI - 1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel VI. 1 Strategi dan Arah Kebijakan Berdasarkan Tema dan Sub Tema, Tujuan dan Sasaran Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau

Sub Tema Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Pengembangan Produk Peningkatan Kemampuan Ekonomi Meningkatnya Produktivitas Meningkatkan Peningkatan Produktivitas Unggulan Daerah Berbasis Industri Usaha Perikanan Produktivitas Usaha Usaha Perikanan Perikanan dan Usaha difokuskan pada Berbasis IPTEK Skala Mikro Lainnya Produktivitas, Investasi dan Melalui Pengembangan Penyerapan Tenaga Kerja Unggulan Budidaya dan di Sektor Perikanan Pengolahan Hasil Perikanan, Pengembangan UMKM Berbasis IPTEK, dan Pengembangan Kerajinan dan Kuliner Unggulan Pariwisata Peningkatan Kemampuan Ekonomi Meningkatnya Pertumbuhan Meningkatkan Peningkatan Pertumbuhan Berbasis Sumber Daya Alam Kawasan dan Industri Pertumbuhan Kawasan Kawasan dan Industri Pariwisata dan Industri Pariwisata Pariwisata difokuskan pada Melalui Pengembangan Produktivitas, Investasi dan Wisata Bahari Dan Wisata Penyerapan Tenaga Kerja Alam, Pengembangan di Sektor Pariwisata Wisata Religi, Seni, Budaya Dan Tradisi Melayu (Warisan Budaya Benda Dan Warisan Tak Benda), dan Pengembangan Wisata Buatan Ekonomi Kreatif Peningkatan Kemampuan Ekonomi Meningkatnya Tata Kelola Meningkatkan Tata Kelola Peningkatan Tata Kelola Berbasis Inovasi Perekonomian Berorientasi Perekonomian Berorientasi Perekonomian Berorientasi Inovasi dan Kreatifitas Lokal Inovasi dan Kreatifitas Inovasi dan Kreatifitas Lokal Melalui Lokal difokuskan pada Pengembangan Produktivitas, Investasi dan Perdagangan dan Hiburan Penyerapan Tenaga Kerja di Pusat Pengembangan di Sektor Perdagangan dan Pariwisata, Jasa VI - 2

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Pengembangan MICE/Meeting, Intensive, Conference Dan Exhbition (Batam, Tanjungpinang Dan Bintan) dan Pengembangan Paket Wisata

VI - 3

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB VII FOKUS DAN PROGRAM PRIORITAS

Fokus dan program prioritas pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau dengan memperhatikan faktor-faktor strategis yang merupakan kebutuhan perangkat daerah dalam rangka pengembangan dan penguatan SIDa guna kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau disesuaikan dengan arah kebijakan pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau pada peningkatan produktivitas, investasi dan peyerapan tenaga kerja sektor perikanan, pariwisata, perdagangan dan jasa, sebagai berikut:

7.1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEKTOR PERIKANAN, PARIWISATA, PERDAGANGAN DAN JASA 1) Pengembangan Usaha Mikro Kecil Pengolahan Produk Perikanan. 2) Pengembangan Usaha Pariwisata Berbasis Masyarakat. 3) Peningkatan Kemudahan Akses Permodalan Usaha. 4) Pengembangan Unit Inkubator Bisnis Bagi Pengusaha Pemula, Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 5) Pengembangan Unit Latihan Kerja dan Technopark. 6) Pengembangan Promosi Produk Unggulan Bidang Kelautan dan Perikanan Berbasis Sistem Informasi Geospasial/SIG (e-Ocean Fisheries Government). 7) Pengembangan Digital Marketplace Perdagangan Perikanan. 8) Pengembangan Promosi Wisata Domestik Secara Digital. 9) Pengembangan Pengenalan Warisan Budaya dan Nilai Adat Lokal Melalui Media ICT. 10) Pengembangan Pemasaran Produk Domestik melalui E-Commerce. 11) Peningkatan Kualitas dan Pemutakhiran Data Sasaran Program Pembangunan Pemerintah Daerah yang Terpadu dan Berkelanjutan.

7.2 PENINGKATAN INVESTASI SEKTOR PERIKANAN, PARIWISATA, PERDAGANGAN DAN JASA 1) Peningkatan Koordinasi dan Peran Aktif Antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Rangka Promosi dan Kemudahan Akses Investasi.

VII - 1 1

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

2) Peningkatan Implementasi Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 51 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau.

3) Optimalisasi Implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang Pemberian Rekomendasi Perijinan. 4) Pengembangan Tim Teknis Verifikasi Perijinan Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota. 5) Peningkatan Kapasitas Aparatur Pelayanan Perijinan yang Berkelanjutan. 6) Peningkatan Infrastruktur Pelayanan Perijinan yang Representatif.

7) Peningkatan Koordinasi dan Pengintegrasian Aplikasi Sistem Informasi Perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dengan Aplikasi OSS (One Single Submission/ Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian) dan aplikasi SPIPISE (Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik/Badan Koordinasi Penanaman Modal). 8) Pengembangan Perijinan Bisnis Akuakultur. 9) Pengembangan Kawasan Industri pada Wilayah Free Trade Zone. 10) Pengembangan SDM Startup Ekonomi Digital. 11) Peningkatan Sarana dan Prasarana Sekolah Kejuruan. 12) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Formal dan Non Formal Bidang Kelautan dan Perikanan, Pariwisata dan Budaya. 13) Peningkatan Kapasitas Guru Sekolah Kejuruan Dalam Bidang Kelautan dan Perikanan, Pariwisata dan Budaya. 14) Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Kelautan dan Perikanan. 15) Peningkatan Aksesibilitas Transportasi Darat dan Transportasi Perairan. 16) Peningkatan Jaringan Telekomunikasi Pada Wilayah-Wilayah Terpencil.

7.3 PENINGKATAN PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PERIKANAN, PARIWISATA, PERDAGANGAN DAN JASA 1) Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Ketenagakerjaan Sesuai Standar. 2) Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur (termasuk laboratorium produktivitas) Pendidikan dan Pelatihan Ketenagakerjaan Sesuai Standar. 3) Revitalisasi UPT/BLK Bertaraf Internasional.

4) Peningkatan Kemudahan Informasi dan Akses Pendidikan dan Pelatihan Pada UPT/BLK.

VII - 2 2

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

5) Peningkatan Informasi Bursa Kerja Bagi Pencari Kerja. 6) Peningkatan Kerjasama Praktik Kerja Lapangan Bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Antara Pemeritah Daerah dan Pelaku Bisnis Kepariwisataan/Dunia Usaha/Industri. 7) Peningkatan Kerjasama Bidang Pendidikan dan Pelatihan Ketenagakerjaan Antara Pemerintah Daerah dan Pelaku Bisnis Kepariwisataan/Dunia Usaha/Industri.

8) Peningkatan Kerjasama Penempatan Tenaga Kerja Lokal Antara Pemerintah Daerah dan Pelaku Bisnis Kepariwisataan/Dunia Usaha/Industri. 9) Peningkatan Jejaring Informasi Bursa Kerja antara Pemerintah Daerah dan Pelaku Bisnis Kepariwisataan/Dunia Usaha/Industri.

VII - 3 3

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB VIII RENCANA AKSI DAERAH

Rencana aksi daerah dalam rangka pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau merupakan fokus dan program prioritas yang memperhatikan faktor-faktor strategis sebagai kebutuhan perangkat daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau melalui peningkatan produktivitas, investasi dan penyerapan tenaga kerja di sektor perikanan, pariwisata, perdagangan dan jasa. Tabel rencana aksi daerah pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut:

VIII - 4 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Tabel VIII. 1 Rencana Aksi Daerah Pengembangan dan Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK Peningkatan Produktivitas Pengembangan Usaha Mikro Kecil 1. Dinas Kelautan dan

Sektor Perikanan, Pengolahan Produk Perikanan. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Perikanan; Pariwisata, Perdagangan 2. Dinas Perindustrian dan dan Jasa Perdagangan Pengembangan Usaha Pariwisata 1. Dinas Pariwisata; ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Berbasis Masyarakat. 2. Dinas Kebudayaan; Peningkatan Kemudahan Akses Dinas Koperasi Usaha Kecil Permodalan Usaha. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Menengah Pengembangan Unit Inkubator 1. Dinas Perindustrian dan

Bisnis Bagi Pengusaha Pemula, ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Perdagangan; Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 2. Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah; 3. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pengembangan Unit Latihan Kerja 1. Dinas Tenaga Kerja dan

dan Technopark. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Transmigrasi 2. Dinas Kelautan dan Perikanan Pengembangan Promosi Produk 1. Dinas Kelautan dan

Unggulan Bidang Kelautan dan ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Perikanan; Perikanan Berbasis Sistem 2. Dinas Perindustrian dan Informasi Geospasial/SIG (e- Perdagangan; Ocean Fisheries Government). 3. Dinas Komunikasi dan Informasi

VIII - 1

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK Pengembangan Digital 1. Dinas Kelautan dan

Marketplace Perdagangan ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Perikanan; Perikanan. 2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 3. Dinas Komunikasi dan Informasi Pengembangan Promosi Wisata 1. Dinas Pariwisata;

Domestik Secara Digital. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ 2. Dinas Kebudayaan; 3. Dinas Komunikasi dan Informasi Pengembangan Pengenalan 1. Dinas Pariwisata;

Warisan Budaya dan Nilai Adat ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ 2. Dinas Kebudayaan; Lokal Melalui Media ICT. 3. Dinas Komunikasi dan Informasi Pengembangan Pemasaran 1. Dinas Perindustrian dan

Produk Domestik melalui E- ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Perdagangan; Commerce. 2. Dinas Komunikasi dan Informasi Peningkatan Kualitas dan 1. Badan Perencanaan,

Pemutakhiran Data Sasaran ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Program Pembangunan Pengembangan; Pemerintah Daerah yang Terpadu 2. Dinas Sosial; dan Berkelanjutan. 3. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil; 4. Dinas Komunikasi dan Informasi

VIII - 2

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK Peningkatan Investasi Peningkatan Koordinasi dan Peran 1. Badan Perencanaan,

Sektor Perikanan, Aktif Antara Pemerintah Provinsi ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Pariwisata, Perdagangan dan Pemerintah Kabupaten/Kota Pengembangan; dan Jasa Dalam Rangka Promosi dan 2. Dinas Penanaman Modal Kemudahan Akses Investasi. dan PTSP; 3. Dinas Kelautan dan Perikanan; 4. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 5. Dinas Pariwisata; 6. Dinas Kebudayaan; 7. Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah; 8. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 9. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil; 10. Dinas Komunikasi dan Informasi Peningkatan Implementasi Dinas Penanaman Modal dan Peraturan Gubernur Nomor 31 ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ PTSP Tahun 2018 tentang Perubahan Atas peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 51 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Riau.

VIII - 3

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK Optimalisasi Implementasi Standar Dinas Penanaman Modal dan Operasional Prosedur (SOP) ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ PTSP tentang Pemberian Rekomendasi Perijinan. Pengembangan Tim Teknis Dinas Penanaman Modal dan Verifikasi Perijinan Tingkat Provinsi ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ PTSP dan Tingkat Kabupaten/Kota. Peningkatan Kapasitas Aparatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan yang ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ PTSP Berkelanjutan. Peningkatan Infrastruktur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan yang ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ PTSP Representatif. Peningkatan Koordinasi dan 1. Badan Perencanaan,

Pengintegrasian Aplikasi Sistem ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Informasi Perizinan Pelayanan Pengembangan; Terpadu Satu Pintu dengan 2. Dinas Penanaman Modal Aplikasi OSS (One Single dan PTSP; Submission/ Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian) 3. Dinas Komunikasi dan dan aplikasi SPIPISE (Sistem Informasi Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik/Badan Koordinasi Penanaman Modal). Pengembangan Perijinan Bisnis 1. Badan Perencanaan,

Akuakultur. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Pengembangan; 2. Dinas Penanaman Modal dan PTSP; 3. Dinas Kelautan dan Perikanan

VIII - 4

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK Pengembangan Kawasan Industri 1. Badan Perencanaan,

pada Wilayah Free Trade Zone. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Pengembangan; 2. Dinas Penanaman Modal dan PTSP; 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 4. Dinas Lingkungan Hidup; 5. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; 6. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman; 7. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Pengembangan SDM Startup 1. Dinas Perindustrian dan

Ekonomi Digital. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Perdagangan; 2. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 3. Dinas Komunikasi dan Informasi Peningkatan Sarana dan Dinas Pendidikan Prasarana Sekolah Kejuruan. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Pengembangan Kurikulum 1. Dinas Pendidikan

Pendidikan Formal dan Non ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ 2. Dinas Kelautan dan Formal Bidang Kelautan dan Perikanan; Perikanan, Pariwisata dan Budaya. 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

VIII - 5

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK 4. Dinas Pariwisata; 5. Dinas Kebudayaan Peningkatan Kapasitas Guru 1. Dinas Pendidikan

Sekolah Kejuruan Dalam Bidang ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ 2. Dinas Kelautan dan Kelautan dan Perikanan, Perikanan; Pariwisata dan Budaya. 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 4. Dinas Pariwisata; 5. Dinas Kebudayaan Pengembangan Sekolah 1. Dinas Pendidikan;

Menengah Kejuruan Bidang ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ 2. Dinas Kelautan dan Kelautan dan Perikanan. Perikanan; 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Peningkatan Aksesibilitas 1. Badan Perencanaan,

Transportasi Darat dan ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Transportasi Perairan. Pengembangan; 2. Dinas Perhubungan; 3. Dinas Penanaman Modal dan PTSP Peningkatan Jaringan 1. Badan Perencanaan,

Telekomunikasi Pada Wilayah- ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Wilayah Terpencil. Pengembangan; 2. Dinas Komunikasi dan Informasi; 3. Dinas Penanaman Modal dan PTSP

VIII - 6

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK Peningkatan Penyerapan Peningkatan Kualitas dan 1. Dinas Tenaga Kerja dan

Tenaga Kerja Sektor Kuantitas SDM Pengelola ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Transmigrasi; Perikanan, Pariwisata, Pendidikan dan Pelatihan 2. Dinas Kelautan dan Perdagangan dan Jasa Ketenagakerjaan Sesuai Standar. Perikanan; 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 4. Dinas Pariwisata; 5. Dinas Kebudayaan Peningkatan Kualitas dan 1. Badan Perencanaan,

Kuantitas Infrastruktur (termasuk ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan laboratorium produktivitas) Pengembangan; Pendidikan dan Pelatihan 2. Dinas Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan Sesuai Standar. Transmigrasi Revitalisasi UPT/BLK Bertaraf 1. Badan Perencanaan,

Internasional. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Pengembangan; 2. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Peningkatan Kemudahan Informasi 1. Dinas Tenaga Kerja dan

dan Akses Pendidikan dan ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Transmigrasi; Pelatihan Pada UPT/BLK. 2. Dinas Komunikasi dan Informasi Peningkatan Informasi Bursa Kerja 1. Dinas Tenaga Kerja dan

Bagi Pencari Kerja. ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Transmigrasi; 2. Dinas Komunikasi dan Informasi Peningkatan Kerjasama Praktik 1. Badan Perencanaan,

Kerja Lapangan Bagi Siswa ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan

VIII - 7

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Sub Tema Target Pelaksanaan Produk Unggulan Fokus Program Prioritas Unggulan Ekonomi Perangkat Daerah Terkait Daerah 2019 2020 2021 Pariwisata Kreatif Berbasis IPTEK Sekolah Menengah Kejuruan Pengembangan; Antara Pemeritah Daerah dan 2. Dinas Pendidikan; Pelaku Bisnis 3. Dinas Penanaman Modal Kepariwisataan/Dunia dan PTSP Usaha/Industri. Peningkatan Kerjasama Bidang 1. Badan Perencanaan,

Pendidikan dan Pelatihan ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Ketenagakerjaan Antara Pengembangan; Pemerintah Daerah dan Pelaku 2. Dinas Tenaga Kerja dan Bisnis Kepariwisataan/Dunia Usaha/Industri. Transmigrasi; 3. Dinas Penanaman Modal dan PTSP Peningkatan Kerjasama 1. Badan Perencanaan,

Penempatan Tenaga Kerja Lokal ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Antara Pemerintah Daerah dan Pengembangan; Pelaku Bisnis 2. Dinas Tenaga Kerja dan Kepariwisataan/Dunia Usaha/Industri. Transmigrasi; 3. Dinas Penanaman Modal dan PTSP Peningkatan Jejaring Informasi 1. Badan Perencanaan,

Bursa Kerja antara Pemerintah ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ ⬤ Penelitian dan Daerah dan Pelaku Bisnis Pengembangan; Kepariwisataan/Dunia 2. Dinas Tenaga Kerja dan Usaha/Industri Transmigrasi; 3. Dinas Penanaman Modal dan PTSP; 4. Dinas Komunikasi dan Informasi

VIII - 8

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB IX SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

9.1 PENGANTAR Monitoring dan evaluasi merupakan satu kegiatan dalam rangka pengawasan dan penilaian terhadap proses dan hasil suatu program dan kegiatan. Monitoring dan evaluasi merupakan hal yang penting dalam menilai sebuah pencapaian untuk menjadi input terhadap proses berikutnya. Beberapa pengertian berkaitan dengan monitoring seperti yang disampaikan oleh Unesco adalah upaya yang dilakukan secara rutin untuk mengidentifikasi pelaksanaan dari berbagai komponen program sebagaimana telah direncanakan, waktu pelaksanaan program sebagaimana telah dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai tujuan program. Monitoring adalah mekanisme yang sudah menyatu untuk memeriksa yang sudah untuk memeriksan bahwa semua berjalan untuk direncanakan dan memberi kesempatan agar penyesuaian dapat dilakukan secara metodologis (Oxfam 1995). Monitoring dilaksanakan dengan maksud agar program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek pada setiap tingkatan. Evaluasi merupakan tindakan penilaian terhadap suatu untuk melihat satu pencapaian keberhasilan atas apa yang sudah dulakukan. Hasil penilaian ini dituangkan dalam sebuah catatan informasi untuk diketahui dan disampaikan sejauh mana kegiatan itu telah dicapai. Berdasarkan pengertian beberapa ahli, seperti yang disampaikan oleh oleh Sudijono (1996) yang mengatakan bahwa pengertian evaluasi ialah penafsiran atau interpretasi bersumber pada data kuantitatif, sedangkan, data kuantitatif berasal dari hasil pengukuran. Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sistem monitoring dan evaluasi diperlukan dalam rangka mengetahui informasi kemajuan dan kualitas pelaksanaan program, mengidentifikasi masalah dan potensi masalah dalam pelaksanaannya, memberikan penilaian keberhasilan dari sisi keluaran, kegunaan, dan dampaknya. Monitoring dan evaluasi juga akan membantu dalam memutuskan apakah kebijakan dan program yang ada layak dilanjutkan, dikembangkan, atau dihentikan. Selain itu, sistem monitoring dan evaluasi juga membantu mengidentifikasi masalah dan kesulitan dalam pelaksanaan program yang sudah direncanakan. Manfaat lain dari pelaksanaan monitoring dan

IX - 1 1

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021 evaluasi adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan menunjukkan bukti bagaimana pemerintah mengelola sumber daya publik.

9.2 FUNGSI DAN TUJUAN Monitoring memiliki fungsi sebagai alat untuk memastikan bahwa tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur dan perencanaan yang sudah ditetapkan. Monitoring akan memberikan informasi mengenai aktivitas penggunaan sumberdaya yang dilakukan sudah sesuai dengan besaran kegiatan. Dalam hal ini monitoring akan menunjukkan seberapa besar tingkat konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan namun masih dalam kondisi proses. Sementara itu evaluasi lebih pada penilaian yang jauh lebih besar dalam pengendalian tingkat ketercapain tujuan. Hasil evaluasi berfungsi memberikan masukan terhadap kebijakan berikutnya berkaitan target pencapaian. Secara umum tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi bertujuan untuk : 1. Mengkaji apakah program yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana

2. Mengidentifikasi berbagai permasalahan masalah yang timbul baik pada proses maupun setelah program dilakukan agar langsung dapat di atasi sebelum pelaksanaan program berikutnya.

3. Melakukan penilaian terhadap indikator perencanaan yang menjadi target dalam sebuah program, apakah sudah tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan.

4. Mengetahui konsistensi kaitan antara program dengan tujuan yang sudah ditetapkan untuk memperoleh informasi seberapa besar ukuran kemajuan untuk pencapaian target.

5. Melakukan penyesuaian baik pada bentuk progam maupun pada proses pencapaian target jika terjadi perubahan situasi maupun lingkungan tanpa menyimpang dari tujuan yang sudah ditetapkan.

9.3 METODE Metode yang dapat digunakan dalam melakukan monitoring dan evaluasi antara lain: 1. Survey, yaitu mengumpulkan informasi yang relevan dari responden yang diperoleh dari sampel yang representatif.

2. Metode Partisipatif, yaitu mendapatkan informasi dengan cara pelibatan secara intensif dan observasi langsung dalam kurun waktu tertentu.

3. Analisis Anggaran, yaitu menganalisis/membandingkan item-item pengeluaran program dengan rencana awal.

IX - 2 2

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

4. Kunjungan Lapangan (Spot Check/Rapid Appraisal), yaitu perolehan informasi secara cepat dari penerima program dan pemangku kepentingan lainnya.

9.4 PELAKSANAAN Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh Tim Koordinasi Penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau sesuai tugasnya yang tertuang pada Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor ….. Tahun 2018 tentang Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018, yaitu bertanggungjawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Gubernur Provinsi Kepulauan Riau. Tim Koordinasi Penguatan SIDa dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi bekerjasama dengan Forum Inovasi Daerah dan Jejaring Inovasi Daerah yang menjadi pelaksana dari setiap program pengembangan dan penguatan SIDa. Tim Koordinasi Penguatan SIDa dapat memanfaatkan instrumen dan tools yang biasa digunakan dalam proses evaluasi program dan kegiatan reguler, mengingat Road Map Pengembangan dan Penguatan SIDa merupakan dokumen yang berisikan rencana program sesuai dengan masa kepemimpinan daerah. Unsur- unsur yang akan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan SIDa mengacu pada Peraturan bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah, meliputi: 1) Kebijakan SIDa 2) Kelembagaan SIDa 3) Jaringan SIDa 4) Sumberdaya SIDa 5) Pengembangan SIDa Sedangkan standar yang akan menjadi dasar evaluasi adalah sebagai berikut :

Tabel IX. 1 Keterkaitan Unsur Dalam Sida Dengan Standar yang Harus Dilakukan Dalam Pelaksanaan SIDa

Jenis Unsur Ruang Penjelasan Standar yang Harus Unsur yang Lingkup Atas Unsur Dilakukan Ditetapkan Kebijakan • Roadmap Sinkronisasi, Kebijakan Melakukan identifikasi dan penguatan penguatan harmonisasi dan inventarisasi kebijakan SIDa SIDa sinergi penguatan SIDa kebijakan Melakukan analisis potensi • RPJMD penguatan SIDa • RKPD sinergi kebijakan penguatan SIDa

Memadukan kebijakan-

IX - 3 3

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Jenis Unsur Ruang Penjelasan Standar yang Harus Unsur yang Lingkup Atas Unsur Dilakukan Ditetapkan kebijakan kota dengan provinsi dan pemerintah untuk penguatan SIDa Penataan Kelembagaan Lembaga/ Pemerintahan Membentuk dinas/instansi unsur SIDa Organisasi Daerah yang menangani urusan SIDa penelitian dan pengembangan, serta meningkatkan kapasitas dan peran dinas/instansi yang menangani urusan penelitian dan pengembangan sebagai koordinator dalam penguatan SIDa Lembaga Meningkatkan kapasitas dan Kelitbangan peran ilmu pengetahuan dan teknologi

Lembaga Meningkatkan kemampuan Pendidikan kelitbangan di lingkungan lembaga pendidikan sesuai kebutuhan daerah Lembaga Mensinergikan program dan penunjang kegiatan semua lembaga yang inovasi dapat menunjang penguatan SIDa

Dunia usaha Memanfaatkan hasil-hasil kelitbangan yang menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomis Meningkatkan kemitraan dengan lembaga/organisasi SIDa Organisasi Memberdayakan organisasi kemasyarakat kemasyarakatan dan an di daerah mensinergikan dengan penguatan SIDa Peraturan Ketentuan Membuat peraturan baru yang merubah peraturan dan mendukung mencabut peraturan terkait terciptanya SIDa kondisi yang kondusif bagi penguatan SIDa Norma/etika/ Merupakan Mengembangkan budaya nilai-nilai profesionalisme dan profesionalism menginternalisasikan nilai-nilai e dalam sosial bagi penguatan SIDa

IX - 4 4

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Jenis Unsur Ruang Penjelasan Standar yang Harus Unsur yang Lingkup Atas Unsur Dilakukan Ditetapkan mendukung terciptanya kondisi yang kondusif bagi penguatan SIDa Jaringan Jaringan SIDa Komunikasi Penyelenggaraan kelompok SIDa merupakan intensif antara diskusi terfokus, seminar, interaksi antar lembaga SIDa lokakarya, dan kegiatan lembaga/ sejenisnya organisasi dalam SIDa Menjalin kerjasama untuk kelitbangan antar mensinergikan lembaga/organisasi SIDa kemampuan Forum komunikasi penelitian yang dimiliki dan pengembangan daerah masing-masing Mobilisasi Kerjasama kepakaran, lembaga dalam sumber daya keahlian, kompetensi, satu rantai manusia keterampilan sumber daya kegiatan manusia untuk penguatan SIDa antardaerah Kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber daya manusia untuk penguatan SIDa antarkabupaten/kota dalam satu provinsi Kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber daya manusia untuk penguatan SIDa antara lembaga pemerintahan dan lembaga non pemerintahan Optimalisasi Pemanfaatan HKI pendayagunaa Pemanfaatan informasi SIDa n HKI, Pemanfaatan sarana dan informasi prasarana SIDa sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi Sumber daya • Kepakaran, Meningkatkan Pemanfaatan keahlian dan SIDa. keahlian, daya guna dan kepakaran yang sesuai kompetensi, nilai guna dengan tematik dan/atau sumber daya spesifik sumber daya SIDa keterampilan SIDa Pengembangan kompetensi manusia dan SDM dan pengorganisas pengorganisasiannya iannya Pengembangan struktur dan strata keahlian jenjang karir

IX - 5 5

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

Jenis Unsur Ruang Penjelasan Standar yang Harus Unsur yang Lingkup Atas Unsur Dilakukan Ditetapkan • Kekayaan Peningkatan pengelolaan dan intelektual dan pemanfaatan kekayaan informasi intelektual Pemanfaatan data dan • Karana dan informasi prasarana Pengembangan sarana dan ilmu prasarana ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi dan teknologi

Pengemb Pembanguna Memperkuat Komunikasi Sosialisasi, fasilitasi, dan angan n komitmen komitmen Informasi alokasi sumber daya SIDa dan Edukasi (KIE) konsensus dan alokasi unsur-unsur sumberdaya SIDa di daerah Pemetaan Sinkronisasi Penyusunan Identifikasi dan pengumpulan potensi dan perencanaan Recana aksi data analisis SIDa dan Pemetaan penganggaran

Analisis faktor kebijakan, unsur SIDa, program dan kegiatan Pemberlanjut Konsolidasi Hasil Evaluasi Evaluasi pelaksanaan an penguatan Keberlanjutan penguatan SIDa SIDa.

IX - 6 6

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

BAB X P E N U T U P

Pengembangan dan penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan salah satu strategi dalam penguatan sistem inovasi nasional yang diwadahi melalui Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan pada pasal 386 bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi sebagai bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah dan Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah. Dalam mendukung penguatan sistem inovasi nasional, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau membentuk Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau dengan Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Nomor ….. Tahun 2018 tentang Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018. Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Gubernur Provinsi Kepulauan Riau. Salah satu tugas Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Provinsi Kepulauan Riau, yaitu penyusunan dokumen roadmap penguatan Sistem Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Dalam rangka mendukung target kinerja SIDa yang akan dicapai dalam rangka pengembangan dan penguatan SIDa di Provinsi Kepulauan Riau dibentuk Forum Inovasi Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Forum ini terdiri dari perangkat daerah Provinsi Kepulauan Riau/sektor- sektor yang berpengaruh terhadap keberhasilan tema dan sub tema dalam pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu dalam pencapaian kondisi umum SIDa berdasarkan Kerangka Kerja Inovasi (KKI) dikembangan Jejaring Inovasi Daerah yang meliputi enam pilar pemangku kepentingan pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau. Secara keseluruhan, optimalisasi pencapaian pelaksanaan pengembangan dan penguatan SIDa Provinsi Kepulauan Riau yang dilakukan antar institusi pemerintah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha dan masyarakat memerlukan dukungan penuh dan komitmen dari Pemerintah Daerah baik Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota Se Provinsi Kepulauan Riau.

X - 1 1

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SIDa PROVINSI KEPRI TAHUN 2018-2021

1