Jam'iyyah Nahdlatul Ulama

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Jam'iyyah Nahdlatul Ulama KATA PENGANTAR RAIS SYURIYAH PCNU PONOROGO NU DAN BUDAYA OTOKRITIK Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim Tiada kata yang pantas terucap selain rasa syukur kepada Allah SWT., atas pertolongan-Nya, buku dengan judul Membaca dan Menggagas NU ke Depan: Senarai Pemikiran Orang Muda NU bisa terbit di hadapan sidang pembaca. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Litbang PCNU Ponorogo dan PC ISNU Ponorogo atas prakarsa dan kerja kerasnya menerbitkan buku Senarai Pemikiran ini. Buku ini diharapkan bisa menjadi awal perkembangan dan transformasi tradisi NU di Ponorogo, yakni dari tradisi oral ke tradisi tulis. Sebagaimana NU kaya akan tradisi, akan tetapi pembacaan terhadap tradisi tersebut tidak banyak didokumentasikan dalam bentuk buku. Padahal buku lebih memungkinkan untuk dibaca dan diapresiasi banyak kalangan, bahkan lintas generasi sekalipun. Inilah makna silsilah atau transmisi keilmuan yang tidak asing lagi bagi masyarakat NU. Membaca judul buku ini berikut topik-topik yang ditawarkan, buku ini bisa dinilai sebagai bentuk otokritik terhadap “kemapanan” tradisi NU di Ponorogo. Budaya otokritik sesungguhnya bukan hal yang asing, bahkan menggejala dalam tradisi agama dan keagamaan, serta organisasi keagamaan. Otokritik atau kritik internal dari pemeluk agama, atau penganut organisasi keagamaan mempunyai nilai yang sangat strategis. Otokritik adalah penanda kesadaran untuk bangkit dan maju sesuai dengan dinamika kemajuan zaman. Senyampang kritik tersebut tidak mengarah pada relativisme, atau bahkan nihilisme. Karena “menjadi maju” tidak bermakna meninggalkan v Membaca dan Menggagas NU ke Depan sama sekali tradisi dan nilai-nilai adiluhung, akan tetapi mengawinkan tradisi dengan semangat zaman. Tanpa ada perkawinan antara tradisi dan kemajuan zaman, justru organisasi ini akan ditanggalkan oleh para anggotanya. Bukankah NU mempunyai slogan al-muhafadah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhd bi al-jadid al-ashlah. Oleh karena itu, masyarakat NU Ponorogo tidak perlu “alergi” dengan otokritik. Ini karena NU, baik secara jam’iyyah maupun jama’ah, tidak boleh stagnan. Stagnasi NU terjadi bila tidak ada kritik yang bersifat internal dari para anggotanya. Perubahan-perubahan yang bersifat praktis biasanya bermula dari wacana, ide dan pemikiran. Bukankah banyak perubahan sosial terjadi karena gagasan besar seorang tokoh? NU sebagai kekuatan civil society juga menuntut peran-peran yang lebih berdaya bagi problematika sosio-budaya, sosio-ekonomi dan sosio- politik. Sebagaimana kita tahu, kekuatan civil society mutlak diperlukan dalam konteks demokratisasi keindonesiaan. NU sebagai civil society yang berdaya merupakan sumbangsih bagi bangsa dan negara, yakni bagaimana NU bisa menelorkan aksi-aksi dan gerakan sosial kolektif sebagai refleksi terhadap problematika kekinian masyarakat, bangsa dan negara. Sejak awal, NU tidak lepas dari sejarah keindonesiaan, akan tetapi keterlibatan dan peran NU terhadap kepentingan bangsa dan negara harus selalu dikontekstualisasikan. Karenanya wawasan kritis terhadap peran tersebut mutlak diperlukan untuk menimbang peran-peran kekinian yang seharusnya dilakukan. Antologi tulisan dalan buku ini yang berasal dari para Sarjana NU diharapkan sebagai pengejawantahan dari apa yang disebut sebagai “intelektual organik NU”. Intelektual organik adalah para intelektual yang tidak berada di menara gading dan berbicara/menulis untuk kepentingan science for science, akan tetapi para intelektual NU yang berbicara/menulis untuk mengartikulasikan kepentingan politik masyarakat dalam bentuknya yang emansipatoris. Inilah yang disebut sebagai peran politik kerakyatan, dan bukan peran politik yang berorientasi pada kekuasaan. NU idealnya bisa menjadi kekuatan penyeimbang dan kontrol terhadap kuasa negara yang cenderung abai terhadap kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Di tangan para intelektual dan Sarjana NU, pada sisi yang lain, harapan bagi tetap berlabuhnya khittah NU. Khittah NU tidak saja bermakna pemisahan NU dan politik praktis, akan tetapi juga bermakna komitmen terhadap kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat lewat upaya-upaya vi Kata Pengantar yang bersifat kultural. Dakwah kultural inilah yang sampai sekarang dinilai masih sangat relevan. NU sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan di dunia memang seharusnya bisa memayungi semua kelompok. Sebaliknya keterlibatan secara vulgar dalam dunia politik praktis dikhawatirkan akan mengoyak keutuhan dan soliditas NU sebagai jam’iyyah maupun jama’ah. Buku yang hadir di hadapan pembaca ini, pada dasarnya mempunyai semangat sebagaimana kami sampaikan dalam paragraf-paragrafi di atas. Secara teknis buku ini kemudian diklasifikasikan menjadi beberapa sub tema, yakni filosofi dan implementasi aswaja, pesantren dan pendidikan, pengembangan SDM dan ekonomi umat, politik, sosial, dan kekuasaan, pengembangan nalar fikih NU, dan terakhir NU dan media massa. Harapan kami kepada Litbang PCNU dan PC ISNU bisa secara istiqamah menerbitkan buku tentang NU sebagai otokritik yang bersifat internal dalam rentang waktu tertentu. Akhirnya, kami ucapkan selamat membaca buku ini. Letupan-letupan pemikiran dari para penulis buku ini tentang NU pantas untuk mendapatkan apresiasi dari sidang pembaca. Al-Hamdulillah Rabb al-‘Alamin, Wallah al-Muwaffiq Ila Aqwam al-Thariq. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Ponorogo, 5 Februari 2015 Drs. K.H. Imam Sayuti Farid, S.H., M.Si. vii KATA PENGANTAR KETUA LITBANG PCNU PONOROGO INSPIRASI UNTUK BERUBAH? ebelum menulis pengantar ini, saya teringat kritik tajam penulis dari Mojokerto, almarhum Hardjono WS, yang pernah berkata, “Ciri Sseorang manusia itu menulis, kalau tidak menulis bukanlah manusia.” Sebuah otokritik yang menarik jika kita renungkan kembali bagaimana hakikat ilmu dalam konteks perkembangan peradaban manusia. Steven Covey, bahkan pernah berpesan berbau sarkasme begini, “Apa yang akan kau tinggalkan di antara kedua patok nisanmu?” Seorang kawan penyair dari Jombang, Sabrank Suparno bilang, “Penulis tak akan lenyap dari dunia, sebaliknya dunia bisa lenyap dalam diri penulis.” Ketiga tamsil inspiratif ini tentu sangat menarik direnungkan jika kita konsen pada pengembangan kebudayaan dan peradaban di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Warga NU “wajib” menulis karena ia akan menjadi wasilah kebudayaan sehingga akan abadi dalam kehidupan peradaban manusia. Jika seorang Muhammad Syafii Antonio [mulanya mualaf] mampu menuliskan Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager” (2010) berjumlam 8 jilid, maka pertanyaannya, “Bagaimana warga NU yang berpuluh tahun bergulat dengan latar belakang pendidikan Islam yang luar biasa tidak mampu menuliskannya?” Aroma kekaguman kepada Rasulullah Muhammad Saw, tentu mengikat kita untuk melakukan yang terbaik dalam membangun peradaban manusia. Alat bangun peradaban yang paling fundamental tentu terciptanya budaya sadar baca-tulis (budaya Sabtu = “sadar baca-tulis”). Dibandingkan banyak Negara di dunia barangkali Indonesia termasuk yang paling tertinggal. ix Membaca dan Menggagas NU ke Depan Tradisi kelisanan seperti gelombang samudera yang mendatangkan goncangan budaya (tsunami budaya) dalam masyarakat Indonesia mutakhir. Puluhan media televisi misalnya, sebagai representasi budaya lisan, memiliki pengakuan yang luar biasa sehingga rating acara talk show dari hari ke hari terus mengalami peningkatan yang signifikan. Disadari atau tidak, budaya lisan di Indonesia (kecuali pengajian) telah menghancurkan sendi-sendi peradaban. Tanpa adanya budaya tanding dengan lahirnya tradisi Sabtu misalnya, maka semakin hari dapat diperkirakan akibatnya. Buku Membaca dan Menggagas NU ke Depan ini hanyalah sebuah titik kecil dalam memimpikan bunga-bunga Sabtu yang diharapkan akan tumbuh ribuan bebunga indah di taman besar nan memesona bernama taman kehidupan NU. Taman memesona yang potensial dengan ribuan tunas berkualitas tetapi belum tersirami dan terpupuk secara maksimal. Penulis NU di kancah nasional memang tidak terhitung jumlahnya tetapi di kota tercinta [Ponorogo] yang mampu “berbicara”, belumlah memadai. Terlepas berbagai latar belakang, sesungguhnya ia merupakan tunas-tunas peradaban yang wajib dirawat, disirami, dicangkok, dan ditumbuhkan sehingga akan lahirlah pohon-pohon peradaban yang kokoh. Kokohnya pohon peradaban itu akan membangun hutan kepenulisan yang lebat sehingga menjadi paru-paru peradaban dan kebudayaan di Indonesia. Tengoklah kekaguman Muhammad Syafii Antonio dalam memberikan pengantar bukunya. “Mengkaji perjalanan hidup nabi Muhammad Saw bagaikan mengarungi samudera nan luas tak bertepi.” (2010:vii). Sebuah metafora yang indah. “Ibarat seorang penyelam yang mencari mutiara di samudera nan luas maka ia tidak akan pernah benar-benar mengarungi samudera tersebut sampai lengkap ke semua penjurunya. Kita mengira seolah sudah menjelajahi jauh ke berbagai pelosok padahal sesungguhnya kita baru bergerak tidak jauh dari pantai tempat perahu bertambat. Siapa pun yang mengkajinya pasti tidak akan lengkap. Seberapa pun, upaya yang dicurahkan pasti tidak akan sempurna.” Begitulah tambahnya di pengantar buku berseri itu. Pandangan demikian, tentu merupakan inspirasi indah bagi kita untuk terus berada di tepi pantai untuk memandang samudera besar peradaban Islam yang dibangun Rasulullah Muhammad Saw kemudian mengarunginya dengan mental seorang pelaut ulung [bukankah nenek moyang kita adalah x Kata Pengantar bangsa pelaut? Hem.]. Ketika peradaban Islam dimulai dengan kelahiran beliau, berangsur-angsur Islam mengalami kejayaan, utamanya di zaman Bani Abbasiyah. Konon,
Recommended publications
  • Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi Dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Keterangan: Danau Tasikardi D
    Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Keterangan: Danau Tasikardi dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf, merupakan penampung air yang digunakan untuk keperluan irigasi pertanian dan sumber air bersih di Kesultanan Banten. Untuk memproses air bersih, air diproses menggunakan sistem pangindelan (penyaringan) melalui tiga tahap, yaitu: Pangindelan Abang, Pangindelan Putih dan Pangindelan Emas. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 2). Gambar Pangindelan Abang, tempat untuk proses awal dalam menyaring air bersih. Jaraknya dari Danau Tasikardi. yaitu sekitar 200 meter. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 3). Gambar Pangindelan Putih, tempat kedua untuk memrproses air bersih. Jaraknya sekitar 200 meter ke arah utara Pangindelan Abang. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 4). Gambar Pangindelan Emas, tempat terakhir dari keseluruhan proses penyaringan. Atap bangunan ini tampak hancur. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 5). Gambar saluran air yang menghubungkan pangindelan dengan Keraton Surosowan. Sumber: Dokumen pribadi, Selasa, 11 Juni 2013. 6). Gambar saluran air di dekat Keraon Surosowan Sumber:Dokumen Pribadi, Jumat, 7 Juni 2013. 7). Gambar pipa-pipa yang digunakan untuk menyalurkan air bersih. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. Lampiran 18. Jembatan Rante. Gambar Jembatan Rante. Keterangan: Jembatan Rante menghubungkan dua jalan utama yang terdapat di Kota Banten. Jembatan ini juga difungsikan sebagai Tolhuis, yaitu tempat untuk menarik pajak perahu-perahu dagang kecil yang melintas. Sumber: Dokumen Pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. Lampiran 19. Suasana Kampung Kasunyatan Beserta Bangunan Penting di Sekitarnya. 1). Gambar salah satu jalan di Kampung Kasunyatan Sumber: Dokumentasi pribadi, Jumat, 7 Juni 2013. 2).
    [Show full text]
  • Shiura-Cowries-2017.Pdf
    Mongolia 32 Munkhtulga Rinchinkhorol Protection of Cultural Heritage in Urban Areas in Mongolia: The Tonyukuk Complex Nepal 39 Suresh Suras Shrestha Post Earthquake Conservation, Reconstruction and Rehabilitation in Nepal: Current Status New Zealand 44 Matthew Schmidt Heritage on the Move: The preservation of William Gilbert Rees ca. 1864 Meat Shed Pakistan 50 Tahir Saeed A Recent Study of the Individual Buddha Stone Sculptures from Gandhara, Pakistan Philippines 56 Louella Solmerano Revilla Restoration of the Roman Catholic Manila Metropolitan Cathedral-Basilica Sri Lanka 62 D.A. Rasika Dissanayaka Vee bissa and Atuwa: Earthen Structures for Storing Granary in Ancient Sri Lanka Uzbekistan 66 Akmal Ulmasov Preliminary Results of Archaeological Researches in the Karatepa Buddhist Center (in 2014-2015) Vanuatu 70 Richard Shing Identifying Potential Archaeological Sites on a Polynesian Outlier – Preliminary Archaeological Survey on Futuna Bangladesh Bangladesh Especial Type of Ancient Pottery — Northern Black Polished Ware (NBPW) — Obtained from Mahasthangarh (Ancient Pundranagara) Archaeological Site and Its Chronological Study Mst. Naheed Sultana, Regional Director Department of Archaeology, Ministry of Cultural Affairs, People’s Republic of Bangladesh Introduction: Clay or mud is a very ordinary thing, and is thickened grooved rim. There was very fine fabric, with a simply a covering of earth. This earth has been used for grey and black core and well levigated. Both surfaces were different works since 10,000 years ago (Singh 1979:1). For very smooth, and were black slipped, red slipped and our existence in the world, in our daily work, in religious, polished. cultural, and political works and royal orders, clay has been the greatest and most invaluable material.
    [Show full text]
  • Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia As Vanishing Landmarks
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 92 | 2016 Chinese Deathscapes in Insulindia Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) Anciens cimetières d’Indonésie comme jalons d’un passé en voie de disparition ( XVIIe-XXe s.) Claudine Salmon Electronic version URL: http://journals.openedition.org/archipel/282 DOI: 10.4000/archipel.282 ISSN: 2104-3655 Publisher Association Archipel Printed version Date of publication: 15 October 2016 Number of pages: 23-61 ISBN: 978-2-910513-75-7 ISSN: 0044-8613 Electronic reference Claudine Salmon, « Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) », Archipel [Online], 92 | 2016, Online since 01 May 2017, connection on 01 May 2019. URL : http://journals.openedition.org/archipel/282 ; DOI : 10.4000/archipel.282 Association Archipel CLAUDINE SALMON1 Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) 人遗骨之身,人本体封葬窀, 或生或沒一体至亲. 能用人. We are the product of the bones of our ancestors whose remains are buried under tumuli; alive or dead we all are cognates. If we can’t protect the graves or our forefathers what’s the point of having descendants?2 Chinese settlements in Indonesia may be traced back to the 15th century, and are rather well documented for the 17th century onwards, thanks to European and Chinese sources. However, much less is known regarding the burial grounds of these former communities.3 Apart from the tomb of the seagoing merchant and irst Captain So Beng Kong 苏鸣岗 (ca. 1580-1644, native to Tong’an , Fujian) (Plate 1),4 1.
    [Show full text]
  • Makam Dan Masjid Masa Kesultanan Banten Abad XVI-XIX Masehi: Suatu Kajian Kode Budaya Tentang Kematian = the Burials and The
    Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Makam dan masjid masa Kesultanan Banten Abad XVI-XIX Masehi: suatu kajian kode budaya tentang kematian = The burials and the mosques of Banten Sultante from XVI-XIX centuries a study of death's cultural code Ghilman Assilmi, author Deskripsi Lengkap: http://lib.ui.ac.id/detail?id=20432331&lokasi=lokal ------------------------------------------------------------------------------------------ Abstrak <b>ABSTRAK</b><br> Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI ?XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut <hr> <b>ABSTRACT</b><br> This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque. The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante?s society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space.
    [Show full text]
  • STUDI KEBANTENAN Dalam Perspektif Budaya Dan Teknologi
    STUDI KEBANTENAN dalam Perspektif Budaya dan Teknologi Dr. H. Fatah Sulaiman, MT. Dr.-Ing. H. Asep Ridwan, MT. STUDI KEBANTENAN DALAM PERSPEKTIF BUDAYA DAN TEKNOLOGI © Fatah Sulaiman dan Asep Ridwan All right reserved Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit. Cetakan Pertama: Agustus 2019 Editor: Desma Yuliadi Saputra Desain Sampul & Tata Letak: Untirta Press Gambar pada Sampul diunduh dari: http://asyepsyam.blogspot.com Studi Kebantenan dalam Perspektif Budaya dan Teknologi/ Sulaiman, Fatah dan Asep Ridwan UNTIRTA PRESS vi +156 hlm.: 16 x 24 cm Diterbitkan oleh Untirta Press anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia) Jl. Raya Jakarta, Km. 4, Telp. (0254) 280330 Ext 111 Serang E-mail: [email protected] Website: http://www.up.untirta.ac.id ISBN 978- Studi Kebantenan dalam Perspektif Budaya dan Teknologi iii PRAKATA uji syukur dipanjatkankepadaAllah Swt., atas Karunia Pdan Rahmat-Nya, sehingga buku “Studi Kebantenan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami mempunyai latarbelakang ilmu teknik dan Banten pernah berjaya dalam bidang keteknikan sehingga kami menggali studi kebantenan dari sisi keteknikan. Meskipun demikian, kami menjelaskan berbagai sisi termasuk terkait budaya, sehingga bisa menambah wawasan para pembaca. Buku ini terinspirasi dari penulis yang sama-sama mengajar matakuliah Studi Kebantenan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang kami temu- kan saat mengajar, generasi muda yang lahir di Banten banyak yang tidak mengetahui sejarah Banten. Buku ini juga mengacu dari pengalaman kunjungan lapangan, hasil kerja penugasan mahasiswa, hasil riset dan publi- kasi di berbagai media, dan hasil diskusi dan pengayaan di ruang kelas.
    [Show full text]
  • Buku Dinamika Hindu 2019.Pdf
    Editor I Ketut Ardhana Ni Made Frischa Aswarini Editor: I Ketut Ardhana PHDI UNHI BP Ni Made Frischa Aswarini PHDI BP Universitas Hindu Indonesia Pustaka Larasan 2019 DINAMIKA HINDU DI INDONESIA Editor I Ketut Ardhana Ni Made Frischa Aswarini Penulis I Ketut Ardhana I Wayan Tegel Eddy I Gusti Ketut Widana Ni Made Frischa Aswarini Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo Sulandjari Ni Putu Suwardani Arya Suharja I Dewa Ketut Budiana Made Adi Widyatmika I Putu Sastra Wibawa I Putu Gelgel I Gusti Agung Paramita I Putu Gede Suwitha I Wayan Sukayasa I Wayan Budi Utama Pracetak Slamat Trisila Penerbit Pustaka Larasan (Anggota IKAPI Bali) Jalan Tunggul Ametung IIIA/11B Denpasar, Bali 80116 Ponsel: 087353433 Email: [email protected] bekerja sama dengan Universitas Hindu Indonesia, Denpasar dan Badan Penerbit Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Cetakan I: 2019 ISBN 978-602-5401-54-1 ii DAFTAR ISI Sambutan Rektor UNHI Sambutan Ketua Harian PHDI Kata Pengantar Pengantar Editor Pendahuluan I Ketut Ardhana Dinamika Hindu di Provinsi Lampung I Ketut Ardhana Dinamika Komunitas Hindu di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan I Wayan Tegel Eddy, I Gusti Ketut Widana, Ni Made Frischa Aswarini Dinamika Hindu di Provinsi DKI Jakarta I Ketut Ardhana, Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo Dinamika Hindu di Provinsi Jawa Tengah Sulandjari Dinamika Pendidikan Hindu di Jawa Timur Ni Putu Suwardani, Arya Suharja, Sulandjari Dinamika Pendidikan Hindu di Provinsi Kalimantan Tengah I Dewa Ketut Budiana, Made Adi Widyatmika, I Putu Sastra Wibawa Hindu di Manado: Sejarah,
    [Show full text]
  • Masjid-Masjid Di Dunia Melayu Nusantara — Tawalinuddin Haris 279
    Masjid-masjid di Dunia Melayu Nusantara — Tawalinuddin Haris 279 . Mosque is functioned not only as a place to prostrate, but more than that is the place where muslims can do some other activities such as education, preaching and activities relating to Islamic culture. The development of the building of the mosque in the Malay World of Indonesian Archipelago (Nusantara) is closely connected to the custom and local culture, either from the shape of the building, architecture, elements or the shape of the architectures. This writing is discussing about the early development of the mosques in the Malay world of Indonesian archipelago (Nusantara) and their special characteristics from each region which is much influenced by its the local culture. Key words: mosques, Nusantara, Malay world. Masjid-masjid di Dunia Melayu Nusantara Tawalinuddin Haris Universitas Indonesia, Depok Pendahuluan Kata “masjid” berasal dari bahasa Arab, sajada-yasjudu-sujū- dan, yang berarti “sujud”, menundukkan kepala sampai ke tanah. Dari kata sajada kemudian terbentuk kata “masjid” (jamak: masājid) yang artinya “tempat sujud”.1 Pengertian tempat sujud di sini tidak mengacu pada bangunannya, apakah beratap atau tidak, berbatas atau tidak, yang pokok adalah tempat sujud. Ada juga yang menghubungkan kata sajada itu dengan tunduk atau patuh, sehingga masjid pada hakikatnya adalah tempat untuk melakukan segala aktivitas yang berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah semata. Tetapi dalam kenyataannya, masjid bukan hanya sekadar 1 Menurut H.A.R. Gibb dan H. Kraemers, kata masjid dalam bahasa Arab itu diambil dari bahasa Aramic, ”mesgad” yang berarti tiang suci, stela atau tempat pemujaan. Istilah ini ditemukan juga dalam bahasa Ethiopia yang berarti kuil atau gereja (Lihat Shorter Encyclopaedia of Islam, Leiden: E.J.
    [Show full text]
  • BANTEN Dalam RAGAM PERSPEKTIF Bunga Rampai Pemikiran Kritis ICMI Orwil Banten
    BANTEN dalam RAGAM PERSPEKTIF Bunga Rampai Pemikiran Kritis ICMI Orwil Banten Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah). ii Prof. Dr. Lili Romli M.Si. dkk BANTEN dalam RAGAM PERSPEKTIF Bunga Rampai Pemikiran Kritis ICMI Orwil Banten Editor : Achmad Rozi El Eroy iii BANTEN DALAM RAGAM PERSPEKTIF (Bunga Rampai Pemikiran Kritis ICMI Orwil Banten) @Copyright, ICMI Orwil Banten, 2020 ISBN: 978-623-7908-12-8 Penulis Prof. Dr. Lili Romli, M.Si. dkk Editor Cover Achmad Rozi El Eroy Aan Anshori Diterbitkan oleh: ICMI ORWIL BANTEN Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak dan menyebarluaskan isi buku ini, baik secara sebagian maupun keseluruhan tanpa izin tertulis dari penerbit. All Right Reserved Cetakan pertama, Mei 2020 Isi diluar tanggungjawab Penerbit iv Catatan Editor PERSPEKTIF
    [Show full text]
  • LKPJDIY Tahun 2014
    LKPJ DIY Tahun 2014 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Akhir Tahun Anggaran 2014 ini dapat diselesaikan dan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyusunan LKPJ Tahun Anggaran 2014 ini sesuai amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. LKPJ Tahun Anggaran 2014 merupakan laporan keterangan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan APBD DIY Tahun 2014. Pelaksanaan APBD DIY Tahun 2014 merupakan bagian dari periode tahun kedua atas pelaksanaan RPJMD DIY tahun 2012 – 2017. Keberhasilan pelaksanaan APBD DIY Tahun 2014 ditentukan berdasarkan capaian sasaran pembangunan dan pelaksanaan program kegiatan yang telah ditentukan sebagaimana tertulis pada RPJMD DIY Tahun 2012-2017. Pencapaian sasaran pembangunan dan kinerja pelaksanaan program kegiatan pada tahun anggaran 2014 menjadi bagian yang harus dipertanggungjawabkan sebagai bentuk komitmen terhadap aspek akuntabilitas Pemerintah Daerah. Cakupan LKPJ Tahun Anggaran 2014 terdiri atas : arah kebijakan umum pemerintah daerah, pengelolaan keuangan daerah, penyelenggaraan urusan desentralisasi, penyelenggaraan urusan keistimewaan, penyelenggaraan tugas pembantuan, dan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.
    [Show full text]
  • Indonesia's Mosque
    ارا ه ت ه از $&% #ت "! Indonesia’s Mosque Architectural Heritage Digital Documentation, Dissemination and Future VR Potential M. Ichsan HARDJA 1, Bohari JAON 2 1 Department of Architecture, Institut Teknologi Bandung, Bandung, INDONESIA 2 Immersphera, a Private Initiative by Concerned Professionals, SINGAPORE With mosques in Java thus far completed, and if further funding is available, this pioneering project will extend to mosques in other Indonesian island groups, other architectural forms and ethno- cultural heritage objects to promote greater inter- communal/regional understanding at a critical point in the country’s recent history. The project’s recently established architectural network among tertiary educational institutions, it is hoped, will extend to cross- border collaboration on similar initiatives with like networks of architectural and heritage lovers in neighbouring Muslim communities initially, and worldwide eventually. We plan to adopt higher digital and internet technologies, such as 3D game engines and web3D collaborative communities, to develop our heritage database further and make heritage education more engaging and meaningful to an expanded audience. Keywords : mosque architecture, Islamic architecture, Indonesia, digital multimedia, virtual walkthrough, 3D game engine, web3D, heritage tourism, public education, architectural network. 1. INTRODUCTION – MASJID2000 As the world’s most populous Muslim country, mosques in Indonesia occupy a special position as the Muslim community’s most important building
    [Show full text]
  • D04526d8725bdf721270a8e8c0
    Prosiding Seminar Heritage Cirebon 2017 June 21, 2017 by iplbi PROSIDING SEMINAR HERITAGE CIREBON 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon Universitas Indraprastha Universitas Trisakti Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia ISBN Online: (Sedang Diproses) ISBN Cetak: (Sedang Diproses) http://seminar.iplbi.or.id/prosiding-seminar-heritage-cirebon-2017/ PEMBICARA KUNCI Pemaknaan Tempat dalam Pelestarian Arsitektur Widjaja Martokusumo Halaman 01-10 BANGUNAN WARISAN Hasil Penelitian Adaptasi Gedung Museum Kota Makassar Terhadap Iklim Tropis Lembab Andi Eka Oktawati, Wasilah Sihabuddin Halaman A 001-010 Akulturasi Budaya pada Masjid Gedhe Mataram Jogjakarta Endang Setyowati, Gagoek Hardiman, Titien Woro Murtini Halaman A 011-018 Karakteristik Benteng Fort Rotterdam sebagai Urban Artefact Kota Makassar Andi Hildayanti, Wasilah Halaman A 019-026 Konsep Desain Atap Aula Timur dan Aula Bara Institut Teknologi Bandung Yohana Friscila Ezra Sitorus Halaman A 027-032 Penerapan Tradisi “Payango” pada Rumah Tinggal Masyarakat Gorontalo sebagai Upaya Pelestarian Budaya Lokal Ernawati , Heryati , M Muhdi Ataufiq Halaman A 033-040 Penyesuaian Ruang Arsitektur dalam Kehidupan Berbudaya Masyarakat Migran Madura Abraham Mohammad Ridjal Halaman 041-050 Perpaduan Gaya Arsitektur Jawa Kuno, Tiongkok, dan Eropa pada Arsitektur Masjid Agung Banten Mohammad Thareq Defa Halaman A 051-054 Simbolisme Masjid Agung Demak Marwoto 1, Elisya Wulandari Halaman A 055-062 Studi Langgam pada Hotel Toeng Hoa Dengan Observasi Ornamen Bangunan Lucky Lukman Hakim Halaman A 063-066
    [Show full text]
  • Kompol Dan Pembangunan Daerah Aspikom.Pdf
    i Komunikasi Politik dan Pembangunan Daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumum- kan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahir- kan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, meng edar kan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii Editor: Didik Haryadi Santoso, Kristina Andryani, Muhamad Nastain, Heri Budianto iii Komunikasi Politik dan Pembangunan Daerah Komunikasi Politik dan Pembangunan Daerah @Penulis Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Rights Reserved 350 hal (xii + 338 hal), 15,5 cm x 23,5 cm ISBN: 978-602-6751-94-2 Penulis : Yuriska, Azhar Marwan, Zaenal Wafa, Nugraeni, Sumarjo, Atwar Bajari, Nova Yohana, Siti Mawadati, Choirul Fajri, Fajar Dwi Putra, Muhammad Hilmy Aziz, Satya Candrasari, Altobeli Lobodally, Eko Harry Susanto, Yesi Puspita, Anang Masduki, Rendra Widyatama, Rosalia Prismarini Nurdiarti, Farid Hamid, Kisman Karinda, Falimu, Ken Amasita Saadjad, Saidin, La Tarifu, M Najib Husain, Nia Kania Kurniawati, Rahmi Winangsih, Lely Arrianie, Yenni Yuniati, Lidia Djuhardi, Heri Budianto, Suprizal.
    [Show full text]