Perspektif Hisoris Arkeologis Tentang Keragaman Bentuk Bentuk Masjid Tua Di Nusantara
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERSPEKTIF HISORIS ARKEOLOGIS TENTANG KERAGAMAN BENTUK BENTUK MASJID TUA DI NUSANTARA Abd. Ghofur Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau Email: [email protected] Abstract In the early history of Islam, the mosque which literally means place of prostration did not refer to a building with a roof or boundary. Most important is the place of prostration. But in subsequent developments, the mosque became more specific sense, namely a building even the environment walled and used as a place of prayers. Mosque as a building is a realization and physical aspects of Islamic culture. The Prophet never provide normative guidelines on how the shape of the mosque building. Therefore, it is natural, there are various forms of structure and ornament mosque were found in various parts of the Islamic world, including in the Nusantara. The shape and structure of the ornament is dependent on the culture that existed before. It is also easily found all over the archipelago, the shape and ornamentation are influenced by elements of the pre- Islamic, but also influenced by foreign cultures such as China, the Middle East and Europe. Keywords: Historis-arkeologis; Masjid; Nusantara Pendahuluan dikelilingi sederet tiang yang menopang atap, desain ini awalnya ada di Telah ada sejarawan yang concern semenanjung Arab (Saudi Arabia). dalam penelitian tentang bentuk Masjid- Kedua, munculnya desain bangunan masjid kuno di Nusantara baik dalam masjid gaya regional yang pendekatan, ornamen, arsitektural, dan memperllihatkan dominannya pengaruh morfologi masjid telah banyak dilakukan geografis suatu kawasan. Dan ketiga, para sejarawan maupun arkeolog. Salah desain bangunan masjid yang tumpang satu diantaranya adalah Martin tindih antara hypostyle dengan gaya Friesment. (Martin Firesment, 1994: 12), regional. Ia pernah melakukan penelitian secara Kajian tentang mesjid kuno di kronolgis desain masjid yang Indonesia khususnya di Jawa mulai berkembang di beberapa kawasan. Dalam dilakukan pada tahun 1920, oleh N.J penelitiannya terdapat beberapa Krom yaitu tentang menara Kudus yang karakteristik bangunan masjid yang diperkirakan berasal dari abad ke 16 M berjalan secara evolusi dalam tiga dan dianggap merupakan gaya bangunan tahapan di beberapa belahan negara- peralihan dari gaya bangunan Majapahit negara yang mayoritas muslim. Pertama, yang mengingatkan pada bangunan masjid dengan ruang Hypostyle (ruang candi. (Uka Tjandrasasmita, 2000: 111). lorong) dengan halaman terbuka, Setelah itu penelitian di Kudus di Abd. Ghofur: Perspektif Hisoris Arkeologis tentang Keragaman Bentuk Bentuk Masjid Tua di Nusantara lanjutkan oleh J.E Jasper pada tahun dilingkungan atau di dalam kompleks 1922 yang mengkhususkan pada masjid. Madrasah mirip dengan penelitian seni ukir dan seni bangunan. pesantren, selain menyelenggarakan Berdasarkan penelitianya seni ukir dan pendidikan yang sudah relatif formal, seni bangunan di Kudus merupakan seni juga menampung para pelajar di dalam bangunan Jawa-Hindu Majapahit1 asrama yang sengaja dibangun di Penelitian masjid kuna pernah juga lingkungan masjid. Denngan demikian dilakukan oleh Heuken (Adolf Heuken, proses transmisi keilmuan sekaligus 2003:16) terutama masjid-masjid yang pembentukan kepribadian dapat berjalan didirikan pada abad ke 18 M dan 19 M lebih baik. Selain madrasah, tradisi terutama yang tersebar di Jakarta. pendidikan Islam pada umumnya Betapapun sederhana bentuk kemudian berkembang di luar lingkungan sebuah bangunan masjid, ia hadir masjid karena semakin banyaknya bersamaan dengan penyebaran Islam di pemeluk Islam. Nusantara. Sangat sulit untuk mengetahui Masjid sebagaimana diisyaratkan di secara pasti masjid mana yang paling tua atas merupakan cikal bakal dari di Indonesia, karena lazimnya tidak ada pendidikan tinggi atau Universitas. pencatatatn kapan masjid itu dibangun Bahkan istilah al-jamiah dalam bahasa mapun kapan keitka ada pemugaran. Arab untuk menunjuk universitas berasal Dalam banyak kasus penentuan waktu dari kata al-Mami‘, (masjid besar tempat pembangunan sebuah masjid tua jamaah berkumpul) di mana dihubungkan dengan waktu-waktu lain, diselenggarakan ibadah shalat jumat. Al- misalnya masa kkuasaan seorang raja Jamiah (universitas) tertua di dunia tentu tertentu, atau dengan mempertimbangkan saja adalah Universitas Al Azhar Kairo periwayatan lisan dai satu generasi yang semula Eerpusat di masMid -ami‘ Al kegenerasi. Azhar Kairo yang didirikan dinasti Fungsi masjid menduduki posisi Fatimyyah pada tahun 970 M. sentral dalam Islam dan kehidupan kaum seEenarnya terdapat masMid Mami‘ muslimin, tidak hanya dalam ibadah, universitas yang lebih tua daripada tetapi juga mempengaruhi dalam alAzhar, yakni al-Jamiah Zaitunah (864 berbagai aspek kehidupan mereka. Peran M) dan al-Jamiah Al-Qarawiyah (857 utama masjid bagi umat Islam tentu saja M), tetapi riwayatnya tidak sepopuler sebagai tempat untuk melakukan shalat. yang banyak dikenal orang Universitas Meski shalat bisa dilakukan di mana saja, Al-Azhar (Adolf Heuken, 2003:13). karena seluruh bumi Allah adalah masjid Abu Bakar Atjeh menilai, salah (tempat sujud), tetapi masjid sebagai satu wujud kebudayaan material dalam bangunan khusus rumah ibadah tetap perkemmbangan kebudayaan Islam yang sangat diperlukan. Lebih dari itu masjid paling monumental dan pertama adalah bukan hanya sekedar tempat kegiatan masjid. Masjid memang bukan ritual-sosial tetapi juga merupakan merupakan satu-satunya media untuk simbol yang tampak bangkitnya sebuah berkomunikasi antara dunia imanen peradaban di dunia muslim. dengan transendental, tetapi paling tidak Secara historis dalam kelembagaan menjadi lambang kemajuan peradaban masjid memunculkan pula institusi dunia Islam. (Abu Bakar Atjeh, 1955: madrasah yakni madrasah yang ada 23). Masjid Quba yang didirikan fase 69 Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial da n B u d a y a , Vol.12, No.1 Januari - Juni 2015 awal Islam (622 M) dapat dikatakan bangunan masjid. Dengan kata lain sebagai proto tipe bentuk arah hadap, tidak ada aturan yang ditetapkan oleh denah dasar dan gaya arsitektural, tetapi Islam tentang bangunan masjid, yang tidak menjadi landasan normatif bagi menjadi syarat utama adalah arah bangunan masjid pada masa kemudian. hadap atau NiElat shalat adalah .a‘Eah Nabi Muhammad SAW tidak pernah di Mekah. Pada bangunan masjid, arah menganjurkan kepada para sahabatnya kiblat itu dilambangkan atau ditandai untuk membangun masjid harus sesuai dengan mihrab yaitu ruangan kecil dengan gaya masjid Quba. Oleh karena tempat imam memimpin shalat itu wajar banyak di beberapa negara- berjamaah. negara muslim semisal Indonesia, Dalam perkembangan Malaysia dan negara-negara Asia lainnya selanjutnya pengertian masjid menjadi bentuk dan gaya arsitkturalnya menjadi lebih spesifik yaitu sebuah bangunan sangat beragam sesuai dengan kekayaan atau gedung bahkan lingkungan yang budaya yang sudah pernah eksis di ditembok dipergunakan sebagai wilayah setempat. tempat mengerjakan shalat. Masjid Dalam tulisan ini penulis berusaha sebagai suatu bangunan merupakan menitikberatkan peenelaahan pada wujud dan aspek fisik dari kebudayaan keragaman bentuk masjid-masjid di Islam. Di Indoonesia kata Masjid Nusantara baik dari aspek bentuk dilapalkan berbeda-beda di berbagai maupun gaya arsitektural jika daerah, seperti mesigit (Jawa Tengah); dibandingkan dengan wilayah dunia Masigit (Jawa Barat); meuseugit muslim lain. (Aceh); dan mesigi (Sulawesi Selatan). Sedangkan bangunan masjid atau bangunan tempat shalat yang tidak Pembahasan dipakai untuk shalat jumat, umumnya 1. Asal-Usul dan ciri Umum tidak terlalu besar, banyak nama masjid-Masjid Nusantara disebut di berbagai dareah misalnya Secara bahasa, istilah masjid meunasah (Aceh); surau (minang); Eerasal dari Eahasa AraE —sajada- langgar (Jawa); tajuk (Sunda); bale yasjudu ±sujudan“ yang Eerarti (Banten); langgara (Sulawesi); Suro meletakkan kening di atas permukaan atau mandersa (Batak); dan santren bumi untuk beribadah kepada Alllah (Lombok). Selain itu dikenal pula SWT. Dari kata sajada terbentuk kata dengan istilah mushalla sebagai —0asMid“ yang artinya tempat suMud. tempat shalat sehari-hari dn tidak Pengertian tempat sujud di sini tidak dipakai shalat jumat. Disamping itu menngacu pada bangunannya apakah terdapat pula istilah mashad yaitu beratap atau tidak, terbatas atau tidak, masjid makam karena masjid yang yang terpenting adalah tempat sujud. dibangun di kompleks makam, dan Di dalam al-Quran terdapat 92 kata masjid madrasah atau masjid sujud, sajada dan berbagai pesantren.(Andrew Petersen, 1996: bentukannya. Sedangkan istilah 113). masjid (tunggal) disebut 22 kali dan Menurut Undang-Undang No. masajid (jamak) 6 kali di dalam al- 5 tahun 1992, tentang —Benda Cagar Quran. Dalam sumber rujuan Islam Budaya“, uNuran untuN penetapan usia Al-Quran atau hadis tidak bangunan tua yang mesti dilidungi menjelaskan secara konkrit bentuk 70 Abd. Ghofur: Perspektif Hisoris Arkeologis tentang Keragaman Bentuk Bentuk Masjid Tua di Nusantara karena sudah menjadi warisan budaya abad ke 18 M hingga abad ke 19 M. yang harus dilindungi adalah 50 tahun. (Adolf Heuken, 2003:16-17). Usia ini sebenarnya terlalu pendek Dalam salah satu análisis yang untuk menyatakan sebuah masjid dikemukakan oleh Pijper (Ia adalah sudah tua apalagi kuno. Benda cagar sejarawan Barat yang sangat concern budaya (BCB) mempunyai arti penting tentang sejarah Islam di Indonesia) bagi kebudayaan bangsa, khususnya dalam karyanya De Moskeen van untuk memupuk rasa kebanggaan Java, bahwa bentuk-bentuk masjid di nasional dan memperkokoh kesadaran Indoensia memiliki