Perspektif Hisoris Arkeologis Tentang Keragaman Bentuk Bentuk Masjid Tua Di Nusantara

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perspektif Hisoris Arkeologis Tentang Keragaman Bentuk Bentuk Masjid Tua Di Nusantara PERSPEKTIF HISORIS ARKEOLOGIS TENTANG KERAGAMAN BENTUK BENTUK MASJID TUA DI NUSANTARA Abd. Ghofur Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau Email: [email protected] Abstract In the early history of Islam, the mosque which literally means place of prostration did not refer to a building with a roof or boundary. Most important is the place of prostration. But in subsequent developments, the mosque became more specific sense, namely a building even the environment walled and used as a place of prayers. Mosque as a building is a realization and physical aspects of Islamic culture. The Prophet never provide normative guidelines on how the shape of the mosque building. Therefore, it is natural, there are various forms of structure and ornament mosque were found in various parts of the Islamic world, including in the Nusantara. The shape and structure of the ornament is dependent on the culture that existed before. It is also easily found all over the archipelago, the shape and ornamentation are influenced by elements of the pre- Islamic, but also influenced by foreign cultures such as China, the Middle East and Europe. Keywords: Historis-arkeologis; Masjid; Nusantara Pendahuluan dikelilingi sederet tiang yang menopang atap, desain ini awalnya ada di Telah ada sejarawan yang concern semenanjung Arab (Saudi Arabia). dalam penelitian tentang bentuk Masjid- Kedua, munculnya desain bangunan masjid kuno di Nusantara baik dalam masjid gaya regional yang pendekatan, ornamen, arsitektural, dan memperllihatkan dominannya pengaruh morfologi masjid telah banyak dilakukan geografis suatu kawasan. Dan ketiga, para sejarawan maupun arkeolog. Salah desain bangunan masjid yang tumpang satu diantaranya adalah Martin tindih antara hypostyle dengan gaya Friesment. (Martin Firesment, 1994: 12), regional. Ia pernah melakukan penelitian secara Kajian tentang mesjid kuno di kronolgis desain masjid yang Indonesia khususnya di Jawa mulai berkembang di beberapa kawasan. Dalam dilakukan pada tahun 1920, oleh N.J penelitiannya terdapat beberapa Krom yaitu tentang menara Kudus yang karakteristik bangunan masjid yang diperkirakan berasal dari abad ke 16 M berjalan secara evolusi dalam tiga dan dianggap merupakan gaya bangunan tahapan di beberapa belahan negara- peralihan dari gaya bangunan Majapahit negara yang mayoritas muslim. Pertama, yang mengingatkan pada bangunan masjid dengan ruang Hypostyle (ruang candi. (Uka Tjandrasasmita, 2000: 111). lorong) dengan halaman terbuka, Setelah itu penelitian di Kudus di Abd. Ghofur: Perspektif Hisoris Arkeologis tentang Keragaman Bentuk Bentuk Masjid Tua di Nusantara lanjutkan oleh J.E Jasper pada tahun dilingkungan atau di dalam kompleks 1922 yang mengkhususkan pada masjid. Madrasah mirip dengan penelitian seni ukir dan seni bangunan. pesantren, selain menyelenggarakan Berdasarkan penelitianya seni ukir dan pendidikan yang sudah relatif formal, seni bangunan di Kudus merupakan seni juga menampung para pelajar di dalam bangunan Jawa-Hindu Majapahit1 asrama yang sengaja dibangun di Penelitian masjid kuna pernah juga lingkungan masjid. Denngan demikian dilakukan oleh Heuken (Adolf Heuken, proses transmisi keilmuan sekaligus 2003:16) terutama masjid-masjid yang pembentukan kepribadian dapat berjalan didirikan pada abad ke 18 M dan 19 M lebih baik. Selain madrasah, tradisi terutama yang tersebar di Jakarta. pendidikan Islam pada umumnya Betapapun sederhana bentuk kemudian berkembang di luar lingkungan sebuah bangunan masjid, ia hadir masjid karena semakin banyaknya bersamaan dengan penyebaran Islam di pemeluk Islam. Nusantara. Sangat sulit untuk mengetahui Masjid sebagaimana diisyaratkan di secara pasti masjid mana yang paling tua atas merupakan cikal bakal dari di Indonesia, karena lazimnya tidak ada pendidikan tinggi atau Universitas. pencatatatn kapan masjid itu dibangun Bahkan istilah al-jamiah dalam bahasa mapun kapan keitka ada pemugaran. Arab untuk menunjuk universitas berasal Dalam banyak kasus penentuan waktu dari kata al-Mami‘, (masjid besar tempat pembangunan sebuah masjid tua jamaah berkumpul) di mana dihubungkan dengan waktu-waktu lain, diselenggarakan ibadah shalat jumat. Al- misalnya masa kkuasaan seorang raja Jamiah (universitas) tertua di dunia tentu tertentu, atau dengan mempertimbangkan saja adalah Universitas Al Azhar Kairo periwayatan lisan dai satu generasi yang semula Eerpusat di masMid -ami‘ Al kegenerasi. Azhar Kairo yang didirikan dinasti Fungsi masjid menduduki posisi Fatimyyah pada tahun 970 M. sentral dalam Islam dan kehidupan kaum seEenarnya terdapat masMid Mami‘ muslimin, tidak hanya dalam ibadah, universitas yang lebih tua daripada tetapi juga mempengaruhi dalam alAzhar, yakni al-Jamiah Zaitunah (864 berbagai aspek kehidupan mereka. Peran M) dan al-Jamiah Al-Qarawiyah (857 utama masjid bagi umat Islam tentu saja M), tetapi riwayatnya tidak sepopuler sebagai tempat untuk melakukan shalat. yang banyak dikenal orang Universitas Meski shalat bisa dilakukan di mana saja, Al-Azhar (Adolf Heuken, 2003:13). karena seluruh bumi Allah adalah masjid Abu Bakar Atjeh menilai, salah (tempat sujud), tetapi masjid sebagai satu wujud kebudayaan material dalam bangunan khusus rumah ibadah tetap perkemmbangan kebudayaan Islam yang sangat diperlukan. Lebih dari itu masjid paling monumental dan pertama adalah bukan hanya sekedar tempat kegiatan masjid. Masjid memang bukan ritual-sosial tetapi juga merupakan merupakan satu-satunya media untuk simbol yang tampak bangkitnya sebuah berkomunikasi antara dunia imanen peradaban di dunia muslim. dengan transendental, tetapi paling tidak Secara historis dalam kelembagaan menjadi lambang kemajuan peradaban masjid memunculkan pula institusi dunia Islam. (Abu Bakar Atjeh, 1955: madrasah yakni madrasah yang ada 23). Masjid Quba yang didirikan fase 69 Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial da n B u d a y a , Vol.12, No.1 Januari - Juni 2015 awal Islam (622 M) dapat dikatakan bangunan masjid. Dengan kata lain sebagai proto tipe bentuk arah hadap, tidak ada aturan yang ditetapkan oleh denah dasar dan gaya arsitektural, tetapi Islam tentang bangunan masjid, yang tidak menjadi landasan normatif bagi menjadi syarat utama adalah arah bangunan masjid pada masa kemudian. hadap atau NiElat shalat adalah .a‘Eah Nabi Muhammad SAW tidak pernah di Mekah. Pada bangunan masjid, arah menganjurkan kepada para sahabatnya kiblat itu dilambangkan atau ditandai untuk membangun masjid harus sesuai dengan mihrab yaitu ruangan kecil dengan gaya masjid Quba. Oleh karena tempat imam memimpin shalat itu wajar banyak di beberapa negara- berjamaah. negara muslim semisal Indonesia, Dalam perkembangan Malaysia dan negara-negara Asia lainnya selanjutnya pengertian masjid menjadi bentuk dan gaya arsitkturalnya menjadi lebih spesifik yaitu sebuah bangunan sangat beragam sesuai dengan kekayaan atau gedung bahkan lingkungan yang budaya yang sudah pernah eksis di ditembok dipergunakan sebagai wilayah setempat. tempat mengerjakan shalat. Masjid Dalam tulisan ini penulis berusaha sebagai suatu bangunan merupakan menitikberatkan peenelaahan pada wujud dan aspek fisik dari kebudayaan keragaman bentuk masjid-masjid di Islam. Di Indoonesia kata Masjid Nusantara baik dari aspek bentuk dilapalkan berbeda-beda di berbagai maupun gaya arsitektural jika daerah, seperti mesigit (Jawa Tengah); dibandingkan dengan wilayah dunia Masigit (Jawa Barat); meuseugit muslim lain. (Aceh); dan mesigi (Sulawesi Selatan). Sedangkan bangunan masjid atau bangunan tempat shalat yang tidak Pembahasan dipakai untuk shalat jumat, umumnya 1. Asal-Usul dan ciri Umum tidak terlalu besar, banyak nama masjid-Masjid Nusantara disebut di berbagai dareah misalnya Secara bahasa, istilah masjid meunasah (Aceh); surau (minang); Eerasal dari Eahasa AraE —sajada- langgar (Jawa); tajuk (Sunda); bale yasjudu ±sujudan“ yang Eerarti (Banten); langgara (Sulawesi); Suro meletakkan kening di atas permukaan atau mandersa (Batak); dan santren bumi untuk beribadah kepada Alllah (Lombok). Selain itu dikenal pula SWT. Dari kata sajada terbentuk kata dengan istilah mushalla sebagai —0asMid“ yang artinya tempat suMud. tempat shalat sehari-hari dn tidak Pengertian tempat sujud di sini tidak dipakai shalat jumat. Disamping itu menngacu pada bangunannya apakah terdapat pula istilah mashad yaitu beratap atau tidak, terbatas atau tidak, masjid makam karena masjid yang yang terpenting adalah tempat sujud. dibangun di kompleks makam, dan Di dalam al-Quran terdapat 92 kata masjid madrasah atau masjid sujud, sajada dan berbagai pesantren.(Andrew Petersen, 1996: bentukannya. Sedangkan istilah 113). masjid (tunggal) disebut 22 kali dan Menurut Undang-Undang No. masajid (jamak) 6 kali di dalam al- 5 tahun 1992, tentang —Benda Cagar Quran. Dalam sumber rujuan Islam Budaya“, uNuran untuN penetapan usia Al-Quran atau hadis tidak bangunan tua yang mesti dilidungi menjelaskan secara konkrit bentuk 70 Abd. Ghofur: Perspektif Hisoris Arkeologis tentang Keragaman Bentuk Bentuk Masjid Tua di Nusantara karena sudah menjadi warisan budaya abad ke 18 M hingga abad ke 19 M. yang harus dilindungi adalah 50 tahun. (Adolf Heuken, 2003:16-17). Usia ini sebenarnya terlalu pendek Dalam salah satu análisis yang untuk menyatakan sebuah masjid dikemukakan oleh Pijper (Ia adalah sudah tua apalagi kuno. Benda cagar sejarawan Barat yang sangat concern budaya (BCB) mempunyai arti penting tentang sejarah Islam di Indonesia) bagi kebudayaan bangsa, khususnya dalam karyanya De Moskeen van untuk memupuk rasa kebanggaan Java, bahwa bentuk-bentuk masjid di nasional dan memperkokoh kesadaran Indoensia memiliki
Recommended publications
  • Kajian Nilai Estetis Dan Simbolis Ukiran Masjid Mantingan Jepara
    Jurnal Desain Komunikasi Visual Asia (JESKOVSIA) Vol.3, No.1, Tahun 2019 ISSN: 2580-8753 (print); 2597-4300 (online) Kajian Nilai Estetis dan Simbolis Ukiran Masjid Mantingan Jepara Abdulloh Eizzi Irsyada Desain Komunikasi Visual/STMIK Asia Malang [email protected] ABSTRAK Masjid Mantingan merupakan sebuah masjid tua yang didirikan oleh seorang Adipati Jepara, Sultan Hadlirin dan istrinya Ratu Kalinyamat pada tahun 1481 Saka atau 1559 Masehi. Selain memiliki keindahan dalam arsitektur bangunannya, juga memiliki ornamen-ornamen kuno bermotif bunga, tumbuh-tumbuhan, binatang dan lain sebagainya yang terukir indah di sekitaran dinding-dindingnya. Keaneka ragaman motif, bentuk maupun pola setiap ukiran ini menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja nilai-nilai estetis dan simbolis yang terkandung dalam setiap ornamen ukiran pada dinding masjid Mantingan Jepara. Nilai-nilai estetis terrepresentasi dalam sebuah media ukir yang kemudian dirancang hingga diukir penuh akan ornamen ukir uang indah, rumit, ngremit dan ngrawit sebagai indikator maju dan tingginya keahlian dan keterampilan seniman ukir Jepara pada masa tersebut. Sedangkan nilai simbolisnya yang penuh akan falsafah kehidupan terrepresentasi atas bentuk komunikasi antar pemimpin (ratu) Jepara pada masa tersebut kepada warganya. Kata Kunci: nilai estetis, simbolis, ukiran, masjid mantingan ABSTRACT The Mantingan Mosque is an old mosque founded by a Duke of Jepara, Sultan Hadlirin and his wife Ratu Kalinyamat in 1481 Saka or 1559 AD. Besides having beauty in the architecture of the building, it also has ancient ornaments patterned with flowers, plants, animals and others that are beautifully carved around its walls. The diversity of motifs, shapes and patterns of each carving makes researchers interested in knowing what are the aesthetic and symbolic values contained in each carving ornament on the walls of the Mantingan Jepara mosque.
    [Show full text]
  • The Influence of Hindu, Buddhist, and Chinese Culture on the Shapes of Gebyog of the Javenese Traditional Houses
    Arts and Design Studies www.iiste.org ISSN 2224-6061 (Paper) ISSN 2225-059X (Online) Vol.79, 2019 The Influence of Hindu, Buddhist, and Chinese Culture on the Shapes of Gebyog of the Javenese Traditional Houses Joko Budiwiyanto 1 Dharsono 2 Sri Hastanto 2 Titis S. Pitana 3 Abstract Gebyog is a traditional Javanese house wall made of wood with a particular pattern. The shape of Javanese houses and gebyog develop over periods of culture and government until today. The shapes of gebyog are greatly influenced by various culture, such as Hindu, Buddhist, Islamic, and Chinese. The Hindu and Buddhist influences of are evident in the shapes of the ornaments and their meanings. The Chinese influence through Islamic culture developing in the archipelago is strong, mainly in terms of the gebyog patterns, wood construction techniques, ornaments, and coloring techniques. The nuance has been felt in the era of Majapahit, Demak, Mataram and at present. The use of ganja mayangkara in Javanese houses of the Majapahit era, the use of Chinese-style gunungan ornaments at the entrance to the Sunan Giri tomb, the saka guru construction technique of Demak mosque, the Kudusnese and Jeparanese gebyog motifs, and the shape of the gebyog patangaring of the house. Keywords: Hindu-Buddhist influence, Chinese influence, the shape of gebyog , Javanese house. DOI : 10.7176/ADS/79-09 Publication date: December 31st 2019 I. INTRODUCTION Gebyog , according to the Javanese-Indonesian Dictionary, is generally construed as a wooden wall. In the context of this study, gebyog is a wooden wall in a Javanese house with a particular pattern.
    [Show full text]
  • PENGUMUMAN Ll/PANSEL/AD HOC TPK/X/2020
    PANITIA SELEKSI CALON HAKIM AD HOC PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI TAHAP XIV TAHUN 2020 PENGUMUMAN ll/PANSEL/AD HOC TPK/X/2020 Panitia Seleksi Calon Hakim Ad Hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi mengumumkan Calon Hakim Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi yang dinyatakan "LULUS SELEKSI ADMINISTRASI" dan berhak mengikuti Ujian Tertulis dengan sistem open book pada Hari Kamis, Tanggal 15 Oktober 2020, Mulai Pukul : 08.00 s/d Selesai (waktu setempat) adalah sebagai berikut : I. Wilayah PT. Banda Aceh A. Pelamar Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Tempat Ujian Tertulis : Gedung Pengadilan Tinggi Banda Aceh Jl. Sultan Alaidinmahmudsyah No. 10 Banda Aceh 23242 NO. NAMA NO. UJIAN ALAMAT Jl. Lamreung, Gampong Lueng Ie, Kec. Krueng 1 Usman, SH.I., MH. 011001 Barona Jaya, Kab. Aceh Besar Jl. Nek Ku, Perumahan Recident Lam Ara No. 2 Al-Mirza, SH. 011002 03 Gampong Lam Ara, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh B. Pelamar Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Tinggi Tempat Ujian Tertulis : Gedung Pengadilan Tinggi Banda Aceh Jl. Sultan Alaidinmahmudsyah No. 10 Banda Aceh 23242 NO. NAMA NO. UJIAN ALAMAT Jl. Tgk. Di Blang No. 8, Kampung Mulia Kec. 1 Zaini, SH. 012003 Kuta Alam, Kota Banda Aceh Jakarta, 2 Oktober 2020 PANITIA SELEKSI CALON HAKIM AD HOC TINDAK PIDANA KORUPSI TAHAP XIV TAHUN 2020 Dr. SUHA SUHARTO, SH., M.Hum. PANITIA SELEKSI CALON HAKIM AD HOC PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI TAHAP XIV TAHUN 2020 PENGUMUMAN ll/PANSEL/AD HOC TPK/X/2020 Panitia Seleksi Calon Hakim Ad Hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi mengumumkan Calon Hakim Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi yang dinyatakan "LULUS SELEKSI ADMINISTRASI" dan berhak mengikuti Ujian Tertulis dengan sistem open book pada Hari Kamis, Tanggal 15 Oktober 2020, Mulai Pukul : 08.00 s/d Selesai (waktu setempat) adalah sebagai berikut : II.
    [Show full text]
  • Nur Al-Din, the Qastal Al-Shu{Aybiyya, and the “Classical Revival” 289
    nur al-din, the qastal al-shu{aybiyya, and the “classical revival” 289 JULIAN RABY NUR AL-DIN, THE QASTAL AL-SHU{AYBIYYA, AND THE “CLASSICAL REVIVAL” Enter the medieval walled city of Aleppo by its principal we might dub the Revivalists and the Survivalists. gate on the west, the Bab Antakiyya, and you are almost Until a publication by Yasser Tabbaa in 1993, “clas- immediately confronted by the Qastal al-Shu{aybiyya. sical” in this context was often indiscriminately used to The present structure, which is of modest size, consists refer to two distinct architectural expressions in Syrian of little more than a facade comprising a sabºl-type foun- architecture: what we may briefly refer to as the Greco- tain and the vaulted entrance to a destroyed madrasa (figs. 1, 2).1 This facade is crowned by a disproportion- ately tall entablature that has made the Qastal a key monument in the debate over the “classical revival” in twelfth-century Syria. Michael Rogers featured the Qastal prominently in a major article published in 1971 in which he discussed numerous occurrences of the redeployment of classical buildings—and the less frequent copying of classical decoration—in Syria and Anatolia in the eleventh and twelfth centuries. I offer the following thoughts on the Qastal in admiration of just one aspect of Michael’s unparalleled erudition. Michael Rogers entitled his article “A Renaissance of Classical Antiquity in North Syria,” and argued that the “localisation of the classicising decoration…and its restriction to a period of little more than fifty years suggests very strongly that it was indeed a revival.”2 The suggestion I would like to propose here is that we need to distinguish more exactly between adoption and adaptation; that there are only very few structures with ex professo evocations of the classical past, and that the intention behind these evocations differed widely—in short, that we are not dealing with a single phenome- non, but with a variety of responses that call for more nuanced readings.
    [Show full text]
  • Pemaknaan Inskripsi Pada Kompleks Makam Islam Kuno Katangka Di Kabupaten Gowa
    PEMAKNAAN INSKRIPSI PADA KOMPLEKS MAKAM ISLAM KUNO KATANGKA DI KABUPATEN GOWA The Meaning Inskription of Mausoleum Ancient in Katangka Complex Regency of Gowa ROSMAWATI P1900206007 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2008 T E S I S PEMAKNAAN INSKRIPSI PADA KOMPLEKS MAKAM ISLAM KUNO KATANGKA DI KABUPATEN GOWA ROSMAWATI P1900206007 KONSENTRASI ILMU SEJARAH PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN ii 2008 PENGESAHAN TESIS PEMAKNAAN INSKRIPSI PADA KOMPLEKS MAKAM ISLAM KUNO KATANGKA DI KABUPATEN GOWA Disusun dan Diajukan oleh ROSMAWATI P1900206007 Program Studi Antropologi Konsentrasi Ilmu Sejarah Menyetujui Komisi Pembimbing Dr. A. Rasyid Asba, MA. Dr. Anwar Thosibo, M.Hum Ketua Anggota Mengetahui Ketua Program Studi Antroplogi Dr. H. Machmud Tang, MA. iii ABSTRACT ROSMAWATI. The Meaning Inscription of Moesleum Ancient of Katangka Complext in Regency of Gowa (guided by A. Rasyid Asba and Anwar Thosibo) This research aim to explain history growt of Islam in Makassar, specially meaning of inscription at ancient mausoleum in Katangka Complex. In that bearing, was explained about socialization of Islam in social and politic pranata. Explained also form and obstetrical style of inscription and also its meaning. All that aim to know on adaptation of pattern between local culture and Islam. Clarification for this research problem use the method of history research with approach of history-archaeology. Its procedure cover the step of source gathering (heuristic), source verification, interpretation and historiography. Result of this research show that Islam growth in Makassar show the existence of acculturation between Islam influence and local cultural. Found inscription of mausoleum that used letter of Arab with Arab Ianguage and Makassar Ianguage (Ukir Serang).
    [Show full text]
  • Jam'iyyah Nahdlatul Ulama
    KATA PENGANTAR RAIS SYURIYAH PCNU PONOROGO NU DAN BUDAYA OTOKRITIK Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim Tiada kata yang pantas terucap selain rasa syukur kepada Allah SWT., atas pertolongan-Nya, buku dengan judul Membaca dan Menggagas NU ke Depan: Senarai Pemikiran Orang Muda NU bisa terbit di hadapan sidang pembaca. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Litbang PCNU Ponorogo dan PC ISNU Ponorogo atas prakarsa dan kerja kerasnya menerbitkan buku Senarai Pemikiran ini. Buku ini diharapkan bisa menjadi awal perkembangan dan transformasi tradisi NU di Ponorogo, yakni dari tradisi oral ke tradisi tulis. Sebagaimana NU kaya akan tradisi, akan tetapi pembacaan terhadap tradisi tersebut tidak banyak didokumentasikan dalam bentuk buku. Padahal buku lebih memungkinkan untuk dibaca dan diapresiasi banyak kalangan, bahkan lintas generasi sekalipun. Inilah makna silsilah atau transmisi keilmuan yang tidak asing lagi bagi masyarakat NU. Membaca judul buku ini berikut topik-topik yang ditawarkan, buku ini bisa dinilai sebagai bentuk otokritik terhadap “kemapanan” tradisi NU di Ponorogo. Budaya otokritik sesungguhnya bukan hal yang asing, bahkan menggejala dalam tradisi agama dan keagamaan, serta organisasi keagamaan. Otokritik atau kritik internal dari pemeluk agama, atau penganut organisasi keagamaan mempunyai nilai yang sangat strategis. Otokritik adalah penanda kesadaran untuk bangkit dan maju sesuai dengan dinamika kemajuan zaman. Senyampang kritik tersebut tidak mengarah pada relativisme, atau bahkan nihilisme. Karena “menjadi maju” tidak bermakna meninggalkan v Membaca dan Menggagas NU ke Depan sama sekali tradisi dan nilai-nilai adiluhung, akan tetapi mengawinkan tradisi dengan semangat zaman. Tanpa ada perkawinan antara tradisi dan kemajuan zaman, justru organisasi ini akan ditanggalkan oleh para anggotanya. Bukankah NU mempunyai slogan al-muhafadah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhd bi al-jadid al-ashlah.
    [Show full text]
  • Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi Dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Keterangan: Danau Tasikardi D
    Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Keterangan: Danau Tasikardi dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf, merupakan penampung air yang digunakan untuk keperluan irigasi pertanian dan sumber air bersih di Kesultanan Banten. Untuk memproses air bersih, air diproses menggunakan sistem pangindelan (penyaringan) melalui tiga tahap, yaitu: Pangindelan Abang, Pangindelan Putih dan Pangindelan Emas. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 2). Gambar Pangindelan Abang, tempat untuk proses awal dalam menyaring air bersih. Jaraknya dari Danau Tasikardi. yaitu sekitar 200 meter. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 3). Gambar Pangindelan Putih, tempat kedua untuk memrproses air bersih. Jaraknya sekitar 200 meter ke arah utara Pangindelan Abang. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 4). Gambar Pangindelan Emas, tempat terakhir dari keseluruhan proses penyaringan. Atap bangunan ini tampak hancur. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. 5). Gambar saluran air yang menghubungkan pangindelan dengan Keraton Surosowan. Sumber: Dokumen pribadi, Selasa, 11 Juni 2013. 6). Gambar saluran air di dekat Keraon Surosowan Sumber:Dokumen Pribadi, Jumat, 7 Juni 2013. 7). Gambar pipa-pipa yang digunakan untuk menyalurkan air bersih. Sumber: Dokumen pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. Lampiran 18. Jembatan Rante. Gambar Jembatan Rante. Keterangan: Jembatan Rante menghubungkan dua jalan utama yang terdapat di Kota Banten. Jembatan ini juga difungsikan sebagai Tolhuis, yaitu tempat untuk menarik pajak perahu-perahu dagang kecil yang melintas. Sumber: Dokumen Pribadi, Rabu, 12 Juni 2013. Lampiran 19. Suasana Kampung Kasunyatan Beserta Bangunan Penting di Sekitarnya. 1). Gambar salah satu jalan di Kampung Kasunyatan Sumber: Dokumentasi pribadi, Jumat, 7 Juni 2013. 2).
    [Show full text]
  • Participatory Poverty Assessment in West Java and South Sulawesi
    Final Report Participatory Poverty Assessment In West Java and South Sulawesi Volume 2: Site Reports of Twelve Villages in West Java and South Sulawesi Submitted to: For Waseda University By: Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah November 2009 Research Team Alit Merthayasa, PhD – Project Manager Dr. Kabul Sarwoto – Technical Manager Novi Anggriani, MA – Survey Manager Herry Widjanarko B.Y. – Supervisor, West Java Alma Arief – Supervisor, South Sulawesi West Java Facilitators: Jayabakti – Bekasi & Pasir Jambu - Purwakarta Herry Widjanarko B.Y. Andrey Achmad Pratama Nissa Cita Adinia Nanggerang – Bogor & Sukanegara - Cianjur Firkan Maulana F. Ronald R. Sendjaja Anna Nur Rahmawaty Gegesikkulon – Cirebon & Neglasari – Bandung Kartawi Lutfi Purnama Ida Dewi Yuliawati Padasuka – Tasikmalaya & Lengkong Jaya – Garut Asep Kurniawan Permana Endang Turyana South Sulawesi Facilitator: Manjangloe - Jeneponto & Raya - Maros Alma Arief Saleh Yasin Harwan Andi Kunna Batunilamung - Bulukumba & Kalegowa - Gowa Nasthain Gasba Budie Ichwanuddin Suaib Hamid i FOREWORD AND ACKNOWLEDGMENT Final Report for Participatory Poverty Assessment (PPA) in West Java and South Sulawesi was written to report and document the result of field research on assessment of poverty based on the poor community them selves that were conducted in October 2009. The reports consist of two volumes, namely Volume 1 and Volume 2. They are prepared by a team led by Dr. Kabul Sarwoto (Technical Manager) and Novi Anggriani, MA (Survey Manager) under supervision of Alit Merthayasa, PhD (Project Manager). The writer team includes Herry Widjanarko and Alma Arief. Other field research team members are Firkan Maulana, Kartawi, Asep Kurniawan, Nasthain Gasba, Ronald Sendjaja, Anna Nur Rahmawaty, Andrey A Pratama, Nissa C Adinia, Permana, Endang Turyana, Ida D Yuliawati, Lutfi Purnama, Suaib Hamid, Budie Ichwanuddin, Saleh Yasin and Harwan A Kunna.
    [Show full text]
  • The Professorial Chair (Kursi ‘Ilmi Or Kursi Li-L-Wa‘Z Wa-L-Irshad) in Morocco La Cátedra (Kursi ‘Ilmi O Kursi Li-L-Wa‘Z Wa-L-Irsad) En Marruecos
    Maqueta Alcantara_Maquetación 1 30/05/13 12:50 Página 89 AL-QANTARA XXXIV 1, enero-junio 2013 pp. 89-122 ISSN 0211-3589 doi: 10.3989/alqantara.2013.004 The Professorial Chair (kursi ‘ilmi or kursi li-l-wa‘z wa-l-irshad) in Morocco La cátedra (kursi ‘ilmi o kursi li-l-wa‘z wa-l-irsad) en Marruecos Nadia Erzini Stephen Vernoit Tangier, Morocco Las mezquitas congregacionales en Marruecos Moroccan congregational mosques are suelen tener un almimbar (púlpito) que se uti- equipped with a minbar (pulpit) which is used liza durante el sermón de los viernes. Muchas for the Friday sermon. Many mosques in Mo- mezquitas de Marruecos cuentan también con rocco are also equipped with one or more una o más sillas, diferenciadas del almimbar smaller chairs, which differ in their form and en su forma y su función ya que son utilizadas function from the minbar. These chairs are por los profesores para enseñar a los estudian- used by professors to give regular lectures to tes de la educación tradicional, y por eruditos students of traditional education, and by schol- que dan conferencias ocasionales al público ars to give occasional lectures to the general en general. Esta tradición de cátedras se intro- public. This tradition of the professorial chair duce probablemente en Marruecos desde Pró- was probably introduced to Morocco from the ximo Oriente en el siglo XIII. La mayoría de Middle East in the thirteenth century. Most of las cátedras existentes parecen datar de los si- the existing chairs in Morocco seem to date glos XIX y XX, manteniéndose hasta nuestros from the nineteenth and twentieth centuries, días la fabricación y utilización de estas sillas.
    [Show full text]
  • 87 Review Article the FLORAL and GEOMETRICAL ELEMENTS ON
    id10086515 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com Egyptian Journal of Archaeological and Restoration Studies "EJARS" An International peer-reviewed journal published bi-annually Volume 4, Issue 2, December - 2014: pp: 87-104 www. ejars.sohag-univ.edu.eg Review article THE FLORAL AND GEOMETRICAL ELEMENTS ON THE OTTOMAN ARCHITECTURE IN RHODES ISLAND Abdel Wadood M.1 & Panayotidi, M.2 1 Lecturer, Islamic Archeology dept., Faculty of Archaeology, Fayoum Univ., Fayoum, Egypt 2Professor, Archaeology and History of Art dept., Faculty of Philosophy, Athens Univ., Greece E-mail: [email protected] Received 27/8/2014 Accepted 13/10/2014 Abstract The Ottomans had inherited the decorative elements preceding them, and did not contend with such extent, but had developed and created at each of the Floral, geometric and writing adornments. The key features distinguishing Ottoman architecture in Rhodes (1523-1912AD) are the ornamental richness and the attention paid to the decorative side had been increasingly growing. Through what had reached us of the Ottoman period constructions, it would be apparent to us the tendency to decoration and that such decorative material had largely varied. Such ornaments had been represented in a number of types: * Floral ornaments * Geometrical ornaments. Keywords: Ottoman architecture, Ornamental elements, Floral ornaments, Geometrical ornaments, Rhodes. 1. Introduction Floral ornaments is meant by tried to bind between religion and plant ornaments every ornament relies in vegetable ornaments, as the some had its drawing or inscription on vegetable mentioned that the Moslem tendency to elements whether natural or altered from vegetable ornaments is a result of the nature in an image remote from its Koranic directives urging on avoiding the original one [1].
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dari Ornamen Arsitektur Masjid Assu
    Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam P-ISSN: 1907-4174; E-ISSN: 2621-0681 DOI : 10.35931/aq.v15i1. 541 Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dari Ornamen Arsitektur Masjid Assu’ada Waringin Husin [email protected] Nor Anisa [email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Rakha Amuntai, Kalimantan Selatan, Indonesia Abstrak Masjid Assu’ada lebih dikenal dengan sebutan “Masjid Lancip” merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, tepatnya di Desa Waringin, Kecamatan Haur Gading yang selama ini tidak banyak diketahui masyarakat Kalimantan Selatan lantaran lokasinya yang agak terpencil. Masjid Assu’ada telah masuk cagar budaya, namun belum banyak yang mengetahui sejarah masjid dan bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada ornamen arsitektur masjid tersebut. Perkembangan zaman yang berubah telah mengiringi perkembangan Masjid Assu’ada dan mengalami beberapa kali renovasi, namun bentuk dan tiang masih tetap dipertahankan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada ornamen arsitektur Masjid Assu’ada dan bagaimana isi pesan tersirat pada bangunan masjid tersebut. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah sebagian pengelola masjid dan sesepuh yang dianggap lebih mengetahui tentang masjid Assu’ada. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang ingin disampaikan ialah, nilai ketauhidan atau akidah, nilai ibadah atau syariat, dan nilai muamalah atau akhlak. Nilai-nilai tersebut disisipkan melalui ornamen arsitektur dan bagian-bagian yang terdapat pada masjid Assu’ada.
    [Show full text]
  • Voor Mijn Ouders En Grootouders Promotor Prof. Dr
    voor mijn ouders en grootouders Promotor Prof. dr. Frank Vermeulen Vakgroep Archeologie Decaan Prof. dr. Marc Boone Rector Prof. dr. Anne De Paepe Nederlandse vertaling: Publieke badhuizen en badgewoontes in de late oudheid Kaftinformatie: Grondplan van de baden in de Via della Foce in Ostia (Italië)(naar: Nielsen 1993b, 96, fig. 72) Alle rechten voorbehouden. Niets uit deze uitgave mag worden verveelvoudigd, opgeslagen in een geautomatiseerd gegevensbestand, of openbaar gemaakt, in enige vorm of op enige wijze, hetzij elektronisch, mechanisch, door fotokopieën, opnamen, of enige andere manier, zonder voorafgaande toestemming van de uitgever. Faculteit Letteren & Wijsbegeerte Sadi Maréchal Public baths and bathing habits in Late Antiquity A study of the archaeological and historical evidence from Roman Italy, North Africa and Palestine between AD 285 and AD 700 Volume 2: catalogue, maps and figures Proefschrift voorgelegd tot het behalen van de graad van Doctor in de Archeologie 2016 Table of Contents List of Maps ......................................................................................................................... ix List of Figures ...................................................................................................................... xiii Introduction to Volume 2 ......................................................................................................... 1 Key to the general plans ................................................................................................ 2 Part 1 –
    [Show full text]