ANALISIS MAKNA ORNAMEN RUMAH GADANG DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

Nurulfatmi Amzy

Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka 58, Tanjung Barat (TB Simatupang) Jagakarsa, Jakarta Selatan [email protected]

Abstrak

Setiap ornamen pada benda pusaka dibuat bukan hanya untuk kepentingan estetis belaka, tapi juga untuk tujuan simbolis. Ada pesan yang ingin disampaikan lewat simbol-simbol yang ada pada ornamen tersebut. Sejumlah pesan juga terdapat pada ornamen Rumah Gadang, rumah tradisional suku . Dalam ornamen tersebut tertuang falsafah hidup Minangkabau, yaitu alam takambang jadi guru. Falsafah tersebut mendidik orang Minang untuk memperhatikan alam dengan baik karena alam menyimpan pelajaran hidup yang tiada batasnya. Dengan menggunakan metode hermeneutika, sebuah ornamen coba ditafsirkan maknanya. Kemudian, makna tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Filsafat Pendidikan Progresivisme yang diusung oleh John Dewey. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menginformasikan bahwa ada kesamaan dari cara adat Minangkabau mendidik manusianya dengan tujuan Pendidikan Filsafat Progresivisme. Keduanya menitikberatkan pada pengalaman langsung sebagai sumber dari pengetahuan itu sendiri.

Kata kunci : Ornamen, Minangkabau, Filsafat Pendidikan, Progresivisme, Pengalaman.

Abstract

Ornaments in any cultural heritage was made not just for aestethic purpose, but also for a symbolic order. There was a message that want to be delivered through the symbolization in it. A number of messages were concluded in Rumah Gadang’s ornaments, the traditional house of Minangkabau ethnic group. The ornaments tell us about the Minangkabau philosophy of life, alam takambang jadi guru. That philosophy have taught the Minangnese to put their attention into nature for it spreads unlimited knowledge. Through hermeneutics, the paper spots an ornament to investigate its meanings. Then, those meanings would be analysed with the perspective of Progressivism of the Philosophy of Education by John Dewey. The purpose of this paper is to inform that there is a similarity between the way Minangkabau Tradition teach the people and the aim of Progressivism of the Philosophy of Education. Both of them put the direct personal experience in the basis of education.

Keywords : Ornament, Minangkabau, Philosophical Education, Progressivism, Experience.

PENDAHULUAN Gadang, setiap detailnya diperhatikan dengan jeli. Pembagian ruang, kualitas Kebudayaan itu seperti jati diri bahan material dan tampilannya yang harus terus dijaga. Membiarkannya diperhatikan dengan baik. luput dimakan waktu sama saja mem- Lebih dari sekedar tempat tinggal, biarkan jiwa lepas dari tubuhnya tanpa Rumah Gadang hadir sebagai alat ada usaha berarti. Agar nilai-nilai dalam komunikasi antar masa. Layaknya sebuah kebudayaan tetap mengakar kuat, salah komunikasi, harus ada pesan yang ter- satu usaha yang bisa dilakukan adalah sampaikan lewat bahasa tersebut. meninggalkan benda pusaka atau yang Struktur, arsitektur dan ornamen pada biasa disebut dengan warisan budaya. Rumah Gadang merupakan salah satu Benda pusaka merupakan artefak atau sarana untuk memaksimalkan kebudayaan fisik yang di dalamnya komunikasi tersebut. Namun sekarang, terdapat manifestasi pemikiran dan nilai- banyak orang tidak paham dengan makna nilai sebuah kebudayaan. Pusaka tersebut yang ada di setiap detail rumah pusaka tidak hanya menjadi pengingat suatu itu. kebudayaan itu pernah ada, namun juga Dengan alasan itulah penulis sebagai bentuk komunikasi visual antara mencoba untuk menggali makna dibalik generasi terdahulu dengan generasi detail Rumah Gadang, agar didapatkan setelahnya. Sebuah penyampai pesan pengetahuan tentang pesan apa yang dengan tujuan untuk menjadi pedoman ingin disampaikan di dalamnya. Namun, bagi penerus kebudayaan. Penunjuk cara kali ini penulis hanya akan memfokuskan bagaimana bersikap yang baik terhadap pembicaraan kepada ornamennya saja. diri sendiri dan lingkungan. Jika dilihat secara kasat mata, Salah satu warisan budaya sarat maka mata kita akan langsung makna itu adalah Rumah Gadang, rumah menangkap sebuah pengetahuan bahwa bagonjong milik urang ranah minang ornamen Rumah Gadang terisnpirasi dari dari Sumatera Barat. Orang bilang, alam semesta. Terbukti dari motif yang membangun rumah sama saja artinya terukir di sana adalah motif berbentuk dengan membangun peradaban. Sukses dedaunan dan bebungaan. Orang Minang tidaknya seseorang dilihat dari keadaan memang sangat menghargai alam. Hidup dalam rumahnya dulu. Sehingga, banyak dengan alam artinya belajar dari alam. orang yang tidak mau sembarangan Dengan kata lain, mereka menjadikan dalam membangun rumahnya. Pem- alam sebagai sumber pengetahuan. Dan bangunan rumah tidak bisa disebut semua itu tertuang dalam sejumlah pekerjaan sambil lalu. Perlu pemikiran ornamen di dalamnya. yang matang agar rumah dapat terasa Berbicara mengenai sumber damai untuk ditinggali. Rumah adalah pengetahuan artinya kita bicara tentang implementasi dari cara manusia berpikir. landasan sebuah ilmu pengetahuan. Dan Dengan kata lain, rumah adalah itu termaktub dalam pandangan Filsafat representasi dari diri pribadi yang Pendidikan. Lewat tulisan ini, penulis meninggalinya. ingin menggali lebih dalam ornamen Dengan demikian, kita tahu yang terukir di dinding Rumah Gadang, bahwa perlu perencanaan yang matang untuk kemudian dilihat apakah memang untuk membangun sebuah rumah, ada kesesuaian antara prinsip hidup orang terlebih rumah pusaka yang akan Minang dalam berpengetahuan dengan diturunkan ke sejumlah generasi ajaran Filsafat Pendidikan. setelahnya. Dalam pembangunan Rumah

Hermeneutika Sebagai Sebuah Metode Kedepannya, diharapkan bahwa apa yang Pemahaman penulis simpulkan nanti dapat menambah Untuk mendapatkan kesimpulan kasanah pengetahuan dalam ilmu budaya yang dapat dipertanggungjawabkan, dan juga ilmu pendidikan di negeri ini. penulis tidak mau sembarangan dalam mengkaji makna yang terdapat dalam PEMBAHASAN ornamen Rumah Gadang. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode untuk Ornamen pada Rumah Gadang membahasnya, agar tetap pada jalur yang Ornamen berasal dari bahasa latin seharusnya. ornare yang artinya menghiasi. Menurut Metode yang penulis gunakan Gustami dalam Sunaryo (2009), ornamen adalah metode filsafat, yaitu adalah komponen produk seni yang Hermenuetika. Hermeneutika itu sendiri ditambahkan atau sengaja dibuat untuk berasal dari bahasa Yunani, yaitu tujuan sebagai hiasan. Jadi berdasarkan hermeneuein yang berarti “menafsirkan”. pengertian itu, ornamen merupakan pe- Maka kata benda hermeneuia secara nerapan hiasan pada suatu produk. Fungsi harfiah artinya “penafsiran” (Sumaryono, utama dari dari sebuah ornamen adalah 2016: 23). untuk memperindah benda produk atau Hans-Georg Gadamer mengata- barang yang dihias. Penambahan kan bahwa hermeneutika bukan persoalan ornamen pada sebuah produk umumnya metode, melainkan usaha untuk me- untuk membuatnya menjadi lebih mahami dan menginterpretasi sebuah menarik, dalam arti estetis, oleh karena teks. Hermeneutika merupakan bagian itu menjadi lebih bernilai. Yang demikian keseluruhan pengalaman mengenai itu berakibat meningkatnya penghargaan dunia. Hermenutika berhubungan dengan terhadap produk benda bersangkutan, suatu techne (ilmu tentang seni) tertentu baik secara spiritual maupun material dan berusaha kembali ke susunan tata (Sunaryo, 2009: 3). bahasa, aspek kata-kata retorik dan aspek Tujuan tersebut terlihat jelas dialektik sesuatu bahasa. Itulah mengapa implikasinya pada ornamen Rumah hermeneutika juga merupakan ilmu Gadang. Adanya ukiran-ukiran bermotif pengetahuan tentang segala yang pada dindingnya meningkatkan daya tarik universal yang mungkin untuk diajarkan Sumatera Barat ini. Namun, (Sumaryono, 2016: 84). disamping tujuan estetisnya, tersingkap Menginterpretasikan adalah jalan pula sebuah tujuan lain yang ingin untuk memahami sesuatu. Setelah pe- dihadirkan pada ornamen tersebut. Ada mahaman itu ada, akan ada pengetahuan pesan yang tersimpan di setiap ornamen baru yang akan menambah khasanah ilmu yang terukir di dinding-dinding kayu itu. pengetahuan. Maka, mungkin sekali Pesan yang seharusnya ditangkap oleh untuk diajarkan. generasi sekarang ini untuk dijadikan Dengan menggunakan metode sebagai bahan perenungan. Ya, di tersebut, penulis akan mencoba untuk dalamnya ada prinsip-prinsip orang meninterpretasikan makna-makna dalam Minangkabau dalam menjalani hidup. ornamen yang terukir di dinding Rumah Hal tersebut sejalan dengan fungsi Gadang. Setelah makna ornamen tersebut ornamen yang selanjutnya, yaitu fungsi didaptkan, akan diketahui sebuah pe- simbolis. Fungsi simbolis ornamen pada mahaman baru mengenai hubungan umumnya dijumpai pada produk-produk antara pendidikan orang Minang dengan benda upacara atau benda-benda pusaka, pendidikan dalam kacamata Filsafat.

mengikuti nilai estetisnya (Sunaryo, kemudian melalui proses abstraksi alam 2009: 5). pikirannya, lalu dipahatkan ke atas kayu Sebagai warisan budaya atau yang hendak diukir. benda pusaka dari sebuah kebudayaan, (https://ninkarch.files.wordpress.com/2008/11/ maka tidak heran mengapa banyak orang ars-nus-tgs-besar.pdf) berkata bahwa keelokan Rumah Gadang Motif abstrak tersebut terlihat di menyimpan banyak petuah atau pelajaran beberapa ornamen Rumah Gadang seperti hidup. Pelajaran tersebut tertuang dalam berikut; simbol-simbol yang hadir dalam ornamennya. Lewat ornamen tersebut, tertuang sebuah falsafah yang mendasari hidup orang Minangkabau, yaitu alam takambang jadi guru. Alam terkembang di depan mata manusia tidak lain adalah untuk mengajarinya banyak hal. Alam Gambar 1. Motif Kuciang Lalok Jo Saik Galamai dan pengalaman yang hadir bersamanya Sumber: Buku Ornamen Nusantara adalah guru terbaik dari segala macam guru. Maka tidak heran mengapa motif ornamen Rumah Gadang adalah motif- motif flora dan fauna, karena memang terinspirasi dari alam itu sendiri.

Oleh karena itu, penamaan Gambar 2. ornamen Rumah Gadang tidak asal- Motif Bada Mudiak asalan. Setiap nama ukirannya me- Sumber: http://zulfikri.orgfree.com/ lambangkan gejala hidup masyarakat yang menjadi pedoman dalam pe- nyelenggaraan kehidupan masyarakat Minangkabau. Dari segi bentuknya, yang mula-mula timbul adalah bentuk realis, Gambar 3. yaitu meniru bentuk alam seperti apa Motif Itiak Pulang Patang yang dilihatnya. Tetapi kemudian, Sumber: http://zulfikri.orgfree.com/ bentuk-bentuk alam itu mulai ada yang dirubah sesuai dengan pandangan dan Motif ukir Kuciang Lalok (kucing selera pembuatnya. Tetapi bukan berarti tidur) terlihat tidak ada kucingnya. Dalam bentuk realis tersebut ditinggalkan begitu ukiran bahkan lebih mencitrakan motif saja. Biasanya, kedua bentuk itu akan tumbuh-tumbuhan dengan di bagian dikombinasikan dalam sebuah ukiran. tengahnya terdapat empat buah lengkung- (https://ninkarch.files.wordpress.com/2008/11/ an berikal dalam konfigurasi setangkup. ars-nus-tgs-besar.pdf) Demikian pula pada motif ukir Bada Ukiran adat Minangkabau tidak Mudiak (ikan teri) atau Itiak Pulang memiliki pola tertentu, sesuai dengan Patang (itik pulang petak), orang hanya sifat gejala alam yang sukar dibuat menemukan motif berbentuk garis tekuk polanya. Pola ukiran Minangkabau ter- berulang atau lengkung seperti huruf “S” letak pada pikiran dan keahlian masing- dan tidak dapat menemukan sosok ikan masing tukar ukir. Proses pemindahan atau itiknya. (Sunaryo, 2009: 187). bentuk alam ke bentuk ukiran hanya Itulah sebagian motif ornamen terjadi dengan melihat bentuk alam, berbentuk ukiran yang abstrak pada

Rumah Gadang. Namun kali ini, penulis dari adat Minangkabau (bathinnyo adat akan fokus mengkaji satu motif yang juga minangkabau), maka tidak bisa tidak memiliki syair sebagai penjelas makna membicarakan tumbuh dan cara hidupnya pada motif tersebut. Untuk kemudian, lumut seperti apa. hasil dari pemaknaan tersebut akan di- Artinya, hidup orang analisis dengan kaca mata Filsafat Minangkabau sudah seharusnya meng- Pendidikan setelahnya. ikuti cara hidup lumut. Hidup yang bagaimana? Yaitu hidup yang berpindah, Motif Ornamen Lumuik Hanyuik tidak diam di satu tempat. Seperti lumut yang hanyut dibawa arus, selama ia masih di dalam air, ia masih akan tetap hidup.Maka, manusia juga seharusnya seperti itu. Sekalipun zaman bergerak cepat dan membawanya pada perubahan, namun selama ia masih berada di bumi, ia

Gambar 4. tetap bertahan untuk hidup. Motif Lumuik Hanyuik. Lumut, meskipun hanya memiliki Sumber: http://zulfikri.orgfree.com/ seidikit ruang di antara himpitan batu, ia tetap berusaha hidup dan berkembang. Adapun syair terkait dengan motif Sekali hidup, pantang baginya untuk Lumuik Hanyuik (Lumut Hanyut) adalah mati. Artinya, sebanyak apapun tekanan sebagai berikut: hidup yang dihadapinya, hidup tetap harus berjalan. Aka lapuak gagangnyo lapuak. Pada dasarnya, lumut tidak Hiduik nan indak mamiliah tampek. pernah memilih tempatnya hidup dan Asa lai lambah, inyo lah tumbuah. bertumbuh. Ia hidup bukan untuk ber- Dalam aia bagagang juo. diam diri di suatu tempat, ia berpindah sesuai dengan arus air di sekitarnya. Ia Aia hilia lumuik pun hilia. tidak takut akan terhanyut, karena ia tahu Walau tasalek di ruang batu. ujung dari semua arus air itu adalah Baguba babondong-bondong. muara di lautan. Manusia tentu bisa Aia bapasang lumuik bapiuah. belajar dari sikap lumut yang seperti itu. Namun hiduik bapantang mati. Sebesar apapun perubahan yang di- hadapi, sebanyak apapun perpindahan Baitu untuangnyo lumuik. yang dialami, selama ia tahu tujuan Indak mancari tampek diam. hidupnya, maka tidak ada yang perlu Hanyo manompang jo aia hilia. dikhawatirkan. Indak mamiliah tampek tumbuah. Asa kasampai ka muaro. Filsafat Pendidikan Usah cameh badan kahanyuik. Berbicara mengenai pembelajaran dan usaha mencari pengetahuan, se- Baguru kito kalumuik. sungguhnya kita sedang menjajaki dasar- Alam takambang jadi guru. dasar dari sebuah pendidikan itu sendiri. Lahianyo lumuik nan disabuik. Dasar-dasar itu lah yang kemudian Bathinnyo Adat Minangkabau. disebut oleh para pemikir dengan istilah Filsafat Pendidikan. Berfilsafat pada Dari syair tersebut diketahui dasarnya adalah usaha untuk memahami bahwa ketika kita berbicara mengenai inti sesuatu dengan menyeluruh, kritis dan

radikal. Kemudian, dengan itulah kita (lentur dan tidak kaku), toleran dan bisa berhati-hati dalam berpikir, ber- bersikap terbuka, serta ingin mengetahui kehendak dan bertindak. Jika kita ber- dan menyelidiki demi pengembangan filsafat mengenai pendidikan, artinya kita pengalaman (Anwar, 2015: 155). mencoba untuk memahami pendidikan Progresivisme disebut juga itu secara utuh dan merinci. Dengan sebagai naturalisme, yang mempunyai mengetahui dasar-dasar dari pendidikan pandangan bahwa kenyataan yang se- tersebut, maka kita akan paham benarnya adalah alam semesta ini bagaimana term and condition tipe (Anwar, 2015:155). Ia juga juga disebut pendidikan A agar bisa dijalankan. sebagai instrumentalisme karena men- Anwar dalam bukunya Filsafat jadikan faktor inteligensia manusia se- Pendidikan (2015), mengatakan bahwa bagai alat atau kekuatan utama untuk me- filsafat pendidikan yang lahir dari ilmu mecahkan seluruh problematika manusia. pengetahuan praktis mengandung Kemudian, sebutan lain untuk aliran ini maksud, bahwa tugas pendidikan sebagai adalah environmentalisme dimana aliran aspek kebudayaan mempunyai tugas ini menganggap bahwa lingkungan hidup untuk menyalurkan nilai-nilai hidup. sebagai medan perjuangan untuk meng- (2015: 31) hadapi tatantangan dalam hidup, baik Dewey dalam Anwar (2015) lingkungan fisik ataupun sosial. Manusia menyatakan analisisnya mengenai pe- diuji sejauh mana ia mampu beinteraksi ngertian dari Filsafat Pendidikan, yakni dan bertahan dengan perubahan zaman. suatu perumusan secara tegas dan benar (Anwar, 2015: 156). tentang problema pembentukan mental Salah satu pemikir yang sangat dan moral, dalam kaitannya menghadapi vokal terhadap Filsafat Pendidikan tantangan yang timbul pada kehidupan Progresivisme ini adalah John Dewey, masa kini. (2015: 40) seorang filsuf berkebangsaan Amerika Mengenai aliran filsafat yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan itu sendiri, setidaknya ada 4 dunia pendidikan. aliran yang perlu diketahui, yaitu: Mengenai aliran Progresivisme, 1. Aliran Progresivisme, Dewey dalam Radu (2011) mengatakan, 2. Aliran Essensialisme, bahwa 3. Aliran Perenialisme, dan “...education was focused on the 4. Aliran Rekonstruksialisme. child’s need – student was Namun kali ini, penulis hanya learning by doing. The authentic akan berbicara tentang aliran knowledge could be achieved only Progresivisme sebagai titik fokus through direct experience.” penelaahan terhadap ornamen Rumah (2011: 87) Gadang. Dari kutipan di atas, dapat di- Filsafat Pendidikan Progresivisme simpulkan bahwa Dewey meletakkan ke- Aliran filsafat pendidikan butuhan masing-masing anak sebagai progresivisme ini adalah aliran yang fokus dari sebuah pembelajaran. Ke- berkembang pesat pada permulaan abad butuhan tersebut akan terpenuhi secara XX dan memiliki pengaruh besar pada maksimal hanya jika anak belajar sambil pembaharuan pendidikan. Progresivisme mempraktikkannya. Menurutnya, tidak dalam pandangannya, selalu berhubung- ada cara pembelajaran yang lebih baik an dengan pengertian the liberal road to selain belajar langsung dari pengalaman. cultural yakni liberal bersifat fleksibel

Dalam hidup akan banyak per- “The method promotes the masalahan yang dihadapi, tapi mencoba student’s intrinsic motivation and untuk memberanikan diri untuk meng- spontaneous interest, and it hadapinya akan membuat kita belajar provides the conditions necessary banyak. “...finally, learning is attained by for undertaking an activity solving problems,” ujar Dewey dalam towards fulfilling that interest. Radu (2011: 89). The student mobilizes his/her Sangat bertumpu pada pengalam- effort to overcome the obstacles an, membuat aliran ini kurang menyetujui that may occur” (Radu, 2011:88) adanya pendidikan yang bercorak otoritas Kemudian, bagaimana cara me- dan absolut dalam segala bentuk seperti numbuhkan ketertarikan tersebut? Biar- terdapat dalam agama, moral, politik, dan kan setiap individu mengenal sendiri se- ilmu pengetahuan. Jadi jelas bahwa buah pengetahuan tanpa harus diberitahu. progres atau kemajuan, lingkungan dan Seperti yang sudah disebutkan di atas, pengalaman menjadi perhatian dari bahwa pengalaman adalah landasan awal Progresivisme, tidak hanya angan-angan sebuah pendidikan bagi aliran dalam dunia ide, teori dan cita-cita saja. Progresivisme. Dewey dalam Radu (Anwar, 2015: 157). (2011) mengatakan bahwa, “the authentic knowledge could be achieved only Menilik Prinsip Hidup Adat trhough direct experience”—pe- Minangkabau Dalam Perspektif ngetahuan yang otentik bisa didapatkan Filsafat Pendidikan hanya melalui pengalaman langsung. Pada adat Minangkabau, prinsip (Radu, 2011: 87). pendidikan alam takambang jadi guru Selanjutnya, penulis akan men- (alam terkembang jadi guru) melandasi coba melihat keterkaitan antara pendidi- terbentuknya semua ornamen yang ter- kan Progresivisme dengan motif ornamen ukir di Rumah Gadang. Terbukti bahwa lumuik hanyuik. motif-motif ornamennya merupakan Motif lumuik hanyuik menjelas- manifestasi dari flora dan fauna yang ada kan tentang sesuatu yang tetap bertahan di alam semesta. Ukiran tersebut menjadi hidup di tengah perubahan. Lewat motif sebuah bentuk komunikasi visual bagi tersebut, adat Minangkabau hendak men- generasi berikutnya sebagai sebuah pesan didik manusianya untuk menjadi kuat untuk menghidupi hidup. demi kelangsungan hidup. Zaman ber- Singkatnya, alam menjadi ganti seiring waktu, namun pola pikir panutan bagi manusia untuk dapat hidup seharusnya ikut mendewasa mengikuti dengan baik. Ini selaras dengan Filsafat perubahan zaman tersebut. Beradaptasi Pendidikan Progresivisme. memang bukan perkara gampang, namun Jika ditarik ke garis yang paling menyerah dan mati terseret arus dasar, modal pertama untuk dapat belajar perubahan juga pantang untuk dilakukan. dengan baik adalah memiliki ketertarikan Mungkin ini yang disebut-sebut oleh terhadap sesuatu yang ingin dipelajari. banyak orang, bahwa jika kamu tidak bisa Ketertarikan tersebut akan menciptakan merubah keadaan, maka rubahlah cara usaha untuk mendekati dan mengenal pikirmu. objek pembelajaran itu lebih jauh lagi, Kedewasaan mental dan jiwa sekalipun harus menghadapi beberapa adalah tujuan dari pendidikan kesusahan. Hal ini diungkapkan oleh Progresivisme. Itulah yang ingin dicari Dewey dalam kutipan di bawah ini, lewat pengalaman. Itulah mengapa pe- nganut paham ini mengharuskan setiap

pribadi mencari sendiri apa yang perlu menjelaskan tentang bertahan hidup di diketahuinya. Kebutuhan masing-masing tengah tekanan perubahan zaman. individu itu berbeda, hubungan langsung Secara keseluruhan falsafah alam antara diri sendiri dengan pengalaman itu takambang jadi guru yang disampaikan lah yang akan memberitahunya mana lewat warisan budaya tersebut sejalan hidup yang baik untuk ditinggali. dengan misi Filsafat Pendidikan Pengetahuan itu dicari, bukan ditunggu. Progresivisme. Tujuan pendidikan Dewey dalam bukunya Experience and Progresivisme adalah menciptakan Education (1997) mengatakan, bahwa “... manusia berpengetahuan yang siap basing education upon personal menerima perubahan. Dan tidak ada yang experience may mean more multiplied lebih siap selain orang yang bersinggung- and more intimate contacts between the an langsung dengan pengalamannya. mature and the immature than ever existed in the traditional school, and Refleksi Kritis consequently more, rather than less, Setelah membandingkan pendidi- guidance by others.” (Dewey, 1997: 21). kan adat Minangkabau lewat landasan Dengan kata lain, orang yang filosofis alam takambang jadi guru sudah berpengalaman akan tahu betul dengan aliran Progresivisme milik John cara menghadapi sebuah tantangan. Dewey, selain mendapatkan persamaan- Singkatnya, ia akan lebih terjaga nya, penulis juga menemukan titik dibandingkan yang lain. perbedaannya, yaitu kepercayaan dalam bentuk apapun seperti agama, moral, SIMPULAN politik dan ilmu pengetahun. Progresivisme menghindarkan Landasan hidup “alam diri dari bentuk absolutisme bentuk apa- takambang jadi guru” mendidik orang pun, termasuk agama. Tujuannya jelas, Minangkabau untuk menghargai alamnya agar manusia tetap bisa berpikir terbuka, dengan baik. Alam hadir bukan sekedar sehingga mampu menyesuaikan diri untuk dimanfaatkan manusia sebagai dengan zaman yang tidak pernah berhenti tempat tinggal dan mencari makan, berubah. Dan itu berbeda dengan adat namun juga menghidupi hidup. Dengan Minangkabau. Ada satu falsafah yang kata lain, ada pelajaran yang dapat melandasi semua falsafah hidup yang ada diambil dari alam semesta ini. Pesan di adat Minangkabau, termasuk falsafah tersebut disampaikan dengan baik lewat alam takambang jadi guru, yaitu falsafah ukiran-ukiran yang hadir sebagai adat basandi syara’, syara’ basandi ornamen di dinding Rumah Gadang. kitabullah. Arti dari falsafah tersebut Sekalipun tidak semua orang memahami adalah adat berlandaskan agama, agama setiap motif secara mendalam, dengan berlandaskan kitab Allah. Dengan kata melihat ukiran yang menyerupai daun lain, segala tindak tanduk serta aturan dan bunga-bunga itu saja, orang sudah adat harus sesuai dengan aturan agama. akan paham motif tersebut terinspirasi Mereka menghargai alam, karena dari mana. memang sejalan dengan agama. Untuk memahaminya lebih jauh, Kemudian, ada hal yang membuat ukiran tersebut disertakan syair-syair penulis tergugah dan berpikir lebih dalam dalam bahasa Minangkabau demi ter- setelah menyelesaikan tulisan ini. Setiap sampainya maksud yang ingin dikatakan. penulis membahas lebih jauh mengenai Contohnya, motif lumuik hanyuik yang ragam budaya, selalu saja didapatkan sesuatu yang unik di dalamnya. Lebih

mengagumkan lagi, bahwa terdapat buah semua prediksi dan ketidaktahuan semua pikiran tajam dan maju tentang suatu hal, rencana. bahkan sebelum tradisi itu disentuh modernisasi. Sementara selama ini, Glosarium ketajaman dan kemajuan pikiran selalu menjadi tolak ukur sebuah zaman. Urang : Orang Namun, penulis berpikir bahwa, seperti- Ranah : Tanah nya, mereka yang lebih dahulu hidup sebelum kita lebih paham bagaimana cara DAFTAR PUSTAKA mengelola hubungannya dengan alam dan sesamanya dengan lebih baik. Anwar, M. (2015). Filsafat Pendidikan. Dengan pemikiran tersebut, Jakarta: Prenadamedia Group. penulis berharap ada yang meneliti lebih lanjut tentang ragam budaya Dewey, J. (1997). Experience and umumnya, dan Minangkabau khususnya. Education. USA: Touchstone. Agar kemudian, lebih banyak pelajaran Radu, L. (2011). John Dewey and yang dapat diambil dari kebudayaan Progressivism in American tersebut. Penulis merasa bahwa penelitian Education. E-Journal Bulletin of yang dilakukan kali ini belum mendalam the Transilvania University of karena hanya lewat studi literatur saja. Brasov. Series VII: Social Ditambah lagi, belum banyaknya orang Sciences. Law. Vol. 4 (53) No. 2 yang meneliti ornamen Minangkabau – 2011 beserta maknanya secara khusus mem- Sumaryono, E. (2016). Hermeneutik, buat penulis sedikit kepayahan mencari Sebuah Metode Filsafat. sumbernya. Yogyakarta: Kanisius Selaras dengan metode penelitian yang penulis gunakan yaitu hermeneutika Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara atau penafsiran, maka penelitian ini – Kajian Khusus Tentang dirasa memang perlu untuk dikaji lebih Ornamen Indonesia. Semarang : dalam. Gadamer dalam Sumaryono Dahara Prize. (2016), mengatakan bahwa salah satu “Arsitektur Nusantara Minangkabau” faktor intrepretasi adalah pengalaman. (https://ninkarch.files.wordpress. Sifat pengalaman adalah personal dan com/2008/11/ars-nus-tgs- individual, jadi hanya akan valid jika besar.pdf) diakses pada 19 Maret diyakinkan dan diulangi oleh individu- 2017. idividu yang lain. Pengalaman yang benar hanyalah yang secara historis dimiliki “Motif Ukiran Minangkabau” oleh seseorang. Orang yang ber- (http://zulfikri.orgfree.com/ukira pengalaman mengetahui keterbatasan n01.html) diakses pada 19 Maret 2017