MUKHAMDANAH: ADAPTASI LINGUISTIK PADA BEBERAPA BAHASA ...

ADAPTASI LINGUISTIK PADA BEBERAPA BAHASA DI PEGUNUNGAN ARFAK, MANOKWARI, BARAT

(LINGUISTIC ADAPTATION IN SEVERAL LANGUAGES IN , MANOKWARI, )

Mukhamdanah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Ponsel: 081361414989, Pos-el: [email protected]

Tanggal naskah masuk: 25 Februari 2015 Tanggal revisi terakhir: 30 April 2015

Abstract THE influence from one language to another can be seen through the borrowings from another language. It is the feature of language universality. The emergence of new vocabulary reflects the language openness to influence from another language and the language of the receiver will develop. Such influence occurred in four languages of Arfak mountains in Manokwari. Linguistic adaptation occurred due to language contact amongst the speakers within the area. The language of Biak, Mansinam, Hatam, and Mansim Borai were the subject to study. Lexicostatistic method upon two hundred vocabularies of each language was used to determine the relationship among those languages. Sound changes upon the sets of cognate words or sets of words assumed to derive from the same source show the occurrence of linguistic adaptation as the result of language contact. Linguistic adaptation found was prothesis, epenthesis, paragoge, aphaeresis, syncope, apocope, and sound variations in the four languages. The most linguistic adaptation occurred was sound variations, prothesis, aphaeresis, and apocope. The highest percentage of linguistic adaptation was found in and Mansinam language and between Mansim Borai language and . Key words: speakers, language contact, acculturation, linguistic adaptation

Abstrak SALING pengaruh antara satu bahasa dengan bahasa yang lain dapat dilihat melalui kosakata yang dipungut oleh bahasa tertentu. Hal ini merupakan ciri keuniversalan bahasa. Hadirnya bentukan kata baru di dalam bahasa mencerminkan bahwa bahasa bersifat terbuka terhadap pengaruh bahasa lain sehingga bahasa penerima akan tumbuh dan berkembang. Hal ini terjadi pada beberapa bahasa di wilayah pegunungan Arfak dan Manokwari, Papua Barat. Adaptasi linguistik terjadi karena adanya kontak bahasa antarpenutur bahasa di wilayah ini. Bahasa Biak, Mansinam, Hatam, dan Mansim Borai menjadi subjek penelitian ini. Dengan menggunakan metode leksikostatistik terhadap dua ratus kosakata keempat bahasa ini, diketahui hubungan kekerabatan setiap bahasa dengan bahasa lainnya. Perubahan-perubahan bunyi dari perangkat kata kognat atau kata yang diduga berasal dari bentuk yang sama diketahui telah terjadi adaptasi linguistik berupa proses perubahan bunyi sebagai akibat kontak bahasa. Adaptasi linguistik yang berupa protesis, epentesis, paragog, aferesis, sinkope, apokope, dan

173 Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:173—184

variasi bunyi ditemukan pada empat bahasa di wilayah sekitar Manokwari. Adaptasi linguistik terbanyak berturut-turut berupa variasi bunyi, protesis, aferesis, dan apokope. Persentase adaptasi linguistik tertinggi ditemukan pada bahasa Biak dan Mansinam serta antara bahasa Mansim Borai dan Hatam. Kata kunci: penutur, kontak bahasa, akulturasi, adaptasi linguistik

1. Pendahuluan Dalam kajiannya diuraikan relasi antara komunitas yang berbeda bahasa, yaitu Sasak, Sumbawa, 1.1 Latar Belakang dan Bali dengan memanfaatkan data kebahasaan. Perpindahan dan mobilisasi penduduk Hasilnya adalah terdapat kesepadanan antara seringkali memengaruhi perkembangan adaptasi linguistik dengan adaptasi sosial. Semakin penggunaan bahasa. Hal yang turut terjadi di tinggi adaptasi sosial yang tecermin pada tingginya antaranya adalah kedwibahasaan. Ketika adaptasi linguistik (baik dalam bentuk adopsi unsur perpindahan penduduk terjadi, kontak dan kebahasaan: fonologi, leksikon, gramatika, komunikasi dengan penduduk pribumi juga maupun berupa kemampuan beralih kode), terjadi. Oleh karena itu, sering juga terjadi kecenderungan masyarakat pluralis harmonilah penggunaan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa yang akan terbentuk; sebaliknya jika adaptasi penduduk pribumi dan bahasa pendatang. sosial rendah yang tecermin pada rendahnya Masyarakat Biak yang merupakan penutur adaptasi linguistik, tatanan kehidupan pluralis bahasa Biak di Papua karena “perpindahannya” disharmonilah yang terbetuk. ke Pulau Mansinam di wilayah Manokwari, Papua E.K. Damanik (2010) juga melakukan Barat, juga tidak terlepas dari kontak bahasa penelitian tentang bagaimana proses adaptasi dengan penutur bahasa lain. Sebagian penutur bahasa Karo, Batak Toba, dan Simalungun di bahasa di Manokwari, Pegunungan Arfak adalah Kabupaten Simalungun. Syarifuddin (2009) dalam penutur bahasa Hatam dan penutur Mansim tulisannya tentang adaptasi linguistik bahasa luar Borai. Adanya kontak yang lama antara Biak dan terhadap tradisi lisan masyarakat Bajo Manokwari juga membawa pengaruh terhadap menyatakan bahwa mantra magis nelayan Bajo kehidupan berbahasa antarpenutur bahasa ini, di Sumbawa berkaitan dengan budaya-budaya yaitu bahasa Biak, bahasa Mansinam, bahasa lain. Adaptasi linguistiklah yang menekankan Hatam, dan bahasa Mansim Borai. Hal-hal yang penyatuan dan perbedaan sekalipun dalam bentuk mungkin muncul akibat terjadinya kontak bahasa kata. tersebut antara lain adalah adaptasi linguistik. Adaptasi linguistik yang muncul dapat berupa 1.2 Masalah terjadinya beberapa jenis perubahan bunyi dan variasi bunyi pada bahasa-bahasa yang digunakan Masalah dalam kajian ini adalah sebagai oleh para penutur keempat bahasa ini. Perubahan berikut. (1) Bagaimana hubungan kekerabatan bunyi (pada kata kerabat) antarbahasa terjadi antara empat bahasa di Manokwari dan Arfak, karena terdapat hubungan kekerabatan yaitu bahasa Biak, Mansinam, Mansim Borai, dan antarbahasa dan juga karena adanya adaptasi Hatam? (2) Bagaimana wujud adaptasi linguistik linguistik sebagai akibat adanya kontak bahasa. atau jenis perubahan bunyi antarbahasa tersebut Weinreich (1970:5) menyebutkan bahwa karena adanya kontak bahasa? pengaruh bahasa lain ke bahasa tertentu merupakan difusi dan akulturasi budaya. 1.3 Tujuan Kajian tentang adaptasi lingusitik di Kajian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan antaranya pernah dilakukan oleh Mahsun (2006). hubungan kekerabatan antara bahasa Biak,

174 MUKHAMDANAH: ADAPTASI LINGUISTIK PADA BEBERAPA BAHASA ...

Mansinam, mansim Borai, dan Hatam pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan berdasarkan kelompok kata kognat dari dua menghitung persentase perangkat kognat. ratus kosakata dasar Swadesh dan (2) membuat Kosakata dasar menjadi dasar penghitungan ini. deskripsi adaptasi linguistik yang terjadi pada Oleh karena itu, untuk menentukan persentase beberapa bahasa di Manokwari dan wilayah perangkat kognat dari empat bahasa yang Pegunungan Arfak, Papua Barat berdasarkan menjadi objek kajian ini, yaitu bahasa Mansinam, kata kognat yang ditemukan. Biak, Hatam, dan Mansim Borai, dua ratus kosakata dasar Swadesh digunakan untuk dasar 1.4 Metode analisis. Pembahasan dilakukan berdasarkan teori Metode komparatif digunakan untuk perubahan kajian bunyi yang dikemukakan mengetahui hubungan kekerabatan empat bahasa Crowly dan Claire. Beberapa tipe perubahan yang menjadi objek kajian. Untuk menentukan bunyi yang dikemukakan Crowly dan Claire, apakah kata-kata dari bahasa yang dibandingkan yakni (a) lenisi (lenition) yang terdiri atas kognat atau bukan, digunakan acuan dari Crowly penghilangan gugus konsonan (cluster dan Claire. Hubungan kekerabatan antarbahasa reduction), apokope (apocope), sinkope yang menjadi objek kajian didasarkan atas (sincope), haplologi (haplology), aferesis, dan persentase kata kerabat dengan menggunakan kompresi (compression), (b) penambahan bunyi metode leksikostatistik. Sementara itu, metode (sound addition) yang terdiri atas anaptiksis, padan digunakan untuk menyejajarkan unsur- epentesis, dan protesis, (c) metatesis, (d) fusi, (e) unsur teranalisis, yakni kata-kata yang diduga asimilasi, dan (f) disimilasi. berasal dari bentuk kata yang sama atau dari Sejalan dengan Crowly dan Claire ada jenis- kognat yang sama (satu etimon). Dari jenis perubahan bunyi yang dikemukakan oleh perbandingan terhadap bunyi-bunyi atau fonem- Kridalaksana (1990). Jenis penambahan berupa fonem pembentuk kata dari empat bahasa, yaitu protesis (prothesis), yakni penambahan vokal bahasa Hatam, Mansim Morai, Mansinam, dan atau konsonan pada awal kata, epentesis Biak, diketahui bentuk-bentuk adaptasi linguistik (epenthesis), yaitu penyisipan bunyi atau huruf yang terjadi. ke dalam kata, terutama kata pinjaman untuk menyesuaikan dengan pola fonologis bahasa 2. Kerangka Teori peminjam; paragog (paragogue), yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk 2.1 Pengantar keindahan bunyi atau kemudahan lafal Crowley dan Claire (2010:78) menyatakan (Kridalaksana 1990:46). bahwa hubungan kekerabatan bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan metode 2.2 Bahasa-Bahasa di Pegunungan komparatif. Metode ini dapat dilakukan melalui Arfak dan Manokwari rekonstruksi dan korespondensi bunyi. Untuk menentukan apakah dua buah bentuk kata A. Bahasa Hatam merupakan kognat atau bukan, perlu diperhatikan Bahasa Hatam disebut juga dengan Hattam, dua buah kata yang hampir sama tersebut dalam Atam, Tinam, Miriei, Moi, Adihup, Uran, Borai, dua hal, yaitu bentuk dan makna. Jika dua buah atau Mansim (Dinas Kebudayaan, SIL, DAP, kata yang kita asumsikan merupakan perluasan BPS, 2006). Bahasa ini terdiri atas dialek Moi dari satu buah bentuk dan makna aslinya, dapat (Moire), Tinam, Miriei, Adihup, dan Uran. Pada dikatakan bahwa dua kata tersebut adalah kognat. tahun 1996 bahasa Hatam memiliki penutur Metode leksikostatistik digunakan untuk kurang lebih 16.000 orang di wilayah Kepala menetapkan hubungan kekerabatan bahasa. Burung Timur, Manikion sebelah timur laut, Metode leksikostatistik merupakan metode Manokwari sebelah selatan dan barat daya. 175 Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:173—184

Daerah-daerah yang merupakan wilayah tutur D. Bahasa Biak bahasa ini antara lain adalah Distrik Warmare, Bahasa Biak (Biak-Numfor, Noefoor, Ransiki, dan Oransbari. Bahasa ini Mafoor, Mefoor, Nufoor, Mafoorsch, dikelompokkan ke dalam kelas Papua Barat Myfoorsch, Noefoorsch) berada di Kepulauan (Dinas Kebudayaan, SIL, DAP, BPS, 2006:48). Biak dan Numfor ke arah utara dan banyak pulau- pulau kecil di Kepala Burung sebelah barat, B. Bahasa Mansim Borai termasuk Pulau Mapia. Pada tahun 2000 bahasa Bahasa Mansim Borai yang (pernah) ini mempunyai penutur sebanyak 30.000 (Dinas dituturkan di Kampung Andai dan Marippi, Distrik Kebudayaan, SIL, DAP, BPS, 2006:36). Bahasa Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat Biak mempunyai beberapa dialek, di antaranya termasuk bahasa yang berada pada tahap adalah dialek Ariom, Bo’o, Dwar, Fairi, Jenures, terancam punah. Bahasa ini dahulu digunakan di Sorendidori, Mapia, Rumberpon, Vogelkop, daerah pesisir di sekitar Manokwari, di Mofu, Padoa, dan Sorido. Beberapa orang semenanjung Kepala Burung Papua. Pada menganggap bahasa Biak dan bahasa Numfor informasi sebelumnya, Voorhoeve (1975:49, sebagai bahasa yang berbeda (Dinas 119), misalnya menyebutkan bahwa bahasa Kebudayaan, SIL, DAP, BPS, 2006:36). Bahasa Mansim disebut juga sebagai bahasa Borai. ini dikelompokkan ke dalam kelas Austronesia. Namun, dalam publikasi berikutnya, kata Borai tidak lagi disebutkan. Hal ini kemungkinan 3. Hasil dan Pembahasan disebabkan tidak ada lagi penutur yang dapat 3.1 Hubungan Kerabat Bahasa- ditemui. Pada pengumpulan data kegiatan Bahasa di Pegunungan Arfak dan Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa- Manokwari Bahasa Daerah, bahasa Mansim Borai ini ternyata tidak lagi dituturkan. Dinas Kebudayaan, SIL, Crowley dan Claire (2010:78) menyatakan DAP, BPS (2006) tidak menyebut adanya bahasa bahwa untuk mengetahui hubungan kekerabatan ini di Papua. bahasa dapat dilakukan metode komparatif. Beberapa orang menganggap bahasa Mansim Metode ini dapat dilakukan melalui rekonstruksi Borai kemungkinan mempunyai kaitan dengan dan korespondensi bunyi. bahasa Hatam. Bahasa Hatam sendiri juga diduga Untuk menentukan apakah dua buah bentuk ada kaitan dengan bahasa Biak karena adanya kata merupakan kognat atau bukan, perlu kontak yang lama antara Manokwari (sebagai diperhatikan dua buah kata yang hampir sama wilayah tutur bahasa Hatam) dengan Biak. tersebut dalam dua hal, yaitu bentuk dan makna. Jika dua buah kata yang kita asumsikan merupakan perluasan dari satu buah bentuk dan makna C. Bahasa Mansinam (Doreri) aslinya, dapat dikatakan bahwa dua kata tersebut Bahasa Mansinam di antaranya dituturkan adalah kognat. Untuk mengetahui kaitan atau oleh masyarakat di Pulau Mansinam, sekitar Teluk hubungan antara bahasa Mansim Borai dan Doreri, sekitar Manokwari, Papua Barat. Karena bahasa Hatam Mansinam serta Biak, telah terletak di Teluk Doreri, bahasa Mansinam sering dilakukan inventarisasi terhadap dua ratus juga disebut sebagai bahasa Doreri. Menurut kosakata dasar Swadesh. Dari dua ratus kosakata informasi kepala kampung di Pulau Mansinam, dasar Swadesh tersebut ditemukan beberapa masyarakat di Pulau Mansinam sebagian besar kosakata yang mempunyai kemiripan bentuk dan merupakan masyarakat yang mempunyai kaitan makna atau kognat. Hal ini dapat dilihat pada sejarah dengan masyarakat di Pulau Biak. Dinas Tabel 1 berikut. Kebudayaan, SIL, DAP, BPS (2006) tidak menyebutkan bahasa Mansinam.

176 MUKHAMDANAH: ADAPTASI LINGUISTIK PADA BEBERAPA BAHASA ...

Tabel 1 Kosakata Bahasa Mansim Borai, Hatam, Mansinam, dan Biak Berdasarkan Kata Kognat (Kata Kerabat) No. Bahasa Mansim Bahasa Bahasa Bahasa Konsep/ Borai Hatam Mansinam Biak Makna 1. [war] [~nE] [wayer] [war] ‘air’ 2. - [nEgawa] [rares] [rarEs] ‘akar’ 3. [amenai] [ne] [rosairi] [asariri] ‘apa’ 4. [om] [so:ma] [for] [apyam] [far] ‘api’ 5. [pom] - [ipium] [ipiOm] ‘baik’ 6. [kunuon] [andi] [kokun] [warap] ‘bakar’ 7. [wamam] [mak] [sa:ma] [antaruwa] [ma?] ‘bintang’ 8. [buGa] [buGgana ] [pampen] [pampEn] ‘bunga’ 9. [k|nay] [k|ney] [piyumba] [ibieba] ‘buruk’ 10. [wa?] [sa:ba] [man] [man] ‘burung’ 11. [waren] [pOG] [warbeba] [war ikrai] ‘danau’ 12. [yan] [can] [suru] [suru] ‘dua’ 13. [suwam] [aiyuEm] [kokaen] [kwayin] ‘duduk’ 14. [tar] [tay] [fiyak] [fyak] ‘empat’ 15. [nan] [nani] [au] [au] ‘engkau’ 16. [G|sai] [ati] [kouba] [bai] ‘gali’ 17. [waren] [waruo] [binEG] [keru masen] [masEn] ‘garam’ 18. [G|kam] [axam] [korar ] [warar] ‘garuk’ 19. [wou] [n|ju] [bon] [bon] ‘gunung’ 20. [wap] [awa:ba] [snO] [snani] ‘hidung’ 21. [Gguwot ] [aGot] [kofes] [iyawE?] ‘ikat’ 22. [ini] [g|ni] [orn ] [ine] ‘ini’ 23. [dinim] [anEm] [biyen] [mbEsna] ‘isteri’ 24. [inu] [g|nu ] [oruwa] [iwa] ‘itu’ 25. [G|nap] [anab] [kosapsip] [isapsip ‘jahit’ 26. [tanen] [teG] [biGguwayen][suwaef] [biGwan] [suaf] ‘jauh’ 27. [nan] [nani] [mGgo] [au] ‘kamu’ 28. [d|mo] [andecom] [warkaku][barkaku] [warkaku] ‘kanan’ 29. [d|kik] [n|Gkek] [rip] [kif] ‘kulit’ 30. [d|mem] [n|mem] [uk] [bEnu? ‘kutu’ 31. [waren] [mo:ga] [soren] [bondae] ‘laut’ 32. [musoai] [sui] [rim] [rim] ‘lima’ 33. [mor] [mu:n] [rop] [rou] ‘malam’ 34. [n|ndoya] [doya] [kodisen] [disEn] ‘nyanyi’ 35. [way ] [jey] [ikuayen] [ikwan ] ‘panjang’ 36. [krau ] [akrau] [uyef] [wakif] [ikife] ‘pegang’ 37. [tuo ] [ato:t] [kokaruk] [koporem] [kyaruk] [waruk] ‘potong’ 38. [buoda] [abow] [snomburayem] [pik] ‘rambut’ 39. [wom] [gom] [oser] [osEr] ‘satu’ 40. [dan ] [da:ni] [aya] [ayak] ‘saya’ 41. [ba:] [wa:] [ba:ba] [abra] [kabrai] ‘tali’

Berdasarkan Tabel 1, dari dua ratus tersebut adalah kosakata atau berian untuk kosakata dasar Swadesh dalam bahasa Hatam konsep apa, buruk, burung, dua, duduk, yang dibandingkan, sebanyak tujuh belas empat, engkau, garuk, hidung, ikat, ini, isteri, kosakata mempunyai kemiripan atau diduga itu, jahit, kamu, kanan, dan kutu. Ketujuh belas sebagai kata berkerabat dengan kosakata bahasa kosakata tersebut ditampilkan pada Tabel 2 Mansim Borai. Ketujuh belas kata kognat berikut.

177 Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:173—184

Tabel 2 Kosakata Bahasa Mansim Borai dan Bahasa Hatam yang Dianggap dari Kata Seasal

No. Bahasa Mansim Bahasa Hatam Konsep/Makna Perubahan Bunyi Borai 1. [amenai] [ne] ‘apa’ protesis 2. [k|nay] [k|ney] ‘buruk’ variasi bunyi 3. [wa?] [sa:ba] ‘burung’ aferesis 4. [yan] [can] ‘dua’ variasi bunyi 5. [suwam] [aiyuEm] ‘duduk’ variasi bunyi 6. [tar] [tay] ‘empat’ variasi bunyi 7. [nan] [nani] ‘engkau’ apokope 8. [G|kam] [axam] ‘garuk’ protesis 9. [wap] [awa:ba] ‘hidung’ aferesis, variasi bunyi 10. [Gguwot ] [aGot] ‘ikat’ variasi bunyi 11. [ini] [g|ni] ‘ini’ aferesis 12. [dinim] [anEm] ‘isteri’ protesis 13. [inu] [g|nu ] ‘itu’ aferesis 14. [G|nap] [anab] ‘jahit’ protesis 15. [d|mem] [n|mem] ‘kutu’ variasi bunyi 16. [d|mo] [andecom] ‘kamu’ variasi bunyi 17. [nan] [nani] ‘kanan’ apokope

Berdasarkan Tabel 2, bahasa Mansim Borai Kosakata bahasa Mansim Borai dan bahasa dan bahasa Hatam mempunyai persamaan kognat Mansinam yang dianggap berasal dari kognat sebesar 8,5% (17:200) x 100%). yang sama (kata seasal) disajikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Kosakata Bahasa Mansim Borai dan Bahasa Mansinam yang Dianggap dari Kata Seasal No. Bahasa Mansim Borai Bahasa Mansinam Konsep/Makna Perubahan Bunyi 1. [war] [wayer] ‘air’ sinkope 2. [pom] [ipium] ‘baik’ aferesis 3. [waren] [war beba] ‘danau’ - 4. [waren] [soren] ‘laut’ variasi bunyi

Berdasarkan Tabel 3, bahasa Mansim Borai kata yang dianggap berasal dari kognat yang sama dan bahasa Mansinam mempunyai persamaan dari dua ratus kata yang dibandingkan. kognat sebesar 2% (4:200) x 100%). Hal ini Kosakata bahasa Mansim Borai dan bahasa menunjukkan bahwa hanya terdapat tiga buah Biak yang dianggap berasal dari kata seasal ditampilkan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Kosakata Bahasa Mansim Borai dan Bahasa Biak yang Dianggap dari Kata Seasal No. Bahasa Mansim Borai Bahasa Biak Konsep/Makna Perubahan Bunyi 1. [war] [war] ‘air’ - 2. [pom] [ipiOm] ‘baik’ aferesis 3. [wamam] [mak] [ma?] ‘bintang’ variasi bunyi 4. [waren] [war ikrai] ‘danau’ - 5. [ini] [ine] ‘ini’ variasi bunyi

Berdasarkan Tabel 4, bahasa Mansim Borai atau tidaknya relasi antara bahasa Mansinam dan bahasa Biak mempunyai persamaan kognat dengan bahasa Biak ditampilkan pada Tabel 5 sebesar 2% (4:200) x 100%). Sementara itu, ada berikut.

178 MUKHAMDANAH: ADAPTASI LINGUISTIK PADA BEBERAPA BAHASA ...

Tabel 5 Kosakata Bahasa Mansinam dan Bahasa Biak yang Dianggap dari Kata Seasal No. Bahasa Mansinam Bahasa Biak Konsep/Makna Perubahan Bunyi 1. [wayer] [war] ‘air’ - 2. [rares] [rarEs] ‘akar’ variasi bunyi 3. [rosairi] [asariri] ‘apa’ protesis, sinkope 4. [for] [apyam] [far] ‘api’ variasi bunyi 5. [ipium] [ipiOm] ‘baik’ variasi bunyi 6. [pampen] [pampEn] ‘bunga’ variasi bunyi 7. [piyumba] [ibieba] ‘buruk’ variasi bunyi 8. [man] [man] ‘burung’ - 9. [war beba] [war ikrai] ‘danau’ - 10. [suru] [suru] ‘dua’ - 11. [kokaen] [kwayin] ‘duduk’ variasi bunyi 12. [fiyak] [fyak] ‘empat’ variasi bunyi 13. [au] [au] ‘engkau’ - 14. [keru masen] [masEn] ‘garam’ variasi bunyi 15. [korar ] [warar] ‘garuk’ variasi bunyi 16. [bon] [bon] ‘gunung’ - 17. [snO] [snani] ‘hidung’ apokope 18. [oruwa] [iwa] ‘itu’ protesis 19. [kosapsip] [isapsip ‘jahit’ protesis, variasi bunyi 20. [biGguwayen][suwaef] [suaf].[biGwan] ‘jauh’ epentesis 21. [warkaku] [barkaku] [warkaku] ‘kanan’ variasi bunyi 22. [rim] [rim] ‘lima’ - 23. [kodisen] [disEn] ‘nyanyi’ protesis, varisi bunyi 24. [ikuayen] [ikwan ] ‘panjang’ variasi bunyi 25. [kokaruk] [koporem] [kyaruk] [waruk] ‘potong’ variasi bunyi, protesis 26. [oser] [osEr] ‘satu’ variasi bunyi 27. [aya] [ayak] ‘saya’ variasi bunyi 28. [abra] [kabrai] ‘tali’ aferesis

Berdasarkan Tabel 5, bahasa Mansinam dan (0:200) x 100%). Dengan demikian dapat bahasa Biak mempunyai persamaan kognat dikatakan bahwa antara bahasa Hatam dan sebesar 14% (28:200) x 100%). Sementara itu, bahasa Mansinam tidak ada relasi sama sekali. relasi antara bahasa Mansinam dan bahasa Hatam Persamaaan kognat antara bahasa Biak dan berdasarkan kata kognat adalah sebesar 0% bahasa Hatam disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Kosakata Bahasa Biak dan Bahasa Hatam yang Dianggap dari Kata Seasal No. Bahasa Biak Bahasa Hatam Konsep/Makna Perubahan Bunyi 1. [ine] [g|ni] ‘ini’ aferesis 2. [ma?] [sa:ma] ‘bintang’ aferesis

Berdasarkan Tabel 6, bahasa Biak dan Hal yang berbeda terjadi antara bahasa Biak dan bahasa Hatam mempunyai persamaan kognat bahasa Mansinam yang dapat dilihat pada tabel sebesar 1% (2:200) x 100%). Persentase kognat berikut. antara kosakata bahasa Biak dan Hatam kecil. Tabel 7 Kosakata Bahasa Biak dan Bahasa Mansinam yang Dianggap dari Kata Seasal No. Bahasa Biak Bahasa Mansinam Konsep/Makna Perubahan Bunyi 1. [war] [wayer] ‘air’ sinkope 2. [rarEs] [rares] ‘akar’ variasi bunyi 3. [asariri] [rosairi] ‘apa’ variasi bunyi dan aferesis 4. [apyam] [far] [for] ‘api’ variasi bunyi

179 Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:173—184

5. [ipiOm] [ipium] ‘baik’ variasi bunyi 6. [pampEn] [pampen] ‘bunga’ variasi bunyi 7. [ibieba] [piyumba] ‘buruk’ variasi bunyi 8. [man] [man] ‘burung’ - 9. [war ikrai] [war beba] ‘danau’ - 10. [suru] [suru] ‘dua’ - 11. [kwayin] [kokaen] ‘duduk’ variasi bunyi 12. [fyak] [fiyak] ‘empat’ sinkope 13. [au] [au] ‘engkau’ - 14. [masEn] [keru masen] ‘garam’ variasi bunyi 15. [warar] [korar ] ‘garuk’ variasi bunyi 16. [bon] [bon] ‘gunung’ - 17. [snani] [snO] ‘hidung’ paragog 18. [iwa] [oruwa] ‘itu’ aferesis 19. [isapsip [kosapsip] ‘jahit’ aferesis 20. [suaf].[biGwan] [biGguwayen][suwaef] ‘jauh’ sinkope 21. [warkaku] [warkaku] [barkaku] ‘kanan’ variasi bunyi 22. [rim] [rim] ‘lima’ - 23. [disEn] [kodisen] ‘nyanyi’ aferesis 24. [ikwan ] [ikuayen] ‘panjang’ variasi bunyi 25. [kyaruk][waruk] [kokaruk] [koporem] ‘potong’ aferesis 26. [osEr] [oser] ‘satu’ variasi bunyi 27. [ayak] [aya] ‘saya’ variasi bunyi 28. [kabrai] [abra] ‘tali’ protesis

Berdasarkan Tabel 7, bahasa Biak dan Perangkat kata kognat yang ditemukan bahasa Mansinam mempunyai persamaan kognat antara bahasa Biak dan bahasa Mansim Borai sebesar 14% (28:200) x 100%). ditampilkan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Kosakata Bahasa Biak dan Bahasa Mansim Borai yang Dianggap dari Kata Seasal No. Bahasa Biak Bahasa Mansim Borai Konsep/Makna Perubahan Bunyi 1. [war] [war] ‘air’ - 2. [ipiOm] [pom] ‘baik’ protesis 3. [ma?] [wamam] [mak] ‘bintang’ variasi bunyi 4. [war ikrai] [waren] ‘danau’ aferesis 5. [ini] [ine] ‘ini’ variasi bunyi

Berdasarkan Tabel 8, bahasa Biak dan Tabel 9 Kosakata Bahasa Biak dengan Bahasa bahasa Mansim Borai mempunyai persamaan Lain yang Berasal dari Satu Etimon kognat sebesar 3%, yaitu (5:200) x 100%). Perubahan bunyi yang ditemukan adalah protesis, aferesis, dan varasi bunyi. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kedekatan antarbahasa di Arfak dan Manokwari, berikut disajikan tabel kosakata bahasa Biak dengan bahasa lain, yaitu bahasa Mansim Borai, Mansinam, dan Hatam yang dicurigai atau diduga Berdasarkan Tabel 9, bahasa Biak mempunyai berasal dari satu kognat atau kognat yang sama. hubungan paling dekat dengan bahasa Mansinam. Hal

180 MUKHAMDANAH: ADAPTASI LINGUISTIK PADA BEBERAPA BAHASA ... ini dibuktikan dengan tingginya persentase kata kognat Bahasa Mansinam mempunyai hubungan antara bahasa Biak dan bahasa Mansinam jika kerabat dengan dengan bahasa Biak yang lebih dibandingkan dengan bahasa lain. Bahasa Biak hanya dekat jika dibandingkan dengan bahasa Mansim mempunyai 3% kata kognat dengan bahasa Mansim Borai dan bahasa Hatam. Sebesar 14% kata Borai dan 1% dengan bahasa bahasa Hatam. kognat ditemukan antara bahasa Mansinam Bahasa Hatam yang dituturkan di wilayah dengan bahasa Biak. Sementara itu, persentase Pegunungan Arfak mempunyai kedekatan dengan kata kognat antara bahasa Mansinam dengan bahasa Mansim Borai yang juga mempunyai bahasa Mansim Borai hanya sebesar 2%. wilayah tutur yang sama. Hal ini ditunjukkan Adanya hubungan yang dekat antara bahasa dengan persentase kata kerabat sebesar 9%, Biak dengan bahasa Mansinam bisa jadi seperti ditampilkan pada Tabel 10 berikut. disebabkan hubungan yang dekat antara Biak dan Tabel 10 Kosakata Bahasa Hatam dengan Mansinam. Bahkan, sebagian besar penduduk Bahasa Lain yang Berasal dari Satu Etimon Mansinam mempunyai hubungan kekeluargaan dengan orang-orang Biak. Sementara itu, bahasa Mansim Borai mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan bahasa Hatam jika dibandingkan dengan bahasa Mansinam dan bahasa Biak. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 12 berikut.

Hubungan yang sangat jauh ditunjukkan Tabel 12 Kosakata Bahasa Mansim Borai dengan Bahasa Lain yang Berasal dari Satu Etimon dengan kecilnya persentase kata kerabat antara bahasa Hatam dengan bahasa Biak. Persentasenya hanya sebesar 1%. Sementara itu, bahasa Hatam bahkan tidak mempunyai hubungan kerabat dengan bahasa Mansinam. Ketidakadaan hubungan ini ditunjukkan dengan angka 0%. Artinya adalah tidak ada satu pun kosakata bahasa Hatam yang berasal dari kognat yang sama. Persentase kata kerabat yang lebih kecil Bahasa Mansinam yang mempunyai wilayah antara bahasa Mansim Borai dengan bahasa Biak tutur di Pulau Mansinam, Manokwari mempunyai dan bahasa Mansinam kemungkinan disebabkan hubungan kekerabatan dengan bahasa Biak. Hal wilayah tutur atau wilayah pakai antarbahasa ini ini ditunjukkan dengan adanya atau ditemukannya cukup jauh. Dengan demikian, hubungan sebanyak 9% kata yang diduga berasal dari antarmasyarakat penuturnya juga relatif lebih kognat yang sama antara bahasa Mansinam jarang. Tidak adanya atau kecilnya mobilitas dengan bahasa Biak. Hubungan kerabat antara antarpenutur bahasa ini menyebabkan kontak bahasa Mansinam dengan bahasa Biak dan bahasa yang terjalin juga kecil. bahasa di wilayah pegunungan Arfak disajikan pada Tabel 11 berikut. 3.2 Perubahan Bunyi sebagai Wujud Tabel 11 Kosakata Bahasa Mansinam dengan Adaptasi Linguistik pada Bahasa- Bahasa Lain yang Berasal dari Satu Etimon Bahasa di Sekitar Pegunungan Arfak dan Manokwari Perubahan bunyi yang ditemukan berdasarkan Tabel 2 adalah protesis, aferesis, apokope, dan variasi bunyi.

181 Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:173—184

A. Protesis muncul bukan karena persyaratan linguistik Protesis merupakan perubahan bunyi yang tertentu. Oleh karena itu, data yang menyangkut berupa penambahan bunyi pada awal kata. perubahan bunyi yang berupa variasi terbatas Contoh protesis pada bahasa Mansim Borai pada satu atau dua buah contoh saja. adalah penambahan bunyi [d] di awal kata pada Bentuk /kenay//keney/ ‘buruk’ dapat [denim] dari [anem] ‘istri’ dijelaskan bahwa a~e/-K#. Artinya, fonem /a/ [denim] [anem] ‘istri’. bervariasi dengan /e/ sebelum fonem /y/ pada Perubahan bentuk di atas dapat dijelaskan posisi akhir kata sebagai berikut. Bentuk /denim/ mendapat /kenay/ /keney/ ‘buruk’. tambahan bunyi [d] di awal kata. Oleh karena Variasi bunyi yang lain ditemukan juga pada itu, bentuk [anem] menjadi [danem]. Bunyi vokal bentuk berikut: rendah [a] dan [e] berubah menjadi vokal tinggi, /yan/ /can/ ‘dua’ sehingga [danem] [denim]. /demem/ /nemem/ ‘kutu’. Pada bentuk [G|nap], terjadi penambahan Pada bentuk /yan/ /can/, bunyi [y] bunyi [G] pada [anab] dan [axam]. Hal ini dapat bervariasi dengan bunyi [c] di awal kata, [y]~[c]/ dilihat pada bentuk berikut: -#. Artinya, [y] pada bahasa Mansim Borai [G|nap] [anab] ‘jahit’ bervariasi menjadi [c] pada awal kata pada [G|kam] [axam] ‘garuk’. bahasa Hatam. Sementara itu, pada bentuk / Berdasarkan bentuk-bentuk di atas, dapat demem/ /nemem/ ‘kutu’, bunyi [d] bervariasi dikatakan bahwa terjadi proses aferesis dalam dengan bunyi [n] pada awal kata. bahasa Mansim Borai terhadap bahasa Hatam Perubahan-perubahan bunyi yang terjadi sekaligus terjadi variasi bunyi. antara bahasa Mansim Borai dan bahasa Hatam sebagian besar berupa variasi bunyi. Hal ini dapat B. Aferesis dilihat pada tabel berikut. Tabel 13 Perubahan Bunyi antara Bahasa Aferesis merupakan penghilangan bunyi Mansim Borai dan Bahasa Hatam pada awal kata. Pada bahasa Mansim Borai, aferesis ditemukan pada bentuk berikut. [wa?] [sa:ba] ‘burung’ [inu] [g|nu ] ‘itu’.

C. Apokope Proses lainnya yang ditemukan selain aferesis adalah penghilangan bunyi di akhir kata. Proses ini ditemukan pada bentuk berikut: [nan] [nani] ‘engkau’, ‘kanan’. Pada bentuk [nan] telah terjadi penghilangan Berdasarkan Tabel 13, perubahan bunyi bunyi [i] pada akhir kata, yaitu dari bentuk yang lebih antara bahasa Mansim Borai dan bahasa Hatam, lengkap [nani] menjadi [nan] ‘engkau’ dan ‘kanan’. hanya berupa protesis, yaitu penambahan bunyi di awal kata. Sementara itu, epentesis dan paragog tidak ditemukan. D. Variasi Bunyi Selain itu, perubahan bunyi yang ditemukan yang Bynon (1979) dan Saussure (1988) dalam berupa penghilangan bunyi adalah aferesis dan Mahsun (1995:34) menyatakan bahwa perubahan apokope; sinkope tidak ditemukan. Proses perubahan bunyi yang berupa variasi, dari segi linguistik, bunyi yang paling banyak terjadi adalah variasi bunyi.

182 MUKHAMDANAH: ADAPTASI LINGUISTIK PADA BEBERAPA BAHASA ...

Bahasa Mansim Borai dan bahasa Mansinam Perubahan bunyi yang berupa variasi bunyi memiliki adaptasi yang paling kecil; adaptasi masih menduduki peringkat pertama pada bahasa linguistik berupa perubahan bunyi yang terjadi Biak jika dibandingkan dengan bahasa Mansinam. antara kedua bahasa tersebut adalah sinkope, Sementara itu, jika pada bahasa Biak lebih banyak aferesis, dan variasi bunyi. Dengan demikian, terjadi aferesis (di samping variasi bunyi), pada dapat dikatakan bahwa proses penambahan bunyi bahasa Mansinam yang terjadi adalah sebaliknya, dan penghilangan bunyi sama-sama ditemukan protesis lebih banyak ditemukan antara bahasa Mansim Borai dan bahasa Mansinam. Selain itu, variasi bunyi juga ditemukan 4. Penutup meskipun hanya terdapat pada satu kata. Perubahan bunyi yang terjadi antara bahasa 4.1 Simpulan Mansinam dan bahasa Biak berdasarkan Tabel Berdasarkan hasil dan pembahasan adaptasi 14 adalah sebagai berikut. linguistik bahasa-bahasa di sekitar Arfak dan Tabel 14 Perubahan Bunyi antara Bahasa Manokwari, yaitu bahasa Hatam, bahasa Biak, Mansinam dan Bahasa Biak bahasa Mansinam, dan bahasa Mansim Borai, terdapat 24 buah kata yang diduga berasal dari bentuk yang sama atau kata kognat. Keempat bahasa tersebut ditalihubungkan dengan persentase kata kognat yang besarnya bervariasi serta jenis perubahan bunyi yang berbeda berdasarkan kontak bahasa yang terjadi di antara empat bahasa ini. 1. Bahasa Biak mempunyai persentase kata kognat yang paling tinggi dengan bahasa Mansinam dan terendah dengan bahasa Berdasarkan Tabel 14, proses perubahan Hatam. bunyi yang paling banyak terjadi adalah variasi 2. Bahasa Hatam ditalihubungkan dengan bunyi, lalu penambahan bunyi di awal kata persentase tertinggi dengan bahasa Mansim. (protesis). Epentesis, aferesis, sinkope, dan Sebaliknya, dengan bahasa Biak, tidak ada apokope terjadi, tetapi dengan jumlah yang kecil kata berkerabat. sekali. Sementara itu, aferesis tidak ditemukan 3. Bahasa Mansinam ditalihubungkan oleh antara bahasa Mansinam dan bahasa Biak. persentase kata kognat tertinggi dengan Perubahan bunyi yang terjadi antara bahasa bahasa Biak dan terendah dengan bahasa Mansinam dan bahasa Biak ditampilkan pada Hatam. Tabel 15 berikut. 4. Bahasa Mansim Borai ditalihubungkan Tabel 15 Perubahan Bunyi antara Bahasa Biak dengan persentase kata kognat atau kerabat dan Bahasa Mansinam tertinggi dengan bahasa Hatam dan terendah dengan Mansinam. 5. Adaptasi linguistik yang ditemukan pada bahasa Mansinam dan bahasa Biak yang paling banyak terjadi adalah berupa variasi bunyi, lalu diikuti penambahan bunyi di awal kata (protesis). Proses lain yang berupa epentesis, aferesis, sinkope, dan apokope terjadi, tetapi dengan jumlah kecil sekali. Sementara itu, aferesis tidak ditemukan.

183 Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:173—184

6. Adaptasi linguistik yang ditemukan pada Borai; apokope ditemukan pada bahasa bahasa Mansim Borai dan bahasa Hatam Mansim Borai dan Hatam, serta antara yang paling banyak terjadi adalah berupa bahasa Mansinam dan Biak. Adaptasi variasi bunyi, lalu diikuti penambahan bunyi linguistik terbanyak ditemukan antara bahasa di awal kata (protesis), aferesis, dan Hatam dan bahasa Mansinam. apokope. Sementara itu, epentesis, paragog, dan sinkope tidak ditemukan. 4.2 Saran 7. Adaptasi linguistik berupa variasi bunyi ditemukan pada bahasa Mansinam dan Biak, Perlu dilakukan kajian lanjutan yang Biak dan Mansinam, Mansim Borai dan dikaitkan dengan faktor-faktor sosial sehingga Hatam, serta Mansim Borai dan Mansinam; diketahui bagaimana adaptasi sosial para penutur protesis ditemukan pada bahasa Mansinam bahasa yang berbeda. Hasil kajian ini nantinya dan Biak, Mansim Borai dan Hatam, serta diharapkan dapat memberikan gambaran Biak dan Mansinam; aferesis, ditemukan adaptasi sosial dan upaya-upaya yang dapat pada bahasa Biak dan Mansim Borai, dilakukan untuk menangani konflik yang terjadi Mansim Borai dan Hatam, Mansim Borai pada suku-suku (penutur bahasa) yang berbeda dan Mansinam, serta Biak dan Mansim yang sering terjadi, khususnya di Papua.

Daftar Pustaka Crowley, Terry dan Claire Bowern. 2010. An Introduction to Historical Linguistics. Auckland: Oxford University Press. Damanik, E.K. 2010. “Adaptasi Budaya pada Masyarakat Saribudolok: Kasus Proses Adaptasi Bahasa Batak Toba, Karo, dan Simalungun”. Skripsi Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatrera Utara. Dinas Kebudayaan, SIL, DAP, BPS. 2006. “Peta Suku Bangsa di Papua”. Hadi, Syamsul et al. 2003. “Perubahan Fonologis Kata-Kata Serapan dari Bahasa Arab dalam Bahasa ” Dalam Humaniora, Vol. 15, Nomor 2, Juni 2003, Hal. 121—132. Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres. Mahsun, 2006. Bahasa dan Relasi Sosial: Telaah Kesepadanan Adaptasi Linguistik dengan Adaptasi Sosial. Yogyakarta: Gama Media. Mahsun, 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syarifuddin. 2009. “Adaptasi Linguistik Bahasa Luar terhadap Tradisi Lisan (Mantra) Masyarakat Bajo: Sebuah Transformasi Budaya Tertutup ke Budaya Terbuka”. Dalam http:// publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/1241. Diakses 27 Desember 2014. Voorhoeve, C. L. 1975. Languages of Irian Jaya. Dalam http://www.papuaweb.org/dlib/bk/pl/B31/ _toc.html. Diakses pada 10 April 2012. Weinreich, Uriel. 1970. Languages in Contact: Finding and Problems. The Hague: Mouton.

184