SELOKA 6 (2) (2017)

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka

Ekspresi Cinta dan Citra Religius dalam Novel Atheis Karya Achdiat Kartamihardja

Hildan Udayana1  dan Bambang Indiatmoko2

1 SMA Negeri 1 Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah 2 Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Ekspresi Cinta dan Citra religius menjadi sebuah kajian menarik dalam sebuah telaah novel, Diterima: didalamnya kita tidak hanya menemukan satu nilai saja, tetapi bermacam-macam nilai yang Maret 2017 disampaikan oleh pengarangnya. Melalui cerita dan tingkah laku para tokoh, pembaca dapat Disetujui: mengambil hikmah dari pesan-pesan cinta dan spiritual yang disampaikan. Fokus penelitian Juni 2017 ini adalah persepsi cinta dan citra religius. Sumber data dalam penelitian ini adalah kutipan Dipublikasikan: dan dialog dalam novel. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, observasi dan Agustus 2017 catat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang bukan berdasarkan ______angka-angka tetapi kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang dikaji secara Keywords: empiris terhadap novel Atheis. Hasil penelitian ini adalah (1) ekspresi cinta yang terdapat psikologi sastra, dalam novel Atheis adalah keintiman, gairah, komitmen, liking, infatuated love, romantic love, ekspresi cinta, kemesraan, kesucian cinta, saling memberi, saling membantu, perhatian dan saling citra religius melengkapi; (2) citra religius dalam Novel Atheis Karya Achdiat Kartamihardja terdiri dari ______dimensi transenden, makna dan tujuan hidup, misi hidup, kesakralan hidup, nilai-nilai material, altruisme, idealisme, dan buah dari spiritual.

Abstract ______Expression of Love and religious imagery became an interesting study in a novel study, in this case we not only find a single value, but a variety of value delivered by the author. Through stories and behavior of the characters, the reader should be able to take lessons from the messages, there are about love and spiritual imagery. The focus of this study is the expressions of love and religious imagery. The data source is an excerpt of this research and dialogue in the novel. The data collection was done by using literature, observation, and record. This study uses a qualitative method, a method that is not based on the figures but the depth of the understanding of the interaction between concepts studied empirically to Atheis novel. From the results of the study concluded that (1) the perception of love contained in this novel is the intimacy, passion, commitment, liking, infatuated love, romantic love, romance, sanctity of love, take adn give, help each other, care and complementary; (2) the religious imagery in Atheis novel consists of the transcendent dimension, meanings and purpose of life, the mission of life, sanctity of life, material values, altruism, idealism, and the result of spiritualism.

2017 Universitas Negeri Semarang

 Alamat korespondensi: p-ISSN 2301-6744 Jl. Raya Sawangan-Doro RT.03/RW.01, e-ISSN 2502-4493 Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (51191) E-mail: [email protected]

218 Hildan Udayana dan Bambang Indiatmoko / SELOKA 6 (2) (2017) : 218 - 225

PENDAHULUAN sebuah karya sastra, sering ditampilkan berbagai watak dan perilaku yang terkait dengan Karya sastra merupakan hasil dari curahan pengalaman psikologis yang dialami oleh perasaan sentimental dan abstraksi dari sebuah manusia dalam kehidupan nyata melalui tokoh- semesta kejiwaan, baik melalui kesadaran tokohnya (Minderop, 2010). Psikologi sastra maupun alam bawah sadar untuk memahami memberikan perhatian pada masalah yang kehidupan manusia. Dalam merefleksikan berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh- fenomena kejiwaan tersebut, terdapat indikasi tokoh yang fiksional yang terkandung dalam merekam gejolak-gejolak batin sebelum direkam sastra (Tampang, 2013). Aspek-aspek dalam suatu karya sastra. Gejolak batin hadir kemanusiaan inilah yang merupakan objek pada tingkah laku tokoh didalam suatu karya utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam sastra, kemudian direkam dalam sebuah struktur diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan narasi sebagai sebuah fenomena sosial yang dan diinvestasikan. Hal ini tidak terlepas dari mengandung unsur seni kreatif dengan pandangan dualisme yang menyatakan bahwa menggunakan bahasa sebagai medium manusia pada dasarnya terdiri atas jiwa dan raga. utamanya. Melalui penggunaan bahasa inilah Psikologi sastra juga merupakan studi proses lahir sebuah karya yang tercipta dari akal, kreatif dan menelaah tentang tipe, hukum-hukum pemikiran, dan imajinasi manusia, yang psikologi yang diterapkan pada karya sastra. memberikan hiburan dan disampaikan dengan Sejalan dengan itu, psikologi sastra juga bahasa yang unik, indah dan artistik serta mempelajari dampak sastra bagi para pembaca. mendukung nilai-nilai kehidupan, cinta dan Oleh karena itu, kajian psikologi sastra dapat ajaran moral sehingga mampu menggugah membantu peneliti dalam meninjau karya sastra pengalaman, kesadaran moral, spiritual dan agar menjajaki pola-pola yang belum terjamah emosional pembaca. Fenomena yang diangkat sebelumnya sehingga hasilnya merupakan dalam karya sastra meliputi hampir segala aspek kebenaran yang mempunyai nilai-nilai artistik kehidupan yang dialami oleh masyarakat (Akbar, yang dapat menambah koherensi dan 2013). Karya sastra menampilkan realitas kompleksitas karya sastra tersebut (Saraswati, kehidupan manusia agar manusia 2014), di samping pentingnya wawasan mengidentifikasikan dirinya dalam menciptakan pengarang dalam pskologi penting artinya dalam kehidupan yang lebih bermakna, selain itu juga membangun karakter tokoh rekaannya (Wulan, menggambarkan dan membahas kehidupan 2013). dengan segala macam pikiran manusia, meliputi Ekspresi Cinta lahir sebagai sebuah realitas masalah manusia, kehidupannya dengan segala kehidupan, kehadirannya menjadikan sebuah perasaan, pikiran dan pandangan kehidupan gairah sekaligus permasalahan sebagaimana ketika sastra tersebut dilahirkan (Fahmi, 2015). kehidupan itu sendiri. Cinta adalah berbagai Karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong perasaan yang berbeda, pernyataan, dan sikap budaya (S.Wulandari, 2014). Karya sastra yang berkisar dari kasih sayang (Wattimena, berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah 2014). Hal tersebut dapat merujuk pada emosi besar kejadian-kejadian yang telah dari daya tarik yang kuat dan kasih sayang dikerangkakan dalam pola-pola kreativitas dan pribadi. Hal ini juga bisa menjadi kebajikan imajinasi, namun demikian karya sastra tidak mewakili kebaikan manusia, kasih sayang, dan pernah secara utuh menjiplak kehidupan kasih sayang perhatian kesetiaan dan kebaikan (Rochman, 2013). hati yang tidak mementingkan diri demi kebaikan Psikologi dan sastra memiliki hubungan orang lain. Juga dapat menjelaskan tindakan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari yang penuh kasih sayang terhadap manusia lain, keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam diri seseorang binatang atau tumbuhan. Karya psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra yang membahas tentang cinta memiliki sastra bersifat imajinatif (Paradida, 2013). Dalam banyak peminat karena cinta seakan konsumsi

219 Hildan Udayana dan Bambang Indiatmoko / SELOKA 6 (2) (2017) : 218 - 225

bagi semua golongan (Simangungsong, 2015). (Machmud, 2015). Berbicara tentang pesan- Cinta lahir ketika dua insan manusia saling pesan spiritual, tentu saja kita juga percaya dan saling menjaga kesetiaannya karena mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari. tanpa keduanya cinta tidak dapat berjalan dengan Seseorang yang mengutamakan nilai spiritualnya baik. Kesetiaan manusia yang diberikan Tuhan biasanya merasa dekat dan takut pada Sang yaitu untuk saling menyayangi, menjaga, dan Pencipta, dekat dengan alam, dan merasa dekat menghormati. Kejujuran dan kesetiaan akan dengan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan atau mempererat hubungan antar sesama manusia sosok transenden (di luar akal manusia) (Ginanti, sebagai makhluk sosial. Setiap orang mempunyai 2015). Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya pandangan berbeda tentang cinta, sehingga harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. banyak cerita cinta yang tercipta. Pemahaman Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita setiap orang tentang cinta akan selalu berbeda tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan dengan pengalaman, latar belakang, dan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kepekaan individu yang dirasakannya. Kekuatan kita; Suatu struktur kejiwaan yang cinta mampu mengantarkan banyak orang untuk menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, melakukan hal apapun dalam menjalankan atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber kewajiban di dunia ini. Kekuatan yang dapat keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, menghanyutkan hati manusia dalam kesedihan rohani, batin, mental, moral (Doe, Mimi dan yang paling dalam namun juga kekuatan yang Walch, 2001). Sedangkan Citra religius dalam dapat mendorong semangat perjuangan hidup novel ini meliputi aspek ibadah dalam konteks dan keberhasilan yang cemerlang. Cinta tidak agama Islam. Citra religius dari aspek shalat selamanya memiliki nilai yang sakral tetapi juga tokoh utama dicitrakan sebagai seorang yang ada yang mengalami demistifikasi, yakni awalnya tidak pernah meninggalkan perintah penurunan makna cinta yang dianggap luar biasa agama. Artinya dalam keadaan apa pun dan di menjadi biasa (Sarwiningsih, 2013). Dalam mana pun berada selalu menegakkan perintah kehidupan manusia tidak pernah luput dari suatu agama, salah satunya adalah shalat, karena shalat masalah. Tidak jarang manusia mengalami merupakan tiang agama yang harus selalu kekosongan jiwa, kekacauan berpikir, dan ditegakkan, sehingga citra religius dari aspek bahkan stres karena tidak sanggup mengatasi spiritual tokoh utama novel dicitrakan sebagai masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini karya seorang alim yang selalu berusaha sastra dapat berperan untuk membantu sebagai mengaplikasikan ajaran agamanya dalam katarsis/pencerah, serta sebagai sarana keadaan apapun. Namun kemudian realitas pembelajaran sehingga dapat diambil manfaat masyarakat merubah semuanya. dan pelajaran dalam kehidupan. Tugas pertama Dalam novel Atheis, seluruh tokohnya sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir- merupakan tokoh rekaan. Para tokoh tersebut pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada antara lain Hasan, Kartini, Rusli, Anwar, kenyataan dan menolongnya mengambil suatu Fatimah, Raden Wiradikarta dan istrinya serta keputusan bila mengalami masalah (Siregar, beberapa tokoh lain yang hanya muncul sekali- 2013). dua kali saja. Mereka adalah tokoh tambahan Citra religius menjadi sebuah kajian sebagai pelengkap cerita saja. Cerita dalam novel menarik dalam sebuah novel, didalamnya kita Atheis karya Achdiat K. Mihardja ini berpusat tidak hanya menemukan satu nilai saja, tetapi pada “Hasan” sebagai tokoh utama sedangkan bermacam-macam nilai yang akan disampaikan tokoh lain merupakan orang-orang disekitar oleh pengarangnya, seperti halnya isi karya sastra Hasan yang mempengaruhi jalan hidup dan cara akan sangat bergantung kepada pengarangnya. pandang Hasan. Permasalahan yang terjadi Melalui cerita dan tingkah laku para tokoh, mengguncang iman Hasan dan membuatnya pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah berbeda paham dengan orangtuanya hingga dari pesan-pesan spiritual yang disampaikan menimbulkan penyesalan mendalam ketika dia

220 Hildan Udayana dan Bambang Indiatmoko / SELOKA 6 (2) (2017) : 218 - 225

mulai menyadari bahwa dia telah mengakui mendeskripsikan dan menjelaskan unsur-unsur teori-teori Atheis yang menyimpang dari ajaran perwatakan yang diambil dari teori Abraham H. agamanya. Maslow penelitian ini difokuskan pada beberapa Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian aspek, yakni (1) fisiologis, (2) kebutuhan rasa ini dilakukan agar pembaca dapat menemukan aman, (3) kebutuhan cinta dan rasa memiliki, menemukan wujud-wujud Ekspresi Cinta dalam (4) kebutuhan akan penghargaan, (5) aktualisasi Novel Atheis Karya Achdiat Kartamihardja. diri yang terdapat dalam Novel Atheis Karya Penelitian ini juga dilakukan agar pembaca dapat Achdiat Kartamihardja yaitu, religius, disiplin, menemukan wujud-wujud Citra religius yang kerja keras, kreatif, semangat kebangsaan, cinta terdapat dalam Novel Atheis Karya Achdiat tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ Kartamihardja. komunikatif, peduli lingkungan, dan tanggung Jawab. METODE HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian pada penelitian ini difokuskan pada aspek psikologi sastra dengan menggali persepsi Wujud Ekspresi Cinta cinta dan citra religius yang terdapat dalam Cinta hadir dalam suatu kondisi dimana Novel Atheis Karya Achdiat Kartamihardja. kebahagiaan individu yang dicintai tersebut Penelitian secara psikologi sastra dalam sangat penting bagi diri orang yang mencintai. kajian ini berusaha melihat bagaimana tokoh Cinta dapat berwujud dalam berbagai perasaan Hasan, Kartini, Rusli, Anwar, Fatimah, Raden yang berbeda, pernyataan, dan sikap yang Wiradikarta dan istrinya serta beberapa tokoh berkisar dari kasih sayang. Hal ini dapat merujuk yang hanya muncul sekali, dua kali saja yang pada emosi dari daya tarik yang kuat dan kasih digambarkan oleh pengarang untuk mengetahui sayang pribadi. Hal ini juga bisa menjadi watak dalam novel tersebut. Sejalan dengan itu kebajikan mewakili kebaikan manusia, kasih kajian ini juga berusaha mendeskripsikan sayang, dan kasih sayang perhatian kesetiaan dan bagaimana bentuk citra religius yang terkandung kebaikan hati yang tidak mementingkan diri demi di dalam novel. kebaikan orang lain. Cinta juga dapat Novel Atheis ini dikaji menggunakan menjelaskan tindakan yang penuh kasih sayang pendekatan psikologi sastra dikarenakan terhadap manusia lain, menjadi sebuah ekspresi pendekatan psikologi sastra merupakan diri seseorang. Ekspresi cinta yang pertama kali pendekatan yang sangat cocok digunakan dalam terungkap dalam Novel Atheis adalah ketika Novel Atheis Karya Achdiat Kartamihardja, hal Hasan beranjak dewasa, ia jatuh cinta kepada ini dikarenakan Novel Atheis ini bercerita Rukmini, sebagai mana di kisahkan sebagai tentang perwatakan gejolak batin persahabatan berikut: yang sangat erat, di dalam novel ini juga pengarang menggambarkan secara jelas 1) Rukmini adalah seorang anak Haji Kosasih, yaitu mengenai karakter-karakter setiap tokoh dan seorang pedagang besar di kota . Ia baru kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan teori saja tamat sekolah kepandaian putri yang Maslow. Di dalam Novel Atheis Karya Achdiat diselenggarakan oleh missie. Tapi biarpun bersekolah Katolik, ia tetap rajin melakukan Kartamihardja ini berceritakan tentang sembahyang, berpuasa dan lain-lain lagi perintah permasalahan gejolak aspek psikologi terutama agama Islam. Memang perasaan keagamaan pada cinta dan agama. Novel Atheis Karya Achdiat gadis itu sangat tebal. Walaupun begitu, ia tidak Kartamihardja ini mengandung nilai agama yang kaku dalam pergaulan, selalu riang dan ramah, dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa suka sekali bercakap-cakap dan pandai pula menanamkan cinta yang kuat di dalam dirinya bersolek. Cita-citanya sama dengan aku, mau setelah membaca novel tersebut. Pendekatan mengabdi dan memajukan agama kita. psikologi sastra pada penelitian ini berusaha

221 Hildan Udayana dan Bambang Indiatmoko / SELOKA 6 (2) (2017) : 218 - 225

Lambat-laun kami itu diikat oleh tali cinta. Rukmini tidak mau anaknya dikawinkan dengan (Atheis: 34) seorang "menak" atau orang biasa, sebagai mana yang pernah diucapkan orang tua Rukmini: Dari kutipan nomor 1 tokoh yang terlibat dalam cinta adalah Hasan dan Rukmini, cinta 4) Pernah Haji Kosasih berkata begini (menurut yang hadir dalam kehidupan mereka adalah pengaduan Rukmini kepadaku). "Jangan Nak, suatu perasaan positif yang kuat yang mereka jangan engkau berangan-angan hendak kawin rasakan dan merupakan perasaan positif terkuat dengan seorang keturunan "raden" atau "menak". yang pernah di alami. Sebenarnya konsep cinta Ingatlah Bustom, seorang wedana yang kemudian sudah dikumandangkan dan diperdebatkan oleh dilepas itu. Bibimu bukan saja dihina oleh seluruh famili wedana itu tapi juga sesudah kekayaannya para filsuf bahkan sejak zaman Yunani Kuno. habis dihisap oleh si menak itu, ia dibuang begitu Pada masa tersebut bentuk cinta yang diakui saja." (Atheis:35) adalah bentuk cinta seperti: cinta terhadap orangtua, cinta terhadap teman, cinta terhadap Dari kutipan nomor 4 telah jelas bahwa saudara, cinta terhadap tanah kelahiran, cinta putus cinta diantara dua insan ini akibat ego terhadap kebijaksanaan, dan juga cinta romantis orangtua, orangtua juga manusia, tidak baik yang heteroseksual maupun yang selamanya mereka selalu benar. Bila ternyata homoseksual. Bahkan sampai sekarang, di ketidaksetujuan mereka lebih dilatar belakangi zaman modern ini, bentuk cinta yang demikian karena masalah rasis misalnya perbedaan suku, masih diakui oleh umat manusia ditambah lagi warna kulit, kelas sosial, atau bahkan perbedaan dengan cinta terhadap Tuhan (Rosyadi, 2000). pekerjaan misalnya dia kurang mapan. Bila ternyata cerita cinta ini yang menjadi penyebab 2) Serasa kiamatlah sudah bagiku, ketika perkawinan ketidaksetujuan orang tua, maka sudah kekasihku itu dilangsungkan. Sejak itu lamalah aku sewajarnya kedua insan sejoli bisa memberikan merasa diriku laksana mobil yang maju tak bersupir. Tiada pegangan lagi bagiku yang berupa argumen yang tepat pada mereka untuk harapan untuk hidup bahagia di dunia fana ini. mempertahankan hubungan cinta. Berbulan-bulan aku terhuyung-huyung seperti Bagaimanapun ketidaksetujuan yang disebabkan mendukung beban yang berat. Bahkan hampir- karena masalah rasis, kelas sosial sangat tidak hampir aku hendak jatuh sakit lagi. (Atheis:34) bisa dibenarkan, meskipun itu semua datang dari orang tua sendiri. Namun Hasan justru menyerah Dari kutipan nomor 2 tokoh yang tersakiti dengan keadaan, karena ternyata orangtuanya karena putus cinta Hasan, Hasan patah hati pun tidak setuju dengan cinta mereka. karena orang tuanya sama sekali tidak setuju Sebagaimana kutipan berikut : dengan percintaan mereka. Meskipun Hasan maupun Rukmini sama-sama belum pernah 5) Sebaliknya orang tuaku pun, bercita-cita supaya mengatakan kisah cinta mereka terhadap kedua aku mengambil istri dari kalangan "Raden" pula. orangtua, sebagaimana kutipan berikut: Pada akhirnya, karena selalu didesak-desak dan dibujuk- bujuk maka Rukmini pun lantas mau juga 3) Memang orang tuaku pun (kalau mereka tahu, tapi dikawinkan kepada seorang saudagar dari . aku belum berani bilang apa-apa kepada mereka) (Atheis:35) tentu tak akan menyetujuinya. Pendek kata, percintaan kami pada akhirnya menjadi korban Maka dunia serasa kiamat bagi Hasan, ia daripada pertentangan antara dua kias, kias feodal mengalami sakit karena patah hati dengan sakit dan kias burjuis. (Begitulah menurut istilah Rusli, yang teramat sangat. Patah hati adalah suatu ketika tadi kuceritakan hal riwayat itu kepadanya). metafora umum yang digunakan untuk (Atheis:35) menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah Pertentangan dua kelas yang dimaksud kehilangan orang yang dicintai, melalui dalam kutipan nomor 3 adalah, orang tua

222 Hildan Udayana dan Bambang Indiatmoko / SELOKA 6 (2) (2017) : 218 - 225

kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah Hasan, fenomena perempuan yang hadir dan secara fisik atau penolakan cinta. tidak akan mudah terlupakan. Sebenarnya, tidak Patah hati adalah fase paling tidak ada satupun fenomena yang dapat menyenangkan dalam menjalin sebuah menggambarkan apa itu cinta. Pada akhirnya, hubungan asmara. Banyak orang yang sulit cinta merupakan seperangkat keadaan emosional menerima dan melalui masa-masa tersebut. dan mental yang kompleks. Pada dasarnya tipe- Mengetahui Hasan masih sendiri, tipe cinta yang dialami masing-masing individu orangtua Hasan menawarkan agar ia mau berbeda-beda bentuknya dan berbeda pula dari bersama dengan fatimah seperti dalam kutipan segi kualitasnya (Hendrick, 1992). Dalam setiap berikut: tipe cinta, elemen perhatian terhadap orang yang dicintai sangatlah penting. Tanpa adanya unsur 6) Mengapa pula mereka itu menyuruh aku kawin perhatian yang murni, apa yang disebut cinta dengan Fatimah? Memang aku tahu, bahwa gadis mungkin adalah hasrat saja. Selain unsur itu sebenarnya hanya seorang saudara sepupu perhatian, unsur rasa hormat juga diperlukan. bagiku, bukan seorang adik sekandung. Tapi oleh Rasa hormat akan membuat individu karena dia itu dari kecil bersama-sama hidup menghargai identitas dan integritas orang yang dengan aku, maka sudah tak terasa lagi olehku, bahwa dia itu bukan adik sekandungku. Tak dicintainya sehingga menghindarkan dari mungkin rasanya aku bisa kawin dengan dia. Dulu masalah eksploitasi. Namun sayang kisah cinta orang tuaku itu pernah juga mendesak-desakkan mereka berakhir tanpa mendapat restu orang tua. seorang gadis, anak seorang menak kepadaku. Aku tolak, karena cintaku sudah disita oleh 10) Kami kawin dengan sangat sederhana. Sebagai Rukmini.. (Atheis: 39) "perayaan'! cuma diadakan sekedar makan-makan di antara kawan- kawan. Cinta Hasan terhadap rukmini tergolong 11) Aku tidak mau menginjak daerah romantik. Oleh cinta yang tidak terlupakan. Ini terbukti Hasan karena itu maka di sini tidak akan kuceritakan tidak mampu melupakan Rukmini, bahkan tentang kebahagiaanku dengan Kartini dalam hari- hari kami. hidup sebagai sepasang penganten yang ketika ia bertemu dengan wanita yang sangat sedang melaksanakan segala cita-cita lahir- batin. cantik, seperti dalam cerita berikut : Padahal Rama dan Sinta (atau supaya lebih "modern" bunyinya) Romeo dan Yulia, bertemu 7) Terkejut aku sejenak, ketika aku melihat kembali dalam diriku dan Kartini, seperti pernah perempuan yang melenggoi-lenggoi di pula bertemu dalam dirinya Lenin dan Kroepskaya belakangnya itu. Hampir-hampir aku hendak atau Louis XVI dan Maria Antoinette. (Atheis: 42) berseru. Kukira Rukmini... 8) Wanita itu nampaknya tidak jauh usianya dari dua Kutipan nomor 10-11 menunjukan puluh tahun. Mungkin ia lebih tua, tapi pakaian klimaks dari ekspresi cinta Hasan kepada Kartini, dan lagak-lagunya mengurangi umurnya. Parasnya cantik. Hidungnya bangir dan matanya berkilau meraka akhirnya melangsungkan pernikahan seperti mata seorang wanita India. Tahi lalat di atas dengan sederhana. Layaknya orang pertama kali bibirnya dan rambutnya yang ikal berlomba- menikah, mereka pun melangsungkan bulan lombaan menyempurnakan kecantikannya itu. madu sebagai syarat bagi pasangan di awal Badannya lampai tapi penuh berisi. menikah. 9) Ia memakai kebaya merah dari sutra yang tipis, ditaburi dengan bunga melati kecil-kecil yang lebih Wujud Citra Agama putih nampaknya di atas latar yang merah. Dimensi transenden merupakan zat, Kainnya batik Yogya yang juga berlatarkan putih. sosok, wilayah, atau apa yang dianggap oleh (Atheis: 20) seorang spiritual sebagai sesuatu yang paling tinggi dan di luar dari kekuatan manusia dan Dari kutipan nomor 7 sd 9 tokoh yang terlibat dalam cinta adalah Hasan dan Kartini. alam. Ada yang menyebutnya sebagai Tuhan, Kartini merupakan sebuah fenomena bagi yang lainnya menganggap sebagai sumber dari

223 Hildan Udayana dan Bambang Indiatmoko / SELOKA 6 (2) (2017) : 218 - 225

segala sesuatu, dan jenis-jenis metafora lain transenden yang diyakini umat lain. Sosok untuk menggambarkannya. Dalam memahami transenden yang ada dalam pikirannya bukanlah dan berhubungan dengan sosok atau dimensi Tuhan yang memiliki sifat-sifat tertentu. Ia transenden ini masing- masing individu dan menganggap bahwa Islam membawa manusia keyakinannya memiliki perantara dan cara pada pencerahan diri. Dimensi transenden yang masing-masing. Seperti umat Islam melalui dipercaya oleh Hasan adalah dimensi yang dapat shalat dan dzikir, umat Kristen melalui pujian- mengantarkan manusia itu sendiri kepada pujian dan nyanyian, umat Hindu dengan pencerahan yang merupakan sumber kekuatan bersemadi dan memberikan sesembahan, dan yang ada pada alam semesta ini. lain-lain dengan cara masing-masing. Tokoh Hasan menganggap dimensi SIMPULAN transenden tersebut sebagai alam semesta. Jadi, ia merasa perlu adanya pemikiran bahwa Simpulan penelitian ini yaitu wujud manusia berhubungan dengan alam semesta Ekspresi Cinta yang terdapat dalam Novel Atheis (dimensi transenden) yang menurutnya hanya Karya Achdiat Kartamihardja adalah kekuatan bisa dirasakan ketika manusia berada di alam cinta yang dimiliki Hasan kepada Kartini bawah sadarnya. Menurutnya, dengan manusia maupun sebaliknya, membuktikan bahwa cinta berada di alam bawah sadarnya, manusia mereka abadi hingga setelah Hasan meninggal tersebut dapat memahami alam semesta raya ini dunia. Adapun yang mendasari kekuatan cinta karena alam semesta luas dan tidak berbatas. Kartini kepada hasan karena adanya: Islam mengajarkan tujuan akhir yang (1) perjanjian antara Hasan dengan Kartini, harus dicapai melalui daya upaya yang dilakukan (2) kemesraan Hasan Kepada Kartini, oleh diri sendiri. Tujuan akhir tersebut adalah (3) kesucian cinta, (4) saling memberi antara pembebasan diri dari keterlekatan, dan mencapai Hasan dan Kartini, (5) selalu bersyukur, kesadaran diri. Hal inilah yang menjadi kekuatan (6) hidup mandiri, (7) saling membantu, (8) saling besar dalam Islam. Dalam Islam tidak mengenal mengingatkan, (9) adanya perhatian, (10) saling konsep makhluk adikuasa yang melimpahkan melengkapi antara Hasan dan Kartini. Sementara keselamatan bagi umat manusia. Bahkan seorang wujud Citra religius yang terdapat dalam Novel Nabi yang dipercaya oleh umatnya tidak pernah Atheis Karya Achdiat Kartamihardja yang paling mengatakan bahwa dialah yang banyak ditemukan adalah makna dan tujuan menganugerahkan tujuan akhir tersebut pada dalam hidup dan kesakralan dalam hidup. umatnya. Dia hanya mengaku bahwa dia adalah Sedangkan yang paling sedikit adalah altruisme semata-mata guru yang menunjukkan jalan bagi dan kesadaran akan peristiwa tragis. Dimensi para pengikutnya. transenden yang diungkapkan dalam novel Menurut Islam, sosok transenden adalah Atheis ialah pencapaian kesadaran sejati pembebasan bagi diri dari keterlekatan dan menurut ajaran Agama dan perlu keimanan kembali pada kekuatan alam yang paling besar. untuk memahami dimensi transenden, sementara Nilai spiritual yang didapat dari altruisme pada 12) Asan, anakku, berhati-hatilah engkau dalam laku novel ialah manusia harus peduli atas kehidupan hidupmu, lebih-lebih oleh karena sekarang sudah sesamanya. memeluk suatu ilmu yang sungguh luhur, yang Saran penelitian ini, yaitu dapat dijadikan suci, yang murni. Janganlah engkau berbuat panduan dalam mengapresiasi sastra serta sesuatu yang bertentangan atau melanggar ajaran- mengembangkan pengetahuan dan menambah ajarannya. Ingatlah akan akibat-akibatnya dunia akherat! (Atheis: 12) wawasan tentang penelitian sastra. Selain itu, pembaca diharapkan mengenal berbagai teori Dari kutipan nomor 12 tersebut, tokoh sastra yang dapat digunakan sebagai alat Hasan berpikir bahwa dimensi transenden yang penelitian sastra. dipuja oleh umat Nabi berbeda dari dimensi

224 Hildan Udayana dan Bambang Indiatmoko / SELOKA 6 (2) (2017) : 218 - 225

DAFTAR PUSTAKA Saraswati, I. 2014. Novel Lalita karya Ayu Utami (Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan). Akbar, S. 2013. Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Jurnal Universitas Sebelas Maret. Pendidikan dalam Novel Tuan Guru Karya Sarwiningsih, Y. 2013. Demistifikasi Cinta dalam Salman Faris. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Cerkak-cerkak pada Majalah Panjebar Sastra. 1(1): 54-68. Semangat. Journal of Javanese Literature, 2(1). Doe, Mimi dan Walch, M. 2001. 10 Prinsip Spiritual http://journal.unnes.ac.id/ Parenting. Jakarta: Mizan Pustaka. Simangungsong, N. 2015. Kekuatan Cinta dalam Novel Fahmi, R. 2015. Sistem Religi Masyarakat Bali dalam Habibie dan Ainun Karya Bacharudin Jusuf Novel Sukreni Gadis Bali Karya AA Pandji Habibie. Universitas Sumatera Utara. Tisna. Jurnal Keilmuan Bahasa Sastra & Siregar, R. K. 2013. Metafora Cinta dalam Bahasa Pengajarannya. 1(April): 96–107. Angkola. Universitas Sumatera Utara. Ginanti, I. 2015) Nilai-nilai Spiritual Tokoh-tokoh Dalam Sternberg, R. 1998. The Triangle of Love. New York: Novel Lalita Karya Ayu Utami. Universitas Basic Book, Inc. Sumatera Utara. Tampang, J. L. 2013. Penyimpangan Kewajiban Hendrick, C. 1992. Liking Loving and Relating (Second Tokoh Nedena dalam Novel Dadaisme Karya Edition). California: Wadsworth, Inc. Dewi Sartika. Skriptorium. Machmud, S. 2015. Analisis Nilai Spiritual dalam Wattimena, F. 2014. Kekuatan Cinta yang Tercermin Novel Haji Backpaker Karya Aguk Irawan dalam Cerita Pendek “Brokeback Mountain” dan MN. Jurnal Humanika. 3(15). “A Type Of Love Story.” Minderop, A. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Wulan, N. S. S. 2013. Penyimpangan Seksual Tokoh Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Kochaan dalam Novel Kamen No Kokuhaku Yayasan Pustaka Obor Indonesia. karya Mishima Yukio. Jurnal Universitas Paradida, Y. P. 2013. Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Indonesia. http://lib.ui.ac.id Umezawa dalam Novel “The Tokyo Zodiac Wulandari, R. S. 2007. Represi Cinta, Electra Complex, Murders” Karya Soji Shimada. Universitas dan Oedipus Complex dalam Drama Mourning Sumatera Utara. Becomes Electra Karya Eugene O’neill. Semarang. Rochman, D. M. 2013. Kajian Psikologi Sosial Novel Wulandari, S. 2014. Novel Ayat-ayat Cinta karya Wong Cilik Merindukan Haji Karya H Ruchani Habiburahman El Shirazy: Kajian Intertekstual Achmad. dan Nilai Pendidikan. Jurnal Universitas Sebelas Maret.

225