KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM Rl BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL Pusat Dokumentasi dan Jaringan lnformasi Hukum Nasional JI.MayJen Sutoyo-Cililitan Jakarta Timur

Sumber : R~\..l.~ t\\<~ j Hari/Tgl : ~fl\\b" ,~\ N~ cUt~ Hlm/Kol : lX\1\\" ( 1 Subjek : ~~LaM . /)~ _f rz_jetV'a-~ Bidang : /f- · V /1/2 Ut-J,. 1 v 'Kepahlawanan, Nasionalisme, dan Islam dalam.Sejara ~h

Indonesiaf Tiar Anwar Bachtiar etiap tanggal10 November, menjadi i)ahlawan. Artinya, sosok terse­ da~at membent,Jk suatu kekuasaan yang Presiden selama but layak untuk menjadi panutan bagi leb1h besar. Semakin banyak penguasa­ be1tahun-tahun sejak ditetap- masyarakat dalam konteks kesetiaannya penguasa di berbagai daerah yang ditak- kannya tanggal ini sebagai pada negara dan sumbangsihnya dalam 1ukkan, maka kerajaan itu akan semakin Hari Pahlawan mengumum- membangun negara ini. Dengan begitu, b~sar _dan sem~kin kuat. Runtuhnya ker­ kan siapa-siapa saja yang masyarakat m_e~dapatkan contoh hidup aJaan 1tu pun ~sebabkan dinasti penyang­ layakS untuk menyandang gelai· "pahlawan" bahwa negara 1111 !a yak untuk terus diper­ ganya sudah tJdak mampu lagi memper­ secara resmi dari negara. Hingga tahun tahankan seperti dicontohkan oleh para tahankan kekuatannya di hadapan keku­ 2019,jumlah tokoh yang ditetapkan seba- pahlawan itu. Melalui contoh hidup inilah a~an po!itik d_inasti yang lain. Itulah yang gai pahlawan Indonesia sudah berjumlah masyarakat akan semakin kuat pikirannya d~a l am1 keraJaan-kerajaan di Indonesia 170 orang setelah enam orang terakhir dite- untuk mendukung keberadaan "'Indone­ yang akhirnya harus tum bang setnua ber­ tapkan sebagai pahlawan, yaitu Abdul sia" sebagai negara. Semakin kuat du­ tekuk lutut di hadapan kekuatan kerajaan Kahar Mudzakkir, AA Maramis, KH Masy- kungan rakyat, negara akan semakin kuat Be l a~da . Bela~da akhirnya menjadikan kur, M Sardjito, Ruhana Kudus, dan Sultan karena rakyat akan semakin sukarela un­ keraJaan-keraJaan taklukannya menjadi Himayatuddin drui Buton. Jumlah ini akan tuk me~ bela eksistensi negara ini dari bagian dari Kerajaan Belanda dengan se­ terns bertambah seiring akan terns ditetap- berbagru an cam an keruntuhannya. buta~Netherland Indie (Hindia Belanda). kannya tokoh-tokoh baru sebagai pahla- Tidak ada alasan lain yang lebih men­ S 1 s_t~m "negara-kerajaan" (monarki) wan pada tahun-tahun yang akan datang .. dasar dari penganugerahan gelar pahla- sepert1 1tu adalah sistem yang berlaku di . ~ungkin sebagian orang yang berpikir "':an dari sudut pandang negara selain hal seluruh dunia selama puluhan a bad. Bah­ knt1s akan bertanya, mengapa begitu d1 atas. Sebab, suatu negara model nation­ kan, kekhalifahan Islam sepeninggal Khu­ banyak orang ditetapkan sebagai pahla- state, seperti Indonesia tidak memiliki lafaur-Ras~din pun memilih untuk meng­ wan? Apa sesungguhnya kepentingannya kekuatan politikyang memaksa rak)'atnya gunakan s1stem monarki ini untuk mem­ bagi n~~ara? Se~~ra sederhana, perta- ~ntuk setia . ~an patuh pada negara selain bangun kekuatan politik Islam hingga da­ nyaan m1 dapat diJawab dengan menggu- kesadaran mereka sendiri. Di dalam ne­ pat b~rpengarnh di ~unia sampai hampir nakan sudut pandang kepentingan na- gara nasional (nation-state) sudah tidak semb1lan abad. Hmgga kekhalifahan sionalisme Indonesia yang mernpakan ke- dikenallagi kekuatan penyangga suatu I~ lam terakhi~ ?i. Turki (Utsmani) pun, kuatan ideologi yang memungkinkan ter- negara yang didasarkan pada kekuatan di­ s~S t em monarki unlal1 yang dipergunakan. bentuknya negara ini. Sebagai negara· nasti-dinasti te1tentu yang berhasil men­ S1stem negara nasional (nation state) baru rang ~e~bentuk dari kekuatan nasional- gonsoli~as~n kekuatan politiknya melalui berdiri awal abad ke-20, tepatnya tahun 1sme_ m1, negara memer!ukan berbagai e~pans1m_ 1hter atas kekuatan dinasti yang 1?20-an, setelah dihapusnya sama sekali anasn· yang dapat memehhara dan mem- lam sepert1 pada masa-masa kerajaan da­ s1stem kekhalifahan di Turki oleh Gerakan perkuat nasionalisme keindonesiaan ini. hulu. Pada masa lalu, di kawasan ini me­ Turki Muda pimpinan Mustafa Kemal. Salah satu yang cukup penting dilakukan mang sudah pernah berdiri berbagai "ne­ Konsep kerajaan yang diberlakukan di adalah dengan mengakui tokoh-tokoh gara-kerajaan" yang pembentukan ke­ d~ l am_ sejarah kekhalifahan Islam mung­ penting tertentu dalam sejarah sebagai kuasaan politiknya semata-mata didasar­ km s_aJa berbeda dengan yang berlaku di "pahlawan". Melalui proses penelaahan kan pada kekuatan politik dinasti tertentu. keraJaan-kerajaan Kristen, Hindu, Bud­ berbagai sisi, baik historis maupun kepen- Biasanya dinasti yang berkuasa ini adalah dha, ata_u lainnya; terutama dari segala tingan politis-ideologis, tokoh terse but dinasti yang sanggup mengalahkan dinasti­ world vzew dalam memosisikan raja dan akan di tetapkan sebagai orang yang layak ~a in di berbagai kawasan sehingga kekuasaan yang dipegangnya. Namun, Hlm/Kol : D<.V\\\

dari segi praktik politik semuanya sama, yang tengah dijajal1 oleh Beland a menjadi yaitu mengandalkan kekuatan politik yang faktor historis yang kuat bagi para pemim­ dimiliki suatu dinasti tertentu untuk pin muda Musli.m di awal abad ke-20 un­ mengonsolidasi kekuasaan membentuk tuk mencetuskan gagasan nasionalisme suatu "negara-kerajaan". Alat legitimasi Indonesia untuk lepas dari cengkeraman kekuasaannya bukan kesadaran kolektif kolonialisme. rakyat, melainkan anasir pembetuk keku­ Gagasan para pemimpin muda Mus­ atan politik si pemegang kcrajaan, seperti lim ini bak gayung bersambut dengan ga­ · kekuatan militer, ekonomi, danjaringan gasan para pemimpin muda yang belajar pendukung pada level kepemimpinan di Eropa atau di perguruan-perguruan yang lebih rendah. Eropa di Indonesia. Kenyataan bahwa su­ Konsep ini mulai dikritik oleh para dah tidak ada lagi kekuatan dinasti kera­ pemikir Eropa a bad pencerahan seperti jaan mana pun di Indonesia yang bisa di­ Jean-Jacques Rousseau (1712-1778) yang harapkan untuk melawan dominasi Be­ memperkenalkan teori "koritak sosial". landa menyebabkan intelektual-intelektual Teori ini menggugah kesadaran masyara­ mud a ini, baik yang terpengaruh informasi kat Eropa bahwa suatu negara dapat saja dari kawasan Arab maupun Eropa, harus terbentuk atas dasar kehendak rakyatnya, mencari alternatif kekuatan perlawanan bukan melulu karena kPinginan elite politik baru. Ide nasionalisme adalah ide paling yang tergabung dalam berbagai dinasti realistis yang dapat mereka gunakan untuk politik. Teori ini semakin diterima luas di mengonsolidasi dukungan rakyat melawan tengah semakin kecewanya masyarakat dominasi kolonial Belanda. terhadap raja-raja dan lingkaran dinastinya Namun, persoalan serius yang dihada­ yang semakin tidak dapat menyejahtera­ pi para aktivis ini adalah sejauh mana spek­ kan rakyatnya. Rakyat menginginkan pen­ trum dukungan rakyat ini dapat diperoleh? guasa baru, tapi sudah tidak senang dengan Kekuasaan Belanda membentang dari dinasti-dinasti yang ada. Gagasan Rous­ Aceh hingga Papua. Sementara itu, keku­ seau kemudian menjadi alternatif bagi atan gerakan yang masih a mat terbatas dan masyarakat. Sejak saat itulah, kekuasaan cenderung bergerak secara lokal. Budi raja-raja yang sejak abad ke-16 hingga 18 Utomo (1908) membatasi keanggotaannya sesungguhnya mulai kehilangan pamor hanya bagi Jawa. Isu yang dimun­ digeser oleh kekuasaan para tuan tanah culkan pun, dalam konteks penggalangan (kaum borjuis) benar-benar dipangkas dukungan rakyat, hanya seputar bagai­ sejakabad ke-19. Kalaupun masih ada raja mana agar masyarakat J awa dan Madura di suatu negara, peran mereka direduksi dapat le]?ih sejahtera setelah dimiskinkan hanya sebagai simbol, seperti di Inggris oleh pemerintah kolonial. Paguyuban Pa­ dan Beland a. Di Prancis dan beberapa ne­ sundan (1912) betapa pun sudah mulai gara lain, kerajaan bahkan dihapuskan berusaha berbicara mengenai isu kese­ sama sekali. Penguasa baru muncul bukan jahteraan rakyat sebagai pintu masuk men­ lagi mengatasnamakan "dinasti", melain­ gonsolidasi dukungan politik rakyat, tetap kan atas nama duktmgan rakyat yang spektrumnya hanya sebatas di kalangan menginginkan suatu pola baru dalam pe­ etnik Sunda. Beberapa gerakan etnik lain, merintahan. Sejak a bad ke-19 inilah secara seperti perkumpulan orang-orang Cina, perlahan dunia menyaksikan lahirnya Sumatra, Sulawesi, dan lainnya terbatas suatu negara nasional di Eropa mulai dari ruang geraknya oleh etnisitas masing­ Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Rusia, masing. Belum ditemukan benang merah Belanda, Spanyol, dan sebagainya. yang bisa menggalang kesatuan di antara Di dalam sejarah Islan1, konsep negara gerakan-gerakan yang terbatas itu sampai nasional ini semula ditolak mentah-men­ berdirinya pada tahun 1911. tah. Pasalnya, gerakan nasionalisme ini di­ Sarekat Islam didirikan oleh para haji gunakan oleh orang-orang Kristen di Bal­ dan disokong oleh para sarjana jebolan kan sebagai alasan untuk melepaskan diri Mesir (Haji , dari kekuasaan Utsmani. Umat Islam dari Haji Samanhoedi, dan lainnya). Mereka Mesir dan Afrika Utara bahkan banyak adalah orang-orang yang telah menerima yang ikut berperang menjawab panggilan gagasan nasionalisme saat mereka mem­ Sultan Uts111ani melawan para pemberon­ perdalam ilmu di Mesir atau beribadah haji tak nasionalis-Kristen di Balkan. Namun, ke Makkah. Gagasan nasionalisme yang setelah kawasan Afrika Utara lepas dari telah mereka pelajrui itulah yang kemudian tangan Utsmani dan dikuasai negara-ne­ mendorong mereka mendirikan Sarekat gara kolonial Eropa, nasionalismejustru Islam. Isu yang n.ereka munculkan ke digunakan oleh komunitas Islam di Afrika tengah masyarakat adalah mengenai kese­ Utara ini untuk menentang dominasi asing jahteraan rakyat pribumi yang tertindas Kristen. Nasionalisme yang terns meluas oleh penguasa kolonial. Bahkan, secara di kawasan Arab, terutama Mesir, Libya, ekstrem petinggi-petinggi Sarekat Islam Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko yang dija­ sudah mengusulkan self-bestuur (berpe­ jah Eropa gaungnya sampaijuga ke Indo­ merintahan sendiri) secara resmi dalam nesia melalui para sarjana yang belajar di kongresnya talmo 1913 dan 1916. Ini adalah Mesir dan melalui jamaah haji yang berte­ gagasim radikal yang cepat mendapat si~­ mu para pemimpin Islam dari berbagai pati masyarakat. Tidak heran bila dalam belahan dunia di Mekah. Situasi Indonesia waktu singkat SI menjadi primadona. Hari/Tgl : \<~~!> ,'2-l ~~~% Hlm/Kol : X\ll1\

Dalam Kongres 1916 dilaporkan terdapat sekitar 2 juta anggota SI yang berasal dari berbagai daerah dan beragam etnik. Pengalaman SI inilah yang telah me­ mecah kebuntuan bagaimana menjemba­ tani orang-orang Indonesia dari berbagai etnik untuk dapat bergabung bersama-sa­ ma melawan kolonialisme Belanda. Ke­ mauan rakyat dari beragam etnik ini men­ dukung gerakan dan seruan Sarekat Islam, selain karena isu yang dibawa mewakili suara hati mereka, juga karena faktor "agama Islam" yang mereka anut. Kesa­ maan agama ini menjadi kesadaran tran­ sendental yang mampu mengatasi ham­ batan-hambatan perbedaan Jatar belakang etnik, budaya, dan pulau tempat tinggal masirig-masing. Hubungan ini lebih diper­ mudah lagi telah biasanya digunakan ba­ hasa Melayu pasar sebagai alat komunikasi masyarakat di kawasan ini. Oleh sebab itu, tidak bisa dimungkiri bahwa salah satu faktor pembangun nasionalisme Indonesia ini adalah faktor "ke-Islam-an". Oleh sebab itu, membangun narasi na­ sionalisme Indonesia melalui para pahla­ wan yang ditetapkan negarajangan sampai menafikan narasi ke-Islam-an ini. Tokoh­ tokoh, seperti HOS Tjokroaminoto, , , Hasyim Asy'ari, , , Ahmad Sa­ nusi, M Natsir, KaSman Singodimedjo, Ab­ dul Kahar Mudakkir, dan lainnya, narasi kepahlawanannya tidak boleh dilepaskan dari asal-usulnya sebagai tokoh-tokoh ge­ rakan Islam yang sepanjang hayat mereka berjuang untuk menegakkan agamanya. Mereka bukan hanya pejuang Indonesia, melainkan juga pejuang agama. Apabila mereka diakui menjadi bagian dari pahla­ wan Indonesia, berarti harus diakui bahwa unsur penting pembangun nasionalisme Indonesia adalah Islam. Oleh sebab itu, menyerang Islam dengan isu-isu terorisme, radikalisme, intoleransi, anti-NKRI, anti­ Pancasila adalah tindakan yang kontra pro­ duktif dalam membangun narasi dan mengokohkan nasionalisme Indonesia. Sebaliknya, negara harus semakin intensif menggali khazanah Islam di Indonesia untuk memperkaya ikatan nasionalisme baru yang lebih relev!ill dalam menghadapi situasi zaman yang semakin terdesak oleh globalisme. Wallahu A'lam bi Al­ Shawwab. •