BAB III HOS TJOKROAMINOTO DAN SAREKAT ISLAM A. Riwayat Hidup
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
59 BAB III HOS TJOKROAMINOTO DAN SAREKAT ISLAM A. Riwayat Hidup Singkat HOS Tjokroaminoto 1. Silsilah Keluarga R. M. H. Oemar Said Tjokroaminoto dilahirkan di desa Bakur, Ponorogo pada tanggal 16 Agustus 1882, bersamaan dengan tahun meletusnya gunung Krakatau di Banten, seolah-olah hal ini menjadi kiasan, bahwa dengan meletusnya gunung tersebut menimbulkan perubahan terhadap alam di sekitarnya. Mendahsyatkan segenap makhluk, maka laksana itu pula kelahiran H.O.S Tjokroaminoto itu membawa letusan Sarekat Islam, bukan seperti api yang membakar dan ombak di laut yang membanjiri seluruh tanah Banten dan Lampung, tetapi adalah letusan yang membawakan damai dan kesadaran atas kemanusiaan yang menimbulkan perubahan yang besar bagi kesempurnaan derajat bangsa dan rakyat Indonesia.1 Begitulan gambaran mengenai kelahirannya yang digambarkan oleh Amelz. Memang kelahiran seorang tokoh besar selalu disertai dengan sebuah peristiwa besar dalam sejarah. Tjokroaminoto adalah seorang yang mempelopori kebangkitan dan kebangunan bangsa Indonesia dan menggoyang sendi-sendi kolonialisme melalui organisasi yang dipimpinnya yakni Sarekat Islam. Kepemimpinannya dalam tubuh Sarekat Islam sangat mempunyai pengaruh yang besar, bakat kepemimpinan tersebut ternyata mengalir dari kakeknya Raden Mas Adipati Tjokronegoro, yang merupakan Bupati Ponorogo dan ayahnya sendiri, Raden Mas Tjokroamiseno yang juga adalah seorang Wedana di Kawedanan Kleco, Madiun.2 Bakat tersebut dipadu juga dengan pengalaman-pengalaman Tjokroaminoto sendiri yang sejak kecil dididik dengan pendidikan agama dan ilmu-ilmu umum 1 Amelz, H.O.S Tjokroaminoto Hidup dan Perjuangannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1952), hal. 50 2 Ibid., hal. 48 60 lainnya, serta mengasah watak kepemimpinannya baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat. Mengenai kehidupannya, sejak kecil tabiatnya memang sudah dikenal ganjil. Ia terkenal dengan kenakalannya, sebagai putera seorang wedana sudah barang tentu disegani oleh anak-anak dalam desa itu. Kesukaan beliau dalam bermain-main, baik dengan anak-anak dalam desa itu maupun dengan saudara- saudaranya sendiri ialah main kuda-kudaan dan ayam-ayaman. Anak-anak lain dijadikan kuda-kudaannya dan dimasukannya kedalam kurungan ayam. Dengan itu beliau seolah-olah sudah hendak menanamkan kesadaran di dalam hati anak- anak tadi, bahwa betapa sengsaranya manusia yang dalam hidupnya seperti binatang tunggangan dan ditempatkan dalam kurungan itu.3 Maka watak Tjokroaminoto sebagai seorang sosok yang berpengaruh dan memberikan penyadaran terhadap rakyatnya yang hidup dalam kesengsaraan penjajah, memang sudah mengalir dalam jiwanya sejak ia masih kecil. Adapun mengenai sosok fisiknya H.O.S Tjokroaminoto, Buya Hamka menggambarkan bahwa beliau adalah seorang yang badannya sedikit kurus, tetapi matanya bersinar. Kumisnya melentik ke atas. Badannya tegak dan sikapnya penuh keagungan, sehingga walaupun ia tidak lagi memakai title “Raden Mas” yang tersunting di depan namanya, namun masuknya ke dalam majlis tetap membawa kebesaran dan kehormatan, sehingga semua wajah mesti tunduk kepadanya, tunduk dengan penuh cinta.4 Begitulah gambaran mengenai sosok tubuhnya yang digambarkan oleh Hamka yang pernah mengikuti diskursus bersama beliau ketika semasa mudanya. Selain itu, P.F Dahler seorang Indo- Belanda yang telah mengikuti perkembangan pergerakan Nasional pada masa Tjokroaminoto menggambarkan bahwa beliau adalah seorang yang berperawakan mengagumkan. Pekerja yang keras hati dan tidak kenal lelah. Mempunyai suara yang indah dan berat, mudah didengarkan oleh beribu-ribu pendengar, yang 3 Ibid., hal. 50 4 Anhar Gonggong, H.O.S Tjokroaminoto, ( Jakarta: Depdikbud, 1985), hal. 5 61 seolah-olah terpaku pada bibirnya apabila ia berpidato dengan lancar serta keyakinan yang sungguh-sungguh.5 Tjokroaminoto adalah seorang keturunan ningrat dari Surakarta, sekaligus pula keturunan seorang ulama besar. Kakek buyutnya adalah seorang ulama besar bernama Kyai Bagus Kasan Basari yang sangat termashur pada jamannya. Ia adalah seorang Kyai yang dikenal sangat pandai dan bijaksana. Ia memiliki sebuah Pondok Pesantren di desanya, Desa Tegalsari yang terletak di Kabupaten Ponorogo, Karesidenan Madiun, Jawa Timur. Dari sinilah kemashurannya itu terpancar. Pondok Pesantren Kyai Bagus Kasan Basari terkenal kebagusan dan ketertibannya.6 Kemashuran dan kebagusan pondoknya yang tiada tandingnya dewasa itu, menyebabkan nama beliau itu di sekeliling Tegalsari menjadi buah bibir banyak orang, hingga lama-kelamaan seiring berjalannya waktu mashurlah nama beliau di seluruh tanah Kerajaan Jawa (Surakarta) dan akhirnya nama besar dan kealimannya pun menembus tembok Keraton Surakarta. Keluarga keraton dan Susuhunan akhirnya tertarik pada kealiman dan nama besarnya, kemudian beliaupun dikawinkan dengan seorang puteri dari Susuhunan ke-II. Maka beliaupun menjadi keluarga ningrat Keraton Surakarta, oleh karena itu beliau sebagai keluarga Keraton dan bahkan sebagai menantu Susuhunan berhak menyandang gelar kehormatan sebagai keluarga ningrat Keraton Surakarta, namun berbeda dengan yang lainnya, Kyai Bagus Kasan Basari sangat rendah hati dan tidak mau menggunakan gelar kebangsawanan yang diberikan kepadanya, beliau tetap menggunakan nama biasa, yaitu: Kyai Bagus Kasan Basari.7 Dari pernikahannya dengan seorang puteri Keraton Surakarta itu, Kyai Bagus Kasan Basari dianugrahi seorang putera yaitu: Raden Mas Adipaati Cokronegoro, yang mana dikemudian hari diangkat menjadi Bupati Ponorogo. 5 Ibid 6 Ibid., hal. 7 7 Lihat Amelz, Op.Cit., hal. 48 dan Anhar Gonggong, Op.Cit., hal 7 62 Oleh karena jasanya kepada negeri, Raden Mas Adipati Cokronegoro dianugerahi bintang Riddeer der Nederlandsche Leeuw oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.8 Berbeda dengan ayahnya Kyai Bagus Kasan Basari, beliau Raden Mas Adipati Cokronegoro tidak menjadi seorang ulama besar dan tidak pula memimpin Pondok Pesantren, melainkan beliau terjun ke dunia politik menjadi pegawai pemerintah. Selama menjalani karirnya menjadi pegawai pemerintah, beliaupun tercatat pernah menduduki jabatan penting yakni menjadi seorang Bupati yang memimpin rakyat Ponorogo dengan sangat baik dan dihormati oleh seluruh rakyatnya, sehingga beliau mendapat sebuah gelar kehormatan dari pemerintah pada masa itu. Hal ini pulalah yang pada akhirnya mengalir pada anak keturunannya yang sangat mashur dan disegani oleh semua orang pada masanya, yakni H.O.S Tjokroaminoto yang mashur bukan hanya di tanah Jawa melainkan di seluruh Indonesia berkat kepemimpinannya dalam organisasi Sarekat Islam. Dalam perjalanan hidup keluarganya, Raden Mas Adipati Cokronegoro dianugerahi seorang putra yang bernama Raden Mas Cokroamiseno. Cokroamiseno mengikuti jejak sebagaimana ayahnya, yakni sebagai pegawai pemerintah, karena selama hidupnya diapun menerjuni pekerjaan sebagai pegawai Pamongpraja pula. Raden Mas Cokroamiseno pernah menduduki jabatan-jabatan penting pemerintah, di antaranya adalah sebagai Wedana di Kawedanan Kleco.9 Raden Mas Cokroamiseno inilah yang merupakan ayah dari H.O.S Tjokroaminoto. Jika kita lihat dari silsilah keluarganya ini, maka jelas bahwa H.O.S Tjokroaminoto berasal dari keturunan ningrat Keraton Surakarta dan juga keturunan seorang ulama besar, maka tak heran jika beliau mampu menjadi seorang pemimpin yang terkenal dan sangat berpengaruh melalui organisasi yang ia pimpin sekaligus juga menjadi seorang ulama yang alim dan bijaksana. H.O.S Tjokroaminoto merupakan anak kedua dari dua belas bersaudara. Mereka adalah (secara beruntun dari yang tertua): 8 Amelz, Op.Cit., hal. 48 9 Anhar Gonggong, Op.Cit., hal. 8 63 1. R. M. Oemar Djaman Tjokroprawiro, pensiunan Wedana. 2. R. M. H. Oemar Said Tjokroaminoto. 3. R. Aju Tjokroadisoerjo, isteri almarhum pensiunan Bupati Purwokerto. 4. R. M. Poerwadi Tjokrosoedirdjo, Bupati yang diperbantukan kepada Residen Bodjonegoro. 5. R. M. Oemar Sabib Tjokrosoeprodjo, pensiunan Wedana, kemudian masuk PSII dan Masjumi, serta tewas di Madiun dijaman yang terkenal dengan nama “Madiun Affaire”. 6. R. Adjeng Adiati. 7. R. Aju Martowinoto, isteri pensiunan pegawai tinggi PTT. 8. R. M. Abikoesno Tjokrosoejoso, ahli bangunan (arsitek). 9. R. Adjeng Istingatin 10. R. M. Poerwoto. 11. R. A. Istidjah Tjokrosoedarmo, pegawai tinggi kehutanan. 12. R. A. Istirah Mohamad Soebari, pegawai tinggi kementerian perhubungan. Di antara mereka yang mengikuti jejak Tjokroaminoto malang-melintang di dunia pergerakan adalah R. M. Oemar Sabib dan R. M. Abikoesno Tjokrosoejoso. Sedangkan saudara-saudaranya yang lain mengikuti jejak ayahnya sebagai Bupati, Wedana, pegawai tinggi maupun yang lainnya.10 2. Kehidupan Keluarga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Tjokroaminoto adalah seorang keturunan priyayi. Maka sebagai anak seorang priyayi, Tjokroaminoto dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang anak priyayi pula yaitu seorang wanita bernama Raden Adjeng Soeharsikin, puteri seorang patih Ponorogo yang bernama Raden Mas Mangoensoemo. Beliau dikenal sebagai seorang patih yang pemberani dan disegani walupun bertugas di daerah Ponorogo yang terkenal 10 Lihat Amelz, Op.cit., hal. 49-50 dan M. Mansyhur Amin, HOS. Tjokroaminoto Rekonstruksi Pemikiran dan Perjuangannya, (Jakarta: Cokroaminoto University Press, 1995), hal. 10 64 gawat dengan ulah warok dan perampok-perampok yang hampir tiap hari membuat ricuh di masyarakat.11 Dalam usahanya membasmi para pengacau warok dan perampok- perampok di daerahnya, patih Mangoensoemo acapkali menyamar sebagai seorang petani biasa, keluar dari satu kampung ke kampung lainya dan dari satu desa ke desa lainya. Bahkan