PENGEMBANGAN PERHIASAN UNTUK PENGRAJIN DI DESA BATAN KRAJAN KAB. MOJOKERTO JAWA TIMUR

Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah Volume 23 Nomor 3 September - Desember 2020 Program Studi Pendidikan Seni Budaya Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan, Jl. Lidah Wetan, Surabaya Telp. (031) 7532160, E-mail: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan perhiasan dan mendeskripsikan kuwalitas pengembangan perhiasan motif untuk pengrajin di Desa Batan Krajan Kab. Mojokerto Jawa Timur. Penelitian yang berpendekatan pengembangan seni kriya, ditinjau dari sudut proses dan kualitas produk perhiasan bermotif Majapahit. Menggunakan metode eksperimen untuk menghasilkan produk perhiasan dengan gaya klasik dan postmodern. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data ialah menggunakan metode observasi untuk memperoleh data utama, serta metode wawancara dan metode analisa dokumentasi untuk memperoleh data penunjang. Hasil dari penelitian dilapangan bahwa perhiasan motif Surya Majapahit dengan kolaborasi teori ikonografi, teori ergonomi, teori design thingking dan PPE, sangat membantu pengrajin untuk dapat mengembangkan perhiasan. Mulai dari segi proses sampai kwalitas produk perhiasan yang berbahan perak. Saran yang bisa diajukan dalam penilitian ini agar bisa dimanfaatkan oleh pengrajin dalam memproses perhiasan yang berkwalitas. Sehingga untuk pengrajin lebih meningkatkan kwalitas perhiasan dalam segi desain maupun perhiasan yang bercirikan atau bermotif Majapahit. Dan bagi peneliti dapat mengkaji dan menganalisa lebih mendalam tentang perhiasan klasik maupupun postmodern bermotif Surya Majapahit lebih mendalam.

Kata Kunci: Pengembangan, perhiasan untuk pengrajin.

ABSTRACT Jewelry Development For Craftsmen in the village of Batan Krajan Kab. Mojokerto, East Java. Tis study aims to describe the process of developing jewelry and describe the quality of the development of Majapahit motif jewelry for craftsmen in Batan Krajan Village, Kab. Mojokerto East Java. Research that is near the development of craft art, viewed from the point of view of the process and quality of jewelry products with Surya Majapahit motif. Using experimental methods to produce jewelry products with classic and postmodern styles. Te method used in collecting data is to use the observation method to obtain the main data, as well as the interview method and the documentation analysis method to obtain supporting data. Te results of the field research show that Surya Majapahit motif jewelry with collaboration of iconographic theory, ergonomics theory, thingking design theory and PPE, really helped craftsmen to develop jewelry. Starting in terms of the process until the quality of jewelry products made from silver. Suggestions that can be submitted in this research can be used by craftsmen in processing quality jewelry. So that the craftsmen further enhance the quality of jewelry in terms of design or jewelry that is characterized by Majapahit motifs. And for researchers, it can study and analyze more deeply about classical and postmodern jewelry with the motif of Surya Majapahit in more depth.

Keywords : development, jewelery for craftsmen. 160 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Pendahuluan Lingkup Penelitian Secara historisnya kabupaten Mojokerto Ruang lingkup penelitian ini mencakup tidak lepas dari nilai-nilai kebudaayan Majapahit. beberapa hal sebagai berikut: Sebagai kerajaan terbesar dan tersohor didunia 1. Dalam penelitian ini produk yang dengan “gemah rimpah loh jinawinya” pada saat itu. dikembangkan berupa desain perhiasan Pengenalan seni dan budaya Majapahit, diharapkan motif Majapahit untuk pengrajin di Desa mampu menggugah rasa kebanggan akan kesenian Batan Krajan Kab. Mojokerto Jawa Timur. maupun ketrampilan daerah. Dari berbagai 2. Prosedur pengembangan desain perhiasan permasalahan yang ada upaya yang dilakukan ini menggudagan teori Tim Brown dengan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan design thinking. Teori tersebut menggunakan Majapahit senantiasa dilakukan oleh pemerintah 6 langkah dalam pengembangannya yaitu yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. eksplorasi, identifikasi, idea, visualisasi, Mojokerto. Bidang yang dijadikan sebagai sasaran evaluasi, dan persuasi. dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan 3. Produk desain perhiasan menggunakan 2 daerah adalah industri kreatif. Melalui bidang gaya dalam mengembangkannya yaitu desain industri kreatif ini diharapkan generasi muda dapat gaya klasik dan desain gaya postmodern/ mengenal dan melestarikan tradisi atau kebudayaan kontemporer. daerahnya, salah satunya seni kria atau kerajinan logam perhiasan. Teori dan Konsep Dengan melihat permasalahan tersebut Pengembangan perlu adanya penelitian dan pembuatan desain Pendapat lain diunkapkan oleh Rickey perhiasan diharapkan dapat menunjang proses dan klein (2007) yang mendefinisikan metode produksi perhiasan dan berkompertisi di industri penelitan dan pengembangan merupakan studi kreatif. Desain perhiasan dengan melihat atau sistematis mengenai perancangan, pengembangan menggembangkan ide dan gagasan melalui dan penilai dengan tujuan membangun dasar relief maupun artefak peninggalan dari kerajaan empiris untuk menciptakan sutu produk Majapahit. Dengan demikian desain perhiasan instruksional dan non instruksional, alat serta bermotif Majapahit tersebut dapat menunjang suatu model baru. pengrajin perhiasan dalam menggembangkan Dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi gagasan dan ide kreatif untuk membentuk ciri langkah-langkah penelitian dan pengembangan khas perhiasan dari masing-masing pengrajin. model Paning, production, evaluation (PPE) Kontribusi dalam penelitian ini adalah sama-sama menurut Richey dan Klein (2007), yaitu dengan mengembangkan desain produk perhiasan berbahan rincian sebagai berikut: perak, melainkan dalam penelitian ini mengambil 1. Planning (Perencanaan) tema Surya Majapahit. Surya Majapahit adalah Pada tahapan perencanaan mengurikan suatu simbul atau perlambangkan peninggalan kegiatan perencanaan produk yang akan kerajaan Majapahit yang masih digunakan sebagai dibuat untuk tujuan tertentu. Pada tahapan ikon Kab. Mojokerto. Produk perhiasan yang akan ini peneliti menetapkan produk apa yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu cincin, akan dikembangkan berdasarkan analisis gelang, anting-anting, liontin, dan bros. penelitian kebutuhan yang dilakukan melalui penelitian ini juga menggunakan depth interview dengan dan studi literatur. pengrajin perak di desa Batan krajan Kab. Mojokerto 2. Production (produksi) dan menggunakan beberapa teori diantanta teori Tahapan produksi berisi kegiatan membuat pengembangan produk, teori ikonografi, dan teori produk, rancangan yang telah disusun ergonomi. Perbedaan dalam penelitian ini terdapat sebelumnya dibuat menjadi sebuah produk. pada penekanan produk perhiasan, tidak hanya 3. Evaluation (Evaluasi) terbatas pada nilai pasar semata. Melainkan dalam Kegiatan dalam menilai produk yang segi desain dan kenyamanan produk juga perlu dilakukan oleh ahli (expert judgment), guna diperhatikan. mengetahui kekurangan atau kelemahan ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 161

produk serta masukan ahli sehingga produk objek dalam karya seni itu (Panofsky dalam dapat memiliki kelayakan dan kualitas lebih Burhan, 2015 : 3-4). Agar hasil deskripsi pada tahap baik untuk digunakan. pra ikonografi tajam perlu untuk menggunakan prinsip korektif interpretasi sejarah gaya. Prinsip Ikonografi korektif pada tahap deskripsi pra ikonografi ini Dalam penelitian pengembangan desain sebagai syarat yang tidak dapat dihilangkan perhiasan motif Majapahit ini dilakukan dengan oleh sebab itu sifatnya konfirmatif. Gaya dapat menggunakan teori Ikonografi dan ikonnologi mengungkapkan kecenderungan apspek visual Erwin Panofsky. Ikonografi adalah cabang dari yang dapat dikelompokkan berdasarkan waktu, sejarah seni dengan meliahat subject matter wilayah, teknik, subject matter, dan sebaginya (pokok bahasan) atau makna dari karya seni (Zuliati, 2014 : 4). (Panofsky, 1955:26). Dalam pendekatan sejarah Tahapan kedua ialah tahapan analisis dapat digunakan untuk memahami sebuah karya ikonografi yang berusaha mengidentifikasi makna didalamnya. Ketiga tahapan ini merupakan sekunder. Tahapan ini masih berhubungan tahapan saling berkaitan dari satu tahap ke dengan tahapan deskripsi pra ikonografi yaitu tahap yang lainnya yang bersifat prerequisite pada bentuk visual dan ekspresi dengan tema dan (memiliki syarat dari satu tahap ke tahap lainnya) konsep. Untuk dapat melihat hubungan tersebut (Panofsky, 1955 : 32). Adapun ketiga tahapan diperlukan pengetahuan serta pengamatan pada tersebut antara lain deskripsi pra ikonografi, kebiasaan yang berangkat dari pengalaman analisis ikonografi, dan interpretasi ikonografi praktis sehari-hari. Memerlukan pengetahuan dalam table (Panofsky, 1955:40). Selain ketiga serta pengetahuan pengamatan yang berangkat tahapan tersebut, Panofsky menggunakan syarat dari berbagai sumber lain seperti imajinasi karya lain yang berfungsi sebagai prinsip korektif dari seni lainnya, literature, dan berbagai alegori setiap tahapan analisis (Burhan, 2015 : 3). Prinsip (Panofsky, dalam Burhan, 2015 : 4). Prinsip korektif atas interpretaasi lain (dalam table korektif yang digunakan dalam tahapan analisis Panofsky, 1955 : 41) antara lain: pada tahapan ikonografi ialah pada interpretasi sejarah tipe. deskripsi pra ikonografi, prinsip korektif yang Sejarah tipe merupakan beragam kondisi sejarah, digunakan ialah sejarah gaya, pada tahap analisis objek, serta peristiwa yang tervisualkan memalui ikonografi, prinsip korektif yang digunakan bentuk. Dengan memahami sejarah tipe dapat ialah sejarah tipe, dan pada tahapan interpretasi menambah maupun mengkoreksi pengetahuan ikonologi prinsip korektif yang digunakan ialah berdasrkan sumber literature yang terdiri dari sejarah gejala kebudayaan. beragam kondisi sejarah, tema, maupun konsep Tahapan pertama yaitu tahapan deskripsi khusus ternyatakan lewat objek dan bentuk praikonografi dalam penelitian ini merupakan (Panofsky, 1955 : 37). tahapan yang meneliti aspek visual pada karya Tahapan terakhir adalah pada tahapan seni. Tahapan ini terdiri atas makna faktual iterpretasi ikonologi. Tahapan ini merupakan dan ekspresional, pada makna factual yang tahapan esensial yang berangkat dari analisis dilakukan ialah mengidentifikasi bentuk visual terjoreksi pada tahapan analisis ikonografi. yang tampak pada objek serta perubahan pada Menurut Panofsky sebagai intuisi sintesis yang adegan dan momen objek. Identifikasi dilakukan sangat esensial (Panofsky, 1955 : 38). terhadap unsur-unsur visual yang tampak baik Tinjauan ikonografi dan ikonologi berusaha objek pokok maupun objek pendukung lainnya untuk menghasilkan atraupun mengungkapkan (Panofsky,155:28). Sedangkan ekspresional makna interistik dari proses deskripsi pra dilakukan dengan mengungkapkan empeti ikonografi dan analisis ikonologi. Dalam dari pengamatan penelitian pada kebiasaan dan mengungkap makna tahapan interpretasi rasa familiar dari objek dan adegan objeknya. ikonologi diperlukan teori bantu yang digunakan Mengamati hubungan antara objek dan bentuk- dalam kajian ialah teori symbol. Menurut berger, bentuk pendukung dengan adegan peristiwanya symbol adalah sesuatu yang memiliki kamampuan dapat mengungkap kualitas ekspresional karakter untuk mempengaruhi dan memiliki makna 162 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ... mendalam . pengertian symbol perlu dipelajari ekonomis, estetis, dan sikap (Sachari, 1986:47). dengan semua jenis kejadian, pengalaman dan Dalam penelitian ini desain yang diciptakan sebagain besar mempengaruhi emosional. Symbol menyesuikan dengan realitas yang ada. Desain membantu mempertajam tingkahlaku dan yang dihasilkan adalah desain perhiasan dengan prestasi kebudayaan (Berger, 2010 : 28). Prinsip mengambil gaya klasik dan postmodern. Kedua korektif pada tahapan interpretasi ikonologi gaya tersebut dipengaruhi oleh realitas tersebut. ialah pada grjala kebudayaan yang sesuai dengan Realiatas tersebut seperti realitas fungsional, konteks dari objek. Kerangka komfirmasi ini realitas tersebut berpengruh terhadap pengguna diperlukan sebagai koreksi atas interpretasi produk perhiasan tersebut. Pengguna berdasarkan sejarah kebudayaan dalam membangun symbol- umur maupun kelas sosial terhadap pemakai simbol pada objek surya Majapahit. Ikon perhiasan tersebut. Realitas aman terhadap Surya Majapahit Sangat lekat pada keseharian produk dihasilkan berdampak pada kenyamanan masyarakat Mojokerto, terbukti dengan pengguna perhiasan, dengan melihat penggunaan munculnya dinding-dinding pagar menggunakan logam perhiasan antara perak atau emas. Realitas menempelkan motif Surya Majapahit. Akan tetapi terampil, seorang desainer dengan tanggung pada pengembangannya motif Surya tersebut jawab untuk menghasilkan ranncangan perhiasan tidak pernah dibuat perhiasan oleh pengrajin dengan menguai teknik. Sehingga dapat dikatakan di desa Btan Krajan Kab. Mojokerto. Sehingga desainer terampil memiliki sikap cekatan, tangkas, peneliti mencoba untuk mengembangkan produk gesit, mampu, dan cerdik. Realitas ekonomis perhiasan motif Surya Majapahit, sebagai usaha dalam penelitian ini desain perhiasan tersebut untuk memperkenalkan motif tersebut kedalam berpengaruh terhadap proses produksi perhiasan. produk perhiasan. nilai mahal ataupun murah dapat dilihat melalui desain tersebut kesederhanaan ataupun rumit. Estetika Ergonomi Konseptual desain menstranformasi ke realitas Dalam penelitian teori estetika digunakan menurut Sachari antara lain: untuk mendesain perhiasan sesuai dengan estetika 1. Realiatas fungsi dalam perhiasan. Estetika dalam penelitian Dalam peneliatian ini fungsi desain sangat mengacu pada eksplorasi bentuk motif-motif berkaitan dengan segi pengguna produk Majapahit, dengan mempertimbangkan nilai perhiasan. dalam hal ini peneliti harus fungsional desain maupun produk perhiasan menelusuri aspek sosial yang berkembang di tersebut. Perhiasan termasuk dalam penerapan masyarakat. Mulai dari aspek jenjang sosial seni kriya logam, dan sebagai seni terapan. tertinggi, menengah, dan rendah. Peneliti menggunakan pendekatan estetika 2. Realitas Aman ergonomi dalam mengembangkan desain Penelitian ini realitas aman dalam desain perhiasan perhiasan bermotif Majapahit. dapat diperhatikan dalam menentukan Estetika ergonomi tersebut dapat dilihat dari segi standart desain dan konsep desain sehingga keamanan, kenyamanan produk dan kesehatan membantu untuk merumuskan aktifitas yang berorientasi pada keamanan, kesejahteraan dalam realitas aman. dan kebahagiaan (Sachari, 1986: 80). Perhiasan 3. Realitas Terampil tersebut memiliki nilai fungsi sehingga estetika Dalam desain, terampil artinya menguasai ergonomi tersebut harus diterapkan, dikarenakan bentuk informasi raba, informasi rasa, berhubungan langsung dengan manusia sebagai informasi data, dan informasi visual. Dalam pengguna. Peneliti juga mempertimbangkan penelitian pengembang buku desain ini desain tersebut sesuai ergonomi karena peniliti harus menguasai material dan penggunaan material nantinya menggunakan proses, penguasaan teknologi, berdasarkan logam dan menghasilkan produk perhiasan. penguasaan sistem dapat diartikan penguasaan Estetika ergonomi dapat dikembangkan terhadap secara teknik. realita-realita dalam konseptual desain. Realiatas 4. Realiatas Ekonomis tersebut diantaranya fungsional, aman, terampil, Dalam penelitian ini prasyarat desain, ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 163

keberhasilan desain pada dasarnya juga Design Tinking diukur dari kelayakan ekonominya. Sehingga Menurut SP. Gustami terdapat beberapa dalam desain perhiasan terbukti realitas tahapan penting dalam menciptakan karya antara ekonomis adalah penting. Terutama hal-hal lain eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. yang menyangkut kriteria bentuk, proses Berdasarkan tiga tahapan tersebut dapat di produksi dan perawatan purna jualnya. uraikan menjadai enam langkah proses penciptaan 5. Realiatas Estetis karya. Enam langkah tersebut diantaranya: Dalam mendesain, intuisi lebih cenderung pengembaraan jiwa, menentukan konsep atau untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan tema, merencang sketsa, penyempurnaan desain, yang sifatnya langsung atau ekspresif. Dalam mewujudkan karya, dan evaluasi (Gustami, penelitian ini pencarian alternatif pemecahan 2007 : 230). Berdasarkan kutipan tersebut masalah suatu desain atau pencarian maka penelitian ini, dalam mengembangkan bentuk desain yang tepat. Dapat diartikan desain perhiasan melalui tersebut diantaranya pembedahan persepsi kearah proporsi pengumpulan data, pembuatan desain, seperti kesatuan, harmoni, irama, komposisi, pembuatan gambar kerja, proses produksi keseimbangan. Sehingga intuisi dalam perhiasan, dan finishing. Dalam pembuatan mewujudkan gagasan-gagasan estetis dalam desain dalam penelitian ini peneliti menggunakan karya-karya desain. unsur dan prinsip dalam mendesain. 6. Realitas Sikap Desain perhiasan dalam penelitian ini Sikap merupakan modal awal dalam mengambil ide-ide maupun konsep-konsep menerapkan gagasan atau ide kedalam sebuah bermotif Majapahit. Motif tersebut mengambil karya. Antara sikap dan pertanggungjawaban konsep dari artefak maupun simbol yang didapat adalah salah satu dimensi yang berjalan setelah observasi dilapangan. bersamaan didalam jiwa, Mengingat kebudayaan telah melangkah sangat jauh. Gaya Perhiasan Sehingga seorang desainer harus mempunyai Perhiasan Klasik sikap sehingga tidak mudah didekte oleh Benda-benda emas masa lampau tanpa siapapun. Pada tahap akhir desain adalah membedakan fungsi masing-masing pada realitas terakhir, dapat diartikan desain itu hakekatnya adalah seni para pande mas merupakan dunia sikap. (Haryono, 1994: 6-7). Logam emas dalam kehidupan masyarakat Jawa Kuno digunakan Adapun unsur ergonomis karya produk perhiasan untuk pembuatan artefak, dalam hubungan motif Surya Majapahit tersebut adalah sebagai dengan barang-barang perhiasan, logam emas berikut: dipilih karena berpenampilan menarik dan a. Keamanan yaitu jaminan tentang keamanan memiliki warna yang indah (suvarna) selain untuk menggunaan produk perhiasan itu, logam emas dianggap mempunyai nilai tersebut. religius yang lebih jika dibandingkan dengan b. Kenyamanan yaitu apabila produk perhiasan jenis logam lain (Haryono, 1991-1991: 62- tersebut digunakan, menonjolkan nilai 63). Logam emas adalah salah satu jenis logam praktis pada desain maupun hasil produk disamping tembaga yang telah dimanfaatkan perhiasan. oleh manusia sejak ditemuan logam. Emas telah c. Keluwesan pengguna hasil akhir pada menarik perhatian manusia karena warna yang penelitian ini adalah produk perhiasan indah , oleh karena itu tidak mengherankan motif Surya Majapahit termasuk pada bahwa karena memiliki warna yang indah maka produk terapan. Sehingga kemudahan logam emas banyak dimanfaatkan untuk artefak dan keluwesan agar tidak terlalu kesulitan ornamental (Haryono, 1991-1992: 1). Artefak dalam penggunaannya. sangat dekat dengan kebendaan yang berwujud atau dapat dianalisis, sehingga antara perwujudan sebuah artefak dan kehidupan manusia berjalan 164 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ... beriringan sesuai perjalanan waktu. Artefak juga Hasil Pengembangan Dan Visualisasi Desain merupakan tingkah laku manusia yang memfosil Pengembangan Desain Perhiasan Surya karena mengandung ide atau gagasan. Perhiasan Majapahit emas dari masa klasik akhir di Jawa dibuat oleh Untuk menjawab tentang konsep desain ahli pembuat perhiasan yang dikenal sebagai perhiasan motif Majapahit, peneliti menggunakan pande mas, walaupun pande mas tergolong prosedur langkah penelitian pengembangan dalam golongan luar kasta (kasta rendah), bukan model Richey dan Klein (2007) planing, berarti pande mas disishkan dari lingkungan production, evaluation (PPE) dan teori Tim masyarakat. Perkembangan perhiasan pada masa Brown (2009) Sesuai dengan teori tim Brown klasik di Jawa juga tidak terlepas dari peran pande dalam tahapan design thinking yaitu eksplorasi, mas sebagai inovator, namun segala potensi yang identifikasi, ideasi, visualisasi, evaluasi, dan dimiliki pande mas juga dipengaruhi berbagai hal persuasi. Berikut akan dibahas tahapan tersebut, yang ada diluar pande mas seperti waktu, ruang, maka di peroleh hasil dalam penelitian ini dapat kebudayaan, dan ketersediaan bahan (media), diuraikan sebagai berikut: sehingga dengan tema yang sama memiliki Planning (perencanaan) bentuk yang berbeda. Dalam penelitian pengembangan desain perhiasan motif Surya Majapahit ini, peneliti Perhiasan Postmodern (kontemporer) melakukan survey di museum Trowulan Kab. Moderenisasi kultural merupakan proses Mojokerto. Dalam hal ini peneliti menemukan difrensiasi, maka postmodernisasi adalah proses beberapa kerajinan logam berupa kelatbahu dedifrensiasi.. jika teoritis peradigmatik modern berbahan perunggu. Kemudian peneliti juga adalah Weber, maka bagi yang postmodern bukan menemukan kowi sebagai alat untuk peleburan lagi Baudrillard, melainkan Walter Benjamin. Ada logam. Peneliti juga melakukan observasi di empat komponen utama yang dimiliki paradigma daerah Bejijong sebagai daerah atau sentra kultural yaitu (1) hubungan antara objek-objek kerajinan cor kuningan. Peneliti juga belum kultural yang dihasilkan yaitu estetik, teoretis, etis, menemukan pengrajin yang mengembangkan dan sebagainya; (2) hubungan antara yang bersifat motif Surya Majapahit kedalam bentuk perhiasan. kultural sebagai salah satu bagian yang utuh dengan Adapun peneliti menemukan berupa Pin Surya yang bersifat sosial; (3) “ekonomi kultural” yang Majapahit sebagai identitas satu komunitas pada gilirannya memuat unsur-unsur kondisi bagi kebudayaan di daerah Kab.Mojokerto. bersarkan produksidan konsumsi, lembaga-lembaga kultur, Dari penggalian arkeologi di situs Trowulan kota model sirkulasi, dan produk kultural atau barang pra islam terbesar di indonesia (Miksic 1990; itu serndiri;serta (4) model penandaan: yaitu 46) dan berdasarkan berbagai temuan emas hubungan antara penanda, yang ditandakan, dan tersebut menunjukkan bahwa teknik perwujudan acuannya (Sugiharto 2004: 15). Menurut Lodra perhiasan mencapai puncaknya karena berbagai (2012 : 82) Gaya postmodernisme mengaplikasikan tehnik pembuatan seni perhiasan emas telah di nilai-nilai pengetahuan tradisional dengan konsep kenal baik (Kartodirjo Dkk 1993; 254). penciptaan adaptif, adofsi, defusi, dan kolaborasi Dengan kata lain kerajaan Majapahit memang kraitif. di kenal sebagai kerajaan besar dan berbagai jenis Koentjaraningrat mengungkapkan terkait tinggalan arkeologisnya yang telah di temukan dengan perkembangan yang dekutif sebagai menunjukan corak kebudayaan yang bermutu berikut. “Proses penggeseran dan perkembangan tinggi. namun ternyata tinggalan perhiasan dari pada masalah kebudayaan dikarenakan adannya masa Majapahit tidak sebanyak yang di harapkan. internalisasi, sosialisasi, difusi, inovasi, dan Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan ekulturasi, akibat keterbukaan budaya dengan bahwa pada era Majapahit peradabannya sangat budaya luar sehingga memicu terjadinya tinggi dengan temuan dari emas. Tetapi sangat perkembangan. Perkembangan mulai dari bentuk disayangkan karena dalam menikmati perhiasan kebudayaan yang sederhana kekreasi ke bentuk majapahit yang terbuat dari logam emas. yang lebih komplek” (1990 : 227). Tidak dapat dilihat di daerah Trowulan Kab. ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 165

Mojokerto harus dating ke museum Nasional Kertanegara (penguasa kerajaan Singosari maupun Museum di Luar Negeri. Secara hipotesis terakhir) akibat menolak membayar upeti. Dr JLA Brandes pernah menyatakan bahwa jauh Kemudian Raden Wijaya berhasil melarikan sebelum mendapatkan pengaruh dari kebudayaan diri ke Madura untuk meminta perlindungan India, bangsa indonesia memiliki pengetahuan dan kepada Arya Wiraraja. Raden Wijaya kemampuan dalam bidang metalurgi. Pengetahuan diberikan hutan Tarik oleh Arya Wiraraja metalurgi merupakan salah satu dari 10 unsur sebagai daerah kekuasaannya dijadikan kebudayaan yang telah di miliki bangsa Indonesia desa baru dan diberi nama Majapahit. yaitu wayang, gamelan. ilmu irama, puisi, Majapahit berasal dari kata buah Maja dan membatik, mengerjakan logam, sistem mata uang, berasa pahit. Kemudian terdapat pasukan ilmu pelayaran, astronomi, penanaman padi, dan Mongolia tiba di pulau Jawa dengan tujuan birokrasi pemerintahan. (Haryono 2008;60). menghukum Kertanegara akibat Kertanegara Oleh sebab itu peneliti mengembangkan desain menolak membayar upeti kepada penguasa perhiasan Motif Surya Majapahit sebagai salah Jayakatwang. Situasi ini dimanfaatkan oleh satu cara untuk mengembangkan warisan leluhur Raden Wijaya untuk bekerjasama dengan Majapahit, agar pengetahuan Metalurgi atau ilmu tentara Mongolia menyerang Kerajaan Kediri. logam tidak punah. Kemudian pihak Mongolia menang Observasi selanjutnya peneliti juga menemukan atas terbunuhnya Jayakatwang. Ketika di desa Batan Krajan Kab Mojokerto sebagai tentara Mongolia berpesta merayakan sentra perhiasan perak, sangat memprihatinkan kemenangannya, Raden Wijaya untuk pengembangan produknya. Peneliti memanfaatkan untuk menyerang tentara meninjau salah satu pengrajin, Bapak M Anam Mongolia. Akhirnya Raden Wijaya berhasil selaku pemilik usaha Fossil Silver. Mengemukakan mengusir tentara Mongolia dari Jawa dan bahwa saat peneliti melakukan wawancara, Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri penerus usaha kerajinan perak pada saat ini Kertajasa Jayawardana pada tahun 1293. kurang digemari oleh kalangan muda. Seluruh Kerajaan Majapahit mencapai puncak pegawainya banyak keluar untuk bekerja sebagai kejayaan berada dibawah kekuasaan Hayam buruh pabrik. Dengan semakin mahalnya bahan wuruk (1350-1389 M). berdasarkan kitab baku, maka peminat juga kurang, demikian pula Negarakertagama. Wilayah kekuasaan inovasi dalam desain perhiasan sangat kurang. Majapahit pada masa itu hampir sama luasnya Inovasi desain inilah yang menurut peneliti akan dengan wilayah Indonesia yang sekarang, terus dikembangkan sebagai identitas daerah. bahkan pengaruh Kerajaan Majapahit sampai Karena pengrajin hanya sebatas mengetahui negara tetangga. kebesaran Majapahit sebagai sebuah cerita saja. Inovasi seperti Surya Majapahit ini sangat melekat 2). Surya Majapahit pada daerah Kab.Mojokerto, tetapi banyak anak Pada tahapan ini peneliti melakukan muda belum mengetahui makna dari Surya observasi dan dokumentasi di Museum Majapahit. Peneliti banyak sekali menemukan Trowulan pada tanggal 16 Juli 2019. logo maupun tempelan bangunan yang Terletak pada pintu masuk halaman depan menggunakan Surya Majapahit, tapi sama sekali museum Trowulan terbingkai dengan kaca. belum pernah membuat perhiasan menggunakan Memperoleh data bahwa lambang Surya motif tersebut. Majapahit sebagai simbol kebesaran kerajaan Majapahit. Dimana simbol tersebut dikaji Production (produksi) objek visualnya terdapat 8 segitiga pada Eksplorasi bagian tengah terdapat lingkaran. Dalam 1). Kerajaan Majapahit penelitian ini peneliti, juga menemukan Asal mula berdirinya kerajaan Majapahit motif-motif Surya yang digunakan sebagai yakni adanya serangan dari Jayakatwang aksesoris maupun arsitektur pada bangunan (Adipati Kediri) yang berhasil membunuh yang berada di Trowulan. 166 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Brahma, Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, , Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. Dengan mengkaji ikonografi yang berkembang di Bali lambang Dewata Nawasange sebuah perwujudan dari bentuk akulturasi konsep sekte-sekte di Bali berkembang sebelum masuk pengaruh Majapahit dengan lambing surya Majapahit. Proses akulturasi diperkirakan terjadi Gambar 1. Pin dan pagar Surya Majapahit desa Bejijong Trowulan Mojokerto pada masa kejayaan Majapahit, leh sempurna (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) ketika kerajaan Majapahit jatuh dan diketahui tokoh-tokoh rohani Hindu, para Rsi menyingkir dan menetap di Bali (Lodra, 2019 : 169).

Gambar 2. Pagar Surya Mayapahit (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) Penelitian ini mengusung tema maupun konsep desain perhiasan bermotifkan Majapahit. Hasil pengembangan desain perhiasan tersebut Gambar 3. Surya Majapahit tersebut diperuntukkan bagi pengrajin perhiasan Koleksi Museum Trowulan, Kab.Mojokerto di desa Batan Krajan Kab.Mojokerto, agar (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) dapat menciptakan karakter dari masing-masing pengrajin. Dari beberapa desain perhiasan, menurut bapak Anam (48 tahun) selaku Pembina pengrajin perhiasan sekaligus pengrajin perhiasan. Bahwa motif surya Majapahit dianggap sangat kental dengan ciri khas dari Majapahit. Dengan hasil wawancara tersebut peneliti mengambil satu desain yang dianggap pengrajin sesuai dan dapat dikembangkan sebagai ciri khas bagi pengrajin perhiasan di Desa Batan Krajan yaitu motif surya Majapahit. Surya Majapahit pada objek visualnya ditengah lingkaran yang dikelilingi oleh jurai- jurai sinar matahari yang terbagi menjadi 8 ruang ber isi gambar dewa-dewa Hindu berpusat pada lingkaran kecil berisi pahatan siwa Lodra (2019 : 3). Surya Majapahit berkembang pada kebudayaan Bali yaitu Lambang Dewata Nawasange dimana Gambar 4. Surya Majapahit Koleksi Museum Nasional, Jakarta 9 dewa sebagai perlambangan kekuasaan dari (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) Sembilan penjuru mata angina seperti Dewa ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 167

Dengan uraian tentang Surya Majapahit tersebut, maka peneliti mengembangkan desain dengan memperhatikan ergonomi dalam produk perhiasan tersebut, sehingga kenyamanan dan nilai estetik diutamakan dalam menghasilkan desain maupun produk perhiasan. Peneliti dalam mengembangkan desain tersebut tanpa mengurangi nilai-nilai dalam lambang Surya Majapahit. Menurut I Nyoman Lodra (2019 : 168) bahwa Lambang Dewate Nawesange tidak hannya sekedar memiliki nilai estetik tetapi umat Hindu di Bali memiliki keyakinan pada masing- masing figure dewa, yang ada pada 9 penjuru mata angina memiliki filosofi warna, tugas, fungsi, dan makna seperti berikut: a) Dewa Wisnu, utara, berfungsi sebagi Gambar 5. Dewata Nawa Sanga pemelihara, dengan warna hitam mber aaabaliblo.ordre.om yang di maknai ketakutan, kesucian, 1118deatanaaana kesederhanaan, dan sebagainya. b) Dewa Brama, selatan, berfungsi pencipta, Identifikasi warna merah bermakna sumber dari Dengan memperhatikan gambar tersebut segala sumber, berani, cinta, api, darah, peneliti menemukan bahwa surya majapahit dan benih kehidupan. sebagai ciri khas kab. Mojokerto, sehingga peneliti c) Dewa Iswara, timur, warna putih mengembangkan motif tersebut diaplikasikan dimaknai matahari, pelebur, dan sumber dalam sebuah produk desain dan perhiasan. kebangkitan Peneliti mendapatkan gambaran bahwa motif d) Maha Dewa, Barat, kuning, dimaknai Surya Majapahit terdiri dari bentuk diagonal yang kemuliaan, keagungan fungsinya sebagai tersusun bertingkat. Dapat dijelaskan dengan penjaga keseimbangan. gambar sebagai berikut: e) Dewa sengkara, Barat, warna hijau dimaknai tumbuhan, kehidupan, kesuburan berfungsi sebagai penyatuan. f) Dewa Sambu, Timur Laut, warna Biru, sebagai pemelihara, permusuhan, kebebasan yang dimaknai hujan,banjir, dan kesedihan. g) Dewa Mahesora. Tenggara Dadu fungsinya penjaga, keamanan, dimaknai kesadaran, kebangkitan, dan kedamaiaan. h) Dewa Rudra, Barat daya, warna jingga fungsinya menjaga, pembasmi, kemurkaan, maknnya pengorbanan, penyerahan diri, bahaya, dan kehidupan. i) Dewa Siwa, ditengah, bercampurnya seluruh warna putih, merah, kuning, hitam, fungsinya pelebur, pemusnah, Gambar 6. Komponen Bentuk Surya Majapahit maknanya kesucian. (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) 168 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Idea angkup terdapat ikal sebagai akhir Tahapan ini untuk menemukan gagasan angkup tersebut. maupun ide kreatif dalam mengembangkan 2) Jambul susun, terletak pasa muka daun desain perhiasan motif surya Majapahit. Peneliti pokok dengan pengulangan bentuk menggunakan dua gaya dalam mendesain berkali-kali. perhiasan tersebut yaitu gaya klasik dan gaya 3) Daun Trubus, terletak pada pangkal postmodern. Setelah melakukan eksplorasi dan depan dari daun pokok. identifikasi maka peneliti merujuk kepada salah 4) Benangan, terdapat pada daun pokok satu lambang Majapahit. Lambang tersebut adalah bagian depan mulai dari pangkal Surya Majapahit, yang memiliki komponen dan mengikuti alur lengkung daun pokoknya makna yang mengutkan dalam mengkonsep desain menuju dan berakhir pada ulir atau ukel. perhiasan. Peneliti mengambil Surya perhisan dan 5) Pecahan, ada dua jenis pecahan yaitu mengkombinasikan dengan ragam hias Majapahit. pecahan garis yang menjalar pada daun Yang diambil dari beberapa rujukan diantaranya. pokok dan pecahan cawen yang terdapat pada ukiran daun patran.

Visualisasi Dengan memperhatikan tahapan eksplorasi, identifikasi, dan idea, maka peneliti memvisualisaikan kepada desain perhiasan. Pada tahapan ini peneliti memvisualisasikan kedalam bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi, dengan menggunakan manual dan program corel draw x4 dalam mendesain perhiasan. Pada obyek visual ini menunjukkan dari idea yang sudah diuraikan sebelummnya mengambil motif Surya Majapahit dengan mengkombinasikan beberapa objek pendukung. Objek desain tersebut tidak menggurangi makana didalamnya hannya mengembangkan pada sisi pengembangan bentuk. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar . eni kir Motf Maaait Gambar 8. Penembanan deain inin klaik mber eni kir atomi 1986 (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) Gambar di atas merupakan motif ukir Majapahit memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Angkup, berbentuk cekung dan berikal. Berada pada bagian atas dan pada ujung ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 169

Gambar 9. Penembanan deain antnantn klaik (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)

Gambar 11. Pengembangan desain gelang klasik (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)

Gambar 1. Penembanan deain liontn klaik (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)

Gambar 12. Pengembangan desain bros klasik (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) 170 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Gambar 1. Penembanan deain inin otmodern Gambar 14. Pengembangan desain bros postmodern (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 171

Gambar 1. Penembanan deain liontn otmodern Gambar 16. Pengembangan desain gelang postmodern (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) 172 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

gaya klasik dan postmodern (kontemporer) yang sudah dikembangkan untuk dijadikan perhiasan. Desain perhiasan ini telah diuji oleh ahli desain bu lidya (38 tahun) dan perhiasan bapak Anam (54 tahun) diperoleh hasil bahwa menurut bu lidya mengemukakan untuk keseluruhan desain cukup bagus sesuai dengan tema atau motif yang dikembangkan. Pemilihan tema tersubut sangat perlu dikembangkan karena beberapa waktu lalu bu lidya jarang mengetahui pengrajin Kab.Mojokerto berpameran dalam pameran nasional maupun internasional. Bu Lidya mengemukaan bahwa salah satu desain cukup mewakili, yaitu motif Surya Majapahit dengan berbentuk bunga masing-masing kelopaknya menggunakan ornamen Majapahit. Menurut beliau desain tersebut sangat menarik karena memadukan banyak unsur didalamnya yaitu bunga dan Surya Majapahit. Hasil produk tersebut sudah mengembangkan dengan teknik dengan berbahan rhodium sebagai produk sekarang yang banyak digemari oleh konsumen. Sedangkankan untuk pengembangan postmodern bu Lidya memilih desain sinar surya majapahit yang menjurai keluar. Tetapi dalam desain tersebut perlu diperhatikan dalam segi keamanan, karena jang sampai pada sudut tersebut melukai konsumen pada saat menggunkan produk tersebut. Wawancara dengan ahli perhiasan bapak Anam, sangat tertarik dengan pengembangan desain Surya Majapahit sebagai ciri khas dari Kab.Mojokerto. menurut bapak Anam dengan mengembangkan desain tersebut dapat membangkitkan gairah dalam pengrajin untuk kembali menekuni kerajinan perak ini. Pada saat ini pengrajin yang bertahan hanya 10 orang saja, dengan berkurangnya Gambar 1. Penembanan deain antn otmodern (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) pengrajin ini hanya 2 unit usaha yang bertahan hingga sekarang. Melihat keadaan tersebut bapak Evaluasi Anam sangat antusis kepada peneliti untuk terus Dengan memperhatikan desain yang sudah mengembangkan desain perhiasan dengan motif dikembangkan sebelum memasuki pada tahapan Majapahitan yang lain. Karena kekurangan media persuasi. Peneliti mengevaluasi atas desain dengan maupun pengrajin yang mampu dalam mendesain bantuan expert yang ditunjuk sebelumnya, sehingga perhiasan motif Majapahit saaat ini. Dalam mendapatkan temuan dalam desain tersebut yaitu tahapan evaluasi ini bapak Anam tertarik dengan ada beberapa desain yang memerlukan perubahan desain Surya Majapahit berbentuk seperti bunga. berkenaan dengan teknik produksi. Beberapa Desain tersebut cukup bagus tetapi untuk arah desain tersebut mengurangi dan menambah bagian ornamen tersebut lebih baik searah dengan jarum agar nyaman saat digunakan oleh konsumen. jam sehingga keseimbangan dalam bentuk tersebut Penelitian ini mengambil dua desain dengan tampak. ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 173

dan merumuskan masalah bahwa pengrajin perhiasan di Batan Krajan Kab. Mojokerto, belum pernah membuat desain maupun memproduksi perhiasan dengan motif tersebut. Peneliti mengembangkan desain Surya Majapahit tersebut kedalam bentuk produk perhiasan perak dengan model klasik dan post modern. b. Pada tahapan perancangan ideasi untuk Gambar 18. valai deain (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) produksi perhiasan beberapa ide kreatif desain kesulitan dalam proses produksi. Terutama Persuasi pada proses ukir tekan pada ornament motif Tahapan akhir penelitian mewudkan Majapahit. Kesulitan tersebut dikarenakan dengan material perak dengan finishing jarang dibuat dan Sumber Daya Manusia poles dan rhodium plating. Penelitian ini dalam hal ini pengrajin sudah tidak ada lagi mewujudkan perhiasan dengan mengambil yang mampu untuk membuat detail. . gaya klasik dan gaya postmodern. Perwujudan Secara teknologi pengrajin menggunakan sesuai ergonomic dengan memfokuskan kepada alat tradisional untuk produksi perhiasan kenyamanan pengguna., sehingga perhiasan perak tersebut. d. tersebut dapat menunjang dari segi fasion dan Pengrajin perak di desa Batan Krajan Kab. segi keamanan perhiasan. Perhiasan klasik Mojokerto memerlukan komposisi bahan penelitian pengembangn desain ini dengan untuk mengembangkan produk pada . obyek atau sumber ide Surya Majapahit, dengan tahapan finishing Pengrajin hanya sebatas menggabungkan motif ukir majapahit yang mengetahui pelapisan perhiasan dengan diambil dari museum Trowulan. Desain tersebut Rhodium, dan masih belum menggunakan tidak mengurangi dari nilai filosofi lambang surya tahapan tersebut. e. majapahit dengan mengkaji ekonografinya, dasain Pada tahapan evaluasi desain perhiasan tersebut hanya mengembangkan pengembangan peneliti merubah atau merevisi beberapa komponen bentuk dari hasil identifikasi. inci bagian komponen perhiasan untuk Desain post modern pada penelitian ini dengan menyempurnakan desain tersebut. Revisi mengambil bentuk sinar dari Surya Majapahit. tersebut terdapat pada desain Surya Majapahit Desain tersebut menggunakan material perak dengan model Klasik yang memerlukan dengan hasikl tahap akhirnya dengan teknik poles tingkat kedetailan dan pematrian yang dan rhodium plating . untuk membedakan antara rumit. Merevisi desain tersebut didapat dari desain klasik dan postmodern terdapat pada penilaian dari para ahli desain dan produk penambahan material dan fungsinya diantaranya perhiasan. f. untuk kalung digunakan juga material dari bahan Pada penelitian pengembangan desain kain. Kemudian, pada bros dapat digunakan perhiasan ini pada proses produksi peneti untuk aksesoris jilbab. mengalami hambatan pada pengadaan bahan perak murni mengalami keterlambatan, Evaluation (Evaluasi) sehingga pada proses produksi lebih lama Pada tahapan evaluasi ini keselurahan dan tidak sesuai dengan jadwal penyelesaian. g. pengembangan desain perhiasan motif Surya Pada proses produksi produk perhiasaan Majapahit untuk pengrajin di Desa Batan Surya Majapahit peneliti memperinci Krajan Kab.Mojokerto, menemukan beberapa kebutuhan bahan, alat, dan harga sebagai permasalahan diantaranya: berikut : a. Pada tahapan eksplorasi peneliti belum menemukan produk perhiasan motif Surya Majapahit, sehingga peneliti memfokuskan 174 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Table 1 Daftar Kebutuhan Produksi pada bagian bawah. Penambahan tersebut No Nama barang Satuan Harga untuk memberikan kesan nyaman dan 1 Perak dan patri @300 gram Rp. 6.000.000,- aman, sehingga berdampak pada nilai-nilai 2 Bensin Rp. 30.000,- realitas fungsional, aman, terampil, dan estik. 3 Mata gergaji Rp. 245.000,- Pemanfaat media aplikasi corel draw membantu shawing Jerman Rp. 1.000.000,- peneliti untuk menggambarkan rancangan Biaya produksi @ 2set Rp. 1.300.000,- 4 Biaya Rhodium perhiasan Rp. 600.000,- perhiasan berupa gambar 2 dimensi maupun 5 Batu mulia @ 2set 3 dimensi. Unsur-unsur desain dan prinsip 6 perhiasan desain diutamakan dengan memperhatikan, Total produksi Rp. 9.175.000,- bahwa produk perhiasan adalah produk terapan h. Pada biaya produksi Rp. 9.175.000,- untuk 2 berbahan logam dengan teknik pengerjaan set perhiasan menurut masukan dari beberapa yang berbeda dengan desain produk lain. Ketepatan ukuran dan kekuatan dalam proses ahli bila harga jual produk desain motif desain sangat diperhatikan untuk mencari Majapahit tersebut ditambah keuntungan ketepatan pada produk perhiasan. Keseluhan 15% sehingga menjadi Rp. 10. 551.250,- perhiasan dikerjakan menggunkan alat manual masih sesuai dengan daya beli konumen pada tanpa menggunakan mesin ataupun teknik kelas menengah dan atas. cor untuk produksi masal. Produksi perhiasan menghasilkan 1 set perhiasan diantaranya gelang, Kualitas pengembangan perhiasan motif Surya liontin, cincin, bros, dan anting-anting. Sebagai Majapahit berikut benruk rancangan desain perhiasan Dalam tahapan mendeskripsikan kualitas motif surya Majapahit dengan gaya klasik. produk perhiasan dengan tahapan memperinci masing-masing komponen kedalam bentuk table kerja. Table kerja ini mempermudah untuk mengerjakan perhiasan, sehingga dapat terukur dari bagian perhiasan yang akan diwujudkan. Sekaligus mendeskripsikan rancangan sumber ide berupa desain dan produk perhiasan sesuai dengan pengembangan perhiasan bergaya klasik dan postmodern 1. Desain pehiasan Klasik Desain perhiasan bergaya Klasik menggunakan simbol Surya Majapahit dengan ikonografi 8 sinar dengan bentuk utama bentuk lingkaran. Desain perhiasan klasik tersebut untuk menunjukkan nilai-nilai tradisional, maka peneliti menggabungkan ornamen relief Majapahit kedalam bentuk perhiasan. Desain klasik yang dibuat dikhususkan pada kalangan kelas menengah hingga atas. Kesan perhiasan tersebut terlihat elegan dengan menambahkan komponen batu mulia. Desain perhiasan motif Surya Mjapahit tersebut diaplikasikan kedalam bentuk perhiasan berbahan perak atau silver. Desain tersebut sudah melalui tahapan validasi oleh tim validator dari pengrajin. Adapun tanggapan mengenai desain sebelum produksi perhiasan bergaya klasik, terdapat pembenahan diantaranya sudut arah sinar menyesuaikan arah jarum jam. Gambar 19. eain iontn ra Maaait Untuk menambah kesan kokoh pada (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) tahapan desain menambah rangkaian kawat ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 175

Gambar 20. Desain Bros Surya Majapahit Gambar 1. eain Antn ra Maaait (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) 176 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Gambar 23. Desain Gelang Surya Majapahit (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) Desain postmodern kontemporer Desain perhiasan post modern ini peneliti merancang lebih sederhana dibandingkan, rancangan klasik. Keserhanaan dalam desain sebagai gambaran peneliti untuk menunjukkan nilai fungsional dan ekonomis. Pengguna produk perhiasan, nantinya dapat digunakan pada kelas bawah maupun menengah. Peneliti tetap menggunakan motif Surya Majapahit. Gambar . eain Cinin ra Maaait Perancangan desain gaya postmodern ini (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) menggambil salah stu bentuk diagonal segi tiga ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 177 sama kaki dengan motif sinar yang menjorok keluar. Sesuai dengan teori ikonografi peneliti tidak meninggalkan tema ataupun konsep perancangan Surya Majapahit. Perancangan desain ini masih membawa desain klasik, digunakan dengan percampuran bahan baku perak dilapis rhodium. Teknik pekerjaan masih menggunakan manual, dengan alat sederhana dan menunjukkan ornamen diagonal untuk menunjukkan kekuatan pada produk tersebut. Peneliti masih menunjukkan pada desain perhiasan postmodern dengan memperhatikan nilai ergonomi, walaupun terlihat sesderhana masih memperkuat dengan mementingkan kenyamanan pengguna. Unsur desain dan prinsip desain dengan mengkomposisikan bentuk – bentuk yang dinamis, sehingga menghasilkan poduk perhiasan yang layak untuk dipakai. Adapun desain postmodern ini, pada produk akhir membuat 1 set perhiasan diantaranya gelang, liontin bros, cincin, dan anting-anting. Berikut rancangan desain perhiasan postmodern yang sudah melalui tahapan kelayakan oleh validato.

Gambar 24. Desain Gelang Surya Majapahit Gambar . eain iontn ra Maaait (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) 178 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Gambar 26. Desain Gelang Surya Majapahit (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)

Gambar . eain ro ra Maaait (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 179

HASIL PENELITIAN

Produk Perhiasan 1. Perhiasan Klasik

Gambar 29. Satu set perhiasan klasik (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)

Perhiasan ini terinspirasi dari motif surya majapahit dengan menggabungkan ornament majapahit tahpan awal dalam proses produksi perhiasan peneliti melakukan observasi langsung yang kemudian mengembangkan bentuk pengamatan kedalam media dua dimensi. Surya Majapahit ini diwujudkan dalam bentuk produk liontin, cincin, gelang, anting, bros. bentuk semua item dalam produk perhiasan ini dengan mencari kemiripan, sehingga akan memunculkan nilai kesatuan jika digunakan dalam satu set perhiasan. Dalam produk perhiasan ini ditonjolkan adalah bentuk item liontin, karena bentuk liontin yang unik dengan menggabungkan 3 bentuk item yang sama sehingga dari keseluruhan item perhiasan liontin yang tampak lebih besar. Liontin terdapat beberapa teknik diantaranya teknik potong, teknik shawing, dan teknik patri. Bentuk perhiasan ini menyesuaikan bentuk ikon Surya Majapahit, dengan melihat unsur 8 sinar yang muncul dari luar lingkaran. Berat keseluruhan perhiasan yang terdiri dari bros, liontin, cincin, gelang, dan anting adalah 159 gram. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari masing-masing produk dapat dijelaskan Gambar 8. eain Antn ra Maaait sebagai berikut: (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) 180 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

a. Liontin b. Cincin

Depan Belakang Gambar 1. Periaan bentk inin Depan (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)

Produk perhiasan cincin tidak jauh beda menggunakan bentuk ornament yang sama dengan ukuran diameter 2,4 cm. sedangkan bentuk ornament meliki panjang 1 cm dan lebar 0,4cm, dengan menggunakan batu garnet merah berukuran 0,4 mm. Cincin ini menggunkan ring polos sigar menjalin berdiamer 1,7 cm.

. Gelang Belakang Gambar . Periaan bentk liontn (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) Produk perhiasan liontin memiliki ukuran pada bentuk A diameter 4,5 cm, bentuk tersebut terinsirasi ornament majapahit memliki ukuran masing bentuk A panjang 1,7 cm dan lebar 0,7 cm dengan jumlah 8 bentuk ornament sebagai wujud sinar dari Surya Majapahit. Produk perhiasan ini menambahkan batu mulia garnet merah memiliki ukuran 0,9 mm untuk menambah estetika dan kontras pada perhiasan dengan material perak. Teknik pada penyambungan masing-masing item bentuk dengan teknik patri.sedangkan pemasangan batu dengan bentuk gigi. supaya bentuk tidak mudah lepas dari patrian disaat penyambungan penile memberikan rangka kawat pada belakang bentuk tersebut. Sedangkan bentuk B dan C memiliki diameter 3,7 cm dan memiliki masing-masing bentuk ornament dengan Gambar 32. Perhiasan bentuk gelang ukuran 1,4 cm dan lebar 0,4 cm. ukuran (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) untuk batu garnet merah menggunakan ukuran 0,6 mm dengan jumlah 2 ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 181

Pada produk perhiasan gelang bermotif Pada produk perhiasan bros meliki Surya majapahit memiliki ukuran bentuk ukuran bentuk ber diameter 4,2 cm dan ber diameter 3,8 cm memili ukuran batu menggunakan batu 0,9 mm. pada produk 0,6 mm. dalam produk gelang tidak perhiasan bros ini menggunakan 2 nilai merubah bentuk, sehingga satu unsur fungsi digunakan dalm penggunaannya dengan produk desain perhiasan surya pertama untuk bros dan kedua untuk majapahit sehingga menjadi satu kesatuan. jilbab berupa ring kolong. Penggunaan Sedangkan untuk lebar pergelangan ring kolong tersebut desainner berinovasi tangan memiliki ukuran panjang 6,5 cm sesuai pengguna pada saat ini sebagai dan dan tinggi 4,6 cm, tebal plat 0,2 mm aksesoris untuk jilbab. dan lebar 0,7 mm pada bagian tengah dan bawah 0,5 mm. e. Anting-anting d. Bros

Gambar . Periaan Antnantn (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)

Pada produk perhiasan anting-anting desainner membuat bentuk Surya Majapahit berdiameter 2,9 cm dan memiliki ukuran batu 0,5 mm. sedangkan panjang kawat untuk untuk masuk ketelinga 1,5 cm dan anting ini berbentuk giwangan untuk mempermudah penguna dalam segi pemakaian.

2. Desain Postmodern Motif Surya Majapahit a. Gelang Pada produk perhiasan gelang post modern ini desainner memiliki rancangan ide kreatif dengan mengambil unsur pancaran surya yang terdiri dari juraian garis keluar. Jurain tersebut tidak merubah dari konsep dan pengabilan motif dari bentuk Surya Majapahit. Juraian tersebut berbentu segitiga sama kaki, yang memiliki ukuran 1,7 cm dan tinggi 2,5 cm dan desainer meletakkan 2 bentuk juraian tersebut berbeda arah sudutnya. Gambar 33. Perhiasan bros Sedangkan diametr pergelangan tangan (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) untuk produk gelang berukuran panjang 6 cm dan tinggi 4,6 cm. Gelang ini 182 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

bersifat fleksibel singga dalam penggunaan rantai untuk menggabungkan antara produk tersebut menggambil pola Tarik kolong kalung dengan bentuk utama sehingga mudah untuk menyesuaikan juaian surya Majapahit. Panjang ratai itu ukuran pergelangan tangan penggunanya. sendiri memiliki ukuran panjang 1,5 cm, sedangkan panjang kolong liontin 1,5 cm dan lebar 0,5 mm. menggunkan batu black jade panjang 2 cm dan lebar 1 cm, menyesuaikan bentuk ring batu dalam liontin tersebut.

Desain Gelang (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) b. Cincin Pada produk perhiasan cincin desainer memiliki ide untuk membuat desain bentuk belah ketupat dengan juraian mengarah keluar. Bentuk belah ketupat tersebut memiliki ukururan panjang 3,5 cm dan lebar 2 cm, menggunakan batu black jade berukuran panjang 1,1 cm eain iontn dan lebar 0,6 mm menyesuaikan dengan (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) bentuk kolong batunya. Sedangkan untuk ukuran besar ring menggukan d. Bros ukuran diameter 1,2 cm. Dalam produk perhiasan bros desainer tetap memnggunakan juraian sebagai satu kesatuan dalam produk. Memiliki ukuran tinggi 4,5 cm dan lebar 3,8 cm dan diperkuat dengan rangka kawat pada bagian bawah plat. Sedangkan batu menggunakan black jade dengan ukuran tinggi 2,2 cm dan lebar 1,2 cm. sedangkan bros ini menggunakan tusuk peniti dan eain Cinin (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) kolong sebagai aksesoris pada jilbab.

. Liontin Pada bentuk produk liontin desainer tetap menggunakan juraian keluar sebagai satu kesatuan dalam tema desain Surya Majapahit. Jurain tersebut mengunkan bentuk segitiga sama kaki dengan ukuran tinggi 3,8 cm dan lebar 3 cm. sedangkan diperkuat dengan kerangka kawat pada bagian bawahnya, sebagai tumpuan plat pda juraian yang mengarah keluar. Desain Bros Pada liontin ini deinener menggunakan (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 183

e. Anting-anting Sehingga menunjukkan makna dari pengambilan Pada bentuk anting-anting ini desainer konsep dan segi kenyamanan pengguna. Penelitian tetapa menggunakan metode giwang ini menggembangkan produk kriya logam tusuk dalam penggunaan anting-anting perhiasan bermotif majapahit dengan mengambil tersebut. Sehingga tetap memiliki unsur lambang Surya Majapahit. Surya Majapahit fleksibel dan klasik dalam desain tersebut. adalah lambang atau simbul kebesaran kerajaan Anting-anting ini memiliki ukuran tinggi Majapahit dengan mengambil pendekatan symbol 2,7 cm dan lebar 2,2 cm, memiliki ukuran dewata nawasanga yang berkembang di Bali. batu black jade panjang 1,2 cm dan lebar Dengan bentuk visualnya pada tengah terdapat 0,7mm. untuk menggabungkan penjepit lingkaran yang disampingnya terdapat jurai-jurai dan bentuk juraian Surya Mjapahit menyerupai sinar dan terdapat 9 tokoh dewa di desainer menggunakan rantai dengan dalamnya. panjang 0,8 mm. Penelitaian ini proses pengembangan produk perhiasan mengalami beberapa hambatan diantaranya waktu dan biaya produksi, sehingga dalam proses produksi mengalami keterlambatan. Dari beberapa pengrajin dengan melihat proses pengembangan perhiasan sangat terbantu dan berusaha untuk mencari alternatif untuk menunjukkan kualitas perhiasan yang sempurna. Pengembangan desain sangat penting dalam kompetisi di dunia perhiasan, sehingga pengrajin lebih aktif untuk mencari informasi tentang teknologi yang berkembang saat ini. Dengan adanya penelitian pengembangan perhiasan ini pengrajin lebih mudah untuk mencari sumber ide kreatif dari peninggalan Kerajaan Majapahit. Menggali sumber ide inilah yang nantinya akan menjadikan cirikhas dari masing-masing pengrajin perhiasan. eain Antnantn (Sumber: Yongky Danang Prasetyo) Saran Kesimpulan Saran yang didapat dalam penelitian Dalam mengembangkan perhiasan motif pengembangan perhiasan ini adalah: Peneliti Majapahit untuk pengrajin desa Batan Krajan kab dapat mengembangkan desain lebih banyak Mojokerto Jawa Timur memperoleh kesimpulan dengan motif Majapahit, karena begitu banyak bahwa: Dalam proses mengembangkan pehiasan peninggalan Majapahit yang perlu di eksplor lagi. ini menggunakan teori design thinking dengan Peneliti mengembangkan desain lebih banyak lagi enam tahapan lebih mudah dalam mengkonsep untuk mengembangkan dengan melihat teknologi dari ide- ide, sehingga dalam perwujudannya lebih yang berkembang saat ini. Bagi pengrajin dapat terukur dan terperinci. Keenam tahapan tersebut mengembangkan potensi dalam mengembangkan meliputi eksplorasi, identifikasi, idea, visualisasi, perhiasan dengan melihat peninggalan Majapahit. evaluasi, dan persuasi. Dengan menggunakan Pengrajin lebih aktif dalam mencari ilmu teori design thinking, peneliti menambahkan pengetahuan tentang perhiasan dimana kompetisi teori sebagai pendukung teori tersebut yaitu teori dunia perhiasan sangat tingggi. Untuk pengrajin ikonografi dan teori estetika ergonomi. lebih kreatif untuk mengembangkan produk Teori pendukung tersebut di gunakan perhiasan yang berkualitas. Pengrajin lebih banyak karena desain yang dikembangkan adalah desain referensi untuk mengembangkan proses produksi perhiasan termasuk dalam seni kriya terapan. perhiasan motif Majapahit. 184 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...

Daftar Pustaka Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Berger, Arthur Asa. (2010). Pengantar Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Semiotika: Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Bandung : Alfabeta. Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana. Supriyadiyanto. (2017). Angsa Sebagai Inspirasi Creswell, John W. (2013). Penelitian Kualitatif Penciptaan Perhiasan Kriya Logam. Yogyakarta: Dan Desain Riset: Memilih Diantara Universitas Negeri Yogyakarta. Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Zulizti. (2014). Ikonografi Karya Sudjojono “Di Gustami, SP. (2007). Butir-butir Mutiara Estetika Depan Kelamboe Terboeka”. Yogyakarta: Institut Timur. Yogyakarta: Prasista. Seni Indonesia Yogyakarta. Haryono, T. (1991-1992). Logam Emas: Fungsi Dan Maknanya Dalam Masyarakat Jawa Kuno Abad VII-XV. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Haryono, T. (1993). Seni Majapahit Dalam Kartodirjo, Sartono. Dkk. 700 Tahun Majapahit Bunga Rampai. Surabaya: Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Tingat Jawa Timur. Indrianti, K. (2016). Kajian Perhiasan Tradisional. E-Jurnal: Seni Dan Kria, Vol 1. (1): 3-4. Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains. Laksana, Deddy. A. W. (2012). Desain Identitas Perusahaan. Bahan ajar Lodra, I. N. (2012). Kriya Tradisional Dalam Cengraman Kapitalis. Bali: Sari Khayangan Indonesia Merdiana, Reyna. (2015). Pengembangan Desain Perhiasan Wanita Berkarakter Jawa Timur Berbahan Sterling Silver Dan Menggunakan Ragam Paduan Batuan Pacitan. Surabaya: Desain Produk Industri FTSP –ITS. Ningtyas Arum S. (2015). Sebuah Penciptaan Perhiasan Kontemporer Sebagai Karya Seni Kriya Logam. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia. Nugraha R. (2016). Kajian Perhiasan Tutola Jewery dengan Inspirasi Budaya Bali. Bandung: Universitas Telkom. Panofsky, Erwin. (19550 . Meaning of Te Visual Arts. New York: Doubleday Anchor Books. Rohidi, Tjetjep R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara. Sachari, Agus. (1986). Desain Gaya Dan Realita. Jakarta: Rajawali. Sugiharto, B. (2004). Sosiologi Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius.