Antropologi XI Tedi S.Pdf

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Antropologi XI Tedi S.Pdf Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional dilindungi oleh Undang-Undang Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Bahasa Penulis : Tedi Sutardi Penyunting : Ita Rospita Pewajah Isi : I Gusti Ngurah Wiyasa Pewajah Sampul : A. Purnama Sumber Sampul Depan Kelas XI Kabare 2006, Indonesian Heritage: Religion and Ritual 1999, La Galigo: Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia, 2003. Katalog Dalam Terbitan (KDT) 301.07 TED TEDI Sutardi a Antropoloi Mengungkap Keragaman Budaya 1 : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Bahasa / penulis, Tedi Sutardi.; penyunting, Ita Rospita. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. vii, 130 hlm, : ilus. ; 25 cm Bibliografi : hlm. 127-128 Indeks ISBN : 978-979-068-668-7 1. Antropologi-Studi dan Pengajaran I. Judul II. Ita Rospita Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari penerbit PT. Setia Purna Inves Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pemdidikan Nasional tahun 2009 Diperbanyak oleh ...... Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Juni 2009 Kepala Pusat Perbukuan iii Panduan untuk Pembaca Buku Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI ini terdiri atas tiga bab, yaitu Kesamaan dan Keragaman Budaya, Bab Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional, 1 serta Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan. Buku ini dilengkapi juga Sumber: Kabare, 2006 Upacara Grebeg di Yogyakarta merupakan bentuk akulturasi dengan beberapa materi dan soal pengayaan. Berikut ini panduan antara agama dan budaya yang memperkaya keragaman budaya 1 Indonesia. untuk pembaca yang kami tawarkan kepada Anda untuk membaca Kesamaan dan Keragaman Budaya Apa Manfaatnya Bagiku? 2 A. Asal Usul dan Perkembangan dan memahami isi buku ini. Setelah mempelajari bab ini, siswa mampu memahami kesamaan dan keragaman budaya serta dapat menentukan sikap terhadap berbagai kesamaan dan keragaman Antropologi tersebut dalam konteks membina persatuan dan kesatuan bangsa. B. Antropologi di Indonesia C. Ruang Lingkup Antropologi Kata Kunci D. Budaya Lokal, Pengaruh Di setiap awal bab disajikan Judul Bab (1), yang disesuaikan Budaya Asing, dan budaya, budaya lokal, budaya asing, toleransi, empati, difusi, percampuran, Hubungan Antar budaya asimilasi, gegar budaya 3 E. Pembinaan Keberagaman Budaya yang Ada dengan tema materi dalam bab. Apa Manfaat Bagiku? (2), Menerangkan Selamat! Anda telah berhasil mengikuti ujian kenaikan kelas. di Masyarakat Setempat Anda kini berada di Kelas XI, dan untuk pertama kalinya Anda akan F. Masalah-Masalah Akibat belajar ilmu Antropologi secara formal di kelas. Mungkin Anda akan Adanya Keberagaman Budaya bertanya, apakah Antropologi itu? Bagaimana kemunculannya? G. Sikap Toleransi dan Empati Antropologi secara sederhana dipahami sebagai ilmu yang Sosial terhadap Keberagaman tujuan pembelajaran. Kata Kunci (3), berisi tentang istilah-istilah mempelajari manusia dan ke budayaannya. Antropologi lahir dari Budaya pengalaman faktual berbagai bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Lebih penting lagi, Antropologi merupakan ilmu yang mengkaji manusia dan ke budayaanA Asal pada Usul umumnya. dan Perkembangan Antropologi penting yang menerangkan materi yang dibahas. Seperti diketahui bersama, budaya yang ada di Indonesia sangat beragam. Anda akanAntropologi menemukan lahir berbagai dari keingintahuan budaya yang manusia beragam terhadap manus Referensiini. Bagaimana seharusnyalain. Bangsa sikap Eropa seseorang memelopori terhadap pengiriman keragaman ekspedisi ke berbag Antropologi budaya? Bagaimananegara. kaitan Perjalanan keragaman jauh budaya tersebut dengan didorong ke oleh budayaan tujuan yang beragam nasional? yakni murni didorong oleh rasa ingin tahu akan daerah sekitarny Referensi Antropologi (4), berisi pengertian konsep Globalisasi adalah proses percepatanKeragaman4 mencarisuku bangsa daerah dan jajahan, ke budayaan mencari Indonesiabahan mentah masih dan pasaran has saling ketergantunganmenunjukkan bangsa- unsur-unsurindustri, dan persamaan menyebarkan yang besar agama. karena suku-suku bangsa dalam sebuahbangsa sistem dunia di Indonesia Dariberasal perjalanan dari nenek tersebut, moyang wawasan yang masyarakat sama atau (Eropa) mengen yang berbentuk jaringanberasal ekonomi, dari satu rumpunkehidupan bangsa. di luar Kekayaan dirinya semakin budaya bangsaluas. Hal Indonesia tersebut menumbuhka media massa, dan sistem transportasi yang sesuai dengan materi dan disajikan dalam dua bahasa justru terletak dalamkesadaran keragaman akan adanya budaya perbedaan lokal atau bentuk budaya À sik daerah manusia, seperti ad modern. yang tersebar di yangseantero berkulit Nusantara. hitam, kuning, Sebelum rambut lebih keriting,jauh meninjau lurus, dan sebagainy tentang aneka ragamSelain budaya itu, terdapat di Indonesia, pula perbedaanpem bahasan bahasa, akan dimulai tingkat teknologi, ca dengan menguraihidup, terlebih dan dahulu adat istiadat. tentang asal-usul perkembangan (bilingual). Pengayaan ini berguna untuk mengembangkan Antropologi. Mengapa manusia beragam À sik dan budaya, padahal terdiri at satu spesies? Hal-hal apa yang menjadi penyebabnya? Sejak kapa Diskusi manusia ada di permukaan bumi? Mengapa terjadi perubahan À s manusia dan perubahan ke budayaan? kecakapan akademik siswa. Diskusi (5), mengajak siswa Bagaimana tanggapan Anda terhadap Pertanyaan-pertanyaan itu telah mendorong berbagai bang faktor pendorong dan penghambat untuk mempelajari manusia secara lebih khusus melalui penelitia pembauran? secara ilmiah. Hal inilah yang menjadi cikal bakal ilmu Antropolog Secara sederhana, Antropologi adalah ilmu yang mempelaja mampu memecahkan masalah bersama-sama, baik dalam 5 manusia dan ke budayaan. Secara lebih sistematis, Koentjaraningrat menyusun pe kembang an ilmu antropologi menjadi empat fase, sebagai beriku 1. Fase Pertama: Sebelum 1800-an kelompok besar maupun kecil. Kegiatan diskusi ini berguna Peduli Pada 1400-an, orang Eropa Barat mulai menjelajahi berbag penjuru dunia seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Seland Jika anda dipersilakan memilih Baru. Hasil dari perjalanan-perjalanan tersebut, berupa buk sebuah spesialisasi dalam studi buku yang menceritakan kehidupan suku bangsa di luar bang untuk mengembangkan kecakapan sosial dan akademik siswa. antropologi, manakah yang6 menjadi Eropa. Gambaran tentang ciri-ciri À sik, adat istiadat, bahasa, ma pilihan anda: paleoanthropologi, pencaharian, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya itu disebut etnogra arkeologi- budaya, antropologi- EtnograÀ berasal dari ethnos, artinya bangsa, dan graÀ en, artiny Peduli (6), menumbuhkan wawasan siswa terhadap kepenting an ekologi (lingkungan), antropologi- gambaran atau uraian (deskripsi). Bedah Budaya7 Carilah berbagai sumber tambahan dari internet, koran atau buku di perpustakaan sekola bersama dan lingkungan sosial budaya. untuk memperdalam pemahaman tentang perkembangan antropologi. Kemudian, susunla ringkasan perkembangan antropologi tersebut dalam sebuah karya tulis. Serahkan hasilny kepada guru Anda. Bahan etnograÀ ini menarik perhatian para pelajar sehingg Bedah Budaya (7), memberi kesempatan kepada siswa mereka terdorong untuk mempelajari suku bangsa secara lebih jau Sekitar Secara umum, orang Eropa sendiri menafsirkan tulisan terseb Antropologi bermacam-macam. Ada yang menganggap orang di luar bang Eropa adalah manusia liar sehingga timbul istilah bangsa primit Catatan-catatan perjalanan dari Ada pula yang menganggap manusia di luar dirinya itu adala untuk memahami ilmu Antropologi serta memotivasi siswa tokoh-tokoh, seperti Marcopolo, Ibnu orang-orang yang masih jujur, belum tahu kejahatan dan keburuka Batutah, Columbus, dan berbagai Ada pula orang Eropa yang tertarik pada benda-benda8 hasil suk misi perdagangan menjadi cikal bakal bangsa pribumi itu sehingga didirikanlah museum-museum. untuk melakukan pengamatan lingkungan. Sekitar Antropologi ilmu antropologi.
Recommended publications
  • Wage Rudolf Supratman
    WAGE RUDOLF SUPRATMAN Oleh : Bambang Sularto DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDA YAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAJ TRADISIONAL PROYEK INVENT ARISASI DAN DOKUMENT ASI SEJARAH NASIONAL JAKARTA 1985 Milik Depdikbud. Tidak'diperdagangkan WAGE RUDOLF SUPRATMAN Oleh: Bambang Sularto DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL PROYEK INVENTARISASI DAN DOKUMENT ASI SEJARAH NASIONAL JAKARTA 1985 Penyunting : 1. Sutrisno Kutoyo 2. P. Wayong 3. M. Soenjata Kartadarmadja iii Gambar kulit oleh : Hafid Alibasyah iv SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN) yang berada pada Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisi­ onal, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidik­ an dan Kebudayaan telah berhasil menerbitkan seri buku-buku biografi dan kesejarahan. Saya menyambut dengan gembira hasil penerbitan tersebut. Buku-buku tersebut dapat diselesaikan berkat adanya kerja sama antara para penulis dengan tenaga-tenaga di dalam proyek. Karena baru merupakan langkah pertama, maka dalam buku-buku hasil Proyek IDSN itu masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Diharapkan hal itu dapat disempurnakan pada masa yang akan datang. Usaha penulisan bµku-buku ·kesejarahan wajib kita ting­ katkan mengingat perlunya kita untuk senantiasa memupuk, memperkaya dan memberi corak pada kebudayaan nasional dengan tetap memelihara dan membina tradisi peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan serta kemanfaatan nasional. Saya mengharapkan dengan terbitnya buku-buku
    [Show full text]
  • Por-Tugu-Ese? the Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia
    School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Supervisor: Brian Juan O’Neill, Full Professor ISCTE-IUL March, 2016 School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Jury: Dr. Shamsul Amri Baharuddin, Distinguished Professor, Institute of Ethnic Studies, National University of Malaysia Dr. Maria Johanna Christina Schouten, Associate Professor, Department of Sociology, University of Beira Interior Dr. Ema Cláudia Ribeiro Pires, Assistant Professor, Department of Sociology, University of Évora Dr. António Fernando Gomes Medeiros, Assistant Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE- University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) Dr. Marisa Cristina dos Santos Gaspar, Research Fellow, Orient Institute, School of Social and Political Sciences, University of Lisbon (ISCSP-UL). Dr. Brian Juan O’Neill, Full Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE-University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) March, 2016 ABSTRACT Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia Keywords: Mardijkers, Betawi, Portuguese identity, Christian village, Keroncong Tugu Although many centuries have passed since Portugal’s Age of Discoveries, enduring hybrid communities are still surviving in places where the Portuguese had been present. Portuguese identity in Malacca, Larantuka, and East Timor, for example, has always been associated with Catholicism. But in Batavia, the Portuguese-speaking population (the Mardijkers, slaves, and Burghers) was converted to Calvinism under Dutch colonization, forming the Protestant Portuguese community in Indonesia.
    [Show full text]
  • 59 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
    Gambar 18 Infografis skema konsep parodi visual sebagai temuan penelitian. V. PENUTUP A. Kesimpulan Dari bahasan analisis penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa wujud serdadu KNIL Andjing NICA yang tertampilkan kembali pada kehidupan masa kini diwujudkan dengan replika kostum, replika senjata, 59 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta replika emblem, dan replika pernak-pernik serdadu KNIL dalam aktivitas yang menyenangkan sebagai bagian dari perayaan dan hobby kesejarahan militer, bukan menyangkut politis, ideologi, atau bahkan melestarikan stigma negatif pada figur KNIL sebagai bagian dari kemiliteran jaman Hindia Belanda. Reenactor menirukan karakter visual serdadu KNIL Andjing NICA era 1945-1950 berdasarkan pelbagai dokumentasi sejarah dari dalam dan luar negeri. Peniruan dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang dalam penelitian ini dipakai dengan istilah ―Panggung Depan‖ dan ―Panggung Belakang‖. ―Panggung Depan‖ terkait tampilan fisik dan visual beserta aktivitas reenactment dan non-reenactment yang dilakukan. Sedangkan ―Panggung Belakang‖ adalah realitas kehidupan keseharian dalam kehidupan bermasyarakat sebagai sikap ―tersembunyi‖ (menjadi ‗the real structure‘) yang membentuk perilaku karakteristik visual serdadu KNIL Andjing NICA pada masa kini. ―Panggung Belakang‖ sangat terkait dengan situasi psikologis dan karakterististik individu yang melatar belakangi munculnya ekspresi dan tampilan pada ―Panggung Depan‖. Dalam perspektif kajian poskolonial, karakteristik visual serdadu KNIL pada masa kini dimaknai sebagai bentuk identitas
    [Show full text]
  • De Silva F1 I-Xii.Indd I 4/1/2008 5:36:27 PM De Silva F1 I-Xii.Indd Ii 4/1/2008 5:36:29 PM Uncovering the History of Africans in Asia
    Uncovering the History of Africans in Asia de silva_f1_i-xii.indd i 4/1/2008 5:36:27 PM de silva_f1_i-xii.indd ii 4/1/2008 5:36:29 PM Uncovering the History of Africans in Asia Edited by Shihan de Silva Jayasuriya and Jean-Pierre Angenot LEIDEN • BOSTON 2008 de silva_f1_i-xii.indd iii 5/6/2008 8:00:11 PM Cover illustration: “The Nizam’s African Bodyguard at the 1877 Imperial Durbar: Mounted Toy Soldier by W.M. Hocker”. With kind permission of Kenneth and Joyce Robbins. This book is printed on acid-free paper. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Uncovering the history of Africans in Asia / edited by Shihan de Silva Jayasuriya and Jean-Pierre Angenot. p. cm. Includes bibliographical references and index. ISBN 978-90-04-16291-4 (pbk. : alk. paper) 1. Africans—Asia—History. 2. African diaspora. I. Jayasuriya, Shihan de S. II. Angenot, Jean-Pierre. DS28.A35U53 2008 950.0496—dc22 2008009473 ISBN 978 90 04 16291 4 Copyright 2008 by Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands. Koninklijke Brill NV incorporates the imprints Brill, Hotei Publishing, IDC Publishers, Martinus Nijhoff Publishers and VSP. All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, translated, stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without prior written permission from the publisher. Brill has made all reasonable efforts to trace all rights holders to any copyrighted material used in this work. In cases where these efforts have not been successful the publisher welcomes communications from copyright holders, so that the appropriate acknowledgements can be made in future editions, and to settle other permission matters.
    [Show full text]
  • Nahla Nurhidayah-Thesis.Pdf
    Graduate Institute of Applied Linguistics Thesis Approval Sheet This thesis, entitled A Religious Conflict in Indonesia: A Case Study of Maluku written by Wa Ode Nahla Nurhidayah and submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts with a major in Language and Culture Studies has been read and approved by the undersigned members of the faculty of the Graduate Institute of Applied Linguistics. led Kurt Richardson (SupervisingLLldnede Professor) Sack Shoemaker tvema Michael Boutin hu lnl Cyhthia L. Blood o/7 Date A RELIGIOUS CONFLICT IN INDONESIA: A CASE STUDY OF MALUKU By Wa Ode Nahla Nurhidayah Presented to the Faculty of the Graduate Institute of Applied Linguistics in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts with major in Language and Culture Studies Graduate Institute of Applied Linguistics June 2017 © 2017 Wa Ode Nahla Nurhidayah All Rights Reserved CERTIFICATE I acknowledge that use of copyrighted material in my thesis may place me under an obligation to the copyright owner, especially when use of such material exceeds usual fair use provisions. I hereby certify that I have obtained the written permission of the copyright owner for any and all such occurrences and that no portion of my thesis has been copyrighted previously unless properly referenced. I hereby agree to indemnify and hold harmless the Graduate Institute of Applied Linguistics from any and al claims that may be asserted or that may arise from any copyright violation. Signature Jvne 1 20P Date THESIS
    [Show full text]
  • 1. Menemukan Keindonesiaan Dalam Novel-Novel Pramoedya Ananta
    Iib Marzuqi, M.Pd. MENEMUKAN KEINDONESIAAN DALAM NOVEL-NOVEL PRAMOEDYA ANANTA TOER MENEMUKAN KEINDONESIAAN DALAM NOVEL-NOVEL PRAMOEDYA ANANTA TOER Penulis : Iib Marzuqi, M.Pd. Pracetak : Mitra Kreatif Lay out : Mitra Kreatif Desain Sampul : Samsul Anam All Right Reserved © 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang pada penulis Cetakan Pertama, Oktober 2016 ISBN : 978-602-72693-1-6 Penerbit : CV. Pustaka Ilalang Group Jalan Airlangga No.3 Sukodadi - Lamongan Jalan raya Lamongan-Mantup 16 km Kedungsari Kembangbahu - Lamongan - Jawa Timur – Indonesia Email: [email protected] ii PENGANTAR PENULIS Usaha-usaha memberikan sumbangan pemikiran demi Indonesia yang lebih baik dari perspektif studi sastra perlu dilakukan. Ini untuk menepis persepsi bahwa studi sastra kurang memberi sumbangan nyata dalam kehidupan bernegara. Setidaknya usaha penulis menerbitkan buku ini didorong oleh latar belakang tersebut. Buku ini merupakan hasil riset terhadap empat novel karya Pramoedya Ananta Toer (Pram) yang sering disebut sebagai Tetralogi Buru. Empat karya yang banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing itu ditulis Pram pada saat dijadikan tahanan politik di Pulau Buru. Dalam novel Bumi Manusia (BM), Anak Semua Bangsa (ASB), Jejak Langkah (JK), dan Rumah Kaca (RK) tersebut terurai cerita kompleks masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang lama dijajah, membangun pergerakan untuk memperoleh kemerdekaan, berkesadaran nasional, masa kemerdekaan, hingga pascamerdeka yang dirasakan Pram belum merdeka. Kebelummerdekaan secara kultural inilah yang menarik untuk direnungkan bersama. Sikap-sikap sebagai bangsa merdeka tetapi belum memiliki kepercayaan diri, rasa bergantung, ketidakmandirian, pengagum bangsa lain, serta sikap lain yang menghambat menjadi iii bangsa besar menjadi titik berat perhatian penulis sehingga terdapat frase ’Menemukan Keindonesiaan’ untuk judul buku ini. Sebagai hasil riset, buku ini tidak dapat dilepaskan dengan keranga teoretis penulis dalam membangun argumentasi ilmiah.
    [Show full text]
  • African Soldiers in the Dutch East Indies As Seen by Dutch Officials and Indonesian Neighbours
    “COURAGEOUS BUT INSOLENT”: African soldiers in the Dutch East Indies as seen by Dutch officials and Indonesian neighbours Transforming Cultures eJournal, Vol. 4 No 2 November 2009 http://epress.lib.uts.edu.au/journals/TfC Ineke van Kessel1 Abstract Labour shortages were endemic in colonial societies. Plantation and mining labour was notoriously unattractive, but the army posed problems of its own. In their search to satisfy the voracious appetite for labour in commercial empires and colonial societies, rulers developed racial and ethnic stereotypes as to which “race” was most suitable to perform certain jobs. Africans were deemed most suitable for hard physical labour in tropical climates. They were also portrayed as “martial races”, fit to fill the manpower needs of both Islamic and European armies.2 This article will first give a brief overview of the use of African labour in the Dutch East Indies. Next, I discuss in more detail one peculiar aspect of inter-colonial labour migration in the Dutch colonial empire: the recruitment of West African soldiers for the Dutch East Indies army in the 19th century. [Africa, Indonesia, colonialism] Introduction Recruiting labour from West Africa for Southeast Asia deviated from the established pattern of the slave trade in the Indian Ocean world. As part of the Atlantic world, in the Dutch commercial system West Africa belonged to the domain of the West India Company (WIC). East of the Cape of Good Hope, the Dutch East India Company 1 Ineke van Kessel is an historian at the African Studies Centre, Leiden, The Netherlands. She focuses mainly on contemporary social and political movements in South Africa, as well as the historical relations between the Netherlands and the Gold Coast.
    [Show full text]
  • ORANG KRISTEN ARMENIA Suatu Minoritas Kecil Di Indonesia Yang
    ALLE G. HOEKEMA ORANG KRISTEN ARMENIA Suatu Minoritas Kecil di Indonesia yang Sudah Punah ALLE G. HOEKEMA* Abstract The Armenian Church in the Dutch East Indies (Indonesia) came into being after Armenian traders from Persia (Iran) entered to the country in the middle of the 19th century and remained here; at fi rst in Batavia (Jakarta), then also in Central Java, and especially in Surabaya. Both their church life and their attitude in society were inwardly oriented. All of their priests came from Persia. An Armenian trading network existed widely in South East Asia and contacts with the mother church in Persia and Armenia itself were very strong. Though the Armenian community contributed positively to the Indonesian society, nevertheless its closed attitude proved to be a major weakness. During the colonial time the Armenians received an equal status to the Dutch and a number of them perished due to the Japanese occupation. These factors caused the liquidation of this community around 1960. The church buildings were sold and the remaining members migrated to Netherlands, USA, and Australia. Keywords: church history, the Armenians, ethnic minority, diaspora. Abstrak Gereja Armenia di Indonesia (dulu: Hindia Belanda) hadir setelah para pedagang dari Persia (Iran) masuk ke Indonesia pada pertengahan abad ke-19; pertama kali di Jakarta (dulu: Batavia), kemudian di Jawa Tengah, dan yang terutama di Surabaya (Jawa Timur). Baik dalam kehidupan gerejawi maupun dalam sikapnya di dalam masyarakat, komunitas Gereja Armenia berorientasi ke dalam. Semua imam mereka berasal dari Persia. * Mantan dosen Seminari Mennonite dan Vrije Universiteit Amsterdam. GEMA TEOLOGI Vol. 37, No.
    [Show full text]
  • Can the Train Ever Be Stopped Again? Developments in the Moluccan Community in the Netherlands Before and After the Hijackings*
    CAN THE TRAIN EVER BE STOPPED AGAIN? DEVELOPMENTS IN THE MOLUCCAN COMMUNITY IN THE NETHERLANDS BEFORE AND AFTER THE HIJACKINGS* Dieter Bartels Introduction April 25, 1985. Shortly after sunrise, shivering people gather around flagpoles near the churches in Moluccan wards of small towns all over the Netherlands. A brief ceremony of prayers, speeches, and singing culminates in raising the flag of a country which today exists only in the hearts of the participants. Immediately after the ceremony, the people board hired buses, climb onto trains, or pile into private cars to begin their annual pilgrimage to the Houtrusthallen exhibition center in The Hague, the political capital of the Netherlands. On this day, they commemorate the 35th Anniversary of the proclamation of independence of the Republic of South Moluccas (Republik Maluku Selatan, generally referred to as RMS), while simultaneously lamenting their thirty-fourth year of exile in the Netherlands. The annual gathering has essentially two objectives. The first is to remind the Dutch people, and particularly the Dutch government, of their continuing obligation to aid Moluccans in the establishment of a free homeland, independent of Indonesia, to which the exiles in Holland will then voluntarily repatriate. The second objective is a reaffirmation of those goals commonly referred to as the "RMS ideal" or "RMS ideology" 1 among the exile community itself, and a show of * This analysis was carried out while the author worked at the Center for the Study of Social Conflicts (COMT), University of Leiden, The Netherlands (1983-85), conducting research on socialization and identity formation among Moluccans in the Netherlands.
    [Show full text]
  • Book Gema Teologi Vol 37 No 1 Rev.Indb
    GEMA TEOLOGI JURNAL TEOLOGI KONTEKSTUAL GEMA TEOLOGI JURNAL TEOLOGI KONTEKSTUAL ISSN: 0853-4500 Volume 37, No. 1, April 2013 GEMA TEOLOGI adalah jurnal yang bertujuan mempublikasikan karya-karya ilmiah di bidang teologi, terutama teologi kontekstual yang relevan dalam konteks Indonesia. Penerbitannya dimaksudkan untuk mendorong diskusi teologis antar pakar teologi dan memberikan sumbangan kepada perkembangan gereja-gereja dalam kehidupan bersama masyarakat Indonesia yang majemuk. Pertama kali terbit pada bulan Mei 1975 dengan nama MAJALAH GEMA. Sejak tahun 2006, namanya berubah menjadi GEMA TEOLOGI, terbit 2 kali dalam setahun (April dan Oktober). Isi artikel-artikel yang dimuat tidak mencerminkan pandangan dari redaksi. Informasi Berlangganan/Subscription Information: Harga per-eksemplar Rp 35.000,00. Pembayaran dapat dilakukan melalui: BNI UGM Yogyakarta No. rek. 0249898884 a.n. Fakultas Theologia Alamat dan Email Redaksi/Mailing and Email Address: Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25 Yogyakarta 55224 Telp. (0274) 563929 psw. 461; Fax. (0274) 513235 Email: [email protected] Website: www.ukdw.ac.id/journal-theo GEMA TEOLOGI Vol. 37, No. 1, April 2013 Dewan Penasehat Akademik/Academic Advisory Board: Frans Wijsen (Radboud University Nijmegen, Nederland) Volker Küster (Johannes Gutenberg Universität Mainz, Germany) Heidi Hadsel (Hartford Seminary, USA) Huang Po Ho (Chang Jung Christian University, Taiwan) Muhamad Machasin (Balitbang Kemenag RI) Fatimah Husein (UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)
    [Show full text]
  • The Legacy of New Order Nationalism on Interfaith Relations in Ambon
    Becoming Red and White: The Legacy of New Order Nationalism on Interfaith Relations in Ambon Benjamin L. Moseley A thesis submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts in International Studies: Southeast Asia University of Washington 2016 Committee: Laurie Sears Christoph Giebel Program Authorized to Offer Degree: International Studies: Southeast Asia ©Copyright 2016 Benjamin L. Moseley University of Washington Abstract Becoming Red and White: The Legacy of New Order Nationalism on Interfaith Relations in Ambon Benjamin L. Moseley Chair of the Supervisory Committee: Professor Laurie Sears History This paper analyzes the roles of the nationalistic policies and rhetoric of the New Order in facilitating a wave of sectarian violence that plagued the island of Ambon in Indonesia’s Maluku Province from 1999 to 2002. While the sectarian violence in Ambon did not begin until almost a year after the resignation of Suharto in May 1998, this paper endorses the belief that the roots of Christian-Muslim anxiety, mistrust, and, eventually, violence in Ambon can be traced to government efforts to manipulate religious organizations, diminish local institutions, and suppress regional identities. Furthermore, the period of political liberalization that followed the resignation of Suharto, known as Reformasi , created the necessarily conditions for sectarian violence to occur as the different religious and ethnic groups living in Ambon became increasingly nervous about their political, social, and economic positions in a post-Suharto Indonesia. In this paper, newspapers, anthropological articles, and contemporary reports are utilized to examine the outbreak of the sectarian violence, the rhetoric surrounding the violence, and its origins in the policies of the New Order regime.
    [Show full text]
  • West Africans in the Dutch Colonial Army Kessel, W.M.J
    West Africans in the Dutch colonial army Kessel, W.M.J. van Citation Kessel, W. M. J. van. (2005). West Africans in the Dutch colonial army. Ghana Studies Council Newsletter, (17/18), 2-3. Retrieved from https://hdl.handle.net/1887/4762 Version: Not Applicable (or Unknown) License: Leiden University Non-exclusive license Downloaded from: https://hdl.handle.net/1887/4762 Note: To cite this publication please use the final published version (if applicable). WEST AFRICANS IN THE DUTCH COLONIAL ARMY By Ineke van Kessel, African Studies Centre, Leiden, The Netherlands ~W~ "TTolland's African Army is the t m English title of an exhibition on -A. JL the little-known history of the West Africans who served in the Dutch East Indies Army, and their Indo- African descendents. Recruitment took place in Elmina and Kumasi between 1831 and 1872, when the Dutch handed their Possessions on the Coast of Guinea to the British. Most of the 3,080 recruits were men from the area of present-day Ghana and Burkina Faso. The modest-scale exhibition opened on 12 May in the Tropenmuseum in Amsterdam, with an unexpected flurry of publicity in the Dutch media, includ- ing a substantial item in the evening TV news and stories in all major newspa- pers. On display are nineteenth-century paintings and lithographs of African soldiers in the East Indies, and a selection of photographs depicting Indo- African family life on Java. The paintings and lithographs are on loan from various Dutch museums, while the Left to right: Richard Hulskamp, Mary Land, Daan Cordus, Eef Cordus-Klink, Joyce photographs come from private family Cordus and Grace Comijs on a visit to St.
    [Show full text]