KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN SEPARATIS DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Oleh: RETA MARINA PRATIWI NIM. 1111114000015

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN SEPARATIS TRANSNISTRIA DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukri bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 April 2016

Reta

Marina Pratiwi

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa: Nama : Reta Marina Pratiwi NIM : 1111114000015 Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul: “KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN SEPARATIS TRANSNISTRIA DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA”

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 12 April 2016

Mengetahui, Menyetujui, Ketua Program Studi Dosen Pembimbing,

Dr. Badrus Sholeh, MA Dr. Badrus Sholeh, MA NIP: 197102111999031002 NIP: 197102111999031002

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN SEPARATIS TRANSNISTRIA DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA Oleh: RETA MARINA PRATIWI NIM. 1111114000015

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 April 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua sidang, Sekretaris sidang,

Dr. Badrus Sholeh, MA Eva Mushoffa, M.HSPs. NIP. 197102111999031002 NIP.

Penguji I, Penguji II,

Nazaruddin E.Nasution, SH. MA Robi Sugara, M.Sc NIP. NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 12 April 2016 Ketua Program Studi,

Dr. Badrus Sholeh, MA NIP. 197102111999031002

iii

ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisa tentang pengaruh gerakan separatis Transnistria terhadap kepentingan Rusia di Moldova. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepentingan Rusia mendukung gerakan separatis Transnistria di Moldova. Dalam penelitiannya, Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil berbagai sumber dan data yang akan diverifikasi. Skripsi ini berisi tentang awal terbentuknya gerakan separatis Transnistria hingga penyelesaian masalah yang tak kunjung selesai (frozen conflict). Dalam konflik tersebut terdapat kepentingan Rusia serta dukungan untuk mengembangkan gerakan separatis Transnitria. Dengan adanya gerakan separatis Transnistria yang didukung negara besar seperti Rusia, Moldova mulai terancam. Hal ini membuat penulis menganalisa menggunakan Konsep Keamanan pada Negara Moldova dan Kebijakan Luar Negeri yang mengarah pada Kepentingan Nasional Rusia. Konsep keamanan dipakai penulis untuk menganalisa ancaman yang ditimbulkan dari intervensi Rusia terhadap Moldova. Sedangkan pada Konsep Kebijakan Luar Negeri dipakai penulis untuk menganalisa faktor-faktor yang mendasari Rusia membuat Kebijakan Luar Negeri di negara bekas Uni Soviet terutama Moldova dalam pengaruhnya di wilayah Transnistria. Pada konsep kedua penulis memaparkan bahwa kebijakan luar negeri yang dimiliki Rusia merupakan cara untuk mendapatkan Kepentingan Nasional Rusia di dalam gerakan separatis Transnistria.

Kata kunci: Rusia-Transnistria-Moldova, Gerakan Separatis, Konsep Keamanan, Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan Nasional.

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabb al-Alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada program studi Hubungan Internasional. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini bukan hanya dari usaha penulis seorang diri, melainkan juga karena dukungan, saran, semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yaitu ayah Mayor Eko Subaryono sekaligus komandan yang terbaik dalam hidup penulis dan Mama Titin Endrawati. Terima kasih yah,mah atas segala perjuangan yang kalian berikan, apapun yang penulis lakukan tidak pernah membalas segala jerih payah kalian. Begitu pula kepada Mbah Akung Mayor Purnawirawan Soekardi Kasidi(alm) dan Mbah Uti Kasmiati(alm), yang jauh di raga namun sangat dekat dalam ikatan doa. Terima kasih juga kepada adikku tercinta Rayhanna Osha Claresta yang selalu memberikan keceriaan dan kehangatan yang tak pernah tergantikan. Terselesaikannya skripsi ini, tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Bapak Badrus Sholeh, MA, Kepala Program Studi Hubungan Internasional sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan banyak berkontribusi dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini di waktu yang tepat. 2. Ibu Debbie Affianty, MA, yang telah memberikan banyak support serta menginspirasi dalam penelitian proposal skripsi sebelumnya dan selalu mendorong penulis untuk segera menyelesaikan Skripsi ini. 3. Bapak Nazarudin Nasution, SH.,MA dan Bapak Robi Sugara, M.Sc selaku penguji. Terimakasih pak atas informasi dan bimbingan tambahan saat sidang skripsi berlangsung. 4. Almarhum, Bapak Budi Satari, M.Sc.; Bapak Irfan Hutagalung, S.H, LLM; Bapak Ahmad Alfajri; Bapak Adian Firnas Msi; Bapak Pribadi, Bapak Taufiqurrahman, Bapak Teguh Santosa, Ibu Sri Mulyati, Ibu Mutiara Pertiwi, ibu Dina Afianty, Ph D, ibu Eva Mushoffa,MA yang telah memberikan sumbangsih ilmunya selama empat tahun masa studi di program studi HI ini. Semoga ilmu yang penulis terima bisa bermanfaat di kehidupan selanjutnya. 5. Sahabat seperjuangan penulis dalam merampungkan penelitian ini, HI kelas Internasional 2011(IRIC): Niken Aulia Febrina, Masmuhah/ocha,

v

Selvy, Desica, Hary, Tito, buk Aptiani, Ulfah, Bang Kiki, Bayu, Babeh Andika, Ical, Bang Hasmar, Rifqi, Adnan, Alif. Tidak akan pernah ada hal yang menakjubkan selain pernah bersinar bersama kalian, Matur Nuwun sanget guys. 6. Sahabat terbaik penulis Faisal Abdau, yang telah bersama-sama berjuang dalam canda dan duka. Terima kasih kak atas dukungannya yang membawa penulis menyelesaikan Skripsi ini. 7. Sahabat penulis, Dinda Augusti Veranza, Marno, bang Adhy Nugraha dan Bunga Fitriani, terima kasih kalian selalu ada di hari terburuk penulis. Dukungan kalian tidak bisa digantikan dengan materi apapun. 8. Teman-teman penulis, teh Puji, Sepinia, Widya, Amy, Shofi, Eska, Rizka, Zahra, Febriana (dante), Syahria, teh Dede, dek Mutiara, dek Ayu, dek Qures, mbak Dyah, teman-teman KKN MEDALI 2014, serta teman-teman karyawan cafe bus, cafe class yang telah memberikan keceriaan dan persahabatan tanpa memandang perbedaan. 9. Special thanks untuk sahabat jauh penulis, kak Rashidah, Mr. Abemie, Zhou, Aisyah, dan teman-teman Asean Youth Volunteer lainnya. Terimakasih sudah selalu mengingatkan untuk terus mengejar cita-cita. Terimakasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang dikenal penulis atas dukungan support, materil, moril serta doanya selama ini. Sehingga fase ini bisa dilalui penulis dengan kemudahan keindahan dan keberkahan. Semoga semua kebaikan tercatat dan bisa menjadi amal ibadah sampai akhir hayat.

Jakarta, 12 April 2016 Reta Marina Pratiwi

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ...... iv KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR ISI...... vii DAFTAR GAMBAR ...... ix DAFTAR SINGKATAN ...... x BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Pernyataan Masalah ...... 1 1.2 Pertanyaan Penelitian ...... 8 1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian ...... 8 1.4 Tinjauan Pustaka ...... 8 1.5 Kerangka Konseptual ...... 11 1.6 Metode Penelitian ...... 18 1.7 Sistematika Penelitian ...... 19 BAB II SEJARAH KONFLIK TRANSNISTRIA-MOLDOVA ...... 21 2.1 Akar Masalah Separatisme Transnistria ...... 21 2.2 Konflik Senjata Pemerintah Moldova dan Gerakan Separatis Transnistia ...... 25 2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Transnistria oleh Moldova ...... 29 2.4 Respon Moldova terhadap dukungan penyelesaian konflik Transnistria...... 37 BAB III KEPENTINGAN DAN KETERLIBATAN RUSIA MENGHADAPI KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA ...... 42 3.1 Keamanan Moldova ...... 42 3.1.1 Penempatan Militer Rusia di Transnistria ...... 44 3.1.2 Politik Moldova-Transnistria...... 47 3.1.3 Ekonomi Moldova-Transnistria ...... 52 3.2 Kebijakan Luar Negeri Rusia di Moldova ...... 57 3.2.1 Faktor Internal Rusia ...... 58 3.2.2 Faktor Eksternal Rusia ...... 59 3.3 Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria ...... 60 BAB IV DUKUNGAN KONKRIT RUSIA TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA TRANSNISTRIA ...... 64

vii

4.1 Dukungan Rusia dalam Politik Transnistria ...... 64 4.1.1 Politik Internal Transnistria ...... 64 4.1.2 Peran Rusia dalam Politik Internal Transnistria...... 70 4.2 Dukungan Rusia dalam Ekonomi Transnistria ...... 76 4.2.1 Dukungan Gasprom dalam meningkatkan perekonomian Transnistria .... 76 4.2.2 Dukungan Industri di Transnistria...... 81 BAB V KESIMPULAN ...... 86 DAFTAR PUSTAKA ...... 89 Lampiran-lampiran

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Peta Transnistria ...... 1

Gambar II.2 Peta Penyatuan Daerah Transnistria ...... 21

Gambar II.3 Peta Security Zone ...... 28

ix

DAFTAR SINGKATAN

AS Amerika Serikat BOP Balance of Power CICAM Centre for International Conflict Analysis and Management CIS Commonwealth of Independent States CSCE Conference on Securityand Co-operation in Europe DCFTA Deep and Comprehensive Free Trade Agreement EAPC Euro Atlantic Partnership Council ECMI European Centre for Minority Issues ENP European Neighbourhood Policy EU European Union EUBAM Europe Border Assistance Mission to Moldova and . GUAM Georgia, Ukraina, Azerbaijan, Moldova HAM Hak Asasi Manusia LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MAP Moldova‟s Action Plan NATO North Atlantic Treaty Organization NGO Non Governmental Organization OSCE Organization for Security and Co-operation in Europe OSTK Ob‟edinenyi Sovet Trudovykh Kollektivov (United Council of Work Collectives) PBB Persatuan Bangsa-Bangsa TMR Trans-Dniester Moldovan Republic

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Wilayah penyatuan Romania dengan Bessarabia Lampiran 2. Peta Wilayah Moldova setelah kemerdekaan Lampiran 3. Peta Wilayah Rusia dan sekitarnya

xi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah

Skripsi ini berfokus untuk menganalisa kepentingan Rusia pada gerakan separatis Transnistria di Moldova. Gerakan separatis ini bernama Pridnestrovian

Moldavian Soviet Socialist Republic atau Transnistria. Gerakan separatis

Transnistria terletak di wilayah Eropa Timur dan berada di bagian Moldova yang berbatasan langsung dengan Ukraina. Berikut ini adalah peta letak geografis wilayah Transnistria. (Lihat gambar I.1)

Gambar I.1 Peta Transnistria

Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm diakses pada 15 Januari 2014.1

1 Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria. National Consensus is A Long Way Off”. America journal; tersedia di http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm ; diunduh pada 15 Januari 2014.

1

Nama Transnistria diambil dari sungai Dniestr di Moldova yang bernama

Trans-Dniestr (dekat sungai Dniestr).2 Gerakan separatis Transnistria mulai timbul karena adanya perbedaan etnis, bahasa dan pemikiran secara politik dan ekonomi dengan Moldova. Perbedaan etnis dan bahasa disebabkan oleh kebijakan kekaisaran Rusia sebelum Moldova merdeka. Kekaisaran Rusia memindahkan paksa sebagian penduduk lokal Rusia ke wilayah Transnistria untuk meminimalisir korban saat terjadinya Perang Dunia I.3 Kebijakan pemindahan tersebut berpotensi menimbulkan konflik antar etnis terutama saat Rusia kalah perang dan Moldova memilih merdeka dari Soviet.

Etnis Transnistria memiliki kelompok terkuat yang bernama Edinstvo.4

Pendiri kelompok terkuat tersebut adalah Igor Smirnov yang merupakan Presiden pertama Transnistria. Kelompok ini menginginkan otonomi secara luas dari

Moldova pada 1990.5 Kekuatan ekonomi serta politik yang lebih baik dari

Moldova juga merupakan alasan Edinstvo menginginkan kemerdekaan.6

Pada 1990, kelompok Edinstvo memproklamasikan kemerdekaan

Transnistria dengan nama resmi Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika

(Transnistria) dan sebagai ibu kotanya.7 Namun proses pembentukannya penuh dengan kontroversi. Hal ini membuat Transnistria tidak diakui oleh dunia

2Ibid. 3 Stefan Wolff. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for Transnistria,” Journal of European Centre for Minority Issues no.26, (2011). 3. 4Ibid. 5Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, (Washington: Congressional Research Service 2014),5. 6 Ibid, 6. 7 Ibid.

2 internasional dan hanya mengakui Transnistria sebagai bagian dari negara

Moldova.8

Konflik di Transnistria terjadi pada Maret hingga Juni 1992, dengan ditandai oleh konflik senjata antara pemerintah Moldova dan gerakan separatis

Transnistia. Rusia membantu Moldova dengan mengirim pasukan kontingen yang bernama pasukan Cossack dan pasukan 14th Army9. Konflik ini mengakibatkan masyarakat terpaksa keluar dari daerah Transnistria dan menjadi pengungsi di

Rusia. Hal ini membuat pemerintah Moldova dan Pemerintah Rusia melakukan perundingan damai yang hasilnya adalah dengan ditetapkannya Transnistria sebagai daerah “security zone” yang berada dalam pengawasan Rusia.10

Kehadiran pasukan Cossack dan pasukan 14th Army di Transnistria tidak membuat Rusia mendamaikan keadaan Transnistria tetapi Rusia lebih menginginkan memperluas hegemoninya di Moldova.11 Pasukan militer Rusia membangun gudang senjata di wilayah Transnistria tanpa ijin dari pemerintahan

Moldova.12 Dalam membangun gudang senjata, gerakan separatis Transnistria juga belajar menggunakan senjata dari pasukan Cossack Rusia.13

Hingga saat ini pasukan militer Rusia masih bertahan di kawasan

Transnistria. Pasukan ini menjaga sisa peralatan militer yang berkisar 21.000 ton

8 Nicu Popescu dan Leonid Litra, “Transnistria: a bottom-up Solution.” Journal of EU council on Foreign Relations, (2007). 5. 9Ibid. 10Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika and The Collapse of the ”,tersedia di https://www.langrange.edu/resources/pdf/citations/2012/08Cummings_history.pdf; diunduh pada 17 April 2014. 53. 11 Ibid, 56. 12 Ibid, 3. 13Olga Savceac, “Transnistria-Moldova Conflict”, tersedia di http://www1.american.edu/ted/ice/Moldova.htm; diunduh 15 Januari 2014.

3 amunisi dan menjaga perbatasan di Transnistria.14 Adanya pasukan militer Rusia dalam wilayah kedaulatan Moldova merupakan pelanggaran yang akan menimbulkan konflik antara kedua negara tersebut.

Keberadaan pasukan Cossack Rusia di Transnistria membuat permasalahan tidak kunjung selesai dan perundingan menemui deadlock.15 Hal tersebut juga membuat pemerintah Moldova meminta bantuan Uni Eropa untuk menyelesaikan konflik separatis dengan mengikuti organisasi internasional di

Eropa. Moldova dan Uni Eropa melakukan kerjasama yang bernama Deep and

Comprehensive Free Trade Agreement (DCFTA), OSCE (Organization for

Security and Co-operation in Europe), EAPC (Euro Atlantic Partnership Council), dan pencarian keanggotaan NATO (North Atlantic Treaty Organization).16

Tidak berhenti pada kerjasama Eropa, Moldova juga meminta Rusia menyelesaikan permasalahan Transnistria dengan ikut serta dalam organisasi CIS

(Commonwealth of Independent States); dan GUAM (Georgia, Ukraina,

Azerbaijan, Moldova). Kerjasama Moldova-Rusia masih memiliki pengaruh warisan politik Uni Soviet.17 Sejak akhir perang dingin, negara bekas Uni Soviet masih terikat dengan Rusia sebagai negara yang mengatur masalah politik, ekonomi dan konflik etnis dalam negeri.18 Konflik internal yang terjadi di

Moldova justru membuat Rusia memanfaatkan keanggotaan CIS dan GUAM untuk berperan di dalamnya.

14Stefan wolff, TheTransnistria Issue: moving beyond the status-quo, (case study European parliament, 2012.) 16. 15 Ibid. 16 Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 6. 17 Valery Tishkov. Migration in the countries of the former Soviet Union. (Global Commission on International Migration, GCIM 2005), 2. 18 Ibid, 1.

4

Keikutsertaan Moldova dalam NATO dan Organisasi Eropa membuat

Rusia mulai memberlakukan pengurangan sampai pelarangan beberapa barang untuk diimpor dari Moldova melalui jalur darat Transnistria. Pelarangan ekspor atas Rusia sebesar 41 % anggur dan daging sebesar 12%, Pelarangan ini terjadi pada 2011 sampai April 2013.19 Moldova dan Transnistria juga memiliki ketergantungan pemakaian energi gas sebesar 90% yang datang dari Rusia.

Pemutusan Gazprom pada pasokan gas alam Moldova juga diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2011.20

Pemutusan Gazprom membuat pendapatan industri di Transnistria menurun hingga 60%. Awalnya pendapatan perkapita Transnistria mencapai

2,300 dollar AS, sedangkan saat penurunan hanya berkisar 1,500 dollar AS.21

Wilayah industri di Transnistria seperti industri anggur, pengolahan daging, dan banyaknya jalur pipa gas dari Transnistria seharusnya dapat membangkitkan perekonomian negara Moldova.

Rusia membuat kebijakan dalam menerbitkan paspor untuk 150.000 penduduk di Transnistria.22 Kebijakan ini dibuat karena Rusia melihat warga

Transnistria dibayar dengan upah rendah oleh Moldova karena perbedaan bahasanya.23 Penduduk Transnistria menggunakan paspor Rusia untuk mencari pekerjaan di Rusia dan menjalankan kegiatan ekspor – impor.

19Ibid, 7 20Ibid, ,8. 21 Amanda Paul. Moldova – Heading into a hot autumn (Belgia: European Policy Centre, 2014). 22Stefan Wolff. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for Transnistria,” Journal of European Centre for Minority Issues no.26, (2011).5. 23 Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: a bottom-up Solution. (EU council on Foreign Relations, 2007). 6.

5

Pada 2011 Pemimpin separatis Transnistria, Igor Sminov menyatakan adanya hubungan bilateral antara Transnistria dengan Rusia dalam penggunaan gas di Transnistria.24 Hubungan bilateral tersebut berisi tentang distribusi gas terutama di sektor industri Transnistria. Terdapat subsidi gas dari Gasprom dengan pemakaian gas sebesar 75 dollar AS sampai 90 dollar AS per 1000 m3.25

Pada tanggal 15 Februari 2011 Rusia berupaya menyelesaikan masalah bilateral dengan mengajak Transnistria dan Moldova dalam pertemuan informal di

Wina. Pertemuan informal ini dibuat secara khusus di bawah naungan OSCE dengan Rusia.26 Pertemuan ini bernama “Format 5+2”. Format 5+2 adalah format dari lima negara yang memiliki konflik yaitu Moldova, Transnistria, Rusia,

Ukraina sebagai pihak yang berkonflik dan OSCE sebagai perantara, sedangkan dua diartikan sebagai pengamat atau observers yaitu Amerika Serikat dan Uni

Eropa.27

Dalam Format 5+2 di Wina pada Februari 2012, Rusia membuat pengakuan kesetaraan antara Transnistria yang beribu kota Tiraspol dan

Moldova.28 Sergey Gubarev sebagai perwakilan Rusia saat itu menyatakan persamaan antara Tiraspol dan Chisinau karena ketidakmampuan Moldova menyelesaikan permasalahan Transnistria.29 Padahal dengan jelas kesetaraan suatu negara tidak dapat disama-ratakan dengan entitas separatis.30

24 Kamil Całus, “An aided economy The characteristics of the Transnistria economic model,” Journal Centre for Eastern Studies no 108, (2004), 4. 25 Ibid, 5. 26Stefan Wolff. A resolvable frozen conflict. 27 Ibid, 5. 28 Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: a bottom-up Solution, 3. 29Ibid. 30Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict, 7.

6

Pada penyelesaian konflik di Maret 2012, Rusia mengangkat wakil khusus untuk Transnistria yaitu Dmitry Rogozin. Dmitry Rogozin membuat kebijakan ofensif yang dirancang untuk meningkatkan kekuasaan Rusia di wilayah

Transnistria. Kehadiran militer Rusia di perbatasan juga merupakan kontrol Rusia pada wilayah Transnistria. Kehadiran militer ini merupakan kasus yang menyimpang dari komitmen sebelumnya dalam Format 5+2.31

Rusia sangat berpengaruh dalam membuat kebijakan untuk Transnistria.

Rusia mampu mengontrol Transnistria karena utang-utang dan ketergantungan

Ekspor gas alam.32 Besarnya utang ke Rusia adalah 3,8 miliar dollar AS.33 Utang ini disebabkan oleh penggunaan gas alam oleh TiraspolGaz. TiraspolGaz merupakan organisasi yang memiliki monopoli pada penjualan gas dan distribusi di wilayah Transnistria dan Moldova.34

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi kepentingan Rusia di Moldova dalam konflik

Transnistria. Isu ini merupakan isu yang menarik karena adanya keterlibatan ekonomi serta politik dari Rusia di wilayah Transnistria. Hal ini menyebabkan terancamnya suatu integritas nasional dari suatu negara. Kepentingan nasional dari Rusia dalam pengaruh gerakan separatis Transnistria yang akan menjadi fokus pada penelitian ini.

31Ibid. 32 Ibid, 8. 33Ibid. 34Victoria Puiu, “Moldova Struggles to Escape Russian Gas”, September 2014, tersedia di http://www.eurasianet.org/node/70161; diunduh pada 23 November 2014.

7

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut : “Apa kepentingan Rusia dalam mendukung gerakan separatis Transnistria dan mengapa Rusia mendukung gerakan tersebut ?”

1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kepentingan dan pengaruh Rusia dalam gerakan separatis Transnistria di Moldova Penelitian ini juga dikhususkan untuk mengetahui latar belakang dukungan Rusia terhadap

Separatis Transnistria. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi penelitian selanjutnya, terutama dalam studi kawasan Rusia dan Eropa Timur.

1.4 Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian yang pernah membahas keterlibatan Rusia dalam konflik separatis Transnistria di Moldova sebelumnya, yaitu Master Thesis oleh Nisha Aslan yang berjudul The Transnistria Conflict and The European

Union’s Foreign Policy Endeavour in Moldova, dari The Centre for International

Conflict Analysis & Management (CICAM) and the Human Geography department of the Radboud University Nijmegen 2013.35 Dalam tesisnya, Aslan membahas proses resolusi konflik yang dikeluarkan oleh Uni Eropa dalam meningkatkan pengamanan antar negara Eropa di Moldova khususnya

Transnistria.

35 Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen: Radboud University of Nijmegen), 2013.

8

Terdapat perbedaan pada penelitiannya terutama dalam menjelaskan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Uni Eropa. Aslan menjelaskan tentang resolusi konflik dengan dua cara, satu menggunakan cara langsung dan yang lain menggunakan cara tidak langsung. Kontribusi secara langsung dengan menjadikan salah satu pengamat resmi dalam pembicaraan damai dari format

5+2.36 Kontribusi secara tidak langsung, dapat dilihat melalui kemitraan Timur.

Menurut Aslan belum ada solusi secara de facto pada Transnistria. Sejak

Rumania memperoleh keanggotaan Uni Eropa maka Eropa fokus pada penyelesaian kasus Moldova dengan Transnistria. Uni Eropa menjadi pengamat resmi dari resolusi konflik dalam Format 5+2 dimana negosiasi teritorial ini berlangsung. Pada penelitiannya, Aslan membahas tentang peran Uni Eropa dalam menyelesaikan sengketa Transnistria, sedangkan penelitian ini akan lebih fokus membahas keterlibatan Rusia dalam resolusi konflik Format 5+2.

Konsep yang digunakan oleh Aslan adalah diplomasi dari pihak Uni Eropa dalam resolusi konflik Format 5+2. Perbedaan yang terdapat pada penelitian skripsi ini adalah kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri Rusia dalam gerakan separatis Transnistria, sedangkan Aslan lebih menunjukan bahwa Uni

Eropa lebih berpengaruh dalam diplomasi di Moldova dan Transnistria

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Ivan Ene pada 2006 yang berjudul

Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of NATO and

The European Union Enlargements on The Dispute Resolution Process,

36 Ibid, 67.

9 dikeluarkan oleh Naval Postgraduate School, Monterey California.37 Pada penelitiannya, Ene menjelaskan tentang evaluasi dampak dari NATO dan Uni

Eropa pada resolusi konflik Transnistria. Menurut penelitian ini perubahan dari lingkungan geopolitik di Eropa bisa mendorong untuk proses penyelesaian konflik

Transnistria. Ene menjelaskan bahwa negara kecil seperti Moldova tidak mempunyai kemampuan untuk menahan kekuatan besar, mereka cenderung bergantung pada berbagai jenis rezim „organisasi internasional, blok, aliansi dll' untuk mengawasi dan mendesak, jika diperlukan, kebiasaan dari negara tetangga dan hegemoni regional. Rezim muncul jika terdapat pemimpin oleh negara yang kuat. Tiga aktor yang dibicarakan disini- NATO, Uni Eropa, dan Rusia- secara teori mempunyai kapabilitas/kemampuan untuk menciptakan rezim internasional di sekitar negara Moldova. 38

Konsep teori pada penelitian Ene adalah teori dari soft power. Ene menggunakan teori dari soft power, seperti nilai, norma dan pengetahuan, akumulasi selama bertahun-tahun dan pembagian oleh negara anggota dalam kedua aliansi. Perbedaan pada penelitian ini adalah konsep teori dalam menganalisa, jika Ene menggunakan soft power dalam menganalisa penyelesaian konflik dalam Transnistria, sedangkan pada penelitian ini lebih memfokuskan keterlibatan Rusia dengan mengunakan konsep kepentingan nasional.

Jurnal berikutnya berjudul The Transnistria Issue: Moving Beyond The

Status-Quo oleh Stefan Wolff, University of Birmingham United Kingdom tahun

37 Ivan Ene, Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of NATO and The European Union Enlargements on The Dispute Resolution Process, (Monterey: Naval Postgraduate School, Monterey California, 2006). 38 Ibid, 92.

10

2012.39 Diterbitkan di jurnal European Centre for Minority Issues (ECMI) 2011.

Stefan Wolff menjelaskan tentang masalah di wilayah Transnistria yang didukung oleh Uni Eropa. Dengan dimulainya kembali pembicaraan resmi dalam Format

5+2 sebagai penyelesaian konflik, isu yang diteliti oleh Stefan menempatkannya aktor Uni Eropa dalam konteks regional dan melihat posisi aktor sebagai kunci dalam proses penyelesaian konflik Transnistria.

Dengan adanya penelitian sebelumnya, penulis akan menekankan pengaruh yang diberikan oleh gerakan separatis Transnistria dalam kepentingan

Rusia. Dalam menganalisa tidak dapat menutup kemungkinan data yang diberikan penulis sebelumnya dapat membantu penelitian ini.

1.5 Kerangka Konseptual

Untuk membantu menganalisa penelitian ini, penulis menggunakan tiga konsep, yaitu konsep Keamanan, Kebijakan Luar Negeri, dan Kepentingan

Nasional. Ketiga konsep ini dibutuhkan untuk mencapai kepentingan nasional

Rusia di Moldova yang dipengaruhi oleh gerakan separatis Transnistria.

1. Konsep Keamanan

Untuk menganalisa gerakan separatis Transnistria dibutuhkan penjelasan dari Konsep Keamanan. Neo-realis memandang keamanan sebagai kewajiban pemerintah yang harus diutamakan agar negara dapat bertahan dalam sistem internasional yang anarkis. Pengutamaan negara dalam keamanan membuat setiap penduduk didalamnya juga terlibat dalam mencapai keamanan nasional. Hal ini

39 Stefan Wolff, The Transnistria Issue: Moving Beyond The Status-Quo(Birmingham: ECMI Press, 2011)

11 yang didasari sebagai penekanan Neo-realis pada keamanan nasional harus diprioritaskan.40

Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul New Patterns of

Global Security in The Twenty-First Century mengatakan bahwa keamanan militer menyangkut interaksi dua tingkat yang saling berkaitan antara kapabilitas penyerangan dan pertahanan suatu negara, serta negara-negara menyatakan persepsi niat masing-masing. Keamanan politik menyangkut stabilitas negara, sistem pemerintahan dan ideologi-ideologi yang memberikannya legitimasi.

Keamanan ekonomi menyangkut akses kepada sumber daya, keuangan dan pasar yang penting bagi keberlangsungan suatu negara dan tingkat kemakmuran yang bisa diterima. Keamanan sosial menyangkut kemampuan masyarakat untuk mepertahankan pola tradisional mereka baik bahasa, budaya, persatuan, identitas agama dan nasional serta adat tanpa menutupi kondisi yang dapat diterima untuk perkembangan. 41

Sedangkan dalam People, States and Fear: an Agenda for International

Security Studies in the Post Cold War Era oleh Barry Buzan bahwa strategi keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kelemahan) dalam negara tersebut.42 Suatu ancaman terhadap keamanan nasional dapat dicegah atau akan mengurangi suatu kerentanan pada

40Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 ). 41 Barry Buzan. “New Patterns of Global Security in the Twenty-First Century.” Royal Institute of International Affairs Vol. 67, No. 3, (1994), 433. 42 Barry Buzan. People, States and Fear: an Agenda for International Security Studies in the Post Cold War Era, (Brighton: ECPR Press) 2008. 104

12 keamanan nasionalnya. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kapabilitas yang dimiliki negara tersebut.

Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan dalam studi

Hubungan Internasional telah mengalami pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas pada perang dan perdamaian untuk menuju perspektif nontradisional yang lebih mengedepankan human security dan mengandung lebih banyak aspek lainnya. Keamanan tidak lagi terfokus pada interstate relations, tetapi juga pada keamanan untuk masyarakat.43

Konsep keamanan akan digunakan dalam menganalisis kepentingan Rusia pada gerakan separatis Transnistria di Moldova. Konsep ini akan dijadikan sebagai alat analisis untuk menganalisa ancaman internal serta eksternal

Transnistria. Terutama Transnistria termasuk ke dalam gerakan separatis yang menginginkan otoritas secara penuh dari Moldova.44 Sehingga akan ada konflik dari Moldova dengan Transnistria yang akan mengancam keamanan negara.

2. Konsep Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri didefinisikan oleh Rosenau sebagai upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternal suatu negaranya.45 Bentuk implementasi dari politik luar negeri yaitu kebijakan luar negeri yang menunjukan

43 Simon Dalby. “Calling 911: Geopolitics, Security and America‟s New War.” A Frank Cass Journal, (2003), 102-103. 44 András Rácz dan Arkady Moshes, Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in Eastern Ukraine?, Journal of The Finnish Institute of International Affairs, (2014), 8. 45DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yantan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 ), 49.

13 dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional.

Menurut George Modelski, kebijakan luar negeri merupakan konsentrasi dari sumber daya berupa ideologi yang berefek pada kepentingan negara lain.

Modelski berpendapat bahwa teori kebijakan luar negeri terlahir dari budaya suatu bangsa dan campuran budaya dari bangsa lain lalu dianalisa. 46

Keputusan dan tindakan dalam menentukan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari lingkungan eksternal maupun internal yang nantinya akan menjadi kepentingan nasionalnya.47 Seperti yang dijelaskan oleh K.J Holsti bahwa Kebijakan Luar negeri dirancang untuk mempertahankan atau mengubah objek, kondisi, atau praktek saat ini di lingkungan eksternal/luar. Sementara beberapa kebijakan dirancang untuk mengubah kondisi di luar negeri untuk kepentingan mereka sendiri.48

Holsti mengklarifikasikannya sebagai berikut: pertama, yaitu faktor internal antara lain mencakup: kebutuhan keamanan dan kondisi sosial ekonomi suatu negara; karakteristik geografis dan topografis wilayah; atribut nasional seperti jumlah populasi dan luas wilayah, sistem ekonomi, prestasi negara, tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi; struktur pemerintahan dan ideologi yang dianut atau filosofi negara; isu yang berkembang di dalam negara; birokrasi; dan pertimbangan etik.49

46George Modelski, A Theory of Foreign Policy (New York: Frederick A. Praeger, 1962), 152. 47K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, (New Jersey: Prentice Hall, 1992), 269. 48 Ibid. 49 Ibid, 271-287.

14

Dari struktur kedekatan geografis wilayah Timur Moldova dengan Rusia mendukung adanya geopolitik Rusia. Geopolitik Rusia sebagian besar meliputi warisan Uni Soviet dimana Rusia pernah menjadi negara hegemoni. Rusia melihat kawasan Eropa Timur khususnya Moldova memiliki disintegrasi dan upaya untuk menciptakan imajinasi geopolitik yang mendukung konstruksi identitas tunggal.

Pembentukan identitas tunggal ini telah menjadi inti arah kebijakan luar negeri yang dikampanyekan oleh Putin sejak tahun 1991. Di luar kepentingan untuk menjaga keamanan pipa gas dan minyak yang menjadi komoditas perekonomian

Rusia. Geopolitik Rusia selalu ditujukan untuk mendukung identitas tunggal dari persamaan sejarah dengan Soviet. Implementasinya ialah Rusia menginisiasi pembangungan pemukiman Rusia dalam wilayah yang memiliki etnis Rusia.

Kedua, faktor eksternal antara lain mencakup: struktur sistem internasional yang berlaku apabila bersifat unipolar, bipolar, dan multipolar sehingga mempengaruhi proses kebijakan luar negeri suatu negara; struktur ekonomi internasional; tanggapan aktor negara lain mengenai kebijakan yang dirumuskan oleh suatu negara; masalah regional yang disebabkan oleh non governmental organization (NGO); hukum internasional dan opini publik. Manfaat penggambaran kondisi lingkungan eksternal tersebut yaitu agar dapat melatarbelakangi munculnya peristiwa dalam politik luar negeri, serta membantu penulis memunculkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam interaksi antar negara.50

50Ibid, 287.

15

Skripsi ini menganalisa faktor yang melatarbelakangi kebijakan luar negeri

Rusia untuk memperoleh kepentingan nasionalnya terhadap separatis Transnistria.

Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut adalah stuktur pemerintahan, ideologi, persamaan sejarah dan kedekatan geografis yang dianut suatu negara. Kemudian pada faktor eksternal adalah struktur sistem internasional saat ini. Melalui faktor- faktor tersebut penulis memaparkan politik luar negeri Rusia yang kemudian menjadi acuan untuk mencapai kepentingan nasional. Rusia memiliki tujuan untuk menyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain di kawasan bekas Uni

Soviet.

3. Konsep Kepentingan Nasional

Untuk menganalisis kepentingan Rusia terhadap Moldova yang melandasi kebijakan Rusia pada penelitian ini digunakan konsep kepentingan nasional.

Tujuan utama dari kebijakan luar negeri Rusia adalah untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut. Daniel S. Papp menyatakan bahwa kepentingan nasional dapat bersifat objektif maupun subjektif karena kepentingan nasional tersebut tidak hanya bersifat materi namun juga bersifat non materi51 seperti value. Contohnya adalah ideologi yang merupakan tujuan dasar dan faktor yang menentukan dalam proses perumusan kebijakan luar negeri suatu negara yang kemudian dipahami sebagai konsep dasar dalam politik luar negeri.

51Daniel S.Papp, Cotemporary International Relations; Framework for understanding 5th Editions, (London: Macmillan Publishing Company, 1988), 43.

16

Keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasari pada pertimbangan ideologis.52

Kepentingan nasional menurut Scott Burchill merupakan tradisi yang mengkhususkan imperative suatu negara untuk mendapatkan kekuasaan sesuai dengan kepentingan nasional.53 Menurut Morgenthau, kepentingan nasional merupakan kemampuan minimum negara untuk melindungi dan mempertahankan indentitas fisik, politik dan kultur dari gangguan negara lain.54

Daniel S. Papp juga menerangkan aspek kepentingan nasional suatu negara. Pertama, kriteria ekonomi dimana kepentingan nasional suatu negara adalah untuk meningkatkan kemampuan ekonomi suatu negara tersebut. Kedua, ideologi yang dianut oleh suatu negara akan mempengaruhi kebijakannya. Ketiga, penambahan power pada kepentingan nasional suatu negara.55

Berbeda dengan Morton A. Kaplan yang menjelaskan bahwa kepentingan nasional merupakan kebutuhan nasional, Kaplan juga menjelaskan bahwa

Kepentingan dari sebuah sistem untuk mendapatkan sesuatu yang berharga.

Kepentingan dari suatu bangsa adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Dengan demikian kepentingan nasional bersifat objektif, dan terdapat banyak kepentingan nasional sebagai kebutuhan nasional. 56

Perilaku suatu negara juga harus melakukan perimbangan kekuatan, dalam hubungan internasional. Kekuatan ini disebut dengan Balance of Power. Balance

52 Ibid. 53Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), 11. 54James N.Rosenau, International Politis and foreign policy. (New York: The Free Press of Glencoe, 1961), 174. 55Daniel S.Papp, Cotemporary International Relations, 44. 56 James N.Rosenau, International Politis, 164.

17 of Power (BoP) merupakan suatu penyusunan hubungan sehingga tidak akan ada negara yang berada pada posisi lebih kuat atau setara dengan negara lainnya.57

Strategi ini diterapkan untuk mencegah timbulnya kekuatan yang akan menyaingi atau intervensi dari negara lainnya.

1.6 Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode kualitatif atau dikenal sebagai penelitian yang menganalisis secara deskriptif.58 Tujuan ini membawa pandangan sistematis, faktual dan berdasarkan fakta dari variabel.59 Metode kualitatif relevan untuk masalah sosial yang menjelaskan lebih dalam dan menemukan hipotesis serta teori.60

Penulis akan melakukan pengumpulan data sekunder yang berupa sumber tidak langsung dari data dokumen, buku, jurnal, majalah, surat kabar dan internet atau studi pustaka. Pada data sekunder tersebut didapat dari beberapa sumber, antara lain: Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN), Perpustakaan Fakultas

Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Freedom

Institute, Perpustakaan Pusat Budaya Rusia, Perpustakaan Kementerian Luar

Negeri, serta situs internet seperti JSTOR, International Relations and Security

Network (ISN), serta Europe journal yang akan dipertanggung jawabkan sumber- sumbernya.

57Kenneth Waltz, Theory of International Politics,( New York: Colombia University, 1979), 88. 58Sanapiah Faisal, format-format penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 20. 59Ibid, 32. 60Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), 112-114.

18

Setelah data terkumpul, data akan diverifikasi dan direduksi kembali oleh penulis. Pada proses tersebut data mulai dipahami, diolah dan dianalisa dengan konsep kepentingan nasional, kebijakan luar negeri dan konsep keamanan.

Selanjutnya data akan digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan teori yang relevan.

1.7 Sistematika Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini dibagai menjadi lima bab dan pada beberapa bab mempunyai sub-bab tertentu untuk memperjelas bab sebelumnya.

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan masalah tentang topik yang dibahas dalam skripsi ini. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II Sejarah Konflik Transnistria – Moldova. Pada bab ini membahas tentang sejarah atau akar masalah terjadinya konflik diantara dua wilayah yaitu

Transnistria dengan Moldova. Lalu dilanjutkan dengan upaya penyelesaian konflik Transnistria oleh Moldova dan Respon Moldova terhadap dukungan penyelesaian konflik Transnistria.

BAB III Kepentingan dan Keterlibatan Rusia terhadap Separatis

Transnistria. Bab ini berisikan analisa yang menggunakan konsep-konsep

Hubungan Internasional yang relavan diantaranya Keamanan Moldova yang berisi tentang Penempatan Militer Rusia di Transnistria, Politik Moldova-Transnistria dan Ekonomi Moldova-Transnistria. Konsep berikutnya berisi tentang Kebijakan

Luar Negeri Rusia pada Faktor Internal serta Eksternal Rusia, dan di konsep terakhir berisikan tentang Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria.

19

BAB IV Dukungan Konkrit Rusia terhadap Pembentukan Negara

Transnistria. Pembentukan negara tersebut di dukung Rusia dalam politik

Transnistria, pada bab ini terdapat sub bab tentang politik internal Transnistria dan peran Rusia dalam Politik internal tersebut. Dukungan Rusia tidak berhenti pada dukungan politik saja namun dukungan Rusia didapat dari faktor ekonomi di

Transnistria. Dalam dukungan faktor ekonomi terdapat dua sub bab yaitu

Dukungan Gasprom dalam meningkatkan Perekonomian Transnistria dan

Dukungan Industri di Transnistria

BAB V Kesimpulan. Pada bab ini terdapat kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.

20

BAB II

SEJARAH KONFLIK TRANSNISTRIA-MOLDOVA

2.1 Akar Masalah Separatisme Transnistria

Pada 1980-an, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev membuat kebijakan penyatuan daerah Bessarabia yang berada di wilayah timur Rumania.

Penyatuan tersebut diberi nama dengan “Moldavian Soviet Socialist Republic”.61

Jatuhnya Uni Soviet membuat perbedaan yang signifikan terhadap wilayah chisinau dan Transnistria. Chisinau yang didominasi dengan warga keturunan

Rumania sebesar 60% dan Transnistria sendiri memiliki komposisi sebesar 20% keturunan Ukraina dan 20% Rusia.62

Gambar II.2 Peta Penyatuan Daerah Transnistria

Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm diakses pada 17 April 2014.63

61Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika”. 62 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict: Between Irredentism and Separatism, Europe-Asia Studies vol. 45 no.6, (2014), 978. 63 Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria”.

21

Nama Transnistria berasal dari ungkapan bahasa Rumania, Rusia, dan

Ukraina yang berarti daerah di sekitar sungai Dniester. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya Uni Soviet yang membuat perbedaan terhadap wilayah Chisinau dan

Tiraspol. Selama keberadaan Uni Soviet dan sampai akhir tahun 1991 banyak perbedaan dari indentitas nasional dan represi etnis. Faktor lain dari keberagaman etnis di bagian negara baru bekas Uni Soviet adalah otoritas negara yaitu rasa nasionalisme, dan tumbuhnya kesenjangan ekonomi. Sebelumnya perbedaan bahasa yang dialami oleh Moldova dan Transnistria didapat dari Revolusi

Rumania 1989.64

Dari revolusi kekaisaran Rumania terlahir penyatuan daerah Besaribia dengan Rumania. Besaribia merupakan daerah yang dianeksasi oleh kekaisaran

Rusia yang sekarang berubah nama menjadi Moldova.65 Penyatuan daerah ini membuat perbedaan bahasa antar kedua wilayah tersebut.66 Pada tepi kiri yaitu wilayah Balti, dan Chisinau berbahasa Rumania, sedangkan perbatasan Bender dan wilayah Tiraspol berbahasa Rusia.

Pada tepi kiri yang berbahasa Rumania sangat menjunjung tinggi etnis yang mereka miliki. Pemerintahan pusat Moldova yang terletak di tepi kiri membuat Tiraspol khawatir akan adanya kesenjangan pada wilayah kanan

Moldova. Pada 1989 Moldova lebih mendekatkan diri ke wilayah Rumania dengan alasan lebih dari 65% warga beretnis Rumania.67

64 Ibid, 906. 65 Ibid, 908. 66 Natalia Cojocaru. “Nationalism and Indentity in Transnistria”, The European Journal of Social Science Research, England.(2006), 263. 67 VG Baleaunu, In The Shadow of Russia: Romania’s Relations with Moldova and Ukraine, (Shrivenham : Conflict Studies Research Centre. 2000),8.

22

Parlemen Moldova mengapdosi hukum tentang penggunaan bahasa pada

Agustus dan September 1989.68 Hukum tersebut memberikan diskriminasi bahasa terhadap kaum minoritas di Transnistria. Diskriminasi langsung dirasakan oleh para pekerja dan pelajar yang berada di Transnistria.69 Para pekerja tidak dapat mengajukan pekerjaan di ibu kota Chisinau karena keterbatasan bahasa dan para pelajar tidak dapat masuk ke perguruan tinggi di ibu kota.

Alasan Transnistria mempertahankan bahasa cyrillic adalah untuk menolak bergabungnya Moldova dengan Rumania.70 Alasan lainnya adalah mempertahankan siswa internasional di Tiraspol.71 Terdapat 10.000 mahasiswa dan 2.000 pengajar di berbagai universitas di Tiraspol yang berbahasa Rusia.72

Pada 11 Agustus 1989, Tiraspol membuat anggota dewan untuk menolak hukum diskriminasi di Moldova.73 Dewan tersebut bernama “United Council of

Work Collectives” (OSTK- Ob’edinennyi Sovet Trudovykh Kollektivov).74

Anggota dewan ini menuntut perjanjian khusus tentang bahasa dan otonomi daerah terutama dalam kawasan industri di Transnistria. Tidak hanya OSTK yang menuntut perjanjian khusus, namun warga Transnistria melakukan aksi demo dan mogok bekerja pada akhir tahun 1989.75

68 Natalia Cojocaru. Nationalism and Indentity in Transnistria. 264. 69 Ibid, 266. 70 VG Baleaunu, In The Shadow of Russia. 9. 71 Ibid. 72 Charles King. “Moldovan Indentity and The Politics of Pan-Romanism”, Slavic Review: Jstor vol 53 no.2. (1994), 349. 73 Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. “The Transnistria Republic: A case of Politicized Regionalism”, Nationalities Papers, Vol.26, No. 1, (1998), 107. 74 International Crisis Group. “Moldova: No Quick Fix”, ICG Europe Report, No.147, (2003), 3. 75 Ibid.

23

Tahun 1990 OSTK memenangkan perjanjian khusus tentang otonomi daerah Transnistria, dengan perolehan suara lebih dari 80%.76 Dengan besarnya perolehan suara ini, para pemimpin Transnistria membuat perjanjian bahasa dan daerah economic zone yang berdampak pada wilayah industri Moldova.77 Wilayah industri itu sendiri sebagian besar terdapat di wilayah Transnistria.

Economic zone membuat pemerintahan Transnistria mengatur keuangan daerah secara khusus, dimana pemasukan dari industri di Transnistria hanya masuk ke dalam pemerintahan Transnistria.78 Pemasukan keuangan oleh kegiatan industri di Transnistria membuat ekspor-impor naik sebesar 10%.79 Hal ini membuat Igor Smirnov menaikkan anggaran untuk angkatan bersenjata di

Transnistria.80

Otonomi khusus oleh Transnistria membuat pemerintahan Tiraspol memiliki pemerintahan komunis yang berbeda dengan Moldova. 81 Sedangkan

Moldova lebih condong antikomunis dengan mendekatkan diri kepada Eropa.

Pemerintahan komunis Transnistria menunjukkan indentitas yang berbeda dengan mengubah atonomi politik didalamnya.

Pada pemilu Presiden Moldova 1991, Transnistria mengajukan calon dari pihak Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika dan mengajukan pemilu dengan waktu yang lebih awal dibandingkan wilayah lainnya. 8 Desember 1991 Moldova tetap melakukan pemilu dengan dua kandidat yaitu dari Chisinau Grigole

76 Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 107. 77 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 979. 78 Ibid. 79 Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic. 80 Ibid,108. 81 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict.

24

Maracula dan pihak Transnistria yaitu Igor Smirnov. Presentase yang didapat oleh

Maracula yaitu 30,9 % dan Smirnov 65,5%.82 Namun perolehan suara saat itu dinyatakan tidak valid karena banyak ditemukan kecurangan oleh pihak

Transnistria. Pemerintah daerah Dubosari dan Bendery juga menolak perolehan suara pemilu tersebut.

Walaupun Smirnov gagal menjadi Presiden Moldova, Smirnov tetap bertahan menjadi pemimpin Transnistria dengan mengubah gaya berpolitik dari

1989-1991.83 Pengubahan atonomi politik oleh Igor Smirnov didasari pada faktor geografi, bahasa, sejarah, dan sosio-ekonomi.84 Smirnov dan Pridnestrovskaia

Moldavskaia Respublika melihat Transnistria memiliki perbedaan yang signifikan dari Moldova.

2.2 Konflik Senjata antara Pemerintah Moldova dan Gerakan Separatis Transnistia

Kemenangan United Council of Work Collectives (OSTK) atas pemilihan suara tentang otonomi khusus disambut oleh gerakan separatis Transnistria sebagai jalan untuk memerdekakan diri dari Moldova. Tidak puas dengan otonomi khususnya, Smirnov memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 19 Agustus

1990.85 Beberapa kota di Transnistria menaikkan Bendera Soviet dengan warna merah dan palu dan arit sebagai simbolnya.86

82 Pal Kolsto, dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 104. 83 Ibid. 84 Ibid, 105. 85 Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 5. 86 Ibid, 7.

25

Sebelumnya kelompok separatis mengubah pemimpin regional wilayah

Transnistria dengan kebebasan berpolitik dibawah hukum internasional.87

Smirnov mengubah pemimpin yang pro-Moldova dengan para pemimpin dari

Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika. Melihat aksi ini, Moldova menolak deklarasi sebagian wilayahnya dan mengancam kudeta terhadap pihak

Transnistria pada 27 Agustus tahun 1991.

Dari 1990 sampai dengan 1992 konsolidasi politik dilakukan untuk meredam wilayah antar kedua belah pihak. 88 Namun konflik ini memanas ketika tentara Moldova datang ke bagian perbatasan Transnistria yaitu sungai Dniestr pada tahun 1992.89 Pada saat itu juga pemerintah Moldova mengumumkan keadaan darurat dan memerintahkan serangan militer ke Transnistria.90

Sebelumnya Moldova dapat mengambil alih kekuatan militer di Tiraspol dengan menghilangkan pengaruh Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika pada rakyat Tiraspol. 3 Desember 1991 Transnistria mengangkat panglima tertinggi

Mayor Jenderal Gennadi Yakovlev menjadi kepala pertahanan Pridnestrovskaia

Moldavskaia Respublika.91 Mayor Jenderal Yakovlev merupakan panglima Uni

Soviet yang memimpin taktik senjata nuklir saat Perang Dingin terjadi.92 Dengan

Yakovlev, Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika memiliki wewenang untuk mengontrol divisi infantri pada kegiatan militer di Transnistria.93

87 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 983. 88 Natalia Cojocaru. Nationalism and Indentity in Transnistria, 267. 89 Ibid, 266. 90 Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria”. 91 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 984. 92 Nicole J.Jackson, Russian Foreign Policy and the CIS- theories, debates and actions, (New York: Routledge, 2003). 82. 93 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflic, 984.

26

Setelah Uni Soviet mengalami keruntuhan, kegiatan militer di Transnistria dipimpin oleh Lurii Netkachev.94 Netkachev menyetujui 14th Army dan pasukan

Transnistria berada dalam pengaruh Rusia. Pasukan Transnistria mampu menaikan kuantitas dari unit militer, amunisi dan senjata yang mereka miliki.

Januari 1993 kepemimpinan Netkachev digantikan oleh Jenderal

Alexander Lebed.95 Alexander Lebed merupakan pemimpin Rusia yang mendukung Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika di Transnistria. Lebed diduga melakukan penyelundupan senjata dan korupsi saat pengadaan senjata di

Trasnistria.96 Kasus ini ditemukan oleh Kolonel Michael Bergman. Pada masa jabatannya Bergman merupakan kolonel yang tidak menyetujui adanya kelompok separatis di Transnistria termasuk Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika.

Bergman mengajukan tuntutan kasus Lebed pada Transnistria Security Service.

Namun tuntutan tersebut diabaikan karena Transnistria mengalami perkembangan serta penambahan alutsista oleh Lebed.

Rusia mengirim pasukan kontingen yang bernama pasukan Cossack dan pasukan 14th Army ketika konflik perbatasan memanas.97 Penempatan pasukan ini adalah wilayah Security zone. Pengiriman pasukan oleh Rusia bukanlah untuk menjadi pihak penengah, namun mendukung etnis Rusia di Transnistria. Dengan dibantu Rusia, Transnistria memiiliki 9.000 pasukan yang dipersenjatai dan dilatih oleh instruktur dari 14th Army.98 Adanya tentara bayaran dari Rusia juga

94 Ibid, 985. 95 Ibid, 986. 96 Ibid, 985. 97 Andrew Andersen, “The Conflict in Transnistria”. 98 Olga Savceac, “Transnistria-Moldova Conflict”.

27 memperkuat pasukan yang dilatih oleh 14th Army.99 Pasukan yang berjumlah

11.000 orang ini di bawah komando Kolonel Stefan Citac.100

Gambar II.3 Peta Security Zone

Sumber : Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen School of Management), 2013.101

Konflik bersenjata mulai diperlihatkan oleh Moldova saat pengambil alih wilayah Tighinia. Transnistria membalas serangan Moldova dengan menghancurkan jembatan strategis di Dubosari dan Coshnitia.102 Aksi militer ini terjadi di daerah padat penduduk. Hal ini menyebabkan banyak korban dan kerusakan bangunan di daerah perbatasan. 280 orang meninggal, 300 orang menghilang dan 532 orang luka parah.103

Kedua belah pihak tidak menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang sudah terjadi sebelumnya. Setelah banyaknya korban,

99 Andrew Andersen“The Conflict in Transnistria”. 100 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflic, 986. 101 Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen: Radboud University, 2013), 2. 102 Ibid, 986. 103 Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 975.

28 pihak Transnistria yang diwakilkan oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin membuat kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian perdamaian pada 21 Juli 1992.104

Namun Moldova hanya menyetujui gencatan senjata antar kedua belah pihak.

Beberapa anggota dewan dan aktivis Moldova menolak meratifikasi perjanjian damai yang diajukan oleh perwakilan Transnistria tersebut.105

2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Transnistria oleh Moldova

Penolakan penyelesaian konflik oleh anggota dewan didukung oleh pemerintahan Moldova diawali dengan mendaftarkan diri ke dalam keanggotaan

CIS (Commonwealth of Independent States).106 Moldova masuk ke dalam keanggotaan CIS pada tahun 1994.107 CIS dibentuk pada 1991 atas dasar persamaan kedaulatan, dan penguatan persahabatan antar etnis dari negara bekas

Uni Soviet. Masuknya Moldova ke dalam CIS bertujuan untuk meningkatkan kerjasama di bidang keamanan dan ekonomi.

CIS sendiri bertujuan untuk menghilangkan pengaruh warisan politik Uni

Soviet seperti adanya disintegrasi kelompok minoritas, konflik etnis, dan perang sipil.108 Masuknya Moldova ke dalam anggota CIS, Moldova dapat meningkatkan

104 Priit Järve. “Comunism of Moldova and The Future of The Country‟s Ethnopolitical Conflicts”, Jurnal ECMI Brief, (Maret 2001), 2. 105 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 987. 106 CIS merupakan persemakmuran negara bekas Uni Soviet. CIS beranggotakan 12 negara yaitu : Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Tajikistan, Turkmenistan,Ukraina,Uzbekistan,danRusia. Cisstat.com, tersedia di: http://www.cisstat.com/eng/cis.htm; diunduh pada 31 Juli 2015. 107 globalsecurity.org, “Operations Group of Russian Forces in Moldova”. Tersedia di : http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/ogrv-moldova.htm; diunduh pada 31 Juli 2015. 108 Valery Tishkov. Migration in the countries of the former Soviet Union. (Global Commission on International Migration, GCIM 2005), 2.

29 keamanan dan ekonomi di wilayahnya.109 Politik dalam negeri Moldova merupakan bagian penting dari politik internal Rusia. Sejak akhir perang dingin, negara bekas Uni Soviet masih terikat dengan Rusia sebagai negara yang mengatur masalah politik, ekonomi dan konflik etnis dalam negeri.110 Konflik internal yang terjadi di Moldova justru membuat Rusia memanfaatkan keanggotaan CIS untuk berperan di dalamnya.

Dalam CIS, Rusia memiliki kebijakan ekonomi untuk berinteraksi secara parelel dengan arti negara persemakmuran CIS menjalankan komunitas ekonomi dalam kawasan.111 Hal ini membuat Rusia mengajukan kesepakatan damai dengan menempatkan 14th Army di perbatasan dengan alasan menjaga keamanan perekonomian CIS.112

Terbukti penempatan pasukan oleh Rusia, membuat Rusia membangun gudang amunisi di Transnistria.113 Sebanyak 20% pemasukan daerah pada kegiatan economic zone oleh Transnistria masuk ke dalam anggaran industri militer.114 Hal ini membuat persemakmuran CIS tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi oleh Moldova.

Tahun 1992, Moldova ikut bergabung dengan North Atlantic Cooperation

Council, yang berubah nama menjadi Euro Atlantic Partnership Council (EAPC)

109 Ibid, 12. 110 Ibid, 1. 111 GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic Development – GUAM” tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm. diunduh 18 September 2015. 112 Priit Järve. Comunism of Moldova, 4. 113 Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika”, 56. 114 Bruno Coppieters, Michel Huysseune dan Michael Emerson, “European Institutional Models as Instruments of Conflict Resolution in The Divided States of The European Periphery”, Ceps Working Document no. 195, (2003). 6.

30 pada 1997.115 Moldova memperluas hubungan kemitraan dengan negara Eropa khusunya dalam bidang perdamaian. Pencarian keanggotaan NATO (North

Atlantic Treaty Organization) oleh Moldova sangatlah sulit.116 Hal tersebut dikarenakan Moldova adalah negara dengan pendapatan terendah di Eropa.

Masuknya Moldova ke dalam keanggotaan yang dibuat oleh Eropa, Moldova dapat menyeimbangkan dominasi Rusia dan dapat menyelesaikan masalah di

Transnistria.

Moldova sangat menginginkan keanggotaan NATO untuk memperoleh nama di kawasan Eropa. Pada KTT NATO di Madrid, Moldova mengangkat wakil pertama yang mengajukan bantuan untuk menyelesaikan konflik perbatasan di Transnistria. Moldova meminta NATO menyerukan penarikan pasukan Rusia di negara merdeka.117

Belum ada status berakhirnya konflik Transnistria, pemerintahan Tiraspol mengeluarkan kebijakan kepada masyarakat untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Tiraspol.118 Kebijakan tersebut berisi tentang penggunaan aksara latin di sekolah dibatasi; batasan kebebasan berkumpul; batasan media melaporkan media; dan hukuman untuk warga pro-Moldova di

Transnistria.

November 1996 Petru Lucinschi terpilih menjadi Presiden Moldova.

Lucinshi merupakan presiden yang terpilih untuk mewakili Moldova dalam penyelesaian masalah penjualan senjata ilegal yang dilakukan oleh pihak

115 Ibid. 116 Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 987. 117 Ibid, 988. 118 Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 977.

31

Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika.119 Lucinshi mampu bekerja sama dengan Transnistria dalam perekonomian industri. Walaupun status ekonomi

Transnistria meningkat, Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika tidak mengakui adanya program kerja sama dengan Presiden Moldova.120

Presiden Lucinschi mampu membuat Eropa menyepakati kebijakan minoritas di Moldova. Ratifikasi kebijakan ini dilakukan pada tahun 1996 tentang perlindungan minoritas nasional. Namun tidak secara keseluruhan berdampak positif pada kebijakan minoritas tersebut. Banyak persyaratan masuknya pelajar dan karyawan tetap di Chisinau yang harus fasih berbahasa Rumania.121

Pada Oktober 1997 Moldova masuk ke dalam kelompok GUAM122

(Georgia, Ukraina, Azerbaijan dan Moldova).123 GUAM membuat kesepakatan untuk memperkuat dan meningkatkan keamanan antar wilayah negara anggota.

Kelompok tersebut didukung oleh Amerika Serikat dan Eropa.124 Dukungan AS dan Eropa dalam GUAM adalah untuk memerangi kejahatan yang terorganisir, seperti anti-terorisme dan separatisme.125

Negara GUAM sepakat untuk memperkuat dan meningkatkan mekanisme keaamanan dan koordinasi tindakan dalam organisasi internasional. Meskipun perjanjian GUAM termasuk deklarasi pertahanan bersama, Moldova menyatakan

119 Ibid,978. 120 Ibid. 121 VG Baleaunu. In The Shadow of Russia. 9. 122 GUAM merupakan Kelompok aliansi politik, ekonomi dan strategis yang dirancang untuk memperkuat kedaulatan sebuah wilayah. Pada tahun 1998 GUAM berubah nama menjadi GUUAM karena masuknya Uzbekistan. GUUAM memiliki kepentingan untuk menaikkan kerjasama dengan Eropa. GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic Development – GUAM” tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm. diunduh 18 September 2015. 123 ICG. Moldova Regional Tensions Over Trasndniestria. ICG Europe Report no.157, (2004). 4. 124 Ibid, 5. 125 Ibid.

32 sangat berpartisipasi dalam inisiatif pertahanan dalam negeri berbasis GUAM.126

Moldova telah terlibat dalam pertukaran informasi, perdagangan dan transportasi, pengawasan perbatasan, dan isu proyek energi dalam kesepakatan regional.

Tugas utama Moldova dalam keanggotaan GUAM adalah mempromosikan nilai-nilai demokrasi, memastikan aturan hukum, dan menghormati hak asasi manusia; memperkuat keamanan dan stabilitas internasional dan regional; memperdalam integrasi Eropa untuk pembentukan ruang keamanan bersama, dan perluasan kerjasama di bidang ekonomi dan kemanusiaan. Dalam penyelesaian konflik yang di hadapi oleh Moldova, GUAM belum mampu menghilangkan pengaruh dari Rusia. Walaupun Moldova mengalami perkembangan yang signifikan dalam hubungan Moldova dengan

Eropa.127

Adanya wilayah Industri Transnistria, Chisinau memilih menyatukan kembali pihak yang berkonflik dengan membangun infrastruktur industri.128

Pemerintah Moldova membuat kebijakan bisnis di Transnistria dengan menerima bantuan kesehatan dan pengembangan bisnis dari Uni Eropa.129 Smirnov menerima kebijakan tersebut karena tidak adanya hubungan politik antar

Transnistria dengan Uni Eropa.130

126Taras Kuzio, GUAM as a Regional and Security Organisation, National Security and Foreign Policy of Azerbaijan conference, (Toronto: St.Michael‟s College, University, 2008.) 4. 127 ICG. Moldova Regional Tensions. 5. 128 Ibid. 129 Marcin Kosienkowski. Is internationally recognised independence the goal of quasi-states? The Case of Transnistria. (Lublin: The John Paul II Catholic University 2013), 63. 130 Ibid, 64.

33

Pemerintahan Moldova mengajukan penyelesaian konflik secara domestik dengan pihak Transnistria. Pada akhir tahun 1997 Transnistria menyetujui

Moldova dengan syarat adanya campur tangan Rusia dalam penyelesaian konflik tersebut.131 Transnistria menginginkan Rusia tetap menyediakan tentara untuk menjaga perdamaian di kawasan Tiraspol.

Salah satu misi utama dari pasukan ini adalah mencegah konflik antara

Transnistria dan Moldova. Adapun gencatan senjata yang diprakarsai oleh

Pemerintah Rusia tidak terlalu disenangi oleh kedua belah pihak karena tidak dapat memenuhi tuntutan yang ada.132 Namun baik Pemerintah Moldova dan

Transnistria berusaha menghargai kehadiran pasukan Rusia untuk kepentingan masing-masing pihak.133

Bagi pihak Transnistria, pasukan penjaga perdamaian yang diturunkan oleh Rusia akan mengamankan Transnistria dari serangan Moldova. Sedangkan

Pemerintah Moldova percaya bahwa Rusia akan membantu untuk mengembalikan wilayah Transnistria kepada mereka bila Pemerintah Moldova mau bekerja sama dengan Pemerintah Rusia. Bagi Rusia sendiri, keberadaan pasukannya disana juga bertujuan untuk menjaga dan memindahkan sebagian besar persenjataan artileri peninggalan era Uni Soviet.

Hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan Republik Moldova merupakan faktor penting dalam penyelesaian masalah dan pertumbuhan ekonomi

131 Bruno Coppieters, Michel Huysseune dan Michael Emerson. European Institutional Models, 7. 132 Ibid. 133 Ibid.

34 dari Moldova. Sejak 2008, Uni Eropa telah semakin menjadi mitra dagang utama

Moldova untuk impor dan ekspor.134 Hasil pertumbuhan ekonomi mendekati setengah dari total perdagangan luar negeri tahunan Moldova sebesar 46,4%.135

Kerjasama ini akan terus berlanjut dengan diadakannya Perjanjian

Asosiasi yaitu Deep and Comprehensive Free Trade Agreement (DCFTA)136 antara Uni Eropa dan Republik Moldova. Perjanjian, yang telah menciptakan hubungan baru dan lebih dekat politik dan ekonomi antara Uni Eropa dan

Republik Moldova sejak 1 September 2010.

Berakhirnya konflik yang terjadi antara gerakan separatis dan Moldova, ditandai dengan adanya negosiasi dalam penyelesaikan konflik. Negosiasi ini menciptakan Konferensi Keamanan dan Kerjasama dalam kawasan Eropa yaitu

OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe).137 OSCE merupakan pendekatan komprehensif untuk keamanan yang mencakup politik- militer, ekonomi, lingkungan, dan aspek manusia. OSCE membahas berbagai masalah keamanan, termasuk pengawasan senjata, tindakan confidence dan keamanan pembangunan, hak asasi manusia, minoritas nasional, demokratisasi, strategi kepolisian, kontra-terorisme dan kegiatan ekonomi dan lingkungan.138

Oleh karena itu, keputusan OSCE diambil dari konsensus politik, tapi tidak mengikat secara hukum dasar.

134 Republic of Moldova & the EU –Trade tersedia di http://ec.europa.eu/trade/policy/countries- and-regions/countries/moldova/ ; diakses pada 20 Agustus 2015. 135 Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 6. 136 Ibid. 137 Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, (2010), 49. 138 Ibid.

35

Sebelumnya OSCE merupakan pergantian nama dari Conference on

Security and Co-operation in Europe (CSCE) yang didirikan pada tahun 1973.

CSCE dibuka di Helsinki pada tanggal 3 Juli 1973, namun pada saat itu Moldova belum menjadi negara anggota.139 OSCE menggunakan cara diplomasi, keamanan, perdagangan dan bidang keuangan yang mempengaruhi lingkungan internasional khususnya Rusia dan Uni Eropa.

OSCE membuat pertemuan informal antara negara yang berkonflik khususnya Moldova-Transnistria untuk menyelesaikan masalah. Pertemuan ini bernama “Format 5+2”. Format 5+2 adalah format dari lima negara yang memiliki konflik yaitu Moldova-Transnistria, Rusia, Ukraina sebagai pihak yang berkonflik dan OSCE sebagai perantara, sedangkan dua diartikan sebagai pengamat atau observers yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa.140

Pada 2002 Eropa dalam OSCE mengeluarkan kebijakan penyelesaian konflik dengan menggunakan kerjasama negara anggota dalam Format 5+2.141

Uni Eropa menempati peran pengamat dalam pembicaraan damai di bawah naungan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa. Selain sebagai peran pengamat, Eropa menjadi mediator dalam negosiasi antara Moldova dan

Transnistria.

Masuknya Amerika dalam Format 5+2 pada 2005 menjadi penguat negosiasi yang diadakan oleh OSCE.142 Amerika dan Eropa mendukung penyelesaian masalah dengan mendanai program pembangunan bangsa dan

139 Ibid. 50. 140 Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 5. 141 Ibid. 142 Ibid.

36 mempromosikan kerjasama di tingkat masyarakat khususnya kesehatan, sosial serta lingkungan di Moldova.

Sejak adanya negosiasi 5+2, penyelesaian konflik mengalami kemajuan dengan mempertemukan negara dan kelompok yang terlibat. Proses yang dicapai dari format 5+2 adalah untuk meningkatkan hubungan Chisinau dan Tiraspol dalam perbaikan kerjasama penyelesaian masalah. Kerjasama tersebut merupakan perbaikan jalur kereta api yang sebelumnya terputus di dua wilayah tersebut. Pada tahun 2012, pembukaan kembali jalur kereta api wilayah Chisinau-Tiraspol menjadi langkah nyata dalam menyelesaikan masalah. Meskipun penyelesaian masalah pada konflik Transnistria mengalami kemajuan, perbedaan sejarah, bahasa dan politik tidak mengubah pandangan Transnistria terhadap Moldova.

Transnistria tetap menginginkan kebebasan secara de facto untuk mencapai kekuasaan tertinggi sebagai negara.

2.4 Respon Moldova terhadap dukungan penyelesaian konflik Transnistria

Isu Transnistria dan penyelesaian konfliknya telah menjadi prioritas utama dalam membuat kebijakan di Moldova. Secara khusus Perdana Menteri Moldova yaitu Vlad Filat, mengharapkan penyatuan Moldova pada integrasi Eropa agar dapat menyelesaikan masalah internal Transnistria dengan Chisinau.143 Namun penyelesaian masalah yang diadakan oleh OSCE tentang proposal Format 5+2

143 Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 7.

37 telah berlangsung lama bahkan sebelum Filat mengambil inisiatif bergabungnya

Moldova dengan Eropa.144

Tahun 2005 terdapat perkembangan mengenai konflik Transnistria dari

Moldova yaitu adanya Moldova’s Action Plan (MAP).145 MAP merupakan aksi mediator dalam proses negosiasi yang dipimpin oleh OSCE untuk mencapai kesepakatan bersama.146 MAP mengharuskan masyarakat sipil terlibat langsung dalam menghormati perbedaan oleh Transnistria. Dalam MAP, Moldova bergantung pada penyelesaian masalah yang dilakukan oleh OSCE dan menunjukan penyelesaian yang dilakukan oleh Rusia dan Transnistria.

Tidak hanya penyelesaian yang dilakukan oleh Rusia, Moldova dan

Transnistria. Dalam Format 5+2 dibutuhkan dukungan dari Uni Eropa yang bertanggung jawab pada implementasi yang dilakukan di daerah perbatasan.147

Misi bantuan yang dilakukan Uni Eropa terhadap konflik tersebut adalah pembangunan asrama Europe Border Assistance Mission to Moldova and Ukraine

(EUBAM).148

Misi yang dilakukan oleh Eropa tidak membuat Moldova menemukan penyelesaian konflik. Hal ini juga disebabkan oleh ketidakstabilan politik di

Moldova, termasuk koalisi pemerintahan dan pemilihan presiden di Moldova.149

144 Ibid. 145 Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation in Transnistria. (Austria: European University Centre for Peace Studies 2007), 21. 146 Ibid. 147 Ibid, 8. 148Stefan Wolff. Guarantee Options for a Settlement of the Conflict over Transnistria ,12. 149 Ibid.

38 ketidakstabilan politik ini membuat negosiasi yang dilakukan oleh pihak OSCE dengan Transnistria dianggap tidak menemukan hasil akhir.150

Pada 2010 Tiraspol banyak mengeluarkan undang-undang tentang otonomi khusus berupa perluasan perbatasan dan pendekatan hukum dengan Rusia melalui perubahan konstitusi dalam wilayah. Tiraspol juga mengeluarkan tekanan pada sekolah yang berbahasa Rumania dengan menghilangkan dana pendidikan dan akses pembelajaran.151

Sebelumnya keberadaan pasukan Rusia merupakan kendala utama bagi upaya perdamaian antara kedua belah pihak. Keberadaan pasukan ini membuat para investor dari Eropa takut untuk berinvestasi di Transnistria.152 Smirnov pada

Maret 2006 mengeluarkan dekrit tentang pelarangan pendanaan LSM yang terlibat secara politik di Tiraspol.153 Hal ini disebabkan oleh banyaknya lembaga yang menjadi tangan dari Chisinau untuk mengetahui politik internal Tiraspol.

Rezim Smirnov banyak membuat kebijakan yang lebih mendekatkan diri kepada Rusia dibandingkan dengan Moldova.154 Seperti penerimaan dukungan ekonomi dari Rusia, dan penanaman modal para investor dari Rusia. Sementara

Moldova memiliki strategi untuk mendekatkan diri kepada komunitas pembisnis di Transnistria.155 Negosiasi yang dilakukan oleh Moldova untuk memperkuat

150 Stefan Wolff. A resolvable frozen conflict?, 7. 151 Anita Sobjak. “Is Transnistria The Next Crimea?” Polski Institut Spraw Miedzynarodowych The Polish Institute of International Affairs (2014), 2. 152 Ibid. 153International Crisis Group. “Moldova‟s Uncertain Future”, ICG Europe Report No.175 (2006),3. 154 Ibid. 155 Ibid, 4.

39 jaringan komunitas pembisnis berhasil dengan membuat komunitas tersebut menjauh dan menolak rezim Smirnov.156

Pada dasarnya strategi yang dijalankan oleh Moldova merupakan tekanan untuk membuat Smirnov jatuh dari kekuasaannya. Strategi ini membutuhkan bantuan dari Uni Eropa untuk menawarkan perdagangan yang lebih besar. Namun

Moldova memiliki hambatan dalam membangun dukungan untuk reunifikasi dari wilayah tersebut. Hambatan tersebut tidak jauh dari keterpurukan ekonomi serta masalah korupsi yang belum selesai. Keterpurukan ekonomi yang dialami oleh

Moldova membuat banyak masyarakat Moldova lebih memilih untuk bekerja di luar negeri. Sejak 2005, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengungkapkan bahwa lebih dari 600.000 orang hidup dan bekerja di luar negeri.157

Terdapat kekhawatiran dari masyarakat Transnistria yang mendukung kemerdekaan akan menjadi korban jika Transnistria bergabung kembali dengan

Moldova. Permasalahan yang dialami oleh Moldova terdapat pada perdagangan manusia dengan negara tujuan seperti Turki, Israel, Arab dan Rusia.158

Perdagangan manusia tersebut banyak melibatkan korban perempuan untuk eksploitasi seksual.159 Penyelesaian oleh pemerintah Moldova kurang maksimal

156 Ibid. 157 Maria Cristina Pantiru, Richard Black, and Rachel Sabates. Migration and Poverty Reduction in Moldova (Brighton: Development Research Centre on Migration, Globalisation and Poverty, 2007), 8. 158 Ibid. 10. 159 Ibid. 12

40 karena Moldova banyak melibatkan LSM, dan pihak Eropa terutama dalam pendanaan penyelesaian kasus tersebut.160

Pemberian pasport Rusia sebanyak 150.000 kepada masyarakat

Transnistria membuat warga Transnistria lebih mempercayai Rusia dibandingkan dengan Moldova.161 Pada 2003 terdapat kesepakatan bahwa Moldova memegang mayoritas dan Transnistria menjadi bagian minoritas dari federasi. Hal ini dikenal dengan Kozak Plan162, posisi Transnistria disini adalah untuk menerima dan menandatangani perubahan di masa depan nantinya.

Moldova memiliki berbagai masalah internal negara seperti jatuhnya pemerintahan pada 2013.163 permasalahan ini terjadi karena banyaknya skandal korupsi dalam pemerintahannya. Hal ini diikuti oleh perubahan kebijakan oleh konstitusi Moldova bahwa Uni Eropa dan OSCE dianggap sebagai ancaman karena tidak cepat dalam menyelesaikan kasus Transnistria.164

Tidak ada kontribusi nyata dalam pemerintahan Moldova untuk menyelesaikan kasus Transnistria. Jika Transnistria tidak berhasil masuk kembali ke wilayah Moldova, Moldova tidak hanya kehilangan sebagian wilayahnya namun Moldova juga kehilangan sumber pendapatan terbesar. 20% wilayah industri Transnistria merupakan saham terbesar di Moldova.

160 Ibid.13 161 Stefan Wolff. Guarantee Options, 5. 162 Kozak Plan merupakan memorandum resmi Rusia dan Moldova pada tahun 2003. Hal ini ditunjukan untuk menyelesaikan sengketa masalah antara Moldova dengan Transnistria. ECHR, Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment (Strasbourg: European Court of Human Rights, 2012), 9. 163 Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, (2010), 263. 164 Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution, 6.

41

BAB III

KEPENTINGAN DAN KETERLIBATAN RUSIA MENGHADAPI KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA

Rusia adalah salah satu mitra ekonomi dan politik yang paling berpengaruh di Moldova terutama Transnistria. Dengan adanya gerakan separatis

Transnistria, hubungan Moldova - Rusia menjadi tidak stabil. Ketidakpastian permasalah konflik wilayah antara Transnistria dengan Moldova menjadi sumber permasalahan antara Moldova - Rusia.

Sejak runtuhnya Uni Soviet banyak persamaan indentitas antara Rusia dengan Transnistria terutama komposisi penduduk yang didominasi oleh keturunan Rusia. Konflik perbedaan terbesar yang dirasakan Moldova dengan

Transnistria ditandai dengan deklarasi kemerdekaan Transnistria. Hal tersebut menimbulkan konflik senjata dan pengiriman pasukan militer oleh Rusia.

3.1 Keamanan Moldova

Konflik yang terjadi di Moldova disebabkan oleh lahirnya gerakan separatis di wilayah timur sungai Dnistr yaitu Transnistria. Transnistria termasuk ke dalam gerakan separatis yang menginginkan otoritas secara penuh dari

Moldova.165 Hal ini juga dijelaskan oleh Michael S. Bobick, bahwa Transnistria termasuk ke dalam gerakan separatis karena menginginkan kemerdekaan dari

165 András Rácz dan Arkady Moshes, “Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in Eastern Ukraine?”, The Finnish Institute of International Affairs, (2014), 8.

42

Moldova.166 Gerakan ini disebabkan oleh perbedaan etnis, bahasa dan pemikiran secara politik dan ekonomi. Intervensi Rusia juga mendukung gerakan separatis ini menjadi berkembang.

Dampak negatif timbulnya gerakan separatis ini adalah adanya disintegrasi bangsa dan terganggunya keamanan suatu negara. Seperti yang terjadi di Moldova saat timbulnya perpecahan antara Chisinau dan Tiraspol. Terganggunya keamanan menyangkut keamanan berpolitik, keamanan ekonomi, dan keamanan lingkungan seperti yang dijelaskan pada Bab satu oleh Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul New Patterns of Global Security in The Twenty-First Century.167

Sedangkan dalam People, States and Fear: an Agenda for International

Security Studies in the Post Cold War Era oleh Barry Buzan bahwa strategi keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kelemahan) dalam negara tersebut.168 Suatu ancaman terhadap keamanan nasional dapat dicegah atau akan mengurangi suatu kerentanan pada keamanan nasionalnya. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kapabilitas yang dimiliki negara tersebut.

Menurut Barry Buzan, terdapat lima tipe dari ancaman yaitu militer, politik, societal, ekonomi dan ekologi.169 Lima tipe tersebut adalah: Pertama, ancaman militer adanya tindakan militer yang biasanya mengancam segala komponen suatu negara. Kedua ancaman politik, lebih mengarah kepada stabilitas

166 Michael Bobick, “Separatism redux: Crimea, Transnistria, and Eurasia's de facto states”, 2 Juni 2014, Tersedia di https://www.academia.edu/7234299/Separatism_redux_Crimea_Transnistria_and_Eurasias_de_fa cto_states; diunduh 2 Desember 2015. 167 Barry Buzan, New Patterns of Global, 433. 168 Barry Buzan, People, States and Fear, 73-83. 169 Ibid,107-117.

43 organisasi pemerintah atau menekan pemerintah yang berkuasa dalam kebijakan, menggulingkan pemerintahan, atau menciptakan intrik politik yang mampu menganggu jalannya pemerintahan sehingga pula melemahkan kekuatan militernya. Ketiga sosial, ancaman sosial biasanya terjadi sebagai imbas dari ancaman militer dan politik. Keempat ancaman ekonomi, merupakan ancaman yang paling sulit diatasi dalam kaitannya dengan keamanan nasional. Kelemahan dalam bidang ekonomi, dapat menjadi jalan bagi Rusia untuk mengontrol jalannya pemerintahan melalui bantuan ekonomi.

Kelima ekologi, ancaman ekologi bagi keamanan nasional merupakan ancaman militer dan ekonomi yang dapat menghancurkan bentuk dasar suatu negara seperti gempa bumi, angin topan, banjir, gelombang air pasang, dan musim kemarau. Namun dalam analisa konsep keamanan dari keterlibatan Rusia di

Moldova faktor kelima bukanlah faktor Rusia terlibat di Transnistria. Penulis akan menganalisa tiga ancaman yang terdapat di Transnistria. Tiga ancaman tersebut adalah militer, politik dan ekonomi.

3.1.1 Penempatan Militer Rusia di Transnistria

Kehadiran kelompok ilegal menimbulkan ancaman kedaulatan, integritas teritorial dan keamanan nasional Republik Moldova. Kurangnya kontrol pemerintahan Moldova pada keamanan bernegara di wilayah timur melahirkan lintas batas kejahatan yang terorganisir, lalu lintas perdagangan ilegal seperti senjata; obat-obatan terlarang; dan manusia.

Rusia campur tangan dalam penempatan pasukan perdamaian di wilayah

Transnistria. Kehadiran pasukan tersebut tidak membuat Rusia mendamaikan

44 keadaan antar kedua belah pihak. Namun pasukan tersebut berhasil membangun industri gudang senjata dan membangun aliansi dengan Transnistria.

Pengiriman pasukan militer yang berujung pada penempatan serta pembangunan pabrik senjata di kawasan Transnistria menjadi awal kedekatan

Rusia dengan Transnistria. Cossack dan 14th Army memainkan peran dengan cara mengendalikan Transnistria agar lebih pro terhadap Rusia. Seperti yang diperintahkan oleh Jenderal Rusia Netkachev, yaitu: “Given that Transnistrian is

Russian territory and that the situation there has deteriorated, we must defend it by all means possible.”170(Mengingat bahwa Transnistria adalah wilayah Rusia dan bahwa situasi disana telah memburuk, maka kita harus memnpertahankannya dengan segala cara.Terjemahan penulis)

Netkachev menunjukan bahwa posisi Transnistria merupakan wilayah

Rusia yang harus dipertahankan wilayahnya. Secara tidak langsung Rusia memiliki kemampuan untuk mempengaruhi militer hingga politik Transnistria.

Tidak berhenti pada pengiriman pasukan, Rusia melihat beberapa faktor positif terhadap sifat Transnistria yang pro-Rusia. Mayoritas ideologi, dan etnis yang memiliki banyak persamaan terhadap Rusia merupakan sifat pro-Rusia yang ditunjukan oleh Transnistria. Melihat letak geografis wilayah Transnistria yang mudah terlibat dalam kegiatan ilegal seperti penyelundupan senjata, ilegal ekspor-

170 Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation, 5.

45 impor barang menjadi faktor tambahan Rusia tampil sebagai pembela dan pelindungnya.171

Beberapa perjanjian yang dibuat oleh DCFTA, OSCE, dan organisasi

Eropa lainnya tentang penarikan kembali pasukan tersebut tidak membuat Rusia menarik pasukannya. Keberadaan pasukan tersebut membuat permasalahan yang tidak kunjung selesai dan menemui deadlock. Adanya pasukan militer Rusia dalam wilayah kedaulatan Moldova merupakan pelanggaran hukum internasional kecuali pasukan tersebut merupakan pasukan perdamaian (peacekeeping). Namun dalam Piagam PBB “peacekeeping” dilibatkan dalam perang hanya untuk menjamin perdamaian dan keamanan internasional, dan terlibatnya peacekeeping hanya bisa dibawah komando PBB bukan negara pembantu agar terciptanya perjanjian perdamaian.172 Sedangkan prinsip kedaulatan negara dan non- interference dalam permasalahan negara lain, secara keras dilarang oleh PBB untuk melakukan intervensi antar negara.173

Mendukung adanya penempatan pasukan dijelaskan pada kasus Ilascu

Eropean Court of Human Rights (ECHR) artikel 14 bahwa pada masa deklarasi kemerdekaan Moldova, mereka tidak mempunyai tentaranya sendiri. Pasukan

Soviet keempatbelas yang bermarkas di Chisinau sejak 1956 tetap berada di wilayah Moldova meski sejak 1990 sebagian personel dan peralatan militernya mulai ditarik. Pada 1991, pasukan keempatbelas di Moldova terdiri dari beberapa

171 Ibid, 6. 172 Stephen M. Hill dan Shanin P. Malik, Peacekeeping and The United Nations (London: Dartmouth Publishing Company Limited, 1996), 14. 173 Piagam PBB, Bab 1, pasal 2, ayat 7. Tersedia di https://treaties.un.org/doc/publication/ctc/uncharter.pdf; diunduh 11 Maret 2016.

46 ribu tentara, unit infanteri dan artilleri (terutama sistem misil penangkis serangan pesawat), kendaraan bersenjata dan pesawat. Mereka mempunyai banyak simpanan amunisi yang dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Colbaşna,

Transdniestria. 174

Kehadiran pasukan Rusia dan persenjataan di wilayah Republik Moldova bertentangan dengan Konstitusi Republik Moldova, komitmen internasional dan kehendak warga Moldova, sehingga menjadi alat tekanan politik dan ancaman besar bagi keamanan nasional negara. Kehadiran militer asing di wilayah

Moldova alat konsolidasi rezim separatis di Transnistria.

Kejahatan terorganisir, termasuk lintas batas kejahatan terorganisir, yang mengikuti kecenderungan untuk berbaur dengan aktivitas kelompok separatis.

Faktor tersebut menciptakan tempat untuk kegiatan separatis dan pertumbuhan senjata ilegal. Tanpa kontrol pemerintahan, fenomena kejahatan terorganisir merupakan ancaman terhadap keamanan nasional Republik Moldova. Risiko ini juga dapat menghasilkan efek negatif pada hubungan bernegara.

3.1.2 Politik Moldova-Transnistria.

Transnistria masih belum bisa menentukan Demokrasi atau Dominasi dalam menjalankan pemerintahannya. Kembali pada pengertian awal Demokrasi yang diambil dari bahasa Yunani “demos” rakyat dan “kratos” kekuasaan, maka demokrasi itu sendiri bermakna kekuasaan yang berasal dari rakyat. Namun hal itu diartikan sebagai cara mencapai kekuasaan oleh kelompok Sheriff terutama

174 ECHR. Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment (Strasbourg: European Court of Human Rights, 2012), 4.

47 oleh Smirnov. Walaupun Transnistria mempunyai semangat sosial kesetaraan tentang persamaan ideologi rakyatnya.

Sheriff dalam menjalankan pengaruhnya dengan memanipulasi pemilu dan memonopoli pasar Transnistria. Sama halnya dengan Smirnov yang mencalonkan diri sebagai Presiden Transnistria 2006. Jelas bahwa pada saat itu posisi Smirnov lebih defensif daripada berorientasi untuk solusi peyelesaikan konflik. Sheriff dan

Smirnov lebih menunjukkan sikap permusuhan oleh wilayah tetangganya

Moldova. Hal ini terbukti pada strategi yang dikemukakan Smirnov untuk program pencalonan presiden, yaitu Tugas utama bagi TMR (Trans-Dniester

Moldovan) untuk lima tahun kedepan adalah membawa ide kebebasan, kesetaraan dan kemerdekaan. Membuahkan hasil atas referendum dari 17 September 2006, mengenai hubungan dan penggabungan pokok dengan Rusia; sebuah kesuksesan bagi implementasi proyek Rusia; akomodasi, bantuan kesehatan, pendidikan dll; merealisasikan hubungan politik dan ekonomi utamanya dengan negara-negara

Slavik; menguatkan angkatan bersenjata sebagai penjamin keamanan dan ketertiban nasional; perkembangan global dan penyebaran ideologi patriotisme dari TMR. 175

Sheriff juga menjadi beban bagi rakyat Transnistria dalam melaksanakan peningkatan standar kehidupan masyarakat. Secara bertahap Sheriff berwenang memegang beberapa perusahaan besar dan usaha informal yang mendapatkan pendapatan lebih besar dibandingkan usaha lainnya. Untuk melindungi posisi ekonomi istimewa terutama pada kepemilikan perusahaaan, Sheriff masuk ke

175 Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 8.

48 dalam partai politik () dan bekerja sama dengan para pemimpin

Transnistria.176 Masuknya Sheriff pada pemerintahan membuat peraturan yang menciptakan kepentingannya untuk mencapai suatu tujuan. Namun fokus rakyat

Transnistria lebih membutuhkan peningkatan standar hidup, pendidikan untuk semua kelompok etnis, bantuan kesehatan dan hubungan dengan semua negara dan pergerakan yang bebas barang dan jasa yang mereka produksi.

Sejak Februari 1992 Obnovlenie berkoalisi dalam membangun partai dan industri besar di Moldova-Transnistria.177 Koalisi tersebut memiliki perhatian besar terhadap kekuatan Rusia dan melindungi basis industri Rusia.178 Rusia juga menyediakan pemimpin politik dari Tiraspol dengan dukungan yang cukup besar.

Hingga 2010 Smirnov menikmati dukungan Rusia selama pemilihan Presiden

2011 yang dibantu oleh Anatoly Kaminski, pemimpin Obnovlenie saat itu.179

Rusia memiliki banyak keuntungan dengan mendukung rezim separatis dan menghindari penyelesaian konflik yang dilaksanakan oleh OSCE. Terutama dalam memenuhi kepentingan geo-politik Rusia dalam kontrol politik dan militer

Transnistria. Anggota dari asosiasi penulis internasional PEN, Vitalie Ciobanu juga berpendapat bahwa Moldova hingga saat ini menyisakan bayang-bayang

Rusia, itu merupakan alasan kami tidak benar-benar memiliki partai politik

Moldova. Lebih tepatnya memanggil partai yang ada dengan sebutan partai

176 Stefan Wolff, Guarantee Options, 11. 177 Ibid. 178 Michael McFaul dan Sergei Markov. The Troubled Birth of Russian Democracy: Parties, Personalities, and Programs (San Francisco: Hoover Institution Press, 1993), 68. 179 Svante Cornell dan Michael Jonsson. Conflict, Crime, and the State in Postcommunist Eurasia (Philadelphia: Pennsylvania Press, 2014), 135.

49 geopolitik. Itulah alasan mengapa pemisahan dari spektrum antara kiri dan kanan hanya bersifat konvensional.180

Seperti yang dikatakan oleh Ciobanu, Moldova belum memiliki partai politik yang kuat untuk menjalankan pemerintahan secara tegas. Ciobanu juga menjelaskan bahwa pemisahan ideologi dari kiri dan kanan merupakan konsep lama yang terjadi saat perang dingin dimulai, itu merupakan alasan Rusia masih berusaha mengintervensi Moldova. Padahal jika dilihat dari sistem politik modern, hal itu sudah tidak berlaku, hal itu sekarang berganti pada partai geopolitik dimana banyak campur tangan yang terjadi di salah satu partai tersebut.

Dengan cara inilah Rusia dapat mengembangkan kekuasaannya dalam menjalankan politik di Transnistria. Dalam Format 5+2 yang dibuat oleh OSCE, peran Rusia tidak menunjukan penyelesaian konflik yang setuju bahwa

Transnistria merupakan bagian dari Moldova. Nicu dan Leonid dalam jurnal

European Council on Foreign Relation mengatakan bahwa Sergey mengakui kesetaraan Chisinau sebagai ibukota dari Moldova dan Tiraspol sebagai ibukota dari Transnistria.181 Socor selaku calon kandidat presiden juga berpendapat bahwa

Rusia memiliki rencana rahasia diluar rencana resmi 5+2, salah satunya yaitu

Rusia mengajukan untuk membubarkan parlemen yang ada dan hanya warga lokal yang dapat memilih parlemen yang baru. Dalam konteks ini, menimbang bahwa di Transnistria kebanyakan penduduknya mempunyai paspor Rusia, maka mereka

180 Alianta.md, “Centrist Union signs cooperation agreement with ruling party in Russia” Tersedia di http://www.alianta.md/uploads/docs/1238016992_03.04_Centrist_Union_signs_cooperation_agree ment_with_ruling_party_in_Russia.pdf ; diunduh 26 Januari 2016. 181 Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution.

50 pasti akan menjadi nominasi/calon kandidat Tiraspol (V. Socor) di parlemen.

Kepentingan Rusia bisa dipastikan akan diwakili oleh parlemen Moldovan/

Transnistrian yang baru.182

Adanya usulan Rusia, tentang pembubaran parlemen dan hanya warga

Transnistria yang terpilih mengisi anggota parlemen. Hal ini membuat Rusia melihat peluang banyaknya pemegang paspor Rusia oleh warga Transnistria dan akan menjadi jaminan bahwa kepentingan Rusia akan diwakilkan pada parlemen selanjutnya. Hal ini diperjelas dengan klaim Socor calon kandidat Presiden

Transnistria, yaitu:“Moldova would become a “dysfunctional state,” while Russia would be able to manipulate through its proxies.”183 (Moldova akan menjadi

“negara yang tidak berfungsi secara normal” sedangkan Rusia akan mampu memanipulasi melalui pihak ketiga.)

Alasan utama Rusia masih mempertahankan pengaruhnya di Transnistria adalah untuk memblokir Romanisasi dan Eropanisasi yang terjadi di Moldova, seperti yang dikatakan oleh Rodkiewicz, bahwa Transnistria merupakan hal bernilai bagi Moskow karena ia merupakan salah satu alat utamanya dalam menghambat Romanisasi dan mungkin juga Eropanisasi Moldova. Hal ini juga yang membuat Moskow menolak permintaan pemimpin Transnistria untuk mengakui kemerdekaan wilayahnya.184 Rusia tidak menginginkan adanya campur tangan Amerika dan Eropa terutama saat Moldova mulai bergabung pada

182 Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 23. 183 Ibid. 184 Rodkiewicz, W. Transnistrian Conflict after 20 Years. (Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2011), 19.

51 keanggotaan DCFTA dan kerjasama lainnya dalam peningkatan hubungan ekonomi antar negara Eropa.

3.1.3 Ekonomi Moldova-Transnistria

Sebelumnya, Moldova merupakan negara miskin di Eropa yang bergantung pada subsidi dan utang yang diberikan oleh Rusia. Bahan makanan, anggur, dan produk pertanian adalah ekspor utama dari Moldova. Meskipun sektor teknologi dalam industri berkembang perlahan, Moldova tetap dinilai sebagai negara miskin di Eropa.

Perkembangan GDP Moldova secara berlahan dirasakan naik dari 2000 –

2002 karena perkembangan ekpor impor dalam bidang pengolahan bahan makanan.185 Moldova memiliki surplus perdagangan dengan negara-negara CIS, hal ini terjadi pada peningkatan impor dari Ukraina. Namun, 2002-2005 neraca perdagangan negara CIS menjadi negatif dan Moldova lebih beralih berkerja sama dengan Uni Eropa.186 2004, Uni Eropa bekerja sama dengan pemerintah Moldova menerapkan kebijakan double-checking system untuk baja yang diekspor dari

Moldova tanpa ada pembatasan jumlah ekspor.187 Hal ini diterapkan untuk meningkatkan transparansi ekspor baja yang dilakukan oleh Transnistria ke Uni

Eropa di mana mereka harus memiliki sertifikat dari pemerintah Moldova yang mengonfirmasi asal ekspor tersebut. Secara tidak langsung kebijakan tersebut

185 Marek Dabrowski, Moldova: Major Economic Problems and Challenges. (Chisinau : Center for Social and Economic Research, 2003), 8 186 Ibid, 10. 187 Nicu Popescu, “The EU and Transnistria: From Deadlock to Sustainable Development”. IPF Policy Brief , Tersedia di : http://www.policy.hu/npopescu/ipf%20info/IPF%201%20transnistria.pdf, diakses 6 Maret 2016, 7.

52 mengharuskan adanya kesepakatan antara Moldova dan Transnistria yang memungkinkan untuk membuka jalan bagi penyelesaian konflik antar kedua belah pihak.

Pada 2006 Uni Eropa mempromosikan pembangunan berkelanjutan pada negara yang memiliki GDP rendah dalam kawasannya.188 Uni Eropa menjadikan

Moldova sebagai mitra ekonomi untuk meningkatkan perkembangan hubungan antar negara Eropa Timur, walaupun dalam pelaksanaanya tidak membuahkan hasil yang maksimal. Ekonomi Moldova tetap dinilai rendah dibatas perekonomian negara Uni Eropa lainnya.

Tingkat korupsi pada pemerintahan membuat masyarakat kurang percaya terhadap pemerintah. Korupsi yang dialami pemerintah Moldova didapat dari tidak efisiennya pemerintahan dalam menangani posisi istimewa pasar seperti monopoli pasar yang dimiliki oleh kelompok Sheriff dan peraturan pajak yang tidak dijalankan secara adil.189 Faktor lain juga terdapat pada sistem pendapatan publik yang digunakan untuk pembiayaan partai dan posisi masyarakat yang tidak faham terhadap aliran dana pemerintah. Uni Eropa juga memperluas larangan bepergian bagi 10 pejabat Transnistria yang dianggap telah melakukan peanggaran korupsi dan HAM karena menutup sekolah yang mengajarkan tulisan- tulisan Latin. Namun kebijakan tersebut tidak berjalan dengan efektif salah satunya dikarenakan pihak Ukraina yang menganggap sebagai pihak netral tidak

188 Alexandu Fala, Economic Cooperation With The EU – A Prerequisite for Development of The Republic Moldova. (Chisinau: Moldova‟s Foreign Policy Statewatch, 2011), 4. 189 Lilia Carasciuc, Corruption and Quality of Governance: The Case of Moldova (Chisinau: Report Transparency International - Moldova, 2012),

53 seharusnya menekan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik sehingga memudahkan pejabat Transnitria bepergian di Ukraina maupun Rusia.190

Kebijakan ekonomi Rusia di Moldova mencakup tindakan investasi, kegiatan ekspor-impor dan alokasi keterbatasan sumber daya. Dalam hubungan perdagangan yang dimiliki kedua negara ini berpengaruh pada kegiatan ekspor dari hasil pertanian Moldova dan impor energi gas alam Rusia. Terutama dalam wilayah negara bekas Uni Soviet keamanan energi sangat bergantung pada Rusia.

Perekonomian Moldova dinilai tidak stabil jika dinilai sebagai negara.

Kehadiran ekonomi Rusia dalam perekonomian Moldova terdapat pada subsidi gas alam, dan penanaman modal di berbagai perusahaan Moldova dan

Transnistria. Namun subsidi gas alam yang dikirim dari Rusia dan penanaman modal tersebut terhitung sebagai utang negara Moldova.

Melihat perekonomian Moldova yang selalu mengalami defisit negara, tahun 2003 banyak industri Transnistria memilih untuk memprivatisasi perusahaan. Privatisasi yang dilakukan beberapa industri besar Transnistria membuat Moldova tidak dapat mengatur sistem ekonomi industri Transnistria.

Kepemilikan perusahaan industri oleh Smirnov dan kelompok Sheriff Transnistria membuat Rusia mudah bekerjasama dalam menjalankan kegiatan ekonomi seperti penerapan harga bahan baku barang.

Jaringan pipa gas yang dikirim melalui Transnistria ke Moldova mencapai

90% sumber gas yang dibutuhkan oleh Moldova.191 Jaringan pipa gas ini rentan

190 Nicu Popescu, “The EU and Transnistria”, 10.

54 menjadi masalah kepemilikan antara Moldova dengan Rusia, walaupun Moldova telah memiliki MoldovaGaz namun sumber dari gas tersebut masih dalam status impor dari Rusia terutama Gasprom.

Dalam resolusi no. 1334 IGD 17 November, yang dinyatakan oleh Duma

Federasi Rusia bahwa Transnistria merupakan zona kepentingan strategis untuk

Rusia.192 Salah satu kepentingan strategis Rusia adalah industri senjata. perusahaan Rusia menyediakan teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk pembuatan persenjataan modern dan perlengkapan militer kepada perusahaan

Transnistria. Selain itu, Transnistria juga membuat komponen-komponen bagi para pembuat senjata Rusia. Contohnya perusahaan Elektrommash yang menerima pesanan komponen bagi pistol dengan peredam dan berbagai sistem persenjataan lain yang nantinya akan dirakit di Rusia. 193

Hal ini membuktikan adanya ketergantungannya Transnistria yang dimanfaatkan Rusia sebagai tempat untuk mendirikan industri senjata di luar negara Rusia. Dibawah kendali Rusia industri senjata dijalankan hingga penerapan privatisasi kepemilikan perusahaan besar di Transnistria. Privatisasi yang dilakukan beberapa industri besar Transnistria membuat Moldova tidak dapat mengatur sistem ekonomi industri di Transnistria.

Interaksi ekonomi Transnistria tergolong sangat membutuhkan Rusia.

Pasar terbesar dari kegiatan ekspor-impor Transnistria adalah Rusia. Tidak hanya

191 Kamil Calus. An aided economy, 1. 192 Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 7. 193 Ibid.

55 pasar perdagangan yang dikelola oleh Rusia, namun keuangan terutama dalam privatisasi dan investasi oleh unit ekonomi Rusia di dalam industri Transnistria.

Seperti yang disebutkan oleh Center for Strategic Studies and Reforms bahwa

Transnistria, dengan segala kerumitannya (statusnya yang tidak diakui dan ketidakjelasan status hukumnya) telah mencoba berbagai cara yang tak biasa termasuk dengan keikutsertaan kementerian perdagangan dan Industri Rusia untuk mencari format yang efisien untuk perdagangan asing dan mitranya; dimulai dari otonomisasi finansial dan kepengurusan pada infrastruktur daerah seperti rel kereta api, sistem penyedia bensin dan listrik, TI dan jaringan telepon.194 Hal inilah yang menjadi faktor Rusia memanfaatkan kondisi kebutuhan Transnistria.

Bukan hanya kegiatan ekspor-impor, industri bahkan kondisi ekonomi internal Transnistria. Perusahaan gas dan pengelolaannya juga merupakan prioritas tinggi dari perusahaan besar seperti Gasprom. Pemisahaan perusahaan gas oleh Transnistria tahun 2005 membuat saham pipa gas di kelola sebagian besar oleh Rusia.

Center for Strategic Studies and Reforms juga menyebutkan lima bukti bahwa Rusia akan tetap menjadi negara penjamin di Transnistria.195 Pertama,

Dalam negosiasi 5+2 adanya kontingen pasukan perdamaian membuat infrastruktur pasukan tersebut masih berada di wilayah Transnistria. Kedua,

Sistem kewarganegaraan ganda yang dimiliki oleh mayoritas populasi memiliki konsekuensi hukum Rusia begitu juga dengan sistem pendidikan yang berorientasi

194CISR. Transnistrian Market and its Impact, 11. 195 CISR. Transnistrian Market and its Impact, 19.

56 pada hukum Rusia. Keempat, Interaksi ekonomi yang ketat dengan Rusia menunjukan keberlanjutan investor untuk tetap berinvestasi di Transnistria. Lalu yang terakhir adalah pasar tenaga kerja Rusia mempekerjakan 20% populasi yang aktif dari Transnistria.

3.2 Kebijakan Luar Negeri Rusia di Moldova

Terdapat lima prinsip kebijakan luar negeri Rusia yang didapat dari hasil wawancara Dmitry A. Medvedev Presiden ketiga Rusia dalam televisi pusat

Rusia: pertama, Rusia mengakui adanya dasar hukum internasional yang nantinya akan memajukan hubungan dengan negara lain; kedua, penerapan multipolar di dunia internasional; ketiga, tidak adanya konfrontasi antara Rusia dengan negara lain; keempat, perlindungan Rusia terhadap kepentingan pengusaha di luar negeri; kelima, penentuan kawasan istimewa. Di kawasan tersebut, seperti adanya ikatan sejarah, dan hubungan dekat menjadi kawasan yang sangat diperhatikan oleh

Rusia.196

Pada point kelima prinsip tersebut membuktikan bahwa Rusia masih menginginkan keterlibatannya di negara kecil yang masih memiliki ikatan hubungan seperti di negara bekas Uni Soviet. Tidak hanya Medvedev, Presiden

Vladimir Putin menjelaskan bahwa kepentingan rakyat Rusia di negara bekas Uni

Soviet juga merupakan kepentingan Rusia.197

196 Artikel wawancara Dmitry A. Medvedev terhadap pers televisi pusat Rusia. Kedutaan Besar Federasi Rusia, “Lima Prinsip Kebijakan Luar Negeri Rusia”, tersedia di http://indonesia.mid.ru/documents/3046611/9269502/mfa_ind_02i.pdf; diunduh pada 11 Maret 2016. 197 Gevorg Mirzayan, “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang Dingin”, 3 April 2014. Tersedia di

57

Dalam menganalisa kepentingan Rusia terhadap gerakan separatis

Transnistria dibutuhkan kebijakan luar negeri Rusia yang menggunakan kerangka

Teori Kebijakan Luar Negeri K.J Holsti yaitu faktor internal/domestik berupa kedekatan secara Ideologi, Geografis, dan persamaan sejarah diantara keduanya.

Dalam faktor eksternal yang berupa Struktur sistem pemerintahan Moldova yang tergolong lemah (weak power) dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang lemah. Melalui faktor eksternal dan internal, penulis memaparkan politik luar negeri Rusia. Dan kemudian menjadi acuan untuk mencapai kepentingan nasional

Rusia dan untuk menyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain di kawasan bekas Uni Soviet.

3.2.1 Faktor Internal Rusia

Karakteristik kedekatan secara ideologi, geografis dan persamaan sejarah antara Transnistria dengan Rusia membuat perkembangan kedekatan secara politik dan ekonomi di Transnistria. Hal ini didukung oleh perbedaan yang dirasakan oleh Transnistria dengan Moldova. Kedekatan geografis wilayah Timur

Moldova mendukung adanya geopolitik Rusia. Geopolitik yang terhubung dari konflik Transnistria berawal pada jatuhnya Uni Soviet dan munculnya negara- negara baru yang membuat Rusia kehilangan banyak wilayahnya. Seperti yang dikatakan oleh Oazu Nantoi perdana menteri Moldova, bahwa Rusia melakukan aksi tersebut secara sadar karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa

Moldova mempunyai beberapa kewajiban kepada Uni Eropa mengenai rezim

http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_negeri_rusia_setelah_pera ng_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016.

58 liberalisasi visa. Rusia memanfaatkan kebuntuan keadaan politik sekarang di

Chisinau.198

Secara sadar Rusia mengambil banyak keuntungan dari permasalahan

Moldova yang tidak menemukan jalan akhir dengan cara memberi bantuan politik yang dibutuhkan Transnistria dan Moldova. Rusia memiliki peluang dalam intervensi unilateral seperti mempertahankan infrastruktur senjata, pangkalan militer dan amunisi lainnya. Hal ini didukung oleh permintaan Transnistria yang tidak menginginkan panarikan infrastruktur tersebut oleh Rusia. Peluang ini menjadikan Rusia bertindak sebagai negara penjamin di wilayah Moldova-

Transnistria.

Rusia masih melihat peluang untuk menjadi poros di kawasan timur Eropa dari kesamaan ideologi. Persamaan tersebut timbul karena adanya penyatuan daerah Besarabia yang sebelumnya berada di bawah pengaruh Uni Soviet.

Penyatuan daerah dengan bahasa berbeda membuat Transnistria lebih dekat dengan Rusia. Perbedaan pendapat oleh rakyat minoritas dan mayoritas membuat banyak kebutuhan yang tidak bisa diberikan oleh Moldova kepada kedua belah pihak. Kebutuhan seperti budaya, persamaan hak berbahasa, ekonomi serta pendidikan membuat konflik yang tidak kunjung selesai hingga saat ini.

3.2.2 Faktor Eksternal Rusia

Tidak sebanyak faktor internal, keterlibatan Rusia di Moldova dalam faktor eksternal adalah adanya kekuatan yang lemah di Moldova (Small states)

198 Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen: Radboud University Nijmegen, 2013), 29.

59 dalam menghadapi pengaruh Rusia di Transnistria. Small states umumnya merupakan weak power, dimana kekuatan yang dimiliki negara kecil memiliki kriteria dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang lemah. Seperti yang diungkapkan oleh Buzan bahwa: “Weak states, whether or not they are also weak power”.199(Negara-negara lemah, apakah ya atau tidak mereka juga mempunyai kekuatan yang lemah. Terjemahan penulis)

Ketidakmampuan Moldova sebagai negara kecil dalam menghadapi pengaruh Rusia dalam sistem pemerintahan yang terlibat di Transnistria dan sistem ekonomi Transnistria. Pengaruh tersebut menimbulkan adanya hegemon di negara bekas Uni Soviet. Rusia lebih menekankan pada penggunaan soft power seperti pemberian bantuan berupa dana pendidikan, transportasi dan dalam menjalankan industri di Transnistria. Ketakutan Rusia jika negara bekas Uni

Soviet lebih berpihak kepada Barat merupakan misi Rusia.200 Misi ini didukung dengan beberapa kebijakan dan organisasi seperti CIS dan GUAM. Dengan bantuan yang diberikan oleh Rusia kepada Moldova, Rusia mampu masuk ke dalam sistem pemerintahan Transnistria dan membangun kerjasama yang lebih menguntungkan untuk Rusia.

3.3 Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria

Sebelum menganalisa faktor-faktor kepentingan Rusia dalam kegiatan politik serta ekonomi Transnistria dibutuhkan pengertian dari kepentingan nasional itu sendiri. Menurut Morgenthau yang dikutip dari Rosenau, Kepentingan

199 Barry Buzan. People, States and Fear. 74. 200 Allen C. Lynch, The Realism of Russia's Foreign Policy, (London: Taylor & Francis, Ltd. 2001), 8.

60 nasional merupakan kemampuan minimum negara untuk melindungi dan mempertahankan indentitas fisik, politik, dan budaya dari gangguan negara lain.201 Sedangkan menurut Daniel S papp, konsep Kepentingan terdapat pada beberapa aspek, seperti ekonomi, ideologi, kekuatan dan keamanan militer, moralitas dan legalitas.

Keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasari pada pertimbangan ideologi suatu negara.202 Contohnya terdapat pada ideologi

Transnistria yang memiliki persamaan dengan Rusia. Hal ini merupakan cara yang di pakai oleh Rusia untuk membuat perumusan kebijakan luar negeri terhadap Transnistria. Menurut Daniel S. Papp salah satu aspek ideologi merupakan tujuan dasar dan faktor yang menentukan dalam proses perumusan kebijakan luar negeri suatu negara.203

Tidak hanya ideologi, kriteria ekonomi dapat dipertimbangkan dari kepentingan nasional suatu negara. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan ekonomi suatu negara tersebut. Penambahan power juga menjadi pengaruh pada kepentingan nasional tersebut.204

Setelah jatuhnya Uni Soviet, pemerintahan Rusia menunjukan banyak intervensi terhadap republik bekas Uni Soviet termasuk Moldova. Terbukti dari penempatan pasukan militer di 1992 dan dukungan dari presiden Rusia Yeltsin yang secara resmi membuat dokumen kebijakan luar negeri untuk mengelola hubungan Rusia dengan bekas Uni Soviet. Seperti yang dikatakan oleh wakil

201 James N.Rosenau, International Politis and foreign policy. (New York: The Free Press of Glencoe, 1961), 171. 202 Daniel S.Papp. Cotemporary International Relations, 43. 203 Ibid. 204Ibid, 44.

61 menteri luar negeri Rusia, Shelov Kovedyaev bahwa: “Russia should seek international recognition as a leader [in terms] of stability and military security on the entire territory of the former USSR, and that it should be acknowledged (as having quite special interests in the region).”205 (Rusia harus mencari pengakuan internasional sebagai pemimpin [dalam] stabilitas dan keamanan militer dalam seluruh wilayah bekas Uni Soviet, dan hal tersebut merupakan pengetahuan

(sebagai negara yang memiliki kepentingan istimewa di wilayah tersebut).

Terjemahan penulis)

Yeltsin selaku Presiden Rusia pertama juga menegaskan dalam pidatonya di forum Civic Union tentang dukungan integrasi dari persemakmuran negara baru bekas Uni Soviet. Penegasan tersebut berisi tentang penyatuan negara-negara persatuan yang berada di sekitar Uni Soviet yang memiliki ketergantungan pada

Rusia. Yeltsin mengungkapkan bahwa Negara-negara bekas Uni Soviet, yang hingga saat ini yang didasari pada satu negara,merasa sangat yakin khususnya hari ini betapa besarnya saling ketergantungan mereka dan secara konsisten dalam berbagai kesempatan Rusia telah menyetujui adanya penggabungan dalam kerangka persemakmuran.206

Hubungan Rusia yang di tegaskan oleh kedua belah pihak tidak menutup kemungkinan adanya intervensi berkelanjutan oleh Rusia di negara bekas Uni

Soviet, termasuk Moldova-Transnistria. Awalnya rencana Rusia di Moldova

205 Fiona Hill dan Pamela Jewett. Russia's Intervention in the Internal Affairs Of the Former Soviet Republics and the Implications for United States Policy Toward Russia (Cambridge: Harvard University,1994), 4. 206 Ibid, 5.

62 hanya untuk mencegah reunifikasi Moldova dengan Rumania. Namun terdapat pengaruh strategis yaitu adanya konflik yang berkepanjangan oleh Transnistria dengan Moldova. Perilaku ini juga bisa dikatakan sebagai perimbangan kekuatan, yang disebut dengan Balance of Power. 207 Strategi ini diterapkan untuk mencegah timbulnya kekuatan yang akan menyaingi atau intervensi dari negara lainnya.

207Kenneth Waltz, Theory of International Politics,( New York: Colombia University, 1979), 88.

63

BAB IV

DUKUNGAN KONKRIT RUSIA TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA TRANSNISTRIA

4.1 Dukungan Rusia dalam Politik Transnistria

4.1.1 Politik Internal Transnistria

Transnistria menjalankan pemerintahannya sendiri sejak Moldova mengizinkan Transnistria memiliki wilayah otonomi dari perbatasan sungai

Dniestr sampai perbatasan Ukraina. Transnistria memiliki pluralisme politik dalam menjalankan pemerintahannya.208 Pluralisme politik diadopsi oleh

Transnistria dari perpaduan politik Moldova dan Rusia.209 Sistem politik yang diadopsi oleh Moldova lebih dekat dengan Rumania dan Eropa sedangkan

Transnistria masih memiliki sistem politik dari Uni Soviet.

Hampir sepenuhnya politik dikuasai oleh Igor Smirnov dengan sistem otoriter yang berkuasa selama 20 tahun.210 Tertutupnya sistem politik ditandai dengan fakta yang tidak diungkapkan oleh media dan tidak adanya keterbukaan politik, hal ini membuat Moldova tidak dapat menguasai wilayah tersebut. Sistem otonomi yang tertutup ini memperkuat politik serta ekonomi Transnistria yang dijalankan oleh Smirnov.

208 Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light of The 2011 Presidential Elections. (The German Institute for International and Security Policy, 2012), 304. 209 Ibid, 305. 210 Ibid,304.

64

Smirnov merupakan politisi dan pemimpin dari gerakan separatis

Transnistria yang membela etnis minoritas di Transnistria. Etnis minoritas tersebut adalah etnis Rusia yang memiliki perbedaan secara historis dari Moldova.

Etnis tersebut merasa tidak diperhatikan oleh Moldova dan mendukung Smirnov menjadi Presiden. Saat Smirnov mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden

Transnistria, Smirnov ditangkap dan diadili di Chisinau.

Penahanan Smirnov oleh Chisinau dibalas dengan protes keras dari masyarakat Transnistria terutama Kelompok wanita muda yang dipimpin oleh

Galina Andreeva.211 Andreeva memblokir jalan kereta api utama di jalur

Chisinau-Tiraspol–Odessa dan Chisinau-Tiraspol-Moskow.212 Protes ini menyebabkan kebebasan Smirnov dan kemenangan kembali oleh Transnistria.

Rezim Igor Smirnov yang didukung oleh banyak kelompok di Transnistria telah berkuasa selama 20 tahun berhasil membangun otoriter terhadap

Transnistria.213 Smirnov mampu membangun konsolidasi politik antara Rusia dengan Transnistria. Smirnov menyesuaikan undang-undang lokal Rusia terhadap penerapan undang-undang Transnistria.214

Alasan Smirnov menyesuaikan undang-undang lokal adalah demokrasi yang lemah oleh Moldova seperti proses politik Transnistria yang tidak diketahui

211 Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 6. 212 Victor Barsan, “The Ilascu Trial”, 19 Maret 2016, tersedia di http://Transnistria.ro/index.php/represiunea-ruseasca/eroii-de-pe-nistru/46-the-ilascu-trial; diunduh pada 17 September 2015. 213 Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light of the 2011 Presidential Elections . (Russian and Romanian foreign policies towards Moldova ). 304 214 Ibid.

65 oleh Moldova.215 Hal ini disebabkan juga oleh otoritas Smirnov di Transnistria melebihi Presiden Moldova membuat masyarakat tidak memiliki sifat nasionalis pada Moldova.

Smirnov memiliki kekuatan politik dari kelompok terkuat Edinstvo yang merupakan kelompok warga beretnis Rusia.216 Salah satu pendiri kelompok terkuat tersebut ialah Igor smirnov. Smirnov sendiri merupakan kepala

Electromash Factory217 dan pabrik Rybnitsa218 yang berdiri di Transnistria.

Kekuasaan politik yang dimilikinya terdapat pada kesempatan memiliki kontrol secara penuh dari pabrik baja Rybnitsa.219 Kegiatan ekonomi atau pendapatan pabrik tersebut dimonopoli oleh Presiden Transnistria Igor Smirnov.220 Hal ini merupakan sumber anggaran dengan jaminan jika ekonomi melemah maka para pekerja tidak akan ada yang di keluarkan. Bahkan banyak ahli yang menilai

Transnistria mampu berdiri sendiri dengan industri yang di kelola tanpa bantuan

Moldova.221

Saat berpolitik, masyarakat Transnistria tidak dapat berpartisipasi secara bebas dalam memilih pemimpin mereka di pemilihan umum yang diselenggarakan Moldova. Masyarakat hanya mengetahui bahwa kursi parlemen di Transnistria diduduki oleh gerakan separatis Transnistria walaupun secara de

215 Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism, 311. 216 Nisha Aslan, The Transnistria Conflict, 29. 217 Christian Walter,Antje von Ungern-Sternberg, dan Ka vus Abushov, Self-Determination and Secession in International Law, (Oxford University Press, 2014). 168. 218 Ibid, 169. 219 Ibid. 220 Kamil Całus, “Transnistria‟s Economy Going from Bad to Worse”, 28 Januari 2015, tersedia di http://www.neweasterneurope.eu/articles-and-commentary/1462-Transnistria-s-economy-going- from-bad-to-worse; diunduh 18 September 2015. 221 Ibid.

66 facto Transnistria belum sepenuhnya merdeka. Bahkan calon kandidat presiden

Moldova tidak diketahui secara jelas oleh masyarakat Moldova.

Peningkatan standar hidup, pendidikan untuk semua kalangan etnis sampai bantuan kesehatan secara gratis tidak membuat masyarakat Transnistria kecewa atas ketidaktahuan mereka tentang pemilu Moldova. Terdapat bukti kuat bahwa

Transnistria lebih mampu menaikkan taraf hidup masyarakatnya dibandingkan dengan Moldova.222 Bukti tersebut berupa pembangunan wilayah industri

Transnistria, otoritas Smirnov juga tidak menghalangi etnis tertentu dimasyarakatnya.223 Hal ini meningkatkan ide baru dalam menjalankan pemerintahan yang akan memenuhi kebutuhan semua kelompok etnis.

Sejak 2009 kondisi politik di Moldova telah berubah secara signifikan terhadap struktur yang lebih demokratis, akuntabel, dan lebih pro-Eropa terhadap pemerintah.224 Wilayah Transnistria juga sekarang terdapat tingkat yang lebih besar dari pluralisme politik. Hal ini dilihat dari terpilihnya Yevgeni Shevchuk menjadi presiden dengan menggunakan pemilu langsung. Kelas politik yang relatif lebih terbuka telah menggantikan rezim lama penguasa Igor Smirnov.225

Akibatnya, hubungan antara Moldova dan wilayah Transnistria, pada tingkat pimpinan atas telah jauh lebih baik dan menjadi lebih konstruktif.226

222 Ibid. 223 Ibid. 224 Andrey Devyatkov, dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light of the 2011 Presidential Elections. (Russian and Romanian foreign policies towards Moldova),307. 225 Ibid. 226 Ibid, 309.

67

Terdapat partai oposisi yang menolak kepemimpinan Smirnov pada 2005-

2009.227 Partai tersebut bernama Obnovlenie yang menuntut keterbukaan politik serta liberalisasi ekonomi di kawasan Transnistria.228 Namun hal ini tidak membuat Smirnov mengubah sifat kepemimpinanannya, justru Smirnov bekerja sama dengan Ilya Kazmaly dan Victor Gushan.229

Ilya Kazmaly dan Victor Gushan merupakan pemegang kelompok Sheriff atau perusahaan swasta yang secara signifikan terlibat dalam kegiatan politik

Smirnov. Smirnov mampu memonopoli semua kegiatan ekonomi seperti pengurangan pajak dan bea masuk melalui Sheriff. Sheriff juga telah menggunakan kekuatan ekonomi untuk mempengaruhi pemilu.

Pada 2008, Sheriff mampu mengejar kebijakan pemulihan hubungan dengan Chisinau, kebijakan ini ada saat Uni Eropa memberikan preferensi otonomi perdagangan. Hal tersebut juga mengubah Sheriff dalam berpolitik.

Sheriff mendukung Obnolvenie dalam pemilihan parlemen pada 2005 dengan memenangkan kursi sebanyak 23 dari 43 kursi parlemen Transnistria.230

Obnolvenie kemudian terdaftar sebagai partai politik 2006 dan masuk di kursi pemilu pada 2010.231

Namun, Obnovlenie tidak berhasil memenangkan kursi kepresidenan.232

Diungguli oleh mantan anggota sesama partainya yang maju

227 Stefan Wolff, Guarantee Options, 11. 228 Ibid. 229 Andrey Devyatkov, dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism. 308. 230 Ibid. 231 Stefan Wolff, Guarantee Options, 12 232 Ibid.

68 secara independen, memenangkan sejumlah orang di babak pertama 38,5% dan mayoritas di babak kedua 73,9%.233 Shevchuk menjadi ketua Obnovlenie dan ketua parlemen Transnistria antara 2005 dan 2009.234 Namun terpaksa mengundurkan diri selama konfrontasi antara Obnovlenie dan Smirnov yang lebih reformasi konstitusi. Hal ini bertujuan untuk membatasi kekuasaan presiden dan mengubah sistem politik untuk satu semi-presidensial 2009.235

Smirnov digantikan dengan Yevgeniy Shevchuk pada pemilihan presiden

2011.236 Sebelumnya Shevchuk merupakan pelopor perubahan sistem pemilihan di Transnistria. Perubahan ini dilakukan pada saat Shevchuk menjadi ketua parlemen tahun 2005. Shevchuk melarang berbagai media seperti Radio, Televisi,

Koran dan media lainnya untuk menerbitkan jajak pendapat atau perkiraan persentasi dari calon kandidat.237

Kebijakan yang diterapkan oleh Shevchuk tentang pelarangan media membuat Amerika dan Uni Eropa semakin mendukung Moldova untuk membubarkan gerakan separatis Transnistria.238 Nyatanya kekuatan politik

Moldova tidak sanggup untuk menghilangkan pengaruh gerakan separatis pada masyarakat Transnistria. Sementara itu pihak Shevchuk didukung oleh Rusia dengan melakukan voting pada pasukan dan etnis Rusia di Transnistria.239 Voting

233 Ibid, 13 234 Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict?. 235 Ibid. 236 Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 14 237 Ibid. 238 Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation in Transnistria. (Austria: European University Centre for Peace Studies 2007) , 16. 239 Ibid.

69 yang dilakukan Rusia memenangkan putaran kedua dengan 26% suara dari

Rusia.240

Pada 2006 Shevchuk mengikuti keputusan rakyat dalam referendum 2006 untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Transnistria dan bergabung ke Rusia.241

Namun pada 2011, Shevchuk menunda status merdeka karena Transnistria tidak memiliki pengakuan secara internasional. Hal ini dikatakan oleh Shevchuk pada wawancara oleh pihak Rusia yaitu Voyennoye obozreniye.242 Tidak hanya status yang dikatakan oleh Shevchuk, pengakuan kemerdekaan dilakukan oleh Shevchuk untuk menyelesaikan konflik Transnistria saat itu.

4.1.2 Peran Rusia dalam Politik Internal Transnistria

Pada konflik 1992, pihak Trannsitria meminta Rusia memasok pasukan penjaga di daerah perbatasan Moldova-Transnistria. Walaupun dibenarkan pasukan yang dikirim oleh Rusia merupakan pasukan perdamaian, namun Eropa melihat Rusia memakai taktik ini untuk mengintervensi Transnistria.243 Terdapat hasil wawancara dari Direktur Akademi Institut Ilmu Politik dan Hubungan

Internasional, Dungaciu mengatakan bahwa Perang yang meletus tahun 1992 terjadi untuk mencegah kemungkinan adanya penyatuan antara Romania dengan

Transnistria sebagai bagian dari Republik Moldova. Hal ini kemudian menjadi jelas ketika penyatuan terjadi setelah Moldova memutuskan lagu kebangsaan dan mata uang Romania, alfabet latin serta meloloskan hukum Romania. Ketika

240 Stefan Wolff, Guarantee Options. 13. 241 Ibid.14. 242 Ibid. 243 Ibid.

70

Soviet mengetahui hal tersebut, mereka segera bertindak dengan menyulut perang

Transnistia untuk menjaga agar tidak terjadi penyatuan antara wilayah yang saling melepaskan diri dengan Romania.244 Dniester merupakan sebuah garis perang dimana tak ada seorangpun yang dapat mengontrol Transnistria, baik Uni Eropa,

OSCE maupun Amerika dan hal ini merupakan apa yang masyarakat Rusia katakan kepada kami. Bahkan Ambasador Uni Eropa di Chisinau menghubungi

Rusia untuk menekan Transninstria jika ia memiliki masalah terkait Transnistria.

Perang yang menyebabkan ratusan orang menjadi korban membuat masyarakat meminta Rusia menerbitkan paspor di Tiraspol.245 Sebelumnya warga

Transnistria harus melakukan perjalanan ke Kishinev untuk membuat paspor, namun Rusia menerima permintaan mereka dengan membuat kantor Konsulat

Rusia di Tiraspol.246

Peran politik Rusia pada kelompok Transnistria dimulai dari hubungan etnis dan bahasa antar kedua wilayah. Banyak warga Transnistria memiliki kewarganegaraan Rusia, dan memiliki keluarga di Rusia.247 Perkembangan hubungan bilateral antara kedua wilayah tersebut membuat Rusia menerbitkan paspor yang lebih banyak yaitu 150.000 paspor untuk penduduk Transnistria.248

244 Paul Ciocoiu, “Russia‟s basic strategy in Transnistria is the control of the part over the whole”, 8 Juni 2015, Tersedia di http://fumn.eu/russias-basic-strategy-in-Transnistria-is-the-control-of-the- part-over-the-whole/; diunduh 25 September 2015. 245 Ibid. 246Halya Coynash, “Russian passports handed out in Transnistria as “tension rises”, 15 Juni 2015 Tersedia di http://khpg.org/en/index.php?id=1434310866; diunduh 23 September 2015. 247 Ibid. 248 Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict?. 5

71

Pembangunan gudang senjata yang tersisa dari konflik Transnistria tidak hanya menjadi perhatian bagi pihak Rusia, namun kegiatannya memiliki dampak potensi internasional pada bidang keamanan dunia.249 Produksi persenjataan diduga telah dipasok ke daerah Chech, Balkan, dan Afrika. Senjata stockpile terbesar masih tersisa di daerah Transnistria.250 Adanya informasi bahwa pasukan

Rusia masih memiliki 21.000 ton peralatan dari stock tersebut.251

Industri senjata di Transnistria merupakan dalih Rusia dalam menjaga keamanan dan melindungi etnis Rusia. Hal ini dibuktikan dalam argumen yang dijelaskan oleh Iurie Pintea, bahwa Sejak 1993 sampai sekarang, angkatan bersenjata Transnistria mulai menggalakkan produksi senjata bertekhnologi tinggi, dengan bantuan dana dan pesanan dari berbagai perusahaan di Rusia termasuk produsen senjata Rusia Росвооружение(Rosvooruzhenie). Perusahaan

Rusia menyediakan teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk pembuatan persenjataan modern dan perlengkapan militer kepada perusahaan Transnistria.

Selain itu, Transnistria juga membuat komponen-komponen bagi para pembuat senjata Rusia. Contohnya perusahaan Elektrommash yang menerima pesanan komponen bagi pistol dengan peredam dan berbagai sistem persenjataan lain yang nantinya akan dirakit di Rusia.252

249 Ibid. 250 Ibid. 6. 251 Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn in the game for security”, 2 Juni 2015, Tersedia di http://www.offiziere.ch/?p=18980; 23 September 2015. 252 Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 7.

72

Hal tersebut mempengaruhi hubungan antar negara sekitarnya seperti

Rumania, Bulgaria, dan keanggotaan lainnya dalam Eropa.253 Namun kebijakan

Transnistria tidak mudah dipengaruhi oleh Moldova karena Rusia telah banyak berkontribusi dalam pembentukan Rezim Smirnov dan membantu Smirnov membangun struktur negara paralel dan lembaganya.254 Hal ini membuat

Transnitria mempunyai loyalitas pada Rusia.

Dukungan Rusia tersebut beroperasi dalam kegiatan politik, militer serta ekonomi. Sebagai imbalannya, Transnistria mempunyai loyalitas mengadopsi hukum Rusia, dan kurikulum pendidikan Rusia termasuk mempertahankan

Bahasa Rusia.255 Dukungan yang diberikan oleh Rusia dengan menciptakan rezim yang lebih terbuka diakui dari wawancara Yeltsin di saluran TV Rusia. Yeltsin mengatakan bahwa: “Russia has lent, is lending and will continue to lend its economic and political support to the Transnistria region”.256(Rusia telah, sedang dan akan terus memberikan dukungan baik ekonomi maupun politik ke wilayah

Transnistria. Terjemahan penulis)

Presiden Moldova Vladimir Voronin mengakui bahwa Smirnov telah melawan rezim demokrasi di Chisinau. Terdapat bukti pendukung yaitu beberapa kepentingan umum yang terletak di bidang ekonomi seperti peningkatan perdagangan Transnistria-Rusia.257 Adanya peningkatan perdagangan

Transnistria, Rezim Otoriter dengan bantuan Rusia mempererat kontrol kehidupan

253 Ibid. 6. 254 Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn”. 255 Ibid. 256 Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 7. 257 Ibid.

73 ekonomi dan politik antar kedua wilayah.258 2006 Transnistria menyatakan 97% dari populasinya mendukung aksesi ke Rusia.259 Dukungan aksesi merupakan keinginan masyarakat untuk kembali bersatu dengan Rusia. Hal ini menyebabkan otoritas Transnistria resmi meminta bergabung dengan Federasi Rusia 2011.260

Dalam negosiasi penyelesaian 5+2, banyak pihak internasional lebih mementingkan ambisi mereka. Terutama Rusia yang sering dianggap menjadi masalah dan pemegang veto dalam pertemuan tersebut.261 Dalam Format 5+2 yang dibuat oleh OSCE, Rusia merupakan pihak yang penting dalam menyelesaikan konflik di Transnistria. Namun peran Rusia tidak menunjukan penyelesaian konflik yang setuju bahwa Transnistria merupakan bagian dari

Moldova. Sebuah bukti diungkapkan oleh Nicu Popescu yang mengatakan bahwa

Moldova dan Transnistria sepakat untuk melakukan kompromi yang terdiri dari kesetaraan antara seluruh peserta dalam proses negosiasi. Kesepakatan ini menunjukan bahwa Chisinau mengakui kesetaraannya dengan Tiraspol dalam konteks pembicaraan yang berarti pengakuan formal akan kenyataan bahwa

Transnistria selalu melakukan veto formal di dalam pembicaraan.262 Hal ini menyebabkan ketidaksetujuan dari pihak Rusia dimana ia menginginkan kesetaraan antara Tiraspol dan Chisinau namun tidak mengharapkan adanya

258 Ibid. 259 Arthur de Liedekerke, “Putin's Foot in the Door: Why Transnistria Matters”, 15 Mei 2015, Tersedia di http://www.iar-gwu.org/content/putins-foot-door-why-Transnistria-matters; diunduh 24 September 2015. 260 Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn”. 261 Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: A Bottom-up Solution. (London: European Council on Foreign Relation, 2012). 3 262 Ibid.5

74 kesetaraan antara Moskow dengan Washington dan Brussel yang hanya berstatus sebagai pengamat dan bukan mediator.

Nicu dan Leonid dalam jurnal European Council on Foreign Relation mengatakan bahwa Sergey mengakui kesetaraan Chisinau sebagai ibukota dari

Moldova dan Tiraspol sebagai ibukota dari Transnistria.263 Namun pengakuan kesetaraan ini hanya dalam konteks informal karena dalam pertemuan Format

5+2, Sergey Gubarev tidak menegaskan kalimat kesetaraan yang sebenarnya.

Sergey Gubarev merupakan negosiator yang berasal dari Rusia untuk menyelesaikan konflik Transnistria dalam pertemuan Format 5+2.264 Bukan hanya

Sergey, namun Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengatakan :“If

Moldova, where most judges of the Constitutional Court are citizens of Romania, chooses Romania, Transnistria will undoubtedly reject it and become a fully independent state.”265 (Jika Moldova, yang mayoritas hakim Pengadilan

Konstitusinya adalah warga Rumania, memilih Rumania, Transnistria pastinya akan menolak hal tersebut dan menjadi negara yang merdeka secara sempurna.

Terjemahan penulis)

Rogozin menegaskan bahwa jika Moldova lebih memilih dekat dengan

Rumania, Transnistria pasti akan menolak dan menjadi negara yang merdeka. Hal

263 Ibid. 264 Ibid. 265 Eadaily.com, “Rogozin: Transnistria may become a fully independent state”,13 Juli 2015, Tersedia di https://en.eadaily.com/news/2015/07/13/rogozin-Transnistria-may-become-a-fully- independent-state; diunduh 29 September 2015.

75 ini dikatakannya karena Rogozin melihat Moldova melakukan perubahan dalam kebijakan dan kegiatan pemerintahan yang lebih pro-Eropa dan Rumania.266

Sejak permasalahan dari konflik Transnistria 1992 hingga sekarang, konflik ini sering disebut dengan Frozen Conflict.267 2003 memorandum Kozak yang dibuat oleh Rusia untuk Transnistria ditolak oleh Moldova.268 memorandum tersebut berisi tentang proposal yang menempatkan pasukan Rusia dan memberikan bantuan untuk memungkinkan memveto semua undang-undang federal sampai tahun 2015.269

4.2 Dukungan Rusia dalam Ekonomi Transnistria

4.2.1 Dukungan Gasprom dalam meningkatkan perekonomian Transnistria

Gazprom merupakan perusahaan gas alam yang berperan besar dalam menghasilkan gas alam di Rusia. Produksi Gazprom menyumbang lebih dari 20% produksi global dan menguasai 60% cadangan gas domestik di wilayah Timur

Eropa dan Rusia.270 pada 2008 hingga 2012, produksi gas alam mencapai 18.000 keatas dan tidak pernah dibawah 17.000 miliar meter kubik per tahunnya.271

266 Ibid. 267 Matthew Crandall, “Hierarchy in Moldova-Russia Relations:the Transnistria Effect.” Studies of Transition States and Societies vol.4 Issue 1, (2004) 7. 268 Ibid. 269 Ibid. 270 Agata Łoskot Strachota. Gazprom’s expansion in the EU: co-operation or domination? (Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2009), 2. 271 Ibid. 12.

76

Moldova hampir tidak memiliki sumber gas alami. 90% sumber gas alam dikirim ke Moldova melalui pipa di Transnistria.272 Namun pada 1999, Moldova meluncurkan proyek Shale Gas dan minyak mentah dalam negeri.273 Perusahaan gas alam di Moldova dikelola oleh jaringan Moldova-Gaz.274 Meskipun Moldova-

Gaz memiliki status secara nasional namun, masih dikendalikan oleh Gazprom milik Rusia.275

Moldova adalah negara transit utama bagi gas Rusia untuk Turki,

Rumania, Bulgaria dan Yunani. Namun, jumlah gas yang diangkut melalui

Moldova telah menurun dari 25,3 bcm pada 2005, turun menjadi 19,9 bcm di

2012.276 Hal ini mewakili sekitar 11% dari ekspor gas total Rusia, dan menghasilkan sekitar 50-60 juta dollar dalam pendapatan tahunan untuk

Moldova.277

20% Tenaga Moldova-Gaz dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik dan sisanya 80% terletak di Transnistria sebagai perusahaan Ukraina yaitu DTEK.278

DTEK dimiliki oleh kelompok energi negara Rusia RAO UES (RAO Sistem

Energi Unified Rusia).279 Gazprom menguasai saham sekitar 63,4% di Moldova-

272 Ibid. 14. 273 Anita Sobjak. “Is Transnistria The Next Crimea?”, 2. 274 Ibid. 275 Agata Łoskot Strachota. Gazprom’s expansion, 8. 276 Amanda Paul. “Moldova – Heading into a hot autumn” European Policy Centre, (2014). 277 Ibid. 278 Martin Jirusek and Tomas Vlcek. Energy Security in Central and Eastern Europe and the Operations of Russian State-Owned Energy Enterprises (Brno,Czech Republic :Masaryk University, 2015), 198 279 Ibid.

77

Gaz dan Moldova hanya memiliki 35% saham, sedangkan Tiraspoltrans-Gaz memiliki 13,4%.280

Pada 2005, pemerintahan Tiraspol mengumumkan pemisahan saham yang dimiliki oleh Moldova dan Transnistria, dan sahamnya akan di kelola oleh

Gazprom Rusia.281 Namun pada 2010 Chisinau bergabung pada komunitas energi

Uni Eropa dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan pasokan energi.

Chisinau menginginkan Moldova-Gaz memiliki pasar di kawasan Eropa dan mendukung integrasi pasar energi di seluruh Eropa.

Moskow berusaha untuk membujuk Moldova untuk meninggalkan komunitas Eropa dan bergabung pada komunitas energi yang diusung oleh

Rusia.282 Pelaksanaan peraturan baru membuat Moldova memiliki hukum sendiri atas pembangunan sistem transmisi di Gazprom.283 Dalam hal ini Rusia mencoba memajukan kepentingan politik dalam potensi penarikan kembali Chisinau dan menjauhkan Moldova dari Uni Eropa.284

Subsidi gas termasuk pendapatan yang diterima oleh Tiraspol atas penjualan domestik gas Rusia yang dipasok ke perusahaan Transnistria

TiraspolTransGaz-Pridnestrovye oleh operator Moldova MoldovaGaz.285

Transnistria mengkonsumsi lebih dari dua-pertiga dari gas yang dipasok oleh

Gazprom ke Moldova, yang berjumlah sekitar 2 miliar m3 per tahun. Hak bank

280 Amanda Paul. Moldova – Heading. 281 Martin Jirusek and Tomas Vlcek. Energy Security in Central, 202. 282 Ibid, 623 283 Ibid. 284 Ibid, 625. 285 Kamil Całus. An aided economy, 2

78 bagian dari negara menggunakan satu miliar m3 gas per tahun. Bisnis ini menghasilkan pendapatan yang sangat tinggi, karena Transnistria belum membayar kewajiban sejak 2009 untuk perusahaan Moldova dan menjaga 100% dari keuntungan untuk dirinya sendiri.286

TiraspolTransGaz menjual gas di pasar domestik dengan harga yang beberapa kali lebih rendah dari nilai yang disepakati. Harga gas saat ini ditetapkan untuk Moldova (termasuk Transnistria) di bawah kesepakatan yaitu Gazprom sebesar 391 Dollar AS per 1.000 m3.287 Namun, tingkat untuk penerima individu dalam Transnistria berkisar antara 75 Dollar AS dan 90 Dollar AS per 1.000 m3, dan untuk penerima perusahaan adalah sekitar 163 Dollar AS per 1.000 m3

(sampai akhir 2012, bahkan lebih rendah, pada 137 Dollar AS).288

MoldovaGaz mentolerir utang Transnistria tumbuh karena Gazprom yang mengendalikan saham. Keberadaan utang bagi Rusia membuat Rusia menempatkan tekanan politik di Moldova. Sejak Moskow belum secara resmi diakui Transnistria, Chisinau mendapatkan beban utang Transnistria yang besar.

Nilai estimasi utang Transnistria untuk Gazprom adalah sekitar 3,7 miliar Dollar

AS.289

Dapat diperkirakan bahwa mereka mencapai sekitar 272.000.000 Dollar

AS pada 2012.290 Jumlah ini tidak diperhitungkan dalam anggaran pemerintahan

Transnistria. Namun sebaliknya jumlah ini disimpan dalam rekening khusus salah

286 Ibid, 3. 287 Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution, 5. 288 Ibid. 289 Kamil Całus. An aided economy, 27. 290 Ibid, 30.

79 satu bank Transnistria, dan digunakan untuk mengisi kesenjangan dalam anggaran.

Tahun 2008-2010, Tiraspol tidak dapat melunasi utang karena rubel

Transnistria tidak dapat dikonversi ke dalam dollar. Namun, pada 2011, pemimpin

Transnistria, Igor Smirnov, secara resmi menyangkal utang, dan bersikeras bahwa tidak ada perjanjian bilateral untuk memaksakan kewajiban pada Tiraspol untuk membayar gas.291 Sistem subsidi gas juga perlu dilihat dari segi politik, perusahaan yang setia kepada pemerintah dapat mengandalkan harga yang lebih rendah. Sementara perusahaan lain mungkin akan dipaksa untuk membayar tagihan energi mereka.

Dana yang ditawarkan untuk Transnistria sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan Rusia. Moskow telah konsisten mendukung kawasan finansial sejak pemisahan wilayah Transnistria. Namun, bantuan ini telah meningkat secara signifikan sejak 2008. Rusia menawarkan 110 juta Dollar AS kepada pemerintah

Tiraspol atau sekitar 27 juta Dollar AS per tahun, yang akan dihabiskan untuk meningkatkan dana pensiun dan persediaan makanan.292

Selain bantuan dana tetap, Rusia juga menawarkan Transnistria subsidi tertentu; pada 2011, Rusia memberi 10 juta Dollar AS untuk mendukung dan mengembangkan usaha kecil, dan pada 2012 Moskow menawarkan 30 juta Dollar

AS untuk menstabilkan mata uang Transnistria.293 Rusia mungkin juga

291 Ibid, 32. 292 Victor Chirila. “Why a Strategic Partnership between Moldova and Russia Is Not a Realistic Option?”, Foreign Policy Association, Republic of Moldova (2015), 5. 293 Ibid.6.

80 mensubsidi lembaga penegak hukum Transnistria, terutama tentara penjaga perbatasan.

4.2.2 Dukungan Industri di Transnistria.

Model ekonomi Transnistria sangat tidak stabil jika dinilai sebagai negara.

Akibatnya, ekonomi Transnistria mengalami defisit anggaran dan membutuhkan dana eksternal untuk menjalankan suatu pemerintahan. Defisit yang dialami

Transnistria memburuk sejak 2008.294 Dengan cara ini Rusia masuk melalui penjualan gas Rusia dan pengiriman uang sebagai utang negara.

Sumber bahan baku yang dimiliki oleh Transnistria dinilai sangatlah kurang dan berdampak pada pembuatan di kawasan industri Transnistria.295

Perekonomian Transnistria didasarkan pada empat industri besar yaitu JSC

Moldova Steel Works di Ribnita (MSW Ribnita), Tirotex, Pabrik Semen Ribnita dan pembangkit listrik Moldavskaya Gres.296

MSW Ribnita pabrik baja diprivatisasi pada 2003.297 Pabrik baja ini merupakan penyumbang pajak terbesar kedua, tetapi juga fluktuasi di pasar global dan mengalami kenaikan harga energi tahun 2005.298 Situasi perusahaan secara bertahap telah memburuk sejak krisis ekonomi pada 2007. Industri ini sering dipaksa untuk menghentikan produksinya karena kekurangan order.

294 Ibid, 6. 295 CISR. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the Republic of Moldova, (Chisinau: Center for Strategic Studies and Reforms), 3. 296 Anna Popa. Foreign direct investments, 11. 297 Kamil Calus. An aided economy, 1. 298 Ibid, 2.

81

Tirotex termasuk produsen tekstil terbesar di Eropa. Pemegang saham utama perusahaan ini adalah kelompok Sheriff Transnistria. Pada 2011 produksi ini dijual seharga 163 juta Dollar AS kepada pasar eksternal.299 Ekspor 70% dari produksi pendapatan untuk 2011 dapat diperkirakan sekitar 230 juta Dollar AS.

Produksi ini dijual ke Austria, Jerman, Italia dan Yunani.300

Privatisasi Pabrik Semen Ribnita terjadi di tahun 2004. Saat ini, pemegang saham mayoritas adalah Metalloinvest, seperti halnya dengan pabrik baja Ribnita.

Sebagian besar output produksi di ekspor ke Rusia. Seperti MSW

Ribnita,produksi ini harus menghadapi masalah serius karena perlambatan di pasar konstruksi. Hal ini terkait dengan krisis ekonomi global dan kenaikan harga gas dunia.

Pembangkit listrik Moldavskaya Gres diprivatisasi pada 2004-2005.301

Saham pengendali dipegang oleh Inter RAO UES, kelompok energi yang dimiliki oleh Rusia. Produksi memenuhi kebutuhan energi sekitar 20% di Moldova dan

80% ke Transnistria.302 Produksi juga diekspor sebagian kecil ke Rumania.

Privatisasi ekonomi Transnistria mulai diadakan di tahun 2001 merupakan pengisian pendapatan anggaran daerah dan mampu merekonstruksi perusahaan dalam wilayah Transnistria. Program yang dilakukan oleh banyak perusahaan ini di privatisasi oleh kepemilikan Rusia. Nilai total pendapatan yang melakukan

299 Ibid, 3. 300 Ibid, 5. 301 Ana Popa. “Foreign direct investments in economy of republic of moldova and perspectives for their grow in the framework of neighboring with EU”. Tersedia di http://expert- grup.org/ro/biblioteca/item/download/717_b5d57491d1e613a59580b4e5c77fee44; diunduh pada 2 Desember 2015, 12. 302 Kamil Calus. An aided economy, 3.

82 privatisasi berubah menjadi 60 juta dollar AS termasuk Tiraspol tekstil kompleks industri AO Tirotex.303 Privatisasi ini dilakukan bukan hanya untuk memajukan perekonomian namun dengan maksud melakukan perlindungan hukum terhadap hak pemilik suatu perusahaannya.

Kegiatan ekspor Transnistria didominasi oleh Tekstil, Metalurgi, pertanian dan listrik. Pada akhir 2013, 996 agen ekonomi dari wilayah Transnistria terdaftar dengan negara Chamber Republik Moldova.304 1000 agen ekonomi Transnistria terdaftar di Chisinau, namun hanya 96 perusahaan melakukan ekspor.305 Industri ringan, tekstil, account untuk 38% dari total ekspor, dan meningkat sebesar

11,5%.306 Metalurgi produksi merupakan terbesar kedua yang di ekspor sebesar

22,9%.307

Metalurgi produksi dan listrik mengalami penurunan ekspor secara drastis pada 2012 dengan angka pada produksi 55,4% dan listrik 75,2% . Produksi pertanian mengalami peningkatan yang di ekspor sebesar 43,9%, sedangkan volume ekspor minuman beralkohol tumbuh sebesar 99,5%. Ekspor utama yang terdiri dari produksi industri ringan sebesar (38%) dan produksi metalurgi

(22,9%), yang sama-sama mencapai sekitar 60,6%. Data ini menunjukkan bahwa ekspor kawasan Transnistria tergantung pada aktivitas komersial 5-6 perusahaan dan pada 2-3 kategori memonopoli suatu barang.

303 Ibid. 304 CISR. Transnistrian Market and its Impact, 3. 305 Mikhail Burla and Anatol Gudim. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the Republic of Moldova (Chisinau: Friedrich Ebert Foundation, 2005 ), 12. 306 Ibid, 14. 307 Ibid, 15.

83

Pada awal 2013 situasi keuangan Transnistria memburuk, hal ini ditambah dengan 70 persen kenaikan harga gas dunia. Situasi ini dialami saat Presiden

Shevchuk memproduksi baja terbesar di perusahaan MSW di Ribnita, hal tersebut membuat kehilangan daya saing dan menutupi permintaan produksi lainnya.

MSW termasuk tulang punggung perekonomian Transnistria. Pendapatan dari perusahaan utama industri lainnya juga turun. Pabrik semen Ribnita dan juga mengalami yang penurunan produksi. Akibatnya, barang produksi industri

Transnistria yang diekspor menurun sebanyak 30 persen, pada 2013.308

Penghentian produksi oleh industri Transnistria dengan cepat mempengaruhi situasi keuangan yaitu terjadinya defisit anggaran pemerintahan.

Di satu sisi, perusahaan besar tidak bisa membayar pajak penghasilan; di sisi lain mereka terpaksa berhenti mengonsumsi gas. Hal ini membuat Transnistria menerima gas yang diberikan Rusia. Harga jual gas Rusia untuk Transnistria sebesar 270 juta dolar AS per tahun. Dengan demikian, hal ini merupakan ujian menyakitkan bagi perekonomian Transnistria.309

Pada akhir 2013, situasi ekonomi tampaknya telah stabil. MSW kembali meluncurkan produksi bersama dengan perusahaan lain. Akibatnya, ekspor

Transnistria mencatat peningkatan 42 persen di 2014.310 Namun, peningkatan itu tidak berlangsung lama. Konflik Rusia-Ukraina membawa konsekuensi yang sangat negatif bagi perekonomian Transnistria. Situasi ekonomi Ukraina yang

308 Ilie Blaj. “Reindustrialization of the National Economy within Republic of Moldova” Technical University of Moldova vol.3,(2007) , 2. 309 Ibid, 5. 310 Ibid.

84 memburuk, sebagai mitra dagang Transnistria. Arus perdagangan antara

Transnistria dan Ukraina mengalami penurunan 25 persen (dibandingkan dengan tahun sebelumnya).311 Pada saat yang sama, dua mata uang penting lainnya mencatat penurunan nilai: Rubel Rusia dan Leu Moldova. Dalam empat bulan terakhir, ekspor Transnistria turun sebesar 21 persen.

311 Ibid,6.

85

BAB V

KESIMPULAN

Kepentingan dan pengaruh Rusia terhadap gerakan separatis Transnistria disebabkan oleh persamaan sejarah, kedekatan ideologi dan geografis. Hal tersebut juga membuat perkembangan kedekatan secara politik dan ekonomi

Transnistria dengan Rusia. Kedekatan di wilayah Timur Moldova tersebut mendukung adanya geopolitik Rusia. Pengiriman pasukan militer yang berujung pada penempatan serta pembangunan pabrik senjata di kawasan Transnistria juga menambah kedekatan Rusia dengan Transnistria.

Keinginan Transnistria yang membutuhkan teritorial pemerintahan dan pengaturan kelembagaan secara independen dari Moldova membuat dinamika hubungan Rusia dengan Moldova mengalami pasang surut terutama dalam bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik Transnistria. Keberadaan Rusia di

Transnistria dinilai akan tetap menjadi actor yang penting, walaupun secara de facto Transnistria belum merdeka. Keterikatan yang kuat antara ideologi

Transnistria dengan Rusia membuat Rusia secara continue melakukan bantuan melalui investasi dan pembangunan di Transnistria. Cara ini juga dilakukan Rusia untuk memperebutkan dukungan Transnistria-Moldova dalam perkembangan

Eropanisasi yang mengarah pada integrasi regional dalam mempertahankan status quo di kawasan Eropa Timur.

86

Selain kepentingan politik dan keamanan strategis, Rusia juga memiliki kepentingan ekonomi yang cukup besar di kawasan Transnistrian. Di satu sisi, perlu jaminan untuk keamanan investasi Rusia. Di sisi lain, wilayah Transnistrian telah mengakumulasi utang gas yang diperkirakan sekitar 3 milyar Dollar oleh

Gazprom. Sejalan dengan posisi resmi Rusia bahwa wilayah Transnistrian tetap menjadi bagian dari negara Moldova. Namun, Rusia menganggap utang ini menjadi utang Moldova yang pengaturan pembayaran harus dilakukan.

Kekuatan yang lemah di miliki Moldova membuat Rusia masuk ke dalam pemerintahan Transnistria. Hal ini juga dinilai sebagai intervensi politik yang dilakukan Rusia. Koalisi yang dibangun antara Rusia dengan partai besar memiliki keuntungan dalam segi geopolitik dan ekonomi. Pertahanan kekuatan

Rusia pada pengaruhnya di Transnistria adalah untuk memblokir Eropanisasi yang terjadi di Moldova.

Keterlibatan Rusia pada militer, politik serta ekonomi merupakan ancaman keamanan Moldova yang berpengaruh pada kapabilitas suatu negara. Keterlibatan tersebut menjadi ancaman di wilayah kedaulatan Moldova. Kehadiran pasukan yang hingga saat ini belum ditarik oleh pihak Rusia bertentangan dengan konstitusi suatu negara dan komitmen internasional.

Ancaman-ancaman tersebut membuktikan adanya kepentingan nasional

Rusia di Transnistria. Seperti yang disebutkan pada analisa di bab ke-empat bahwa Rusia masih mencari pengakuan internasional sebagai pemimpin dalam stabilitas dan keamanan di seluruh wilayah yang pernah menjadi Uni Soviet.

87

Dalam mencapai kepentingan nasionalnya, Rusia menciptakan strategi untuk mencegah adanya romanisasi dan Eropanisasi di Moldova. Kepentingan nasional tersebut tidak lepas dari kebijakan luar negeri oleh Rusia terhadap negara bekas

Uni Soviet. Kawasan bekas Uni Soviet yang memiliki hubungan dekat dengan

Rusia menjadi kawasan istimewa dan perlindungan utama bagi Rusia.

Penulis menyimpulkan bahwa kepentingan utama Rusia adalah untuk menjaga keamanan demi mencapai stabilitas power di kawasan Eropa Timur khususnya Moldova. Rusia juga akan memanfaatkan pengaruh gerakan separatis

Transnistria dalam stabilitas keamanan wilayah, ekonomi serta politik dan memanfaatkan bantuannya agar Transnistria masih dalam pengaruh Rusia dan membangun kerjasama bersama yang lebih menguntungkan untuk Rusia.

88

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Jurnal, Publikasi

Aslan, Nisha. The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy. Nijmegen: Radboud University, 2013. Aslan, Nisha. The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy. Nijmegen: Radboud University Nijmegen, 2013. Baleaunu , VG. In The Shadow of Russia: Romania’s Relations with Moldova and Ukraine. Shrivenham: Conflict Studies Research Centre. 2000. Berktay, Halil dan Bogdan Murgescu. Workbook I Ottoman Empire. Thessaloniki: Center for Democracy and Reconciliation in Southeast Europe, 2009. Blaj, Ilie. “Reindustrialization of the National Economy within Republic of Moldova” Technical University of Moldova vol.3, 2007. Burchill, Scott. The National Interest in International Relations Theory. New York: Palgrave Macmillan, 2005. Burla, Mikhail dan Anatol Gudim. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the Republic of Moldova. Chisinau: Friedrich Ebert Foundation, 2005. Buzan, Barry. “New Patterns of Global Security in the Twenty-First Century.” Royal Institute of International Affairs Vol. 67, No. 3, 1994. Buzan, Barry. People, States and Fear: an Agenda for International Security Studies in the Post Cold War Era. Brighton: ECPR Press, 2008. Całus , Kamil. “An aided economy The characteristics of the Transnistria economic model,” Journal Centre for Eastern Studies no 108, 2004. Carasciuc, Lilia. Corruption and Quality of Governance:The Case of Moldova. Report Transparency International - Moldova, 2012. Chirila, Victor. “Why a Strategic Partnership between Moldova and Russia Is Not a Realistic Option?”, Foreign Policy Association, Republic of Moldova, 2015.

89

CISR. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the Republic of Moldova. Chisinau: Center for Strategic Studies and Reforms, 2005. Cojocaru, Natalia. “Nationalism and Indentity in Transnistria”, The European Journal of Social Science Research, England, 2006. Coppieters, Bruno, Michel Huysseune dan Michael Emerson, “European Institutional Models as Instruments of Conflict Resolution in The Divided States of The European Periphery”, Ceps Working Document no. 195, 2003. Cornell, Svante dan Michael Jonsson. Conflict, Crime, and the State in Postcommunist Eurasia Philadelphia: Pennsylvania Press, 2014.

Crandall, Matthew. “Hierarchy in Moldova-Russia Relations:the Transnistria Effect.” Studies of Transition States and Societies vol.4 Issue 1, 2004.

Dabrowski, Marek. “Moldova: Major Economic Problems and Challenges”. Center for Social and Economic Research, 2003. Dalby, Simon. “Calling 911: Geopolitics, Security and America‟s New War.” A Frank Cass Journal, 2003. Devyatkov, Andrey dan Marcin Kosienkowski, “Testing Pluralism: Transnistria in the Light of The 2011 Presidential Elections”. The German Institute for International and Security Policy, 2012. ECHR. Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment. Strasbourg: European Court of Human Rights, 2012. Ene , Ivan. Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of NATO and The European Union Enlargements on The Dispute Resolution Process. Monterey: Naval Postgraduate School, Monterey California, 2006. Faisal, Sanapiah. format-format penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Fala, Alexandu. “Economic Cooperation With The EU – A Prerequisite for Development of The Republic Moldova”. Moldova’s Foreign Policy Statewatch, 2011.

90

Hill, Fiona dan Pamela Jewett. Russia's Intervention in the Internal Affairs Of the Former Soviet Republics and the Implications for United States Policy Toward Russia. Cambridge: Harvard University,1994. Hill, Stephen M, dan Shanin P. Malik, Peacekeeping and The United Nations. London: Dartmouth Publishing Company Limited, 1996. Holsti, Kalevi .J, International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice Hall, 1992. ICG. Moldova Regional Tensions Over Trasndniestria. ICG Europe Report no.157, 2004. International Crisis Group. “Moldova: No Quick Fix”, ICG Europe Report, No.147, 2003. International Crisis Group. “Moldova‟s Uncertain Future”, ICG Europe Report No.175, 2006. Jackson, Nicole J. Russian Foreign Policy and the CIS- theories, debates and actions. New York: Routledge, 2003. Järve, Priit. “Comunism of Moldova and The Future of The Country‟s Ethnopolitical Conflicts”, Jurnal ECMI Brief, Maret, 2001. Jirusek, Martin dan Tomas Vlcek. Energy Security in Central and Eastern Europe and the Operations of Russian State-Owned Energy Enterprises. Brno,Czech Republic: Masaryk University, 2015. Kenneth Waltz, Theory of International Politics. New York: Colombia University, 1979. King , Charles. “Moldovan Indentity and The Politics of Pan-Romanism”, Slavic Review: Jstor vol 53 no.2. 1994. Kolsto, Pal dan Andrei Malgin. “The Transnistria Republic: A case of Politicized Regionalism”, Nationalities Papers, Vol.26, No. 1, 1998. Kolsto, Pal, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. “The Dniester conflict: Between Irredentism and Separatism”, Europe-Asia Studies vol. 45 no.6, 2014.

91

Kosienkowski, Marcin. Is internationally recognised independence the goal of quasi-states ? The Case of Transnistria. Lublin: The John Paul II Catholic University, 2013. Kuzio, Taras. GUAM as a Regional and Security Organisation, National Security and Foreign Policy of Azerbaijan conference. Toronto: St.Michael‟s College, University, 2008. Lungu, Anna. Peaceful Conflict Transformation in Transnistria. Austria: European University Centre for Peace Studies, 2007. Lynch, Allen C. The Realism of Russia's Foreign Policy. London: Taylor & Francis, Ltd. 2001. McFaul, Michael dan Sergei Markov. The Troubled Birth of Russian Democracy: Parties, Personalities, and Programs. San Francisco: Hoover Institution Press, 1993. Modelsk , George A Theory of Foreign Policy. New York: Frederick A. Praeger, 1962. Moleong, Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999. Munteanu, Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, 2010. Munteanu, Igor. “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, 2010. Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy. Nijmegen: Radboud University of Nijmegen, 2013. Pantiru , Maria Cristina, Richard Black, and Rachel Sabates. Migration and Poverty Reduction in Moldova. Brighton: Development Research Centre on Migration, Globalisation and Poverty, 2007. Papp , Daniel S. Cotemporary International Relations; Framework for understanding 5th Editions. London: Macmillan Publishing Company, 1988. Paul, Amanda. Moldova – Heading into a hot autumn. Belgia: European Policy Centre, 2014.

92

Paul, Amanda.“Moldova – Heading into a hot autumn” European Policy Centre, 2014. Perwita , Anak Agung Banyu dan Yantan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006. Perwita , Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 . Popescu, Nicu dan Leonid Litra, Transnistria: A Bottom-up Solution. London: European Council on Foreign Relation, 2012. Rácz , András dan Arkady Moshes. Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in Eastern Ukraine?, Journal of The Finnish Institute of International Affairs, 2014. Rácz, András dan Arkady Moshes, “Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in Eastern Ukraine?”, The Finnish Institute of International Affairs, 2014. Rosenau , James N. International Politis and foreign policy. New York: The Free Press of Glencoe, 1961. Rosenau , James N. International Politis and foreign policy. New York: The Free Press of Glencoe, 1961. Sobjak , Anita. “Is Transnistria The Next Crimea?” Polski Institut Spraw Miedzynarodowych The Polish Institute of International Affairs, 2014. Strachota, Agata Łoskot. Gazprom’s expansion in the EU: co-operation or domination?, Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2009. Tishkov, Valery. “Migration in the countries of the former Soviet Union”. Global Commission on International Migration, GCIM , 2005. W, Rodkiewicz. Transnistrian Conflict after 20 Years. Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2011. Walter, Christian, Antje von Ungern-Sternberg, dan Kavus Abushov, Self- Determination and Secession in International Law. Oxford University Press, 2014. Waltz, Kenneth. Theory of International Politics. New York: Colombia University, 1979.

93

Woehrel, Steven. Moldova: Background and U.S policy, Congressional Research Service, 2014. Wolff , Stefan. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for Transnistria,” Journal of European Centre for Minority Issues no.26, 2011. Wolff, Stefan. The Transnistria Issue: Moving Beyond The Status-Quo. Birmingham: ECMI Press, 2011.

Artikel Online dan Portal Berita Online

Alianta.md, “Centrist Union signs cooperation agreement with ruling party in Russia” Tersedia di http://www.alianta.md/uploads/docs/1238016992_03.04_Centrist_Union_s igns_cooperation_agreement_with_ruling_party_in_Russia.pdf ; diunduh 26 Januari 2016. Andersen, Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria. National Consensus is A Long Way Off”. America journal; tersedia di http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm; diunduh pada 15 Januari 2014. Barsan, Victor. “The Ilascu Trial”, 19 Maret 2016, tersedia di http://Transnistria.ro/index.php/represiunea-ruseasca/eroii-de-pe-nistru/46- the-ilascu-trial; diunduh pada 17 September 2015. Bobick, Michael. “Separatism redux: Crimea, Transnistria, and Eurasia's de facto states”, 2 Juni 2014, Tersedia di https://www.academia.edu/7234299/Separatism_redux_Crimea_Transnistr ia_and_Eurasias_de_facto_states; diunduh 2 Desember 2015. Całus, Kamil, “Transnistria‟s Economy Going from Bad to Worse”, 28 Januari 2015, tersedia di http://www.neweasterneurope.eu/articles-and- commentary/1462-Transnistria-s-economy-going-from-bad-to-worse; diunduh 18 September 2015. Ciocoiu, Paul. “Russia‟s basic strategy in Transnistria is the control of the part over the whole”, 8 Juni 2015, Tersedia di http://fumn.eu/russias-basic-

94

strategy-in-Transnistria-is-the-control-of-the-part-over-the-whole/; diunduh 25 September 2015. Cisstat.com, tersedia di: http://www.cisstat.com/eng/cis.htm; diunduh pada 31 Juli 2015. Coynash , Halya. “Russian passports handed out in Transnistria as „tension rises‟,” 15 Juni 2015 Tersedia di http://khpg.org/en/index.php?id=1434310866; diunduh 23 September 2015. Cummings, Laura. “Gorbachev‟s Perestroika and The Collapse of the Soviet Union”, tersedia di https://www.langrange.edu/resources/pdf/citations/2012/08Cummings_hist ory.pdf; diunduh pada 17 April 2014. Eadaily.com, “Rogozin: Transnistria may become a fully independent state”,13 Juli 2015, Tersedia di https://en.eadaily.com/news/2015/07/13/rogozin- Transnistria-may-become-a-fully-independent-state; diunduh 29 September 2015. Europa.eu. “Republic of Moldova & the EU –Trade” tersedia di http://ec.europa.eu/trade/policy/countries-and-regions/countries/moldova/; diunduh pada 20 Agustus 2015. Gevorg Mirzayan, “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang Dingin”, 3 April 2014. Tersedia di http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_ne geri_rusia_setelah_perang_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016. Globalsecurity.org, “Operations Group of Russian Forces in Moldova”. Tersedia di: http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/ogrv-moldova.htm; diunduh pada 31 Juli 2015. GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic Development – GUAM” tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm. diunduh 18 September 2015.

95

Kedutaan Besar Federasi Rusia, “Lima Prinsip Kebijakan Luar Negeri Rusia”, tersedia di http://indonesia.mid.ru/documents/3046611/9269502/mfa_ind_02i.pdf; diunduh pada 11 Maret 2016. Liedekerke , Arthur de, “Putin's Foot in the Door: Why Transnistria Matters”, 15 Mei 2015, Tersedia di http://www.iar-gwu.org/content/putins-foot-door- why-Transnistria-matters; diunduh 24 September 2015. Mirzayan, Gevorg. “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang Dingin”, 3 April 2014. Tersedia di http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_neg eri_rusia_setelah_perang_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016. Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn in the game for security”, 2 Juni 2015, Tersedia di http://www.offiziere.ch/?p=18980; 23 September 2015. Piagam PBB. Tersedia di https://treaties.un.org/doc/publication/ctc/uncharter.pdf; diunduh 11 Maret 2016. Popa, Ana. “Foreign direct investments in economy of republic of moldova and perspectives for their grow in the framework of neighboring with EU”. Tersedia di http://expert- grup.org/ro/biblioteca/item/download/717_b5d57491d1e613a59580b4e5c7 7fee44; diunduh pada 2 Desember 2015.

Popescu, Nicu “The EU and Transnistria: From Deadlock to Sustainable Development”. IPF Policy Brief , Tersedia di : http://www.policy.hu/nPopescu/ipf%20info/IPF%201%20transnistria.pdf, diunduh 6 Maret 2016. Puiu, Victoria. “Moldova Struggles to Escape Russian Gas”, September 2014, tersedia di http://www.eurasianet.org/node/70161; diunduh pada 23 November 2014.

96

Savceac , Olga. “Transnistria-Moldova Conflict”, tersedia di http://www1.american.edu/ted/ice/Moldova.htm; diunduh pada 15 Januari 2014.

97

Lampiran 1 Peta wilayah penyatuan Romania dengan Bessarabia Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm

xii

Lampiran 2 Peta Wilayah Moldova setelah kemerdekaan

Sumber: Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm

xiii

Lampiran 3 Peta Wilayah Rusia dan Sekitarnya. Sumber: www.Washingtonpost.com

xiv