Relasi Sosial Jemaat Tionghoa Klenteng Eng an Kiong Terhadap Masyarakat Sekitar Saat Perayaan Cap Go Meh Di Kota Malang

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Relasi Sosial Jemaat Tionghoa Klenteng Eng an Kiong Terhadap Masyarakat Sekitar Saat Perayaan Cap Go Meh Di Kota Malang Relasi Sosial Jemaat Tionghoa Klenteng Eng An Kiong Terhadap Masyarakat Sekitar Saat Perayaan Cap Go Meh di Kota Malang Muh. Alauddin Rofi’ul F. Antropologi Universitas Brawijaya [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan tentang peranan masyarakat etnis Tionghoa di Klenteng Eng An Kiong dalam menjaga kebudayaan Tionghoa, yang dikhususkan yaitu tradisi Cap Go Meh. Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien yang secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Cap Go Meh sekaligus sebagai hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi etnis Tionghoa di seluruh dunia. Pada tradisi ini, Klenteng Eng An Kiong menyediakan hidangan yang berisi lontong, ayam, telor, dan sayuran rebung. Sajian tidak hanya untuk jemaat klenteng. Seluruh masyarakat sekitar juga bisa menyantap hidangan tersebut secara gratis. Warga hanya perlu sabar untuk menunggu giliran mendapatkan lontong Cap Go Meh. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan lokasi penelitian di Kota Malang. Dengan menggunakan bentuk analisis interaktif, penelitian ini menghasilkan beberapa fakta seperti berbagi lontong Cap Go Meh sebagai bentuk rasa syukur datangnya musim semi di muka bumi, dan terdapat makna tersendiri pada perayaan Cap Go Meh. Lontong yang berbahan dasar beras melambangkan makanan pokok orang Indonesia. Lontong adalah nasi yang tidak bisa tercerai berai dari butir ke butir. Perayaan lontong Cap Go Meh hampir serupa dengan lebaran ketupat yang dirayakan umat muslim setelah Hari Raya Idul Fitri. Makan lontong bersama dilakukan mulai pagi hingga malam. Namun pada sore harinya akan dilaksanakan ibadah bagi warga Konghucu sebagai wujud rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Kata Kunci : etnis, kebudayaan, tradisi, perayaan, jemaat, lebaran, ibadah PENDAHULUAN Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural, atau artinya terdiri dari dua atau lebih etnis yang berbeda-beda dalam strukturnya, baik secara kebudayaan maupun kelembagaannya. Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan keturunan, baik dari keturunan Tionghoa, India, Arab dan lain-lain. Setiap golongan memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari segi bahasa, identitas kultural, maupun adat istiadatnya, tetapi terikat oleh suatu kepentingan bersama bersifat formal dalam bentuk sebuah negara. Suku Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis yang ada di Indonesia dan berasal dari leluhur mereka yang berasal dari negara Tiongkok (Cina). Leluhur suku Tionghoa- Indonesia datang dengan berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun melalui kegiatan perniagaan. Peran suku ini beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Catatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor ini yang kemudian menyuburkan kegiatan perniagaan dan lalu lintas barang dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, suku Tionghoa-Indonesia lalu ditetapkan menjadi salah satu suku dalam lingkup suku-suku di Indonesia melalui ditetapkannya Pasal 2 UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Kebudayaan masyarakat suku Tionghoa-Indonesia ini kemudian mulai dikembangkan di Indonesia, yang antara lain bentuknya seperti bahasa, pakaian, seni pertunjukan, dan festival. Kebudayaan Tionghoa-Indonesia semakin berkembang dengan cepat seiring dengan bertambahnya populasi suku Tionghoa yang datang ke Indonesia. Melalui bahasa, yang mayoritas berbahasa Mandarin yang kemudian dituangkan dengan adanya aksara-aksara berbahasa Mandarin yang kemudian ditempel pada tempat ibadah suku Tionghoa-Indonesia misalnya pada Klenteng. Dalam perkembangan budaya dari seni pertunjukan, tentu masyarakat suku Tionghoa-Indonesia tidak bisa terlepas dari seni barongsai, yaitu sebuah seni pertunjukan tarian dengan penari yang sudah memakai kostum sedemikian rupa sehingga menyerupai singa. Festival dalam kebudayaan suku Tionghoa-Indonesia ini biasanya terkait dengan perayaan hari besar mereka, yaitu perayaan Imlek, dimana Imlek ini merupakan perayaan tahun baru dalam suku ini yang kemudian berakhir dengan perayaan Cap Go Meh. Perayaan Imlek biasanya berlangsung dengan meriah yang disertai dengan kembang api dan jamuan besar. Tradisi perayaan Imlek masyarakat Suku Tionghoa-Indonesia yang diakhiri dengan tradisi Cap Go Meh. Dimana kata Cap Go Meh yang berasal dari bahasa Hokkien yang berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Cap Go Meh sekaligus sebagai hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi etnis Tionghoa di seluruh dunia. Perayaan Cap Go Meh oleh suku Tionghoa-Indonesia yang dilaksanakan berbeda-beda dalam setiap daerah, misalnya pada hal ini yang ingin saya bahas yaitu tradisi Cap Go Meh masyarakat suku Tionghoa-Indonesia di Malang oleh jemaat Klenteng Eng An Kiong yang merayakannya dengan cara makan lontong Cap Go Meh bersama masyarakat sekitar. Pada tradisi ini, Klenteng Eng An Kiong menyediakan hidangan yang berisi lontong, ayam, telor, dan sayuran rebung. Sajian tidak hanya untuk jemaat klenteng. Seluruh masyarakat sekitar juga bisa menyantap hidangan tersebut secara gratis. Warga hanya perlu sabar untuk menunggu giliran mendapatkan lontong Cap Go Meh. Lontong yang berbahan dasar beras melambangkan makanan pokok orang Indonesia. Lontong adalah nasi yang tidak bisa tercerai berai dari butir ke butir. Perayaan lontong Cap Go Meh hampir serupa dengan lebaran ketupat yang dirayakan umat muslim setelah Hari Raya Idul Fitri. Makan lontong bersama dilakukan mulai pagi hingga malam. Namun pada sore harinya akan dilaksanakan ibadah bagi warga Konghucu sebagai wujud rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dan bentuk bentuk analisis interaktif yang menggambarkan tentang perayaan Cap Go Meh yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Tionghoa-Indonesia yang tergabung dalam jemaat Klenteng Eng An Kiong. Melalui tradisi berbagi lontong Cap Go Meh sebagai bentuk rasa syukur datangnya musim semi di muka bumi, dan terdapat makna tersendiri pada perayaan Cap Go Meh. Lokasi dalam penelitian yang dipilih adalah di Kota Malang. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan Kota Malang yang penduduknya berasal dari etnis yang berbeda-beda dan wilayah Klenteng yang berada di Kota Malang yang terletak pada daerah yang dikenal dengan Pecinan, kemudian jemaat Klenteng Eng An Kiong yang tentunya berasal dari suku Tionghoa-Indonesia yang mencoba melestarikan tradisi dalam perayaan Cap Go Meh dengan berbagi lontong bersama masyarakat sekitar. Sesuai dengan judul yang tertulis, maka peneliti ingin menekankan perhatian pada relasi sosial jemaat Tionghoa-Indonesia Klenteng Eng An Kiong terhadap masyarakat sekitar saat perayaan Cap Go Meh di Kota Malang. Bentuk pelestarian perayaan Cap Go Meh yang membahas mengenai makna tradisi makan lontong Cap Go Meh oleh masyarakat suku Tionghoa-Indonesia bersama masyarakat yang berada di sekitar wilayah Klenteng. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap informan yang berkaitan dengan topik dalam penelitian ini. Sehingga data yang diperoleh mendapatkan dua jenis data, yang pertama yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada informan, dan data sekunder diperoleh dari buku maupun literatur yang berkaitan dalam topik penelitian ini. PEMBAHASAN Pendekatan fungsionalisme-struktural dari Brown dan Malinowski mengatakan bahwa “fungsi” suatu institusi sosial adalah hubungan fungsi itu dengan kebutuhan organisasi sosial. Istilah organisme bukanlah merupakan suatu struktur, organisme adalah kumpulan unit (sel) yang disusun dalam suatu struktur yang berada didalam sebuah hubungan. Suatu sel atau unsur mempunyai aktivitas, dan aktivitas itu mempunyai fungsi. Fungsi adalah suatu sumbangan dimana aktivitas bagian (unsur) itu berguna bagi keseluruhan unit entitas (organisme atau masyarakat). Fungsi suatu aktivitas sosial adalah sumbangan yang diberikannya kepada keseluruhan kehidupan sosial yang merupakan fungsi keseluruhan sistem sosial tersebut. Pendapat yang demikian menunujukan bahwa sistem sosial mempunyai suatu jenis kesatuan, yang disebut sebagai kesatuan fungsional. Kesatuan fungsional didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana semua bagian di dalam sistem sosial itu bekerja dalam keadaan yang cukup harmonis. Parsons memiliki pendapat bahwa masing-masing subsistem dan sistem bertindak (budaya, sosial, kepribadian, dan organisme perlaku), secara fungsional dapat dianalisis sebagai ”sistem gerak sosial” yang masing-masing subsistem mempunyai fungsi. Seperti adanya subsistem budaya/kultur yaitu fungsi mempertahankan pola termasuk ke dalam kerangka hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan subsistem budaya sebagai subsistem dari sistem gerak sosial. Selain subsistem budaya/kultur, terdapat juga subsistem lainnya yang memiliki fungsinya sendiri-sendiri, seperti subsistem sosial yang berfungsi menjadi sistem integrasi yang diperlukan untuk menyatukan berbagai bagian dalam satu sistem, subsistem kepribadian memiliki fungsi untuk mencapai tujuan termasuk di dalam kerangka hubungan antar masyarakat atas dasar masyarakat yang perlu dalam pengorganisasian warganya untuk mencapai tujuan bersama yang biasanya dianggap sebagai aspek politik dan masyarakat. Subsistem adaptasi juga memiliki peran penting dimana dalam subsistem ini mencakup penyesuaian kebutuhan manusia dengan
Recommended publications
  • C a T E R I N G M E N U
    Elegant Occasions, Memorable Events. C A T E R I N G M E N U B Y : E X E C U T I V E C H E F member of: @medinacatering_ www.medinacatering.id [email protected] C A T E R I N G P R I C E L I S T 2 0 1 9 Regular Buffet Rp. 85,000 Royal Buffet Rp. 135,000 Canape Package Rp. 60,000 Half Day Meeting Package Rp. 105,000 Full Day Meeting Package Rp. 120,000 Regular Coffee Break Rp. 30,000 Premium Coffee Break Rp. 40,000 Juice/Soda (Additional order) Rp. 15,000 Coffee & Tea (Additional order) Rp. 15,000 - Harga per pax - Harga belum termasuk Tax & Service Charge 15.5% PT EBS GLOBAL NUTRISARANA Menara 165 Ground Floor, Jl. TB Simatupang Kav. 1 Jakarta Selatan 12560, Indonesia. [email protected] w w w . m e d i n a c a t e r i n g . i d R E G U L A R B U F F E T L U N C H / D I N N E R Rp. 85,000 ++ / Pax APPETIZER (1 Selections) Selada Bangkok SOUP (1 Selection) Mushroom Cream Soup MAIN COURSE (3 Main Courses, 1 Side Dish, 1 Vegetable, 2 Selections of Rice) Beef XO Prawn Salted Egg Chicken Mango Sc. Kungpao Spaghetti Baby Bean Minced beef Nasi Goreng Medina Nasi Putih CONDIMENT Chilli & Tomato Sauce / Sambal & Cracker DESSERT (2 Selections) Assorted Slice Fruit Blueberry Panacotta Mineral Water *Sample Menu *Menu selections can be changed to your preferences R O Y A L B U F F E T Rp.
    [Show full text]
  • The Function of Traditional Snacks and Fruits at Chinatown Semarang - a Case Study on Semarang Northcoast Maritime Culture
    125 E3S W eb of C onferences , 09004 (2019) https://doi.org/10.1051/e3sconf/201912509004 ICENIS 2019 The Function of Traditional Snacks and Fruits at Chinatown Semarang - A Case Study on Semarang Northcoast Maritime Culture Catur Kepirianto1 1Department of Linguistics, Faculty of Humanities, Universitas Diponegoro, Semarang - Indonesia Abstract. Traditional snacks and fruits are the culinary culture of Chinese community to fulfill Chinese daily consumption and ritual activities in Chinatown Semarang. It is a particular characteristic of social and local culture. As local wisdom, it provides a local value of the food products. This study aims to reveal varieties and functions of traditional snacks and fruits in Gang Baru traditional market Semarang. This research refers to theory and method of naming system and function. It is in a descriptive qualitative manner and describes names and functions of traditional snacks and fruits for ritual functions. The red and golden colors of snacks and fruits symbolize the source of fortune and wealth. Traditional snacks and fruits for the Chinese community function as ritual media to give offerings to ancestors rather than for daily consumption. The meaning and function of traditional snacks and fruits symbolize the fortune, luck, wealth, harmony, love, sharp mind, happiness, long life, calm and steady hearted, sincerity, blessing, and salvation. Hopefully, there would be a social impact to challenge the Industrial Revolution 4.0. It seems to refresh social paradigm and to recognize the high value of local wisdom, local skill, social skill, local ingredients, and local product. Keywords: functions; traditional snacks and fruits; fortune; wealthy; happiness; Semarang- Chinatown.
    [Show full text]
  • The Genealogy of Traditional Javanese Cassava-Based Foods Sri Herminingrum
    Herminingrum Journal of Ethnic Foods (2019) 6:15 Journal of Ethnic Foods https://doi.org/10.1186/s42779-019-0015-5 ORIGINAL ARTICLE Open Access The genealogy of traditional Javanese cassava-based foods Sri Herminingrum Abstract Cassava is generally consumed by Javanese who inhabited the areas where cassava plant is cultivated; therefore, culturally, it has ethnic importance. Even though formerly it was regarded as marginal food, its existence follows the nature of culture—ever-changing based on space and time. The study done aims to disclose the genealogy of various kinds of cassava-based foods in connection with Javanese food choices and food ways. Accordingly, the discussion encompasses the materials used, the preparation methods; cooking, serving, and giving suitable complements; the specific functions, the origin, and its development from the past to the present day. The findings significantly demonstrate that the numerous foods generated from cassava roots and leaves, covering staple foods, light meals, side dishes, and drinks, are manifestation of Indonesian cultural diversity. More importantly, this ethnic food in general is also inherent with the Javanese philosophy on living in harmony between humans and the nature surrounding that should be well managed. These two points underline that cassava-based food identity is not a mere cultural expression. It is built by Javanese communities through their natural experiences, simple knowledge, and hard efforts to make cassava-based foods still exist in agreement with the developing era. Keywords: Javanese, Ever-changing, Genealogy, Cassava-based foods, Diversity Introduction It is not surprising, then, if cassava-based foods are as- The uncontrolled population growth and the decline of sociated with the status of an inferior food crop and agricultural land which can be cultivated in Indonesia poverty [2, 3].
    [Show full text]
  • Wedding Package 2020 PDF.Cdr
    bridestory highest rated outdoor wedding venue 2018 in Surabaya Aster Rp. 134.800.000,- nett 300 orang Assorted French Pastry sebelum acara dimulai Buffet 7 hidangan 200 porsi Penambahan Rp. 198.000,- nett per orang Stall total 500 porsi Sate Ayam Madura, Soto Ayam Bandung, Nasi Krawu Gresik dan Lontong Mie Surabaya Test hidangan untuk 6 orang Panggung sampai dengan 12 meter dengan dekorasi sesuai tema permintaan. Bunga jalan, gerbang masuk, bunga dada, hand bouquet, rangkaian bunga meja di meja penerima tamu dan vvip dan dekorasi kamar hotel pengantin. Kue dummy sampai dengan tinggi 2 meter dengan desain menyesuaikan tema, 100 kue kecil dan 2 kue diameter 16 cm, atau kue pengantin asli 2 tier dengan diameter 24 dan 18 cm Akustik Band 4 pemain Sound System 6.000 watt, 2 penyanyi & 1 Emcee Kamar Hotel Superrior Kembang api sebanyak 282 tembakan (90 detik) lengkap dengan ijin kepolisian atau Photo Corner Unlimited (belum termasuk dekorasi) LCD Projector 2 x 3 m Sesi Pre-Wedding di area Golf Graha selama 4 jam Begonia Rp. 164.800.000,- nett 400 orang Assorted French Pastry sebelum acara dimulai Buffet 7 hidangan 300 porsi Penambahan Rp. 198.000,- nett per orang Stall total 500 porsi Bebek Peking, Lontong Balap Surabaya, Nasi Serpang Madura dan Tahu Campur Lamongan Test hidangan untuk 8 orang Panggung sampai dengan 12 meter dengan dekorasi sesuai tema permintaan. Bunga jalan, gerbang masuk, bunga dada, hand bouquet, rangkaian bunga meja di meja penerima tamu dan vvip dan dekorasi kamar hotel pengantin. 6 par LED, 2 Moving Head, Freshnell, Follow Spot dan efek Smoke atau Bubble Kue dummy sampai dengan tinggi 2 meter dengan desain menyesuaikan tema, 100 kue kecil dan 2 kue diameter 16 cm, atau kue pengantin asli 2 tier dengan diameter 24 dan 18 cm Akustik Band 4 pemain Sound System 6.000 watt, 2 penyanyi & 1 Emcee Kamar Hotel Superrior Kembang api sebanyak 282 tembakan (90 detik) lengkap dengan ijin kepolisian atau Photo Corner Unlimited (belum termasuk dekorasi) LCD Projector 2 x 3 m Sesi Pre-Wedding di area Golf Graha selama 4 jam Celosia Rp.
    [Show full text]
  • Ketupat Cap Go Meh Dan Identitas Budaya Cina Peranakan Di Jakarta
    KETUPAT CAP GO MEH DAN IDENTITAS BUDAYA CINA PERANAKAN DI JAKARTA (Studi Kasus: Akulturasi Etnis Cina di Gang Gloria, Glodok, Jakarta) ARYA NUGRAHA PUTRA 4825096896 Skripsi Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) PROGRAM STUDI SOSIOLOGI (KONSENTRASI SOSIOLOGI PEMBANGUNAN) JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014 ABSTRAK Arya Nugraha Putra. Ketupat Cap Go Meh dan Identitas Budaya Cina Peranakan di Jakarta (Studi Kasus: Akulturasi Etnis Cina di Gang Gloria, Glodok, Jakarta), Skripsi, Program Studi Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Pembangunan), Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang akulturasi budaya yang terjadi pada etnis Tionghoa di Gang Gloria, Glodok. Glodok yang merupakan salah satu kawasan Tionghoa tertua di Indonesia dengan nilai sejarah kebudayaan yang terjadi disana. Selain itu juga ada catatan sejarah tentang konflik yang terjadi dengan melibatkan etnis Tionghoa dan peristiwa yang paling diingat karena terjadi tragedi besar adalah “Tragedi Mei 1998”. Dengan mengambil studi kasus tentang akulturasi budaya melalui Ketupat Cap Go Meh, penulis ingin mengetahui apa yang melatarbelakangi mereka menggunakan ketupat dan menjadikannya sebagai identitas Cina Peranakan di Jakarta. Hal tersebut berlawanan dengan tradisi pada beberapa daerah di Indonesia yang relatif menggunakan lontong dalam perayaan Cap Go Meh. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Jumlah informan sebanyak empat orang. Informan dalam penelitian ini adalah penerus yaitu Soedjono Tjandra, Makhtum selaku pegawai, Yu Le selaku pengurus klenteng, dan Ayauw sebagai salah satu penjual di Gang Gloria. Konsep yang digunakan adalah konsep identitas menurut Blumer yang mengemukakan bahwa identitas dianggap bersifat personal sekaligus sosial dan menandakan bahwa kita sama atau berbeda dengan yang lain.
    [Show full text]
  • Balai Pemuda, Wadah Kreativitas Pemuda Surabaya Balai Pemuda Adalah Salah Satu Bangunan Cagar Budaya Yang Memesona Dan Sarat Kisah Sejarah Di Surabaya
    MAJALAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA EDISI FEBRUARI 2017 Balai Pemuda, Wadah Kreativitas Pemuda Surabaya Balai Pemuda adalah salah satu bangunan cagar budaya yang memesona dan sarat kisah sejarah di Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya terus membangun tempat ini untuk menjadi pusat kreativitas pemuda Surabaya. Inovasi paling anyar adalah dibangunnya underpass di bawah Balai Pemuda untuk berbagai aktivitas. FEBRUARI 2017 WAL NSA I KO LE TA Wali Kota Tri Rismaharini sidak Command Centre bersama Kapolrestabes Surabaya. ( 9 Januari 2017 ) Wali Kota Tri Rismaharini membuaka perayaan Natal Pemkot dan DPRD Surabaya di Graha Sawunggaling. ( 21 Januari 2017 ) Wali Kota Tri Rismaharini saat wawancara dengan Wali Kota Tri Rismaharini meresmikan pembangunan wartawan kapan lagi.com di ruang kerja walikota. SMPN 46 Surabaya. ( 21 Januari 2017 ) ( 25 Januari 2017 ) COVER STORY Majalah Pemerintah Kota Surabaya Redaksi Jl. Jimerto 6-8 Surabaya Telp/Fax: (031) 5475005 email: [email protected] humas.surabaya.go.id ISSN : 1978‐3663 Vol. : Edisi JUNI 2016 Desain : Arreto Ket Sampul Depan: Balai Pemuda Penerbit Sumber Foto : Bagian HUMAS Kota Surabaya Ilustrasi Pelindung Ket Sampul Belakang: Walikota Surabaya Balai Pemuda Dr. Ir. Tri Rismaharini, MT. Sumber Foto : Ilustrasi Penasehat Sekretaris Daerah Kota Surabaya Ir. Hendro Gunawan Asisten Kesejahteraan Rakyat Drs.Eko Hariyanto, MM SURAT REDAKSI Penanggung Jawab Pembaca Gapura yang kami banggakan Kepala Bagian HUMAS Muhammad Fikser, AP, MM Beberapa waktu belakangan kesibukan terlihat di area Balai Pemuda. Pimpinan Redaksi Di lokasi bersejarah tersebut, Pemerintah Kota merencanakan gagasan Ka.Sub.Bag. Liputan Berita dan Pers Drs.Ec. Eddy Witjahjanto besar tentang sebuah lokasi yang menjadi pusat aktivitas anak muda. Gagasan tersebut telah dimulai dengan keberadaan fasilitas rumah Redaktur belajar di sana.
    [Show full text]
  • Gurihnya Keberagaman Dalam Sepiring Lontong Cap Go Meh - 02-02-2020 by Christian Saputro - Alif.ID
    Gurihnya Keberagaman dalam Sepiring Lontong Cap Go Meh - 02-02-2020 by Christian Saputro - Alif.ID - https://alif.id Gurihnya Keberagaman dalam Sepiring Lontong Cap Go Meh Ditulis oleh Christian Saputro pada Minggu, 02 Februari 2020 Memasuki tahun baru Imlek adalah menanti datangnya perayaan Cap Go Meh, yang berarti pula menunggu santapan kuliner lontong cap go meh. Lontong cap go meh sudah menjadi ikon dalam perayaan itu, karena hampir selalu (biasanya) disantap keluarga Tionghoa Indonesia pada saat Cap Go Meh, yakni lima belas hari setelah Imlek. Menurut sejarawan Kota Semarang , Jongkie Tio, kuliner di Indonesia itu hampir 75 persen terpengaruh dari Cina karena (warga Cina) sudah ada di sini sejak tahun 400. Lontong sendiri saudara tua Kupatan (ketupat). “Penutup Lebaran adalah Kupatan, dan penutup Cap Go Meh adalah Lontong Cap Go Meh,” ujar Jongkie Tio yang juga pemilik Restoran Heritage Semarang, baru-bari ini. 1 / 3 Gurihnya Keberagaman dalam Sepiring Lontong Cap Go Meh - 02-02-2020 by Christian Saputro - Alif.ID - https://alif.id Foto: Christian Heru Cahyo Saputro Munculnya hidangan lontong cap go meh ini disigi dari asimilasi budaya . Hidangan peranakan ini terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng ati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk. Kuliner ini mungkin oleh sebagian orang juga dikenal dengan sebutan lontong opor. Setidaknya ada beberapa versi asal-usul lontong cap go meh. Namun dapat dipastikan, penganan ini merupakan hasil akulturasi budaya dan adaptasi masyarakat keturunan Tiongkok di Nusantara dengan masyarakat lokal. Tegasnya, lontong cap go meh ini bentuk makanan adaptasi, bentuk baru untuk kaum peranakan.
    [Show full text]
  • Cultural Negotiation Through Food Case Study: Chinese Soft Diplomacy in Indonesia
    Cultural Negotiation through Food Case study: Chinese Soft Diplomacy in Indonesia Amorisa Wiratri* Abstract Food is one of the common ways for one culture to penetrate an- other culture through migrants. Chinese migrants in Indonesia have in- troduced their food culture to Indonesians for some centuries and now Indonesians might find it difficult to recognize whether they are now lo- cal, fusion or Chinese food. The acceptance of Chinese food in Indonesia serves an example on how soft diplomacy and culture negotiation has completely succeeded. Chinese food has already blended with Indonesian culture and Indonesians nowadays are acquainted with. This study will use literature as main resources. Historical and anthropological approach will be used in analyzing the data. This paper tries to focus on three mains issues, which are the history of Chinese migration in Indonesia, the his- tory and acculturation of Chinese food in Indonesia and culture nego- tiation through food. In conclusion, the acceptance of Chinese food in Indonesia culture is part of the success of soft diplomacy and culture negotiation between Chinese migrants and Indonesian leads to the per- mission of other form of diplomacy. Keywords: Chinese, cultural negotiation, soft diplomacy, food Introduction Indonesia is known for its diverse traditional foods. Each and every region in Indonesia has their own traditional food with particular taste and made of different spices. However, many Indonesians are not aware 71 Kawalu: Journal of Local Culture Vol 4, No. 1 (January-June), 2017 of their traditional food. They rather take it for granted, not interested to thing and ask about the history of their daily meals.
    [Show full text]
  • Ethno Gastronomy Simbolic of Indonesian Ethnic Chinese Culture at Jakarta Old Town
    Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Vol.4 (2), 2019, 87-95 J U R N A L E-ISSN: 2503-0795 P-ISSN: 2548-8740 KOMUNIKAS I I K A T A N S A R J A N A K O M U N I K A S I I N D O N E S I A Ethno Gastronomy Simbolic of Indonesian Ethnic Chinese Culture at Jakarta Old Town https://doi.org/10.25008/jkiski.v4i2.329 Manik Sunuantari1*, Nurul Haniza2, Arry Rahayunianto3, 1Faculty of Social and Political Science, Al Azhar Indonesia University Jl. Sisingamangaraja No. 2, Kebayoran Baru, Jakarta 12110 - Indonesia 2,3Faculty of Communication Science, Sahid University Jl. Prof. Dr. Supomo No. 84, Tebet, Jakarta 12870 - Indonesia *Corresponding author’s email: [email protected] Submited: 10 July 2019, Revised: 09 August 2019, Accepted: 10 October 2019 Accredited by Kemristekdikti No. 28/E/KPT/2019 Abstract One of the ways to increase the country's foreign exchange earnings is encouraging tourism. As one of the countries that is rich in culinary taste of the archipelago, Indonesia has the potential to develop cultural gastronomy as one of the determining factors for tourists to choose tourist destinations. This study aims to determine the symbolic meaning of gastronomy in the culture of ethnic Chinese in Indonesia. The theory used in this study is the symbolic interactionism theory and cultural gastronomy. This study employs a case study method by selecting the Kota Tua (Old Town) area as the research site. Data were collected by means of observation and interviews with informants related to the purpose of the research.
    [Show full text]
  • Bringing up the Next Landscape
    EKSKluSIF Forum Komunikasi Eksekutif Grup Astra: Tantangan & Harapan 2016 RELASI Berbagi Inspirasi Dengan Tiga Pemuda Di Semarang Januari 2016 Tahun XLIV Tahun Januari 2016 disi 01 disi 01 E UTAMA BRINGING UP THE NEXT LANDSCAPE DAFTAR ISI SENARAI Tahun Baru Pencapaian Baru, Bringing Up the Next Landscape Edisi 01 | Januari 2016 Tahun XLIV Tim Redaksi Astra Magz mengucapkan Selamat Tahun Baru 16 2016 untuk seluruh pembaca setia Astra Magz. Di tahun yang baru ini kami menghadirkan berbagai kisah dan liputan yang merefleksikan All New Fortuner: Forum prinsip dan nilai Astra dengan Siap Topang Komunikasi Dinamika Pasar Eksekutif Grup Otomotif tujuannya untuk menjadi Pride of Astra: Tantangan The Nation. 03 & Harapan 2016 Sosok yang hadir dalam Rubrik Inspirasi pada edisi perdana tahun 18 2016 ini merupakan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards dari tahun 2015. Saat ini terdapat 32 penerima apresiasi yang siap berbagi cerita inspirasi bagi pembaca Astra Magz. HUMAN CAPITAL GAnRA ACFE Round Table Discussion: Together Reducing Fraud Worldwide 24 INSPIRASI Menularkan Kemandirian ala Tutus 25 RELASI Berbagi Inspirasi Dengan Tiga Pemuda di Semarang 26 SERBA-SERBI YAYASAN 100 UKM Hadiri YDBA Membership Card 28 PROFIL KARYAWAN Deputy Director PT Astra Agro Lestari Tbk Rujito Purnomo 32 PROFIL PERUSAHAAN PT Energia Prima Nusantara 31 LINGSOS Auto2000 Serahkan 2 Unit Toyota Avanza untuk Pendidikan Polman Astra 34 DARI REDAKSI EDITORIAL Menghadapi tahun 2016, Insan Astra dengan semangat barunya bersiap Penasihat Prijono Sugiarto Pemimpin Umum Pongki Pamungkas untuk menghadapi segala Penanggung Jawab & Pemimpin Redaksi Yulian Warman tantangan di tahun 2016 Wakil Pemimpin Redaksi Boy Kelana Soebroto Redaktur Eksekutif ini, sebagai lanjutan dari Wisnu Wijaya Redaktur Pelaksana Vita Principalia, Elmeirillia Lonna, Sasha Kohar pencapaian di tahun 2015.
    [Show full text]
  • Multikulturalisme Lontong Cap Go
    TAHUl,tXtx/No.J53 SELASAPON, 23 FEBRUARI2016 sol,oPos ffiffiffiffiffiffiffi Multikulturalisme Yogyakarta Menekunikajian sejarahTionghoa HffiLontongCap Go Meh ampir setiaporang, tidak yaan hioo atau teng yuan alias dari hanyakalangan Tionghoa, wedang ronde. Jika dilihat -':r*f- pasti pernah mencicipi bentuk fisiknya tentu lontong Cap lezatnya lontong Cap Go Go Meh dengan wedang ronde iffi . Makanan ini cukup mudah merupakan dua jenis makanan ui terutama di kedai-kedai yang berbeda sama sekali. yang menyajikan menu Wedang ronde sekadarkudapan peranakan. penutup, bukan makanan utama. Saat perayaan Cap Go Meh Meski demikian, ternyata secara makanan ini menjadi sajian simboliskedua makanan ini memiliki ial yang harus ada. Cap Go maknayang sama. Lontong mgmiliki &ir;.,,,,d dirayakan pada hari ke- tekstur yang kenyal dan lengket. 5 setelah perayaan tahun baru Demikianhalnya dengan bola-bola , saatbulan purnama bundar rondeyang dibuat dari tepungketan. purna. Cap Go Meh menjadi Bola-bolaronde juga memiliki tekstur k dari rangkaian perayaan yang sama. Keduanya dimaknai baru Imlek. sebagaiproses menghadirkan kembali Syahdanpada zaman dulu nenek kebersamaan dan kekeluargaan orangTionghoa mengalami yang dapat memperkuat ikatan .::;::.1 . pan yang serbasulitdi negeri tali silaturahmi. r' i':r': I' rereka. Pertanian mereka sering Bola-bolaronde maupun lontong yang ilanda bencana seperti kekeringan dipotong berbentuk bulat iit,iP"ai".org atau banjir bandang sama-samadianggap menyerupai menyebabkan gagal panen bentuk bulan purnama. Hadirnya makanan orang miskin atau orang setempat.Hal ini memperlihatkan kelaparan. lontong atau di beberapa daerah sakit.Bentuk lontong yang panjang bahwaakulturasi merupakan proses Inilah yang mendorong orang- menggunakan ketupat tidak bisa juga dianggap melambangkan yang alami dan wajar. Tionghoa bermigrasi untuk lepas dari pengaruh lokal.
    [Show full text]
  • Multikulturalisme Makanan Indonesia
    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Multikulturalisme Makanan Indonesia Bacaan untuk Remaja Setingkat SMA MultikulturalismeMultikulturalisme Makanan Makanan Indonesia Indonesia A Multikulturalisme Makanan Indonesia MultikulturalismeA Makanan Indonesia MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Multikulturalisme Makanan Indonesia Unsiyah Anggraeni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Multikulturalisme Makanan Indonesia Multikulturalisme Makanan Indonesia Multikulturalisme Makanan Indonesia Penulis : Unsiyah Anggraeni Penyuting : Sulastri Ilustrator : Fazl Ahmad Habib Penata Letak :- Diterbitkan pada tahun 2018 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Katalog Dalam Terbitan (KDT) PB 641.595 98 Anggraeni, Unsiyah ANG Multikulturalisme Makanan Indonesia/Unsiyah m Anggraeni; Penyunting: Sulastri; Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018 vi; 53 hlm.; 21 cm. ISBN 978-602-437-435-8 1. MASAKAN INDONESIA 2. KESUSASTRAAN ANAK INDONESIA MultikulturalismeMultikulturalisme Makanan Makanan Indonesia Indonesia A SAMBUTAN Sikap hidup pragmatis pada sebagian besar masyarakat Indonesia dewasa ini mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai
    [Show full text]